Download - STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
1/25
STEP 7
Bagaimana anatomi dan histology dari hidung?ANATOMI HIDUNG
- Hidung luarBerbentuk piramid, dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan
yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang
berfungsi melebar atau menyempitkan lubang hidung.bagian2 dari
atas ke bawah yaitu :
Bridge Dorsum nasi Puncak hidung Ala nasi Kolumela Nares anterior
Kerangka tulang terdiri dari :
Tulang hidung (os nasalis) Prosesus frontalis os maksila Prosesus nasalis os frontal
Kerangka tulang rawan terdiri dari :
Sepasang kartilago nasalis lateralis superior Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior Beberapa pasang katilago alar minor Tepi anterior kartilago septum
- Rongga hidung (kavum nasi)
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
2/25
Berbentuk terowongan dari depan ke belakang dipisahkan olehseptum nasi dibagian tengahnya menjadi cavun nas kanan dankiri
Lubang masuk kavum nasi bagian depannya : nares anterior Lubang belakang terdiri dari : nares posterior (koana)
menghubungkan kavm nasi dengan naso faring Dibelakang nares anterior : vestibulum dilapisi leh kulit yang
mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut2 panjang(vibrisse)
Kavum nasi mempunyai 4 dinding :1. Dinding medial : septumm nasi dibentuk oleh tlang dan
tulang rawan .bagian tulang adalah :a. Lamina perpendikularis osteum etmoidb. Vomerc. Krista nasalis os maxilad.
Krista nasalis os palatinaBagian tulang rawan :
a. Kartilago septumb. Kolumela
2. Dinding lateralTerdapat 4 buah konka yaitu :
Konka inferior terbesar dan terletak paling bawah,merupakan tulang rersendiri yang melekat pada osmaxila danlabirin etmoid
Konka media yang sedang Konka superior yang kecil Komka suprema kadang rudimenterDiantara konka dan dingding lateral terdapat rongga sempit
yang disebut meatus .terbagi menjadi 3 meatus yaitu
Meatus inferior ruang dalam rongga hidung yangterletak dibawah konka inferior.muara duktusnasolakrimal ynag mengalirkan cairan dari kelenjar air
mata Meatus media : ruangan di bawah konka
media.muaranya :i. Saluran sinus frontalii. Antrum dari sinus maxilaiii. Saluran anterior sinus etmoid
Meatus superior ruang yang terletak dibawah konkasuperior.muara saluran posterior sinus etmoid
3. Dinding inferiorMerupakan dasar rongga hidung yang dibentuk oleh os
maxila dan os palatum
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
3/25
4. Dinding superiorDibentuk oleh lamina kribriformis yang memisahkan rongga
tengkorak
Histologi
Mukosa Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik danfungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosapenghidu.Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar ronggahidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semuyang mempunyai silia dan diantaranya terdapat selsel goblet.Padabagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dankadangkadang terjadi metaplasia menjadi sel epital
skuamosa.Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah mudadan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket)pada permukaannya.Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosadan sel goblet.
Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsiyang penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir didalam kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Dengandemikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinyasendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk kedalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan
banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidungtersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan olehpengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan obatobatan.
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konkasuperior dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi olehepitel torak berlapis semu dan tidak bersilia (pseudostratifiedcolumnar non ciliated epithelium). Epitelnya dibentuk oleh tiga macamsel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah
mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
4/25
Sinus paranasal rongga yang berisi udara terdapat disekitar
hidung.
