STRATEGI NASIONALPENCEGAHAN KORUPSI TRIWULAN VTAHUN 2020
Juni 2020
Laporan ini disiapkan oleh Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi (SETNAS )PK
LAPORAN PELAKSANAAN
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan Laporan
Triwulan V Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) Tahun 2019-2020.
Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi
memberi mandat agar upaya pencegahan korupsi menjadi lebih optimal maka dibutuhkan
kolaborasi dan sinergi bersama antara Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, Komisi
Pemberantasan Korupsi, dan pemangku kepentingan lainnya. Agar Penyelenggaraan Stranas
PK menjadi lebih terfokus, terukur, dan berorientasi pada hasil dan dampak maka dibentuklah
Tim Nasional Pencegahan Korupsi (Timnas PK) yang terdiri atas lima kementerian/lembaga,
yaitu Kemendagri, KemenPANRB, Bappenas, KSP, dan KPK. Timnas PK bertugas untuk
memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK)
agar rencana aksi pencegahan korupsi tahun 2019-2020 yang telah disusun bersama berjalan
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Secara operasional, Timnas PK didukung oleh
Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi (Setnas PK) yang berkedudukan di gedung Merah
Putih KPK.
Laporan ini disusun Timnas PK untuk memberi informasi kepada Presiden mengenai kemajuan
kinerja program beserta kendala dan tantangan yang perlu diatasi dan ditindaklanjuti.
Selanjutnya Laporan ini dibagi pembahasannya ke dalam 5 bagian.
Bagian pertama adalah Ringkasan Eksekutif yang berisi highlight terhadap pelaksanaan Stranas
PK sampai Maret 2020. Bagian Kedua berisi berisi konteks apa itu Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi (Stranas PK) dan bagaimana program aksi disusun dan dijalankan. Bagian
ketiga menjelaskan tentang strategi atau metode pelaksanaan, dari perencanaan dan
pelaksanaan, monitoring dan pelaporan, serta strategi komunikasi. Pada bagian keempat,
disajikan informasi mengenai progres capaian 27 sub-aksi. Bagian kelima menyajikan
ringkasan capaian dan kendala kementerian/lembaga/daerah. Sementara bagian keenam
berisi informasi tentang bagaimana Stranas PK berkolaborasi dengan pemangku kepentingan
lain seperti masyarakat sipil dan mitra pembangunan.
Akhir kata, semoga Laporan Triwulan V 2020 Pelaksanaan Aksi PK ini dapat menjadi bahan
perbaikan untuk pelaksanaan Triwulan berikutnya dan dapat memberikan nilai tambah dalam
rangka kolaborasi dan sinergi pencegahan korupsi di Indonesia.
Jakarta, Juni 2020
Tim Nasional Pencegahan Korupsi
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Grafik/Tabel v
Daftar Singkatan vi
Ringkasan Eksekutif xi
I. Gambaran Umum Stranas PK 1
1. Latar belakang 1
2. Tujuan 2
3. Kelembagaan 2
4. Struktur Aksi PK 2
II. Strategi Pelaksanaan dan Monitoring-Evaluasi 4
1. Pelaksanaan target triwulan 4
2. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan 4
a. Sistem monitoring 5
b. Mekanisme evaluasi 6
3. Pelibatan masyarakat sipil 7
4. Strategi Komunikasi 8
III. Capaian 27 Sub Aksi 10
1. Fokus I: Perizinan dan Tata Niaga 10
2. Fokus II: Keuangan Negara 19
3. Fokus III: Penegakan Hukum dan Reformasi Birokrasi 32
IV. Capaian Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah 41
A. Capaian Kementerian/Lembaga 41
1. Kementerian Dalam Negeri 41
2. Kementerian Koordinator Perekonomian 44
3. Badan Koordinasi Penanaman Modal 45
4. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 46
iii
5. Kementerian Kesehatan 47
6. Kementerian Pertanian 49
7. Kementerian Energi Sumber Daya Mineral 51
8. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 53
9. Kementerian Komunikasi dan Informatika 54
10. Badan Informasi Geospasial 56
11. Kementerian Agraria dan Tata Ruang 57
12. Kementerian Hukum dan HAM 58
13. Kementerian Keuangan 59
14. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 62
15. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 62
16. Kementerian Sosial 63
17. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 64
18. Kementerian Perindustrian 64
19. Kementerian Perdagangan 65
20. Kementerian Kelautan dan Perikanan 66
21. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas 67
22. Otoritas Jasa Keuangan 68
23. Badan Nasional Sertifikasi Profesi 69
24. Kementerian Badan Usaha Milik Negara 69
25. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 70
26. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 71
27. Lembaga Kebijakan Pengadaan (barang dan jasa) Pemerintah 73
28. Kementerian Perhubungan 75
29. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 76
30. Kepolisian Republik Indonesia 78
31. Kementerian Agama 80
32. Kementerian Pariwisata 81
33. Kementerian Riset dan Teknologi 82
iv
34. Badan Pengawas Obat dan Makanan 83
35. Badan Kepegawaian Negara 84
36. Badan Standardisasi Nasional 85
37. Kementerian Ketenagakerjaan 86
38. Komisi Aparatur Sipil Negara 87
39. Kejaksaan Agung 88
40. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban 89
41. Badan Pemeriksa Keuangan 89
42. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 89
43. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 90
44. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 91
45. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 92
46. Mahkamah Agung 92
47. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika 93
48. Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia 93
49. Kementerian Pertahanan 94
50. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan 94
51. Badan Pengawas Tenaga Nuklir 95
52. Badan Siber dan Sandi Negara 95
53. Badan Pusat Statistik 96
B. Capaian Pemerintah Daerah
1. Capaian Pemerintah Provinsi 101
2. Capaian Pemerintah Kabupaten/Kota 103
V. Pelibatan Pemangku Kepentingan Lain 120
VI. Penutup 127
v
DAFTAR GRAFIK/TABEL
Grafik Capaian Kementerian/Lembaga s.d. Triwulan V Tahun 2020 97
Tabel Kementerian/Lembaga dan Sub-Aksi yang Dilaksanakan 99
Grafik Capaian Pemerintah Provinsi s.d. Triwulan V Tahun 2020 101
Grafik Capaian Pemerintah Kabupaten/Kota s.d. Triwulan V Tahun 2020 103
vi
DAFTAR SINGKATAN
A
Aksi PK : Aksi Pencegahan Korupsi
APCC : Assistance in Preventing and Combating Corruption
APH : Aparat Penegak Hukum
APIP : Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
ASN : Aparatur Sipil Negara
ATR/BPN : Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
B
B03 : Bulan ke-3 (triwulan I)
B06 : Bulan ke-6 (triwulan II)
B09 : Bulan ke 9 (triwulan III)
B12 : Bulan ke-12 (triwulan IV)
B15 : Bulan ke-15 (triwulan V)
B18 : Bulan ke-18 (triwulan VI)
B21 : Bulan ke-21 (triwulan VII)
B24 : Bulan ke-24 (triwulan VIII)
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Bapeten : Badan Pengawas Tenaga Nuklir
BEPS : Base Erotion and Profit Shifting
BIG : Badan Informasi Geospasial
BKN : Badan Kepegawaian Negara
BKPM : Badan Koordinasi Penanaman Modal
BMKG : Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika
BNSP : Badan Nasional Sertifikasi Profesi
BNP2TKI : Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
BO : Beneficial Ownership
BPJS : Badan Pengelola Jaminan Sosial
BPJS-TK : Badan Pengelola Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
BPPT : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
BSN : Badan Standardisasi Nasional
BSSN : Badan Siber dan Sandi Negara
C
CSO : Civil Society Organization (organisasi masyarakat sipil)
vii
D
Dikyanmas : Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
Dirjen : Direktur Jenderal
Ditjen AHU : Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Ditjen PAS : Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
DJA : Direktorat Jenderal Anggaran
DJP : Direktorat Jenderal Pajak
DTKS : Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
Dukcapil : Kependudukan dan Pencatatan Sipil
E
EITI : Extractive Industries Transparency Initiative
E-Katalog : Katalog Elektronik
F
FGD : Focus Group Discussion
G
GIZ : Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit
GIS : Geographic Information System
H
HO : Hinder Ordonnantie (Ijin Gangguan Usaha)
I
ICW : Indonesia Corruption Watch
IGT : Informasi Geospasial Tematik
Inpres : Instruksi Presiden
INSW : Indonesia National Single Window
IUP : Izin Usaha Pertambangan
J
JPT : Jabatan Pimpinan Tinggi
JPU : Jaksa Penuntut Umum
K
KASN : Komisi Aparatur Sipil Negara
Kejagung : Kejaksaan Agung
Kemenag : Kementerian Agama
Kemenaker : Kementerian Ketenagakerjaan
KemenBUMN : Kementerian Badan Usaha Milik Negara
Kemendag : Kementerian Perdagangan
Kemendagri : Kementerian Dalam Negeri
Kemedesa-PDTT : Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
viii
Kemendikbud : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KemenESDM : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Kemenhan : Kementerian Pertahanan
Kemenhub : Kementerian Perhubungan
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
Kemenkominfo : Kementerian Komunikasi dan Informatika
Kemenkeu : Kementerian Keuangan
KemenKUKM : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
KemenkumHAM : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
KemenPANRB : Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Kemenpar : kementerian Pariwisata
Kemenperin : Kementerian Perindustrian
KemenPUPR : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kemenko Perekonomian : Kementerian Koordinator Perekonomian
KemenkoPMK : Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
KemenkoPolhukam : Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan
Kemenristek : Kementerian Riset dan Teknologi
Kemensos : Kementerian Sosial
Kementan : Kementerian Pertanian
K/L/D : Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan
Korwil : Koordinator Wilayah
Korsupgah : Koordinasi Supervisi dan Pencegahan
KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi
KRISNA : Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran
KSWP : Konfirmasi Status Wajib Pajak
L
Litbang : Penelitian dan Pengembangan
LKPP : Lembaga Kebijakan Pengadaan (barang & jasa) Pemerintah
LPSK : Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
M
MA : Mahkamah Agung
MAS : Manajemen Anti Suap
MoU : Memorandum of Understanding
N
NIB : Nomor Induk Berusaha
NIK : Nomor Induk Kependudukan
NDR : National Data Repository
NSPK : Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria
ix
O
OJK : Otoritas Jasa Keuangan
OSS : Online Single Submission
OGI : Open Government Indonesia
P
PBJ : Pengadaan Barang/Jasa
Permen : Peraturan Menteri
Perpres : Peraturan Presiden
Perkada : Peraturan Kepala Daerah
Pemda : Pemerintah Daerah
Pemkab : Pemerintah Kabupaten
Pemkot : Pemerintah Kota
Pemprov : Pemerintah Provinsi
PIC : Person In Charge
Pinda : Pengolahan Informasi dan Data
PITTI : Peta Indikatif Tumpang Tindih IGT
PJKAKI : Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi
PKH : Penetapan Kawasan Hutan
PKS : Perjanjian Kerja Sama
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
Pokja : Kelompok Kerja
POLRI : Kepolisian Republik Indonesia
PP : Peraturan Pemerintah
PPATK : Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
Puskarda : Pusat Pertukaran Data
Q
QA : Quantity Assurance
R
RPP : Rancangan Peraturan Pemerintah
S
Sakti : Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi
Satker : Satuan Kerja
Setnas PK : Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi
SIKAP : Sistem Informasi Kinerja Penyedia
SIPINTER : Sistem Informasi Penilaian Mandiri Penerapan Sistem Merit
SIJAPTI : Sistem Informasi Jabatan Pimpinan Tinggi
SIMDA : Sistem Informasi Manajemen Daerah
SIMRAL : Sistem Informasi Manajemen Perencanaan, Penganggaran, dan Pelaporan
SIPD : Sistem Informasi Pembangunan Daerah
SIKAP : Sistem Informasi Kinerja Penyedia
x
SITU : Surat Izin Tempat Usaha
SKB : Surat Keputusan Bersama
SKDU : Surat Keterangan Domisili Usaha
SKK Migas : Satuan Kerja Khusus (Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu) Minyak dan Gas
SMAP : Sistem Manajemen Anti Suap
SNI : Standar Nasional Indonesia
SPPT-TI : Sistem Peradilan Pidana Terpadu – berbasis Teknologi Informasi
SPDP : Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
SPBE : Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Stranas PK : Strategi Nasional Pencegahan Korupsi
Stranas PPK : Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Stranas TPPU : Strategi Nasional Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang
T
Timnas PK : Tim Nasional Pencegahan Korupsi
TII : Transparansi Internasional Indonesia
TNP2K : Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
U
UKPBJ : Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa
UNCAC : United Nations Convention Against Corruption
UU : Undang-Undang
W
WBK : Wilayah Bebas (dari) Korupsi
WBBM : Wilayah Birokrasi Bersih Melayani
xi
RINGKASAN EKSEKUTIF
trategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK), yang diberi mandat oleh Peraturan
Presiden Nomor 54/2018, baru saja menyelesaikan pelaksanaan Aksi Pencegahan Korupsi
Triwulan V 2020. Terdapat 53 Kementerian/Lembaga (K/L) dan 542 Pemerintah Daerah
(Pemda) yang diberi mandat melaksanakan 3 Fokus, 11 Aksi dan 27 sub-Aksi Pencegahan
Korupsi 2019-2020.
Pada periode tahun pertama (2019) sampai awal tahun 2020, selain terus melakukan
pendampingan dan monitoring terhadap pelaksanaan aksi, Stranas PK juga telah melakukan
langkah-langkah korektif dan evaluatif untuk perbaikan dan peningkatan kapasitas
kelembagaan. Pertama, terkait operasionalisasi sistem aplikasi monitoring/pelaporan
(jaga.id/monitoring). Kedua, terkait pelaksanaan aksi.
Untuk sistem aplikasi jaga.id/monitoring, saat ini telah dikembangkan beberapa fitur baru agar
lebih user friendly sehingga memudahkan K/L/D melakukan monitoring dan pelaporan aksi.
Untuk evaluasi pelaksanaan aksi, sampai saat ini belum dapat dilakukan pengukuran terhadap
hasil atau manfaat karena konsentrasi Stranas PK di tahun pertama masih pada membangun
dan menyiapkan prakondisi-prakondisi berupa perbaikan perangkat sistem dan regulasi.
Langkah korektif berupa reorganisasi target-target juga langsung diambil setelah ditemukan
beberapa kendala yang menghambat pelaksanaan aksi. Reorganisasi target pada beberapa
sub-aksi seperti Percepatan OSS, Penguatan APIP, Pembangunan SPBE, Integrasi Sistem
Perencanaan dan Penganggaran, serta Pelaksanaan Sistem Merit dilakukan agar sesuai
dengan tuntutan perubahan kebijakan di tingkat Pusat. Selain itu, beberapa target dan output
perlu direvisi agar lebih realistis dari sisi kewenangan pelaksanaan Tupoksi para pelaksana aksi
dan juga dari sisi pencapaiannya.
Dari 3 fokus yang dijabarkan ke dalam 11 aksi dan 27 sub aksi, berikut ringkasan capaiannya
sampai triwulan V (B15):
A. Perizinan dan Tata Niaga
Guna mengatasi hambatan-hambatan atas terciptanya iklim yang sehat bagi kemudahan
berusaha dan kepastian investasi, Stranas PK telah mendorong dan mengawal beberapa
aksi pencegahan korupsi seperti Percepatan Online Single Submission (OSS), Penetapan
S
xii
Kawasan Hutan dan Implementasi Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) serta Utilisasi NIK
untuk Bantuan Sosial, dengan highlight kemajuan sebagai berikut:
1. Percepatan implementasi Online Single Submission (OSS) di tingkat Pusat sampai saat
ini sudah 22 K/L yang aplikasi perizinannya terkoneksi OSS. Pun seluruh Pemda sudah
dapat menerima Nomor Induk Berusaha (NIB) dan menotifikasi persetujuan/penolakan
izin melalui web-form, yang akan mempercepat proses perizinan satu pintu. Namun
percepatan pelaksanaan OSS masih mengalami 2 kendala utama, pertama masing-
masing K/L masih berpegang pada UU sektoral. Kedua, perubahan pada Omnibus Law
belum ada kepastian karena masih dalam tahap pembahasan DPR, namun redesign
probis OSS sesuai dengan RUU Cipta Kerja dan Risk-Based Approach (RBA) oleh BKPM
sudah tersedia;
2. Perbaikan proses perizinan untuk pertambangan, perkebunan, dan kehutanan juga
sangat tergantung pada ketersediaan peta (One Map Policy). Sampai saat ini
penyelesaian Pengukuhan Kawasan Hutan (PKH) oleh Kementerian LHK baru mencapai
70%, hal ini dapat menghambat implementasi One Map Policy berdasarkan Perpres No.
9 Tahun 2016. Terhambatnya penyelesaian PKH adalah masih minimnya alokasi
anggaran untuk kegiatan penataan batas yang hanya tersedia sebesar 4.400 km dari
kebutuhan 15.000 km. Walaupun demikian, implementasi Kebijakan Satu Peta tetap
berjalan dengan progres sebagai berikut: Dari total 11 IGT di tingkat pusat yang menjadi
fokus, 8 IGT telah terintegrasi, 1 IGT telah terkompilasi, 2 IGT masih dalam proses
kompilasi;
3. Utilisasi NIK untuk perbaikan tata kelola bantuan sosial dan subsidi memiliki sasaran
strategis meningkatkan ketepatan sasaran penyaluran bantuan sosial dan subsidi
dengan membangun basis data (DTKS) yang handal, akurat dan mutakhir. Sampai awal
2020, 79% jiwa dalam DTKS dipastikan keberadaannya dengan padan NIK. Lambatnya
peningkatan akurasi data penerima bantuan sosial atau data orang miskin disebabkan
rendahnya sistem pengawasan dan pengamanan data mulai dari tingkat Pemerintah
Daerah hingga ke Pemerintah Pusat. Untuk mengatasi hal ini, upaya yang dilakukan
adalah mendorong Kemensos mengoptimalkan pengelolaan data handal di DTKS dan
padan NIK.
xiii
B. Keuangan Negara
Belanja anggaran dan penerimaan negara yang dilakukan kementerian/lembaga
dirasakan masih belum efektif dan efisien. Oleh karenanya Stranas PK telah mengawal
beberapa aksi pencegahan korupsi terkait keuangan negara seperti: Integrasi
Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Elektronik; Modernisasi Pengadaan Barang
dan Jasa; dan Reformasi Pajak dengan highlight kemajuan sebagai berikut:
1. Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Elektronik: Aksi ini berjalan agak
lambat karena kompleksitas pelaksanaan aksi yang begitu tinggi. Ada beragam
aplikasi yang masih digunakan oleh K/L/D sehingga menyulitkan proses integrasi.
Walaupun demikian, inti sari dari roadmap integrasi perencanaan-penganggaran saat
ini telah masuk dalam RPJMN 2020-2024, meski tahapan-tahapan pencapaian per
tahun perlu penjabaran lebih lanjut oleh masing-masing penanggung jawab aksi,
yakni, Target 2020: tersedia aplikasi umum, target 2021: integrasi internal Pemerintah
Daerah, target 2022: Integrasi antar kabupaten/ kota dengan propinsi, target 2023:
integrasi desa dengan Kabupaten/Kota, dan 2024: integrasi sistem tingkat Pusat;
2. Modernisasi sistem pengadaan barang dan jasa difokuskan pada pelaksanaan e-
Katalog dan Konsolidasi Pengadaan. Untuk e-Katalog, penayangan produk/barang
yang dikatalogkan dan e-purchasing telah dilakukan oleh 4 (dari 5) instansi pusat pilot
project yakni KemenPUPR, Kemendikbud, Kemenhub, dan Kementan, (Kemenkes
memutuskan untuk menarik diri dari implementasi e-katalog), serta 7 Pemprov
(dari 10) yakni Aceh, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan Maluku. Sementara untuk Konsolidasi Pengadaan, 5 Kementerian
(KemenPUPR, Kementan, Kemenhub, Kemendikbud, Kemenkes) dan 4 dari 5
Pemerintah Provinsi telah mengadakan paket-paket yang dikonsolidasi untuk tahun
anggaran 2020, yaitu Provinsi DKI, Jabar, Jateng, dan Jatim;
3. Aksi Reformasi Pajak adalah terkait integrasi data keuangan yang mana sampai saat
ini Ditjen Anggaran Kemenkeu telah mengembangkan E-PNBP untuk menjawab
kebutuhan perhitungan PNBP dari sektor Minerba. E-PNBP ini perlu dinilai
kemanfaatannya karena data dari pegiat advokasi di Sektor Minerba menyebutkan
bahwa PNBP SDA bisa lebih besar jika dilakukan penagihan yang serius; Sementara
terkait dengan penghimpunan data pajak daerah, saat ini, sudah ada 5 kabupaten di
Jawa Barat yang sudah melakukan joint analysis tentang potensi penerimaan pajak
dan akan dibuatkan PMK khusus terkait pertukaran data wajib pajak antara Pemda
dan Ditjen Pajak.
xiv
C. Penegakan Hukum dan Reformasi Birokrasi
Upaya penegakan hukum yang transparan dan birokrasi yang melayani menjadi fokus,
karena korupsi pada dua aspek ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan publik
kepada negara. Oleh karenanya Stranas PK mengawal beberapa aksi pencegahan korupsi
seperti implementasi SPPT-TI, percepatan pelaksanaan Sistem Merit, dan penguatan APIP
sebagaimana informasi berikut:
1. Pada tingkat pusat, Kemenkopolhukam, Kemenkominfo, dan BSSN telah
mengembangkan aplikasi pertukaran data untuk implementasi SPPT-TI di tahun 2019.
Selain itu, Satker di daerah yang dimiliki Polri, Kejagung, MA, dan Kemenkumham di 104
Wilayah Hukum Piloting telah menerapkan aplikasi eksisting untuk melakukan
pertukaran data antar APH; dengan adanya pertukaran data ini maka diharapkan
penanganan perkara menjadi lebih cepat dan transaparan.
2. Guna meningkatkan kualitas dan kinerja ASN maka Stranas PK bersama KASN telah
melakukan evaluasi pelaksanaan sistem merit di 23 K/L dan 24 Kab/Kota serta 11
Provinsi. Hasil penilaiannya menunjukkan baru ada 3 instansi pemerintah (IP) masuk
dalam kategori Baik dan 12 IP masuk kategori Kurang;
3. Penguatan APIP dilakukan guna mewujudkan pengawasan internal pemerintah yang
independen, objektif, dan berintegritas. Proses yang tengah diinisiasi adalah KemenPAN
RB telah meminta BKN, BPKP, dan Kemendagri melakukan evaluasi jabatan SDM APIP.
Regulasi mengenai standar kompetensi umum aparat pengawasan di lingkungan APIP
sedang didorong kepada Kemendagri, serta adanya penjaminan kualitas laporan hasil
pengawasan antara BPKP dan Kemendagri.
Pada triwulan V (B15) ini, progres capaian pelaksanaan aksi oleh K/L/D yang dapat dilaporkan
adalah:
1. Jika penilaian dilakukan tanpa mempertimbangkan faktor kepatuhan maka sudah 50 K/L
yang realisasi capaiannya melebihi 70% (atau di atas 43,5% dari target 62,5%). Hanya tinggal
3 K/L yang sampai Triwulan V ini masih belum banyak melakukan perbaikan dalam
pemenuhan target.
2. Di tingkat Daerah; terdapat aksi Modernisasi Pengadaan Barang dan Jasa yang meliputi
Implementasi e-Katalog, Implementasi Konsolidasi Pengadaan, dan Pembentukan UKPBJ
(Tingkat Kematangan Level 3), serta aksi lainnya adalah Implementasi Kebijakan Satu Peta.
a) Pembentukan UKPBJ: dari seluruh Pemda, saat ini 8 Pemprov dan 6 Pemkab telah
mencapai Tngkat Kematangan UKPBJ level proaktif (9/9)
xv
b) Implementasi Kebijakan Satu Peta: Dari 28 Kabupaten/Kota, sudah ada 4 kab/kota yang
mengalami kemajuan signifikan, yaitu: Kab Mamuju, Kab. Mahakam Ulu, Kab. Kutai Timur,
dan Kab. Kutai Barat.
Pelaksanaan aksi-aksi PK juga telah dilakukan di daerah-daerah dengan melibatkan pemangku
kepentingan lain seperti LSM, media, dan akademisi di 27 provinsi melalui kegiatan diseminasi,
verifikasi faktual, dan diskusi publik. Stranas PK juga secara khusus melakukan pemantauan
pelaksanaan aksi di daerah dengan menggandeng ICW dan TII beserta jaringan CSO lokal di
beberapa Provinsi yakni Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Riau, Jawa Timur, dan
Sulawesi Utara. Laporan hasil pemantauan telah disusun dan menjadi bagian dari laporan
Stranas PK secara keseluruhan.
Pemangku kepentingan lain seperti UNDP, USAID, AIPJ2, GIZ, dan World Bank adalah mitra
pembangunan yang terlibat aktif membantu dan bekerja sama dengan Stranas PK. UNDP,
USAID, dan AIPJ2 aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemantauan aksi di daerah. UNDP juga
aktif bekerja sama dengan Stranas PK menyiapkan instrumen-instrumen komunikasi publik.
Sementara World Bank menaruh perhatian pada advokasi aksi Perencanaan-Penganggaran
Berbasis Elektronik dan GIZ aktif ikut dalam pendampingan aksi Penetapan Kawasan Hutan
dan Implementasi Kebijakan Satu Peta.
1
GAMBARAN UMUM STRANAS PKI
1. Latar Belakang
Komitmen dan upaya dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi selama ini selalu menjadi
prioritas Pemerintah Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah seperti
penataan kebijakan dan regulasi secara terus menerus. Pada tingkat internasional, Pemerintah
juga aktif terlibat dalam berbagai inisiatif global untuk memerangi korupsi. Salah satunya
melalui ratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Melawan Korupsi (United Nations
Convention Against Corruption/ANCAC 2003) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006
tentang Pengesahan United Nations Convention against Corruption.
Sebagai konsekuensi dari ratifikasi tersebut, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Peraturan
Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-
2014. Strategi yang terdapat dalam Stranas PPK meliputi strategi-strategi: pencegahan.
penegakan hukum, harmonisasi peraturan perundang undangan, kerja sama internasional dan
penyelamatan aset, dan budaya anti korupsi, serta mekanisme pelaporan yang hanya
menitikberatkan pada upaya pencegahan korupsi.
Namun demikian, sinergi dan koordinasi di antara Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah
Daerah masih menjadi masalah besar yang belum dapat diselesaikan dalam pelaksanaan
Stranas PPK. Sehingga dibutuhkan upaya konsolidasi yang lebih efektif atas berbagai inisiatif
pencegahan korupsi, tidak hanya terbatas pada Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah
Daerah sebagaimana ditentukan dalam Stranas PPK, melainkan perlu juga melibatkan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga khusus yang berdasarkan undang-undang
diberikan kewenangan koordinasi dan supervisi dalam pencegahan dan pemberantasan
korupsi.
Untuk menjawab persoalan di atas, Stranas PPK diganti menjadi Strategi Nasional Pencegahan
Korupsi (Stranas PK) melalui Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018. Stranas PK
dimaksudkan untuk mendorong upaya pencegahan korupsi dilaksanakan dengan cara
kolaboratif dan bersinergi bersama Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, KPK, dan
pemangku kepentingan lainnya, termasuk masyarakat sipil. Upaya sinergitas tersebut
diwujudkan melalui penetapan fokus dan sasaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan
pencegahan korupsi sehingga pencegahan korupsi dapat dilaksanakan dengan lebih terfokus,
terukur, dan berdampak langsung dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera.
2
2. Tujuan
Memberikan arahan tentang upaya-upaya strategis yang perlu dilakukan oleh kementerian,
lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lain untuk mencegah korupsi;
Mendorong program pencegahan korupsi yang berorientasi pada hasil (outcome) dan
dampak (impact), bukan hanya luaran kegiatan (output), dengan capaian yang terukur;
Meningkatkan sinergi antara program pencegahan korupsi dengan kebijakan pemerintah
pusat, daerah, maupun dengan kebijakan strategis KPK.
3. Kelembagaan
Pelaksanaan Stranas PK dikelola oleh Tim Nasional Pencegahan Korupsi (Timnas PK) yang
terdiri dari 5 kementerian/lembaga, yaitu:
1. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK);
2. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri);
3. Kementerian/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas);
4. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB);
5. Kantor Staf Presiden (KSP)
Untuk mendukung kelancaran tugas, Timnas PK dibantu oleh Tim Pengarah yang terdiri dari
pejabat eselon I dari masing-masing Kementerian/Lembaga. Sementara pengelolaan secara
operasional dilakukan Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi (Setnas PK), yang
berkedudukan di KPK, dengan komposisi: 1 (satu) orang Koordinator Harian, 15 (lima belas)
orang Tenaga Ahli, dan 28 (dua puluh delapan) orang Tim Teknis yang mewakili 5 (lima)
anggota Timnas PK, serta 4 (empat) orang tenaga administrasi.
4. Struktur Aksi PK
Di bawah koordinasi Timnas, aksi-aksi pencegahan korupsi saat ini diharapkan menjadi lebih
fokus dan terukur, tidak lagi bersifat generik, sehingga lebih mudah dilakukan monitoring dan
evaluasi pencapaian. Terdapat 3 Fokus, 11 Aksi, dan 27 sub-Aksi beserta sejumlah target
triwulan yang telah disusun dan dilaksanakan sampai saat ini.
3
4
STRATEGI PELAKSANAAN DAN MONITORING EVALUASIII
1. Pelaksanaan Target Triwulan
Pada tahap perencanaan, Tenaga Ahli Setnas PK melakukan koordinasi dan diskusi
mendalam bersama Kementerian/Lembaga/Pemda (K/L/D) guna menyepakati dan
menetapkan target triwulan, data dukung, dan kuantifikasi capaian sebagai dasar
pelaksanaan aksi. Target-target yang telah disepakati dan ditetapkan kemudian
ditayangkan melalui aplikasi https://jaga.id/monitoring
Guna memastikan pelaksanaan Aksi PK yang menjadi tanggung jawab
Kementerian/Lembaga/Pemda berjalan sesuai target yang disepakati, Setnas PK
memfasilitasi pelaksanaan rapat koordinasi dan pembahasan dengan unit kerja teknis
pada masing-masing K/L/D sebagai pelaksana aksi. Tempat pelaksanaannya dilakukan di
kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tempat kedudukan Setnas PK atau
dilaksanakan di masing-masing K/L/D.
Mekanisme pendampingan dilakukan melalui rapat koordinasi formal dan non-formal
antara tenaga ahli Setnas PK dan Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah sebagai
penanganggung jawab aksi.
Pendampingan yang dilakukan Setnas PK dimaksudkan untuk mempercepat pelaksanaan
aksi, termasuk mengidentifikasi dan menindaklanjuti masalah dan kendala yang dihadapi
oleh unit teknis penanggung jawab aksi.
Pelaksanaan Aksi PK juga bekerja sama dan berkoordinasi dengan unit kerja KPK lainnya
seperti Litbang, Dikyanmas, PJKAKI, Korwil, dan PINDA.
2. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
Secara umum, kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) dimaksudkan untuk melakukan
deteksi dini apakah Aksi PK telah dilaksanakan sesuai perencanaan dan target yang disepakati
atau tidak. Jika mengacu pada logic model yang telah menjadi konvensi internasional dalam
pengembangan program aksi maka kegiatan monitoring memiliki ruang lingkup untuk
mengukur capaian pada level proses/aktivitas dan output secara terus-menerus. Sementara
kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengukur hasil dan dampak pada kurun waktu tertentu,
biasanya pada akhir program akan selesai.
5
Agar seluruh pelaksanaan aksi PK dapat dimonitor dan dikendalikan maka Setnas PK telah
mengembangkan beberapa instrumen monitoring dan evaluasi yang efektif dan efisien. Berikut
gambaran umum mekanisme monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
a. Sistem Monitoring
Sistem aplikasi JAGA dengan tautan https://jaga.id/monitoring dikembangkan untuk
menyederhanakan mekanisme pelaporan yang wajib dilakukan oleh
Kementerian/Lembaga, dan Pemerintah Daerah. Pun dari sisi Setnas PK menjadi lebih
efisien dalam melakukan monitoring pelaksanaan target dan verifikasi capaian K/L/D pada
tiap triwulan. Selain itu, melalui dashboard dengan tautan https://jaga.id/stranas publik
juga dapat memantau secara reguler laporan kemajuan K/L/D dalam pelaksanaan aksi
pencegahan korupsi.
Target-target triwulan yang telah ditetapkan wajib dikerjakan dan dilaporkan oleh K/L/D
pada batas waktu pelaporan yang ditentukan Setnas PK sbb:
Periode Batas akhir pelaporan Masa verifikasi
B03 dan B15 12 April tahun berjalan 13-27 April
B06 dan B18 5 Juli tahun berjalan 6-20 Juli
B09 dan B21 5 Oktober tahun berjalan 6-20 Oktober
B12 dan B24 1 Desember tahun berjalan 2-16 Desember
input proses output outcome impact
eval
uas
i
6
Pelaporan oleh K/L/D yang dilakukan melalui jaga.id/monitoring berisi dua hal utama.
Pertama, klaim capaian berupa narasi yang menggambarkan progres
pelaksanaan/pemenuhan target K/L/D. Kedua, K/L/D harus dapat membuktikan klaim
capaian dengan mengunggah data dukung yang sesuai. Misalnya, jika target yang harus
dipenuhi adalah penerbitan peraturan menteri maka data atau dokumen yang diunggah
adalah Peraturan Menteri yang telah disahkan menjadi dokumen negara.
Ketika melewati batas waktu yang telah ditentukan di atas, pelaporan secara otomatis
ditutup dan dikunci oleh sistem. Pada saat itulah masa verifikasi berlangsung, di mana
Tenaga Ahli Setnas PK yang berjumlah 15 orang melakukan verifikasi terhadap data
dukung dokumen yang disampaikan K/L/D guna memastikan apakah dokumen yang
diunggah sudah sesuai dengan klaim pemenuhan target (capaian). Jika tidak sesuai,
Tenaga Ahli Setnas PK dapat melakukan klarifikasi kepada K/LD atau bisa juga langsung
memberikan pengurangan nilai sesuai kriteria penilaian yang ditetapkan.
