i
STRATEGI DAKWAH MELALUI SENI HADRAH
(BAND RELIGI) AL-HAYDAR
DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN PABELAN,
KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Yuliana
NIM. 43010160037
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
ii
iii
STRATEGI DAKWAH MELALUI SENI HADRAH
(BAND RELIGI) AL-HAYDAR
DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN PABELAN,
KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Yuliana
NIM. 43010160037
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
iv
v
vi
vii
Motto
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”
(QS. Ar-Rahman: 60)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta nikmatnya, sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumul kelak
nanti, aamin.
Alhamdulillah telah terselesaikannya penulisan skripsi ini berkat doa
orang tua yang tiada henti, semangat dari orang terdekat dan sahabat
maupun teman yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil,
dan menjadi semangat untuk terus menggapai apa yang diimpikan. Skripsi
ini dipersembahkan untuk orang-orang hebat di sekitar penulis:
1. Kedua orangtua penulis, Bapak Suharto dan Ibu Nuryati tercinta yang telah
mendidik, membimbing, dan membesarkan dengan penuh kasih sayangnya
serta mendoakan putrinya dengan tiada henti sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancer. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan kebaikan dan umur panjang kepada keduanya.
2. Adikku Muhammad Fadhil Yaskur, yang menemani meski sering kali
membuat kesal tapi tetaplah menjadi adik laki-laki yang baik dan semoga
sukses di kemudian hari.
3. Kepada segenap keluarga yang telah memberikan dukungan dan bantuan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada Bapak Rovi‟in, M.Ag. selaku pembimbing dalam mengerjakan
hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
ix
5. Kepada Ibu Maryatin, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan motivasi dan arahannya serta memberikan kepercayaan untuk
mengerjakan skripsi ini.
6. Kepada Rifqi Ali Habibi yang selalu memberikan semangat, dukungan,
motivasi, dan perhatiannya serta telah mendampingi baik suka maupun
duka.
7. Kepada Sahabat seperjuanganku dari awal semester hingga saat ini, Fuzia,
Moneta, Indah, Syahnina, Eswe, Ratih, Bagong, Buyung, Ateng, Simbah,
Bagas, Putra, semoga menjadi orang-orang sukses.
8. Kepada Ninok-ninok (Nani, Avi, Erlina, Nisa, Dini, Diyah) semoga menjadi
ibu rumah tangga yang rajin.
9. Teman-temanku seperjuangan Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Angkatan 2016.
10. Teman-temanku FORKID (Forum Remaja Krajan Kidul) yang memberikan
banyak pengalaman, dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Teman-temanku semua yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Terimakasih
atas segala do‟a dan dukungan yang telah diberikan.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah
rahmat beserta nikmatNya yang tak terhingga. sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Dakwah Melalui Seni
Hadrah (Band Religi) Al-Haydar di Desa Sumberejo, Kecamatan
Pabelan, Kabupaten Semarang”. Sholawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya
di yaumul kelak nanti, aamin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak
mengalami kesulitan, karna keterbatasan kemampuan. Namun berkat
motivasi, dukungan, dan bimbingan serta bantuan baik moril maupun
materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Salatiga.
3. Ibu Dra. Maryatin, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang sejak awal
perkuliahan selalu memberi motivasi sampai terselesai semua
perkuliahan dengan baik.
xi
xii
ABSTRAK
Yuliana, 2020. Strategi Dakwah Melalui Seni Hadrah (Band Religi) Al-Haydar Di
Desa Sumberejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Skripsi.
Fakultas Dakwah. Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Institut Agama Islam Negri Salatiga. Pembimbing: Rovi‟in, M.Ag.
Kata Kunci: Dakwah, Strategi Dakwah, Seni Hadrah
Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah: Untuk mengetahui strategi
dakwah melalui unsur-unsur dari seni hadrah Al-Haydar. Kendala penyampaian
dan upaya mengatasi kendala penyampaian pesan dakwah di Desa Sumberejo
Kec. Pabelan Kab. Semarang.
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field
research). Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sumberejo, Kecamatan Pabelan,
Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunaan metode kualitatif dengan
prosedur pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data
yang sudah terkumpul kemudian dilakukan analisis penyajian data untuk
menjawab rumusan masalah dan menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.
Hasil penelitian ini adalah: Strategi dakwah yang dilakukan melalui grup
hadrah Al-Haydar di Desa Sumberejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang
dimana penyampaian pesan dakwah disampaikan melalui dua cara yaitu, yang
pertama melalui lagu sholawat yang dibawakan, yang kedua dapat melalui
dakwah kiyai. Penyampaian pesan dakwah yang dilakukan oleh grup hadrah Al-
Haydar menekankan pada lagu sholawatan dan lagu jawa dengan genre musik dan
aransemen lagu yang berbeda. Kendala internal yang terjadi pada grup hadrah Al-
haydar yang pertama adalah pada jadwal pementasan yang hanya dapat dilakukan
pada waktu di luar jam sekolah atau jam kerja. Kemudian banyak terjadi beberapa
perdebatan antar anggota dan perbedaan pendapat mengenai beberapa hal serta
emosi yang tidak terkontrol oleh para pemain. Upaya untuk mengatasi yaitu
dengan mengadakan rapat rutin yang dilaksanakan satu kali pertemuan dalam
setiap dua bulan untuk menyaring kritik dan saran dari masyarakat dan
permasalahan dari dalam kelompok yang kemudian di evaluasi bersama dalam
rapat tersebut.
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anggota Grup Hadrah Al-Haydar ........................................................ 38
Gambar 2. Pementasan Grup Hadrah Al-Haydar ................................................... 43
Gambar 3. Alat Music Grup Hadrah Al-Haydar .................................................... 45
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Narasumber Wawancara ............................................................... 55
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ........................................................................................ ii
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN PUBLIKASI ........................................ vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
xvi
E. Penegasan Judul ..................................................................................... 5
F. Kerangka Berpikir .................................................................................. 7
G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10
B. Landasan Teori ..................................................................................... 12
1. Strategi ........................................................................................... 12
a. Pengertian Strategi ................................................................... 12
2. Dakwah .......................................................................................... 15
a. Pengertian Dakwah .................................................................. 15
b. Unsur-unsur Dakwah ............................................................... 17
c. Metode Dakwah ....................................................................... 18
3. Seni ................................................................................................. 19
a. Pengertian Seni......................................................................... 19
b. Seni Pertunjukan ...................................................................... 20
c. Macam Seni Pertunjukan ......................................................... 22
4. Hadrah ............................................................................................ 24
a. Bentuk Penampilan Hadrah...................................................... 26
b. Bentuk Penyajian Lagu ............................................................ 26
c. Alat Musik Hadrah ................................................................... 28
xvii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 31
B. Kehadiran Peneliti ................................................................................ 31
C. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 32
D. Sumber Data ......................................................................................... 32
E. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 33
F. Analisis Data ........................................................................................ 34
G. Pengecekan Keabsahan Data................................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 38
1. Gambaran Umum Grup Hadrah Al-Haydar ................................... 38
2. Tujuan dibentuknya Grup Hadrah Al-Haydar ................................ 41
3. Struktur Organisasi ......................................................................... 42
4. Pementasan Grup Hadrah Al-Haydar ............................................. 43
5. Strategi Dakwah Seni Hadrag AL-Haydar ..................................... 54
B. Pembahasan
1. Strategi Penyampaian Pesan Dakwah Grup Hadrah
Al-Haydar ....................................................................................... 60
Kendala Penyampaian Pesan Dakwah melalui Grup Hadrah
2. Al-Haydar ....................................................................................... 64
3. Upaya dalam Mengatasi Kendala Penyampaian Pesan Dakwah
Grup Hadrah Al-Haydar ................................................................. 65
xviii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 67
B. Saran ................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk
menyeru dan mengajarkan pada kebaikan. Setiap muslim memiliki
kewajiban untuk berdakwah, bagi setiap individu dari umat Islam
dianggap sebagai penyambung tugas Rosulullah SAW untuk
menyampaikan dakwah. Dakwah berfungsi menata kehidupan masyarakat
yang agamis menuju terwujudnya masyarakatyang harmonis dan bahagia.
Ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan
manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa
kepada kehancuran (Sirajuddin, 2014).
Pada zaman Rosulullah SAW strategi dalam berdakwah dilakukan
secara diam-diam dan secara terang-terangan. Dakwah secara diam-diam
dilakukan di lingkungan sendiri, keluarga dan dikalangan rekan-rekannya.
Setelah itu dakwah baru dilaksanakan secara terang-terangan dengan
menyeru kepada segenap lapisan masyarakat umum, mulai dari
maseyarakat bangsawan hingga kelas hamba sahaya (Murodi, 2013).
Problematika modernitas ternyata telah menjadi problem sosial
terutama di negara-negara yang mayoritas Muslim, dunia dakwah sedang
menghadapi tantangan baru yang sifatnya lebih sistemik. Pengkajian
kembali tentang pengertian, ruang lingkup, metode dakwah perlu terus
dilakukan. Saat ini, berbagai fenomena sosial yang muncul dari
2
kompleksitas budaya serta masyarakat yang heterogen telah menciptakan
pekerjaan rumah yang lebih banyak dan lebih luas cakupannya bagi dai
(Rozikan, 2017). Saat ini perkembangan zaman semakin maju,
perkembangan ini membawa pengaruh positif terhadap dakwah yang
dilakukan oleh para pendakwah. Kini dakwah tidak hanya dilakukan di
mimbar saja akan tetapi dakwah dapat dilakukan melalui berbagai cara dan
menggunakan media apa saja. Dakwah juga disampaikan dengan ide-ide
kreatif dan nilai-nilai yang dikemas dalam suatu paket yang menarik.
Dengan berkembangnya media dalam berdakwah, kini dakwah
banyak dilakukan melalui media online atau media sosial seperti,
Instagram, facebook, twitter, youtube dan whatsapp serta aplikasi dakwah
lainnya. Belakangan ini dakwah juga banyak dilakukan melalui film layar
lebar yang dikemas dengan nuansa Islam. Strategi dakwah melalui film ini
mulai banyak dilirik para aktivis dakwah di Indonesia, dari beberapa film
yang sudah ada seperti film Ayat-Ayat Cinta, Assalamualaikum Beijing,
dan Ajari Aku Islam, aktivis dakwah semakin tertarik untuk turut
berdakwah melalui film. Selain itu dakwah melalui seni juga masih terus
berkembang hingga saat ini.
Pada zaman sekarang seni banyak digunakan sebagai media
penyebaran agama Islam. Melalui seni, dakwah dapat disampaikan dengan
beragam kreatifitas, keindahan dan kearifan yang tentunya tidak
meninggalkan nilai-nilai dan norma Islam. Dakwah dapat dilakukan
melalui berbagai macam seni seperti; seni tari, seni wayang kulit, seni
3
sastra, seni musik, dan seni hadrah. Seni hadrah dalam hal ini adalah seni
musik dalam bentuk pembacaan sholawat yang diiringi dengan alat musik
rebana, yang dikemas semaksimal mungkin untuk meningkatkan kecintaan
masyarakat dalam mengembangkan seni Islam.
Hadrah atau rebana adalah sebuah musik yang bernuansa Islami
yaitu dengan melantunkan sholawat nabi dan diiringi dengan alat tabuhan
rebana. Seni Hadrah masuk ke Indonesia diperkirakan sudah agak lama
dan dibawa oleh pedagang-pedagang Arab ke tanah Melayu, setelah itu
kemudian tersebarlah ke penjuru Nusantara dan diperkirakan sekitar abad
18 masuklah hadrah ditanah Jawa. (Hamdy, 2002)
Kesenian sendiri memiliki keberagaman yang berbeda-beda dalam
setiap daerah. Di Ds. Sumberejo, Kec. Pabelan terdapat beberapa kesenian
hadrah, mulai dari anak-anak, remaja, dan orang tua, mereka memiliki
grup hadrah masing-masing. Warga desa Sumberejo mayoritas adalah
beragama Islam, dan mereka aktif dalam kegiatan-kegiatan kajian Islam.
Dengan adanya grup kesenian hadrah ini kegiatan keagamaan
menjadi lebih berwarna dan menarik, warga terlihat lebih antusias untuk
mengikuti setiap kegiatan. Seni hadrah juga merupakan aktivitas dakwah
yang dilihat sebagai proses penyampaian ajaran Islam, dan juga sebagai
sarana menyiarkan agama Islam melalui kesenian dalam berdakwah dan
membawa masyarakat pada perubahan yang lebih baik.
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti berupaya melakukan
penelitian pada salah satu grup hadrah di Desa Sumberejo yaitu grup
4
hadrah remaja yang bernama “Al-Haydar”. Penelitian dengan judul
“Strategi Dakwah Melalui Seni Hadrah (Band Religi) Al-Haydar Di Desa
Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang” ini menfokuskan
pada strategi dakwah yang diterapkan pada grup hadrah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi penyampaian pesan dakwah melalui unsur-unsur
seni hadrah Al- Haydar di Desa Sumberejo Kec. Pabelan Kab.
Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui strategi dakwah melalui unsur-unsur dari seni
hadrah Al-Haydar di Desa Sumberejo Kec. Pabelan Kab. Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai
ilmu pengetahuan dalam mengembangkan media pembelajaran
dalam berdakwah khususnya untuk jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.
b. Hasil penelitian mengenai Strategi Dakwah Melalui Seni Hadrah
(Band Religi) Al-Haydar Di Desa Sumberejo Kec. Pabelan Kab.
Semarang dapat memberikan kontribusi sebagai acuan atau
referensi mengenai strategi dakwah mengajarkan agama Islam
melalui seni dan tentunya menjadi tulisan ilmiah yang bermanfaat.
5
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi grup
seni dan masyarakat bahwa terdapat pesan ajaran-ajaran Islam
yang terkandung dalam kesenian tersebut. Selain itu agar dapat
mempertahankan keutuhan kesenian maupun nilai keagamaannya.
b. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan dan pertimbangan
untuk mendukung dan mengembangkan kesenian yang berada di
desa.
E. Penegasan Judul
Dalam pembahasan skripsi yang berjudul Strategi Dakwah Melalui
Seni Hadrah (Band Religi) Al-Haydar Di Desa Sumberejo Kec. Pabelan
Kab. Semarang, pertlu penjelasan agar tidak keluar dari jalur yang
ditentukan. Untuk mendapatkan gambaran dari penelitian dan menghindari
kesalahpahaman maka penulis akan menjelaskan tentang judul tersebut.
1. Strategi Dakwah
Strategi merupakan pendekatan keseluruhan yang berkaitan dengan
seluruh rancangan, rencana, ataupun evaluasi dalam suatu aktivitas.
Strategi digunakan untuk menentukan langkah efektif yang akan di
tempuh untuk mencapai suatu tujuan. Strategi banyak dilakukan dalam
berbagai aktivitas, seperti bisnis, pemasaran, metode pembelajaran,
olahraga, dan beberapa usaha lainnya.
Jakfar (2006: 80-81) berpendapat bahwa dakwah dalam pengertian
umum adalah segala usaha dan perbuatan baik dengan lisan, tulisan
6
dan perilaku yang dapat mendorong manusia merubah dirinya dari
suatu keadaan kepada keadaan yang lebih baik, lebih memuaskan dan
lebih sesuai dengan ajaran Islam. Adapun lebih khususnya dakwah
didefinisikan sebagai segala perbuatan dan perilaku termasuk di
dalamnya keikutsertaan orang Islam dalam suatu kegiatan kabajikan
yang dapat mendorong seseorang atau sekelompok orang lain untuk
merubah dirinya dari suatu keadaan kepada yang lebih baik.
