-
SAKRAAMEN PEENGAKUUAN DOOSA DANN RELIGGIUSITAAS
(StudiKa
UNIV
Diajukan
JURU
ERSITAS
asusJemaa
nuntukMeme
SarjanaT
ItaS
11
USAN PE
FAKULT
S ISLAM N
atGerejaKaatedral Jakaarta Pusat)
Skripsi
enuhiPersyarratanMempeerolehGelar
Theologi Islaam (S.Th.I)
Oleh:
SitiNurhallimah
1100321000012
RBANDINNGAN AGGAMA
TAS USHUULUDDINN
NEGRI SY
JAKART
YARIF HI
TA
IDAYATUULLAH
2015
-
SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA DAN RELIGIUSITAS
(Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh
Ita Siti Nurhalimah NIM: 1110032100012
Diperiksa dan disetujui,
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M /1436 H
-
Pr . Dr. Masri Mansoer, MA
LEMBARPENGESAHAN
Skripsi berjudul Sakramen Pengakuan Dosa dan Religiusitas: Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat telah diajukan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 06 Januari 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah-satu syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi (S.Th.!) pada Program Stud; Perbandingan Agama.
Jakarta, 06 Januari 2015
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangakap Anggota
c:Ik~ Dra. Halimah SM, M.Ag
NIP. 19621006 199003 1 002 NIP. ]9590413 1996032001
Anggota
Penguji I Penguji II
~~ .. J Y Ismatu Ropi, MA., Ph.D NIP. 19691] 15 ]99503 1 002
edia Zainul Bahri MA NIP. 19751019200312 1 003
Dosen Pembimbing
-
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Dengan ini saya:
Nama : Ita Siti Nurhalimah
NIM : I I ]0032 1000 I2
Fak/Jur : UshuluddiniPerbandingan Agama
Judul Skripsi :"Sakramen Pengakuan Dosa dan Religiusitas
(Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat) "
Dosen Pembimbing : Drs. M. Nuh Hasan, MA
Menyatakan Bahwa:
I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu Persyaratan memperoleh gelar Strata I (S I) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang beriaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bukan hasil karya saya atau hasil jiplakan dari
karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
MOTTO
Manusia yang paling baik adalah manusia yang bermanfaat untuk sesamanya.
Terus Berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Berusaha bermanfaat untuk keluarga
Berusaha bermanfaat untuk Lingkungan Sekitar
Berusaha Bermanfaat untuk Agama
Berusaha Bermanfaat untuk Negara Tercinta
(Nurhalimah Salim Ataraxia)
-
i
ABSTRAK
Indonesia yang terkenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki
pulau dari Sabang sampai Merauke, dengan berbagai ragam etnis dan suku yang
memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. Dalam segi agama rakyat Indonesia bebas
memeluk agama yang mana saja yang menurutnya benar. Akan tetapi agama yang
diakui secara yuridis oleh pemerintah hanya ada 6 agama yaitu Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Semua agama tersebut mengajarkan
kebenaran dan cinta kasih. Semua agama mengenal istilah dosa dan cara
membersihkan dosa tersebut.
Dalam agama Kristen lebih tepatnya Katolik cara untuk menyucikan dosa
disebut sakramen pengakuan dosa. Setiap prilaku seseorang dalam hal agama biasa
disebut religiusitas seseorang, religiusitas merupakan bentuk ketaatan penganut
agama terhadap agama yang dianutnya yang dibuktikan dengan hubungan manusia
dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan
bumi. Yang menjadi masalah disini adalah bagaimana keterkaitan antara sakramen
pengakuan dosa terhadap religiusitas. Penelitian ini merupakan jawaban atas
kegelisahan penulis ketika berkunjung ke Gereja dan melihat kamar-kamar yang
terletak dibagian pinggir gereja, ternyata itu adalah kamar pengakuan dosa. Penelitian
ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana keterkaitan sakramen pengakuan dosa
terhadap tingkat religiusitas para jemaat gereja.
Dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif, analisis dilakukan
langsung terjun ke lapangan dengan melakukan wawancara terhadap pendeta dan
penyebaran questioner ke Jemaat gereja. Yang menjadi objek dalam penelitian ini
adalah jemaat gereja katedral Jakarta pusat. Kemudian data-data tersebut ditelaah dan
dideskripsikan supaya bisa diketahui keterkaitan dari sakramen pengakuan dosa
tersebut terhadap tingkat religiusitas jemaat gereja katedral Jakarta tersebut. Tingkat
religiusitas jemaat Gereja katedral Jakarta pusat tersebut ternyata meningkat pasca
melakukan sakramen pengakuan dosa. Sakramen pengakuan dosa juga memiliki
keterkaitan dengan religiusitas, karena ada perubahan sikap dan pemahan yang
signifikan pasca melaksanakan sakramen pengakuan dosa tersebut. Ini berdasar kan
tujuh dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Kendler dengan jawaban setuju
untuk pernyataan Favorable dan tidak setuju untuk pernyataan unfavorable.
-
iii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas penulis ucapkan melainkan memanjatkan Puji dan
Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya
sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan Salam semoga
selamanya tercurah limpahkan kepada baginda tercinta, Nabi akhir zaman, yang
membawa umatnya dari zaman Jahiliyah menuju alam yang terang berderang ini
yakni Nabi Muhamad SAW.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini adalah hanya karya kecil yang tidak ada
harganya bila dibandingkan dengan karya-karya besar dari para Penulis yang hebat.
Penulis merasa berhutang banyak kepada pihak-pihak yang telah direpotkan oleh
penulis, baik memberikan dukungan secara moril dan materinya, motivasi,
bingbingan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Karya ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tersayang Mamah
Ooh dan Bapak Salim, mohon maaf anak sulungmu ini belum bisa membahagiakan
kalian, Terimakasih atas segala perhatian, doa dan pengorbanan selama ini yang tidak
bisa penulis ungkapkan karena terlalu banyak pengorbanan yang tidak ada batasnya.
Terimakasih kepada ade tercinta Nining Ratnasari yang selama ini selalu setia
menemani hidupini, selalu menemani saat melaksanakan penelitian, jangan sia-siakan
waktu, isilah waktu dengan hal yang bermanfaat dan jangan sampai menyesal
dikemudian hari. Terimakasih kepada Kedua Nenek yaitu Ema Aop dan Ema Enok
-
iv
atas doa-doanya. Terimakasih kepada Keluarga besar dari Mamah dan Bapak atas
segalanya selama ini.
Tak lupa Penulis haturkan Terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini antara lain:
1. Drs. M. Nuh Hasan, MA., selaku dosen pembimbing yang tidak pernah jemu
memberikan bingbinganya sehingga Penulis bisa menyelesaikan tulisan ini.
2. Prof. Dr. H. Zainun Kamaludin Fakih, MA. Dan Prof. Dr. Masri Mansoer, MA
selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.
3. Keluarga Besar Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
segenap dosen terutama Ibu Hj Siti Nadroh dan Bapak Ismatu Ropi, karyawan
dan seluruh staf yang telah memberikan ilmu dan memberikan fasilitas kepada
penulis dalam melaksanakan study ini terutama om Toto Tohari yang selalu setia
menemani dan membantu dari mulai proses masuk sampai selesai, semoga semua
kebaikan dibalas oleh Allah SWT.
4. Keluarga Besar Pondok Pesantren RAUDATUL MUTA’ALIMIN CILENDEK
Kota Tasikmalaya yang tidak pernah penulis temukan di tempat lain, guru-guru
yang luar biasa, tidak bisa diungkapkan dengan seribu ungkapan namun penulis
bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar ini.
5. Keluarga besar paroki Gereja katedral Jakarta terutama Mas Hendrik, Romo
Cesar Yanto dan para jemaat atas bantuanya selama ini.
-
v
6. Sahabat-sahabat tersayang Sonia, Miftahulma’wah dan Ema yang selalu
memberikan bantuan moril dan materinya, terimakasih banyak atas semuanya
selama ini.
7. Teman-teman seperjuangan Perbandingan Agama angkatan 2010 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Sahabat Elita dan Rita terimakasih atas kebersamaan
selama ini. Dan yang memiliki cerita indah diakhir perjuangan penulisan ini
bersama Fatma Utami Jauharah dan Rizky Yazid.
8. Keluargabesar IMM cabang Ciputat dan keluarga besar Himalaya Jakarta.
9. Keluarga besar kaukus muda ponpes Raudatul mutaalimin cilendek Kota
Tasikmalaya.
10. Seseorang yang selalu menemani penulis hamper 7 tahun semoga kita diberikan
kesempatan untuk terus hidup bersama menjalankan Syariat Allah SWT dan
mengikuti sunnah Nabi SAW.
11. Sahabat-sahabat terkasih Ina nurjanah, Epin kurniasih, Nina nurmilah, Ai
nurfatwa, Dini Fitriani, Miftah Farid dan Wandi Riswandi yang telah berjuang
bersama untuk terus melaksanakan Tholabulilmi, ayo semuanya semangat tinggal
beberapa langkah lagi.
12. Kelompok KKN TOA terimakasih untuk kebersamaan walau hanya 1 bulan tetapi
sangat berkesan.
Alhamdulillah dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis bisa
menyelesaikan pendidikan jenjang S1 ini dan penulis haturkan Terimakasih yang
-
vi
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah memberikan bantuan dan
dukunganya selamaini.
-
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..VI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………...4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………4
D. Manfaat Penelitian……………………………………………. 5
E. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori…………………………5
F. Metodologi Penelitian………………………………………… 7
G. Sistematika Penulisan…………………………………………..8
BAB II PEMBAHASAN SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA DAN
RELIGIUSITAS
A. Konsep Dosa……………………………………………………9
B. Konsep Dosa Waris……………………………………………13
C. Konsep Sakramen Pengakuan Dosa………………………….. 18
D. Konsep Penebusan Dosa………………………………………20
E. Tata Cara Pengakuan Dosa…………………………………….22
F. Konsep Religiusitas…………………………………………….25
-
vii
BAB III GEREJA KATEDRAL JAKARTA DAN JEMAATNYA
A. Sejarah Gereja ……………….………………………………28
B. Struktur Organisasi Paroki Gereja………………..………….39
D. Jemaat Gereja………………..……………………………… 41
BAB IV KETERKAITAN SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA TERHADAP
RELIGIUSITAS
A. Temuan-Temuan dalam Penelitian dan Analisa Penulis……..42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………58
B. Saran-saran………………………….........................................59
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….60
LAMPIRAN………………………………………………………………………63
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia yang terkenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki
pulau dari Sabang sampai Merauke, dengan berbagai ragam etnis dan suku yang
memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. Dilihat dari sejarahnya agama maka agama
memiliki dua jenis yang dapat dikategorikan menjadi duajenis yaitu: 1) agama lokal
seperti agama Parmalim di Sumatra Utara, agama Kaharingan pada masyarakat
Dayak, agama Alattodolo di Tana Toraja dan yang lainya; 2) agama yang datang dari
luar Nusantara seperti Hindu dan Buddha dari India; Khonghucu dan Tao dari
Tiongkok; Kristen dan Katolik dari Eropa; dan Islam dari Timur Tengah.
