Download - spiritualisme tanpa Tuhan
UNIVERSITAS INDONESIAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM VOKASIBIDANG ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI PERPAJAKAN
TAKE HOME TEST – AGAMA KRISTEN PROTESTAN
SPIRITUALITAS TANPA TUHAN
olehPurnama Marvenia Putri (1006781725)
Sebagai salah satu komponen penilaian mahasiswa
Depok2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk dapat mengerjakan dan
menyelesaikan take home test dengan menuliskan parafrase dari buku “
Spiritualitas Tanpa Tuhan “ yang dikarang oleh Andre Comte Sponville.
Dalam penyusunan tugas ini saya mengalami berbagai kendala, namun hal
ini dapat teratasi. Karena dalam pengerjaan tugas ini, Tuhan memberikan
hikmatNya.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak Pdt. Ranto Gunawan yang telah membimbing saya dalam
menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini, dan memebrikan Ilmu Ilmu yang be
rkaitan dengan tugas yang diberikan. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada
orang tua saya yang telah memberi dukungan baik moril maupun material.
Dalam pengerjaan tugas ini saya sudah berusaha semaksimalkan mungkin
namun manusia tidak luput dari kesalahan maka dari itu jika ada kesalahan
kesalahan yang ada saya minta maaf dan jika ada kritik dan saran itu sangat
membantu saya untuk menambah ilmu saya yang saya miliki
Jakarta, 21 Desember 2010
Purnama Marvenia Putri
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hari – hari ini semakin banyak kelompok – kelompok studi ataupun yang
sejenisnya menyatakan bahwa kelompoknya adalah kelompok spiritual. Bahkan
kata – kata spiritual sudah tidak asing untuk didengar. Tetapi apakah arti dari
spiritual itu sendiri ? Apakah sama dengan religius ? Ternyata Spiritual dan
Religius adalah dua hal yang berbeda. Ketika seorang manusia merasakan
adanya suatu kekuatan semesta yang abstrak yang menciptakan,
membimbing, menjaga, memberikan penghargaan serta sanksi kepada
dirinya serta dimana kekuatan ini dirasakan mempengaruhi seluruh alam
semesta beserta isinya, hal ini merupakan suatu pemahaman spiritual. Jika
manusia tersebut mendefinisikan kekuatan tersebut sebagai suatu Yang
Maha Tinggi serta Maha Berkuasa kemudian mengidentifikasikan-Nya
sebagai Tuhan yang menunjukkan seperangkat pedoman jiwa/ hidup, maka
ini merupakan suatu pemahaman religi. Lalu apakah Spiritualitas ? Apa
perbedaanya dengan Religiusitas ? Religiusitas adalah keterikatan pada suatu
keyakinan agama tertentu yang memiliki aturan yang harus dipatuhi dan
dijalankan. Aturan semacam itu dapat berupa ritual-ritual keagamaan, seperti
sholat, pergi ke gereja, pura, wihara, dsb. Sebaliknya spiritualitas tidak sama
sekali terikat pada agama-agama tertentu saja. Spiritualitas ada pada semua
agama, tidak memandang apakah itu agama langit maupun agama bumi.
Spiritualitas itu lintas agama, Anda dapat menemukan spiritualitas itu bahkan
pada orang yang tidak memilih untuk beragama. Spiritualitas adalah makna dari
kehidupan.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk menjelaskan tentang keeksisan Spiritualitas tanpa Tuhan dapat melalui tiga
permasalahan :
1. Bisakah kita hidup tanpa agama ?
2. Apakah Tuhan itu ada ?
3. Mungkinkah ada Spiritualitas Atheis ?
1.3 Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, penulisan take home test ini
memiliki beberapa tujuan yang saling berkaitan yaitu :
1. Memahami arti dari agama
2. Mencari kebenaran akan keeksisan Tuhan
3. Memahami tentang Spiritualitas Atheis
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistem penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan : bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, serta sistematika penulisan. Dalam makalah ini kami menulis
tentang parafrase dari buku “ Spiritualitas Tanpa Tuhan “. Latar belakang berisi
tentang apa arti dari spiritualitas yang sebenarnya dan perbedaanya dengan
religiusitas. Dalam rumusan masalah dikemukakan masalah-masalah yang
dikemukakan didalam buku. Sedangkan tujuan penulisan adalah tujuan dari
makalah ini serta Sistematika penulisan yaitu sistematika penulisan dari makalah
ini.
