2
1. Pendahuluan
Pembangunan pertanian mempunyai peranan penting, terutama dalam
penyediaan pangan. Tingkat produktivitas pertanian semakin menurun di Kota
Kupang, Nusa Tenggara Timur disebabkan oleh kemarau panjang(el-nino) yang
berdampak pada gagal tanam dan gagal panen. Gagal panen yang sering terjadi
karena iklim dan cuaca berdampak pada ketersediaan pangan di pasar dan
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tanaman pangan. Faktor lainnya yang
mempegaruhi tingkat produktivitas pertanian yaitu semakin sedikitnya lahan
pertanian yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan untuk kepentingan komersil dan
kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Salah satu penyebab yang menjadi
kendala utama dalam bercocok tanam di Kota Kupang yaitu persediaan air tanah,
dimana petani Kota Kupang sangat bergantung pada curah hujan setiap tahun.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dibutuhkan sebuah sistem yang
dapat menganalisis serta dapat berfungsi sebagai pengambil keputusan pemakaian
lahan pertanian yang efektif. Analytical Hierarchy Process merupakan metode
yang dipakai pada penelitian ini dimana parameter yang digunakan yaitu umur
tanaman, kebutuhan air tanaman, harga pasar per tanaman dan kebutuhan tanaman
di pasar. Hasil analisis dari Analytical Hierarchy Process berfungsi sebagai data
pendukung keputusan untuk menentukan tanaman yang efektif pada musim-
musim tertentu sehingga dapat memaksimalkan pendapatan petani dan
meningkatkan produksi tanaman-pangan.
2. Tinjauan Pustaka
Pola Bercocok Tanam Terhadap Perubahan Iklim dengan Metode Data
Mining dilakukan pada 16 Kabupaten di NTT. Penelitian dilakukan dengan tujuan
mengatasi masalah gagal tanam dan gagal panen dengan cara melakukan mining
data pertanian untuk mendapatkan pola yang terbentuk untuk menentukan jenis
tamanan yang cocok berdasarkan cuaca dan iklim pada daerah tersebut [1].
An analytical review of parameters and indices affecting decision making in
agricultural mechanization. Penelitian tentang pemaksimalan lahan pertanian
dalam mengoptimalkan produktivitas pertanian untuk memenuhi permintaan
pangan dan pakan yang semakin meningkat. Menggunakan metode Fuzzy logic
dengan faktor ekonomi, argonomis, budaya, dan aspek lingkungan pertanian
sebagai kriteria pendukung [2].
Farming Differentiation in the Rural-urban Interface of the Middle
Mountains, Nepal: Application of Analytic Hierarchy Process (AHP) Modeling .
Penelitian dilakukan di Kathmandu Valley, Nepal dimana pertanian pada tempat
tersebut dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan zona yang berbeda.
Menggunakan metode AHP dengan faktor aksesibilitas, penggunaan sumber daya
lokal dan kualitas tanaman kriteria pendukung [3].
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Wairata menggunakan teori neraca air
dalam tanah untuk menentukan potensi tanaman, namun pada penelitian ini faktor
ketersedian air dapat dipenuhi dengan irigasi tambahan. Penelitian ini juga akan
menggunakan pemanfaatan AHP dalam mengoptimalkan produktivitas pertanian.
Metode AHP berfungsi sebagai data pendukung keputusan, dengan menganalisis
beberapa faktor terkait dalam memaksimalkan lahan pertanian, faktor tersebut
3
adalah umur tanaman ketersedian air tanah, kebutuhan pasar dan harga tanaman.
Orisinalitas dari penelitian ini yaitu dilakukan pada bidang pertanian Kota Kupang
dengan menggunakan 20 alternatif tanaman yang bertujuan untuk memetakan
varietas 20 tanaman tersebut pada lahan pertanian berdasarkan bobot prioritas
tertinggi yang didapat dari hasil AHP.
Analytical Hierarchy Process
Metode AHP dikembangkan oleh Saaty (1993), seorang ahli matematika.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif
atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut ke dalam bagian-
bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi
nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan
mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang
memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada
situasi tersebut [4].
Adapun kelebihan AHP dibandingakan dengan metode SPK lainnya yaitu [5]:
(1) Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai
pada subsubkriteria yang paling dalam; (2) Memperhitungkan validitas sampai
dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih
oleh para pengambil keputusan; dan (3) Memperhitungkan daya tahan atau
ketahanan output analisis sensitivitas pengambil keputusan.
Menurut Saaty (1981), ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan
AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan
prioritas (Comparative Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical
Consistency).
Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan metode AHP adalah sebagai
berikut [6] : (1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan;
(2) Menyusun struktur hirarki secara menyeluruh, diawali dengan tujuan, kriteria
dan alternatif yang disusun berdasarkan sudut pandang manajerial; (3) Membuat
matriks berpasangan pada semua elemen kriteria, dimana setiap elemen
dibandingkan dengan elemen lainnya. Hasil perbandingan berupa angka 1-9
dimana angka tersebut merupakan skala yang sudah ditetapkan oleh Saaty sebagai
skala perbandingan dasar(saaty 1993); (4) Perbandingan antara dua elemen A dan
B memiliki nilai berbanding terbalik, misalkan A memeiliki nilai 9 kali lebih
penting dari B, maka B memiliki nilai 1/9 kali lebeih penting dari A. Jika elemen
A dibandingkan dengan dirinya sendiri maka akan menghasilkan nilai 1 sehingga
pada matriks perbandingan akan membentuk bilangan 1 pada sepanjang diagonal
utama; (5) Menghitung nilai prioritas untuk mencari nilai eigen (lamda), lamda
Max dan menguji konsistensinya dengan menghitung CI dan CR.
