RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)
KOTA BANJARMASIN TAHUN 2006 – 2025
PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN
2005
WALIKOTA BANJARMASINPERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN
NOMOR 9 TAHUN 2005
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAHKOTA BANJARMASIN TAHUN 2006-2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BANJARMASIN,
Menimbang : a. bahwa sesuai dengan prinsip otonomi daerah. Pemerintahdaerah memiliki kewewanang membuat kebijakan daerahuntuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta,prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuanpada peningkatan kesejahteraan rakyat;
b. bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah daerah sesuaidengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah Pasal 150 ayat (3) bahwa RPJP Daerahditetapkan dengan peraturan Daerah, untuk itu perlu disusunperencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuansystem perencanaan pembangunan nasional;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudhuruf a dan b konsiderans di atas perlu diatur dan ditetapkandengan Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang PenetapanUndang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentangPembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4287);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentangPembentukan Peraturan Perundang-Undangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4389);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembarNegara Republik Indonesia Nomor 4437);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4438);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan Kewenangan PropinsiSebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
9. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 7 Tahun 2000tentang Kewenangan Daerah Kota Banjarmasin(Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 2);
10. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 8 Tahun 2000tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja SekretariatDaerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,Dinas, Badan, Kecamatan, dan Kelurahan KotaBanjarmasin (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 9)Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota
Banjarmasin Nomor 1 Tahun 2002 (Lembaran DaerahTahun 2002 Nomor 1);
11. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 1 Tahun 2003tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah(Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 2);
12. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 8 Tahun 2005tentang Tata Cara Penyusunan Rencana PembangunanJangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah, Rencana Strategi Satuan KerjaPerangkat Daerah. Rencana Kerja Pemerintah Daerah,Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah danPelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan Daerah.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARMASIN
dan
WALIKOTA BANJARMASIN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANGRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANGDAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2006-2025.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Banjarmasin2. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yangtersedia.
3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Banjarmasin selanjutnyadisebut RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan Pembangunan Daerah untukjangka waktu 20 (dua puluh ) tahun.
4. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhirperiode perencanaan.
5. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakanuntuk mewujudkan visi.
6. Strategi adalah langkah-langkah yang berisikan program-program indikatifuntuk mewujudkan visi dan misi.
7. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerahuntuk mencapai tujuan.
BAB IIRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
Pasal 2
RPJP Daerah adalah Dokumen perencanaan yang memuat visi, misi dan arahpembangunan daerah Kota Banjarmasin Tahun 2006-2025.
Pasal 3
RPJP Daerah merupakan pedoman dalam penyusunan Rencana PembangunanJangka Menengah Daerah Kota Banjarmasin.
BAB IIISISTEMATIKA
Pasal 4
RPJP Daerah disusun dengan sistematika :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KONDISI UMUM KOTA
BAB III : VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANJARMASINTAHUN 2006- 2025
BAB IV : ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KOTABANJARMASIN TAHUN 2006-2025
BAB V : PENUTUP
Pasal 5
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah sebagaiman tercantum dalamlampiran Peraturan Daerah ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidakterpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB IVKETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanDaerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Banjarmasin
Disahkan di BanjarmasinPada tanggal 22 Desember 2005
WALIKOTA BANJARMASIN
H. A. YUDHI WAHYUNI
Diundangkan di BanjarmasinPada tanggal 27 Desember 2005
SEKRETARIS DAERAH KOTA BANJARMASIN
H. D. MAS DJAYA
LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2005 NOMOR 10
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan .............................................................................. 17
C. Landasan Hukum ................................................................................. 17
D. Hubungan RPJP dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ................... 18
E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 19
BAB II. KONDISI UMUM KOTA BANJARMASIN ................................ 20
A. Kondisi Saat Ini .................................................................................... 20
B. Tantangan ............................................................................................. 35
C. Potensi Pembangunan dan Strategis ..................................................... 57
BAB III. VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN KOTABANJARMASIN TAHUN 2006- 2025 ........................................ 61
A. Visi Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2006 – 2025 ................. 65
B. Misi Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2006 – 2025 ................. 69
C. Arah Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2006 – 2025 ................ 72
1. Terwujudnya Sumber Daya Manuasia yang Berkualitas .............. 72
2. Terpenuhinya Kebutuhan Infrastruktur, Terwujudnya
Lingkungan yang Aman dan Nyaman, dan Kembalinya Citra
Kota sebagai Kota Seribu Sungai .................................................. 80
3. Terwujudnya Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan
Berbasis Kerakyatan ...................................................................... 86
4. Terwujudnya Masyarakat yang Tertib, Demokratis, Berbudaya,
Partisipasif dan Agamis ................................................................. 92
5. Terwujudnya Pemerintahan Kota yang Berkinerja Tinggi, Bersih
dan Berwibawa .............................................................................. 98
BAB IV. PENUTUP ....................................................................................... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahwa salah satu perubahan penting dalam pengelolaan pembangunan ke
depan yang merupakan dampak diberlakukannya hasil Amandemen Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 adalah diperkuatnya otonomi
daerah dan desentralisasi pemerintahan. Penguatan otonomi daerah memberikan
dampak berupa kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab kepada
provinsi, kabupaten dan kota dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan pembangunannya. Dengan otonomi yang luas, masing-masing
daerah diarahkan untuk lebih mampu memacu diri dalam membangun guna
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang disertai peningkatan,
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
Dalam rangka pengimplementasian kewenangan otonomi daerah yang
luas tersebut dan agar pencapaian tujuannya dapat lebih efektif, maka dibutuhkan
koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota maupun antar daerah/kota dalam melaksanakan program-program
pembangunan, serta koordinasi antar kegiatan dalam rangka efektifitas dalam
memecahkan permasalahan dan penyusunan agenda pembangunan ke depan.
Dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Pasal
14) yang menyatakan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah
kabupaten/kota adalah urusan yang berskala kabupaten/kota. Urusan tersebut
meliputi (1) perencanaan dan pengendalian pembangunan, (2) perencanaan,
pemanfaatan dan pengawasan tata ruang, (3) penyelenggaraan ketertiban umum
2
dan ketentraman masyarakat, (4) penyediaan sarana dan prasarana umum, (5)
penanganan bidang kesehatan, (6) penyelenggaraan pendidikan, (7)
penanggulangan masalah sosial, (8) pelayanan bidang ketenagakerjaan, (9)
fasilitasi pengembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi, (10) pengendalian
lingkungan, (11) pelayanan pertanahan, (12) pelayanan kependudukan dan catatan
sipil, (13) pelayanan administrasi umum pemerintahan, (14) pelayanan
administrasi penanaman modal, (15) penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya,
dan (16) urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-
undangan. Semua urusan tersebut adalah urusan yang menyangkut bidang-bidang
pelayanan masyarakat dan pembangunan yang secara nyata berpotensi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi dan
potensi daerah, kekhasan daerah, dan prospektif keunggulannya dalam bersaing.
Dari semua urusan yang dilimpahkan dan menjadi kewenangan tersebut
ternyata perencanaan dan pengendalian pembangunan menempati kedudukan
yang strategis, karena didasari bahwa hanya dengan perencanaan dan
pengendalian yang efektif, efisien dan bersasaran, pembangunan dapat
terselenggara dengan baik. Untuk mengatur lebih lanjut tentang penyusunan
pelaksanaan pembangunan yang dapat menjamin tercapainya tujuan
pembangunan dan pelaksanaan kewenangan daerah/ termasuk kota dibidang
perencanaan dan pengendalian pembangunan sebagaimana dimaksud Undang-
Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat
menerbitkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional yang didalamnya termasuk mengatur tentang perencanaan
pembangunan provinsi, kabupaten dan kota. Undang-undang tersebut selanjutnya
3
dijadikan landasan hukum yang baru bagi provinsi, kabupaten dan kota dalam
menyusun perencanaan pembangunannya ke depan. Di dalam undang-undang
tersebut diantaranya digariskan kewajiban pemerintah daerah, termasuk
pemerintah kota dalam menyusun Dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Panjang kota. Mengacu pada amanat Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
tersebut dan sekaligus mengakomodasi cita-cita masyarakat Kota Banjarmasin
yang ingin menjadikan kotanya menjadi kota yang maju dan dihuni masyarakat
sejahtera, yang merupakan bagian dari upaya mewujudkan masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur, maka disusunlah Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Kota Banjarmasin 2006-2025 yang merupakan dokumen perencanaan
pembangunan Kota Banjarmasin untuk dimensi waktu dua dasawarsa ke depan.
Pembangunan Kota Banjarmasin yang sudah sejak lama dilakukan, sejak
sebelum orde baru, semasa orde baru sampai masa kini diera reformasi telah
berhasil menunjukkan kemajuan, baik dari perubahan wajah kota yang tampak
dari fisiknya, kemajuan ekonomi, sosial budaya dan kemasyarakatan serta segi-
segi lainnya. Penduduknya dari tahun ketahun semakin bertambah, baik secara
alamiah maupun dampak dari terjadinya urbanisasi. Kehidupan masyarakat terus
bertambah sesuai dengan dinamika perubahan kehidupan kota dan pengaruh
faktor-faktor eksternal dan global. Meskipun disadari kondisi kehidupan bangsa
yang dilanda krisis ekonomi sejak tahun 1997 yang berkembang menjadi krisis
multidimensi sampai kini dampaknya masih dirasakan dan belum pulih.
Kemajuan-kemajuan yang berhasil dicapai dimasa lalu menunjukan
kecenderungan menurun. Sebagai bagian dari masyarakat Kalimantan Selatan dan
Bangsa Indonesia, warga Kota Banjarmasin berusaha bangkit kembali, keluar dari
4
berbagai permasalahan yang dihadapi warga kota. Meskipun segi indikator
kemajuan pembangunan yang dicapai belum sepenuhnya memberikan kepuasan
warga kota, tetapi cita-cita menjadikan Kota Banjarmasin sebagai kota yang maju
dan dihuni masyarakat sejahtera terus diperjuangkan melalui serangkaian upaya
pembangunan. Dalam upaya mengakomodasikan dinamika kota yang terus
berkembang, berbagai perencanaan pembangunan sudah disusun dan
dilaksanakan, sejak sebelum era reformasi maupun awal-awal era reformasi, baik
meliputi bidang fisik kota maupun bidang ekonomi, sosial budaya dan
kemasyarakatan yang semua itu ditujukan untuk mewujudkan perubahan Kota
Banjarmasin menjadi kota bersih, unggul, nyaman, gagah, aman, dan sejahtera
dengan semangat kayuh baimbai yang tercermin dalam motto Kota Banjarmasin
dan diselaraskan dengan predikat Kota Banjarmasin sebagai pusat Pemerintahan
Provinsi Kalimantan Selatan, kota industri, kota pelabuhan, kota perdagangan,
kota pariwisata dan pusat informasi.
Sampai akhir tahun 2005, Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota
Banjarmasin Tahun 2001- 2005 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota
Banjarmasin Nomor 8 Tahun 2001 dan merupakan acuan bagi penyelenggaraan
pembangunan kota sudah berakhir dan ke depan dibutuhkan dokumen
perencanaan pembangunan kota yang dilandasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004. Pembangunan Kota Banjarmasin ke depan, kondisinya berubah dibanding
dengan dimasa-masa sebelum era reformasi dan otonomi daerah, Pembangunan
Kota Banjarmasin ke depan menunjukkan perubahan-perubahan yang spesifik,
yang antara lain : (1) memiliki tujuan yang kompleks, (2) intensitas penggunaan
sumber daya atau investasi yang tinggi, (3) melibatkan banyak pihak/stake
5
holder/masyarakat sebagai pelaku pembangunan, dan (4) banyaknya pilihan-
pilihan yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Apalagi
kondisi sosial budaya kehidupan politik warga Kota Banjarmasin pada era
reformasi dan otonomi daerah sekarang, tuntutan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) menuju
pemerintahan yang bersih (clean governance) semakin kuat. Tuntutan semacam
itu harus segera direspon dengan upaya-upaya peningkatan kualitas manajemen
dalam penyelenggaraan pemerintah kota sebagai wujud pelayanan masyarakat
termasuk dalam perencanaan, penyelenggaraan dan pengendalian pembangunan
kota ke depan.
Reformasi di bidang pemerintahan daerah yang dilandasi Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004, mendorong lahirnya paradigma baru dalam
menyelenggarakan pemerintahan, khususnya pemerintahan daerah. Dengan
undang-undang tersebut kewenangan yang diberikan pusat kepada daerah semakin
luas. Kadar desentralisasi semakin tinggi dibandingkan otonomi daerah pada
masa-masa sebelumnya. Penyelenggaraan pemerintahan daerah pada saat ini,
ditunjukkan untuk mewujudkan otonomi daerah yang seluas-luasnya, nyata dan
bertanggung jawab, serta terwujudnya pemerintahan yang baik, yaitu
pemerintahan yang mengikuti aturan, demokratis, transparan, dan akuntabel, serta
terciptanya keseimbangan dan keserasian peran antara pilar-pilar penyelenggara
pemerintahan yang baik, yaitu pemerintah, swasta/dunia usaha dan masyarakat.
Perkembangan politik (demokrasi) yang terjadi sejak awal reformasi mendorong
makin kuatnya peran serta dalam pengawasan dan kepedulian masyarakat
terhadap proses pemerintahan dan pembangunan. Peran serta masyarakat itu
6
dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah merupakan hak dan tanggung jawab
masyarakat untuk mewujudkan aparatur yang bersih
Sebagai sebuah kota yang terus berkembang, Kota Banjarmasin yang
juga merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, terus menunjukkan
perubahan-perubahan yang pesat, baik dibidang fisik maupun non fisik. Dalam
perkembangannya Kota Banjarmasin akan dihadapkan pada berbagai tantangan
dan peluang serta persaingan yang semakin ketat dengan daerah-daerah/kota
lainnya di Kalimantan Selatan, maupun kota-kota lainnya ditanah air, terutama
dalam merebut peluang ekonomi dan peluang investasi termasuk peningkatan
kondisi fisik yang merupakan pencerminan wajah kota. Pusat-pusat kegiatan
ekonomi dan pelabuhan yang dimiliki Kota Banjarmasin merupakan modal dasar
bagi perkembangan perekonomian dan dinamika kota ke depan. Keberadaan
pelabuhan sebagai pintu masuk kegiatan ekonomi regional Kalimantan Selatan
memberikan percepatan bagi perubahan ekonomi Kota Banjarmasin pada
lapangan usaha sektor jasa, terutama perdagangan dan transportasi.
Berkembangnya daerah/kota lain di sekitarnya disamping merupakan peluang
besar bagi pengembangan Kota Banjarmasin juga menimbulkan masalah
tersendiri, terutama yang menyangkut aspek fisik, sosial dan kemasyarakatan.
Untuk menjawab tantangan itu diperlukan peningkatan kemampuan kota dalam
mengantisipasi dan kerjasama dalam menghadapinya lebih-lebih dikaitkan dalam
kependudukannya sebagai pusat pengembangan ekonomi regional di Kalimantan
Selatan. Dari kecendrungan tersebut dapat disimpulkan bahwa beban Pemerintah
Kota Banjarmasin dalam dua dasawarsa ke depan akan semakin berat dan
semakin kompleks. Perkembangan Kota Banjarmasin dimasa mendatang tidak
7
mungkin dibiarkan tumbuh secara alami tetapi harus dirancang dan ditata sejak
sekarang untuk menuju kota yang maju. Penduduk yang semakin meningkat,
terutama yang disebabkan oleh urbanisasi, membawa dampak serius terhadap
penyediaan fasilitas infrastruktur yang memadai, penyediaan air bersih yang
cukup, peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat, penyediaan lapangan
kerja dan kesempatan berusaha, penyediaan dan distribusi barang dan jasa yang
cukup merata dan lancar serta penciptaan lingkungan yang aman dan nyaman
yang kesemua itu untuk mewujudkan kota yang sejahtera.
Untuk menyikapi tantangan kota dan antisipasi pembangunan Kota
Banjarmasin ke depan dibutuhkan sebuah perencanaan yang efektif , efisien dan
bersasaran, yang merupakan prasyarat utama bagi pengembangan kota yang
efisien dan efektif menuju kota yang maju dan sejahtera.
Menyadari agar perubahan-perubahan ke depan yang kemungkinan
terjadi di Kota Banjarmasin sesuai dengan perubahan yang dicita-citakan warga
kotanya yaitu mewujudkan Kota Banjarmasin yang maju dan sejahtera yang
dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, maka disusunlah Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kota Banjarmasin Tahun 2006-2025 sebagai upaya
kongkrit dan konseptual dalam mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi
dan tingginya serta beragamnya tuntutan kebutuhan masyarakat warga Kota
Banjarmasin ke depan.
Salah satu tugas pokok Pemerintah Kota Banjarmasin bersama dengan
DPRD-nya adalah merumuskan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran pembangunan
kota, baik jangka panjang, jangka menengah, maupun tahunan dalam rangka
mewujudkan kota yang maju dan sejahtera. Selanjutnya, tugas pokok pemerintah
8
terhadap publik (masyarakat) adalah memberikan pelayanan dan perlindungan
terhadap masyarakat. Pemerintahan yang baik (good governance) adalah
kepemerintahan yang dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan baik.
Kepemerintahan yang baik dicirikan dengan terselenggaranya pemerintahan yang
mampu menciptakan hubungan yang serasi antara pemerintah, swasta dan
masyarakat. Kepemerintahan yang baik juga dicirikan dengan tingginya
partisipasi masyarakat, penegakan hukum, keterbukaan, responsif dan kesetaraan.
Atas dasar itu maka rencana pembangunan harus memuat arahan terciptanya good
governance yang efektif dan efisien. Di sisi lain, pembangunan dapat diartikan
sebagai hasil interaksi antara unsur-unsur pembangunan, yaitu sumber daya
pembangunan yang terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
sumber daya buatan yang didukung oleh kemajuan teknologi dan perumusan
kebijakan yang tepat. Oleh karena itu rencana pembangunan kota yang disusun,
harus mengedepankan konsep pendayagunaan dari unsur-unsur tersebut sehingga
bentuk dan indentitas serta optimalisasi interaksinya dapat digambarkan dengan
jelas.
Dipandang dari segi dinamika masyarakat, pembangunan adalah
merupakan proliferasi (pelipatgandaan yang luas) dan integrasi peranan-peranan
fungsional dalam masyarakat. Dari pengertian tersebut, maka rencana
pembangunan kota harus mampu memberikan rumusan-rumusan mengenai arah
pembangunan jangka panjang yang akan dilaksanakan, agar dinamika masyarakat
yang terjadi lebih bermakna. Rencana pembangunan kota harus memuat
komitmen bersama dalam bentuk visi, misi, perumusan bidang-bidang yang akan
9
digarap untuk mewujudkan visi dan arah pembangunan kota itu sendiri dalam
jangka waktu tertentu.
Karena itu rencana pembangunan Kota Banjarmasin 2006-2025, pada
hakikatnya merupakan komitmen kota yang secara politis berorientasi pada
komunitas atau permasalahan-permasalahan, baik menyangkut fisik, sosial budaya
dan kemasyarakatan yang dihadapi warga kota, dan sekaligus merupakan tolak
ukur kinerja kota untuk dimensi waktu dua dasawarsa ke depan. Rencana
pembangunan Kota Banjarmasin yang disusun memuat visi, misi dan arah
kebijakan pembangunan kota dalam kurun waktu dua dasawarsa mendatang yang
didasarkan pada kondisi umum saat ini, tantangan-tantangan ke depan yang
dihadapi dan modal dasar, termasuk potensi, prakarsa dan aspirasi masyarakat
yang tumbuh dan berkembang dengan mengacu kepada rencana pembangunan
daerah diatasnya, yaitu pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan pemerintah
pusat.
Ditinjau dari segi kedudukannya, dokumen perencanaan ini merupakan
acuan bagi penyusunan perencanaan pembangunan Kota Banjarmasin pada tataran
hierarki yang lebih rendah, yaitu perencanaan pembangunan jangka menengah.
Mengacu pada makna pasal 14 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004,
maka Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Kota Banjarmasin adalah
merupakan penjabaran visi, misi dan program Walikota Banjarmasin kedalam
strategi pembangunan kota, kebijakan umum, program prioritas Walikota dan arah
keuangan kota.
10
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penyusunan dan penetapan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Kota Banjarmasin 2006-2025 ini adalah agar Pemerintah Kota
Banjarmasin dan seluruh warga masyarakatnya, dalam membangun kota dan
masyarakat ke depan memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang bersifat
umum, komprehensif dan terpadu, dan dapat menjadi pedoman dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 5 tahunan bagi pemerintah
kota, swasta maupun masyarakat dalam melaksanakan pembangunan.
