STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK BMT Al-FATH DALAM
MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING
Oleh :
Arif Hidayat
NIM: 206046103810
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1432 H/ 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Agustus 2011
Arif Hidayat
i
KATA PENGANTAR
AlhamdulillaahiRobbil ’alamiin, apa yang ada dan tiada adalah kehendak
Allah SWT Sang Maha Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Hanya Allah
yang telah menyusupkan inspirasi ilmu kepada semua hamba Nya, dan hanya Allah
SWT saja yang boleh sombong terhadap Ilmu Nya. Berkat petunjuk dari yang Maha
Pemberi Petunjuk sajalah skripsi ini bisa diselesaikan oleh penulis. Shalawat dan
Salam kepada pemimpin peradaban dunia Nabi Besar Muhammad SAW sebagai
utusan Allah SWT untuk menyebarkan kitab yang terjaga keasliannya sepanjang
zaman yaitu Al-qur’an Al-karim. Dengan uswatun hasanahmu lah penulis dapat
selalu tegar dan pantang putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini, walaupun tidak
sedikit hambatan dan kendala yang penulis hadapi dalam menyelesaikan proses
skripsi ini. Hanya dengan rencana Allah SWT jualah skripsi ini selesai dengan tema ”
Strategi Pengembangan Produk BMT Al-Fath Dalam Meningkatkan Keunggulan
Bersaing”.
Penulis hanya bisa berharap semoga karya kecil ini dapat memberikan
kemanfaatan kepada pihak pihak yang terkait. Secara umum dapat memberikan
wacana kepada masyarakat, dan secara khusus pertama kepada kalangan akademis
maupun praktisi yang berkosentrasi pada bidang ekonomi Islam atau Lembaga
keuangan mikro syariah khususnya BMT.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak dibantu oleh pihak-pihak yang
secara langsung maupun secara tidak langsung membantu melancarkannya. Karena
ii
kalau tidak ada dukungan dan bantuan yang diberikan penulis sangat menyakini
skripsi ini tidak akan terselesaikan. Dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis
untuk memberikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag., dan Bapak. Mu’min Rauf, M.A., selaku Ketua
Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah
Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag, sebagai Kordinator Teknis Program Non
Reguler yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bpk. Dr. Djawahir Hejazziey, SH., M.A selaku dosen pembimbing yang
senantiasa membimbing penulis dan senantiasa meluangkan waktunya kepada
penulis untuk memberikan masukan-masukannya, dan mengarahkan sehingga
penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.
5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa
kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.
6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat penulis memperoleh berbagai
informasi dan referensi sehingga skripsi dapat terselesaikan.
iii
7. Pimpinan dan Staf BMT Al Fath IKMI, yang telah menerima penulis untuk
melakukan riset dan membantu data yang diperlukan guna penyelesaian skripsi
ini.
8. Orang tuaku, Ibunda Zelni dan Suryadi. Ini mungkin bukan apa-apa bagi
ibunda dan ayahanda, tetapi semua ini adalah karena jasa-jasamu berkat
do’amu dan tanpa ibunda dan ayahanda aku bukanlah siapa-siapa. Dan buat
adik-adikku yang aku sayangi Chairul Akbar, Muhammad Al-hafiz, Aziza dan
Muhammad Rafiq terima kasih atas do’anya selama ini.
9. Buat sahabat-sahabatku angkatan 2006, khususnya PS-C ekstensi yaitu
Jamruddin, dan seluruh keluarga besar SBC (Syariah Banking Community)
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah menggoreskan
banyak kenangan manis, canda dan tawa selama menjalani perkuliahan,
semoga tali silaturahmi kita selalu terjalin. Dan buat Semua teman-teman
Counter Putra, Akbar, Raihan, Jodi, jajang, Qori dan lainnya.
Tiada suatu hal pun yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT saja. Terhadap berbagai kekurangan kritik, saran dan koreksi
sangat penulis harapkan untuk menuju dan mendekati kesempurnaan. Akhir
kalam penulis mengucapkan banyak terima kasih dan berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi semua pihak dan berguna untuk kebaikan. Semoga karya
ini dicatat sebagai amal baik. Amiin
Jakarta 20 September 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………..................i
Daftar Isi……………………………………………………………..………………iv
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………......................................5
C. Batasan Masalah………………………….……….……..................5
D. Tujuan Penelitian ……………………………………......................6
E. Manfaat Penelitian …………………………………………………6
F. Kajian Pustaka …………………………………………………….7
G. Metode Penelitian dan Teknis Penulisan…………………………...9
H. Sistematika Pembahasan .....................................……....................11
BAB II STRATEGI BISNIS DAN PENGEMBANGAN PRODUK
A. Strategi Bisnis………...……………………………...……………13
B. Pengembangan Produk....................................................................15
C. Pengertian BMT…………………………………………………..20
D. Keunggulan Bersaing…………………….......................................35
BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL FATH CIPUTAT.
A. Sejarah Berdirinya BMT AL FATH Ciputat……………………..42
v
B. Visi dan Misi BMT AL FATH Ciputat……...................................44
C. Struktur Organisasi BMT AL FATH Ciputat ……..……………...47
D. Produk-Produk BMT AL FATH Ciputat ……………...................50
BAB IV STRATEGI BISNIS DAN PENGEMBANGAN PRODUK BMT
Al-FATH
A. Strategi Pengembangan Produk BMT Al-Fath………...................56
B. Pola Pengembangan Strategi BMT……………….........................58
C. Faktor-faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Strategi
Pengembangan BMT Al-Fath…………………………………….64
BAB V PENUTUP.
A. Kesimpulan ……………………………………………………….65
B. Saran ………………………………………………………………68
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemunculan BMT sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan
tantangan besar bagi BMT itu karena sebagian besar masyarakat telah menggunakan
lembaga keuangan nonsyariah. Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus
berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas
keyakinan untuk mampu tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan
adanya harapan untuk mencapai sukses dunia dan akhirat juga keterpaduan antara sisi
maal dan tamwil (sosial dan bisnis), juga keterpaduan antara fisik dan mental,
rohaniah dan jasmaniah. Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk
mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama, baik antar pengurus dan
pengelola maupun dengan nasabah.
Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan bergantung pada
uluran tangan atau fasilitas pemerintah, tetapi harus mampu berkembang secara
mandiri dengan memanfaatkan meningkatnya partisipasi nasabah dan masyarakat
terhada lembaga tersebut, untuk itulah pola pengelolaannya harus profesional. Karena
BMT mempunyai visi dan misi. BMT harus mengarah pada upaya untuk
mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah
nasabah (ibadah dalam arti yang luas), sehingga mampu berperan sebagai wakil
2
pengabdi ALLAH SWT, memakmurkan kehidupan nasabah pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
Segala aspek kehidupan, termasuk ekonomi tercakup nilai-nilai dasarnya
dalam Islam yakni yang bersumber pada asas tauhid. Bahkan lebih dari sekedar nilai-
nilai dasar, seperti kesatuan, keseimbangan, keadilan, kebebasan dan
pertanggungjawaban. Islam telah cukup memuat nilai-nilai instrumental dan norma-
norma operasional untuk diterapkan dalam pembentukan lembaga-lembaga ekonomi
masyarakat.1
Kedudukan ekonomi dalam Islam sangatlah penting karena ekonomi
merupakan salah satu faktor penting yang membawa pada kesejahteraan umat.
kegiatan-kegiatan ekonomi adalah pernyataan dari semangat ajaran Islam, karena
ekonomi umat dan kemakmurannya adalah cita-cita yang ingin dicapai oleh umat
Islam.2
Beberapa waktu terakhir ini, perubahan teknologi yang cepat, siklus hidup
produk yang pendek, dan globalisasi pasar menuntut para eksekutif untuk berfokus
pada proses pengembangan produk baru. Dalam lingkungan yang ketat persaingannya
seperti saat ini, pemasok (supplier) merupakan sumber yang semakin penting untuk
mendukung proses pengembangan produk baru suatu perusahaan karena pemasok
mempunyai dampak yang besar dan langsung pada biaya, kualitas, teknologi, dan
produk baru.
1 Ahmad M. Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat Dalam Perspektif Islam ( Jakarta: Rajawali,
1987 ), cet. Ke-1, hlm.19. 2 Ahmad Dimiyati, dkk, Islam dan Koperasi ( Jakarta : KOPINFO, 1998 ) h. 48.
3
Proses pengembangan produk menjadi lebih terspesialisasi dan dinamik serta
perlu berubah ke arah yang lebih baik lagi. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan
selalu bergerak ke arah dinamis untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Secara
keseluruhan, pengembangan produk baru merupakan mesin inti pertumbuhan
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut piawai mengelolanya . Sebagaimana
pasar berubah dengan cepat sesuai dengan perkembangan dan kondisi persaingan
yang tidak lagi begitu mudah seperti masa yang lalu maka perusahaan di Indonesia,
khususnya yang bergerak dalam industri manufaktur dituntut juga untuk bergerak
lebib cepat guna memuaskan apa yang menjadi keinginan konsumen.
Pengembangan produk baru memerlukan strategi yang tepat bersama-sama
dengan aspek pendukungnya, seperti manusia, infrastruktur, budaya, dan inovasi
yang berkelanjutan. Untuk mampu bertahan di pasar, perusahaan senantiasa berusaha
dengan berbagai cara untuk berada di depan para pesaingnya dengan menciptakan
produk yang sangat baru, proses yang berbeda, memanfaatkan infrastruktur yang
sama atau berbeda. Membutuhkan keterampilan baru, meluncurkan produk evisien
untuk menghemat biaya, atau dengan menciptakan produk yang tergolong mudah
tetapi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Oleh karena itu dengan banyaknya lembaga keuangan syariah, menjadikan
posisi BMT AL-FATH sebagai salah satu lembaga keuangan syariah harus mampu
bersaing (fastabiqulkhoirot), terutama dengan lembaga keuangan maupun bank
syariah ataupun konfensional yang sudah mempunyai nama dan sudah benefit di
bidang keuangan, sumber daya manusia (SDM) dan produk yang berkualitas. Melihat
4
perkembangan lembaga keuangan syariah yang begitu banyak muncul sebagai salah
satu alternatif lembaga keuangan mikro (BMT Al-Fath) sebagai salah satu lembaga
keuangan syariah memberikan solusi dengan menawarkan berbagai macam produk,
pembiayaan ataupun jasa yang mampu untuk bersaing. Untuk memasarkan produk
dan jasa BMT Al-Fath mempunyai pasar yang cukup potensial karena terletak di
wilayah Ciputat, di lingkungan pasar Ciputat sehinggga memudahkan BMT Al- Fath
dalam menarik para mitra untuk mau bergabung dengan BMT ini.
Walaupun letak BMT Al-Fath ini sangat strategis BMT Al-Fath tetap harus
mampu untuk menciptakan produk-produk unggulan yang layak dan dapat dengan
mudah diterima masyarakat. Itu semua dikarenakan persaingan usaha di sektor
perbankan sangat ketat, belum lagi persaingan itu datang dari lembaga nonperbankan.
Selain itu kemunculan para rentenir yang begitu banyak dan sangat kreatif dalam
menarik nasabah dengan memberikan pinjaman begitu mudah tanpa syarat yang
merepotkan bagi nasabah, hal ini membuat BMT Al-Fath harus jeli dalam membaca
peluang sekecil apapun. Selain itu BMT Al-Fath harus bisa memenuhi keinginan dan
kebutuhan nasabah menciptakan produk- produk yang mudah diterimah para calon
nasabah dan mengembangkan produk-produk yang sudah ada agar lebih menarik dan
mudah sehingga dapat meningkatkan keunggulan bersaing bagi BMT Al-Fath.
