Download - Saranghae Magazine #1
SARANGHAE
N O . 0 0 1 / 0 9 / 2 0 1 0
PERESMIAN “SARANGHAE MAGAZINES” OLEH DUTA BESAR LB&BP ‐ RI
Icip‐Icip : “Songpyeon” santapan khas saat chuseok !!!
Cerpen :
“Pemilah Sayur” yang menjadikanku
SARJANA
M E N G E J A R T E K N O L O G I I N F O R M A S I D A N K O M U N I K A S I M E L A L U I B A H A S A
Cover Story : “KECERIAAN
CHUSEOK”
URGENSI PENDIDIKAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN INDONESIA
Editor’s Desk
SARANGHAE-September 2010
SARA
NGHA
E201
0 September
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur atas karunia Allah
SWT yang telah memberikan kesempatan pada kami untuk melahirkan
sebuah karya berwujud Majalah Online -“SARANGHAE”-.
Berawal dari sebuah ide untuk menampung aspirasi para mahasiswa
Indonesia pada khususnya dan orang-orang Indonesia yang sedang
bertugas di Negeri Ginseng ini, kami sepakat untuk membuat majalah
berformat online dan memberinya nama “Saranghae”.
Mengapa “Saranghae”? Karena kita, orang Indonesia, adalah
masyarakat yang penuh dengan cinta. Setiap kita melangkahkan kaki kita,
kita selalu memberikan “cinta” untuk seluruh umat manusia. Oleh karena itu,
kami ingin menebarkan cinta ke seluruh penjuru dunia dengan majalah ini.
Sebagai editor, editing majalah adalah tantangan tersendiri bagi saya
pribadi. Namun, atas kontribusi teman-teman PERPIKA sekalian, proses
penyuntingan pun berjalan lancar.
Oleh karena itu, secara pribadi, saya ingin mengucapkan terima kasih
untuk Elvira Fidelia, Merisha Hastarina, Sigit Aryo Pambudi, dan teman-teman
PERPIKA yang tidak dapat dissebutkan satu-persatu, yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu lancarnya proses pembuatan majalah ini.
Last but not least, kami berharap majalah ini dapat menjadi sebuah
sarana untuk menampung ide-ide baru dari teman-teman serta sebagai
ajang untuk menebarkan cinta melalui ilmu yang kita bagi. Terima Kasih.
.”
Vini D.R Vini Desyana R.‖[email protected]
Catatan Editor
PERPIKA
SATUAN HINGGA
RATUSAN
Suatu hari di awal september 2001, bertempat di asrama para penerima beasiswa dari pemerintah Korea, Pak Etsar bertemu Reni Saraswaty. Kami ngobrol mengikuti empat penjuru mata angin hingga tidak terasa sampe nyinggung soal keberadaan pelajar Indonesia di Korea, ada berapa jumlahnya, dimana mereka, dan apa studinya karena kebetulan lagi, dua hari sebelum ketemu Reni, Pak Etsar ke KBRI tapi tidak ada informasi mengenai itu. Reni yang datang ke Korea setahun lebih dulu dari Pak Etsar rupanya sudah tau banyak soal teman-teman pelajar Indonesia ini. Dengan bantuan Reni, Pak Etsar didaftarkan pada sebuah milis group bernama MAHASINDODIKOR. Pak Etsar melihat anggotanya, ada 9 orang termasuk moderatornya bernama Suray Agung Nugroho (UGM/HUFS). Delapan lainnya adalah Kang Yaya (Pengajar dan Peneliti/Yonsei) , mbak Rura (UI/SNU), Gandi Setiawan (DEPKEU/KDI) , Mustajab (BAPPENAS/KDI) , Mulyadi (UGM/KDI), mbak Poppy (UGM/KDI), Khairul alias Qirul (UNAS/Korea Univ.), dan Reni Saraswaty (UGM/Korea Univ.). Kata Reni, milis MAHASINDODIKOR mulai aktif sekitar akhir thn 2000. Mungkin karena anggotanya baru sedikit, jarang-jarang ada kabar berita yang mengisi mail box dari MAHASINDODIKOR ini. Kalaupun ada, yah sebatas bilang hello, apa kabar, salam kenal, begitu. Di suatu hari yang lupa tanggal mainnya, Pak Etsar, Reni, Mulyadi, dan Mustajab ketemuan. Dikit-dikit disinggung soal rencana bikin perkumpulan. Tapi gitulah, karena jumlahnya masih sedikit rencana ini tinggallah rencana hingga memasuki thn 2002. Barulah pada 6 Januari 2002, kami berkumpul di Hwarangdae, apartemen moderator milis, Suray, sambil makan-makan bebek (kayaknya om Gandi paling jago sama urusan masak bebek, tapi cuman dia aja yang paling doyan, yach abis juga ama dia sendiri). Pada pertemuan ini, dua wajah baru yang belum disebut-sebut namanya di milis beberapa waktu sebelumnya; pak Qodarian Pramukanto (IPB/SNU) dan mbak Vera Dian Damayanti (IPB/SNU) sudah bergabung. Nampaknya mereka sangat menikmati pertemuan kala itu. Cerita dan guyonan mengalir apa adanya dengan tidak ketinggalan bahwa rencana bikin perkumpulan harus jadi kenyataan. Sedikit-sedikit, peserta yang hadir sudah pada punya gambaran, visi, misi dan argumentasi mengapa perlu bikin perkumpulan pelajar. Berhubung acara makan bebek telah menghabiskan banyak waktu, maka acara pembuatan desain perkumpulan akan dilanjutkan pada dua minggu berikutnya. Tepatnya 18 Januari 2002, kembali mereka berkumpul di apartemen sang moderator milis MAHASINDODIKOR. Sama, acara makan-makannya lebih rame dan lama daripada rapat mikirin perkumpulan. Tapi gitu-gitu, rapat penuh makan itu ternyata sudah mulai menghasilkan beberapa draft, termasuk beberapa calon
nama organisasi sekaligus draft AD/ART. Seingat Pak Etsar, semua peserta (kira-kira ada 8 orang) punya usul nama. Di antaranya, mau ikut-ikutan PPI (PPI-Korea, gitu), ada juga yang mau mempertahankan MAHASINDODIKOR. Pak Etsar sendiri nggak bisa ingat, nama PERPIKA ini diusulkan oleh siapa tapi kayaknya kami semua terinspirasi dari nama PERMIAS (Persatuan Mahasiswa Indonesia Amerika Serikat). Yang beliau ingat sekali adalah mereka nggak sepakat untuk menggunakan istilah MAHASISWA sebab kesan elitisnya sangat kental. Tapi mereka lebih memilih istilah PELAJAR dengan pertimbangan cakupannya lebih luas dan lebih cair. Jadilah PERPIKA. Belum ada ketukan palu sidang dalam rapat 18 Januari 2002. Maksudnya, emang belum berkongres. Walaupun begitu, rapat yang menyepakati nama PERPIKA beserta draft AD/ART pada 18 Januari 2002 telah menjadi momentum sejarah kelahiran PERPIKA (seperti tertuang dalam AD/ART sekarang). Kesepakatan atas nama organisasi PERPIKA ini juga secara langsung menegaskan bahwa milis group bernama MAHASINDODIKOR harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikema…he.. .he…he…kebablasan. Nama milis berubah menjadi perpika@yahoogroups .com dan sekarang sudah berubah lagi menjadi theperpika@yahoogro ups.com itu. Barulah pada 2 Februari 2002, kongres I digelar, juga masih di tempat yang sama, di Hwarangdae. Acaranya nggak pake bebek lagi. Kata om Gandi, heran tiba-tiba harga bebek di pasar cheongyangni membumbung tinggi, padahal permintaan konsumen biasa-biasa saja, tidak naik juga tidak turun (maksudnya, konsumennya dari dulu ya om Gandi doang). Wah melelahkan, peserta terpaksa makan Pizza yang tentu tidak mengenyangkan. Kongrespun berjalan alot tapi biasalah, emang gitu kalo kaum intelektual lagi debat. Seringmenegangkan bahkan beberapa kali terdengar suara piring melayang (eh tau-taunya ada yang minta tambah makan, tapi sambil mukulin piring pake sendok, maksudnya minta tolong sama yang dekat dengan dapur,,,,he he he garing). Pada kongres yang sidangnya dipimpin oleh Pak Etsar ini, mulailah disahkan dan berlakunya AD (belum sempat bikin RT), memilih langsung Ketua (yang kebetulan pada milih Pak Etsar), sekretaris mbak Vera, bendahara Reni Saraswati, dan moderator milis pak Qodarian Pramukanto. Formasi pengurus masih kelihatan apa adanya. Beliau lupa divisi-divisi kepengurusan yang dulu disepakati itu apa saja tapi kategori-kategori program secara garis besar dibagi dua; divisi internal dan divisi eksternal.
6 Orang saja
mahasiswa
pertama di Korea,
berkembang
hingga 400 orang
[2]
Internalnya, mengupayakan tertib administrasi, termasuk pengadaan ruang secretariat yang permanent (yang hingga sekarang sulit direalisir). Saat itu, ada tawaran untuk mendompleng di ruangan Bidang Penerangan dan Sosbud KBRI (jaman pak Ali Masbar) tapi entahlah tetap saja secretariat mengikuti tempat tinggal ketua/presiden terpilih. Juga pendataan anggota gencar dilakukan sampai ketahuan sudah terdapat lebih kurang 60 pelajar Indonesia periode awal 2002, termasuk misalnya pak Muslim di Busan dan beberapa peserta kursus bahasa satu semesteran. Eksternalnya, dan sesuai dengan posisinya yang murni independent, pada periode awal ini, Perpika telah mencoba menggebrak kebuntuan komunikasi antara KBRI dengan masyarakat Indonesia di Korea, khususnya TKI. Konkritnya, wujud gebrakan ini adalah Perpika menjadi mediator bagi pertemuan KBRI dan TKI untuk mengungkapkan dan menemukan solusi atas persoalan (yang tidak jelas tapi terasa ada) di antara kedua belah pihak. Kecenderungan eksternal ini lebih ditekankan pada kepedulian terhadap TKI sehingga tidak jarang pengurus ikut menginap di kontainer-kontainer , tempat tinggal TKI nun jauh di pelosok kampung sana. Begitu juga, Perpika pada periode awal telah mencoba menjalin hubungan dengan perkumpulan pelajar dari bangsa lain, khususnya dengan Malaysia, Thailand, dan Vietnam, bahkan dengan Korea. Tidak lupa, Perpika juga sudah mencoba berkomunikasi dengan perkumpulan pelajar Indonesia yang ada di negara lain, termasuk PPI Jepang dan PERMIAS (bahkan sekjen PERMIAS wilayah California, bernama Ailin, kalo gak keliru, pernah ikut Youth Festival di Korea sini dan tentu bekerjasama dengan Perpika). Memasuki era 2003, PERPIKA memperluas jelajah interaktifnya dengan menjalin kerjasama dengan beberapa anggota PERMATA di Daegu, dengan PERWIKA dan PUMITA di Busan. Seiring dengan itu dan setelah merasa akrab dengan seluruh lapis kedua masyarakat Indonesia, pengurus PERPIKA kemudian mencoba konsentrasi untuk bisa menembus masyarakat indonesia lapis ketiga yang terdiri atas KBRI dan kaum elit Indonesia lainnya. Hampir tidak ada hambatan dalam konsentrasi ini.
