Download - Resiko investasi dan teori portofolio
RESIKO INVESTASI DAN TEORI PORTOFOLIO
Manajemen Keuangan I
Dosen Pengampu: Drs. Muljono, M.M.
M. Al Amin, M.Si.
Disusun Oleh:
13,0102.0005 Dwi Rahayuningsih 13.0102.0008 Hikma Nur Nafisah Murdianto 13.0102.0024 Devi Nurma Abriati
13.0102.0027 Ari Sandy Ade Saputri 13.0102.0048 Noviyana
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2014
A. Mendefinisikan dan Mengukur Risiko
Kamus Webster mendefinisikan risiko sebagai bahaya, petaka,
kemungkinan menderita rugi atau mengalami kerusakan. Jadi, risiko adalah
kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan. Resiko
investasi terkait dengan kemungkinan bahwa tingkat pengembalian tidak
sebesar yang diharapkan. Makin besar kemungkinan tersebut, makin riskan
investasinya.
Distribusi probabilitas
Probabilitas suatu peristiwa didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya
peristiwa tersebut. Jika kita membuat daftar setiap peristiwa yang mungkin
terjadi dan memberikan probabilitas kepada masing- masing peristiwa, maka
daftar itu disebut distribusi probabilitas.
Sebagai contoh Martin memproduksi dan mendistribusikan terminal dan
peralatan komputer untuk industri transmisi data yang sedang bertumbuh
pesat. Karena penjualannya bersifat siklus, maka labanya naik turun sesuai
dengan siklus usaha. Selain itu, pasarnya juga bersaing keras, dan bisa saja
sejumlah perusahaan baru mengembangkan produk yang lebih baik yang
dapat membuat Martin bangkrut. Di pihak lain U.S. Electric menyediakan
jasa kebutuhan pokok, dan karena hak monopoli yang dipegangnya, ia
terlindungi dari persaingan. Akibatnya penjualan dan labanya relatif stabil
dan dapat diperkirakan.
Pada tabel 4-2 kita bisa tahu bahwa ada kemungkinan 30% perekonomian
akan menikmati masa cerah, di mana pada saat itu kedua perusahaan akan
memperoleh laba tinggi, membayar dividen yang besar, dan meraup
keuntungan modal. Kemungkinan 40% perekonomian normal dengan tingkat
pengembalian sedang, dan 30% probabilitas resesi yang akan mengakibatkan
laba yang rendah dan dividen yang kecil dibarengi dengan kerugian modal.
Namun, tingkat pengembalian Martin Products mengalami perubahan yang
lebih besar daripada U.S. Electric. Besar kemungkinan bahwa harga saham
Martin akan merosot drastis yang mengkibatkan kerugian 70%, sedangkan
atas saham U.S. Electric tidak mungkin mengalami kerugian.
Tabel 4-2 Perhitungan tingkat pengembalian yang diharapkan Matriks “pertaruhan” atau “perimbangan”
Keadaan perekonomian
Probabilitas terjadinya keadaan tersebut
Martin Products U.S. Electric
Tingkat pengembalian
Hasil perkalian (2) x (3)
Tingkat pengembalian
Hasil perkalian
Masa cerah 0,3 100% 30% 20% 6%
Normal 0,4 15 6 15 6
resesi 0,3 -70 -21 10 3
1,0 k'= 15% k'= 15%
B. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan
Jika kita mengalikan setiap peristiwa (outcome) dengan probabilitas
terjadinya peristiwa tersebut, dan kemudian kita jumlahkan hasil perkalian
tersebut maka kita akan memperoleh hasil rata-rata tertimbang. Bobot
timbangannya adalah probabilitas, dan rata-rata tertimbangnya adalah tingkat
pengembalian yang diharapkan, k' yang disebut “k-kep”². Tingkat
pengembalian yang diharapkan, k' (expected rate of return) adalah tingkat
pengembalian yang diharapkan akan direalisasi dari suatu investasi, ini sama
dengan nilai rata-rata dari distribusi probabilitas untuk hasil-hasil yang
mungkin dicapai.
