Download - skirpsiputhe.doc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dunia teknik dewasa ini semakin berkembang seiring berkembangnya
teknologi, hal itu terlihat pula pada industri otomotif terutama pada industri
otomotif roda dua / sepeda motor. Dari tahun ke tahun produsen kendaraan roda
dua selalu melakukan inovasi terhadap produk – produk yang mereka produksi.
Bila kita amati, perkembangan sepeda motor dewasa ini mengikuti trend
kenyamanan dalam berkendara, terbukti dari dikeluarkannya motor dengan
teknologi CVT (Continuously Variable Transmition) yang merupakan teknologi
percepatan transmisi secara berkelanjutan sesuai dengan kecepatan putaran mesin.
Berkat penggunaan teknologi CVT pengendara tidak direpotkan dengan
pengoperasian tuas perseneleng (otomatis) yang sering kali membingungkan dan
menyulitkan pengendara pemula. Dengan kenyamanan yang ditawarkan,
kendaraan dengan teknologi CVT / Transmisi Otomatis merupakan pilihan yang
tepat bagi pengguna yang menginginkan kenyamanan berkendara.
Teknologi CVT merupakan teknologi yang baru diterapkan pada
kendaraan roda dua dimana teknologi ini menggunakan komponen dan
mekanisme kerja yang berbeda dengan transmisi konvensional, transmisi dengan
menggunakan teknologi CVT secara garis besar memanfaatkan perubahan
diameter pully yang secara dinamis dapat membesar dan mengecil sesuai dengan
1
gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh roller – roller yang terdapat didalam pully
sehingga terjadilah perubahan kecepatan. Sedangkan pada transmisi konvensional
terdiri dari susunan beberapa roda gigi yang tersusun sedemikian rupa dan tidak
terdapat mekanisme penggerak secara otomatis didalamnya (digeser secara
manual). Dari perbedaan mekanisme dan komponen pendukung, tentunya
kendaraan dengan teknologi CVT memerlukan perawatan yang berbeda dengan
kendaraan yang menggunakan transmisi konvensional.
Dengan teknologi yang relatif baru dan fitur-fitur yang diberikan juga
lebih menyamankan pengguna, menyebabkan cara perawatan yang sedikit berbeda
dengan kendaraan konvensional lainnya yang tentunya akan memerlukan waktu
beberapa lama untuk memahami tentang teknologi CVT, dan sesuai pengalaman
penulis tidak semua teknisi mengerti dalam menangani motor dengan transmisi
berteknologi CVT. Untuk menutupi kekurangan tersebut, maka munculah ide
penulis untuk mengembangkan sebuah sistem pakar / expert system yang mampu
memberikan diagnosa sehubungan dengan permasalahan yang timbul pada sepeda
motor dengan teknologi CVT yang tentunya berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki oleh kepala teknisi resmi dari brand sepeda motor tersebut, sehingga
pengetahuan yang diberikan kepada sistem terjamin kebenarannya. Dengan
adanya sistem pakar yang mampu mendiagnosa masalah yang terjadi pada sepeda
motor dengan transmisi otomatis / CVT, diharapkan terjadi pendokumentasian
ilmu yang dimiliki oleh pakar sehingga ilmu tersebut dapat dimanfaatkan oleh
orang lain / lembaga lain yang membutuhkan, seperti untuk keperluan pengajaran
2
pada Sekolah Menengah Kejuruan Jurusan Teknik Otomotif, teknisi junior yang
baru bekerja, maupun teknisi – teknisi yang ingin mendalami teknologi CVT,
sistem ini dapat dijadikan salah satu referensi pengetahuan.
1.2 Perumusan Masalah
Dari pemaparan diatas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana
merancang dan membangun sebuah sistem pakar untuk mendiagnosa kerusakan
pada sepeda motor matic.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah membangun sebuah sistem pakar /
expert system yang bertujuan :
a) Melakukan trouble shooting seputar masalah sepeda motor dengan teknologi
CVT (Automatic Transmission).
b) Meringankan beban pakar dalam hal intensitas pekerjaan, sehingga seorang
pakar dapat melakukan pekerjaan yang lebih penting.
c) Mendokumentasikan pengetahuan pakar agar dapat dipelajari oleh orang-
orang yang belum pakar.
3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memfokuskan pembahasan, maka ruang lingkup dalam penelitian
ini dibatasi pada :
a) Sistem melakukan diagnosa permasalahan yang terjadi pada sepeda motor
berteknologi CVT atau yang lebih dikenal dengan motor matic dengan
mengkhususkan pada bagian transmisi / CVT.
b) Hasil yang akan diberikan oleh sistem hanya berupa solusi, bukan
merupakan jawaban pasti / mutlak, namun hal ini setidaknya dapat dijadikan
acuan awal dalam melakukan trouble shooting.
c) Proses diagnosa kerusakan akan dibagi berdasarkan merk dan tipe motor
yang bersangkutan / yang diinginkan oleh pengguna.
d) Diagnosa dilakukan dengan cara tanya jawab antara user dan sistem, dengan
“ya” atau “tidak” sebagai jawabannya pada metode penelusuran forward
chaining.
e) Metode yang dipergunakan adalah forward chaining dan backward
chaining.
f) Output dari sistem ini berupa informasi diagnosa kerusakan dan cara
menangani kerusakan yang nantinya dapat dicetak / print out.
g) Arsitektur aplikasi yang akan dibangun berupa aplikasi desktop.
4
1.5 Metodologi Penelitian
Untuk melakukan penelitian, penulis menggunakan beberapa metode
dalam melakukan penelitian, antara lain :
1.5.1 Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mendalami ilmu tentang sistem pakar
beserta teori – teori yang melandasi sistem pakar tersebut, selain itu studi pustaka
juga merupakan cara yang paling mudah dalam mendapatkan data mengenai
obyek yang dijadikan penelitian yakni motor berteknologi CVT.
1.5.2 Pengumpulan Data
Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data dari beberapa pakar yang
berkompeten di bidang otomotif khususnya motor berteknologi CVT untuk
mengumpulkan data-data yang yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan
dalam perancangan dan pembangunan sistem.
1.5.3 Analisa Sistem
Pada tahap ini penulis melakukan analisa terhadap kebutuhan sistem
berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan sebelumnya. Pada tahapan
ini pula ditentukan ruang lingkup sistem yang akan dibangun.
5
1.5.4 Perancangan Sistem
Pada tahap ini dilakukan pemodelan terhadap sistem yang akan
dibangun, pada tahap ini dibuatkan blue print atau gambaran sistem secara abstrak
dengan menggunakan DFD, ERD serta konseptual database sehingga diperoleh
gambaran tentang alur kerja sistem nantinya.
1.5.5 Implementasi Sistem
Pada tahapan ini dilakukan pengimplementasian sistem yang telah
dirancang sebelumnya. Pada tahap ini pula dilakukan debugging terhadap kode
sistem untuk diketahui hasil coding yang telah dilakukan.
1.5.6 Uji Coba dan Evaluasi Sistem
Pada tahapan ini dilakukan uji coba sistem yang telah selesai dibangun
oleh pengguna.
1.5.7 Penyusunan Laporan
Pada tahap ini semua aktivitas penelitian ini akan dicatat dalam sebuah
laporan skripsi yang nantinya akan dipertanggung jawabkan pada saat ujian
skripsi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sistem Pakar
Sistem pakar adalah program komputer yang merupakan cabang dari
penelitian ilmu komputer yang disebut Artificial Intelligence (AI). Tujuan
Artificial Intelligence adalah membuat sesuatu menjadi cerdas dalam hal
pemahaman, melalui program komputer yang merepresentasikan perilaku cerdas
kedalam mesin (Citra Effendi, 2008). Salah satu metode yang paling umum
digunakan untuk merepresentasikan pengetahuan adalah dalam bentuk tipe aturan
“Jika..Maka” (IF..THEN).