Strategi dakwah adalah proses penentuan cara dan upaya untuk
menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu guna
mencapai tujuan dakwah dengan memanfaatkan berbagai sumber daya.
Dengan demikian strategi dakwah artinya metode, siasat, taktik atau
yang dipergunakan dalam aktivitas (kegiatan) dakwah
(Wahyuningrum, 2015) .
2. Seni Hadrah (Band Religi) Al-Haydar
Seni Hadrah atau rebana adalah sebuah musik yang bernuansa
Islami yaitu dengan melantunkan sholawat nabi dan diiringi dengan
alat tabuhan rebana. Seni Hadrah masuk ke Indonesia diperkirakan
sudah agak lama dan dibawa oleh pedagang-pedagang Arab ke tanah
Melayu, setelah itu kemudian tersebarlah ke penjuru Nusantara dan
diperkirakan sekitar abad 18 masuklah hadrah ditanah Jawa (Hamdy,
2002).
Seni hadrah (band religi) Al-Haydar yang ada di Desa Sumberejo,
Kec. Pabelan, Kab. Semarang ini merupakan hadrah yang dilakukan
7
oleh remaja dusun Gondangsari. Hadrah ini digunakan sebagai sarana
dakwah untuk menyerukan agama Islam melalui lantunan syair-syair
yang didalamnya terdapat pesan-pesan indah dan disajikan dengan alat
musik khas Islam. Namun grup hadrah ini juga menggunakan alat-alat
musik modern dan dengan genre yang mengikuti perkembangan
zaman, sehingga grup hadrah ini disebut dengan band religi.
F. Kerangka Berpikir
Seiring dengan berkembanganya teknologi informasi pada era
globalisasi membuat media dakwah semakin beragam, baik melalui media
sosial, media cetak, Dengan adanya hal ini, metode penyampaian dakwah
melalui seni Islam harus mampu mengikuti dan menyesuaikan dengan
perkembangan teknologi informasi, serta meningkatkan kualitas dari seni
itu sendiri tanpa meninggalkan tradisi dan ciri khasnya.
Berbagai kalangan masyarakat kini banyak yang mengakses
informasi mengenai kajian Islam maupun pengetahuan lainnya melalui
media sosial. Rupanya hal ini tidak mempersempit ruang berdakwah bagi
seni Islam untuk terus berkembang dan menunjukkan kreativitasnya dalam
menyampaikan dakwah melalui seni.
Dakwah melalui seni hadrah atau rebana kini mulai berkembang
dan dikenal kembali oleh masyarakat. Dakwah yang disampaikan melalui
syair-syair dan nyayian yang diiringi dengan perpaduan alat musik ini
mampu menarik dan meluluhkan hati para pendengarnya. Dakwah melalui
seni hadrah pastinya harus memiliki strategi yang tepat untuk
8
mempertahankan ke eksisannya di kalangan masyarakat sebagai media
penyampaian dakwah.
Dengan penelitian ini peneliti mencoba mencari informasi tentang
strategi dakwah yang dilakukan oleh seni hadrah (band religi) Al- haydar
di desa Sumberejo, kecamatan Pabelan, kabupaten Semarang. Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan variable penelitian
merupakan objek yang tidak menggunakan pengukuran dan angka-angka.
Dengan menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan dan
dapat diwujudkan dalam bentuk deskriptif.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini akan diuraikan secara sistematis
yang terdiri dari beberapa bab. Adapun mengenai sistematika dalam
penulisan skripsi adalah sebahai berikut:
BAB I: Merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian (teoritik
dan praktis), penegasan judul, kerangka berpikir, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Berisi kajian pustaka dan landasan teori, dalam bab ini
akan menguraikan kajian penelitian terdahulu dan landasar teori yang
mencakup tentang deskripsi teori mengenai strategi, dakwah, dan
kesenian.
BAB III: Berisi tentang metodologi penelitian yaitu jenis
penelitian, kehadiran peneliti, waktu dan lokasi penelitian, sumber data
9
yang digunakan adalah data primer dan sekunder, prosedur pengumpulan
data dengan melakukan observasi, wawancara, dokumentasi dan analisis
data serta keabsahan data.
BAB IV: Gambaran umum, mengenai seni hadrah (band religi) Al-
Haydar di Desa Sumberejo, Kec. Pabelan Kab. Semarang mulai dari
sejarah, tujuan, struktur organisasi, dan temuan penelitian.Hasil penelitian
dan pembahasan yang mencakup proses pementasan dan strategi dakwah
dari seni hadrah (band religi) Al-Haydar.
BAB V: Merupakan bab penutup yang mencakup kesimpulan dari
penelitian dan kritik saran.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai strategi dakwah melalui kesenian memang
bukan pertama kali diteliti, penelitian ini merujuk pada penelitian-
penelitian terdahulu yang membahas tentang dakwah melalui kesenian.
Berikut kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang diangkat
oleh penulis sebagai bahan referensi:
1. Dakwah Melalui Seni Pertunjukan Oleh Kelompok Musik Kiai
Kanjeng (Studi Pementasan pada tanggal 17 Februari 2010 di Bantul
Yogyakarta) oleh Robbi Isthafani Rizqi, 2010. Skripsi ini membahas
tentang bagaimana kiai kanjeng mengkomunikasikan agama Islam
dengan pertunjukannya dan integrasi dakwah dalam unsur-unsur
pertunjukannya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model
dakwah yang digunakan oleh kelompok musik kiai kanjeng yaitu
berupa seni pertunjukan musik dan beberapa kreatifitas lainnya. Seni
pertunjukan yang disuguhkan pada setiap aktifitas kiai kanjeng,
dijadikan sebagai media untuk menyampaikan dakwah yang
mengedepankan nilai-nilai kultural dalam bingkai masyarakat yang
plural. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
2. Seni Sebagai Media Dakwah Dalam Persepsi Sanggar Nuun UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta oleh Muhammad Fakih Usman, 2010.
Skripsi ini membahas tentang bagaimana metode dakwah persepsi
11
yang digunakan oleh sanggar nuun UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Hasil penelitian ini adalah model dakwah sanggar nuun UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta menggunakan kreatifitas seni berupa pentas
musik, teater, puisi, pantomim, dan beberapa kreatifitas budaya
lainnya. Hal ini dijadikan sebagai pengantar untuk menyampaikan
dakwah kepada masyarakat agar menuju kepada hal-hal yang baik di
dalam melaksanakan aktifitas kehidupan, baik dalam bentuk sosial,
ekonomi, politik, agama, maupun budaya. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif.
3. Dakwah – Musik Rebana Walisongo Sragen Oleh Joko Suyanto, 2013.
Skripsi ini menjelaskan tentang Pondok Pesantren Walisongo yang
memilih dakwah-musik sebagai strategi dakwah, selain itu penelitian
ini juga membahas tentang implikasi dari dakwah melalui media musik
terhadap pendengar Rebana Walisongo dan Pondok Pesantren
Walisongo. Hasil yang ditemukan dari penelitian adalah strategi
dakwah memalui musik oleh kelompok Rebana Walisongo adanya
faktor “human”. yakni pendekatan lewat musik dilakukan karena
dengan pertimbangan, musik dapat berpengaruh pada jiwa seseorang.
Ketertarikan seseorang terhadap musik lantas dimanfaatkan sebagai
stimulan untuk menghantarkan ayat-ayat Al-Qur‟an. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian-penelitian diatas memiliki kaitannya dengan tema yang
diangkat oleh penulis. Dari ketiga penelitian tersebut diatas memiliki
12
karaker masing-masing. Penelitian yang pertama mengangkat dakwah
yang dilakukan melalui seni pertunjukan kiai kanjeng. Penelitian yang
kedua menunjukkan bahwa seni sebagai media dakwah namun objek
yang dikaji berbeda dengan penelitian yang pertama, penelitian kedua
mengangkat keseniannya sendiri untuk menggali media dakwahnya.
Penelitian yang ketiga menjelaskan mengenai pemilihan musik sebagai
media dan strategi dakwah, serta implikasi dari dakwah melalui musik
terhadap pendengar.
Pada penelitian ini penulis lebih menekankan pada strategi dakwah
yang dilakukan oleh grup hadrah Al-Haydar di Desa Sumberejo Kec.
Pabelan Kab. Semarang melalui unsur-unsur yang ada didalamnya
seperti pemusik, penyanyi, dan syair lagu yang dibawakan. Tentunya
penelitian ini menjadi satu hal yang penting dalam konteks bagaimana
dakwah bisa dilakukan dan dikembangkan melalui siapapun dan
kelompok apapun.
B. Landasan Teori
1. Strategi
a. Pengertian Strategi
Secara etimologis, strategi berasal dari Bahasa yunani kuno
yaitu strategos. Adapun strato dapat diartikan sebagai tentara, dan
ego yang berarti pimpinan. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar
atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada
13
dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan
(Wahyuningrum, 2015).
Strategi merupakan pendekatan keseluruhan yang berkaitan
dengan seluruh rancangan, rencana, ataupun evaluasi dalam suatu
aktivitas. Strategi digunakan untuk menentukan langkah efektif
yang akan di tempuh untuk mencapai suatu tujuan. Strategi banyak
dilakukan dalam berbagai aktivitas, seperti bisnis, pemasaran,
metode pembelajaran, olahraga, dan beberapa usaha lainnya.
Menurut Arifin (dalam Sirajuddin, 2014: 13) kata strategi
kini sudah meluas ke berbagai aspek kegiatan masyarakat termasuk
dalam bidang komunikasi dan dakwah. Hal tersebut sangat penting,
karena dalam berdakwah memiliki tujuan untuk melakukan
perubahan terrencana dalam masyarakat yang berlangsung lebih
dari seribu tahun lamanya.
Menurut Al-Bayanuni (dalam Sakdiah, 2016: 42-43)
membagi strategi dalam berdakwah menjadi tiga bentuk, yaitu:
1) Strategi Sentimental (al-manhaj al-„athifi)
Strategi sentimental adalah dakwah yang menfokuskan
aspek hati dan menggerakkan perasan dan batin mitra dakwah.
Memberikan mitra dakwah yang berupa nasehat mengesankan,
memanggil dengan kelembutan, dan memberikan pelayanan
yang memuaskan melaui beberapa metode berdakwah.
14
Strategi ini diterapkan oleh Nabi SAW saat menghadapi
kaum musyrik mekkah, yang menekankan pada aspek
kemanusiaan semacam kebersamaan, perhatian kepada fakir
miskin, kasih sayang kepada anak yatim dan sebagainya.
2) Strategi Rasional (al-manhaj al-„aqli)
Strategi rasional yaitu dakwah yang dilakukan dengan
beberapa metode dengan menfokuskan pada aspek akal pikiran.
Strategi ini berperan mendorong mitra dakwah untuk berpikir,
merenungkan, dan mengambil pelajaran melalui sebuah
penampilan atau contoh dan bukti sejarah islam merupakan
beberapa metode dari strategi rasional.
3) Strategi Indriawi (al-manhaj al-hissi)
Strategi ini dapat dinamakan juga dengan strategi
eksperimen atau strategi ilmiah. Sistem dakwah dalam strategi
ini menggunakan metode yang berorientasi pada pancaindera
dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan.
Dahulu, Nabi Muhammad SAW mempraktekkan islam
sebagai perwujudan strategi indriawi yang disaksikan oleh para
sahabat. Para sahabat menyaksikan mukjizat Nabi SAW, secara
langsung seperti terbelahnya rembulan, bahkan menyaksikan
Malaikat jibril dalam bentuk manusia.
15
Kini ilmu strategi memiliki peranan yang sangat penting
bagi setiap orang, organisasi atau kelompok. Karena untuk
mencapai tujuannya dalam kehidupan manusia memerlukan
strategi perencanaan. Tujuan dari strategi sendiri adalah untuk
mencapai keberhasilan atau meraih suatu hal yang diinginkan.
2. Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, ulama kaidah mengatakan bahwa kata
“dakwah” berasal dari akar kata Bahasa arab da’aa, atau menurut
ulama Basrah berasal dari mashdar da‟watun, yang artinya adalah
memanggil atau panggilan. Nazaruddin (dalam Kustadi, 2014: 21)
mengungkapkan apabila kedua kata kerja tersebut dibedakan,
maknanya menjadi sebagai berikut:
1) Da‟watun bermakna seruan, panggilan, ajakan, anjuran,
undangan, diskusi, jemputan, dan sumpahan.
2) Daa‟in atau Addaa‟ii bermakna orang yang melaksanakan
pekerjaan da‟aa, bermakna orang yang menyeru, memanggil,
mengajak. Di dunia Islam dikenal dengan sebutan dai.
3) Mad‟uwun bermakna orang yang dikenai pekerjaan da‟aa,
berarti orang yang dipanggil, diajak, diundang.
Menurut Toha Yahya Omar, secara terminologi dakwah
merupakan usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
perorangan manusia dan seluruh umat manusia mengenai konsepsi
16
Islam, pandangan hidup, dan tujuan manusia hidup di dunia
meliputi al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu an al-munkar. Seperti
dalam Q.S Ali Imran: 104 yang berbunyi:
ة يذعىن إلى الخير ويأمرون ببلمعروف وينهىن ولتكه منكم أم
ئك هم المفلحىن عه المنكر وأول
Artinya:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat menyeru
kepada kebaikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari
yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Konsep ini dilakukan dengan berbagai macam cara dan
media yang diperbolehkan dan dengan akhlak yang sesuai
perikehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dakwah adalah
mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar,
sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat (Syamsuddin, 2016). Menurut
Najamudin (dalam Yahya, 2016) Dakwah sendiri bertujuan agar
manusia menjadi hamba Allah yang selaras dengan tuntunan-Nya
dan mengubah pandangan hidup manusia kepada ranah yang lebih
berarti.
Jakfar (2006: 80-81) berpendapat bahwa dakwah dalam
pengertian umum adalah segala usaha dan perbuatan baik dengan
lisan, tulisan dan perilaku yang dapat mendorong manusia merubah
17
dirinya dari suatu keadaan kepada keadaan yang lebih baik, lebih
memuaskan dan lebih sesuai dengan ajaran Islam. Adapun lebih
khususnya dakwah didefinisikan sebagai segala perbuatan dan
perilaku termasuk di dalamnya keikutsertaan orang Islam dalam
suatu kegiatan kabajikan yang dapat mendorong seseorang atau
sekelompok orang lain untuk merubah dirinya dari suatu keadaan
kepada yang lebih baik.
b. Unsur-unsur Dakwah
1) Subjek dakwah
Yang dimaksud dengan subjek dakwah adalah yang
melaksanakan tugas-tugas dakwah, disebut dengan seorang da‟I
atau mubaligh. Namun dalam aktivitas dakwah, subjek dakwah
dapat secara individu ataupun bersama-sama. Hal ini
tergantung kepada besar kecilnya skala penyelenggaraan
dakwah, semakin luas jangkauan dakwah tentunya semakin
besar pula penyelenggaraan subjek dakwah (Syamsuddin,
2016).