(6) Lakukan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dalam hirarki; (7) Jumlahkan
semua bobot prioritas yang sudah didapatkan pada langkah ke 5 sehingga akan
menghasilkan bobot prioritas global; dan (8) Evaluasi konsistensi dari bobot
4
prioritas global. Rasio konsistensi harus 10 persen atau kurang, apabila lebih mutu
informasi harus diperbaiki, dengan cara merancang ulang matriks berpasangan.
3. Metode Penelitian
Pada metode penelitian ini akan dibahas tentang tahapan-tahapan AHP dalam
menentukan Sistem penentuan prioritas tanam berdasarkan literatur dan teori
pendukung pada bagian sebelumnya.
Gambar 1 Tahapan AHP
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan
informasi tentang konsep tanaman pangan. Data yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari tiga yaitu data primer, dan hasil wawancara. Data primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi tanaman pangan dan sayur-
sayuran yang bersumber dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kupang, data
iklim curah hujan yang bersumber dari BMKG, dan data harga jual tanaman
pangan dan sayur-sayuran yang bersumber Perusahaan Daerah Pasar. Ketiga data
primer ini dikumpulkan dalam kurun waktu tiga tahun yaitu 2009-2011 dan
berfokus pada Kecamatan Maulafa yang digunakan sebagai objek penelitian. Jenis
tanaman pangan dan sayur-sayuran yang digunakan sebagai objek data penelitian
terdiri dari 20 yaitu padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang, ubi
kayu, ubi jalar, talas, kubis, sawi, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung, buncis,
ketimun, kangkung, bayam, wortel dan bawang merah. Dari ke-20 jenis tanaman
pangan dan sayur-sayuran yang dipakai sebagai sampel penelitian merupakan
tanaman yang sering dikelola oleh pertanian di Kota Kupang. Untuk mengetahui
kebutuhan pasar perbulan akan dilakukan wawancara dengan pengawai PD Pasar
dan 12 pedangang di pasar kasih yang menjadi pusat pasar di Kota Kupang.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan survei lapangan untuk mengetahui pola
tanam yang sudah dilakukan petani pada lahan pertanian masing-masing. Dari
data primer yang didapatkan dari beberapa instasi, ditentukan beberapa kriteria
dan alternatif untuk dianalisis dalam proses AHP, kriteria-kriteria tersebut disusun
dalam bentuk hirarki (Decomposition). Tujuan sistem penentuan prioritas tanam
ditentukan berdasarkan tiga periode tanam di Kota Kupang. Untuk kriteria dibagi
AHP
Sistem Penentuan Prioritas
Tanaman
Decomposition
Comparative Judgments
Logical Consistency
5
menjadi dua faktor pemodelan yaitu faktor potensi hidup tanaman dan faktor yang
mempengaruhi produktivitas tanaman. Faktor potensi tanam terdiri dari dua yaitu
umur tanaman, dan kebutuhan air hujan. Faktor kedua produktivitas tanam yang
terdiri dari kebutuhan pasar dan harga jual tanaman akan menjadi faktor
pendukung yang apabila dikombinasikan dengan faktor potensi tanam akan
menghasilkan pola tanam yang baru dan lebih efektif. Faktor lain yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu produksi tanaman per hektar yang merupakan faktor
internal yang sudah dilakukan per tiga periode tanam. Pada level alternatif
terdapat 20 jenis tanaman pangan dan sayur-sayuran yang tentukan berdasarkan
data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan, dimana 20 jenis tanaman pangan dan
sayur-sayuran tersebut merupakan tanaman yang sering dikelola petani Kota
Kupang.
Sistem penentuan prioritas tanam dibagi menjadi 3 periode dimana periode 1
adalah periode tanam dari bulan november sampai dengan bulan februari, periode
2 adalah periode tanam dari bulan maret sampai dengan bulan juni dan periode 3
adalah periode tanam dari bulan juli sampai dengan bulan oktober. Perbedaan
ketiga periode tanam tersebut yaitu pada faktor anomali iklim khususnya curah
hujan per tahun. Pada periode 1 merupakan musim hujan dan memiliki kandungan
air dalam tanah yang banyak, periode 2 merupakan peralihan musim hujan ke
musim kemarau dimana kandungan air dalam tanah mencukupi untuk beberapa
jenis tumbuhan. Sedangkan periode 3 adalah musim kemarau dan memiliki
kandungan air tanah yang sedikit.
Gambar 2 Hirarki Sistem Penentuan Prioritas Tanam Periode 1, 2 dan 3
Setelah ditentukan hirarki AHP, langkah selanjutnya yaitu menetukan skala
matriks perbandingan berpasangan dengan skala yang sudah ditentukan Saaty
(1993). Menentukan skala untuk matriks perbandingan berpasangan per kategori
yaitu dengan cara wawancara para ahli dibidang Pertanian dan berpatokan pada
data primer yang ada (Comparative Judgments). Setelah menentukan skala
matriks perbandingan berpasangan langkah selanjutnya yaitu menjumlah matriks
kolom dari matriks berpasangan yang sudah ditentukan (Tabel 1).