Sistem aplikasi jaga.id/monitoring atau jaga.id/stranas juga dapat mengeluarkan
rekapitulasi data secara kuantitatif jika kita ingin mengetahui persentase (%) capaian per
K/L/D atau capaian per sub-Aksi. Dengan demikian data-data kuantitatif tersebut dapat
memudahkan tim Monev Setnas PK melakukan rekapitulasi laporan kemajuan triwulan
kepada Timnas PK.
Selain melalui aplikasi jaga.id/monitoring, kegiatan monitoring juga dilakukan dengan
metode kunjungan lapangan (field visit) untuk verifikasi faktual secara langsung mengenai
capaian yang dilaporkan pada aplikasi Jaga. Kunjungan lapangan pada
Kementerian/Lembaga/Pemda dilakukan dengan mendatangi langsung unit-unit teknis
pelaksana aksi dan juga inspektorat; melakukan diskusi dan tanya jawab; dan
memverifikasi secara faktual dokumen data dukung yang sebelumnya sudah dilaporkan
b. Mekanisme Evaluasi
Secara umum, program evaluasi Stranas PK dapat melingkupi tiga area berikut: 1) evaluasi
untuk memastikan apakah pola intervensi selama ini sudah tepat; 2) evaluasi atau
pengukuran outcome terhadap setiap sub-aksi; 3) evaluasi dampak dengan penekanan
pada persepsi publik atau pengguna sebagai penerima manfaat.
7
Yang paling mungkin dilakukan Stranas PK dalam waktu dekat adalah evaluasi atau
pengukuran outcome terhadap 27 sub-aksi pencegahan korupsi. Tim Monev bersama
Tenaga Ahli Stranas PK lainnya telah menyusun indikator outcome dan metode
pengukuran dengan jadual pengukuran antara Maret-Oktober 2020. Diharapkan hasil dari
pengukuran outcome dapat menggambarkan perubahan sistem dan kebijakan yang
dilahirkan Stranas PK telah berkontribusi terhadap pencegahan korupsi secara sistemik.
Sebagai contoh, untuk sektor perizinan, outcome yang diharapkan yakni proses perizinan
menjadi sederhana, cepat, dan murah. Outcome ini dapat memberi dampak pada
peningkatan investasi yang dalam jangka panjang akan ikut menurunkan tingkat
pengangguran
3. Pelibatan Masyarakat Sipil
Pelibatan masyarakat sipil dalam kerangka program pencegahan korupsi pada prinsipnya
bukan semata-mata karena adanya hak berpartisipasi dalam proses kebijakan dan
pembangunan, namun juga merupakan upaya kesadaran bersama guna mendukung
pencapaian target-target pencegahan korupsi secara lebih nyata dan berkesinambungan.
Berikut gambaran umum bagaimana Stranas PK melibatkan masyarakat sipil dalam aksi-aksi
pencegahan korupsi:
Koalisi CSO, akademisi, jurnalis ataupun asosiasi profesi telah dilibatkan secara
langsung memonitor capaian-capaian pencegahan korupsi yang dilakukan pemerintah
melalui sistem monitoring online (jaga/id/monitoring). CSO diberikan akses (password
dan user name) secara online untuk melihat dan memberikan catatan terhadap capaian
pemerintah. CSO juga diharapkan dapat memberikan data pembanding mengenai apa
yang dirasakan masyarakat dalam program pencegahan korupsi ini. Catatan-catatan
yang diberikan CSO akan bermanfaat bagi penilaian capaian yang lebih objektif pada
saat Setnas PK melakukan evaluasi hasil dan dampak.
Paling sedikit 18 CSO nasional telah terlibat dalam beberapa pertemuan dan koordinasi
guna membahas penyusunan, pelaksanaan, dan pemantauan Aksi PK, di antaranya
Transparansi Internasional Indonesia (TII), Indonesia Corruption Watch (ICW),
Kemitraan, Auriga, Publish What You Pay (PWYP), Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran (Fitra), Indonesia Budget Center (IBC), Lembaga Independen Peradilan (LeIP),
8
Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI), Center for Study of Governance and
Administrative Reform (CSGAR), Center for Indonesian Taxation Analysis (CITA),
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam), Indonesia
Procurement Watch (IPW), Indonesia Business Link (IBL), Pusat Telaah dan Informasi
Regional (Pattiro), Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), Forest Watch Indonesia
(FWI), World Resources Institute (WRI).
Selama kurun waktu 2019, berkolaborasi dengan Transparansi Internasional Indonesia
(TII), tim Monev Stranas PK melakukan sosialisasi dan diskusi Stranas PK kepada CSO-
CSO lokal di 4 kota (Semarang, Malang, Pekanbaru, Makasar). Lalu dikuti monitoring
capaian Stranas di 3 Provinsi (NTT, Kaltim, dan Riau) hasil kerja sama TII dan UNDP.
Pada periode Semester I 2020, dengan dukungan dari AIPJ, TII dan CSO lokal bersama
tim Monev Stranas akan melakukan monitoring capaian Stranas di 4 Kota (Aceh,
Gorontalo, Pontianak, dan Yogyakarta).
Stranas PK juga secara mandiri melakukan sosialisasi dan monitoring lapangan di 27
Provinsi di mana LSM, akademisi, dan media dilibatkan secara aktif dalam diskusi publik
aksi pencegahan korupsi selama kurun waktu Maret-Desember 2019.
Kerja sama dan dukungan juga diberikan oleh pemangku kepentingan lain, seperti
UNDP, USAID, AIPJ2, GIZ, dan World Bank, sebagai mitra pembangunan yang terlibat
aktif membantu dan bekerja sama dengan Stranas PK. UNDP, USAID, dan AIPJ2 aktif
terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemantauan aksi di daerah. UNDP juga aktif bekerja
sama dengan Stranas PK menyiapkan instrumen-instrumen komunikasi publik.
Sementara World Bank menaruh perhatian pada advokasi aksi Perencanaan-
Penganggaran Berbasis Elektronik dan GIZ aktif ikut dalam pendampingan aksi
Penetapan Kawasan Hutan dan Implementasi Kebijakan Satu Peta
4. Strategi Komunikasi
Selain pendampingan kepada K/L/D dan pelibatan masyarakat sipil dalam aksi-aksi
pencegahan korupsi, strategi komunikasi juga dianggap cukup penting karena dapat
memberi ruang bagi Stranas PK memperkenalkan, membangun, dan menciptakan
interaksi antara Stranas PK dan stakeholders lainnya, termasuk pemerintah dan
masyarakat umum.
9
Melalui kanal-kanal komunikasi, Stranas PK dapat mengkomunikasikan kepada publik
kegiatan-kegiatan apa yang telah dilakukan, output atau capaian apa yang dihasilkan
dan perubahan apa saja yang sudah terjadi yang berkontribusi terhadap upaya
pencegahan korupsi. Berikut beberapa upaya komunikasi yang telah dan akan dilakukan
Stranas PK untuk mencapai tujuannya:
- Optimalisasi forum-forum kehumasan K/L/D
- Publikasi kegiatan-kegiatan Stranas melalui website Stranas PK
(https://stranaspk.kpk.go.id). Sampai saat ini sudah lebih dari 15 artikel yang
ditayangkan di website Stranas. Isunya meliputi kegiatan-kegiatan pendampingan
dan laporan capaian aksi.
- Diseminasi iklan layanan masyarakat melalui media cetak dan elektronik (surat
kabar, TV, radio). Saat ini sudah tayang di kanal KPK dan media Televisi PT. KAI.
10
CAPAIAN 27 SUB-AKSIIII
Pada triwulan V ini seluruh sub-aksi diberi target capaian sebesar 62,5 persen. Sebagian besar
pelaksanaan sub-aksi telah berjalan on track. Sebagian lainnya tidak mengalami banyak
kemajuan karena beberapa kendala teknis dan non-teknis yang dihadapi.
Secara agregat, dihitung dari nilai total 27 sub-Aksi, maka nilai capaian Stranas PK menjadi 48%
(dari 62,5%). Berikut adalah inti sari capaian per sub-aksi beserta kendala dan nilai persentase
capaiannya:
Note: Nilai persentase yang ditampilkan adalah nilai akumulasi Triwulan V terhadap Triwulan VIII, di mana
target 100% sampai Triwulan V adalah 62,5%. Untuk beberapa sub-Aksi yang tidak memiliki target di satu
atau lebih triwulan maka nilainya bisa jadi melebihi 62,5%
FOKUS I : PERIZINAN DAN TATA NIAGA
1. Penghapusan SKDU-HO: 100%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Prosedur perizinan terlalu panjang dan lama Surat Keterangan Domisili Usaha dan Izin HO (Hinder Ordonantie / Gangguan) adalah dua jenis izin yang saat ini masih diterapkan di banyak daerah, sehingga cukup menyulitkan pengusaha UMKM yang hendak mengurus izin usaha. Oleh karenanya sudah ada ketentuan dari Pemerintah Pusat yang mendorong agar pemerintah daerah tidak lagi menetapkan kedua jenis izin tersebut sebagai bagian dari persyaratan izin usaha. Penghapusan SKDU-HO ini bertujuan untuk menyederhanakan prosedur perizinan usaha di daerah sehingga merangsang tumbuhnya investasi oleh UMKM-UMKM lokal, yang otomatis ikut mendorong terbukanya lapangan kerja di daerah.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
Kementerian Dalam Negeri
11
Capaian dan Kendala
Setelah periode lalu masih tersisa 21 Pemda (dari total 76 di tahun 2019) yang belum meghapus persyaratan SKDU-HO, saat ini, seluruh (76) Pemda telah menghapus persyaratan SKDU-HO. Secara umum, pelaksanaan target terkait SKDU-HO sudah sepenuhnya tercapai
Sub-aksi ini tidak memiliki tantangan atau kompleksitas pelaksanaan yang tinggi.
Hanya saja, walaupun seluruh Pemda telah menerbitkan regulasi penghapusan persyaratan SKDU-HO, di tingkat kecamatan dan kelurahan tetap saja masih ada yang mengeluarkan SKDU karena ada kebutuhan pengajuan kredit mikro oleh pelaku UMKM
2. Percepatan Pelaksanaan Online Single Submission: 61%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Jumlah izin di pusat terlalu banyak dan tumpang tindih Berdasarkan PP 24 /2018 tercatat ada lebih dari 700 izin dari 18 Kementerian/Lembaga. Banyak di antara perizinan tersebut yang serupa, tidak terlalu dibutuhkan, dan tumpang tindih. Kondisi ini mengakibatkan proses perizinan menjadi lama, mahal, dan tidak ada kepastian penyelesaian. Buruknya kondisi pelayanan perizinan ini membuat pemerintah berkomitmen untuk mempercepat integrasi layanan perizinan, baik di Pusat maupun Daerah agar menjadi lebih sederhana, cepat, dan murah. Sehingga dapat menarik minat investor menanamkan modalnya. Dengan meningkatnya investasi yang masuk, diharapkan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada terbukanya kesempatan kerja dan mengurangi tingkat pengangguran.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
2. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
3. Kementerian Dalam Negeri 4. Kementerian Pertanian
5. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
6. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
7. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional (ATR/BPN)
8. Kementerian Kesehatan
9. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR)
10. Kementerian Perdagangan 11. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
12. Kementerian Komunikasi dan Informatika
13. Kementerian Keuangan
14. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah
15. Kementerian Perhubungan
12
16. Kementerian Pariwisata
17. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)
18. Kementerian Agama 19. Kementerian Ketenagakerjaan 20. Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM)
21. Kementerian Kelautan dan Perikanan
22. Kementerian Perindustrian 23. Badan Pengawasan Tenaga
Nuklir (Bapeten)
Capaian dan Kendala
Secara umum, sampai triwulan V (B15), progres aksi Percepatan OSS di 27 K/L berjalan normal, walaupun ada beberapa kendala yang dihadapi, salah satunya terkait revisi PP 24/2018
Revisi PP 24 akan dilakukan dengan adanya keputusan untuk menyusun RPP NSPK.
Namun konten (rencana) revisi PP 24 dengan RPP NSPK ini akan mengalami perubahan cukup signifikan yaitu pendekatan administrasi izin diubah dengan analisa tingkat resiko (risk-based approach)
BKPM telah menyusun konsep grand design OSS versi Risk Based Approach (RBA) dan
telah mendiskusikannya dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Terkait koneksi OSS dengan PTSP daerah, berdasarkan hasil monitoring Kemendagri dan Kemenkominfo sampai triwulan V ini, total 200 Pemda telah menggunakan SiCANTIK atau aplikasi lainnya. Artinya seluruh PTSP telah terkoneksi dengan OSS via webform. Pada dasarnya PTSP daerah telah bisa menarik NIB dari OSS dan menotifikasi kembali ke OSS via webform
Penyesuaian proses bisnis dengan RUU Cipta Kerja juga telah dilakukan. Salah satunya
adalah penyusunan proses bisnis (re-design) dan pengembangan sistem untuk integrasi izin lokasi (OSS, Sicantik, KKP Web), berikut hasilnya: - OSS: Sudah bisa mengirimkan data NIB, men-generate billing dari KemenATR/BPN,
dan menerima notifikasi permohonan izin dan juga status dari KemenATR/BPN - SiCantik: Di dalam probis Ilok, berperan sebagai fasilitator untuk notifikasi dari OSS ke
KKP Web dan ke PTSP Daerah. Sehingga Daerah sudah bisa memperoses data lemparan dari KKP Web untuk diteruskan ke OSS
- KKP Web: Sudah bisa memproses NIB yg dikirimkan OSS, sudah bisa mengirimkan progress status permohonan dan hasil persetujuan atas izin yg dimohonkan melalui OSS serta sudah bisa memberikan akses OSS untuk meng-create kode billing terkait PNBP Pengurusan izin
Guna mempercepat implementasi OSS baik di pusat maupun di daerah maka telah
dilakukan beberapa upaya dengan hasil sebagai berikut: a. untuk penempatan/penunjukan pejabat penghubung, 21 K/L telah menempatkan
Pejabat Penghubung di BKPM, sehingga diharapkan dapat mempercepat proses pelayanan izin usaha di Pusat
b. untuk usulan perubahan KBLI, Dari 21/K/L yang ditargetkan, sudah 17 K/L yang menyampaikan usulan revisi KBLI kepada BPS. Di antara yang belum menyampaikan adalah Kemenag, Kominfo, Polri, dan Kemenaker
c. untuk penyusunan RDTR dan RTRW, dari 18 Kabupaten/Kota yang sebelumnya tercatat belum ada Perda RTRW, saat ini 18 Kabupaten/Kota tersebut sudah mulai
13
berproses; di mana Kab Siak sudah menerbitkan Perda RTRW; sementara Kab. Rokan Hulu, Kota Pekanbaru, dan Kab. Buton Tengah sedang proses mendapatkan nomor registrasi Perda; dan sisanya sedang dalam proses pembahasan lintas sektor dan pemberkasan persetujuan substansi
3. Implementasi Kebijakan Satu Peta: 38%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Beragam format peta telah menimbulkan konflik pemanfaatan ruang Selama ini, berbagai pemangku kepentingan menggunakan peta dengan format yang berbeda-beda sehingga menimbulkan konflik, sengketa tanah, dan pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai dengan tata ruang. Diharapkan aksi ini dapat menyediakan satu peta yang mengacu pada satu referensi geospasial, satu standar, satu basis data, dan satu geoportal pada tingkat ketelitian peta skala 1.50.000 sehingga dapat memberikan kepastian tenurial sebegai referensi dalam perencanaan pembangunan dan pelaksanaan berbagai kebijakan.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
2. Kementerian Dalam Negeri
3. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
4. Kementerian Pertanian
5. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
6. Badan Informasi Geospasial
7. Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional
8. Pemprov Riau 9. Pemprov Kalimantan Timur 10. Pemprov Kalimantan Tengah 11. Pemprov Sulawesi Barat
12. Pemprov Papua
Capaian dan Kendala
Pendampingan proses kompilasi dan integrasi IGT di KL dan Pemda terus berlangsung, walaupun dengan beberapa hambatan. Berikut hasilnya sampai triwulan V:
- dari 11 IGT di tingkat Pusat, 8 IGT telah terintegrasi, yaitu: Peta Izin Usaha Pertambangan; Peta Penunjukan Kawasan Hutan; Peta Penetapan Kawasan Hutan; Peta Pelepasan Kawasan Hutan, Peta Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan; Peta Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan; Peta RTRW Provinsi; Kab/Kota; dan Peta Batas Administrasi Provinsi dan Kabupaten
- 2 IGT dalam proses kompilasi, yaitu: Hak Guna Usaha; Peta Kesatuan Hidrologi Gambut;
- 1 IGT telah terkompilasi, yakni Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru
14
Pada tingkat Daerah berikut rekap kemajuannya: - Dari 4 Provinsi yang melakukan kompilasi, sampai saat ini belum ada yang
selesai - Dari 28 Kabupaten/Kota, baru ada 4 kab/kota yang mengalami kemajuan
signifikan, yaitu: - 1 Kab selesai kompilasi dan integrasi (Mamuju) - 1 Kab selesai kompilasi ILOK dan IUP (Mahakam Ulu) - 1 Kab selesai kompilasi ILOK (Kutai Timur) - 1 Kab selesai kompilasi IUP (Kutai Barat)
24 Kab/Kota lainnya masih berproses kompilasi ILOK dan IUP
Tahapan integrasi IGT masih menemui beberapa kendala, misalnya pada IGT
Kesatuan Hidrologis Gambut, Hak Guna Usaha, dan Izin Lokasi Perkebunan Sawit dan Izin Usaha Perkebunan Sawit masih belum dapat dilakukan karena tahap kompilasi masih terus berlangsung. Risiko yang muncul dari tidak selesainya proses kompilasi adalah ikut mundurnya waktu tahapan integrasi. Untuk itu perlu ada cut off tahap kompilasi
IGT yang telah terintegrasi, selanjutnya akan disinkronisasi. Tahap awal sinkronisasi, akan disusun Peta Indikatif Tumpang Tindih IGT (PITTI) untuk masing-masing Provinsi
4. Penetapan Kawasan Hutan: 62%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Masih banyak ketidakpastian areal kawasan hutan Ketidakpastian areal kawasan hutan merupakan salah satu yang dapat menghambat laju investasi, pembangunan infrastruktur dan efektifitas tata kelola hutan itu sendiri, seperti rehabilitasi lahan dan perlindungan daerah tangkapan air. Pun akan menjadi sumber utama konflik tenurial antar berbagai pihak. Aksi ini diharapkan dapat memberi kepastian hukum mengenai fungsi suatu kawasan hutan sehingga terhindar dari konflik tenurial.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Capaian dan Kendala
Pada triwulan ini, draft final Revisi Permen PKH telah selesai untuk diundangkan namun harus menunggu pengesahan RUU CK, sebagaimana arahan Menteri LHK.
Pelaksanaan Penataan Batas Kawasan Hutan dari target di triwulan V sepanjang minimal 7000 Km, namun baru terealisasi 2441,7 km.
15
Untuk pelaksanaan Penetapan Kawasan Hutan dengan target di triwulan V seluas
minimal 50.000 ha. Saat ini telah terealisasi 72.240,54 Ha. KLHK saat ini sedang mengembangkan Design Infrastruktur Jaringan dan Server
dalam rangka Integrasi Sistem Perizinan Sudah ada modul database yang dapat dipakai atau berbagi (interoperabilitas) dengan
sistem lain pada K/L/D
5. Penguatan dan Pemanfaatan Basis Data Beneficial Owrnership: 66%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Tingginya penyalahgunaan korporasi untuk Tipikor, TPPU, Pendanaan Terorisme maupun penghindaran pajak Saat ini, tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana korupsi berkembang semakin kompleks, melintasi batas-batas yurisdiksi, dan menggunakan modus yang semakin variatif, dengan memanfaatkan lembaga di luar sistem keuangan. Salah satu yang sering disalahgunakan adalah korporasi. Penggunaan korporasi untuk menyembunyikan aset yang dihasilkan tindak pidana korupsi dan pencucian uang semakin marak dilakukan oleh pelaku kejahatan. Diharapkan aksi ini dapat membuka jalan bagi pemanfaatan data BO untuk pencegahan TPPU, TPPT dan pidana pajak (BO).
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
2. Kementerian Keuangan 3. Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan 4. Kementerian Pertanian
5. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
6. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
7. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
Capaian dan Kendala
Sampai triwulan V (B15), sistem BO (https://ahu.go.id) baru dapat diakses oleh K/L dan korporasi yang memiliki akun, sedangkan publik belum bisa.
Pemanfaatan basis data BO oleh KemenESDM, Kementan, KemenATR/BPN, dan
Kemenkeu belum terlaksana, dikarenakan belum terintegrasinya data di masing-masing K/L dengan https://ahu/go.id
Pemanfaatan data BO baru berjalan di PPATK, yang mana sejak Juni 2019 sampai
dengan April 2020 sebanyak 2.009 informasi telah diakses PPATK, dengan pemanfaatan data sebanyak 33 informasi
16
6. Utilisasi Nomor Induk kependudukan (NIK) untuk Bantuan Sosial: 56%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Basis Data penerima bantuan sosial belum dimutakhirkan dengan baik Penyaluran bantuan sosial sampai saat ini masih dihadapkan pada permasalahan akurasi basis data warga yang berhak menerima bantuan sosial. Peningkatan akurasi data penerima bansos sebagai prioritas nasional belum didukung dengan tata kelola yang baik mulai dari koordinasi antar K/L, kepastian anggaran, sistem monitoring dan evaluasi pemutakhiran data. Bantuan Sosial juga masih dijadikan alat untuk kepentingan-kepentingan politik berbagai pihak. Akibatnya permasalahan bantuan sosial yang tidak tepat sasaran masih terus mengemuka. Aksi ini mendorong pembenahan basis data dengan pertukaran serta pemadanan data sehingga terbentuk basis data yang handal dan mutakhir sehingga distribusi bansos ke pihak-pihak yang tidak tepat bisa diminimalisir
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Dalam Negeri 2. Kementerian Sosial
3. Kementerian Pertanian 4. Kementerian Pendidikan 5. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
Capaian dan Kendala
Dari sisi proses dan output, sudah banyak kemajuan yang dialami sub-aksi ini, walaupun tantangan di lapangan juga sangat besar. Berikut gambarannya:
Sampai awal 2020, sebanyak 77.741.761 (79%) DTKS telah padan NIK; atau meningkat dari 74.554.113 jiwa (75,6%) di periode sebelumnya
Aplikasi monitoring pergerakan DTKS berdasarkan transaksi administrasi kependudukan telah dibangun oleh Kemendagri, untuk mengidentifikasi aspek-aspek terkait: a) anggota keluarga yang belum masuk DTKS; b) anggota keluarga yang baru lahir; c) anggota keluarga karena meninggal; d) anggota DTKS yang melakukan pernikahan; e) anggota DTKS yang bercerai; f) anggota DTKS mutasi alamat;
Analisis DTKS Penetapan Periode Januari 2020 telah dilakukan Kemensos dan berikut
catatan pentingnya: - 328 dari 514 Kab/Kota telah melakukan finalisasi data DTKS untuk Januari 2020 - Untuk tingkat keakifan pemutakhiran sampai tingkat desa masih menunggu query
dari Aplikasi SIKS NG, secara sistem bila kabupaten/kota tidak mengunduh BAST Musdes/Muskel melalui sistem ekspor, maka data hasil input operator SIKS NG tidak dilanjutkan ke pengolahan data sampai dengan pengesahan Kepala Daerah
- Ada kendala bagi Kemensos untuk mengumpulkan dan menyediakan data
pemutakhiran berbasis desa melalui sistem aplikasi
17
Tantangan berat yang masih dihadapi sub-aksi ini sampai sekarang adalah lambatnya peningkatan akurasi data penerima bantuan sosial atau data orang miskin yang disebabkan karena rendahnya sistem pengawasan untuk pemutakhiran data tingkat Pemerintah Daerah dan cleansing data hasil pemadanan di Pemerintah Pusat. Akibatnya, seperti yang saat ini terjadi di mana pemberian bantuan sosial untuk penanganan Covid-19 masih banyak yang tidak tepat sasaran
7. Integrasi dan Sinkronisasi Data Impor Pangan Strategis: 61%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Izin impor komoditas strategis rawan korupsi karena tidak transparan Seringkali kebijakan impor disinyalir tidak tepat dan tidak memberikan perlindungan maksimal kepada petani dan peternak lokal. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan pemerintah yang selalu melakukan impor besar-besaran jika terjadi kelangkaan komoditas. Padahal biasanya kelangkaan sengaja diciptakan oleh para pemburu rente guna mendapatkan keuntungan, salah satunya dengan mendorong Pemerintah membuka keran impor. Permasalahan dalam tata niaga impor komoditas pangan strategis ini menyebabkan target ketahanan pangan Pemerintah menjadi tidak maksimal. Aksi Integrasi dan Sinkronisasi Data Impor Pangan Strategis bertujuan agar perumusan kebijakan terkait impor diambil berdasarkan data yang akurat. Selain itu, sistem Indonesia National Single Window (INSW) dimanfaatkan untuk menjaga akuntabilitas dari pelaksanaan impor.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
2. Kementerian Perindutrian
3. Kementerian Perdagangan
4. Kementerian Kelautan dan Perikanan
5. Kementerian Keuangan 6. Kementerian Pertanian
7. Badan Pusat Statistik
Capaian dan Kendala
Penyediaan data di dashboard terkait impor semakin meningkat Mekanisme rekonsiliasi data realisasi impor telah mencapai kesepakatan bersama
antara LNSW, DJBC, dan BPS Sampai saat ini, Kemenko Perekonomian belum mengirimkan data keputusan rakortas
terkait kuota impor pangan strategis ke sistem INSW, sedangkan Kementan, Kemenperin, KKP, dan BPS sudah mengirimkan data perhitungan neraca penawaran dan permintaan komoditas pangan strategis 2020
Data proyeksi kebutuhan dan produksi pangan nasional tahun 2020 serta ketersediaan
pangan nasional akhir 2019 telah dialirkan ke sistem INSW
18
Kemendag dan Bea Cukai telah menyepakati mekanisme yang mendukung monitoring realisasi impor untuk komoditas post-border
8. Penerapan Manajemen Anti Suap: 78%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Kasus penyuapan oleh pihak swasta masih marak terjadi Dari seluruh kasus korupsi yang ditangani oleh KPK dari tahun 2004 s/d 2018 menurut jenis tindak pidana korupsi, sebesar 64% atau peringkat teratas merupakan kasus penyuapan, dan berdasarkan jenis profesi/ jabatan yaitu dari sektor swasta sebanyak 238 orang, berada di peringkat kedua setelah anggota dewan. Pelaksanaan aksi ini diharapkan dapat meminimalisir potensi dan tindakan penyuapan yang dilakukan sektor swasta.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Badan Usaha Milik Negara
2. Kementerian Dalam Negeri
3. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
4. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Capaian dan Kendala
Mulai periode ini, sebagaimana penegasan dari Menteri BUMN bahwa seluruh BUMN akan menerapkan SNI ISO 37001. Oleh karenanya pemetaan ulang sedang dilakukan terhadap 114 perusahaan BUMN dalam rangka menilai kesiapan mereka untuk penerapan SNI ISO 37001
Pemetaan juga dilakukan oleh SKK Migas terhadap 95 perusahaan KKKS. Dari pemetaan
tersebut diketahui bahwa hanya beberapa saja yang sudah jelas menerapkan model SMAP tertentu. Selebihnya (di atas 50 %) belum diketahui menerapkan model SMAP yang mana
Di antara perusahaan KKKS yang telah teridentifikasi menerapkan SMAP adalah: Chevron
menggunakan FCPA; Pertamina EP menggunakan FCP dan UKBA; PHE Holding menggunakan SMAP mandiri. Sementarai Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ, PHE Siak, dan PHE WMO sedang dalam proses Assement GCG oleh BPKP
19
FOKUS II: KEUANGAN NEGARA
9. Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Elektronik: 43%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Perencanaan dan penganggaran adalah fase rawan korupsi Masalah utama sistem perencanaan dan penganggaran nasional saat ini adalah tidak terintegrasi dan juga kurang sinerginya sistem perencanaan dan penganggaran baik di pusat, di daerah maupun pusat dengan daerah. Seringkali terjadi apa yang direncanakan beda dengan yang dianggarkan. Pengalokasian anggaran juga tidak mencerminkan prioritas yang ditetapkan. Akibatnya terjadi inefesiensi, inefektivitas dan tingginya risiko korupsi dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Implementasi aksi ini diharapkan dapat menciptakan: 1) proses perencanaan dan penggangaran yang transparan, partisipatif, dan akuntabel; 2) dokumen perencanaan dan penganggaran yang berkualitas; 3) program dan belanja pemerintah menjadi efesien dan efektif.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Dalam Negeri 2. Kementerian Keuangan
3. Kementerian/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas)
4. Kementerian Komunikasi dan Informatika
5. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
6. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Capaian dan Kendala
Secara umum, sub-aksi ini masih belum berjalan baik sampai triwulan V ini. Belum ada kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh Kemenkeu, Kemendagri, dan Bappenas terkait beberapa target seperti: proses bisnis integrasi; harmonisasi Badan Akun Standar; dan aplikasi umum yang terintegrasi
Walaupun sudah ada Rancangan PMK mengatur sebagian standar proses bisnis perencanaan dan penganggaran, namun masih perlu juga dipastikan bahwa RPMK ini dibahas bersama-sama dengan Kemendagri dan Bappenas, dan memastikan tidak tumpang tindih dengan Permendagri yg juga mengatur pengelolaan perencanaan dan penganggaran di daerah.
Terkait roadmap integrasi perencanaan-penganggaran, saat ini garis-garis besar
roadmap sudah masuk dalam RPJMN 2020-2024, meski tahapan-tahapan pencapaian per tahun perlu penjabaran lebih lanjut oleh masing-masing penanggung jawab aksi, yakni: Target 2020: tersedia aplikasi umum, target 2021: Integrasi internal Pemerintah Daerah, target 2022: Integrasi antar kabupaten/ kota dengan propinsi, target 2023: Integrasi Desa dengan Kabupaten/Kota, dan 2024: Integrasi Sistem Tingkat Pusat
20
Terkait roadmap integrasi perencanaan-penganggaran, saat ini garis-garis besar roadmap sudah masuk dalam RPJMN 2020-2024, meski tahapan-tahapan pencapaian per tahun perlu penjabaran lebih lanjut oleh masing-masing penanggung jawab aksi, yakni: Target 2020: tersedia aplikasi umum, target 2021: Integrasi internal Pemerintah Daerah, target 2022: Integrasi antar kabupaten/ kota dengan propinsi, target 2023: Integrasi Desa dengan Kabupaten/Kota, dan 2024: Integrasi Sistem Tingkat Pusat
Permendagri No. 70 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
telah mengatur semua sistem informasi Pemerintah Daerah untuk diintegrasikan ke SIPD paling lama 1 tahun sejak peraturan ini diundangkan. Namun secara faktual tidak mudah bagi Pemerintah Daerah untuk mengintegrasikan aplikasi beragam yang mereka telah gunakan selama ini.
Untuk itu, telah dilakukan pemetaan mengenai jumlah dan jenis sistem aplikasi
perencanaan penganggaran. Hasilnya jumlah daerah yang belum terintegrasi dengan Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) adalah sebanyak 112 daerah dengan rincian: Provinsi 0; Kabupaten 93; Kota 19. Sejumlah 93 Kabupaten dan 19 Kota inilah yang akan dilakukan
Tantangan lain adalah terkait Bagan Akun Standar (BAS). Permendagri No.90 Tahun 2019
tentang BAS berpotensi tumpang tindih dengan RPP Harmonisasi BAS yang sedang disiapkan, sehingga kelak akan membingungkan Pemda dalam penerapan BAS. RPP BAS baru dapat dirampungkan di B21
Aplikasi umum perencanaan dan penganggaran khususnya di tingkat pusat masih dalam
proses integrasi. Melalui Sistem Informasi KRISNA proses perencanaan akan terhubung (melalui API Service) dengan aplikasi RKA-K/L dan SatuDJA sebagai aplikasi umum yang saat ini digunakan pada proses penganggaran
Asesmen Sistem Aplikasi Perencanaan dan Penganggaran Terkini di Tingkat Daerah dan
Pusat baru masuk dalam tahap perencanaan, yakni proses pembuatan kerangka acuan
10. Pembentukan Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ): 41%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Kelembagaan pengadaan barang dan jasa belum independen Korupsi pada pengadaan barang dan jasa merupakan yang tertinggi di Indonesia. Salah satu penyebabnya karena lembaga atau unit pengadaan barang dan jasa belum independen dan belum didukung oleh sumber daya manusia yang profesional. ULP dan kelompok kerja yang merupakan unit organisasi yang berfungsi melaksanakan pengadaan barang dan jasa masih bersifat ad-hoc (tiap tahun berganti), dan pokja ULP masih menjadi bawahan dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), sehingga rentan di intevensi. Selain itu, LPSE masih terpisah dari ULP.
21
Aksi ini dirancang untuk mendorong penguatan pada kelembagaan penyelenggara pengadaan barang dan jasa sehingga penyelenggara menjadi independen dan terhindar dari intervensi pihak manapun.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Dalam Negeri
2. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)
3. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
4. Kementerian Perhubungan
5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
6. Kementerian Riset dan Teknologi
7. Kementerian Pertanian
8. Kementerian Agama
9. Kementerian Hukum dan HAM
10. Kementerian Kesehatan 11. Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
12. Kementerian Keuangan
13. Kementerian Pertahanan 14. Kepolisian Republik Indonesia
15. 34 Pemerintah Provinsi 16. 508 Pemerintah Kabupaten/
Kota
Capaian dan Kendala
Terdapat beberapa kemajuan untuk sub-aksi Pembentukan UKPBJ yang dapat dilaporkan sebagai berikut:
Pada tingkat Pusat Jika pada periode 2019, kontribusi KemenPANRB dalam diskusi-diskusi pencapaian aksi
sangat kurang sehingga target yang harus dicapai untuk aksi ini berjalan lambat, maka pada periode B15 tahun 2020, KemenPANRB sudah terlihat aktif menjalankan aksi Pembentukan UKPBJ, di mana KemenPANRB sebagai regulator di bidang kelembagaan telah menerbitkan surat melalui Deputi Kelembagaan Nomor B/69/KT.00/2020 yang merupakan komitmen KemenPAN-RB untuk segera menerbitkan PermenPANRB mengenai pedoman pembentukan UKPBJ di untuk lingkungan Kementerian/Lembaga
Terkait proses pembentukan UKPBJ di 12 K/L piloting, mulai dari penyusunan Anjab/ABK,
pengisian e-formasi sampai penilaian tingkat kematangan, berikut adalah progresnya: a. 7 K/L yang telah menyusun/membuat ABK untuk kebutuhan jabatan fungsional PPBJ
secara lengkap, yakni Kemenkeu, Kementan, Kemenhub, PUPR, Kepolisian, LKPP, dan Kemenkes
b. 6 K/L telah menetapkan kebutuhan jabatan fungsional PPBJ melalui e-formasi KemenPANRB, yakni LKPP, Kemenkeu, Kemenkes, PUPR, Kemenhub, dan Kementan
c. Baru satu K/L yang mencapai Tingkat Kematangan UKPBJ level proaktif (9/9), yakni Kemenkeu
Pembentukan UKPBJ di tingkat Provinsi a. Seluruh 34 Pemprov telah menerbitkan Peraturan Kepala Daerah yang menetapkan
pembentukan UKPBJ struktural b. 33 Pemprov telah menyusun ABK, hanya satu Pemprov yaitu Maluku Utara yang
belum.
