Download - Respon Seluler Terhadap Jejas
BLOK IV
MODUL 3
ADAPTASI, CEDERA, dan KEMATIAN SEL
KELOMPOK 4
Tutor : drg. Franky Oscar, Sp.BM
Ketua : Metta Shanti (1212007)
Sekretaris : Astuti Nadapdap (1212030)
Anggota :
Eries Sejahtera (1012007)
Sharon Amelia Siantar (1212002)
Jessica Noviana (1212006)
Dhinda Delima Hasdah F (1212021)
Lucia Trinovena Lasse (1212031)
Agnesia Handriana (1212032)
Khairani Puteri (1212039)
Freiza Nabila (1212040)
Fendy Chahyadi (1212041)
M. Iqbal R (1212042)
Program Studi Kedokteran Gigi
Universitas Kristen Maranatha
Bandung
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa atas
bimbingan-Nya sehingga makalah “Adaptasi, Cidera, dan Kematian sel”
dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pelaksanaan penyempurnaan tugas makalah ini.
Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas tutorial modul
ketiga pada blok empat. Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah
berusaha sebaik mungkin untuk melakukannya dengan penuh kesungguhan
dan keseriusan sehingga besar harapan kami di kemudian hari makalah ini
bisa membantu orang-orang yang membutuhkannya. Kami juga menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat
menerima apabila ada kritik, saran, serta masukan yang membangun guna
perbaikan di masa yang akan datang .
Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih
atas perhatian dan dukungannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Semoga makalah ini dapat membantu pengembangan topik
makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat. Terima kasih.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar isi ................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan ................................................................................................1-4
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................1-2
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Analisis Masalah..................................................................................2
1.4 Tujuan Pembelajaran ..........................................................................3
1.5 Terminologi..........................................................................................3-4
BAB II Isi.............................................................................................................5-28
2.1 Sel ......................................................................................................5-9
2.2 Otot polos, otot skelet, dan otot jantung…..……..............................9-12
2.3 Histologi pembuluh darah…………………...……………..............12-15
2.4 Sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi………………………....15-21
2.5 Definisi dan Etiologi jejas………………………….…………....…21-22
2.6 Bentuk Adaptasi Sel……………………………….…………..…..23-25
2.7 Respon sel terhadap jejas………………………………...………...25-28
BAB III Kesimpulan ........................................................................................29
BAB IV Daftar Pustaka.....................................................................................30
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ( Skenario)
Tn. S, usia 60 tahun adalah seorang penderita post-stroke pada oatak
kanan karena
iskemia . Tn. S didiagnosis stroke sejak 3 bulan yang lalu dan kini tengah
menjalani program rehabilitasi untuk memulihankan keadaannya.
Pemeriksaan Fisik:
Tanda Vital : Tekanan darah : 160/85mmHg, Respirasi : 20x/menit, Nadi :
80x/menit, Suhu : 37oC
Status Generalis :
Kepala: conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Leher : dalam bats normal
Thorax :
Pulmo dalam bats normal
Jantung : bunyi jantung murmur (+), bats jantung kiri (tepat
pada linea axillaris anterior)
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas :
Reflex fisiologis +/
Reflex patologis -/+
Atrofi pada lengan dan tungkai kiri (+)
4
Laboratorium :
Glukosa puasa : 90 mg/dL
Glukosa darah 2 jam pp : 110 mg/dL
Kolesterol total : 250 mg/dL
Kolesterol LDL : 140 mg/dL
Kolesterol HDL : 40 mg/dL
Trigliserida : 145 mg/dL
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah setiap penderita stroke yang menjalani rehabilitasi dapat
pulih sepenuhnya?
1.2.2 Mengapa orang stroke mengalami atrofi?
1.2.3 Adakah hubungan hipertensi dengan stroke?
1.2.4 Apa saja penyebab dari iskemia?
1.2.5 Apakah dari pemeriksaan tanda vital ada keadaan yang tidak
normal?
1.2.6 Apa hubungan hipertensi dengan kolesterol?
1.3 Analisis Masalah
1.3.1 Belum tentu dapat pulih sepenuhnya
1.3.2 Karena otot penderita jarang digunakan
1.3.3 Ada,karena tekanan pembuluh darah yang tinggi menyebabkan
pecahnya pembuluh darah
1.3.4 Diduga karena kolesterol yang tinggi
1.3.5 Ada, pada pemeriksaan tekanan darah penderita di dapat tidak
normal
5
1.4 Tujuan Pembelajaran
1.4.1 Terminologi
1.4.2 Mengetahui Sel, Organel Sel, serta fungsinya
1.4.3 Mengetahui Jaringan Otot
1.4.4 Mengetahui sistem sirkulasi
1.4.5 Menjelaskan definisi jejas
1.4.6 Etiologi jejas
1.4.7 Menjelaskan bentuk-bentuk adaptasi sel
1.4.8 Menjelaskan respon terhadap jejas (kematian sel)
1.5 Terminologi
1.5.1 Post-stroke: fase setelah stroke (suatu kondisi dimana terjadi
gangguan otak yang bersifat global, yang menyebabkan kecacatan
bahkan kematian, dimana penyebab timbul lebih dari 24 jam dan
penyebabnya adalah gangguan pembuluh darah yang menuju otak
atau di daerah otak).
