Download - SKENARIO 1 KENAKALAN REMAJA
SKENARIO 1 : SALAH ASUHAN
Bimo Kusumo1061050174
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Tujuan pembelajaran
• Perkembangan psikososial remaja• Klasifikasi pola asuh (masa pencarian identitas
dan konsep teori psikologi)• Faktor yg mempengaruhi pola asuh• Penanggulangan salah asuh
Perkembangan psikososial remaja
Definisi remaja menurut WHO
1. mereka yg mengalami fase transisi dari ketergantungan sosial-ekonomi penuh menjadi fase yg lebih mandiri
2. Mereka yg menunjukkan tanda seksual sekunder pertama sampai terjadi kematangan seksual
3. Mereka yg mengalami perkembangan psikologis dan identifikasi dari fase kanak kanak menjadi fase remaja
Klasifikasi remaja menurut WHO
• 10-14 tahun : remaja awal• 15-20 tahun : remaja akhir
Teori perkembangan psikososial erikson
• Teori perkembangan psikososial didasarkan pada 8 tahap perkembangan.
• Teori Erikson didasarkan pada gagasan bahwa kehidupan seseorang merupakan serangkaian krisis dan tantangan.
Tahap perkembangan psikososial
• TAHAP 1 – Oral Sensori • TAHAP 2 – Anal-Moskuler • TAHAP 3 – Lokomotor • TAHAP 4 – Latensi • TAHAP 5 – Remaja • TAHAP 6 – Dewasa Muda (Awal) • TAHAP 7 – Dewasa madya • TAHAP 8 – Matang
Oral sensori (0-1 tahun)• Lahir – 1 tahun (bayi) • Konflik dasar: Kepercayaan vs.
ketidakpercayaan • Peristiwa penting menete dan
berhubungan dengan ibunya. • Harus mengembangkan kasih sayang,
hubungan yang penuh kepercayaan/diperhatikan.
• Keberhasilan menghadapi krisis dapat menimbulkan HARAPAN.
• Kegagalan menghadapi krisis ini dapat menimbulkan konflik dan mengakibatkan pada distorsi sensori dan withdrawal
Anal muskuler (1-3 tahun)• Usia 1 - 3 tahun (kanak-kanak) • Konflik dasar = otonomi vs. pemalu dan
ragu-ragu • Peristiwa penting adalah toilet training
and relasi penting dengan orangtuanya.
• Energi anak diarahkan pada pencapaian kematangan keterampilan fisik, seperti berjalan, dan kontrol muskuler.
• Jika berhasil akan menimbulkan KEHENDAK.
• Jika tidak tercapai, akan menimbulkan impulsif.
Lokomotor (3-6 tahun)• USIA 3 - 6 TAHUN (PG/TK) • Konflik dasar = initiatif vs. bersalah • Peristiwa penting = independensi dan hubungan penting dengan
keluarganya • Mengembangkan asertif dalam eksplorasi, penemuan, petualangan
dan bermain • Keberhasian akan mempermudah menetapkan dan mencapai
TUJUAN • Kegagalan dapat menimbulkan rasa bersalah yang berlebihan
Latensi (6-12 tahun)• Usia 6 - 12 tahun (usia sekolah) • Konflik dasar = industry vs. inferiority • Peristiwa penting adalah sekolah dan hubungan penting dengan guru,
teman, dan tetangga • Anak harus belajar keterampilan baru dan mengembangkan prestasi • Keberhasilan akan menimbulkan rasa KOMPETEN • Kegagalan dapat menimbulkan rasa rendah diri dan ketidakkompetenan.
