Download - Refraat Indah Fix
PITIRIASIS ROSEAIndah Wulandari , S.Ked
Pembimbing Prof Dr. dr. H. M. Athuf Thaha, Sp. KK (K), FINSDV, FAADVDr. Nopriyati, Sp.KK
Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Dermatologi dan VenereologiFK UNSRI / RSUPMH Palembang
2015
PENDAHULUAN
Pitiriasis Rosea (PR) adalah penyakit kulit dengan lesi primer berupa eritema dan skuama
halus yang disebut sebagai Herald patch.1 Pitiriasis rosea pertama kali ditemukan oleh Gibert
pada tahun 1860. Kata pityriasis bearti sisik dan rosea berarti merah muda.1 Pitiriasis rosea
merupakan erupsi kulit yang dapat sembuh sendiri, berupa plak berbentuk oval, soliter dan
berskuama pada trunkus dan umumnya tanpa gejala. Lesi awal muncul dalam beberapa hari
sampai pekan kemudian diikuti lesi lebih kecil terletak di sepanjang tepi lesi (christmas tree
pattern).1
Pitiriasis rosea biasanya terjadi pada remaja dan dewasa muda diduga disebabkan virus
exanthem yang terkait dengan pengaktifan Human Herpes Virus 7 (HHV-7) dan kadang-kadang
Human Herpes Virus 6 (HHV-6). Human Herpes Virus 2-5 adalah penyebab rubeola. Pengobatan
difokuskan pada pruritus. Satu studi menunjukkan bahwa acyclovir dosis tinggi selama 1 pekan
yang dimulai di awal perjalanan penyakit mempercepat pemulihan PR.2 Angka kejadian PR pada
wanita lebih sering dibandingkan pria dengan perbandingan 1.5 : 1.3
Pitiriasis rosea didahului gejala prodromal (lemas, mual, tidak nafsu makan, demam, nyeri
sendi, pembesaran kelenjar limfe), kemudian muncul gatal dan lesi di kulit. Penyakit-penyakit
dapat memberikan gambaran seperti PR adalah dermatitis numularis, sifilis sekunder, dan
sebagainya.1
Refrat ini akan membahas definisi, epidemiologi, etiologi dan patogenesis, gejala klinis,
pemeriksaan fisik, diagnosis banding, diagnosis, pemeriksaan penunjang hingga penatalaksanaan
serta prognosisnya yang bertujuan menambah khasanah pengetahuan kita tentang PR.
DEFINISI
Pitiriasis rosea adalah peradangan kulit berupa eksantema yang ditandai dengan lesi
makula-papula berwarna kemerahan (salmon colored ) berbentuk oval, circinate tertutup skuama
1
collarette, soliter yang kemudian menjadi konfluen1 dan jika lesi digosok menurut aksis
panjangnya, skuama cenderung terlipat melewati garis gosokan ( hanging curtain sign ).1
EPIDEMIOLOGI
Pitiriasis rosea dilaporkan dalam semua ras di seluruh dunia, terlepas dari iklim.1 Rerata
insiden tahunan di salah satu pusat dilaporkan sebesar 0,16% (158,9 kasus per 100.000 orang-
tahun). Pitiriasis rosea biasanya lebih sering terjadi pada musim semi dan musim gugur, tetapi
belum ada penelitian mengenai hal tersebut. Pengelompokan kasus dapat terjadi dan telah
digunakan untuk mendukung etiologi infeksi PR, meskipun tidak terdapat pada setiap komunitas.
Penelitian menunjukkan perempuan lebih dominan dibandingkan laki-laki dengan perbandingan
1,5:1,7. Pitiriasis rosea paling sering terjadi usia 10-35 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 2
tahun maupun setelah usia 65 tahun. 2
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Pitiriasis rosea disebabkan agen infeksi, berdasarkan (1) kemiripan ruam untuk virus
exanthems yang dikenal; (2) rekurensi langka PR yang menyarankan kekebalan seumur hidup
setelah satu episode; (3) terjadinya variasi musiman pada beberapa penelitian; (4)
pengelompokan di beberapa komunitas; dan (5) munculnya gejala seperti flu pada sebagian
pasien. Sejumlah penelitian selama 50 tahun terakhir telah dieksplorasi dengan berbagai patogen
sebagai kemungkinan penyebab PR. Patogen ini termasuk bakteri, jamur, dan, terutama, virus.