Tingkat pengembalian yang diharapkan = �̂� = P1k1 + P2k2 + . . . + Pnkn
= ∑ 𝑃𝑖𝑘𝑖
𝑛
𝑖=1
Di sini 𝑘𝑖 merupakan outcome ke-i yang mungkin terjadi, Pi adalah
probabilitasnya, dan n adalah jumlah outcome atau peristiwa yang mungkin
terjadi. Karena itu, �̂� merupakan rata-rata tertimbang dari outcome yang
mungkin (nilai-nilai ki), di mana bobot setiap outcome sama dengan
probabilitas terjadinya.
Distribusi Probabilitas yang Kontinu
Sejauh ini kita telah mengasumsikan bahwa keadaan perekonomian
haanya terdiri dari tiga bentuk: resesi, normal dan cerah. Sesungguhnya sukar
sekali menentukan di mana batas-batas ketiga hal tersebut karena keadaan
perekonomian yang sebenarnya berada di antara dua titik ekstrem, yaitu dari
yang paling suram sampai dengan yang paling cerah dengan kemungkinan tak
terbatas. Makin sempit distribusi probabilitas, makin besar kemungkinan
bahwa nilai sebenarnya mendekati nilai yang diharapkan dan sejalan dengan
itu, makin kecil kemungkinan bahwa pengembalian sebenarnya jauh di atas
atau jauh di bawah pengembalian yang diharapkan. Karena itu, makin sempit
rentang distribusi probabilitas, makin kecil risiko yang terkandung di dalam
suatu saham.
Mengukur Risiko: Deviasi Standar
Agar dapat digunakan sebaik mungkin, setiap ukuran risiko harus
mempunyai nilai yang pasti (definitif) kita memerlukan ukuran kadar
kerapatan (tightness) distribusi probabilitas. Salah satu ukuran seperti itu
disebut deviasi standar. Makin kecil deviasi standar, makin rapat distrbusi
probabilitas sehingga makin kecil risiko saham
𝜎 = √∑(𝑘𝑖 − �̂�)2𝑃𝑖
𝑛
𝑖=1
Dengan demikian, deviasi standar adalah deviasi rata-rata tertimbang,
probabilitas dari nilai yang diharapkan. Deviasi standar menggambarkan
seberapa besar nilai sebenarnya akan berada di bawah atau di atas nilai yang
ditetapkan. Deviasi standar yang lebih besar menggambarkan bahwa saham
lebih riskan.
Koefisien Variasi
Ukuran resiko lainnya adalah koefisien variasi (CV), yaitu deviasi standar
dibagi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Semakin besar niai CV
, semakin riskan investasinya.
Penghindaran Risiko dan Tingkat Pengembalian yang Disyaratkan
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
=𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 − 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎
Jika seorang investor memilih investasi yang kurang beresiko, dia adalah
seorang penghindar resiko. Selisih pengembalian yang diharapkan dari dua
jenis aktiva dengan tingkat risiko yang berbeda dinamakan premi risikp (RP)
C. Risiko Portofolio dan Model Penetapan Harga “Aktiva-Modal”
Istilah portofolio dalam keuangan digunakan untuk menyebut kumpulan
investasi yang dimiliki oleh institusi maupun perorangan, Risiko dalam suatu
portofolio, sebagaimana kita lihat saham yang merupakan bagian dari suatu
portofolio kurang riskan bila dibanding dengan saham yang dimiliki secara
tersendiri. Kenyataan ini telah menjadi bagian dari kerangka umum untuk
menganalisis hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian, kerangka ini
disebut Model Penetapan Harga Aktiva-Modal (Capital Asset Pricing
Model, atau CAPM). Model penetapan harga aktiva-modal adalah model
yang didasarkan pada dalil bahwa tingkat pegembalian yang disyaratkan atas
setiap saham sama dengan tingkat pengembalian yang bebas risiko ditambah
dengan premi risiko saham yang bersangkutan, di mana risiko yang dimaksud
di sini mencerminkan adanya diversifikasi. Kerangka kerja CAPM sangat
penting untuk menganalisis baik di bidang manajemen keuangan maupun
dalam menganalisis investasi.
