20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Manajemen Operasional
2.1.1.1 Pengertian Manajemen Operasional
Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, maju dan berkembangnya suatu
perusahaan tergantung dari manajemen dari perusahaan tersebut. Salah satu
cabang atau divisi dalam manajemen adalah manajemen operasional. Semua jenis
perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksinya tidak terlepas dari
kontribusi ilmu manajemen operasional. Dalam membuat suatu barang atau jasa,
seluruh organisasi atau perusahaan mempunyai tiga fungsi. Fungsi-fungsi tersebut
sangatlah diperlukan untuk kelangsungan organisasi atau perusahaan. Salah satu
fungsi tersebut adalah operasi atau sering kita sebut dengan produksi.
Render dan Heizer (2001: 5) mengatakan bahwa tiga fungsi yang harus
dijalankan oleh setiap organisasi adalah:
1. Pemasaran, yang membuat adanya permintaan atau paling tidak mendapatkan pesanan untuk pembuatan barang dan jasa (tidak ada yang terjadi sampai adanya penjualan).
2. Produk/operasi, yang menghasilkan produk. 3. Keuangan/akuntansi, yang memantau apakah perusahaan berjalan
dengan baik, membayar seluruh tagihan, dan mengumpulkan uang.
Manajemen produksi atau operasi terdiri dari kata manajemen dan operasi.
Suyadi Prawirosentono (2000:5) juga berpendapat bahwa “Manajemen adalah
mengelola yang mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengangkat pegawai dan mengawasi”.
21
Sedangkan Malayu Hasibuan (2004:1) menyatakan bahwa “Manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Adapun definisi produksi menurut Suyadi Prawirosentono (2000:5) adalah
“secara umum dapat diartikan sebagai membuat atau menghasilkan suatu barang
dari berbagai bahan lain”. Kemudian, Heizer dan Render (2005:4) menuturkan
bahwa “Produksi (production) adalah proses penciptaan barang dan jasa”.
Fogarty (dalam Eddy Herjanto, 2007:2) mendefinisikan “manajemen
operasi sebagai suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif
menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber
daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan”. Eddy Herjanto (2007:2)
menyebutkan bahwa, “Unsur-unsur pokok definisi itu dapat dijelaskan lebih lanjut
yakni kontinyu yang berarti manajemen operasi bukanlah suatu kegiatan yang
berdiri sendiri, keputusan manajemen bukan merupakan suatu tindakan sesaat
melainkan tindakan yang berkelanjutan atau suatu proses yang kontinyu. Efektif,
berarti segala pekerjaan harus dapat dilakukan secara tepat dan sebaik-baiknya
serta mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan”.
Sejalan dengan Fogarty, Schroeder (1994:17) memberikan penekanan
terhadap definisi kegiatan operasi pada tiga hal, yaitu pengelolaan fungsi
organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa, adanya sistem transformasi yang
menghasilkan barang dan jasa, serta adanya pengambilan keputusan sebagai
elemen penting dari manajemen operasi. Sementara itu, Heizer (2004) lebih
menitik beratkan manajemen operasi sebagai suatu sistem yang bertujuan
22
menciptakan barang dan atau menciptakan jasa. Secara umum, Eddy Herjanto
(2007:2) menyimpulkan bahwa “manajemen operasi merupakan suatu kegiatan
yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui
proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang
diinginkan”.
Dengan berkembangnya teknik dan metode manajemen produksi, maka
penerapan manajemen operasi tidak hanya berlaku pada kegiatan pembuatan
barang-barang yang berwujud saja, melainkan juga bisa digunakan untuk
mengoperasikan fungsi manajemen perusahaan dalam menghasilkan barang-
barang tak berwujud atau jasa. Pada awalnya, manajemen produksi di lingkungan
jasa disebut dengan istilah manajemen operasi. Namun, istilah operasi
sesungguhnya juga dipakai dalam perusahaan manufaktur, yaitu dalam pengertian
kegiatan mengoperasikan sumber daya produksi untuk untuk menghasilkan
barang. Istilah manajemen operasi mengandung pengertian yang lebih luas. Oleh
karena itu, dalam perkembangannya kemudian digunakan istilah manajemen
operasi saja, yang mencakup kedua jenis kegiatan baik untuk menghasilkan
barang maupun jasa.
Sedangkan menurut Pangestu Subagyo (2000:1) mengatakan “Operasi
merupakan salah satu dari fungsi-fungsi yang ada dalam suatu lembaga. Fungsi
lain selain operasi adalah keuangan, personalia, pemasaran, dan lain-lain”.
Pengertian manajemen operasional merupakan terdiri dari dua kata yaitu
manajemen dan operasional/produksi yang masing-masing memiliki arti tersendiri
akan tetapi dapat memiliki pengertian yang lebih apabila digabungkan kedua kata
23
tersebut. Manajemen operasional juga tidak terlepas dari pengertian manajemen
pada umumnya dan operasional atau produksi pada khususnya.
Banyak sekali pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli manajemen
mengenai pengertian menejemen itu sendiri diantaranya menurut Maman Ukas
(2004:6) berpendapat bahwa “Manajemen adalah segenap aktivitas manusia
dalam organisasi dengan menggunakan bantuan sumber-sumber daya dan fasilitas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan”.
Menurut Dervitsiotis (1984) yang dikutip dari buku Murdifin Haming dan
Mahfud Nurnajamuddin berjudul Manajemen Produksi Modern: Operasi
Manufaktur dan Jasa, (2007:7) berpendapat bahwa:
“Istilah proses manajemen berkaitan dengan sejumlah aktivitas yang perlu diambil dalam usaha menentukan: (a) system nilai dan tujuan, (b) struktur organisasi, (c) desain, (d) perencanaan, (e) pengendalian atas operasi sebuah organisasi, baik organisasi bisnis maupun organisasi nirlaba.”
Pangestu Subagyo (2000:1) mengatakan “Manajemen adalah tindakan
untuk mencapai tujuan yang dilakukan dengan mengkoordinasi kegiatan orang
lain”. Sedangkan menurut Eddy Herjanto, (2007:2) berpendapat bahwa:
“Pengertian manajemen operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen pada umumnya, yaitu mengandung unsur adanya kegiatan yang dilakukan dengan mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
Untuk pengertian operasi Pangestu Subagyo (2000:1) berpendapat bahwa:
“Operasi atau operations adalah kegiatan untuk mengubah masukan (yang berupa faktor-faktor produksi/operasi) menjadi keluaran sehingga lebih bermanfaat daripada bentuk aslinya. Dengan kata lain, operasi adalah kegiatan mengubah bentuk untuk menambah manfaat atau menciptakan manfaat baru dari suatu barang atau jasa”.
24
Menurut Rosenberg (1993) yang dikutip dari buku Murdifin Haming dan
Mahfud Nurnajamuddin berjudul Manajemen Produksi Modern: Operasi
Manufaktur dan Jasa, (2007:17) bahwa:
“Operation yang kemudian diterjemahkan operasi atau operasional merupakan suatu proses atau tindakan tertentu yang menjadi unsure dari sejumlah kegiatan untuk membuat suatu produk. Operations (jamak dari operation) menunjukkan jumlah semua kegiatan atau proses yang diperlukan untuk memproduksi barang atau jasa tertentu.”
Kemudian Russel dan Taylor (2000), yang juga dikutip dari buku Murdifin
Haming dan Mahfud Nurnajamuddin, yang berjudul Manajemen Produksi
Modern: Operasi Manufaktur dan Jasa (2007:17), menyamakan makna
operations dengan proses pengubahan (transformation process) dan diartikan
sebagai fungsi atau sistem yang melakukan kegiatan proses pengolahan masukan
menjadi keluaran dengan nilai tambah yang lebih besar.
Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2007:17) mengemukakan
pendapatnya, bahwa:
“Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengkoordinasian, penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa yang berhubungan dengan proses pengolahan masukan menjadi keluaran dengan nilai tambah yang lebih besar”.
Pangestu Subagyo (2000:2) juga mengatakan bahwa “Manajemen operasi
adalah penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan produksi atau operasi
agar dapat dilakukan secara efisien”.
Seperti yang dikatakan oleh Barry Render dan Jay Heizer (2001:2) dalam
bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Manajemen Operasi mengatakan bahwa
25
“Manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa
melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Kegiatan membuat barang dan
jasa terjadi di semua sektor organisasi”.
Akan tetapi dalam buku Operation Management yang terbaru (edisi
ketujuh), Heizer dan Render (2005:4) mengatakan dengan maksud yang sama,
bahwa “Manajemen Operasi (operation management--OM) adalah serangkaian
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah input menjadi output”.
Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2000:1) dalam bukunya
Manajemen Operasi (Analisis dan Studi Kasus) menyatakan:
“Manajemen produksi (operasi) adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari urutan berbagai kegiatan (set of activities) untuk membuat barang (produk) yang berasal dari bahan baku dan bahan penolong lain. Proses kegiatan yang mengubah bahan baku menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi disebut proses produksi”.
Heizer dan Render (2005:5) menyebutkan bahwa manajemen operasi
(MO) dipelajari karena empat alasan:
1. MO adalah satu dari tiga fungsi utama sebuah organisasi, dan secara
utuh berhubungan dengan semua fungsi bisnis yang lainnya. Semua
organisasi memasarkan, membiayai dan memproduksi, maka sangat
penting untuk mengetahui bagaimana aktivitas MO berjalan. Karena
itu pula kita mempelajri bagaimana orang mengorganisasikan diri
mereka untuk mendapatkan perusahaan yang produktif.
26
2. MO dipelajari karena untuk mengetahui bagaimana barang dan jasa
diproduksi. Fungsi produksi adalah bagian dari masyarakat yang
meciptakan produk yang kita gunakan.
3. MO dipelajari untuk memahami apa yang dikerjakan oleh manajer
operasi. Dengan memahami apa saja yang dilakukan oelh manajer ini,
kita dapat membangun keahlian yang dibutuhkan untuk menjadi
manajer seperti itu. Hal ini membantu kita untuk menjelajahi
kesempatan kerja yang banyak dan menggiurkan di bidang MO.
4. MO dipelajari karena bagian ini merupakan bagian yang paling banyak
mengeluarkan biaya dalam sebuah organisasi. Sebagian besar
pengeluaran perusahaan terletak pada fungsi MO. Meski demikian,
MO memberikan peluang untuk meningkatkan keuntungan dan
pelayanan terhadap masyarakat.