Terdapat 4 sinus , yaitu :
a. Sinus frontal : terletak berdampingan dibagian bawah dari dahi,diatas hidung.pada umumnya mempunyai besar tidak sama dansatu sama lain dipisahkan oleh tulang.mempunyai saluran yangbermuara pada meatus media
b. Sinus maksila : rongga udara yang terletak disamping ronggahidung dibawah rongga mata dan diatas gigi molar atas.bermuaradihidung pada meatus media
c. Sinus etmoid : terletak diatas rongga hidung dan meluas kedasartengkorak.bagian anterior bermuara dimeatus media.bagianposterior bermuara pada meatus superior
d. Sinus sfenoid : terletak paling posterior dan didalam korpus osetmoid.ukuran dan bentuk bervariasi.sepasng sinus dipisahkanoleh septum tulang yang tipis
VASKULARISASI HIDUNG:
i. Arteri : Bagian bawah rongga hidung : cabang A. Maksilaris interna
(ujung A. palatine mayor dan A. sfenopalatina yang keluar
dari foramen sfenopalatina bersama n. sfenopalatina)
Bagian depan hidung : cabang A. fasialis Bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang a.
sfenopalatina, a. etmoid anterior, a. labialis superior dan a.
palatine mayor yang disebut pleksus Kiesselbach (letaknya
superficial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering
menjadi sumber epistaksis)
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
5/25
ii. Vena : Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan
berjalan berdampingan dengan arterinya
Vena divestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus
Vena-vena di hidung tidak mempunyai katup.Sumber : Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Edisi 5.
FKUI
PERSARAFAN HIDUNG:
ii. Bagian depan dan atas rongga hidung : n. Etmoidalis anterior(cabang dari n. nasosiliaris yang berasal dari n. oftalmikus)
persarafan sensoris
iii. Rongga hidung lainnya : n. maksila melalui ganglionsfenopalatinumpersarafan sensoris
iv. Ganglion sfenopalatinum juga sebagai persarafan vasomotoruntuk mukosa hidung
Sumber : Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Edisi 5.
FKUI
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
6/25
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
7/25
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
8/25
Bagaimana fisiologi dari hidung, transport mukosilier, proses darimenghidu?
FISIOLOGI HIDUNG Sebagai jalan nafas .
Berdasarkan teori structural, teori evolusioner dan teori fungsional,fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah :
a.Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air
conditioning), penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang
dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik local.
Inspirasiudara masuk melalui nares anterior naik ke atas setinggi konka media turun ke bawah
(nasofaring)aliran udara berbentuk lengkungan
atau arkus.
Ekspirasi udara masuk melalui koanamengikutijalan yang sama dengan inspirasitetapi bagian
depan aliran udara memecah sebagian melalui
nares anterior dan sebagian lain kembali ke belakang
membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran
dari nasofaring.
b.Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa
olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung
stimulus penghidu.
Hidung yang bekerja sebagai indra penghidu danpencecap dengan adanya mukosa olfaktorius pada
atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga
bagian atas septum.
Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan caradifusi dengan palut lendir atau bila menarik napas
dengan kuat.
Fungsi hidung untuk membantu indra pencecapadalah untuk membedakan rasa manis yang berasal
dari berbaai macam bahanseperti perbedaan rasa
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
9/25
manis stroberi , jeruk, pisang atau coklat. Juga untuk
membedakan rasa asam yang berasal dari cuka dan
asam jawa.
c.Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara,membantu proses bicara dan mencegah hantaran sendiri
melalui konduksi tulang.
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suaraketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung
akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang,
sehingga terdengar suara sengau (rinolalia).
Hidung membantu pembentukan konsonan nasal(m,n,ng), rongga mulut tertutup dan rongga hidung
terbuka dan palatum molle turun untuk aliran udara.
d.Fungsi static dan mekanik untuk meringankan beban
kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas
e.Reflex nasal.
Mukosa hidung merupakan reseptor reflex yangberhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskulardan pernapasan. Iritasi mukosa hidung reflex
bersin dan napas berhenti.
Rangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresikelenjar liur, lambung dan pancreas.
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)
System transport mukosiliar
Merupakan pertahanan aktif rongga hidung terhadapvirus, bakteri dan jamur atau partikel berbahaya lain
yang terhirup bersama udara. Efektivitas system
transport silier dipengaruhi oleh kualitas silia dan
palut lendir (dihasilkan oleh sel2 goblet pada epitel
dan kelenjar seruminosa submukosa).