22
c. Kurang dari setengah atau baru 15 Pemprov yang telah melakukan pengisian eformasi, yaitu Pemprov Sumut, Lampung, Babel, Kepri, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, DI Yogyakarta, Bali, Kalbar, Kalsel, Kalut, Sulsel, dan Maluku
d. 8 Pemprov telah mencapai Tingkat Kematangan UKPBJ level proaktif (9/9), yaitu Pemprov Riau, Pemprov Jabar, Pemprov Jateng, Pemprov Jatim, Pemprov Bali, Pemprov Kalbar, Pemprov Kalsel, Pemprov Sulut
Pembentukan UKPBJ di tingkat Provinsi a. Seluruh 34 Pemprov telah menerbitkan Peraturan Kepala Daerah yang menetapkan
pembentukan UKPBJ struktural b. 33 Pemprov telah menyusun ABK, hanya satu Pemprov yaitu Maluku Utara yang
belum. c. Kurang dari setengah atau baru 15 Pemprov yang telah melakukan pengisian
eformasi, yaitu Pemprov Sumut, Lampung, Babel, Kepri, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, DI Yogyakarta, Bali, Kalbar, Kalsel, Kalut, Sulsel, dan Maluku
d. 8 Pemprov telah mencapai Tngkat Kematangan UKPBJ level proaktif (9/9), yaitu Pemprov Riau, Pemprov Jabar, Pemprov Jateng, Pemprov Jatim, Pemprov Bali, Pemprov Kalbar, Pemprov Kalsel, Pemprov Sulut
Pembentukan UKPBJ di tingkat Kabupaten/Kota a. 431 Pemkab/Pemkot telah menerbitkan Perkada yang menyebutkan UKPBJ struktural b. kurang dari setengah atau 252 Pemkab/Pemkot telah menyusun ABK c. hanya 87 Pemkab/Pemkot mengisi E-Formasi kebutuhan Jabatan Fungsional PPBJ d. baru ada 6 Pemkab (dari 58 Pemkab/Pemkot target) yang mencapai Tingkat
Kematangan UKPBJ level proaktif (9/9), Pemkab Solok, Pemkab Banyuasin, Pemkab Bangka, Pemkab Badung, Pemkab Barito Selatan, Pemkab Kutai Timur
11. Implementasi e-Katalog: 50%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Kualitas, harga, dan spesifikasi barang dan jasa tidak transparan Walaupun sudah mulai diinisiasi sejak 2015, masih sedikit K/L/D yang melaksanakan e-katalog untuk pengadaan barang dan jasa. Oleh karenanya diperlukan percepatan untuk meminimalisir praktik korupsi di dalamnya. Seperti diketahui, pengadaan barang dan jasa dengan sistem konvensional telah menimbulkan banyak pemborosan anggaran dan kecurangan atau penipuan karena proses pengadaan yang berjalan lama dan rumit. Pun harga dan spesifikasi barang/jasa yang dirilis tidak transparan dan tidak standar. Dengan demikian aksi implementasi e-katalog diharapkan dapat menciptakan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang transparan dan efisien secara waktu dan biaya. Pun dapat menurunkan angka korupsi di sektor pengadaan karena minimnya pertemuan antara penyedia dan pengguna barang/jasa melalui sistem katalog elektronik
23
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)
2. Kementerian Perhubungan
3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4. Kementerian Pertanian 5. Kementerian Kesehatan 6. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) 7. 34 Pemerintah Provinsi
Capaian dan Kendala
Berikut progres capaian implementasi e-katalog sektoral dan e-katalog lokal: Katalog Lokal Pada periode 2019, terdapat 10 Provinsi piloting (Aceh, Sumbar, Jateng, Jabar, Kalbar,
Jatim, Sumut, Maluku, Sulsel, Babel) plus 4 provinsi tambahan (Prov. Sumsel, Lampung, Kaltim dan Papua Barat) yang dimandatkan melaksanakan e-katalog. Berikut hasil monitoringnya:
- Dari 10 provinsi piloting pertama, terdapat 3 Provinsi yakni Aceh, Jawa Tengah, dan Jawa Barat yang telah melakukan penayangan barang/jasa katalog. 7 provinsi lainnya masih berjalan lambat. Ada yang masih tahap awal penandatanganan MoU dan melengkapi kekurangan dokumen asesmen. Ada juga yang sudah mendekati tahap akhir, yakni masuk ke proses pemilihan penyedia
- Untuk 4 provinsi tambahan, Provinsi Papua Barat belum menyampaikan surat usulan pengelola katalog lokal kepada LKPP; Provinsi Lampung dan Kaltim dinyatakan belum siap sehingga penandatanganan MoU dan PKS tidak dapat dilaksanakan; Provinsi Sumatera Selatan saat ini sedang dalam proses penandatanganan MoU dan PKS
Pada periode 2020, terdapat 7 provinsi lagi yang diwajibkan melaksanakan e-katalog,
yakni Kepri, Bali, NTT, Kalsel, Bengkulu, Banten Sulawesi Tenggara; dan saat ini ketujuh provinsi tersebut telah mengajukan surat permohonan ke LKPP untuk menjadi pengelola e-katalog
Katalog Sektoral 5 K/L prioritas (KemenPUPR, Kemenhub, Kementan, Kemendikbud, dan Kemenkes)
yang ditargetkan menayangkan produk pada e-katalog dan memberikan pelayanan e-purchasing telah berhasil melakukannya sejak periode B12. Namun pada Desember 2019, Kemenkes menarik diri dari implementasi e-katalog sektoral bidang kesehatan dan mengembalikannya pada LKPP
Saat ini Stranas PK memandang bahwa dalam masa pandemik covid-19 ini, yang mana dibutuhkan percepatan pengadaan barang/jasa bidang kesehatan, maka menjadi penting untuk mendorong kembali Kemenkes mengelola e-katalog sektoral bidang kesehatan
Saat ini sedang dilakukan evaluasi untuk penambahan produk e-katalog bagi ke lima
kementeria di atas. Begitu juga evaluasi untuk penambahan kementerian baru untuk pelaksanaan e-katalog
24
12. Konsolidasi Pengadaan: 81%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Banyak inefisiensi dalam proses pengadaan barang dan jasa Konsolidasi pengadaan barang dan jasa adalah strategi pengadaan barang dan jasa yang menggabungkan beberapa paket Pengadaan Barang dan Jasa sejenis. Selama ini, praktik yang lazim dilakukan instansi pemerintah di pusat mapun daerah adalah memecah/memisahkan paket barang dan jasa padahal jenisnya sama. Modus ini dilakukan dengan beberapa alasan, di antaranya agar tidak terjadi tender terbuka. Alasan lainnya, semakin banyak paket maka semakin banyak honor yang diterima penyelenggara pengadaan. Aksi ini diharapkan dapat meningkatkan value for money atau penghematan anggaran dalam proses pengadaan barang dan jasa. Dengan demikian penghematan anggaran ini dapat digunakan untuk tujuan pengembangan sumber daya penyelenggaran pengadaan yang profesional ataupun redistribusi untuk pembangunan infrastruktur lainnya.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)
2. Kementerian Perhubungan
3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
4. Kementerian Pertanian 5. Kementerian Kesehatan
6. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
7. Pemprov DKI Jakarta
8. Pemprov Jawa Barat
9. Pemprov Jawa Tengah 10. Pemprov Jawa Timur
11. Pemprov Jawa Sumatera Utara
Capaian dan Kendala
Konsolidasi pengadaan telah dilakukan di 5 K/L prioritas (KemenPUPR, Kemenhub, Kementan, Kemendikbud, dan Kemenkes). Hasilnya, 3 Kementerian (KememPUPR, Kementan, dan Kemenkes) telah sampai pada tahap melakukan kontrak konsolidasi; Kemenhub belum ada laporan; sementara Kemendikbud masih pada tahap perencanaan menetapkan model paket yang dikonsolidasi
Pada level daerah, pelaksanaan paket konsolidasi pengadaan telah berlangsung sejak periode 2019, khusus untuk piloting di 5 Provinsi (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi Sumatera Utara. Hasil monitoring menunjukkan, 4 provinsi telah melaksanakan kontrak paket konsolidasi; hanya Provinsi Sumut yang baru masuk tahap usulan model paket yang akan dikonsolidasi
25
13. Penyempurnaan Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SIKaP): 95%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Database vendor (penyedia) belum dikelola dengan baik SIKaP atau Vendor Management System (VMS) adalah aplikasi di Sistem Pengadaan Secara Elektronik yang digunakan untuk mengelola data/informasi mengenai riwayat kinerja dan/atau data kualifikasi Penyedia Barang/Jasa. Proses bisnis pengadaan, khususnya terkait proses seleksi penyedia dianggap rumit dan memakan waktu panjang. Padahal penyedia yang qualified seharusnya tidak perlu lagi agresif mencari proyek dan mengikuti proses administrasi-kualifikasi yang birokratis, melainkan akan terundang secara otomatis sesuai kriteria penyedia yang dibutuhkan sebuah proyek pengadaan. Aksi ini diharapkan dapat menyederhanakan proses bisnis seleksi penyedia sehingga hanya penyedia yang sudah terdaftar dan memenuhi syarat kualifikasi dan kinerja yang berhak mengikuti tender.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)
Capaian dan Kendala
Sub-aksi SIKaP yang dapat dilaporkan pada periode ini adalah terkait kajian/evaluasi terhadap implementasi penggunaan e-kontrak di 354 K/L/D, dengan hasil sebagai berikut:
- 335 K/L/D telah menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) untuk melakukan pengadaan dan 19 K/L/D belum menggunakan SPSE
- 210 K/L/D telah menggunakan aplikasi e-kontrak; 127 K/L/D belum menggunakan, dan 17 menyatakan tidak tahu
- Sementara itu, Nota Kesepahaman terkait implementasi penggunaan dan pengelolaan SiKAP dengan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sebagai pilot project sampai B15 belum tercapai. Baru ada kegiatan yang sifatnya koordinasi dan sosialisasi
Sosialisasi regulasi Pimpinan LKPP mengenai penggunaan aplikasi e-pengadaan
langsung, e-penunjukan langsung, e-swakelola pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah telah berjalan di: Regional 1 (Kementerian/Lembaga), Regional 2 Jawa (Banten, Jabar, DKI Jakarta, Jateng, DIY, Jatim), Regional 3 Sumatera 1 (Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri), Regional 4 Wilayah Timur (Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat), Regional 5 Sumatera 2 (Sumsel, Jambi, Bengkulu, Babel, Lampung), Regional 6 Kalimantan (Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kalsel, Kaltara) Regional 7 Sulawesi (Sulut, Sulbar, Sulsel, Sulteng, Sultra, Gorontalo) Regional 8 Bali, NTT, dan NTB
26
Dari hasil analisis Stranas PK, content dan instrumen SIKaP belum merepresentasikan maksud dan tujuan awal pembangunan aplikasi SIKaP, yaitu untuk menilai dan mengklasifikasikan penyedia berbasis kinerja. Sementara, instrumen yang saat ini terdapat dalam SIKaP hanyalah penilaian kualifikasi yang bersifat administrasi
14. Sentralisasi Pengadaan: 100 %
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Cost-inefficiency dalam pengadaan yang bersifat kompleks dan strategis Pengadaan barang/sasa yang bersifat kompleks adalah pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/sasa lainnya yang mempunyai risiko tinggi, memerlukan teknologi tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus, dan/atau sulit mendefinisikan secara teknis bagaimana cara memenuhi kebutuhan dan tujuan pengadaan barang/jasa. Sehingga jika kapasitas penyelenggara pengadaan tidak mumpuni maka akan terjadi cost-inefficiency yang begitu tinggi. Aksi ini diharapkan dapat menciptakan efisiensi biaya pada proses pengadaan yang besar, kompleks, dan strategis.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)
Capaian dan Kendala
Kajian Model Sentralisasi Pengadaan untuk Pengadaan yang bersifat kompleks, besar, dan strategis telah selesai sejak B12
Pada periode ini telah dilakukan persiapan piloting Sentralisasi PBJ, namun belum
dilakukan koordinasi dengan K/L/D karena terkendala dengan kondisi pandemi Covid-19
15. Reformasi Pajak dan Penerimaan Negera Bukan Pajak (PNBP): 59%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Realisasi Penerimaan negara selalu di bawah target Beberapa masalah terkait penerimaan sektor perpajakan di antaranya adalah masih banyaknya celah peraturan perpajakan telah dimanfaatkan oleh sumber daya manusia petugas pajak untuk melakukan praktek Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) dengan Wajib Pajak yang tidak jujur. Belum lagi dengan Wajib Pajak, termasuk Pengusaha Kena Pajak yang tidak taat dalam penyampaian SPT. Akibatnya hasil pungutan pajak sebagai sumber penerimaan negara menjadi tidak maksimal.
27
Aksi ini diharapkan dapat mempercepat perbaikan tata kelola perpajakan menjadi transparan dan akuntabel sehingga menghasilkan realisasi penerimaan negara yang mendekati proyeksi potensi.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
Kementerian Keuangan
Capaian dan Kendala
Dirjen Anggaran Kemenkeu, telah mengembangkan E-PNBP untuk menjawab kebutuhan perhitungan PNBP dari sektor Minerba. E-PNBP ini perlu dinilai kemanfaatannya karena data dari pegiat advokasi di Sektor Minerba menyebutkan bahwa PNBP SDA bisa lebih besar jika dilakukan penagihan yang serius
Beberapa kendala terkait penerimaan pajak adalah karena (Menurut Pushaka Kemenkeu), perhitungan potensi penerimaan pajak tidak hanya menggunakan asumsi mikro tapi juga makro. Baik DJP maupun BKF mempunyai metode perhitungan masingmasing yang sah dan selalu dipakai dalam pembahasan dengan DPR dalam perhtungan perkiraan penerimaan pajak
Terkait dengan penghimpunan data pajak daerah, saat ini, sudah ada 5 kabupaten di Jawa Barat yang sudah bersama-sama melakukan joint analysis potensi penerimaan pajak dengan terlebih dahulu ditetapkan PMK khusus. Model kerjasama 5 kabupaten ini, akan didorong ke seluruh Kab/Kota di Jawa Barat dengan terlebih dahulu dibuat MoU dan Perjanjian Kerjasama. Hingga akhir tahun 2019, draft MoU dan Kerjasama sudah tersedia namun belum ditandatangani. Ditargetkan pada bulan Mei 2020 ini seluruh MoU dan PKS sudah dapat ditandangani antara Provinsi, Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dengan Dirjen Pajak maupun Dirjen Perimbangan Keuangan
Terkait penegakan integritas pegawai pajak, Itjen Kemenkeu telah mengembangkan aplikasi PRO UKI (Unit Kepatuhan Internal) namun belum diujicobakan. Diharapkan melalui PRO UKI dapat juga dipublikaskan sanksi-sanksi yang pernah diterapkan. Hal ini akan bermanfaat mengendalikan tingkat pelanggaran yang makin sering karena efek "naming and shaming"
28
16. Optimalisasi dan Perluasan Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP): 57%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Gap antara jumlah wajib pajak SPT dan realisasi tahunan masih tinggi Masih terdapat kesenjangan yang cukup lebar antara jumlah Wajib Pajak (WP) yang terdaftar dengan realisasi SPT Tahunan. Jumlah WP terdaftar wajib SPT pada tahun 2018 sebesar 17.653.046 WP namun realisasi SPT hanya mencapi 8.502.289. Selanjutnya pada tahun 2019 (Maret 2019) dari jumlah WP yang wajib SPT sebanyak 18.334.683 hanya terealisasi 9.608.539. Data ini akan menimbulkan pertanyaan apakah selisih atau sisa yang tidak terealisasi setiap tahun telah membayar pajak atau hanya tidak menyetor tanda bukti potong pajak melalui mekanisme SPT tahunan. Oleh karenanya aksi ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pembayaran pajak terutama oleh wajib pajak badan/perusahaan.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Dalam Negari
2. Kementerian Keuangan
3. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK)
4. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
5. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
6. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
7. Kementerian Perdagangan
8. Kementerian Perindustrian
9. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
10. Kementerian Agraria dan Tata Ruang.Badan Pertanahan Nasional
11. Kementerian Kesehatan
12. Kementerian Pertanian
13. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
14. Kementerian Perhubungan
15. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
16. Kementerian Agama
17. Kementerian Komunikasi dan Informatika
18. Kementerian ketenagakerjaan
19. Badan Standarisasi Nasional (BSN)
20. Kepolisian Republik Indonesia
21. Badan Kepegawaian Negara
22. Kementerian hukum dan Hak Asasi Manusia
23. Kementerian Badan Usaha Milik Negara
24. Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi
25. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
26. Kementerian Pariwisata
27. Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
28. Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP)
Capaian dan Kendala
Dari 28 K/L yang terlibat KSWP, 23 K/L telah menetapkan layanan publik yang menerapkan KSWP dengan menerbitkan Peraturan Kementerian/Badan/Lembaga tentang KSWP bagi layanan publik tertentu. 23 K/L tersebut adalah Kemendagri, KLHK, ESDM, KKP, BKPM, Kemendag, Kemenperin, KemenkopUKM, KemenATR/BPN
29
Kemenkes, Kemenkeu, Kementan, KemenPUPR, Kemenhub, Kemendikbud, BNSP,
BPOM, Kemenag, Kemenkominfo, Kemenaker, BSN, Polri dan BKN Sampai periode B15, sebagian besar K/L tersebut telah melaksanakan pemberlakuan
KSWP dan telah menyampaikan laporan pelaksanaan KSWP ke DJP 4 K/L lainnya masih dalam proses penyusunan/penerbitan regulasi; Kementerian
BUMN baru menerbitkan surat edaran; Kemenpar dan LKPP dalam proses permohonan harmonisasi; Kemenkumham sedang dalam proses pengundangan; Kemenristek telah melakukan identifikasi ulang layanan publik yang akan di tetapkan menerapkan KSWP, hal ini disebabkan layanan sebelumnya yang telah teridentifikasi TUSI nya berpindah ke Kemendikbud karena adanya perubahan struktur organisasi kementerian
DJP Kemenkeu telah menyiapkan layanan sistem validasi KSWP, melalui portal EX-1
dan Webservices, dimana masing-masing K/L dapat memilih salah satu atau keduanya dalam implementasi KSWP
Kendala yang dihadapi K/L dalam implementasi pemberlakukan KSWP adalah terkait
dengan proses integrasi sistem di K/L dengan sistem aplikasi KSWP di Ditjen Pajak (DJP). Kendala ini dialami oleh beberapa K/L yang baru terlibat dalam KSWP. Pun, K/L yang telah lama terlibat KSWP masih menemukan banyak gangguan dan kendala yang berkaitan dengan teknis TI
Terdapat beberapa kendala dalam implementasi pemberlakukan KSWP di masing-masing K/L, terutama terkait dengan integrasi sistem di K/L dengan sistem aplikasi KSWP di Ditjen Pajak (DJP) yang mana ditemukan banyak gangguan dan kendala berkaitan dengan teknis TI
17. Implementasi Rekomendasi Base Erosion Profit Sharing (BEPS): 71 %
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Penghindaran pajak oleh perusahaan multinasional kerap terjadi Implementasi Base Erosion Profit Sharing (BEPS) dapat merugikan dan menjadi ancaman bagi negara-negara yang menerapkan tarif pajak normal/tinggi dalam sistem perpajakannya, serta dapat mendorong terciptanya unfairness di dalam perekonomian global. Banyak perusahaan multinasional (MNCs) dengan sengaja menghindari kewajiban pajaknya dengan cara mengalihkan keuntungan perusahaan ke negara lain yang menerapkan tarif pajak lebih rendah atau tarif pajaknya nol. Praktek seperti ini mengakibatkan pemerintah berpotensi kehilangan pendapatan pajak yang substansial akibat tergerusnya basis penerimaan pajak. Oleh karenanya, aksi ini diharapkan akan mempersempit ketimpangan (GAP) aturan perpajakan antar negara, upaya yang dilakukan melalui kajian gap analysis antara rekomendasi BEPS dengan ketentuan
30
perpajakan domestik dan bagaimana mengimplementasikan rekomendasi BEPS terhadap penyusunan dan penyesuaian ketentuan perpajakan
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
Kementerian Keuangan
Capaian dan Kendala
Indonesia telah mengimplementasikan rekomendasi BEPS action 5, 3, 6, 7 kedalam ketentuan domestik/peraturan perpajakan. Namun tantangan terbesar dalam implementasi ini adalah walaupun aturan/ketentuan domestik Indonesia sudah mengatur, tetapi negara lain belum maka masih ada celah bagi penghindaran dan penggelapan pajak.
Agar BEPS berjalan efektif, perlu sinergi dengan seluruh negara-negara yang tergabung dalam OCDC dalam mengimplementasikan rencana aksi BEPS
18. Implementasi National Data Repository (NDR): 71%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Penghitungan potensi penerimaan negara dari Migas belum jelas Salah satu komponen yang selalu digunakan dalam penyusunan asumsi dasar ekonomi makro dalam kerangka penyusunan Anggaran Pendapat dan Belanja Negara (APBN) adalah inforrmasi/data tentang lifting minyak dan gas (Migas) Permasalahnya, hingga kini belum ada sebuah metodologi yang dapat menjamin kepastian hasil perhitungan tentang volume mulai proses ekplorasi, distribusi hingga penjualan karena ada selalu ada pengurangan volume (secara alamiah) dari tahap awal hingga tahap penjualan. Selain masih adanya ketidakpastian (uncertainty) mengenai total volume yang dinyatakan ke publik. Oleh karenanya, menggunakan pendekatan Quantity Asssurance (QA), aksi ini diharapkan dapat memberi kepastian tentang ketersediaan data cadangan minyak dan gas untuk proses produksi maupun penetapan asumsi dasar tentang lifting minyak dan gasaksi ini diharapkan.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi (SKK Migas)
31
Capaian dan Kendala
Sistem ESDM Data Entry (EDE) dan Sistem Operasi Terpadu (SOT) telah terintegrasi antara SKK Migas, Pertamina, dan Pusdatin ESDM dalam rangka pemutakhiran data cadangan minyak dan gas nasional, meski masih sering ada keterlambatan data dari SKK Migas
Saat ini sedang disusun Keputusan Menteri ESDM tentang Pedoman Jaminan Kuantitas. Walaupun demikian, uji coba penerapan Quantity Assurance telah terlaksana, meliputi class room training, office assitance, dan field assistance.
Dikarenakan pandemi covid-19, tahapan office assistance dan field assistance belum
dapat terlaksana. Selain itu, saat ini sedang disusun Keputusan Menteri ESDM tentang Pedoman Jaminan Kuantitas.
32
3. FOKUS III: PENEGAKAN HUKUM DAN REFORMASI BIROKRASI
19. Percepatan Pelaksanaan Sistem Merit: 53%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Manajemen ASN belum berdasarkan sistem merit Selama ini, mulai dari hilir ke hulu atau mulai dari penerimaan, mutasi hingga kenaikan jabatan, masih sering ditemukan dilakukan dengan cara yang tertutup. Praktik jual beli jabatan dan ASN yang tidak netral telah menjadi gambaran semua jenjang manajemen kepegawaian. Belum lagi dengan manajemen data kualifikasi, kompetensi, dan kinerja ASN yang belum dikelola secara terintegrasi. Oleh karenanya, aksi ini diharapkan dapat berkontribusi pada dua aspek, pertama terciptanya manajemen satu data ASN; kedua, terciptanya manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar tanpa membedakan latar belakang seseorang.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
2. Badan Kepegawaian Negara 3. Komisi Aparatur Sipil Negara
Capaian dan Kendala
Selain menyasar komponen manajemen ASN, penguatan sistem seleksi JPT, serta talent pool, strategi penerapan sistem merit juga ingin berbicara tentang penegakan disiplin pegawai. Berikut beberapa kemajuan yang dapat dilaporkan pada periode ini:
Revisi PP 53/2010 tentang Disiplin Pegawai sudah tersedia dan sedang diajukan ke
Presiden Terkait pemanfaatan penilaian kompetensi, BKN baru saja melaksanakan monitoring di 3
kabupaten (Pasuruan, Ponorogo, Bangkalan) dari rencana 20 kabupaten/kota Hasil pemetaan terhadap pemanfaatan penilaian kompetensi menunjukkan bahwa hanya
sebagian penempatan Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) dan Jabatan Adminsitrator (JA) yang dilakukan sesuai rekomendasi berdasarkan kualifikasi dan kompetensi pejabat/jabatan
Sementara untuk modul profil JPT sebagai bagian pengembangan talent pool yang akan diintegrasikan ke sistem SI ASN masih dalam proses. Salah satu kendala dikarenakan masih rendahnya instansi peserta talent pool
Terkait penerapan sistem merit di Pusat dan Daerah, berikut hasil monitoringnya: - dari target 25 Kementerian dan 20 LPNK, baru ada 15 Kementerian dan 8 LPNK sudah
diverifikasi pembaharuan data penilaian mandiri penerapan sistem meritnya - untuk daerah, verifikasi penilaian mandiri penerapan sistem merit telah dilakukan pada
24 PemKab/Kot dari target 103 PemKab/Kota, dan 11 Provinsi (dari target 25)
33
- hasil penilaiannya menunjukkan ada 3 instansi pemerintah (IP) masuk dalam kategori “Baik”, 12 masuk dalam kategori “Kurang”, dan 10 IP masuk dalam kategori “Buruk"
Tidak tercapainya target verifikasi penilaian mandiri penerapan sistem merit lebih
diakibatkan karena: pertama target yang ditentukan terlalu tinggi (tidak realistis); kedua, jumlah SDM yang terbatas di KASN sehingga sulit untuk menjangkau begitu banyak daerah dalam waktu singkat. Oleh karenanya KASN bersama Stranas PK telah melakukan penyesuaian target agar lebih realistis, sesuai dengan kemampuan KASN, yakni pelaksanaan verifikasi hanya di 14 kab/kota setiap triwulannya
20. Pembangunan Zona Integritas: 57%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Penegakan integritas belum menjadi budaya instansi pemerintah Selama ini pelaksanaan reformasi birokrasi dirasakan masih berjalan lambat. Terbukti kualitas pelayanan publik masih dipertanyakan banyak pihak, di mana manajemen ASN dianggap belum berkinerja baik. Begitu juga dengan masih banyaknya pelanggaran adminsitrasi dan pidana yang terjadi di instansi pemerintah. oleh karenanya aksi pembangunan zona integritas ini dimaksudkan untuk percepatan dalam hal manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan pengawasan. Dengan demikian kualitas pelayanan publik menjadi meningkat dan bisa dirasakan masyarakat luas.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Dalam Negeri 2. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi 3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
4. Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI/BNP2TKI) 5. Dinas Pendidikan di 12 Pemerintah Provinsi 6. Dinas Pendidikan di 22 Pemerintah Kabupaten/Kota
Capaian dan Kendala
Mulai tahun 2020 ini, terjadi beberapa reorganisasi target, di antaranya dengan memasukkan pembangunan zona integritas (ZI) di sektor pendidikan. Sementara target-target terkait pembangunan UPG sebagian besar dialihkan ke Gratifikasi Online (GOL) KPK
Terkait rencana target baru di B15, yakni Pembangunan ZI di bidang pendidikan, berikut
catatannya: MoU komitmen pembangunan zona integritas oleh Kemendikbud dan 14 PTN yang diintervensi, sebenarnya sudah terlaksana tahun 2018, namun Kemendikbud ingin ada pembaharuan komitmen
34
Untuk target lama yang telah berlangsung sejak 2019, saat ini telah tersedia MoU komitmen pembangunan zona integritas oleh Aparat Penegak Hukum di 12 Wilayah Prioritas (DKI Jakarta, Medan, Semarang, Surabaya, Padang, Pekanbaru, Bandung, Banjarmasin, Balikpapan, Manado, Makassar, Pontianak), namun dalam pelaksanaan pembangunan belum semua mendapatkan predikat WBK WBBM
Pembangunan ZI kawasan pelabuhan mensyaratkan adanya integrasi layanan sesuai
bisnis proses, melalui integrasi sistem INAPORTNET dengan INSW
Terkait target pembangunan UPG, dapat dilaporkan bahwa 17 kementerian lembaga telah membangun UPG dan aktif menyampaikan pernyataan menerima atau tidak menerima gratifikasi, 2 instansi masih berproses yaitu Kepolisian dan Kejagung
Namun mulai tahun 2020 ini, target kepatuhan pelaporan gratifikasi, dialihkan ke aplikasi
GOL KPK. Dan selanjutnya Stranas PK akan mendapatkan pelaporan dari Dit. Gratifikasi KPK terkait pelaporan KL
21. Penguatan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP): 41%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Independensi dan kinerja APIP masih lemah Pertanyaan terhadap kinerja dan independensi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) terus mengemuka sampai saat ini, padahal upaya penguatan fungsi dan peran APIP telah didorong oleh berbagai pihak sejak lama dan mulai mendapat momentum perubahan pada saat diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Namun upaya penguatan peran dan fungsi APIP masih terus dihantui tantangan sistemik berupa kualitas dan kuantitas SDM, kelembagan dan kewenangan, serta anggaran, walaupun beberapa kerangka regulasi telah coba mengatasi masalah tersebut. Aksi ini bertujuan untuk memperkuat APIP dari 3 aspek, yaitu kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata kelola. Dengan demikian, penguatan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan independensi APIP dalam melakukan kerja-kerja pengawasan.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Dalam Negeri 2. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi
3. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
Capaian dan Kendala
Sub-aksi ini pada periode 2019, secara keseluruhan berjalan sangat lambat. Namun berdasarkan rapat koordinasi yang dilakukan Stranas PK dengan KemenPANRB, Kemendagri, dan BPKP pada periode B15 tahun 2020, disepakati bahwa perlu ada reorganisasi target karena target yang sebelumnya disusun dianggap tidak realistis untuk
35
dicapai karena pemetaan komprehensif terhadap kebutuhan APIP belum dilakukan kajian mendalam. Sehinga pada periode ini yang dapat dilaporkan baru pada tahap perencanaan seperti:
KemenPANRB telah mengirim Surat Menpan kepada Instansi Pembina APIP (BKN, BPKP, Kemendagri) untuk melakukan Evaluasi Jabatan SDM APIP
Rencana pemetaan APIP, evaluasi jabatan serta kesepakatan jabfung auditor, audiwan,
dan P2UPD harus menjadi langkah awal penguatan APIP di tahun 2020 ini, sehingga pemenuhan jumlah APIP yang sesuai dengan kompetensi dan jabatan bisa dilakukan mulai tahun 2020
Beberapa target yang belum terlaksana sampai saat ini akan terus didorong dan dikawal
oleh Stranas PK agar supaya Kemendagri, KemenPANRB, BKN, dan BPKP untuk dapat menyelesaikan seluruh target terhutang di periode B18
22. Penataan Kelembagaan (right sizing): 62,5%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Masih terjadi tumpang tindih kewenangan yang mengakibatkan pada inefisiensi dan inefektifitas organisasi pemerintah Beberapa permasalahan terkait tata kelembagaan pemerintah yang membuat organisasi pemerintah menjadi tidak efektif dan efisien adalah: a) fungsi yang sama dikelola oleh banyak unit/instansi (duplikasi fungsi); b) sebaliknya fungsi berbeda tetapi dimasukan dalam satu kelompok unit kerja; c) ketidaksesuaian antara mandat/tujuan organisasi dan struktur yang dibangun serta kinerja yang dihasilkan; d) struktur yang tidak adaptif terhadap perubahan/kebutuhan zaman. Aksi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi instansi pemerintah secara proporsional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas masing-masing, sehingga organisasi instansi pemerintah menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi tumpang tindih pelaksanaan tugas dan wewenang antar-unit dalam satu instansi ataupun lintas instansi pemerintah.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Dalam Negeri 2. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi
Capaian dan Kendala
Terkait harmonisasi Raperpres tentang Kelembagaan Kementerian, saat ini telah terbit rancangan Perpres tentang Kementerian Keuangan dan Rancangan Perpres tentang Kementerian Desa dan PDTT, sehingga target ini dianggap tercapai. Kedua dokumen RPerpres tersebut sedang dalam proses harmonisasi di Kementerian Sekretariat Negara
36
KemenPANRB juga telah menyusun rekomendasi arsitektur kelembagaan pemerintah dan telah dituangkan dalam Perpres No. 68 tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara
23. Percepatan Pembangunan Sistem pemerintah Berbasis elektronik (SPBE): 45%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Penggunaan teknologi informasi dalam manajemen pemerintah belum dilakukan secara terpadu Saat ini, hampir seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah telah memanfaatkan teknologi informasi (TI) dalam menjalankan tata kelola dan sistem pemerintahan. Namun, penggunaan TI tersebut cenderung parsial dan berbasis ego-sektoral. Di dalam sistem perencanaan dan penganggaran terdapat beragam sistem aplikasi yang digunakan, begitu juga dengan keragaman sistem aplikasi di manajemen kepegawaian, kerasipan, dan pengaduan pelayanan publik. Penerapan TI yang tidak terstandar dan tidak terpadu ini justru mengakibatkan inefisiensi dan pemborosan dalam manajemen pemerintahan Dengan demikian, aksi ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterpaduan sistem pemerintahan berbasis elektronik. Sehingga basis dan proses pengambilan keputusan menjadi lebih cepat, tepat, dan transparan
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
2. Kementerian/Badan Perencanan Pembangunan Nasional 3. Kementerian Komunikasi dan Informatika
4. Badan Siber dan Sandi Negara 5. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Capaian dan Kendala
Beberapa pelaksanaan target dari aksi ini masih belum sesuai harapan percepatan. Sampai triwulan V ini, hampir seluruh pelaksanaan target untuk aksi Percepatan SPBE masih berjalan lambat, mulai dari Uji coba aplikasi umum berbasis cloud (Web-based & Mobile) sampai ke pengembangan Aplikasi umum berbasis cloud versi 1
Walaupun rancangan standar/kebutuhan data yang tercantum dalam lampiran draft
PermenPANRB tentang Aplikasi Umum Bidang Pengaduan Pelayanan Publik dan Aplikasi Umum Bidang Kepegawaian telah disusun, namun belum ada kemajuan berarti. Masih ada kendala, misalnya untuk layanan kearsipan; kebutuhan data kearsipan masih dalam tahap identifikasi data sehingga belum dapat dilakukan perancangan kebutuhan data
37
kearsipan secara keseluruhan; Begitu juga dengan pembentukan Tim Penyusun Arsitektur dan Peta Rencana SPBE Nasional. Sampai Maret 2020 Surat Keputusan Menteri PANRB tentang Tim Penyusun belum juga ditandatangani dengan alasan kondisi COVID-19
Beberapa target yang terlaksana dengan baik adalah: 1) Terbitnya PermenPANRB No.5
Tahun 2020 tentang Pedoman Manajemen Risiko Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik; 2) Telah disusun draf Perban (BPPT) tentang Standar dan Cara Audit Teknologi aplikasi hasil pembahasan oleh Panitia antar Kementerian; 3) Telah ada purwarupa (prototype) aplikasi umum yang sesuai dengan standar, sebagai berikut: - purwarupa aplikasi umum bidang kearsipan (Sistem Informasi Kearsipan Dinamis); - purwarupa aplikasi umum bidang kepegawaian (Sistem Kepegawaian Nasional); - aplikasi umum bidang pengaduan pelayanan publik (SP4N-LAPOR!)
24. Implementasi Strategi Pengawasan Keuangan Desa: 59%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Penyalahgunaan dana desa oleh aparat desa kerap terjadi Walaupun sukses memperbaiki kuantitas dan kualitas infrastruktur, menggerakan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, penyalahgunaan dana desa kerap terjadi, baik dilakukan oleh aparat desa maupun bersama-sama dengan aparat pemerintah lainnya. Penyalahgunaan dana desa disebabkan oleh banyak faktor diantaranya: integritas kepala desa dan aparatnya yang masih rendah; tata kelola keuangan desa yang belum transparan; kemampuan mengelola keuangan juga belum baik; dan pengawasan keuangan (internal/eksternal) yang belum optimal. Aksi ini dirancang untuk membangun strategi nasional pengawasan keuangan desa sehingga diharapkan dapat berkontribusi pada perbaikan tata kelola penggunaan dana desa dan peningkatan integritas aparat desa.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Dalam Negeri 2. Badan Pengawasan Keuangan Pemerintah (BPKP)
3. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Capaian dan Kendala
Sama seperti periode lalu, regulasi tentang Strategi Pengawasan Desa masih dalam bentuk draf pertama dan baru ada pembahasan usulan-usulan antara Kemendesa, Kemendagri, dan BPKP
Begitu juga dengan upaya integrasi kanal-kanal pengaduan masyarakat melalui satu portal pengaduan juga masih dalam proses pengembangan, yakni baru pada penyusunan konsep/model portal (interperability). Sementara lamgkah berikutnya yang sudah harus dilakukan adalah pengembangan perangkat lunaknya, uji coba software, dan launching
38
Pada periode B15, BPKP bersama Kemendagri telah mengembangkan aplikasi Siswakeudes untuk membantu APIP mengawasi pengelolaan keuangan desa. Bahkan aplikasi tersebut telah di-launching Bapak Mendagri pada acara Rapat Kerja Nasional Dana Desa, tanggal 18 Pebruari 2020 di Semarang yang dihadiri 7.650 perangkat desa se-Provinsi Jawa Tengah
Sosialisasi juga sudah dilakukan kepada 5 inspektrat Provinsi dan 23 Inspektorat Kabupaten/Kota. Secara teknis aplikasi ini sudah siap digunakan, hanya saja masih menunggu payung hukum berupa revisi Permendagri No 20/2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa atau mungkin juga dalam bentuk Surat Edaran
25. Sistem Peradilan Pidana Terpadu Berbasis Teknologi Informasi (SPPT-TI): 56%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Penanganan perkara berjalan lambat dan tidak transparan Secara umum, penegakan hukum di Indonesia dianggap masih belum dilakukan secara adil dan transparan. Dari sisi proses penanganan perkara misalnya, koordinasi aparat penegak hukum masih belum optimal, khususnya terkait pertukaran informasi/data antar aparat penegak hukum. Tantangan pada era teknologi informasi juga masih belum tertangani dengan baik. Kehadiran teknologi informasi belum dimanfaatkan secara baik untuk menciptakan proses penanganan perkara yang cepat dan transparan. Oleh karenanya aksi ini dimaksudkan untuk menciptakan sistem informasi penanganan perkara terpadu berbasis teknologi informasi yang melibatkan seluruh instansi penegakan hukum. Sehingga harapannya proses penegakan hukum menjadi lebih cepat, transparan, dan adil.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
2. Kementerian Komunikasi dan Informatika
3. Badan Siber dan Sandi Negara 4. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
5. Kepolisian Republik Indonesia
6. Kejaksaan Agung
7. Mahkamah Agung
Capaian dan Kendala
Terkait target berfungsinya SPPT-TI, dapat dilaporkan kemajuannya sebagai berikut: a) Di Ditjen PAS, sudah 77 satker yang mengirimkan data selama jan-maret 2020; b) Di Kejaksaan sudah 14 satker yang mengirimkan data selama jan-maret 2020 c) Bahkan di Polri, terdapat 7 yaitu Polres Lebak, Polresta Tangerang, Polres Lampung
selatan, Polres Lampung tengah, Polres Lampung Timur, Polres Pandeglang, Polres Serang, yang telah menggunakan e-penyidikan dalam rangka implementasi SPPT-TI
Terkait target berfungsinya SPPT-TI, dapat dilaporkan kemajuannya sebagai berikut: a) Di Ditjen PAS, sudah 77 satker yang mengirimkan data selama jan-maret 2020;
39
b) Di Kejaksaan sudah 14 satker yang mengirimkan data selama jan-maret 2020 c) Bahkan di Polri, terdapat 7 yaitu Polres Lebak, Polresta Tangerang, Polres Lampung
selatan, Polres Lampung tengah, Polres Lampung Timur, Polres Pandeglang, Polres Serang, yang telah menggunakan e-penyidikan dalam rangka implementasi SPPT-TI
Progres input dokumen yang seharusnya dipertukarkan dan sesuai dengan pedoman baru ke Puskarda sebagai berikut: a) Kemenkumham: 14.058 dokumen b) Polri: 941 dokumen c). MA: 24.608 dokumen
Terkait usulan proses bisnis penanganan perkara korupsi, narkotika dan anak lingkup, saat ini sudah tersedia dan sudah terkompilasi untuk disempurnakan pada B18
26. Implementasi Surat Perintah Dimulainya Penyidikan secara Online (SPDP Online): 56%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Masih ada disparitas penuntutan perkara korupsi Secara umum, penegakan hukum di Indonesia dianggap masih belum dilakukan secara adil dan transparan. Dari sisi proses penanganan perkara misalnya, koordinasi aparat penegak hukum masih belum optimal, khususnya terkait pertukaran informasi/data antar aparat penegak hukum. Tantangan pada era teknologi informasi juga masih belum tertangani dengan baik. Kehadiran teknologi informasi belum dimanfaatkan secara baik untuk menciptakan proses penanganan perkara yang cepat dan transparan. Oleh karenanya aksi ini dimaksudkan untuk menciptakan sistem informasi penanganan perkara terpadu berbasis teknologi informasi. Sehingga harapannya proses penegakan hukum menjadi lebih transparan, cepat, dan adil, khususnya bagi pihak-pihak yang terkait dengan perkara.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kepolisian Republik Indonesia
2. Kejaksaan Agung
Capaian dan Kendala
Dari data yang disampaikan Polri, saat ini tiap polda telah memiliki akun dan menginput data ke dalam SPDP-Online. Sementara Kejaksaan Agung walaupun tingkat Kejaksaan Tinggi telah memiliki akun SPDP-Online belum ada laporan capaian input data periode B15 melalui jaga.id/monitoring
Tingkat kepatuhan input SPDP kasus Tipikor di Kepolision adalah sebagai berikut: a) Dari target 50 Polres, sudah 34 Polres yang melakukan input data b) Jumlah SPDP yang diinput ke aplikasi SPDP online adalah 662 LP per Maret 2020
40
27. Penyusunan Pedoman Penuntutan: 48%
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Masih ada disparitas penuntutan perkara korupsi Secara umum, penegakan hukum di Indonesia dianggap masih belum dilakukan secara adil dan transparan. Salah satunya adalah putusan terkait tindak pidana korupsi (Tipikor). Ketidaksetaraan (tuntutan) hukuman antara kejahatan yang serupa (similar offences) dalam kondisi atau situasi serupa (comparable circumstances) sesungguhnya dapat menimbulkan masalah ketidakadilan. Oleh karenanya aksi ini bertujuan untuk mensinergikan pedoman penuntutan tipikor dengan pedoman pemidanaan tipikor sehingga diharapkan hasil penuntutan dapat memberi rasa keadilan yang setara.
Kementerian/ Lembaga/Daerah Penanggung Jawab
1. Kejaksaaan Agung 2. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Capaian dan Kendala
Sampai triwulan V (B15) ini, hasil penyusunan pedoman penuntutan adalah sebagai berikut: - Telah dilakukan sosialisasi substansi dan prosedur penanganan perkara Tipikor yang
memenuhi prinsip keadilan hasil revisi SEJA 003 (Pedoman Penanganan Perkara Tipikor No. 1 tahun 2019)
- Sosialisasi dilaksanakan Sosialisasi telah dilaksanakan oleh Tim Jaksa Agung Muda Pidana Khusus
Pedoman penuntutan telah direvisi dan diterbitkan oleh Kejagung, namun perlu ada
penelitian atau analisa lebih lanjut apakah pedoman tersebut telah mencerminkan prinsip keadilan
41
CAPAIAN KEMENTERIAN/LEMBAGA S.D TRIWULAN VIV
Implementasi dan keberhasilan aksi juga sangat bergantung pada komitmen
Kementerian/Lembaga (K/L) sebagai penanggung jawab aksi. Sampai Triwulan V Tahun
2020, progres capaian K/L, jika mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan maka ada 25
K/L yang capaian aksinya masih kurang baik (di bawah 40% dari target 62,5%) bahkan
cenderung rendah di bawah 31% (dari target 62,5%). Namun nilai capaian tersebut,
sebagiannya lebih disebabkan karena keterlambatan pelaporan ataupun keterlambatan
pelaksanaan aksi. Jika penilaian dilakukan tanpa mempertimbangkan faktor kepatuhan maka
terdapat 28 K/L yang pencapaian aksinya sudah melebihi 40%. Hanya 10 K/L yang sampai
Triwulan V ini masih belum banyak melakukan perbaikan dalam pemenuhan target.
Berikut adalah penilaian capaian 53 Kementerian/Lembaga yang juga disajikan secara
deskriptif-kualitatif:
Note: Nilai persentase yang ditampilkan adalah nilai akumulasi Triwulan V terhadap Triwulan
VIII, di mana target 100% sampai Triwulan V adalah 62,5%. Untuk beberapa K/L yang tidak
memiliki target di satu atau lebih triwulan maka nilainya bisa jadi melebihi 62,5%
1. Kementerian Dalam Negeri : 46%
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan pendampingan kepada Kemendagri yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 12 sub- aksi pencegahan korupsi. Dari hasil monitoring, dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan, maka realisasi capaian Kemendagri sampai Triwulan V adalah 45%. Namun demikian, capaian Kemendagri secara agregat sudah mencapai 53% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 8%. Berikut adalah capaian 12 sub-aksi Kemendagri (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Penghapusan SKDU-HO (83%)
Saat ini, sudah seluruh (76) Pemda menghapus persyaratan SKDU-HO
Secara umum, pelaksanaan target terkait SKDU-HO sudah tercapai sepenuhnya
42
Percepatan OSS (54%)
Pada Triwulan V ini, total 200 Pemda telah menggunakan SiCANTIK atau aplikasi lainnya
Artinya seluruh PTSP telah terkoneksi dengan OSS via webform. Pada dasarnya PTSP daerah telah bisa menarik NIB dari OSS dan menotifikasi kembali ke OSS via webform
Telah dilakukan monitoring dan pendampingan baik melalui rapat koordinasi dan penyampaian surat edaran untuk percepatan penetapan Perda RDTR dan RTRW di daerah
Dapat disimpulkan pelaksanaan sub-aksi OSS oleh Kemendagri berjalan cukup baik walaupun belum sempurna
Implementasi Kebijakan Satu Peta (70%)
Tidak ada target untuk periode ini
Utilisasi NIK untuk Bansos (49%)
Telah dibuat aplikasi untuk monitoring pergerakan DTKS padan
NIK dari transaksi administrasi kependudukan dengan
mengidentifikasi aspek-aspek terkait:
a) anggota keluarga yang belum masuk DTKS; b) anggota keluarga yang baru lahir; c) anggota keluarga karena meninggal; d) anggota DTKS yang melakukan pernikahan; e) anggota DTKS yang bercerai; f) anggota DTKS mutasi alamat;
Penerapan Manajemen Anti Suap (52%)
Beberapa target terhutang yang tidak dapat dipenuhi akan dilakukan pembahasan ulang untuk penyesuaian target
Rapat koordinasi dengan Direktorat BUMD/BMD Kemendagri pada tanggal 19 Maret 2020 telah menyepakati untuk memulai dari pemetaan kembali dalam rangka profiling kesiapan penerapan SNI ISO 37001 atau Panduan CEK KPK
Terdapat kurang lebih 40 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di 10 provinsi yang akan menjadi sasaran pendampingan pada tahun 2020
Ada usulan agar aksi ini dapat didorong menjadi Aksi PK 20202021 di mana Pemda menjadi penanggung jawab aksi, mengingat Kemendagri tidak memiliki kewenangan secara hirarkis terhadap BMD/BUMD/BLUD di daerah
Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Elektronik (45%)
Aksi ini secara keseluruhan masih belum berjalan baik sampai triwulan V ini. Belum ada kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh Kemenkeu, Kemendagri, dan Bappenas terkait beberapa target seperti: proses bisnis integrasi; dan aplikasi umum yang terintegrasi
43
Kemendagri telah melakukan pemetaan jumlah dan jenis sistem aplikasi perencanaan penganggaran. Hasilnya jumlah daerah yang belum terintegrasi dengan Sistem Informasi Pembangunan Daerah adalah sebanyak 112 daerah dengan rincian: Provinsi 0; Kabupaten 93; Kota 19
Upaya untuk mencapai kesepakatan antara Kemendagri, Bappenas, dan Kemenkeu mengenai standar proses bisnis dan
Kendala lainnya adalah, sampai saat ini, masih ada dualisme sistem informasi keuangan daerah yang dalam proses integrasi di kemendagri, yaitu SIPD Keuda dan SIPD Bangda. Keberadaan dua SIPD ini harus segera diintegrasikan karena akan membingungkan pemerintah daerah dalam penerapannya.
Pembentukan UKPBJ (100%)
Tidak ada target untuk periode ini
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (40%)
Dari hasil monitoring Kemendagri, ditemukan bahwa mekanisme penyampaian data pelaksanaan KSWP oleh Pemerintah Daerah ke Kantor perwakilan pajak di setiap daerah belum berjalan
Pembangunan Zona Integritas (ZI) (0%)
Tidak ada laporan
Awalnya Kemendagri diminta untuk membantu melakukan pendampingan untuk aksi Zona Integritas dengan mengirimkan Surat Edaran Pembangunan ZI di Dinas Pendidikan kepada 34 Pemerintah Daerah; Namun datangnya Covid-19 membuat seluruh target ZI untuk Dinas Pendidikan mengalami penyesuaian waktu pelaksanaan, termasuk target untuk Kemendagri ini
Penguatan APIP (39%)
Secara umum, pelaksanaan target-target sub-aksi APIP tidak ada perubahan (kemajuan) siginifikan. Sejak 2019 sampai saat ini, Kemendagri masih belum dapat melaksanakan beberapa target di antaranya:
Target terhutang sejak B06 masih belum terlaksana yaitu terkait penandatanganan MoU Penjaminan Kualitas Pelaporan Hasil Pengawasan berama-sama dengan BPKP
Terkait penetapan regulasi mengenai standar kompetensi umum APIP, Kemendagri baru sebatas menginisiasi pembahasan penyusunan draf regulasi saja
Oleh karenanya, ada beberapa target terkait pemenuhan SDM APIP harus dilakukan penyesuaian karena prakondisi pemetaan secara komprehensif belum dilakukan
Right Sizing (77,5%) Belum ada target untuk periode ini
44
Implementasi Strategi Pengawasan Keuangan Desa (50%)
Sampai triwulan V, target 2019 terkait draft Perpres tentang Implementasi Grand Design Strategi Pengawasan Desa belum mengalami kemajuan. Kemendagri sebagai penanggung jawab aksi belum bisa memprioritaskan penyelesaian naskah ini. Akan tetapi target ini masih dimungkinkan dicapai dalam tahun fiskal 2020 ini
Sementara untuk target baru terkait Revisi Permendagri No 20/2018 tentang pengelolaan keuangan desa yang akan memayungi pelaksanaan implementasi aplikasi Siswaskeudes baru tercapai 50%
2. Kementerian Koordinator Perekonomian: 36%
Kemenko Perekonomian menjadi penanggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi Stranas PK. Dari hasil monitoring Setnas PK, realisasi capaian Kemenko Perekonomian sampai Triwulan V, dengan memperhitungkan kepatuhan waktu pelaporan, mencapai 37%. Namun demikian, capaian Kemenkoperekonomian secara agregat sudah mencapai 60% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 23%. Berikut adalah inti sari capaian dari 3 sub-aksi Kemenkoperekonomian sampai dengan Triwulan V (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (44%)
Beberapa target tertangguh yang tidak dapat dipenuhi akan dilakukan penyesuaian merujuk pada RUU Cipta Kerja
Revisi PP 24 tetap dilakukan dengan adanya keputusasn untuk menyusun RPP NSPK. Namun konten (rencana) revisi PP 24 dengan RPP NSPK ini akan mengalami perubahan cukup signifikan yaitu pendekatan administrasi izin diubah dengan analisa tingkat resiko (RBA)
Kemenko Perekonomian telah melakukan edukasi kepada seluruh KL pengampu izin dalam beberapa rangkaian kegiatan
Selanjutnya dilakukan pendampingan untuk pelaksanaan assessment RBA nya kepada 6 K/L
Implementasi Kebijakan Satu Peta (25%)
Tidak ada target untuk periode ini
Integrasi Data Impor Pangan (37%)
Kemenko Perekonomian belum mengirim data keputusan rakortas periode Jan-Maret 2020 terkait penetapan kuota impor pangan strategis ke sistem INSW melalui webform yang telah disediakan oleh LNSW
Evaluasi proses bisnis Periode Pemberian Izin dan Rekomendasi Impor atas komoditi Bawang Putih dan Gula telah dilakukan dengan hasil sebagai berikut:
45
Untuk komoditas bawang putih: sejak Indonesia kalah di WTO maka periode pemberian izin diberikan sunset clause dimana izin dapat direalisasikan sampai dengan bulan Januari
Masih ada perbedaan persepsi terkait perlakuan yang diterapkan jika realisasi impor tidak seluruhnya dilaksanakan dalam 1 tahun takwim.
Untuk Komoditas Gula, berdasarkan keterangan LNSW, pemberian rekom dan izin gula yang tidak sesuai tahun takwim mempersulit perhitungan kebutuhan dan realisasi suatu komoditas per tahun. Sementara bagi kementerian lain tidak ada masalah
Untuk evaluasi terhadap proses bisnis post border komoditas pangan, hasilnya adalah: Kemenkoperekonomian merasa pengaturan seharusnya dituangkan dari kebijakan di K/L teknis; Sementara menurut LNSW, pengawasan post-border dapat dilakukan ketika ada kebijakan yang mewajibkan importir mencantumkan PI di PIB; Kementan merasa akan lebih efektif jika untuk komoditas bawang putih dikembalikan ke border
3. Badan Koordinasi Penanaman Modal: 58%
Stranas PK diberi mandat untuk melakukan monitoring dan pendampingan kepada BKPM yang diberi tanggung jawab melaksanakan 2 sub-aksi pencegahan korupsi. Dari hasil Monitoring tergambarkan bahwa realisasi capaian BKPM sampai Triwulan V, dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan, adalah sebesar 57%. Namun demikian, capaian BKPM secara agregat sudah mencapai 62,5% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 4,5%. Berikut adalah inti sari capaian dari dua sub-aksi yang dijalankan BKPM (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (56 %)
BKPM telah menyusun konsep grand design OSS versi Risk Based Approach (RBA) dan telah mendiskusikannya dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Terkait dengan pelaksanaan target penyusunan proses bisnis dan pengembangan sistem untuk integrasi izin lokasi (OSS, Sicantik, KKP Web), berikut hasilnya: * OSS: Sudah bisa mengirimkan data NIB, men-generate billing dari ATR BPN, dan menerima notif permohonan izin dan juga status dari ATR BPN
46
* SiCantik: Di dalam probis Ilok, berperan sebagai fasilitator untuk notifikasi dari OSS ke KKP Web dan ke PTSP Daerah. Sehingga Daerah sudah bisa memperoses data lemparan dari KKP Web untuk diteruskan ke OSS * KKP Web: Sudah bisa memproses NIB yg dikirimkan OSS, sudah bisa mengirimkan progress status permohonan dan hasil persetujuan atas izin yg dimohonkan melalui OSS serta sudah bisa memberikan akses OSS untuk meng-create kode billing terkait PNBP Pengurusan izin
Optimaslisasi dan Perluasan KSWP (59 %)
Implementasi KSWP bagi layanan publik tertentu untuk tahun 2019 telah dilakukan evaluasi oleh BKPM
Sebagai tindak lanjutnya, saat ini BKPM telah menerbitkan peraturan BKPM No. 1/2020, dalam rangka perluasan, optimalisasi pelaksanaan dan pelaporan KSWP
Dalam peraturan tersebut ditekankan bahwa:
- Bagi Pelaku Usaha perseorangan, untuk memperoleh NIB harus mengisi paling sedikit: a) data usaha; dan b) data klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia
- Bagi Pelaku Usaha non perseorangan, untuk memperoleh NIB harus mengisi paling sedikit: a) penarikan data legalitas perusahaan (termasuk NPWP); b) data usaha; dan c) data klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia
4. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan: 53%
KLHK menjadi penanggung jawab 5 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada dalam pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring tergambarkan bahwa capaian KLHK sampai Triwulan V (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 53%. Namun demikian, capaian KLHK secara agregat sudah mencapai 61% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 8 %. Berikut adalah inti sari capaian KLHK pada 5 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (48%)
Penyesuaian proses bisnis izin lingkungan (ILH) yang merujuk pada konsep izin usaha pada RUU Cipta Karya telah tersedia; dan sudah dibahas dengan BKPM dan Kemenkominfo
Untuk integrasi aplikasi perizinan di KLHK, terutama amdalnet dan dibentuknya Hub yang terkoneksi dengan OSS, telah bisa memfasilitasi pelayanan permohonan perizinan usaha. Namun masih perlu dilanjutkan integrasi antara Hub dengan aplikasi perizinan lainnya di internal KLHK
Daftar 86 KBLI telah disampaikan ke BPS. 16 diantaranya yang berubah berdasarkan rapat dengan BPS
47
Implementasi Kebijakan Satu Peta (60%)
Upaya kompilasi IGT Kesatuan Hidrologis Gambut di Provinsi Papua, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat dan Riau masih berjalan di tempat. Kendalanya terkait dengan luasnya lahan gambut, minimnya anggaran dan keterbatasan SDM sehingga banyak titik gambut yang belum dapat dilakukan pemetaan
Risiko yang muncul dari tidak selesainya proses kompilasi adalah ikut mundurnya waktu tahapan integrasi.
Penetapan Kawasan Hutan (56%)
Draft final Revisi Permen PKH telah selesai untuk diundangkan namun harus menunggu pengesahan RUU CK, sebagaimana arahan Menteri LHK.
Pelaksanaan Penataan Batas Kawasan Hutan dari target di triwulan V sepanjang minimal 7000 Km, namun baru terealisasi 2441,7 km.
Untuk pelaksanaan Penetapan Kawasan Hutan dengan target di triwulan V seluas minimal 50.000 ha. Saat ini telah terealisasi 72.240,54 Ha.
Sudah tersedia Design Infrastruktur Jaringan dan Server dalam rangka Integrasi Sistem Perizinan
Sudah ada modul database yang dapat dipakai atau berbagi (interoperabilitas) dengan sistem lain pada K/L/D
Optimaslisasi dan Perluasan KSWP (53 %)
KLHK telah menyampaikan ke DJP atas permohonan izin yang telah dilakukan KSWP secara periodik (periode semester II 2019)
Begitu juga dengan Laporan Implementasi Pelaksanaan KSWP bagi layanan publik tertentu untuk pelaksanaan tahun 2019 (Terlaksananya pemberlakukan KSWP bagi layanan publik tertentu untuk pelaksanaan tahun 2019)
Pembangunan ZI/UPG (96%)
Mulai triwulan V, pelaporan aksi pembentukan UPG telah dilakukan dan dimonitor melalui aplikasi Gratifikasi Online KPK (GOL)
5. Kementerian Kesehatan : 57%
Kemenkes menjadi penganggung jawab 6 sub-aksi pencegahan korupsi Stranas PK. Dari hasil monitoring yang dilakukan Setnas PK, realisasi capaian Kemenkes sampai Triwulan V adalah sebesar 58% (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan). Namun demikian, Kemenkes secara agregat telah mencapai 62% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 4%. Berikut kontribusi capaian Kemenkes dari 6 sub-aksi (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
48
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (57%)
Kemenkes telah menyerahkan usulan penyesuaian KBLI ke BPS Pejabat penghubung pada Kemenkes sudah ada berdasarkan surat:
KM.04.01/VI/65/2020 tanggal 8 Januari 2020 Kemenkes sedang melakukan proses Risk Based Assesment (RBA)
dalam rangka kategorisasi jenis-jenis perizinan, berdasarkan arahan dan pendampingan dari Tim RBA Kemenko Perekonomian dan Setnas PK
Pembentukan UKPBJ (30%)
Kemenkes belum menerbitkan revisi regulasi SOTK yang mengharuskan UKPBJ menjadi struktur yang mandiri. Sampai saat ini proses regulasi masih pada tahap naskah akademik yang artinya realisasi target ini berjalan di tempat
Saat ini untuk progres pencapaian UKPBJ dengan tingkat kematangan level 3, Kemenkes telah memenuhi 2 dari 9 variabel kematangan yang ditetapkan
Dokumen analisis beban kerja seluruh Pokja Pemilihan dan Pejabat Pengadaan yang akan diangkat ke dalam JF PBJ di Kemenkes, kini telah tersedia
Berdasarkan hasil perhitungan analisis beban kerja tersebut, pengisian e-formasi telah dilakukan
Implementasi ekatalog (100%)
Aksi ini sampai laporan B09 berjalan on track Namun sejak triwulan IV (B12), Kemenkes menarik diri dari
implementasi katalog elektronik
Konsolidasi Pengadaan (83%)
Pada periode sebelumnya (Triwulan III), Kemenkes telah menyelesaikan rencana barang-barang yg dikonsolidasi pengadaannya.
Setelah tayang pada SPSE di periode sebelumnya maka pada periode ini, pelaksanaan konsolidasi pengadaan 2019 (gas medis, enteral, barang rumah tangga, dan interne provider) di beberapa rumah sakit daerah telah melewati proses evaluasi administrasi dan teknis serta negosiasi harga, bahkan ada yang sudah selesai tender
Namun Penyusunan Rencana Umum Pengadaan tahun 2020 yang telah terkonsolidasi belum terlaksana pada triwulan V ini
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (62,5%)
Setelah menerbitkan Peraturan Menteri kesehatan No 19 tahun 2019 tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak Dalam Pemberian Layanan Publik tertentu di lingkungan kementerian Kesehatan, saat ini Kemenekes juga telah mulai menerapkan pemberlakuan KSWP.
49
Laporan pelaksanaan implementasi KSWP 2019 telah disampaikan ke DJP dengan catatan berikut: - pada tahun 2018, sebanyak 2.037 pemohon ijin telah diterbitkan
ijin, dan meningkat menjadi 4.577 pada semester I 2019 -Pada portal Ex-1 terdapat 50 wajib pajak dengan status tidak valid.
- ada 23 layanan/izin yang diberlakukan KSWP - Wajib pajak dengan status valid menjadi persyaratan terbitnya izin
Pembangunan ZI/UPG (96%)
Aksi ini telah dialihkan ke Gratifikasi Online KPK (GOL)
6. Kementerian Pertanian: 59%
Stranas PK telah melakukan pendampingan dan monitoring terhadap 10 sub-aksi pencegahan korupsi yang menjadi tanggung jawab Kementan. Dari hasil monitoring tersebut, tergambar bahwa realisasi capaian Kementan sampai Triwulan V (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 60%. Namun demikian, capaian Kementan secara agregat sudah mencapai 61% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 1%. Berikut adalah kontribusi capaian pelaksanaan 10 sub-aksi di Kementan (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (55%)
Kementerian Pertanian telah menyampaikan 5 Surat Ke BPS terkait dengan Usulan Perubahan KBLI Tahun 2020 (Peternakan, Perkebunan, Tanaman Pangan)
Kementan telah menugaskan pejabat LO penghubung Kementan di BKPM melalui ST Kapus PVTPP Nomor 447/PV.110/A.9/04/2020 tentang Penugasan Petugas Penghubung atau Liaison Officer Kementerian Pertanian di PTSP Badan Koordinasi Penanaman Modal
Implementasi Kebijakan Satu Peta (80%)
Tidak ada target untuk periode ini
Penguatan dan Pemanfaatan Basis Data BO (50%)
Meskipun telah ada nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM serta adanya sistem informasi perizinan perkebunan (siperibun) yang mewajibkan perusahaan perkebunan untuk menyampaikan BO, namun sistem belum terintegrasi sehingga belum ada pemanfaatan data
Revisi perjanjian kerja sama sedang berproses, untuk mengintegrasikan data di Siperibun dengan Sistem Administrasi Badan Hukum di Kementerian Hukum dan HAM, yang tidak hanya terbatas pada data BO
50
Utilisasi NIK untuk Bansos (12,5%)
Tidak ada target untuk periode ini
Integrasi Data Impor (57%)
Kementan telah mengirimkan data-data perhitungan neraca supply demand komoditas pangan strategis tahun 2020 kepada LNSW, di antaranya: - prognosa produksi dan kebutuhan pangan Maret-Mei 2020 - prognosa produksi dan kebutuhan pangan juni-agustus
2020
Pembentukan UKPBJ (60%)
Saat ini untuk progres pencapaian UKPBJ dengan tingkat kematangan level 3, Kementan telah memenuhi 2 dari 9 variabel kematangan yang ditetapkan
Berdasarkan hasil perhitungan analisis beban kerja pada periode lalu, saat ini sudah dilakukan pengisian e-formasi untuk kebutuhan jabatan fungsional PBJ
Implementasi e-Katalog (100%)
Tidak ada target untuk periode ini
Konsolidasi Pengadaan (100%)
Sub-Aksi Konsolidasi Pengadaan di Kementan berjalan baik, walaupun pada saat awal dan pertengahan periode pelaporan mengalami keterlambatan. Pada periode sebelumnya (B09), Kementan telah menyelesaikan rencana barang-barang yang dikonsolidasi pengadaannya
Setelah melakukan pemilihan penyedia di tahun 2019, saat uni Kementerian Pertanian telah melaksanakan kontrak konsolidasi pengadaaan ayam, bantuan pakan, dan obat-obatan
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (71%)
Berdasarkan Peraturan Menteri pertanian No 44 tahun 2019 tentang pelaksanaan konfirmasi status wajib pajak dalam pelayanan perizinan berusaha tertentu lingkup Kementerian Pertanian maka pada periode ini dapat dilaporkan hasil pelaksanaannya sebagai berikut: - Pemberlakuan KSWP sudah dilaksanakan secara online, dan
sudah dilakukan integrasi sistem antara Sistem Informasi Pelayanan Perizinan (Simpel) Pertanian dengan sistem pada Ditjen Pajak, Namun dalam proses integrasi mengalami sedikit kendala dikarenakan perubahan-perubahan alamat IP
- Layanan publik yang di-KSWP, meliputi: a. Pendaftaran pestisida b. Izin Tetap baru dan Izin Tetap Ulang Pestisida c. Izin Tetap Baru Bahan Teknis dan Ulang Bahan teknis
pestisida d. Persetujuan Perluasan Penggunaan Pestisida terhadap
organisme dan/atau Komoditas Sasaran e. Pendaftaran baru dan ulang pupuk an-organik
51
f. Pendaftaran baru dan ulang pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah
g. Persetujuan formula khusus
Pembangunan ZI (100%)
Tidak ada target untuk periode ini
7. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral: 56%
KemenESDM menjadi penganggung jawab 6 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian KemenESDM sampai dengan Triwulan V (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 58%. Namun demikian, capaian KemenESDM secara agregat sudah mencapai 61% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 3%.
Berikut adalah inti sari capaian 6 sub-aksi KemenESDM tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (55%) KemenESDM telah menyampaikan usulan penyesuaian KBLI 2020 untuk menggantikan KBLI 2017 ke BPS dan telah dilakukan beberapa kali pembahasan lanjutan. Berikut ringkasan usulannya:
- Sub sektor Migas: terdapat 5 usulan KBLI baru dan 7 usulan revisi narasi
- Sub sektor ketenagalistrikan: 16 usulan KBLI baru dan 2 usulan revisi narasi
- Sub sektor Minerba: 1 usulan KBLI dihapus dan 40 usulan revisi narasi
- Sub sektor ketenagalistrikan: 16 usulan KBLI baru dan 2 usulan revisi narasi
- Sub sektor Minerba: 1 usulan KBLI dihapus dan 40 usulan revisi narasi
- Sub sektor EBTKE: 1 usulan KBLI baru dan 2 usulan revisi narasi
KemenESDM telah menugaskan pejabat penghubung dari dua Ditjen KemenESDM di BKPM melalui: a) Kepmen ESDM No. 0244.K/77/SJN/2019 tentang Penarikan
dan Penugasan PNS dari dan pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) BKPM; dan
b) Keputusan Dirjen Migas No. 0245.K/10/DJM.S/2019 tentang Penugasan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Dalam Rangka Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Badan Koordinasi Penanaman Modal
52
Implementasi Kebijakan Satu Peta (60%)
IGT Izin Usaha Pertambangan di Provinsi Papua, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat dan Riau sudah terintegrasi
IGT yang telah terintegrasi, disampaikan ke Kemenko Perekonomian untuk disusun Peta Indikatif Tumpang Tindih IGT (PITTI) sebagai bagian dari tahap sinkronisasi
Penguatan dan Pemanfaatan Basis Data BO (55%)
Walaupun data BO sudah tersedia pada 4 sub sektor (Migas,
Ketenaglistrikan, Minerba, EBTKE), namun pemanfaatan data
yang seharusnya dilakukan sejak B12, sampai saat ini belum
tercapai karena belum terintegrasinya data BO dengan
https://bo.ahu.go.id.
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (62,5%)
Setelah menerbitkan Permen ESDM No. 23/2019 tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak Dalam Pemberian Layanan Publik tertentu di lingkungan kemenESDM, saat ini Kemenkes telah mulai menerapkan pemberlakuan KSWP
Laporan pelaksanaan implementasi KSWP 2019 telah disampaikan ke DJP dengan catatan berikut: web service KSWP terkadang mengalami gangguan, sehingga menganggu proses submit dokumen oleh Badan Usaha (BU). Akibatnya dari sisi waktu menjadi tidak efisien bagi badan usaha
Implementasi NDR (67%)
Sistem Operasi Terpadu (SOT) yang merupakan sistem informasi terpadu di SKK Migas sudah terintegrasi dengan ESDM Data Enterprise (EDE). Meski masih sering ada keterlambatan data dari SKK Migas.
Saat ini, Pusdatin KESDM telah dapat menyampaikan data yang up to date setiap hari kepada Menteri ESDM
Tantangan yang masih dihadapi antara lain berkaitan dengan "Data Residential" meskipun Permen ESDM No.7/2019 telah mengatur ketentuan tentang Data Amnesty yang berlaku 1 tahun. Selain itu juga, sejak ditetapkannya Permen ESDM No. 7/2019 belum dilakukan evaluasi dalam rangka mengukur hasil dan manfaat perubahan tata kelola data migas ini
Proses pengajuan SNI QA oleh Ditjen Migas kepada BSN mengalami pelambatan karena kendala Covid-19
Pembangunan ZI/UPG (100%)
Aksi ini telah dialihkan ke Gratifikasi Online KPK (GOL)
53
8. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat: 62%
Stranas PK diberi mandat oleh Presiden untuk melakukan monitoring dan pendampingan kepada KemenPUPR dalam melaksanakan 6 sub-aksi pencegahan korupsi. Dari hasil monitoring, realisasi capaian KemenPUPR mencapai 61%, hasil kontribusi dari pelaksanaan 6 sub-aksi berikut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (54%) Desain Probis SIMBG telah tersedia, namun belum dilakukan
penyesuaian merujuk pada RUU Cipta Kerja. Salah satunya,
Probis integrasi antara SIMBG-OSS-Daerah belum tersedia.
Oleh karenanya, KemenPUPR perlu berkoordinasi dengan
BKPM untuk penyusunan design integrasinya dan dengan
Kemenkominfo untuk interface ke sistem pada PTSP (hub
untuk seluruh perizinan di daerah)
Penempatan pejabat penghubung KemenPUPR di BKPM telah dilakukan melalui Surat Perintah Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 36/SPRIN/DK/2020
KemenPUPRtelah menyampaikan usulan penyesuaian KBLI
2020 untuk menggantikan KBLI 2017 ke BPS. Di antara
klasifikasi yang diusulkan adalah Arsitektur, Rekayasa,
Rekayasa Terpadu, Arsitektur Lanskap dan Perencanaan
Wilayah, Konsultansi Ilmiah dan Teknis, dsb.
Pembentukan UKPBJ (60%)
UKPBJ KemenPUPR termasuk yang penilaiannya cukup bagus. Terbentuk sejak 2019, saat ini UKPBJ KemenPUPR telah mencapai tingkat kematangan paling tinggi yakni level 9
Berdasarkan hasil perhitungan analisis beban kerja pada periode lalu, saat ini sudah dilakukan pengisian e-formasi untuk jabatan fungsional PBJ di UKPBJ KemenPUPR
Implementasi e-katalog (100%)
Tidak ada target untuk periode ini
Konsolidasi Pengadaan (100%)
Pada periode lalu, Pengadaan paket konsolidasi (jembatan rangka baja dan long segment) sudah dalam proses lelang di SPSE
Saat ini, pelaksanaan konsolidasi pengadaan sudah dilakukan pada kegiatan penanganan longsegmen di Direktorat Jenderal Bina Marga. Kegiatan konsolidasi rangka baja pengadaannya ditingkatkan ke arah e-katalog sektoral
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (71%)
Berdasarkan Perpres Nomor 27 tahun 2020 tentang Kementerian PUPR, bahwa Badan Penelitian dan Pengembangan sudah tidak lagi berada di bawah naungan Kementerian PUPR (dipindahkan ke LIPI). Sehingga untuk izin layanan publik sebagaimana tercantum pada pasal 5 dan 6
54
Permen PUPR No.12 tahun 2019 tentang KSWP, yang sudah tidak lagi diberikan oleh Kementerian PUPR, yaitu terkait: 1. Pelayanan uji laboratorium bagi pemohon badan; 2. Pelayanan sertifikasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL); dan 3. Pelayanan advis teknis bagi pemohon badan
Sementara yang sampai saat ini masih terdapat izin layanan publik, adalah: 1. Layanan pemenuhan komitmen perizinan usaha jasa
konstruksi asing 2. Perizinan pengusahaan sumber daya air; 3. Perizinan pemanfaatan bagian-bagian jalan nasional.
Berikut adalah ringkasan laporan evaluasi pelaksanaan KSWP di KemenPUPR:
- Belum semua Satuan Kerja yang memberikan izin layanan publik mendaftarkan user name dan password Portal Ex1 ke admin KemenPUPR (Biro Keuangan)
- Belum semua Satker memahami maksud dan manfaat pelaksanaan KSWP. Sehingga perlu dilakukan sosialisasi secara intensif
- Portal Ex1 hanya dapat dilakukan untuk validasi NPWP dan KSWP, tidak untuk pelaporan. Padahal pelaporan dilakukan setiap semester. Saat ini, untuk pelaporan semester dibuat secara manual menggunakan format excel sehingga memungkinkan isi dari laporan manual dan apa yang ada di Portal Ex1 tidak sesuai datanya, karena pelaporan diinput secara manual yang memungkinkan terjadi human error
Pembangunan ZI/UPG (100%)
Mulai periode triwulan V, pelaporan mengenai UPG telah dialihkan dari JAGA ke GOL (Gratifikasi Online)
9. Kementerian Komunikasi dan Informatika: 20%
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan pendampingan kepada Kemenkominfo yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 5 sub-aksi pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian Kemenkominfo sampai Triwulan V (mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 21%. Namun demikian, capaian Kemenkominfo secara agregat sudah mencapai 47% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 26%. Berikut inti sari capaian Kemenkominfo terhadap 5 sub-aksi tersebut:
55
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (27%)
Terkait dengan pelaksanaan target penyusunan proses bisnis dan pengembangan sistem untuk integrasi izin lokasi (OSS, Sicantik, KKP Web) yang merupakan target bersama K/L lain, berikut hasilnya: *OSS: Sudah bisa mengirimkan data NIB, mengenerate billing dari ATR BPN, dan menerima notif permohonan izin dan juga status dari ATR BPN *SiCantik: Di dalam probis Ilok, berperan sebagai fasilitator untuk notifikasi dari OSS ke KKP Web dan ke PTSP Daerah. Sehingga Daerah sudah bisa memperoses data lemparan dari KKP Web untuk diteruskan ke OSS *KKP Web: Sudah bisa memproses NIB yg dikirimkan OSS, sudah bisa mengirimkan progress status permohonan dan hasil persetujuan atas izin yg dimohonkan melalui OSS serta sudah bisa memberikan akses OSS untuk meng-create kode billing terkait PNBP Pengurusan izin
Penyesuaian proses bisnis terkait izin lingkungan hidup sudah tersusun berdasarkan laporan BKPM dan KLHK); sementara untuk proses bisnis IMB, yang merupakan target bersama KemenPUPR, KLHK, dan Kemenkominfo), masih dalam proses pembahasan awal
Penempatan pejabat penghubung Kemenkominfo belum dilakukan atau belum dilaporkan
Kemenkominfo belum menyampaikan surat usulan penyesuaian KBLI 2020 untuk menggantikan KBLI 2017 ke BPS
Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Elektronik (6%)
Terkait target “Asesmen aplikasi perencanaan dan penganggaran secara elektronik” yang semula dihapus maka pada periode B18 akan dimunculkan kembali, Kemenkominfo besama-sama BPPT melakukan Assessment pada system aplikasi di pusat dan di daerah
Sementara capaian terkait kesepakatan standar teknologi informasi yang memenuhi kebutuhan sinkronisasi data dan informasi pada semua tahapan dalam satu siklus anggaran daerah sampai saat ini belum tercapai (belum ada kesepakatan) atau belum dilaporkan capaiannya oleh Kemenkominfo
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (7%)
Kemenkominfo sampai Triwulan III belum pernah melakukan pelaporan dan baru mulai melapor pada Triwulan IV sehingga dari sisi kepatuhan nilainya tidak terlalu baik
Bahkan sampai Triwulan V ini pun target pelaksanaan pemberlakuan KSWP dan target pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat tidak pernah dilaporkan
56
Percepatan SPBE (18%)
Pada triwulan ini, hampir seluruh pelaksanaan target untuk aksi Percepatan SPBE masih berjalan lambat, mulai dari uji coba aplikasi umum berbasis cloud (Web-based & Mobile) sampai ke pengembangan Aplikasi umum berbasis cloud versi 1
Implementasi SPPT-TI (50%)
Tidak ada target untuk periode ini
10. Badan Informasi Geospasial: 71%
Badan Informasi Geospasial atau BIG hanya menjadi penganggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 100%. Berikut adalah inti sari capaian pada sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Implementasi Kebijakan Satu Peta (83%)
Pendampingan proses kompilasi dan integrasi IGT di KL dan Pemda terus berlangsung. Berikut hasilnya sampai triwulan V: - 8 IGT telah terintegrasi, yaitu: Peta Izin Usaha
Pertambangan; Peta Penunjukan Kawasan Hutan; Peta Penetapan Kawasan Hutan; Peta Pelepasan Kawasan Hutan, Peta Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan; Peta Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan; Peta RTRW Provinsi; Kab/Kota; dan Peta Batas Administrasi Provinsi dan Kabupaten
- 2 IGT dalam proses kompilasi, yaitu: Hak Guna Usaha; Peta Kesatuan Hidrologis Gambut;
- 1 IGT telah terkompilasi, yakni Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru
- 2 IGT, ILOK dan IUP Sawit yang menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, masih proses kompilasi. Progress di
Pemda adalah:
Mahakam Ulu telah selesai proses kompilasi ILOK dan IUP
Kutai Timur telah selesai proses kompilasi ILOK
Kutai Barat telah selesai proses kompilasi IUP
Mamuju telah selesai proses integrasi Ada keterbatasan dalam proses pendampingan dan verifikasi
kali ini yaitu penerapan sistem bekerja dari rumah (work from home)
57
11. Kementerian Agraria dan Tata Ruang : 43%
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan pendampingan kepada KemenATR yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 5 sub-aksi pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian KemenATR sampai Triwulan V (mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 43,5%. Namun demikian, capaian KemenATR secara agregat sudah mencapai 88% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 12%. Berikut adalah kontribusi capaian dari 5 sub-aksi KemenATR:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (54%)
KemenATR/BPN telah menyusun desain/bagan proses bisnis izin lokasi dan webservices pengembangan integrasi sistem OSS BKPM - KKPWeb ATRBPN - Sicantik Kominfo. Bagan dan tabel webservice tersebut merupakan update dari hasil rapat koordinasi antara BKPM, ATRBPN dan Kemkominfo
Pelaksanaan monitoring Ranperda RTRW dalam rangka OSS juga telah dilakukan dengan catatan berikut:
- Dari 18 Kabupaten/Kota yang sebelumnya tercatat belum ada Perda RTRW, saat ini sudah mulai berproses: Kab Siak sudah menerbitkan Perda RTRW; Kab. Rokan Hulu, Kota Pekanbaru, dan Kab. Buton Tengah sedang proses mendapatkan nomor registrasi Perda; sementara sisanya sedang dalam proses pembahasan lintas sektor dan pemberkasan persetujuan substansi
- Pembahasan lintas sektor untuk 57 RDTR OSS telah selesai dilakukan dan sekarang dalam proses pemberkasan persetujuan substansi
Implementasi Kebijakan Satu Peta (54%)
Pada periode triwulan IV (B12), IGT HGU telah terkompilasi namun beberapa atribut masih perlu dilengkapi
Pada periode ini (B15), perbaikan data IGT HGU telah dilaporkan mengalami beberapa kemajuan
Penguatan dan Pemanfaatan Basis Data BO (55%)
Komputerisasi Kegiatan Pertanahan, khususnya yang terkait dengan HGU, belum terintegrasi dengan basis data BO di Kementerian Hukum dan HAM. Permasalahan struktur data dan teknis masih menjadi kendala
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (47%)
Pemberlakuan KSWP sudah dilaksanakan, dan dari laporan evaluasi terdapat beberapa catatan berikut:
- Belum ada integrasi data KSWP dengan sistem di KemenATR/BPN. Sehingga perlu dilakukan koordinasi dan kerja sama antara KemenATR/BPN dan DJP Kemenkeu terkait integrasi data
Sampai saat ini tidak terdapat fitur entri data NPWP untuk pemohon yang merupakan penerima kuasa dari pemilik hak, entri
58
NPWP dilakukan apabila pemohon merupakan pemilik hak. Oleh karenanya akan ditindaklanjuti dengan perbaikan SOP pada Ditjen Hubungan Hukum Keagrarian
Pembangunan ZI (69%)
Tidak ada target untuk periode ini
12. Kementerian Hukum dan HAM: 47%
Stranas PK telah melakukan pendampingan dan monitoring terhadap 6 sub-aksi pencegahan korupsi yang menjadi tanggung jawab Kemenkumham. Dari hasil monitoring tersebut, tergambar bahwa realisasi capaian Kemenkumham sampai Triwulan V (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 48%. Namun demikian, capaian Kemenkumham secara agregat sudah mencapai 55% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 7% Berikut adalah kontribusi capaian pelaksanaan 6 sub-aksi di Kemenkumham (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (100%)
Tidak ada target untuk periode ini
Penguatan dan Pemanfaatan
Basis Data BO (53%)
Walaupun sudah ada proses untuk membuka data agar dapat diakses publik, namun sampai triwulan V ini https://ahu.go.id hanya dapat diakses oleh Kementerian/Lembaga (yang memiliki akun) dan korporasi/notaris yang akan deklarasi BO
Proses pemanfaatan data BO terkait erat dengan proses integrasi data di 5 KL (yang menandatangani Nota Kesepahaman dan PKS) dengan https://bo.ahu.go.id. Namun hingga saat ini belum ada K/L yang datanya terintegrasi (masih dalam proses)
Kendala integrasi ini muncul akibat belum terjadi sistem perutakaran data karena masih ada perbedaan struktur data antara Ditjen AHU dan yang dimiliki oleh K/L
Pembentukan UKPBJ (30%)
Pelaksanaan target UKPBJ berjalan lambat, terutama terkait dengan penyusunan dokumen Anjab/ABK
Dokumen analisis Anjab/ABK yang telah disusun sejak periode lalu, sampai saat ini masih belum menggambarkan jumlah kebutuhan masing-masing Jafung PBBJ tingkat pertama, muda dan madya. Akibatnya pengisian e-formasi untuk jabatan fungsional juga menjadi tidak terlaksana
Sementara itu, untuk progres pencapaian UKPBJ dengan tingkat kematangan level 3, KemenkumHAM telah memenuhi 4 dari 9 variabel kematangan yang ditetapkan
59
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (42%)
Pelaksanaan target KSWP di Kemenkumham berjalan lambat
Sejak periode lalu sampai saat ini, Kemenkumham masih belum menerapkan KSWP; Peraturan terkait pelaksanaan KSWP dan saat ini sedang masih dalam bentuk rancangan dan sedang diajukan untuk proses harmonisasi
Pembangunan ZI (98%)
Tidak ada target untuk periode ini
Implementasi SPPT-TI (57%)
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi dari Kemenkopolkuham selama Januari-Maret 2020, rata-rata tingkat kepatuhan Ditjen PAS antara dokumen yang diinput dan kesesuaian dengan pedoman pertukaran data mencapai 100%
Satker di daerah yang mengirimkan data sesuai dengan wilayah target
Ada kemajuan besar dalam pelaksanaan target ini, jika dibandingkan tahun 2019
13. Kementerian Keuangan: 49%
Kemenkeu menjadi penanggung jawab 9 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kemenkeu sampai dengan Triwulan V (mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 49%. Namun demikian, capaian Kemenkeu secara agregat sudah mencapai 58% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 9%. Berikut adalah inti sari capaian 9 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (37,5%)
Usulan Penyempurnaan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2017 telah disampaikan oleh Ketua Pelaksana Harian (Tim Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Pusat) Sekretariat Jenderal Kemenkeu kepada BPS
Usulannya: perlu penyempurnaan klasifikasi/kategori salah satu jenis pelaku usaha yaitu Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) yang pada saat ini belum diklasifikasikan secara spesifik dalam KBLI 2017 terkait dengan bidang usahanya
Penguatan dan Pemanfaatan Basis Data BO (50%)
Kemenkeu telah mengeluarkan regulasi terkait penguatan dan pemanfaatan basis data BO
Namun untuk pemanfaatan data belum bisa dilakukan karena belum terintegrasinya data dengan https://bo.ahu.go.id
60
Integrasi Data Impor (59%)
Mekanisme rekonsiliasi data realisasi impor final antara DJBC dan LNSW telah disepakati dilakukan setiap bulan. Begitu juga dengan mekanisme dengan BPS untuk realisasi akan diberikan setelah release - data diberikan akan bersifat agregat
Terkait dengan tampilan dashboard, data realisasi impor sudah terangkum di dashboard. Begitu juga dengan data rekomendasi dan izin. Sementara untuk kebutuhan impor -- masih dalam bentuk webform -- penerjemahan ke bentuk chart akan dilakukan di B18
Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Elektronik (20%)
Aksi ini secara keseluruhan masih belum berjalan baik sampai triwulan V ini. Belum ada kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh Kemenkeu, Kemendagri, dan Bappenas terkait beberapa target seperti: proses bisnis integrasi; harmonisasi Badan Akun Standar; dan aplikasi umum yang terintegrasi
Walaupun sudah ada Rancangan PMK mengatur sebagian standar proses bisnis perenanaan dan penganggaran, namun masih perlu juga dipastikan bahwa RPMK ini dibahas bersama-sama dengan Kemendagri dan Bappenas, dan memastikan tidak tumpang tindih dengan Permendagri yg juga mengatur pengelolaan perencanaan dan penganggaran di daerah
Pembentukan UKPBJ (60%)
UKPBJ Kemenkeu termasuk yang penilaiannya cukup bagus.
Terbentuk sejak 2019, saat ini UKPBJ Kemenkeu telah mencapai
tingkat kematangan level 3 (proaktif), dimana Kemenkeu paling
tinggi yakni level 9 telah memenuhi 9 variabel pemenuhan
UKPBJ level 3
Berdasarkan hasil perhitungan analisis beban kerja pada periode lalu, saat ini sudah dilakukan pengisian e-formasi untuk jabatan fungsional PBJ di UKPBJ Kemenkeu
Reformasi Pajak dan PNBP (50%)
Dirjen Anggaran Kemenkeu, telah mengembangkan E-PNBP untuk menjawab kebutuhan perhitungan PNBP dari sektor Minerba. E-PNBP ini perlu dinilai kemanfaatannya karena data dari pegiat advokasi di Sektor Minerba mneyebutkan bahwa PNBP SDA bisa lebih besar jika dilakukan penagihan yang serius
Beberapa kendala terkait penerimaan pajak adalah karena (menurut Pushaka Kemenkeu), perhitungan potensi penerimaan pajak tidak hanya menggunakan asumsi mikro tapi juga makro
Baik DJP maupun BKF mempunya metode perhitungan masing-masing yang sah dan selalu dipakai dalam pembahasan dengan DPR dalam perhtungan perkiraan penerimaan pajak
Terkait dengan penghimpunan data pajak, saat ini, sudah ada 5 kabupaten di luar pilot project Jawa Barat, yang sudah bersama-sama melakukan joint analysis dengan terlebih dahulu ditetapkan PMK khusus
Model kerjasama 5 kabupaten ini, akan didorong ke seluruh Kab/Kota di Jawa Barat dengan terlebih dahulu dibuat MoU dan
61
Perjanjian Kerjasama. Hingga akhir tahun 2019, draft MoU dan Kerjasama sudah tersedia namun belum ditandatangani. Ditargetkan pada bulan Mei 2020 ini seluruh MoU dan PKS sudah dapat ditandangani antara Provinsi, Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dengan Dirjen Pajak maupun Dirjen Perimbangan Keuangan
Usulan izin prakarsa terkait pembentukan Perpres Integrasi Data Keuangan, telah disampaikan kepada presiden namun hingga kini belum ada kepastian terbitnya izin dari presiden. Meski demikian, Kemenkeu (terutama Ditjen Pajak) berkomitmen agar Perpres ini dapat ditetapkan pada tahun 2020 sehingga dapat diimplementasikan pada tahun 2021
Sementara untuk penegakan integritas pegawai pajak, Itjen Kemenkeu telah mengembangkan aplikasi PRO UKI (Unit Kepatuhan Internal) namun belum diujicobakan. Diharapkan melalui PRO UKI dapat juga dipublikaskan sanksi-sanksi yang pernah diterapkan. Hal ini akan bermanfaat mengendalikan tingkat pelanggaran yang makin sering karena efek "naming and shaming"
Implementasi BEPS (69%)
Indonesia telah mengimplementasikan rekomendasi BEPS action 5, 3, 6, 7 kedalam ketentuan domestik/ peraturan perpajakan kita. Namun tantangan terbesar dalam implementasi ini adalah walaupun aturan/ketentuan domestik sudah mengatur, tetapi negara lain belum maka masih ada celah bagi penghindaran dan penggelapan pajak.
Agar BEPS berjalan efektif, perlu sinergi dengan seluruh negara-negara yang tergabung dalam OCDC
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (47%)
Permohonan izin yang telah dilakukan KSWP secara periodik (periode semester II 2019) (untuk 12K/L telah tersedia basis datanya di DJP. Secara ringkas dapat dilaporkan bahwa rerata 12 K/L tersebut telah melaksanakan pemberlakuan KSWP untuk izin/layanan publik tertentu secara baik. Data mengenai jumlah dan jenis izin/layanan publik juga sudah tersedia seluruhnya
Pembangunan ZI (81%)
Bea Cukai telah membangun Zona Integritas dan telah diusulkan untuk ikut dalam penilaian WBK/WBBM di 9 wilayah, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Batam, Pel Soetta, Bandara Kualanamu, Bandara Ngurah Rai, dan Bandara Juanda
Dari hasil penilaian sampai Triwulan V, Bea Cukai mendapat predikat WBK di 3 pelabuhan/bandara (Belawan, Pel. Soetta, dan Kualanamu); sisanya masih dalam proses penilaian
62
14. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan: 50%
PPATK hanya menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi, yakni Penguatan dan Pemanfaatan Basis Data BO. Dari hasil monitoring yang dilakukan Setnas PK, realisasi capaian PPATK sampai Triwulan V adalah sebesar 67%. Berikut adalah inti sari capaiaannya:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Penguatan dan Pemanfaatan Basis Data BO (67%)
PPATK telah memanfaatkan data korporasi dalam kegiatan analisis transaksi keuangan
Jumlah nama perusahaan, nama pengurus, dan informasi pemilik manfaat dari korporasi yang telah diakses oleh PPATK sejak 25 Juni 2019 sampai dengan 7 April 2020 sebanyak 2.009 informasi. Sedangkan terkait data beneficial owner yang dimanfaatkan oleh PPATK sebanyak 33 informasi sampai dengan 19 Maret 2020
15. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah: 51%
KemenKUKM menjadi penanggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi. Dari hasil monitoring yang dilakukan Setnas PK, realisasi capaian KemenKUKMM sampai Triwulan V adalah sebesar 54%. Namun demikian, capaian KemenKUKM secara agregat sudah mencapai 58% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 4%. Berikut adalah inti sari capaiannya (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (48%)
KemenKUKM telah menyampaikan surat usulan penyesuaian KBLI 2020 untuk menggantikan KBLI 2017 ke BPS sejak Desember 2019, melalui surat Sekretaris Kementerian KopUKM Nomor 632/SM/XII/2019
Penempatan pejabat penghubung (LO) Pelaksana Izin Usaha Simpan Pinjam dan Pelaksana izin Operasional KemenKUKM di BKPM telah disampaikan melalui surat Sekretaris Kementarian KemenKUKM No. 632/SM/XII/2019
Penguatan dan Pemanfaatan Basis Data BO (50%)
Belum terjadi integrasi antara sistem di Kementerian KUKM dengan Kementerian Hukum dan HAM
63
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (62,5%)
Telah menerbitkan peraturan menteri terkait pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak dan telah mengimplementasikan penerapan KSWP pada layanan publik tertentu
Menurut KemenKUKM, ada kendala sejak diterbitkannya PP 24/2018, di mana terjadi perubahan kewenangan terhadap perubahan anggaran dasar koperasi yang semula menjadi kewenangan KemenKUKM, sekarang beralih menjadi kewenangan Kemenkumham
Oleh karenanya perubahan kewenangan tersebut belum ditindaklanjuti dengan melakukan perubahan Peraturan Menteri untuk penyesuaian daftar izin/layanan yang diberlakukan KSWP
16. Kementerian Sosial: 50%
Kemensos menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi Stranas PK. Dari hasil monitroing Setnas PK, realisasi capaian Kemensos sampai Triwulan V mencapai 51%. Namun demikian, capaian Kemensos secara agregat sudah mencapai 59% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 8%. Berikut adalah inti sari capaian dari 2 sub-Aksi Kemensos (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Utilisasi NIK untuk Bansos (43%)
Pemadanan data Dapodik dan DTKS Januari 2020 telah dilakukan
Analisis DTKS Penetapan Periode Januari 2020 telah dilakukan dan berikut catatan pentingnya:
- 328 dari 514 Kab/Kota telah melakukan finalisasi data DTKS untuk Januari 2020
- Sebanyak 77.741.761 (79%) DTKS telah padan NIK - Untuk tingkat keaktifan pemutakhiran sampai tingkat desa masih
menunggu query dari Aplikasi SIKS NG, secara sistem bila kabupaten/kota tidak mengunduh BAST Musdes/Muskel melalui sistem ekspor, maka data hasil input operator SIKS NG tidak dilanjutkan ke pengolahan data sampai dengan pengesahan Kepala Daerah
- Ada kendala bagi Kemensos untuk mengumpulkan dan menyediakan data berbasis desa melalui sistem aplikasi
- Kendala lain terkait verifikasi dan pembaharuan data ganda adalah karena adanya pelaksanaan kebijakan Social Distancing dalam penanganan Covid-19 maka verifikasi dan validasi di lapangan tidak bisa maksimal sehingga dilakukan penundaan finalisasi DTKS periode April 2020
Pembentukan ZI/UPG (75%)
Mulai B15 dan seterusnya sub-Aksi UPG dialihkan ke aplikasi GOL atau Gratifikasi Online
64
17. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan: 94%
BPJS Kesehatan menjadi penanggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai TW V sebesar 47,5%. Namun demikian, capaian BPJS secara agregat sudah mencapai 50% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 2,5%. Berikut adalah inti sari capaian BPJS Kesehatan pada 2 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (46%)
Mulai triwulan V (B15) ini, BPJS Kesehatan tidak lagi diberi tanggung jawab untuk melaksanakan target-target terkait aksi Percepatan OSS, karena BPJS Kesehatan hanya mengelola persyaratan untuk setiap permohonan izin, bukan mengelola izin secara langsung
Utilisasi NIK untuk Bansos (87,5%)
Tidak ada target untuk periode ini
18. Kementerian Perindustrian: 54%
Kemenperin menjadi penganggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kemenperin adalah 55%. Namun demikian, capaian BPJS secara agregat sudah mencapai 60% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 5% Berikut adalah inti sari capaian 3 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (46%)
Surat usulan Kemenperin tentang usulan perubahan KBLI telah disampaikan ke BPS beserta dengan lampiran daftar usulan perubahan yang intinya terkait dengan penambahan deskripsi dan pemindahan kode pada beberapa kategori/klasifikasi
Penempatan pejabat penghubung Kemenperin di BKPM telah dilakukan Kemenperin sejak Desember 2019 melalui surat B/1076/SJ-IND/XII/2019 tentang Penugasan Penghubung Kementerian Perindustrian di BKPM
Integrasi Data Impor Pangan (50%)
Data-data perhitungan neraca supply demand komoditas pangan strategis (perikanan, garam, gula) tahun 2020 telah terkirim ke LNSW
65
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (55%)
Kemenperin telah mengimplementasikan penerapan KSWP 2019 dengan catatan evaluasi sebagai berikut:
- Periode Juli-September 2019, terdapat 1231 perusahaan yang telah memiliki status valid pajak. Pada periode OktoberDesember 2019, ada 486 perusahaan yang mengajukan rekomendasi melalui SIINAS dan tahapan KSWP
- Ada beberapa keluhan terkait sulitnya melakukan akses ke SIINAS untuk kebutuhan KSWP pada periode Juli-September 2019. Sementara pada periode berikutnya sudah tidak ada lagi keluhan
19. Kementerian Perdagangan: 45%
Kemendag menjadi penganggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kemendag adalah 45%. Namun demikian, capaian Kemendag secara agregat sudah mencapai 62,5% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 17,5%. Berikut adalah inti sari capaian 3 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (37,5%)
Terkait usulan perubahan KBLI, Kemendag telah mengajukan perubahan KBLI ke BPS tapi sampai saat ini hal tersebut belum dimasukkan dalam perubahan Perka BPS No. 19/2017
Penempatan pejabat penghubung (LO) Kemendag di BKPM telah dilakukan melalui Surat Tugas Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Nomor 215/SJ-DAG/ST/12/2019 tanggal 18 Desember 2019
Integrasi Data Impor Pangan (47%)
Terkait Identifikasi Perizinan Impor (PI) Komoditi Pangan Strategis yang tidak menggunakan rekomendasi, berikut hasilnya:
- Dari 10 komoditi yg masuk dalam Stranas PK, 8 (delapan) komoditi diatur impornya (dengan Permendag) dan 2 komoditi bebas impor, yaitu: A. Diatur impornya
1. Gula - ada yg perlu Rekomendasi ada yg tdk perlu 2. Beras - ada yang perlu rekomendasi ada yang tidak perlu 3. Jagung - tidak perlu rekomendasi 4. Bawang Putih - Rekomendasi (tapi saat ini s.d 31 Mei 2020
bebas impor) 5. Garam - perlu Rekomendasi 6. Produk Perikanan - Perlu Rekomendasi 7. Daging - Perlu Rekomendasi 8. DOC (Bibit ayam) - Perlu Rekomendasi
66
B. Bebas Impor 1. Kedelai 2. Gandum
Terkait dengan pelaksanaan target kesepakatan antara Kemendag dan Bea Cukai terkait dengan ketentuan sanksi/tindak lanjut ketika importir tidak patuh mencantumkan PI di PIB, maka pada 27 Maret 2020 Kemendag dan Ditjen bea Cukai Kemenkeu menyepakati pencantuman Persetujuan Impor (PI) di Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dalam sistem INSW akan dijadikan syarat untuk submit. Artinya jika tidak dicantumkan maka akan tertolak oleh sistem secara otomatis
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (44%)
Pelaksanaan pemberlakukan KSWP untuk tahun 2019 telah dilakukan evaluasi dengan catatan berikut:
- Ada manfaat dari sisi kepatuhan pajak, di mana pelaku usaha semakin patuh. Begitu juga dampak terhadap para pelaku usaha yang illegal atau tidak taat menjadi makin berkurang karena terseleksi oleh sistem KSWP
- Berdasarkan hasil pengumpulan data, pelaku usaha memastikan sendiri, bahwa mereka menjadi semakin taat terhadap kebijakan pemerintah dimulai dari dokumen pendirian dan pengesahan usaha, hingga pembayaran pajak yang diminta
20. Kementerian Kelautan dan Perikanan: 53%
KKP menjadi penganggung jawab 4 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian KKP adalah 54%. Namun demikian, capaian KKP secara agregat sudah mencapai 62,5% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 8,5%. Berikut adalah inti sari capaian 4 sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (54%)
Terkait usulan perubahan KLBI, KKP melalui Direktur Jenderal Perikanan Tangkap telah menyurati Kepala Badan Pusat Statistik dengan Surat Nomor B.3137/DJPT/TU.210.54/II/2020 perihal Masukan KLBI Sektor Kelautan dan Perikanan, tertanggal 25 Februari 2020
Inti dari usulan perubahan adalah terkait penambahan atau penyempurnaan deskripsi dengan menyebutkan jenis alat penangkapan ikan dan ikan tangkapannya karena kategori perizinannya berdasarkan alat penangkapan ikan
67
Terkait penempatan pejabat penghubung (LO) KKP di BKPM, telah ada penugasan pegawai pada Badan Koordinasi Penanaman Modal sesuai dengan Kepmen KP Nomor 05/MenS2/KP.441/I/2020 tertanggal 3 Februari 2020
Integrasi Data Impor Pangan (43%)
KKP telah mengirimkan data perhitungan neraca ikan tahun 2020 yang meliputi:
- kebutuhan ikan nasional: 14.457.858 ton - persediaan ikan nasional: 14.726.948 ton - perkiraan produksi ikan nasional (dikurangi loses): 14.648.468
- kebutuhan impor ikan nasional: 211.316
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (50%)
Telah mengimplementasikan penerapan KSWP pada layanan publik tertentu sejak tahun 2019 telah dilakanakan pemberlakuan KSWP dan telah dilaporkan secara periodik kepada DJP
Berdasarkan Kepmen Nomor 162/KEPMEN-KP/SJ/2015 sampai dengan tahun 2019 data yang perlu Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) yaitu: a. pelayanan pemberian Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP); b. pelayanan pemberian Surat Izin Penangkapan Ikan(SIPI); c. pelayanan pemberian Surat Izin Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI); d. pelayanan Izin Pemasukan Ikan Hidup; dan e. pelayanan Izin Pemasukan Hasil Perikanan (IPHP)
Pembangunan ZI (100%)
Tidak ada target untuk periode ini
21. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas: 57%
SKK Migas menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian SKK Migas sampai Triwulan V sebesar 56%. Namun demikian, capaian SKK Migas secara agregat sudah mencapai 70,5% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 13,5%. Berikut adalah inti sari capaian 2 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Penerapan Manajemen anti Suap (78%)
SKK Migas telah melakukan pemetaan terhadap 95 perusahaan KKKS. Dari pemetaah tersebut diketahui bahwa hanya beberapa saja yang sudah jelas menerapkan model SMAP tertentu. Selebihnya (di atas 50 %) belum diketahui menerapkan model SMAP yang mana.
Di antara yang telah teridentifikasi menerapkan SMAP adalah: Chevron menggunakan FCPA; Pertamina EP menggunakan FCP dan UKBA; PHE
68
Holding menggunakan SMAP mandiri. Sementarai Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ , PHE Siak,
Implementasi NDR (50%)
Berdasarkan data yang dilaporkan, saat ini sedang disusun Keputusan Menteri ESDM tentang Pedoman Jaminan Kuantitas. Dan pelaksanaan Uji Coba sudah dimulai melalui Class Room Training di SKK Migas
Berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat, tahapan uji coba meliputi: class room training; office assitance dan field assistance. Sedianya semua tahapan ini dapat diselesaikan pada bulan April 2020 namun karena Pandemi Covid 19 maka tahapan office assistance dan field assistance tidak dapat terlaksana. Baru akan dilakukan secara online sepanjang bulan Mei hingga Juni 2020 (B18)
Cakupan pelaksanaan uji coba penerapan QA yang semula direncanakan mencakup Maturity Level 1- 3, diubah hanya mencapai Maturit Level 2 karena tidak dapat dilakukan field assistance sepanjang Mei-Juni 2020 sebagai dampak Pandemi Covid-19
22. Otoritas Jasa Keuangan : 20%
OJK menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai TW V sebesar 20%. Namun demikian, capaian OJK secara agregat sudah mencapai 47% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 27%. Berikut adalah inti sari capaian OJK pada sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Penerapan Manajemen anti Suap (20%)
Walaupun agak lambat progresnya karena sepanjang empat triwulan di tahun 2019, OJK hanya satu kali pernah melaporkan pelaksanaan aksinya. Koordinasi cukup intensif antara Stranas PK dan OJK sudah dilakukan sepanjang November-Desember 2019
Selanjutnya, OJK telah melakukan sosialiasi kepada berbagai perusahaan di industri jasa keuangan. OJK telah mengirimkan kuesioner panduan CEK kepada 124 perusahaan IJK dan telah diterima kembali 90 isian kuesioner panduan CEK untuk dilakukan evaluasi penetapan IJK piloting
OJK juga telah menetapkan 15 perusahaan jasa keuangan yang akan didampingi secara khusus mulai bulan Mei hingga Desember 2020
69
23. Badan Nasional Sertifikasi Profesi: 25%
BNSP menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 25%. Namun demikian, capaian BNSP secara agregat sudah mencapai 57% karena ada pemenuhan target tertangguh sebesar 32%. Berikut adalah inti sari capaian BNSP pada sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (25%)
Setelah sempat tertunda di periode 2019, kini BNSP telah menerbitkan Peraturan BNSP No 01/2020 Tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak Dalam Pemberian Layanan Publik Tertentu
Layanan publik di BNSP yang diberlakukan KSWP adalah Perpanjangan Lisensi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
24. Kementerian Badan Usaha Milik Negara: 26%
KemenBUMN menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian KemenBUMN sampai Triwulan V sebesar 35%. Namun demikian, capaian KemenBUMN secara agregat sudah mencapai 58% karena ada pemenuhan target tertangguh sebesar 23%. Berikut adalah inti sari capaian 2 sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Penerapan Manajemen anti Suap (55%)
Terdapat 5 target terhutang di periode lalu, yang mana setelah dilakukan evaluasi pada Maret 2020, kelima target ini disepakati untuk digabung menjadi 1 (satu) target saja yakni pemetaaan dan kategorisasi/clustering BUMN. Namun pelaksanaan target baru ini akan dilakukan di B18
Menteri BUMN telah menegaskan agar semua BUMN menerapka SNI ISO 37001. Pemetaan ulang sedang dilakukan terhadap 114 perusahaan BUMN dalam rangka menilai kesiapan penerapan SNI ISO 37001 pada 114 BUMN
Berdasarkan kesepakatan KemenBUMN dan Stranas PK maka ditetapkan bahwa sampai Desember 2020 (B24), 25% dari total BUMN sudah harus mendapatkan Sertifikat SNI ISO 37001
70
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (29%)
Sejak periode lalu, peraturan yang dimiliki masih berupa SE Menteri BUMN dan sampai saat ini pun belum ditingkatkan menjadi peraturan menteri. Baru ada draf peraturan yang disusun. Sehingga dapat dikatakan aksi penerapan KSWP di lingkungan KemenBUMN berjalan lambat
25. Kementerian/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional : 22%
Bappenas menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi pelaksanaan aksi oleh Bappenas mencapai 22%. Namun demikian, capaian Bappenas secara agregat sudah mencapai 35% karena ada pemenuhan target tertangguh sebesar 13%. Berikut adalah inti sari capaian 2 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Berbasis elektronik (22%)
Aksi ini secara keseluruhan masih belum berjalan baik sampai triwulan V ini. Belum ada kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh Bappenas, Kemenkeu, dan Kemendagri terkait beberapa target seperti: roadmap integrasi horisontal; proses bisnis integrasi; harmonisasi Badan Akun Standar; dan aplikasi umum yang terintegrasi
Garis-garis besar roadmap integrasi perencanaan dan pengaggaran sudah masuk dalam RPJMN 2020-2024, namun perlu penjabaran lebih lanjut dalam capaian-capaian pertahunnya.
Terkait pelaksanaan trilateral meeting penyusunan RKP dan Renja 2020 belum pernah dilaporkan Bappenas sejak 2019 atau data dukungnya tidak sesuai. Oleh karenanya, diusulkan target ini diperbaharui menjadi pelaksanaan trilateral meeting penyusunan RKP dan Renja 2021 antara Bappenas dan Kemenpanrb di B18
Percepatan SPBE
Sampai TW V (B15) belum ada target yang menjadi tanggung jawab Bappenas. Baru akan ada target Bappenas di B18, yakni Tersedianya Referensi Arsitektur dan Domain Arsitektur Data dan Informasi SPBE Nasional
71
26. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: 39%
KemenPANRB menjadi penanggung jawab 7 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian KemenPANRB (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 39%. Namun demikian, capaian KemenPANRB secara agregat sudah mencapai 51% karena ada pemenuhan target tertangguh sebesar 12%. Berikut adalah inti sari capaian 7 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Integrasi Perencanaan Penganggaran Berbasis elektronik (37,5%)
Draft pedoman trilateral kinerja yang sudah ada di tahun 2019 akan menjadi acuan untuk melakukan simulasi implementasi pada K/L yang menjadi target (pilot project) di periode B.18-B.21
Pembentukan UKPBJ (42%)
Selama periode 2019, Kontribusi KemenPANRB dalam diskusidiskusi pencapaian aksi sangat kurang sehingga target yang harus dicapai untuk aksi ini berjalan lambat. Namun sejak periode B15 tahun 2020, KemenPANRB sudah terlihat aktif menjalankan aksi Pembentukan UKPBJ, di mana KemenPANRB sebagai regulator di bidang kelembagaan telah menerbitkan surat melalui Deputi Kelembagaan untuk segera menyusun PermenPAN-RB mengenai pedoman pembentukan UKPBJ di Kementerian/Lembaga
Percepatan Sistem Merit (37%)
Pada periode 2019, Dari sekian banyak target yang diberikan kepada KemenPANRB, hanya target “Pemberhentian Tidak Dengan Hormat bagi ASN terpidana” yang merupakan target bersama Kemendagri dan BKN yang tercapai. Kendala utamanya karena lemahnya koordinasi internal di kedeputian KemenPANRB
Namun sejak B15, KemenPANRB sudah terlihat lebih aktif melakukan koordinasi dengan Stranas PK untuk pelaksanaan target-target Percepatan Pelaksanaan Sistem Merit. Salah satu hasil rapat koordinasi adalah terkait revisi rumusan target
Pada B15, terdapat satu target terkait Penyusunan RPP tentang Disiplin Pegawai Negeri, di mana RPP telah selesai disusun dan telah disampaikan ke Presiden
Pembangunan Zona Integritas (86%)
Tidak ada target untuk periode ini
72
Penguatan APIP (21%)
Secara keseluruhan, aksi ini pada periode 2019 berjalan lambat di KemenPANRB. Namun mulai periode ini sudah ada beberapa perbaikan dan kemajuan
Berdasarkan rapat koordinasi yang dilakukan Stranas PK dan KemenPANRB pada periode B15 tahun 2020 bersama Kementerian/Lembaga lainnya, disepakati bahwa perlu ada reorganisasi target karena target yang sebelumnya disusun dianggap tidak realistis untuk dicapai karena pemetaan komprehensif terhadap kebutuhan APIP belum dilakukan kajian mendalam
Oleh karenanya pada periode ini, KemenPANRB telah menyampaikan surat MenpanRB Nomor Surat Menteri PANRB Nomor: B/140/M.SM.02.03/2020 dan B/141/M.SM.02.03/2020 yang meminta instansi pembina APIP untuk melakukan evaluasi jabatan APIP
Right Sizing (56%)
Terkait harmonisasi Rperpres tentang Kelembagaan Kementerian, saat ini telah terbit rancangan Perpres tentang Kementerian Keuangan dan Rancangan Perpres tentang Kementerian Desa dan PDTT, sehingga target ini dianggap tercapai. Kedua dokumen RPerpres tersebut sedang dalam proses harmonisasi di Kementerian Sekretariat Negara
KemenPANRB juga telah menyusun rekomendasi arsitektur kelembagaan pemerintah dan telah dituangkan dalam Perpres No. 68 tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara
Percepatan SPBE (36%)
Beberapa pelaksanaan target dari aksi ini masih belum sesuai harapan percepatan
Walaupun rancangan standar/kebutuhan data yang tercantum dalam lampiran draft PermenPANRB tentang Aplikasi Umum Bidang Pengaduan Pelayanan Publik dan Aplikasi Umum Bidang Kepegawaian telah disusun, namun belum ada kemajuan berarti. Berdasarkan pembahasan bersama antara KemenPANRB dengan ANRI terkait layanan kearsipan, kebutuhan data kearsipan masih dalam tahap identifikasi data sehingga belum dapat dilakukan perancangan kebutuhan data kearsipan secara keseluruhan
Begitu juga dengan pembentukan Tim Penyusun Arsitektur dan Peta Rencana SPBE Nasional. Sampai Maret 2020 Surat Keputusan Menteri PANRB belum juga ditandatangani
Target yang terlaksana dengan baik adalah: 1) Terbitnya PermenPANRB No.5 Tahun 2020 tentang Pedoman Manajemen Risiko Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik; dan 2) Tersedianya Purwarupa (prototype) Aplikasi Umum yang sesuai dengan standar, sebagai berikut:
purwarupa aplikasi umum bidang kearsipan (Sistem Informasi Kearsipan Dinamis);
purwarupa aplikasi umum bidang kepegawaian (Sistem Kepegawaian Nasional);
Aplikasi umum bidang pengaduan pelayanan publik (SP4NLAPOR!)
73
27. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah: 39%
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan pendampingan kepada LKPP yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 6 sub-aksi pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian LKPP sampai Triwulan V adalah 40%. Namun demikian, capaian LKPP secara agregat sudah mencapai 56% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 16%. Berikut adalah inti sari capaian 6 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Pembentukan UKPBJ (56%)
Sudah terbentuk UKPBJ Struktural, yaitu bagian Pengadaan dan Pengelolaan Barang Milik Negara. Saat ini untuk progres pencapaian UKPBJ dengan tingkat kematangan level 3, LKPP telah memenuhi 7 dari 9 variabel kematangan yang ditetapkan
Dokumen Anjab/ABK telah disusun. Namun sehubungan dengan adanya perubahan Renstra LKPP, telah dilakukan penghitungan kebutuhan formasi pegawai LKPP dan sedang dalam tahapan finalisasi Kepka Formasi Pegawai untuk kebutuhan JF PPBJ (Pokja Pengadaan dan Pejabat Pengadaan) diperoleh kebutuhan sebanyak 11 orang
Berdasarkan dokumen Anjab/ABK, LKPP telah melakukan pengisian e-formasi untuk jabatan fungsional PBJ
Implementasi eKatalog (55%)
Untuk katalog lokal, dari 4 Pemda yang ditargetkan melakukan evaluasi/kajian penambahan produk, hanya Pemda DKI saja yang melakukan penambahan produk. Sementara Pemprov Gorontalo, Riau, dan NTB belum melakukan evaluasi/kajian penambahan produk.
Sebaiknya LKPP dapat melakukan pendampingan maksimal kepada daerah sehingga kajian/evaluasi penambahan produk dapat dilakukan
Terkait pendampingan menayangkan produk pada e-katalog dan sudah memberikan pelayanan e-purchasing di 4 Provinsi ((Prov. Sumsel, Lampung, Kaltim dan Papua Barat). Berikut hasil penilaiannya:
- Provinsi Lampung dinyatakan belum siap menjadi pengelola katalog lokal sehingga penandatanganan MoU dan PKS tidak dapat dilaksanakan (bukti dukung terlampir)
- Provinsi Papua Barat belum menyampaikan surat usulan pengelola katalog lokal kepada LKPP sehingga proses penayangan produk tidak dapat dilaksanakan
- Provinsi Kalimantan Timur belum melengkapi kekurangan dokumen assessment sehingga proses penandatanganan MoU belum dapat dilaksanakan
74
- Provinsi Sumatera Selatan saat ini sedang dalam proses penandatanganan MoU dan PKS (bukti dukung terlampir)
Sementara untuk pendampingan di Provinsi Aceh, Sumbar, Jateng, Jabar, Kalbar, Jatim, Sumut, Maluku, Sulsel, Babel, berikut hasil penilaiannya: - Provinsi Aceh, Jawa Tengah, dan Jawa Barat telah melakukan
penayangan barang/jasa katalog LKPP yang didampingi oleh LKPP
- Provinsi Sumatera Barat telah melaksanakan MoU namun belum berprogres dan belum melengkapi kekurangan dokumen assessment sehingga proses pendampingan penayangan belum dapat dilakukan
- Provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan belum melengkapi kekurangan dokumen assessment sehingga proses pendampingan penayangan belum dapat dilaksanakan
- Provinsi Jawa Timur dan Bangka Belitung sedang dalam proses pemilihan penyedia sehingga proses pendampingan penayangan belum dapat dilakukan
- Provinsi Sumatera Utara dan Maluku belum melaksanakan Assessment kesiapan pengelolaan Katalog Elektronik Lokal sehingga proses pendampingan penayangan belum dapat dilakukan
Terkait dengan pernyataan Kemenkes untuk tidak lagi meneruskan penerapan katalog sektor telah menjadi perhatian khusus yang harus dibahas di tingkat pimpinan. Dalam masa kritis seperti saat ini (Pandemi) maka penerapan Katalog Sektor dapat menjadi solusi bagi berbagai keterlambatan maupun kualitas pengadaan yang buruk. Karena itu, LKPP dan Stranas PK akan melakukan pendekatan ulang dengan harapan agar Kemenkes dapat kembali meneruskan penggunaan katalog sektor kesehatan
Penyempurnaan SIKAP (39%)
LKPP telah melakukan kajian/evaluasi terhadap implementasi penggunaan e-kontrak di 354 K/L/D, dengan hasil sebagai berikut:
- 335 K/L/D telah menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) untuk melakukan pengadaan dan 19 K/L/D belum menggunakan SPSE
- 210 K/L/D telah menggunakan aplikasi e-kontrak; 127 K/L/D belum menggunakan, dan 17 menyatakan tidak tahu
- Sementara itu, Nota Kesepahaman terkait implementasi penggunaan dan pengelolaan SiKAP dengan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sebagai pilot project sampai B25 belum tercapai. Baru ada kegiatan yang sifatnya koordinasi
Berdasarkan hasil analisis Stranas PK, SIKAP yang ada sekarang ini baru berisi daftar penyedia, belum menyajikan informasi kinerja penyedia secara up to date dalam kerangka vendor manejemen system. Oleh karena itu, pada periode selanjutnya (B18-B24) akan diujicobakan penerapan yang lebih sesuai pada beberapa K/L dan Pemda
75
Konsolidasi Pengadaan (50%)
LKPP telah melakukan pendampingan dan monitoring pelaksanaan konsolidasi dalam rangka perencanaan pengadaan di tahun 2020 di 5 Provinsi (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi Sumatera Utara
Sentralisasi Pemgadaan (87,5%)
Kajian Model Sentralisasi Pengadaan untuk Pengadaan yang bersifat kompleks, besar, dan strategis telah selesai sejak B12
Pada periode ini telah dilakukan persiapan piloting Sentralisasi PBJ, namun belum dilakukan koordinasi dengan K/L/D karena terkendala dengan kondisi pandemi Covid-19
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (18%)
Sampai saat ini LKPP belum menyusun dan menerbitkan Peraturan terkait KSWP. Menurut LKPP, LKPP tidak memiliki pelayanan publik yang cocok untuk pemberlakuan KSWP, maka akan diusulkan agar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagai pelaksanaan KSWP walaupun Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bukan termasuk pelayanan publik yang dimiliki oleh LKPP
28. Kementerian Perhubungan: 57%
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan pendampingan kepada Kemenhub yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 6 sub-aksi pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian Kemenhub sampai Triwulan V adalah 57%. Namun demikian, capaian Kemenhub secara agregat sudah mencapai 62,5% karena ada pemenuhan target tertangguh sebesar 5,5%. Berikut adalah inti sari capaian 6 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (43%)
Terkait usulan perubahan KLBI, Kemenhub telah selesai menyusun
daftar usulan perubahan dan sekarang sedang dalam proses
menyurati usulan tersebut kepada BPS.
Usulan perubahan itu untuk KBLI Bidang Darat, Bidang Laut, Bidang Udara, dan Bidang Perkerataapian
Kemenhub telah menempatkan petugas penghubung Kemenhub di BKPM melalui Surat Penugasan Nomor SP/2511/2019
76
Pembentukan UKPBJ (60%)
UKPBJ Struktural telah terbentuk sejak 2019, yaitu bagian Pengadaan dan Pengelolaan Barang Milik Negara. Saat ini untuk progres pencapaian UKPBJ dengan tingkat kematangan level 3, Kemenhub telah memenuhi 7 dari 9 variabel kematangan yang ditetapkan
Kemenhub juga telah menyusun dokumen Anjab/ABK. Berdasarkan dokumen Anjab/ABK tersebut, Kemenhub pada saat ini telah melakukan pengisian e-formasi untuk jabatan fungsional PBJ
Implementasi e-Katalog (100%)
Tidak ada target untuk periode ini
Konsolidasi Pengadaan (87%)
Tidak ada laporan
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (68%)
Telah menerbitkan Peraturan menteri Nomor 57 Tahun 2019 tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak Pada Pelayanan Publik Tertentu Di Bidang Transportasi, dan sudah dilakukan sosialisasi kepada para pelaku usaha (Asosiasi dan Badan Usaha) yang melakukan izin usaha di Kementerian Perhubungan
Untuk saat ini perizinan pada PTSA Kemenhub yang akan siap diintegrasikan dengan KSWP adalah izin Angkutan Barang Pariwisata
Pembangunan ZI (95%)
Tidak ada target untuk periode ini
29. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 32 %
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan pendampingan kepada Kemendikbud yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 7 sub-aksi pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian Kemendikbud sampai Triwulan V adalah 33%. Namun demikian, capaian Kemendikbud secara agregat sudah mencapai 54% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 21%.
Berikut adalah inti sari capaian 7 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (21%)
Setelah dilakukan identifikasi daftar perizinan di Kemendikbud, di dapati bahwa akibat perubahan struktur pada Kemenristekdikti maka terdapat sekitar 3 izin yang akan diserahkan pada Kemendikbud.
77
Pada periode ini seharusnya proses bisnis pada NSPK di Kemendikbud telah terstandar namun masih perlu dilakukan penyesuaian berdasarkan RUU Cipta Kerja
Terkait usulan perubahan KBLI, Kemendikbud telah menyampaiakan surat kepada BPS, Nomor 41891 /A1/PR/2020 tentang Usulan Revisi Penyempurnaan KBLI Tahun 2017 Sektor Pendidikan dan Kebudayaan
Beberapa izin yang diusulkan perubahan KLBI di antaranya adalah: izin usaha ekspor dan impor film, izin usaha dan penjualan dan/atau penyewaan film, tanda daftar usaha perfilman, rekomendasi impor film, penerbitan buku, izin penambahan dan perubahan program keahlian pada SMK, izin penyelenggaraan satuan pendidikan non-formal, dll.
Utilisasi untuk (50%) NIK Bansos
Tidak ada target untuk periode ini
Pembentukan UKPBJ (40%)
Telah terbentuk UKPBJ Struktural, yaitu Biro Umum dan Pengadaan Barang dan Jasa sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud 45/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja. Saat ini untuk progres pencapaian UKPBJ dengan tingkat kematangan level 3, Kemendikbud telah memenuhi 8 dari 9 variabel kematangan yang ditetapkan
Kemendikbud juga telah menyusun dokumen Anjab/ABK terutama untuk menetapkan jumlah kebutuhan jabatan fungsional PBJ. Formasi jabatan tersebut kemudian ditetapkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 12 Tahun 2019 tentang Kelas Jabatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Namun sayangnya, pengisian e-formasi untuk penetapan kebutuhan jabatan fungsional tersebut belum dilakukan
Implementasi e-Katalog (75%)
Tidak ada target untuk periode ini
Konsolidasi (54%) Sejak Triwulan III sampai Triwulan V, Kemendikbud belum melaporkan model paket yang akan dikonsolidasikan
Begitu juga dengan Target “pemilihan penyedia secara terkonsolidasi” telah dilaporkan namun sayangnya tidak dilengkapi dengan data dukung yang sesuai, yaitu Laporan proses pemilihan penyedia secara terkonsolidasi
Secara keseluruhan target Kemendikbud untuk aksi Konsolidasi Pengadaan berjalan lambat, cenderung tidak ada kemajuan
78
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (25%)
Setelah pada periode lalu menyusun rancangan Peraturan Menteri, maka pada periode B15 ini Kemendikbud telah terbit Permendikbud Nomor 16 Tahun 2020 tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak dalam Pemberian Layanan Publik Tertentu oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan
Dari hasil evaluasi pelaksanaan penerapan KSWP di Kemendikbud, didapati bahwa beberapa user tidak bisa mendaftar di aplikasi KSWP karena NIK KTP tidak teridentifikasi. Untuk itu disarankan agar dapat menggunakan NIK pegawai lain yang teridentifikasi.
Pembangunan ZI (43%)
Mulai periode ini pembangunan zona integritas akan dilakukan pada unit layanan di 14 Perguruan Tinggi Negeri. Kemendikbud akan melakukan pemetaan terhadap unit-unit teknis dari PTN yang diintervensi berdasarkan data pengajuan LKE ke PPMZI pada tahun 2018-2019
30. Kepolisian Republik Indonesia: 46%
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan pendampingan kepada Polri yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 6 sub-aksi pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian Polri sampai Triwulan V adalah 46%. Namun demikian, capaian Polri secara agregat sudah mencapai 57% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 11%. Berikut adalah inti sari capaian 6 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (20%)
Sejak periode lalu proses integrasi perizinan KL dengan OSS telah dilakukan. Namun mulai periode ini akan dilakukan penyesuaianpenyesuaian sesuai dengan RUU Cipta Kerja
Terkait usulan perubahan/penyesuaian KLBI, sampai saat ini belum ada usulan perubahan yang disampaikan Polri kepada BPS
Pembentukan UKPBJ (25%)
Sudah terbentuk UKPBJ Struktural, yaitu Biro Umum dan Pengadaan Barang dan Jasa sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud 45/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja. Saat ini untuk progres pencapaian UKPBJ dengan tingkat kematangan level 3, POLRI belum memenuhi satupun dari 9 variabel kematangan yang ditetapkan
Namun Polri masih terkendala pada penyampaian laporan dokumen analisis Anjab/ABK yang belum dapat menunjukkan jumlah kebutuhan masing-masing Jafung PBBJ tingkat pertama, muda dan madya. Hal ini mengakibatkan pengisian e-formasi untuk jabatan fungsional PBJ menjadi tidak tercapai
79
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (64%)
Polri telah menerbitkan peratuan terkait layanan publik yang telah di-KSWP, melalui Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia No 8 tahun 2019 tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak Dalam Pemberian Layanan Publik tertentu Pada Kepolisian Negara RI
Layanan publik tersebut meliputi: a. Surat Izin operasional jasa konsultasi keamanan b. Surat izin operasional penerapan peralatan keamanan c. Surat izin operasinal pelatihan keamanan d. Surat izin operasional kawaal angkut uang dan barang
berharga e. Surat izin operasional penyedia tenaga keamanan f. Surat izin operasional penyediaan satwa untuk pengamanan g. Surat izin impor bahan peledak komersial h. Surat izin produksi bahan peledak komersial i. Surat izin pembelian dan penggunaan bahan peledak komersial j. Surat izin impor bunga api k. Surat izin produksi bunga api
Hasil laporan pelaksanaan KSWP Polri, ditemukan beberapa hambatan seperti:
- Ada beberapa perusahaan Wajib Pajak tidak melampirkan SPT Tahunan perusahaan
- Meskipun sudah dilakukan Sosialisasi eksternal terkait implementasi KSWP kepada seluruh perusahaan importir pemohon perizinan, namun masih ada perusahaanperusahaan yang belum memahami dan mengetahui secara benar terkait Implementasi KSWP dalam pemberian layanan perizinan tertentu di lingkungan Polri
Pembangunan ZI/UPG (80%)
Pada periode lalu, Polri telah menyusun draft peraturan Kapolri mengenai UPG, dan sudah masuk dalam tahap harmonisasi. Saat ini Peraturan tersebut sedang dalam proses tandatangan Kapolri untuk pengesahan
Namun demikian, terkait pelaporan gratifikasi, sudah ada daftar pejabat/pegawai yang menerima atau tidak menerima gratifikasi untuk beberapa Polda di antaranya: Polda Kalteng, Lampurng, Malut, Papua, Sulsel, dan Polda Metro Jaya, Jawa Barat, DIY, Gorontalo, Jambi, Jatim, dan Kalbar
Implementasi SPPT-TI (46,5%)
Target wilayah intervensi B15 baru tercapai 7 yakni Polres Lebak,
Polresta Tangerang, Polres Lampung selatan, Polres Lampung
tengah, Polres Lampung Timur, Polres Pandeglang, Polres Serang,
sudah menggunakan e-penyidikan dalam rangka implementasi
SPPT-TI. kurang polres Bandar lampung; Tulang bawang;
Tanggamus; Lampung utara; Way kanan; dan Kota metro.
Kepatuhan input data saat dibandingkan dengan hasil Anev
Kemenkopolhukam pada B15, rata-rata tingkat kepatuhan polri
menginput dokumen yang seharusnya dipertukarkan telah
80
mencapai 83,3%. Namun tingkat kepatuhan tersebut, masih
dengan catatan kurang 1 dokumen
Implementasi SPDP (60%)
Tiap polda telah memiliki akun dan menginput data ke dalam SPDP-Online.
Untuk target 50 polres, berdasarkan keterangan tim korsup penindakan, data dari polres bisa juga di input oleh polda, dan dashboard SPDP-online menunjukana ada daerah hukum kabupaten/kota yang menginput, dengan demikan diasumsikan bahwa polres ada juga yang telah menginput data
31. Kementerian Agama: 36%
Kemenag menjadi penganggung jawab 4 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kemenag adalah 39%. Namun demikian, capaian Kemenag secara agregat sudah mencapai 46% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 7%. Berikut adalah inti sari capaian 4 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (25%)
Pada periode lalu, daftar perizinan telah teridentifikasi walaupun Kemenag hanya menyebutkan 7 jenis izin, namum Stranas PK menemukan ada total 12 jenis izin. Artinya ada 5 izin yang belum masuk rencana integrasi dengan OSS
Terkait standardisasi NSPK dan integrasi perizinan di Kemenag, walaupun prosesnya sedang berlangsung, nanti akan disesuaikan kembali dengan kebijakan yang tertuang dalam RUU Cipta Kerja
Sementara terkait usulan perubahan KBLI, sampai saat ini belum ada laporan progres dari Kemenag
Pembentukan UKPBJ (20%)
Dari laporan terakhir pada B12, UKPBJ struktural belum terbentuk. Saat ini sedang disusun naskah akademik untuk penyusunan draf Permenag
Dapat disimpulkan, capaian Kemenag terkait pelaksanaan aksi ini, mulai dari pembentukan UKPBJ, penyusunan dokumen Anjab/ABK untuk jabatan fungsional, sampai ke pengisian e-formasi tidak ada yang tercapai. Saat ini untuk progres pencapaian UKPBJ dengan tingkat kematangan level 3, Kemenag belum memenuhi satupun dari 9 variabel kematangan yang ditetapkan
81
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (36%)
Pada periode lalu, Kemenag telah menerbitkan Peraturan Menteri terkait pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak, melalui Peraturan Menteri Agama No 22 tahun 2019 tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak Dalam Pemberian Layanan Publik tertentu Pada Kementerian Agama
Layanan publik yang akan diterapkan KSWP, meliputi: a. izin operasional sebagai penyelenggara perjalanan ibadah
umrah; b. izin operasional sebagai penyelenggara ibadah haji khusus
Namun sayangnya, pada periode ini pemberlakuan KSWP untuk dua izin tersebut di atas belum terlaksana. Menurut Kemenag, saat ini baru pada tahap sedang proses Permohonan Permintaan Hak Akses Sistem Informasi dan/atau Aplikasi Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) kepada Ditjen Pajak Kementerian Keuangan
Pembangunan ZI/UPG (86%)
Aksi UPG mulai triwulan V telah dipindahkan ke Gratifikasi Online (GOL)
32. Kementerian Pariwisata: 41%
Kemenpar menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan maka realisasi capaian Kemenpar adalah 44%. Namun demikian, capaian Kemenpar secara agregat sudah mencapai 51% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 7%. Berikut adalah inti sari capaian 2 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (55%)
Pada periode lalu, daftar izin/layanan telah teridentifikasi melalui Permenpar No 10 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik Sektor Pariwisata; ada dua jenis izin Usaha-TDUP dan Izin Operasional-Sertifikasi UP yang akan diintegrasikan ke dalam OSS. Pun, integrasi dengan OSS telah terjadi. Walaupun ada sebagian proses bisnis yang akan ditinjau ulang untuk disesuaikan dengan substansi pada RUU Cipta Kerja
Pada periode ini, usulan perubahan KBLI telah disampaikan kepada BPS melalui Surat Nomor 1287/PIK/Kempar/2019 Perihal Usulan Penyempurnaan KBLI2020 Cakupan Aktivitas Pariwisata. Inti dari usulan tersebut terutama: a) terkait dengan penyesuaian nomenklatur kementerian sesuai UU Kementerian; b) penambahan cakupan bidang usaha produk konsultan pariwisata
82
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (32%)
Sejak periode B12 sampai B15, Kemenpar belum nenerapkan KSWP pada layanan tertentu Karena terjadinya perubahan nomenklatur dari Kementerian Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sehingga dari semula akan diusulkan 2 pelayanan masyarakat (Tanda Daftar Usaha Pariwisata dan Penunjukan Lembaga Sertifikasi Usaha) menjadi 6 usulan pelayanan masyarakat (Tanda Daftar Usaha Pariwisata, Penunjukan Lembaga Sertifikasi Usaha, Fasilitasi Akses Pembiayaan dari Bank dan Non Bank, Bantuan Insentif Pemerintah, Fasilitasi Pendaftaran HKI, Fasilitasi Pendirian Badan Hukum) dan saat ini masih dalam proses pembahasan
Kondisi di atas mengakibatkan target pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat terkait perizinan pun menjadi tertunda
33. Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN: 46%
Kemenristek menjadi penanggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kemenristek berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan adalah 47%. Namun demikian, capaian Kemenristek secara agregat sudah mencapai 51% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 4%. Berikut adalah inti sari capaian 3 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (87,5%)
Belum ada target untuk periode ini
Pembentukan UKPBJ (20%)
Saat ini untuk progres pencapaian UKPBJ dengan tingkat kematangan level 3, Kemenristek/BRIN belum memenuhi satupun dari 9 variabel kematangan yang ditetapkan
UKPBJ struktural belum bisa terbentuk sebagai akibat dari adanya perubahan nomenklatur Kemenristek/Dikti menjadi Kemenristek/BRIN. Saat ini Kemenristek sedang mengusulkan perubahan SOTK ke KemenPANRB beserta naskah akademiknya
Penyusunan Permenristek/BRIN tentang SOTK Kemenristek/BRIN (yang di dalamnya termasuk mengatur struktur UKBPJ), saat ini menunggu penetapan Perpres tentang Kemenristek dan Perpres tentang BRIN
Konsekuensi dari perubahan SOTK itu membuat penyusunan Anjab/ABK dan pengisian e-formasi untuk jabatan fungsional menjadi tertunda
83
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (53%)
Sejak periode lalu, rancangan peraturan menteri terkait pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak telah disusun, tetapi karena usullan perubahan SOTK dalam bentuk Perpres belum terbit sehingga konsekuensinya pemberlakuan KSWP pada layanan publik tertentu belum dapat dilaksanakan
34. Badan Pengawas Obat dan Makanan: 45%
BPOM menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian BPOM berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan adalah 45%. Namun demikian, capaian BPOM secara agregat sudah mencapai 62,5% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 17,5%. Berikut adalah inti sari capaian 2 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (36%)
Pada periode lalu, daftar izin di BPOM telah teridentifikasi melalui PeRBPOM 26/2018 dan PerBPOM 27/2018 tentang Pelayanan Publik BPOM. Kedua PerBPOM tersebut menyebutkan jumlah izin yang dilayani melalui OSS 15 (PerBPOM 26/2018) dan yang belum melalui OSS 17 (PermBPOM 27/2018). Dengan demikian total seluruh izin, rekom, sertifikat dan dokumen sejenis lainnya adalah 15 + 17 = 32
Pada periode ini dilaporkan bahwa telah terjadi integrasi Pelayanan Perizinan Berusaha Secara Elektronik sektor Obat dan Makanan, dimana sudah terjadi penarikan data NIB dari OSS
Terkait NSPK yang sudah terstandar di BPOM, untuk ke depan akan dilakukan penyesuaian merujuk pada RUU Cipta Kerja
Terkait usulan perubahan KBLI, BPOM telah menyampaikan Surat Sekretaris Utama BPOM Nomor HK.02.01.2.22.12.19.4578 tanggal 20 Desember 2019 kepada BPS
Begitu juga dengan penempatan/penunjukan pegawai penghubung BPOM di BKPM telah disampaikan secara resmi melalui Surat Kepala Pusat Data Informasi Penugasan No RT.02.81.813.02.20.393
BPOM telah menyelesaikan proses RBA dan akan segera mengajukannya ke Kemenko Perekonomian
84
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (54%)
Pada periode lalu, BPOM telah menerbitkan Peraturan Badan terkait pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak
Pada periode ini, BPOM baru dalam proses implementasi KSWP, di mana BPOM sudah mendapatkan username dan password untuk portal EX-1, tetapi belum membuat admin unit penyelenggara pelayanan publik karena menunggu nama PIC KSWP dari masing-masing unit
35. Badan Kepegawaian Negara: 33%
BKN menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian BKN berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan adalah 34%. Namun demikian, capaian BKN secara agregat sudah mencapai 62,5% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 28,5%. Berikut adalah inti sari capaian 2 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (36%)
BKN telah menerbitkan peraturan kepala badan terkait layanan publik tertentu yang diterapkan KSWP, melalui Peraturan Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak Atas Layanan Publik Tertentu Di Badan Kepegawaian Negara.
