SEJARAH MODE TATA RIAS PENGANTIN KALIMANTAN TENGAH
Kalimantan Tengah merupakan daerah yang banyak menyimpan beragam budaya
yang kaya nilai tradisi. Beragam upacara adat yang mewarnai kehidupan masyarakat suku
Dayak di Kalimantan Tengah sampai sekarang masih banyak kita jumpai dan tetap
dipertahankan kelestariannya. seperti Proses pembentukan peristiwa budaya di atas
berlangsung berabad abad dan membentuk sebuah sejarah. Salah satunya adalah sejarah
mode tata rias pengantin Kalimantan tengah.
Peradaban manusia menempatkan pernikahan sebagai peristiwa sakral dan personal,
tetapi penuh muatan kultural dan spiritual. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal
adat pernikahan yang dipatuhi untuk memperoleh pengakuan secara sah dari masyarakat atas
pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani bersama manusia lain lawan jenisnya. Pernikahan
merupakan tata kehidupan sosial yang mengatur hubungan pria dan wanita sehingga tidak
menjadi pergaulan seperti dunia binatang.
Pernikahan merupakan hal yang sangat penting bagi pria dan wanita dalam lintasan
hidupnya. Mengingat pentingnya upacara pernikahan tersebut, baik bagi yang bersangkutan
maupun bagi anggota kerabat serta masyarakat sekitarnya, maka sudah selayaknya bila
upacara itu diselenggarakan secara khusus, menarik perhatian.
Adapun hal-hal yang membuat suasana upacara menjadi khusus, menarik perhatian,
khidmat serta mewah dan meriah dapat di dukung oleh tata busana, tata riasnya baik tata rias
wajah maupun rambut serta aksesorisnya atau kelengkapan busananya. Dimana hal-hal
tersebut juga mengandung filosofis dan makna tertentu sebagai pengungkapan pesan-pesan
hidup yang hendak disampaikan. Karena kita tahu bahwa upacara adat, tata busana, dan tata
rias baik wajah maupun rambut pengantin tradisional merupakan khasanah budaya bangsa
yang sangat kaya dan beraneka ragam, yang telah tumbuh dan berkembang selama berabad-
abad. Tiap daerah memiliki pola dan corak kebudayaan masing-masing, namun dalam proses
perkembangannya senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan zamannya.
Namun perubahan tersebut diharapkan tetap dapat memberikan hasil kreasi baru yang
dapat ditawarkan kepada masyarakat tanpa meninggalkan atau menghilangkan landasan
tradisi dan sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Estetika
berbusana dengan rancangan yang indah dan menarik merupakan pancaran pola perilaku
budaya yang merupakan perwujudan identitas suatu daerah, sehingga masyarakat mengetahui
dengan jelas busana dengan kelengkapannya yang di dukung dengan penataan rambut serta
aksesorisnya yang telah disesuaikan.
MODE TATA RIAS PENGANTIN KALIMANTAN TENGAH
Pakaian pengantin adat Kalimantan tengah terdiri dari pakaian pengantin perempuan
dan pakaian pengantin laki – laki. Pakaian pengantin perempuan adalah yang berbentuk
kemben dengan beraneka warna dengan bahan beludru atau sutra dilengkapi dengan bulau
patting sumping rambia junjung bunge, wunrung naurai natringit, dll. Untuk lebih jelasnya
kita liat gambar di bawah ini.
BAJU PEREMPUAN:
1. Baju kakamban slendang (baju)
2. kuwi talap kain (rok span bermotif pike/jungki)
3. serumpah (selop atau penutup kaki)
AKSESORIS PAKAIAN PENGANTIN PEREMPUAN:
1. Sunting bidadari
2. Balau pating sumping rabia junjung bunge (hiasan sanggul)
3. Suang petak ranu (anting)
4. Manah wulan sairis (kalung bulan sabit)
5. Kalung manah (lamiang)
6. Simbi (gelang tangan)
7. Galang bulan amas (belah boton)
8. Tangan lamiang salaka
9. Utas (cincin)
10. Bunga tangan
BAJU LAKI-LAKI
1. Baju teluk belanga/baju lambat batakat sungki ayat
2. celana salawar pidadang atau soluwar
3. lawung (ikat kepala)
4. sarumpah (selop atau alas kaki)
AKSESORIS PAKAIAN PENGANTIN LAKI-LAKI:
1. Wulu wurung jue (bulu burung)
2. Bunga dada
3. Kancing baju warna emas
4. Gelang kaki
FILOSOFI PAKAIAN PENGANTIN KALIMANTAN TENGAH
perkawinan ini bernama namuan gunung perak, yaitu sebagai pelengkap wadian
bowo. Lama perkawinan ini adalah 2 hari, 2 malam.
