Download - Seledri Ep
TUGAS UAS PROPOSAL
METODOLOGI PENELITIAN
Nama: Dwi Nirma Rizkiyanti
Nim: 1204015133
Kelas: 6C
Judul Penelitian:
PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN SELEDRI TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) adalah salah satu penyebab kematian nomor satu di
dunia. Komplikasi hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infark miokard,
stroke, dan gagal ginjal. Penderita hipertensi mempunyai factor risiko 3-5 kali lipat untuk terkena
serangan jantung dibandingkan dengan bukan penderita hipertensi.
Disamping tersedianya obat-obatan sintetik dalam rangka peningkatan kesehatan
masyarakat untuk pengobatan hipertensi, perlu dilakukan pemanfaatan tanaman obat yang
banyak tumbuh disekitar kita berdasarkan pengetahuan yang diperoleh secara turun - temurun
sebagai obat tradisional. Hal ini paling tidak untuk pengobatan awal, sesuai dengan anjuran
World Health Organization (WHO), agar dapat ditingkatkan pemakaian rasional dari obat-obat
tradisional, dalam pelayanan kesehatan primer.
Meskipun dalam kemajuannya penemuan-penemuan obat-obat anti hipertensi sangat
membantu, namun pengobatan dengan obat tradisional masih terus dicari lebih luas lagi karena
pada obat medis bila digunakan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping sehingga
pasien tidak tergantung selamanya pada obat medis yang dapat membahayakan bila digunakan
terus menerus beda halnya dengan obat tradisional yang memiliki efek samping yang relative
kecil. Tanaman obat yang secara empiris telah dibuktikan dapat menurunkan tekanan darah
tinggi salah satunya adalah seledri.
Salah satu alternatif untuk pengobatan hipertensi adalah dengan menggunakan seledri
yang merupakan salah satu tanaman obat berkhasiat. Senyawa yang diketahui mengandung
senyawa aktif yang terkandung pada seledri sekaligus dapat menurunkan tekanan darah tinggi
yaitu ''apiin'' (yang berfungsi sebagai calcium antagonist) dan manitol yang berfungsi seperti
diuretik. Daun seledri banyak mengandung Apiin dan substansi diuretic yang bermanfaat untuk
menambah jumlah air kencing.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Djojosugito, air daun seledri dapat
menurunkan tekanan darah dan bersifat hipotensif pada hewan percobaan kucing. Daun seledri
banyak mengandung apiin, suatu senyawa yang bersifat diuretik dan diduga mampu melebarkan
pembuluh darah pada kucing percobaan.
Selain itu hasil ini bersesuaian dengan penelitian Somali, (2009), bahwa konsumsi 2
batang seledri (40 gram) / hari selama satu minggu dapat menurunkan tekanan darah dari 158 /
96 mmHg menjadi 118 / mmHg . Hal ini dapat terjadi karena daun seledri banyak mengandung
Apiin dan substansi diuretic yang bermanfaat untuk menambah jumlah air kencing, penenang
(senyawa sedtif / Pthalides), karminatif dan mencegah penyempitan pembuluh darah
(Widyawaruyanti, 2009).
Disamping kandungan Pthalides dan magnesium, zat lain yang mampu menurunkan
tekanan darah adalah Apigenin yang bersifat kalsium antagonis yang sangat bermanfaat untuk
mencegah penyempitan pembulu darah Serta perbandingan kalium dan natrium yang mendekati
rasio ideal (2,75 : 1) untuk mencegah hipertensi ( Khomsan, 2009 dan Hartati, 2009).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dibuat permasalahan apakah ada pengaruh pemberian
air rebusan seledri pada pasien hipertensi dan membuktikanya terhadap tekanan darah pasien ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air rebusan seledri
terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penggunaan daun
seledri (Apium graveolens L.) dan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang
manfaatnya terhadap pengobatan antihipertensi serta agar penderita hipertensi dapat mengatasi
penyakitnya tanpa menggunakan obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
1. Tanaman Seledri
a. Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Anak Kelas : Rosidae
Bangsa : Apiales
Suku : Apiaceae
Marga : Apium
Jenis : Apium graveolens L. (Cronquist, 1981)
b. Deskripsi
Seledri (Apium graveolens L.) tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 50 cm dengan
bau aromatik yang khas. Batang persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang
banyak, berwarna hijau pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7
helai.