Layanan publik BKN yang diterapkan KSWP, adalah layanan Talent Pool.
Dari hasil Implementasi KSWP, dapat disampaikan beberapa catatan berikut:
- Penerapan KSWP dilakukan saat pendaftaran calon peserta Talent Pool. KSWP dilakukan atas dua kewajiban yaitu memunyai NPWP valid dan telah menyampaikan SPT dua tahun terakhir (Tahun 2017 s/d 2018).
- Dari peserta yang mendaftar dalam kegiatan talent Pool Denpasar sejumah 137 dan seluruh peserta mempunyai status KSWP valid.
- Sementara untuk pelaksanan kegiatan Talent Pool Yogyakarta dari 116 peserta, sebanyak 111 peserta dinyatakan berstatus KSWP valid
- Pelaksanaan konfirmasi status wajib pajak masih menggunakan portal Ex-1 karena pengembangan integrase KSWP dengan aplikasi pendafataran Talent Pool masih terkendala developer aplikasi yang masih ada penugasan lain.
85
Sistem merit (35%) Walaupun agak berjalan lambat pada periode-periode pelaporan sebelumnya, namun secara keseluruhan kinerja BKN terkait aksi sistem merit sudah dipenuhi di Triwulan IV dan V ini
Mulai periode triwulan V ini, dilakukan beberapa revisi target agar lebih fokus dan terukur.
Dari 119 Kabupaten/Kota yang ditargetkan untuk pelaksanaan sistem merit, baru 53 kab/kota yang menyampaikan dokumen Anjab/ABK
Terkait pemanfaatan penilaian kompetensi, BKN baru saja melaksanakan monitoring di 3 kabupaten (Pasuruan, Ponorogo, Bangkalan) dari rencana 20 kabupaten/kota
Hasil pemetaan terhadap pemanfaatan penilaian kompetensi menunjukkan bahwa hanya sebagian penempatan Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) dan Jabatan Adminsitrator (JA) yang dilakukan sesuai rekomendasi berdasarkan kualifikasi dan kompetensi pejabat/jabatan
36. Badan Standardisasi Nasional: 40%
BSN menjadi penganggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian BSN berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan adalah 46%. Namun demikian, capaian BSN secara agregat sudah mencapai 64% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 18%. Berikut adalah inti sari capaian 1 sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (46%)
Walaupun sempat terlambat di triwulan II dan III, pada triwulan IV BSN telah menerbitkan peraturan badan terkait pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak, yaitu: Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 22 tahun 2019 Tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak Dalam Jasa Akreditasi Dan Jasa Layanan Otoritas Sponsor Pada Badan Standardisasi Nasional
Layanan yang diterapkan KSWP akan berjalan efektif pada triwulan berikutnya. Jenis layanan publik tersebut meliputi a. akreditasi; dan b. layanan otoritas sponsor
Dari hasil laporan implementasi yang disampaikan pada periode ini, terdapat 18 pengguna layanan (perusahaan) yang telah dilakukan KSWP, dengan rincian 5 perusahaan dilakukan pada tahun 2019 dan 13 perusahaan di tahun 2020
86
37. Kementerian Ketenagakerjaan: 56%
Kemenaker menjadi penanggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi dan kepatuhan capaian Kemenaker adalah 56%. Berikut adalah inti sari capaian 3 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (48%)
Sejak periode 2019, seluruh izin di Kemenaker telah teridentifikasi jumlah dan jenisnya
Integrasi perizinan/pelayanan Kemenaker dengan OSS yang sudah dilakukan di antaranya adalah: Izin Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh (PPJP) dan layanan Wajib Lapor Ketenagakerjaan Perusahaan (WLKP), namun masih ada 5 perizinan yang belum dilaporkan proses integrasinya, yaitu: 1) SIP3MI-Surat Izin Penempatan Pekerja Migran Indonesia; 2) Izin Usaha Kantor Cabang P3MI; 3) SIU-LPTKS – Surat Izin Usaha Lembaga Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja; 4) SIU-LPPRT – Surat Izin Usaha Lembaga Penyalur Pekerja Rumah Tangga; 5) Izin Usaha Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPK)
Proses bisnis pada NSPK juga telah terstandar, walaupun nanti akan ada penyesuaian (re-design) proses bisnis agar sesuai dengan substansi RUU Cipta Kerja
Pada periode ini, target terkait usulan perubahan KBLI belum dilakukan Kemenaker
Sementara untuk pejabat penghubung Kemenaker yang ditempatkan di BKPM telah dilakukan melalui Surat Nomor 1/0086/HK.01.00/I/2020 tertanggal 20 Januari 2020
Optimalisasi dan Perluasan KSWP (64%)
Daftar layanan publik yang akan diperluas untuk KSWP telah teridentifikasi, yaitu: 1) SIP3MI-Surat Izin Penempatan Pekerja Migran Indonesia; 2) Pengesahan RPTKA; 3) SIU-LPTKS lintas Propinsi – Surat Izin Usaha Lembaga Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja; 4) Izin Penyelenggaraan Pemagangan Luar Negeri; 5) Penunjukan PJK3 – Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja; 6) Penunjukkan Lembaga Audit SMK3 – Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
Telah terbit peraturan dalam rangka perluasan, optimalisasi pelaksanaan dan pelaporan KSWP, yaitu Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2019 tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak dalam Pemberian Layanan Publik Tertentu di Kementerian Ketenagakerjaan
87
Pembangunan ZI/UPG (100%)
Telah membangun UPG dan aktif menyampaikan pernyataan menerima atau tidak menerima gratifikasi
Namun untuk aksi UPG mulai triwulan V akan dipindahkan ke Gratifikasi Online (GOL)
38. Komisi Aparatur Sipil Negara: 25%
KASN menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada dibawah pendampingan Stranas PK, berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan maka realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 25%. Namun demikian, capaian Kemenpar secara agregat sudah mencapai 57% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 32%. Berikut adalah inti sari capaian KASN pada sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan Sistem Merit (25%)
Pada periode 2019, banyak kendala yang dialami KASN, seperti lambatnya koordinasi internal untuk pelaporan, terutama setelah focal point KASN untuk Stranas PK berhalangan tetap; di saat yang sama ada pergantian komisioner sehingga butuh waktu bagi KASN untuk melakukan konsolidasi terkait aksi Stranas PK
Pada periode ini, KASN telah melakukan pembinaan penerapan sistem merit di dua wilayah secara paralel dari tanggal 10-12 Februari 2020. Pertama dilakukan di Kota Surabaya yang melibatkan pejabat dari BKD/BKPP/BKPSDM di 42 kabupaten/kota. Lalu pada saat yang sama dilaksanakan di Makasar yang melibatkan peserta dari BKD/BKPP/BKOSDM di 30 Kab/ Kota di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Agenda pembinaan mencakup kegiatan coaching aplikasi SIPINTER, coaching penerapan sistem merit, serta klarifikasi hasil penilaian mandiri penerapan sistem merit
Terkait dengan pelaksanaan target verifikasi terhadap 103 kabupaten/kota yang telah melakukan penilaian mandiri penerapan sistem merit, sampai bulan Maret 2020 KASN baru mampu melakukan verifikasi terhadap 24 Pemerintah Kabupaten/ Kota yang telah menginput penilaian mandiri penerpaan sistem merit di aplikasi SIPINTER, dengan hasil sementara 3 instansi pemerintah (IP) masuk dalam kategori “Baik”, 12 IP termasuk dalam kategori “Kurang”, dan 10 IP masuk dalam kategori “Buruk”
Menurut KASN target ini tidak bisa tercapai karena: pertama target yang ditentukan terlalu tinggi (tidak realistis); kedua, jumlah SDM yang terbatas di KASN sehingga sulit untuk menjangkau begitu banyak daerah dalam waktu singkat. Oleh karenanya KASN bersama Stranas PK telah melakukan penyesuaian target agar lebih realistis, sesuai dengan kemampuan KASN, yakni pelaksanaan verifikasi hanya di 14 kab/kota setiap triwulannya.
88
Sementara verifikasi di kementerian/lembaga (Pusat) dan Pemerintah Provinsi dengan target 25 Kementerian, 20 LPNK, dan 25 Provinsi, ternyata baru tercapai di 15 Kementerian, 8 LPNK, dan 11 Provinsi yang berhasil dilakukan verifikasi
39. Kejaksaan Agung: 39%
Kejagung menjadi penanggung jawab 4 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kejagung berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan adalah 40%. Namun demikian, capaian Kejagung secara agregat sudah mencapai 43% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 3%. Berikut adalah inti sari capaian 4 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Pembangunan ZI/UPG (48%)
Sampai Triwulan IV UPG belum terbentuk karena masih dalam penyusunan regulasi terkait pengelolaan gratifikasi
Implementasi SPPT-TI (41,5%)
Berdasarkan data pembanding yang disampaikan Kemenkopolhukam, pada bulan Januari input dokumen yang seharusnya dipertukarkan dan sesuai dengan pedoman baru mencapai 50%, Februari dan Maret tidak ada data yang berhasil dikirim
Selebihnya pada periode ini tidak ada progres yang tergambarkan, karena Kejagung tidak melakukan pelaporan
Implementasi SPDP Online (57%)
Sebagaimana aksi Implementasi SPPT-TI, aksi Implementasi SPDP Online tidak ada progres karena Kejagung tidak melakukan pelaporan ke jaga/id/monitoring
Pedoman Penuntutan (43,5%)
Pada periode lalu, target di Kejagung telah tercapai untuk penyusunan revisi Surat Edaran Jaksa Agung (SEJA) 003
Pedoman penuntutan yang baru hasil revisi, oleh bagian Jampidsus telah dilakukan sosialisasi. Namun sayangnya, belum ada informasi secara detail bagaimana dan di mana sosialiasi tersebut dilakukan, serta apa hasilnya terhadap peningkatan pemahaman para jaksa
89
40. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban: 33%
LPSK menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan maka realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 50%. Namun demikian, capaian LPSK secara agregat sudah mencapai 100% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 50%. Berikut adalah inti sari capaian LPSK pada sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Pembangunan ZI/UPG (50%)
Pada periode 2019, LPSK telah membangun UPG dan aktif menyampaikan pernyataan menerima atau tidak menerima gratifikasi
Namun untuk aksi UPG mulai periode ini (triwulan V) telah dipindahkan ke Gratifikasi Online (GOL)
41. Badan Pemeriksa Keuangan: 0%
BPK menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan maka realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 0%. Berikut adalah inti sari capaian BPK pada sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Pembangunan ZI/UPG (0%)
Sampai periode lalu, BPK belum pernah melaporkan progres pelaksanaan aksinya karena ada miskomunikasi baik di internal BPK maupun antar BPK dan Stranas PK, sehingga menyulitkan BPK melakukan pelaporan melalui jaga.id/monitoring
Aksi pembentukan UPG mulai triwulan V telah dipindahkan pelaporannya ke Gratifikasi Online (GOL)
42. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi: 53%
Kemendesa menjadi penanggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan V (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah sebesar 81%. Namun demikian, capaian Kemendesa secara agregat sudah mencapai 84% karena ada pemenuhan target tertangguh sebesar 3% Berikut adalah inti sari capaian Kemendesa pada sub-aksi tersebut:
90
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Pembangunan ZI/UPG (95%)
Aksi pembentukan UPG mulai triwulan V ini telah dipindahkan pelaporannya ke Gratifikasi Online (GOL)
Implementasi Stratagei Pengawasan Keuangan Desa (62,5%)
Pada periode lalu beberapa target yang tidak tercapai telah disepakati pada periode ini (triwulan V) dilakukan penyesuaian dan perombakan target yang tidak realistis atau tidak relevan
Penyusunan Rperpres tentang pengawasan desa merupakan target bersama Kemendes dan Kemendagri, di mana pada periode ini telah menghasilkan draft pertama Perpres Implementasi Grand Design Strategi Pengawasan Keuangan. Kemendes telah menyampaikan usulan-usulannya secara tertulis untuk penyempurnaan draf ini
Menurut Kemendes, seharusnya penyusunan Rancangan Perpres ini menjadi tanggung jawab Kemendagri. Keterlibatan Kemendes hanya sebatas pada memberikan usulan bukan sebagai tim penyusun. Namun Stranas PK menempatkan ini sebagai target bersama antara Kemendes dan Kemendagri agar ada percepatan dari dua stakeholder tersebut
43. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan: 29%
BPKP menjadi penanggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan maka realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 29%. Namun demikian, capaian BPKP secara agregat sudah mencapai 46% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 17% Berikut adalah inti sari capaian BPKP pada 2 sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Penguatan APIP (29%)
Pada periode lalu, ditemukan banyak target untuk aksi Penguatan APIP tidak realistis untuk dilaksanakan pada periode 2019-2020. Oleh karenanya penyesuaian target telah dilakukan berdasarkan kesepakatan antara Kemendagri, BPKP, dan BKN. Sehingga pada periode ini, belum ada target yang perlu dilaksanakan
Pada periode ini ada satu target terhutang yang masih belum juga dipenuhi oleh BPKP yakni “Tersedianya Perjanjian Kerja Sama antara Kemendagri dan BPKP dalam penjaminan kualitas laporan hasil pengawasan”
Implementasi Strategi Pengawasan Keuangan Desa (19%)
Sama seperti periode lalu, regulasi tentang Strategi Pengawasan Desa masih dalam bentuk draf dan baru ada pembahasan usulan-usulan antara Kemendesa. Kemendagri, dan BPKP.
Begitu juga dengan upaya integrasi kanal-kanal pengaduan masyarakat melalui satu portal pengaduan juga masih dalam
91
proses pengembangan, yakni baru pada penyusunan konsep/model portal (interoperability). Sementara langkah berikutnya yang sudah harus dilakukan adalah pengembangan perangkat lunaknya, uji coba software, dan launching
Untuk pengembangan aplikasi Siswakeudes dalam rangka membantu APIP mengawasi pengelolaan keuangan desa, BPKP bersama Kemendagri telah meluncurkan aplikasi tersebut pada acara Rapat Kerja Nasional Dana Desa Tahun 2020 tanggal 18 Pebruari 2020 di Semarang yang dihadiri 7.650 perangkat desa se-Provinsi Jawa Tengah.
Sosialisasi aplikasi Siswakeudes juga sudah dilakukan kepada 5 inspektrat Provinsi dan 23 Inspektorat Kabupaten/Kota. Secara teknis sudah siap digunakan, hanya saja masih menunggu payung hukum berupa revisi Permendagri No 20/2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa atau mungkin juga dalam bentuk Surat Edaran
44. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi: 48%
BPPT menjadi penanggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan maka realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 36%. Namun demikian, capaian BPPT secara agregat sudah mencapai 44% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 6%. Berikut adalah inti sari capaian BPPT pada 2 sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Elektronik (33%)
Target ini belum ada perkembangan/kemajuan lebih lanjut, masih sebagaimana pelaporan di B12 (Kegiatan review/assesment aplikasi sistem perencanaan dan penganggaran) sudah berjalan. Namun output yang baru dihasilkan sejauh ini baru berupa: 1) Kerangka Acuan Asesmen; dan 2) instrumen review aplikasi perencanaan dan penganggaran
Percepatan SPBE (25%)
Sejak periode lalu, BPPT telah menyusun draf Perban tentang Standar dan Cara Audit Teknologi aplikasi dan sudah difinalisasi; namun sampai periode ini, Perban tersebut belum diundangkan
Persiapan assessment aplikasi integrasi perencanaan dan penganggaran sudah dimulai. Saat ini telah tersedia draf instrument assessment aplikasi yg sudah mendapat masukan dari world bank dan stranasPK
Diharapkan target ini tercapai di B18, bersamaan dengan ditetapkannya Perban BPPT ttg Standar dan Tatacara Audit Teknologi Aplikasi
92
45. Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan: 57%
Kemenkopolhukam menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 67%. Berikut adalah inti sari capaian Kemenpolhukam pada sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Implementasi SPPT-TI (67%)
Pada periode ini, Kemenko Polhukan diminta mengidentifikasi Usulan proses penanganan perkara pidana korupsi, narkotika dan anak. Untuk itu, pada Maret 2020, melalui rapat koordinasi kelompok kerja membahas tentang data data yang dibutuhkan dalam proses pertukaran data tindak pidana korupsi, tindak pidana anak dan tindak pidana narkotika.
Dari hasil rapat tersebut telah teridentifikasi usulan proses penanganan perkara pidana korupsi, narkotika dan anak melalui surat nomor B. 958/HK.00.01/04/2020 tanggal 2 April 2020 tentang Data Master Satker Pertukaran Data SPPT TI tanggal 2 April 2020
46. Mahkamah Agung: 38%
MA menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan maka realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 38%. Namun demikian, capaian MA secara agregat sudah mencapai 56% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 18%. Berikut adalah inti sari capaian MA pada sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Implementasi SPPT-TI (38%)
Terkait pelaksanaan target usulan proses bisnis, berdasarkan data dukung dari kemenkopolhukam telah dilakukan identifikasi awal, serta tersedia usulan proses bisnis penanganan perkara korupsi, narkotika dan anak di Mahkamah Agung
Sementara pelaksanaan input data di kabupaten/kota dari tahap I sampai tahan V, berdasarkan data dukung pembanding dari kemenkopolhukam, MA selama bulan Januari-Maret 2020 telah melakukan input dokumen ke dalam Puskarda. Dokumen yang sesuai dengan pedoman penuntutan mencapai 80%, masih kurang 1 dokumen yang perlu dikirimkan ke Puskarda
93
47. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika: 12,5%
BMKG menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan maka realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 25%. Namun demikian, capaian BMKG secara agregat sudah mencapai 100% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 75%. Berikut adalah inti sari capaian BMKG pada sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Pembangunan ZI (25%)
Di awal-awal triwulan I dan II, BMKG agak lamban melaporkan progres aksinya; namun sejak Triwulan III beberapa target telah terpenuhi, misalnya target terkait usulan 22 Satker BMKG untuk ditetapkan sebagai Satker WBK/WBBM, termasuk sosialisasi dan pelaksanaan pembangunan ZI itu sendiri
Pada triwulan ini, BMKG tidak memiliki target untuk dilaporkan, karena ada kemungkinan dilakukan reorganisasi atau perubahan target
48. Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia: 50%
BP2MI menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK dengan realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 50%. Berikut adalah keterangannya:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Pembangunan ZI (50%)
Pelaksanaan ZI di lingkungan BP2MI baru dimulai pada triwulan V (B15) ini
MoU (pemutakhiran) Komitmen Bersama Pembangunan Zona Integritas oleh BNP2TKI/BP2MI telah ditandatangani oleh seluruh Kepala Satuan Kerja Pusat dan Daerah, yakni sebanyak 28 Satker
Dari target 14 Satker pada triwulan V ini, BP2MI telah berhasil melaksanakan pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM di 23 satker daerah intervensi maupun tidak intervensi
Terkait penilaian internal terhadap Satker yang memenuhi syarat untuk memperoleh predikat WBK/WBBM, maka berdasarkan hasil penilaian tersebut, BP2MI telah mengusulkan sebanyak 10 Satker untuk memperoleh predikat WBK/WBBM
94
49. Kementerian Pertahanan: 0%
Kemenhan menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 0%. Berikut adalah penjelasan progres capaian Kemenhan:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Pembentukan UKPBJ (0%)
Sejak periode 2019 sampai triwulan V tahun 2020 ini, Kemenhan belum melaporkan progres aksi ini. Dari hasil observasi Stranas PK, UKPBJ belum terbentuk di Kemenhan, padahal dalam beberapa kesempatan, Stranas PK telah mengadvokasi agar Kemenhan melaporkan progres aksi ini
Saat ini untuk progres pencapaian UKPBJ dengan tingkat kematangan level 3, Kemenhan belum memenuhi satupun dari 9 variabel kematangan yang ditetapkan
50. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial – Ketenagakerjaan: 29%
BPJS-TK menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan maka realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 28,5%. Namun demikian, capaian BPJS-TK secara agregat sudah mencapai 50% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 21,5%. Berikut adalah inti sari capaian BPJS-TK pada sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (28,5%)
BPJK-TK baru mulai melakukan pelaporan pada triwulan IV lalu dan saat itu masih sedikit progres yang bisa dilaporkan yakni terkait daftar izin yang telah teridentifikasi
Pada periode ini, dilaporkan bahwa BPJS Ketenagakerjaan telah menerbitkan regulasi terkait pengintegrasian OSS sejak 2018, guna mendukung terbangunnya informasi terkait mekanisme pengintegrasian OSS.
Dilaporkan juga bahwa setiap NIB Pemberi Kerja (PK)/Badan Usaha (BU) yang diterbitkan melalui OSS telah dapat teridentifikasi status kepesertaannya oleh BPJS Ketenagakerjaan yang selanjutnya PK/BU di proses sesuai proses bisnis yang ada BPJS Ketenagakerjaan
95
51. Badan Pengawas Tenaga Nuklir: 14%
Bapeten menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 14%. Berikut adalah inti sari capaian Bapeten pada sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (14%)
Setelah tidak pernah melaporkan progres aksi percepatan OSS di periode 2019, maka melalui rapat koordinasi bersama Stranas PK dengan Tim Bapeten, mulai triwulan ini Bapeten telah menyampaikan laporan terhadap kegiatan OSS yang dilakukan sepanjang tahun 2019, sebagai berikut:
- Perizinan berusaha yang dapat diidentifikasi berjumlah 47 izin - Aplikasi perizinan BAPETEN (Balis 2.0) telah terintegrasi dengan
OSS sejak Agustus 2018 dan telah diupdate sesuai dengan aplikasi OSS terbaru dengan menggunakan pia 4.1 Saat ini masih ditemui sedikit kendala di sistem integrasi berupa permohonan yang terkirim ulang ke sistem Balis sehingga jumlah permohonan menjadi berkali lipat
- NSPK yang terstandar juga telah tercapai, bahkan telah dilakukan revisi terhadap Perka Bapeten No. 6 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Di Bidang Ketenaganukliran yang menyesuaikan dengan NSPK sebagaimana direkomendasikan oleh Kemenko Perekonomian. Saat ini Revisi Perka tsb telah memasuki tahap Harmonisasi
- Usulan perubahan KBLI kepada BPS juga telah disampaikan dua kali. Pertama pada bulan September dengan nomor surat 3822/PW 02/SET/09/2019 tentang Usulan Kode KBLI untuk Sektor Ketenaganukliran 2020. Kedua, disampaikan pada bulan November 2019 dengan Nomor Surat 4337/PW/02/SET/11/2019 tentang Perbaikan Permintaan Satu Digit Tambahan Kode KBLI untuk Sektor Ketenaganukliran
- Bapeten juga telah menunjuk/menempatkan pejabat penghubung (LO) di BKPM pada akhir Desember 2019 melalui surat Nomor 3037/HK 00 07/BHKK/XII/2019
52. Badan Siber dan Sandi Negara: 20%
BSSN menjadi penanggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada dalam pendampingan Stranas PK, berdasarkan kepatuhan waktu pelaporan maka realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 20%. Namun demikian, capaian BSSN secara agregat sudah mencapai 40% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 20%. Berikut adalah inti sari capaian BSSN pada sub-aksi tersebut:
96
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan SPBE (belum ada penilaian)
Sejak periode 2019 sampai triwulan V ini (B15), BSSN belum ada target yang harus dilaporkan
Pelaksanaan target baru akan dilakukan pada triwulan berikutnya (B18), salah satunya adalah pengembangan domain arsitektur keamanan SPBE nasional
Implementasi SPPT-TI (20%)
Sejak periode 2019 sampai triwulan V ini (B15), BSSN belum ada target yang harus dilaporkan
Pelaksanaan target baru akan dilakukan pada periode B18, yakni melakukan uji keamanan aplikasi client (APH)
53. Badan Pusat Statistik: 19%
BPS menjadi penanggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada dalam pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan V sebesar 19%. Berikut adalah inti sari capaian BSSN pada sub-aksi tersebut:
Sub-Aksi Capaian dan Kendala
Percepatan OSS (belum ada penilaian)
Tidak ada target untuk periode ini
Integrasi Data Impor Pangan (19%)
Mulai Triwulan V ini, BPS diberi mandat untuk melaksanakan 2 target, yakni pengiriman data neraca supply-demand dan pengiriman data realisasi impor setiap bulannya. Berikut progres kedua target tersebut:
BPS telah menyampaikan data realisasi impor pangan strategis ke LNSW untuk periode Jan-Feb 2020
Pengiriman data perhitungan neraca supply-demand komoditas pangan strategis tahun 2020 ke LNSW juga telah dilakukan, yaitu data komoditas daging ayam dan daging sapi; Namun data yang dikirimkan belum mencakup semua komoditas yang ada, termasuk proyeksi jumlah penduduk, data konsumsi per kapita/kg/tahun, dll.
97
KemenBUMN
BNSP
OJK
SKK Migas
KemenKKP
Kemendag
Kemenperin
BPJS Kesehatan
Kemensos
KUKM
PPATK
Kemenkeu
Kemenkumham
Kemen ATR/BPN
BIG
KemenKominfo
Kemen PUPR
Kemen ESDM
Kementan
Kemenkes
KLHK
BKPM
Kemenko Perekonomian
Kemendagri
KemenRistek
Kemenpar
Kemenag
Polri
Kemendikbud
Kemenhub
LKPP
KemenPanRB
KemenPPN/Bappenas
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
Grafik Capaian Kementerian/Lembaga s/d Triwulan V Tahun 2020
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKementerian
39%
22%
26%
25%
20%
57%
53%
45%
54%
94%
50%
51%
50%
49%
47%
43%
71%
20%
62%
56%
59%
57%
53%
58%
36%
46%
46%
41%
36%
46%
32%
57%
39%
58%
57%
47%
71%
63%
63%
60%
50%
59%
58%
67%
58%
55%
59%
71%
46%
61%
61%
61%
62%
61%
63%
60%
53%
51%
51%
46%
57%
54%
63%
56%
51%
35%
98
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
BSSN
Bapeten
BPJS TK
Kemenhan
BNP2TKI
BMKG
MA
KemenPolhukam
BPPT
BPKP
Kemendes
BPK
LPSK
Kejagung
KASN
Kemenaker
BSN
BKN
BPOM
BPS
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKementerian
19%
20%
14%
29%
0%
50%
13%
38%
57%
48%
29%
53%
0%
33%
39%
25%
56%
40%
33%
45%
19%
50%
57%
40%
0%
50%
100%
56%
67%
47%
46%
84%
0%
100%
43%
56%
56%
64%
63%
63%
99
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
1. Kemendagri SKDU-HO, OSS, One Map, NIK, Manajemen Anti Suap, Perencanaan dan Penganggaran, KSWP, Sistem Merit, APIP, Right Size, Keuangan Desa.
2. Kemenko Perekonomian OSS, One Map, INSW
3. BKPM OSS, KSWP
4. KLHK OSS, One Map, PKH, KSWP, ZI
5. Kemenkes OSS, UKPBJ, e-Katalog, Konsolidasi, KSWP, ZI
6. Kementan OSS, One Map, BO, NIK, INSW, UKPBJ, e -Katalog, Konsolidasi, KSWP, ZI
7. Kementerian ESDM OSS, One Map, BO, KSWP, NDR, ZI
8. Kementerian PUPR OSS, UKPBJ, e-Katalog, Konsolidasi, Sentralisasi, KSWP, ZI
9. Kemenkominfo OSS, Perencanaan & Penganggaran, KSWP, SPBE, SPPT -TI
10. BIG One Map
11. Kementerian ATR/BPN OSS, One Map, BO, KSWP, ZI
12. KemenkumHAM OSS, BO, UKPBJ, KSWP, ZI, SPPT-TI
13. Kemenkeu OSS, BO, INSW, Perencanaan & Penganggaran, UKPBJ, Reformasi Pajak, BEPS, KSWP, ZI
14. PPATK BO
15. KUKM OSS, BO, KSWP
16. Kemensos NIK, ZI
17. BPJS Kesehatan OSS, NIK
18. Kemenperin OSS, INSW, KSWP
19. Kemendag OSS, INSW, KSWP
20. KKP OSS, INSW, KSWP, ZI
21. SKK Migas Manajemen Anti Suap, Implementasi NDR
22. OJK Manajemen Anti Suap
23. BNSP KSWP
24. Kemen BUMN Manajemen Anti Suap, KSWP
25. KemenPPN/Bappenas Perencanaan & Penganggaran, SPBE
26. KemenPANRB Perencanaan & Penganggaran, UKPBJ, Sistem Merit, ZI, APIP, Right Sizing, SPBE
27. LKPP UKPBJ, e-Katalog, SIKAP, Konsolidasi, Sentralisasi, KSWP
28. Kemenhub OSS, UKPBJ, e-Katalog, Konsolidasi, KSWP, ZI
29. Kemendikbud OSS, NIK, UKPBJ, e-Katalog, Konsolidasi, KSWP, ZI
30. Polri OSS, UKPBJ, KSWP, ZI, SPPT-TI, SPDP Online
31. Kemenag OSS, UKPBJ, KSWP, ZI
32. Kemenpar OSS, KSWP
33. Kemenristek OSS, UKPBJ, KSWP
Tabel Kementerian/Lembaga dan Sub-Aksi yang Dilaksanakan
100
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
35. BKN KSWP, Sistem Merit
36. BSN KSWP
37. Kemenaker OSS, KSWP, ZI
38. KASN Sistem Merit
39. Kejagung ZI, SPPT-TI, SPDP Online, Pedoman Penuntutan
40. LPSK ZI
41. BPK ZI
42. Kemendes ZI, Keuangan Desa
43. BPKP APIP, Keuangan Desa
44. BPPT SPBE, Perencanaan & Penganggaran
45. KemenPolhukam SPPT-TI
46. MA SPPT-TI
47. BMKG ZI
48. BNP2TKI ZI
49. Kemenhan UKPBJ
50. BPJS ketenagakerjaan OSS
51. Bapeten OSS
52. BSSN SPBE, SPPT-TI
53. BPS OSS, IDIP
101
13%
28%
45%
63%
39%
47%
30%
23%
41%
19%
60%
48%
60%
28%
34%
60%
38%
50%
41%
63%
20%
44%
44%
53%
63%
50%
53%
40%
42%
63%
25%
63%
63%
61%
28%
34%
60%
50%
63%
41%
63%
42%
44%
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
Grafik Capaian Pemerintah Provinsi s/d Triwulan V Tahun 2020
Maluku Utara
Maluku
Lampung
Kep. Riau
Kep. Bangka Belitung
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Jawa Timur
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jambi
Gorontalo
DKI Jakarta
DI Yogyakarta
Bengkulu
Banten
Bali
Aceh
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiProvinsi
Membaca grafik di bawah, progres capaian Pemprov sampai Triwulan V 2020, dengan
mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan maka hanya 12 Pemprov yang mencapai
nilai di atas 70% (43,75 dari 62,5%) . Namun jika melihat realisasi capaian secara agregat maka
terdapat 17 Pemprov yang nilainya di atas 70%. Bahkan ada 7 Pemprov yang realisasi
pencapaian targetnya mencapai 100%, yaitu Pemprov Bali, Bengkulu, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Selatan, Riau, dan Nusa Tengara Timur.
