Download - SKRIPSI OLEH N U R K I S W A 08C10407006
PENGARUH JENIS MULSA DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe)
SKRIPSI
OLEH
N U R K I S W A 08C10407006
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2013
PENGARUH JENIS MULSA DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe)
SKRIPSI
OLEH
N U R K I S W A 08C10407006
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)
Nama Mahasiswa : Nurkiswa N I M : 08C10407006 Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, Irvan Subandar, S.P, M.P NIDN 0129067903
Muhammad Jalil, S.P, M.P NIDN 0115068302
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi, Diswandi Nurba, S.TP, M.Si NIDN 0128048202
Jasmi, S.P, M.Sc NIDN 0127088002
Tanggal Lulus : 12 Oktober 2013
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul:
Pengaruh Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)
Yang disusun oleh: Nama : N U R K I S W AN I M : 08C10407006Fakultas : PertanianProgram Studi : Agroteknologi
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 12 Oktober 2013 dandinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI :
1 Irvan Subandar, SP., MP
Pembimbing I/ Ketua TIM Penguji
2 Muhammad Jalil, SP., MP
Pembimbing II
3 Mita Setyowati, SP., M.Sc
Penguji Utama
4 Chairudin, SP
Penguji Anggota
Meulaboh, 12 Oktober 2013
Ketua Prodi Agroteknologi,
Jasmi, SP., M.Sc
SyukAkhhari ytetap disan
Ya AHarHarAnayang
j
kur Alhamdulhirnya... sebuah yang bergulir sabar, bertaw
nubari
Allah... i ini telah engki ini telah Eng
anda hanya m membentang d
Ayahanda &Cucuran keridiberikan untSesungguhnyTetesan air mjasanya
Dengan segekarya tulis (Almarhum)ananda untuk Spesialnya bukakak-kakak ayang selalu tercinta Salmmaupun mate
Terimah kasiHasan dan Sbisa disebutkasemua tak aka
lillah... h perjalanan
r melewati segawakal demi me
kau berikan ungkau penuhi ha
mampu bersyuk didepan anand
& Ibunda... ingatnya, segatuk ananda takya tak dapat anmatanya serta
enap perasaan ini kepada
) dan Ibunda k membalas jas
uat abang-abanananda Jasmimenghibur anman yang seleril,
ih juga buat saSuperdi berseran satu persaan kulupakan.
telah kujalaniala selingan aencapai impia
ntuk meraih kearapan demi k
kur, tafakur &da tetap bersam
ala pengorbankkan pernah tenanda ukurkan larutan cintan
kasih diiringiorang tua t
Sakdiah, yansanya
ng ananda terciah, Erliani, Snanda dikala lalu memberik
ahabat-sahabatrta teman-temaatu, semoga pe
i cukup melelaair mata, walaan dan cita-cita
eberhasilan yakebahagian ora& bersujud kepma ridha-Mu
nan dan cinta ergantikan n kasih sayangnnya hanya Al
i do’a yang tutercinta Ayang sampai kap
cinta IrmansySubmawati, A sedih & gunkan motivasi
t tersayang Dan letting ’08 ersahabatan k
ahkan memangau bibir mengea yang telah l
ang ananda damang-orang tercipada-Mu semo
kasihnya yan
nya llah SWT ya
ulus, ananda pahanda Abduanpun takkan
yah, Erwan, MAsnawati dan nda. Dan kepdan dukungan
Dewi, Ainal, F Agroteknologkita abadi, keb
Nurkiswa, S
g meniti hari-eluh tapi hati lama terpatri
mbakan inta oga hari esok
ng selama ini
ang membalas
persembahkan dul Muthalib sanggup bagi
Mirsalim dan Yusri Bauti pada kekasih n baik moril
Fitra, Sarah, gi yang tidak baikan kalian
SP
RINGKASAN
NURKISWA ”Pengaruh Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)” dibawah bimbingan Irvan Subandar sebagai pembimbing utama dan Muhammad Jalil sebagai pembimbing anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis mulsa dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe merah serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh, mulai tanggal 4 Februari sampai dengan 20 Juni 2013.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :Benih/rimpang jahe merah, pupuk organik kotoran sapi, pupuk NPK Mutiara (16: 16: 16), kapur dolomit, jerami padi, janjang sawit, dan pestisida. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, garu, parang, hand spayer, meteran, gembor, ember, timbangan, pamplet nama, tali, dan alat tulis menulis.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah faktor jenis mulsa yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: tanpa mulsa, mulsa jerami dan janjang sawit. Faktor dosis pupuk NPK yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: 75, 100 dan 125 kg ha-1. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun umur 30, 60, 90 dan 120 HST, berat rimpang per rumpun dan produksi per hektar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis mulsa berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 90 dan 120 HST, jumlah anakan per rumpun umur 30 HST, berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 60 HST, berat rimpang per rumpun dan produksi per hektar, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST dan jumlah anakan per rumpun umur 60, 90 dan 120 HST. Pertumbuhan dan produksi tanaman jahe merah terbaik dijumpai pada mulsa janjang sawit dan jerami padi
Dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap berat rimpang per rumpun dan produksi per hektar, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun umur 30, 60, 90 dan 120 HST. Produksi tanaman jahe merah terbaik dijumpai pada dosis pupuk NPK 125 kg ha-1.
Tidak terdapat interaksi yang nyata antara beberapa mulsa dan perlakuan pupuk NPK terhadap setiap peubah yang diamati.
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat-Nya
penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Jenis Mulsa
dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe
Merah (Zingiber officinale Roscoe)”. Shalawat beriring salam kepada junjungan
alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Irvan Subandar SP, M.P selaku pembimbing utama dan Muhammad Jalil SP,
M.P selaku pembimbing anggota yang telah memberi masukan dan bimbingan
sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2. Jasmi, SP, M.Sc selaku ketua program studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Teuku Umar
3. Diswandi Nurba S.TP, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar dan Civitas Akademika yang telah menyediakan sarana dan
prasarana selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar.
4. Ayahanda Abdul Muthalib (Alm) dan Ibunda Sakdiah yang tercinta, serta
abang dan kakak tersayang yang telah memberikan kasih sayang, do’a,
dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penulisan skripsi ini hingga selesai.
5. Rekan-rekan seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dan memberikan dukungan dan semangat.
Akhirnya dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis berharap
semoga segala amal dan bantuan mereka mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT,Amin.
Meulaboh, Okteber 2013
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................ iii UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5 1.3. Hipotesis ......................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6
2.1. Botani Tanaman Jahe Merah .......................................................... 6 2.2. Syarat Tumbuh Jahe Merah ............................................................ 7 2.3. Mulsa .............................................................................................. 8 2.4. Pupuk NPK ..................................................................................... 9 2.5. Peranan Unsur Hara ........................................................................ 11
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ........................................... 14
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 14 3.2 Bahan dan Alat Penelitian ............................................................... 14 3.3 Rancangan Percobaan ..................................................................... 15 3.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 17 3.5 Pengamatan ...................................................................................... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 21
4.1. Pengaruh Jenis Mulsa ..................................................................... 21 4.2. Pengaruh Dosis Pupuk NPK ........................................................... 28 4.3. Pengaruh Interaksi .......................................................................... 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 34 5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 34 5.2. Saran ............................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 35 LAMPIRAN ................................................................................................... 38 RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 53
vi
DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara beberapa Jenis Mulsa dan Dosis
Pupuk NPK ............................................................................................... 16
2. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa Umur 30, 60, 90 dan 120 HST ............................................................................ 21
3. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada
Berbagai Jenis Mulsa Umur 30, 60, 90 dan 120 HST ............................... 23
4. Rata-rata Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa ................................................................................ 25
5. Rata-rata Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis
Mulsa ......................................................................................................... 27
6. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis NPK umur 30, 60, 90 dan 120 HST ............................................................................ 29
7. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada
Berbagai Dosis Pupuk NPK umur 30, 60, 90 dan 120 HST ..................... 30
8. Rata-rata Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK ...................................................................... 31
9. Rata-rata Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai
Dosis Pupuk NPK ..................................................................................... 32
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Tinggi Tanaman Jahe Merah pada berbagai Jenis Mulsa Umur 60, 90
dan 120 HST ............................................................................................ 22
2. Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa Umur 30, 60, 90 dan 120 HST ...................................................... 24
3. Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis
Mulsa ........................................................................................................ 25
4. Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa ........................................................................................................ 27
5. Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis
Pupuk NPK .............................................................................................. 31
6. Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK .......................................................................................................... 33
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan
Dosis Pupuk NPK umur 30 HST (cm) ..................................................... 38
2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 30 HST ........................................... 38
3. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan
Dosis Pupuk NPK umur 60 HST (cm) ..................................................... 39
4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 60 HST ........................................... 39
5. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan
Dosis Pupuk NPK umur 90 HST (cm) ..................................................... 40
6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 90 HST ........................................... 40
7. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan
Dosis Pupuk NPK umur 120 HST (cm) ................................................... 41
8. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 120 HST ......................................... 41
9. Rata-rata Jumlah Anakan Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan
Dosis Pupuk NPK umur 30 HST ............................................................. 42 10. Analisis Ragam Jumlah Anakan Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa
dan Dosis Pupuk NPK umur 30 HST ...................................................... 42
11. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 60 HST ................... 43
12. Analisis Ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah
pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 60 HST ........... 43
13. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 90 HST ................... 44
14. Analisis Ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah
pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 90 HST ........... 44
ix
Nomor Teks Halaman 15. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada
Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 120 HST ................. 45
16. Analisis Ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 120 HST.......... 45
17. Rata-rata Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada
Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK (gr) .................................... 46
18. Analisis Ragam Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK .......................................... 46
19. Rata-rata Produksi Per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai
Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK (ton) .................................................. 47
20. Analisis Ragam Produksi Per Hektar tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK .......................................... 47
21. Bagan Percobaan ...................................................................................... 48
22. Foto-foto Kegiatan Penelitian ................................................................... 48
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jahe merah (Zingiber officinale Rosc) merupakan salah satu komoditas
ekspor rempah-rempah Indonesia yang memberikan peranan cukup berarti dalam
penerimaan devisa negara. Jahe banyak digunakan sebagai bahan obat-obatan,
minuman, makanan dan juga sebagai rempah-rempah. Tanaman jahe berasal dari
Asia Tropik yang tersebar dari India sampai Cina. Jahe merupakan salah satu
tanaman sumber bahan baku industri jamu tradisional dan industri rumah tangga
yang digunakan untuk penyedap masakan dan lain-lain (Rostiana et al., 2005).