Daunnya berwarna hijau, hijau kecoklatan sampai hijai kekuningan. Bau aromatik
yang khas, rasa agak asin, agak pedas dan menimbulkan rasa tebal di lidah. Seledri
memerlukan cuaca yang lembab namun juga dapat ditanam di dataran rendah. Seledri
terdiri dari tiga jenis, yaitu seledri daun, seledri potongan dan seledri berumbi. Seledri
yang banyak ditanam di Indonesia adalah seledri daun.
Seledri (Apium graveolens L.) mengandung minyak atsiri, flavonoid, limonen, ɑ-
terpineol, isokuersetin, kumarin, asparagine,bargapten, isopimpinelin, apiumetin,
santotoksin, saponin, tannin, manitol, kalsium, fosfor, besi, protein, glisidol, vitamin (A,
B, C dan K) serta senyawa utama yaitu apigenin (termasuk golongan flavonoid) dan apiin
(termasuk golongan glikosida) sebagai senyawa utama yang berkhasiat sebagai hipertensi
serta manitol yang digunakan untuk diuretic.
Cara – cara mendapatkan sampel / sediaan uji :
Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dengan cara menyari simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.
Ekstraksi atau penyarian adalah suatu cara penarikan kandungan kimia dari simplisia
dengan cara dan pelarut yang cocok agar kandungan kimia yang dapat larut terpisah dari
bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Terdapat dua model ekstraksi, yaitu cara
dingin dan cara panas. Cara dingin meliputi maserasi, dan perkolasi. Sedangkan cara
panas meliputi reflux, soxhlet, digesti, infusa, dan dekokta.
a. Cara Dingin
1) Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Remaserasi berarti
dilakukan pengulangan maserasi dengan penambahan pelarut setelah dilakukan maserat
pertama dan seterusnya.
2) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru , yang umumnya dilakukan
pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan
maserasi antara dan tahap perkolasi sebenarnya (penetesan / penampungan ekstrak), terus
menerus sampai perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan.
b. Cara Panas
1) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
proses ekstraksi sempurna.
2) Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi yang menggunakan pelaut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelaut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih
tinggi dari temperatur kamar, secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.
4) Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada
suhu 90°C selama 15 menit.
5) Dekok
Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama (≥ 30 menit).
Namun, cara yang digunakan dalam penelitian adalah dengan metode infuse, yakni :
1) Daun seledri segar sebanyak 40 gr
2) Direbus dengan 2 gelas (400 cc) hingga didapatkan segelas air (200cc) selama 15 menit.
3) Setelah dingin, di saring lalu hasil saringan diminum 2 kali sehari sebanyak 100 cc pagi
hari dan 100 cc pada sore hari.
Hipertensi
a. Definisi
Menurut medis, pengertian hipertensi adalah suatu kondisi manakala tekanan darah
seseorang meningkat sampai diatas normal yang ditunjukkan oleh alat ukur tekanan darah.
Misalnya untuk orang dewasa dengan tinggi badan, berat badan, dan kegiatan yang wajar serta
sehat, maka angka tekanan darah yang normal adalah pada kisaran 120 / 80 mmHG. Biasanya,
angka tekanan darah akan menurun saat istirahat atau tidur, dan naik kembali sesudah
berolahraga atau beraktifitas. Alat ukur tekanan darah yang digunakan bisa berupa cuff air
raksa(sphygmomanometer) ataupun alat ukur tekanan darah digital.
Hipertensi dikenal sebagai “silent killer” karena tidak memiliki gejala awal tetapi dapat
menyebabkan penyakit jangka panjang dan komplikasi yang berakibat fatal. Pengertian
hipertensi sendiri menurut kesepakatan WHO adalah keadaan seseorang apabila mempunyai
tekanan sistolik sama dengan atau lebih tinggi dari 160 mmHg dan tekanan diastolik sama
dengan atau lebih tinggi dari 80 mmHg secara konsisten dalam beberapa waktu.