Atas permasalahan tersebutlah sehingga penulis mencoba mengulasnya dalam
bentuk tulisan berupa skripsi dengan tema ” STRATEGI PENGEMBANGAN
PRODUK BMT AL-FATH DALAM MENINGKATKAN KEUNGGULAN
BERSAING ”, Dengan alasan bahwa letak BMT Al-Fath sangat strategis, jaringan
5
banyak, pengelolaannya sesuai dengan prinsip syariah, terbuka untuk diteliti dan
transparan dalam memberikan tanggapan dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang ditanyakan oleh peneliti.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pengembangan BMT AL-FATH dalam meningkatkan
keunggulan bersaing pada produk yang dipasarkan ?
2. Bagaimana pola pengembangan strategi BMT AL-FATH ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi pengembangan ?
C. Batasan Masalah
Strategi pengembangan produk merupakan suatu tugas dan tanggung jawab
bagi sebuah perusahaan, baik perusahaan yang bergerak dibidang jasa maupun
perdagangan. Pengembangan produk ditujukan oleh perusahaan agar dapat
meningkatkan minat nasabah maupun konsumen untuk membeli produk-produk yang
ditawarkan, selain itu pengembangan produk juga ditujukan untuk meningkatkan
keunggulan bersaing bagi perusahaan.
Bagi perusahaan pengembangan produk merupakan suatu kewajiban bila
mereka masih ingin bertahan dalam suatu persaingan, tanpa adanya suatu
pengembangan produk perusahaan akan mengalami kemunduran dalam usahanya.
Pengembangan produk dapat dilakukan oleh perusahaan dengan cara menciptakan
6
produk-produk yang baru yang lebih efektif maupun dengan cara merubah
penampilan atau memberi inovasi-inovasi yang baru pada produk-produk yang sudah
ada, sehingga dapat lebih menarik pelanggan dan juga ditujukan untuk meningkatkan
kembali gairah nasabah atau konsumen kepada produk-produk lama dimana nasabah
atau kansumen sudah mulai bosan dengan produk-produk tersebut.
Akan tetapi dengan lahirnya lembaga keuangan BMT di Indonesia sebagai
lembaga keuangan mikro yang bergerak dibidang keuangan dan jasa, BMT harus
mampu bersaing dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Oleh Karena itu suatu
BMT harus mampu menciptakan produk-produk yang baru yang efektif dan evisien
sehingga dapat diterima oleh para mitra BMT maupun masyarakat, selain itu BMT
harus mampu membuat inovasi-inovasi yang baru pada produk-produk yang sudah
ada agar tidak menimbulkan rasa bosan pada para mitra BMT tersebut, semua hal
tersebut di lakukan oleh BMT untuk dapat meningkatkan keunggulan bersaing.
D. Tujuan Penelitian
1.Untuk mendiskripsikan srategi pengembangan BMT AL-FATH dalam
meningkatkan keunggulan bersaing pada produk yang dipasarkan .
2. Untuk mengetahui pola pengembangan strategi BMT AL-FATH
3.Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi
pengembangan.
E. Manfaat Penelitian
7
Dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat serta memberikan kontribusi
bagi praktisi maupun akademisi.
1. Bagi praktisi di harapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan serta
informasi tentang masalah yang perlu diadakan perbaikan dan pembenahan serta
kualitas produk, khususnya bagi BMT AL-FATH dalam memberikan pelayanan.
2. Bagi akademisi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi serta
wacana tentang bagaimana BMT AL-FATH mempunyai strategi pemasaran yang
bermutu dan berkualitas dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya.
3. Penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan Usaha Kecil dan Menengah
dalam mengoptimalkan dana pinjaman.
F. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, peneliti melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini
tampaknya masih kurang mendapat perhatian dari para peneliti, untuk tidak
mengatakan belum pernah diteliti sama sekali. Adapun penelitian yang sudah
pernah di bahas mengenai:
1. Pada tahun 2010 telah ditulis skripsi oleh Istikhori dengan judul Strategi
Pemasaran Produk Ijarroh Multijasa BMT Syariah Sebagai Upaya
Memperluas Pangsa Pasar (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum). Skripsi ini
membahas tentang bagaimana bagaimana strategi pemasaran BMT syariah
dalam memperluas pangsa pasar yang lebih berfokus kepada Ijaroh
8
Multijasa. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan metode penelitian
deskriptif berupa kata-kata tertulis dari sumber-sumber yang diperoleh.
Sementara sumber data yang digunakan adalah data perusahaan dan juga data
mengenai Strategi pemasaran produk ijarah multijasa pada BNI syariah.
Hasil yang diperoleh penelitian ini adalah pemasaran yang efektif dan
efisien, menyeluruh, terintegrasi dan berkesinambungan dengan berorientasi
kepada nasabah, dapat dimonitor langkah dan tindakan lanjutnya, langkah-
langkah dan diukur hasilnya dengan cara: Menarik nasabah baru,
Memelihara dan menjaga yang sudah ada dan melakukan kegiatan yang
bertujuan untuk membuat nasabah yang sudah ada agar mau meningkatkan
produk Bank BNI syariah.
2. Pada tahun 2006 telah ditulis skripsi oleh Nurhasanah dengan judul Strategi
Pemasaran Produk Tabungan Mudharabah Dalam Menarik Minat Masyarakat
(Studi Kasus PT.BPR Syariah Wakalumi Ciputat Tangerang). Skripsi ini
membahas tentang bagaimana strtegi yang dilakukan PT.BPR Syariah
wakalumi Ciputat Tangerang dalam menarik minat masyarakat terhadap
produk tabungan Mudharabah di PT tersebut.
3. Pada tahun 2006 telah ditulis skripsi oleh Siti Arfah dengan judul Strategi
Pemasaran produk Pembiayaan Murabahah dan Pengaruh Terhadap Pendistribusian
Dana BMT El-Syifa Ciganjur Jagakarsa Jakarta selatan. Skripsi ini membahas
tentang bagaimana Pengaruh pemasaran produk murabahah terhadap
9
pendistribusian barang dalm BMT El-Syifa Ciganjur Jagakarsa Jakarta
selatan.
Adapun perbedaan skripsi ini dengan skripsi-skripsi di atas adalah pada
penulisan skripsi ini lebih difokuskan pada bagaimana strategi pengembangan produk
yang dilakukan oleh BMT AL-FATH dalam meningkatkan keunggulan bersaing.
G. Metode Penelitian dan Teknis Penulisan
1. Lokasi penelitian yaitu pada koperasi BMT AL-FATH dengan alamat JL.Aria
Putra No. I Kedaung- Pamulang.
2. Sumber Data
a. Primer, yaitu data diperoleh secara langsung dari responden melalui
wawancara dengan pihak yang menjadi objek penelitian dalam hal ini
adalah BMT AL-Fath yaitu dengan Manager Tamwil Bpk Saimin.
b. Skunder, yaitu merupakan sumber data pendukung yang diperoleh melalui
penelitian kepustakaan.
3. Teknis Pengambilan Data
a. Studi Lapangan
Dalam hal ini untuk mendapatkan data-data dan informasi tentang
berupa Tanya jawab dengan pihak Koperasi BMT AL-FATH sebagai
sumber data. Yaitu wawancara dengan Bpk Saimin, S.Pd Manager
Tamwil. Cara pencatatan hasilnya dengan mencatat langsung hasil
wawancara.
10
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan (Library Research) yaitu metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data dan menganalisis data-data. Penulis
mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya
dengan penulisan skripsi ini, literatur ini berupa skripsi terdahulu, buku,
majalah, artikel, brosur, internet dan lain sebagainya. Langkah dalam
melaksanakan studi kepustakaan ini adalah dengan cara membaca,
mengutip, untuk menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap
perlu dalam memenuhi data dalam penelitian ini.
4. Metode dan Analisis Data
Setelah data diperoleh, maka penulis mengolah data tersebut dengan metode
analisis deskriptif. Yaitu menjelaskan dan memaparkan tentang suatu, dalam
hal ini Penulis menjelaskan dan memaparkan tentang pengembangan produk
dan keunggulan bersaing. Dan metode analisis yaitu suatu metode dimana
penulis berdasarkan data-data yang ada menganalisa hal-hal yang berkaitan
dengan permasalahan yang dihadapi, dalam hal ini penulis menganalisa
tentang Strategi pengembangan prodok BMT Al-Fath dalam menigkatkan
keunggulan bersaing.
5. Teknis penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku: Pedoman Penulisan
Sekripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2007.
11
H. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini dirumuskan dalam lima bab. Agar dalam
penyusunan skripsi ini lebih sistematis dan terfokus, maka penulis sajikan sistematika
pembahasan sebagai gambaran umum penulisan skripsi.
Bab satu berisi tentang pendahuluan yang menggambarkan bentuk, isi, dan
metode penelitian, yang di jabarkan dalam; latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode
penelitian, serta sistematika pembahasan.
Bab dua membahas mengenai gambaran umun tentang Landasan teori Strategi
bisnis, regulasi, pengembangan produk, keunggulan bersaing. Permasalahan tersebut
dibahas dengan maksud memberikan gambaran lebih jelas mengenai teori yang
menjadi pandangan dalam penelitian ini.
Bab tiga menjelaskan tentang tentang profil tempat penelitian (BMT AL-
FATH) yaitu sejarah, visi, misi, setruktur organisasi dan produk-produk yang ada
pada BMT AL-FATH. Permasalahan tersebut dibahas dengan maksud memberikan
gambaran lebih jelas mengenai profil yang ada pada BMT AL-FATH.
Bab empat menjelaskan analisis data yang didapat dari lapangan dan di
analisa sesuai dengan metode penelitian yang telah dicantumkan pada bab
sebelumnya yaitu terkait dengan Strategi pengmbangan produk BMT Al-Fath, pola
pengembangan Strategi BMT Al-Fath, fakto-faktor apa saja yang mempengaruhi
strategi pengembangan BMT Al-Fath.
12
Bab lima berisi tentang kesimpulan dari seluruh masalah yang telah dibahas
sebagai jawaban atas pokok masalah. Yang kemudian akan disertakan saran-saran
yang di harapkan akan menjadi masukan sebagai tindak lanjut dari penelitian.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi
Pengertian strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.
Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut:
1. Pengertian Umum
Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang
berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara
atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
2. Pengertian khusus
Strategi merupakan tindakan yang bersifat (senantiasa meningkat) incremental
dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
14
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari
kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.1
Setiap unit bisnis harus merancang strategi untuk pencapaian tujuannya. Ada
empat tahapan dalam menentukan keputusan strategis yaitu.
1. Menentukan perumusan unit usaha.
Maksudnya adalah untuk membagi-bagi kegiatan suatu badan usaha
menjadi unit-unit yang menjadikannya dari divisi produk. Unit usaha
memberikan ketentuan yang lebih sempit bagi analisis strategis terhadap pasar
dan perencanaan.
2. Menentukan klasifikasi strategis atau variabel-variabel kunci.
Yakni membuat ukuran untuk menilai suatu strategi dan mengevaluasi
kinerja serta pada tahap ini pemilihan variabel kunci kesuksesan industri
perusahaan.
3. Memilih strategi yang berperan
Yaitu industrial economy (yang merupakan ekonomi mikro), maksudnya
melihat industri sebagai sasaran.
4. Mengevaluasi seluruh portofolio yang dimiliki.
Strategi biasanya digunakan untuk mengatasi rendahnya sumber daya
insani yang memahami pengelolaan lembaga keuangan berdasarkan prinsip
syariah, khususnya bagi yang baru berdiri dapat diatasi dengan proses magang
1David,“(Koonsep Strategi dan Perumusan)”, artikel diakses pada 9 Februari 2009 dari
http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html.h, 76.
15
pada BMT lain yang sudah memiliki kredibilitas dalam operasionalnya. Di
samping itu juga dapat melalui partisipasi dalam program pelatihan ekonomi
syariah yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga terkait.2
Dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi, sektor hukum juga
mempunyai peran penting di dalamnya. Adapun untuk mencapai keberhasilan dalam
melaksanakan kegiatan pembiayaan kepada masyarakat, BMT dapat menerapkan
prinsip-prinsip berikut:
1. Prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam melaksanakan kegiatannya,
terutama dalam pemberian pembiayaan kepada masyarakat.
