POLA PERESEPAN OBAT KARDIOVASKULER BERDASARKAN
TINJAUAN DOSIS, INTERAKSI, KONTRAINDIKASI, DAN EFEK
SAMPING OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI INSTALASI
RAWAT INAP RSUP Dr. SARDJITO PERIODE JANUARI - DESEMBER
TAHUN 2003
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh
Dewi Anggraini 008114073
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persembahanku “ Saya rindu untuk melakukan suatu pekerjaan yang besar
dan mulia, namun tugas utamaku adalah menyelesaikan
tugas-tugas yang kecil, sederhana dengan tekun “.
(Hellen Keller)
Kupersembahkan karya kecil ini bagi Kemuliaan Tuhan
Bagi Bapak dan Ibuku tercinta atas semua cinta, doa, dan dukungannya Bagi kakakku Eva dan adikku Fitria tersayang atas perhatian, dukungan, dan
doanya Untuk Almamaterku tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul “ POLA PERESEPAN OBAT KARDIOVASKULER BERDASARKAN TINJAUAN DOSIS, INTERAKSI, KONTRAINDIKASI, DAN EFEK SAMPING OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SARDJITO PERIODE JANUARI – DESEMBER TAHUN 2003 “
Skripsi ini disusun dan diajukan guna melengkapi salah satu syarat menyelesaikan program Strata Satu (S1) di Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin berterima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberi ijin kepada penulis. 2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
membagi pengetahuan dan memberikan banyak masukkan juga kesempatan berdiskusi serta keramahannya kepada penulis.
3. Rita Suhadi, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji atas kesediaannya menguji serta kritik dan saran yang membangun kepada penulis.
4. Drs. Mulyono, Apt. sebagai dosen penguji atas kesediaannya menguji serta kritik dan saran yang membangun kepada penulis juga keramahannya yang mampu mencairkan suasana.
5. Ibu dan Bapak tercinta di rumah atas kasih sayang, doa, pengertian, kesabaran, serta kerja kerasnya demi keberhasilanku.
6. Kakakku Eva Kristanti tersayang atas cinta, doa, dukungan serta persaudaraannya yang indah.
7. Adikku Fitria Indriani tersayang atas cinta, doa dan dukungannya. 8. Bu Lik ku terkasih Theresia Semiyati untuk cinta, doa, perhatian serta
dukungannya. 9. Kakak iparku Agustinus Hardi Prasetyo untuk doa, dukungan serta kritik dan
sarannya. 10. Para anggota PABELI : Betha, Martha, Tri, Wanda, dan Yayuk atas cinta kasih,
doa, dukungan serta persahabatan yang indah dan tak terlupakan, juga untuk seorang sahabat yang setia Tami.
11. Para penghuni “nDalem Keputren Cakruk” Effie, Ika, Pipit, Ratih, Mbah Biji, Bu Camat, nCie, Mama Joni, Anas, Yuli, Fajar “Angel elga”, dan Ninok untuk dukungan, doa, persahabatan serta canda tawa yang selalu mewarnai hariku.
12. Retha, mantan anak kost yang selalu ingat padaku, makasih atas perhatiannya. 13. Teman-teman seperjuangan yang begitu semangat mendukungku Dodi, Raul,
Uyung, Benny, Martha. 14. Ibu dan Bapak kostku, Mbak Ika, Mbak Anna, dan Para “Dul” untuk saat-saat
yang menyenangkan. 15. Diriku sendiri atas cinta, harapan, kesetiaan, pengertian, dan kerjasamanya. 16. Wisa Abraham Sang Motivator Sejatiku untuk cinta, harapan, kesetiaan, doa serta
semangatnya terutama di saat-saat kritisku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17. Untuk Aang, makasih berat atas kerjasama dan waktunya. 18. Sahabat sejati yang bagaikan bayanganku sendiri Asia Looks, Antara Mahal,
Amuro Amo, Danza Muso, Cisse Sussmex, Agastya Rao, dan AP. 19. Ardian “Mr. Saint” Aiden untuk pengorbanan, kesetiaan, dan pencerahannya. 20. Wayan Abraham, untuk cinta, kesetiaan, doa, dan dukungannya . 21. Teman-teman dunia maya yang senantiasa memberikan warna-warni dalam
perjalanan hidupku. 22. Teman-teman dunia “Quantum Cosmos” atas kesetiaannya dan penghiburannya. 23. Teman-teman platonikku yang selalu membuatku merasa lebih “hidup”. 24. Seluruh keluarga dan teman-teman terkasih yang selalu menjadi penyemangatku. 25. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari ada banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh
karena itu segala kritik dan sumbang saran dari pembaca sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat menambah khasanah pengetahuan kita semua. Yogyakarta, 07 Maret 2007
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat
karya orang lain atau bagian dari karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 07 Maret 2007
Dewi Anggraini NIM : 008114073
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Gagal jantung perlu diwaspadai sedini mungkin. Hal ini dikarenakan gagal jantung berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi. Selain itu gagal jantung juga merupakan penyakit yang mempunyai prevalensi yang cukup tinggi tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain. Beberapa tahun terakhir ini gagal jantung tidak hanya terjadi pada orang lanjut usia tapi juga pada orang dewasa bahkan pada anak-anak meskipun dengan skala yang kecil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan mengetahui pola peresepan obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung berdasarkan tinjauan golongan, jenis dan dosis obat yang diberikan, meninjau kemungkinan terjadinya interaksi, kontraindikasi dan efek samping obat.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan rancangan deskriptif non-analitik. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pengambilan data dan tahap pengolahan data secara non-analitik. Bahan yang digunakan adalah catatan medik pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2003. Dalam penelitian ini diperoleh data sebanyak 40 kasus yang terdiri dari 62,5% pasien perempuan dan 37,5% pasien laki-laki. Berdasarkan kelompok usia, 10% pasien infant, 20% pasien anak-anak, 5% pasien remaja, 20% pasien dewasa, 22,5% pasien usia pertengahan, 20% pasien lanjut usia dan 2,5% pasien lansia tua. Pasien yang diberikan obat kardiovaskuler dalam terapinya sebanyak 95%, tidak diberikan obat kardiovaskuler dalam terapinya 5%. Berdasarkan kesesuaian dosis dengan IONI 2000, 50% jenis obat sesuai, 50% jenis obat tidak sesuai. Interaksi yang kemungkinan terjadi sebanyak 186,8%. Obat kardiovaskuler yang kontraindikasi dengan kondisi pasien yaitu valsartan. Obat kardiovaskuler yang kemungkinan menimbulkan efek samping atau memperparah kondisi pasien yaitu kaptopril.
Kata kunci : Gagal Jantung, Pola Peresepan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Heart Failure must be cautioned early since it is related to a very high morbidity and mortality rate. In addition, such a disease has a relatively high prevalence not only in Indonesia but also in other countries. In recent years, heart failure is not only found among people of old age but also among adults, even, in small degree, among children. This study aimed to find out characteristic of patients with heart failure who were hospitalized in Central General Hospital of Dr. Sardjito, Yogyakarta, and the patterns of prescribed cardiovascular drugs viewed from their class, types, and dosage; and to examine the possibility of their interaction, counter-indicators, and side effects.
This study was an observational one using a non analytical-descriptive design. It was carried out in three stages, i.e., planning, data collection, and non-analytical data processing. The materials for this study consisted of Medical Record of patients with heart failure hospitalized in Central General Hospital of Dr. Sardjito, Yogyakarta, in 2003. Its data were obtained from 40 cases, 62.5% female and 37.5% male patients. Based on the age classifications, the patients comprised of 10% infants, 20% children, 5% teenagers, 20% adults, 22.5% middle-aged, 20% old, and 2.5% very old. The proportion of patients treated with cardiovascular drugs in their therapy was 95%, and those without cardiovascular drugs was 5%. Based on the dosage compliance with IONI 2000, 50% of the drugs were consistent and 50% were inconsistent with IONI 2000. The likelihood of interaction was 186.8%. The cardiovascular drug, which was contraindicative to patient condition, was Valsartan. While the drug which most likely to generate side effects or aggravated patient condition was Captopril. Key words: heart failure, prescription pattern.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
PRAKATA.................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vii
INTISARI...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvi
BAB I. PENGANTAR.............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................ 6
A. Anatomi Fisiologi Jantung ...................................................... 6
B. Gagal Jantung.......................................................................... 9
C. Evaluasi Peresepan.................................................................. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. 28
B. Definisi Operasional ............................................................... 29
C. Lokasi Penelitian..................................................................... 30
D. Bahan dan Alat Penelitian....................................................... 30
E. Subyek dan Penetapan Subyek ............................................... 31
F. Jalannya Penelitian.................................................................. 31
G. Tata Cara Analisis Hasil.......................................................... 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 34
A. Karakteristik Pasien ................................................................ 34
B. Golongan dan Jenis Obat ........................................................ 36
C. Kajian Pola Peresepan............................................................. 48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 56
A. Kesimpulan ............................................................................. 56
B. Saran........................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 58
LAMPIRAN.................................................................................................. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. …………………………………………………………………………..25
Interaksi yang kemungkinan terjadi dari pemberian kombinasi beberapa obat
kardiovaskuler kepada pasien gagal jantung berdasarkan IONI 2000
Tabel II…………………………………………………………………………...27
Efek Samping yang mungkin ditimbulkan selama Penggunaan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung berdasarkan IONI 2000
Tabel II…………………………………………………………………………...27
Efek Samping yang mungkin ditimbulkan selama Penggunaan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung berdasarkan IONI 2000
Tabel III. …………………………………………………………………………34
Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
DR.Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel IV. ………………………………………………………………………...35
Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap di RSUP DR. Sardjito Tahun
2003 Berdasarkan Usia Menurut WHO dan Pediatric
(Izenberg, N. M.D., 2000)
Tabel V. ………………………………………………………………………….36
Distribusi Kelas Terapi Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi
Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel VI. ………………………………………………………………………...37
Distribusi Golongan Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi
Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel VII. ………………………………………………………………………..41
Distribusi Kelas Terapi Obat Kardiovaskuler Pada Peresepan Obat Kardiovaskuler
Pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito
Tahun 2003
Tabel VIII. ……………………………………………………………………….43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Distribusi Golongan Obat Antiaritmia pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada
Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel IX. ………………………………………………………………………...43
Distribusi Golongan Obat Antihipertensi pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada
Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel X. ………………………………………………………………………….44
Distribusi Golongan Obat Antiangina pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada
Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito
Tahun 2003
Tabel XI. ………………………………………………………………………...45
Distribusi Golongan Obat Diuretik pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien
Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito
Tahun 2003
Tabel XII. ………………………………………………………………………..46
Distribusi Golongan Obat Koagulasi Darah pada Peresepan Obat Kardiovaskuler
pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel XIII. ……………………………………………………………………….46
Distribusi Golongan Obat Hipolipidemik pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada
Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel XIV. ………………………………………………………………………47
Distribusi Golongan Obat Syok dan Hipotensi pada Peresepan Obat Kardiovaskuler
pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel XV. ………………………………………………………………………..47
Distribusi Golongan Obat Gangguan Darah pada Peresepan Obat Kardiovaskuler
pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito
Tahun 2003
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi Jantung (exterior view)………………………………. 7
Gambar 2. Anatomi Jantung (inferior view)…………………………………. 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 ……………………………………………………………………..60
Daftar Jenis Obat-Obat KardiovaskulerYang Perlu Dilakukan Penyesuaian Dosis
dalam Peresepan Obat Kardiovaskuler untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat
Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000
Lampiran 2 ……………………………………………………………………..62
Standar Pelayanan Medik RSUP DR. Sardjito
Lampiran 3 …………………………………………………………………….68
Data Analisis Peresepan Obat Kardiovaskuler Pasien Gagal Jantung di Instalasi
Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Penelitian
Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian segala jenis
usia (Panjaitan, 1991) dan gagal jantung adalah salah satu penyakit kardiovaskuler
yang paling kompleks dan sangat sulit untuk diatasi (Lefrandt, 1996) yang paling
tinggi prevalensinya (Hidayati, 2001).
Meskipun menurut Karo Karo (cit., Hidayati, 2001) dalam simposium “Late
Breaking News in Heart Failure” 17 Februari 2001 menyatakan bahwa insiden
penyakit gagal jantung semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
harapan hidup penduduk, ironisnya menurut Woo (cit., Hidayati, 2001) dalam
seminar sehari mengenai " Penanganan Masalah Jantung " 27 April 1996 selain
meningkat pada kelompok usia 40 tahun, juga mulai meningkat pada kelompok usia
dini. Meski masih dalam skala yang kecil, kelainan jantung bawaan sejak lahir –
bahkan sejak dalam kandungan – menjadi masalah yang serius bagi pengembangan
sumber daya manusia. Beberapa data pada kasus kelainan jantung bawaan
menunjukkan kebanyakan kematian justru terjadi pada bulan-bulan awal kehidupan
bayi yang menunjukkan keterlambatan dalam menegakkan diagnosis.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Sani (cit., Hidayati, 2001)
mengatakan penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data
di RS. Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus ini dimulai pada tahun 1997 dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248 kasus, kemudian melaju pesat hingga mencapai puncak pada tahun 2000 dengan
532 kasus.
Pengurangan aktivitas fisik pada kasus gagal jantung sedang dan istirahat
total di tempat tidur pada kasus gagal jantung parah adalah dasar dari
penatalaksanaan gagal jantung itu sendiri. Mengurangi jumlah makanan, atau setiap
usaha yang dilakukan haruslah diupayakan untuk mengurangi kecemasan pasien.
Istirahat secara fisik dan secara emosional dimaksudkan untuk mengurangi tekanan
arteri, mengurangi kerja otot pernapasan, memperlambat denyut jantung, dan untuk
mengurangi muatan kerja pada miokardium. Pasien dengan gagal jantung hendaknya
beristirahat di rumah atau lebih baik di rumah sakit untuk satu atau dua minggu dan
dilanjutkan untuk beberapa hari lagi setelah kondisi pasien benar-benar stabil
(Braunwald, 2000).
Kegagalan jantung merupakan keadaan umum yang berkaitan dengan
morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi (Woodley, 1995) yang sering dijumpai
dalam praktek sehari-hari sebagai suatu kegawatan medik yang membutuhkan
pengenalan dan penanganan secara dini (Kisworo, 1996).
Berdasarkan pernyataan di atas maka penggunaan obat kardiovaskuler pada
pasien gagal jantung perlu mendapatkan perhatian serta pengawasan yang lebih dari
tenaga kesehatan yang menangani pasien. Hal ini mendorong peneliti untuk
mengetahui karakteristik dan pola peresepan pada pasien gagal jantung di Instalasi
Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan di bawah ini.
a. Apakah obat kardiovaskuler dalam peresepan obat kardiovaskuler untuk pasien
gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito sudah tepat dosis?
b. Apakah terjadi interaksi dalam peresepan obat-obat kardiovaskuler?
c. Apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan kontraindikasi dengan kondisi
gagal jantung pasien atau dengan kondisi khusus yang menyertai gagal jantung
seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis?
d. Apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan menimbulkan efek samping
atau memperparah kondisi gagal jantung pasien atau kondisi khusus yang
menyertai gagal jantung seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis?
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, sudah pernah
dilakukan penelitian mengenai penyakit gagal jantung. Penelitian ini dilakukan oleh
Susilowati (2002) mengenai evaluasi dosis, interaksi, dan kontraindikasi peresepan
obat kardiovaskuler pada pasien geriatri gagal jantung di instalasi rawat inap RSPR.
Evalusi dilakukan dengan membandingkan peresepan obat kardiovaskuler dengan
standar IONI tahun 2000. Rancangan penelitian yang digunakan oleh Susilowati
adalah deskriptif non-analitik. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif
dengan studi dokumentasi lembar rekam medik. Data yang diambil adalah data
rekam medik pasien rawat inap di RSPR selama periode Januari-juni tahun 2000.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini
peneliti mengevaluasi dosis, interaksi, kontraindikasi dan efek samping peresepan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito berdasarkan IONI 2000. Rancangan penelitian pada penelitian ini adalah
deskriptif non-analitik, pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan studi
dokumentasi lembar catatan medik. Data yang diambil adalah data salinan resep dan
data lembar catatan medik pasien rawat inap di RSUP Dr. Sardjito tahun 2003.
Sejauh ini penelitian mengenai pola peresepan obat kardiovaskuler berdasarkan
tinjauan dosis, interaksi, kontraindikasi dan efek samping obat pada pasien gagal
jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito belum pernah dilakukan di
kalangan Universitas Sanata Dharma.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pola peresepan
obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung.
b. Manfaat praktis.
Hasil penelitian yang berupa data dan informasi mengenai dosis, interaksi,
kontraindikasi, dan efek samping obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung
dapat memberikan masukan untuk pengembangan peresepan obat kardiovaskuler.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan obat
kardiovaskuler untuk penyakit gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito periode januari - desember tahun 2003.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengevaluasi :
a. apakah obat kardiovaskuler dalam peresepan obat kardiovaskuler untuk pasien
gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito sudah tepat dosis
b. apakah terjadi interaksi dalam peresepan obat-obat kardiovaskuler
c. apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan kontraindikasi dengan kondisi
gagal jantung pasien atau dengan kondisi khusus yang menyertai gagal jantung
seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis
d. apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan menimbulkan efek samping atau
memperparah kondisi gagal jantung pasien atau kondisi khusus yang menyertai
gagal jantung seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Jantung
Jantung kira-kira sebesar kepalan tangan, terletak didalam rongga dada, yang
disebut rongga thoraks, disebelah kiri garis tengah rongga dada (Knight, et al., 1989).
Beratnya pada orang dewasa kira-kira mencapai 320 gram pada laki-laki dan 280
gram pada perempuan (Mutscler, 1995).
Jantung dapat diibaratkan sebagai pompa berganda, yang terdiri dari bagian
kanan dan kiri. Bagian kanan memompa darah dari tubuh ke paru-paru, sedangkan
bagian kiri memompa darah dari paru-paru ke tubuh. Setiap bagian terdiri dari 2
kompartimen: di atas serambi (atrium) dan di bawah bilik (ventriculus). Antara
serambi dan bilik terdapat katup, begitu pula antara bilik dan pembuluh besar. Fungsi
keempat katup ini adalah menjamin darah mengalir ke hanya satu jurusan (Tjay dan
Raharja, 2002).
Atrium dipisahkan oleh septum atrium. Atrium kanan terhubung dengan vena
cava dan atrium kiri oleh arteri pulmonar (Mutscler, 1995). Dalam Ganong (1995)
dikatakan bahwa jantung dipisahkan dari organ dalam lain di rongga dada oleh
perikardium. Miokardium sendiri ditutupi oleh epikardium fibrosa. Kantung
perikardium dalam keadaan normal mengandung 5-30 ml cairan jernih yang
melumasi jantung dan membuatnya berkontraksi dengan friksi minimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1. Anatomi Jantung (Anonim, 2007) Fungsi peredaran darah adalah penyaluran oksigen dan zat-zat gizi lain yang
dibutuhkan untuk metabolisme ke jaringan dan organ. Darah yang miskin O2 dan
kaya CO2 melalui vena masuk kembali ke jantung di serambi kanan dan mengalir ke
bilik kanan. Dari sini, darah diteruskan ke paru-paru, di mana darah melepaskan
karbondioksidanya dan menyerap oksigen (sirkulasi kecil). Darah kaya O2 lalu
mengalir kembali ke serambi kiri dan melalui bilik kiri dipompa ke aorta dan organ
tubuh, inilah yang disebut sirkulasi darah besar (Tjay dan Raharja, 2002).