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Hipertensi adalah suatu penyakit tanpa
gejala sehingga sering disadari penderita setelah timbul akibat lanjut (komplikasi) (Permadi
2008). Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan (Sustrani, 2005).
b. Faktor-faktor penyebab hipertensi
Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya hipertensi menurut Permadi,2000 antara
lain :
1. Usia Hampir tiap survei yang dilakukan para ahli menemukan terjadinya kenaikan
tekanan darah dengan naiknya umur diatas 45 tahun
2. Jenis kelamin Penelitian di jawa tengah dan daerah lain di Indonesia menunjukkan
kejadian hipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria karena pada wanita
mengalami menopause sehingga terjadi penurunan jaringan perifer dan hormon.
3. Obesitas Penelitian membuktikan bahwa curah jantung (kemampuan memompa darah
oleh jantung) dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi dengan obesitas lebih tinggi
dibandingkan penderita hipertensi dengan berat badan normal.
4. Keturunan Suatu pendapat memperkirakan 3% dari anak yang lahir dari ayah-ibu
normotensif (tekanan darah normal) mungkin akan menderita hipertensi, sedangkan
kemungkinan ini naik menjadi 45% jika kedua orang tuanya menderita hipertensi.
5. Lingkungan dan faktor geografi Faktor lingkungan dan geografi dapat mempengaruhi
kemungkinan tinggi rendahnya tekanan darah seseorang.
6. Macam pekerjaan Pekerjaan yang memiliki tekanan tinggi bisa menimbulkan stress.
Stress melalui aktifasi saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan darah.
7. Konsumsi garam Mengkonsumsi garam kurang dari 3 gram perhari kemungkinan akan
terjadi hipertensi beberapa persen saja, namun jika konsumsi garam antara 5-15 gram
perhari maka kemungkinan hipertensi menjadi 15-20%.
8. Gaya hidup Faktor kebiasaan, seperti merokok, makan makanan tinggi lemak, tidak
senang makan buah dan sayur, peminum alkohol, dan tidak suka berolah raga disinyalir
akan memicu terjadinya hipertensi.
Penyebab Hipertensi Pada Lansia
Penyakit hipertensi pada lansia yang beresiko tinggi terkena stroke bahkan bisa
meningkatkan resiko kematian yang tinggi, meskipun begitu penyebab penyakit hipertensi belum
diketahui pasti penyebabnya.
Penyakit hipertensi pada lansia banyak sekali terjadi hampir sekitar 60% orang yang
sudah lansia mengalami penyakit hipertensi dan rata-rata berusia diatas 70 tahun keatas,
Terutama bagi lansia yang mengalami penyakit diabetes harus melakukan kontrol yang ketat
pada tekanan darah untuk melakukan pencegahan penyakit hipertensi yang tidak terkendali.
Kebanyakan dari lansia mengalami penyakit hipertensi sistolik, penyakit hipertensi pada lansia
bisa dicirikan dengan meningkatnya tekanan darah diastolik dan sistolik yang menetap. Seiring
bertambahnya usia tubuh akan mengalami penurunan elastisitas pada pembuluh darah sehingga
tekanan darah secara otomatis akan naik.
Resiko berkaitan dengan hipertensi
Menurut studi penelitian dan kenyataan berdasarkan epidemiologi, risiko kematian
serangan jantung (penyakit jantung) secara langsung berhubungan dengan tekanan darah tinggi,
hipertensi terutama sistolik. Semakin tinggi tekanan darah Anda, semakin tinggi risikonya .
Kontrol seumur hidup untuk mempertahankan hipertensi menurunkan risiko komplikasi seperti
serangan jantung dan stroke.
c. Klasifikasi hipertensi menurut WHO Menurut Bangun (2003)
klasifikasi hipertensi menurut WHO adalah
1) Tekanan darah normal Tekanan darah dimana sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2) Tekanan darah perbatasan Tekanan darah dimana sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg.
