i
SKRIPSI
STRATEGI PENGELOLAAN PROGRAM PASAR AMAN
DI BALAI BESAR PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
KOTA MAKASSAR
NAMA: ANDILA APRIANI PUTRI ASPAR
NIM: 105611112716
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
SKRIPSI
STRATEGI PENGELOLAAN PASAR AMAN
DI BALAI BESAR PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
KOTA MAKASSAR
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh:
Andila Apriani Putri Aspar
Nomor Stambuk: 105611112716
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR HASIL
Judul Skripsi : Strategi Pengelolaan Pasar Aman Di Balai Besar
Pengawasan Obat Dan Makanan Kota Makassar
Nama Mahasiswa : Andila Apriani Putri Aspar
Nomor Induk Mahasiwa : 105611112716
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyetujui:
Pembimbing I
Dr. H. Muhammadiah, MM
Pembimbing II
Andriana, S.IP., M.AP
Mengetahui:
Ketua Program Studi
Nasrul Haq, S.Sos., MPA
NBM: 1067463
Dekan
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si
NBM: 730727
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Andila Apriani Putri Aspar
Nomor Induk Mahasiswa : 105611112716
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar proposal penelitian ini adalah karya saya sendiri dan
bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
dan apabila dikemudian hari pemyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 29 Juni 2020
Yang Menyatakan,
Andila Apriani Putri Aspar
v
ABSTRAK
Strategi dalam kajian manajemen strategik sektor publik adalah sebuah pola
keputusan menampilkan tujuan organisasi publik yang dilaksanakan dalam jangka
panjang, secara konsisten dan terus menerus hingga mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut kajian penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan strategi pengelolaan pasar aman di Balai Besar POM Kota
Makassar ditinjau dari skenario implementasi strategi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatatif untuk
mendeskripsikan strategi pengelolaan pasar aman di Balai Besar POM Kota
Makassar. Informan penelitian sebanyak 5 orang. Data penelitian dikumpulkan
melalui kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data tersebut dianalisis
menggunakan teknik triangulasi kemudian ditarik kesimpulannya. Data dijelaskan
dalam bentuk tabel, gambar dan narasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penentuan Direktur PD sebagai
direktur program telah efektif dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Sistem
yang dilaksanakan lebih dominan pada sistem sentralisasi struktural. Spesifikasi
pekerjaan terdiri dari Koordinator, pelaksana dan fasilitator. Rencana kegiatan dan
anggaran yang dilaksanakan dilandaskan pada pedoman pelaksanaan program
pasar aman, contoh rencana kegiatan program pasar aman adalah penentuan
jadwal kegiatan sampling dan uji bahan pangan. Jumlah anggaran yang
disiapkan BPOM dalam program pasar aman adalah Rp.75.000.000 untuk 1 pasar.
Uraian tugas program pasar aman adalah Fasilitator bertugas melakukan
pengujian kelayakan pangan, memberikan edukasi kepada pedagang tentang pasar
aman, melakukan Koordinasi dan pelaporan kepada koordinator. Pelaksana
bertugas mendampingi Fasilitator dalam menjalankan tugas, ikut dalam seluruh
kegiatan pasar aman. Koordinator bertugas memonitoring dan Evaluasi laporan
Fasilitator, ikut serta dalam seluruh kegiatan program pasar aman. Pelaksanaan
rutinitas pekerjaan pada program pasar aman masih belum maksimal.
Kata Kunci: Strategi pengelolaan, Pasar, Aman
vi
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Strategi Pengelolaan Pasar
Aman di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Kota Makassar” dapat
terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi
ini penulis selalu mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Muhammadiah, M.M selaku pembimbing I dan Ibu
Andriana,S.IP.,M.AP selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan,
2. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim,S.E.,M.M selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, Terima kasih atas kesempatan yang telah
diberikan penulis untuk bisa menempuh pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar,
3. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik,S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Dr. Burhanuddin,S.Sos.,M.Si selaku Wakil
Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar,
vii
4. Bapak Nasrul Haq,S.Sos.,M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara, dan segenap dosen serta seluruh jajaran Staf Fakutas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
banyakmemberikan banyak pengetahuan dimulai dai semester awal
hingga semester akhir,
5. Pihak Kantor balai besar pengawasan obat dan makanan Kota Makassar
yang telah membantu dan memberikan izin untuk melakukan penelitian di
lingkup Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Kota Makassar.
6. Pihak Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu Sulawesi
Selatan yang memberikan izin penelitian di Kota Makassar.
7. Kedua Orang tua tercinta saya, Ayahanda H. Aspar Halik dan Ibunda
tercinta Hj. Djumiati Syam dan seluruh keluarga yang telah berkorban
tanpa pamrih dalam membesarkan, mendidk dan mendoakan keberhasilan
penulis, yang tiada hentinya memberi motivasi disertai segala
pengorbanan yang tulus dan ikhlas.
8. Saudara dan Saudariku yang tercinta Adelia, Fadil, dan Aini yang
mengajarikan untuk sabar dalam menghadapi sesuatu dan selalu
memberikan support kepadaku secara moril,
9. Yang terkasih Sahabat-sahabatku Ari Apriyadi, Arifah, Vebi, Devi,
Annisa, Dyah, Elvika, Mustafa, yang selalu mendampingi dan membantu
dalam menyelesaikan penelitian ini.
viii
10. Terimah kasih teman kelas saya Ilmu Administrasi Negara D, Noviana,
Asnawi, Juliana, Yusriani, Fitri, dan teman kelas saya lainnya,
11. Semua pihak yang membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi
ini,
12. Almamaterku tercinta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, meskipun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pembaca.
Makassar, 20 Juli 2020
Yang menyatakan,
Andila Apriani Putri Aspar
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ I
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN HASIL ....................................................... IIi
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. IV
ABSTRAK…. ....................................................................................................... IV
KATA PENGANTAR ......................................................................................... IVi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
A. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 6
B. Konsep dan Teori Strategi ........................................................................ 7
C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 37
D. Fokus Penelitian ...................................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 42
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 42
B. Jenis dan Tipe Penelitian ........................................................................ 42
x
C. Sumber Data............................................................................................ 42
D. Informan Penelitian ................................................................................. 44
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 45
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 46
G. Pengabsahan Data ................................................................................... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 50
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ...................................................... 50
1. Gambaran Umum Kota Makassar ...................................................... 50
2. Kantor Balai POM Kota Makassar .................................................... 51
a. Visi Dan Misi Balai Pom Kota Makassar....................................... 51
b. Tujuan Balai Besar POM Kota Makassar ...................................... 51
c. Budaya Organisasi .......................................................................... 52
d. Tugas Pokok dan Fungsi Balai POM Kota Makassar .................... 53
e. Kegiatan Utama dan Kegiatan Priorita Balai Pom Kota Makassar 54
f. Stuktur Organisasi Balai Pom Kota Makasar ................................. 56
B. HASIL PENELITIAN............................................................................. 64
1. Siapa Direktur Pasar Aman? ............................................................... 67
2. Sentralisasi Desentralisasi ................................................................... 69
3. Spesifikasi Pekerjaan .......................................................................... 71
4. Rencana, Program dan Anggaran ....................................................... 74
5.Uraian Tugas ........................................................................................ 80
6. Rutiniras Pekerjaan ............................................................................. 82
a. Melakukan advokasi .................................................................. 83
b. Survei atau identifikasi Pasar. ................................................... 87
xi
c. Pelatihan Kepada Fasilitator Pasar. ........................................... 94
d. Melakukan Sosialisasi dan Kampanye. ................................... 100
e. Monitoring dan Evaluasi.......................................................... 105
7. Faktor Penghambat Dan Pendukung Program .................................. 109
C. Pembahasan Penelitian .......................................................................... 113
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 121
A. Kesimpulan ........................................................................................... 121
B. Saran...................................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 124
LAMPIRAN ....................................................................................................... 126
xii
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Informan Penelitian 44
Tabel 4.1 Fungsi Dan Tugas Balai Besar POM Makassar 53
Tabel 4.2 Kegiatan Rutin Dan Prioritas Balai Besar POM Kota Makassar 54
Tabel 4.3 Jabatan Dan Spesifikasi Pekerjaan Program Pasar Aman 71
Tabel 4.4 Bukti Penganggaran Dana Program Pasar Aman. 78
Tabel 4.4 Kegiatan Pelatihan Fasilitator I 93
Tabel 4.3 Kegiatan Pelatihan Fasilitator II 97
xiii
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Jenis-Jenis Strategi Menurut Mintzberg & Water 13
Gambar 3.1 Proses Teknik Analisis Data 47
Gambar 4.1 Struktur Penyelenggaraan Pasar Aman 66
Gambar 4.2 Tujuan, Program Dan Kegiatan 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti tidak mampu untuk hidup
dan memenuhi kebutuhannya seorang diri tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan
manusia seperti kebutuhan atas makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain
tentu tidak mampu dipenuhi seorang diri. Pada zaman dahulu, untuk memenuhi
sandang, pangan, dan papan manusia melakukan berbagai cara seperti berburu,
bercocok tanam, serta melakukan barter yang menjadi awal dari pemikiran dari
perdagangan. Bentuk perdagangan hingga hari ini terus melakukan perkembangan
dan inovasi. Mulai dari berdagang secara konvensional yaitu bertemu langsung
hingga saat ini memanfaatkan media internet untuk melakukan perdagangan.
Sejalan dengan perkembangan zaman, jenis barang untuk dipasarkan juga
mengalami perkembangan. Berbagai barang yang dipasarkan seperti makanan,
pakaian, kosmetik, obat herbal dan lain-lain.Tidak sedikit dari masyakat
mendagangkan produk tidak layak sehingga diperlukan perhatian lebih oleh
pemerintah untuk terus menjaga kualitas barang-barang atau produk yang berada
dipasaran. Untuk menjamin kualitas barang-barang yang dipasarkan diseluruh
daerah perlulah penyediaan surat izin oleh badan pengawasan resmi melalui uji
laboratorium untuk membuktikan setiap barang adalah aman untuk dipasarkan.
Badan yang bertanggung jawab dalam pengawasan obat dan makanan di
Indonesia adalah Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia yang
tersebar di seluruh Provinsi di seluruh Indonesia. Namun, Tidak sedikit dari
barang-barang yang terdapat dipasaran baik secara konvensional dipasar maupun
secara online tidak mengantongi izin edar Sehingga, menimbulkan permasalahan
yang sangat menghawatirkan. Produk seperti makanan, obat-obatan herbal,
bahkan kosmetik yang tidak memiliki izin edar resmi dari Badan Pengawasan
Obat dan Makanan berarti produk tersebut tidak melalui uji laboratorium resmi
oleh pemerintah sehingga, keamanan suatu produk perlulah diwaspadai. Barang-
barang yang tidak memiliki izin edar menarik pelanggan melalui harga beli yang
terjangkau. Tidak sedikit juga masyarakat yang tidak segan membeli barang-
barang tanpa izin edar ini dikarenakan harga yang terjangkau tanpa menyadari
bahwa ada efek samping yang dapat yang ditimbulkan oleh barang-barang
tersebut. Dampak lain yang timbul adalah semakin maraknya barang-barang tanpa
izin edar sehingga sangat meresahkan masyarakat.
Barang yang seringkali menjadi permasalahan pasar selain barang-barang
tersebut di Indonesia khususnya di Makassar adalah bahan pangan kadaluarsa dan
bahan pangan yang mengandung bahan-bahan berbahaya. Menurut penelitian
Hamsyar dalam skripsi Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan
Kadaluwarsa di Kota Makassar (2017) menyatakan bahwa peredaran makanan
yang kadaluarsa ini terus marak karena perhatian masyarakat atas bahan makanan
ini tidak begitu besar. Penemuan bahan makanan yang kadaluwarsa oleh
masyarakat hanya dikomplainkan kepada pedagangnya tanpa melakukan
pengaduan kepada pihak-pihak pemerintah terkait. Selanjutnya, peredaran bahan-
bahan kadaluwarsa ini juga disebabkan oleh ketidaktahuan pedagang mengenai
barang kadaluwarsa. Bahan pangan yang mengandung bahan-bahan berbahaya
bisa memicu berbagai penyakit berbahaya. Pada bulan Desember 2019 Balai
POM Kota Makassar menemukan bahan-bahan pangan yang mengandung zat
berbahaya di Pasar Pa’baeng-baeng dan Pasar Maricaya yaitu ikan bandeng yang
mengandung formalin dan kerupuk mengandung Rodamin B, dan kacang
mengandung pewarna tekstil (Online24jam.com).
Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 telah mengatur
secara jelas tentang perlindungan konsumen di Indonesia. Pada pasal 8 dan 9
dalam undang-undang tersebut jelas menyatakan bahwa pelaku dagang dilarang
keras memproduksi dan mempromosikan barang-barang yang tidak memenuhi
standar dan berbahaya. Tertulis dengan jelas pada pasal 62 jika pedagang
melakukan pelanggaran atas perlindungan konsumen maka akan dikenai sanksi
penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak dua miliar rupiah.
Kemudian untuk mempertegas kekuatan hukum perlindungan konsumen
khususnya di Sulawesi Selatan maka Pemerintahan Provinsi mengeluarkan
Peraturan Daerah Sulawesi Selatan nomor 3 tahun 2013 yang pada pasal 18 yang
mengatur bahwa pelaku dagang tidak diperbolehkan memperdagangkan barang
yang tidak memenuhi standar seperti rusak, cacat, tercemar dan bercampur dengan
barang bekas. Selanjutnya pada bab 13 Peraturan Daerah Sulawesi Selatan nomor
3 tahun 2013 jelas menginformasikan mengenai sanksi administratif jika
pedagang melanggar ketentuan hukum yaitu hingga pencabutan surat izin usaha.
Hingga saat ini, masalah penyalahgunaan bahan-bahan berbahaya kepada
produk pagan masih terus diawasi oleh BPOM. Pada tahun 2013 Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan telah membuat strategi untuk melaksanakan
program pegawasan terhadap peredaran bahan pangan yang mengandung bahan
berbahaya yang bernama Program pasar aman dari bahan berbahaya, pada tahun
2018, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Kota Makassar bersama
Pemerintah Kota Makassar membentuk tim terpadu daerah dan replikasi pasar
aman dari bahan berbahaya untuk mengawasi kualitas bahan pangan di Kota
Makassar (sumber: makassarmetro.com) Tujuannya adalah untuk menjamin
produk-produk yang masuk di Kota Makasar khususnya yang ada di pasar
tradisional bebas dari bahan-bahan yang berbahaya. Hingga enam tahun
pelaksanan program pasar aman di Pasar Pabaeng-baeng sayangnya masih
ditemukan makanan yang mengandung bahan berbahaya seperti Rodamin B dan
Boraks.
Program pasar aman ini merupakan isu yang sangat menarik untuk diteliti
karena hal ini menyangkut pengawasan kualitas bahan pangan yang diperjual
belikan di Pasar tradisional apalagi isu-isu tentang bahan berbahaya yang
terkandung dalam bahan pangan yang dijual pada pasar tradisional di Kota
Makassar masih memerlukan perhatian lebih. Dalam pelaksanaan strategi pasar
aman di Kota Makassar diperlukan sistem sehingga seluruh kegiatan dapat
dijalankan dengan maksimal. Dalam melaksanakan strategi menurut Salusu
(2015) dibutuhkan skenario implementasi strategi agar dapat berjalan dengan
baik, sebagai berikut: (1) dibutuhkan kepala program untuk mengatur jalannya
program, (2) dibutuhkan konsep dasar sentralisasi atau desentralisasi sebagai
fondasi kuat dalam pelaksanaan Strategi, (3) dibutuhkan spesifikasi pada setiap
jenis pekerjaan yang ada untuk mempermudah pencapaian tujuan strategi, (4)
dibutuhkan perumusan rencana, program dan anggaran kegiatan, (5) diperlukan
pembuatan uraian tugas bagi setiap jenis pekerjaan, (6) diperlukan penentuan
rutinitas pekerjaan dalam setiap jenis tugas yang telah ditentukan sebelumnya.
Untuk mengetahui hasil implementasi dan faktor pendukung dan penghambat dari
Strategi Pelaksanaan Pasar Aman di Kota Makassar ini maka dianggap penting
untuk melaksanakan penelitian ini. latar belakang tersebut penulis mengangkat
judul Strategi Pengelolaan Pasar Aman Di Balai Besar Pengawasan Obat Dan
Makanan Kota Makassar.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah
1. Bagaimana strategi pengelolaan Pasar Aman di Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan Kota Makassar?
2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Pasar
Aman di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui strategi pengelolaan Pasar Aman di Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan Kota Makassar.
2. Untuk Mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi
pengelolaan Pasar Aman di Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, sebagai berikut:
1. Secara teoritis, memberikan sumbangan wawasan keilmuan mengenai
strategi pengelolaan Pasar Aman di Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan Kota Makassar.
2. Secara Praktis, diharapkan mampu menjadi masukan bagi Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan Kota Makassar dalam pengelolaan Pasar
Aman di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Kota Makassar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
a) Rahayu dkk (2015), dalam penelitian “Analisis Strategi Pengelolaan
Pasar oleh Dinas Pasar kota Semarang” menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal organisasi menggunakan analisis SWOT dengan hasil
penelitian belum berhasil menyelesaikan masalah perpasaran yang ada
dan membutuhkan strategi baru. Perbedaan dengan penelitian yang
disusun oleh peneliti adalah fokus penelitian yang tidak berarah pada
faktor internal dan eksternal organisasi melainkan mengidentifikasi
masalah melalui proses perencanaan hingga evaluasi strategi serta
faktor pendukung dan penghambat yang bisa mempengaruhi jalannya
strategi sehingga mampu menemukan solusi sesuai kekurangan yang
ditemui pada proses strategi.
b) Widyasari dan Yuniningsi (2016) melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Strategi Pengelolaan Pasar Tradisional “Bangsri” di Dinas
Koperasi UMKM, Pengelolaan Pasar, di Kabupaten Jepara”
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal organisasi
menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa strategi pengelolaan pasar Bangsri belum Optimal sehingga
membutuhkan strategi baru untuk mengatasinya. Perbedaan dengan
7
penelitian yang disusun oleh peneliti seperti pada pendapat
sebelumnya yaitu fokus penelitian yang tidak berarah pada faktor
internal dan eksternal organisasi melaikan mengidentifikasi masalah
melalui proses perencanaan hingga evaluasi strategi serta faktor
pendukung dan penghambat yang bisa mempengaruhi jalannya
strategi sehingga mampu menemukan solusi sesuai kekurangan yang
ditemui pada proses strategi.
c) Warsiti (2011) dalam penelitian “Strategi Pemberdayaan Dalam
Penataan Pasar Legi Oleh Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta”
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik
perposive Sampling. Hasil penelitian diketahui bahwa penataan Pasar
Legi oleh Dinas Pengelolaan Pasar kota Surakarta sesuai dengan
strategi dan berhasil dengan tiga tahap strategi pemberdayaan yaitu
penyadaran, tahap pengkapasitasan, dan empowerment. Perbedaan
dengan penelitian yang disusun peneliti adalah fokus penelitian yang
berbeda pada penelitian oleh Sat Warsiti meneliti strategi
pemberdayaan dalam penataan pasar sedangkan penelitian yang
disusun peneliti mengenai strategi penciptaan pasar aman yang
tentunya berbeda.
B. Konsep dan Teori Strategi
1. Konsep Strategi
Ditinjau secara etimologis menurut Bracker (Heene dkk, 2015)
strategi berasal dari Bahasa yunani klasik “Strategos” (Jenderal), yang
8
pada dasarnya diambl dari pilahan kata-kata yunani untuk “Pasukan”
dan “memimpin”. Penggunaan kata kerja yunani yang berhubungan
dengan “Strategos” dapat diartikan sebagai perencanaan dan
pemusnahan musuh-musuh dengan menggunakan cara efektif
berlandaskan sarana-sarana yang dimiliki. Setelah perang dunia kedua,
Von Neumann dan Morgenstern memperkenalkan istilah ini kedalam
organisasi swasta yang berorientasi laba dan organisasi publik.
Strategi menurut Salusu (2015), konsep strategi terdiri dari
beberapa pendekatan yaitu: strategi ialah sebuah pola keputusan yang
konsisten, menyatu, dan integral. Strategi menentukan dan
menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangka panjang,
program bertindak, dan prioritas alokasi sumberdaya. Sumberdaya
adalah sesuatu yang kritis mengingat strategi adalah sesuatu yang
mungkin, dan layak untuk dilaksanakan.
