RENCANA AKSI KEGIATAN BBTKLPP BANJARBARU
TAHUN 2015 -2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
BBTKLPP BANJARBARU RAK
i
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan petunjuk-Nya, sehingga “Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru Tahun
2015-2019” dapat diselesaikan. RAK disusun sebagai bahan acuan dalam
penyusunan perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan, dan penilaian kurun
waktu 5 (lima) tahun.
Kami menyadari dalam penyusunan Rencana Aksi Kegiatan ini masih banyak
kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan guna
penyempurnaan Rencana Aksi Kegiatan ini. Harapan kami semoga Rencana Aksi
Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru dapat direalisasikan secara optimal dengan
komitmen dan kesungguhan dalam melaksanakan rencana aksi kegiatan yang telah
disusun.
Akhirnya kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan Rencana Aksi Kegiatan ini.
Banjarbaru, 27 Februari 2015 Kepala BTKLPP Banjarbaru,
Drs. Sri Wahyudhi, M.Kes NIP.195603301978091001
KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN
DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BANJARBARU NOMOR : HK.02.04/VIII.4/0459/2015
TENTANG
RENCANA AKSI KEGIATAN BBTKLPP BANJARBARU TAHUN 2015 - 2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT BANJARBARU
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan, perlu disusun Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru;
b. Bahwa Rencana Aksi Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah disusun sebagai satu dokumen perencanaan indikatif yang memuat indikator-indikator kegiatan yang akan dilaksanakan oleh BBTKLPP Banjarbaru untuk mendukung pencapaian indikator-indikator dalam Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 3) ;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik tahun 2013 Nomor 741);
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 266/MENKES/ SK/III/2004 tentang Kriteria Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2349/MENKES/PER/ XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.02.02/MENKES/ 52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019;
MEMUTUSKAN Menetapkan : Keputusan Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan
Pengendalian Penyakit Banjarbaru Nomor : PR.01.02/ VIII.4/0218/2015 Tentang Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015-2019.
Kesatu : Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015-2019 tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini;
Kedua : Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015-2019
sebagaimana dimaksud dalam diktum kesatu digunakan sebagai acuan bagi BBTKLPP Banjarbaru dalam perencanaan tahunan dan penyelenggaraan kegiatan;
Ketiga : Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan
Ditetapkan di : Banjarbaru Pada Tanggal : 27 Februari 2015
Kepala,
Drs. Sri Wahyudhi, M.Kes. NIP. 195603301978091001
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. i DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… ii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..………………………………………………………. 1
B. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan .....……………………. 2
BAB II VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
A. Visi …………………………………………………………………… 12 B. Misi …………………………………………………………………… 12 C. Tujuan ……………………………………………………………….. 14 D. Sasaran Strategis ………………………………………………….. 15 BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI &
KERANGKA KELEMBAGAAN
A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional …………………………….. 16 B. Arah Kebijakan dan Strategi BBTKLPP Banjarbaru …………….... 17 C. Kerangka Regulasi ........................ ……………………………….. 18 D. Kerangka Kelembagaan ................................................................ 19 BAB IV BAB V BAB VI
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ..................... PEMANTAUAN, PENILAIAN DAN PELAPORAN PENUTUP ..........................................................................................
20
23
25 LAMPIRAN ......................................................................................................... 26
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Target Kinerja Bidang SE ………………………………. 16
Tabel 4.2 Target Kinerja Bidang ADKL …………………………… 18
Tabel 4.3 Target Kinerja Bidang PTL ……………………………… 19
Tabel 4.4 Target Kinerja Bagian TU ……..………………………… 20
Tabel 4.5 Pendanaan Bidang SE ………………………………. 21
Tabel 4.6 Pendanaan Bidang ADKL …………………………… 23
Tabel 4.7 Pendanaan Bidang PTL ……………………………… 24
Tabel 4.8 Pendanaan Bagian TU ……..………………………… 25
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 1
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT NOMOR: PR.01.02/VIII.4/0459/2015 TENTANG RENCANA AKSI KEGIATAN BBTKLPP BANJARBARU
RENCANA AKSI KEGIATAN BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BANJARBARU
TAHUN 2015 - 2019
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Arah pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada
perikemanusiaan; pemberdayaan dan kemandirian; adil dan merata; serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan,
antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah program
Indonesia sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan
kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya
status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian
penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan ksesehatan dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4)
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan; (5) terpenuhinya
kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan
responsivitas sistem kesehatan.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 2
Program Indonesia sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan
nasional. Pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan
kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotiv preventif dan
pemberdayaan masyarakat. Pilar penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan
pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
Sementara itu pilar jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi
perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
B. KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN
B.1. Kondisi Umum
Dalam upaya meningkatkan kesehatan dengan penekanan pada
upaya preventif, BBTKLPP Banjarbaru terus meningkatkan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya (TUPOKSI) meliputi :
1)Pelaksanaan surveilans epidemiologi, 2)Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (ADKL), 3)Laboratorium rujukan, 4)Pengembangan model dan
teknologi tepat guna, 5)Uji kendali mutu dan kalibrasi, 6)Penilaian dan respon
cepat, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah dan bencana,
7)Pendidikan dan pelatihan, 8)Kajian dan pengembangan teknologi
pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan dan kesehatan
matra, 9)Ketatausahaan dan kerumahtanggaan BBTKLPP.
BBTKLPP Banjarbaru memiliki wilayah kerja yang meliputi Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur serta Kalimantan Utara
dengan kondisi geografis, sungai, rawa dan pegunungan merupakan daerah
pertambangan dan perkebunan yang potensial untuk menunjang
pembangunan ekonomi. Namun, pembangunan ekonomi tersebut juga
berdampak pada perubahan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Pembukaan lahan pertambangan dan perkebunan dapat menyebabkan
perubahan ekosistem, berubahnya habitat vektor penyakit dan pencemaran
lingkungan.
Salah satu dampak kondisi lingkungan yang semakin buruk adalah
terjadinya climate change. Kajian-kajian terhadap perubahan perilaku ataupun
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 3
bionomik vektor penyakit perlu dilakukan dengan adanya climate change
tersebut.
Selain timbunya penyakit-penyakit yang baru muncul, penyakit lama
juga masih sering terjadi di Kalimantan. Masih tingginya prevalensi rate untuk
penyakit diare di Kalimantan Selatan-Tengah dan Timur dimana mencapai 6,0
– 12,5%. Diare menyumbang angka kematian pada penduduk dengan angka
CFR = 0,4 – 1,5. Daerah yang sering terjadi KLB diare antara lain Kapuas,
Palangkaraya, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat dan Barito Utara
(Provinsi Kalimantan Tengah), Banjarmasin, Kab Banjar, Tapin, Tanah
Bumbu dan Kotabaru ( Provinsi Kalimantan Selatan) serta Kota Balikpapan,
Samarinda, Bontang, Kutai Kertanegara (Provinsi Kalimantan Timur).
