Download - Referat Intususepsi Final
BAB I
PENDAHULUAN
Intususepsi atau invaginasi adalah keadan yang umumnya terjadi pada anak-anak
dan merupakan kejadian yang jarang terjadi pada dewasa. Intususepsi adalah
masuknya segmen usus proksimal (ke arah oral) ke rongga lumen usus yang lebih
distal (ke arah anal) sehingga menimbulkan gejala obstruksi berlanjut strangulasi
usus.1,2
Pada anak-anak 95% penyebabnya tidak diketahui, hanya 5% yang mempunyai
kelainan pada ususnya sebagai penyebabnya.1,2
Intususepsi merupakan keadaan gawat darurat, dimana bila tidak ditangani segera dan
tepat akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut. Hampir 70% kasus invaginasi
terjadi pada anak-anak umur kurang dari 2 tahun, paling sering dijumpai pada
ileosekal. Angka kejadiannya sangat jarang.1-3
Mengingat pentingnya hal ini pemeriksaan radiologi diperlukan untuk diagnosis
intusussepsi secara dini sehingga penderita mendapat terapi dengan cepat dan tepat.
Pada referat ini akan dibahas peran foto BNO , ultrasonografi, dan computed
tomography dalam menegakkan diagnosis intususepsi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Intususepsi adalah masuknya segmen usus (intususepsi) ke dalam segmen usus di
dekatnya (intususepien). Pada umumnya usus bagian proksimal yang mengalami
invaginasi (intususeptum) memasuki usus bagian distal (intususepien).1
intususeptum
Gambar 1.Skema intusussepsi pada usus halus4
2.2 Anatomi
2.2.1 Usus Halus
Usus halus merupakan bagian yang terpanjang dari saluran pencernaan dan
terbentang dari pilorus pada gaster sampai juncture ileocaecalis. Sebagian besar
22
pencernaan dan absorbsi makanan berlangsung di dalam usus halus. Usus halus
terbagi atas tiga bagian : duodenum, jejunum dan ileum.5
a. Duodenum.
Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 10 inci
(25cm) yang merupakan organ penghubung gaster dan jejunum. Duodenum adalah
organ penting karena merupakan tempat muara dari duktus kledokus dan duktus
pankreatikus. Duodenum melengkung di sekitar kaput pankreas. Satu inci (2,5 cm)
pertama duodenum menyerupai gaster, permukaan anterior dan posteriornya diliputi
oleh peritoneum dan mempunyai omentum minus yang melekat pada pinggir atasnya
dan omentum majus yang melekat pada pinggir bawahnya. Bursa omentalis terletak
terletak di belakang segmen yang pendek ini. Sisa duodenum yang lain terletak
retroperitoneal, hanya sebagian saja yang diliputi oleh peritoneum.5,6
Duodenum terletak pada daerah epigastrika dan umbilikalis, dan untuk tujuan
deskripsi dibagi menjadi empat bagian. Pars superior duodenum, panjangnya 2 inci,
mulai dari pilorus dan berjalan ke atas dan belakan pada sisi kanan vertebra lumbalis
I, jadi bagian ini terletak pada planum transpyloricum . Pars descendens duodenum,
bagian kedua dari duodenum panjangnya 3 inci dan berjalan vertikal ke bawah di
depan hilum renale dextra , di sebelah kanan vertebra lumbalis II dan III. Kira-kira
pertengahan arah ke bawah, pada margo medialias, duktus koledokus dan duktus
pankreatikus menembus dinding duodenum. Kedua duktus ini bergabung membentuk
ampula hepatopankreatika yang akan bermuara pada papila duodeni mayor. Duktus
pankreatikus asesorius, bila ada, bermuara ke dalam duodenum sedikit lebih tinggi,
3
yaitu pada papila duodenum minor. Pars horizotalis duodenum panjangnya 3 inci dan
berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale , berjalan di depan kolumna
vertebralis dan mengikuti pinggir bawah kaput pankreas. 5,6
Setengah bagian atas duodenum diperdarahi oleh arteri pankreatikoduodenalis
superior, cabang arteri gastroduodenalis. Setengah bagian bawah diperdarahi oleh
arteri pankreatikoduodenalis inferior, cabang ateri mesenterika superior.5
Pembuluh limfe mengikuti arteri dan bermuara ke atas melalui nodi
pnkreatikoduodenale ke nodi mesenteriki superiores di sekitar pangkal arteri
mesenterika superior.5
Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari pleksus
soeliakus dan pleksus mesnterikus superior.5
b. Jejunum dan ileum
Jejunum dan ileum panjangnya 20 kaki (6 meter), dua perlima bagian atas
merupakan jejunum. Masing-masing bagian mempunyai gambaran yang berbeda
tetapi terdapat perubahan yang bertahap dari bagian yang satuke bagian yang lain.
