Download - Puisi
Identifikasi PuisiOleh:
Aghnia Purnama (01)Ajeng Alfia (03)
Aldi FirmanFahrizan Rasyad(13)Farras Ghaziya (16)Kawidian Putri (19)
Wulan Sari
Bulan Kota Jakarta
Tak seperti dulu lagi,Kini, bulan telah pingsan diatas kota Jakarta Tak seorangpun menatapnya!
Oh, gerilya kulit limau! Oh,betapa lunglainya! Semua kesibukan, semua kemacetan yang terjadiMembuat tak ada yang memperhatikannya lagi
Bulan telah pingsan Mama, bulan telah pingsan Menusuk tikaman beracun Dari lampu-lampu Kota Jakarta Dan gedung-gedung tak berdarah Berpaling dari bundanya
Bulannya!Bulannya! Jamur bundar kedinginan bocah pucat tanpa mainan pesta tanpa bunga
Oleh: Rendra R.
Oh, kurindu nafas gaibOh, kurindu sihir mata langit! Bulan merambat rambat Mama betapa sepi dan sendirinya!
Begitu mati nafas tabuh-tabuhan maka penari pejamkan mata-matanyaBulan telah pingsan diatas Kota Jakarta tapi tak seorang pun menatapnya
Bulanku!Bulanku!Tidurlah,Sayang, di hatiku...
Tak seperti dulu lagi,Kini, bulan telah pingsan diatas kota Jakarta Tak seorangpun menatapnya!
Oh, gerilya kulit limau! Oh,betapa lunglainya! Semua kesibukan, semua kemacetan yang terjadiMembuat tak ada yang memperhatikannya lagi
Bulan telah pingsan Mama, bulan telah pingsan Menusuk tikaman beracun Dari lampu-lampu Kota Jakarta Dan gedung-gedung tak berdarah Berpaling dari bundanya
Bulannya!Bulannya! Jamur bundar kedinginan bocah pucat tanpa mainan pesta tanpa bunga
PENCITRAAN
Keterangan
Thermal / Perasaan
Visual / Penglihatan
Oh, kurindu nafas gaibOh, kurindu sihir mata langit! Bulan merambat rambat Mama betapa sepi dan sendirinya!
Begitu mati nafas tabuh-tabuhan maka penari pejamkan mata-matanyaBulan telah pingsan diatas Kota Jakarta tapi tak seorang pun menatapnya
Bulanku!Bulanku!Tidurlah,Sayang, di hatiku...
Keterangan
Thermal / Perasaan
Visual / Penglihatan
PERASAAN
Perasaan yang dirasakan penulis saat membuat puisi yang bejudul
“Bulan Kota Jakarta” adalah merasa sedih, prihatin karena banyak hal
yang berubah di Jakarta. Contohnya, kini banyak bangunan tinggi di
Jakarta sehingga tidak bisa menikmati keindahan alam seperti
dulu.
REALITAS ALAMDi PERKOTAAN ditandai oleh:
“Kini, bulan telah pingsan diatas Kota Jakarta”Paragraf 1,
Baris 2
“Dari lampu-lampu Kota Jakarta ”Paragraf 3,
Baris 4
“Dan gedung-gedung tak berdarah ”Paragraf 3,
Baris 5
“Bulan telah pingsan diatas Kota Jakarta ” Paragraf 6, Baris 3
SOSIAL
Kehidupan di Jakarta sangat berat dan sulit karena memiliki persaingan yang hebat, sehingga orang yang
tidak memiliki keahlian akan terlantar.
“Oh, gerilya kulit limau! ” Paragraf 2, Baris 1
BUDAYAKebudayaan yang terlihat di dalam
puisi yang berjudul “Bulan Kota Jakarta” adalah ciri khas kota Jakarta, yaitu terjadinya kemacetan dimana-
mana karena memang padatnya penduduk di Jakarta. Selain itu
Jakarta terkenal dengan kota “sibuk” karena aktivitas di Kota tersebut selalu berlanjut dari pagi hingga
malam.
“Semua kesibukan, semua kemacetan yang terjadi”
Paragraf 2, Baris 3
PIKIRAN PENULIS (Amanat)
Penulis membuat puisi ini bertujuan untuk mengingatkan pada kita semua untuk tidak
lupa dengan keindahan-keindahan alam yang ada di sekitar kita walaupun saat ini zaman sudah maju dan kita
memiliki kesibukan yang sangat banyak, tapi tidak ada yang bisa menggantikan keindahan alam
tersebut.
Terimakasih Atas Perhatiannya
Wassalamualaikum Wr.Wb