15
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,
DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan Produk
Nasional Bruto rill atau Pendapatan Nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan
tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi
pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila
ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan
taraf hidup di ukur dengan output riil per orang.
Menurut Tulus Tambunan (2001:4) mengartikan pertumbuhan eknomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun, yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setip tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.
Pendapatan Nasional yang tinggi dan diiringi dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi bukanlah tingkat pendapatan nasional secara relative namun
dilihat bagaimana pendapatan perkapitanya hal ini akan berarti bahwa tingginya
pendapatan nasional (di hitung dari pendapatan per kapita), mencernimkan
tingginya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan, akan mengindikasikan bahwa
tingkat kemakmuran masyarakat terjadi, jadi tingkat pertambahan jumlah
16
penduduk yang diiringi dengan meningkatnya pendapatan perkapita dapat
dikatakan bahwa pertumbuhan ekonominya baik. Menurut Budiono(1981:1),
“Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang. Dalam melihat pertumbuhan ekonomi perlu diperhatikan aspek output
total, jumlah penduduk dan waktu jangka panjang”.
Untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi diperlukan penjelasan apa yang
terjadi dengan output total dan yang terjadi pula pada jumlah penduduk, karena
output perkapita di dapat dari output total dibagi jumlah penduduk, maka output
per kapita bisa dijelaskan. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam waktu yang
lama antara 10, 20, 50 tahun mengalami kenaikan output perkapita, dan jika dalam
satu atau dua tahun output perkapita mengalami kenaikan, kemudian terjadi
penurunan output per kapita, maka ini bukan merupakan pertumbuhan ekonom.
Proses pertumbuhan ekonomi itu sendiri sebaiknya berasal dari kekuatan
perekonomian itu sendiri bukan dari stimulus yang sementara sehingga
menimbulkan keberlangsungan pertumbuhan ekonomi selanjutnya hingga pada
periode-periode mendatang. Pada dasarnya penekanan pertumbuhan ekonomi
adalah pada perubahan atau perkembangan itu sendiri, maka bukan
menggambarkan ekonomi pada suatu saat, tetapi dilihat berubah dari waktu-ke
waktu.
Dalam pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya alamnya, sumber daya manusia,
17
modal, usaha, teknologi, dan sebagainya. Dan faktor non sosial adalah lembaga
sosial, sikap budaya, nilai moral, kondisi politik dan kelembagaan.
2.1.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Budiono (1981:1) teori pertumbuhan ekonomi bisa kita
definisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan
kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai
bagaimana faktot-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi
proses pertumbuhan. Jadi teori pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah suatu
cerita yang logis mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi
yang terjadi dari tahun ke tahun. Lambat laun mengalami perubahan karena
pengalaman pada tahun 1950-an dan 1960-an menunjukan bahwa pembangunan
yang berorientasi pada kenaikan GDP (Gross Domestik Produc) saja tidak bisa
memecahkan permasalahan pembangunan secara mendasar, tampak pada taraf dan
kualitas hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami perbaikan walaupun
target kenaikan GDP per tahun tercapai.
Pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana
menikan GDP per tahun saja. Pembangunan ekonomi itu bisa diartikan sebagai
kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan adanya batasan di atas maka
pembangunan ekonomi pada umumnya di definisikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam
18
jangka panjang yang disertai oleh sistem kelembagaan, perbaikan sistem
kelembagan di segala bidang (ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya), sistem
kelembagaan ini bisa ditinjau dari dua aspek yaitu : aspek perbaikan di bidang
organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik legal formal maupun
informal).
Pada umumnya para ekonom mengartikan pertumbuhan atau
pembangunan ekonomi sebagai kenaikan GDP/GNP (Gross National Product)
saja. Dalam penggunaan yang lebih umum, istilah pertumbuhan ekonomi biasanya
pembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara
sedang berkembang. Suatu perekonomian baru dapat dinyatakan dalam keadaan
berkembang jika pendapatan per kapita menunjukan kecenderungan jangka
panjang yang menaik.
Untuk mengetahui apakah suatu perekonomian mengalami perkembangan,
perlu di tentukan perubahan yang sebenarnya terjadi dalam kegiatan-kegiatan
ekonomi dari tahun ke tahun. Dilakukan dengan menghitung pendapatan nasional
menurut harga konstan. Dengan menggunakan IHK ini pendapatan nasional
konstan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus di bawah ini :
(2.1) (Arsyad, 1999;16)
Yrt adalah pendapatan nasional pada tahun t
Ybt adalah pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada tahun t,
IHK t adalah indeks harga konsumen pada tahun t
19
Jika pendapatan nasional konstan berbagai tahun telah diperoleh, maka
tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun bisa ditentukan. Laju
pertumbuhan ekonomi pada suatu tahun tertentu dapat dihitung dengan
menggunakan rumus dibawah ini :
(2.2) (Arsyad, 1999; 17)
Gt adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam persen
Yrt adalah pendapatan nasional konstan pada tahun 1
Yrt-1 adalah pendapatan nasional konstan pada tahun t-1
Sedangkan untuk menentukan tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita
dari tahun ke tahun dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan penentuan
pertumbuhan pendapatan nasional riil yaitu :
(2.3) (Arsyad, 1999; 18)
Gt adalah pertumbuhan pendapatan per kapita yang dinyatakan dalam persen
YPt adalah pendapatan per kapita pada tahun 1
YPt-1 adalah pendapatan per kapita pada tahun t-1
Perkembangan yang terakhir dalam konsep perhitungan atau penyusunan
neraca nasional untuk mendapatkan indikator kemakmuran suatu negara perlu
diperhitungkan penyusutan sumber daya alam dan menurunnya mutu lingkungan.
Hal ini dapat diterima oleh akal sehat, bahwa apabila nilai Produk Nasional Neto
tidak atau belum dikurangi dengan penyusutan sumber daya alam dan menurunya
20
mutu lingkungan. Hal ini dapat diterima akal sehat bhwa apabila nilai produk
nasional neto tidak atau belum dikurangi dengan sumber daya alam, akan
mencerminkan nilai produk nasional neto yang semu karena menyusutnya modal
alam akan berarti menyusutnya kemampuan negara yang bersangkutan dalam
menghasilkan barang dan jasa di kemudian hari atau dengan kata lain akan
terdapat penurunan pendapatan.
Adapaun pengertian yang tepat mengenai pendapatan adalah suatu aliran
penerimaan yang dapat dikonsumsikan tanpa mengurangi jumlah atau nilai
sumber yang menciptakan aliran penerimaan tersebut. Sumber daya alam sebagai
ciptaan Tuhan hendaknya dipertahankan fungsinya, dan hanya dapat diambil
aliaran penerimaan yang berasal dari sumber daya alam tersebut untuk
kepentingan produksi, maka nilainya harus dikurangi sebagai penyusutan sumber
daya alam dan dikurangi dari nilai pendapatan nasional yang konvensional.
Dengan demikian maka dapat terjadi nilai pendapatan nasional atau produk
nasional neto menjadi lebih kecil nilainya dari pada sebelum dikurangkannya nilai
penyusutan sumber daya alam tersebut.