1.5.2 Iskemia: defisiensi darah terhadap suatu bagian, biasanya akibat
konstriksi fungsional atau obstruksi pembuluh darah.
1.5.3 Conjunctiva anemis: conjunctiva yang berwarna pucat (anemis:
penurunan jumlah eritrosit dan kuantitas hemoglobin dalam darah
yang dibawah normal).
1.5.4 Sclera ikterik: sclera (lapisan luar bola mata yang liat dan normalnya
berwarna putih) yang berwarna kekuningan (ikterik: perubahan
warna kuning pada kulit, selaput lender dan bagian putih mata yang
disebabkan oleh peningkatan jumlah bilirubin di dalam darah).
1.5.5 Murmur: bunyi auskultasi, terutama bunyi periodic berdurasi singkat
berasal dari jantung atau pembuluh darah.
1.5.6 Kolesterol LDL: low-density lipoprotein; adalah lemak yang
berlebih yang tidak dapat diserap lagi, sehingga disebut lemak jahat.
(batas normal: < 130 mg/dL).
6
1.5.7 Kolesterol HDL: high-density lipoprotein; adalah kolesterol baik,
menyerap lemak yang berlebihan (batas normal: > 35 mg/dL).
1.5.8 Pulmo: paru-paru.
1.5.9 Linea axillaris anterior: garis yang melintasi tepi axilla bagian depan
.
1.5.10 Atrofi: pengecilan ukuran sel, jaringan, organ atau bagian tubuh.
1.5.11 Jejas:keadaan yang mengganggu kemampuan sel-sel tubuh untuk
mempertahankan keadaan homeostatis tubuh yang normal.
7
BAB II
ISI
2.1 Struktur Sel dan Fungsinya
Sel adalah unit terkecil mahluk hidup. Terdapat dua tipe sel yaitu sel
prokariot dan sel eukariot. Perbedaannya adalah adanya membran yang
membungkus inti sel, sehingga membentuk kompartemen. DNA pada prokariot
tidak terorganisasi ke dalam nukleus sejati yang dikelilingi oleh selubung
nuclear atau nuclear envelope. Disamping itu, sel prokariot tidak memiliki
mitokondria dan kloroplas. DNA eukariot terorganisasi dalam nukleus dan
dikelilingi oleh selubung nucleus yang terdiri dari dua membrane bilayer. Tiap
sel dikelilingi oleh plasma membrane yang terbuat dari posfolipid lapis ganda
(bilayer). Dari membrane sel ke arah dalam, merupakan sitoplasma yang terdiri
dari cairan sel dan organel sel.
1. Intisel/nucleus
Inti bertugas mengendalikan semua aktivitas sel mulai metabolisme hingga
pembelahan sel. Pada sel eukariotik,inti diselubungi oleh membran inti
(karioteka) rangkap dua dan berpori.sedangkan pada sel prokariotik inti
tidak memiliki membran. Di dalam inti didapati cairan yang disebut
nukleoplasma, kromosom yang umumnya berupa benang kromatin, dan
anak inti (nukleolus) yang merupakan tempat pembentukan asam
ribonukleat (ARN).
2. Membran sel
Tersusun dari dari lapisan lipoprotein gabungan lemak dan protein. Membran
sel berperan penting untuk proses disiologis yang memungkinkan sel untuk
berkomunikasi dengan lingkunganya. Fungsi membran sel antara lain :
8
- Memelihara konsentrasi larutan sitosol yang berbeda dengan cairan
ekstraselular
- Transport ion, molekul, atau senyawa yang masuk dan keluar dari sel
- Berinteraksi dengan sel yang lainnya
- Tempat reaksi-reaksi imunologis
Struktur membran sel :
- Fosfolipid terdapat dua ruang yaitu ruang ekstraselular dan ruang
intraselular. Pada ruang ekstraselular terdapat fosfatidilkolin, spingomyelin,
glikolipid, kolesteerol, dan karbohidrat, sedangkan pada ruang intraselular
terdapat fosfatidilserin, fosfatidiletanolamin, dan fosfatidilinositol.
- Protein yang terdiri dari protein transmembran (integral) dan protein perifer.
Fungsinya adalah sebagai transporter ion, aktivitas enzimatik, reseptor
permukaan, identifikasi marker sel dan tempat perlekatan sitoskelet.
9
3. Beberapa organel dalam sel adalah:
a) RetikulumEndoplasma.
