Oleh
i
STRES KERJA DI KALANGAN STAF PERPUSTAKAAN:
STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
Skripsi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
Elsavani Prima Putri
NIM : ( 105025001013)
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
i
STRES KERJA DI KALANGAN STAF PERPUSTAKAAN:
STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh :
Elsavani Prima Putri
NIM : ( 105025001013)
Di Bawah Bimbingan
Ida Farida, MLIS
NIP. 19700407 200003 2 003
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul STRES KERJA DIKALANGAN STAF PERPUSTAKAAN:
STUDI KASUS di PERPUSTAKAAN ARSIP KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Maret
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan.
Jakarta, 5 Maret 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
Drs. Rizal Saiful-Haq, MA Pungki Purnomo, MLIS NIP. 19530319 199504 1 001 NIP. 19641215 199903 1 005
Penguji Pembimbing
Mukmin Suprayogi, M.Si Ida Farida, MLIS
NIP. 19620311999031001 NIP. 19700407 200003 2 003
iii
ABSTRAK
ELSAVANI PRIMA PUTRI
Stres Kerja di Kalangan Staf Perpustakaan: Studi Kasus di Perpustakaan
dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur.
Skripsi ini membahas tentang “Stres Kerja di Kalangan Staf Perpustakaan: Studi Kasus di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur”. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan informasi dan pemahaman tentang gejala
stres kerja yang disebabkan karena stres dan hal-hal apa saja yang dianggap menjadi sumber stres oleh staf perpustakaan sehubungan dengan pekerjaan.
Metode penelitian ini dilakukan melalui penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan
September-Oktober 2009. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan
metode wawancara kepada staf perpustakaan di tiap bagian/unit dan obserasi
dengan melakukan pengamatan langsung. Populasi penelitian 30 orang staf yang
di tetapkan 15 orang staf perpustakaan masing-masing bagian pengadaan 5 orang,
pengolahan 5 orang dan pelayanan 5 orang. Adapun sampel yang menggunakan
teknik Stratified Random Sampling Masing-masing Bagian/ unit kerja responden
yang diwawancara adalah bagian pengadaan 5 (lima) orang, bagian pengolahan 5
(lima) orang, dan bagian pelayanan 5 (lima) orang di Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi Jakarta Timur. Apabila populasi menunjukkan sifat berstrata setiap
unit harus diketahui secara pasti jumlah anggotanya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gejala keluhan fisik yang disebabkan karena stres antara lain:
terpikir untuk pindah kerja, mudah menyalahkan orang lain, mudah bermusuhan
dan menyerang, gugup, ide kreatif tidak berkembang, acuh dan mendiamkan
orang lain, mudah lupa, sulit berkonsentrasi, kepercayaan menurun, dan daya
ingat menurun mengenai hal-hal yang dapat menjadi sumber stres keja pada staf
perpustakaan. Selanjutnya sumber stres kerja di lingkungan perpustakaan dalam
penelitian ini meliputi: 1) Beban kerja yang berlebihan 2) Beban kerja yang
rendah 3) Pekerjaan yang harus diselesaikan dibawah tekanan waktu 4)
Hubungan dengan rekan kerja 5) Hubungan dengan pemakai perpustakaan 6)
Hubungan dengan masyarakat di luar perpustakaan 7) Kebijaksanaan mengenai
kesejahteraan dan pengembangan staf 8) Kondisi fisik lingkungan kerja. Faktor-
faktor yang dianggap menjadi sumber stres kerja oleh responden dalam penelitian ini adalah : beban kerja yang rendah, pekerjaan yang harus diselesaikan di bawah
tekanan waktu, kebijaksanaan mengenai kesejahteraan dan pengembangan staf, dan kondisi fisik lingkungan.
i
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir kuliah
(Skripsi) tepat pada waktunya. Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis
mengambil judul tentang “Stres kerja di kalangan staf perpustakaan : studi kasus
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur” yang merupakan hasil
penelitian selama penulis melakukan kegiatan penelitian yang dilakukan di
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur’.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan
pengalaman lebih bagi penulis didalam mengetahui dunia perpustakaan demi
menunjang pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Serta memberikan
sumbangsih terhadap perpustakaan yang dilakukan penelitian serta memberikan
manfaat bagi semua pihak yang terkait.
Dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak yang mendukung. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kemudahan dan kesabaran dalam
berbagai aktifitas yang penulis lakukan.
2. Kepada Bapak Dr. Abd. Chair, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora.
ii
v
3. Bapak Drs. Rizal Saiful-Haq, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi.
4. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan.
5. Kedua orang tua (Mami dan Papi), kakak-kakak (Uni Vivi, Kak Edy, Kak
Ewit, Kak Susan, Mas Eka, Teteh Riri) dan ponakan-ponakan (Muli, Vina,
Zyan, Zalfa dan Ezy) Saudaraku tercinta satu jurusan (Meta dan Melly)
beserta keluarga besar saya yang lain selalu mendukung dalam pengerjaan
penulisan laporan ini.
6. Ibu Ida Farida, MLIS selaku pembimbing skripsi yang sudah begitu baik
mencurahkan ilmunya dan bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing saya sampai terselesaikan skripsi ini.
7. Ibu Siti Maryam selaku dosen pembimbing Akademik yang sudah
mencurahkan waktunya untuk ACC judul skripsi saya. Bapak dan Ibu
dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah banyak memberikan ilmu
yang berharga terhadap penulis.
8. Seluruh staf di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur
terutama kepala perpustakaan Bapak Drs.G.Jannen H. Napitupulu, M.Si
dan Kasub Kepegawaian kepada Bapak Muhammad Suganda, SH
senantiasa membantu saya.
9. Seluruh teman-teman di UIN terutama jurusan ilmu perpustakaan angkatan
2005 yang sangat penulis sayangi Mahda, Dwi, Mutya, Hasanah, Yayah,
Imas, Nunung, Nining, Badriah, Erna, Dyta, Yulmawan, Nasrullah, Eka,
iii
vi
Rohim, Ardian dan Davi, Agus, Dewi, Widi, Liza, Irfan, Kahfi, Zaky.
Thank you so much karena telah menjadi teman dan sahabat penulis baik
senang maupun duka karena masa-masa bersama kalian tidak akan
terlupakan and “I Love You So Much”.
10. Senior Angkatan 2004, 2006-bawah yang saya kenal yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu dan terima kasih sudah banyak mengenal saya.
11. Untuk sahabatku tersayang di rumah Dhika, Noni, Icha, Anggi, Kartika,
Riri, Indah, Kiki. Anak-anak Canassta (Jaky, Fiky, Yogi, Farid, Iqbal,
Risto, Icun, Nyoman, Adit). Thanks atas segala dukungannya.
12. Temen-temen SMA dan seseorang yang menyempatkan waktunya untuk
membantu dan mendukung sampai skripsi ini selesai.
13. Semua pihak yang ikut terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu terima kasih atas segala dukungannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan hal ini karena adanya keterbatasan dari penulis. Penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para
pembacanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, Maret 2010
Penulis
iv
vii
DAFTAR ISI
Abstrak. ...................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................... v
Daftar Tabel .............................................................................................. viii
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 7
E. Metode Penelitian ........................................................................... 8
1. Tipe Penelitian .......................................................................... 8
2. Pendekatan Penelitian ............................................................... 8
3. Populasi dan Sampel ................................................................. 9
4. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 9
5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 10
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 11
BAB II. Tinjauan Literatur
A. Pengertian Perpustakaan Umum .................................................... 13
B. Pengertian Stres .............................................................................. 14
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Stres ....................................... 16
1. Faktor Lingkungan .................................................................... 16
v
viii
2. Faktor Organisasi ...................................................................... 17
3. Faktor Individu .......................................................................... 19
D. Pengertian Stres Kerja ..................................................................... 19
E. Sumber Stres Kerja ......................................................................... 22
1. Beban Kerja ............................................................................... 22
2. Peran Kerja ................................................................................ 24
3. Kurangnya Dukungan Sosial .................................................... 25
F. Gejala Stres Kerja ........................................................................... 27
G. Sumber Stres Kerja di Perpustakaan .............................................. 29
BAB III. Tinjauan Umum Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
Jakarta Timur
A. Sejarah Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jak-Tim ........ 35
B. Visi dan Misi .................................................................................. 37
1. Visi .......................................................................................... 37
2.
Misi .........................................................................................
37
C. Sumber Daya Manusia .................................................................... 38
1. Organisasi ................................................................................ 38
2.
Ketenagaan. .............................................................................
40
D. Tugas dan Fungsi .......................................................................... 40
1. Tugas ......................................................................................... 40
2. Fungsi ........................................................................................ 41
vi
ix
BAB IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian
A. Profil Responden ........................................................................... 42
1. Latar Belakang Responden ........................................................
43
2. Unit Kerja Responden. ...............................................................
43
3. Cita-cita Responden ..................................................................
44
4. Alasan suka/senang deng profesi pekerjaannya..........................
46
B. Gejala Keluhan Fisik yang disebabkan karena stres ...................... 47
C. Sumber-Sumber Stres Kerja pada Staf Perpustakaan ..................... 48
1. Beban Kerja yang Berebihan .................................................... 48
2. Beban Kerja yang Rendah ......................................................... 51
3. Pekerjaan yang Harus Diselesaikan di bawah Tekanan Waktu.. . 53
4. Hubungan dengan Rekan Kerja ................................................ 55
5. Hubungan dengan Pemakai Perpustakaan ................................ 56
6. Hubungan dengan Masyarakat di Luar Perpustakaan ............... 57
7. Kebijaksanaan mengenai Kesejahteraan & Pengembangan Staf...58
8. Kondisi Fisik Lingkungan Kerja ............................................... 61
BAB V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan ................................................................................... 63
B Saran .............................................................................................. 65
Daftar Pustaka . .......................................................................................... 66
Lampiran ...................................................................................................
vii
x
DAFTAR ILUSTRASI
Gambar 1: Struktur Organisasi .................................................................................... 39
Table 1: Latar Belakang Berdasarkan Umur dan Lama Bekerja ................................ 43
Tabel 2 : Unit Kerja Responden .................................................................................. 43
Tabel 3 : Cita-cita Sebelum Bekerja Di Perpustakaan ................................................ 44
Tabel 4: Alasan suka/senang Dengan Profesi Pekerjaan ............................................ 46
Tabel 5 : Gejala Keluhan Fisik Karena Stres .............................................................. 48
Tabel 6 : Beban Kerja Yang Berlebihan (work overload) .......................................... 50
Tabel 7: Beban Kerja Yang Rendah (work underload) ............................................... 52
Tabel 8 : Pekerjaan Yang Harus Di Selesaikan Di Bawah tekanan Waktu ................ 54
Tabel 9 : Hubungan Dengan Rekan Kerja .................................................................. 55
Tabel 10 : Hubungan Dengan Pemakai ....................................................................... 57
Tabel 11 : Kebijaksanaan Mengenai Kesejahteraan dan Pengembangan Staf ............ 58
Tabel 12 : Kondisi Fisik Lingkungan .......................................................................... 61
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bekerja merupakan hakikat kehidupan manusia. Salah satu tujuan dari
bekerja tersebut adalah untuk mendapatkan imbalan yang berguna sebagai
penunjang kebutuhan hidup seseorang maupun keluarganya. Dalam bekerja,
karyawan terkadang mengalami stres. Lingkungan pekerjaan sangat berpotensi
untuk menimbulkan stres sehingga dapat menurunkan motivasi kerja karyawan.
Dalam kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia akan
cenderung mengalami stres apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginan-
keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang ada, baik kenyataan yang ada di
dalam maupun di luar dirinya. Segala macam bentuk stres pada dasarnya
disebabkan oleh kekurangan pengertian manusia akan keterbatasan-
keterbatasannya sendiri (Anoraga, 2006: 107).
Menurut Khan dkk. Stres yang timbul karena ketidakjelasan sasaran
akhirnya mengarah ketidakpuasan pekerjaan kurang memiliki kepercayaan diri,
rasa diri tidak berguna, rasa harga diri yang menurun, depresi, motivasi rendah
untuk bekerja, peningkatan tekanan darah dan detak nadi, dan kecenderungan
untuk meninggalkan pekerjaan (Sunyoto, 2001: 392).
Dua sumber utama stres kerja yaitu tekanan kerja dan kurangnya
dukungan sosial. Stres kerja internal yaitu segala peristiwa maupun hal-hal yang
dialami individu yang terjadi di lingkungan pekerjaan. Lingkungan pekerjaan
mencakup tugas-tugas, interaksi antar individu, dan lingkungan fisik tempat kerja.
1
2
Stres kerja eksternal adalah segala peristiwa maupun kondisi yang serba tidak
menentu yang melingkupi diri karyawan di luar lingkungan pekerjaan, misalnya
masalah keuangan, masalah dengan keluarga, hingga masalah yang timbul
sehubungan dengan kondisi perekonomian yang tidak stabil.