2) Objek dakwah
Objek dakwah adalah setiap orang atau sekelompok orang
yang dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah. Setiap
manusia tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, usia,
pekerjaan, pendidikan, warna kulit, dan lain sebagainya, adalah
sebagai objek dakwah. Objek dakwah dapat digolongkan
18
menjadi dua kelompok, yang pertama yaitu umat dakwah yang
belum menerima, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam.
Kedua adalah umat ijabah, umat yang secara ikhlas memeluk
agama Islam dan mereka juga dibebani kewajiban untuk
melaksanakan dakwah (Syamsuddin, 2016).
c. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan
kepada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok,
maupun masyarakat agar pesan-pesan yang disampaikan mudah
diterima, diyakini, dan diamalkan. Q.S An-Nahl: 125
ادع إلى سبيل ربك ببلحكمة والمىعظة الحسنة وجبدلهم ببلتي
هي أحسه إن ربك هى أعلم بمه ضل عه سبيله وهى أعلم ببلمهتذيه
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dalam Q.S An-Nahl: 125 dapat dipahami bahwa metode
dakwah mencakup tiga hal, yaitu:
19
1) Bil hikmah (kebijaksanaan), yaitu cara penyampaian pesan-
pesan dakwah yang sesuai dengan keadaan penerima dakwah.
Metode dakwah bil hikmad dapat dilakukan dalam bentuk
ceramah pengajian, pemberian santunan kepada anak yatim,
pembangunan tempat ibadah, dan lain sebagainya.
2) Mauidah hasanah, yaitu memberi nasihat atau mengingatkan
kepada orang lain dengan tutur kata yang baik, sehingga
nasihat tersebut dapat di terima tanpa ada rasa keterpaksaan.
Metode ini dapat dilakukan melalui sarasehan,
penataran/kursus, ceramah umum, tabligh, dan penyuluhan.
3) Mujadalah (bertukar pikiran dengan cara yang baik) pada masa
sekarang tingkat berpikir masyarakat sudah mengalami
kemajuan, sehingga dakwah dapat dilakukan dengan cara
bertukar pikiran (debat). Namun demikian da‟I harus
mengetahui kode etik dalam suatu perdebatan, sehingga dapat
memperoleh kebenaran, bahkan terhindar dari keinginan
mencari popularitas ataupun kemenangan semata.
3. Seni
a. Pengertian seni
Seni seringkali ditafsirkan berbeda-beda sehingga memiliki
berbagai pendapat dan pengertian yang beragam. Pengertian yang
pada umumnya dipakai dalam mengartikan seni diantaranya adalah
keindahan, ungkapan perasaan, imajinasi, estetis dan lain
20
sebagainya. Kesenian sendiri merupakan kebutuhan manusia yang
asasi untuk memenuhi kepuasannya terhadap keindahan. Pada
dasarnya setiap karya seni merupakan perpaduan berbagai unsur
dan dibentuk oleh karakteristik-karakteristik tertentu.
Seni merupakan salah satu kebudayaan, tidak hanya
mengenai kebutuhan keindahan semata tetapi tidak terlepas dari
masalah keseluruhan kebudayaan. Cara berpikir, suasana cita rasa,
diafragma pandangan kesejagatan, dan kebijakan mengelola
kehidupan, semuanya berkaitan dengan gugusan nilai, makna,
moral, keyakinan, serta pengetahuan yang menyeluruh dalam
kebudayaan di mana kesenian itu hidup (Mawardi, 2013).
Nanang Rizali (2012) mengungkapkan bahwa seni sebagai
Bahasa universal yang diharapkan mampu dijadikan sarana untuk
berbuat baik (ma‟ruf) dan mencegah perbuatan tercela (munkar)
serta membangun kehidupan yang berkeadaban dan bermoral. Di
samping itu seni juga diharapkan dapat mengembangkan dn
menumbuhkan perasaan halus, keindahan dan keseimbangan
material maupun spiritual. Dengan begitu seni mampu berperan
memenuhi kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani dan
memberi kepuasan secara fisik dan psikis.
b. Seni pertunjukan
Seni pertunjukan dapat diartikan dengan kegiatan yang
dilakukan untuk mempertunjukkan sesuatu yang bernilai seni tetapi
21
juga berusaha untuk menarik perhatian bila disaksikan. Kusmayati
(dalam Agus Cahyono, 2006) berpendapat bahwa seni
pertunjukkan adalah aspek-aspek yang divisualisasikan dan
diperdengarkan yang mendasari sebuah perwujudan yang disebut
sebagai seni pertunjukan. Aspek-aspek seni pertunjukan terdiri
dari:
1) Pelaku
Semua jenis seni pertunjukan tentunya memerlukan penyaji
sebagai pelaku atau seniman yang terlibat langsung maupun
tidak langsung untuk menyajikan bentuk seni yang akan
dipertunjukkan. Pelaku dapat berupa laki-laki saja, perempuan
saja, atau pelaku laki-laki bersamaan dengan pelaku
perempuan.
2) Gerak
Gerak merupakan media ungkap seni pertunjukkan yang
merupakan salah satu penyangga wujud seni pertunjukan yang
dapat terlihat semakin kuat. Gerak berdampingan dengan suara
atau bunyi-bunyian yang digunakan untuk mengutarakan
berbagai perasaan dan pikiran.
3) Suara
Dalam seni pertunjukan suara dibedakan menjadi dua,
yaitu suara yang berasal dari para peserta dan suara yang
bersumber dari instrument musik yang dimainkan.
22
4) Rupa
Rupa yang dimaksud disini adalah sebuah peristiwa yang
divisualisasikan untuk menunjang perwujudannya seperti,
busana dan properti. Busana dan property dapat berperan
menyampaikan aspek keindahan dan menambah daya Tarik
pada penampilan seni.
c. Macam seni pertunjukan
1) Seni drama/teater
Istilah drama dan teater berasal dari kebudayaan barat.
Semula di Yunani istilah “drama” dan “teatre” muncul sebagai
upacara agama, yakni pemujaan terhadap para dewa. Drama
dapat juga dilihat seebagai terjemahan kata draomai dalam
Bahasa yunani yang berarti sesuatu yang telah diperbuat.
Soebagio sastrowardoyo (dalam Nur Sahid, 2016: 26)
mengatakan bahwa drama merupakan karangan yang dapat
menyiggung dan menghadapkan manusia kepada persoalan
kehidupan yang serius, seperti masalah hidup dan mati,
masalah kemauan dan nasib, hak dan kewajiban, masyarakat
dan individu, serta masalah Tuhan dan manusia, baik berupa
konflik batin maupun konflik fisik.
Pementasan drama/teater di pertunjukkan di atas panggung
dan disaksikan oleh banyak orang. Dengan menggunakan
23
beberapa media seperti, naskah, alunan musik, tarian, dan
sebagainya.
2) Seni musik
Seni musik merupakan salah satu cabang dari seni
pertunjukan seperti seni drama, teater, dan seni tari. Sebagai
sebuah karya seni musik adalah ungkapan perasaan seseorang
yang dituangkan melalui komposisi rangkaian nada atau
melodi, baik dalam bentuk vocal maupun instrumental. Unsur-
unsur dari seni musik adalah irama, melodi, harmoni, bentuk
atau struktur, dan ekspresi (Muttaqin, 2008).
Seni musik kini menjadi suatu kegiatan hiburan yang
menyenangkan bagi masyarakat atau publik. Dengan irama,
melodi, dan keteraturan dari harmoninya, musik dapat
meyenangkan dan memberikan rasa puas pada hati seseorang.
Para pecinta musik juga lebih terhibur dengan teks syair,
melodi yang menyentuh, atraksi panggung, atau bahkan hanya
popularitas dari penyanyinya.
Mendengarkan musik dapat mengembangkan ketrampilan
kognisi seperti memori dan konsentrasi. Musik dapat
menstimulasi respon relaksasi, motivasi atau pikiran, imajinasi
dan memori yang kemudian di uji dan didiskusikan secara
individual atau dengan kelompok pendukung. Selain sebagai
pelengkap musik juga menyediakan berbagai stimulasi untuk
24
menggali, mengenal, dan memahami budaya sendiri maupun
budaya lain (Djohan, 2016).
3) Seni tari
Seni tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh
imajinasi dan dibentuk melalui media gerak sehingga menjadi
bentuk gerak yang simbolisasinya dapat mewakili ungkapan
dari si pencita tarian. Media utama dari seni tari adalah gerak
tubuh, gerak dalam tarian cenderung diperhalus, estetis, dan
memiliki makna filosofis.
Aspek seni tari secara historis dibedakan menjadi dua yaitu,
material dan spiritual. Dalam konteks material, seni tari dapat
dijadikan sebuah pertunjukan yang bersifat komersil sehingga
para pelaku yang terlibat bias memperoleh keuntungan
material. Sedangkan dalam konteks spiritual, seni tari
diciptakan sebagai media untuk kegiatan yang bersifar ritual,
sacral, dan banyak mengandung unsur magis. Konsep spiritual
ini adalah proses untuk memperoleh kepuasan batin (Rytama,
2017).
4. Hadrah
Istilah Hadrah berasal dari satu kata bahasa Arab yaitu “hadir”
atau “hadirat”, Hadlirat yang mengacu pada kehadiran di hadapan
Allah. Hadrah pada dasarnya merupakan dasar pelajaran para penabuh
dan penari sebelum mereka melakukan pementasan.
25
Dalam tradisi Islam Indonesia, banyak tersebar jenis kesenian
yang menyenandungkan shalawat Nabi yang diiringi tabuhan rebana
(terbang) seperti hadrah, banjari, qasidah, gambus dan sebagainya.
Hadrah merupakan kesenian musik Islam dimana dalam
permainannya menggunakan beberapa alat musik yang ditabuh.
Dalam permainan hadrah tersebut pemain memainkan secara
ansambel alat perkusi rebana dan juga disertai nyanyian syair Islami.
(Mahamboro, 2016).
Menurut Yunus (dalam Syahrul, 2006) dalam Bahasa Arab
hadrah atau musik rebana atau disebut juga musik shalawat berasal
dari kata assholawat yang merupakan bentuk jamak dari assholat
yang berarti doa atau sembahyang. Shalawat adalah satu ungkapan
yang penuh dengan nuansa-nuansa sastra yang berisi puji-pujian
terhadap nabi Muhammad SAW.
Hadrah atau rebana menggunakan alat musik perkusi yang
tergolong pada kelompok membranophone atau alat musik yang
sumber bunyinya berasal dari membrane atau kulit binatang seperti
sapi dan lain-lain. Selain itu mereka juga menggunakan alat musik
lainnya seperti biola yang berfungsi sebagai pemain melodi dan hiasan
dalam musik, key board yang berfungsi sebagai melodi kedua dan
harmonisasi akord maupun sebagai pengiring lagu. Jenis lagu yang
dinyanyikan juga bermacam-macam, baik lagu yang berbahasa arab
26
seperti sholawat dan qasidah, lagu jawa, maupun lagu campursari
(Sinaga, 2006).
Seni hadrah atau rebana merupakan suatu karya seni yang
termasuk dalam seni dengan nilai tinggi, seni ini dilandasi dengan
syair-syair pujian dan wahyu Illahi yang tentunya mengajak seseorang
untuk bersholawat memuji kepada Rosul serta mengingatkan kepada
sang pencipta.
a. Bentuk Penampilan Hadrah
Dalam kelompok pemain hadrah pada umumnya terdiri dari
orang dewasa dan pemuda-pemudi. Namun terdapat juga kelompok
pemain hadrah yang beranggotakan anak-anak bahkan orang tua.
Terdiri dari pemain laki-laki dan perempuan, pemain laki-laki saja,
atau pemain perempuan saja. Penampilan dari seni hadrah
dilakukan diatas panggung atau ditempat yang dapat terlihat oleh
masyarakat. Dalam penampilan hadrah terdapat beberapa unsur
yang terlibat seperti, pembawa acara, penyanyi, pemusik, materi
lagu yang dibawakan dan alat musik yang digunakan.
b. Bentuk Penyajian Lagu
Menurut Syahrul (2001: 78) seni hadrah dikembangkan
oleh masyarakat dengan berbagai versi penyajian lagu, bahkan
untuk memenuhi permintaan dan untuk menambah daya tarik
dengan menggabungkan lagu-lagu yang sedang popular dan
berkembang di masyarakat luas, baik lagu sholat, modern, dangdut,
27
maupun tembang jawa. Diantaranya bentuk penyajian lagu dalam
hadrah adalah:
1) Lagu Sholawatan
Lagu sholawatan biasanya menggunakan kitab maulid.
Maulid yang berarti kelahiran, kitab ini meriwayatkan
peristiwa dan kejadian-kejadian yang terjadi seputar kelahiran
nabi Muhammad SAW, baik yang terjadi pada beliau, sahabat,
dan keluarga. Jadi kisah maulid ini hampir sama dengan
riwayat nabi Muhammad SAW dari lahir hingga wafatnya.
Kitab maulid ini ditulis dalam bentuk huruf Arab, disusun
dengan ringkas dan menggunakan gaya bahasa yang indah dan
bernilai sastra tinggi. Hal ini dapat diartikan sebagai ungkapan
kecintaan umat islam terhadap nabi Muhammad SAW.
2) Lagu Kasidah Berzanji
Menurut tradisinya, kasidah atau berzanji digunakan untuk
menghidupkan perayaan-perayaan yang dilakukan oleh
masyarakat. Untuk menyambut kelahiran nabi Muhammad
SAW, dan acara-acara lainnya seperti, saat pernikahan,
kelahiran bayi, khitanan, dan sebagainya. Dalam penyajian
lagu kasidah atau berzanji ini ada empat bagian:
a) Bagian ke-1: Pernyataan menyambut dan memuji
kehadiran para tamu, dengan harapan memperoleh rizki
bagi semua.
28
b) Bagian ke-2: Pernyataan hormat dan syukur atas tuntunan
nabi yang membawa agamanya dari kepercayaan kuno
menuju agama yang baru yaitu agama Islam.
c) Bagian ke-3: Dengan kegembiraan yang memuncak tetapi
masih dalam batasan yang diijinkan oleh syariat.
d) Bagian ke-4: penutup yang berisi pernyataan terimakasih,
syukur dan pujian terhadap Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, dan kearifan bagi kehidupan.
3) Lagu Musik Pop
Kesenian hadrah atau rebana kini sudah mulai berkembang,
bentuk penyajian lirik, irama, dan alat musik juga mengikuti
perkembangan musik pop yang mulai eksis di kalangan
masyarakat luas. Untuk mengikuti perkembangan, maka lagu
yang dibawakan dipadukan dengan musik masa kini seperti,
dangdut, campursari, tembang jawa, dan sebagainya.
c. Alat Musik Hadrah
Saat ini alat musik yang dikenal mulai banyak sekali
ragamnya, semua berkembang seiring dengan semakin cerdasnya
pola pikir manusia. Kehadiran teknologi sungguh mempengaruhi
terciptanya berbagai alat musik baru, baik dari bentuk alatnya,
bunyinya, maupun cara memainkannya. Beragamnya alat musik
yang yang terus berkembang, menjadikan munculnya berbagai
aliran/genre musik (Utama, 2014).