Jejunum dimulai pada junctura duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
ileocaecalis. 5,6
Lengkung-lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat
pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan peritoneum yang berbentuk
kipas dan dikenal dengan mesenterium. Pada orang hidup, jejunum dapat dibedakan
dengan ileum berdasarkan : 5
4
1. Lengkung-lengkung jejunum terletak pada bagian kavitas peritonealis di bawah
sisi kiri mesokolon transversum, ileum terletak pada bagian bawah kavitas
peritonealis dan di dalam pelvis.
2. Jejunum lebih lebar, berdinding lebih tebal, dibandingkan dengan ileum. Dinding
jejunum lebih tebal karena lipatan yang lebih permanen pada tunika mukosa,
plika sirkularis lebih besar dan banyak, tersusun lebih rapat pada jejunum.
Sedangkan bagian atas ileum plika sirkularis lebih kecil dan jarang, dan di bagian
bawah ileum tidak ada plika sirkularis.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di bagian atas
dan kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat di bawah dan kanan aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua arkade
dengan cabang-cabang panjang dan jarang yang berjalan ke dinding intestinum
tenue.Ileum menerima banyak pembuluh darah pendek yang berasal dari tiga
atau empat atau lebih arkade.
Pembuluh darah arteri yang memperdarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-
cabang dari arteri mesenterika superior. Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri
arteri dan berjalan di dalam mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh-pembuluh
ini berasal dari anstomosis satu dengan yang lain untuk membentuk serangkaian
arkade. Bagian paling bawah ileum diperdarahi juga oleh arteri ileokolika. Vena
sesuai dengan cabang-cabang arteri mesenterika superior dan mengalirkan darahnya
ke dalam vena mesenterika superior.5
5
Gambar 2. Perbedaan eksternal dan internal jejunum dan ileum.5
Pembuluh limfe berjalan melalui banyak nodi mesenteriki dan akhirnya mencapai
nodi mesenteriki superiores yang terletak di sekitar pangkal arteri mesenterika
superior. 5,6
Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) pleksus
mesenterikus superior. 5,6
2.2.2 Usus Besar
Usus besar terbentang dari ileu sampai anus. Usus besar terbagi menjadi sekum,
apendiks vermiformis, kolon ascendens, kolon transversum kolon descendens dan
kolon sigmoid yang kemudian melanjutkan diri ke rektum dan anus. Fungsi utama
usus besar adalah mengabsorpsi air dan elektrolit dan menyimpan bahan yang tidak
dicerna sampai dapat dikeluarkan dari tubuh sebagai feses. 5,6
6
Gambar 3. Usus besar manusia dan bagian-bagiannya. 5
a. Sekum
Sekum adalah bagian dari usus besar yang terletak di perbatasan dengan ileum.