Keuntungan dari sistem pakar antara lain :
1. Konsisten
Karena merupakan mesin yang memiliki kemampuan pakar, maka system
pakar dapat bekerja secara terus menerus dan konsisten.
2. Ketersediaan
Sistem pakar merupakan software yang dapat dengan mudah digandakan
sehingga dapat menangani lebih banyak pemakai.
3. Dokumentasi
Pengetahuan yang dimiliki oleh sistem pakar tidak bisa hilang karena
tersimpan dalam sebuah basis pengetahuan yang berupa database, tentunya
diiringi dengan perawatan sistem secara berkesinambungan.
7
Pada dasarnya sistem pakar diterapkan untuk mendukung aktivitas
pemecahan masalah yang dihadapi oleh pengguna sistem tersebut. Adapun
aktivitas pemecahan masalah yang dimaksud antara lain : Decission Making
(Pembuatan Keputusan), Knowledge Fusing (Pemaduan Pengetahuan), Designing
(Perancangan), Planning (Perencanaan), Forecasting (Perkiraan), Regulating
(Pengaturan), Controlling (Pengendalian), Advising (Diagnosis Nasehat), dan
Tutoring (Pelatihan) (Muslimah, 2009).
Kemampuan sistem pakar yang dibangun dipengaruhi basis pengetahuan
yang didapatkan dari pakar yang menjadi sumber pengetahuannya yang berupa
pengetahuan non formal yang sebagian besar berasal dari pengalaman dari suatu
bidang keahlian tertentu yang telah ditekuni secara mendalam (Arhammi, 2005).
Untuk mendapatkan pengetahuan dari seorang pakar, diperlukan akuisi
pengetahuan yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Wawancara
Metode ini paling banyak digunakan, metode ini melibatkan pembicaraan
secara langsung dengan pakar sehingga didapatkan pengetahuan secara pasti
langsung dari pakar.
2. Analisis Protokol
Dalam metode ini, pakar diminta melakukan suatu pekerjaan sambil
menjelaskan apa yang menjadi pemikirannya dengan kata – kata, semua
proses tersebut kemudian direkam dan dianalisa.
8
3. Observasi
Dalam metode ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap pekerjaan
pakar.
4. Induksi Aturan dari Contoh
Metode ini dibatasi sistem berbasis aturan. Induksi adalah suatu proses
penalaran dari khusus ke umum. Suatu sistem induksi aturan diberi contoh –
contoh dari suatu masalah yang hasilnya telah diketahui.
2.2 Struktur Sistem Pakar
Lingkungan pada sistem pakar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
lingkungan pengembangan dan lingkungan konsultasi. Lingkungan
pengembangan digunakan untuk melakukan perawatan terhadap pengetahuan
yang dimiliki oleh sistem, lingkungan ini lebih banyak digunakan oleh Knowledge
Engineer / Administrator sistem. Pembagian lingkungan ini akan terlihat bila
sistem telah dibangun secara lengkap (Muslimah, 2009).
2.3 Arsitektur Sistem Pakar
2.3.1. Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan berisi pengetahuan-pengetahuan, pemahaman,
formulasi, dan penyelesaian masalah yang tentu saja dibatasi pada domain tertentu
9
yang ditetapkan oleh perancang sistem pakar. Didalam basis pengetahuan terdapat
dua elemen pembentuk yaitu fakta dan aturan.
1. Fakta
Fakta merupakan data yang menyatakan sebuah objek gejala yang menjadi
petujuk untuk menyusun rule atau aturan.
2. Rule
Rule merupakan aturan-aturan yang membentuk basis pengetahuan yang
dimiliki oleh sistem, rule direpresentasikan dengan aturan berbentuk IF-
THEN, IF melambangkan kondisi dimana kondisi tersebut bisa bernilai benar,
bisa bernilai salah sedangkan THEN melambangkan tindakan yang dilakukan
jika kondisi bernilai benar.
2.3.2 Mesin Inferensi
Mesin inferensi adalah program komputer yang mengikuti suatu
algoritma tertentu yang memberikan metodologi untuk penalaran tentang
informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace dan untuk
memformulasi kesimpulan (Arhammi 2005). Bila membicarakan mesin inferensi,
tentu tidak terlepas dari metode inferensi, metode inferensi / metode penalaran
merupakan topik yang sangat penting dalam sistem pakar, karena penalaran
adalah teknik yang umum digunakan dalam sistem pakar untuk menyelesaikan
masalah (Citra Effendi, 2008). Ada banyak metode inferensi yang digunakan pada
10
sistem pakar, dan pada kesempatan ini penulis akan menggunakan metode
forward chaining dan backward chaining.
2.3.2.1. Forward chaining
Metode ini melakukan pencarian atau pelacakan berdasakan fakta – fakta
yang ditemukan untuk kemudian menemukan solusi dari permasalahan yang
dihadapi. Metode penalaran ini digunakan bila user sama sekali tidak
mengetahui / memiliki gambaran tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.
Metode penalaran forward chaining dimulai dengan menentukan aturan mana
yang akan digunakan dalam menguji hipotesis. Untuk mencapai hasil hipotesis
dilakukan penelusuran dengan menggunakan logika IF-THEN secara berulang-
ulang sampai ditemukan kesimpulan yang cocok dengan kondisi / fakta-fakta
yang sesuai dengan jawaban user.
2.3.2.2. Backward chaining
Metode ini melakukan trace / pelacakan kembali dari hipotesa yang
dilakukan user untuk menemukan fakta – fakta yang menjadi pendukung hipotesa
tersebut. Metode ini mendukung dugaan user dengan memberikan alasan terhadap
hasil hipotesa serta memberikan solusi yang dapat digunakan oleh user untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
11
2.4 CVT (Continuously Variable Transmission)
CVT merupakan teknologi perpindahan tenaga dengan menggunakan
dua buah puli yang dihubungkan dengan sebuah V-belt (2W Training Dept, 2007).
Dimana diameter puli tersebut dapat berubah – ubah secara dinamis sesuai dengan
putaran mesin. Pada CVT terdapat dua buah puli, yang pertama adalah drive face
karena puli ini bertautan dengan crank shaft secara langsung sehingga
mendapatkan tenaga mesin secara langsung, drive face ini bertugas menggerakkan
puli kedua yang disebut dengan driven face melalui v-belt / sabuk penggerak
untuk kemudian menyalurkan tenaga mesin ke roda belakang.
Untuk merubah perbandingan reduksi yang terjadi, maka pada drive face
dilengkapi dengan centrifugal weight / pemberat yang berbentuk silinder.
Pemberat inilah yang nantinya bertugas untuk mendesak moveable drive face
untuk bergerak mendekati fixed drive face, pergerakan ini menyebabkan v-belt
terdesak menjauhi pusat putaran dan diikuti pula oleh diameter puli driven face
yang mengecil akibat perubahan diameter yang terjadi pada drive face.
Bila terjadi percepatan secara tiba – tiba atau beban berlebih, CVT akan
mengantisipasi dengan ikut merubah perbandingan reduksi dengan cepat melalui
mekanisme kick-down yang memperbesar perbandingan reduksi secara instant.
Mekanisme ini terdapat pada driven face yang berupa torque cam, torque cam
menekan belahan driven face / moveable driven face sehingga diameter driven
face bertambah dan menyebabkan perbandingan reduksi bertambah pula (Yamaha
co., ltd, 2003).
12
Seperti yang penulis paparkan diatas, dimana komponen pendukung
CVT sangatlah banyak dan kebanyakan merupakan komponen bergerak, semakin
banyak komponen yang bergerak pada sistem tranmisi, maka semakin banyak
komponen yang memiliki usia pakai yang pendek / fast moving component yang
berimbas pada frekuensi timbulnya masalah pada CVT menjadi semakin sering
disamping kerusakan pada komponen sepeda motor yang lainnya.