2. Prinsip mengenal nasabah (know your customer principle), hal ini lebih
menekankan aspek karakter nasabah.
3. Secara internal perlu menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance, yang meliputi transparancy, accountability, responsibility,
independency, and fairness.3
B. Pengembangan Produk
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk
memenuhi keinginan atau kebutuhan . Segala sesuatu yang termasuk ke dalamnya
2 Philip Kotler, Marketing Management, Alih bahasa Alexander Sindoro (New Jersey:
Prentice Hall. 2000), h. 76 3 Febrianmujahid, “Ekonomics and Islamic Finance”, artikel diakses pada 30 April 2010 dari
http://febryanmujahid.wordpress.com/2010/04/30/bagaimana-bmt-baitul-maal-wa-tamwil-mengurangi-
angka-kemiskinan-di-indonesia/
16
adalah barang berwujud, jasa, events, tempat, organisasi, ide atau pun kombinasi
antara hal-hal yang baru saja disebutkan.4
Jenis- jenis Produknya
1. Simpanan Amanah
2. Simpanan Wadiah
3. Simpanan Pendidikan
4. Simpanan Nikah
5. Simpanan Idul Fitri
6. Simpanan Qurban / Aqiqoh
7. Simpanan Haji
8. Simpanan Mudhorobah Berjangka (Deposito)
TAWAKAL (Tabungan Wadiah BMT Al-Fath)
Merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah/titipan. Dalam tabungan ini BMT
AL FATH tidak wajib memberikan hasil kepada penabung. BMT AL FATH boleh
memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakan BMT AL FATH IKMI.5
SIDIK (Simpanan Pendidikan)
Yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana
pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali dalam satu
4 Arinsyah Akbar, “Jenis-jenis Simpanan dan Pinjaman”, 17 Desember 2010 dari
http://blog.umy.ac.id/2010/jenis-jenis-dan-pinjaman-pembiayaan-bmt.html. 5 Ibid
17
tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester. Simpanan dengan
prinsip mudharabah mutlaqah ini akan mendapat bagi hasil setiap bulan dengan
nisbah.6
Simpanan Nikah
Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan
pernikahan. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan.
Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan
mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah.7
Simpanan Idul Fitri
Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri. Penarikan
dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip
mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai
dengan nisbah.8
Simpanan Qurban
Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan qurban.
Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan ini
6 Ibid
7 Ibid
8 Ibid
18
menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi
hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah.9
Simpanan Haji
Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan untuk
menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini menggunakan
prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan
sesuai dengan nisbah. 10
TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath)
Merupakan tabungan/investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah
mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang
dikehendaki.11
1. Promosi
Promosi merupakan kegiatan Marketing Mix yang terakhir. Dalam
kegiatan ini setiap bank berusaha untuk mempromosikan seluruh produk dan jasa
yang dimilikinya baik langsung maupun tidak langsung. Promosi adalah kegiatan
menawarkan suatu produk kepada konsumen dengan cara mempengaruhi
konsumen12
. Dalam praktiknya paling tidak ada empat macam sarana promosi
yang dapat digunakan oleh setiap Bank dalam mempromosikan baik produk
9 Ibid
10 Ibid
11 Ibid
12 Kasmir. Pemasaran Bank; (Jakarta, Kencana 2004), h. 176.
19
maupun jasanya. Pertama promosi melalui iklan (advertising). Kedua melalui
promosi penjualan (Sales Promotion). Ketiga publisitas (Publicity). Dan keempat
adalah melalui penjualan (Personal Sellin).
Tujuan Promosi Adalah :
1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial
2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit
3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan
4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar
5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing
6.Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.13
2 . Periklanan (Advertising)
Iklan adalah sarana yang digunakan oleh bank guna menginformasikan segala
sesuatu produk yang dihasilkan oleh Bank. Tujuan promosi lewat iklan adalah
berusaha untuk menarik, dan mempengaruhi calon nasabahnya.14
Penggunaan promosi dengan iklan dapat dilakukan dengan berbagai media
seperti;
1. Pemasangan Billboard (papan nama) di jalan-jalan strategis.
2. Percetakan brosur dan disebarkan di setiap cabang atau pusat perbelanjaan.
3. Pemasangan sepanduk di lokasi strategis.
13
Tujuab promosi “(Promosi Pemasaran)”, 23 Juli 2011http://id.wikipedia.org/wiki/promosi
(pemasaran).html. 14
Kasmir. Pemasaran Bank; (Jakarta, Kencana, 2004) h, 177.
20
4. Melalui Koran atau majalah.
5. Melalui televisi, radio atau media lainnya.
Agar iklan efektif dan efisien maka diperlukan program pemasaran yang
tepat:
1. Identifikasi pasar sasaran dan motif pembeli.
2. Tentukan misi yang menyangkut sasaran penjualan dan tujuan periklanan.
3. Anggaran iklan yang ditetapkan.
4. Merancang pesan yang akan disampaikan.
5. Memilih media yang akan disampaikan.15
Keunggulan promosi melalui iklan, antara lain :
1. Presentasi Publik, artinya iklan menawarkan pesan yang sama kepada banyak
orang.
2. Prevasines, yaitu berpeluang untuk mendramatisir produk melalui pemanfaatan
suara, warna, atau bentuk produk.
3. Impresionality, maksudnya konsumen atau nasabah tidak wajib untuk
memperhatikan dan merespon iklan sekarang.16
C. Baitul Mal Wa Tamwil
1 Regulasi BMT
15
Ibid., h. 177 16
Ibid., h. 178
21
Baitul Mal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan Al-mal
yang berarti harta. Jadi secara etimologis (ma’na lughawi) Baitul Mal berarti
rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta.17
Adapun secara terminologis
Baitul mal wattamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan
prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka
mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin,
ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat
dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan
keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.18
BMT (Baitul Maal wat Tamwil) atau padanan kata Balai-usaha Mandiri
Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi
hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka
mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.
Kegiatan Baituttamwil adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan
antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonominya.
Kegiatan Baitul Mal adalah menerima titipan BAZIS dari dana zakat, infaq
dan sadaqah dan menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Dari
segi kata Baitul Maal mempunyai arti yang sama, yang artinya rumah harta. Akan
17 Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: Graha ilmu, 2007), h. 6. 18
Rifqi muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, (Jakarta, P3EI press, 2008), h. 15
22
tetapi keduanya dbedakan atas dasar operasionalnya. Terutama dari segi sumber
dana dan pengguna dana.
Baitul Maal sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah merupakan kepala negara yang pertama yang pertama memperkenalkan
konsep baru di bidang keuangan negara di abad ke tujuh, semua hasil perhimpunan
kekayaan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan
sesuai dengan kebutuhan negara. Tempat inilah yang disebut bait al-maal, yang
pada masa Rasulullah SAW sumber pemasukan bait al-maal adalah:
a. Kharaj, yaitu pajak tanah
b. Zakat yang dikumpulkan dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan dan hasil
pertanian.
c. Khums, yaitu pajak proporsional sebesar 20%
d. Jizyah, yaitu pajak yang dibebankan kepada orang-orang non-muslim sebagai
pengganti layanan sosial ekonomi dan jaminan perlindungan keamanan dari
negara Islam.
e. Penerimaan lainya separti kaffarah dan harta waris dari orang yang tidak
memiliki ahli waris.19
Setelah Rasulullah wafat, Abu bakar sebagai penggantinya. Setelah itu
dilanjutkan dengan Umar ra. Dalam masa Umar ra yang disebut baitul maal adalah
tempat mengumpulkan harta milik semua umat Islam, yang memungkinkan
dibawa, dipindahkan atau dijaga. Baitul maal sebagai lembaga keuangan yang
19
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005), h.16.
23
bertugas untuk menerima, menyimpan dan mendistribusikan uang negara sesuai
dengan aturan syariat Islam.20
2. Tujuan
Tujuan umum BMT lengkapnya adalah melakukan pembinaan dan
pendanaan yang berdasarkan prinsip syariah. Lengkapnya adalah sebagi berikut:
a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat dan
daerah kerjanya.
b. Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan islami
sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.
c. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota. Setelah itu BMT dapat melakukan
penggalangan dan mobilisasi atas potensi tersebut sehingga mampu
melahirkan nilai tambah kepada anggota dan masyarakat sekitar.
d. Menjadi perantara keuangan antara aghniya sebagai shohibul maal dengan
dhu’afa sebagai mudharib, terutama untuk dana-dan sosial seperti zakat,
infaq, shadaqah, wakaf, hibah dan lain-lain. BMT dalam fungsi ini bertindak
sebagai amil yang bertugas untuk menerima dana zakat, infaq, shadaqah, dan
dana sosial lainnya dan untuk selanjutnya akan disalurkan kembali kepada
golongan-golongan yang membutuhkannya.
20
Jaribah bin Ahmad Al-Haristi, Fiqih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, (Jakarta: Khalifa,
2006), h. 644.
24
e. Menjadi perantara keuangan, antara pemilik dana, baik sebagai pemodal
maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha
produktif.21
Peran ini menegaskan arti penting prinsi-prinsip syariah dalam kehidupan
ekonomi masyarakat, sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang bersentuhan
langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan
ataupun materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam pengemban misi
keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Oleh karena itu BMT
diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi ini. Dengan
keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya mempunyai beberapa fungsi :
a. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.
Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting
system ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan
mengenai cara-cara bertransaksi yang islami, misalnya supaya ada bukti
dalam transaksi, dilarang curang dalam menimbang barang, jujur terhadap
konsumen dan sebagainya.
b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.
BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan
mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan
pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.
c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir.
21
Muhammad. Lembaga Ekonomi Syariah, Graha ilmu. Yogyakarta, 2007, h. 59.
25
Masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu
memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka
BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia
dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.
d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.
Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks
dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk
melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus
diperhatikan, misalnya masalah dalam pembiayaan, BMT harus
memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis
pembiayaan.
3. Badan Hukum
Pada awal perkembangannya, BMT memang tidak memiliki badan hukum
resmi. BMT berkembang sebagai lembaga swadaya masyarakat atau kelompok
simpan pinjam. Namun mengantisipasi perkembangan ke depan, status hukum
menjadi kebutuhan yang mendesak.
Pengguna badan hukum kelompok swadaya masyarakat atau koperasi untuk
BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga formal yang
dijelaskan UU No. 7 tahun 1992 dan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan
yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
Menurut undang-undang pihak yang berhimpun dan menyalurkan dana masyarakat
26
adalah Bank umum dan BPR, baik dioperasikan dengan cara konvensional
maupun prinsip bagi hasil.
Dalam peraturan per undang-undangan di Indonesia, yang memungkinkan
penerapan sistem operasi bagi hasil adalah perbankan dan koperasi. Saat ini oleh
pembina-pembina BMT yang ada, BMT diarahkan untuk berbadan hukum
koperasi mengingat BMT berkembang dari kelompok swadaya masyarakat. Selain
itu dengan terbentuk koperasi, BMT berkembang ke berbagai sektor usaha seperti
keuangan dan sektor riil. Bentuk ini juga diharapkan dapat memenuhi tujuan
memberdayakan ekonomi luas, sehingga kepemilikan kolektif BMT sebagaimana
konsep koperasi akan lebih mengenai sasaran.22
BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas
hukum yang bertahap, pertama dapat dimulai sebagai KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat) atau LKM (Lembaga Kecil Menengah) dan jika telah mencapai
modal dasar yang telah ditentukan barulah segera menyiapkan diri ke dalam badan
hukum koperasi, KSM/LKM dengan mendapat sertifikat dari PINBUK (Pusat
Inkubasi Bisnis Usaha Kecil).