Demikianlah darah dikirimkan ke atrium di sebelah kanan melalui pembuluh-
pembuluh utama yang disebut vena cava. Ini adalah darah yang dikumpulkan dari
seluruh bagian tubuh pada saat itu, lalu dilimpahkan ke atrium (Knight, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
�
Gambar 2. Anatomi Jantung (Anonim, 2007) Masih dalam Tjay dan Raharja (2002) pada setiap denyutan dapat dibedakan
dua fase, yakni diastol, di mana otot jantung melepaskan diri dan biliknya terpenuhi
darah vena. Kemudian menyusul sistol, di mana otot jantung menguncup (kontraksi)
sebagai reaksi terhadap diastol, sehingga darah dipompa ke luar jantung dan ke
dalam arteri.
Menurut Ganong (1995), bagian-bagian jantung yang secara normal
berdenyut dengan urutan teratur, kontraksi atrium (sistol atrium) diikuti oleh
kontraksi ventrikel (sistol ventrikel), dan selama diastol semua rongga jantung dalam
keadaan relaksasi. Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang
khusus dan menyebar, melalui sistem ini kesemua bagian otot jantung. Struktur yang
membentuk sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (simpul SA), lintasan antar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
simpul di atrium, simpul atrioventrikular (simpul AV), berkas His dan cabang-
cabangnya, dan sistem purkinje. Berbagai bagian sistem penghantar, dan pada
keadaan abnormal, bagian-bagian otot jantung mampu mengeluarkan listrik spontan.
Meskipun demikian, simpul SA secara normal mengeluarkan listrik paling cepat,
depolarisasi menyebar dari sini ke bagian lain sebelum mengeluarkan listrik secara
spontan. Simpul SA merupakan pacu jantung normal. Kecepatan mengeluarkan
listrik menentukan frekuensi denyut jantung. Impuls yang dibentuk dalam simpul SA
berjalan melalui lintasan atrium ke simpul AV, melalui simpul ini ke berkas His, dan
sepanjang cabang-cabang berkas-berkas His melalui sistem purkinje ke otot
ventrikel.
B. Gagal Jantung
1. Definisi
Gagal jantung secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme tubuh. Definisi lain
adalah suatu keadaan curah jantung (kemampuan jantung memompa darah) yang
relatif kurang dibandingkan kebutuhan metabolisme tubuh, meskipun aliran darah
balik cukup memadai (Kisworo, 1996). Istilah gagal jantung menurut Wells (2003)
lebih baik daripada istilah gagal jantung kongestif sebab penderita bisa mempunyai
gejala klinis dari gagal jantung meski tanpa gejala kongesti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Patofisiologi
Sindroma klinik kegagalan jantung berujud sebagai hipoperfusi organ dan
pemberian oksigen ke jaringan yang tak mencukupi karena curah jantung rendah dan
penurunan daya cadangan jantung (kegagalan ke depan) maupun pembendungan
paru dan vena (kegagalan ke belakang). Terdapat beberapa macam adaptasi yang
bersifat kompensasi, yaitu:
a. peningkatan volume (dilatasi) dan massa (hipertrofi) ventrikel kiri
b. peningkatan resistensi vaskular sistemik (RVS) akibat peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatik dan kenaikan kadar katekolamin-katekolamin yang beredar
(pada sirkulasi darah) dan
c. aktivitas sistem renin-angiotensin dan vasopressin (Anti Diuretik Hormon =
ADH).
Mekanisme-mekanisme sekunder ini bersama dengan “ kegagalan pompa jantung “
yang sebenarnya memainkan peranan dalam patofisiologi kegagalan jantung
(Woodley, 1995).
3. Gejala dan tanda
Menurut Knight (1989), gejala-gejala utama kegagalan kerja kongestif yang
mempengaruhi sistem peredaran darah sebelah kiri maupun sebelah kanan adalah
sebagai berikut ini :
a. sesak napas adalah tanda pertama. Istilah untuk sesak napas ialah dyspnea.
Mula-mula timbul hanya pada waktu kerja keras tetapi apabila kemampuan
jantung menurun maka dyspnea meningkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. haemoptysis adalah istilah untuk batuk bercampur darah yang merupakan gejala
khas gagal jantung
c. gejala khas lainnya ialah edema, atau akumulasi cairan pada bagian-bagian yang
bergantung pada bagian lain, dan memberi indikasi jantung sebelah kanan sudah
kurang kemampuannya
d. gejala lain yang mungkin tampak ialah lesu dan kehabisan tenaga. Kadang-
kadang bibirnya kebiru-biruan dan ujung-ujung bagian tubuh menunjukkan
kurangnya oksigen.
Menurut Nelson (cit., Wahab, 1996) bahwa pada anak-anak, gejala dan tanda-
tanda gagal jantung serupa dengan gejala dan tanda-tanda pada orang dewasa
sedangkan pada bayi, gejala dan tanda gagal jantung mungkin lebih sukar ditentukan.
Manifestasi yang paling menonjol adalah takipnea, kesukaran makan, pertambahan
berat buruk, keringat berlebihan, iritabilitas, nangis lemah, dan pernapasan yang
berisik, berat dengan retraksi interkostal, dan subkostal serta cuping hidung
mengembang.
4. Diagnosis
Kegagalan jantung hendaknya dicurigai berdasarkan karakteristik gejala dan
tanda. Ventrikular hipertrofi dapat ditunjukkan dengan sinar x atau
elektrokardiogram.
Menurut Karo Karo (cit., Hidayati, 2001) yang paling lazim digunakan untuk
menegaskan diagnosis adalah sistem klasifikasi yang ditetapkan oleh The New York
Heart Association (NYHA) yaitu sistem klasifikasi fungsional (Wells, 2003):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. NYHA I, berupa penyakit ringan dan tidak ada gejalanya pada aktivitas biasa
b. NYHA II, dalam aktivitas normal menimbulkan kelelahan dan aktivitas fisik
sedikit terbatas
c. NYHA III, ditandai dengan lelah, palpitasi atau angina, dan keterbatasan
melakukan aktivitas
d. NYHA IV, di mana keluhan sudah timbul waktu istirahat dan semakin berat
pada aktivitas ringan.
5. Faktor resiko
Ada dua kelompok faktor resiko bagi penyakit gagal jantung yaitu, faktor resiko
yang bisa dikendalikan dan faktor resiko yang tidak bisa dikendalikan.
Faktor resiko yang bisa dikendalikan meliputi mayor (kolesterol darah tinggi,
tekanan darah tinggi, dan perokok) dan minor (tekanan emosi, kurang gerak badan,
obesitas, pribadi tipe A, diabetes). Faktor resiko yang tidak bisa dikendalikan
meliputi usia, jenis kelamin, serta genetik (Shryok and Hardinge, 2003). Sedangkan
menurut Meece (2003) diabetes bukan lagi merupakan faktor resiko gagal jantung
melainkan sebagai faktor yang terlibat dalam patofisiologi gagal jantung.
6. Sasaran Terapi
Gagal jantung pada dasarnya merupakan suatu sindrom klinik yang dapat
disebabkan oleh berbagai keadaan, sebagai berikut :
a. Beban kerja yang berlebihan
1) kenaikan tahanan terhadap aliran keluar darah dari ventrikel (pressure
overload) seperti pada stenosis aorta atau pulmonal, hipertensi (sistemik atau
pulmonal), koartasio aorta, dan kardiomiopati hipertrofi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2) kenaikan beban volume ventrikel akibat pengisian secara berlebihan (volume
overload) seperti dapat terjadi pada insufisiensi mitral atau trikuspidal,
insufisiensi aorta, serta penyakit jantung bawaan dengan pirau (shunt) dari
kiri ke kanan.
3) kenaikan kebutuhan tubuh yang tidak dapat dipenuhi oleh kemampuan
jantung sehingga menyebabkan gagal jantung dengan curah jantung yang
tinggi (high output failure). Keadaan ini dapat terjadi pada kasus anemia,
tirotoksikosis, fistula arteriovenosa, dan kor pulmonal hipoksik.
b. Kelainan miokardium: infark miokardium, kardiomiopati, penyakit-penyakit
infiltrasi seperti hemokromatosis, amiloidosis, sarkoidosis, dan miokarditis. Pada
keadaan ini fungsi jantung mengalami penurunan akibat kelainan pada otot
jantung tersebut.
c. Kerusakan miokardium iatrogenik akibat radiasi atau obat (doksorubisin)
(Kisworo, 1996).
7. Strategi Terapi
Tujuan utama pengobatan gagal jantung adalah mengurangi gejala akibat
bendungan sirkulasi, memperbaiki kapasitas kerja dan kualitas hidup, serta
memperpanjang harapan hidup. Untuk itu pendekatan awal adalah memperbaiki
berbagai gangguan yang mampu pulih untuk menghilangkan beban kardiovaskuler
yang berlebihan, misalnya mengobati hipertensi, mengobati anemia, mengurangi
berat badan, atau memperbaiki stenosis aorta. Gagal jantung yang tetap bergejala
walaupun penyakit yang mendasarinya telah diobati memerlukan pembatasan
aktivitas fisik, pembatasan asupan garam, dan obat (Bustami dan Muchtar, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Kelompok usia bayi-remaja
Obat-obat kardiovaskuler yang digunakan pada kelompok usia ini menurut
Nelson (cit., Wahab, 1996) adalah :
1). digitalis
Digoksin merupakan glikosida digitalis yang paling sering digunakan pada
penderita pediatri. Waktu paruhnya 36 jam cukup lama untuk memungkinkan
pemberian setiap hari atau dua kali sehari dan cukup pendek untuk membatasi
pengaruh toksik dari kelebihan dosis. Digoksin diserap dengan baik oleh saluran
gastrointestinal (60-85%), pada bayi sekalipun.
Digitalisasi cepat bayi dan anak pada gagal jantung dapat dilakukan secara
intravena. Terapi digitalis rumat dimulai sekitar 12 jam sesudah digitalisasi penuh.
Penderita yang tidak sakit berat dapat didigitalisasi pada mulanya melalui mulut.
2). diuretik
Furosemid adalah diuretik yang paling sering digunakan pada penderita dengan
gagal jantung. Penderita yang memerlukan diuresis akut harus diberikan
furosemid intravena atau intramuskuler pada dosis awal 1-2 mg/kg. Hal ini
biasanya menyebabkan diuresis cepat dan perbaikan segera status klinis, terutama
jika ada gejala kongestif paru. Terapi furosemid lama diresepkan pada dosis 1-4
mg/kg/24 jam diberikan anatara 1 dan 4 kali sehari.
Spironolakton merupakan inhibitor aldosteron dan memperbesar retensi
kalium. Biasanya diberikan secara oral 2-3 mg/kg/24 jam dalam dosis terbagi 2-3
kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Klorotiazid kadang-kadang juga digunakan untuk diuresis pada anak dengan
gagal jantung kongestif kurang berat. Dosis biasanya adalah 20-50 mg/kg/24 jam
dalam dosis terbagi
3). obat pengurang beban pasca
Kelompok obat ini berguna terutama pada anak dengan gagal jantung
kongestif akibat kardiomiopati dan pada beberapa penderita dengan insufisiensi
mitral atau aorta berat. Obat pengurang beban pasca paling sering digunakan
bersama dengan obat-obat anti kongestif lain, seperi digoksin dan diuretik.
Nitroprusid harus diberikan hanya pada pelayanan di ruangan intensif dan
dalam jangka sependek mungkin. Bila diberikan pada dosis tinggi selama beberapa
hari, gejala-gejala keracunan akibat racun tiosianat dapat terjadi, seperti kelelahan,
nausea, kehilangan orientasi, dan spasme otot.
Dosis hidralazin oral yang biasa adalah 0,5-7,5 mg/kg/24 jam dalam tiga
dosis terbagi. Reaksi yang merugikan dari hidralazin adalah nyeri kepala, palpitasi,
nausea, dan kadang muntah.
Kaptopril merupakan penghambat enzim-pengubah-angiotensin yang aktif
secara oral yang menyebabkan dilatasi arteri yang mencolok dengan memblokade
produksi angiotensin II, berakibat pengurangan beban pasca yang bermakna. Dosis
oral adalah 0,5-6 mg/kg/24 jam diberikan pada dosis terbagi 2-3 kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4). agonis adrenergik β
Dopamin pada dosis 2-10 µg/kg/menit, menyebabkan kenaikan kotraktilitas
dengan sedikit pengaruh vasokontriktif perifer. Namun, jika dosis ditambah diatas 15
µg/kg/menit, pengaruh adrenergik α perifernya dapat menyebabkan vasokonstriksi.
Dobutamin, derivat dopamin, dapat digunakan sebagai tambahan pada terapi
dopamin untuk menghindari pengaruh vasokonstriksi dopamin dosis-tinggi.
5). penghambat fosfodiesterase
Amrinon diberikan dengan dosis pembebanan awal 0,75 mg/kg secara
intravena disertai infus intravena 5-10 µg/kg/menit.
b. Kelompok usia dewasa-lansia
Obat-obat kardiovaskuler yang digunakan pada kelompok usia ini adalah :
1). ACE inhibitor
ACE inhibitor menyebabkan dilatasi vena dan arteri, mengurangi preload dan
afterload. Semua pasien yang didiagnosa mengalami disfungsi ventrikel kiri, gejala-
gajala ringan, harus diberikan terapi ACE inhibitor, kecuali mereka yang di
kontraindikasikan atau pasien yang intoleran terhadap ACE inhibitor (Wells, 2003).
2). penyekat β
Pada penanggulangan penyakit jantung atau gagal jantung, umumnya dipakai
penyekat beta dengan sifat selektif beta 1. Mengingat, efek aktivitas adrenergik yang
kronik pada gagal jantung adalah terjadi subsensitivitas pada alur adrenergik
miokardial. Akibat aktivitas adrenergik kardial yang kronik pada gagal jantung
adalah desensitisasi, yang menurunkan densitas reseptor adrenergik beta 1 pada
permukaan sel miokardial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kehilangan sensitivitas ini merupakan tanda bahwa telah terjadi down
regulation dari reseptor beta 1. Pemberian obat penyekat beta yang bersifat selektif
beta 1 akan memperbaiki regulasi reseptor beta 1 (up regulation) (Lefrandt, 1996).
3). diuretik
Mekanisme kompensator pada gagal jantung menyebabkan terjadinya retensi
air dan kalium, sehingga sering menyebabkan terjadinya kongesti paru. Oleh sebab
itu terapi diuretik di indikasikan untuk pasien yang terbukti mengalami retensi
cairan.
Diuretik tiazid termasuk diuretik lemah yang bisa diberikan sendiri, meskipun
demikian tiazid atau diuretik mirip tiazid bisa juga diberikan sebagai kombinasi
bersama diuretik kuat, jika diperlukan.
Diuretik kuat adalah diuretik yang paling banyak digunakan pada terapi gagal
jantung (Wells, 2003).
4). digoksin
Masuk dalam golongan glikosida jantung, memperkuat daya kontraksi
jantung yang lemah, sehingga memperkuat fungsi pompa. Sering kali diuretika
dikombinasikan dengan digoksin, yang juga berdaya mengatasi resistensi diuretika
dengan jalan memperbaiki volume-menit jantung. Zat-zat inotropik positif lainnya,
seperti dopaminergik (dopamin, ibopamin, dan lain-lain), tidak dianjurkan karena
kerjanya terlalu kuat tanpa memiliki efek kronotrop negatif. Obat-obat ini hanya
digunakan i.v pada keadaan akut (shock jantung, dan sebagainya). Penghambat
fosfodiesterase pun tidak dianjurkan berhubung efek buruknya terhadap sel-sel
jantung (Tjay dan Raharja, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5). antagonis aldosteron
Spironolakton adalah salah satu penyekat aldosteron yang menghasilkan efek
diuretik hemat kalium yang lemah. Hal ini telah dipelajari dalam gagal jantung
karena aldosteron adalah suatu neurohormon yang memainkan peranan penting
dalam pembentukan ulang ventrikular dengan cara menyebabkan peningkatan
deposisi kolagen dan jaringan fibrosis (Wells, 2003).
6). angiotensin II receptor blocker
Pada pasien gagal jantung yang tidak dapat mentoleran ACE inhibitor,
penggunaan antagonis angiotensin II receptor blocker dapat diberikan (Braunwald,
2001).
7). nitrat dan hidralazin
Menurut Carbajal dan Deedwania (cit., Crawford, 1995) vasodilator
digunakan dalam perawatan gagal jantung pada pasien yang masih memiliki gejala-
gejala gagal jantung setelah pemberian diuretik dan digitalis. Vasodilator digunakan
secara khusus pada pasien dengan dilatasi ventrikel kiri, normal atau peningkatan
tekanan darah sistemik, peningkatan daya tahan vaskular sistemik, atau regurgitasi
valvular. Secara umum, obat-obat vasodilator ini dibagi menjadi vasodilator yang
beraksi sebagai vasodilator vena, vasodilator arteri, dan gabungan keduanya. Obat-
obat vasodilator ini juga secara luas dibagi menjadi vasodilator aksi langsung
(seperti, nitrat, hidralazin, minoksidil, nitroprusside) atau vasodilator antagonis
neurohumoral (seperti, penghambat ACE, penyekat adrenoreseptor alfa dan beta,
antagonis serotonin), yang menyekat aksi vasokonstriksi agen neurohumoral dan
tidak memiliki aksi langsung vasodilator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam terapi gagal jantung, nitrat dan hidralazin digunakan sebagai
kombinasi karena aksi hemodinamiknya yang saling melengkapi (Wells, 2003).
8). antiaritmia
Amiodaron adalah antiaritmia yang paling sering digunakan dalam terapi gagal
jantung. Amiodaron direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan aritmia
ventrikel, selain penggunaan alat defibrilator cardioverter, amiodaron bisa diberikan
sebagai terapi alternatif (Wells, 2003). Ironisnya menurut Braunwald (2002), semua
antiaritmia memiliki efek samping yang sangat berbahaya, termasuk efeknya dalam
mencetuskan aritmia ventrikuler. Amiodaron adalah antiaritmia yang paling efektif
namun penggunaannya secara terapetik sangat dibatasi karena reaksinya yang sangat
merugikan yaitu, mencetuskan terjadinya bradikardi, aritmia, dan gagal jantung
(Dipiro, 2003).
C. Evaluasi Peresepan
Ketika suatu terapi obat diberikan kepada pasien, maka tujuan utamanya adalah
untuk mengobati atau mencegah penyakit dan untuk mengurangi rasa sakit pasien,
dimana pasien menerima seminimal mungkin resiko dari reaksi sampingan obat dan
harga obat. Untuk mencapai tujuan ini, terapi obat yang diberikan haruslah
memenuhi prinsip-prinsip peresepan yang rasional. Pada kenyataannya, terapi obat
yang diberikan tidaklah selalu memenuhi prinsip-prinsip peresepan yang rasional,
bahkan tidak jarang pula terjadi suatu terapi yang tidak efektif dengan biaya yang
tidak terjangkau oleh pasien (Santoso, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam pandangan medis, masih menurut Santoso (1996), peresepan yang
rasional itu harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu : tepat indikasi, tepat obat, tepat
pasien, tepat dosis (dosis, cara pemberian dan lamanya perawatan), tepat informasi,
serta tepat evaluasi dan tindak lanjut.
1. Tepat dosis
Masing-masing sediaan obat memiliki dosis rekomendasi tersendiri baik
untuk dewasa maupun anak-anak. Dalam sebagian besar kasus, adalah hal yang
bijaksana bila pemberian dosis diawali dari dosis efektif minimum terlebih dahulu.
Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan modifikasi dosis menjadi sangat
diperlukan, seperti pada pasien dengan kerusakan hati atau renal, pada pasien lanjut
usia, dan pada pasien dengan masalah obesitas. Ada formula-formula obat yang
dapat digunakan untuk penyesuaian dosis, tetapi hanya pada penderita kerusakan
renal dan hanya pada beberapa obat yang dieksresikan melalui renal seperti
aminoglikosida, pada sebagian besar kasus, dosis pada dasarnya bersifat individual,
jika diperlukan, secara normal didasarkan pada keputusan klinis yang bergantung
pada respon pasien yang bersifat individual, apakah didasarkan pada respons
terapetik atau pada efek lain. Meskipun dengan penggunaan dosis yang
direkomendasikan, respon indvidual sangatlah berbeda untuk masing-masing orang,
dan monitoring terapetik serta penyesuaian dosis sangatlah dibutuhkan (Santoso,
1996).
2. Interaksi
a. Interaksi farmasetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Interaksi farmasetik terjadi di luar tubuh manusia pada saat sebelum
pemberian sediaan obat, dimana terjadi penggabungan obat-obat yang tidak dapat
dicampur (inkompatibel), sebagian besar dalam hal kelarutan, dan adanya sifat
inkompatibel diantara obat-obat tersebut. Beberapa sifat inkompatibel ini dapat
menyebabkan inaktivasi bagi obat bersangkutan secara in vitro, sebagai contoh
adalah inaktivasi karbenisilin oleh gentamisin ketika dicampurkan.
Mencampurkan obat terlebih dahulu sebelum pemberian adalah hal yang
sudah umum bagi pemberi resep di Indonesia, seperti mencampurkan analgesik
dipiron dengan antialergi difenhidramin, atau untuk pemberian secara injeksi, antara
antibakterial dengan antialergi. Khususnya untuk peresepan pada pediatrik, sering
sekali resep terdiri dari beberapa obat yang berbeda, yang digabungkan dan dicampur
bersamaan menjadi bentuk sediaan serbuk untuk pemberian secara oral. Meskipun
demikian, adanya kemungkinan interaksi yang merugikan tidak dapat
dikesampingkan (Santoso, 1997).
b. Interaksi farmakokinetik.
Menurut Setiawati (cit., Ganiswara, 1999) interaksi farmakokinetik terjadi
bila salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi
obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya,
terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi
farmakokinetik tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan
obat yang berinteraksi, sekalipun struktur kimianya mirip, karena antar obat
segolongan terdapat variasi sifat-sifat farmakokinetiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna.
Interaksi langsung, interaksi secara fisik atau kimiawi antar obat dalam lumen
saluran cerna sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpsi. Interaksi ini
dapat dihindari bila obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu minimal 2
jam.
d. Interaksi dalam distribusi.
Dalam Setiawati (Ganiswara, 1999) interaksi dalam ikatan protein plasma,
banyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama pada
albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam alpha 1-glikoprotein. Oleh
karena jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara obat bersifat
asam maupun antar obat bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama.
Tergantung dari kadar obat dan afinitasnya terhadap protein, maka suatu obat dapat
digeser dari ikatannya dengan protein oleh obat lain, dan peningkatan kadar obat
bebas menimbulkan peningkatan efek farmakologiknya. Akan tetapi keadaan ini
hanya berlangsung sementara karena peningkatan kadar obat bebas juga
meningkatkan eliminasinya sehingga akhirnya tercapai keadaan mantap yang baru
dimana kadar obat total menurun tetapi kadar obat bebas kembali seperti
sebelumnya.
Interaksi dalam ikatan protein ini, meskipun banyak terjadi, tetapi yang
menimbulkan masalah dalam klinik hanya yang menyangkut obat dengan sifat
sebagai berikut : (1) mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma (minimal
85%) dan volume distribusi yang kecil sehingga sedikit saja obat yang dibebaskan
akan meningkatkan kadarnya 2-3 kali lipat; ini berlaku terutama untuk obat bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
asam, karena kebanyakan obat bersifat basa volume distribusinya sangat luas; (2)
mempunyai batas keamanan yang sempit, sehinggga peningkatan kadar obat bebas
tersebut dapat mencapai kadar toksik; (3) efek toksik yang serius telah terjadi
sebelum kompensasi tersebut di atas terjadi, misalnya terjadi perdarahan pada
antikoagulan oral, hipoglikemia pada antidiabetik oral; dan (4) eliminasinya
mengalami kejenuhan, misalnya fenitoin, salisilat dan dikumarol, sehingga
peningkatan kadar obat bebas tidak disertai dengan peningkatan kecepatan
eliminasinya.
Interaksi dalam ikatan jaringan. Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan
terjadi misalnya antara digoksin dan kuinidin, dengan akibat peningkatan kadar
plasma digoksin.
e. Interaksi dalam metabolisme.
Masih menurut Setiawati (cit., Ganiswara, 1999) metabolisme obat
dipercepat. Banyak obat yang larut dalam lemak dapat menginduksi sintesis enzim
mikrosom hati, misalnya fenobarbital, fenitoin, rifampisin, karbamazepin, etanol,
fenilbutazon, dan lain-lain. Tergantung dosis dan obatnya, induksi terjadi setelah 1-4
minggu. Waktu yang sama diperlukan untuk hilangnya efek induksi setelah obat
penginduksi dihentikan. Merokok dan makanan panggang arang menghasilkan
hidrokarbon polisiklik yang juga merupakan zat penginduksi enzim metabolisme.
Setiap reaksi metabolisme dikatalisis oleh enzim yang berbeda dalam
spesifisitas substratnya dan kemampuannya untuk diinduksi (ditentukan secara
genetik). Oleh karena itu, tergantung dari jenis enzim yang diinduksinya, suatu zat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penginduksi dapat mempercepat metabolisme beberapa obat tetapi tidak
mempengaruhi metabolisme obat-obat yang lain.
Bila metabolit hanya sedikit atau tidak mempunyai efek farmakologik, maka
zat penginduksi mengurangi efek obat. Sebaliknya, bila metabolit lebih aktif atau
merupakan zat yang toksik, maka zat penginduksi meningkatkan efek atau toksisitas
obat.
Metabolisme obat dihambat. Penghambatan metabolisme suatu obat
menyebabkan peningkatan kadar plasma obat tersebut sehingga meningkatkan efek
atau toksisitasnya. Kebanyakan interaksi demikian terjadi akibat kompetisi antar
substrat untuk enzim metabolisme yang sama.
f. Ekskresi.
Menurut Santoso (1997) sebagian besar interaksi termasuk ekskresi terjadi di
ginjal. Perubahan pH urine juga dapat mengurangi ekskresi beberapa obat. Sebagai
contoh, ekskresi dari obat seperti amfetamin yang dapat membahayakan jika urine
bersifat alkali, dan efeknya dapat diperpanjang.
g. Interaksi farmakodinamik.
Setiawati (cit., Ganiswara, 1999) menuliskan, interaksi farmakodinamik
adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau
sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang adiktif, sinergistik atau
antagonistik. Interaksi farmakodinamik merupakan sebagian besar dari interaksi obat
yang penting dalam klinik. Berbeda dengan interaksi farmakokinetik, interaksi
farmakodinamik seringkali dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan
dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan obat memang didasarkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persamaan efek farmakodinamiknya. Di samping itu, kebanyakan interaksi
farmakodinamik dapat diramalkan kejadiannya, karena itu dapat dihindarkan bila
dokter mengetahui mekanisme kerja obat yang bersangkutan.
Tabel I. Interaksi yang kemungkinan terjadi dari pemberian kombinasi beberapa obat kardiovaskuler kepada pasien gagal jantung berdasarkan IONI 2000
No. Jenis obat Interaksi dengan Jenis interaksi
1. Diuretik kuat (furosemid)
Glikosida jantung (digoksin)
Meningkatkan toksisitas jika terjadi hipokalemia
2. Diuretik kuat Antagonis kalsium Meningkatkan efek hipotensif
3. Diuretik kuat Penghambat ACE (kaptopril)
Meningkatkan efek hipotensif (bisa ekstrim)
4. Diuretik kuat Valsartan Meningkatkan efek hipotensif (bisa ekstrim)
5. Diuretik kuat Antiaritmia Toksisitas jantung meningkat apabila terjadi hipokalemia
6. Diuretik kuat Diuretik lainnya Mempertinggi resiko hipokalemia
7. Diuretik kuat Penyekat � Meningkatkan efek hipotensif 8. Diuretik lainnya Antagonis kalsium Meningkatkan efek hipotensif 9. Diuretik lainnya Glikosida jantung Meningkatkan toksisitas jika
terjadi hipokalemia 10. Diuretik lainnya Antagonis reseptor
angiotensin II Meningkatkan resiko hiperkalemia
11. Glikosida jantung Antiaritmia (amiodaron)
Menaikkan kadar plasma digoksin
12. Glikosida jantung Penghambat ACE Kaptopril mungkin menaikkan kadar digoksin
13. Glikosida jantung Antagonis reseptor angiotensin II
Meningkatkan kadar plasma digoksin
14. Glikosida jantung Antagonis kalsium Kadar plasma digoksin ditingkatkan
15. Antagonis kalsium
Antagonis reseptor angiotensin II
Meningkatkan efek hipotensif
16. Antagonis kalsium
Penyekat � Meningkatkan terjadinya hipotensif berat
17. Antagonis kalsium
Penghambat ACE Meningkatkan efek hipotensif
18. Antagonis reseptor angiotensin II
Penyekat � Meningkatkan efek hipotensif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Efek samping obat
Menurut definisi WHO (1970) efek samping obat adalah segala sesuatu
khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang
dianjurkan.
Obat yang ideal hendaknya bekerja dengan cepat untuk waktu tertentu saja
dan secara selektif, artinya hanya berkhasiat terhadap keluhan atau gangguan tertentu
tanpa aktivitas lain. Semakin selektif kerja obat, semakin kurang efek sampingnya,
yaitu semua aktivitas yang tidak menjurus ke penyembuhan penyakit.
Kerja utama dan efek samping obat adalah pengertian yang sebetulnya tidak
mutlak. Kebanyakan obat memiliki lebih dari satu khasiat farmakologis, tergantung
dari tujuan penggunaannya, efek samping pada suatu saat mungkin merupakan kerja
utama yang diinginkan pada keadaan lain. Sebagai contoh adalah minoksidil dan
finasteride yang telah dipasarkan sebagai obat hipertensi dan obat hipertrof prostat.
Kedua obat menimbulkan pertumbuhan rambut sebagai efek sampingnya, maka
kemudan diluncurkan sebagai obat rambut.
Efek samping adakalanya tidak dapat dihindarkan, misalnya rasa mual pada
penggunaan digoksin, ergotamin atau estrogen dengan dosis yang melebihi dosis
normal. Kadang-kadang efek samping merupakan kelanjutan efek utama sampai
tingkat yang tidak diinginkan, misalnya rasa kantuk pada fenobarbital, bila
digunakan sebagai obat epilepsi. Bila efek samping terlalu hebat bisa dilawan dengan
obat lain, misalnya obat anti-mual atau obat anti-ngantuk (Tjay dan Raharja, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel II. Efek Samping yang mungkin ditimbulkan selama Penggunaan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung berdasarkan IONI 2000
No. Jenis obat Efek samping yang mungkin ditimbulkan 1. Digoksin Anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala,
rasa capai, mengantuk, bingung. 2. Amiodaron Hipotiroidisme, hipertiroidisme, pneumonitis,
sukar tidur, rasa lelah, bradikardi. 3. Kaptopril Hipotensi, pusing, sakit kepala, letih,
gangguan ginjal, hiperkalemia, anemia aplastik.
4. Valsartan Hipotensi simtomatik dapat terjadi, terutama pada pasien dengan deplesi cairan (misal pasien yang mendapat diuretik dengan dosis tinggi), gagal ginjal.
5. Isosorbit dinitrat Sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural.
6. Amlodipin bensilat Sakit kepala, edema, fatigue, mual, pusing, hiperplasia gusi
7. Furosemid Hiponatremia, hipokalemia dan hipomagnesemia, ekskresi kalsium meningkat, gangguan saluran cerna
8. Spironolakton Gangguan saluran cerna, gangguan darah, menstruasi tidak teratur, bingung, sakit kepala
9. Asetosal Bronkospasme, perdarahan saluran cerna 10. Simvastatin Ruam kulit, pusing, depresi, hepatitis 11. Dopamin Mual muntah, hipotensi, hipertensi 12. Dobutamin Takikardi dan tekanan darah sangat
meningkat 13. Sinarizin Mengantuk, sakit kepala, letih, gangguan
saluran cerna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dengan rancangan
penelitian deskriptif non-analitis yang bersifat retrospektif. Data diambil dari bulan
januari – desember tahun 2003 berupa salinan resep dan lembar catatan medik (MR).
Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian non-eksperimental karena
penelitian ini hanya mengamati sejumlah ciri (variabel) yang ada pada subyek
penelitian, tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif non-analitik, karena penelitian ini
hanya bertujuan melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena yang terjadi,
dan dikatakan non-analitik karena penelitian ini hanya menyuguhkan sedeskriptif
mungkin fenomena tersebut, tanpa adanya analitis mengapa dan bagaimana
fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 2001).
Kajian yang dilakukan dalam penelitian ini hanyalah bersifat sepihak dan
kajian yang dilakukan bukan mengenai mengapa dan bagaimana fenomena tersebut
terjadi. Dalam hal ini kajian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai apakah
peresepan obat kardiovaskuler sudah sesuai standar menurut standar IONI tahun
2000 ditinjau dari dosis, interaksi, kontraindikasi dan efek sampingnya tanpa
dilakukan wawancara dengan dokter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Definisi Operasional
1. Pola peresepan adalah model atau gambaran peresepan obat meliputi
pemilihan jenis obat dan golongan obat, jumlah obat yang diberikan,
kesesuaian regimen dosis, cara pemberian obat, dan bentuk sediaan obat.
2. Gagal jantung adalah ketidakmampuan atau kegagalan jantung untuk
memompa cukup darah untuk mencukupi kebutuhan metabolisme tubuh yang
dialami oleh pasien.
3. Lembar catatan medik atau lembar rekam medik adalah lembar catatan
dokter, apoteker, dan perawat yang berisi data klinis pasien gagal jantung di
RSUP Dr. Sardjito yang meliputi data nomor rekam medik, umur, jenis
kelamin, diagnosa masuk, komplikasi, lama perawatan, jenis obat, dosis dan
aturan pakai obat yang didapat selama terapi.
4. Pasien rawat inap adalah pasien gagal jantung yang menjalani perawatan di
Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito tahun 2003.
5. Dosis adalah takaran pemberian obat kardiovaskuler yang diberikan dokter
kepada pasien gagal jantung yang sedang menjalani rawat inap di RSUP Dr.
Sardjito tahun 2003 berdasarkan standar IONI (2000).
6. Kontraindikasi adalah pemakaian obat yang kurang atau tidak sesuai dengan
kondisi pasien atau dengan kondisi khusus yang menyertai gagal jantung
seperti yang tertera pada hasil diagnosis berdasarkan pustaka IONI (2000).
7. Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat dipengaruhi atau
diubah oleh obat lain yang diberikan kepada pasien gagal jantung secara
hampir bersamaan oleh dokter, menurut pustaka IONI (2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Efek samping adalah adanya anggapan bahwa penyakit penyerta yang
menyertai gagal jantung seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis pasien,
dapat diperparah kondisinya oleh obat-obat kardiovaskuler yang digunakan,
menurut pustaka IONI (2000).
9. Obat kardiovaskuler adalah obat sistem kardiovaskuler yang digunakan untuk
mengobati gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito tahun
2003.
10. Penyesuaian dosis adalah penyesuaian yang dilakukan terhadap dosis yang
diresepkan untuk pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito berdasarkan studi pustaka IONI 2000.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bagian Rekam Medik RSUP Dr. Sardjito,
Yogyakarta.
D. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah catatan medik (CM) pasien gagal
jantung yang menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
SardjitoYogyakarta periode januari – desember tahun 2003 dengan jumlah pasien
sebanyak 40 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Subyek dan Penetapan Subyek
Subyek penelitian yang didapatkan berjumlah 48 pasien tetapi data yang bisa
diteliti hanya sejumlah 40 pasien, sedangkan 8 pasien lainnya tidak digunakan karena
data yang tidak lengkap. Dari data 40 pasien yang diteliti tersebut, hanya 38 pasien
saja yang diberikan terapi obat-obat kardiovaskuler, sehingga untuk semua
perhitungan persentase (%) yang didasarkan pada jumlah pasien yang menggunakan
terapi obat-obat kardiovaskuler menggunakan data 38 pasien sebagai jumlah total
pasien (100%). Untuk perhitungan lainnya seperti perhitungan karakteristik pasien
dan perhitungan distribusi kelas terapi obat pada pasien gagal jantung, menggunakan
data 40 pasien sebagai jumlah total pasien (100%).
F. Jalannya Penelitian
1. Tahap perencanaan
Penelitian diawali dengan analisis situasi dan penentuan masalah. Analisis
dimulai dengan mencari informasi melalui komputer mengenai penyakit-penyakit
yang merupakan prevalensi tinggi untuk mencari data dan angka kejadian serta
informasi mengenai gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito. Penentuan masalah
berdasarkan beberapa pustaka, peneliti mengamati bahwa dewasa ini angka kematian
akibat gagal jantung semakin meningkat seiring perubahan pola hidup masyarakat.
Peneliti melihat bahwa angka kejadian penyakit gagal jantung tidak hanya terjadi
pada pasien lanjut usia tapi juga pada anak-anak bahkan balita.
2. Tahap pengambilan data
Pengambilan data dimulai dengan mencari nomor rekam medik pasien gagal
jantung yang menjalani rawat inap selama tahun 2003. Setelah mendapatkan nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rekam medik dari komputer, penelitian dilanjutkan dengan mencari data dari tiap
pasien. Data yang diambil sejumlah 48 pasien tetapi data yang bisa diteliti hanya 40
pasien sedangkan data 8 pasien yang lain tidak digunakan karena data yang tidak
lengkap. Data yang diambil meliputi nomor rekam medik, jenis kelamin, usia,
diagnosis masuk (awal/utama), diagnosis lain/sekunder, diagnosis keluar,
komplikasi, lama perawatan, jenis obat, aturan pakai, cara pemberian, dan dignosis
penunjang lain.
3. Tahap analisis data
Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap data pasien gagal jantung
mengenai obat yang digunakan dalam proses terapi. Analisis ketepatan pemilihan
jenis obat yang digunakan dalam terapi dilakukan dengan menggunakan
Pharmacotherapy Handbook (Wells, 2003). Analisis ketepatan dosis, kemungkinan
adanya interaksi, peninjauan adanya kontraindikasi, serta efek samping yang
mungkin timbul dengan menggunakan IONI (2000). Persentase didapatkan dengan
cara membagi jumlah kasus yang terjadi dengan jumlah total pasien yang ada
kemudian dikalikan 100%, bila hasil yang didapat (dalam %) lebih dari 100% berarti
bahwa terjadi pengulangan kasus pada satu pasien yang berarti juga bahwa satu
orang pasien mengalami lebih dari satu kasus.
Analisis ketepatan dosis dilakukan secara sepihak tanpa adanya wawancara
dengan dokter yang bersangkutan, dengan cara membandingkan dosis yang ada pada
peresepan dengan yang ada pada standar.
Analisis interaksi dilakukan berdasarkan data kombinasi obat yang diberikan
secara hampir bersamaan dalam satu hari, kemudian dibandingkan dengan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kombinasi yang potensial untuk terjadinya interaksi yang ada pada standar tanpa
melihat efek yang mungkin ditimbulkan setelah pemberian kombinasi obat tersebut
dan bagaimana interaksi tersebut bisa terjadi.
Analisis kontraindikasi dilakukan dengan memeriksa data obat yang
diberikan dalam peresepan, apakah obat kardiovaskuler yang diberikan tersebut
sudah sesuai dengan kondisi pasien yang tertera dalam diagnosis, baik diagnosis
utama, diagnosis sekunder maupun diagnosis komplikasi seperti yang terdapat dalam
standar.