2.5 Alat Bantu Pemodelan Sistem
2.5.1 DFD (Data Flow Diagram)
Sebelum mulai membangun sistem ini, penulis terlebih dahulu
melakukan pemodelan terhadap sistem yang akan dibangun. Untuk
mempermudah dalam mendesain sistem, penulis menggunakan pemodelan sistem
yang berdasarkan aliran data yang lebih dikenal dengan nama Data Flow Diagram
(DFD), pada kesempatan ini penulis menggunakan standar DFD Yourdon. Dalam
DFD ini terdapat beberapa simbol yang digunakan antara lain :
a. Terminator / Entitas luar
Gambar 2.1 Simbol Entitas Luar Sistem
13
Entitas luar sistem adalah penerima informasi / output dari sistem
ataupun pemberi data / input kepada sistem.
b. Aliran Data / Data Flow
Gambar 2.2 Simbol Aliran Data
Aliran Data yang disimbolkan dengan tanda panah merepresentasikan
arah data atau informasi yang mengalir dari terminator menuju proses dalam
sistem maupun aliran data di dalam sistem itu sendiri.
c. Proses
Gambar 2.3 Simbol Proses
Proses menggambarkan prosedur-prosedur yang berjalan didalam sistem.
Suatu proses dapat terdiri dari beberapa sub proses yang dapat di-levelkan /
dipecah dalam beberapa level proses tergantung kompleksitas dari proses tersebut.
14
d. Penyimpanan Data / Data Store
Gambar 2.4 Simbol Penyimpanan Data / Data Store
Data Store menggambarkan database yang digunakan sebagai
penyimpanan data dalam sistem, dalam hal ini merujuk pada tabel-tabel yang
digunakan oleh prosedur-prosedur yang melakukan pengolahan data.
2.5.2 ERD (Entity Relationship Diagram)
Untuk memodelkan bentuk database, penulis menggunakan ERD
sebagai alat bantu pemodelan. Hasil pemodelan dengan ERD ini nantinya akan
merepresentasikan struktur tabel dalam database pada proses implementasi sistem.
Pada kesempatan ini penulis menggunakan standar ERD Martin. Berikut ini
adalah simbol-simbol yang sering dipergunakan pada standar ERD Martin :
a. Simbol Entitas / Entity
Gambar 2.5 Simbol Entitas Dalam ERD Martin
15
Entitas merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata
(eksistensinya) dan dapat dibedakan dari individu yang lainnya. Entitas nantinya
akan diterjemahkkan kedalam bentuk tabel dalam database.
b. Simbol Derajat Relasi
Gambar 2.6 Simbol Derajat Relasi
Masing-masing entitas dihubungkan dengan garis untuk melambangkan
hubungannya. Dengan menggambarkan dalam bentuk grafik, akan memudahkan
kita untuk menentukan penempatan field kunci / primary key dalam tabel
nantinya.
2.5 Alat Bantu Pembangunan Sistem
2.5.1 Microsoft Visual Studio 6.0 Dan SQL Server 2000
Untuk membangun sistem tersebut penulis menggunakan Visual Basic 6
sebagai bahasa pemrograman. Visual Studio 6 menjadi pilihan karena
kemampuannya yang sudah teruji dan terbukti sebagai tools pemrograman yang
cukup handal dan masih relevan terhadap perkembangan software dewasa ini.
Dalam pengembangan aplikasi, Visual Studio 6 memiliki IDE (Integrated
Development Environment) yang menggunakan pendekatan visual untuk
merancang user interface dalam bentuk form, button, serta berbagai macam
16
kontrol yang ada didalamnya, sedangkan untuk coding menggunakan bahasa basic
yang cenderung mudah untuk dipelajari. Visual Studio 6 sudah mendukung akses
database ke berbagai server database dengan penggunaan teknologi ADO
(ActiveX Data Object). ADO merupakan antar muka pengaksesan data yang
digunakan untuk mengakses data pada berbagai DBMS (Djuandi, 2002), salah
satunya adalah SQL Server 2000.
SQL Server 2000 adalah salah satu RDBMS yang cukup populer di
dunia saat ini. SQL Server 2000 telah didukung sepenuhnya oleh Visual Studio 6
melalui teknologi ADO yang diimplementasikan pada ADODC (ADO Data
Control). Beberapa versi SQL Server 2000 antara lain : SQL Server Personal
Edition, SQL Developer Edition, SQL Server Enterprise Edition, SQL Server
Standart Edition, SQL Server Desktop Engine, dan SQL Server For Windows CE
Edition (Choirul, 2003).
Dengan segala kelebihan yang penulis paparkan diatas, maka penulis
memilih software-software diatas sebagai alat pengembangan sistem ini dengan
harapan proses pengimplementasian sistem dapat dilakukan dengan baik.
17
BAB III
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisa Data
Analisa data yang dimaksud disini adalah perancangan format data yang
keluar (output) dan masuk (input). Perancangan data disini merupakan awal dari
perancangan sistem karena dengan menetapkan standar data yang diproses, kita
dapat dengan mudah menentukan algoritma / alur kerja sistem yang akan
dibangun. Adapun data-data yang dimaksud adalah sebagai berikut :
3.1.1 Input
Data yang masukkan kedalam sistem oleh administrator adalah data
fakta, data rule, data kerusakan, data solusi, data merk motor, dan data type motor.
Sedangkan data yang diberikan oleh pengguna kepada sistem adalah jawaban, dan
pilihan kerusakan
3.1.2 Output
Sistem memproduksi output berdasarkan data-data yang telah
dimasukkan kedalam sistem, output ini nantinya berupa informasi kerusakan dan
solusi baik berupa informasi digital maupun berupa hard copy atau cetakan kertas.
18
3.2 Analisa Proses
Analisa proses bertujuan untuk mengidentifikasi proses-proses yang
akan dipergunakan oleh sistem dalam operasionalnya, mulai dari proses input
sampai proses output. Analisa proses ini penulis rangkum dalam sebuah diagram
arus data (Data Flow Diagram) yang penulis tampilkan pada sub bab berikutnya.
3.3 Analisa Antarmuka
Analisa antarmuka bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran awal
tentang tampilan sistem pada masing-masing proses. Dengan demikian pada saat
implementasi sistem akan lebih mudah diimplementasikan. Antarmuka sistem
terbagi menjadi dua bagian yaitu antarmuka pengembangan dan antarmuka
konsultasi.
3.4 Analisa Struktur Sistem Pakar
Sistem pakar terbagi dalam dua bagian utama dalam pembuatannya,
knowledge base merupakan inti dari sistem pakar ini dan mesin inferensi
merupakan penerjemah pengetahuan yang ada pada knowledge base. Adapun
pada knowledge base berupa tabel-tabel fakta dan kerusakan yang direlasikan
dengan tabel rule.
19
3.5 Analisa Struktur Basis Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh sistem dapat penulis gambarkan secara
visual dengan menggunakan diagram tree, dibawah ini adalah diagram tree untuk
struktur pengetahuan pada sistem pakar.
Hal yang perlu penulis jelaskan disini adalah struktur basis pengetahuan
ini merupakan struktur yang sama untuk semua merk dan tipe motor. Yang
berbeda hanyalah spesifikasi gejala yang harus dibuktikan pada masing-masing
merk dan tipe, sedangkan spesifikasi kerusakan untuk semua merk sama sehingga
penulis hanya melapirkan satu buah diagram tree dengan empat buah tabel gejala
dengan spesifikasi yang berbeda sesuai dengan merk dan tipe motor dan satu buah
tabel kerusakan.