Tahun 2014 BBTKLPP Banjarbaru melaksanakan kegiatan/kajian
sesuai tugas pokok dan fungsi yang diemban. Kajian faktor risiko diare yang
dilakukan di 4 kabupaten/kota yaitu: Kota Banjarmasin, Kab. Tapin, Kota
Samarinda dan Kab. Kotawaringin Timur. Hasilnya faktor risiko diare
disebabkan oleh: sumber air minum yang tidak memenuhi syarat, tempat
pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat, kebiasaan Ibu yang tidak cuci
tangan dengan air dan sabun setelah buang air besar dan kebiasaan Ibu
yang tidak cuci tangan sebelum menyuapi balita dengan air dan sabun.
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sanitasi juga dapat
tergambar dari cakupan penggunaan sarana air bersih, sarana air minum.
Cakupan penggunaan sarana air minum di Kalsel, Kalteng, Kaltim masih
rendah dibandingkan dengan target indikator penyehatan lingkungan RPJM
dan RENSTRA. Dari 20 kab/kota di wilayah Kalsel, Kalteng, Kaltim yang
dilakukan kajian Faktor risiko kesehatan lingkungan sebanyak 12
Kabupaten/kota yang masih di bawah indikator nasional. Kabupaten/Kota
tersebut terdiri : Kota Samarinda, Kab. Barito selatan Kab Paser, Kab
Kapuas, Kab. Pulang Pisau, Kab. Barito Utara, Kab. Kotawaringin Timur,
Kab. Tabalog, Kab. Tapin, Kab. Batola, Kab. Banjar dan Kab Hulu Sungai
Utara . Delapan kabupaten yang melebihi target indikator kesehatan
lingkungan yaitu Kab. Berau, Kab. Gunung Mas, Kab. Hulu Sungai Selatan,
Kota Bontang, Kab. Kutai Timur, Kab. Malinau, Kab Tanah Tidung dan Kota
Palangkaraya.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 4
Selain penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh perilaku dan sanitasi
yang buruk, di Kalimantan juga timbul penyakit yang diakibatkan bencana
kabut asap. Kalimantan dengan kondisi wilayah berupa lahan gambut yang
mudah terbakar, hampir setiap tahun terjadi bencana kabut asap. Untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan BBTKLPP Banjarbaru selain
membagikan masker kepada masyarakat melalui dinas kesehatan juga
melakukan pengukuran kualitas udara.
Hasil pengukuran kualitas udara yang dilakukan di 3 titik sampling di
Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur pada bulan September – Nopember
2014 menunjukkan hasil Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada
kategori tidak sehat - sangat tidak sehat dengan parameter kritis PM10.
Bila dihubungkan dengan data Dinas Kesehatan setempat
menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita Infeksi Saluran
Pernapasan Bagian atas selama 3 bulan terakhir (Agustus - Oktober 2014).
Tindakan pengamanan dalam kategori ISPU sangat tidak sehat yaitu
penggunaan masker / penutup hidung bila melakukan aktifitas di luar rumah,
membatasi aktifitas diluar rumah, mempersiapkan ruang khusus untuk
perawatan penderita ISPA/ pneumonia berat di rumah sakit, Puskesmas dan
lain-lain. Bagi penderita jantung perlu mengurangi aktifitas fisik.
Selain penyakit-penyakit di atas, Kalimantan pada umumnya
merupakan daerah endemis malaria, bahkan malaria merupakan satu dari
sepuluh jenis penyebab kematian. Kembali merebaknya kasus malaria
tersebut salah satu sebab adalah terbentuknya tempat perindukan (breeding
places) dari aktivitas tambang/perkebunan. Kejadian luar biasa akibat malaria
di daerah ini masih cukup tinggi.
Hasil Survei dinamika penularan malaria yang dilakukan di 7
Kabupaten di Kalsel, Kalteng dan Kaltim faktor risikonya disebabkan faktor
lingkungan dan kebiasaan masyarakat. Suhu air, pH air, kelembaban udara
yang mendukung tumbuhnya jentik vektor penyakit malaria. Faktor kebiasaan
BAB dan mandi di malam hari, kebiasaan tidak memakai baju, tidur tidak
memakai kelambu dan tidak memakai obat nyamuk, ventilasi udara yang
tidak dilengkapi kawat nyamuk, terdapat kubangan air tidak mengalir di
sekitar rumah.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 5
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah
termasuk 12 provinsi di Indonesia dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB)
DBD. Di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur, daerah yang sering terjadi KLB
DBD antara lain adalah Balikpapan, Bontang, Penajam Paser Utara, dan
Grogot.
Tahun 2012 terdapat 1.796 kasus DBD di Kabupaten Penajam Paser
Utara, sedangkan tahun 2013 ditemukan kasus DBD sebanyak 780 kasus.
Meskipun terjadi penurunan kasus di tiap tahunnya, namun kasus DBD ini
harus tetap diwaspadai.
Tahun 2014 BBTKLPP Banjarbaru melakukan survei faktor risiko
kejadian DBD di 4 Kabupaten di Provinsi Kalsel, Kalteng da Kaltim yaitu Kota
Banjarmasin, Kab. Tanah Laut, Kab. Penajam Paser Utara dan Kab.
Kotawaringin Timur. Faktor risiko kejadian DBD disebabkan kelembaban
rumah, penampungan air di luar maupun di dalam rumah yang tidak tertutup,
tidak menguras penampungan air, tidak menyikat penampungan saat
menguras penampungan, tidak mengubur barang bekas, tidak memakai
kelambu saat tidur, tidak menaburkan abate di penampungan air dan
kebiasaan menggantung baju di dalam rumah.
Di Kalimantan Selatan juga masih terdapat penyakit yang disebabkan
oleh cacing. Dari hasil survei, beberapa jenis cacing yang sering menginfeksi
usus manusia antara lain cacing gelang, cacing pita, cacing tambang dan
yang paling khas di Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Hulu Sungai
Utara adalah cacing buski (Fasciolopsis buski). Keberadaan cacing buski
tersebut adalah didaerah hamparan rawa di Kecamatan Babirik, Danau
Panggang dan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Daerah
tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapin di Kecamatan Candi
Laras Utara, Kecamatan Kuripan Kabupaten Barito Kuala dan Kecamatan
Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Faktor risiko yang berpotensi untuk kecacingan di daerah sekitar, yaitu
adanya aliran sungai dari daerah Hulu Sungai Utara ke daerah sekitarnya,
kegemaran masyarakat setempat mengkonsumsi sayur yang diambil di
daerah rawa seperti kangkung, Supan-supan, dan Genjer serta masih ada
masyarakat yang mengkonsumsi air sungai yang belum dimasak khususnya
pada anak-anak untuk minum.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 6
Berdasarkan data Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber
Binatang Ditjen PP & PL, dari 42 kabupaten atau kota di wilayah layanan
BBTKLPP Banjarabaru, terdapat 20 kabupaten/kota yang perlu dilakukan
kegiatan yang terkait dengan penyakit filariasis, baik berupa kegiatan
Sentinel/Spot Survei, Baseline survei dan Transmission Assesment Survei.
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah meliputi : Kabupaten
Kotawaringin Timur, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Kotawaringin Barat,
Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Utara, Kota Palangka Raya,
Kabupaten Murung Maya dan Kabupeten Lamandau.
Filariasis masih merupakan masalah utama di wilayah kerja BBTKLPP
Banjarbaru. Pada tahun 2007, dari 14 kab / kota yang ada di Kalimantan
Tengah, delapan diantaranya merupakan daerah endemis filariasis.