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
10/25
Bagian bawah palut lendir terdiri dari cairan serosamengandung laktoferin, lisozim, inhibitor lekoprotease
sekretorik, dan IgA sekretorik (fx : mengeluarkan
mikroorganismedari jaringan dengan mengikat antigentsb pada lumen saluran napas)
Bagian permukaannya terdiri dari mucus yang lebihelastic dan banyak mengandung protein plasma
seperti albumin, IgG (fx : beraksi di dalam mukosa
dengan memicu reaksi inflamasi jika terpajan dengan
antigen bakteri), IgM dan factor komplemen .
Pada sinus maxilla, system transport silia
menggerakkan secret sepanjang dinding anterior,
medial, posterior dan lateral serta atap rongga sinus
membentuk gambaran halo / bintang yang mengarah
ke ostium alamiah. Setinggi ostium secret akan lebih
kental tetapi drenasenya lebih cepat untuk mencegah
tekanan negative dan berkembangnya infeksi.
Kerusakan mukosa yang ringan tidak akanmenghentikan atau mengubah transport, dan secret
akan melewati mukosa yang rusak tsb. Tetapi jika
secret lebih kental, secret akan terhenti pada mukosa
yang mengalami defek.
Gerakan system transport mukosilier pada sinusfrontal mengikuti gerakan spiral secret berjalan
menuju septum interfrontal
atap, dinding lateraldan bagian inferior dari dinding anterior dan posterior
resessus frontal.
Pada dinding lateral terdapat 2 rute besar :a. Rute pertama
Merupakan gabungan sekresi sinus frontal, maxilla
dan etmoid anterior. Secret ini biasanya bergabung
di dekat infundibulum etmoid selanjutnya
berjalan menuju tepi bebas processus unsinatus,dan sepanjang dinding medial konka inferior
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
11/25
nasofaring melewati bagian anteroinferior orifisium
tuba eustachii berlanjut ke batas epitel bersilia
dan epitel skuamosa pada nasifaring selanjutnya
jatuh ke bawah dibantu dengan gaya gravitasi dan
proses menelan.b. Rute kedua
Gabungan sekresi sinus etmois posterior dan
sphenoid bertemu di recessus sfenoetmoid
menuju ke nasofaring pada bagian posterosuperior
orifisium tuba eustachii.
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)
Bagaimana mekanisme dari epistaksis?
Epistaksis dapat ditimbukan oleh sebab lokal dan umum
(kelainan sistemik)
Sebabsebab lokal
a.TraumaEpistaksis dapat terjadi setelah trauma ringan, misalnyawaktu mengeluarkan ingus dengan kuat, bersin, mengorek
hidung atau sebagai akibat trauma yang hebat, seperti
terpukul, jatuh dan sebagainya. Selain dari itu iritasi oleh gas
yang merangsang, benda asing di hidung dan trauma
pembedahan, dapat juga menyebabkan epistaksis.
b.InfeksiInfeksi hidung dan sinus paranasal seperti rinitis, serta
granuloma spesifik seperti lupus, sifilis dan lepra dapat
menyebabkan epistaksis.
c.NeoplasmaHemangioma, Karsinoma serta angiofibroma dapat
menyebabkan epistaksis berat.
d.Kelainan KongenitalKelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah
pendarahan teleangiektasis. Herediter (hereditary hemorrhagic
teleangiectasios = Oslers disease).