Pada diagram tree gambar lingkaran melambangkan gejala dan segi
empat melambangkan hipotesa. Pada proses penelusuran dengan metode forward
chaining penelusuran dimulai dari puncak diagram kebawah menuju simpul yang
merupakan hipotesa. Sedangkan pada proses penelusuran dengan metode
backward chaining penelusuran dimulai dari simpul hipotesa kemudian mengikuti
path / jalur sampai dipuncak diagram, gejala yang merupakan ciri-ciri hipotesa
tersebut merupakan node yang memiliki jalur kebawah dengan tanda “Y”
sedangkan yang memiliki tanda “T” dapat diabaikan.
20
Gambar 3.1 Diagram Tree Basis Pengetahuan
21
Untuk mempermudah pembacaan dan melengkapi data spesifikasi gejala
yang ada pada masing-masing merk dan tipe, berikut ini adalah Tabel Nama
Gejala untuk masing-masing merk dan tipe.
Tabel 3.1 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Kymco Dengan Tipe Easy Varian
Pada tabel diatas tertulis sebanyak dua puluh sembilan gejala kerusakan
yang terjadi pada motor merk Kymco dengan tipe Easy Varian yang memiliki
spesifikasi gejala yang berbeda dengan merk lain.
22
Tabel 3.2 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Yamaha Dengan Tipe Mio
Seperti yang kita lihat pada tabel diatas, tercantum pula dua puluh
sembilan gejala kerusakan untuk motor merk Yamaha dengan tipe Mio. Gejala
kerusakannya hampir mirip dengan yang lain, hanya saja berbeda pada spesifikasi
pengukuran.
Tabel 3.3 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Suzuki Dengan Tipe Spin/Skywave
23
Pada tabel diatas tercantum pula dua puluh sembilan gejala kerusakan
yang terjadi pada motor merk Suzuki dengan tipe Spin dan Skywave, karena
kedua tipe motor ini memiliki spesifikasi yang sama pada komponen CVT
sehingga penulis cantumkan dalam satu tabel.
Tabel 3.4 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Honda Dengan Tipe Vario/Beat
24
Pada tabel diatas tercantum pula dua puluh sembilan gejala kerusakan
untuk motor merk Honda dengan tipe Vario dan Beat. Seperti pada tabel gejala
yang lainnya, secara teknis yang membedakan hanyalah pada spesifikasi
pengukuran yang digunakan dalam melakukan diagnosa kerusakan.
Tabel 3.5 Tabel Nama Kerusakan Untuk Semua Merk Dan Tipe
25
Pada tabel diatas penulis mencantumkan nama-nama kerusakan yang
terjadi pada sepeda motor dengan teknologi CVT. Karena secara teknis kerusakan
yang terjadi pada CVT merupakan kerusakan yang sama dengan solusi yang sama
pula, maka penulis menggabungkan nama-nama kerusakan tersebut menjadi satu
tabel, sehingga dapat lebih mudah dibaca.
Dengan dicantumkannya tabel-tabel bantuan ini, diharapkan pembaca
dapat lebih mudah memahami diagram tree yang penulis sertakan pada
pembahasan kali ini, utamanya pada bagian pembahasan struktur basis
pengetahuan sistem. Isi dari tabel-tabel tersebut tidaklah mutlak, karena teknologi
terus berkembang dan memunculkan teknik baru untuk mengatasi masalah serta
memunculkan masalah baru lagi.
3.6 Perancangan Sistem
26
3.6.1 Diagram Konteks
user admin
1
sistempakar kerusakan cvt
pertanyaanjawaban
solusi
nama_kerusakan
informasi_ciri_kerusakandata_faktadata_rule
data_kerusakandata_solusi
print_out_ciri_kerusakanprint_out_solusi
data_merk
data_typemerk_motor
type_motor
Gambar 3.2 Diagram Konteks
Seperti terlihat pada gambar diatas, admin merupakan pemelihara sistem
yang selalu melakukan maintenance data dalam hal ini adalah pengetahuan yang
diperoleh dari pakar baik berupa data-data kerusakan, data-data fakta maupun
data-data rule yang dibentuk untuk merepresentasikan pengetahuan. Selain itu
admin juga memasukkan data-data kendaraan yang dapat ditangani oleh sistem.
Sedangkan dari segi user, data yang diinputkan berupa data kendaraan
yang diinginkan, kemudian pada mode konsultasi dengan menggunakan metode
forward chainning sistem akan memberikan pertanyaan berupa fakta-fakta /
gejala-gejala yang mungkin terjadi dan user hanya cukup menjawab “ya” atau
“tidak” sehingga pada akhir proses konsultasi akan muncul suatu kesimpulan
beserta solusi yang dibuat oleh sistem berdasarkan pengetahuan yang ada pada
basis data pengetahuan sistem.
Sedangkan pada mode konsultasi dengan menggunakan metode
backward chaining sistem akan memberikan pilihan kepada user untuk memilih
27
kerusakan-kerusakan yang ingin diketahui gejala-gejala kerusakannya serta solusi
penanganannya, dengan demikian user dapat mempelajari gejala-gejala tersebut
untuk belajar menganalisa kerusakan dimasa yang akan datang tanpa bantuan
sistem.
Untuk mendokumentasikan hasil konsultasi yang telah dilakukan,
pengguna dapat melakukan pencetakan terhadap hasil diagnosa yang dilakukan
oleh sistem. Diamana sistem memberikan pilihan pencetakan baik untuk proses
konsultasi dengan metode forward chaining maupun dengan metode backward
chaining. Namun bila pengguna tidak menginginkanya, pengguna dapat melewati
proses pencetakan dan kembali ke menu konsultasi.
Pada level ini belum terlihat proses-proses yang mendukung kinerja
sistem, untuk memperjelas kembali bagian-bagian proses sistem penulis akan
menjelaskannya melalui penggambaran DFD Level 0 yang dicantumkan pada sub
bab berikutnya, dimana pada level 0 akan terlihat proses-proses sistem secara
umum.
28
user
admin
1.1
proseskonsultasi
1.2
prosespengelolaan pengetahuan
1.3
prosespencetakan
t_solusi
t_rule
t_kerusakan
t_fakta
t_typet_merk
1.4
prosespengelolaan jenis motor
pertanyaanjawaban
solusi
nama_kerusakan
informasi_ciri_kerusakan
solusi
informasi_ciri_kerusakan
print_out_ciri_kerusakan
print_out_solusi
data_faktadata_kerusakandata_ruledata_solusi
data_fakta data_kerusakan
data_rule
data_solusi
data_solusi
data_rule
data_kerusakan
data_fakta
data_typedata_merk
data_type
data_merk
data_type
data_merk
data_merk
data_type
merk_motor
type_motor
29
Pada level ini, sub-sub sistem dari sistem pakar ini mulai terlihat. Pada
gambar diatas terlihat bahwa terdapat empat sub proses pada sistem ini, yaitu
pengelolaan pengetahuan, proses konsultasi, proses pengelolaan jenis motor dan
proses pencetakan.
Proses konsultasi merupakan mesin inferensi yang bertugas
menerjemahkan data fakta-fakta, data rule dan data kerusakan yang ada menjadi
sebuah informasi/pertanyaan yang diterima oleh user. Proses konsultasi ini akan
dibagi kedalam dua bagian sesuai dengan metode yang digunakan dan akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya.
Proses pengelolaan pengetahuan merupakan proses yang digunakan
untuk memelihara pengetahuan yang dimiliki oleh sistem, proses ini dilakukan
oleh Knowledge Engineer atau Administrator sistem untuk memelihara
pengetahuan sistem.
Proses pengelolaan jenis motor merupakan sub sistem yang berfungsi
mengelola data-data motor yang dapat ditangani oleh sistem karena kita tahu
setiap saat muncul motor berteknologi matic yang terbaru yang mungkin memiliki
karakteristik yang berbeda dengan motor matic sebelumnya.
Proses pencetakan merupakan proses pendukung sistem ini, karena
proses ini akan mendokumentasikan hasil konsultasi berbentuk print out. Proses
ini menangani data yang dihasilkan oleh proses konsultasi, dimana proses
konsultasi menghasilkan dua data yang berbeda sesuai dengan metode yang
digunakan..