Jahe segar di Indonesia diekspor ke berbagai negara antara lain Amerika
Sarikat, Jepang, Hongkong, Singapura dan Pakistan. Tanaman jahe telah lama
dibudidayakan sebagai komoditi ekspor, namun pengembangan jahe skala luas
belum didukung dengan sistem budidaya yang optimum dan berkesinambungan
sehingga produktivitas dan mutunya rendah. Luas areal pertanaman jahe di
Indonesia pada tahun 2006 mencapai 177.138 ton dan produktivitas rata-rata 1,77
ton ha-1 dengan area panen berkisar 89.041.808 ha. Pada tahun 2007 produktivitas
tanaman jahe meningkat mencapai 178.503 ton dan produktivitas rata-rata 2,66
ton ha-1 dengan luas area panen berkisar 99.652.007 ha. Pada tahun selanjutnya
Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor jahe berkisar 163.967.426 kg
yang menempatkan Indonesia pada urutan ke-14 pengekspor jahe sedunia
(Anonymous, 2009).
Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan jahe cenderung terus
meningkat. Indonesia memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan,
karena selain iklim, kondisi tanah dan letak geografis yang cocok bagi
1
2
pembudidayaannya. Oleh karena itu, komoditas jahe layak dijadikan salah satu
komoditas ungulan (Rukmana, 2000).
Melihat prospek pasar komoditas jahe maka perlu dilakukan usaha
pengembangan dan peningkatan produksinya. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk meningkatan produksi komoditas ini adalah dengan cara
intensifikasi lahan. Peningkatan produktivitas tanaman jahe secara intensifikasi
sangat memungkinkan untuk dilakukan, salah satu cara intensifikasi adalah
dengan penggunaan mulsa dan pemupukan yang berimbang.
Penggunaan mulsa pada budidaya komoditas ini sangat diperlukan antara
untuk menghindari percikan hujan sehingga dapat menghindari tanah dari erosi
(Kalie, 2004). Menurut Purwowidodo (1983), mulsa dapat berperan positif
terhadap tanah dan tanaman yaitu melindungi agregat-agregat tanah dari daya
rusak butir hujan, meningkatkan penyerapan air oleh tanah, mengurangi volume
dan kecepatan aliran permukaan, memelihara temperatur dan kelembaban tanah,
memelihara kandungan bahan organik tanah dan mengendalikan pertumbuhan
gulma sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman baik kualitas maupun
kuantitas.
Haris (2000) menyatakan bahwa pemberian mulsa dimaksudkan untuk
memperkecil kompetisi tanaman dengan gulma, menekan pertumbuhan gulma,
mengurangi penguapan, mencegah erosi, serta mempertahankan struktur, suhu
dan kelembaban tanah. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa antara
lain serbuk gergaji, jerami, rumput alang-alang serta janjang kelapa sawit
(Adisarwanto dan Wudianto,1999 dalam Mariano, 2003)
Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah. Tetapi
mulsa vertikal adalah mulsa sisa tanaman yang di tanamkan ke dalam tanah untuk
3
mengisi retak-retak dan rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok
untuk tanah yang sering mengalami kering dimusim kemarau, seperti tanah
vertisols (Grumosol) yang banyak dijumpai pada daerah beriklim kering (Ruijter
dan Agus, 2004).
Mulsa jerami padi dan janjang sawit akan menjaga kelembaban tanah dan
memungkinkan penyerapan air untuk memasuki tanah lebih cepat, dapat
menghambat pertumbuhan gulma. Mulsa jerami padi dan janjang sawit cenderung
untuk menekan gulma karena terjadinya proses pelapukan atau terdekomposisi
oleh mikroorganisme. Mulsa jerami dan dan janjang sawit bekerja seperti jarum
pinus karena perlahan-lahan mereka terurai dan menjaga nutrisi dalam permukaan
tanah (Anonymous, 2001).
Dari aspek pengendalian erosi, peran langsung bahan mulsa adalah
melindungi permukaan tanah dari terpaan butir-butir hujan, mempertahankan
kelembaban tanah, mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu, sedangkan
perannya yang tidak langsung adalah memperbaiki struktur tanah. Penggunaan
mulsa umumnya dilakukan di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan
dan rentan terhadap pertumbuhan gulma. Pemilihan bahan-bahan yang
digunakan sebagai mulsa tergantung ketersediaan bahan ditempat tersebut
(Fithriadi et al., 1997).
Penggunaan mulsa secara umum dapat menekan kehilangan air dari dalam
tanah karena mengurangi evaporasi. Hasil penelitian Suganda et al. (1993)
memperlihatkan bahwa penggunaan mulsa jerami padi 6 ton ha-1 dapat menekan
jumlah penggunaan air hujan maupuan air irigasi sehingga menjadi lebih hemat
dengan efisiensi penggunaan air terhadap produksi biji lebih dari 6.13 kg/ha/mm
air. Hal ini sejalan dengan penelitian Kemper et al. (1994) bahwa penggunaan
4
mulsa janjang sawit dengan ketebalan 5 cm dapat meningkatkan jumlah air di
dalam tanah sekitar 80 sampai 85 % dari curah hujan tahunan.
Selain penggunaan mulsa peningkatan produktivitas tanaman dapat
dilakukan pemupukan sebagai sumber hara. Ketersediaan unsur hara bagi tanaman
selama pertumbuhan sangat diperlukan, karena ketersediaan unsur hara
merupakan syarat utama dalam meningkatkan produksi tanaman.
Penambahan unsur hara ini akan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah
yang menunjang pertumbuhan tanaman. Kekurangan unsur nitrogen
mengakibatkan daun berwrna hijau pucat dan terjadi pengeringan dari bawah ke
atas, kekurangan unsur fosfor menyebabkan warna hijau tua pada tepi daun,
cabang serta batangnya mengering, sedangkan kekurangan unsur kalium
menyebabkan daun mengeriting tidak merata dan timbul bercak merah coklat
(Lingga dan Marsono, 2001). Pupuk NPK adalah salah satu jenis pupuk
majemuk yang mudah ditemukan dan sudah umum dipakai petani. Dikatakan
pupuk majemuk karena dalam satu paket atau bentuk pupuk terdapat langsung
tiga unsur hara (N, P, K), pupuk ini mempunyai sifat higrokospis tinggi mudah
diserap oleh tanaman, dan praktis penggunaannya. Pupuk NPK merupakan
rekayasa formula pupuk yang menghasilkan formula pupuk secara kimia yang
mengandung senyawa hara makro dan mikro yang digunakan untuk memperbaiki
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Anonymous, 2011).
Pemupukan anorganik dengan maksud untuk menggantikan kehilangan
unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman
dalam keadaan faktor lingkungan yang baik dengan memperhitungkan generasi
mendatang, maka pemupukan anorganik harus berimbang sehingga dapat
5
meningkatkan produksi tanaman. Dosis anjuran pupuk NPK untuk tanaman jahe
adalah 100-125 kg (Anonymous, 2009).
Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui jenis mulsa dan dosis pupuk NPK yang tepat agar
diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman jahe merah yang optimum.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis mulsa dan dosis
pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe merah serta nyata
tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
1.3. Hipotesis
1. Jenis mulsa berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe
merah.
2. Dosis pupuk NPK berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
jahe merah.
3. Terdapat interaksi antara mulsa dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman jahe merah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Jahe Merah
2.1.1 Sistematika
Menurut Paramitasari (2011) Klasifikasi botani tanaman jahe merah adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale, Roscoe.
2.1.2 Morfologi
a. Akar
Jahe memiliki akar tunggang (rimpang) tertanam kuat di dalam, makin
bertambah usia maka akar bertambah besar. Akar merupakan bagian terpenting
dari tanaman jahe, panjang akar mencapai 17,03-24,06 cm, diameter akar 5,36-
5,46 mm, panjang rimpang 12,33-12,60 cm, tinggi rimpang 5,86-7,03 cm dan
berat rimpang mencapai 0,29-1,17 kg (Santoso, 1994).
b. Batang
Tanaman jahe memiliki batang semu yang terdiri atas seludang-seludang
daun tanaman atau pelepah-pelepah daun yang menutupi batang. Batang tanaman
jahe tumbuh tegak lurus, bagian luar batang agak licin dan sedikit mengkilap
berwarna hijau tua, basah-basah atau banyak mengandung air (Anonymous,
2009).
6
7
c. Daun
Jahe merah berdaun selang seling teratur berbentuk lonjong dan lancip,
permukaan daun atas daun berwarna hijau muda dari pada bagian bawah daun.