Pengelompokkan stres kerja internal yang dilakukan berdasarkan
kesamaan yang terjadi di lingkungan pekerjaan. Terdapat empat stres kerja, yaitu
(1) beban kerja (work load), yaitu pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas
waktu tertentu dan dapat menimbulkan tekanan dalam diri karyawan selama
penyelesaian tugas, (2) peran kerja (work role), yaitu pola perilaku yang
diharapkan lingkungan kerja atasan, rekan kerja, maupun klien atau (dalam hal
ini) pengguna, (3) kurangnya dukungan sosial, yaitu kondisi kurang terjalinnya
kerja sama dan hubungan antar individu yang memungkinkan karyawan
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dalam kondisi kerja yang kondusif, (4)
lingkungan kerja, baik secara fisik (misalnya suhu dan kelembaban udara)
maupun psikologis (misalnya jaminan kerja, gaji, gangguan-gangguan atau
interupsi selama bekerja). Keempat aspek stres ini paling banyak ditemukan
dalam dunia kerja.
Beban kerja yang berat juga tidak perlu harus menjadi satu sumber stres
banyak orang melakukan sejumlah besar pekerjaan dan bekerja sepanjang waktu.
Pada akhirnya merasa bosan atas pekerjaan tidak harus sama dengan yang
mengalami stres.
3
Stres kerja dapat memberikan dampak negatif sebagai berikut :
1. Konsekuensi fisiologis, seperti perubahan metabolisme, peningkatan denyut
jantung dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, sakit kepala, penyakit
jantung, dan sebagainya.
2. Konsekuensi tingkah laku, seperti munculnya perubahan tingkat produktivitas,
absensi, nafsu makan, konsumsi alkohol, konsumsi obat-obatan, merokok,
gangguan tidur, seringkali gelisah, dan sebagainya.
3. Konsekuensi psikologis, seperti ketegangan kerja, cemas, sensitif atau mudah
tersinggung, kejenuhan, muncul rasa tidak puas, dan sebagainya (Sunyoto,
2001: 373).
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, NIOSH (National Institute for
Occupational) melihat bahwa kondisi kerja memainkan peran utama dalam
pekerjaan menyebabkan stres. Namun, peran individu tidak diabaikan. Menurut
NIOSH melihat, terpapar stres kondisi kerja dapat langsung berpengaruh pada
keselamatan dan kesehatan pekerja. Pada tahun 1996, The National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH) menetapkan bahwa 40% staf yang
bekerja di perpustakaan bisa beresiko sangat tinggi terhadap stres.
Schneider menyatakan bahwa staf perpustakaan juga dapat mengalami
stres sehubungan dengan pekerjaannya, walaupun dengan alasan dan tingkat yang
berbeda dengan bidang-bidang pekerjaan lain (Schneider, 1991: 387).
Staf perpustakaan memiliki potensi terkena stres kerja karena cakupan
tugas yang dimilikinya. Tugas tersebut meliputi tugas yang bersifat psikomotorik
seperti penyimpanan arsip, shelfing, perawatan buku, dan sebagainya, hingga
4
tugas-tugas yang bersifat kognitif intelektual seperti pengolahan bahan pustaka,
bagian pengadaan, bagian pelayanan dan pengklasifikasian, memasukkan data
katalog ke program CDS-ISIS, dan sebagainya.
Schneider menguraikan faktor-faktor sebagai sumber-sumber penyebab
stres diantara staf perpustakaan yaitu kurangnya otonomi, kurangnya kesempatan
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, tidak ada atau kurangnya
umpan balik yang positif, stres peranan, dan tugas-tugas yang membosankan serta
berulang-ulang. Contoh misalnya seperti pada staf bagian teknis di suatu
perpustakaan dapat mengalami stres yang disebabkan oleh tempat atau ruang kerja
yang penuh dan kacau oleh peralatan kerja, bahan pustaka yang belum diolah,
komputer, dan lain-lain. Juga contohnya pada staf bagian pelayanan yang dapat
mengalami stres karena dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tekanan untuk
selalu bersikap ramah, vandalisme, dan adanya gangguan dari anggota masyarakat
(Schneider, 1991: 388).
Menurut Caputo sumber-sumber stres yang ada di semua jenis
perpustakaan, yaitu adanya stereotype staf perpustakaan, adanya pertanyaan
rujukan yang harus dijawab dengan cepat, penyensoran, tugas-tugas klerikal,
masalah peralatan kerja, pencurian dan perusakan bahan pustaka, kurangnya
perhatian terhadap pengembangan koleksi, adanya tugas-tugas lain yang harus
dilaksanakan (biasanya pada staf perpustakaan sekolah) dan masalah dana
(Caputo, 1991: 62).
Menurut Caputo juga menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja,
baik rekan kerja dalam satu bagian maupun rekan kerja di bagian lain,
5
menyebabkan kerjasama juga dapat terjalin dengan baik. Hubungan dan
kerjasama yang baik akan mencegah timbulnya stres kerja bagi staf perpustakaan
(Caputo, 1991: 48).
Faktor-faktor yang dapat menjadi sumber stres di lingkungan perpustakaan
sebagai berikut: rendahnya kepuasan kerja, tuntutan kerja tinggi dengan tingkat
pengawasan rendah, beban kerja lebih atau kurang yang diukur dari alokasi waktu
yang diberikan, tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, karakteristik
pekerjaan (perubahan dalam bidang teknologi), manajemen organisasi yang
buruk, serta tidak adanya umpan balik yang positif.
Dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menimbulkan stres kerja adalah
(1) lingkungan, (2) organisasi, seperti interaksi dengan atasan dan rekan kerja,
pemberian tugas, dan (3) individual, seperti masalah keluarga, kondisi kesehatan
yang tidak baik. Pembagian stres ini sangat umum dan kompleks. Oleh karena itu
akan sulit bagi kita untuk memisahkan stres di dalam lingkungan pekerjaan
dengan stres di luar lingkungan pekerjaan (Anoraga, 2006: 117).
Faktor organisasional merupakan faktor yang berada dalam lingkungan
organisasi/perpustakaan yang dapat mempengaruhi tingkat stres karyawan. Yang
termasuk dalam faktor-faktor organisasional adalah komponen pekerjaan, sistem
penggajian; promosi; pengakuan (recognition), kondisi lingkungan kerja;
supervisi, rekan kerja dan bawahan, dan kebijakan perpustakaan.
Masih belum banyaknya penelitian mengenai tingkat stres di kalangan staf
perpustakaan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik
untuk mengangkat masalah tentang stres di kalangan staf perpustakaan dan untuk
6
mengetahui stres kerja pada staf perpustakaan yang dituangkan dalam judul
penelitian“Stres di Kalangan Staf perpustakaan: Studi Kasus di
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penelitian ini mengambil data tentang stres kerja pada staf perpustakaan.
Hal ini mengingat dalam situasi sehari-hari pun stres kerja tidak dapat dihindari
oleh kelompok staf perpustakaan, karena mereka harus bekerja dan melakukan
berbagai kegiatan, dari yang bersifat motorik hingga kognitif maupun kombinasi
antara keduanya.
Terkait dengan hal tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang berbagai pekerjaan yang dapat menimbulkan stres dalam kerja. Penulis
berupaya untuk menjajaki pekerjaaan staf perpustakaan dan pengaruhnya terhadap
stres yang mereka alami. Dalam hal ini penulis akan membatasi penelitian. Dalam
hal ini penulis akan membatasi permasalahan yang dapat menimbulkan stres kerja,
meliputi: bidang pekerjaan yang tidak sesuai atau tidak dikuasai, suasana kerja :
tempat, fasilitas pendukung dan hubungan dengan rekan kerja lainnya, serta gaji
dan tunjangan yang rendah.
Terkait dengan pembatasan masalah tersebut, maka permasalahan yang
akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah staf perpustakaan mengalami gejala stres kerja?
2. Faktor apa saja yang dianggap menjadi sumber stres oleh staf
perpustakaan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur?
1. Memberikan manfaat bagi
Administrasi
Jakarta Timur
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah staf perustakaan mengalami gejala stres kerja.
2. Untuk mengetahui yang dianggap menjadi sumber stres oleh staf
perpustakaan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
sebagai berikut:
pimpinan di Perpustakaan dan Arsip Kota
untuk dapat melakukan antisipasi sehingga
dampak negatif dari kondisi yang menimbulkan stres kerja dapat ditekan.
2. Memberikan informasi bagi semua pihak sebagai penambah bahan acuan dan
bahan perbandingan di masa yang akan datang.
3. Bagi peneliti sendiri dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam hal
karya tulis, dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah, dapat
meningkatkan kemampuan sebagai seorang sarjana jurusan ilmu perpustakaan,
dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan hubungan
interpersonal peneliti.
8
E. Metode Penelitian
Dalam hal metode penelitian ini penulis akan mengemukakan hal-hal yang
meliputi: tipe penelitian, pendekatan penelitian, populasi dan sampel, metode
pengumpulan data, dan teknik pengumpulan data.
1. Tipe Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian deskripif analisis yaitu penelitian yang
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai stres yang dialami oleh para staf
perpustakaan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur.
Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu (Koentjaraningrat, 1993:
29).
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, berusaha memahami
gejala tingkah laku manusia menurut penghayatan atau melalui sudut pandang
subyek penelitian. Dengan pendekatan ini dapat diperoleh keuntungan yaitu dapat
memahami gejala sebagaimana subyek mengalaminya, sehingga dapat diperoleh
gambaran yang sesuai dengan subyek, serta mendapatkan uraian yang mendalam
yang berhubungan dengan topik yang diteliti.
9
3. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan kumpulan semua satuan penelitian yang ingin diteliti.
Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah 30 orang, yang ditetapkan 15 orang staf perpustakaan.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan
kebenarannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri
keberadaan populasi yang sebenarnya (Sugioto, 2001: 2). Teknik yang digunakan
dalam pengambilan sampel menggunakan teknik Stratified Random Sampling
sampel ini digunakan apabila populasi menunjukkan sifat berstrata setiap unit
strata harus diketahui secara pasti jumlah anggotanya (Burhan, 2008: 112).
Masing-masing bagian/ unit kerja responden yang akan diwawancara adalah
bagian pengadaan 5 (lima) orang, bagian pengolahan 5 (lima) orang, dan bagian
pelayanan 5 (lima) orang di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta
Timur.
4. Metode Pengumpulan Data.
Metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan data atau informasi
dalam penelitian ini adalah:
a. Riset Kepustakaan (Library Research)
Dalam penelitian riset kepustakaan ini dengan mempergunakan dan
mempelajari buku-buku, literatur-literatur, artikel-artikel bermaksud untuk
mendapatkan gambaran tentang topik ini.
10
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini bermaksud untuk mendapatkan data-data secara
langsung dari objek penelitian seperti. Adapun teknik pengambilan data
dalam hal ini adalah melalui:
1. Interview, dilakukan dengan setiap staf perpustakaan setempat
sebagai upaya untuk memperoleh informasi yang lebih dalam
tentang stes kerja staf perpustakaan di Perpustakaan dan Arsip
Kota Administrasi Jakarta Timur.
2. Observasi. “…Observasi adalah pengamatan dan peninjauan secara
cermat…”(Depdikbud, 1988: 623), jadi penulis terjun langsung ke
lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam (in
depth interview), metode ini dipilih karena dapat menggali lebih dalam hal-hal
yang ingin diketahui sehubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak stuktur.
Wawancara tidak struktur merupakan pendekatan yang optimal guna memperoleh
data bila subyek sulit mengekspresikan diri. Bila itu terjadi, maka pewawancara
dapat memodifikasi pertanyaan yang diajukan. Dengan wawancara tidak stuktur
dimungkinkan data yang lebih mendalam probing yaitu pertanyaan tambahan
untuk mengurangi respon-respon yang tidak jelas, agar dapat diperoleh jawaban
yang lebih khusus dan tepat (Meleong, 2007: 190).
11
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini secara sistematis maka
penulis membagi menjadi kedalam lima (5) bab, sebagai berikut:
Bab I. PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang: Latar Belakang,
Pembahasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
Bab II. TINJAUAN LITERATUR
Pada bab ini membahas tentang: Pengertian Perpustakaan Umum,
Pengertian Stres, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres, Pengertian
Stres Kerja, Sumber Stres Kerja, Sumber Stres Kerja di Perpustakaan.
Bab III. PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA AMINISTRASI JAKTIM
Pada bab ini akan membahas tentang: Sejarah Singkat, Visi dan Misi,
Sumber Daya Manusia, Tugas dan Fungsi di Perpustakaan dan Arsip
Kota Administrasi Jakarta Timur.
12
Bab IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Bab ini merupakan hasil penelitian yang berisi tentang, Gejala Stres
Kerja dan Sumber Stres Kerja yang dialami staf perpuskaan di
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur.