30
3.6.3 DFD Level 1 Proses Konsultasi
Proses konsultasi level 1 ini menjelaskan bahwa ada tiga sub proses yang
membentuk proses konsultasi, dengan proses utama adalah forward chaining dan
proses backward chaining. Masing-masing proses tersebut memiliki fungsi yang
berbeda-beda, dimana pada proses inferensi forward chaining terjadi dialog tanya
jawab antara user dan sistem sampai sistem menemukan solusi atas permasalahan
yang dihadapi oleh user. Sedangkan pada proses inferensi backward chaining
juga terjadi dialog antara user dengan sistem, namun pada proses ini tidak terjadi
tanya jawab antara user dengan sistem, user hanya memberi masukan berupa
nama kerusakan yang ingin diketahuinya, kemudian sistem memberikan informasi
berupa ciri-ciri yang menjadi penyebab kerusakan tersebut disertai solusi
penanganan kerusakan tersebut.
Proses pendukung pada level ini yaitu proses pengelompokan jenis
motor, dimana proses ini bertugas untuk melakukan pemisahan atau
pengelompokan data-data pengetahuan yang ada pada basis pengetahuan sistem,
agar pada saat proses konsultasi data yang digunakan menjadi lebih efisien.
Proses pengelompokan jenis motor menghasilkan data untuk proses
forward chaining dan backward chaining. Hal ini bertujuan agar pada proses
konsultasi tersebut menjadi lebih sederhana tanpa adanya proses pengelompokan
data lagi, ini nantinya akan berpengaruh pada kecepatan sistem dalam melakukan
proses eksekusi proses. Dibawah ini adalah gambar DFD Level 1 Proses
Konsultasi.
31
user
1.1.1
prosesforward chaining
1.1.2
prosesbackward chaining
t_rule t_kerusakan t_faktat_solusi
t_merk t_type
1.1.3
prosespengelompokan jenis motor
pertanyaanjawaban
solusi
data_fakta
data_kerusakandata_rule
data_solusi
solusi
data_solusi
data_ruledata_kerusakan
data_fakta
informasi_ciri_kerusakan
nama_kerusakan
merk_motortype_motor
informasi_ciri_kerusakan
data_jenis_motor
data_jenis_motor
data_typedata_merk
P 1.3
Gambar 3.4 DFD Level 1 Proses Konsultasi
32
3.6.4 DFD Level 1 Proses Representasi Pengetahuan
admin
t_fakta
t_rule
t_solusi
t_kerusakan
1.2.1
prosespengelolaan fakta
1.2.2
prosespengelolaan kerusakan
1.2.3
prosespengelolaan rule
1.2.4
prosespengelolaan solusi
t_typet_merk
1.2.5
prosespenghubungan data motor
data_fakta
data_fakta
data_kerusakan
data_kerusakan
data_rule
data_rule
data_solusi
data_solusi
index_solusi
index_kerusakan
index_fakta
data_merk data_type
index_merk
Gambar 3.5 DFD Level 1 Proses Representasi Pengetahuan
33
Pada DFD level 1 proses representasi pengetahuan diatas dapat
dijelaskan bahwa admin harus menginputkan data-data fakta, data-data kerusakan
serta data-data rule untuk kemudian disusun oleh sistem secara otomatis agar
didapatkan sebuah basis pengetahuan yang baik. Basis pengetahuan ini nantinya
akan disimpan dalam tabel-tabel yang bersesuaian untuk menyimpan data
tersebut.
3.6.5 DFD Level 1 Proses Pencetakan
1.3.1
pencetakansolusi
1.3.2
pencetakanciri--ciri kerusakan
user
solusi
print_out_ciri_ciri_kerusakan
print_out_solusi
ciri_ciri_kerusakan
P 1.1
Gambar 3.6 DFD Level 1 Proses Pencetakan
Pada Level ini terlihat bahwa terdapat dua sub proses yang membentuk
proses pencetakan informasi yang dihasilkan oleh sistem. Kedua proses tersebut
masing-masing menangani permintaan pencetakan dari proses konsultasi baik dari
proses konsultasi dengan menggunakan metode forward chaining maupun proses
34
konsultasi backward chaining. Proses ini memberikan output kepada user berupa
print out hasil konsultasi. Proses ini cukup penting dalam sistem ini karena
batasan sistem yang tidak melakukan penyimpanan hasil konsultasi, maka
diberikanlah pilihan untuk melakukan pencetakan hasil konsultasi yang dapat
disimpan oleh user.
3.6.6 DFD Level 2 Proses Inferensi Forward Chaining
user t_fakta
t_rule
t_kerusakan
t_solusi
1.1.1.1
prosespembentukan pengetahuan
1.1.1.2
prosespenelusuran gejala
1.1.1.3
prosespenyusunan hasil diagnosa
data_solusi
data_kerusakan
pertanyaanjawaban
solusi
index_fakta_dan_kerusakan
solusi
data_pengetahuandata_rule
data_fakta
data_jenis_motor
P 1.3
P 1.1.3
Gambar 3.7 DFD Level 2 Proses Inferensi Forward Chainning
35
Pada gambar diatas dapat kita lihat proses-proses yang membentuk
proses inferensi forward chaining yaitu proses pembentukan pengetahuan, proses
ini melakukan pemilahan pengetahuan mana saja yang akan digunakan dalam
proses konsultasi sehingga data yang dimuat ke memori menjadi lebih efisien,
data yang telah dimuat ke memori kerja diproses oleh proses penelusuran gejala,
proses ini yang mengatur fakta-fakta yang ditampilkan sebagai pertanyaan yang
kemudian dijawab oleh user, proses ini diulang sampai ditemukan sebuah
kesimpulan yang relevan dengan hasil tanya jawab. Selanjutnya hasil penelusuran
gejala tersebut diberikan kepada proses penyusunan hasil diagnosa untuk
dibuatkan rangkuman hasil konsultasi beserta solusi yang ditawarkan oleh sistem.
3.6.7 DFD Level 2 Proses Backward Chaining
Pada level 2 proses backward chaining terlihat proses-proses pendukung
backward chaining, user melakukan input nama kerusakan yang diinginkan, data
tersebut diterima oleh proses identifikasi pengetahuan untuk mendapatkan data
kerusakan yang ada kemudian proses penelusuran melakukan pelacakan data
kerusakan. Selanjutnya data tersebut dikirimkan kepada proses penyusunan hasil
diagnosa yang bertugas menggabungkan hasil pelacakan agar menjadi sebuah
informasi yang tersusun dengan baik. Berikut ini adalah gambar DFD Level 2
Proses Backward Chaninng.
36
user
1.1.2.1
prosespenelusuran
1.1.2.2
prosespenyusunan hasil diagnosa
t_kerusakant_rule
t_fakta
t_solusi
1.1.2.3
prosesidentifikasi pengetahuan
informasi_ciri_kerusakan
data_jenis_motor
data_solusi
informasi_ciri_kerusakan
data_rule
data_kerusakan
data_faktadata_hipotesa
nama_kerusakan
data_kerusakan_terpilih
P 1.3
P 1.1.3
Gambar 3.8 DFD Level 2 Proses Backward Chainning
37
3.6.8 ERD (Entity Relationship Diagram)
t_fakta t_rule t_kerusakan
t_typet_merk t_solusi
Gambar 3.9 Entity Relationship Diagram
Pada relasi antar entitas diatas menggambarkan relasi antar tabel dalam
database. t_merk berelasi dengan t_type dengan derajat relasi one-to-many karena
satu merk dapat memiliki lebih dari satu tipe sepeda motor. t_type berelasi dengan
t_rule dengan derajat relasi adalah one-to-many dimana satu tipe sepeda motor
mewakili satu merk dengan lebih dari satu rule yang tersimpan dalam t_rule.