Luas daun 32,55-51,18 mm, panjang daun 24,30-24,79 cm dan lebar daun 2,79-
3,18 cm (Santoso, 1994).
d. Bunga
Jahe merah memiliki bunga berupa bulir yang menempel pada tangkai
bulir yang keluar dari akar rimpang. Tangkai bulir dikelilingi daun pelindung
yang berbentuk bulat lonjong, berujung runcing. Bunga terletak pada ketiak daun
pelindung dengan daun kelopak dan daun bunga masing-masing tiga buah yang
sebagian bertautan (Paramitasari, 2011)
2.2. Syarat Tumbuh Jahe Merah
2.2.1 Iklim
Secara umum tanaman jahe merah dapat tumbuh di dataran rendah
maupun dataran tinggi dengan ketinggian 1500 meter diatas pemukaan laut (dpl),
dengan tipe iklim A, B, C dan pada saat musim kemarau maupun musim
penghujan, tapi dengan curah hujan yang baik untuk tanaman jahe merah sekitar
2500-3500 mm/tahun dengan jumlah bulan basah 7-9 bulan per tahun
(Rosmarkum dan Yuwono, 2002). Suhu rata-rata yang optimal terhadap
pertumbuhan jahe merah berkisar antara 25 – 300C dan kelembaban udara berkisar
80% (Paramitasari, 2011).
2.2.2 Tanah
Keadaan tanah yang baik untuk tanaman jahe merah adalah latosol,
landosol, lempung, lempung berpasir, dan lempung berliat, dan juga memiliki
8
bahan organik tinggi agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal. Dengan kemasaman tanah (pH) 4,3 - 7,4. Tetapi pH tanah yang optimal
untuk jahe merah adalah 6,8 – 7,0 (Santoso, 1994).
2.3. Mulsa
Mulsa dapat didefinisikan sebagai bahan yang dipakai dipermukaan tanah
untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan atau untuk menekan
pertumbuhan gulma, bahan mulsa antara lain terdiri dari sisa tanaman, serbuk
gergaji maupun yang lain-lain (Purwowidodo, 1983).
Mulsa berperan sebagai pengendali penguapan air tanah disamping
menghindari erosi, apabila bahan mulsa melapuk dapat menambah tingkat
kesuburan tanah yang menyangkut sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sifat sifat
yang diperbaiki antara lain kelembaban, suhu dan struktur tanah. Adanya suatu
lapisan penutup tanah, butiran air hujan tidak akan menghanyutkan hara pada
tanaman dan akan mengurangi erosi karna kecilnya aliran permukaan (Eduardo,
1980)
Penggunaan sisa-sisa tanaman sebagai mulsa penutup tanah benar benar
akan mencegah terjadinya erosi dengan menghindarkan pengaruh langsung dari
curah hujan terhadap tanah. Selain itu dapat meningkatkan kegiatan jasad hidup
dalam tanah yang menyebabkan terbentuknya pori-pori makro didalam tanah dan
sisa sisa tanaman penutup tanah akan menghambat kecepatan aliran air di
pemukaan tanah. oleh karena dapat mengurangi tekanan gesekan dan kapasitas
pengaliran air didalam tanah, keuntungan lain dari pemberian mulsa adalah
konservasi air, karena disamping meningkatkan jumlah pori pori dan juga
mengurangi evaporasi dan mengatur suhu (Sarief, 1985).
9
Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah. Tetapi
mulsa vertikal adalah mulsa sisa tanaman yang di tanamkan ke dalam tanah untuk
mengisi retak-retak dan rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok
untuk tanah yang sering mengalami rengkah dimusim kemarau, seperti tanah
vertisols (Grumosol) yang banyak dijumpai pada daerah beriklim kering (Ruijter
dan Agus, 2004).
Mulsa jerami padi dan janjang sawit akan menjaga kelembaban tanah dan
memungkinkan penyerapan air untuk memasuki tanah lebih cepat, dapat
menghambat pertumbuhan gulma. Mulsa jerami padi dan janjang sawit cenderung
untuk menekan gulma karena terjadinya proses pelapukan atau terdekomposisi
oleh mikroorganisme. Mulsa jerami padi dan dan janjang sawit bekerja seperti
jarum pinus karena perlahan-lahan semua akan terurai, dan menjaga nutrisi dalam
permukaan tanah (Anonymous, 2001).
Pemberian mulsa dari bahan alami seperti janjang sawit, jerami padi juga
dapat meningkatkan nitrogen dalam tanah, yang berasal dari pelapukan sisa-sisa
tanaman oleh jasad renik yang ada dalam tanah. kondisi tanah dibawah mulsa
membuat perkembangan dari bakteri tanah menjadi lebih aktif (Buckman dan
Brady, 1982).
2.4. Pupuk NPK
Pupuk NPK adalah pupuk anorganik yang diberikan melalui tanah untuk
memperbaiki keadaan fisik tanah tersebut, dan sekaligus melengkapi substansi
anorganik yang esensial bagi tanaman. Mengingat bahwa unsur-unsur yang
diperlukan tanaman beraneka macam, maka berbagai macam pupuk juga cukup
banyak tersedia. Tanah yang dipakai terus-menerus untuk pertanaman tanpa diberi
pupuk atau tidak ditambah unsur-unsur hara atau bahan-bahan mineralnya melalui
air pengairan, maka produksinya akan rendah atau turun yang tentu saja hanya
10
akan sesuai dengan terjadinya penambahan secara alami saja. Oleh karena itu
maka perlu dilakukan pemupukan. Dalam pemupukan ini sangat diperlukan yaitu
unsur Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kemudian unsur-unsur/bahan
mineral lainnya yang merupakan unsur sekunder (Ca, Mg dan S) dan unsur-unsur
mikro (F, Cu, Zn, Mn, Bo dan Mo) (Sutejo, 2002).
Pupuk majemuk mengandung dua atau lebih hara tanaman (makro maupun
mikro). Banyak sekali pupuk majemuk yang beredar di masyarakat baik untuk
pertanian, perkebunan, pertanaman maupun hidroponik. Pupuk tersebut
mempunyai nama dagang yang berbeda-beda, tergantung pada pabrik
pembuatnya. Pupuk yang ditujukan untuk komoditas bernilai ekonomi tinggi
umumnya mengandung banyak hara tanaman, terutama N, P, K. tanaman sayuran
dan hidroponik banyak mengandung hara N, P, K, Ca, Mg dan S (Rosmarkum dan
Yuwono, 2002).
Nitrogen adalah unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman dan
mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara
nitrogen mempunyai beberapa sifat antara lain : mudah hilang karena tercuci atau
hilang dalam bentuk gas melalui volatilitas dan terjadinya proses denitrifikasi
dimana nitrat berubah menjadi gas yang bebas ke udara. Nitrogen umumnya
ditambahkan kedalam tanah dalam bentuk ion NH4 +, Amonia (NH3), NO3 atau
urea (Hasibuan, 2006).
Fosfor merupakan senyawa penyusun jaringan tanaman seperti: asam
nukleat, fosfolipida, dan fitin. Unsur P diperlukan untuk pembentukan primordial
bunga dan organ tanaman untuk reproduksi. Peranan P yang lain adalah
mempercepat masaknya buah dan biji tanaman, terutama pada tanaman serealia.
Bila kandungan P berlebihan, umur tanaman seakan-akan menjadi lebih pendek
dibandingkan dengan tanaman yang normal (Rosmarkum dan Yuwono, 2002).
11
Kalium dalam sitoplasma dan kloroplas diperlukan untuk menetralkan
larutan sehingga mempunyai pH 7-8, pada lingkungan pH tersebut terjadi proses
reaksi yang optimum untuk hampir semua enzim yang ada dalam tanaman. Bila
pH turun dari 7,7 menjadi 6,5 maka aktivitas nitrat reduktase hampir berhenti.
Kalium berperanan terhadap lebih dari 50 enzim baik secara langsung maupun
tidak langsung (Rosmarkum dan Yuwono, 2002).
Pupuk NPK ( Nitrogen Phosphate Kalium ) merupakan pupuk majemuk
cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Bentuk pupuk NPK yang sekarang
beredar di pasaran adalah pengembangan dari bentuk-bentuk NPK lama yang
kadarnya masih rendah. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 15-15-15, dan
16-16-16. Tipe pupuk NPK yang jenis ini sangat umum didapati. Tipe NPK
tersebut juga sangat populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk
menunjang pertumbuhan tanaman ( Marsono dan Sigit, 2001).
Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga
faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang
jauh berbeda pengaruhnya dan sifatnya kerjanya, maka akan menghasilkan
hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.
(Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
2.5. Peranan Unsur Hara
1. Nitrogen
Unsur nitrogen merupakan salah salah satu unsur hara makro yang relatif
banyak dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Menurut Rinsema (1986),
nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk
menghasilkan protein, menaikkan potensi pembentukan daun-daunan dan
12
menghasilkan persenyawaan organik lainnya. Lakitan (1995). menambahkan
bahwa nitrogen diperlukan untuk menyusun molekul-molekul klorofil yang
penting dalam fotosintesis, juga diperlukan untuk pembentukan senyawa-senyawa
yang mempunyai peranan fisiologis yang penting dalam metabolisme.
Menurut Lingga (1998), peranan nitrogen bagi tanaman adalah untuk
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang. cabang
dan daun.
2. Fosfor
Fosfor merupakan unsur hara makro yang esensial bagi tanaman. Peran
utama unsur fosfor dalam tanaman yaitu sebagai penyusun inti sel dalam
pembelahan sel serta perkembangan meristem. Selain itu unsur fosfor diperlukan
untuk pembentukan karbohidrat dan efisiensi aktifitas kloroplas serta dalam
aktifitas metabolisme (Dwijoseputro, 1986).