PERPIKA
PUSAT
Elvira Elvira Fidelia Tanjung
Presiden Kyunghee University, Suwon
Presiden PERPIKA 2010/2011
Indria Herman
Sekretaris Jenderal KAIST, Daejeon
Dwi Hestiningsih
Sekretaris Ehwa Women’s Univ, Seoul
Yayah Ceriyah
Bendahara Inha University, Incheon
MenteriMenteriMenteriMenteri----menterimenterimenterimenteri
Hasrul Ma’ruf Keagamaan & Rohani Sunmoon University, Asan
Byan Wahyu Ryandwita Luar Negeri Gyeongsan Nat’l Univ., Jinju
Merisha Hastarina
Pendidikan & Kebudayaan Kyunghee Univ., Suwon
Anne Soraya
Komunikasi Teknis Kyungsung University, Busan
Ismi Irmayanti Koperasi & Kesejahteraan Youngsan University, Busan
Hadi Teguh Yudistira
Pengabdian Masyarakat Konkuk University, Seoul
Vini Desyana Media Informasi Myeongji University, Seoul
KetuaKetuaKetuaKetua----ketua Wilayahketua Wilayahketua Wilayahketua Wilayah
Sigit Aryo Pambudi
Wilayah 1 Yonsei University, Seoul
Badrul Hilmy
Wilayah 2 Sunmoon Univ., Asan
Sangalian Jato
Kaunang
Wilayah 3 Kyungsung Univ., Busan
PENGURUS
[3]
Begitulah wajah PERPIKA hingga di sepanjang era 2003 bisa dipastikan bahwa pada periode itu, target pengurus memang sengaja dibatasi pada penguatan basis eksistensi PERPIKA sebagai organisasi pelajar dengan merajut ikatan emosional dengan berbagai lapisan masyarakat Indonesia di Korea. Wajah sedemikian tidaklah berarti PERPIKA hanya berkutat pada upaya mejalin hubungan saja sehingga tidak produktif, namun banyak hal yang PERPIKA sudah lakukan. Dari segi pelayanan anggota, bisa dikatakan bahwa pengurus setiap saat membenahi mailing list agar bisa optimal digunakan dalam berbagi informasi dengan sesama anggotanya. Bahkan untuk menyalurkan bakat tulis menulis, pengurus juga sudah pernah bekerja sama dengan panitia penerbit majalah Urinara Indonesia (yang penerbitannya di pertengahan 2004 ternyata untuk pertama dan terakhir kalinya).
PENGURUS
WILAYAH 1
Sigit Aryo Pambudi Ketua Wilayah 1 Yonsei University, Seoul
Oktavia Ratnasari Sekretaris KIST, Seoul
Retno Arini A. Bendahara Ajou University, Suwon
Ahda Wahyudi Fajri Koord. Acara Seoul Nat’l Univ., Seoul
Byoma W. A. Koord. Komunikasi
& Informasi Konkuk University, Seoul
A. Fahmi Arief Tsani Koord. IPTEKS GWNU, Gangneung
Badrul Hilmy Ketua Wilayah 2 Sunmoon University, Asan
Claudia Raditya T Sekretaris 1 KAIST, Daejeon
Abdul Arfan
Sekretaris 2 Sunmoon Univ, Asan
Mina Azhar Bendahara 1 KAIST, Daejeon
Syahnada Jaya Bendahara 2 Dankook Univ,, Cheonan
Hasrul Ma’ruf Div. Kesejahteraan Sosial Sunmoon University, Asan
PENGURUS Kegiatan lain seperti Radio Perpika sejak berdiri pertama kali (Landong, Konkuk
Dari kelahiran dan awal kiprahnya, visi-misi PERPIKA memang sudah mendapat respon positif dari KBRI. Respon ini juga dimanfaatkan PERPIKA untuk bergandengan dengan institusi atau individu yang lain, seperti dengan para pelaku bisnis Indonesia di Korea (sebut saja Garuda Indonesia, Restaurant Bali (udah bangkrut), dan PJTKI) Perkumpulan masyarakat Indonesia yang mix-married dengan orang Korea atau orang Asing lainnya, juga dengan institusi dan orang Korea yang dianggap penting seperti dengan perusahaan Tour dan Travel Myeongsan, dan Radio KBS.
PENGURUS
WILAYAH 2
[4]
Sangalian Jato Kaunang Ketua Wilayah 3 Kyungsung University, Busan
Zahra Gumilar Sekretaris Kyungpook Univ., Daegu
Ummu Mutiah Bendahara Kyungpook Univ., Daegu
Nandyo Alpalmy Div. Komunikasi &
Informasi Yeungnam Univ., Gyeongsan
Afriana Kusdinar Divisi Pendidikan &
Kebudayaan Pukyong Nat’l Univ., Busan
Anne Soraya Div. Luar Negeri Kyungsung Univ., Busan
Kegiatan lain seperti Radio Perpika sejak berdiri pertama kali (Landong, Konkuk Univ.) hingga kini selalu dinanti-nanti pelajar yang kesepian di laboratorium, Penerbitan Buku Dua Dunia (Andi Fadly Yahya, SNU dan Ratih Pratiwi Anwar, UGM), seminar-seminar seperti seminar Kewirausahaan (Arief Suharyono, Konkuk Univ.), Conference of Indonesian Students Association in Korea (CISAK) dari jamannya Chairul Hudaya (SNU), Didit Dwiantoro (SNU), sampe Elvira Fidelia (Kyunghee Univ.). Beasiswa Perpika untuk Indonesia (BPI) yang dipelopori oleh Chairul Hudaya (SNU) bertujuan untuk membantu adik-adik kita yang kurang beruntung untuk melanjutkan pendidikan karena keterbatasan dana. Temu Kangen seluruh anggota Perpika dari jamannya Hardian Reza (Konkuk Univ.) hingga sekarang, belum lagi kunjungan pabrik yang diprakarsai oleh Chairul Hudaya (SNU) terasa sekali manfaatnya. Nampaknya terlalu banyak untuk menyebut satu persatu program-program PERPIKA yang produktif. Apalagi jika ingin bercerita tentang kiprah PERPIKA hingga pengurus di era 2011 ini, saya kira saya akan kehabisan kata untuk itu. Seribu satu macam istilah tidak akan mampu memberi gambaran terhadap kiprah PERPIKA yang sudah terlalu kaya dengan gebrakan-gebrakan baru selama periode kepengurusan di bawah Presiden Haznan Abimanyu (UST-KIST), Presiden Hary Devianto (SNU-KIST), Presiden Hardian Reza (Konkuk Univ.), Presiden Zulfikar yurnaidi (Ajou Univ.) dan Presiden terkini Elvira Fidelia Tanjung (Kyung Hee University).
Jordan S. Pardede Wakil Ketua Yeungnam Univ., Gyeongsan
PENGURUS
WILAYAH 3
PRESIDEN 1, 2, 3, 4 dan saat ini
Catatan Kita
SARANGHAE-September 2010
DARI INCHEON MENUJU GANGNEUNG
(Catatan migrasi membelah-lintang wilayah Perpika I)
ebenarnya tulisan
ini adalah catatan pribadi
tentang kepindahan saya
dari wilayah metropolis
Incheon (인천 광역-시)
menuju wilayah ruralis
Gangneung (강릉-시). Tujuan
migrasi saya tak lain adalah
untuk menimba ilmu di
tempat yang berbeda.
Walaupun jarak keduanya
lumayan jauh, sekitar 300km
dengan waktu tempuh 3,5
jam menggunakan bus,
kedua wilayah ini berada
dalam wilayah Perpika I yang
meliputi Seoul, Gyonggi-do,
dan Gangwon-do.
Incheon, satu tahun lamanya
saya tinggal di kota ini,
tepatnya di kawasan kampus
Inha Universty. Di kampus ini
saya belajar bahasa dan
budaya Korea sebagai syarat
dari beasiswa yang saya
terima. Biaya hidup di
Incheon relative murah, jika
dibandingkan dengan Seoul.
Meskipun kota besar, harga
kebutuhan sehari-hari
(sembako) di kota ini tidaklah
mahal, mengingat
banyaknya toko diskon (할인
마트) yang memasang harga
kompetitif dengan ‘toko
kelontong’ lainnya. Jarak
antara toko satu dengan yg
lain bisa dibilang sangat
dekat. Hanya kalau mau
membeli makanan Indonesia
dan Asia lainnya perlu datang
ke Toko Asia Mart yang
letaknya di sekitar Juan
Station (stasiun subway
terdekat dari kampus Inha).
Untuk sampai ke sana bisa
ditempuh menggunakan bus
selama kurang lebih 20 menit.
Tempat makan bervariasi
dari yang berlokasi di dalam
dan sekitar back-gate
kampus. Rata2
kantin/restoran mematok
harga 3,500 KRW tiap
porsinya. Untuk yang tidak
makan daging Korea seperti
saya, ada juga alternative
tempat, yaitu restoran
Bangladesh-India. Restoran
yang berlokasi persis di
belakang kampus ini baru
berdiri 2 bulan lalu, atau
sekitar sebulan sebelum
saya pindahan. Jika
dibandingkan dengan
warung sejenis di Itaewon
Seoul, harga di restoran ini
relative cukup murah. Untuk
satu porsi buffe sederhana,
hanya perlu merogoh kocek
6000KRW. Mahasiswa yg
kerap makan di sini pun bisa
mensiasati agar lebih murah
lagi dengan berlangganan
per bulan, di mana harganya
bisa jatuh tak sampai
3000KRW. Untuk tempat
tingggal, harga sewa
perbulan rata-rata one-room
di Incheon sekitar 250,000-
350,000 KRW. Untuk yang
model gisukbang (kamar
sendiri dengan toilet share di
luar) bisa didapat hanya
200rb/bulan. Sementara
mahasiswa yang tinggal di
dormitory, biaya yang harus
dikeluarkan paling murah
sekitar 850,000 KRW
dengan 2 kali makan (hanya
di weekdays) dan tinggal
share berempat.^^
Moda transportasi yang ada
di kampus Inha dan Incheon
adalah bus dan subway.
Untuk mencapai stasiun
subway terdekat bisa
ditempuh dengan bus
selama kurang lebih 20 menit.
Dengan transportasi yang
ada, kedutaan besar RI di
Seoul bisa ditempuh kurang
lebih 1 jam, sementara
Incheon airport bisa
ditempuh selama 1,5 jam.
Jarak yang tidak terlalu jauh
dengan Seoul dan biaya
hidup lebih murah, membuat
ada sebagian mahasiswa
yang berkampus di Seoul
tinggal di Incheon, termasuk
mahasiswa Indonesia sendiri.
Di kampus Inha ada
beberapa mahasiswa
Indonesia. Paling tidak
sebelum saya pindah ada 8
mahasiswa aktif di sana
(Master: Hendar Sugilar,
Yayah Choiriyah, Syamsul
Nurdin, Syamsul Bahri, Randy
Julihar, & Nazaruddin;
Undergraduate: Rheya &
Yodha).
Sekarang saya sudah pindah
dan tinggal di kampus
Gangneung Wonju National
University. Kampus yang
saya tempati sekarang ini
berada di daerah timur
Propinsi Gangwon, Korea.
Hanya sekitar 10 menit
Catatan Kita
SARANGHAE-September 2010
menuju pantai-nya. Nama
kampus ini sebenarnya baru,
perubahan dari kampus
Kangnung National Univeristy
yang merger dengan
kampus Wonju University.
Kampus ini merupakan salah
satu dari 2 kampus negeri di
Propinsi Gangwon. Satu
kampus negeri lain adalah
Kangwon National University
yang berlokasi di Chuncheon,
2 jam dr Gangneung.
Ternyata bukan saya
mahasiswa pertama yg
datang menimba ilmu di sini.
Ada 1 mahasiswa master dr
Indonesia yang juga datang
bersama saya. Dan saat
saya datang saja, sudah ada
5 mahasiswa yang
semuanya program doctor
(Bp Ustadi, Amir Husni,
Jumeri MW, Rudi Hari, & Eko
Setyobudi). Konon
sebelumnya juga sudah ada
mahasiswa Indonesia yang
belajar di sini. Sementara
kabar gembira yang saya
dengar, semester depan
akan dating 3 mahasiswa
(semuanya putri) lengkap
dengan 3 programnya, 1
undergraduate, 1 master, & 1
doctor. Akan semakin ramai
warga Perpika di kampus ini.