Pada sistem pakar, yang menjadi point penting adalah menghubungkan
t_fakta dengan t_kerusakan, untuk itu kita membutuhkan satu tabel lagi yang
selanjutnya disebut dengan t_rule. t_rule berelasi dengan t_fakta dengan derajat
38
one-to-many dimana satu fakta pada t_fakta dapat dimiliki oleh lebih dari satu rule
pada t_rule, demikian pula dengan relasi t_rule dengan t_kerusakan.
t_kerusakan juga berelasi dengan t_solusi dengan derajat relasi one-to-
many karena satu buah solusi juga dapat dimiliki oleh lebih dari satu kerusakan.
3.6.9 Koseptual Database
t_faktaid_faktanama_fakta
t_ruleid_ruleid_fakta <FK>id_kerusakan <FK>id_type <FK>
t_kerusakanid_kerusakannama_kerusakanid_solusi <FK>
t_typeid_typenama_typeid_merk <FK>
t_merkid_merknama_merk
t_solusiid_solusisolusi
Gambar 3.10 Koseptual Database
Pada diagram diatas terlihat primary key masing-masing tabel yang
berelasi, suatu tabel dapat dikatakan berelasi bila tabel yang direlasikan memiliki
keterkaitan dalam hal ini keterkaitan pada primary key yang ada pada tabel.
39
3.6.10 Struktur Basis Data
a. Desain Tabel t_kerusakan
Tabel 3.6 Desain Tabel t_kerusakan
b. Desain Tabel t_solusi
Tabel 3.7 Desain Tabel t_solusi
c. Desain Tabel t_rule
Tabel 3.8 Desain Tabel t_rule
d. Desain Tabel t_fakta
Tabel 3.9 Desain Tabel t_fakta
40
e. Desain Tabel t_type
Tabel 3.10 Desain Tabel t_type
f. Desain Tabel t_merk
Tabel 3.11 Desain Tabel t_merk
41
3.6.11 Diagram Alir Proses Input Data
Gambar 3.11 Diagram Alir Penambahan Data
Mulai
Input Data
Input Data Baru Pada Tabel
Tampilkan Hasil
Selesai
Ulangi
Ya
Tidak
Data Valid
Ya
Tidak
42
Diagram alir diatas menggambarkan proses input data secara umum
yang terjadi pada sistem ini, karena secara prinsip proses input data tiap-tiap
proses memiliki algoritma yang sama. Disini dapat penulis jelaskan proses
dimulai saat pengguna melakukan input data melalui keyboard secara manual,
data tersebut kemudian diverifikasi untuk memastikan sah atau tidaknya data
tersebut bila tidak sah, pengguna akan diminta memasukkan data yang sah. Proses
ini akan berulang sampai pengguna memasukan data yang benar bagi sistem.
Bila data yang dimasukan sudah benar bagi sistem, proses dilanjutkan
pada proses penyimpanan data dan pengguna diberikan notifikasi status
penyimpanan data. Pengguna dapat mengulangi proses ini bila menghendaki
demikian.
Proses input data ini banyak dipergunakan pada sisi administrator,
karena administrator bertugas untuk melakukan pemeliharaan data pada sistem
dalam hal ini adalah basis pengetahuan sistem yang mungkin suatu saat perlu
ditambahkan sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada saat itu sehiungga
pengetahuan sistem menjadi selalu baru dan dapat melayani pengguna dengan
baik.
43
3.6.12 Diagram Alir Pengubahan Data
Gambar 3.12 Diagram Alir Perubahan Data
Mulai
Input Perubahan Data
Perubahan Valid
Masukan Data Kedalam Tabel
Tampilkan Hasil
Perubahan
Ulangi
Selesai
Ya
Ya
Tidak
Tidak
44
Seperti halnya pada proses penyimpanan data, proses perubahan data
pada sistem ini secara umum memiliki algoritma yang sama yaitu proses
verifikasi data yang diubah apakah sah atau tidak, bila tidak sah perubahan akan
dibatalkan dan pengguna diminta untuk memasukan data yang sah. Bila data yang
diubah sah dan data yang menggantikannya juga sah, perubahan akan dilakukan
dan pengguna akan diberitahukan keberhasilan proses tersebut. Diakhir proses
pengguna dapat mengulangi proses perubahan data bila menghendaki demikian.
3.6.13 Diagram Alir Penghapusan Data
Pada proses penghapusan data ini yang perlu diperhatikan pada saat
proses verifikasi data yang akan dihapus, pada proses ini pengguna akan
diyakinkan apakah akan menghapus data yang bersangkutan, hal ini diperlukan
karena data yang telah dihapus tidak dapat dikembalikan lagi karena akan dihapus
secara permanen oleh sistem.
Kemudian dipastikan pula bahwa data yang akan dihapus memang ada
dalam tabel untuk memastikan proses penghapusan data berjalan dengan baik, jika
data yang akan dihapus tidak ditemukan oleh sistem pada tabel, maka sistem akan
meminta pengguna untuk memasukan data yang benar. Ini dilakukan secara
berulang-ulang sampai pengguna memasukan data yang benar.
45
Gambar 3.13 Diagram Alir Penghapusan Data
Mulai
Input Data Yang Akan Dihapus
Verifikasi Data
Hapus Data Dari Tabel
Tampilkan Status Penghapusan
Ulangi
Selesai
Ya
Ya
Tidak
Tidak
46
3.6.14 Diagram Alir Konsultasi Forward Chaining
Gambar 3.15 Diagram Alir Proses Forward Chaining
Mulai
Input Nama Motor
Tampilkan Pertanyaan
Input Jawaban
Ada Pertanyaan Lagi
Tampilkan Hasil Konsultasi
Cetak Hasil
Ulangi
Selesai
Cetak Hasil Konsultasi
Printout Hasil Konsultasi
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
47
Pada diagram diatas dapat dijelaskan proses forward chaining dimulai
dari pengguna memasukan nama motor dan tipe motor, kemudian sistem
menampilkan pertanyaan yang berhubungan dengan jenis motor yang dimasukan
oleh pengguna, proses ini diulang sampai tidak ada pertanyaan lagi yang
ditanyakan oleh sistem. Pada proses ini alur kerja sistem lebih kompleks daripada
pada proses Backward Chaining karena sistem harus menanyakan gejala-gejala
yang dirasakan oleh pengguna. Pada proses ini juga dilakukan pengujian rule
sesuai dengan jawaban pengguna.
Pada akhir pertanyaan sistem menampilkan hasil konsultasi dan
menanyakan pengguna apakah ingin mencetak hasil konsultasi, bila pengguna
memilih mencetak hasil konsultasi maka sistem akan memberikan output berupa
printout, bila pengguna tidak ingin mencetak hasil konsultasi, sistem akan
menanyakan apakah pengguna ingin mengulangi konsultasi, proses akan berhenti
saat pengguna menjawab tidak.
Pada program, saat pengguna telah selesai melakukan proses konsultasi,
pengguna akan kembali dihadapkan pada menu konsultasi yang terdiri dari dua
menu yaitu pilihan konsultasi dengan menggunakan metode Forward Chaining
dan pilihan konsultasi dengan menggunakan metode Backward Chaining.
Pengguna juga bisa langsung keluar dari program tanpa harus memilih menu yang
dihadapkan oleh sistem.
48
3.6.15 Diagram Alir Proses Backward Chaining
Gambar 3.16 Diagram Alir Proses Backward Chaining
Pada diagram diatas dapat dijelaskan bahwa pengguna hanya perlu
memasukan nama motor dan nama kerusakan yang diinginkan, kemudian sistem
akan menampilkan hasil penelusuran berdasarkan basis pengetahuan yang ada,
Mulai
Input Nama Motor
Input Nama Kerusakan
Tampilkan Hasil Penelusuran
Cetak Hasil Penelusuran
Ulangi
Selesai
Cetak Hasil Konsultasi
Printout Gejala Kerusakan
Ya
Ya
Tidak
Tidak
49
bila pengguna menginginkan, hasil konsultasi dapat dicetak dan konsultasi dapat
diulangi kembali.