Bab II Isi : bab ini berisi tentang parafrase dan pendapat mengenai buku “
Spiritualitas tanpa Tuhan “ yang ditulis oleh Andre Comte Sponville
Bab III Penutup : bab ini berisikan kesimpulan dari buku ini dan pendapat tentang
buku ini
BAB II
ISI
2.1 Kehidupan tanpa Agama
Menurut Durkehim dalam bukunya yang berjudul Elementary Forms of
Religious Life, Agama adalah sistem keyakinan dan praktik – praktik keagamaan
terpadu mengenai hal – hal yang suci, yakni yang terpisah dari tabu. Melalui
agama kita mengartikan segenap keteraturan dari bentuk – bentuk kepercayaan
dan ritual yang meliputi hal suci dan gaib dimana keyakinan maupun ritual saling
menyatu, untuk mereka yang mengakuinya dan mempraktikkannya dalam sebuah
komunitas moral dan spiritual. Yahudi, Kristen dan Islam adalah contoh agama
yang ada di dunia ini. Ketiganya adalah agama monoteis atau yang percaya hanya
kepada satu Tuhan.
Ketika Andre (penulis buku Spiritualitas tanpa Tuhan) memilih untuk hidup
tanpa Agama, setelah 18 Tahun hidup didalam lingkungan kristen katolik, Ia
merasa segala sesuatu tampak lebih sederhana, lebih ringan, lebih kuat dan
semakin terbuka. Ia merasa meninggalkan ketakutannya , ketertutupannya dan
kelemahannya. Ia menjadi lebih bebas dan bergairah. Menurut saya, Ia menjadi
bebas karena tidak terbeban akan ritual – ritual keagamaan yang biasa ia lakukan
semasa Ia kecil hingga dewasa. Ia merasa tidak ada lagi hal – hal yang bisa
melarangnya. Apapun yang ia lakukan tidak ada upahnya yang biasa disebut oleh
orang yang memiliki agama adalah dosa. Ia bebas menentukan segala tindakannya
tanpa perlu takut akan kehidupan setelah kematian. Karena didalam kamus Atheis
tidak ada surga tidak ada neraka. Tidak ada penghakiman dari Allah Bapa.
Baginya, banyak orang termasuk dirinya memiliki keseharian hidup yang
sempurna tanpa kehadiran agama. Tetapi dia tidak memaksa kita untuk tidak
beragama supaya merasakan keseharian hidup yang sempurna. Menurutnya
Ateisme bukanlah sebuah kewajiban maupun tuntutan yang harus dipenuhi.
Begitu juga dengan agama. Itu semua tergantung kepada kita masing – masing.
Mau menerima atau menolak.
Agama sebagai kepercayaan kepada Tuhan Sang Pencipta sehingga ketika
mujncul pertanyaan, apakah manusia dapat hidup tanpa agama. Ya adalah
jawabannya. Sebagai cotnoh adalah Agama Budha. Tidak mengenal adanya
Tuhan dan percaya kepada dewa – dewa tetpa hidup sampai sekarang. Umurnya
bhkan sudah berabad abad.