Sumberdaya menurut Salusu (2015), yang dimaksud dalam
pelaksanaan strategi khususnya dalam organisasi publik adalah seluruh
faktor yang dapat mendukung strategi yang akan dilaksanakan yang
terdiri atas:
a) Sumberdaya Manusia
Organisasi pada dasarnya tidak dapat hidup dalam
ruang isolasi. Organisasi membutuhkan manusia untuk
mencapai tujuannya. Manusia mengendalikan organisasi dan
melakukan interaksi baik dengan manusia lain maupun
9
dengan lingkungannya sehingga saling mempengaruhi satu
sama lain. Suksesnya sebuah strategi yang dilaksanakan juga
tergantung pada sumberdaya manusia yang
mengendalikannya. Semakin berkualitas sumberdaya
manusia yang bekerja semakin mudah pula strategi yang
dilaksanakan mencapai tujuannya.
b) Anggaran
Dalam menciptakan sebuah strategi yang matang salah
satu faktor yang menjadi kunci suksesnya strategi adalah
ketersediaan anggaran yang cukup dalam melaksanakan
strategi. Penyediaan sarana, prasarana, tenaga ahli dan
rancangan strategi yang matang memerlukan anggaran yang
memadai. Anggaran dapat mempengaruhi suksesnya
pelaksanaan strategi hingga sub unit kerja yang paling kecil.
c) Peraturan atau Regulasi
Menurut Shirley (Salusu, 2015) strategi adalah
keseluruhan tindakan yang ditetapkan sebagai aturan yang
direncanakan oleh suatu organisasi. Tindakan-tindakan akan
diatur secara sistematis dan menjadi dasar regulasi atau
peraturan agar pelaksanaan dari strategi tidak keluar dari
koridornya. Selain itu, regulasi dimaksudkan sebagai rambu-
rambu dalam melaksanakan strategi.
10
d) Informasi
Suatu strategi hendaknya mampu memberikan
informasi kepada setiap anggota organisasi bagaimana untuk
bertindak, apa yang harus dilakukan, mengapa sebuah strategi
dilakukan, berapa lama untuk melaksanakannya, berapa
banyak biaya yang harus dikeluarkan dalam melaksanakan
strategi tersebut, siapa yang menjadi pelaksananya dan
penanggungjawabnya, dan hasil apa yang akan diperoleh
dalam melaksanakan strategi tersebut. Selain memberi
informasi kepada para kariawan, informasi ini juga
diperuntukkan untuk masyarakat yang menjadi sasaran
strategi. Informasi ini diharapkan dapat sampai kepada
masyarakat dengan baik sehingga, memunculkan harapan
bukan hanya pada organisasi juga kepada masyarakat.
Menurut Bracker (Heene dkk, 2015), mengurai beberapa defenisi
yang mengaitkan strategi dengan dua hal, yaitu: (a) Posisi sebuah
organisasi dengan lingkungannya. (b) Upaya penggunaan sarana-sarana
organisatoris untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisatoris.
Sedangkan menurut Mintzberg (Heene dkk, 2015) strategi sekurang-
kurangnya memiliki lima arti yaitu: (a) perencanaan untuk semakin
memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional
mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya. (b) Acuan yang
berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsentansi perilaku
11
serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi. (c) Sudut pemosisian
yang dipilih organisasi saat memunculkan aktivitasnya. (d) sudut
perspektif menyangkut visi yang terintegritasi antara organisasi dengan
lingkungannya, yang menjadi tapal batas bagi aktivitasnya. (e) Rincian
langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui para
pesaing atau oposan.
Dari pendapat-pendapat ahli-ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa strategi merupakan upaya pemanfaatan segala
sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi dalam jangka
yang panjang. Selain itu, strategi juga dapat bermakna langkah-langkah
yang digunakan untuk menghubungkan sebuah organisasi dengan
lingkungannya sehingga terjadi keselarasan baik lingkungan internal
maupun lingkungan eksternal. Strategi juga dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan organisasi dengan lebih efektif. Menurut
Mintzberg & Water (Henee dkk, 2015), jenis-jenis strategi sebagai
berikut:
a. Strategi terencana, sebuah strategi yang keluar dari
perencanaan formal dirumuskan dan didistribusikan oleh
manajemen tingkat atas, yang menjagai kesinambungan
implementasi dalam lingkungan yang terkendali dan
teramaikan melalui sarana prosedur pengendalian formal.
b. Strategi interpreneur, sebuah strategi yang keluar dari visi
yang terpusat, yang kadangkala berasal dari gagasan satu atau
12
beberapa manajer dan yang dapat disesuaikan dengan
peluang-peluang baru. Pemimpin atau manajer tersebut
melaksanakan pengendalian pribadi terhadap organisasi.
c. Strategi ideologi, sebuah strategi yang keluar dari nilai-nilai
kemasyarakatan yang secara normative diperkuat dan
dikendalikan melalui sosialisasi dan indoktrinasi. Adakalanya
organisasi bereaksi secara proaktif berkenaan dengan
perubahan lingkungan.
d. Strategi payung, strategi yang keluar dari suasana penuh
keterbatasan, dimana manajemen tingkat atas, hanya
memiliki wewenang terbatas untuk mengendalikan
organisasi.
e. Strategi proses, strategi yang keluar dari suatu proses, dimana
manajemen tingkat atas mengawasi secara langsung semua
proses strategi tersebut.
f. Strategi parsial, strategi yang keluar dari bagian-bagian
terkecil, dimana para pelaku dalam organisasi
mengembangkan sendiri pola-pola tertentu didalam aktivitas
mereka dikarenakan tidak adanya suatu strategi terpusat atau
keadaan situasi yang berlawanan dengan ketentuan pusat
yang berlaku.
g. Strategi konsensus, strategi yang muncul dari kesepakatan
melalui upaya saling pengertian, dimana para pelaku
13
organisasi saling menyesuaikan pola yang mereka
kembangkan, dikarenakan oleh ketiadaan ketentuan terpusat
atau yang lebih mengkat.
h. Strategi mendukung, strategi yang merupakan keluaran dari
dinamika lingkungan, dimana lingkungan mendikte pola-pola
tertentu dalam aktivitas organisasi. Lingkungan secara
langsung mengiring strategi organisasi atau secara tidak
langsung membatasi melalui pemilihan alternative yang
berbeda.
Gambar 2.1
Jenis-jenis Strategi Menurut Mintzberg & Water
Sumber: Heene dkk, 2015
2. Elemen-Elemen Strategi
Menurut Salusu (2015) Strategi memiliki elemen-elemen
fundamental, diantaranya adalah:
a) Seni Situasional, yaitu suatu keterampilan yang mana seorang
pejabat eksekutif merancang keputusan yang berdasarkan
Strategi
Terencana
BPOM RI
Strategi
pasarStrat
egi Proses
BBPOM/B
POMStrate
gi
Strategi
Rasional
Strategi
Pendomplen
g
Strategi
Penyeimban
g
14
pada sumberdaya organisasi, nilai-nilai manajerial, dan
kemungkinan adanya peluang serta tantangan dari
lingkungan.
b) Tujuan dan sasaran, yaitu nilai-nilai yang menjadi arah utama
dari strategi yang dibuat dan sifatnya jangka panjang dan
menjadi acuan dari cara bertindak eksekutif dalam
melaksanakan strategi.
c) Produk, keunggulan kompetitif, yaitu mencakup ruang
lingkup kesesuaian produk atau pasar atau program dengan
wilayah operasional atau geografis.
d) Kebijakan dan program, keseluruhan tindakan yang menjadi
aturan yang direncanakan oleh organisasi yang lebih spesifik
sehingga menghasilkan keputusan-keputusan yang mengarah
kepada pencapaian tujuan organisasi.
e) Destinasi, yaitu penetapan sebuah tempat atau titik perhentian
akhir dari sebuah program yang telah dirancang sebagai
sebuah sasaran. Artinya adalah sebuah program perlu
mempersiapkan tempat pemberhentian tertentu agar program
yang dilaksanakan tetap efektif dan efisien.
f) Sumberdaya dan Lingkungan, sebuah strategi memiliki
pertalian erat dengan sumberdaya organisasi dan juga
lingkungan. Sehingga dalam pengambilan keputusan sebagai
15
bagian dari perancanaan strategik sangat perlu memberikan
tempat kepada faktor lingkungan dan eksternal.
g) Program bertindak, strategi merupakan program bertindak
dengan tekat memanfaatkan sumberdaya sebaik-baiknya
untuk mencapai misi atau tujuan utama organisasi.
h) Formulasi strategi, arus keputusan, kedua elemen ini sangat
penting dalam pengambilan keputusan strategik formulasi
dan arus kepeutusan strategi ikut menentukan arah
implementasi strategi yang dilaksanakan oleh eksektif.
3. Manajemen Strategi
Pada dasarnya manajemen strategic merupakan perpaduan antara
konsep “manajemen” dan “strategi”. Manajemen dapat dapat diartikan
sebagai proses penggerakan orang dan bukan orang untuk mencapai
tujuan organisasi. Sedangkan strategic dapat diartikan sebaagi kiat, cara
atau taktik yang dirancang secara sistematik dalam menjalankan fungsi-
fungsi manajemen dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien (Pasolong, 2010). Dapat diartikan bahwa manajemen
strategi adalah upaya penggerakan sumber-sumber daya yang ada dengan
cara atau taktik cerdas untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
Menurut Nawawi (Pasolong, 2010), meruskan empat defenisi
manajemen strategik, yaitu: (a) manajemen strategik adalah proses atau
rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersimfat mendasar dan
menyeluruh disertai penetapan melaksanakannya, yang dibuat oleh
16
manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam
seluruh organisasi untuk mencapai tujuannya. (b) manajemen strategik
adalah usaha manajerial menumbuh kembangkan kekuatan organisasi
untuk mengeploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya
yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang ditentukan. (c) manajemen
strategik adalah arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada
pengembangan suatu strategi atau strategi-strategi efektif untuk
membantu mencapai tujuan. (d) manajemen strategik adalah perencanaan
berskala jangkauan masa depan yang jauh disebut dengan visi, dan
ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak untuk dilaksanakan
disebut misi, usaha untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas dengan
diarahkan kepada optimalisasi pencapaian tujuan strategic, dan berbagai
tujuan operasional organisasi. Pendeknya, hal-hal yang dimaksud adalah
visi, misi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, program, dan kegiatan
(Pasolong, 2010).
Manajemen Strategi adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan
(Formulating), Penerapan (implementing), dan Evaluasi (evaluating)
keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan
sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa datang. Manajemen
strategi mengandung seni dan ilmu tentang perumusan, penerapan dan
pengevaluasian sebuah keputusan yang diambil untuk mencapai tujuan
organisasi (Wahyudi, 1996).
17
Dari defenisi diatas maka dapat diketahui dua hal yang mendasar yaitu:
a. Manajemen Strategi memiliki tiga Proses, yaitu:
1) Perumusan strategi, meliputi pengembangan misi dan
tujuan jangka panjang, pengidentifian peluan dan
ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan
perusahaan, pengembangann alternatif-alternatif
strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk
diadopsi.
2) Penerapan strategi, meliputi penentuan sasaran-
sasaran operasional tahunan, kebijakan perusahaan,
memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber-
sumber daya agar strategi yang ditetapkan dapat
diimplementasikan.
3) Evaluasi/control strategi, mencakup usaha-usaha
untuk memonitor seluruh hasil-hasil dari pembuatan
dan penerapan strategi termasuk mengukur kinerja
individu dan perusahaan serta mengambil langkah-
langkah perbaikan jika diperlukan.
b. Manajemen strategik, berfokus kepada penggabungan aspek-
aspek pemasaran, riset dan pengembangan,
keuangan/akuntansi dan produksi/operasional dari sebuah
bisnis.
18
Dengan menggunakan manajemen strategi sebagai
sebuah kerangka suatu kerangka kerja (frame Work)
untuk menyelesaikan setiap masalah strategis didalam
organisasi, terutama yang berkaitan dengan
penyelesaian sebuah masalah publik maka manajer
atau kepala instansi harus berfikir lebih strategik.
Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan
mempertimbangkan lebih banyak alternatif yang
dibagun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih
menjanjikan suatu hasil yang lebih menguntungkan.
Artinya adalah sebuah keputusan yang diambil oleh
kepala instansi dengan pemikiran yang matang dan
analisa yang lebih dalam akan menghasilkan
keputusan yang jauh lebih baik dan lebih terarah
dalam pencapaian tujuan dan penyelesaian masalah
(Wahyudi, 1996).
c. Manajemen strategik memiliki tiga elemen besar yang
membentuk manajemen strategic yaitu:
1) Analisa lingkungan, analisia lingkungan dilakukan
dengan tujuan utama untuk melihat kemungkinan
peluang peluang serta kemungkinan-kemungkinan
adanya ancaman yang dapat terjadi diakibatkan oleh
adanya perubahan-perubahan lingkungan organisasi.
19
Analisis juga dilakukan terhadap kelemahan dan
kekuatan organisasi menghadapi aspek lingkungan.
2) Penetapan visi, misi dan objektif, (a) menetapkan visi
dimaksudkan untuk memberikan arah tentang akan
terjadi kepada objek yang akan datang (Wahyudi,
1996). Visi juga dapat berarti cita-cita yang
diharapkan akan tercapai dimasa depan yang jauh.
Menurut Vincent Gaspersz visi merupakan gambaran
konseptual tentang keinginan masa mendatang
(Pasolong, 2010). (b) Misi lebih spesifik menekankan
kepada kegiatan untuk mendukung visi yang telah
ditentukan (Wahyudi, 1996). Misi adalah sesuatu
yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
organisasi, sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan
organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.
Menruut Kotler (Salusu, 2015) bahwa misi adalah
pernyataan tujuan organisasi yang diekspresikan
dalam produk dan pelayanan yang dapat ditawarkan,
kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok
masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang dapat
diperoleh, serta aspirasi dan cita-cita masa depan. (c)
Objektif lebih kepada penetapan target secara spesifik
dan sedapat mungkin terukur yang ingin dicapai
20
organisasi (Wahyudi, 1996). Objektif atau tujuan
merupakan jabaran atau implementasi dari pernyataan
misi. Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai
atau dihasilkan dalam satu sampai lima tahun
mendatang (Pasolong, 2010).
3) Strategi, terdiri dari perumusan, implementasi dan
evaluasi strategi, melakukan rangkaian perumusan
strategi sesuai dengan aspek analisa lingkungan,
penetapan visi, misi dan objektivitas organisasi yang
selanjutnya dilaksanakan dengan maksimal dan
terakhir melakukan evaluasi atau penilaian terhadap
hasil dari strategi yang dilaksanakan.
4. Manajemen Strategi Sektor Publik
Manajemen strategi dalam sektor publik memiliki visi, misi, dan
objektivitas yang berbeda dengan manajemen perusahaan. Strategi
manajemen publik menitik beratkan konsepnya pada pelayanan publik
dan kepuasan masyarakat. Manajemen strategi dalam organisasi publik
memiliki ciri-ciri prilaku serta spesifikasi yang natural dan khas
dikenali sebagai organisasi publik.
Menurut Bryson (Heene dkk, 2015), model manajemen strategi
yang paling baik untuk organisasi publik adalah
a. Melakukan analisis strategi
b. Mengidentifikasi wewenang dari organisasi
21
c. Memperjelas misi serta nilai dari organisasi
d. Melakukan analisis swot
e. Mengidentifikasi isu-isu krusial bagi strategi organisasi
f. Merumuskan strategi untuk mengendalikan isu
g. Mempelajari kembali rumusan strategi yang telah dibuat
h. Melakukan formulasi strategi yang menguntungkan
organisasi
i. Melakukan pengimplementasian stretgi secara maksimal
j. Melakukan evaluasi terhadap strategi yang telah
dilaksanakan.
Dalam konteks prilaku publik dapat dikelompokkan menjadi tiga
tema pokok manajemen strategik dari organisasi-organisasi public
menurut Joubert, dkk (Heene dkk, 2015), sebagai berikut:
a. Dinamika Percaturan Politik
(1) Ambiguitas politik, dimana garis-garis besar
orientasi strategi yang memayungi komunitas
politik seringkali dijabarkan secara tersamar
ketimbang dalam dalam suatu komunitas yang
berorientasi pada laba.
(2) Atmosfer-atmosfer yang semu dikarenakan
terdapatnya suatu siklus rentang waktu politik.
(3) Koalisi-koalisi politik yang labil, yang menopang
suatu kebijakan strategis.
22
(4) Pemilihan peran politik yang kabur.
b. Proses Proses Pembentukan Keputusan Publik
(1) Sebuah Keterbukaan yang lebih besar kepada para
Stakeholder sangatlah dianjurkan meskipun tidak
diwajibkan, sehingga terbentuk suatu dukungan
yang lebih besar dari para stakeholder yang akan
berdampak pada strategi
(2) Proses pembentukan keputusan yang terlalu sering
berlangsung dalam suasana keterbukaan.
(3) sering pula dijumpai suatu proses pembentukan
keputusan tiba-tiba diulang kembali pada saat
pelaksanaan strategi tersebut.
c. Nuansa Manajemen Publik
(1) Kurang pengalaman dengan manajemen strategic
(2) Keterkaitan dualistis antara pelanggan dengan
warga masyarakat,serta kebutuhan-kebutuhan
diantara mereka yang saling berbeda, bahkan ada
kalanya saling bertolak belakang, semakin
mempertinggi kompleksitas dari manajemen
strategi dalam manajemen-manajemen strategi.
(3) Tolak ukur keberhasilan dalam sector publik
seringkali dievaluasi dengan teramat payah.
23
(4) Manajemen strategik dalam organisasi public
antara lain bercirikan adanya penentuan yang multi
dimensi
(5) Kehidupan bersama yang multi identitas semakin
menonjolkan lagi sisi kompleksitas dari
manajemen strategic organisasi-organisasi public.
(6) Manajemen strategi dalam organisasi public
mempunyai suatu portofolio produk jasa yang
seringnya bersifat komplek dan yang tidak kasat
mata.
5. Tahapan Manajemen Strategi
Manajemen Strategik memiliki tiga Proses menurut Wahyudi
(1996), yaitu:
a. Perumusan strategi, meliputi pengembangan misi dan
tujuan jangka panjang, pengidentifian peluan dan
ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan
perusahaan, pengembangann alternatif-alternatif strategi
dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi.
b. Penerapan strategi, meliputi penentuan sasaran-sasaran
operasional tahunan, kebijakan perusahaan, memotivasi
karyawan dan mengalokasikan sumber-sumber daya agar
strategi yang ditetapkan dapat diimplementasikan.
24
c. Evaluasi/control strategi, mencakup usaha-usaha untuk
memonitor seluruh hasil-hasil dari pembuatan dan
penerapan strategi termasuk mengukur kinerja individu
dan perusahaan serta mengambil langkah-langkah
perbaikan jika diperlukan.
6. Impelentasi Strategi
Impelentasi adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan menyusul
suatu keputusan. Suatu keputusan selalu bertujuan untuk mencapai
suatu sasaran tertentu. Dalam rumus Higgins (salusu, 2015),
implementasi adalah rangkuman dari berbagai kegiatan yang
didalamnya sumber daya manusia menggunakan sumber daya lain
untuk mencapai sasaran dan strategi. Dapat disimpulkan bahwa
implementasi adalah suatu proses yang terarah dan terkoordinasi
melibatkan banyak sumber daya.
Dalam implementasi strategi terdapat skenario implementasi
strategi yaitu:
a. Pengangkatan Direktur Program
Untuk melaksanakan implementasi strategi
setelah strategi ditetapkan dan disahkan oleh yang
berwenang, maka kepala organisasi perlu menerbitkan
surat keputusan tentang pengangkatan seorang yang akan
bertanggung jawab untuk menyusun skenario,
melaksanakan keputusan strategik tersebut, demikian
25
ditandaskan oleh Larry Alexander (Salusu, 2015) untuk
keperluan analisis dalam uraian selanjutnya penanggung
jawab kita sebut sebagai Direktur program.
b. Siapa Direktur Program Itu?
Seseorang yang diangkat sebagai Direktur
Program merupakan salah satu anggota eselon atas
yang berperan serta dalam proses pengambilan
keputusan strategik, itulah yang kiranya perlu diangkat
sebagai Direktur program. Dipilihnya salah satu
anggota eselon menjadi direktur program karena orang
atau pejabat tersebut telah mengikuti diskusi yang
panjang tentang latar belakang keputusan strategik itu,
Ia mengetahui pula alternatif-alternatif yang
dipersiapkan sebelumnya, ia mengetahui mengapa
pilihan jatuh pada keputusan itu, ia mengetahui
konsekuensi yang akan timbul apabila keputusan itu
dijalankan, ia mengetahui tentang unsur kompetitif
dalam keputusan itu, ia mengetahui tentang situasi
sumber daya organisasi, tepatnya, ia mengetahui
tentang keuntungan yang akan diperoleh organisasi
apabila keputusan itu dijalankan.
26
c. Analogi Dengan Arsitek
Tugas penting dari seorang penanggung jawab
adalah membuat desain mengenai implementasi dari
strategi yang ditetapkan. Seorang arsitek yang
mendapatkan tugas mendesain sebuah gedung akan
berusaha untuk membuat detail dari gedung tersebut
sehingga mudah dimengerti oleh para pelaksana
pembangunannya. Dengan mengambil analogi dari
arsitek direktur program tadi sepatutnya sudah
memiliki gambaran apa yang perlu dibuatnya untuk
melicinkan jalan bagi semua pelaksanaan keputusan
seorang arsitek tidak bekerja sendirian, tetapi dibantu
oleh tenaga tenaga dari berbagai profesi dan para juru
gambar. Begitu juga dengan direktur program. Ia tidak
bekerja sendirian. Kerangka implementasi suatu
keputusan haruslah menjadi tanggung jawab utamanya.