Jika mencapai keadaan dimana para anggota dan pengurus telah siap, maka
BMT dapat dikembangkan menjadi badan hukum koperasi. BMT yang telah
memiliki kekayaan Rp. 75.000.000 atau lebih diminta atau diharuskan untuk
mempersiapkan proses administrasi untuk menjadi koperasi yang sehat dan baik
dilihat dari segi pengelolaan koperasi. Dianalisa dari ibadah yang harus di
22
Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung : Mizan, 1999), h.81.
27
pertanggungjawabkan kinerjanya tidak saja pada anggota dan masyarakat, tetapi
juga kepada Allah SWT, karena seharusnya BMT berbadan hukum koperasi ini
dikelola secara Syariah Islam yang sarat dengan nilai-nilai etika dan Islam.23
Badan hukum BMT yang sesuai dengan kondisi peraturan yang berlaku
adalah koperasi syariah, yaitu sebagai salah satu unit usaha yang dikelola koperasi.
Secara organisatoris BMT dibawah badan hukum koperasi. Dalam hal ini
pengelola BMT bertanggung jawab kepada pengurus koperasi. Sedangkan
pengurus koperasi bertanggung jawab kepada rapat anggota tahunan.24
Adapun lebih singkatnya sebagai berikut :
1. BMT dapat didirikan dalam bentuk KSM atau Koperasi :
KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat
Keterangan dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil)
2. Koperasi serba usaha atau koperasi syariah
3. Koperasi simpan pinjam syariah (KSP-S)
4. BMT berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta
berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah,
kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme . Secara
Hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistim operasionalnya tidak jauh
berbeda dengan Bank Syariah sehingga produk-produk yang berkembang dalam
23
Nuri Fahmi, “Respon Masyarakat Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Terhadap
BMT Darunnajah Jakarta”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2005), h.22. 24
Ahmad Sukamatjaya, “Baitul Maal Wat Tamwil”, 28 Desember 2009, (Jakarta: Yayasan Al-
Amin Dharma Mulia), h.10.
28
BMT seperti apa yang ada di Bank Syariah. Oleh karena berbadan hukum
koperasi, maka BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 25 tahun 1992
tentang perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha
simpan pinjam oleh koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 tahun
2004 tentang Koperasi Jasa keuangan syariah.
4. Perkembangan BMT di Indonesia
Bank syariah didirikan pertama kali pada tahun 1991 dengan didirikannya
Bank Muamalat Indonesia (BMI). Saat perbankan nasional mengalami krisis
cukup parah tahun 1998, sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan
dalam produk-produk Bank Muamalat relatif mampu mempertahankan kinerja
bank.
Konversi sistem operasi perbankan dari konvensional ke sistem syariah yang
dimungkinkan UU No. 10 Tahun 1998, pertama kali dimanfaatkan oleh Bank
Susila Bhakti (BSB), kemudian Bank Syariah Mandiri (BSM), dan diikuti
berdirinya Bank Jabar Syariah. Bank BRI rupanya tidak mau ketinggalan oleh
bank BUMN lainya untuk membentuk perbankan syariah. Berdasarkan perizinan
dari Bank Indonesia, pada 10 Januari 2003 membentuk perbankan syariah dengan
nama Bank Rakyat Indonesia Syariah Bandung (BRI Syariah). Selain sejumlah
Bank syariah tersebut, lembaga keuangan lainnya yakni BPR Syariah (BPRS) di
daerah-daerah ikut berperan dalam menegakan sistem perekonomian syariah,
misalnya BPRS Al-Ikhsan. Satu lagi bank BUMN yang memiliki perbankan
29
syariah adalah Bank BNI. Sesuai dengan UU No. 10 tahun 1998 yang
memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan syariah, bank BNI
membuka layanan perbankan yang sesuai prinsip syariah dengan konsep dual
system banking.25
Perbankan syariah dapat dikategorikan sebagai jenis industri baru yang
mempunyai daya tarik cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peminat
untuk menabung. Dalam cetak biru BI, diproyeksikan bahwa jumlah asset, data
yang dikelola, dan pembiayaan tumbuh rata-rata sebesar 74,79%, 68,71% dan
71,71% sejak tahun 1998 hingga 2001. Meskipun perkembangan perbankan
syariah cukup pesat belum semua bank syariah dapat menampung sekaligus
meningkatkan mobilisasi dana masyarakat muslim secara kuantitatif, sehingga
sangat dibutuhkan pengembangan dan pendirian bank-bank syariah baru.
Pembukaan kantor-kantor cabang bank syariah dimaksudkan untuk menggerakkan
sector riil dan menampung dana mandek (idle fund) masyarakat.
Perkembangan perbankan syariah telah memberikan kontribusi yang cukup
signifikan bagi perekonomian Indonesia. Tapi kenyataannya, tersedianya Bank
syariah belum memenuhi atau belum dapat menjawab kebutuhan pasar oleh karena
itu perlu adanya lembaga keuangan mikro syariah yang memberikan peminjaman
dalam lingkup kecil yang salah satunya adalah BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)
yang sekarang telah berkembang pesat dilihat dari hasil seminar lembaga
25
Segara Edo, “Saatnya BMT Berbenah Diri”, artikel diakses pada 10 Februari 2008 dari
http://www.edosegara.com/2008/02/saatnya-bmt-berbenah-diri.html
30
keuangan mikro syariah bahwa asset baitul maal wat tamwil (BMT) se Indonesia
diperkirakan sekitar Rp. 1,5 triliun. Asset tersebut dikelola sekitar 3.307 unit BMT
dengan nilai dan beragam tingkat pertumbuhan.26
Meskipun assetnya masih kecil dibandingkan dengan asset bank syariah,
BMT sangat berperan dalam meningkatkan kehidupan umat , kata ketua Pusat
Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), M. Amin Aziz. Sebagai perbandingan
asset bank syariah mencapai Rp. 18,8 triliun per September 2005, apabila jika
dibanding asset perbankan nasional yang sekitar Rp. 1.100 triliun. Jika sebuah
BMT memiliki nasabah sekitar 100 orang, maka total nasabah BMT diseluruh
Indonesia sekitar 3 juta orang. Padahal BMT yang memiliki nasabah 100 orang
hanyalah BMT dengan asset dibawah Rp. 100 juta. Untuk yang assetnya lebih dari
itu, jumlah nasabahnya bisa 2 kali lipat.
Menurut Amin Aziz BMT potensial untuk membantu masyarakat ekonomi
bawah karena selain berada di daerah pembiayaan yang diberikan pun nilainya
kecil mulai Rp. 250 ribu-Rp. 5 juta. Dari 3 ribu-an BMT, baru 10 unit BMT yang
menembus asset Rp.15 milyar. Diperkirakan BMT yang berasset Rp.5-15 milyar
berjumlah 150 dan 300 BMT memiliki asset dibawah Rp. 1 milyar. BMT punya
kontribusi besar dalam perekonomian nasional, karena segmen yang dibiayai
adalah kelompok mikro dan kecil yang di Indonesia mencakup 98%. Pemerintah
dan lembaga internasional mengakui peran lembaga keuangan mikro dalam
mengentaskan kemiskinan melalui pencanangan tahun keuangan mikro. Dengan
26
Ibid
31
adanya kenaikan BBM per Oktober 2005, penduduk miskin di Indonesia
bertambah jadi 25 juta dari 17 juta sebelumnya. Sementara usaha mikro berjumlah
40 juta unit.
Lembaga keuangan mikro termasuk mikro syariah berperan menjembatani
kelompok miskin dan usaha mikro. Mereka kelompok miskin , selama ini tidak
terjangkau oleh dana perbankan sekitar Rp. 30 triliun dana yang diserap dari
pedesaan, hanya Rp. 15 triliun yang kembali kepada masyarakat. Meski terdepan
untuk urusan pengentasan kemiskinan pengembangan BMT mengalami kendala,
selain masalah teknis operasional, kualifikasi SDM, masalah paling mendasar
adalah status kelembagaan BMT. Walaupun sebagian besar BMT berbadan hukum
koperasi, fakta di lapangan menunjukan ada keluhan dari beberapa pihak bahwa
BMT tidak melaksanakan secara total peraturan dan perundang-undangan
perkoperasian. Dari perkembangan BMT dan permasalahan teknis operasional dan
SDM dapat diselesaikan dengan pertukaran pengalaman dengan adanya sebuah
induk koperasi syariah bisa mengembangkan BMT koordinator untuk menata
jaringan kerja di daerah.27
Baitul Maal Wattamwil selanjutnya disingkat BMT adalah salah satu
lembaga keuangan mikro yang ada di Indonesia selain koperasi dan lembaga
keuangan mikro lainnya. Awal mula muunculnya BMT di Indonesia adalah pada
bulan Juni 1992 di Jakarta, oleh prakarsa beberapa orang mendirikan lembaga
27
Iman Hilman, Perbankan Syariah Masa Depan, (Jakarta: Senayan Abadi Publising , 2003),
hal. 38-40
32
keuangan tanpa bunga dengan nama BMT. Lembaga keuangan non perbankan ini
mengenalkan konsep bagi hasil dalam bentuk akad mudharobah dan konsep jual
beli yakni murabahah serta akad kerjasama bisnis dengan musyarakah. Oleh
karenanya, kedudukan BMT sangat strategis, apalagi pangsa pasar di bidang
permodalan usaha masih di dominasi oleh UKM yang jumlahnya jutaan
dibandingkan jumlah usaha-usaha besar.
Keberadaan BMT sebagai salah satu lembaga keuangan syariah mengalami
dinamika yang bagus seiring dengan dinamika dan perkembangan lembaga
ekonomi dan keuangan Islam lainnya di tanah air. Munculnya lembaga keuangan
mikro seperti BMT merupakan salah satu multiplier efect dari pertumbuhan dan
perkembangan lembaga ekonomi dan keuangan bank syariah. Lembaga ekonomi
mikro ini lebih dekat dengan kalangan masyarakat bawah.
BMT adalah lembaga keuangan terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal
wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan
antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya. Selain itu BMT juga bisa menerima titipan zakat, infaq, shadaqah
serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan syariah dan amanahnya.
Berdasarkan pemahaman di atas, maka BMT adalah suatu lembaga yang di
dalamnya mencakup dua jenis kegiatan sekaligus yaitu, kegiatan mengumpulkan
zakat, infaq dan shodaqoh serta lainnya yang dibagikan / disalurkan kepada yang
berhak dalam rangka mengatasi kemiskinan dan dari kegiatan produktif dalam
33
rangka nilai tambah baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang bersumber
daya manusia.28
Secara legal formal BMT sebagai lembaga keuangan mikro berbentuk badan
hukum koperasi. Sistem operasional BMT mengadaptasi sistem perbankan syariah
yang menganut sistem bagi hasil. Baitul maal dalam bahasa Indonesia artinya
rumah harta. Sebagai rumah harta, lembaga ini dapat mengelola dana yang berasal
dari zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Di sinilah sebenarnya letak keunggulan dari
BMT dalam hubungannya dengan pemberian pinjaman kepada pihak yang tidak
memiliki persyaratan/jaminan yang cukup. Maka operasional BMT di bawah
ketentuan UU. No. 20 thn 2008, UU. No. 21 thn 2008, dan UU. No. 38 thn 1999.
Setidaknya pemerintah Indonesia sudah sedikit membantu dengan membuat
regulasi tentang perbankan syariah, UKM, dan pengelolaan zakat.
Dalam operasionalnya BMT memiliki fungsi ganda, fungsi sosial sebagai
Baitul Maal (rumah harta) dan fungsi usaha sebagai Baitut Tamwil (rumah
pembiayaan). Fungsi BMT sebagai Baitul Maal diwujudkan dengan semacam
jaminan/proteksi sosial melalui pengelolaan dana baitul maal berupa dana ZIS
ataupun berupa insentif sosial, yakni rasa kebersamaan melalui ikatan kelompok
simpan pinjam ataupun kelompok yang berorientasi sosial. Proteksi sosial ini
menjamin distribusi rasa kesejahteraan dari masyarakat yang tidak punya kepada
masyarakat yang punya. Dengan demikian, terjadi komunikasi antara dua kelas
28
Ibid., h. 58
34
yang berbeda yang akan memberikan dampak positif kepada kehidupan sosial
ekonomi komunitas masyarakat sekitar.
