Download - Refleksi Kasus Dr.prima
REFLEKSI KASUS
SEORANG PEREMPUAN 14 TAHUN DENGAN KELUHAN PANAS
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam
di RSUD Tugurejo Semarang
Disusun Oleh :
Okie Ayu Ardiyawati
H2A009038
Pembimbing :
dr.Primawati Kartini, Sp.PD
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD TUGUREJO SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
HALAMAN PENGESAHAN
NAMA : OKIE AYU ARDIYAWATI
NIM : H2A009038
FAKULTAS : KEDOKTERAN UMUM
BIDANG PENDIDIKAN : ILMU PENYAKIT DALAM
PEMBIMBING : dr.Primawati Kartini, Sp.PD
Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal Oktober 2013
Pembimbing
dr. Primawati Kartini, Sp. PD
DAFTAR MASALAH
No Masalah aktif Tanggal Keterangan
1 Parotitis 16/10/2013
2 Diare Akut 16/10/2013
No Masalah pasif Tanggal Keterangan
4. Jamkesmas
Nasional
16/10/2013
KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Nn. Dian
Umur : 14 tahun
Alamat : Candi Pawon Rt 07 Rw 07
Agama : Islam
Pekerjaan : Belum Bekerja
Status : Belum menikah
No RM : 28.47.55
Tanggal masuk : 16 Oktober 2013
Pasien bangsal : Mawar kamar 10.2
2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan di bangsal Mawar tanggal 17 Oktober 2013 pukul 15.00 WIB
secara autoanamnesis dan alloanamnesis.
a) Keluhan utama : Demam
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo pada tanggal 17
Oktober 2013 dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Demam dirasakan tiba-
tiba dan terus menerus, pasien mengkonsumsi obat panadol, demam sempat menurun
namun tidak lama kemudian demam kembali, nafsu makan menurun, pasien mengeluh
nyeri pada saat mengunyah, dan juga saat menelan makanan. Leher sebelah kiri dan
kanan membesar. Pasien mual terus menerus, muntah setiap kali makan. Pasien diare
sejak 1 hari yang lalu, dalam sehari 4 kali diare, warna kuning, lembek, tidak terdapat
darah dan lendir, nyeri perut (+), BAK normal, warna kuning, tidak terdapat nyeri saat
berkemih, tidak terdapat darah. Pasien tidak mengeluh sakit kepala, batuk, menggigil,
dan nyeri telinga.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Alergi makanan : disangkal
Alergi obat : disangkal
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa : diakui, sebelumnya 2 orang adiknya
mengalami sakit yang sama
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Alergi makanan : disangkal
Alergi obat : disangkal
e) Riwayat Pribadi:
Kebiasaan olahraga : jarang
Kebiasaan merokok : disangkal
Kebiasaan minum alkohol : disangkal
Kebiasaan makan makanan pedas : disangkal
Kebiasaan makan makanan asam : disangkal
f) Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal dirumah bersama orangtua dan saudaranya. Biaya pengobatan
menggunakan Jamkesmas Nasional
Kesan ekonomi : kurang
g) Anamnesis Sistem
Keluhan utama : demam
Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), nggliyer (-), jejas (-), leher
kaku (-)
Mata : Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-), pandangan
berputar (-), berkunang-kunang (-),
Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)
Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan
(-), darah (-).
Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-pecah
(-), gusi berdarah (-), mulut kering (-).
Leher : nyeri tekan (+), bengkak (+)
Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).
Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-),
mengi (-), tidur mendengkur (-)
Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-),
berdebar-debar (-), keringat dingin (-)
Sistem gastrointestinal : Mual (+), muntah (+), perut mules (-), diare (+), nyeri
ulu hati (-), nafsu makan menurun (+), BB turun (-).
Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-).
Sistem genitourinaria : Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-),keluar darah
(-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit memulai kencing (-), warna kencing
kuning jernih, anyang-anyangan (-), berwarna seperti teh (-).
Ekstremitas
Atas : Luka (-), kesemutan (-), bengkak(-), sakit sendi (-), panas
(-), berkeringat (-), palmar eritema (-), gemetar (-).
Bawah : Luka (-), gemetar (-), ujung jari dingin (-), kesemutan di
kaki (-), sakit sendi (-), bengkak kedua kaki (-)
Sistem neuropsikiatri :Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-), mengigau (-), emosi
tidak stabil (-)
Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), bercak merah
kehitaman di bagian dada, punggung, tangan dan kaki (-).
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 17/10/2013
a) Keadaan umum : lemas
b) Kesadaran : compos mentis
c) Status gizi
Berat badan : 36 kg
Tinggi badan : 150 cm
BMI : 16 kg/m2
Kesan : underweight
d) Vital sign
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 18x/menit
Suhu : 38,50C (axiller)
e) Status Internus
- Kepala : kesan mesocephal
- Mata :
konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
pupil isokor (+/+)
reflek pupil (+/+)
- Hidung :
napas cuping hidung (-)
nyeri tekan (-)
krepitasi (-)
Sekret (-)
septum deviasi (-)
konka: hiperemis (-) dan deformitas (-)
- Mulut :
sianosis (-)
bibir kering (-)
Pursed lips-breathing (-)
lidah kotor (-)
kandidiasis (-)
uvula simetris (+)
tonsil (T1/T1), hiperemis (-),kripte melebar (-)
gigi karies (-)
- Telinga :
Sekret (-/-)
Serumen (+/+)
Laserasi (-/-)
- Leher :
nyeri tekan trakea (-)
pembesaran limfonodi (-/-)
Pembesaran tiroid (-/-)
Pembesaran kelenjar parotis (+/+), dextra ± lebar 4 cm tinggi 1 cm, sinistra
± lebar 6 cm tinggi 1,8 cm
Pergerakan otot bantu pernafasan (-)
- Thoraks
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1-2 cm ke medial linea
midclavicula sinistra, kuat angkat (-)
Perkusi : batas atas : ICS II linea parasternal sin.
pinggang jantung: ICS III linea parasternal sinistra
batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
kiri bawah; ICS V 1-2 cm ke arah medial linea mid clavicula
sinistra
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Suara jantung murni: Suara I dan Suara II reguler
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)
Pulmo : Sinistra Dextra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
Warna
2. Palpasi
Nyeri tekan
Stem fremitus
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Wheezing
Ronki kasar
RBH
Stridor
datar
Simetris statis dinamis
Sama dengan kulit
sekitar
(-)
(+) normal, Kanan =
kiri
Sonor di seluruh lapang
paru
Vesikuler (+)
(-)
(-)
(+)
(-)
datar
Simetris statis dinamis
Sama dengan kulit
sekitar
(-)
(+) normal, kanan = kiri
Sonor di seluruh lapang
paru
Vesikuler (+) melemah
di apek
(-)
(-)
(+)
(-)
Belakang
1. Inspeksi
Warna
2. Palpasi
Nyeri tekan
Stem Fremitus
3. Perkusi
Sama dengan kulit
sekitar
(-)
(+) normal, kanan =
kiri
Sonor di seluruh lapang
paru
Sama dengan kulit
sekitar
(-)
(+) normal, kanan = kiri
Sonor di seluruh lapang
paru
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Wheezing
Ronki kasar
RBH
Stridor
Vesikuler (+)
(-)
(-)
(-)
(-)
Vesikuler (+)
(-)
(-)
(-)
(-)
Tampak anterior paru Tampak posterior paru
Vesikuler vesikuler
b) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : datar
Warna : sama dengan warna kulit sekitar
Venektasi : (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat 15x/menit
Palpasi :
Supel (+), Nyeri tekan (-)
Defance muscular : (-)
Hepar : normal
Lien : normal
Ginjal : normal, tidak teraba
Perkusi:
Timphani di seluruh kuadran
Pekak hati (+)
Pekak sisi (+) normal
c. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin
Oedem
Sianosis
Gerak
Tremor
-/-
-/-
-/-
Dalam batas normal
5/5
5/5
-/-
-/-
-/-
-/-
Dalam batas normal
5/5
5/5
-/-
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Lekosit 5,01 3.8 – 10.6
Eritrosit 4,36 4.4 – 5.9
Hemoglobin 13,30 13,2 – 17,3
Hematokrit 36,70 40 – 52
MCV 84,20 80 – 100
MCH 30,50 26 – 34
MCHC H 36,20 32 – 36
Trombosit 172 150 – 440
RDW 12,40 11.5 – 14.5
Eosinofil absolute L 0,00 0.045 – 0.44
Basofil absolute 0.01 0 – 0.02
Neutrofil absolute 2,76 1.8 – 8
Limfosit absolute 1,66 0.9 – 5.2
Monosit absolute 0,58 0.16 – 1
Eosinofil L 0,00 2 – 4
Basofil 0.20 0 – 1
Neutrofil 55,10 50 – 70
Limfosit 33,10 25 – 40
Monosit H 11,60 2 – 8
5. Daftar Abnormalitas
a. Anamnesis
1. Demam
2. Nafsu makan menurun
3. Nyeri telan
4. Mual
5. Muntah
6. Diare
b. Pemeriksaan Fisik
7. KU : Lemas
8. T : 38,5
9. Pembesaran kelenjar parotis
10. Nyeri tekan leher (+)
11. Bising usus meningkat
c. Pemeriksaan Penunjang
12. MCHC H
13. Eosinofil absolute L
14. Eosinofil L
15. Monosit H
6. Analisis masalah
1. Parotitis : 1, 2, 3, 4, 5, , 8, 9, 10, 15
2. Diare Akut : 4, 5, 6, 7, 8, 11, 15
7. Rencana Pemecahan Masalah
1). Parotitis
Assesment
o Etiologi
Paramyxovirus A, RNA
o Faktor Resiko
kontak langsung & droplet dari air liur atau sekresi lain pada nasofaring.
Populasi padat, sekolah, asrama
o Komplikasi
- Orkitis
- Ovoritis
- Ensefalitis atau meningitis
- Pankreatitis
a. Initial Plan
o IpDx
Darah rutin
Serologi: Complement fixation antibodies (CF), Hemaglutination
inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).
o IpTx
- Paracetamol 3 x1
- Injeksi Ranitidin 2X1 ampul
- Injeksi Ondansetron 3x 4Mg
- Infus RL 20 tetes/menit
- Vitamin B complek 3X1
o IpMx
Keadaan Umum
Tanda Vital
o IpEx
1. Edukasi penyakit yang diderita serta pencegahan penularan.
2. Menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri
tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.
2). Diare Akut
Assesment
o Etiologi
- Diare sekresi : infeksi virus, bakteri, parasit, Hiperperistaltik usus halus,
Defesiensi imun terutama SigA (secretory immunoglobulin A)
- Diare osmotik : Malabsorpsi makanan, KKP (Kekurangan Kalori Protein),
keracunan makanan
o Faktor Resiko
Kurangnya higiene sanitasi, konsumsi makanan sembarangan
o Komplikasi
- Dehidrasi
- Syok
Initial Plan
o IpDx
- KU
- Tanda vital
o IpTx
- Infus RL 20 tetes/ menit
- Oralit
o IpMx
Keadaan Umum
Tanda Vital
Elektrolit
Feces rutin
o IpEx
1. Edukasi penyakit yang diderita.
2. Menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam, pedas
3. Banyak minum air putih
PROGRESS NOTE 18 Oktober 2013
S : Demam, BAB 1 kali lembek, nyeri di leher,mual
O :
KU : Lemas
TD : 110/70mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 86 x/menit
Suhu : 37,80C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA +/+, SI -/-
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : pembesaran kelenjar parotis (+/+)
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Abdomen: Nyeri Tekan (-) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : akral dingin (-), oedem (-)
Pemeriksaan penunjang : -
A : Parotitis
P : Paracetamol 3 x1
Injeksi Ranitidin 2X1 ampul
Injeksi Ondansetron 3x 4Mg
Infus RL
Vitamin B complek 3X1
Oralit
PROGRESS NOTE 19 Oktober 2013
S : -
O :
KU : CM, baik
TD : 110/70mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 86 x/menit
Suhu : 37,80C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA +/+, SI -/-
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : pembesaran kelenjar parotis (+/+)
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Abdomen: Nyeri Tekan (-) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : akral dingin (-), oedem (-)
Pemeriksaan penunjang : -
A : Parotitis
P : Paracetamol 3 x1
Infus RL
Vitamin B complek 3X1
PEMBAHASAN
Gondongan (Mumps, Parotitis Epidemika) adalah suatu infeksi virus menular yang
menyebabkan pembengkakan unilateral (satu sisi) atau bilateral (kedua sisi) pada kelenjar liur
disertai nyeri. Mumps disebabkan oleh paramyxovirus. Virus ini ditularkan melalui percikan
ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau karena bersentuhan langsung dengan
benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita. Kebanyakan penyakit ini menyerang
anak-anak yang berumur 2-15 tahun, namun pada orang dewasa justru lebih berat. Jarang
ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun.
Gambaran Klinis Parotitis
- Stadium Prodrom: 1-2 hari
• Febris sedang, anorexia, nyeri otot umum
• Nyeri didalam atau dibelakang telinga kalau mengunyah atau menelan
• Terkadang diserta nyeri kepala, mual/muntah & kaku kutuk (Cf. komplikasi)
- Stadium Pembengkakan: (7-9 hari)
• Kelenjar parotid makin nyeri & mulai bengkak unilateral kemudian sering menjadi bilateral
sampai hari 3-4 pembengkakan lalu mulai mereda selama 1 minggu.
• Kulit diatas parotid erithema & mungkin edema
• Pembengkakan parotid di daerah depan telinga, diatas otot maseter & di cekungan belakang
liang telinga didepan mastoideus. Telinga bagian bawah terangkat keatas & ke depan oleh
pembengkakan.
• Trismus bisa sangat berat & nyeri bila menggigit. Makan/minum yang asam sangat nyeri!
Pemeriksaan Laboratorium
Disamping leucopenia dengan limfositosis relative, didapatkan pula kenaikan kadar
amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi
normal kembali dalam dua minggu.
Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun
tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa.
Dokter akan memberikan order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti serum
darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps
antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies
(HI), Virus neutralizing antibodies (NT).
Komplikasi
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang
gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.
Komplikasi bisa terjadi pada organ selain kelenjar liur, terutama jika infeksi terjadi setelah
masa pubertas. Komplikasi bisa terjadi sebelum, selama maupun sesudah kelenjar liur
membengkak; atau terjadi tanpa disertai pembengkakan kelenjar liur.
1. Orkitis : peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena
mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi
kemandulan.
2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang
ringandan jarang menyebabkan kemandulan.
3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit
kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang.
4. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-
6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf
yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
5. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1
minggu dan penderita akan sembuh total.
6. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam
jumlah yang banyak.
7. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.
Pengobatan
Istirahatkan penderita selama masih demam dan pembengkakan kelenjar parotis
masih ada. Karena terdapat gangguan menelan/mengunyah, sebaiknya diberikan makanan
lunak dan hindari minuman asam karena dapat menimbulkan nyeri.
Daerah pipi/leher bisa juga dikompres secara bergantian dengan panas dan dingin.
Obat pereda nyeri (misalnya asetaminofen dan ibuprofen) bisa digunakan untuk mengatasi
sakit kepala dan tidak enak badan. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena
memiliki resiko terjadinya sindroma Reye.
Kortikosteroid diberikan selama 2-4 hari dan globulin gama dipikirkan apabila
terdapat orkitis. Jika terjadi pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani tirah baring.
Untuk mengurangi nyeri, bisa dikompres dengan es batu. Jika terjadi mual dan muntah akibat
pankreatitis, bisa diberikan cairan melalui infus.
Pencegahan
Vaksin Mumps
• Vaksin hidup attenuated/dilemahkan. >90% menghasilkan antibodi.
Reaksi: jarang sekali.
• Diberi sebagai MMR pada umur 15 bulan, dan booster pada umur 4-6 tahun atau 12 tahun.
• Kontraindikasi sama dengan yang berlaku untuk Vaksin Measles & Rubella (vaksin hidup)
DIARE
Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
1. Diare sekresi (Secretory Diarrhoea), disebabkan oleh :
a. Infeksi bakteri (Shigella, salmonella, E.coli, staphylococcus, aoreus, vibria cholerae, dll).
Infeksi virus (rotavirus, norwaik, astrovirus, calcivirus, coronavirus, adenovirus, dll)
Infeksi parasit (protozoa, balantidium coli, giardia lamblia, capilaria philippinensis, isospora
billi, cryptosporodium, fasiolopsis buski, sarcocystis suihaminis, dll)
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan
(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis (takut,
gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi, dsb.
c. Defesiensi imun terutama SigA (secretory immunoglobulin A) yang mengakibatkan
terjadinya / berlipatgandanya flora usus dan jamur terutama candida.
2. Diare Osmotik (Osmotic Diarrhoea), disebabkan oleh :
a. Malabsorpsi makanan karbohidrat (laktosa, maltosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa)
lemak(Long Chain Triglyceride protein (asam amino, B laktoglobulin vitamin dan mineral
b. KKP (Kekurangan Kalori Protein
c. BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah)
d. Keracunan (food poisoning
e. Alergi
Beberapa gejala penyakit diare dapat langsung dikenali atau dirasakan oleh penderita.
Di antara gejala tersebut adalah:
Buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan
Tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari
Pegal pada punggung, dan perut sering berbunyi
Mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)
Diare yang disebabkan oleh virus dapat menimbulkan mual dan muntah-muntah
Badan lesu atau lemah
Panas
Tidak nafsu makan
Darah dan lendir dalam kotoran
Penggolongan Obat Diare
A. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare
seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
1. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk
terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan
ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada
1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
2. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan
longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga
diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor
tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di
bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali
terjadi.
3. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan
Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran
pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E.
coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan
untuk anak-anak maupun dewasa.
4. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur
filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan
menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus
lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga
dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari
normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.
B. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat
menghentikan diare dengan beberapa cara:
1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk
resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin
(difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat
menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau
yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah
juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-
lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu
karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam
bismuth serta alumunium.
C. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali
mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. http://medicastore.com/diare/pengobatan_diare.htm
3. http://medicastore.com/penyakit/39/Gondongan.html