3.7 Perancangan Struktur Menu Sistem
Pada sistem ini terdapat dua struktur menu sesuai dengan pembagian
pengguna, antara lain : struktur menu untuk pengguna umum dan struktur menu
untuk administrator sistem. Berikut adalah gambar struktur menu masing-masing
pengguna.
3.7.1 Struktur Menu Pengguna Umum
Gambar 3.17 Struktur Menu Pengguna Umum
Struktur menu untuk pengguna umum terdiri dari menu utama,
konsultasi, pengaturan, keluar program, forward chaining dan backward chaining.
Struktur menu ini merupakan pintu masuk administrator sistem untuk mengelola
sistem dengan menempatkan opsi pengaturan pada menu utama. Untuk
mengakses menu ini pengguna harus memasukan username dan password.
Menu Utama
Konsultasi
Pengaturan
Keluar Program
Forward Chaining
Backward Chaining
50
Menu Utama
Konsultasi
Keluar Program
Forward Chaining
Backward Chaining
Admin Panel
Merk & Type
Pengetahuan
Account
Logout
3.7.2 Struktur Menu Administrator
Gambar 3.18 Struktur Menu Pengguna Administrator
Pada pengguna level administrator menu ditambahkan, yaitu menu
Admin Panel yang memuat beberapa sub menu yaitu :
a. Merk & Type : Memuat antarmuka pengelolaan jenis motor yang mampu
ditangani oleh sistem.
b. Pengetahuan : Memuat antarmuka pengelolaan basis pengetahuan yang
dimiliki oleh sistem.
c. Account : Memuat antar muka pengelolaan username dan password
yang dimiliki oleh administrator untuk memasuki bagian
pengaturan.
d. Logout : Merupakan pintu keluar administrator untuk kembali ke
mode pengguna umum.
Sedangkan pada menu utama, menu pengaturan dihilangkan karena
secara logika pengguna tidak memerlukannya lagi.
51
BAB IV
IMPLEMENTASI SISTEM
4.1 Sistem Pendukung
4.1.1 Hardware Dan Sistem Operasi Yang Digunakan
Spesifikasi hardware yang digunakan tidak terlalu tinggi, spesifikasi
yang digunakan masih tergolong terjangkau untuk komputer pada umumnya.
Berikut ini adalah spesifikasi hardware komputer yang digunakan untuk
menjalankan sistem :
a. Processor 2,0 Ghz
b. Ram 256 MB
c. VGA dan Monitor beresolusi minimal 1024 x 760 pixel
d. Hardisk 20 GB
e. Mouse dan Keyboard
f. Printer
Sedangkan untuk sistem operasi, pada kesempatan ini penulis
menggunakan Microsoft Windows XP Proffesional SP2 sebagai sistem operasi.
Dipilihnya sistem operasi ini karena kompatibilitasnya dengan perangkat lunak
yang penulis gunakan sebagai alat bantu pembangunan sistem sangat baik serta
dapat dijalankan pada perangkat keras dengan spesifikasi yang telah penulis
sebutkan diatas.
52
4.2 Pengujian Sistem
Pengujian sistem dilakukan pada komputer dengan spesifikasi yang telah
ditentukan sebelumnya. Adapun hasil pengujian sistem adalah sebagai berikut ini.
4.2.1 Halaman Utama
Gambar 4.1 Halaman Utama Sistem Pakar
Pada halaman utama sistem, hanya ditampilkan satu buah menu utama
yang dapat diakses oleh pengguna. Pengguna dapat memilih untuk berkonsultasi
dengan sistem, masuk ke pengaturan sistem / halaman admin dan keluar dari
sistem.
Bila pengguna memilih menu konsultasi, halaman konsultasi akan
ditampilkan kemudian pengguna dapat memilih metode yang digunakan, tampilan
53
halaman kosultasi dengan pilihan metodenya akan ditampilkan pada sub bab
selanjutnya.
4.2.2 Halaman Konsultasi
Halaman ini terbagi menjadi dua bagian yaitu konsultasi dengan
menggunakan metode forward chaining dan metode backward chaining.
Pengguna dapat memilih tombol yang tersedia untuk menentukan metode
penelusuran yang digunakan dalam proses konsultasi. Berikut ini adalah tampilan
halaman awal konsultasi.
Gambar 4.2 Halaman Awal Proses Konsultasi
54
Bila saat ditengah-tengah proses pengguna ingin mengulangi proses
konsultasi, pengguna dapat memilih tombol ulangi konsultasi, dengan demikian
sistem akan mengulang proses konsultasi dari proses pemilihan jenis kendaraan.
4.2.3 Halaman Pemilihan Jenis Kendaraan
Sebelum melangkah lebih lanjut ke proses konsultasi / tanya jawab,
pengguna diwajibkan memilih jenis kendaraan yang akan dijadikan objek
konsultasi. Pemilihan jenis kendaraan dimaksudkan untuk memfokuskan
permasalahan kepada satu tipe kendaraan, sehingga proses penelusuran menjadi
lebih efisien.
Gambar 4.3 Halaman Proses Pemilihan Jenis Kendaraan
55
Terlihat pada gambar diatas pengguna harus memilih merk motor
terlebih dahulu, barulah kemudian dapat memilih tipe motor yang dimaksud.
Setelah memilih tipe motor pengguna akan langsung dihadapkan dengan halaman
konsultasi baik menggunakan metode forward chaining maupun backward
chaining.
4.2.4 Halaman Konsultasi Forward Chaining
Halaman ini merupakan kelanjutan dari proses pemilihan merk dan tipe
kendaraan. Pada halaman ini pengguna akan diberikan pertanyaan oleh sistem,
kemudian harus dijawab oleh pengguna dengan menekan tombol “ya” atau
“tidak”.
56
Gambar 4.4 Halaman Konsultasi Forward Chaining
4.2.5 Halaman Konsultasi Backward Chaining
Halaman ini juga merupakan kelanjutan dari proses pemilihan jenis
kendaraan, dimana pengguna akan dihadapkan pada pilihan kerusakan yang ingin
diketahui kerusakannya. Setelah pengguna menentukan pilihannya, sistem akan
segera melakukan pelacakan gejala-gejala yang terkait dengan kerusakan tersebut.
Berikut ini adalah gambar halaman konsultasi backward chaining.
Gambar 4.5 Halaman Konsultasi Backward Chaining
Pada gambar diatas terlihat bahwa pengguna harus memilih nama
kerusakan yang diinginkan, namun bila pengguna ingin membatalkan atau
mengubah metode yang digunakan untuk melakukan konsultasi, pengguna cukup
57
memilih tombol “Ulangi Konsultasi” maka sistem akan segera menset tampilan
halaman ke tampilan awal halaman konsultasi.
4.2.6 Halaman Login
Halaman ini akan muncul saat pengguna memilih menu pengaturan,
menu pengaturan merupakan pintu masuk pengguna kedalam sistem sehingga
pengguna dapat melakukan pengaturan tingkah laku sistem. Demikian pentingnya
menu pengaturan ini, maka pengamanan pengguna harus dilakukan untuk
menghindari pengguna yang tidak bertanggung jawab untuk dapat melakukan
perubahan pengaturan sistem. Pada halaman ini pengguna harus memasukan
username dan password yang benar untuk dapat melanjutkan proses pengaturan.
Berikut ini adalah gambar tampilan halaman login.
Gambar 4.6 Halaman Login
Bila username atau password yang diberikan oleh pengguna salah,
sistem akan memberikan pesan kesalahan dan meminta pengguna untuk
memasukan username dan password yang benar.