Filosofi baju pengantin perempuan
1. Baju kakamban slendang dan kuwi talap kain (rok span bermotif pike/jungki)
untuk pengantin perempuan pakaian yang terbuat dari kulit kayu yang
memancarkan esensi keindahan karena imbuhan warna warni flora. (dikarenakan
Corak hias yang digambarkan pada busana juga diilhami oleh apa yang mereka
lihat di alam sekelilingnya. Maka tampillah stilasi bentuk flora dan fauna, bunga,
dedaunan, akar pohon, burung, harimau akar) yang ditambahkan sebagai
pelengkap busana. Pada perkembangan selanjutnya masyarakat Dayak Ngaju pun
mulai membubuhkan warna dan corak hias pada busana mereka. Bahan pewarna
itu secara kreatif diolah dari yang tersedia pada alam sekitar mereka. Misalnya
saja, warna hitam dari jelaga, warna putih dari tanah putih dicampur air, warna
kuning dari kunyit, warna merah dari buah rotan.
2. Wulu Wurung Ju'e. Hal ini sebenarnya mencari kedua mempelai dari antara para
hadirin untuk dipersandingkan diatas gong yang telah disediakan.
Acara Nyamm'a Wurung Ju'e bila yang dicari mempelai wanita maka disebut
"Mintan Wurung Ju'e", sedangkan untuk mencari mempelai pria disebut "Mulut
Wurung Ju'e".
3. Janur yang digunakan melambangkan filosofi yang menghilangkan pengaruh-
pengaruh buruk karena junur melambangkan kesucian dan diharapkan pada calon
mempelai untuk selalu kokoh dalam menjalani bahtera rumah tangga dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan ke hadapan Maha suci.
4. Suang petak ranu/anting, Manah wulan sairis/kalung bulan sabit, Kalung manah
dan Simbi/ gelang tangan yaitu yang konon telah bangkit pada hati setiap manusia
sejak ribuan tahun silam, mengusik hasrat masyarakat Dayak ma’nyan untuk
"mempercantik" penampilan. Setelah Orang-orang Cina dan India
memperkenalkan manik-manik yang terbuat dari logam, keramik, melengkapi
yang sebelumnya telah dibuat oleh masyarakat suku dayak ma’nyan dari biji-
bijian, kayu, dan tulang. Selain untuk aksesori, manik-manik itu juga kemudian
diaplikasikan menjadi hiasan busana. Maka busana masyarakat ma’nyan jadi
semakin ornamentik dan semarak warna. Akan tetapi, hiasannya tetap
mengekspresikan keakraban mereka dengan alam.
Filosofi baju pengantin laki-laki
1. Baju teluk belang / baju lambat batakat sungkin ayat dan celana salawar pidadang
atau soluwar untuk pengantin laki-laki pakaian yang terbuat dari kulit kayu yang
memancarkan esensi keindahan karena imbuhan warna warni flora. (dikarenakan
Corak hias yang digambarkan pada busana juga diilhami oleh apa yang mereka lihat
di alam sekelilingnya. Maka tampillah stilasi bentuk flora dan fauna, bunga,
dedaunan, akar pohon, burung, harimau akar) yang ditambahkan sebagai pelengkap
busana. Pada perkembangan selanjutnya masyarakat Dayak Ngaju pun mulai
membubuhkan warna dan corak hias pada busana mereka. Bahan pewarna itu secara
kreatif diolah dari yang tersedia pada alam sekitar mereka. Misalnya saja, warna
hitam dari jelaga, warna putih dari tanah putih dicampur air, warna kuning dari
kunyit, warna merah dari buah rotan.
2. Lawung (ikat kepala) yang melambang pengantin pria dengan khas bentuk dari suku
ma’nyan.
3. Wulu Wurung Ju'e. Hal ini sebenarnya mencari kedua mempelai dari antara para
hadirin untuk dipersandingkan diatas gong yang telah disediakan.
Acara Nyamm'a Wurung Ju'e bila yang dicari mempelai wanita maka disebut
"Mintan Wurung Ju'e", sedangkan untuk mencari mempelai pria disebut "Mulut
Wurung Ju'e".