Selesai menyusun program dan anggaran, Ia juga
memperkirakan keahlian yang mungkin dibutuhkan
organisasi dan bagaimana mendapatkannya. Banyak
butir yang dituangkan dalam desain itu diangkat dan
diskusi selama proses perumusan strategi berlangsung.
27
d. Penyempurnaan Struktur Organisasi
Berbicara masalah struktur, dalam
implementasi, suatu strategi dipandang sebagai
sesuatu yang mutlak perlu karena struktur
menguraikan secara jelas tindakan-tindakan spesifik
yang harus dilakukan dalam masa implementasi.
Selain itu struktur memperlihatkan tingkat otonomi
dan Tiap orang yang akan melakukan berbagai
kegiatan implementasi itu. Penyesuaian,
penyempurnaan, atau modif modifikasi suatu struktur
organisasi menurut Certo (Salusu, 2015) sangat
diperlukan dengan maksud untuk meningkatkan
efektivitas; yaitu sejauh mana organisasi dapat
mencapai tujuan dan sasarannya. Modifikasi ini
sebaiknya dilakukan secara regular guna
menyesuaikan perkembangan dalam lingkungan
eksternal, dan tidak saja semata-mata karena adanya
strategi baru.
e. Sentralisasi – Desentralisasi
Konsep sentralisasi-desentralisasi bagi Kebanyakan
orang masih memerlukan klarifikasi. Hanson (Salusu,
2015) misalnya menganggap penting untuk
membedakan antara sentralisasi struktural dengan
28
sentralisasi administratif, dan antara desentralisasi
structural dengan desentralisasi administratif.
Karasteristik dan sentralisasi structural, antara
lain: (1) Ada satu mekanisme pengawasan terpusat
pada tingkat nasional yang merupakan struktur
kekuasaan yang melaksanakan kekuasaannya melalui
proses pengambilan keputusan; (2) Wewenang dan
tanggung jawab terakhir atas pengambilan keputusan,
berada pada puncak hirarki dari sistem itu; (3) Daerah
tidak mempunyai yurisdiksi pengambilan keputusan
(otonomi); (4) Para Pejabat di daerah wajib
melaksanakan keputusan keputusan dari pimpinan
departemen yang berada pada puncak struktur
organisasi; (5) Keputusan-keputusan yang dibuat di
daerah atau pada jajaran eselon yang lebih dibawah
akan tergantung pada persetujuan dan pejabat tingkat
pusat.
Adapun karakteristik dari desentralisasi
struktural antara lain, (1) tidak ada mekanisme
pengawasan terpusat; (2) Setiap daerah mempunyai
yurisdiksi pengambilan keputusan (otonomi); (3)
tidak ada garis kewenangan yang menghubungkan
suatu sistem tertentu di tiap daerah.
29
f. Spesifikasi Pekerjaan
Dalam skenario implementasi itu, selanjutnya
direktur program mendesain spesifikasi pekerjaan dan
membagi penugasan pekerjaan itu kepada setiap
kepala unit kerja yang akan terlibat dalam
implementasi titik pada kepala unit kerja hendaknya
memahami dengan sungguh-sungguh tugas yang
harus dikerjakan dan diselesaikan serta wajib meminta
klarifikasi kepada direktur program apabila ada butir-
butir penugasan yang belum jelas.
g. Rencana, Program dan Anggaran
Setelah kepala unit kerja sudah menghayati
penugasan yang perlu mereka buat adalah rencana,
program dan anggaran yang menjadi tanggung jawab
unit kerjanya. Dalam setiap program, setiap tindakan
yang akan dilaksanakan oleh unit kerjanya perlu
ditulis secara rinci jadwal waktunya, kapan tugas-
tugas itu rampung dikerjakan, siapa yang akan
bertanggung jawab, untuk apa, dan kapan. Rencana
dan program ini disampaikan kepada direktur program
untuk didiskusikan kemudian direalisasikan titik
mungkin kepala unit membutuhkan tenaga ahli
tertentu, peralatan tertentu, dan jumlah biaya yang
30
diperlukan dan seterusnya untuk melancarkan tugas
baru yang dibebankan kepada mereka. Pada dasarnya
semua rencana dan program yang sejalan dengan
desain yang telah disiapkan oleh direktur program
tentu dapat dipenuhi Karena pada saat strategi ini
dirumuskan sudah dipikirkan dengan berbagai
kebutuhan yang mungkin diperlukan.
h. Uraian Tugas
Setelah semua keperluan terpenuhi, para
kepala unit perlu membuat uraian tugas bagi setiap
pelaksanaan terdepan dalam unit kerjanya. Menyusun
uraian tugas seseorang perlu melibatkan orang
tersebut guna melicinkan Jalan kepada pelaksanaan
pekerjaan yang sebenarnya. Suatu uraian tugas yang
terencana baik dan dapat dilaksanakan, akan
membantu pihak manajemen untuk melakukan seleksi
dan terutama pengawasan pekerjaan.dalam
manajemen umumnya Dikenal dua jenis uraian tugas
AHI (Salusu, 2015), yaitu uraian tugas generik dan
uraian tugas spesifik. Uraian tugas generik ditulis dan
dinyatakan secara umum tanpa rincian tugas dan
tanggung jawab. Pernyataan ini memuat uraian yang
komprehensif tentang suatu kategori pekerjaan
31
dengan memakai common Denominasators yaitu
atribut yang sama dan semua pekerjaan yang
tergolong dalam kategori tersebut. Uraian tugas
spesifik menjelaskan secara rinci dan tepat tugas dan
tanggung jawab dari suatu pekerjaan titik uraian itu
memperlihatkan pula hubungan yang jelas dengan
unit kerja lain dan kategori pekerjaan tersebut.
Setelah uraian tugas selesai dirumuskan,
Langkah terakhir yang harus ditempuh sebelum terjun
ke lapangan adalah menyelenggarakan pelatihan.
Bentuk pelatihan mana yang diinginkan tentu harus
sesuai dengan sifat dan kerjaan dan sasaran yang
diinginkan.
i. Rutinitas Pekerjaan
Tahap terakhir dari proses implementasi adalah
proses rutinkan pekerjaan yang berarti bahwa
pekerjaan sudah harus berjalan seperti pekerjaan rutin
sehari-hari. Proses implementasi ini mungkin
memakan waktu, tetapi akan mencegah pekerjaan
ulang karena setiap orang tahu betul tanggung jawab
masing-masing sebelum memulai pekerjaannya.
Diharapkan kesalahan-kesalahan besar tidak akan
terjadi. dengan begitu, setiap pekerjaan dan para
32
karyawan akan menampilkan kualitas yang mampu
memberi kepuasan bagi para konsumen. Kepuasan
yang kita maksudkan Dalam strategi ini adalah
kepuasan rata-rata. Sebelum setiap kerja setiap orang
memulai pekerjaannya. Mereka harus bertanya kepada
diri sendiri, Apakah harus saya lakukan untuk
mengimplementasikan bagian tugas saya dari program
strategi itu, dan bagaimana cara terbaik untuk dapat
menyelesaikannya.
j. Reaksi Terhadap Penyempurnaan Struktur
Perubahan struktur organisasi seringkali
menimbulkan masalah khusus, antara lain berupa
penolakan yang tidak kentara dari sementara pejabat,
di samping ada keengganan untuk menyerahkan
kekuasaannya. Pengaruh pengaruh politik kadang-
kadang tidak dapat dielakkan, apabila terjadi
perubahan struktur sesuatu yang memang terjadi
menjadi karakteristik dari birokrasi organisasi publik
yang biasanya menjalar pada organisasi non-profit.
Ada hal yang patut diperhatikan dalam menyusun
proses implementasi, yaitu diperlukan adanya
fleksibilitas, Keluwesan agar semua pihak pelaksana
tidak banyak menemui kesulitan dalam mengadakan
33
penyelesaian Andaikata peristiwa-peristiwa yang
tidak diinginkan timbul di kemudian hari.
7. Manfaat Manajemen Strategi
Membahas konsep manajemen strategik berarti membicarakan
hubungan antara organisasi dengan lingkungannya baik internal
maupun eksternal. Manajemen strategik mampu menciptakan sinergis
dan semagat korps yang penuh integritas sehingga mampu melicinkan
jalan menuju sasaran yang ingin dicapai organisasi. Dalam lingkungan
organisasi, manajemen strategik, organisasi dimungkinkan mampu
mengidentifikasi peluang-peluang dalam lingkungan eksternal dan
sekaligus memanfaatkannya, ancaman dari lingkungan mampu
dihindari semaksimal mungkin dan menggunakan kekuatan yang
dimiliki organisasi (Pasolong, 2010). Maksudnya adalah manajemen
strategik sangat penting bagi organisasi karena manajemen strategik
memnbantu organisasi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi organisasi terutama mengenai lingkungan eksternal maupun
internal agar cita-cita awal organisasi mampu berjalan dengan mulus
hingga tujuannya tercapai.
Menurut Nut & Backhoff (Pasolong 2010) memberikan alasan
mengapa manajemen strategik sangat pentimg bagi organisasi publik,
yaitu: (a) suatu organisasi yang baru didirikan atau yang sedang
bertumbuh. Perlu memikirkan kemana ia hendak pergi dan sasaran apa
yang perlu diberikan perhatian dilakukan karena tidak mungkin
34
organisasi tersebut akan tetap seperti sedia kala. (b) Kebutuhan untuk
mempertahankan stabilitas pembiayaan. Apabila dana yang ada pada
organisasi telh berkurang bahkan habis, maka diperlukan strategi
untuk memperoleh sumber dana baru untuk mempertahankan
organisasi. (c) Keinginan untuk mengembangkan pelayanan. Pada
dasarnya, pemerintah awalnya memberikan pelayanan apa adanya
namun karena perkembangan sumberdaya yang ada maka timbul
keinginan untuk mengembangkan pelayanan dan mestilah diperlukan
strategi untuk mengembangkannya. (d) Perluasan Peranan dan
desakan pelanggan. Seringkali masyarakat mendesak kepada
pemerintah untuk memperluas peranannya untuk mencukupi
kebutuhan mendesak masyarakat. (e) Perubahan kepemimpinan.
Seiring dengn pergantian pemimpin maka pejabatpun akan terganti
sehingga diperlukan strategi untuk menyusun visi baru untuk terus
mengembangkan organisasi dan mempertahankan eksistensi
organisasi. (f) Tuntutan yudiris dalam perencanaan. Perubahan
prosedur harus dilakukan apabila kondisi-kondisi yang dihadapi
organisasi menjadi mendesak untuk menggantinya. (g) Tuntutan dan
integrase. Integrase sangat dibutuhkan dalam organisasi karena
integrase akan mempermudah perjalanan misi agar dapat sampai pada
tujuannya sehingga dibutuhkan strategi untuk mempertahankannya.
(h) Koordinasi tindakan. Untuk memperoleh koordinasi yang baik
dalam organisasi diperlukan strategi untuk menstabilkan koordinasi.
35
(i) Ancaman politik. Seringkali para eksekutif menginginkan jalannya
organisasi pemerintah sesuai dengan keputusan politik yang berlaku
sehingga dibutuhkan strategi untuk menyesuaikan antara kebijakan
politik dengan organisasi. Dapat disimpulkan bahwa menurut Nut &
Backhoff manajemen strategik mampu menjawab segala aspek
kebutuhan dan masalah organisasi atas masalah-masalah lingkungan
baik internal dan eksternal serta mengembangkan organisasi lebih baik
dari sebelumnya.
Sedangkan menurut Y00 & Digman dalam Salusu (Pasolong,
2010) menyimpulkan bahwa manfaat dari penggunaan manajemen
strategik antara lain: (a) Mampu memberikan petunjuk bagaimana
mengantisipasi masalah-masalah dan peluang dimasa mendatang. (b)
memungkinkan para pegawai memahami tujuan dan sasaran
organisasi secara jelas sehingga mereka mengetahui arah perjalanan
organisasinya. (c) meningkatkan kepuasan dan motivasi pegawai. (d)
menyediakan informasi kepada pengambil keputusan tepat pada
waktunya, dan (e) bisa menghemat biaya. Dapat disimpulka bahwa
menurut Y00 & Digman manajemen strategik tidak hanya berbicar
tentang bagaimana strategi memenangkan organisasi menghadapi
masalah eksternal organisasi tetapi juga mampu menyelesaikan
masalah dan kebutuhan internal organisasi terutama yang
berhubungan dengan pegawai. Manajemen strategi juga mampu
36
membawa pegawai untuk mencapai tujuan organisasi dengan
meningkatkan kepuasan dan motivasi kerjanya didalam organisasi.
8. Pasar Aman Kota Makassar
Pasar Aman adalah pasar percontohan yang diintervensi oleh
Badan POM, dimana secara periodik dilakukan pengawasan terhadap
pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya dan dalam periode
pengawasan terakhir tidak ditemukan adanya penyalahgunaan bahan
berbahaya dalam pangan. Strategi pasar aman dari bahan berbahaya
dilakukan dengan beberapa kegiatan seperti:
a. Pelatihan, pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas pengawasan pasar,
fasilitator, petugas di Balai Besar/Badan Pom.
b. Pengawasan, melakukan identifikasi pasar dan pendataan
pedagang, pengambilan contoh dan pengujian, monitoring
dan evaluasi, serta tindak lanjut.
c. Advokasi, menggalang dukungan/komitmen pemerintah
daerah dan stakeholder lainnya, kampanye dan lobi.
d. Monitoring dan evaluasi program, pemantauan dan
evaluasi program dan kegiatan.
e. Replikasi pasar, penambahan pasar-pasar intervensi oleh
pemerintah daerah, swasta, dan stakeholder.
f. Alih kelolah pasar, memastikan keberlanjutan pasar yang
telah diintervensi (Puspaman.Pom.go.id).
37
Kriteria dari Pasar Aman menurut Keputusan Menteri
Kesehatan No. 519/Menkes/SK/VI/2008 dalam Pedoman
Imolementasi Program Pasar Aman Dari Bahan Berbahaya
(Pom.go.id) yaitu:
a. Tersedia infrastruktur yang memenuhi persyaratan
kesehatan;
b. Pengelolaan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan
berkesinambungan;
c. Perilaku pedagang, pengelola, pekerja, pengunjung dan
komunitas lainnya untuk hidup bersih, sehat dan higienis.
Adapun pasar yang menjadi pasar Percontohan Pasar aman di
Kota Makassar menurut BBPOM Kota Makassar adalah Pasar Pasar
Sentral, Pa’Baeng-Baeng (Pom.go.id).
C. Kerangka Pikir
Penelitian ini dilakukan di Kantor Balai Besar Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Kota Makassar untuk mengetahui strategi untuk menciptakan
pasar aman di Kota Makassar dikarenakan banyaknya produk obat, makanan
dan kosmetik yang beredar di Makassar yang tidak memenuhi standar BPOM
dan cenderung berbahaya. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk menilai
sejauh mana strategi program telah diiimplementasikan sekaligus untuk
mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi program ini.
Penelitian tentang bagaimana Strategi Badan Pengawasan Obat dan
Makanan menciptakan pasar aman di Kota Makassar ini akan dianalisis
38
berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh Salusu (2015) yang
mengemukakan bahwa Strategi adalah pengangkatan direktur program; siapa
direktur program itu; analogi dengan arsitek; penyempurnaan struktur
organisasi; sentralisasi-desentralisasi; spesifikasi pekerjaan; rencana,
Program, dan anggaran; uraian tugas; rutinisasi pekerjaan; reaksi terhadap
penyempurnaan struktur. Namun pada pada penelitian ini hanya digunakan
beberapa indikator seperti Pengangkatan Direktur Program; sentralisasi-
desentralisasi; spesifikasi pekerjaan; rencana, Program dan anggaran; uraian
tugas. Indikator ini dipilih sebagai tolak ukur penelitian karena melihat
indikator-indikator tersebut cocok pada masalah penelitian yang ada.
39
Strategi Pengelolaan Pasar Aman Di Balai
Besar Pengawasan Obat Dan Makanan
Kota Makassar
Strategi menurut Salusu
(2015) Skenario
Implementasi Strategi:
a. Siapa Direktur
Program?
b. Sentralisasi-
Desentralisasi
c. Spesifikasi
Pekerjaan
d. Rencana, Program
dan anggaran
e. Uraian Tugas
f. Rutinitas
Pekerjaan
Faktor
Pendukung Faktor
Penghambat
Terwujudnya Pasar Aman
di Kota Makassar
40
D. Fokus Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir diatas maka fokus penelitian ini berangkat
dari latar belakang masalah yang dirumuskan dalam rumusan masalah dan
dikaji berdasarkan teori dan tinjauan pustaka. Fokus penelitian ini akan
berdasarkan rumusan masalah dimana melihat strategi pengelolaan Pasar
Aman di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Kota Makassar. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori dari Salusu (2015) yang
mengatakan bahwa skenario dari Implementasi Strategi ada beberapa
indikator yaitu: (1) siapa Direktur Program, (2) sentralisasi-desentralisasi, (3)
spesifikasi pekerjaan, (4) rencana, Program, dan anggaran, (5) uraian tugas,
dan (6) rutinisasi pekerjaan.
E. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Siapa Direktur Program?
Indikator ini berkaitan dengan latar belakang direktur program, proses
pelantikannya, fungsi dan tugasnya, dan riwayat pendidikan serta riwayat
pelatihannya.
2. Sentralisasi-Desentralisasi
Sentralisasi-Desentralisasi berkaitan dengan sistem yang digunakan dalam
program pasar aman berkaitan dengan sentralisasi struktural dan
desentralisasi stuktural.
3. Spesifikasi Pekerjaan
Spesifikasi pekerjaan berkaitan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi
bagi setiap jenis pekerjaan dalam program pasar aman di Kota Makassar.
41
4. Rencana kegiatan dan Anggaran
Rencana kegiatan dan anggaran berkaitan dengan seluruh kegiatan yang
akan dilaksanakan dan jumlah anggaran serta pengelolaan dana yang
dilakukan oleh fasilitator dalam pelaksanaan program pasar aman
5. Uraian Tugas
Uraian tugas berkaitan dengan seluruh tugas-tugas yang ada pada satuan
unit kerja program Pasar Aman di Kota Makassar.
6. Rutinisasi Pekerjaan
Rutinitas pekerjaan berkaitan dengan rangkaian pekerjaan yang
dilaksanakan dalam program pasar aman yang diselenggarakan secara
berurutan selama 1 tahun.
7. Faktor penghambat yang dapat mempengaruhi pelaksanaan strategi
BBPOM dalam menciptakan Pasar Aman di Kota Makassar
8. Faktor pendukung yang dapat mempengaruhi pelaksanaan strategi
BBPOM dalam menciptakan pasar aman di Kota Makassar.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan pada penelitian ini kurang lebih
selama 2 (dua) bulan dimulai sejak dikeluarkannya surat izin penelitian dari
Kantor Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu Sulawesi
Selatan pada tanggal 16 April 2020 hingga tanggal 16 Juni 2020. Lokasi
penelitian berada di Kantor Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Kota
Makassar yang berlokasi di Jalan Baji Minasa nomor 2, Tamarunang,
Kecamatan Mariso, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Lokasi ini dipilih karena sesuai dengan isu yang diambil mengenai
strategi menciptakan pasar aman di Kota Makassar karena Badan Pengawasan
Obat dan Makanan Kota Makassar menjadi Inisiator dari terlaksananya
strategi program ini, selain pada kantor Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan kota Makassar lokasi yang diambil selanjutnya adalah Pasar
pa’baeng-baeng yang merupakan pasar percontohan pasar aman di Kota
Makassar.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dimana data diperoleh dari proses observasi, wawancara dengan
seluruh informan yang telah ditentukan, dan hasil dari dokumentasi atau
pengumpulan arsip dan gambar. Setelah seluruh data diperoleh tahap
43
selanjutnya peneliti mendeskripsikan secara utuh dan mendalami data yang
didapatkan berupa fakta atau keterangan-keterangan dan kelemahan atau
kekurangan dari objek yang diteliti.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yamg digunakan dalam penelitian ini merupakan tipe
penelitian deskriptif yaitu peneliti memberikan gambaran, penejelasan
yang tepat secara objektif mengenai masalah yang diteliti,
mengenditifikasi dan menjelaskan data secara sistematis.
C. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini berdasarkan pendapat dari Sugiyono (2017)
terdiri dari dua sumber yaitu data Primer dan data Sekunder, penjelasannya
sebagai berikut:
1. Data primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data empiris yang
diperoleh dari infroman berdasarkan hasil wawancara. Jenis data yang
diperoleh adalah mengenai strategi pengelolaan pasar aman di Balai besar
pengawasan obat dan makanan Kota Makassar.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti dari laporan-laporan
atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis yang digunakan
dalam penelitian. Adapun laporan atau dokumen yang dikumpulkan
peneliti adalah data kepegawaian, panduan pelaksanaan pasar aman, dan
laporan-laporan terkait pelaksanaan pasar aman di Kota Makassar.