Retikulum endoplasma berhubungan dengan membrane bagian luar dari
selubung nukleus. Terdapat dua tipe retikulum endoplasma, yaitu
reticulum endoplasma halus dan reticulum endoplasma kasar. Retikulum
endoplasma kasar berada lebih dekat dengan nukleus. Retikulum
endoplasma halus merupakan area transisi dimana molekul kimia seperti
protein yang dibuat oleh sel disimpan di lumen untuk ditransportasikan
ke bagian sel lain. Potongan reticulum endoplasma halus disebut
vesikula yang terpotong dari retikulum endoplasma halus dan berpindah
ke tempat lain dalam sel untuk mentransfer isinya. Retikulum
endoplasma kasar disebut demikian karena memiliki organel yang
menempel pada retikulum endoplasma, yang menyebabkan terlihat kasar
jika dilihat menggunakan mikroskop elektron. Retikulum endoplasma
kasar dan asosiasinya dengan ribosom terlibat di dalam sintesis protein.
b) Ribosom adalah organel yang terlibat langsung dalam sintesis protein.
Terbuat dari RNA dan protein dan dibuat di nukleus (dari sebuah
template DNA), lalu keluar ke sitoplasma untuk melakukan fungsinya.
c) Aparatus golgi atau badan golgi berfungsi sebagai bagian sel pengirim
dan penerima. Material diterima saat vesicle bersatu dengan Golgi
10
apparatus dan dikirimkan ke bagian lain saat vesicle lepas. Material
sementara disimpan pada badan golgi dan beberapa reaksi kimia
selanjutnya terjadi di sana. Aparatus golgi merupakan organel
pendistribusi dan pengiriman untuk produk kimia sel. Aparatus golgi
memodifikasi protein dan lemak yang dibuat di reticulum endoplasma
dan menyiapkannya untuk diekspor ke luar sel.
d) Mitokondria ditemukan pada semua sel eukariot, biasanya dalam jumlah
banyak pada tiap sel. Mitokondria membakar gula untuk bahan
bakar/energy dalam proses respirasi seluler, sehingga mitokondria
disebut sebagai ‘mesin’nya sel. Mitokondria terdiri dari membrane luar
yang halus dan membrane dalam yang berlekuk yang dipisahkan oleh
ruang intermembran. Lekukan pada membrane dalam disebut krista dan
ruang di dalam membrane dalam disebut matrik mitokondria.
e) Lisosom memiliki fungsi utama sebagai pencerna (digestion) dan
mengandung degradative enzymes. Lisosom memecah produk-produk
limbah seluler dan debris dari luar sel menjadi komponen yang
sederhana yang ditransfer ke sitoplasma sebagai bahan materi
membangun sel baru. Lisosom Berbentuk kantong-kantong kecil dan
umumnya berisi enzim pencernaan (hidrolisis) yang berfungsi dalam
peristiwa pencernaan intra sel. Sehubungan dengan bahan yang
dikandungnya lisosom memiliki peran dalam peristiwa:
o pencernaan intrasel: mencerna materi yang diambil secara
fagositosis
o eksositosis :pembebasan sekrit keluar sel
o autofagi : penghancuran organel sel yang sudah rusak
o autolisis : penghancuran diri sel dengan cara melepaskan enzim
pencerna dari dalam lisosom ke dalam sel. Contoh peristiwa ini
adalah proses kematian sel secara sistematis saat pembentukan jari
tangan, atau hilangnya ekor berudu yang mulai beranjak
11
dewasa.Peroksisom merupakan badan mikro, berbentuk spherical
dan terikat oleh membrane tunggal.
f) Peroksisom atau Badan Mikro. Peroksisom merupakan kantong kecil
yang berisi enzim katalase, berfungsi menguraikan peroksida (H2O2)
yang merupakan sisa metabolisme yang bersifat toksik menjadi air dan
oksigen. Organel ini banyak ditemui pada sel hati. Glioksisom adalah
badan mikro pada tumbuhan, berperan dalam proses pengubahan
senyawa lemak menjadi sukrosa.
g) Sitoskeleton : jalur berpindahnya organella pada sel, terdiri dari:
o Mikrotubulus : membentuk pergerakan kromosom, organel, silia, &
flagella.
o Intermediate filament.
o Microfilament: membantu kontraksi otot, bentuk sel, & pergerakan
sitoplasma.
2.2 Jaringan Otot
Jaringat otot mempunyai fungsi untuk menghasilkan gerakan.
Gerakan ini termasuk gerakan tubuh secara keseluruhan maupun gerakan
bagian-bagian tubuh yang satu terhadap yang lain.Sel-sel otot berbentuk
panjang, maka sering juga disebut sebagai serat otot. Tetapi serat otot
berbeda dengan serat kolagen atau elastis karena sel otot mempunyai ini sel,
sehingg sel otot dikategorikan sebagai sel hidup.
Hampir semua jaringan otot berasal dari mesodermal, kecuali M.