29
Dengan berkembangnya jenis alat musik, hal ini membuat
perkembangan juga pada alat musik dan genre yang digunakan
dalam grup hadrah, Berikut beberapa alat musik dengan tata cara
memainkan yang digunakan:
1) Alat Musik Pukul
Alat musik pukul merupakan alat musik yang menghasilkan
suara sewaktu dipukul atau ditabuh, baik menggunakan tangan
atau dibantu dengan menggunakan stik. Bentuk dan bahan
yang digunakan serta bagaimana cara memukulnya akan
menghasilkan suara yang berbeda. Alat musik pukul biasanya
berbentuk lingkaran yang terbuat dari kayu yang dibubut,
dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit lkambing,
atau sapi. Seperti contohnya adalah jidor, rebana/terbang,
gamelan, drum (Fauziah, 2010).
30
2) Alat Musik Petik
Alat musik petik akan menghasilkan suara ketika senar
pada instrument digetarkan melalui petikan. Tinggi rendah
nada yang dihasilkan tergantung dari panjang pendeknya
dawai. Instrument dalam alat musik petik dapat dimodifikasi
dan disesuaikan dengan alat musik lain agar dapat
menghasilkan bunyi yang selaras dan seirama. Grup hadrah
kini juga menggunakan alat musik petik yang modern seperti
gitar dan bas.
3) Alat Musik Gesek
Alat musik gesek akan menghasilkan suara ketika
instrumrnnya digesek seperti halnya dengan alat musik petik,
tinggi rendah nada bergantung pada panjang pendeknya dawai,
ketebalan, dan juga tekanan yang diberikan. Ketika busur
digesekkan ke dawai, alat musikgesek akan menghasilkan
bunyi melodis.
Alat musik gesek sendiri memiliki berbagai bunyi yang
khas dan berbeda-beda, sehingga dapat memberikan
instrument musik yang klasik, melodis dan menghasilkan lagu
yang indah. Alat musik gesek yang dipakai adalah biola.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian
lapangan (field research). Penggunaan metode kualitatif sangat
diprioritaskan, sehingga data-data yang dikumpulkan tidak berwujud
angka-angka. Data yang diperoleh yaitu berupa kata-kata melalui
informasi dari pendukung dan narasumber, berisi gambaran lengkap
mengenai seluk beluk grup atau kelompok yang diolah sedemikian
rupa dan dapat diwujudkan secara deskriptif serta gambaran secara
sistematis dan akurat.
Dengan penggunaan metode penelitian kualitatif ini diperoleh
data berupa penjelasan serta ungkapan terhadap seluruh hasil
penelitian. Dalam penjelasan ini dibahas tentang bagaimana strategi
dakwah melalui seni hadrah (band religi) Al-Haydar, apa kendala yang
dihadapi dan bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala dalam penyampaian pesan dakwah.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini,peneliti bertindak sebagai pengumpul data
dan sebagai instrument aktif mengumpulkan data di lapangan, peneliti
berusaha mencari informasi pada grup hadrah (band religi) Al-
Haydar.sedangkan instrument lain berbentuk alat-alat bantu dan
32
dokumen-dokumen lain yang dapat digunakan untuk menunjang
keabsahan data hasil penelitian.
C. Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian dimulai pada bulan Desember 2019 sampai dengan
penulisan laporan penelitian selesai. Lokasi penelitian di desa
Sumberejo, kecamatan Pabelan, kabupaten Semarang.
D. Sumber Data
Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan
untuk menyusun suatu informasi. Sedangkan sumber data dalam
penelitian adalah subyek dimana data dapat diperoleh (Arikunto,
2006). Menurut sumbernya data penelitian dibagi menjadi:
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama dengan
pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi
(Azwar, 1998). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah proses pementasan dan strategi dakwah dari seni hadrah
(band religi) Al-Haydar di desa Sumberejo, kecamatan Pabelan,
kabupaten Semarang. Data dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dengan mengamati proses latihan dan melakukan
wawancara kepada penanggung jawab serta anggota grup hadrah.
33
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung dari subyek peneliti (Azwar, 1998). Sumber data
sekunder dari penelitian ini adalah data tambahan untuk
mendukung data yang sudah ada, dapat berupa dokumen seperti
referensi, jurnal penelitian, dan buku-buku.
E. Prosedur Pengumpulan Data
1. Observasi
Penelitian dengan metode observasi atau pengamatan
dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung dan
mengamati kejadian di lokasi mengenai gejala-gejala komunikasi
terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultural
masyarakat (Pawito, 2007).
Observasi bertujuan untuk memastikan para penggerak
grup hadrah, anggota grup dan masyarakat yang berada di sekitar
mengetahui keberadaan dan terbentuknya seni hadrah (band religi)
Al-Haydar untuk dijadikan narasumber utama. Selain itu juga
dilakukan pengamatan secara langsung pada pementasan seni
hadrah.
2. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat
penting dalam penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek
(pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih
34
untuk diteliti (Pawito, 2007: 132). Wawancara dilakukan untuk
mengumpulkan data yang terkait dengan pertunjukan dan strategi
dakwah melalui grup hadrah (band religi) Al-Haydar di desa
Sumberejo, kecamatan Pabelan, kabupaten Semarang. Dalam
melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan beberapa
pertanyaan yang akan ditanyakan langsung pada sumber utama
pendiri grup hadrah, anggota grup hadrah, dan masyarakat sekitar.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang pada dasarnya berupa dokumen tertulis atau tercetak
yang termasuk dalam jenis, bentuk, dan sifat apapun tempat
informasi direkam dan dapat dipergunakan sebagai bukti suatu
keterangan, sumber peyelidikan atau penelitian ilmiah, alat bantu
bukti keabsahan suatu keterangan (Purwono, 2010).
Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan untuk
memperoleh data tambahan mengenai profil grup hadrah (band
religi) Al-Haydar dan memperkuat data lain yang telah diperoleh
pada saat observasi dan wawancara.
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan oleh peneliti untuk dapat menarik
kesimpulan-kesimpulan. Dalam penelitian ini analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif, sehingga data digambarkan
berupa kata-kata atau kalimat-kalimat dan akan dianalisis secara
35
kualitatif. Menurut Miles dan Huberman dalam Pawito (2007: 104)
teknis analisis data pada dasarnya terdiri dari tiga komponen yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian
kesimpulan.
1. Reduksi data
Merupakan upaya yang melibatkan langkah-langkah editing,
pengelompokan, dan meringkas data. Kemudian peneliti
menyeleksi dan menyusun data observasi, wawancara dengan
narasumber, dan dokumentasi mendukung sesuai dengan tujuan
penelitian.
2. Penyajian data
Mengorganisasikan data atau mengelompokkan data satu dengan
data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar
dilibatkan dalam satu kesatuan. Data yang tersaji berupa kelomok-
kelompok yang kemudian saling dikaitkan seusai dengan kerangka
teori ynang digunakan. Deskripsi ini diusahakan faktual, yaitu
menurut situasi dan keadaan yang sebenarnya.
3. Penarikan dan pengujian kesimpulan
Dalam analisis data ini peneliti akan mengkonfirmasi,
memprertajam data berupa kesimpulan final berupa kalimat-
kalimat mengenai realitas yang diteliti. Kesimpulan dari data yang
terknnumpul dijadikan bahan pembahasan yaitu mengenai strategi
36
dakwah melalui seni hadrah (band religi) Al-Haydar di desa
Sumberejo kecamatan Pabelan kabupaten Semarang.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (dalam Amin, 2016) Teknik keabsahan data
kualitatif dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara
yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada
objek yang ditelit. Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan
triangulasi untuk menghasilkan data yang valid.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2011). Penelitian ini menggunakan tiga triangulasi yaitu, triangulasi
sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu, untuk menghasilkan
data yang valid.
1. Triangulasi sumber
Trianggulasi sumber dalam penelitian ini mengacu pada sumber
data yang diperoleh dari pemain, sumber dari pengelola serta
sumber dari pelatih. Peneliti mencari kebenaran dengan
membandingkan hasil perolehan data dengan ketiga sumber
tersebut, sehingga akan diperoleh data yang valid.
2. Triangulasi teknik
Peneliti melakukan pengambilan data baik dengan pelatih,
pengelola dan pemain melalui wawancara, observasi serta
37
dokumentasi. Di waktu yang berbeda peneliti melakukan observasi
untuk mengamati kegiatan hadrah tersebut seperti kegiatan latihan
dan pementasan. Dari ketiga teknik tersebut kemudian didiskusikan
dengan sumber data untuk data yang lebih valid dan dapat diambil
kesimpulan.
3. Triangulasi waktu
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dalam waktu atau
situasi yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk menentukan
kredibilitas data dan sumber data yang segar atau actual. Peneliti
juga dapat melakukan observasi ulang pada pertemuan atau
pertunjukan di lain hari. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
kebenaran dan kepastian, serta data yang valid.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Grup Hadrah Al-Haydar
Gambar 1.
Hadrah Al-Haydar merupakan salah satu grup rebana yang ada
di desa Sumberejo, kec. Pabelan, kab. Semarang. Mulai berdiri dan
berkembang sejak 2 tahun lalu, tepatnya pada tahun 2018 yang
dipelopori oleh pemuda di Dusun Gondangsari Desa Sumberejo
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Pada awalnya di dusun
Gondangsari terdapat kegiatan anak muda yang dipusatkan di masjid
yang dikenal dengan remaja masjid, dimana dalam setiap bulan
tepatnya pada malam Kmis Pon diadakan kumpulan dan pengajian
rutin bersama masyarakat sekitar yang dilaksanakan secara anjangsana
atau keliling.
39
Dari pengajian rutinan tersebut kemudian remaja Masjid Nafi‟
Dusun Gondangsari memiliki gagasan untuk mengisi pengajian dengan
menampilkan sesuatu, hal ini bertujuan agar pengajian tidak terasa
membosankan dan juga agar masyarakat lebih antusias mengikuti
pengajian rutinan. Selang waktu beberapa bulan kemudian akhirnya
muncul inovasi remaja Masjid Nafi‟ untuk mendirikan grup hadrah
klasik yang awal mulanya terdiri dari 6 anggota dan pada saat itu grup
hadrah masih menggunakan alat seadanya yang dipinjamkan oleh
kelompok pengajian lain di Dusun Gondangsari yaitu berupa terbang,
jidor, ketiplak, dan kicrik saja. Kemudian penurus remaja Masjid Nafi
mengumpulkan remaja yang bisa dan mempunyai kemauan untuk
belajar hadrah. Mereka kemudian dilatih dan dari pelatihan itu
terbentuklah orang-orang pilihan untuk menjadi anggota grup hadrah.
Pada saat itu grup hadrah masih belum memiliki nama, dan masih
dengan nama grup hadrah Masjid Nafi‟.
Semakin berjalannya waktu setelah beberapa kali latihan dan
digunakan keliling dalam acara pengajian rutin remaja Masjid Nafi‟
Kamis Pon, kemudian ada beberapa warga yang berinisiatif
mengundang grup rebana untuk sholawatan di hajatan warga sekitar.
Pada bulan selanjutnya grup rebana mulai keliling di dusun lain dan
masih menggunakan alat klasik, belum ada alat modren sama sekali.
Setelah dirasa, lama kelamaan jika alat musik hanya alat klasik saja,
personil juga merasa bosan, akhirnya grup hadrah meminjam organ
40
tunggal dan drum untuk latihan bersama dan kemudian berlatih hadrah
dengan nuansa modern.
Grup hadrah semakin berkembang dan melalui beberapa usaha,
akhirnya dapat mengumpulkan biaya untuk melengkapi beberapa
perlengkapan hadrah yang dibutuhkan. Lambat laun grup hadrah ini
mulai dikenal oleh masyarakat luas, grup hadrah mulai mengisi dalam
acara pengajian dalam hari besar, dan perkumpulan mengaji ibu-ibu
sekitar. Berdirinya grup hadrah rupanya mendapatkan perhatian dan
dukungan dari masyarakat sekitar, utamanya masyarakat di dusun
Gondangsari desa Sumberejo. Beberapa bantuan mulai berdatangan
dari masyarakat dan pemerintah, sehingga dari dana tersebut dapat
melengkapi alat-alat yang mumpuni untuk membentuk suatu grup
hadrah (band religi).
Setelah dirasa mampu membentuk sebuah grup hadrah
otomatis grup hadrah membutuhkan sebuah nama, dan juga setelah
memiliki nama grup akan digunakan pula untuk mengajukan bantuan
pemerintah dengan kepentingan untuk membeli alat musik sendiri.
Dengan keputusan sepihak akhirnya grup rebana diberi nama “Al-
Haydar” yang diberikan oleh salah satu pelopor grup rebana yang
akhirnya disetujui bersama dengan nama tersebut.
Saat ini grup hadrah Al-Haydar sudah mendapatkan
kepercayaan dari pihak kec. Pabelan sebagai pelopor grup hadrah
(band religi) yang berbasis pemuda. Anggota grup hadrah yang awal
41
mulanya terdiri dari 6-8 anggota remaja masjid yang mengikuti
pengajian rutin, yang kemudian telah berkembang dan resmi menjadi
grup hadrah (band religi) Al-Haydar yang kini anggota sudah
bertambah menjadi 15 anggota.
2. Tujuan dibentuknya Grup Hadrah Al-Haydar
Bermula pada kegiatan remaja Masjid Nafi‟ yaitu pengajian
rutin yang dilaksanakan pada malam Kamis Pon, kemudian didirikan
grup hadrah Al-Haydar dengan tujuan yang pertama adalah untuk
mengisi pengajian malam Kamis Pon remaja Masjid Nafi‟ di Dusun
gondangsari Desa Sumberejo tersebut agar lebih menarik dan
menggugah semangat kembali untuk mengaji.
Tujuan yang kedua adalah untuk membuat kegiatan yang
positif bagi anak muda khusunya di Dusun Gondangsari dan
meminimalisir pergaulan atau kegiatan anak muda yang negatif, seperti
seringnya bergadang dan berkumpul hingga larut malam. Dengan
adanya grup hadrah Al-Haydar ini anak muda di dusun Gondangsari
desa Sumberejo dapat memiliki kegiatan yang positif dan bermanfaat,
anak muda juga lebih rajin dalam mengaji dan dapat terkontrol dalam
melakukan hal negative karna sudah memiliki tameng keislamannya.
Dan tak lupa tujuan yang utama adalah berdakwah dengan
menyerukan sholawat, mengajak segenap dan seluruh masyarakat di
desa sumberejo maupun di daerah manapun untuk melanggengkan
sholawat dan cinta kepada Rosulullah SAW.
42
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi grup hadrah Al-Haydar terdari dari:
a. Ketua : Aditya Bagas Apriyanto
b. Sekretaris : Munib Nur Kholik
c. Bendahara : Yuda Aditya Pratama
d. Anggota Pemain :
1) Penyanyi
a) Mahendra Kaylana
b) Khusna Sabita
c) M. Tanwirul Qulub
d) Istiqomah
e) Rifqi Almufida
2) Orgen Melodi
a) Munib Nur Kholik
b) Yuda Aditya Pratama
3) Bass dan Gitar
a) Aditya Bagas Apriyanto
b) Ulya Anisa
4) Drum dan Kendang
a) Haydar Rafi
b) Rifqi Almufida
5) Gamelan dan Terbang
a) Reno Ade Adzani
43
b) Ricko Lukman
c) Muhammad Istianto
d) Fariz Alfatah
e) Maulana Ikhsan
4. Pementasan Grup Hadrah Al-Haydar
Gambar 2.