Semua agama yang datang dari Nusantara itu mempunyai sejarah panjang
untuk bisa diakui dan diterima oleh warga Indonesia. Sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Tahun 2005 pemeluk agama Islam
87,20%, Kristen 6,20%, Katolik 3,32%, Hindu 2,20% dan Buddha1,07%.1
Dari data di atas terbukti bahwa agama yang dianut di Indonesia bukan hanya
agama Islam saja melainkan agama-agama yang lain termasuk agama Kristen. Kristen
berasal dari kata Kristus, yang artinya gelar kehormatan keagamaan untuk Yesus dari
Nazareth, Kristus dari bahasa Yunani yang berarti“diurapi”.
1Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi Kebijakan dan Peraturan Perundang-
Undangan Kerukunan Umat Beragama (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang
dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012), h. 2.
-
2
Dalam tradisi gereja ada istilah sakramen, namun ada perbedaan antara tradisi
Gereja Katolik dan Protestan. Dalam Gereja Katolik ada tujuh sakramen yaitu:
sakramen baptis suci, peneguhan iman, pengakuan dosa, Ekaristi, pengurapan minyak
akhir, imamat kudusdan pernikahan, sedangkan dalam Protestan ada dua sakramen
yaitu sakramen baptis suci dan sakramen ekaristi.2
Istilah Katolik berasal dari bahasa Yunani “Katholikos” yang maksudnya
adalah ajaran terbesar di seluruh dunia atau dapat diterima diseluruh dunia, yang
pertama memakai istilah Katolik adalah “Ignatius dari Antiokia”. Lebih lanjut dari
kata Katolik dianggap sebagai nama ajaran gereja yang dipandang besar sebagai
lawan dari ajaran yang muncul di zaman permulaannya. Agama Katolik ini tumbuh
pada awal abad keempat Masehi dimana gereja mendapat pengakuan resmi dari
Kaisar Romawi Konstantin Agung.3
Yesus Kristus adalah pendiri dari agama Kristen, tepatnya Katolik. Nama
“Yesus” berasal dari bahasa Yunani “lesous” yang berasal dari bahasa Ibrani
“yehosyua” dalam bahasa Indonesia dipakai kata Yosua yang artinya Yahweh adalah
penyelamat. Dia adalah orang yang dijanjikan sebagai Messiah yang diuraikan dalam
Perjanjian Lama dengan perantaraan para Nabi. Yesus Kristus berasal dari Nazaret
yang dilahirkan sekitar tahun 7-5 SM atau tahun ke-4 M. Pada usia 27 tahun Ia mulai
mengajarkan ajarannya di Galelia dan kemudian ajarannya menyebar di kalangan
2Anastigitra, “Perbedaan Katolik dan Protestan,” artikel diakses pada 7 September 2014 dari
http://anastigitra.blogspot.com/2011/11/apa-sih-sebenarnya-yang-membedakan.html 3Desi Miharlina, “Konsep Dosa Dalam Pandangan Agama Katolik dan Pandangan
Islam,”(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, IAIN Wali Songo Semarang, 2010), h.2.
-
3
orang-orang Palestina. Yesus dipercaya pengikutnya sebagai pembawa kabar
gembira, yaitu dengan penebusan dosa.
Dalam setiap agama mengenal istilah dosa, karena setiap manusia yang lahir
kedunia ini tidak luput dari kesalahan dan dosa, konsep ini dalam sebuah hadits yang
artinya ”manusia itu adalah tempatnya salah dan lupa.”Dalam konteks ini setiap
agama memberikan cara atau jalan untuk memperbaiki atau menghapus dosa-dosa
tersebut. Itulah konsep dasar yang berkembang dalam beberapa agama. Dalam Islam
dikenal dengan adanya taubat dan dalam Katolik dikenal dengan istilah sakramen
pengakuan dosa.
Karena Katolik memandang penting tentang sakramen pengakuan dosa
sehingga jelas dalam Perjanjian Baru terdapat bahasan tentang hal ini. Pada awal
pelayananya Yohanes pembaptis mengkhotbahkan suatu baptisan pertobatan untuk
penghapuasan dosa. Sebagaimana disebutkan dalam Alkitab Injil markus pasal 1 ayat
4.
Demikianlah Yohanes pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan:
“Bertobatlah dan biarlah dibaptis dan Allah akan mengampunimu.”
Dalam Katolik dikenal adanya dosa waris dan dosa perbuatan. Dosa waris
merupakan hukuman dari Allah untuk Adam dan Hawa karena telah melanggar
perjanjian dengaNya. Dosa waris menurut keyakinan orang Katolik ditebus oleh
Yesus Kristus, sedangkan dosa perbuatan ditebus oleh manusia itu sendiri dengan
cara melakukan sakramen pengakuan dosa. Panggilan untuk bertobat dan janji
pengampunan menonjol dalam pengajaran Yesus. Menurut Paulus “jadi ketahulailah
-
4
hai saudara-saudara, oleh karena Dia maka diberitakan kepadamu pengampunan
dosa.4
Dalam agama sikap atau perilaku seseorang bisa tergambar dari keseharian
penganut agama tersebut. Sehingga sikap tersebut biasa disebut tingkat religiusitas
seseorang. Yang dimaksud religiusitas adalah prilaku seseorang yang
menggambarkan ketaatan terhadap agama yang dianutnya.
Karena penulis melihat adanya keunikan dalam tradisi Gereja Katolik yang
berkaitan dengan hal sakramen maka penulis tertarik untuk membahas dan
menelitinya secara lebih lanjut. Penelitian ini berjudul Sakramen Pengakuan Dosa
dan Religiusitas, dengan Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk meneliti
tentang dosa dalam agama Katolik, pengakuan dosa dan religiusitas. Dalam penelitian
ini penulis membuat rumusan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana
kaitan sakramen pengakuan dosa terhadap religiusitas jemaat Gereja Katedral
Jakarta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
4Linwood Urban, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2001), h.
128-129.
-
5
a. Untuk mengetahui kaitan sakramen pengakuan dosa terhadap religiusitas para
jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat.
b. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) Theologi Islam
dan ilmu Ushuluddin di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Menjadi bahan rujukan baik secara akademis atau non akademis tentang dosa dalam
agama Katolik untuk kalangan mahasiswa yang membutuhkan atau kalangan lainya.
E. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Untuk melengkapi penelitian ini, penulis melakukan penelitian awal dari
karya-karya sebelumnya yang berkaitan dengan pokok bahasan dan beberapa
diantaranya adalah skripsi tentang “Konsep Dosa dalam Pandangan Agama Katolik
dan Pandangan Islam” yang disusun oleh Desi Miharlina IAIN Semarang. Dalam
tulisan ini dijelaskan konsep dosa dan penebusana, persamaan dan perbedaan, akibat
melakukan dosa menurut pandangan Katolik dan Islam. Penelitian tersebut sifatnya
perbandingan dua agama yaitu Katolik dan Islam, Harun Hadiwijono, dalam bukunya
yang berjudul Iman Kristen, buku ini menjelaskan tentang pengertian dosa menurut
Kristen Katolik yang ada dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bagaimana
dalam Alkitab ini menceritakan manusia jatuh ke dalam dosa yaitu dengan perantara
penggodaan Iblis dan mendapat hukuman dari Allah karena perbuatannyayang telah
melanggar larangan-Nya.Sedangkan dalam penelitian ini lebih fokus pada sakramen
pengakuan dosa dan religiusitas.
-
6
Selain tinjauan pustaka penulis juga mencantumkan landasan teori dalam
penelitian ini, supaya penulisannya tidak kabur dan lebih terarah, dengan
memfokuskan pada tema sakramen pengakuan dosa dan religiusitas.
Sakramen adalah tanda dan sarana kehadiran Allah. Sedangkan dalam sumber
lain sakramen merupakan perayaan iman yang menggunakan tanda atau lambang
konkrit yang menunjukan pada suatu kenyataan rohani.
Dosa adalah kejahatan, kesalahan, kekeliruan atau kekhilafan. Menurut
pandangan agama Kristen dosa adalah setiap pikiran, kata-kata atau tindakan yang
dengan sadar tidak taat terhadap kehendak Allah dan dalam arti tertentu menolak
kebaikan dan cinta Ilahi.Injil Yohanes memandang dosa sebagai ketidakpercayaan
terhadap kristus, kecenderungan memilih kegelapan dari pada cahaya dunia.
Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak
hanya pada kegiatan yang kasat mata tetapi lebih dalam lagi, mencakup aspek
perasaan, motivasi dan aspek batiniah manusia. Dengan demikian religiusitas
memiliki makna yang terkait keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan dan
peribadatan seorang penganut agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam
kehidupannya sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang
menaungi kehidupan manusia.
Dari uraian diatas jelas bahwa sakramen pengakuan dosa dan religiusitas
berarti ingin mengetahui pengertian dosa, cara penebusan dosa dan keterkaitan antara
sakramen pengakuan dosa terhasap religiusitas.
-
7
F. Metodologi Penelitian
F.1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data library
research, wawancara mendalam kepada Pastor dan penyebaran Quesioner kepada 20
Jemaat Gereja Katedral Jakarta.
F.2. Pengolahan Data
Setelah data-data terkumpul, langkah yang diambil peneliti adalah mengolah
data-data yang sudah ada. Proses pengolahan data akan menggambarkan data-data
yang ada. Dari data tersebut berupa pemikiran maupun peristiwa, maka peneliti bisa
menguraikan data-data yang ada supaya bisa dipahami dengan jelas.
F.3. Analisa Data
Analisis pembahasan penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan
metode deskriftif-analisis. Penulis menganalisa dari sumber data terkumpul, setelah
pengumpulan dan pengolahan data terhadap data-data yang didapat, maka sangat
penting untuk menganalisa data. Dengan melakukan analisa data peneliti dapat kritis
terhadap data-data yang didapat.
G. Sistematika Penulisan
Secara garis besar penulisan pembahasan skripsi ini terdiri dari lima
pembahasandengan uraian sebagai berikut:
Bab 1 merupakan pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan
landasan teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II merupakan
-
8
pembahasan tentang konsep sakramen pengakuan dosa dan religiusitas.Terdiri dari
konsep dosa, konsep sakramen pengakuan dosa, tata cara pengakuan dosa dan
konsep religiusitas. Bab III merupakan pembahasan tentang Gereja Katedral Jakarta
dan Jemaatnya, terdiri dari sejarah gereja, letak, struktur organisasi Paroki Gereja dan
jemaat gereja. Bab IV merupakan temuan-temuan dalam penelitian dan analisis
penulis tentang kaitan sakramen pengakuan dosa terhadap religiusitas pada jemaat
gereja katedral Jakarta Pusat. Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan
saran.