Panjang sekum sekitar 2,5 inci (6 cm) dan seluruhnya diliputi oleh peritoneum.5
Arteri sekalis anterior dan sekalis posterior membentuk arteri ileokolika, sebuah
cabang arteri mesenterika superior. Vena mengikuti arteri yang sesuai dan
mengalirkan darahnya ke vena mesenterika superior.5
Pembuluh limfe berjalan melalui beberapa nodi mesenteriki dan
akhirnyabmencapai nodi mesenteriki superiores.5
Saraf-saraf berasal dari cabang-cabang saraf simpatis dan parasimpatis membentuk
pleksus mesenterikus superior.5
b. Kolon Ascendens
7
Panjang kolon ascendens sekitar 5 inci (13 cm) dan terletak di kuadran kanan
bawah. Membentang ke atas dari sekum sampai permukaan inferior lobus hepatis
dekstra, lalu kolon ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura coli dekstra dan
melanjutkan diri sebagai kolon transversum. Peritoneum meliputi bagian depan dan
samping kolon ascendens dan menghubungkan kolon ascendens dengan dinding
posterior abdomen. 5,6
Arteri ileokolika dan aretri kolika dekstra merupakan cabang arteri mesenterika
superior . Vena mengikuti arteri yang sesuai dan bermuara ke vena mesenterika
superior. 5,6
Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke nodi limfoidea yang terletak
sepanjang perjalanan arteri, vena kolika dan akhirnya mencapai nodi mesenterika
superiores. 5,6
Saraf berasal dari cabang saraf simpatis dan saraf parasimpatis dari pleksus
mesenterikus superior.5
c. Kolon Transversum
Panjang kolon tranversum sekitar 15 inci (38 cm) dan berjalan menyilang
abdomen, menempati daerah umbilikalis. Kolon transversum mulai dari fleksura koli
dekstra di bawah lobus hepatius dekstra dan tergantung ke bawah oleh
mesokolontrnsversum dari pankreas. 5,6
Dua pertiga bagian proksimal dari kolon transversumdiperdarahi oleh arteri kolika
media, cabang arteri mesenterika superior. Sepertiga bagian distal diperdarahi oleh
arteri kolika sinistra, cabang dari arteri mesenterika inferior.5
8
Cairan limfe dari daerah duapertiga kolon tranversum dialirkan ke nodi koliki dan
kemudian ke nodi mesenterika inferior. Dua pertiga proksimal kolon transvesum
dipersarafi oleh saraf simpatis dan nervus vagus melalui pleksus mesenterikus
superior, sepertiga distal dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis nervi
splakniki pelviki melalui pleksus mesenterikus inferior.5
d. Kolon Descendens
Panjang kolon descendens adalah sekitar 10 inci (25 cm) dan terletak di kuadran
kiri atas dan bawah. Kolon ini berjalan ke bawah dari flexura coli sinistra sampai
pinggir pelvis, di sini kolon transversum melanjutkan diri menjadi kolon sigmoideum.
Peritoneum meliputi permukaan depan dan sisi-sisinya serta menghubungkan dengan
dinding posterior abdomen. 5,6
Kolon descendens diperdarahi arteri kolika sinistra dan arteri sigmoidea yang
merupakan cabang arteri mesenterika superior.5
Cairan limfe dialirkan ke kelenjar getah bening kolon dan kelenjar getah bening
mesenteriki inferiores yang terletak di sekitar pangkal arteri mesenterika superior.5
2.3 Etiologi
Menurut kepustakaan 90-95% terjadi pada anak dibawah 1 tahun akibat idiopatik.
Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dinding ileum terminal berupa
hipertrofi jaringan limfoid (plaque payer) akibat infeksi virus (limfadenitis) yang
mengikuti suatu gastroenteritis atau infeksi saluran nafas. Keadaan ini menimbulkan
pembengkakan bagian intususseptum, edema intestinal dan obstruksi aliran vena,
9
obstruksi intestinal dan perdarahan. Penebalan ini merupakan titik permulaan
invaginasi.7-9
Pada anak dengan umur lebih 2 tahun disebabkan oleh tumor seperti limfoma,
polip, hemangioma dan divertikel Meckeli. Penyebab lain akibat pemberian
antispasmolitik pada diare non spesifik. Pada umur 4 - 9 bulan terjadi perubahan diet
makanan dari cair ke padat, perubahan pola makan dicurigai sebagai penyebab
invaginasi. 8,9
Invaginasi pada anak-anak umur kurang dari 1 tahun, tidak dijumpai kelainan yang
jelas sebagai penyebabnya, sehingga digolongkan sebagai infantil idiophatic
intususception. Sedangkan pada anak-anak umur lebih dari 2 tahun dapat dijumpai
kelainan pada usus sebagai penyebabnya, misalnya divertikel meckel, hemangioma,
polip. Pada orang tua sangat jarang dijumpai kasus invaginasi.8,9
Penyebab terjadinya invaginasi bervariasi, diduga tindakan masyarakat tradisional
berupa pijat perut serta tindakan medis pemberian obat anti-diare juga berperan pada
timbulnya invaginasi. Infeksi rotavirus yang menyerang saluran pencernaan anak
dengan gejala utama berupa diare juga dicurigai sebagai salah satu penyebab
invaginasi Keadaan ini merupakan keadaan gawat darurat akut di bagian bedah dan
dapat terjadi pada semua umur. Insiden puncaknya pada umur 4 – 9 bulan, hampir
70% terjadi pada umur dibawah 1 tahun dimana laki-laki lebih sering dari wanita
kemungkinan karena peristaltik lebih kuat. Perkembangan invaginasi menjadi suatu
iskemik terjadi oleh karena penekanan dan penjepitan pembuluh-pembuluh darah
segmen intususeptum usus atau mesenterial. Bagian usus yang paling awal
10
mengalami iskemik adalah mukosa. Ditandai dengan produksi mucus yang berlebih
dan bila berlanjut akan terjadi strangulasi dan laserasi mukosa sehingga timbul
perdarahan. Campuran antara mucus dan darah tersebut akan keluar anus sebagai
suatu agar-agar jeli darah (red currant jelly stool).8,9
Keluarnya darah per anus sering mempersulit diagnosis dengan tingginya insidensi
disentri dan amubiasis. Ketiga gejala tersebut disebut sebagai trias invaginasi.