Menurut Lingga (1998), unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk
merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda,
membantu asimilasi dan mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah.
3. Kalium
Kalium merupakan unsur hara ketiga yang relatif banyak dibutuhkan
tanaman setelah nitrogen dan fosfor. Menurut Indranada (1986) kalium ditemui
dalam cairan sel tanaman, kalium tidak terikat kuat dan merupakan bagian dan
senyawa organik di dalam tanaman. Kalium di dalam tanaman berperan sebagai
katalisator, terutama dalam menguraikan protein menjadi asam amino, juga dalam
penyusunan dan perombakan karbohidrat (Dwijoseputro, 1986).
13
4. Magnesium
Magnesium merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan
tanaman. Kegunaan unsur hara ini adalah untuk meningkatkan zat hijau daun
(klorofil), pembentukan karbohidrat, lemak dan minyak-minyak (Lingga, 1998).
Selain unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman, ada pula unsur hari
mikro yang dibutuhkan dalam jumlah kecil sedangkan jumlah besar dapat
merusak tanaman. Unsur-unsur hara mikro tersebut antara lain Zn, Fe, Mn, Cl,
Mo, dan Boron (Hakim et al., 1986).
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat. Mulai dari tanggal 4 Februari
sampai dengan 20 Juni 2013.
3.2. Bahan Dan Alat
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Benih
Benih atau rimpang jahe merah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah benih Lokal yang diperoleh dari pasar Bina Usaha Meulaboh. Benih
atau rimpang yang digunakan sebanyak 540 benih atau rimpang, tetapi
disediakan sebanyak 1000 benih atau rimpang.
b. Pupuk Organik
Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran
sapi yang sudah masak atau sudah terdekomposisi sempurna.
c. Pupuk NPK
Pupuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK
Mutiara dengan pebandingan 16: 16: 16.
d. Pengapuran
Kapur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapur dolomit yang
diperoleh dari toko pertanian Meulaboh
14
15 e. Jerami Padi
Jerami padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jerami padi
yang baru diambil dari lahan persawahan, kemudian terdekomposisi di plot
langsung.
f. Janjang Sawit
Janjang yang digunakan dalam penelitian ini adalah janjang yang
sudah masak atau sudah terdekomposisi (telah difermentasi) sempurna.
g. Pestisida
Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini berupa fungisida seperti
Antracol.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini cangkul, garu, parang, hand
spayer, meteran, gembor, ember, timbangan, pamplet nama, tali, dan alat tulis
menulis.
3.3 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor
yang diteliti adalah mulsa dan dosis pupuk NPK.
Faktor jenis mulsa (M) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu:
M0 = Tanpa Mulsa
M1 = Jerami
M2 = Janjang Sawit
16
Faktor dosis pupuk NPK (N) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu:
N1 = 75 kg ha-1 (22,5 g plot-1)
N2 = 100 kg ha-1 (30,0 g plot-1)
N3 = 125 kg ha-1 (37,5 g plot-1)
Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan dan
terdapatlah 27 unit satuan percobaan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Beberapa Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK
No Kombinasi Perlakuan Jenis Mulsa Dosis Pupuk NPK (kg ha-1)
1
2
3
M0 N1
M0 N2
M0 N3
Tanpa Mulsa
Tanpa Mulsa
Tanpa Mulsa
75
100
125
4
5
6
M1 N1
M1 N2
M1 N3
Jerami Padi
Jerami Padi
Jerami Padi
75
100
125
7
8
9
M2 N1
M2 N2
M2 N3
Janjang Sawit
Janjang Sawit
Janjang Sawit
75
100
125
Model Matematis yang akan digunakan adalah:
Yijk = μ +β i + Mj + Nk + (MN)jk + εijk
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor jenis mulsa taraf ke-j, faktor dosis
pupuk NPK taraf ke-k dan ulangan ke-i
μ = Nilai tengah umum
βi = pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2 dan 3)
Mj = pengaruh faktor pemberian jenis mulsa ke-j ( j = 1, 2 dan 3)
17 Nk = Pengaruh faktor dosis pupuk NPK ke-k ( k = 1, 2 dan 3)
(MN)jk = Interaksi pemberian jenis mulsa dan dosis pupuk NPK pada taraf
jenis mulsa ke-j, dan taraf pemberian pupuk NPK ke-k
εijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor pemberian jenis mulsa
taraf ke-j, faktor pemberian pupuk NPK taraf ke-k.
Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan
dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Dengan
persamaan sebagai berikut:
BNJ0,05 = q0,05 ( p;db) r
gKT
Dimana :
BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 %
q0,05 ( p;dbg ) = Nilai baku q pada taraf 5 %; ( jumlah perlakuan p dan derajat
bebas galat )
KT g = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.3. Pelaksanaan Penelitian
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul, tanah yang
diolah hanya bagian atas (Top Soil) dengan kedalaman ± 20 cm. Pembuatan
plot dilakukan setelah pengolahan tanah kedua dengan luas plot berukuran
200 cm x 150 cm.
2. Pengapuran
Pengapuran dilakukan dengan memberikan kapur dolomit yang bertujuan
menetralisir pH tanah, pemberian kapur dolomit dilakukan 2 minggu sebelum
tanam dengan cara menabur kapur dolomit diatas permukaan tanah dengan dosis
2,5 ton ha-1 atau setara 750 g plot-1.
18 3. Aplikasian Pupuk Dasar
Pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang
sapi yang sudah terdekomposisi sempurna yang diberikan dengan cara ditebarkan
secara merata di atas permukaan plot dan diaduk secara merata. Pupuk dasar
diberikan 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 4 kg plot-1.
4. Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa dilakukan setelah pemberian pupuk dasar, mulsa yang
diberikan adalah mulsa organik berupa jerami padi dan janjang sawit. Pemberian
mulsa dilakukan sesuai perlakuan yang dicobakan dengan ketebalan 5 cm.
5. Perlakuan Benih
Benih atau rimpang yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jahe
merah varietas lokal. Benih yang disiapkan dilakukan pemilahan atau pemilihan
rimpang yang baik untuk digunakan sebagai benih. Ukuran rimpang yang
digunakan dalam penelitian adalah 3 cm atau dengan 4 mata tunas. Benih disemai
terlebih dahulu selama 2 bulan atau mata tunas sudah mencapai 3-5 cm.
6. Pemupukan NPK
Pemupukan dilakukan sehari sebelum tanam. Pupuk yang digunakan
sebagai perlakuan adalah pupuk NPK diberikan satu kali dengan dosis sesuai
dengan perlakuan yang dicobakan yaitu 75 kg ha-1 (22,5 g plot-1), 100 kg ha-1
(30,0 g plot-1) dan 125 kg ha-1 (37,5 g plot-1).
7. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan 1 rimpang per lubang tanam, dengan jarak
tanam 30 cm x 50 cm, dengan kedalaman 5 cm. Penanaman dilakukan pada sore
hari dengan 20 tanaman per unit perlakuan.
19 8. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat pagi dan sore hari, tergantung
juga pada kondisi lingkungan setempat. Jahe merah menghendaki kondisi tanah
yang lembab tetapi tidak becek.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman dalam keadaan tidak
tumbuh atau mati. Penyulaman ini dilakukan saat tanaman berumur 10 hari
setelah tanam.
c. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan ke-1 pada tanaman jahe merah dilakukan pada umur
3 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman berumur
sekitar 7 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan
pembubunan. Pembumbunan dilakukan dengan cara mengikis gulma yang
tumbuh menggunakan tangan atau kuret secara hati-hati dan tidak terlalu dalam
agar tidak merusak perakaran tanaman.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian penyakit dikendalikan dengan penyemprotan insektisida
yang berupa Antracol. Penyemprotan insektisida dilakukan pada waktu yang
berbeda-beda tergantung pola penyerangannya.
e. Pemanenan
Pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati, rimpang digali dengan
cangkul tidak boleh terluka karena akan merusak kualitasnya. Pemanenan
dilakukan pada umur 120 HST.
20 3.4 Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi
tanaman dari pangkal batang dampai daun tertinggi terhadap enam tanaman
sampel dari setiap plot. Pengukuran dilakukan pada umur 30, 60, 90 dan 120 HST
dengan menggunakan meteran dalam satuan centimeter.
2. Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)
Pengamatan jumlah anakan per rumpun dilakukan dengan cara
menghitung seluruh jumlah anakan dari enam tanaman sampel setiap plot.
Perhitungan jumlah anakan per rumpun dilakukan pada umur 30, 60, 90 dan
120 HST.
3. Berat Rimpang per Rumpun (g)
Pengamatan berat rimpang per rumpun dilakukan saat panen setelah semua
rimpang dari enam rumpun per plot dibersihkan dengan cara menimbang seluruh
rimpang dan dirata-ratakan per rumpun dalam satuan gram.
4. Produksi Per Hektar (ton)
Perhitungan produksi per hektar dilakukan dengan cara mengkonversi
berat rimpang per rumpun dan jumlah populasi tanaman per hektar dalam
satuan ton.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Jenis Mulsa
4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4, 6 dan 8) menunjukkan
bahwa jenis mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 60 HST dan
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 90 dan 120 HST. Namun
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST. Rata-rata tinggi
tanaman jahe merah pada berbagai jenis mulsa umur 30, 60, 90 dan 120 HST
setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa Umur 30, 60, 90 dan 120 HST
Beberapa Mulsa Tinggi Tanaman (cm) Simbol Jenis Mulsa 30 HST 60 HST 90 HST 120 HST
M0 Tanpa Mulsa 26,91 32,80 a 41,31 a 48,26 a M1 Jerami Padi 26,94 38,63 ab 53,22 b 65,30 b M2 Janjang Sawit 28,05 41,32 b 60,31 b 75,64 b
BNJ 0,05 - 6,62 11,58 13,09 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ) Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman jahe merah tertinggi umur 30 HST
cenderung ditunjukkan pada mulsa janjang sawit (M2) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan
pada umur 60, 90 dan 120 HST tanaman tertinggi ditunjukkan pada mulsa janjang
sawit (M2) yang berbeda nyata dengan tanpa mulsa (M0) namun berbeda tidak
nyata dengan mulsa jerami padi (M1).