Bab V. PENUTUP
Bab ini berisi tentang: Kesimpulan dan Saran yang diberikan untuk
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur mengenai
gejala stres kerja dan sumber stres kerja dikalangan staf perpustakaan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Pengertian Perpustakaan Umum
Perpustakaan Umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku,
bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum.
Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yag diadakan untuk dan oleh
masyarakat. Setiap warga dapat mempergunakan perpustakaan tanpa dibedakan
pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Perpustakaan umum dapat
menjadi suatu tempat pendidikan yang terbuka untuk siapa saja. Dalam tujuannya
ini, perpustakaan umum hendaknya bekerja sama dengan lembaga-lembaga
pendidikan, kebudayaan dan sosial yang berada di daerahnya (Pamungkas,
2003:3).
Definisi Perpustakaan Umum menurut Guidelines for Public Library
adalah perpustakaan yang didirikan dan dibiayai oleh pemerintah lokal atau
pemerintah pusat atau orang lain yang diberi kuasa untuk menjalankannya, tanpa
adanya bias atau diskriminasi bagi orang yang menggunakannya. Sedangkan,
menurut Manifesto UNESCO, perpustakaan umum adalah suatu lembaga yang
demokratis bagi keperluan pendidikan, kebudayaan dan informasi (Hadisewoyo,
1985: 11). Menurut Undang-Undang Perpuskaan Nomor 43 Tahun 2007 tentang
perpustakaan umum adalah perpustakaan yang yang diperuntukkan bagi
masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan
umur jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial ekonomi
13
14
Dalam kenyataannya perpustakaan umum mempunyai berbagai tingkatan
dan jenis perpustakaan, meliputi (Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum,
1992: 15) :
1. Perpustakaan tingkat kabupaten / kotamadya.
2. Perpustakaan tingkat kecamatan.
3. Perpustakaan desa.
4. Perpustakaan masjid dan perpustakaan gereja.
5. Perpustakaan keliling.
6. Perpustakaan contoh.
B. Pengertian Stres
Sebagai makhluk sosial manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia
lain maupun dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi yang dilakukan tersebut
sedikit banyak memunculkan tuntutan terhadap diri individu. Lazarus
menyatakan, tuntutan yang dihadapi seseorang dapat bersifat internal dan
eksternal (Lazarus 1976: 161). Tuntutan yang bersifat internal di antaranya
kebutuhan biologis berupa makanan dan minuman. Sedangkan tuntutan yang
bersifat eksternal muncul dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial individu,
seperti peraturan dan tata tertib serta norma yang harus dipatuhi. Kegagalan
individu dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan, baik tuntutan internal maupun
eksternal akan membuat mereka berada dalam situasi yang menekan emosi, yang
umumnya dikenal sebagai stres.
15
Secara umum stres dapat diartikan sebagai reaksi atas tekanan yang
muncul dari lingkungan. Reaksi tersebut merupakan upaya manusia dalam
menyesuaikan diri antara tuntutan lingkungan dan kemampuan yang dimiliki
untuk memenuhi tuntutan tersebut. Beberapa definisi stres akan dikemukakan
berikut ini :
“Stress refers to an unpleasant subjective state accompanied by high level of arousal”.(Greenberg dan Baron, 1993: 224)
“Stress is the process of appraising events as threatening, challenging or
harmful, and responding to such events on a physiological, emotional,
cognitive, or behavioral level. The triggering events may be negative in
nature, or they may be positive”. (Feldman, 1989 : 189)
“An internal state which can be caused by physical demands on the body
(disease conditions, exercise,
extremes of temperature, and the like) or by environmental and social
situations which are evaluated as potentially
harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping (Morgan &
King, 1986: 321).
Stres merupakan kondisi psikologis yang tidak menyenangkan, ditandai
dengan perasaan negatif dalam diri individu, seperti merasa terancam, tertekan,
dan kesal. Kondisi ini dapat timbul setelah individu mengalami peristiwa di
tempat kerja yang menuntut reaksi penyesuaian diri. Peristiwa di sini
mengimplikasikan tuntutan lingkungan yang dapat bersifat memberi kesempatan
atau menantang kemampuan individu, mengancam, bahkan membahayakan
dirinya karena merasa terbebani oleh tuntutan lingkungan pekerjaan.
Lazarus menyatakan bahwa stres adalah :
Stress occurs when three are demands on the person wich tax or exceed
his adjustive resources (Lazarus, 1976: 47).
16
Lebih jauh Lazarus menyatakan bahwa stres merupakan fenomena yang
terjadi saat individu menghadapi tuntutan atau situasi yang menekan dan melebihi
kapasitas penyesuaian dirinya dan berpengaruh perilaku individu.
Selanjutnya, Lazarus, et al mengutip pendapat Kaplan (1993: 105) bahwa stres
muncul sebagai akibat dari hubungan timbal balik antara individu dengan
lingkungannya dan individu tersebut memandangan hubungan tersebut melebihi
kemampuan penyesuaian diri, sehingga membahayakan kesejahteraan dirinya.
Stres is a particular relationship between the person and the environment
that is appraised by the person as taxing, exceeding his or her resources and
endangering his or her well-being.
Dapat disimpulkan bahwa stres merupakan tekanan yang dihadapi individu,
sebagai akibat adanya tuntutan yang melebihi kapasitas penyesuaian diri individu
dan dipandang sebagai ancaman yang membutuhkan respon penyesuaian dari
individu yang bersangkutan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres
Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu, biasanya staf
mengalami stres. Menurut Robbins (2001: 565-567) ada tiga sumber utama yang
dapat menyebabkan timbulnya stres yaitu :
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan
pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap orang
tersebut.
17
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress yaitu
ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya
penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman
terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu
cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang
dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat
terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya
teknologi yang digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan
stres yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan
organizational leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seseorang untuk memberikan hasil akhir
yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b. Interpesonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh staf lainnya dalam
organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara staf satu dengan staf
18
lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga
pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan
kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara
staf yang satu dengan staf lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan
tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan
atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam
organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan Group (Robbins,
2001: 316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan
atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan
karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau
menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam
mengukur tingginya tingkat stres. Pengertian dari tingkat stres itu sendiri adalah
muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul
yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-
batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan
19
keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi
penting (Robbins, 2001: 563).
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan.
Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat
pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam
pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana
seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan
keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan
stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut.
Sehingga untuk itu, gejala stres yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur
dengan benar dalam kepribadian seseorang
D. Pengertian Stres Kerja
Setiap hari dalam bekerja, seseorang mungkin melakukan pekerjaan yang
penuh keteganggan, menuntut konsentrasi tinggi, berinteraksi dengan atasan dan
bawahan, bermasalah dengan rekan kerja, bermasalah dengan gaji, dan
sebagainya. Semua itu dapat menimbulkan stres. Setiap individu mungkin pernah
mengalami stres sehubungan dengan pekerjaannya. Setelah peristiwa itu berlalu,
individu yang bersangkutan mungkin melupakannya, tetapi ada juga yang
20
terpengaruh oleh peristiwa tersebut, baik persepsinya terhadap pekerjaan maupun
kesehatan mentalnya.
Kondisi pekerjaan yang menimbulkan pengalaman-pengalaman negatif
yang berlangsung lebih lama, dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis
yang lebih berat. Walaupun demikian, kondisi-kondisi pekerjaan tadi belum tentu
akan menakibatkan ketegangan emosional (stres) pada setiap individu, karena
muncul atau tidaknya ketegangan tersebut ditentukan oleh bagaimana individu
yang bersangkutan menilai dn menganalis kondisi pekerjaan itu. Bila tuntutan
pekerjaan tersebut dinilai atau dikenalinya sebagai hal yang menimbulkan stres.
Seseorang mungkin melakukan pekerjaan yang penuh ketegangan,
menuntut konsentarasi tinggi, berinteraksi dengan atasan dan bawahan,
bermasalah dengan rekan kerja, bermasalah dengan gaji, dan sebagainya. Semua
itu dapat menimbulkan stres.
Stres kerja adalah stres yang dialami seseorang ditempat kerja, atau
dengan kata lain, stres kerja adalah suatu kondisi dimana satu atau beberapa faktor
di tempat kerja berinteraksi dengan pekerja sedemikian rupa sehingga menggagu
keseimbangan fisiologik dan psikologik (Anoraga, 2006 : 112).
Stres yang muncul di lingkungan pekerjaan disebut sebagai stres kerja.
Beberapa pandangan mengenai stres kerja di bawah ini lebih menekan pada
persepsi individu yang memiliki dampak yang cukup penting bagi keseimbangan
dalam kehidupan kerja.
“Work stress is a dynamic condition in which an individual is confronted
with an opportunity, constraint, or demand related to what he or she
desires and for which the outcome is perceived to both uncertain and
important.” (Robbins, 1993 : 661)
21
“...both to employee’s strain or reactions to the work environment and to
job stress or elements of the environment itself”. (Beehr et al.,1992 : 623)
Berdasarkan definisi di atas, stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau
stres kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis,
dan perilaku. Seperti yang telah diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan
berpotensi sebagai stres kerja. Stres kerja merupakan segala kondisi pekerjaan
yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres
kerja.
Stres kerja merupakan keseluruhan faktor dari lingkungan pekerjaan yang
menuntut reaksi penyesuaian diri, berpotensi menimbulkan tekanan dan
mempengaruhi keseimbangan hidup individu. Faktor-faktor dalam lingkungan
pekerjaan mencakup faktor manusia dan lingkungan. Kedua faktor ini berpotensi
menjadi stres kerja karena individu dapat memandangnya sebagai tantangan atau
ancaman dalam menghadapi situasi yang melibatkan kedua faktor tersebut.
Adapun yang membuat individu merasa tertantang atau terancam adalah ia
memiliki harapan untuk berhasil di lingkungannya.
Sementara itu faktor-faktor dalam lingkungan pekerjaan bisa berupa
tuntutan atasan, tekanan atasan, beban kerja, kondisi ruang kerja dan sebagainya,
seperti :
a. Pengalaman kerja
Semakin lama pengalaman kerja seseorang, semakin besar
kemungkinannya untuk tidak mengalami stres kerja. Hal ini dikarenakan
22
karyawan tersebut memiliki kemampuan yang semakin memadai untuk
mengatasi stres yang dialaminya.
b. Usia karyawan
Semakin tua usia karyawan, semakin baik caranya dalam
mengatasi stres kerjanya. Hal ini disebabkan pengalaman-pengalamannya
dalam menghadapi situasi di tempat kerja yang penuh stres. Sementara itu
semakin muda karyawan, karyawan semakin cenderung kurang dapat
mengatasinya secara efektif karena masih membutuhkan banyak waktu
untuk beradaptasi dengan lingkungan pekerjaannya.
E. Sumber Stres kerja
Hampir semua di lingkungan kerja dapat menimbulkan stres. Situasi dan
kondisi di lingkungan kerja yang menimbulkan stres merupakan sumber stres
kerja atau penyebab stres kerja (Handoko, 1988: 198)
Sumber stres kerja yang dialami berpotensi untuk menimbulkan stres kerja
yang berat. Dapat disimpulkan bahwa stres kerja sebagai berikut :
1. Beban kerja
Beban kerja disini diartikan sebagai beban psikis yang dialami individu
saat menjalani tugasnya. Setiap pekerjaan terdiri dari sekelompok tugas dan
aktivitas tertentu dan spesifik agar dilaksanakan oleh karyawan yang
bersangkutan. Hal-hal yang menyangkut beban kerja karyawan dapat memicu
timbulnya stres kerja, yaitu:
23
a. Rutinitas tugas
Pekerjaan yang banyak membutuhkan berbagai keterampilan dan
keahlian pengetahuan terapan dapat menimbulkan tantangan. Namun bila
tugas-tugas tersebut telah menjadi rutinitas sehari-hari, kondisi ini dapat
memicu kejenuhan karyawan. Hal ini disebabkan ketidakmampuan
individu untuk mempertahankan kinerja yang optimal secara kontinyu
dalam kondisi yang kurang memberikan tantangan. Akibatnya karyawan
akan mengalami stres kerja. Beberapa bentuk pekerjaan yang rentan
terhadap stres ini diantaranya adalah pekerjaan di bagian pengolahan,
pengarsipan, pengatalogan dan tugas-tugas perpustakaan lainnya.
b. Rentang batas aktivitas
Terkadang suatu pekerjaan menuntut karyawan di suatu bagian untuk
bekerja di bagian lain, bahkan bagian di wilayah organisasi yang berbeda.
Misalnya pada awalnya bekerja di bagian pengolahan, pada waktu tertentu
harus pindah ke bagian sirkulasi atau bagian referens. Dalam keadaan
seperti ini karyawan akan dihadapkan pada perubahan situasi, informasi
maupun perubahan pada sikap dan perilaku kerja individu lain.
c. Pekerjaan yang kurang memberikan rasa aman
Stres ini biasanya terjadi dalam kondisi ekonomi lingkungan yang
kurang sehat. Karyawan akan senantiasa diliputi perasaan was-was karena
merasa tidak yakin akan kesejahteraan kerjanya untuk jangka panjang,
seperti kekhawatiran akan terkena pemutusan hubungan kerja, pemotongan
24
gaji, dan sebagainya. Di sisi lain kondisi ini dapat meningkatkan
kompetensi untuk menampilkan kinerja yang lebih baik.