Iskemik dan distensi sistem usus akan dirasakan nyeri oleh pasien dan ditemukan
pada 75% pasien. Adanya iskemik dan obstruksi akan menyebabkan ekstravasasi
cairan ke lumen usus yang distensi dengan akibat lanjutnya adalah pasien akan
mengalami dehidrasi, lebih jauh lagi dapat menimbulkan syok. Mukosa usus yang
iskemik merupakan port de entry intravasasi mikroorganisme dari lumen usus yang
dapat menyebabkan pasien mengalami infeksi sistemik dan sepsis.8,9
Intususepsi pada dewasa penyebab yang terbanyak adalah keadaan patologi pada
lumen usus, yaitu suatu neoplasma baik yang bersifat jinak dan atau ganas, seperti
apa yang pernah dilaporkan ada perbedaan penyebab antara usus halus dan kolon
sebab terbanyak intususepsi pada usus halus adalah neoplasma yang bersifat jinak
(diverticle meckel’s, polip), sedangkan pada kolon adalah bersifat ganas
(adenocarsinoma). Penyebab lainnya yang frekuensinya lebih rendah seperti tumor
extra lumen seperti limfoma, riwayat pembedahan abdomen sebelumnya, inflamasi
pada apendiks juga pernah dilaporkan dan intususepsi yang terjadi pada penderita
AIDS. Intussusepsi juga pernah juga dilaporkan karena trauma tumpul abdomen
yang tidak dapat diterangkan kenapa itu terjadi dan idiopatik .8,9
11
Perbedaan dalam etiologi merupakan hal utama yang membedakan kasus yang
terjadi pada bayi atau anak-anak dan penyebab intususepsi tidak dapat diketahui pada
kira-kira 95% kasus. Sebaliknya 80% dari kasus pada dewasa merupakan suatu
penyebab organik, dan 65% dari penyebabnya ini berupa tumor baik jinak maupun
ganas. Oleh karenannya banyak kasus pada orang dewasa harus ditangani dengan
anggapan terdapat keganasan. Insidensi tumor ganas lebih tinggi pada kasus yang
mengenai kolon.8,9
Secara anantomis intussusepsi dapat dibagi menurut lokasinya pada bagian usus
mana yang terlibat, pada ileum dikenal sebagai jenis ileo ileal. Pada kolon dikenal
dengan jenis colo colica dan sekitar ileo caecal disebut ileocaecal, Jenis – jenis yang
disebutkan di atas dikenal dengan intususepsi tunggal dimana dindingnya terdiri dari
tiga lapisan. Jika dijumpai dindingnya terdiri dari lima lapisan, hal ini sering pada
keadaan yang lebih lanjut disebut jenis double intususepsi, sebagai contoh adalah
jenis ileo – ileo colica atau colo-colocolica.7-9
2.4 Insidensi
Angka kejadian intususepsi di AS adalah 1,9 - 4 per 1000 kelahiran hidup.
Intususepsi dapat terjadi pada semua usia, jarang pada bayi baru lahir dan kejadian
tersering pada usia 2 bulan dan satu tahun kehidupan . Lebih dari setengah kasus
terjadi pada tahun pertama kehidupan dan hanya 10-25 % kasus terjadi setelah usia 2
tahun. Intususepsi merupakan penyebab kedua paling sering dari nyeri akut abdomen
pada bayi dan anak pra sekolah setelah konstipasi. Intususepsi juga sering
12
merupakan penyebab obstruksi usus halus pada kelompok umur tersebut. Insidensnya
sendiri diperkirakan mencapai 1 dari 2000 bayi atau anak. Bahkan pada beberapa
studi di Inggris dan skotlandia melaporkan insidens yang lebih tinggi yaitu antara 1,5
sampai 4 per 1000 kelahiran hidup. Jenis kelamin laki-laki merupakan predominan
dengan rasio berkisar 3:2 sampai dengan 2:1. Intususepsi dapat diketemukan pada
semua kelompok usia anak dari bayi sampai remaja, bahkan pada orang dewasa.