Hubungan antara tinggi tanaman jahe merah pada berbagai jenis mulsa
umur 30, 60, 90 dan 120 HST dapat dilihat pada Gambar 1.
21
22
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
60 HST 90 HST 120 HST
Ting
gi T
anam
an (c
m)
Umur Tanaman
Tanpa Mulsa Jerami Padi Janjang Sawit
Gambar 1. Tinggi Tanaman Jahe Merah pada berbagai Jenis Mulsa Umur 60, 90
dan 120 HST
Gambar 1 menunjukkan pada perlakuan mulsa janjang sawit (M2)
menghasilkan tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan
mulsa lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mulsa janjang sawit dan
jerami padi menghasilkan tinggi tanaman jahe merah umur 60, 90 dan 120 HST
yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa mulsa. Hal ini disebabkan karena
mulsa ini dapat mempertahankan kelembaban serta kesuburan tanah sebagai
akibat dari penggunaan mulsa yang dapat menekan laju evaporasi sehingga
kandungan air tanah cukup bagi pertumbuhan tanaman. Umboh (2002)
menyatakan bahwa penggunaan mulsa yang tepat dapat mengurangi penguapan
dalam kurun waktu yang lama dan dapat menambah bahan organik tanah sehingga
dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air.
Sarief (1986) dalam Mulyana (2000) menambahkan bahwa mulsa dapat
menjaga kelembaban tanah, mendorong kehidupan jasad renik, menaikkan daya
menahan air, sehingga air tanah mengandung bahan-bahan mudah larut akan
23
mudah diserap oleh bulu akar. Mulsa juga berperan dalam mempertinggi humus,
dimana humus dapat menjaga atau mempertahankan struktur tanah, sehingga
mudah diolah dan berisi banyak oksigen.
4.1.2. Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 10, 12, 14 dan 16) menunjukkan
bahwa jenis mulsa berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan per rumpun
umur 30 HST namun berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan per
rumpun umur 60, 90 dan 120 HST. Rata-rata jumlah anakan per rumpun tanaman
jahe merah pada berbagai jenis mulsa umur 30, 60, 90 dan 120 HST setelah diuji
dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa Umur 30, 60, 90 dan 120 HST
Beberapa Mulsa Jumlah Anakan per Rumpun (anakan) Simbol Jenis Mulsa 30 HST 60 HST 90 HST 120 HST
M0 Tanpa Mulsa 1,52 a 4,81 8,26 14,04 M1 Jerami Padi 2,52 b 5,67 11,30 19,13 M2 Janjang Sawit 2,48 b 5,28 10,09 17,31
BNJ0,05 0,57 - - - Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ) Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun terbanyak
umur 30 HST ditunjukkan pada mulsa jerami padi (M1) yang berbeda nyata
dengan tanpa mulsa (M0) namun berbeda tidak nyata dengan mulsa janjang sawit
(M2). Sedangkan pada umur 60, 90 dan 120 HST jumlah anakan per rumpun
terbanyak cenderung ditunjukkan pada mulsa jerami padi (M1) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Hubungan antara jumlah anakan per rumpun tanaman jahe merah pada
berbagai jenis mulsa umur 30 HST dapat dilihat pada Gambar 2.
24
1,52
2,52 2,48
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
Tanpa Mulsa Jerami Padi Janjang Sawit
Jum
lah A
naka
n pe
r Rum
pun
Jenis Mulsa
Gambar 2. Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa Umur 30 HST
Gambar 2 menunjukkan pada perlakuan mulsa jerami padi (M1)
menghasilkan jumlah anakan per rumpun yang lebih banyak dibandingkan
dengan perlakuan mulsa lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah anakan per rumpun tanaman jahe
merah terbanyak umur 30 HST dijumpai pada jerami padi dan janjang sawit.
Meningkatnya jumlah anakan per rumpun tanaman jahe merah pada perlakuan
jerami padi dan janjang sawit karena mulsa ini mampu mengendalikan iklim
mikro terutama temperatur dan kelembaban tanah. Mulsa jerami bersifat sarang
dan dapat mempertahankan temperatur dan kelembaban tanah, memperkecil
penguapan air tanah sehingga sehingga kondisi ini dapat merangsang
pertumbuhan tunas tanaman jahe. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudiarto dan
Gusmaini (2004) yang menyatakan bahwa akumulasi panas sebagai efek
dekomposisi segera akan dapat ditranslokasikan ke udara, sehingga akumulasi
panas di bawah mulsa dapat teratasi (stabil). Kelembaban tanah di bawah mulsa
yang bersifat sarang umumnya lebih rendah daripada kelembaban tanah di bawah
mulsa yang bersifat padat.
25
Menurut Kasli (2008) jerami padi memiliki kandungan hara yakni bahan
organik 40,87 %, N 1,01%, P 0,15%, dan K 1,75%. Sedangkan kandungan unsur
hara pada sekam padi: C-organik (45,06%), N-total (0,31%), Ptotal (0,07%), K-
total (O,28%), Ca (0,06 cmol(+).kg -1) dan Mg (0,04 cmol-1). Kandungan N, P,
dan K pada mulsa jerami lebih tinggi dibanding mulsa sekam. Selain sebagai
mulsa, jerami dan sekam juga dapat digunakan sebagai penambah bahan organik.
Kandungan unsur hara jerami yang lebih tinggi, serta kemampuan menyerap dan
menyimpan air yang lebih lama menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman lebih optimal dibanding mulsa lainnya. Hal ini akan memudahkan
perakaran tanaman jahe dalam menjangkau dan menyerap hara tersebut karena
tanaman jahe secara ekologi tergolong surface feeder. Winarna et al. (2003)
menyatakan bahwa aplikasi janjang sawit sebagai mulsa secara umum akan
meningkatkan kadar N, P, K, Ca, Mg, C-organik dan KTK tanah.
4.1.3. Berat Rimpang per Rumpun (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa jenis
mulsa berpengaruh nyata terhadap berat rimpang per rumpun. Rata-rata berat
rimpang per rumpun tanaman jahe merah pada berbagai jenis mulsa setelah diuji
dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa
Beberapa Mulsa Berat Rimpang Per Rumpun (g) Simbol Jenis Mulsa
M0 Tanpa Mulsa 153,59 a M1 Jerami Padi 218,52 ab M2 Janjang Sawit 223,33 b
BNJ0,05 68,22 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
26
Tabel 4 menunjukkan bahwa berat rimpang per rumpun terberat
ditunjukkan pada mulsa janjang sawit (M2) yang berbeda nyata dengan tanpa
mulsa (M0) namun berbeda tidak nyata dengan mulsa jerami padi (M1).
Hubungan antara berat rimpang per rumpun tanaman jahe merah pada
berbagai jenis mulsa dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai
Jenis Mulsa
153,59
218,52 223,33
0
50
100
150
200
250
Tanpa Mulsa Jerami Padi Janjang Sawit
Bera
t Rim
pang
per
Rum
pun
(g)
Jenis Mulsa
Gambar 3 menujukkan bahwa berat rimpang per rumpun tanaman jahe
merah tertinggi dijumpai pada perlakuan mulsa janjang sawit dan tidak berbeda
nyata dengan mulsa jerami padi. Hal ini diduga karena mulsa janjang sawit dan
jerami padi dapat mempertahankan iklim mikro dalam tanah sehingga suhu tanah
tetap stabil. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwowidodo (1983), mulsa dapat
berperan positif terhadap tanah dan tanaman yaitu melindungi agregat-agregat
tanah dari daya rusak butir hujan, meningkatkan penyerapan air oleh tanah,
mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan, memelihara temperatur dan
kelembaban tanah, memelihara kandungan bahan organik tanah dan
mengendalikan pertumbuhan gulma sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman
baik mutu maupun jumlahnya.
27
4.1.4. Produksi per Hektar (ton)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 20) menunjukkan bahwa jenis
mulsa berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi per
hektar tanaman jahe merah pada berbagai jenis mulsa setelah diuji dengan BNJ0,05
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa
Beberapa Mulsa Produksi Per Hektar (ton) Simbol Jenis Mulsa
M0 Tanpa Mulsa 10,24 a M1 Jerami Padi 14,57 ab M2 Janjang Sawit 14,89 b
BNJ0,05 4,55 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 5 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi ditunjukkan
pada mulsa janjang sawit (M2) yang berbeda nyata dengan tanpa mulsa (M0)
namun berbeda tidak nyata dengan mulsa jerami padi (M1).