44
D. Informan Penelitian
Informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari
Strategi pasar aman dari bahan berbahaya di Kantor Balai Besar Pengawasan
Obat dan Makanan Kota Makassar dan Pasar pa’baeng-baeng yang berkaitan
langsung dalam penelitian ini. Adapun informan dalam penelitian ini, terdiri
dari
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No INFORMAN Inisial JABATAN/STATUS
1 Dra. Atma Mansaruna,
Apt
AM Koordinator Program Pasar
Aman
2 Dra. Adila Pababari, Apt AP Pelaksana Program Pasar
Aman
3 Andi Dewi Hastuti Anti,
S.Si
AD Fasilitator Program Pasar
Aman
4 Hasniah HS Pedagang pasar pa’baeng-
baeng
5 Linny LN Pedagang Pasar pa’baeng-
baeng
Dilihat dari tabel 3.1 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ibu Atma Mansaruna (AM) merupakan pegawai Balai POM
(Pengawasan Obat dan Makanan) Kota Makassar yang mana
berperan sebagai koordinator dalam Pasar Aman, melaksanakan
proses monitoring dan evaluasi kepada Fasilitator dan dianggap
memiliki informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
45
2. Ibu Adila Pababari (AP) merupakan pegawai Balai POM
(Pengawasan Obat dan Makanan) Kota Makassar yang mana
berperan sebagai pelaksana dalam Pasar Aman, melaksanakan
kegiatan pasar aman bersama fasilitator pada agenda-agenda pasar
tertentu, dan dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan
penelitian ini.
3. Ibu Andi Dewi (AD) merupakan staf pasar pabaeng-baeng Kota
Makassar yang mana berperan sebagai Fasilitator dalam Pasar
Aman, melaksanakan kegiatan pasar aman, melaksanakan
kegaiatan pengujian dan pengawasam kepada pedagang pasar
pabaeng-baeng, dan dianggap memiliki informasi yang berkaitan
dengan penelitian ini.
4. Ibu Hasniah (HS) merupakan pedagang pasar pabaeng-baeng Kota
Makassar dan dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan
penelitian ini.
5. Linny (LN) merupakan pedagang pasar pabaeng-baeng Kota
Makassar dan dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan
penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yaitu:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran
mengenai pelaksanaan program pasar aman di Kota Makassar,
46
maka peneliti melakukan observasi. Dimana peneliti mengamati
secara langsung lokasi penelitian yaitu Balai besar pengawasan
obat dan makanan Kota Makassar guna memperoleh informasi
tentang strategi pengelolaan pasar aman di kantor Balai besar
pengawasan obat dan makanan Kota Makassar.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara dilakukan dengan mewawancarai secara
langsung informan yang telah ditentukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling yaitu informan memiliki pemahaman
terkait masalah yang diteliti di Balai besar pengawasan obat dan
makanan Kota Makassar melakukan wawancara mendalam
kepada informan yang menjadi objek penelitian.
3. Studi Dokumen
Studi dokumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mengambil data yang diperlukan dalam penelitian seperti buku,
laporan, panduan, gambar atau foto, dan peraturan dari tempat
penelitian maupun website resmi Balai POM (Pengawasan Obat
dan Makanan) dan Pasar Aman.
F. Teknik Analisis Data
Proses analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
teknik kualitatif interaktif yaitu:
1. Reduksi data
47
Reduksi data dalam penelitian ini yaitu melakukan pemilihan data-
data yang perlu atau tidak perlu dimasukkan dalam penelitian ini
dalam artian merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting saja.
2. Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian ini yaitu menguraikan data secara
singkat dalam bentuk narasi yang manah memberikan penyajian
data dalam bentuk tabel, gambar, dengan demikian peneliti dapat
mengusai data
3. Penarikan kesimpulan
Selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dari verifikasi.
Kesimpulan awal dipaparkan bersifat sementara serta bisa
berubah apabila tidak adanya bukti yang kuat pada tahap
pengumpuan data berikutnya. Tetapi pada kesimpulan yang
dipaparkan ditahap awal didukung oleh bukti yang valid saat
peneliti berada di lapangan pengumpulan data maka kesimpulan
yang dipaparkan merupakan kesimpulan yang kreadibel.
Gambar 3.1
Proses Teknik Analisis Data
Sumber: Sugiyono, 2017
Pengumpulan
data
Reduksi data
Penarikan
kesimpulan
Penyajian data
48
G. Pengabsahan Data
Proses pengabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
triangulasi. Triangulasi yaitu sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data
penelitian dengan cara membanding-bandingkan antar sumber, teori, maupun
metode/teknik penelitian ada tiga, yaitu: 1) triangulasi sumber, (2)
Triangulasi data, dan (3) Triangulasi waktu.
1. Triangulasi sumber yang dilakukan yaitu mengecek kembali data-
data yang telah dikumpulkan dari beberapa sumber. Kegiatan yang
dilakukan adalah membadingkan hasil wawancara isi dokumen.
2. Triangulasi teknik yang dilakukan peneliti adalah mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda kegiatan
yang dilakukan ketika teknik kredibilitas data menghasilkan data
yang berbeda maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut
kepada sumber data yang bersangkutan karena sudut pandangnya
yang berbeda-beda.
3. Triangulasi waktu yaitu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
mengecek kembali data yang diperoleh diberbagai waktu. Misalnya
data yang diperoleh dipagi hari pada wawancara akan berbeda
hasilnya ketika dilakukan disiang hari atau disore hari..
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Gambaran Umum Kota Makassar
Makassar terletak di pesisir barat Provinsi Sulawesi Selatan pada
koordinat 119°18’30.18” sampai 119°32’ 31.03” BT dan 5°00’30.18”
sampai 5°14’ 6.49” LS, dengan batas wilayah sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Gowa, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Pangkep, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan sebelah
Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Wilayah Kota Makassar
mempunyai garis pantai sepanjang 20 km yang memanjang dari selatan ke
utara, memiliki topografi yang relatif datar dengan ketinggian tanah antara
0 - 25 m. Saat ini Kota Makassar dijadikan sebagai inti pengembangan
kawasan terpadu Mamminasata.
Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih
175.77 Km2 daratan dan termasuk 11 (sebelas) pulau di selat Makassar
ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km². Secara administrasi
Kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan dengan 153 kelurahan. Di
antara 15 kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan
dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso, Kecamatan
Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan
51
Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya. Batas-batas administrasi Kota
Makassar adalah:
a. Batas Utara: Kabupaten Maros
b. Batas Timur: Kabupaten Maros
c. Batas Selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar
d. Batas Barat: Selat Makassar
2. Kantor Balai POM Kota Makassar
a. Visi Dan Misi Balai Pom Kota Makassar
(1) Visi Badan Pom
Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
dan Daya Saing Bangsa
2) Misi Badan Pom
a) Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan
berbasis risiko untuk melindungi masyarakat;
b) Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan
jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat
kemitraan dengan pemangku kepentingan;
c) Meningkatkan kapasitas kelembagaan Badan Pengawas
Obat dan Makanan .
b. Tujuan Balai Besar POM Kota Makassar
Adapun tujuan Balai Besar POM di Kota Makassar adalah
sebagai berikut:
52
1) Terwujudnya Obat dan Makanan yang aman dan bermutu di
Provinsi Sulawesi Selatan.
2) Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha dan kesadaran
masyarakat terhadap keamanan, manfaat dan mutu Obat dan
Makanan di wilayah kerja BBPOM di Makassar.
3) Meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap Obat dan
Makanan aman di wilayah kerja BBPOM di Makassar.
4) Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan
berbasis risiko di Provinsi Sulawesi Selatan.
5) Meningkatnya efektivitas penyidikan tindak pidana Obat dan
Makanan di wilayah kerja BBPOM di Makassar.
6) Terwujudnya RB BBPOM di Makassar.
c. Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini,
dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam
melaksanakan tugas. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh
kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota
organisasi dalam berkarsa dan berkarya.
Nilai-nilai luhur yang diimplementasikan pada Balai Besar POM
di Makassar adalah :
1) Profesional, Menegakkan profesionalisme dengan
integritas, objektivitas, ketekunan, komitmen yang tinggi.
53
2) Integritas, Konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilainilai luhur dan
keyakinan.
3) Kredibilitas, Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat
luas, nasional, dan internasional.
4) Kerjasama Tim, Mengutamakan keterbukaan, saling
percaya, dan komunikasi yang baik.
5) Inovatif, Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-
inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan kemajuan teknologi terkini.
6) Responsif/Cepat Tanggap Antisipatif dan responsive
dalam mengatasi masalah.
d. Tugas Pokok dan Fungsi Balai POM Kota Makassar
Tabel 4.1
Tugas Dan Fungsi Balai POM
Peraturan Kepala Badan Pom Ri Nomor 14 Tahun 2014
Tugas Pokok Balai
POM
Fungsi Balai POM
Melaksanakan
kebijakan teknis
operasional di bidang
pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(1) Penyusunan rencana dan program di
bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
(2) Pelaksanaan pemeriksaan
sarana/fasilitas produksi Obat dan
Makanan;
(3) Pelaksanaan pemeriksaan
sarana/fasilitas distribusi Obat dan
Makanan dan/atau sarana/fasilitas
54
S
umber: Puspaman. go.id
e. Kegiatan Utama dan Kegiatan Priorita Balai Pom Kota Makassar
Tabel 4.2
Kegiatan Rutin dan Prioritas Balai Besar POM Makassar
pelayanan kefarmasian;
(4) Pelaksanaan sertifikasi produk dan
sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi Obat dan Makanan;
(5) Pelaksanaan pengambilan contoh
(sampling) Obat dan Makanan;
(6) Pelaksanaan pengujian Obat dan
Makanan;
(7) Pelaksanaan intelijen dan penyidikan
terhadap pelanggaran ketentuan
peraturan perundang-undangan di
bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
(8) Pengelolaan komunikasi, informasi,
edukasi, dan pengaduan masyarakat
di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
(9) Pelaksanaan koordinasi dan kerja
sama di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
(10) Pelaksanaan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang.
Kegiatan Rutin Balai Besar
POM Makassar
Kegiatan Prioritas Balai Besar
POM Makassar
1) Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE) Obat dan
Makanan aman
2) Desa pangan aman
3) Pasar yang diintervensi
menjadi pasar aman dari
bahan berbahaya
1) Perkara di bidang Penyidikan
Obat dan Makanan
2) Sampel makanan yang diuji
dengan parameter kritis
3) Sampel obat, obat bahan
alam, kosmetik dan
55
4) Perkara di bidang
Penyidikan Obat dan
Makanan
5) Penguatan fungsi regulatori
pengawasan obat dan
makanan di negara selatan-
selatan
6) Layanan TIK terintegrasi
pengawasan Obat dan
Makanan
7) Sampel makanan yang diuji
dengan parameter kritis
8) Pasar aman di destinasi
wisata Prioritas Nasional
9) Pencegahan tindak pidana di
bidang obat dan makanan
10) Industri pangan olahan yang
menerapkan program
manajemen risiko 11.
Pembinaan implementasi
keamanan Pangan Jajanan
Anak Sekolah (PJAS) di
Provinsi
11) Pengawasan produk pangan
fortifikasi
12) Usaha pangan (Usaha Mikro
Kecil dan
Menengah/UMKM) yang
diintervensi keamanan
pangan
13) Sampel obat, obat bahan
suplemen kesehatan yang
diuji dengan parameter kritis
4) Penyediaan alat
laboratorium
5) Penguatan kelembagaan
pengawasan obat dan
makanan di Kabupaten/Kota
6) 6. Sekolah yang diintervensi
keamanan Pangan Jajanan
Anak Sekolah (PJAS)
56
S
umber: Puspaman. go. id
f. Stuktur Organisasi Balai Pom Kota Makasar
Stuktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/ Balai POM disusun
berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Dan mengalami perubahan
dengan adanya Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018. Adapun
struktur organisasi Balai Besar POM Kota Makassar Adalah:
1) Bidang Pengujian
Bidang Pengujian mempunyai tugasmelaksanakan
kebijakan operasional di bidang pengujian kimia dan
alam, kosmetik dan
suplemen kesehatan yang
diuji dengan parameter kritis
14) Penyediaan alat
laboratorium
15) Penguatan kelembagaan
pengawasan obat dan
makanan di Kabupaten/Kota
16) Pengawasan sarana
distribusi obat dan sarana
pelayanan kefarmasian
(saryanfar)
17) Sekolah yang diintervensi
keamanan Pangan Jajanan
Anak Sekolah (PJAS)
57
mikrobiologi Obat dan Makanan. Bidang Pengujian terdiri
atas:
a) Seksi Pengujian Kimia Seksi Pengujian Kimia
mempunyai tugas melakukan pengujian kimia
Obat dan Makanan.
b) Seksi Pengujian Mikrobiologi Seksi Pengujian
Mikrobiologi mempunyai tugas melakukan
pengujian mikrobiologi Obat dan Makanan.
c) Kelompok Jabatan Fungsional
Dalam melaksanakan tugas Bidang Pengujian
menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a) Penyusunan rencana dan program dibidang
pengujian kimia dan mikrobiologi Obat dan
Makanan;
b) Pelaksanaan pengujian kimia dan mikrobiologi
Obat dan Makanan;
c) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
di bidang pengujian kimia dan mikrobiologi Obat
dan Makanan.
2) Bidang Pemeriksaan
Bidang Pemeriksaan mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan operasional di bidang inspeksi dan sertifikasi
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan
58
Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta
sertifikasi dan pengambilan contoh (sampling) produk Obat
dan Makanan. Bidang Pemeriksaan terdiri atas:
a) Seksi Inspeksi; Seksi Inspeksi mempunyai tugas
melakukan inspeksi sarana/fasilitas produksi
dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitaspelayanan kefarmasian, serta
pengambilan contoh (sampling) produk Obatdan
Makanan.
b) Seksi Sertifikasi; Seksi Sertifikasi mempunyai tugas
melakukan sertifikasi sarana/fasilitas produksi
dan/atau distribusidan produk Obat dan Makanan.
c) Kelompok Jabatan Fungsional
Dalam melaksanakan tugas Bidang Pemeriksaan
menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a) Penyusunan rencana dan program dibidang inspeksi
dan sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi Obat dan Makanan dan sarana/fasilitas
pelayanan kefarmasian, sertasertifikasi dan
pengambilan contoh (sampling) produk Obat dan
Makanan;
59
b) Pelaksanaan inspeksi sarana/fasilitas produksi
dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian;
c) Pelaksanaan sertifikasi sarana/fasilitas produksi
dan/atau distribusi dan produk Obat dan Makanan;
d) Pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat
dan Makanan;
e) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang inspeksi dan sertifikasi sarana/fasilitas
produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta
sertifikasi dan pengambilan contoh (sampling)
produk Obat dan Makanan.
3) Bidang Penindakan
Bidang Penindakan mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan operasional dibidang penindakan terhadap
pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangandi
bidang pengawasan Obat dan Makanan.
Dalam melaksanakantugas Bidang Penindakan
menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a) Penyusunan rencana dan program dibidang intelijen
dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan
60
peraturan perundang-undangan dibidang
pengawasan Obat dan Makanan;
b) Pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap
pelanggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
c) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidangintelijendan penyidikanterhadap pelanggaran
ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan.
4) Bidang Informasi dan Komunikasi
Bidang Informasi dan Komunikasi mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan operasional di bidang pengelolaan
komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat
serta penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama dibidang
pengawasan Obat dan Makanan.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Informasidan
Komunikasi menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a) Penyusunan rencana dan program dibidang
pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pengaduan masyarakat di bidang pengawasan
Obat dan Makanan;
61
b) Pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan
pengaduan masyarakatdi bidang pengawasanObat
dan Makanan;
c) Penyiapan koordinasi pelaksanaan kerjasama
dibidang pengawasan Obat dan Makanan;
d) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
di bidang pengelolaan komunikasi, informasi,
edukasi dan pengaduan masyarakat di bidang
pengawasan Obat dan Makanan
5) Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi penyusunan rencana, program, dan anggaran,
pengelolaan keuangan dan barang milik negara,teknologi
informasi komunikasi, evaluasi dan pelaporan, urusan
kepegawaian, penjaminan mutu, tata laksana, kearsipan, tata
persuratan serta kerumah tanggaan. Bagian Tata Usaha terdiri
atas:
a) Sub bagian Program dan Evaluasi;
Sub bagian Program dan Evaluasi mempunyai
tugas melakukan penyusunan rencana, program,
anggaran, pengelolaan keuangan, penjaminan
mutu, tata laksana, serta pelaksanaan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kinerja.
62
b) Sub bagian Umum;
Sub bagian Umum mempunyai tugas melakukan
pengelolaan persuratan, kearsipan, kepegawaian,
teknologi informasi komunikasi, perlengkapan,
dan kerumahtanggaan.
c) Kelompok Jabatan Fungsional.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi,
sebagai berikut:
a) Penyusunan rencana, program, dan anggaran;
b) Pelaksanaan pengelolaan keuangan;
c) Pengelolaan persuratan dan kearsipan;
d) Pengelolaan penjaminan mutu dan tata laksana;
e) Pelaksanan urusan kepegawaian;
f) Pengelolaan teknologi informasi dan
komunikasi;
g) Pelaksanaan urusan perlengkapan dan kerumah
tanggaan;
h) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan kinerja.
63
Kep
ala
Bal
ai B
esar
PO
M M
akas
sa
Drs
. Ab
du
l Rah
im, A
pt.
, M.S
i.
Kep
ala
Sub
Pro
gram
dan
Eva
luas
i A
nd
i Am
ira
Nila
wat
i, S.
Si, A
pt,
M.H
MSM
Ke
pal
a B
agia
n T
ata
Usa
ha
Drs
. Ah
mad
Yan
i, A
pt K
epal
a Su
b B
agia
n U
mu
m
An
di P
alu
seri
, S.E
., M
.Kes
Kel
om
po
k Ja
bat
an F
un
gsio
nal
Kep
ala
Bid
ang
Pen
gajia
n
Drs
. Ham
ka H
asan
, Ap
t., M
.Kes
Kep
ala
Bid
ang
Pem
erik
san
aan
D
ra. M
adan
ia W
aris
, Ap
t
Kep
ala
Bid
ang
Pen
ind
akan
D
ra. S
riya
ni R
asyi
d, A
pt
Kep
ala
Bid
ang
Info
rmas
i dan
ko
mu
nik
asi
Dra
. Ern
i Arn
ida
Tio
pu
tera
, Ap
t., M
H
Kep
ala
Seks
i Ser
tifi
kasi
D
rs. M
uh
Rid
wan
, Ap
t
Kep
ala
Seks
i Pen
gujia
n M
ikro
bio
logi
A
tsu
ko A
l-A
min
i, S.
Si.,
M.S
i
Kep
ala
Seks
i In
spek
si
Dra
. Sar
ibu
lan
, Ap
t K
epal
a Se
ksi P
engu
jian
Kim
ia
Ais
yah
Giv
ani M
app
eaty
, S.S
i., A
pt
Kel
om
po
k Ja
bat
an F
un
gsio
nal
64
B. Hasil Penelitian
Program Pasar Aman dari bahan berbahaya merupakan Program
replikasi pasar yang mana dimaksudkan untuk menjamin mutu pangan yang
bebas dari bahan berbahaya seperti cemaran fisik (batu/kerikil, bagian
serangga, plastik, pecahan gelas, dll), kimia (bahan berbahaya, residu
pestisida, antibiotik, hormon pertumbuhan, dll) dan mikrobiologi (bakteri,
virus, protozoa, parasit, dll), Asam Borat, Boraks, Formalin (larutan
formaldehid), Paraformaldehid (serbuk dan tablet paraformaldehid), Kuning
Metanil (Methanil Yellow), Rhodamin B, Kuning Auramin, dan Pewarna
Merah Amaranth, dll yang mampu membahayakan kesehatan Masyarakat.
(Pedoman Pelaksanaan Program Pasar Aman, 2013).