Kehidupan di kampus terasa
lebih tenang, mengingat
lokasi bukan di pusat
kotanya. Saya sekarang
tinggal di dormitory dengan
biaya 900,000
KRW/semester, sekamar
berdua, 3kali makan sehari,
termasuk saat weekend.
Relative jauh lebih murah
memang jika dibandingkan
dengan dorm sejenis di
kampus Inha. Alhamdu lillah,
Puji Tuhan, makanannya pun
menu seafood yg sering
disuguhkan, mengingat
dekat pantai barangkali.
Biaya hidup di sini juga masih
lebih murah dari Incheon.
Tengok saja untuk tinggal di
luar, harga sewa one-room
hanya berkisar 150,000-
250,000 KRW. Makan di
restoran luar pun harganya
juga hanya berkisar 2,500-
3,000 KRW.
Terus terang saya sendiri
belum mensurvey lebih
banyak tentang harga
kebutuhan sehari-hari,
mengingat saya tinggal di
dormitory. Tapi paling tidak
ada beberapa catatan yg
bisa saya ceritakan,
Layaknya di kampus lain,
Family Mart berdiri
mentereng di dalam kampus
dengan harga yang sedikit
mahal. Saya juga pernah
sekali mengunjungi 할인 마트
terdekat, yang ternyata tidak
sedekat ketika saya tinggal di
Incheon. Dikarenakanan
areal kampus yang cukup
luas, saya perlu berjalan
20menit untuk sampai ke
toko diskon tersebut. Jika di
Incheon dan Seoul
supermarket Home-Plus &
E-mart hanya dengan jalan
kaki, tidak dengan di sini.
Saya perlu naik bis atau taksi
untuk ke sana. Kedua
supermarket ini berada di
pusat kota dengan 15-
20menit perjalanan. Toko
Asia Mart pun belum pernah
terdeteksi di wilayah ini, hihi..
Teman2 senior di sini
biasanya membeli daging
dan kebutuhan lainnya
melalui internet yg kemudian
bisa dikirim langsung sampai
sini. Sungguh beruntung kita
tinggal di negara yg melek
teknologi, puji Tuhan,
hamdan lillah.
Moda transportasi utama
adalah bus dan taksi, karena
subway belum ada di sini.
Untuk ke Incheon airport
menggunakan bus perlu
ditempuh sekitar 4 jam
perjalanan. Sementara untuk
ke kedutaan besar RI bisa
ditempuh kurang lebih 3 jam.
Sebenarnya ada mode
transportasi lain yang
digunakan yaitu kereta api.
Akan tetapi saya dan teman2
belum pernah menggunakan
ini karena dengan harga
yang relative sama dengan
tarif bus, untuk mencapai
Seoul menghabiskan waktu
7 jam. Mungkin perjalanan ini
cocok bagi yang ingin
berwisata menikmati lekukan
demi lekukan wilayah
Gangwon-do. Keindahan
alam, udara yang segar, dan
jauh dari kebisingan menjadi
daya tarik wisatawan
berkunjung di sini. Kondisi
demikian pun juga cocok
untuk tempat belajar,
bukan?^^
Oleh: A.Fahmy Arif Tsani [[email protected]]
Cerita Pendek
SARANGHAE-September 2010
Pemilah Sayur yang Jadikan Aku SARJANA
Isak tangis bocah kecil
kelahiran Yogyakarta itu masih terdengar pilu menyayat ditengah ramainya khalayak warga yang berdatangan melayat salah satu warga yang dipanggil sang Khaliq. Ya, beliau adalah ibu dari bocah kecil itu. Sesekali ia menyeka air mata yang membasahi wajah mungilnya. Tak banyak yang ia ketahui saat itu. Kini hari-hari kecilnya hanya berteman adik dan bapak yang sangat ia sayangi. Hari-hari dimana anak kecil lainnya bermain dengan berbagai fasilitas dan kemewahan, sementara bocah itu? hanya hidup seadanya, secukupnya, tanpa berbalut kemewahan. Bocah ini memang tak memiliki ibu, tapi ia memiliki wanita berhati malaikat yang juga menyayanginya. "mamak" begitulah mereka menyebutnya. Wanita itu memang bukan ibu yang melahirkannya, melainkan istri pertama dari sang bapak, namun karna sang Bapak tidak memiliki anak dari wanita tersebut, maka wanita itu mengikhlaskan suaminya untuk menikah kembali dengan wanita yang baru saja terenggut nyawanya, dengan 3 orang anak yang terlahir dari rahimnya yang suci, begitupula dengan bocah kecil ini. Sejak sang Khaliq memanggil sang ibu, maka bocah kecil
dan beberapa orang adiknya dirawat oleh sang "mamak" sebagai istri pertama sang bapak dan bisa dibilang ibu tiri. namun ia bukan sembarang ibu tiri yang sama dengan julukan yang sering kita baca dalam cerita "Bawang merah, bawang putih" . "mamak" merawat mereka dengan cintanya seolah mereka terlahir dari rahimnya. "mamak" menghangatkan dan memberikan warna dalam kehidupan baru mereka dengan kelembutan hati dan belaian cintanya, cinta seorang ibu. "Pak, aku berangkat sekolah dulu" sapa gadis itu sembari menyalami bapaknya yang tengah bersiap untuk mulai bekerja di bengkel tua milik mereka yang terletak tak jauh dari rumah mereka. Bengkel ini cukup-cukup laris sehingga masih cukup untuk membiayai kebutuhan mereka sehari-hari termasuk menyekolahkan anak-anaknya. Pendidikan sebagai dasar pembelajaran, memang dianggap penting bagi keluarga ini. Apapun akan diupayakan sang Bapak demi memberikan kesempatan anak-anaknya mendapatkan ilmu yang dapat mereka bawa kemanapun dan sampai kapanpun. Kasar telapak tangan sang bapak dengan urat yang menyembul menghiasi lengan tuanya masih terlihat kuat dan tetap terasa hangat dan lembut membelai setiap anaknya. Tak ada yang lebih membuatnya bahagia selain melihat anaknya berhasil, itulah yang selalu menghiasi hatinya.
*** Pagi yang cerah, dengan matahari yang menyinari belahan bumi kathulistiwa,
juga menyapa Yogyakarta yang dikenal dengan kota pelajar ini. Hangatnya mentari seolah memanjakan bumi agar tetap tenang dan terjaga, seperti seorang ibu yang mendekap hangat bayi dalam gendongannya. Seperti biasa, gadis cantik ini mencium tangan bapaknya untuk segera berangkat bertarung dalam ruang-ruang kelas di sebuah sekolah milik pemerintah di kota itu. Sang bapak pun melakukan rutinitasnya seperti biasa, menghabiskan waktunya di bengkel tua yang terletak persis di pinggir jalan raya tempat bis-bis antar kota berlalu lalang. Hari itu ntah mengapa urat-urat yang kekar menghiasi lengan itu seolah tak mampu melawan rasa sakit yang tiba-tiba ia rasakan sesaat setelah ia terjatuh di bengkel tuanya itu. Lirih, ia mencoba meminta pertolongan di sela kesakitan yang amat sangat ia rasakan. Orang-orang yang melihat kejadian itu hanya berlalu lalang tanpa mempedulikan ada jiwa yang merintih, menangis menahan rasa sakit. Begitu kejam negri ini, begitu kejam kota ini yang masih membedakan strata kekayaan dalam kesehariannya. Seorang yang mencoba menolongnyapun kemudian bergegas mencari bantuan, mencari celah hati nurani rakyat negri ini, tuk mendatangkan ambulance atau apapun untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Tapi seolah jiwa mati, seolah mereka menutup telinga-telinga mereka, dan mengunci rapat-rapat pintu hati dan memilih jalan dengan mata terpejam ketimbang menolong sesosok jiwa renta ditengah kesakitannya yang dapat diketahui jika ia tak memiliki banyak harta dengan kasat mata. Ia memang tak
Cerita Pendek
SARANGHAE-September 2010
berharta banyak seperti pejabat negri ini, ia memang berpenampilan kumel dan jorok karna keringat yang bercampur oli, tapi ia masih bernyawa, dan ia memiliki hati yang bersih, tanpa noda meski banyak noda yang menggores tubuhnya. Astaghfirullah..... Tangis lirih jiwa renta itu terhenti saat sang Khaliq memilih untuk menyelamatkannya dengan mengangkat jiwanya tuk berada di sisi-Nya sembari menugaskan malaikat-malaikatnya mencatat setiap jiwa lain yang tak bernurani melihat-lantas meninggalkan dan tak mau peduli akan sakit yang ia rasakan karna ia tak memiliki biaya pengobatan. Jiwa renta itu kini tak bergerak sedikitpun, senyumnya masih menghiasi wajahnya untuk kemudian terbungkus kain suci dan dihantarkan ke peristirahatan terakhirnya. Air mata kini kembali membanjiri keluarga itu, bocah kecil yang dulu kehilangan ibunya, kini harus kehilangan bapak yang selalu berjuang untuk menyekolahkan dan membuatnya menjadi seorang gadis cantik yang juga berhati emas. Masih terekam jelas dalam ingatan gadis itu, bagaimana sang bapak selalu menyemangatinya untuk sekolah setinggi-tingginya. Sesekali ia menyeka air mata yang meleleh hangat di pipinya. "kini aku tak lagi memiliki bapak dan ibu" ucapnya lirih. Namun ia masih memiliki seorang ibu tiri, yang tak kalah baik dan juga mengasihinya tak ubahnya seorang ibu kandung. Tak ada lagi yang melanjutkan usaha bengkel tua keluarga itu, lantas
bagaimana mereka melewati hari-harinya? Subhanallah, mereka bukan orang-orang pemalas yang hanya mengharapkan rejeki akan turun dari langit. Mereka tetap hidup, mereka tetap bersekolah, meski kadang mereka harus mengalah dengan mengurangi jatah makan yang seharusnya menjadi energinya setiap hari. Tangan renta dengan kulit yang tak lagi kencang, dengan sangat teliti memilah setiap sayuran di pasar, ya, sayuran, tapi bukan sayuran yang dijual di pasar, melainkan sayur-sayur yang telah di buang oleh para penjual setelah mereka memilahnya terlebih dahulu untuk di jual. Sayur-sayur yang telah di pilih itu, sayur-sayur yang telah dianggap tak layak oleh sebagian penjual itulah yang kembali di pilah oleh wanita tua itu. "Mamak" ... ya, wanita tua yang biasa di sapa "mamak" ini tak pernah bosan dan menyerah untuk memilah sayur-sayur itu. Hasilnya akan ia jual kembali atau untuk santap di rumah bersama anak-anaknya. Panasnya kota yogyakarta tak membuat wanita tua ini mengurungkan niatnya untuk berangkat ke pasar. ia selalu menghabiskan waktunya dengan memilah sisa sayur untuk menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-
anaknya. Hebat, ALLAH telah membuktikan, bahwa ia berhasil menghidupi dan menyekolahkan anaknya. Bahkan wanita tua ini mampu membelikan sebuah sepeda motor untuk anak gadisnya yang kini telah kuliah di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.Sepeda motor yang dibelinya dari uang yang selalu ia sisihkan sepulang dari memilah sisa sayuran di pasar.