Penyusunan dan penetapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota
Banjarmasin tahun 2006-2025 adalah merupakan upaya meningkatkan kualitas
fungsi pemerintahan kota, baik di bidang pelayanan, pembinaan dan perlindungan
terhadap masyarakat, maupun kualitas partisipasi swasta dan warga kota dalam
rangka mempercepat terwujudnya Kota Banjarmasin yang maju dan sejahtera.
C. Landasan Hukum
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Banjarmasin tahun 2006-
2025 disusun dengan landasan idiilnya adalah Pancasila, landasan
konstitusionalnya adalah Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan landasan
operasionalnya adalah semua ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan
pembangunan daerah/kota, yaitu :
1. Tap MPR Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
11
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuanagan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
7. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ Tanggal 11 Agustus
2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP dan RPJM Daerah
D. Hubungan RPJP dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Sesuai dengan subtansi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara terdapat hubungan keterkaitan antara
berbagai dokumen-dokumen perencanaan pembangunan, yaitu antara RPJP
Nasional tahun 2005-2025, dan RPJM Nasional tahun 2005-2009, RKP Tahunan
RAPBN Tahunan, dan APBN Tahunan dengan RPJP Daerah Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2006-2025, dan dengan RPJP Kota Banjarmasin Tahun 2006-2025,
RPJM 5 Tahunan Kota Banjarmasin, RKP Tahunan, RAPBD dab APBD tahunan,
serta keterkaitan RPJM 5 Tahunan Kota Banjarmasin dengan Renstra SKPD,
Renja SKPD, RKS SKPD, dan rincian APBD.
Secara operasional RPJP Kota Banjarmasin Tahun 2006-2025 ini disusun
dengan menagacu pada RPJP Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006-
2025 . RPJP Kota Banjarmasin ini selanjutnya menjadi pedoman bagi pemerintah
kota dalam penyusunan RPJM Kota Banjarmasin setiap 5 tahun yang selanjutnya
12
dijabarkan kedalam RKP Kota Banjarmasin setiap tahun, disamping menjadi
pedoman bagi penyusunan Renstra SKPD.
E. Sistematika Penulisan
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Banjarmasin
2006-2025 ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Kondisi Umum Kota Banjarmasin
Bab III : Visi, Misi dan Arah Pembangunan Kota Banjarmasin
Tahun 2006-2025
Bab IV : Penutup
13
BAB II
KONDISI UMUM KOTA BANJARMASIN
A. Kondisi Saat Ini
1. Kondisi Administrasi Wilayah Fisik
Kota Banjarmasin, terletak di Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas
wilayah tercatat 72,0 Km2 atau 0,19% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan. Secara administrasi wilayah Kota Banjarmasin terdiri dari 5 kecamatan
dan 50 kelurahan. Kecamatan yang dimaksud adalah Banjarmasin Utara seluas
15,25 Km2 (21,18%) dengan 9 kelurahan, Banjarmasin Timur seluas 11,54 Km2
(16,03%) dengan 9 kelurahan, Banjarmasin Tengah seluas 16,66 Km2 (16,19 %)
dengan 12 kelurahan, Banjarmasin Selatan seluas 20,18 Km2 (28,03%) dengan 11
kelurahan, dan Banjarmasin Barat seluas 13,37 Km2 (16,19%) dengan 9
kelurahan.
Kota Banjarmasin secara geografis berada di dekat muara Sungai Barito,
dan wilayahnya terbelah oleh Sungai Martapura. Kemiringan tanah sekitar 0,13%,
atau hampir landai dengan kemiringan rata-rata 0,16 meter di bawah permukaan
laut. Kondisi tanahnya berpaya-paya dan pada waktu air pasang hampir seluruh
wilayah kota terendam air . Susunan geologi terutama di bagian bawah didominasi
oleh lempung dengan sisipan pasir halus dan endapan alluvial yang terdiri dan
lempung hitam kelabu dan lunak.
Iklimnya termasuk iklim tropis dengan suhu rata-rata 25-38 derajat
Celsius. Curah hujan rata-rata bulanan 219 mm dengan jumlah hari hujan
sebanyak 156 hari dalam sebulan.
14
2. Kondisi Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
Pembangunan dibidang sosial budaya dan kehidupan beragama terkait
erat dengan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat Kota Banjarmasin, yang
semuanya tercermin dari aspek kependudukan, pendidikan, kesehatan dan
lingkunagan.
Kependudukan; Berdasarkan data statistik tahun 2004, jumlah
penduduk Kota Banjarmasin tahun 2004 tercatat 572.300 jiwa, dengan laju
pertumbuhan 1,10%. Tahun-tahun sebelumnya (2003) jumlah penduduk 566.008
jiwa dengan pertumbuhan 2,03%, tahun 2002 jumlah penduduk 539.060 jiwa
dengan pertumbuhan 0,58% , tahun 2001 jumlah penduduk 535.536 jiwa dengan
pertumbuhan 0,64%, tahun 2000 jumlah penduduk 532.536 jiwa dengan
pertumbuhan 1,02% per tahun sejak 1990. Tahun 1990 jumlah penduduk Kota
Banjarmasin baru 481.371 jiwa, sedang tahun 1980 sebanyak 381.286 jiwa . Sejak
1980 hingga kini, atau hampir 25 tahun, Kota Banjarmasin menunjukkan kenaikan
jumlah penduduk sekitar 60%. Bagian-bagian wilayah kota menurut peringkat
jumlah penduduknya berdasarkan data tahun 2004 adalah Kecamatan Banjarmasin
Barat (140.227 jiwa atau 24,50%, Banjarmasin Selatan (132.929 jiwa atau
23,23%), Banjarmasin Timur (107.874 jiwa atau 18,85%), Banjarmasin Tengah
(97.262 jiwa atau 16,99%) dan Banjarmasin Utara (6.164 jiwa). Sedangkan
kepadatan penduduk secara keseluruhan 7.949 jiwa per Km2 . Dari segi srtuktur
umurnya, penduduk Kota Banjarmasin yang berusia 0-14 tahun sebanyak 162.604
jiwa (28,42%), 15- 64 tahun 393.176 jiwa (68,70%) dan 65 tahun keatas 16.520
jiwa (2,83%). Beban ketergantungan yang merupakan perbandingan penduduk
usia produktif dengan penduduk non produktif sebesar 3,19.
15
Dari data susenas tahun 2003 tercatat jumlah tenaga kerja ketika itu 459.889
orang atau 81,25% dari jumlah penduduk kota. Dari tenaga kerja tersebut :
55,26% adalah angkatan kerja dan 44,74% bukan angkatan kerja. Dari persentase
angkatan kerja tersebut, yang bekerja 45,21% dan pengangguran 10,05% sampai
2004, lapangan usaha penduduk sebagian besar di lapangan usaha perdagangan
(38,43%), diikuti jasa-jasa (19,54%), industry (15,78%), angkutan dan
komunikasi (15,19 %).
Pola konsumsi masyarakat di kota ini masih didominasi oleh kelompok makanan,
yaitu 60,44% pengeluaran untuk pemenuhan gizi yang bersumber ikan cukup
tinggi, sebesar 22,21% dari total pengeluaran untuk makanan, diikuti makanan
jadi 15,58%, beras 13,05%, tembakau 10,04 % dan sisanya pengeluaran makanan
lainnya. Pengeluaran bukan bahan makanan terbesar adalah untuk perumahan
(63,06%), diikuti aneka barang dan jasa 12,50% dan pakaian 7,23%. Sedangkan
pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan relatif kecil, masing-masing hanya
5,54% dan 3,17%.
Upaya pengendalian penduduk diantaranya dilakukan melalui program Keluarga
Berencana. Sampai tahun 2004 tercatat 97.083 akseptor KB dari jumlah pasangan
usia subur sebanyak 106.995. layanan KB diberikan oleh 58 klinik KB milik
pemerintah , swasta dan TNI. Sedangkan menurut tingkat kesejahteraannya, dari
139.840 keluarga yang ada, sebanyak 3,95% masih tergolong Keluarga
Prasejahtera, sebanyak 38,95% keluarga Sejahtera Tahap I, sebanyak 37,10%
Keluarga Sejahtera Tahap II, sebanyak 17,85% Keluarga Sejahtera tahap III dan
hanya 2,15% yang termasuk Keluarga Sejahtera Tahap III Plus.
16
Pendidikan; Berdasarkan pendidikannya, yaitu ijazah tertinggi yang
dimilikinya, hampir setengah penduduk Kota Banjarmasin masih memiliki ijazah
SD-SMP/sederajat, yaitu sebanyak 38,43%, dan 18,37 % lainnya malah tidak
memiliki ijazah atau tidak tamat SD. Kemampuan baca tulis yang ditunjukkan
dari persentase penduduk 10 tahun keatas yang melek huruf mencapai 97,65% dan
hanya 2,35% yang masih buta huruf. Sedangkan penduduk usia 10 tahun keatas
yang bekerja menurut tingkat pendidikannya adalah SD/MI/sederajat 49,25 %;
SMP/MTs/sederajat 18,69%; SMA/MA/sederajat 23,71%; SM Kejuruan 4,39 %;
Diploma 1,35% dan S1 keatas 2,61%.
Angka partisipasi Murni (APM) yang menunjukkan tingkat partisipasi penduduk
usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu tahun 2004 adalah SD 90,11%;
SMP 67,50%; SMA/SMK 52,53%; dan perguruan tinggi 12,90%. Sedangkan
Angka partisipasi kasarnya (APK) tingkat SD 103,18%; SMP 94,17%;
SMA/SMK 62,35% dan perguruan tinggi 17,51%.
Sebagai ibukota Propinsi Kalimantan Selatan, Kota Banjarmasin memiliki sarana
pendidikan yang relatif lengkap dan berkualitas dibandingkan daerah-daerah
lainnya di Kalimantan Selatan, yang ditandai dengan tersedianya fasilitas
pendidikan dari jenjang prasekolah/taman kanak-kanak, Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidah, SMP/Madrasah Tsanawiah, SMA/SMK/Madrasah Aliyah sampai
perguruan tinggi. Sampai tahun 2004 tercatat 333 buah SD dan Madrasah
Ibtidayah negeri dan swasta yang menampung 18.581 murid, 92 buah SMP dan
Madrasyah Tsanawiah yang menampung 18.058 murid, 51 buah SMA,SMK dan
Madrasyah Aliyah yang menampung 14.931 murid. Dijenjang pendidikan tinggi,
terdapat Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lambung Mangkurat dan IAIN
17
Antasari dengan jenjang studi sampai dengan Pascasarjana (S2/Magister),
Politeknik Negeri Banjarmasin, serta sejumlah 12 buah perguruan tinggi swasta
berstatus Universitas, Sekolah Tinggi dan Akademi. Sampai tahun 2004
Universitas Lambung Mangkurat memiliki 11 fakultas dan 5 diantaranya di Kota
Banjarmasin, yaitu Fakultas Hukum, Ekonomi, Ilmu Sosial dan Politik, Keguruan
dan Ilmu Pendidikan dan Teknik Program Studi Arsitektur. Sedangkan IAIN
Antasari dengan 5 fakultasnya, yaitu Fakultas Tarbiyah, Adab, Ushuluddin,
Syariah dan Dakwah.
Kesehatan; Selama ini pembangunan dibidang kesehatan di Kota
Banjarmasin diarahkan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia,
kualitas kehidupan masyarakat, peningkatan usia harapan hidup dan peningkatan
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
Upaya pembangunan kesehatan ditunjang keberadaan sarana kesehatan dalam
jumlah yang cukup memadai, yaitu Rumah Sakit sebanyak 13 buah (Rumah Sakit
Umum Pemerintah dan Swasta 10 buah dan Rumah Sakit Bersalin 3 buah);
Puskesmas sebanyak 26 buah, yaitu Puskesmas dengan perawatan 2 buah dan
Puskesmas Non Perawatan 24 buah, Posyandu 367 buah dan Balai Pengobatan 40
buah; Puskesmas Pembantu 30 buah, Puskesmas Keliling (roda 4) sebanyak 17
buah, Puskesmas Keliling (perahu) 1 buah dan Apotik sebanyak 71 buah.
Menurut data statistik tahun 2004, kelahiran bayi yang ditolong dokter mencapai
17,43%, bidan 71,37%, dan dukun bayi 9,13%. Sebanyak 88,45% balita pernah
disusui dengan Air Susu Ibu. Persentase memberikan ASI yang tertinggi adalah
pada kelompok umur 18-24 bulan, yaitu 33,34% dan 12-17 bulan 21,16%.
Keluhan kesehatan masyarakat umumnya adalah : panas 1,24%, batuk 2,89%,
18
pilek 8,62%, asma 0,70%, diare 0,62%, migrant 3,05%, gigi 1,36% dan lainnya
8,66%. Dari 27,13% penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, yang
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang tersedia dengan berobat jalan
sebanyak 11,25%, 14,74% mengobati sendiri dan berobat jalan dan 14,45% tidak
berobat. Bagi yang berobat jalan, Puskesmas merupakan pilihan utama (45,03%),
diikuti dokter praktek 24,56% dan Rumah Sakit Pemerintah 8,19%.
Sosial dan Budaya; Secara umum kemajuan di bidang sosial budaya di
Kota Banjarmasin dapat ditunjukan dari pencapaian Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), Indeks Kesejahteraan Masyarakat (IKM), dan kondisi penduduk
miskin, yaitu :
Indeks Pembangunan Manusia; Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota
Banjarmasin tahun 2004 mencatat 65,22 atau termasuk dalam kategori menengah
keatas. Nilai-nilai komponen Indeks Pembangunan Manusia tersebut berasal dari :
Usia Harapan Hidup 67,10 tahun, Angka Melek Huruf 97,65%, Rata-rata lama
sekolah 7,36% dan konsumsi riil per kapita sebesar Rp.3.355.319,- Dibanding
tahun 2003 beberapa komponen menunjukkan perubahan, yaitu ketika Usia
Harapan Hidup 66,60 tahun, Angka Melek Huruf 97,65%, Rata-rata lama sekolah
8,71 tahun dan asumsi riil per kapita sebesar Rp.3.866.758,-
Indeks Kesejahteraan Masyarakat; Indeks Kesejahteraan Masyarakat (IKM)
tahun 2004 tercatat 13,7 lebih baik pada rata-rata Provinsi Kalimantan Selatan,
yaitu 25,5. Usaha perkawinan tidak mencapai 40 tahun adalah 17,4%, Angka Buta
Huruf Penduduk Dewasa 4,7%, cakupan air bersih mecapai 65,2%, penduduk
tanpa akses pada fasilitas/sarana kekesehatan 1,2%, jauh lebih baik dari Provinsi
19
Kalimantan Selatan yaitu 27,3%, dan balita kurang gizi 34,2%, sedikit diatas
Kalimantan Selatan yang sebesar 30, 2%.
Penduduk miskin; Mulai membaiknya kondisi perekonomian ternyata belum
serta merta menurunkan jumlah peduduk miskin. Kemiskinan masih dialami oleh
kelompok-kelompok masyarakat yang kurang memiliki akses terhadap
kesempatan-kesempatan ekonomi dan rendahnya daya saingnya dalam menyikapi
peluang. Di Kota Banjarmasin sampai tahun 2004, jumlah penduduk miskin
tercatat sebanyak 22.500 jiwa atau 3,97%. Dampak kenaikan BBM 1 Oktober
2005 ternyata meningkatkan jumlah keluarga miskin yang menurut data BPS
mencapai 31.500 KK atau sekitar 126.000 jiwa.
Dari segi budaya, kehidupan dan perkembangan budaya masyarakat Kota
Banjarmasin relatif menunjukkan kemajuan yang berarti. Pengaruh budaya asing
yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat masih dapat dikendalikan.
Pemahaman masyarakat terhadap keragaman budaya, meningkatnya tenggang
rasa dan toleransi, dan berkembangnya interaksi antar budaya semakin baik. Tapi
sayangnya disisi lain dampak dari kehidupan yang cenderung individualistis,
menyebabkan nilai-nilai solidaritas dan kekeluargaan cenderung memudar.
Keteladanan pemimpin, baik formal maupun non formal sangat dominan
pengaruhnya terhadap berkembangnya budaya patuh hukum, budaya disiplin dan
peningkatan solidaritas sosial di tengah-tengah masyarakat.
Bidang kehidupan beragama yang merupakan wujud pengalaman nilai-
nilai ajaran agama dalam kehidupan lahir dan batin di lingkungan masyarakat
Kota Banjarmasin yang penduduknya 95,25% beragama Islam, berkembang baik.
Perkembangannya tampak dari segi fisik maupun non fisik. Pembangunan tempat-
20
tempat beribadah terus bertambah dimana sampai tahun 2004 tercatat mesjid
sebanyak 156 buah, kelompok-kelompok pengajian semakin berkembang dan
jumlah umat islam yang menunaikan ibadah haji setiap tahunnya semakin
meningkat (tahun 2004 tercatat hampir 2.000 orang). Toleransi antar umat
beragama semakin baik. Tetapi semuanya itu belum sepenuhnya mencerminkan
peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sama halnya dangan pengalaman ajaran agama yang menyangkut etos kerja dan
pesan-pesan moral agama, belum sepenuhnya diwujudkan dalam kehidupan nyata
sehari-hari.
3. Kondisi Ekonomi
Berdasarkan data statistik Kota Banjarmasin tahun 2004, PDRB tahun
2004 sebesar Rp. 4.356.037.359,- (harga berlaku) atau Rp.1.416.590.341,- (harga
konstan, 1993). Sumbangan terhadap PDRB yang dominan berasal dari lapangan
usaha (1) pengangkutan dan komunikasi (30,84%), terutama dari angkutan laut
(15,63%), (2) industri pengolahan (22,96%), terutama dari industri besar dan
sedang (22,23%), dan (3) perdagangan, restoran dan perhotelan (19,71%),
terutama dari perdagangan besar dan eceran (17,00%). Pertumbuhan ekonomi
tahun 2003 mencapai 5,72%; 2004 hanya 3,11% dan PDRB per kapitanya sebesar
Rp. 6.683.932,- dengan kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat
relatif rendah dan ditunjukan dari angka Gini Rasio sebesar 0,27.
Kota Banjarmasin memiliki pelabuhan pelayaran samudera dan
pelabuhan nusantara yang merupakan pintu gerbang keluar masuknya barang
melalui kegiatan impor-ekspor terutama dari Provinsi Kalimantan Selatan. Dari
21
segi perkembangan nilai ekspor total selama kurun waktu 1996 – 2002
menunjukan kecenderungan menurun. Tahun 1999 nilai ekspor melalui pelabuhan
di Banjarmasin tercatat $(US) 837.501,32; tahun 2002 : $1.081.277,42 dan tahun
2004 $1.297.532,40,-. Jenis komoditas utama yang diekspor melalui Banjarmasin
adalah karet, kayu, rotan, ikan, dan batu bara. Sebelum 1999 ekspor masih
didominasi oleh komoditi kayu, tetapi tahun-tahun berikutnya terjadi perubahan.
Ekspor kayu menunjukkan penurunan dan sejak tahun 2002 ekspor justru
didominasi oleh batu bara. Komodasi ekspor yang menurun nilai ekspornya
adalah karet, kayu, rotan dan ikan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Banjarmasin
yang merupakan manifestasi fungsi pelayanan kepada masyarakat dan investasi
pemerintah pada tahun 2002 besarnya mencapai Rp. 236.373.266 ribu, sebagian
besar masih berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU), yaitu sebesar Rp.
166.480.000 ribu, atau 70,43%. Tahun 2003, dari APBD Kota Banjarmasin
sebesar Rp. 166.480.000 ribu, 70.43% tahun 2003, dari ABPD Kota Banjarmasin
sebesar Rp. 288.552.370 ribu, sumbangan dari pemerintah Pusat melalui Dana
Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp. 190.300.000 ribu, atau 65,95 %.
Selanjutnya pada tahun 2004 dengan ABPD kota sebesar Rp.
302.579.301 ribu, sumbangan Pemerintah Pusat mencapai Rp. 256.363.714 ribu
atau 84,73%. Dari konstribusi pemerintah pusat terhadap APBD, menunjukkan
bahwa ketergantungan Kota Banjarmasin terhadap Pemerintah Pusat masih relatif
tinggi, sementara itu dari segi sumber daya pembangunan ekonomi Kota
Banjarmasin akan lebih mengandalkan sumber daya manusia dan sumber daya
buatan, ketimbang sumber daya alamnya yang minimum.
