SKRIPSI
HUBUNGAN PERAWATAN PERSONAL HYGIENE DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA
(Di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang)
AYU WULANDARI153210005
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMUKESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG
2019
i
HUBUNGAN PERAWATAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KAT KECEMASAN KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA
(Di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika Jombang
AYU WULANDARI153210005
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2019
ii
iii
iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad
Buchori dan Ibu Lutfi Arini, penulis anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009
penulis lulus dari SDN 1 Sumbertaman Probolinggo. Tahun 2012 penulis lulus dari
SMPN 4 Probolinggo. Tahun 2015 dari SMK Kesehatan BIM Probolinggo. Tahun 2015
penulis lulus seleksi masuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang. Penulis memilih program studi S1 Keperawatan dari lima program studi yang
ada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Demikian
riwayat hidup ini penulis tulis dengan sebenar-benarnya.
vii
MOTTO
“KESUKSESAN BUKAN SEBERAPA BESAR KEKAYAANMU TAPI
KESUKSESAN SEBERAPA BESAR ILMU YANG DIDAPAT DAN SEBERAPA
BESAR KAMU BERHASIL MEMBANTU ORANG LAIN”
(AYU WULANDARI, 2019)
viii
PERSEMBAHAN
Persembahan yang utama dan paling utama, penulis ucapkan syukur
Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik, hidayah
dan kemudahan serta mengabulkan doa penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.Penulis persembahkan karya yang sederhana ini kepada orang-orang yang
penulis sayangi dan cintai, yaitu:
1. Kepada bapak Achmad Buchori dan Ibu Lutfi Arini yang telah mendoakan,
menyanyangi, menasehati, mendukung serta menuruti apa saja kemauan
penulis demi masa depan penulis agar lebih baik, dan penulis ucapkan
terima kasih kepada Bapak Achmad Buchori dan Ibu Lutfi Arini yang sudah
berjuang dan bekerja keras membiayai penulis serta dengan sabar dan ikhlas
menghadapi tingkah laku penulis.
2. Untuk suami penulis Seklak Hudayah dan Putri penulis Ghania Parveen
Hudayah terima kasih atas kasih sayang serta menjadi penyemangat penulis
agar terus melanjutkan pendidikan.
3. Untuk adek penulis Karin Nafila dan Fajar Sadewa terima kasih atas kasih
sayang dan perhatiannya kepada penulis, dan terima kasih selalu mengalah
pada penulis demi masa depan penulis.
4. Untuk Sahabat dan teman –teman penulis yang sudah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Penulis ucapkan terima kasih kepada sahabat – sahabat S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang
senasip dan seperjuangan, terutama kelas A. Terima kasih atas dukungan
dan motivasinya.
Jombang, Juli 2019
Penulis
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmatdan
hidayah-Nya akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Hubungan Perawatan Personal Hygiene Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga
Penderita Ganggun Jiwa Di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten
Jombang”. Skripsi penelitian ini ditulis sebagai persyaratan kelulusan demi
menempuh Program Studi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada: H. Imam Fatoni, S.KM., MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan “Insan Cendekia Medika” Jombang. Inayatur Rosyidah,
S.Kep,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan. Endang
S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing Utama dan selaku Iva Milia Hani
Rahmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. pembimbing kedua, yang dengan sabar dan ikhlas
selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan hingga
terselesaikannya skripsi ini, serta seluruh dosen, staf dan karyawan program Studi
S1 Keperawatan STIKES ICME Jombang yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan di STIKES ICME
Jombang. Dan tidak lupa semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari kesempurnaan oleh
karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Jombang, Juli2019
Penulis
x
ABSTRAK
HUBUNGAN PERAWATAN PERSONAL HYGIENE DENGANTINGKAT KECEMASAN KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA
(Di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang)
Ayu Wulandari** Endang Yuswatiningsih*** Iva Milia Hani Rahmawati
Pendahuluan: Tingkat kecemasan pada keluarga penderita gangguan jiwa dapat behubungan untuk menentukan kualitas perawatan personal hygiene penderita gangguan jiwa. Tujuan penelitian menganalisis hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa. Metode: desain penelitian menggunakan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini semua keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa yang ada di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang, dengan sampel 33 responden. Teknik sampling menggunakan simple random sampling.Variabel independent yaitu perawatan personal hygiene, dan variabel dependent yaitu tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Pengolahan data editing, coding, scoring dan tabulating dan analisa data menggunakan uji sperman rank. Hasil : Hasil peneltian menunjukan perawatan personal hygiene penderita gangguan jiwa hampir setengahnya personal hygiene kriteria cukup sejumlah 15 responden (45,5%) dan hasil tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa sebagian besar tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa ringan sejumlah 18 responden (54,5%). Hasil uji spearman rank p value = 0,01 dimana p value < α 0,05 sehingga H1 diterima. Kesimpulanya : ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. Saran memberikan motivasi serta edukasi untuk meningkatkan perawatan personal hygiene dan mengurangi tingkat kecemasan.
Kata kunci: Perawatan personal hygiene, tingkat kecemasan keluarga
xi
ABSTRACT
The Relationship Of Personal Hygine Care With The Level Anxiety In Families Mental Disorders Sufferer.
(In Bongkot Village, Peterongan District, Jombang Regency)
Ayu Wulandari** Endang Yuswatiningsih*** Iva Milia Hani Rahmawati
Introduction: the level anxiety in families with mental disorders sufferer can be related to determine quality of personal hygiene care for people with mental disorders sufferer. The Purpose of this research was to analyze the relationship between personal hygiene care With anxiety levels in families mental disorders sufferer. Metode: the study design uses cross sectional, the population of this research was all families who have mental disorders in Bongkot, Peterongan, Jombang by taking 33 sample of respondent. The sampling technique uses simple random sample. Namely The independent variable is personal hygiene care and the dependent variable is the level anxiety of family mental disorders sufferer. The Instrument of the research uses quisioner. By processing data editing, coding, scoring, and tabulating data and the last data analyzing by using the sperman rank test. Result : the result of the research showed that personal hygiene care with mental disorders sufferer almost a half of personal hygine with enough criteria as much 15 respondent (45,5%), And the result of level anxietry in families mental disorders sufferer, most of them the level anxiety in families mental disorders sufferer are slight as much 18 respondent (54,5%). The test result of spearman rank p value= 0,01 wich is p value < 0,05 so that H 1 received. Conclution : The conclution was a relationship of personal hygiene care with level anxiety in families mental disorders sufferer in bongkot, peterongan, jombang. Suggestion to give motivation and education to improved personal hygiene care and to minimize anxiety.
Keywords : Personal hygiene care, the level anxiety in families.
xii
DAFTAR ISIHALAMAN SAMPUL..................................................................................... iHALAMAN JUDUL DALAM......................................................................... iiPERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... iiiPERNYATAAN PLAGIASI............................................................................ ivLEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................. vLEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. viRIWAYAT HIDUP.......................................................................................... viiMOTTO............................................................................................................ viiiPERSEMBAHAN............................................................................................. ixKATA PENGANTAR...................................................................................... xABSTRAK........................................................................................................ xiDAFTAR ISI.................................................................................................... xiiiDAFTAR TABEL............................................................................................ xvDAFTAR GAMBAR........................................................................................ xviDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviiDAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH .................................xviiiBAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah................................................................................ 41.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 41.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 4
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Gangguan Jiwa...................................................................... 62.2 Konsep Keluarga................................................................................ 162.3 KonsepKecemasan.............................................................................. 202.4 Konsep Personal Hygiene.................................................................. 30
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN3.1 Kerangka Konseptual......................................................................... 463.2 Hipotesis............................................................................................. 47
BAB 4 METODE PENELITIAN4.1 Jenis Penelitian................................................................................... 484.2 Desain Penelitian................................................................................ 484.3 Waktu, dan Tempat Penelitian........................................................... 494.4 Populasi, Sampel dan Sampling......................................................... 494.5 Kerangka Kerja................................................................................... 514.6 Identifikasi dan Definisi Variabel...................................................... 534.7 Definisi Operasional........................................................................... 544.8 Pengumpulan Data.............................................................................. 554.9 Etika Penelitian................................................................................... 65
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN5.1 Hasil Penelitian................................................................................... 675.2 Pembahasan........................................................................................ 72
BAB 6 PENUTUP6.1 Kesimpulan......................................................................................... 886.2 Saran................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 90
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi oprasional.......................................................................61
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin..........................68
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan umur........................................69
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan peran keluarga .......................69
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan terakhir keluarga .
............................................................................................................70
Tabel 5.5Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan status perkawinan
............................................................................................................70
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan perawatan
personal hygiene..........................................................................................71
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat
kecemasan....................................................................................................71
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi tabulasi silang hubungan perawatan personal
hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa.......72
xiv
DAFTAR GAMBAR
3.1 Kerangka konseptual..................................................................................45
4.1 Kerangka kerja .....................................................................................51
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan
Lampiran 2 : Surat Peryataan Perpustakaan
Lampiran 3 : Surat Perizinan Penelitian
Lampiran 4 : Lampiran Konsultasi
Lampiran 5 : Lembar Surat Peryataan
Lampiran 6 : Lembar Pernyataan Responden
Lampiran 7 : Lampiran Kisi-Kisi Kuisoner
Lampiran 8 : Lampiran Kuisoner
Lampiran 9 : Tabulasi Data Umum
Lampiran 10 : Tabulasi Perawatan Personal Hygiene
Lampiran 11 : Tabulasi Tingkat Kecemasan
Lampiran 12 : Hasil SPSS 16 Data Umum
Lampiran 13 : Hasil SPSS 16 Data Khusus
Lampiran 14 : Hasil SPSS 16 Tabulasi Silang
Lampiran 15 : Hasil SPSS 16 Uji Spearman Rank
Lampiran 16 : Hasil Plagscan
Lampiran 17 : Hasil Uji Etik
Lampiran 18 : Hasil uji validitas dan reabilitas
xvi
DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
% : Persen
n : Besar sampel yang dikehendaki
N : Besar populasi
α : Tingkat kesalahan (0,05)
< : Kurang dari
> : Lebih dari
P : Persentase
f : Jumlah jawaban ya
N : Jumlah soal
x : Skor responden
n : Jumlah sampel
rhitung : Skor validitas
∑X : Jumlah skor item
∑Y : Jumlah skor total seluruh item
r11 : Reabilitas instrumen
k : Banyaknya soal
∑σb2 : Jumlah varians butir
σ12 : Varians total
xvii
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
DINKES : Dinas Kesehatan
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecemasan bisa terjadi pada sisapapun salah satunya yaitu keluarga
penderita gangguan jiwa. Kecemasan merupakan perasaan yang dialami
secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal dimana
merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2012). Kecemasan bisa
muncul pada keluarga penderita gangguan jiwa karena ada suatu gejala dari
penderita gangguan jiwa yang abnormal ataupun situasi lingkungan yang
abnormal yang membuat kekhawitiran yang berlebihan (Atkinson dikutip
dalam Safira, 2012).
Tingkat kecemasan pada keluarga penderita gangguan jiwa dapat
behubungan untuk menentukan kualitas perawatan personal hygiene penderita
gangguan jiwa karena dalam melakukan perawatan personal hygiene
penderita gangguan jiwa memerlukan bantuan orang lain terutama keluarga.
Perawatan personal hygiene yang umum pada penderita gangguan jiwa ada 4
yaitu mandi, berhias, makan serta toileting (BAK/BAB) (Nanda, 2015).
Data WHO (2016), prevelensi jumlah orang dengan gangguan jiwa di
dunia diperkirakan kurang lebih 450 juta jiwa penderita gangguan jiwa.
Jumlah di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,
2013) mencapai 7,0 permil artinya terjadi Peningkatan proporsi gangguan
jiwa pada data yang didapatkan Riskesdas 2018 cukup signifikan jika
dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi 7%, jika
1
2
dikalkulasikan maka hasilnya sekitar 400.000 jiwa penduduk Indonesia
mengalami gangguanjiwa berat, serta sekitar 14,3% rumah tangga (keluarga)
dari jumlah tersebut pernah memasung penderita gangguan jiwa berat. Data
dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013-2018 provinsi Jawa Timur
menunjuka angka 2,2 jiwa berdasarkan data jumlah penduduk Jawa Timur
yaitu 38.005.413 jiwa, maka dapat disimpulkan 83.612 jiwa yang mengalami
gangguan jiwa di Jawa Timur. Survey jumlah gangguan jiwa menurut dinas
kesehatan jombang terdapat 2615 penderita dengan gangguan jiwa,
sedangkan survey dari pukesmas dukuhklopo kecamatan peterongan jumlah
orang gangguan jiwa di desa bongkot sebanyak 36 penderita gangguan jiwa.
Faktor yang menyebabkan masalah personal hygiene pada orang
gangguan jiwa yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor
prediposisi terdiri dari Perkembangan, Biologis, kemampuan realitas
menurun, dan sosial.Sedangkan faktor presipitasi merupakan kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisiatau perceptual,cemas, lelah/lemah
(Mukhripah Damaiyanti, 2014). Faktor yang menyebabkan kecemasan
keluarga yaitu Threat (ancaman), Conflict (pertentangan), Fear (ketakutan),
dan Umneed need (kebutuhan yang tidak terpenuhi) (Atkinson dikutip dalam
Safira, 2012).
Akibat dari penurunan perawatan personal hygiene berdampak kepada
penderita berupa dampak fisik, penderita mudah terserang berbagai penyakit
kulit, mukosa mulut dan kuku. Dampak psikososial di masyarakat yaitu
gangguan interaksi sosial dalam aktifitas hidup sehari-hari, penderitaakan di
tolak oleh masyarakat karena personal hygiene yang tidak baik, penderita
3
mempunyai harga diri rendah khususnya hal identitas dan perilaku, penderita
menganggap dirinya tidak mampu mengatasi kekurangannya (Potter&Perry,
2010).
Upaya asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan
jiwa kecemasan salah satu indikatornya adalah pengurangan kecemas dengan
cara seperti gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan, dengarkan
penderita terhadap keluh kesah yang menyebabkan ansietas, bantu penderita
mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan, pahami situasi krisis,
ajarkan penderita untuk menggunakan teknik relaksasi saat cemas (Nursing
Interventions Classification,2016).
Upaya asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan
jiwa defisit perawatan diri salah satu indikatornya adalah bantuan perawatan
dengan cara sperti monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri,
monitor kebutuhan terkait dengan alat-alat kebersihan berdandan, eliminasi,
dan makan, lakukan edukasi terhadap rutinitas kesehatan yang dimaksudkan
untuk membangun perawatan diri (Nursing Interventions Classification,
2016).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti
“hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga
penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten
Jombang”.
4
1.2 Rumusan masalah
Apakah ada hubungan perawatan personal hygienedengan tingkat
kecemasan keluarga penderita ganggun jiwa di Desa Bongkot Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat
kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa jiwa di Desa Bongkot
Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi perawatan personal hygieneyang dilakukan keluarga
penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang.
2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan
jiwaDesa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.
3. Menganalisis hubungan hubungan perawatan personal hygiene dengan
tingkat kecemasan keluarga penderita ganggun jiwa di Desa Bongkot
Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan untuk menambah ilmu pengetahuan
khususnya ilmu keperawatan terutama bagi perkembagan ilmu keperawatan
jiwa.
5
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan keluarga tidak mengalami kecemasan dan
dapat membantu perawatan personal hygiene pada penderita gangguan jiwa
dengan baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gangguan Jiwa
2.1.1 Definisi gangguan jiwa
Gangguan jiwa tidak hanya terletak didalam hubungan antara orang
itu sendiri tetapi hubuingan dengan mayarakan karena gangguan jiwa
merupakan suatu sindrom prilaku seseorang yang berkaitan dengan gejala
penderita atau hendaya (imparment) didalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia yaitu : fungsi psikologik, perilaku, dan biologic
( Maramis, 2010).
Gangguan jiwa adalah gangguan terletak pada fungsi jiwa individu
yang dapat menimbulkan suatu hambatan atau penderitaan individu
sehingga dala melaksanakan peran sosialnya (Keliat, B A. dkk, 2014).
Gangguan jiwa adalah penyakit kronis dimana membutuhkan proses
panjang dalam penyembuhannya, proses pemulihan dan penyembuhan
orang dengan gangguan jiwa membutuhkan dukungan keluarga untuk
menentukan keberhasilan pemulihannya (Nasriati, 2017).
Gangguan jiwa dapat mempengaruhi fungsi kehidupan
seseorang.Aktivitas, kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan
dengan keluarga jadi terganggu karena gejala ansietas, depresi, dan
psikosis.Seseorang dengan gangguan jiwa apapun harus segera
mendapatkan pengobatan. Keterlambatan pengobatan akan semakin
merugikan penderita, keluarga dan masyarakat (Yosep, 2013).
6
2.1.2 Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa
Faktor penyebab gangguan jiwa bukan hanya berasal dari satu
penyebab tetapi bisa muncul berbagai unsure penyebab lain yang saling
mempengaruhi. Gejala paling utama dari orang yang mengalami gangguan
jiwa terdapat pada unsure kejiwaannya.