Agar kita dapat mencapai nilai pendaptan nasional yang sudah disesuaikan
dengan penyusutan sumber daya alam maka perlu dibuat neraca sumber daya alam
dan lingkungan. Dalam neraca sumber daya alam ini biasanya disajikan besarna
nilai cadangan awal, pertumbuhan, pengambilan dan kerusakan dan cadangan
akhir. Pendekatan ini merupakan pendekatan kesejahteraan. Namun demikian
karena umumnya sulit untuk mengetahui besarnya nilai cadangan awal, maka
pendekatan pendapatan yang digunakan yaitu hanya mencatat besarnya
21
pengambilan sumber daya alam, pertumbuhan maupun kerusakannya. Pendekatan
yang pertama sangat berguna untuk melihat kesejahteraan suatu bangsa dalam
kaitannya dengan sumber daya alam yang dimilikinya, sedangkan pendekatan
yang ada untuk dikaitkan dengan aliran pendapatan dan pengelolaan sumber daya
alam yang bersangkutan. Secara keseluruhan penyusuan kebijakan dalam
pengelolaan sumber daya alam guna dikaitkan dengan kebijakan pembangunan
yang mengejar pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat bagi adanya peningkatan
kesejahteraan suatu bangsa. Namun pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi
dengan pelestarian fungsi lingkungan akan menyebabkan bangsa yang
bersangkutan mengalami kemacetan pertumbuhan di kemudian hari. Dengan kata
lain pertimbangan yang mengaitkan kebijakan pertumbuhan ekonomi dengan
memasukkan wawasan lingkungan akan dapat menjamin adanya pembangunan
yang berkelanjutan. Untuk itu salah satu upaya yang perlu dilaksanakan adalah
menyusun neraca sumber daya alam dan lingkungan, baik di tingkat nasional
maupun di tingkat regional (Provinsi dan Kabupaten).
22
2.1.1.3 Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1.3.1 Teori Pertumbuhan Adam Smith
Adam smith mempunyai dua aspek yang dilihatnya yaitu pertumbuhan
output total dan pertumbuhan penduduk, kedua aspek ini saling berkaitan satu
sama lain. Adam smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur
pokok, yaitu : a) sumber-sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi tanah),
b) sember daya manusia (atau jumlah penduduk), c) stok barang capital yang ada.
Sumber alam yang tersedia merupakan dasar dari kegiatan produksi suatu
masyarakat. Ketika sumber daya alam belum optimal di gunakan, yang akan
memegang proses produksi adalah jumlah penduduk dan stok capital yang ada.
Keduanya akan menentukan besarnya output masyarakat dari tahun ke tahun.
Tetapi jika output terus meningkat, maka sumber-sumber alam akhirnya akan
sepenuhnya optimal di manfaatkan. Pada tahap ini sumber alam akan membatasi
output, aspek sumber daya alam ini akan menjadi batas maksimum dari
pertumbuhan suatu perekonomian.
Dalam proses pertumbuhan output aspek jumlah penduduk dianggap
mempunyai peranan yang pasif, dalam arti bahwa jumlah penduduk akan
menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari masyarakat tersebut.
Pada tahap ini menganggap bahwa berapapun jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam proses produksi akan tersedia lewat proses pertumbuhan
peduduk itu sendiri dan untuk sementara di abaikan.
23
Stok capital secara aktif dan menjadi peranan sentral menentukan tingkat
output. Tingkat output tergantung pada perubahan pada stok capital, dan laju
pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok capital dan tentunya
sampai pertumbuhan dimana sumber-sumber alam mulai membatasi.
2.1.1.3.2 Aliran Pemikiran Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi paska perang dunia kedua didominasi oleh empat
aliran pemikiran, adalah 1) model-model pertumbuhan bertahap-linier, 2)
kelompok teori perubahan struktural, 3) revolusi ketergantungan internasional, 4)
kontra revolusi pasar bebas neoklasik, 5) teori baru pertumbuhan ekonomi. Untuk
lebih lanjut berikut adalah penjabaran teori yang di kemukakan diatas:
1) Model-Model Pertumbuhan Bertahap-Linier
a) Teori Pertumbuha Harrod Domar
Harrod-domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu yang
lebih panjang dari teori Keynes. Menurutnya pengeluaran investasi (I) tidak hanya
mempunyai pengaruh (lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat (Z),
tetapi juga terhadap penawaran agregat (S) melalui pengaruhnya terhadap
kapasitas produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang ini, I menambah
stok capital (misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan dan sebagainnya).
24
b) Teori pertumbuhan Robert Solow dan Swan
Robert Solow pada tahun 1956 mempublikasikan modelnya yang dikenal
dengan neo-clasical growth model. Model pertumbuhan Solow mengasumsikan
bahwa fungsi produksi memiliki costant return to scale dan untuk tiap faktor
inputnya diminishing returns. Fungsi produksi tersebut menyatakan bahwa output,
Y, merupakan fungsi dari persediaan modal , K, dan angkatan kerja, L :
Y= F (K,L) (2.4)
Fungsi produksi dengan constant return to scale memungkinkan analisis
seluruh jumlah dalam perekonomian relative terhadap besarnya angkatan kerja,
sehingga diperoleh persamaan :
Y/L = F(K,/L,1) (2.5)
Apabila y = Y/L adalah output per pekerja, dan k = K/L adalah modal per
pekerja serta angka 1 adalah konstan yang dapat dihilangkan, maka fungsi
produksi tersebut dapat ditulis menjadi :
y = f(k) (2.6)
Permintaan terhadap barang dalam model Soloow berasal dari konsumsi
dan investasi (asumsi perekomian tertutup), sehingga output per pekerja, y, di
antara konsumsi per pekerja, c, dan investasi per pekerja, I :
y = c + I (2.7)
Model Solow mengasumsikan setiap orang menabung sebagian
pendapatannya dengan tingkat tabungan s, dan mengkonsumsinya sebagian, (1-s),
sehingga :
c = (1-s)y (2.8)
25
untuk melihat pengaruhnya terhadap investasi, persamaan disubstitusikan ke
dalam persamaan (2.6) menjadi :
y = (1-s)y + i (2.9)
y = y-sy + (2.10)
i = sy (2.11)
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.6) ke dalam persamaan (2.11)
Di peroleh persamaan :
i = sf(k) (2.12)
Peramaan (2.12) tersebut menghubungkan persedianaan modal yang ada k
terhadap akumulasi modal baru, i. Dalam gambar 2.13 ditunjukan setiap nilai k,
jumlah output tersebut di antara konsumsi dan tabungan yang ditentukan oleh
tingkat tabungan, s.
Sumber : Mankiw (2000)
Gambar 2.13 Output, Konsumsi Dan Investasi
Output per pekerja, y
Konsumsi per pekerja,
Investasi per pekerja, y
Output, f(k)
Investasi, sf(k)
Modal per pekerja, y
26
Perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam
persentase terhadap GDP. Perkembangan pengeluaran pemerintah secara relative
sebagaimana teori Musgrave, maka hukum Wagner adalah sebagai berikut : dalam
suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relative
pegeluaran pemerintah pun akan meningkat. Teori ini menganggap pemerintah
sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota lainnya.
c) Teori Peacock dan Wiseman
Pandangan mereka bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk
memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak
yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin
besar tersebut,
Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin
meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan juga semakin meningkat. Oleh
karena itu, dalam keadaan normal, peningkatnya GDP menyebabkan penerimaan
pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah
menjadi semakin besar.
2) Kelompok Teori Perubahan Struktural
a) Teori Pertumbuhan Arthur Lewis
Permasalahan yang dilihat oleh lewis adalah pertumbuhan dalam
perekonomian dua sektor : a) sektor tradisional yaitu pruduktivitas rendah dan
sumber tenaga kerja yang melimpah, b) sektor modern, yaitu produktivitas tinggi
27
dan sebagai sumber akumulasi capital. Proses pertumbuhan ekonomi terjadi jika
tenaga kerja di temukan dengan capital.
3) Revolusi Ketergantungn Internasional
Inti dari kalangan ini bahwa karena tidak kunjung terwujudnya model-
model pertumbuhan ekonomi bertahap linier dan perubahan struktural, maka
mengganggap negara-negara dunia ketiga sebagai korban kekakuan kelembagaan,
politik, dan ekonomi, baik yang berskala domestik maupun internasional. Mereka
semua telah terjebak ke dalam ketergantungan dan dominasi oleh negara-negara
kaya.