Agama (religion) ternyata memiliki dua asal kata dan sampai saat ini belum ada
yang bisa menentukan mana yang lebih tepat. Yang pertama adalah dari bahasa
latin religion yang berasal dari kata kerja religare yang berarti mengikat. Agama
ditujukan sebagai sesuatu yang mengikat masyarakat dalam kebersamaan. Tetapi
yang menjadi permasalahan adalah agama bukanlah satu – satunya hal yang
mengikat masyrakat.Minat pribadi juga mempengaruhi ikatan kebersamaan dalam
sebuah struktur masyrakat. Menurut Andre yang mengikat masyarakat menjadi
satu kepercayaan bukanlah Tuhan yang keeksisannya diragukan tetapi
kebersamaan yang terjalin dalam keyakinan yang sama yaitu kenyataan perasaan
bahwa mereka semua terikat kepada Tuhan (secara vertikal) dan ikatan
kebersamaan (secara horizontal)
Inilah yang dimaksud dengan kebersamaan. Manusia mungkin dapat hidup
tanpa agama tetapi tidak dapat hidup tanpa komune. Baginya, Masyarakat tanpa
komune sama saja dengan meninggalkan ide dasar komunitas karena komunelah
yang menciptakan komunitas. Masyarakat bukanlah sebuah komunitas yang
melahirkan komune. Sebaliknya, komunelah yang mengubha sekumpulan
masyarakat menjadi sebuah komunitas. Menjalin komune berarti berbagi tanpa
membagi sebagai contoh dalam keluarga atau persahabatan.Orang – orang
menjalin komune dalam kegembiraan. Semua berbagi kebahagiaan tanpa harus
membaginya.Kebahagian setiap orang dalam kelompok keluarga atau
persahabatan justru terletak pada keikutsertaan merasakan kenikmatan yang
diperolej rekan lainnya. Inilah yang disebut komune pikiran karen hanya
pikiranlah yang tau bagaiman caranya berbagi tanpa membagi.
Komune tanpanya tidak akan ada bangsa hanya individu – individu. Sebuah
bangsa adalah sebauah komunitas. Ini membuktikan bahwa indovidu individu
didalamnya salin menjalin komune. Komune itu diperlukan karen tanpanya
masyarakat tidak akan berkembang.Tidak ada sebuah masyarakat tanpa
komune.Namun, hal ini tidak berarti semua komune adalah berkeyakinan kepada
Tuhan sang Pencipta.Tidak ada masyarakat yang sanggup hidup tanpa komune,
namun tidak seuma komune bersifatr keagamaan . Komune dapat terjalin dalam
bentuk yang lain selaian bentuk suci dan ilaiah. Ketika ada masyarakat yang jelas
jelas bisa eksis tanpa tuhan dan tanpa agama, maka tidak ada masyarakt dalam
waktu lama meninggalkan komune.
Asal kata kedua dari agama (religion) ternyata relegare yang berarti
merenungkan .Dalam pengertian ini, Andre menyimpulkan bahwa Agama tidka
sepenuhnya sesuatu yang mengikat melainkan sesuatu yang
direnungkan.Menurutnya, agama lebih mengarah kepada ketaatan (merenungkan
dan membaca ulang) daripada komune (yang mengikat). Lebih tepatnya agama
dijalankan dengan cara merenungkan, membaca ulang firman Tuhan, mitos atau
teks yang sama sehingga orang orang berakhir dengan menjalin komune dalam
keimanan dan idealisme - idealisme yang sama.Terikat karena membaca berulang
– ulang.Tidak ada komune tanpa ketaatan.
Ketaatan dan Keimanan memiliki asal kata yang sama dari bahasa latin yaitu
fides. Tetapi bagi Andre, Ketaatan adalah sesuatu yang masih tersisa ketika
keimanan telah hilang.Keimanan adalah sebuah kepercayaan sedagkan ketaatan
adalah kecintaan, komitmen, kebersyukuran. Keimanan melibatkan satu atau
beberapa tuhan sedangkan ketaatan melibatkan komunitas. Yang pertama
menuntut imajinasi dan kesopanan sedangkan yang kedua menuntu kehendak dan
ingatan.Keduanya bisa seiring berjalan dan dilakukan oleh pemeluk agama tetapi
kedua hal itupun dapat terpisah.