Kabupaten Kotawaringin Timur (157 penderita) dan Kabupaten Kotawaringin
Barat (28 penderita) merupakan dua kabupaten yang melaporkan jumlah
penderita filariasis tertinggi.
Dari 601 orang di Kelurahan Kasongan Baru dan Kasongan lama
Kabupaten Kasongan Provinsi Kalimantan Tengah yag dilakukan
pemeriksaan secara mikroskopis, ditemukan 5 orang positif filariasis.
Upaya preventif terhadap penyakit tidak hanya fokus pada kelompok
masyarakat tetapi juga dilakukan terhadap para jamaah haji. Perkembangan
jumlah jemaah haji di Kalimantan Selatan terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Upaya pengendalian diprioritaskan pada penyediaan asrama
dan pondokan jemaah haji dengan melakukan pemeriksaan sanitasi dan
kualitas air di embarkasi haji Banjarmasin. Air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari jamaah berasal dari Instalasi Pengolahan air Bersih
belum memenuhi syarat untuk parameter bakteriologis.
Hasil pengujian sampel makanan dan minuman yang diambil di
Asrama Haji Antara Palangka Raya, dari 12 makanan yang diuji terdapat 1
makanan (tahu goreng) yang positif bakteri Staphylococcus, dan 5 makanan
(sop ayam, mie goreng, bolu kukus,ayam panggang, tahu goreng) positif
Escherichia coli. Minuman sirup leci positif coliform dengan angka 39
MPN/100 ml. Direkomendasikan untuk meningkatkan kebersihan ruang dapur
tempat pengolahan makanan dan ruang makan. Pihak pengelola makanan
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 7
(katering) perlu menerapkan 10 prinsip pokok keamanan makanan (WHO
Golden Rule).
Wilayah Kalimantan Selatan juga sering terjadi Kejadian Luar Biasa.
Kasus-kasus KLB yang dilaporkan kepada BBTKLPP Banjarbaru dan dapat
direspon < 24 jam tahun 2014 adalah: KLB Diare di Pondok Pesantren Darul
Hijrah Putra, Desa Cindai Alus Kec. Martapura, Kab. Banjar, Provinsi
Kalimantan Selatan, KLB Difteri di Kelurahan Mandomai Kec. Kapuas Barat
Kab. Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, KLB Leptospirosis di Desa Pulau
Kerasian Kec. Pulau Laut Kepulauan Kab. Kotabaru Provinsi Kalimantan
Selatan dan KLB Keracunan Makanan Buka Puasa Bersama di Langgar
Raudatul Mukaromah di Kec. Cempaka Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan
Selatan.
KLB diare di pondok pesantren berhubungan dengan hygiene
perorangan dan sanitasi lingkungan. Hal ini yang mengakibatkan mudahnya
tertularnya penyakit antar santri. Pada 13 - 24 Januari 2014 terjadi
peningkatan kasus diare, dengan jumlah penderita sebanyak 25 kasus (CFR
= 0 %). Perilaku hidup bersih serta penurunan kualitas air bersih dan air
minum, merupakan faktor risiko penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di
Ponpes tersebut. Berdasarkan pengamatan, umumnya santri – santri di
Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra tidak mencuci tangan dengan sabun
sebelum dan setelah makan. Kebiasaan santri membuang sampah
sembarangan menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit. Air irigasi
dan air sumur bor yang menjadi sumber air bersih tercemar bakteri coliform
dan coli tinja. Air depot pesantren sebagai air minum santri tercemar bakteri
coliform. Untuk itu direkomendasikan: peningkatan pelaksanaan pengawasan
hygiene dan sanitasi lingkungan, meningkatkan kebersihan tempat-tempat
umum, menyediakan sarana hygiene sanitasi seperti penyediaan sabun cuci
tangan, tissue dan tempat sampah tertutup, penyuluhan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) kepada pengelola/petugas dan santri di lingkungan.
KLB leptospirosis yang terjadi di Desa Pulau Kerasian adalah KLB
Leptospirosis pertama yang terjadi di provinsi Kalsel. Desa Pulau Kerasian
berupa pulau yang dikelilingi laut. Kondisi sanitasi lingkungan buruk dan
banyak ditemukan tikus berkeliaran di rumah dan di lingkungan sekitar. Faktor
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 8
risiko terjadinya kasus dari air sumur yang tercemar kencing tikus dan sisa
genangan air pasang yang terkontaminasi air kencing tikus, lingkungan yang
kotor, kebiasaan mengkonsumsi air minum tanpa dimasak dan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) penduduk masih kurang.
Tahun 2014 BTKLPP Banjarbaru melaksanakan survey factor risiko
Diabetes Melitus (DM). Survei yang dilakukan Puskesmas Pembantu
Mendawar Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya bahwa ada
hubungan yang bermakna antara umur, Obesitas dengan kejadian Diabetes
Melitus.
Berbeda dengan kajian yang dilakukan di 3 lokasi yaitu di wilayah
Puskesmas Haruai Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong Provinsi
Kalimantan Selatan, Puskesmas Kuin Raya Kecamatan Banjarmasin Barat
Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan dan Puskesmas Palingkau
Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah didapat hasil tidak ada
hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga, obesitas, tekanan darah
tinggi (hipertensi), kadar asam urat tinggi, kadar kolesterol tinggi, kebiasaan
merokok, kebiasaan olahraga dengan kejadian diabetes melitus.
B.2. Potensi
Berbagai kegiatan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di
wilayah kerja telah dilakukan oleh BBTKLPP Banjarbaru. Dalam
penyelenggaraan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dan
menjalankan peran sebagai “regional center of excellent” dalam surveilans
epidemiologi berbasis laboratorium telah didukung oleh laboratorium yang
terakreditasi dan teregistrasi sebagai laboratorium lingkungan. Laboratorium
mampu memberikan data yang benar-benar akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun hukum.
Selain itu potensi lain yang dimiliki BBTKLPP Banjarbaru adalah SDM
yang relatif masih muda, sumberdaya peralatan yang memadai, lokasi yang
strategis dan anggaran yang mendukung.
Adapun peluang yang ada di BBTKLPP adalah adanya peraturan dan
undang-undang yang mendukung, keberadaan BBTKLPP Banjarbaru
dibutuhkan di wilayah regional, masih banyak masalah kesehatan
lingkungan di wilayah regional akibat transisi epidemiologi, adanya kebijakan
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 9
di bidang kesehatan terkait pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan.
B.3. Permasalahan
BTKLPP Banjarbaru dalam penyelenggaraan pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium menemui berbagai
kendala dan hambatan. Keterjangkauan wilayah belum optimal mengingat
wilayah kerja yang luas, kondisi geografis wilayah kerja dengan medan yang
cukup berat.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam melaksanakan peran
pengembangan survailans epidemiologi berbasis laboratorium adalah
lemahnya jejaring surveilans epidemiologi di daerah sehingga arus pertukaran
data dan informasi tentang penyakit, faktor risiko, SKD KLB, situasi dan
kejadian matra belum berjalan secara optimal serta jejaring kerja dan
kemitraan dengan instansi daerah belum terintegrasi dengan baik. Euphoria
desentralisasi yang masih berlebihan mengakibatkan tata hubungan kerja dan
kemitraan belum terjalin dengan baik karena lebih mementingkan
kewenangan daripada pelaksanaan urusan pemerintahan yang bersifat
kongruen.