Marimis (2010) menyatakan bahwa sumberpenyebab gangguan jiwa
dapat dibedakan atas
1. Faktor Somatik (Somatogenik)
Akibat tingkat kematangan dan perkembangan organik,dan
faktor pranatal dan perinatal, termasuk gangguan pada neuroanatomi,
neurofisiologi,dan nerokimia.
2. Faktor Psikologik (Psikogenik)
Faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan
pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi
masalah termasuk keterkaitan interaksi ibu dan anak, peranan ayah,
persaingan antara saudara kandung, hubungan dalam keluarga,
pekerjaan, dan permintaan masyarakat.Keadaan tersebut kurang baik,
maka dapat menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa
bersalah yang berlebihan.
3. Faktor Sosial Budaya
Faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat
ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi
prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai,
serta pengaruh mengenai keagamaan
Yusuf (2015) menyatakan bahawa penyebab gangguan jiwa
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling mempengaruhi yaitu sebagai
berikut:
1. Faktor somatic organobiologis atau somatogenik
a. Nerofisiologis
b. Neroanatomi
c. Nerokimia
d. Faktor pre dan peri-natal
e. Tingkat kematangan dan perkembangan organik
2. Faktor psikologik (Psikogenik).
a. Peran ayah
b. Interaksi ibu dan anak
c. Inteligensi
d. Saudara kandung yang mengalami persaingan
e. Hubungan pekerjaan, permainan, masyarakat, dan keluarga.
f. Depresi, kecemasan, rasa malu atau rasa salah mengakibatkan
kehilangan.
g. Keterampilan, kreativitas, dan bakat.
h. Perkembangan dan pola adaptasi sebagai reaksi terhadap bahaya
Pendapa lain selain dari Marimis dan yusuf yaitu pendapat dari
Yosep(2016) menyatakan bahwa penyebab gangguan jiwa antara lain :
1. Genetika
2. Biologik
a. Keturunan
b. Temperamen
c. Jasmaniah
d. Penyakit atau cedera pada tubuh
3. Psikologik
4. Stres
5. Sosio kultural
6. Perkembangan psikologik yang salah
2.1.3 Tanda Gejala Gangguan Jiwa
Marimis (2010) menyatakan bahwa tanda dan gejala yang muncul
pada penderita gangguan jiwa sangat beragam, diantarya :
1. Normal dan Abnormal
2. Gangguan Kesadaran
3. Gangguan Ingatan
4. Gangguan Orientasi
5. Gangguan Psikomotor
a. Hipokinesia atau hipoaktivitas
b. Stupor Katatoni
c. Katalepsi
d. Fleksibilitas serea
e. Hiperkinesia
f. Gaduh gelisah katatonik
g. Berisikap aneh
h. Grimas
i. Stereotype
6. Gangguan proses berfikir
7. Gangguan persepsi
8. Gangguan emosi
Emosi dapat terjadi pada saat manusia berinteraksi dengan
lingkungan dan merupakan hasil upaya untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.Emosi tampak dalam ekspresi wajah, seperti marah,
cemas, ketakutan, perasaan berdosa, malu, kesedihan, cemburu, iri hati,
kebahagiaan, bangga dan harapan.Emosi orang dengan gangguanj iwa
tidak bisa ditebak, kadang emosi normal terkadang labil.
2.1.4 Klasifikasi gangguan jiwa
Upaya penyempurnaan terhadap klasifikasi system gangguan jiwa
telah dilakukan.Tahun 1960-anWorld Health Organization (WHO) mulai
menyusun klasifikasi diagnosis seperti tercantum ICD (International
Classification of Disease).Klasifikasi ini masih terus disempurnakan
sampai saat ini telah sampai ke edisi ke 10 (ICD X).Sistem klasifikasi
berdasarkan diagnosis dan manual statistic dari gannguan jiwa atau
disebut DSM (Diagnostic and Sttistical Manual of Mental Disorer) yan
telah dikembangkan oleh Asosiasi dokter psikiatri Amerika. Klasifikasi
DSM telah pada edisi DSM-IV-TR yang diterbitkan tahun 2000.
Indonesia menggunakan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan
jiwa (PPDGJ) yang saat ini sampai pada PPDGJ III (Cochran 2010;
Elder,2012 ,Katona,2012)
System klasifikasi pada ICDdan DSM menggunakan sistem
kategori. ICD menggunakan sistem aksis tunggal (uniaksis), yang
mencoba menstandartkan diagnosis menggunakan definisi deskriptif dari
berbagai sindrom, serta memberikan pertimbangan untuk diagnosa
banding. Kriteria diagnosis pada DSM menggunakan sistem multtiaksis,
yag menggambarkan berbagai gejala yang harus ada agar diagnosis dapat
ditegkakan (Katona,2012). Multiaksisi tersebut meliputi sebagai berikut :
1. Aksis 1 : sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi
fokus perhatian klinis.
2. Aksis 2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental.
3. Aksis 3 : kondisi medis secara umum.
4. Aksisi 4 : masalah lingkungan dan psikososisal.
5. Aksis 5 : penilaian fungsi secara global.
Klasifikasi PPDGJ secara singkat sesuai dengan pedoman
penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa pada awalnya disusun
berdasarkan berbagai klasifikasi pada DSM, tetapi pada PPDGJ III
disusun berdasarkan ICD X. Klasifikasi PPDGJ III meliputi :
1. F00-R09:gangguan mental organik (termasuk gangguan mental
simtomatik).
2. F10-F19 : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
psikoaktif.
3. F20-F29: skizofrenia , gangguan skizotipal, dan gangguan waham.
4. F30-F39 : gangguan suasana perasaan (mood/afektif).
5. F40-F48 : gangguan neurotik, gangguan somaoform, dan gangguan
terkait stress.
6. F50-F59 : sindroma perilaku yanng berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik.
7. F60-F69 : gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.
8. F70-F79 : retardasi mental.
9. F80-F89 : gangguan perkembangan psikologis.
10. F90-F98 : gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya
pada anak dan remaja.
2.1.5 Dampak orang dengan gangguan jiwa
Wahyu, (2012) menyatakan bahwa dari anggota yang menderita
gangguan jiwa bagi keluarga diantaranya keluarga belum terbiasa menerima
dampak sebagai berikut :
1. Penolakan
Orang dengan gangguan jiwa sering mengalami penolakan dari
keluarga itu semua terjadi ketika ada keluarga yang menderita gangguan
jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut dan
meyakini memiliki penyakit berkelanjutan. Selama episode akut anggota
keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi pada mereka cintai.
Proses awal, keluarga akan melindungi orang yang sakit dari orang lain
dan menyalahkan serta merendahkan orang yang sakit untuk perilaku
tidak dapat diterima dan kurangnya prestasi. Sikap ini mengarah pada
ketegangan dalam keluarga, dan isolasi dan kehilangan hubungan yang
bermakna dengan keluarga yang tidak mendukung orang yang sakit.
Tanpa informasi untuk membantu keluarga belajar untuk
mengatasi penyakit mental, keluarga dapat menjadi sangat pesimis
tentang masa depan. Sangat penting bahwa keluarga menemukan
sumber informasi yang membantu mereka untuk memahami bagaimana
penyakit itu mempengaruhi orang tersebut. Mereka perlu tahu bahwa
dengan pengobatan, psikoterapi atau kombinasi keduanya, mayoritas
orang kembali ke gaya kehidupan normal.
2. Stigma
Keluarga menganggap penderita tidak dapat berkomunikasi
layaknya orang normal lainnya.Anggapan tersebut menyebabkan
beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk mengundang penderita
dalam kegiatan tertentu.stigma dalam begitu banyak di kehidupan
sehari-hari, tidak mengherankan, semua ini dapat mengakibatkan
penarikan dari aktif berpartisipasi dalam kehidupan sehari-
hari.Penyebab dari itu semua karena Informasi dan pengetahuan tentang
gangguan jiwa kurang.
3. Frustasi, tidak berdaya dan kecemasan
Orang dengan gangguan jiwa sering kali membingungkan,
menakutkan, dan melelahkan.Ketika pendrita gangguan jiwa stabil pada
obat, apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi.Anggota
keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki.Keluarga dapat
menjadi marah-marah, cemas, dan frustasi karena berjuang untuk
mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya penderita
lakukan.Menangani penderita gangguan jiwa sulit karena terkadang
memiliki pemikiran aneh dan tingkah laku aneh dan tak terduga.
4. Kelelahan dan Burn out
Keluarga seringkali menjadi putus asa berhadapan dengan orang
yang dicintai yang memiliki penyakit mental.Mereka mungkin mulai
merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit
yang harus terus-menerus dirawat. Keluarga tidak boleh lelah untuk
support penderita gangguan jiwa untuk sembuh.
5. Duka
Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi
dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari kehidupan sehari-hari, dan
penurunan yang dapat terus-menerus.Keluarga dapat menerima
kenyataan penyakit yang dapat diobati, tetapi tidak dapat
disembuhkan.Keluarga berduka ketika orang yang dicintai sulit untuk
disembuhkan dan melihat penderita memiliki potensi berkurang secara
substansial bukan sebagai yang memiliki potensi berubah.Orang
gangguan jiwa menyebakan kesedihan bagi keluarga di mana orang
yang dicintai memiliki penyakit mental.
6. Kebutuhan pribadi dan mengembangkan sumber daya pribadi
Kebutuhan pribadi dan mengembangkan sumber daya pribadi
untuk penderita gangguan jiwa meskipun suli, tetapi keluarga harus
diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara fisik, mental, dan
spiritual yang sehat tidak boleh diabaikan.(Kurniawan, 2016).
Pendapat Maramis (2010) menyatakan bahwa dampak yang
ditimbulkan oleh orang dengan gangguan jiwa cukuplah besar bagi
individu (penderita) bagi keluarga, bagi masyarakat dan
lingkungan.Dampak yang ditimbulkan diantaranya,sebagai berikut :
1. Penyebab paling utama disabilitas kelompok usia produktif.
2. Penderita mengalami penolakan, pengucilan ,dan deskriminasi.
3. Penderita gangguan jiwa menjadi tidak produktif dan menganggur
4. Biaya perawatan tinggi
5. Stigma masyarakat yang negative sehingga berdampak ketakutan di
kalangan masyarakat
6. Dampak yang terjadi ketika penderita menunjukan gejala negative akan
menyebabkan ketakutan pada keluarga
7. Keluarga dan penderita sering dikucilkan masyarakat
2.1.6 Masalah keperawatan gangguan jiwa
Masalah keperawatan jiwa berdasarkan NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association)
1. Perilaku kekerasan ;
2. Halusinasi;
3. Menarik diri;
4. Waham;
5. Bunuh diri;
6. Defisit perawatan diri terdiri dari : mandi,berhias, makan dan toileting;
7. Harga diri rendah kronis.
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Definisi keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat.Keluarga
didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu
ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua.Arti luas keluarga merupakan
mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal balik dalam
menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang disebabkan oleh
kelahiran,adopsi,maupun perkawinan (Stuart,2013)
Keluarga merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih yang hidup
bersama yang berketerikatan dengan aturan, emosional dan individu
mempunyaiperan masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Keadaan ini perlu disadari bahwa sepenuhnya setiap individu merupakan
bagiandan di keluarga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang
berarti (Friedman, 2010)
Pengertian keluarga dapat disimpulkan kumpulan dua orang atau
lebih saling berinteraksi meskipun tidak tinggal bersama atau tinggal
bersama saling member perhatian satu sama lain yang di ikat oleh status
perkawinan, atau adopsi yang hidup dalam aturan, emosional,serta
mempunyai peran masing-masing merupakan bagian keluarga.
2.2.2 Ciri –ciri keluarga
Ciri-ciri keluarga menurut Robert Mac Iver & Charles Horton
(dalam Setiadi, 2012), sebagai berikut.
1. keluarga merupakan hubungan perkawinan;
2. keluarga terbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara;
3. keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan;
4. keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak;
5. keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.
2.2.3 Fungsi kleuarga
Menurut Friedman M.,Bowden,V. R., & Jones, E. G (2014)
menyatakan fungsi keluarga menjadi lima yaitu :
1. Fungsi afektif
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi ekonomi
4. Fungsi reproduksi
Menurut UU No. 10 tahun 1992, fungsi keluarga dibagi menjadi 8
yaitu :
1. Fungsi keagamaan adalah pedoman hidup untuk membina sesuai
dengan ajaran agama untuk seluruh anggota keluarga.
2. Fungsi budaya adalah membina anggota keluarga sebagai sarana
unyuk meneruskan norma budaya masyarakat dan budaya yang ingin
di pertahankan.
3. Fungsi cinta kasih adalah membina tingkah laku saling menyayangi
anggota keluarga maupun antara keluarga satu dengan keluarga yang
lainnya.
4. Fungsi perlindungan adalah memenuhi kebutuhan rasa aman dan
nyaman di dalam keluarga.
5. Fungsi reproduksi adalah mengembangkan kehhidupan reproduksi
sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
6. Fungsi sosialisasi adalah membina proses pendidikan dan sosialisasi
anak tentang hal yang perlu di lakukan di dalam masyarakat.
7. Fungsi ekonomi adalah melakukan kegiatan ekonomi baik di dalam
maupun di luar keluarga dalam rangka menopang perkembangan hidup
keluarga.
8. Fungsi pelestarian lingkungan adalah membina kesadaran dan praktik
pemeliharaan lingkungan internal keluarga.
2.2.4 Tugas Kesehatan Keluarga
Keluarga melakukan praktik asuhan kesehatan untuk mencegah
terjadinya gangguan atau merawat anggota yang sakit. Kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan akan memengaruhi tingkat
kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga terkait
konsep sehat sakit akan memengaruhi perilaku keluarga dalam
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Keluarga juga mampu
melaksanakan fungsi dengan baik, keluarga juga harus mampu melakukan
tugas kesehatan keluarga. Menurut Mubarak et al, (2012) mengatakan
bahwa tugas kesehatankeluarga adalah sebagai berikut:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh anggota keluarga dalam
menjalankanfungsinya dengan baik. Faktor yang mempengaruhi kesehatan
keluarga (Setiawati& Dermawan, 2012 ) adalah sebagai berikut.
1. Faktor fisik
2. Faktor psikis
3. Faktor sosial
4. Faktor budaya
a. Keyakinan dan praktek kesehatan
b. Nilai-nilai keluarga
c. Peran dan pola komunikasi keluarga
d. Koping keluarga
2.2.6 Peran Keluarga merawat Orang Dengan Gangguan jiwa
Keluargadalam merawat penderita gangguan jiwa merupakan suatu
peran yang sangat penting yang dapat dipandang dari berbagai segi.Pertama,
keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungannya.Keluarga merupakan pendidikan utama
bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap,
dan perilaku (Clement dan Buchanan, dalam Yosep, tahun 2010).
2.3 Konsep Kecemasan
2.3.1 Definisi kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan yang dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal dimana merupakan kekhawatiran
yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya (Stuart, 2012).
Kecemasan adalah perasaan kekhawatiran subjektif dan ketegangan
yang dimanifestasikan untuk tingkah laku psikologis dan berbagai pola
perilaku.Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh
perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom
yang hiperaktif (Nettina dalam Ratih, 2012)
Ahli lain, Atkinson, dkk (dikutip dalam Safaria, 2012).menjelaskan
bahwa kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang
ditandai dengan gejala seperti kekhawatiran dan perasaan takut. Segala
bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme menimbulkan
kecemasan, konflik merupakan salah satu sumber munculnya rasa
cemas.Adanya ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, serta perasaan
tertekan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan juga menimbulkan
kecemasan.
2.3.2 Faktor yang menyebabkan kecemasan
Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka
Saputra, 2012) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menimbulakan
kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai situasi
yang sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam atau tidak
memberikan ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai kemampuan diri
untuk mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus
kepermasalahannya).
Pendapat Adler dan Rodman (dalam M. Nur Ghufron & Rini
Risnawita, S, 2010) menyatakan terdapat dua faktor yang dapat
menimbulkan kecemasan, yaitu.
1. Pengalaman negatif pada masa lalu
2. Pikiran yang tidak rasional
Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu.
a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami
kecemasan serta perasaan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan
dalam mengatasi permaslaahannya.
b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk
berperilaku sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu menjadikan
ukuran kesempurnaan sebagai sebuah target dan sumber yang dapat
memberikan inspirasi.
c. Persetujuan
d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini
terjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.
Menurut pendapat (Atkinson dikutip dalam Safira, 2012) faktor
yang mempengaruhi kecemasan antara lain
1. Threat(ancaman)
Ancaman dapat disebabkan oleh suatu yang benar –benar
realistis dan juga yang tidak realistis, contohnya: ancaman terhadap
tubuh, jiwa atau psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan dan arti
hidup, maupu ancaman terhadap eksistensinya.