Menurut Andre, ketika berhenti percaya kepada Tuhan dan memilih untuk tidak
menganut agama apapun tidak langsung membuat seseorang menjadi pengecut
ataupun jahat. Keimanan tidak menjamin ketaatan sedangkan tidak mungkin ada
ketaatan tanpa keimanan. Keimanan merupakan anugerah Tuhan sedangkat
ketaatan merupakan tanggung jawab.
Andre tidak percaya kepada Tuhan ataupun kekuatan kekuatan supranatural
namun memiliki keimanan karena mengakui tempatnya dalam sejarah, tradisi, dan
komunitas Yahudi-Kristen.Baginya, orang yang mengajarkan etika kepdanya
ketika sudah tidak memiliki keimanan kepada Tuhan adalah penyanyi Goerges
Brassens. Semua orang tahu bahwa Ia tidak percaya kepada Tuhan namum
memiliki etika yang mengandung jejeak-jejak alkitab. Spinoza, seorang ateis juga
menjadikan Yesus sebagai guru besar. Yesus adalah manusia biasa dengan
penngecualian. Dia adalah “Filsuf terbesar”. Seseorang yang mengungkapkan
moralitas dengan cara yang paling baik.Mereka tidak percaya kepada Tuhan
namun tetap menganggap dirinya orang Kristen karena mereka mengetahui dan
menilai perlengkapan mereka masih ada hubungannya dengan kekristenan.
Dalam Ilmu pengetahuan, hilangnya kepercayaan kepada Tuhan tidak
mengubah apapun. Ilmu pengetahuan akan tetap sama dan memiliki keterbatasan-
keterbatasan yang sama. Para Ilmuwan sangat menyadari hal ini. Percaya maupun
tidak percaya akan keberadaaan Tuhan dapat mempengaruhi mereka menjalani
profesi mereka. Dalam moral, hilangnya kepercayaan kepada Tuhan tidak
mengubah apapun.Ketika tidak percaya lagi kepada Tuhan lantas tidak membuat
sesorang langsung dengan bebas melakukan kejahatan.Menurutnya, perintah yang
baik tidak menjadi baik karena Tuhan memerintahkan untu melakukannya. Ketika
memiliki agama semua kwajiban adalah perintah suci sedangkat jika tidak
memiliki keimanan lagi semua perintah hilang yang ada hanyalah kewajiban,
yaitu perintah yang kita bebankan kepda diri kita . Tidak perlu percaya Tuhan,
hanya perlu lebih mendengarkan suara hatinya. Percaya atau tidak percaya kepada
Tuhan tidak mengubah hal – hal secara signifikan. Memiliki agama maupun tidak
tidak dapat mencegah untuk menghormati semua makhluk hidup, kebebasan, dan
martabat orang lain.
Hilangnya kepercayaan kepada Tuhan tidak mengubah hal hal dalam Ilmu
pengetahuan maupun mmoral akan tetapi mengubah skala harapan. Jika percaya
pada Tuhan, kita dapat berharap apa saja kepadaNya.Tetapi orang – orang yang
tidak percaya kepada Tuhan tidak memiliki harapan lagi sehingga mereka tidak
bisa menghindari dari keputusasaan.Tetapi nili manusia diukur bukan oleh
harapan maupun keimanan, melinkan besarnya cinta, belas kasih, dan keadilan
yang dilakukan.Menurut Snto Thomas, Didalam diri Yesus ada kemurahan hati
yang sempuran namun tidak memiliki keimanan maupun harapan karena dia
adalah Tuhan, Tuhan tidak perlu percay kepada Tuhan maupun Yahudi, dan dia
tidak perlu mengharapkan apapun karena Ia Mahatahu.Jika Yesus sendiri tidak
memiliki keimanan maupun harapan, maka berimana kepada Yesus tidak berarti
menirukan keimanan dan harapannya tetapi kemurah hatiannya.