-
9
BAB II
SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA DAN RELIGIUSITAS
A. Pengertian Dosa
Dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum Allah. Perbuatan dosa tampak
dalam melawan hukum Allah, yaitu hukum yang tertulis di dalam hukum Taurat.
Orang yang melanggar hukum Allah disebut orang berdosa. Seluruh tabiat orang
berdosa menjadi jahat, rusak dan binasa.Akal, kasih dan kehendak dikuasai dan
dikendalikan oleh dosa sehingga senantiasa perbuatanya melawan hukum Allah.5
Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dosa adalah perbuatan
yang melanggar hukum Tuhan atau agama.6Sedangkan dalam pandangan agama
Katolik dosa adalah setiap pikiran, kata-kata atau tindakan yang dengan sadar tidak
taat terhadap kehendak Allah dan dalam arti tertentu menolak kebaikan dan cinta
Ilahi.7
Dalam Perjanjian Lama ditemukan beberapa kata yang berhubungan dengan
dosa, diantaranya adalah Hatta berasal dari bahasa Ibrani yang berarti jatuh dan
mengurangi standar dari Tuhan yang suci. Allah telah menetapkan suatu standar bagi
manusia. Pada saat manusia diusir dari Eden, dengan itu pula manusia turun dari
standar yang ditetapkan oleh Allah, itulah yang disebut dengan hatta. Dosa
merupakan fakta pelanggaran manusia terhadap Allah yang menyebabkan mereka
5Wellem F.D, Injil dan Marapu (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 307.
6Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), h. 212. 7Becker Dieter, Pedoman Dogmatika; Suatu Konpendium Singkat (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012), h. 102.
-
10
terusir dari Eden. Adapun standar yang diberikan Allah untuk manusia sebelum
mereka diusir dari Eden merupakan standar hidup yang penuh dengan berkat materi.
Hatta standar hidup mereka yang penuh dengan berkat berlimpah berubah menjadi
penderitaan dan kutukan dalam kehidupan.
Kata yang kedua yang berhubungan dengan dosa adalah Avon berasal dari
bahasa Ibrani juga adalah berarti sesuatu "guilty" (kesalahan) atau suatu hal yang
mengakibatkan kita merasa patut dihukum. Istilah ini merupakan penjelasan dari
suatu perasaan di dalam diri yang menganggap bahwa dirinya cacat, atau
menganggap bahwa dirinya tidak benar, sehingga selalu diselimuti perasaan bersalah
di dalam diri tersebut. Hal ini berkaitan dengan fungsi dari hati nurani yang dimiliki
oleh manusia yang berfungsi untuk selalu mengoreksi perbuatan dirinya. Tentunya
avon hanya dimiliki oleh manusia sebagai gambaraan penciptaan-Nya. Dengan
adanya avon di dalam diri manusia, sebagai sarana bagi manusia untuk selalu
mengintrospeksi segala perbuatan yang telah diperbuatnya.
Ketiga adalah Pesha berarti semacam pelanggaran, pelanggaran berarti ada
suatu batas yang sudah ditetapkan, tetapi tetap melewatinya atau sudah ada suatu
standar namun bukan saja tidak bisa mencapai tetapi juga tetap mau melawan atau
melanggar. Maka pengertian ini bersangkut paut dengan suatu pengetahuan yang
jelas, ditambah dengan kemauan yang tidak mau taat. Mengetahui apa itu baik, tetapi
-
11
sengaja melawan. Mengetahui batas sudah di situ, tetapi sengaja mau melewatinya.
Tahu batas dan tahu tidak baik, tapi sengaja melewati, itu disebut "pesha".8
Beberapa sarjana Katolik berpendapat mengenai maksud dari dosa,
diantaranya adalah Paulus. Menurut Paulus dosa dikenal dengan ketidak patuhan dan
keinginan yang tidak benar. Dosa bagi Paulus adalah sesuatu yang harus
dipertanggung jawabkan oleh diri sendiri karena kesalahan yang dilakukan oleh
dirinya. Paulus menyebut orang berdosa sebagai musuh dan pembenci Allah.
Manusia sebagai orang yang berdosa tidak hanya melanggar hukum Allah tetapi ingin
merebut tahta Allah dan melampaui batas antara Allah dengan ciptaanya. Dosa juga
dipahami sebagai malapetaka yang berarti bukan manusia yang menjadi subyek tetapi
dosa yang berdiam diri dalam diri manusia. Karakter dosa yang transsubyektif
berpandangan bahwa dosa manusia diakibatkan oleh dosa Adam.
Menurut Pelagius manusia sejak lahir bersih dari dosa seperti halnya Adam
sebelum kejatuhanya, karena ia masih memiliki kehendak yang bebas maka ia dapat
memilih yang baik dan yang jahat sehingga ia masih mampu berbuat baik. Sarjana
yang lain adalah Thomas Aquinas mengemukakan bahwa dosa dibedakan menjadi
lima bagian diantaranya adalah Peccatum Veriale (dosa yang dapat diampuni),
Peccatum Mortale (dosa berat yang tidak bisa diampuni), Peccatum in Deum, In
Seipsum et in Proximum (dosa terhadap Allah, diri sendiri dan sesama), Peccatum
originale (dosa asali), Peccatum Actuale (dosa perbuatan).9
8Dieter, Pedoman Dogmatika, h. 101.
9Dieter, Pedoman Dogmatika, h. 103-104.
-
12
Sedangkan Karl Barth sebagai sarjana Kristen modern memandang dosa
hanya bisa dikenal dalam pernyataan Allah melalui Kristus, bukan sebelum atau
diluarnya, maka dalam kajian Kristologi kajian tentang dosa adalah salah satu
bahasannya. Hanya dalam diri Kristus kita diberi cermin untuk mengenal diri kita
sebagai orang-orang berdosa. Karl Barth menggelari Kristus dengan nama-nama
berikut: Allah yang benar yaitu Allah yang merendahkan diri dan yang memberi
kedamaian, manusia yang benar yaitu manusia yang telah dinaikan Allah dan yang
memberi kedamaian dan Penjamin dan saksi perdamaian kita.
Karl Barth menyimpulkan adanya tiga bentuk dosa manusia yakni
keangkuhan, kemalasan dan kebodohan. Menurutnya Keangkuhan adalah bentuk
kongkret dari ketidaktaatan dan ketidakpercayaan manusia. Sedangkan Karl Barth
memahami Kemalasan berarti Allah sendiri tidak hanya menunjukan jalan kepada
manusia, tetapi tidak menerobosnya, sehingga sebenarnya manusia tidak boleh
melepaskan diri demi keinginanya sendiri, tidak boleh mencari jalan-jalan yang kabur
dan penuh kecerobohan, kesedihan dan keputusan dengan menentang anugerah yang
telah menghadap, menuntun dan mengatur jalanya.
Lebih lanjut Karl Barth memahami Kebohongan merupakan penghancuran
diri sendiri karena manusia yang berada dibawah kekuasaan dosa dan membohongi
Allah serta diri sendiri mengalami kehancuran personalitas. Dosa tidak dapat
-
13
mengatakan “ya” melaikan hanya kata “tidak”. Dosa tidak dapat membangun
melainkan menghancurkan dan mengakibatkan penderitaan atau maut.10
Secara sedehana dapat disimpulkan bahwa dosa perbuatan manusia muncul
akibat dari adanya dosa waris, yang menjadi hukuman untuk Adam dan Hawa karena
melanggar hukum Allah.
B. Dosa Waris
Dalam beberapa literatur dosa waris adalah dosa yang harus ditanggung setiap
anak manusia akibat kesalahan Adam dan Hawa sebagai bapak manusia semasa di
surga.
B.1. Asal Usul Dosa
Manusia mendapat tugas menjaga Taman Eden (Kejadian 2:15), tetapi tugas
tersebut tidak dijalankannya, karena musuh tidak diusirnya, malah menyerahkan
dirinya kepada kekuasaan musuh itu. Iblis datang kepada manusia untuk menggoda,
sebagai alat untuk menggoda manusia dipakainya binatang ular yang menyampaikan
perkataannya. Ular adalah binatang yang paling cerdik dari segala binatang yang
dijadikan Allah, ular itu mula-mula pergi kepada perempuan itu, lalu berkata:
tentunya Allah berfirman, “Segala pohon dalam taman ini janganlah kamu makan
buahnya, bukan?” ular itu tidak pergi kepada laki-laki tetapi kepada perempuan ini
disengaja oleh iblis.
Lalu sahut perempuan itu kepada ular : ”Buah pohon-pohonan dalam taman
ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada ditengah-tengah, Allah
10
Dieter, Pedoman Dogmatika, h.105-107.
-
14
berfirman:”Jangan kamu makan atau raba buah itu, nanti kamu mati”, tetapi ular itu
berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidah akan mati, tetapi Allah
mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka dan kamu
akan menjadi, seperti Allah tentu tentang yang baik dan yang jahat”. Perempuan itu
melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya lagi pula
pohon itu menarik hati karena memberi pengertian, lalu ia mengambil dari buahnya
dan memakannya dan diberikan kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia dan
suaminya pun memakannya.11
Kemudian Allah menghukum Adam, Hawa dan Iblis dengan cara
mengusirnya dari Taman Firdaus. Sedangkan menurut F.l Bakker hukuman bagi
mereka dikutip dari Firman Allah dalam Perjanjian Lama, dalam Kejadian 3 ayat 1
sampai 3 adalah sebagai berikut:
“Kepada perempuan yang berbunyi: “Bahwa aku akan menambahi segala
kesusahanmu pada masa engkau mengandung, maka dengan kesusahan pun
engkau akan beranak dan engkau akan tekluk pada lakimu dan iapun akan
memerintahkan dikau”.Kepada laki-laki yang berbunyi: “Bahwa sebab engkau
telah mendengar akan kata istrimu, serta memakan buah pohon, yang telah ku
pesan kepadamu jangan engkau makan dia, maka terkutuklah bumi ini karena
engkau akan memakan hasilnya seumur hidupmu”.Kepada ular yang
berbunyi: “Karena engkau telah berbuat demikian, terkutuklah engkau
diantara segala ternak dan diantara segala binatang hutan, dengan perutmulah
engkau akan menjalar, dan debu tanahlah akan kau makan seumur hidupmu.
B.2. Kesalahan Warisan
Kesalahan warisan ini berawal dari Adam dijadikan oleh Tuhan sebagai
kepala manusia. Sebagai kepala umat manusia ia menerima perjanjian dengan Tuhan
11
F.I Bakker, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2004),
h. 24-28.
-
15
dan sebagai kepala umat manusia juga ia melanggar perjanjian itu. Perjanjian
perdamaian tentu hanya dilakukan dengan dua pemimpin bangsa, akan tetapi kedua
bangsa segenapnya itu dianggap menetapkan sendiri perjanjian itu. Maka dari itu
kalau salah satu pemimpin bangsa itu tidak setia pada perjanjian perdamaian itu maka
otomatis bangsanya pun dianggap tidak setia.
Allah dan Adam adalah pihak yang mengadakan perjanjian perdamaian itu
tetapi Adam tidak setia terhadap perjanjianya maka seluruh umat manusia jatuh
kedalam dosa. Paulus berkata”karena seorang dosa masuk kedalam dunia, maka
karena itulah kalian semua berbuat dosa.Allah menghitung kesalahan kita, jadi
dengan langsung inilah yang dinamakan kesalahan warisan”.12
B.3. Kerusakan Warisan
Kerusakan warisan dikarenakan Adam yang dijadikan benih yang akan
mengeluarkan pohon yang besar. Sudah sendirinya keadaan benih menentukan
keadaan pohon kelak. Kalau benihnya baik tentu akan menghasilkan pohon yang
baik. Adam berbuat dosa dijatuhi hukuman, hukuman ini juga berisi kerusakan jiwa
dan tubuh. Orang-orang yang menjadi turunanya juga dilahirkan dengan kerusakan
jiwa dan tubuh. Tidak hanya sakit keadaan manusia sekarang dan tidak sama sekali
sehat melainkan mati. Tidak dapat berbuat baik dan cenderung terus berbuat jahat.
Sudah jelas bahwa segala hidup tidak dapat timbul dari manusia sendiri,
hanya Allah yang dapat memberikan, manusia sendiri sudah mati, manusia sudah
rusak, berarti sudah kehilangan kemuliaan yang telah diberikan Allah (Rm 3:23).
12
Soedarmo, Ichtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), h. 156.
-
16
Kerusakan warisan menjalar dengan kelahiran orang. Tidak langsung dilanjutkan oleh
Allah tetapi ada alatnya yaitu kelahiran.
Dosa warisan dapat menimbulkan pikiran, adakah Allah itu adil kalau
demikian? maka jawabanya jelas Allah itu maha adil, Adam dijadikan sebagai kepala
umat manusia maka segala tindakan dan akibatnya terhitung sebagai tindakan kita
semua yang dikepalai Adam.13
B.4. Hukuman Dosa
Dalam kitab suci dijelaskan bahwa Allah menghukum dosa. Dalam kejadian 2
dan 3, Roma 5:12. hal ini jelas bahwa Allah itu Maha Kasih tetapi Maha Suci tidak
dapat membiarkan dosa. Allah bersifat kebenaran maka tidak dapat mengabaikan
Firman-Nya sendiri.
“Sebab pada hari engkau memakanya pastilah engkau mati”14
Dari penjelasan diatas berati hukuman adalah upah bagi perbuatan yang tidak
baik. Keadilan Allah yang harus menjatuhkan hukuman. Memurnikan yang akan
bergaul dengan Allah, kesuciaan Allah yang memerlukan hal ini.
Kemudian Allah menjelaskan hukuman untuk orang berdosa yang tertulis
jelas dalam Kel 2 ayat 1-7. Hukuman tersebut adalah maut dan hidup manusia
menjadi rusak. Yang dimaksud maut disini ialah perceraian antara apa yang
13
Soedarmo, Ichtisar Dogmatika, h. 157. 14
Alkitab, Kejadian 2:17.
-
17
dihubungkan oleh Allah. Maka perceraian tersebut dapat dibedakan menjadi tiga
bagian di antaranya sebagai berikut:
Pertama Perceraian antara jiwa dengan tubuh. Allah menjadikan manusia
sebagai kesatuan antara jiwa dan tubuh. akan tetapi karena dosa kesatuan ini terpecah.
Tubuh akan kembali pada debu, jiwa akan kembali ke kerajaan jiwa. inilah yang
dinamakan maut badani. Maut badani tidak langsung datang kepada manusia setelah
jatuh kedalam dosa. ini sudah menunjukan anugrah Allah. Allah masih hendak
menyelamatkan manusia, memberi kemungkinan untuk bertobat, dengan demikian
tidak segenap makhluk akan lenyap tetapi inti makhluk akan diselamatkan.15
Kedua Maut adalah perceraian Allah dengan manusia, tidak ada hubungan
yang harmonis lagi.Allah melemparkan manusia karena Allah maha suci sedangkan
manusia adalah berdosa.inilah yang disebut maut rohani. Maut rohani adalah
hukuman terhadap dosa, tiap-tiap manusia merasakan hukuman ini, ia merasakan
perceraian maka merasakan keinginan untuk kembali lagi, tetapi merasa takut karena
yang dicari akan melemparkan manusia lagi, yang dicari ini yaitu Allah dan perasaan
mencari dan takut ini ada pada semua diri manusia.
Ketiga Maut adalah perceraian yang kekal antara Allah dan manusia, jika
manusia terus menerus menolak Allah, kemungkinan yang diberikan Allah untuk
bertobat itu berakhir, kemudian manusia akan ditolak oleh Allah dan dijatuhi
hukuman yang kekal. inilah yang disebut maut yang kekal.16
15
Soedarmo, Ichtisar Dogmatika, h. 158.
-
18
Sedangkan hukuman untuk dosa yang selanjutnya adalah Hidup manusia
menjadi rusak. Ini berawal dari dosa mengubah hidup manusia. dulu manusia itu
berada pada zona enak dan kepuasaan, manusia ditempatkan di Taman Eden tetapi
setelah dosa datang manusia harus bekerja susah payah. dalam fakta yang lain, dalam
perkawinan cinta perempuan menjadi keinginan nafsu, melahirkan akan menjadi
penuh penderitaan, kasih seorang laki-laki kepada perempuan menjadi lebih keras
disebut memerintahkan. singkatnya adalah hidup yang sempurna menjadi hidup yang
penuh kesukaran dan kesusahan. 17
Menurut Penulis Dosa adalah segala sesuatu baik ucapan atau perbuatan yang
melanggar Hukum Tuhan, baik disengaja atau tidak.Akibat dari dosa harus
ditanggung oleh dirinya sendiri.
C. Sakramen Pengakuan Dosa
Sakramen dalam tradisi Kristen adalah tanda dan sarana kehadiran Allah.
Sedangkan dalam sumber lain sakramen merupakan perayaan Iman yang
menggunakan tanda atau lambang konkrit yang menunjukan pada suatu kenyataan
rohani.
Dalam hal sakramen ada perbedaan antara tradisi Gereja Katolik dan
Protestan. Dalam Gereja katolik ada tujuh sakramen yaitu: sakramen baptis suci,
peneguhan Iman, pengakuan dosa, ekaristi (Perjamuan Kudus), pengurapan minyak
Akhir, Imamat Kudus (Pengangkatan Pejabat Gerejawi) dan Pernikahan.Sedangkan
dalam tradisi Gereja Protestan hanya ada dua sakramen yaitu sakramen baptis suci
17
Soedarmo, Ichtisar Dogmatika, h. 159-160.
-
19
dan sakramen ekaristi.Tujuh sakramen gereja tidak hanya menunjuk pada suatu
kenyataan (rahmat atau keselamatan), melainkan menghantarkannya kepada orang
yang beriman.18
Sedangkan yang dimaksud sakramen pengakuan dosa adalah suatu tradisi
Gereja Katolik dimana Yesus telah memberikan kuasa kepada murid- muridnya untuk
melakukan pengampunan dosa, sebagai pelantara manusia dan Allah.Sakramen
sangat perlu dilakukan karena menjadi mediator untuk menghubungkan manusia
dengan Allah. inilah urutan pemberian kuasa dari Yesus kepada murid-muridnya.
Skema 1
18
Adolf Heuken S, Ensiklopedia Gereja IV (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1995), h.
143.
Yesus
Petrus
Paus
Uskup
-
20
19
D. Penebusan Dosa
Penebusan dosa dianggap penting dalam teologi Perjanjian Baru. Doktrin
penebusan dosa juga dianggap sangat penting bagi para penganutnya. penebusan dosa
adalah istilah teologi yang menunjukkan doktrin atau ajaran-ajaran tentang perlunya
suatu cara untuk suatu bentuk pemuasan atau pemilihan dosa yang membawa
perdamaian antara Tuhan dan manusia. Menurut teori ini hubungan antara Tuhan dan
manusia (Adam) adalah baik dan menyenangkan sebelum Adam membuat
pelanggaran memakan buah larangan di surga itu, yang menyebabkan ia berdosa dan
harus mati. Dalam Perjanjian Baru penebusan dibedakan menjadi tiga penjelasan
diantaranya sebagai berikut:
Pertama keadaan yang membutuhkan penebusan, hal ini dipahami dari
perhambaan yang pada zaman Perjanjian Baru dikenal secara luas, budak-budak
dapat dibebaskan dari belenggu dengan cara pembayaran harga tukar yang
setara.20
wawasan Perjanjian Baru mengenai perhambaan dalam arti rohani, yaitu di
bawah kuasa dosa. Kedua tindakan penebusan, Perjanjian Baru dengan tegas
menghubungkan harga penebusan itu kepada kematian Kristus.KetigaPercaya kepada
orang yang ditebus, kini menjadi milik Allah dan keadaan ini membawa serta
kewajiban-kewajiban moral yang baru dalam Perjanjian Baru.wawasan “Dibebaskan
19
Wawancara Pribadi dengan Romo Yustinus Cesar Yanto, Jakarta, 10 November 2014. 20
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 : Misi, Kristen, Roh Kudus, Kehidupan
Kristen(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), h. 103-104.
Pastor
-
21
untuk Allah” semua ini dihubungkan dengan gagasan kembarnya yakni “Dibebaskan
dari dosa”21
Dari sejarah dosa ini Allah akan membangkitkan, seorang penyelamat yang
akan mengubahnya menjadi sejarah keselamatan, dengan cara yang mirip dalam
memunculkan manusia, Allah kini membawa evolusi manusia lewat perencanaan
baru Roh Kudus, Allah mempersiapkan penjelamaan Putra-Nya dalam umat manusia
yang jatuh. manusia baru ini akan menjadi penyelamat dunia dengan pertama-tama
menjadi penyelamat manusia, rekapitulasi ini akan mengangkat dan menyelamatkan
dunia.22
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan jelas mengatakan bahwa semua
orang adalah orang berdosa. Kita berdosa terhadap Allah Yang Kudus dan Yang
Maha, penebusan harus dilakukan supaya kita dapat memiliki persekutuan dengan
Allah. karena dosa telah merusak sampai kepada tindakan kita yang paling baik,
maka kita tidak dapat memberikan persembahan korban yang memadai atau
memenuhi syarat, sebab persembahan korban kita pun sudah tercemar dan
membutukan korban persembahan yang lain untuk menutupi cacatnya23
.
Kata kunci dalam Alkitab yang berkaitan dengan penebusan dosa adalah
“untuk kita/ atas nama kita”. Tuhan Yesus tidak mati untuk diri-Nya sendiri, Dia
mengambil tempat kita dengan menggenapi peran-Nya sebagai Anak Domba.Allah
yang menghapuskan dosa dunia. 64 Penebusan dosa melalui penyaliban Yesus
21
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, h. 105. 22
Kosmos Tanda Keagungan Allah (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h. 134-135. 23
Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen (Malang: Literatur Saat, 2000), h. 231.
-
22
bertalian erat dengan doktrin yang mengatakan bahwa Yesus itu „manusia sebenar-
benar manusia‟ dan sekaligus „Tuhan yang sebenar-benar Tuhan‟ seperti dirumuskan
dalam konseli Nicea yang menetapkan Ketuhanan Tritunggal.24
Setiap orang katolik diharuskan mengakui dosa 1 kali dalam 1 tahun. Namun
dalam fakta dan kebiasaanya orang-orang katolik mengakui dosanya 2 kali dalam 1
tahun yaitu ketika hari Pascah dan Natal.
E. Tata Cara Sakramen Pengampunan Dosa
Dalam istilah lain sakramen pengampunan dosa dikenal dengan sakramen
rekonsilasi. Setiap dosa merupakan pembangkangan terhadap Allah dan memutuskan
persahabatan kita dengan dia. Maka tujuan akhir dari perayaan tobat adalah
Rekonsiliasi yakni agar kita kembali mengasihi Allah, kita kembali berdamai dengan
Bapak yang lebih dulu mengasihi kita, berdamai dengan Kristus yang telah
menyerahkan diri bagi kita dan berdamai dengan roh kudus yang bersemayam dalam
diri kita.
A.1. Tata cara Rekonsiliasi
Gereja menawarkan tiga cara untuk mendamaikan pentobat dengan Allah.
Yaitu sebagai berikut:
Pertama Tata cara rekonsilisasi Jemaat dengan pengakuan dan Absolusi
Perorangan. Yang dimaksud rekonsilisasi jemaat dengan pengakuan dan absolusi
perorangan yakni pola pengakuan perorangan yang didahului dengan ibadat tobat
24
M. Hashem, Misteri Darah dan Penebusan Dosa, Dimata Agama Purba, Yahudi, Kristen
dan Islam (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), h.251.
-
23
bersama.Dalam hal ini gereja menganjurkan kalau sejumlah petobat berkumpul untuk
melaksanakan Rekonsiliasi tepat sekali kalau disiapkan untuk sakramen Rekonsiliasi
dengan perayaan sabda.25
Perayaan ini menunjukan lebih jelas bahwa jemaat dari rekonsiliasi. Kaum
beriman bersama sama mendengarkan sabda, yang memaklumkan kerahiman Allah
dan mengundang mereka untuk bertobat. Bersama sama membandingkan hidupnya
dengan sabda Allah dan saling membantu lewat doa bersama. Setelah para petobat
mengaku dosa dan menerima ampun masing-masing kemudian mereka memuji Allah
karena pengampunan yang sudah di terima.
Kedua Tata Cara Rekonsiliasi Perorangan. Pengakuan dosa dengan absolusi
perorangan merupakan satu-satunya cara yang lazim bagi kaum beriman untuk
berdamai dengan Allah dan gereja. Hanya ketidak mampuan fisik dan moral dapat
membebaskan mereka dari cara pengakuan tersebut. Rekonsiliasi perorangan
dilaksanakan dalam ibadat singkat sebagai berikut:
Tanda Salib
Setelah masuk ke tempat pengakuan, petobat langsung berlutut atau duduk
lalu membuat tanda salib.
Salam dari imam
Liturgi Tobat
Bapa berkatilah saya supaya dapat mengaku dosa dengan baik.
Pengakuan saya yang terakhir sejak ............yang lalu.
25
Komisi Liturgi KWI, Puji Syukur (Jakarta: Obor Anggota IKAPI, 2010), h. 115.
-
24
Dosa-dosa saya ialah...................................................
Itulah dosa-dosa saya dan mungkin masih ada dosa- dosa yang lain
yang saya lupakan, saya menyesal atas dosa-dosa saya dan dengan rendah hati mohon
ampun dan penitesi yang berguna bagi saya.
( imam memberikan nasehat dan penitensi lalu dilanjut doa tobat dan solusi )
DOA TOBAT
Allah yang maha Rahim aku menyesal atas semua dosaku sebab patut aku
engkau hukum terutama karena telah menghina engkau yang maha baik dan maha
murah bagiku. Aku benci akan semua dosaku dan aku berjanji dengan pertolongan
rahmatmu dan hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah
kasihilah orang berdosa ini. Amin
Sesudah mendengarkan Nasihat Imamdan diberi tahu mengenai laku tobat
yang harus dilakukan petobat adalah membaca doa tobat. Sesudah diberi absolusi,
petobat membuat tanda salib, mengucapkan terimakasih kepada bapak pengakuan
lalu mengundurkan diri untuk bersyukur atas pengampunan.
Ketiga Tata cara Rekonsiliasi Jemaat dengan Pengakuan dan Absolusi umum.
Ibadat tobat ini tanpak pengakuan perorangan, mengaku dosa secara umum lalu
mendapat pengampunan.Dalam kondisi terdesak imam dapat bahkan perlu
memberikan absolusi umum kepada sejumlah petobat tanpa harus didahului
pengakuan perorangan, misalnya dalam kasus bahaya mati.26
26
Komisi Liturgi KWI, Puji Syukur, h. 116.
-
25
F. Religiusitas dalam studi Agama
Religiusitas adalah prilaku seseorang yang mencerminkan ketaatanya kepada
agama yang dianutnya, yang dibuktikan dengan hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia dan manusia dengan bumi.
Salah satu Psikolog terkenal yang bernama Kendler mengemukakan bahwa
religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya
pada kegiatan yang kasat mata tetapi lebih dalam lagi, mencakup aspek perasaan,
motivasi dan aspek batiniah manusia.dengan demikian religiusitas memiliki makna
yang terkait keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan dan peribadatan
seorang penganut agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam kehidupannya
sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang menaungi
kehidupan manusia.27
Lebih lanjut menurut Kendler religiusitas terdiri dari beberapa aspek yaitu
sebagai berikut:
1. Religius Umum (General Religiosity)
Merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal
yang berkaitan dengan spiritual, seperti menghayati (sensing) keberadaan mereka
selama di alam semesta serta keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan
sehari-hari maupun ketika sedang bertemu masalah.
2. Religius Sosial (Sosial Religiosity)
27
Kenneth S Kendler, dkk.,“Dimensions of Religiosity and Their Relationship to Lifetime
Psychiatric and Substance Use Disorders.”(Am J Psychiatry 160:3, 2003), h.498.
-
26
Pada dimensi ini merefleksikan tingkat interaksi seseorang dengan individu
religius lainnya.hal ini juga menggambarkan frekuensi kehadiran di tempat beribadah
sehingga dimensi ini disebut social religiosity.Social religiosity dianggap sama
dengan apa yang kita istilahkan dengan religious social support.
3. Keterlibatan Tuhan (Involve God)
Merefleksikan sebuah kepercayaan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara
aktif dan positif dalam urusan manusia sehari-hari.
4. Sikap memaafkan (Forgiveness)
Kendler dkk menggambarkan forgiveneess sebagai sikap perhatian, cinta
kasih, dan memaafkan kepada sesama, sehingga dimensi ini tidak memunculkan
istilah Tuhan karena ingin mengukur sikap memaafkan terhadap sesama individu.
5. Tuhan sebagai Penetap Takdir (God as judge).
Dimensi ini menggambarkan tentang kepercayaan bahwa Tuhan akan
memberi ganjaran dari apa yang telah kita lakukan, seperti saat kita melakukan hal
baik maka Tuhan akan memberikan pahala, sebaliknya saat kita melakukan kesalahan
Tuhan akan memberikan hukuman.
6. Rasa Tidak Dendam (Unvengefulness)
menggambarkan perilaku yang tidak mendendam yaitu mencerminkan suatu
perilaku yang tidak menaruh rasa dendam.
7. Bersyukur (Thankfulness)
-
27
Bagaimana individu menggambarkan rasa syukur (thankfulness),
merefleksikan perasaan berterima kasih yang berlawanan dengan marah terhadap
kehidupan dan Tuhan.28
28
Kendler, “Dimensions of Religiosity and Their Relationship to Lifetime Psychiatric and
Substance Use Disorders,” h.499.
-
28
BAB III
JEMAAT GEREJA KATEDRAL JAKARTA PUSAT
Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia yang multikurtural, Jakarta memiliki
luas wilayah 661,52 km2 (lautan 6.977,5 km2), dengan penduduk 10.187.595 jiwa
(2011). Jakarta termasuk kota Metropolitan, wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek)
yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa. Merupakan metropolitan terbesar di Asia
Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Gereja Katedral terletak di Jl. Gereja Katedral no 7B Jakarta Pusat 1070,
sebelah barat bersebrangan dengan masjid Istiqlal, sebelah utara Jl. Pos, sebelah
Timur Gedung Prima Graha Persada, Jl Gedung kesehatan dan sebelah selatan
bersebrangan dengan lapangan Banteng.
A. Sejarah Gereja Katedral
A.1. Sejarah Gereja di Indonesia
Dengan adanya perubahan politik di Belanda khususnya tahta Raja Lodewijk
seorang Katolik, membawa pengaruh yang cukup positif dimana kebebasan umat
beragama mulai diakui oleh pemerintah. Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan gereja
Katolik di Roma mendapat persetujuan Raja Louis Napoleon untuk mendirikan
Prefektur Apostolik Hindia Belanda.29
29
Prefektur Apostolik adalah suatu wilayah Gereja Katolik yang bernaung langsung di bawah
pimpinan Gereja Katolik di Roma, yang dipimpin bukan oleh seorang Uskup, melainkan oleh seorang
Imam biasa yang ditunjuk oleh Paus, yang disebut Prefek Apostolik, Lihat: Sejuta Pesona Gereja
Katedral Jakarta (Jakarta: Paroki St Maria diangkat ke Surga Katedral, 2005), h. 17.
-
29
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di
Jakarta, yaitu Pastor Yacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prinsen, Pr. yang
diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr. Setelah
sekitar dua abad perayaan ekaristi dilarang di Hindia Belanda, pada tanggal 10 April
1808, untuk pertama kalinya diselenggarakan misa secara terbuka di Batavia di
rumah Dokter F.C.H Assmuss, kepala Dinas Kesehatan waktu itu. dokter Assmuss
bersama dengan beberapa kawan berhasil mengumpulkan sejumlah orang dan
sebagian besar adalah tentara. upacara Misa berlangsung sederhana dengan tempat
yang kurang memadai. Kedua Pastor tersebut untuk sementara tinggal di rumah
dokter Assmuss.
Pada bulan Mei, kedua Pastor itu sempat pindah ke rumah bambu yang
dipinjamkan pemerintah untuk digunakan sebagai pusat sementara kegiatan-kegiatan
katolik. letaknya di asrama tentara di pojok barat daya Buffelsveld atau Lapangan
Banteng (sekarang kira-kira di antara jalan Perwira dan Jalan Pejambon, di atas tanah
yang saat ini ditempati oleh Departemen Agama). Pada tanggal 15 Mei 1808,
perayaan Misa Kudus pertama dirayakan di gereja darurat (kira-kira tempat parkir
Masjid Istiqlal). pada waktu itu juga telah dibentuk Badan Pengurus Gereja dan Dana
Papa, yang terdiri atas Prefek Apostolik J. Nelissen sebagai ketua, dengan anggota-
anggota Chevreux Le Grevisse, Fils, Bauer dan Liesart.30
Selama tahun 1808, mereka membaptis 14 orang, yaitu seorang dewasa
keturunan Eropa Timur, delapan anak hasil hubungan gelap, di antaranya ada empat
30
Gereja Katedral, Sejuta Pesona, h. 17-19.
-
30
yang ibunya masih berstatus budak, dan hanya lima anak dari pasangan orang-orang
tua yang sah status perkawinannya.
A.2. Penyerahan Kapel Protestan Pada Umat Katolik
Karena dirasa perlu adanya sebuah rumah ibadah yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan umat, pada 2 Februari 1810, Pastor J. Nelissen, Pr mendapat
sumbangan sebuah kapel dari Gubernur Jenderal Meester Herman Daendels, yaitu
sebuah kapel sederhana yang terletak di pinggir jalan Kenanga, di daerah Senen,
menuju Istana Weltevreden (sekarang RSPAD Gatot Subroto). Kapel ini dibangun
oleh Cornelis Chasteleijn (+ 1714) dan sebelumnya dipakai oleh jemaat Protestan
yang berbahasa Melayu dan pada hari biasa dipakai sebagai sekolah.Kapel ini
merupakan milik Gubernur yang dihadiahkan berikut semua isinya, termasuk 26 kursi
dan sebuah organ yang sudah tidak dapat digunakan.karena kondisi bangunan yang
kurang layak, Pastor Nelissen segera mengerahkan sejumlah orang untuk merenovasi.
Semua pekerjaan ini dipercayakan kepada pengusaha Tjung Sun dibawah
pengawasan Jongkind, arsitek, atas nama Dewan Gereja. Kapel inilah yang menjadi
Gereja Katolik I di Batavia.dalam bulan yang sama, Gereja Katolik pertama di
Batavia ini diberkati dan sebagai pelindungnya dipilih Santo Ludovikus. gedung itu
memang tidak bagus namun dirasa cukup kuat karena terbuat dari batu dan dapat
-
31
menampung 200 umat. di dekat gedung gereja itu dibangun sebuah Pastoran
sederhana yang terbuat dari bambu. 31
Pada tanggal 10 Mei 1812 Sir Thomas Stamford Raffles, gubernur Pulau
Jawa, beserta istrinya menjadi ibu/bapak permandian dari Olivia Marianne Stamford
Raffles Villeneuve, putri dari Ludorici Francisci Josephi Villeneuve dan Jeanna
Emilie Gerische Conjugum.
Pada tanggal 6 Desember 1817, jenazah Prefektur Apostolik pertama, Mgr
Jacobus Nellisen, yang meninggal karena sakit TBC disemayamkan di kuburan
Tanah Abang. digantikan Pastor Prinsen, Pr yang sejak tahun 1808 bertugas di
Semarang. meskipun Pastor Prinsen, Pr telah menjadi Prefek Apostolik Jakarta yang
ke dua, beliau lebih sering berada di Semarang. .
Pada tanggal 27 Juli 1826, terjadi kebakaran di segitiga Senen.Pastoran turut
lebur menjadi abu bersama dengan 180 rumah lainnya, sementara itu gedung gereja
selamat namun gedungnya sudah rapuh juga dan tidak dapat digunakan lagi.
Pada waktu itu yang menjabat sebagai Komisaris Jenderal adalah Leonardus
Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Ghisignies, seorang ningrat yang juga
beragama Katolik, berasal dari daerah Vlaanderen di Belgia.ia memiliki wewenang
penuh di Batavia, serta lebih tinggi kekuasaannya dari seorang Gubernur Jenderal.
selama jabatan Du Bus De Ghisignies, 1825-1830, Gereja Katolik Indonesia bisa
bernapas lega. ia beragama Katolik dan sangat memperhatikan kebutuhan umat. ia
31
Adolf Heuken SJ, Gereja-gereja Tua Jakarta (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2003),
h. 153-154.
-
32
juga sangat berjasa dalam menciptakan kebebasan kehidupan beragama di Batavia
waktu itu. Salah satu jasanya adalah Regeringsreglement yang dibuatnya, pada pasal
97 diletakkan: "Pelaksanaan semua agama mendapat perlindungan pemerintah". Ia
juga mendesak Pastor Prinsen untuk segera menetap di Jakarta.32
Melihat kebutuhan umat yang mendesak akan adanya gereja untuk tempat
ibadah, Ghisignies mengusahakan tempat untuk mendirikan Gereja baru. ia memberi
kesempatan kepada Dewan Gereja Katedral untuk membeli persil bekas istana
Gubernur Jenderal di pojok barat/utara Lapangan Banteng (dulu Waterlooplein) yang
waktu itu dipakai sebagai kantor oleh Departemen Pertahanan. pada waktu itu, di atas
tanah tersebut berdiri bangunan bekas kediaman panglima tentara Jenderal de Kock.
umat Katolik saat itu diberi kesempatan untuk membeli rumah besar tersebut dengan
harga 20.000 gulden. pengurus gereja mendapat pengurangan harga 10.000 gulden
dan pinjaman dari pemerintah sebesar 8.000 gulden yang harus dilunasi selama 1
tahun tanpa bunga.
Pada tahun 1826 Ghisignies memerintahkan Ir. Tromp untuk menyelesaikan
"Gedung Putih" yang dimulai oleh Daendels (1809) dan kini dipakai Departemen
Keuangan di Lapangan Banteng.Ir. Tromp diminta juga membangun kediaman resmi
untuk komandan Angkatan Bersenjata (1830) dan sekarang dikenal sebagai Gedung
Pancasila di Jl. Pejambon. Order ketiga pada Ir. Tromp adalah merancang Gereja
Katolik pertama di Batavia. tempatnya adalah yang sekarang dipakai Gereja Katedral.
32
Heuken Sj, Gereja-Gereja Tua di Jakarta, h. 155.
-
33
Atas desakan Komisaris Jenderal Du Bus De Ghisignies, Ir. Tromp
merancang gereja baru berbentuk salib sepanjang 33 x 17 meter.ruang altar dibuat
setengah lingkaran, sedang dalam ruang utama yang panjang dipasang 6 tiang. gaya
bangunan ini bercorak barok gotik klasisisme, jendela bercorak neogotik, tampak
muka bergaya barok, pilaster dan dua gedung kanan kiri bercorak klasisistis. menara
tampak agak pendek dan dihiasi dengan kubah kecil di atasnya. maka gaya
bangungan itu disebut eklektisistis. ditambah lagi dua gedung untuk pastoran yang
mengapit gereja di kanan kiri serta deretan kamar-kamar dibelakangnya.
rupanyarancangan Ir. Tromp ini membutuhkan dana yang cukup besar dan
melampaui kemampuan finansial gereja waktu itu. maka rancangan ini tidak pernah
terlaksana.33
Oleh karena itu, gedung yang diperoleh umat Katolik tersebut, atas usul Ir.
Tromp dirombak sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk gereja.bangunan
ini sebenarnya adalah gedung dengan sebuah ruangan luas di antara dua baris pilar.
dikedua sisi panjangnya dilengkapi dengan gang. di tengah atap dibangun sebuah
menara kecil enam persegi. di sebelah timur sebagian dari rumah asli tetap
dipertahankan untuk kediaman pastor dan di sebelah barat untuk koster. altar
agungnya merupakan hadiah dari Komisaris Jenderal du Bus Ghisignies. Gereja yang
panjangnya 35 meter dan lebarnya 17 meter ini pada tanggal 6 November 1829
diberkati oleh Monseigneur Prinsen dan diberi nama Santa Maria Diangkat ke Surga.
33
Gereja Katedral, Sejuta Pesona, h. 21.
-
34
Gereja itu cukup membantu para imam dalam menjalankan misi pelayanannya
di Batavia.umat yang mengikuti misa semakin banyak.untuk pertama kalinya, pada
tanggal 8 Mei 1834, empat orang pribumi suku Jawa dibaptis di gereja ini.
Seiring dengan berjalannya waktu, gereja tersebut mengalami banyak
kerusakan.perbaikan yang dilakukan hanya bersifat tambal sulam saja.kemudian pada
tahun 1859 diadakan renovasi yang cukup besar. menurut pengamatan seorang ahli
bangunan, menara yang ada di tengah atap merupakan penyebab terjadinya kerusakan
dan kebocoran. menara tersebut terlalu berat bagi struktur atap gereja, sehingga
menekan tembok dan menimbulkan kebocoran dimana-mana. oleh karena itu
diusulkan untuk membongkar menara kecil tersebut dan menggantinya dengan
sebuah menara baru yang terletak di atas pintu masuk, di sebelah barat. akhirnya pada
tanggal 31 Mei 1880 gereja ini mulai difungsikan lagi setelah selesai direnovasi.
Hampir sepuluh tahun kemudian, 9 April 1890, ditemukan bagian-bagian
gereja yang mulai rusak, Setumpuk kapur dan pasir berserakan dekat sebuah
pilar.keadaan ini cukup mencemaskan para imam, terutama Pater Kortenhorst yang
pagi itu sempat menginjak setumpuk kapur dan pasir tersebut. pada hari yang sama
sekitar pukul 09.00 pagi, Pastor Kortenhorst dan Pastor Luypen memeriksa situasi
gereja. salah satu pilar nampak mengkhawatirkan. pada pukul 10.30 keadaan pilar
tampak lebih buruk dan semakin memprihatinkan. banyak kapur mulai terlepas lagi.
tidak lama kemudian, ketika para pastor memasuki sakristi, bangunan gereja ambruk
disertai suara gemuruh yang mengerikan. Seluruh pekarangan ditutupi debu sehingga
-
35
orang tidak dapat melihat lebih dari lima langkah. Jam saat itu menunjukkan pukul
10.45 pagi. Hari itu tepat 3 hari sesudah perayaan Paskah.
Ketika debu sudah mulai turun, kehancuran gereja mulai nampak
jelas.Atapnya menganga.Sebelum peristiwa ini, masih ada 68 bangku terbuat dari
kayu jati dan kini tinggal 10, sisanya rusak berat.Selain itu, yang masih berdiri utuh
adalah altar, pelataran imam dan ruang sakristi serta menara.
Kondisi gereja saat itu sangat parah dan tidak memungkinkan untuk
penyelenggaraan misa.Untuk sementara waktu misa diselenggarakan di dalam garasi
kereta kuda yang disesuaikan fungsinya untuk gereja darurat.
Para imam dan umat mulai mengupayakan dibangunnya gereja yang
baru.Tanggal 1 November 1890 ditandatangani sebuah kontrak antara Monseigneur
Claessens dan pengusaha Leykam tentang pembelian tiga juta batu bata. Ukurannya
harus sesuai dengan contoh yang dilampirkan dan harganya ditetapkan 2,2 dan 2,5
sen sebuah. Mulai tanggal 1 Desember 1890, setiap bulannya harus diserahkan
70.000 buah batu bata dari perusahaan pembakaran.Jumlah batu bata yang retak dan
pecah tidak boleh melebihi 10%.dari kondisi ini jelaslah bahwa pembangunan gereja
dilakukan secara lebih professional.
Orang yang ditunjuk dan dipercaya untuk menjadi perencana dan arsitek
pembangunan gereja ini adalah Pastor Antonius Dijkmans, SJ seorang ahli bangunan
yang pernah mengikuti kursus arsitektur gerejani di Violet-le-Duc di Paris, Perancis
serta Cuypers di Belanda.Pastor Antonius Dijkmans SJ yang sudah tiba di Jakarta dua
-
36
tahun sebelum gereja runtuh, sebelumnya sudah membangun dua gereja di Belanda.ia
juga merancang dan membangun kapel Susteran Jl. Pos 2, pada tahun 1891.
Pada pertengahan tahun 1891 mulai dilakukan peletakan batu pertama untuk
memulai pembangunan gereja tersebut.setelah kurang lebih setahun berjalan
pembangunan terpaksa dihentikan karena kurangnya biaya. Selain itu, pada tahun
1894 Pastor Antonius Dijkmans, SJ harus pulang ke Belanda karena sakit dan
akhirnya meninggal dunia pada tahun 1922.pekerjaan pembangunan macet dan misa
tetap dilaksanakan di garasi Pastoran.
Uskup baru, Mgr E.S. Luypen SJ (1898-1923) mengumpulkan dana di
Belanda dan Insinyur M.J. Hulswit memulai pembangunan lagi. Batu "pertama"
diletakkan dan diberkati pada tanggal 16 Januari 1899, sebagai tanda dimulainya lagi
pembangunan gereja ini.pada bulan November balok-balok atap di pasang.
Untuk mendukung dana pembangunan gereja, umat tidak tinggal diam saja.
Badan Pengurus Gereja bersama umat dua kali mengadakan undian (loterai), satu kali
sebelum pelatakan fondamen, kemudian sebelum pembangunan atas dimulai.karena
subsidi dari pemerintah tetap ditolak, maka menutup kekurangan itu dikeluarkan
obligasi sebesar Fl 50.000,- dan pengumpulan derma di kalangan umat Katolik
maupun diluarnya ditingkatkan.
Selain arsitek baru, ada juga seorang kontraktor bernama van Schaik.
Sedangkan Ir. van Es mewakili Badan Pengurus Gereja sebagai bouwheer.Konstruksi
besi kedua menara digambar dan dikerjakan oleh Ir. van Es sendiri.11 tahun sesudah
keputusan Badan Pengurus Gereja, 10 tahun sesudah peletakan batu pertama, gereja
-
37
selesai.perlu diingat bahwa selama 7 tahun pembangunan gereja terhenti karena
kehabisan dana, sehingga pembangunan sebenarnya hanya berlangsung 3 tahun.
A.3. Sejarah Nama Gereja Katedral
"De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming Gereja Santa Maria
Diangkat Ke Surga" diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Edmundus Sybradus
Luypen, SJ, seorang Vikaris Apostolik Jakarta pada tanggal 21 April 1901. dalam
upacara peresmian tersebut banyak dihadiri para pejabat dan umat. Mgr Luypen
berdoa sejenak di hadapan patung Maria yang terdapat di antara dua pintu utama, lalu
tepat pada pukul 08.00 pagi, Mgr. Luypen mulai mengelilingi seluruh gereja dan
memerciki dengan air suci sambil diiringi paduan suara Santa Sesilia, yang pada
tanggal 22 November 1865 didirikan oleh C.G.F. can Arcken. Prosesi terdiri dari
pembawa salib, putra altar, para imam dan akhirnya sang Vikaris Apostolik. di muka
altar semua berlutut dan menyanyikan Litani Orang Kudus. Misa Pontifikal dengan
liturginya yang kuno nan luhur diselenggarakan oleh Bapa Uskup, didampingi lima
imam. Paduan Suara Santa Sesilia dengan pimpinan bapak Toebosch dan dengan
iringan organ menyanyikan Misa karangan Benoit.Mulai sejak itu gereja utama di
Jakarta itu layak disebut Katedral, karena didalamnya terdapat cathedra, yakni Tahta
Uskup.34
A.4. Gereja Katedral Jakarta Pada Masa Sekarang
Berbagai peristiwa mewarnai lebih dari 100 tahun berdirinya Gereja Katedral
ini. pada tahun 1924 untuk pertama kalinya seorang Uskup ditahbiskan dalam Gereja
34
“Sejarah Gereja Katedral,” artikel diakses pada 11 Juli 2014 dari www.katedraljakarta.or.id
http://www.katedraljakarta.or.id/
-
38
Katedral, yaitu Mgr A. Van Velsen SJ dan tahun berikutnya sidang pertama Majelis
Wali-wali Gereja Indonesia diadakan dalam Pastoran Katedral.
Kardinal Agaginian, seorang Armenia, mengunjungi Jakarta pada tahun 1959
dan diterima dengan meriah oleh Gereja dan pimpinan Negara RI. Pembicaraannya
dengan para waligereja dan pembesar ordo yang berkarya di seluruh Indonesia
penting bagi masa depan. hasilnya diumumkan pada tahun 1961 Gereja di Indonesia
bukan daerah misi lagi, melainkan Gereja Bagian yang berdiri sendiri.
Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. Adrianus Djajasepoetra, yang ditahbiskan di
Katedral Jakarta oleh Duta Besar Vatikan pada tanggal 23 April 1953, sepuluh tahun
tahun kemudian diangkat menjadi Uskup Agung. pada saat itu 1962, Keuskupan
Agung Jakarta mencakup 14 Paroki dengan jumlah umat 32.599 orang. Propinsi
Gereja ini Jakarta mencakup juga keuskupan lain yaitu Keuskupan Bogor dan
Keuskupan Bandung.
Pada tahun 1963/1965.para Uskup Indonesia ikut serta dalam konsili Vatikan
II, yang membawa banyak perubahan dalam pastoral dan liturgi Gereja.waktu para
Uskup masih berada di Roma, di Jakarta pecah G30S PKI, sehingga Katedral perlu
dijaga oleh para Pemuda Katolik dan tentara.
Peristiwa lainnya yang menggembirakan bagi umat Jakarta adalah kunjungan
Paus Paulus VI (1970) dan Paus Yohanes Paulus II (1989) ke Indonesia yang
disambut oleh Mgr Leo Soekoto. ibadat dirayakan dengan meriah oleh Paus Paulus
VI bersama banyak Uskup di Katedral. pada waktu kunjungan Paus Yohanes Paulus
II di Keuskupan Agung Jakarta sedang berlangsung Sinode Pertama.
-
39
Seiring dengan masa 100 tahun ini, pada tahun 1988 dilakukan pemugaran
untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan dan membersihkan lumut serta pengecatan
ulang. disamping itu juga dibangun gedung Pastoran dan gedung pertemuan yang
baru dibagian belakang gereja. Pada 13 Agustus 1988, purnakarya pemugaran gereja
Katedral diresmikan oleh Bapak Soepardjo Roestam yang pada saat itu beliau
menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat R.I, hadir
mewakili Presiden Soeharto. Acara dimeriahkan dengan konser orgel oleh bapak Hub
Wolfs, organis dari basilica Santo Servatius di kota Maastricht dan oleh Pastor Alfons
Kurris Pr, dosen di konservatorium pada kota yang sama. Mgr Leo Soekoto
memberkati orgel pipa yang baru dan megah itu, sebuah orgel yang mempunyai 15
register dan diperlengkapi dengan 1000 buah pipa.berselang-seling kedua organis
yang professional itu memperdengarkan karya-karya klasik, yang oleh komponis-
komponis seperti Vivaldi, Bach dan Cesar Frank diciptakan khusus untuk instrumen
rajawi itu.
Pada tahun 2002 juga sempat dilakukan pembersihan dan pengecatan ulang
pada dinding luar gedung gereja Katedral karena lumut banyak tumbuh merambat di
dinding. ketika gedung ini pertama kali dibangun dulu, para pejabat genie (pasukan
zeni) waktu itu menilai gedung gereja yang menghabiskan biaya 628.000 gulden
rancangan P.A Dijkmans tersebut sebagai "gedung yang terlampau kuat" mengingat
struktur gedung dan material yang digunakan sungguh-sungguh pilihan yang terbaik.
maka dari sekarang sampai 100 tahun sesudahnya gereja Katolik utama di Jakarta
tetap berdiri tegak.
-
40
B. Struktur Organisasi
Sebelum membahas stuktur organisasi penulis terlebih dahulu membahas
pengertian Gereja secara umum. Gereja berasal dari bahasa Portugis (igreja) dan
dalam bahasa latin (ecclesia) sedangkan bahasa yunaninya (ekklesia). kata inilah yang
sering kita jumpai dalam Perjanjian Baru, Ekklesia diterjemahkan dengan Jemaat. di
dunia Yunanai kata Ekklesia berasal dari kata kerja “Kaleo” yang berarti mereka yang
dipanggil keluar dari bangsa-bangsa, keluar dari kegelapan menuju yang terang. 35
Struktur Organisasi di Gereja Katedral antara lain:
PENGURUS DP/ PGDP
GEREJA KATEDRAL JAKARTA
2013-2016
Ketua Umum/ Pastor Kepala :Pastor St. Bratakartana, SJ
Ketua I/ Pastor Rekan :Pastor Y. Sigit Prasadja, SJ
Ketua II/ Pastor Rekan :Pastor A. Toto Yulianto, SJ
Pastor Rekan :Pastor Y. Maryana, SJ
Pastor Rekan :Pastor RD Y Kesaryanto
Wakil Ketua :Bapak Azis Chandra, SH
Sekreataris I :Ibu Maria Celestina Paramita
Bendahara I :Bapak Paulus Lie Liandra Riady
Bendahara II :Ibu Kristina Susilawati
35
Van nitric dan Boland,Dogmatika masa kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2011) , h. 359-
360
-
41
Anggota :Bapak Budiawan Suwandi
:Ibu Lorentia Lily Pudjawati
:Bapak Tay Thomas Gunawan
:Bapak Hans Alvianto Hon
:Bapak Husen Widjaja
:Bapak Louis Suryawan Kurnia
C. Jemaat Gereja Katedral
Para Jemaat yang menjadi objek penelitian Penulis dari mulai anak-anak,
Remaja, Dewasa dan orang tua.dengan profesi yang berbeda-beda.dari mulai pelajar,
wiraswasta, karyawan biasa dan Ibu Rumah Tangga.Jumlah Jemaat Gereja Katedral
yang terdaftar dalam KK saat ini berjumlah 5.225 jiwa, 2.323 laki-laki dan 2.902
perempuan.