2. Peran Kerja
Dalam kehidupan sosial biasanya memegang lebih dari satu peran.
Dalam kenyataan sehari-hari, tuntutan antara satu peran dengan peran lain
sering memiliki kepentingan yang saling bertentangan. Bentuk
ketidakmampuan mengisi peran itu antara lain diwujudkan dalam hal
ketidakpahaman tentang apa yang harus dilakukan, tingkah laku yang
berlebihan dalam menjalankan peran (overact, merangkap tugas yang
seharusnya diperani orang lain), atau menghindari suatu jenis peran dan lebih
menjalankan peran lainnya yang dianggap kurang menguntungkan organisasi
perpustakaan.
Dalam menjalankan tugas, tidak terlepas dari hubungan dengan sesama
rekan, atasan, bawahan, pemakai perpustakaan itu sendiri. Sedangkan
ketidakcukupan informasi yang dimiliki untuk dapat melaksanakan tugasnya,
atau tidak merealisasi harapan-harapan yang berkaitan dengan peran kerja
tertentu, maka ia mengalami ketidakjelasan peran.
Menurut (Haber dan Runyon, 1984: 157) terdapat dua macam stres, yaitu
konflik peran dan ketidakjelasan peran (role ambiguity). Hal ini akan
dijelaskan sebagai berikut :
25
a. Konflik peran
Konflik peran merupakan suatu kondisi dimana lingkungan
dipersepsikan terlalu banyak menuntut kemampuan untuk dapat
menjalankan perannya dengan baik. Akibatnya, ia mengalami kesulitan
atau merasa tidak mungkin untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang
terkandung dalam setiap perannya.
b. Ketidakjelasan peran (role ambiguity)
Ketidakjelasan peran dapat terjadi bila dalam lingkungan kerjanya
kurang mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkah laku yang
diharapkan dari peran yang sedang dijalankannya. Akibatnya, ia merasa
ragu-ragu dalam mengisi perannya dan diliputi perasaan tidak pasti tentang
konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya. Hal ini dapat dialami
karyawan yang memiliki atasan, dimana faktor komunikasi, seperti
informasi yang kurang akurat atau kemampuan pemahaman atas informasi
yang terbatas dalam menyelesaikan pekerjaan.
3. Kurangnya Dukungan Sosial
Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dari gejala-gejala
ketidakpercayaan atasan terhadap bawahan, ketidakpedulian atasan terhadap
kinerja bawahan, dan ketidakpekaan sosial antar rekan kerja. Hal ini juga ditandai
dengan kurangnya dukungan kerja saat menghadapi situasi yang sulit dan
menekan, seperti rekan kerja, atasan bersikap acuh tak acuh terhadap perasaan.
Faktor kepemimpinan dalam organisasi yang lebih terpusat pada satu pimpinan
26
akan lebih banyak memberikan tekanan kerja yang dapat memicu timbulnya stres
kerja. Dalam lingkungan kerja, stres tersebut meliputi:
a. Ketidaksesuaian status
Stres ini disebabkan ketidaksesuaian harapan individu terhadap statusnya
dengan kenyataan yang diperoleh dari statusnya tersebut. Misalnya yang merasa
dapat bekerja secara profesional dan ditempatkan pada posisi jabatan yang cukup
tinggi, ternyata dalam pekerjaannya status tersebut dirasa kurang, namun lebih
merasakan sebagai pekerja tingkat bawah saja.
b. Tekanan
Merupakan pengalaman-pengalaman yang menekan, dapat muncul dari
dalam atau luar diri individu, atau kombinasi keduanya. Tekanan dapat membuat
individu memacu diri dan melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Tetapi jika berlebihan, tekanan ini dapat membuat individu merasa
tidak berdaya.
c. Gaya kepemimpinan
Atasan yang kurang mendukung atau kurang memiliki pengawasan yang
baik dapat menimbulkan stres bagi karyawan di tingkat bawahannya. Kondisi
yang dapat menyebabkan stres adalah kualitas pengawasan yang kurang memadai,
konflik dengan atasan, sikap atasan yang cenderung agresif.
Membagi sumber stres kerja dalam 2 (dua) kategori, yaitu (Fontana, 1989: 28) :
1. Sumber stres kerja secara umum, meliputi masalah pengambilan
keputusan yang lama, kurangnya dukungan (back-up) dari rekan
kerja, jam kerja yang panjang, gaji dan promosi yang buruk,
27
banyaknya prosedur dan kebiasaan yang tidak perlu, dan adanya
perubahan.
2. Sumber stres kerja secara khusus, meliputi spesifikasi peran yang
tidak jelas, konflik peran, perfeksionis, hubungan dengan atasan
yang buruk, terlalu banyak pekerjaan, kurangnya variasi dalam
bekerja, kurangnya komunikasi, kepemimpinan yang buruk, dan
konflik dengan rekan kerja
F. Gejala Stres Kerja
Cary Cooper dan Alison Straw (1995:8-15) mengemukakan gejala stres
dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu nafas memburuk, mulut dan kerongkongan kering, tangan
lembab, terasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit,
letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham,
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,
kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat
keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan
hilangnya minat terhadap orang lain.
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermas yang
berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi
rawan.
28
Gejala stres di tempat kerja, yaitu meliputi:
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancar
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
Gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air
besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kulit gatal-gatal,
punggung
terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat
berlebihan,
berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung,
kehilangan
energi.
2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif,
gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah
menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah
bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
29
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi
satu pikiran saja.
4. Interpersonal, yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada
orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang
mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup
diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain (Handoyo,
2001: 68).
Dari beberapa uraian diatas, menyimpulkan bahwa gejala stres merupakan
suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi
seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan
penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang
terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai
macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
G. Sumber Stres Kerja di Perpustakaan
Pada masyarakat umum terdapat konsep atau pandangan yang
menganggap pekerjaan seorang staf perpustakaan adalah pekerjaan yang santai
serta tidak rentan terhadap stres. Padahal bagi orang yang berada atau bekerja di
luar lingkungan perpustakaan, hal ini mungkin agak mengejutkan. Karena
pekerjaan staf perpustakaan populer dipandang sebagai suatu yang
menyenangkan, sangat ringan, tidak rentan terhadap stres, bekerja di dalam
30
kumpulan buku-buku yang tenang, dengan rutinitas yang santai (Nauratil,
1989:1).
Menurut Smith staf perpustakaan secara alamiah dan dari pendidikan yang
diperolehnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pemakai. Adanya tuntutan
untuk selalu memenuhi kebutuhan pemakai. Adanya tuntutan untuk selalu
memenuhi kebutuhan pemakai, frekuensi dari tuntutan-tuntuan tersebut dan
keterbatasan sumber-sumber yang tersedia sering menjadi penyebab timbulnya
stres bagi staf perpustakaan (Smith, 1983:14).
Schneider menguraikan faktor-faktor yang diidentifikasikan sebagai
sumber-sumber stres bagi staf perpustakaan yaitu kurangnya otonomi, kurangnya
kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, kurangnya umpan
balik yang positif, peran yang tidak jelas, tugas-tugas yang membosankan dan
berulang-ulang. Schneider memberi contoh staf bagian teknis dapat mengalami
stres yang disebabkan oleh ruang kerja yang penuh dan kacau oleh peralatan kerja,
bahan pustaka yang belum diolah, komputer, dan lain-lain. Staf bagian pelayanan
juga dapat mengalami stres karena dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tekanan
untuk selalu bersikap ramah, vandalisme, adanya interupsi, dan adanya ganguan
dari masyarakat umum. Schneider juga menambahkan bahwa kondisi yang
menekan (stresfull) ini dapat timbul apabila tuntutan untuk penyediaan jasa
informasi meningkat, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan dana (Schneider,
1991: 388).
31
Sumber stres kerja di lingkungan perpustakaan dikelompokkan dalam 5
(lima) aspek meliputi :
1. Dasar atau isi dari pekerjaan meliputi :
a. Beban kerja yang berlebihan
Beban kerja yang berlebihan secara kuantitatif artinya staf
perpustakaan merasa terlalu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan,
hal ini dapat terjadi karena terbatasnya dana dan jumlah staff yang
tidak memadai. Secara kualitatif berarti staf perpustakaan harus
mengerjakan tugas yang sulit yang tidak sesuai dengan pengetahuan
dan keterampilan yang mereka miliki. Semuanya ini dapat
menimbulkan stres bagi staf perpustakaan.
b. Beban kerja yang rendah
Beban kerja yang terlalu rendah juga dapat menjadi sumber stres bagi
staf perpustakaan. Beberapa tugas di perpustakaan bersifat repetitif,
tidak menantang, monoton, membosankan, kurang variasi, kurang
adanya tuntutan, kurang menuntut kreativitas dan kurang menuntut
pemecahan masalah (Bunge, 1989: 94). Contohnya pada staf
perpustakaan rujukan yang mengalami stres dengan banyaknya
pertanyaan yang bersifat rutin dan sepele.
c. Pekerjaan yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu
Mengerjakan tugas di bawah tekanan waktu dapat menjadi sumber
stres kerja bagi staf perpustakaan (Stevenson, 1987: 644).
32
2. Peran di dalam organisasi meliputi :
a. Peran yang tidak jelas (role ambiguity)
Staf perpustakaan merasa bahwa peran mereka tidak
dinyatakan dengan jelas, sehingga sering menimbulkan konflik. Bunge
memberi contoh pada staf perpustakaan rujukan sering megalami
situasi dimana pemakai menggap staf perpustakaan mengetahui segala
hal dan harus dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukkan,
sementara sumber dan sarana yang tersedia terbata dan tidak ada
panduan kebijakan yang jelas (Bunge, 1989: 94)
b. Tidak adanya dukungan terhadap ide/gagasan :
Seorang staf perpustakaan akan merasa dihargai bila ide atau
pendapatnya untuk memperbaiki efisiensi kerja diterima atau
diperhatikan. Sebaliknya, seorang staf perpustakaan yang idenya tidak
pernah diterima atau tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan
akan merasa tidak dihargai dan dapat mengalami stres.
3. Hubungan interpersonal, meliputi :
a. Hubungan dengan atasan, bawahan atau rekan kerja
Dalam bekerja staf perpustakaan harus selalu berinteraksi dengan
atasan, bawahan atau rekan kerja. Hubungan dan komunikasi yang
buruk dengan atasan, bawahan atau rekan kerja merupakan penyebab
stres yang potensial bagi staf perpustakaan. Adanya konflik dengan
atasan atau rekan kerja juga dapat menimbulkan stres (Fontana, 1989:
28)
33
b. Hubungan dengan pemakai perpustakaan
Hubungan dengan pemakai perpustakaan merupakan sumber stres
utama bagi staf perpustakaan bagian pelayanan (Bunge, 1989: 94).
Pemakai yang bersikap kasar, melakukan perusakan atau pencurian
bahan pustaka dapat menimbulkan stres bagi staf perpustakaan.
c. Hubungan dengan masyarakat di luar lingkungan perpustakaan
Kurangnya penghargaan dan pengakuan terhadap peran dan nilai
perpustakaan oleh masyarakat di luar perpustakaan dapat
menyebabkan stres pada staf perpustakaan. Walaupun tingkat intelijen
yang tinggi sering diasosiasikan dengan citra staf perpustakaan, namun
jarang sekali adanya penghargaan dan pengakuan dari masyarakat
umum tentang pentingnya tugas seorang staf perpustakaan (Caputo,
1991 : 62).
4. Kebijaksanaan mengenai kesejahteraan dan pengembangan staf, meliputi :
a. Jumlah penghasilan (gaji)
Jumlah penghasilan yang tidak memadai dapat menimbulkan stres bagi
staf perpustakaan.
b. Pengembangan staf
Sumber stres ini mencakup tidak adanya kesempatan untuk
mendapatkan promosi dan tidak adanya kesempatan untuk mengikuti
seminar atau pendidikan. Stres dapat timbul bila staf perpustakaan
gagal memperoleh promosi, dalam hal ini aspirasi pribadi dan aspirasi
karir karyawan tidak terpuaskan dan dapat menimbulkan frustasi. Stres
34
juga dapat timbul bila staf tidak diberi kesempatan untuk mengikuti
seminar atau pendidikan.
5. Kondisi fisik lingkungan kerja
Kondisi lingkungan kerja yang buruk dapat menjadi penyebab stres
kerja, seperti ruang kerja yang sempit, peralatan kerja, penerangan yang
tidak memadai, terlalu panas atau dingin, kebisingan dan sebagainya.
Sedangkan ruangan untuk staf perpustakaan biasanya kurang nyaman.