Program ini merupakan Program BPOM (Badan Pengawasan Obat
dan Makanan) yang berskala Nasional yang dibentuk sejak tahun 2013 dan
pelaksanaannya di Kota Makassar dimulai Pada tahun 2014 dan merupakan
Program Nasional Pemerintah seperti hasil wawancara yang dilakukan
dengan Ibu AM sebagai berikut:
“Program pemerintah ini (Pasar Aman dari Bahan Berbahaya)
merupakan Program Nasional yang terbentuk pada tahun 2013 dan
dicanangkan di Badan Pom Kota Makassar pada tahun 2013 namun
terealisasi pada tahun 2014 kita mulai”(Ibu AM, 28 April 2020)
Adapun mekanisme dari Program Pasar aman ini adalah setiap
Provinsi diharapkan mengintervensi 4 Pasar yaitu 1 Pasar di Kota Madya
dan 3 Pasar yang berada di Kabupaten. Pasar aman dari bahan berbahaya
yang telah diintervensi oleh Balai Besar POM (Pengawasan obat dan
makanan) disetiap Provinsi akan menjadi Pasar Percontohan untuk setiap
65
Pemerintah Kota maupun Pemerintah Daerah dalam mengembangkan setiap
Pasar yang ada di Daerah Masing-Masing, selain itu program pasar aman
tidak hanya dilakukan di kota makassar, melainkan di beberapa kabupaten
yang ada di provinsi sulawesi selatan seperti di Pasar sentral kabupaten
Soppeng, Pasar sentral kabupaten Takalar, Pasar Karisa Kabupaten
Jeneponto dan Pasar sentral kabupaten Bantaeng. Seperti hasil wawancara
dengan Ibu AP, sebagai Berikut:
“Untuk Makassar 1 Pasar yaitu pasar Pa’Baeng-Baeng dan Tahun ini
rencana Pasar Maricaya. Tapi untuk Sulawesi selatan targetnya 4
pasar jadi 1 di Kota dan 3 di Kabupaten, seperti pasar sentral
Kabupaten Soppeng, Pasar Karisa Kabupaten Jeneponto” (Ibu AP,
20 April, 2020)
Balai Besar POM (Pengawasan obat dan makanan) Sulawesi Selatan
mengintervensi Pasar Pa’baeng-Baeng sebagai Pasar Percontohan Pasar
Aman dari bahan Berbahaya di Kota Makassar sejak 2017. Adapun dasar-
dasar yang harus dipenuhi oleh Pasar untuk diintervensi adalah (1)
persedian infrastruktur yang memenuhi persyaratan kesehatan, (2)
pengelolaan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan berkesinambungan,
dan (3) perilaku pedagang, pengelola, pekerja, pengunjung dan komunitas
lainnya untuk hidup bersih, sehat dan higienis. (Pedoman Implementasi
Pasar Aman, 2013)
Strategi Pasar Aman dari bahan berbahaya memiliki stuktur organisasi
tersendiri dalam pelaksanaannya yang tidak hanya melibatkan Balai POM
(Pengawasan obat dan makanan), namun juga melibatkan Pemerintahan
66
daerah dalam hal ini dinas yang membawahi mekanisme Pasar, sebagai
Berikut:
Gambar 4.1
Struktur Penyelenggara pasar Aman
Sumber: Pedoman Pelaksanaan Pasar Aman, 2013
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa Program
Penyelenggaraan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya harus dilaksanakan
secara terorganisir dengan pembagian pekerjaan yang jelas. Balai POM
(Pengawasan obat dan makanan) sebagai inisiator penyelenggara merupakan
lembaga yang mengupayakan terbentuknya organisasi ini sehingga program
dapat dilaksanakan secara terstruktur. Struktur organisasi yang diusulkan
sesuai dengan hasil pelatihan awal dan diskusi dengan stakeholder
(pemerintah daerah) disajikan pada Gambar 4.1. Garis lurus merupakan
garis komando dan garis putus merupakan garis koordinasi.
Garis Komando
- - -Garis koordinasi
PD PASAR KOTA
MAKASSAR
FASILITATOR/
MANAJER
PASAR
PENGELOLAH
PASAR
PENGELOLAH
PASAR PENGELOLAH
PASAR
BPOM RI
BBPOM/BPOM
67
Dalam penelitian ini, untuk menguraikan Strategi Pengelolaan Pasar
Aman di Balai Besar POM Kota Makassar terdapat beberapa indikator
yaitu:
a) Siapa Direktur Pasar Aman
b) Sentralisasi-Desentralisasi
c) Spesifikasi Pekerjaan
d) Rencana, Program dan Anggaran
e) Uraian Tugas
f) Rutinitas Pekerjaan
Adapun uraian hasil penelitian berdasarkan indikator tersebut,
sebagai berikut:
1. Siapa Direktur Pasar Aman?
Saat ini direktur Pasar Aman Kota Makassar dijabat bapak
Basdir.,SE. Beliau menggantikan direktur Pasar Aman Kota
Makassar sebelumnya yang dijabat oleh ibu nuryanti G liwang
dan proses pelantikan dilakukan oleh Pj Wali Kota Makassar
dihadiri oleh Perwakilan Balai Besar POM Kota Makassar,
Beliau mempunyai latar belakang pendidikan Sarjan Ekonomi
serta pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kota Makassar
Pada periode tahun 2014-2019, selain itu beberapa pelatihan
pernah diikuti oleh beliau, salah satunya beliau pernah
mengikuti pelatihan komputer bagi kepala pasar, pelatihan
68
english class for manager, new entry training program, basic
management program review 7 habit of higly effective people.
Adapun tugas pokok dan fungsi direktur pasar aman
sebagai berikut :
a. Tugas Pokok
Mengupayakan peningkatan pengawasan mutu pangan
agar aman dan terbebas dari bahan berbahaya di Pasar
melalui kegiatan-kegiatan serta usaha-usaha perencanaan,
pengembangan, pembangunan dan pemanfaatan segala
sumberdaya yang ada di pasar.
b. Fungsi
1) Perencanaan dalam rangka pengawasan mutu pangan.
2) Pemeliharaan dan pengawasan terhadap pasar.
3) Pengelolaan terhadap biaya jasa pengelolaan yang
berkenaan dengan pasar.
4) Pelaksanaan pembinaan terhadap para pedagang,
pelaku usaha dan masyarakat pengguna pasar.
Seperti hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu AM,
sebagai Berikut:
“kalau ketua pasar di Kota Makassar bukan direktur
program namanya tetapi Kepala PD pasar jadi beliau
yang mengatur seluruh kepala pasar. Jadi tugasnya
adalah bekerja sama dengan pemerintah untuk
mendukung program nasional bahwa pasar yang sudah
diintervensi nantinya akan menjadi pasar yang sehat dan
aman dari bahan berbahaya dan diharapkan membuat
69
replikasi pasar yang lain ditahun berikutnya” (Ibu AM,
25 Juli, 2020).
Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa Kelapa PD
memiliki tugas mengatur seluruh kepala pasar yang ada di
Kota Makassar termasuk pasar yang menjadi pasar
percontohan pasar aman yaitu pasar pabaeng-baeng. Tugasnya
adalah melakukan kerjasama dengan pemerintah Kota
Makassar untuk melaksanakan program pasar aman dari bahan
berbahaya.
Hubungan koordinasi antara Kepala PD dengan Balai
Besar POM Kota Makassar sebagai inisiator kegiatan Pasar
Aman yaitu dalam proses advokasi program Kepala PD
memberikan dukungan untuk menjalankan program kerja yang
akan dilaksanakan selama satu tahun. Hal ini sesuai dengan
hasil Wawancara dengan Ibu AM, yaitu :
“Jadi kami membutuhkan dukungan untuk menjalankan
program pasar dari bahan berbahaya ini dilakukan pada
saat advokasi dengan mengundang berbagai sektor dan
membicarakan beberapa tahapan program kerja yang
dilakukan dalam satu tahun dan anggarannya dibebankan
kepada Balai Besar POM Makassar” (Ibu AM 25 Juli,
2020).
2. Sentralisasi Desentralisasi
Program pasar aman merupakan program pegawasan
pangan dari bahan berbahaya dilaksanakan oleh Balai POM
70
(Pengawasan Obat dan Makanan) Kota Makassar. Sistem
sentralisasi structural yang digunakan dalam program ini yaitu:
a) Seluruh kegiatan program pasar aman dibiayai oleh
BPOM Pusat.
b) Setiap Kegiatanyang dilaksanakan dalam program
pasar aman dari bahan berbahaya merupakan kebijakan
BPOM pusat yang dituangkan dalam Pedoman
pelaksanaan pasar aman dari bahan berbahaya.
c) Seluruh stakeholder program pasar aman yaitu
koordinator, pelaksana dan fasilitator ditentukan dan
diawasi oleh BPOM Pusat.
d) Sarana dan prasarana yang digunakan dalam program
pasar aman diberikan oleh BPOM Pusat seperti alat
sampel dan uji,
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ibu AM,
sebagai berikut:
“Untuk programnya sendiri itu merupakan program
dari pusat, jadi sistemnya itu dari atas kebawah,
seluruh kegiatannya itu diatur dan diawasi oleh
pusat. Mulai dari penentuan Koordinator, Pelaksana,
Fasilitator sebagai stakeholder dari kegiatan ini
ditentukan oleh pusat jadi kami mengajukan
diri,dilatih dan diberikan tugas, serta pemberian kit
(alat sampel dan uji) hingga pendanaannya diberikan
oleh pusat” (Ibu AM, 28 April 2020).
Sedangkan sistem desentralisasi structural yang digunakan
dalam program ini yaitu:
71
a) Pelantikan Direktur Program dilakukan oleh
Pemerintah Daerah (Walikota) bersama Balai
POM masing-masing daerah.
b) Setiap deskripsi pekerjaan dan spesifikasi
pekerjaan merupakan hasil kebijakan Balai Besar
POM Kota Makassar dan Pemerintah Kota
Makassar dalam hal ini Pihak Pasar Pabaeng-
baeng.
c) Setiap rencana dan penganggaran dana dilakukan
oleh setiap unit kerja dalam program pasar.
3. Spesifikasi Pekerjaan
Program pasar aman di Kota Makassar melibatkan
beberapa jenis pekerjaan dalam pelaksanaannya. Setiap jenis
pekerjaan yang dilaksanakan oleh stakeholder memiliki
spesifikasi pekerjaan yang berbeda-beda. Adapun jenis
pekerjaan dalam implementasi strategi program pasar aman
diantaranya adalah Koordinator pasar aman, Pelaksana pasar
aman dan Fasilitator pasar aman, berikut ini adalah uraian
spesifikasi pekerjaan dari stakeholder pasar aman, yaitu
72
Tabel 4.3
Jabatan dan Spesifikasi Pekerjaan Program Pasar Aman
No Jabatan Spesifikasi Pekerjaan
1 Fasilitator
a. Merupakan delegasi dari
Pemerintah Daerah/Kota
b. Menguasai dasar-dasar teknik
Sampling dan pengujian
c. berkompetensi
d. Mengikuti Pelatihan Fasilitator
e. Merupakan Petugas komunitas
Pasar yang aktif bekerja hingga
usia 50 tahun.
2 Pelaksana
a. Merupakan Pegawai/Petugas aktif
BPOM/Balai POM
b. Telah melewati Pelatihan Petugas
Pasar Aman
c. Menguasai Teknik sampling dan
pengujian bahan
d. Menguasai Pedoman pelaksanaan
Pasar Aman dari bahan berbahaya
3 Koordinator
a. Merupakan Pegawai/Petugas aktif
BPOM/Balai POM
b. Memiliki kompetensi dalam
73
Program Pasar aman
c. Telah mengikuti Pelatihan
Koordinator tingkat Pusat
Sumber: Hasil Wawancara dengan seluruh Narasumber, 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa spesifikasi pekerjaan
dari fasilitator adalah calon fasilitator merupakan pegawai Pasar
setempat yang aktif dan direkomendasikan oleh Pemerintah
Daerah/Kota/Pasar Setempat, memiliki kompetensi dalam bidang
tersebut, menguasai teknik-teknik dasar sampling, aktif bekerja
hingga usia 50 tahun. Sesuai hasil wawancara oleh ibu AD sebagai
berikut:
“Intinya adalah tahu cara mengambil sampel, tahu cara
menguji, mengikuti bimtek (Pelatihan), saya
direkomendasikan oleh pimpinan, aktif bekerja hingga usia
50 tahun” (Hasil wawancara Ibu AD, 16 Juni 2020).
Spesifikasi pekerjaan untuk pelaksana Pasar Aman adalah
merupakan petugas/karyawan/pegawai dari BPOM atau Balai POM
(Pengawasan obat dan makanan) setempat, telah mengikuti
rangkaian pelatihan pelaksanaan pasar aman, menguasai teknik
sampling dan pengujian, menguasai materi dan pedoman
pelaksanaan pasar aman dari bahan berbahaya. Pelaksana pasar
aman harus menguasai pedoman dan teknik sampling dan
pengujian bahan pangan karena Para Pelaksana Pasar Aman ini
nantinya yang memberikan pelatihan kepada calon Fasilitator dan
74
aktif memonitori secara langsung kegiatan Fasilitator selama
bekerja di lapangan.
Spesifikasi pekerjaan untuk Koordinator Pasar Aman adalah
merupakan pegawai/petugas/karyawan dari BPOM yang masih
aktif, memiliki kompetensi dibidangnya, telah mengikuti
serangkaian pelatihan di Pusat. Hal ini sejalan dengan hasil
wawancara dengan Ibu AM, sebagai berikut:
“Job Koordinator adalah melakukan monitoring dan
mengevaluasi pasar yang telah diintervensi, dengan dua
tahap yaitu tahap 1 dibulan juni-juli, tahap kedua
September-oktober. Adapun syarat-syarat menjadi
Koordinator adalah pernah melakukan pelatihan dipusat
kemudian dianggap berkompeten di program tersebut,
orang tersebut ditunjuk sebagai penanggungjawab program
dengan nama jabatan PFM Madya, aktif berkegiatan di
Balai ataupun di Pusat” (Hasil Wawancara ibu AM, 28
April 2020).
Seluruh spesifikasi pekerjaan yang terdapat dalam kegiatan pasar
aman merupakan hasil keputusan ketua UPTD pasar dan Balai
Besar POM sebagai inisiator. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan ibu AM, sebagai berikut:
”Kalau spesifikasi pekerjaan itu merupakan hasil berunding ketua
UPTD Pasar Kota Makassar dengan kami di Balai Besar POM
Kota Makassar. Jadi kami duduk bersama dan menentukan apa
saja yang perlu menjadi spesifikasi pekerjaan dari program ini”
(Hasil Wawancara Ibu AM, 28 April 2020)
4. Rencana kegiatan dan Anggaran
Rencana, program dan anggaran pada implementasi strategi
pasar aman di Kota Makassar dirumuskan dan dikendalikan oleh
BPOM (Badan pengawasan obat dan makanan) pusat. Seluruh
kegiatan yang akan dilakukan oleh balai POM (Pengawasan obat dan
75
makanan) Kota Makassar merupakan keputusan pusat yang
dituangkan dalam buku panduan pelaksanaan pasar aman.
Adapun uraian dari tujuan, program dan kegiatan pasar aman
menurut panduan pelaksanaan pasar aman (2013), sebagai berikut:
Gambar 4.2
Tujuan dan kegiatan
Sumber: Pedoman Pelaksanan Pasar Aman, 2013
SDM, laboratorium, dana kegiatan, kerja sama antara Badan POM,
perguruan tinggi, Pemda dan pelaku usaha
goalsStrategi
Payung
Pasar Aman dari Bahan Berbahaya (terjaminnya keamanan pangan
pasar bagi masyarakat Indonesia)Strategi Parsial
1. Meningkatnya sinergi/ kerja sama BPOM dan Pemda dalam
mewujudkan pasar aman
2. Memperluas cakupan BPOM dalam melakukan pengawasan
keamanan pangan melalui pemberdayaan komunitas pasar
1. Pelatihan: modul pelatihan, roadmap (peta jalan) pelatihan, jumlah
tenaga yang dilatih
2. Pengawasan: jumlah pasar yang diintervensi, penurunan bahan
berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya
3. Advokasi: terbentuknya tim advokasi di daerah, tersusunnya
strategi advokasi dan waktu pelaksanaannya, pelaksanaan
pelatihan advokasi, terpilihnya bentuk kegiatan advokasi
1. Pelatihan (capacity building) untuk pengelola pasar, fasilitator,
pembina, manajer program di daerah)
2. Pengawasan keamanan pangan pasar
3. Advokasi
Impacts
Outcomes
Outputs
Inputs
76
Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa tujuan dari strategi
Pelaksanaan Pasar Aman adalah untuk menjamin setiap bahan
pangan yang beredar di Pasar terjamin mutu dan kualitasnya serta
terhindar dari bahan berbahaya. Untuk mencapai hal tersebut, maka
diperlukan kemandirian komunitas pasar untuk mengawasi
peredaran bahan berbahaya atau bahan pangan yang mengandung
bahan berbahaya.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai kemandirian
para komunitas pasar dalam mengawasi peredaran bahan berbahaya
maupun bahan makanan yang mengandung bahan berbahaya maka
diperlukan adanya hubungan kerjasama antara Pemerintahan
Daerah/Kota dengan Badan POM/Balai POM dalam pelaksanaan
pasar aman, serta memperluas cakupan Badan POM/Balai POM
dala melakukan pengawasan keamanan pasar melalui pemerdayaan
komunitas pasar.
Dalam rangka mencapai hubungan kerjasama yang baik
antara Pemerintah Daerah dan BPOM dan peningkatan pengawasan
yang dilakukan oleh BPOM, amaka diperlukan serangkaian
kegiatan yang dilakukan dalam proses pasar aman. Adapun bentuk
kegiatan dari pasar aman yaitu Pelatihan, Pengawasan dan
Advokasi. Adapun cakupan dari kegiatan yang dilakukan dalam
pelatihan adalah memberikan modul pelatihan kepada stakeholder
yang terlibat, memberikan petunjuk arah dalam melaksanakan
77
kegiatan, memperhitungkan dan menetapkan jumlah tenaga yang
dibtuhkan dalam pelaksanaan pasar aman.
Program yang diusung dalam pelaksanaan Pasar Aman ada
tiga katagori yang pertama adalah melakukan Pelatihan (capacity
building) untuk pengelola pasar, fasilitator, pembina, manajer
program di daerah, kedua Pengawasan keamanan pangan pasar.
Ketiga, BPOM/Balai POM melakukan advokasi kepada pemerintah
daerah serta dinas-dinas terkait dalam pelaksanaan Pasar aman
seperti Dinas Perdagangan, Dinas Kesehatan dan Dinas Ketahanan
Pangan.
Input yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pasar aman adalah
SDM yang terdiri atas Koordinator Pasar Aman, Pelaksana Pasar
Aman, Fasilitator, laboratorium, dana kegiatan, kerja sama antara
Badan POM, perguruan tinggi, Pemda dan pelaku usaha.
Anggaran dana pada Program pasar aman yang disediakan
oleh BPOM untuk empat Pasar sebanyak Rp. 300.000.000
pertahun. Hal ini berarti untuk membiayai satu pasar dana yang
disediakan BPOM sebanyak Rp. 75.000.000, dana ini sudah
termasuk dengan biaya yang dikeluarkan untuk seluruh rangkaian
kegiatan dimulai proses advokasi pemerintah daerah, biaya
pelatihan koordinator dan fasilitator, biaya penyediaan alat sampel
dan uji pangan, biaya kampanye dan sosialisasi dengan masyarakat
daerah hingga pemberian insentif seluruh stakeholder program
78
pasar aman. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bersama Ibu
AP, selaku Pelaksana Pasar aman, sebagai berikut:
“sekitar 300.000.000; dalam 1 tahun untuk 4 pasar di
Sulawesi Selatan kalau dihitung 75.000.000 untuk 1 pasar dan
dana itu sudah mencakup seluruh rangkaian kegiatan dimulai
kegiatan advokasi pemerintah daerah, dana untuk pelaksanaan
pelatihan, dana menyiapkan alat sampel dan uji sampai gaji
fasilitator, koordinator dan pelaksana yang terkait” (Hasil
wawancara Ibu AP, 20 April 2020).
Pada unit kerja fasilitator, kepala pasar pa’baeng-baeng
bersama staf menyusun rencana kegiatan dan anggaran sesuai
dengan kebutuhan yang ada di pasar pa’baeng-baeng lalu
dilaporkan direktur program hingga ke BPOM pusat. Rencana
kegiatan yang dilaksanakan seperti jadwal sapling dan pengujian.
Sistem pendanaannya adalah seluruh pengeluaran yang dikeluarkan
oleh Fasilitator dicatat dan dilaporkan kepada BPOM. Dana yang
dikeluarkan ini untuk membiayai alat uji/alat sampling yang
langsung diberikan dari pemerintah pusat dan sampel makanan dari
pedagang pasar yang dibeli oleh Fasilitator.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu AD,
sebagai berikut:
“Program yang kami lakukan dalam satu tahun disesuaikan
dengan keadaan pasar pabaeng-baeng, begitu pula
penganggarannya dimana kami melakukan kegiatan
sampling itu tidak mengambil cuma-cuma barang
pedangang tapi kami membelinya sesuai harga jual
sehingga penganggarannya itu secara ganti rugi jadi kami
membayar seluruh pengeluaran selama kegiatan pasar
aman dan nanti ketika kami melakukan evaluasi barulah
kami menyertakan sejumlah dana yang kami keluarkan
79
selama kegiatan pasar aman”(Hasil wawancara dengan Ibu
AD, 6 Juni 2020).
Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa pengelolaan
dana yang dilakukan dalam program pasar aman merupakan sistem
ganti rugi dimana dana awal yang digunakan merupakan dana
milik fasilitator yang nantinya akan dikembalikan bersama insentif
yang diberikan.
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Ibu AM,
sebagai berikut:
“Jadi kami langsung membagikan kit (alat Sampel dan
uji) yang langsung berasal dari pusat, jadi pembagian
pembagiannya dua tahap dari juni-juli untuk tahap
pertama, dan tahap kedua September-oktober. Jadi
disamping pembagian kit, kami memberikan uang ganti
rugi atas bahan yang mereka beli untuk menjadi sampel
untuk diuji. Jadi penganggarannya itu tergantung dari
berapa pengeluaran yang dikeluarkan oleh fasilitator”
(Hasil wawancara Ibu AM, 28 April 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bawa seluruh
anggaran yang dikeluarkan oleh fasilitator akan diberikan sesuai
dengan hasil laporan yang diberikan fasilitator. Adapun bukti dari
penganggaran dana dari kegiatan Pasar Aman yang pada tahun
2018 sebagai contoh penganggaran yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
80
Tabel 4.4
Bukti Penganggaran Dana Program Pasar Aman (2019)
Sumber: Laporan Pelaksanaan Pasar Aman, 2019
Dari tabel diatas dapat diketahui honor dari Fasilitator
sebanyak Rp.450.000; perbulan sehingga selama dua bulan
masing-masing sebanyak Rp.900.000; yang mana dipotong pajak
sebanyak Rp.27.000; perbulan sehingga dalam dua bulan sebanyak
Rp.54.000; hingga menjadi selama dua bulan bekerja honor yang
didapatkan sebanyak Rp.873.000; per dua bulan.
5. Uraian Tugas
Dalam Kegiatan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya, dtelah
diuraikan sebelumnya bahwa jenis pekerjaan yang ada yaitu,
Fasilitator Pasar Aman, Pelaksana Pasar Aman dan Koordinator
Pasar Aman, yang mana masing-masing tugasnya adalah sebagai
berikut:
N
o Nama Jabatan
G
o
l
Besarnya
Honor
(OB)
Jumla
h
bulan
Jumlah
honor
Pph
Ps.21
Jumlah
yang
dibayarka
n
T
T
D
1 Asdar Efendi Kepala
Pasar - 450.000 2
900.00
0 27.000 873.000
2 Andi Dewi Hastuti
Anti,S.SI
Staff
Pasar - 450.000 2
900.00
0 27.000 873.000
Jumlah 900.000 54.000 1.746.000
81
a) Fasilitator Pasar Aman
Fasilitator Pasar Aman bertugas untuk melakukan pengujian
kelayakan bahan pangan yang ada di Pasar, memberikan
edukasi kepada pedagang pasar tentang pentingnya pasar
aman dari bahan berbahaya, Pengambilan Sampling
makanan untuk diuji, melakukan Koordinasi dan pelaporan
kepada pelaksana dan koordinator Balai POM. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan Narasumber,
sebagai berikut:
“Kami sebagai fasilitator pasar Pa’baeng-baeng
mengupayakan pasar kami itu aman dari zat berbahaya,
kegiatan yang kami lakukan yaitu kelayakan bahan pangan
yang dijual dipasar, yang kedua edukasi terhadap
pedagang di pasar tentang pasar aman dari bahan
berbahaya, pengambilan sampling jika ada yang kami
curigai mengandung bahan berbahaya” (Hasil wawancara
dengan ibu AD, 21 Mei, 2020).
b) Pelaksana Pasar Aman
Pelaksana Pasar Aman bertugas dalam monitoring dan
koordinasi dengan Fasilitator selama kegiatan Pasar Aman
berjalan, ikut dalam rangkaian kegiatan pasar aman mulai
dari melakukan survey pasar, melaksanakan advokasi
dengan dengan Pemerintahan Kota/Daerah serta Dinas-
Dinas terkait, ikut serta dalam melaksanakan proses
pelatihan bersama Fasilitator Pasar Aman dan lain-lain.
82
c) Koordinator Pasar Aman
Koordinator Pasar Aman bertugas untuk melakukan
Monitoring dan Evaluasi terhadap laporan yang diberikan
oleh Fasilitator, ikut serta dalam kegiatan survey pasar, ikut
melaksanakan advokasi dengan Pemerintahan Kota/Daerah
serta Dinas-Dinas terkait, memberikan pelatihan kepada
Fasilitator cara melakukan sampling.
6. Rutinitas Pekerjaan
Tahapan dari rangkaian kegiatan Pasar Aman dari Bahan
Berbahaya Pedoman Pelaksanaan Pasar Aman tertulis dengan
jelas beberapa SOP ( Standard Operational Procedure) yang
harus dilakukan secara garis besar oleh seluruh stakeholder dari
kegiatan pasar aman adalah:
a. Melakukan advokasi kepada Pemerintah daerah
b. Identifikasi / survey pasar tradisional
c. melakukan pelatihan kepada calon fasilitator.
d. Melakukan Sosialisasi dan Kampanye kepada pedagang.
e. Pengambilan contoh (sampling) dan pengujian oleh
fasilitator;
f. Monitoring dan evaluasi; dan
g. Tindak lanjut.
Adapun uraian dari kegiatan diatas adalah
83
a. Melakukan advokasi
Kegiatan advokasi dalam rangka penyelenggaraan
pasar aman dari bahan berbahaya dapat dipahami sebagai
bentuk upaya BPOM/fasilitator melakukan pendekatan
kepada pejabat pemerintah daerah (DPRD,
Gubernur/Bupati/Walikota dan jajarannya) dengan cara
yang sistematis dan terorganisir untuk terlaksananya
program dan terwujudnya pasar aman dari bahan
berbahaya.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu
AM, selaku koordinator pasar aman, sebagai berikut:
“Pada saat kegitan advokasi kami mengundang berbagai
sektor, seperti: Bupati/Sekda, kepala dinas bapeda,
kepala dinas perdagangan dan perindustrian, kepala
dinas kesehatan, kepala UPTD pasar, kepala pasar yang
diintervensi pasarnya, kepala koprasi, ketua asosiasi
pasar, dan tentunya kepala Balai Besar POM Kota
Makassar” (Hasil wawancara dengan Ibu AM, 28 April
2020).
Advokasi, juga diartikan sebagai aksi strategis dan
terpadu yang dilakukan perorangan dan kelompok untuk
memasukkan suatu masalah (isu) keamanan pangan
(aman dari bahan berbahaya) kedalam agenda kebijakan,
mendorong para pembuat kebijakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut, dan membangun basis
dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Agar seorang fasilitator
mempunyai kemampuan melaksanakan kegiatan
84
advokasi, diperlukan suatu pelatihan advokasi selain
pelatihan sebagai fasilitator penyelenggaraan pasar aman
dari bahan berbahaya.
Kegiatan advokasi dalam rangka penyelenggaraan
pasar aman dari bahan berbahaya dilakukan oleh:
1) Badan POM.
2) Fasilitator (staf pemerintah daerah, staf
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
telah mendapatkan pelatihan program pasar
aman dari bahan berbahaya). (Panduan
Pelaksanaan Pasar Aman, 2013)
Adapun rangkaian pelaksanaan advokasi adalah
a) Penyusunan strategi Advokasi
b) Pelatihan Advokasi kepada Peserta Advokasi
c) Penyusunan Pesan-Pesan Advokasi
d) Pemilihan bentuk Kegiatan Advokasi.
(Panduan Pelaksanaan Pasar Aman, 2013)
Pada Point (d) dalam melaksanakan
Advokasi, terdapat beberapa bentuk kegiatan
advokasi penyelenggaraan pasar aman dari
bahan berbahaya yang dapat dilakukan yaitu:
85
(1) Lobi atau pendekatan
Advokasi ini merupakan kegiatan
pendekatan kepada pihak tertentu,
umumnya yang mempunyai
wewenang membuat keputusan
perubahan atau pembuat
aturanaturan. Lobi dapat dilakukan
ke pihak pemerintah setempat, wakil
rakyat, dan pihak lainnya.
(2) Kontak dengan media massa
Kegiatan ini memanfaatkan media
massa dengan mengundang koran,
televisi, radio, dan majalah untuk
meliput kegiatan advokasi. Ingat,
media massa harus secara optimal
dimanfaatkan. Jika kegiatan
advokasi sudah dimuat dikoran atau
di televisi, maka jutaan orang
menonton atau membaca kasus
advokasi itu. Dengan demikian,
advokasi menjadi terangkat secara
nasional dan mendapat dukungan
dari berbagai pihak di tempat lain.
86
(3) Sosialisasi dan Kampanye Kepada
Masyarakat
Sosialisasi dan Kampanye kepada
Masyarakat dilaksanakan setelah
seluruh proses pelatihan kepada
Fasilitator Pasar telah selesai
dilakukan.
Indikator kinerja dalam advokasi ini disebut sebagai
indikator kinerja proses pelaksanaan advokasi, sebagai
berikut:
1) Terbentuknya organisasi/tim
advokasi di daerah dengan
melakukan advokasi kepada
Pemerintah Daerah/Kota dan Dinas-
Dinas Terkait;
2) Tersusunnya strategi advokasi dan
waktu pelaksanaannya;
3) Pelaksanaan pelatihan advokasi;
4) Terpilihnya bentuk kegiatan
advokasi;
5) Pelaksanaan kegiatan advokasi
sesuai bentuk kegiatan yang terpilih.
87
(Pedoman Pelaksanaan Pasar
Aman, 2013).
b. Survei atau identifikasi Pasar.
Survey pasar adalah kegiatan meninjau pasar
guna untuk mendapatkan pasar yang cocok untuk
diintervensi. Tujuan dasar dari kegiatan survey pasar
adalah untuk Mengetahui apakah sebuah pasar yang
akan dipilih menjadi pasar yang akan diintervensi layak
dijadikan pasar percontohan oleh Pemerintah
Daerah/Kota dalam mengembangkan kualitas pasar dan
bahan pangan yang dijual dipasar.
Dalam rangka pelaksanaan Survei atau identifikasi
Pasar, maka diperlukan SOP dari pelaksanaan
identifikasi atau survey pasar. Adapun SOP identifikasi
pasar menurut pedoman pelaksanaan pasar aman
(2013), sebagai berikut:
1. Kegiatan identifikasi pasar tradisional
Kegiatan ini bertujuan untuk
menetapkan prioritas pasar tradisional
yang menjadi sasaran sebagai pasar
untuk pengendalian bahan berbahaya
menetapkan prioritas pasar tradisional
yang menjadi sasaran sebagai pasar
88
untuk pengendalian bahan berbahaya.
Pasar yang akan dikendalikan dari bahan
berbahaya adalah mereka yang
memenuhi aspek persyaratan yang
mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan No. 519/Menkes/SK/VI/2008
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar
Sehat yang meliputi: Lokasi pasar;
Kondisi fisik bangunan; Sanitasi air dan
bangunan; Perilaku hidup bersih dan
sehat; dan Fasilitas lain. (Pedoman
Pasar Aman, 2013). Adapun tahapan dari
pelaksanaan identifikasi pasar tradisional
adalah:
a) Persiapan identifikasi pasar, yaitu
mempersiapkan formulir
identifikasi pasar sasaran
pengendalian bahan berbahaya
dan koordinasi dengan pihak
terkait untuk melakukan
identifikasi pasar.
b) Pelaksanaan identifikasi pasar,
yaitu pengamatan terhadap
89
keseluruhan bangunan pasar
(bagian luar/lingkungan pasar
dan bagian dalam pasar) dan
keseluruhan area basah, area
kering, area pangan segar, area
pangan olahan di dalam pasar
tersebut.
c) Pelaporan hasil identifikasi pasar,
yaitu berupa formulir identifikasi
pasar yang telah diisi sesuai
dengan petunjuk pengisian dan
dapat disertai dengan
foto/dokumentasi.
2. Identifikasi pedagang dan inventarisasi
bahan berbahaya dan pangan yang
diduga mengandung bahan berbahaya
Kegiatan identifikasi pedagang
pasar dan inventarisasi bahan
berbahaya dan pangan yang diduga
mengandung bahan berbahaya
memiliki tujuan yaitu: pertama,
Melakukan pendataan identitas
pedagang di pasar yang diduga menjual
90
bahan berbahaya dan pangan yang
mengandung bahan berbahaya. Kedua
Inventarisasi produk yang dijual oleh
setiap pedagang pasar yang diduga
sebagai bahan berbahaya dan/atau
pangan yang mengandung bahan
berbahaya.
Rangkaian kegiatan dari
identifikasi pedagang pasar dan
inventarisasi bahan berbahaya dan
pangan yang diduga mengandung
bahan berbahaya adalah:
a) Kerja sama antara fasilitator atau
petugas yang berwenang dengan
Kepala/Pengelola/Pengawas/
Penanggungjawab Pasar dari
pasar yang menjadi target sebagai
pasar aman dari bahan berbahaya.
b) Pendataan pedagang pasar yang
diduga menjual bahan berbahaya
dan pangan yang mengandung
bahan berbahaya. Pendataan
dilakukan dengan mengisi
91
formulir pendataan untuk setiap
pedagang dimana cara
pendataannya dilakukan dengan
melakukan wawancara informal
dan pengamatan (observasi) yang
cermat terhadap produk-produk
yang dijual oleh pedagang
tersebut.
c) Pelaporan hasil pendataan
pedagang pasar. Pelaporan
berupa tabel rekapitulasi hasil
pendataan pedagang pasar dan
inventarisasi produk yang dijual.
Data hasil pelaporan ini sekaligus
bertujuan untuk menghitung
peluang risiko setiap pedagang
pasar, yakni nilai yang
menunjukkan seberapa besar
kemungkinan seorang pedagang
menjual bahan berbahaya dan
pangan yang diduga mengandung
bahan berbahaya. (Pedoman
Pelaksanaan pasar aman, 2013)
92
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ibu
AP, sebagai berikut:
“Sebelum di intervensi pasar tersebut kami pilih
melalui indikator yang pertama memiliki saluran
air yang bagus, yang kedua luas pasar sesuai
dengan jumlah toilet, yang ketiga adalah
kebersihan dari pasar tersebut kami karena kami
meyakini bahwa ketika pasar tersebut bersih
maka persediaan pangan pasar akan sesuai
dengan kebersihan pasar tersebut. Juga kami
memperhatikan jumlah slot dan jumlah pedagang
yang ada di pasar tersebut.” (Hasil Wawancara
dengan Ibu AP, 20 April 2020).
Dan juga pernyataan dari Ibu AM, sebagai Berikut:
“Sebelum menetapkan sebuah pasar untuk
diintervensi ada beberapa kriteria yang harus
pasar penuhi pertama, pasar tersebut setiap hari
ada (Buka), bisa saja ada pedagang yang
menjual bahan (dagangan) dengan bahan
berbahaya misalnya pada ikan, ayam yang dapat
dicurigai mengandung formalin, kemudian kedua
adalah tatanan (stan) dari pedagang apakah
pasar tersebut masih bergabung dengan
pemotongan ungggas apabila dia menjual ayam
(tidak steril) itu yang kami sampaikan harus
terpisah yang sudah mati siap dijual (Dagangan)
dengan yang masih hidup (belum dipotong). Dan
harus terpisah penjual sayur dengan penjual
sayur, penjual ikan dengan penjual ikan, ayam
dengan daging dan seterusnya sehingga tidak
bercampur dan harus serpisah, lalu ada
ketentuan bahwa yang menjual sayuran maka
dagangannya harus berjarak 3 meter dari atas
lantai atau tanah sehingga tetap steril” (Hasil
wawancara dengan ibu AM, 28 April 2020)
93
Dari hasil wawancara diatas maka penulis mampu
meyimpulkan bahwa dalam melaksanakan survey
pasar beberapa indikator yang perlu dimiliki oleh
pasar agar layak untuk diintervensi adalah
(1) Pasar buka setiap hari
(2) Pasar ramai pengunjung
(3) Pasar memiliki sanitasi air yang
baik
(4) Pasar bersih
(5) Pasar memiliki tatanan slot yang
baik dan terpisah sesuai jenis
dagangan
(6) Memiliki toilet layak
Survey Pasar dilakukan selama 1 (satu) bulan
untuk selanjutnya diajukan kepada pihak pemerintah
pusat untuk diputuskan apakah pasar yang telah
disurvey oleh Pelaksana Pasar Aman layak untuk
diintervensi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
yang dilakukan dengan Pelaksana Pasar aman sebagai
berikut:
“Kami melakukan survey itu selama 1 bulan,
jadi sistematisnya adalah kami mengajukan
beberapa pasar untuk diintervensi disebuah
daerah misalnya pada tahun 2018 kami
mengajukan pasar Lakessi Pare-Pare untuk
94
diintervensi dengan berbagai pertimbangan
(indikator yang telah disebutkan) lalu
mengajukannya ke Pusat” (Ibu AP, 20 April,
2020).
c. Pelatihan Kepada Fasilitator Pasar.
Kegiatan Pelatihan kepada Fasilitator pasar aman
merupakan kegiatan memberikan pengetahuan tentang
teknik dalam pengawasan Bahan Pangan dari Bahan
Berbahaya yang ada di Pasar. Pelatihan Program Pasar
Aman dari Bahan Berbahaya diperuntukkan bagi petugas
di Balai Besar/Balai POM sebagai pengawas keamanan
pangan pasar, dan fasilitator (pembina/ manajer/
penanggungjawab program di Kabupaten/ Kota).
Tujuan dari kegiatan pelatihan kepada Fasilitator
adalah Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
partisipasi pengawas pangan, fasilitator, petugas/
pengelolah/ pengawas/ penanggung jawab pasar dalam
mewujudkan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya
(Pedoman Pelaksanaan Pasar Aman, 2013).Adapun
rangkaian kegiatan pelatihan yang perlu diselenggarakan
dibagi menjadi 3 (tiga) kegiatan menurut Panduan
Pelaksanan Pasar Aman, 2013, Yaitu:
1) Pelatihan untuk petugas di Balai Besar/Balai
POM sebagai pengawas keamanan pangan
pasar;
95
2) Pelatihan untuk fasilitator (pembina
/manajer/ penanggungjawab program di
kabupaten/ kota);
3) Pelatihan untuk petugas/pengelola/pengawas/
penanggungjawab pasar.
Dalam prakteknya, program pelatihan
diawali dengan kegiatan pelatihan Program
Pasar Aman dari bahan berbahaya dirancang
selama 4 (empat) hari atau minimal 30 jam
yang terdiri dari penyampaian teori materi di
kelas dan praktek. Adapun contoh rancangan
dari pelatihan sebagai berikut:
Tabel 4.5
Kegiatan Pelatihan Fasilitator I
Hari
ke
Waktu/Jam
Pelaksanaan
Kegiatan
1
12.00-13.00 Registrasi dan Makan Siang
13.00-13.45 Pembukaan
13.45-15.15 Program Pasar Sehat di Indonesia
15.15-16.45
Program Penyelenggaraan Pasar
Aman dari Bahan Berbahaya
(Bahan acuan: Buku Pedoman
Implementasi Program Pasar
Aman dari Bahan Berbahaya)
16.45-17.00 Tanya Jawab
96
2
08.00-08.30 Registrasi
08.30-09.15 Pengetahuan Bahan Berbahaya
(Modul 1)
09.15-10.00
Identifikasi Pasar Tradisional
untuk Pengendalian Bahan
Berbahaya (Modul 2
10.00-10.30 Istirahat
10.30-12.00
Identifikasi Pedagang dan
Inventarisasi bahan Berbahaya
dan Pangan yang Diduga
Mengandung Bahan Berbahaya
(Modul 3)
12.00-13.00 Istirahat, Sholat, dan Makan
Siang
13.00-14.30
Pengambilan Contoh (Sampling)
untuk Pengujian Bahan
Berbahaya (Modul 4)
14.30-15.15
Pengujian Bahan Berbahaya dan
Pangan yang Diduga
Mengandung Bahan Berbahaya
(sekaligus demo pengujian)
(Modul 5)
15.15-15.45 Istirahat Sore
15.45-16.30 Monitoring dan Evaluasi (Modul
6)
3
07.00-08.00
Perjalanan ke pasar tradisional
yang akan dijadikan pasar contoh
untuk Praktek Lapangan
08.00-09.00 Identifikasi Pasar untuk
97
Pengendalian Bahan Berbahaya
(Mengisi Form P01 di dalam
Modul 2)
09.00-11.30
Identifikasi Pedagang dan
Inventarisasi Bahan Berbahaya
dan Pangan Diduga Mengandung
Bahan Berbahaya (Mengisi Form
P02 di dalam Modul 3)
11.30-12.00
Pembelian Contoh (Sampling)
untuk Pengujian Bahan
Berbahaya
12.00-14.00
Istirahat, Sholat dan Makan
Siang; Perjalanan Kembali ke
Lokasi Pelatihan
14.00-14.45
Diskusi antara Pengawas
Keamanan Pangan
Pasar/Fasilitator dengan
Pengelola Pasar
14.45-15.30
Praktek Pengujian Bahan
Berbahaya (Mengisi Form P04
dan Form P05 di dalam Modul 5)
15.30-15.45 Istirahat Sore
15.45-17.15 Diskusi Kelompok: Penyusunan
98
Laporan
4
08.00-08.30 Registrasi
08.30-10.00
Presentasi Kelompok dan Diskusi
Kelas
10.00-10.45 Ujian
10.45-11.00 Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan
11.00-11.30 Wrap-up dan Penutupan
11.30-13.00 Makan Siang
Sumber: Pedoman pelaksanaan Pasar Aman, 2013
Setelah selesai melakukan pelatihan program Pasar
Aman dari bahan berbahaya, selanjutnya Fasilitator menjalani
pelatihan pengujian bahan berbahaya dan pangan yang
diduga mengandung bahan berbahaya. pelatihan pengujian
bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan
berbahaya dalam rangka program pasar aman dari bahan
berbahaya diperuntukkan bagi Petugas/ Pengelola/ Pengawas/
Penanggungjawab pasar.