Spinchter pupil dan mioepitel yang berasal dari jaringan ectodermal. Di
sekitar kumpulan serat otot, terdapat jadingan fibrosa yang berfungsi untuk
mengikat serat-serat otot dan membantu otot dalam melakukan kontraksi
agar lebih efektif. Di jaringan fibrosa berjalan pula serabut syaraf dan
terdapat pembuluh-pembuluh darah. Pembuluh darah diperlukan oleh
karena jaringan otot melakukan kerja mekanik, maka membutuhkan suatu
12
jala kapiler yang luas untuk memberi nutrisi dan oksigen dan juga untuk
membuang sisa-sisa metabolisme yang toksik.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, otot diklasifikasikan dalam 3 kelompok.
1. Otot polos / otot visceral
Memiliki 1 inti di tengah
Berbentuk gelondong
Tidak dipengaruhi oleh kehendak (involunter)
Menanggapi rangsangan secara lambat
Terutama terdapat pada organ-organ berongga (contoh: saluran
pencernaan, pernafasan, dinding pembuluh darah)
Kontraksinya dipengaruhi oleh system syaraf otonom, tetapi ada
juga yang dipengaruhi oleh hormon
Beberapa otot polos juga mempunyai kemampuan untuk mensintesis
protein
2. Otot skelet / otot bercorak
Memiliki banyak inti di tepi
Berbentuk silindris
Dipengaruhi oleh kehendak (volunteer)
Menanggapi rangsangan dengan cepat
Memiliki daerah gelap terang yang tersusun rapi / lurik
Melekat pada tulang atau fascia
Berdasarkan sifat gerakan:
o Gerak antagonis: terjadi apabila otot-otot pendukungnya
bekerja saling berlawanan, yaitu satu otot berkontraksi dan
otot pasangannnya berelaksasi
o Gerak sinergis: Terjadi apabila otot-otot pendukungnya
bekerja saling mendukung. Artinnya, otot-otot tersebut
13
berkontraksi secara bersamaan dan berelaksasi pun secara
bersamaan untuk menghasilkan suatu gerak.
3. Otot jantung
Memiliki banyak inti di tengah
Berbentuk seperti otot lurik, silindris, namun bercabang membentuk
anyaman
Bekerja seperti otot polos, yakni tidak sadar/involunter.
Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini
tersusun atas serabut lurik yang bercabang-cabang dan saling berhubungan
satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti
yang terletak di tengah sarkoplasma.
Otot jantung bekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut
juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom.
Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah
lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di
jantung.
Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung
menguncup dan mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh.
Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu
pertemuan dua sel yang tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop. Fungsi
otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.
14
Perbedaan Otot Lurik, Otot Polos, dan Otot Jantung pada Jaringan Otot
2.3 Histologi Pembuluh Darah
2.3.1 Pembuluh Darah Kecil
Arteri kecil / Arteriol
15
Tunika intima:
- Terdiri dari selapis sel endotel.
- pada arteriol yang sangat kecil tidak ditemukan membrana elastika interna.
- membrana elastika interna ditemukan pada arteriol dengan ukuran 40μ atau
lebih.
Tunika media:
- terdiri dari otot polos yang tersusun konsentris 1-5 lapis.
Tunika adventitia:
- terdiri dari jaringan ikat yang mengandung serabut kolagen dan elastis.
- tidak terdapat mmbrana elastika eksterna.
Vena kecil / Venula
Tunika intima:
- terdiri dari selapis sel endotel.
- tidak didapatkan membrane elastika interna.
Tunika media:
- terdiri atas otot polos.
- pada bagian ini lebih tipis dari pada arteriol.
Tunika adventitia:
- terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastis.
2.3.2 Pembuluh Darah Sedang
Arteri sedang / Arteri Muskuler
Tunika intima:
- Terdiri dari selapis sel endotel gepeng.
- sel endotel langsung melekat pada membrana elastika interna.
Tunika media:
16
- Terdiri dari lapisan ototpolos yang tersusun konsentris.
- di bagian luarnya terdapat membrana elastika eksterna yang lebih tipis dari
pada membrana elastika interna.
Tunika adventitia:
- terdiri dari jaringan ikat longgar yang memiliki fibroblast.
- terdapat berkas elastin dan kolagen yang memanjang.
Vena sedang
Tunika Intima:
- Terdiri dari selapis sel endotel gepeng.
- antara tunika intima dan media dibatasi anyaman serabut elastis.
- membrane elastika interna tidak membentuk lapisan yang kontinyu.
Tunika Media:
- lebih tipis dari arteri sedang
- terdiri dari otot polos sirkuler yang dipisahkan oleh kolagen yang
memanjang.
Tunika Adventitia:
- terdiri dari jaringan ikat longgar dengan berkas-berkas elastin dan kolagen.
- tunika adventitia lebih tebal daripada tunika media.
2.3.2 Pembuluh Darah Besar
Arteri Besar
Tunika intima:
- terdiri dari selapis sel endotel polygonal.
- dibawah endotel terdapat lapisan sub endotel yang berasal dari anyaman
serabut kolagen.