Ruang kerja di lingkungan perpustakaan cenderung memiliki penampilan
yang kacau dan sempit, sehingga dapat menimbulkan stres bagi staf yang
bekerja diruangan tersebut (Bunge, 1989: 94). Schneider menyatakan
bahwa rungan kerja yang penuh oleh peralatan kerja, bahan pustaka yang
belum diolah, komputer dan lain sebagainya dapat menjadi sumber stres
bagi staf perpustakaan (Schneider, 1991: 388)
BAB III PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA ADMINISTRASI JAKARTA
TIMUR
A. Sejarah Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur
Pada tahun 1950 Kegiatan perpustakaan pemerintah daerah khusus Ibu
Kota Jakarta sudah dimulai masih berbentuk Kotapradja Djakarta Raja tahun
1950. Tahun 1961 setelah Kotapradja Djakarta Raja ditingkatkan statusnya
menjadi Daerah Tingkat I daerah khusus Ibu Kota Jakarta, namanya menjadi
“Perpustakaan Balai Kota”.
Tahun 1972 perpustakaan merupakan salah satu bagian pada Organisasi
dan Ketatalaksanaan. Tahun 1978 menjadi satu lembaga Perpustakaan Umum
yang menangani jenis-jenis Perpustakaan Umum di lingkungan pemerintah DKI
Jakarta. Seperti Perpustakaan Umum Gelanggang Mahasiswa Soemantri
Brodjonegoro dan Perpustakaan Umum di 5 (lima) wilayah Kotamadya DKI
Jakarta.
Tahun 1981 Perpustakaan bernaung dibawah biro bina mental spiritual
dengan status non stuktural. Tahun 1989 Perpustakaan Umum 5 (lima) wilayah
Kotamadya DKI Jakarta dialihkan pengelolaannya kepada Dinas Pendidikan dan
Pengajaran DKI Jakarta sebagai Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).
Sedangkan Perpustakaan Umum Soemantri Broadjonegoro masih tetap dikelola
Biro Bina Mental Spritual DKI Jakarta.
35
36
Tahun 1992 Gubernur DKI Jakarta mengirim surat kepada menteri dalam
negeri agar dilingkungan Sekwilda DKI Jakarta di bentuk satu wadah organisasi
yang menangani semua jenis perpustakaan dan rekomendasi dari Kepala
Perpustakaan Nasional. Tahun 1993 di bentuk Perpustakaan Umum Pemerintah
Daerah Pemda DKI Jakarta dengan Perda No.8 tahun 1993.
Tahun 2001 Perda No.3 tahun 2001 dan SK Gubernur DKI Jakarta No.109
tahun 2001 Kantor Perpustakaan Umum daerah DKI. Tahun 2008-sekarang
berdasarkan Perda No.10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah
disusun sesuai kebutuhan kinerja organisasi dalam meningkatkan mutu pelayanan,
khususnya mewujudkan layanan prima di bidang perpustakaan dan kearsipan.
Sejak saat itu berubah menjadi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
Jakarta Timur sebagai tempat layanan pengelola dan pelestarian bahan tercetak
dan terekam dapat menyajikannya sebagai sumber informasi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan kreatifitas dan kesejahteraan. Yang
sekarang terletak di Jalan Jatinegara Timur IV Komplek Pendidikan Rawa Bunga
Jakarta Timur.
37
B. Visi dan Misi
1. Visi
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV termasuk tujuan
Nasional yaitu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Oleh karena itu, seiring dengan tujuan nasional yang salah satunya adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka Visi Perpustakaan Umum Kotamadya
Jakarta Timur adalah mewujudkan perpusatakaan yang modern dan representatif
sebagai sarana layanan informasi, edukasi, penelitian, rekreasi dan preservasi
untuk menunjang pengembangan budaya bangsa dan membudayakan minat baca
dalam upaya penguasaan IPTEK dan IMTAQ (Sutarno, 2003: 8).
2. Misi
a. Penyediaan, pengolahan dan perawatan koleksi perpustakaan (tercetak dan
terekam) dan sumber-sumber informasi lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
b. Penyiapan berbagai bentuk dan jenis layanan serta semua sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk dapat meningkatkan minat baca dan
pemanfaatan koleksi perpustakaan umum serta sumber-sumber informasi
yang disediakan.
38
c. Peningkatan profesi tenaga pengelola agar perpustakaan dapat berperan
dalam mencerdaskan masyarakat, menambah wawasan pengetahuan dan
meningkatkan mutu sumber daya manusia.
d. Mewujudkan sistem layanan dan pengelolaan perpustakaan dengan
dukungan mutakhir.
e. Pelayanan bagi setiap anggota masyarakat yang membutuhkan jasa
perpustakaan dengan baik dan memuaskan agar keberadaan perpustakaan
dapat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat ibukota negara.
f. Perjalinan hubungan kerjasama dengan perpustakaan lain dalam
pemasyarakatan, pendayagunaan koleksi, sarana dan prasarana serta
pelaksanaan layanan kepada masyarakat (Sutarno, 2003: 9).
C. Sumber Daya Manusia
1. Organisasi
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur, terdiri
dari :
a. Kepala Kantor
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Sub Bagian Pelayanan
d. Sub Bagian Pengembangan Koleksi
e. Sub Bidang Pembinaan
39
Struktur Organisasi
KEPALA KANTOR
Sub.Bagian
Tata Usaha Pelayanan Pengembangan Koleksi Pembinaan
Gambar 1
Struktur Organisasi
Adapun jenis tugas yang ada pada Subag dan Seksi adalah :
1. Subag Tata Usaha
a. Penyusunan rencana dan program
b. Pelaksanaan urusan kepegawaian
c. Pelaksanaan urusan keuangan
d. Pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan, perlengkapan
kerumah tanggaan.
2. Subag Pelayanan dan Pengembangan Koleksi
a. Mengumpulkan dan menginventarisasi berbagai jenis bahan
pustaka
b. Melaksanakan seleksi dan pengadaan bahan pustaka
c. Mengolah dan menyusun jenis bahan pustaka
40
3. Subag Bidang Pembinaan
a. Melakukan pencatatan anggota dan pengunjung perpustakaan
b. Melakukan layanan Audio Visual
c. Melakukan layanan bahan pustaka, koleksi khusus, rujukan dan
informasi.
2. Ketenagaan
Jumlah Pegawai yang ada terdiri dari 17 orang Pegawai Negeri dan 13
orang Pegawai Tidak Tetap.
D. Tugas dan Fungsi
1. Tugas
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perpustakaan dan arsip daerah pada
lingkup kota administrasi.
Program meningkatkan minat baca masyarakat, mengunjungi perpustakaan
yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan budaya, bahasa, sastra
Indonesia dan daerah guna membangun masyarakat berpengetahuan, berbudaya,
maju, modern dan mandiri.
Program utamanya adalah meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan
dan arsip. Dengan cara terencana, terarah dan berkesinambungan menambah
koleksi sehingga masyarakat merasa semakin membutuhkan layanan perpustakaan
dan arsip.
41
2. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi Jakarta Timur mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan Perpustakaan dan
Keasipan.
b. Pembinaan, pemantauan, pengendalian, pengevaluasian
pelaksanaan perpustakaan dan kearsipan.
c. Pengelolaan sistem informasi perpustakaan dan arsip.
d. Memfasilitasi pembinaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
Perpustakaan dan Perpustakaan Kecamatan.
e. Pelaksanaan jasa pelayanan perpustakaan.
f. Pelaksanaan pengelolaan bahan perpustakaan.
Perpustakaan dan arsip bukan hanya sekedar tempat belajar dan pelestarian
saja, tetapi juga sekaligus bisa berfungsi sebagai tempat rekreasi keluarga.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
Bab empat ini akan memaparkan dan menganalisa hasil penelitian. Pada
bab ini membicarakan tentang gejala-gejala stres kerja dan sumber-sumber stres
kerja.
A. Profil Responden
1. Latar Belakang Responden
Berdasarkan umurnya, sebagian besar responden 7 responden berusia
antara 31-40 tahun, selanjutnya berusia antara 20-30 tahun sebanyak 2 responden,
sisanya berusia antara 41-50 tahun 4 responden dan lebih dari 50 tahun masing-
masing 2 responden. Dilihat dari usia responden mayoritas berkisar diantara 31-40
tahun, dapat dikatakan bahwa staf perpustakaan di masing-masing bagian
pengadaan, pengolahan, dan pelayanan di Perpustakaan dan Arsip Kota
Administasi Jakarta Timur adalah diusia produktif.
Lama bekerja responden mayoritas di atas 5 tahun. Responden yang
memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun hanya 1 responden. Sedangkan sisanya
14 responden memiliki masa bekerja di atas 5 tahun. Masa kerja terlama diantara
responden tersebut adalah 26 tahun.Untuk lebih jelasnya latar belakang responden
dapat dilihat pada tabel 1.
42
43
Tabel 1 Latar belakang berdasarkan usia dan lama bekerja
Umur (tahun) Responden yang menyatakan
(N=15)
20-30 2
31-40 7
41-50 4
> 50 2
Lama bekerja (tahun)
< 5 1
> 5 14
2. Unit Kerja Responden
Unit kerja responden disajikan pada tabel 2, dapat dilihat responden
memiliki pekerjaan pada masing-masing bagian/unit mereka sendiri. Yaitu
Pengadaan 5 responden, pengolahan 5 responden dan peyanan 5 responden. Hal
ini sesuai dengan fungsi utama dari staf perpustakaan, yaitu memberikan jasa
yang baik dan ikut mencerdaskan terhadap masyarakat sebagai pemakai jasa
perpustakaan. Distribusi staf dilakukan sedemikian rupa dengan maksud untuk
membagi rata beban kerja di masing-masing bagian/unit. Hal ini diharapkan
menumbuhkan rasa keadilan para pekerja dilihat dari sisi pembagian tugas. Secara
periodik dilakukan rotasi staf perpustakaan dari satu bagian/unit ke bagian/unit
lainnya. Salah satu tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menghindari kejenuhan
kerja para pegawai.
Tabel 2
Unit kerja responden
Unit kerja Responden yang menyatakan
(N=15)
Pengadaan 5
Pengolahan 5
Pelayanan 5
44
3. Cita-Cita Responden
Cita-cita responden sebelum bekerja di perpustakaan disajikan pada tabel
3. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa semua responden dalam penelitian ini tidak ada
yang mempunyai cita-cita menjadi staf perpustakaan atau bekerja di perpustakaan.
Sebagian staf perpustakaan bekerja di perpustakaan tanpa latar belakang
pendidikan perpustakaan dan mempunyai pengetahuan yang minim mengenai
perpustakaan. Setelah bekerja di perpustakaan, atasan mengirim mereka untuk
mengikuti pendidikan bidang perpustakaan. Selain memberikan pelatihan bersifat
teknis para pegawai juga diberikan motivasi dari atasan mengenai tugas dan
fungsinya diperpustakaan yang walaupun sering dianggap remeh oleh orang lain
tetapi sesungguh memiliki peranan penting.
Tabel 3 Cita-cita sebelum bekerja di perpustakaan
Responden 15
Cita-cita Pengadaan Pengolahan Pelayanan
Total
Guru 1 1 2 4
TNI AD; ABRI 1 0 1 3
Wiraswasta 1 2 2 5
Pegawai Negeri 0 1 0 1
Menjadi orang
sukses dan
mendapat ilmu
1
1
0
2
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cita-cita responden sangat bervariasi,
ada yang ingin menjadi Guru, TNI, ABRI, Wiraswasta, Pegawai Negeri dan lain-
lain.
Yang ingin menjadi Guru di masing-masing bagian ada 4 responden 1
responden di bagian pengadaan mengatakan “bekerja di perpustakaan bukan cita-
cita utama tetapi ini semua sudah ditakdirkan untuk bekerja di perpustakaan”, 1
responden di pengolahan mengatakan “guru cita-cita dari dulu karena menjadi
45
guru bisa membagi ilmu kepada orang lain ternyata di perpustakaan juga bisa
membagi ilmu kita kepada orang lain” dan 2 responden di pengolahan
mengatakan “bidang perpustakaan adalah bidang yang baru baginya”.
Yang ingin menjadi TNI AD dan ABRI ada 3 responden di masing-
masing bagian 2 responden di pengadaan mengatakan “saya ingin menjadi TNI
AD itu sudah cita-cita dari dulu merasa gagah juga bijaksana tetapi tuhan
berkehendak lain tetapi kita harus mensyukurinya bekerja di perpustakaan juga
termasuk pekerjaan yang asik dan mulia” dan 1 responden di pelayanan
mengatakan “tadinya saya bercita-cita ingin menjadi ABRI tetapi saya berfikiran
ternyata saya bekerja di perpustakaan lebih menyenangkan dibandingkan
menjadi ABRI”.