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi Tekanan darah dimana sisitolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg
d. Gejala Hipertensi
Gejala hipertensi tidak terlihat atau nampak kecuali penyakitnya sudah menjalar
pada bagian tubuh lain bisa dikatakan komplikasi. Misalnya mata, jantung, otak dan
ginjal. Gejala hipertensi yang tidak terdeteksi sejak awal itu jika mengarah ke jantung
bisa menyebabkan gagal jantung, pada mata menyebabkan gangguan penglihatan, pada
otot bisa menyebabkan stroke yang membuat anggota badan lumpuh dan lain-lain. Cara
mengetahui atau mendeteksi ada tidaknya tanda atau gejala hipertensi ini, adalah dengan
rajin mengukur tekanan darah dibantu tenaga medis di puskesmas atau rumah sakit.
e. Pencegahan Hipertensi
Terdapat ada tiga cara untuk mencegah hipertensi, yaitu :
1. Pencegahan dengan pola hidup sehat
2. Pencegahan dengan medical check up
3. Pencegahan dengan cara tradisional
f. Jenis hipertensi Berdasarkan penyebabnya hipertensi menurut Sustrani (2005)
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial adalah hipertensi
yang tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi
hipertensi esensial menurut pakar adalah stress, hubungan antara riwayat keluarga
penderita hipertensi (genetik), lingkungan, kelainan metabolism intra selular dan
faktor yang meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, merokok,
dan kalainan darah (polisitemia).
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder Hipertensi renal adalah hipertensi yang
penyebab secara spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit
jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah, atau berhubungan dengan
kehamilan.
g. Gejala atau manifestasi klinis
Gejala hipertensi biasanya tidak ada sampai timbul komplikasi, gejala-gejala yang sering
timbul menurut Utomo (2005) adalah:
a. Sering merasa pusing atau sakit kepala.
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
c. Tiba-tiba ada perasaan berputar dan ingin jatuh.
d. Dada sering berdebar-debar.
e. Telinga kadang berdenging.
h. Penyembuhan hipertensi
Faktor-faktor yang membantu kesembuhan menurut Susanti (2007) adalah
a. Kontrol berat badan Perilaku : patuhnya penderita diharapkan dapat melakukan diit dan
melakukan olaraga secara teratur.
b. Garam : Perilaku patuhnya penderita di harapkan dapat mengurangi makan makanan
yang diawetkan.
c. Alkohol : Perilaku patuhnya penderita di harapkan dapat menhindari minuman yang
beralkohol karena dapat mengurangi daya guna obat tekanan darah.
d. Kegiatan fisik : Perilaku patuhnya penderita harapkan melakukan kegiatan rutin misal
dengan jalan, berenang, bersepeda.
e. Obat-obatan : Perilaku patuhnya penderita diharapkan rutin dalam minum obat,
walaupun obat tidak bisa menyembuhkan hipertensi, tetapi hanya bisa mencegah terjadi
komplikasi, dalam melakukan pengobatan dimulai dengan dosis yang rendah dan jika
dianggap perlu ditambah dosis secara bertahap sehingga tekanan darah dapat dikontrol
dan dipantau hasilnya.
i. Diet Hipertensi
Diet hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek
samping yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami (Sustrani dkk, 2005).
Diet hipetensi ada beberapa macam, yaitu:
1. Mengurangi asupan garam Garam dalam diit rendah garam adalah garam natrium
seperti yang terdapat di dalam garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking
powder, natrium benzoate, dan vetsin (mono natrium glutamate). Dalam keadaan
normal jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin sama dengan jumlah
yang dikonsumsi, sehingga terdapat keseimbangan (Almatsier, 2004). Mengurangi
garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih banyak kalium, magnesium dan
kalsium (bila diperlukan untuk kasus tertentu). Puasa garam untuk kasus tertentu
dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Kita dalam mengkonsumsi garam
umumnya lebih banyak dari pada yang dibutuhkan tubuh, idealnya kita cukup
menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram perhari. Masakan untuk
penderita hipertensi yang kurang garam agak hambar bagi orang biasa, tetapi dengan
menyadari bahwa penderita hipertensi sedang mengadakan perubahan pola makan,
masakan khusus tersebut dapat menjadi hidangan yang nikmat (Sustrani dkk, 2005).