22
4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka membangun peradaban.
Dengan pembangunan iptek, iklim inovasi akan terbentuk dan menjadi landasan
tumbuhnya kreativitas sumber daya manusia yang pada gilirannya berperan
menjadi sumber pertumbuhan dan daya saing ekonomi. Kaitannya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di kalangan masyarakat Kota
Banjarmasin, budaya iptek belum berkembang optimal di tengah-tengah
masyarakat. Budaya masyarakat belum mencerminkan nilai-nilai iptek yang
mempunyai penalaran objektif, rasional, maju dan mandiri. Sumber daya iptek
yang tersedia baik di lingkungan pemerintah daerah, lembaga-lembaga riset dan
perguruan tinggi masih terbatas. Tenaga peneliti yang ada, di luar perguruan
tinggi jumlahnya masih belum banyak, dan pembiayaan yang tersedia untuk
pengembangan iptek masih terbatas. Selain itu untuk kontribusi iptek di sektor
produktif juga masih rendah.
5. Infrastruktur
Sesuai dengan kondisi fisik wilayahnya, Kota Banjarmasin memiliki 2
jenis prasarana perhubungan yaitu pembangunan darat dan pembangunan
laut/sungai sedangkan akses melalui udara dapat dicapai dengan memanfaatkan
Bandar Udara Internasional Syamsuddin Noor yang terletak di Kota Banjarbaru.
Perhubungan darat; Sampai tahun 2004, panjang jalan di Kota
Banjarmasin adalah 577,11 km, yang terdiri jalan negara 8,80 Km, jalan provinsi
21,93 Km dan jalan kota 549,98 km. Menurut jenis permukaannya; jalan aspal
23
465,63 Km, jalan kerikil/perkerasan batu 20,41 Km, rusak sedang 169,54 Km,
rusak 53,93 Km, dan rusak berat 53,92 Km. Sebagian besar jalan kelas III.
Jumlah kendaraan roda 4 pada tahun 2004 tercatat 36.029 buah dan kendaraan
roda 2 adalah 171.346 buah. Dibandingkan dengan tahun 2002, masing-masing
mengalami kenaikan 14,71% dan 22,21%.
Perhubungan Laut dan Sungai; Pelabuhan memiliki arti strategis
dalam menunjang perhubungan laut dan sungai. Sampai 2004 Kota Banjarmasin
memiliki 5 pelabuhan penting, yaitu 1 buah pelabuhan pelayaran samudera Tri
Sakti, 1 buah pelabuhan dermaga yaitu pelabuhan Martapura dan 3 buah
pelabuhan dermaga untuk pelayaran rakyat. Jumlah kapal yang keluar masuk di
pelabuhan Banjarmasin dari berbagai jenis pelayaran pada tahun 2004 tercatat
9.939 buah. Dibandingkan tahun 2002 terjadi kenaikan sebesar 19,98%. Jumlah
tersebut berasal dari pelayaran samudera sebanyak 834 buah, pelayaran nusantara
1.484 buah, pelayaran lokal 614 buah, pelayaran khusus industri 5.948 buah,
pelayaran tangker 295 buah dan pelayaran rakyat 774 buah. Sebaliknya,
kepadatan lalu lintas angkutan sungai tahun 2004 untuk kapal masuk menurun
sekitar 13,92%, dibandingkan tahun 2002, yaitu dari 39.218 buah menjadi 37.230
buah. Sedangkan kapal yang keluar turun 10,82% yaitu dari 39.218 buah menjadi
34.975 buah. Kelancaran angkutan sungai didukung ketersediaan jenis angkutan
motor getek/kelotok, motor boat, kapal tunda, speed boat, motor tempel dan
tongkang.
Perhubungan Udara; Fasilitas perhubungan yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat berupa bandar udara yang menghubungkan
Kalimantan Selatan dengan kota-kota lain di tanah air dan mancanegara. Bandara,
24
terletak di Kota Banjarbaru, yaitu Bandara Syamsuddin Noor, sekitar 25 km dari
Kota Banjarmasin. Perusahaan penerbangan yang beroperasi melayani kebutuhan
transportasi udara masyarakat Kalimantan Selatan sampai tahun 2004 terdiri dari
Garuda, Merpati, Bouraq, Mandala, DAS, Lion, Batavia, Adam dan Sriwijaya.
Kehadiran berbagai perusahaan penerbagan tersebut, pengaruhnya cukup besar
dalam menunjang berbagai kegiatan masyarakat Kalimantan Selatan, termasuk
masyarakat Kota Banjarmasin.
6. Lingkungan
Dari segi lingkungan, tanah seluas 7.200 Ha, peruntukan penggunaannya
pada tahun 2004 adalah untuk tanah pertanian seluas 2.962,6 Ha, tanah industri
278,6 Ha, tanah perusahaan 337,3 Ha. tanah jasa 486,4 Ha, dan tanah perumahan
3.135,1 Ha. Dibandingkan dengan peruntukan penggunaan tanah tahun 2000,
terjadi perubahan; yaitu tanah pertanian menurun 4,8%, tanah industri tetap, tanah
perusahaan naik 0,15%, tanah jasa naik 9,8%, tanah perumahan naik 3,5%. Dari
perubahan penggunaan tanah tersebut tercermin, bahwa perubahan kondisi
lingkungan fisik kota yang dipacu peningkatan kebutuhan masyarakat akan tanah
bagi kebutuhan sarana jasa dan tanah perumahan yang cukup tinggi. Alih fungsi
tanah yang pertanian yang tinggal 41,15% dari luas wilayah ke penggunaan non
pertanian terus terjadi seiring dengan dinamika peningkatan aktivitas jasa dan
kebutuhan masyarakat akan perubahan dan sejalan dengan perubahan itu
lingkungan fisik kota pun mengalami perubahan cepat. Disisi lain, fungsi anak-
anak sungai dan kanal yang mengidentikan Banjarmasin sebagai Kota Seribu
Sungai hampir tidak tampak lagi.
25
7. Politik
Kesadaran masyarakat Kota Banjarmasin akan hak-hak politiknya sudah
cukup tinggi. Kondisi tersebut tercermin dari tingkat partisipasinya dalam
menyelenggarakan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden secara langsung
tahun 2004 lalu, yang sudah mencapai hampir 70%. Selain itu kedua momentum
demokrasi tersebut berjalan lancar dalam suasana yang kondusif, yaitu aman,
damai dan demokratis. Pemilu Legislatif berhasil memilih wakil-wakil rakyat
yang duduk dalam DPRD Kota Banjarmasin 2004-2009, wakil-wakil rakyat di
DPRD Propinsi, DPR Pusat dan DPD.
Sama halnya dengan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Persiden tahun
2004, pemilihan Walikota dan Wakil Walikota secara langsung pada pertengahan
2005 pun berlangsung dalam suasana aman, damai dan demokratis dengan tingkat
partisipan cukup tinggi. Semuanya semua itu menunjukkan bahwa kehidupan
berpolitik yang demokratis sudah semakin dihayati oleh warga Kota
Banjarmasin. Perbedaan pilihan tidak menimbulkan perpecahan di masyarakat.
Disamping itu kebebasan mengemukakan pendapat dan menyampaikan aspirasi
secara tepat serta kebebasam berserikat dan berkumpul sudah dimanfaatkan warga
kota dengan sebaik-baiknya.
8. Hukum, Aparatur dan Penyelenggaraan Pemerintahan Kota
Guna menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan pembangunan dan
dinamika kebutuhan masyarakat, serta untuk membangun sistem pemerintahan
kota yang akuntabel, transparan dan demokratis, pemerintah kota dan DPRD
sudah melakukan penyusunan dan pembaharuan materi hukum, yaitu melalui
26
penyusunan peraturan daerah baru yang dibutuhkan masyarakat dan melakukan
pembaharuan terhadap peraturan daerah yang sudah tidak sesuai lagi dengan
kondisi kehidupan masyarakat. Selama tahun 2004 DPRD Kota Banjarmasin
sudah berhasil menerbitkan 35 buah Perda yang menyangkut berbagai
kepentingan masyarakat. Jumlah Perda yang dihasilkan tersebut jauh meningkat
dibandingkan tahun 2002, yaitu 19 Perda. Peningkatan itu mencerminkan
peningkatan kemampuan lembaga legislatif menyerap aspirasi masyarakat dan
peningkatan kerja kelembagaan legislatif.
Dibidang aparatur, sampai tahun 2004, jumlah aparatur di lingkungan
pemerintah Kota Banjarmasin tercatat sebanyak 7.350 orang. Pegawai Negeri
Sipil golongan IV sebanyak 1.927 orang (26,22%), golongan III sebanyak 4,282
orang (58,26%), golongan II sebanyak 1.064 orang (14,48%) dan golongan I
sebanyak 77 orang (1,04%). Penyebarannya; 112 orang (1,53%) dilingkungan
Sekretariat Daerah, 315 orang (4,29%) di lingkungan Badan-Badan, 903 orang
(12.29%) di lingkungan Dinas-Dinas, 52 orang (0,71%) di lingkungan Unit Kerja
lainnya, 94 orang (1,28%) di Kecamatan-kecamatan, 439 orang (5,97%) di
Kelurahan-Kelurahan, 569 orang (7,75%) di Puskesmas dan 4.818 orang
(65,55%) bertugas sebagai guru dan tata usaha sekolah. Sebagai salah satu upaya
peningkatan kemampuan Pegawai Negeri Sipil selama tahun 2002-2004
diikutsertakan sebanyak 954 orang mengikuti Diklat Struktural. Jumlah tersebut
terdiri dari Diklat Adum 636 orang (66,67%), Adumla 95 orang (9,96%), Spama
169 orang (17,71%) dan Spamen 54 orang (5,66%).
Dibidang penyelenggaran pemerintahan, untuk mewujudkan birokrasi yang siap
melayani masyarakat dengan baik, efisien dan cepat, dilakukan penyempurnaan
27
Struktur Organisasi dan Tata Kerja yang disesuaikan dengan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 (yang kemudian di revisi dengan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004) dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 (yang direvisi
dengan Undang-Undang 33 Tahun 2004). Penyempurnaan Struktur Organisasi
dan Tata Kerja tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota
Banjarmasin Nomor 1 Tahun 2002 tentang perubahan atas Perda Kota
Banjarmasin Nomo 8 tahun 2000, susunan organisasi terdiri dari Sekretariat
Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas, Badan, Kecamatan
dan Kelurahan. Walikota dan Wakil Walikota dibantu oleh Sekretariat Daerah.
Sekretariat Daerah dibantu oleh 3 orang asisten Sekretariat Daerah. Sekretariat
Daerah terdiri dari 9 bagian penyusun. Satuan Kerja Perangkat Daerah terdiri dari
17 Dinas dan 6 Badan, sedangkan perangkat pemerintahan kecamatan dan
kelurahan terdiri dari 5 kecamatan dan 50 kelurahan.
Sementara itu disegi lain upaya menekan pelanggaran disiplin di
lingkungan aparatur pemerintahan kota, penyalahgunaan wewenang, praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme semakin ditingkatkan. Peningkatan kinerja aparatur
dan keseimbangan, ketatalaksanaan pemerintah, efisiensi dan efektifitas kerja,
kualitas pelayanan dan kesejahteraan secara bertahap terus diupayakan.
9. Keagamaan dan Ketertiban Masyarakat
Kondisi yang aman dan terkendali adalah merupakan prasyarat utama
bagi berlangsungnya upaya-upaya pembangunan disemua bidang. Kota
Banjarmasin dengan berkependudukan 572.300 jiwa dan masyarakatnya yang
heterogen, terdiri dari berbagai suku, etnik dan golongan secara umum berhasil
28
memelihara suasana keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif dalam
dinamika kehidupan kota. Partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam ikut serta
memelihara keamanan dan ketertiban di lingkungannya cukup tinggi, sementara
disisi lain kesiapan aparat dalam mengantisipasi, mencegah dan menangani kasus-
kasus kesehatan dan pelanggaran semakin meningkat dan profesional. Kemajuan
di bidang teknologi komunikasi dan informasi, kondisi sosial ekonomi dan
perubahan tata nilai dimasyarakat merupakan faktor yang perlu diwaspadai
sebagai pemicu terjadinya tindak kejahatan dan pelanggaran. Sepanjang tahun
2004, kasus-kasus kejahatan/pelanggaran yang cukup meresahkan masyarakat
diantaranya adalah penganiyaan berat, pencurian dengan pemberatan, pencurian
kendaraan bermotor, penggelapan, penipuan, dan kasus narkoba. Ketertiban dalam
berlalu lintas masih butuh peningkatan yang tercermin dari tingginya kecelakaan
lalu lintas dan pelanggaran lalu lintas. Tahun 2004 kecelakaan lalu lintas
mencapai 36 kasus sedangkan pelanggaran lalu lintas, berupa pelanggaran marka
rambu 3.619 kasus, surat-surat kendaraan dan SIM 10.725 kasus dan syarat
kelengkapan kendaraan 2.010 kasus.
B. Tantangan
Kota Banjarmasin secara geografis memiliki posisi strategis. Letaknya
yang tidak jauh dari muara Sungai Barito dan terbelah Sungai Martapura
menjadikan Provinsi Kalimantan Selatan sebagai gerbang akses melalui laut dan
sekaligus merupakan pusat kegiatan ekonomi di kawasan regional Kalimantan
Selatan. Selain itu letaknya juga berbatasan dengan Kota Banjarbaru dengan
fasilitas bandar udara internasionalnya yang merupakan gerbang akses melalui
29
udara. Tantangan ke depan bagi Kota Banjarmasin adalah bagaimana
memanfaatkan posisi wilayah yang sangat strategis tersebut dengan kondisi fisik
dan dinamika kehidupan masyarakatnya sebagai potensi pembangunan dan faktor
strategis bagi pembangunan kota ke depan. Secara umum tantangan ke depan
pembangunan Kota Banjarmasin meliputi bidang-bidang :
1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
a. Dalam dua dasawarsa ke depan, Kota Banjarmasin akan menghadapi tekanan
jumlah penduduk yang terus bertambah. Jumlah penduduk yang pada tahun
2004 sebesar 572.300 jiwa diperkirakan meningkat mencapai hampir 800.000
jiwa pada tahun 2025. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk tersebut
berbagai parameter kependudukan akan mengalami perubahan yang cepat.
Upaya menekan angka kelahiran, meningkatkan usia harapan hidup, dan
menurunkan angka kematian bayi dan ibu melahirkan adalah merupakan
tantangan dibidang kependudukan. Pengendalian penduduk dan laju
pertumbuhannya penting menjadi perhatian untuk menciptakan penduduk
tumbuh seimbang dengan kemampuan daya dukung kota dimasa yang akan
datang. Jumlah angkatan kerja yang setiap tahun meningkat rata-rata diatas
2,50% secara kumulatif membutuhkan kesempatan kerja yang tidak sedikit,
baik di sektor formal maupun disektor informal. Disegi lain penduduk usia
muda (15-24 tahun) yang merupakan sumber daya manusia yang potensial
bagi pembangunan kota ke depan semakin membutuhkan peningkatan
kualitas jati diri, agar ke depan mampu menjadi warga kota yang memiliki
daya saing untuk berkiprah pada berbagai aspek pembangunan kota. Disegi
lain kelompok lanjut usia yang merupakan kelompok penduduk yang
30
kecenderungannya semakin meningkat, yang merupakan dampak peningkatan
usia harapan hidup, tetap membutuhkan perhatian terutama dari aspek
kesejahteraan sosialnya. Derasnya arus globalisasi, perkembangan teknologi
serta perkembangan budaya akan berdampak pada perubahan pola kehidupan
masyarakat yang pada akhirnya akan merubah gaya hidup masyarakat kota,
dari kehidupan tradisional, kekehidupan semi modern dan kehidupan modern.
Masalahnya dikaitkan dengan kesenjangan, yang akan cenderung melebar
jika kebijakan pembangunan ke depan kurang ditekankan pada aspek
pemerataan, terutama antar kelompok masyarakat kaya, golongan menengah
dan yang berpenghasilan rendah.
b. Dibidang sumber daya manusia, tantangan ke depan yang akan dihadapi
adalah bagaimana mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia
Kota Banjarmasin menjadi semakin berkualitas. Jika kini (data tahun 2004)
Indeks Pembangunan Manusia baru mencapai sebesar 65,22 atau antara 60-70
/kategori menengah atas, maka dalam kurun waktu dua dasawarsa ke depan
besaran Indeks Pembangunan Manusia itu diharapkan memasuki kelompok
tinggi, paling tidak pada kisaran 70-80. Peningkatan Indeks ini sangat
penting, oleh karena erat kaitannya dengan peningkatan kinerja
perekonomian daerah, kaitannya dengan upaya menjawab tantangan tersebut,
pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan adalah bidang-bidang yang
memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Di
bidang pendidikan sendiri, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana
meningkatkan penyediaan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan merata
bagi semua kelompok masyarakat, khususnya upaya meningkatkan proporsi
31
penduduk usia wajib belajar (7-15 tahun) yang menyelesaikan pendidikan
dasar (SD sampai SMP), meningkatkan proporsi lulusan pendidikan dasar
yang melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah yang melanjutkan ke
jenjang pendidikan tinggi, dan menuntaskan penduduk dari buta aksara, serta
menekan kesenjangan pendidikan yang cukup tinggi antar kelompok
masyarakat, termasuk antara kelompok masyarakat mampu, masyarakat
kurang mampu dan yang tidak mampu. Tantangan berikutnya adalah
bagaimana meningkatkan kualitas lulusan, baik jenjang pendidikan dasar
maupun pendidikan menengah sesuai dengan standar kelulusan yang
diinginkan agar lulusan yang dihasilkan memiliki kompetensi dan mampu
bersaing baik di tataran nasional bahkan tingkat internasional.
Penyempurnaan kurikulum dan penyesuaian relevansinya dengan kebutuhan
pembangunan serta mengurangi kesenjangan mutu pendidikan akan semakin
menjadi fokus perhatian agar hasil pembangunan pendidikan dimasa depan
mampu menjawab tantangan kebutuhan masa depan dan mampu berperan
dalam memajukan pembangunan kota, pembangunan Kalimantan Selatan dan
Pembangunan Nasional. Tantangan berikutnya yang dihadapi dalam
pembangunan pendidikan adalah bagaimana menyediakan pelayanan
pendidikan sepanjang hayat, diantaranya melalui pendidikan non formal,
pendidikan luar sekolah dan luar biasa. Pendidikan non formal dan
pendidikan luar biasa sangat penting dalam upaya menciptakan tenaga kerja
terampil yang siap pakai, khususnya bagi yang tidak mampu melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi, dan sekaligus memberikan solusi pemecahan
masalah pengangguran. Sedangkan pendidikan luar biasa adalah untuk
32
pemenuhan hak diantara masyarakat yang membutuhkan perlakuan khusus
karena kondisinya. Tantangan yang tidak kalah pentingnya adalah
peningkatan kualitas guru dan tenaga pendidikan lainnya, pemerataan
penyebarannya yang didasari kompetensi yang dibutuhkan, peningkatan
sarjana dan prasarana belajar, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
dan kurikulum lokal, termasuk perlindungan dan peningkatan kesejahteraan
guru. Guru yang berkualitas dan memenuhi standar kompetensinya, sarana
belajar yang semakin baik dan kesejahteraan guru yang mampu menjamin
kehidupannya yang layak, adalah merupakan prasyarat utama peningkatan
kualitas pendidikan menuju pendidikan yang bermutu, yaitu pendidikan yang
memenuhi standar nasional. Sementara itu peningkatan pendidikan agama
dan budi pekerti, juga menjadi tantangan bagi upaya peningkatan keimanan
dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta aktualisasi nilai-nilai
ajaran agama dalam kehidupan nyata sehari-hari.
c. Sementara itu, tantangan yang dihadapi pembangunan bidang kesehatan,
adalah bagaimana mengupayakan menekan angka kematian bayi, balita, dan
ibu melahirkan, menekan proporsi balita kurang gizi, mempersempit
kesenjangan status kesehatan antar kelompok masyarakat dan meningkatkan
akses terhadap pelayanan kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan ke
depan deselaraskan dengan upaya mewujudkan dan mengembangkan
paradigma Indonesia Sehat 2010 dengan lebih mengedepankan aspek
promototif dan preventif, dengan tidak meninggalkan aspek kuratif dan
produktif. Tantangannya adalah bagaimana mengupayakan peningkatan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan merata bagi semua
33
kelompok/lapisan masyarakat. Disisi lain juga menghindari terjadinya beban
ganda penyakit yaitu pola penyakit yang diderita masyarakat yang sebagian
besar adalah penyakit infeksi dan menular, tetapi pada waktu yang sama
terjadi peningkatan penyakit tidak menular. Tantangan berikutnya adalah
peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan, baik dokter ahli, dokter
umum, paramedis, bidan dan tenaga kesehatan lainnya agar mampu
memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat,
peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, termasuk
ketersediaan obat-obatan esensial dengan harga terjangkau.
d. Kaitannya dengan isu gender yang semakin mengemuka, peran perempuan
sebagai warga masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama
dengan kaum laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan dan bidang
pembangunan dirasakan masih rendah. Partisipasi perempuan dalam
pemenuhan hak-haknya, baik sebagai individu maupun sebagai warga negara
masih belum signifikan, dibanding proporsinya dari penduduk secara
keseluruhan. Tantangan ke depan yang dihadapi adalah bagaimana
mengupayakan peningkatan pemberdayaan perempuan agar perempuan
mampu memperoleh pemenuhan hak-haknya secara adil, sesuai dengan
kodrat dan martabatnya disemua aspek kehidupan. Disisi lain masih
terjadinya kasus tindak kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan, baik di
lingkungan rumah tangga, di lingkungan kerja, maupun di masyarakat.