Banyak sekali para ahli mendefinisikan mengenai manajemen operasional
akan tetapi yang dapat peneliti ambil benang merahnya yaitu, suatu rangkaian
kegiatan dalam mengubah atau mentransformasikan semua masukan (input)
perusahaan menjadi keluaran (output) perusahaan yang sering kita artikan sebagai
suatu produktivitas atau kegiatan menghasilkan sesuatu produk.
27
Sumber: Eddy Herjanto (2006:5)
Gambar 2. 1 Skema Proses Transformasi
Kegiatan umpan balik dilihat dari skema tersebut dilakukan dengan
melakukan pengecekan pada beberapa titik kunci dan membandingkannya dengan
standar atau acuan yang telah ditetapkan. Apabila terjadi perbedaan antara hasil
(keluaran) dengan standar, dilakukan tindakan koreksi, yang dapat berupa
perbaikan dalam komponen masukan atau penyempurnaan dalam proses produksi
sehingga keluarannya dapat sesuai dengan yang diharapkan. Pernyataan tersebut
dikutip oleh peneliti dari buku Eddy Herjanto, (2006:5).
Umpan balik merupakan sebuah informasi, informasi itu dapat berupa data
kesesuaian hasil produksi dengan spesifikasi, data kesesuaian biaya rata-rata
dengan proyeksi anggaran, kesesuaian waktu penyelesaian dengan target yang
telah ditentukan, produktivitas tenaga kerja, dan sebagainya. Dengan demikian
umpan balik atau sistem informasi produksi ini menjadi media pengendalian pihak
manajemen atas fungsi atau sistem produksi. Dikutip dari buku Murdifin Haming
dan Mahfud Nurnajamuddin, (2007:4-5) berjudul Manajemen Produksi Modern:
Operasi Manufaktur dan Jasa.
Manusia Mesin
Material Modal
Metode Energi
Barang
atau Jasa
Proses Transformasi
Masukan
Umpan Balik
Keluaran
28
Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2007:19) mengutarakan
bahwa Manajemen Produksi terdapat lima tujuan , yaitu:
1. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk menghasilkan keluaran sesuai yang diharapkan oleh pasar,
2. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk dapat menghasilkan keluaran secara efisien,
3. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk mampu menghasilkan nilai tambah atau manfaat yang semakin besar,
4. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk dapat menjadi pemenang dalam setiap kegiatan persaingan, dan
5. Mengarahkan organisasi atau perusahaan agar keluaran yang dihasilkan atau disediakan semakin digandrungi oleh pelanggan.
Menurut Suyadi Prawirosentono (2000:5) manajemen produksi
mempunyai ruang lingkup merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengangkat petugas, dan mengawasi kegiatan produksi, agar diperoleh produk
yang direncanakan. Secara singkat, ruang lingkup manajemen produksi adalah
sebagai berikut:
a. Perencanaan Produksi (PP) atau dalam bahasa inggrisnya adalah Production Planning (PP).
b. Pelaksanaan Produksi c. Pengendalian Produksi (Production Control)
2.1.1.2 Perkembangan Manajemen Operasional
Dalam perkembangannya, ilmu manajemen operasional memang terbilang
masih muda dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lainnya yang ada di dalam
ekonomi. Meskipun masih terbilang muda, akan tetapi sejarah perkembangannya
sangat menarik. Berikut akan peneliti coba ceritakan tentang perkembangan yang
menarik dari manajemen operasional yang dikutip dari buku Barry Render dan Jay
Heizer (2001:3).
29
Eli Whitney (1800) dikenal karena mempopulerkan bagian yang dapat
dibongkar pasang, yang dicapainya melalui standarisasi dan pengendalian mutu
pada pembuatan produk. Melalui kontrak yang ia tanda tangani dengan
pemerintah Amerika untuk 10.000 pucuk senjata, ia berhasil mendapatkan laba
yang baik karena produk dijadikan bagian yang dapat dibongkar pasang.
Frederick W. Taylor (1881), yang dikenal sebagai bapak ilmu manajemen,
menyumbangkan seleksi personel, perencanaan dan penjadwalan, studi gerakan,
dan bidang factor-faktor manusia yang sekarang popular. Salah satu sumbangsih
yang ia berikan ialah bahwa manajemen semestinya lebih panjang akal dan agresif
dalam membuat metode kerja. Taylor dan rekannya, Henry L.Gantt and Frank,
dan Lilian Gilbert, termasuk yang pertama kali membuat sistematika cara
memproduksi yang terbaik.
Pada tahun 1913, Henry Ford dan Charles Sorensen menggabungkan apa
yang mereka tahu tentang standarisasi suku cadang dengan lini perakitan dan
pengepakan makanan industri mail-order, ditambah konsep lini perakitan
(assembly line) di mana para pekerja hanya berdiri di satu tempat dan bahan yang
bergerak. Charles Sorensen adalah orang yang menarik sasis mobil dengan seutas
tambang di pabrik Ford, sementara yang lain menambahkan suku cadang.
Pengendalian mutu, adalah sumbangsih berharga lain di bidang
manajemen operasional. Walter Shewhart (1924) menggabungkan pengetahuan
yang dimilikinya tentang statistik dengan pentingnya suatu pengendalian mutu,
dan membuat suatu peta kendali mutu dari produk yang diambil sebagai sample.
W. Edwards Deming (1950) dan Frederick Taylor percaya bahwa manajemen
30
harus berbuat lebih banyak untuk meningkatkan proses dan lingkungan kerja agar
mutu dapat lebih ditingkatkan.
Setelah melihat peristiwa-peristiwa tersebut di atas, dapat kita simpulkan
bahwa perkembangan Manajemen Operasional sangatlah pesat. Perkembangan
dari Manajemen Operasional itu sendiri dapat kita lihat dari beberapa peristiwa-
peristiwa yang terjadi di dunia industri atau manufaktur.
Elemen-elemen yang mendasari manajemen operasi secara umum dapat
dijelaskan dengan menggunakan Gambar 2.2 berikut:
Sumber: Eddy Herjanto (2006:6)
Gambar 2. 2 Elemen Dasar Manajemen Operasi
• Konsep dasar manajemen produksi, yang membedakannya dari disiplin
ilmu yang lain, misalnya konsep perencanaan tata letak, perencanaan
kapasitas, perencanaan kebutuhan material, persediaan, penjadwalan,
dan pengendalian mutu.
• Teknik dan konsep yang dikembangkan melalui teori organisasi dan
manajemen. Teknik dan konsep tersebut banyak digunakan terutama
dalam perencanaan kerja, pengorganisasian sumber daya, dan
pengendalian proses.
MANAJEMEN
OPERASI
Konsep dasar manajemen produksi
Organisasi dan manajemen
Disiplin ilmu lain
Penemuan teknologi
31
• Penerapan pengetahuan atau praktek yang dikembangkan dari disiplin
ilmu lain, seperti ekonomi, keuangan, dan matematika. Sebagai
contoh, penentuan tingkat produksi didasarkan atas pendekatan
permintaan-penawaran dari teori ekonomi, analisis kinerja operasi
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, penggunaan metode
kuantitatif atau matematik dalam pengambilan keputusan (misalnya
pemrograman linear atau metode penguasaan), dan sebagainya.
• Penemuan-penemuan teknologi. Komputer dan laser merupakan
contoh dari penemuan teknologi terakhir yang sangat berpengaruh
dalam sistem produksi, yang antara lain menyebabkan perubahan
dalam tata letak, jenis mesin/peralatan, maupun proses produksi.
2.1.1.3 Tugas Manajemen Operasi
Setiap lembaga tentu saja dalam menjalankan kegiatannya selalu
diusahakan secara efisien. Apabila perusahaan yang mencari laba biasanya selalu
berusaha memaksimumkan labanya. Oleh karena itu, setiap pemecahan masalah
produksi atau operasi yang ada harus mendukung usaha ini.
Menurut Pangestu Subagyo (2000:12) “ada tiga macam masalah yang
dihadapi oleh suatu lembaga, yaitu masalah positioning atau masalah penentuan
posisi lembaga, masalah design, dan masalah operasional”. Masalah-masalah
tersebut akan dijelaskan berikut ini yang dikutip dari buku Manajemen Operasi,
Pangestu Subagyo (2000:12-13), yaitu sebagai berikut:
32
• Penentuan Posisi Lembaga Penentuan posisi pada lembaga dalam masyarakat bertujuan agar
keberadaan suatu lembaga serta aktivitas yang dilakukannya tidak asal jalan saja. Untuk menyelesaikan masalah ini, dilakukan pengambilan keputusanpada bidang penentuan posisi atau sering disebut dengan positioning decision. Keputusan ini antara lain pemilihan strategi berproduksi, menentukan produk (barang/jasa) apa yang akan dihasilkan, dan menentukan kualitas termasuk keunggulan yang dimiliki oleh hasil kegiatan lembaga itu.
• Masalah Desain Masalah kedua adalah masalah desain, yaitu perencanaan fasilitas-
fasilitas produksi atau operasi yang akan digunakan. Pengatasan masalah ini dilakukan dengan pengambilan keputusan dibidang rancang bangun atau design decision. Contoh lain dari keputusan ini adalah perencanaan letak pabrik, macam proses operasi dan teknologi yang akan digunakan, merencanakan kapasitas mesin yang akan dipasang, perencanaan bangunan, perencanaan tata ruang (layout), dan perencanaan lingkungan kerja.
• Masalah Operasional Masalah ketiga adalah masalah operasional, yang timbul pada saat
proses produksi sudah berjalan. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan dengan mengambil keputusan di bidang operasional atau sering disebut operting decision. Contoh dari masalah ini adalah menentukan berapa banyakanya persediaan bahan baku, barang setengah jadi, bagaimana menjadwal kerja para karyawan, pengawasan kualitas, pembagian pekerjaan harian, dan pengawasan biaya produksi.
2.1.2 Strategi Operasi
2.1.2.1 Pengertian Strategi Operasi
Kebutuhan dan keinginan pelanggan sangat beragam, dari produk-produk
berwujud hingga produk estetika dan psikologis. Perusahaan dapat memuaskan
semua kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan mengembangkan serta
mencapai misi dan strategi, yang bisa jadi berbeda sesuai dengan pelanggan yang
dilayani. Strategi setiap perusahaan sudah pasti berbeda-beda. Strategi dibangun
di bawah bayang-bayang tantangan dan peluang dalam lingkungan, dan kekuatan
kelemahan organisasi. Akhirnya, setiap strategi adalah sebuah upaya untuk
33
menjawab pertanyaan penting bagi seluruh perusahaan yaitu “Bagaimana caranya
memuaskan pelanggan?”.
Perusahaan selalu bersaing untuk memenangkan konsumen dan ia
merancang strategis kompetitif demi memenuhi kebutuhan konsumen dan
keinginan pasar secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing. Strategi
diartikan sebagai petunjuk umum dimana suatu organisasi merencanakan untuk
mencapai tujuannya. Menurut Keneth R. Andrews yang dikutip oleh peneliti dari
(http://www.pdf-search-engine.com/manajemen-operasi-dan-produksi-pdf.html.
[24 02 2008]), menyatakan bahwa:
“Strategi adalah suatu proses evaluasi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam perusahaan yang dilakukan oleh eksekutif puncak serta melihat kesempatan dan ancaman pada saat ini dan memutuskan strategi pemasaran produk yang cocok dengan kesempatan yang ada pada lingkungannya”.
Russel dan Taylor (2000) mengemukakan pendapatnya mengenai
pengertian strategi yang dikutip dari buku Murdifin Haming dan Mahfud
Nurnajamuddin berjudul Manajemen Produksi Modern: Operasi Manufaktur dan
Jasa (2007:37), bahwa “Strategi adalah visi umum yang menyatukan organisasi,
menyediakan acuan konsistensi dalam pembuatan keputusan, dan akan tetap
menjaga agar perusahaan bergerak pada arah yang benar”.
Selanjutnya Chase, Aquilano, dan Jacobs (2001) menjelaskan bahwa,
strategi berhubungan dengan proses jangka panjang yang harus memperhatikan
perubahan di masa datang yang pasti terjadi. Pernyataan tersebut dikutip dari buku
Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin berjudul Manajemen Produksi
Modern: Operasi Manufaktur dan Jasa, (2007:37).
34
Strategi adalah rencana aksi organisasi untuk mencapai misi, Barry Render
dan Jay Heizer (2001:28). Misi itu sendiri didefinisikan sebagai batasan dan fokus
untuk organisasi dan konsep yang akan menjadi landasan organisasi untuk
bergerak. Setiap bidang fungsional memiliki strategi untuk mencapai misinya dan
untuk membantu organisasi untuk mencapai seluruh misinya.
Michael Porter yang dikutip dari Barry Render dan Jay Heizer (2001:28)
menegaskan bahwa perusahaan mencapai misi dalam tiga cara konseptual:
Diferensiasi, kepeloporan biaya, respons yang cepat. Atau dengan kata lain,
pelanggan menginginkan barang dan jasa yang: (1) lebih baik, atau setidaknya
berbeda, (2) lebih murah, dan (3) lebih cepat.
Manajer-manajer operasi menterjemahkan konsep-konsep stratejik itu
menjadi tugas-tugas berwujud yang harus dituntaskan. Salah satu atau kombinasi
dari ketiga konsep stratejik itu bisa menghasilkan sebuah sistem yang memiliki
keunggulan unik atas perusahaan-perusahaan pesaingnya.
Sumber: Murdifin dan Mahfud (2007:45) Gambar 2. 3
Strategi Generik Perusahaan
Matriks dalam Gambar 2.3 menunjukkan, pilihan strategi generik
ditentukan oleh dua faktor, yaitu cakupan persaingan (wilayah pemasaran yang
luas atau sempit) serta target keunggulan stretegis perusahaan. Jika target adalah
Cakupan persaingan
Sasaran yang sempit
Sasaran yang luas
Diferensiasi
3a. Fokus pada biaya
2. Diferensiasi
3b. Fokus pada diferensiasi
Biaya lebih rendah
1. Keunggulan biaya
35
diferensiasi dan cakupan persaingan sempit atau terbatas, sebaiknya memilih
fokus pada diferensiasi, artinya memilih atribut tertentu untuk dapat membedakan
produk dengan produk saingan dalam industri. Tetapi apabila cakupan persaingan
luas dan ingin unggul dalam soal harga, maka perusahaan harus memilih strategi
keunggulan biaya menyeluruh, itu yang dikatakan oleh Murdifin Haming dan
Mahfud Nurnajamuddin (2007:45-46).
2.1.2.2 Tujuan Strategi Operasi
Strategi operasi sebagai jabaran dari strategi perusahaan berfungsi untuk
turut mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh
karena strategi perusahaan dirumuskan dengan memperhatikan sumber daya yang
dimiliki (termasuk kekuatan dan kelemahan perusahaan) serta aspek lingkungan
(struktur industri, termasuk intensitas persaingan) dan industri pendukung
(termasuk pembekal), maka strategi operasi otomatis memperhatikan pula aspek
lingkungan dimaksud. Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2007:46).
36
Sumber: Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2007:47)
Gambar 2. 4 Kerangka Kerja Strategi Operasi
Tujuan dari perusahaan membuat strategi tidak lain adalah untuk
menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage) bagi perusahaan.
Render dan Heizer (2001:32) menuturkan bahwa “keunggulan bersaing
menunjukkan penciptaan sistem yang memiliki keunggulan unik atas pesaing”.
Dalam mewujudkan competitive advantage tersebut, perusahaan berusaha untuk
meningkatkan produktivitasnya demi memenuhi permintaan dari para konsumen.
Dalam membuat strategi agar dapat menciptakan competitive advantage.
Maka, manajer operasi harus bisa membuat keputusan yang efektif. Render dan
Heizer (2001:32-33) mengatakan bahwa terdapat sepuluh keputusan-keputusan
operasi berdasarkan sepuluh bidang pengaruh. Sepuluh keputusan manajemen
operasi yang mendukung misi dan menerapkan strategi adalah:
37
1. Mutu. Harapan mutu pelanggan harus ditentukan dan kebijakan dan
prosedur dibangun untuk mengidentifikasi serta mencapai mutu yang
ditetapkan.
2. Desain barang dan jasa. Merancang barang dan jasa mendefinisikan
sebagian besar proses transformasi. Keputusan mutu, biaya dan sumber
daya manusia sangat berinteraksi dengan desain. Desain sering kali
menetapkan batas bawah biaya dan batas atas mutu.
3. Desain proses dan kapasitas. Pilihan proses tersedia untuk produk dan
jasa. Keputusan proses mengikat manajemen pada teknologi, mutu,
pemanfaatan sumber daya manusia, dan pemeliharaan yang spesifik.
Komitmen biaya dan modal ini akan menentukan struktur biaya dasar
perusahaan.
4. Seleksi lokasi. Keputusan lokasi fasilitas baik untuk perusahaan
manufaktur maupun jasa bias menentukan keberhasilan perusahaan.
Kesalahan yang dibuat pada saat ini dapat menghambat efisiensi.
5. Desain tata letak. Kebutuhan kapasitas, tingkat personel, keputusan
pembelian, dan kebutuhan persediaan mempengaruhi tata letak. Selain
itu, proses dan bahan baku harus ditempatkan dengan memperhatikan
keterkaitan satu sama lain.
6. Manusia dan system kerja. Manusia adalah bagian integral dan mahal
dari desain system total. Oleh karena itu, kehidupan mutu kerja yang
disediakan, bakat dan keahlian yang dibutuhkan, dan biayanya harus
ditentukan.
38
7. Manajemen dan rantai pasokan. Keputusan ini menentukan apa yang
akan dibuat dan apa yang perlu dibeli. Pertimbangan juga diperlukan
untuk mutu, pengiriman, dan inovasi, dengan harga memuaskan.
Suasana saling menghormati antara pembeli dan pemasok dibutuhkan
untuk pembelian yang efektif.
8. Persediaan. Keputusan persediaan bias dioptimalkan hanya bila
keputusan pelanggan, pemasok, jadwal produksi, dan perencanaan
sumber daya manusia dipertimbangkan.
9. Penjadwalan. Jadwal produksi yang layak dan efisien harus
dikembangkan, permintaan terhadap sumber daya manusia dan fasilitas
harus ditentukan dan dikendalikan.
10. Pemeliharaan. Keputusan harus dibuat berkaitan dengan tingkat
pemeliharaan yang diinginkan. Rencana untuk implementasi dan
pengawasan sistem pemeliharaan adalah perlu.
Di antara sepuluh keputusan manajemen operasi yang disebut dengan
strategi operasi terdapat pemeliharaan. Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan
bahwa pemeliharaan merupakan hal yang penting dalam menjalankan bisnis
perusahaan. Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam menentukan strategi yang akan dijalankan oleh manajer
operasional.
39
2.1.3 Pemeliharaan
2.1.3.1 Peranan dan Pengertian Pemeliharaan
Peranan pemeliharaan dalam manajemen operasi dapat dilihat dari
keputusan manajemen operasi yang telah dikemukakan sebelumnya. Kegiatan
pemeliharaan yang berada di fungsi perencanaan terbagi menjadi dua yaitu
perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Kegiatan
perencanaan pemeliharaan jangka panjang meliputi kegiatan pemeliharaan
bangunan, gedung, dan fasilitas lainnya. Sedangkan kegiatan perencanaan
pemeliharaan jangka pendek meliputi pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan
produksi.
Dengan demikian kegiatan pemeliharaan merupakan suatu hal yang
mutlak yang harus dilaksanakan secara terencana agar semua faktor produksi
selalu dalam keadaan siap untuk selalu beroperasi setiap saat.
Pemeliharaan yang merupakan kegiatan yang ditujukan agar seluruh
peralatan atau fasilitas produksi dapat digunakan kapanpun produksi itu dilakukan
dan agar peralatan dan fasilitas dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Karena kegiatan ini menjadi salah satu bagian penting di dalam manajemen
operasi dan produksi. Karena apabila kegiatan tersebut diabaikan, maka akan
berpengaruh pada kelancaran kegiatan produksi akan terhambat.
Berikut adalah pengertian pemeliharaan menurut Sofjan Assauri (2004:95)
menuturkan bahwa “pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau
menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau
penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan
40
operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan”.
Sedangkan menurut Hani T. Handoko (2000:108) “Pemeliharaan adalah suatu
kegiatan untuk menjaga mesin-mesin dan peralatan serta fasilitas lainnya dan
mengadakan perbaikan dan penggantian yang diperlukan agar pada suatu kegiatan
operasi produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar”.
Render dan Heizer (2001:622) juga manambahkan bahwa “pemeliharaan
meliputi segala aktivitas yang terlibat dalam penjagaan peralatan sistem dalam
aturan kerja”.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapatlah diambil suatu
kesimpulan bahwa pemeliharaan adalah suatu aktivitas untuk memelihara agar
peralatan atau fasilitas produksi dapat bekerja dengan baik, untuk menjaga
kelangsungan proses produksi. Tetapi pemeliharaan yang baik adalah
pemeliharaan yang dilaksanakan dalam usaha untuk mencegah terjadinya
kerusakan selama proses produksi atau kegiatan operasional perusahaan
berlangsung.
2.1.3.2 Arti Penting Pemeliharaan
Dalam hal pemeliharaan ini, perlu diperhatikan bahwa sering terlihat di
dalam suatu perusahaan kurang memperhatikan bidang pemeliharaan sehingga
terjadi kegiatan pemeliharaan yang tidak teratur. Peranan yang penting dari
kegiatan pemeliharaan baru diingat setelah mesin-mesin mengalami kerusakan.
Hendaknya kegiatan pemeliharaan harus dapat menjamin bahwa proses produksi
bisa berlangsung tanpa adanya kemacetan yang disebabkan oleh mesin-mesin atau
41
fasilitas lainnya. Tetapi pada umumnya jika terjadi kerusakan akibat pemeliharaan
yang kurang baik, maka baru dirasakan betapa pentingnya pemeliharaan tersebut.
Agus Ahyari (2002:349) berpendapat bahwa:
“Apabila suatu perusahaan tidak melaksanakan pemeliharaan dengan baik maka perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan-kesulitan pada waktu yang akan datang. Di samping itu peralatan fasilitas produksi yang seharusnya masih dapat berfungsi dengan baik akan cepat rusak serta cepat menurunkan tingkat kegunaannya”. “Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah kerusakan yang terduga dan menemukan kondisi (keadaan) yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi”. Anshari (1996:159) menambahkan.
Saling ketergantungan operator, mesin dan mekanik adalah kunci utama
strategi pemeliharaan yang berhasil. Secara ringkas konsep pemeliharaan
digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Heizer dan Render (2001:542).
Gambar 2. 5 Konsep Strategi Pemeliharaan Yang Baik Akan Membutuhkan Karyawan
dan Prosedur Yang Baik
Keterlibatan karyawan: 1. Pembagian informasi 2. Pelatihan keahlian 3. Sistem imbalan 4. Pembagian kekuasaan
Prosedur Karyawan : 1. Bersihkan dan lumasi 2. Monitor dan sesuaikan 3. Perbaikan ringan 4. Catatan terkomputerisasi
Hasil: 1. Mengurangi persediaan 2. Memperbaiki mutu 3. Memperbaiki kapasitas 4. Reputasi mutu 5. Perbaikan terus-menerus
42
Menurut Anshari (1996:169) “Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
setelah terjadi kerusakan sehingga fasilitas atau peralatan tersebut tidak dapat
berfungsi dengan baik”.
Sangat jelas bahwa pemeliharaan penting dalam menjaga agar proses
produksi tetap berjalan lancar dan dalam kondisi baik. Apabila peralatan dibiarkan
tanpa tindakan pemeliharaan dan perawatan, akan mengakibatkan peralatan
tersebut cepat rusak dan akan dibutuhkan biaya yang tinggi untuk perbaikannya
serta dampaknya akan menurunkan kualitas dan kuantitas produksi.
2.1.3.3 Fungsi dan Kegunaan Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan fungsi yang penting dalam suatu perusahaan
untuk menjamin kelancaran proses produksi. Maka dapat dikatakan bahwa lancar
tidaknya proses produksi secara langsung dipengaruhi oleh baik buruknya mesin
atau peralatan lainnya. Dengan demikian kedudukan pemeliharaan tidak bisa
dianggap ringan.
Peranan bagian pemeliharaan tidak hanya menjaga agar pabrik tetap dapat
bekerja dan produk dapat diproduksi dan diserahkan kepada langganan tepat pada
waktunya, tetapi untuk menjaga agar pabrik dapat bekerja secara efisien dengan
menekan/mengurangi kemacetan-kemacetan menjadi sekecil mungkin.
Pemeliharaan mempunyai fungsi yang sangat menentukan dalam kegiatan
produksi dari suatu perusahaan yang menyangkut kelancaran atau kemacetan
produksi, hasil produksi dan efisien produksi.
43
Menurut Agus Ahyari (2002:349) beberapa keuntungan yang diperoleh
dengan adanya pemeliharaan yang baik antara lain:
a. Mesin atau peralatan produksi yang ada di dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan di dalam jangka waktu yang relatif panjang.
b. Proses produksi dengan peralatan tersebut dapat berjalan dengan lancar (selama tidak ada sebab-sebab lain) oleh karena dengan adanya pemeliharaan yang baik maka peralatan produksi ini juga berjalan dengan baik dan jarang timbul segala kemacetan peralatan fasilitas produksi.
c. Dapat menghindarkan diri atau paling tidak menekan sekecil mungkin dari adanya kemungkinan dari adanya kemungkinan kerusakan-kerusakan yang berat dari peralatan atau fasilitas-fasilitas produksi. Hal ini dikarenakan setiap adanya kerusakan segera diperbaiki sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang berat.
d. Oleh karena mesin-mesin, peralatan atau fasilitas produksi dapat berjalan dengan baik dan stabil, maka pengendalian kualitas proses akan berjalan dengan baik sehingga kualitas produksi akhir dapat dipertahankan dalam tingkat yang tinggi.
e. Dengan dapat dihindarkan kerusakan total dan peralatan produksi maka berarti perusahaan tidak menekan biaya pemeliharaan, oleh karena penggantian/perbaikan kecil-kecilan ini biayanya lebih murah daripada kerusakan fatal.
f. Apabila peralatan berjalan dengan baik maka penyerapan bahan baku juga berjalan dengan lancar dan normal. Hal ini berarti dengan adanya pemeliharaan yang baik maka penyimpangan penyerapan bahan baku dapat ditekan seminimal mungkin.
g. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi yang ada di dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada akan semakin berkurang . Hal ini disebabkan karena perencanaan beban bagi masing-masing mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan dapat direalisasikan dengan sebaik-baiknya.
Render dan Heizer (2001:544) juga menggambarkan keuntungan yang
akan diperoleh perusahaan apabila melaksanakan pemeliharaan, dilihat dari segi
biaya. Secara ringkas keuntungan pemeliharaan dilihat dari segi biaya
digambarkan sebagai berikut:
44
cost
preventive maintenance cost
total cost
breakdown maintenance cost
maintenance commitment M
M : Optimal point (lowest-cost maintenance policy)
Sumber: Heizer dan Render (2001:544).
Gambar 2. 6 Keuntungan Pemeliharaan Dari Segi Biaya
2.1.3.4 Maksud dan Tujuan Pemeliharaan
Pelaksanaan pemeliharaan pada suatu perusahaan dimaksudkan agar
fasilitas atau peralatan pabrik dapat digunakan untuk produksi sesuai dengan
rencana dan tidak mengalami kerusakan selama fasilitas atau peralatan tersebut
dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum jangka waktu tertentu yang
direncanakan tercapai, sehingga diharapkan proses produksi dapat berjalan dengan
lancar dan terjalmin.
Di dalam melakukan segala sesuatu maka kita harus menerangkan tujuan
yang hendak dicapai dengan jelas. Adapun tujuan dari pemeliharaan menurut
Suyadi Prawirosentono (2000:320) adalah:
a. Melaksanakan rencana kerja pemeliharaan yang meliputi: 1) Membagi kegiatan perawatan mesin pada setiap jenjang operasi
perusahaan dalam satu tahun dalam periode yang lebih lanjut. 2) Menyelenggarakan keseimbangan antara kegiatan perawatan
dengan seluruh kegiatan operasi proses produksi. b. Merencanakan seluruh kegiatan pemeliharaan mesin pada berbagai
kegiatan produksi untuk saat ini ataupun periode pada masa yang akan datang. Penyajian menyeluruh dan rinci dari kegiatan pemeliharaan sejak awal sampai dengan pasca produksi dapat digunakan untuk mendesain perencanaan kegiatan pemeliharaan mesin per minggu bahkan per hari.
45
Pemeliharaan serta segala pelengkapannya dalam tatanan kerja yang baik
sangat penting untuk mencapai tingkat kualitas dan keandalan tertentu serta kerja
yang efisien.
Kemudian menurut Sofjan Assauri (2004:95) mengatakan bahwa tujuan
pemeliharaan adalah, sebagai berikut:
1) Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
rencana produksi.
2) Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak
terganggu.
3) Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang
diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan
selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan
perusahaan mengenai invesatasi tersebut.
4) Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin,
dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien
keseluruhannya.
5) Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan
keselamatan kerja para pekerja.
6) Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama
lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan
utama perusahaan, yaitu tingkat keuntungan atau return of investment
yang sebaik mungkin dan total biaya yang terendah.
46
Sedangkan menurut Agus Ahyari (2002:351) kegiatan pemeliharaan untuk
mesin dan peralatan produksi yang dilakukan di dalam suatu perusahaan adalah
“bertujuan untuk memperpanjang umur ekonomis, dari mesin dan peralatan
produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut
selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi”.
Selain itu menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001:542), salah satu
peran utama diadakannya kegiatan pemeliharaan adalah, “tujuan pemeliharaan
adalah untuk memelihara kemampuan sistem dan mengendalikan biaya”. Hanni T.
Handoko (2000:165) juga berpendapat bahwa “tujuan pemeliharaan adalah untuk
memelihara realibitas sistem pengoperasian pada tingkat yang dapat diterima dan
tetap memaksimumkan laba atau meminimumkan biaya”.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pemeliharaan adalah menjaga peralatan dan mesin itu sendiri serta memperhatikan
efisien dengan mengadakan kerjasama dengan fungsi yang lain dalam rangka
mencapai tingkat keuntungan sebaik mungkin dan total biaya yang rendah.
2.1.3.5 Jenis-Jenis Pemeliharaan
Sofjan Assauri (2004:96) berpendapat bahwa “Kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan dalam suatu perusahaan dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Preventive maintenance (perawatan)
Preventive maintenance adalah suatu kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang
tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas
47
produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi.