Tujuan dari diit rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau
air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah (Almatsier, 2004).
Almatsier (2004) membagi diit rendah garam menjadi:
1) Diet rendah garam I (200-400 mg Na) Diit rendah garam I diberikan kepada pasien
dengan hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam
dapur.
2) Diet rendah garam II (600-800 mg Na) Diit rendah garam II diberikan kepada
pasien hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diit
rendah garam I. Pada pengolahan makanannya menggunakan ½ sendok teh garam
dapur atau 2 gram.
3) Diet rendah garam III (1000-1200 mg Na) Diit rendah garam III diberikan pada
penderita hipertensi ringan. Pada pengolahan makanannya mengunakan 1 sendok teh
atau 4 gram garam dapur.
2. Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan yang mengandung banyak serat
akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium. Penderita
hipertensi sebaiknya menghindari makanan siap saji yang dikhawatirkan mengandung
banyak pengawet dan kurang serat. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa dengan
mengkonsumsi 7 gram serat perhari dapat membantu menurunkan tekanan darah
sistolik sebanyak 5 poin. Bahan makanan yang mengandung serat antara lain sayuran,
kol, kacang panjang, daun katuk, cabai rawit, cabai merah yang disantap mentah dan
buah-buahan yang mengandung vitamin C, antara lain jambu biji, mangga, jeruk,
papaya, rambutan dan mangga.
3. Menghentikan kebiasaan buruk Menghentikan rokok, kopi dan alkohol dapat
mengurangi beban jantung, sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat
meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung
bekerja lebih keras. Alkohol dapat memacu tekanan darah sedangkan kopi dapat
memacu detak jantung.
4. Perbanyak asupan kalium Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi
3500 miligram kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga
dengan volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan darah yang normal.
Kalium bekerja mengusir natrium dari senyawanya, sehingga lebih mudah
dikeluarkan. Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari-hari,
misalnya kentang dan bayem, pisang, sari jeruk, jagung, kobis dan brokoli.
5. Penuhi kebutuhan magnesium Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi
yang dianjurkan atau RDA (Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 350
miligram, tetapi belum dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang dibutuhkan
untuk mengatasi hipertensi. Kekurangan magnesium terjadi dengan semakin
banyaknya makan olahan yang dikonsumsi. Makanan yang mengandung magnesium
antara lain kacang tanah, bayam, kacang hijau, kacang merah, kedelai, tahu, tempe,
makanan laut (ikan, kerang, cumi-cumi, dan lain-lain).
6. Lengkapi kebutuhan kalsium Mengkonsumsi kalsium 800 miligram perhari (setara
dengan tiga gelas susu) sudah lebih dari cukup. Sumber makanan yang kaya kalium
antara lain keju rendah lemak, ikan seperti salmon, daging sapi, ayam rendah lemak,
kedelai, tahu, tempe, bayam, kacang panjang.
7. Manfaatkan sayuran dan bumbu dapur Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat
untuk pengontrolan tekanan darah, adalah tomat, wortel, seledri (sedikit empat batang
perhari dalam sup atau masakan lain), bawang putih (sedikitnya satu suing perhari,
bisa juga digunakan bawang merah dan bawang bombai), kunyit, bumbu lain (lada
hitam, adas, kemangi dan bumbu lain) (Almatsier, 2004).
j. Mekanisme Kerja Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah :
- melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I olehangiotensin I converting
enzyme (ACE).
(Angiotensin adalah sebuah dipsogen dan hormon oligopeptida di dalam serum darah
yang menyebabkan pembuluh darah mengkerut hingga menyebabkan kenaikan
tekanan darah.
- Angiotensin merupakan stimulan/perangsang bagi sekresi/keluarnya aldosteron dari
adrenal korteks, dan merupakan bagian dari sistem RAA (renin-angiotensin-aldosteron).
- Prekursor angiotensin adalah angiotensinogen yang disekresi oleh hati, yang akan
berubah menjadi angiotensin I dan oleh enzim "Angiotensin Convertizing Enzim" akan
diubah menjadi Angiotensi II)
Enzim "Angiotensin Convertizing Enzim" (ACE) memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah.
- Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
- Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensinII.
- Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah :
- meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
- ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas atau kepekatan dan volume urin/air seni.
- Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
- Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler.
- Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhimya akan meningkatkan tekanan
darah.
Aksi kedua adalah :
- menstimulasi/merangsang sekresi/keluarnya hormon aldosteron (hormon yang
dikeluarkan oleh korteks adrenal/ginjal yang mempengaruhi tekanan darah dan
keseimbangan garam) dari korteks adrenal ( lapisan luar dari kelenjar adrenal/ginjal yang
menghasilkan hormon steroid, di antaranya kortisol glukokortikoid dan hormon-hormon
seks).
- Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
- Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler ( cairan diluar sel), aldosteron akan
mengurangi ekskresi/keluarnya NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya (proses
penyerapan kembali zat-zat yang masih diperlukan) dari tubulus ginjal.
- Naiknya konsentrasi NaCl (garam) akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.
k. Obat Antihipertensi
Obat antihipertensi digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan untuk
mencegah terjadinya komplikasi jangka panjang. Obat-obatan yang umum dan sering
diberikan pada penderita hipertensi adalah jenis-jenis obat seperti berikut:
a. Diuretika Diuretika merupakan jenis obat yang cara kerjanya membuang kelebihan
cairan (air dan natrium) dari system peredaran darah melalui buang air kecil yang sering
yang sering, agar beban jantung dapat dikurangi. Obat golongan diuretic adalah obat yang
paling sering diberikan sebagai pilihan pertama untuk mengobati hipertensi. Jenis diuretic
yang sering digunakan adalah furosemida.
b. Beta blocker Beta blocker fungsinya mengurangi denyut jantung dan keluaran total
darah dari jantung. Beta blocker bekerja menurunkan impuls saraf di jantung dan aliran
darah, sehingga kerja jantung menjadi lebih lambat dan sedikit tenaga yang
dibutuhkannya. Kelompok yang termasuk dalam beta blocker ini adalah propanolol, HCl,
nadolol, metoprolol asetat. Efek samping dari beta blocker berupa debar jantung
melambat, pening kepala terasa ringan, kelelahan, sulit tidur (insomnia), gangguan
pencernaan, mual, muntah, dan badan merasa kedinginan.
c. Vasodilator Vasodilator akan melebarkan pembuluh agar darah dapat mengalir dengan
lebih lancar, dan cara kerjanya menghambat kerja enzim Angiotensin yang sering dikenal
dengan ACE-inhibitor. ACE-Inhibitor menghambat konversi Angiotensin I manjadi
Angiotensin II. Senyawa ini menghambat inaktivasi bradikinin. Hambatan terhadap ACE
tidak hanya terjadi dalam plasma tetapi juga di dalam endotelium vascular, menghasilkan
vasodilatasi, penurunan retensi perifer, dan penurunan tekanan darah. Inhibitor ACE juga
mengurangi produksi aldosteron dan retensi natrium juga berperan dalam efek
hipertensinya.
d. Inhibitor saraf simpatik Mencegah pengerutan atau penyempitan pembuluh darah
dengan menghambat kalsium memasuki sel otot pembuluh darah . Aliran darah menjadi
terbuka dan darah dapat mengalir lebih lancer untuk menurunkan tekanan darah kembali
ke kondisi normal. Kelompok yang termasuk dalam Inhibitor saraf simpatik adalah
diltiazem, nifedipine, verapamil HCl. Efek samping dari inhibitor saraf simpatik serupa
dengan beta blocker.
e. Alpha Bloker Menghambat produksi adrenalin (penyebab naiknya tekanan darah)
sehingga dapat menurunkan kembali tekanan darah. Alpha blocker merupakan
pengobatan awal hipertensi yang kurang tepat digunakan. Kelompok yang termasuk
dalam Alpha blocker adalah doksazosin, prazosin HCl. Efek sampingnya berupa pening,
pingsan, mual, sakit kepala, dan jantung berdebar-debar.
