Download - SK 4 TENTIR
SK 4 : ENAMEL, DENTIN, PULPA, POSTERIOR, RADIOLOGI, AMALGAM,
BASIS (+JARINGAN PERIODONTAL?)
ENAMEL
Sifat fisik:
Enamel Berwarna putih pada awal erupsi, namun lama kelamaan akan berwarna
kekuningan karena terdapat dentin dibawahnya.
Struktur enamel bersifat paling keras diantara lapisan gigi yang laiinya karena enamel
merupakan jaringan ikat yang termineralisasi oleh kalsium hidroksiapatit.
Secara radiografis, enamel tampak paling radiopaque diantara lapisan gigi lainnya.
Ketebalannya pada daerah insisial/oklusal (daerah kunyah) ±2.5 mm dan semakin tipis
saat mendekati cervical line
Sifat kimia / komposisi :
Terdiri dari 96% material anorganik, 1% material organic, dan 3 % air
o kandungan anorganik enamel terdiri dari kristal hidroksiapatit (bagian dari cystolline
calcium phosphate) (ca10(po4)6(oh)2) yang berbentuk kristal heksagonal. Kristal
hidroksiapatit terdapat pada tulang, dentin dan sementum jumlahnya sedikit.
Sehingga enamel menjadi lapisan gigi yang paling kuat.
o Kandungan organic enamel terdiri dari protein(58%) , ikatan lipida (42%), karotin
Protein pada enamel disebut amelogenin. Amelogenin berbeda dengan kolagen.
Kolagen tidak mempunyai hidroksiprolin, sedangkan amelogenin mengandung
asam-asam amino yang terdiri dari hidroksiprolin, asam glutamate dan asam
aspartat
Ikatan lipida pada enamel terdiri dari sejumlah kecil kolesterol dan fosfolipid
Mineral lain yang terdapat pada enamel (dlm jumlah sedikit) =
o Carbonate
o Magnesium
o Potassium
o Fluoride
Sifat mekanik :
Kekuatan tarik enamel adalah ± 100 kg/cm2
Tahanan kompresi enamel sebesar 2100-3500 kg/cm2. Tahanan kompresi enamel adalah
daya tahan enamel terhadap perubahan bentuk akibat adanya gangguan2 seperti
pengunyahan
Modulus young pada enamel besar, sehingga menyebabkan enamel men jadi bersifat
brittle (mudah retak). Elastisitas enamel yang rendah dikarenakan banyaknya bahan
anorganik dan sedikitnya mineral pada enamel lebih dikit, jika dibandingkan dengan
dentin.
Sifat thermal :
Sifat transport
o Panas yang datang diteruskan oleh enamel ke dentin dengan cara konduksi
o Ketidakseimbangan difusi suhu antara dentin dan enamel bisa menyebabkan regangan
termal gigi yang dapat membuat gigi menjadi fraktur/pecah dan bercelah /retak
Sifat ekspansi suhu
Sifat ini sangat penting untuk bahan restorasi yang ditumpatkan ke enamel. Dilakukan agar
tidak ada celah diantara enamel dan bahan restorasi yang ditumpatkan.
Sifat listrik :
Enamel bersifat Dielektrik / isolator dimana enamel tidak menghantarkan listrik
Sifat lainnya :
Avaskular, tidak berpembuluh
Tidak mempunyai kemampuan untuk memperbaiki dan tetap tumbuh
Fungsi :
Memberikan permukaan yang keras pada gigi untuk mengunyah dan berbicara
Melindungi mahkota gigi dan dentin
Proses pembentukan :
Enamel terbentuk melalui tahapan sebagai berikut.
Aposisi Matriks Enamel
Proses pembentukan matriks enamel disebut sebagai amelogenesis yang terjadi selama tahap
aposisi dalam pembentukan gigi. Matriks enamel sendiri diproduksi oleh sel-sel ameloblas
dimana setiap selnya memiliki diameter 4 mikrometer, panjang 40 mikrometer, dan
heksagonal pada cross section. Sel-sel ameloblas merupakan sel yang berbentuk kolumnar
dan berdiferensiasi di daerah mahkota gigi selama tahap aposisi. Ameloblas tidak
berdiferensiasi pada bagian akar gigi sehingga bagian tersebut tidak dilapisi oleh enamel.
Matriks enamel disekresikan melalui prosesus Tomes, yaitu suatu permukaan sekretori yang
berfungsi sebagai pemandu dalam menyekresikan matriks enamel. Matriks enamel
merupakan produk dari ektoderm karena ameloblas berasal dari inner enamel epithelium
(IEE) dari enamel organ yang berasal dari lapisan ektoderm embrio. Pada awalnya, matriks
enamel mengandung protein, karbohidrat, dan sedikit kristal hidroksiapatit.
Maturasi Matriks Enamel
Selama tahap maturasi matriks enamel, ameloblas secara aktif memompa banyak kristal
hidroksiapatit ke matriks dan secara bersamaan menarik material organik yang terkandung di
dalamnya. Maturasi terjadi secara bertahap seperti pada aposisi matriks. Pada awalnya,
bagian yang termineralisasi terlebih dahulu adalah daerah insisal/oklusal, kemudian
mineralisasi akan berlanjut pada permukaan luar enamel dan terus mengarah ke arah CEJ.
Setelah ameloblas selesai mengalami aposisi dan maturasi enamel, ameloblas akan menjadi
bagian dari epitel enamel tereduksi (REE). Karena REE ini akan hilang saat erupsi gigi,
maka ameloblas juga akan hilang. Karena itu enamel tidak bisa diperbarui apabila mengalami
kerusakan. Meskipun begitu, mineralisasi enamel masih akan terjadi setelah erupsi gigi. Hal
ini terjadi akibat deposisi mineral seperti fluorida & kalsium dari saliva ke daerah pada
enamel yang kurang termineralisasi.
Struktur mikroskopik enamel :
1. Enamel Rods/Prisma enamel
Enamel rods atau prisma enamel merupakan struktur dasar enamel yang terbentuk dari kristal
hidroksiapatit yang tersusun memanjang mulai dari dentinoenamel
junction (DEJ) hingga ke permukaan gigi. Arah dari enamel rod ini
merupakan suatu garis yang berbentuk spiral atau melengkung
seperti huruf ”S” yang meningkatkan elastisitas enamel secara
keseluruhan. Secara umum, arah enamel rod membentuk sudut 80o-
100o dengan DEJ. Penampang lintang dari enamel rod berbentuk
heksagonal tidak sempurna. Diantara enamel-enamel rod yang
berdekatan, terdapat suatu jaringan yang disebut sebagai interrod.
2. Garis Retzius
Garis retzius merupakan garis pertumbuhan incremental yang menunjukkan garis
pertumbuhan enamel. Secara longitudional, garis retzius terlihat seperti pita-pita gelap yang
merefleksikan gambaran pertumbuhan enamel secara berurutan. Pada potongan melintang
dari enamel, garis ini terlihat seperti cincin konsentris yang serupa dengan lingkaran usia
pada pohon.
3. Imbrication Lines dan Grooves of Perikymata
Terdapat di permukaan non-mastikatori dari beberapa gigi pada rongga mulut. Biasanya,
imbrication lines dan perikymata akan hilang seiring dengan pemakaian fungsional gigi,
kecuali pada daerah cervical region yang terlindungi dari beberapa gigi, terutama gigi
permanen insisivus
sentral rahang atas,
kaninus, dan premolar
pertama.
4. Garis Neonatal
Garis ini menandakan stress atau trauma yang dialami oleh ameloblas selama kelahiran
seseorang, serta menggambarkan sensitivitas ameloblas. Secara mikroskopis, garis neonatal
yang menggelap menandai batas antara enamel matriks yang terbentuk sebelum kelahiran dan
sesudah kelahiran. Garis ini dapat ditemukan di semua gigi primer dan di cusp yang lebih
besar dari gigi molar satu permanen.
Keterangan gambar:
D = Dentin
E = Enamel
DEJ = Dentinoenamel Junction
NNL = Neonatal Line
5. Enamel Spindles
Enamel spindle berasal dari odontoblass yang melintasi membran basal sebelum
termineralisasi menjadi DEJ sehingga tubulus dentin menjadi terjebak selama aposisi dari
enamel matriks, dan enamel menjadi menjadi termineralisasi di sekelilingnya. Enamel spindle
terutama terlihat pada bagian bawah cusp dan ujung insisal pada gigi.
6. Enamel Tufts
Enamel tufts memiliki dasar yang dekat dengan DEJ. Disebut sebagai enamel tuft karena
memiliki struktur yang mirip seperti rumput. Enamel tuft memanjang kurang lebih 1/3 hingga
½ ketebalan dari matriks enamel dan juga menggambarkan daerah yang kurang
termineralisasi. Struktur ini terbentuk selama perkembangan prosesus Tomes dan selama
elaborasi dari inisiasi enamel dari enamel rod.
7. Enamel Lamellae
Enamel lamellae adalah lembaran protein vertikal dari matriks enamel yang sebagian
terkalsifikas. Lamellae merupakan perpanjangan dari DEJ di dekat servikal gigi hingga ke
permukaan oklusal. Enamel lamellae memiliki bentuk yang lebih sempit dan lebih panjang
dari enamel tufts.
Keterangan Gambar:
A: Enamel lamellae
B: Enamel tufts
C: Enamel spindle
8. Enamel Crack
Enamel crack merupakan retak yang disebabkan masalah perkembangan atau trauma.
Berbeda dengan enamel lamellae yang merupakan retak yang meluas sampai ke dentin,
enamel crack merupakan retak yang tidak melebihi dentinoenamel junction (DEJ). Enamel
crack ini dapat muncul karena tidak sempurnanya proses klasifikasi. Enamel crack tidak
mengandung zat organik di dalamnya.
9. Bands of Hunter-Schreger
Bands of Hunter-Schreger adalah fenomena optik yang disebabkan oleh perubahan arah dari
rod. Struktur ini paling jelas terlihat dari potongan longitudional. Bands of Hunter-Schreger
ini terlihat seperti pita gelap-terang yang memanjang dari DEJ hingga permukaan enamel.
Gangguan pada enamel
1) Hipoplasia enamel
Hipoplasia enamel merupakan gangguan pada gigi yang ditandai
dengan tidak lengkapnya / tidak sempurnanya enamel. Hal
tersebut terjadi karena adanya gangguan pada saat pembentukan
matriks enamael.
Hipoplasia enamel mengakibatkan gigi bersifat lebih sensitive
dan perubahan warna pada enamel menjadi tampak keputih-putihan, kuning coklat, dan
permukaan yang terlihat kasar. Hipoplasia enamel mampu terjadi pada gigi sulung
maupun tetap. Hipoplasia enamel terjadi karena beberapa faktor yaitu : Keturunan
,Trauma , ,Infeksi pada masa kehamilan / saat bayi,Radiasi dan Defisiensi gigi
2) Amelogenesis imperfekta
Amelogenesis imperfekta adalah kelainan yang terjadi pada saat amelogenesis
a. Hipoplastik
Suatu keadaan dimana kurangnya enamel yang normal sehingga warna gigi tampak
pucat, coklat kekuningan, dan berlubang. Jika dilihat secara radiografis, gigi tampak
tidak memiliki enamel.
b. Hipomatur
Suatu keadaan dimana gigi memiliki banyak enamel tetapi enamelnya bersifat lunak
dan kurang mineral. Cara mengujinya adalah dengan menekankan sonde kea rah
enamel gigi tersebut. Oleh sebab itu, enamel menjadi lebih mudah patah, tampak
berkapur dan timbul perubahan warna.
c. Hipokalsifikasi enamel
Suatu keadaan dimana gigi menjadi lebih lunak dan kurang terkalsifikasi. Hal itu
disebabkan karena memiliki konsistensi kapur sehingga gigi menjadi rentan terhadap
karies. Jumlah enamel yang terbentuk normal hanya kurang kalsifikasi saja. Keadaan
tersebut diakibatkan oleh karena ada gangguan pada saat maturasi ameloblast. Jika
dilihat secara kasat mata, gigi berwarna kuning kecoklatan karena dentin pada bagian
bawah enamel terlihat. Keadaan ini dapat terjadi pada gigi primer maupun permanen
DENTIN
Sifat fisik
Berwarna putih kekuningan, dimana berwana lebih kuning dari enamel
Lebih radiolucent dari enamel , namun lebih radiopaque dari pulpa
Dentin lebih lunak dari enamel , namun lebih keras daripada pulpa
Merupakan bagian terbesar gigi
Sifat mekanik
Konstanta elastic dentin (e) bergantung pada orientasi tubuli dentin dan tidak dipengaruhi
umur, seks, jenis gigi, maupun lokasi dalam gigi
Kekuatan tarik 250 kg/cm2
Kekerasan dentin dpt diukur dengan knoop hardness tester dan vickers microhardness
Sifat kimia
Berat = 70% mineral, 20 %matriks organic, 10 % air
Volume = 50 % mineral, 30 % organic, 20 % air
Matriks organic = Kalsium karbonat, fluoride, magnesium, seng dan mineral lain,
kolagen, elastin, glikoprotein, lipid enamel gigi, osteokalsin, dan vitamin K.
Bagian terbesar matriks organik = kolagen tipe 1, dan disusun terutama oleh kalsium
hidroksiapatit
Secara umum, terdiri dari 70% zat anorganik, dan 20%organik, 10 % air
Sifat listrik
Dielektrik / isolator tidak menghantarkan listrik tapi mentransmisiskan listrik
Sifat lainnya
Bisa memperbaiki diri
Fungsi
Melidungi gigi dari sakit gigi karena jika tidak ada bisa terkena saraf gigi secara langsung
Proses pembentukan :
a. Aposisi Matriks Dentin
Pada tahap aposisi odontogenesis terjadi proses dentinogenesis yaitu proses pembentukan
predentin yang nantinya akan menjadi dentin. Predentin dibentuk dari odontoblas dari
outer enamel epithelium (OEE).
b. Maturasi Dentin
Setelah aposisi, terjadi proses maturasi, yaitu mineralisasi predentin. Terjadi dalam dua
tahap yaitu :
- Kristal calcium hidroxyapatite menyatu dan meluas membentuk globules di
kolagen predentin.