Tujuh puluh lima persen kasus ditemukan pada usia dua tahun pertama, dimana 40%
nya di dapatkan antara usia 3 dan 9 bulan.3,6,7
2. 5 Gambaran klinis
Umumnya bayi dalam keadaan sehat, gizi baik. Mungkin beberapa hari
sebelumnya terdapat peradangan saluran nafas bagian atas. Pada kasus-kasus yang
khas nyeri kolik hebat yang timbul mendadak dan hilang timbul. Bayi tiba-tiba
menangis seperti menahan rasa sakit untuk beberapa saat, kemudian diam, lalu main
atau tidur kembali. Sering disertai rangsangan muntah dan muntah berupa minuman
atau makanan yang masuk. Beberapa jam kemudian (antara 6-8 jam setelah serangan
pertama) bayi defekasi disertai darah segar dan lendir.1,2,7,8
Sementara gejala dan tanda obstruksi belum tampak, pada pemeriksaan abdomen
dapat teraba massa. Bila massa teraba di kanan atau kiri atas yang sering disebut
sausage like, maka perabaan pada abdomen pada kanan bawah terus
kosong. Keadaan ini disebut sebagai Dance’s Sign. Pada pemeriksaan colok
13
dubur terdapat feses dengan darah segar serta lendir pada sarung
tangan. 1 , 7 , 8
Dalam intususepsi ini terdapat trias gejala khas :8
1. Anak mendadak kesakitan episodik, menangis dan mengangkat kaki (craping
pain) bila berlanjut sakitnya terus menerus
2. Muntah berwarna hijau (cairan lambung)
3. Defekasi feses campur lendir (kerusakan mukosa ) dan darah (lapisan dalam)
currant jelly stool.
Tanda terakhir tersebut merupakan alasan utama bagi orang tua untuk datang ke
rumah sakit. Perlu diingat tanda ini merupakan tanda paling akhir muncul dari suatu
intususepsi sehingga tidak ditemukannya darah perektal tidak menyingkirkan
kemungkinan terjadinya intususepsi.8
2.6 Gambaran Radiologis
2.6.1 Konvensional
Foto Polos abdomen di dapatkan distribusi udara didalam usus tidak merata, bila
telah lanjut terlihat tanda – tanda obstruksi usus dengan gambaran air fluid level.
Dapat terlihat free air bila terjadi perforasi, merupakan kontra indikasi reduksi
dengan enema. 8,9,12
Barium dilakukan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan
bila gejala – gejala klinik meragukan, pada barium enema akan tampak gambaran
cupping dan coiled spring appearance. 8,9,13,15
14
A. BGambar 4. Foto anak 2 tahun dengan intususepsi (A) Posisi supine tidak memperlihatkan adanya
gambaran obstruksi. (B)Posisi left lateral dekubitus, udara berpindah ke kolon asenden dan membatasi intususeptum (panah).8
Gambar 5. Foto pasien dengan kontras enema, filling defek berbentuk cupping di daerah sekum.7
15
Gambar 6. Pasien dengan intussusepsi yang dilakukan kontras enema, tampak gambaran coilled spring dan cupping atau meniskus13
2.6.2 Ultrasonografi
Sonografi transversal pada intussusepsi menunjukan pola berputar dari
hiperekhogenitas dan hipoekhogenitas yang bergantian (target sign), menunjukan
perbedaan dari perbedaan lapisan mukosa, muskularis dan serosa sedangkan
gambaran sonografi pada doubel intususepsi tampak gambaran triple circle sign .