Yang ingin menjadi Wiraswasta ada 5 responden di masing-masing bagian
1 responden di pengadaan mengatakan “cita-cita ingin menjadi wiraswasta
adalah cita-cita utama saya tetapi ternyata menjadi wiraswasta itu tidak
semuanya berjalan lancar”, 2 responden di pengolahan mengatakan “cita-cita
wiraswasta itu cita-cita sesaat saja karena berfikiran dengan jumlah pendapatan
yang didapatkan besar” dan 2 responden di pelayanan mengatakan “menjadi
wiraswasta ternyata tidak ada seninya di bandingkan bekerja di perpustakaan
lebih banyak seninya karena menemukan pengunjung yang beraneka ragam dari
anak kecil, orang dewasa dan orang tua”.
Yang ingin menjadi PNS hanya 1 responden di bagian pengolahan
mengatakan “ingin menjadi PNS di departemen-departemen atau PNS lain saya
tidak menyangka menjadi PNS di perpustakaan lama-lama saya senang bekerja
46
di perputakaan”. Akan tetapi dari data penulis peroleh sebagian besar memiliki
cita-cita ingin menjadi PNS. Cita-cita ingin menjadi PNS ini secara tidak langsung
memotivasi responden untuk tetap menjalankan fungsinya sebagai PNS meskipun
tidak pada posisi yang benar-benar di idam-idamkan (misalnya TNI, Guru dan
sebagainya).
Ada 2 responden di bagian pengadaan dan pengolahan mereka mengatakan
“bekerja di perpustakaan bisa menjadi orang sukses dan mendapat banyak ilmu”.
Walaupun semua responden tidak bercita-cita menjadi staf perpustakaan
atau bekerja di perpustakaan, namun saat ini responden merasa suka/senang
dengan profesi atau pekerjaannya. Alasan-alasan responden merasa senang
dengan profesi atau pekerjaannya saat ini disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4 Alasan suka/senang dengan profesi pekerjannya
Responden 15
Alasan Pengadaan Pengolahan Pelayanan
Ikut serta mencerdaskan bangsa 0 2 0
Banyak mendapat ilmu dan wawasan
bertambah
1
1
0
Bersyukur dapat bekerja di
pepustakaan karena tidak semua orang dapat kesempatan bekerja di
perpustakaan
1
0
1
Tidak ada pekerjaan lain 1 0 0
Karena dapat membantu dan lebih banyak tahu isi atau masalah buku
0
1
1
Menjadi pelayan masyarakat adalah kunci sukses perpustakaan
0
0
3
Sudah mencintai perpustakaan 2 1 0
Dari tabel 4 diatas, dapat dilihat alasan yang bervariasi dari responden,
mengapa mereka saat ini merasa suka/senang dengan profesi atau pekerjaannya.
47
Alasan yang terbanyak adalah menjadi pelayan masyarakat adalah kunci sukses
perpustakaan dan sudah mencintai pekerjaan. Hal ini dapat dimengerti karena
melayani masyarakat itu kunci sukses perpustakaan kalau tidak ada yang melayani
masyarakat pengunjung perpustakaan sangat sedikit dan staf perpustakaan jadi
mencintai pekerjaan mereka sendiri karena sudah terbiasa dengan dunia
perpustakaan. Intinya mereka semua memiliki kesadaran untuk mengabdikan diri
kepada masyarakat.
B. Gejala Keluhan Fisik yang di Sebabkan karena stres
Dari hasil wawancara dengan 15 responden di masing-masing bagian
pengadaan, pengolahan dan pelayanan, mereka mengeluhkan terjadi gejala fisik
yang disebabkan atau dipengaruhi oleh hadirnya stres kerja. Gejala yang dialami
staf perpustakaan ini antara lain sebagaimana disajikan pada tabel 5 berikut:
1. Terpikir untuk pindah kerja
2. Mudah menyalahkan orang lain
3. Mudah bermusuhan dan menyerang
4. Gugup
5. Ide Kreatif tidak berkembang
6. Acuh dan mendiamkan orang lain
7. Mudah lupa
8. Sulit berkonsentrasi
9. Kepercayaan menurun
10. Daya ingat menurun
48
Tabel 5
Gejala Keluhan Fisik Karena Stres
C. SUMBER-SUMBER STRES KERJA PADA STAF PERPUSTAKAAN
1. Beban Kerja yang Berlebihan (Work Overload)
Berdasarkan hasil wawancara kepada 15 orang responden, diketahui
bahwa beban kerja secara kuantitatif adalah banyaknya permintaan jasa yang
harus dipenuhi melalui respon yang cukup sesuai dengan mereka. Beban kerja
secara kantitatif 1 responden di pengadaan mengatakan”tidak ada pekerjaan yang
berlebihan tetapi di pengadaan banyak yang harus dikerjakan misalnya sudah
adanya program yang sudah ditentukan untuk tukar menukar buku dengan
perpustakaan lain yang harus segera dikirim dan mendapat kiriman buku dari
perpusakaan lain yang juga memeriksa beribu-ribu buku yang diberikan dari
perpustakaan lain”, 3 responden di pengolahan salah satu mengatakan”masih
terlalu banyak pekerjaan di bagian pengolahan karena banyak sekali buku-buku
yang belum diolah dan harus cepat-cepat diolah agar bisa segera di letakkan di
rak dan di baca oleh masyarakat”, dan 2 responden di bagian pelayanan
49
mengatakan”terlalu banyak pekerjaan yang dikerjakan setiap harinya harus
meletakkan buku-buku ke dalam rak yang telah selesai dibaca pengunjung
perpustakaan dan merapihkannya kembali”. 6 reponden di bagian pengadaan,
pengolahan, dan pelayanan yang merasa terlalu banyak beban kerja yang harus
mereka laksanakan sehari-hari.
Selebihnya 9 responden di bagian pengadaan, pengolahan dan pelayanan
mereka semua mengatakan “biasa saja dengan beban kerja yang dikerjakan juga
sudah terbiasa dengan beban kerja yang dilakukan masih dalam batas wajar dan
masih dapat mereka tangani”. Tetapi 3 responden yang bertugas di bagian
pengolahan mengatakan” bahwa beban kerja yang diterimanya cukup banyak,
namun tidak menganggap hal ini sebagai suatu masalah. Responden ini sangat
mencintai pekerjaannya. Kadang-kadang responden ini merasa daya ingat sudah
mulai menurun karena banyak sekali pekerjaan yang harus dia kerjakan jadi sering
mudah lupa dengan pekerjaan yang akan dikerjakan.
Beban kerja yang berlebihan secara kualitatif, artinya beban kerja yang
sulit atau tidak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan staf, belum pernah
ditemui atau diterima oleh 14 responden dimasing-masing bagian masih
dikategorikan bagi mereka biasa saja dalam penelitian ini. Hanya 1 responden di
bagian pengolahan yang pernah menemui atau menerima tugas yang dianggap
sulit responden ini mengatakan “sulitnya hanya merasa sudah terlalu tua untuk
memasukkan data karena bermasalah dengan mata sudah tidak sanggup untuk
berlama-lama di depan komputer”. Beban kerja atau tugas-tugas yang diangap
50
sulit oleh 1 responden ini karena dianggap tidak sanggup dengan beban kerja yang
di terima.
Beban kerja atau tugas-tugas yang dianggap sulit di atas, tidak
menimbulkan stres kerja bagi responden, karena masih dapat diatasi oleh masing-
masing responden.
Dapat disimpulkan bahwa beban kerja yang berlebihan (work overload)
baik secara kuantitatif maupun kualitatif tidak menimbulkan stres kerja bagi
responden dalam penelitian ini. Dengan demikian pendapat Bunge (Bunge, 1989:
94) yang menyatakan bahwa beban kerja yang berlebihan dapat menjadi sumber
stres kerja di lingkungan perpustakaan tidak terbukti dalam penelitian ini. Untuk
lebih jelasnya, hasil wawancara mengenai beban kerja yang berlebihan secara
kuantitatif dan kualitatif bisa dilihat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Beban kerja yang berlebihan (work overload)
Responden 15 Beban kerja yang
secara kuantitatif
dianggap berlebihan
Pengadaan
Pengolahan
Pelayanan
Total
Biasa saja 3 3 3 9
Terlalu banyak 2 2 2 6
Beban kerja yang
secara kualitatif
dianggap berlebihan
Pengadaan
Pengolahan
Pelayanan
Total
Biasa saja 5 4 5 14
Terlalu banyak 0 1 0 1
51
2. Beban Kerja Yang Rendah (Work Underload)
Dari wawancara kepada 15 responden di bagian pengadaan, pengolahan
dan pelayanan hampir semua responden mengatakan “bahwa beban kerja yang
diterima dianggap sedang-sedang saja atau biasa saja”. Beban kerja yang
diterima tidak terlalu sedikit, juga tidak terlalu banyak.
Menurut responden di bagian pelayanan mengatakan” tidak ada waktu
yang kosong karena selalu ada saja pekerjaan setiap harinya, selalu saja ada
tugas yang harus dikerjakan”. Misalnya yang bertugas dibagian pelayanan selalu
setiap hari mengatur waktu untuk mengerjakan tugasnya di bagian pelayanan
selalu berjaga-jaga ditempat sirkulasi kalau-kalau ada pemakai yang ingin
menanyakan sesuatu di bagian pelayanan selalu siap membantu.
Contoh responden lain dibagian pelayanan keliling (perpustakaan keliling)
responden tersebut mengatakan”harus selalu siap bekeliling ketempat yang sudah
dijadwalkan dan melayani pemakai yang ingin membaca di lokasi yang
dikunjungi”. Jadi responden dalam penelitian ini tidak menggap pekerjaannya
terlalu sedikit. Dua responden di bagian pengolahan mengatakan”mengkui bahwa
pekerjaannya termasuk ringan, bahkan bisa dikatakan santai”. Responden yang
bertugas di bagian pelayanan”mengatakan bahwa dalam mengerjakan tugas
sehari-hari, tidak membutuhkan banyak tenaga dan tidak sampai mengeluarkan
keringat”.
Responden di bagian pengadaan mengatakan “bahwa bekerja di
perpustakaan, dia sudah terbiasa bekerja keras, sehingga pekejaannya saat ini
52
termasuk ringan baginya”. Dari hasil wawancara tentang beban kerja yang
rendah.
Tabel 7 Beban kerja yang rendah (work underload)
Responden 15 Beban kerja yang
rendah Pengadaan Pengolahan Pelayanan
Total
Terlalu sedikit 1 1 1 3
Biasa saja 4 4 4 12
Rutinitas yang
membosankan
0
1
1
2
Tidak membosankan 5 4 4 13
Stres kerja
Ya 0 1 1 2
Tidak 5 4 4 13
Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat dilihat pula bahwa 2 responden di bagian
pengolahan dan pelayanan mengatakan “rutinitas pekerjaan sehari-hari
menimbulkan rasa bosan karena hanya itu-itu saja pekerjaan yang setiap hari
harus dikerjakan”, seluruh responden bagian pengadaan, pegolahan dan
pelayanan 13 responden menyatakan tidak pernah merasa bosan dengan
pekerjaannya, dengan alasan :
1. Respoden merasa bahwa pekejaannya adalah tanggung jawab yang harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
2. Responden mengatakan sangat mencintai pekerjaannya, sehingga rasa
bosan tidak akan ada.
Rasa bosan dengan rutinitas pekerjaan merupakan hal yang wajar dan
manusiawi, karena staf perpustakaan harus mengerjakan tugas yang sama setiap
hari. Pekerjaan yang rutin dan membosankan dapat menjadi faktor yang
menimbulkan stres kerja. Berdasarkan tabel 6 diatas, dapat dilihat bahwa 2
53
responden bagian pengolahan dan pelayanan yang pernah merasa bosan dengan
pekerjaannya, 2 responden di bagian pengolahan dan pelayanan ini menyatakan
pernah mengalami stres kerja karena “merasa bosan dengan rutinitas
pekerjaannya karena pernah hal itu-itu saja yang harus kerjakan di
perpustakaan”. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bunge (Bunge, 1989: 94) bahwa
pekerjaan yang rutin dan membosankan dapat menimbulkan stres kerja. Akan
tetapi 13 responden di masing-masing bagian keseluruhannya mengatakan
”mampu menciptakan kegiatan sendiri dan memiliki pandangan bahwa memiliki
pekerjaan bukan semata-mata pekerjaan yang menjadi beban tetapi lebih menjadi
tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Semua responden tidak menganggap pekerjaan atau tugas yang diterima
terlalu sedikit, sehingga tidak menimbulkan stres kerja.
2. Sebagian besar responden pernah merasa bosan dengan rutinitas pekerjaan,
sehingga menimbulkan stres kerja.
3. Pekerjaan yang Harus Diselesaikan di bawah Tekanan Waktu
Pekerjaan yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu hanya 6
responden di masing-masing bagian 1 responden di pengadaan, 3 responden di
pengolahan dan 2 responden di pelayanan menjawab pernah mendapat tugas yang
harus diselesaikan di bawah tekanan waktu. Sedangkan 9 responden masing
bagian 4 responden di pengadaan, 2 responden di pengolahan dan 3 responden di
54
pelayanan lainnya tidak pernah mendapat tugas yang harus dikerjakan di bawah
tekanan waktu. Dari hasil wawancara dapat dilihat dari tabel 8 berikut ini.