Analisis efek samping dilakukan secara teoritis dengan cara melihat pada
standar efek samping dari obat-obat kardiovaskuler yang diberikan dalam peresepan
tanpa melihat secara langsung bagaimana dan mengapa efek samping tersebut bisa
terjadi pada pasien.
G. Tata Cara Analisis Hasil
Data pasien yang meliputi identitas pasien, diagnosis, hasil pemeriksaan
laboratorium dikelompokkan dan diolah secara deskriptif dari masing-masing pasien
untuk memperoleh informasi tentang karakteristik pasien gagal jantung. Selanjutnya
data mengenai peresepan obat juga dikelompokkan berdasarkan golongan dan jenis
obat kemudian dianalisis mengenai ketepatan dosis,kemungkinan terjadinya interaksi
obat secara teoritis, kontraindikasi, serta efek samping yang mungkin ditimbulkan
secara teoritis berdasarkan IONI (2000). Kajian yang dilakukan pada pola peresepan
obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito meliputi : penyesuaian dosis, interaksi, kontraindikasi, dan efek samping
obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu: pertama, karakteristik pasien
yang meliputi distribusi pasien gagal jantung berdasarkan usia pasien dan jenis
kelamin pasien. Kedua, golongan dan jenis obat meliputi penggunaan obat pada
peresepan pasien gagal jantung dan penggunaan obat kardiovaskuler pada pasien
gagal jantung. Ketiga, kajian pola peresepan meliputi ketepatan dosis, kemungkinan
terjadinya interaksi, kontraindikasi dan kemungkinan terjadinya efek samping obat.
A. Karakteristik Pasien
1. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin
Dari hasil penelusuran data didapatkan 48 pasien tetapi data yang bisa diteliti
hanya sebanyak 40 pasien, sedangkan data 8 pasien lainnya tidak dapat diteliti karena
tidak lengkap.
Tabel III. Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase 1. Laki-Laki 15 37,5% 2. Perempuan 25 62,5%
TOTAL 40 100,0% Sumber data: data olah rawat inap, tahun 2003.
Dari tabel III dapat diketahui bahwa dari semua pasien yang diberikan obat-obat
kardiovaskuler dalam peresepannya (38 pasien), jumlah pasien perempuan (62,5%)
lebih banyak dibandingkan jumlah pasien laki-laki (37,5%). Hal ini dikarenakan
adanya pengaruh faktor resiko pada perempuan lebih besar dari laki-laki yaitu,
adanya pengaruh hormon estrogen pada wanita, penggunaan kontrasepsi, dan karena
pada dasarnya perempuan memiliki aktivitas fisik yang lebih sedikit dari laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Karakteristik pasien berdasarkan usia
Tabel IV. Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan Usia Menurut WHO dan Pediatric
(Izenberg, 2000) No. Kriteria Kelompok Umur (Thn) Jumlah Pasien Persentase 1. Bayi 0 - 1 4 10% 2. Anak-anak 2 - 12 8 20% 3. Remaja 13 - 17 2 5% 4. Dewasa 18 - 45 8 20% 5. Usia pertengahan 46 - 59 9 22,5% 6. Lanjut usia 60 - 74 8 20% 7. Lansia tua 75 - 90 1 2,5% 8. Sangat tua > 90 - - TOTAL 40 100,0%
Berdasarkan kriteria usia dari WHO dan Pediatric (Izenberg, 2000), jumlah
pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito tahun 2003 hampir
merata terutama pada pasien dengan kriteria usia anak-anak (20%), dewasa (20%),
usia pertengahan (22,5%), dan pada lanjut usia (20%). Maka dapat dikatakan bahwa
saat ini gagal jantung bukanlah lagi suatu penyakit yang hanya dapat terjadi pada
kelompok lanjut usia tapi juga dapat terjadi pada kelompok anak-anak bahkan pada
kelompok neonatus meskipun dalam jumlah yang sedikit (10%).
Penyebab gagal jantung pada neonatus utamanya adalah karena faktor
kelainan bawaan sedangkan pada kelompok dewasa, usia pertengahan, dan lanjut
usia penyebab gagal jantung adalah karena selain faktor kelainan bawaan juga karena
faktor lain seperti gaya hidup atau karena adanya penyakit lain yang menyebabkan
terjadinya gagal jantung misal, infark miokard. Meski demikian, terapi pengobatan
yang diberikan antara kelompok neonatus dan kelompok lanjut usia tidaklah jauh
berbeda. Perbedaan yang terjadi adalah pada masalah dosis dan aturan pakai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Golongan dan Jenis Obat
1. Penggunaan obat pada peresepan pasien gagal jantung
Seperti diketahui bahwa gagal jantung sangat mungkin disebabkan oleh
penyakit lain seperti demam reumatik atau gagal ginjal dan mampu menimbulkan
komplikasi, oleh sebab itu terapi yang diberikan juga meliputi pemberian obat-obat
lain yang sesuai dengan kondisi pasien pada saat dirawat.
Tabel V. Distribusi Kelas Terapi Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003
No. Kelas Terapi Jumlah Pasien Persentase 1. Obat Kardiovaskuler 38 95,0% 2. Obat Sistem Saraf Pusat 9 22,5% 3. Obat Saluran Pernapasan 16 40,0% 4. Analgesika 20 50,0% 5. Anti Infeksi 29 72,5% 6. Obat Gizi dan Darah 28 70,0% 7. Obat Otot Skelet dan Sendi 3 7,5% 8. Obat Saluran Cerna 12 30,0% 9. Obat Hormonal 10 25,0% 10. Obat untuk THT, Mata dan Kulit 3 7,5% 11. Obat Obstetrik, Ginekologi dan
Saluran Kemih 1 2,5%
12. Anestetika 1 2,5%
Pada tabel V diketahui, yang mendapatkan obat kardiovaskuler sebanyak 38
pasien (95%), obat sistem saraf pusat 9 pasien (22,5%), obat saluran pernapasan 16
pasien (40%), analgesika 20 pasien (50%), antiinfeksi 29 pasien (72,5%), obat gizi
dan darah 28 pasien (70%), obat otot skelet dan sendi 3 pasien (7,5%), obat saluran
cerna 12 (30%), obat hormonal 10 pasien (25%), obat untuk THT, mata, dan kulit 3
pasien (7,5%), obat obstetrik, ginekologi, dan saluran kemih 1 pasien (2,5%), dan
anestetika 1 pasien (2,5%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan demikian diketahui pula bahwa seorang pasien tidak hanya
mendapatkan satu jenis obat saja pada peresepannya tetapi juga obat-obat lain yang
diberikan bersamaan dengan obat-obat kardiovaskulernya. Hal ini terjadi karena
selain gagal jantung, pasien juga memiliki penyakit lain, baik sebagai penyakit
komplikasi maupun sebagai penyakit penyebab dari gagal jantung.
Dari data 40 pasien yang diambil oleh peneliti, pasien yang dalam terapinya
diberikan obat kardiovaskuler sebanyak 38 pasien (95%) sedangkan 2 orang pasien
lainnya meskipun memiliki riwayat gagal jantung namun yang menyebabkan
keduanya dirawat inap bukanlah gagal jantungnya melainkan penyebab gagal jantung
itu sendiri yaitu, demam reumatik dan endokarditis sehingga hanya diberikan obat
anti infeksi.
Penggunaan obat kardiovaskuler pada 38 pasien (95%) sudah sesuai dengan
tujuan utama terapi pengobatan yaitu pengobatan gagal jantung.
Tabel VI. Distribusi Golongan Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003
No. Golongan Obat Jumlah Pasien Persentase 1. Obat Kardiovaskuler
- Inotropik positif - Antiaritmia - Antihipertensi - Antiangina - Diuretika - Koagulasi darah - Hipolipidemika - Syok dan hipotensi - Gangguan darah
17 3 17 15 31 10 1 3 3
42,5% 7,5% 42,5% 37,5% 77,5% 25,0% 2,5% 7,5% 7,5%
2. Obat Sistem Saraf Pusat - Hipnotik dan ansiolitik - Antiemetikum - Antiepilepsi
4 5 1
10,0% 12,5% 2,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Lanjutan) Tabel VI. Distribusi Golongan Obat Pada Persepan Untuk Pasien Gagal Jantung di
Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 No. Golongan Obat Jumlah Pasien Persentase 3. Obat Saluran Pernapasan
- Antiasma - Mukolitik - Antihistamin - kortikosteroid - kromoglikat
6 9 4 2 1
15,0% 22,5% 10,0% 5,0% 2,5%
4. Analgesika - Analgesika non-opioid - Analgesika opioid
19 1
47,5% 2,5%
5. Anti Infeksi - Antibakteri - Antimikobakterium - Antiprotozoa - Antijamur
28 2 2 1
70,0% 5,0% 5,0% 2,5%
6. Obat Gizi dan Darah - Vitamin - Mineral - Anemia dan kelainan darah - Nutrisi intravena - Nutrisi oral - Cairan dan elektrolit
13 13 6 2 2 7
32,5% 32,5% 15,0% 5,0% 5,0% 17,5%
7. Obat Otot Skelet dan Sendi - Obat gout - Obat gangguan neuromuskuler
2 1
5,0% 2,5%
8. Obat Saluran Cerna - Antidiare - Antitukak - Antihemorroid - Pencahar - Obat gangguan pencernaan
4 6 2 4 1
10,0% 15,0% 5,0% 10,0% 2,5%
9. Obat Hormonal - Antidiabetes - Kortikosteroid
2 8
5,0% 20,0%
10. Obat untuk THT, Mata dan Kulit - Obat untuk THT - Obat untuk kulit
3 1
7,5% 2,5%
11. Obat untuk Obstetrik, ginekologi dan saluran kemih - Obat untuk gangguan saluran kemih
1
2,5% 12. Anestetika
- Anestetika umum 1
2,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel VI menggambarkan distribusi golongan obat pada masing-masing kelas
terapi pada peresepan untuk pasien gagal jantung secara umum. Data menunjukkan
obat kardiovaskuler yang diresepkan meliputi obat inotropik positif (42,5%),
antiaritmia (7,5%), antihipertensi (42,5%), antiangina (37,5%), diuretik (77,5%),
obat yang mempengaruhi koagulasi darah (25%), obat hipolipidemik (2,5%), obat
untuk syok dan hipotensi (7,5%), serta obat untuk mengatasi gangguan darah (7,5%).
Obat saluran pernapasan yang diresepkan meliputi obat antiasma (15%), mukolitik
(22,5%), antihistamin (10%), kortikosteroid (5%), serta kromoglikat (2,5%). Obat
sistem saraf pusat yang diresepkan meliputi hipnotik dan ansiolitik (10%),
antiemetikum (12,5%), serta antiepilepsi (2,5%). Analgesik yang diresepkan terdiri
dari analgesik non opioid (47,5%), dan analgesik opioid (2,5%). Antiinfeksi yang
diresepkan terdiri dari antibakteri (70%), antimikobakterium (5%), antiprotozoa
(5%), dan antijamur (2,5%). Obat gizi dan darah yang diresepkan meliputi vitamin
(32,5%), mineral (32,5%), obat untuk anemia dan kelainan darah (15%), nutrisi
intravena (5%), nutrisi oral (5%), cairan dan elektrolit (17,5%). Obat otot skelet dan
sendi yang diresepkan meliputi obat gout (5%), obat untuk gangguan neuromuskuler
(2,5%). Obat saluran pencernaan yang diresepkan terdiri dari antidiare (10%),
antitukak (15%), antihemorroid (5%), pencahar (10%), obat untuk gangguan
pencernaan (2,5%). Obat hormonal yang digunakan terdiri dari antidiabetes (5%),
kortikosteroid (20%). Obat untuk THT, mata dan kulit yang digunakan terdiri dari
obat untuk THT (7,5%), obat untuk kulit (2,5%). Obat obstetrik, ginekologi, dan
saluran kemih yang diresepkan meliputi obat untuk gangguan saluran kemih (2,5%).
Anestetik yang digunakan adalah anestetik umum (2,5%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan data di atas obat yang paling banyak diresepkan selain golongan
diuretik adalah golongan antibakteri. Dari data 40 pasien yang diteliti, 70% pasien
menerima antibakteri dalam peresepannya. Antibakteri tidak hanya diresepkan pada
kelompok usia lanjut saja melainkan juga pada kelompok usia yang lain. Semua
pasien yang menerima antibakteri dalam peresepannya memiliki riwayat gagal
jantung yang disebabkan oleh adanya suatu infeksi seperti gagal jantung karena
demam reumatik.
Menurut Standar Pelayanan Medik RSUP Dr. Sardjito, pemberian antibakteri
sangat dibenarkan bagi pasien yang mengalami gagal jantung karena suatu infeksi
seperti demam reumatik atau endokarditis infeksiosa. Dengan demikian data yang
ada sudah sesuai dengan standar pelayanan medik di RSUP Dr. Sardjito.
Berdasarkan IONI 2000, pemberian antibakteri pada pasien gagal jantung
dijelaskan secara lebih rinci. Penggunaan antibakteri pada pasien gagal jantung
dibenarkan terutama pada gagal jantung yang disebabkan oleh demam reumatik dan
endokarditis atau sebagai pencegahan terhadap endokarditis pada pasien yang
mengalami kelainan katup jantung yang akan mengalami prosedur dengan resiko
bakterimia, misalnya ekstraksi gigi atau pembedahan.
2. Penggunaan obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung
Dalam peresepan yang diberikan pada pasien gagal jantung terdapat berbagai
macam golongan obat kardiovaskuler. Hal ini disebabkan karena gagal jantung
adalah suatu sindrom kompleks yang sangat mungkin disebabkan oleh berbagai
macam penyakit kardiovaskuler yang lain misalnya, hipertensi. Menurut Wells
(2003) gagal jantung lebih sering terjadi karena adanya berbagai macam kerusakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau penyakit-penyakit pada kardiovaskuler itu sendiri yang mempengaruhi fungsi
sistolik, fungsi diastolik atau keduanya.
Tabel VII. Distribusi Kelas Terapi Obat Kardiovaskuler Pada Peresepan Obat Kardiovaskuler Pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Tahun 2003 No. Golongan Jumlah Pasien Persentase 1. Obat inotropik 17 44,7 % 2. Obat antiaritmia 3 7,9 % 3. Obat antihipertensi 17 44,7 % 4. Obat antiangina 15 39,5 % 5. Obat diuretika 31 81,6 % 6. Obat koagulasi darah 10 26,3 % 7. Obat hipolipidemika 1 2,6 % 8. Obat syok dan hipotensi 3 7,9 % 9. Obat untuk gangguan darah 3 7,9 %
Pada tabel VII. Pasien gagal jantung yang diberikan obat inotropik positif
sebanyak 17 pasien (44,7%), 3 pasien (7,9%) diberikan obat antiaritmia, 17 pasien
(44,7%) diberikan obat antihipertensi, 15 pasien (39,5%) diberikan obat antiangina,
31 pasien (81,6%) diberikan obat diuretik, 10 pasien (26,3%) diberikan obat yang
mempengaruhi koagulasi darah, 1 pasien (2,6%) diberikan obat hipolipidemik, 3
pasien (7,9%) diberikan obat untuk syok dan hipotensi, dan 3 pasien (7,9%)
diberikan obat untuk gangguan darah. Data ini diperoleh dengan cara membagi
jumlah pasien yang menggunakan golongan obat kardiovaskuler dengan jumlah total
pasien yang dalam terapinya diberikan obat kardiovaskuler (38 pasien) bukan dengan
jumlah total pasien keseluruhan (40 pasien) sebab 2 pasien lainnya didalam terapinya
tidak diberikan obat-obat kardiovaskuler.
Berdasarkan data diketahui bahwa obat kardiovaskuler yang paling sering
diresepkan untuk pasien gagal jantung adalah golongan diuretik, karena hampir
semua pasien (81,6%) mendapatkan terapi diuretik. Pada standar pelayanan medik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RSUP Dr. Sardjito tahun 2002 tercantum bahwa terapi pertama yang diberikan pada
pasien gagal jantung adalah terapi digitalis, yang bekerja sebagai inotropik positif
pada gagal jantung. Sedangkan menurut IONI 2000 dijelaskan bahwa efek digitalis
tidak begitu penting dibanding dengan efek diuretik dan penghambat ACE. Pada
pasien gagal jantung yang telah terkendali dengan baik, digitalis dapat dihentikan,
dalam hal ini digitalis hanya dibutuhkan untuk mempertahankan ritme yang
memuaskan.
Pada kenyataannya dokter lebih sering memberikan diuretik dibandingkan
dengan digitalis, kemungkinan dengan pertimbangan bahwa digitalis memiliki indeks
terapi yang sempit dan potensial terjadinya toksisitas digitalis selama terapi.
Obat inotropik positif yang diresepkan adalah golongan glikosida jantung,
jenis obat digoksin, dan ada 17 pasien (44,7%) yang mendapatkan jenis obat ini.
Dalam gagal jantung, manfaat digoksin yang diharapkan adalah efeknya sebagai
inotropik positif yaitu, meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium. Efek inotropik
positif ini akan menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga tekanan vena
berkurang, ukuran jantung mengecil, tekanan vena yang berkurang akan mengurangi
gejala bendungan, sedangkan sirkulasi yang membaik, termasuk ke ginjal akan
meningkatkan diuresis dan hilangnya udem. Jadi efektivitas digoksin pada gagal
jantung timbul karena kerja langsungnya dalam meningkatkan kontraksi
miokardium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel VIII. Distribusi Golongan Obat Antiaritmia pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Tahun 2003 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase 1. Aritmia supraventrikel dan
ventrikel Amiodaron 2 5,3%
2. Aritmia ventrikel Lidokain 1 2,6%
Pada tabel VIII ada dua golongan obat antiaritmia yang diresepkan, yaitu
golongan aritmia supraventrikel dan ventrikel serta golongan aritmia ventrikel. Jenis
obat yang diberikan pada golongan aritmia supraventrikel dan ventrikel adalah
amiodaron (5,3%), sedangkan jenis obat yang diberikan pada golongan aritmia
ventrikel adalah lidokain (2,6%).
Tabel IX. Distribusi Golongan Obat Antihipertensi pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Tahun 2003
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Prosentase 1. Penyekat α Prazosin 1 2,6 % 2. Penghambat ACE Kaptopril
Delapril 10 1
26,3 % 2,6 %
3. Antagonis reseptor angiotensin II
Valsartan 6 15,8 %
Pada tabel IX dapat diketahui ada 3 golongan obat antihipertensi yang
diresepkan yaitu, penyekat � dengan jenis obat prazosin (2,6%), golongan
penghambat ACE dengan jenis obat kaptopril (26,3%) dan delapril (2,6%) serta
golongan antagonis reseptor angiotensin II dengan jenis obat valsartan (15,8%).
Dalam pengobatan gagal jantung, manfaat yang diharapkan dari obat
antihipertensi adalah efeknya sebagai vasodilator. Berdasarkan data di atas jenis obat
yang paling banyak digunakan adalah jenis obat kaptopril yang bekerja sebagai
penghambat ACE.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penghambat ACE mampu mengurangi pembentukan angiotensin II, suatu
protein yang menyebabkan vasokonstriksi. Akibatnya terjadi vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium dan air,
serta retensi kalium yang secara tidak langsung mampu menurunkan beban kerja
jantung.
Tabel X. Distribusi Golongan Obat Antiangina pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Tahun 2003 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah
Pasien Section 1.01 Persentase
1. Golongan nitrat Isosorbid -dinitrat
8 21,1%
2. Antagonis Kalsium Amlodipin Nifedipin
6 2
15,8% 5,3%
3. Penyekat β Bisoprolol 1 2,6%
Dalam tabel X dapat diketahui 3 golongan obat antiangina yang diresepkan
meliputi golongan nitrat dengan jenis obat isosorbid dinitrat (21,1%), golongan
antagonis kalsium dengan jenis obat amlodipin (15,8%) dan nifedipin (5,3%) serta
golongan penyekat � dengan jenis obat bisoprolol (2,6%). Golongan yang paling
banyak diresepkan adalah golongan nitrat dengan jenis obat isosorbid dinitrat
(21,1%).