Sedangkan fungsi sebagai Baitul Tamwil diwujudkan dengan transaksi-
transaksi keuangan yang memiliki konsep pinjaman kebijakan (qardhul hasan)
yang diambil dari dana ZIS atau dana sosial. Dengan adanya model pinjaman ini,
BMT tidak memiliki resiko kerugian dari kredit macet yang mungkin saja terjadi.
Dalam konsep baitul tamwil, pembiayaan dilakukan dengan konsep syariah (bagi
hasil). Konsep bagi hasil untuk sebagian besar rakyat Indonesia merupakan konsep
yang telah sering dipraktikkan dan sudah menjadi bagian dari proses pertukaran
aktivitas ekonomi, terutama di pedesaan. Contohnya, bagi hasil antara pemilik
sawah dan penggarap sawah.
Kelebihan konsep bagi hasil adalah menyebabkan kedua belah pihak,
pengelola BMT dan peminjam saling melakukan kontrol. Di sisi lain pengelola
dituntut untuk menghasilkan untung bagi penabung dan pemodal. Produk yang
dikeluarkan oleh BMT meliputi produk pembiayaan (mudhorobah, musyarakah),
jual beli barang (BBA, murabahah, bai assalam), ijarah (leasing, bai takjiri,
musyarakah mutanaqisah), serta pembiayaan untuk sosial (qordhul hasan). Produk
tabungan meliputi tabungan mudharabah dan ZIS.29
29
Febrianmujahid, “Ekonomics and Islamic Finance”, artikel diakses pada 30 April 2010 dari
http://febryanmujahid.wordpress.com/2010/04/30/bagaimana-bmt-baitul-maal-wa-tamwil-mengurangi-
angka-kemiskinan-di-indonesia/
35
D. Keunggulan Bersaing
1. Pengertian Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing merupakan perkembangan dari nilai yang mampu
diciptakan oleh perusahaan untuk pembelinya.
Adapun keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan
perusahaan untuk pembelinya yang melebihi biaya perusahaan dalam
menciptakannya. Nilai adalah apa yang pembeli bersedia bayar.
Keunggulan bersaing tidak dapat dipahami dengan memandang perusahaan
sebagai suatu keseluruhan. Keunggulan bersaing berasal dari banyak aktivitas
berlainan yang dilakukan perusahaan dalam mendesain, memproduksi,
memasarkan, menyerahkan , mendukung produknya. Masing–masing aktivitas
dapat mendukung posisi biaya relatif perusahaan dan menciptakan dasar untuk
diferensiasi.30
2. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keunggulan bersaing.
a. Nilai / Value
Yang harus ditekan pada nilai atau value ini yaitu suatu perusahaan
harus tahu tentang apa nilai atau value yang diinginkan atau diharapkan oleh
calon pembeli, sesuai atau tidak dengan harapan mereka, atau sesuai apa tidak
dengan apa yang didapatkan oleh mereka dari produk perusahaan tersebut.
30
Crown Dirgantoro, Manajemen Stratejik, ( Jakarta: PT Grasindo, 2001 ) h. 159.
36
b. Kemampuan Untuk Menyerahkan Produk
Yaitu mengenai kecepatan pelayanan, penyerahan produk dan
sensitivitas terhadap pelanggan.
c. Harga
Pantas atau tidaknya harga yang ditetapkan oleh perusahaan terhadap
produknya dimata konsumen atau pembeli produk tersebut.
d. Loyalitas Konsumen
Terciptanya sekelompok pembeli dalam pasar (segmen) yang akan
mengabaikan produk pengganti dari pesaing, dengan kata lain adanya loyal
customer atau pelanggan yang setia.31
3. Mempertahankan Keunggulan
Mempertahankan lebih sulit dari pada merebut,kata- kata klasik ini sudah
sering kita dengar. Akan tetapi apakah kata-kata tersebut hanya dijadikan
tameng apabila yang terjadi kemudian adalah sebuah kegagalan. Kata-kata
tersebut juga berlaku dalam dunia usaha banyak cara dan banyak peluang serta
tantangan yang terbuka untuk mencapai keunggulan. Demikian pula banyak
cara untuk mempertahankan keunggulan yang telah dicapai oleh organisasi atau
perusahaan. Memang banyak yang beranggapan bahwa dalam persaingan lepas
kendali atau hypercompetition sangat sulit untuk mencapai pertumbuhan yang
terus menerus, akan tetapi secara alamiah perusahaan akan terus
31
Crown Dirgantoro, Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis, (Jakarta: PT Grasindo,
2001) , h. 158.
37
mempertahankan keunggulannya selama mungkin bahkan mereka akan
berusaha menjadi penguasa tunggal dalam pasar.32
Sekali lagi, hal tersebut
sangatlah wajar dan sah-sah saja, tinggal bagaimana pelaku pasar yang lain
melakukan respon terhadap sifat dasar tersebut. Sifat alamiah ini kalau
diumpamakan sama dengan sifat manusia yang akan selalu merasa lapar dan
haus dan akan terus berusaha menutupi rasa lapar dan hausnya tersebut.
Sementara tingkat pemuasan terhadap rasa lapar tersebut tergantung pada
individu masing-masing.
Beberapa cara mempertahankan keunggulan yang bisa kita
identifikasi, di antaranya adalah :
a) Keunggulan Operasional : Keunggulan ini bila mengacu kepada strategi
generik adalah berdasarkan kepada strategi harga dan biaya terendah dengan
kepada penekanan efisiensi. Bila perusahaan bekerja kepada efisiensi dan
kemudian berhasil menerapkan atau menekan biaya total untuk produk
sedemikian rupa, sehingga bisa menjadi yang terendah dalam industrinya,
maka kemungkinan terbesar bisa menetapkan harga produk yang terendah
pula bagi industri.33
b) Keunggulan Produk dan Teknologi : hal ini bisa diperhatikan oleh
perusahaan yang menjadi pemimpin produk adalah perusahaan tidak boleh
terlalu terlena dengan terus menerus melakukan inovasi produk tanpa
32
Ibid., h. 19 33
Ibid., h. 20
38
memperdulikan pasar. Pekerjaan lain yang tidak kalah beratnya adalah
bagaimana membuat pasar siap menerima produk-produk yang sebelumnya
tidak pernah ada. Sedangkan teknologi memiliki peran yang sangat penting
dalam proses pengembangan atau inovasi produk. Dengan teknologi, maka
banyak hal atau kemungkinan-kemungkinan yang tadinya hanya dalam
angan-angan saja kemudian menjadi sebuah kenyataan. Pemanfaatan
teknologi dalam proses inovasi produk sudah sedemikian meluasnya,
sehingga yang banyak terjadi adalah teknologi menjadi penggerak utama
dalam penemuan produk baru.34
c) Kedekatan Dengan Pelanggan : Perusahaan yang ingin membangun
keunggulan melalui kedekatan dengan pelanggan yang harus dilakukan
adalah upaya untuk membangun citra image tentang perusahaan ke dalam
benak pelanggan. Untuk membangun kedekatan dan keakraban dengan
pelanggan, maka perusahaan harus mau untuk menjadi bagian dari solusi
untuk si pelanggan dan bukan malah menjadi bagian dari problem mereka.35
Dalam melakukan atau memberikan respons terhadap persaingan, sering
dilakukan perombakan total pada proses bisnis atau sering dikenal sebagai business
process reengineering atau rekayasa ulang proses bisnis. Perombakan total terpaksa
dilakukan ketika perusahaan mengarah kepada situasi yang cukup menakutkan dalam
kerangka persaingan bisnis. Ada tiga kekuatan besar yang bekerja sendiri-sendiri
34
Ibid., h. 24 35
Ibid., h. 25
39
maupun secara kombinasi yang mendorong perusahaan untuk masuk semakin jauh ke
dalam area manakutkan bagi perusahaan.36
Ketiga kekuatan tersebut yang
diidentifikasikan oleh Michael Hammer dan James Champy tokoh terkemuka dalam
rekayasa ulang sebagai 3-P yang terdiri dari:37
P1= Pelanggan
P2= Persaingan
P3=Perubahan
P-1 (Pelanggan)
Sejak awal tahun 1980-an di Negara-negara maju dalam hubungan penjual
dan pelanggan telah muncul pegeseran yang sangat kelihatan dimana kekuatan
dominan tidak lagi berada di tangan para penjual akan tetapi berada pada tangan
pelanggan. Para pelangganlah yang sekarang meminta kepada pemasok atau penjual
apa yang mereka inginkan, kapan mereka menginginkannya serta berapa yang mereka
sedia bayar. Dengan demikian semakin bannyaknya pilihan yang dimiliki oleh
pelanggan, semakin besarlah kekuatan mereka untuk menentukan aturan main seperti
yang mereka inginkan.38
Pelanggan-pelanggan, baik itu perseorangan maupun perusahaan, sekarang
menuntut agar mereka diperlakukan secara spesifik atau secara individu dan bukan
sebagai kelompok. Mereka menuntut dan mengharapkan produk-produk dan jasa
yang disampaikan benar-benar sesuai dengan keinginan mereka. Mereka
36
Ibid., h. 53 37
Ibid., h. 53 38
Ibid., h. 53
40
mempersyaratkan seluruh jadwal pengiriman produk yang sesuai dengan apa yang
mereka tentukan. Demikian pula dengan jumlah yang harus mereka bayar.39
P-2 (Persaingan)
Dalam kondisi persaingan perusahaan yang dapat menjangkau pasar dengan
produk atau jasa yang layak dengan harga terbaik akan meraih penjualan. Sekarang,
persaingan tidak hanya semakin ketat, tetapi juga semakin beraneka ragam.
Dalam pasar yang semakin menyempit serta pemain yang justru semakin
bannyak, persaingan akan semakin ketat. Peran dan pengguna teknologi informasi
juga akan mengubah wajah persaingan. Teknologi informasi akan memberikan
peluang-peluang baru bagi perusahaan dalam persaingan, disamping akan
menciptakan halangan- halangan tersendiri bagi para pelakunya baik pemain lama
maupun para pendatang baru. Pada pola persaingan dan pesaing yang baru tersebut
banyak yang menyadari bahwa pelayanan standar yang telah ada saat ini tidak cukup.
Untuk berhasil, kita harus dapat memberikan lebih dari apa yang telah ada.40
P-3 (Perubahan)
Kita pasti pernah mendengar product life cycle (PLC). PLC atau siklus hidup
produk menggambarkan siklus hidup untuk setiap produk yang dilemparkan ke
pasaran yang dimulai dari fase atau tahap produk diperkenalkan, kemudian fase
pertumbuhan di mana pertumbuhan permintaan terhadap produk oleh pasar tinggi dan
memasuki tahap kematangan dimana permintaan terhadap produk relatif stabil dan
39
Ibid., h. 54 40
Ibid., h. 55
41
akhirnya tahap penurunan dimana tahap permintaan terhadap sebuah produk
cenderung mengalami penurunan dan ujung-ujungnya ketika permintaan menjadi
sangat sedikit atau secara matematis mendekati atau menuju nol maka biasanya
produk tersebut tidak diproduksi lagi. Selain siklus hidup produk, kita juga bisa
membuat siklus hidup pelanggan yang akan menggambarkan tahapan yang sama
seperti produk tapi berlaku untuk pelanggan.
Perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis saat ini yang bersifat
dinamis dan turbulence akan mengakibatkan seluruh siklus yang ada baik produk
maupun pelanggan berumur jauh lebih pendek dibandingkan sebelumnya. Perusahaan
tentu saja menginginkan untuk berada dalam fase kematangan produk maupun
pelanggan selama mungkin untuk mengeruk keinginan sebanyak-banyaknya. Oleh
karena itu, perusahaan harus merespon dengan benar perubahan-perubahan tersebut
serta malakukan perbaikan-perbaikan yang juga sangat dinamis untuk menyiasatinya.
Kalau tidak, maka dia akan tertinggal atau ditinggalkan, apalagi perubahan-perubahan
yang terjadi tersebut berlangsung secara terus menerus dengan kecepatan yang sangat
tinggi.41
41
Ibid., h. 56
42
BAB III
TINJAUAN UMUM BMT AL-FATH IKMI
A. Latar Belakang Berdirinya BMT Al-Fath IKMI
BMT Al-Fath ini didirikan pada tanggal 13 Oktober 1996 oleh 25 orang
pendiri dengan modal awal Rp 400.000,- per pendiri. Pada tahun 1998, BMT Al-Fath
IKMI resmi mendaftarkan diri pada departemen koperasi untuk mendapatkan badan
hukum. Maka BMT Al-Fath IKMI mendapat legal hukum dengan Nomor : 650/
BH/kwk. 10/VI/1998 dengan nama “ Koperasi Simpan pinjam Pamulang”
Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT Al-
Fath IKMI mengajukan perubahan badan hukum, maka lahirlah akte perubahan
dengan nomor 518/BH/PAD/ Koperasi 2005 dengan nama “Koperasi BMT Al-Fath
IKMI”.
BMT Al-Fath IKMI merupakan sebuah lembaga keuangan mikro syariah yan
telah tumbuh dan berkembang pesat di Ciputat. BMT Al-Fath IKMI terbentuk
sebagai lembaga keuangan syariah dengan model yang mampu melakukan fungsi
intermediate antara pihakyang memiliki dana (shahibul maal) dengan pemilik
usaha(mudharib). Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah yaitu BMT Al-Fath
IKMI mampu menjadi solusi alternatif bagi masyarakat muslim, khususnya
untukkegiatan simpan pinjam dengan pola usaha syariah dan bebas dari riba
yangterdapat di lembaga keuangan konvensional.
43
Dalam perkembangaanya BMT Al-Fath IKMI berupaya menempatkan diri
sebagai mitra yang terpercaya dalam menjaga amanah yang diberikan masyarakat
serta berusaha secara sungguh-sungguh memberikan pelayanan yang terbaik. Saat ini
BMT Al-Fath IKMI memiliki 2 kantor Unit Pelayanan Kas yang bertempat di Kantor
Pusat Jln. Aria Putra No. 1 Kedaung, Pamulang serta Kantor cabang di Jln. Merpati
Raya No. 27 A Sawah Baru Ciputat, Jombang memiliki 18 karyawan, 7 orang
pengurus, 2 orang Pembina manajemen, 3 orang dewan pengawas syariah, 1orang
internal auditor dan 1orang Pembina/penasihat.
Dengan melakukan perbaikan di segala bidang yang meliputi; penerapan
teknologi, sistem akuntansi, SDI yang handal, pemahaman Buku Profil KSU Syariah
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Al-Fath IKMI konsep syariah dan
mengaplikasikannya, penerapan SOP yang baku dantepat dengan visi manajemen
yang berorientasi pada prestasi, potensi pasar binaan yang jumlahnya 3 Pasar, dengan
jumlah nasabah lebihdari 1.000 anggota. lembaga yang menjadi mitra kerja, serta
citra dan nama baik yang sudah mulai tertanam di masyarakat, menjadi pendorong
dan kekuatan sendiri,sehingga harapan dan masa depan BMT Al-Fath IKMI yang
sudah menjadi asset di masyarakat terus berperan aktif untuk kemajuan
perekonomian umat melalui kerja keras dan semangat kebersamaan serta ridho Allah
SWT.
Respon masyarakat mengenai keberadaan BMT Al-Fath pada tahun 1996
BMT masih kurang disosialisasikan karena BMT lahir sekitar tahun 1994/1995
setelah Bank Muamalat, dan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat jadi
44
masyarakat kurang begitu tahu menahu tentang BMT. Dalam kendala tersebut,
strategi kita terdiri dari berbagai unsur seperti pegawai, guru, pedagang. Dari unsur
pedagang inilah mereka mempunyai hubungan dengan teman-teman pedagang di
pasar Ciputat khususnya.
Penawaran program BMT ini tidak mengalami kesulitan kepada sesama
pedagang. Dari situlah terus dikembangkan sosialisasi kepada masyarakat dan mitra
BMT yang sudah bergabung dengan BMT sehingga tersebar informasi tentang BMT
dan baru pada tahun 2000 ke atas sudah mulai cukup bagus.1
B. Visi, Misi dan Tujuan BMT Al-Fath IKMI
BMT Al-Fath IKMI memiliki visi dan misi sebagai berikut:
Visi :
Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu
berperan aktif sebagai khalifah Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Misi :
Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan
pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa (orang mampu)
kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan berkesinambungan.
Fungsi :
Menjalin Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) melalui pemungutan
dan penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta memasyarakatkannya, dan
1 Turmudi Imam, “Jujur, Amanah dan Menguntungkan” , BMT AL-FATH IKMI, (Jakarta), 20
Maret 2010, h. 31.
45
menunjang pemberdayaan ummat melalui program pemberian modal bagi pedagang
ekonomi lemah, pemberian beasiswa dan santunan bagi kaum dhu'afaa.
Tujuan :
1. Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta mempunyai posisi tawar
(daya saing) anggota dan mitra binaan juga masyarakat pada umumnya melalui
kegiatan pendukung lainnya.
Budaya Kerja :
a. Kerja ikhlas, Kerja Cerdas dan Kerja Keras
b. Menjungjung tinggi sifat Amanah, Sidiq, Tabligh dan Fathonah
c. Selalu berupaya menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
menyenangkan.
d. Memberikan pelayanan dengan penuh perhatian dan professional.2
2. Menjauhkan masyarakat dari praktek yang non syari’ah, terutama dari para
rentenir di mana keberadaannya yang makin merajalela yang sangat merugian
masyarakat. Dengan tambahan yang ditetepkan sangat tidak wajar maka rentenir
selalu di katakan identik dengan riba, sedangkan riba sangat di larang dalam Islam
karena riba sering dikaitkan dengan al-bathil tertulis dalam Al-quran Surat (An-
Nisa : 29).
2 Ibid., h. v
46
(29 : 4/النساء)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan hartasesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.“ (An-Nisa/ 4 : 29).
Selain itu juga tertulis dalam surat (Ali Imran :130)
( 130 : 3/ال عمران)
Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan." (Q.S. Ali Imran/3 : 130).
Dan juga dalam surat(Al Baqarah: 278-279).
( 278 -279 : 2 /البقرة)
Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) riba jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka
ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
47
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak pula dianiaya." (Al Baqarah/2: 278-279).
C. Gammbar 3.1 Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI 3
3 Ibid., h. 63
MANAGER
TAMWIL
RAT
PENGURUS PENGAWAS
KANTOR
KAS
KAB.OPERA
SIONAL
KABAG
MARKETING
PEMBU
KUAN
JASA
MITRA
ACOUNT
OFFICER
TELLER FUNDING
OFFICER
KOLEK
TOR
MANAGER
MAAL
KEUANGAN PEMBUKUAN
Ket :
Garis Perintah
Garis Pengawasan
48
Dewan Pengurus dan Pengawas yang menjabat untuk periode 2009-2011
adalah sebagai berikut:
Nama : KJKS BMT Al Fath IKMI Jaksel
Pendirian : 13 Oktober 1996
Badan Hukum : 650/BH/KWK.10/VI/1998
Akte Perubahan : 518/BH/PAD/Koperasi/2005
NPWP : 02.021.735-2.411.000
SIUP : 1086/10-04/PK/XII/2000
Jumlah Pendiri : 31 Orang 1 Lembaga
Dewan Pengawas
Ketua : Drs Mustakim Kurdi
Anggota : Faridi Syahdana, SE
Didin Syaepuddin, SE
Dewan Pengurus
Ketua : Drs Budiyono
Bidang pendanaan : H. Husein Bin Ali
Bidang SDM dan Legal : Drs. Prastowo Sidhi, SH, MH
Bidang Pembinaan Mitra : H. Abdul Rahim
Bidang Pembiayaan : Opan Sopyan Sauri, S.Ag
Sekretaris : H. Z Arifin Listanto
49
Bendahara : Drs. H. Moh. Abduh Atmadiwirya.4
Pengelola Kantor Pusat
Manager Tamwil : Saimin
Manager Maal : H. Imam Turmudzi Ms
Kabag Operasional : H. Djaelani
Account Officer : Robi Sugara
Remedial Pembiayaan : Cecep Nurjaya
Dodi Kurniawan
Remedial Pendanaan : Suheri Junianto
Parjan
Naufal Safiq
Pembukuan : Neneng Syarifah
Adm Pembiayaan : Salahudin Arif
Head Teller : Harum Sulistio Rini
Teller : Nurmilati
Pengelola Kantor Kas
Kepala Kantor Kas : Supriyanto
Kabag Operasional : Suryadi
Account Officer : Hedi Rusmantoro
Teller : Aisyah.5
4 Ibid., h. 31
5 Ibid., h. 32
50
D. Produk-produk BMT Al-Fath IKMI
1. Penghimpunan Dana (Funding)
a) Prinsip Titipan (Wadiah)
1. TAWAKAL ( Tabungan Wadiah BMT Al-Fath )
Merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah/titipan. Dalam tabungan
ini BMT Al-Fath tidak wajib memberikan hasil kepada penabung. BMT
Al-Fath boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakan
BMT Al-Fath.6
b) Prinsip Bagi Hasil
1. TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath)
Merupakan tabungan / investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah
mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu
yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang dapat dipilih adalah: 3 Bulan
dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30%
mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan
12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT).7
2. SIDIK (Simpanan Pendidikan)
Yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana
pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali
6 Ibid., h. 21
7 Ibid., h. 21
51
dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester.
Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan mendapat bagi
hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).8
3. Simpanan Idul Fitri
Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri. Penarikan
dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip
mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan
sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).9
4. Simpanan Qurban
Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan
qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan
ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan
mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra):
80% (BMT).10
5. Simpanan Nikah
Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan
pernikahan. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang
pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah
8 Ibid., h. 21
9 Ibid., h. 22
10 Ibid., h. 21
52
sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah
20% (mitra): 80% (BMT).11
6. Simpanan Haji
Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan untuk
menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini
menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan
bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).
2. Penyaluran Dana (Lending)
a) Pembiayaan Mudharabah
Yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul
Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola
usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan
nisbah yang disepakati kedua belah pihak.12
b) Pembiayaan Musyarakah
Yaitu akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan
mitra dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan dibagi
sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan
kerugian ditanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi modal masing-
masing.13
11
Ibid., h. 22 12
Ibid., h. 22 13
Ibid., h. 23
53
c) Piutang Murabahah
Yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT Al-Fath dengan
menyatakan harga perolehan/harga beli/ harga pokok ditambah
keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan
barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada
mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu
barang tersebut dijual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan
keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama
jangka waktu tertentu.14
d) Piutang Ijarah
Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT Al-Fath dan
mitra. BMT Al-Fath menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan
harga sewa yang telah disepakati dan diangsur selama jangka waktu
tertentu.15
3. Simpanan Pendidikan
Simpanan merupakan investasi tidak terikat dari mitra/anggota yang
penarikannya hanya dapat dilakukan oleh mitra/anggota atau yang diberi kuasa
dengan persyaratan tertentu yang telah disepakati.16
14
Ibid., h. 23 15
Ibid., h. 21 16
BMT Al Fath IKMI, Laporan Tahunan 2009. (Jakarta: BMT Al Fath IKMI, 2010), h. 36.
