Download - Residensi Ma
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan merupakan bagian
integral dari organisasi kesehatan maupun sosial yang berfungsi dalam memberikan
pelayanan kesehatan berupa kuratif, preventif, promotif maupun rehabilitatif terhadap
pasien rawat jalan maupun rawat inap. Selain itu, menururt WHO, 1968, rumah sakit
juga merupakan institusi pusat pendidikan, pelatihan maupun riset kesehatan .
Dengan era globalisasi serta AFTA pada 2003, merupakan tantangan bagi
perumahsakiatan yang ada di Indonesia. Sebagai kosekuensinya maka rumah sakit
dituntut untuk lebih profesional, mengikuti perkembangan Iptek yang sedemikian
cepatnya berkembang, mengutamakan mutu pelayanan, serta melakukan perbaikan yang
berkesinambungan, sehingga fungsi rumah sakit sebagai fungsi sosial (public goods)
serta fungsi bisnis(private goods) dapat berjalan dan berkembang yang ditunjang oleh
manajemen rumah sakit yang baik yang baik.
Dalam kegiatan manajemen itu sendiri melalui pendekatan sistem diperlukan
masukan yang terdiri dari sumberdaya manusia, sumber dana, peralatan, serta standard
operating procedure atau posedur tetap didalam melaksanakan kegiatan pelayanan.
Salah satu yang perlu mendapat perhatian dari keseluruh masukan tadi adalah SOP
(Standard Operating Procedure) yang ada ditiap unit pelayanan di rumah sakit yang
akan menentukan baik atau tidaknya proses pelayanan yang akan berlangsung, sehingga
harapan akan mutu pelayanan yang baik sebagai keluarannya akan dapat dicapai.
Dengan memanfaatkan SOP yang merupakan suatu alat (tool) yang dijabarkan dalam
bentuk alur proses (flow chart) , akan membantu kita untuk memahami proses yang
terjadi didalam unit pelayanan di rumah sakit.
Sampai dengan saat ini, masih dirasakan adanya berbagai kendala yang dialami
oleh beberapa pihak terutama pihak birokrasi di dalam upaya memperbaiki proses atau
memecahakan masalah dari kegagalan yang pernah terjadi di masa yang lalu.
- 1 -
Pembangunan kesehatan di bidang pelayanan langsung seperti Rumah sakit, bertujuan
untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan dan rujukan
kesehatan secara terpadu serta meningkatkan dan memantapkan manajemen pelayanan
kesehatan yang meliputi kegiatan peren-canaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian
dan penilaian.
Sejalan dengan perubahan budaya masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan
perkembangan informasi yang demikian cepat dan diikuti oleh tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang lebih baik mengharuskan sarana pelayanan kesehatan untuk
mengembangkan diri secara terus menerus seiring dengan perkembangan yang ada pada
masyarakat tersebut. Pengembangan yang dilaksanakan tahap demi tahap berusaha
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit tetap dapat mengikuti
perubahan yang ada.
Apabila rumah sakit tidak mempersiapkan diri secara lebih baik dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan, maka sarana tersebut akan dijauhi masyarakat dan
masyarakat akan mencari sarana kesehatan lain. Untuk itu setiap rumah sakit harus
meningkatkan penampilannya secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat agar dapat terus berkembang.
RSK Azzahra merupakan rumah sakit khusus perempuan yang berada di
Palembang. Hingga saat ini, RSK Azzahra terus berupaya meningkatkan kualitas
pelayanan dan kinerja rumah sakit. BOR rawat inap yang baru mencapai 30% telah
menjadi perhatian pentinga dari pihak manajemen karena kunjungan pasien ke rawat
inap tentunya merupakan revenue center yang penting, yang berarti akan mempengaruhi
pendapatan rumah sakit, yang berarti berkurangnya pendapatan pada unit rawat inap
maka akan berkurang pula pendapatan rumah sakit.
Kegiatan residensi di rumah sakit yang merupakan kegiatan intra kurikuler
langsung (magang) yang ditujukan untuk memberikan pengalaman praktis didalam
mengamati dan memahami alur proses pelayanan di unit Rawat Inap Bagian Kebidanan
dan Penyakit Kandungan serta Unit penunjang Instalasi Kamar Operasi RSK Azzahra
- 2 -
Palembang tahun 2008, sehingga peserta program pendidikan pasca sarjana Kajian
Administrasi Rumah Sakit UI diharapkan mampu :
Mengamati langsung proses operasional rumah sakit.
Menjabarkan kegiatan rumah sakit melalui pendekatan sistem.
Mengamati langsung proses interaksi setiap unit yang berhubungan pada
suatu operasional rumah sakit.
Mengkaji kegiatan-kegiatan yang ada dirumah sakit melalui faktor-faktor
determinannya.
Menjabarkan kegiatan operasional rumah sakit melalui kegiatan alur
proses (processs flow charting) .
Memberikan masukan bagi rumah sakit berupa evaluasi, saran dan
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
1.2 Tujuan Residensi
1.2.1. Tujuan Umum:
Memahami pengelolaan dan memiliki bekal ketrampilan dasar untuk
mengelola RS yang didasarkan pada teori yang diperoleh saat kuliah dan
menerapkannya di lapangan.
1.2.2. Tujuan Khusus:
1.2.2.1. Sesuai petunjuk buku panduan residensi dan pembimbing akademik,
memilih 2 alur proses pelayanan pada unit produksi; penulis memilih
unit rawat inap dan ruang operasi.
1.2.2.2. Mempunyai pemahaman ruang lingkup kegiatan alur proses
pelayanan rawat inap dan ruang operasi yang memadai.
1.2.2.3. Memahami pengelolaan pada unit produksi rawat inap dan ruang
operasi di RS.
- 3 -
1.2.2.4. Memahami hubungan kerja antar berbagai unit kerja di RS.
1.2.2.5. Mampu mengidentifikasi masalah yang ditemui pada unit rawat inap.
1.2.2.6. Mampu memberikan alternative pemecahan masalah yang ditemui.
1.2.2.7. Mampu memberikan alternative pengambilan keputusan yang
komprehensif dalam rangka pemecahan masalah.
1.2.2.8. Mampu memberikan usulan metode untuk menggerakkan orang lain
untuk melaksanakan pemecahan masalah.
1.2.2.9. Mampu memberikan saran perbaikan penyelenggaraan residensi yang
akan datang.
1.3 Metode Residensi
1. Observasi dan orientasi ke seluruh satuan kerja, dengan observasi yang lebih
mendalam di bagian rawat inap dan ruang operasi.
2. Membuat Alur Proses pada dua unit kerja RS.
3. Menyusun daftar masalah, menetapkan prioritas masalah dan alternative
pemecahan masalah
4. Presentasi dan penyusunan laporan.
1.4 Manfaat Residensi
Bagi Mahasiswa:
Mendapat pengalaman nyata dan terpapar dengan pelaksanaan pelayanan
di unit kerja.
- 4 -
Mendapat gambaran nyata suatu proses pengelolaan alur kerja atau work
flow di bagian tempat mahasiswa menjalani proses magang.
Mendapat pengalaman mengenai penerapan teori yang didapat selama
kuliah di RS.
Mampu mengidentifikasi masalah-masalah dalam alur pelayanan pasien
pada unit produksi secara lebih komprehensif, berdasarkan kajian dengan
metoda yang telah dipelajari, sekaligus mempunyai kesempatan ikut serta
dalam proses pemecahan masalah alur pelayanan pasien pada unit
produksi.
Mempunyai kesempatan menggali isu-isu yang dapat dijadikan topik
penulisan tesis.
Bagi Rumah Sakit tempat Residensi:
Dapat memanfaatkan tenaga terdidik untuk kepentingan manajemen RS.
Mempunyai kesempatan untuk merekrut tenaga manajerial.
Mempunyai sumber informasi tentang pendidikan di KARS UI, sehingga
terbuka kemungkinan untuk melakukan kerjasama lebih lanjut dalam
bidang manajerial maupun tekhnis perumahsakitan.
Mendapat saran dan alternatif solusi pada masalah yang ditemukan oleh
pihak yang tidak memiliki konflik kepentingan dalam hal ini mahasiswa
magang.
Mendapat manfaat dari pemecahan masalah apabila ternyata alternatif
solusi yang diberikan oleh mahasiswa dapat diimplementasikan.
- 5 -
- 6 -
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. RUMAH SAKIT
WHO (1968) memberi batasan tentang rumah sakit yaitu: merupakan suatu
institusi untuk menampung pasien untuk medical dan nursing care yang meliputi : (1)
fungsi pencegahan dan pengobatan (diagnosa, terapi, dan rehabilitasi) dari pasien yang
dirawat, rawat jalan (ambulatory care), perawatan di rumah (domicilary care), (2)
tempat pendidikan, (3) tempat penelitian kedokteran, epidemiologi dan organisasi dan
manajemen (Saputra, 2008).
Depkes RI (1989) dalam Ilyas (2002) mendefinisikan rumah sakit sebagai pusat
pelayanan rujukan medik spesialistik dan subspesialistik, dengan fungsi utama
menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) pasien.
Rumah sakit menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan
subspesialistik, sedang klasifikasinya didasarkan pada pembedaan tingkatan menurut
kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan yaitu rumah sakit kelas A, kelas
B (pendidikan dan non pendidikan), kelas C dan kelas D (Ilyas, 2002).
2. KARAKTERISTIK RUMAH SAKIT.
Organisasi rumah sakit mempunyai sifat dan karakteristik yang agak berbeda dengan
organisasi lain pada umumnya. Beberapa sifat dan karakteristik yang rumah sakit dapat
dikatakan unik seperti berikut ini (Djojodibroto, 1997):
a. Sebagian besar tenaga kerja di rumah sakit adalah tenaga profesional seperti: dokter,
perawat, fisioterapis dan apoteker.
b. Jumlah dan sifat pekerjaannya beragam di setiap unitnya.
c. Beban kerjanya sulit diatur.
- 7 -
d. Tugas kelompok profesional (fungsional) lebih banyak dibandingkan tugas
kelompok manajerial.
e. Wewenang kepala RS berbeda dengan wewenang pimpinan perusahaan
f. Hampir semua kegiatannya bersifat urgent.
g. Pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik yang maksudnya bahwa setiap
pasien harus dipandang sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek
sosiokultural, dan aspek spiritual harus mendapat perhatian penuh.
h. Tugas memberikan pelayanannya bersifat pribadi, cepat dan tepat. Kesalahan
apapun tidak dapat ditolerir.
i. Pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam sehari.
Rumah sakit modern saat ini sudahlah bukan sekedar tempat orang sakit yang
membutuhkan pertolongan saja, namun sudah meluas dan berintegrasi dengan semua
aspek pelayanan kesehatan yang kompleks, khusus, dan multi tugas yang memberi
sumbangsih berbentuk pelayanan preventif, diagnostik, kuratif dan rehabilitatif.
Kemajuan teknologi medis yang sangat pesat, peralatan medis yang semakin canggih
telah merubah bahkan merevolusi sistem manajemen rumah sakit yang pernah ada. Hal
ini membutuhkan manajemen profesional yang memiliki spesialisasi khusus, seperti
misalnya ahli teknologi informasi dan komunikasi data untuk membangun sebuah sistem
informasi rumah sakit yang sesuai dengan kebutuhan terkini (Kunders, 1998).
Di rumah sakit juga memerlukan peningkatan mutu layanannya, ini di karenakan
sebagian besar produk rumah sakit adalah jasa pelayanan kesehatan. Meningkatkan mutu
di sini (RS) adalah bagaimana pasien dilayani sebaik-baiknya sehingga dia (pasien)
merasa puas dan masalah kesehatan yang dideritanya dapat sembuh. Kepuasan pasien
atau patient satisfaction harus diamati dan diusahakan mulai dari pasien mendaftar,
sistem rekam medis, sampai bertemu dan diperiksa dokter tidak terlalu lama (waiting
time) dan perawat yang bersikap profesional dan ramah. Demikian pula pemeriksaan
penunjang baik laboratorium, rontgen dan sebagainya berjalan dengan baik dan cukup
cepat. Sampai juga pengambilan obat di apotik. Untuk ini (mutu layanan) memang
- 8 -
diperlukan partisipasi seluruh pegawai atau karyawan dari segala lapisan, dan juga
menjadi tanggung jawab semua karyawan (Adikoesoemo, 1997).
3. RAWAT INAP KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
Fungsi dari unit tersebut adalah pelayanan yang berhubungan dengan alat reproduksi
wanita dan penanganan penyakit kandungan. Ruangan persalinan harus
mengelompokkan pasien sesuai jenis persalinan, yaitu persalinan normal dan persalinan
abnormal, dan dibutuhkan ruang pasien sesuai dengan kondisinya.
4. RUANG OPERASI
Pelayanan, tentaga, sarana dan prasarana untuk pelayanan kamar operasi terkait
dengan pelayanan anestesi dan reanimasi serta perawatan intensif sesuai klasifikasi
rumah sakitnya. Rumah sakit juga menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman
untuk melakukan operasi.
Bangunan kamar operasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Mudah dicapai pasien
b. Penerimaan pasien dilakukan dekat dengan perbatasan daerah steril dan non-steril
c. Kereta dorong pasien harus mudah bergerak
d. Lalu lintas kamar operasi harus teratur dan tidak simpang siur
e. Terdapat batas yang tegas yang memisahkan antara daerah steril dan non-steril,
untuk pengaturan penggunaan baju khusus
5. MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Pengertian mutu sulit untuk dapat dirumuskan karena setiap orang yang terlibat
dalam pelayanan kesehatan mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Hal ini
tergantung dari tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman, lingkungan dan tingkat
kepentingan mereka. Penilaian mutu pelayanan kesehatan setiap orang akan berbeda-
beda karena mereka menggunakan standar/karakteristik yang berbeda-beda juga.
Penilaian mutu menurut pasien/konsumen, pemberi pelayanan kesehatan, penyandang
- 9 -
dana, masyarakat ataupun pemilik sarana pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor
subyektifitas dan kepentingan mereka.
Beberapa pandangan mutu dari berbagai pihak antara lain (Azwar 1994):
a. Menurut pemakai jasa pelayanan kesehatan (Pasien/masyarakat)
Pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan dimensi ketanggapan, rasa
empati dan respek petugas dalam memenuhi kebutuhan yang dirasakannya,
diberikan dengan cara yang sopan santun, ramah dan tepat waktu pada saat
dibutuhkannya serta dapat menyembuhkan penyakit yang sedang dideritanya.
b. Menurut Penyelenggara pelayanan kesehatan (Petugas kesehatan)
Pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan prosedur kerja dan kebebasan
profesi dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap kebutuhan pasien secara
profesional sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
menggunakan kemajuan tehnologi yang sesuai dengan standar yang baik.
c. Menurut Penyandang Dana
Penggunaan sumber daya yang ada secara efisien dan efektif dalam pemberian
pelayanan kesehatan dan biaya pelayanan kesehatan yang wajar serta peningkatan
kemampuan pemberi pelayanan kesehatan dalam menurunkan angka kesakitan
melalui promosi kesehatan sehingga dapat mengurangi kerugian penyandang dana
pelayanan kesehatan.
d. Menurut Pemilik Sarana Pelayanan Kesehatan
Pemberian pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang profesional sesuai
dengan prosedur pelayanan yang dapat meningkatkan pendapatan sarana pelayanan
sehingga dapat menutupi biaya operasional dan pemeliharaan sarana pelayanan
dengan penggunaan sumber yang efisien dan efektif, tanpa adanya keluhan dari
pengguna pelayanan.
e. Menurut Administrator Pelayanan Kesehatan
Walaupun secara tidak langsung berhubungan dengan pelayanan kesehatan, tetapi
fungsi supervisi sangat memegang peranan yang penting dalam hal pemenuhan
- 10 -
kebutuhan pelayanan sehingga dapat memenuhi harapan dari pelanggan/pasien dan
terhadap pemberi pelayanan.
Definisi kualitas dibagi dalam dua dimensi yaitu: (Gaspersz, 2005)
1. Definisi konvensional: kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung
dari suatu produk seperti performansi (performance), keandalan (reliability), mudah
dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics).
2. Definisi strategi: kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan
atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers).
Dimensi kualitas menurut Garvin (dikutip Gaspersz, 1997), mengidentifikasi
delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas
barang atau jasa sebagai berikut: (Nasution, 2005)
1. Performa (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin
membeli atau menggunakan suatu produk.
2. Keistimewaan (features), merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah
fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. Seringkali
terdapat kesulitan untuk memisahkan karakteristik performansi dan features.
Biasanya pelanggan mendefinisikan nilai dalam bentuk fleksibilitas dan kemampuan
mereka untuk memilih features yang ada, juga kualitas dari features itu sendiri. Ini
berarti features adalah ciri-ciri atau keistimewaan tambahan atau pelengkap.
3. Keandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi
secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Dengan
demikian, keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan
tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk.
4. Konformansi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
Konformansi merefleksikan derajat di mana karakteristik desain produk dan
karakteristik operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan, serta sering
- 11 -
didefinisikan sebagai konformansi terhadap kebutuhan (conformance to
requirements).
5. Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik
ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.
6. Kemampuan pelayanan (service ability), merupakan karakteristik yang berkaitan
dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta akurasi dalam
perbaikan.
7. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat
subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari
preferensi atau pilihan individual. Dengan demikian, estetika dari suatu produk lebih
banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu,
seperti keelokan, kemulusan, selera, dan lain-lain.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subyektif, berkaitan dengan
perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk-produk, seperti meningkatkan
harga diri. Hal ini dapat juga berupa karakteristik yang berkaitan dengan reputasi
(brand name image).
- 12 -
BAB IIIGAMBARAN UMUM
RUMAH SAKIT KHUSUS AZZAHRA PALEMBANG
1. SEJARAH
Rumah sakit khusus Azzahra Palembang adalah rumah sakit yang terletak di salah
satu kawasan pemukiman padat penduduk di kelurahan Bukit Sangkal, antara kecamatan
Sako dan kecamatan Kalidoni Kota Palembang, yang baru didirikan tahun 2000 dan
dioperasionalisasikan tahun 2002. RSK Azzahra Palembang terletak di Jln. Brigjen H
Hasan Kasim. Bukit Sangkal Palembang, dengan luas wilayan kurang lebih 4000 m2,
dengan memiliki batas ;
Batas utara : Rumah Penduduk.
Batas timur : Rumah Penduduk
Batas selatan : Rumah Penduduk.
Batas barat : Jln. Jendral Bigjen Hasan kasim.
Kondisi kependudukan dan lingkungan yang semakin padat, dengan tingkat
kepadatan pendduk di daerah kecamatan Sako dan Kalidoni yang tinggi serta luas
wilayah lebih dari 60 Km2 dan jarak untuk mencapai rumah sakit terdekat lebih dari 18
Km, meng akibatkan penduduk setempat mencari pelayanan kesehatan alternatif.
Dengan UU No 22 tahun 1999, Walikota Kota Palembang bersama Lembaga
Legislatif Daerah telah mensyahkan Perda tentang izin mendirikan Rumah sakit di Kota
Palembang, untuk ini izin operasional sementara RSK Azzahra telah didapatkan pada
bulan Agustus 2002.
RSK Azzahra yang bertujuan menjadi rumah sakit yang secara keseluruhan
memberikan pelayanan bagi perempuan, memiliki harapan untuk mengembangkan RSK
Azzahra beserta beberapa unitnya, seperti yang tampak seperti berikut:
- 13 -
Bulan September 2002, RSK Azzahra mulai operasional dengan pelayanan
kesehatan terhadap ibu bersalin, yang terdiri dari Poliklinik Umum, Poliklinik Spesialis,
Rawat Inap, Senam Hamil, Laboratorium klinik, Apotik, Poliklinik Gynekologi dan
kegiatan operatif dibidang kebidanan dan penyakit kandungan. Bagian Rawat inap RSK
Azzahra tahap pertama ini, memiliki 26 tempat tidur yang semuanya diperuntukkan
untuk kasus kebidanan dan penyakit kandungan.
Pada tahun 2007, kepemilikan RSK Azzahra berubah dari yayasan menjadi PT
Pintu Ilmu, serta bersamaan dengan dibukanya 2 SBU baru yang secara bertahap akan
menjadi bagian dari RSK Azzahra, yaitu Klinik Reproduksi Azzahra dan Kusuma
Azzahra Skin and Beauty Center.
Pada tahun 2009 direncanakan penyelesaian gedung RSK Azzahra yang
menambah 10 tempat tidur VIP dan VVIP
Saat ini, Rumah Sakit Azzahra bertekad untuk mengembangkan diri sebagai
salah satu lembaga kesehatan yang khusus memberikan pelayanan “kesehatan paripurna
kepada Anak dan perempuan“ dengan sifat
Profesionalisme dalam keilmuan
Proaktif menyongsong kemajuan dan perkembangan zaman
Terbuka dalam kemitraan
- 14 -
Dipercaya karena amanah dan menjalankan amal ma`ruf nahi munkar
Mampu meningkatkan kesejahteraan pegawai.
2. ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Melalui SK Yayasan Pintu Ilmu No. 012/SK/YPI/Ket/2002, ditetapkanlah
struktur organisasi RSK Azzahra seperti berikut ini :
RSK Azzahra dipimpin oleh seorang dokter spesialis kebidanan dan penyakit
kandungan, yang dibantu oleh CEO, yang mengkoordinasi semua kegiatan dari bagian
Administrasi, bagian Pelayanan Medik dan bagian sarana/Prasarana.
- 15 -
PT Pintu Ilmu
RSK Azzahra Klinik Reproduksi Azzahra
Kusuma Azzahra Skin and Beauty Center
Direktur
Administrasi dan SDM
Pelayanan Medik
Sarana dan Prasarana
CEO
3. FALSAFAH, VISI, MISI DAN MOTO.
Falsafah : Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan Anak dan Kebidanan yang
profesional, terjangkau, mandiri dan selalu berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Visi : Menjadi Rumah Sakit Terpilih karena profesional, memuaskan pelanggan dan
terbuka dalam kemitraan.
Misi : Meningkatkan profesionalitas provider
Memiliki sarana dan prasarana yang bermutu
Menciptakan suasana keluarga dalam pelayanan
Memberikan layanan terbaik
Melakukan kemitraan secara terbuka pada semua fihak
Motto: Kepuasan anda utama bagi kami - “Your Health is Our Concern”
RSK Azzahra telah berusaha melakukan pelayanan sesuai dengan visi, misi, dan motto yang ditetapkan, tapi tetap saja terdapat kekurangan di sana sini, terutama dalam kemitraan, masalah resistensi terhadap kemitraan dengan luar masih terjadi sampai sekarang
4. FISIK BANGUNAN
Adapun luas bangunan RSK Azzahra Palembang tahap pertama terdiri dari ;
1. Luas gedung rumah sakit
a. Permanen Gedung biru 350,00 m2
b. Permanen Gedung hijau 150,00 m2
c. Permanen Gedung OK 250,00 m2
2. Luas prasarana bangunan rumah sakit. 1.250,00 m2
3. Rumah dinas 400.00 m2
Ruang yang ada pada Ruang Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan
adalah ruang partus, ruang ginekologi, ruang bayi, ruang admisi, ruang dokter, kamar
- 16 -
mandi bayi, ruang dapur, dan ruang perawatan. Ruang Rawat Inap ini mempunyai 26
tempat tidur perawatan pasien dan alat dan obat yang ada di ruang rawat kebidanan dan
penyakit kandungan ini terdiri dari alat medis, alat tenun dan alat-alat rumah tangga
dengan jumlah dan jenis yang cukup memadai untuk pelayanan pasien .
5. KEGIATAN PELAYANAN
Pelayanan Rawat jalan / Poliklinik.
Pada Unit Rawat Jalan rumah sakit khusus Azzahra memiliki Poliklinik Spesialis
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Poliklinik Spesialis Anak, Poliklinik
Umum, Poliklinik Imunisasi, Poliklinik KB dan Dokter Praktek Umum 24 jam.
Pelayanan Gawat Darurat Kebidanan dan Penyakit Kandungan .
Pelayanan Rawat Inap.
Didalam gedung rumah sakit Azzahra memiliki 26 tempat tidur yang terdiri dari
Kelas Utama, Kelas I, Kelas II, Kelas III. Dimana unit rawat inap ini sementara
waktu dikhususkan bagi perawatan kasus-kasus Kebidanan dan Penyakit
Kandungan.
Pelayanan kamar bedah / operasi
Pelayanan penunjang medis, terdiri dari ;
Unit penunjang pada rumah sakit khusus Azzahra Palembang ini didapati :
a. Kamar Operasi yang memilki fasilitas lengkap.
b. Recovery Room
c. Ruang Diagnostik.
d. Laboratorium sederhana
e. Apotek
f. Ruang Bayi
g. Ruang Gynekologi
h. Ruang Senam Hamil
i. Laboratorium Klinik
j. Ambulance jaga 24 jam
- 17 -
Pelayanan umum, terdiri dari ;
1) PKMRS.
2) Pelayanan Ambulan.
3) Pelayanan pemeliharaan sarana.
Pelayanan Lainnya, terdiri dari :
a. Unit Promosi Kesehatan : yang dilakukan langsung pada masyarakat
berupa penyuluhan kesehatan, mengadakan kerjasama dengan organisasi
profesi (IBI) untuk memberikan pendidikan pada Bidan Praktek Swasta
dan bekerja sama dengan Radio Swasta untuk menyelenggarakan diskusi
Interaktif masalah kesehatan Perempuan.
b. Unit Preventif Kesehatan : yang dilakukan dengan mengadakan
pemberian makanan tambahan (PMT) bagi anak-anak gizi kurang
langsung di “Pojok Azzahra” dan mengadakan kerja sama dengan
Posyandu-posyandu untuk memberikan Immunisasi.
6. SUMBER DAYA MANUSIA
Status kepegawaian yang ada pada RSK Azzahra sampai saat ini masih dibagi
dalam 3 golongan, yaitu Pegawai tetap, Pegawai kontrak, Pegawai Magang. Jumlah
pegawai RSK Azzahra sampai saat ini berjumlah 45 orang yang terdiri dari Dokter
Spesialis (Spesialis Obgyn, Spesialis Anak, Spesialis Anastesi, Spesialis Penyakit
Dalam) 8 orang, Dokter Umum 4 Orang, Tenaga setingkat S1 non medik 3 orang, DIII
Bidan 4 Orang, DIII Perawat 5 orang, Bidan 4 orang, Asisten Apoteker 1 orang, DIII
Keuangan 1 Orang, Satpam 5 orang, Pembantu Perawat 2 orang, tukang kebun 1 orang
dan 5 Bidan fungsional khusus untuk menolong persalinan yang semuanya diangkat dan
diberhentikan melalui SK Direktur RSK Azzahra melalui persetujuan Ketua Yayasan
Pintu Ilmu.
7. KINERJA KEGIATAN
Kinerja merupakan hasil dari kegiatan atau pekerjaan sesorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai
tujuan organisasi dalam kurun waktu yang telah ditetapkan oleh organisasi. Indikator
- 18 -
kriteria kuantitatif yang umum digunakan untuk melihat kinerja rumah sakit seperti
indikator pelayanan dan keuangan ataupun aspek pelayanan rawat inap di antaranya
antara lain:
a. Bed Occupancy Rate ( BOR)
b. Average Length of Stay (Av. LOS)
a. Bed Turn Over ( BTO )
b. Turn Over Interval ( TOI )
c. Gross Death Rate ( GDR )
Nilai BOR RSK Azzahra yang masih kurang dari 30% sejak saat berdiri tahun
2002 hingga sekarang masih sangat jauh dari standar BOR menurut Depkes, yaitu 60-
85%. BOR merupakan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit.
KINERJA TH 2006 TH 2007
BOR 23,93% 29,27%
LOS 2 2
BTO 41 51
TOI 7 4
NDR 0 0,5
GDR 0 0,6
- 19 -
8. Kritik dan Saran Pasien Rawat Inap RSK Azzahra
Kumpulan Kritik dan Saran dari Pasien Rawat Inap Tahun 2007
Kebersihan ruang inap kelas III harus lebih diperbaiki
Kebersihan kamar mandi harus lebih diperbaiki
Sebaiknya pembayaran juga bisa melalui debit dan transfer bank, tidak hanya cash
dan kartu kredit
Sebaiknya ada fasilitas ATM
Sebaiknya ada sarapan untuk keluarga pasien
Sebaiknya ada fasilitas pembuatan akte kelahiran, tidak hanya surat keterangan
kelahiran bayi
Sebaiknya kebersihan musolah lebih diperhatikan
Sebaiknya ruang bayi lebih dapat dilihat dari luar
Sebaiknya dibuatkan ruangan khusus merokok
Sebaiknya ada toserba
Sebaiknya makanannya lebih bervariasi
Sebaiknya memberikan sovenir saat pasien pulang
- 20 -
BAB IV
GAMBARAN UMUM UNIT OBSERVASI
1. Unit Rawat Inap
Unit rawat inap di RSK Azzahra, yang merupakan salah satu unit yang penting
dalam bagian RSK Azzahra secara keseluruhan, memiliki 26 TT pada pembangunan
tahap pertama RSK Azzahra. Unit rawat inap sekarang masih hanya difungsikan sebagai
unit rawat inap obstetri dan ginekologi, dan secara bertahap akan dikembangkan bagian
lain pada unit rawat inap tersebut.
Ruang yang ada pada Ruang Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan
adalah ruang partus, ruang ginekologi, ruang bayi, ruang admisi, ruang dokter, kamar
mandi bayi, ruang dapur, dan ruang perawatan. Ruang Rawat Inap ini mempunyai 26
tempat tidur perawatan pasien dan alat dan obat yang ada di ruang rawat kebidanan dan
penyakit kandungan ini terdiri dari alat medis, alat tenun dan alat-alat rumah tangga
dengan jumlah dan jenis yang cukup memadai untuk pelayanan pasien.
DATA PASIEN RAWAT INAP RSAB AZZAHRA TAHUN 2007
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
EV 5 3 7 6 5 1 2 6 7 7 5
NR 13 12 26 21 20 12 31 18 19 19 17 23
SC 10 16 12 22 22 25 30 26 17 13 13 16
E. PARSIAL 1 1 Pasien Rawat Inap RSK Azzahra Tahun 2007
- 21 -
Data Pasien Partus Normal dengan Bidan dan Dokter di RSAB Azzahra Tahun 2007
0
10
20
30
40
50
60
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOP DES
Bulan
Jum
lah
DOKTER
BIDAN
Pasien Partus Normal Bidan dan Dokter di RSK Azzahra Tahun 2007
Unit rawat inap yang tentu saja buka 24 jam memberikan pelayanan dengan 3
dokter spesialis obgyn dan 4 bidan yang telah siap memberikan medis kepada pasien.
Pasien dapat langsung datang ke unit rawat inap ataupun dengan rujukan dari rawat jalan
ataupun rujukan dari luar. Pasien akan dilayani oleh petugas administrasi yang akan
melayani pendaftaran dan pembayaran secara bersamaan. Pasien rawat inap akan
dilayani sesuai kebutuhannya, baik pelayanan obstetri, yang akan diarahkan ke ruang
VK untuk di periksa kemajuan pembukaannya, ataupun pasien ginekologi, yang
kemudian langsung ditangani oleh dokter spesialis obgyn.
2. Unit Kamar Operasi
Kamar operasi RSK Azzahra merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
unit rawat inapnya, karena tentu saja peningkatan pemanfaatan rawat inap berbanding
lurus dengan pemanfaatan kamar operasi. RSK Azzahra memiliki satu ruang operasi
yang dimanfaatkan secara penuh untuk pelayanan obgyn. Dalam tahap kedua, RSK
Azzahra akan memiliki satu lagi kamar operasi yang akan dimanfaatkan untuk
pelayanan obgyn dan pelayanan estetika invasif oleh Kusuma Azzahra.
- 22 -
Pasien yang akan memanfaatkan fasilitas kamar operasi kebanyakan merupakan
pasien dengan operasi elektif, dimana pasien akan didaftarkan oleh administrasi dan
dipersiapkan lebih dulu oleh perawat dan dokter spesialis anestesi.
PASIEN OK RSAB AZZAHRA TAHUN 2007
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOP DESHIPERPLISIS ENDOMETRI 1
IUFD 1
KET 1 1 1
KISTA OVARIUM 2 1 1 1 1 1 2 2
KOLPORAFI 1 1 1 1
MENOMETRORAGIE 1
MIOMA UTERI 1 2 3 1 1
SESAR 10 16 12 22 22 25 30 26 17 13 13 16
TUBEKTOMI 4 1 2 3 4 2 9 2 1 1 2 3
TUMOR OVARIUM 1 Jenis Tindakan Pasien Kamar Operasi RSK Azzahra Tahun 2007
- 23 -
BAB VALUR PROSES
1. Alur Proses Pelayanan Unit Rawat Inap di RSK Azzahra
- 24 -
Lampiran 1
- 25 -
2. Alur Proses Pelayanan Kamar Operasi di RSK Azzahra
- 26 -
Lampiran 1
- 27 -
BAB VI
PEMBAHASAN
IDENTIFIKASI MASALAH
Metode Identifikasi
Identifikasi masalah dilakukan secara kualitatif dengan dua alat (tools) yaitu :
Observasi dan observasi partisipatif, yaitu melalui pengamatan langsung
terhadap aktivitas yang ada di unit rawat jalan kebidanan dan penyakit
kandungan.
Wawancara mendalam (indepth interview) dengan kepala unit, kepala ruangan
dan bidan inti, berkaitan dengan masalah yang ingin diketahui.
Validasi data pada studi kualitatif ini menggunakan Triangulasi sumber dimana
sumber yang diwawancarai sebanyak 3 orang.
1. Masalah yang Ditemukan di Unit Rawat Inap
Metode yang dipakai dalam penentuan prioritas masalah adalah dengan importancy
matrix yang dibadakan penilaian yaitu
a. Prevalency (P), yang menunjukkan seberapa sering masalah tersebut terjadi dan
ditemukan.
b. Severity (Sv), yang menunjukkan seberapa besar kerugian yang ditimbulkan oleh
masalah tersebut.
c. Rate of increase (R), yang menunjukan peningkatan kualitas dan intensitas
masalah tersebut.
Setelah melakukan serangkaian pengamatan dan wawancara, penulis dapat
mengidentifikasi beberapa permasalahan di unit rawat inap sebagai berikut :
- 28 -
NoLETAK
MASALAHMASALAH
IMPORTANCE JUMLAH
P X S X RP Sv R
1 ProsesRM Ranap dan Rajal berbeda,
sehingga belum terintegrasi5 1 2 10
2 ProsesTidak ada informasi referensi kamar
di RS lain jika kamar penuh2 2 2 8
3 OutputBelum disediakan ATM
mempersulit pembayaran2 2 2 8
4 ProsesPerawat kurang (tidak proporsional)
saat pasien sedang ramai2 4 3 24
5 Output Pemanfaatan kelas tiga rendah 3 3 3 27
6 Output Jumlah kelas VIP kurang 4 4 3 48
Keterangan :
Score :
1 Sangat tidak sering / sangat tidak besar / sangat tidak menunjukkan peningkatan.
2 Tidak sering / tidak besar / tidak menunjukkan peningkatan.
3 Cukup sering/cukup besar / cukup menunjukkan peningkatan.
4 Sering / besar / menunjukkan peningkatan
5 Sangat sering / sangat besar / sangat menunjukkan peningkatan.
Beberapa hal yang tertangkap dalam proses observasi dan wawancara terhadap
para staf fungsional maupun struktural, yang dapat menimbulkan masalah atau potensi
masalah di masa depan. Hal-hal yang terjadi baik secara kasus per kasus atau bahkan
secara sistemik dapat menimbulkan permasalahan yang dapat menurunkan efektifitas.
Pada daftar identifikasi yang dibuat, terlihat bahwa masalah yang memiliki score
paling besar adalah Jumlah kelas VIP yang kurang dan Pemanfaatan kelas 3 rendah.
Kedua masalah tersebut memiliki kesamaan, yaitu permasalahan ada pada jumlah pasien
yang tidak merata dan pengadaan ruangan rawat yang tidak sesuai dengan segmentasi
- 29 -
pasar. Oleh karena itu, permasalahan VIP dan Kelas 3 digabungkan menjadi
Pemanfaatan ruang rawat yang tidak merata.
Permasalahan BOR yang masih rendah sebenarnya merupakan salah satu
masalah yang diakibatkan dari pemanfaatan kamar rawat inap, yang diharapkan saat
permasalahan pemanfaatan rawat inap ini terpecahkan, dapat pula berkontribusi dalam
peningkatan BOR.
Permasalahan yang terpilih:
Pemanfaatan ruang rawat yang tidak merata.
2. Masalah yang Ditemukan di Kamar Operasi
Metode yang dipakai dalam penentuan prioritas masalah adalah dengan matrix yang
menggunakan penilaian:
a. Prevalency (P), yang menunjukkan seberapa sering masalah tersebut terjadi dan
ditemukan.
b. Severity (Sv), yang menunjukkan seberapa besar masalah yang ditimbulkan oleh
masalah tersebut.
c. Rate of increase (R), yang menunjukan peningkatan kualitas dan intensitas
masalah tersebut.
Setelah melakukan serangkaian pengamatan dan wawancara, penulis dapat
mengidentifikasi beberapa permasalahan di unit rawat inap sebagai berikut :
- 30 -
NoLETAK
MASALAHMASALAH
IMPORTANCE JUMLAH
P X S X RP Sv R
1 Proses Penjadwalan operasi yang berubah-ubah 1 3 3 9
2 Proses
Sterilisasi alat terhambat bila
frekuensi operasi lebih dari 5 kali
sehari
2 4 3 24
3 Input Kurangnya penata anastesi 2 2 2 8
4 Proses Dokter anastesi terlambat datang 2 3 3 18
Keterangan :
Score :
1. Sangat tidak sering / sangat tidak besar / sangat tidak menunjukkan peningkatan.
2. Tidak sering / tidak besar / tidak menunjukkan peningkatan.
3. Cukup sering/cukup besar / cukup menunjukkan peningkatan.
4. Sering / besar / menunjukkan peningkatan
5. Sangat sering / sangat besar / sangat menunjukkan peningkatan.
Beberapa hal yang tertangkap dalam proses observasi dan wawancara terhadap para
staf fungsional maupun struktural, yang dapat menimbulkan masalah atau potensi
masalah di masa depan. Hal-hal yang terjadi baik secara kasus per kasus atau bahkan
secara sistemik dapat menimbulkan permasalahan yang dapat menurunkan efektifitas.
Pada daftar identifikasi yang dibuat, terlihat bahwa masalah yang memiliki score
paling besar dibandingkan dengan dua permasalahan yang lain adalah sterilisasi alat
terhambat bila frekuensi operasi lebih dari 5 kali sehari.
Permasalahan yang terpilih:
Sterilisasi alat terhambat bila frekuensi operasi lebih dari 5 kali sehari.
- 31 -
PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Identifikasi Akar Masalah di Unit Rawat Inap
Dari analisa akar masalah pemanfaatan ruang rawat yang tidak merata. Maka didapatkan
beberapa jawaban dari pertanyaan ”Mengapa pemanfaatan ruang rawat tidak merata?”
yang dibuat dalam diagram fishbone, yaitu:
Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah di Unit Rawat Inap
Metode yang dipakai dalam penentuan prioritas masalah adalah dengan matrix yang
menggunakan penilaian:
a. Influance (I), yang menunjukkan seberapa luas masalah/pengaruh yang
ditimbulkan oleh alternatif pemecahan masalah tersebut.
b. Solvability (So), yang menunjukan mudah atau tidaknya pemecahan masalah
dilakukan.
c. Cost (C), yang menunjukan murah atau mahalnya pemecahan masalah dilakukan.
- 32 -
No
SIFAT
PEMECAHAN
MASALAH
ALTERNATIF
PEMECAHAN
MASALAH
IMPORTANCEJUMLAH
I x So x CI So C
1SHORT TERM
BERKALA
Pembuatan pemetaan
pasar (STP)4 4 4 64
2INTERMEDIATE
TERM
Pengembangan kamar
ranap4 4 1 16
3 LONG TERMPengembangan SIM
untuk rawat inap4 3 1 12
4 SHORT TERM
Perbaikan sistem
informasi perawat-
administrasi secara
manual
3 4 5 60
5 SHORT TERMEfisiensi kamar sesuai
kebutuhan3 4 5 60
Keterangan :
Score :
1 Sangat tidak luas pengaruhnya / sangat sulit diselesaikan / sangat mahal.
2 Tidak luas pengaruhnya / sulit diselesaikan / mahal.
3 Cukup luas pengaruhnya / dapat diselesaikan / cukup.
4 Luas pengaruhnya / mudah diselesaikan / murah.
5 Sangat luas pengaruhnya / sangat mudah diselesaikan / sangat murah.
Pada daftar alternatif pemecahan masalah yang telah dibuat, terlihat bahwa alternatif
pemecahan masalah yang memiliki score paling besar dibandingkan dengan pemecahan
masalah lainnya adalah Pembuatan pemetaan pasar, dimana alternatif pemecahan
masalah yang lain hanya dapat dibuat setelah dilakukan pemetaan pasar. Ini juga
menjadi langkah awal dalam meningkatkan efektifitas Unit Rawat Inap secara jangka
pendek sambil melakukan alternatif pemecahan masalah lainnya.
- 33 -
Segmentasi pasar adalah suatu proses untuk membagi-bagi atau mengelompok
kelompokan konsumen kedalam kotak-kotak yang lebih homogen atau proses
mengkotak-kotakan pasar yang heterogen kedalam kelompok-kelompok potential
customers yang memiliki kesamaan kebutuhan atau kesamaan karakter dan yang
memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya (Khasali, 2007). Oleh
karena itu pembuatan pemetaan pasar penting sebagai tonggak pertama dalam
perencanaan dan pengembangan RS.
Alternatif Pemecahan Masalah yang terpilih:
Pembuatan pemetaan pasar (STP)
Identifikasi Akar Masalah di Kamar Operasi
Dari analisa akar masalah sterilisasi alat yang terhambat, maka didapatkan beberapa
jawaban dari pertanyaan ”Mengapa sterilisasi alat terhambat?” yang dibuat dalam
diagram fishbone, yaitu:
Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah di Kamar Operasi
- 34 -
Metode yang dipakai dalam penentuan prioritas masalah adalah dengan matrix yang
menggunakan penilaian:
a. Influance (I), yang menunjukkan seberapa luas masalah/pengaruh yang
ditimbulkan oleh alternatif pemecahan masalah tersebut.
b. Solvability (So), yang menunjukan mudah atau tidaknya pemecahan masalah
dilakukan.
c. Cost (C), yang menunjukan murah atau mahalnya pemecahan masalah dilakukan.
No
SIFAT
PEMECAHAN
MASALAH
ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
IMPORTANCEJUMLAH
I x So x CI So C
1INTERMEDIATE
TERM
Penambahan tool kit di
Kamar Operasi4 4 2 64
2 LONG TERMPengembangan SIM yang
terintegrasi4 3 1 12
3 SHORT TERM
Perbaikan sistem informasi
OK-bagian lain secara
manual
3 4 5 60
4 SHORT TERM
Penjadwalan shift perawat,
laundry dan bagian logistik
yang lebih baik
4 4 5 80
Keterangan :
Score :
1 Sangat tidak luas pengaruhnya / sangat sulit diselesaikan / sangat mahal.
2 Tidak luas pengaruhnya / sulit diselesaikan / mahal.
3 Cukup luas pengaruhnya / dapat diselesaikan / cukup.
4 Luas pengaruhnya / mudah diselesaikan / murah.
5 Sangat luas pengaruhnya / sangat mudah diselesaikan / sangat murah.
Pada daftar alternative pemecahan masalah yang telah dibuat, terlihat bahwa
alternatif pemecahan masalah yang memiliki score paling besar dibandingkan dengan
- 35 -
pemecahan masalah lainnya adalah Penjadwalan shift perawat, laundry dan bagian
logistik yang lebih baik, dimana alternatif pemecahan masalah tersebut dapat menjadi
langkah awal dalam meningkatkan efektifitas Kamar Operasi secara jangka pendek
sambil melakukan alternatif pemecahan masalah lainnya. Penjadwalan shift karyawan
ini juga bisa dilaksanakan setelah diadakan perhitungan beban kerja di bagian masing
masing, sehingga mendapatkan beberapa manfaat sekaligus, selain memperbaiki
masalah di kamar operasi, juga dapat sebagai evaluasi terhadap efisiensi kinerja dan
perhitungan tenaga kerja dengan lebih efektif.
Alternatif Pemecahan Masalah yang terpilih:
Penjadwalan shift perawat, laundry dan bagian logistik yang lebih baik
- 36 -
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH dan Plan Of Action
Alternatif Pemecahan Masalah di Unit Rawat Inap
Dengan didapatkannya Pembuatan pemetaan pasar (STP) sebagai alternatif
pemecahan masalah di ruang rawat inap, dapat disusun berbagai rencana yang dapat
dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan mulai dari jangka pendek hingga jangka
panjang.
Pemetaan pasar, mempercepat pembangunan dan mempersiapkan rencana
pengembangan kamar di unit rawat inap agar dapat menyesuaikan demand yang ada
merupakan bagian yang saling terikat dan berpengaruh satu sama lain, oleh karena itu
alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan secara bertahap sambil tetap memperbaiki
kualitas SDM yang ada.
Plan of Action
No PERENCANAAN2009
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1Perbaikan sistem Informasi Perawat-Administrasi secara manual
2 Pemetaan pasar (STP)
3 Penyusunan Renstra 2008-2013
4Efisiensi ruang rawat inap sesuai segmentasi
5 Evaluasi kinerja SDM
6 Evaluasi pembangunan tahap kedua
7 Pembangunan tahap kedua
8 Perencanaan pembangunan tahap ketiga
9 Pemasaran unit rawat inap RS
10 Evaluasi pemanfaatan ruangan rawat inap
11 Perencanaan pengembangan SIM RS
Alternatif Pemecahan Masalah di Kamar Operasi
Dengan didapatkannya Penjadwalan shift perawat, laundry dan bagian
logistik yang lebih baik sebagai alternatif pemecahan masalah di ruang rawat inap,
dapat disusun berbagai rencana yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan mulai dari jangka pendek hingga jangka panjang.
- 37 -
Perbaikan perencanaan shift perawat dan petugas laundry, perbaikan sistem
pelaporan jadwal antara kamar operasi, ruang rawat inap, logistik dan laundry
merupakan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan baik secara bertahap
maupun bersama sama, juga dapat saling dikaitkan satu sama lain.
Plan of Action
No PERENCANAAN2009
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1Perbaikan sistem Informasi OK - bagian lainnya secara manual
2Perbaikan jadwal shift perawat, laundry dan bagian logistik
3 Evaluasi pemanfaatan OK
4 Penambahan tool kit operasi
5 Evaluasi kinerja SDM
6 Evaluasi efisiensi dan efektifitas OK
7 Perencanaan pengembangan SIM RS
Alternatif Pemecahan Masalah Secara Umum
Dari kumpulan alternatif pemecahan masalah yang telah dibuat untuk Unit
Rawat Inap dan Kamar Operasi, terlihat bahwa Perencanaan Pengembangan SIM RS ada
pada kedua alternatif pemecahan masalah pada kedua unit observasi. Maka terlihat
bahwa pengembangan SIM dapat dipertimbangkan sebagai alternatif pemecahan
masalah jangka panjang.
- 38 -
BAB VIPENUTUP
1. Kesimpulan
Dari kegiatan observasi dan wawancara mendalam dari kegiatan residensi yang
dilakukan pada Bulan November dan Desember, dan pengamatan di Unit Rawat Inap
dan Kamar operasi di RSK Azzahra Palembang, merupakan pengalaman yang sangat
berharga dalam usaha memperdalam keilmuan dan memulai melaksanakan aplikasi
mengenai rumah sakit. Memulai dari analisis situasi, identifikasi masalah hingga
akhirnya memiliki alternatif pemecahan masalah merupakan alur yang dilakukan dalam
pembuatan laporan residensi ini.
Dalam observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan kepada stakeholder
RSK Azzahra, akhirnya didapatkan bahwa alternatif pemecahan masalah yang dipilih
adalah dengan melakukan pemetaan pasar (dapat berupa STP) yang akan dilanjutkan
dengan peningkatan kualitas SDM serta mempercepat pembangunan dan
mempersiapkan rencana pengembangan kamar di unit rawat inap agar dapat
menyesuaikan demand yang ada. Pada kamar operasi, perbaikan jadwal shift perawat
merupakan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan yang didukung oleh
berbagai alternative pemecahan masalah lainnya.
2. Saran
RSK Azzahra yang merupakan rumah sakit bersalin yang masih cukup muda perlu
terus berbenah untuk meningkatkan kualitasnya, serta lebih berfokus kepada pasien
(patient oriented). Pengembangan secara bertahap yang konsisten dapat dijadikan
sebagai strategi yang dapat ditempuh dan dapat menyebabkan rumah sakit menjadi terus
berkembang di kemudian hari.
Peranan RSK Azzahra yang kali ini menjadi rumah sakit residen diharapkan dapat
dilanjutkan dan ditingkatkan, agar dapat menambah kerjasama dengan berbagai institusi
- 39 -
pendidikan dalam bidang pelayanan kesehatan. Hal ini akan membawa dampak yang
positif bagi citra RS itu sendiri maupun dunia pelayanan kesehatan pada umumnya.
Dalam permasalahan yang ada di rumah sakit, agar dapat memanfaatkan dan
melihat semua peluang yang ada, menyesuaikan diri dengan perkembangan pasar, dan
siap untuk menghadapi persaingan yang ada, Rumah Sakit Azzahra perlu melakukan
suatu kegiatan pemasaran, dimana menurut Kotler (1997) pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,menawarkan dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain. Sebuah perusahaan yang berkompetisi diseluruh
segmen,sebaiknya mengidentifikasikan segmen pasar yang paling menarik untuk
dilayani. Rumah Sakit Azzahra memiliki peluang yang besar karena perkembangan
geografis yang menunjang, sosial ekonomi yang maju pesat,maka seharusnya Rumah
Sakit Azzahra harus dapat mempunyai strategi pemasaran yang akurat sehingga rumah
sakit ini akan tetap bertahan dan bersaing dengan rumah sakit lainnya.
- 40 -
DAFTAR PUSTAKA
Adikoesoemo, S. 1997. Manajemen Rumah Sakit, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Azwar, A. 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, FK UI, Binarupa Aksara.
Jakarta.
Azwar, A.1994. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan : Aplikasi Prinsip
Lingkaran Pemecahan Masalah. Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia.
Jakarta.
David, FR. 2003. Strategic Management:Concepts and Cases, Ninth Edition.
Prentice Hall Pearson Education International.
Djojodibroto, D, 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit, Hipokrates, Jakarta,
Gaspersz, V, 2005. Total Quality Management. PT Gramedia, Cetakan keempat,
Jakarta.
Ilyas Y, 2002. Perencanaan SDM Rumah sakit. Teori, Metode dan Formula, Pusat
kajian kesehatan FKM Universitas Indonesia, Depok.
Kotler P., 1997, Manajemen Pemasaran, edisi 11. PT.Indeks Kelompok Gramedia,
Jakarta.
Kunders, G.D, 2004. Hospitals: Facilities Planning and Management, McGraw-Hill,
New Delhi.
Midlefort, Luther, Managing Patient Flow, Institute for Healthcare Improvement
- 41 -