*** ALLAH memang adil, ALLAH telah merubah nasib keluarga itu sesuai janjiNYA "ALLAH tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali mereka yang mencoba untuk merubahnya". dan keluarga itu tak pernah mengeluh dengan keadaan sebelumnya yang mereka lewati. Anak gadis itu kini telah bekerja dan memiliki penghasilan yang cukup untuk memperbaiki kehidupan mereka. Hingga akhirnya sang gadis dengan kulit sawo matang yang eksotis itu memutuskan untuk menikah dengan seseorang yang sungguh diluar dugaan. Pria yang dinikahinya berdarah eropa, dengan rambut berwarna pirang, kulit yang putih, bola mata yang indah dan perawakan yang tak lazim ditemui di kota ini pada umumnya. Pernikahan itu dilaksanakan, janji setia itu diucapkan, tanpa melihat siapa gadis itu, apakah mamak nya pemilah sayur sisa di pasar, apakah ia memiliki harta yang melimpah, tidak sama sekali. Pria tampan itu mempersunting gadis sederhana itu untuk memenangkan hatinya, hati yang berlapis emas dan seluas samudra, berbalut cinta dan kesederhanaan yang selalu ditanamkan oleh
Negri ini mampu bedakan setiap jiwa
hanya karena status social. Negri ini tga
biarkan nyawa terenggut dan seolah menutup telinga dari
tiap jeritan rakyat kecil.
Cerita Pendek
SARANGHAE-September 2010
orang tuanya sejak ia masih kecil. Mata gadis itu masih liar seolah mencari sesuatu yang tak dapat ia tangkap disekelilingnya. Ia mencari sosok sang mamak, ibu tiri yang melebihi ibu kandungnya, yang telah membesarkan, menyekolahkan, dan membelikannya motor dari hasil rutinitasnya di salah satu pasar di kota yang terkenal dengan gudeg ini. Ia menanyakan keberadaan sang mamak kepada semua sanak saudara yang hadir saat itu. Ternyata, wanita tua itu, tak diizinkan mengikuti jalannya siraman, oleh beberapa keluarga sang gadis yang selalu iri terhadapnya. "Mamakmu tak kon bali, tak kon ganti klambi, ora pantes" ucap salah satu sanak keluarganya sambil melintas. Mamak ku ga hadir, di salah satu acara tradisi jawa dimana seharusnya orang tua hadir di acara itu "siraman" ya, itulah tradisi itu, acara dimana setiap yang dituakan akan menyirami air seolah memandikan anak gadisnya sebelum dinikahi oleh seorang pria, yang menunjukkan keikhlasan dan keridoan mereka terhadap calon pengantin yang akan menikah, begitulah kurang lebih makna dari tradisi ini. Tersayat perih seakan luka ini tersiram cuka mendengarnya dan menyadari mamak yang selalu bersamanya tak diperbolehkan hadir melihat hari istimewanya hanya karna tak berpakaian cantik seperti tetamu yang hadir dengan solek dan kilau baju meriah. Lagi-lagi strata masih
diperdebatkan di negri kathulistiwa ini. Cantik molek pakaian pengantin jawa, dan riasan yang masih menghiasi pengantin itu, ikut pula dilihat sejumlah penumpang bis lainnya, saat mereka meninggalkan gedung acara. Mereka bahkan tak melewatinya seperti pengantin lainnya dengan mobil mewah membawa pengantin ke rumah baru mereka. tapi pasangan ini malah pulang dengan menggunakan bis umum. Tak disangka uang yang di berikan untuk mengelola pesta ini pun masih harus diambil sebagian, sepertinya istilah korupsi maupun uang lelah masih mendarah daging di setiap jiwa anak negri ini. "sudalah, tak usah dipermasalahkan yang sudah lewat" pikir gadis yang baru saja menjadi Nyonya seorang pria tampan asal Amerika ini dalam hatinya.
***
Sepasang pengantin baru ini memilih untuk tinggal di luar dari kota Yogyakarta, bahkan tidak di dalam wilayah Indonesia ataupun Amerika tempat sang suami berasal. Mereka memilih untuk tinggal di salah satu negri di wilayah asia yang terkenal dengan ginseng sebagai salah satu devisanya. Kehidupannya berubah, tak lagi kekurangan, tak lagi harus makan senin-kamis (kadang makan , kadang nggak), bahkan ia mampu membenahi rumah peninggalan sang ayah dulu
di kota gudeg, dan juga mengirimi hasil kerjanya sebagai seorang pengajar untuk kehidupan adik dan mamak tercintanya yang telah membuatnya berhasil seperti sekarang. Kehidupan telah berganti, namun sang "mamak" tetap kembali dan menghabiskan waktunya untuk memilah sisa sayuran di pasar, meski tabungan yang dimilikinya bahkan lebih untuk kehidupan sehari-harinya. Seharusnya ia tak lagi kembali ke pasar, nikmati hari tuanya di rumah. namun ia memilih melaksanakan rutinitasnya di pasar, walau sesekali ia tertidur di emperan pasar karna kelelahan. Ia bahkan tak pernah sombong, ia tak melupakan atau malah meninggalkan kegiatan pasarnya, meski ia telah hidup berkecukupan, ia bahkan tak menyentuh uang pemberian sang anak, biar tetap utuh di tabungan pikirnya, dan tetap hidup dengan hasil yang diperolehnya dari memungut sisa sayur di pasar tua kota yogyakarta. "dia mamak ku, dialah yang membesarkanku, dan mengajariku banyak hal hingga aku berhasil seperti sekarang ini" ucapan gadis itu
"Mamakmu tak
kon bali, tak kon ganti klambi, ora
pantes"
Cerita Pendek
SARANGHAE-September 2010
mengenang sang mamak. Tampak sedikit penyeselan pada rautnya, menyesal karena pernah menelantarkan sang mamak yang telah berjuang untuknya, menelantarkan seolah tak peduli, saat ia masih sekolah dulu, membiarkannya pulang sendiri setelah seharian di pasar, meski gadis itu teah memiliki motor dari hasil keringat sang mamak. Gadis itu lebih memilih untuk bermain dengan temannya, tanpa peduli seorang wanita tengah berjuang untuknya. Semua telah berlalu, kehidupan dan kedewasaan telah menempanya menjadi wanita yang lebih bijaksana dan menyadari perjuangan wanita tua itu untuknya.
***
Ternyata masih ada jiwa-jiwa suci yang masih bernurani dan memiliki hati putih bersih berlapis emas. Percayalah wahai anak - cucu Adam, stiap tetes keringat dan air mata yang kau keluarkan saat kau berjuang, akan mengantarkanmu pada suatu kesuksesan, karna setiap orang berhak untuk bahagia dan tersenyum.
Oleh: Elvira Fidelia, [[email protected]]
Focus
SARANGHAE-September 2010
Mengejar kereta teknologi informasi dan komunikasi melalui bahasa
“Korea Selatan merupakan negara yang memiliki perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (selanjutnya kita sebut saja TIK) yang sangat maju. Berada di sini selama beberapa
tahun membuat saya mempelajari banyak hal, termasuk penyebab negara ini bisa maju dengan pesat dalam waktu yang relatif singkat.”
etelah menghabiskan beberapa tahun tinggal di luar negeri, perkembangan keadaan di tanah air terbersit di benak saya. Saat ini sumber informasi saya yang paling utama adalah koran elektronik. Secara periodik, saya menghabiskan beberapa menit -hingga beberapa jam ketika waktu saya cukup luang- untuk mengamati perkembangan terkini di tanah air. Beberapa berita membuat saya sedih tetapi beberapa berita yang lain membuat saya bangga. Kadangkala saya gregetan untuk segera kembali ke tanah air dan berkontribusi secara nyata. Meskipun saya masih tinggal di luar negeri, saya yakin waktu itu akan segera tiba.
Korea Selatan merupakan negara yang memiliki perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (selanjutnya kita sebut saja TIK) yang sangat maju. Berada di sini selama beberapa tahun membuat saya mempelajari banyak hal, termasuk penyebab negara ini bisa maju dengan pesat dalam waktu yang relatif singkat. Setelah saya telusuri, salah satu penyebabnya adalah penyebaran pengetahuan dalam bahasa lokal (knowledge dissemination in
local language) yaitu bahasa Korea. Ketika saya berkunjung ke toko buku, saya menemukan banyak sekali buku-buku asing yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Korea. Tidak hanya buku-buku laris (best-seller) yang bernilai ekonomis saja, buku2 pelajaran teknis yang nantinya hanya akan dibaca oleh segelintir orang juga ada versi bahasa Korea-nya. Situasi ini mirip dengan Jepang yang terkenal dengan kecepatan alih bahasa buku-buku bahasa asing. Dengan adanya buku-buku dalam bahasa Korea ini, tentu saja proses pembelajaran dan penyebaran informasi akan semakin cepat.
Ada sekitar 48 juta penduduk Korea Selatan. Dari jumlah ini, sekitar 10 juta orang tinggal di Seoul. Saya tidak memiliki data pasti hasil survey mengenai jumlah penduduk Seoul yang bisa berbahasa Inggris dengan baik. Akan tetapi, dari seluruh hasil interaksi saya dengan warga Seoul dari berbagai kalangan mulai dari akademisi yang sangat terdidik hingga penjual odeng kaki lima yang saya datangi ketika perut saya lapar dan membutuhkan penganan kecil, saya menyimpulkan bahwa kurang dari 50% penduduk Seoul bisa berbahasa Inggris dengan baik
dan kurang dari 35% penduduk Korea yang bisa berbahasa Inggris dengan baik (saya menggunakan asumsi bahwa tingkat kemajuan daerah luar Seoul adalah sekitar 70% -meskipun saya sangat tergoda dengan angka 68%) - dari tingkat kemajuan di Seoul).
Sekarang kembali ke tanah air. Saya tidak tahu hasil sensus 2010 yang sudah lewat, tapi saya akan mengasumsikan ada sekitar 240 juta penduduk Indonesia. Dengan menganggap bahwa tingkat kemajuan di Jakarta adalah seperempat dari Seoul –berasal dari nilai satu setengah kali rasio GDP per capita PPP Indonesia dan Korea Selatan- yang lalu bersifat linier dengan kemampuan bahasa Inggris, saya memprediksi bahwa sekitar 12% warga Jakarta bisa berbahasa Inggris dengan baik. Ini berarti terdapat sekitar 8.4% penduduk luar Jakarta yang bisa berbahasa Inggris dengan baik. Jika merujuk kepada metoda penyebaran informasi dan pengetahuan dalam bahasa Inggris di tanah air, kondisi ini tentu saja menimbulkan ketidakefektifan dalam penyerapan.
Focus
SARANGHAE-September 2010
Biografi Penulis: Nama :Mikael Fernandus Simalango Profesi :Periset pada pada WISE Research Lab, Ajou University, Korea Selatan Pendidikan :-S2, Computer Engineering, Ajou University -S1, Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung Kepemimpinan :-Sekretaris Jendral Persatuan Pelajar Indonesia di Korea (Perpika)
2009/2010 -Peserta Young Leaders Conference, Pacific Forum CSIS, 2010 Email : [email protected], [email protected]
Jika kita menginginkan
perkembangan TIK yang lebih pesat di tanah air, kita perlu mempertimbangkan untuk membagi informasi dan menyebarkan pengetahuan dalam bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Inggris memang terkesan lebih seksi dan intelektual. Akan tetapi, ketika kita berbicara mengenai dampak yang bersifat massal, penggunaan bahasa kita sendiri, bahasa Indonesia, dalam penyebaran informasi dan pengetahuan secara tekstual, audio, maupun visual, lebih berpotensi untuk menimbulkan ketertarikan pada pembaca atau pendengar
dalam mencerna dan memahami lebih baik dan akhirnya memunculkan kreativitas, teknik, maupun ilmu-ilmu baru yang menunjang percepatan perkembangan TIK.
Sebuah analogi sebagai penutup, jika kereta KTX di
Korea sudah stabil pada kecepatan 300-an km/jam hanya dalam waktu 10 tahun sementara kereta Argo Gede masih berjuang untuk mempertahankan kecepatan stabil pada 80 km/jam setelah 15 tahun, mungkin kita perlu
bertanya apakah kita sudah puas dengan kecepatan kereta kita sekarang? Jika tidak, ini saatnya bagi kita untuk memiliki kesadaran kolektif untuk bersama-sama membangun kereta yang lebih cepat dan mampu bersaing dengan negara-negara lainnya. Mari kita gunakan bahasa Indonesia secara lebih intensif untuk
penyebaran pengetahuan dan
menunjang pembelajaran. ***
Go! Go! Ssing!