B. Kerangka Berfikir
Rancangan penelitian yang akan digunakan yaitu rancangan pretest - perlakuan -
postes dengan menggunakan kelompok pembanding / kontrol, skema sebagai berikut:
Kelompok Perlakuan :
O1 x O2
Pre test Perlakuan Post test
Kelompok Pembanding/ Kontrol :
O3 O4
Pre test Post test
Keterangan:
a. Pre test adalah tekanan darah sampel yang diukur sebelum diberikan air rebusan seledri
(tekanan darah awal) dengan menggunakan alat sphygmomanometer dengan satuan
mmHg.
b. Perlakuan adalah pemberian air rebusan seledri sebanyak 200 cc yang diberikan 2 kali
sehari yaitu pada pagi hari pukul 10.00 wib sebanyak 100cc dan sore pada pukul
16.0 ib sebanyak 100cc selama 3 hari bertut-turut.
c. Post test adalah tekanan darah sample yang diukur setelah diberikanair rebusan seledri
(tekanan darahawal) dengan menggunakan alat sphygmomanometer dengan satuan
mmHg.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitati dengan rancangan penelitian kuasi
eksperimen.
C. Hipotesis
Pemberian air rebusan seledri dapat menurunkan tekanan darah penderita hipertensi.
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN
A. Tempat daan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Fitokimia, Patologi Klinis FFS UHAMKA
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2016 dengan
jadwal sebagai berikut.
B. Prosedur Pembuatan air rebusan seledri:
Bahan yang digunakan adalah seledri (Apium graveolens) segar, sebanyak 40 gr dan air
2 gelas.
Prosedur pembuatan air rebusan seledri :
1) Daun seledri segar sebanyak 40 gr,
2) Direbus dengan 2 gelas (400 cc) hingga didapatkan segelas air (200cc) selama15
menit.
3) Setelah dingin, di saring lalu hasil saringan diminum 2 kali sehari sebanyak 100 cc
pagi hari dan 100 cc sore hari.
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita penyakit hipertensi yang berada di
Wilayah Kerja Puskesmas Kenten Laut. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian dari
penderita hipertensi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kenten Laut yang mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih dan bersedia untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara purposive.
Perlakuan Kepada Sampel
Setelah sampel didapat kemudian akan diberikan perlakuan yaitu pemberian air rebusan
seledri sebanyak 200 cc yang diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 10.00 wib
sebanyak 100 cc dan sore pada pukul 16.00 wib sebanyak 100 cc selama 3 hari berturutturut.
Cara Pengumpulan data melalui : mewawancara langsung terhadap masing- masing sampel yang
dilakukan oleh peneliti.
Data Tekanan Darah: Diukur dengan menggunakan Sphygmomanometer yang dilakukan oleh 2
orang tenaga perawat yang telah terlatih.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi SPSS versi 16,0, data dianalisis
secara univariat dan analisis bivariat. Uji statistik yang digunakan adalah uji t pasangan untuk
mengetahui adanya perbedaan tekanan darah pada sampel yang diberi perlakuan air rebusan
seledri dan yang tidak diberikan (10).
Rumus Uji t Pasangan:
t : d Sd / √ n
Keterangan:
d : Perbedaanperlakuan pertama dan kedua
n : Jumlah sampel
Sd : Standar deviasi dari selisih pengamatan sebelum dan sesudah perlakuan
Metode pengambilan dan syarat-syarat sampel
Besar sampel diambil berdasarkan banyaknya sampel yang memenuhi kriteria sampel.
pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara purposive sampling.
Adapun kriteria inklusi sampel sebagai berikut:
1). Penderita hipertensi yang diberi perlakuan,
2). Berusia > 20 tahun,
3). Penderita yang tidak disertai penyakit komplikasi,
4). Penderita yang tidak mengkonsumsi rokok,
5). Penderita yang tidak menjalani terapi diet,
6). Penderita yang tidak menjalani latihan fisik,
7). Penderita yang tidak melakukan terapi akupuntur,
8). Penderita yang tidak menjalani relaksasi progresif,
9). Penderita yang tidak menjalani meditasi,
10) Penderita yang bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi sampel sebagai berikut :
1). Berusia < 20 tahun,
2). Penderita yang mengkonsumsi rokok,
3). Penderita yang menolak menjadi responden