Program pelatihan dirancang selama setengah hari
yang terdiri dari penyampaian teori materi di kelas dan
praktek pengujian bahan berbahaya. Contoh rancangan
program pelatihan ini adalah sebagai berikut:
99
Tabel 4.6
Kegiatan Pelatihan Fasilitator II
Jam/Waktu
Pelaksanaan
Kegiatan
08.00-08.30 Registrasi
08.30-09.00 Pembukaan
09.00-09.45
Program Pasar Aman dari Bahan
Berbahaya (Bahan Acuan: Buku Pedoman
Implementasi Program Pasar Aman dari
Bahan Berbahaya)
09.45-.10.00 Istirahat
10.00-10.45
Pengetahuan Bahan Berbahaya (Juknis
Cara Identifikasi Bahan Berbahaya dan
Pangan yang Diduga Mengandung Bahan
Berbahaya (2013))
10.45-11.30
Pengujian Bahan Berbahaya dan Pangan
yang Diduga Mengandung Bahan
Berbahaya (termasuk cara pengambilan
contoh sederhana) (Juknis Cara Identifikasi
Bahan Berbahaya dan Pangan yang Diduga
Mengandung Bahan Berbahaya (2013))
11.30-12.30
Praktek Pengujian Bahan Berbahaya
(Boraks, Formalin, Kuning Metanil, dan
100
Rhodamin B) dengan Kit Pengujian Cepat
(Juknis Cara Identifikasi Bahan Berbahaya
dan Pangan yang Diduga Mengandung
Bahan Berbahaya (2013))
12.30-13.30 Makan Siang
Sumber: Pedoman Pelaksanaan Pasar Aman, 2013
d. Melakukan Sosialisasi dan Kampanye.
Kegiatan sosialisasi dan kampanye adalah kegiatan
serangkaian dari kegiatan Advokasi, dimana setelah
mengadvokasi Pemerintah Daerah/Kota, melakukan
serangkaian pelatihan kepada fasilitator, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan advokasi kepada pedagang
pasar dan masyarakat sekitar komunitas pasar melalui
kegiatan sosialisasi dan kampanye.
Sosialisasi dan kampanye kepada masyarakat harus
menarik perhatian masyarakat. Bagaimana caranya? Dalam
kegiatan sosialisasi dan kampanye, lakukanlah pendidikan
penyadaran kepada masyarakat luas. Gunakan media pesan
yang sudah disiapkan, misalnya penyebaran poster, leaflet,
pamflet, buletin, dan lain-lain. Selain itu, dapat diadakan
seminar, penyampaian petisi, jumpa pers, dan berbagai
model lainnya.
Hal ini sejalan dengan yang diutarakan Ibu AP, sebagai
berikut:
101
“Kegiatan yang kami lakukan adalah kami mengunjungi
pasar yang kami telah intervensi tersebut dan melakukan
semacam sosialisasi di suatu tempat yang dimana seluruh
pedagang pasar seluruh masyarakat bisa mendengarnya
dan bisa melihatnya sehingga dan melakukan kampanye
kampanye yang di mana kami memberi tahu kepada
pedagang secara luas Bagaimana menjaga kualitas bahan
bahan makanan terutama makanan kemasan agar tetap
berkualitas menggunakan alat pengeras suara, dan brosur
yang dibagikan kepada setiap pengunjung pasar agar
pengunjung dan pedagang pasar bisa minimal memahami
kegiatan yang kami lakukan” (Hasil wawancara dengan
Ibu AP, 20 April 2020).
Dari wawancara tersebut diketahui bahwa kegiatan
sosialisasi dan kampanye diselenggarakan untuk
mengedukasi masyarakat dan pedagang tentang pentingnya
pengelolaan pasar aman diterapkan, bagaimana cara
menjaga kualitas makanan yang dijual di pasar, dan
pentingnya kesehatan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan
di tempat terbuka dan menggunakan pengeras suara agar
seluruh pedagang dan masyarakat bisa menyaksikan dan
mendengarkan kegiatan yang sedang berlangsung.
e. Pengambilan contoh (sampling) dan pengujian
Kegiatan sampling bahan berbahaya dan
pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya
pada satu pasar bertujuan untuk memperoleh contoh
yang representatif (mewakili) terhadap kondisi
populasi contoh untuk pengujian bahan berbahaya dan
102
pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya di
pasar.
Kegiatan pengujian sampel bahan berbahaya
dan pangan yang diduga mengandung bahan
berbahaya memiliki tujuan sebagai berikut: pertama,
mengidentifikasi jenis-jenis produk apa saja yang
merupakan bahan berbahaya dan pangan yang
mengandung bahan berbahaya yang masih beredar di
pasar. Kedua, mengetahui kondisi/status keamanan
produk-produk pangan dari bahan berbahaya yang
dijual pada setiap pasar. Data ini sangat bermanfaat
untuk tahapan kegiatan selanjutnya yaitu monitoring
dan evaluasi.
Kegiatan sampling bahan berbahaya dan
pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya
meliputi: Melakukan sampling pedagang yang diduga
menjual bahan berbahaya dan pangan yang
mengandung bahan berbahaya. Melakukan sampling
bahan berbahaya dan/atau pangan yang diduga
mengandung bahan berbahaya dari tiap pedagang
target.
103
Saat ini ada 4 (empat) pengujian bahan
berbahaya yang dilakukan dengan menggunakan kit
pengujian cepat (rapid test kit), yaitu:
a) Kit pengujian cepat Boraks
b) Kit pengujian cepat Formalin
c) Kit pengujian cepat Kuning Metanil
(Methanil Yellow)
d) Kit pengujian cepat Rhodamin B
Hasil pengujian bahan berbahaya pada semua
sampel pada satu pasar dilaporkan dalam satu tabel
pelaporan hasil pengujian (Pedoman pelaksanaan
pasar aman, 2013).
Dari data pedoman pelaksanaan kegiatan
pasar aman dapat diketahui dari beberapa urutan
berdasarkan SOP dari Pelaksanaan Pasar Aman Ini
dimulai dari mengidentifikasi pasar yang akan
diintervensi, setelah melakukan intervensi tahapan
selanjutnya adalah mengidentiikasi seluruh pedagang,
menginventarisasi bahan berbahaya dan pangan yang
diduga mengandung bahan berbahaya didalam pasar
yang telah diintervensi, melakukan pengambilan
sampel untuk kemudian diuji, setelah melakukan
pengujian hasil dari sampling tersebut dimonitori lalu
104
dievaluasi dalam dua tahap dan jika masih terdapat
banyak kasus tentang bahan berbahaya maka langkah
selanjutnya adalah mengambil tindak lanjut baik
berupa sanksi penyitaan barang dagangan maupun
sanksi hukum yang tegas.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh ibu
AM, sebagai beriku :
“Jadi kami memberikan kit (alat sampel dan
pengujian) untuk menguji boraks, formalin Methanil
Yellow, dan Rhodamin B untuk kemudian para
fasilitator pakai untuk menguji sampel makanan yang
dijual masyarakat jika memang dicurigai
mengandung bahan-bahan yang saya sebutkan tadi”
(Hasil wawancara dengan Ibu AM, 28 April 2020)
Menurut Ibu HS salah satu pedangang di pasar
pabarng-baeng Kota Makassar biasanya Pegawai
Balai POM (Pengawasan obat dan makanan) datang
hanya sesekali, hal ini disampaikan dalam wawancara,
sebagai berikut:
“Pegawai BPOM itu datangnya hanya sesekali untuk
memeriksa dagangan setahu saya, yang sering datang
adalah pegawai pasar (Fasilitator) barang yang
biasanya diperiksa itu seperti lapak yang menjual
bahan campuran kalau penjual sayuran biasanya
dilihat saja apa sayurnya masih segar atau tidak”
(Hasil wawancara dengan ibu HS, 7 juli, 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
Pelaksana Pasar Aman dalam hal ini Pegawai Balai
105
POM Kota Makassar jarang melakukan pemeriksaan
hanya datang disaat tertentu. Sejalan dengan pendapat
ibu HS, menurut pedagang lain yaitu LN mengatakan
hal yang serupa, sebagai berikut
“Kalau pegawai dinas itu (BPOM dan dinas
kesehatan) datangnya mendekati hari-hari raya
karena pada saat itu ramai pasar seperti mendekati
waktu lebaran, atau hari raya natal pokoknya hari-
hari besar karena memang pada saat itu ramai
pembeli” (Hasil wawancara dengan LN, 8 Juli 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
pada prakteknya, pengawasan terhadap bahan pangan
oleh Balai POM biasanya dilaksanakan mendekati
hari raya.
Menurut LN, adapun barang yang seringkali menjadi
dibeli petugas untuk diuji, sebagai berikut:
“Kalau dari barang dagangan sepengetahuan saya
karena saya juga pernah dibeli barang saya untuk
diperiksa seperti kerupuk kiloan, mie, tahu, pokoknya
makanan yang dijual dalam jumlah kilo” (Hasil
wawancara dengan LN, 8 Juli, 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
barang yang sering menjadi sampel makanan untuk
diuji adalah makanan yang kering yang dijual dengan
ukuran timbangan gram atau kilogram.
e. Monitoring dan Evaluasi
Sistem monitoring dan evaluasi Program Pasar Aman
dari Bahan Berbahaya harus dilaksanakan secara
106
terorganisir dengan pembagian pekerjaan yang jelas.
Sistem monitoring penyelenggaraan pasar aman dari
bahan berbahaya meliputi:
1) Pelaksana: Fasilitator dan Pelaksana di
daerah penyelenggaraan Pasar Aman dari
Bahan Berbahaya.
2) Informasi: Laporan dari pengelola/pengawas
pasar berupa hasil identifikasi pedagang dan
bahan, hasil sampling dan uji, minimal 2 kali
dalam setahun.
3) Verifikasi informasi: berdasar laporan yang
diperoleh dilakukan verifikasi hasil
identifikasi, sampling dan uji terhadap data
yang dicurigai.
4) Analisis Data: pengolahan data informasi
secara deskriptif dan kuantitatif/statistik.
5) Penyusunan laporan: rekapitulasi laporan
dalam tahun program berjalan dan
dikirimkan ke Balai Besar/ Balai POM.
(Pedoman Pelaksanaan Program Pasar
Aman, 2013)
Sistem evaluasi penyelenggaraan pasar aman dari
bahan berbahaya meliputi:
107
1) Pelaksana: BPOM RI/manajer program di
pusat penyelenggaraan pasar aman dari
bahan berbahaya.
2) Informasi: Laporan dari manajer program di
Balai Besar/Balai POM berupa hasil
identifikasi pedagang dan bahan, hasil
sampling dan uji, minimal rekapitulasi dalam
setahun.
3) Verifikasi informasi: berdasar laporan yang
diperoleh dilakukan verifikasi hasil
identifikasi, sampling dan uji terhadap data
yang dicurigai.
4) Analisis Data: pengolahan data informasi
secara deskriptif dan kuantitatif/statistik.
5) Penyusunan laporan: rekapitulasi laporan
dalam tahun program berjalan dan digunakan
untuk dasar perencanaan program
selanjutnya. (Pedoman Pelaksanaan Pasar
Aman, 2013)
Setelah dilakukan evaluasi jika terdapat jumlah kasus
tentang bahan pangan yang mengandung bahan berbahaya
maka dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut terdiri dari
Kegiatan dapat berupa kegiatan lanjutan dari program
108
yang telah berjalan atau dapat berupa rencana program
lanjutan. Kegiatan tindak lanjut hasil monitoring berupa:
(1) Pembinaan kepada pemasok/pedagang bahan
berbahaya dan pangan yang diduga
mengandung bahan berbahaya.
(2) Menyampaikan laporan untuk penindakan
terhadap pemasok/pedagang bahan berbahaya
dan pangan yang diduga mengandung bahan
berbahaya kepada Balai Besar/Balai POM.
Sedangkan Kegiatan tindak lanjut hasil evaluasi
berupa:
1) Pembinaan perihal keamanan pangan untuk
pemasok dan pedagang pasar.
2) Penindakan kepada pemasok/pedagang bahan
berbahaya dan pangan yang diduga
mengandung bahan berbahaya.
3) Perencanaan program intervensi sesuai hasil
evaluasi. (Pedoman Pelaksanaan Pasar Aman,
2013).
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan
narasumber yaitu:
“Kegiatan yang kami lakukan yaitu secara berkala
kami melakukan evaluasi kepada pasar yang telah
diintervensi kami akan memeriksa laporan laporan
yang dilakukan oleh PD Pasar tersebut selama
109
triwulan melihat Apakah masih ada penambahan
jumlah dari bahan-bahan makanan yang tercampur
dengan bahan berbahaya. Dan selanjutnya kami
menyerahkan pelaksanaan selanjutnya kepada
Pemda untuk melaksanakan dan mengintervensi
pasar lain di daerah masing-masing sesuai dengan
contoh yang kami berikan” (Hasil Wawancara
dengan Ibu AM, 28 April 2020)
7. Faktor Penghambat Dan Pendukung Program
Dalam kegiatan pasar aman maka tidak dapat
dipungkiri bahwa terdapat banyak indikator yang menjadi
faktor penghambat dan pendukung dalam suatu kegiatan. Hal
ini juga terjadi pada kegiatan pelaksanaan Pasar Aman dari
bahan berbahaya. Ada beberapa faktor pendukung dan
penghambat yang dihadapi baik dari tingkat Fasilitator
hingga Koordinator.
1. Faktor Pendukung
a. Fasilitator
1) Kerjasama dengan Stakeholder yang baik
2) Jumlah alat sampel dan alat uji yang memadai
3) Pelaporan yang teratur dan tepat waktu.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu AM dan
AD dalam wawancara, sebagai berikut:
“Menurut saya lancarnya kegiatan ini sebagian besar
dikarenakan kerja Fasilitator yang sangat baik dimana
hubungan antara pedangan dengan Fasilitator sangat baik
sehingga dalam melakukan sampling maupun pengujian
sangat lancar, kerjasama yang dilakukan fasilitator dengan
saya selaku Koordinator sangat baik terkait pelaporan hasil
110
sampel dan uji yang dilakukan selalu tepat waktu dan
sangat teratur, serta pihak pusat yang juga cukup koperatif
dalam menyediakan anggaran dan alat sampel dan uji yang
layak dan cukup sehingga kegiatan yang dilaksanakan
menjadi sangat optimal” (Hasil wawancara dengan Ibu
AM, 28 April, 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa menurut
ibu AM lancarnya kegiatan pasar aman sebagian besar
dikarenakan kinerja fasilitator pasar aman yang sangat baik.
“Yah, kalau bicara soal hal-hal yang mendukung pekerjaan
saya, salah satunya pedagang yang cukup mampu diajak
untuk kerjasama dalam hal pengujian, Koordinator yang
cukup baik dalam berkomunikasi maksudnya Beliau
bersedia mendengarkan keluhan kami dan tidak segan
menegur kami jika ada kesalahan dalam laporan yang kami
buat, dan alat sampel dan uji yang memadai dan selalu
tersedia. Anggaran yang juga selalu didapatkan tepat
waktu” (Hasil wawancara Daring Ibu AD, 19 Juni 2020)
Dari wawancara tersebut dapat diketahui salah satu faktor
pendukung dari lancarnya kegiatan yang dilakukan oleh
fasilitator tidak terlepas dari hubungan yang baik dengan
stakeholder lain yang terlibat dalam kegiatan pasar aman.
b. Koordinator
1) Koordinasi dengan fasilitator yang efektif
2) Kegiatan monitoring yang teratur
3) Transparansi dan penyaluran dana anggaran yang baik
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu AD dan AM,
sebagai berikut:
“Jadi sebagai Koordinator yang saya rasakan yah itu tadi
karena hubungan antara saya dengan Fasilitator sangat
baik sehingga kendala-kendala yang dihadapi lebih mudah
terselesaikan, saya juga secara rutin mengontrol pekerjaan
mereka, laporan mereka yang diserahkan kesaya juga
111
benar-benar saya perhatikan seksama sebelum dikirim ke
Pusat jangan sampai ada kesalahan atau apa yang bisa
merugikan mereka” (Hasil wawancara dengan Ibu AM, 28
April 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa faktor
pendukung dari segi koordinator dikarenakan hubungan antara
setiap stakeholder yang baik sehingga untuk melakukan koordinasi
jauh lebih mudah
“Oh, kalau Koordinator saya tidak terlalu tahu tetapi
menurut saya kerja Koordinator sangat baik, Koordinator
memastikan bahwa dana anggaran kami cukup dan
menurut saya sangat transparan yah dan Koordinator
sangat rajin mengontrol laporan kami”(Hasil wawancara
dengan ibu AD, 19 juni 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa menurut
ibu AD selaku fasilitator yang menjadi faktor pendukung
dari koordinator adalah karena hubungan yang baik antar
unit kerja dan transparan dan koordinasi yang baik antara
setiap unit kerja.
2. Faktor Penghambat
a. Fasilitator
Pada tingkat Fasilitator, kendala-kendala yang sering dihadapi
adalah
1. Edukasi kepada Pedagang tentang pentingnya pasar aman
Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kualitas
pangan yang dijual di Pasar sangat berat. Pedagang
biasanya menjual bahan pangan yang mengandung bahan
112
berbahaya biasanya tidak megerti dampak yang akan
ditimbulkan bagi kesehatan sehingga diperlukan edukasi.
Pelanggaran yang paling sering terjadi adalah Penggunaan
pewarna yang bukan untuk pangan kepada bahan pangan
dengan alasan agar dagangan terlihat menarik menjadi
kendala terbesar Fasilitator untuk menyelesaikannya.
2. Kendala dalam melakukan peneguran
Peneguran dilakukan jika seorang pedagang tidak mampu
menjaga kebersihan, pedagang yang ditemukan menjual
bahan pangan yang mengandung bahan berbahaya.
Terkadang muncul rasa sungkan dalam benak Fasilitator
karena mengenal dekat pedagang yang ada dipasar sehingga
menjadi kendala tersendiri bagi Fasilitator.
Hal ini sejalan yang diungkapkan fasilitator dalam
wawancara online sebagai berikut:
“Kendala yang saya hadapi adalah kadang dalam
mengedukasi masyarakat khususnya pedagang tentang
pentingnya pasar aman itu sangat sulit karena mereka
beranggapan bahwa misalnya ini tentang makanan atau
kue mereka bilang semakin mencolok warnanya semakin
banyak peminatnya. Kendala kedua itu biasanya ketika
ada seorang pedagang misalnya menjual bahan makanan
yang berbahaya kami merasa tidak enak menegur karena
kami sangat dekat kami takut mereka tersinggung atau
marah jadi tidak enak” (Hasil Wawancara dengan Ibu
AD, 19 Juni, 2020).
113
b. Koordinator
1) Kendala dalam mengedukasi Fasilitator tentang pentingnya
mengedukasi Pedagang tentang pasar aman.
2) Kendala pada kegiatan advokasi dalam sosialisasi dan kampanye
pada masyarakat karena pada saat kegiatan masyarakat yang
kurang mempertahatikan penyampaian yang sampaikan.
Seperti yang dikemukakan oleh Ibu AM, sebagai berikut:
“Faktor penghambat yang sering terjadi itu sebenarnya terjadi
adalah menyangkut pedagang, jadi biasanya Fasilitator
mengadu pada kami bahwa ada beberapa pedagang yang sulit
dinasehati terkait kebersihan dagangan atau tempat jualannya,
atau terdapat oknum pedangang yang nakal, atau misalnya
adanya rasa sungkan yang dirasakan oleh Fasilitator untuk
menegur pedagang yang mungkin dicurigai dagangannya
mengandung bahan berbahaya karena dianggap akrab tetapi
saya selaku koordinator tidak hentinya untuk memberikan
masukan untuk tetap tegas kepada pegawai demi kualitas bahan
makanan yang ada di Pasar juga demi kesehatan
masyarakat”(Hasil wawancara dengan Ibu AM, 28 April, 2020).