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
12/25
Sebabsebab sistemika. Penyakit kardiovaskular
Hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti yang dijumpaipada arteriosklerosis, nefritis kronik, sironis, hepatitis, sifilis,
dan diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis. Epistaksis
sebagai akibat penyakit hipertensi biasanya hebat,sering
kambuh kembali dan prognosisnya tidak baik.
b. Kelainan darahKelainan darah penyebab epistaksis, misalnya trombositopenia,
hemofilia dan leukimia.
c. InfeksiDemam tifoid, influensa dan morbili dapat menyebabkan
epistaksis. Yang paling sering ialah demam berdarah (dengue
hemorrahagic fever)
d. Perubahan tekanan atmosfir , Contoh dalam hal ini ialahCaisson disease
e. Gangguang endokrinPada wanita pada kehamilan,menarke dan menopause sering
juga terjadi epistaksis.
Sumber PendarahanPada umunya terdapat 2 buah sumber yaitu dari bagian anterior
dan bagian posterior.
Epistaksis anterior dapat berasal dari pleksus kiessebach ataudari a. Etmoid anterior. Pleksus kiessebach menjadi sumber
pendarahan yang paling sering pada epistaksis, terutama pada
anak dan biasanya dapat berhenti sendiri (secara spontan) dan
mudah diatasi.
Epistaksis posterior dapat berasal dari a. sfenopalatina dana.etmoid posterior. Perdarahannya biasanya hebat dan jarang
berhenti dengan sendirinya. Sering ditemukan pada pasien
dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan
penyakit kardiovaskuler. Perdarahan ini disebabkan oleh
pecahnya a.sfenopalatina.
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
13/25
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)
Mengapa hidung sering buntu, bersin-bersin, dan gatal, rhinore sejakbekerja di perusahaan meubel (patofisiologi)?
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
14/25
1. Patofisiologi Tahap sensitisasi
Makrofag / monosit berperan sebagai APC (AntigenPresenting Cell) menangkap allergen di mukosa hidung
Antigen membentuk fragmen pendek peptide dan bergabungdengan molekul HLA II membentuk kompleks peptide MHCkelas II, kemudian dipresentasikan pd sel T helper(Th 0)
Aktivasi sitokin seperti IL 1 oleh APC, untuk aktivasi Th0menjadi Th 1 dan Th 2
Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4,IL5, IL13
IL4 dan IL13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sellimfosit B, sehingga limfosit B aktif dan memproduksi IgE
Ig E di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikatoleh reseptor Ig E dipermukaan sel mastosit atau basofil (selmediator)proses sensitisasi
Bila mukosa tersensitasi, terpapar dengan allergen yangsama, maka kedua rantai Ig E akan mengikat allergen
spesifikdegranulasi mastosit basofilprediators mediator
terlepas, terutama histamine dan lainnya (PGD2, Lt D4, PAF,
bradikinin)reaksi alergi fase cepat
Histamin merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianussehingga gatal dan bersin2
Histamin menyebabkan sel goblet dan mukosa hipersekresidan permeabilitas kapiler meningkatrinorrhea
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
15/25
Vasodilatasi sinusoidhidung tersumbat Histamine merangsang mukosa hidungICAM 1 Pada IPAR, sel mastoid akan melepas molekul
kemotaktikakumulasi eosinofil dan neutrofil di jaringan
target (berlanjut 6-8 jam pasca paparan). Pd fase ini, factornon spesifik dpt memperberat gejala seperti asap rokok, bau
yg merangsang, perubahan cuaca, kelembaban yang tinggi
Tahap provokasi/ reaksi alergiImmediate Phase Allergic Reactionsejak kontak allergen
sampai 1 jam
Late phase allergic reaction, berlangsung 2-4 jam dengan
puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan dapat
berlangsung sampai 24-48 jam
Hidung Buntu :
Histamine Vasodilatasi vascular Oedem mukosa dan
konka hidung Sumbatan hidung.
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)
Rhinore :
Histamine kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami
hipersekresi dan permeabilitas meningkat rinore
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)
Hidung gatal dan bersin2 :
Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf
vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung
bersin2
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)
Mengapa bersin di pagi hari? Mengapa ingus encer, kental, warna kuning?