2. Conflict (pertentangan)
Timbul karena adanya dua keinginan yang keadaanya bertolak
belakang. Setiap konflik mempunyai an melibatkan dua alternatif atau
lebih yang masing –masing mempunyai sifat apptoach dan avoidance.
3. Fear (ketakutan)
Ketakutan akan segala hal dapat menimbulkan kecemasan
dalam menghadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulakn
kecemasan setiap kali harus berhadapan dengan orang baru.
4. Umneed need (kebutuhan yang tidak terpenuhi)
Kebutuhan manusia begitu komplek,dan jika tidak terpenuhi
maka akan timbul rasa cemas.Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab kecemasan adalah
ancaman, pertentangan, ketakutan, rasa gagal, cara pandang, dan pola
pikir individu yang keliru
2.3.3 Gejala kecemasan
Gejala orang yang mengalami kecemasan tidak mampu menghadapi
perasaan cemas yang parah dan kuat, perasaan tersebut sangat kuat sehingga
mereka tidak mampu berfungsi baik dalam kehidupan sehari-hari.
Kecemasan mereka tidak menyenangkan dan membuat mereka sulit
menikmati situasi-situasi pada umumnya (Halghin dan Whitsbourne, 2010).
Orang dengan gangguan kecemasan umum sering kali berjuang
keras dengan kecemasan yang sulit untuk dikendalikan.Usaha mereka untuk
mengendalikan kekhawatiran biasanya mengalami kegagalan dan mereka
menderita sejumlah gejala psikologis maupun fisiologis yang memengaruhi
fungsi kehidupan secara umum, aspek pekerjaan, dan sosial.Mereka mudah
merasa tidak berdaya dan sering kali berada dalam keadaan tertekan dan
sulit untuk berkonsentrasi, terkadang merasakan ketegangan yang sangat
besar sehingga mereka tidak dapat berpikir.Malam hari mereka sulit untuk
tidur atau untuk tetap tidur; pada siang hari, mereka merasa kelelahan,
mudah marah, dan tegang (Halghin dan Whitsbourne, 2010).
Gejala kecemasan ada dua yaitu gejala fisiologis dan gejala
psikologis.Gejala psikologis adalah kecemasan sebagai gangguan
kejiwaan.Ciri-cirinya adalah tegang, takut, khawatir, bingung, tidak bedaya,
tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tentram, rendah hati, ingin lari dari
kenyataan hidup, perubahan emosi, turunnya kepercayaan diri, tidak ada
motivasi, takut, khawatir dan tegang (Halghin dan Whitsbourne, 2010).
Gejala fisik (fisiologis), yaitu kecemasan yang sudah mempengaruhi
gejala-gejala fisik pada fungsi sistem saraf pada tubuh.Ciri-cirinya yaitu
ujung jari terasa dingin, tekanan darah meningkat, detak jantung cepat,
keringat bercucuran, pencernaan tidak teratur, tidur tidak nyenyak, mudah
lelah, nafas sesak, kepala pusing dan nafsu makan hilang.(Halghin dan
Whitsbourne, 2010).
2.3.4 Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kecemasan
Proses terjadinya kecemasan dikutip oleh Blackburn dan Davidson
(dalam Safaria 2012) menurut dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang
mempengaruhi kecemasan dapat berupa pengetahuan yang telah dimiliki
subjek tentang situasi yang sedang dirasakan, apakah sebenarnya
mengancam/ tidak mengancam, serta pengetahuan tentang kemampuan
dirinya untuk mengendalikan dirinya(termasuk keadaan emosi maupun
fokus kepermasalahannya) dalam menghadapi situaasi tersebut.
Bandura (dalam Safaria,2012) menjelaskan hal-hal yang
berpengaruh dalam meredakan kecemasan antara lain sebagai berikut:
1. Self efficacy adalah salah satu perkiraaan individu terhadap
kemampuannya sendiri dalam mengatasi situasi.
2. Outcome expectancy memiliki pengertian sebagai perkiraan individu
terhadap kemungkinan terjadinya akibat-akibat tertentu yang mungkin
berpengaruh dalam menekan kecemasan.
2.3.5 Teori Kecemasan
Sunaryo (2014)membagi teori kecemasan sebagai berikut:
1. Teori psikoanalitik
Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus
internal dan eksternal yang berlebihan.Akibat stimulus (internal dan
eksternal) yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu
untuk menanganinya.Ada 2 tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan
kecemasan subsekuen.
a. Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya
stimulus tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut
dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau
kehausan.Penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau
dorongan yang diakibatkan oleh faktor ekternal.
b. Kecemasan subsekuen
Peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis kecemasan
lain akibat konflik emosi diantara dua elemen kepribadian yaitu id dan
superego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego
sebagai pengembang id dan superego berada pada kondisi bahaya.
2. Teori interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat
ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat
penolakan. Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan
lingkungan.Harga diri seseorang merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan kecemasan.
3. Teori perilaku
Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah
dialami. Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antara dua
pilihan yang saling beralwanan dan individu harus memilih salah satu.
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil
frustasi akibat berbagai hal yang memengaruhi individu dalam mencapai
tujuan yang diinginkan misalnya memperoleh pekerjaan, keluarga,
kesuksesan dalam sekolah.
4. Teori keluarga
Kecemasanselalu ada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk
dan sifatnya heterogen itu semua sesuai denga studi pada keluarga dan
epidemologi.
5. Teori biologis
Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptor
tersebut berfungsi membantu regulasi kecemasan.Regulasi tersebut
berhubungan dengan aktivitas neurotransmiter gamma amino butyric
acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron dibagian otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2.3.6 Reaksi yang Ditimbulkan oleh Kecemasan
Calhoun dan Acocella, (dikutip dalam Safaria, 2012)
mengemukakan aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan dalam tiga
reaksi, yaitu sebagai berikut:
1. Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan
persepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan, seperti
perasaan keprihatinan, ketegangan, sedih, mencela diri sendiri atau
orang lain.
2. Reaksi kognitif, yaitu ketakutan dan kekhawatiran yang berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir jernih sehingga menganggu dalam
memecahkan masalah dan mengatasi tuntuntan lingkungan sekitar.
3. Reaksi fisiologis, yaitu reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap
sumber ketakutan dan kekhawatiran. Reaksi ini berkaitan dengan sistem
syaraf yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjer tubuh sehingga
timbul reaksi dalam bentuk jantung berdebar lebih keras, nafas bergerak
lebih cepat, tekanan darah meningkat.
2.3.7 Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating scale (HARS)
Menetukan tingkat kecemasan responden menggunakan skala HARS
(Hamilton Anxiety Rating scae) merupakan salah satu alat ukur untuk
menilai tingkat kecemasan, yang didasarkan pada munculnya syimtops pada
individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS yang dikutip
dari Nursalam (2013), penilaian kecemasan terdiri atas 14 item, yaitu:
1. Perasaan cemas diartikan bahwa suatu firasat buruk, takut akan pikiran
sendiri, dan mudah tersinggung.
2. Ketegangan diartikan bahwa merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak
bisa istirahat dengan tenang, mudah menangis, gemetar, gelisah.
3. Ketakutan diartikan bahwa ketakutan pada kegelapa, ditinggal sendiri,
pada orang asing, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, dan
pada kerumunan banyak orang.
4. Gangguan tidur diartikan bahwa sukar memulai tidur, terbangun malam
hari, tidak pulas, mimpi buruk, dan mimpi menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan diartikan bahwa daya ingat buruk, sulit
konsentrasi, dan sering bingung.
6. Perasaan depresi diartikan bahwa kehilangnya minat, sedih, bangun dini
hari, berkurangnya kesenangan pada hobi, dan perasaan berubah-ubah
sepanjang hari.
7. Gejala somatic (otot-otot) diartikan bahwa nyeri otot, kaku, kedutan
otot, gigi gemeretak, dan suara tak stabil.
8. Gejala sensorik diartikan bahwa telinga berdengung, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat, merasa lemah, dan perasaan ditusuk-tusuk.
9. Gejala kardiovaskuler diartikan bahwa denyut nadi cepat, berdebar-
debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau
pingsan, dan detak jantung hilang sekejap.
10. Gejala pernapasan: rasa tertekan didada, perasaan tercekik, merasa nafas
pendek/sesak, dan sering menarik napas panjang.
11. Gejala gastrointestinal diartikan bahwa sulit menelan, mual muntah,
berat badan menurun, konstipasi/sulit buang air besar, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum/sesudah makan, rasa
panas diperut, dan perut terasa penuh/kembung.
12. Gejala urogenital diartikan bahwa sering kencing, tidak dapat menahan
kencing, dan amenor/menstruasi yang tidak teratur.
13. Gejala vegetatif/autonom diartikan bahwa mulut kering, muka kering,
mudah berkeringat, pusing/sakit kepala, dan bulu roma berdiri.
14. Apakah Ibu/Bapak merasakan diartikan bahwa gelisah, tidak tenang,
mengerutkan dahi muka tegang, tonus/ketegangan otot meningkat, napas
pendek dan cepat, muka merah.
Cara menilai tingkat kecemasan setiap item yang diobservasidiberi 5
tingkat skor, yaitu antar 0 (nol) sampai dengan 4, dengan kategori sebagai
berikut:
0 = Tidak ada
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Berat
4 = Sangat berat
Penentu derajat kecemasan ditentukan dengan cara menjumlahkan
nilai skor dari 14 item diatas dengan hasil sebagai berikut (Nursalam, 2013):
<14 : tidak ada kecemasan
14 – 20 : kecemasan ringan
21 – 27 : kecemasan sedang
28 - 41 : kecemasan berat
42 - 56 : kecemasan sangat berat
2.4 Konsep PerawtanPersonal Hygiene
2.4.1 Definisi Personal Hygiene secara umum
Kebersihan perorangan merupakan suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis
Dalam arti bahasa personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti
personal yang artinya perorangan dan hygieneberarti sehat (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
Personal Hygiene merupakam kebersihan perorangan yang
diaplikasikan oleh suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang agar memperoleh kesejahteraan fisik dan
psikis.Dampak yang dapat terjadi karena tidak menjaga personal hygiene
ada dua yaitu dampak fisik dan dampak psikososial.Dampak fisik dapat
menyebakan banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karenatidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.Dampak
psikososial dapat berhubungan dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan
interaksi sosial (Andarmoyo, 2012).
Menurut Yahya (2013) untuk menjaga personal hygieneyaitu
sebagai berikut :
1. Kebersihan badan, termasuk kulit, tangan, kuku, rambut, telinga, gigi,
dan hidung.
2. Kebersihan pakaian, termasuk pakaian harian.
3. Penampilan pribadi dan sehat.
4. Sikap yangbaik, hormat dan ramah.
Personal Hygieneadalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka. Pemeliharaan higiene perorangan diperlukan
untuk kenyamanan individu, keamanaan, dan kesehatan. Praktek hygiene
sama dengan meningkatkan kesehatan (Potter dan Perry, 2010).
2.4.2 Macam-macam jenis pemeliharaan personal hygiene
Menurut Potter dan Perry (2010) mengatakan bahwajenis
pemeliharaan personal hygiene dan tujuannya sebagai berikut :
1. Kebersihan Kulit
Kulit berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman atau
trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi. Lapisan
utama kulit diabagi menjadi epidermis, dermis, dan subkutan. Penderita
gangguan jiwa dalam melakukan personal hygienetidak bisa melakukan
secar mandiri mereka perlu bantua orang lain terutama keluarga.
Keluarga jika tidak mampu dalam membantu personal hygienekarena
merasa cemas, perawat dapat membantu memberikan edukasi tentang
cara membantu personal hygiene pada penderita dengan benar dan baik.
Gambaran kesehatan yan pertama memberi kesan yaitu kebersihan
kulit.Semua itu tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar,
makanan dan kebiasaan hidup sehari-hari. Kebersiha yang harus
diperhatikan untuk menjaga kebersihan kulit yaitu
1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri
2. Mandi minimal 2 kali sehari dan menggunakan sabun
3. Menjaga kebersihan pakaian
4. Makan makanan yang bergizi terutama banyak mengkonsumsi sayur
dan buah serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar
2. Kebersihan Rambut
Orang dengan gangguan jiwa perlu pendampingan saat
melakukan kebersihan rambut.Fungsi rambut sebagai proteksi serta
pengatur suhu.Rambut yang terawatdengan baik akan tampak bersih dan
tidak berbau.Cara - cara higienis perawatan rambut sehari-sehari yaitu
menyikat, menyisir dan bersampo. Statuskesehatan umum, perubahan
hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit
tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut
merupakan distribusi indicator rambut.
Penyakit terhadap gangguan kesehatan batang rambut dan kulit
kepala diantaranya:
a. Infeksi jamur: pada permukaan batang rambut, dan dalam korteks
batang rambut
b. Serangga, kutu rambut
c. Kerusakan zat tanduk disebabkan oleh pemakaian sisir yang terlalu
keras, shampoo yang tidak sesusai, dan pencucian rambut yang tidak
bersih dan rutin
d. Peradangan menahun danketombe(Jerusalem, 2010)
Hal-hal yang perlu diperhatikan seseorang untuk menjaga
kebersihan rambut yaitu sebagai berikut
1. Mencuci rambut minimal 2 kali seminggu dengan memakai sampo
atau bahan pencuci rambut lainnya
2. Memotong rambut minimal 2 kali setahun
3. Menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut pribadi agar terhindar
dari penyakit kulit menular contohnya sisir pribadi
Tujuan mencuci rambut adalah untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan kulit kepala, di samping itu untuk memudahkan dalam
penataannya
3. Kebersihan mulut dan gigi
Orang dengan gangguan jiwa perlu untuk membersihkan gigi
dan mulut, dalam melekukan kebersihan mulut orang gangguan jiwa
perlu di damping dan di pantau. Kebersihan mulut dan gigi perlu untuk
dipertahankan kebersihanya karena bakteri kuman dapat masuk lewat
gigi dan mulut.
Penyakityang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut
yang buruk adalahkaries, gingivitis dan sariawan. Kebersihan mulut dan
gigi dengan baik dan benar dapat memberikan rasa sehat dan selanjutnya
menstimulasi nafsu makan
Upaya dalam membersihkan gigi agar terlihat bersih dengan cara
sebagai berikut :
1. Menggosok gigi secara teratur dianjurkan setiap setelah makan, dan
memakai sikat gigi sendiri
2. Menghindari makanan yang terlalu panas dan merusak gigi
3. Membiasakan makan buah-buahan dan sayuran yang menyehatkan
gigi
4. Seta memeriksakan gigi secara teratur
4. Kebersihan Telinga
Telinga normalmya tidak memerlukan dibersihkan setiap
hari.kebersihan telinga diperlukan untuk ketajaman pendengaranCara-
cara untuk hygine telingasebagai berikut yaitu
1. Membersihkan telinga secara teratur
2. Tidak mebersihkan telinga dengan benda tajam serta memeriksakan
kebersihan telinga ke dokter bila perlu
5. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku
Kebersihan tangan, kaki, dan kuku yaitu pemeliharaan yang
tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup
sehari-hari.kebersihankebersihan Tangan, kaki, dan kuku perlu
mendatkan perhatian karena tangan, kaki, dan kuku yang bersih dapat
menghindarkan kita dari berbagai penyakit yang dapat
menginfeksi.Penyakit-penyakit tertentu timbul dari bahaya
kontaminasikarena kuku dan tangan yang kotor.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari bahaya
tersebut sebagai berikut:
1. Membersihkan tangan sebelum dan sesudah makan
2. Memotong kuku secara teratur
3. Membersihkan lingkungan
4. Mencuci kaki sebelum
5. Mencuci tangan sesudah dan sebelum BAK/BAB
Kebersihan tangan sering diabaikan oleh masyarakat, sebagian
masyarakat mengetahui akan pentingnya menjaga kebersihan tangan
dengan cara mencunci tangan, tetapi kenyataannya masih sangat sedikit
yang tahu mencuci tangan dengan benar. Cuci tangan adalah cara yang
efektif untuk mencegah terjadinya penyebaran mikroorganisme
(Sundari, 2014)
6. Kebersihan genitalia
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap
dimana orang dengan gangguan jiwa terkadang sering lupa dalam
membersihkan genetalia dan sering lupa bagaiman mempertahankan
kebersihan genetalia dengan baik dan benar.
Cara-cara untuk mempertahankan kebersihan genetelia sebegai
berikut yaitu :
1. Melepaskan pakaian celana dalam jika mau BAK/BAB
2. Mencuci bagian genetalia dengan cara benar
3. Mengganti pakain dalam minimal 2x sehari
4. Mengganti pembalut sesering mungkin dan apabila ke kamar mandi
untuk BAK/BAB harus mengganti pembalut dengan yang baru
5. Mencucui pakain dalam dengan benar
Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya
infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan
kenyamanan serta mempertahankan personal hygiene.