- otot polos dan serabut elastis bercabang yang saling berhubungan
membentuk fibroblast
Tunika media:
17
- terdiri dari lembaran elastis yang konsentris dan berlubang-lubang sehingga
disebut membrana elastika fenestrate
- diantara membrana elastika fenestrate terdapat sel-sel otot polos
- terdapat membrane elastika interna seperti arteri sedang.
Tunika adventitia:
- terdiri dari jaringan ikat longgar
- relative lebih tipis dibandingkan tunika media
- Membrana elastika fenestrate paling luar dapat disebut juga membrana
elastika eksterna.
Vena Besar
Tunika intima:
- terdiri dari selapis sel endotel.
- terdapat jaringan ikat elastis.
Tunika media:
- sangat tipis.
- terdapat sedikit otot polos yang dipisahkan serabut kolagen.
Tunika adventitia:
- Merupakan lapisan utama dari dinding vena besar.
- tebalnya beberapa kali lipat dari tunika medianya.
- terdiri dari berkas – berkas otot polos longitudinal dan juga terdapat
jaringan pengikat.
2.4 Sistem Syaraf
Sistem syaraf dapat dibagi menjadi (1) sistem syaraf pusat/central
nervous system(CNS) (otak, medula spinalis) dan sistem syaraf
tepi/perpheral nervous system(PNS) (peripheral ganglia, syaraf-syaraf,
akhiran syaraf yang menghubungkan ganglia dengan SSP dan reseptor dan
effektor tubuh). SSP dan SST mempunyai morfologi dan fisiologis yang
berbeda.
18
Gambar : SSP dan SST
2.4.1 Sistem Syaraf Pusat (Central Nervous System)
Sistem syaraf pusat mengkoordinir susunan syaraf somatis/sadar dan
susunan syaraf otonom dalam mengatur fungsi tubuh. SSP disusun oleh
otak dan medula spinalis, keduanya berkembang dari neural tube dan
embryo. Komponen dasar SSP adalah neuron dan glia(oligodendroglia,
astrocytes, sel ependym dan microglia).
Sel Syaraf Utama
Neuron, terdiri dari badan sel saraf dengan tonjolan yang disebut
dendrit sebuah axon, selubung myelin, berkomunikasi satu dengan lainnya
melalui sinaps dengan perantaraan neurotransmiter. Neuroglia, yang
jumlahnya sekitar lima kali lipat dari jumlah neuron, merupakan sel yang
menyokong, mengisolasi, dan memberi nutrisi untuk jaringan saraf. Pada
susunan saraf pusat, neuroglia terdiri dari oligodendroglia, astrocytes, sel
ependym dan microglia
19
Gambar : komponen neuron
Otak
Bagian dari otak adalah belahan serebral, cerebellum, dan truncus
cerebri. Belahan cerebral terdiri dari bagian luar atau substansia
grisea(berwarna abu-abu), terdiri dari sel-sel tubuh dan bagian dalam, atau
substansia alba (berwarna putih) yang terdiri dari axon-axon, sedangkan
ruangannya diisi oleh cerebrospinal fluid (CSF).
Cerebellum mempunyai dua lobus lateral dan sebuah bagian di
tengahnya. Komponen dari batang otak didefinisikan sebagai diencphalon,
mesencephalon, pons dan medulla. Dalam penggunaan umum, istilah
‘batangotak’ biasanya menunjukkan mesencephalon, pons dan medulla
oblongata.
Medulla spinalis
Medulla spinalis merupakan bagian dari sistem syaraf pusat yang
terletak superior 2/3 dari canalis vertebra. Medula spinalis merupakan pusat
refleks murni.
Meninges
20
Gambar : meninges
Meninges adalah jaringan ikat yang menutupi dan mengelilingi,
melindungi dan menahan otak dan medula spinalis yang terdapat di cavitas
cranii dan canalis vertebral. Terbentuk dari 3 lapis membran :
Dura mater : lapisan paling luar dan paling tebal
Arachnoidea mater : lapisan lebih dalam dari duramater
Pia mater : lapisan yang menempel pada otak dan medula
spinalis
Meninges dan cairan otak (cerebrospinal fluid/CSF) mengelilingi dan
melindungi SSP.
2.4.2 Sistem Saraf Tepi (Perifer)
Sistem saraf perifer adalah saraf-saraf yang berada di luar sistem
saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), yang terdiri dari saraf dan
ganglia (tunggal ganglion). Ganglion adalah simpul-simpul saraf yang
berasal dari berbagai bagian tubuh.