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
16/25
Reaksi alergi menghasilkan mucus encer (serous ) karena
reaksi hipersensitifitas system imun akan turun sehingga
mudah terjadi infeksi sekunder stelah terjadi infeksi
sekunder akan terbentuk lender yang mukopurulen akibat
timbunan dari bakteri yang mati akibat reaksi inflamasi.
Mengapa penderita kurang bisa membau parfum bila aromanya tidaktajam?
Hidung yang bekerja sebagai indra penghidu dan pencecap
dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka
superior dan sepertiga bagian atas septum.
Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan
palut lendir serouse yang dihasilkan oleh kel bowmandan denganbantuan menarik napas dengan kuat.
Jika partikel bau tidak mencapai daerah mukosa olfaktorius pada
atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas
septum, karena ada suatu sumbatan (secret, tumor, inflamasi dll)
Obstruksi pada cavum nasi sehingga udara tidak dapat mencapai
mukosa olfaktorius secara maksimalpembauan akan berkurang.
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)
Bagaimana cara kerja phenil propanolamin sehingga bisa mengurangikeluhan?
hidung tersumbat dan meler dikarenakan terjadinya
pelebaran dari pembuluh darah di hidung (vasodilatasi) sehingga
menyebabkan keluarnya cairan dari dalam pembuluh darah keluar.
PPA (Phenil propanolamin) berfungsi untuk menyebabkan pembuluh
darah hidung tadi kembali menyempit (vasokonstriksi) sehingga
cairan dalam pembuluh darah tidak bisa keluar lagi.
Mekanismenya PPA menyebabkan vasokonstriksi, maka efek
vasokonstriksi lokal tadi akan juga menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah yang lainnya, termasuk pembuluh darah di otak.
Efek samping phenil propanolamin sehingga timbul kecanduan(bilatidak dipakai lagi)?
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
17/25
Bagaimana hubungan epistaksis dan polip?Alergi & infeksi rangsangan/denervasi dari ujung-ujung syaraf
Kolinergik & adrenergik vasokonstriksi Permeabilitas pembuluh
darah kapiler meningkat transsudasi cairan ke dlm jar oedem
Karena proses yang lama berlanjut
Alergi pengaruh histamin terhadap vaskuler peningkatan
permeabilitas intravaskuler tunika vaskuler menjadi tipis mudah
untuk pecah epistaksis.
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)
Hubungan keluhan dengan epistaksis? Jelaskan tentang polip secara keseluruhan?
polip hidung
Polip nasi ialah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak
yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih
keabuan, dengan permukaan licin dan agak bening karena
mengandung banyak cairan.
Bukan merupakan penyakit tersendiri tetapi adalah manifestasiklink dari berbagai macam penyakit dan sering dihubungkan dengan
sinusitis, rhinitis alergi, asma dll.
Etiologi3 faktor penting:
a. Adanya peradangan kronik dan berulang padamukosa hidung dan sinus
b. Adanya gangguan keseimbangan vasomotorc. Adanya peningkatan cairan intersitial dan edema
mukosa hidung
Fenomema bernoulli menjelaskan bahwa udara yang
mengalir melalui tempat yang sempit akan
mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya.
Jaringan yang lemah akan terhisap oleh tekanan negatif
ini sehingga mengakibatkan edema mukosa
danpembentukan polip. Fenomena ini menjelaskan
mengapa polip kebanyakan berasal dari area yang
sempit di komplek ostiomeatal (KOM) di meatus medius.
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
18/25
PatogenesisEdema mukosa di daerah meatus medius stroma
akan terisi oleh cairan interseluler mukosa yang
edema menjadi polipoid Mukosa yang sembab makin
membesar
karena pengaruh gravitasi polip turun kedalam rongga hidung sambil membentuk tangkai
polip
MikroskopisTampak epitel pada polip serupa dengan mukosa
hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia
dengan submukosa yang lembab. Sel-selnya terdiri dari
limfosit, plasma, eosinofil, neutrofil dan makrofag,
mukosa mengandung sel-sel goblet. Pembuluh darah
sangat sedikit dan tidak mempunyai serabut saraf.Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia
epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi
epitel transisional, kubik atau gepeng berlapis tanpa
keratinisasi.