Cabe besar Cabe Rawit Tomat Terung Buncis Ketimun
Kangkung
Bayam
Wortel
Bawang Merah
Padi Jagung Kacang Tanah Kacang Hijau
Ubi Kayu Ubi Jalar Talas Kubis Sawi
Kacang Panjang
Harga Jual Umur Tanaman Kebutuhan Pasar Kebutuhan Air Hujan
Sistem Penentuan Prioritas Tanam Periode 1, 2 dan 3
Produktivitas Tanam Potensi Tanam
6
Tabel 1 Matriks Pairwise Comparison Kriteria Periode 1
Kebutuhan Air Umur Tanaman Kebutuhan Pasar Harga Jual
Kebutuhan Air 1 1 1/3 1/3
Umur Tanaman 1 1 1/3 1/3
Kebutuhan Pasar 3 3 1 3
Harga Jual 3 3 1/3 1
Jumlah 8,000 8,000 2,000 4,667
Tahapan selanjutnya dari Comparative Judgments yaitu menghitung nilai
elemen kolom kriteria dengan rumus masing-masing elemen kolom dibagi dengan
jumlah matriks kolom (Normalized Relative Weight). Setelah dibuat bobot relatif
yang dinormalkan langkah selanjutnya menghitung nilai prioritas kriteria dengan
rumus menjumlah matriks baris NRW dibagi dengan jumlah kriteria
(Comparative Judgments). Tabel 2 Normalized Relative Weight
Kebutuhan
Air
Umur
Tanaman
Kebutuhan
Pasar
Harga
Jual Jumlah Prioritas
Kebutuhan
Air 0.1250 0.1250 0.1667 0.0714 0.4881 0.1220 Umur
Tanaman 0.1250 0.1250 0.1667 0.0714 0.4881 0.1220 Kebutuhan
Pasar 0.3750 0.3750 0.5000 0.6429 1.8929 0.4732 Harga
Jual 0.3750 0.3750 0.1667 0.2143 1.1310 0.2827
Berdasarkan prioritas yang sudah dihasilkan perlu diukur nilai konsistensinya
dengan menghitung nilai lamda, lamda Max, CI dan CR (Logical Consistency).
Nilai lamda didapatkan dengan cara mengalikan masing-masing elemen matriks
berpasangan dengan prioritas alternatif dan hasilnya masing-masing baris
dijumlah (Weighted Sum Vector). Tabel 3 Weighted Sum Vector
Kebutuhan
Air
Umur
Tanaman
Kebutuhan
Pasar
Harga
Jual Jumlah Eigen
Kebutuhan
Air 0,12202381 0,12202381 0,157738095 0,094246 0,496032 4,065041
Umur
Tanaman 0,12202381 0,12202381 0,157738095 0,094246 0,496032 4,065041
Kebutuhan
Pasar 0,366071429 0,366071429 0,473214286 0,848214 2,053571 4,339623
Harga Jual 0,366071429 0,366071429 0,157738095 0,282738 1,172619 4,147368
∑λ 16,61707
0,0571360,9
0,051423
RC
CI CR
0,0514231-4
4-4,154268
1-n
n -λmax CI
4,1542684
16,61707
n
λλmax
7
Apabila nilai konsistensinya tidak melebihi 10% langkah selanjutnya yaitu
mencari prioritas dari masing-masing alternatif dan prioritas global dari kriteria
dan altenatif yang digunakan. Ketiga proses AHP : Decomposition, Comparative
Judgments dan Logical Consistency dilakukan pada setiap kategori per periode
dan dimplementasi kedalam aplikasi yang dibangun dengan menggunakan C#.net.
Hasil dari analisis AHP digunakan sebagai sistem pengambil keputusan untuk
menentukan sistem penentuan prioritas tanam.
Rekayasa Sistem
Perancangan aplikasi digambarkan dengan menggunakan Unified Modeling
Language (UML) atau juga disebut sebagai blue print sebuah sistem software.
UML merupakan sebuah bahasa yang memvisualisasi, menspesifikasikan,
membangun, dan mendokumentasian dari sebuah sistem pengembangan software
berbasis OO (Object-Oriented).
Gambar 3 Use Case Diagram
Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari
sebuah sistem dimana terjadi interaksi antara sistem, sistem eksternal dan
pengguna. User akan melakukan manajemen database Pertanian dengan cara
menambahkan data, mengubah data, menghapus data dan melihat data. User juga
mempunyai hak untuk melakukan perhitungan AHP, melihat dan mengubah data
AHP.
Perhitungan AHP merupakan sebuah sistem yang terdapat dalam database
pertanian atau sistem manjemen data pertanian. Perhitungan AHP biasanya
dilakukan oleh expertise yang merupakan ahli dalam suatu bidang tertentu,
contohnya pada pembobotan matriks pairwise comparison. Hasil dari analisis
AHP dipakai sebagai sistem pendukung keputusan oleh manajer yang juga
merupakan salah satu user yang berperan sebagai pengambil keputusan terakhir.
8
4. Hasil Impementasi dan Analisis
Implementasi AHP dibagi menjadi dua bagian yaitu AHP pola tanam
berdasarkan data produksi per periode tanam dan data AHP Penentuan Prioritas
Tanam per periode dengan empat kategori pembanding yaitu kebutuhan air, umur
tanaman, kebutuhan pasar, dan harga pasar.
Langkah pertama untuk melakukan proses AHP yaitu dengan memasukkan
matriks perbandingan berpasangan pada Form matriks perbandingan berpasangan
(Gambar 4). AHP pola tanam berdasarkan data produksi memiliki matriks
perbandingan dimensi 20x20 sesuai dengan alternatif tanaman yang dipakai.