Sistem saraf perifer merupakan saraf yang menyebar pada seluruh
bagian tubuh yang melayani organ-organ tubuh tertentu,seperti kulit,
21
persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain. Tidak seperti sistem
saraf pusat, sistem saraf perifer tidak dilindungi tulang. Sistem saraf perifer
disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari
otak, dan saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf
yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Sistem saraf perifer dapat dibedakan :
a. Sistem saraf somatik
Sistem saraf somatik (saraf sadar) merupakan sistem saraf yang
berada pada kulit, otot rangka, dan tendon yang bekerja menurut sistem
kesadaran kita. Fungsinya adalah menerima dan menghantarkan informasi
dari reseptor sensorik ke sistem saraf pusat dan menyampaikan perintah dari
sistem saraf pusat ke otot rangka. Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang
saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang. 12 pasang saraf
otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan
kulit. Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang
belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki,
tangan, dan otot lurik. Contoh dari sistem saraf somatis adalah sebagai
berikut :
1. Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga
akan sampai ke otak. Otak menterjemah- kan pesan tersebut dan
mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan
mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu.
2. Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan
menyampaikan informasi tersebut ke otak. Kemudian otak
mengisyaratkan pada tangan untuk menghidupkan kipas angin.
3. Ketika kita melihat kamar berantakan, mata akan menyampaikan
informasi tersebut ke otak, otak akan menterjemahkan informasi
tersebut dan mengisyaratkan tangan dan kaki untuk bergerak
membersihkan kamar.
22
b. Sistem saraf otonom
Sistem saraf otonom (tak sadar) merupakan bagian dari sistem saraf
pusat yang bekerja mengatur dan mengendalikan otot dan jantung, otot-otot
polos, dan sejumlah kelenjar secara permanen. Disebut sistem saraf otonom
karena sifat kerja sistem saraf ini tidak menuruti kemauan kita atau
kehendak kita.
Sistem saraf otonom terdiri atas :
- sistem saraf simpatik
Sistem saraf simpatik meliputi saraf-saraf keluar pada daerah
vertebrata torak dan vertebrata lumbar, oleh karena itu sistem
saraf ini disebut juga sistem saraf torakolumbar. Pada sistem
saraf simpatik, serabut-serabut saraf yang keluar dari sumsum
tulang belakang tidak langsung menuju efektor, melainkan
terlebih dahulu membentuk sinaps di dalam ganglion.
- Sistem saraf parasimpatik
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf
kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak
dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-
jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar
di seluruh tubuh. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang
berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada
sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung,
sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat
denyut jantung.
Sistem Saraf Parasimpatik Sistem Saraf Simpatik
Mengecilkan pupil Memperbesar pupil
23
Merangsang sekresi saliva
Memperlambat denyut jantung
Bronkus berkontraksi
Merangsang kerja pankreas
Kantung kemih berkontraksi
Merangsang kerja organ kelamin
Menghambat sekresi saliva
Mempercepat denyut jantung
Bronkus berdilatasi
Menghambat kerja pankreas
Kantung kemih berelaksasi
Menghambat kerja organ
kelamin
Tabel Fungsi Saraf Simpatik dan Parasimpatik
24
Gambar Fungsi Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik
2.5 Jejas
Struktur maupun fungsi sel diatur melalui program genetik,
diferensiasi, dan lain-lain pada sel normal. Sel akan selalu mempertahankan
keadaan homeostasis/steadystate terut. Beban fisiologik yang berat dapat
menimbulkan adaptasi selulerbaik fisiologi maupun morfologi sehingga
mencapai keadaan steady state yang berbeda atau baru.
2.5.1 Definisi Jejas
Jejas sel adalah keadaan yang mengganggu kemampuan sel-sel
tubuh untuk mempertahankan keadaan homeostasis yang normal .
2.5.2 Etiologi jejas:
25
1. Hipoksia
a. Daya angkut oksigen berkurang: anemia, keracunan CO
b. Gangguan pada sistem respirasi
c. Gangguan pada arteri: aterosklerosis
2. Jejas fisik
a. Trauma mekanis: ruptura sel, dislokasi intraseluler
b. Perubahan temperatur: vasodilatasi, reaksi inflamasi
c. Perubahan tekanan atmosfer
d. Radiasi
3. Jejas kimiawi
a. Glukosa dan garam-garam dalam larutan hipertonis yang dapat
menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan elektrolit
b. Oksigen dalam konsentrasi tinggi
c. Zat kimia, alkohol, dan narkotika
4. Agen biologik: virus, bakteri, fungi, dan parasit
5. Reaksi imunologik
a. Anafilaktik
b. Autoimun
6. Faktor genetik: sindrom Down, anemia sel sabit
7. Gangguan nutrisi: defisiensi protein, avitaminosis
2.6 Bentuk Adaptasi Selular
26
Terdapat 4 tipe adaptasi sel, yaitu :
1. Hipertrofi
Hipertrofi adalah pertambahan organ akibat adanya pertambahan ukuran sel
pada organ.
Etiologi : suatu respon adaptif yang terjadi apabila terjadi peningkatan
beban kerja suatu sel sehingga kebutuhan sel akan oksigen dan zat gizi
meningkat yang akan menyebabkan pertumbuhan sebagian besar struktur
dalam sel.
Hipertrofi dapat terjadi berupa fisiologik / patologik yang disebabkan oleh
peningkatan kebutuhan fungsional atau rangsangan hormonal spesifik.
Contoh :
Hipertrofi fisiologik
Terjadi pada jaringan yang terdiri atas sel permanen misalnya : otot skelet
pada binaragawan yg mengalami pembesaran otot.
Hipertrofi patologik
Terjadi pada jantung yang dipotong melintang, kapasitas jadi lebih mengecil
dan kerja jantung akan semakin berat.
2. Metaplasia
Perubahan reversibel dimana perubahan tersebut terjadi pada satu jenis sel
dewasa (epitel dan mesenkim) yang akan digantikan oleh sel dewasa
lainnya.
Etiologi : biasanya terjadi sebagai respon terhadap cedera atau iritasi yang
berkelanjutan sehingga menyebabkan atau menghasilkan peradangan kronis
pada jaringan. (sel-sel yang lebih mampu bertahan terhadap iritasi dan
peradangan kronis akan menggantikan jaringan semula)
Contoh :
27
Perubahan sel pada saluran pernafasan.
Perubahan ini terjadi dari perubahan sel epitel kolumnar bersilia menjadi sel
epitel skuamosa bertingkat (sebagai respon terhadap perokok dalam jangka
panjang)
3. Atrofi
Atrofi merupakan pengurangan ukuran yang disebabkan oleh mengecilnya
ukuran sel atau mengecilnya/berkurangnya (kadang-kadang dan biasa
disebut atrofi numerik) sel parenkim dalam organ tubuh.
Atrofi dapat disebabkan oleh berbagai faktor tergantung pada jenis atrofi
tersebut. Sebelum membahas mengenai penyebab terjadinya, maka harus
diketahui terlebih dahulu jenis-jenis atrofi agar pembahsannya lebih
spesifik. Secara umum, terdapat dua jenis atrofi, yaitu atrofi fisiologis dan
atrofi patologis.
Atrofi fisiologis : beberapa organ tubuh dapat mengecil atau menghilang
sama sekali selama masa perkembangan atau pertumbuhan.
Artrofi patologis : jika alat tubuh tersebut organ tubuh tersebut tidak
menghilang ketika sudah mencapai usia tertentu.
Secara umum, atrofi dapat terjadi karena hal-hal/kondisi berikut.
1. Kurangnya suplai Oksigen pada klien/seseorang
2. Hilangnya stimulus/rangsangan saraf
3. Hilangnya stimulus/rangsangan endokrin
4. Kekurangan nutrisi
5. Disuse/inaktivitas (organ tidak sering digunakan, maka akan
mengakibatkan pengecilan organ tersebut).
4. Hiperplasia
Hiperplasia merupakan suatu kondisi membesarnya alat tubuh/organ tubuh
karena pembentukan atau tumbuhnya sel-sel baru. Sama halnya dengan
atrofi, terdapat dua jenis hyperplasia, yaitu hyperplasia fisiologis dan
patologis. Contoh yang sering kita temukan pada kasus hyperplasia
28
fisiologis yaitu bertambah besarnya payudara wanita ketika memasuki masa
pubertas. Sedangkan hyperplasia patologis sering kita temukan pada serviks
uterus yang dapat mengakibatkan kanker serviks. Sel-sel pada serviks
tersebut mengalami penambahan jumlah. Biasanya hyperplasia ini
diakibatkan oleh sekresi hormonal yang berlebihan atau faktor pemicu
pertumbuhan yang besar.
2.7 Respon Seluler Terhadap Jejas
2.7.1 Nekrosis/Kematian Sel
Proses kematian sel disebut nekrosis. Kematian yang terutama
terjadi pada sel-sel secara individual maupun secara kelompok. Sebelum
terjadi proses kematian biasanya didahului oleh perubahan-perubahan ultra
struktural yaitu perubahan-perubahan morfologik sel karena jejas.
Etiologi nekrosis:
Iskemia (anoksia)
Agen fisik
Agen kimia
Agen biologis
Jenis-jenis nekrosis:
Nekrosis koagulative
Sitoplasma dari sel akan mati dan menjadi opague, disebabkan
karena koagulasi dari protein. Koagulasi sel yang terjadi akan berbentuk
massa yang terus masih ada walaupun gambaran interselulernya telah
hilang.
Etiologi nekrosis ini biasanya suatu iskemi yang berat yang terjadi
tiba-tiba, terjadi pada organ-organ ginjal, jaunting, glandula adrenal, juga
29
pada jejas kimiawi, misalnya keracunan HgCL pada tubulus renal
proksimal. Dasar koagulasi mungkin karena adanya denaturasi atau protein-
protein lainnya.
Nekrosis Koliguativa / nekrosis pencairan / liquefaction necrosis
Disini terjadi disolusi enzimatik yang berlansung cepat dan total
pada sel dengan akibat terjadi destruksi yang total diseluruh sel. Keadaan ini
paling sering terdapat di otak, juga ditemukan pada suatu abses
(pembentukan penanahan karena suatu infeksi, terbentuk suatu rongga yang
berisi pus). Pada abses terjadi proses autolysis/heterolysis, dimana akibat
local dari bakteri terjadi akumulasi dari leukosit, dan akumulasi ini terjadi
atas leukosit yang sudah mati yaitu berupa pus.
Nekrosis caseosa
Merupakan variasi tertentu dari nekrosis koagulativa yang
disebabkan infeksi kuman tubercolosa. Disebut caseosa karena sesuai
dengan gambaran morfologiknya, isi dari nekrosis terlihat berwarna putih
kuning seperti keju.
Histologik : daerah nekrosis tampak sebagai suatu debris (sisa-sisa
penghancuran) berupa bentuk yang amorf, granuler, yang dibentuk oleh sel-
sel yang telah mengalami koagulasi dengan suatu pinggir yang tegas berupa
jaringan inflamasi dengan gambaran yang khas karena reaksi
granulamatosa.
Nekrosis gangrenosa
Nekrosis ini biasanya disebabkan oleh suatu proses ischemia dan
biasanya diikuti invasi bakteri. Nekrosis ini biasanya terjadi pada anggota
tubuh, paling sering anggota gerak bawah. Mula-mula terjadi suatu nekrosis
koagulativa karena enzim-enzim yang dikeluarkan bakteri atau leukosit
yang telah memasuki jaringan nekrosis. Apabila pola koagulasi menonjol
30
disebut juga sebagai gangrene kering , sedangkan apabila pola invasi bakteri
menonjol dan terjadi liquifaksi disebut gangrene basah.
2.7.2 Apoptosis
Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram yang dirancang
tubuh untuk menghilangkan populasisel yang tidak diinginkan. Biasanya
disebut“ aksi bunuh diri “
A. Penyebab Apoptosis
1) Penyebab Fisiologik
Destruksi sel yang terprogram selama embryogenesis
Involusi jaringan yang bergantunng hormon (misalnya,
endometrium, prostat) pada orang dewasa
Penghapusan sel dalam populasi sel yang mengadakan profilasi
(misalnya, epitel kripta intestin) untuk mempertahankan jumlah sel
yang tetap
Kematian sel yang sudah melaksanakan tugasnya (misalnya, sel
neutrofil sesudah responin flamasi akut)
Penghapusan limfosits wareaktif yang berpotensi berbahaya
Kematian sel yang ditimbulkan olehsel-sel T sitotoksik (untuk
menghilanngkan sel yang terinfeksi virus atau sel neoplasma).
2) Penyebab Patologis :
Iskemia
Ultraviolet dan x-iradiasi
Panas yang tinggi
Agenantikanker
Agen yang mengganggusitoskeleton
Manusia yang terinfeksi virus immunodeficiency (limfosit)
31
Perbedaan Nekrosis dan Apoptosis
32
BAB III
KESIMPULAN
Struktur maupun fungsi sel diatur melalui program genetik, diferensiasi, dan
lain-lain pada sel normal. Sel akan selalu mempertahankan keadaan
homeostasis/steadystate terut. Beban fisiologik yang berat dapat menimbulkan
adaptasi seluler baik fisiologi maupun morfologi sehingga mencapai keadaan
steady state yang berbeda atau baru.
Keadaan yang mengganggu kemampuan sel-sel tubuh untuk
mempertahankan keadaan homeostasis yang normal dikenal dengan jejas. Ada
tujuh etiologi dari jejas yaitu : Hipoksia, Jejas fisik, Jejas kimiawi, Agen biologik:
virus, bakteri, fungi, dan parasit, Reaksi imunologik, Faktor genetik: sindrom
Down, anemia sel sabit, Gangguan nutrisi: defisiensi protein, avitaminosis. Ketika
ada jejas tubuh mulai beradaptasi. Ada empat macam bentuk-bentuk adaptasi yaitu :
atropi, hyperplasia, hipertropi, dan metaplasia. Ketika tubuh tidak dapat beradaptasi
dengan baik, maka terjadilah respon seluler terhadap jejas. Respon seluler ini dapat
berupa kematian sel yang dikenal dengan apoptosis dan nekrosis. Proses kematian
sel disebut nekrosis. Kematian yang terutama terjadi pada sel-sel secara individual
maupun secara kelompok. Sebelum terjadi proses kematian biasanya didahului oleh
perubahan-perubahan ultra struktural yaitu perubahan-perubahan morfologik sel
karena jejas.
33
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. http://biologimediacentre.com/struktur-sel/
2. http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/03/23/adaptasi-jejas-dan-
kematian-sel/
3. http://www.fp.unud.ac.id/biotek/biologi-sel/sel/
4. Lodish, H., D. Baltimore, A. Berk., S.L. Zipursky, P. Matsudaira, J.
Darnell. 1995. Molecular Cell Biology. Scientific American Books,
New York.
5. Kierszenbaum AL. histology and Cell Biology: An Introduction to
Pathology, 2nd ed. Mosby, 2007.
34