DiagnosisPada anamnesis kasus polip keluhan utama
biasanya ialah hidung tersumbat. Sumbatan ini
menetap, tidak hilang-timbul dan semakin lamasemakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa
ada massa di dalam hidung dan sukar membuang
ingus. Gejala lain ialah gangguan penciuman
(anosmia atau hiposmia). Gejala sekunder dapat
terjadi bila sudah disertai kelainan organ di dekatnya
berupa: adanya post nasal drip, sakit kepala, nyeri
muka, suara nasal (bindeng), telinga rasa penuh,
mendengkur, gangguan tidur dan penurunan kualitas
hidup.
Dengan pemeriksaan rinoskopi anterior
biasanya polip sudah dapat dilihat. Polip yang masif
sering sudah menyebabkan deformitas hidung luar.
Kalau ada fasilitas endoskopi untuk pemeriksaan
hidung, polip yang masih sangat kecil dan belum
keluar KOM dapat terlihat. Pemeriksaan penunjang
berupa foto Rontgen polos atau CT scan dibuat
untuk mendeteksi adanya sinusitis. Pemeriksaan
biopsi dapat diindikasikan jika ada massa unilateralpada pasien usia lanjut, jika penampakan
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
19/25
makroskopis menyerupai keganasan atau bila pada
foto, Rontgen ada gambaran erosi tulang.
TerapiPengobatannya berupa terapi medikamentosa dan
operasi. Terapi medikamentosa ditujukan untuk
polip yang masih kecil (belum memenuhi rongga
hidung) yaitu pemberian kortikosteroid sistemik yang
diberikan dengan dosis tinggi dalam jangka waktu
singkat. Dapat juga berupa kortikosteroid intranasal
atau kombinasi keduanya. Pada pengobatan kor-
tikosteroid sistemik harus perhatikan kontraindikasi
dan efek samping. Bila ada tanda infeksi perlu
diberikan antibiotika.
Tindakan pengangkatan polip atau polipektomi
dapat dilakukan menggunakan senar polip dengan
anestesi lokal, untuk polip yang besar tetapi belum
memadati rongga hidung. Operasi pengangkatan
polip dan operasi sinus pada polip hidung biasanya
diindikasikan pada polip yang sudah sangat besar
atau kasus polip berulang atau bila jelas ada
kelainan di
KOM. Jenis operasinya ialah etmoidektomi atau
Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF). Dapat
juga dilakukan terapi kombinasi, yaitu pemberian
medikamentosa sebelum dan setelah tindakan
operasi. Antibiotika diberikan bila ada tanda infeksi
dan sebagai profilaksis pasca operasi. Perlu juga
diperhatikan pengobatan alergi bila merupakan
faktor penyebab timbulnya polip.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI
Apa saja DD dan jelaskan komplikasi dari keluhan tersebut? DD
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
20/25
Rinitis Akut Pengertian : radang akut pada mukosa hidung yang
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Penyakit ini
sering ditemukan, dan merupakan manifestasi dari rinitisa
simpleks (commo, cold), influensa, beberapa penyakit
eksantem (seperti morbilli variollam varisela, pertusis), dan
beberapa penyakit infeksi spesifik. Juga penyakit ini dapat
timbul sebagai reaksi sekunder akibat iritasi lokal atau
trauma.
RINITIS SIMPLEKS (PILEK, SELESMA, COMMON COLD,CORYZA)
Pengertian : Penyakit ini merupakan penyakit virus yangpaling sering ditemukan pada manusia.