SARANGHAE-September 2010
erbang Gwanghwamunmerupakan landmark dan simbolpenting dari sejarah kota Seoul padamasa pemerintahan Dinasti Joseondimana telah mengalami kehancu-ran dan renovasi berulang kali. Wa-jah terkini gerbang ini, adalah seba-gai buah hasil dari restorasi yangdimulai sejak tahun 2006, yang telahdiselesaikan dan dibuka untukumum pada tanggal 15 Agustus2010 silam.
Sejarah Gwanghwamun
Keberadaan dari gerbang Gwanghwamundapat ditelusuri sejak enam abad silam, te-patnya tahun 1395, dimana gerbang ini se-lesai dibangun sebagai bagian dari kom-pleks Istana Gyeongbokgung. IstanaGyeongbokgung sendiri merupakan istanautama dan terpenting dari dinasti Joseon,dinasti yang paling terkenal dan dikagumi diKorea. Kompleks Istana Gyeongbokgung,termasuk Gwanghwamun di dalamnya, me-rupakan satu paket dari bangunan-bangunan pertama di Seoul, ibukota kera-jaan yang baru di masa itu. Pada tahun 1592 s.d. 1598, kekaisaran Je-pang melakukan invasi ke negeri Korea,Cina, dan India. Sebagai akibatnya, padatahun 1592, kompleks Istana Gyeongbok-gung dan gerbang Gwanghwamun hancurdilahap si jago merah dan dibiarkan menjadipuing selama lebih dari 250 tahun. Barulahpada tahun 1867 kedua situs penting inidibangun kembali oleh perdana menteriDaewongun pada masa kekaisaran Gojong. Selanjutnya, Jepang berhasil mendudukiKorea Selatan sejak tahun 1910 hingga ta-hun 1945. Dalam masa pendudukan terse-but, tepatnya pada tahun 1926, pemerintahJepang membongkar dan memindahkanGwanghwamun ke sebelah timur dari IstanaGyeongbokgung demi membebaskan lahan
untuk membangun gedung pemerintahangubernur Jepang. Pembangunan gedungpemerintahan yang menghalangi peman-dangan akan Istana Gyeongbokgung ini, biladilihat dari tengah kota, menuai aksi protestidak hanya dari masyarakat lokal Korea,namun juga dari beberapa tokoh seni Je-pang. Kelak, gedung kontroversial ini dihancur-kan pada tahun 1996. Pada tahun 1950, Perang Korea, yang memicuperpecahan antara Korea Utara dan Korea Sela-tan, meletus. Pada masa ini, Gwanghwamunhancur akibat serangan-serangan yang dilontar-kan pihak musuh dan dibiarkan terbengkalai kem-bali. Barulah pada tahun 1963 pondasi batuGwanghwamun dipindahkan kembali “hampir” keposisinya semula, yaitu di depan gedung pemerin-tahan gubernur Jepang. Relokasi ini menuai bebe-rapa kritik, karena, selain dari posisinya
“Wajah” Gwanghwamun di ma-
lam hari
GWANGHWAMUNyang tidak sama persis dengan posisi awalnya, kini Gwanghwamun dibangun tepat tegak lurus terhadap sumbu utara-selatan yang berarti orientasinya memiliki perbedaan sebesar 6 derajat dibandingkan aslinya, bila mengacu pada orientasi dari Istana Gyeongbokgung sendiri. Selain itu, kritik lainnya ditujukan pada material rekon-struksi gerbang yang menggunakan semen, bukannya kayu, serta tulisan “Gwanghwa-mun” yang kini ditulis menggunakan aksara Hangul oleh Park Chunghee, seorang dikta-tor pada masa itu.
Restorasi Gwanghwamun Setelah melalui beberapa kali kehancuran, pembangunan ulang, dan relokasi, peme-rintah Korea Selatan memutuskan untuk memulai proses restorasi pada bulan
J A T U H D A N B A N G K I T N Y A S A N G G E R B A N G U T A M A
Go! Go! Ssing!
SARANGHAE-September 2010
Desember 2006. Gerbang yang telah berdiri,dibongkar, digeser letaknya sejauh 14.5m kearah selatan, dan dirotasi sehingga lokasiserta orientasi barunya benar-benar samadengan posisi awalnya. Selain itu, strukturgerbang dibangun kembali menggunakanbahan baku kayu, mengikuti desain aslinya. Proses restorasi terbaru ini memiliki tujuanuntuk mengembalikan struktur kayuGwanghwamun ke kondisi orisinalnyadengan memberikan perhatian yang tinggiterhadap detail-detail kecil. Seniman-seniman ternama, seperti Oh Ok-jin--ahliukiran kaligrafi--dan Yang Ong-ho--ahliDancheong, lukisan warna-warni yang kerapditemui pada bangunan-bangunanbersejarah di Korea--sengaja didatangkanuntuk mengecat papan nama dan strukturgerbang itu sendiri. Papan namaGwanghwamun dibuat kembali denganberpedoman pada foto-foto dokumentasiberumur ratusan tahun, sedangkan strukturkayu gerbang dibuat ulang dengan mengacupada cetak biru (blueprint) yang dibuat padamasa pemerintahan kolonial Jepang.Sebagai material utama proses renovasi,kayu pinus sengaja dipilih sebagai bahanbaku karena penggunaan kayu impor untukbangunan-bangunan bersejarah dilarangoleh undang-undang. Gerbang Gwanghwamun hasil restorasitelah dibuka untuk umum pada tanggal 15
Agustus 2010 silam, bertepatan denganperayaan hari kemerdekaan Korea Selatan.Pekerjaan restorasi yang memakan waktuhampir empat tahun ini menghabiskan danasebesar 28 miliar won, atau setara dengan$24,000,000, sebuah dana yang tidakseberapa demi kelestarian sebuah warisanbudaya. *** Oleh: Sigit Aryo P. ([email protected]) Dikutip dari berbagai sumber
Haechi
Haechi merupakan makhlukimajiner yang dipergunakansebagai lambang dari kota Seoul.Haechi sendiri digambarkanmenyerupai singa bertandukyang merupakan pelindung dariapi dan malapetaka.
PATUNG-PATUNG MENARIK DI SEKITAR
GWANGHWAMUN
Patung Raja Sejong
Merupakan raja yang palingdiagungkan di Korea Selatankarena keberhasilannyamemajukan ilmu pengetahuandan sains, serta usahanya untukmembuat aksara Hangul-aksarasederhana yang memungkinkanbaca dan tulis bagi rakyat jelatapada masa itu.
Icip-Icip Resep
SARANGHAE-September 2010
Di cover story, kita diajak untuk
mengenal Chuseok. Di rubrik
Icip-Icip Resep, kita akan
mendalami Chuseok melalui
masakan khasnya.
Bagi teman-teman yang
sedang mengemban tugas di
negara orang, saat Lebaran
atau Imlek, pasti akan kangen
dengan ketupat atau kue
keranjang. Masakan yang satu
ini, wajib ada di saat hari raya
untuk meramaikan suasana
kebersamaan bersama sanak
saudara.
Nah, untuk makanan wajib
Chuseok, ada Songpyeon yang
terbuat dari tepung beras yang
sebelumnya di uleni menjadi
adonan lembut dan diisi
dengan bermacam-macam
isian yang pastinya
menggoyang lidah kita.
Daripada membayangkan yang
belum tentu tahu seperti apa
rasanya, lebih baik kita coba
bikin yuk.
Sebelum mebuat ada baiknya
untuk menengok dibalik mitos
pembuatan songpyeon. Ada
mitos tentang Songpyeon yang
beredar di kalangan
masyarakat Korea. Bagi yang
belum menikah, jika
menginginkan pasangan yang
cantik ataupun tampan, hasil
Sogpyeon buatannya harus
cantik. Kalau untuk Ibu hamil
yang ingin mengetahui jenis
kelamin calon bayinya, si Ibu
harus memasukkan daun pinus
atau jarum pinus secara
horizontal. Jika songpyeon itu
saat dimakan keluar bagian
runcing jarum pinus, maka
anak yang akan dilahirkan akan
laki-laki, namun jika yang
terlihat adalah bagian halusnya
maka anak yang kan dilahirkan
akan perempuan. Selamat
mencoba.
Bahan-bahan:
Tepung terigu, garam, air, biji wijen, minyak wijen, yang sudah dikeringkan, gula merah, gula pasir, daun
pinus, tepung, bubuk stroberi jell-o.
Cara membuat adonan:
Siapkan 1kg tepung beras, biasanya di jual beku di toko makanan korea., jika beku tunggu
hingga suhunya sedikit lebih hangat.
Ayak tepung beras untuk mendapatkan hasil tepung yang lebih halus. Tip: jika tepung
yang anda miliki sudah cukup halus maka anda tidak perlu mengayak, namun jika
tepung beras masih kasar maka anda dapat menggilingnya terlebih dahulu di gilingan
kopi lalu tempatkan di ayakan.
Siapkan sebuah mangkuk dan masukan tepung yang telah halus tadi.
Masak dua gelas air di untuk adonan beras.
Untuk songpyeon yg berwarna pink, garam secukupnya, bubuk stroberi jell-o
secukupnya dan 3 sendik makan air panas. Campurkan dengan sendok kayu dan
ulen adonan berus hingga 5 menit. Taruh adonan di kantong plastic dan sisihkan.
Icip-Icip Resep
SARANGHAE-September 2010
Untuk isi kacang hijau
1. Cuci dan keringkan ¼ gelas beras yg telah dikupas kulitnya dan dikeringkan,
tempatkan dalam sebuah mangkuk yang cukup dalam.
2. Tambahkan ¼ gelas air dan sedikit garam ke dalam mangkuk dan panaskan selama
30 menit. Tip: Jangan sampai gosong -panggang dengan api kecil.
3. Buka mangkuk dan gunakan sendok kayu anda untuk menghaluskan kacang menjadi
tepung yang halus.
4. pindahkan kacang yang telah dihancurkan tadi ke mangkuk kecil atau wadah lalu
tunggu hingga sedikit lebih dingin.
5. Tambahkan ¼ gula pasir dan campurkan.
Anda siap untuk membuat song pyeon sekarang!
1. Cabik bagian dari adonan beras sekitar diameter 1 inchi dan bentuk ditelapak tangan
anda untuk membuat bola, lalu tekan jempol anda ditengah bola tersebut untuk
membentuknya menjadi seperti cangkir.
2. Isi bagian tengahnya sesuka hati, baik itu wijen ataupun kacang hijau menggunakan
sendok kecil dan tutup kembali adonan menggunakan jempol anda.
3. Taruh songpyeon yang masih emnath di atas piring.
4. Cuci helai pinus dengan sabun dan keringkan
5. Masukkan 4 gelas air kedalam kukusan dan panaskan. Ketika sudah mulai mendidih,
taruh kain berbahan cotton pada dasar tepat menaruh songpyeon.
6. Simpan helai pinus di atas kain basah dan taruh songpyeon mentah diatasnya. Taruh
kembali helai pinus lainnya diatas songpyeon. Tip: helai daun pinus ini membuat tidak
lengket satu sama lain dan memberikan rasa yang leboh enak.
Icip-Icip Resep
SARANGHAE-September 2010
7. Kukus selama 25 menit dengan
api sedang.
8. Siapkan air dingin dalam sebuah
mangkuk besar, dan teteskan
sedikit minyak oil
9. Masukkan songpyeon yang telah
anda rebus kedalam air dingin
tersebut dan langsung pindahkan
helai pinusnya. Keluarkan dan
tempatkan dipring untuk disajikan.
Telah diketahui bersama oleh dunia bahwa Korea merupakan salah satu negara yang
cukup maju di bidang teknologi. Berbagai produk elektronik Korea dengan kualitas yang
lux membanjiri berbagai negara. Meski begitu, terdapat satu hal yang sering luput di
negeri gingseng ini dari sorotan khayalak, yakni kehidupan beragama di negeri ini.
Tulisan ini akan secara ringkat menggambarkan kehidupan Islam di Korea berdasarkan
pengalaman penulis.
Sebagaian besar masyarakat di korea tidak beragama (atheis), yang jumlahnya mencapai
sekitar 45%. Kemudian, diikuti dengan pemeluk agama Budha (23%), Kristen (18%) dan
Katolik (10%) secara berturut-turut [1]. Tidak lupa, terdapat satu masyarakat minoritas
yang menganut agama tauhid yang berusaha untuk tetap eksis di tengah-tengah
mayoritas masyarakat pada umumnya. Ya, kelompok minoritas tersebut adalah umat
Islam. Islam pertama kali mulai dikenal di Korea sejak tahun 1955 dengan datangnya
tentara Turki untuk misi perdamaian di bawah PBB. Mereka membangun sebuah tempat
sholat sederhana dari tenda dan mengenalkan tentang Islam di Korea. Sejak saat itu,
kaum muslimin mulai ada dan jumlahnya terus bertambah [2]. Meski demikian, sangat
berbeda dengan di Indonesia, jumlah penduduk asli Korea yang beragama Islam sampai
saat ini tidak lebih 0,1% dari sekitar 50 juta jiwa total populasi penduduk [3,4]. Di
samping jumlah tersebut, terdapat sekitar 200.000 muslim pendatang dari berbagai
negara di dunia, baik untuk bekerja, belajar, ataupun menetap di Korea [3].
Masjid
Masjid pertama yang dibangun di Korea adalah Seoul Central Masjid and Islamic Center
yang berada di kota Itaewon. Masjid ini selesai dibangun dan dibuka untuk publik pada
tahun 1974 [5]. Tidak hanya sebagai tempat sholat, di kompleks masjid juga dilengkapi
dengan kantor, ruang kelas, sekolah, dan aula untuk konferensi. Hal ini dimaksudkan
agar masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat sholat saja, namun juga sebagai
pusat dakwah dan pendidikan. Sebagai contoh, program pengobatan gratis diadakan
secara rutin untuk masyarakat umum di kompleks masjid ini. Segala kegiatan ibadah dan
aktivitas dakwah dikoordinasi oleh Korean Muslim Federation (KMF). Mengingat
sebagian besar jumlah kaum muslimin yang di Korea adalah pendatang, maka seluruh
aktivitas ibadah di masjid meliputi sholat jumat, idul fitri dan yang lainnya, disampaikan
dalam 3 bahasa, yakni arab, inggris dan korea.
Sampai sekarang ada sekitar 21 masjid/islamic center yang tersebar di beberapa pusat
kota di Korea, yang seluruhnya dibawah koordinasi oleh KMF [6]. Selain masjid dan
islamic center, beberapa universitas/perusahaan menyediakan ruangan untuk tempat
sholat bagi mahasiswa maupun karyawannya. Adapun di sebagian besar tempat, tidak
pernah dijumpai tempat sholat khusus, sehingga kebanyakan kaum muslimin
menjalankan sholat saat datang waktunya di mana saja, asalkan suci.
Makanan
Untuk mendapatkan makanan halal di negeri ini tidak sulit. Hampir di setiap kompleks
masjid, terdapat toko muslim yang menyediakan berbagai macam makanan halal dari
berbagai negara. Di samping itu, terdapat toko khusus yang menjual daging halal yang
disembelih secara islami.
Terkait makanan kemasan produksi Korea, perlu kehati-hatian dalam memilih, karena
sebagian besar makanan kemasan mengandung babi atau turunannya. KMF sudah
mengeluarkan list makanan-makanan kemasan yang sudah dicek kehalalannya. Terdapat
list makanan yang bisa dikonsumsi secara aman dan
makanan yang mengandung yang haram. Adapun di luar list
tersebut, pembeli harus mengecek sendiri kandungan
penyusun makanan tersebut.
Masyarakat korea sangat gemar untuk makan daging.
Sehingga sebagian besar restoran memiliki menu utama
daging, baik babi, sapi, maupun ayam. Mengingat
penyembelihan sapi dan ayam tidak mengikuti syariat Islam,
kaum muslimin cenderung memilih menu sayuran dan ikan
tatkala mengikuti jamuan makan bersama di restoran korea.
Adapun di sekitar kompleks masjid/islamic center, terdapat
banyak sekali restoran yang menyajikan makanan halal dari
berbagai negara.
Budaya
Ada dua hal positif yang sangat kentara di kehidupan
masyarakat Korea, yakni kerja keras dan kebersamaan. Hal
ini berlaku untuk setiap komunitas, baik universitas,
perusahaan, maupun yang lainnya. Namun begitu, kedua
hal tersebut bisa menjadi masalah bagi seorang muslim jika
tidak bisa hati-hati dalam bersikap. Terkait yang pertama,
bagi sebagian besar orang Korea yang tidak beragama,
kehidupan hanya untuk mendapatkan kesenangan hidup.
Tidak ada hal khusus lain setelahnya. Oleh karena itu,
sebagian waktu mereka hanya untuk mengejar tujuan ini.
Tidak aneh jika dijumpai sebagian dari mereka cenderung
menerapkan hal tersebut kepada bawahannya, baik
karyawan maupun mahasiswa. Sehingga, untuk beberapa
kasus, banyak diantara karyawan atau mahasiswa yang
bekerja di luar jam wajib kerja untuk mengejar tuntutan
hasil maksimal. Hal ini kadang melalaikan kewajiban
mendasar untuk urusan akherat. Sehingga, pandai dalam
mengatur waktu adalah kunci utama untuk mendapatkan
kesuksesan, baik di dunia dan akherat.
Untuk yang kedua, terkait kebersamaan. Dalam beberapa
kesempatan, kegiatan bersama sangat sering dilakukan. Hal
ini cukup baik untuk meningkatkan keakraban antar
anggota dalam komunitas tersebut. Namun begitu, tidak
semua kebersamaan bebas dari masalah. Salah satu yang
sangat kentara adalah saat kegiatan makan bersama dalam
situasi tertentu, misalnya menyambut anggota baru, liburan
akhir tahun, atau yang lainnya. Jika sekedar jamuan makan
bersama saja, tentu tidak menjadi masalah, karena seorang
muslim dapat memilih menu sayuran atau ikan. Namun,
sudah menjadi hal yang lumrah, bahwa jamuan makan di
negeri ini juga diiringi dengan sajian khomr. Adalah suatu
hal yang sudah umum, menurut budaya di Korea, di mana
seorang bawahan, termasuk murid dalam hal ini, harus
menuangkan khomr ke gelas atasannya. Hal ini tentu tidak
patut dilakukan bagi seorang muslim. Ditambah lagi,
setelah selesai makan di restoran, biasanya dilanjutkan
dengan pergi bersama ke bar untuk menyanyi bersama
atau sekedar ngobrol, tentu ditemani dengan khomr lagi.
Oleh karena itu, penolakan secara halus dengan
menjelaskan secara baik harus dilakukan,
Menjadi Muslim di Korea
Bagaimanakah menjadi seorang muslim di Korea? Menurut
hemat penulis, sebagai seorang pendatang, menjadi
seorang muslim dan tinggal di Korea tidaklah sulit (meski
juga tidak bisa dikatakan mudah). Secara umum, tidak ada
hambatan berarti untuk menjalankan segala aktivitas
ibadah. Di samping itu, untuk mendapatkan makanan yang
halal dan baik, juga tidak sulit. Di sisi lain, masyarakat Korea
cenderung tidak terlalu peduli dengan masalah agama, dan
menghormati pemeluk agama lain. Sehingga, jika mereka
mengetahui ada seorang yang ingin menjalankan ibadah
dengan baik, mereka tidak akan ambil pusing dan beberapa
diantaranya akan cenderung untuk mendukung (dengan
menyediakan tempat dan yang lainnya). Meski demikian,
sangat boleh jadi ada beberapa kasus yang berbeda dari hal
ini di luar sepengetahuan penulis.
Bagaimana dengan penduduk asli? Hasna Bae, seorang mahasiswa (23 th) menyebutkan bahwa menjadi seorang
muslimah di Korea tidak bisa dikatakan mudah. Hal ini dikarenakan jumlah kaum muslimin sangat sedikit, sehingga
perbedaan cara hidup, baik dalam pakaian, makanan atau hal lainnya menjadikan mereka sangat kentara dan menjadi
pusat perhatian dibandingkan yang lainnya. Yu Hyun Il (22 th), presiden asosiasi mahasiswa muslim di Hankook University
of Foreign Studies (HUFS), menyebutkan bahwa hal yang paling sulit bagi dia adalah terkait dengan makanan dan minum
khomr di bar. Terkait makanan, dia hanya bisa memilih menu sayuran dan ikan saat makan di restoran. Di samping itu, dia
tidak pernah diajak pergi bersama ke bar, karena dia tidak ikut minum khomr. Jika dia ikut, terkadang suasana menjadi
aneh dan tidak menyenangkan. Hal laen yang sangat berat dirasakan adalah menghilangkan opini masyarakat tentang
Islam. Tatkala ada berita tentang pengeboman yang mengatasnamakan Islam dan jihad, sebagai contoh serangan 11
September di Amerika, masyarakat awam berfikir bahwa Islam mengajarkan kekerasan dan pengeboman untuk jihad.
Banyak masyarakat awam Korea yang tidak tahu, menjadi takut dan cenderung menjauhi Islam dan pemeluknya karena
hal ini. Oleh karena itu, sebagai penduduk asli yang beragama Islam, mereka berusaha keras menjelaskan kepada
masyarakat awam bahwa Islam sangat melarang kekerasan, pengeboman dan hal semacamnya. Dan alhamdulillaah, Lee
Ju-hwa, Ketua Dakwah dan Pendidikan KMF, menyebutkan bahwa sebagian besar masyarakat Korea sekarang bisa
memahami [2]. Meski hidup sebagai seorang muslim bagi warga asli Korea terlihat berat, merea sangat bangga menjadi
seorang muslim. Hasna bae, yang sedang kuliah di bidang metal design, menyebutkan bahwa dia mencari pekerjaan di
bidang tersebut tanpa mengenyampingkan agamanya. Saat dia di tanya, “Apakah Anda akan menyembunyikan keyakinan
Anda untuk mendapatkan pekerjaan?” Dia menjawab, “Never. I do not want to work for a company that doesn’t respect
its employee’s religion anyway” [3].
(Sumber : Dwi A. Mahasiswa KIST, melalui IKMI)
Lentera Hati
SARANGHAE-September 2010
A D A A P A D E N G A N C H U S E O K ?
Libur telah tiba!! Chuseok, sering juga kita
sebut sebagai “Lebarannya orang Korea”, adalah
bagai telaga di padang yang kering (terutama
untuk para labworker yang tak mengenal masa
libur kuliah *curhat mode ON*). Lalu, Ada Apa
dengan Chuseok?
Pada Chuseok, masyarakat Korea
berbondong-bondong pulang ke kampung
halamannya, mengunjungi orang tua mereka.
Mengunjungi orang tua adalah salah satu bentuk
bakti anak kepada orang tua. Setiap tradisi dan
agama, mengajarkan kita akan pentingnya
berbakti kepada orang tua. Di luar tradisi-tradisi
tersebut, agama Islam secara khusus
mengajarkan kepada penganutnya agar selalu
berbuat baik kepada orang tua.