Nilai pada form matriks perbandingan berpasangan AHP Data Produksi dapat
diubah sesuai dengan kondisi apabila terjadi perubahan pada data primer dan nilai
CR lebih dari 10%. User yang dapat mengubah matriks perbandingan yaitu staff
manager atau orang yang ahli pada bidang pertanian. Setelah mengubah matriks
perbandingan pilih tombol simpan berkas. Tombol hitung berfungsi untuk
menghitung nilai prioritas beserta nilai eigen, CI dan CR dari kriteria yang dipilih.
Gambar 4 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Data Produksi Periode 1
Pada Form matriks perbandingan berpasangan berdasarkan data produksi
per hektar, User juga dapat melihat matriks perbandingan berpasangan data
produksi periode lainnya dengan memilih periode yang akan diubah pada Combo
Box periode dan pilih tombol buka berkas. Langkah selanjutnya yaitu sistem akan
melakukan pehitungan AHP untuk mendapatkan bobot prioritas dari pola tanam
berdasarkan data produksi per 3 periode seperti pada Tabel 4. Tabel 4 Bobot Prioritas Data Produksi per Periode
Bobot Prioritas Periode 1 Periode 2 Periode 3
Padi 0,035129701 0,022857679 0,024728176
Jagung 0,151333002 0,022857679 0,024728176
Kacang Tanah 0,07586833 0,022857679 0,024728176
Kacang Hijau 0,044993031 0,022857679 0,024728176
Kacang Panjang 0,025311203 0,047433047 0,071555788
Ubi Kayu 0,152848153 0,16080496 0,024728176
9
Ubi Jalar 0,048023334 0,022857679 0,024728176
Talas 0,044993031 0,022857679 0,024728176
Kubis 0,024553627 0,04036234 0,044921125
Sawi 0,07586833 0,098611148 0,152664148
Cabe Besar 0,024553627 0,039298511 0,024728176
Cabe Rawit 0,024553627 0,039298511 0,024728176
Tomat 0,024553627 0,04036234 0,044921125
Terung 0,024553627 0,039298511 0,024728176
Buncis 0,025311203 0,066240541 0,071555788
Ketimun 0,025311203 0,04036234 0,044921125
Kangkung 0,046508183 0,0683682 0,071555788
Bayam 0,07586833 0,098611148 0,152664148
Wortel 0,024553627 0,04036234 0,026358611
Bawang Merah 0,025311203 0,043439992 0,071600591
Form Input matriks perbandingan berpasangan Sistem penentuan prioritas
tanam per periode memiliki dua form input, pertama ber-ordo 4x4 untuk matriks
perbandingan empat kategori dari masing-masing periode (Gambar 5), form input
yang kedua ber-ordo 20x20 untuk matriks alternatif tanaman berdasarkan empat
kategori dari masing-masing periode. Form input yang kedua sama seperti form
input matriks berpasangan pola tanam berdasarkan data produksi (Gambar 4).
Gambar 5 Form Matriks Perbandingan Berpasangan Sistem Penentuan Prioritas Tanam
Periode 1
Pada Gambar 5 terdapat combo box periode yang berfungsi untuk
mengubah matriks perbandingan kategori berdasarkan periode yang terpilih.
Tombol Hitung merupakan proses perthitungan bobot prioritas seperti tahapan-
tahapan yang sudah dijelaskan pada metode penelitian. Untuk melihat dan
mengubah nilai skala perbandingan dari matriks alternatif tanaman berdasarkan
empat kategori Sistem penentuan prioritas tanam yaitu dengan cara pilih kategori
pada combo box kategori (gambar 5) dan pilih buka berkas.
Berdasarkan sistem penentuan prioritas tanam periode 1 (Gambar 5)
kategori kebutuhan pasar dan harga jual memiliki skala tertinggi dibandingkan
dengan kategori kebutuhan air tanah dan umur tanaman. Kebutuhan pasar dan
harga jual memiliki prioritas tertinggi pada periode ini, karena berdasarkan hasil
10
survei di pasar KASIH Kota Kupang kebutuhan pada periode 1 untuk semua jenis
tanaman sangat tinggi (November – Februari) dan harga tanaman akan melonjak
tinggi sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman. Sedangkan kategori kebutuhan
air tanah dan umur tanaman dapat terpenuhi karena pada periode ini merupakan
musim hujan di Kota Kupang dan memiliki rata-rata curah hujan sebesar 916-
2844 mm.
Gambar 6 Form Matriks Perbandingan Berpasangan Sistem Penentuan Prioritas Tanam
Periode 2
Matriks perbandingan Sistem penentuan prioritas tanam periode 2
(Gambar 6) kategori kebutuhan pasar dan harga jual memiliki skala tertinggi dan
memiliki kepentingan yang hampir sama dengan kebutuhan air hujan sedangkan
umur tanaman memiliki skala terendah. Kebutuhan pasar dan harga jual memiliki
prioritas tertinggi, karena kebutuhan untuk beberapa jenis tanaman di pasar pada
periode 2 cukup tinggi dan harga tanaman tersebut naik drastis. Kategori
kebutuhan air tanah dan umur tanaman cukup terpenuhi karena pada periode ini
merupakan peraliahan dari musim hujan ke musim kemarau.