Risiko dan Pengembalian Portofolio
Dari sudut investor naik turunnya harga saham suatu perusahaan tidak
begitu dipermasalahkan, yang dipentingkan adalah pengembalian dari
portofolio dan risiko portofolio. Karena itu, risiko dan pengembalian setiap
jenis saham harus dianalisi dengan melihat pengaruhnya terhadap risiko dan
pengembalian portofolio yang dimiliki
Pengembalian atas portofolio. Tingkat pengembalian yang diharapkan dari
suatu portofolio, �̂�𝑝, adalah rata-rata tertimbang dari pengembalian yang
diharapakan atas setiap jenis saham yang terdapat dalam portofolio, di mana
bobot penimbangnya adalah bagian atau presentase setiap jenis saham yang
diinvestasikan dalam total portofolio.
�̂�𝑝 = 𝑤1�̂�1 + 𝑤2�̂�2 + 𝑤3 �̂�3
= ∑ 𝒘𝒊𝑲𝒊
𝒏
𝒊=𝟏
di sini 𝑘𝑖𝑠 adalah pengembalian yang diharapkan dri setiap jenis saham, dan
𝑤𝑖𝑠 adalah bobot penimbangnya. Ada n jenis saham portofolio. Perhatikan
bahwa (1) 𝑤𝑖 adalah proporsi nilai uang portofolio, yang diinvestasikan pada
saham i (yaitu nilai investasi pada saham i dibagi dengan nilai total
portofolio), dan (2) jumlah saham 𝑤𝑖𝑠 harus sama dengan 1,0.
Risiko Portofolio. Pengembalian yang diharapkan dari suatu portofolio
adalah rata-rata tertimbang dari pengembalian yang diharapkan untuk setiap
saham yang terdapat di dalam portofolio bersangkutan. Tetapi, berbeda
dengan pengembalian, risiko portofolio, 𝜎𝑝 pada umumnya bukanlah rata-rata
tertimbang dari deviasi standar setiap saham dalam portofolio tersebut; resiko
portofolio akan lebih kecil daripada rata-rata tertimbang 𝜎𝑠 saham. Malah
secara teoretis mungkin saja kita menggabungan dua saham berisiko tinggi di
dalam suatu portofolio dan menghasilkan portofolio yang tanpa risiko, di
mana 𝜎𝑝= 0.
Bila dalam portofolio terdapat lebih dari satu saham maka risiko portofolio
akan berkurang dengan bertambahnya jumlah jenis saham. Koefisien
korelasi (r) adalah ukuran mengenai derajat hubungan antara dua variabel.
Risiko Khusus Perusahaan lawan Risiko Pasar. Portofolio yang terdiri
dari berbagai jenis saham akan tetap mengandung risiko yang cukup besar,
tetapi tidak sebesar risiko yang dihadapi jika semua dana diinvestasikan pada
salah satu saham saja.
Risiko Khusus Perusahaan lawan Risiko Pasar. Portofolio yang terdiri dari
berbagai jenis saham akan tetap mengandung risiko yang cukup besar, tetapi
tidak sebesar risiko yang dihadapi jika semua dana diinvestasikan pada salah
satu saham saja.
Bagian risiko saham yang dapat dieliminasi disebut risiko yang
terdiversifiksi atau risiko khusus perusahaan, atau risiko yang tidak
sistematis; sedangkan risiko yang tidak dapat dieliminasi disebut risiko yang
tidak terdiversifikasi, atau risiko pasar, atau risiko sistematis.
Risiko khusus perusahaan disebabkan oleh hal-hal seperti gugatan hukum,
pemogokan, program pemasaran yang berhasil dan gagal, kemenangan dan
kegagalan dalam tender besar, dan kejadian-kejadian ini pada hakikatnya
dalah unik bagi perusahaan tertentu. Karena kejadian-kejadian ini pada
hakikatnya adalah bersifat acak, maka pengaruhnya terhadap portofolio dapat
dieliminasi melalui diversifikasi peristiwa buruk di suatu perusahaan akan
diimbangi oleh peristiwa menguntungkan di perusahaan lain. Di pihak lain,
risiko pasar berasal dari faktor-faktor yang secara sistematis mempengaruhi
perusahaan, seperti perang, inflasi, resesi, dan suku bunga yang tinggi.
Karena faktor-faktor ini cenderung menimbulkan akibat buruk bagi semua
saham, maka risiko yang sistematis tidak dapat dieliminasi melalui
diversifikasi.
Risiko yang relevan untuk diperhitungkan dari suatu saham adalah
kontribusinya terhadap risiko portofolio yang terdiversifkasi dengan cukup
baik. Dengan kata lain, risiko saham Microsoft bagi seorang dokter yang
memiliki portofolio dengan 40 saham, atau bagi manajer dana mengelola
portofolio dengan 150 saham adalah kontribusi saham Microsoft tersebut
pada risiko portofolio. Mungkin saja saham itu sendiri sangat riskan, tetapi
jika digabungkan dengan saham lain dalam portofolio mungkin risikonya
yang relevan, yaitu kontribusinya pada risiko portofolio akan sangat kecil.
Saham yang berbeda akan mempengaruhi portofolio secara berbeda, sehingga
sekuritas yang berbeda mempunyai kadar risiko relevan yang berbeda. Semua
risiko kecuali yang berkaitan dengan perubahan pasar secara menyeluruh
dapat dihapus melalui diversifikasi. Karena itu, kita anggap bahwa risiko
tersebut memang terhapus. Jadi risiko yang masih ada setelah diverifikasi
adalah risiko pasar, atau risiko yang melekat pada pasar itu sendiri, dan hal
itu dapat diukur berdasarkan derajat kecenderungan naik turunnya saham
dalam kaitannya dengan pasar.
Konsep Beta
Kecenderungan saham untuk berubah sejalan dengan pasar tercermin pada
apa yan disebut koefisien beta (b), yaitu ukuran atas gejolak (naik turunnya)
saham dibanding dengan saham rata-rata. Beta adalah elemen kunci CAPM.
Saham dengan risiko rata-rata didefinisikan sebagai saham yang harganya
cenderung turun naik sejalan dengan turun naiknya pasar secara umum, yang
diukur dengan indeks tertentu.
Beta dapat dihitung dengan menggambarkan grafik yang menunjukkan
respons saham terhadap pergerakan di pasar umum sehingga, koefisien
kemiringan dari garis regresi semacam itu disebut koefisien beta. Karena
koefisien beta saham menetukan pengaruhnya terhadap risiko porofolio yang
terdiversifikasi, maka beta merupakan ukuran yang paling relevan atas risiko
saham
Koefisien Beta Portofolio
Jika saham yang termasuk dalam suatu portofolio memiliki beta yang
rendah, maka beta portofolio itu sendiri pun akan rendah. Ini terjadi karena
beta dari sekumpulan saham atau sekuritas sama dengan rata-rata tertimbang
dari beta masing-masing.
𝑏𝑝2 = ∑ 𝑤𝑖 𝑏𝑖𝑛𝑖=1
Di sini 𝑏𝑝 adalah beta portofolio yang menunjukkan tingkat gejolak
portofolio terhadap gejolak pasar, 𝑤𝑖 menunjukkan fraksi dari portofolio yang
diinvestasikan pada saham i, dan 𝑏𝑖 adalah koefisien beta dari saham i.
D. Hubungan antara Risiko dan Tingkat Pengembalian
Jika suatu saham memiliki tingkat beta tertentu , maka kita bisa menghitung
tingkat pengembalian yang diisyaratkan investor atas harga saham tersebut
guna mengkompensasi resiko yang ditanggung. Untuk menghitung tingkat
pengembalian, terlebih dahulu kita definisikan istilah-istilah berikut :
�̂� 𝑖 Tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham – i.
𝑘𝑖 Tingkat pengembalian saham yang diinginkan atas saham-i .
Jika �̂�𝑖 < 𝑘𝑖 , Anda tidak akan membeli saham ini, atau
Anda akan menjualnya jika aAnda memilikinya.
Jika �̂�𝑖 > 𝑘𝑖 , Anda ingin membeli saha tersebut.
Jika �̂�𝑖 = 𝑘𝑖 , maka keinginan Anda untuk menjual atau membeli tidak ada.
𝑘𝑅𝐹 Tingkat pengembalian resiko.
𝑏𝑖 Koefisien beta dari saham –i . Beta dari saham rata-rata adalah 𝑏𝐴 = 1,0
𝑘𝑀 Tingkat pengembalian yang diisyaratkan atas portofolio yang terdiri dari semua jenis saham, yang artinya sama denngan portofolio saham.
𝑘𝑀 juga merupakan tingkat pengembalian yang
diisyaratkan atas saham rata-rata.
𝑅𝑃𝑀 = (𝑘𝑀 − 𝑘𝑅𝐹) Premi Resiko Pasar. Ini merupakan tambahan pengembalian di ats tingkat
pengembalian bebas resiko yang diisyaratkan sebagai kompensasi bagi investor rata-rata yang menanggung tingkat resiko rata-rata.
Resiko rata-rata adalah 𝑏𝐴 = 1,0
𝑅𝑃𝑖 = (𝑘𝑀 − 𝑘𝑅𝐹 )𝑏𝑖 Premi resiko pada saham –i .
Premi resiko saham dapat lebih kecil, sama, atau lebih bear dari premi saham rata-rata, tergantung pada apakah beta nya lebih kecil, sama, atau lebih besar dari 1,0 .
Jika 𝑏𝑖=𝑏𝐴 maka 𝑅𝑃𝑖 = 𝑅𝑃𝑀
Premi Resiko Pasar (𝑅𝑃𝑀) tergantung pada sejauh mana tingkat penghindaran
resiko oleh seluruh investor. Mari kita asumsikan saat ini obligasi pemerintah
menghasilkan 𝑘𝑅𝐹= 9% dan saham rata-rata menghasilkan tingkat
pengembalian yang diisyaratkan 𝑘𝑀= 13%, maka kita dapat mengetahui
bahwa :
𝑅𝑃𝑀 = (𝑘𝑀 − 𝑘𝑅𝐹)
= 13% - 9%
= 4%
Lebih lanjut lagi kita dapat mengukur resiko relatif dari koefisien beta saham.
Misalnya 𝑏𝑖 = 0,5 maka :
𝑅𝑃𝑖 = (𝑘𝑀 − 𝑘𝑅𝐹)𝑏𝑖
= (𝑅𝑃𝑀) 𝑏𝑖
= 4% . 0,5
= 2%
Dengan adanya estimasi 𝑘𝑅𝐹, 𝑘𝑀 , dan 𝑏𝑖kita dapat menggunakan persamaan
Garis Pasar Sekuritas (SML) untuk menghitung tingkat pengembalian yang
diisyaratkan atas saham –i .
𝑘𝑖 = 𝑘𝑅𝐹 + (𝑘𝑀 − 𝑘𝑅𝐹)𝑏𝑖
=𝑘𝑅𝐹 + 𝑅𝑃𝑖
=9% + 2%
= 11%
Seandainya ada saham j memiliki 𝑏𝑖 = 2,0 sehingga lebih riskan daripada
saham i. Maka tingkat pengembalian saham akan sebesar :
𝑘𝑗 = 𝑘𝑅𝐹 + (𝑘𝑀 − 𝑘𝑅𝐹)𝑏𝑖
=𝑘𝑅𝐹 + (4%)2,0
=9% + 8%
= 17%
Saham rata-rata (saham dengan nilai esiko sedang) dimana 𝑏𝐴 = 1,0, dituntut
untuk menghasilkan tingkat pengembalian 13%, yaitu sama dengan tingkat
pengembalian pasar.
𝑘𝐴 = 9% + (4%)1,0
= 9% + 4%
=13%
Garis Pasar Sekuritas
Merupakan garis yang memperlihatkan hubungan diantara risiko yang diukur
dengan beta dan tingkat pengembalian yang disyaratkan dari masing-masing
saham.
Dasar penggambaran grafik di atas :
1. Tingkat pengembalian yang disyaratkkan ditempatkan pada sumbu
vertikal, sedangkan resiko yang diukur dengan beta pada sumbu
horisontal.
2. Sekuritas tanpa resiko memiliki 𝑏𝑖=0, sehingga 𝑘𝑅𝐹 berpotongan dengan
sumbu vertikal.
3. Kemiringan SML menunjukkan sampai sejauh mana seluruh investor
menghindari resiko; makin besar tingkat penghindaran resiko,(1) makin
curam kemiringan garis tersebut, (2) makin besar premi resiko dari setiap
saham, dan (3) makin tinggi tingkat pengembalian yang disyaratkan atas
saham.
4. Dari grafik tersebut terlihat adanya kesesuaian antara resiko dengan
tingkat pengembalian.
Baik Garis Pasar Sekuritas maupun posisi perusahaan pada garis tersebut
selalu berubah karena adanya perubahan suku bunga, perubahan sikap investor
terhadap resiko, dan perubahan beta masing-masing perusahaan.
Dampak Inflasi
𝑘𝑅𝐹 adalah harga dari uang bagi peminjam yang tidak menanggung resiko.
Suku bunga yang bebas resiko, yang diukur dengan suku bunga sekuritas
pemerintah, disebut tingkat pengembalian nominal, yang terdiri dari dua
elemen : (1) tingkat pengembalian riil yang bebas inflasi; k*, dan (2) premi
inflasi, IP, yang sama dengan tingkat inflasi yang diantisipasikan.
Resiko 𝑏𝑖
0,5 1,0 2,0
𝑘𝑅𝐹=9
𝑘𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ=11
𝑘𝑀 = 𝑘𝐴 =
13
𝑘𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖=17
Tingkat pengembalian yang diisyaratkan
Jadi 𝑘𝑅𝐹= k* + IP
Jika 𝑘𝑅𝐹 naik maka tingkat pengembalian juga akan mengalami kenaikan
dengan jumlah yang sama
Perubahan Sikap Atas Penghindaran Resiko
Kemiringan Garis Pasar Sekuritas juga mencerminkan seberapa jauh investor
menghindari resiko – makin curam kemiringan garis tersebut, makin besar
kecenderungan seluruh investor untuk menghindari resiko. Jika investor tidak
terpengaruh oleh resiko, dan jika 𝑘𝑅𝐹 sebesar 9%, maka aktiva yang beresiko
juga diharapkan akan menghasilkan tingkat pengembalian 9% . ketika tidak
ada penghindaran, premi resiko juga tidak ada, sehingga SML akan horisontal.
Dengan meningkatnya kekhawatiran terhadao resiko, yang tentu akan diikuti
dengan kenaikan premi resiko, maka grafik SML semaik curam.
Perubahan Koefisien Beta Saham
Suatu perusahaan dapat mempengaruhi resiko pasar atau betanya dengan
mengubah komposisi aktiva ataupun dengan menggunakan utang sebagai
sumber pembiayaan. Beta suatu perusahaan juga dapat berubah karena faktor
eksternal seperti makin ketatnya persaingan dalam industri, berakhirnya masa
berlaku paten yang dimiliki, dan sebagainya. Jika perubahan semacam itu
terjadi, tingkat pengembalian yang disyaratkan juga berubah.
Setiap perusahaan yang mempengaruhi tingkat pengembalian yang
disyaratkan atas suatu sekuritas akan mempengaruhi harga sekuritas tersebut.
E. Aktiva Fisik Lawan Sekuritas
Dengan pemaksimuman harga saham sebagai tujuan, masalah resiko saham
perusahaan akan menjadi pertimbangan utama manajemen, dan resiko yang
relevan dari setiap aktiva fisik harus diukur berdasarkan pengaruhnya terhadap
resiko saham
F. Sumber
C. Van Horne, James dan M. Wachowicy Jr. 2012. Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan (edisi 13). Salemba Empat : Jakarta
Fred Weston, J dan Eugene F. Bringham. 1990. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan (edisi 9). Erlangga : Jakarta.