- Terbentuk area mineralisasi baru yang membentuk globules di bagian yang
telah termineralisasi.
Area pembentukan Kristal baru ini meluas namun tidak menyatu atau berfusi dengan
sempurna. Fusi yang tidak sempurna ini menyebabkan perbedaan warnapada gambaran
mikroskopik. Area yang mengalami primary dan secondary mineralization (fusi Kristal
sempurna) Nampak berwarna lebih terang dan membentuk bundar, disebit globular
dentin. Sedangkan area yang hanya mengalami primary mineralization (fusi tidak
sempurna) nampak berwarna lebih gelap, disebut interglobular dentin.
Komponen dentin
Dentin terdiri dari tubulus dentin yang merupakan komponen utamanya, bentuknya
memanjang dari DEJ hingga akar ke dinding luar pulpa
o Tubulus dentin didaerah dej punya diameter lebih besar dan kerapatan yang lebih
rendah dibanding daerah perbatasan pulpa
o Tepian tubulus = peritubuler dentin , subtansi diantara tubuli = intertubuler
Didalam tubulus dentin terdapat :
o Dentinal fluid (cairan jaringan yang ada disekeliling membran sel odontoblas yng
diteruskan ke pulpa)) dentinal fluid berfungsi sebagai pemberi makan dentin,
menghindari rangsangan-rangsangan dari permukaan gigi ke daerah pulpa.
Rangsangan ( mekanis, kimia, panas, produk bakteri) yang mengenai ujung
odontoblas akan diantarkan ke pulpa dan menimbulkan rasa sakit
o Odontoblastic process = pemanjangan seluler di dalam tubulus dentin (yang
mnyambungkan 1 dengan yang lain tubulus dentin) dan masih menempel dengan
badan sel odontoblas di dalam pulpa
o Aferen / sensori akson terkumpul dengan odontoblastic process di beberapa tubulus
dentin
proses rasa sakit yang
dibawa dentinal fluid dan
odontoblastic proses
Tipe-tipe dentin
Tipe Lokasi Deskripsi
Peritubular dentin Dinding dari tubulus dentin Terkalsifikasi sempurna
Intertubular dentin Diantara tubulus dentin Terkalsifikasi sempura
Mantle dentin Lapisan dentin paling luar > dentin yang pertama kali
terbentuk
> serta kolagen tegak lurus
dej
Circumpulpal dentin Lapisan disekitar bagian luar
pulpa
>terbentuk abis mantle dentin
terbentuk
> serat kolagen sejajar dej
Primary dentin > terbentuk sebelum foramen
apical terbentuk
> terbentuk saat masih dalam
kandungan
> terbentuk cepat dan lebih
termineralisasi dibanding
secondary
> punya banyak peritubular
Secondary dentin >terbentuk setelah foramen
apical terbentuk
> terbentuk karena ada
pacuan2 yang dialami oleh
odontoblast, mis :
rangsangan mekanis, kimia,
karies
Terbentuk secara lambat,
kurang termineralisasi
dibanding primer
Tertier dentin Terbentuk akibat luka
biasanya karena perawatan
endodotik (rangangan pada
odontoblast)
Pola yang tidak beraturan
dari tubulus
Bagian-bagian yang nampak dalam gambaran mikroskopik :
1. Imbrications line of von ebner : garis inkrementalyang berwarna gelap dan dapat
disamakan dengan garis incremental(tumbuh) retzius
2. Contour lines of owen
Beberapa imbricatin line yang salnig berdekatan sehingga menyebabkan adanya
perbedaan warna selain itu hal tersebut juga
menunjukan gangguan metabolisme
Von ebner
Owen
3. Tomes’ granular layer
Paling sering ditemukan di tepi dentin dibawah sementum akar , berdekatan dengan DEJ
Kelainan pada dentin
1) Dysplasia dentin
Kelainan pada dentin yang melibatkan sirkum pulpa dentin dan morfologi akar sehingga
dentin terlihat lebih pendek. Hal itu disebabkan oleh herediter autosomal dominan.
Dysplasia dentin dibedakan menjadi 2;
o Tipe 1 (dysplasia dentin radikuler)
Gigi normal namun tidak ada pembentukan akar namun ada batu pulpa besar dan ada
penyumbatan pulpa total dari gigi sulung sebelum erupsi gigi. Biasanya gigi menjadi
goyang. Radiolusensi perapikal multiple
o Tipe 2 (dysplasia dentin coronal)
Saluran pulpa menyempit dan berbentuk bunga widuri yang seringkali ditempati o/
dentikel2
2) Dentinogenesis imperfekta
Merupakan Kelainan genetic karena ada gangguan pada tahap histodiferensiasi yang
mempengaruhi struktur gigi. Ukuran gigi normal , namun terdapat pengerutan di bagian
servikal gigi dan akar gigi terlihat rampng dan pendek. Gigi berwarna abu2 / kecoklatan
PULPA
Komponen
Bahan dasar pulpa 75% air dan 25% bahan organic
Di dalam pulpa terdapat odontoblas, sel fibroblast dimana kolagen merupakan
bagian yang paling banyak, substansi interseluler, saraf, pembuluh darah (sering
ditemukan histiosit), dan pembuluh limfatik. Semuanya masuk ke pulpa melalui sum2
tulang yang termasuk dalam sistem fagosit mononuclear, jika terjadi peradangan
maka sel ini akan bersifat makrofag
Odontoblas
Sel yang berbentuk silindris. Sel ini menghasilkan kolagen (khusu tipe i) dan
proteoglikans. Berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 2, yaitu :
Pada daerah lateral : sel lebih pendek, kuboid, nukelus ditengah
Pada daerah apical : sel lebih kuboid kearah squamoid, nukelus bervariasi dari
ovoid ke bulat, dan berkromofilik tinggi
Fibroblast
Sel yang paling banyak terdapat di mahkota gigi. Bentuknya berupa sel-sel gepeng
dengan inti bulat. Sel ini tersebar di pulpa terutama di vena darah. Sel ini berfungsi :
Membentuk dan mempertahankan matriks pulpa dengan cara menghasilkan
kolagen tipe 1 dan 3
Menghilangkan kelebihan kolagen dalam pulpa dengan cara resorpsi serat2
kolagen oleh lisosom
Mensintesis dan mensekresikan komponen non kolage matrisk ekstraselular
Mempertahankan kapastas dan rangsangan untuk membelah dan berdiferensiasi
menjadi sel dewasa lainnya
Sel mesenkim
Adalah sel yang belum tediferensiasi, terdapat banyak pada lapisan cell-rich zone
Immunocompetent
Terdiri dari sel-sel imun dan biasanya diawali dengan peradangan / inflamasi
Histiosit (makrofag yang berkelana) dan makrofag
Merupakan sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi dan banyak terdapat di
pembuluh darah. Sel histiosit datang dari sel monosit g bermigrasi ke vena.
Bertugas menghilangkan bakteri asing dalam tubuh
Leukosit polimorfonuklear
Yang paling umum pd reaksi peradangan pulpa adalha sel neutrofil ,namun
kadang-kadang eosinofil dan basofil juga ada
Sel mast
Merupakan sel basofil yang masuk kejaringan dan biasanya ada pada
gangguan/iritasi yang hebat.sel mast ini menghasilkan histamine yang paling
ampuh untuk menghilangkan inflamasi.
Reserve cells
Merupakan sel cadangan dari sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi untuk
mengatasi kekurangan sel fibroblast ataupun odontoblast. Jumlah selnya mensedikit
seiring bertambahnya usia
Unsur serat
serat yang paling utama digunakan adalah kolagen tipe I dan III. Unsure serat lebih
dominan di akar bagian radikular dibanding di mahkota. Serat akan bertambah banyak
seiring bertambahnya usia. Pada jaringan pulpa unsure serat yang sering dipakai
adalah serat argirofil/reticular, didalamnya banyak terdapat komponen karbohidrat.
Unsure serat yang terdapat di daerah odontoblas disebut serat von-koff.
Substansi dasar
Subsyansi dasar didominasi oleh proteoglikan dan fibrinekin dan bersifat elektrolusen,
tidak berstruktur dan terletak interseluler.
Bagian-bagian pulpa
Terdapat 2 bagian pulpa , yaitu :
Bagian mahkota, yaitu yang terdapat di mahkota gigi dan terdapat pulp horn
Bagian radikuler (pulp canal), berlokasi di apical, dibagi menjadi 2 :
o Foramen apical
Yaitu tempat komunikasi dengan periodontal ligament dan tempat keluar masuk saraf,
pembuluh darah,dan limfatik
o Kanal aksesoris
Yaitu pulpa yang berada di sebelah lateral akar
Lapisan-lapisan pulpa
1) Lapisan odontoblas / peripheral pulp zone
Merupakan lapisan terluar dinding pulpa yang dapat membentuk dentik sekunder dan
tersier. Lapisan ini mengandung badan sel odontoblas, dan badan sel dari akson aferen
yang berasal dari tubulus dentin.
2) Lapisan subodontoblas / zona cell-free (zone of weil)
Lapisan ini berbatasan dengan lapisan odontoblas dengan struktur berupa ruang bebas sel.
lapisan ini mengandung pembuluh darah kapiler dan serabut saraf yang tidak bermielin
serta menembus lapisan odontoblas. Didalam lapisan ini terdapat banyak serat kolagen
dan lapisan ini tidak dapat membuat dentin sekunder dan tersier.
3) Zone cell rich
Lapisan ini memiliki banyak sel dibanding lapisan
subodontoblas
4) Pulpal core (inti pulpa) / central pulp zone
Pulpa core dikelilingi oleh cell-rich zone dan
mengandung kumpulan sel dengan letak terdalam.
Bentuknya akan lebih terlihat seiring
bertambhanya usia
Sifat-sifat
1) Persyarafan pulpa
Merupakan serat saraf sensorik dan trigeminus. Ada yang bermielin dan tidak bermielin
o Bermielin = rangsangan cepat. Namun pada bagian perfier tidak bermielin.
o Tidak bermielien = lambat meneriam nyeri spesifik karena rangsangan termal, kimia,
listrik
2) Sistem peredaran darah pulpa
Vitalitas pulpa tidak ditemukan oleh sarafnya tapi oleh sirkulasi darahnya
3) Tekanan pulpa
Tekanan pulpa menunjuka aliran darah yang masuk dan keluar pulpa dan biasanya sesuai
dengan ritmik jantung. Tekanan pulp rata2 = 25 mmhg. Tekanan pulpa dipengaruhi oleh:
o obat2an vasoaktif, yang dapat mengaur aliran darah sistemik pulpa dipengaruhi oeh
obat2 an vasoaktif
o Suhu tubuh , jika turun : tekana pulpa juga turun sedangkan jika tekanan pulpa naik
maka akan terasa sakit gigi
Proses pembentukan
Pulpa orang muda dibentuk dari jaringan Ikat pulpa yang longgar dengan bentuk yang seperti
gel. Proses pembentukannya dibedakan menjadi 3 bagian akar, yaitu :
Pada bagian perifer, terdapat pembentuk odontoblas yang mengubah bentuk rongga pulpa
Pada saluran akar pulpa, bentuk odontoblas jadi kubus/prisma
Pada bagian apical , tidak ditemukan odontoblas
Fungsi
1. Fungsi formasi : fungsi terpenting dari pulpa yaitu berfungsi dalam pembentukan dentin
2. Fungsi nutrisi : pulpa memiliki saraf, pembuluh darah, dsb yang memiliki nutrisi yng
banyak, dan nutrisi tersebut akan disalurkan ke dentin melalui odontoblastic process
3. Fungsi sensory : di dalam pulpa terdapat saraf sensorik dan motorik yang memberi rasa
sakit
4. Fungsi proteksi/ defensive
melindungi saraf dari luka dengan membentuk dentin sekunder dan tersier dan
produksi sel2 darah putih yang ada di pulpa
sel mesenkim yang ada di pula berdiferensiasi menjadi sel fibroblast dan kemudian
membentuk serat2, substansi intersel, odontoblas hingga dentin
5. Fungsi reparasi
jika terjadi kerusakan, sel pulpa akan membentuk sel yang mirip odontoblas dan
kemudian akan membentuk jaringan yang menggantikan dentin yang rusak yaitu dentin
sekunder dan tersier. Akhirnya, jaringan diperbaiki
Kelainan pulpa
1) Pulp stone / batu pulpa (dentikel)
Adalah material2 termineralisasi yang biasanya ditemukan didalam jaringan
lunak.Biasanya pada gigi yang berubah secara patologik, namun gigi normal juga dapat
terkena. Pulp stone dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu ::
Berdasarkan letak :
Dentikel bebas = dentikel yang dikelilingi jar. Pulpa
Dentikel celat = dentikel yang bersatu dengan dinding kamar pulpa
Dentikel tertanam = yang dikelilingi oleh dentin
Berdasarkan strukturnya :
True denticles : Mirip dentin karena mempunyai tubuli dentin dan sel odontblast
Selalu ditemukan di apical foramen
False denticles : Keterbalikan dari true denticles
Diffuse calsification : Kalsifikasi dari pulp stone yang tidak biasa
Alur perkembangannya mengikuti lingkaran serat/blood vessels
Bersifat amorf, tidak pnya struktur spesifik berakhir menjadi
hyaline di jar pulpa
Terletak di daerah root canal
Sensasi pulpa
Sensasi pulpa memberikan Rasa sakitnya tumpul artinya tidak tajam, berdenyut agak
lama dan merupakan cirri-ciri yang keterbalikan dari dentin
2) Hyperemia pulpa
Menyebakan Aliran darah di rongga pulpa dan pelebaran pembuluh darah sebagai reaksi
adanya iritasi thdp pulpa. Bersifat reversible dan dapat disembuhkan jika dihilangkan
rangsangannya. Nyeri spontan seperti orang setelah makan manis/dingin ketika sudah
tidak makan lagi maka rasa sakit itu hilang
3) Pulpitis
Merupakan Radang pada jaringan pulpa . Dibedakan jadi 2 :
Akut:Rasa nyeri terus menerus, hilang-timbul
Nyeri timbul karena perubahan suhu (dingin) dan makan makanan yang asam/manis
dan
masuk ke kavitas gigi
Sifat nyerinya : tajam, spontan, menetap , menjalar hingga ke arah pelipis, sinus
maksila, telinga
Kronik, dibagi 2:
Ulseratif ada di ulkus di permukaan jar pulpa pada daerah pulpa yang terbuka
Hiperplastik / pulpitis granulomatosa / polip pulpa/ pulpitis hipertrofi ada bejolan
granulomatosa keluar dari kamar pulpa , polip berwarna merah dan mudah berdarah
4) Nekrosis pulpa
Merupakan Kematian jaringan pulpa akibat sistem pertahana pulpa yang sudha tidak bisa
menahan besarnya rangsangan sehingga banyak sel pulpa yang mati di ruang pulpa akibatnya
berkurangnya fungsi pulpa . Penyebabnya adalah kelanjutan dari radang pulpa akiat akries
dan degenerasi/perubahan
DENTAL ANATOMY
Morfologi Gigi Posterior Atas
Premolar -1 dan Premolar -2 Maxilla
PREMOLAR MAXILLA
Memiliki 2 akar (Buccal dan Lingual cusp seimbang)
P1 mirip P2
Ciri-ciri premolar-1 dan premolar-2 maxilla
PREMOLAR -1 MAXILLA PREMOLAR-2 MAXILLA
Aspek Buccal Permukaan cukup bulat dan
tampak mirip dengan caninus
rahang atas.
Tip memisahkan bagian oklusal
menjadi mesial ridge, yang lurus
dan panjang, dengan distal ridge
yang pendek dan cembung.
Bagian 1/3 apikal lebih langsing
dengan aspeknya lebih runcing
Mesial cusp slope lebih panjang
dari distal cusp slope
Outline crown keseluruhan
berbentuk pentagonal
Mesio-occlusal slope lebih
panjang dan lurus dibanding disto-
occlusal slope
Buccal cusp tip condong ke distal
Terdapat buccal ridge
Mesio occlusal slope lebih pendek
dari disto occlusal slope
Outline crown pentagonal
Buccal cusp tidak sepanjang dan
seruncing premolar I rahang atas
Buccal cusp tip condong ke mesial
Ukuran mesio-
distal
Paling lebar diantara premolar lain Tidak selebar p-1 RA
Outline mesial Menonjol (membulat) dan konkaf Tidak begitu menonjol ( membulat )
Outline distal Agak membulat Agak membulat
Buccal-cusp Tinggi, tajam, dan terletak lebih kearah
distal
Tidak sepanjang dan setajam p-1 RA
Aspek Lingual Permukaan lingual membulat di
segala aspek.
Terlihat 2 cusp karena lingual cusp
lebih kecil dari buccal cusp
Lingual cusp tip condong ke mesial
Lingual cusp panjang, menyebabkan
mahkota menjadi lebih panjang dilihat dari
aspek lingual
Lingual cusp tip condong ke mesial
Profil Bukal Terlihat Tidak terlihat
Lingual cusp Lebih pendek dan tidak setajam buccal
cusp
Relatif lebih panjang dan tinggi sehingga
permukaan oklusal kurang tampak
Slope Mesio-occlusal slope lebih pendek
dibanding disto occlusal slope
Tidak begitu jelas perbedaannya
Aspek Mesial jarak ujung cusp ke ujung cusp lebih
panjang dari setengah lebar mahkota
Outline trapesium
Mesial concavity tidak ada
Kontak area dan marginal ridge lebih ke
servikal
Outline trapezium
Perbandingan
cusp
Buccal cusp tip lebih panjang daripada
lingual cusp tip
Kedua cusp (buccal cusp & lingual cusp)
hampir sama tinggi
Mesial
Developmental
Depression
Ada Tidak ada
Mesial Marginal
Groove
Terkadang ada Tidak ada
CEJ Lebih cembung daripada distal Lebih cembung daripada distal
Aspek Distal Terlihat developmental depression
Garis servikal tidak begitu
melengkung
Kontak area sedikit lebih luas
Kontak area dan mesial ridge lebih ke
servikal
Aspek occlusal Sudut pada mesio-buccal dan
disto-buccal tajam, hampir 90º,
sedangkan sudut disto-palatal dan
mesio-palatal agak membulat
Supplemental groove-nya sedikit
Bucco-lingual lebih besar dari
mesio-distal
Palatal cusp tip tidak condong ke
mesial
Memiliki lebih banyak supplemental
groove
Mesial dan distal pit berjarak lebih
dekat
Outline Heksagonal dan mengecil ke arah palatal Heksagonal yang lebih bulat dan lebih besar
Central groove Panjang, Lebih dekat ke lingual Pendek
Mesial Marginal
Ridge
Terdapat mesial marginal developmental
groove
Tidak ada mesial marginal ridge
Perbandingan
Cusp
Buccal cusp lebih besar dari lingual cusp Perbandingan tidak terlalu beda
Premolar 1 Maxilla
Premolar 2 Maxilla
Molar Maxilla
MOLAR MAXILLA
Akar 3 ( 2 akar pada bagian buccal dan 1 akar
pada bagian palatal)
Pola groove M1 dan M2 hampir mirip
Penentuan kiri atau kanan, dapat dilihat dari
kecondongan arah cusp pada sisi buccal
Ciri-ciri molar-1, molar-2, dan molar-3 maxilla
MOLAR-1 MAXILLA MOLAR-2 MAXILLA
Aspek Buccal Outline mahkota berbentuk
trapezoid
4 cusp terlihat (cusp ke-5 tidak
terlihat)
Outline distal berbentuk konveks
Outline occluso-cervical nya lebih
pendek dan mesio-distal nya lebih
miring dibandingkan dengan M1
maxilla
Buccal groove lebih ke arah distal
Distobucco cusp sangat kecil
Mahkota lebih sempit dari arah
BUCCAL OCCLUSAL DISTAL MESIAL LINGUAL
mesiodistal dan occlusal
Lingual cusp Karena mesio dan disto-lingual cusp
tingginya sama, maka tip mesio-
lingual cusp dapat terlihat diantaranya
Tidak terlihat lingual cusp
Buccal-cusp Mesio-buccal lebih lebar dan tip
distobuccal lebih tajam (tinggi sama)
Mesio-buccal cusp lebih lebar dan tip
disto-buccal lebih tajam ( mesial cusp
lebih tinggi dibandingkan dengan distal
cusp)
Aspek Lingual Terdapat cusp ke-5 yaitu cusp of
Carabelli
Ketiga akar terlihat
Tidak ada cusp ke-5
Lingual cusp Mesiolingual cusp merupakan cusp
yang paling besar diantara cusp-cusp
yang ada di gigi molar 1 rahang atas.
Akan terlihat cusp ke-5 yang
menempel di mesiolingual cusp.
Disto-lingual cusp < dan pendek
daripada M1 maxilla
Buccal cusp Hanya disto-buccal tip saja yang dapat
terlihat
Mesio dan disto-buccal tip dapat terlihat
Aspek Mesial Ukuran buccolingual cervical
lebih besar daripada buccolingual
oklusal.
Hanya akan dapat melihat 2 akar
saja yaitu: akar mesiobuccal dan
akar lingual.
Cervical line membengkok ke
oklusal
Outline lingual dari mesiolingual
cusp yang berjalan dari cusp ke-5
sampai ke ujungnya, terletak
lingual dari bifurkasi akar
Distal marginal ridge tajam ke
arah cervical
Permukaan outline mahkota distal
umumnya konveks
Ukuran buccolingual cervical jauh lebih
besar daripada buccolingual oklusal.
Distal cusp Tidak dapat terlihat Tidak dapat terlihat
Aspek Distal Sebagian permukaan oklusal nya
terlihat
Semua akar terlihat
Cervical line hampir lurus dari
arah buccal-lingual
Disto-buccal cusp lebih kecil daripada
M1 maxilla
Mesio-buccal cusp dapat terlihat
Mesio-lingual cusp tidak terlihat
Disto-lingual cusp hanya terlihat sedikit
bagian oklusal nya
Aspek occlusal Sudut mesiobuccal dan
distolingual nya lebih tajam daripada
sudut distobuccal dan mesiolingualnya.
Terdapat tubercle yang dapat
berupa cusp, pit, atau groove pada
mesiopalatal
Mirip dengan M1 maxilla
Ukuran mesiodistal mahkota <
daripada M1 maxilla
Outline Rhomboid atau jajaran genjang Rhomboidal atau heart-shaped
Groove tipe H H (tapi agak melengkung)
Perbandingan
Cusp
Cusp mesio-lingual adalah cusp
terbesar
Cusp disto-lingual kecil
Cusp carabelli adalah cusp terkecil
Cusp mesio-lingual adalah cusp terbesar
Cusp disto-lingual sangat kecil
Tidak ada cusp carbelli
Molar 1 Maxilla
Molar 2 Maxilla
MOLAR 3 MAXILLA
Aspek Buccal Mahkota lebih pendek cervico-occlusal dan lebih sempit mesio-distal
Akar menjadi satu sebagai satu akar besar dan lebih pendek cervico-
apikal
BUCCAL OCCLUSAL DISTAL MESIAL LINGUAL
Bagian mesial akar membengkok ke distal
Aspek Lingual Hanya ada satu cusp lingual
Tidak ada groove lingual
Aspek Mesial Akar menjadi satu dan runcing
Bifurkasi terletak pada bagian 1/3 apikal
Aspek Distal Sebagian permukaan bukal dan oklusal terlihat
Ukuran dari cervical line sampai ke marginal ridge pendek
Aspek Occlusal Sebagian besar outline berbentuk heart shape
Terdapat 4 cusp
Terdapat banyak supplemental groove
Terdapat dengan jelas oblique ridge, central fossa, distal fossa dan
lingual developmental groove
Molar 3 Maxilla
Morfologi Gigi Posterior Bawah
Premolar (P1 memiliki 2 cusp, sedangkan P2 memiliki 2 atau 3 cusp.)
Premolar Satu (P1)
P1 bawah memiliki bentuk yang mirip dengan kaninus bawah dan P2 bawah.
Kesamaan P1 bawah dengan kaninus bawah:
Cusp bukalnya panjang
Ukuran buccolingualnya mirip
Permukaan oklusal meruncing secara lingual ke arah servikal
BUCCAL OCCLUSAL DISTAL MESIAL LINGUAL
Mesiobuccal cusp ridge lebih pendek dari distobuccal cusp ridge.
Outline dari aspek oklusal keduanya mirip.
Sementara itu, kesamaan P1 bawah dengan P2 bawah adalah:
Outline mahkota dan akar keduanya dari aspek bukal hampir mirip
Area kontak di sisi mesial maupun distal hampir dalam level yang sama
Kelengkungan garis servikal distal dan mesial mirip
Memiliki lebih dari 1 cusp
Premolar Dua (P2)
Buccal cusp tidak sejelas pada P1 bawah. Akarnya lebih besar dari P1 bawah. Ada dua tipe
P2 bawah, yaitu yang memiliki 3 cusp dan 2 cusp, namun yang lebih sering ditemukan adalah
yang memiliki 3 cusp. P2 bawah yang memiliki 2 cusp biasanya terlihat lebih membulat pada
aspek oklusalnya.
Aspek Bukal P1 dan P2 bawah
P1 P2
Mahkotanya lebih cembung daripada
premolar atas
Buccal cusp lebih pendek dari P1
Enamel mahkotanya halus dengan tidak
ada developmental groove dan sedikit
developmental line
Mesiobuccal dan distobuccal cusp ridge-nya
lebih membulat dari P1
Mahkotanya hampir simetris bilateral Area kontak mesial dan distalnya terletak
lebih tinggi dari area kontak P1
Mahkotanya berbentuk sedikit trapezoid Akarnya lebih lebar secara mesiodistal dari
P1 serta lebih panjang
Punya buccal ridge Apeks akarnya lebih tumpul
Mesial cusp ridge lebih rendah dari distal
cusp ridge
*In other respects, this tooth is quite similar
to P1 from this aspect*
Area kontak mesial dan distal berada pada
level yang hampir sama
Area kontaknya agak lebih ke atas dari
pertengahan garis servikal ke cusp tip.
Ukuran mesiodistal pada kontak area >
garis servikal
Kelengkungan garis servikalnya sangat
dangkal
Outline mesialnya lurus atau sedikit
konkaf dari garis servikal hingga area
kontak mesial
Outline distalnya sedikit cekung dari garis
servikal hingga area kontak distal
Distal slope biasanya menunjukkan
konkafitas
Buccal cusp tip terletak agak mesial
Akarnya lebih pendek 3-4 mm dari
kaninus bawah
P1 aspek Bukal.
P2 Aspek
Bukal.
Aspek Lingual
P1 P2
Secara mesiodistal, mahkotanya lebih sempit
dibanding aspek bukal
Permukaan mahkotanya halus dan bulat
Lingual lobe berkembang sangat baik hingga
membentuk (beberapa) cusp.
Mahkota dan akarnya meruncing dari
permukaan bukal ke lingual
Mesiolingual cusp lebih besar dan panjang
daripada distolingual cusp. Terdapat groove
di antara mesiolingual cusp dan distolingual
cusp
Permukaan oklusal melandai secara lingual
ke arah servikal dan berakhir pada lingual
cusp yang pendek.