54
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun
1998 adalah Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro
dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.17
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan
perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat antara bank dengan si penabung.
Misalnya dalam hal frekuensi penarikan, apakah 2 kali seminggu atau setiap hari
atau mungkin setiap saat. Yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian
sebelumnya antara bank dengan nasabah. Kemudian dalam hal sarana atau alat
penarikan juga tergantung dengan perjanjian antara keduanya.18
Jadi simpanan pendidikan dapat diartikan sebagai bentuk simpanan yang
alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan.19
Manfaat Menabung di BMT Al-Fath IKMI
Ada banyak manfaat menabung di Al-Fath FATH, diantaranya adalah :
a. Membantu program keuangan mitra
b. Aman dan menentramkan, karena berdasarkan syari’ah
c. Memperoleh bagi hasil (bonus) setiap bulan
d. Dapat dijadikan sebagai jaminan untuk pembiayaan
17
Kasmir, Manajemen Perbankan, Ed.1. Cet.4, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 57. 18
Ibid., h. 58 19
Wawancara Pribadi dengan Bp. Saimin: Manajer Tamwil BMT Al Fath IKMI. Jakarta, 25 Mei
2010.
55
e. Ta'awun / saling tolong menolong, karena dana tersebut akan disalurkan untuk
pembiayaan kepada mitra lain.20
20
Turmudi Imam, “Jujur, Amanah dan Menguntungkan” , BMT AL-FATH IKMI, (Jakarta), 20
Maret 2010, h. 21
56
BAB IV
STRATEGI BISNIS DAN PENGEMBANGAN PRODUK BMT Al-FATH
A. Strategi Pengembangan Produk BMT Al-Fath
BMT Al-Fath tampaknya tidak mau kalah dari lembaga keuangan syariah lain
dalam hal pengembangan produk. Alasannya, juga wajib memberikan layanan
terbaik dan mudah bagi mitranya. Selain itu, ketatnya persaingan saat ini membuat
BMT Al-Fath harus mampu menciptakan produk-produk yang tepat dengan ukuran
sederhana (mudah dalam pemasaran, pengelolaan, maupun penerapannya sesuai
prinsip-prinsip syariah).
Strategi pengembangan produk-produk BMT dimulai dengan langkah awal
identifikasi masalah kebutuhan dan keinginan nasabah terhadap pelayanan. Ketika
langkah tersebut sudah mewujudkan output maka penciptaan, pengembangan produk-
produk pun dilakukan. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Al-Fath Ikatan Masjid
Indonesia (IKMI). Semua itu dilakukan karena BMT Al-Fath menargetkan
pertumbuhan aset hingga 20 persen.1 Sasarannya pada pembiayaan mikro terutama
kepada para pedagang kecil tetap yang menjadi fokus perkembangan BMT yang
berbasis di Tangerang ini.2
Dalam mencapai tujuannya tersebut BMT Al-Fath harus mampu menciptakan
strategi pengembangan produk yang cukup baik dan mampu bersaing dengan
lembaga keuangan lainnya. Salah satu cara yang dilakukan BMT Al-Fath dalam
1 Internet 20 Januari 2011 BMT Al-Fath Bidik Aset Tumbuh 20% http://id.shvoong.com
2 Ibid.,
57
pengembangan produk-produk yang dimilikinya adalah dengan cara mengembangkan
produk-produk yang sudah ada, seperti pada produk titipan, BMT Al-Fath tidak
hanya menerima titipan berupa tabungan saja, akan tetapi BMT Al-Fath membagi
dalam beberapa kelompok produk berbentuk simpanan yaitu: Simpanan Amanah,
Simpanan Wadiah, Simpanan Pendidikan, Simpanan Nikah, Simpanan Idul Fitri,
Simpanan Qurban / Aqiqoh, Simpanan Haji dan Simpanan Mudharabah Berjangka
(Deposito).
Semua itu dilakukan untuk memudahkan para mitra BMT melakukan
simpanan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan dan tujukan. Selain itu produk-
produk tersebut juga dilakukan BMT Al-Fath untuk menarik minat calon nasabah
agar mau bergabung dengan BMT Al-Fath yang sebagian besar dari mereka lebih
cenderung menitipkan tabungannya ke Bank. Dengan banyaknya produk-produk yang
dimiliki BMT Al-Fath, BMT Al-Fath yakin mampu bersaing dengan lembaga
keuangan lainnya terutama lembaga keuangan non syariah yang tidak memiliki
berbagai macam produk simpanan. Bukan hanya dalam melakukan penghimpunan
dana saja BMT Al-Fath mengembangkan produk-produknya, akan tetapi BMT Al-
Fath juga mengembangkan produk-produknya di bidang penyaluran dana. Dalam
menyalurkan dananya BMT Al-Fath membagi dalam beberapa bentuk pembiayaan
seperti: Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan
Murabahah, Pembiayaan Ijarah. Semua itu juga dilakukan BMT Al-Fath untuk
58
mempermudah mitra BMT dalam memberikan bentuk pinjaman pada mitra BMT
sesuai dengan apa yang mereka inginkan.3
B. Pola Pengembangan Strategi BMT Al-Fath
BMT atau baitul-maal wat tamwiil adalah unit keuangan mikro yang bekerja
sesuai prinsip-prinsip syariah. Prinsip dasarnya mirip dengan koperasi simpan
pinjam. Keberadaan BMT mulai menjamur setelah terjadinya krisis 1997. Fokus
BMT adalah pada pengembangan masyarakat ekonomi bawah. Ini berbeda dengan
bank yang kalau memberikan pinjaman meminta syarat yang kompleks kepada
peminjam.
Pola pengembangan yang dilakukan oleh BMT Al-Fath yaitu dengan
menggunakan sistem analisis SWOT. Dalam menghadapi persaingan usaha yang
begitu keras BMT Al-Fath selalu berupaya menerapkan strategi baru dan baik guna
terus dapat bersaing dengan para pesaingnya. BMT Al-Fath menerapkan strategi
SWOT dalam menjalankan usahanya, strategi ini sangat penting dalam setiap usaha,
karena strategi ini secara tidak langsung dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths)
dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimkan kelemahan
(Weknesses) dan ancaman (Threats). Strategi SWOT yang di gunakan BMT Al-Fath
adalah dengan memahami dan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam
lembaga ini sendiri dan juga harus mampu membaca peluang dan ancaman yang ada
3 Saimin, Manager Tamwil, Wawancara Pribadi, Kedaung, , 25 Mei 2010.
59
dari luar lembaga ini. Berikut ini adalah analisis SWOT yang ada dalam BMT Al-
Fath:4
a. Kekuatan :
Adanya reputasi yang baik di bidang pelayanan.
Memiliki sumber daya manusia yang telah berpengalaman baik di bidang
wirausaha maupun Agama.
Banyak menciptakan produk pilihan yang dapat memudahkan nasabah
dalam memilih produk yang di inginkan
Memiliki kerjasama dengan banyak pihak.
b. Kelemahan :
Sistem Operasional yang digunakan kurang canggih.
Kurangnya jumlah karyawan, karena keterbatasan modal dan tempat.
Besarnya nisbah bagi hasil untuk pembiayaan masih lebih tinggi di banding
bunga Bank.
c. Peluang :
Meningkatnya jumlah nasabah yang harus dilayani dari tahun ke tahun.
Sistem yang digunakan bagi hasil bukan bunga.
Mayoritas penduduk sekitar BMT Al-Fath adalah Muslim dan para
pengusaha di pasar Ciputat.
4 Rika Nurlaila, Customer Service, Wawancara Pribadi, Kedaung, 22 September 2011.
60
Kebiasaan Masyarakat yang selama ini lebih memilih membeli barang
dengan cicilan atau kredit dari pada harus membeli secara langsung.
d. Ancaman :
Kejujuran Nasabah masih lemah dalam memberikan laporan keuangan.
Banyaknya pesaing yang ada di pasar terutama para rentenir yang dianggap
cepat dan mudah dalam memberikan pinjaman.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ilmu Agama.5
Selain itu pada pengembangan produk-produk BMT Al-Fath sangat efektif
dimata masyarakat seperti pada produk-produk untuk menghimpun dana dan
penyaluran dana yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam produk penghimpunan dana
pola yang digunakan yaitu dengan memberikan kebebasan kepada mitranya untuk
menitipkan uangnya dalam bentuk berbagai macam simpanan yang ada sehingga
mitra BMT merasa senang dengan banyaknya pilihan produk-produk yang ada karena
dapat menyesuaikan diri dengan tujuan ia menabung. Selain itu sistem bagi hasil juga
sangat terbuka dan menguntungkan seperti dalam nisbahnya. BMT juga memberikan
fariasi berupa perbedaan nisbah, semua sesuai dengan kesepakatan dan waktu seperti
3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra:
70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan
nisbah 40% (mitra): 60% (BMT).
5 Ibid.,
61
Sedangkan dalam menyalurkan dana, BMT Al-Fath juga memberikan
kebebasan kepada mitra untuk apa uang yang dipinjam digunakan asalkan masih
dalam batas kewajaran dan tidak melanggar syariat Islam. Akan tetapi dalam
menyalurkan dananya BMT Al-Fath tidak begitu saja dengan mudah memberikan
pinjaman kepada nasabah. BMT Al-Fath tetap menggunakan prosedur yang ada
seperti menggunakan sistem 5C. guna meminimalkan risiko bermasalahnya atau tidak
kembalinya Pembiayaan. Kelima prinsip tersebut meliputi :6
1. Character
Keyakinan pihak BMT bahwa si peminjam mempunyai moral, watak,
ataupun sifat-sifat pribadi yang positip dan koperatip dan juga mempunyai rasa
tanggung jawab baik dari kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai
anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.7
2. Capacity
Suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi
kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan
usaha yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan pembiayaan dari BMT.
Jadi jelaslah maksud dari penilaian terhadap capacity ini untuk menilai sampai
6 Saimin, Manager Tamwil, Wawancara Pribadi, Kedaung, 25 Mei 2010.
7 Hendi Hidayat,“Prinsip Pemberian Kredit”, 17 Februari 2009 dari
http://ngenyiz.blogspot.com/2006/02/prinsip-pemberian-kredit-5c-principle.html
62
dimana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut, akan mampu untuk
melunasinya tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya.8
3. Capital
Penilaian terhadap jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh mitra
BMT Al-Fath. Hal ini kelihatannya kontradiktif dengan tujuan pembiayaan yang
berfungsi sebagai penyedia dana. Namun memang demikianlah halnya dalam
kaitan bisnis murni, semakin kaya seseorang ia akan dipercaya untuk memperoleh
pembiayaan.9
4. Collateral
Suatu penilaian terhadap barang-barang jaminan yang diserahkan oleh
peminjam atau debitur sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterimanya.
Manfaat collateral yaitu sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai
dengan pembiayaan tersebut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak mampu
melunasi pembiayaannya dari hasil usahanya yang normal.10
5. Condition of economy
Condition of economy yaitu adalah situasi dan kondisi politik, sosial,
ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi kondisi perekonomian pada
suatu saat.
8 Ibid
9 Ibid
10 Ibid
63
Semua itu dilakukan oleh BMT Al-Fath agar tidak mengalami kerugian.11
Adapun syarat umum pengajuan pembiayaan adalah:
1) Memiliki identitas sah (KTP/SIM).
2) Mempunyai usaha atau karyawan atau professional.
3) Lama usaha minimal 3 bulan sedangkan karyawan selama 6 bulan, lokasi di
wilayah Ciputat.
4) Jujur, amanah dan bertanggung jawab.
5) Mengisi formulir pengajuan pembiayaan.
6) Bersedia dilakukan survei ke tempat usaha atau ke tempat tinggal.