58
4.2.7 Halaman Admin / Halaman Pengaturan
Bila pengguna berhasil login ke sistem, pengguna akan dihadapkan
dengan halaman pengaturan yang memiliki tampilan sedikit berbeda dengan
tampilan halaman awal sistem. Berikut ini adalah gambar halaman admin /
halaman pengaturan sistem.
Gambar 4.7 Halaman Admin / Pengaturan
Bila diperhatikan terdapat tambahan menu pada menu bar di pojok kiri
atas halaman ini. Isi dari menu tersebut akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.
4.2.8 Halaman Pengelolaan Data Motor
Halaman ini berada pada sub menu “Admin Panel”, pada halaman ini
pengguna dapat melakukan perubahan pada data kendaraan yang ditangani oleh
sistem. Pengguna harus berhati-hati dalam melakukan perubahan dihalaman ini,
59
karena bila salah melakukan perubahan dapat mempengaruhi pengetahuan sistem
pada bagian basis pengetahuan.
Berikut ini adalah gambar halaman pengelolaan data motor.
Gambar 4.8 Halaman Pengelolaan Data Motor
Pada gambar diatas terlihat bahwa pengguna dapat melakukan
penambahan, perubahan, dan penghapusan merk dan tipe kendaraan yang ada.
4.2.9 Halaman Pengelolaan Basis Pengetahuan
Pada halaman ini pengguna diwajibkan untuk memilih merk dan tipe
kendaraan yang akan dikelola basis pengetahuannya, pada halaman ini pengguna
dapat memasukan, menghapus, dan mengubah data fakta, kerusakan, dan solusi.
60
Gambar 4.9 Halaman Pengelolaan Basis Pengetahuan
Pada gambar diatas dapat kita lihat bahwa pengguna sama sekali tidak
dihadapkan dengan kode-kode penanda gejala atau kerusakan, hal ini bertujuan
membuat sistem lebih user friendly sehingga dalam pengoperasiannya pengguna
dapat dimudahkan.
Demikian pula saat melakukan penghubungan data kerusakan dengan
data solusi, pengguna cukup melakukan pemilihan secara visual dengan
melakukan klik pada Mouse tanpa diharuskan mengetahui kode-kode.
Pengelolaan basis pengetahuan dibagi menjadi dua halaman yaitu :
halaman pengelolaan rule dan halaman pengelolaan fakta, kerusakan dan solusi
untuk mengurangi kompleksitas terutama dari segi penempatan tabel-tabel yang
cukup banyak.
61
4.2.10 Halaman Pengelolaan Rule
Pada halaman ini pengguna dapat melakukan penyusunan, penghapusan,
dan pengubahan rule yang ada. Berikut ini adalah gambar halaman pengelolaan
rule.
Gambar 4.10 Halaman Pengelolaan Rule
Pada gambar diatas terlihat proses penambahan rule, yaitu dengan cara
memindahkan data fakta pada tabel kanan ke tabel ciri-ciri / gejala yang berada
ditengah. Dan diakhiri dengan menekan tombol “Simpan Rule” untuk menyimpan
rule atau “Batalkan Operasi” untuk membatalkan tanpa melakukan penyimpanan
rule.
62
4.2.11 Pengaturan Account
Username dan password untuk masuk ke halaman pengaturan dapat
diubah oleh pengguna pada halaman ini. Sebelum melakukan penyimpanan
perubahan sistem akan meminta pengguna untuk memverifikasi password yang
baru untuk meyakinkan pengguna bahwa password tersebut telah diingat oleh
pengguna.
Berikut ini adalah tampilan halaman pengaturan account.
Gambar 4.11 Halaman Pengaturan Account
4.2.12 Hasil Konsultasi Forward Chaining
Setelah pengguna selesai melakukan konsultasi, dan sistem menemukan
kesimpulan atas permasalahan yang dihadapi oleh pengguna maka halaman hasil
diagnosa akan ditampilkan. Berikut ini adalah tampilan hasil diagnosa dengan
metode forward chaining.
63
Gambar 4.12 Halaman Hasil Diagnosa Forward Chaining
Dari halaman ini pengguna dapat melakukan pencetakan hasil konsultasi
bila menginginkannya.
4.2.13 Hasil Konsultasi Backward Chaining
Halaman ini akan ditampilkan saat pengguna sudah memilih salah satu
nama kerusakan yang diinginkannya. Berikut ini adalah tampilan hasil diagnosa
dengan metode backward chaining.
64
Gambar 4.13 Hasil Diagnosa Backward Chaining
Seperti halnya pada hasil diagnosa dengan menggunakan metode
forward chaining, dari halaman ini pengguna dapat melakukan pencetakan hasil
diagnosa bila menginginkannya.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang berjudul Rancang Bangun Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosa Kerusakan Pada Sepeda Motor Matic, dapat disimpulkan bahwa :
a. Sistem yang dibangun telah mampu melakukan diagnosa terhadap kerusakan
yang terjadi pada sepeda motor matic dimana dalam penelitian ini diagnosa
dikhususkan pada bagian transmisi.
b. Implementasi metode forward chaining dapat dimanfaatkan untuk melakukan
diagnosa saat pengguna tidak memiliki bayangan terhadap permasalahan yang
sedang dihadapinya.
c. Implementasi metode Backward Chaining dapat dimanfaatkan untuk
mencocokan pengetahuan yang dimiliki pengguna dengan pengetahuan pada
sistem serta solusi yang seharusnya dilakukan oleh pengguna untuk
menangani permasalahan tersebut.
5.2 Saran
Dari pengetahuan dan pengalaman selama melakukan penelitian, dapat
dikemukakan saran-saran untuk pengembangan sistem ini dimasa yang akan
datang. Berikut ini adalah saran-saran yang dapat penulis kemukakan
66
a. Sistem yang dibangun saat ini hanya menggunakan metode forward chaining
dan Backward Chaining dalam proses diagnosa, penambahan fitur faktor
ketidakpastian / Uncertainty Factor akan menjadi nilai lebih jika dapat
diimplementasikan dimasa yang akan datang.
b. Saat deadline penelitian ini masih ada jenis motor yang belum diambil datanya
untuk dimasukan ke dalam pengetahuan sistem, performa sistem akan menjadi
lebih baik bila data baru terus ditambahkan kedalam sistem.
c. Arsitektur aplikasi dapat dikembangkan menjadi arsitektur client server
sehingga beban operasional sistem dapat dibagi dan pengetahuan sistem dapat
difokuskan pada satu server yang khusus menangani database.
d. Untuk Selanjutnya objek diagnosa dapat dikembangkan menjadi lebih luas ke
bagian-bagian yang belum tercakup dalam penelitian ini, seperti kelistrikan,
mesin dan rangka.
67
DAFTAR PUSTAKA
2W Training Department. 2007. Hand Out Training Mechanic New Product Initial Information Spin 125 R. Jakarta : PT. Indomobil Niaga International.
Arhami, Muhammad. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar.Yogyakarta : Andi.
Astra Honda Motor. 2008. Buku Pedoman Reparasi Honda Beat. Jakarta.
Choirul Amri, Muhammad. 2003. Pengantar Administrasi SQL Server 2000. http://ikc.depsos.go.id/umum/choirul/choirul-dasarsql.zip. Terakhir diakses tanggal 27 agustus 2009, pukul 22:58 wita
Citra Effendi, Kadek. 2008. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Kerusakan Pada Mesin (Engine) Sepeda Motor Yamaha Tipe 2-Tak dan 4-Tak. Denpasar : Skripsi S1 STIKOM -BALI.
Djuandi, Feri. 2002. SQL Server 2000 untuk Profesional. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Kymco Lippo Motor Indonesia. 2000. Kymco Service Manual Easy 100. Jakarta
Muslimah. 2009. Rancang Bangun Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Lupus Berbasis Web. Denpasar : Skripsi S1 STIKOM-BALI.
Yamaha Motor co., ltd. 2003. Mio Service Manual. Jakarta
68