Pada P2 yang hanya punya satu lingual cusp,
tidak memiliki groove tapi memiliki
distolingual developmental depression yang
merupakan pertemuan lingual cusp ridge
dengan distal marginal ridge.
Bagian servikal mahkotanya sempit dan
konveks
Akarnya lebih lebar dibanding akar aspek
bukal dan berbentuk cembung
Lingual cusp selalu lebih kecil dari buccal
cusp
Secara keseluruhan, ukurannya lebih besar
dari P1 bawah
Lingual cusp biasanya menunjukkan cusp tip
yang tajam
Memiliki mesiolingual developmental groove
yang merupakan garis demarkasi antara lobus
mesiobuccal dan lingual lobe dan memanjang
ke mesial fossa pada permukaan oklusal
Akarnya sempit, halus, konveks, dan
memiliki ridge yang sempit
Seringkali ada developmental groove di sisi
mesial yang terlihat bersama developmental
depression pada akar.
P1 Aspek Lingual.
P2 Aspek Lingual.
Aspek Mesial
P1 P2 (dibanding P1)
Outline mahkota secara keseluruhan
berbentuk seperti jajar genjang (karakteristik
fundamental gigi posterior RB)
Secara labiolingual, mahkota dan akar lebih
lebar
Buccal cusp tip terletak hampir tepat di garis
tengah akar atau agak ke bukal
Buccal cusp tidak tepat di garis tengah akar
dan biasanya lebih pendek
Outline bukal mahkota melengkung dari
garis servikal hingga buccal cusp tip dengan
puncak kelengkungan dekat sepertiga middle
mahkota (letak puncak kelengkungan ini
adalah karakteristik gigi posterior RB)
Lobus lingualnya berkembang lebih baik
Kelengkungan pada outline lingual lebih
kecil dari outline bukal dan berakhir di
lingual cusp tip dengan puncak kelengkungan
mendekati sepertiga middle mahkota
Permukaan oklusal yang terlihat tidak terlalu
banyak
Garis servikal melengkung ke arah oklusal,
namun bisa juga lurus
Tidak ada mesiolingual developmental
groove yang terlihat pada mahkota
Akarnya punya outline bukal yang
melengkung dan outline lingualnya lurus
Akarnya lebih panjang dan kadang-kadang
sedikit konveks
Apeksnya cenderung tajam Apeksnya lebih tumpul
Permukaan akarnya halus dan flat dari buccal
margin hingga ke tengah.
Developmental groove dangkal biasanya
muncul di permukaan akar
Developmental groove yang sangat dalam
akan berakhir menjadi bifurkasi pada
sepertiga apikal
P1 Aspek Mesial.
P2 Aspek Mesial.
Aspek Distal
P1 P2
Distal marginal ridge lebih tinggi daripada
mesial distal ridge dan tidak ada lingual slope
yang ekstrim
Permukaannya mirip dengan permukaan dari
aspek mesial P2 bawah
Tidak ada developmental groove pada distal
marginal ridge
Lebih banyak permukaan oklusal yang
terlihat dibanding dari aspek mesial P2
bawah karena distal marginal ridge lebih
pendek dari mesial marginal ridge
Permukaan distal mahkota berbentuk
konveks halus
Mahkotanya terlihat miring ke arah distal
sumbu akar (merupakan ciri-ciri gigi
posterior)
Di bawah garis servikal ada sedikit
kecekungan yang memanjang secara
labiolingual
Area kontak distal lebih lebar dari mesial
Kelengkungan garis servikal distal dan
mesial hampir sama
Permukaan akar lebih konveks daripada
permukaan akar mesial serta ditemukan juga
developmental depression (ditemukan juga
developmental groove yang dalam, tapi
jarang)
P1 Aspek Distal.
P2 Aspek Distal.
Aspek Oklusal
Premolar Satu Bawah
Permukaan bukal lebih banyak terlihat dibanding permukaan lingual
Secara kasar, berbentuk seperti diamond atau mungkin sirkular
Buccal ridge terlihat menonjol
Mesiobuccal dan distobuccal line angles membulat
Area kontak distal terlihat lebih luas daripada mesial
Mahkotanya berbentuk condong ke arah lingual sehingga seperti membentuk segitiga
yang sisi-sisinya terdiri dari: buccal cusp ridge (sebagai basis), marginal ridge, dan lobus
lingual (sebagai point-nya)
Fossa mesial cenderung berbentuk linear yang kemudian akan membentuk mesiolingual
developmental groove ketika melewati permukaan mesiolingual
Fossa distal cenderung berbentuk sirkular dan terkadang punya distal developmental
groove yang berbentuk sabit serta distal developmental pit.
Premolar Dua Bawah
Tipe dengan 3 cusp terlihat lebih kotak dari lingual ke buccal cusp ridge, sedangkan yang
tipe dengan 2 cusp terlihat lebih bulat.
Pada tipe dengan 3 cusp, buccal cusp adalah yang terbesar, kemudian disusul oleh
mesiolingual cusp dan distolingual cusp yang terkecil. Tiap cusp memiliki triangular
ridge yang satu sama lain dipisahkan oleh developmental groove. Developmental groove
tersebut kemudian bersatu di central pit dan membentuk huruf Y. Developmental
tersebut adalah:
o Mesial developmental groove, arahnya ke mesiobuccal dan berakhir di mesial
triangular fossa.
o Distal developmental groove, arahnya ke distobuccal dan berakhir di distal triangular
fossa. Lebih pendek dari mesial developmental groove.
o Lingual development groove, memanjang ke arah lingual di antara dua lingual cusp
dan berakhir pada permukaan lingual mahkota.
Terkadang ada supplemental groove dan supplemental depression yang bercabang dari
developmental groove tersebut.
Tipe dengan 2 cusp memiliki mesiolingual dan distolingual line angles yang membulat.
Pada tipe dengan 2 cusp, terdapat central developmental groove yang seringnya
berbentuk sabit, tapi ada juga yang berbentuk lurus. Central developmental groove ini
berakhir pada mesial dan distal fossa yang berupa depresi sirkular, dan kadang-kadang
dari developmental groove ini ada percabangan supplemental groove dan supplemental
depression. Mesial & distal pit terkadang ditemukan di pusat mesial & distal fossa.
Kemudian, meskipun seringkali tidak terlihat pada gambar, P2 tipe 2 cusp biasanya
punya developmental depression yang melintasi distolingual cusp ridge.
MOLAR BAWAH
Ciri-ciri umum molar bawah adalah:
Molar bawah adalah gigi terbesar dari semua gigi bawah
Memiliki dua akar: satu distal dan satu mesial
Mahkotanya berbentuk quadrilateral dan lebih lebar secara mesiodistal daripada
buccolingual
Molar Satu (M1)
M1 adalah gigi terbesar dari seluruh gigi pada RB (rahang bawah)
Memiliki 5 cusp: 2 buccal, 2 lingual, dan 1 distal
Punya 2 akar: 1 distal dan 1 mesial
Akar mesial melengkung ke arah distal
Akar distal lebih membulat dan menunjuk ke arah distal serta sepertiga servikalnya lebar
Aspek Morfologi
Bukal
Outline mahkota secara keseluruhan berupa trapezoid
Outline mesial mahkotanya konkaf dari sepertiga
servikal hingga tepat sebelum kontak area mesial,
kemudian di kontak area tersebut outline-nya konveks
Outline distal mahkotanya lurus dari sepertiga mesial
hingga tepat sebelum kontak area distal, kemudian di
kontak area tersebut outline konveks
Dari aspek ini 5 cusps terlihat semua, karena lingual
cusp lebih tinggi dari buccal cusp
Ada mesiobuccal developmental groove (MDG) dan
distobucal developmental groove (DDG). MDG
memisahkan LBC dengan DBC. DDG lebih panjang
dari MDG. MDG terletak agak ke mesial dari bifurkasi
akar.
Buccal cusp-nya flat.
Distal cusp ridge lebih tajam daripada kedua buccal
cusps
Garis servikalnya teratur dan agak melengkung ke
arah bifurkasi akar
Permukaan bukal mahkota halus dan konveks pada
bagian cusp
Ada developmental depression dengan arah
mesiodistal sedikit di atas servikal ridge pada
permukaan buccal
Akar mesial melengkung ke arah mesial dari garis
servikal hingga sepertiga middle, kemudian
melengkung ke arah distal dari sepertiga middle
hingga apeks.
Apeks akar mesial berada segaris dengan MBC
Akar distal tidak se-melengkung akar mesial dan
axisnya mengarah ke distal dari serviks hingga apeks
Kedua akar punya developmental depression pada
bagian distal maupun mesialnya.
Pada permukaan bukal akar, ada developmental
depression yang memanjang dari bifurkasi ke arah
servikal (semakin ke servikal, semakin dangkal) dan
berakhir sedikit di atas garis servikal.
Lingual
Permukaan mahkotanya halus, spheroidal, serta
cembung kemudian semakin flat ketika mendekati
garis servikal
Terlihat 3 cusp: 2 lingual cusp dan sisi lingual distal
cusp. Buccal cusp tertutup seluruhnya karena lingual
cusp lebih tinggi daripada buccal cusp
Mesiolingual cusp lebih tinggi daripada distolingual
cusp, sehingga mesiolingual cusp tip lebih tinggi dari
distolingual cusp tip
Ada lingual developmental groove (LDG) yang
membatasi mesiolingual cusp dengan distolingual cusp
Outline mesial mahkotanya konveks dari garis servikal
hingga marginal ridge.
Outline distal mahkotanya lurus dari garis servikal
hingga tepat sebelum area kontak, kemudian menjadi
konveks pada area kontak. Outline konveks ini juga
menunjukkan distal cusp
Area kontak sisi mesial lebih tinggi daripada area
kontak distal
Pertemuan antara distolingual cusp ridge dari
distolingual cusp dengan distal marginal ridge
membentuk developmental groove dangkal.
Garis servikalnya tidak teratur dan cenderung
mengarah ke bifurkasi akar
Akarnya terlihat lebih panjang daripada jika dilihat
dari aspek bukal, hal ini karena lingual cusp tip dan
garis servikal yang tinggi serta ukuran mesiodistal
yang lebih kecil daripada akar aspek bukal.
Developmental depression pada akar dimulai dari
bifurkasi ke arah servikal hingga hilang seluruhnya
tepat sebelum garis servikal
Bifurcation groove pada akar terletak hampir segaris
dengan lingual developmental groove.
Mesial
.
Yang terlihat ada mesiobuccal cusp, mesiolingual
cusp, dan akar mesial
Pengukuran buccolingual mahkota dan akar dari aspek
mesial lebih besar daripada aspek distal
Permukaan mesial lebih lebar daripada distal dan
mesial cusps lebih tinggi daripada distal cusps,
sehingga cusps distal tidak terlihat dari aspek mesial
Outline buccal mahkotanya konveks tepat di atas garis
servikal, outlining buccal cervical ridge pada sepertiga
servikal mahkota. Di atas buccal cervical ridge, garis
outline menjadi kurang konveks, lurus, atau bahkan
konkaf
Outline lingual mahkotanya lurus dan condong ke arah
lingual, mulai dari sepertiga servikal hingga sepertiga
middle dan kemudian sedikit melengkung hingga
mesiolingual cusp tip
Mesial marginal ridge terletak sekitar 1 mm di bawah
level mesial ridge dari mesiobuccal dan mesiolingual
cusps
Garis servikal agak tidak beraturan dan arahnya
condong ke arah oklusal atau bisa dianggap lurus
secara buccolingual. Garis servikal lebih tinggi di
lingual daripada bukal (jadi garisnya seperti naik dari
bukal ke lingual)
Permukaan mahkota konveks pada lobus mesiolingual
dan mesiobuccal, di tengah-tengahnya flat atau bahkan
konkaf dari garis servikal hingga bagian tengah akar
mesial
Outline buccal dari akar mesial lurus dari garis
servikal hingga pertemuan antara sepertiga servikal
dengan middle, kemudian melengkung hingga apeks
Outline lingual dari akar mesial lurus dari garis
servikal hingga titik pertemuan sepertiga middle
dengan apikal, kemudian miring ke arah bukal
Permukaan mesial akar mesial konveks pada batas
bukal dan lingualnya dan di tengah-tengahnya ada
kecekungan yang luas yang memanjang dari garis
servikal hingga apeks
Tidak ada developmental depression yang dalam pada
permukaan mesial akar mesial
Perbedaan M1 dengan M2 bawah:
Mahkota dan akarnya lebih pendek
Pengukuran buccolingual mahkota dan akarnya
lebih besar
Lingual cusp lebih panjang daripada buccal cusp
Distal
Outlinenya mirip dengan outline aspek mesial
Akar distal lebih sempit secara buccolingual dibanding
akar mesial
Distal marginal ridge-nya pendek dan terbentuk oleh
distal cusp ridge dari distal cusp (DC) dan distolingual
cusp rige dari distolingual cusp (DLC)
Di antara cusp ridge DC dan DLC ada developmental
groove atau deppresion yang melintasi distal marginal
ridge
Terdapat distobuccal developmental groove
Permukaan distal konveks pada distal cusp dan
distolingual cusp, serta flat tepat di atas garis servikal.
Garis servikalnya condong ke arah akar
Apeks terlihat lebih runcing daripada apeks pada
aspek mesial
Oklusal
Bentuknya quadrilateral dengan pengukuran
mesiodistal lebih besar daripada buccolingual
Mahkotanya converges pada area kontak ke arah
lingual
Mesiobuccal cusp lebih besar dari kedua lingual cusp.
Mesiolingual dan distolingual cusp hampir sama besar.
Distobuccal cusp lebih kecil dari mesiobuccal cusp
maupun lingual cusp. Distal cusp adalah yang terkecil.