Gambar 7 Form Matriks Perbandingan Berpasangan Sistem Penentuan Prioritas Tanam
Periode 3
Berbeda dengan Sistem penentuan prioritas tanam periode 3 kategori
kebutuhan air dan umur tanaman memiliki skala tertinggi dibandingkan dengan
kebutuhan pasar dan harga jual memiliki skala terendah pada Sistem penentuan
prioritas tanam periode 3. Kebutuhan air dan umur tanaman memiliki prioritas
tertinggi, karena kebutuhan air tanah pada periode ini tidak terpenuhi disebabkan
periode ini merupakan musim kemarau di Kota Kupang. Sedangkan kebutuhan
untuk beberapa jenis tanaman di pasar pada periode 3 sangat terpenuhi dan harga
tanaman tergolong standar.
11
Tahapan selanjutnya yaitu mencari bobot prioritas alternatif per kategori
untuk mencari bobot prioritas global. Langkah pertama untuk mencari prioritas
global yaitu dengan cara menentukan matriks perbandingan berpasangan alternatif
dari masing-masing kategori berdasarkan data primer dan hasil wawancara.
Berdasarkan keempat kategori yang dipakai, kebutuhan air merupakan sebuah
konstanta sehingga skala perbandingan matrik berpasangan kebutuhan air untuk
periode 1, periode 2 dan periode 3 adalah sama.
Gambar 8 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Kebutuhan Air
periode 1, periode 2 dan Periode 3
Berdasarkan skala perbandingan matriks berpasangan berdasarkan
kebutuhan air periode 1, periode 2 dan periode 3 (Gambar 8) terlihat bahwa
kebutuhan air tanah untuk varietas padi jagung dan ubi kayu sangat banyak yaitu
sebesar 0,8-1 mm/hari, kebutuhan air untuk varietas kacang, kacang panjang,
cabe, ubi jalar, talas, kubis dan bawang merah sebesar 0,4 mm/hari, sedangkan
kebutuhan air varietas sawi, ketimun, kangkung, bayam dan wortel sangat rendah
yaitu sebesar 0,3 mm/hari.
Gambar 9 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan
Umur Tanaman periode 1, dan Periode 2
Kategori umur tanaman juga merupakan sebuah konstanta, penentuan
skala matriks perbandingan untuk kategori umur tanaman disesuaikan dengan
kebutuhan air per periode. Apabila kebutuhan air mencukupi maka tanaman
dengan umur panjang menjadi prioritas utama (periode 1 dan periode 2), dan jika
kebutuhan air tanah tidak mencukupi maka umur tanaman pendek akan menjadi
prioritas utama (periode 3).
12
Berdasarkan skala perbandingan matriks berpasangan berdasarkan umur
tanaman periode 1 dan periode 2 (Gambar 10) terlihat bahwa umur tanaman untuk
varietas ubi kayu dan talas tergolong lama yaitu 120-240 hari, umur tanaman
untuk varietas padi, jagung, kacang tanah, wortel, tomat dan kubis yaitu 90-120
hari, umur tanaman untuk varietas terung, cabe, bawang merah, buncis dan
kacang panjang yaitu 30-60 hari, sedangkan umur tanaman untuk varietas sawi,
ketimun, kangkung, kacang panjang dan bayam yaitu 15-45 hari.
Gambar 10 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan
Umur Tanaman Periode 3
Varietas sawi, ketimun, kangkung, kacang panjang dan bayam memliki
nilai skala matriks perbandingan tertinggi, diikuti dengan varietas terung, cabe,
bawang merah, buncis dan kacang panjang sedangkan ubi kayu dan talas memiliki
skala matriks perbandingan terendah berdasarkan umur tanaman pada periode 3.
Gambar 11 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan
Kebutuhan Pasar Periode 1
Penentuan skala matriks perbandingan berpasangan untuk kebutuhan pasar
ditentukan berdasarkan data kebutuhan pasar hasil dari wawancara dengan
beberapa pedagang di pasar Kasih Kota Kupang. Berdasarkan data kebutuhan
pasar periode 1 (Gambar 11) varietas ubi kayu, ubi jalar dan talas selalu tersedia
di pasar sedangkan 17 varietas lainnya pada periode 1 kebutuhan tanaman tersebut
sangat tinggi hampir setiap bulan diperiode 1 (November-Februari) selalu dicari
konsumen.
13
Gambar 12 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan
Kebutuhan Pasar Periode 2
Berdasarkan data kebutuhan pasar periode 2 (Gambar 12) varietas ubi
kayu, ubi jalar dan talas kebutuhannya sangat tinggi (Agustus-Oktober) sedangkan
cabe, tomat, wortel dan bawang merah selalu tersedia dipasar dan tanaman
lainnya sangat dibutuhkan pada bulan-bulan tertentu pada periode 2 (Juli/
Agustus/ September/ Oktober).
Gambar 13 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Kebutuhan Pasar
Periode 3
Kebutuhan pasar periode 3 (Gambar 13) untuk varietas jagung dan wortel
sangat tinggi (September-Oktober) sedangkan kebutuhan 18 tanaman lainnya
selalu tersedia di pasar. Penentuan skala matriks perbandingan berpasangan untuk
harga jual ditentukan berdasarkan data harga komoditi tanaman pangan
hortikultura Kota Kupang.