Grup hadrah merupakan salah satu kesenian islam yang ada di
Indonesia yang menyenandungkan shalawat Nabi dan diiringi dengan
tabuhan beberapa alat musik seperti terbang, ketiplak, jidor, dsb. Selain
menggunakan alat musik perkusi klasik grup hadrah juga
menggunakan alat musik modern lainnya seperti biola yang berfungsi
sebagai melodi dan hiasan dalam musik, keyboard sebagai melodi
kedua, drum, bass, dsb. Dari segi alat musik yang digunakan, grup
hadrah Al-Haydar merupakan grup musik klasik modern karena
menggunakan kedua jenis alat musik tersebut.
44
Pementasan grup hadrah al-Haydar dilakukan di atas panggung
dan disaksikan oleh masyarakat dengan mempertunjukkan penampilan
seni hadrah yang mereka sajikan, tentunya grup hadrah akan
memberikan penampilan yang dapat menarik perhatian bila disaksikan.
Grup ini terdiri dari pemain anak-anak dan pemuda baik perempuan
maupun laki-laki. Unsur dari pementasan juga lengkap mulai dari
pembawa acara, penyanyi, pemusik, materi lagu, dan alat musik yang
digunakan.
Selain sebagai seni hadrah pementasan grup hadrah ini juga
termasuk ke dalam macam seni pertunjukan, yaitu seni musik.
Pementasan hadrah ini mengandung komposisi rangkaian nada atau
melodi, baik dalam bentuk vocal maupun instrument. Pementasan seni
yang bernuansa musik kini telah menjadi suatu kegiatan hiburan yang
menarik bagi masyarakat, dengan sentuhan syair melodi yang
menyentuh, dan penampilan personil di panggung. Melalui musik
dapat menstimulasi respon relaksasi, motivasi pikiran, imajinasi, dan
memori yang melekat. Melalui alat musik yang digunakan juga dapat
menstimulasi untuk mengenal dan memahami alat musik dari
kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain.
45
Alat musik yang digunakan berupa alat musik pukul, alat
musik petik, dan alat musik gesek. Musik yang ditampilkan oleh grup
hadrah Al-Haydar dikemas dengan bentuk religi dan pencampuran
perangkat gamelan dan alat musik masa kini, sehingga perpaduannya
terdengar indah di telinga.
Gambar 3.
Selain itu grup hadrah Al-Haydar juga memiliki keunggulan dalam
membawakan lagu sholawat. Al-Haydar dapat membawakan lagu
dengan beberapa genre musik misalnya, qosidah, sholawat murni,
sholawat klasik, versi jawa, versi dangdut, dan yang menjadi kiblat
utama adalah versi kiai kanjeng. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri
bagi grup hadrah Al-Haydar jika dibandingkan dengan grup hadrah
lain yang ada di Desa Sumberejo.
Materi lagu dan syair-syair lagu yang dibawakan juga tidak hanya
sekedar dinyanyikan, akan tetapi mengandung pesan-pesan social dan
46
kebudayaan dengan aransemen musik yang begitu merdu dan tidak
terdengar membosankan.
Berikut daftar alat musik yang digunakan, dan materi lagu
yang dibawakan dalam pementasan grup hadrah Al-Haydar:
a. Alat musik
1) Organ tunggal
Alat musik organ yang digunakan di sini adalah organ
elektronik dan dilengkapi dengan fasilitas suara musik yang
beragam, sehingga tidak membutuhkan tuts yang banyak. Suara
yang dihasilkan oleh organ elektronik bermacam-macam
variasi, tombol yang berada pada organ elektronik banyak dan
berbentuk digital.
2) Drum
Cara memainkan alat musik drum adalah dipukul
menggunakan stick drum. Drum digunakan sebagai penentu
ketukan dan tempo dalam memainkan lagu. Drum juga
digunakan sebagai intro atau pembukaan dalam lagu yang
dibawakan. Selain itu drum dapat memberikan kesan penambah
semangat bermain musik karena suaranya yang tegas dan keras.
3) Bas gitar
Bas gitar dalam hadrah berfungsi sebagai pengiring
alunan musik dalam lagu maupun instrument musik yang
47
lainnya. Bas juga sebagai penentu sebuah kunci (chord) lagu
yang sedang dimainkan dan dapat mengiringi alat musik drum
untuk mengisi kekosongan ketukan yang ada pada drum.
4) Melodis
Alat musik melodis akan menghasilkan sebuah nada
atau irama, sehingga alat musik ini digunakan sebagai pengatur
nada sebuah lagu yang dimainkan. Melodis juga digunakan
untuk melengkapi bunyi-bunyian yang dihasilkan dari masing-
masing alat musik ritmis dan harmonis.
5) Ritme
Alat musik yang menghasilkan suara yang berulang
ulang agar terbentuk irama. Ritme juga memiliki tempo yang
teratur dan menghasilkan ketukan yang kuat, yang lebih lama,
lebih pendek, atau lebih pelan dari lainnya.
6) Biola
Biola merupakan alat musik yang cara memainkannya
dengan di gesek. Fungsi utama biola adalah untuk memainkan
melodi, dan dapat digunakan sebagai pengiring dan
menghasilkan musik yang harmonis dalam mengiringi lagu
yang dinyanyikan.
7) Kendang dangdut
48
Materi lagu yang dibawakan oleh grup hadrah Al-
Haydar terdiri dari beberapa genre musik, salah satunya adalah
versi dangdut dan seperangkat gamelan. Kendang jaipong
berfungsi untuk mengiringi lagu yang menggunakan genre
tersebut. Kendang dangdut sendiri sangat fleksibel untuk
digunakan dalam berbagai jenis kesenian.
8) Kendang jaipong
Alat musik ini digunakan untuk menyelaraskan alat
musik lain yang sejenis dan mengendalikan tempo juga irama
cara memainkannya adalah dengan dipukul atau ditabuh. Baik
tempo pokok, irama yang cepat, irama lambat dapat diatur
menggunakan bunyi dari instrument ini.
9) Ketipung
Ketipung adalah alat musik yang menyerupai kendang
tetapi ukurannya lebih kecil, cara memainkannya juga dipukul
atau ditabuh namun tidak dengan seluruh telapak tangan, hanya
dengan mengetuknya menggunakan jari. Bunyi dari ketipung
ini hanya “pung” dan “tak” namun alat musik ini merupakan
instrument dalam gamelan jawa yang salah satu fungsinya
adalah mengatur irama.
10) Terbang
49
Alat musik terbang atau lebih terkenal dengan sebutan
rebana merupakan salah satu seni yang bernafaskan islam,
sudah sangat melekat di kehidupan masyarakat islam dan
digunakan untuk melantunkan sholawat dan hadrah.
Merupakan allat musik yang berbentuk bundar dan pipih,
bagian tengahnya yang ditabuh terbuat dari kulit binatang
seperti kambing atau sapi.
11) Gamelan
Grup hadrah Al-Haydar menggunakan alat musik yang
berbeda dari grup hadrah lain yaitu gamelan, alat musik ini
dugunakan untuk memberi kesan jawa dan melekatkan
kebudayaan didalamnya namun tidak terlepas dari sholawat
yang dilantunkan. Sehingga dalam pementasan lagu diiringi
dengan gamelan dapat menambah kesan yang klasik dan
menarik untuk didengar.
b. Materi lagu:
1) Annabi Shollu „Alaih
2) Syi‟ir Tanpo Waton
3) Bang-bang Wetan
4) Rampak Osing
5) Keramat
6) Sholawat Badar
50
7) Atouna El Toufoule
8) Yaa Thoibah
9) Deen Assalam
Lagu merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk
menyampaikan gagasan, dan pesan yang ingin disampaikan. Pada
setiap materi lagu yang dibawakan oleh grup hadrah Al-Haydar
tentunya memiliki makna yang berbeda-beda, melalui lagu-lagu
tersebut dengan harapan pesan dakwah dapat tersampaikan dengan
baik kepada masyarakat. Lirik lagu dan makna yang terkandung
didalamnya digunakan sebagai sarana penyampaian pesan dakwah,
berikut merupakan lirik lagu Annabi Shollu „Alaih dan Rampak Osing
beserta maknanya:
Annabi Shollu ‘Alaih
Annabi shollu alaih, sholawatullohi’alaih
Wayana lulbarokat,kuluman sholu’alaih
Anabi yaa hadirin, I’lamu’ilmal yaqin
Annarobbal’alamin,farodosholawati’alaih
Annabi yaa man hadhor, annabi khirul basyar
Man dana lahul qomar, wanazal sallam alaih
Annabi dzakal arus,dzikruhu yuhyinnufus
51
Annashro wal majuus, aslam’ala yadaih
Annabi zakal malih, qowluhu qowlu shohih
Wal quran syaiun, allazi undzil’alaih
Annabi yahlal’ arob, annabi madhuh thorob
Alhabiib alinnasab,sholawatullohi’alaih
Alhasan tsummal husen,linabi qurrotul’ain
Nuruhm kalkaukabain, jadduhum shollu’alaih
Lirik lagu lagu Annabi Shollu „Alaih berisi tentang pujian-
pujian kepada Rosulullah SAW dan menyerukan kepada umat islam
untuk senantiasa bersholawat kepadanya. Melalui sholawat tersebut
yang menyatakan bahwa Dialah Sang Nabi, maka bersholawatlah
kepadanya. Sholawat Allah semoga tercurahkan kepadanya. Dan
setiap orang yang bersholawat kepadanya akan memperoleh
keberkatan.Wahai orang-orang yang hadir, dialah sang Nabi,
ketahuilah dengan ilmulyaqin. sesungguhnya tuhan semesta alam
mewajibkan bersholawat kepadanya. Dialah Sang Nabi sebaik – baik
manusia, Rembulan dan Kijang Mendekat dan tunduk Kepadanya,
maka bersalamlah kepadanya, bersholawatlah kepadanya.
Rampak Osing
Arep golek apa 2x kok uber-uberan
Padha ngoyak apa 2x kok jegal-jegalan
52
Kabceh dha mendem 2x rak mari-mari
Bandha kuwasa rak digawa mati
Rina wengi aku tansah ngenteni…
Suara kang sejati
Kina lan warsa gilir gumanti…
Tumeka titi wanci
Dhuh Gusti kang murbeng dumadi
Pandika kang ngasta wewanti…
Kawula nyuwun pandhawuhe…
Lirik lagu Rampak Osing ini menggambarkan kondisi bangsa
saat ini yang carut-marut dan semakin tidak karuan lagi orang-
orangnya. Sesame manusia saling mencari kesalahan satu sama
lainnya hanya demi berebut tahta dan kekuasaan. Harta benda dicari
semua orang dengan cara yang berbeda-beda, namun kemerlapnya
harta ternyata telah membutakan mata banyak orang dalam mencari
nafkah untuk keluarganya. Sekarang harta tidak hanya dicari untuk
sekedar mencukupi kebutuhan, tetapi juga untuk keperluan pamer
harta. Ketika harta sudah membutakan mata, maka sekarang hanya
suara Tuhan sajalah yang dapat membuka hati nurani setiap manusia
agar sadar akan niatnya yang belum benar. (Nur, 2019:93)
Deen Assalam
Kalla hadzil ard mataqfii masahah
53
Lau na’isibila samahah
Wanta’ayasna bihab
Lau tadiqil ardi naskan kalla kolb
Kalla hadzil ard mataqfii masahah
Lau na’isibila samahah
Wanta’ayasna bihab
Lau tadiqil ardi naskan kalla kolb
Abtahiyyat wabsalam
Ansyuru ahlal kalam jainuddin yahtirom
Abmahabbat wabtisam
Ansyuru bainil anam hadahu din assalamHmmmm…. Hmmmm….
Hmmmm….
Berikut adalah arti dari lagu Deen Assalam:
Seluruh bumi ini akan terasa sempit
Jika hidup tanpa toleransi
Namun jika hidup dengan perasaan cinta
Meski bumi sempit, kita akan bahagia
Melalui perilaku mulia dan damai
54
sebarkanlah ucapan yang manis
Hiasilah dunia dengan sikap yang hormat
Dengan cinta dan senyuman
Sebarkanlah di antara insan
(Inilah Islam) agama perdamaian
Dari awal berdirinya grup hadrah Al-Haydar, terhitung dari
catatan grup hadroh ini sudah melaksanakan pementasan di berbagai
daerah sebanyak kurang lebih 75 kali. Selain itu beberapa pementasan
juga dilakukan untuk memenuhi permintaan beberapa masyarakat
yang memiliki hajat atau keperluan, dan sesuai kebutuhan mereka.
Beberapa undangan dari masyarakat yaitu dalam acara pengajian hari
besar, pengajian rutinan, walimatul „ursy, walimatul khitan, dsb.
Pementasan grup hadrah Al-Haydar berpacu pada pementasan
grup kiyai kanjeng dengan ciri khas yaitu menggunakan gamelan
untuk menunjang pementasan. Grup hadrah sendiri merupakan suatu
karya seni yang bernilai tinggi, seni ini dilandasi dengan syair-syair
pujian dan wahyu Ilahi yang tentunya mengajak seseorang untuk
bersholawat memuji kepada Rosulullah, serta mengingatkan kepada
sang pencipta.
5. Strategi Dakwah Seni Hadrah Al-Haydar
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggali informasi
dengan menggunakan penelitian lapangan. Data yang diperoleh berupa
55
kata-kata melalui informasi pendukung dan narasumber yang
diwujudkan dalam bentuk deskriptif. Penelitian dilakukan pada grup
hadrah Al-Haydar, lokasi penelitian ini berada di Dusun Gondangsari,
Desa Sumberejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.
Sebelum peneliti melakukan pengumpulan data hal pertama
yang dilakukan peneliti yaitu observasi dengan mengamati pementasan
grup hadrah Al-Haydar di lingkungan masyarakat sekitar. Setelah itu
peneliti melakukan wawancara kepada pengurus grup hadrah dan
masyarakat sekitar mengenai keberadaan dan dakwah yang
disampaikan oleh grup hadrah Al-Haydar, sesuai dengan focus
penelitian dan sesuai dengan sumber data penelitian.
Adapun nama-nama yang termasuk dalam narasumber
penelitian adalah:
No Nama Alamat Keterangan
1. Aditya Bagas Apriyanto Sumberejo Pengurus
2. Mahendra Kaylana Sumberejo Pengurus
3. Pratiwi Nurul Sumberejo Masyarakat
4. Millatifatul Ulfa Sumberejo Masyarakat
5. Lestian Nurul Sumberejo Masyarakat
6. Rifqi Al mufida Sumberejo Masyarakat
Tabel 1.
Berdasarkan wawancara diatas didapatkan hasil temuan
penelitian tentang penyampaian pesan dakwah melalui grup hadrah Al-
56
Haydar. Strategi dakwah yang dilakukan oleh grup hadrah melalui
konsep klasik modern dengan materi lagu, alat musik dan tausiyah yang
dibawakan dalam setiap pementasan dapat menarik masyarakat karena
pembawaan yang asik dan hanya ada grup hadrah Al-Haydar yang
menggunakan konsep tersebut di Desa Sumberejo.