Karena bahasan tentang Jemaat dianggap hal privasi maka tidak banyak yang
bisa dipaparkan, Jemaat yang pasca melaksanakan sakramen pengakuan dosa tidak
ada data tertulis karena itu termasuk rahasia pengakuan.
-
42
BAB IV
KETERKAITAN SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA TERHADAP
RELIGIUSITAS
A. Temuan-temuan Dalam Penelitian dan Hasil Analisa Penulis
Dengan Berpedoman Pada skala yang mengadaptasi dari skala religiusitas
Kendler, et al. Dalam skala ini terdapat tujuh sub skala yang bertujuan untuk
mengukur dimensi General religiosity, Social support; Forgiveness, God as
judge,Thankfulness, Unvengefulnessdan Involve god. Maka temuan dalam Penelitian
ini Penulis sesuaikan dengan Tujuh dimensi religiusitas Kendler dari Quesioner yang
disebar ke Jemaat Gereja Katedral yang sudah melaksanakan sakramen pengakuan
dosa dikumpulkan menjadi 61 pernyataan. 21General Religiusity, 7 Social Support, 7
Forgiveness, 6 God as Judge, 4 Thankfulness, 10Unvengefulness dan 6 Involve God.
Berikut ini adalah analisa data ketujuh dimensi keterkaitan sakramen
pengakuan dosa terhadap religiusitas Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat yang
diperoleh melalui penyebaran Quesioner ke 20 responden yang sudah melakukan
sakramen pengakuan dosa.
1. General Religiusity
Bagian ini menggambarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Spiritual,
seperti keterlibatan aktif dengan Tuhan.Berikut adalah pernyataan yang termasuk
General Religiusity.
1 Indikator Favo Unfavo Jumlah
1
.
General
religiosi
Menggambarkan
hubungan Indivdu
1. Saya berusaha
menjalani hidup
42.Saya
mempertanyakan
8
-
43
ty dengan Tuhan seperti yang
Tuhan
perintahkan
2. Saya memohon
kepada Tuhan
untuk membantu
saya membuat
keputusan-
keputusan penting
4.Tanpa Tuhan,
hidup saya tanpa
tujuan
11.Saya
merasakan
kehadiran Tuhan
14. Saya berusaha
mengakui
kesalahan dan
meminta ampun
pada Tuhan atas
apa yang telah
saya lakukan
16.Saya
merasakan cinta
Tuhan baik secara
langsung maupun
melalui perantara
orang lain
17.Saya
mengandalkan
Tuhan dalam
segala hal
kehadiran Tuhan
Keterlibatan aktif
dengan Tuhan
dalam sehari-hari
5. Setiap hari
saya
menyempatkan
untuk berdoa
kepada Tuhan
43. Setiap
hari saya hanya
mengandalkan
diri sendiri
dalam segala hal
5
-
44
6. Keyakinan
kepada Tuhan
membentuk
bagaimana saya
berpikir dan
bertindak setiap
hari
10. Saya merasa
puas dengan
kehidupan
religiusitas saya
13. Setiap hari
saya melihat
buti-bukti
kekuasaan
Tuhan
Keterlibatan aktif
dengan Tuhan
dalam masa krisis
/ menghadapi
kesulitan
7.
Keyakinan pada
Tuhan
membantu saya
melalui kesulitan
8. Dalam
menjalani masa
sulit, saya
berusaha
menemukan
pembelajaran
dari Tuhan
9. Saat
menghadapi
situasi sulit,
agama
membantu saya
memahami
situasi tersebut
44.
Tuhan
meninggalkan
saya dalam
masa-masa sulit
yang saya hadapi
45. Saat bertemu
masalah saya
merasa mampu
menyelesaikanny
a sendiri tanpa
meminta
pertolongan
Tuhan
5
Perhatian
dan keterlibatan
3. Saya
menemukan
- 3
-
45
individu dengan
hal-hal yang
berkaitan dengan
spiritual maupun
keagamaan
kekuatan dalam
agama yang saya
yakini
12. Saya
berusaha untuk
menjadi
seseorang yang
taat beragama
15. Saya percaya
bahwa agama
dapat
memberikan
arahan hidup
Dari pernyataan-pernyataan diatas inilah jawaban dan hasil analisa penulis.
N
NO
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1
1
Sangat Setuju 5 25%
2
2
Setuju 15 75%
3
3
Tidak Setuju -
4
4
Sangat Tidak Setuju -
5
5
Jumlah 20 100%
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 21 point pernyataan tentang
General Religiusity. ke 20 Jemaat Gereja Katedral menjawab setuju untuk pernyataan
Favorable dalam hal perhatian dan keterlibatan Individu dengan hal spiritual seperti
berusaha menjalani hidup seperti yang Tuhan perintahkan, memohon bantuan Tuhan
dalam memutuskan sesuatu dan yang lainya. Sedangkan untuk pernyataan
-
46
Unvaforable menjawab tidak setuju.Ini menunjukan bahwa jemaat Gereja Katedral
setelah melakukan sakramen pengakuan dosa tingkat religiusitasnya meningkat.Ini
menunjukan adanya keterkaitan antara sakramen pengakuan dosa dan religiusitas.
2. Social Support
Bagian ini menggambarkan tentang membina hubungan antara sesama
penganut dan non penganut.
Inilah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Social Support
2
.
Social
support
Membina
hubungan
dengan
individu
sesame
manusia
maupun
sesama
penganut
agama
18. Saya menjalin
hubungan baik
dengan setiap orang
19. Kebanyakan
teman saya adalah
orang yang religius
20. Bertukar pikiran
tentang agama
merupakan hal yang
penting bagi saya
46.Menurut saya,
menjalin
hubungan baik
dengan orang lain
bukan lah hal
yang penting
4
4
Kehadiran di
tempat
beribadah
21. Beribadah dan
berdoa bersama
merupakan hal yang
menyenangkan bagi
saya
22. Saya mengikuti
berbagai kegiatan
keagamaan di
tempat ibadah
47. Saya tidak
suka mengikuti
berbagai kegiatan
di tempat ibadah
3
3
Dari pernyataan-pernyataan diatas inilah jawaban dari ke 20 responden dan
hasil analisa penulis.
-
47
NO Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 4 20%
2 Setuju 16 80%
3 Tidak Setuju - -
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 20 100%
Dari Tabel di atas jelas menunjukan bahwa Jemaat Gereja Katedral yang
sudah melaksanakan sakramen pengakuan dosa memiliki hubungan yang baik dengan
sesama penganut atau non penganut lainya.Ini terbukti dari jawaban para responden
yang menjawab setuju dan sangat setuju untuk pernyataan favorable dan tidak setuju
untuk pernyataan unfavorabledengan pernyataan yang diajukan Penulis.Para Jemaat
juga merasakan Kenyamanan ketika melaksanakan ibadah bersamadan memiliki jiwa
solidaritas yang sangat tinggi.
3. Forgiveness
Bagian ini menggambarkan sikap memaafkan sesama penganut.Dibuktikan
dengan sikap perhatian dan cinta kasih.
Inilah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Forgivenees
3. Forgiveness Memaafkan
orang lain dan
diri sendiri
27. Saya
mencoba untuk
memaafkan
orang lain
- 3
-
48
28. Meskipun
sulit, saya akan
berusaha untuk
memaafkan
orang lain yang
telah menyakiti
perasaan saya
29. Saya
memaafkan diri
sendiri
Merasakan
kepedulian,
rasa kasih
sayang dan
saling
memaafkan
pada dunia
30. Saya
mencoba hidup
dengan selalu
mencintai orang
lain sebagaimana
saya mencintai
diri sendiri
31. Saya yakin
bahwa saya
harus peduli
terhadap orang
lain seburuk
apapun
perlakuan
mereka terhadap
saya
50. Saya
merasakan
56. Saya tidak akan
memperdulikan
orang-orang yang
telah menyakiti
saya
4
-
49
kepedulian yang
mendalam
terhadap dunia
dan isinya
Dari pernyataan-pernyataan diatas inilah jawaban-jawaban 20 responden dan
hasil analisa penulis.
NO Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 4 20%
2 Setuju 16 80%
3 Tidak Setuju - -
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 20 100%
Dari Tabel di atas menunjukan Bahwa Jemat Gereja Katedral Jakarta yang
sudah melaksanakan sakramen pengakuan dosa memiliki sifat saling memaafkan,
berusaha untuk memaafkan diri sendiri, memaafkan kesalahan orang lain dan mereka
memiliki kepedulian terhadap alam semesta ini.Pandangan tersebut berdasarkan
pernyataan yang diajukan penulis kepada responden dengan jawaban setuju untuk
pernyataan favorable dan tidak setuju untuk unfavorable.
4. God as Judge
Bagian ini menunjukan Bahwa Tuhan sebagai Penetap Takdir, ditunjukan
dengan kepercayaan bahwa Tuhan akan memberikan ganjaran dari apa yang kita
perbuat
-
50
God as
judge
Mempercayai
tuhan sebagai
penetap takdir
32. Saya percaya bahwa
Tuhan lah sang penetap
takdir
33. Saya percaya segala
yang terjadi adalah
ketetapan dari Tuhan
- 2
2
Mempercayai
hukum dan nilai-
nilai dari Tuhan
34. Saya percaya Tuhan
mempunyai/memberi
banyak peraturan yang
dapat membantu
kelangsungan hidup
hambanya
35. Saya percaya bahwa
kitab suci adalah kalimat
dari Tuhan
36. Saya percaya Tuhan
akan memberikan
balasan yang adil
51. Saya merasa situasi
yang penuh tekanan
merupakan cara Tuhan
untuk menghukum saya
atas dosa-dosa dan
kelalaian saya
- 4
4
Inilah pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan God as Judge
NO Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
-
51
1 Sangat Setuju 5 25%
2 Setuju 15 75%
3 Tidak Setuju - -
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 20 100%
Dari Tabel Diatas jelas bahwa Jemaat Gereja Katedral Jakarta yang sudah
melaksakan sakramen pengakuan dosa memiliki Kepercayaan yang sangat tinggi
kepada Tuhan Sebagai Penetap Takdir, mempercayai Kitab Suci adalah Firman
Tuhan dan PercayaTuhan itu Maha Adil.Ini semua terbukti dari pernyataan-
pernyataan yang diajukan oleh penulis kepada Responden dengan jawaban setuju dan
sangat setuju untuk pernyataan favorable dan jawaban tidak setuju untuk pernyataan
unfavorable.
5. Thankfulness
Bagian ini menggambarkan rasa syukur setiap individu kepada Tuhan.Inilah
pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Thankfulness.
Thankfulness Merasakan
bersyukur
39. Saya merasa
diberkati Tuhan
setiap hari
41. Saya
bersyukur
terhadap apapun
yang terjadi
- 2
2
-
52
dalam hidup ini
Menggambarkan