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
21/25
Etiologi : beberapa jenis virus dan yang paling penting ialahRhinovirus. Virus-virusa lainnya adalah Myxovirus, virus
Coxsackle dan virus ECHO.Penyakit ini sangat menular dan
gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalanatau menurunnya daya tahan tubuh (kedinginan, kelelahan,
adanya penyakit menahun dan lain-lain)
Gejala1. Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam,
didapatkan rasa panas, kering dan gatal didalam hidung.
Kemudian akan timbul bersin berulang-ulang, hidung
tersumbat dan ingus encer, yang biasanya disertai dengandemam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung
tampak merah dan membengkak.
2. Selanjutnya akan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri,
sehingga sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung
bertambah.
3. Bila tidak terdapat komplikasi, gejala kemudian akan
berkurang dan penderita akan sembuh sesudah 510 hari.
Komplikasi yang mungkin ditemukan adalah sinusitis,
otitis, media, faringtis, bronkitis dan pneumonia.
Terapi : Tidak ada terapi yang spesifik untuk rinitissimpleks. Di samping istirahat diberikan obat-obatan
simtomatis, seperti analgetik, antipretik dan obat
dekongestan. Antibiotik hanya diberikan bila terdapat
komplikasi.
Rinitis Kronis Yang termasuk dalam rinitis kronis adalah rinitis
hipertrofi,rinitis, sika (sicca) dan rintis spesifik. Meskipun
penyebabnya bukan radang, kadang-kadang rinitis alergi,
rinitis vasomotor dan rinitis medikamentosa dimasukkan
juga dalam rinitis kronis.
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
22/25
Rinitis Hipertrofi Rinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam
hidung dan sinus, atau sebagai lanjutan dari rinitis alergi
dan vasomotor. Gejala : sumbatan hidung. Sekret biasanya banyak,
mukopurulen dan sering ada keluhan nyeri kepala.
PF : ditemukan konka yang hipertrofi, terutama konkainferior. Permukaannya berbenjol-benjol ditutupi oleh
mukosa yang juga hipertrofi. Akibatnya saluran udara
sangat sempit. Sekret mukopurulen yang banyak biasanya
ditemukan di antara konka inferior dan septum, dan di
dasar rongga hidung.
Terapi : Harus dicari faktor-faktor yang menyebabkantimbulnya rinitis hipertrofi dan kemudian memberikan
pengobatan yang sesuai. Untuk mengurangi sumbatan
hidung akibat konka hipertrofi dapat dilakukan kauterisasi
konka dengan zat kimia (nitras argenti atau asam triklor
asetat) atau elektrokauter. Bila tak menolong, dilakukan
luksasi konka atau bila perlu dilakukan konkotomi.
Rinitis Sika Pada rinitis sika ditemukan mukosa yang kering, terutama
pada bagian depan septum dan ujung depan konka inferior.
Krusta biasanya sedikit atau tidak ada.
Pasien biasanya mengeluh adanya iritasi atau rasa kering dihidung yang kadang-kadang disertai dengan epistaksis.
Penyakit ini biasanya ditemukan pada orang tua dan padaorang yang bekerja di lingkugan yang berdebu, panas dan
kering. Juga ditemukan pada pasien yang menderita
anemia, pemium alkohol dan gizi buruk. Pengobatan
tergantung pada penyebabnya. Dapat diberikan pengobatan
lokal, berupa obat cuci hidung.
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
23/25
Rinitis Spesifik Rinitis karena infeksi spesifik antara lain rinitis difteri,
rinitis atrofi, rinitis sifilis, rinitis tuberkulosis, rinitis karena
jamur dan lain-lain.
Komplikasi:a. Polip hidung
Beberapa peneliti mendapatkan, bahwa alergi hidung
merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya
polip hidung dan kekambuhan polip hidung.
b. Otitis mediac. Sinusitis paranasal
Kedua komplikasi yang terakhir bukanlah sebagai akibat
langsung dari rinitis alergi tetapi karena adanya
sumbatan hidung sehingga menghambat drenase
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI
Apa saja pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis tsb? Bagaimana penatalaksanaan dari diagnosis pd scenario tsb?
Penatalaksanaan:a. Menghindari kontak dengan alergen penyebabnya.b. Simtomatis
-Medikamentosa
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin
H-1, yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada
reseptor H-1 sel target, dan merupakan preparat
farmakologik yang paling sering dipakai sebagai lini
pertama pengobatan rinitis alergi. Pemberian dapat
dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan
dekongestan secara peroral.
Antihistamin dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
antihistamin generasi-1 (kiasik) dan generasi-2 (nonsedatif).
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
24/25
Antihistamin generasi-1 bersifat lipofilik, sehingga dapat
menembus sawar darah otak (mempunyai efek pada
SSP) dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. Yang
termasuk kelompok ini antara lain adalah difenhidramin,
klorfeniramin, prometasin, siproheptadin sedangkan yangdapat diberikan secara topikal adalah azelastin.
Antihistamin generasi-2 bersifat lipofobik, sehingga
sulit menembus sawar darah otak. Bersifat selektif
mengikat reseptor H-1 perifer dan tidak mempunyai efek
antikolinergik, antiadrenergik dan efek pada SSP minimal
(non sedatif). Antihistamin diabsorpsi secara oral dengan
cepat dan mudah serta efektif untuk mengatasi gejala
pada respons fase cepat seperti rinore, bersin, gataf,
tetapi tidak efektif untuk mengatasi gejala obstruksihidung pada fase lambat.
Antihistamin non sedatif dapat dibagi menjadi 2
golongan menurut keamanannya. Kelompok pertama
adalah astemisol dan terfenadin yang mempunyai efek
kardiotoksik. Toksisitas terhadap jantung tersebut
disebabkan repolarisasi jantung yang tertunda dan dapat
menyebabkan aritmia ventrikel, henti jantung dan
bahkan kematian mendadak. Kelompok kedua adalahloratadin, setirisin dan fexofenadin.
Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik
alfa dipakai sebagai dekongestan hidung oral dengan
atau tanpa kombinasi dengan antihistamin atau topikal.
Namun pemakaian secara topikal hanya boleh untuk
beberapa hari saja untuk menghindari terjadinya rinitis
medikamentosa.
Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala terutamasumbatan hidung akibat respons fase lambat tidak ber-
hasil diatasi dengan obat lain. Yang sering dipakai
adalah kortikosteroid topikal (beklometason, budesonid,
flunisolid, flutikason, mometason furoat dan
triamsinolon). Kortikosteroid topikal bekerja untuk
mengurangi jumlah sel mastosit pada mukosa hidung,
mencegah pengeluaran protein sitotoksik dari eosinofil,
mengurangi aktifitas limfosit, mencegah bocornya
plasma. Hal ini menyebabkan epitel hidung tidak
hiperresponsif terhadap rangsangan alergen (bekerja
-
8/13/2019 STEP 7 LBM 3 THT Aldi.docx
25/25
pada respon fase cepat dan lambat). Preparat sodium
kromoglikat topikal bekerja menstabilkan mastosit
(mungkin menghambat ion kalsium) sehingga
penglepasan mediator dihambat. Pada respons fase
lambat, obat ini juga menghambat proses inflamasidengan menghambat aktifasi sel netrofil, eosinofil dan
monosit. Hasil terbaik dapat dicapai bila diberikan
sebagai profilaksis.
Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium
bromida, bermanfaat untuk mengatasi rinore, karena
aktifitas inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel
efektor.
Pengobatan baru lainnya untuk rinitis alergi di masayang akan datang adalah anti leukotrien, anti IgE, DNA
rekombinan.
- OperatifTindakan konkotomi (pemotongan
konka inferior) perlu dipikirkan bila konka inferior
hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara
kauterisasi memakai AgN03 25% atau triklor asetat.
c. Imunoterapi(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)