Kadang-kadang M1 hanya punya 4 cusp: distobuccal
cusp-nya menyatu dengan distal cusp dan tidak ada
distobuccal developmental groove di antaranya
Fossa major: central fossa yang bentuknya sirkular
dan terletak di tengah permukaan oklusal di antara
buccal cusp ridges dan lingual cusp ridges.
Fossa minor: mesial triangular fossa (terletak di
sebalah distal dari mesial marginal ridge) dan distal
triangular fossa (terletak di sebelah mesial dari distal
marginal ridge)
Molar Dua Bawah (M2)
Secara dimensional, M2 bawah lebih besar daripada M1 bawah, namun bentuknya
kadang tidak begitu. Tidak jarang ditemukan M2 bawah yang mahkotanya lebih besar
daripada M1 bawah.
Memiliki 4 cusp: mesiobuccal cusp, distobuccal cusp, mesiolingual cusp, dan
distolingual cusp. Distobuccal cusp-nya lebih besar daripada yang ada di M1 bawah.
Punya 2 akar: akar mesial dan akar distal. Secara buccolingual, akar M2 bawah tidak
selebar M1 bawah dan jarak antara kedua akarnya lebih sempit.
Tabel berikut menunjukkan ciri-ciri morfologis pada M2 bawah dengan pembandingan
terhadap M1 bawah:
Aspek Morfologi
Bukal
Mahkotanya lebih pendek secara cervico-occlusal dan
lebih sempit secara mesiodistal dibanding M1 bawah
Secara keseluruhan dari aspek ini, akar dan mahkota
terlihat lebih panjang daripada M1 bawah, namun hal
ini tidak selalu
Ada buccal developmental groove yang membagi
mesiobuccal dan distobuccal cusps
Mesiobuccal dan distobuccal cusps kedua hampir
Developmental groove yang ada: central
developmental groove, mesiobuccal developmental
groove, distobuccal developmental groove, dan lingual
developmental groove.
Ada supplemental groove yang bercabang dari
developmental groove dan berada dalam batas-batas
cusp ridge
Seluruh developmental groove bertemu pada pusat
central fossa dan membentuk central pit
Central development groove (CDG) ke arah mesial
akan berujung pada mesial fossa. Selain itu CDG ke
arah mesial juga bercabang menjadi buccal dan lingual
supplemental groove yang kemudian saling bertemu di
mesial pit
CDG ke arah distal berujung pada distal fossa yang
kurang jelas dibanding mesial fossa. CDG ke arah
distal juga bisa bercabang menjadi buccal dan mesial
supplemental groove, namun hal ini tidaklah sering
Kadang-kadang ada supplemental groove yang
melintasi mesial maupun distal marginal ridge ke arah
lingual area kontak
sama lebar mesiodistal-nya
Garis servikalnya condong ke arah bifurkasi akar
dengan tajam
Akarnya bisa lebih pendek dari M1 bawah dan
keduanya terlihat lebih dekat atau bahkan bersatu
(fused)
Akarnya membengkok ke arah distal dan bengkoknya
lebih terlihat jelas (dan tajam) daripada M1 bawah
Lingual
Akar dan mahkotanya converge ke arah lingual,
namun tidak sejelas pada M1 bawah
Outline pada distal dan mesial yang menunjukkan area
kontak lebih terlihat pada aspek ini dibanding dari
aspek bukal.
Area kontak distal maupun mesial, terutama distal,
terletak lebih rendah daripada M1 bawah
Mesial
Cervical ridge pada bagian bukal tidak terlalu jelas
terlihat
Permukaan oklusal terlihat lebih sempit daripada M1
bawah
Garis servikal tidak terlalu melengkung, agak lurus
dan regular
Akar mesial melancip ke arah apikal
Jika terlihat, akar distal terlihat condong ke arah bukal
(pada M1 bawah, ke arah lingual)
Distal
Mirip dengan aspek distal M1 bawah hanya saja tidak
ada distal cusp dan distobuccal developmental groove
Area kontak ada di tengah secara buccolingual dan di
tengah garis servikal dengan marginal ridge
Oklusal
Bentuk keseluruhannya rectangular
Lobus distobuccal sama berkembangnya dengan lobus
mesiobuccal
Tidak ada distobuccal developmental groove
Buccal dan lingual developmental groove serta central
developmental groove membagi permukaan oklusal
mahkota menjadi 4 bagian yang hampir sama besar
Cusp slope tidak sehalus pada M1 bawah karena pada
M2 bawah banyak terdapat supplemental groove yang
bercabang keluar dari developmental groove
Pada banyak kasus, lobus mesiobuccal-nya menonjol
ke arah servikal (distobuccal, mesiolingual, dan
distolingual tidak menonjol)
Outline distalnya lebih melengkung dan membentuk
semisirkuler, sedangkan outline mesialnya lebih kotak
Distobuccal cusp ridge terletak lebih bukal daripada
mesiobuccal cusp ridge
Berdasarkan topologi yang dikembangkan Gregory
and Hellman dan Hellman, ada 2 tipe pola fissure pada
M2 bawah: tipe Y dan tipe +. Kriteria yang
membedakan tipe Y dan tipe + adalah apakah
metaconid (mesiolingual cusp) dan hypoconid
(distobuccal cusp) berkontak atau tidak. Jika iya, maka
masuk dalam tipe Y, sedangkan jika tidak, maka
masuk dalam tipe +.
Molar Tiga Bawah (M3)
Jika berkembang dengan baik, bentuknya lebih menyerupai M2 bawah dibanding M1
bawah.
Tidak jarang ditemukan ukurannya lebih kecil, atau bahkan lebih besar dari ukuran normal
dan akarnya terlalu kecil dan tidak berkembang dengan baik.
M3 bawah seringkali mengalami impaksi sebagain atau seluruhnya, hal ini sebagian besar
dikarenakan space yang tidak mencukupi pada lengkung rahang untuk M3 ini tumbuh.
Erupsi parsial dari M3 bawah ini dapat berakibat periodontal defect pada permukaan distal
M2 bawah dan seringkali me-resorpsi permukaan akar distal M2 bawah.
Aspek Morfologi
Bukal
Pada M3 yang normal dengan oklusi yang baik,
terdapat 4 cusps dan dari aspek ini lingual cusps-
nya tidak terlihat, hanya buccal cusps yang terlihat
Buccal cusps-nya pendek dan membulat
Ada dua akar: mesial dan distal
Akar M3 biasanya tidak berkembang dengan baik,
lebih pendek daripada akar M1 maupun M2 dan
lebih melengkung ke arah distal
Akarnya terpisah dengan adanya bifurkasi, namun
tidak jarang juga kedua akarnya berfusi
Lingual
Tidak terlalu jauh berbeda dengan aspek bukal
Dalam keadaan normal, bentuknya mirip dengan
M2 kecuali ukuran dan pertumbuhan akarnya
Mesial
Mirip dengan M2 bawah kecuali dalam dimensinya
Akarnya lebih pendek daripada M2 bawah,
menyempit mulai dari serviks hingga apeks
Apeksnya lebih tajam daripada M2 bawah
Distal
Mirip dengan M2 bawah kecuali ukurannya
Pada spesimen yang oversize, bagian mahkotanya
terlihat lebih spheroidal di atas garis servikal
Akar distal terlihat lebih kecil dalam hal panjang
maupun secara buccolingual dibanding bagian
mahkotanya
Oklusal
Pada M3 bawah yang perkembangannya baik,
cukup mirip dengan M2 bawah
Outline-nya cenderung membulat dan pengukuran
buccolingual-nya lebih besar di bagian distal
daripada mesial
ANATOMI RUANG PULPA
PREMOLAR MAKSILA
Premolar Maxilla
Premolar Mandibula
Aspek Premolar 1 Premolar 2
Aspek Premolar 1 Premolar 2
Umum Berakar dua :
o 2 pulp horns (bukal lebih tinggi dari lingual)
o 2 pulp canal ( satu pulp canal/akar)
Mesiodistal Dari sisi buccal, saluran pulpa tampak
lebih menyempit daripada buccolingual
Saluran terlihat sempit
Terlihat mirip seperti P1 maxila
Cervical Cross Dari oklusal, saluran pulpa terlihat
seperti ginjal
Berbentuk seperti cerutu
Buccolingual Dari distal, lebar dan bentuk saluran
pulpanya mengikuti mahkota dan
terdapat 2 tanduk pulpa
Rongga lebar dan memiliki 2 tanduk
pulpa
Saluran pulpa terlihat paling
menyempit pada foramen apikal,
terkadang memiliki saluran pulpa yang
bercabang- cabang
Terlihat 2 tanduk pulpa/pulp horn
yang besarnya hampir sama.
Mesiodistal - Bentuk pulp horn menonjol
- Bentuknya seperti P1 mandibula hanya
lebih besar
- Terlihat satu pulp canal
Cervical Cross - ukuran mahkota dan akar gigi premolar
rahang bawah bervariasi, dan rongga
pulpa bervariasi secara proporsional.
- pulp cavity bisa bulat atau
segitigatergantung bentuk luar akar
- Mengikuti bentuk akar (bias rectangular
atau triangular)
- Pulp cavity mengikuti outline gigi,
kecuali jika ada multiple canal
Buccolingual - Memiliki satu pulp canal, tapi memiliki
dua atau 3 pulp canal juga
memungkinkan.
- Pulp chamber biasanya besar
- Pulp horn dari lingual cusp lebih kecil,
sedangkan buccal cusp lebih menonjol
- Terdapat 2 pulp horn, pada tipe 2 cusp,
yang hampir sama tinggi
- Pulp chamber terlihat lebih besar
- Pada tipe 3 cusp terdapat 3 pulp horns
Molar Maxilla
Aspek Molar 1 Molar 2 Molar 3
Buccolingual Akar distobuccal lebih lurus
dan kecil dan menampilakan
Akar buccal lebih lurus dan
dekat daripada molar 1
Secara umum:
Mahkotanya biasanya lebih
lebih sedikit variasi bentuk
Tanduk pulpa ada 2.
Pulp horns biasanya menonjol
Pulp chamber sedikit kotak
saat terlihat dari aspek mesial
gigi
Ruang pulpa lebar di cervical.
Outline mahkota berbentuk
trapezoid.
Biasanya memiliki 3 akar dan
3 canal
Root canal dari mesiobuccal
akar yang lebar adalah yang
terlebar di level midroot dan
melancip ke diameter di apikal
foramen yang baik.
Akar palatal biasanya memiliki
dimensi terbesar diikuti oleh
mesiobuccal dan distobuucal.
Saluran akar buccolingual
lebih besar dari mesiodistal.
Akar mesiobuccal tidak
sekompleks molar 1
Pulp chamber sedikit persegi
panjang (kecuali pulp horns)
Pulp canal menyempit ke
apikal sampai sebelum
foramen apikal
triangular atau bulat
daripada quadilateral
Akar lebih pendek, lebih
melengkung dan memiliki
kecendrungan akar untuk
bergabung lebih besar.
Pulp chamber akan
memiliki lebih sedikit
dentin sekunder daripada
kedua molar yang lain.
Mesiodistal Ruang pulpa lebih sempit dan
meruncing.
Tanduk pulpa sesuai dengan
mahkota.
Pulp chumber (ruang pulpa)
mesiobuccal lebih jelas dari
distobuccal.
Ada 2 kanal (saluran):
mesiobuccal dan distobuccal
atau 3 kanal: 2 mesiobuccal
dan 1 distobuccal.
Terlihat akar distobuccal
Akar mesiobuccal memiliki
kecendrungan yang lebih
melengkung dan saluran dari
akar distobuccal
Pulp horns di mesiobuccal
biasanya sedikit lebih besar
Mesiodistalnya mirip dengan
molar 1
Akar bukalnya tidak terpisah
terlalu jauh daripada di molar
1 dan akar bukalnya memiliki
kecendrungan lebih besar
untuk bergabung
Pulp horn mesiobuccal
biasanya lebih besar dari pulp
horn distobuccal
Pulp chamber jauh lebih kecil
dari arah buccolingual
Pulp chamber berbentuk
kotak jika dilihat dari aspek
buccal
dari pulp horn di distobuccal
Pulp chamber dari dilihat dari
aspek buccal terlihat sedikit
kotak
Pembatasan / dermakasi dari
canal akar lebih sedikit di arah
mesiodistal
Dilihat dari aspek bukal atau
lingual kanal akar terlihat lebih
kecil
Apikal foramen sering muncul
di tip dari akar tetpi apikal
foramen dapat juga muncul di
aspek mesial atau distal akar
Cervical
cross
Cervical outline :
rhombooidal.
Outline ruang pulpa berbentuk
segitiga.
Akar dan kanal pulpa tidak
menyebar.
Tanduk pulpa distolingual
lebih kecil.
Mesiobuccal punya sudut
lancip sedangkan distobuccal
punya sudut tumpul.
Kanal gigi membentuk pola
segitiga
Sudut mesiobuccal lebih
lancip dan sudut distobuccal
lebih tumpul
Lubang canal mesiobuccal
terletak lebih ke aspek buccal
dan mesial dari pulp chamber
Mirdroot
Cross
Akar palatal biasanya akar
terbesar yang punya outline
bulat
Canal palatal dan akar
distobuccal adalah oval hingga
bulat.
Akar palatal dapat menjadi
akar tiga yang terbesar
Akar mesiobuccal dapat
memiliki dimensi
buccolingual yang lebih besar
tetapi memiliki dimensi
mesiodistal yang lebih tajam
Canal distobuccal adalah akar
terkecil dari tiga
Molar Mandibula
Aspek Molar 1 Molar 2 Molar 3
Buccolingua
l
ruang besar pulp yang
dapat meluas ke dalam
pembentukan akar
akar mesial biasanya
memiliki kanal akar
yang lebih complicated
karna kehadiran 2
kanal.