Hubungan antara produksi per hektar tanaman jahe merah pada berbagai
jenis mulsa dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa
10,24
14,57 14,89
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
Tanpa Mulsa Jerami Padi Janjang Sawit
Prod
uksi
per
Hek
tar
(ton)
Jenis Mulsa
28
Gambar 4 menujukkan bahwa produksi per hektar tanaman jahe merah
tertinggi dijumpai pada perlakuan mulsa janjang sawit dan tidak berbeda nyata
dengan jerami padi. Hal ini diduga karena mulsa janjang sawit dan jerami padi
dapat mempertahankan atau memperbaiki sifat fisik tanah seperti bobot isi, kadar
air, memperkecil proses dispersi, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan
memperbaiki struktur tanah sehingga dapat mempercepat laju infiltrasi. Brown
dan Dicky (1970) menyatakan bahwa bobot mulsa yang memungkinkan untuk
menurunkan bobot isi, meningkatkan permeabilitas, porositas, ruang pori total,
dan memungkinkan peningkatan kadar bahan organik dalam tanah.
Sudiarto dan Gusmaini (2004) yang mengemukakan bahwa bahan organik
dari janjang sawit yang merupakan limbah dapat dimanfaatkan sebagai mulsa
dalam tanaman. Penggunaan mulsa pada pertanaman jahe monokultur dapat
meningkatkan produktivitas rimpang segar lebih tinggi dari hasil tanpa pemberian
mulsa. Selain itu pemberian mulsa juga dapat membentuk lapisan yang relatif
padat sehingga efektif mencegah perkecambahan biji gulma atau menghalangi
perkembangan awal selama 100 hari. Hara yang dihasilkan dari pelapukan mulsa
bervariasi, bergantung pada jenis tanaman dan umur panen. Pada umumnya,
makin tua umur tanaman yang dipanen makin tinggi pula hara yang dihasilkan
dari pelapukan bahan organik.
4.2. Pengaruh Dosis Pupuk NPK
4.2.1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4, 6 dan 8) menunjukkan
bahwa dosis pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur
30, 60, 90 dan 120 HST. Rata-rata tinggi tanaman jahe merah pada berbagai jenis
mulsa umur 30, 60, 90 dan 120 HST dapat dilihat pada Tabel 6.
29
Tabel 6. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis NPK umur
30, 60, 90 dan 120 HST Dosis Pupuk NPK Tinggi Tanaman (cm)
Simbol kg ha-1 30 HST 60 HST 90 HST 120 HST N1 75 27,23 37,69 51,03 62,32 N2 100 26,57 36,14 51,54 62,26 N3 125 28,09 38,93 52,28 64,61
Tabel 6 menunjukkan bahwa tanaman jahe merah tertinggi umur 30, 60,
90 dan 120 ditunjukkan pada dosis pupuk NPK 125 kg ha-1 (N3) meskipun
secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan dosis pupuk
NPK 75 kg ha-1 (N1) dan 100 kg ha-1 (N2).
Pemakaian pupuk majemuk NPK akan memberikan suplay unsur N yang
lebih kecil jika dibandingkan dengan pupuk tunggal N. Sedangkan nitrogen
merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleat dengan demikian
merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan. Protoplasma adalah tempat
dimana berlangsungnya pembelahan sel. Oleh karena kondisi nitrogen yang
kurang tercukupi, maka proses pembelahan sel pun terganggu, sehingga
pertumbuhan tanaman terhambat (Mulyana, 2000).
4.2.2. Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 10, 12, 14 dan 16) menunjukkan
bahwa dosis pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan per
rumpun umur 30, 60, 90 dan 120 HST. Rata-rata jumlah anakan per rumpun
tanaman jahe merah pada berbagai jenis mulsa umur 30, 60, 90 dan 120 HST
dapat dilihat pada Tabel 7.
30
Tabel 7. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK umur 30, 60, 90 dan 120 HST.
Dosis Pupuk NPK Jumlah Anakan Simbol kg ha-1 30 HST 60 HST 90 HST 120 HST
N1 75 2,02 4,94 9,52 16,77 N2 100 2,15 5,28 9,28 15,19 N3 125 2,35 5,54 10,85 18,52
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah anakan tanaman per rumpun tanaman
jahe merah terbanyak umur 30, 60, 90 dan 120 HST cenderung ditunjukkan
pada dosis pupuk NPK 125 kg ha-1 (N3) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan dosis pupuk NPK 75 kg ha-1 (N1) dan
100 kg ha-1 (N2). Hasil ini diduga karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman
tidak mencukupi sehingga pertumbuhan jumlah anakan tidak optimal. Hal ini
sesuai dengan pendapat Januwati (1999) dalam Fithryan (2009) yang menyatakan
bahwa kontribusi pupuk NPK menyediakan unsur hara esensil yang mempunyai
fungsi dan peran tersendiri akan mempengaruhi kualitas tanaman. Peranan
nitrogen adalah perangsang pertumbuahan vegetatif, yaitu menambah tinggi
tanaman, merangsang tumbuhnya anakan dan membuat tanaman menjadi hijau
karena merupakan bahan penyusun klorofil yang penting dalam fotosintesis. Akan
tetapi penggunaan pupuk yang berlebihan atau kekurangan tidak berpengaruh
terhadap tanaman.
4.2.3. Berat Rimpang per Rumpun (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap berat rimpang per rumpun. Rata-rata
berat rimpang per rumpun tanaman jahe merah pada berbagai dosis pupuk NPK
setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 7.
31
Tabel 7. Rata-rata Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK Dosis Pupuk NPK Berat Rimpang Per Rumpun
(g) Simbol kg ha-1
N1 75 171,93 a N2 100 174,44 a N3 125 249,07 b
BNJ0,05 68,22 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 7 menunjukkan bahwa berat rimpang per rumpun terberat ditunjukkan
pada dosis pupuk NPK 125 kg ha-1 (N3) yang berbeda nyata dengan dosis pupuk NPK
75 kg ha-1 (N1) dan 100 kg ha-1 (N2).
Hubungan antara berat rimpang per rumpun tanaman jahe merah pada
berbagai dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Gambar 5.
11,46 11,63
16,60
10
11
12
13
14
15
16
17
18
75 100 125
Prod
uksi
per H
ekta
r (to
n)
Dosis Pupuk NPK (kg ha-1)
Gambar 5. Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK
Gambar 5 menujukkan bahwa berat rimpang per rumpun tanaman jahe
merah tertinggi dijumpai pada dosis pupuk NPK 125 kg ha-1 (N3), hal ini diduga
karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan rimpang
terpenuhi dalam keadaan seimbang salah satunya unsur hara fosfat dan kalium.
32
Hal ini sesuai dengan pandapat Marsono dan Sigit (2001) yang mengemukakan
bahwa pemupukan NPK pada tanaman jahe dalam keadaan cukup dapat berperan
dalam meningkatkan kesehatan tanaman. Pupuk fosfat dan kalium dapat
membantu perkembangan akar, membantu pembentukan protein dan karbohidrat
dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit. Umumnya tanaman
yang kekurangan unsur kalium, komponen ketahanannya akan tergannggu
sehingga akan memudahkan pathogen untuk penetrasi.
4.2.4. Produksi per Hektar (ton)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis
pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi
per hektar tanaman jahe merah pada berbagai dosis pupuk NPK setelah diuji
dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK Dosis Pupuk NPK Produksi per Hektar
(ton) Simbol kg ha-1
N1 75 11,46 a N2 100 11,63 a N3 125 16,60 b
BNJ0,05 4,55 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi ditunjukkan pada
dosis pupuk NPK 125 kg ha-1 (N3) yang berbeda nyata dengan dosis pupuk NPK 75
kg ha-1 (N1) dan 100 kg ha-1 (N2).
Hubungan antara produksi per hektar tanaman jahe merah pada berbagai
dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Gambar 6.
33
171,93 174,44
249,07
100
120
140
160
180
200
220
240
260
75 100 125
Bera
t Rim
pang
per
Rum
pun
(g)
Dosis Pupuk NPK (kg ha-1)
Gambar 6. Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK
Gambar 6 menujukkan bahwa produksi per hektar tanaman jahe merah
tertinggi dijumpai pada dosis pupuk NPK 125 kg ha-1 (N3), hal ini diduga karena
pada dosis yang diberikan mampu menyediakan unsur hara yang seimbang bagi
pertumbuhan tanaman. Hal ini seiring dengan pendapat Rinsema (1993)
menjelaskan bahwa, untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang lebih baik
suplai hara yang dibutuhkan oleh tanaman harus cukup tersedia dalam jumlah
yang optimal dan dalam keadaan seimbang.
4.3. Pengaruh Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai
dengan 20) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis mulsa dan dosis
pupuk NPK terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman jahe merah
yang diamati. Hal ini bermakna bahwa perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman
jahe merah akibat perbedaan jenis mulsa tidak tergantung pada dosis pupuk NPK
ataupun sebaliknya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Jenis mulsa berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 90 dan 120
HST, jumlah anakan per rumpun umur 30 HST. Berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman umur 60 HST, berat rimpang per rumpun dan produksi per hektar.
Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST dan
jumlah anakan per rumpun umur 60, 90 dan 120 HST. Pertumbuhan dan produksi
tanaman jahe merah terbaik dijumpai pada mulsa janjang sawit dan mulsa jerami.
2. Dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap berat rimpang per rumpun dan
produksi per hektar. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
dan jumlah anakan per rumpun umur 30, 60, 90 dan 120 HST. Produksi tanaman
jahe merah terbaik dijumpai pada dosis pupuk NPK 125 kg ha-1.
3. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara jenis mulsa dan dosis pupuk NPK
terhadap setiap peubah yang diamati.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang berbagai jenis mulsa dan dosis
pupuk NPK terhadap berbagai varietas tanaman jahe.
2. Dosis pupuk NPK dapat ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang optimum.
34
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2001. Macam-macam Mulsa Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.