Tabel 8
Pekerjaan yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu
Responden 15 Pekerjaan yang harus
diselesaikan di bawah
tekanan waktu
Pengadaan
Pengolahan
Pelayanan
Total
Pernah 1 3 2 6
Tidak pernah 4 2 3 9
Stres kerja
Ya 0 1 1 2
Tidak 5 4 4 13
Tugas-tugas yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu yang pernah
diterima oleh 6 responden di pengadaan, pengolahan dan pelayanan di atas antara
lain :
1. Melaksanakan tugas harian.
2. Menata akvisisi kearsipan Propinsi DKI Jakarta Timur
3. Pembuatan kliping koran yang segera di kirim ke Gubernur
4. Harus diselesaikan dalam tempo 1 hari menginput data
5. Pembuatan laporan kinerja dan penyusunan anggaran
6. Tugas keliling harus sampai ditempat tujuan dan harus tepat waktu
Dari tabel 8 diatas dapat dilihat pula bahwa responden yang merasa stres
hanya 2 responden pengolahan dan pelayanan mengatakan “merasa dirinya
mengalami stres dan terbebani dengan pekerjaan yang harus diselesaikan di
bawah tekanan waktu”. Akan tetapi ada 13 responden masing-masing bagian
tidak mengalami stres karena harus mengerjakan tugas dibawah tekanan waktu,
55
dengan alasan tugas seperti ini jarang diterima oleh responden. Dengan demikian
dapat dikatakan stres kerja yang disebabkan oleh tekanan waktu tidak terjadi pada
objek penelitian.
4. Hubungan dengan Rekan Kerja
Semua responden di bagian pengadaan, pengolahan dan pelayanan dalam
penelitian ini mengatakan bahwa hubungan dengan rekan kerja adalah baik.
Hubungan yang baik seperti “komunikasi yang lancar, hubungan yang harmonis,
bekerja sama dengan baik, saling mendukung, saling membantu dan saling
berkoordinasi satu sama lain”.
Kerja sama dengan rekan kerja, baik dalam satu bagian maupun bagian
lain menurut semua responden di pengadaan, pengolahan dan pelayanan adalah
baik dan harmonis. Staf yang bertugas di bagian pelayanan mengatakan “apabila
melakukan istirahat secara bergantian karena harus selalu melayani
pengunjung”. Hubungan yang terjalin dengan baik diantara rekan kerja, baik
rekan kerja dalam satu bagian maupun rekan kerja di bagian lain, menyebabkan
kerja sama juga dapat terjalin dengan baik. Hubungan kerja sama yang baik akan
mencegah timbulnya stres kerja pada staf perpustakaan (Caputo, 1991: 148). Data
hasil tentang hubungan dengan rekan kerja dapat di lihat pada tabel 9.
Tabel 9 Hubungan dengan Rekan Kerja
Responden 15 Hubungan dengan rekan
kerja Pengadaan Pengolahan Pelayanan
Total
Baik 5 5 5 15
Buruk 0 0 0 0
Stres kerja
Ya 0 0 0 0
Tidak 5 5 5 15
56
5. Hubungan dengan Pemakai Perpustakaan
Staf perpustakaan, terutama staf bagian pelayanan dalam tugas sehari-hari
harus menghadapi pemakai yang bermacam-macam karakternya. Staf
perpustakaan sering menghadapi masalah yang disebabkan oleh ulah atau tingkah
laku pemakai yang menjengkelkan. Di satu sisi, staf perpustakaan dituntut untuk
selalu bersikap ramah kepada pemakai, di sisi lain pemakai seakan-akan hanya
menuntut pelayanan yang baik tetapi melakukan hal-hal yang menjengkelkan staf
perpustakaan.
Dari hasil wawancara di ketahui bahwa 5 responden di bagian pelayanan
yang pernah menghadapi masalah yang disebabkan oleh tingkah laku pemakai
yang menjengkelkan seluruh lima responden di bagian pelayanan ini mengatakan :
1. Banyak buku yang rusak dan menyobek sebagian halaman buku
2. Meletakkan buku dengan sembarangan dan suka memberantakkan buku di
rak
3. Masih ada di ruang baca yang berisik ngobrol terlalu keras dan ada juga
yang belum menjadi anggota tetapi memaksa untuk meminjam buku
4. Meletakkan koran dan majalah tidak pada tempatnya
5. Hanya sebagian kecil saja pengunjung pemakai perpustakaan masih mau
menaati peraturan yang ada di perpustakaan.
Sedangkan 10 responden di bagian pengadaan dan pengolahan mengungkapkan
“mereka jarang bertemu atau berhubungan langsung dengan pemakai karena
mereka bertugas di bagian pengadaan dan pengolahan”.
57
Tabel 10 Hubungan dengan Pemakai Perpustakaan
Responden 15 Masalah dengan
pemakai Pengadaan Pengolahan Pelayanan
Total
Pernah 0 0 5 5
Tidak Pernah 5 5 0 10
Stres kerja
Ya 0 0 0 0
Tidak 5 5 5 15
Dari tabel dapat dilihat bahwa dari 5 responden bagian pelayanan yang
menghadapi langsung dengan pemakai yang membuat masalah, dengan masalah
yang dihadapi tidak ada responden yang merasa stres dengan pemakai
perpustakaan. Walaupun staf perpustakaan menghadapi pemakai yang
menjengkelkan, mereka harus tetap memberikan pelayanan dengan baik dan
dituntut untuk selalu bersikap ramah.
6. Hubungan Dengan Masyarakat di Luar Perpustakaan
Dari hasil wawancara, sebagian besar 15 responden di masing-masing
bagian. Salah satu responden menjawab bahwa pengetahuan masyarakat umum
tentang perpustakaan serta tugas sebagai staf perpustakaan sangat baik, sebagian
besar 15 responden staf perpustakaan juga merasa nyaman dan tidak merasa
tertekan dengan pandangan masyarakat.
Data hasil wawancara mengenai pandangan masyarakat terhadap
perpustakaan dan profesi staf perpustakaan.
Pandangan masyarakat umum :
1. Karena masyarakat sangat mendukung dengan adanya perpustakaan
umum
58
2. Masih adanya masukkan yang sifatnya membangun
3.
Karena masyarakatnya sopan dan taat peraturan
Salah
satu faktor yang menyebabkan responden tidak terpengaruh
terhadap
pandangan negatif dari masyarakat diluar perpustakaan antara lain :
1. Memahami betul tugas dan tanggung jawab sebagai staf perpustakaan.
2. Pimpinan secara rutin memotivasi para stafnya.
3. Suasana kerja diciptakan senyaman mungkin.
7. Kebijaksanaan Mengenai Kesejahteraan dan Pengembangan Staf
Kebijaksanaan mengenai kesejahteraan mencangkup jumlah penghasilan
mereka masih memadai dan masih adanya perhatian atasan terhadap kesejahteraan
staf. Pengembangan staf mencangkup masih adanya kesempatan untuk mengikuti
seminar atau pelatihan. Dari hasil wawancara tentang kebijaksanaan mengenai
kesejahteraan dan pengembangan staf disajikan dalam tebel 11.
Tabel 11 Kebijaksanaan Mengenai Kesejahteraan dan Pengembangan Staf
Responden 15 Jumlah Penghasilan
(gaji) Pengadaan Pengolahan Pelayanan
Total
Memadai 2 3 3 8
Kurang 3 2 2 7
Stres kerja
Ya 0 1 1 2
Tidak 4 4 5 13
Mengikuti seminar/
pelatihan
Pernah 4 3 4 11
Tidak 1 2 1 4
59
Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat dilihat pula bahwa jumlah penghasilan
yang mereka terima 8 responden dimasing-masing bagian menyatakan masih
memadainya jumlah gaji yang mereka dapatkan 2 responden di pengadaan, 3
responden di pengolahan mengatakan “semua gaji yang didapatkan sudah sesuai
dengan standar umum”, 3 responden di pelayanan mengatakan “gaji sudah
memadai dan sesuai dengan kebutuhan”.
Sisanya hanya 7 responden di masing-masing bagian 3 responden di
pengadaan, 2 responden di pengolahan dan 2 respoden di pelayanan diantara 7
responden di masig-masing bagian tidak memberikan alasan mereka karena itu
rahasia mereka sendiri tetapi hanya 2 responden di masing-masing bagian
pengadaan dan pengolahan menyatakan kurang memadainya jumlah gaji yang
mereka dapatkan mengatakan “kurang memadai dengan harga kebutuhan pokok,
dan kebutuhan hidup belum sesuai dengan pendapatan”.
Dalam hal ini gaji pokok adalah standar gaji pegawai negeri sipil, karena
mereka adalah pegawai pemerintah berbeda sekali bila dibandingkan dengan gaji
pegawai swasta. Namun responden memandang jumlah gaji yang kurang
memadai tidak menyebabkan stres pada diri mereka karena mereka memiliki
kesempatan untuk mengembangkan diri melalui seminar atau pelatihan. Selain itu
mereka juga memperoleh insentif dari kantor misalnya dari keikutsertaan mereka
dari seminar atau pelatihan, kegiatan diluar pekerjaan harian dan lain-lain.
Dalam penelitian ini 2 responden masih ada yang merasa dirinya stres
sehubungan dengan masalah gaji yang diterimanya. Karena alasan dua responden
di bagian pengolahan dan pelayanan ini mengatakan “kurang memadai masalah
60
gaji merasa kebutuhan bahan pokok yang meningkat dan kebutuhan hidup belum
sesuai dengan pendapatan”. Hal ini menyatakan bahwa gaji yang buruk dapat
menjadi sumber stres (Fontana, 1989: 28).
Sedangkan 13 responden lain di masing-masing bagian tidak merasa stres
karena masalah gaji. Karena selain gaji mendapat tunjangan lainnya dan ada juga
tunjangan setiap tahunan seperti THR. Tunjangan yang diberikan kepada
perpustakaan sangat memperhatikan kesejahteraan stafnya responden merasa
terbantu dengan tunjangan yang diberikan. Karena bila hanya mengandalkan gaji
pokok, sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin
meningkat.
Dari tabel 11, juga bisa kita lihat dalam hal mengikuti seminar atau
pelatihan yang berhubungan dengan pekerjaan, di masing-masing bagian hanya 4
responden yang tidak pernah mengikuti seminar atau pelatihan 1 responden di
pengadaan, 2 responden di pengolahan dan 1 responden di pelayanan dari 4
responden ini mereka tidak mengatakan alasan mereka untuk tidak mengikuti
seminar atau pelatihan hanya mengatakan belum adanya kesempatan yang
diberikan untuk mengikuti seminar dan pelatihan.
Sebagian besar 11 responden di masing-masing bagian 4 responden di
pengadaan, 3 responden di pengolahan dan 4 responden di pelayanan. Seluruh 11
resonden ini jawaban mereka hampir semua mengatakan ”masih suka mengikuti
seminar atau pelatihan walaupun mereka semua rata-rata ada yang satu kali,
lebih dari dua kali bahkan tidak tentu itu semua tergantung kesempatan yang di
berikan oleh mereka untuk mengikuti seminar dan pelatihan”. Hal ini masih
61
dikategorikan staf perpustakaan masih mengikuti seminar atau pendidikan yang
berhubungan dengan pekerjaannya di perpustakaan.
8. Kondisi Fisik Lingkungan Kerja
Kondisi fisik lingkungan kerja seperti ruang kerja yang sempit, peralatan
yang tidak memadai atau rusak, kebisingan, ventilasi, yang kurang baik dan
penarangan yang tidak memadai merupakan faktor-faktor yang dapat
menimbulkan stres kerja bagi staf perpustakaan (Bunge, 1989: 94). Dari hasil
wawancara, diketahui bahwa semua responden merasa kondisi fisik lingkungan
kerja tidak menjadi masalah bagi mereka, sehingga tidak menimbulkan stres kerja.
Dari hasil wawancara tentang kondisi fisik lingkungan disajikan dalam tabel 12.