14
Gambar 14 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Harga Jual Periode 1
Berdasarkan data harga jual tanaman periode 1 (Gambar 14) varietas cabe
dan tomat memiliki harga jual paling mahal yaitu Rp 30000 – Rp 35000/Kg,
varietas kacang dan bawang merah Rp 18000 – Rp21000/Kg, varietas ubi dan
buncis Rp 10000 – Rp 12000/Kg, varietas kangkung dan sawi yang merupakan
nilai skala terendah memiliki harga jual Rp 2500 – Rp 3500/ikat, sedangkan harga
jual untuk tanaman tersisa lainnya yaitu berkisar antara Rp 5000 – Rp 7500.
Gambar 15 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Harga Jual Periode 2
Sedangkan data harga jual tanaman periode 2 (Gambar 15) untuk varietas
cabe naik drastis menjadi yaitu Rp 60000 – Rp 65000/Kg, varietas bawang merah,
kacang, dan ubi jalar seharga Rp 18000 – Rp30000/Kg, varietas buncis, ketimun
dan ubi kayu Rp 10000 – Rp 12000/Kg, sedangkan 10 varietas tersisa lainnya
yang merupakan skala terendah memiliki harga jual berkisar antara Rp 5000 – Rp
7500.
Berbeda juga dengan data harga jual tanaman periode 3 (Gambar 16),
harga jual varietas cabe rawit yaitu Rp 30000/Kg, varietas bawang merah, kacang,
wortel, dan ubi jalar seharga Rp 18000 – Rp21000/Kg, varietas buncis, cabe besar
dan ubi kayu Rp 10000 – Rp 15000/Kg, sedangkan 11 varietas tersisa lainnya
yang merupakan skala terendah memiliki harga jual berkisar antara Rp 5000 – Rp
6750.
15
Gambar 16 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Harga Jual Periode 3
Setelah memasukkan nilai matriks perbandingan alternatif, tahap
selanjutnya yaitu sistem akan menghitung nilai prioritas dari masing-masing
alternatif. Nilai prioritas tersebut akan dipakai untuk mencari bobot prioritas
global dengan cara menjumlahkan bobot prioritas alternatif per 4 (Tabel 5).
Prioritas global AHP Sistem penentuan prioritas tanam dari masing-masing
periode diubah dalam bentuk persen(%) dengan cara kolom prioritas global
dibagi 4 dan dikalikan 100. Tujuan prioritas global AHP Sistem penentuan
prioritas tanam diubah yaitu untuk melihat perbedan dengan prioritas global AHP
menurut data produksi. Oleh karena itu prioritas global AHP data produksi (Tabel
4) juga diubah dalam bentuk persen(%) caranya nilai prioritas dikalikan 100. Tabel 5 Perbandingan Prioritas berdasarkan 2 Pola Tanam per 3 Periode
Kriteria
Prioritas
AHP
Data
Produksi
Periode
1(%)
Prioritas
AHP
Sistem
Penentuan
Prioritas
Tanam
Periode
1(%)
Prioritas
AHP
Data
Produksi
Periode
2(%)
Prioritas
AHP
Sistem
Penentuan
Prioritas
Tanam
Periode
2(%)
Prioritas
AHP
Data
Produksi
Periode
3(%)
Prioritas
AHP
Sistem
Penentuan
Prioritas
Tanam
Periode
3(%)
Padi 3,513 6,818 2,286 6,709 2,473 6,570
Jagung 15,133 6,226 2,286 6,709 2,473 8,654
Kacang
Tanah 7,587 6,876 2,286 5,664 2,473 5,682
Kacang
Hijau 4,499 6,180 2,286 4,967 2,473 4,985
Kacang
Panjang 2,531 3,208 4,743 3,099 7,156 2,960
Ubi Kayu 15,285 7,573 16,080 9,371 2,473 8,230
Ubi Jalar 4,802 4,183 2,286 6,736 2,473 5,682
Talas 4,499 4,761 2,286 6,572 2,473 5,361
Kubis 2,455 4,519 4,036 4,410 4,492 4,271
Sawi 7,587 2,583 9,861 2,742 15,266 2,604
Cabe Besar 2,455 6,064 3,930 5,463 2,473 4,143
Cabe Rawit 2,455 6,064 3,930 5,463 2,473 6,141
16
Tomat 2,455 7,348 4,036 4,408 4,492 4,858
Terung 2,455 5,134 3,930 5,024 2,473 4,886
Buncis 2,531 5,264 6,624 5,142 7,156 5,072
Ketimun 2,531 2,852 4,036 3,242 4,492 2,604
Kangkung 4,651 2,583 6,837 2,742 7,156 2,604
Bayam 7,587 2,852 9,861 2,742 15,266 2,604
Wortel 2,455 4,163 4,036 4,719 2,636 7,409
Bawang
Merah 2,531 4,750 4,344 4,073 7,160 4,679
Berdasarkan tabel perbandingan dua pola tanam (Tabel 5) perubahan pola
tanam sangat berpengaruh pada prioritas tertinggi. Pola tanam periode 1
kebutuhan pasar dan harga jual merupakan prioritas utama sehingga penanaman
cabe besar dan cabe rawit yang merupakan komoditi dengan harga tertinggi dan
kebutuhan pasar tertinggi perlu ditingkatkan penanaman bibit tersebut sebaliknya
penanaman jagung dan ubi kayu perlu dikurangi. Pola tanam periode 2 tanman
padi merupan tanaman denga prioritas tertinggi dan perlu ditingkatkan penanaman
bibit tersebut. Hal ini disebabkan kebutuhan padi pada periode 2 tinggi dan
kebutuhan air tanah untuk tanaman padi dapat mencukupi. Pada pola tanam
periode 3 komoditi sayur-sayuran menjadi prioritas tertinggi dikarenakan
kebutuhan air tanah yang sedikit. Dengan kebutuhan air tanah yang sedikit maka
tanaman umur pendek adalah solusi yang tepat untuk ditanam pada periode ini.