Senyawa nitrat bekerja langsung merelaksasi otot polos pembuluh vena,
tanpa bergantung pada sistem persarafan miokardium. Dilatasi vena menyebabkan
alir balik vena berkurang sehingga mengurangi beban hulu jantung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XI. Distribusi Golongan Obat Diuretik pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Tahun 2003 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase
1. Golongan tiazid Indapamid 2 5,3%
2. Diuretik kuat Furosemid 30 78,9%
3. Diuretik hemat-kalium Spironolakton 8 21,1%
Pada tabel XI diketahui bahwa terdapat 3 golongan obat diuretik yang
diresepkan meliputi : golongan tiazid dengan jenis obat indapamid (5,3%), golongan
diuretik kuat dengan jenis obat furosemid (78,9%) serta golongan diuretik hemat-
kalium dengan jenis obat spironolakton (21,1%). Furosemid adalah jenis obat dari
golongan diuretik kuat yang paling banyak diresepkan.
Pada gagal jantung, berkurangnya volume darah yang masuk ke arteri
menyebabkan ginjal menahan air dan garam. Sistem renin-angiotensin-aldosteron
pun dipacu sehingga terbentuk angiotensin II yang merangsang sekresi aldosteron.
Aldosteron menambah retensi natrium disertai pembuangan kalium. Semua ini yang
menyebabkan retensi cairan pada penderita gagal jantung. Diuretik memacu ekskresi
NaCL dan air sehingga beban hulu berkurang dan gejala bendungan paru serta
bendungan sistemik berkurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XII. Distribusi Golongan Obat Koagulasi Darah pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Tahun 2003 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase
1. Antiplatelet Asetosal Dipiridamol
8 1
21,1% 2,6%
2. Hemostatik dan antifibrinolitik
Asam traneksamat
1 2,6%
Tabel XII menunjukkan bahwa terdapat 2 golongan obat koagulasi darah
yang diresepkan yaitu, golongan antiplatelet dengan jenis obat asetosal (21,1%) dan
dipiridamol (2,6%) serta golongan hemostatik dan antifibrinolitik dengan jenis obat
asam traneksamat (2,6%). Obat koagulasi darah yang paling banyak diresepkan
adalah asetosal dari golongan antiplatelet (21,1%).
Gangguan tromboembolik merupakan salah satu penyebab penting bagi
kesakitan dan kematian. Tromboembolis vena terjadi sebagai komplikasi dari
gangguan lain yang salah satunya adalah gagal jantung. Itu sebabnya antiplatelet
diberikan pada terapi gagal jantung untuk mengurangi agregasi platelet, sehingga
dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri, dimana trombi
terbentuk melalui agregasi platelet.
Tabel XIII. Distribusi Golongan Obat Hipolipidemik pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Tahun 2003 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Prosentase
1. Statin Simvastatin 1 2,6%
Hanya satu golongan obat hipolipidemik yang diresepkan pada terapi gagal
jantung kali ini yaitu golongan statin dengan jenis obat simvastatin (2,6%). Golongan
statin telah terbukti dapat mengurangi kejadian koroner, semua kejadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kardiovaskuler, dan total kematian pada pasien umur sampai dengan 70 tahun dengan
riwayat panyakit jantung koroner seperti riwayat angina atau infark miokard akut,
dan dengan kolesterol plasma 5,5 mmol/l atau lebih. Obat-obat ini juga berperan
pada pencegahan primer penyakit jantung koroner pada beberapa pasien dengan
hiperkolesterolemia dan peningkatan resiko terjadinya kejadian-kejadian koroner.
Tabel XIV. Distribusi Golongan Obat Syok dan Hipotensi pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Tahun 2003 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase
1. Amina simpatomimetik Dopamin Dobutamin
2 1
5,3% 2,6%
Tabel XIV menggambarkan bahwa hanya satu golongan obat syok dan
hipotensi yang diresepkan yaitu, golongan amina simpatomimetik dengan jenis obat
dopamin (5,3%) dan jenis dobutamin (2,6%).
Tabel XV. Distribusi Golongan Obat Gangguan Darah pada Peresepan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase
1. Vasodilator perifer Sinarizin 1 2,6%
2. Vasodilator serebral Sitikolin 2 5,3%
Golongan obat gangguan darah yang diresepkan menurut data di atas terdiri
dari vasodilator perifer dengan jenis obat sinarizin (2,6%) dan golongan vasodilator
serebral dengan jenis obat sitikolin (5,3%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Kajian Pola Peresepan
1. Penyesuaian dosis
Tabel XVI. Jumlah Dan Persentase Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Yang Dosis Di Dalam Peresepan Obat
Kardiovaskulernya Perlu Dilakukan Penyesuaian No. Penyesuaian Dosis Jumlah Pasien Persentase 1. Mengalami penyesuaian dosis 16 42,1% 2. Tidak mengalami penyesuaian
dosis 22 57,9%
TOTAL 38 100,0%
Dari tabel XVI diketahui bahwa jumlah pasien yang perlu mengalami
penyesuaian dosis dalam peresepan obat kardiovaskulernya sebanyak 16 pasien
(42,1%) sedangkan sisanya tidak memerlukan penyesuaian dosis. Jumlah ini (42,1%)
tentu sangat memerlukan perhatian khusus mengingat hampir separuh pasien dari
jumlah total pasien yang mendapatkan terapi obat kardiovaskuler (38 pasien)
mengalami penyesuaian dosis. Menurut data, sebanyak 16 pasien tersebut 8 pasien
diantaranya adalah pasien dari kelompok usia dewasa, sedangkan sisanya adalah dari
kelompok usia lansia 4 pasien, 2 pasien anak-anak, dan 2 pasien lainnya adalah dari
kelompok neonatus.
Penyesuaian dosis yang terjadi pada peresepan pasien gagal jantung untuk
kelompok lansia dilakukan dengan membandingkan dosis pada peresepan dengan
dosis yang ada pada IONI 2000 khusus untuk kelompok lansia (dalam IONI 2000,
dosis untuk lansia akan disebutkan berdasarkan usia). Sebab tidak ada metode khusus
untuk menghitung dosis pada lansia dengan gagal jantung, seperti pada pasien yang
mengalami komplikasi dengan penyakit ginjal atau hati. Meskipun tidak ada rumus
dosis tertentu, dosis pemberian obat pada lansia tetap harus diperhatikan karena pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok ini telah mengalami penurunan fungsi-fungsi organ tubuh, sehingga dosis
yang tidak tepat akan menimbulkan efek samping atau toksisitas dari pemakaian obat
kardiovaskuler tersebut. Jika diperlukan, penyesuaian dosis untuk lansia biasanya
disesuaikan menurut perbandingan berat badan pasien dengan berat badan pasien
dewasa normal (70 kg).
Begitu pula penyesuaian dosis untuk kelompok usia anak-anak dan neonatus,
penyesuaian dosis dilakukan dengan membandingkan dosis pada peresepan dengan
dosis yang ada pada IONI 2000 khusus untuk anak-anak dan neonatus berdasarkan
usia (dalam IONI 2000, dosis untuk anak-anak dan neonatus disebutkan dalam
satuan mg/kg). Meskipun ada banyak metode yang dapat digunakan untuk
menghitung dosis pada anak-anak dan neonatus, dosis bisa dihitung dari dosis
dewasa berdasarkan berat badan, usia, luas permukaan badan, atau kombinasi dari
faktor-faktor tersebut, namun berdasarkan data rekam medis yang diambil tidak
dicantumkan data berat badan atau luas permukaan badan.
Untuk pasien dewasa, penyesuaian dosis dilakukan dengan membandingkan
dosis pada peresepan dengan dosis dewasa pada standar. Berikut disajikan tabel yang
memuat jumlah dan persentase jenis obat kardiovaskuler yang memiliki dosis yang
kurang sesuai dengan dosis pada standar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XVII. Persentase Kesesuaian dan Ketidaksesuaian Dosis Jenis Obat Kardiovaskuler dalam Peresepan Obat Kardiovaskuler untuk Pasien Gagal
Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000
No. Sesuai / Kurang Sesuai Jumlah Jenis Obat Persentase 1.
Dosis Sesuai 11 50%
2. Dosis Kurang Sesuai 11 50% TOTAL 22 100%
Berdasarkan tabel XVII di atas terdapat 11 jenis obat (50%) yang mengalami
dosis kurang sesuai berdasarkan IONI 2000 dari 22 jumlah total jenis obat yang
diberikan selama terapi. Angka ini (50%) merupakan angka yang cukup besar oleh
sebab itu perlu dilakukan evaluasi kembali dalam pemberian obat-obat
kardiovaskuler.
Ketidaksesuaian dosis yang dimaksud adalah dosis lebih besar atau kurang
dari yang tercantum dalam IONI 2000 baik pada dosis awal maupun pada dosis
lazimnya.
Data pada tabel XVII menggambarkan bahwa di dalam peresepan obat
kardiovaskuler yang diresepkan terdapat 11 jenis obat kardiovaskuler yang dosisnya
kurang sesuai dengan standar meliputi : 4 kasus untuk peresepan kaptopril, 3 kasus
untuk peresepan valsartan, 2 kasus untuk peresepan digoksin, 1 kasus untuk
peresepan prazosin, 1 kasus untuk peresepan nifedipin, 1 kasus untuk peresepan
dipiridamol, 1 kasus untuk peresepan asetosal, 3 kasus untuk peresepan isosorbid
dinitrat, 2 kasus untuk peresepan amiodaron, 5 kasus untuk peresepan furosemid, dan
3 kasus untuk peresepan spironolakton. Obat yang paling sering diresepkan dengan
dosis yang kurang sesuai dengan standar adalah furosemid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adanya peresepan dengan dosis yang kurang sesuai dengan standar ini
kemungkinan disengaja oleh dokter dengan berbagai pertimbangan seperti,
kenyataan bahwa dokter telah mengkombinasikan obat-obat tersebut dengan obat-
obat lain yang memiliki efek yang lebih kurang sama dan diharapkan dapat saling
membantu dalam menimbulkan efek yang diinginkan.
Namun demikian, peresepan dengan dosis yang kurang sesuai dengan standar
tanpa pertimbangan resiko yang baik dikhawatirkan akan menimbulkan efek samping
yang tidak diharapkan yang mungkin akan memperparah kondisi pasien. Bahkan
pada peresepan dengan dosis di bawah standar mungkin efek yang diharapkan tidak
akan terwujud, atau timbulnya toleransi terhadap obat yang bersangkutan. Sedangkan
pada peresepan dengan dosis di atas standar dikhawatirkan akan menyebabkan
terjadinya toksisitas pada pasien.
2. Interaksi
Pada peresepan dengan banyak macam obat memang sangat memungkinkan
untuk terjadinya interaksi. Hal ini dapat diketahui melalui efek samping yang timbul
dari penggunaan obat secara bersamaan.
Dari kajian yang telah dilakukan pada peresepan obat kardiovaskuler untuk
penyakit gagal jantung kali ini, ditemukan beberapa kombinasi yang berpotensi
untuk terjadinya interaksi jika diberikan secara bersamaan, efek yang terjadi dari
interaksi ini dari ringan hingga berbahaya. Kajian interaksi yang dilakukan pada
penelitian kali ini hanya membandingkan kombinasi obat kardiovaskuler pada
peresepan dengan daftar kombinasi obat kardiovaskuler yang potensial untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terjadinya interaksi dalam IONI 2000. Tabel XVIII. berikut ini akan menyajikan
persentase kejadian interaksi obat kardiovaskuler pada peresepan.
Tabel XVIII. Prosentase Kombinasi Obat Kardiovaskuler pada Peresepan Obat Kardiovaskuler untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Tahun 2003 Yang Potensial Terjadinya Interaksi Berdasarkan IONI 2000
No. Jenis Obat Interaksi dengan Jumlah Kasus Persentase 1. Diuretik kuat Diuretik lainnya 9 23,7 % 2.* Diuretik kuat Glikosida jantung 12 31,6 % 3.* Diuretik lainnya Glikosida jantung 6 15,8 % 4. Diuretik kuat Antagonis kalsium 6 15,8 % 5. Diuretik lainnya Antagonis kalsium 2 5,3 % 6.* Diuretik kuat Penghambat ACE 9 23,7 % 7.* Diuretik kuat Antagonis reseptor
Angiotensin II 5 13,2 %
8.* Diuretik lainnya Antagonis reseptor angiotensin II
2 5,3 %
9. Diuretik kuat Penyekat β 1 2,6 % 10.* Diuretik kuat Antiaritmia 2 5,3 % 11. Glikosida jantung Penghambat ACE 5 13,2 % 12. Glikosida jantung Antagonis reseptor
angiotensin II 1 2,6 %
13.* Glikosida jantung Antagonis kalsium 1 2,6 % 14.* Glikosida jantung Antiaritmia 1 2,6 % 15.* Antagonis kalsium Penyekat β 1 2,6 % 16. Antagonis kalsium Penghambat ACE 1 2,6 % 17. Antagonis kalsium Antagonis reseptor
angiotensin II 6 15,8 %
18. Antagonis reseptor angiotensin II
Penyekat β 1 2,6 %
TOTAL 71 186,8 % Keterangan : *Menunjukkan interaksi yang potensial berbahaya ( bisa ekstrim ) serta
membutuhkan perhatian khusus.
Tabel XVIII. menggambarkan adanya interaksi yang terjadi pada kombinasi
obat-obat kardiovaskuler yang diresepkan. Dari tabel di atas dapat diketahui ada
beberapa kombinasi obat kardiovaskuler yang seringkali diresepkan bersamaan
padahal obat tersebut potensial untuk saling berinteraksi yaitu, kombinasi obat antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diuretik kuat dengan diuretik lainnya ada 9 kasus (23,7%), diuretik kuat dengan
glikosida jantung ada 12 kasus (31,6%), diuretik lainnya dengan glikosida jantung
ada 6 kasus (15,8%), diuretik kuat dengan antagonis kalsium ada 6 kasus (15,8%),
diuretik kuat dengan penghambat ACE ada 9 kasus (23,7%), diuretik kuat dengan
antagonis reseptor angiotensin II ada 5 kasus (13,2%), glikosida jantung dengan
penghambat ACE ada 5 kasus (13,2%), dan antagonis kalsium dengan antagonis
reseptor angiotensin II ada 6 kasus (15,8%).
Perhitungan data dilakukan dengan cara membagi jumlah kasus interaksi
yang terjadi dalam peresepan (71 kasus) dengan jumlah total pasien yang dalam
peresepannya menerima terapi obat-obat kardiovaskuler (38 pasien). Dari hasil
penjumlahan persentase, didapatkan hasil lebih dari 100%, hal ini berarti terjadi
pengulangan kasus pada satu pasien atau dengan kata lain terdapat kasus dimana satu
orang pasien mengalami lebih dari satu kasus interaksi.
Dari data dapat diketahui, bahwa total kasus terjadinya kombinasi obat
kardiovaskuler yang potensial untuk terjadinya interaksi sebanyak 71 kasus atau
sebesar 186,8%. Jumlah ini termasuk jumlah yang sangat besar, yang berarti bahwa
ada kasus dimana satu orang pasien mempunyai resiko terjadinya interaksi lebih dari
satu interaksi dalam peresepannya. Terlebih lagi jika kombinasi obat-obat tersebut
benar-benar menimbulkan interaksi dan menghasilkan suatu efek yang berbahaya.
Tetapi perlu juga diingat bahwa dalam beberapa kasus kemungkinan dokter sengaja
memberikan suatu kombinasi obat meskipun diketahui bahwa dalam kombinasi
tersebut dapat terjadi interaksi dengan maksud untuk mencapai tujuan terapi yang
diinginkan, karena tidak semua hasil interaksi itu buruk. Dalam penelitian ini peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hanya mengamati kemungkinan terjadinya interaksi dalam kombinasi-kombinasi
obat kardiovaskuler tersebut berdasarkan standar tanpa mengamati efek yang
dihasilkan setelah pemberian obat-obat tersebut secara bersamaan.
3. Kontraindikasi
Kajian kontraindikasi pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa
apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan tidak kontraindikasi dengan kondisi
gagal jantung pasien pada umumnya, dan terhadap kondisi-kondisi khusus yang
menyertai penyakit gagal jantung pasien pada saat dirawat seperti yang tertera pada
hasil diagnosis.
Tabel XIX. Jumlah dan Persentase Pasien Gagal Jantung yang Mengalami Kontraindikasi dengan Jenis Obat Kardiovaskuler yang Diberikan Selama Terapi di
Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000 Golongan Obat Jenis Obat Kontraindikasi
Terhadap Jumlah Pasien
Persentase
Antagonis reseptor angiotensin II
valsartan Gagal ginjal 4 10,5%
Dari hasil analisis data didapatkan 1 kasus kontraindikasi yang terjadi pada
peresepan yaitu, satu kasus dengan jenis obat valsartan dimana terdapat 4 pasien
yang mendapatkan valsartan pada peresepannya. Valsartan adalah salah satu obat
dari golongan antagonis reseptor angiotensin II yang bekerja mirip dengan
penghambat ACE yang dikontraindikasikan dengan gagal ginjal, ke 4 pasien tersebut
memiliki riwayat gagal ginjal dalam hasil diagnosisnya sehingga pemakaian
valsartan dalam terapi 4 pasien tersebut perlu mendapatkan perhatian yang khusus
serta pemantauan yang ketat terhadap fungsi ginjalnya dan pada pasien lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Efek samping
Ada jenis obat yang efek sampingnya bersifat ringan sehingga dapat ditolerir,
tetapi ada juga jenis obat yang efek sampingnya bersifat berat, sehingga perlu
dihentikan penggunaannya. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh
penggunaan obat dapat dihindari salah satunya dengan mengetahui kondisi pasien
gagal jantung itu sendiri maupun kondisi-kondisi khusus yang menyertai gagal
jantungnya seperti yang tertera pada hasil diagnosis.
Dari hasil kajian efek samping obat kardiovaskuler pada penelitian kali ini,
didapatkan satu kasus terapi yang dikhawatirkan akan menimbulkan efek samping
yaitu, terapi penghambat ACE dengan jenis obat kaptopril. Penghambat ACE mampu
menimbulkan efek samping berupa gangguan darah, salah satunya adalah anemia.
Tabel XX. Jumlah dan Persentase Pasien Gagal JantungYang Dalam Hasil Diagnosisnya Memiliki Riwayat Penyakit Penyerta Yang akan Diperparah
Kondisinya Oleh Obat-Obat Kardiovaskuler Golongan Obat Jenis Obat Penyakit Penyerta
yang Diperparah Kondisinya
Jumlah Pasien Persentase
Penghambat ACE
Kaptopril Anemia aplastik 1 2,6%
Pada tabel XX ada 1 pasien yang mendapatkan terapi penghambat ACE
dengan jenis obat kaptopril padahal memiliki riwayat anemia aplastik pada hasil
diagnosisnya, hal ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebab pemberian
kaptopril dikhawatirkan akan menimbulkan efek samping yaitu semakin
memperparah kondisi anemia pasien yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bab V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
1. Jumlah jenis obat kardiovaskuler dalam peresepan yang memiliki dosis kurang
sesuai dengan standar sebanyak 11 jenis obat (50%) dari jumlah total jenis
obat kardiovaskuler yang diberikan dalam peresepan (22 jenis).