4) Kontra Revolusi Pasar Bebas Neoklasik
Para revisionis neoklasik sebagian besar melihat masalah keterbelakangan
dunia ketiga sebagai sesuatu yang diakibatkan oleh faktor internal, yakni antar
lain adalah terlalu besarnya campur tangan pemerintah dan diterapkannya
kebijakan-kebijakan ekonomi yang kurang tepat.
5) Teori Baru Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan endogen menyatakan bahwa pertumbuhan GDP itu
sebenarnya merupakan suatu konsekuensi almiah untuk menjelaskn ketimpangan
pertumbhan ekonomi antara negara dan menjelaskan pula pentingnya konsep
pertumbuhan itu sendiri.
28
2.1.1.3.3 Teori pertumbuhan david Ricardo
Ricardo menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah yaitu sumber-
sumber alam tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor
pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat. Ricardo menjabarkan
mekanisme pertumbuhan dan peranan yang lebih jelas dari sektor pertanian di
antara sektor-sektor lain dalam proses pertumbuhan.
Adapun cirri-ciri perekonomian menurut Ricardo yaitu : a) tanah terbatas
jumlahnya, b) tenaga kerja yang meningkat atau menurun sesuai dengan tingkat
upah minimal, c) akumulasi capital terjadi ketika tingkat keuntungan yang
diperoleh pemilik capital berada diatas tingkat keuntungan minimal yang
diperlukan untuk menarik dalam melakukan investasi, d) adanya kemajuan
teknologi, e) sektor pertanian menjadi dominan.
Dengan terbatasnya tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja)
akan menghasilkan produk marginal yang semakin menurun, hal ini disebut
hukum poduk marginal yang makin menurun atau the law of diminishing return.
Adanya the law of diminishing return menyebabkan selalu menarik perekonomian
kearah tingkat upah minimum, pada posisi jumlah peduduk konstan dalam segi
faktor produksi tanah dan faktor produksi tenaga kerja.
Kemajuan teknologi meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan
produktivitas capital. Jadi dengan adanya kemajuan teknologi, dan kemerosotan
tingkat upah dan tingkat keuntungan kearah tingkat minimumnya diperlambat.
Keterbatasan faktor produksi tanah (yang bisa ditafsirkan sebagai keterbatasan
29
sumber-sumber alam) akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu
negara hanya bisa tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh sumber-sumber
alamnya.
Jika sumber alam telah di manfaatkan secara optimal, maka perekomonian
berhenti tumbuh. Masyarakat mencapai keadaan stasionernya, yaitu melalui ciri-
ciri : a) tingkat output konstan atau berhenti berkembang, b) jumlah penduduk
konstan atau berhenti bertambah, c) pendapatan per kapita yang konstan, d)
tingkat upah berada pada tingkat alamiah, e) tingkat keuntungan pada tingkat yang
minimal, f) akumulasi capital berhenti, g) tingkat sewa tanah yang maksial.
2.1.2 Konsep Sumber Daya Alam
2.1.2.1 Pengertian Sumber Daya Alam
Faktor terkuat yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian
adalah sumber alam atau tanah. “tanah” yang digunakan dalam ilmu ekonomi
terdiri dari sumber daya alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya,
kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dan lain-lain. bagi
pertumbuhan ekonomi tersebanya sumber alam secara melimpah merupakan hal
yang penting. Suatu negara yang kekurangan sumber daya alam tidak akan dapat
membangun dengan cepat. Sebagaimana dinyatakan oleh lewis, ‘dengan hal-hal
lain yang sama, orang dapat mempergunakan dengan lebih baik kekayaan
alamnya dibandingkan apabila mereka tidak memilikinya’.
30
Peran dari sumber daya alam dalam perkembangan ekonomi cenderung
akan turun bila perekonomian itu semakin berkembang. Dengan naiknya
pendapatan, maka hasrat berkonsumsi marjinal pada sumber-sumber alam tampak
berkurang. Lagi pula input alat-alat produksi per satuan output untuk sumber-
sumber penting dari sumber-sumber alam terutama berhubungan dengan “income
elasticity of demand” yang relative rendah terhadap hasil-hasil pertanian dan
adanya perubahan-perubahan dalam fungsi produksi yang disebabkan oleh
kemajuan teknik, bibit yang baik, penggunaan pupuk dan juga adanya pengelolaan
sumber daya tanah yang lebih efisien.
Di negara kurang berkembang, sumber alam sering terbengkalai, kurang
atau salah pemanfaatan. Inilah salah-satu penyebab keterbelakangan itu.
Tersedianya sumber alam secara melimpah saja belumlah cukup bagi
pertumbuhan ekonomi. Yang dipelukan adalah pemanfaatannya secara tepat. Jika
sumber daya alam yang ada tidak dipergunakan secara tepat, negara itu tidak
mungkin mengalami kemajuan.
Fisher mengatakan tidak cukup beralasan untuk mengharapkan pengembangan sumber daya alam jika orang acuh tak acuh pada produk dan jasa yang dapat disumbangkan oleh sumber-sumber tersebut, hali ini karena keterbelkangan ekonmi dan langkanya faktor teknologi’. Oleh sebab itu sumber alam dapat dikembangkan melalui perbaikan teknologi dan peningkatan ilmu pengetahuan . dalam kennyataannya lewis mengungkapkan “nilai suatu sumber alam tergantung pada kegunaannya, dan kegunaannya senantiasa berubah sepanjng waktu karena perubahan dalam selera, perubahan dalam teknik atau penemuan baru. Pada saat perubahan seperti itu terjadi setiap bangsa dapat mengembangkan dirinya sendiri secara ekonomis melalui pemanfaatan sepenuhnya sumber alam mereka.
Jadi dalam pertumbuhan ekonomi, kekayaan alam yang melimpah saja
belum cukup. Yang terpenting ialah pemenfaatannya secara tepat dengan
31
teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber dapat dipergunakan
dalam jangka waktu lebih lama.
Di negara kurang berkembang, sumber daya alam sering terbengkalai,
kurang atau salah memanfaatan inilah salah satu penyebab keterbelakangan itu.
Tersedianya sumber alam secara melimpah saja belum cukup bagi pertumbuhan
ekonomi. Apa yang diperlukan ialah pemanfaatannya secara tepat. Jika sumber
alam yang ada tidak diperguakan secara tepat.
Secara umum sumber daya alam dan energi diklasifikasikan ke dalam
lahan pertanian; hutan dan segala produknya; lahan-lahan alami untuk keindahan,
rekreasi, atau untuk penelitian ilmiah; perikanan darat dan laut; sumber mineral
baik bahan bakar maupun bukan bahan bakar; sumber energi non mineral seperti
tenaga surya, angin, sistem pasang surut air laut dan panas bumi, sumber daya air,
dan lain-lainnya.
Dalam ekonomi kita di hadapkan pada pilihan yang paling baik untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia dengan alokasi sumber daya yang terbatas
jumlahnya. Sumber daya yang menjadi kendala tersebut secara umum bisa
diketegorikan ke dalam sumber daya lahan, manusia, modal, teknologi, informasi
dan energi. Sumber daya ini tidak lain merupakan faktor produksi atau masukan
dalam suatu proses produksi. Jika faktor tenaga kerja, modal, informasi dan
teknologi berasal dari manusia, maka sumber daya alam dan energi lebih bersifat
pemberian Tuhan. Alam menyediakn sejumlah tertentu sumber daya alam dan
energi , yang dengan pertolongan teknologi sumber daya tersebut kita angkat dan
32
digunakan untuk berbagai kepentingan. Dalam usaha mengangkat sumber daya
alam dan energi menjadi siap pakai dan sampai dengan pemanfaatannya baik
untuk konsumsi maupun sebagai input dalam proses produksi.
Kemajuan ekonomi yang pesat diperoleh dengan eksploitasi besar-besaran
dari sumber daya alam mungkin saja telah merusak lingkungan atau terjadi
pencemaran di sana-sini.