Secara tegas, Islam
mengajarkan kita untuk berbuat
baik kepada ibu bapak setelah
kita menyembah Allah. Meskipun
kita telah sukses, melanglang
buana, terkenal, dan seterusnya,
dan sebagainya, kewajiban untuk
berbuat baik terhadap orang tua
tidak berhenti, sebagaimana
kewajiban kita untuk senantiasa
menyembah dan mengingat Allah.
Memang ibu, yang telah
mengandung dan mengurus, dan
ayah, yang telah bekerja keras
menafkahi kita, tak pernah
meminta agar anaknya
memberikan apa yang telah
mereka berikan. Tapi jangan
sampai kita menjadi orang yang
“kasih orang tua sepanjang masa, kasih anak
sepanjang ada perlunya”.
by Hasrul Ma’ruf
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya “ah” dan jaganlah kamu membentak mereka dan ucapkalah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Al-Isra:23)
Perspektif
SARANGHAE-September 2010
umberdaya kelautan dan
perikanan yang terbenam di seluruh
pelosok wilayah Indonesia masih
menyimpan pesonanya hingga saat
ini. Betapa tidak keberadaannya masih
menyimpan misteri bagi sebagian
bangsa kita, mulai dari perairan air
tawar, estuaria, lepas pantai hingga
laut dalam (deep sea). Cukup
beralasan memang kenapa bidang ini
menjadi sorotan dan prioritas dari
pihak pemerintah, investor lokal
maupun asing dalam satu dekade
terakhir.
Secara geografis posisi Indonesia
sangat strategis, terletak diantara dua
Samudera besar yaitu Pasifik dan
Hindia, dimana kondisi ini menjadi
kanal penghubung yang mengalirkan
massa air antar kedua samudera
tersebut. Para peneliti menamakan
kanal penghubun itu dengan sebutan
Arus Lintas Indonesia atau ARLINDO
(Indonesia Through Flow). Indonesia
juga terhimpit diantara dua benua
yakni Asia dan Australia yang sebagian
besar wilayah lautnya banyak dilalui
kapal-kapal niaga dari berbagai
negara, sehingga kedaulatan laut
dapat menjadi faktor pertumbuhan
ekonomi dalam negeri. Kemudian
pertanyaanya seberapa pedulikah
generasi muda terhadap keberadaan
laut kita yang notabene-nya
merupakan bagian terbesar dari
wilayah Negara kita, yakni sekitar 2/3
atau 70% dari luar wilayah secara
keseluruhan. Tidak sulit
menumbuhkan dan menanamkan
kesadaran masyarakat akan
pentingnya lingkungan laut bagi
kehidupan dimasa mendatang,
selama ada dukungan dari semua
pihak secara utuh dan konsisten.
Untaian pulau-pulau yang
terbentang dari ujung barat Propinsi
Aceh hingga ujung timur Propinsi
Papua menjadi symbol kedaulatan
dan kekayaan sumberdaya alam
Indonesia. Tercatat ada sebanyak
17.504 pulau yang termasuk kedalam
wilayah kedaulatan Republik Indonesia
dengan segala potensinya. Dari sekian
banyak pulau-pulau yang ada, hanya
sebagian kecil yang sudah
tereksploitasi, namun tidak sedikit
yang over-exploited dan mengalami
penurunan kualitas lingkungan seperti
akibat penambangan liar,
penangkapan ikan yang destruktif,
illegal fishing dan kegiatan merugikan
lainnya. Tercatat sekitar 7.870 pulau
telah mempunyai nama, sedangkan
9.634 belum memiliki nama
(Kementerian Dalam Negeri, 2004).
Kemudian jika kita merenung lebih
jauh mengenai potensi laut yang kita
miliki, tentu hal ini akan membuat rasa
cinta dan nasionalisme kita akan
semakin berkobar. Hal ini cukup
beralasan karena berdasarkan
temuan-temuan yang terpublikasikan
belakangan ini oleh beberapa
lembaga riset pemerintah (BRKP-KKP,
LIPI, BPPT) maupun asing (IFREMER-
Prancis, JAMSTEC-Jepang, NOAA-
USA) yang melakukan riset bersama di
perairan Indonesia. Sumberdaya Ikan
dan non-ikan ternyata sangat
melimpah di perairan Indonesia, mulai
dari mineral didasar laut, harta karun
URGENSI PENDIDIKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA
Oleh: Afriani Kusdinar
Perspektif
SARANGHAE-September 2010
dari muatan kapal tenggelam, energy gelombang (OTEC),
komoditas perikanan (tuna, rumput laut, udang, ikan hias,
dsb), species ikan laut dalam, hingga potensi air mineral
laut dalam. Mungkin itu sebagian kecil yang bisa
disebutkan disini, selain masih banyak hasil-hasil riset yang
dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup generasi
berikutnya.
Kesadaran akan potensi lautan yang dimiliki bangsa
Indonesia sudah terjadi sejak 53 tahun yang lalu, tepatnya
ketika perdana menteri Djuanda Kartawidjaja
mendeklarasikan apa yang dinamakan Deklarasi Djuanda
pada tanggal 13 desember 1957. Saat ini tanggal 13
Desember dikukuhkan sebagai Hari Nusantara dan
diperingati secara Nasional. Kemudian pemerintah
menunjukkan dukungannya untuk pembangunan kelautan
dan perikanan Indonesia, hal ini dengan dibentuknya
sebuah Departemen yang berfokus menangani masalah
Kelautan dan Perikanan yakni Departemen Eksplorasi Laut
pada tahun 1999. Berdasarkan perkembangan tugas dan
fungsinya nomenklaturnya berubah menjadi Kementerian
Kelautan dan Perikanan pada tahun 2009. Selanjutnya
bermunculan sekolah-sekolah menengah bidang Kelautan
dan Perikanan, hingga pada akhirnya Kementerian
Pendidikan Nasional turut mendukung mendirikan SMK
bidang kelautan dan perikanan di hampir setiap Kabupaten
yang memiliki wilayah laut. Di tingkat perguruan tinggi pun
optimalisasi fakultas-fakultas yang berkaitan dengan
kelautan dan perikanan marak dilaksanakan.
Banyak harapan dibebankan dipundak para tunas
bangsa yang sedang memperdalam ilmunya dibidang
kelautan dan perikanan, sehingga suatu saat dapat
menjadi panutan bangsanya untuk membangun Indonesia
menjadi Negara yang mandiri karena potensinya.
Mewujudkan impian para pendahulu bangsa,
kemerdekaan yang hakiki disegala bidang, impian
Indonesia Emas! ***
Pendidikan Sumber Kemajuan Bangsa
“Siapapun berhak bahagia, Siapapun
berhak sukses dan Siapapun berhak
mendapatkan pendidikan”.
Kemajuan pendidikan tanah air semakin terlihat
dengan semakin meningkatnya anggaran yang
pemerintah alokasikan untuk pendidikan. Meski
belum seperti beberapa Negara yang menerapkan
pendidikan gratis, namun kita dapat sedikit
tersenyum melihat kemajuan pendidikan Indonesia.
Ini juga terlihat jelas dengan adanya dana Bantuan
Operasional Sekolah yang diberikan pemerintah
kepada sekolah-sekolah yang membutuhkan.
Meskipun entah mengapa peliknya permasalahan
tanah air juga tetap menyeret beberapa oknum
yang menyelewengkan kepercayaan pemerintah
dan tega mengambil hak orang lain.
Seolah tak ada habisnya jika membicarakan hal ini.
Semoga saja sekolah-sekolah yang membutuhkan
BOS akan mendapatkan haknya dan kembali
melahirkan putra-putri terbaik bangsa yang kelak
akan membawa negeri ini menjadi negeri yang
lebih tegas dan berwibawa.
Berbicara mengenai pendidikan, tak hanya untuk
pendidikan sekolah namun juga hingga ke jenjang
universitas atau lebih dikenal pendidikan tinggi,
pemerintah kita tetap mengupayakan agar
siapapun dpat menjadi sarjana dan jenjang tinggi
lainnya melalui Universitas Terbuka (UT). PPI Korea
yang biasa disebut PERPIKA (Persatuan Pelajar
Indonesia di Korea Selatan) mencoba
menjembatani jalannya kegiatan UT di Korea.
Upaya Universitas Terbuka (UT) untuk melayani
para Buruh Migran Indonesia (BMI) di luar negeri
sudah semakin meluas. Baru-baru ini, pembukaan
layanan pendidikan UT di Hong Kong telah berjalan,
dan kini UT sedang menjajaki kembali layanan
pendidikan untuk BMI di Korea Selatan. Pertemuan
pertama dilakukan via skype teleconference
dengan calon pengurus kelompok belajar
mahasiswa di Seoul pada tanggal 28 Juli 2010 lalu
yang diwakili oleh Sdr. Hadi Teguh Yudistira,
pengurus Persatuan Pelajar Indonesia di Korea
(Perpika). Pertemuan kedua juga dilakukan melalui
skype teleconference oleh Purek IV, Ka.UPBJJ-UT
Jakarta serta Ast. Purek IV di ruang kerja PR IV
pada tanggal 25 Agustus 2010 dengan Konsul
untuk Seoul, Korea Selatan, Bapak Drs. Ahmad
Muliakarnida didampingi Ibu Dwi Rohmawati, S.Ip.
serta pihak PERPIKA diwakili oleh Sdri. Elvira Fidelia
Tanjung (Presiden PERPIKA), Sdri. Merisha
Hastarina (Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
PERPIKA) serta Sdr. Hadi Teguh Yudhistira (Mentri
Pengabdian Masyarakat PERPIKA).
Sampai dengan pertemun kedua ini banyak hal
telah dibahas diantaranya berkaitan dengan
pemaparan UT secara umum dan sistem
perkuliahan di UT khususnya mulai dari registrasi,
tutorial, ujian dan pembiayaan. Dalam waktu dekat,
kantor PR IV berencana untuk lebih mematangkan
rencana pembukaan layanan pendidikan UT di
Korea tersebut melalui kunjungan resmi ke KBRI di
Korea Selatan, calon pengurus kelompok belajar di
Seoul, dan para peminat pendidikan UT di Korea.
Majulah Indonesia-ku, majulah bangsa-ku, majulah
pendidikan-ku. “Mari kita bangun kathulistiwa”.
(red.)/(sumber: catatan perpika)
Let’s Listen to This!
SARANGHAE-September 2010
Winterplay (왼터플래인)
Personel : 이주한 Lee Joo Han (Trumpet dan leader), 문혜원 Moon Hye Won (Vokal), 최우원 Choi Woo
Joon (Gitar), 소은규 So Eun Kyu (Contrabass)
Grup band ini adalah salah satu grup band yang patut diperhitungkan. Grup beraliran jazz quartet ini mempunyai musikalitas yang tinggi, dan mereka percaya bahwa kohesi mereka, dapat memperluas industry music “popjazz” di Asia.
Pada tahun 2008, melalui kinerjanya dalam pembuatan lagu
pada , iklan, film, musik, bahkan hingga drama soundtrack telah diakui dan mendapat perhatian dari mancanegara. Pada bulan Oktober 2008 mereka bahkan telah berhasil memberikan kekuatan jazz pada acara "Tokyo Jepang Pasar Asia Musik" sebagai bintang tamu mancanegara. Semenjak itulah mereka mulai menginjakkan kaki pada keberhasilan pasar musik luar negeri.
Clazziquai (클라직콰이)
Personel : DJ 클래지 DJ Clazzi (Komposer, mixing, produser)/ 김성훈 Kim Sung Hoon, 호란 Horan (Vokal)/
최 수진 Choi Sujin, 일렉스 Alex Chu(Vokal) / 추헌군 Chu Hon Gun, 크리스티니 Christina Chu (Vokal)
Band yang terbentuk pada tahun 2001 ini adalah band yang tergolong unik, mereka menyuguhkan beragam macam genre musik, dari mulai Jazz chill out& lounge sampai pop.