Untuk Pemerintah Kabupaten/Kota, sebagaimana tergambar pada grafik Nilai Kepatuhan
berikut, maka dari keseluruhan 508 Pemkab/Pemkot sebanyak 46 Pemkab/Pemkot
perolehan capaiannya di atas 70% (43,5 dari 62,5%). Sementara jika melihat Nilai Realisasi
secara agregat, maka ada peningkatan menjadi 94 Pemkab/kota yang nilainya di atas 70%.
102
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
Sumatera Utara
Sumatera Selatan
Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Riau
Papua
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Papua Barat
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiProvinsi
48%
38%
38%
25%
56%
0%
33%
35%
55%
23%
26%
63%
42%
24%
38%
13%
13%
44%
0%
27%
32%
47%
8%
16%
63%
22%
103
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
33%
33%
38%
50%
50%
37%
37%
25%
17%
50%
37%
27%
33%
50%
2%
17%
17%
17%
33%
17%
17%
17%
13%
17%
17%
17%
17%
17%
33%
33%
17%
9%
33%
33%
29%
37%
8%
0%
50%
37%
19%
17%
50%
2%
17%
0%
0%
17%
17%
0%
0%
0%
17%
17%
0%
0%
0%
17%
Banjar
Bangli
Bangkalan
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Bangka Barat
Bangka
Banggai Laut
Banggai Kepulauan
Banggai
Bandung Barat
Bandung
Balangan
Badung
Asmat
Asahan
Alor
Agam
Aceh Utara
Aceh Timur
Aceh Tenggara
Aceh Tengah
Aceh Tamiang
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Jaya
Aceh Besar
Aceh Barat Daya
Aceh Barat
Grafik Capaian Pemerintah Kabupaten/Kota s/d Triwulan V Tahun 2020
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
104
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
33%
50%
17%
38%
17%
4%
56%
50%
25%
42%
17%
44%
17%
33%
37%
50%
33%
37%
33%
46%
50%
50%
43%
14%
50%
50%
13%
8%
33%
33%
17%
33%
50%
0%
21%
0%
2%
38%
25%
8%
25%
0%
23%
8%
33%
37%
50%
25%
33%
46%
50%
38%
38%
36%
7%
33%
50%
0%
8%
33%
25%
0%
Blora
Blitar
Bireuen
Bintan
Bima
Biak Numfor
Berau
Bengkulu Utara
Bengkulu Tengah
Bengkulu Selatan
Bengkayang
Bengkalis
Bener Meriah
Belu
Belitung Timur
Belitung
Bekasi
Batu Bara
Batanghari
Batang
Barru
Barito Utara
Barito Timur
Barito Selatan
Barito Kuala
Banyuwangi
Banyumas
Banyuasin
Bantul
Bantaeng
Banjarnegara
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
105
17%17% Boalemo
0%
17%
50%
50%
42%
25%
33%
50%
29%
25%
13%
17%
50%
33%
25%
33%
46%
33%
33%
10%
17%
17%
50%
33%
17%
0%
17%
42%
42%
33%
0%
0%
42%
50%
42%
25%
17%
25%
25%
25%
0%
0%
33%
33%
25%
17%
17%
33%
4%
17%
17%
50%
33%
0%
0%
0%
25%
38%
38%
25%
Deiyai
Dairi
Cirebon
Cilacap
Cianjur
Ciamis
Buton Utara
Buton Tengah
Buton Selatan
Buton
Buru Selatan
Buru
Buol
Bungo
Bulungan
Bulukumba
Buleleng
Brebes
Boyolali
Boven Digoel
Bone Bolango
Bone
Bondowoso
Bombana
Bolaang Mongondow Utara
Bolaang Mongondow Timur
Bolaang Mongondow Selatan
Bolaang Mongondow
Bojonegoro
Bogor
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
106
33%
33%
38%
50%
50%
0%
0%
17%
8%
4%
39%
17%
17%
33%
33%
17%
17%
50%
8%
29%
17%
17%
33%
17%
17%
33%
17%
14%
17%
36%
33%
17%
21%
50%
0%
0%
0%
8%
0%
32%
0%
17%
25%
17%
17%
17%
33%
0%
25%
0%
8%
33%
0%
8%
18%
17%
7%
0%
Indragiri Hilir
Humbang Hasundutan
Hulu Sungai Utara
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Selatan
Halmahera Utara
Halmahera Timur
Halmahera Tengah
Halmahera Selatan
Halmahera Barat
Gunung Mas
Gunung Kidul
Grobogan
Gresik
Gowa
Gorontalo Utara
Gorontalo
Gianyar
Gayo Lues
Garut
Flores Timur
Fak Fak
Enrekang
Ende
Empat Lawang
Donggala
Dompu
Dogiyai
Dharmasraya
50%
28%
50%
27%
Demak
Deli Serdang
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
107
32%
0%
4%
33%
42%
17%
37%
25%
17%
50%
42%
40%
25%
33%
50%
17%
33%
25%
14%
33%
25%
37%
25%
38%
17%
33%
4%
5%
16%
0%
0%
33%
25%
0%
25%
21%
17%
50%
25%
38%
8%
7%
17%
50%
17%
17%
25%
22%
20%
37%
8%
29%
17%
17%
4%
0%
Kepulauan Meranti
Kepulauan Mentawai
Kepulauan Aru
Kepulauan Anambas
Kepahiang
Kendal
Keerom
Kediri
Kebumen
Kayong Utara
Kaur
Katingan
Karo
Karimun
Karawang
Karanganyar
Karangasem
Kapuas Hulu
Kapuas
Kampar
Kaimana
Jombang
Jepara
Jeneponto
Jembrana
Jember
Jayawijaya
Jayapura
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
2%
17%
33%
0%
17%
27%
Intan Jaya
Indramayu
Indragiri Hulu
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
108
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
13%
0%
33%
0%
8%
0%
33%
0%
Kepulauan Sula
Kepulauan Seribu
Kepulauan Selayar
Kepulauan Sangihe
33%
29%
54%
50%
52%
42%
50%
17%
37%
50%
42%
50%
42%
42%
33%
50%
42%
33%
33%
25%
50%
42%
33%
42%
33%
7%
25%
33%
13%
26%
40%
42%
42%
50%
17%
37%
33%
26%
50%
24%
42%
33%
50%
42%
25%
33%
8%
50%
33%
17%
8%
33%
7%
8%
Labuhanbatu Selatan
Labuhanbatu
Kutai Timur
Kutai Kartanegara
Kutai Barat
Kupang
Kuningan
Kulon Progo
Kudus
Kubu Raya
Kuantan Singingi
Kotawaringin Timur
Kotawaringin Barat
Kotabaru
Konawe Utara
Konawe Selatan
Konawe Kepulauan
Konawe
Kolaka Utara
Kolaka Timur
Kolaka
Klungkung
Klaten
Ketapang
Kerinci
Kepulauan Yapen
Kepulauan Talaud
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
109
33%
35%
53%
33%
8%
50%
33%
37%
50%
33%
17%
0%
33%
17%
33%
33%
33%
50%
50%
0%
17%
42%
42%
50%
33%
50%
0%
35%
43%
13%
8%
50%
33%
37%
50%
33%
17%
0%
17%
17%
33%
17%
17%
33%
42%
0%
8%
42%
25%
50%
17%
33%
Majene
Majalengka
Mahakam Ulu
Magetan
Magelang
Madiun
Luwu Utara
Luwu Timur
Luwu
Lumajang
Lombok Utara
Lombok Timur
Lombok Tengah
Lombok Barat
Lingga
Kota
Lembata
Lebong
Lebak
Lanny Jaya
Langkat
Landak
Lampung Utara
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Selatan
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
50%
50%
20%
17%
17%
33%
50%
14%
17%
17%
Lampung Barat
Lamongan
Lamandau
Lahat
Labuhanbatu Utara
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
110
2%
50%
16%
33%
50%
17%
17%
42%
4%
0%
33%
17%
17%
33%
17%
35%
31%
43%
4%
3%
4%
17%
0%
38%
10%
33%
17%
17%
0%
33%
4%
0%
17%
0%
17%
33%
0%
32%
32%
19%
4%
3%
0%
17%
Mimika
Mesuji
Merauke
Merangin
Mempawah
Melawi
Maybrat
Maros
Mappi
Manokwari Selatan
Manokwari
Manggarai Timur
Manggarai Barat
Manggarai
Mandailing Natal
Pasangkayu
Mamuju Tengah
Mamuju
Mamberamo Tengah
Mamberamo Raya
Mamasa
Kepulauan Tanimbar
25%
4%
8%
8%
0%
8%
Minahasa Tenggara
Minahasa Selatan
Minahasa
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
33%
50%
17%
17%
33%
29%
17%
50%
0%
17%
17%
29%
Maluku Tenggara
Maluku Tengah
Maluku Barat Daya
Malinau
Malang
Malaka
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
111
17%
17%
33%
17%
33%
33%
0%
17%
17%
17%
50%
33%
46%
2%
33%
0%
25%
16%
33%
42%
42%
36%
33%
33%
0%
17%
21%
17%
17%
33%
0%
17%
17%
17%
50%
33%
46%
2%
33%
0%
8%
7%
33%
25%
42%
29%
17%
17%
OKU Timur
OKU Selatan
OKU
OKI
Ogan Ilir
Nunukan
Nias Utara
Nias Selatan
Nias Barat
Nias
Ngawi
Nganjuk
Ngada
Nduga
Natuna
Nagekeo
Nagan Raya
Nabire
Musi Rawas Utara
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Murung Raya
Muna Barat
Muna
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
50%
33%
33%
17%
25%
17%
13%
50%
33%
33%
17%
8%
17%
8%
Muko Muko
Muaro Jambi
Muara Enim
Morowali Utara
Morowali
Mojokerto
Minahasa Utara
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
112
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
33%
17%
33%
17%
33%
29%
50%
50%
17%
33%
33%
38%
42%
0%
0%
33%
50%
53%
0%
17%
50%
25%
0%
17%
33%
8%
17%
29%
25%
42%
17%
25%
17%
21%
42%
0%
0%
33%
50%
40%
0%
0%
33%
0%
25%
Polewali Mandar
Pohuwato
Pinrang
Pidie Jaya
Pidie
Pesisir Selatan
Pesisir Barat
Pesawaran
Penukal Abab Lem. Ilir
Penajam Paser Utara
Pemalang
Pelalawan
Pekalongan
Pegunungan Bintang
Pegunungan Arfak
Pati
Pasuruan
Paser
Pasaman Barat
Pasaman
Parigi Moutong
Paniai
Pangkajene Kepulauan
25%
0%
17%
29%
29%
8%
7%
0%
25%
25%
0%
8%
21%
13%
0%
0%
25%
Pangandaran
Pandeglang
Pamekasan
Pakpak Bharat
Padang Pariaman
Padang Lawas Utara
Padang Lawas
Pacitan
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
113
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
17%
17%
17%
42%
17%
33%
1%
42%
33%
17%
33%
29%
33%
33%
39%
34%
17%
33%
25%
50%
50%
25%
17%
0%
17%
25%
0%
33%
0%
25%
33%
17%
17%
13%
21%
33%
25%
28%
17%
8%
17%
33%
50%
25%
Seram Bagian Timur
Seram Bagian Barat
Semarang
Seluma
Sekadau
Sarolangun
Sarmi
Sanggau
Sampang
Samosir
Sambas
Sabu Raijua
Siak
Rote Ndao
Rokan Hulu
Rokan Hilir
Rembang
Rejang Lebong
Raja Ampat
Purworejo
Purwakarta
Purbalingga
0%
8%
17%
57%
50%
50%
33%
42%
0%
0%
17%
50%
50%
50%
17%
42%
Puncak
Pulau Taliabu
Pulau Morotai
Pulang Pisau
Probolinggo
Pringsewu
Poso
Ponorogo
0%0% Puncak Jaya
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
114
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
33%
25%
17%
17%
0%
17%
17%
36%
42%
25%
33%
5%
25%
50%
33%
29%
33%
33%
50%
33%
17%
17%
25%
17%
0%
0%
17%
17%
42%
25%
33%
5%
8%
50%
17%
13%
33%
33%
33%
17%
0%
Sumbawa Barat
Sumbawa
Sumba Timur
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Sumba Barat
Sukoharjo
Sukamara
Sukabumi
Subang
Sragen
Sorong Selatan
Sorong
Soppeng
Solok Selatan
Solok
Sleman
Situbondo
Sintang
Sinjai
Simeulue
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
33%
29%
25%
46%
37%
17%
36%
17%
33%
17%
13%
8%
46%
37%
17%
29%
29%
17%
25%
Sikka
Sijunjung
Sigi
Sidoarjo
Sidenreng Rappang
Kepulauan Siau Tagul
Seruyan
Serdang Bedagai
Serang
17%17% Simalungun
115
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
17%
33%
33%
17%
33%
37%
17%
17%
50%
33%
17%
42%
42%
17%
37%
33%
25%
50%
50%
33%
2%
17%
33%
17%
33%
37%
17%
0%
42%
33%
17%
25%
41%
17%
37%
25%
25%
42%
42%
17%
Toli Toli
Tojo Una Una
Toba Samosir
Timor Tengah Utara
Timor Tengah Selatan
Temanggung
Teluk Wondama
Teluk Bintuni
Tegal
Tebo
Tasikmalaya
Tapin
Tapanuli Utara
Tapanuli Tengah
Tapanuli Selatan
Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Barat
Tanggamus
Tangerang
Tanah Laut
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
17%
33%
50%
4%
33%
33%
50%
2%
25%
31%
17%
33%
42%
4%
33%
17%
33%
2%
17%
27%
Tanah Bumbu
Tana Toraja
Tana Tidung
Tambrauw
Takalar
Tabanan
Tabalong
Supiori
Sumenep
Sumedang
17%0% Tanah Datar
116
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
29%
17%
8%
25%
50%
33%
25%
33%
50%
21%
50%
33%
17%
50%
44%
25%
0%
0%
33%
0%
17%
8%
8%
50%
33%
25%
25%
33%
21%
42%
17%
0%
42%
44%
8%
0%
0%
33%
Kota Bitung
Kota Binjai
Kota Bima
Kota Bengkulu
Kota Bekasi
Kota Bau Bau
Kota Batu
Kota Banjarmasin
Kota Banjarbaru
Kota Banjar
Kota Bandung
Kota Bandar Lampung
Kota Banda Aceh
Kota Balikpapan
Kota Batam
Kota Ambon
Yalimo
Yahukimo
Wonosobo
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
50%
0%
8%
17%
50%
50%
50%
50%
50%
33%
0%
42%
0%
8%
0%
42%
38%
25%
50%
42%
33%
0%
Way Kanan
Waropen
Wakatobi
Wajo
Tulungagung
Tulang Bawang
Tulang Bawang Barat
Tuban
Trenggalek
Toraja Utara
Tolikara
17%8% Wonogiri
117
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
21%
50%
42%
17%
50%
38%
17%
17%
33%
17%
48%
44%
17%
33%
0%
0%
0%
0%
0%
50%
25%
17%
51%
37%
0%
17%
17%
17%
31%
44%
17%
25%
0%
0%
0%
0%
Kota Manado
Kota Malang
Kota Makassar
Kota Magelang
Kota Madiun
Kota Lubuk Linggau
Kota Lhokseumawe
Kota Langsa
Kota Kupang
Kota Kotamobagu
Kota Kendari
Kota Kediri
Kota Jayapura
Kota Jambi
Kota Jakarta Utara
Kota Jakarta Timur
Kota Jakarta Selatan
Kota Jakarta Pusat
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
17%
17%
50%
33%
39%
33%
50%
42%
46%
50%
50%
33%
17%
17%
50%
33%
25%
33%
50%
42%
37%
50%
42%
33%
Kota Gunungsitoli
Kota Gorontalo
Kota Depok
Kota Denpasar
Kota Dumai
Kota Cirebon
Kota Cimahi
Kota Cilegon
Kota Bukittinggi
Kota Bontang
Kota Bogor
Kota Blitar
0%0% Kota Jakarta Barat
118
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
50%
8%
42%
50%
13%
50%
8%
50%
17%
42%
50%
29%
50%
8%
Kota Singkawang
Kota Sibolga
Kota Serang
Kota Semarang
Kota Sawahlunto
Kota Samarinda
8%
17%
17%
29%
33%
29%
43%
0%
17%
50%
4%
8%
17%
8%
21%
33%
28%
26%
0%
0%
50%
0%
Kota Salatiga
Kota Sabang
Kota Probolinggo
Kota Prabumulih
Kota Pontianak
Kota Pematang Siantar
Kota Pekanbaru
Kota Pekalongan
Kota Payakumbuh
Kota Pasuruan
Kota Pariaman
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
50%
17%
25%
25%
14%
33%
17%
13%
33%
33%
50%
17%
38%
33%
0%
17%
25%
33%
17%
0%
17%
33%
50%
8%
7%
21%
Kota Pangkal Pinang
Kota Palu
Kota Palopo
Kota Palembang
Kota Palangkaraya
Kota Pagaralam
Kota Padangsidimpuan
Kota Padang Panjang
Kota Padang
Kota Mojokerto
Kota Metro
Kota Medan
Kota Mataram
42%33% Kota Pare Pare
119
42%
0%
17%
4%
13%
50%
4%
25%
21%
21%
Kota Yogyakarta
Kota Tual
Kota Tomohon
Kota Tidore Kepulauan
Kota Ternate
Nilai Kepatuhan Nilai RealisasiKebupaten/Kota
17%
33%
17%
33%
17%
8%
50%
25%
21%
33%
17%
17%
0%
0%
17%
33%
33%
33%
17%
8%
50%
25%
25%
33%
17%
17%
0%
0%
Kota Tebing Tinggi
Kota Tasikmalaya
Kota Tarakan
Kota Tanjung Pinang
Kota Tanjung Balai
Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang
Kota Surakarta
Kota Surabaya
Kota Sungai Penuh
Kota Sukabumi
Kota Subulussalam
Kota Sorong
Kota Solok
0% 17%Kota Tegal
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
120
PELIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN LAINV
Pelibatan pemangku kepentingan lainnya sebagaimana amanat Perpres No. 54 Tahun 2018
pada pasal 9 telah dilaksanakan oleh Setnas PK. Sebagaimana kita ketahui bahwa pemangku
kepentingan lainnya sudah terlibat mulai dari tahap penyusunan di tahun 2017 -2018 hingga
terbitnya Perpres tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi.
Pada tataran pelaksanaan Aksi PK, pelibatan pemangku kepentingan lainnya sejak Triwulan I
hingga Triwulan V adalah berupa pendampingan dan pemantauan Aksi PK. Dalam hal
pendampingan, teridentifikasi beberapa narasumber perorangan, mitra pembangunan, dan
organisasi masyarakat sipil terlibat aktif :
Narasumber Perorangan Mitra Pembangunan Organisasi Masyarakat Sipil
Ahli, Praktisi, Akademisi pada 27 Sub Aksi PK
USAID CEGAH, GIZ, AIPJ2, UNDP, dan World Bank
AURIGA, PWYP, TII, WRI, Setnas OGI
Sedangkan pada tataran pemantauan, selain telah membuka kesempatan pada lebih dari 30
organisasi masyarakat sipil tingkat pusat maupun daerah untuk turut serta memberikan
catatan dan data pada aplikasi Jaga Monitoring, Stranas PK juga merangkul 2 organisasi
masyarakat sipil dalam hal monitoring dan evaluasi pelaksanaan Aksi PK di daerah. Berikut
adalah gambaran singkat mengenai pelaksanaan dan hasil pemantauan yang dilakukan
Indonesian Corruption Watch (ICW) dan Transparansi Internasional Indonesia (TII):
1). Indonesian Corruption Watch (ICW)
a. Pemantauan dilaksanakan di 4 Provinsi: Aceh, Riau, Jawa Timur, DKI Jakarta serta 6
Kota/Kabupaten: Surabaya, Malang, Pekanbaru, Makassar, Banda Aceh, dan Kabupaten
Jember dengan dukungan dari USAID CEGAH
b. Aksi PK : PBJ dan SPPT
c. Kesimpulan:
PBJ: 1). Inisiatif untuk mengimplementasikan Aksi PBJ sudah berjalan, meskipun
masih terkendala dengan SDM dan kapasitas pengoperasian teknologi informasi ; 2).
Sebagian besar daerah pemantauan belum melakukan lelang konsolidasi
disebabkan adanya perbedaan pemahaman antara daerah dan pusat
121
SPPT: 1). Implementasi pertukaran data penanganan secara terpadu di satuan kerja
tingkat pertama secara online belum maksimal ; 2). Belum terinputnya data dalam
konsep SPPT-TI dikarenakan kendala teknis ; 3). Belum efektifnya pengiriman data
SPDP
d. Rekomendasi:
Memberikan ruang yang besar kepada masyarakat untuk mengakses proses yang
sedang berjalan
Mencari jalan keluar terkait kebutuhan daerah: anggaran dan kekurangan pegawai
Melakukan capacity building kepada pelaksana teknis terkait penggunaan teknologi
Sosialisasi konsep konsolidasi PBJ di tingkat daerah
Menerapkan mekanisma reward and punishment terkait implementasi Stranas PK
Mempercepat implementasi penerapan SPDP online
2). Transparansi Internasional Indonesia (TII)
a. Pemantauan dilaksanakan di 9 wilayah: Kota Banda Aceh, Kota Gorontalo, Kota
Pontianak, Kota Yogyakarta, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Kalimantan Timur,
Provinsi Riau, Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi Sulawesi Utara dengan dukungan
UNDP dan AIPJ2
b. Sub Aksi PK: UKPBJ, OSS, One Map, dan Sistem Merit
c. Kesimpulan:
Hasil pemantauan ini menegaskan bahwa sebuah kebijakan antikorupsi nasional
yang efektif sudah sepatutnya melampaui kerja-kerja admininistratif. Sayangnya,
rencana-rencana aksi yang tertuang di dalam kerangka Stranas PK selama tahun
2019, masih banyak bertumpu pada target-target administratif guna mematuhi
capaian dokumen. Selain berdampak pada rumitnya pengukuran dan peninjauan
dampak, target-target tersebut tidak secara langsung berkontribusi pada akar
masalah korupsi di Indonesia yaitu korupsipolitik.
Kapasitas dari unit-unit pelaksana yang dipantau secara umum kurang memadai.
Kesimpulan ini didapatkan dengan menggunakan instrumen pemantauan yang
disusun dari komponen UNCAC pasal 5 serta The Kuala Lumpur Statement. Tim
peneliti menggunakan 5 dimensi (Kelembagaan, Sumber Daya Manusia dan
Anggaran, Akuntabilitas, Mitigasi Risiko Korupsi, dan Pelibatan Masyarakat) serta 25
indikator didalamnya untuk meninjau kinerja dan kapasitas masing-masing unit
kerja. Dari 5 dimensi yang dipantau, tim peneliti mendorong berbagai kelompok
122
kepentingan terutama Timnas PK untuk memperkuat dimensi Akuntabilitas,
Mitigasi Risiko Korupsi, dan Pelibatan Masyarakat dari masing-masing unit
pelaksana.
d. Rekomendasi:
Membenahi kapasitas unit-unit pelaksana
Memperkuat komitmen politik lokal
Memastikan inklusivitas dan memperluas keterlibatan publik
Mempercepat pelaksanaan Stranas PK pada 4 Sub Aksi PK yang dipantau
Pemantauan oleh TII ini dilakukan bersama dengan Setnas PK mulai dari perencanaan
(penentuan Sub Aksi PK, metode, dan pemilihan daerahnya), serta pelaksanaannya. Satu hal
penting yang dilakukan pada pelaksanaan pemantauan ini adalah proses identifikasi dari
perubahan yang dirasakan oleh pelaksana maupun pengguna dengan adanya 4 Sub Aksi tsb.
Berikut catatannya:
a. Kondisi
OSS, PBJ, Sistem Merit, One Map
Target OSS yang
harus dilaksanakan
rata-rata telah
terpenuhi secara
administratif
OSS membuat
proses perizinan
menjadi lebih cepat
Secara teknis dan
non teknis, sistem
OSS masih harus
terus diperbaiki dan
dikembangkan,
termasuk wewenang
evaluasinya di
daerah
Target PBJ yang
harus dilaksanakan
rata-rata telah
terpenuhi secara
administratif
UKPBJ menjaga
profesionalitas
proses PBJ
Target Sistem Merit
yang harus
dilaksanakan rata-
rata telah terpenuhi
secara administratif
Seleksi JAPTI
menjadi terbuka dan
sesuai dengan
kompetensinya
Penggunaan aplikasi
kepegawaian secara
2 arah harus segera
dilaksanakan dan
disupervisi oleh BKN
agar Sistem Merit
bisa tercapai dan
terintegrasi secara
nasional
Target One Map
yang harus
dilaksanakan rata-
rata telah terpenuhi
secara administratif
One Map
menginisiasi
tersedianya data
yang bisa
mengindentifikasi
tumpang tindih
Dibutuhkan proses
verifikasi lapangan
untuk memastikan
bahwa data valid
atau tidak
Untuk melangkah ke
tahap integrasi,
proses kompilasi
yang sampai saat ini
masih berlangsung,
perlu ditentukan
tanggal batasnya.
123
Kepemimpinan:
Dibutuhkan Pimpinan yang mendukung pelaksanaan OSS, PBJ, Sistem Merit, One Map tidak
hanya secara administratif, namun pelaksanaan yang berdampak
Oligarki politik, ekonomi, persaudaraan dll harus bisa diminimalisir dalam pengambilan
keputusan
Regulasi:
Regulasi KL pembina harus disinkronkan, seperti:
o OSS: antara BKPM dan Kominfo soal penggunaan SiMantra dan SiCantik serta pembinaan
pelaporan perusahaan yang berusaha
o PBJ: antara LKPP dan PAN RB mengenai pemenuhan jafung PBJ
o BKD: antara PAN RB, BKN, KASN, Kemendagri yang berubah cepat dan beberapa bertolak
belakang mengenai pengelolaan ASN
o Disbun: Permentan tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik di
Bidang Pertanian menimbulkan potensi kekacauan pada penataaan Satu Peta karena tidak
adanya kewenangan Pemprov dalam pemantauan
Juklak dan juknis dari semua kebijakan dan sistem harus disediakan sebagai dasar KLD
menjalankan kebijakan dan sistem, misal konsistensi dokumen dikirim elektronik dan atau fisik
Sistem:
Kesiapan sistem dalam menjalankan proses dari pembangunan hingga pengembangan
Kemudahan dan kelengkapan sistem, seperti pengguna mudah mengakses dengan disertai data
pendukung yang lengkap, misal info lengkap perusahaan bisa langsung terlihat
Dibutuhkan infrastruktur tambahan/baru untuk menjalankan sistem baru
Inisiatif dan fasilitas bimbingan teknis harus datang juga dari KL Pembina
SDM:
Kriteria dan level jabatan pegawai yang memiliki pekerjaan dengan resiko hukum maupun
administratif yang lebih banyak, seperti DPMPTSP, UKPBJ , dan BKD patut diapresiasi berbeda
dengan SKPD lain
Perlu diberikan penguatan kapasitas SDM agar bisa memiliki kompetensi yang baik dan bisa
memberikan pelayanan dengan lebih baik.
Anggaran:
Inefisiensi terhadap pengulangan sistem atau kegiatan yang sejenis namun dinilai berbeda, misal
aplikasi baru dengan fungsi yang sama
Anggaran baru / tambahan untuk menjalankan Aksi PK yang timbul seharusnya menjadi cikal bakal
efektivitas dan efisiensi program dan anggaran KLD dalam menjalankan Aksi PK pada masa
mendatang
124
b. Pelaksanaan Aksi PK bagi Pengguna (Perwakilan Organisasi Perwakilan Masyarakat dan
Akademisi)
Perizinan OSS PBJ Sistem Merit One Map
Proses perizinan
dinilai masih sulit baik
dari sisi persyaratan
maupun sistemnya
(walaupun sudah ada
OSS)
Diindikasikan ada
jasa baru yang timbul
dengan adanya OSS
yaitu proses akses
OSS, salah satunya
dimintakan ke Notaris
bahkan ke petugas di
PTSP
Proses PBJ masih
diintervensi
Pengumuman
pemenang PBJ dinilai
belum transparan
Info tentang
kemajuan
pelaksanaan PBJ baik
ketika berjalan lancar
maupun mangkrak
masih minim
Penyedia PBJ ada
penyedia yang sama
dengan nama berbeda
Anjab dan ABK dibuat
tidak sesuai
kebutuhan
Hasil seleksi JPT
berbeda dengan
keputusan akhir
Pengumuman seleksi
JAPTI sudah
terpublikasikan
Seleksi JAPTI masih
terbatas administratif
Pemilihan Pansel
kurang jelas
kriterianya
Keputusan seleksi
JAPTI berbeda antara
Pansel dan Gubernur
Nilai seleksi JAPTI
belum diumumkan
JAPTI yang terpilih
disinyalir orang dekat
Kepala Daerah terkait
persaudaraan
maupun politik
Kebijakan One Map
sebaiknya tidak
sekedar untuk
mengatasi tumpang
tindih sehingga
meningkatkan
investasi besar, tetapi
juga untuk
memberikan
kesempatan rakyat
untuk berusaha
Tanah dikuasai oleh
orang-orang tertentu
Banyak perizinan yang
tumpang tindih dan
sudah tidak aktif
Keterbukaan Informasi Publik
Publik masih sulit untuk mendapatkan informasi pemerintah yang bersifat publik, seperti anggaran,
pengadaan, dll
125
c. Identifikasi Hasil (Jangka Pendek)
Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) Online Single Submission (OSS)
Efisiensi proses dan biaya perizinan bagi
pengguna
Meminimalisir permintaan maupun
pemberian biaya di luar peraturan , misal uang
tips bagi petugas atau uang fotokopi
dokumen dll
Meminimalisir tatap muka yang bisa
menyebabkan kesepakatan dan keputusan
perizinan yang tidak obyektif
Efektivitas pelaksanaan proses perizinan yang
salah satunya ditandai dengan waktu kerja
yang lebih cepat oleh pengelola di PMPTSP
Efisiensi biaya perkembangan aplikasi
Efisiensi proses dan biaya perizinan bagi
pengguna
Menumbuhkan semangat berusaha UMKM
yang ditandai dengan terdatanya pertambahan
UMKM yang memiliki usaha
Menambah PAD
Membuka lapangan kerja baru yang bisa
menyerap tenaga kerja
Kebijakan Satu Peta
Mulai tersedianya data untuk mengidentifikasi dan mencegah tumpang tindih
Mulai termanfaatkannya data untuk pengambilan keputusan pemberian izin
Unit Kerja Pengadaan Barang Dan Jasa (UKPBJ)
E Katalog Konsolidasi
PBJ menjadi unit yang
profesionalitasnya terjaga
Target penyelesaian paket
PBJ secara jumlah dan
waktu menjadi lebih baik
Meminimalisir intervensi
proses dan hasil PBJ
Kualitas barang jasa
dan harga yang
terstandar
Efisiensi biaya barang dan
jasa
Efisiensi anggaran
pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa
126
Sistem Merit
Kompetensi dan karir mulai terpetakan
Pegawai Eselon 2, 3, dan 4 mulai menempati jabatan yang sesuai dengan
kompetensinya sambil penyempurnaan sistem asesmen
Seleksi jabatan Pimpinan Tertinggi berproses menjadi transparan
Pada tataran monitoring dan evaluasi ini, selain ada CEGAH USAID, UNDP, dan AIPJ2 yang
memberikan dukungan, juga tercatat GIZ pada akhir tahun 2018 pernah memberikan dukungan
berupa analisis Indeks Persepsi Korupsi bagi Stranas PK. Pada tataran komunikasi, UNDP pun
telah berkontribusi pada pembuatan media komunikasi berupa video.
Ke depannya, pelibatan pemangku kepentingan lainnya senantiasa akan dioptimalkan, baik
dalam pendampingan maupun pemantauan, termasuk pengukuran Aksi PK 2019-2020 serta
penetapan Aksi PK 2021-2022. Diharapkan juga kesempatan yang telah dibuka oleh Setnas PK
bagi para pemangku kepentingan untuk terlibat dalam pelaksanaan Stranas PK dapat direspon
aktif. Hasil kolaborasi dari para pemangku kepentingan ini menjadi penguatan bagi Setnas PK
dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan Aksi PK yang berdampak pada ikhtiar pencegahan
korupsi.
Laporan Pelaksanaan Stranas PK Triwulan V Tahun 2020
PENUTUPVI
Hasil dari laporan ini akan menjadi rujukan bersama mengenai apa, bagaimana dan sudah sampai di
mana aksi-aksi pencegahan korupsi dilakukan oleh Pemerintah; dan bagaimana Pemerintah, dalam
hal ini Strategi Nasional Pencegahan Korupsi terus konsisten menciptakan dan mendorong
program atau inisiatif pencegahan korupsi, baik yang ada di Pusat maupun di Daerah.
Demikianlah laporan pelaksanaan aksi pencegahan korupsi tahun 2020 ini disusun untuk dijadikan
bahan evaluasi baik oleh Tim Nasional maupun Kementerian/Lembaga/Pemda yang menjadi
penanggung jawab aksi.
Stranas PK yang dipimpin oleh KPK, Kemendagri, KemenPANRB, Bappenas dan KSP telah
memungkinkan terjadinya kolaborasi dan sinergi yang cukup baik antar Kementerian, Lembaga, dan
Pemda dalam menjalankan aksi-aksi pencegahan korupsi secara bersamasama. Tujuan utamanya
adalah bagaimana kolaborasi dan sinergi ini dapat mempercepat terciptanya “the enabling
environment” atau pra-kondisi demi terwujudnya Indonesia yang bersih dan bebas dari praktik-
praktik korupsi.
127
SEKRETARIAT NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSIPK(SETNAS )
Gedung Merah Putih KPKJl Kuningan Persada No. 4 Setiabudi, Jakarta - Indonesia
021-25578300 ext. 8104
https://stranaspk.kpk.go.id
https://jaga.id/monitoring