Pubertas (12-20 tahun)• Usia 12-20 tahun (Remaja) • Konflik dasar = identitas vs. kekaburan identitas • Peristiwa penting adalah mengembangkan hubungan pertemanan. • Hubungan penting adalah pengaruh kelompok sebaya, kelompok dan
sosial. • Harus mencapai identitas seperti karir, peran seks, politik dan agama. • Keberhasilan akan menghasikan KESETIAAN • Kegagalan dapat menimbulkan kekaburan identitas dan FANATISME
Genitality (20-40 tahun)• Usia 20-40 tahun • Konflik dasar = intimasi vs. isolasi • Peristiwa penting adalah menjadi orangtua. • Hubungan penting adalah saling menyayangi,
bersahabat dan rekan kerja • Individu harus mengembangkan hubungan
yang intim di keluarga, dunia kerja dan kehidupan sosial.
• Keberhasilan akan menanamkan CINTA DEWASA-MUTUALISME
• Kegagalan dapat menimbulkan rasa kesepian dan keterisolasian
Dewasa (40-65 tahun)• Usia 40 - 65 TAHUN • Konflik dasar = kegairahan hidup (generativity)
vs. Stagnasi (stagnation) • Peristiwa penting adalah menjadi orangtua. • Hubungan penting adalah menjalin relasi
dengan anak dan masyarakat • Tahap ini didasarkan pada ide tentang
penemuan cara mencapai kepuasan hidup, dukungan kontribusi bagi generasi berikutnya.
• Keberhasilan akan menguatkan rasa PERHATIAN
• Kegagalan dapat menimbulkan overextension atau rejectivity
Matang (65 tahun-wafat)• Usia 65 - wafat • Konflik dasar adalah integritas ego vs.
terpecah (hina)/despair • Peristiwa penting adalah melakukan
refleksi dan menerima kehidupan individualnya
• Individu membuat makna dan tujuan hidupnya dan merefleksi prestasi yang dicapai dalam hidupnya
• Keberhasian akan membentuk KEBIJAKSAAAN Kegagalan dapat berakibat meremehkan kehidupannya atau semua orang
Klasifikasi pola asuh(pencarian identitas)
pendahuluan• Erikson (1964) mengatakan bahwa fase remaja
merupakan fase dimana terjadi krisis identitas. Timbul kebingungan pada remaja mau jadi siapa mereka kelak nanti? Mau berperan apa ditengah kehidupan bermasyarakat?
Identitas pada remaja menurut james marcia
• Menurut james marcia, dia menjawab pertanyaan dari erikson dengan mengemukakan kategori dan dasar perkembangan identitas pada remaja
Dasar perkembangan remaja
DASAR PERKEMBANGAN REMAJA
KRISIS KOMITMEN
Kategori identitas remaja
1. Identity diffusion2. Moratorium3. Foreclosure4. Identity achievement
Identity diffusion
• Orang tipe ini, yaitu orang yang mengalami kebingungan dalam mencapai identitas. Ia tidak memiliki krisis dan juga tidak memiliki tekad untuk menyelesaikannya
Ciri seorang dengan identity diffusion
1. tidak mempunyai pilihan-pilihan yang dipertimbangkan secara serius
2. tidak mempunyai komitmen3. tidak yakin pada dirinya sendiri4. cenderung menyendiri5. orang tua tidak mendiskusikan mengenai
masa depan dengannya6. mereka sering bicara semua terserah
mereka7. beberapa dari mereka tidak mempunyai
tujuan hidup, cenderung tidak bahagia, sering menyendiri karena kurangnya pergaulan
moratorium
• identitas ini ditandai dengan adanya krisis, tetapi ia tidak memiliki kemauan kuat (tekad) untuk menyelesaikan masalah krisis tersebut
Contoh moratorium
• Seorang remaja laki-laki naksir pada teman perempuannya, namun tidak melakukan usaha apapun untuk mendekatinya
foreclosure
• identitas ini ditandai dengan tidak adanya suatu krisis, tetapi ia memiliki komitmen atau tekad. Sehingga individu seringkali berangan-angan tentang apa yang ingin dicapai dalam hidupnya, tetapi seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya
Contoh foreclosure
• Seorang anak yg dipaksa orangtua untuk masuk jurusan universitas pilihan orangtuanya, anak nya menjalani nya namun sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan dan cita-cita anak tersebut untuk pilihan jurusan universitasnya.