2.4.3 Faktor Penyebab Personal Hygiene
MenurutRahman (2014), mengatakan bahwaada beberapa faktor
yang mempengaruhipersonal hygiene sebagai berikut adalah :
1. Faktor Budaya
Masyarakat masih banyak menganut kebudayaan daerah masing-
masing terhadap kebersihan diri seperti masih percaya asumsi tentang
mitos-mitos pada kepercayaan zaman dahulu yang tidak aman.
2. Faktor Sumber Informasi
Sumber informasi didapatkan dari pengalaman sendiri,
pengalaman orang lain, dan ilmu pengetahuan, Minimnya sumber
informasi tentang personal hygiene menimbulkan kurangnya informasi
untuk melakukan personal hygiene.
3. Faktor Kebiasaan
Kebiasaan tentag polah hidup bersih dan sehat merupakan
kebiasaan yang baik akan meningkatkan personal hygiene pada diri
sendiri.
4. Faktor Pengetahuan
Ketidaktahuan individu terhadap pengetahuan mengenai personal
hygieneseperti mencuci tangan dan penggunaan air yang baik dapat
disebabkan karena kurangnya informasi yang didapat(Assefa, 2014).
Menurut Potter&Perry(2010) faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene sebagai berikut antara lain:
1. Body image atau citra tubuh
Konsep subjektif seseorang mengenai gambaran.Individu dapat
cenderung tidak peduli dengan kebersihan dirinya karena, citra tubuh
yang berubah. Penderita gangguan jiwa sering kali mengalami citra
tubuh yang berubah sehingga mereka tidak terlalu mementingkan
personal hygiene karena memang penderita gangguan jiwa mengalami
hambatan yang disebabkan oleh perubahan proses pikir.
2. Praktik sosial,
Keberadaan suatu kelompok sosial yang mampu mempengaruhi
individu dalam praktik personal hygiene termasuk produk dan frekuensi
perawatan diri.
3. Status sosial ekonomi
Pendapatan yang mempengaruhi kemampuan keluarga untuk
menyediakan fasilitas dan kebutuhan sehingga dapat mempengaruhi
staus sosial ekonomi.
4. Pengetahuan dan motivasi kesehatan.
Pengetahuan keluarga atau individu tentang personal
hygienemerupakan sesuatu yang benting sebab pengetahuan yang baik
dapatmeningkatkan kesehatan serta adanya motivasi penderita gangguan
jiwa dari orang sekitar terutama keluarga dapat mendukung terciptanya
hygiene yang baik.
5. Budaya.
6. Kebiasaan atau pilihan personal.
2.4.4 Dampak Personal Hygiene
Dampak yang akan timbul jika kurangnya personal hygiene menurut
Isro’in & Andarmoyo, (2012) yaitu
1. Dampak fisik
Gangguan fisik yang sering terjadi karena tidak terpeliharanya
personal hygiene dengan baik yang dapat muncul yaitu tumbuhnya
rambut pada kuku, gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku
serta tubuh dapat mudah terserang infeksi yang menyebakan bau tidak
sedap.
2. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
2.4.5 Perawatan Personal hygiene pada orang gangguan jiwa mengarah pada
perawatan diri
Personal hygiene berhubungan dengan perawatan diri, didalam
personal hygiene terdapat perawatan diri, kebutuhan personal hygiene pada
orang gangguan jiwa mengarah pada perawatan diri.Kemampuan dasar
dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan,
kesejahteraan, dan kesehatanya disebut perawatan diri (Dermawan & Rusdi,
2013).Orang dengan gangguan jiwa mengalami defisit perawatan diri karena
ada perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
akitivitas perawatan diri menurun.
Defisit perawatan diri adalah sebuah aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi(hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK
(toileting) diamana untuk melakukan aktivitas tersebut kondisi pada
seseorang yangmengalami suatu kelemahan, ketidakmampuan, hamabatan
dalam melakukan ataumelengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri
(Nanda,2015).
2.4.6 Klasifikasi Defisit Perawatan Diri
Menurut Nanda-I (2015-2017) : klasifikasi perawatan diri /Personal
Hygiene terdiri dari :
1. Defisit Perawatan Diri : Mandi
a. Definisi
Hambatan /ketidakmampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Batasan karakteristik
1. Ketidakmapuan membasuh tubuh
2. Ketidakmapuan mengakses kamar mandi
3. Ketidakmapuan mengambil perlengkapan mandi
4. Ketidakmapuan mengatur air mandi
5. Ketidakmapuan mengeringkan tubuh
6. Ketidakmapuan menjangkau sumber air
c. Faktor yang berhubungan
1. Ansietas
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Gangguan neuromuskular
4. Gangguan presepsi
7. Kelemahan
8. Kendala lingkungan
9. Ketidak mampuan merasakan bagian tubuh
10. Nyeri
11. Penurunan motivasi
2. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian
a. Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
b. Batasan karakteristik
1. Hambatan memilih pakaian
2. Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan
3. Hambatanmengambil pakaian
4. Hambatanmengenakan pakaian pada bagian tubuh atas
5. Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah
6. Hambatan menggunakan alat bantu
7. Ketidak mampuanmelepaskan artibut pakaian
8. Ketidak mampuan memadupadakan pakaian
9. Ketidak mampuan mengancingkan pakaian
10. Ketidak mampuan mengenakan artibut pakaian
c. Faktor yang berhubungan
1. Ansietas
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Gangguan neuromuskular
4. Gangguan presepsi
5. Kelemahan
6. Kendala lingkungan
7. Ketidak mampuan merasakan bagian tubuh
8. Nyeri
9. Penurunan motivasi
3. Defisit Perawatan Diri : Makan
a. Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas makan sendiri.
b. Batasan karakteristik
1. Ketidakmapuan memakan makanan dalam cara yang dapat
diterima
2. Ketidakmapuan memakan makanan dalam jumlah memadai
3. Ketidakmapuan memanipulasi makanan di dalam mulut
4. Ketidakmapuan membuka wadah makanan
5. Ketidakmapuan memegang alat makanan
6. Ketidakmapuan menempatkan makanan kealat makan
7. Ketidakmapuan mengambil cangkir
8. Ketidakmapuan mengambil makanan dan memasukan ke mulut
9. Ketidakmapuan menggunakan alat bantu
10. Ketidakmapuan menghabiskan makanan secara mandiri
11. Ketidakmapuan mungunyah makanan
12. Ketidakmapuan menyiapkan makanan
c. Faktor yang berhubungan
1. Ansietas
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Gangguan neuromuskular
4. Gangguan presepsi
5. Kelemahan
6. Kendala lingkungan
7. Ketidak mampuan merasakan bagian tubuh
8. Nyeri
9. Penurunan motivasi
4. Defisit Perawatan Diri : Eliminasi
a. Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri BAK atau BAB.
b. Batasan karakteristik
1. Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi secara komplet
2. Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eleminasi
3. Ketidakmampuan mencapai toilet
4. Ketidakmampuan menyiram toilet
5. Ketidakmampuan naik ke toilet
6. Ketidakmampuan duduk di toilet
c. Faktor yang berhubungan
1. Ansietas
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Gangguan neuromuskular
4. Gangguan presepsi
5. Kelemahan
6. Kendala lingkungan
7. Ketidak mampuan merasakan bagian tubuh
8. Nyeri
9. Penurunan motivasi
2.4.7 Faktor penyebab perawatan diri
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), penyebab kurangperawatan
diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran
yang dimaksutkan pada gangguan jiwa yaitu preubahan pores fikir yang
tidak realitistik.
Menurut Mukhripah Damaiyanti (2014),penyebab kurang perawatan
diri ada 2 faktor :
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
b. Biologis
c. Kemampuan realitas turun
d. Sosial
2. Faktor Presipitasi
2.4.8 Dampak defisit perawatan diri
Dampak masalah defisit perawatan menurutIsro’in & Andarmoyo,
(2012) sebagai berikut :
1. Dampak fisik
Gangguan fisik yang sering terjadi karena tidak terpeliharanya
personal hygiene dengan baik yang dapat muncul yaitu tumbuhnya
rambut pada kuku, gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku
serta tubuh dapat mudah terserang infeksi yang menyebakan bau tidak
sedap.
2. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah Gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
BAB 3
KERANGKA KONSEPETUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak diteliti).
(Nursalam,2016). Adapun kerangka konsep pada penelitian ini dapat di lihat
pada gambar 3.1.
Keterangan :
: diteliti
: tidakditeliti
Gambar 3.1 : Kerangka konsep penelitian hubungan perawatan personal hygiene
dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa
Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang
45
Menurut Nanda-I (2015-2017) klasifikasi perawatan personal hygieneMandi1. Berhias2. Makan3. Eliminasi
Faktor-faktor perawatan personal hygiene1. Faktor Predisposisi :
biologis, perkembangan, sosial, kempuan, dan relitas turun.
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor kecemasan1. Threat(ancaman)2. Conflict (pertentangan)3. Fear (ketakutan)4. Umneed need (kebutuhan
tidak terpenuhi)
1. Baik :≥76-100%
2. Cukup : 56 –75%
3. Kurang : ≤ 50%
Skala Kecemasan Hamilton Anxiety
Rating scale (HARS)
1. < 14 : tidak ada kecemasan
2. 14 - 20 : kecemasan ringan
3. 21 - 27 : kecemasan sedang
4. 28 - 41 : kecemasan berat
5. 42 - 56 : kecemasan
46
3.2 Hipotesis
Menurut La Biondo-wood dan Haber (dalam Nursalam, 2016) bahwa
hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan
peneliti. Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara
dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan
dalam penelitian dari pengertian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis
dalam penelitian ini sebagai berikut :
H0 : Tidak ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat
kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot
Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.
H1 : Ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan
keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan serta kegunaan
tertentu disebut dengan metode penelitian.Bab ini akan membahas serta
menguraikan tentang Penelitian dengan judul “hubungan perawatan personal
hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa (Studi di
Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang). Uraian pada bab ini
berisi tentang rancangan penelitian, yang berupa : jenis penelitian, desain
penelitian, waktu dan tempat, populasi, sampel sampling, kerangka kerja
identifikasi variabel, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, pengumpulan dan analisa data serta yang terakhir etika
penelitian (Sugiyono, 2017).
4.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini, yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif. Model
penelitian yang digunakan yakni non eksperimen yang dimaksud penelitian
ini adalah penelitian yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. Penulis
bermaksud untuk mengetahui seberapa besar pengaruh etika, dan
independensi auditor terhadap kualitas audit (Arikunto, 2013).
4.2 Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional. Cross sectional dapat diartikan sebagai penelitian dengan
mendapatkan data sesuai dengan kondisi dan saat penelitian berlangsung
berdasarkan pendekatan secara tranversal, sehingga pengumpulan data dari
47
48
penelitian ini dapat dilakukan sekali atau pada waktu penelitian dilakukan
tanpa melihat latar belakang atau kejadian yang telah lalu maupun kejadian
yang akan datang. Penelitian analitik merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara variabel satu dengan yang
lain, maupun membandingkan atau mengetahui perbedaan satu variabel atau
lebih dilihat dari berbagai aspek atau sudut pandang (Siswanto, dkk. 2015).
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
4.3.1 Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2019 yang berupa
perencanaan “penyusunan proposal” dan berakhir pada Agustus 2019
sampai dengan penyusunan laporan akhir “Skripsi”.
4.3.2 Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Bongkot Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang.
4.4 Populasi, Sampel dan Sampling
4.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (dalam Siswanto, 2015) menyatakan bahwa
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, yang berupa wilayah
generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian dapat ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa sebanyak 36 di
Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.
49
4.4.2 Sampel
Menurut Sugiyono, (2013) menyatakn pengertian sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel
dapat diartikan sebagian jumlah yang lebih sedikit dari populasi yang
karakteristiknya hendak diselidiki, dan bisa mewakili keseluruhan
populasinya.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian keluarga yang
mempunyai penderita gangguan jiwa sebanyak 33 di Desa Bongkot
Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.
Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah
menggunakan rumus Slovin (Sugiyono,2015), Perhitungan besar sampel
sesuai dengan rumus Slovin sebagai berikut :
n= N1+N ¿¿
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N= Jumlah Populasi
a = Tingkat Kesalahan
n= N1+N ¿¿
¿36
1+36¿¿
¿36
1,09=33,02=33
Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 33
keluarga penderita gangguan jiwa di desa Bongkot Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang.
50
4.4.3 Sampling
Teknik pengambilan sampling dibagi menjadi dua kelompok
yaituprobability sampling dan non probability sampling (Sugiyono,2017).
Teknik probability sampling dalah teknik pengambilan sampel yang
memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik probability sampling yang digunakan dalam penelitian
tepatnya simple random sampling. Simple random sampling adalah
pengambilan dimana anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara
acak Sugiyono,2017).
4.5 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan penjelasan tentang tahap-tahap yang
dilakukan dalam kegiatan ilmia yaitu kegiatan peneliti yang dimulai awal
hingga akhir kegiatan peneliti(Notoadmojdo,2010.
51
Gambar 4.1 : Kerangka kerja hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang
Perumusan masalah
Penyusunan proposal
Pengumpulan data
Pengelolahan dataEditing,coding, scoring ,tabulating
Populasi :Semua keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa sebanyak 36 orang
Desain PenelitianDesain Penelitian yang di gunakan cross sectional
SampelSebagian keluarga yang mempunyai penderitagangguan jiwa sebanyak 33 orang
SamplingTeknik sampling yang digunakan Probability Sampling (Simple Random Sampling)
Simpulan
Analisa HasilUji spearman Rank menggunakan SPSS 16
Pengumpulan data variabel independen menggunakan kuisoner personal
hygiene
Pengumpulan data variabel dependen menggunakan kuisoner tingkat
kecemasan
52
4.6 Identifikasi variabel
Variabel adalah Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012) serta sesuatu
yang dapat digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsel pengertian tertentu
(Notoatmodjo, 2012).
4.6.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus,
predictor, antecedent. Variabel independen disebut juga variabel bebas.
Varibel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
(Sugiyono 2015). Variabel independen pada penelitian ini adalah
perawatan personal hygiene penderita gangguan jiwa.
4.6.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output,
kriteria, dan konsekuen. Varibel Dependen (variabel terikat) adalah
varibel yang menjadi akibat dari variabel brebas atau bisa juga diartikan
sebagai variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas
(Sugiyono ,2015). Variabel dependen dari penelitian ini adalah tingkat
kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa.
53
4.7 Definisi Oprasional
Definisi operasional sendiri berarti sebuah petunjuk pelaksanaan
bagaimana mengukur variable yang ada (Siswanto dkk, 2015). Peneliti dapat
membuat definsi oprasional sendiri sesuai dengan pemikiran sendri atau dapat
berkonsultas dengan para ahli, jika dalam literatur tidak terdapat definisi
operasionalnya (Nursalam, 2013).
Tabel 4.1 Definisi Operasional hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang
Variabel Definisi Operasional
Parameter Cara Ukur
Skala Skor / kriteria
Variabel independen : Perawatan personal hygiene penderita gangguan jiwa
Merupakan cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka
1. Mandi
2. Makan
3. Berpakaian/ berhias
4. Toileting
Kuesioner ORDINAL
Skor 1. Ya :12. Tidak : 0
Kiteria1. Baik :≥76-
100% 2. Cukup : 56 –
75%3. Kurang : ≤50%
(Nursalam. 2010)Variabel dependen :Tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa
Merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
1. Perasaan Ansietas2. Ketegangan3. Ketakutan4. Gangguan Tidur5. Gangguan
Kecerdasan6. Perasaan Depresi7. Gejala Somatik
(Otot)8. Gejala Somatik
(Sensorik)9. Gejala
Kardiovaskuler10. Gejala
Respiratori11. Gejala
Gastrointestinal12. Gejala
Urogenital13. Gejala Otonom14. Tingkah Laku
Pada Wawancara
Kuesioner dengan skala
HARS
ORDINAL
Skor 1. Tidakada : 02. Ringan : 13. Sedang : 24. Berat : 35. Sangat berat : 4
Kriteria 1. Tidak
adakecemasan : < 14
2. Kecemasan ringan :14 - 20
3. Kecemasan sedang : 21 - 27
4. Kecemasan berat:28 - 41
5. Kecemasan sangat berat : 42 – 56
(Nursalam, 2013)
54
4.8 Pengumpulan Data
4.8.1 Instrumen Penelitian
Salah satu kegiatan penelitianadalah pengumpulan data kegiatan
pengumpulan data dilakukan dengan teknik tertentu dan menggunakan alat
tertentu disebut instrumen penelitia. Data yang diperoleh dari proses
tersebut kemudian dihimpun ,ditata ,dianalisis untuk menjadi informasi
yang didapat menjelaskan fenomena atau keterkaitan fenomena . teknik
pengumpulan data secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu
teknik tes dan non tes (Kutmojojo,2009). Instrumen variabel independen
atau perawatan personal hygiene penderitagangguan jiwa adalah lembar
kuesioner, sedangkan pada variabel dependent atau tingkat kecemasan
keluarga penderitagangguan jiwa adalah lembar kuesioner.
Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul datayang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati(Sugiyono ,2014).
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah derajat ketepatan untuk membuktikan apakah
instrument penelitian valid. Penelitian ini uji validitas dengan
menggunakan spss 16 ini menggunakan pendekatan korelasi. Item soal
dikoreksi untuk menguji suatu validitas internal setiap item pernyataan
kuesioner yang disusun dalam bentuk skala. Taraf kesalahan
menguunakan yaitu 5% atau 0.05 dan r table.
Peneliti untuk menentukan uji validasi menggunakan rumus
Product Moment, sebagai berikut :
55
rhitung=N ∑ XY −(∑ X )(∑Y )
√ {N∑ X2−(∑ X2} {N ∑ Y 2−(∑ Y 2 )}
Dimana:
rhitung = Skor validitas
∑X = Jumlah skor item
∑Y = Jumlah skor total seluruh item
n = Jumlah responden (Sugiyono, 2010)
2. Uji Reabilitas
Pengertian Uji reabilitas adalah uji untuk menentukan apakah
instrumen penelitian reliabel.Untuk mengetahui apakah reabilitas adalah
dengan membandingkan nilai r hasil dengan r tabel.
Uji reabilitas sebagai nilai r hasil nilai adalah nilai “Cronbach’s
Alpha”. Ketentuannya bila r alpha>0,60, maka pernyataan tersebut
reliabel (Sugiyono, 2010). Rumus dalam menentukan perhitungan Uji
reabilitas,sebagai berikut :
r11=[ kk−1 ] .[1−∑ σ b
2
σ12 ]
Dimana:
r11 = Reabilitas instrumen
k = Banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varians butir
σ12 = Varians total (Sugiyono, 2010).
56
4.8.2 Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian
(Notoadmojo, 2010).
1. Mengurusisurat perizinan pengantar studi penelitian dari Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Icme Jombang lalu ke BAAK Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan ICME Jombang.
2. Mengurus surat perizinan studi penelitian kepada Dinas kesehatan
Jombang.
3. Mengurussurat perizinan studi penelitian Pukesmas Dukuhklopo
Kecamatan Peterongan.
4. Menentukan pilihan responden penelitian yang sesuai dengan kriteria
sampel yang diacak secara simple random sampling.
5. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila bersedia
menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani inform consent.
6. Responden diberkan Kuesoner oleh peneliti,laludiberikan waktu kurang
lebih 30 menit untuk mengisi kuesioner.
7. Selanjutnya kuesioner di isi dan diarahkan oleh peneliti.
8. Setelah semua data terkumpul maka peneliti melakukan analisa data.
9. Penyusunan laporan hasil penelitian.
4.8.2 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui
tahapan Editing, Skoring, Coding, dan Tabulating.
57
1. Editing
Sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih
lanjut Suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah
isian pada lembar pada pengumpulan data (kuesioner) sudah cukup baik
(Nasir, 2011).
a. Kelengkapan jawaban, apakah setiap pertanyaan sudah ada
jawabannya
b. Keterbacaan tulisan, tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit
pengolahan data
c. Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak relevan
maka editor harus menolaknya.
2. Coding
Coding yaitu pemberian kode-kode pada bentuk angka/ numerik/
nomor yang didapat diolah dengan program komputer. Coding
membantu mengindentifikasi dan melihat ariabel secara tepat
(Sulustyaningsih, 2011)
Kode Data Umum
1. Kode responden
Responden 1 = R1
Responden 2 = R2
Responden 3 = R3
2. Jenis kelamin
Laki-laki = J1
Perempuan = J2
58
3. Kode umur
Umur 20-30 = U1
Umur 40-50 =U2
Umur ≥60 =U3
4. Peran Keluarga yang mendukung
Bapak = K1
Ibu =K2
Saudara perempuan =K3
Saudara laki-laki =K4
Istri =K5
Suami =K6
5. Pendidikan terakhir
Tidak sekolah =P1
SD =P2
SMP =P3
SMA =P4
PNS/PTS =P5
6. Status Perkawinan
Janda = S1
Duda =S2
Kawin =S3
Tidak kawin =S4
Kode data khusus
1. Kuesoner personal hygiene
59
1. Pertanyaan personal hygiene (mandi) = P1
2. Pertanyaan personal hygiene (berhias) = P2
3. Pertanyaan personal hygiene (makan) = P3
4. Pertanyaan personal hygiene (toileting) = P4
Kode skor
a. Ya diberi nilai 1
b. Tidak diberi nilai: 2
Kode Kiteria
a. Baik : ≥76-100% diberi kode 1
b. Cukup : 55 –75% diberi kode 2
c. Kurang : ≤50% diberi kode 3
2. Kuesoner Tingkat kecemasan
1. Pertannyaan tingkat kecemasan (perasaan ansietas) =P1
2. Pertannyaan tingkat kecemasan (ketegangan) = P2
3. Pertannyaan tingkat kecemasan (ketakutan) = P3
4. Pertannyaan tingkat kecemasan (gangguan tidur) = P4
5. Pertannyaan tingkat kecemasan (gangguan kecerdasan) = P5
6. Pertannyaan tingkat kecemasan perasaan depresi = P6
7. Pertannyaan tingkat kecemasan gejala somatik (otot) = P7
8. Pertannyaan tingkat kecemasan gejala somatik (sensorik)= P8
9. Pertannyaan tingkat kecemasan (gejala kardiovaskuler) = P9
10. Pertannyaan tingkat kecemasan (gejala respiratori) = P10
11. Pertannyaan tingkat kecemasan (gejala gastrointestinal) = P11
12. Pertannyaan tingkat kecemasan (gejala urogenital) = P12
60
13. Pertannyaan tingkat kecemasan (gejala otonom) = P13
14. Pertannyaan tingkat kecemasan (tingkah laku pada wawancara) =
P14
Kode Skor
a. Tidak ada diberi skor 0
b. Ringan diberi skor 1
c. Sedang diberi skor 2
d. Berat diberi skor 3
e. Sangat berat diberi skor 4
Kode Kriteria
a. Tidak ada kecemasan : < 14 diberi kode 1
b. Kecemasan ringan :14 – 20 diberi kode 2
c. Kecemasan sedang : 21 - 27 diberi kode 3
d. Kecemasan berat :28 – 41 diberi kode 4
e. Kecemasan sangat berat :42 – 56 diberi kode 5
3. Scoring
Scoring adalah memberikan nilai berupa angka pada jawaban
pertanyaan untuk memperoleh data. Skala yang digunakan oleh kedua
variabel adalah skala ordinal dengan pemberian scor sebagai berikut :
Untuk variabel independent personal hygiene pada penderita
gangguan jiwa di desa dukuhklopo kecamatan peterongan
1. Skor
a. Ya diberi nilai 1
b. Tidak diberi nilai: 2
61
2. Kiteria
a. Baik : ≥76-100%
b. Cukup : 56 –75%
c. Kurang : ≤50%
Untuk variabel dependent tingkat kecemasan pada penderita
gangguan jiwa di Desa Dukuhklopo Kecamatan Peterongan
1. Skor
a. Tidak ada diberi skor 0
b. Ringan diberi skor 1
c. Sedang diberi skor 2
d. Berat diberi skor 3
e. Sangat berat diberi skor 4
2. Kriteria
a. Tidak ada kecemasan : < 14
b. Kecemasan ringan :14 – 20
c. Kecemasan sedang : 21 - 27
d. Kecemasan berat :28 – 41
e. Kecemasan sangat berat : 42 - 56
4. Tabulating
Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi (Nasir, 2011). Tabulasi pada penelitian yaitu peneliti
mentabulasi hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi.
0% : Tidak seorangpun
1-25% : Sebagian kecil
62
26-49% : Hampir setengahnya
50% : Setengahnya
51-74% : Sebagian besar
75-99% : Hampir seluruhnya
100% : Seluruhnya (Nursalam, 2013).
4.8.3 Analisis data
1. Analisis Univariat
Univaret untuk menjelaskan deskripsi karateristik semua variabel
penelitian. Bentuk analisis univariat menurut dari jenis datanya . data
numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi
(Notoadmodjo,2010).
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik tiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
Menurut (Nursalam, 2013) analisis univariat dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus :
P= FN
× 100 %
Keterangan : P = Persentase ketegori
F = Frekuensi kategori
N = Jumlah responden
Hasil presentase pada tiap kategori dapat dideskripsikan dengan
menggunakan kategori sebagai berikut (Nursalam, 2013) :
63
0% : Tidak seorangpun
1-25% : Sebagian kecil
26-49% : Hampir setengahnya
50% : Setengahnya
51-74% : Sebagian besar
75-99% : Hampir seluruhnya
100% : Seluruhnya
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi yang dapat dilakukan
dengan pengujian statistik (Notoatmdjo, 2010).Analisis bivariat dalam
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adakah hubungan perawatan
personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderitan
gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten
Jombang. Dalam analisis bovariat pada penelitian ini menggunakan uji
statistik Rank Spearmandengan derajat kepercayaan 95%. Uji Rank
Spearmanmengunakan SPSS yaitu mengukur tingkat atau eratnya
hubungan antara dua variabel berskala dengan membandingkan nilai.
Kriteria dalam pengambilan keputusa hasil uji stastik ini sebagai
berikut :
1. Bila p=≤α ( 0,05 ) maka H0 ditolak, H1 diterima
2. Bila p=≥α ( 0,05 ) H0 diterima, H1 ditolak
64
4.9 Etika Penelitian
Penelitian dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika
penelitian meliputi (Hidayat, 2011) :
1. Informed Consent
Informed Consent adalah surat persetujuan, sebelum melakukan
penelitian, peneliti memberikan penjelasan dan tujuan penelitian secara
jelas kepada responden tentang penelitian yang akan dilakukan. Apabila
responden setuju makan diminta untuk mengisi lember persetujuan dan
menandatanganinya, dan sebaliknya jika responden tidak bersedia, maka
peneliti tetap menghormati hak-hak responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya.Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari
pengumpulan data yang telah dilaksanakan mulai tanggal 28 Juni 2019 mengenai
“hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga
penderita gangguan jiwa” telah dilaksanakan di Desa Bongkot Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang dengan jumlah responden sebesar 33 keluarga
penderita gangguan jiwa. Hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian yakni data
umum dan data khusus. Data umum berisi tentang karakteristik responden seperti
jenis kelamin,umur, peran keluarga penderita gangguan jiwa, pendidikan terakhir,
dan status perkawinan. Data khususnya merupakan perawatan personal hygiene
dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa. Data-data tersebut
akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang mewakili karakteristik
responden.
5.1 Hasil Penelitian
5.2.1 Data umum
1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin keluarga penderita gangguan jiwadi Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019.
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)1 Laki-laki 15 45,52 Perempuan 18 54,5
Total 33 100,0Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga
penderita gangguan jiwa berjenis kelamin perempuan sejumlah 18
responden dengan persentase 54,5%.
65
66
2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019
No. Umur Frekuensi Persentase (%)1 26- 35Tahun 17 51,52 36-45 Tahun 12 36,43 46-55 Tahun 2 6,054 56-65Tahun 2 6,05
Total 33 100,0Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar umur
keluarga gangguan jiwa 26- 35 tahun sejumlah 17 responden dengan
persentase 51,5%.
3. Distribusi Frekuensi Peran Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Yang
Mendukung
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan peran keluarga yang mendukung penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019
No. Peran Keluarga Frekuensi Persentase (%)1. Bapak 5 15,22 Ibu 4 12,13 Saudara Perempuan 13 39,44 Saudara laki-laki 9 27,35 Istri 1 3,06 Suami 1 3,0
Total 33 100,0Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir setengahnya
peran keluarga penderita gangguan jiwa yang mendukung adalah
saudara perempuan dengan jumlah 13 responden dengan persentase
39,4%.
67
4. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden pendidikan terakhir keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019
No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)1. Tidak sekolah 2 6,12 SD 5 15,23 SMP 22 66,74 SMA 4 12,05 PNS/PTS 0 0
Total 33 100Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga
penderita gangguan jiwa pendidikan terakhir adalah SMP sejumlah 22
responden dengan persentase 66,7%.
5. Distribusi Frekuensi Status Perkawinan
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden status perkawinan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019
No. Status Perkawinan Frekuensi Persentase (%)1. Janda 4 12,1
2 Duda 1 3,0
3 Kawin 26 78,84 Tidak kawin 4 6,1
Total 33 100Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
keluarga penderita gangguan jiwa status perkawinan adalah kawin
sejumlah 26 responden dengan persentase 78,8%.
68
5.2.2 Data Khusus
1. Distribusi Frekuensi Perawatan personal hygiene keluarga pada penderita
gangguan jiwa
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perawatan personal hygiene keluarga pada penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019
No. Personal Hygiene Frekuensi Persentase (%)1 Baik 12 36,42 Cukup 15 45,53 Kurang 6 18,1
Total 33 100,0 Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir setengahnya
perawatan personal hygiene kriteria cukup sejumlah 15 responden
dengan persentase 45,5%.
2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga Penderita Gangguan
Jiwa
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019
No. Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)1. Tidak ada kecemasan 11 33.42 Kecemasan ringan 18 54,53 Kecemasan sedang 4 12,14 Kecemasan berat 0 05 Kecemasan sangat berat 0 0
Total 33 100,0 Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat
kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa adalah kecemasan ringan
sejumlah 18 responden dengan persentase 54,5%.
69
3. Hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan
keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi tabulasi silang hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019
Personal Hygiene
Tingkat kecemasanTidakAda
Ringan Sedang Berat SangatBerat Jumlah Total
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %Baik 7 21,2 5 15,2 0 0 0 0 0 0 12 36,4
%Cukup 3 9,1 9 27,3 3 9,1 0 0 0 0 17 45,5
%Kurang 1 3,0 4 12,1 1 3,0 0 0 0 0 4 18,1
%Jumlah 11 33,3 18 54,5 4 12,2 0 0 0 0 33 100%
Spearman Rank p value 0,01
Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 5.8 yang pertama dapat di ketahui bahwa sebagian
besar tingkat kecemasan keluarga adalah kecemasan ringan dengan
jumlah 18 responden dengan persentase 54,5% dengan kriteria
perawatan personal hygiene baik ada 5 responden dengan persentase
15,2%, perawatan personal hygiene cukup ada 9 responden dengan
persentase27,3% dan terakhir perawatan personal hygiene kurang ada 4
responden dengan persentase 3,0%.
Berdasarkan tabel 5.8 yang kedua dapat di ketahui bahwa hampir
setengahnya tingkat kecemasan keluarga adalah tidak ada kecemasan
dengan jumlah 11 responden dengan persentase 33,3% dengan kriteria
perawatan personal hygiene baik ada 7 responden dengan persentase
21,2%, perawatan personal hygiene cukup ada 3 responden dengan
70
persentase 9,1% dan terakhir perawatan personal hygene kurang ada 1
responden dengan persentase3,0%.
Berdasarkan tabel 5.8 yang terakhir dapat di ketahui bahwa sebagian
kecil tingkat kecemasan keluarga adalah kecemasan sedang dengan
jumlah 9 responden dengan persentase 12,2% dengan kriteria perawatan
personal hygiene baik ada 0 responden dengan persentase 0%, perawatan
personal hygiene cukup ada 3 responden dengan persentase 9,1% dan
terakhir perawatan personal hygene kurang ada 1 responden dengan
persentase 3,0%.
Hasil penelitian menggunakan uji Spearman rank test menunjukkan
nilai probabilitas atau taraf kesalahan (p : 0,01) jauh lebih kecil dari
standart signifikan (α : 0,05) maka H1 diterima dan H0 di tolak yang
berarti ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat
kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot
Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Perawatan personal hygiene keluarga pada penderita gangguan jiwa
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir setengahnya
personal hygiene kriteria cukup sejumlah 15 responden dengan persentase
45,5%.
Peneliti berpendapat perawatan personal hygiene kriteria cukup
dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur, peran keluarga, status
pendidikan terakhir, dan status perkawinan. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa
sebagian besar keluarga penderita gangguan jiwa berjenis kelamin
71
perempuan sejumlah 18 responden dengan persentase 54,5%. Sifat
perempuan lebih penyayang dan penyabar daripada laki-laki. Perbedaan
jenis kelamin berhubungan dengan perawatan personal hygiene penderita
gangguan jiwa. Sifat penyanyang dan penyabar terkadang sesuai dengan
emosional yang dialami oleh perempuan. Emosional yang tidak baik dapat
mempengaruhi perawatan personal hygiene pada penderita gangguan jiwa.
Perempuan yang mengalami emosional yang tidak baik, bisa jadi melakukan
perawatan personal hygiene pada penderita gangguan jiwa tidak total.
Kesimpulannya adalah jenis perempuan dapat mempengaruhi perawatan
personal hygiene kriteria cukup.
Pendapat peneliti perawatan personal hygiene cukup salah satunya
dipengaruhi oleh faktor umur. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian
besar umur keluarga gangguan jiwa 26- 35 tahun sejumlah 17 responden
dengan persentase 51,5%. Umur 26-35 tahun merupakan kategori dewasa
awal. Dewasa awal merupakan proses peralihan dari remaja akhir. Umur 26-
35 dapat mempengaruhi motivasi dalam perawatan personal hygiene. Umur
26-35 tahun bisa dikatakan diantara labil dan tidak labil dalam mengontrol
emosional. Umur 26-35 tahun juga masih sangat rentang pada keadaan
mementingkan diri sendiri lebih menonjol. Keadaan tersebut dapat
mempengaruhi keluarga dalam perawatan personal hygiene terbilang belum
optimal atau setengah-setengah, sehingga dapat disimpulkan perawatan
personal hygiene pada penderita gangguan jiwa yaitu kriteria cukup.
Peneliti berpendapat perawatan personal hygiene kriteria cukup
dipengaruhi oleh faktor peran keluarga yang mendukung. Tabel 5.3
72
menunjukkan bahwa hampir setengahnya peran keluarga penderita
gangguan jiwa yang mendukung adalah saudara perempuan dengan jumlah
13 responden dengan persentase 39,4%. Kebanyakan keluaraga saudara
tidak setotal ibu dalam merawat anaknya. Sifat penyayang dan penyabar saat
merawat anggota keluarga yang sakit kebanyakan dimiliki ibu. Ibu dapat
merawat anaknya secara total salah satuhnya dalam perawatan personal
hygiene pada penderita gangguan jiwa. Saudara perempuan bukan berarti
tidak total dalam perawatan personal hygiene pada penderita gangguan jiwa.
Penderita gangguan jiwa yang dirawat saudara perempuan ada yang kriteria
baik tapi sedikit. Saudara perempuan cukup lebih baik dalam melakukan
perawatan personal hygiene daripada saudara laki-laki. Pendapat peneliti
diatas dapat disimpulkan bahwa saudara perempuan yang berperan dalam
perawatan personal hygiene penderita gangguan jiwa rata-rata perawatan
personal hygiene kriteria cukup.
Peneliti berpendapat personal hygiene kriteria cukup dipengaruhi
faktor pendidikan. Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga
penderita gangguan jiwa pendidikan terakhir adalah SMP sejumlah 22
responden dengan persentase 66,7%. Peneliti berpendapat pendidikan
menentukan pengetahuan responden semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin besar pengetahuannya. Semakin tinggi pendidikan dan pengetahun
seseresponden semakin besar responden tersebut memperhatikan perawatan
personal hygiene buat diri sendiri ataupun keluarga. Responden yang
mempunyai pengetahuan yang tinggi lebih mengerti bahwa personal hygiene
sangatlah penting untuk dijaga agar terhindar dari beberapa penyakit.
73
Pendidikan terakhir SMP sangatlah minim pengetahuan salah satunya
perawatan personal hygiene. Keluarga bisa jadi tidak terlalu mementingkan
perawatan personal hygiene pada penderita gangguan jiwa karena tidak
mengerti terhadap dampak personal hygiene. Perawatan personal hygiene
yang cukup artinya tidak baik ataupun tidak buruk tetapi personal hygiene
yang cukup tidak meningkatkan kualitas hidup penderita gangguan jiwa
dalam taraf kesehatannya. Personal hygiene yang cukup, bahkan dapat
berisiko mendapatkan permasalahan kesehatan. Kesimpulanya status
pendidikan SMP dapat mempengaruhi perawatan personal hygiene cukup
Peneliti berpendapat faktor status perakawinan berpengaruh
perawatan personal hygiene kriteria cukup. Tabel 5.5 menunjukkan bahwa
hampir seluruhnya keluarga penderita gangguan jiwa status perkawinan
adalah kawin sejumlah 26 responden dengan persentase 78,8%. Peneliti
berpendapat keluarga penderita gangguan jiwa yang berstatus kawin
mempunyai kesibukan sendiri seperti mengurus keluarga kecilnya (suami
ataupun anak-anaknya). Kesibukan untuk mengurus keluarga yang dimiliki
membuat perawatan personal hygiene tidak total, sehingga perawatan
personal hygiene pada penderita gangguan jiwa kriteria cukup.
Perawatan personal hygine kriteria cukup bisa di lihat dari jumlah
nilai antara nilai tertinggi dan terendah dari tabullasi kuesioner personal
hygiene. Personal hygiene cukup terdapat pada parameter tiga dan empat
dengan jumlah nilai 143 dan 79. Peneliti berpendapat dari segi kuesioner
parameter ke tiga tentang mandi dengan kategori cukup dengan jumlah 149
rata-rata 4,5 bisa jadi sebagian keluarga tidak bisa memantau secara
74
menyeluruh ketika penderita gangguan jiwa melakukan personal hygiene
mandi secara optimal. Keluarga kemungkinan sebatas tau dan puas ketika
penderita sudah masuk kamar mandi tanpa tahu apa penderita mandi
menggunakan sabun, apa penderita saat mandi menggosok gigi, apa
penderita mandi membasuh badan dengan air sampai merata,apa penderita
menggosok badan dengan air dan sabun sampai merata, apa penderita
setelah mandi mengeringkan badan dengan handuk, apa penderita setelah
mandi bisa menaruh kembali perlatan mandi dengan benar.
Peneliti berpendapat dari segi kuesioner ke empat dengan parameter
toileting tentang BAK/BAB kategori cukup dengan jumlah nilai 79 rata-rata
2,39. Parameter toileting cukup bisa disebabkan anggapan mereka terhadap
bab atau bak merupakan hal yang tabuh dan mengerihkan serta menjijikan.
Keluarga bukan tidak memperhatikan atau tidak membantu perawatan tapi
mereka dalam membantu bisa dikatakan setengah-setengah sehingga
hasilnya tidak baik ataupun tidak kurang atau bisa dikatakn cukup. Keluarga
mungkin hanya memberikan perawatan dalam pengarahan kalau bab/bak
harus di toilet tanpa harus memperhatikan apa penderita dapat
mempersiapkan peralatan untuk toileting (BAB/BAK), apa penderita saat
bab/bak melepas pakain bawah, apa penderita setelah toileting melakukan
kebersihan diri atau cebok, dan apa penderita menyiram kamar mandi atau
toilet setelah bab/bak.
Rata-rata paling rendah terdapat pada parameter satu yaitu
berpakain/berhias dengan jumlah nilai 76 dengan rata-rata 2,30. Rata-rata
paling tinggi pada parameter 2 dua yaitu makan dengan jumlah nilai 149
75
dengan rata-rata 4,5. Saran untuk keluarga penderita gangguan jiwa harus
sesering mungkin mendapatkan edukasi, penyuluhan kesehatan serta
mendapatkan dukungan dari pihak responden lain (tenaga kesehatan ataupun
keluarga) untuk selalu melakukan perawatan personal hygiene dengan baik
agar terciptanya taraf kesehatan maksimal pada penderita gangguan jiwa
sehingga kualitas hidupnya lebih baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Marselina pada tahun 2016 yang
berjudul “hubungan dukungan keluarga dengan status personal hygiene pada
pasien gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas Wonokerto Kabupaten
Pekalongan” menunjukan hasil bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
personal hygiene yaitu dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dukungan keluarga dengan status personal hygiene pada
penderita gangguan jiwa. Desain penelitian deskriptif korelatif melalui
pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan
quota sampling dengan jumlah 82 responden. Alat pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan uji statistik yang digunakan uji chi square.
Hasil uji statistik didapatkan nilai value sebesar 0,001 (0,05), dapat
disimpulkan hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan status personal hygiene pada penderita
gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas Wonokerto Kabupaten
Pekalongan.
Penelitian Meisaroh pada tahun 2014 yang berjudul “personal
hygiene pada penderita gangguan jiwa di Poli Rsj Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang” didapatkan hasil bahwa hampir setengah keluarga
76
responden penelitian yang mengalami gangguan jiwa, memiliki personal
hygieneyang kuat yaitu sebanyak 32 responden (42,1%). Kemandirian dari
penderita jiwa dalampelaksanaan personal hygiene dapat dipengaruhi oleh
jenis kelamin,usia anggota keluarga, pendidikan anggota keluarga dan
pekerjaan anggota keluarga.
5.3.2 Tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat
kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa adalah kecemasan ringan
sejumlah 18 responden dengan persentase 54,5%.
Pendapat peneliti kecemasan ringan yang dialami keluarga bisa jadi
faktor jenis kelamin, umur, peran keluarga, status pendidkan, dan status
perkawinan. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga
penderita gangguan jiwa berjenis kelamin perempuan sejumlah 18responden
dengan persentase 54,5%. Peneliti berpendapat perempuan sangatlah
emosional mereka sering mengalami emosional yang muncul dalam diri
sendri atau situasi yang berada diluar diri sendiri. Perempuan seringkali
berfikir dengan perasaan, perasaan yang di anggap berbahaya akan
menyebabkan suatu kecemasan. Pendapat peneliti perempuan meskipun
emosional tetapi perempuan memiliki rasa peduli dan penyanyang lebih baik
dari pada laki-laki. Rasa penyanyang dan peduli apalagi pada keluarga yang
dimiliki perempuan tersebut mengurangi rasa cemas sehingga kecemasan
yang yang terjadi yaitu cemas ringan.
Peneliti berpendapat perempuan atau laki-laki yang berusia atau
berumur <40 tahun khususnya bagi perempuan mereka masih belum matang
77
dalam segi emosional. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar umur
keluarga gangguan jiwa 26-35 tahun sejumlah 17 responden dengan
persentase 51,5%. Umur 26-35 tahun mereka sering mengalami kecemasan,
apalagi mereka mempunyai anggota keluarga gangguan jiwa maka
kecemasan akan lebih tinggi di banding keluarga yang tidak mempunyai
anggota gangguan jiwa. Umur 26-35 tahun meskipun rentang mengalami
emosional tetapi, umur 26-35 lebih dewasa menyikapi. Sikap dewasa
tersebut pada umur 26-35 tahun merupakan proses pembelajran dari masa-
masa remaja ke masa dewasa awal. Kesimpulannya umur 26-35 tahun meski
emosional tetapi, memiliki sikap lebih dewasa dan peduli sehingga
kecemasan yang dialami yaitu kriteria ringan.
Pendapat peneliti selain umur, status perkawinan berpengaruh
terhadap tingkat kecemasan. Keluarga yang umur 26- 35 tahun ada yang
belum kawin dan ada yang sudah kawin bahkan ada yang janda ataupun
duda. Status perkawinan keluarga pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa
hampir seluruhnya keluarga penderita gangguan jiwa status perkawinan
adalah kawin sejumlah 26 responden dengan persentase 78,8%. Keluarga
penderita gangguan jiwa yang berstatus kawin bukan hanya cemas terhadap
diri sendiri, melainkan mencemaskan pasangan dan anaknya. Kecemasan
pada keluarga terjadi apabila timbulnya suatu gejala abnormal penderita
gangguan jiwa yang membuat situasi kurang menyenangkan bahkan kurang
menguntungkan yang bisa melukai salah satu anggota keluarga yang lain.
Kecemasan bukan hanya, timbul karena ancaman, ketakutan di pukul atau di
lukai. Kecemasan keluarga juga timbul karena keluarga khawatir tentang
78
masa depan dan kesehatan mental kerabat mereka semakin memburuk.
Kesimpulanya kecemasan yang terjadi pada keluarga penderita gangguan
jiwa bisa diartikan masih ada kata peduli sehingga kecemasan yang dialami
ringan.
Pendapat peneliti faktor status pendidikan berpengaruh terhadap
tingkat kecemasan ringan. Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar
keluarga penderita gangguan jiwa pendidikan terakhir adalah SMP sejumlah
22 responden dengan persentase 66,7%. Status pendidikan terakhir SMP
yang melatar belakangi keluarga berfikir pendek, dimana menganggap
penderita gangguan jiwa berbahaya dan pengetahuan bagaimana cara
menyikapi anggota keluarga penderita gangguan jiwa sangatlah minim.
Pengetahuan yang minim tetapi masih pernah mendapatkan pendidikan di
SMP apabila diberkan edukasi keluarga masih mampu memahami.
Kesimpulanya meski status pendidikan SMP yang rata-rata minim
pengetahuan tetapi jika, di beri edukasi dapat memahami kecemasan yang
dialami yaitu ringan.
Kecemasan ringan bisa dilihat dari tabulasi data khusus kuesioner
tingkat kecemasan pada parameter satu, dua, tiga, empat, dengan nilai rata-
rata 2. Peneliti berpendapat dari sisi kuesioner parameter pertama tentang
perasaan cemas.parameter perasaan cemas merupakan dampak psikologis
yang terdiri dari 4 indikator yaitu cemas, firasat buruk,takut akan pikiran
sendiri, dan mudah tersinggung didapatkan jumlah nilah 67 rata-rata
2dikatakan kategori tingkat kecemasan ringan. Kecemasan ringan diperoleh
dari kebanyakan keluarga member skor 2 pada indikator cemas dan takut
79
pada pikiran sendiri.Peneliti menarik kesimpulan bahwa keluarga belum bisa
menghilangkan peryataan buruk tentang penderita gangguan jiwa. Keluarga
cemas bukan hanya pada diri sendiri, melainkan juga cemas terhadap
keluarga yang lain, dan cemas terhadap penderita gangguan jiwa. Cemas
tersebut menimbulkan ketakutan pada pikiran sendiri. Ketakutan seperti di
pukul, ketakutan pengeluaran biaya sangat banyak, dan ketakutan tentang
masa depan keluarga serta masa depan penderita gangguan jiwa. Cemas dan
ketakutan pada pikiran sendiri sebagai salah satu penyebab timbulnya
ketegangan. Keluarga menunjukan gejala psikologis yaitu ketegangan
merupakan parameter ke dua dari kuesioner tingkat kecemasan yang
mempunyai 7 indikator yaitu merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat tenang,
mudah terkejut, gemeteran , dan gelisah dengan jumlah nilai 67 rata-rata
2,03.
Peneliti bependapat parameter ke tiga tentang ketakutan ada 6
indikator yaitu ketakutan pada gelap, ketakutan pada responden asing,
ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan pada binatang besar , ketakutan
keramaian lalu lintas, dan kerumunan banyak dengan jumlah nilai 66 rata-
rata 2,0. Indikator yang sering diberi skor 2 yaitu ketakutan pada gelap,
ketakutan ditinggal sendiri dan ketakutan pada kerumunan responden
banyak. Timbul kecemasan ringan pada parameter ketakutan bisa jadi karena
keluarga, jika beraada pada kegelapan contohnya mati lampu akan
menyebabkan seseuatu kejadian yang tak terduga seperti penderita gangguan
jiwa bisa hilang, bisa mengamuk bahkan melukai anggota keluarga yang
lain. Penyebab ketakutan pada kegelapan juga bisa menjadi penyebab
80
ketakutan keluarga ketika di tinggal sendiri. Ketakutan pada kerumun
responden banyak sering keluarga alami bisa jadi karena bullying dari
responden lain bahkan sampai pernah di pukul responden lain.
Parameter ke tiga yaitu ketakutan, keluarga penderita merasa
ketakutan apabila ditinggal sendiri dan ketakutan pada keadaan gelap.
Kecemasan ringan yang timbul pada indikator tersebut bisa jadi karena
ketakutan terhadap situasi yang buruk terhadap diri sendiri melainkan
ketakutan akan sesuatu hal buruk yang akan menimpah penderita gangguan
jiwa. Parameter ke lima tentang gangguan kecerdasan terdapat 2 indikator
yaitu sukar kosentrasi dan daya ingat buruk dengan jumlah nilai 66 rata-rata
2.
Rata-rata nilai paling rendah terdapat pada parameter empat yaitu
gangguan tidur dengan jumlah nilai 34 rata 1,04, parameter tujuh yaitu
gejala somatik dengan jumlah nilai 2 rata-rata 0,06, parameter delapan yaitu
gejala sensorik dengan jumlah nilai 2 rata-rata 0,06, parameter sembilan
yaitu gejala kardiovaskuler dengan jumlah nilai 44 rata-rata 1,03,parameter
sepuluh yaitu gejala respiratori dengan jumlah nilai 2 rata-rata 0,06,
parameter sebelas yaitu gejala gastrointestinal dengan jumlah nilai 2 rata-
rata 0,06, parameter dua belas gejala urogenital dengan jumlah nilai 1 rata-
rata 0,03, parameter tiga belas yaitu gejala otonom dengan jumlah nilai 37
rata-rata 1,1, dan terakhir parameter empat belas yaitu gejala tingkah laku
pada wawancara dengan jumlah nilai 31 rata-rata 0,9. Peneliti berpendpat
parameter yang rendah merupakan gejala fisik. Responden yang mengalami
kecemasan yang paling banyak menyerang gejala psikologis. Rata paling
81
tinggi ada di parameter enam yaitu perasaan deperesi dengan jumlah nilai 99
rata-rata 3.
Penelitian Guswani pada tahun 2018 yang berjudul “hubungan
pengetahuan dan sikap keluarga dengantingkat kecemasan dalam merawat
anggotakeluarga yang mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja
Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung” menunjukan hasil bahwa dari
48 responden yang memiliki pengetahuan tinggi dengan tingkat kecemasan
sedang sebanyak 5responden (13,9%), dan pengetahuan rendah dengan
tingkat kecemasan sedang sebanyak 11responden (91,7%). Berdasarkan
hasil uji statisti chi-square di dapat p value = 0,000 jika dibandingkan
dengan a = 0,01maka p value <0,01 maka ada hubungan bermakna antara
pengetahuan dengan tingkat kecemasan.
Penelitian Ulfah pada tahun 2010 yang berjudul“faktor-faktor yang
berhubungan dengan kecemasan keluarga padaklien halusinasi di Badan
Pengelola Rumah Sakit Dadi Makasar”. Faktor yang dapat menimbulkan
kecemasan yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, dan status ekonomi.
5.3.3 Hubungan Perawatan Personal Hygiene Dengan Tingkat Kecemasan
Keluarga Penderita Gangguan Jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan
Berdasarkan tabel 5.8 yang pertama dapat di ketahui bahwa
sebagian besar tingkat kecemasan keluarga adalah kecemasan ringan dengan
jumlah 18 responden dengan persentase 54,5% dengan kriteria perawatan
personal hygiene baik ada 5 responden dengan persentase 15,2%, perawatan
personal hygiene cukup ada 9 responden dengan persentase 27,3% dan
82
terakhir perawatanpersonal hygene kurang ada 4 responden dengan
persentase 3,0%.
Berdasarkan tabel 5.8 yang kedua dapat di ketahui bahwa hampir
setengahnya tingkat kecemasan keluarga adalah tidak ada kecemasan
dengan jumlah 11 responden dengan persentase 33,3% dengan kriteria
perawatan personal hygiene baik ada 7 responden dengan persentase 21,2%,
perawatan personal hygiene cukup ada 3 responden dengan persentase 9,1%
dan terakhir perawatan personal hygene kurang ada 1 responden dengan
persentase3,0%.
Berdasarkan tabel 5.8 yang terakhir dapat di ketahui bahwa sebagian
kecil tingkat kecemasan keluarga adalah kecemasan sedang dengan jumlah 9
responden dengan persentase 12,2% dengan kriteria perawatan personal
hygiene baik ada 0 responden dengan persentase 0%, perawatan personal
hygiene cukup ada 3 responden dengan persentase 9,1% dan terakhir
perawatan personal hygene kurang ada 1 responden dengan persentase
3,0%.
Hasil penelitian menggunakan uji Spearman rank test menunjukkan
nilai probabilitas atau taraf kesalahan (p : 0,01) jauh lebih kecil dari
standart signifikan (α : 0,05) maka H1 diterima dan H0 di tolak yang berarti
ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan
keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang.
Peneliti berpendapat berdasarkan yang telah di teliti semakin sedikit
tingkat kecemasan maka semakin baik personal hygiene. Tingkat
83
kecemasan dan personal hygiene berhubungan dengan jenis kelamin,
umur, pendidikan dan status pernikahan. Peneliti berpendapat jenis
kelamin perempuan lebih rentang mengalami kecemasan tetapi ringan dan
jenis kelamin perempuan bisa jadi salah satu faktor perawatan personal
hygiene cukup. Peneliti berpendapat peran keluarga saudara perempuan
yang mengalami kecemasan ringan, tidak total dalam melakukan
perawatan personal hygiene sehingga perawatan personal hygiene kriteria
cukup. Peneliti berpendapat umur perpengaruh pada tingkat kecemasan
dan perawatan personal hygiene. Umur 26-35 meskipun rentang
mengalami kecemasan tetapi kecemasan yang dialami ringan karena pada
umur 26-35 tahun terjadi proses pematangan sikap sehinggan perawatan
personal hygiene yaitu kriteria cukup.
Peneliti berpendapat pendidikan juga berikatan juga dengan tingkat
kecemasan dan personal hygiene semakin tinggi pendidikan semakin
tinggi pula pengethuan sehingga semakin kecil mengalami kecemasan dan
semakin baik personal hygiene, apabila ada suatu keterkaitan dapat
disimpulakan ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat
kecemasan.
Penelitian Marselina tahun 2016 yang berjudul “hubungan dukungan
keluarga dengan status personal hygiene pada penderitagangguan jiwa di
Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto Kabupaten Pekalongan” menunjukan
hasil bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu
dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dukungan
keluarga dengan status personal hygiene pada penderita gangguan jiwa.
84
Desain penelitian deskriptif korelatif melalui pendekatan cross sectional.
Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling dengan jumlah
82 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan uji
statistik yang digunakan Uji Chi Square. Hasil uji statistik didapatkan nilai
value sebesar 0,001 (0,05), dapat disimpulkan hasil penelitian ini
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan status personal hygiene pada penderita gangguan jiwa di wilayah
kerja Puskesmas Wonokerto I Kabupaten Pekalongan. Saran agar tenaga
kesehatan hendaknya meningkatkan penyuluhan kepada penderita gangguan
jiwa dan keluarga tentang manfaat pentingnya menjaga personal hygiene,
serta pentingnya dukungan dari keluarga bagi penderita gangguan jiwa
dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene.
Penelitian Risnasari tahun 2012 yang berjudul “tingkat kecemasan
keluarga dalam menghadapi anggotakeluarga penderita gangguan jiwa di
Poli Jiwa Rumah SakitBhayangkara KotaKediri”. Jenis penelitian ini
menggunakan rancangan deskriptif dengan jumlah populasi 20 responden,
teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling.Instrument yang
dipakai dalampenelitian ini berupa kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 5% responden tidak mengalami kecemasan, 40% respon den
mengalami kecemasan ringan,25% responden mengalami kecemasan
sedang, dan 30% responden mengalami kecemasan berat. Responden yang
mengalami kecemasan tersebut disebabkan karena ketakutannya terhadap
perubahan tingkah laku yang terdapat pada anggota keluarganya. Besar
kecilnya kecemasan tergantung dari berat kecilnya gejala yang ditimbulkan
85
pasien dan tergantung dari bagaiman keluarga menyikapi gejala yang di
timbulkan pasien.
Penelitian Putra tahun 2018 tentang “hubungan karakteristik
keluarga dengantingkat ansietas saat menghadapikekambuhan pasien
gangguan jiwa”. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara
karakteristik pekerjaan (pvalue=0,029), penghasilan (pvalue=0,040),dan tipe
keluarga (pvalue=0,027) dengan tingkat ansietas keluarga saat menghadapi
kekambuhan klien gangguan jiwa, sedangkan karakteristik pendidikan
(pvalue=0,390), status hubungan (pvalue=0,587), tahap perkembangan
keluarga(pvalue=0,482), dan etnis budaya (pvalue=a) tidak ada hubungan.
Karateristik keluarga seperti pendidikan berhubungan dengan tingkat
kecemasan saat menghadapi kekambuhan keluarga.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari penelitian dan pembahasan dan Hubungan
Perawatan Personal Hygiene Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Penderita
Gangguan Jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan,maka dapat di
simpulkan bahwa :
6.1.1 Perawatan personal hygiene keluarga pada penderita gangguan jiwadi
Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang hampir
setengahnya cukup.
6.1.2 Tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwadi Desa Bongkot
Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang sebagian besar ringan.
6.1.3 Ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingka kecemasan
keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang
6.2 Saran
Dari hasil penelitian kiranya peneliti dapat memberi saran :
6.2.1 Petugas Kesehatan
Diharapkan pihak posyandu termasuk perawat dan kader
posyandu kesehatan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang bisa memberikan promosi kesehatan tentang cara
perawatan personal hygiene yang baik serta memberikan motivasi
kepada keluarga penderita gangguan jiwa terutama pada perawatan
personal hygiene mandi dan toileting. Personal hygiene mandi dan
86
87
toileting masih dalam kriteria cukup. Perawat dan kader posyandu
kesehatan jiwa diharapkan memberikan edukasi bagaimana cara
mengatasi tingkat kecemasan yang terjadi pada keluarga sehingga,
tingkat kecemasan keluarga teratasi dan tercipta perawatan personal
hygiene dengan baik pada penderita gangguan jiwa.
6.2.2 Dosen dan Mahasiswa
Sekolah tinggi ilmu kesehatan merupakan salah satu wadah
pendidikan dalam bidang kesehatan sehingga diharapkan dosen
mahasiswa dapat berkontribusi penuh dalam membangun perawatan
personal hygiene serta mengatasi kecemasan keluarga penderita
gangguan jiwa dengan cara ikut serta memberi edukasi pada pihak
keluarga.
6.2.3 Peneliti selanjutnya
Mengingat adanya keterbatasan dari penelitian ini, maka
diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar memperdalam lagi tentang
teori perawataan personal hygiene keluaraga pada penderita gangguan
jiwa dan memperdalam lagi teori tingkat kecemasan keluarga penderita
gangguan jiwa, agar menyempurnakan penelitian dengan metode yang
berbeda dan salah satu variabel penelitian yang berbedah atau tempat
yang berbeda, sehingga akan mendapat hasil yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Nasir, Abdul Muhith, Ideputri. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Mulia Yogyakarta: Medika.
Afnuhazi, Ridhyallah. 2015. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Alimul, Hidayat. 2011. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Heath Books.
Andarmoyo, 2012. Personal Hygiene, Konsep, Proses, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu
Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bulechek, G. 2013. Nursing Intervention Classification NIC 6th Edition. Missouri: Elseiver Mosby.
Damaiyanti Mukhripah, dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama
Dermawan, R., & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. 2014. Buku Ajar Keoerawatan Keluarga Riset, teori, dan praktik Edisi 5. Jakarta : EGC.
Guswani, Ika. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwadi Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Jurnal keperawatan. Jurnal Keperawatan Vol 8 No 6 halaman 103.
Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. 2010.Teori –Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Halgin, R.P & Whitbourne, S.K. 2010.Psikologi Abnormal Perspektif Klinis Pada Gangguan Psikologis.Jakarta : Salemba Humanika.
Isro’in & Andarmoyo. 2012. Personal Hygiene; Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan. Edisi Pertama` Yogyakarta: Graha Ilmu.
88
89
Katona, C., Cooper, C., Robrtson, M. 2012. At Glance Psikiatri,2nd.Jakarta: Erlangga.
Kurniawan, Y., & Sulistyarini, I. 2016. Komunitas sehati sehat jiwa dan hati sebagai intervensi kesehatan mental berbasis masyarakat. INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, Vol 5 No 3, APRIL 2016 Halaman 112-124
Keliat, B A. dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN Basic Course. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Maramis w.f .2010. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.
Marselina, Melisa. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Status Personal Hygiene Pada Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto I Kabupaten Pekalongan. Jurnal Keperawatan Vol 8 No 9 Halaman 63.
Meisaroh, Rani. 2014. Personal Hygiene Pada Penderita Gangguan Jiwa Di Poli Rsj Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Jurnal keperawatan Vol 1 No 1 halaman 7.
Mubarak,et al.2011. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.Jakarta: EGC.
Nasriati. 2017. Stigma Dan Dukungan Keluarga Dalam Merawat Orang Dengan Gangguan Jiwa Odgj. Medisains: Jurnal Ilmiah ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 Halaman 57.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta : SalembaMedika.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Putra, Dimas . 2018. Hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat ansietas saat menghadapi kekambuhan pasien gangguan jiwa. Journal for Health Sciences vol 2 no 1.
90
Potter & Perry. 2010. Buku Fundamental Of Nursing: Buku 2 Edisi 7. Jakarta: EGC
Ratih, N. 2012. Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Koping Dalam Menghadapi Ujian.Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jurnal Ilmiah ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, 3 juli 2012 Halaman 10.
Safaria. 2012. Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Setiadi. 2012. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Setiawati, Santun dan Agus Citra Dermawan.2012.Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.Edisi 2. Jakarta: TIM.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan, Kuantitatif & Kualitatif. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Stuart W Gail2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5 revisi.Jakarta : EGC.
Stuart,G.W. 2013. Psyciatric Nursing. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra. 2012. Manajemen Emosi: Sebuah panduan cerdas bagaimanamengelola emosi positif dalam hidup Anda. Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang RI No.10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
Ulfah. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Keluarga Pada Klien Halusinasi Di Badan Pengelola Rumah Sakit Dadi Makasar. Jurnal keperawatan Vol 2 halaman 12.
Yahya, 2013. Konsep personal hygiene. Jakarta. EGC.
Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Yosep, Iyus. 2013. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.
91
Yosep, I, & Titin. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Wahyu, S. 2012. Buku saku keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No KegiatanBulan
Februari Maret April Mei Juni Juli1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Pendaftaran Ujian Proposal
4 Ujian Proposal 5 Revisi Proposal
6 Pengambilan Data
7 Pengolahan Data
8 Konsultasi Hasil
9 Pendaftaran Ujian Hasil
10 Ujian Hasil 11 Revisi Hasil
12Pembuatan Jurnal dan Artikel
13
Penggandaan dan Pengumpulan Skripsi
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 4LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 4
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : AyuWulandari
NIM : 153210005
Tempat, Tanggal Lahir : Probolinggo,03 mei 1996
Institusi :Prodi S1 Keperawatan STIKes Insan Cendekia
Medika Jombang.
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “hubungan perawatanpersonal
hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot
Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang”. Adapun proposal penelitian ini bukan
milik orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentu kutipan
yang telah disebutkan sumbernya. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan
sebenar-benarnya dan apabila surat pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
mendapatkan sangsi akademis.
Jombang, Juli 2019
Yang Menyatakan
AyuWulandari153210005
LAMPIRAN 5
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan di bawahini :
Nama :……………………………………………………
Alamat :…………………………………………................
Menyatakan bersedia bahwa keluarga akan menjadi subjek (responden)
dalam penelitian dari :
Nama : Ayu Wulandari
NIM : 153210005
Prodi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul : Hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan
keluarga penderita ganggun jiwa di Desa Bongkot Kecamatan
Peterongan
Penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan resiko apapun pada
klien selaku responden.
Peneliti sudah memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan
keluarga penderita ganggun jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan..Dengan ini
saya menyatakan selaku Perawat secara sukarela memperbolehkan pasien saya
ikut sebagai responden dalam penelitian ini serta bersedia menjawab semua
pertanyaan dengan sadar dan sebenar-benarnya.
Jombang, Juli ,2019
(………………………………)
LAMPIRAN 6
KISI-KISI LEMBAR KUISONER
Variabel Independen
Parameter Nomor Soal Jumlah Soal
Perawatan Personal Hygiene
1. Berpakain/ berhias 1-5 5
2. Makan 6-10 5
3. Mandi 11-15 5
4. Toileting 16-20 5
1. Personal Hygiene
2. Tingkat Kecemasan
Variabel Dependen
Parameter Nomor Soal Jumlah Soal
Tingkat kecemasan
1. Perasaan Ansietas 1 42. Ketegangan 5-11 73. Ketakutan 12-17 64. Gangguan Tidur 18-24 75. Gangguan Kecerdasan 25-26 26. Perasaan Depresi 27-32 57. Gejala Somatik (Otot) 33-38 58. Gejala Somatik (Sensorik) 39-43 59. Gejala Kardiovaskuler 44-49 6
10. Gejala Respiratori 50-54 411. Gejala Gastrointestinal 55-66 1112. Gejala Urogenital. 67-73 713. Gejala Otonom 74-79 514. Tingkah Laku Pada
Wawancara 79-87 8
LAMPIRAN 7
KUISONER PERAWATAN PERSONAL HYGIENE
Nomor Responden :
Inisial Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Peran keluarga :
Pendidikan terakhir :
Status pernikahan :
1. Skor
Ya :1
Tidak : 02. Kiteria
Baik : ≥76-100%
Cukup : 60 –75%
Kurang : ≤60 %
1. Berhias/Berpakaian
No Pertanyaan Ya Tidak1. Apakah pasien dapat mempersiapkan
peralatan untuk berpakaian (contohnya baju, celana ,pakaian dalam)?
2. Apakah pasien dapat memilih pakain dengan sesuai?
3. Apakah pasien dapat memakai baju bagian atas dan bawah?
4. Apakah pasien dapat berhias dengan tepat?Contohnya : 1.bagi perempuan menggunakan bedak , menggunakan lipstick dengan tepat2.bagi laki-laki mencukur kumis dengan rapi
5. Apakah pasien dapat melepaskan pakaian?
2. Makan
No Pertanyaan Ya Tidak
6. Apakah pasien dapat mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk makan?
7. Apakah pasien dapat mempersiapkan makanan untuk dimakan?
LAMPIRAN 8
8. Apakah pasien makan menggunakan alat bantu, (contohnya sendok)?
9. Apakah pasien dapat mencuci perlatan makan?
10. Apakah pasien dapat menaruh peralatan makanan pada tempat semula ?
3. Mandi
No Pertanyaan Ya Tidak
11. Apakah pasien dapat mempersiapkan peralatan untuk mandi (contohnya sabun, handuk, sikatgigi, dan lain-lain)?
12. Apakah pasien mebasuh badan dengan air sampai merata?
13. Apakah pasien menggosok badan dengan air dan sabun sampai merata?
14. Apakah pasien setelah mandi mengeringkan badan dengan handuk?
15. Apakahpasiensetelahmandibisamenaruhkembaliperlatanmandidenganbenar?
4. Toileting
No Pertanyaan Ya Tidak
16. Apakah pasien dapat mempersiapkan peralatan untuk toileting (BAB/BAK)? Contohnya sabun
17. Apakah pasien saat BAB/BAK melepas pakain bawah?
18. Apakah pasien BAB atau BAK pada tempatnya (kamarmandi/ toilet)
19 Apakah pasien setelah toileting melakukan kebersihan diri atau cebok ?
20 Apakah pasien menyiram kamar mandi atau
toilet setelah BAB/BAK ?
KUISONER HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY(HARS)
Nomor Responden :
Inisial Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Peran keluarga :
Pendidikan terakhir :
Status Pernikahan :
Skor:
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = beratsekali
Total Skor:
<14 :tidak ada kecemasan
15 –20= kecemasan ringan
21 –27= kecemasan sedang
28 –41= kecemasan berat
42 –56= kecemasan berat sekali
No Pertanyaan 0 1 2 3 41 PerasaanAnsietas
1. Cemas2. FirasatBuruk3. Takut Akan PikiranSendiri4. MudahTersinggung
2 Ketegangan5. MerasaTegang6. Lesu7. TakBisaIstirahatTenang8. MudahTerkejut9. MudahMenangis10. Gemetar11. Gelisah
3 Ketakutan12. PadaGelap13. Pada Orang Asing14. DitinggalSendiri
LAMPIRAN 8
15. Pada Binatang Besar16. Pada Keramaian Lalu Lintas17. Pada Kerumunan Orang Banyak
4 GangguanTidur18. Sukar Masuk Tidur19. Terbangun Malam Hari20. Tidak Nyenyak21. Bangun dengan Lesu22. BanyakMimpi23. Mimpi - MimpiBuruk24. MimpiMenakutkan
5 Gangguan Kecerdasan25. Sukar Konsentrasi26. Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi27. Hilangnya Minat28. Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi29. Sedih30. Bangun Dini Hari31. PerasaanBerubah-Ubah Sepanjang
Hari7 Gejala Somatik (Otot)
32. Sakit dan Nyeri di Otot-Otot33. Kaku34. KedutanOtot35. Gigi Gemerutuk36. Suara Tidak Stabil
8 GejalaSomatik (Sensorik) 37. Tinitus38. Penglihatan Kabur39. Muka Merah atau Pucat40. Merasa Lemah41. Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler42. Takhikardia (Nadicepat)43. Berdebar44. Nyeri di Dada 45. Denyut Nadi Mengeras46. Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau
Pingsan47. Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)10 GejalaRespiratori
48. Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada 49. PerasaanTercekik50. Sering Menarik Napas51. Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
52. Sulit Menelan53. Perut Melilit54. Gangguan Pencernaan55. Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan56. Perasaan Terbakar di Perut57. Rasa Penuh atau Kembung58. Mual59. Muntah60. Buang Air BesarLembek61. Kehilangan Berat Badan62. Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital 63. Sering Buang Air Kecil64. Tidak Dapat Menahan Air Seni65. Amenorrhoe66. Menorrhagia67. Menjadi Dingin (Frigid) 68. Ejakulasi Praecocks – Ereksi Hilang69. Impotensi
13 GejalaOtonom70. Mulut Kering71. Muka Merah72. Mudah Berkeringat73. Pusing, Sakit Kepala74. Bulu-Bulu Berdiri
14 TingkahLakuPadaWawancara75. Gelisah76. Tidak Tenang77. Jari Gemetar78. Kerut Kening79. Muka Tegang80. Tonus Otot Meningkat81. Napas Pendek dan Cepat82. Muka Merah
10 1 2 1 3 311 2 1 3 3 312 2 2 3 3 313 2 1 3 3 114 2 1 3 3 115 2 2 3 3 316 2 1 3 3 317 2 2 3 3 318 2 3 3 3 319 2 2 3 3 320 2 1 5 3 321 2 1 2 3 322 2 1 3 3 323 2 1 3 3 324 2 2 2 3 325 2 2 2 3 126 2 3 3 3 127 2 1 3 1 328 2 2 2 4 329 1 1 4 4 330 1 2 4 3 331 1 3 1 2 332 1 1 4 2 333 1 1 4 2 3
KETERANGANJENIS KELAMIN : : LAKI-LAKI : 15 orang
: PEREMPUAN : 18 orangUMUR : : Umur 20-30 thn : 17orang
: Umur 40-50 thn : 12 orang: Umur ≥60thn : 4 orang
PERAN KELUARGA : Bapak : 5 orang
: Ibu : 4 orang: Saudara perempuan : 13 orang: Saudara laki-laki : 10 orang : Istri : 1 orang:Suami : 0 orang
PENDIDIKANTERAKHIR Tidak sekolah : 2 orang
: SD : 5 orang: SMP : 22 orang: SMA : 4 orang: PNS/PTS : 0 rang
STATUS PERKAWINAN : Janda : 4 orang
: Duda : 1 orang: Kawin : 26 orang: Tidak kawin : 2 orang
LAMPIRAN 9
24 4 3 5 2 14 70% 2 CUKUP25 3 4 5 2 14 70% 2 CUKUP26 4 5 3 4 16 80% 1 BAIK27 3 4 3 2 12 60% 2 CUKUP28 4 5 5 2 16 80% 1 BAIK29 2 3 3 2 10 50% 3 CUKUP30 2 4 5 5 16 80% 1 BAIK31 5 3 3 0 11 55% 3 CUKUP32 0 4 4 5 13 65% 2 CUKUP33 2 5 2 5 14 70% 2 CUKUP
JUMLAH 76 149 143 79 455RATA-RATA 2.30303 4.51515 4.33333 2.39394
RATA-RATA 0.410468319559229PARAMETER
RATA-RATA % 67%
KETERANGAN 1.PERSONAL HYGIENE BAIK BAIK : 12 orang2. PERSONAL HYGIENE CUKUP : 15 orang3. PERSONAL HYGIENE KURANG : 6 orang
LAMPIRAN 10
TABULASI DATA KHUSUS TINGKAT KECEMASAN
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 SKOR KRITERIA KETERANGAN1 1 1 1 1 1 1 2 2 4 2 2 0 1 1 20 1 KECEMASAN RINGAN2 2 2 2 2 2 1 0 0 3 0 0 1 0 1 16 2 KECEMASAN RINGAN3 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1 TIDAK ADA KECEMASAN4 2 2 2 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 2 14 1 TIDAK ADA KECEMASAN5 2 2 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 10 1 KECEMASAN SEDANG6 5 2 1 2 2 2 0 0 2 0 0 0 2 2 20 2 KECEMASAN SEDANG7 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 2 TIDAK ADA KECEMASAN8 6 2 2 0 2 2 0 0 2 0 0 0 2 2 20 2 KECEMASAN SEDANG9 3 2 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 10 2 TIDAK ADA KECEMASAN
10 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 TIDAK ADA KECEMASAN11 0 2 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 4 2 14 1 KECEMASAN RINGAN12 0 2 6 2 4 4 0 0 0 0 0 0 0 2 20 2 KECEMASAN RINGAN13 0 6 0 4 2 2 0 0 1 0 0 0 2 1 18 2 TIDAK ADA KECEMASAN14 0 4 4 0 4 6 0 0 4 0 0 0 0 2 24 2 KECEMASAN RINGAN15 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 TIDAK ADA KECEMASAN16 4 0 0 0 2 6 0 0 2 0 0 0 4 2 20 2 KECEMASAN SEDANG17 5 5 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 1 KECEMASAN SEDANG18 5 0 5 0 5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 20 2 KECEMASAN RINGAN19 2 4 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 1 KECEMASAN RINGAN20 2 3 5 0 5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 20 2 KECEMASAN RINGAN21 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 1 KECEMASAN RINGAN22 2 2 2 4 2 2 0 0 2 0 0 0 2 2 20 2 KECEMASAN RINGAN23 2 1 1 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 9 1 KECEMASAN RINGAN24 2 2 2 4 2 6 0 0 0 0 0 0 6 2 26 3 KECEMASAN RINGAN25 1 1 1 2 6 6 0 0 2 0 0 0 0 1 20 2 TIDAK ADA KECEMASAN26 2 2 0 0 4 2 0 0 0 0 0 0 0 0 10 1 TIDAK ADA KECEMASAN27 2 2 0 2 1 5 0 0 6 0 0 0 1 1 20 2 KECEMASAN RINGAN28 2 2 0 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9 1 TIDAK ADA KECEMASAN29 2 2 4 0 2 6 0 0 2 0 0 0 2 0 20 2 KECEMASAN RINGAN30 2 2 0 2 4 6 0 0 2 0 0 0 1 1 20 2 TIDAK ADA KECEMASAN31 1 2 5 2 2 6 0 0 0 0 0 0 4 2 24 3 KECEMASAN SEDANG32 2 1 2 1 2 5 0 0 5 0 0 0 4 2 24 3 KECEMASAN SEDANG33 2 2 4 0 2 6 0 0 4 0 0 0 2 2 24 3 KECEMASAN RINGAN
JUMLAH 67 66 66 34 69 99 2 2 44 2 2 1 37 31 522RATA-RATA 2.0303 2 2 1.0303 2.091 3 0.061 0.06 1.3333 0.061 0.061 0.0303 1.121 0.939RATA-RATA
0.479338842975207PARAMETERRATA-RATA % 28%
KETERANGAN 1. TIDAK ADA KECEMASAN : 11 orang 2. KECEMASN RINGAN : 18 orang 3. KECEMASAN SEDANG : 4 orang 4. KECEMASAN BERAT : 0 orang 5. KECEMASAN BERAT SEKALI : 0 orang
LAMPIRAN 11
HASIL SPSS 16 DATA UMUMStatistics
NO JK UMUR PK PDD SK
N Valid 33 33 33 33 33 33
Missing 0 0 0 0 0 0
NO
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 1 3.0 3.0 3.0
2 1 3.0 3.0 6.1
3 1 3.0 3.0 9.1
4 1 3.0 3.0 12.1
5 1 3.0 3.0 15.2
6 1 3.0 3.0 18.2
7 1 3.0 3.0 21.2
8 1 3.0 3.0 24.2
9 1 3.0 3.0 27.3
10 1 3.0 3.0 30.3
11 1 3.0 3.0 33.3
12 1 3.0 3.0 36.4
13 1 3.0 3.0 39.4
14 1 3.0 3.0 42.4
15 1 3.0 3.0 45.5
16 1 3.0 3.0 48.5
17 1 3.0 3.0 51.5
18 1 3.0 3.0 54.5
19 1 3.0 3.0 57.6
20 1 3.0 3.0 60.6
LAMPIRAN 12
21 1 3.0 3.0 63.6
22 1 3.0 3.0 66.7
23 1 3.0 3.0 69.7
24 1 3.0 3.0 72.7
25 1 3.0 3.0 75.8
26 1 3.0 3.0 78.8
27 1 3.0 3.0 81.8
28 1 3.0 3.0 84.8
29 1 3.0 3.0 87.9
30 1 3.0 3.0 90.9
31 1 3.0 3.0 93.9
32 1 3.0 3.0 97.0
33 1 3.0 3.0 100.0
Total33 100.0 100.0
JK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 15 45.5 45.5 45.5
2 18 54.5 54.5 100.0
Total 33 100.0 100.0
UMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 17 51.5 51.5 51.5
2 12 36.4 36.4 87.9
3 4 12.1 12.1 100.0
Total33 100.0 100.0
PK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 5 15.2 15.2 15.2
2 4 12.1 12.1 27.3
3 13 39.4 39.4 66.7
4 10 30.3 30.3 97.0
5 1 3.0 3.0 100.0
Total33 100.0 100.0
UMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 17 51.5 51.5 51.5
2 12 36.4 36.4 87.9
3 4 12.1 12.1 100.0
PDD
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 2 6.1 6.1 6.1
2 5 15.2 15.2 21.2
3 22 66.7 66.7 87.9
4 4 12.1 12.1 100.0
Total33 100.0 100.0
SK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 4 12.1 12.1 12.1
2 1 3.0 3.0 15.2
3 26 78.8 78.8 93.9
4 2 6.1 6.1 100.0
Total 33 100.0 100.0
SPSS 16 DATA KHUSUS
Statistics
PERSONAL HYGIENE KECEMASAN
N Valid 33 33
Missing 0 0
PERSONALHYGIENE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 12 36.4 36.4 36.4
2 15 45.5 45.5 81.8
3 6 18.2 18.2 100.0
Total 33 100.0 100.0
KECEMASAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 11 33.3 33.3 33.3
2 18 54.5 54.5 87.9
3 4 12.1 12.1 100.0
Total33 100.0 100.0
LAMPIRAN 13
SPSS 16 DATA CROSS TABStatistics
PERSONAL HYGIENE KECEMASAN
N Valid 33 33
Missing 0 0
PERSONALHYGIENE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 12 36.4 36.4 36.4
2 15 45.5 45.5 81.8
3 6 18.2 18.2 100.0
Total 33 100.0 100.0
KECEMASAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 11 33.3 33.3 33.3
2 18 54.5 54.5 87.9
3 4 12.1 12.1 100.0
Total33 100.0 100.0
LAMPIRAN 14
HASIL SPSS 16 UJI SPEARMAN RANK
Correlations
PERSONAL
HYGIENE KECEMASAN
Spearman's
rho
PERSONAL
HYGIENE
Correlation Coefficient 1.000 -.571**
Sig. (2-tailed) . .001
N 33 33
KECEMASAN Correlation Coefficient -.571** 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 33 33
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
LAMPIRAN 15
LAMPIRAN 16
LAMPIRAN 17
UJI VALIDITAS
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 RXY
P1 Pearson Correlation 1 .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation .608** 1 .608** .608** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**
Sig. (2-tailed).004 .004 .004 .004 .000 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation 1.000** .608** 1 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**
Sig. (2-tailed).000 .004 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1 .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P6 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1 1.000** 1.000** .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**
Sig. (2-tailed).004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P7 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** 1 1.000** .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
LAMPIRAN 18
P8 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** 1.000** 1 .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P9 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1 .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**
Sig. (2-tailed).000 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P10 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** 1 .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P11 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1 .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**
Sig. (2-tailed).000 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P12 Pearson Correlation .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** 1 .216 .608** .608** .608** .546* .608** .608** .608** .716**
Sig. (2-tailed) .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .361 .004 .004 .004 .013 .004 .004 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P13 Pearson Correlation .216 .608** .216 .216 .216 .608** .608** .608** .216 .608** .216 .216 1 .608** .216 .216 -.096 .608** .216 .216 .456*
Sig. (2-tailed).361 .004 .361 .361 .361 .004 .004 .004 .361 .004 .361 .361 .004 .361 .361 .686 .004 .361 .361 .043
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P14 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** 1.000** .608** .608** .608** 1 .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P15 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1 .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**
Sig. (2-tailed).000 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .004 .013 .004 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P16 Pearson Correlation .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .216 .608** .608** 1 .546* .608** .608** .608** .716**
Sig. (2-tailed) .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .361 .004 .004 .013 .004 .004 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P17 Pearson Correlation .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* -.096 .546* .546* .546* 1 .546* .546* .546* .624**
Sig. (2-tailed).013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .686 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P18 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1 .608** .608** .882**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .004 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P19 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1 1.000** .905**
Sig. (2-tailed).000 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P20 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1 .905**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
RXY Pearson Correlation .905** .882** .905** .905** .905** .882** .882** .882** .905** .882** .905** .716** .456* .882** .905** .716** .624** .882** .905** .905** 1
Sig. (2-tailed).000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .043 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
UJI Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 87.0
Excludeda 3 13.0
Total 23 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.979 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item
Deleted
Corrected Item-
Total
Correlati
on
Cronbach's Alpha
if Item
Deleted
P1 16.25 33.039 .894 .977
P2 16.25 33.145 .867 .977
P3 16.25 33.039 .894 .977
P4 16.25 33.039 .894 .977
P5 16.25 33.039 .894 .977
P6 16.25 33.145 .867 .977
P7 16.25 33.145 .867 .977
P8 16.25 33.145 .867 .977
P9 16.25 33.039 .894 .977
P10 16.25 33.145 .867 .977
P11 16.25 33.039 .894 .977
P12 16.25 33.882 .685 .979
P13 16.25 35.039 .407 .981
P14 16.25 33.145 .867 .977
P15 16.25 33.039 .894 .977
P16 16.25 33.882 .685 .979
P17 16.15 35.292 .600 .979
P18 16.25 33.145 .867 .977
P19 16.25 33.039 .894 .977
P20 16.25 33.039 .894 .977
LAMPIRAN 18