Pada potongan longitudinal lingkaran usus berubah dan gambaran intususeptum dan
intususepien memberikan gambaran sandwich atau pseudokidney.6-8,12,13,15
Gambar 7. (a) Potongan longitudinal (b) memperlihatkan intususseptum (daerah ileum), panah putih merupakan dinding kolon, L KGB di dalam intussusepsi, M jaringan lemak mesenterik di dalam
intussusepsi.8
16
Gambar 8. Triple-circle sign pada USG dengan double intususepsi ; 1. Segmen proksimal yang kolap, 2. Segmen distall yang kolaps,3.Segmen distal dari usus1
2.6.3 Computed Tomography scan( CT scan )
CT scan digunakan untuk mencari penyebab terjadinya intususepsi. Pada CT scan
intususepsi memperlihatkan gambaran yang khas terlihat sebagai massa jaringan
lunak eksentrik, yang terdiri dari intususipien, intususeptum, lemak mesenterika dari
intususeptum, dan pembuluh darah mesenterika yang memberikan gambaran target
sign , sedangkan pada kasus doubel intususepsi tampak gambaran triple circle sign
yang terdiri atas lingkaran luar adalah segmen distal, lingkaran kedua tengah adalah
segmen distal yang prolaps, dan lingkaran ketiga dalam adalah intususepsi pertama
(segmen proksimal prolaps).11-13
Pemeriksaan CT scan biasanya tidak dilakukan pada anak, namun bila ada
kecurigaan penyebabnya adalah tumor misalnya limfoma, maka CT scan dapat
sangat membantu.7,8,11
17
Gambar 9. Gambaran target sign pada intussusepsi11
Gambar 10. Triple circle sign pada CT pasien dengan doubel intususepsi;1. Segmen proksimal yang prolaps,2.Segmen distal yang prolaps,3. Bagian distal segmen usus13
Gambar 11. Intussusepsi enteroenterik (A) Pemeriksaan Ba Follow Trough intussusepsi pada kuadran kanan bawah (B) Pemeriksaan CT memperlihatkan adanya massa intra luminal (panah) berhubungan
dengan intussusepsi tractus gastrointestinal bagian atas. 11
2.7 Diagnosis Banding
18
2.7.1 Volvulus Caecal
Pada kebanyakan pasien dengan volvulus caecal, torsi berada di usus besar naik ke
katup ileocecal. Secara umum, malrotasi parsial diperlukan untuk volvulus caecal
terjadi, karena sekum dan bagian dari kolon asendens yang terlibat. Diagnosis dini
sangat penting untuk mengurangi tingkat kematian yang tinggi dilaporkan dengan
kondisi ini, yang pada dasarnya adalah obstruksi usus yang dapat menyebabkan
gangren pembuluh darah dan perforasi.18
Gambar 12. CT scan aksial menunjukkan volvulus cecal, Whirl sign terdiri dari loop spiral dari sekum,
dan ileum distal.18
Diagnosis sebagian besar didasarkan pada temuan radiografi polos perut kontras
pemeriksaan barium enema dengan kontras. Computed tomography (CT) scanning
berguna dalam mengidentifikasi tanda-tanda iskemia, yang meliputi penebalan mural,
infiltrasi lemak mesenterika, dan intestinalis pneumatosis. Kolonoskopi dapat
dipertimbangkan untuk tujuan dekompresi.19
19
Pada gambar CT aksial, pada volvulus caecal terlihat dilatasi ekstrim sekum dan
pada aksial CT tanda spesifik untuk volvulus adalah whirl sign. Jika dilihat pada
radiografi konvensional tampak gambaran menyerupai biji kopi yang disebut Coffee
bean sign.18
Gambar 13. Pasien dengan volvulus.Foto polos abdomen dengan gambaran Coffee bean sign.B dan C. CT Axial pada pasien yang sama118
2.8 Terapi
Penanganan kasus invaginasi pada anak dan bayi meliputi
penanganan konservatif dengan tekanan hidrostatik barium enema
serta tindakan reposisi operatif. Semua kasus intususepsi pada
anak dan bayi dirawat secara konservatif dengan tindakan reposisi
barium enema, mengingat angka keberhasilannya lebih dari 50%
dan penderita terhindar dari stres operasi. Namun apabila dijumpai
keadaan seperti distensi abdomen yang berlebihan, peritonitis,
20
reposisi dengan barium enema mengalami kegagalan, gejala
intususepsi lebih dari 24 jam, intususepsi yang rekuren beberapa
kali, diindikasikan untuk melakukan reposisi operatif.7,8,14-16
2.9 Komplikasi
Perforasi adalah komplikasi serius yang dapat terjadi. Jika tidak diobati,
intususepsi hampir selalu fatal bagi bayi dan anak kecil.14-16
2.10 Prognosis
Prognosis pasien intususepsi baik jika diagnosis ditegakkan lebih dini dan terapi
cepat dilakukan. Jika komplikasi terjadi atau pada keadaan intususepsi yang berulang
prognosisnya akan menjadi lebih buruk.14-16
21
BAB III
RINGKASAN
Intususepsi atau invaginasi adalah masuknya segmen usus proksimal ke rongga
lumen usus yang lebih distal sehingga menimbulkan gejala obstruksi yang dapat
berlanjut menjadi strangulasi. Gambaran radiologi intussusepsi pada foto polos
abdomen memberikan gambaran distribusi udara di dalam usus tidak merata, bila
berlanjut terlihat tanda-tanda obstruksi usus dengan gambaran air fluid level.