Sumber daya merupakan hal yang penting bagi pembangunan ekonomi.
Dalam masa Adam Smit mengemukakan teori tentang “absolute comparative
adventage”, dengan teori ini adam smith menyarankan ’agar setiap masyarakat
berproduksi sesuai dengan keunggulan komparative yang dimilikinya’. Jadi
sebuah masyarakat yang kaya akan sumber daya dibanding masyarakat lain akan
mampu lebih banyak ber-produksi. Dan melalui proses pertukaran perdagangan
kelebihan produksi bisa ditukar dengan barang produksi lain yang dibutuhkan
namun tidak diproduksi sendiri.
Pandangan lain dari Simon Kuznets dalam Reksohadiphodjo menyatakan
bahwa ‘pertumbuhan ekonomi sayangnya dibatasi oleh kekurangan absolute dari
sumber daya alam’. Dari pernyataan nya tersebut terdapat perkiraan negara-negara
yang miskin akan sumber daya alam akan tersendat-sendat pertumbuhan
ekonominya. Dan negara yang tidak mempunyai kekayaan sumber daya, kesiapan
pembangunannya dengan diwujudkan dalam bentuk pembelian sumber daya dari
negara yang kaya sumber daya.
33
Satu hal jika harus di hadapi manusia adalah semakin tipisnya persediaan
sumber daya alam dimungkinkan pertumbuhan akan berhenti, tetapi pertumbuhan
ekonomi tidak ada batasnya karena dapat dicapai tanpa henti-hentinya.
Pertumbuhan ekonomi tidak ada batasnya karena 1) teknologi akan selalu
menyediakan pengganti terhadap sumber-sumber daya alam yang semakin langka;
2) kalau sumber daya telah langka, harganya akan tinggi, sehingga akan
mengurangi permintaan dan penggunaannya akan berkurang, dan selanjutnya akan
menimbulkan insentif untuk mencari pengganti. (Dibyo Prabowo dan
Sukanto,1985). Namun perlu di sadari bahwa saat ini belum banyaknya pemenuan
pengganti baik sintetis maupun subtitusi yang cukup berarti dalam arti belum
mampu menandingi sumber daya alam dan energi.
Bagi hasil sumber daya alam merupakan sumber pemerimaan penting bagi
pemerintah daerah, karena akan banyak daerah yang berusaha meningkatkan
penerimaannya melalui peningkatan kegiatan eksploitasi sumber daya alam
daerahya. Pemerimaan bagi hasil antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
yang dibagikan adalah penerimaan negara bukan pajak dari kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi sumber daya alam, diantaranya minyak bumi dan gas alam,
pertambangan umum, kehutanan, perikanan.
Dasar pemikiran klasik sering mengatakan bahwa pembangunan ekonomi
di daerah yang kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur
dibandingkan di daerah yang kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih
makmur dibandingkan di daerah yang miskin SDA, untuk arti SDA harus dilihat
34
hanya sebagai modal awal untuk pembangunan, yang selanjutnnya harus
dikembangkan terus. Dan diperlukan faktor lain , diantaranya teknologi dan SDM.
Thomas Robert Maltus mengemukakan pendapatnya bahwa ada
kecenderungan bertambahnya penduduk lebih cepat dibanding persediaan
makanan atau penduduk bertambah secara deret ukur sedang makanan bertambah
secara deret hitung. Hal ini disebabkan karena tanah yang relative tetap. Malthus
mengungkapkan pula kemungkinan perbaikan perbaikan dalam pertanian dan
pengurangan pertumbuhan penduduk untuk mengatasi problema tersebut. Tetapi
kurang meperhatikan kemungkinan naiknya rasio capital tenaga kerja untuk
menutup naiknya rasio tenaga kerja tanah. David Ricardo menyumbangkan
pikirannya di bidang sumber daya alam dan energi melalui konsep sewa tanah
sebagai return dari tanah yang berbeda kualitas. Tanah yang subur akan
memperoleh sewa yang lebih tinggi di banding tanah-tanah yang lebih rendah
kualitasnya. Dan perbedaan kondisi ketersediaannya sumber daya alam dan energi
akan membatasi pertumbuhan potensial dalam ruang gerak dalam berproduksi
suatu perekonomian.
Secara relative peranan sumber daya alam memang semakin kecil. Tetapi
kalau kita perhatikan tampak bahwa semakin maju suatu perekonomiaan secara
absolute semakin banyak jumlah dan macam sumberdaya alam yang diolah
sehingga berubah dari sumber daya alam yang potensial menjadi sumber daya
alam yang riil sifatnya. Karena kenyataannya memang demikian maka timbul
banyak kehawatiran berhubung dengan semakin majunya pembangunan ekonomi
suatu negara. Bersama-sama dengan adanya perkembangan ekonomi, banyak
35
sumber daya alam yang ada, khususnya sumberdya alam yang besifat tak dapat
diperbaharui . demikian pula sumber daya alam yang bersifat aliran atau dapat di
perbaharui juga semakin sulit di dapat. Walaupun tidak secera habis kalau dipakai
terus, tetapi kalau penggunaannya tidak hati-hati, maka sumber daya jenis ini pun
akan menjadi langka pula. Kalau sumber daya alam menjadi langka maka akan
mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi sendiri,
Dengan banyak dan macamnya sumber daya alam di suatu negara bisa
dikatakan masih merupakan penaksiran yang kasar saja,. Oleh karena itu survey
dan inventarisasi sumber daya dalam membutuhkan biaya yang mahal dan
pelaksanaannya adalah sangat sukar tanpa mengikutsertakan para ahli yang
mengetahui masalah-masalah khusus di daerah yang bersangkutan.
Umumnya dikatakan bahwa perbedaan antara negara-negara yang sudah
maju dan negara yang rendah pendapatannya tidaklah terletak pada tersedianya
sumber daya alam, tetapi terletak pada tingkat penggunaan sumber daya yang ada.
Tidak tersedianya suatu bahan yang penting dalam suatu daerah akan dapat diatasi
oleh pemerintah bahkan oleh penduduknya atau orang-orangnya yang bersifat
kreatif dan inovative dalam menyelesakan persoalan dengan alam sekitarnya.
Apalagi penduduknya telah mengembangkan kecakapan dan bakatnya dan bila
dalam penyesuaikan diri dengan alam sekitarnya itu bersifat agresif dan penuh
fantasi, maka mereka akan menemukan sumberdaya yang dapat diekploatir.
36
2.1.2.2 Sifat Dan Macam Sumberdaya Alam
Sumber daya alam tidak saja meliputi jumlah bahan-bahan yang ada yang
menunggu untuk diolah dan digunakan, tetapi sumber daya alam itu sendiri juga
dinamis dan berubah-ubah sifatnya. Tergantung pada waktu dan tempat, tingkat
teknik dan penemuan-penemuan-penemuan baru, sikap manusianya terhadap
sumber daya tersebut, dan perubahan-perubahan dalam variabel ini menyebabkan
nagara itu akan lebih baik atau lebih buruk dalam sumber dayanya meskipun
jumlah fisik dari sumber daya alam tidak berubah
Macam-macam sumber daya alam dapat digolongkan sebagai berikut: 1)
sumber daya alam yang tidak habis. Ini menyangkut udara, energi matahari, dan
air hujan; 2) sumber daya alam yang dapat diganti. Ini mencngkup air yang ada di
tempat seperti danau, sungai dan sebagainya, kualitas tanah, hutan, margasatwa,
ikan; 3) sumber daya alam yang tidak dapat diganti. Ini meliputi sumberdaya
mineral seperti logam, minyak bumi dan batu bara.
Ada dua syarat penting bagi adanya suatu pengambilan yang optimal.
sumber daya yang dapat diperbaharui itu terbatas jumlahnya dan tak dapat
dihasilkan atau dibuat secara cepat. Penggunaan atau pengambilan satu ini berarti
mengandung suatu biaya alternatif yang berupa nilai yang mungkin diperoleh
pada masa yang akan datang. Biaya alternatif itu harus diperhitungkan dalam
menentukan alokasi sumber daya sepanjang waktu.
