Download - Studi Kasus
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Kasus Impor Daging Sapi
Tentu masih hangat dalam pikiran kita kasus korupsi dalam perkara suap kuota impor daging sapi.
Sejumlah kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diketahui berperan dalam perkara dugaan suap
terkait pengaturan kuota impor daging sapi di kementerian pertanian. Kasus ini mecuat dan jadi isu
nasional karena melibatkan beberapa nama besar diantaranya; Luthfi Hasan Ishaaq (mantan Pres-
iden PKS) dan orang dekatnya Ahmad Fathanah, dimana keduanya telah ditetapkan sebagai ter-
sangka oleh KPK. Belakangan KPK juga memeriksa ketua Dewan Syuro PKS Hilmi Aminuddin.
Selain itu, seperti dikutip dari sebuah portal berita nasional "KPK lurus mengikuti aliran dana
apakah ke perorangan atau ke partai, termasuk untuk ke Anis Matta perlu didalami dan sedang di-
dalami, sama halnya yang sedang didalami untuk Pak Suswono," ungkap Busyro pada Sabtu
(25/5).1 Penelusuran KPK ini dilakukan berdasarkan informasi yang diterima dari PPATK.
3.2 Kasus Proyek Hambalang
BPK menemukan adanya indikasi kerugian negara mencapai Rp 243,66 miliar.2 Kasus proyek
pembangunan sarana olahraga di hambalang, Bogor, Jawa Barat, melibatkan beberapa elit partai
demokrat diantaranya; Anas Urbaningrum (Mantan Ketua Umum Partai Demokrat) dan Andi
Malaranggeng (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga) dan M. Nazaruddin (Mantan Bendahara
Partai Demokrat). Kasus ini sempat membuat kemelut dalam internal tubuh partai demokrat.
3.3 Tingkat Elektabilitas
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat (PD) merupakan partai besar yang mempunyai kader
loyal yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai partai yang masuk dalam peringkat 10 besar dalam
Pemilu 2009 tentu memiliki tingkat elektabilitas yang tinggi, utamanya Parta Demokrat yang memperoleh
suara terbanyak dalam pemilu 2009. Terbongkarnya kasus korupsi yang dilakukan oleh para elit partai terse-
but tentunya mempengaruhi tingkat elektabilitas kedua partai tersebut.
1 Ant/hrb, KPK Kembali Periksa Hilmi Terkait Kuota Impor Daging, www.investor.co.id: 27 Mei 2013, http://www.investor.co.id/national/kpk-kembali-periksa-hilmi-terkait-kuota-impor-daging/616272 Sandro Gatra, Audit Tahap II Hambalang, BPK Tunggu Kementerian PU, www.kompas.com: 28 Mei 2013, http://nasional.kompas.com/read/2013/05/28/17231012/Audit.Tahap.II.Hambalang..BPK.Tunggu.Kementerian.PU
PeriodePartai Keadilan Se-
jahtera(PKS)
Partai Demokrat(PD)
MengambangGolput/Berpotensi
Golput
Pemilu 2009 7,88% 20,85% 39,1%
Sebelum Kasus (Desember 2010)
4,6% 21,4% 30,1
Saat Kasus (Maret 2013)
3,7% 11,7% 40,5% **
Tabel 3.3.1 Pengaruh perilaku negatif elit partai terhadap tingkat elektabilitas partai
Data diperoleh dari hasil survey yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI).
**Data diperoleh dari hasil survey Centre for strategic and international Studies (CSIS)
Dari data pada tabel 3.3.1 diatas dapat kita lihat bahwa perilaku para elit partai akan sangat
berpengaruh pada citra partai. Citra partai akan menentukan tingkat elektabilitas partai. Perilaku
elit dan kader partai yang jujur dan berintegritas tentu akan memberikan pengaruh positif terhadap
tingkat elektabilitas partai. Peneliti Lembaga Survey Nasional (LSN) Dipa Pradipta, mengatakan,
popularitas Joko Widodo (Jokowi) di mata publik berdampak besar terhadap elektabili-
tas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).3 Dalam keterangannya kepada sebuah
portal berita nasional Dipa Pradita menjelaskan "Faktor internal lain yang membuat elekta-
bilitas PDIP di atas adalah Jokowi Effect, sebanyak 9,5 persen responden mengaku
memilih karena Jokowi. Faktor Megawati justru hanya dijadikan alasan 7,1 persen,". 4
Data pada tabel 3.3.2 dibawah ini menunjukkan bagaimana kejujuran, kemampuan dan integritas
yang ditunjukkan Jokowi-Ahok sebagai kader partai Gerinda dan Partai Demokrasi Indonesia Per-
juangan (PDIP) turut meningkatkan elektabilitas partai.
PeriodePartai Demokrasi Indone-
sia Perjuangan(PDIP)
Partai Gerinda
Pemilu 2009 14% 4,4%
Sebelum Jokowi-Ahok 14,1% 2,4%
Setelah Jokowi Ahok 18,8% 7,3%
Tabel 3.3.2 Pengaruh perilaku positif elit partai terhadap tingkat elektabilitas partai
Data diperoleh dari hasil survey yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI).
3.4 Kepercayaan Publik dan “Kebangkrutan’ Partai Politik
3 Muhammad Hafil, Heri Ruslan, Jokowi Effect Dongkrak Elektabilitas PDIP, www.republika.co.id: 24 Maret 2013, http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/03/24/mk61rb-jokowi-effect-dongkrak-elektabilitas-pdip4 Muhammad Hafil, Heri Ruslan, Jokowi Effect Dongkrak Elektabilitas PDIP, www.republika.co.id: 24 Maret 2013, http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/03/24/mk61rb-jokowi-effect-dongkrak-elektabilitas-pdip
Partai politik perlu mengembalikan kepercayaan publik sebelum akhirnya mengalami ‘kebangkru-
tan’. Membina dan membangun kader yang jujur dan berintegritas saat ini sangatlah perlu untuk
dilakukan oleh setiap partai politik. Langkah selanjutnya adalah mengutus kader yang jujur dan
berintegritas untuk turun menjadi wakil rakyat dalam menjalankan roda pemerintahan. Sehingga
partai politik tidak hanya menjadi ‘kendaraan politik’ tetapi juga dapat kembali kepada fungsinya
yang sesungguhnya sesuai amanat uud 1945.
Pada akhirnya ‘Good Parpol’ and ‘Good Kader’ akan mendukung pembangunan Good Gover-
ment and Good Governance. Ketika ini semua terjadi maka rakyat yang sejahtera bukan lagi
sekedar angan dan impian semata. Rakyat sejahtera dan kepercayaan yang meningkat terhadap
pemerintahan secara otomatis akan menurunkan angka Golongan Putih (Golput) dalam Pemilihan
Umum. Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hadar Nafis Gumay menyatakan, golput harus
menjadi tanggung jawab Parpol dalam melahirkan kader terbaik untuk menjadi
capres. Karena sosialisasi KPU tidak akan efektif, tanpa partisipasi Parpol dalam
melahirkan figur-figur terbaik. “Harus didukung oleh Parpol,”.5
5 Adrean Sy, Pemilih Golput Melejit 50%, KPU Tak ‘Gentar’ Survey LSI, www.lensaindonesia.com: 14 September 2012, http://www.lensaindonesia.com/2012/09/14/pemilih-golput-melejit-50-kpu-tak-gentar-survey-lsi.html