__________. 2005. Badan Pusat Statistik Indonesia. BPS Riau, Pekanbaru. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
__________. 2009. Tim Bina Karya Tani. “Budidaya Tanaman Jahe”. Yrama Widya, Bandung.
__________. 2011. Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian, “ sinar tani.” Agustus 2011.
Buckman, H. O. And N. C. Brady, 1992. Ilmu Tanah (Terjemahan ole Soegiman). Brarata karya Aksara, Jakarta.
Dwijoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta. 232 hlm.
Eduardo. 1980. Pengaruh Mulsa dan Cara Pemberian Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Sayuran. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor, 73 Hlm.
Fithriadi, R. 1997. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia; Kumpulan Informasi, Jakarta.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Soul, M. A. Diha, Go Ban Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung. 488 hlm.
Harnzah, 1985. lImu Tanah Hutan. Pusat Penelitian Kehutanan Cepu, Cepu.
Hasibuan.B.E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
http://id.hicow.com/mulsa/tanah/kebun-2070354.html diakses pada tanggal 26-01-2012
http://www.worldagroforestry.org/diakses pada tanggal 26-01-2012.
Indranada, H.K. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara, Jakarta. 192 hlm.
Januwati, M., 1999. Optimalisasi Usaha Tani Tanaman Jahe. Makalah Disampaikan pada Semi Orasi di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor, 23 Juni 1999. 31 hlm.
35
36 Kasli. 2008. Pembuatan Beberapa Pupuk Hayati Hasil Dekomposisi.
http://www.lp.unand.ac.id/?pModule=penelitian&pSub=penelitian&pAct=detail&id137&bi=20. Diakses tanggal 2 Februari 2012.
Kemper, W. D., A. D. Nicks, and A. T. Corey. 1994. Accumulation of water in soil gravel and sand mulches. Soil Sci. Soc. Am. J. 58 ; 56-63
Lakitan, B. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta. 203 hlm.
Lingga P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. 163 hlm.
Marsono dan Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis Dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Musnawar, E. I. 2003. Pupuk Organik. Penebar Swadaya, Jakarta. 77 hlm
Paramitasari, D. R. 2011. Panduan Praktis, Lengkap, dan Menguntungkan Budi Daya Rimpang. Jahe, Kunyit, kencur dan Temulawak. Yogyakarta. Cahaya Atma.
Purwowidodo . 1983 . Teknologi Mulsa. Dewa Ruci Prees, Jakarta.
Rinsema, 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhatara, Jakarta. 235 hlm.
Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. (Terjemahan H.M.Saleh). Bharata Karya Aksara, Jakarta. 235 hlm.
Rosmarkum A. dan N.W.Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Ruijter, J. dan Agus, F. 2004. Mulsa Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.
Santoso, H.B. 1994. Jahe Gajah. Yogyakarta, Kanisius.
Sarief , E.S. 1985. Koservasi Tanah dan air. Pustaka Buana, Bandung.182 hlm.
Sarief , E.S. 1986. Kesuburan dan PemupukanTanah. Pustaka Buana, Bandung.
Soegianto, S. 1976. Pengawetan Tanah dan Mulsa. (Dalam majah Tubus 74 (VII). Yayasan social Tani Menbangun, Jakarta.
Soeharjo, M., A. Syukur, dan Subowo. 1997. Peranan jenis tanaman legum dalam mem- perbaiki sifat fisik dan kimia tanah pada tanah marginal ( Typic Plinthudults) Lam- pung Tengah. Prosiding Kongres Nasional VI HITI, Jakarta 12 _ 15 Desember 1995. Buku 1: 375 _ 382.
37 Sudiarto, B. Irwan, Syarif, dan W. Wargono. 1991. Beberapa aspek usaha tani
jahe gajah. Makalah Disajikan pada Seminar Budi Daya dan Peluang Pasar Jahe, Kebun Pembibitan Trubus Cimanggis, Bogor. 26 Januari 1991. 17 hlm.
Suganda, H., Abas, A., dan H. Suwardjo. 1993. Pengaruh kombinasi pengelolaan tanah, mulsa jerami dan irigasi terhadap sifat fisik tanah, pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Risalah Hasil penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang pertanian, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hal 58-64.
Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sutedjo, M.M dan Kartasapoetra.1987. Pupuk dan Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Umboh, H.A. 2002. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya, Jakarta.
38
Lampiran 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 30 HST (cm)
Kombinasi Perlakuan
Blok Total Rerata
I II III M0N1 23,12 29,30 26,42 78,83 26,28
M0N2 23,73 22,92 26,80 73,45 24,48 M0N3 33,57 30,30 26,03 89,90 29,97 M1N1 28,30 23,23 26,15 77,68 25,89 M1N2 26,72 28,17 27,45 82,33 27,44 M1N3 28,08 28,72 25,60 82,40 27,47 M2N1 27,57 32,15 28,82 88,53 29,51 M2N2 26,87 27,63 28,88 83,38 27,79 M2N3 27,48 27,47 25,58 80,53 26,84 Total 245,43 249,88 241,73 737,05 -
Ȳ = 27,30 Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis
Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 30 HST
Kombinasi Perlakuan DB JK KT F Hitung
F Tabel 0,05 0,01
Blok 2 3,701 1,850 0,338 tn 3,63 6,23 M 2 7,634 3,817 0,698 tn 3,63 6,23 N 2 10,443 5,222 0,955 tn 3,63 6,23
M x N 4 52,287 13,072 2,391 tn 3,01 4,77 Galat 16 87,468 5,467 Total 26 161,534
KK = 8,57 %
Keterangan : tn = Tidak Nyata
39
Lampiran 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 60 HST (cm)
Kombinasi Perlakuan
Blok Total Rerata
I II III M0N1 28,92 33,52 35,17 97,60 32,53 M0N2 30,42 24,82 32,90 88,13 29,38 M0N3 50,18 31,27 28,03 109,48 36,49 M1N1 44,83 24,25 36,48 105,57 35,19 M1N2 40,28 40,50 37,73 118,52 39,51 M1N3 42,67 43,10 37,83 123,60 41,20 M2N1 47,58 43,55 44,88 136,02 45,34 M2N2 43,03 38,67 36,88 118,58 39,53 M2N3 44,58 39,35 33,32 117,25 39,08 Total 372,50 319,02 323,23 1014,75 -
Ȳ = 37,58 Lampiran 4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis
Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 60 HST
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung
F Tabel 0,05 0,01
Blok 2 196,498 98,249 3,321 tn 3,63 6,23 M 2 341,091 170,545 5,765 * 3,63 6,23 N 2 35,146 17,573 0,594 tn 3,63 6,23
M x N 4 171,886 42,971 1,453 tn 3,01 4,77 Galat 16 473,303 29,581 Total 26 1217,923
KK = 14,47 % Keterangan : tn = Tidak Nyata * = Nyata
40
Lampiran 5. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 90 HST (cm)
Kombinasi Perlakuan
Blok Total Rerata
I II III M0N1 31,67 41,00 40,67 113,33 37,78 M0N2 39,83 30,50 49,50 119,83 39,94 M0N3 66,92 35,50 36,17 138,58 46,19 M1N1 63,00 34,60 49,50 147,10 49,03 M1N2 58,50 62,50 50,67 171,67 57,22 M1N3 55,50 61,00 43,75 160,25 53,42 M2N1 72,17 62,17 64,50 198,83 66,28 M2N2 53,50 61,17 57,67 172,33 57,44 M2N3 59,17 61,83 50,67 171,67 57,22 Total 500,25 450,27 443,08 1393,60 -
Ȳ = 51,61 Lampiran 6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis
Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 90 HST
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung
F Tabel 0,05 0,01
Blok 2 215,480 107,740 1,190 tn 3,63 6,23 M 2 1661,045 830,522 9,170 ** 3,63 6,23 N 2 7,092 3,546 0,039 tn 3,63 6,23
M x N 4 368,339 92,085 1,017 tn 3,01 4,77 Galat 16 1449,034 90,565 Total 26 3700,990
KK = 18,44 % Keterangan : tn = Tidak Nyata ** = Sangat Nyata
41
Lampiran 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 120 HST (cm)
Kombinasi Perlakuan
Blok Total Rerata
I II III M0N1 36,00 54,33 54,33 144,67 48,22 M0N2 48,67 39,50 53,33 141,50 47,17 M0N3 67,33 42,50 38,33 148,17 49,39 M1N1 72,33 57,00 56,67 186,00 62,00 M1N2 69,00 78,67 52,00 199,67 66,56 M1N3 68,17 80,00 53,83 202,00 67,33 M2N1 82,83 82,17 65,25 230,25 76,75 M2N2 61,67 88,83 68,67 219,17 73,06 M2N3 75,17 81,50 74,67 231,33 77,11 Total 581,17 604,50 517,08 1702,75 -
Ȳ = 63,06 Lampiran 8. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis
Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 120 HST
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung
F Tabel 0,05 0,01
Blok 2 455,289 227,644 1,965 tn 3,63 6,23 M 2 3440,622 1720,311 14,853 ** 3,63 6,23 N 2 32,298 16,149 0,139 tn 3,63 6,23
M x N 4 55,145 13,786 0,119 tn 3,01 4,77 Galat 16 1853,179 115,824Total 26 5836,532 -
KK = 17,07 % Keterangan : tn = Tidak Nyata ** = Sangat Nyata
42
Lampiran 9. Rata-rata Jumlah Anakan Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 30 HST
Kombinasi Perlakuan
Blok Total Rerata
I II III M0N1 1,00 1,83 1,33 4,17 1,39 M0N2 1,33 1,00 2,00 4,33 1,44 M0N3 2,33 1,67 1,17 5,17 1,72 M1N1 2,50 1,67 2,33 6,50 2,17 M1N2 2,00 2,67 3,33 8,00 2,67 M1N3 2,50 2,67 3,00 8,17 2,72 M2N1 2,33 2,67 2,50 7,50 2,50 M2N2 2,33 2,67 2,00 7,00 2,33 M2N3 2,83 2,83 2,17 7,83 2,61 Total 19,17 19,67 19,83 58,67 -
Ȳ = 2,17 Lampiran 10. Analisis Ragam Jumlah Anakan Jahe Merah pada Berbagai Jenis
Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 30 HST
Kombinasi Perlakuan DB JK KT F
Hitung F Tabel
0,05 0,01 Blok 2 0,027 0,013 0,061 tn 3,63 6,23
M 2 5,786 2,893 13,186 ** 3,63 6,23 N 2 0,508 0,254 1,158 tn 3,63 6,23
M x N 4 0,362 0,091 0,413 tn 3,01 4,77 Galat 16 3,510 0,219Total 26 10,193
KK = 21,56 % Keterangan : tn = Tidak Nyata ** = Sangat Nyata
43
Lampiran 11. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 60 HST
Kombinasi Perlakuan
Blok Total Rerata
I II III M0N1 3,50 5,00 4,83 13,33 4,44 M0N2 4,17 4,17 5,83 14,17 4,72 M0N3 6,00 4,67 5,17 15,83 5,28 M1N1 5,50 3,50 5,17 14,17 4,72 M1N2 4,17 7,33 6,67 18,17 6,06 M1N3 5,50 6,50 6,67 18,67 6,22 M2N1 5,83 6,50 4,67 17,00 5,67 M2N2 5,67 5,33 4,17 15,17 5,06 M2N3 5,50 4,50 5,33 15,33 5,11 Total 45,83 47,50 48,50 141,83 -
Ȳ = 5,25 Lampiran 12. Analisis Ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah
pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 60 HST
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung
F Tabel 0,05 0,01
Blok 2 0,403 0,202 0,203 tn 3,63 6,23 M 2 3,274 1,637 1,646 tn 3,63 6,23 N 2 1,588 0,794 0,799 tn 3,63 6,23
M x N 4 4,233 1,058 1,064 tn 3,01 4,77 Galat 16 15,912 0,994 Total 26 25,409
KK = 18,98 % Keterangan : tn = Tidak Nyata
44
Lampiran 13. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 90 HST
Kombinasi Perlakuan
Blok Total Rerata
I II III M0N1 4,17 9,17 10,83 24,17 8,06 M0N2 6,67 5,67 10,17 22,50 7,50 M0N3 14,00 7,00 6,67 27,67 9,22 M1N1 11,17 7,00 11,50 29,67 9,89 M1N2 9,33 13,83 10,50 33,67 11,22 M1N3 10,00 14,67 13,67 38,33 12,78 M2N1 10,50 12,33 9,00 31,83 10,61 M2N2 8,83 12,00 6,50 27,33 9,11 M2N3 12,50 11,50 7,67 31,67 10,56 Total 87,17 93,17 86,50 266,83 -
Ȳ = 9,88 Lampiran 14. Analisis Ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah
pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 90 HST
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung
F Tabel 0,05 0,01
Blok 2 2,996 1,498 0,176 tn 3,63 6,23 M 2 42,101 21,050 2,478 tn 3,63 6,23 N 2 12,940 6,470 0,762 tn 3,63 6,23
M x N 4 8,578 2,145 0,252 tn 3,01 4,77 Galat 16 135,930 8,496 Total 26 202,545
KK = 29,49 % Keterangan : tn = Tidak Nyata
45
Lampiran 15. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 120 HST
Kombinasi Perlakuan
Blok Total Rerata
I II III M0N1 6,67 18,67 18,50 43,83 14,61 M0N2 10,67 9,00 17,67 37,33 12,44 M0N3 20,17 13,33 11,67 45,17 15,06 M1N1 19,17 13,80 21,17 54,13 18,04 M1N2 16,00 20,67 16,00 52,67 17,56 M1N3 16,00 26,50 22,83 65,33 21,78 M2N1 21,83 23,67 7,50 53,00 17,67 M2N2 12,17 20,17 14,33 46,67 15,56 M2N3 20,83 19,00 16,33 56,17 18,72 Total 143,50 164,80 146,00 454,30 -
Ȳ = 16,83 Lampiran 16. Analisis Ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah
pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 120 HST
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung
F Tabel 0,05 0,01
Blok 2 30,125 15,063 0,537 tn 3,63 6,23 M 2 119,762 59,881 2,134 tn 3,63 6,23 N 2 50,036 25,018 0,892 tn 3,63 6,23
M x N 4 9,276 2,319 0,083 tn 3,01 4,77 Galat 16 448,972 28,061 Total 26 658,172 -
KK = 31,48 % Keterangan : tn = Tidak Nyata
46
Lampiran 17. Rata-rata Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK (gr)
Kombinasi Perlakuan
Blok Total Rerata
I II III M0N1 134,00 93,33 176,67 404,00 134,67 M0N2 143,33 100,00 158,33 401,67 133,89 M0N3 308,33 155,00 113,33 576,67 192,22 M1N1 180,00 125,00 221,67 526,67 175,56 M1N2 175,00 225,00 175,00 575,00 191,67 M1N3 278,33 351,67 235,00 865,00 288,33 M2N1 195,00 251,67 170,00 616,67 205,56 M2N2 140,00 260,00 193,33 593,33 197,78 M2N3 293,33 273,33 233,33 800,00 266,67 Total 1847,33 1835,00 1676,67 5359,00 -
Ȳ = 198,48 Lampiran 18. Analisis Ragam Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe
Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung
F Tabel 0,05 0,01
Blok 2 2012,914 1006,457 0,320 tn 3,63 6,23 M 2 27306,988 13653,494 4,342 * 3,63 6,23 N 2 34583,284 17291,642 5,499 * 3,63 6,23
M x N 4 2996,321 749,080 0,238 tn 3,01 4,77 Galat 16 50308,123 3144,258Total 26 117207,630 -
KK = 28,25 % Keterangan : tn = Tidak Nyata * = Nyata
47
Lampiran 19. Rata-rata Produksi Per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK (ton)
Kombinasi Perlakuan
Blok Total Rerata
I II III M0N1 8,93 6,22 11,78 26,93 8,98 M0N2 9,56 6,67 10,56 26,78 8,93 M0N3 20,56 10,33 7,56 38,44 12,81 M1N1 12,00 8,33 14,78 35,11 11,70 M1N2 11,67 15,00 11,67 38,33 12,78 M1N3 18,56 23,44 15,67 57,67 19,22 M2N1 13,00 16,78 11,33 41,11 13,70 M2N2 9,33 17,33 12,89 39,56 13,19 M2N3 19,56 18,22 15,56 53,33 17,78 Total 123,16 122,33 111,78 357,27 -
Ȳ = 13,23 Lampiran 20. Analisis Ragam Produksi Per Hektar tanaman Jahe Merah pada
Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung
F Tabel 0,05 0,01
Blok 2 8,946 4,473 0,320 tn 3,63 6,23 M 2 121,364 60,682 4,342 * 3,63 6,23 N 2 153,703 76,852 5,499 * 3,63 6,23
M x N 4 13,317 3,329 0,238 tn 3,01 4,77 Galat 16 223,592 13,974Total 26 520,923 -
KK = 28,25% Keterangan : tn = Tidak Nyata * = Nyata
48
Lampiran 21.
BAGAN PERCOBAAN
BLOK I BLOK II BLOK III
U
S
M0 N3 M1 N2 M1 N2
M1 N2 M2 N2 M2 N1
M0 N2 M2 N3 M0 N2
M2 N3 M2 N1 M1 N3
M1 N1 M1 N3 M0 N1
M0 N1 M0 N2 M2 N2
M1 N3 M1 N1 M0 N3
M2 N1 M0 N1 M1 N1
M2 N2 M0 N3 M2 N3
499
Lam
mpran 22.
. Foto-foto Kegiataan Penelittian
GPemberian
GPemberia
GPlot Perco
dibe
Gambar 1. n Mulsa Jera
Gambar 2. an Pupuk Ka
Gambar 3. obaan yangerikan Muls
ami Padi
andang
g sudah sa
500
GBibit
GBibit ya
GKegiat
Gambar 4. di persemai
Gambar 5. ang siap dita
Gambar 6. tan Penanam
ian
anam
man
51
Plo
Got Percobaa
GKegiata
um
GKegiata
umupenyem
Gambar 7. an yang sud
Gambar 8. an Pemelihamur 30 HST
Gambar 9. an Pemelihaur 60 HST dmprotan pest
ah ditanam
araan T
araan dan tisida
522
T
Pen
GTanaman ya
GP
Gnimbangan
Gambar 10. ang berumur
Gambar 11. emanenan
Gambar 12. Rimpang p
r 90 HST
per Rumpun
n
53
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Desa Panggung pada tanggal 24 Desember 1988 Kecamatan
Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, sebagai anak bungsu dari Sembilan bersaudara,
puteri dari pasangan Abdul Muthalib (Alm) dan Sakdiah.
Pendidikan dasar dimulai pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001 dari SD
Negeri 2 Ranto Panyang. Pendidikan lanjutan ditempuh di SLTP Meureubo dan lulus
pada tahun 2004, kemudian dilanjutkan ke SMA Negeri 1 Meulaboh dan lulus pada
tahun 2007.
Penulis diterima di Universitas Teuku Umar melalui jalur Ujian Masuk
Perguruan Tinggi pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama penulis diterirna di
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.