2.2. Keeksistensian Tuhan
Tuhan adalah zat yang tak terjangkau, tak terlukiskan, dan melampaui
pemahaman. Tuhan adalah zat kekal abadi yang gaib dan Mahasempurna,
Mahakuasa, Mahaadil, Maha pengasih dan Maha pencipta. Dia tidak menciptakan
dirinya sendiri dan tidak bergantung pada apapun. Dia Mahamenentukan dan
Mahamutlak.
Ateis meyakini bahwa Tuhan itu tidak ada sedangkan agnostik tidak percaya
pada pernyataan Tuhan itu ada dan tidak ada. Mereka tidak menyangkal
keberadaan Tuhan dan membiarkan pernyataan mengambang diudara.Berbeda
dengan para penganut agam yang percaya bahwa Tuhan itu ada. Itulah yang
disebut keimanan. Tak seorang pun mengetahui apakah Tuhan itu ada maupun
tidak ada. Bagi penganut agama, Tuhan telah memberi mereka kebenaran sekali
untuk selamanya. Wahyu saja sudah cukup maka tidak perlu adanya pembuktian.
Andre tidak tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak, etapi percaya bahwa dia tidak
ada.Baginya, tidak ada bahkan tidak mungkin ada pembuktian bagi kehadiran
Tuhan.Tuhan bukanlah sebuah dalil. Dia adalah zat yang seorangpun tak akan
sanggup membuktikannya.Menurutnya tidak mungkin sesuatu itu bisa ada tanpa
pembuktian. Sebagai contoh sinterklas.
Salah satu alasan utama Andre tidak mempercayai Tuhan adalah Ia tidak
melihat fakta atas kehadiran Tuhan. Jika Tuhan itu ada seharusnya Ia lebih mudah
untuk dibuktikan atau dirasakan. Harusnya lebih efektif jika Ia menampakkan
dirinya.Menurutnya Tuhan yang bersembunyi sangat bersikap kekanak- kanakan
dan tidak bijaksana. Dan Tuhan yang bersembunyi sangat berlawanan dengan
gagasan Tuhan Bapa, karena tidka mungkin seorang bersembunyi ketika anaknya
menderita. Sehingga alasan yang kuat untuk tidak mempercayainya adalah, Jika
Tuhan tidak menampakkan dirinya mungkin saja dia bersembunyi atau mungki
dia tidak ada.Menurut saya Tuhan bukan bersembunyi, itu adalah bentuk dari
menghormati kebebasan kita . Jika Ia tampak maka kita tidak akan memiliki
pilihan untuk mempercayainya ataupun tidak. Tidak akan ada lagi keimanan
karena kita sudah melihatnya yang ada adalah bentuk nyata. Selain itu ia
bersembunyi agar kita memiliki keinginan untuk mencarinya. Sehingga Ia tak
terlupakan. Tuhan menciptakan manusia agar ada yang bergantung padanya
sehingga jika Tuhan tampak bisa saja kita tidak bergantung kepadanya lagi.
Menurut Plato, Jika keesaan Tuhan benar benar ada maka tidak ada yang perlu
dibicarakan tentangnya. Bahkan tidak ada sebutan yang tepat baginya. Ia tidak
bisa didefinisikan maupun diketahui, dirasakan mauun diberi penilaian. Jika
Tuhan tidak mungkin dipahami maka tidak akan ada yang menilai pemahaman
kita akan Dia. Jika tidak ada yang dapat dikatakan perihal Tuhan, maka tak dapat
dinyatakan bahwa Dia ada. Seluruh nama atau sebutan untuk Tuhan bersifat
kemanusiaan namun Tuhan tanpa nama bukanlah Tuhan lagi. Menurut saya ,
Tuhan memberikan kebebasan kepada kita untuk memnyebutnya dengan sebutan
manusiawi agar kita lebih dekat lagi kepadaNya. Agar tidak terlalu ada jurang
pembatas antar Tuhan dan Manusia karena Ia ingin lebih dekat dengan ciptaan-
ciptaanNya. Dia ingin kita juga menyamakan dirinya dengan Bapa kita sehingga
apa yang kita berbuat(tentu saja yang baik) kepada Bapa kita juga dilakukan
kepadaNya sehingga terjadi hubungan yang sangat dekat antara Tuhan dan
CiptaaNya seperti Bapa dan Anaknya.