Tantangannya ke depan yang dihadapi adalah bagaimana mencegah secara
preventif munculnya tindak kekerasan dan pelecehan, mengupayakan
perlindungan hukum terhadap kaum perempuan dan meningkatkan ketahanan
34
kaum perempuan dalam menghadapi tindakan yang tidak terpuji itu. Pada
bagian lain, peningkatan kesejahteraan dan upaya perlindungan anak,
terutama anak keluarga miskin, anak terlantar dan anak jalanan masih kurang
memadai. Eksploitasi terhadap perempuan dan anak dibawah umur masih
cukup memprihatinkan, baik secara terbuka maupun tersembunyi, dan
keberadaannya menimbulkan problema sosial tersendiri yang membutuhkan
penanganan yang serius. Pemuda yang merupakan kelompok masyarakat
yang berpotensi besar bagi kemajuan kota, partisipasinya secara nyata dalam
pembangunan kota masih belum optimal. Tantangannya adalah bagaimana
memberdayakan pemuda dan generasi muda untuk lebih berperan aktif,
berpartisipasi dalam berbagai bidang pembangunan dalam mendukung
kemajuan kota. Demikian pula dalam hal budaya olahraga dan prestasi daerah
di berbagai bidang olahraga masih relatif rendah. Permasalahan kesejahteraan
sosial yang cenderung semakin meningkat, semakin canggih dan semakin
beragam. Permasalahan itu, diantaranya dipicu oleh berbagai krisis sosial di
masyarakat seperti menipisnya penghayatan nilai-nilai budaya bangsa dan
kurang dihayati dan diamalkannya secara nyata ajaran-ajaran agama.
e. Pembangunan manusia Indonesia pada dasarnya adalah pembangunan
manusia seutuhnya, lahir dan batin yang menjadikan agama sebagai pedoman
hidup mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Masyarakat Kota Banjarmasin
yang merupakan masyarakat agamis, yang tercermin dalam ketaatannya
menjalankan ibadah menurut agamanya masing-masing dalam suasana
kehidupan yang rukun, saling pengertian dan penuh toleransi. Peran ulama
dan pemuka agama dalam menciptakan harmonisasi dan hubungan yang
35
harmonis, intern maupun antar umat beragama sangat besar perannya dalam
menciptakan kondisi yang aman, damai, dan saling menghargai. Meskipun
demikian yang menjadi tantangan ke depan dibidang kehidupan beragama
adalah bagaimana semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaan umat
beragama kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada semua umat beragama
dituntut mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung didalam
ajaran agamanya masing-masing secara nyata dalam kehidupan individu dan
kehidupan masyarakat, dengan semakin memantapkan kerukunan antar dan
intern umat beragama yang merupakan sarana perwujudan masyarakat yang
aman, damai dan sejahtera.
2. Ekonomi
a. Pembangunan di bidang ekonomi Kota Banjarmasin sampai saat ini, secara
umum sudah berhasil menunjukkan berbagai kemajuan, meskipun diakui
masih belum mencapai cita-citanya, mewujudkan perekonomian yang
tangguh dan menjadi landasan untuk mensejahterakan seluruh lapisan
masyarakatnya. Oleh karena itu, tantangan besar yang dihadapi dalam
mewujudkan kemajuan ekonomi, dalam dua dasawarsa ke depan adalah
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara
berkesinambungan dan berkualitas untuk mewujudkan secara nyata
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Upaya pembangunan ekonomi
tersebut, tidak terlepas dari perkembangan situasi ekonomi ditingkat regional
dan nasional, persaingan ekonomi kawasan yang semakin tajam yang
merupakan dampak dari proses globalisasi dan persaingan antar daerah/kota
36
dalam merebut peluang investasi. Basis kekuatan ekonomi Kota Banjarmasin
yang mengandalkan sektor sekunder dan tersier berupa penyediaan jasa,
utamanya jasa transportasi (utamanya jasa transportasi laut) dan komunikasi
industri pengolahan (utamanya industri besar dan sedang) , perdagangan,
hotel dan restoran (utamanya perdagangan besar dan eceran) ke depan harus
direstrukturisasi menuju perekonomian yang mengandalkan sektor jasa,
utamanya perdagangan dan transportasi dengan memanfaatkan posisinya
yang strategis, disertai dukungan teknologi dan sumber daya manusia yang
berkualias. Dengan demikian masyarakat Kota Banjarmasin mampu
menghasilkan jasa yang memiliki daya saing dan mampu bersaing dalam
lingkup regional, nasional maupun global.
b. Tantangan pembangunan ekonomi Kota Banjarmasin sampai dua dasawarsa
ke depan adalah bagaimana mengupayakan terciptanya lapangan kerja dan
kesempatan berusaha baik disektor formal maupun informal bagi warga kota
dalam menyikapi pertumbuhan angkatan kerja yang terus bertambah. Tanpa
kerja keras mengupayakan terciptanya lapangan kerja dan kesempatan
berusaha, pengangguran akan semakin meningkat, penduduk miskin semakin
membengkak, kesenjangan semakin melebar dan permasalahan sosial lainnya
akan semakin marak. Ujung-ujungnya cita-cita mewujudkan Banjarmasin
sebagai kota yang maju dan dihuni masyarakat sejahtera, semakin jauh dari
kenyataan. Lebih-lebih jika dikaitkan dengan angkatan kerja yang meningkat
tajam dengan kualitas pendidikan yang sudah semakin membaik, memicu
peningkatan pengangguran intelektual yang sangat rentan terhadap kondisi
yang tidak diinginkan. Jika pada tahun 2004 ini tingkat pendidikan penduduk
37
Kota Banjarmasin rata-rata baru setingkat kelas 2 SMP (data IPM 2004),
dalam dua dasawarsa ke depan, Kota Banjarmasin diperkirakan akan
didominasi penduduk yang berpendidikan setingkat SMA/sederajat sampai
Perguruan Tinggi. Konsekuensinya, kapasitas perekonomian Kota
Banjarmasin dua dasawarsa ke depan dituntut untuk tumbuh dan berkembang
cukup pesat, paling tidak mampu mencukupi kebutuhan lapangan kerja yang
layak bagi masyarakatnya.
c. Tantangan lainnya adalah kecenderungan terjadinya aglomerasi kegiatan
ekonomi di kalangan pemilik modal kuat, usaha besar dan kelompok
masyarakat tertentu dan kurang terdistribusi ke kelompok menengah, kecil
dan mikro. Padahal sebagian besar penduduk berusaha di sektor usaha kecil
dan mikro, dengan kemampuan usaha, keterampilan dan akses terhadap
sumber permodalan yang terbatas. Padahal masyarakat yang berusaha di
sektor jasa dan perdagangan berskala kecil, khususnya disektor informal
membutuhkan peluang ekonomi yang lebih luas. Kecendrungan ini kurang
menguntungkan dari segi pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan
pendapat. Ke depan, untuk menjawab tantangan peningkatan kesempatan
berusaha, terutama bagi usaha kecil dan usaha mikro dibutuhkan bantuan dan
dukungan usaha besar, sumber permodalan dan pemerintah kota dalm wujud
kemitraan yang salig menguntungkan.
d. Kemajuan ekonomi kota, pada dasarnya perlu didukung oleh kemampuan
pemerintah kota, masyarakat dan swasta dalam mendayagunakan potensi dan
faktor-faktor strategis yang dimiliki dalam mewujudkan tujuan yang dicita-
citakan. Kota Banjarmasin yang dijuluki kota seribu sungai, dengan segala
38
keunikannya memiliki potensi yang besar dibidang pariwisata. Berbagai
usaha industri, khususnya industri kerajinan yang menonjolkan spesifik
daerah yang terdapat di Kota Banjarmasin merupakan aset tersendiri yang
berpotensi bagi kemajuan perekonomian masyarakat. Pelabuhan, fasilitas
pergudangan, terminal peti kemas, perhotelan, sarana perdagangan modern,
dan lain-lain merupakan sarana yang potensial diberdayakan dalam
memajukan perekonomian kota. Tantangannya adalah bagaimana
memberdayakan asset-aset tersebut dalam mengembangkan kelembagaan
ekonomi yang efisien yang didukung oleh penerapan praktek-praktek
kepemerintahan yang baik, serta menjamin ketesediaan layanan kebutuhan
dasar masyarakat secara adil.
e. Pemecahan Masalah kemiskinan, kekumuhan, prasarana lingkungan yang
buruk, sektor informal yang bermasalah, erat kaitannya dengan kehidupan
ekonomi dan kesadaran masyarakat. Untuk pemecahannya dibutuhkan
pemahaman kondisi masyarakat miskin itu sendiri yang pada dasarnya
membutuhkan pekerjaan yang layak, perlindungan dan pemenuhan hak-hak
dasarnya secara nyata yaitu hak sosial, budaya, ekonomi/kesempatan
berusaha dan politik. Tantangannya antara lain adalah bagaimana memenuhi
hak-hak dasar masyarakat miskin tersebut, tanpa menimbulkan masalah baru
disamping perlunya menyusun kebijakan yang mengedepankan keberpihakan
kepada masyarakat miskin dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan, seraya meningkatkan sinergi dan koordinasi kebijakan antar
sektor dan jajaran pemerintah kota dalam upaya penanggulangan kemiskinan,
kekumuhan, ketidaklayakan lingkungan, pedagang kaki lima, termasuk
39
penyandang masalah kesejahteraan sosial, serta meningkatkan partisipasi dan
akses masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan baik lingkup
komunitasnya maupun masyarakat.
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Persaingan yang semakin ketat di era globalisasi menuntut kemampuan yang
tinggi dalam penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masyarakat kota yang maju adalah masyarakat yang menguasai informasi dan
memanfaatkannya sebaik-baiknya bagi peningkatan harkat dan martabat
sebagai manusia yang berbudaya. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
kehidupan hari depan yang lebih baik dan lebih sejahtera dapat lebih cepat
diraih. Perguruan Tinggi, lembaga pendidikan non formal berbasis iptek,
lembaga-lembaga riset merupakan pusat pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang tersedia di Kota Banjarmasin. Disamping itu warga kota
merupakan masyarakat yang cukup tanggap terhadap kemajuan iptek.
Tantangan yang dihadapi dalam menyikapi perubahan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dua dasawarsa ke depan adalah bagaimana
mengembangkan budaya iptek di tengah masyarakat agar di masa depan
masyarakat Kota Banjarmasin tidak gagap teknologi, mengoptimalkan peran
iptek dalam peningkatan produktivitas, pemanfaatan iptek dalam mengatasi
degradasi kualitas lingkungan, memanfaatkan iptek dalam mewujudkan
kenyamanan kota Banjarmasin, serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas
sumber daya yang menunjang kemajuan kota dan peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat, baik sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
40
maupun pembiyaan riset dan pengembangan teknologi spesifik yang
dibutuhkan masyarakat serta mengembangkan dan menyerasikan riset dengan
kebutuhan pembangunan kota.
4. Infrastruktur
a. Untuk mewujudkan wajah kota/ kondisi fisik dan lingkungan Kota
Banjarmasin yang nyaman, pembangunan sarana dan infrastruktur kota
diarahkan pada upaya pengembangan infrastruktur fisik, pemeliharaan dan
peningkatan kualitas infrastruktur, penataan lingkungan perkotaan, seperti
lingkungan pusat kegiatan ekonomi (perdagangan dan jasa), kawasan
perumahan dan permukiman, prasarana umum-prasarana sosial dan kawasan
industri. Sarana pekantoran, pusat perdagangan, kawasan bisnis dan tempat
hiburan diupayakan ditata dan dikelola dengan memperhatikan aspek
kemudahan, keamanan dan kenyamanan warga kota sekaligus menyediakan
peluang usaha bagi warga kota dengan jaminan legalitas usaha tanpa
menimbulkan kerugian pada kepentingan umum dan mencemari lingkungan.
Seiring dengan perkembangan fisik kota dalam dua dasawarsa ke depan,
kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan ketersediaan sarana dan
infrastruktur kota semakin meningkat. Tantangannya adalah bagaimana
meningkatkan kualitas dan mengembangkan infrastruktur untuk mewujudkan
Banjarmasin sebagai kota yang maju, mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap infrastruktur yang berkualitas, dengan mengoptimalkan
pendayagunaan, pengembangan dan peningkatan kualitas infrastruktur
perhubungan darat seperti jalan, jembatan, rambu-rambu, jembatan
41
penyebrangan dan fasilitas penunjang lainnya; infrastruktur perhubungan laut
seperti pelabuhan, fasilitas bongkar muat, terminal peti kemas; infrastruktur
perhubungan sungai seperti dermaga pelayaran rakyat; infrastruktur
kelistrikan termasuk perluasan jaringan bagi kawasan pemukiman baru,
infrastruktur telekomunikasi, pos dan telematika, lingkungan pemukiman
yang sehat, air bersih, sistem drainase dan sanitasi lingkungan.
b. Perkembangan sarana transportasi di Kota Banjarmasin dalam dua dasawarsa
ke depan jumlahnya akan meningkat tajam, khususnya bagi pemenuhan
kebutuhan keseharian masyarakat dan penunjang kegiatan ekonomi.
Peningkatan jumlah sarana transportasi tersebut harapannya diikuti pula oleh
peningkatan kualitas, berupa pelebaran dan pengembangan infrastruktur
perhubungan darat serta pengaturan sistem lalu lintas kota agar terhindar dari
kemacetan yang selama ini menjadi keluhan utama masyarakat. Rasio
panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor setiap tahun semakin
meningkat sementara disisi lain masyarakat membutuhkan peningkatan
keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas. Tantangan di sektor
transportasi adalah bagaimana memenuhi kebutuhan infrastruktur
perhubungan darat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dinamika
kehidupannya. Untuk efisiensi, peningkatan keselamatan dan kenyamanan
berlalu lintas dan pengembangan bagian-bagian wilayah, dibutuhkan
pengembangan jalan-jalan alternatif dalam satu moda transportasi terpadu.
Sehingga sungai sebagai infrastruktur transportasi air, meskipun perannya
semakin mengecil, keberadaannya sampai dua dasawarsa ke depan masih
perlu dipertahankan, terutama untuk melestarikan Banjarmasin sebagai kota
42
seribu sungai dengan perahu dan kapal-kapal kecil sebagai sarana transportasi
airnya. Sungai juga berperan menunjang kebutuhan transportasi air bagi
masyarakat, khususnya bagi masyarakat disepanjang sungai. Tantangannya
adalah bagaimana mengembalikan citra Banjarmasin sebagai kota seribu
sungai, menertibkan bangunan-bangunan ilegal ditepi/ diatas anak-anak
sungai dan kanal, memelihara sungai dan mendayagunakan sungai sebagai
infrastruktur transportasi air yang mencirikan Banjarmasin sebagai kota air
serta menjadikannya sebagai aset wisata lingkungan.
c. Di bidang infrastruktur kelistrikan, tantangan yang dihadapi dua dasawarsa ke
depan adalah bagaimana mencukupi kebutuhan energi listrik masyarakat Kota
Banjarmasin yang terus bertambah setiap tahunnya seiring dengan kemajuan,
elektrifikasi perabot rumah tangga, kebutuhan industri rumah tangga, industri
kecil, menengah dan bahkan industri besar, semakin meningkat. Inilah yang
menyebabkan kebutuhan listrik semakin meningkat.. Perluasan jaringan
distribusi kekawasan industri dan permukiman baru, pemeliharaan jaringan
distribusi secara berkala dan penekanan losses akibat penggunaan listrik
secara ilegal, dan peningkatan pelayanan bagi masyarakat pelanggan, serta
membudayakan pola hemat energi.
d. Dampak globalisasi, kemajuan teknologi komunikasi dan tuntutan kebutuhan
masyarakat yang semakin meningkat untuk memperoleh akses terhadap
informasi menuntut peningkatan dalam penyelenggaraan dan pembangunan
telekomunikasi, pos dan telematika. Kebutuhan akan layanan telekomunikasi
berkembang sangat pesat dan kebutuhan layanan jasa pos (termasuk
pengiriman barang) semakin bertambah, seiring dengan peningkatan aktivitas
43
bisnis. Meskipun pembangunan telematika sampai saat ini sudah banyak
mengalami kemajuan, tapi dalam dua dasawarsa ke depan, telematika bukan
lagi merupakan barang mewah tapi sudah akan menjadi kebutuhan
masyarakat, sama halnya dengan kebutuhan akan telekomunikasi selular.
Tantangan utama yang dihadapi dalam sektor komunikasi, pos dan telematika
ke depan adalah bagaimana meningkatkan teledensitas pelayanan
komunikasi, pos dan telematika dengan mudah, murah dan aman untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna.
e. Untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat, khususnya
masyarakat berpenghasilan rendah dan sekaligus mewujudkan lingkungan
pemukiman yang bersih, sehat, aman dan nyaman tantangan dibidang
penyediaan perumahan dan pemukiman bagi masyarakat Kota Banjarmasin
adalah bagaimana menyediakan lahan yang layak huni bagi pengembangan
perumahan dan pemukiman yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota
Banjarmasin; melakukan reformasi yang berkaitan dengan sistem dan biaya
perijinan; penyediaan infrastruktur lingkungan yang sehat menjamin
kepastian hak dan kepemilikan atas tanah, mengupayakan subsidi silang
sebagai upaya menekan harga rumah sehingga terjangkau kemampuan daya
beli masyarakat menengah kebawah; memberikan insentif kepada dunia
usaha/pengembang sehingga pengembang tertarik meningkatkan
partisipasinya secara langsung dalam penyediaan perumahan rakyat; dan
melakukan perkuatan swadaya masyarakat dalam pembangunan perumahan
melalui penyediaan fasilitas kredit mikro perumahan.
44
f. Keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah kota untuk membiayai
pemeliharaan dan pembangunan sarana dan infrastruktur sehingga yang
menjadi tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan upaya
memobilisasi dan memanfaatkan dana-dana masyarakat dan membuka
peluang kerjasama dengan swasta/dunia usaha dalam penyelenggaraan
pembangunan infrastruktur, antara lain melalui pola kemitraan, seperti
pembangunan fasilitas perdagangan/pasar dan fasilitas umum lainnya.
Kerjasama dengan dunia usaha akan semakin ditingkatkan terutama ditujukan
untuk menyediakan infrastruktur jasa transportasi, pemenuhan kebutuhan
perumahan bagi masyarakat dan membangun kawasan parkir dan fasilitas
perdagangan modern yang representatif.
5. Lingkungan
a. Kondisi lingkungan Kota Banjarmasin saat ini cukup memprihatinkan.