Selain dapat dilihat perbandingan prioritas dari dua pola tanam, dengan
prioritas yang sudah dihasilkan juga dapat dilihat selisih dari dua pola tanam
tersebut sehingga dapat dilihat kebutuhan bibit yang harus ditanam berdasarkan
20 alternatif tanaman yang dipilih dengan cara, prioritas berdasarkan luas lahan
dibagi prioritas global hasil pembagian dikali dengan 100 (Gambar 17).
Gambar 17 Prioritas Global Periode 1
Berdasarkan Gambar 17 dapat dilihat persentase perbandingan Sistem
penentuan prioritas tanam terhadap pola tanam berdasarkan data produksi periode
1, ada beberapa varietas yang perlu dikurangi tingkat produksinya seperti varietas
kangkung, sawi, bayam, ubi kayu, dan jagung. Ada beberapa varietas juga yang
17
perlu ditingkatkan produksinya seperti yang terlihat pada persentase perbandingan
dimana terdapat data perbandingan >100% dan bahkan ada yang mencapai
>200% seperti varietas cabe, tomat terung dan buncis.
Gambar 18 Prioritas Global Periode 2
Berdasarkan Gambar 18 dapat dilihat persentase perbandingan Sistem
penentuan prioritas tanam terhadap pola tanam berdasarkan data produksi periode
2, ada beberapa varietas yang perlu dikurangi tingkat produksinya seperti varietas
kacang panjang, ubi kayu, sawi, kangkung, bayam, ketimun dan buncis. Ada
beberapa varietas juga yang perlu ditingkatkan produksinya seperti yang terlihat
pada persentase perbandingan dimana terdapat data perbandingan >100% dan
bahkan ada yang mencapai >200% seperti varietas padi, jagung, kacang tanah,
kacang hijau, ubi jalar dan talas.
Gambar 19 Prioritas Global Periode 3
Dari gambar 19 dapat dilihat persentase perbandingan Sistem penentuan
prioritas tanam terhadap pola tanam berdasarkan data produksi periode 3, ada
beberapa varietas yang perlu dikurangi tingkat produksinya seperti varietas
kacang panjang, sawi, kangkung, bayam, dan tomat. Ada beberapa varietas juga
yang perlu ditingkatkan produksinya seperti yang terlihat pada persentase
18
perbandingan dimana terdapat data perbandingan >100% dan bahkan ada yang
mencapai >200% seperti varietas padi, jagung, ubi kayu, cabe dan wortel.
Prioritas global satu, prioritas global dua dan prioritas global tiga dapat
dibuat dalam bentuk rangking untuk mempermudah user dalam membuat
keputusan penentuan tanaman yang akan ditanam. Tabel 6 merupakan Rangking
dari 3 Prioritas Global dari Sistem Penentuan Prioritas Tanaman. Tabel 6 Rangking dari 3 Prioritas Global dari
Sistem Penentuan Prioritas Tanaman
No
Varietas
Tanaman Periode 1
Varietas
Tanaman Periode 2
Varietas
Tanaman Periode 3
1 Ubi Kayu 0.302924975 ubi kayu 0.374848985 jagung 0.30137
2 Tomat 0.293931078 ubi jalar 0.26945273 wortel 0.251586
3
Kacang
Tanah 0.275059605 padi 0.268360654 cabe rawit 0.245596
4 Padi 0.272729921 jagung 0.268360654 buncis 0.242839
5 Jagung 0.249031175 talas 0.262874125 ubi kayu 0.231956
6
Kacang
Hijau 0.247180835
kacang
tanah 0.22657424
bawang
merah 0.227121
7
Cabe
Besar 0.242567022 cabe besar 0.218531428 padi 0.218037
8
Cabe
Rawit 0.242567022 cabe rawit 0.218531428
kacang
panjang 0.204057
9 Buncis 0.210545692 buncis 0.205670909
kacang
hijau 0.199345
10 Terung 0.20534849 terung 0.200979222 terung 0.195375
11 Talas 0.1904446
kacang
hijau 0.198695469 sawi 0.189805
12 Bawang Merah 0.189996968 wortel 0.188765509 ketimun 0.189805
13 Kubis 0.180754289 kubis 0.176385021 kangkung 0.189805
14 Ubi Jalar 0.167338729 tomat 0.176313463 bayam 0.189805
15 Wortel 0.166502402
bawang
merah 0.162908008
kacang
tanah 0.182505
16
Kacang
Panjang 0.128320563 ketimun 0.129698636 ubi jalar 0.182505
17 Ketimun 0.114068676
kacang
panjang 0.123951295 cabe besar 0.165667
18 Bayam 0.114068676 sawi 0.109699408 tomat 0.149546
19 Sawi 0.103309641 kangkung 0.109699408 kubis 0.126061
20 Kangkung 0.103309641 bayam 0.109699408 talas 0.117215
Dari hasil analisis AHP Sistem penentuan prioritas tanam, Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kota Kupang dapat menggunakan analisa tersebut sebagai
pendukung keputusan dalam mengambil kebijakan untuk menentukan jenis
tanaman yang cocok ditanam pada periode tanam 1 sampai periode tanam ke 3.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kupang juga dapat mensosialisasikan
kepada kelompok tani pada setiap Kelurahan di Kecamatan Maulafa jenis
tanaman yang cocok dan efektif ditanam pada periode tertentu.