Akibatnya belum seluruh kejadian penyakit maupun pencemaran
lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan direspon sesuai prosedur
yang berlaku yang mengakibatkan penyakit makin menyebar dan
menimbulkan korban karena ego sektoral. Belum terbentuknya mekanisme
operasional di lapangan berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing
menyebabkan koordinasi dan komunikasi dalam penyelesaian masalah
kejadian penyakit menjadi berlarut-larut.
Situasi epidemiologi masih berkisar pada permasalahan pengendalian
penyakit menular dan munculnya kembali (re-emerging diseases) seperti
penyakit malaria.
Terjadi endemisitas penyakit dibeberapa wilayah seperti endemisitas
filaria. Terdapat 8 kabupaten/kota daerah endemis filaria di Provinsi
Kalimantan Selatan. Terdiri dari Tapin, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai
Utara, Barito Kuala, Tabalong, Tanah Bumbu dan Balangan.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 10
Ada 11 kabupaten di Kalimantan Tengah yang endemis filaria yaitu
Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Kapuas, Barito Selatan, Barito
Timur, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas, Seruyan, Lamandau dan
Sukamara.
Daerah endemis filaria di Provinsi Kalimantan Timur ada 8
kabupaten/kota. Terdiri dari Paser, Kutai Barat, Mahakam Hulu, Kutai
Kartanegara, Balikpapan, Kutai Timur, Penajem Paser Utara dan Berau.
KLB DBD juga masih sering terjadi di wilayah Kalteng, di Kota
Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Timur, kabupaten Barito Utara,
Kabupaten Katingan, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Kotawaringin Barat.
Wilayah Kaltim yang sering terjadi KLB DBD adalah Balikpapan, Bontang,
Penajam Paser Utara dan Grogot.
Penyakit Fasciolopsi buski hanya ditemukan di Kabupaten Hulu Sungai
Utara Provinsi Kalimantan Selatan untuk wilayah Indonesia. Ditemukan 3
kecamatan endemis Fasciolopsis yaitu Kec. Babirik, Kec. Danau Panggang
dan Kec. Sungai Pandan, dilain pihak penyakit tidak menular termasuk cidera
dan kecelakaan semakin meningkat insiden dan prevalensinya. Hal ini
menjadi beban ganda karena semakin kompleks dan meluasnya penyebaran
penyakit menular antar wilayah maupun antar negara termasuk munculnya
penyakit baru yang berpotensi wabah dan menjadi masalah emergensi
internasional.
Seiring dengan meningkatnya permasalahan lingkungan, muncul pula
tambang-tambang rakyat yang berpotensi menimbulkan pencemaran air dan
udara. Ada beberapa lokasi tambang emas rakyat di Kabupaten Kotabaru
provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Timur
dan Kabupaten Kapuas provinsi Kalimantan Tengah.
BBTKLPP Banjarbaru dalam upaya pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan, berkomitmen untuk meningkatkan jangkauan
pelaksanaan program, sehingga dapat memberikan gambaran kondisi
wilayah kerja secara menyeluruh. Meskipun disadari bahwa jangkauan
program dan pelayanan masih belum optimal karena berbagai kendala,
hambatan dan keterbatasan sumber daya, namun secara terus-menerus
dilakukan upaya peningkatan terhadap kinerja sumber daya manusia yang
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 11
ada melalui perekrutan tenaga baru maupun peningkatan ketrampilan teknis
dan manajemen terhadap SDM yang ada.
Peralatan esensial terus dilakukan peningkatan kapasitas,
pembaharuan teknologi dan kelengkapannya. Demikian juga kemampuan
pengelolaan anggaran terus ditingkatkan sesuai dengan fungsi secara
optimal.
Dari uraian di atas BBTKLPP Banjarbaru dengan potensi sumber daya
yang tersedia dan tantangan permasalahan yang dihadapi memandang perlu
untuk semakin meningkatkan profesionalisme SDM yang ada, peralatan
esensial, sarana transpotasi dan jangkauan pelayanan program untuk
mencapai sasaran strategis yang ditetapkan melalui pengembangan jejaring
kerja dan kemitraan dalam kinerja surveilans epidemiologi berbasis
laboratorium, meningkatkan kemampuan pengembangan teknologi tepat
guna, serta memperkuat jejaring dengan pemerintah daerah untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di bidang pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan. Diperlukan pula dukungan anggaran yang
memadai agar seluruh tugas pokok dan fungsi serta peran BBTKLPP
Banjarbaru dapat terlaksana secara optimal.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 12
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
A. VISI
BBTKLPP Banjarbaru dalam Rencana Aksi Kegiatan 2015–2019
mendukung visi dan misi pemerintah, yaitu :
”TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG”
B. MISI
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:
1 . Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulaan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungaan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat
dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Sembilan (9) agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang
ingin diwujudkan pada kabinet kerja yakni :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 13
4. Menolak negara lemah dengan melakukan dengan melakukan reformasi
sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru merupakan Unit
Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal PP & PL, sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 2349 tanggal 22
November 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit.
BBTKLPP Banjarbaru mempunyai tugas melaksanakan
surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium
rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan,
pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan
penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di bidang pemberantasan
penyakit menular dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BBTKLPP Banjarbaru melaksanakan
fungsi:
a. Pelaksanaan surveilans epidemiologi,
b. Pelaksanaan analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL)
c. Pelaksanaan laboratorium rujukan
d. Pelaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna
e. Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi
f. Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan
penganggulangan KLB/wabah dan bencana
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 14
g. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
h. Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pemberantasan
penyakit menular, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra
i. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan
Guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut di atas
BBTKLPP Banjarbaru dilengkapi dengan 10 instalasi, yaitu
Instalasi Laboratorium Kimia Air, Instalasi Laboratorium Kimia Fisika Gas,
Instalasi Laboratorium Biologi, Instalasi Laboratorium Entomologi, Instalasi
Laboratorium PPTM (Pengendalian Penyakit Tidak Menular), Instalasi
Pengendalian Mutu dan Kalibrasi, Instalasi Teknologi Tepat Guna,
Instalasi Pelayanan Teknis, Instalasi Pendidikan dan Pelatihan, Instalasi
Media dan Informasi. Berdasarkan Lampiran IV Keputusan Menteri
Kesehatan No. 267/ Menkes/ SK/ III/ 2004, tempat kedudukan BBTKLPP
Banjarbaru adalah di Banjarbaru dengan wilayah kerja Provinsi Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Tengah.
C. TUJUAN
Terdapat 2 tujuan Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yaitu :
1. Meningkatnya status kesehatan masyarakat;
2. Meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan
masyarakat terhadap risikososial dan finansial di bidang kesehatan.