Studi yang dilakukan oleh Drago, dkk pada tahun 1997, mengenai etiologi PR baru-baru ini dan
studi patogen telah difokuskan pada dua virus dimana: (1) HHV-7 dan (2) HHV-6. Evaluasi kritis
dari medis dan literatur ilmiah tentang PR mengungkapkan tidak adanya bukti bahwa PR
berkaitan dengan patogen selain HHV-7 dan HHV-6.4
Pitiriasis rosea lebih banyak terjadi pada ras kulit hitam dibandingkan kulit putih. Menurut
suatu penelitian PR berkaitan dengan gen Human Leucocytes Antigen DQB1 (HLA-DQB1) pada
ras kulit hitam dimana ukuran lesi lebih kecil dan berbentuk papul (mikropapul), berupa urtikaria
maupun vesikular. Lesi pada kulit hitam cenderung lebih gatal dan menetap disebut reaksi
ekzema.3,5,6
Penyebab pasti PR masih belum jelas, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa
PR dapat disebabkan oleh agen infeksi dimana lesi menyerupai virus eksantema dan dipengaruhi
musim. Penyakit ini jarang berulang yang menggambarkan bahwa respon imun bertahan lama
2
setelah episode pertama, dapat terjadi secara berkelompok pada beberapa komunitas, dan tampak
seperti gejala flu.7,8
Beberapa penelitian telah mengeksplor patogen penyebab PR diantaranya adalah bakteri,
fungi, dan virus dalam 50 tahun terakhir. Pada pemeriksaan lesi PR, 71% ditemukan
penyebabnya merupakan virus herpes sehingga penelitian telah berfokus pada virus HHV-7 dan
HHV-6 dimulai dari penelitian Drago dkk pada tahun 1997. 3,8
HHV-7 dan HHV-6 termasuk dalam genus Roseolavirus subfamili Betaherpesvirinae dan
menetap pada penjamu dalam bentuk laten di monosit dan sel progenitor sumsum tulang. HHV-6
dan HHV-7 dapat menyebabkan apoptosis pada sel T CD4 dan meningkatkan aktivitas natural
killer pada sel T, menekan proliferasi sel mononuklear, dan menginduksi sitokin (Shabazz, 2008).
HHV-6 ditemukan oleh Gallo dkk., pada tahun 1986 yang diisolasi dari limfosit darah perifer dan
HHV-7 ditemukan oleh June dkk., pada tahun 1990. Peneliti menemukan efek sitopatik pada sel
T CD4+. HHV-6 dan HHV-7 berhubungan erat, dimana 20%-75% asam nukleat keduanya
ditemukan homolog. Infeksi awal HHV-6 paling sering pada anak umur 3 sampai 6 bulan dan
HHV-7 pada anak umur 18 tahun sampai 3 tahun. Infeksi primer HHV-6 dan HHV-7 cenderung
asimtomatik dan dapat menyebabkan roseola dengan karakteristik makula eritem numular atau
papul pada kepala dan leher melalui saluran pernafasan. Virus ini menyebabkan infeksi primer
yang menetap selama beberapa tahun sampai penjamu mengalami penurunan imunitas sehingga
terjadilah reaktivasi virus. 8
Penelitian mengenai hubungan antara pitiriasis rosea dan HHV adalah oleh Broccolo dkk.,
pada tahun 2005 dengan tehnik kuantitatif dan sensitivitas, menunjukkan bahwa DNA HHV-7
dan DNA HHV-6 terdapat pada sel plasma atau serum pasien PR. RNA HHV-7 beserta protein
dan RNA HHV-6 beserta protein terdeteksi pada leukosit perivaskular dan perifolikular di area
lesi PR yang tidak terdapat pada kulit normal atau kulit pada penyakit inflamasi lainnya.