Masalah drainase kota, persampahan, lingkungan pasar-pasar tradisional,
pedagang kaki lima ilegal, kawasan pemukiman kumuh, polusi udara,
pencemaran air, pengemis, tuna wisma dan anak jalanan adalah masalah-
masalah yang mewarnai penampilan wajah Kota Banjarmasin. Tidak lagi
berfungsinya anak-anak sungai dan kanal di kawasan kota yang dimasa lalu
merupakan ciri khas Kota Banjarmasin sebagai kota air dan julukan Kota
Seribu Sungai, akibat berdirinya bangunan liar dan pendangkalan
menyebabkan sistem drainase kota terganggu dan rawan banjir. Yang menjadi
tantangan ke depan adalah bagaimana menjadikan Kota Banjarmasin sebagai
kota yang bersih, indah, aman dan nyman, bebas dari kekumuhan, lalu
45
lintasnya lancar, bebas polusi dan pencemaran serta mengembalikan citra
Banjarmasin sebagai kota seribu sungai dengan nuansa modern. Jika dalam
perjalanan waktu dua dasawarsa ke depan kondisi lingkungan Kota
Banjarmasin tidak ditindaklanjuti dengan kebijakan yang tepat dan konsisten
dengan RT/RW Kota Banjarmasin, dikhawatirkan akan terjadi ancaman, yaitu
krisis lingkungan dan kemungkinan dapat menimbulkan malapetaka yang
lebih luas bagi kehidupan masyarakat kota. Meningkatnya jumlah penduduk
membutuhkan peningkatan kemampuan penyediaan lahan air bersih. Padahal
kemampuan Kota Banjarmasin dalam memenuhi kebutuhan tersebut ke
depan, sangat terbatas.
b. Meningkatnya kasus pencemaran ligkungan juga dipicu oleh meningkatnya
limbah industri dan perubahan gaya hidup masyarakat kearah gaya hidup
konsumtif, serta rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
upaya pemeliharaan lingkungan. Kemajuan dibidang transportasi dan
industri, pencemaran air sungai oleh sampah perkotaan dan rumah tangga jika
tidak ditangani dengan baik, perlahan-lahan tapi pasti, akan menimbulkan
dampak buruk bagi keseimbangan lingkungan secara keseluruhan dalam
menyangga kehidupan warga kota.
6. Politik
a. Tantangan berat dalam kurun waktu dua dasawarsa ke depan di bidang
pembangunan politik adalah bagaimana menjaga proses konsolidasi
demokrasi, meningkatkan partisipasi politik dan memelihara hasil-hasil
pembangunan politik yang sudah berhasil dicapai secara berkelanjutan.
46
Keberhasilan dalam penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Pemilihan
Presiden secara langsung tahun 2004 serta pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah secara langsung pertengahan 2005 merupakan momentum
demokratisasi yang merupakan potensi pembangunan dan faktor strategis
bagi pembangunan politik ke depan. Dalam menjaga dan memelihara
momentum demokrasi tersebut, tantangan yang dihadapi adalah
melaksanakan reformasi struktur politik, proses politik dan budaya politik
demokratis dan saling bersinergi, bersamaan dan berkelanjutan dengan tidak
menimbulkan gejolak di masyarakat. Konsolidasi demokrasi yang aman dan
terkendali membutuhkan partisipasi yang tinggi dan dukungan penuh dari
seluruh lapisan masyarakat yang bersatu padu. Tantangan utamanya adalah
bagaimana meningkatkan partisipasi politik dan menggalang serta
memelihara semangat persatuan dan kesatuan baik dikalangan elit politik
maupun para konstituennya dalam kerangka pembangunan politik ditingkat
lokal yang didasarkan pada aspek keragaman, kebersamaan dan keadilan.
b. Tantangan selanjutnya dalam menjaga konsolidasi demokrasi adalah perlunya
melanjutkan reformasi dikalangan birokrasi pemerintahan. Konsolidasi
demokrasi membutuhkan pelaksanaan kebijakan yang reformis dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kota, disamping
membutuhkan dukungan birokrasi profesional, jujur, bersih dan berwibawa,
mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif, efisien, dan mandiri.
Disamping itu, salah satu diantara tantangan demokrasi yang terbesar adalah
belum cukup besarnya kapasitas kelas menengah yang dibutuhkan bagi
pembangunan masyarakat madani, baik dari segi ekonomi maupun
47
pendidikannya. Karena itu, dalam kurun waktu 20 tahun , pendidikan politik
akan merupakan sarana strategis dalam proses transformasi sosial menuju
masyarakat demokrasi.
c. Konsolidasi demokrasi juga akan dihadapkan pada tantangan bagaimana
melembagakan kebebasan menyampaikan aspirasi dan mengemukakan
pendapat, baik langsung maupun melalui media massa. Akses masyarakat
terhadap informasi yang bebas dan terbuka, dalam banyak hal akan lebih
memudahkan pengawasan oleh masyarakat dan pemenuhan kepentingan
publik. Peran media massa sangat penting, lebih-lebih dengan kedudukan
Banjarmasin sebagai pusat informasi, dalam proses menemukan dan
mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
7. Hukum dan Aparatur dan Penyelenggaraan Pemerintahan Kota
a. Tantangan dalam mewujudkan sistem hukum yang mantap dan berkeadilan
adalah mewujudkan sistem hukum yang mampu menjamin tegaknya
supremasi hukum dan hak-hak asasi manusia berdasarkan keadilan dan
kebenaran, tidak diskriminatif dan mengayomi kepentingan masyarakat.
Pembangunan hukum tersebut dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan
masyarakat yang semakin kuat seiring dengan dinamika perubahan yang
demikian cepat, agar hak-hak masyarakat terlindungi dan masyarakat benar-
benar terayomi. Akan tetapi keberhasilan pembangunan bidang hukum,
pencapaiannya sangat ditentukan oleh dukungan dan partisipasi semua pihak,
48
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung
jawab bersama.
b. Saat ini, kondisi belum banyak mengalami perubahan yang mendasar.
Berbagai permasalahan belum sepenuhnya terselesaikan dengan tuntas.
Kompleksitasnya semakin meningkat jika dikaitkan dengan isu desentralisasi,
demokratisasi, globalisasi dan revolusi teknologi informasi. Proses
demokratisasi yang dilaksanakan membuat rakyat semakin sadar akan hak-
haknya dan sekaligus semakin memahami kewajiban/tanggung jawabnya.
Partisipasi masyarakat menjadi isu sentral dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan. Partisipasi masyarakat yang rendah,
membuat aparatur tidak mampu merumuskan strategi dan kebijakan
pembangunan secara tepat. Disisi lain kesiapan aparatur dalam menyikapi
proses demokratisasi ini perlu lebih dicermati agar kalangan birokrasi mampu
memberikan pelayanan yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat,
yang didasarkan pada aspek transparansi, akuntabilitas dan kualitas pelayanan
yang prima. Globalisasi juga membawa perubahan yang mendasar pada
sistem dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Revolusi teknologi informasi sangat mempengaruhi terjadinya perubahan
manajamen penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pemanfaatan
teknologi informasi yang efektif selain menghasilkan pelayanan publik yang
lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah, juga akan meningkatkan penerapan
prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik.
c. Dibidang pemerintahan kota, tantangan yang dihadapi adalah keinginan
memberikan pelayanan yang prima ditengah-tengah semakin derasnya
49
tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan kota yang bersih dan
terpercaya, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme dengan lebih
mengedepankan aspek pelayanan publik yang efisien oleh aparatur yang
profesional. Untuk menyikapinya dituntut keberadaan aparatur yang tanggap
terhadap dinamika perubahan dan mampu meningkatkan daya saing
peningkatan kinerja birokrasi dalam menciptakan pemerintahan kota yang
bersih dan akuntabel, yang sesuai dengan semangat reformasi.
8. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Ancaman dan gangguan dibidang keamanan dan ketertiban masyarakat, erat
kaitannya dengan letak geografis wilayah, kemajuan teknologi komunikasi
dan informasi, kehidupan sosial ekonomi masyarakat, dan kesiapan aparat
keamanan dan ketertiban masyarakat dalam mengantisipasi, mencegah dan
menangani kasus-kasus pelanggaran dan kejahatan. Dimasa depan, ancaman
dan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat yang paling menonjol
terutama yang terkait dengan tindak kejahatan ekonomi, disamping tindak
kejahatan konvensional, seperti pencurian, perjudian, penganiayaan,
perampokan, penggelapan, penipuan, dan pembunuhan. Sementara itu,
kemampuan aparat dalam menangani masalah-masalah kamtibmas ini
dihadapkan pada situasi kurangnya personil dan kondisi peralatan dan logistik
yang kurang memadai serta dukungan dan partisipasi masyarakat. Karena itu,
yang menjadi tantangan ke depan dalam memelihara suasana kehidupan kota
yang kondusif, aman dan damai, tertib dan terkendali adalah peningkatan
kuantitas personil, peningkatan profesionalisme dan kemampuan aparat, serta
50
peningkatan peralatan dan logistik yang memadai serta partisipasi dan
dukungan masyarakat.
C. Potensi Pembangunan dan Faktor Strategis
Potensi dan faktor strategis pembangunan Kota Banjarmasin adalah
seluruh sumber kekuatan yang dimiliki Kota Banjarmasin, baik yang efektif
maupun potensial, dan dapat didayagunakan seoptimal mungkin dalam
menunjang pembangunan kota dan kemajuan Kota Banjarmasin ke depan secara
berkelanjutan. Dari segi potensi dan faktor strtegis yang dimiliki Kota
Banjarmasin dan diperkirakan menjadi modal dasar dalam upaya menghadapi
tantangan pembangunan kota dua dasawarsa ke depan adalah sebagai berikut :
1. Wilayah Kota dan Letaknya yang Strategis. Meskipun dari segi luasan
wilayah, Kota Banjarmasin luasnya relatif kecil, hanya 72 Km2, tetapi dari
segi letaknya memiliki posisi strategis, baik dalam lingkup regional
Kalimantan Selatan maupun dari segi lingkup nasional Kota Banjarmasin
merupakan pintu gerbang jasa dan perdagangan bagi sebagian wilayah Pulau
Kalimantan.
2. Potensi Sumber Daya Manusia dan Sikap Masyarakatnya. Dari segi
sumber daya manusia, Kota Banjarmsin dengan jumlah penduduknya yang
relatif besar, yaitu 572.300 jiwa pada tahun 2004, merupakan sumber daya
pembangunan yang potensial dan produktif bagi masa depan pembangunan
kota. Fasilitas pendidikannya yang relatif lengkap dan lebih baik dengan/kota
lainnya di Kalimantan Selatan menjadikan kualitas sumber daya manusianya
dimasa mendatang berpotensi bersaing dengan kota-kota lainnya dilingkup
51
nasional. Kehidupan masyarakat Kota Banjarmasin yang dicirikan oleh
masyarakatnya yang religius yang tampak dari berbagai aspek kehidupan
individu dan kehidupan bermasyarakat adalah merupakan modal bagi
pembentukan sikap partisipatif, etos kerja yang tinggi dan tanggap terhadap
kemajuan. Peran ulama, pemuka agama dan dan tokoh-tokoh masyarakatnya
sangat dominan dalam membentuk rasa saling percaya dan hubungan yang
harmonis antar kelompok masyarakat dalam melakukan interaksi sosial
menuju terwujudnya Kota Banjarmasin yang maju dan dihuni masyarakat
sejahtera suasana kehidupan yang aman dan damai. Suasana aman dan damai,
dan suasana kehidupan masyarakat yang religius adalah merupakan prasyarat
bagi terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.
3. Kekayaan Budaya Masyarakatnya. Kehidupan masyarakatnya diwarnai
oleh kekayaannya akan potensi budaya daerah yang merupakan bagian dari
budaya nasional yang bercirikan Bhinneka Tunggal Ika. Masyarakatnya
memiliki komitmen yang tinggi yang dicirikan motto kota, Kayuh Baimbai
dalam memelihara persatuan dan kesatuan serta semangat kebersamaan yang
merupakan potensi utama dalam membangun kota; tetap memelihara budaya
daerah yang bernuansa nilai-nilai agama dan menyesuaikannya dengan tata
nilai dan perilaku kehidupan modern. Budaya Banjar yang merupakan budaya
dominan, mampu berinteraksi positif dengan adat/kebiasaan yang dibawa
pendatang. Dalam suasana kehidupan yang rukun, potensi ketegangan dan
konflik antar kelompok masyarakat senantiasa dihindari. Suasana yang aman
dan damai adalah merupakan suasana yang kondusif dalam mendukung
semakin kokohnya dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
52
berdasarkan Pancasila. Pada bagian lain budaya inovatif yang positif dan
produktif terus berkembang dalam memantapkan budaya daerah dan ikut
serta mengembangkan budaya nasional. Disisi lain, masyarakat Kota
Banjarmasin adalah masyarakat yang responsif terhadap berbagai perubahan
yang positif, dengan tetap mengedepankan penerapan nilai-nilai agama dalam
segi-segi kehidupannya. Perkembangan masyarakatnya cukup dinamis,
khususnya dalam menyikapi pengaruh globalisasi dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi,termasuk teknologi komunikasi dan informasi.
4. Ketersedian Infrastruktur yang Relatif Memadai. Sebagai pusat
pemerintahan Kalimantan Selatan, Kota Banjarmasin memiliki infrastruktur
yang lebih baik dibanding daerah/kota lainnya di Kalimantan Selatan.
Infrastruktur perhubungan darat, perhubungan laut, angkutan sungai,
ketenagalistrikan, pos dan telematika, penyediaan air bersih dan drainase
adalah infrastruktur dasar yang merupakan modal utama bagi pembangunan
kota menjadi kota yang maju ke depan.
5. Kehidupan Politik yang Dinamis. Perkembangan politik yang kondusif,
yaitu keberhasilan dalam melalui tahap awal reformasi adalah merupakan
potensi mewujudkan perubahan yang mendasar bagi demokratisasi di bidang
politik dan ekonomi, reformasi dibidang pemerintahan dan pengelolaan
pembangunan. Keberhasilan melaksanakan Pemilu Legislatif dan Pemilihan
Presiden secara langsung 2004 dan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung
2005 adalah merupakan penting bagi kehidupan demokrasi di Kota
Banjarmasin ke depan.
53
6. Kewenangan yang Luas yang Didasari Semangat Otonomi Daerah dan
Desentralisasi. Dengan otonomi daerah dan desentralisasi sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Kota Banjarmasin
sebagai daerah otonom berpotensi lebih leluasa dan dengan kewenangan yang
luas mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
pembangunannya, untuk mempercepat terwujudnya Banjarmasin sebagai kota
yang maju dengan masyarakatnya yang sejahtera. Pemerintah kota dan
kelembagaan legislatifnya memiliki kewenangan yang besar dalam
mengambil keputusan politik maupun keputusan lainnya dengan tetap
menghormati peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
54
BAB III
VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN KOTA BANJARMASIN
TAHUN 2006 – 2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Banjarmasin 2006-2025
membutuhkan sebuah visi yang jelas, yaitu cara pandang jauh ke depan yang
menggambarkan kondisi masa depan yang dicita-citakan seluruh warga kota.
Dengan visi yang berorientasi ke masa depan, tercermin wujud Kota Banjarmasin
dua dasawarsa ke depan. Sedangkan misi yang merupakan rumusan strategi atau
tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan visi, masih bersifat umum
opresional. Dihubungkan dengan kondisi umum, tantangan dan potensi serta
faktor strategis yang dimiliki Kota Banjarmasin, perumusan visi Kota
Banjarmasin dua dasawarsa ke depan pada dasarnya diwarnai oleh 3 unsur pokok
yaitu mandat, potensi kota dan arah perubahan lingkungan kota yang diinginkan.
Secara umum kondisi Kota Banjarmasin saat ini dicirikan oleh (1)
konsentrasi penduduk cukup tinggi, (2) kegiatan ekonomi didominasi oleh
lapangan usaha non pertanian (3) keragaman yang cukup tinggi dalam hal
lapangan usaha penduduknya, (4) mobilitas penduduknya yang cukup tinggi, (5)
bangunan gedung, pusat perdagangan/pertokoan, prasarana jalan, drainase,
perparkiran dan pengelolaan sampah yang mendominasi kondisi fisk kota, dan (6)
kehidupan masyarakat yang semakin bergeser dari kehidupan tradisional ke
kehidupan modern. Disegi lain untuk memenuhi tuntutan kebutuhan
masyarakatnya, pembangunan Kota Banjarmasin ke depan, dalam jangka panjang
diarahkan pada upaya (1) peningkatan rasa aman dan kenyamanan fisik kota, (2)
55
peningkatan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakatnya dan (3)
peningkatan kualitas kehidupan bagi semua golongan masyarakatnya. Ketiga
arahan tersebut berujung pada perwujudan Banjarmasin 2025 sebagai kota yang
maju yang dihuni masyarakat sejahtera.
Percapaian cita-cita tersebut dilakukan melalui 5 pendekatan
pembangunan, yaitu: (1) pembangunan sumber daya manusia, (2) pembangunan
infrastruktur dan lingkungan, (3) pembangunan ekonomi, (4) pembangunan sosial
budaya dan kehidupan beragama, dan (5) dukungan pemerintahan kota yang
berkinerja tinggi, bersih dan berwibawa.
Dalam penyusunan visi dan misi pembangunan Kota Banjarmasin dua
dasawarsa ke depan untuk meraih cita-cita menjadikannya sebagai kota yang maju
yang dihuni masyarakat sejahtera, tidak terlepas dari 3 mandat, yaitu:
1. Mandat filosofis, yaitu berupa semboyan: Kayuh Baimbai yang maknanya
adalah sama dengan dayung bersama. Masyarakat Kota Banjarmasin identik
dengan masyarakat kota air dengan sebutan kota seribu sungai dengan perahu
tradisional sebagai alat angkutan sungai mencapai tujuan adalah masyarakat
yang menyukai kerja keras, bekerja bersama-sama dan saling tolong
menolong dalam menuju cita-cita bersama.
2. Mandat yang berupa motto kota : Bungas, singkatan dari Bersih, Unggul,
Nyaman, Gagah, Aman dan Sejahtera, yang identik dengan kondisi
kehidupan kota yang diinginkan.
3. Mandat yang berupa predikat Kota Banjarmasin, yaitu sebagai Kota
Pemerintahan, Kota Industri, Kota Pelabuhan, Kota Perdagangan, Kota
56
Pariwisata, Pintu Gerbang Laut Kalimantan Selatan, Pusat Pendidikan dan
Pusat Jasa dan Informasi.
Visi dan Misi pembangunan Kota Banjarmasin dua dasawarsa ke depan,
perumusannya juga diwarnai oleh pertimbangan perubahan-perubahan penting
yang terjadi sebelumnya, yang sangat dipengaruhi unsur-unsur dinamika kota,
diantaranya wajah kota/kondisi fisik kota; kondisi sosial, ekonomi dan budaya
masyarakatnya; kehidupan beragama; kehidupan politik, penegakan hukum dan
kinerja aparatur, kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat, termasuk posisinya
yang strategis yang merupakan salah satu modal dasar bagi pembangunan kota ke
depan. Dari segi lainnya, Banjarmasin sebagai pusat kegiatan ekonomi
Kalimantan Selatan dalam dinamika perkembangannya mampu menciptakan
berbagai sektor unggulan dan potensial yang sangat besar pengaruhnya dalam
pembangunan kota ke depan. Sektor unggulan dan potensial yang dimaksud
adalah sektor transportasi, industri, perdagangan, jasa dan konstruksi. Secara
umum kondisi perekonomian, pembangunan manusia, pelayanan air bersih,
transportasi dan pertanahan tercermin dari gambaran berikut:
1. Bahwa 71,11% (data tahun 2004) PDRB Kota Banjarmasin didominasi oleh
sektor industri pengolahan, perdagangan, restoran, dan perhotelan, dan
pengangkutan dan transportasi. Secara khusus, transportasi laut, industri
besar, industri sedang dan perdagangan merupakan sektor-sektor unggulan
daerah.
2. Pelabuhan pelayaran samudera, pelabuhan nusantara dan pelabuhan rakyat
memiliki arti penting bagi kemajuan perekonomian Kota Banjarmasin dan
Kalimantan Selatan pada umumnya.
57
3. Berdasarkan penyerapan tenaga kerja, 72,58% tenaga kerja di Kota
Banjarmasin terakumulasi penyerapannya di lapangan usaha perdagangan,
jasa dan transportasi/komunikasi.
4. Indeks Pembangunan Manusia belum tergolong tinggi (65,22), tetapi masih
dalam kisaran menengah keatas.
5. Cakupan pelayanan air bersih tahun 2004 mencapai 79% dan tahun 2005
sudah diatas 80%.
6. Pertumbuhan kendaraan bermotor, baik roda empat maupun roda dua cukup
tinggi tetapi kurang diimbangi pertumbuhan prasarana jalan. Sejak tahun
2000 pertumbuhan kendaraan bermotor lebih dari 25%. Tingginya
pertumbuhan ini terkait dengan beban Kota Banjarmasin dalam penyediaan
fasilitas transportasi darat, khususnya jalan dan fasilitas pendukungnya.