19
5. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat dimpulkan bahwa
Periode 1 sangat berpengaruh pada prioritas tertinggi yaitu kebutuhan pasar,
karena kebutuhan pasar yang sangat meningkat (November - Februari) maka
dibutuhkan persediaan stok tanaman yang memenuhi kebutuhan pasar. Selain itu
meningkatnya kebutuhan pasar pada periode 1 berdampak pada kenaikan harga
tanaman. Pada periode 1 kebutuhan air tanah sangat melimpah, sehingga tanaman
dapat tumbuh sesuai dengan umur tanaman.
Periode 2 perubahan pola tanam sangat berpengaruh pada prioritas tertinggi
yaitu harga pasar. Pada periode 2 (Maret-Juni) harga beberapa tanaman meningkat
drastis, harga tanaman yang tinggi memiliki potensi tanam yang besar dan
memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan tanaman lain. Kebutuhan pasar
pada periode 2 dapat terpenuhi karena pada periode 2 banyak varietas tanaman
yang siap untuk dipanen (musim panen). Pada periode 2 kebutuhan air tanah
terpenuhi, sehingga tanaman dapat tumbuh sesuai dengan umur tanaman.
Periode 3 perubahan pola tanam sangat berpengaruh pada prioritas tertinggi
yaitu kebutuhan air dan umur tanaman. Hal ini disebabkan pada periode ini suplai
air tanah sangat kurang dan bila bercocok tanam diperlukan pemilihan jenis
tanaman umur pendek dan irigasi tambahan. Pada periode 3 (Juli-Oktober)
kebutuhan pasar dan harga beberapa tanaman meningkat.
Hasil analisis AHP menunjukkan perbedaan antara dua pola tanam yaitu pola
tanam berdasarkan data produksi tanam dan Sistem penentuan prioritas tanam
berdasarkan empat kriteria pembanding. Persentase perbandingan Sistem
penentuan prioritas tanam terhadap pola tanam berdasarkan data produksi periode
1, ada beberapa varietas yang perlu dikurangi tingkat produksinya seperti varietas
kangkung, sawi, bayam, ubi kayu, dan jagung. Ada beberapa varietas juga yang
perlu ditingkatkan produksinya seperti yang terlihat pada persentase perbandingan
dimana terdapat data perbandingan >100% dan bahkan ada yang mencapai
>200% seperti varietas cabe, tomat terung dan buncis
Persentase perbandingan Sistem penentuan prioritas tanam terhadap pola
tanam berdasarkan data produksi periode 2, ada beberapa varietas yang perlu
dikurangi tingkat produksinya seperti varietas kacang panjang, ubi kayu, sawi,
kangkung, bayam, ketimun dan buncis. Ada beberapa varietas juga yang perlu
ditingkatkan produksinya seperti yang terlihat pada persentase perbandingan
dimana terdapat data perbandingan >100% dan bahkan ada yang mencapai
>200% seperti varietas padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan
talas.
Persentase perbandingan Sistem penentuan prioritas tanam terhadap pola
tanam berdasarkan data produksi periode 3, ada beberapa varietas yang perlu
dikurangi tingkat produksinya seperti varietas kacang panjang, sawi, kangkung,
bayam, dan tomat. Ada beberapa varietas juga yang perlu ditingkatkan
produksinya seperti yang terlihat pada persentase perbandingan dimana terdapat
data perbandingan >100% dan bahkan ada yang mencapai >200% seperti varietas
padi, jagung, ubi kayu, cabe dan wortel.
20
Saran pengembangan penelitian ke depan adalah dalam sistem penentuan
prioritas tanam perlu dilakukan penambahan dan pengurangan bibit yang akan
ditanam. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kupang dapat menggunakan
analisis AHP sebagai pendukung keputusan dalam mengambil kebijakan untuk
menentukan jenis tanaman yang cocok ditanam pada periode tanam 1 sampai
periode tanam ke 3. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kupang juga dapat
mensosialisasikan kepada kelompok tani pada setiap Kelurahan di Kecamatan
Maulafa jenis tanaman yang cocok dan efektif ditanam pada periode tertentu.
6. Daftar Pustaka
[1] Wairata, J.E. 2010. Pola Bercocok Tanam Terhadap Perubahan Iklim
dengan Metode Data Mining (Studi Kasus 16 Kabupaten di NTT). Skripsi
Fakultas Teknologi Informasi - Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
[2] Lak, M.B. and Almassi, M. 2011. An analytical review of parameters and
indices affecting decision making in agricultural mechanization. Australian
Journal of Agricultural Engineering.
[3] Bhatta, G.D. 2010. Farming Differentiation in the Rural-urban Interface of
the Middle Mountains, Nepal: Application of Analytic Hierarchy Process
(AHP) Modeling. Journal of Agricultural Science.
[4] Saaty, T.L 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin; Proses
Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang
Kompleks. Gramedia, Jakarta.
[5] Suryadi, K dan Ramdhani, M.A. 2002. Sistem Pendukung Keputusan; Suatu
Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambil
Keputusan. Rosda, Bandung.
[6] Supriyono, Wardhana, dan Sudaryo. 2007. Sistem Pemilihan Pejabat
Struktural dengan Metode AHP. Seminar Nasional III SDM Teknologi
Nuklir, Yogyakarta.