2. Kombinasi obat-obat kardiovaskuler yang potensial untuk terjadinya interaksi
sebanyak 18 jenis interaksi dengan jumlah kasus sebanyak 71 (186,8%) dari
jumlah total pasien gagal jantung yang mendapatkan terapi obat
kardiovaskuler (38 pasien).
3. Jenis obat kardiovaskuler yang dikontraindikasikan terhadap kondisi gagal
jantung pasien atau terhadap kondisi-kondisi khusus yang menyertai penyakit
gagal jantung pasien seperti yang tertera dalam hasil diagnosis yaitu, valsartan
sebanyak 4 pasien (10,5%) kontraindikasi terhadap gagal ginjal.
4. Jenis obat kardiovaskuler yang kemungkinan akan menimbulkan efek samping
atau memperparah kondisi gagal jantung pasien maupun kondisi-kondisi
khusus yang menyertai gagal jantung pasien adalah kaptopril dengan jumlah
sebanyak 1 pasien (2,6%), efek samping yang mampu ditimbulkan atau
diperparah kondisinya adalah anemia aplastik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disarankan sebagai berikut:
1. Bagi pihak RSUP Dr. Sardjito
a. Perlu diperhatikan penggunaan obat yang memerlukan penyesuaian dosis
b. Pada pemberian beberapa kombinasi obat, perlu diperhatikan adanya
kemungkinan interaksi obat yang terjadi
c. Obat-obat yang dikontraindikasikan terhadap kondisi gagal jantung pasien
atau kondisi-kondisi khusus pasien yang menyertai penyakit gagal jantung
sebaiknya dihindari penggunaannya.
d. Perlu adanya pemantauan efek samping obat yang digunakan.
2. Bagi pihak pendidikan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
a. Perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut yang mengevaluasi alasan yang
digunakan para dokter dalam memberikan terapi bagi pasiennya terutama
dalam hal dosis obat, kombinasi obat serta pemilihan obat.
b. Akhir-akhir ini gagal jantung bukanlah lagi suatu penyakit yang hanya
diderita oleh pasien lansia tetapi juga terjadi pada kelompok usia anak-anak
bahkan pada neonatus, maka perlu dilakukan suatu penelitian lanjut terhadap
kelompok usia anak-anak tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2000a, Kesehatan Anak, dalam Standar Pelayanan Medis RSUP DR. Sardjito, Buku 2, bab XI, 167-170, Rumah Sakit Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Anonim., 2000b, Penyakit Jantung, dalam Standar Pelayanan Medis RSUP DR.
Sardjito, Buku 3, bab XVI, 87-88, Rumah Sakit Dr. Sardjito, Yogyakarta. Anonim., 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. Braunwald E., 2000, Heart Failure, in Wintrobe M.M., et al, Harrison’s Principles of
Internal Medicine, 6thEdition, Mc Graw Hill, New York. Braunwald, Fauci, Kasper, Hauser, Longo, Jameson., 2002, Harrison’s Principles of
Internal Medicine : Harrison’s Manual of Medicine, 5th edition, 556, Mc Graw Hill, USA.
Bustami Z.S., dan Muchtar A., 1999, Obat Gagal Jantung, dalam S.G Ganiswara,
(Ed.), Edisi 4, Farmakologi dan Terapi, 271-288, FK-UI, Jakarta. Deedwania P.C, Carbajal E.V, 1995, Congestive Heart Failure, dalam Michael H.C.,
Current and Treatment in Cardiology, 152, Appleton and Lange, a Simon and Schuster Company, USA.
Dipiro J T., 2003, AHFS Drug Handbook, 2nd edition, 124-125, Lippincott Williams
and Wilkins, USA. Ganong W.F., 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, 529, EGC, Jakarta.
Hidayati W.B., 2001, Gagal Jantung : Masalah Utama Penyakit Kardiovaskuler, Medika, 27 (4), 266.
Izenberg N, 2000, Pediatric, 2-3, Springhouse Corporation, Pennsylvania.
Kisworo B., 1996, Teknik Diagnosis Gagal Jantung, Medika, 22 (6), 474.
Knight J.F., 1989, Usahakan Jantung Sehat, diterjemahkan oleh M. Panjaitan dan Lina Lintang, 83-85, Indonesia Publishing House, Bandung.
Lefrandt R., 1996, Penanganan Gagal Jantung Kongestif Berat dengan Penyekat Beta
(Bisoprolol) di ICCU RSUP Manado, Medika, 22 (10), 703, 768-774. Meece J., 2003, Diabetes Mellitus : Pathophysiology and Complications,
International Journal of Pharmaceutical Compounding, 7(1), 17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mutscler E., dan Derendorf H., 1995, Drug Action : Basic Principles and Therapeutic Aspect, 347, 353, CRC-Press, Boston.
Nelson W.E, 1996, dalam Wahab, (Ed.), edisi 15, volume 2, Ilmu Kesehatan Anak,
1658-1662, EGC, Jakarta. Nurkusuma D.D., 2001, Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Pare Kabupaten
Temanggung, Medika, 27(8), 531. Panjaitan C.Z., 1991, Tetap Bugar Sampai Tua : Terobosan Baru Untuk Mencapai
Usia Maksimal, 83-85, Indonasia Publishing House, Bandung. Pratiknya A.W., 2001, Dasar-Dasar metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, Edisi 1,10-13, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Santoso B., 1996, Principles of Rational Prescribing, Medical Progress, 23(10), 6-9.
Santoso B., 1997, Drug Interaction In Southeast Asia, Medical Progress, 24(5), 5-8.
Setiawati A., 1999, Interaksi Obat, dalam S.G Ganiswara, (Ed.), edisi 4, Farmakologi dan Terapi, 800-810, FK-UI, Jakarta.
Shryock H, MD., dan Hardinge M.G, MD., 2003, Kiat Keluarga sehat : Mencapai
Hidup Prima dan Bugar, Jilid 3, 13, Indonesia Publishing House, Bandung.
Susilowati M.R.D., 2002, Evaluasi Dosis, Interaksi, dan Kontraindikasi Peresepan
Obat Kardiovaskuler Pada Pasien Geriatri Gagal Jantung Kongesti Rawat Inap di Rumah Sakit Panti RapihYogyakarta Periode Januari - Juni 2000, Skripsi, 5-6, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Tjay T.H., dan Raharja K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi 5, 38, 549-558, PT Elex
Media Computindo Gramedia, Jakarta. Wells B.G., Dipiro J.T., Schawinghammer T.L., Hamilton C. W., 2003,
Pharmacotherapy Handbook, 5th Edition, 56-63, McGraww Hills, New York.
Woodley M., 1995, Pedoman Pengobatan, 171, Departement of Medicine,
Washington University.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Daftar Jenis Obat Kardiovaskuler Yang Perlu Dilakukan Penyesuaian Dosis Dalam Peresepan Obat Kardiovaskuler Untuk Pasien Gagal Jantung Di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000
No. Jenis Obat Σ Kasus
Dosis pada Resep Dosis Standar pada IONI 2000
Jenis Ketidaksesuaian
1 .
Kaptopril 1
2 1
Dosis awal 2 x 12,5 mg Dosis lazim 3 x 12,5 mg
3 x 12,5 mg 2 x 12,5 mg
Dosis awal 2 x 6,25 mg-12,5 mg Dosis lazim 2 –3 x 25 mg
SS
DS
DS DS
2. Valsartan (Blopress)
2 1
1 x 16 mg 1 x 8 mg
80 mg sekali sehari DS DS
3. Digoksin 1
1
2 x 0,025 mg PC
1 x 1 tab (0,25 mg)
* Dosis awal (digitalisasi cepat) 1-1,5 mg / 24 jam (digitalisasi tidak cepat) 250-500 mcg / hari Dosis lazim 125-250 mcg / hari (pada fibrilasi atrial) 250-500 mcg / hari (keadaan gawat) *Dosis lazim lanjut usia 125 mcg / hari
DS
DS 4. Prazosin
(Minipress) 1 1 x 0,4 mg Dosis awal
0,5 mg 2-4 x / sehari Dosis lazim 1 mg 2-3 x / sehari
DS
5. Nifedipin 1 5 mg sekali sehari Dosis awal 2 x 10 mg Dosis lazim 2 x 10-40 mg
DS
6
Dipiridamol
1
3 x 75 mg
300-600 mg sehari dalam dosis terbagi 3-4 x sebelum makan
DS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Daftar Jenis Obat Kardiovaskuler Yang Perlu Dilakukan Penyesuaian Dosis Dalam Peresepan Obat Kardiovaskuler Untuk Pasien Gagal Jantung Di Instalasi Rawat Inap
RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000 No. Jenis Obat Σ
Kasus Dosis pada Resep Dosis Standar pada
IONI 2000 Jenis
Ketidaksesuaian 7. Asetosal
(Ascardia) 1 320 mg • Pencegahan
sekunder penyakit serebrovaskular
75-300 mg • Mengurangi
kematian setelah infark miokardium
150-300 mg
AS
8. Isosorbid dinitrat
3 3 x sehari, 5 mg 40-160 mg sampai 240 mg k/p
DS
9. Amiodaron (Cordaron)
2 1 x sehari, 100 mg
# 3x sehari, 200 mg selama 1 minggu
# 2x sehari, 200 mg selama 1 minggu berikutnya
# Dosis lazim, 200 mg sehari
DS
10. Furosemid (Lasix, Furosemid)
1
1 1
1
1
½ - ½ - 0 20 mg – 20 mg 3 x 1, 40 mg I.1 x sehari, 5mg II.2 x sehari, 5mg 2 x 400 mcg 2 A / 8 jam
� Dosis awal 40 mg / sehari � Dosis lazim
20 mg / sehari lalu dilanjutkan 40 mg / sehari tingkatkan hingga 250 mg
1-3 mg / KgBB / sehari
� Dosis awal 20-50 mg / 24jam
DS
AS DS
DS
AS 11. Spironolakton
( Aldacton ) 1
1
1
I. 1 x ¼ tablet, 100 mg II. 2 x ¼ tablet, 100 mg 1 - 0 – 0 ; 12,5 mg I. 1 x 40 mg II. 1 x 25 mg III. 2 hari sekali
� Anak 3 mg / kg dalam dosis terbagi
� dewasa 100-200 mg sehari � Anak 3 mg / kg dalam dosis terbagi
AS
DS
I AS II. DS III. DS
Keterangan : AS : Di Atas Standar DS : Di Bawah Standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran II.
Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Pusat
DR. Sardjito (Bagian Kesehatan Anak)
Gagal Jantung Pengertian
Gagal jantung secara klinis dideflnisikan sebagai suatu keadaan, jantung tidak mampu lagi menghasilkan isi semenit yang cukup untuk kebutuhan tubuh, atau tidak mampu lagi mendorong darah ke a. pulmonalis atau kedua-duanya. Dari segi praktis, gagal jantung dibagi raenjadi 3 macam :
1. Gagal j antung kanan 2. Gagal j antung kiri 3. Gagal j antung kanan dan kiri Ketidakmampuan jantung kanan menyebabkan darah tertimbun dalam atrium
kanan, vena cava dan sirkulasi besar. Gagal jantung kiri banyak disebabkan oleh stenosis katup mitralis karena demam rematik. Pada keadaan ini atrium kiri mengalami dilatasi dan hipertrofi. Aliran darah dan paru ke atrium kiri terbendung, akibatnya tekanan dalam vena pulmonalis meninggi dan kemudian juga pada kapiler paru dan a. pulmonalis. Bendungan darah dalam paru menyebabkan sesak napas waktu bekerja (dyspnea d'effort) atau waktu tidur (prthopnea). Pada anak, bendungan paru ini sering menimbulkan batuk. Untuk memperbesar isi semenit, jantung memperkuat sistole dan frekuensi denyut jantung juga meningkat, sehingga terjadi takikardi.
Gagal jantung kanan dan kiri terjadi sebagai kelanjutan dari gagal jantung kiri. Setelah terjadi hipertensi pulmonal, terjadi timbunan darah dalam ventrikel kanan, selanjutnya terjadi gagal jantung kanan. Penyebab Gagal Jantung - Pada minggu pertama, biasanya karena :
• Hyploplastic left heart syndrome • Koarktasio aorta • Transposisi pembuluh darah besar • Penyakit endomiokardium, terutama iniokarditis karena virus coxsackie B • Infusiensi katup trikuspidal dengan septum masih utuh • Anomali Einstein • Disfungsi miokardium karena hipoksemia berat • Fistula arteriovenosa • Anemia, umumnya anemia hemolitik kronik kongenital • Polisitemia • Bayi dari ibu dengan diabetes mellitus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- Pada tahun pertama, biasanya karena : • Transposisi arteria besar • Kelainan jantung kongenital dengan shunt dari kiri ke kanan yang cukup
besar • Takikardi supraventrikular
- Pada anak yang lebih besar, biasanya karena : • Demam rematik • Hipertansi karena kelainan ginjal • Miokarditis (karena demam rematik dan lain-lain) • Anemia • Endokarditis infeksiosa pada kelainan jantung ringan • Fibrosis kistik (melalui kor pulmonal).
Diagnosis Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut: 1. Gejala dan tanda tak spesifik
• Kelelahan waktu makan dan minum • Anoreksia • Muntah • Pertumbuhan badan terlambat • Iritabel
2. Gagal jantung kanan (kongesti darah di sirkulasi besar) • Takikardi • Takipnea • Desakan vena meninggi • Hepatomegali • Edema • Asites • Kardiomegali
3. Gagal jantung kiri (kongesti di paru) • Batuk kronis • Seringbersin • Dyspnea d'effort • Takikardi • Kardiomegali
4. Gagal jantung kanan dan kiri (gabungan 2 dan 3) 5. Gejala dan tanda lain :
• Edema muka / preorbital • Ronki basah basal • Irama gallop • Anggota basan dingin dan lembab • Keringat keluar terus-menerus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tatalaksana Penderita baru dengan gagal jantung boleh dirawat jalan, bilamana gagal
jantung tidak berat dan penderita serta keluarganya bisa diajak kerjasama (sebenarnya lebih baik penderita gagal jantung dirawat inap). Tatalaksana penderita rawat inap 1. Tirah baring, sering enak pada posisi setengah duduk 2. Oksigenasi adekuat 3. Diit jantung, kalau perlu rendah garam. 4. Medikamentosa:
Digitalis : kebanyakan yang dipakai adalah digoksin, diberikan dengan dosis inisial yang selanjutnya dengan dosis rumat: Dosis inisial: - Prematur/neonatus : 0,03-0,05 mg i.v. atau i.m.: 0,04-0,06 mg peroral. - Umur 2 minggu-2 tahun : 0,04-0,06 mg i.v. atau i.m.: 0,06-0,08 mg peroral. - Lebih dan 2 tahun : 0,02-0,04 mg i.v. atau i.m.: 0,04-0,06 mg peroral.
Cara Pemberian : Dosis inisial diberikan dalam 24 jam : mula-mula '/2 dosis, 8 jam kemudian V* dosis dan 8 jam kemudian % dosis. Bagan pemberian digitalis
8 jam 8 jam 8 jam ---------- x --------- x --------- x ---------- x
½ dosis ¼ dosis ¼ dosis rumat Dosis rumat: 1/3-1/5 dosis inisial, diberikan dalam 2 kali/hari; atau diberikan 2 kali sehari dengan dosis 0,01 mg/kg bb/kali pemberian dengan dosis maksimum 2 x 0,125 mg (tidak boleh melebihi 1 tablet sehari). - Diuretik : biasanya tidak diberikan secara rutin, hanya pada keadaan tertentu ; istirahat, diit rendah garam dan digitalis kurang berefek, atau diberikan pada gagal jantung kanan murni.
a. Furosemid: 0,5-0,75 mg/kg bb/kali, i.v., dapat diulang tergantung keadaan, maksimal 8 mg/kg bb/hari : 1 -1,5 mg/kg bb/kali, per os, dapat diberikan 3 kali pemberian b. Ethacrynic acid : 0,5 - 1 mg/kg bb/kali, i.v., dapat diulang 12 jam sekali 10-20 mg/kg bb/hari, per os, dibagi 3-4 dosis c. Klorotiazid : 20 - 50 mg/kg bb/hari, per os, dibagi 3-4 dosis d. Spironolakton (Aldakton): 2 - 3 mg/kg bb/hari agar dapat memperbesar resistensi kalium dan menghambat aldosteron.
- Antibiotik : mungkin diperlukan (tergantung penyebab). - Sedativa ringan bila diperlukan.
5. Pada gagal jantung karena anemia harus dikerjakan transfusi PRC. Pemantauan - Keadaan umum, tanda utama frekuensi nadi dan respirasi. - Volume air kemih tampung 24 jam. - Oksigenasi. - Kemungkinan intoksikasi digitalis, terutama karena dosis berlebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Catatan: Intoksikasi digitalis ditandai: - Gejala ekstrakardial: nausea, muntah - Gejala kardial: ekstra sistole, bigemini, blokade AV, aritmia sinus yang jelas,
takikardia atrial paroksismal. Tatalaksana intoksikasi digitalis - Hentikan pemberian digitalis - Hentikan pemberian diuretik - Monitor dengan EKG terus-menerus - Obati aritmia yang timbul - Periksa kadar elektolit, beri kalium seperlunya sampai kadar kalium normal - Kemungkinan perlu transfusi tukar. Tatalaksana penderita rawat jalan 1. Medikamentosa:
- Digitalis rumatan, misalnya : digoksin (lihat atas), maksimum diberikan 2 x 0,12 mg/hari
- Diuretik : tiap bulan 2. Kontrol: tiap bulan 3. Dipantau : keluhan, tanda fisik, kalau perlu EKG dan foto Rontgen dada. Penderita dinyatakan sembuh bilamana gejala dan tanda sudah menghilang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Pusat
DR Sardjito (Bagian Penyakit Jantung)
Gagal Jantung Definisi
Merupakan gambaran kegagalan jantung untuk memberikan aliran darah yang dibutuhkan, dengan sendirinya nutrisi dan oksigen untuk proses metabolisme jaringan.
Kriteria a. Kerusakan miokard secara langsung :
1. penyakit jantung koroner; 2. keadaan kekurangan vitamin (beri-beri); 3. miokarditis; 4. kardiomiopathi.
b. Proload yang tinggi: 1. atrial septal defect; 2. ventrikular septal defect; 3. aortic regurgitation; 4. mitral regurgitation; 5. patent ductus arteriosus.
c. Afterload yang tinggi: 1. aortic stenosis; 2. systemic hipertension; 3. pulmonic stenosis; 4. coarctation of the ventrikel. d.
Keterbatasan pengisian ventrikel: 1. mitral stenosis; 2. constrictive pericarditis; . 3. restrictive cardiomyopathies.
Pemeriksaan Pemeriksaan fisik diagnostik, rekaman elektrokardiografi foto thoraks, pemeriksaan pulmonary disease, infeksi baru. Edema akibat penyakit ginjal dan hepar.
Pengelolaan Gagaljantung deraj at ringan
1. digoksin, dosis dikurangi pada gangguan fungsi ginjal. 2. diet, rendah garam. 3. aktivitas, dikurangi sesuai kemampuan.
Gagal jantung derajat sedang 1. digoksin dengan loading dose dan dosis pemeliharaan, 2. diet, tanpa garam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. aktivitas, pembatasan aktivitas dengan istirahat secukupnya.
Gagal jantung derajat berat Seperti pada gagal jantung derajat sedang, hanya pasien perlu opname, obat vasodilator.
Kriteria sembuh Frekuensi jantung normal, tidak sesak napas, edema dan sianosis menghilang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Data Analisis Peresepan Obat Kardiovaskuler Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit DR. Sardjito Tahun 2003
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I *) Efek samping **)
No. MR: 1108159 JK/usia: P/26 thn Lama dirawat: 6 hari DU: CKD stage
V e.c susp GNC
DK: - DL: Decompensasi
cordis gr III e.c susp HHD
HT sta II Anemia normositik-normokromik
Komplikasi: -
EKG: STC HR 106x/menit Kardiomegaki +
Asam folat
CaCO3 Lasix Tensivak
Asam folat Kalsium-karbonat Furosemide Amlodipin -bensilat
3x1 3x1 1 A/12 jam 1x10 mg
6 hari 6 hari 6 hari 6 hari
SS SS SS SS
Furosemide+amlo-dipin bensilat
-
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I *) Efek samping **)
No. MR: 1090959 JK/usia: L/71 thn Lama dirawat: 7 hr DU: Anemia aplastik
D K: Anemia aplastik
DL:
Decom.cordi
s gr II
HT gr II Komplikasi: Pasien meninggal dunia
EKG: HR 96x/mnt Susp LVH Dying heart Flat pupil Midriasis maksimal
Kaptopril I Kaptopril II Prednison Dopamin I Dopamin II Dopamin III Ceftriakson Radin Antasid Fluimycil Vitonal Ekstra PRC *dexamethason *lasix Transfusi PRC (lasix pre transfusi)
Kaptopril Prednison Dopamine Ceftriakson Ranitidin Antasid Asetilsistein Multivitamin Dexamethason Furosemide Furosemide
2x12,5 gr 3x12,5 gr 6-3-0 6 tetes/makro 9 tetes/makro 12 tetes/makro 1 gr/ 12 jam 1 A/ 12 jam 3xCI 3xCI 3x1 1 A/ jam 1 A/ jam 1 kalf / jam
1 hari 6 hari 2 hari 5 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 3 hari 3 hari 7 hari
SS DS SS SS SS SS SS SS SS SS SS
SS
SS SS
Kaptopril+furosemid -
Kaptopril memperburuk kondisi anemia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I *) Efek samping **)
No. MR: 1083543 JK/usia: L/11 thn Lama dirawat: 7 hr
DU: gagal ginjal kronik
DK: - DL: Decomp.cordis
ISK Retinopati
Komplikasi: pasien meninggal dunia
EKG: -
Cefotaksim Amoksisilin Furosemide Calcidin Parasetamol Dopamine Ceftazidime Eks.lasix Asam nalidiksat UGD : Aminoleban Dopamine Albumin D 10 ½ %
Cefotaksim Amoksisilin Furosemide Multivitamin Parasetamol Dopamine Ceftazidime Furosemide Asam nalidiksat Campuran nutrisi Dopamine Albumin Cairan elektrolit
3 x 650 mg 3 x 350 mg 1 x 20 mg 3 x 1 200 mg k/v 10 cc/200 mg 3 x 500 mg 20 mg 2 x 250 mg 8 cc/ jam 2 cc/jam 40 cc 26 cc/jam
5 hari 4 hari 7 hari 7 hari 7 hari 6 hari 2 hari I hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
AS AS SS SS DS SS AS SS AS
- - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 0874143 JK/usia: P/66 thn Lama dirawat: 9 hr
DU: gagal ginjal terminal
DK: CRF dengan HD 2 x seminggu
DL: - Komplikasi: Decomp.cordis HT Anemia Bronchopneumonia
EKG: STC 104 x/ mnt
Augmentin Lasix Ketosteril CaCO3 Folavit Nefrovit Norvask Natrilix Blopress Mucophect Codein Aminophylin Eprex Cefobid
Co amoksiklav / amoksisi-lin-asam klavulanat Furosemide As.amino esensial Kalsium karbonat As.folat As.folat Amlodipin -bensilat Indapamid Valsartan Ambroxol Codein Aminophylin Apoetin � sefoperazon
2 x 500 mg 2 x 1 3 x 1 3 x 1 3 x 1 1 x 1 2 x 5 mg 1 x 1 1 x 16 mg 1 x 1 3 x 1 2 x 1 gr
9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari
DS
SS SS SS SS SS SS
SS DS SS SS SS SS SS
Furosemide+inda-pamide CaCO3+indapamide Valsartan+amlodipin bensilat
Valsartan terhadap gagal ginjal
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I *) Efek samping **)
No. MR: 1113040 JK/usia: L/44 thn Lama dirawat: 1 hari DU: ST elevated
myocard infark
DK: - DL: Decomp cordis
Sepis Ischaemic heart desease
Komplikasi: -
EKG: S T C.HR 115 x / mnt VES frekuensi RPBB komplet RVH
Ceftriakson Azitromicin Lasix ISDN Trombo - aspilet Fluimycil Sistenol KSR Inf. asering
Ceftriakson Azitromicin Furosemide Isosorbid - dinitrat Asetosal Asetilsistein Parasetamol Kalium-klorida Cairan elektrolit
1 g / 12 jam 1 x 500 mg 1 A / 12 jam 3 x 5 mg 2 x 80 mg 3 x C I 3 x 1 k/p 2 x 1 12 tts / mnt
1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
1 hari
1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
SS SS SS SS
SS
SS SS SS SS
-
- -
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I *) Efek samping **)
No. MR: 0011631 JK/Usia: L/19 thn Lama dirawat: 1 hari DU: Thallasemia �
mayor
DK: - DL: Decomp.cordis
Syok -kardiogenik Hemosiderosis
Komplikasi: pasien meninggal dunia
EKG: HR 115 x /mnt PR memanjang Surp HVKa
Lasix I Lasix II Transfusi PRC - Dexameth. - Lasix Diazepam Dondexin + anti histamin Parasetamol Novalgin
Furosemide Furosemide Transfusi PRC -Dexamethason -Furosemide Diazepam Difenhidramin -kombinasi Parasetamol Antalgin
40 mg 2 – 4 mg/kgBB/x 5cc/kgBB/hr K/P 5 A 1 sub K/P 1 tablet
1 hari 1 hari
1 hari
1 hari 1 hari
1 hari 1 hari
SS SS
SS
SS SS
SS SS
- - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1106270 JK/usia: P/3 bln Lama dirawat: 5 hari DU: Supraventrikuler
takikardi
DK: Decomp.cordis PJB ASD
DL: - Komplikasi: -
EKG: HR 214 x /mnt SVT ASD secundum kecil L-R shunt M I sedang T I berat
Digoksin Minipress
Digoksin Prazosin
2 x 0,025 mg PC 0,4 mg
5 hari 1 hari
D S D S
Digoksin+prazosin - -
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping **)
No. MR: 0718776 JK/usia: P/4 thn Lama dirawat: 6 hari DU: Vomitus profuse
tanpa dehidrasi DK: - DL: Decomp.cordis Komplikasi: -
EKG: -
Cefotaxim Parasetamol Cupressin
Cefotaksim Parasetamol Delapril
3 x 500 mg 150 mg K/P I x CI
6 hari 3 hari 1 hari
AS SS SS
- - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data
laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen
Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1089584 JK/usia: L / 58 thn Lama dirawat: 44 hari DM: Tetanus gr I DL: Decomp.cordis
Diabetes mellitus Gangren gigi
Komplikasi: -
EKG:
-
Per-oral: Cedocard Radin T. aspilet Neurobion Stugeron Climadan Digestadon Farmachrol Sistenol Novalgin Diazepam Glibenklamid Glucophag Amaxil New diatab Pamol ISDN Non-oral : Inf. Flagyl(+RL) Atropin sulfat Inj.Valium Novalgin Baralgin Lidocain Dalacin C –
Isosorbid -dinitrat Ranitidin Asetosal Vit. B kompleks Sinarizin Klindamisin Domperidon Aluminium –hidroksida Parasetamol Antalgin Diazepam Glibenklamid Metformin Glimepiride Attapulgit aktif Parasetamol Isosorbid dinitrat Metronidazol Atropin sulfat Diazepam Antalgin Antalgin(pengganti Novalgin) Lidocain -hidroklorida Klindamisin
3 x 1 2 x 1 1 x 2 3 x 1 3 x 1 4 x 1 1 x 1 3 x 1 k/p k/p k/p 1-1-0 2 mg 3 x 1 1 x 1 3 x 1, (pengganti cedocard) 3 x 300 mg k/p k/p 1 A/24 jam 1 A/24 jam 100 mg/15-20 mnt 300 mg/6jam
36 hari 35 hari 40 hari 43 hari 24 hari 27 hari 10 hari 11 hari 9 hari 6 hari 3 hari 1 hari 1 hari 8 hari 24 hari 8 hari 6 hari 1 hari 9 hari
DS SS SS AS SS SS DS SS SS SS SS SS SS SS DS SS SS SS SS
- - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
phosphat Ekst. Pronalges H2O2 Tarivid tts Metronidazol Inf. Martos+aminovel Valium R L
Ketoprofen Hidrogen -peroksida Ofloksasin Metronidazol Maltosa+as.amino Diazepam Cairan elektrolit
1 x sehari 1 x sehari 3 x sehari 500mg drip 1 : 1, 2 hari sekali 5 A dalam 500 cc R L 12-12-12
1 hari 1 hari 21 hari 8 hari 8 hari 8 hari 3 hari
SS SS SS SS SS SS SS
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 0120783 JK/usia: P/59 thn Lama dirawat: 1 hari DU: Unstable angina
pectoris Decomp.cordis -gr II etc. IHD/HHD
DK: - DL: HT sta. II Komplikasi: -
EKG:
HR 80 x / 1 menit
Aspar K ISDN T. aspilet Diazepam Lasix Simvastatin Ascardia Inj. Antalgin Inj. Valium
Kalium L-aspartat Isosorbid dinitrat Asetosal Diazepam Furosemide Simvastatin Asetosal Antalgin Diazepam
2 x 1 3 x 5 mg 2 x 80 mg 2 x 5 mg 1 A/12 jam 1 x 10 mg 320 µg 500 mg 5 mg
1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
SS
SS SS AS SS SS AS SS SS
- - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1110293 JK/usia: P/70 thn Lama dirawat: 8 hari DU: Sepsis DK: - DL: Decomp.cordis gr
III ec susp.HHD
GEA Komplikasi: -
EKG:
S T C APB jarang Susp LVH HR 120 x /mnt
Ceftriakson Parasetamol Domperidon -tab Aspar K Inj.Lasix Inj.Flodex Inj.metronida-zole Inj.gentamyc-in Digoksin Lasix tab
Ceftriakson Parasetamol Domperidon tab Kalium L-aspartat Furosemide Metronidazole Metronidazole Gentamycin Digoksin Furosemide
1 gr/12 jam 3 x 1 K/P 3 x 1 AC 3 x 1 1 A/12 jam 500 mg/8 jam 500 mg/8 jam 60 mg/ 12 jam 2 x ½ tab 1-1-0
7 hari 2 hari 5 hari
8 hari 6 hari 1 hari 5 hari
5 hari
3 hari 1 hari
SS SS SS
SS SS
AS
SS SS
Digoksin+furosemide - -
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1110397 JK/usia: P/25 thn Lama dirawat: 5 hari DU: AIHA tipe
campuran
DK: - DL: Decomp.cordis
gr I-II ec AHD
AIHA tipe campuran Hiperurisemia
Komplikasi: -
EKG: S T C
Inj.Ceftazidime Inj.medixone Inj.sotatic Sistenol lasix
Ceftazidime Metil -prednisolon Metoklopramida Parasetamol Furosemide
1 gr/8 jam 12 gr/6 jam K/P K/P 1-0-0
5 hari 5 hari
1 hari
1 hari 5 hari
SS SS
SS
SS SS
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1108097 JK/usia: L/34 thn Lama dirawat: 8 hari DU: CKD st.V ec
susp.GNC DK: - DL: Decomp.cordis gr
I/II et causa susp HHD
Hipertensi st II Komplikasi: -
EKG: STC Hr 110 x / mnt Iskemik interval
Inj.lasix Nifedipin Tensivask CaCO3 As.folat Approvel Maintate
Furosemide Nifedipin Amlodipin -bensilat Kalsium karbonat Asam folat Valsartan Bisoprolol
2 A/ 8 jam 5 mg 1 x 10 mg 3 x I 3 x I 1 x 150 mg 1 x I (10 mg)
8 hari 1 hari 8 hari 8 hari 8 hari 1 hari 5 hari
SS DS SS
SS SS SS SS
Furosemide+nifedipin
Furosemide+amlodipin Furosemide+bisoprolol Furosemide+valsartan Nifedipin+bisoprolol Nifedipin+valsartan Amlodipin+bisoprolol Amlodipin+valsartan Bisoprolol+valsartan
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 0080185 JK/usia: P/67 thn Lama dirawat: 38 hari DU: intra cerebral
infarction
DK: - DL: Decomp.cordis
DM II NO Bronchopneumonia
Komplikasi: pasien meninggal dunia
EKG: STC
Nicholin Neurocet Blopress Farmasol Vasotin Asering Kenalog in -ora base Ka En 3 B Digoksin Tensivask Aspar K Ekst. parasetamol Inj.ceftriakson Metformin Neurotam Polimixin B
Citikolin Pirasetam Valsartan Asetosal Dipiridamol Cairan elektrolit Kortikosteroid Natrium klorida+glukosa Digoksin Amlodipin bensilat Kalium L-aspartat Parasetamol Ceftriakson Metformin Pirasetam polimiksin
2 x 500 mg 4 x 3g 1 x 8 mg 3 x 100 mg 3 x 75 mg 20 tpm 3 x sehari 20 tpm 1x1 tab (0,25 mg) 1 x 10 mg 3 x 2 tab 1 tab K/P 2 gr/24 jam 2 x 500 mg 4 x 3 1 x I tab
SS SS DS DS DS SS SS
SS
AS
SS
SS
SS SS
SS SS SS
Valsartan+digoksin Valsartan+amlodipin bensilat Digoksin+amlodipin bensilat
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1110353 JK/usia: P/85 thn Lama dirawat: 8 hari DU: Decomp.cordis
gr IV etc. susp.HHD dengan edema pulmo
DK: - DL: CAP resiko IV
DM II NO dengan hiperglikemia HT stad.I
Komplikasi: -
EKG: LVH OMI antero septal
Lasix Digoksin Cedocard Aspar K Capoten T.aspilet Inj.ceftriakson Flumycil R L Azithromicin Furosemide
Furosemide Digoksin Isosorbid dinitrat Kalium L-aspartat Kaptopril Asetosal Ceftriakson Asetilsistein Natrium laktat Azithromicin Furosemide
1-1-0 2 x ½ 3 x 5 mg 2 x 1 3 x 12,5 mg 1 x 80 mg 1 gr / 12 jam 3 x CI 3 x 10 unit 1 x 500 mg 1-1-0
8 hari 8 hari 8 hari 4 hari 8 hari 3 hari 5 hari 5 hari 5 hari 1 hari 1 hari
SS SS SS SS SS SS SS
SS SS SS SS
Furosemide+digoksin Furosemide+kaptopril Digoksin+kaptopril
- -
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data
laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. M R: 0996158 JK/usia: P/5 thn Lama dirawat: 8 hari DU: Decomp.cordis DK: - DL: - Komplikasi: -
EKG: - Ceftriakson Claforan Rocephin Toradol Metoclopramid Transibroncho Kemicetin Cefiksim Aldacton Alinamin F
Ceftriakson Cefotaksim Ceftriakson Ketorolak trometamol Metoklopramid Ambroxol Kloramfenikol Cefiksim Spironolakton Tiamin tetrahidro –sulfuril disulfida basa
500 mg 1 x 500 mg 2 x 500 mg 3 x 15 mg k / P 3 x 1 cth 5 mg/kg/x 1 x ½ 3 x 50 mg
1 hari 4 hari 4 hari 4 hari 4 hari 4 hari 4 hari 4 hari 4 hari
SS SS AS SS
SS SS
SS SS SS
- - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 0376961 JK/usia: P/67 thn Lama dirawat: 4 hari DU: Gagal ginjal -
terminal
DK: - DL: - Komplikasi: Decomp.cordis Anemia Bronchopneumonia
EKG: OMI anterior
CaCO3 As. Folat Approval Radin Theranex Furosemide Nifedipin As.Mefe-namat Diabetion Osteocal Ketosteril Imunos Lasix Primperon Cefobid Aminophylin Rocatrol
Kalsium karbonat As. Folat Valsartan Ranitidin As. Traneksamat Furosemide Nifedipin As. Mefenamat Besiglukonat Kalsium-magnesium As. Essential Mineral Furosemide Pankreatin Sefoperazon Aminophylin Kalsitrol
3 x 1 3 x 1 1 x 1 2 x 1 3 x 1 2 x 1 1 x 10 mg 1 x 1 1 x 1 3 x 1 1 x 1 1 A/8 jam k / P 1 gr / 12 jam 3 x 1 1 x 1
4 hari 4 hari 4 hari 4 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
1 hari 1 hari
1 hari 1 hari 4 hari 4 hari 4 hari 2 hari 1 hari
SS SS SS SS SS SS SS
SS
SS SS
SS SS SS SS SS SS SS
Valsartan+furosemide
Valsartan+nifedipin Furosemide+kalsium karbonat
Val-sartan ter-hadap gagal ginjal
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1089561 JK/usia: P/23 thn Lama dirawat: 12 hari DU : effusi pleura
sinistra etc. specific proses
DK: - DL: Decomp.cordis
gr II etc. cardiomyopathyperipartum
Anemia nomositik-normokromik
Komplikasi: -
EKG: S T C
Ceftriakson Azithromicin Pavol Atrovent Pulmicort Sistenol Lanoxin Digoksin Lasix tab Kaptopril
Ceftriakson Azithromicin Parasetamol Ipratropium -bromida Budesonid Parasetamol Digoksin Digoksin Furosemide Kaptopril
2 gr / 24 jam 1 x 500 mg(I) 1 x 250 mg 3 x 1 K/P 2 cc 2 cc 3 x 1 K/P ½ A 2 x ½ tab 1/2 –0-0 2 x 6,25
7 hari 7 hari 1 hari 1 hari 1 hari 11 hari 1 hari 9 hari 3 hari 3 hari
SS SS
SS SS
SS SS SS SS SS SS
Digoksin+furosemide Digoksin+kaptopril Kaptopril+furosemide
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data
laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen
Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1067764 JK/usia: L/45 thn Lama dirawat: 15 hari DM : Gagal jantung gr
II DU: Gagal jantung gr IV
susp. Iskemik heart desease
DL: Insufisiensi renal - pyelolithiasis dextra post pyelolitektomi Hiperalbuminema
Komplikasi: -
EKG: OMI anteroseptal LV strain
Inj. Lasix Aspar K Inj. Dolana ISDN Kaptopril Laxadin -sulfa Ceftriakson T. aspilet Radin Nephrolitot-omi Siprofloxad-in ext. Diazepam
Furosemide Kalium L-aspartat Tramadol Isosorbid dinitrat Kaptopril Parafin Ceftriakson Asetosal Ranitidin Heksamin Siprofloksasin Diazepam
2 A / 8 jam 3 x 1 1 A K/P 3 x 5 mg 3 x 6,25 mg 3 x 1 Ct 1 gr / 12 jam 2 x 80 mg 1 A / 8 jam 20-1-200 2 x 500 mg 2000cc/24 jam
15 hari
15 hari 3 hari 12 hari 12 hari 12 hari
6 hari 12 hari 3 hari
1 hari
4 hari
1 hari
AS SS SS SS SS SS
SS SS SS SS
SS
SS
Furosemide+kaptopril - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. M R: 0723488 JK/usia: L/10 bln Lama dirawat: 8 hari DM: Tetralogi fallot DU: Decomp. Cordis DL: Ventrikel –tunggal
Atresia –pulmonal Transposisi –arteri besar
Komplikasi: -
EKG: Ventrikel tunggal TGA P A Kolateral
Cefotaxim Parasetamol Lasix I Aldacton Ambroxol Avil Digoksin Ekst. Lasix Ketotifen Cotrimoxazol