Bagi Andre, Keeksistensian kejahatan bukan hanya mengungkapkan kelemahan
agama tetapi juga menguatkan pemikiran bahwa Tuha tidak ada. Entah Tuhan
ingin melenyapkan kejahatan namun tidak mampu atau Dia mampu tetapi tidak
mau atau Dia tidak mampu dan tidak mau atau Dia mau dan Dia mampu. Jika Dia
mau tetapi tidak mampu maka artiya dia adalah lemah. Jika Ia mampu tetapi tidak
mau Dia adalah jahat. Jika Dia tidak mampu dna tidak mampu maka Dia lemah
dan jahat dan jika Dia mau dan dia mampu berati darimakanah asal kejahatan.
Harus disimpulkan bahwa tidak ada Tuhan yang menciptakan dunia ini ataupun
mengaturnya baik karena tidak ada Tuhan atau Tuhan tidak perduli terhadapat
kita. Menurut saya, Tuhan tidak menciptakan kejahatan tetapi Tuhan memberika
hak kepada Iblis untuk menghasut manusia tujuannya adalah Tuhan ingin
mengetahui yang mana manusia yang taat kepadaNya dan mana yang mudah
terhasut godaan Iblis seperti Andre. Andre adalah contoh manusi yang mudah
dihasut oleh Iblis karena Ia seperti Adam dan Hawa, didalam hatinya pasti Ia iri
kepada Tuhan yang Maha segalanya. Ia butuh sosok yang benar benar nyata untuk
dia akui sebagai Tuhan padahal Tuhan sendiri berkata dalam Yohanes 20: 29 “
……..Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” Sehingga yang
dibutuhkan adalah keimanan bahwa Tuhan memang ada dan seharusnya Ia
merasakan keberadaan Tuhan buakn dengan fisik melainkan dengan hatinya.
Mungkin ia kurang membuka hatinya kepada Tuhan sehingga Tuhan tidak bisa
masuk untuk menjamah hatinya atau mungkin Ia melakukan kewajibannya selama
menjadi kristen hanya sebagai rutinitas bukan kerinduan untuk menyenangkan
hati Tuhan sehingga Iblis mudah mempengaruhi dia untuk tidak percaya akan
Tuhan. Tuhan memberikan hak untuk Iblis untuk menghasut manusia dengan
tujuan yang jelas supaya manusia lebih dekat lagi kepadanya. Lebih
membutuhkan dia agar tidka terserang gangguan Iblis. Supaya Tuhan bisa
menolongnya dari jerat Iblis.
Tuhan menciptakan manusia menurut gambaranNya sendiri. Menurut Andre
gagasan ini menimbulkan keraguan karena ia lebih percaya tentang teori darwin
yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Saya yakin bahwa Andre
tidak begitu mengerti akan aertid ari menurut gambaranNya bukan secara fisik
sebenarnya Tuhan mengartikan itu tetapi kepada sifat dan roh kita . Bahwa kita
memiliki roh yang lebih besar dari dunia ini seperti yang dimiliki Tuhan. Kita
pada dasarnya penuh dengan sifat yang penuh kasih seperti Tuhan penuhdan
penuh pengertian namun karena Adam dan Hawa melanggar yang Tuhan
perintahkan maka Iblis menjadi berkuasa akan dunia ini untuk memperdaya kita
agar tidak serupa lagi dengan Tuhan.
2.3 Spiritualitas Atheis
Manusia bisa hidup tanpa agama namun tidka bisa hidup tanpa komune bahkan
manusia tidka dapat hidup tanpa spiritualitas.Spiritualitas adalah kehidupan roh.
Spiritualitas mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang sesungguhnya.
Spiritual sama artinya dengan katag mental atau rohaniah.Semua agama bersifat
spiritualitas. Tetapi tidak semua spiritualitas berdifat keagamaan.
Menjadi seorang atheis mengingkari keeksisan Tuhan dan menjadi tidak
berTuhan namun bukan berarti tidak menjadi apa – apa. Menurut orang orang
atheis, alam merupakan totalitas dari realitas dimana tidak terdapat hal gaib .
Alam ada dan terbebas dari roh.Roh bukanlah sebab adanaya alam. Roh adalah
akibat alam yang paling menarik. Menurutnya Spiritulitas berasalh dari alam.
Menurut kebanyaka orang agama sama dengan spiritualitas padahal kedua
hal tersebut berbeda. Jika mundur ke abad abad sebelumnya, spiritualitas telah ada
sebelum agama. Kehidupan spiritual lebih cenderung kepada mistikisme.
Sehingga baginya kita bisa mempunya kehidupan spiritual tanpa harus percaya
kepada Tuhan.
Meski ia tidak percaya Tuhan dan skeptis terhadap agama, Sponville bukanlah
orang yang tidak butuh spiritualitas. Tetapi spiritualitas yang ia inginkan bukanlah
pemenuhan spirit yang berasal dari sesuatu yang lain, baik dari agama maupun
Tuhan.
Spiritualitas menurut Sponville adalah kehidupan dengan ruh. Ruh itu sendiri,
dengan meminjam uraiannya Rene Descartes dikatakan Sponville sebagai sesuatu
yang berpikir. Ruh itulah yang berpikir, mencecap, mengetahui, merasakan, dan
sebagainya. Sesuatu itu dalam pandangan Sponville adalah otak sementara
Descartes meyakininya sebagai substansi material.
Kebutuhan akan spiritualitas itulah yang kemudian mendorong Sponville
menawarkan spiritualitas tanpa Tuhan atau spiritualitas ateis.
Saya tidak setuju dengan Andre karena tidak mungkin ada spiritualitas
tanpa Tuhan karena semua yang berhubungan dengan spiritualitas berhubugan
dengan roh dan roh berasal dari Tuhan dan Yesus sendiri mengatakannya, bahwa
diluar Dia kita tidak mempunyai kehidupan sejati macam apapun, entah kita
menyebutnya sementara atau rohani, dan karena itu semua kehidupan atau
perbuatan yang dilakukan tanpa Dia adalah sesuatu yang kosong. “Akulah pokok
anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan
Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat
apa-apa “ ,Yohanes 15:5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Andre Comte, penulis buku “Spiritualitas tanpa Tuhan” tidak percaya
kepada Tuhan karena :
1. Tidak ada argumen yang dapat membuktikan keeksitensianNya
2. Tidak memilik pengalaman yang membuktikan Tuhan itu ada
Dan baginya hidup tanpa komune adalah suatu hal yang tidak mungkin apalagi
sipirtualitas namu karena Ia tidak percaya kepada Tuhan maka ia membuat
spiritualitas tanpa Tuhan yang ia namakan dengan Spiritualitas Atheis.
3.2 Saran
Sebagai anak – anak Tuhan yang dikasihNya seharusnya kita memiliki
iman yang kuat kepada Tuhan bukan sekedar iman yang butuh pembuktian seperti
yang diinginkan Andre karena Tuhan berkata berbahagialah kita yang tidak
melihat namun percaya dan biarlah kita merasakan kehadiran Tuhan dengan hati
kita bukan secara fisik seperti yang diinginkan oleh Andre.
DAFTAR PUSTAKA
Sponville, Andre Comte . 2006 . Spiritualitas Tanpa Tuhan . Jakarta : Alvabet
Departemen Kehakiman dan HAM . 2000 . Alkitab . Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia