Download - RESENSI Rep Jancuk

Transcript
Page 1: RESENSI Rep Jancuk

RESENSI

Sujiwo Tejo Presiden dalam Buku Republik #Jancukers.

“Jika dengan Jancuk pun tak sanggup aku menjumpaimu dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu” Begitulah kalimat yang muncul jika membuka halaman pertama pada buku Republik #Jancukers.  Sesuai dengan namanya, Republik #Jancukers adalah imajinasi tentang tata pergaulan yang dibangun oleh kehendak dasar untuk berakrab-ria satu sama lain, laki-perempuan, tua-muda, terdidik secara formal maupun tidak. Dalam buku ini menceritakan sebuah negeri yang dimana setiap rakyatnya tampil adanya tanpa ada sopan santun bahkan sedikit urakan serta tak butuh pencitraan namun keadaan negeri Jancukers itu sealalu dalam keadaan aman dan tentram.

Buku ini adalah sebuah pemikiran dari penulis Sujiwo Tejo yang merupakan seorang budayawan yang mampu hadir sebagai tokoh yang memberikan pemahaman lain kepada pembaca bahwa urakan bukan sesuatu yang lebih buruk daripada kesantunan. Buku ini ditulis dalam bentuk komedi dan serba campur sari ini adalah bukunya yang keenam. Sujiwo Tejo yang juga dikenal sebagai Dalang Edan adalah presiden yang diceritakan dalam Republik Jancukers.

Jancuk itu sendiri berasal dari bahasa Jawa. Sebanarnya Jancuk mengandung arti yang sangat kasar, namun dalam buku yang berjudul Republik #Jancukers ini, jancuk menandakan  keakraban, kebersamaan, dan juga dapat memulai dan mengakhiri percakapan.

Dalam buku ini diterangkan bahwa “Jancuk” atau biasa disingkat “Cuk” seperti pisau. Ia serba guna. Dengan niat tak tulus ia dapat menyakiti. Tetapi dengan kehendak untuk akrab, kehendak untuk hangat sekaligus cair dalam menggalang pergaulan, “jancuk” laksana pisau bagi orang yang sedang memasak. “Jancuk” dapat mengolah bahan-bahan menjadi jamuan pengantar perbincangan dan tawa-tiwi dimeja makan.

Sedangkan Jancukers sendiri adalah sebuah miniatur Negara yang dipimpin oleh Sujiwo Tejo sebagai Presiden Republik Jancukers. Tentu saja di dalamnya tidak mengenal kesantunan, karena ideologi dari negeri Jancukers ini adalah "ngawurisme" dengan gaya urakan. Dalam buku ini, menurutnya urakan berbeda dengan kurang ajar. Urakan adalah pelanggaran peraturan termasuk dalam pikiran karena tidak sesuai dengan hati nurani. Kurang ajar adalah pelanggaran yang dilakukan hanya karena dorongan nafsu sesaat.

Dalam buku ini juga menceritakan bahwa di Negeri Jancukers mampu mendapat banyak apresiasi dari masyarakat, karena selama ini masyarakat lebih banyak terkekang oleh kesantunan, mereka tidak bebas mengekspresikan jiwanya karena takut melanggar tata nilai yang telah ada. Sujiwo Tejo yang merupakan presiden dari neneri tersebut sebagai seorang budayawan mampu hadir sebagai tokoh untuk memberikan pemahaman lain kepada masyarakat bahwa urakan bukan sesuatu yang lebih buruk daripada kesantunan.

Buku dengan tebal 400 halaman ini terkadang agak sulit memahami maksud dari buku tersebut, namun buku ini tetap menarik untuk dibaca lembar demi lembar, bab demi bab. Karena buku ini tidak menceritakan kisah bersinambungan, tetapi setiap memiliki permalasahan yang berbeda. Sebagian isi dari buku ini akan membuat pembaca yang membaca buku ini akan tertawa, bingung, mengernyitkan dahi, dan juga akan berkata ‘oh benar  juga ya’. Salah satu misalnya yang ada pada halaman 13 Bab 3 Jomblo, di negeri #Jancukers setiap jomblo diberi pasangan pasangan part-timer , Negara Republik

Page 2: RESENSI Rep Jancuk

#jancuker tak cuma memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar. Kaum jomblo termasuk bagian yang paling sah untuk diperhatikan. Ada juga yang membingungkan pada halaman 262 Bab 54 Wamen, yang menyatakan menteri dilantik oleh presiden. Tapi wakil menteri tidak dilantik oleh wakil presiden. Masih banyak lagi hal menarik lainnya jika membaca buku ini.

Sejumlah 85 tulisan pendek yang terdapat dalam buku ini tanpa disadari adalah benar apa yang dituliskan oleh sang penulis. Diantaranya, dari dulu itu yang selalu diberantas adalah buta huruf sedangkan buta cinta tidak. Yang lainnya lagi bahwa kita setiap makan ikan selalu di sarankan untuk memakan kepala ikan agar bisa jadi raja, tapi dalam proses biologi pembusukan pertama pada ikan itu ya di kepalanya maka dari itu sekarang banyak pemimpin yang korupsi dikarenkan isi kepalanya sudah busuk. Dan yang menarik lagi tentang bahwa yang terjadi sekarang adalah pemahamannya jika kita malu bertanya maka konsekuensinya adalah sesat di jalan tapi klo malu korupsi konsekuensinya apa?.

Kelebihan dari buku ini terdapat pada penyajiannya. Dalam buku ini juga menyajikan percakapan melalui akun twitter dari presiden Republik #Jancukers ini, yang tepatnya merupakan penembanga dari diskusi kesehariannya. Dengan akun twitternya @sudjiwotedjo ia mampu menarik simpatik pengguna twitter untuk membalas postingan yang ia update. Hal ini membuat pembaca dimanjakan untuk cepat memahami maksud dari persoalan yang disampaikan. Selain itu, dalam buku ini melampirkan 7 lirik lagi dari penulis yang sebenarnya terdapat 14 lagu yang terlampir dalam CD, sehingga total sajian berjumlah 99 dari 85 tulisan pendek dan 14 lagu.

Sasaran utama pembaca yang ditujukan penulis adalah semua khalayak umum. Hanya orang-orang yang mengerti dan paham akan buku inilah, yang akan merasakan bahwa dirinya berada di Republik #Jancukers.


Top Related