7. Arus lalu lintas kapal di pelabuhan sampai tahun 2003 meningkat pesat, tapi
dalam tahun 2004 menunjukkan penurunan. Disegi lain lalu lintas di sungai
terus menunjukkan penurunan tajam dibanding arus dan kepadatan lalu lintas
darat.
8. Dari segi tata guna tanah terjadi pergeseran yang cukup cepat/kecenderungan
alih fungsi yang cukup tinggi dari lahan pertanian menjadi fungsi non
pertanian, terutama untuk pemukiman.
Meskipun beberapa komoditas/kegiatan ekonomi di Kota Banjarmasin
dalam beberapa tahun terakhir terjadi kecendrungan menurun, namun beberapa
peluang masih banyak yang dapat dimanfaatkan. Peluang tersebut diantaranya
bersumber dari pengembangan modal dasar, yaitu pelabuhan, laut dan sungai dan
potensi riil berupa perdagangan, industri, dan transportasi. Peluang tersebut adalah
58
berupa peluang usaha di bidang: (1) sarana perhubungan, (2) industri, (3) properti,
(4) perdagangan dan pengembangan sentra bisnis, (5) pariwisata dan perhotelan,
(6) pergudangan/logistik, (7) kesehatan, (8) pendidikan, (9) jasa
transportasi/terminal, (10) jasa perbankan, (11) jasa asuransi, (12) perikanan, (13)
dok dan galangan kapal, (14) jasa pelayanan, (15) pelabuhan kontainer, (16)
perumahan/real estate, (17) depot petikemas, (18) sarana olahraga, (19) stock pile
batubara dan (20) pelabuhan khusus komoditi tambang.
Peluang yang lain, adalah peluang yang tercipta sebagai dampak
perkembangan daerah-daerah/kota lain di Provinsi Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah, pengembangan ekonomi dan konteks Banjarmas Kuala,
pemekaran kabupaten-kabupaten baru dan situasi regional dan nasional yang
semakin membaik.
A. Visi Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2006-2025
Berdasarkan kondisi yang dihadapi Kota Banjarmasin sebagaimana
disebutkan diatas maka arah pembangunan Kota Banjarmasin 20 tahun ke depan
adalah menuju yang kota maju dengan memprioritaskan pada sektor jasa berbasis
perdagangan dan transportasi. Oleh karena itu Visi Pembangunan Kota
Banjarmasin ke depan untuk jangka panjang adalah :
Banjarmasin, Kota yang Maju dan Sejahtera 2025
Kota Banjarmasin yang Maju, yang dimaksudkan dalam visi ini adalah
kota yang mampu memenuhi standar kecukupan kota maju baik dari segi tampilan
wajah kota/fisik maupun dari segi kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakatnya serta lingkungannya aman dan nyaman. Mewujudkan Kota
59
Banjarmasin sebagai sebuah kota yang memiliki prasarana dan sarana fisik yang
mampu mencukupi kebutuhan dan memuaskan semua warga kotanya; kota yang
memiliki struktur sosial budaya yang mampu mendorong berkembangnya inovasi,
penyediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha; peningkatan kualitas,
kemampuan, intelektualitas dan moralitas masyarakatnya, dan kota dengan
lingkungan yang aman dan nyaman.
Sedangkan Kota Sejahtera adalah kota dengan masyarakatnya yang
memiliki keterpaduan yang seimbang antara dimensi kehidupan materiil dan
dimensi kehidupan spiritual, yaitu suasana kehidupan yang aman dan damai
berkecukupan dan berbudaya serta adanya keseimbangan yang ideal antara
kehidupan lahiriah dan batiniah.
Berdasarkan potensi, arah perubahan dan cita-cita serta harapan untuk
mewujudkan Banjarmasin sebagai kota maju maka orientasi ke depan
perkembangannya difokuskan pada sektor sekunder dan tersier. Sektor sekunder
dan tersier dalam lingkup tersebut meliputi sektor transportasi, perdagangan, dan
jasa-jasa yang lainnya. Lapangan usaha industri tidak terlalu merupakan prioritas
bagi pengembangan kegiatan ekonomi kota, dengan pertimbangan ; (1) daya
serapnya terhadap tenaga kerja relatif kecil padahal ke depan penduduk Kota
Banjarmasin membutuhkan lapangan kerja yang tidak sedikit, (2) sebagian besar
industri bersifat padat modal dan membutuhkan investasi yang besar, (3) dalam
jangka panjang industri sulit dipertahankan keberadaannya diwilayah perkotaan,
justru terjadi kecendrungan kawasan industri akan bergeser kekawasan di luar
kota atau daerah/kota lainnya disekitar Kota Banjarmasin, (4) kegiatan sektor
industri cenderung memperparah pencemaran lingkungan, dan (5) jasa berbasis
60
persewaan, pergudangan, perbankan dan perhotelan memiliki prospek ke depan
yang bagus karena dukungan aktivitas pelabuhan dan aktivitas pemerintahan.
Atas dasar pertimbangan pertimbangan tersebut, maka dalam
mewujudkan isi Kota Banjarmasin tersebut diawali dengan menjadikannya
sebagai kota jasa yang aman dan nyaman, menuju Banjarmasin, kota yang maju
dan sejahtera.
Penekanan tersebut mengandung makna sebagai berikut :
1. Bahwa dalam jangka panjang Kota Banjarmasin ingin diwujudkan sebagai
kota yang maju dengan masyarakatnya yang sejahtera lahir dan bathin.
2. Kota jasa, terkandung maksud bahwa jasa merupakan basis atau pilar utama
perekonomian kota. Jasa yang dimaksudkan meliputi transportasi,
perdagangan, dan jasa-jasa lainnya. Jasa menjadi arah penekanan ke depan
dengan pertimbangan bahwa sektor ini memiliki sumbangan, yang semakin
besar terhadap PDRB kota dan dominan dalam penyerapan tenaga kerja.
Industri, meskipun sumbangannya terhadap PDRB kota cukup tinggi, tetapi
untuk jangka panjang sulit dijadikan arah penekanan pembangunan kota,
karena sumbangan yang tinggi justru berasal dari industri besar yang seiring
dengan perjalanan waktu tidak mungkin dipertahankan keberadaannya
dikawasan Kota Banjarmasin yang wilayahnya relatif sempit, hanya 72 Km2,
penduduknya akan sangat padat dan kondisi lahannya yang didominasi rawa.
Industri kecil yang kontribusinya masih relatif rendah, tetap dipertahankan
sebagai lapangan usaha alternatif terutama bagi keluarga/rumah tangga yang
bermukim kawasan pinggiran kota.
61
3. Kota jasa yang aman dan nyaman, yaitu kota yang kondusif dari segi
kamtibmas dan nyaman dari segi fisik. Kondisi fisik dan non fisik kota yang
aman dan nyaman dapat memberikan keleluasaan, ketenangan, ketentraman,
kelancaran dan ketertiban bagi terselenggaranya seluruh aktivitas kehidupan
masyarakat kota. Disamping itu masyarakat Kota Banjarmasin adalah
masyarakat yang agamis, yaitu masyarakat yang sikap dan perilaku
masyarakatnya selalu didasarkan pada nilai-nilai agama. Agamis menjadi
elemen penting dalam pembangunan kota dan kehidupan masyarakat, karena
agama merupakan suatu keyakinan dan jalan bagi masyarakat Kota
Banjarmasin menuju kesejahteraan lahir dan batin, serta kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Disamping itu bagi masyarakat Kota Banjarmasin peran agama adalah
merupakan penuntun utama dalam kehidupan/dinamika masyarakat yang ke
depan cenderungan semakin mengutamakan aspek keduniaan. Masyarakat
yang agamis juga mengandung harapan agar semua upaya/tindakan seluruh
komponen masyarakat menuju Kota Banjarmasin yang maju selalu
mendapatkan barokah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pencapaian visi Kota
Banjarmasin tersebut, maka dirumuskan 5 indikator utama yang digunakan
sebagai tolak ukurnya : (1) meningkatnya kualitas infrastruktur kota, lingkungan
dan permukiman, (2) meningkatnya nilai tambah sektor perdagangan, transportasi,
dan jasa-jasa lainnya, (3) meningkatnya penyediaan lapangan kerja, kesempatan
berusaha dan penyerapan tenaga kerja dan (4) meningkatnya kualitas kehidupan
masyarakat menuju kota yang maju dan sejahtera, khususnya dari aspek
62
pendidikan, kesehatan, perumahan, pendapatan keluarga, kehidupan beragama
dan kecukupan kebutuhan hidup lainnya, serta meningkatnya kinerja
pemerintahan kota yang didukung kerjasama yang sinergis, saling
menguntungkan dengan daerah/kabupaten tetangga.
B. Misi Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2006-2025
Bertolak dari rumusan visi pembangunan jangka panjang, kondisi umum
kota, tantangan, modal dasar kecenderungan perubahan ke depan, maka
dirumuskanlah misi pembangunan Kota Banjarmasin dua dasawarsa ke depan
adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas,
2. Terpenuhinya Kebutuhan Infrastruktur, Terwujudnya Lingkungan
yang Aman dan Nyaman, dan Kembalinya Citra Kota sebagai Kota
Seribu Sungai,
3. Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan,
4. Mewujudkan Masyarakat yang Tertib, Demokratis, Berbudaya,
Partisipatif dan Agamis,
5. Mewujudkan Pemerintahan Kota yang Berkinerja Tinggi, Bersih dan
Berwibawa.
Rumusan misi tersebut pada dasarnya adalah merupakan penjabaran dari
5 pendekatan dalam mewujudkan kota yang maju/modern, yaitu : (1)
pembangunan sumber daya manusia, (2) pembangunan infrastruktur dan
lingkungan, (3) pembangunan ekonomi, (4) pembangunan sosial budaya dan
63
kehidupan beragama, dan (5) dukungan pemerintahan kota yang berkinerja tinggi,
bersih dan berwibawa.
Makna dari misi tersebut adalah, bahwa untuk mewujudkan Kota
Banjarmasin yag maju dan sejahtera dibutuhkan dukungan/prasyarat berupa : (1)
kemampuan kota dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, (2)
kemampuan kota menciptakan kondisi fisik yang mampu menjamin kenyamanan
penduduknya, seperti ketersediaan pemukiman yang layak, ketersediaan prasarana
kegiatan ekonomi, sosial, politik, kawasan rekreasi, dan fasilitas umum lainnya,
termasuk mengembalikan fungsi anak-anak sungai dan kanal sebagai pendukung
sistem drainase dan pencitraan kota air; (3) kemampuan jasa dan sektor-sektor riil
lainnya menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, (4) kemampuan
kota mewujudkan kondisi sosial budaya dan kehidupan beragama yang dinamis
serta menciptakan masyarakat yang kondusif (termasuk dalam hal ini adalah
lembaga-lembaga dalam masyarakat), dan (5) kemampuan kota menciptakan
pemerintahan yang berkinerja tinggi, bersih dan berwibawa.
Untuk mengukur pencapaian misi yang sudah dirumuskan tersebut
disusun indikator-indikator pencapaiannya, yaitu sebagai berikut :
1. Prasarana wilayah, utilitas dan fasilitas umum kota meningkat
2. Kebersihan, keindahan, kesejukan dan ketertiban meningkat
3. Kualitas lingkungan pemukiman dan fungsi anak-anak sungai dan kanal
meningkat
4. Kelancaran lalu lintas/mobilitas manusia dan barang meningkat
5. Beragamnya komoditas yang dihasilkan (diversifikasi komoditas)
6. Beragamnya bidang usaha/lapangan kerja
64
7. Pengangguran menurun
8. Kemiskinan menurun
9. Indek Pembangunan Manusia meningkat
10. Kualitas tata nilai dalam masyarakat meningkat dan rasional (moralitas dan
budi pekerti meningkat)
11. Produktivitas/prestasi masyarakat meningkat
12. Konflik-konflik, kriminalitas dan gangguan sosial lainnya dalam masyarakat,
termasuk kasus narkoba dan obat-obatan terlarang berkurang
13. Kualitas kehidupan demokrasi dan kesadaran berpolitik/ bernegara meningkat
14. Kegiatan dan sikap gotong royong terus berkembang
15. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan meningkat
16. Kepatuhan masyarakat terhadap hukum meningkat
17. Kepedulian sosial dan rasa kekeluargaan dalam masyarakat meningkat
18. Keragaman, intensitas dan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat
meningkat
19. Tabungan/investasi pemerintah meningkat
20. Kemandirian pemerintah kota dalam pengambilan kebijakan/keputusan dan
kemampuan pembiayaan yang bersumber dari pendapatan asli
daerah/pendanaan swadaya daerah meningkat.
21. Terselenggara pemerintahan kota yang demokratis, mengikuti aturan,
transparan, dan akuntabel
65
C. Arah Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2006-2025
Tujuan pembangunan jangka panjang Kota Banjarmasin 2006 – 2025
adalah mewujudkan cita-cita Banjarmasin menjadi kota yang maju dan sejahtera.
Banjarmasin yang maju dan sejahtera adalah landasan bagi kota ini memasuki
tahap pembangunan berikutnya menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk pencapaian tujuan yang
dicita-citakan tersebut dibutuhkan arah pembangunan jangka panjang yag menjadi
acuan dalam mewujudkan tercapainya visi dan misi pembangunan kota yang
bersifat umum dan normatif. Arah pembangunan jangka panjang juga dibutuhkan
untuk mengupayakan kesinambungan pembangunan kota dan penekanan pada
kebijakan pembangunan kota yang spesifik yang dituangkan lebih lanjut dalam
tahapan-tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) setiap 5 tahun
yang memuat sasaran, arah kebijakan dan program-program strategis yang bersifat
indikatif, yang disesuaikan dengan arah dan kebijakan pembangunan daerah
Propinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan misi pembangunan kota yang sudah dirumuskan untuk dua
dasawarsa ke depan dan sekaligus dimaksudkan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Kota Banjarmasin, agar Banjarmasin
2025 berhasil menjadi sebuah kota yang maju, berdaya saing ditingkat regional
dan nasional dengan masyarakatnya yang sejahtera, maka arah pembangunannya
untuk dua dasawarsa ke depan, dirumuskan pada uraian berikut.
1. Tewujudnya Sumber daya Manusia yang Berkualitas
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka
pembangunan Kota Banjarmasin dua dasawarsa ke depan diarahkan pada upaya
66
bertahap dan berkelanjutan pada pembangunan sumber daya manusia yang
merupakan subjek dan objek pembangunan. Sebagai penduduk, manusia terdiri
dari laki-laki dan perempuan, anak, remaja, pemuda, usia produktif, dan usia
lanjut dan sebagai lapisan masyarakat, terdiri dari lapisan elit, lapisan peralihan,
lapisan bawah dan lapisan terendah/penduduk miskin dengan karakteristiknya
masing-masing. Kualitas penduduk tercermin dari tingkat kesejahteraan penduduk
yang meliputi tingkat kesehatan dan gizi, pendidikan, produktivitas dan akhlak
mulianya. Dari segi kuantitas pertumbuhan penduduk Kota Banjarmasin masih
relatif tinggi yang bukan saja disebabkan pertumbuhan secara alamiah, tetapi juga
dipicu masalah urbanisasi, dan jika permasalahan ini tidak ditangani dengan baik
maka akan berdampak pada semakin beratnya upaya pemenuhan kebutuhan dasar
penduduk. Karena itu secara umum untuk mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas pembangunan sumber daya manusia berkelanjutan diarahkan
pada (1) peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan gizi masyarakat, (2)
peningkatan layanan pendidikan yang berkualitas, (3) peningkatan pendidikan
agama dan budi pekerti, (4) pembangunan kependudukan dan ketenagakerjaan, (5)
pemberdayaan perempuan sebagai perwujudan kepedulian terhadap isu gender
dan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak, dan (6) pembangunan
kepemudaan dan olahraga, melalui :
a. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan status gizi masyarakat.
Peningkatan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat diarahkan pada : (a)
peningkatan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan kesehatan, peningkatan jaringan kemitraan lintas sektoral,
swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta peningkatan upaya kesehatan
67
yang bersumber dari gerakan masyarakat, (b) peningkatan upaya
pemeliharaan, perlindungan dan peningkatan kesehatan dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, terutama keluarga
miskin, peningkatan kebugaran dan kesehatan rohani, dan mengembangkan
pembiayaan dan jaminan pemeliharaan kesehatan melalui asuransi kesehatan;
(c) peningkatan upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit melalui
imunisasi, penatalaksanaan, pengobatan dan penekanan dampak penyakit,
terutama yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak serta usia lanjut; (d)
peningkatan upaya lingkungan sehat, khususnya di sekitar kawasan industri,
perumahan dan permukiman, serta perbaikan sarana sanitasi dasar di
lingkungan permukiman kumuh dan keluarga miskin; (e) peningkatan
kualitas, jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang berkualitas
yang difasilitasi sarana pelayanan kesehatan dasar/puskesmas dan
rujukan/rumah-rumah sakit pemerintah terutama bagi keluarga miskin dan
peningkatan sosialisasi dan informasi kesehatan; (f) peningkatan
penanggulangan kesehatan akibat terjadinya wabah, pengembangan sistem
kewaspadaan dini, dan pengembangan model pelayanan kesehatan; (g)
peningkatan pemerataan dan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan
dan peningkatan manajemen pembangunan kesehatan, termasuk
profesionalitas pengelolaan unit pelayanan kesehatan dasar; (h) peningkatan
penyediaan dan pemanfaatan obat-obatan esensial melalui penyediaan obat-
obat generik yang bermutu dan cukup di unit-unit pelayanan kesehatan dasar,
terutama bagi keluarga miskin; (i) pengawasan terhadap produk
terapetik/obat-obatan tradisional, produk komplemen, produk pangan, serta
68
mencegah masyarakat dari penyalahgunaan dan penggunaan yang keliru obat-
obatan keras, narkotika, psikotropika, zat adiktif, dan bahan-bahan berbahaya
lainnya. Dengan peningkatan secara berkesinambungan seluruh upaya-upaya
kesehatan tersebut, diharapkan angka keluhan kesehatan dan kesakitan dari
tahun semakin menurun dan kesehatan jasmani dan mental masyarakat
semakin bertambah baik.
b. Peningkatan sarana dan layanan pendidikan yang berkualitas.
Peningkatan sarana dan layanan pendidikan yang berkualitas diarahkan pada
(a) peningkatan sarana proses belajar mengajar, peningkatan, perluasan dan
pemerataan pendidikan dasar yang berkualitas dan terjangkau, yang
mencakup Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidayah (MI) atau bentuk
lainnya yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Aliyah atau bentuk lainnya yang sederajat sehingga semua anak
yang berusia 7 – 15 tahun baik laki-laki maupun perempuan dapat tuntas
memperoleh pendidikan dasar setidak-tidaknya sampai jenjang SMP atau
sederajat; (b) peningkatan, perluasan dan pemerataan pendidikan menengah
umum dan kejuruan yag berkualitas dan terjangkau, baik bagi laki-laki
maupun perempuan yang mencakup Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA) atau bentuk lain yang
sederajat; (c) peningkatan, perluasan pendidikan nonformal yang meliputi
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan bagi penduduk dewasa,
pendidikan keluarga, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja; (d)
peningkatan kecukupan dan kualitas, kompetensi dan profesionalisme tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan formal dan non formal, baik negeri
69
maupun swasta untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis dan mempunyai komitmen
secara profesional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; (e)
peningkatan relevansi kurikulum lokal pendidikan dengan peningkatan mutu
pendidikan, keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
budaya disiplin, kerukunan, kepedulian, kemandirian dan kemajuan serta
dengan kebutuhan pembangunan; (f) memberikan perhatian yang lebih besar
bagi kelompok masyarakat yang kurang beruntung dalam menjangkau
layanan pendidikan, baik formal maupun nonformal, yaitu penduduk miskin,
termasuk layanan khusus bagi anak cacat; (g) mendorong peningkatan dan
perluasan layanan pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang
bermutu, terampil, berdaya saing dan mampu memenuhi kebutuhan pasar
kerja serta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; (h)
mengembangkan budaya baca dan budaya kritis untuk mewujudkan masyakat
belajar, masyarakat kritis, berbudaya, maju dan mandiri; (i) peningkatan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi semua anak,
laki-laki maupun perempuan sebagai wujud pengarusutamaan isu gender; (j)
peningkatan efektivitas dan peran serta masyarakat dalam pembangunan dan
pengelolaan pendidikan; dan (k) meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik
agar lebih mampu mengembangkan kompetensinya. Arah pembangunan
pendidikan tersebut dimaksudkan untuk menjawab tantangan bagi generasi
kini maupun mendatang sampai dua dasawarsa ke depan, terutama dalam
mempertahankan dan memperkokoh jati diri bangsa diera persaingan global.
70
c. Pembangunan pendidikan agama dan budi pekerti. Pembangunan
pendidikan agama dan budi pekerti diarahkan pada upaya (a) menjadikan
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia, dan (b)
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami ilmu
agama dan ilmu pengetahuan lainnya yang berguna bagi bekal kehidupannya
dimasa yang akan datang serta meningkatkan pengamalan nilai-nilai ajaran
agama secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, yang didukung peningkatan
sarana belajar-mengajar.
d. Pembangunan kependudukan dan ketenagakerjaan. Pembangunan
kependudukan dan ketenagakerjaan diarahkan pada (a) peningkatan kualitas
penduduk melalui pengendalian kelahiran, menekan angka kematian bayi,
balita dan ibu melahirkan, peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana
terutama bagi keluarga miskin dan kesehatan reproduksi yang terjangkau,
bermutu dan efektif menuju terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas; (b)
peningkatan pemberdayaan dan terbuka. Dampak krisis ekonomi yang hingga
kini masih dirasakan dan terbatasnya arus investasi baik domestik maupun
mancanegara berimplikasi pada terbatasnya kemampuan pemerintah kota dan
dunia usaha dalam menciptakan lapangan kerja dan ke depan, yang sangat
memprihatinkan adalah kecendrungan meningkatnya pengangguran usia
muda (15 – 24 tahun). Padahal kelompok penduduk usia muda ini
seyogyanya masih sedang aktif mengikuti kegiatan sekolah. Terkait dengan
arah pembangunan ketenagakerjaan ke depan, khususnya dalam hal
peningkatan peluang berusaha dan kesempatan kerja, kebijakan
71
pemberdayaan koperasi, dan usaha mikro kecil dan menengah (KUKM)
adalah merupakan langkah strategis dalam membantu memecahkan masalah
ketenagakerjaan dan meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat.
e. Pemberdayaan perempuan dan peningkatan kesejahteraan dan
perlindungan anak. Pemberdayaan perempuan diarahkan pada peningkatan
kualitas hidup, peran serta dan kedudukan perempuan diberbagai bidang
kehidupan dan pembangunan, dan perlindungan perempuan terhadap berbagai
bentuk kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi, termasuk penguatan
kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan masalah gender. Ke depan, isu
gender membutuhkan upaya penanganan yang serius, dikaitkan dengan
pemenuhan hak-hak dasar penduduk perempuan (data tahun 2004, sebanyak
293.374 jiwa atau 51,26% dari 572.300 jiwa penduduk Kota Banjarmasin)
dan hak asasi manusia, sedangkan peningkatan kesejateraan dan perlindungan
anak diarahkan pada pemenuhan hak-hak anak terutama dibidang pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan sosial, hukum dan ketenagakerjaan serta pemberian
kesempatan penuh bagi anak untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan,
sesuai dengan usia dan tahapan perkembangannya. Penanganan masalah
pemberdayaan perempuan dan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan
anak, pelaksanaannya diserasikan dengan berbagai bidang pembangunan
terkait dan bersifat lintas sektoral.
f. Pembangunan kepemudaan dan olahraga. Pembangunan kepemudaan dan
olahraga diarahkan pada peningkatan produktivitas pembangunan dan
partisipasi pemuda dalam pemasyarakatan olahraga, kelembagaan, prestasi,
sarana dan prasarana olahraga, budaya, iptek dan politik serta pengembangan
72
sikap kemandirian dan keteladanan. Dengan demikian pemuda dimasa
mendatang adalah pemuda yang semakin memiliki peran yang penting
sebagai insan, pelopor dan penggerak pembangunan dan sekaligus sebagai
sumber daya manusia yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan
menyikapi berbagai peluang untuk semakin mampu berperan serta dalam
pembangunan. Sedangkan pembangunan olahraga diarahkan pada
peningkatan budaya olahraga dan prestasi olahraga yang setinggi-tingginya,
kesehatan jasmani, mental dan rohani masyarakat, membentuk watak dan
kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi dikalangan masyarakat.
Dengan upaya-upaya pembangunan yang diarahkan untuk mewujudkan
sumber daya manusia Kota Banjarmasin yang berkualitas, sesudah kurun waktu
dua dasawarsa ke depan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan
komposit indeks pembangunan pendidikan, kesehatan dan ekonomi, yang
didukung bidang-bidang lainnya yang terkait, mampu mencapai hampir 80,00 atau
hampir memasuki kategori tinggi dan usia harapan hidup semakin meningkat,
diatas 70 tahun. Dari setiap tahapan (setiap periode waktu lima tahunan) kurun
waktu dua dasawarsa tersebut diharapkan dapat dicapai IPM dan usia harapan
hidup :
a. Tahapan Pertama; IPM diharapkan mencapai 65,95 dengan indikator
bidang pendidikan adalah penuntasan wajib belajar sembilan tahun dan
pencapaian tuntas buta aksara. Bidang kesehatan makin meningkatnya usia
harapan hidup mencapai 67,59 tahun serta meningkatnya gender yang
berkeadilan dalam semua bidang pembangunan.
73
b. Tahapan Kedua; IPM diharapkan mencapai 69,91 dengan indikator bidang
pendidikan adalah tuntasnya buta aksara dan rintisan wajib belajar 12 tahun.
Bidang kesehatan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup
mencapai 68,61 tahun.
c. Tahapan Ketiga; IPM diharapkan mencapai 74,10 dengan indikator bidang
pendidikan adalah pencapaian pelaksanaan wajib belajar 12 tahun dan
peningkatan kualitas pendidikan. Bidang kesehatan semakin meningkatnya
usia harapan hidup mencapai 69,64 tahun.
d. Tahapan Keempat; IPM diharapkan mencapai 78,85 dengan indikator
bidang pendidikan adalah penuntasan wajib belajar 12 tahun. Bidang
kesehatan makin meningkatnya usia harapan hidup mencapai 70,68 tahun.
Sedangkan sasaran IPM Propinsi Kalimantan Selatan untuk setiap tahap
adalah 76,05; 76,80; 77,55 dan 78,30.
2. Terpenuhinya Kebutuhan Infrastruktur, Terwujudnya Lingkungan
yang Aman dan Nyaman, dan Mengembalikan Citra Kota sebagai Kota
Seribu Sungai.
Untuk mewujudkan profil Banjarmasin sebagai kota yang maju dengan
infrastruktur kotanya yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang
semakin kritis, dan tata lingkungan kota yang aman dan nyaman, pembangunan
Kota Banjarmasin dalam dua dasawarsa ke depan diarahkan pada upaya secara
bertahap dan berkesinambungan pada peningkatan kualitas fisik kota dan
pengembangannya sehingga mampu memberikan kondisi kehidupan masyarakat
74
kota, baik dari segi aspek ekonomi-sosial dan budaya maupun dari segi aspek-
aspek kehidupan lainnya, melalui :
a. Peningkatan dan pengembangan infrastruktur kota. Dibidang
transportasi, peningkatan dan pengembangannya secara umum diarahkan
pada upaya peningkatan secara berkesinambungan menuju pelayanan jasa
transportasi yang efektif dan efisien serta keterpaduan pelayanan jasa
transportasi yang efektif dan efisien serta keterpaduan pelayanan secara
intermoda, dengan meningkatkan keselamatan operasional baik sarana
maupun prasarana transportasi. Dibidang transportasi darat diarahkan pada
peningkatan dan pengembangan pelayanan angkutan umum, angkutan sungai
yang dikaitkan dengan pemulihan citra sungai sebagai prasarana transportasi
pendukung pengembangan kepariwisataan daerah. Dibidang transportasi laut
diarahkan pada peningkatan pran armada laut untuk angkutan domestik, antar
pulau dan manca negara, memperlancar kegiatan bongkar muat dipelabuhan,
menghapus biaya ekonomi tinggi, peningkatan fasilitas pelabuhan untuk
menunjang kelancaran, kemudahan dan keselamatan pengguna jasa
transportasi laut. Terkait dengan kelancaran transportasi khusus bagi komoditi
tambang ke depan dibutuhkan kesiapan fasilitasi pelabuhan khusus (seperti
batu bara dan bijih besi) yang layak, baik dari aspek fisik maupun
lingkungan. Di subbidang perumahan, pembangunannya diarahkan pada
upaya peningkatan penyediaan perumahan layak huni, sehat, berkualitas dan
terjangkau kemampuan masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan
rendah melalui pembangunan dan penyediaan rumah sederhana dan rumah
sederhana sehat, meningkatkan kualitas prasarana dan sarana lingkungan,
75
terutama kawasan kumuh dan padat hunian, mengembangkan iklim yang
kondusif bagi peningkatan kegairahan dunia usaha/industri properti dalam
menyediakan perumahan bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat dan jasa,
meningkatkan pengawasan dan pembinaan teknis pembangunan gedung,
perhotelan, pusat perbelanjaan, pasar, perkantoran dan lingkungan industri,
dan mengembangkan sumber-sumber pembiayaan pembangunan perumahan
rakyat. Di subbidang prasarana dan sarana dasar permukiman,
pembangunannya diarahkan pada peningkatan kehandalan (kualitas, kuantitas
dan kontinuitas) dan cakupan pelayanan air minum dan penanganan masalah
limbah, khususnya bagi kawasan permukiman, kawasan industri, pusat-pusat
perdagangan, pemerintahan dan jasa; peningkatan ketersediaan sarana sanitasi
dasar penduduk; peningkatan dan penyempurnaan sistem drainase kota;
menciptakan iklim yang kondusif bagi peningkatan peran serta swasta dan
masyarakat dalam pengelolaan limbah, persampahan dan drainase kota;
peningkatan kepedulian masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
dan mengupayakan pengurangan luasan wilayah genangan, khususnya
dimusim hujan. Diera ekonomi digital, pos dan telematika perannya semakin
mempunyai arti yang strategis, karena pos dan telematika tidak hanya
berperan dalam percepatan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dalam bidang-
bidang lainnya, khususnya pengembangan sumber daya manusia, peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat, serta pendukung aspek politik, sosial dan
budaya. Kebutuhan akan informasi yang semakin meningkat menuntut
peningkatan layanan pos dan telematika yang semakin mudah, efektif, efisien
dan terjangkau kemampuan masyarakat. Sehingga ke depan pembangunannya
76
semakin ditingkatkan dan dikembangkan, disesuaikan dengan dinamika
kebutuhan dan kehidupan masyarakat yang semakin maju. Selain itu
pembangunan telematika juga diarahkan pada pengolahan data berbasis
teknologi computerized dan pemanfaatan teknologi GIS dalam pembangunan
kota. Sedangkan pembangunan bidang ketenagalistrikan ke depan diarahkan
pada upaya pemenuhan kebutuhan tenaga listrik yang semakin meningkat,
terutama untuk menjamin pasokan tenaga listrik bagi dunia usaha, sektor jasa,
dan kebutuhan masyrakat umum, peningkatan dan pengembangan
infrastruktur kelistrikan yang efisien dan handal, serta peningkatan pelayanan
bagi masyarakat.
b. Pengendalian ruang, pengembangan wilayah dan kemitraan dengan
kabupaten tetangga. Pembangunan fisik dan pengembangan wilayah Kota
Banjarmasin dua dasawarsa ke depan yang dikaitkan denga upaya
mewujudkan visi Banjarmasin 2025 sebagai sebuah kota yang maju dan
dihuni masyarakat yang sejahtera, pembangunan fisknya dan pengembangan
wilayahnya harus didasari konsep pengendalian ruang dan pengembangan
wilayah yang dirumuskan dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota/Rencana
Tata Ruang Kota (RUTRK/RTRK) Kota Banjarmasin. Pembangunan fisik
kota disesuaikan daya dukung fisik ruang kota, khususnya bagi kebutuhan
perdagangan dan jasa, pelabuhan, permukiman, zona industri, fasilitas
umum-fasilitas sosial, ruang terbuka hijau, pariwisata dan perkantoran.
Konsistensi dalam pelaksanaan pembangunan kota yang mengacu pada
Rencana Tata Ruang Kota sangat dibutuhkan, terutama untuk mencegah
kondisi fisik kota yang semakin semraut, kurang tertata dan semakin tidak
77
jelas arah pengembangannya, serta mencegah pengalih fungsian terhadap aset
daerah yang merugikan kepentingan publik. Acuan terhadap
RUTRK/RTRK,termasuk Rencana Teknis Bagian Kota/RTBK juga
dibutuhkan dalam penyusunan rencana sistem transportasi, yang menyangkut
rencana penataan sistem pergerakan (lalu lintas); rencana pengembangan
fasilitas transportasi, rencana pengembangan sisitem angkutan umum;
rencana pengembangan sistem kependudukan; rencana penyediaan utilitas
kota; rencana arahan kepdatan kawasan; dan rencana pengelolaan lingkungan.
Terkait dengan penataan ruang kota, perlu arahan pemanfaatan lahan secara
jelas untuk kawasan agrowisata, penghijauan kota, taman untuk keindahan
kota dan kawasan pengembangan kewirausahaan agrobisnis.
Peningkatan kerjasama dengan daerah/kabupaten tetangga berbatasan terus
ditingkatkan, terutama dala upaya penanggulangan permasalahan yang saling
terkait, dengan pola kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan dan
sekaligus menghindari terjadinya inefisiensi dalam pelayanan publik,
termasuk kerjasama pengamanan penyediaan air baku bagi kebutuhan air
bersih (PDAM), antisipasi dampak pemanfaatan kanal bagi angkutan batubara
di bagian hulu Sungai Martapura.
c. Lingkungan kota. Pembangunan lingkungan kota untuk mewujudkan
lingkungan kota yang aman dan nyaman diarahkan : (a) mengarus utamakan
prinsip-prinsip pembangunan kota yang berkelanjutan keseluruh bidang-
bidang pembangunan; (b) meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan
dengan semua pihak terkait baik di tingkat nasional, propinsi dan kota/daerah
tetangga; (c) mewujudkan fasilitas publik, diantaranya penyediaan kawasan
78
hijau; (d) meningkatkan upaya sosialisasi hukum lingkungan dan
pengembangan peraturan perundang-undangan di daerah (perda kota) yang
terkait dengan aspek lingkungan dan penegakannya secara konsisten terhadap
semua kegiatan yang menimbulkan pencemaran lingkungan; (e)
meningkatkan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan
pembangunan yang tidak terkendali; (f) meningkatkan kapasitas lembaga
pengelolaan lingkungan hidup, terutama dalam menangani permasalahan
yang bersifat akumulasi,fenomena alam yang bersifat musiman dan bencana,
termasuk kerjasama dalam hal deteksi penurunan kondisi lingkungan
kawasan hulu Sungai Martapura dengan kabupaten tetangga; (g) dan
membangun kesadaran masyarakat agar memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap isu lingkungan terutama yang terkait dengan drainase, persampahan
dan pemeliharaan sungai serta meningkatkan kemampuannya untuk berperan
aktif sebagai kontrol sosial dalam memantau kualitas lingkungan.
Tahapan-tahapan pencapaian sasaran bidang infrastruktur selama kurun
waktu dua dasawarsa ke depan adalah :
a. Tahap Pertama; ditandai ketersediaan prasarana wilayah, ulitilitas dan
fasilitas umum yang mulai meningkat; kelancaran lalu lintas mulai membaik;
dan kebersihan, keindahan, kesejukan dan ketertiban mayarakat mulai
membaik.
b. Tahap Kedua; ditandai ketersediaan prasarana wilayah, ulitilitas, dan
fasilitas umum yang meningkat, kelancaran lalu lintas membaik; dan
kebersihan, keindahan, kesejukan dan ketertiban masyarakat membaik.
79
c. Tahap Ketiga; ditandai ketersediaan prasarana wilayah, ulitilitas dan fasilitas
umum yang semakin meningkat, kelancaran lalu lintas semakin membaik;
dan kebersihan, keindahan, kesejukan dan ketertiban masyarakat bertambah
membaik.
d. Tahap Keempat; ditandai ketersediaan prasarana wilayah, ulitilitas dan
fasilitas umum yang lebih meningkat; kelancaran lalu lintas lenih baik; dan
kebersihan, keindahan, kesejukan dan ketertiban masyarakat lebih baik.
3. Terwujudnya Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan Berbasis
Kerakyatan
Pembangunan ekonomi Kota Banjarmasin dalam dua dasawarsa ke depan
adalah merupakan bagian integral dari proses pembangunan ekonomi Propinsi
Kalimantan Selatan dan Nasional yang berkelanjutan untuk mewujudkan
mayarakat adil dan makmur. Tujuannya adalah mewujudkan kemajuan dan
kemakmuran serta kesejateraan bagi seluruh masyarakat Kota Banjarmasin.
Kemajuan pembangunan dibidang ekonomi diwujudkan dalam bentuk
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan berkelanjutan serta hasil-hasil
pembangunannya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat kota. Krisis
ekonomi nasional pertengahan 1997 yang berkembang dan memicu terjadinya
krisis multidimensi, berdampak luas terhadap kemerosotan kehidupan ekonomi
rakyat, termasuk masyarakat Kota Banjarmasin kini secara berangsur-angsur
mulai menunjukkan perbaikan, berkat tekad bulat dan semangat kuat Bangsa
Indonesia untuk keluar dari krisis itu.
80
Dengan dukungan dan memanfaatkan secara optimal semua potensi
sumber daya dan faktor strategis yang dimilikinya, dalam kurun waktu dua
dasawarsa ke depan pembangunan ekonomi Kota Banjarmasin diarahkan untuk
mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7,15%, sedikit dibawah
sasaran pertumbuhan ekonomi Propinsi Kalimantan Selatan(7,75%), yang diikuti
peningkatan pemerataan yang ditunjukkan dari kesenjangan yang lebih baik dari
kondisi sekarang (Gini Lorenz Ratio 2004; 0,27), serta mampu menciptakan
kesempatan kerja/kesempatan berusaha yang seluas-luasnya bagi warga Kota
Banjarmasin, terutama dengan meningkatkan produktivitas nilai tambah sektor-
sektor riil, dan meningkatkan daya saing produk barang dan jasa setempat di arena
pasar regional, nasional bahkan macanegara. Untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi tersebut, maka pembangunan ekonomi dua dasawarsa ke depan
diarahkan pada peningkatan aktivitas ekonomi perkotaan yang peningkatan peran
kelembagaan ekonomi secara transparan, akuntabel dan partisipatif. Disamping itu
juga dibutuhkan dukungan perencanaan pembangunan ekonomi yang
komprehensif yang disesuaikan dengan kebutuhan stakeholder dan meratanya
aliran insentif ekonomi. Disisi lain, peningkatan investasi bagi kegiatan ekonomi
kota diharapkan mampu mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil dan
menengah, infrastruktur semakin berkembang dan terbangunnya sinergi
pembangunan kota dengan daerah-daerah sekitarnya. Untuk mendukung
peningkatan aktivitas ekonomi dan menunjang terwujudnya pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan rata-rata 7,15% di Kota Banjarmasin dalam dua
dasawarsa ke depan, dibutuhkan dukungan peningkatan dan pengembangan
infrastruktur yang memadai agar dapat dicapai efisiensi proses kegiatan ekonomi
81
sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan penciptaan
lapangan kerja dimaksud, konsistensi dalam penzonaan pemanfaatan ruang yang
disesuaikan dengan arahan Rencana Tata Wilayah untuk menjamin kepastian
berusaha secara keberlanjutannya, dan peningkatan dukungan sektor finansial
bagi peningkatan investasi dan pendukung kegiatan ekonomi lainnya. Arah
pembangunan ekonomi kota yang dikaitkan dengan peningkatan aktivitas
ekonomi, khususnya di sektor jasa dan perdagangan ke depan adalah :
a. Meningkatkan investasi. Peningkatan investasi diarahkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi kearah tingkat pertumbuhan yang diinginkan secara
berkelanjutan dan berkualitas. Upaya menarik investasi membutuhkan iklim
investasi yang kondusif, yaitu mampu memberikan insentif menarik, mampu
mendorong peningkatan penanaman modal asing maupun domestik serta
mampu meningkatkan daya saing perekonomian kota yang disertai
peningkatan kapasitas infrastruktur fisik dan pendukung yang semakin
meningkat serta mendorong peningkatan basis produksi dan ekspor non
migas.
Kaitannya dengan upaya menarik investasi, penyediaan insentif dan fasilitasi
lebih diprioritaskan pada investor yang kredibel, serius dan mampu
menciptakan multiflier efect yang tinggi terhadap pengembangan ekonomi
masyarakat, serta berwawasan lingkungan.
b. Meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi. Dilakukan melalui
peningkatan peran serta masyarakat dan pemerataan kesejahteraan serta
perluasan kesempatan berusaha, terutama bagi golongan ekonomi lemah dan
penduduk miskin. Arah pembangunan ini didasarkan pada kenyataan masih
82
banyaknya masyarakat miskin di kota ini yang berada perekonomian
masyarakat. Pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi
diarahkan pada peningkatan kompetensi perkuatan kewirausahaan dan
peningkatan produktivitas serta daya saing yang didukung penerapan iptek
dalam iklim persaingan usaha yang sehat yang didukung peningkatan
kemitraannya dengan pengusaha besar.
Dalam rangka mewujudkan arahan tersebut, pemberdayaan koperasi dan
usaha mikro, kecil dan menengah dilaksanakan dengan arah kebijakan pada
(a) pengembangan usaha kecil dan menengah yang memberikan kontribusi
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan
peningkatan daya saing, sedangkan pengembangan usaha skala mikro
diarahkan pada peningkatan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan
kelompok masyarakat berpendapatan rendah; (b) memperkuat kelembagaan
dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik yang
mendukung perkuatan akses kepada sumber permodalan khususnya
perbankan, memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur
perijinan, memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang
menjalankan intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha,
tekonologi, manajemen, pemasaran dan informasi; (c) memperluas basis dan
kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha baru berkeunggulan
untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan
kerja terutama dengan; meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik
terampil dengan adopsi penerapan teknologi; mengembangkan usaha mikro,
kecil dan menengah disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha,
83
termasuk dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi sebagai
wadah organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh efisiensi
kolektif, mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah untuk makin
berperan dalam proses industrialisasi, perkuatan keterkaitan industri,
percepatan pengalihan teknologi, dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia, mengintegrasikan pelembagaan usaha dalam konteks
pengembangan regional; (d) mengembangkan usaha mikro, kecil dan
menengah untuk makin berperan sebagai penyedia barang dan jasa pada pasar
domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor, khususnya
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak; (e) membangun koperasi
yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upaya untuk membenahi dan
memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi koperasi di tingkat makro,
maupun mikro, guna menciptakan iklim dan lingkungan usaha yang kondusif
bagi kemajuan koperasi serta kepastian hukum yang menjamin terlindungnya
koperasi dan/atau anggotanya dari praktek-praktek persaingan usaha yang
tidak sehat; meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku
kepentingan (stakeholders) kepada koperasi; dan meningkatkan kemandirian
gerakan koperasi.
e. Peningkatan peran, kapasitas dan kinerja perusahaan daerah.
Kebijakan pengelolaan BUMD diarahkan pada upaya melakukan reformasi
terhadap BUMD secara menyeluruh yang dimulai dari langkah-langkah
perbaikan secara internal diikuti kebijakan restrukturisasi untuk menjadikan
BUMD sebagai badan usaha yang efektif, berkinerja tinggi, memiliki efisiensi
yang tinggi dan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi
84
pembangunan kota ke depan. Langkah-langkah restrukturisasi tersebut
meliputi restrukturisasi manajemen, organisasi, sistem/prosedur dan aspek-
aspek lainnya dan dalam pengelolaannya senantiasa didasarkan pada
penerapan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, keadilan dan
responsibilitas pada tuntutan pelayanan masyarakat. Disisi lain kemungkinan
melakukan sinergi antar BUMD yang saling terkait dapat merupakan upaya
meningkatkan daya saing dan memberikan multiplier effect yang lebih besar
bagi perekonomian daerah.
f. Peningkatan Keterkaitan Pembangunan Ekonomi dan PAD.
Keterkaitan pembangunan ekonomi dengan upaya peningkatan pendapatan
asli daerah/kota sebagai wujud kemandirian kota dalam konteks
penyelenggaraan otonomi daerah semakin ditingkatkan. Pengembangan
sektor unggulan diarahkan untuk mampu memberikan kontribusi yang
semakin besar terhadap PAD, melalui pengembangan sektor pajak daerah,
retribusi daerah dan pendapatan lain-lain dengan tidak membebankan
ekonomi rakyat kecil.
Pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi Kota Banjarmasin rata-rata
7,15% dalam kurun waktu dua dasawarsa ke depan tersebut, dilaksanakan dalam
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Pertama; adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi kota sebesar
rata-rata diatas 6,25%, diikuti mulai meningkatnya indeks daya beli
masyarakat, menurunnya pengangguran, berkurangnya penduduk miskin, dan
meningkatnya tabungan/investasi pemerintah.
85
b. Tahap Kedua; adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi kota sebesar
rata-rata diatas 7,05% diikuti meningkatnya indeks daya beli masyarakat;
semakin menurunnya pengangguran; semakin berkurangnya penduduk
miskin; dan semakin meningkatnya tabungan/investasi pemerintah.
c. Tahap Ketiga; adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi kota sebesar
rata-rata 8,10% diikuti semakin meningkatnya indeks daya beli masyarakat;
rendahnya tingkat pengangguran; rendahnya jumlah penduduk miskin; dan
semakin meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat.
d. Tahap Keempat; adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi kota sebesar
rata-rata 9,90% diikuti tingginya indeks daya beli masyarakat; tingkat
pengangguran yang sangat rendah; jumlah penduduk miskin yang sangat
rendah; dan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan sasaran pertumbuhan ekonomi Propinsi Kalimantan Selatan
untuk setiap tahap adalah 6,0%; 7,0%; 8,0%; dan 10%.
4. Terwujudnya Masyarakat yang Tertib, Demokratis, Berbudaya,
Partisipatif dan Agamis.
Untuk terwujudnya masyarakat Kota Banjarmasin yang tertib, tentram,
demokratis, agamis dan memiliki partisipasi yang tinggi dalam pelaksanaan
pembangunan kota, maka pembangunan Kota Banjarmasin dua dasawarsa ke
depan diarahkan pada upaya bertahap dan berkesinambungan untuk meningkatkan
stabilitas keamanan, ketertiban, dan ketentraman masyarakat, perwujudan
kehidupan demokrasi yang sehat, peningkatan etos kerja, mengarusutamakan
partisipasi masyarakat dan meningkatkan kualitas pranata sosial, melalui :
86
a. Pemberdayaan Potensi Keamanan dan Stabilitas Keamanan dan
Ketertiban masyarakat. Pemberdayaan potensi keamanan diarahkan pada
upaya mendekatkan polisi dengan masyarakat agar terbina kerjasama yang
baik dengan polisi dan masyarakat dalam membantu tugas-tugas pokok
kepolisian untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. Dengan
kerjasama semacam ini pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan
pengamanan swakarsa, dan pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat
dapat diwujudkan. Sedangkan pemeliharaan kamtibmas diarahkan pada upaya
mewujudkan sistem keamanan dan ketertiban masyarakat yang mampu
melindungi segenap warga kota dari gangguan ketertiban dan keamanan
masyarakat, termasuk pemberantasan narkotika dan penggunaan obat-obat
terlarang. Dengan pemeliharaan kamtibmas yang didukung segenap anggota
masyarakat, pelayanan kepolisian, pembimbingan, pengayoman,
perlindungan masyarakat, pengaturan dan penertiban kegiatan masyarakat
serta pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat yang semakin mantap
dapat terwujud.
b. Pengembangan kebudayaan
Pengembangan kebudayaan yang berdasarkan nilai-nilai luhur diarahkan pada
(a) mengembangkan modal sosial dengan mendorong terciptanya wadah
sosial yang terbuka dan demokratis bagi dialog kebudayaan, dan (b)
meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya daerah.
c. Peningkatan kualitas kehidupan demokrasi dan politik
Arah peningkatan kualitas kehidupan demokrasi dan politik adalah menuju
perwujudan lembaga demokrasi yang makin kokoh akan ditempuh melalui
87
upaya : (a) mewujudkan pelembagaan demokrasi yang lebih kokoh dengan
mempertegas tugas wewenang dan tanggung jawab dari seluruh kelembagaan
pemerintahan yang berdasarkan mekanisme checks and balances; (b)
memperkuat peran masyarakat sipil (civil society); (c) memperkuat kualitas
penyelenggaraan otonomi daerah; (d) menjamin pengembangan media dan
kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan masyarakat.
d. Penegakkan supremasi hukum dan hak-hak asasi manusia
Dibidang penegakkan supremasi hukum, pembangunan bidang hukum
diarahkan pada peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap hukum
terutama melalui penegakkan hukum yang tegas, non diskriminatif, serta
konsisten. Dengan penegakkan hukum yang tegas masyarakat akan
menikmati dan merasakan secara langsung hasil-hasil pembangunan hukum
dan memberikan kepastian hukum serta menciptakan iklim yang kondusif,
baik kepada masyarakat maupun pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.
Ke depan kegiatan penegakkan hukum masih difokuskan pada 3 (tiga)
masalah pokok, yaitu (a) pembentukan materi hukum dan pembaharuan
peraturan perundang-undangan dalam peraturan daerah yang disesuaikan
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan; (b) pemberantasan
korupsi, kolusi dan nepotisme, dan (c) membasmi penyalahgunaan narkotika
dan obat-obatab terlarang. Dengan demikian arah pembangunan hukum ke
depan adalah penataan materi hukum/peraturan daerah untuk mewujudkan
sistem hukum yang mantap, pembinaan masyarakat hukum, dan peningkatan
sarana dan prasarana hukum.
88
e. Peningkatan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan yang sukses
adalah pembangunan yang mengikutsertakan masyarakat dalam pengambilan
keputusan, sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan (kontrol masyarakat)
sampai pemeliharaan hasil-hasil pembangunan. Dengan pemberdayaan
masyarakat, partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota akan semakin
meningkat dan peran kelembagaan masyarakat semakin kuat sehingga
masyarakat secara keseluruhan mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian,
dan kesejateraan dalam suasana berkeadilan sosial yang berkelanjutan.
Dikaitkan dengan isu pemberdayaan masyarakat, maka pembangunan jangka
panjang di Kota Banjarmasin dua dasawarsa ke depan diarahkan pada upaya
memberdayakan masyarakatnya secara terus menerus, komprehensif dan
simultan, meliputi pemberdayaan dibidang politik, pemberdayaan dibidang
ekonomi, pemberdayaan dibidang sosial budaya, dan pemberdayaan dibidang
lingkungan. Pemberdayaan masyarakat dibidang politik diarahkan pada
peningkatan posisi tawar antara pemerintah dan masyarakat, sehingga
masyarakat benar-benar mendapatkan yang menjadi haknya (yaitu hak-hak
dasar masyarakat), layanan dan kepedulian, tanpa merugikan orang lain.
Pemberdayaan masyarakat dibidang ekonomi diarahkan pada upaya
peningkatan kemampuan masyarakat dalam menanggung dampak buruk
pertumbuhan, pemikul beban pembangunan dan penderita akibat kerusakan
lingkungan. Pemberdayaan masyarakat dibidang sosial budaya diarahkan
pada peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalui human
invesment untuk meningkatkan nilai manusia, penggunaan dan perlakuan
terhadapnya dengan seadil-adilnya. Sedangkan pemberdayaan masyarakat
89
dibidang lingkungan diarahkan pada upaya pemeliharaan dan pelestarian
sumber daya lingkungan agar antara masyarakat dan lingkungannya terjadi
hubungan yang saling menguntungkan.
f. Pembangunan kualitas kehidupan beragama
Pembangunan kualitas kehidupan beragama diarahkan pada (a) peningkatan
kualitas, pelayanan dan pemahaman ajaran agama serta kehidupan beragama,
dan (b) meningkatkan kerukunan intern dan antar umat beragama.
Sesuai dengan arah pembangunan nasional, arah peningkatan kualitas
kehidupan beragama di Kota Banjarmasin ke depan adalah : (a) peningkatan
kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama, melalui
upaya meningkatkan kualitas pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
ajaran agama; peningkatan kualitas pendidikan agama pada semua jalur,
jenis, dan semua jenjang pendidikan; peningkatan kualitas tenaga
kependidikan agama dan keagamaan; peningkatan kesadaran masyarakat
dalam membayar zakat, wakaf, infak, sadaqah, peningkatan profesionalisme
tenaga pengelola bazis; peningkatan kualitas tenaga penyuluh agama dan
pelayanan keagamaan lainnya; peningkatan kualitas pengelolaan serta
pengembangan fasilitas rumah ibadah; pembinaan keluarga harmonis
(keluarga sakinah/bahagia) untuk menempatkan keluarga sebagai pilar utama
peningkatan moral dan etika; peningkatan kualitas pelayanan haji dan umroh;
peningkatan kualitas dan kapasitas lembaga sosial keagamaan dan lembaga
pendidikan keagamaan; (b) Peningkatan kerukunan intern dan antar umat
beragama melalui peningkatan upaya menjaga keserasian sosial di dalam
kelompok-kelompok umat beragama dengan memanfaatkan kearifan lokal
90
dalam rangka memperkuat hubungan sosial masyarakat, pencegahan
berkembangnya potensi konflik di tengah-tengah masyarakat yang
mengandung isu sara, peningkatan kerjasama intern dan antar umat beragama
di bidang sosial ekonomi.
g. Peningkatan peran perguruan tinggi dan iptek dalam pembangunan
kota. Keberadaan sejumlah perguruan tinggi di Kota Banjarmasin, selain
diarahkan pada upaya meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan
pendidikan tinggi baik untuk penduduk laki-laki maupun perempuan yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, dan magister yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi berbentuk akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institut atau universitas, juga diarahkan pada peningkatan
perannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
sehingga ke depan mampu memberikan kontribusi yang optimal pada
pembangunan kota dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sekaligus daya
saing sumber daya manusianya. Peran perguruan tinggi yang terkait dengan
pembangunan kota ke depan, antara lain meliputi pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian
pada masyarakat termasuk penerapan otonomi keilmuan yang mendorong
perguruan tinggi melaksanakan tugasnya sebagai pengembang ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas serta
diversifikasi bidang penelitian yang dibutuhkan masyarakat. Peningkatan
kerjasama perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri untuk
meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan pasar kerja;
Peningkatan kerjasama perguruan tinggi dalam pendidikan dan penelitian,
91
baik dengan perguruan tinggi maupun dengan kalanga industri untuk
menghasilkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta hasil penelitian
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Peningkatan kerjasama
dengan pemerintah daerah sehingga perguruan tinggi mampu berperan serta
dalam pembangunan daerah.
Arah kebijakan dalam peningkatan kemampuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi adalah untuk mempertajam prioritas penelitian, pengembangan dan
rekayasa iptek yang berorientasi pada upaya menunjang pembangunan kota
dan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha, dan menumbuh kembangkan
budaya iptek untuk meningkatkan peradaban bangsa.
Tercapainya sasaran perwujudan masyarakat yang tertib, demokratis,
partisipasif dan agamis ditandai kualitas tata nilai dalam masyarakat yang akan
semakin meningkat (moralitas yang meningkat), berkurangnya konflik-konflik
sosial, kriminalitas dan gangguan kamtibmas di masyarakat; kualitas kehidupan
demokrasi dan kesadaran berpolitik yang semakin tinggi; partisipasi masyarakat
dalam pembangunan yang semakin meningkat; kepatuhan masyarakat terhadap
hukum semakin baik; dan kepedulian sosial dan semangat kekeluargaan yang
semakin tinggi.
5 Terwujudnya Pemerintahan Kota yang Berkinerja Tinggi, Bersih dan
Berwibawa.
Untuk mewujudkan pemerintahan kota yang berkinerja tinggi, bersih dan
berwibawa maka pembangunan kota dua dasawarsa ke depan diarahkan pada
upaya secara bertahap dan berkesinambungan untuk meningkatkan pelaksanaan
92
otonomi daerah yang seluas-luasnya, nyata, bertanggung jawab, mandiri,
demokratis, transparan, terbuka dan akuntabel serta peningkatan kualitas
pelayanan prima kepada masyarakat melalui :
a. Penuntasan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk
praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme dengan cara :
1. Penerapan prinsip-prinsip tata cara pemerintahan yang baik (good
governance) pada semua tingkat dan lini pemerintahan dan pada semua
kegiatan;
2. Pemberian sanksi yang seberat-beratnya bagi pelaku korupsi, kolusi dan
nepotisme sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan ketentuan
yang berlaku;
3. Peningkatan efektifitas pengawasan aparatur melalui koordinasi dan sinergi
pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat;
4. Peningkatan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif
dan bertanggung jawab;
5. Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil-hasil pengawasan dan
pemeriksaan;
6. Peningkatan pemberdayaan aparatur, dunia usaha dan masyarakat dalam
pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme.
b. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi Pemerintahan Kota
melalui :
1. Penataan kembali fungsi-fungsi kelembagaan pemerintahan kota agar dapat
berfungsi optimal, efektif, efisien, dengan struktur yang proporsional,
ramping, luwes dan responsif;
93
2. Peningkatan efektifitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur pada
semua tingkat lini pemerintahan;
3. Penataan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparatur agar
lebih profesional sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat;
4. Peningkatan kesejahteraan aparatur dan pemberlakuan sistem karier yang
jelas berdasarkan potensi.
c. Meningkatkan keberdayaan masyarakatdalam penyelenggaraan pembangunan
kota dengan :
1. Peningkatan kualitas pelayanan prima dibidang publik terutama pelayanan
dasar, pelayanan umum dan pelayanan unggulan;
2. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan
dieinya, berpartisipasi dalam proses pembangunan dan mengawasi jalannya
pemerintahan;
3. Peningkatan transparansi, partisipasi, dan mutu pelayanan melalui
peningkatan akses dan sebaran informasi.
Terwujudnya pemerintahan kota yang berkinerja tinggi, bersih dan
berwibawa ditandai kemandirian pemerintah kota dalam pengambilan kebijakan
dan pendanaan, dan terselenggaranya pemerintahan kota yang demokratis,
mengikuti aturan hukum yang berlaku, transparan dan akuntabel. Dan untuk
mencapai sasaran tersebut dibutuhkan dukungan peningkatan kinerja
kelembagaan, yaitu peningkatan kinerja DPRD, peningkatan kinerja Pemerintah
Kota, peningkatan kinerja Pemerintah Kecamatan dan peningkatan kinerja
Pemerintahan Kelurahan
94
BAB IV
PENUTUP
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Banjarmasin tahun
2006 – 2025 merupakan arah dan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan,
penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, bagi
Pemerintah Daerah, DPRD dan seluruh komponen masyarakat di kota ini. Oleh
karena itu, dalam proses pelaksanaannya perlu ditetapkan kaidah-kaidah sebagai
berikut :
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Banjarmasin 2006 – 2025
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin.
2. Walikota Banjarmasin sebagai Kepala Daerah yang terpilih melalui Pemilihan
Kepala Daerah secara langsung setiap 5 (lima) tahun berkewajiban menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang merupakan
penjabaran visi, misi dan program kerjanya dengan berpedoman pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Banjarmasin 2006 – 2025 ini.
3. Segenap masyarakat Kota Banjarmasin, dalam pelaksanaan pembangunan
berkewajiban menjadikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota
Banjarmasin 2006 – 2025 sebagai acuan.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Banjarmasin 2006 – 2025
ini pada hakekatnya adalah merupakan komitmen politis yang bersifat normatif
yang akan menjadi pedoman dan arah bagi semua pihak yang terlibat dalam
pembangunan di Kota Banjarmasin, baik yang dilakukan oleh pemerintah, dunia
usaha dan masyarakat. Selanjutnya keberhasilan pembangunan tidak semata-mata
95
tergantung dari pedoman atau arahan tersebut namun lebih dari itu, bahwa
kemampuan, semangat, sikap, keuletan, disiplin dan etos kerja aparat pemerintah
kota dunia usaha dan semua lapisan masyarakat akan sangat menentukan
keberhasilan pembangunan kota ini. Di samping itu, keberhasilan pembangunan
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin di kota ini,
perlu didukung oleh manajemen, kemampuan dan kinerja organisasi pemerintahan
yang ada.
Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan akan dapat memberi
manfaat yang besar dalam mewujudkan Kota Banjarmasin yang maju dan dihuni
masyarakat sejahtera baik bagi generasi kini maupun bagi generasi-generasi yang
akan datang.