Peningkatan antibodi IgM HHV-7 dan HHV-6 ditemukan pada pasien PR tetapi tidak ditemukan
peningkatan IgG sedangkan pada infeksi virus peningkatan IgM tidak spesifik. DNA HHV-7 dan
HHV-6 ditemukan pada saliva pasien pitiriasis rosea. 8
Data tersebut menunjukkan bahwa PR adalah virus eksantema yang berkaitan dengan
reaktivasi sistemik dari HHV-7 atau HHV-6. Pasien tampak viremia dengan gejala flu-like.8 Pada
pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR), DNA HHV-7 ditemukan di kulit pada lesi (93%),
di kulit tanpa lesi (86%), saliva (100%), darah perifer sel mononuklear (83%), dan serum (100%),
3
sedangkan DNA HHV-6 ditemukan pada kulit dengan lesi (86%), kulit tanpa lesi (79%), saliva
(80%), darah perifer sel mononuklear (83%), dan serum (88%).9
HHV-7 dan HHV-6 tidak menginfeksi keratinosit, tapi menginfeksi sel T CD4+ dalam
darah dan menetap dalam bentuk laten. Pitiriasis rosea merepresentasikan reaktivasi virus di
dalam sel T CD4+ seperti penyakit roseola yang disebabkan infeksi primer baik oleh HHV-6
maupun HHV-7. Pemahaman mengenai pengaruh HHV-6 dan HHV-7, mekanisme reaktivasi,
karakteristik distribusi lesi dan gambaran lesi pada patogenesis PR sebenarnya belum dapat
dijelaskan. 3,8
Erupsi yang menyerupai PR dapat disebabkan reaksi penggunaan obat captopril, klonidin,
asiklovir, lisinopril, metronidazol, lithium, interferon, ketotifen, arseniks, emas, timah,
methoxypromazin, tripelenamin, hidroklorid, atau barbiturat. Eksaserbasi akibat terapi oral
steroid dan akibat transplantasi sumsum tulang telah dilaporkan pada beberapa penelitian
berkaitan dengan menurunnya imunitas.3
GEJALA KLINIS
Pitiriasis rosea klasik digambarkan dengan timbulnya satu lesi kulit di trunkus beberapa
hari-minggu kemudian timbul berbagai lesi kecil. Gatal-gatal hebat di 25 % pasien dengan atau
tanpa komplikasi PR, sedikit sampai sedang pada 50% , dan tidak ada di 25 %, diikuti gejala
seperti flu, malaise, sakit kepala, mual , kehilangan nafsu makan , demam, dan arthralgia. 1
Lesi Kulit
Lesi kulit utama adalah Herald patch (Gambar 1), terlihat pada 50 % -90 % dari kasus,
berbatas tegas; 2- 4 cm; oval atau bulat; berwarna seperti ikan salmon, eritematosa, atau
hiperpigmentasi (terutama pada individu dengan kulit yang lebih gelap). Lesi tertutup skuama
kolaret yaitu skuama yang terletak di sisi dalam tepi lesi dengan bagian perifer menempel dan
bagian dalam menggantung.
4
skuama
Gambar 1. plak primer tipikal ( herald patch ) menunjukkan bentuk lonjong dengan skuama halus di tepi bagian dalam plak1
Gambar 2. Diagram skematik plak primer ( herald patch ) dan distribusi tipikal plak sekunder sepanjang garis kulit pada trunkus dalam susunan Christmas tree1
Lesi berupa plak yang teriritasi menjadi papulovesikular ecyzematous (Gambar 2). Plak
utama biasanya terletak pada trunk di daerah yang tertutup oleh pakaian, tetapi kadang-kadang
ada pada leher atau ekstremitas proksimal. Lokalisasi di wajah atau penis jarang terjadi. Tempat
timbulnya dari lesi primer tidak berbeda antara pria dan wanita.
5
Herald patch
Gambar 3. Distribusi tipikal plak sekunder pada punggung seperti gambaran Chritsmas tree 1
Gambar 4. Distribusi tipikal plak sekunder pada dada orang kulit hitam tubuh gambaran Chritsmas tree1
Gambar 5. Plak primer dan sekunder papulovesikel pada pitiriasis rosea vesikuler , gambaran Christmas tree1
Interval munculnya plak utama dan erupsi sekunder biasanya terjadi dalam 2 minggu
dari plak utama, tetapi bisa muncul bersamaan. Lesi sekunder muncul dengan interval beberapa
hari dan mencapai maksimum di sekitar 10 hari dan lesi baru terus bertambah dalam beberapa
minggu. Erupsi sekunder terlokalisir terutama di trunkus dan wilayah yang berdekatan dengan
leher dan ekstremitas proksimal (Gambar 3) dan paling sering pada permukaan perut, anterior
dada sebagai serta ke belakang (Gambar 4 dan Gambar 5). 6
Ada dua tipe utama lesi sekunder yaitu, bentuk lesi serupa dengan lesi primer, lesi
terdistribusi dalam pola “christmas tree”, lesi berukuran kecil, eritem, dan biasanya berupa papul
tidak bersisik yang semakin banyak. Lesi sekunder biasanya berbentuk bulat sampai oval, diskret
sampai konfluen, berwarna pink dan ditutupi skuama tipis, kering, cenderung hiperpigmentasi.
Lesi memiliki tepi licin dengan skuama kolaret. 3,5,8. Perbedaan antara Fizpatrick edisi 7 dan 8
terdapat pada tempat predileksi erupsi sekunder yang menjelaskan bahwa tempat predileksi
erupsi sekunder pada PR terdapat wajah dan kulit kepala biasanya mengenai anak-anak kulit
hitam di telapak tangan, axilla,soles, vulva dan pangkal paha sedangkan pada edisi 7 tidak
dijelaskan secara spesifik mengenai anak kulit hitam dan telapak tangan.
Gambaran klinis dapat berbeda seperti yang dijelaskan sebelumnya pada 20% pasien
pitiriasis rosea. Lesi primer dapat timbul dalam jumlah banyak dan berdekatan. Lesi primer dapat
merupakan lesi satu-satunya dengan lokasi di muka dan kepala sering terjadi pada anak berkulit
hitam. Lesi dapat juga terlokalisasi pada telapak tangan, telapak kaki, aksila, vulva, dan genital,
serta dapat juga terlokalisasi di satu sisi tubuh (James, 2011; Blauvelt, 2012). Lesi juga dapat
timbul pada lengan bawah sebanyak 12% dan kaki bagian bawah sebanyak 6%. Lesi pada oral
jarang terjadi dan dapat terdiri dari patch merah dengan deskuamasi atau bula. 5,8
Morfologi lesi sekunder dapat atipikal sehingga sulit mendiagnosis PR. Ditemukan
makula tidak bersisik, papul berbentuk folikuler, dan lesi tipikal mirip psoriasis(Gambar 5). Pada
beberapa pasien dengan lesi PR juga terdapat vesikel, papul folikuler, dan purpura.8
Makula dan patch eritema, bula pada lidah dan pipi, atau lesi yang menyerupai ulkus
aftosa serta distrofi kuku jarang ditemukan sedangkan limfadenopati dapat terjadi pada pasien
PR, terutama pada fase awal penyakit dan berhubungan dengan gejala flu-like.7,8 Morfologi lesi
sekunder mungkin atipikal, dan diagnosis PR bisa lebih sulit . Lesi pada telapak tangan dan kaki
pada pasien mensimulasikan erupsi eczematous luas. jenis vesikular dari PR (Gambar 1) jarang
mempengaruhi anak-anak dan dewasa muda . Urtikaria , pustular , purpura (Gambar 1 dan
Gambar 5), dan eritema varian multiforme seperti PR. Beberapa pasien memiliki lesi campuran
berupa vesikel atipika, papula folikuler dan purpura.
PEMERIKSAAN FISIK
7
Beberapa kasus dapat terjadi enantem dengan makula hemoragik dan patch, bula di
lidah dan pipi, atau lesi yang menyerupai bisul aphthous serta kuku distrofi, serta limfadenopati
pada awal penyakit. Dalam kasus PR klasik, kebanyakan pasien tidak memerlukan biopsi kulit
karena diagnosis yang sederhana atas dasar klinis dan temuan histologis yang spesifik. Temuan
histopatologis khas pada PR, yaitu focal parakeratosis, lapisan sel granular berkurang atau tidak
ada, acanthosis ringan, spongiosis ringan, dermal papillary edema, sebuah interstitial dermal
perivaskular dan dangkal menyusup limfosit dan histiosit, dan fokal ekstravasasi eritrosit dapat
diamati pada lesi primer maupun sekunder.
DIAGNOSIS
Diagnosa PR ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Anamnesa harus
bisa memberikan informasi mengenai munculnya erupsi kulit pertama kali dan pengobatan apa
saja yang sudah dilakukan oleh pasien. Informasi mengenai gejala prodormal atau infeksi traktus
respiratorius bagian atas harus bisa dididapatkan. Pada pemeriksaan fisik harus didapatkan
adanya erupsi kulit berupa papiloeritroskuamosa. Pada pemeriksaan klinis minimal terdapat dua
lesi dari tiga kriteria, makula berbentuk oval atau sirkuler, berwarna merah muda, skuama
menutupi hampir semua lesi dan terdapatnya koleret pada tepi lesi dengan bagian tengah yang
lebih tenang, lesi terdistribusi dalam pola “christmas tree”.1
DIAGNOSIS BANDING
Pitiriasis rosea memiliki beberapa diagnosis banding, yaitu sifilis sekunder, tinea korporis,
dermatitis numuler, psoriasis gutata, lichen planus, erupsi kulit mirip PR. Berikut ini akan
dijelaskan diagnosis banding dari PR :
a.Sifilis sekunder
Sifilis sekunder adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema pallidum, merupakan
lanjutan dari sifilis primer yang timbul setelah 6 bulan timbulnya chancre. Gejala klinisnya
berupa lesi kulit dan lesi mukosa. Lesi kulitnya non purpura, makula, papul, pustul atau
kombinasi, walaupun umumnya makulopapular lebih sering muncul disebut makula sifilitika.1
Perbedaan PR dengan sifilis adalah riwayat primary chancre (makula eritem yang berkembang
menjadi papul dan pecah sehingga mengalami ulserasi di tengah berupa tidak ada herald patch,
limfadenopati, lesi melibatkan telapak tangan dan telapak kaki, dari tes laboratorium VDRL
positif. 8
8
b. Tinea korporis
Tinea korporis adalah lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofit Trichophyton rubrum
pada daerah muka, tangan, trunkus atau ekstremitas. Gejala klinisnya adalah gatal, eritema yang
berbentuk cincin dengan pinggir berskuama dan penyembuhan di bagian tengah. Perbedaan
dengan PR adalah pada tinea korporis, skuama berada di tepi, plak tidak berbentuk oval, dari
pemeriksaan penunjang didapatkan hifa panjang pada pemeriksaan KOH 10%.8
c.Dermatitis numularis
Dermatitis numularis adalah dermatitis yang umumnya terjadi pada dewasa yang ditandai
dengan plak berbatas tegas yang berbentuk koin (numuler) dan dapat ditutupi oleh krusta. Kulit
sekitarnya normal, predileksinya di ekstensor. Perbedaan dengan PR adalah pada dermatitis
numularis, lesi berbentuk bulat, tidak oval, papul berukuran milier dan didominasi vesikel serta
tidak berskuama.1
d. Psoriasis gutata
Psoriasis gutata adalah jenis psoriasis yang ditandai dengan erupsi papul di trunkus bagian
superior dan ekstremitas bagian proksimal. Perbedaan dengan PR adalah pada psoriasis gutata,
aksis panjang lesi tidak sejajar dengan garis kulit, skuama tebal.1
e.Lichen planus
Lichen planus dapat menyerupai PR papular. Lesinya memiliki lebih banyak papul dan
berwarna violet/lembayung, ditemukan di membran mukosa mulut dan bibir.
f. Erupsi kulit drug induce
Captopril paling sering menimbulkan kelainan ini. Setelah diketahui macam-macam obat
yang bisa menginduksi timbulnya erupsi kulit mirip PR, kasusnya sudah berkurang sekarang.
Gambaran klinisnya ialah lesinya tampak lebih besar dengan skuama yang menutupi hampir
seluruh lesi, sedikit yang ditemukan adanya Herald patch, umumnya sering didapatkan adanya
lesi pada mulut berupa hiperpigmentasi post inflamasi dan berhubungan dengan AIDS.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penegakkan diagnosis PR tidak membutuhkan pemeriksaan penunjang tetapi untuk
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan darah rutin pada PR umumnya normal dan tidak
dianjurkan, namun peningkatan leukositosis, neutrofilia, basofilia, dan sedikit peningkatan laju
endap darah dan protein total kadang terjadi. 8
9
Penemuan histopatologi pada pitiriasis rosea tidak spesifik sehingga tidak digunakan
sebagai penegakkan diagnosis. Dapat dilakukan RPR ( Rapid Plasma Reagin ) dan FTA-Abs
(Fluoresent Treponemal Antibody Absorbed ) untuk skrining sifilis.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada PR meliputi penatalaksanaan umum dan khusus sedangkan untuk
penatalaksanaan khusus terbagi menjadi dua, yaitu penatalaksanaan topikal dan penatalaksanaan
sistemik. Berikut ini akan dijelaskan mengenai penatalaksanaan PR :
UMUM
Pitiriasis Rosea bersifat self limited disease (dapat sembuh sendiri ), maka diperlukan
penjelasan kepada pasien PR akan sembuh dalam waktu yang lama, lesi kedua rata-rata
berlangsung selama 2 minggu, kemudian menetap selama sekitar 2 minggu,3 dan berangsur
hilang sekitar 2 minggu. Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa PR berlangsung hingga 3-4
bulan. Penatalaksanaan yang penting pada PR adalah dengan mencegah bertambah hebatnya
gatal yang ditimbulkan. Pakaian yang mengandung wol, air, sabun, dan keringat dapat
menyebabkan lesi menjadi bertambah berat.
KHUSUS
Pengobatan topical untuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan zink oksida, kalamin
losion atau 0,25% mentol. Pada kasus yang lebih berat dengan lesi yang luas dan gatal yang hebat
dapat diberikan glukokortikoid topikal kerja menengah (bethametasone dipropionate 0,025%
ointment 2 kali sehari).1 Pengobatan sistemik diberikan antihistamin oral yang bermanfaat untuk
mengurangi rasa gatal. Untuk gejala yang berat dengan serangan akut dapat diberikan
kortikosteroid sistemik atau pemberian triamsinolon diasetat atau asetonid 20-40 mg yang
diberikan secara intramuskuler. Penggunaan eritromisin masih menjadi kontroversial. Eritromisin
oral pernah dilaporkan cukup berhasil pada penderita PR yang diberikan selama 2 minggu.
Penelitian menyebutkan bahwa 73% dari 90 penderita PR yang mendapat eritromisin oral
mengalami kemajuan dalam perbaikan lesi. Eritomisin diduga mempunyai efek sebagai anti
inflamasi, namun dari penelitian di Tehran Iran yang dilakukan oleh Abbas Rasi et al
menunjukkan tidak ada perbedaan perbaikan lesi pada pasien yang menggunakan eritromisin oral
dengan pemberian plasebo. Asiklovir dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Dosis
yang dapat diberikan 5x800mg selama 1 minggu.1 Pemakaian sinar radiasi ultraviolet B atau sinar
10
matahari alami dapat mengurangi rasa gatal dan menguranngu lesi.1 Penggunaan sinar B lebih
ditujukan pada penderita dengan lesi yang luas, karena radiasi sinar ultraviolet B (UVB) dapat
menimbulkan hiperpigmentasi post inflamasi.1
PROGNOSIS
Prognosis pada penderita PR adalah baik karena penyakit ini bersifat self limited disease
sehingga dapat sembuh spontan dalam waktu 3-8 minggu.
PERBEDAAN FITZPATRICK EDISI 7 DAN EDISI 8 1,8
Edisi 7 Edisi 8Epidemiologi Pitiriasis Rosea(PR) dilaporkan dalam semua
ras di seluruh dunia, terlepas dari iklim .1
Insiden tahunan rata-rata di salah satu pusat dilaporkan menjadi 0,16% (158,9 kasus per 100.000 orang-tahun).Kebanyakan penelitian telah menunjukkan perempuan sedikit dominan sekitar 1,5: 1.7. PR yang paling umum terjadi antara usia 10 dan 35 years.
Pitiriasis Rosea(PR) dilaporkan dalam semua ras di seluruh dunia, terlepas dari iklim .1
Insiden tahunan rata-rata di salah satu pusat dilaporkan menjadi 0,16% (158,9 kasus per 100.000 orang-tahun).Kebanyakan penelitian telah menunjukkan perempuan sedikit dominan sekitar 1,5: 1.7. PR yang paling umum terjadi antara usia 10 dan 35 years.
Etiologi HHV 6 dan HHV 7 HHV 6 dan HHV 7Patogenesis Belum diketahui Belum diketahuiManifestasi Klinis
Herald patch, Christmas tree, Truncal lessions, flu, malaise, sakit kepala, mual, kehilngan nafsu makan , demam dan arthlagia
Herald patch, Christmas tree, Truncal lessions, flu, malaise, sakit kepala, mual, kehilngan nafsu makan, demam dan arthlagia
Predileksi Erupsi sekunder pada wajah biasanya mengenai anak-anak di kulit kepala, axilla,soles, vulva dan pangkal paha.
Erupsi sekunder pada wajah dan kulit kepala biasanya mengenai anak-anak kulit hitam di telapak tangan, axilla,soles, vulva dan pangkal paha.
Diagnosis Banding
Sifilis, tinea corporis, dermatitis numuler, psoriasis guttate, pitiriasis lichen chronic, pitiriasis erupsi obat
Sifilis, tinea corporis, dermatitis numuler, psoriasis guttate, pitiriasis lichen chronic, pitiriasis erupsi obat
Prognosis Bisa berulang. Bisa berulang.Pengobatan Edukasi, steroid topikal untuk obat gatal,
acyclovir 800mg 1x sehari jika onset cepat dan disertai gejala flu atau lesi kulit luas untuk mempercepat penyembuhan, fototerapi
Edukasi, steroid topikal untuk obat gatal, acyclovir 800mg 1x sehari jika onset cepat dan disertai gejala flu atau lesi kulit luas untuk mempercepat penyembuhan, fototerapi
Prevention Belum ada data Belum ada data
KESIMPULAN
Pitiriasis rosea adalah kelainan kulit yang termasuk dalam golongan dermatosis
papuloeritroskuamosa yang sering ditemukan, sifatnya akut, self limiting disease, tidak menular,
dan biasanya didapatkan pada anak-anak dan dewasa muda. Etiologinya masih belum diketahui.
Erupsi kulit pada PR memiliki ciri khas tertentu, dimana lesi primernya ialah lesi soliter berupa
makula eritem atau papul eritem yang nantinya akan membesar hingga kira-kira berukuran 2-10
cm berbentuk oval, berwarna kemerahan dengan skuama tipis dan bisa terdapat koleret di 11
tepinya. Lesi primer ini disebut sebagai Herald patch. Satu sampai dua minggu setelah lesi
primer timbul akan diikuti dengan munculnya lesi-lesi lain berupa makula berbentuk oval hingga
plak berukuran 0,5-2 cm berwarna kemerahan atau dapat juga berupa hiperpigmentasi pada
orang-orang yang berkulit gelap, dengan koleret dari skuama di bagian tepinya. Predileksi tempat
yang paling banyak ditemukan yaitu pada batang tubuh sedangkan erupsi sekunder pada wajah
dan kulit kepala biasanya mengenai anak-anak kulit hitam di telapak tangan, axilla, soles, vulva
dan pangkal paha.
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Blauvelt, Andrew. Pityriasis Rosea In: Dermatology in General Medicine Fitzpatrick’s. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008; 362-265.
2. Drago F, Vecchio F, Rebora A: Use of high-dose acyclovir in pityriasis rosea. J Am Acad Dermatol 54:82, 2006
3. Sterling, J.C. 2010. Viral Infection: Pityriasis Rosea. Dalam: Burns, Tony, Nel Cox, et al. Rook’s Textbook of Dermatology. UK: Blackwell Publishing. Hal 33.
4. Drago F, Broccolo F, Rebora A: Pityriasis rosea: an update with a critical appraisal of its possible herpesviral etiology. J Am Acad Dermatol 61:303, 2009
5. Wood, Gary S, dan George Reizner. 2008. Other Papulosquamos Disease: Pityriasis Rosea. Dalam: Bolognia, Jean L, Joseph L Jorizzo, dan Ronald P Rapini. Dermatology. 2nd ed. USA: Mosby Elsevier.
6. Zawar, Vijay. 2010. Giant Pityriasis Rosea. Indian Journal of Dermatology. 55 (2), 192-194.
7. James, et al. 2011. Pityriasis Rosea. Dalam: James, William D, Timothy G dan Dirk M. Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology. USA: Saunder. Hal. 204-205.
8. Blauvelt, Andrew. Pityriasis Rosea In: Dermatology in General Medicine Fitzpatrick’s. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2012; 458-463.
9. Watanabe, Takahiro, Tatsuyoshi Kawamura, Sharon E Jacob, et al. 2002. Pityriasis Rosea is Associated with Systemic Active Infection with Both Human Herpesvirus-7 and Human Herpesvirus-6. Journal of Investigative Dermatology. 119, 793–797.
10. McPhee, S J, Maxine A P. 2009. Current Medical Diagnosis and Treatment forty eighth edition. Mc Graw Hill Companies:USA.
13