Pemeriksaan dengan barium yang bertujuan selain diagnostik juga berperan dalam
terapi tampak gambaran cupping atau meniscus dan coiled spring. Ultrasonografi
transversal pada intussusepsi menunjukan pola berputar dari hiperekhogenitas dan
hipoekhogenitas yang menunjukkan gambaran target sign. Pada potongan
longitudinal lingkaran usus yang berubah dan gambaran usus dalam usus memberikan
gambaran sandwich atau pseudokidney. Pada CT scan intususepsi tampak sebagai
gambaran area eksentrik yang terdiri dari lemak mesenterika intususeptum, dan
pembuluh darah mesenterika sering terlihat di dalamnya memberikan gambaran
target sign. Pada double intususepsi akan tampak gambaran triple
circle sign yang yang terdiri dari lingkaran luar adalah segmen distal, lingkaran
kedua tengah adalah segmen distal yang prolaps, dan lingkaran ketiga dalam adalah
intususepsi pertama (segmen proksimal prolaps). Terapi yang diberikan yaitu
22
penanganan konservatif dengan tekanan hidrostatik barium enema
serta tindakan reposisi operatif.
KEPUSTAKAAN
1. Chapman JA. Intussusception in Rhodesia African. A contrast with the accepted clinical picture. J . Pediatr. Surg.1983.h.8.
2. Basu SS, Handbook of Surgery. Bombay: Current Book International,1986.h.216.
3. Dunphy JE, Way LW. Intussuscetion. Current Surgical Diagnosis and Treatment, 5th. Ed. 1984. h.1044.
4. Hooker LR, Hernanz M, Yu C. Radiographic Evaluation of Intussusception: utility Of left site Down Decubitus View. RSNA 2008;8(1):20-34.
5. Snell RS. Clinical Anatomy For Medical Student Edisi ke-3. Jakarta:EGC;1995.h.224-33.
6. Yasar Ayaz Umit, Dilli, Sevin Alper, Api Arman, Ultrasonographic findings of intussusception in pediatric cases, Medical Ultrasonography 2001;13 (4):272-276.
7. Imaging in Child intussusceptions. ( Diunduh Januari 2012). Tersedia dari http://emedicine.medscape.com/article/409870-overview .
8. Berocal T & Del Pozo G.Imaging in pediatric Gastrointestinal Emergencies.DAlam: Devos AS & Blickman JG, radiological Imaging of the Digestive Tract in Infant and Children. Berlin: Springer-Verlag:2008; 35-45.
9. Hu SC, Feeney MS, McNicholas M. Ultrasonography to diagnosed and exclude in Henoch Schonlein Purpura, Archif of Disease in Child Hood 1991;66:1065-67.
23
10. Koumanidou C et al. Sonographic Detection of Lymph Nodes in the Intussusception of Infants and Young Children. AJR 2002; 178: 445- 450.
11. Daneman A, Navarro O. Intussusception Part 1: A review of diagnostic approaches. Pediatr Radiol 2003 Feb; 33(2): 79-85 .
12. Kazez Ahmed, Ozel Kerem, at all.,Double intussusceptions in a Child, J.Ultrasound Med 2004;23:1659-1661.
13. Sargent et al., Plain abdominal radiography in suspected intussusception: A reassessment. Pediatr Radiol 24: 17-20.
14. Applegete K.E., Clinically Suspected Intussusception in Children: Evidence-Based Review and Self-Assessment Module, AJR;185: S175-183.
15. Lai AH et al. Intussusception: a three-year review. Ann Acad Med Singapore. 2002 Jan; 31(1): 81-5.
16. Kim MC et al. Clinics in Diagnostic Imaging (80). Singapore Med J. 2002 Vol 43(12): 645-648.
17. Moore Carolyn J.,CT of Cecal Volvulus: Untraveling the image., AJR Januari 2010:177.
24
23