Pada tanggal 2 Maret 2005, ajang bergengsi Penghargaan Musik Pop Korea mereka mendapatkan penghargaan ' Best Pop '. Pada tahun yang sama Clazziquai berhasil menduduki peringkat terbaik dari lagu drama MBC 'My Name is Kim Sam Soon'. Kini Clazziquai adalah salah satu band yang makin dicintai oleh para pendengar music di Korea.
Apollo 18 (아폴로 18)
Let’s Listen to This!
SARANGHAE-September 2010
Personel : 김대인 Kim Dae-Inn (Bass/Vocal), 최현석 Choi Hyun Seok (Guitar/Vokal), 이상윤 Lee Sang Yun (Drum)
Apollo 18 adalah sebuah band rock yang sangat direkomendasikan terlahir dari Korea’s Underground Rock Scene. Hongdae live house pada awal Pebruari menjadi saksi bisu akan pertunjukkan pertama yang mereka sajikan dalam dunia permusikan. Grup rock band yang terdiri dari tiga personil ini mendapatkan pernghargaan pendatang baru terbaik pada tahun dari EBS (Education Broadcasting Station) dan KOCCA (Korea Creative Content Agency). Hasil jerih payah
yang telah mendapatkan pengakuan tersebut membuat mereka mendapatkan kesempatan memperdengarkan hasil kreasi mereka pada Jisan Valley Rock Festival dan Incheon Pentaport Rock Festival. Hal ini membuat mereka menjadi satu-satunya band yang tampil pada dua festival rock musim panas paling bergengsi.
Jambinai (잠비나이)
Personel : 이일우 Eeru (Piri, Guitars), 김보미 Kim Bomi (Haegeum), 심은용 Sim Eunyong (Geomungo)
Ketiga personel diatas telah memainkan alat music tradisional Korea sejak berada di bangku SMP di mengemban ilmu di sekolah khusus music tradisional Korea. Meski mereka memainkan alat music tradisional tetapi musik yang ditawarkan jauh dari tradisional. Musik yang terlahir dari Jambinai beraliran post-rock dan kemungkinan akan menuju grind core. Salah satu tujuan dari grup ini adalah menghilangkan penghalang yang memisahkan music tradisional dengan music barat. Hmm..jenis musik rock
dihasilkan dari alat musik tradisional Korea? Menarik dan dijamin telinga pendengar akan terbuai.
10cm
Personel : 권정열 Kwon Jung Yeol (Vokal Utama dan Perkusi), 윤철종 Yoon Cheol Jong (Vokal, Tamborin,
dan Gitar)
Let’s Listen to This!
SARANGHAE-September 2010
Duo musisi ini mendapatkan
penghargaan sebagai musisi kedua terbanyak yang menggelar pertunjukan pada klub-klub berlokasi di Hongdae pada tahun 2009. Mereka mendeskripsikan diri mereka sendiri sebagai orang yang dapat ‘mengeluarkan keseksian pada sebuah lagu dengan kecerdasan dan arogansi suara musik NY Manhattan’. Sebuah suara musik karangan mereka sendiri yang mendeskripsikan keringanan musik yang di hasilkan dari duet akustik. Sebuah musik yang
dapat di dengar oleh semua orang pada saat bersantai. Sebuah musik yang sederhana dan tidak terlalu menonjol namun bila di dengar terus menerus akan berdengung setiap saat di dalam kuping dan tak akan bisa lepas.
Bard (바드)
Personel : 박혜리 Park Hye Ri (Vocal, Accordion, Irish Whistle), 김정환 Kim Jung Hwan/ Ruvin (Vocal,
Guitar, Banjo), 윤종수 Yoon Jong Soo (Fiddle), 이수혁 Lee Soo Hyeok (Perkusi).
Bard adalah sebuah band unik dari Korea yang menggeluti Irish Folk sebagai pembuluh darah music mereka. Musik dari tanah seberang sana, Irlandia, menjadi inspirasi jalan yang mereka pilih. Keputusan mereka untuk menekuni jenis music ini adalah keputusan yang besar mengingat tidak banyak musisi memilih di jalan ini terutama jika mereka sendiri bukan dari Irlandia. Namun hal tersebut tidak menghentikan kecintaan mereka pada Irish Folk dan bertekad membuktikan bahwa inpirasilah yang dapat membuat mereka dewasa. Dari nama yang mereka pilih, sebuah kata dari kebudayaan Gaelic yang berarti penyair Celtic kuno, terlihat betapa jenis musik ini sangat berperan penting dalam permusikan mereka.
Oleh : Indria Herman, KAIST
Movie Corner
SARANGHAE-September 2010
Taegukgi : The Brotherhood of War (태극기 휘날리며 – Taegukgi Hwinallimyo)
Taegukgi merupakan salah satu film perang tersukses yang
pernah dibuat oleh Korea Selatan. Perang yang membelah satu
Negara menjadi dua hingga sekarang di gambarkan melalui kaca
persaudaraan. Kronologis kejadian pada film ini memperlihatkan salah
satu periode gelap dengan akurat baik waktu maupun tempat kejadian.
Cerita berawal dengan dua bersaudara Jin-tae Lee (Jang
Dong-gun) dan adiknya Jin-seok (Won Bin) yang hidup pada tahun
1950. Di tahun yang sama, invasi Korea Utara terhadap Korea Selatan
memanggil hati Jin-Seok untuk membela negaranya. Jin-tae yang
sangat menyayangi adiknya berusaha menggagalkan niat adiknya
pada saat para calon tentara muda pergi ke tempat pelatihan
menggunakan kereta. Namun, usaha Jin-tae gagal dan memutuskan
bergabung dalam angkatan bersenjata untuk melindungi adiknya.
Persaudaraan yang kuat dan kasih sayang seorang kakak
pada adiknya menonjolkan sisi lain dari film perang ini. Kasih sayang
tersebut berkembang menjadi beberapa bentuk emosi yang membuat
pandangan mata tak lepas dari layar.
The Case of Itaewon Homicide (이태원 살인사건 – Itaewon Salinsageon)
Yang menarik dari perjanjian damai perang Korea adalah
gencatan senjata bukan dibuat antara Korea Utara dengan Korea
Selatan melainkan antara Korea Utara dengan U.N dimana Amerika
Serikat memiliki andil besar didalamnya. Hal inilah membuat warga
Amerika di Korea Selatan memiliki “hak khusus” yang tak tertulis
terutama keluarga dalam pangkalan tentara Amerika yang berlokasi di
Itaewon.
Kasus nyata misteri pembunuhan yang belum terungkap
pada tahun 1997 berlokasi di kamar kecil Burger King Itaewon di
angkat dan diceritakan dengan baik dengan segala pro dan kontranya.
Seorang remaja Korea Jong-pil Jo dan kekasihnya singgah
ke restoran cepat saji di lingkungan multikultural Itaewon setelah lelah
belajar di perpustakaan untuk melepaskan dahaga dan sedikit
mengganjal perut sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Saat
menunggu pesanan datang, Jong-Pil pergi ke kamar kecil. Tak lama
kemudian dua remaja dari gerombolan remaja asing yang sedang
berkumpul, Pearson (Jang Geun-Suk) and Alex (Shin Seung-Hwan),
mengikuti jejak Jong-pil. Waktu berlalu dan Jong-Pil pun tak kunjung keluar. Seorang konsumen
memasuki kamar kecil tersebut dan melihat sebuah mayat yang telah dibunuh dengan kejam. Meski
Pearson and Alex menjadi tersangka utama, namun jaksa penuntut umum Park (Jeong Jin-Yeong) tak
kunjung menemukan bukti yang yang kuat untuk memilih siapakah yang mencabut nyawa Jong-pil
dengan paksa.
Le Grand Chef 2 – Kimchi Battle (식객 : 김치전쟁- Sik Gaek : Kimchi Jeon Jaeng)
Movie Corner
SARANGHAE-September 2010
Salah satu cara paling efektif untuk mengenal sebuah
Negara adalah dengan lidah. Indera yang paling sensitif yang dimiliki
manusia ini dapat membuat pengalaman yang tak terlupakan.
Kekuatan sebuah makanan adalah pengontrol emosi
manusia dan kepuasan seorang koki adalah melihat kepuasan pada
orang yang memakannya. Mengkamuflasekan pandangan mata
akan rasa makanan adalah kelincahan tangan dan imajinasi seorang
koki.
Kimchi adalah sebuah makanan khas Korea Selatan yang di
fermentasikan. Makanan yang tidak pernah lepas dari meja makan ini
memiliki warna merah dari bubuk cabe juga memiliki rasa campuran
pedas dan asam.
Film ini bercerita tentang bagaimana segala sesuatunya
berpengaruh dalam menghasilkan sebuah rasa yang membuat lidah
terlena. Gabungan dari segala kualitas bahan yang ditawarkan bumi
serta berjuta rasa dalam setiap bahan mentah yang kerap kali
dilupakan oleh sebagian besar merupakan hidup dan mati ahli
memasak dalam menciptakan sebuah rasa dahsyat.
Delighted? Delighted! (방가? 방가! - Bangga? Bangga!)
Benua Asia adalah benua yang terkenal akan
keanekaragamannya. Hampir setiap negara memiliki keunikannya
masing-masing. Keunikan dari negeri gingseng ini adalah
persamaannya.
Film siap rilis pada akhir September ini adalah sebuah film
yang menggambarkan bagaimana masyarakat Korea melihat orang
asing. Tokoh utama pada film ini, dimainkan oleh aktor komedi Kim-In
Kwon, berperawakan lain dari penduduk lokal pada umumnya.
Melihatnya seperti melihat seseorang dari Asia Selatan karena
kulitnya yang cokelat gelap. Disamping itu perawakannya yang tidak
begitu tinggi dan juga rambutnya yang hitam dan ikal semakin
menekankan bahwa dia bukanlah orang Korea. Persaingan kerja
yang semakin tinggi akibat resesi ekonomi membuatnya harus
mengganti “kewarganegaraannya” menjadi warga negara Bhutan.
Dengan sedikit memberikan intonasi pada suaranya dan mengenal
budaya yang asing dengannya menghadapkannya pada kenyataan
lain.
Oleh : Indria Herman, KAIST
Numpang Iklan..
SARANGHAE-September 2010
GERAI
ABDISSALAM
Weguk Hakseng…..Rocks!!
Contact person
-Andy Tirta (Mas Boy) : 010-4992-7711
Untuk para Akhwat dan Ihwat, teman kita juga menyediakan berbagai baju muslim yang tentunya dengan harga yang terjangkau. Check it out!
http://wegukhakseng.com/2010/
Pulsaku
1. Request minta pulsa ke YM, email, atau Order Box PULSAKU 2. Balasan siap memberi pulsa ke email atau YM Anda 3. Transfer uangnya via Internet Banking 4. Dapetin pulsanya di email or YM
Contact Person : Yodha (010-3414-3999)
Website : www.pulsaaku.com
http://pulsaku-korea.blogspot.com/2010/08/produk-pulsaku.html
Gerai Abdissalam
Menyediakan kebutuhan Muslim dan Muslimah Indonesia khususnya dan Orang Indonesia pada umumnya yang berada di Korea. Pemesanan dilakuakan secara online dan pembayaran dilakukan dengan transfer melalui bank.
Rek.: 110-264-804306 Shinhan Bank, a.n. GILARBUDIRAHARJA.
Telp. : 010-4953-2440
E-mail : [email protected] / www.gerai.abdissalam.com
Pumita Connection
Pemesanan Kartu : Afri - 010 6578 1983 (layanan SMS)
Roni – 010 2945 0699
Pemesanan Tiket : Afri - 010 6578 1983 (layanan SMS)
Sastro – 010 5833 5276
Email : [email protected]
Alamat : Masjid Al Fatah Busan, 30-1 Namsan-Dong
Geumjung-Gu Busan Korea Selatan.