Dukungan Ditjen PP dan PL terhadap Kementerian Kesehatan dalam
meningkatkan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif diwujudkan dalam bentuk
pelaksanaan pencapaian tujuan Ditjen PP dan PL yaitu terselenggaranya
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan secara berhasil guna dan
berdaya guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya melalui:
1. Pembinaan surveilans, imunisasi ,karantina dan kesehatan matra
2. Pengendalian penyakit menular langsung
3. Pengendalian penyakit bersumber binatang
4. Pengendalian penyakit tidak menular
5. Penyehatan lingkungan
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 15
6. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada
program PP dan PL.
Dalam mendukung tujuan Kementerian Kesehatan serta Ditjen PP dan
PL, BBTKLPP Banjarbaru melaksanakan tugas melalui kegiatan
surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium
rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan,
pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan
penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di bidang pemberantasan
penyakit menular dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.
Tujuan BBTKLPP Banjarbaru adalah terselenggaranya pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium dalam rangka
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
D. SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis BBTKLPP Banjarbaru adalah: Meningkatnya
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium.
Dalam upaya mencapai sasaran strategis melalui peningkatan kinerja
bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), bidang Surveilans
Epidemiologi (SE), Bidang Pengembangan Teknologi Laboratorium (PTL) dan
Bagian Tata Usaha (TU).
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 16
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019
merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang
Kesehatan (RPJK) 2005-2025, yang bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh
wilayah Republik Indonesia.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025
adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh
meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi,
menurunnya Angka Kematian Ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada
balita.
Dalam RPJMN 2015-2019, sasaran yang ingin dicapai adalah
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Strategi nasional Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
dalam pembangunan kesehatan 2015-2019 adalah meningkatkan pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan melalui :
1. Peningkatan surveilans epidemiologi faktor risiko dan penyakit;
2. Peningkatan upaya preventif dan promotif termasuk pencegahan kasus baru
penyakit dalam pengendalian penyakit menular terutama TB, HIV dan malaria
dan penyakit tidak menular;
3. Pelayanan kesehatan jiwa;
4. Pencegahan dan penanggulangan kejadian luar biasa/wabah
5. Peningkatan mutu kesehatan lingkungan;
6. Penatalaksaan kasus dan pemutusan rantai penularan;
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 17
7. Peningkatan pengendalian dan promosi penurunan faktor risiko biologi
(khususnya darah tinggi, diabetes, obesitas), perilaku (khusunya konsumsi
buah dan sayur, aktivitas fisik, merokok, alkohol) dan lingkungan;
8. Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan;
9. Peningkatan kesehatan lingkungan dan akses terhadap air minum dan
sanitasi yang layak dan perilaku hygiene; dan
10. Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat dalam
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BBTKLPP BANJARBARU
Arah kebijakan dan strategi BBTKLPP Banjarbaru didasarkan pada arah
kebijakan dan strategi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, yang lebih difokuskan pada penyelenggaraan pencegahan dan
pengendalian penyakit berbasis laboratorium. Arah kebijakan tersebut
dilaksanakan melalui peningkatkan kemampuan surveilans berbasis
laboratorium, peningkatan kemampuan analisis dampak kesehatan lingkungan,
peningkatan kemampuan pengembangan teknologi dan laboratorium meliputi ;
(1) Meningkatkan kemampuan sebagai laboratorium rujukan; (2) Meningkatkan
kemampuan kendali mutu dan kalibrasi dan (3) Mengembangkan model dan
TTG serta meningkatkan dukungan manajemen dan pembiayaan.
Untuk mencapai tujuan, diperlukan strategi yang matang. Strategi yang
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Surveilans Epidemiologi adalah sebagai
berikut :
1. Melaksanakan jejaring dan kemitraan dengan lintas program maupun lintas
sektor.
2. Mengembangkan kemampuan deteksi dini dan respon cepat terhadap KLB.
3. Melaksanakan respon cepat dan penanggulangan KLB
4. Melaksanakan diseminasi informasi dan advokasi kepada sektor terkait.
Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan jejaring dan kemitraan dengan lintas program dan lintas sektor.
2. Melaksanakan kajian kesehatan lingkungan.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 18
3. Melaksanakan kajian pengendalian penyakit.
4. Mengembangkan kemampuan SDM.
Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan
Teknologi dan Laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan jejaring dan kemitraan laboratorium
2. Melaksanakan pengembangan SDM,
3. Melaksanakan pengembangan sarana dan prasarana
4. Melaksanakan pemutakhiran metode pengujian
5. Melaksanakan kalibrasi alat
6. Melaksanakan quality control
7. Melaksanakan pengembangan model
8. Melaksanakan pengembangan teknologi
9. Melaksanakan monev penerapan teknologi
Strategi yang digunakan untuk mendukung pencapaian kegiatan bagian
Tata Usaha adalah sebagai berikut ;
1. Mengembangkan dan memperkuat sistem pembiayaan
2. Melaksanakan pengelolaan keuangan, kepagawaian dan kerumahtanggan.
3. Melaksanakan pengelolaan informasi, evaluasi dan laporan.
C. KERANGKA REGULASI
Pelaksanaan program dan kegiatan akan berjalan dengan baik bila
didukung dengan regulasi yang memadai. Perubahan dan penyusunan regulasi
disesuaikan dengan tantangan global, regional dan nasional.
Kerangka regulasi yang akan disusun antara lain adalah perumusan
peraturan pemerintah, peraturan presiden dan peraturan menteri yang terkait,
termasuk dalam rangka menciptakan sinkronisasi, integrasi penyelenggaraan
pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah.
BBTKLPP Banjarbaru sebagai sebagai Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jenderal PP & PL dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di
wilayah layanan regional Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur dan Kalimantan Utara akan selalu mengikuti regulasi-regulasi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 19
D. KERANGKA KELEMBAGAAN
Melayani kepentingan rakyat merupakan fungsi pemerintah yang sangat
mendasar. Kementerian Kesehatan akan membentuk pemerintahan yang efektif
melalui desain organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing),
menghilangkan tumpang tindih tugas dan fungsi dengan adanya kejelasan
peran, tanggung jawab dan mekanisme koordinasi (secara horisontal dan
vertikal) dalam menjalankan program-program Renstra 2015-2019.
Kerangka kelembagaan untuk mendukung program PP dan PL disusun
sesuai dengan kebijakan pemerintah dan kementerian Kesehatan, dimana Ditjen
PP dan PL akan berperan aktif terhadap upaya-upaya perbaikan yang akan
dilakukan untuk memastikan kerangka kelembagaan sesuai dengan tantangan
dan kebutuhan Program PP dan PL.
BBTKLPP Banjarbaru akan selalu mendukung upaya-upaya yang
dilakukan oleh Ditjen PP dan PL dalam menyusun kerangka kelembagaan
sesuai dengan kebutuhan.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019
20
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Memperhatikan Rencana Aksi Program Ditjen PP dan Pl, tujuan, arah kebijakan
dan strategi Ditjen PP dan PL sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya,
maka disusunlah target kinerja dan kerangka pendanaan Balai Besar Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Banjarbaru 2015-2019.
A. TARGET KINERJA
Target kinerja merupakan target yang akan dicapai selama 5 tahun mulai dari
tahun 2015 sampai tahun 2019. Target kinerja diukur ataupun dilakukan penilaian
penilaian pencapaiannya, diukur secara berkala dan dievaluasi pada setiap akhir
tahun.
Sasaran kinerja BBTKLPP Banjarbaru ditetapkan dengan merujuk pada
sasaran yang ditetapkan oleh Ditjen PP dan PL serta memperhatikan tugas pokok
dan fungsi BBTKLPP Banjarbaru sebagaimana didistribusikan pada bagian dan
bidang.
Sasaran strategis BBTKLPP Banjarbaru adalah: Meningkatnya pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium.
Untuk mencapai sasaran strategis melalui peningkatan kinerja bidang Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), bidang Surveilans Epidemiologi (SE), Bidang
Pengembangan Teknologi Laboratorium (PTL) dan Bagian Tata Usaha (TU).
Dalam rangka mempermudah penentuan target kinerja BBTKLPP Banjarbaru
ditetapkan indikator satker sebagai berikut :
1) Jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan
2) Jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang
3) Jumlah Kajian pengendalian penyakit menular langsung
4) Jumlah Kajian pengendalian penyakit tidak menular.
5) Jumlah desimenasi dan advokasi
6) Jumlah kajian kualitas air minum
7) Jumlah kajian sanitasi TTU
8) Jumlah kajian sanitasi TPM
9) Jumlah kajian penyehatan lingkungan
10) Jumlah TTG penyehatan lingkungan
11) Jumlah TTG penunjang kegiatan SIMKARKES
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019
21
12) Jumlah TTG pengendalian penyakit bersumber binatang
13) Jumlah alat kesehatan penunjang tupoksi
14) Jumlah pengujian laboratorium
15) Jumlah dokumen data dan informasi
16) Jumlah Laporan Keuangan
17) Jumlah laporan target dan pagu PNBP
18) Jumlah layanan kerumahtanggaan dan pengelolaan BMN
19) Jumlah layanan administrasi kepegawaian
20) Jumlah fasilitas pendukung perkantoran
21) Jumlah SDM yang dilatih
B. KERANGKA PENDANAAN
Kerangka pendanaan Kementerian Kesehatan meliputi peningkatan pendanaan
dan efektifitas pendanaan. Peningkatan pendanaan kesehatan dilakukan melalui
peningkatan proporsi anggaran kesehatan secara signifikan sehingga mencapai 5%
dari APBN pada tahun 2019. Peningkatan pendanaan kesehatan juga melalui
dukungan dana dari Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat serta sumber dari
tarif/pajak maupun cukai. Guna meningkatkan efektifitas pendanaan pembangunan
kesehatan maka perlu mengefektifkan peran dan kewenangan Pusat-Daerah,
sinergitas pelaksanaan pembangunan kesehatan Pusat-Daerah dan pengelolaan DAK
yang lebih tepat sasaran.
Dalam upaya meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan maka
pendanaan kesehatan diutamakan untuk peningkatan akses dan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program Jaminan Kesehatan Nasional,
penguatan kesehatan pada masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, kepulauan
dan perbatasan, penguatan sub-sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional untuk
mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi, Balita, peningkatan gizi
masyarakat dan pengendalian penyakit dan serta penyehatan lingkungan.
Untuk mendukung upaya kesehatan di daerah, Kementerian Kesehatan
memberikan porsi anggaran lebih besar bagi daerah melalui DAK, TP, Dekonsentrasi,
Bansos dan kegiatan lain yang diperuntukkan bagi daerah.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019
22
Pendanaan Program PP dan PL diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaan (anggaran) untuk mencapai target indikator program PP dan PL yang
ditetapkan. Pengalokasian anggaran program dilakukan pada tingkat pusat, daerah
dan UPT dengan memperhatikan kewajiban dan kewenangan masing masing serta
memperhatikan asas efektifitas dan efisiensi penganggaran.
Sumber pendanaan program PP dan PL dalam kurun waktu 5 tahun mendatang
masih tertumpu pada APBN (rupiah murni) disertai dengan optimalisasi pemanfaatan
anggaran bersumber PNBP. Pendanaan bersumber PHLN akan dilakukan secara
selektif dan dilakukan hanya untuk mencapai target indikator program dan kegiatan
yang telah ditetapkan.
Pendanaan BBTKLPP Banjarbaru bersumber dari rupiah murni dan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Anggaran BBTKLPP berasal dari
anggaran Direktorat Jenderal PP dan PL yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan : Surveilans dan Karantina kesehatan, Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Langsung, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya pada Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 23
BAB V PEMANTAUAN, PENILAIAN DAN PELAPORAN
Pemantauan dimaksudkan untuk mensinkronkan kembali keseluruhan proses
kegiatan, agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Apabila ada
ketidaksesuaian dapat segera diperbaiki, sehingga dapat dicegah kemungkinan
terjadinya penyimpangan ataupun ketidaksesuaian yang berpotensi mengurangi
bahkan menimbulkan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran.
Pemantauan kinerja BBTKLPP Banjarbaru dilakukan setiap triwulan,
semester dan tahunan. Pemantauan triwulan, semester dan tahunan dilakukan
dengan rapat seluruh pejabat struktural. Dalam rapat tersebut masing-masing
penanggungjawab kegiatan memaparkan kemajuan dan kendala yang ditemukan
pada saat pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya sharing antar pejabat struktural untuk
mengatasi kendala-kendala dimaksud.
Penilaian Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru bertujuan untuk
menilai keberhasilan penyelenggaraan kegiatan yang telah direncanakan. Penilaian
dimaksudkan untuk memberikan bobot atau nilai terhadap hasil yang dicapai dalam
keseluruhan pentahapan kegiatan. Untuk itu penilaian diarahkan guna mengkaji
efektifitas dan efisiensi pengelolaan kegiatan.
Mekanisme penyusunan laporan : dibuat oleh masing-masing pejabat
fungsional pelaksana kegiatan, dikoreksi Kepala Seksi/Kepala Subbag, dikoreksi
dan diparaf oleh Kepala Bidang/Kepala Bagian, dikoreksi dan ditandatangani oleh
Kepala BBTKLPP Banjarbaru.
Format pelaporan kegiatan dibedakan antara format laporan untuk kegiatan
situasi khusus dan format laporan kajian. Situasi khusus yang dimasud diantaranya
Kejadian Luar Biasa, Bencana alam, dll. Adapun format laporan adalah sebagai
berikut:
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 24
FORMAT LAPORAN
UNTUK SITUASI KHUSUS I. Pendahuluan
1. Latar Belakang (Berisi gambaran umum, analisis situasi)
2. Tujuan 3. Sasaran 4. Waktu dan tempat
II. Hasil Kegiatan (Termasuk masalah yang dihadapi) III. Rekomendasi/ Rencana Tindak Lanjut
FORMAT LAPORAN KAJIAN Abstrak BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ( Berisi gambaran umum, analisis situasi ) 1.2. Tujuan 1.3. Ruang Lingkup ( Berisi 5 W + 1 H ) 1.4. Dasar Hukum
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB III. METODOLOGI BAB IV. PEMBAHASAN BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN (Menjawab tujuan/ merupakan rekomendasi) DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019 25
BAB VI
PENUTUP
Rencana aksi kegiatan disusun dalam periode waktu 2015 – 2019 yang
merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan kegiatan,
pemantauan, dan penilaian kurun waktu 5 (lima) tahun. Diharapkan melalui
penyusunan rencana aksi kegiatan ini, BBTKLPP Bajarbaru dapat lebih
meningkatkan kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru mendukung target kinerja
Ditjen PP dan PL. Apabila ada perubahan pada Rencana Aksi Program PP dan PL,
maka Rencana Aksi Kegiatan juga akan dilakukan penyempurnaan sebagaimana
mestinya.
Harapan kami mudah-mudah Rencana Aksi Kegiatan (RAK) BBTKLPP
Banjarbaru dapat direalisasikan secara optimal dengan komitmen dan kesungguhan
dalam melaksanakan RAK yang telah disusun.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019
26
LAMPIRAN 1
MATRIK RENCANA KINERJA
INDIKATOR OUTPUT
TARGET KEGIATAN 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan
Jumlah Investigasi & Penanggulangan KLB
21 dokumen
Jumlah Lokasi yang melaksanakan Pengendalian Faktor Risiko Pada Kondisi Matra
9 Dokumen
Jumlah Kajian bidang Surveilans dan Karkes
55 Dokumen 58 Dokumen 58 Dokumen 59 Dokumen
Jumlah surveilans pembinaan Surveilans dan Karkes berbasis lab
10 Dokumen
10 Dokumen
10 Dokumen
10 Dokumen
Jumlah desimenasi dan advokasi
Jumlah desimenasi dan advokasi
1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
Jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang
Jumlah Kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD
6 Dokumen
Jumlah Kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi malaria
12 dokumen
Jumlah lokasi survei penilaian mikrofilaria
8 Dokumen
Jumlah Pengamatan faktor risiko dan sumber penular leptospirosis di wilayah kerja
1 Dokumen
Jumlah survei schistosomiasis yg dilaksanakan
4 Dokumen
Jumlah kajian bidang pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik
2 Dokumen
2 Dokumen
2 Dokumen
2 Dokumen
Jumlah surveilans pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik berbasis laboratorium
9 Dokumen
9 Dokumen
9 Dokumen
9 Dokumen
Jumlah Kajian pengendalian penyakit menular langsung
Jumlah Kab/kota yang melakukan sosialisasi dan atau advokasi ttg Tifoid
4 Dokumen
Jumlah kajian bidang pengendalian penyakit menular langsung
4 Dokumen 11 Dokumen 12 Dokumen 12 Dokumen
Jumlah survailans pengendalian penyakit menular langsung berbasis laboratorium
2 Dokumen
11 Dokumen
12 Dokumen
12 Dokumen
Jumlah Kajian pengendalian penyakit tidak menular
Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan Monitoring faktor risiko PTM melalui kegiatan Posbindu PTM pada kelompok masyarakat khusus
4 Dokumen
Jumlah Penduduk usia >15 th yang melakukan pemeriksaan gula darah
5 Dokumen
Jumlah surveilans pengendalian penyakit tidak menular berbasis
15 Dokumen 15 Dokumen
15 Dokumen
15 Dokumen
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019
27
laboratporium
Jumlah kajian kualitas air minum
Jumlah Peta kualitas air minum
34 Dokumen
Jejaring kerja dan kemitraan laboratorium
4 dokumen
Jumlah kajian sanitasi TTU
Jumlah Peta Kualitas TTU 18 Dokumen
Jumlah kajian sanitasi TPM
Jumlah Peta Kualitas TPM
8 Dokumen
Jumlah kajian penyehatan lingkungan
Jumlah Kajian ADKL/ARKL
6 dokumen
Jumlah TTG penyehatan lingkungan
Jumlah TTG bidang STBM
1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit
Jumlah TTG peningkatan kualitas sarana air minum
3 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit
Jumlah TTG Bidang Surveilans dan Karkes
37 unit 3 unit 3 unit 3 unit
Jumlah TTG pengendalian peny. Bersumber binatang
Jumlah TTG Penyehatan Permukiman
1 Unit
Jumlah TTG Bid. Pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik
1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
Jumlah alat kesehatan penunjang tupoksi
Jumlah Alat kesehatan 24 unit 12 unit 13 unit 10 unit 10 unit
Jumlah pengujian laboratorium
Jumlah pengujian laboratorium
7.000 sampel 7.050 sampel 7.100 sampel 7.150 sampel 7.200 sampel
Jejaring kerja dan kemitraan laboratorium
4 dokumen
4 dokumen 4 dokumen 4 dokumen
Jumlah Dokumen data dan informasi
Jumlah Dokumen data dan informasi
5 Dokumen
Jumlah Laporan Keuangan
Jumlah Dokumen perencanaan dan anggaran
3 Dokumen
Jumlah Dokumen evaluasi dan pelaporan
5 Dokumen
Jumlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
2 Dokumen
Jumlah Laporan Keuangan
16 Dokumen
Jumlah laporan Target dan pagu PNBP
Jumlah Target dan pagu PNBP
14 Dokumen
Jumlah layanan kerumahtanggaan dan pengelolaan BMN
Jumlah Laporan aset negara (BMN)
5 Dokumen
Jumlah Layanan perkantoran
12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan
Jumlah Layanan pembinaan pelaksanaan dukungan manajemen P2P
74 kali/tahun 74 kali/tahun 74 kali/tahun 74 kali/tahun
Jumlah Layanan administrasi kepegawaian
Jumlah Layanan administrasi kepegawaian
4 Dokumen
Jumlah fasilitas
pendukung
perkantoran
Jumlah Kendaraan bermotor
- 1 unit
Jumlah Perangkat pengolah data dan komunikasi
3 Unit
Jumlah Peralatan dan fasilitas perkantoran
14 Unit
Jumlah Sarana prasarana dukungan manajemen P2P
60 unit 60 unit 60 unit 60 unit
Jumlah SDM yang dilatih
Jumlah SDM dibina 92 Orang Jumlah SDM surveilans dan karkes
16 orang 16 orang 16 orang 16 orang
Jumlah SDM dukungan manajemen P2P yang meningkat kualitasnya
48 orang 48 orang 48 orang 48 orang
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019
28
Keterangan:
1. Indikator satker jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan BBTKLPP untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase respon sinyal SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan BBTKLPP sebesar 90%.
2. Indikator satker jumlah rekomendasi kajian pengendalian penyakit bersumber binatang untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase rekomendasi kajian pengendalian penyakit bersumber binatang sebesar 50 % dari rekomendasi tahun 2014.
3. Indikator satker jumlah rekomendasi kajian pengendalian penyakit menular langsung untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase rekomendasi kajian pengendalian penyakit menular langsung sebesar 50 % dari rekomendasi tahun 2014.
4. Indikator satker kajian pengendalian penyakit tidak menular untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase rekomendasi kajian pengendalian penyakit tidak menular 50% dari rekomendasi tahun 2014.
5. Indikator Satker kajian kualitas air minum untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan.
6. Indikator satker Jumlah kajian sanitasi TTU untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu Persentase Tempat-tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan.
7. Indikator satker jumlah kajian sanitasi TPM untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan.
8. Indikator satker jumlah kajian penyehatan lingkungan untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase rekomendasi kajian penyehatan lingkungan sebesar 50 % dari jumlah rekomendasi tahun 2014.
9. Indikator satker jumlah TTG penyehatan lingkungan untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase TTG penyehatan lingkungan sebesar 50% dari jumlah TTG tahun 2014.
10. Indikator satker jumlah TTG pengendalian penyakit bersumber binatang untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase TTG pengendalian penyakit bersumber binatang sebesar 50% dari jumlah TTG tahun 2014.
11. Indikator satker Jumlah alat kesehatan penunjang tupoksi untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase satker UPT yang memiliki alat kesehatan penunjang tupoksi sebesar 69%.
12. Indikator satker jumlah pengujian laboratorium untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase sertifikat/hasil uji pemeriksaan laboratorium dan kalibrasi sebesar 100% dari jumlah sampel uji.
13. Indikator Jumlah dokumen data dan informasi untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu Persentase satker program PP dan PL yang menerapkan manajemen pengelolaan data dan informasi sebesar 100%.
14. Indikator jumlah laporan keuangan untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase satker yang laporan keuangan yang tepat waktu dan taat dengan peraturan Keuangan Negara yang berlaku sebesar 100 %.
15. Indikator jumlah laporan target dan pagu PNBP untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu Persentase satker yang menyusun laporan realisasi penggunaan PNBP yang sesuai dengan aturan yang berlaku sebesar 100%.
16. Indikator satker jumlah layanan kerumahtanggan dan pengelolaan BMN untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase layanan kerumahtanggan, pengelolaan BMN dan ULP sebesar 100%.
17. Indikator satker jumlah layanan administrasi kepegawaian untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase layanan administrasi kepegawaian sebesar 100%.
18. Indikator satker jumlah fasilitas pendukung perkantoran untuk mendukung indikator Direktorat Jenderal PP dan PL yaitu persentase satker UPT yang memiliki fasilitas pendukung perkantoran sebesar 69%.
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019
29
LAMPIRAN 2 MATRIK PENDANAAN
INDIKATOR OUTPUT
PENDANAAN
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan
Jumlah Investigasi & Penanggulangan KLB
143.604.000
Jumlah Lokasi yang melaksanakan Pengendalian Faktor Risiko Pada Kondisi Matra
252.768.000
Jumlah Kajian bidang Surveilans dan Karkes
1.701.524.000 1.401.596.000 1.393.807.000 1.407.211.000
Jumlah surveilans pembinaan Surveilans dan Karkes berbasis lab
927.569.000 1.393.038.000 1.385.250.000 1.398.653.000
Jumlah desimenasi dan advokasi
Jumlah desimenasi dan advokasi
498.552.000 498.552.000 498.552.000 498.552.000
Jumlah Kajian pengendalian penyakit bersumber binatang
Jumlah Kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD
148.702.000
Jumlah Kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi malaria
213.312.000
Jumlah lokasi survei penilaian mikrofilaria
382.179.000
Jumlah Pengamatan faktor risiko dan sumber penular leptospirosis di wilayah kerja
76.416.000
Jumlah survei schistosomiasis yg dilaksanakan
158.075.000
Jumlah kajian bidang pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik
182.082.000
182.082.000 182.082.000 182.082.000
Jumlah surveilans pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik berbasis laboratorium
1.050.390.000
1.050.390.000 1.050.390.000
Jumlah Kajian pengendalian penyakit menular langsung
Jumlah Kab/kota yang melakukan sosialisasi dan atau advokasi ttg Tifoid
113.208.000
Jumlah kajian bidang pengendalian penyakit menular langsung
271.212.000 497.222.000
542.424.000
542.424.000
Jumlah survailans pengen peny menular langsung berbasis laboratorium
718.177.000
547.030.000
596.760.000 596.760.000
Kajian pengendalian penyakit tidak menular
Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan Monitoring faktor risiko PTM melalui kegiatan Posbindu PTM pada kelompok masyarakat khusus
111.422.000
Jumlah Penduduk usia >15 th yang melakukan pemeriksaan gula darah
182.744.000
Jumlah surveilans pengendalian penyakit tidak menular berbasis laboratorium
410.000.000
410.000.000
410.000.000
410.000.000
Jumlah kajian kualitas air
Jumlah Peta kualitas air minum
3.134.297.000
Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015 - 2019
30
minum
Jumlah kajian sanitasi TTU
Jumlah Peta Kualitas TTU 347.333.000
Jumlah kajian sanitasi TPM
Jumlah Peta Kualitas TPM
151.203.000
Jumlah rekomendasi kajian penyehatan lingkungan
Jumlah Kajian ADKL/ARKL 29.826.000
Jumlah TTG penyehatan lingkungan
Jumlah TTG bidang STBM 8.667.000
9.500.000
28.500.000
7.500.000 Jumlah TTG peningkatan kualitas sarana air minum
106.049.000
59.040.000
63.050.000
30.000.000 Jumlah TTG Bidang Surveilans dan Karkes
98.945.000 68.340.000 30.409.000 69.740.000
Jumlah TTG pengendalian peny. Bersumber binatang
Jumlah TTG Penyehatan Permukiman
3.101.000
Jumlah TTG Bid. Pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik
12.665.000
5.350.000
13.750.000
6.780.000
Jumlah alat kesehatan
Jumlah alat kesehatan 1.203.623.000 916.410.000
1.510.000.000 1.100.000.000 1.000.000
Jumlah pengujian laboratorium
Jejaring kerja dan kemitraan laboratorium
20.544.000 104.975.000 108.575.000 112.658.000
Jumlah Dokumen data dan informasi
Jumlah Dokumen data dan informasi
92.935.000
Jumlah Laporan Keuangan
Jumlah Dokumen perencanaan dan anggaran
201.252.000
Jumlah Dokumen evaluasi dan pelaporan
4.636.000
Jumlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
16.430.000
Jumlah Laporan Keuangan 142.194.000
Jumlah laporan Target dan pagu PNBP
Jumlah Target dan pagu PNBP 180.620.000
Jumlah layanan kerumahtanggaan dan pengelolaan BMN
Jumlah Laporan aset negara (BMN)
128.804.000
Jumlah Layanan perkantoran 5.825.487.000 6.686.261.000 8.692.139.300 11.299.781.090 14.689.715.400 Jumlah Layanan pembinaan pelaksanaan dukungan manajemen P2P
1.633.458.000
1.878.476.700 2.160.248.200 2.484.285.430
Jumlah Layanan administrasi kepegawaian
Jumlah Layanan administrasi kepegawaian
96.750.000
Jumlah fasilitas pendukung perkantoran
Jumlah Kendaraan bermotor - 350.000.000 Jumlah Perangkat pengolah data dan komunikasi
60.125.000
Jumlah Peralatan dan fasilitas perkantoran
146.911.000
Jumlah Sarana prasarana dukungan manajemen P2P
10.610.616.000 4.667.117.000 6.067.252.100 7.887.427.730
Jumlah SDM yang dilatih
Jumlah SDM dibina 396.988.000 Jumlah SDM surveilans dan karkes
192.959.000 192.959.000 192.959.000 192.959.000
Jumlah SDM dukungan manajemen P2P yang meningkat kualitasnya
460.890.000
325.000.000
325.000.000
325.000.000