C. Pembahasan Penelitian
1. Siapa direktur program?
Dari hasil penelitian diketahui bahwa direktur program merupakan
Direktur PD Pasar Kota Makassar. Diangkatnya Kepala PD menjadi
Direktur program dinilai telah sesuai jika dilihat dari pendapat Salusu
(2015) yang mengemukakan syarat-syarat menjadi Direktur Program
adalah Dipilihnya salah satu anggota eselon menjadi direktur program
karena orang atau pejabat tersebut telah mengikuti diskusi yang panjang
tentang latar belakang keputusan strategik itu, Ia mengetahui pula
114
alternatif-alternatif yang dipersiapkan sebelumnya, ia mengetahui
mengapa pilihan jatuh pada keputusan itu, ia mengetahui konsekuensi
yang akan timbul apabila keputusan itu dijalankan, ia mengetahui tentang
unsur kompetitif dalam keputusan itu, ia mengetahui tentang situasi
sumber daya organisasi, tepatnya, ia mengetahui tentang keuntungan
yang akan diperoleh organisasi apabila keputusan itu dijalankan. Hal ini
sesuai yang telah dijalankan di dalam program pasar aman yaitu menujuk
kepala PD pasar sebagai direktur program karena dianggap bahwa kepala
PD pasar merupakan eselon yang memenuhi syarat yang telah
ditentukan.
2. Sentralisasi-Desentralisasi
Dalam implementasi strategi program pasar aman di
Kota Makassar dapat diketahui bahwa Sistem sentralisasi
structural yang digunakan dalam program ini yaitu:
e) Seluruh kegiatan program pasar aman dibiayai oleh
BPOM Pusat.
f) Setiap Kegiatan yang dilaksanakan dalam program
pasar aman dari bahan berbahaya merupakan kebijakan
BPOM pusat yang dituangkan dalam Pedoman
pelaksanaan pasar aman dari bahan berbahaya.
g) Seluruh stakeholder program pasar aman yaitu
koordinator, pelaksana dan fasilitator ditentukan dan
diawasi oleh BPOM Pusat.
115
h) Sarana dan prasarana yang digunakan dalam program
pasar aman diberikan oleh BPOM Pusat seperti alat
sampel dan uji,
Sedangkan sistem desentralisasi structural yang digunakan
dalam program ini yaitu:
d) Pelantikan Direktur Program dilakukan oleh
Pemerintah Daerah (Walikota) bersama Balai
POM masing-masing daerah.
e) Setiap deskripsi pekerjaan dan spesifikasi
pekerjaan merupakan hasil kebijakan Balai Besar
POM Kota Makassar dan Pemerintah Kota
Makassar dalam hal ini Pihak Pasar Pabaeng-
baeng.
f) Setiap rencana dan penganggaran dana dilakukan
oleh setiap unit kerja dalam program pasar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa sistem
sentralisasi digunakan lebih dominan dibandingkan dengan sistem
desentralisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem yang dilaksanakan
dalam program pasar aman adalah sistem sentralisasi struktural.
3. Spesifikasi Pekerjaan
Menurut Salusu (2015) penentuan spesifikasi pekerjaan dan
membagi penugasan kepada setiap unit kerja yang akan terlibat hendaknya
benar-benar memahami tugas yang harus dikerjakan. Penentuan spesifikasi
116
pekerjaan pada sub unit seharusnya ditentukan oleh Direktur Program.
Dalam proses pasar aman melalui hasil penelitian diketahui bahwa unit
kerja dalam kegiatan tersebut ada tiga yaitu koordinator, pelaksana dan
fasilitator. Seluruh unit kerja tersebut memiliki spesifikasi kerja yang
harus dipenuhi.
Seperti yang telah dijelaskan pada hasil penelitian sebelumnya.
Pada point spesifikasi pekerjaan yang terdapat dalam program pasar aman
di Kota Makassar ditentukan oleh Direktur PD pasar Kota Makassar dan
tentu saja telah berkoordinasi terlebih dahulu dengan Balai Besar POM
selaku inisiator.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan spesifikasi pekerjaan
yang ada dalam pelaksanaan program pasar aman dari bahan berbahaya
terdiri atas koordinator pasar aman, pelaksana pasar aman dan fasilitator
pasar aman.
4. Rencana kegiatan dan Anggaran
Menurut Salusu (2015) rencana, program anggaran merupakan
tanggung jawab setiap unit kerja yang ada. Dalam kegiatan pasar aman,
unit kerja yang ada adalah fasilitator, pelaksana dan koordinator. Dalam
prakteknya, setiap unit kerja yang ada menentukan tujuan, rencana,
kegiatan dan anggaran sendiri sesuai dengan panduan pelaksanaan
program pasar aman, kebutuhan dan keadaaan lapangan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada program pasar aman di Kota
Makassar seluruh kegiatan dan pengelolaan dana dilakukan oleh masing-
117
masing sub unit kerja. Pada unit kerja fasilitator, diketahui bahwa rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai petunjuk pedoman pasar aman.
Contoh dari rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah penentuan
jadwal sampling dan pengujian bahan pangan pedagang.
Jumlah anggaran yang disediakan oleh Badan POM sebanyak
Rp.300.000.000 untuk membiayai 4 Pasar di Sulawesi Selatan dan setiap
pasar mendapatkan bagian Rp.75.000.000 dana ini digunakan untuk
seluruh rangkaian kegiatan program pasar aman dari bahan berbahaya.
Dimulai dari kegiatan advokasi kepada Pemerintah Daerah/Kota,
pelaksanaan pelatihan kepada fasilitator dan koordinator, penyediaan alat
sampel dan uji, hingga insentif bagi stakeholder yang terkait dalam
program pasar aman ini. Sistem pendanaan yang digunakan khususnya
pada kegiatan sampling dan pengujian fasilitator adalah sistem ganti rugi,
setiap pengeluaran dana dari fasilitator terkait kegiatan pengujian
menggunakan dana pribadi fasilitator terlebih dahulu yang kemudian akan
dikembalikan bersamaan dengan insentif fasilitator setelah pelaporan hasil
sample dan uji dilaksanakan.
5. Uraian Tugas
Menurut pendapat yang dikemukakan Salusu (2015) diketahui bahwa
uraian tugas adalah serangkaian kegiatan yang diuraikan secara generik dan
spesifik untuk dilaksanakan demi mencapai tujuan strategi program. Pada
strategi program pasar aman seluruh uraian tugas yang dilakukan oleh sub
unit kerja disusun oleh sub unit kerja sendiri, merumuskan secara rinci tugas
118
dan tanggung jawab dan hubungan yang jelas antara seluruh unit kerja yaitu
koordinator dan pelaksana pasar aman kemudian dilaporkan kepada
Direktur Program kemudian dikoordinasi dengan Balai Besar POM kota
Makassar. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diketahui bahwa
uraian tugas yang ada dalam pelaksanaan program pasar aman di Pasar
Pa’baeng-baeng adalah:
a) Fasilitator Pasar Aman
Fasilitator Pasar Aman bertugas untuk melakukan pengujian
kelayakan bahan pangan yang ada di Pasar, memberikan edukasi
kepada pedagang pasar tentang pentingnya pasar aman dari bahan
berbahaya, Pengambilan Sampling makanan untuk diuji,
melakukan Koordinasi dan pelaporan kepada pelaksana dan
koordinator Balai POM.
b) Pelaksana Pasar Aman
Pelaksana Pasar Aman bertugas dalam monitoring dan koordinasi
dengan Fasilitator selama kegiatan Pasar Aman berjalan, ikut
dalam rangkaian kegiatan pasar aman mulai dari melakukan
survey pasar, melaksanakan advokasi dengan dengan
Pemerintahan Kota/Daerah serta Dinas-Dinas terkait, ikut serta
dalam melaksanakan proses pelatihan bersama Fasilitator Pasar
Aman dan lain-lain.
119
c) Koordinator Pasar Aman
Koordinator Pasar Aman bertugas untuk melakukan Monitoring
dan Evaluasi terhadap laporan yang diberikan oleh Fasilitator,
ikut serta dalam kegiatan survey pasar, ikut melaksanakan
advokasi dengan Pemerintahan Kota/Daerah serta Dinas-Dinas
terkait, memberikan pelatihan kepada Fasilitator cara melakukan
sampling.
6. Rutinitas Pekerjaan
Tahapan akhir dari implementasi strategi program adalah
merutinitaskan pekerjaan yang telah ditentukan. Menurut Salusu (2015)
setiap orang dalam unit kerja harus mengetahui cara terbaik dalam
mengimplementasikan pekerjaan demi pencapaian tujuan strategi. Pada
strategi pengelolaan pasar aman adapun rutinitas pekerjaan yang dilakukan
pada intinya adalah
a. Advokasi Pemerintah daerah/Pemerintah kota
b. Identifikasi pasar tradisional dan Identifikasi pedagang dan
inventarisasi bahan yang akan dikendalikan sebagai pasar aman
dari bahan berbahaya;
c. Pelatihan kepada fasilitator pasar;
d. Sosialisasi dan kampanye kepada masyarakat
e. Pengambilan contoh (sampling) dan pengujian;
f.Monitoring dan evaluasi; dan
g. Tindak lanjut.
120
Adapun uraian penjelasan setiap pekerjaan adalah
a. Advokasi pemerintah daerah/kota untuk mendapatkan
komitmen dalam pelaksanaan program pasar aman
seharusnya dalam kegiatan ini bukan cuma pemerintah
daerah/kota saja yang diundang tetapi seluruh lapisan
masyarakat mulai dari perwakilan ormas dan mahasiswa
sehingga pengawasan dalam pelaksanaan strategi pasar
aman lebih ketat.
b. identifikasi pasar tradisioanal dan pedagang (survey pasar)
dilakukan untuk menilai dan memilih pasar yang akan
diajukan untuk diintervensi.
c. Melakukan pelatihan kepada fasilitator pasar terkait tugas
yang akan dilakukan selama menjadi fasiliator. Fasilitator
dipilih oleh pengelola pasar yang merupakan staf dari
pengelola pasar. Pelatihan dilakukan selama 30 jam (2 hari).
Menurut peneliti, mengingat input dari pelaksanaan pasar
aman yang terdapat pada panduan pelaksanaan pasar aman
seharusnya fasilitator tidak dibatasi dari kalangan staf
pelaksana pasar tetapi juga dibuka untuk masyarakat umum
selama memenuhi standar yang ada sehingga masyarakat
juga lebih peduli pada program yang ada dan menimbulkan
kesadaran masyarakat.
121
d. sosialisasi kepada masyarakat dan pedagang guna
memberikan edukasi kepada masyarakat dan pedagang
tentang pentingnya pelaksanaan pasar aman dan pentingnya
kesehatan masyarakat namun sayangnya kegiatan ini tidak
melibatkan universitas (mahasiswa) sebagai salah satu aktor
yang terlibat padahal pada input yang diuraikan oleh BPOM
pusat tercantum Universitas sebagai salah satu input yang
terlibat.
e. Pengambilan contoh sampling pengujian dilakukan dalam 2
tahap yang mana tahap I pada bulan Juni-Juli dan tahap II
pada bulan September-Oktober. Menurut peneliti waktu
durasi pengambilan sampel guna mengawasi peredaran
bahan berbahaya pada produk pangan seharusnya setiap
tahap itu melakukan pengawasan dan sampel selama 1
semester atau 6 bulan sehingga pengawasan terhadap bahan
berbahaya dalam produk pangan lebih ketat sehingga kasus
yang timbul akan berkurang setiap tahun.
f. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh fasilitator
(Monitoring) dan koordinator (Evaluasi) pasar aman
menurut hasil penelitian dilakukan dalam dua tahap setelah
pengambilan sampel dilaksanakan. Menurut hasil
wawancara dengan pedagang diketahui bahwa koordinator
tidak begitu aktif dalam pengawasan pasar hanya datang
122
pada waktu tertentu. Menurut peneliti kegiatan monitoring
seharusnya dilakukan tidak hanya oleh Fasilitator tetapi
juga pelaksana dan koordinator sebagai bahan evaluasi bagi
fasilitator. Seharusnya pelaksana pasar aman membuat
jadwal kunjungan rutin setiap pekan atau setiap bulan ke
pasar pabaeng-baeng untuk mendengarkan pendapat atau
keluhan pedagang sehingga terbentuk hubungan baik tidak
hanya dengan fasilitator juga bersama pedagang yang
menjadi objek yang merasakan hasil implementasi program
ini.
g. tindak lanjut yang dilakukan dalam strategi pasar aman
dilakukan jika ditemukan kasus penyalahgunaan bahan
berbahaya seperti:
1) Pembinaan kepada pemasok/pedagang
2) Menyampaikan laporan untuk penindakan
3) Perencanaan program intervensi sesuai hasil
evaluasi.
Dari hasil penelitian diatas menurut peneliti pelaksanaan program
pasar aman di Kota Makassar khususnya pelaksanaan rutinitas
pekerjaan belum maksimal, hal ini dilihat dari proses advokasi
program kepada Pemerintah Kota Makassar tidak melibatkan
masyarakat dan Universitas yang mana Universitas merupakan salah
satu input dari rencana program pasar aman, jangka waktu sampling
123
dan uji masih sangat minimal yang mana menurut peneliti jangka
waktu sampling dan pengujian harus ditambah tidak cukup hanya 2
bulan dalam 1 periode pengujian namun harus ditambah 4-6 bulan
dalam 1 periode sehingga pengawasan bahan pangan lebih optimal,
pembinaan pada oknum pedagang perlu ditingkatkan dengan
memberikan sanksi tegas sesuai dengan kesalahan yang diperbuat.
Tanpa sanksi tegas penyalahgunaan bahan berbahaya pada produk
pangan tidak akan berakhir.
121
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penentuan Direktur PD sebagai
direktur program telah efektif mengingat Direktur PD Pasar telah
memenuhi syarat yang telah ditentukan.
2. Sistem yang dilaksanakan dalam program pasar aman lebih dominan
pada sistem sentralisasi struktural.
3. Spesifikasi pekerjaan dalam program pasar aman terdiri dari
Koordinator, pelaksana dan fasilitator.
4. Rencana kegiatan dan anggaran yang dilaksanakan dalam program
pasar aman dilandaskan pada pedoman pelaksanaan program pasar
aman, salah satu contoh rencana kegiatan program pasar aman
adalah penentuan jadwal pelaksanaan kegiatan sample dan uji bahan
pangan. Jumlah anggaran yang disiapkan oleh BPOM dalam
pelaksanaan pasar aman adalah Rp. 75.000.000 untuk 1 pasar dana
ini digunakan untuk membiayai seluruh rangkaian kegiatan program
pasar aman dan sistem pendanaan untuk kegiatan sampling dan
pengujian menggunakan sistem ganti rugi.
5. Uraian tugas dalam program pasar aman adalah Fasilitator Pasar
Aman bertugas untuk melakukan pengujian kelayakan bahan
122
pangan, memberikan edukasi kepada pedagang pasar tentang
pentingnya pasar aman, melakukan Koordinasi dan pelaporan
kepada pelaksana dan koordinator Balai POM. Pelaksana Pasar
Aman bertugas dalam monitoring dan koordinasi dengan Fasilitator,
ikut dalam seluruh rangkaian kegiatan pasar aman. Koordinator
Pasar Aman bertugas untuk melakukan Monitoring dan Evaluasi
laporan Fasilitator, ikut serta dalam kegiatan survey pasar, ikut
melaksanakan advokasi dengan Pemerintahan Kota/Daerah serta
Dinas-Dinas terkait, memberikan pelatihan kepada Fasilitator.
6. Pelaksanaan rutinitas pekerjaan pada program pasar aman masih
belum maksimal, hal ini dilihat dari kegiatan advokasi Pemerintah
Kota Makassar tidak melibatkan masyarakat dan Universitas yang
merupakan salah satu input dari rencana program pasar aman, jangka
waktu sampling dan uji masih sangat minimal yang mana i jangka
waktu sampling dan pengujian seharusnya tidak hanya 2 bulan dalam
1 periode pengujian namun harus ditambah 4-6 bulan dalam 1
periode sehingga pengawasan bahan pangan lebih optimal,
pembinaan pada oknum pedagang perlu ditingkatkan dengan
memberikan sanksi tegas sesuai dengan kesalahan yang diperbuat.
Tanpa sanksi tegas penyalahgunaan bahan berbahaya pada produk
pangan tidak akan berakhir.
123
7. Faktor Penghambat dari pelaksanaan Strategi Pasar Aman terletak
pada sulitnya mengedukasi masyarakat dan pedagang terkait
pentingnya kegiatan Pasar aman.
8. Faktor Pendukung dari pelaksanaan pasar aman adalah kerjasama
antara stakeholder yang ada sangat optimal, penyaluran dana dan
KIT sampling dan alat uji yang cepat, pelaporan penggunaan dana
yang transparan.
B. Saran
1. Perlunya penegakan hukum yang kuat pada pedagang yang sering
menggunakan bahan berbahaya pada makanan tidak hanya melakukan
peneguran dan penyitaan barang tetapi harus dilakukan pemberian
sanksi ini diperlukan karena tanpa sanksi yang tegas maka para oknum
pedagang yang tidak taat aturan akan terus melakukan pelanggaran.
2. Diharapkan agar lebih memerhatikan kesejateraan para Pelaksana
Program Pasar Aman ini diperlukan sebagai motivasi dan sebagai
bentuk reward atau peghargaan kepada pelaksana pasar aman atas
kerja keras dalam menjamin kualitas pangan di Pasar.
3. Diharapkan pada Balai POM Kota Makassar membuat tambahan
divisi khusus menangani masalah Pasar Aman dari bahan berbahaya
agar seluruh program yang akan dilaksanakan dalam kegiatan Pasar
Aman lebih matang dan hasilnya lebih optimal.
124
DAFTAR PUSTAKA
Alfiansyah, K. (2018). Strategi Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam
Pemanfaatan Jembatan Penyeberangan Orang. (Skripsi, Universitas
Lampung, Bandar Lampung). Diperoleh dari: digilib.unila.ac.id
Brantas. (2009). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Hamsyar. (2017). Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Peredaran Makanan
Kadarluwarsa Di Kota Makassar. (Skripsi, Universitas Hasanuddin
Makassar, Makassar). Diperoleh dari: http://repository.unhas.ac.id/
Heene, dkk. (2015). Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Bandung:
Refika Adhitama
Hubeis & Najib. (2008). Manajemen Strategi dalam Pengembangan Dalam
Pengembangan Daya Saing Organisasi. Jakarta: Kompas Gramedia
Idris, M. (11 Desember 2019). Jelang Tahun Baru Balai Besar POM Prov. Sulsel
Menemukan Zat Berbahaya Dalam Makanan Di Dua Pasar Di Makassar.
Online24jam. Diperoleh dari: http://online24jam.com/
MakassarMetro. (13 September 2018). Ciptakan Pasar Aman dan Sehat, BPOM
Sulsel Gandeng Pemkot Makassar. MakassarMertro.com. Diperoleh dari:
https://makassarmetro.com/
Pasolong. (2013). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Puspaman. go, id. (2013) Pedoman Pelaksanaan Pasar Aman. Diperoleh dari:
http://puspaman.pom.go.id/
Puspaman.go.id. (21 Juli 2016). Pasar Aman. Diperoleh dari:
http://puspaman.pom.go.id/
125
Qudzy, S.Z.(Ed.). (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Rahayu, dkk. (2015). Analisis Strategi Pengelolaan Pasar Johar oleh Dinas Pasar
kota Semarang. (Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang). Diperoleh
dari https://ejournal3.undip.ac.id/
Salusu. (2015). Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Nonprofit. Jakarta: Grasindo
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Wahyudi. (1996). Manajemen strategik: pengantar proses berpikir strategik.
Jakarta: Binarupa Aksara
Warsiti. (2011). Strategi Pemberdayaan Dalam Penataan Pasar Legi Oleh Dinas
Pengelolaan Pasar Surakarta. (Skripsi, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta). Diperoleh dari: https://digilib.uns.ac.id/
Widyasari. (2016). Analisis Strategi Pengelolaan Pasar Tradisional “Bangsri” di
Dinas Koperasi, UMKM, dan Pengelolaan Pasar di Kabupaten Jepara.
(Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang). Diperoleh dari:
https://ejournal3.undip.ac.id
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.
126
Lampiran
1. Tanggal 20 April 2020
Wawancara Bersama Pelaksana Pasar Aman
2. Contoh Sampul Laporan Pasar Aman
127
3. Bukti Penganggaran Dana Pasar Aman
4. Bukti Laporan Uji Sampling Makanan Oleh Fasilitator
128
5. Tanggal 28 April 2020
Wawancara Bersama Koordinator Pasar Aman
129
130
6. Tanggal 19 Mei 2020
Wawancara Via Daring (Whatsapp) dengan Fasilitator, 2020
131
132
133
7. Contoh Laporan Uji Sampling Fasilitator
134
8. Contoh Laporan Penggunaan Anggaran Fasilitator
9. Tanggal 7 Juli 2020
Wawancara bersama pedagang HS
135
10. Tanggal 8 Juli 2020
Wawancara bersama pedagang LN
136
137
138