Syarat efisiensi biaya yang harus diperbaharui bagi barang-barang pada
umumnya adalah harga sama dengan biaya produksi marjinal, sedangkan untuk
37
sumber daya alam syarat efisiensi akan terpenuhi bila harga barang sumber daya
sama dengan biaya produksi marjial di tambah biaya alternatif
Pertumbuhan tergantung pada jumlah stok yang ada. Mula-mula
peningkatan stok itu menaik sejalan dengan banyaknya stok, tetapi kemudian
menurun setelah stok itu mencapai suatu titik (kemampuan lingkungan dalam
menanggug beban). Hal ini karena adanya jumlah maksmum populasi yang dapat
beratahan untuk hidup. Pertumbuhan itu tidak terjadi lagi bila stok sudah sama
dengan nol atau sudah dihabiskan. Pada kondisi pertumbuhan maksimum, yang
berarti sesuai dengan penemuan/pengambilan yang maksimum, sehingga stok
dapat dipertahankan secara terus-menerus tanpa batas.
Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan landasan bagi adanya
pembangunan berkelanjutan. Adapun yang dimaksud dengan pembangunan
berkelanjutan.dapat di bedakan dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti luas
pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang tidak
menurunkan kapasitas generasi yang akan datang untuk melakukan pembangunan
meskipun terdapat penyusutan cadangan sumber daya alam dan memburuknya
lingkungan, tetapi keadaan tersebut dapat digantikan oleh sumber daya lain baik
oleh sumber daya manusia maupun oleh sumber daya capital. Sadangkan dalam
arti sempit pembangunan berkelanjutaan dirtikan sebagai pembangunan yang
tidak mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk melakukan
pembangunan, tetapi dengan menjaga agar fungsi sumber daya alam dan
lingkungan yang ada tidak menurun, tanpa digantikan oleh sumber daya lainnya.
38
Pembangunan tidak hanya berupa meningkatnya produksi barang dan jasa,
tetapi juga perlu menjaga kondisi lingkungan agar tetap berfungsi sebagaimana
mestinya, dan juga perlu ada usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia, maupun sumber daya capital serta teknologi. Oleh karena itu untuk
menjamin adanya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, harus dicari titik
keseimbangan antara kebijakan pembangunan dan kebijakan lingkungan, sehingga
akan tercapai kebijakan pembangunan ekonomi yang benar-benar menjamin
peningkatan kesejahteraan manusia dalam jangka panjang.
Indonesia masih mengandalkan SDA sebagai modal pembangunan
nasional maupun daerah, dengan demikian apabila tidak ditangani secara
bijaksana, situasi ini dapat membawa konsekuensi pada perilaku eksploitasi atas
sumber daya alam yang semakin tidak terkendali. Penerimaan SDA masih tetap
merupakan sumber andalan bagi Pendapatan, karena kontribusinya yang cukup
besar, baik terhadap pertumbuhan maupun terhadap pendapatan negara. Dalam
struktur pendapatan negara hingga saat ini masih didominasi oleh penerimaan
yang berasal dari sumber daya alam, terutema SDA minyak bumi dan gas alam.
2.1.3 Konsep Dasar Otonomi Daerah
Otomoni berasal dari bahasa yunani, outonomous, yang berarti pengaturan
sendiri atau pemerintahan sendiri. Pengertiannya menyangkut dua hal pokok yaitu
kewenangan untuk membuat hukum sendiri dan kebebasan untuk mengatur
pemerintahan sendiri. Pada hakekatnya hak atau wewenang untuk mengatur
39
pemerintahan dan mengelola pembangunan yang diserahkan oleh pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah.
Diperlukannya otonomi guna meningkatkan partisipasi politik masyarakat
pada tingkat daerah, hal ini penting untuk meningkatkan demokrasi dalam
pengelolaan negara, untuk meningkatkan kemampuan dan tanggung jawab
pemerintah daerah dalam mewujudkan hak dan aspirasi masyarakat di daerah, hal
ini pentung untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial
di masing-masing daerah. Selanjutnya uantuk meningkatkan tanggung jawab
pemerintah daerah terhadap masalah-masalah sosial-ekonomi yang terjadi di
daerahnya. Hal ini pun penting bagi peningkatan upaya pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan sosial di daerah.
2.1.3.1 Desentralisasi
Dalam sistem desentralisasi administrative yang terjadi di Indonesia
terdapat tiga bentuk yaitu : 1) Dekonsentrasi : pelimpahan wewenang pemerintah
pusat kepada kantor0kantor departemen yang ada di daerah artinya pelaksanaan
kegiatan yang menjadi urusan departemen di duatu daerah; 2) Desentralisasi atau
otonomi, yaitu pelimpahan wewenang yang lebih luas dari departemen kepada
pemerintah lokal dan di dukung dengan dana; 3) Bantuan : pelaksanaan urusan
atau kegiatan tertentu oleh daerah yang memperoleh pelimpahan wewenang dan
pembiayaan dari pusat, namun keputusan terakhir berada pada pihak pemberi
wewenang.
40
Desentralisasi fiskal merupakan salah satu mekanisme transfer dana dari
APBN dalam kaitan dengan kebijakan keuangan negar yaitu untuk mewujudkan
ketahanan fiskal yang berkelanjutan dan memberikan stimulus terhadap aktifitas
perekonomian masyarakat, maka dengan kebijakan desentralisasi fiskal
diharapkan akan menciptakan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
yang sepadan dengan besarnya kewenangan urusan pemerintahan yang diserahkan
kepada daerah otonom. Desentralisasi fiskal merupakan salah satu penyangga
dalam memelihara kestabilam kondisi ekonomi nasional, karena dengan adanya
transfer dana ke daerah akan mendorong aktifitas erekonomian masyarakat di
daerah.
Fiskal federalism theory dalam khusaini [2006:116] mengisyaratkan
bahwa
Pelimpahan wewenang fiskal dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, baik penerimaan maupun pengeluaran akan memudahkan pemerintah daerah memenuhi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat lokal sehingga akan menghasilkan efisiensi penyedian barang publik, pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sumber penerimaan daerah ada tiga macam yaitu, pertama pendapatan asli
daerah (PAD), dalam hal ini terbagi lagi diantaranya a) pajak daerah, b) retribusi
daerah, c) hasil pengelolaan kekayaan daerah, d) hasil pengelolaan kekayaan
daerah, e) lain PAD yang sah. Kedua dana perimbangan dan terbagi menjadi a)
dana bagi hasil, b) dana alokasi umum, c) dana alokasi khusus. Ketiga yaitu
pendapatan lain yang sah.
Melalui undang-undang dalam desentralisasi fiskal terdapat dua komponen
yaitu 1) dana perimbangan keuangan pusat dan daerah, dengan maksud
41
menciptakan keadilan dan pemerataan serta memperkecil kesenjangan fiskal antar
daerah. Dana perimbangan itu berasal dari penerimaan dalam negeri yang
diperoleh dari pendapatan perpajakan, royalti dan bagi hasil Sumber Daya Alam
(SDA). Dan dana perimbangan sendiri ada tiga unsur yaitu bagian untuk daerah
dari hasil pemasukan dari pengelolaan sumber daya alam, dana alokasi umum
(DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). 2) dana yang bersumber dari hutang
dalam negeri dan luar negeri yang disalurkan ke daerah baik dari hutang bilateral
maupun multilateral.
Saat ini yang dibagi hasilkan ke daerah hanyalah Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) yang berasal dari penerimaan sumber daya alam.