Berdasarkan hasil wawancara narasumber pertama dari Grup
Hadrah Al-Haydar mengenai strategi dakwah yang dilakukan AB
mengatakan:
“Penyampaian pesan dakwah dilakukan melalui dua cara yang
pertama yaitu melalui lagu sholawatan, dan yang kedua melalui
dakwah kiyai. Grup hadrah sendiri memiliki kyai muda yang dapat
mengisi pengajian atau tausiyah jika diminta oleh masyarakat
yang menyelenggarakan pengajian. Sehingga dahwah dapat
dilakukan dengan sholawatan saja maupun dengan mengisi
tausiah atau pengajian.”(wawancara AB, 12 Januari 2020 pukul
08.30)
Strategi yang dilakukan oleh grup hadrah Al-Haydar yaitu
menggunakan lagu sholawat yang dibawakan dan dakwah melalui
tausiyah oleh kiai dari grup hadrah sendiri. Adapun hal menonjol yang
dimiliki oleh grup hadrah yang dikatakan oleh MK adalah:
“Ciri khas dari al haydar tidak seperti rebana yang lain yang
hanya satu genre, namun al haydar dapat membawakan lagu
dengan beberapa genre musik misalnya, qosidah, sholawat murni,
sholawat klasik, versi jawa, versi dangdut, dan yang menjadi kiblat
utama adalah kiai kanjeng. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri
bagi al haydar jika dibandingkan dengan grup hadrah lain yang
57
ada di desa sumberejo.” (wawancara MK, 04 Maret 2020 pukul
19.18)
Dalam sebuah organisasi atau kelompok tentunya memiliki
kendala yang menjadi penghambat dalam suatu kegiatan atau aktivitas
yang dilaksanakan. Seperti halnya dengan grup hadrah Al-Haydar juga
terdapat kendala dalam penyampaian pesan dakwah, AB mengatakan
bahwa:
“Kendala yang dialami dalam penyampaian dakwah adalah
jadwal pementasan yang hanya dapat dilakukan pada jam diluar
jam sekolah, dikarenakan personil grup yang terdiri dari pelajar
SMA dan mahasiswa. Jadwal pementasan yang dapat dilakukan
adalah pada hari libur, dan hari besar, untuk hari sekolah grup
hadrah dapat menyesuaikan, untuk menghargai anggota lain yang
statusnya pelajar.”(wawancara AB, 12 Januari 2020 pukul 08.30)
Kendala lain juga disampaikan oleh MK yang mengatakan:
“Kendala dalam berdakwah melalui hadrah lebih pada
internalnya, kendala internalnya adalah anggota hadrah terdiri
dari 15 orang, hal ini bukan merupakan jumlah yang sedikit dan
15 orang memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Banyak terjadi
anggota yang berbeda pendapat dan dikarenakan masih emosi
anak muda, meskipun adanya masalah sepele dan berbeda
pendapat karena masih anak muda sehingga kurang terkontrol
emosinya.”(wawancara MK, 04 Maret 2020 pukul 19.18)
Untuk mengatasi kendala yang terjadi tersebut kemudian
diberikan upaya atau solusi agar kendala dapat terselesaikan, AB
mengatakan bahwa:
58
“Upaya yang dilakukan untuk mengatasi jadwal pementasan yang
menyesuaikan pelajar, maka grup hadrah selalu mengkonfirmasi
dan dikomunikasikan pada anggota untuk merundingkan
bagaimana jalan keluarnya dan bagaimana baiknya dan tetap
memprioritaskan pementasan pada hari libur. Upaya selanjutnya
untuk mengatasi emosional pemain dalam latihan adalah
mengadakan rapat rutin yang dilaksanakan 2 bulan sekali untuk
mendiskusikan kebutuhan anggota dan grup hadrah, seperti
laporan keuangan, laporan kegiatan, dan menyaring kritik saran
dari masyarakat serta dari anggota grup hadrah sendiri yang
kemudian di evaluasi pada rapat tersebut.”(wawancara AB, 12
Januari 2020 pukul 08.30)
Berdasarkan hasil wawancara mengenai penyampaian pesan
dakwah melalui materi lagu yang dibawakan oleh grup hadrah pada
masyarakat di Desa Sumberejo, RA mengatakan:
“Sebagian besar lagu mudah dimengerti namun ada beberapa
yang kurang paham, karena dalam pementasan yang dilakukan
berdasarkan undangan dari masyarakat, lagu dinyanyikan
biasanya permintaan dari tuan rumah. Untuk penyebaran agama
islam belum sepenuhnya memenuhi, namun untuk penyampaian
pesan dakwah melalui lagu yang disampaikan sudah cukup baik.
Lagu yang disajikan bermakna menyebarkan dan mengajak pada
kebaikan, baik dalam unsur islam, kebudayaan, dan lain-
lain.”(wawancara RA, 05 Maret 2020 pukul 20:14)
Penyampaian pesan dakwah melalui materi lagu yang
dibawakan dalam pementasan dapat dimengerti oleh masyarakat dengan
baik, makna yang terkandung dapat tersampaikan bahwa melalui lagu
bermakna menyerukan agama islam dan mengajak pada kebaikan.
59
Selain itu lagu yang dibawakan juga mengandung unsur lain seperti
kebudayaan dan unsur-unsur lainnya. Kemudian seperti yang
diungkapkan LN masyarakat Desa Sumberejo:
“Lagu-lagu yang dibawakan dapat dimengerti, karena lagu tidak
hanya menggunakan Bahasa Arab saja tetapi ada Bahasa
Indonesia dan Bahasa Jawa juga. Pesan dakwah bisa
tersampaikan dengan baik karena penyampaiannya yang dikemas
rapi dan menarik dan dengan lagu-lagu yang penuh makna.”
(wawancara LN, 07 Maret 2020 pukul 20.32)
Selain bermana baik, lagu yang dibawakan grup hadrah Al-
Haydar tidak hanya sholawat yang menggunakan Bahasa Arab, namun
terdapat beberapa lagu yang menggunakan Bahasa lain seperti Bahasa
Indonesia dan Bahasa Jawa. Pementasan dengan menggunakan alat
musik yang beragam dan ditampilkan secara rapi dan selaras juga
menjadi daya tarik utama bagi masyarakat. PN salah satu masyarakat
Desa Sumberejo juga mengatakan bahwa:
“Ada beberapa lagu saya mengerti maksudnya karena lagu
tersebut sudah popular dan sudak banyak dikenal oleh orang-
orang misalnya lagu lir ilir. Kemudian lagu-lagu jawa yang masih
berbau religi juga maksudnya mudah dimengerti. Namun ada
beberapa lagu yang saya tidak mengerti maksud lagu secara jelas
seperti lagu yang bernuansa Arab, tapi yang saya tau pasti lagu-
lagu itu bermaksud baik. Menurut saya pesan dakwah dapat
tersampaikan dengan baik, karena banyak sekali orang-orang
yang mendengarkan lagu Al-Haydar apalagi dalam kegiatan acara
besar sering kali dihadirkan grup hadrah tersebut sehingga
60
banyak masyarakat yang menjadi pendengar lagu-lagu religious
bernuansa dakwah yang dibawakan. Meski kurang efektif jika ada
beberapa orang yang belum paham maksud dari lagu yang
dibawakan tetapi untuk keseluruhan menurut saya dapat
tersampaikan dengan baik.” (wawancara PN, 06 Maret 2020 pukul
12:35)
Lain dengan yang dikatakan oleh MU salah satu masyarakat
Desa Sumberejo:
“Mengetahui adanya Al-Haydar hadrah dari Dusun Gondangsari
Desa Sumberejo. Tetapi saya kurang memahami maksud dari lagu
yang sering dibawakan, karena hanya berapa kali menyaksikan
pementasannya dan jarang mendengarkan lagunya. untuk
tersampaikannya pesan dakwah mungkin dapat tersampaikan
dengan baik karena selalu ramai jamaahnya, namun untuk saya
sendiri jarang mengikuti acara grup hadrah Al-Haydar.”
(wawancara MU, 05 Maret 2018 pukul 21.05)
B. Pembahasan
1. Strategi Penyampaian Pesan Dakwah melalui Grup Hadrah Al-Haydar
Berdakwah merupakan usaha untuk menyerukan dan
menyampaikan kepada setiap orang dan seluruh umat manusia
mengenai konsep islam, pandangan hidup, dan tujuan manusia hidup
di dunia. Konsep berdakwah dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara dan media yang diperbolehkan dan dengan bijaksana pada jalan
yang benar sesuai perintah Allah swt. Perbuatan dan perilaku
kebajikan yang dilakukan oleh segenap umat islam dapat mendorong
61
seseorang atau suatu kelompok lain untuk merubah dirinya dari suatu
keadaan menjadi yang lebih baik. (Syamsudin, 2016: 8-9)
Dalam berdakwah pula dibutuhkan strategi yang digunakan
untuk menarik masyarakat sekitar untuk terus mengikuti kajian
dakwah yang diberikan. Strategi dakwah kini memiliki peranan yang
sangat penting bagi setiap orang, organisasi atau kelompok yang ingin
melaksanakan dakwah. Sehingga dakwah dapat disampaikan dengan
baik dan terrencana serta dapat membawa masyarakat kepada hal yang
baik dan bermanfaat.
Salah satu konsep berdakwah yang dilakukan di Desa
Sumberejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten semarang adalah
berdakwah melalui seni hadrah yang dikenal dengan nama “Al-
Haydar”. Dakwah yang diserukan oleh grup hadrah Al-Haydar ini
ditujukan kepada seluruh masyarakat baik orang tua, anak remaja,
maupun anak-anak dan terutama untuk mereka yang yang secara ikhlas
memeluk agama islam, mencintai Rosulullah, dan menyerukan
shalawat.
Penyampaian pesan dakwah dalam grup hadrah Al-Haydar
dilakukan melalui dua cara yaitu, yang pertama melalui lagu sholawat
yang dibawakan, yang kedua dapat melalui dakwah kiyai. Grup hadrah
sendiri memiliki kiyai muda yang dapat mengisi pengajian dan
tausiyah jika hal ini diminta dan dikehendaki oleh masyarakat yang
62
menyelenggarakan pengajian. Sehingga penyampaian pesan dakwah
dapat dilakukan dengan bersholawat dan tausiyah yang diberikan.
Dengan adanya grup hadrah Al-Haydar rupanya menarik
perhatian dan mendapatkan banyak apresiasi oleh masyarakat, karena
personil grup yang di dominasi oleh para pemuda. Hal ini sangat
menggugah semangat dari masyarakat sekitar untuk senang mengaji
dan bersholawat.
Strategi penyampaian pesan dakwah yang dilakukan oleh grup
hadrah Al-Haydar menekankan pada lagu sholawatan dan lagu jawa
dengan genre musik yang berbeda. Selain itu alat musik yang
digunakan dipusatkan pada gamelan dan kendang yang menggunakan
konsep kiai kanjeng. Sehingga dalam penyampaian sholawat tersebut
ada ciri khas yang menumbuhkan rasa baru dan rasa penasaran pada
masyarakat terhadap alat yang digunakan.
Selain itu pembawaan materi lagu baik sholawat maupun lagu
jawa menggunakan aransemen yang berbeda dari aransemen lagu
sholawat yang biasa digunakan oleh grup hadrah lainnya. Pada
pembawaan lagu-lagu tertentu yang popular dan dikenal oleh
masyarakat, grup hadrah akan mengajak untuk menyanyikan lagu
secara bersamaan pada suatu momen tertentu. Hal ini dilakukan agar
terjalin kekompakan antara grup hadrah dengan masyarakat,
masyarakat juga dapat dapat ikut merasakan indahnya lagu sholawat
dan manfaat dari bersholawat.
63
Strategi yang digunakan merupakan jenis strategi raasional,
dimana strategi yang digunakan adalah menggunakan strategi rasional
melalui pementasan grup hadrah untuk menyiarkan sejarah islam dan
kisah Rosulullah SAW. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat
berpiki, merenungkan, dan mengambil pelajaran dari apa yang telah
disampaikan. Penelitian yang lain seperti “Dakwah melalui Seni
Pertunjukan Oleh Kelompok Musik Kiai Kanjeng” oleh Robbi
Isthafani Rizqi, pada tahun 2010, juga membutikan bahwa seni
pertunjukkan dapat disuguhkan dan menjadi media untuk penyampaian
pesan dakwah.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari penyampian pesan
dakwah melalui grup hadrah Al-Haydar sendiri adalah:
a. Kelebihan
1) Lagu yang dibawakan grup hadrah Al-Haydar tidak hanya
sholawat yang menggunakan Bahasa Arab, namun terdapat
beberapa lagu yang menggunakan Bahasa lain seperti Bahasa
Indonesia dan Bahasa Jawa sehingga mudah dipahami oleh
masyarakat di desa.
2) Pementasan dengan menggunakan alat musik yang beragam,
tidak hanya musik klasik saja tetapi juga menggunakan alat
musik modern yang dapat menarik perhatian masyarakat.
64
b. Kekurangan
1) Beberpa lagu yang menggunakan bahasa Arab sulit dipahami
maknanya oleh masyarakat, terutama orang tua yang sudah
lanjut usia.
2) Untuk penyebaran agama islam belum sepenuhnya memenuhi,
masih kurang efektif karena sebagian pementaasan masih
memenuhi undangan dari masyarakat seperti pernikahan dan
khitanan.
2. Kendala Penyampaian Pesan Dakwah melalui Grup Hadrah Al-Haydar
Dalam setiap kelompok atau sekumpulan orang yang
membentuk suatu grup tentunya tidak terlepas dari permasalahan dan
kendala yang terjadi. Kendala yang sering kali terjadi adalah pada
internal atau kendala dari grup hadrah Al-Haydar sendiri. Dalam
pelaksanaan penyampaian pesan dakwah kendala internal yang terjadi
adalah pada jadwal pementasan yang hanya dapat dilakukan pada
waktu di luar jam sekolah atau jam kerja. Hal ini dikarenakan anggota
dari grup hadrah terdiri dari para remaja yaitu, pelajar SMA dan
mahasiswa. Sehingga jadwal pementasan yang dapat dilaksanakan
adalah pada hari libur dan hari besar untuk menyesuaikan dan
menghagai anggota lain yang masih berstatus pelajar.
Hal ini tentunya menjadikan jadwal pementasan grup hadrah
terbatas dan tidak dapat dilaksanakan sewaktu-waktu. Selain itu waktu
pementasan juga banyak dilakukan pada malam hari, dengan personil
65
yang banyak beranggotakan pelajar tentunya menjadi tantangan bagi
anggota untuk memanajemen waktunya sendiri.
Kendala internal lain juga terjadi pada grup hadrah Al-haydar
yang berpusat pada anggota. Jumlah anggota hadrah Al-Haydar terdiri
dari 15 orang, hal ini bukan merupakan jumlah yang sedikit dan 15
orang tersebut tentunya memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Pada
pelaksanaan latihan yang dilakukan sebelum pementasan berlangsung
banyak terjadi beberapa perdebatan dan perbedaan pendapat mengenai
beberapa hal. Dikarenakan banyaknya anggota yang didominasi oleh
anak muda,meskipun yang terjadi adalah masalah sepele karena masih
anak muda sehingga kurang terkontrol emosinya dan sulitnya
pengendalian emosional anggota.
Emosi yang tidak terkontrol oleh para pemain juga disebabkan
oleh beberapa faktor seperti, banyak pikiran, kurangnya konsentrasi,
dan permasalahan pribadi lainnya yang dapat mengganggu pemain
atau anggota lain dalam pelatihan pementasan.
Untuk kendala eksternal tidak begitu menjadi masalah,
penyampaian pesan dakwah melalui grup hadrah Al-Haydar dapat
diterima dengan baik dan memunculkan banyak hal positif yang terjadi
seperti banyaknya dukungan dan apresiasi yang diberikan. Terutama
karna personil anggota hadrah Al-Haydar didominasi oleh pelajar yang
bersemangat dalam menyerukan dan mengembangkan dunia shalawat
di modern ini.
66
3. Upaya Dalam Mengatasi Kendala Penyampaian Pesan Dakwah melalui
Grup Hadrah Al-Haydar
Upaya untuk mengatasi kendala jadwal yang hanya bisa
dilaksanakan diluar jam sekolah dan jam kerja adalah dengan selalu
mengkonfirmasi dan dikomunikasikan dengan anggota grup hadrah.
Setelah itu dapat dirundingkan dan dicari jalan keluarnya, namun dari
grup hadrah sudah bersepakat dan setuju untuk tetap memprioritaskan
pementasan pada hari libur atau tanggal merah.
Upaya selanjutnya untuk mengatasi emosional anggota pemain
yang tidak stabil dan kurang terkontrol dalam pelatihan adalah dengan
mengadakan rapat rutin yang dilaksanakan satu kali pertemuan dalam
setiap dua bulan. Hal ini dilaksanakan untuk mendiskusikan kebutuhan
anggota dan grup hadrah seperti laporan keuangan, laporan kegiatan
yang belum maupun yang sudah terlaksana, dilanjutkan menyaring
kritik dan saran dari masyarakat yang kemudian di evaluasi bersama
dalam rapat tersebut.
Selain evaluasi yang dilakukan untuk mengatasi kritik saran
masyarakat, evaluasi juga dilakukan oleh grup hadrah Al-Haydar
sendiri yang kemudian dihadirkan anggota yang lebih dewasa untuk
mengatasi emosi anak-anak muda yang tidak terkontrol. Beberapa hal
yang terjadi dapat dirundingkan dengan bincang santai agar suasana
bias kembali tenang dan melunak, sehingga latihan untuk pementasan
kedepannya dapat berjalan dengan lancer.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di atas dan hasil
penelitian yang telah peneliti laksanakan, kesimpulan penelitian ini adalah:
1. Strategi dakwah yang dilakukan melalui grup hadrah Al-Haydar di
Desa Sumberejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang dimana
penyampaian pesan dakwah disampaikan melalui dua cara yaitu, yang
pertama melalui lagu sholawat yang dibawakan, yang kedua dapat
melalui dakwah kiyai. Penyampaian pesan dakwah yang dilakukan
oleh grup hadrah Al-Haydar menekankan pada lagu sholawatan dan
lagu jawa dengan genre musik dan aransemen lagu yang berbeda.
Selain itu alat musik yang digunakan dipusatkan pada gamelan dan
kendang yang menggunakan konsep kiai kanjeng yang dipadukan
dengan alat musik masa kini, sehingga perpaduannya terdengar indah
di telinga. Penyampaian pesan dakwah melalui materi lagu yang
dibawakan dalam pementasan dapat dimengerti oleh masyarakat
dengan baik, makna yang terkandung dapat tersampaikan bahwa
melalui lagu bermakna menyerukan agama islam dan mengajak pada
kebaikan. Pementasan dengan menggunakan alat musik yang beragam
dan ditampilkan secara rapi dan selaras juga menjadi daya tarik utama
bagi masyarakat.
Strategi ini
68
2. Kendala internal yang terjadi pada grup hadrah Al-haydar yang
pertama adalah pada jadwal pementasan yang hanya dapat dilakukan
pada waktu di luar jam sekolah atau jam kerja. Hal ini dikarenakan
anggota dari grup hadrah terdiri dari para remaja yaitu, pelajar SMA
dan mahasiswa. Kendala selanjutnya adalah pada anggota, jumlah
anggota hadrah Al-Haydar terdiri dari 15 orang, hal ini bukan
merupakan jumlah yang sedikit dan 15 orang tersebut tentunya
memiliki pemikiran yang berbeda-beda.banyak terjadi beberapa
perdebatan dan perbedaan pendapat mengenai beberapa hal. Emosi
yang tidak terkontrol oleh para pemain juga disebabkan oleh beberapa
faktor seperti, banyak pikiran, kurangnya konsentrasi, dan
permasalahan pribadi lainnya. Yang kedua adalah
3. Upaya untuk mengatasi kendala jadwal yang hanya bisa dilaksanakan
diluar jam sekolah dan jam kerja adalah dengan selalu
mengkonfirmasi dan dikomunikasikan dengan anggota grup hadrah.
Dari grup hadrah sendiri sudah bersepakat dan setuju untuk tetap
memprioritaskan pementasan pada hari libur atau tanggal merah.
Upaya mengatasi kendala yang kedua yaitu dengan mengadakan rapat
rutin yang dilaksanakan satu kali pertemuan dalam setiap dua bulan.
Hal ini dilaksanakan untuk mendiskusikan kebutuhan anggota dan
grup hadrah seperti laporan keuangan, laporan kegiatan yang belum
maupun yang sudah terlaksana, dilanjutkan menyaring kritik dan saran
69
dari masyarakat dan permasalahan dari dalam kelompok yang
kemudian di evaluasi bersama dalam rapat tersebut.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada grup hadrah Al-
Haydar di Desa Sumberejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang
maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Bagi Grup Harah Al-Haydar Desa Sumberejo
Peneliti menyarankan kepada grup hadrah Al-Haydar untuk
mempertahankan konsep penyampaian dakwah yang dikemas rapi dan
selaras melalui alat musik yang digunakan dan materi lagu yang
dibawakan serta tetap berkiblat pada kiai kanjeng. Menambah dan
memperbarui materi lagu yang mudah dimengerti oleh masyarakat
agar penyampaian pesan dakwah semakin mudah diterima.
Mempererat solidaritas sesama anggota agar terwujud grup atau
kelompok yang harmonis.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk
penelitian berikutnya yang berhubungan dengan strategi dakwah
melalui seni hadrah, dan lebih komprehensif dan mendalam.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rhineka Cipta.
Azwar, Saifudin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Bouvier, H. (2002). Lèbur: seni musik dan pertunjukan dalam
masyarakat Madura (Vol. 14). Yayasan Obor Indonesia.
Cahyono, A. (2006). Seni Pertunjukan Arak-arakan dalam Upacara
Tradisional Dugdheran di Kota Semarang (Arak-arakan
Performing Art of Dugdheran Tradisional Ceremony in
Semarang City). Harmonia: Journal of Arts Research and
Education, 7(3).
Djohan, 2016.Psikologi Musik. Yogyakarta: Galangpress.
Fauziah, Foggy, 2010. Alat Musik dari Berbagai Negara di Dunia.
Jakarta Timur: CV. Ghina Walafafa.
Hamdy, Salad, 2002. Agama Seni:Refleksi Teologis dalam Ruang
Estetik.Yogyakarta: Yayasan Semesta.
Insani, N. H. (2019). Konstruksi Budaya Dakwah Emha Ainun Nadjib
Dalam Acara Mocopat Syafaat Sebagai Medium
Resistensi. Diksi, 27(2).
Mahamboro, A. (2016). Metode Pembelajaran Hadrah Di Pondok
Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Pend. Seni Musik-
S1, 5(1).
Mawardi, K. (2013). Seni sebagai ekspresi profetik. IBDA: Jurnal
Kajian Islam dan Budaya, 11(2), 131-147.
Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Murodi, 2013. Dakwah Islam dan Tantangan Masyarakat Quraisy
Kajian Sejarah Dakwah pada Masa Rasulullah SAW. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
71
Muttaqin, Kustap, 2008. Seni Musik Klasik Jilid 1. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Pawito, 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Pelangi
Aksara.
Puteh, Jakfar, 2006. Dakwah di Era Globalisasi Strategi Menghadapi
Perubahan Sosial. Yogyakarta: AK Group Yogyakarta.
Rizali, N. (2012). Kedudukan Seni Dalam Islam. Tsaqafa-Jurnal
Kajian Seni Budaya Islam, 1(1), 1-8.
Rozikan, M. (2017). Transformasi dakwah melalui konseling
islami. INJECT (Interdisciplinary Journal of
Communication), 2(1), 77-98.
Rytama, Dilan, 2017. Seni Tari Untuk Pembelajaran SMK.
Yogyakarta: Indopublika.
Sahid, Nur, 2016. SEMIOTIKA untuk Teater, Tari, Wayang Purwa dan
Film. Semarang: Gigih Pustaka Mandiri.
Sakdiah, H. (2016). Komunikasi Interpersonal Sebagai Strategi
Dakwah Rasulullah (Perspektif Psikologi). Alhadharah: Jurnal
Ilmu Dakwah, 15(30), 1-13.
Sinaga, S. S. (2001). Akulturasi Kesenian Rebana. Harmonia Jurnal
Pengetahuan dan Pemikiran Seni, 2(3), 25-45.
Sinaga, S. S. (2006). Fungsi dan Ciri Khas Kesenian Rebana di
Pantura Jawa Tengah (Function and Characteristic of Rebana in
the Beach Region of Central Java). Harmonia: Journal of Arts
Research and Education, 7(3).
Sirajuddin, M. (2014). Pengembangan Strategi Dakwah Melalui
Media Internet (Peluang dan Tantangan). Al-Irsyad Al-Nafs:
Jurnal Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 1(1).
Suhandang, Kustadi, 2014. Strategi Dakwah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syamsuddin, 2016. Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta: Kencana.
Utama, Tegar, 2014. Ensiklopedia Alat Musik Tradisional, Bandung:
CV. Angkasa.
72
Yahya, Y. (2016). Dakwah Islamiyah dan Proselytisme; Telaah Atas
Etika Dakwah dalam Kemajemukan. INJECT (Interdisciplinary
Journal of Communication), 1(1), 81-98.
Wahyuningrum, A. (2015). Sertifikasi halal sebagai strategi dakwah
Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah (Doctoral dissertation,
UIN Walisongo).
73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
74
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Yuliana
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Kab. Semarang, 23 juli 1998
Alamat Lengkap : Dsn. Krajan Kidul RT.01/RW.01
Ds. Sumberejo, Kec. Pabelan, Kab.
Semarang, Jawa Tengah
Agama : Islam
Fakultas : Dakwah
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
No. HP : 0896 5076 4216
Email : [email protected]
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
RA Nurul Huda Sumberejo 1 2002 - 2004
MI Miftahul Huda Sumberejo 1 2004 - 2010
SMPN 1 Suruh 2010 - 2013
Madrasah Aliyah Negeri Suruh 2013 - 2016
Pendidikan Informal
PP Hamalatil Qura‟an Al-Manshur Ploso, Suruh 2010 - 2016
75
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber:
A. Pengurus Grup Hadrah Al-Haydar
B. Masyarakat Sekitar Desa Sumberejo
Judul Penelitian: Strategi Dakwah Melalui Seni Hadrah (Band Religi) Al-Haydar
Di Desa Sumberejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.
Daftar Pertanyaan:
A. Pedoman wawancara bagi pengurus dan anggota grup hadrah Al-Haydar
1. Bagaimana awal mula berdirinya grup hadrah Al-haydar?
2. Apa tujuan dibentuknya grup hadrah Al-haydar?
3. Bagaimana pementasan dan strategi penyampaian pesan dakwah
melalui grup hadrah Al-haydar?
4. Apa kendala yang dihadapi dalam penyampaian pesan dakwah melalui
grup hadrah Al-haydar?
5. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam
penyampaian pesan dakwah melalui grup hadrah Al-haydar?
B. Wawancara kepada masyarakat sekitar:
1. Apakah anda tau adanya grup hadrah Al-haydar?
2. Apakah anda mengerti maksud dari lagu-lagu yang disampaikan oleh
grup hadrah Al-haydar?
3. Apakah pesan dakwah dapat tersampaikan dengan baik melalui grup
hadrah Al-haydar?
76
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Aditya Bagas Apriyanto (Pengurus)
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sumberejo, Pabelan
1. Bagaimana awal mula berdirinya grup hadrah Al-haydar?
“Awal mula berdirinya grup hadrah adalah di dusun gondang sari desa
sumberejo ada kegiatan remas (remaja masjid) dimana setiap bulan
diadakan kumpulan dan pengajian rutin, disitu untuk mengisi acara dalam
pengajian remas memiliki gagasan untuk mengisi acara dengan menampilkan
sesuatu agar pengajian tidak terasa membosankan dan juga agar masyarakat
lebih antusias mengikuti pengajian. Beberapa bulan kemudian akhirnya
terealisasikan pendirian grup hadrah klasik yang hanya menggunakan alat
seadanya yaitu menggunakan terbang, jidor, tiplak dan kicrik saja. Lambat
laun grup ini berkembang dan dikenal oleh masyarakat, dari sini grup
hadrah mulai mengisi dalam acara pengajian-pengajian, perkumpulan
mengaji ibu-ibu. Dalam beberapa waktu grup hadrah semakin berkembang
dan memiliki kas/sedikit dana yang dapat digunakan untuk membeli
perlengkapan alat hadrah. Berdirinya grup hadrah ini rupanya mendapat
perhatian dan dukungan dari masyarakat sekitar, yaitu bapak-bapak dan ibu-
ibu di dusun gondangsari desa sumberejo. Grup hadrah mengajukan bantuan
atau dana hibah melalui anggota DPR yang berada di desa sumberejo, dari
dana tersebut akhirnya dibelikan alat-alat yang mumpuni untuk membentuk
suatu band religi. Grup hadrah mulai berkembang lebih baik lagi dan
mendapatkan kepercayaan oleh masyarakat untuk mengisi acara dan
pengajian. Grup hadrah al-haydar mulai berdiri sejak ... kurang lebih sekitar
2-3 tahun, dan sudah mendapat kepercayaan dari pihak kecamatan pabelan
sebagai pelopor grup band religi yang berbasis pemuda. Pada tahun 2020
grup hadrah akan mendapatkan dana hibah kembali yang akan digunakan
untuk mengembangkan grup hadrah al-haydar menjadi lebih baik lagi.
Anggota dari grup hadrah al-haydar awal mulanya terdiri dari anggota
remaja masjid yang mengikuti pengajian rutin kurang lebih ada 6-8 orang.
Kemudian dengan berkembangnya grup hadrah menjadi grup band religi al-
haydar dan mendapat bantuan kini anggota bertambah menjadi kurang lebih
15 orang. Pementasan grup hadrah al-haydar. Dari awal berdirinya grup
hadrah, al-haydar sudah mulai melaksanakan pementasan, dari catatan grup
hadrah sendiri sudah melakukan pementasan di berbagai daerah lebih dari
77
75 kali, yang paling berkesan grup hadrah al-haydar diminta untuk
mengiringi pengesahan lapangan di kecamatan bancak, kabupaten semarang
bersama mentri olahraga dan pemuda yaitu imam nahrowi. Selain itu
beberapa permintaan pementasan juga diminta oleh beberapa masyarakat
sesuai dengan hajat dan keperluan dan kebutuhan mereka. Pementasan grup
hadrah al-haydar berpacu pada pementasan grup kiyai kanjeng yang
berbasik dengan ciri khas menggunakan gamelan untuk menunjang
pementasan. Untuk undangan pementasan grup hadrah al-haydar pada
awalnya tidak mematok harga, sehingga pementasan dilakukan dengan kas
seikhlasnya. Namun setelah berkembangnya alat yang digunakan yang sudah
cukup lengkap, dan pementasan yang banyak dilakukan di luar daerah maka
grup hadrah memberikan harga patokan sebagai akomodasi dan
transportasi. Pementasan grup hadrah al haydar diharapkan menggunakan
sound system yang mumpuni, karena alat dari grup hadrah sudah
mengguinakan banyak chanel sehingga tidak sembarang sound system dapat
menampung alat-alat yang digunakan.”
2. Apa tujuan dibentuknya grup hadrah Al-haydar?
“Tujuan dibentuknya adalah meminmalisir pergaulan atau kegiatan anak
muda yang negatif seperti sering bergadang dan berkumpul hingga larut
malam sehingga anak muda memiliki kegiatan yang positif. Selain itu pada
dasarnya di dusun gondang sari desa sumberejo ada kegiatan remas (remaja
masjid) dimana setiap bulan diadakan kumpulan dan pengajian rutin, disitu
untuk mengisi acara dalam pengajian remas memiliki gagasan untuk mengisi
acara dengan menampilkan sesuatu agar pengajian tidak terasa
membosankan dan juga agar masyarakat lebih antusias mengikuti
pengajian.”
3. Bagaimana pementasan dan strategi penyampaian pesan dakwah melalui grup
hadrah Al-haydar?
“Penyampaian pesan dakwah dilakukan melalui dua cara yang pertama
yaitu melalui lagu sholawatan, dan yang kedua melalui dakwah kiyai. Grup
hadrah sendiri memiliki kyai muda yang dapat mengisi pengajian atau
tausiyah jika diminta oleh masyarakat yang menyelenggarakan pengajian.
Sehingga dahwah dapat dilakukan dengan sholawatan saja maupun dengan
mengisi tausiah atau pengajian. Adanya grup hadrah al-haydar rupanya
menarik perhatian masyarakat dan mendapatkan bayak apresiasi karena
personil grup hadrah yang di dominasi oleh pelajar SMA dan Mahasiswa.
Hal ini sangat menggugah semangat masyarakat sekitar untuk senang
78
bersholawat, istilahnya anak muda saja senang dan mau bersholawat,
apalagi yang tua juga harus lebih giat dan semangat bersholawat.
Strategi yang dilakukan untuk dakwah menekankan pada lagu sholawatan
dengan genre musik yang berbeda yaitu ditekankan pada alat musik yang
digunakan dengan gamelan dan kendang berkonsep kiai kanjeng. Sehingga
dalam penyampaian sholawat tersebut ada ciri khas yang dapat
menimbulkan rasa penasaran masyarakat terhadap alat yang digunakan dan
sholawat yang digunakan oleh grup hadrah menggunakan aransemen yang
berbeda dari lagu sholawat biasanya. Selain itu, pada lagu-lagu tertentu
yang sudah memasyarakat atau lagu-lagu yang sudah dikenal grup hadrah
akan mengajak untuk menyanyikan lagu secara bersama pada suatu momen
tertentu, hal ini dilakukan agar terjalin kekompakan dan mereka juga dapat
merasakan manfaat dari sholawat tersebut. Grup hadrah juga menyesuaikan
sholawatnya terhadap hajat yang diminta oleh undangan, tidak begitu saja
menyanyikan lagu yang ada namun sudah ada bagian-bagiannya. Lagu yang
dinyanyikan juga dapat disesuaikan dengan keinginan masyarakat, dan lagu
sholawat juga selalu di update sesuai dengan perkembangan zaman.
Beberapa undangan dari masyarakat yaitu dalam acara pengajian hari
besar, pengajian rutinan, walimatul ursy, walimatul khitan, dsb.”
4. Apa kendala yang dihadapi dalam penyampaian pesan dakwah melalui grup
hadrah Al-haydar?
“Kendala yang dialami dalam penyampaian dakwah adalah jadwal
pementasan yang hanya dapat dilakukan pada jam diluar jam sekolah,
dikarenakan personil grup yang terdiri dari pelajar SMA dan mahasiswa.
Jadwal pementasan yang dapat dilakukan adalah pada hari libur, dan hari
besar, untuk hari sekolah grup hadrah dapat menyesuaikan, untuk
menghargai anggota lain yang statusnya pelajar. Kendala internal lain
adalah dari personil grup hadrah yaitu pada saat latihan untuk pementasan,
sulitnya pengendalian emosiaonal oleh pemain yang disebabkan oleh banyak
pikiran, kurang konsentrasi, dan permasalahan pribadi lain yang dapat
mengganggu personil lainnya.”
5. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penyampaian
pesan dakwah melalui grup hadrah Al-haydar?
“Upaya yang dilakukan untuk mengatasi jadwal pementasan yang
menyesuaikan pelajar, maka grup hadrah selalu mengkonfirmasi dan
dikomunikasikan pada anggota untuk merundingkan bagaimana jalan
keluarnya dan bagaimana baiknya dan tetap memprioritaskan pementasan
79
pada hari libur. Upaya lain untuk melakukan pementasan pada hari kerja
atau hari sekolah adalah memberikan jadwal pada anggota yang dapat
melakukan pementasan pada hari tanggal yang ditentukan.
Upaya selanjutnya untuk mengatasi emosional pemain dalam latihan adalah
mengadakan rapat rutin yang dilaksanakan 2 bulan sekali untuk
mendiskusikan kebutuhan anggota dan grup hadrah, seperti laporan
keuangan, laporan kegiatan, dan menyaring kritik saran dari masyarakat
yang kemudian di evaluasi pada rapat tersebut. Untuk permasalan batin atau
emosi dapat diselesaikan dengan bincang santai agar suasana bisa kembali
tenang dan melunak sehingga latihan untuk pementasan dapat dilanjutkan.”
80
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Mahendra Kaylana (Pengurus)
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sumberejo, Pabelan
1. Bagaimana awal mula berdirinya grup hadrah Al-haydar?
“Awalnya yaitu sekita 2,5 tahun lalu di ds. Gondangsari ada kegiatan remas
masjid nafi’ pengajian rutin kamis pon, setelah berjalan 6 bulan diisi hanya
dengan pengajian keliling setiap rumah akhirnya banyak yang mengusulkan
jika pengajian hanya begitu-begitu saja sepertinya jamaah juga mulai bosan,
kemudian remas memiliki inovasi untuk mengisi pengajian kamis pon
tersebut, yang akhirnya ditemukan gagasan untuk mendirikan rebana/hadrah
yang awal mulanya beranggotakan 5-6 orang. Remas nafi menggunakan alat
rebana klasik seadanya yaitu terbang, jidot, ketiplak, alatnya baru itu.
Kemudian remas nafi mengumpulkan remaja yang bias dan mempunyai
kemauan untuk belajar rebana, dan terbentuklah orang-orang pilihan untuk
menjadi anggota rebana. Pada saat itu belum memiliki nama al-haydar, dan
masih dengan nama grup rebana masjid nafi’. Semakin berjalannya waktu
setelah latihan dan digunakan keliling dalam acara pengajian remas kamis
pon, kemudian ada beberapa warga yang berinisiatif mengundang grup
rebana untuk sholawatan di hajatan warga sekitar. Pada bulan selanjutnya
grup rebana mulai keliling di dusun lain dan masih menggunakan alat klasik,
belum ada alat modrn sama sekali. Lama kelamaan jika alat musik hanya
alat klasik saja, personil juga merasa bosan, yang akhirnya grup rebana
meminjam organ tunggal dan drum untuk latihan bersama dan kemudian
berlatih rebana dengan nuansa modern. Beberapa bulan kemudian otomatis
grup rebana membutuhkan sebuah nama, dan akan digunakan pula untuk
mengajukan bantuan pemerintah dengan kepentingan untuk membeli alat
musik sendiri. Dengan keputusan sepihak akhirnya grup rebana diberi nama
“Al-Haydar” yang diberikan oleh salah satu pelopor grup rebana dan
akhirnya disetujui bersama dengan nama tersebut.”
2. Apa tujuan dibentuknya grup hadrah Al-haydar?
“Yang pertama adalah untuk mengisi pengajian malam kamis pon remaja
masjid nafi’ dusun gondangsari desa sumberejo. Yang kedua adalah untuk
81
membuat kegiatan yang positif bagi remaja dusun gondangsari, agar para
remaja memiliki kegiatan yang bermanfaat, dan menjauhi kegiatan yang
berbau negative. Sehingga dapat mengurangi kenakalan remaja dengan
adanya kegiatan rebana masjid nafi tersebut. Para remaja lebih rajin dalam
mengaji dan dapat terkontrol dalam melakukan hal negative karna sudah
memiliki tameng keislamannya.”
3. Bagaimana pementasan dan strategi penyampaian pesan dakwah melalui grup
hadrah Al-haydar?
“Pesan dakwah dalam rebana al-haydar yang jelas dalam lagu-lagunya,
walaupun dengan nama band religi al-haydar tetapi tidak mengurangi
kualitas lagu yang diberikan. Lagu yang disajikan dominan dengan sholawat
nabi yang otomatis mengajak segenap dan seluruh masyarakat di desa
sumberejo maupun di daerah manapun untuk melanggengkan sholawat dan
cinta kepada rosulullah SAW. Ciri khas dari al haydar tidak seperti rebana
yang lain yang hanya satu genre, namun al haydar dapat membawakan lagu
dengan beberapa genre musik misalnya, osidah, sholawat murni, sholawat
klasik, versi jawa, versi dangdut, dan yang menjadi kiblat utama adalah kiai
kanjeng. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri bagi al haydar jika
dibandingkan dengan grup hadrah lain yang ada di desa sumberejo.”
4. Apa kendala yang dihadapi dalam penyampaian pesan dakwah melalui grup
hadrah Al-haydar?
“Kendala dalam berdakwah melalui hadrah lebih pada internalnya, kalua
dari ekternal lebih banyak positifnya, banyak yang mendukung dan
memberikan apresiasi karena personil anggota hadrah didominasi oleh para
pelajar dalam mengembangkan dunia sholawat modern ini. Kendala
internalnya adalah anggota hadrah terdiri dari 15 orang, hal ini bukan
merupakan jumlah yang sedikit dan 15 orang memiliki pemikiran yang
berbeda-beda. Banyak terjadi anggota yang berbeda pendapat dan
dikarenakan masih emosi anak muda, meskipun adanya masalah sepele dan
berbeda pendapat karena masih anak muda sehingga kurang terkontrol
emosinya.”
5. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penyampaian
pesan dakwah melalui grup hadrah Al-haydar?
82
“Diperlukan orang yang lebih dewasa untuk mengatasi anak muda dan
probel internal yang terjadi pada grup hadrah tersebut.”
83
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Pratiwi Nurul (Masyarakat)
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sumberejo, Pabelan
1. Apakah anda tau adanya grup hadrah Al-haydar?
“Saya tau adanya grup hadrah Al-Haydar karena grup tersebut ada di
daerah saya, dan beberapa kali bahkan sering main di desa. Pemain grup
hadrah juga sebagian adalah teman-teman sendiri.”
2. Apakah anda mengerti maksud dari lagu-lagu yang disampaikan oleh grup
hadrah Al-haydar?
“Ada beberapa lagu saya mengerti maksudnya karena lagu tersebut sudah
popular dan sudak banyak dikenal oleh orang-orang misalnya lagu lir ilir.
Kemudian lagu-lagu jawa yang masih berbau religi juga maksudnya mudah
dimengerti. Namun ada beberapa lagu yang saya tidak mengerti maksud lagu
secara jelas seperti lagu yang bernuansa Arab, tapi yang saya tau pasti lagu-
lagu itu bermaksud baik.”
3. Apakah pesan dakwah dapat tersampaikan dengan baik melalui grup hadrah
Al-haydar?
“Menurut saya pesan dakwah dapat tersampaikan dengan baik, karena
banyak sekali orang-orang yang mendengarkan lagu Al-Haydar apalagi
dalam kegiatan acara besar sering kali dihadirkan grup hadrah tersebut
sehingga banyak masyarakat yang menjadi pendengar lagu-lagu religious
bernuansa dakwah yang dibawakan. Meski kurang efektif jika ada beberapa
orang yang belum paham maksud dari lagu yang dibawakan tetapi untuk
keseluruhan menurut saya dapat tersampaikan dengan baik.”
84
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Milatifatul Ulfa (Masyarakat)
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sumberejo, Pabelan
1. Apakah anda tau adanya grup hadrah Al-haydar?
“Mengetahui adanya Al-Haydar hadrah dari Dusun Gondangsari Desa
Sumberejo.”
2. Apakah anda mengerti maksud dari lagu-lagu yang disampaikan oleh grup
hadrah Al-haydar?
“Tidak memahami maksud dari lagu yang sering dibawakan, karena hanya
berapa kali menyaksikan pementasannya dan jarang mendengarkan
lagunya.”
3. Apakah pesan dakwah dapat tersampaikan dengan baik melalui grup hadrah
Al-haydar?
“Mungkin dapat tersampaikan dengan baik karena selalu ramai jamaahnya,
namun untuk saya sendiri jarang mengikuti acara grup hadrah Al-Haydar.”
85
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Lestian Nurul (Masyarakat)
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sumberejo, Pabelan
1. Apakah anda tau adanya grup hadrah Al-haydar?
“Iya saya tau grup hadrah tersebut.”
2. Apakah anda mengerti maksud dari lagu-lagu yang disampaikan oleh grup
hadrah Al-haydar?
“Lagu-lagu yang dibawakan dapat dimengerti, karena lagu tidak hanya
menggunakan Bahasa arab saja tetapi ada Bahasa Indonesia dan Bahasa
jawa juga.”
3. Apakah pesan dakwah dapat tersampaikan dengan baik melalui grup hadrah
Al-haydar?
“Bisa karena penyampaiannya yang dikemas rapi dan menarik dan dengan
lagu-lagu yang penuh makna.”
86
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Rifqi Almufida (Masyarakat)
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sumberejo, Pabelan
1. Apakah anda tau adanya grup hadrah Al-haydar?
“Ya saya mengetahui adanya grup hadrah Al-Haydar.”
2. Apakah anda mengerti maksud dari lagu-lagu yang disampaikan oleh grup
hadrah Al-haydar?
“Sebagian lagu dimengerti namun ada beberapa yang kurang paham, karena
dalam pementasan yang dilakukan berdasarkan undangan dari masyarakat,
lagu dinyanyikan biasanya permintaan dari tuan rumah.”
1. Apakah pesan dakwah dapat tersampaikan dengan baik melalui grup hadrah
Al-haydar?
“Untuk penyebaran agama islam belum sepenuhnya memenuhi, namun untuk
penyampaian pesan dakwah melalui lagu yang disampaikan sudah cukup
baik. Lagu yang disajikan bermakna menyebarkan kebaikan baik dalam
unsur islam, kebudayaan, dan lain-lain.”
87
DOKUMENTASI
Penampilan Al-Haydar bersama kiai
Penampilan Al-Haydar bersama Tokoh Masyarakat
88
Penampilan Al-Haydar di Hari Besar
Daftar Materi Lagu Al-Haydar
89
Wawancara Narasumber
90
91
92
93
94