Cefotaxim Parasetamol Furosemide Spironolakton Ambroxol Feniramin maleat Digoksin Furosemide Ketotifen Cotrimoxazol
3 x 320 mg 3 x 70 mg K/P 1 x 5 mg (I) 2 x 5 mg (II) 1 x ¼ tab (I) 2 x ¼ tab (II) 3 x 2/15 tab 3 x 1/6 tab 2 x 1/7 tab 3 mg 2 x ¾ tab 2 x 30 mg
7 hari 8 hari 6 hari 1 hari 6 hari 1 hari 3 hari 7 hari 6 hari 1 hari 4 hari 4 hari 4 hari
SS SS AS AS AS AS SS SS SS SS SS DS DS
Digoksin+furosemide Digoksin+spirono-lakton
- -
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 0943296 JK/usia: L/54 thn Lama dirawat: 5 hari DM: Broncho-
pneumonia
DU: Decomp.cordis Atrial septal deffect
DL: Decomp. cordis Komplikasi: -
EKG: ASD secundum basah Dextroposisi
Nebulizer -bricasma
Lasix Digoksin Aldacton Nebulizer –ventrikel
Terbutalin sulfat Furosemide Digoksin Spironolakton Terbutalin sulfat
½ A K/P 20 mg 2 x 0,1 mg 2 x ½ tab ½ A K/P
3 hari 4 hari 4 hari 3 hari 3 hari
DS
SS SS SS SS
Digoksin+furosemide - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1114971 JK/usia:P/24 th
Lama dirawat: 3 hari
DM: Decomp.cordis gr IV etc.susp. IHD/HHD
DU: Decomp.cordis gr I-II etc.susp. IHD dd cardiomyopathi
DL: Obesitas Komplikasi: -
EKG: STC HR 140 x / mnt Poor wave progression dd OMI antero septal kardiomyopathi
Inj. Lasix Kaptopril ISDN T. aspilet Aspar K
Furosemide Kaptopril Isosorbid dinitrat Asetosal Kalium L-aspartat
1 A/ 8 jam 2 x 6,25 mg 3 x 5 mg 2 x 80 mg 3 x 1
4 hari 4 hari 4 hari 4 hari 4 hari
SS SS DS SS SS
Furosemide+ kaptopril
- -
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 0503376 JK/usia: P/13 thn Lama dirawat: 7 hari DU: Decomp.cordis
Atrial septal -deffect -secundum HT pulmonal
DK: - DL: Down syndrome
Asthma bronkiale
Komplikasi: Down syndrome Asthma bronkiale
EKG: Hipertrophi ventrikel kanan dan kiri
AV blok derajat I
Cefadroxil Digoksin Aminophylin Aldacton Lasix Ambroxol
Cefadroxil Digoksin Aminophylin Spironolacton Furosemide Ambroxol
2 x 400 mg 2 x 0,1 mg 2 x 60 mg 2 x 12,5 mg 1 x 20 mg 3 x 1 cth
7 hari 7 hari 7 hari 7 hari 7 hari 7 hari
DS SS SS SS SS SS
Digoksin+furosemide Digoksin+spirono-lakton
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1087282 JK/usia: P/65 thn Lama dirawat: 3 hari DU: ischaemic heart
desease
DK: - DL: - Komplikasi: -
EKG: NSR
Fluimycil Digoksin Inj. Lasix Becombion F Primperon Profenid Nebulizer Ventolin Flexotide
Asetilsistein Digoksin Furosemide Vit.B komplek Pankreatin Ketoprofen Terbutalin sulfat Salbutamol Flutikason - propionat
2 x 1 capsul 1 x ½ tab 1 A 2 x 1 1 A 4 x 1 4 x 1
3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 2 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
SS SS SS SS SS SS SS SS SS
Digoksin+furosemide - -
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1067681 JK/usia: P/12 thn Lama dirawat: 15 hari
DU: Demam rematik akut
DK: - DL: Decomp.cordis
Prolaps ringan Komplikasi: -
EKG: Sinus takikardi
Asetosal Prednison Ospen Dulcolax
Asetosal Prednison Phenoxymetil –penicillin Bisacodil
4 x 1 tab (I) 3 x 1 tab (II) 3 x ½ tab (I) 2-1-1 tab (II) 1-1-1 tab (III) 3 x 1 tab (250 mg) 1 x 1
7 hari 8 hari 7 hari 7 hari 1 hari 15 hari 1 hari
DS
SS
DS
SS
- - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. M R: 1098285 JK/usia: P/5 thn Lama dirawat: 30 hari DM: Decomp.cordis DU: Decomp.cordis DL: DA ventrikel
septal deffect
Komplikasi: Endokarditis
EKG: -
Lasix Aldacton Prednison Digoksin Ampicillin Gentamisin Glostrum Dulcolax Cefotaksim Candistin Curvit Parasetamol Avil
Furosemide Spironolacton Prednison Digoksin Ampicillin Gentamicin Multivitamin Bisacodil Cefotaksim Nistatin Vitamin Parasetamol Feniramin –maleat
1 mg/kgBB 2 x ½ tab 2 mg/kgBB/hr 2 x ¼ tab 4 x 600 mg 2 x 30 mg 1 x cth 1 x 1 3 x 800 mg 3 x cs 1 x cth 120 mg k/p ½ tab
19 hari 30 hari 1 hari 27 hari 19 hari 29 hari 27 hari 1 hari 8 hari 8 hari 8 hari 1 hari 5 hari
SS SS AS SS AS AS SS SS SS SS SS SS SS
Digoksin+furosemide
Digoksin+spirono-lacton
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data
laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1072124 JK/usia: P/65 thn Lama dirawat: 10 hari DU: CLL DK: - DL: Decomp.cordis Komplikasi: -
EKG: STC NSR Ischaemic antero septal
Sistenol Aspar K Capoten Inf. KaEN -3B Miovitam Cedocard Allopurinol Lanaxin T. aspilet Kaptopril Q – ten Levichol Urdafark Dulcolax
Parasetamol Kalium L-aspartat Kaptopril Natrium klorida Multivitamin Isosorbid dinitrat Allopurinol Digoksin Asetosal Kkaptopril Ubikuinon Multivitamin As.Urso-deoksikolat Bisacodil
K /P 2 x 6,25 mg (I) 2 x 12,5 mg (II) 20 tts/1 mnt 2 x 1 tab 1 x 300 mg 1 tab 1 x 1 k/p 3 x 6,25 mg 1 tab 1 tab 1 tab 1 tab
10 hari 9 hari 8 hari 2 hari
9 hari
10 hari 7 hari 5 hari 3 hari 7 hari 7 hari 3 hari 1 hari 6 hari 6 hari 1 hari
SS SS SS SS
SS
SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS
Digoksin+kaptopril
- -
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1112316 JK/usia: P/32 thn Lama dirawat: 7 hari DU: Post BMV pada
decomp.cordis gr IV etc. MS severe
DK: - DL: - Komplikasi: -
EKG: LVH LAH
Inj. Ceftriakson
Lasix Aldacton Fluimycil Inj. Dexamethason Ospen Pralax
Ceftriakson Furosemide Spironolacton Asetilsistein Dexamethason Phenoxymetil -penicillin Sefalexim
1 gr/ 12 jam ½-0-0 12,5;1-0-0 3 x CI 1 A/12 jam 2 x 1 1 x 1 CII
4 hari 4 hari 6 hari 6 hari 7 hari 3 hari 3 hari
SS SS DS
SS
DS DS
- - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1075906 JK/usia: L/11 thn Lama dirawat: 12 hari DU: Decomp.cordis
kiri
DK: - DL : Penyakit jantung
-rematik Mitral stenosis Mitral -insufisiensi
Komplikasi: -
EKG: Right bundle - branch block
Atrial fibrilasi
Digoksin Lasix Aldacton Ospen As.Salisilat Prednison Antasida Phenoxymetil -penicillin
Digoksin Furosemide Spironolacton Phenoxymetil -penicillin As. Salisilat Prednison Antasida Phenoxymetil -penicillin
2 x 0,125 mg 1 x 40 mg 1 x 40 mg, 2 hari sekali 1 x 40 mg 1 x 25 mg 1 x 25 mg, 2 hari sekali 3 x 250mg/hari 3 x 500mg/hari 2 mg/ kgBB/hari 15 tab (5-5-5) K/P 3 x 250 mg
12 hari 9 hari 4 hari 3 hari 7 hari 4 hari 7 hari 11 hari 11 hari 11 hari 4 hari
SS SS SS
DS SS SS
SS
SS SS
SS SS
Digoksin+furosemide Digoksin+spirono-lacton
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1085908 JK/usia: P/5 bln Lama dirawat: 7 hari DU: Decomp.cordis DK: -
DL: Dextrocardia, ASD besar, PDA kecil, TI trivial Hidrosefalus Conjunctiviti
Komplikasi: -
EKG: Sinus takikardi Ventrikel ekstrim sistole paroxi
HBO2 Parasetamol Largactil Vitamin B1 KCl Cefotaxim Amikasin Digoksin
HBO2 Parasetamol Klorpromasin Vitamin Kalium klorida Cefotaxim Amikasin Digoksin
3 x 35 mg 3 x 3,5 mg 2 x 50 mg 3 x 90 mg 3 x 350 mg 2 x 27 mg 0,1 mg/8 jam (I) 0,05 mg/8 jam (I) 0,05 mg (I) 2 x 0,03 mg (II)
7 hari 7 hari 7 hari 5 hari 6 hari 6 hari 1 hari 6 hari
DS AS SS SS SS AS SS
SS
- - -
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data
laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 0714317 JK/usia: L/7 thn Lama dirawat: 14 hari DM: Decomp.cordis DU: Decomp.cordis
PJB asianotik USD dg endokarditis
Komplikasi: -
EKG: - Ampicillin Gentamicin INH Rifampicin Pirazinamide Vit B6
Ampicillin Gentamicin INH Rifampicin Pirazinamide Vitamin B6
4 x 1 gr 2 x 45 mg 10 mg/kgBB/hari, 1 x 1 15 mg/kgBB/hari, 1 x 1 25 mg/kgBB/hari, 2 x 1 1 x 1, 10 mg
13 hari
13 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari
AS
DS
SS
AS
AS
SS
- - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1074618 JK/usia: L/50 thn Lama dirawat: 1 hari DM: Penurunan -
kesadaran etc. encephalitis
DU: Penurunan -kesadaran etc. encephalitis
DL: Decomp.cordis gr II etc. susp. cardiomyopathi
Komplikasi: -
EKG: Tall T
Lasix Aspar K Ceftriakson Sistenol Inj. Nicholini Inj. Zeftrix Inj. Tyason
Furosemide Kalium L-aspartat Ceftriakson Parasetamol Citikolin Ceftriakson Ceftriakson
1 A/12 jam 2 x 1 1 gr/12 jam 3 x 1 2 x 250 mg 2 x 1 1 x 1
1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
SS DS
SS SS SS SS SS
- - -
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas
Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1112927 JK/usia: P/49 thn Lama dirawat: 3 hari DM: Decomp.cordis
gr.II etc.susp. IHD/HHD
DU: Decomp.cordis gr.II etc.susp. IHD/HHD
DL: HT stad.II Komplikasi: -
EKG: Sinus rhythm VPB frekuen LBBB inkomplet
Furosemide Aspar K Kaptopril Cordaron T. aspilet Alupent
Furosemide Kalium L-aspartat Kaptopril Amiodaron -hidroklorida Asetosal Orsiprenalin -sulfat
1 A/12 jam 2 x 1 tab 3 x 12,5 mg 1 x 100 mg 2 x 80 mg 2 x 1
3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 1 hari
SS SS DS DS
SS DS
Furosemide+kaptopril
Furosemide+amio-daron hidroklorida
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas
Data
laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1096201 JK/usia: L/1 bln Lama dirawat: 10 hari DU: Decomp.cordis DK: - DL: Patent ductus -
arteriol
Insufisiensi mitral anemia
Komplikasi:
EKG: -
Digoksin Vitaplet Dibekasin Ampicillin Avil Cefotaxim Parasetamol
Digoksin Multivitamin Dibekasin Ampicillin Feniramin -maleat Cefotaxim Parasetamol
2 x 1/5 tab 1 x 0,3 cc 2 x 4,5 mg 10 mg/kg/hr, 2 x 175 mg 3 x ¼ tab 2 x 175 mg k/p 50 mg k/p
10 hari
9 hari 9 hari 3 hari 8 hari 5 hari 1 hari
SS SS SS SS
SS
SS DS
- - -
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas
Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 0438726 JK/usia: P/65 thn Lama dirawat: 3 hari DM: Decomp.cordis
gr II etc.susp. IHD/HHD
Gastroenteritis -akut tanpa dehidrasi
DU : Decomp.cordis gr II
DL: HHD/IHD Gastroenteritis -akut tanpa dehidrasi AFRVR-AFNVR
Komplikasi: -
EKG: AFNVR 80 x / 1 mnt
Digoksin Cordaron Kaptopril Ranitidin New diatab ISDN Aspar K Cotrimo-xazol Lasix
Digoksin Amiodaron - hidroklorida Kaptopril Ranitidin Attapulgit aktif Isosorbid dinitrat Kalium L-aspartat Cotrimoxazol Furosemide
1 x ½ tab 1 x 1 3 x 1, 12,5 mg 1 A/8 jam (I) 1 A/12 jam (II) 3 x 1 3 x 1 1 x 1 480 mg, 2 x 2 ½-½-0
3 hari 3 hari 3 hari 2 hari 1 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 2 hari
SS DS
DS SS DS SS DS SS SS
DS
Digoksin+amiodaron Digoksin+kaptopril Digoksin+furosemide Furosemide+amio-daron Kaptopril+furo-semide
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas
Data
laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1066903 JK/usia: L/52 thn Lama dirawat: 17 hari DM: Diabetes mellitus DU: Gagal ginjal -
terminal Diabetes mellitus
DK: pasien meninggal dunia
Komplikasi: Gagal jantung Anemia Edema pulmo
EKG: -
Blopress Norvask Diabetion Vometa Lasix Ketosteril Kaptopril Cefobid Vitacal
Valsartan Amlodipin -bensilat Besi-glukonat Domperidon Furosemide As. Amino -essential Kaptopril Sefoperazon Mineral
Dosis tidak dicantumkan, maka digunakan dosis dewasa pada standar
- SS Kaptopril+amlodipin Kaptopril+furosemide Valsartan+amlodipin Valsartan+furosemide Amlodipin+furosemide
Val-sartan ter-hadap gagal ginjal
-
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas
Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1108327 JK/usia: L/38 thn Lama dirawat: 5 hari DM: Decomp.cordis
Infeksi sekunder -paru-paru
DU: Cor pulmonale Decomp.cordis
DK: Cor pulmonale Decomp.cordis Hiperuricemia
DL: Penyakit paru obstruktif kronis
Komplikasi:
Gagal napas
EKG:
-
Inj. Furosemide
Inj. Ceftriakson Azitromycin Flumycil
Inj. Furosemide Inj. Ceftriakson Azitromycin Asetilsistein
1 A / 24 jam 1 gr / 12 jam 1 x 500 mg (I) 1 x 250 mg (II) 3 x 1
5 hari 5 hari 5 hari 5 hari
SS
SS SS SS SS
- - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas
Data laboratorium
Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1085116 JK/usia: P/10 thn Lama dirawat: 8 hari DM: Decomp.cordis DU: Sindroma -
Nefrotik
DK: Decomp.cordis ASD II besar PJB asiakotik Sindroma -nefrotik ISK
DL: Decomp.cordis Inf.saluran -kemih
Komplikasi: -
EKG: -
Digoksin Lasix Aldacton Prednison Ampicillin INH Rifampisin Pirazinamid Vitamin B6
Digoksin Furosemide Spironolacton Prednison Ampicillin Isoniazid Rifampisin Pirazinamide Vitamin B6
2 x 0,125 mg 2 x 12,5 mg 2 x 12,5 mg 4-3-3 4 x 306 mg 1 x 220 mg 1 x 220 mg 1 x 350 mg 1 x 5 mg/x
8 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari
SS SS SS SS AS SS SS DS SS
Digoksin+furosemide Digoksin+spirono-lacton
- -
( Lanjutan ) Peresepan Analisis Peresepan Identitas
Data
laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama pakai
Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1099914 JK/usia: P/14 thn Lama dirawat: 22 hari DM: - DU: Dilated -
cardiomyopathi
DK: - DL: Decomp.cordis
Hiponetremia Hiperbilirubine -mia obstruktif
Komplikasi: -
EKG: -
Lasix Digoksin Kaptopril Dobutamin Valium Oralit Vit.B1 Aminoleban
Furosemide Digoksin Kaptopril Dobutamin Diazepam Oralit Vit. B 1 Nutrisi
2 x 400 �g 2 x ½ tab 2 x 12,5 mg 4 cc/ jam 1 x 2 mg k/p k/p 2 x 100 mg 2 x ¼ tab
22 hari 22 hari 22 hari 22 hari 22 hari 22 hari 22 hari 22 hari
DS SS DS SS SS SS SS SS
Furosemide+digoksin Furosemide+kaptopril Digoksin+kaptopril
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Peresepan Analisis Peresepan Identitas
Data laboratorium Obat paten Nama generik Dosis regimen Lama
pakai Dosis Interaksi K I*) Efek samping**)
No. MR: 1030235 JK/usia: P/50 thn Lama dirawat: 1 hari DM: CRF DU: Gagal ginjal -
terminal Diabetes mellitus
DK: CRF DL: - Komplikasi: Decomp.cordis Asidosis metabolit Anemia
EKG: -
Blopress Norvask Furosemide CaCO3 As. Folat Natrilix Aqulam Uradium Cyproxin
Valsartan Amlodipin -bensilat Furosemide Kalsium karbonat Asam folat Indapamid Aqulam Uradium Siprofloksasin
1 x 16 mg 1 x 5 mg 3 x 1 3 x 1 3 x 1 1 x 1 1 x 1 2 x 1 2 x 1
1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
DS SS
AS SS SS SS SS SS SS
Valsartan+amlodipin Valsartan+furo-semide Valsartan+indapamid Amlodipin+furo-semide Amlodipin+inda-pamid Furosemide+inda-pamid
Valsar-tan ter-hadap gagal ginjal
-
Keterangan :
� No. M R : Nomor Medical Record (rekam medik) pasien rawat inap Rumah Sakit DR.. Sardjito � J K : Jenis Kelamin � D M : Diagnosis Masuk � D U : Diagnosis Utama � D K : Diagnosis Keluar � D L : Diagnosis Lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
� HHD : Hipertensi Heart Disease � IHD : Ischaemic Heart Disease � HT : Hipertensi � CKD : Chronic Kidney Disease � ISK : Infeksi Saluran Kemih � CRF : Chronic Renal Failure � PJB : Penyakit Jantung Bawaan � ASD : Atrial Septal Deffect � GEA : Gastroenteritis Akut � AIHA : Auto Immune Haemolytic Anemia � AHD : Anemia Heart Disease � DM : Diabetes Mellitus � CLL : Chronic Limphocyt Leucek � BMV : Balening Mitral Valvuloplasthy � PDA : Patent Ductus Arteriosus � UAP : Unstable Angina Pectoris
� K I*) : adalah obat-obat kardiovaskuler yang kontraindikasi terhadap penyakit gagal jantung pasien atau kondisi-kondisi khusus yang menyertainya seperti yang tersebut dalam hasil diagnosis, (contoh : valsartan kontraindikasi terhadap kondisi khusus gagal ginjal yang menyertai gagal jantung pasien).
� Efek samping**) : adalah obat-obat kardiovaskuler yang mampu memperparah kondisi-kondisi khusus yang menyertai gagal jantung pasien seperti yang tertera dalam hasil diagnosis, (contoh : kaptopril yang akan memperburuk kondisi anemia yang menyertai gagal jantung pasien).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI