Download - Referendum Papua
-
7/29/2019 Referendum Papua
1/31
1
I. Pendahuluan :Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma baik norma hukum, norma
moral maupun norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat pancasila terkandung didalamnya
suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan
komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikira ini merupakan suatu nilai, Oleh karena itu
suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan
pedoman dalam suatu tindakan atau aspek prasis melainkan suatu nilai yan bersifat
mendasar.
Nilai-nilai pancasila kemudian dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga
merupakan suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan
dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Kemudian
yang ke dua adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Dalam pengertian inilah maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari
segala hukum di Indonesia, pancasila juga merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang
terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara dan
berasal dari bangsa indonesia sendiri sebagai asal mula (kausa materialis).
Pancasila bukanlah merupakan pedoman yang berlangsung bersifat normatif ataupun
praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber hukum
baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus dijabarkan
lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan
kenegaraan maupun kebangsaan.
II. Masalah :1. Kurangnya pemahaman tentang pancasila.2. Pancasila bukan sebagai sumber hukum.3. Pancasila tidak dijadikan pedoman hidup.4. Semakin banyaknya masyarakat yang anti tehadap pancasila.5. Demo Minta Referendum Papua.6. Masjid Anti Pancasila di Madura.7. Ribuan Warga Papua Tagih Janji Referendum.
-
7/29/2019 Referendum Papua
2/31
2
8. Kekuatan Asing (Penjajah) di Balik Isu Referendum Papua.
III. Analisis Masalah :1. PANCASILA
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, mengatur masalah
kehidupan dan kerukunan dalam beragama. Akan tetapi rakyat Indonesia belum
memahami isi kandungan dalam pancasila sendiri.
2. DEPAGDepartemen yang menaungi masalah keagamaan di Indonesia. Akan tetapi dalampelaksanaanya Depag dianggap kurang maksimal dalam melaksanakan tugasnya.
Karena selama ini Depag sepertinya hanya mengurusi masalah-masalah umum
tentang keagamaan.
3. DEPDIKNASLembaga yang menaungi masalah pendidikan serta berperan untuk meningkatkan
mutu generasi-generasi muda. Akan tetapi DEPDIKNAS kurang memberikan
penyuluhan tentang pentingnya etika yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
4. DEPKUM dan HAMLembaga yang menaungi masalah hukum dan HAM di Indonesia. Setiap warga
Negara berhak mendapat perlindungan hukum dari Negara dan Setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pembelajaran etika demi
tercapainya kehidupan yang bermatabat serta mendapatkan jaminan hak-hak asasi
manusia adalah bukti kemanusiaan yang adil dan beradab, karena hak asasi
manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak
diperlakuakan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia.
-
7/29/2019 Referendum Papua
3/31
3
5. POLISIPolisi sebagai lembaga negara bertugas untuk mengawasi dan menjaga warga
negaranya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Polisi juga sebagai
lembaga Negara seharusnya memiliki etika yang baik dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat umum.
6. UUUndang-undang sebagi dasar negara Indonesia, menjadi tolak ukur dalam
menjalankan segala peraturan yang berlaku. Termasuk masalah etika dalam
berpolitik.
7. INFORMASIBertugas untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya mengenai segala
macam aspek berita yang di butuhkan oleh masyarakat. Termasuk masalah etika
dalam berpolitik yang sudah tidak ada nilainya lagi di kalangan para pejabat
tinggi.
8. KEUANGANBertugas untuk mengatur masalah keuangan dalam negara. Baik pemasukkan
maupun pengeluaran, serta digunakannya anggaran untuk memfasilitasi masalah
pembangunan di Negara ini.
9. BUDAYASemakin merosotnya nilai etika di Negara ini dapat membuat budaya Indonesia
yang tadinya di anggap baik menjadi tidak ada nilainya lagi di mata dunia. Hal itu
dapat membuat nama Indonesia menjadi buruk di kancah perpolitikan
internasional.
-
7/29/2019 Referendum Papua
4/31
4
10.ADATAdat yang tadinya di junjung tinggi oleh bangsa Indonesia, sekarang menjadi
tidak ada gunanya lagi akibat tingkah laku para pejabat Negara yang
mempermalukan nama Indonesia di mata dunia.
11.DEPSOSDepsos sejatinya merupakan piranti negara yang berperan sebagai perancang
kebijakan sosial makro yang memayungi berbagai upaya penanganan masalah
sosial pada tingkat nasional. Dengan begitu, kondisi kesejahteraan sosial yang
berdimensi luas dan berkelanjutan dapat diwujudkan.
12.PARPOLSuatu lembaga yang berperan untuk menampung aspirasi-aspirasi dari masyarakat
umum. Termasuk masalah merosotnya etika para pejabat Negara.
13.DEPKESDEPKES yang bertugas untuk menangani masalah kesehatan seharusnya lebih
mengedepankan masalah kualitas pelayanan-pelayanan di berbagai rumah sakit.
Tapi pada kenyataannya masih banyak rumah sakit yang memberikan pelayanan
yang buruk terhadap pasien.
14.DPRDPR sebagai lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk
Undang-Undang, seharusnya dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik lagi
dalam Menyerap, menghimpun, menampung dan menindak lanjuti aspirasi
masyarakat. Tetapi pada kenyatataannya justru para anggota DPR lah yang
melakukan tindakan memalukan tersebut.
http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_negarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_negara -
7/29/2019 Referendum Papua
5/31
5
15.PRESIDENPresiden sebagai pemimpin Negara ini diharapkan dapat lebih bertindak tegas
dalam menangani masalah merosotnya nilai etika dikalnagan para pejabat Negara.
Karena masalah ini harus di atasi secara cepat dan tepat, agar tidak semakin
melebarnya masalah ini.
16.PEMIMPINSeharusnya seorang pemimpin itu dapat mencontohkan tindakan yang baik
kepada para pengikutnya. Dan memiliki kewajiban untuk memberikan
penghidupan yang layak kepada para warganya.
17.KEJAKSAAN AGUNGKejaksaan agung sebagai lembaga Neraga bertugas untuk melakukan pengawasan
atas pelaksanaan tugas dan pembangunan semua unsur Kejaksaan, agar terlaksana
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rencana dan program kerja serta
kebijaksanaan yang ditetapkan Jaksa Agung.
18.MASYARAKATMasyarakat di harapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam menangani
masalah diskriminasi agama di Negara ini. Karena biar bagaimanapun masyarakat
juga memiliki peranan penting dalam terciptanya Negara yang lebih baik lagi.
19.KPKKPK sebagai lembaga yang khusus menangani masalah korupsi di Negeri ini,
seharusnya dapat menjalankan tugasnya lebih baik lagi. KPK diharapkan dapat
menangkap siapapun yang melakukan tindak korupsi. Terutama para pelaku
korusi di bidang kesehatan, sehingga masyarakat mendapatkan penanganan yang
lebih baik.
-
7/29/2019 Referendum Papua
6/31
6
20.HUKUMAdanya ketidakadilan hukum di Indonesia, yang menyebabkan kaum minoritas
selalu menjadi pihak yang bersalah dalam suatu kasus. Hukum di Indonesia saat
ini hanya memandang dari kemampuan dan kekayaan seseorang saja, sehingga
pihak yang bersalah justru dapat hidup bebas di luar sana karena dapat membeli
hukum itu.
21.RT/RWRT/ RW seharusnya dapat membimbing warganya untuk menanamkan
pendidikan etika di masyarakat umum. Sehingga dapat terciptanya kehidupan
yang bermartabat.
22.MAHASISWAMahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa seharusnya dapat membawa
Negara ini kearah yang lebih baik lagi. Dan dapat mewujudkan semua harapan
dan cita-cita para masyarakat.
23.GUBERNURGubernur sebagai seorang kepala daerah disuatu provinsi dihapkan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Sehingga dapat membawa provinsi yang di
pimpinnya menjadi provinsi yang maju.
24.WAPRESWapres sebagai orang nomor 2 di suatu negara, berdasarkan UUD 45 wakil
presiden berfungsi menggantikan presiden bila berhalangan. Namun dalam
praktiknya, seorang wapres seharusnya tidak hanya bertugas untuk menggantikan
presiden, melainkan juga bertugas untuk membangun Neraga ini agar menjadi
lebih baik lagi.
-
7/29/2019 Referendum Papua
7/31
7
25.LSMLSM sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun
sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatannya.
26.MEDIA MASAMedia masa sebagai tempat masyarakat untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan, seharusnya dapat memberikan informasi yang sebenar-benarnya
tanpa adanya kebohongan sedikitpun.
27.DOKTERSebagai seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak pertama pasien
untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang
jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin dan yang lainnya,
seharusnya seorang dokter dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin
dan seefisien mungkin, sehingga kesehatan para masyarakat dapat menjadi lebih
baik lagi.
28.PERAWATPerawat sebagi seorang tenaga medis diharapkan dapat memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai
diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai
pada masalah yang kompleks.
29.RUMAH SAKITRumah sakit sebagai sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya,
seharusnya dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pasien-pasiennya,
seperti pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dokterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perawathttp://id.wikipedia.org/wiki/Perawathttp://id.wikipedia.org/wiki/Dokterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttp://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi -
7/29/2019 Referendum Papua
8/31
8
30.MPRMPR sebagai lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga
tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yang terdiri atas anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang brtugas
untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
1945, serta Undang-Undang Dasar.
31.DPRDDPRD sebagai parlemen lokal di daerah diharapkan dapat menampung aspirasi-
aspirasi masyarakat pedesaan yang belum terjangkau oleh pemerintah pusat.
Sehingga dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginan rakyat kecil.
32.DEPLUDEPLU sebagai suatu lembag di Indonesia bertugas untuk melakukan
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri,
termasuk sarana dan mekanisme pelaksanaannya, koordinasi di pusat dan
perwakilan, wewenang dan pelimpahan wewenang dalam penyelenggaraan
hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri serta memberikan
perlindungan kepada warga negara Indonesia, termasuk pemberian bantuan dan
penyuluhan hukum, serta pelayanan konsuler.
33.SEKOLAHSekolah sebagai sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa di
bawah pengawasan guru, diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi
penerus bangsa yang baik dan dapat membawa negara ini kearah yang lebih baik
lagi.
34.PASIENPasien sebaagai seseorang yang menerima perawatan medis yang menderita
penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk memulihkannya
http://id.wikipedia.org/wiki/Bikameralhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_tinggi_negarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_tinggi_negarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyathttp://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Daerahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Parlemenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Penyakithttp://id.wikipedia.org/wiki/Cederahttp://id.wikipedia.org/wiki/Dokterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dokterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cederahttp://id.wikipedia.org/wiki/Penyakithttp://id.wikipedia.org/wiki/Parlemenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Daerahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyathttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_tinggi_negarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_tinggi_negarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bikameral -
7/29/2019 Referendum Papua
9/31
9
sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal dari pihak rumah sakit,
terutama jika pasien tersebut dari kalangan miskin.
35.PUSKESMASPuskesmas sebagai organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,
dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Akan tetapi
pada kenyataannya banyak puskesmas-puskesmas yang memungut biaya
kesehatan dengan harga yang mahal.
36.ORANG TUAOrang tua harus bias memberikan pemahaman kepada anaknya tentang
pentingnya memiliki etika yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam
kehidupan beragama maupun dalam kehidupan bernegara.
37.TEMAN BERMAINTeman bermain sebagai orang yang dekat dengan kita, seharusnya dapat
memberikan contoh yang baik dalam bergaul kepada sesame teman sebaya
maupun kepada orang yang lebih tua dari kita.
38.GURUGuru sebagi orang yang memberikan ilmu kepada kita harus dapat memberikan
dan menanamkan pentingnya memiliki etika yang baik. Sehingga dapat
tercapainya kehidupan yang bermartabat dan lebih baik lagi dari sebalumnya.
-
7/29/2019 Referendum Papua
10/31
10
39.DOSENDosen harus dapat memberikan pendidikan tertang etika kepada para
mahasiswanya. Sehingga mahasiswa tersebut dapat menjadi orang yang
membagakan dikemudian hari.
40.UNIVERSITASUniversitas sebagai sebuah lebaga yang memberikan pendidikan kepada para
generasi muda, harus dapat menghasilkan generasi muda yang memilki etika yang
baik dalam menjalani kehidupan beragama dan bernegara.
41.TOKOH AGAMATokoh agama sebagai orang yang mengetahui masalah agama dengan baik, harus
bisa mengajarkan kepada para umutnya untuk memiliki etika yang baik.
42.MENPORAMepora sebagai wadah bagi para generasi muda harus bisa menanamkan kepada
para diri generasi nuda untuk selalu beretika yang baik.
43.KEBUDAYAAN DAN PARIWISATAUntuk mengembangkan kebudayaan di Indonesia, harus di mulai dari sikap
warganya sendiri. Warga yang baik adalah warga yang emmilki etika yang baik
pula.
44.SDMSemakin baiknya SDM yang ada, semakin maju juga Negara ini kedepannya.
Karena kemajuan dari sebuah Negar dipengaruhi oleh Sumber Daya Manusia
yang ada di Negar itu sendiri.
-
7/29/2019 Referendum Papua
11/31
11
45.LURAHSebagai seorang pemimpin, harus bisa memberikan contoh yang baik kepada para
warganya. Lurah sendiri pun harus memilki etika yang terpuji, demi terwujudnya
kehidupan yang lebih baik lagi.
46.KELUARGAKeluarga sebagai orang yang paling dekat dengan kita, harus menanamkan nilai-
nilai moral yang baik termasuk tentang etika berpolitik.
47.KETUA DPRKetua DPR sebagai orang yang memiliki kedudukan tertinggi di DPR harusnya
dapat mencegah hal yang dapat merusak nama DPR RI itu agar tidak terjadi.
48.BADAN KEHORMATAN DPRBadan Kehormatan DPR seharusnya dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-
baiknya. Dan dapat menindak para pelaku pelanggar etika politik tersebut. Karena
hal itu dapat merusak nama baik dewan perwakilan rakyat sendiri. Sehingga
badan kehormatan dianggap tidak dapat melakukan tugasnya.
49.LINGKUNGAN SEKITARLingkungan sekitar sangat besar pengaruhnya dalam terbentuknya kepribadian
seseorang. Jadi, agar terbentuknya kepribadian yang baik, lingkungan sekitar pun
harus menanamkan nilai-nilai yang baik pula.
50.DIRI SENDIRIKepribadian dari setiap individu pun sangat berpengaruh besar terhadap perilaku
yang dilakukan di dalam masyarakat. Jadi, diharapkan setiap individu dapat
memilki kepribadian yang baik.
-
7/29/2019 Referendum Papua
12/31
12
51.TNITNI sebagai aparatur Negara harus dapat menjaga dan melindungi keamanan
Negara ini dari segala macam bahaya yang mengancam dan yang dapat memecah
belah kedudukan Negar ini.
IV. Upaya- Upaya yang dapat dilakukan :1. Meningkatkan kualitas moral dari setiap individu.2. Tanamkan pada diri setiap individu tentang pentingnyakesatuan dan persatuan bangsa.3. Berikan pendidikan yang lebih tentang pancasila di sekolah-sekolah.4. Tnamkan adanya pengendalian diri, sesuai dengan falsafah pancasila.5. Tanamkan adanya kepekaan terhadap lingkungan di masyarakat.6. Memelihara jati diri, jiwa kebangsaan dan jiwa berpolitik.
V. Kesimpulan :1. Sudah berkurangnya jiwa kebangsaan pada setiap individu bangsa Indonesia.2. Pemerintah dianggap kurang serius dalam menangani kasus tersebut.3. Sudah banyak masyarakat yang tidak memandang pancasila sebagia sumber dari segala
sumber hukum.
4. Pancasila sudah bukan menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia.5. Rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia sudah semakin luntur.
VI. Daftar Referensi :1.www.google.com
2.groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/3.www.swaranusa.net4.www.tempointeraktif.com5.www.indowebster.web.id6.www.cathnewsindonesia.com
http://www.google.com/http://www.swaranusa.net/http://www.tempointeraktif.com/http://www.indowebster.web.id/http://www.indowebster.web.id/http://www.tempointeraktif.com/http://www.swaranusa.net/http://www.google.com/ -
7/29/2019 Referendum Papua
13/31
13
LAMPIRAN
-
7/29/2019 Referendum Papua
14/31
14
Siang Ini Demo Minta Referendum Papua
Kamis, 8 Juli 2010 | 09:11 WIB
JAYAPURA, KOMPAS.com - Ratusan orang berkumpul di pusat pertokoan tepatnya di depan
Kantor Pos Abepura, Jayapura, Papua, Kamis (8/7/2010) pagi. Mereka bersiap menuju kantor
DPR Papua untuk melakukan aksi demonstrasi.
Mereka berkumpul untuk menantikan kedatangan rekan-rekannya yang lain untuk bergabung.
Ratusan orang yang sebagian memakai pakaian adat Papua itu membawa spanduk antara lain
bertuliskan "Otonomi Khusus Gagal, Minta Referendum".
Akibat aksi itu, jalanan macet dan seluruh pertokoan dan kantor swasta di Abepura memilih
untuk tidak beroperasi. Sementara itu, aparat kepolisian sektor Kota Abepura tampak telah
berjaga-jaga mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Masjid Anti Pancasila di Madura
Diposting pada Senin, 04-01-2010 | 16:48:22 WIB
Di sebuah desa bernama Sopeng, Sumenep, Madura terdapa seorang kyai yang cukup terkenal
bernama Kyai Ahmad Munib. Yang membuatnya dikenal salah satunya adalah kegigihannya
menentang Pancasila sejak Pancasila tersebut berdiri di Indonesia. Kyai ini sangat tertutup,
namun begitu pengikutnya cukup banyak juga didesa Sopeng. Beliau tidak pernah keluar dari
komplek rumahnya.
-
7/29/2019 Referendum Papua
15/31
15
Dalam komplek rumahnya terdapat sebuah masjid yang cukup besar, nama masjid tersebut
adalah Masjid Anti Pancasila. Namun masjid ini masjid umum, jadi siapapun diperbolehkan
melaksanakan sholat di masjid Anti Pancasila tersebut. Kegiatan pengajian di tempat Kyai
Munib ini dilaksanakan didalam rumahnya, jadi tidak dilaksanakan di masjid depan rumahnya.
Walaupun masih ada beberapa amalah bid'ah yang dilakukan kyai ini, namun kyai yang sudah
berumur 80 an tahun ini menyatakan masih sangat mendukung penegakan Syariat Islam di
Indonesia.
Beberapa tetangga beliau yang masih berpartai dan beliau anggap mendukung eksistensi
Pancasila maka tidak diperbolehkan sholat di masjid di komplek rumahnya.
Ada kisah menarik yang diceritakan seorang warga yang tinggal di sekitar komplek rumah kyai
Ahmad Munib tersebut kepada MuslimDaily. Dahulu, didepan masjid ada sebuah logo
bertuliskan "Anti Pancasila Kewajiban Kita Umat Islam". Kemudian karena Kapolsek sekitar
mengetahui mengenai "Logo" tersebut ia marah dan berusaha menutupi logo dari semen tersebut.
Namun karena tidak berani secara langsung maka Kapolsek itu menyuruh anak buahnya satu-
persatu melempari logo tulisan tersebut dengan semen sampai tertutup penuh. Yang menjadikan
cerita ini menarik dan berbau klenik adalah, setelah Kapolsek melakukan penutupan logo
tersebut ia jatuh sakit lalu meninggal. Dan para polisi lain didaerah itu menjadi takut macam-
macam dengan masjid Anti Pancasila tersebut.
Ada juga beberapa polisi lain yang berusaha menutup logo tulisan itu, namun begitu ketahuan
salah satu santri kyai Ahmad Munib, polisi itu langsung diusir paksa. Kyai ini hampir benar-
benar tidak keluar dari komplek rumahnya, sebab ia menganggap orang-orang diluar komplek
rumahnya sudah terkontaminasi paham Pancasila. Kyai ini hanya keluar dari rumahnya saat
pertengahan bulan Desember 2009 lalu diadakan pengajian di Masjid Pancasila, dan yang
menjadi pengisi pengajian adalah ustad Abu Bakar Ba'asyir.Kajian ini dihadiri sekitar 1000 anorang, bahkan Kyai Munib sendiri sampai heran kenapa jamaah pengajian yang datang bisa
membludak hingga keluar masjid tersebut. Begitu kajian ustad Abu Bakar Ba'asyir selesai beliau
langsung masuk lagi ke dalam rumah dengan dikawal santrinya.
Sebelum pengajian ustad Abu dimulai di masjid Anti Pancasila tersebut dimulai, kyai Ahmad
Munib membacakan semacam ikrar atau pernyataan yang kembali menegaskan bahwa ia
menolak Pancasila dan fahamnya. Pernyataan yang dibacakan kyai tersebut juga dicetak dalam
lembaran kertas yang dibagi-bagikan kepada jamaah pengajian. Isi selebaran tersebut mengenai
pengingkaran terhadap hukum-hukum yang dibuat oleh Pancasila. Salah satu isinya menyatakan
-
7/29/2019 Referendum Papua
16/31
16
bahwa Pancasila itu kafir, Pancasila itu sama dengan hukum Fir'aun. Saat ini Kyai Ahmad
Munib tinggal bersama satu istri dan dua anaknya di desa Sopeng, Sumenep, Madura.
KH Achmad Munib Sang Anti Pancasila !!
Nama KH Achmad Munib menjadi pembicaraan akhir-akhir ini, kali ini mencoba membahas
lebih panjang lebar mengenai KH Achmad Munib yang melakukan dakwah Anti Pancasila.
Ajaran nyleneh KH Achmad Munib ini sebenarnya telah dimulai sejak 20 tahun yang lalu.
Penolakan ini disampaikan secara terang-terangan baik saat mengisi pengajian di masjid
miliknya, maupun di tempat lain.
Penerapan hukum dengan Pancasila dinilai oleh KH Achmad Munib, bertentangan dengan
syariat Islam. Sehingga bila tidak menggunakan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, dia
mengategorikan sebagai orang kafir. Bahkan, pada saat itu, Kiai Munib - panggilan KH Achmad
Munib - sempat mempunyai 150 santri. Namun para santri akhirnya berhenti dengan sendirinya
ketika Kiai Munib mulai menutup diri dan tidak menerima tamu.
Tulisan anti Pancasila juga terdapat di pintu teras masuk rumah yang kondisinya digembok rapat
dan sudah berkarat. Tulisan arab dengan warna biru jelas terlihat. "Anti Pancasila Kewajiban
Kita Umat Islam". Bahkan, kalimat serupa juga ada di tembok depan masjid Nurul Falah yang
dibangun kiyai anti Pancasila tersebut. Jaraknya sekitar 50 meter dari rumahnya.
Setiap orang yang masuk masjid tersebut tidak akan menduga jika tulisan arab yang ditulis
dengan huruf kaligrafi berwarna biru yang dikelilingi Ayat Kursi terdapat kalimat "Anti
Pancasila Kewajiban Kita Umat Islam". Kalimat tersebut bukan nama sebuah masjid, sebab di
atas sebelah utara masjid bertuliskan, "Masjid Nurul Falah". Masjid tersebut digunakan untuk
umum.
Sikap MUI selama ini Menurut MUI, ajaran KH Achmad Munib tidak menyimpang. Ajaran anti
Pancasila yang dilakukan KH Achmad Munib sama dengan ajaran agama Islam pada umumnya.
Praktek ibadah dan perilaku setiap harinya tidak menyimpang dari Hadist dan Al-Qur'an.
http://timetotalks.blogspot.com/2010/01/kh-achmad-munib-sang-anti-pancasila.htmlhttp://timetotalks.blogspot.com/2010/01/kh-achmad-munib-sang-anti-pancasila.html -
7/29/2019 Referendum Papua
17/31
17
Meski mengajarkan anti Pancasila, Ketua MUI Kecamatan Dasuk, Sumenep, KH Syamsul Arifin
menganggap ajaran agama yang disampaikan KH Achmad Munib tidak ada yang aneh. "Hanya
menyatakan Anti Pancasila dan mempunyai keinginan mendirikan negara Islam," ujar Syamsul
Arifin.
Ajaran anti Pancasila, kata dia, tidak berdampak pada masyarakat sekitar. Bahkan, warga sekitar
menilai jika ajaran yang diberikan kiai Munib hal yang aneh tidak perlu diikuti. "Warga tidak
mengikuti pemahaman Anti Pancasila itu, namun tidak berani merusak tulisan yang ada di
masjid," ungkapnya.
Syamsul yang juga seorang tokoh masyarakat ini menilai jika yang bersangkutan khilaf. Artinya,
apa yang disampaikan tidak harus diikuti oleh orang yang normal pada umumnya, dan tidak ada
pengikutnya soal anti Pancasila itu. "Namanya orang khilaf mau diapakan? Ya biarkan saja.
Lingkungannya juga tidak berdampak," tegasnya.
Sementara, salah seorang anggota DPRD Sumenep, A Samsul Rizal, mengatakan kiai yang
mengaku anti Pancasila itu tergolong kiai Jadap, atau salah seorang yang kehidupannya antara
khilaf dan waliyullah. "Apa yang disampaikan menjadi tanda-tanda dan sulit untuk dilogikakan.
Namun, soal anti Pancasila juga tidak ada pengaruh pada lingkungan," kata Samsul saat ditemuidi kantornya, Jalan Trunojoyo.
Masyarakat sekitar, tambah dia, tidak mau untuk membicarakan kiai tersebut yang berkaitan
dengan Pancasila. Sebab diyakini akan terjadi konsekwensi tersendiri. Konsekwensi itu terjadi
secara ghaib. "Warga yang tidak suka dengan ideologi anti Pancasila itu ya tidak mau
membicarakan, mereka membiarkan saja," pungkasnya.
Sikap Polisi Aparat kepolisian bukan tidak tahu keberadaan KH Achmad Munib, yang
menyatakan anti Pancasila. Namun karena ajaran itu tidak berdampak pada lingkungan sekitar,
maka polisi belum perlu mengamankan yang bersangkutan. WakaPolres Sumenep, Kompol
http://timetotalks.blogspot.com/ -
7/29/2019 Referendum Papua
18/31
18
Achmad Husin, menjelaskan, setiap warga negara harus punya ediologi sesuai dengan yang
berlaku di negara Indonesia. Jika ada yang tidak mengakui perlu dipertanyakan.
Namun, keinginan untuk mendirikan negara Islam dan menyatakan anti Pancasila merupakan
hak individu. "Selama keinginan itu tidak berdampak pada warga dan tidak ada pengikutnya,
biarkan saja," kata Kompol Achmad Husin. Menurut dia, bila yang bersangkutan berdakwah dan
merekrut orang lain, maka yang bersangkutan tetap salah dan perlu penyelidikan. "Sampai saat
ini Sumenep aman-aman saja," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, KH Achmad Munib yang tinggal di Desa Beluk Kenek,
Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep, Madura mempunyai ajaran yang sedikit nyleneh.
Dia selalu berdakwah anti Pancasila, karena berniat mendirikan negara Islam.
Tuntut Referendum, Ribuan Massa Nginap di DPRP
JAYAPURA-Sesuai rencana sebelumnya, ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat sipil
Papua Kamis (8/7) kemarin melakukan aksi demonstrasi ke Kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Papua (DPRP).
Mereka kembali melakukan demonstrasi untuk menagih janji DPRP atas tuntutan mereka saat
melakukan aksi penolakan Otsus dan tuntutan referendum pada 18 Juni lalu. Ribuan massa ini
awalnya berkumpul di Waena dan Abepura. Massa dari Waena long march ke arah Abepura,
bergabung dengan massa yang sudah lebih dulu berkumpul disana. Setelah bergabung seluruh
massa pendemo yang datang dari berbagai elemen masyarakat, massa dengan pengawalan aparat
kepolisial, sekitar pukul 11.00 WIT mulai melakukan long march kearah Kota Jayapura.
Dalam aksinya, massa pendemo beberapa bendera, diantaranya bendera PBB, beberapa spanduk
dan sejumlah pamflet. Diantar sejumlah spanduk, ada sebuah spanduk besar yang bercorak
bendera bntang kejora. Setelah menempuh jalan kaki sejauh 15 km, sekitar pukul 14.00 WIT,
ribuan massa tersebut tiba di kantor DPRP di Pusat Kota Jayapura. Di Jayapura kota sediri,
terutama di emperan toko sepanjang Jalan Irian, sejak pukul 09.00 sWIT sudah ada konsentrasi
massa. Kurang lebih 300 an orang sudah menunggu para pendemo yang datang dari Abepura.
Akibat aksi tersebut, arus lalulintas mengalami kemacetan, bahkan pertokoan di sepanjang jalan
juga memilih tutup. Sebab dalam aksi long march ini, massa tidak memberikan kesempatan
-
7/29/2019 Referendum Papua
19/31
19
kepada pengguna jalan lainnya, sehingga para pengguna jalan lain memilih berhenti, bahkan
menghindar ke pinggir jalan.
Situasi Kota Jayapura siang kemarin, cukup lenggang. Banyak kendaraan dan angkutan kota
memilih memarkir kendaraanya karena takut. Para Pegawai negeri dan swasta banyak juga yang
memilih tidak kantor atau bahkan pulang lebih awal karena khawatir terjadi keributan akibat
demo besar-besaran tersebut.Setelah tiba di halaman kantor DPRP, massa yang berjumlah sekitar
3 ribu hingga 5 ribu orang itu langsung berlari-lari mengelilingi halaman DPRP sambil
meneriakkan kata-kata merdeka. Koordinator Forum Demokrasi Papua Bersatu (FDPB) Salmon
Yumame mengatakan, Papua harus bersatu, karena dengan bersatu aspirasi dapat didengar, dan
penyaluran aspirasi tanpa melakukan kekerasan. Kami datang karena janji DPRP, teriaknya.
Dikatakan, jika tidak ada kata sepakat untuk digelar rapat paripurna oleh DPRP, maka massa
akan menginap hingga ada hasil yang akan disampaikan oleh DPRP. Kita akan tidur di sini
(kantor DPRP, red) hingga ada jawaban yang akan kami dengar, ujarnya. Massa meminta agar
DPRP harus melakukan kerjasama dengan internasional untuk berbicara langsung dengan
Presiden Amerika Barak Obama agar menegakkan keadilan dan berbicara soal referendum Papua
Barat .
Sedangkan salah seorang pentolan pendemo, Mako Tabuni, dalam orasinya mengatakan,
referendum bukan tujuan, penindasan, Otsus gagal, dikriminasi semunya bukan tujuan dari demo
ini, namun tujuan ini adalah harga diri. Ini adalah harga diri kami, sehingga harus diselesaikan
dengan melibatkan internasional, ungkapnya. Orasi-orasi tersebut berlangsung sekitar 5 jam
dan massa akhirnya ditemui oleh anggota dewan dari berbagai komisi yang ada, sebab Ketua
DPRP dan Wakil I DPRP, juga Ketua Komisi A tidak ada di tempat .
Massa sempat mengamuk karena kekecewaan mereka atas tidak adanya Ketua DPRP Drs.Jhon
Ibo,MM sehingga sempat terjadi adu mulut antara massa dengan perwakilan anggota dewan
yang hadir saat itu. Wakil Ketua Komisi A Weynand Watori mengatakan, DPRP dipilih oleh
rakyat, namun DPRP juga memiliki partai politik, sehinga dalam menindak lanjuti aspirasi, harus
dibicarakan dulu ke pimpinan partai-partai politik. Ha itu baru akan berlangsung pada tanggal 30
Juli nanti. Setelah itu, aspirasi yang disampikan akan dibawa ke pemerintah pusat. Ada
mekanisme tertentu yang harus dilalui, katanya.
-
7/29/2019 Referendum Papua
20/31
20
Hal ini membuat massa semakin marah dan meneriaki para wakil rakyat itu, bahkan massa
hendak melakukan kekerasan, namun dihalangi dan didinginkan oleh massa lainnya, sehingga
para anggota dewan kembali masuk ke Ruangan Badan Anggaran (Banggar) untuk mencari
solusi. Sebagian pendemo sempat tidak menerima dan ada yang hendak ikut masuk, namun
dihadang oleh massa pendemo yang lain.
Hingga pukul 18.00 WIT, massa tidak mendapat hasil kesepakatan dari para wakil rakyat itu dan
akhirnya massa memilih tidur di halaman kantor DPRP. Koordinator demo Salmon Yumame
mengatakan, massa akan tidur di kantor DPRP ini hingga ada hasil. Kita tunggu saja besok (hari
ini,red), apa yang akan disampaikan anggota dewan yang terhormat itu, ungkapnya.
Dari pantauaan Cenderawasih Pos hingga pukul 20.00 WIT tadi malam massa masih tetap
bertahan di DPRP.
Demo pengembalian Otsus dan menuntut referendum yang diisukan akan berlangsung anarkis,
membuat pertokoan di wilayah Waena-Abepura yang biasa dilalui massa tersebut memilih untuk
menutup tempat usahanya masing-masing.
Dari pantauan Cenderawasih Pos kemarin pagi di wilayah Abepura, massa dari Expo Waena dan
Perumnas III Waena mulai melakukan long march menuju ke Abepura menyebabkan sebagian
para pemilik toko, supermarket dan tempat usaha lainnya memilih untuk menutup usaha mereka.
Meski demikian, ada beberapa pertokoan yang ada di sepanjang jalan Waena-Abepura- Kotaraja
yang masih tetap buka. Hanya saja, tidak membuka penuh pintu toko mereka. Ya, isunya ada
demo besar-besaran. Makanya kami memilih tutup saja, kata salah seorang pemilik ruko di
Abepura yang enggan disebutkan namanya kepada Cenderawasih Pos.
Ia mengakui ada kekhawatiran tersendiri saat massa yang melakukan aksi unjuk rasa tersebut,
melakukan perbuatan anarkis, sehingga ia memilih tidak mengambil resiko dengan tetap
membuka usahanya tersebut.
Sejumlah pertokoan di depan Kantor Pos Abepura juga banyak yang tutup setelah massa mulai
berkumpul di depan pertokoan tersebut. Apalagi, saat massa dari Expo Waena lewat ke Abepura.
SAGA Mall Abepura juga menutup pintu masuk ke mall tersebut, begitu juga Mega Abepura,
Regina bahkan hingga Abepura Mall memilih untuk menutup pagar mereka sebagai antisipasi
-
7/29/2019 Referendum Papua
21/31
21
hal-hal yang tidak diinginkan dalam demo menuntut pengembalian Otsus dan referendum
tersebut.
Hanya saja, dari pantauan Cenderawasih Pos, setelah massa yang melakukan long march tersebut
lewat ke arah skyland, sebagian besar pertokoan dan mall tersebut kembali beroperasi seperti
biasa. Hanya kami khawatir saja, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, apalagi isunya
begitu, ujar salah seorang pemilik ruko di Abepura yang juga enggan disebutkan namanya.
Sebaliknya, ketika ribuan massa tiba di Entrop dan longmarch kearah jantung kota Jayapura,
toko-toko di sekitat Entrop dan Jayapura yang memilih tutup.
Aparat Kepolisian Kawal Aksi Demo
JAYAPURASebanyak 503 personel aparat kepolisian dari Polresta Jayapura yang di back up
anggota dari satuan Brimob Kotaraja kemudian Samapta Polda Papua terpaksa diturunkan untuk
mengamankan jalannya aksi demo damai besar-besaran yang dilakukan masyarakat Papua dari
berbagai elemen perjuangan sipil di Papua baik dari dewan adat, presidium dewan Papua, Dewan
adat Papua dan organisasi sipil lainnya di DPRP, Kamis (8/7) kemarin.
Ketika dikonfirmasi wartawan, Kapolresta Jayapura, AKBP. H. Imam Setiawan, SIK
menegaskan, dalam aksi demo damai yang dilakukan ribuan masyarakat Papua itu, pihaknya
telah mengerahkan sekitar 350 anggota dari Polresta Jayapura, kemudian juga diback up 103
anggota Samapta Polda Papua dan 50 anggota Brimob Polda Papua ditambah beberapa unit
mobil water canon. Kita sifatnya hanya mengawal proses aksi demo damai yang dilakukan
masyarakat Papua dengan mengerahkan 503 anggota polisi,tukasnya.
Ditegaskannya, pihaknya tetap konsisten terhadap siapa saja dari pendemo yang melakukan aksi
anarkis, merusak fasilitas umum atau lainnya dengan menindak tegas tanpa pandang bulu.
Meskipun sudah ada izin tapi tetap kita tindak tegas apabila bertindak anarkis,tandasnya.
Sementara itu, dilaporkan disaat aksi demo damai berlangsung di Jalan Percetaan Jayapura,
seorang warga negara asing (WNA) yang diketahui berkewarganegaraan Perancis bernama
Eduardo (34) terpaksa diamankan oleh aparat keamanan karena diduga telah menyalahi aturan
dan mengganggung jalannya aksi demo. Kapolresta Jayapura, AKBP. H. Imam Setiawan, SIK
-
7/29/2019 Referendum Papua
22/31
22
ketika dikonfirmasi Cenderawasih Pos terkiat penangkapan 1 orang WNA asal Perancis
diamankan.
Diakuinya, pihaknya mencurigai seorang WNA asal negara Perancis yang saat demo
berlangsung sedang mengambil foto-foto kemudian langsung diamankan oleh aparat keamanan
untuk dimintai keterangan. WNA itu, lanjut Kapolresta, setelah menjalani pemeriksaan di
Polresta Jayapura ternyata memiliki visa wisata kemudian yang bersangkutan kebetulan baru tiba
di Jayapura dengan tujuan berwisata. Sebenarnya tidak ada masalah dan WNA itu lengkap
dengan visanya namun memang harus dimintai keterangan kemudian kami telah menyerahkan
kepada pihak keimigrasian untuk proses selanjutnya, ungkapnya.
Ribuan Warga Papua Tagih Janji Referendum
09 Jul 2010
Longmarch melumpuhkan Jayapura.
JAYAPURA
Papua kemarin menggelar unjuk rasa menuntut diadakan referendum memisahkan diri dariNegara Kesatuan Republik Indonesia. Massa yang mengatasnamakan Forum Demokrasi Rakyat
Papua Bersatu atau Fbrdem itu menggelar aksinya di beberapa wilayah di Papua, seperti
Wamena, Manokwari, Sorong, dan Merauke, selain di Jayapura.
Kami ingin menyatakan bahwa otonomi khusus Papua telah gagal/kata anggota Fordem,
Markus Haluk. Aksi kemarin masih merupakan lanjutan dari aksi long march, yang dilakukan
pada 18 Juni lalu. Saat itu massa menyerahkan 11 poin hasilmusyawarah besar masyarakat adat
Papua yang dilakukan di kantor Majelis Rakyat Papua (MRP) pada 9-10 Juni kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Papua.
Pihak yang terakhir diminta menggelar sidang paripurna untuk memenuhi keinginan
dilakukannya referendum dalam tiga pekan, yang jatuh tempo kemarin. Aksi siang ini adalah
untuk menagih janji anggota Dewan setempat, untuk update, apakah tuntutan kami yang lalu
sudah ada jawabannya, kata Markus.
Selain soal referendum, di antara 11 poin tuntutan yang pernah diserahkan itu di antaranya
penutupan PT Freeport Indonesia, penolakan terhadap status otonomi khusus, dan penghentian
-
7/29/2019 Referendum Papua
23/31
23
sementara pemilihan umum kepala daerah. Sidang plenomasyarakat adat juga meminta
pemerintah Jakarta membebaskan tahanan/na-rapidana politik.
Massa datang ke gedung DPRD dengan berjalan kaki 20 kilometer dari kantor MRP Di tempat
itu, Ketua Dewan Adat Papua Forkorus Yogoisembut meminta MRP dan DPRD Papua segera
mengambil sikap, terutama soal tuntutan referendum.
Ruas-ruas jalan penghubung Kota Jayapura dengan Kabupaten Jayapura lumpuh total gara-gara
aksi itu. Sejumlah pertokoan di daerah tersebut juga memilih tutup.Kami mencari aman, Mas.
Takut massa anarkis-tik, kata Iea, pemilik rumah toko busana dan bahan-bahan pokok di
Abepura.
Dalam aksinya, sebagian massa memang terus meneriakkan kata-kata Papua Merdeka.Beberapa bendera asing, seperti milik PBB, dan spanduk bergambar Bintang Kejora juga
berkibar. Juru bicara polisi di Papua, Ajun Komisaris Besar Wachyono, menyatakan satu satuan
setingkat kompi Brigade Mobil Detasemen A Jayapura, dua peleton Pasukan Pengendali Massa
Polresta Jayapura, dan satu peleton pasukan yang sama dari Kepolisian Daerah Papua dikerahkan
untuk mengawal aksi.
Kami juga menyiagakan satu satuan setingkat kompi dari Kodim, kata Wachyono kemarin pagi.
Dia mengungkapkan bahwa aksi itu sudah mengantongi izin. Tuntutannya masih sama dengan
demo sebelumnya, yaitu mengatakan otonomi khusus Papua gagal dan menuntut referendum,
kata Wachyono.
Rakyat Papua !
Wednesday, 07 July 2010 21:56
Ramai-ramai mengantar rekomendasi ke DPRP. (Foto/Jubi : Eveerth Joumilena)
http://tabloidjubi.com/images/stories/food/edisi62/laput3.jpghttp://tabloidjubi.com/images/stories/food/edisi62/laput3.jpghttp://tabloidjubi.com/images/stories/food/edisi62/laput3.jpghttp://tabloidjubi.com/images/stories/food/edisi62/laput3.jpghttp://tabloidjubi.com/images/stories/food/edisi62/laput3.jpg -
7/29/2019 Referendum Papua
24/31
24
Tuntutan referendum atau hak untuk menetukan nasib sendiri tidak pernah surut dari perjuangan warga
Papua Barat hingga saat ini. Bisakah semua itu terwujud atau hanya sebuah pelampiasan ?
JUBI --- Penyandaraan diri setiap kali pada identitas pribadi merupakan dasar perjuangan,
sebagai akibat dari kekejaman praktek-praktek kolonialisme di Indonesia termasuk Tanah Papua.
Perlawanan menjadi semakin keras sebagai akibat, penindasan yang brutal dan adanya ruang-
gerak yang semakin luas di mana seseorang dapat mengemukakan pendapat secara bebas. Faktor
lainnya adalah membanjirnya informasi yang masuk tentang Sejarah Papua Barat. Rakyat Papua
Barat semakin mengetahui dan mengenal sejarah mereka. Namun Benny Giay
menggambarkannya sebagai sejarah sunyi Orang Papua karena tidak semua negara mau
mendengar. Terkecuali ketika berbicara tambang dan sumber daya alam. PT Freeport Indonesia
adalah salah satu kekuatan investasi yang menancapkan kekuatannya di Tanah Papua sebelum
pelaksanaan referendum atau dalam versi Indonesia disebut Penentuan Pendapat Rakyat
(PEPERA).
Kontrak Karya PT FI dilakukan pada 1967 atau dua tahun sebelum pelaksanaan PEPERA di atas
tanah yang disengketakan antara Indonesia dan Belanda. Walau demikian kesadaran untuk
berjuang tak lepas dari tindakan Warga Papua untuk mentransformasikan realitas sehari-hari
Orang Papua. Mengutip Paulo Freire pakar pendidikan asal Brasilia yang m menulis semangat
juang menjadi kuat sebagai akibat dari kesadaran itu sendiri. Kesadaran untuk mencari identitassesuai dengan Universal Declaration on Human Right. Karena itu kemerdekaan adalah hak
berdasarkan Deklarasi Universal HAM yang menjamin hak-hak individu dan berdasarkan
Konvenant Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik yang menjamin hak-hak kolektif di dalam
mana hak penentuan nasib sendiri (the right to self-determination) ditetapkan. Semua bangsa
memiliki hak penentuan nasib sendiri. Atas dasar mana mereka bebas menentukan status politik
mereka dan bebas melaksanakan pembangunan ekonomi dan budaya mereka.
International Covenant on Civil and Political Rights, Article 1). Nation is used in the meaning of
People (Roethof 1951:2) and can be distinguished from the concept State - Bangsa digunakan
dalam arti Rakyat (Roethof 1951:2) dan dapat dibedakan dari konsep negara (Riop Report No.1).
Riop menulis bahwa sebuah negara dapat mencakup beberapa bangsa, maksudnya kebangsaan
atau rakyat (a state can include several nations, meaning Nationalities or Peoples).
Ada dua jenis the right to self-determination , yaitu external right to self-determination dan
internal right to self-determination.
-
7/29/2019 Referendum Papua
25/31
25
External right to self-determination yaitu hak penentuan nasib sendiri untuk mendirikan negara
baru di luar suatu negara yang telah ada. Contoh: hak penentuan nasib sendiri untuk memiliki
Negara Papua Barat di luar negara Indonesia. Hak eksternal penentuan nasib sendiri atau lebih
baiknya penentuan nasib sendiri dari bangsa-bangsa, adalah hak dari setiap bangsa untuk
membentuk negara sendiri atau memutuskan apakah bergabung atau tidak dengan negara lain,
sebagian atau seluruhnya (Riop Report No.1).
Rakyat Papua Barat, per definisi, merupakan bagian dari rumpun bangsa atau ras Melanesia yang
berada di Pasifik. Pakar antropolog membagikannya ke dalam dua kelompok Melanesia dan
Papua. Perbedaan etnik maupun ras dapat menjadi salah satu gagasan untuk kembali mengatur
langkah ke depan bagi suatu bangsa. Agaknya peluang ini dapat digunakan sebagai gagasan
untuk menentukan nasib sendiri. Apalagi negara Vanuatu di Pasifik Selatan membuka pintu bagi
perjuangan Papua Barat. Vanuatu juga memberikan kursi bagi Papua Barat dalam pertemuan
Melanesia Brotherhood di Pasifik Selatan.
Namun yang jelas rasa kebangsaan dan nasionalisme bisa dibangun kalau ada perasaan senasib
dan sama-sama menderita. Cilakanya selama di Papua Barat belum merasa sama-sama menderita
dan satu kata untuk menentukan nasib sendiri. Maka perlu dibangun solidaritas agar jangan
sampai salah arah dan tidak tepat sasaran.
UU Otsus yang selama ini dianggap sebagai sasaran antara untuk menjembatani perasaan senasib
dan sepenanggungan sangat jauh dari harapan banyak Orang Papua. Tuntutan referendum adalah
aspirasi murni dari Rakyat Papua yang selalu hidup dalam penindasan dan masih merasa sebagai
bangsa yang terjajah di atas tanah sendiri. Terlepas dari perkembangan sejarah masa lalu hingga
saat ini. Tampaknya tuntutan referendum sudah pasti akan terus dinyanyikan Rakyat Papua
kepada dunia, bahwa keinginan menentukan nasib sendiri adalah murni isi hati Rakyat Papua dan
bukan keinginan segelintir orang.
Hal ini terangkat kembali pada 18 Juni 2010 dimana seluruh Rakyat Papua bersama Dewan Adat
Papua (DAP) dan Majelis Rakyat Papua (MRP) menyampaikan aspirasi referendum bagi masa
depan Papua kepada DPRP. Masalah mendasar dan subtansi dari tuntutan Rakyat Papua adalah
ketika Otonomi Khusus (Otsus) Tahun 2001 bagi Povinsi Papua diberikan Pemerintah Pusat
sebagai jawaban pengganti atas aspirasi Papua merdeka. Sayangnya sasaran antara melalui UU
Otsus tak memberikan banyak harapan dan nada optimis muncul dengan keyakinan bahwa gula-
gula Otsus akan membawa perubahan bagi Rakyat Papua. Sebaliknya gula-gula ini hanya
enak didengar tanpa ada terwujud nyata dalam hidup sehari-hari Masyarakat Asli Papua. Tidak
-
7/29/2019 Referendum Papua
26/31
26
ada keberpihakan yang sifatnya memproteksi, memberdayakan dan menerapkan afirmatif
terhadap hak-hak dasar Masyarakat Asli Papua.
Kebijakan yang bersifat affimative action seringkali berbenturan dengan pemerintah di Jakarta.
Ibarat berbenturan dengan tembok, tutur Agus Alua. Atau Benny Giay sedikit sinis
menegaskan mengharapkan UU Otsus dan affirmative action sama saja dengan merebus batu.
UU Otsus sudah berjalan hampir 10 (sepuluh) tahun, namun tetap saja Rakyat Papua tidak
merasakan manfaat dan dampak kemajuan dari kebijakan ini. Oleh karena itu mestinya
Pemerintah Indonesia lebih jeli melihat persoalan tersebut dan bukannya membiarkan Rakyat
Papua berkelahi dengan dirinya sendiri akibat berbagai aturan yang diberikan tidak berjalan baik
sesuai amanatnya. Padahal nyata-nyata di dalam UU Otsus harus berpihak dan melindungi
keberadaan Orang Asli Papua.
Menyikapi kegagalan Otsus, maka MRP bersama Masyarakat Adat Papua (MAP) serta
kelompok elemen Masyarakat Papua lainnya melakukan musyawarah pada Tanggal 910 Juni
2010 lalu, dimana menghasilkan 11 rekomendasi yang selanjutnya diserahkan kepada kepada
Pemerintah Indonesia termasuk Pemerintah Daerah dan DPRP.
Dalam dua hari kegiatan Musyawarah MRP dan Masyarakat Adat Papua yang datang dari tujuh
wilayah adat di seluruh Tanah Papua, telah mengambil suatu keputusan bersama tentang situasi
politik di Tanah Papua dan keberadaan Otsus Papua yang dianggap gagal dan seluruh peserta
Musyawarah dan komponen politik yang hadir menyerukan kepada MRP dan DPRP segera
mengembalikan Otsus ke pusat. Acara Musyawarah yang sempat memanas tersebut lebih banyak
berkutat pada penyelesaian masalah politik di Tanah Papua.
Agus Alua dalam keterangannya menyatakan, semua peserta Mubes sepakat untuk kembalikan
Otsus dan referendum solusi untuk menjawab semua permasalahan politik di Tanah Papua. Ini
aspirasi murni rakyat dan MRP akan memfasilitasi aspirasi mereka, tutur Alua. Aspirasi
masyarakat juga meminta pelaksanaan referendum ini difasilitasi oleh dunia Internasional. Poin
penting lain adalah segera menutup aktivitas penambangan PT. Freeport Indonesia di Bumi
Amungsa.
Tuntutan ini sudah berada di tangan DPRP, sebabnya Rakyat Papua akan menunggu wakil-wakil
Rakyat Papua untuk menindaklanjuti secara baik. Rakyat Papua akan menagih janji pada 8 Juli
2010 mendatang. (JUBI/Eveerth Joumilena / Musa Abubar)
-
7/29/2019 Referendum Papua
27/31
27
Kekuatan Asing (Penjajah) di Balik Isu Referendum Papua
[Al Islam 516] Meski tidak menjadi berita besar, isu referendum (jajak pendapat umum) di
Papua akhir-akhir ini sebetulnya sangat penting untuk diwaspadai. Setelah konflik Aceh pasca
MoU Helsinky, kini gejolak menyeruak kembali di Papua. Saat ini gejolak lebih besar dipicu
oleh aksi-aksi politis yang dilakukan masyarakat sipil. Demontrasi besar, misalnya, terjadi pada
tanggal 18 Juni, dilanjutkan aksi ribuan warga Papua pada tanggal 8 Juli 2010. Aksi pada awal
bulan Juli ini dikoordinasikan oleh Forum Demokrasi Rakyat Papua Bersatu (FDRPB).
Forum ini menghimpun elemen-elemen sipil terdiri dari; DAP, PDP, WPNA, Solidaritas
Perempuan Papua, PGGP, Sinode GKI, GIDI, Kemah Injil, Baptis Papua, Pantekosta, KNPB,
AMPPTPI, AMWP, Front Papera, Garda-P, Forum Independen Mahasiswa,Bem/Senat
Mahasiswa Se-Jayapura, dan OKP-OKP se-kota/Kab.
Jayapura-Sarmi-Kerom. Dengan semboyan Satu Tanah, Satu Hati, Satu Bangsa dan Satu
Tujuan, mereka bergerak mendesak DPR Papua melaksanakan sidang paripurna guna
menindaklanjuti aksi demo tanggal 18 Juni 2010 dalam rangka menyerahkan hasil musyawarah
masyarakat Papua. Tuntutannya adalah mengembalikan Otsus (otonomi khusus) sekaligus
menuntut referendum.
Tentu, ini merupakan tantangan besar bagi Pemerintah Indonesia. Pasalnya, jika Pemerintah tak
cermat, Papua akan mengalami kontraksi politik yang bisa berujung pada disintegrasi
(pemisahan diri), sebagaimana halnya Timor-Timur yang telah lepas dari pangkuan negeri ini.
Latar Belakang Tuntutan Referendum
Luas seluruh Papua adalah 309.934,4 km, sama dengan 3,5 kali Pulau Jawa. Wilayah ini subur
dengan kandungan mineral dan potensi SDA (sumber daya alam) yang melimpah; dari mulai
hutan, tambang emas, tembaga hingga uranium. Dari sisi geopolitik pun, Papua sangat strategis.
Namun, dengan potensi SDA Papua yang demikian besar, Indek Pembangunan Manusia (IPM)
Papua termasuk yang paling rendah dibandingkan dengan seluruh provinsi yang ada di
Indonesia. Tingkat kemiskinan masyarakatnya juga sangat merisaukan. Padahal Papua telah
terbukti memberikan banyak keuntungan dengan kandungan kekayaan alamnya yang melimpah
kepada perusahaan lokal, nasional maupun multinasional (asing). Namun, Papua seolah hanya
menjadi pundi-pundi kekayaan dan sapi perah kepentingan perusahaan-perusahaan tersebut dan
pihak asing, termasuk para elit penguasanya.
-
7/29/2019 Referendum Papua
28/31
28
Pemerintah Indonesia melalui Otonomi Khusus Papua yang dituangkan dalam UU No 21 Tahun
2001 berusaha mengubah keadaan di atas. Sayang, Otsus seolah menjadi bumerang. Pasalnya,
setelah berjalan 9 tahun, Otsus dirasakan tidak berpengaruh apa-apa, kecuali kepada segelintir
elit politiknya. Dana Otsus yang mencapai rata-rata 10juta/warga Papua juga tidak memberikan
perubahan berarti. Kondisi inilah yang mendorong sebagian masyarakat Papua (lebih tepatnya;
elit politiknya) menyuarakan tuntutan referendum (yang arahnya adalah merdeka atau minimal
berformat federalisme). Referendum dianggap sebagai pilihan akhir untuk mengubah keadaan itu
semua.
Ada beberapa analisis mengapa wacana referendum mencuat. Pertama: karena Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua tidak dilaksanakan secara konsisten dan serius oleh
pemerintah pusat dan daerah. Ketidakseriusan ini terlihat pada adanya kebijakan-kebijakan yang
kontra dengan UU Otsus Papua tersebut. Hal ini menjadi kendala sekaligus memunculkan
berbagai masalah penerapannya di lapangan. Jadinya UU Otsus seperti tidak bergigi. Misal, di
lapangan ditemukan Pemerintah Provinsi Papua mengaku hingga saat ini hanya ada sekitar 20
persen dari 380-an pemerintahan distrik atau kecamatan yang melaksanakan aktivitasnya dengan
baik. Kondisi tersebut disebabkan masih minimnya sarana dan prasarana bagi pemerintahan
distrik itu. Pemerintahan distrik sangat sedikit sekali melakukan pelayanan kepada masyarakat.
Jika distrik sebagai ujung tombak pemerintah terdepan tidak memiliki kapasitas untuk
membangun maka perubahan nasib warga Papua seperti menggantang asap, alias tidak akan
berubah.
Kedua: UU Otsus Papua mengandung blunder politik terkait dengan peran lembaga-lembaga
adat dalam melahirkan kebijakan-kebijakan politik di Papua. Pemerintah dianggap tidak
memperhatikan pandangan/pendapat dari MRP (Majelis Rakyat Papua) yang dipandang
mewakili lembaga-lembaga adat Papua. Inilah yang menjadi salah satu pemicu ketidakpuasan
masyarakat Papua.
Ketiga: Pemerintah dianggap tidak serius dalam mewujudkan Pasal 34 UU No 21 Tahun 2001
tentang Otsus Papua ini. Terkait ayat 3 (yakni: Dana Perimbangan bagian Provinsi Papua,
Kabupaten/Kota dalam rangka Otonomi Khusus), tidak ada realisasi atas pembagian hasil
Sumber Daya Alam (SDA) Papua antara Papua dan Jakarta sebagaimana yang diamanatkan
Pasal 34 UU Otsus Papua.
Keempat: Pelanggaran HAM yang dilakukan sejak 1963 hingga kini belum ditangani. Padahal
UU Otsus Papua menghendaki hal itu. Para korban pelanggaran HAM dibiarkan. Orang Papua
-
7/29/2019 Referendum Papua
29/31
29
belum merasakan keadilan. Oleh sebab itu, bagi orang Papua, Pemerintah gagal melaksanakan
UU Otsus Papua. Sekalipun triliunan rupiah sudah dikucurkan, mayoritas orang Papua masih
hidup di bawah garis kemiskinan. Karena tidak merasakan manfaatnya maka rakyat Papua
mengembalikan UU Otsus secara simbolik kepada pemiliknya, yakni Pemerintah melalui DPR
Papua, dan menuntut referendum.
Peran Negara Asing (Penjajah)
Untuk menghilangkan tuntutan referendum dari Tanah Papua, faktor pemicu tuntutan ini perlu
dipecahkan. Lepasnya Timor-Timor menjadi pengalaman sangat pahit. Sementara itu, Papua
jauh lebih besar potensi SDA-nya dibandingkan Timor-Timur. Jika penguasa saat ini tidak
mengubah kebijakan dan orentasi pembangunannya, niscaya Pemerintah akan menelan buah
simalakama demokrasinya. Dalam ruang demokrasi tidak ada lagi sumbatan bagi setiap warga,
khususnya warga Papua, untuk menyerukan keinginannya, bahkan di forum-forum internasional,
termasuk PBB. Apalagi Papua adalah ladang subur tempat melampiaskan ketamakan para
kapitalis asing melalui instrumen negaranya untuk melakukan penjajahan sekaligus mengeruk
habis kekayaan Papua.
Indonesia harus mencermati dalang di balik tuntutan referendum ini. Sebab, masyarakat kecil
kebanyakan sebetulnya tidak begitu paham dengan referendum tersebut. Sekelompok elit
politiklah yang sebenarnya bermain dengan membangun jejaring baik di pusat kekuasaan
maupun jejaring internasional (pihak gereja dan LSM-LSM asing). Namun, sesungguhnya
mereka hanyalah alat. Kepentingan negara-negara besarlah, khususnya Amerika dan Australia,
yang memainkan peran penting di Papua. Sesungguhnya negera-negera penjajah inilah yang
memiliki kepentingan dan bakal meraih keuntungan jika Papua merdeka atau memisahkan diri
melalui referendum yang sedang diusahakan oleh mereka. Jika ini tidak dicermati Pemerintah,
boleh jadi nasib Papua nanti akan seperti Timor Timur; lepas begitu saja dari pangkuan
Indonesia.
Banyak bukti yang menunjukkannya adanya dukungan Australia dalam membantu para
pemberontak di Papua, baik secara langsung atau melalui New Guinea, yang juga menyediakan
tempat yang aman kepada para pemberontak separatis di samping dukungan finansial dan
militer. Kebijakan yang sama telah dilakukan Australia terhadap provinsi-provinsi di Indonesia
selama puluhan tahun, seperti dalam kasus Aceh dan Timor Timur. Amerika juga mulai
mengungkapkan keprihatinan besarnya atas konflik di Papua ketika tahun 2005 Kongres AS
memutuskan untuk menerapkan klausul: berdasarkan apa Papua telah menjadi bagian dari
-
7/29/2019 Referendum Papua
30/31
30
Indonesia. Pada bulan Juni 2007, Utusan Khusus HAM Sekjen PBB, Hina Jilani, mengunjungi
propinsi Aceh dan Papua. Ia membahas pelanggaran HAM di dua provinsi itu. Pada bulan Juli
2007 ketua Subkomite Parlemen (Kongres AS) di Asia, Pasifik dan Global, Eni Faleomavaega,
mengatakan, Jika Pemerintah Indonesia tidak mampu menangani dengan baik isu Papua, kami
akan memberinya kemerdekaan.
Semua itu tentu saja menunjukkan betapa Amerika dan Australia begitu bersemangat untuk
melepaskan Papua dari Indonesia dengan memanfaatkan konflik-konflik yang terjadi di
provinsi ini.
Solusi Islam
Indonesia adalah negeri Islam. Papua adalah bagian dari negeri Islam ini. Karena itu, wajib bagikaum Muslim untuk mencegah para penguasa negeri ini melepaskan Papua, sebagaimana mereka
dulu melepaskan begitu saja Timor Timur.
Untuk mengurangi pengaruh dan provokasi Gereja (kaum Kristen) di sana, wajib pula bagi umat
Islam untuk menyebarkan seruan Islam di kalangan orang Kristen di sana. Caranya adalah
dengan mengundang mereka untuk melakukan perdebatan dengan cara terbaik. Mereka juga
harus diingatkan bahwa hak-hak orang Kristen dilindungi di negeri-negeri Muslim.
Selain itu, penguasa harus menyadari bahwa politik sekular tidak memiliki kapasitas untuk
membangun seluruh wilayah Indonesia, termasuk Papua, menjadi makmur, sejahtera dan
berkeadilan. Sudah saatnya penguasa negeri ini menerapkan sistem Islam. Penguasa wajib
menerapkan hukum syariah yang berasal dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya atas semua
wilayah di negeri ini tanpa diskriminasi, antara satu provinsi dan lainnya. Dalam sistem Islam
(Khilafah), semua orang yang memiliki kewarganegaraan negara akan memiliki hak yang sama,
terlepas dari keturunan mereka atau agama mereka. Di sisi lain, penguasa wajib mencegah aksiseparatis dan menanganinya secara adil di antara masyarakat.
Dalam Islam tidak diizinkan untuk memberikan otonomi untuk setiap provinsi yang bisa memicu
kemunculan gerakan separatis. Ini dilarang (haram) dan merupakan kejahatan berat dalam Islam.
Karena itu, salah besar memberikan otonomi kepada Papua. Karena itu pula, otonomi wajib
dibatalkan dan Papua harus dibawa kembali di bawah pemerintahan pusat.
Umat Islam wajib untuk mencegah penguasa melepaskan wilayah Papua. Karena itu, kaum
Muslim wajib mengerahkan tekanan dan bekerja untuk mengubah sistem sekular yang ada
-
7/29/2019 Referendum Papua
31/31
karena sistem inilah yang memungkinkan terjadinya pemecahbelahan negeri Muslim terbesar ini.
Umat ini selanjutnya harus berupaya mendirikan negara Khilafah. Khilafahlah yang pasti bakal
mampu mencegah aksi separatis dan menanganinya secara adil di antara masyarakat. Khilafah
juga akan menerapkan hukum syariah Islam atas semua orang di negeri ini tanpa diskriminasi
antara satu provinsi dan lainnya, juga tanpa melihat keturunan atau agama mereka.