Akar distal biasanya
memiliki satu kanal
besar, tetapi dua kanal
juga sering muncul
Pulp chamber nya
kotak atau persegi
panjang
Satu atau kedua kanal
dapat melengkung
secara signifikan tapi
bisa juga hanya sedikit
atau bahkan lurus
Diameter canal mesial
biasanya sangat kecil
dan terlihat sedikit lacip
Pulp chamber dan pulp
canal lebih complex dari
molar 1
pulp horns biasanya
agak menonjol
pulp chamber di akar
mesial dibatasi dengan
baik oleh 2 kanal
pulp chamber dapat
berbentuk kotak atau
persegi panjang
kebanyakan canal
muncul di akhir akar
mesial secara terpisah
apical foramen biasanya
berlokasi di ujung akar
memiliki banyak variasi
bantuk
memiliki 2-3 kanal
memiliki pulp horns
yang menonjol
akar mesial memiliki
pulp chamber yang
kotak
akar mesial biasanya
memiiliki 2 kanal
akar distal memiliki
pulp chamber yang
sangat besar
pulp canal sangat besar
pulp chamber kotak
atau persegi panjang
dan berukuran sangat
kecil
Akar distal biasanya
memiliki 1 pulp
chamber besar, yang
melebar di dimensi
buccolingual
Mesiodistal Memiliki beberapa
variasi pul chamber
Kanal dan akar vesial
menunjukan curvature
Akar distal lebih lurus
dan lebih pendek dari
mesial, tetapi kanalnya
terlihat berukuran sama
jika dilahat dari aspek
buccal
Akarnya lebih lurus dan
berlekatan
Pulp horns biasanya
menonjol
Pulp chamber berbentuk
persegi panjang
Curvature di canal
mesial dapat sangat
terlihat atau sedang atau
bisa juga lurus
Apical foramen ada di
ujung akar
Kanal distal sekilas
melengkung atau lurus &
lebih besar dari mesial
Kanal distal murunng ke
apex
Pulp chamber biasanya
kotak dan persegi
panjang dari aspek
buccal
Beberapa gigi hanya
menunjukkan satu akar
dengan satu atau dua
kanal. Jika hanya satu
kanal yang ada maka
kanal akan sangat besar.
Jika multiakar makan
kanal akan jauh lebih
kecil
Cervical
cross
Membentuk
quadrilateral
Outline lebih segitiga Outline bisa persegi
panjang atau segitiga
Outline pulp chamber
biasanya mengikuti
akar
Pulp chamber juga lebih
segitiga
Midroot Menunjukkan bentuk
kanal akar
Akar distal biasanya
lebih bulat dari mesial
Akar mesial berbentuk
seperti ginjal dengan 2
kanal terpisah
Kanal distal
menunjukkan
developmental
depression atau
concavity pada aspek
mesial akar
Secara buccolingual akar
mesial sangat luas, tetapi
secara mesiodistal
sempit
Canal dapat secara total
terpisah
Akar distal lebih bulat
dari akar mesial karena
outline akar biasanya
oval
Biasanya akar distal
memiliki satu kanal
Akar mesial berbentuk
oval hingga huruf
delapan
Akar distal oval atau
berbentuk seperti ginjal
MATERIAL AMALGAM DAN BASIS
AMALGAM
Amalgam merupakan alloy yang mengandung merkuri sebagai salah satu komponennya.
Karena merkuri cair pada suhu ruangan (39oC), merkuri bisa dipadukan dengan logam padat
yang mengandung perak, timah, dan tembaga yang dominan. Perpaduan ini melalui suatu
proses yang disebut alamagamasi
Komponen
Perak
Memutihkan alloy, menurunkan creep, meningkatkan strength, meningkatkan setting
expansion, dan meningkatkan resistensi terhadap tarnish.
Timah
Mengurangi strength dan hardness, mengendalikan reaksi antara perak dan merkuri
(tanpa timah reaksi akan terlalu cepat terjadi dan settong tidak dapat ditoleransi,
meningkatkan kontraksi, dan mengurangi resistensi terhadap tarnish dan korosi.
Tembaga
Meningkatkan kekuatan dan kekerasan dari amalgam serta meningkatkan ekspansi
saat pengerasan.
o Low-copper alloys <5% tembaga
26% timah
70% perak
γ2-containing
Setting lambat
Lemah
Mudah korosi
o High-copper alloys 13%-30% tembaga
28%-31% timah
41%-61% perak
γ2-free
Sifat fisik lebih baik, creep dan korosi berkurang, lebih
kaku.
Seng
Menyebabkan ekspansi yang tertunda bila campuran amalgam terkontaminasi oleh
cairan selama proses manipulasinya, dalam jumlah kecil tidak dapat mempengaruhi
reaksi pengerasan dan sifat-sifat amalgam, sebagai pembersih atau deoxidizer
sehingga mencegah oksidasi.
o Zinc-containing alloys >0.01% seng
o Non-zinc alloys <0.01% seng
Merkuri, untuk memberikan reaksi yang lebih cepat
Emas, untuk mengubah resistensi terhadap korosi dan sifat-sifat fisik amalgam
Indium, untuk mengubah resistensi terhadap korosi dan sifat-sifat fisik amalgam
Palladium, untuk mengeraskan dan memutihkan alloy, serta mengubah resistensi
terhadap korosi dan sifat-sifat fisik amalgam
Platinum, untuk mengeraskan alloy dan mengubah resistensi terhadap korosi dan
sifat-sifat fisik amalgam
Selenium, untuk mengubah resistensi terhadap korosi dan sifat-sifat fisik amalgam
Sifat
Compressive strength
Merupakan sifat terbaik yang dimiliki amalgam. Amalgam kuat terhadap kompresi tetapi
lemah terhadap tarikan dan shear sehingga kavitas harus memadai, yaitu dapat
memaksimalkan compressive stresses dan meminimalkan tension atau shear stresses.
Apabila diberi tekanan yang besar secara cepat, amalgam tidak menunjukkan deformasi
atau elongasi yang signifikan tetapi bersifat brittle.
Tensile strength
Merupakan sebagian kecil dari compressive strength, oleh karena itu, pembuatan kavitas
harus didisain untuk mengurangi tensile stresses yang terjadi akibat kekuatan saat
menggigit.
Elastic modulus
Modulus elastik dari amalgam berkisar antara 40-60 GPa. Sebagai perbandingan,
modulus elastik dari resin komposit adalah 5-20 GPa, GIC 3-5 GPa, dentin 18 GPa, dan
Enamel 82,5 GPa.
Thermal Expansion
Koefisien linear ekspansi termal dari amalgam adalah 25 mm/mm/oCx10
-6, lebih tinggi
jika dibandingkan dengan GIC (10-11 mm/mm/oCx10
-6) dan struktur gigi (11.4
mm/mm/oCx10
-6) serta lebih rendah jika dibandingkan dengan resin komposit (30-60
mm/mm/oCx10
-6). Semakin besar koefisien linear ekspansi termal, semakin besar
perubahan dimensi dengan adanya perubahan suhu.
Creep
Creep merupakan deformasi permanen yang progresif dari amalgam yang sudah setting.
Low copper amalgam menunjukkan nilai creep tinggi yang lebih besar dari 2.5% yang
dapat dikaitkan secara klinis dengan fraktur margin yang lebih besar. High copper
amalgam menunjukkan nilai creep kurang dari 0.2%.
Dimensional change
Amalgam mengalami kontraksi ringan dalam waktu 20 menit. Setelah itu terjadi ekspansi
amalgam sampai dengan 24 jam. Amalgam yang mengandung zinc dapat menunjukkan
delayed expansion selama 3-5 hari setelah penempatan mencapai lebih dari 400 µm/cm.
Hal tersebut disebabkan oleh contaminasi air yang mengakibatkan reaksi elektrolit antara
air dan zinc. Gas hidrogen akan terbentuk di dalam amalgam dan menyebabkan ekspansi
keluar kavitas, meningkatkan kebocoran marginal dan nyeri.
Tarnish dan corrosion
Tarnish dan korosi lebih banyak terjadi pada amalgam dengan permukaan yang kasar
dibandingkan dengan amalgam dengan permukaan yang halus. Amalgam yang dipolis
dengan baik akan membatasi masalah tersebut. Korosi yang berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan porositas, penurunan integritas marginal, berkurangnya
kekuatan, dan pelepasan produk-produk logam dalam lingkungan rongga mulut.
Manipulasi
Disain kavitas
Harus dilakukan eliminasi jaringan karies karena amalgam memiliki resistansi yang terbatas
terhadap margin penetrasi bakteri dan tidak memiliki bioaktivitas. Karena tidak adanya
adhesi, pengangkatan enamel yang tidak didukung dentin perlu. Sudut tepi amalgam harus
minimal 70o untuk mengurangi potensi fraktur.
Mixing the amalgam (trituration)
Triturasi memiliki tujuan untuk membasahi seluruh permukaan alloy dengan merkuri. Efek
dari triturasi bergantung pada kecepatan, waktu, dan gaya. Triturasi dilakukan dengan
menggunakan perangkat mekanik yaitu amalgamator. Perangkat ini menggerakkan kapsul
bolak-balik pada kecepatan yang tinggi dan mencampur amalgam kurang dari 20 detik.
Amalgamator umumnya memiliki pengatur waktu dan mungkin memiliki kontrol
kecepatan. Kecepatan dan waktu harus dipilih secara hati-hati sesuai dengan petunjuk
pabrik dan penilaian klinis dari praktisi. Karena triturasi memiliki efek yang signifikan
terhadap sifat dan keberhasilan klinis dari amalgam, triturasi yang tepat merupakan hal
yang penting. Amalgam yang dicampur dengan baik harus tetap utuh saat dijatuhkan tetapi
harus sedikit rata dan mempertahankan permukaan yang mengkilap. Undertrituration atau
overtrituration akan menyebabkan amalgam memiliki sifat fisik yang rendah dan dapat
mengakibatkan kegagalan dalam restorasi. Undertriturated amalgam terlihat kusam dan
rapuh, compressive dan tensile strength yang buruk, kering, porositas tinggi, permukaan
kasar, korosi tinggi, dan hancur bila dijatuhkan dari ketinggian 30cm. Overtrituration
amalgam akan panas dan pekat, menempel pada kapsul, memiliki strength, creep, dan
korosi yang buruk, mengkilap basah, lembek, dan resistan terhadap kondensasi.
Condensation
Setelah triturasi, amalgam harus segera dikondensasikan kedalam kavitas sebelum amalgam
mengalami setting. Penundaan kondensasi dapat mengurangi kekuatan atau meningkatkan
creep. Tujuan dari kondensasi adalah menyesuaikan amalgam ke dinding kavitas dan
margin, mengurangi kelebihan merkuri, dan membangun sifat fisik yang maksimal.
Kondensasi dapat dilakukan dengan menggunakan hand condensers (lebih umum) atau
mechanichal condensers. Instrumen dengan permukaan halus dan rata yang dapat
menghasilkan gaya proporsional, per satuan luas, dan menekan lapisan bersama. Plugger
dengan diameter permukaan yang lebih kecil menghasilkan tekanan yang lebih baik.
Carving and finishing
Carving dapat dimulai 2-3 menit setelah mixing dan harus selesai saat amalgam sudah keras
(5-10 menit) tergantung dari jenis amalgam yang digunakan. Carving yang dilakukan
setelah amalgam mengalami setting dapat mengakibatkan fraktur pada amalgam atau
margin. Finishing dan polishing amalgam umumnya dilakukan setidaknya 24 jam setelah
penempatan. Finishing dan polishing amalgam yang dilakukan dengan benar memudahkan
untuk dijaga tetap bersih dan mengalami korosi lebih sedikit. Polishing dilakukan dengan
beberapa langkah. Umumnya, permukaan amalgam dibentuk menggunakan green stones,
finishing burs, atau abrasive disk. Margin amalgam diperiksa dan dibentuk hingga halus
dan sebangun/sama dengan gigi. Langkah selanjutnya adalah menghaluskan permukaan
alloy. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan polishing agents seperti batu apung atau
silux maupun rubber abrasive points. Langkah terakhir adalah menempatkan kilau pada
permukaan dengan menggunakan abrasive paste atau rubber abrasive points. Polishing
harus selalu dilakukan secara basah (menggunakan air) karena polishing kering dapat
membuat amalgam dan gigi menjadi terlalu panas. Panas tersebut dapat merusak pulpa
gigi dan merusak permukaan amalgam.
Aplikasi
Sebagai bahan restorasi permanen pada kavitas kelas I, kelas II, dan kelas V dimana faktor
estetis bukanlah suatu hal yang penting
Dapat dikombinasikan dengan pin retentif untuk menempatkan mahkota
Dipergunakan dalam pembuatan die
Sebagai bahan pengisian saluran akar retrograde
Dilihat dari segi biokompatibilitasnya, amalgam memiliki adaptasi yang cukup baik pada
jaringan di rongga mulut terutama email dari gigi tersebut
BASIS
Bahan material yang seringkali digunakan sebagai basis kedokteran gigi adalah semen.
Berdasarkan fungsinya, basis dibagi menjadi dua jenis yaitu, high-strength bases dan low-
strength bases.
High-strength Bases
Basis ini digunakan sebagai bahan penunjang restorasi dan sebagai thermal protection pada
pulpa. Semen yang tergolong high-strength bases antara lain semen glass ionomer (GIC),
hybrid ionomer, produk polymer-reinforced zinc oxide-eugenol, semen zinc phosphate
dan semen zinc polycarboxylate.
Sifat
Sifat-sifat penting yang dimiliki dari basis ini antara lain kuat, memiliki modulus elastisitas
yang sesuai dan memiliki konduktivitas panas yang rendah. Basis umumnya memiliki
kekuatan yang lebih besar dibanding dengan semen lainnya yang digunakan untuk retensi,
karena semen basis memiliki perbandingan powder dan liquid yang lebih besar. Pada
restorasi, kekuatan ini dibutuhkan untuk dapat menunjang kondensasi selama penggunaan
amalgam. Kemampuan basis unutuk meresistensi tekanan oklusal dan menunjang restorasi ini
ditentukan oleh modulus elastisitas yang dimiliki basis tersebut. Penunjang terbaik untuk
amalgam adalah semen zinc phosphate akibat modulus elastisitasnya yang paling tinggi
dibanding bahan lainnya.