Untuk mewujudkan pengembangan produk BMT Al-Fath tidak hanya diam di
tempat saja. Dalam melaksanakn kegiatan BMT Al-Fath juga menggunakan strategi
jempul bola (mendatangi mitranya langsung) baik yang mau melaksanakan kegiatan
simpanan maupun setoran pembiayaan. Pendekatan ini dilakukan dengan cara
petugas langsung mendatangi calon nasabah dan para petugas yang diutus oleh pihak
BMT dua Orang, petugas leluasa menjelaskan mengenai konsep keuangan serta
sistem dari perspektif syariah. Jemput bola dapat pula dipahami sebagai upaya BMT
Al-Fath mengembangkan tradisi silatutahmi yang menurut Rosulullah SAW dapat
menambah rezeki, memanjangkan umur serta menjauhkan manusia dari dendam dan
kebencian. Strategi ini dilakukan BMT Al-Fath untuk memudahkan mitranya
bertransaksi selain itu juga digunakan BMT Al-Fath untuk melawan rentenir yang
11
Ibid
64
dikenal mempunyai pelayanan sangat cepat dan mudah dalam memberikan pinjaman
kepada korbannya.
C. Factor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Pengembangan BMT Al-Fath
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari BMT Al-Fath juga tidak begitu saja
dapat menjalankan kegiatannya. Banyak hal yang membuat BMT Al-Fath harus
pandai-pandai mengambil keputusan sebelum melakukannya, selain itu BMT Al-Fath
harus mampu membaca peluang yang ada bukan hanya unruk jangka pendek akan
tetapi untuk jangka panjang juga. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
pengembangan produk BMT Al-Fath, baik itu faktor yang mendukung maupun faktor
yang menghambat kinerja BMT Al-Fath:
Faktor-faktor yang menghambat:
1. Kurangnya Sumber Daya Manusia yang Insani sehingga menyulitkan pihak BMT
dalam mencari karyawan yang mempunyai etika dan kemampuan yang Islami.
2. Kurangnya promosi sehingga masih banyak Orang yang belum paham benar
dengan BMT sehingga sebagian masyarakat masih cenderung menggunakan jasa
lembaga keuangan lainnya bahkan rentenir sekalipun.
3. Munculnya banyak pesaing: makin banyaknya persaingan di sektor lembaga
keuangan terutama muncul banyaknya rentenir yang langsung turun ke
masyarakat membuat BMT Al-Fath harus bekerja keras untuk dapat bertahan
dan memenangkan persaingan.
65
4. Kejujuran nasabah: kejujuran nasabah dalam memberi data keuangan atau
keuntungannya setiap bulan dalam rangka menentukan bagi hasil keuntungan
tersebut. Kurang adanya pengawasan sehingga demi menghindari bagi hasil
kadang kala seharusnya untung tetapi oleh nasabah dilaporkannya rugi, sehingga
BMT Al-Fath mendapat keuntungan yang tidak sebenarnya atau bahkan merugi.
Faktor-faktor yang mendukung:
1. Letak BMT: letak BMT Al-Fath sangat strategis berada di lingkungan pasar
Ciputat, sebagian besar mitra BMT Al-Fath adalah para pedagang di pasar
Ciputat di mana mereka semua masih banyak yang membutuhkan pembiayaan
untuk menigkatkan usahanya.
2. Masyarakat : kebiasaan masyarakat juga menjadi faktor pendukung karena
sebagian besar masyarakat kita masih suka melakukan pembelian secara kredit
dari pada melakukan pembelian secara langsung, sehingga BMT Al-Fath
memanfaatkannya dengan memberikan produk Murabahah dengan cara cicilan.
3. Sistem yang digunakan yaitu sistem bagi hasil yang mencerminkan adanya
keadilan berbeda dengan sistem bunga yang masih dalam perdebatan khilafiyah,
banyak kaum muslim yang tidak menyimpan uangnya di perbankan karena tidak
mau dengan sistem bunga.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1. Salah satu cara yang dilakukan BMT Al-Fath dalam pengembangan produk-
produk yang dimilikinya adalah dengan cara mengembangkan produk-produk
yang sudah ada, seperti pada produk titipan, BMT Al-Fath tidak hanya
menerima titipan berupa tabungan saja, akan tetapi BMT AL-Fath membagi
dalam beberapa kelompok produk berbentuk simpanan yaitu: Simpanan
Amanah, Simpanan Wadiah, Simpanan Pendidikan, Simpanan Nikah, Simpanan
Idul Fitri, Simpanan Qurban/Aqiqoh, Simpanan Haji dan Simpanan
Mudhorobah Berjangka (Deposito). Bukan hannya di produk simpanan saja
BMT Al-Fath mengembangkan produknya tetapi juga di bidang pennyaluran
dana seperti pembiayaan BMT Al- Fath juga membagi kedalam beberapa
kelompok seperti Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah,
Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Ijarah.
Semua itu juga dilakukan BMT Al-Fath untuk mempermudah mitra
BMT dalam melakukan transaksi baik dalam bentuk simpanan maupun
pembiayaan sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan tujukan, selain itu
pengembanan produk-produk tersebut juga di tujukan untuk meningkatkan
67
keunggulan bersaing BMT Al-Fath, tanpa adanya pengembangan produk BMT
Al-Fath akan kalah dengan lembaga keuanggan lainnya.
2. Pola pengembangan yang dilakukan oleh BMT Al-Fath yaitu dengan
menggunakan sistem analisis SWOT. Dalam menghadapi persaingan usaha
yang begitu keras BMT Al-Fath selalu berupaya menerapkan strategi baru dan
baik guna terus dapat bersaing dengan para pesaingnya. BMT Al-Fath
menerapkan strategi SWOT dalam menjalankan usahanya, karena strategi ini
secara tidak langsung dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimkan kelemahan
(Weknesses ) dan ancaman (Threats). Selain itu system bagi hasil juga sangat
terbuka dan menguntungkan seperti dalam nisbahnya .
Pola pengembangan produk BMT Al-Fath selanjutnya yaitu BMT Al-
Fath tidak hanya diam ditempat saja akan tetapi dalam melaksanakan
kegiatannya BMT Al-Fath juga menggunakan strategi jemput bola (mendatangi
mitranya lansung). BMT juga memberikan fariasi berupa perbedaan nisbah
semua sesuai dengan kesepakatan dan waktu seperti 3 Bulan dengan nisbah
25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9
Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah
40% (mitra): 60% (BMT).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Pengembangan BMT Al-Fath
68
banyak faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan
produk BMT Al-Fath baik itu faktor yang mendukung maupun faktor yang
menghambat kinerja BMT Al-Fath:
Faktor-faktor yang menghambat:
1. Munculnya banyak pesaing
2. Kejujuran nasabah
Faktor-faktor yang mendukung:
1. Letak BMT Strategis
2. Kebiasaan masyarakat
3. Sistem yang digunakan
B. SARAN.
Berdasarkan data dan informasi yang telah didapat oleh penulis, maka penulis
hendak memberikan saran-saran kepada pihak-pihak yang terkait yaitu :
1. Masyarakat wilayah Ciputat hendaknya mau bergabung dengan BMT Al-Fath
IKMI, karena sistem yang digunakan sangat menguntungkan dan mencerminkan
adanya keadilan dalam berekonomi. Selain itu masyarakat sekitar BMT Al- Fath
seharusnya meninggalkan para rentenir karena sistem yang digunakan yaitu
berupa tambahan yang sangat tinggi jumlahnya dapat merugikan peminjam dan
juga tidak diperbolehkan.
69
2. Dalam upaya meningkatkan eksistensi BMT, BMT Al-Fath hendaknya
memperbaiki strategi pengembangan produk-produknya agar lebih baik dan
kompeten sehingga dapat meningkatkan keunggulan bersaing.
3. Untuk akademik penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti lain
dengan objek dan sudut pandang yang berbeda sehingga dapat memperkaya
khasanah kajian ekonomi Islam.
4. Bagi Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan lembaga keuangan seperti
BMT maupun Koperasi, karena lembaga seperti ini sangat berpengaruh bagi
tumbuhnya UKM yang dapat menciptakan lapangan kerja, selain itu bukankah
untuk menjadi suatu negarah yang maju itu tergantung pada jumlah wirausaha
yang sangat bannyak dan handal. Dan hanya lembaga seperti BMT maupun
koperasi yang dapat di jangkau oleh Usaha kecil yang kekurangan dana karena
lebih muda dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an nul al-Karim.
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran EkonomiIislam. Jakarta: Pustaka Asasstrus,
2005.
Antonio, Syafi’i Muhammad. Bank Syariah dan Teori Kepraktekan. Gema
Insani,cet ke 2, 2002.
Arifin, Zainal. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta. Pustaka Alvabet,
2005.
Arinsyah, Akbar, “Jenis-jenis Simpanan dan Pinjaman”, artikel diakses pada
17 Desember 2010 dari http://blog.umy.ac.id/2010/jenis-jenis-dan-
pinjaman-pembiayaan-bmt.html.
BMT AL-FATH, Profil BMT AL-FATH
David,“(Koonsep Strategi dan Perumusan)”, artikel diakses pada 9 Februari 2009
darihttp://jurnalsdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-
perumusan.html.
Dimiyati, Ahmad, dkk. Islam dan Koperasi Jakarta: KOPINFO, 1998.
Dirgantoro, Crown. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Grasindo, 2001.
Dirgantoro, Crown. keunggulan bersaing melalui proses bisnis. Jakarta: PT
Grasindo, 2001.
Fahmi, Nuri. Respon Masyarakat Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan
Terhadap BMT Darunnajah Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.
Febrianmujahid, “Ekonomics and Islamic Finance”, artikel diakses pada 30 April
2010 dari http://febryanmujahid.wordpress.com/2010/04/30/bagaimana-
bmt-baitul-maal-wa-tamwil-mengurangi-angka-kemiskinan-di-indonesia/
Harahap, Sofian dkk. Akuntansi Perbankan Syari’ah. Jakarta: LPFE Usakti, 2005.
Hendi, Hidayat, “Prinsip Pemberian Kredit”, artikel diakses pada 17 Februari
2009 dari http://ngenyiz.blogspot.com/2006/02/prinsip-pemberian-kredit-
5c-principle.html
Hilman, Imam. Perbankan syariah masa depan. Jakarta: Senayan Aba
dipublicing, 2003.
Internet 20 Januari 2011 BMT Al-Fath Bidik Aset Tumbuh 20%
http://id.shvoong.com
Jaribah bin Ahmad Al-Haristi. Fiqih Ekonomi Umar bin Al-Khathab. Jakarta:
Khalifa, 2006.
Kasmir. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Kotler, Philip. Marketing Managemen. New Jersey Prentice hall, 2000.
Muhammad. Lembaga Ekonomi Syariah. Graha ilmu. Yogyakarta, 2007.
Nanat, Fatah, Nasir. Etos Kerja Wirausahawan Muslim. Bandung: Gunung Djuti
Press, 1999.
Rifqi, muhammad. Akuntansi Keuangan Syariah. P3EI press. Jakarta, 2008.
Saefudin, Ahmad M. Ekonomi dan Masyarakat Dalam Perspektif Islam Jakarta:
Rajawali, 1987.
Segara Edo, “Saatnya BMT Berbenah Diri”, artikel diakses pada 10 Februari 2008
dari http://www.edosegara.com/2008/02/saatnya-bmt-berbenah-diri.html.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Ekonisia,
2007.
Sutrisno, Noer. Ekonomi rakyat usaha mikro dan UKM: Dalam perekonomian
Indonesia. Jakarta. STEKPI, 2005.
Sukamatjaya Ahmad. Baitul Maal Wat Tamwil. Jakarta: Yayasan Al-Amin
Dharma Mulia, 2009.
Turmudi, Imam, Jujur, Amanah dan Menguntungkan, BMT AL-FATH IKMI,
(Jakarta), 2010.
Wawancara langsung dengan Bpk saimin pimpinan BMT Al-Fath 25 Desember
2010.
Widodo, Hendro. Panduan praktis oprasional BMT. Bandung: Mizan, 1999.