Identity achievement
• seorang individu dikatakan telah memiliki identitas, jika dirinya telah mengalami krisis dan ia dengan penuh tekad mampu menghadapinya dengan baik
Contoh identity achievement
• Seorang anak sekolah di FKUKI dan merupakan pilihannya dan dia menjalani kehidupannya di lingkungan FKUKI dengan baik
Klasifikasi pola asuh(konsep teori psikologi)
pendahuluan
• Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting yg menentukan bagaimana kepribadian anak kedepannya dalam berkehidupan sosial di tengah masyarakat terbentuk.
Jenis pola asuh orang tua
1. Pola asuh permisif2. Pola asuh otoriter3. Pola asuh demokratif
Pola asuh permisif
• Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak.
Penyebab pola asuh permisif
• Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik.
Dampak pola asuh permisif
• Anak menjadi : 1. kurang perhatian2. merasa tidak berarti3. rendah diri4. Nakal5. memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk6. kontrol diri buruk7. salah bergaul8. kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik
ketika kecil maupun sudah dewasa.
Pola asuh otoriter
• Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak.
Dampak pola asuh otoriter
• Anak menjadi :1. tidak bahagia2. paranoid / selalu berada dalam ketakutan3. mudah sedih dan tertekan4. senang berada di luar rumah5. benci orangtua, dan lain-lain
Pola asuh otoriter
Pola asuh demokratif
• Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua.
Dampak pola asuh demokratif
• Anak akan menjadi:1. hidup ceria2. Menyenangkan3. Kreatif4. Cerdas5. percaya diri6. terbuka pada orangtua7. menghargai dan menghormati orangtua8. tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai
lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.
Faktor yg mempengaruhi
pola asuh
pendahuluan
• Setiap orang mempunyai sejarah sendiri – sendiri dan latar belakang yang seringkali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak
Faktor yg mempengaruhi pola asuh
• Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu:
1. Sosial ekonomi2. Pendidikan3. Nilai agama yg dianut orangtua4. Kepribadian5. Jumlah anak
Sosial ekonomi
• Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya.
• Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi.
pendidikan
• Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
Nilai-nilai agama
• Nilai – nilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya.
kepribadian
• Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002).
Jumlah anak
• Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua.
Penanggulangan salah asuh
pendahuluan
• penangangan pada anak yang agresif pada skenario adalah perkara yang gampang-gampang susah. Akan menjadi gampang, bila kita tahu caranya. Dan akan menjadi susah bila kita terlalu cuek dan tidak peduli atau malah merasa “malu” untuk membicarakan hal buruk yang terjadi pada anak sendiri.
Komunikasi yg baik
• Untuk bisa menyelesaikan masalah ini memang sangat dibutuhkan sebuah keterbukaan, khususnya bagi orang tua. Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak, orang tua dengan sekolah, orang tua dengan lingkangan, dan sekolah dengan orang tua perlu terjalin dengan baik
Komunikasi sebagai inti penanganan
• Jadi komunikasi adalah hal yang sangat penting, dan semua kembali pada orang tua.
referensi• Slater, Charles L. (2003), "Generativity versus stagnation: An
elaboration of erikson's adult stage of human development", Journal of Adult Development 10 (1): 53–65
• Erikson, Erik H. (1993) [1950]. Childhood and Society. New York, NY: W. W. Norton & Company. p. 242.
• Kail, Robert V. & Cavanaugh, John C. (2004). Human development: A life-span view (3rd ed.). Belmont, CA: Thomson/Wadsworth. p. 16.
• Erik H. Erikson: Childhood and Society, ch. 11 (1950).• Marcia, James E. (1966). "Development and validation of ego identity
status" (PDF). Journal of Personality and Social Psychology 3: 551–558. Retrieved 2012-01-28.
• Erikson, Erik (1956). "The problem of ego identity" (pdf). Journal of the American Psychoanalytic Association 4: 56–121. Retrieved 2012-01-28.