Sebuah basis harus dapat memberikan perlindungan terhadap panas pada pulpa khususnya
pada restorasi logam yang mempunyai konduktivitas thermal yang tinggi apabila
dibandingkan dengan struktur gigi. Konduktivitas thermal yang dimiliki basis haruslah
memiliki kemiripan dengan yang dimiliki stuktur gigi, supaya pulpa pada gigi dapat
terlindungi. Perlindugan yang efektif apabila ketebalan basis sekurang-kurangnya 0,5 mm.
GIC digunakan sebagai basis komposit dan keramik gigi posterior. Kompomer dan hybrid
ionomer digunakan sebagai basis komposit tetapi tidak untuk keramik. Basis-basis ini
ditempatkan dengan menggunakan syringe.
Zinc Phosphate Cement
Semen zinc phosphate disebut juga tipe I merupakan semen berbahan dasar air yang
digunakan untuk penyemenan/cementacion. Semen zinc phosphate merupakan semen
tradisional yang sering digunakan pada restorasi. Namun saat ini semen zinc phosphate sudah
lebih terbatas penggunaannya. Akibat adanya asam yang ditimbulkan oleh semen ini, maka
diperlukan perlindungan terhadap pulpa saat semen ini ditempatkan pada gigi.
Bentuk dan komposisi:
1. Powder
Komposisi utama pada semen zinc phosphate powder adalah zinc oksida. Kadang magnesium
okaida, silicon dioksida, bismuth trioksida juga digunakan dalam skala kecil untuk mengubah
sifat dari semen ini. Magnesium oksida digunakan untuk mereduksi suhu pada proses
calcination/pengapuran. Silicon dioksida digunakan sebagai inactive filler pada powder dan
pada saat pembentukan asam pada proses pengapuran. Bismuth trioksida digunakan untuk
melembutkan semen terutama pada saat dimanipulasi, tapi dalam skala yang besar bias
memperpanjang setting time.
Bahan-bahan pada powder ini dipanaskan secara bersama-sama pada temperature 1000-1300 oC selama 4-8 jam atau lebih tergantung pada suhu sekitar. Hasil kalsinasi akan tergabung
dan kemudian akan lumat (pulverized) dan menjadi powder.
2. Liquid
Semen bentuk liquid ini dibentuk dari air dan asam phosphor. Bentuk liquid ini juga
terbentuk dengan menambahkan alumunium dan terkadang zinc atau komponennya. Semen
liquid mengandung sekitar 36% air seperti pada table 20-1. Netralisasi antara asam phosphor
oleh alumunium dan zinc mempengaruhi reaktifitas dari bahan liquid ini yang disebut dengan
buffering. Reaksi ini membantu meningkatkan kelembutan, dan keefektifan semen pada saat
dicampur (workable).
Sifat:
Beberapa sifat yang dimiliki semen zinc phosphate antara lain memiliki:
1. setting time yang cepat
2. sifat mekanik yang baik
3. ketebalan film yang rendah
4. kelarutan yang rendah
5. keasaman yang rendah
Compressive strength pada semen zinc phosphate mirip dengan compressive strength pada
GIC. Sedangkan sifat elastisitas pada semen ini bergantung pada perbandingan jumlah
powder dan liquid, adanya improper mixing (manipulasi yang kurang sesuai), pemaparan
premature terhadap cairan dalam rongga mulut. Kekuatan semen zinc phosphate berkembang
dengan cepat. Dalam waktu 1 jam, 2/3 dari kekuatan total sudah tercapai. Tensile strength
yang lebih rendah dibandingkan dengan compressive strength yang lebih tinggi mengindikasi
bahwa semen zinc phosphate bersifat brittle/rapuh.
Selain itu, ketebalan film semen zinc phosphate (max 2 mikro meter) dan kelarutan (max 0,2
% berat hilang dalam 24 jam) dapat diterima secara klinis. Tingkat keasaman atau pH dari
semen zinc phosphate tergolong rendah yaitu sebesar 4,2. Namun akan naik mencapai netral
setelah 48 jam. Keasaman awal bisa menyebabkan efek deleterious (merusak) pada pulpa
khususnya pula yang sudah traumatized/rusak sehingga direkomendasikan adanya pulp
protection. Retensi dari semen zinc phosphate disebabkan oleh mechanical interlocking
antara permukaan gigi dan restorasi.
Manipulasi:
1. Pada umumnya tidak dilakukan alat ukur untuk penimbangan powder dan cairan,
karena kekentalan yang diinginkan bisa bervariasi menurut kebutuhan klinisnya,
meskipun demikian harus diusahakan agar diperoleh perbandingan powder dengan
cairan yang konsisten untuk tujuan pemakaian tertentu. Harus dihindari adonan yang
terlalu encer karena selain mempengaruhi kekuatan semen juga mempunyai pH
rendah serta lebih mudah larut.
2. Pencampuran dimulai dengan mencampur sedikit powder ke dalam cairan dengan
menggunakan alas aduk yang dingin, karena alas aduk yang dingin akan
memperpanjang waktu kerja dan pengerasan. Powder ditambahkan ke cairan sedikit
demi sedikit dalam waktu 1-1,5 menit tergantung jenis produknya.
3. Kemudian diaduk dengan gerakan memutar menggunakan cement spattle.
4. Hasil akhir semen terlihat heterogen yang terdiri dari inti partikel zinc oksida yang
tidak bereaksi dikelilingi oleh lapisan zinc phosphat. Selama setting dapat terjadi :
a. Pengeluaran panas, karena reaksi bersifat eksotermis.
b. Pengerutan / kontraksi.
5. Semakin kental adonan maka semakin kuat hasil campuran. Maka untuk keperluan
cavity lining hendaknya digunakan adonan yang kental. Sedangkan untuk tujuan
penyemenan dibutuhkan adonan yang encer sehingga memungkinkan semen
mengalir sewaktu restorasi dipasangkan.
Aplikasi:
1. sebagai luting / perekat
2. sebagai basis
3. sebagai orthodontic bands
Low-strength Bases
Low-strength bases disebut juga liners. Low-strength bases memiliki kekuatan dan kekakuan
yang rendah. Basis ini berfungsi sebagai penghalang terhadap bahan kimia yang dapat
menyebabkan iritasi pada pulpa. Contoh dari basis ini antara lain semen kalsium hidroksida,
glass ionomer, zinc-oxide eugenol yang tidak termodifikasi. Semen kalsium hidroksida
digunakan untuk pulp capping baik secara langsung maupun dan tidak langsung dan
digunakan sebagai penghalang pada restorasi komposit. Semen ini memiliki sifat penghantar
panas yang rendah hanya saja ketebalan yang dimiliki kurang sesuai apabila digunakan untuk
thermal protection. Semen zinc-oxide eugenol yang tidak termodifikasi digunakan pada
kavitas yang dalam untuk menghambat penetrasi asam dan dan mereduksi kemungkinan
buruk yang dapat terjadi pada pulpa.
ANATOMI RADIOGRAFIS GIGI DAN JARINGAN PENYANGGA
GIGI
Komposisi gigi yang paling besar adalah dentin, dengan enamel di bagian mahkota dan lapisan tipis
sementum pada bagian akar.
Enamel terlihat paling radiopaque dibandingkan dengan jaringan lainnya karena enamel
memiliki kepadatan yang paling besar. Enamel memiliki 90% kandungan mineral, sehingga
menyebabkan peredaman foton x-ray yang paling besar. Tampilan radiografisnya terlihat
radiopaque seragam dan halus (tidak terlihat struktur mikroskopis).
Dentin mengandung 75% mineral, gambaran radiografis dentin kira-kira sebanding dengan
tulang. Secara radiografis, terlihat halus dan homogen, disebabkan oleh tampilan morfologis
yang seragam. Persimpangan antara dentin dan enamel terlihat berbeda yang memisahkan kedua
struktur tersebut
Cementum pada permukaan akar memiliki kandungan mineral sebesar 50%. Pada umumnya,
cementum tidak terlihat secara radiografis karena kontras antara cementum dan dentin yang
kecil dan tipisnya lapisan cementum.
Pulpa tersusun dari jaringan lunak dan terlihat radiolucent. Pada umumnya, pulpa dari sebuah
gigi yang sudah terbentuk sempurna terlihat dari pulp chamber hingga apex.
JARINGAN PENYOKONG
Lamina Dura
Gambaran radiografis gigi menunjukan bahwa tooth sockets dilapisi oleh lapisan padat
tulang yang terlihat radiopaque, disebut lamina dura. Ketebalan dan kepadatan atau densitas
lamina dura di gambaran radiografis bervariasi, tergantung dari besarnya occlussal stress
pada gigi tersebut. Pada gigi yang mempunyai oklusal berat, lamina dura terlihat lebih lebar
dan tebat dan tidak begitu tebal pada gigi yang tidak memiliki fungsi oklusi.
Alveolar Crest (puncak tulang alveolar)
Alveolar crest terlihat sebagai margin gingiva dari prosesus alveolar yang terlihat diantara
gigi-gigi dengan gambaran radiografis radiopaque. Dianggap normal apabila jaraknya tidak
lebih dari 1.5 mm dari CEJ gigi yang bersangkutan.
Periodontal Ligament Space
Ligamen periodontal terdiri dari kollagen, sehingga gambaran radiografisnya terlihat
sebagai space radiolucent diantara akar gigi dengan lamina dura. Rongga ini dimulai dari
alveolar crest, lalu meluas mengelillingi akar gigi diantara alveolar crest dan kembali ke
alveolar crest di sisi gigi yang berlawanan. Pada umumnya, PDL terlihat lebih tipis pada
tengah akar dan lebih tebal di dekat alveolar crest dan apex akar.
Penggambaran Radiografis Bahan Material Restorasi
Apabila dilihat secara radiografis, bahan restorasi logam seperti gold, crowns, foils, posts,
pins, atau silver amalgam merupakan daerah yang paling radiopaque. Mereka dapat
dibedakan dari bentuk dan ukurannya. Bahan restorasi synthetic yang digunakan di gigi
anterior, seperti porcelain, acrylics, dan composites terlihat radiolucent dan bisa
disalahartikan dengan penggambaran karies secara radiografis. Tetapi sekarang, pabrik
restorasi synthetic telah menggabungkan partikel-partikel radiopaque ke dalam bahan
synthetic tersebut agar gambaran radiographnya dapat dibedakan dari caries. Bahan
temporary, seperti zinc oxide, calcium hydroxide, zinc oxyphosphat cement, terlihat
radiopaque sejak terkontaminasi elemen-elemen logam. Porcelain jackets akan terlihat
radiopaque, agak ramping, dengan campuran bahan yang radiopaque maka terlihat sangat
jelas.
Selain itu, yang meningkatkan kesulitan mendektesi karies adalah bahan material berupa
resin, liners, cervical burnout and lesions of toothbrush abrasion. Biasanya dapat ditemukan
batas radiolusen antara bahan restorasi dan gigi. (Figure 5).
(A) Diagram illustrasi daerah radiopaque bentuk S yang disebabkan oleh ion tin dan zinc
yang dilepaskan pada dentin yang terdemineralisasi di bawah bahan restorasi amalgam dan
adanya reparative dentine
(B) Bitewing radiograph menunjukkan bayangan radiopaque berbentuk S (arrowed) in the
heavily restored lower teeth.
Interpretasi Radiografis Material Restoratif (sumber: Whites)
Material restoratif bervariasi dalam tampilan radiografisnya, bergantung dari ketebalan,
kepadatan, dan nomor atom. Berbagai bahan restoratif bisa dikenali pada radiografi intraoral.
Amalgam terlihat radiopaque
Emas (baik sebagai crown maupun sebagai inlay) radiopaque
Pin stainless stees radiopaque
Basis kalsium hidroksida yang diletakkan di kavitas yang dalam mungkin
radiolucent, tapi umumnya radiopaque
Gutta percha (material seperti karet yang digunakan untuk mengisi kanal gigi)
radiopaque
Silikat radiolucent
Porcelain radiolucent
Komposit radiopaque
JARINGAN PENYANGGA
Jaringan Penyangga/ Periodontium
Periodontium terdiri dari jaringan pendukung gigi lunak dan keras dan termasuk bagian-
bagian dari gigi dan tulang alveolar. Periodontium berfungsi untuk mendukung gigi dalam
hubungannya dengan tulang alveolar. Periodontium terdiri dari cementum, tulang alveolar,
ligamen periodontal, dan gingiva.
Cementum
Cementum adalah bagian dari periodontium
yang melekat gigi ke tulang alveolar dengan
penahan ligamen periodontal. Pada pasien
yang sehat, cementum tidak terlihat sebab
cementum tersebut melapisi keseluruhan
akar gigi. Cementum merupakan jaringan
keras yang tebal pada apeks gigi dan pada
area interradikular gigi berakar banyak (50-
200 mikrometer), dan paling tipis pada CEJ
di leher gigi (10-50 mikrometer). Cementum
tidak memiliki persarafan, ia menerima
nutrisi dengan caranya sendiri dari ligamen
periodontal sekitarnya. Cementum dewasa
terdiri dari 65% bahan inorganik, 23% bahan
organik, dan 12% air. Cementum dewasa
terutama terdiri dari calcium hydroxyapatite,
yang juga ditemukan dalam persentase lebih
besar pada enamel dan dentin, serta paling menyerupai komposisi tulang. Cementum
berwarna kuning kusam pucat, lebih terang dibanding dentin, namun lebih gelap dari enamel.