Tabel 12 Kondisi Fisik Lingkungan Kerja
Resonden 15 Kondisi fisik
lingkungan Pengadaan Pengolahan Pelayanan
Total
Ruang kerja
Baik 5 4 5 14
Tidak 0 1 0 1
Penerangan
Baik 5 5 5 15
Tidak 0 0 0 0
Peralatan
Baik 5 4 4 13
Tidak 0 1 1 2
Stres kerja
Ya 2 2 2 6
Tidak 3 3 3 9
Berdasarkan tabel 12 diatas, dapat dilihat pula hampir semua 15 responden
di masing-masing bagian pengadaan, pengolahan dan pelayanan bahwa ruang
kerja sudah cukup nyaman. Semua responden mengatakan peralatan cukup
62
memadai dan penerangan cukup bagus. Tapi masih ada saja 6 responden di
masing-masing bagian 2 responden di pengadaan, 2 responden di pengolahan dan
2 responden di pelayanan. Alasan mereka semua di masing-masing bagian
mengatakan pernah merasa stres dengan kondisi fisik lingkungan. Alesan mereka
yaitu :
1. Lokasi perpustakaan yang kumuh dan padat penduduk
2. Kamar mandi kotor
3. Suplay air bersih sering terganggu
4. Kurang rapi dan bersih
Sisanya dari masing-masing bagian 3 di pengadaan, 3 di pengolahan, dan 3 di
pelayanan, tidak mengalami stres dengan kondisi fisik lingkungan mereka merasa
nyaman-nyaman saja dengan kondisi lingkungan tempat kerja seperti ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan wawancara dan pengamatan pada objek penelitian
dapat disimpulkan bahwa secara umum staf perpustakaan di masing-masing
bagian pengadaan, pengolahan dan pelayanan di Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi Jakarta Timur tidak mengalami stres kerja yang disebabkan oleh
faktor berikut : 1) Beban kerja yang berlebihan 2) Beban kerja yang rendah 3)
Pekerjaan yang harus diselesaikan dibawah tekanan waktu 4) Hubungan dengan
rekan kerja 5) Hubungan dengan pemakai perpustakaan 6) Hubungan dengan
masyarakat di luar perpustakaan 7) Kebijaksanaan mengenai kesejahteraan dan
pengembangan staf 8) Kondisi fisik lingkungan kerja.
S ebagian kecil responden yang menyatakan mereka mengalami stres kerja
yang disebabkan beberapa faktor. Faktor-faktor yang dianggap menjadi sumber
stres kerja oleh responden dalam penelitian ini adalah : beban kerja yang rendah
dialami oleh 2 responden pada bagian/unit 1 responden di pengolahan dan 1
responden di pelayanan, pekerjaan yang harus diselesaikan di bawah tekanan
waktu 2 responden pada bagian/unit 1 responden di pengolahan dan 1 responden
di pelayanan, kebijaksanaan mengenai kesejahteraan dan pengembangan staf
perpustakaan 2 responden pada bagian/unit 1 responden di pengolahan dan 1
responden di pelayanan, dan kondisi fisik lingkungan 6 responden pada
bagian/unit 2 responden di pengadaan, 2 responden di pengolahan dan 2
responden di pelayanan.
63
64
Hadirnya stres kerja walaupun sedikit ternyata memicu munculnya gejala
fisik pada responden. Gejala tersebut adalah: daya ingat menurun, kepercayaan
menurun, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, acuh dan mendiamkan orang lain, Ide
kreatif tidak berkembang, gugup, mudah bermusuhan dan menyerang, mudah
menyalahkan orang lain, terpikir untuk pindah kerja.
65
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan, faktor dominan penyebab stres yang ada di
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur adalah:
1. kondisi fisik lingkungan. Penulis menyarankan :
a. Kebersihan harus ditingkatkan misalnya dengan memaksimalisasi
cleaning service.
b. Kesadaran menjaga kebersihan pada pegawai, pengunjung, dan
semua orang yang ada di perpustakaan harus ditingkatkan.
Misalnya : memasang himbauan untuk menjaga kebersihan di
tempat-tempat yang dianggap kotor.
c. Menyediakan/menambah tempat sampah.
d. Menjamin ketersediaan air.
2. Stres kerja harus dikelola sedemikian rupa agar menjadi motivasi
untuk menambah semangat kerja para pegawai.
3. Pimpinan harus menyesuaikan beban kerja sesuai dengan kemampuan
para pegawai.
4. Memberikan penghargaan kepada pegawai apa bila mampu
menyelesaikan tugas kurang dari waktu yang ditentukan. Dengan
demikian pagawai termotivasi untuk bekerja tepat waktu tanpa adanya
tekanan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, A. (2006). Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Beehr, Terry A, et al., (1992). The Meaning of Occupational Stress Item to Survey
Respondents. Journal of Applied Psychology, vol 77 (5), 623-628.
Bunge, Charles A. (1989). “Stress and Burnout in the Library Workplace”.
Library Trends. Vol. 38 (1) : 92-102
Burhan Bugin. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi
dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana
Caputo, Janette S. (1991). Stress and Burnout in Library Service. Pheonix: The
Oryx Press.
Carry Cooper dan Alison Straw. (1995).”Stres Kerja Definisi dan Faktor.
Reference Service Review rumahbelajarpsikologi.com . Akses tanggal 11
Juli 2009 Pukul 15.00 WIB
Departemen Pendidikan dan Kebudayaa. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Feldman, Robert A. (1989). Adjustment Applying Psychology in a Complex
World. New York: Mc. Graw-Hill Internasional.
Fontana, David. (1989). Managing Stress. London: The British Psychological
Society
Greenberg, Jerald and Robert A. Baron. (1993). Behavior in Organization,
Understanding and Managing The Human Side of Work. Edisi ke-4. Boston: Allyn and Bacon.
Haber dan Runyon. (1984). “Stres Kerja Pengertian dan Pengenalan. Reference
Service Review. Http ://agungpia.multiply.com. Akses tanggal 21 Juli
2009 Pukul 17.00 WIB
Hadisewoyo, Soemarno. (1985). Perpustakaan Umum Sebagai Lembaga
Pendidikan Masyarakat dan Hubungannya Dengan Pendidikan Formal. Bulletin Bina Pustaka.
Handoko, T. Hani. (1988). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE
66
67
Handoyo. (2001). “Gejala Stres Kerja”. Reference Service Review. Http://Rumah
Belajar Psikologi.com. Akses tanggal 26 Oktober 2009 Pukul 20.00 WIB
Hermawan S, Rachman. (2006). Etika Pustakwanan : Suatu Pendekatan
Terhadap Kode Etik Pustakawanan Indonesia. Jakarta: SA Agung Seto.
Koentjaraningrat. (1993). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Edisi ketiga.
Jakarta: Gramedia.
Kurniati, Nining. (1998). Sumber Stres Kerja dan Usaha Mengatasinya :
Penelitian Pada Staf Perpustakaan Pusat UI. Skripsi. Fakultas Universitas Indonesia.
Lazarus, Richard S. (1976). Patterns of Adjusment. Tokyo: McGraw-Hill
Kogakusha.
Lucas, martin and Kim Wilson. (1989). Memelihara Gairah Kerja: Psikologi
untuk “orang kantaron “. Jakarta: Arcan.
Meleong, Lexy J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja
Rosdakarya
Morgan, C. T., King, R. A, and Weisz, J. R. (1986). Introduction to Psychology
(7th ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.
Nauratil, Marcia J. (1989). The Alienated Librarian. New York: Greenwood
Press.
NIOSH. (1996). “The National Institute for Occupational Safety and Health.
Reference Service Review. Http://cdc.gov/ niosh. Akses tanggal 8 Juni
2009 Pukul 20.30 WIB
Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. (1992). Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI. Ed 1
Robins, Stephen P. (1993). Organizational Behavior. Concepts, Controversies
and Applications. Edisi ke-6 New Jersey : Prentice Hall International, Inc.
Robbins. (2001). ”Stres Kerja Definisi dan Faktor. Reference Service Review.
Http :// rumahbelajarpsikologi.com. Akses tanggal 11 Juli 2009 Pukul 15.00 WIB
Schneider, Margaret S. (1991). “Stress and Job Satisfaction Among Employees in
a Public Library System With a Focus on Public Service”. Library and
Information Science research. Vol. 13 (4) : 385-404
68
Sholeh, Asrorun Niam. (2008). Perpustakaan Jendela Peradaban Undang-
Undang Tentang Perpustakaan. Depok: Elsas
Sugiarto. (2001). Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suganda, Kepala Sub bagian TU Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
Jakarta Timur, Wawancara Pribadi. Jakarta, 7 Oktober 2009
Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Edisi Revisi Empat. Jakarta: Rineka Cipta.
Surat Keputusan 109 Tahun 2001 Pemda DKI Jakarta. (2001). Jakarta
Sutarno NS. M.Si. (2003). Perpustakaan Umum Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta: CV Muliasari.
Sunyoto munandar, Ashar. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI
press.
Syahrial Pamunjak, Rusina. (2000). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan.
Jakarta: Djambatan
69
KUISIONER
Saya, Elsavani Prima Putri, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Ilmu Perpustakaan dan
Informasi. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi
Saya sebagai prasyarat guna mencapai gelar sarjana Ilmu Perpustakaan dengan judul
“Stres Kerja di Kalangan Staf Perpustakaan : Studi Kasus di Perpustakaan Umum
Kotamadya Jakarta Timur”.
Kuesioner ini dibuat semata-mata untuk kepentingan ilmiah dan kerahasiaan
pengisian kuesioner ini akan DIJAGA sepenuhnya. Oleh sebab itu, Saya sangat
mengharapkan kejujuran Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner ini. Atas perhatian dan
kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner ini, Saya ucapkan
TERIMA KASIH.
Profil Responden
Responden 1 :
Responden 2 :
Usia : ____ Tahun
Lama Bekerja : ____ Tahun
Marital Status : Menikah / Belum menikah
Unit Kerja :
Jabatan :
Pertanyaan
1. Dari kondisi di bawah, pilihlah dengan menggunakan tanda silang (X)
apabila dialami oleh Bapak/Ibu selama di kantor:
sakit kepala Depresi
sulit buang air besar Gugup
gangguan pencemaan agresif terhadap orang lain
urat-urat pada bahu dan leher
terasa tegang
mudah bermusuhan serta mudah
menyerang
keringat berlebihan, mudah lupa
70
berubah selera makan daya ingat menurun
tekanan darah tinggi sulit berkonsentrasi
kehilangan energi (lesu) suka melamun berlebihan
mudah marah-marah acuh dan mendiamkan orang lain
mudah tersinggung kepercayaan pada orang lain
menurun
terlalu sensitive menutup diri secara berlebihan
gelisah dan cemas mudah menyalahkan orang lain
suasana hati mudah berubah-ubah terpikir untuk mencari pekerjaan di
tempat lain/pindah kerja ke unit lain
sedih dan mudah menangis Ide-ide kreatif tidak
muncul/berkembang
tidak semangat kerja
2. Apa cita-cita Bapak/Ibu sebelum bekerja di perpustakaan?
3. Apakah Bapak/Ibu suka dengan pekerjaan yang Bapak/Ibu lakukan
sekarang?
□ Ya □ Tidak
4. Bagaimanakah beban kerja yang Bapak/Ibu terima?
□ terlalu banyak
□ terlalu sedikit
□ sulit
□ membosankan
71
5. Apakah Bapak/Ibu merasa stres dengan beban kerja yang terlalu banyak?
□ Ya □ Tidak
6. Apakah Bapak/Ibu merasa stres dengan beban kerja yang terlalu sedikit?
□ Ya □ Tidak
7. Apakah Bapak/Ibu merasa stres dengan kerja begitu sulit?
□ Ya □ Tidak
8. Apakah Bapak/Ibu merasa stres dengan pekerjaan rutin yang begitu
membosankan?
□ Ya □ Tidak
9. Pernahkah Bapak/Ibu mendapat tugas yang harus diselesaikan di bawah
tekanan waktu?
□ Ya □ Tidak
10. Jika pernah, apakah Bapak/Ibu merasa stres dengan tugas tersebut?
□ Ya □ Tidak
11. Dapatkah Bapak/Ibu uraikan, tugas apa yang harus diselesaikan di bawah
tekanan waktu?
-
72
12. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan rekan kerja (satu bagian dan
bagian lain)?
-
13. Bagaimanakah kerja sama dengan rekan kerja?
□ Dapat bekerja sama dengan baik
□ Tidak dapat bekerja sama dengan baik
14. Pernahkah Bapak/Ibu menghadapi pemakai yang menimbulkan masalah
atau tingkah lakunya yang menjengkelkan?
□ Pernah □ Tidak pernah
15. Jika pernah, hal-hal apa saja yang dilakukan oleh pemakai perpustakaan
yang membuat Bapak/Ibu merasa tidak senang?
-
16. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana pandangan masyarakat terhadap
perpustakaan dan profesi sebagai staf perpustakaan?
17. Apa pandangan masyarakat tersebut membuat Bapak/Ibu merasa tidak
nyaman/tertekan?
18. Bagaimana jumlah gaji yang Bapak/Ibu terima?
□ Memadai
□ Kurang memadai
19. Apa Bapak/Ibu merasa tertekan karena jumlah gaji yang kurang memadai?
20. Apa Bapak/Ibu pernah mengikuti seminar/pelatihan sehubungan dengan
pekarjaan?
□ Pernah □ Tidak Pernah
Alasan :
__
21. Jika pernah, berapa kali dalam 1 tahun (terkait pertanyaan no. 20)
□ 1 Kali □ Lebih dari 2 kali
□ 2 Kali □ Tidak tentu
22. Bagaimanakah kondisi fisik lingkungan kerja Bapak/Ibu?
23. Pernahkah Bapak/Ibu merasa tertekan sehubungan dengan kondisi fisik
lingkungan kerja?
___