Dengan demikian semua fasilitas produksi yang mendapat preventif maintenance
akan terjamin kelancarannya dalam bekerja dan selalu diusahakan dalam kondisi
siap digunakan setiap saat, sehingga perlulah dibuat suatu rencana dan schedule
pemeliharaan yang cermat dan rencana produksi yang tepat. Dalam prakteknya
preventive maintenance yang dilakukan perusahaan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1) Routine Maintenance
Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara rutin misalnya setiap hari. Contohnya: kegiatan
pembersihan, pelumasan atau pengecekan oli serta pengecekan isi bahan
bakar, dan sebagainya.
2) Periodik Maintenance
Periodik maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan
yang dilakukan secara periodik/jangka waktu tertentu misalnya sebulan
sekali, seratus jam sekali atau setahun sekali. Kegiatan ini jauh lebih
berat daripada routine maintenance.
Dalam preventive maintenance terdapat beberapa langkah pelaksanaannya
yang disebut FITCAL (Feel, Inspection, Tighten, Clean, Adjustment, Lucrication),
yaitu:
1) Feel (Merasakan)
Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara melihat, mendengar,
meraba, dan mencium pada mesin yang sedang dijalankan terhadap
48
kemungkinan adanya kelainan-kelainan sebagai gejala akan adanya
kerusakan.
2) Inspection (Memeriksa)
Tindakan yang dilakukan dengan cara mengawasi dan mengamati
keadaan mesin-mesin yang beroperasi, bentuk penanggulangan atas
hasil pemeriksaan dapat berupa tindakan pengencangan, pembongkaran
atau penggantian.
3) Tighten (mengencangkan)
Suatu tindakan yang dilakukan bilamana tampak bagian-bagian mesin
yang longgar akibat getaran pada saat mesin beroperasi atau
pemasangan bagian-bagian yang longgar akibat ketidaktelitian petugas
terdahulu.
4) Clean (Membersihkan)
Suatu tinakan yang dilakukan dalam upaya membersihkan bagian-
bagian mesin yang kotor akibat terkena debu, pasir, sisa pelumas, atau
kotoran lainnya, serta termasuk didalamnya proses pengecatan ulang
dalam upaya menjaga kebersihan mesin atau peralatan produksi.
5) Adjustment (Penyesuaian)
Penyesuaian dilakukan untuk mendapatkan kondisi atau keadaan yang
sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Biasanya tindakan ini
dilakukan setelah pemasangan salah satu bagian yang baru diperbaiki.
49
6) Lubrication (Pelumasan)
Suatu tindakan yang dilakukan dalam usaha mencegah gesekan antara
dua logam untuk mencegah keausan atau kerusakan. Oleh karena itu
pelumasan harus dilaksanakan secara teratur dan teliti.
b) Corrective/breakdown maintenance
Corrective/breakdown maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelakuan
setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelalaian pada fasilitas atau perawatan
sehingga dapat berfungsi dengan baik. Perbaikan yang dilakukan karena
kerusakan tersebut biasanya merupakan suatu akibat dari tidak dilakukannya atau
kurang optimalnya kegiatan preventive maintenance.
2.1.3.6 Aktivitas Pemeliharaan
Proses pemeliharaan untuk mesin atau peralatan dilaksanakan sesuai
dengan petunjuk-petunjuk dari perusahaan dimana mesin atau peralatan tersebut
dibuat.
Secara garis besar aktivitas pemeliharaan menurut Sofjan Assauri
(2004:99) dapat digolongkan dalam 5 tugas pokok sebagai berikut:
a. Inspeksi (Inspection) b. Kegiatan teknik (engineering) c. Kegiatan produksi (production) d. Pekerjaan administrasi (clerical work) e. Pemeliharaan bangunan (housekeeping)
Dari kelima tugas pokok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
50
a. Inspeksi (inspection)
Kegiatan inspeksi ini meliputi kegiatan pengecekan atau
pemeliharaan secara berkala terhadap bangunan dan peralatan pabrik
sesuai dengan rencana serta kegiatan pengecekan atau pemeriksaan
terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dan membuat laporan-
laporan dari hasil pengecekan atau pemeriksaan tersebut. Adapun
maksud dari kegiatan inspeksi ini adalah untuk mengetahui apakah
perusahaan selalu mempunyai peralatan/fasilitas yang baik untuk
menjamin kelancaran proses produksi. Jika seandainya terjadi
kerusakan, maka dapat segera diadakan perbaikan sesuai dengan
laporan hasil inspeksi dan berusaha untuk mencegah sebab-sebab
kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.
b. Kegiatan teknik (engineering)
Kegiatan teknik ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan
yang baru dibeli dengan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan
atau komponen peralatan yang perlu diganti, serta melakukan
penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam
kegiatan inilah terlihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-
perubahan bagi perluasan dan kemajuan dari bangunan dan peralatan
pabrik. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan, terutama
apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak diperoleh
komponen yang sama dengan yang dibutuhkan. Dalam hal ini perlu
diadakan perubahan-perubahan atau perbaikan-perbaikan tertentu
51
terhadap komponen dan mesin-mesin yang bersangkutan, agar mesin
dapat bekerja kembali.
Dalam kegiatan teknik ini, termasuk pula kegiatan penyelidikan
sebab terjadinya kerusakan pada peralatan tertentu dan cara-cara atau
usaha-usaha untuk mengatasi yang sangat diperlukan dalam kegiatan
produksi. Dengan mengetahui sebab-sebab ini, maka dengan kegiatan
teknik dapat dibuat alat-alat penjaga atau pencegah terjadinya
kerusakan pada masa-masa yang akan datang. Di samping itu dalam
kegiatan ini dipelajari spesifikasi mesin dan usaha-usaha agar mesin
dapat bekerja lebih efektif.
c. Kegiatan produksi (production)
Kegiatan produksi ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang
sebenarnya, yaitu memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan
peralatan. Pada dasarnya kegiatan ini melaksanakan pekerjaan yang
disarankan atau diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan kegiatan teknik.
Dengan melaksanakan kegiatan ini semua, maka proses produksi
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.
d. Pekerjaan administrasi (clerical work)
Pekerjaan administrasi ini khusus dalam pencatatan mengenai
kegiatan pemeliharaan antara lain pencatatan mengenai biaya-biaya
yang berhubungan dengan pemeliharaan, komponen atau spare part
yang dibutuhkan untuk inspeksi dan perbaikan. Jadi kegiatan
52
administrasi di sini termasuk penyusunan planning dan schedulling
yaitu rencana kapan masih harus dicek/diperiksa, diminyaki/diservis
dan direparasi.
e. Pemeliharaan bangunan (housekeeping)
Kegiatan ini menjaga agar bangunan atau gedung tetap terpelihara
dan terjamin kebersihannya. Jadi kegiatan ini meliputi pembersihan
dan pengecatan gedung, pembersihan halaman dan kegiatan
pemeliharaan peralatan lain yang tidak termasuk dalam kegiatan teknik
dan produksi dari bagian pemeliharaan.
Lain halnya menurut Suyadi Prawirosentono (2000:318) kegiatan
pemeliharaan dibagi dalam, lima kegiatan pokok:
a. Mechanical maintenance (pemeliharaan mesin) b. Electrical maintenance (pemeliharaan jaringan listrik) c. Instrument maintenance (pemeliharaan instrumen) d. Electrical Power maintenance (pemeliharaan pembangkit listrik) e. Workshop (bengkel pemeliharaan)
2.1.3.7 Organisasi Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan fungsi yang sangat penting dalam suatu
perusahaan sehingga perlu mendapat perhatian untuk menjamin kelancaran proses
produksinya, karena kegiatan pemeliharaan ini sangat kompleks sifatnya yang
menyangkut semua peralatan-peralatan yang ada dalam pabrik.
Besar kecilnya bagian pemeliharaan tergantung besar kecilnya perusahaan
dan otomatis tidaknya mesin-mesin yang digunakan. Perusahaan yang besar
mempunyai struktur organisasi yang lebih rumit dari perusahaan kecil. Sedangkan
53
pada perusahaan kecil mungkin hanya mempunyai tenaga kerja beberapa orang
saja di bagian pemeliharaan.
2.1.3.8 Pelaksanaan Kegiatan Pemeliharaan
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan perusahaan kadang-kadang berbeda
dengan perusahaan lainnya. Pelaksanaan kebijaksanaan dari kegiatan
pemeliharaan biasanya ditentukan oleh pimpinan puncak perusahaan. Syarat untuk
melaksanakan kegiatan pemeliharaan menurut Sofjan Assauri (2004:102) yaitu:
a. Harus ada data mengenai mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan. b. Harus ada planning dan scheduling c. Harus ada surat perintah yang tertulis d. Harus ada persediaan alat-alat/spare parts (storage control) e. Harus ada catatan (records) f. Harus ada laporan, pengawasan dan analisa (report,control and analysis).
Dari keenam prasyarat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Data mengenai mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan
Yaitu merupakan data keseluruhan mengenai mesin dan peralatan seperti
nomor, jenis, umur dan tahun pembuatan, keadaan atau kondisinya.
Pembebanan dalam operasi produksi direncanakan per jam atau kapasitas dan
bagaimana operator menjalankan mesin tersebut, berapa jumlah maintenance
crew dan sebagainya.
b. Planning dan Scheduling
Dalam hal ini disusun perencanaan dan jadwal pemeliharaan untuk
jangka pendek dan jangka panjang seperti preventive maintenance maupun
reparasi kerusakan. Perlu pula direncanakan banyaknya tenaga pemeliharaan
54
yang harus ada agar pekerjaan pemeliharaan dapat berjalan efektif dan
efisien.
c. Surat perintah yang tertulis
Surat perintah ini haruslah memberitahukan atau menyatakan
tentang:
1) Apa yang dikerjakan
2) Siapa yang mengerjakan dan yang bertanggung jawab
3) Dimana dikerjakan, apakah ke luar atau di dalam pabrik.
4) Berapa tenaga dan bahan/alat-alat yang dibutuhkan dan macamnya.
5) Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut dan
waktu selesainya.
d. Persediaan alat-alat/ spare parts (storage control)
Dalam hal ini, oleh karena pelaksanaan kegiatan pemeliharaan
dibutuhkan adanya spare parts (alat-alat) dan material, maka spare part dan
material ini harus disediakan dan diawasi. Maka manajer bagian
pemeliharaan harus selalu berusaha agar spare part dan material tetap ada
pada saat dibutuhkan.
e. Catatan (records)
Yaitu berupa catatan tentang kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
dan apa yang perlu untuk kegiatan pemeliharaan tersebut. Jadi perlu adanya
catatan/gambaran yang menunjukkan jumlah dan macam serta letak
peralatan/mesin serta catatan tentang inspeksi serta biaya pemeliharaan. Di
55
samping itu pula perlu dibuat catatan mengenai jam produksi, waktu
berhenti dan jumlah produksi.
f. Laporan, pengawasan dan analisa (report, control and analysis)
Laporan yang dimaksud disini adalah laporan tentang pembetulan
yang telah diadakan serta pengawasannya. Disamping itu juga perlu
dilakukannya penganalisaan tentang kegagalan yang pernah terjadi. Analisa
ini penting untuk dapat digunakan dalam pengambilan keputusan akan
kegiatan atau kebijaksanaan pemeliharaan.
2.1.3.9 Metode-Metode Pemeliharaan
Menurut Hanni T. Handoko (2000:162) untuk mengevaluasi biaya-biaya
yang harus dikeluarkan ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung
biaya pemeliharaan yaitu:
1) Preventive Maintenance, merupakan kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan sebelum terjadi kerusakan. Untuk mencari biaya
perbaikannya terlebih dahulu dihitung ekspektasi jumlah
kerusakan mesin dengan rumus sebagai berikut:
PBPBPBPB xxxx
n
i
PnNBn)1(13)3(2)2(1)1(
... −−−− ++++= ∑
Keterangan:
Bn = Ekspektasi jumlah kerusakan mesin dalam n bulan.
N = Jumlah mesin.
Pn = Probabilitas mesin rusak dalam periode n.
56
TCr = Biaya bulanan total kebijaksanaan korektif. NC2 = Biaya perbaikan semua mesin. n ΣiPi = Jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan-kerusakan. i=1
2) Corrective Maintenance, merupakan kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan setelah terjadinya kerusakan. Untuk mengetahui biaya
corrective maintenance dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
∑=
=n
iiiP
NCTCr
1
2
2.1.3.10 Pengertian Biaya Pemeliharaan dan Harga Satuan
Pemeliharaan
Setiap transaksi pemeliharaan peralatan menyebabkan dimulainya
transaksi keuangan sebagai contoh, apabila pemeliharaan peralatan dikerjakan
oleh pihak kedua dengan suatu kontrak, maka satu bagian dari suatu proses
keuangan mungkin telah dilakukan oleh pemeliharaan peralatan. Dalam
pemeliharaan peralatan suatu aktivitas yang berhubungan dengan hal tersebut di
atas akan selalu diikuti dengan kebutuhan dana. Penyediaan dana tingkat peralatan
dipengaruhi oleh besarnya dana yang tersedia. Sofjan Assauri (2004:92)
berpendapat bahwa, “Adapun biaya-biaya pengecekan, penyetelan, biaya service,
biaya penyesuaian (Adjustment dan biaya perbaikan atau reparasi).
Pada dasarnya biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pemeliharaan peralatan sebagai usaha untuk menyediakan peralatan dalam kondisi
siap untuk dipakai dalam proses produksi. Disisi lain harga satuan pemeliharaan
57
adalah biaya yang terjadi di bagi dengan produksi yang dihasilkan dengan
menggunakan peralatan yang dipelihara.
2.1.4 Mesin
2.1.4.1 Pengertian Mesin
Mesin merupakan suatu fasilitas yang mutlak diperlukan perusahaan
dalam berproduksi. Dengan menggunakan mesin, maka perusahaan dapat
menekan tingkat kegagalan produknya, dapat mencapai ketepatan waktu dalam
menyelesaikan produknya sesuai dengan permintaan pelanggan dan penggunaan
sumber bahan baku akan lebih efisien karena dapat lebih terkontrol
penggunaannya.
Adapun pengertian mesin menurut pendapat Sofjan Assauri (2004:79),
bahwa: "Mesin adalah suatu peralatan yang digerakan oleh suatu kekuatan/tenaga
yang dipergunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau
bagian-bagian tertentu".
2.1.4.2 Jenis Mesin
Mesin memiliki jenis-jenis yang berbeda, menurut Sofjan Assauri
(2004:79), mesin dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Mesin yang bersifat umum/serba guna (general purpose machine). Mesin yang
seba guna merupakan suatu mesin yang dibuat untuk mengerjakan pekerjaan-
pekerjaan tertentu untuk berbagai jenis barang/produk atau bagian dari produk
(part). Ciri-ciri mesin yang serba guna (general purpose machine), yaitu:
58
a. Mesin ini dibuat dengan bentuk standar dan selalu atas dasar untuk pasar
(ready stock) dan bukan atas dasar pesanan.
b. Mesin ini memproduksi dalam volume yang besar, maka harganya relatif
lebih murah. Sehingga investasi dalam mesin ini lebih murah.
c. Penggunaan mesin sangat fleksibel dan variasinya banyak.
d. Diperlukan kegiatan pemeriksaan atau inspeksi atas dasar apa yang
dikerjakan pada mesin serba guna ini.
e. Biaya operasi produksi lebih mahal.
f. Biaya pemeliharaan mesin serba guna ini lebih murah,karena bentuk mesin
serba guna ini standard dan mesin ini tidak mudah ketinggalan jaman.
2. Mesin yang bersifat khusus (special purpose machine). Mesin yang bersifat
khusus adalah mesin-mesin yang direncanakan dan dibuat untuk mengerjakan
satu atau beberapa jenis kegiatan yang sama. Ciri-ciri mesin yang bersifat
khusus (special purpose machine), yaitu:
a. Mesin ini dibuat atas dasar pesanan dan dalam jumlah atau volume yang
kecil. Oleh karena harga mesin-mesin ini biasanya relatif lebih mahal,
sehingga investasi dalam mesin ini menjadi lebih mahal.
b. Mesin bersifat khusus ini biasanya agak otomatis, sehingga pekerjaannya
lebih cepat dan biasanya dipergunakan dalam pabrik yang menghasilkan
produknya dalam jumlah yang besar.
c. Biaya pemeliharaan dari mesin ini lebih mahal dari mesin serba guna.
d. Biaya produksi per unit relatif lebih rendah.
e. Mesin ini mudah ketinggalan jaman.
59
2.1.4.3 Peranan Mesin Dalam Proses Produksi
Setiap perusahaan di dalam memproduksi suatu barang biasanya
menggunakan mesin yang bermacam-macam. Dengan adanya mesin-mesin ini
pekerjaan jauh lebih mudah dan lebih cepat dijalankan. Oleh karena itu
penggunaan mesin sangat diperlukan dalam berproduksi.
Sofjan Assauri (2004:79) menuturkan bahwa:
“Mesin-mesin sangat membantu manusia dalam melakukan proses pengerjaan atau produksi suatu barang, sehingga barang-barang dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih pendek, jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik”.
Dari pendapat di atas, jelas bahwa peranan mesin sangat besar sekali
sebagai alat untuk mempermudah dan mempercepat proses produksi juga
menambah kualitas dan kuantitas hasil produksi dan manusia berfungsi sebagai
penggerak.
2.1.5 Proses Produksi
Sebelum kita membahas tentang proses produksi akan lebih baik apabila
kita lebih dahulu membahas tentang pengertian proses. Menurut Sofjan Assauri
(2004:75) proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana
sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada
diubah untuk memperoleh suatu hasil dan produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa. Proses juga diartikan
sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan.
Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan (Utility )
suatu barang dan jasa.
60
2.1.5.1 Pengertian Proses Produksi
Pengertian proses produksi seperti yang dikemukakan oleh S. Buffa dalam
buku Sujadi Prawirosentono (2000:64) mengatakan: “Proses produksi merupakan
serangkaian proses yang ditujukan untuk menciptakan barang dan jasa”.
Sedangkan Sofjan Assauri (2004:7) berpendapat lain dengan mengatakan
bahwa “Proses produksi adalah hasil dari kegiatan dalam menciptakan dan
menambah kegunaan barang atau jasa untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-
faktor produksi ke dalam ekonomi berupa modal, tenaga kerja dan lain-lain.
Kelancaran proses produksi merupakan jumlah produk yang dihasilkan, kualitas
produk, ketepatan waktu dalam proses produksi merupakan tingkat kegiatan yang
diselesaikan sesuai dengan target perusahaan sehingga dapat menunjang
kelancaran proses produksi. Dengan indikator:
a) Jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan target perusahaan. (Output
dibagi Target)
b) Kualitas hasil produksi sesuai dengan kualitas yang ditentukan
perusahaan. (Output dibagi barang yang memenuhi standar)
c) Ketepatan waktu dalam proses produksi. (Output dibagi target)
Agus Ahyari (2002:88) juga berpendapat bahwa: “proses produksi adalah
suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa
dengan menggunakan faktor produksi yang ada”.
Melihat ketiga definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses
produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu
barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,
61
mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
Adapun jenis proses produksi dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi wujud proses
produksi dan segi arus produksi.
a. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Wujud Proses Produksi
Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai
segi. Menurut Agus Ahyari (2002:66) proses produksi dilihat dari wujudnya
terbagi menjadi dua yaitu: proses kimiawi, proses perubahan bentuk, proses
assembling, proses transportasi dan proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi.
Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan mentah sampai menjadi produk
akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses produksi terus-menerus (Continous
processes) dan proses produksi terputus-putus (Intermettent processes).
Penjelasan tentang proses produksi menurut wujud, yaitu sebagai berikut:
1) Proses produksi kimiawi
Merupakan suatu proses produksi yang menitik beratkan kepada adanya
proses analisa atau sintesa serta senyawa kimia.
2) Proses produksi perubahan bentuk
Merupakan suatu proses produksi dimana pelaksanaan proses produksi
tersebut dititik beratkan kepada adanya perubahan bentuk dari masukan
(input) menjadi keluaran (output).
3) Proses produksi assembling
Merupakan suatu proses yang di dalam pelaksanaan proses produksinya
akan lebih mengutamakan kepada proses penggabungan (assembling)
dari komponen-komponen produk dalam perusahaan yang bersangkutan.
62
4) Proses produksi transportasi
Merupakan suatu proses produksi dengan jalan menciptakan jasa tempat
dari barang ataupun manusia.
5) Proses produksi penciptaan jasa administrasi
Merupakan suatu proses produksi memberikan jasa administrasi kepada
perusahaan-perusahaan yang lain atau lembaga-lembaga lain yang
memerlukannya.
b. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Arus Proses Produksi
Menurut Agus Ahyari (2002:72) “Proses produksi yang urutan proses
sama, ini umumnya sering disebut dengan proses produksi terus-menerus,
sedangkan proses produksi dengan urutan yang tidak selalu sama seringkali
disebut dengan proses produksi terputus-putus”.
1) Proses produksi terus menerus, pada proses produksi terus menerus ini
terdapat pola atau urutan yang pasti dan tidak berubah-ubah dalam
pelaksanaan produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan
menggunakan proses produksi terus-menerus apabila di dalam
perusahaan terdapat urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah
sampai proses produksi akhir. Proses produksi terputus-putus apabila
tidak terdapat urutan atau pola yang pasti dari bahan baku sampai
dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu berubah
2) Proses produksi terputus-putus, ini seringkali disebut pula sebagai
proses produksi intermitten (intermitten process). Dalam pelaksanaan
63
produksi dengan menggunakan proses produksi semacam ini, akan
terdapat beberapa pola atau urutan pelaksanaan produksi dalam
perusahaan yang bersangkutan. (Agus Ahyari, 2002:74).
2.1.6 Hasil Produksi
Secara umum telah disadari bahwa tingkat produksi mempunyai peranan
yang sangat besar dalam usaha meningkatkan kesejahteraan. Tiada jenis aktivitas
manusia yang dilakukan tidak memperoleh keuntungan dari tingkat produksi yang
tinggi sebagai suatu power yang menghasilkan lebih banyak ragam barang dan
jasa.
Menurut pendapat dari Ashary (1996:6), memberikan definisi:
“Produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam yaitu: a. Faedah bentuk
Yaitu seseorang atau perusahaan yang mengubah bentuk misalnya dari kayu menjadi meja, kursi dan sebagai.
b. Faedah tempat Yaitu seseorang atau perusahaan yang membawa hasil-hasil pertanian dari kawasan pedesaan ke daerah lain.
c. Faedah waktu Yaitu penyimpanan barang-barang yang baru saja diturunkan dari kapal sampai dengan barang tersebut diperlukan”.
Dari pernyataan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa melalui pengukuran
produksi, maka pihak perusahaan dapat membandingkan hasil yang diperoleh
dalam periode-periode tertentu apakah terjadi peningkatan atau tidak. Untuk
membandingkan antara keluaran dan masukan ini maka tingkat produksi dapat
dipandang sebagai alat yang harus diperhatikan terus menerus terutama terhadap
64
sumber-sumber yang berubah, seperti tenaga kerja dan sebagainya, jika diukur
secara tepat akan mengindikasikan suatu penampilan yang efektif dan efisien.
Swastha (2001:280), menyatakan bahwa: “Teori produksi adalah suatu
proses yang dapat mengubah barang dan jasa yang disebut output”. Sedangkan
bagi pekerja, produksi itu berarti segala sesuatu yang dicapai hari ini harus lebih
baik dari pada yang dicapai saat kemarin.
Menurut pendapat Atmosoeprapto (2001:25):
Produktivitas adalah ukuran sejauh mana sumber-sumber daya alam, teknologi dan manusia dipergunakan dengan baik dan dapat mewujudkan hasil tertentu yang diinginkan, secara singkat dapat dikatakan produktivitas adalah ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang diberikan: seberapa jauh masukan (input) dapat menghasilkan keluaran (output), baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan standard (baku) yang telah ditetapkan.
Sementara itu, Sumodiningrat (2000:3), memberikan argumentasi
tersendiri dengan mengatakan: “Produksi adalah setiap perbuatan yang
menjadikan barang dapat lebih sempurna untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Selain itu produksi juga diartikan sebagai pengubahan bahan-bahan dari sumber-
sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen, hasil itu dapat berupa
barang dan jasa”. Pada dasarnya hasil produksi adalah merupakan jumlah hasil
yang dicapai seorang pekerja atau faktor produksi yang lain dalam jangka waktu
tertentu.
2.1.7 Pengaruh Pelaksanaan Pemeliharaan Mesin Terhadap Kelancaran
Proses Produksi
Dalam usahanya memperlancar kegiatan proses produksi perawatan mesin
produksi mempunyai peranan yang sangat penting bagi tindak lanjut dari kegiatan
65
pemeliharaan ini maka setiap perusahaan wajib melaksanakan kegiatan
pemeliharaan dengan harapan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Menurut Sofjan Assauri (2004:75) "proses produksi adalah cara, metode
dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa
dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan
dana) yang ada". Sofjan Assauri (2004:77) juga menambahkan bahwa kelancaran
proses produksi yaitu, “Suatu kegiatan untuk mengurangi kemacetan pada saat
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dengan menggunakan
faktor-faktor produksi yang terdiri dari; tenaga kerja, modal, bahan baku, mesin,
pasar, sehingga kegiatan produksi tidak terganggu.
Sedangkan pemeliharaan menurut Sofjan Assauri (2004:95) adalah
kegiatan untuk memelihara atau menjaga peralatan pabrik dan mengadakan
perbaikan mesin dan penggantian komponen mesin yang diperlukan sesuai dengan
yang direncanakan.
Berdasarkan pendapat tersebut dari masing-masing variabel sesuai dengan
pengertian kegiatan pemeliharaan terhadap proses produksi mempunyai maksud
bahwa dalam usaha menunjang kelancaran proses produksi perlu adanya salah
satu dari manajemen menunjang kelancaran proses produksi, dalam arti
perusahaan bisa melaksanakan proses produksi tanpa hambatan-hambatan yang
bisa mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Apabila perusahaan mengalami
kerusakan maka proses produksi bisa berhenti karena mesin produksi tidak
beroperasi sehingga target produksi tidak tercapai. Hubungan pemeliharaan
dengan kelancaran proses produksi sangat erat, dengan adanya perawatan mesin
66
produksi yang secara intensif maka kelancaran proses produksi bisa terwujud dan
terget produksi perusahaan dapat tercapai.
2.2 Kerangka Pemikiran
Terbukanya lalu lintas perdagangan dunia memaksa agar setiap
perusahaan untuk memiliki competitive adventage (keunggulan bersaing), agar
perusahaan dapat terus bertahan ditengah dunia persaingan yang sangat ketat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, suatu
perusahaan sangatlah bergantung terhadap manajemen dari perusahaan itu sendiri,
intinya maju dan berkembangnya sebuah perusahaan merupakan tanggung jawab
dari manajemennya. Salah satu cabang atau divisi dalam manajemen adalah
manajemen operasional. Semua jenis perusahaan dalam menjalankan kegiatan
produksinya tidak terlepas dari kontribusi ilmu manajemen operasional. Dalam
membuat suatu barang atau jasa, seluruh organisasi atau perusahaan mempunyai
tiga fungsi. Fungsi-fungsi tersebut sangatlah diperlukan untuk kelangsungan
organisasi atau perusahaan. Salah satu fungsi tersebut adalah operasi atau sering
kita sebut dengan produksi.
Render dan Heizer (2001: 5) mengatakan bahwa tiga fungsi yang harus
dijalankan oleh setiap organisasi adalah:
1. Pemasaran, yang membuat adanya permintaan atau paling tidak mendapatkan pesanan untuk pembuatan barang dan jasa (tidak ada yang terjadi sampai adanya penjualan).
2. Produk/operasi, yang menghasilkan produk. 3. Keuangan/akuntansi, yang memantau apakah perusahaan berjalan
dengan baik, membayar seluruh tagihan, dan mengumpulkan uang.
67
Seperti yang dikatakan oleh Barry Render dan Jay Heizer (2001:2) dalam
bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Manajemen Operasi mengatakan bahwa
“Manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa
melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Kegiatan membuat barang dan
jasa terjadi di semua sektor organisasi”.
Akan tetapi dalam buku Operation Management yang terbaru (edisi
ketujuh), Heizer dan Render (2005:4) mengatakan dengan maksud yang sama,
bahwa “Manajemen Operasi (operation management---OM) adalah serangkaian
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah input menjadi output”.
Untuk itu manajemen perusahaan harus memperhatikan perusahaannya
dengan membuat strategi-strategi khusus. Strategi-strategi khusus tersebut dapat
diterapkan dalam bidang manapun, baik dalam bidang operasional, pemasaran,
SDM, kualitas, keuangan, dll.
Salah satu cara dalam membuat strategi agar dapat menciptakan
competitive advantage dalam bidang manajemen operasi. Maka, manajer operasi
harus bisa membuat keputusan yang efektif. Render dan Heizer (2001:32-33)
mengatakan bahwa terdapat sepuluh keputusan-keputusan operasi berdasarkan
sepuluh bidang pengaruh. Sepuluh keputusan manajemen operasi yang
mendukung misi dan menerapkan strategi adalah:
1. Mutu. Harapan mutu pelanggan harus ditentukan dan kebijakan dan
prosedur dibangun untuk mengidentifikasi serta mencapai mutu yang
ditetapkan.
68
2. Desain barang dan jasa. Merancang barang dan jasa mendefinisikan
sebagian besar proses transformasi. Keputusan mutu, biaya dan sumber
daya manusia sangat berinteraksi dengan desain. Desain sering kali
menetapkan batas bawah biaya dan batas atas mutu.
3. Desain proses dan kapasitas. Pilihan proses tersedia untuk produk dan jasa.
Keputusan proses mengikat manajemen pada teknologi, mutu, pemanfaatan
sumber daya manusia, dan pemeliharaan yang spesifik. Komitmen biaya
dan modal ini akan menentukan struktur biaya dasar perusahaan.
4. Seleksi lokasi. Keputusan lokasi fasilitas baik untuk perusahaan manufaktur
maupun jasa bias menentukan keberhasilan perusahaan. Kesalahan yang
dibuat pada saat ini dapat menghambat efisiensi.
5. Desain tata letak. Kebutuhan kapasitas, tingkat personel, keputusan
pembelian, dan kebutuhan persediaan mempengaruhi tata letak. Selain itu,
proses dan bahan baku harus ditempatkan dengan memperhatikan
keterkaitan satu sama lain.
6. Manusia dan system kerja. Manusia adalah bagian integral dan mahal dari
desain system total. Oleh karena itu, kehidupan mutu kerja yang disediakan,
bakat dan keahlian yang dibutuhkan, dan biayanya harus ditentukan.
7. Manajemen dan rantai pasokan. Keputusan ini menentukan apa yang akan
dibuat dan apa yang perlu dibeli. Pertimbangan juga diperlukan untuk mutu,
pengiriman, dan inovasi, dengan harga memuaskan. Suasana saling
menghormati antara pembeli dan pemasok dibutuhkan untuk pembelian
yang efektif.
69
8. Persediaan. Keputusan persediaan bias dioptimalkan hanya bila keputusan
pelanggan, pemasok, jadwal produksi, dan perencanaan sumber daya
manusia dipertimbangkan.
9. Penjadwalan. Jadwal produksi yang layak dan efisien harus dikembangkan,
permintaan terhadap sumber daya manusia dan fasilitas harus ditentukan
dan dikendalikan.
10. Pemeliharaan. Keputusan harus dibuat berkaitan dengan tingkat
pemeliharaan yang diinginkan. Rencana untuk implementasi dan
pengawasan sistem pemeliharaan adalah perlu.
Di antara sepuluh keputusan manajemen operasi yang disebut dengan
strategi operasi terdapat pemeliharaan. Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan
bahwa pemeliharaan merupakan hal yang penting dalam menjalankan bisnis
perusahaan. Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam menentukan strategi yang akan dijalankan oleh manajer
operasional.
Pemeliharaan sendiri menurut Joseph G. Monks (1987:630) “Maintenance
is any activity design to keep resources in working condition or restore them to
operating status” (Pemeliharaan adalah beberapa aktivitas yang disusun untuk
merawat sumber daya dalam lingkungan kerja atau mengembalikan ke kondisi
awal untuk status operasi).
Sedangkan, menurut Sofjan Assauri (2004:95) “Pemeliharaan adalah
kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan
mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar
70
supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan
apa yang direncanakan”. Render dan Heizer (2001:622) juga manambahkan
bahwa “pemeliharaan meliputi segala aktivitas yang terlibat dalam penjagaan
peralatan sistem dalam aturan kerja”.
Dalam hal pemeliharaan ini, perlu diperhatikan bahwa sering terlihat di
dalam suatu perusahaan kurang memperhatikan bidang pemeliharaan sehingga
terjadi kegiatan pemeliharaan yang tidak teratur. Peranan yang penting dari
kegiatan pemeliharaan baru diingat setelah mesin-mesin mengalami kerusakan.
Hendaknya kegiatan pemeliharaan harus dapat menjamin bahwa proses produksi
bisa berlangsung tanpa adanya kemacetan yang disebabkan oleh mesin-mesin atau
fasilitas lainnya. Tetapi pada umumnya jika terjadi kerusakan akibat pemeliharaan
yang kurang baik, maka baru dirasakan betapa pentingnya pemeliharaan tersebut.
Keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila melakukan
pemeliharaan yang baik menurut Agus Ahyari (2002:349) antara lain:
a. Mesin atau peralatan produksi yang ada di dalam perusahaan yang
bersangkutan akan dapat dipergunakan di dalam jangka waktu yang relatif
panjang.
b. Proses produksi dengan peralatan tersebut dapat berjalan dengan lancar
(selama tidak ada sebab-sebab lain) oleh karena dengan adanya
pemeliharaan yang baik maka peralatan produksi ini juga berjalan dengan
baik dan jarang timbul segala kemacetan peralatan fasilitas produksi.
c. Dapat menghindarkan diri atau paling tidak menekan sekecil mungkin dari
adanya kemungkinan dari adanya kemungkinan kerusakan-kerusakan yang
71
berat dari peralatan atau fasilitas-fasilitas produksi. Hal ini dikarenakan
setiap adanya kerusakan segera diperbaiki sehingga tidak menimbulkan
kerusakan yang berat.
d. Oleh karena mesin-mesin, peralatan atau fasilitas produksi dapat berjalan
dengan baik dan stabil, maka pengendalian kualitas proses akan berjalan
dengan baik sehingga kualitas produksi akhir dapat dipertahankan dalam
tingkat yang tinggi.
e. Dengan dapat dihindarkan kerusakan total dan peralatan produksi maka
berarti perusahaan tidak menekan biaya pemeliharaan, oleh karena
penggantian/perbaikan kecil-kecilan ini biayanya lebih murah daripada
kerusakan fatal.
f. Apabila peralatan berjalan dengan baik maka penyerapan bahan baku juga
berjalan dengan lancar dan normal. Hal ini berarti dengan adanya
pemeliharaan yang baik maka penyimpangan penyerapan bahan baku dapat
ditekan seminimal mungkin.
g. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi yang
ada di dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi
yang ada akan semakin berkurang . Hal ini disebabkan karena perencanaan
beban bagi masing-masing mesin dan peralatan produksi yang ada dalam
perusahaan dapat direalisasikan dengan sebaik-baiknya.
Sofjan Assauri (2004:96) berpendapat bahwa “Kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan dalam suatu perusahaan dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
72
a) Preventive maintenance (pemeliharaan)
Preventive maintenance adalah suatu kegiatan pemeliharaan dan perawatan
yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak
terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas
produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses
produksi. Dengan demikian semua fasilitas produksi yang mendapat
preventif maintenance akan terjamin kelancarannya dalam bekerja dan
selalu diusahakan dalam kondisi siap digunakan setiap saat, sehingga
perlulah dibuat suatu rencana dan schedule pemeliharaan yang cermat dan
rencana produksi yang tepat. Dalam prakteknya preventive maintenance
yang dilakukan perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Routine maintenance
Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara rutin misalnya kegiatan pembersihan, pelumasan atau
pengecekan olie serta pengecekan isi bahan bakar.
2) Periode maintenance
Periodik maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan
yang dilakukan secara periodik/jangka waktu tertentu.
b) Corrective/breakdown maintenance
Corrective/breakdown maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelakuan
setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelalaian pada fasilitas atau
perawatan sehingga dapat berfungsi dengan baik. Perbaikan yang dilakukan
73
karena kerusakan tersebut biasanya merupakan suatu akibat dari tidak
dilakukannya atau kurang optimalnya kegiatan preventive maintenance.
Dalam hal ini Joseph G. Monks (1987:631) mengemukakan bahwa :
We typically associate maintenance activities with building upkeep, servicing equipment replacing worn-out parts, or doing emergency repair. These are central concerns to any organization, for poorly maintained facilities can be unsafe to operate and can create high cost in the form of delays and idle (lost) time. (Kita menghubungkan pemeliharaan dengan memperbaiki peralatan dan mengganti bagian yang rusak, atau melakukan perbaikan darurat. Hal ini merupakan masalah yang utama bagi setiap perusahaan, untuk pemeliharaan fasilitas yang buruk akan beresiko pada saat perusahaan akan beroperasi dan akan menimbulkan biaya yang besar pada saat penundaan dan waktu (hilang) menganggur.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan yang
buruk akan berpengaruh terhadap penundaan atau kelancaran proses produksi.
Seperti yang dikatakan oleh Sofyan Assauri, (2004:7) “Proses produksi adalah
hasil dari kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan barang atau jasa
untuk kegiatan yang mana dibutuhkan faktor-faktor produksi ke dalam ekonomi
berupa modal, tenaga kerja dan lain-lain”. Dalam mencapai kelancaran proses
produksi tersebut, Sofyan Assauri (2004:77) juga mengatakan bahwa:
“Suatu kegiatan untuk mengurangi kemacetan pada saat menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang terdiri dari; tenaga kerja, modal, bahan baku, mesin,pasar, sehingga kegiatan produksi tidak terganggu.”
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa pelaksanaan pemeliharaan
akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi, salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengurangan masalah yang berkaitan
dengan kelancaran proses produksi, sehingga perusahaan memiliki competitive
adventage dan dapat menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang
74
sesuai dengan target perusahaan dan waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan.
S. Buffa yang dikutip oleh Sujadi Prawirosentono (2000:64) mengatakan:
“Proses produksi merupakan serangkaian proses yang ditujukan untuk
menciptakan barang dan jasa”. Sedangkan, Sofjan Assauri (2004:7) pendapat lain
dengan mengatakan bahwa “Proses produksi adalah hasil dari kegiatan dalam
menciptakan dan menambah kegunaan barang atau jasa untuk kegiatan mana
dibutuhkan faktor-faktor produksi ke dalam ekonomi berupa modal, tenaga kerja
dan lain-lain”. Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah
kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada
seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi
kebutuhan manusia.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut, maka kaitan variabel
bebas X (pemeliharaan) dengan variabel terikat Y (kelancaran proses produksi)
dapat dilihat dalam Gambar 2.7 di bawah ini:
75
Kelancaran
Proses Produksi
Evaluasi /Feed Back
Penjadwalan
Persediaan
Manajemen & Rantai Suplai
Manusia & sistem kerja
Desain Tata Letak
Seleksi lokasi
Desain proses & Kapasitas
Desain Barang & Jasa
Mutu
Manajemen Operasional
Pemeliharaan
Penggantian Komponen
Mesin (Breakdown
Maintenance)
Perawatan Mesin
(Preventive Maintenance)
Sumber: Modifikasi dari; Render and Heizer (2001:32)
Keterangan: Variabel yang diteliti = Pengaruh = Variabel yang tidak diteliti = Feedback =
Gambar 2. 7 Pengaruh Pelaksanaan Pemeliharaan Mesin Terhadap
Kelancaran Proses Produksi
Gambar 2. 8 Paradigma Penelitian
Pelaksanaan Pemeliharaan (X)
Preventive Maintenance (Perawatan Mesin)
Kelancaran Proses Produksi (Y)
Ketepatan waktu produksi
76
2.3 Hipotesis
Arikunto (2002:64), mengemukakan hipotesis sebagai “suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
yang terkumpul”.
Berdasarkan definisi tersebut, maka hipotesis merupakan jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah yang ada, tetapi belum merupakan jawaban yang
bersifat empirik.
Berdasarkan rumusan penelitian dan kerangka pemikiran di atas, maka
hipotesis yang penulis ajukan adalah: “Terdapat Pengaruh Positif Pelaksanaan
Pemeliharaan Mesin Terhadap Kelancaran Proses Produksi” .