Perkembangan Cementum
Cementum yang berasal dari dental sac akan membentuk akar setelah epitel selubung akar
Hertwig disintegrasi. Disintegrasi ini menyebabkan sel
dental sac yang tidak berdiferensiasi berkontak dengan
permukaan dentin akar, dan menginduksi sel ini menjadi
cementoblast. Cementoblast ini kemudian menyebar dan
meyelubungi area dentin akar dan menjalani
cementogenesis, meletakkan cementoid. Tidak seperti
ameloblast dan odontoblast yang tidak meninggalkan sel
tubuh dalam produk sekresi mereka, setelah tahap
aposisi, banyak cementoblast menjadi terperangkap oleh
cementum yang mereka hasilkan, menjadi cementocytes.
Ketika cementoid mencapai ketebalan yang dibutuhkan,
cementoid yang berada di sekitar cementocytes
mengalami kalsifikasi dan membentuk cementum.
Karena aposisi cementum berada di atas dentin, maka
terbentuk dentinocemental junction (DCJ).
Struktur Mikroskopik Cementum
Cementum terdiri dari matriks berserat mineral dan sel. Matriks fibrosa terdiri dari Sharpey’s
fibers dan intrinsic nonperiodontal fibers. Sharpey’s fiber adalah sebagian dari serat kolagen
dari ligamen periodontal yang setiap sebagian dimasukkan ke bagian luar dari sementum
pada 90 derajat, atau sudut kanan, ke permukaan cemental. Serat ini diatur untuk berfungsi
sebagai ligamen antara gigi dan tulang alveolar. Sedangkan, intrinsic nonperiodontal ligament
fibers adalah serat kolagen yang dibuat oleh cementoblast dan ditetapkan pada pola yang
tidak teratur.
Sel cementum terdiri dari cementoblast dan cemetocytes, dimana setiap cementocytes terletak
di lacuna (serupa dengan pola tulang). Lacuna ini memiliki kanalikuli/ kanal. Tidak seperti
pada tulang, kanal cementum tidak memiliki saraf dan tidak meradiasi keluar. Kanal-kanal ini
berorientasi pada ligamen periodontal dan mengandung proses cementocytic untuk berdifusi
nutrisi dari ligamen yang divaskularisasi.
Setelah aposisi cementum, cementoblast yang tidak menjadi terperangkap dalam sementum
berbaris di sepanjang permukaan cemental di ligamen periodontal . Cementoblasts ini dapat
membentuk lapisan cementum berikutnya jika gigi terluka.
Cementoenamel Junction
Studi baru dengan mikroskop elektron mengindikasi bahwa CEJ dapat menunjukkan semua
pola dalam rongga mulut individu, dan bahkan ada variasi ketika salah satu gigi ditelusuri.
Dalam beberapa kasus, cementum mungkin mengalami tumpang tindih dengan enamel di
CEJ. Biasanya, dokter awam sulit membedakan CEJ bila terdapat calculus di sekitarnya.
Selain itu, situasi lain CEJ yaitu sementum dan enamel mungkin bertemu ujung ke ujung dan
kesenjangan mungkin ada di antara sementum dan enamel.
Cementum Repair
Mirip dengan tulang, sementum mengalami penghapusan histologis dalam jaringan sebagai
akibat dari trauma. Penghapusan ini melibatkan resorpsi, atau penghapusan cementum oleh
odontoclast dan menghasilkan garis pembalikan (reversal lines). ketika bernoda, garis
pembalikan muncul sebagai garis berlekuk (scalloped lines). Sementum kurang mudah
diresorpsi daripada tulang, suatu pertimbangan penting selama pergerakan gigi ortodontik.
Perbaikan resorpsi traumatis melibatkan aposisi sementum oleh cementoblasts di ligamen
periodontal yang berdekatan. Aposisi sementum dikenal oleh lapisan pertumbuhannya, atau
garis penangkapan (arrest line), yang, ketika bernoda, terlihat seperti cincin pertumbuhan
lembut di bagian pohon. Reversal dan arrest line menonjol di cementum mengalami trauma
dari kekuatan oklusal atau pergerakan gigi ortodontik serta selama penanggalan gigi primer
dan erupsi gigi permanen. Namun, tidak seperti tulang, cementum tidak terus menjalani
renovasi atau perbaikan.
Tipe Cementum
Terdapat 2 tipe dasar cementum yang dibentuk oleh cementoblasts, yaitu acellular cemetum
(primary cementum) dan cellular cementum (secondary cementum)
Tulang Alveolar
Bagian anatomis tulang alveolar:
a. Prosessus alveolaris : bagian mandibula atau maxilla yang menjadi lokasi atau soket gigi
(alveolus). Alveolus untuk gigi terdapat di dalam prosessus alveolar.
b. Tulang alveolar : tulang yang membatasi alveolus dan berfungsi untuk mendukung dan
melindungi gigi.
c. Alveolar crest : bagian ujung paling sevikal dari alveolar bone proper yang terletak 1-2
mm lebih apical dari CEJ.
Tulang kortikal yang membatasi socket akar gigi (alveolus) disebut lamina dura.
Secara radiografik tulang ini tampak sebagai garis radiopak tipis yang mengelilingi akar gigi
dan ruang periodontal dengan tebal yang sama tanpa putus dan langsung berhubungan dengan
korteks tulang yang meliputi puncak tulang interdental. Karena itu disebut lamina dura.
Tulang alveolar berlubang-lubang karena saluran yang banyak, yaitu kanal Volkman yang
mengandung pembuluh darah pen-supply ligament periodontal. Karena itu tulang alveolar
disebut juga sebagai lempeng kribiformis (lapisan).
Permukaan luar prossesus alveolar dibatasi oleh tulang korteks. Tulang spongiosa atau
kanselosa ditemukan di antara lamina korteks dan tulang alveolar. Tebal korteks vestibular
(luar) dan korteks lingual (dalam) bervariasi pada lokasi yang berbeda. Umumnya lamina
korteks vestibular tipis pada daerah gigi anterior pada kedua rahang. Tulang spongiosa sering
tidak ditemukan di antara lamina korteks dan tulang alveolar. Di beberapa tempat, sebagian
tulang vestibular dapat tidak ada, menyebabkan akar hanya tertutup oleh jaringan lunak. Pada
maxilla, lamina vestibulum lebih tipis daripada lamina lingual di semua daerah. Pada
mandibula hubungan yang sama juga ditemukan di region insisal, kaninus, dan premolar,
tetapi lebih ke posterior lamina korteks vestibular lebih tebal daripada lamina korteks lingual.
Pertemuan antara lamina korteks prossesus alveolaris dan tulang alveolar disebut Krista
alveolar.
Periodontal Ligament (PDL)
Ligamen periodontal merupakan bagian dari periodontium yang melekatkan cementum
dengan tulang alveolar. PDL muncul sebagai jarak periodontal sebesar 0,4 – 1,5 mm secara
radiografi, dan merupakan area radiolusen antara radiopaque lamina dura dari tulang alveolar
dan radiopaque cementum. PDL adalah jaringan ikat fibrosa yang terorganisir juga
mempertahankan gingiva dalam hubungan yang tepat untuk gigi. PDL mengirimkan gaya
oklusal dari gigi ke tulang, memungkinkan untuk sejumlah kecil gerakan dan bertindak
sebagai shock absorber untuk struktur jaringan lunak di sekitar gigi, seperti saraf dan
pembuluh darah. PDL juga berpartisipasi dalam formasi dan resorpsi jaringan keras
periodontium. Selain itu, PDL mempunyai pembuluh darah yang memberikan nutrisi kepada
sel ligamen, sel sekitar cementum, dan tulang alveolar.
Komponen Ligamen Periodontal
PDL terdiri dari jaringan ikat seperti substansi interselular, sel, dan serat. PDL juga
mempunyai vascular supply, pembuluh limfa, dan nerve supply, yang memasuki foramen
apikal gigi untuk mensuplai pulpa. Saraf pada PDL terdiri dari sensorik (mengirim sensasi)
dan autonomic sympathetic (meregulasi pembuluh darah).
Sel Ligamen Periodontal
PDL memiliki sel darah dan sel endotel. Demikian seperti jaringan ikat, fibroblas adalah sel
yang paling umum di PDL. PDL juga mempunyai sel yang tidak terdapat pada jaringan ikat
lainnya, seperti garis s=cementoblasts sepanjang permukaan cemental. PDL di pinggiran
tulang alveolar yang tepat. Di samping itu, PDL memiliki osteoklas. Setiap jenis sel tertentu
dapat terbentuk sementum atau tulang atau bahkan resorp jaringan-jaringan masing-masing,
tergantung pada kebutuhan dari jaringan atau tuntutan dari lingkungan yang berdekatan.
Terdapat juga sel-sel mesenchymal tak terdiferensiasi, yang dapat berdiferensiasi menjadi
salah satu sel jika salah satu populasi sel yang terluka. Jadi PDL berfungsi sebagai
periosteum untuk sementum dan tulang alveolar yang berdekatan. Selain itu juga terdapat
ephitelial rests of Malassez yang terletak pada PDL dewasa setelah epitel selubung akar
Hertwig disintegrasi selama pembentukan akar.
Fiber Group of the
Periodontal Ligament
Ginggiva
Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang menutupi prosesus alveolaris dan terletak
mengililingi gigi pada leher gigi. Secara anatomi, gingival dibagi menjadi gingival bebas,
cekat dan later dental.
Morfologi gingiva
Tepi gingiva dan gingva cekat berwarna merah muda dan berlekuk-lekuk kecil dan
merata. Warna tersebut merupakan refleksi banyaknya suplai darah, derajat pigmentasi
epitel, dan derajat kretinisasi daerah ini.
Berbeda dengan warna gingiva cekat, mukosa alveolar berwarna merah, halus dan
mengkilat sehingga attached gingiva dapat dibedakan dari mukosa alveolar didekatnya
olegh suatu garis muko gingiva yang jelas.
Kontur gingiva bergantung pada bentuk gigi geligi
Gingiva cekat
Merupakan Gingiva yang melekat pada prosesus alveolaris berbatasan dengan margin
gingiva. Lebar gingiva cekat berbeda uintuk setiap daerah berlainan. (daerah maksila lebar
Gingiva sekat permukaan fasial sekitar 3,5-4,5 mm ; daerah mandibula 3.3-3.9 mm ; daerah
posterior (molar) lebar Gingiva cekat lebih kecil dibandingkan dengan daerah anterior,
sedangkan dengan daerah premolar maksila selebar 1.9 mm dan mandibula 1.8 mm)
Gingiva bebas
Gingiva yang terletak secara sirkuler di sekitar serviks gigi. Posisinya tidak melekata
langsung pada tulang alveolar, melainkan perpanjangan dari gingiva cekat
Gingiva interdental
Gingiva yang terdapat pada dua celah gigi yang saling bersebelahan (proksimal). Dalam
keadaan normal, gingiva interdental akan terlihat seperti piramid.
Terdapat pula yang disebut dengan sulcus gingiva yang merupakan sulkus yang terbentuk
diantara tepi gigi dan gingiva bebas. Di dasar sulcus gingiva terdapat perlekatan epitel pada
daerah sekitar CEJ.
Sulkus Gingiva berisi cairan yang berasal dari jaringan ikat Gingiva yang mempunyai fungsi
:
Membersihkan material dari sulkus Gingiva
Sebagai antibakteri (karena ada antibody dan berbagai jenis leukosit)
Meningkatkan daya lekat antara junctional epithelium dengan permukaan gigi karena
adanya protein yang bersifat lengket
Secara histologik Gingiva terdiri dari :
a. Epitel berlapis gepeng dengan permukaan sedikit berkeratin. Sel-selnya diganti secara
kontinu, cepat, yang berasal dari sel basal.
b. Lamina propria, terdiri dari jaringan ikat padat yang terdapat dibawah lapisan epitel.
Gingiva tidak mempunyai lapisan submukosa.
Epitel pada gingiva:
a. Epitel mukosa mulut
Merupakan epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk (keratin) dan parakeratin
tratum korneum mempunyai inti piknotik dan tidak mempunyai stratum granulosum).
b. Epitel sulkus
Epitel ini melapisi sulkus Gingiva dan merupakan sel epitel yang berkeratin yang
meluas dari batas koroner junction epithelium sampai ke puncak Gingiva.
c. Epitel perlekatan (junctional epithelium)
Perpanjangan yang lebih dalam dari sulcular epithelium yang terdiri dari epitel
gepeng tidak berkeratin yang dilekatkan pada email dan cementum dengan struktur
lamina. Bagian dari epithel gingiva yang melekat ke permukaan email gigi.
Pada Gingiva juga terdapat jaringan ikat. Sel-sel jaringan ikat Gingiva terutama adalah
fibroblast yang menghasilkan dan memelihara matriks jaringan ikat interseluler dimana
fibroblast ditmukan dalam jumlah yang banyak diantara berkas-berkas serat kolagen. Sel
mast terdapat pada jaringan ikat Gingiva , terutam dekat dengan pembuluh darah. Sel-sel ini
mengandung histamine dalam jaringan ikat, juga heparin, protease, dan substansi
metabolisme aktif lainnya.
Terdapat 3 sumber suplai darah untuk Gingiva :
1. Arteriol supraperiosteal yang berjalan sepanjang permukaan fasial dan lingual tulang
alveolar
2. Pembuluh dari ligament periodontal yang menuju Gingiva beranastomosis dengan kapiler
ligament periodontal, kapiler darah krevis dan berjalan sepanjang Krista alveolaris
3. Jaringan Gingiva dipersarafi oleh serat saraf yang berasal adri ligament periodontal yang
berjalan ke lingual, buakl, dan labial. Didalam jaringan Gingiva inipun ditemukan ujung-
ujung saraf (reseptor) yang tidak spesifik, reseptor tipe meissner dan reseptor tipe Kraus.
***GOODLUCK***