Karenanya, PNBP yang dibagi hasilkan ke daerah inilah yang disebut penerimaan
bagi hasil sumber daya alam. PNBP terdiri dari PNBP sumber daya alam minyak
bumi, gas alam, kehutann, pertambangan umum dan perikanan. Untuk kehutanan
dan pertambangan umum, penerimaan negara dari sumber daya ini diatur
berdasarkan prinsip besarnya produksi atau pun luas area, khususnya melalui
pengenaan royalty atau pun dan land rent. Penerimaan negara yang berasal dari
minyak bumi dan gas alam diatur berdasarkan prinsip Net O Income (NOI). Untuk
perikanan, penerimaan negara diatur berdasarkan nilai ekspor ikan dan license fee
usaha perikanan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasiolan (BAPPENAS).
Dana bagi hasil sumber daya alam bagian daerah yang berasal dari: 1)
kehutanan; 2) pertambangan umum; 3) perikanan; 4) pertambangn minyak bumi;
5) pertambangan gas bumi; dan 6) pertambangan panas bumi.
42
Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU dialokasikan untuk provinsi dan
Kabupten dan Kota. Tujuan DAU untuk pemerataan kemampuan kauangan antar
daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangn kemampuan keuangan
antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan
potensi daerah.
DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional.. tujuannya untuk mendanai kegiatan khusus yang
menjadi urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi
yang merupakan perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya
dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar
masyarakat daerah tertentu disini adalah daerah yang memenuhi kriteria yang
ditetapkan setiap tahun untuk mendapatkan alokasi DAK, maka tidak semua
daerah mandapatkan alokasi DAK
Berikut disajikan hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya yaitu sebagai
berikut:
43
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumya
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil
1. Amin Pujiati
(UNS, 2006)
Analisis pertumbuhan ekonomi di Karesidenan Semarang era desentralisasi fiskal
PAD, DBH dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
2.Puji Wibowo
(2008)
Mencermati dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Secara umum desentralsasi fiskal di Indonesia memberikan pengeruh positif terhaddap pembangunan daerah
3.Joko Waluyo
(Uiversitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta, 2007)
Dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar dearah di Indonesia
PBB, BPHTB, dan PPH menghasilkan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang negatip. Hanya daerah-daerah pusat industri dan jasa yang diuntungksn dengan kebijakan ini. Dana bagi hasil SDA menghasilkan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang negatip, hanya daerah kaya yang paling menikmati pertumbuhan ekonomi positip disamping itu memperburuk kesenjangan pendapatan antar daerah. DAU efektif dalam mengurangi kesenjangan pendapatan daerah.
4.Iman Widhiyanto
(2008)
Fiskal desentralization and Indonesia regional income disparity (1994-2004)
Fiskal decentralization has positive impac on ecenomic growth rate, since its coefficient is positive to ecenomic growth in the regresion model.
Fiskal decentralization has negative impac on the disparity of regional imcome per capita.
5. Tao Zhang, Heng-Fu Zou (Wuhan University,1998)
Fiskal decentralization, publik spending, and economic growth in china
Terdapat hubungan yang negatif antara desentralisasi fiskal di China dengan pertumbuhan ekonomi provinsinya, hal ini dapat terjadi mengingat terdesak oleh sumber yang terbatas untuk investasi di tingkat nasional.
44
6. Adi Priyo Hari
(2006)
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah, belanja pembangunan dan pendapatan asli daerah
Pertumbuhan ekonomi memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan PAD.
7. Abdullah Dan Halim (2003)
Pengaruh DAU dan PAD terhadap belanja pemerintah daerah. Studi kasus di Kabupaten dan Kota di Jawa dan Bali
DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.
8. Hadi Sasana, (2005)
Analissi dampak pelaksanaan desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan antar wilayah antar sektor di Kabupaten dan Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Menunjukan bahwa PAD mempunyai hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi hanya di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. DAU berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta.
9. Wallce E. Oates, (1993)
Fiskal decentralization and economic development
Pembangungan ekonomi suatu daerah akan berimbas pada penciptaan sektor publik di daerah dan desentralisasi fiskal berpotensi memberikan kontribusi dalam bentuk peningkatan efisiensi pemerintahan dan laju pertumbuhan ekonomi
45
2.2 Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi sangat penting karena ekonomi menitikberatkan
pada terpenuhinya kebutuhan individu dalam masyarakat. Ekonnomi dapat
dikatakan berhasil apabila mampu mewujudkan kesejahteraan umat manusia.
Hendrik Van Berg juga mengatakan bahwa :
Kesejahteraan tidak ditentukan banyaknya emas dalam tabungan pemerintah atau besarnya kekuatan tentaranya atau kemajuan industry suatu negara, tetapi lebih pada berapa banyak barang yang dapat diakses dan dinikmati oleh masyarakat. Oleh karena itu fungsi belanja negara atau konsumsi maksimal yang
optimal memungkinkan terpenuhinya kebutuhan individu dalam masyarakat,
sehingga keberhasilan pertumbuhan ekonomi dapat berhasil, pada sisi yang lain
Tulus T.H Tambunan (2001:274) juga menunjukkan bahwa perbedaan tingkat
pembangunan dapat juga dilihat dari perbedaan peran sektoral dalam
pembentukkan PDRB. Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar
peranan sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah tinggi, seperti industri
manufaktur, terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu wilayah,
semakin tinggi pula pertumbuhan PDRB wilayah tersebut.
Pembangunan selalu menimbulkan dampak baik positif maupun negatif.
Oleh karena output diperlukan indikator sebagai tolak ukur terjadinya
pembangunan. Dijelaskan oleh Tulus T.H Tambunan (2001:37) bahwa walaupun
bukan merupakan suatu indikator yang bagus, kesejahteraan masyarakat, dilihat
dari aspek ekonominya, dapat diukur dengan tingkat pendapatan nasional, maka
pertumbuhan menjadi salah satu terget yang sangat penting yang harus dicapai
dalam proses pembangunan ekonomi. Lebih rinci Mudrajar Koncoro (2000:18)
46
menjelaskan bahwa indikator-indikator kunci pembangunan pada dasarnya dapat
diklasifikasikan menjadi 1) indikator ekonomi 2) indikator sosial. Variabel yang
termasuk sebagai indikator ekonomi adalah Gross National Product (GNP) per
kapita, laju pertumbuhan ekonomi, GDP per kapita dengan purchasing power
party. Variabel yang termasuk indikator sosial adalah HDI (Human Developnemt
Indekx) atau indekx mutu hidup.
Secara ringkas pengertian dari GDP (Gross Domestik Produk) dan GDP
(Gross National Produk) adalah sebagai berikur :
1. GNP menurut Musgrave et al. (1993:18) dapat dipandang sebagai
pengeluaran agragat untuk output yang diproduksi pada tahun bejalan. GNP per
kapita adalah GNP di bagi dengan jumlah penduduk
2. GDP menurut Michael Parkin et al. (1995:48) adalah merupakan nilai
barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian selama satu tahun yang
dengan ukuran harga terentu pada tahun sekarang (current year).
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan
merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena
penduduk bertambah terus, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap
tahun. Tulus T.H tambunan (2001:38) menjelaskan bahwa untuk mengatasi
permasalahan pendapatan penduduk hanya bisa didapat lewat peningkatan output
agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Broto (PDB) atau GDP setiap
tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah
penembahan PDB yang berarti juga penambahan pendapatan nasional
47
Menurut Mudrajat Koncoro (2000:39) pertumbuhan ekonomi akan mulai
mengalami perlambatan jika daya dukung alam tidak mampu lagi mengimbangi
aktivitas ekonomi yang ada. Keterbatasan sumber daya merupakan faktor yang
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi tersebut, bahkan dalam
perkembangannya hal tersebut justru menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Sehingga, bila pertumbuhan penduduk melebihi atau sama dengan pertumbuhan
pendapatan nasional maka pendapatan per kapita bisa menurun atau tidak
berubah, dan jelas ini tidak dapat disebut ada perkembangan ekonomi.
Menurut Musgrave et. al (1993:574) meskipun penting untuk mengetahui
berapa tingkat permintaan pajak yang diperlukan guna menjamin tingkat
pertumbuhan tertentu, namun kelayakan tingkat pengenaan pajak itu sendiri
merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan dalam menentukan target
pertumbuhan. Jadi, kebijakan perpajakan harus diperttimbangkan bersama-sama
dengan aspek-aspek lain dari kebijakan pembangunan, tetapi hal itu tidak bisa
dianggap sebagai variabel dengan pengenaan pajak yang diperlukan.
Selain itu Tulus Tambunan (2001:38) juga menjelaskan bahwa tidak
mengherankan jika pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya
perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan.
Untuk negara seperti Indonesia yang jumlah penduduknya tinggi serta ditambah
lagi dengan kenyataan bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan pada awal proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi menjadi
sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar dari pada pertumbuhan
penduduk agar peningkatan pendapatan masyarakat per kapita dapat tercapai.
48
Selama periode orde baru pemerintah kurang memperhatikan pola pembagian dari
pertumbuhan itu sendiri (distribusi pendapatan). Hal ini mengakibatkan
kesenjangan pendapatan antara kelompok kaya dan kelompok miskin membesar
bukannya mengecil.
R.J Chelliah et.al (1975) menguraikan bahwa jika demikian bagaimana
kita dapat menilai kemampuan membayar pajak dari suatu negara dan bagaimana
kelancaran pembayaran pajak dapat diukur?. Seperti telah kita lihat , besarnya
sektor pemerintahan di negara-negara maju tidak hanya berkembang sejalan
dengan pendapatan per kapita tetapi kenaikan pendapatan perkapita juga disertai
dengan kenaikan persentase sektor pemerintahan pajak juga dipengeruhi oleh
kontibusi sektor terhadap GDP yang ada di suatu negara.
a) Produk Domestk Regional Bruto (PDRB) adalah sejumlah nilai tambah
(value aded) yang timbul dari berbegai unnit produksi di suatu wilayah dalam
jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam rupiah. Mardiasmo (2002:69)
menyebutkan bahwa unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi 10 sektor
lapangan usaha, yaitu pertanian, industri pengolahan, pertambangan dan
penggalian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran,
pengangkutan dan telekomunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,
perbankan daerah, jasa-jasa.
Lincolin Arsyad (1993:15) memaparkan bahwa pembangunan yang
berorientasi kepada kenaikan PDRB dan peningkatan terhadap pendapatan
perkapita masyarakat belumlah sepenuhnya memecahkan permasalahan dalam
49
pembangunan. Meskipun terget kenaikan PDB pertahun telah tercapai, namun
kehidupan masyarakat merupakan permasalahan yang perlu mendapat perhatian.
Penyebab rendahnya pendapatan di negara-berkembang seperti Indonesia
adalah berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang akibat
pertambahan penduduk sangat cepat, sementara tak ada kekuatan yang mendorong
pertumbuhan ekonomi berupa pertambahan kualitas dan kualitas sumber alam,
kapital,dan kemajuan teknologi (Roslina:2004).
Menurut Adam Smith dalam Lincolin Arsyad (1999:55), mengemukakan
tentang proses pertumbuhan ekonomi melalui aspek pertumbuhan output total.
Sedangkan unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga
yaitu 1) sumber alam yang tersedia 2) sumberdaya insani (jumlah penduduk) 3)
stok barang modal yang ada.
Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar
dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber daya alam yang tersedia
merupakan ”batas maksimum” bagi pertumbuhan suatu perekonomian.
Maksudnya, jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya, maka jumlah
penduduk dan stok modal yang ada yang memegang peranan dalam pertumbuhan
output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumber daya
alam tersebut telah digunakan secara penuh.
Hipotesis utama dari model perubahan struktural yang di kemukakan oleh
Hollis B. Chenery dan rekan-rekannya dalam Lincolin Arsyad (1999) bahwa
pembangunan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perubahan yang dapat
50
diamati yang ciri-ciri pokoknya sama di semua negara. Meskipun demikian
perbedaan-perbedaan dapat saja terjadi di antara satu negara berkembang dengan
yang lain dalam hal langkah-langkah yang ditempuhnya serta pola umum
pembangunannya, yang semuanya ditentukan oleh sejumlah faktor. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembangunan pada umummnya adalah
jumlah dan jenis sumber daya alam yang dimiliki masing-masing negara,
rangkaian kebijakan dan sasaran yang ditetapkan oleh pemerintah, tersedianya
modal dan teknologi dari luar, serta kondisi-kondisi di lingkungan perdagangan
internasional.
Ada dua hal yang menjadi penggerak pertumbuhan yaitu a) sumber-
sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Hal mengisyaratkan tidak
boleh sumber-sumber mengangur dan alokasi penggunannya kurang efisien. b)
penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-elemen pertumbuhan tersebut
haruslah diusahakan pertambahannya. Elemen-elemen yang memacu
pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut a) sumber-sumber alam, b) sumber-
sumber tenaga kerja, c) kualitas tenaga kerja yang rendah, d) akumulasi kapital.
Dalam Proposal Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2001-2004
tentang pembangunan berkelajutan, terutama pembangunan ekonomi, dilakukan
berdasarkan kapasitas yang tersedia dari sumber daya alam, lingkungan dan
karakter sosial. Salah satu bagian terpenting dari perhitungan kualitas lingkungan
dalam kaitannya dengan pembangunan dalam mendukung pembangunan yang
berkelanjutan adalah penyusunan neraca sumber daya alam dan
lingkungan.Dengan diketahuinya neraca sumber daya alam maka indikator
51
pembangunan yang ditunjukkan Produk Domestik Bruto akan menjadi lebih
sempurna, karena akan benar-benar menunjukkan kapasitas potensi pembangunan
yang dimiliki oleh suatu daerah ataupun kabupaten dan kota.
Pembangunan ekonomi atas pemakaian sumber daya alam berupaya untuk
memberikan keseluruhan nilai ekonomi yang melekat pada sumber daya alam
tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses. Yaitu proses yang
mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industry-industri
alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk
dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan
pengembangan perusahaan-perusahaan baru.
Untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah, pemerintah daerah
dan masyarakat harus secara bersama-sama inisiatif pembangunan daerah. Oleh
karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan
menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi
sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun
perekonomian daerah.
Indonesia sebagai negara bekembang mengalami ketidakstabilan sosial,
politik, dan ekonomi pada awal twrjadinya krisis dan perubahan adaptasi dari
adanya kebijakan desentralisasi fiskal. Ini merupakan sumber yang menghalangi
pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin
terciptanya keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di
dalam negari. Dengan adanya proses adaptasi dari kebijakan sentaralistik menuju
52
desentralisasi fiskal merupakan kondisi yang perlu dijaga kestabilannya agar ini
sangat diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan
motor pertumbuhan ekonomi.
Tumbuhnya perhatian terhadap desentralisasi dikaitkan dengan gagalnya
perencanaan terpusat dan populernya strategi pertumbuhan dan pemerataan, tetapi
juga adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah proses yang kompleks dan
penuh ketidakpastian yang tidak dapat dengan mudah dikendalikan dan
direncankan dari pusat, karena itu desentralisasi merupakan hal yang penting
Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi saja,
tetapi pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses
pembangunan wilayah di Indonesia yaitu berbentuk propinsi, kabupaten atau kota.
Pertumbuhan ekonomi yang cupuk tinggi sampai saat ini masih merupakan target
utama pembangunan dalam rencna pemabngunan wilayah dismping pembangunan
sosial. Sedangkan target pertumbuhan ekonomi tersebut ternyata sangat bervariasi
sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Melalui
pertumbuhan ekonomi daerah yang cukup tinggi tersebut diharapkan
kesejahteraan masyarakat secara bertahap akan dapat ditingkatkan.
Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat
dalam era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi masing-
masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya
guna meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Karena itu, pembahasan tentang
struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi
53
pemerintah daerah dalam menentukan upaya untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi di daerahnya.
Para ahli seperti Oates(1993), Bird (1993), Bird Dan Wallich (1995),
Martnez dan Mc Nab (2001), World Bank (1997), Bahl Dan Linn (1992), dan
Gramlich (1993) tertarik pada isu bahwa desentralisasi fiskal sebagai jalan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mereka menyatakan bahwa dengan
diserahkannya beberapa kewenangan ke pemerintah daerah, diharapkan pelayanan
masyarakat semakin efisien dan pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Secara intuitif desentralisasi fiskal dapat mendorong efisiensi ekonomi dan
secara dinamis akan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Oates,1993;
Martinesz dan Mancab, 1997). Mereka beragumen bahwa pengeluaran untuk
infrastruktur dan sektor sosial akan efektif dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi suatu daerah, karena daerah mengetahui karakteristik daerahnya masing-
masing. Tentu saja hal ini akan terlaksana jika pemerintah daerah mengetahui apa
yang menjadi kebutuhannya. Jadi, menurut pandangan ini pemerintah daerah
dipercaya dapat mengalokasikan dana kepada setiap sektor ekonomi secaea efisien
dari pada yang dilakukan pemerintah pusat. Tetapi, pengaruh langsung
desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi jika
desentralisasi fiskal tidak berjalan secara efektif (Martinez dn Mcnab,1997).
Peneliti yang lain pun berpendapat bahwa desentralisasi penerimaan dan
pengeluaran merupakan jalan untuk meningkatan efisiensi di sektor publik,
54
mengurangi defisit anggaran, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pendapat ini
di sadari bahwa pemerintah daerah akan lebih tepat dalam memenuhi kebutuhan
daerah dari pada pemerintah pusat.
Dalam banyak litelatur dikemukakan bahwa desentralisasi fiskal dapat
berdampak bagi pertumbuhan ekonomi daerah, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Seperti penjabaran bahwa desentralisasi fiskal akan mendorong
efisiensi ekonomi terutama di sektor publik yang pada akhirnya akan
menimbulkan dinamika efek pada pertumbuhan ekonomi daerah.
Menurut Barzelay, M dalam Khusaini (2006) menyatakan bahwa
pertumbuhan atau pengembangan ekonomi lokal di definaisikan sebagai suatu
proses dimana terdapat kerjasama antara pemerintah lokal, kelompok masyarakat,
dan sektor swasta yang dibentuk untuk mengelola sumberdaya yang ada untuk
menciptakan pekerjaan dan merangsang kegiatan ekonomi dari suatu potensi
sumber daya manusia yang ada, kelembagaan, dan sumber daya fisik.
Konsep pengembangan ekonomi daerah dapat mengacu pada tiga kategori.
Pertama, pengembanan ekonomi daerah terkait dengan perkembangnya ekonomi
yang berbasis pada masyarakat lokal. Kali ini biasanya ditandai dengan
berkembangnya karakteristik mayarakat lokal, baik di daerah perkotaan maupun
di pedesaan. Kedua, pengembangan ekonmi lokal ditandai dengan perkembangan
dunia bisnis di daerah, baik usaha kacil, menengah maupun besar. Ketiga, tentang
pengembangan ekonomi lokal adalah menyangkut perencanaan dan pengelolaan
ekonomi daerah secara makro. Sedangkan keterkaitan tidak langsung antara
55
desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi dapat terjadi melalui
peningkatan efisiensi ekonomi terutama dalam penyediaan publik service bagi
masyarakat.
Menurut Zhang Dan Zho (1998) pertumbuhan ekonomi dapat dipengarui
oleh beberapa faktor, seperti desentralisasi fiskal, tenaga kerja, perpajakan
nasional, perpajakan provinsi, investasi, keterbukaan ekonomi, dan pengeluaran
pemerintah di masing-masing sektor dalam ekonomi.
Untuk mendukung penyelenggaran otonomi daerah melalui penyediaan
sumber-sumber pendanaan berdasarkan kewenangan pemerintah pusat,
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan, perlu ada peraturan secara
adil dan selaras mengenai hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber daya lainya antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, dan antar pemerintah daerah.
Dengan diaturnya perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah berupa sistem keuangan yang diatur berdasarkan pembagian
wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang jelas antar susunan pemerintahan.
Secara umum peningkatan PAD melalui: 1) intensifikasi dan ekstensifikasi
pungutan daerah dalam bentuk retribusi atau pajak; 2) seksplorasi sumber daya
alam; 3) skema pembentukan capital atau investasi daerah melalui penggalangan
dana atau menarik investor.
Kekayaan alam mengandung kemungkinan yang amat potensial untuk
dimanfaatka sebagai sumber daya produksi yang efektif. Potensi sumber daya
56
alam yang bersifat non lestari hingga saat ini masih di jadikan sebagai sumber
penerimaan utama dalam APBN. Oleh karena itu sumber daya alam tersebut
seperti minyak dan gas merupakan salah satu kebutuhan dasar seluruh komponen
masyarakat sehingga di dalam pengelolaannya sebagian besar menjadi tanggung
jawab pemerintah. Kebijakan fiskal adalah merupakan kebijakan yang mengatur
tentang penerimaan dan pengeluaran negara.
Kebijakan fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan
dan pengeluaran pemerintah, penerimaan dan pengeluaran juga dipengaruhi oleh
jenis sumber penerimaan dan bentuk kegiatan yang dibiayai pengeluaran. Setelah
semua sektor sekunder dan sektor tersier mengalami persoalan yang berat pada
masa krisis, maka semua pihak melirik kembali pada pengolahan sumber daya
alam sebagai basis alternatif baru bagi pembangunan ekonomi. Kegiatan industry
dipacu tanpa basis sumber daya alam dan sumber daya ekonomi setempat
sehingga beresiko terhadap ketergantungan terhadap impor dalam jumlah yang
besar.
Otonomi dan desentralisasi berpeluang menciptakan iklim usaha yang
lebih kondusif. Daerah dengan seluruh kewenengan yang dimiliki, bisa lebih
leluasa mengalokasikan anggaran yang sesuai dengan prioritas tujuan
pembagunan daerah. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Jawa Barat
bertumpu pada keputusn-keputusan yang diambil sehubugan dengan kegiatan
ekonomi di tingkat Kabupaten dan Kota. Agar potensi yang banyak tersimpan di
Kabupaten dan Kota jika dioptimalkan akan membawa dampak besar bagi
pemerintahan di tingkat Provinsi Jawa Barat.
57
Dalam tulisan ini, yang menjadi variabel dependen adalah pertumbuhan
ekonomi, yang diukut dari total PDRB di suatu daerah. Sedangkan variabel
independennya adalah Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus. Yang menjadi variabel kontrol adalah Dummy Waktu.
Gambar 2.14
Kerangka Pemikiran
Keterangan:
SDA (X1) = Sumber Daya Alam
DAU (X2) = Dana Alokasi Umum
DAK (X 3) = Dana Alokasi Khusus
DUMMY (X 4) = Dummy sebelum dan sesudah Desentralisasi Fiskal
Y = Pertumbuhan Ekonomi
1. Sumber Daya Alam (X1)
(Grand Theory Adam Smith)
Pertumbuhan ekonomi (Y) 2. DAU (X2)
3. DAK (X3)
4. DUMMY Waktu (X4)
58
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah anggapan dasar terhadap suatu masalah. Berdasarkan
perumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini hipotesis mengacu pada
kerangka pemikiran di atas, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
1. Sumber Daya Alam berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
2. Dana Alokasi Umum berpengarung positif terhadap pertumbuhan
ekonomi
3. Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi
4. Desentralisasi Fiskal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi