KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan II – 2009 Kantor Bank Indonesia Manado
0
1
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai
tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum
otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI
Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang
diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat,
menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam
perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi
ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional
(KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro
ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat
kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 30 Juni 2009
BANK INDONESIA MANADO
UJeffrey KairupanU
Pemimpin
2
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTITF halaman 4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 12
Sisi Permintaan halaman 13
Sisi Penawaran halaman 20
Analisis LQ (Location Quatient) halaman 31
BOX 1. Pola Pembiayaan Usaha Tani Padi Hibrida Jenis Bernas Halaman 31
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 34
Inflasi Tahunan (Y.o.Y) halaman 34
Inflasi Bulanan (M.t.M) halaman 36
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 40
Fungsi Intermediasi halaman 41
Risiko Kredit halaman 52
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 56
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 59
Dana Perimbangan halaman 59
Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi halaman 61
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 65
Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 65
Penemuan Uang Palsu halaman 69
Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 70
RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 70
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 72
Pengangguran halaman 72
Kemiskinan halaman 76
Rasio Gini halaman 79
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 80
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 82
Prospek Pertumbuhan Ekonomi halaman 82
Prakiraan Inflasi halaman 86
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 88
3
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431-866933 Email : [email protected]
4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Kecenderungan perekonomian global yang membaik telah
memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi Indonesia.
Dampak penguatan permintaan negara mitra dagang, terutama
China dan India, mendorong peningkatan kinerja ekspor Indonesia
terhadap beberapa komoditas ekspor seperti CPO, batubara, dan
tembaga. Meski terus membaik, belum pulihnya perekonomian
global menyebabkan kinerja ekspor yang masih mengalami
kontraksi. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan konsumsi
swasta dapat tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan
pemilihan presiden (pilpres), serta adanya realisasi pembayaran gaji
ke-13 bagi pegawai negeri sipil. Dalam kondisi permintaan yang
masih lemah dan tingkat utilisasi kapasitas yang masih rendah,
kegiatan investasi masih terbatas. Mencermati perkembangan
tersebut, pertumbuhan ekonomi selama Triwulan II Tahun 2009
diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%.
Kecenderungan perekonomian global yang membaik telah memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi Indonesia...
Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulawesi
Utara hingga Triwulan II Tahun 2009 relatif minimal. Hal ini
terindikasi dari beberapa promp indikator dan hasil survey yang
dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado. Adapun
kegiatan ekonomi yang terkena dampak significant dari krisis
ekonomi global adalah kegiatan ekspor. Namun demikian,
optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan turun terlalu
dalam masih tetap ada seiring dengan digelarnya even bertaraf
internasional di Kota Manado selama triwulan laporan yaitu World
Ocean Conference (WOC) dan CTI – Summit pada Mei 2009, yang
diharapkan mampu mendorong kegiatan konsumsi. Mengacu
berbagai kondisi tersebut maka perkirakan minimal laju
pertumbuhan ekonomi Sulut pada Triwulan II Tahun 2009 adalah
7,4% (y.o.y).
Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulut hingga Triwulan II Tahun 2009 relatif minimal...
5
Dari sisi permintaan, perekonomian Sulut selama Triwulan II Tahun
2009 diperkirakan akan lebih dominan didorong oleh kegiatan
konsumsi dan investasi. Sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan
masih akan mengalami trend perlambatan sebagaimana dialami
pada triwulan sebelumnya. Beberapa faktor pendorong
meningkatnya kegiatan konsumsi adalah : (1) Penyelenggaraan
Pemilu Legislatif pada April 2009, (2) Realisasi Gaji ke-13 bagi para
PNS/TNI/Polri, (3) Penyelenggaraan even berskala Internasional
World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI)
Summit, dan (4) Berlangsungnya musim liburan sekolah.
Sementara itu, meningkatnya kegiatan investasi didorong pula oleh
percepatan pembangunan sarana dan prasarana pendukung WOC
antara lain penyelesaian pelebaran jalan menuju Bandara Sam
Ratulangi, pembangunan Grand Kawanua City, dll serta
meningkatnya persentase realisasi belanja modal hingga Triwulan II
Tahun 2009 sebesar 26% dengan nominal Rp63 milliar atau lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang baru 13%.
Dari sisi permintaan, lokomotif pertumbuhan selama triwulan I 2009 masih akan didorong oleh kegiatan konsumsi dan investasi...
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II Tahun
2009 diperkirakan disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada
dengan kontributor utama adalah sektor PHR, bangunan dan
pertanian. Dampak krisis ekonomi global yang dirasakan khususnya
pada sektor perdagangan luar negeri dan sektor pertanian (sub
sektor perkebunan dan perikanan). Namun perlambatan ekonomi
ini masih dapat tertolong oleh meningkatnya aktivitas
pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya dalam
rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit
yang berdampak ekonomis pada meningkatnya kegiatan
perdagangan dan kunjungan wisatawan.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan kontributor utama adalah sektor PHR, bangunan dan pertanian...
Perkembangan Inflasi Daerah
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado
selama Triwulan II Tahun 2009 memperlihatkan adanya penurunan
dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pada Juni 2009, inflasi
Secara umum tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama Triwulan II Tahun 2009 memperlihatkan adanya penurunan...
6
kota Manado tercatat 2,25% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan
dengan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,85% (y.o.y) dan
periode yang sama tahun lalu sebesar 13,18% (y.o.y). Demikian
pula jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang sebesar
3,65% (y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih rendah.
Berdasarkan penyebabnya, laju inflasi dapat disumbangkan oleh
faktor non fundamental yaitu tekanan inflasi volatile food dan
administered prices, serta faktor fundamental berupa inflasi inti
yang terdiri dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan
output gap. Trend penurunan inflasi ini tidak terlepas dari keadaan
perekonomian dunia yang cenderung melambat sebagai dampak
dari krisis ekonomi global. Faktor paling utama adalah dampak
turunnya harga minyak dan komoditas pertanian dunia. Selain itu
tekanan inflasi yang terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya
dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dari angka
inflasi tahunan (harga BBM dinaikkan pada minggu terakhir bulan
Mei 2008). Peningkatan harga minyak dunia sampai pada level
diatas $70/barrel di bulan Juni 2009 belum dirasakan pengaruhnya
terhadap inflasi nasional, hal ini dikarenakan pemerintah sampai
saat ini masih belum merespon kenaikan tersebut yang ditunjukkan
oleh tidak berubahnya harga BBM dalam negeri.
Perkembangan Perbankan Daerah
Beberapa indikator kinerja perbankan di Sulut pada Triwulan II
Tahun 2009 masih menunjukkan trend perlambatan dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari
perlambatan pertumbuhan dari total dana pihak ketiga (DPK) dan
kredit yang disalurkan oleh bank. Walaupun angka nominal kredit
dan DPK menunjukkan adanya peningkatan (y.o.y), namun jika
dilihat dari persentase pertumbuhannya cenderung mengalami
penurunan. Total aset masih mengalami pertumbuhan yang lebih
besar bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Fungsi intermediasi perbankan dinilai masih berjalan cukup baik
bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
walaupun dengan peningkatan yang tidak terlalu signifikan,
Beberapa indikator kinerja perbankan Sulut pada Triwulan II Tahun 2009 masih menunjukkan trend perlambatan...
7
namun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya Loan To
Deposit Ratio (LDR) perbankan menunjukkan adanya penurunan.
Masih meningkatnya LDR ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah
kredit yang sedikit lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan
dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan.
Peningkatan tipis pada LDR juga diikuti oleh penurunan pada Non
Performing Loan (NPL) perbankan.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun
2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12%
dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen
penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama
berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23%
mencapai jumlah Rp5,34 Triliun. Berikutya adalah Dana Sektoral
yang naik 8,38% mencapai Rp3.09 Triliun dan Dana
Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai
Rp788 milliar.
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12% dibandingkan tahun sebelumnya...
Pada tingkat provinsi, Kinerja keuangan pemerintah hingga
Triwulan II Tahun 2009 relatif lebih rendah dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan Juni 2009, total
pengeluaran pemerintah mencapai Rp399 milliar atau baru
mencapai 35,6% dari target pengeluaran dalam APBD-P sebesar
Rp1.120 milliar. Sementara itu, total penerimaan pemerintah baru
mencapai Rp477 milliar atau baru 46,4% dari target penerimaan
dalam APBD-P sebesar Rp1.029 milliar. Jumlah penerimaan yang
lebih besar dibandingkan realisasi menyebabkan keuangan
pemerintah hingga Triwulan II Tahun 2009 mengalami surplus
sebesar Rp78 milliar.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado
pada Triwulan II Tahun 2009 berada pada kondisi net outflow,
yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih tinggi
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado selama triwulan II 2009 berada pada kondisi net outflow...
8
dibandingkan aliran uang masuk. Hal ini merupakan salah satu
indikasi bahwa perekonomian Sulut kembali bergairah di tengah-
tengah ketidakpastian pemulihan kondisi perekonomian pasca
krisis ekonomi global. Selain itu, kondisi net outflow yang terjadi
pada triwulan laporan merupakan pola musiman setelah pada
triwulan sebelumnya mengalami net inflow berkenaan dengan
kembali masuknya aliran uang kartal ke dalam sistem perbankan
setelah di akhir tahun 2008 lalu aktivitas ekonomi cenderung
meningkat saat perayaan hari besar keagamaan (lebaran dan natal)
serta perayaan Tahun Baru 2009.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia
Manado menunjukkan adanya penurunan yang signifikan
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di triwulan II
Tahun 2008 lalu, jumlah total uang palsu yang ditemukan
mencapai 1.035 lembar, hal ini disebabkan karena pada triwulan
tersebut telah terungkap jaringan dan pengedar uang palsu oleh
pihak yang berwajib. Total uang palsu yang ditemukan dan
dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada Triwulan II Tahun
2009 sebanyak 18 lembar.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado menunjukan penurunan...
Perkembangan kliring lokal (tunai) pada Triwulan II Tahun 2009
menunjukkan peningkatan mencapai 90,363 lembar dengan nilai
Rp1,891 triliun atau naik sebesar 6,22% (y.o.y). Sama halnya jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya, terlihat adanya
peningkatan jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jika dilihat
berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan
selama periode laporan tercatat sebanyak 1,457 lembar dengan
nilai sebesar Rp30,45 miliar. Angka inipun meningkat 7,86%
(y.o.y). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut
semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara
mengalami pertumbuhan yang positif.
Perkembangan kliring lokal (tunai) pada Triwulan II Tahun 2009 menunjukkan peningkatan mencapai 90,363 lembar dengan nilai Rp1,891 triliun...
9
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Masyarakat
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Februari 2009 mengalami perbaikan...
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara
pada Februari 2009 mengalami perbaikan dibandingkan periode
Agustus 2008 tercermin dari rasio TPT (Tingkat Pengangguran
Terbuka) sebesar 10,63% atau turun tipis (0,02%) dibandingkan
dengan periode Agustus 2008 sebesar 10,65%. Demikian halnya
bila dibandingkan terhadap keadaan Februari 2008 yang juga
mengalami penurunan sebesar 1,72%. Sementara itu, jumlah dan
persentase penduduk miskin pada periode Februari 2004 – Maret
2009 di Provinsi Sulawesi Utara cenderung berfluktuasi dari tahun
ke tahun. Terjadi peningkatan dari periode Februari 2004 – Maret
2007 dan terjadi penurunan dari periode Maret 2007 – Maret
2009.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2009
diperkirakan masih akan tumbuh baik walaupun kinerja ekspor
diperkirakan masih mengalami perlambatan bahwa kontraksi
sebagai dampak krisis ekonomi global. Even berskala Internasional
yaitu Sail Bunaken pada Agustus 2009 diharapkan mampu
mengkonversi potensi perlambatan ekonomi akibat menurunya
kinerja ekspor. Sail Bunaken 2009 merupakan even atas kerjasama
antara Departemen Kelautan & Perikanan dan TNI AL. Event yang
memadukan beberapa rangkaian kegiatan bahari ini akan
dilaksanakan di Kota Manado dan Kota Bitung pada tanggal 12 -
19 Agustus 2009. Agenda utama kegiatan ini adalah International
Fleet Review 2009 (IFR’09) yang menghadirkan kapal-kapal perang
dan kapal-kapal layar tinggi dari masing-masing Angkatan Laut
sebanyak 30 negara sahabat dan disaksikan langsung oleh
Presiden RI, sekaligus sebagai rangkaian HUT RI ke 64.
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan masih akan tumbuh baik...
Perekonomian Sulut pada triwulan mendatang diperkirakan akan
tumbuh sebesar 6,32% (y.o.y). Menurut jenis penggunaan,
kegiatan investasi dan konsumsi diperkirakan menjadi lokomotif
Perekonomian Sulut pada triwulan mendatang diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,32% (y.o.y)....
10
pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang. Sementara
ekspor diperkirakan masih tumbuh lambat walaupun tanda-tanda
pulihnya permintaan dunia khususnya dari negara berkembang
sudah mulai terlihat. Sementara itu secara sektoral, perekonomian
diperkirakan masih bertumpu pada sektor ekonomi andalan selama
ini yaitu PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran) Bangunan, dan
Pertanian.
11
Outlook Inflasi Regional
Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan
mengalami peningkatan. Dari sisi penawaran, trend kenaikan
harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga komoditas
diperkirakan akan mendorong tekanan harga. Secara regional,
musim pancaroba yang cenderung berangin pada triwulan
mendatang diperkirakan akan menyebabkan gangguan pasokan
pada beberapa komoditas diantaranya adalah ikan dan cabe. Selain
itu, komodti dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
transportasi laut diperkirakan juga akan mengalami kenaikan
akibat ganggungan distribusi. Dari sisi permintaan, berlangsungnya
masa puasa dan perayaan hari raya idul fitri (lebaran) selama
triwulan mendatang diperkirakan juga akan meningkatkan tekanan
harga. Atas pertimbangan berbagai faktor tersebut maka tingkat
inflasi Kota Manado pada triwulan III 2009 diperkirakan sebesar
5,5% (y.o.y).
Atas pertimbangan berbagai faktor tersebut maka tingkat inflasi Kota Manado pada triwulan III 2009 diperkirakan sebesar 5,5% (y.o.y)...
12
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perkembangan perekonomian global mengindikasikan proses pemulihan yang semakin
menguat, walaupun masih terdapat sejumlah risiko. Di negara maju, berbagai indikator
pemulihan ekonomi makro telah menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik.
Paket stimulus yang diluncurkan oleh pemerintah dan program stabilisasi sektor keuangan
telah berhasil mendorong penguatan keyakinan masyarakat sehingga mampu mendorong
konsumsi. Di samping itu, kondisi pasar kredit yang mulai membaik turut menopang
kenaikan pengeluaran konsumsi masyarakat. Kendati demikian, masih tingginya angka
pengangguran menjadi faktor risiko yang membayangi proses pemulihan ekonomi di
kelompok negara tersebut. Di sisi lain, pemulihan ekonomi negara emerging markets,
khususnya China, India dan Korea, semakin menunjukkan penguatan. Dengan dukungan
stimulus fiskal dalam bentuk infrastruktur dan tingginya pertumbuhan kredit, kegiatan
investasi di China yang telah berlangsung sejak awal tahun terus berlanjut. Geliat
permintaan domestik di beberapa negara Asia tersebut pada gilirannya mendorong
peningkatan kinerja perekonomian negara lainnya di kawasan. Namun demikian,
membaiknya perekonomian di beberapa negara emerging markets diperkirakan belum
mampu mengkompensasi perlambatan ekonomi negara maju. Dengan berbagai
perkembangan tersebut, kontraksi ekonomi global diperkirakan masih berlanjut, meski
dengan laju yang semakin melambat.
Kecenderungan perekonomian global yang membaik telah memberikan dampak positif
terhadap kinerja ekonomi Indonesia. Dampak penguatan permintaan negara
mitra dagang, terutama China dan India, mendorong peningkatan kinerja ekspor Indonesia
terhadap beberapa komoditas ekspor seperti CPO, batubara, dan tembaga. Meski terus
membaik, belum pulihnya perekonomian global menyebabkan kinerja ekspor yang masih
mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan konsumsi swasta dapat
tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan pemilihan presiden (pilpres), serta
adanya realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil. Dalam kondisi permintaan
yang masih lemah dan tingkat utilisasi kapasitas yang masih rendah, kegiatan investasi
masih terbatas. Mencermati perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi selama
Triwulan II Tahun 2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0% (y.o.y).
13
Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulawesi Utara hingga Triwulan II
Tahun 2009 relatif minimal. Hal ini terindikasi dari beberapa promp indikator dan hasil
survey yang dimiliki oleh Kantor Bank Indonesia Manado diantaranya Survey Ekspektasi
Konsumen (SEK), Survey Penjualan Eceran (SPE). Adapun kegiatan ekonomi yang terkena
dampak cukup significant dari krisis ekonomi global adalah kegiatan ekspor. Selama Januari
s.d. Mei 2009, nilai ekspor Sulut ke luar negeri rata-rata turun 45% dibandingkan periode
yang sama tahun lalu sedangkan dari sisi volume rata-rata turun 30%.
Namun demikian, optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan turun terlalu dalam
masih tetap ada seiring dengan digelarnya even bertaraf internasional di Kota Manado
selama triwulan laporan yaitu World Ocean Conference (WOC) dan CTI – Summit pada Mei
2009, yang diharapkan mampu mendorong kegiatan konsumsi. Dengan demikian,
perkirakan minimal laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada Triwulan II Tahun 2009 adalah
7,4% (y.o.y), relatif tidak berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya.
A. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, perekonomian Sulawesi Utara selama Triwulan II Tahun 2009
diperkirakan akan lebih dominan didorong oleh kegiatan konsumsi dan investasi.
Sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan masih akan mengalami trend perlambatan
sebagaimana dialami pada triwulan sebelumnya. Indikasi dari masih relatif tinggi kegiatan
konsumsi selama triwulan laporan tercermin dari hasil Survey Ekspektasi Konsumsen dan
Survey Penjualan Eceran pada periode April – Juni 2009 oleh Bank Indonesia Manado.
Beberapa faktor pendorong meningkatnya kegiatan konsumsi adalah : (1) Penyelenggaraan
Pemilu Legislatif pada April 2009, (2) Realisasi Gaji ke-13 bagi para PNS/TNI/Polri, (3)
Penyelenggaraan even berskala Internasional World Ocean Conference (WOC) dan Coral
Triangle Initiative (CTI) Summit, dan (4) Berlangsungnya musim liburan sekolah. Sementara
itu, meningkatnya kegiatan investasi didorong pula oleh percepatan pembangunan sarana
dan prasarana pendukung WOC antara lain penyelesaian pelebaran jalan menuju Bandara
Sam Ratulangi, pembangunan Grand Kawanua City, dll serta meningkatnya persentase
realisasi belanja modal hingga Triwulan II Tahun 2009 sebesar 26% dengan nominal Rp63
milliar atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang baru 13%.
14
Tabel 1.1. La ju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Jenis Penggunaan (%)
Q1 Q2 Sumb. Q3 Q4 Q1 Q2*) Sumb.
Konsumsi 7.81 2.29 1.54 2.72 3.83 4.06 8.53 2.86 1.84
Konsumsi Swasta 6.36 1.39 0.63 1.84 4.36 3.45 5.12 2.65 1.14
Konsumsi Pemerintah 11.10 4.19 0.91 4.60 2.86 5.33 15.95 3.28 0.69
PMTB 7.50 9.06 1.90 15.56 13.07 11.70 10.03 23.67 5.04
Stok -5.36 61.26 0.99 50.24 48.49 40.51 -19.93 2.98 0.07
Ekspor 18.12 25.46 10.72 20.86 10.51 18.40 5.96 7.52 3.71
Impor 23.14 24.88 7.96 20.84 7.61 18.44 7.90 8.79 3.28
PDRB 6.96 7.19 7.19 7.88 8.06 7.56 7.45 7.37 7.37
Jenis Penggunaan2008
20082009
*) Proyeksi Bank Indonesia Manado
1. Konsumsi
Kegiatan konsumsi pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan tumbuh 2,86% (y.o.y) dengan
kontribusi sebesar 1,84% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian
periode yang sama tahun sebelumnya maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan
laporan akan meningkat. Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi adalah
meningkatnya permintaan masyarakat saat berlangsungnya even Internasional WOC dan
CTI Summit di Manado pada Mei 2009 yang menghadirkan jumlah peserta ± 3.000 baik
dalam maupun luar negeri (belum termasuk pengunjung). Sementara itu, potensi
melemahnya permintaan masyarakat sebagai dampak krisis ekonomi global coba
diantisipasi oleh pelaku usaha dengan memberikan diskon terhadap produk penjualannya
sebagaimana dilakukan oleh beberapa mal, Hyper Market dan Supermarket seperti
Hypermart, Matahari, Manado Town Square (Mantos) dan Mega Mal.
Penyelenggaraan pesta demokrasi berupa Pemilu (Pemilihan Umum) Anggota Legislatif turut
memberikan andil terhadap peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan.
Maraknya kegiatan kampaye oleh Partai Politik (Parpol) telah mendorong peningkatan
permintaan masyarakat berupa makanan, minuman, sandang, baleho, dlsb-nya. Sementara
itu, realisasi gaji ke-13 bagi para PNS/TNI/Polri pada April 2009 lalu juga sedikit banyak
mempengaruhi perilaku permintaan masyarakat selama triwulan laporan. Keseluruhan
faktor ini cukup efektif dalam menahan turunnya volume penjualan sebagaimana tercermin
dari hasil Survey Penjualan Eceran periode pada Juni 2009.
Berdasarkan komponen penyusunnya, konsumsi swasta pada Triwulan II Tahun 2009
tumbuh 2,65% sedangkan konsumsi pemerintah tumbuh 3,28% terhadap laju
pertumbuhan ekonomi secara umum. Peningkatan konsumsi swasta khususnya konsumsi
rumah tangga antara lain dapat dikonfirmasi melalui hasil SEK Kota Manado pada Juni 2009
15
dimana sebagian besar konsumen optimis bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih baik
dibandingkan 3-6 bulan yang lalu tercermin dari indeks sebesar 123,50 (optimis > 100) atau
naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berada pada level pesimis sebesar
88,17.
Berdasarkan komponen penyusun indeks kondisi ekonomi seluruh indeks menunjukkan
trend peningkatan pada level optimis >100. Indeks pembelian bahan tahan lama yang
dalam beberapa bulan terakhir sempat menunjukkan trend pernurunan bahkan hingga level
pesimis, pada Juni 2009 mengalami pembalikan dan mulai mengalami peningkatan. Hal
yang hampir sama berlaku untuk indeks ketersediaan lapangan kerja yang sejak Maret 2009
berada pada level pesimis namun pada Juni 2009 kembali naik dan berada pada posisi
optimis.
Grafik 1.2.
Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
75
85
95
105
115
125
135
145
J F M A M J J A S O N D J F M A M J
2008 2009
Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat IniEkspektasi Konsumen
\
40
60
80
100
120
140
160
J F M A M J J A S O N D J F M A M J
2008 2009
Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat IniPembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja
Sementara itu, perlambatan kegiatan konsumsi pemerintah antara lain tercermin dari
persentase realisasi belanja pemerintah dalam APBD-P Sulut hingga akhir Triwulan II Tahun
2009 yang mencapai 35,6% atau lebih rendah dibandingkan pencapaian periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar 36,3%. Namun demikian, kinerja APBD-P pada triwulan
mendatang diperkirakan akan lebih baik seiring dengan kenaikan jumlah alokasi dana fiskal
pemerintah pusat ke seluruh wilayah di Sulut sebesar 15% mencapai jumlah Rp10,6 Triliun
di Tahun 2009.
2. Investasi
Di tengah krisis ekonomi global yang saat ini menghantam perekonomian nasional,
kegiatan investasi di Sulawesi Utara selama Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan tumbuh
16
23,67% (y.o.y) terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Peningkatan kegiatan
investasi terutama didorong oleh percepatan penyelesaian sarana/prasarana pendukung
WOC seperti perluasan jalan menuju Bandara Sam Ratulangi, pembangunan Grand
Kawanua City Convention Centre dan perluasan appron Bandara Sam Ratulangi. Selain itu
pembangunan jaringan distribusi PLN yang tersebar di Manado, Minahasa Selatan, Bolaang
Mongondow, Minahasa Utara, dan Minahasa Induk serta penyelesaian infrastruktur lokasi
pemboran sumur-sumur geothermal di lahendong oleh Pertamina juga turut memberikan
andil bagi peningkatan kegiatan investasi.Perkembangan kegiatan investasi antara lain
dapat dikonfirmasi dengan perkembangan indeks bahan bangunan memperlihatkan trend
peningkatan dari 202 pada Juni 2008 naik menjadi 1.216 pada Juni 2009. Namun
demikian, dari sisi pembiayaan, jumlah kredit produktif yang disalurkan guna mendukung
kegiatan investasi masih relatif kecil walaupun menunjukkan trend yang meningkat. Hingga
akhir Triwulan II Tahun 2009, total kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang
disalurkan mencapai Rp4,6 Triliun atau meningkat 12,36% dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
Grafik 1.3.
Pertumbuhan Kredit Produkif (%)
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2007 2008 2009
(%)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
3. Ekspor – Impor
Kinerja ekspor pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan masih akan berada pada trend
yang melambat dengan laju pertumbuhan 7,52% (y.o.y) atau lebih lambat dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 25,46%. Secara umum,
dampak krisis ekonomi global telah menyebabkan menurunnya permintaan dunia sehingga
berdampak pada melambatnya kinerja ekspor produk pertanian dan perikanan tercermin
dari penurunan nilai dan volume ekspor Sulut selama Januari – April 2009 masing-masing
sebesar 60% dan 40% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tercatat total
17
ekspor Sulut ke luar negeri selama Januari – April 2009 mencapai USD 81 Juta dengan
volume sebesar 137 ribu ton.
Grafik 1.4.
Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Sulut Tabel 1.2.
Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food &
Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra, minyak
kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah China, Amerika
Serikat, Belanda dan Korea Selatan. Berbeda dibandingkan Tahun 2008 lalu dimana Belanda
dan Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor maka sejak krisis ekonomi
global melanda dunia di awal triwulan IV – 2008 lalu maka terjadi perubahan struktur
pangsa pasar tujuan ekspor Sulut yang utamanya ditujukan ke negara China dan Amerika
Serikat.
Tabel 1.3. Negara Tujuan Utama Ekspor
Negara Tujuan 2005 2006 2007 2008 Negara Tujuan Apr'09
Nilai Ekspor 382,294 273,363 557,359 670,295 81.99
Belanda 22.61 15.98 38.52 27.66 China 24.82Amerika Serikat 25.41 17.18 14.93 20.75 Amerika Serikat 21.19China 17.91 28.61 12.98 8.11 Belanda 10.75Korea Selatan 2.00 4.68 9.52 11.65 Korea Selatan 10.72India 3.58 5.49 4.81 7.55 Jepang 4.59Negara Lainnya 28.50 28.06 19.23 24.29 Negara Lainnya 9.92
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Pangsa Pasar
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. April 2009
Sementara itu, kegiatan impor pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan tumbuh melambat
sebesar 8,79% (y.o.y). Menurut komponen penyusunnya, nilai tambah kegiatan impor antar
pulau/provinsi merupakan penyumbang utama sedangkan nilai tambah kegiatan impor
antar negara cenderung melambat bahkan mengalami kontraksi sebagaimana tercermin
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. April 2009
Tahun Food & Live Animals
Animal & Veg. Oils & Fats
Others Total
2005 393 482 66 941 2006 178 407 35 621 2007 327 591 16 934 20 08 304 467 12 782
2009*) 41 93 4 137
-
20
40
60
80
100
120
0
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2008 2009
Nilai Ekspor (d lm Juta USD)
Vol Ekspor (d lm Ribu Ton)14
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. April 2009
18
jumlah impor Sulut selang Januari s.d. April 2009 yang hanya sebesar USD 509 ribu atau
turun 80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD 2,6 Juta.
Namun, secara netto neraca perdagangan luar negeri Sulut masih berada pada kondisi
surplus yang berarti nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan nilai impornya. Sedangkan untuk
transaksi perdagangan antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini
disebabkan karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar
provinsi terutama dari Kota Makasar dan Kota Surabaya.
Grafik 1.5. Perkembangan Nilai dan Volume Impor Sulut
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2008 2009
Nilai (R ibu USD)
Volume (Ton)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. April 2009
Tabel 1.4. Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)
Tahun Food & Live Animals
Manufactured Goods
Machinaery & Transport Eqp
Others Total
2005 5.03 0.10 0.71 0.39 6.24 2006 5.06 7.68 21.83 2.34 36.91 2007 6.40 0.35 52.47 2.73 61.95 2008 1.46 0.38 6.57 2.19 10.60
2009*) - - 0.06 - 0.06
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. April 2009
Menurut strukturnya, kegiatan impor sejak Tahun 2006 memiliki perbedaan dibandingkan
tahun sebelumnya. Bila sebelum Tahun 2006 kegiatan impor lebih didominasi oleh
kelompok komoditi bahan makanan yaitu gula dan produk olahannya (sugars dan sugar
confectionery) maka sejak awal Tahun 2006 hingga saat ini lebih didominasi oleh produk
barang modal (mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya). Meningkatnya komposisi
barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus
meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara.
19
Berdasarkan negara asal barangnya, bila impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari
negara China, Thailand dan Australia, maka di Tahun 2009 selang Januari s.d. April, barang
impor lebih banyak didatangkan dari negara Filipina, Belanda, China, dan Perancis. Secara
netto, nilai perdagangan luar negeri berada pada kondisi surplus yang berarti nilai ekspor
masih jauh lebih besar dibandingkan nilai impor.
Grafik 1.6.
Negara Asal Impor Sulawesi Utara
‘
Tahun 2008
13.55
11.47
8.99
6.7
10.0
49.2
China
Thailand
Australia
Filipina
Singapore
Negara Lainnya
Tahun 2009
63%14%
12%
11%
Filiphina
Belanda
China
Perancis
Total USD 10,59 Juta Total USD 509 Ribu
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. April 2009
Grafik 1.7.
Nilai Ekspor dan Impor Luar Negeri
(dalam Juta USD)
-
100
200
300
400
500
600
700
800
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
*)
-
10
20
30
40
50
60
70Nilai Ekspor (Left Axis)Net Ekspor (Left Axis)Nilai Impor (Right Axis)
Sumber : Direktorat Statist k, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia i
*) s.d. April 2009
Perkembangan kegiatan perdagangan selama triwulan laporan antara lain juga dapat
dikonfirmasi dengan kegiatan eskpor-impor serta bongkar-muat barang melalui pelabuhan
Bitung. Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih
didominasi oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya.
Sedangkan untuk perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi
dibandingkan dengan kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk
20
ke wilayah Sulawesi Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya
di luar Sulawesi Utara masih cukup tinggi.
Tabel 1.5.
Kegiatan Perdagangan Luar dan Dalam Negeri di Pelabuhan Bitung (dalam USD)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
Impor Ton - 25,002 23,044 25,535 73,581 3,573 791 -96.84Ekspor Ton 90,701 106,766 128,915 123,908 450,290 48,520 89,728 -15.96
Bongkar Ton 654,800 869,745 801,622 888,290 3,214,457 772,577 706,506 -18.77Muat Ton 212,611 209,388 252,826 243,008 917,834 228,612 218,235 4.22
Y.o.Y
Perdagangan Luar Negeri
Perdagangan Dalam Negeri
Kegiatan2009
20082008
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) Perkiraan Bank Indonesia Manado
B. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan
disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis ekonomi global hingga triwulan
I 2009 relatif minimal tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi sebesar 7,4% (y.o.y).
Potensi perlambatan ekonomi ini yang diperkirakan sebelumnya ternyata masih dapat
tertolong oleh meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana
lainnya dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit yang
membawa multipier effect pada meningkatnya kegiatan perdagangan dan kunjungan
wisatawan.
Tabel 1.6.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah *) Angka Perkiraan Bank Indonesia Manado
1. Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan akan mengalami
peningkatan berkenaan dengan mulai berlangsungnya masa panen raya padi di beberapa
wilayah di Sulawesi Utara. Bila pada triwulan I 2009 lalu, laju pertumbuhan sektor pertanian
sebesar 4,6% (y.o.y) maka pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan akan naik menjadi
5,2% (y.o.y). Berdasarkan pangsanya, pertumbuhan sektor pertanian terutama masih
disumbangkan oleh sub sektor tanaman bahan makanan disusul oleh sub sektor peternakan
dan sub sektor perikanan.
Sementara itu, untuk sub sektor lainnya yaitu sub sektor perkebunan dan sub sektor
kehutanan laju pertumbuhannya rendah sehingga kontribusinya relatif terbatas.
Melambatnya kinerja sub sektor perkebunan disebabkan oleh terus menurunnya produksi
tanaman cengkeh akibat dan menurunnya produksi kelapa yang tidak sebanyak tahun lalu
sebagai akibat serangan hama dan kurangnya peremajaan. Sementara rendahnya
pertumbuhan sub sektor kehutanan antara lain disebabkan oleh semakin terbatasnya lahan
kehutanan yang bisa dimanfaatkan serta gencarnya proses penegakan hukum terhadap
pelaku illegal logging yang menyebabkan masyarakat dan pengusaha harus extra hati-hati
dalam memanfaatkan lahan yang ada.
Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data
perkembangan produksi beras dan jagung. Jumlah produksi beras pada Triwulan II Tahun
2009 diperkirakan mencapai 120.666 ton atau naik 3,14% (y.o.y) dibandingkan periode
yang sama tahun lalu. Demikian pula dengan komoditi jagung, dimana selama triwulan
laporan produksinya naik 12,18% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu
mencapai jumlah 178.905 ton.
Pertumb
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
2007 2008 2009
Luas Panen (Ha) Produksi Gabah (Ton)
Produksi Beras (Ton)
Perkembangan dan
-20
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1
2007
(%)
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Lapoaran B
Grafik 1.8. uhan Kredit Pertanian
Tabel 1.7. Luas Panen, Produksi Gabah Produksi Beras
21
1 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2008 2009
ulanan Bank Umum (LBU)
22
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian masih relatif
terbatas. Sampai dengan Juni 20009, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertanian
baru sebesar Rp411 milliar atau hanya 4,27% dari total kredit yang disalurkan. Belum
terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif
tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing
Loan) sebesar 6,77% (lebih tinggi dari 5% yang merupakan batas maksimum yang
dipersyaratkan BI). Selain itu, belum terlalu kondusifnya kondisi usaha di sektor riil sebagai
dampak krisis ekonomi global menyebabkan saat ini perbankan lebih berhati-hati dalam
menyalurkan pembiayaan termasuk di sektor pertanian. Hal ini terbukti dengan terus
melambatnya pertumbuhan kredit di sektor ini dari sebelumnya tumbuh pada kisaran 75-
80% (y.o.y) di akhir Tahun 2008 menjadi hanya 2,28% (y.o.y) pada Juni 2009.
2. Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan selama Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan masih tetap
menjanjikan di tengah-tengah krisis ekonomi global yang terjadi saat ini. Penyelenggaraan
World Ocean Conference (WOC), CTI Summit dan persiapan penyelenggaraan Bunaken Sail
pada pertengahan Tahun 2009 mendorong minat para investor swasta di sektor properti
untuk menanamkan investasinya di Sulut dalam bentuk pembangunan hotel, convention
center dan perumahan. Sementara itu, pemerintah provinsi bersama-sama dengan
pemerintah kabupaten/kota khususnya Pemkot Manado gencar mempersiapkan prasarana
dan sarana pendukung berbagai even berskala internasional diantaranya dalam bentuk
penyelesaian pelebaran jalan dari dan menuju Bandara Sam Ratulangi serta pelebaran apron
Bandara Sam Ratulangi. Keseluruhan kegiatan ini diperkirakan akan mampu mendorong
sektor bangunan pada Triwulan II Tahun 2009 tumbuh 8,5% (y.o.y) atau lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat
dikonfirmasi melalui data volume penjualan semen di wilayah Sulawesi Utara pada triwulan I
Tahun 2009 yang menunjukkan rata-rata peningkatan penjualan setiap bulannya sebesar
11,63% (y.o.y).
23
Grafik 1.9. Volume dan Pertumbuhan Penjualan Semen
Grafik 1.10. Pertumbuhan Indeks Bahan Bangunan
dan Kredit Konstruksi
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Jan
Feb
Mar
Apr
May Ju
n
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Des Ja
n
Feb
Mar
Apr
Mei
2008 2009
Ton
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120%
PenjualangPenjualan
(50)
-
50
100
150
200
250
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J
2007 2008 2009
gIndeks Bhn Bangunan (y.o.y)
gKredit Konstruksi (y.o.y)
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SPE dan LBU Bank Umum
Perkembangan sektor bangunan juga dapat dikonfirmasi melalui pertumbuhan indeks
penjualan bahan bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado.
Pertumbuhan indeks penjualan bahan bangunan sejak Agustus 2008 terus memperlihatkan
kecenderungan meningkat. Tercatat indeks penjualan bangunan pada Juni 2009 berada
pada level 555,63 atau naik sebesar 174,07% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Dari sisi pembiayaan, walaupun mengalami tren penurunan namun
penyaluran kredit di sektor bangunan pada Juni 2009 masih tumbuh 25,32% (y.o.y) dengan
nilai nominal mencapai Rp497 milliar. Namun demikian, alokasi kredit sektor bangunan ini
masih relatif kecil bila dibandingkan dengan fakta perkembangan sektor bangunan di
Sulawesi Utara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan sektor-sektor
properti di Sulawesi Utara sebagian besar lebih didominasi oleh pembiayaan di luar sektor
perbankan bahkan ada diantaranya yang menggunakan pembiayaan mandiri.
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Laju pertumbuhan sektor PHR pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan sebesar 10,5%
(y.o.y). Penyelenggaraan WOC dan CTI Summit pada Mei 2009 serta persiapan
penyelenggaraan Bunaken Sail pada Agustus 2009 menyebabkan sektor perdagangan,
hotel dan restoran (PHR) berkembang pesat selama Triwulan II Tahun 2009. Kinerja sektor
PHR selama triwulan laporan diantaranya tercermin dari meningkatnya kunjungan
wisatawan luar negeri ke Sulawesi Utara. Tercatat pada periode April s.d. Mei 2009, jumlah
kunjungan wisatawan luar negeri sebanyak 4.491 orang atau naik lebih dari 47%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan komposisinya, sebagian besar
wisman yang berkunjung ke Sulut berasal dari Malaysia, Jerman dan Singapore.
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan luar negeri ini diperkirakan akan masih berlanjut
pada bulan-bulan mendatang berkenaan dengan penyelenggaraan beberapa even berskala
internasional diantaranya adalah Bunaken Sail yang akan berlangsung tanggal 13 s.d 20
Agustus 2009.
Grafik 1.11.
Perkembangan Kunjungan Wisman ke Sulut Grafik 1.12.
Perkembangan Tamu Menginap di Sulut
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Jan
Feb
Mar
Apr Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Apr Mei
2008 2009
Orang
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
%
Mancanegara Nusantara gMenginap (y.o.y)
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Jan
Feb
Mar
Apr Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Apr Mei
Jun*
)
2008 2009
Orang
-
20
40
60
80
100
120
140%
Wisman Y.o.Y Wisman
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Perkembangan sektor PHR, juga dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan eceran dari
hasil Survey Penjualan Eceran yang terus memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari indeks
159 di triwulan II 2008 naik menjadi 231,65 pada Triwulan II Tahun 2009 atau naik 45,7%
(y.o.y).
Pertumbuhan Inde o Perkemba R
-
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2007
(%)
0
60
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J
50
40
30
20
10
2007 2008 2009
g_in
deks
Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado Sumber : Laporan Bulanan
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar
konsumsi) yang mendapat alokasi pembiayaan dari perbankan yaitu
atau meningkat 12,63% dibandingkan periode yang sama
Grafik 1.14. ngan Kredit Sektor PH
Grafik 1.13. ks Penjualan Eceran Kota Manad
24
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6
2008 2009
Bank Umum (LBU)
kedua (setelah sektor
sebesar Rp2,83 triliun
tahun lalu. Hal ini
25
mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran
cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara.
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Rencana penyelenggaraan berbagai even berskala internasional menyebabkan gaung Kota
Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata semakin dikenal oleh masyarakat luar. Pada
tahap lanjut, hal ini telah meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung sehingga
mendorong meningkatnya kegiatan sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan tumbuh 10,1%
(y.o.y). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi
terutama berasal dari sub sektor pengangkutan (80%) sedangkan sisanya disumbangkan
oleh sub sektor komunikasi (20%).
Dampak krisis ekonomi global yang diperkirakan akan menekan tingkat konsumsi
masyarakat Sulawesi Utara ternyata belum terlalu berpengaruh tercermin dari terus
meningkatnya pemberian ijin kendaraan bermotor baik roda 4 ataupun roda 2 dan 3 yang
dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini menyebabkan
rata-rata tingkat pemberian ijin kendaraan bermotor sejak periode setelah krisis ekonomi
(Oktober 2008) justru meningkat dibandingkan periode sebelum krisis ekonomi yaitu
sebesar 6.031 untuk roda 4 dan 50.790 untuk roda 2 dan 3.
Tabel 1.8. Rata-Rata Pemberian Ijin Kendaraan Bermotor
Sebelum dan Setelah Krisis
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
No Rincian Rata Before Krisis
Rata After Krisis
A RODA 41 Milik Instansi Pemerintah 128 131 2 Milik Pribadi/Perorangan 4,301 5,153 3 Milik Perusahaan Swasta 842 748
5,271 6,031 B RODA 2 - 1 Milik Instansi Pemerintah 235 402 2 Milik Pribadi/Perorangan 12,257 50,388 3 Milik Perusahaan Swasta 1 -
12,493 50,790 17,764 56,821 TOTAL
Jumlah Roda 4
Jumlah Roda 2 dan 3
Perkembangan sub sektor angkutan antara lain dapat dikonfirmasi melalui peningkatan
aktivitas penerbangan tercermin dari bertambahnya jumlah penumpang pesawat datang
dan pergi ke/dari Sulut. Diperkirakan jumlah penumpang pesawat yang datang ke Sulut
26
mencapai pada Triwulan II Tahun 2009 mencapai 154,343 orang atau naik 6,95% (y.o.y)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah penumpang
pesawat yang keluar dari Sulut mencapai 157.448 orang atau naik 8,77% (y.o.y)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tabel 1.9.
Jumlah Penumpang Pesawat
Komponen Q4-07 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09*)
Masuk ke Sulut 156,113 144,309 146,255 151,800 135,200 154,343 -2.76 -3.68 6.95
Keluar dari Sulut 147,019 144,756 145,310 141,021 141,235 157,448 -4.08 -5.40 8.77Prosentase Kenaikan
Prosentase Kenaikan
Sumber : Angkapa Pura
Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat
yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain tercermin dari
bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi yaitu Fren dan Esia serta
pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi
pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam
berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan fitur-futur baru
semakin memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa telekomunikasi.
Grafik 1.15. Perkembangan Kredit Sektor Angkutan (%)
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum 200 20087 2009
(%)
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung
pula oleh penyaluran kredit di sektor tersebut. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan pada
sektor angkutan dan telekomunikasi mencapai Rp88,58 milliar, meningkat 9,07% (y.o.y)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, jumlah ini masih relatif kecil
dibandingkan total kredit yang berhasil disalurkan sampai akhir triwulan laporan yang
mencapai jumlah Rp9,62 triliun.
27
5. Sektor Jasa-Jasa
Sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh 3,9% (y.o.y) pada triwulan laporan, melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,5% (y.o.y). Perlambatan kinerja di sektor
jasa antara lain tercermin dari penurunan persentase realisasi PAD selama Triwulan II Tahun
2009 yang baru sebesar Rp145 milliar (46,9% dari total target Tahun 2009) atau lebih
rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang mencapai Rp156 milliar (52,8%
terhadap total target Tahun 2008).
6. Sektor Lainnya
Dampak krisis ekonomi global terhadap kinerja sektor industri pengolahan selama Triwulan
II Tahun 2009 diperkirakan minimal dengan laju pertumbuhan diperkirakan sebesar 6,6%
(y.o.y). Pencapaian ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
hanya sebesar 5,4% (y.o.y). Tidak terlalu berdampaknya krisis ekonomi global terhadap
kinerja sektor industri pengolah tercermin dari data jumlah penggunaan BBM Indutri untuk
periode setelah krisis (November 2008) yang secara rata-rata justru mengalami peningkatan
dibandingkan periode sebelum krisis. Tercatat jumlah penggunaan BBM Industri selama
Triwulan II Tahun 2009 mencapai 17,59 juta liter atau naik 13,76% (y.o.y) dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenisnya, kenaikan penggunaan BBM terutama
terjadi pada jenis minyak tanah sebesar 84,54% disusul solar (15,70%) dan premium
(8,85%)
Tabel 1.10.
Jumlah Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Subsidi (dalam KL)
Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09**
1 Premium 106.00 113.00 123.00 87.00 89.43 123.00gPremium 14.10 22.83 68.49 -30.12 -15.63 8.85
2 Minyak Tanah 69.00 145.50 144.00 176.00 110.00 268.50gMinyak Tanah 97.14 315.71 -22.16 21.38 59.42 84.54
3 Solar 12,040.75 14,867.03 14,066.00 12,534.25 13,767.43 17,200.50gSolar -56.94 25.58 -26.74 5.24 14.34 15.70
12,326.99 15,464.07 14,379.33 12,788.51 14,010.65 17,592.00gIndustri -56.12 29.23 -26.10 5.00 13.66 13.76
TOTAL
BBM
Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara
Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh
perbankan. Sejak awal tahun 2007 hingga akhir Tahun 2008, penyaluran kredit pada sektor
industri memperlihatkan trend peningkatan walaupun selepas periode tersebut cenderung
mengalami perlambatan sebagai dampak krisis ekonomi global awal Oktober 2008 lalu.
Tercatat penyaluran kredit pada sektor industri pengolahan mencapai Rp210 milliar naik
tipis 1,29% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
28
Grafik 1.16. Perkembangan Kredit Sektor Industri
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2007 2008 2009
(%)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Sementara itu, pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada Triwulan II Tahun 2009
diperkirakan 6,7% (y.o.y). Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong III pada Mei 2009 lalu sehingga kebutuhan daya
listrik di Sulawesi Utara sudah mulai dapat dipenuhi. Sebelumnya pada April 2009, PLTPB
Lahendong II juga resmi difungsikan penggunaannya. Perkembangan sektor ini khususnya
sub sektor listrik dan gas antara lain dapat dikonfirmasi melalui data volume produksi panas
bumi Lahendong yang di Tahun 2008 mengalami kenaikan yang sangat significant
mencapai volume 2,3 ribu ton.
Grafik 1.17.
Vol. Produksi Panas Bumi Lahending (ribu ton)
457 95
4
1,13
2
1,17
3
1,01
2
1,24
0
1,31
1
2,30
5
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
*)
Sumber : Departemen ESDM Jakarta
Sektor pertambangan dan penggalian pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan tumbuh
8,4% (y.o.y) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 5,7% (y.o.y).
Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor
yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian.
Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian
29
ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala
besar.
Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada Triwulan II Tahun 2009
diperkirakan tumbuh 7,9% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
hanya tumbuh 7,0% (y.o.y). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara
lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara
lain : pembukaan kantor cabang baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta
penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada
masyarakat dalam bertransaksi.
C. Analisis LQ (Location Quatient)
Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat
dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur
perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur
perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara
penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) merupakan
salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan
kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian di suatu
wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi
sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor yang sama dalam wilayah,
pada hakekatnya tidak terlepas dari aspek kontribusi.
Tabel 1.11.
Share Sektor dalam PDRB Sulsel, Sulut, Gorontalo dan Sulampua Periode Tahun 2008
S E K T O RSulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Gorontalo Sulampua
Pertanian 30.25 21.68 30.58 28.80
Pertambangan & Penggalian 10.03 5.20 0.96 17.62
Industri Pengolahan 14.10 7.60 8.80 9.13
Listrik, Gas & Air Bersih 0.96 0.75 0.59 0.68
Bangunan 4.67 15.71 7.45 6.50
Perdagangan, Hotel & Restoran 14.98 14.71 13.79 13.05
Pengangkutan & Komunikasi 7.63 11.79 10.33 7.61
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.01 6.59 9.90 4.76
Jasa-Jasa 11.37 15.97 17.59 11.84
T O T A L 100.00 100.00 100.00 100.00
Data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua
(SULAMPUA) menunjukkan bahwa pada Tahun 2008, kontribusi utama PDRB SULAMPUA
30
berasal dari sektor pertanian (28,94%), diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian
(17,62%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,05%), sektor jasa-jasa (11,84%) dan
sektor-sektor lainnya. Struktur perekonomian ini tentunya akan berbeda-beda di masing-
masing wilayah sesuai dengan karakteristik masing-masing provinsi.
Tabel 1.12. Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara
Terhadap Zona Sulampua (Basis Tahun 2008)
Lapangan UsahaSulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Gorontalo
Pertanian 1.04 0.75 1.08 Pertambangan & Penggalian 0.57 0.29 0.06 Industri Pengolahan 1.56 0.83 0.89 Listrik, Gas & Air Bersih 1.44 1.11 0.84 Bangunan 0.71 2.42 1.15 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.15 1.16 1.06 Pengangkutan & Komunikasi 1.03 1.57 1.40 Keu, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan 1.25 1.31 1.77 Jasa-Jasa 0.97 1.32 1.59
Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB
ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan sektor-
sektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ.
Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 5 (lima) sektor yang merupakan
sektor basis (rasio LQ>1) di Provinsi Sulawesi Utara yaitu (1) sektor bangunan, (2) sektor
pengangkutan dan komunikasi, (3) sektor jasa-jasa, (4) sektor keuangan, sewa bangunan
dan jasa perusahaan serta (5) sektor listrik, gas dan air bersih. Dari 5 (lima) sektor basis
tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis
yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Gorontalo yaitu
sektor bangunan, sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian,
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan dapat
lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif dibandingkan provinsi lainnya di Zona Sulampua.
31
BOX POLA PEMBIAYAAN USAHA TANI PADI HIBRIDA JENIS BERNAS : DUKUNGAN PERBANKAN TERHADAP PROGRAM REVITALISASI
PERTANIAN PROVINSI SULAWESI UTARA
Dalam kerangka pengembangan perekonomian, peran sektor pertanian adalah
sangat strategis dan memiliki kaitan kuat di hulu dan hilir. Sektor ini masih
merupakan sektor yang dominan kontribusinya terhadap pertumbuhan
perekonomian Sulut dan merupakan sektor yang sangat potensial dikembangkan.
Salah satu komoditas pertanian yang sedang digenjot saat ini adalah padi, terkait
dengan penetapan target swasembada beras pada tahun 2010. Berdasarkan data
BPS Sulut tahun 2007, terdapat peningkatan luas panen padi sebesar 39.94% di
provinsi ini yang tidak dibarengi dengan kenaikan rata-rata produksi, dimana rata-
rata produksi/ha mengalami penurunan sebesar 23.21%. Angka ini mencerminkan
bahwa masih banyak terdapat potensi pemanfaatan lahan dan peningkatan
produktivitas komoditas padi di Provinsi Nyiur Melambai ini.
Dari sisi perbankan, sektor pertanian merupakan sektor potensial yang sangat jarang
dilirik untuk dibiayai, tercermin dari rendahnya pangsa kredit sektor ini di Provinsi
Sulawesi Utara, sebesar 4,26% dari total kredit perbankan Sulut semester I 2009. Hal
tersebut dapat dipahami mengingat tingginya resiko gagal bayar kredit sektor
pertanian yang disebabkan oleh beberapa aspek, terutama aspek teknis, sumber
daya manusia, dan alam.
Berangkat dari hal tersebut, KBI Manado melalui TFPPED menfasilitasi pola
pembiayaan Usaha Tani Padi Hibrida jenis Bernas yang diharapkan dapat
mendukung program revitalisasi pertanian di Sulut. Dalam pelaksanaannya, skim
kredit ini melibatkan berbagai pihak, diantaranya PT. Bank Artha Graha sebagai
kreditur, PT. SAS sebagai supplier benih dan pupuk, BULOG sebagai penyangga hasil
panen komoditas padi dan PEMDA terkait. Alur kredit pembiayaan tersebut dapat
digambarkan sbb :
32
6
KERJASAMA
Bapak Angkat dan Bank : - Merekomendasikan Kelompok Tani - Memasarkan Hasil Panen - Pengembalian Pinjaman
Bapak Angkat dan Perusahaan Benih :
- Sarana Pertanian
PERUSAHAAN BENIH/ PENYEDIA SAPRODI
BAPAK ANGKAT
BANK
Ketua Kelompok Tani (Rekomendasi Bapak
Angkat dan atau Perusahaan Benih)
Penyaluran Saprodi
Pengajuan Pinjaman
Hasil Panen
Pengembalian Pinjaman
Penyediaan Saprodi
1
5 4 3
Pembiayaan 2
Sasaran pembiayaan adalah para petani yang tergabung dalam kelompok tani yang
menerima penyaluran kredit secara bertahap (sesuai dengan jadwal tanam dari
perusahaan benih) melalui bapak angkat dan atau perusahaan benih. Dalam hal ini,
kredit yang diterima adalah dalam bentuk benih dan saprodi. Pokok dan bunga
pinjaman (2% / bulan) dikembalikan secara sekaligus oleh Bapak Angkat melalui hasil
panen dengan sistem tanggung renteng. Untuk menghindari terjadinya gagal panen
akibat kesalahan teknis penanaman padi, Petugas Pengawas Lapangan (PPL) dan
Field Asisstant padi hibrida akan melakukan pengawalan dan pembinaan pada
petani sejak proses penyemaian sampai dengan pemanenan komoditas ini.
Skim kredit yang terbilang baru di Provinsi Sulawesi Utara ini dipandang dapat
mengakomodir kepentingan berbagai pihak. Permasalahan klasik perbankan dalam
pembiayaan sektor pertanian berupa tingginya resiko gagal bayar dapat
diminimalisir melalui skim kredit ini, terkait dengan pencegahan risiko
33
penyalahgunaan kredit oleh petani ( moral hazard ) melalui pencairan kredit dalam
bentuk benih dan saprodi, pencegahan risiko gagal panen melalui pendampingan
petani oleh PPL , dan pencegahan risiko kredit macet melalui penerapan sistem
tanggung renteng.
Para petani yang tergabung dalam kelompok tani memperoleh manfaat berupa
meningkatnya hasil produksi per areal penanaman dengan jaminan pemasaran hasil
panen. Produksi para petani akan dipasarkan melalui bapak angkat dan apabila
terdapat kendala dalam pemasaran, BULOG bersedia menjadi penyangga dengan
membeli beras seharga Rp 4.600,- per kilogram, yang nantinya akan dituangkan
dalam nota kesepahaman antara pihak Bulog, PT. BAG dan PEMDA. Pola
pembiayaan semacam ini diharapkan dapat merangsang pembangunan pertanian di
Provinsi Sulawesi Utara sehingga program revitalisasi pertanian “Sulut Menanam”
dengan target swasembada beras tahun 2010 dapat tercapai.
ANALISA USAHA TANI PENANAMAN PADI HIBRIDA
Kuantitas
8 ton/ha5 ton/ha3 ton/ha
INHIBRIDA
Benih 750,000.00 150,000.00
Saprodi 2,031,760.00 1,538,960.00
Tenaga Kerja 1,650,000.00 1,500,000.00
Panen 1,600,000.00 1,475,000.00
TOTAL INPUT 6,031,760.00 4,663,960.00
OUTPUT (HASIL) 19,200,000.00 *) 12,000,000.00
PENDAPATAN 13,168,240.00 7,336,040.00
PENINGKATAN PENDAPATAN
*) Asumsi Produksi Konservatif 8 ton GKP/Ha, & Harga GKP Rp 2.400,-
DAYA HASIL LEBIH TINGGI
- Padi Hibrida Bernas - Padi Inhibrida - Peningkatan HasilCatatan : Hasil Panen Tertinggi Budidaya Padi Hibrida Bernas di Indonesia adalah 14,7 ton GKP per ha
5,832,300
HIBRIDA BERNASURAIAN
SETARA (Rp)
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama Triwulan II Tahun
2009 memperlihatkan adanya penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pada
Juni 2009, inflasi kota Manado tercatat 2,25% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan
akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,85% (y.o.y) dan periode yang sama tahun lalu
sebesar 13,18% (y.o.y). Demikian pula jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang
sebesar 3,65% (y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih rendah.
Grafik 2.1 Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (Y.o.Y)
02468
10121416
Jun
Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
A
prM
ayJu
n
20072008
2009
%
YOY Nasional YOY Manado-2
-1
0
1
2
3
4
Jun Jul
Agus
tSe
pO
ktNo
pDe
sJa
nFe
b
2007
% Laju Inflasi Kota )
Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Nasional dan Pr
A. INFLASI TAHUNAN (Y.o.Y)
Inflasi tahunan Kota Manado sepanjang Triwulan II Tahun 200
trend penurunan yang cukup signifikan. Pada awal triwulan lap
tercatat 7,44% (y.o.y), kemudian turun pada Mei 2009 menjadi 6,
turun signifikan pada akhir periode menjadi 2,25% (y.o.y). Kond
inflasi nasional yang juga terus mengalami penurunan. Laju in
Triwulan II Tahun 2009 tercatat 7,31% (y.o.y), menurun menjad
2009, dan terus turun hingga mencapai 3,65% (y.o.y) di akhir peri
Berdasarkan penyebabnya, laju inflasi dapat disumbangkan oleh
yaitu tekanan inflasi volatile food dan administered prices, serta fa
inflasi inti yang terdiri dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaa
penurunan inflasi ini tidak terlepas dari keadaan perekonomian
Grafik 2.2 Manado Vs Nasional (M.t.M
34
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agus
tSe
pO
ktNo
pDe
sJa
n Fe
bM
arAp
rM
ay Jun
20082009
MTM Manado
MTM Nasional
ovinsi Sulut, diolah
9 cenderung mengalami
oran, laju inflasi tahunan
09% (y.o.y), dan kembali
isi ini sejalan dengan laju
flasi nasional pada awal
i 6,04% (y.o.y) pada Mei
ode laporan.
faktor non fundamental
ktor fundamental berupa
n, dan output gap. Trend
dunia yang cenderung
35
melambat sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Faktor paling utama adalah dampak
turunnya harga minyak dan komoditas pertanian dunia. Resesi global yang sedang terjadi
membuat permintaan minyak dan komoditas pertanian turun. Selain itu tekanan inflasi yang
terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan (harga BBM dinaikkan pada minggu terakhir bulan
Mei 2008). Perlu dikemukakan di sini bahwa dampak kenaikan harga BBM pada angka
inflasi tahunan biasanya bertahan selama satu tahun. Pada saat yang sama, posisi rupiah
yang relatif lebih kuat pada Mei dibandingkan April akan turut menurunkan tekanan
kenaikan harga dari barang-barang yang diimpor. Peningkatan harga minyak dunia sampai
pada level diatas $70/barrel di bulan Juni 2009 belum dirasakan pengaruhnya terhadap
inflasi nasional, hal ini dikarenakan pemerintah sampai saat ini masih belum merespon
kenaikan tersebut yang ditunjukkan oleh tidak berubahnya harga BBM dalam negeri.
Grafik 2.3
Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan SEK Kota Manado Periode Januari-Juni 2009
Sumber: Bank Indonesia Manado, Laporan SEK Bulan Juni 2009
Berdasarkan hasil Survei Ekspektasi
Konsumen (SEK) kota Manado pada Juni
2009, terlihat bahwa masyarakat masih
cenderung optimis terhadap kondisi
perekonomian, namun dengan indeks yang
lebih rendah daripada bulan sebelumnya.
Meningkatnya optimisme konsumen lebih
disebabkan oleh ketepatan waktu pembelian
barang tahan lama dan ketersediaan
lapangan kerja saat ini.
119.33
104.42105.92
108.75
128.50
124.92
0
20
40
60
80
100
120
140
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Jan Feb Mar Apr May Jun
2009
Penghasilan Saat ini
Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
Ketersediaan lapangan kerja saat ini
Indeks Keyakinan Konsumen
36
Tabel 2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (y.o.y)
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun1 Bahan Makanan 13.33 12.89 14.05 21.14 13.58 27.35 26.69 16.95 21.82 4.752 Makanan Jadi 7.90 6.62 7.75 4.52 2.33 3.45 5.29 7.11 8.03 7.503 Perumahan 2.94 2.38 4.78 5.34 6.89 13.01 11.77 7.16 3.54 2.074 Sandang 3.59 2.19 3.92 7.39 10.31 9.13 8.02 6.21 6.05 4.945 Kesehatan 7.39 8.87 10.13 12.12 10.08 13.32 13.13 11.51 9.16 5.436 Pendidikan 1.57 1.70 1.61 3.15 2.34 1.83 2.02 2.32 2.58 2.037 Transportasi 0.90 1.16 1.17 1.18 0.52 9.91 9.95 8.83 1.05 -8.66
Umum 6.98 6.43 7.79 10.13 7.68 13.18 13.15 9.71 8.85 2.25
No Kelompok2007 2008 2009
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, laju inflasi tertinggi dialami oleh kelompok
makanan jadi 7,50% (y.o.y), turun dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 8,03% (y.o.y). Kelompok berikutnya yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi
adalah kelompok kesehatan dan sandang yang masing-masing mengalami inflasi sebesar
5,43%(y.o.y) dan 4,94% (y.o.y). Kelompok bahan makanan mengalami penurunan yang
signifikan menjadi sebesar 4,75% (y.o.y) jika dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang
mencapai 21,82% (y.o.y). Penurunan harga pada kelompok bahan makanan lebih
disebabkan karena pada triwulan ini adalah bertepatan dengan masa panen petani,
sehingga harga-harga hasil pertanian cenderung mengalami penurunan yang cukup
signifikan. Pergerakan harga kelompok lainnya cenderung lebih rendah dibandingkan
triwulan lalu dengan kelompok perumahan dan pendidikan yang mencatat laju inflasi
masing-masing sebesar 2,07% (y.o.y) dan 2,03% (y.o.y). Sementara untuk kelompok
transportasi mencatat angka deflasi sebesar 8,66%. Hal ini disebabkan oleh hilangnya
dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan Mei 2008 dari angka inflasi
tahunan (kenaikan harga BBM pada angka inflasi tahunan biasanya bertahan selama satu
tahun).
B. INFLASI BULANAN (M.t.M)
Laju perkembangan inflasi bulanan pada Triwulan II Tahun 2009 cenderung mengalami
trend penurunan. Pada awal periode, Kota Manado mencatat angka deflasi 1,32% (m.t.m),
selanjutnya pada bulan Mei 2009 angka deflasi tercatat 0,64%, dan sampai dengan akhir
periode Kota Manado masih mengalami deflasi sebesar 0,12%.
37
Tabel 2.2. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (m.t.m)
Apr May Jun Apr May Jun Apr May Jun1 Bahan Makanan -3.11 -0.37 1.33 0.83 1.53 3.62 -4.46 -2.66 -0.922 Makanan Jadi 0.57 0.08 -0.13 -0.05 0.47 1.33 0.00 1.01 0.063 Perumahan 0.19 0.00 0.17 0.11 0.26 1.12 0.11 -0.45 0.044 Sandang 0.51 0.00 0.07 -0.31 -0.42 -0.06 -1.49 -0.64 0.205 Kesehatan 0.68 0.37 0.22 4.38 0.07 2.07 -0.21 0.21 2.326 Pendidikan -0.38 0.00 0.23 -0.27 0.40 -0.14 0.01 0.24 -0.037 Transportasi 0.00 0.00 0.40 -1.11 1.14 14.21 0.02 0.26 0.00
Umum -0.90 -0.10 0.54 0.31 0.83 3.63 -1.32 -0.64 -0.12
2007 2008 2009No Kelompok
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Penurunan inflasi ini secara umum disebabkan oleh perlambatan perekonomian akibat krisis
ekonomi global yang juga berdampak terhadap perekonomian dalam negeri dan daerah.
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, angka deflasi tertinggi selama Triwulan II Tahun
2009 adalah kelompok bahan makanan sebesar 4,46% pada bulan April 2009. Sampai
dengan bulan Juni 2009, kelompok bahan makanan tetap mencatat angka deflasi.
Sementara itu, inflasi tertinggi pada periode laporan terjadi pada kelompok kesehatan yang
terus mengalami peningkatan dari awal periode sampai dengan akhir periode laporan
berturut-turut sebesar -0,21% (m.t.m), 0,21% (m.t.m) dan 2,32% (m.t.m).
APRIL 2009
Kota Manado pada April 2009 mengalami deflasi sebesar 1,32% (m.t.m). Deflasi terjadi
karena adanya penurunan indeks pada kelompok barang dan jasa sebagai berikut :
kelompok bahan makanan sebesar 4,46%, kelompok sandang sebesar 1,49%, dan
kelompok kesehatan 0,21%. Sedangkan kelompok barang dan jasa lain mengalami
kenaikan indeks sebagai berikut : kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
0,11%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,01% serta kelompok transpor,
komunikasi, dan jasa keuangan 0,02%. Berdasarkan andil/sumbangannya, kelompok bahan
makanan memberi sumbangan -1,25%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau 0,00%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,03%, kelompok
sandang -0,09%, kelompok kesehatan -0,008%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah
raga 0,0003% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,003%. Beberapa
komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain cabe rawit, emas perhiasan,
bawang merah, daging ayam ras, daging babi, cakalang, cabe merah, pisang, buncis dan
beras. Sementara itu, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain
deho, minyak goreng, seng, daun bawang, apel, pepaya, semen, cat tembok, kangkung
dan gula pasir. Secara tahunan laju inflasi Kota Manado pada April 2009 sebesar 6,44%
(y.o.y).
38
MEI 2009
Perkembangan harga berbagai komoditas pada Mei 2009 menunjukkan adanya penurunan.
Tercatat Kota Manado pada Mei 2009 mengalami deflasi 0,64% (m.t.m). Deflasi ini terjadi
karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks pada kelompok
barang dan jasa sebagai berikut : kelompok bahan makanan sebesar 2,66%, kelompok
perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,45%, dan kelompok sandang sebesar 0,64%.
Sedangkan kelompok barang dan jasa lainnya mengalami peningkatan indeks antara lain:
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,01%, kelompok
kesehatan 0,21%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,24% serta kelompok
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,26%. Beberapa komoditas yang mengalami
penurunan harga selama Mei 2009 antara lain : beras, cakalang, bahan bakar rumah
tangga, deho, cabe rawit, malalugis, bawang merah, tude, daging ayam ras, dan emas
perhiasan. Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain : nasi, gula
pasir, minyak goreng, kendaraan carter, pisang, daun bawang, mujair, pepaya, televisi
berwarna, dan creambath. Berdasarkan andil/sumbangannya, kelompok bahan makanan
memberikan sumbangan sebesar -0,72%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau 1,18%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar -0,12%,
kelompok sandang -0,04%, kelompok kesehatan 0,007%, kelompok pendidikan, rekreasi
dan olah raga 0,01% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,04%.
Secara tahunan, laju inflasi Kota Manado pada bulan Mei 2009 sebesar 6,09%.
JUNI 2009
Kota Manado pada Juni 2009 mengalami deflasi 0,12% (m.t.m). Deflasi terjadi karena
adanya penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 0,92% dan kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03%. Sedangkan kelompok barang dan jasa lain yang
mengalami kenaikan indeks antara lain : kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau 0,06%, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,04%, kelompok
sandang sebesar 0,20% dan kelompok kesehatan 2,32%. Sedangkan kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan tidak mengalami perubahan indeks. Berdasarkan
andil/sumbangannya, kelompok bahan makanan menyumbangkan -0,25%, makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau 0,01%, kelompok perumahan air, listrik, gas dan bahan
bakar 0,01%, kelompok sandang 0,01%, kelompok kesehatan 0,09%, kelompok
pendidikan, rekreasi dan olah raga -0,01%, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan 0,00%. Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga selama Juni 2009
antara lain : beras, deho, tomat sayur, cakalang, tude, mujair, telur ayam ras, nike, kembal
39
kol dan kangkung. Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain :
daging ayam ras, tarif gunting rambut pria, malalugis, tarif gunting rambut wanita, buncis,
cabe merah, pisang, lemon cina, ketimun dan daun bawang. Secara tahunan, laju inflasi
Kota Manado pada bulan Juni 2009 sebesar 2,25% (y.o.y).
40
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Beberapa indikator kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada Triwulan II Tahun
2009 masih menunjukkan trend perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Hal ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan dari total dana pihak ketiga
(DPK) dan kredit yang disalurkan oleh bank. Walaupun angka nominal kredit dan DPK
menunjukkan adanya peningkatan (y.o.y), namun jika dilihat dari persentase
pertumbuhannya cenderung mengalami penurunan. Total aset masih mengalami
pertumbuhan yang lebih besar bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Fungsi intermediasi perbankan dinilai masih berjalan cukup baik bila dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya walaupun dengan peningkatan yang tidak terlalu
signifikan, namun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya Loan To Deposit Ratio
(LDR) perbankan menunjukkan adanya penurunan. Masih meningkatnya LDR ini disebabkan
oleh pertumbuhan jumlah kredit yang sedikit lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan
dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Peningkatan tipis pada LDR juga
diikuti oleh penurunan pada Non Performing Loan (NPL) perbankan.
Tabel 3.1
Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Total Aset 8,958 9,319 9,905 10,548 10,793 11,691 12,359 13,527 13,635 14,235
Tumbuh Y.o.Y (%) 20.76 17.76 21.67 19.59 20.48 25.45 24.78 28.24 26.33 21.76 DPK (Rp Miliar) 5,985 6,436 6,504 7,070 7,189 7,765 7,929 8,860 8,907 9,448
Tumbuh Y.o.Y (%) 18.14 20.88 19.34 17.49 20.12 20.65 21.91 25.31 23.90 21.67
Kredit (Rp Miliar) 5,179 5,638 6,079 6,577 6,823 7,852 8,454 8,934 9,095 9,627
Tumbuh Y.o.Y (%) 20.25 22.04 26.85 29.70 31.74 39.27 39.08 35.84 33.30 22.60 LDR (%) 86.53 87.61 93.46 93.02 94.90 101.13 106.62 100.84 102.11 101.90
NPL (%) 5.12 4.91 6.29 3.77 4.86 4.88 3.43 2.86 3.86 3.72
kredit UMKM 3,221 3,632 3,882 4,064 4,305 5,079 5,435 5,727 5,841 6,185
Share UMKM 62.19 64.42 63.86 61.79 63.09 64.68 64.29 64.10 64.22 64.25
NPL UMKM (%) 8.23 7.62 7.11 5.67 6.01 5.69 4.91 3.78 4.91 4.96
2009Komponen
2007 2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Secara keseluruhan, indikator kinerja perbankan mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dibandingkan triwulan II-2008. Namun jika dibandingkan dengan kinerjanya di
periode sebelumnya (triwulan I-2009), dampak dari perlambatan perekonomian dunia
akibat krisis global masih cukup dirasakan oleh perbankan di wilayah Sulawesi Utara, yang
tercermin dari perilaku baik para pelaku pasar maupun pihak perbankan antara lain
dicerminkan oleh tingkat LDR yang hanya naik tipis. Dengan risiko dan ketidakpastian
pemulihan ekonomi global yang masih cukup tinggi, perbankan saat ini melakukan strategi
41
dengan fokus pada penerapan prinsip kehati-hatian dan khusus dalam penyaluran kreditnya
saat ini perbankan juga lebih memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui risk
based pricing.
A. Fungsi Intermediasi Perbankan
1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Di tengah risiko dan ketidakpastian pemulihan perekonomian global, serta seiring dengan
melemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada upaya
menggerakkan sektor riil guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya
mengurangi kendala-kendala dalam peningkatan fungsi intermediasi perbankan, Rapat
Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 Juni 2009 memutuskan untuk menurunkan
kembali BI Rate sebesar 25 basis poin dari 7,25% menjadi 7%. Pelonggaran kebijakan
moneter ini sudah mulai direspon dengan baik oleh pihak perbankan di Sulawesi Utara yang
ditandai dengan penurunan rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan. Untuk tingkat
suku bunga kredit, perbankan di wilayah Sulut masih cenderung berhati-hati dalam
menurunkan tingkat suku bunga kreditnya yang ditunjukkan oleh penurunan suku bunga
kredit yang tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan adanya faktor risiko yang masih
relatif tinggi di tengah-tengah kondisi perekonomian saat ini.
Kondisi perbankan di wilayah Sulawesi Utara juga masih diwarnai oleh persaingan tingkat
suku bunga antar bank. Dampak dari krisis ekonomi global masih cukup dirasakan oleh
masyarakat Sulut, ditunjukkan melalui pertumbuhan dana yang cenderung turun. Di sisi lain
pihak perbankanpun mulai kesulitan dalam menyalurkan kreditnya yang tercermin dari
tingkat LDR yang cenderung berjalan lambat. Tingkat suku bunga kredit yang masih relatif
tinggi walaupun sudah menunjukkan adanya penurunan berimplikasi pada penurunan
akselerasi pertumbuhan kredit. Tingkat suku bunga deposito di Sulawesi Utara
menunjukkan adanya trend penurunan, pada bulan Juni 2009 tingkat suku bunga deposito
telah mencapai 6,25%, berada di bawah level BI rate yang berada pada posisi 7%.
Penurunan tingkat suku bunga ini dilakukan oleh perbankan sebagai respon atas kebijakan
moneter Bank Indonesia. Sementara itu, data suku bunga kredit juga mengalami trend
penurunan walaupun tidak signifikan, berdasarkan data yang ditunjukkan pada grafik
dibawah, sampai dengan akhir bulan Juni tingkat suku bunga kredit terus menurun. Oleh
pihak perbankan suku bunga kredit dijaga untuk menjaga spread atau margin keuntungan
bank, disamping sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi bank ketika
debitur mengalami gagal bayar (default), dimana pada saat terjadi gejolak perekonomian
42
seperti kondisi saat ini probabilitas risiko debitur mengalami gagal bayar semakin terbuka
lebar. Penurunan terjadi pada suku bunga kredit investasi dan modal kerja yang mulai
dirasakan di awal bulan April 2009. Sampai dengan posisi bulan Juni rata-rata tingkat suku
bunga kredit modal kerja mencapai 17,86% per tahun dan rata-rata tingkat suku bunga
kredit investasi sebesar 17,59% per tahun. Sementara itu rata-rata tingkat suku bunga
kredit konsumsi mengalami penurunan tipis menjadi sebesar 15,01% per tahun pada bulan
Juni setelah sebelumnya pada bulan Mei tercatat 15,02% mengalami peningkatan tipis dari
bulan April sebesar 14,98%.
Grafik 3.1.
Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Grafik 3.2. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan dan BI Rate
12.0
14.0
16.0
18.0
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
20082009
Sk. Bunga Kredit
-2.0 4.0 6.0 8.0
10.0 12.0 14.0
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
20082009
%
Sk. Bunga Deposito BI Rate
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 3.3.
Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan
12.0
14.0
16.0
18.0
Jan
Feb
Mar Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
20082009
Modal Kerja Investasi Konsumsi
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Dengan mempertimbangkan perkembangan perekonomian dan melakukan evaluasi yang
menyeluruh terhadap perkembangan dan prospek ekonomi dan keuangan, baik domestik
maupun global, Rapat dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada 3 Juli 2009
memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,75%. Ke depan,
Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan yang mendukung perkembangan ekonomi
dengan tetap mengedepankan stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan.
43
Pengoptimalisasian penggunaan seluruh kebijakan moneter yang ada untuk menjaga
kestabilan harga dan nilai tukar yang cukup kondusif mendukung aktivitas perekonomian.
Selain itu, Bank Indonesia bersama perbankan juga akan terus berupaya mengurangi
kendala-kendala dalam peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Dengan berbagai upaya
tersebut diharapkan tercipta optimisme kegiatan dunia usaha yang selanjutnya akan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
B. Penyerapan Dana Masyarakat
Lemahnya kondisi ekonomi dan penyaluran kredit cukup berpengaruh terhadap tingkat
pertumbuhan dana. Sampai dengan Juni 2009, posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) di wilayah
Sulawesi Utara masih berada dalam kecenderungan meningkat. Namun peningkatan
tersebut tidak terlalu besar sehingga pertumbuhannya mengalami koreksi. Kondisi itu
terkait dengan kondisi makro yang berimbas pada lemahnya pendapatan masyarakat dan
penyaluran kredit. Posisi DPK pada Juni 2009 tercatat mencapai Rp9.448 miliar meningkat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.7.765 miliar.
Pencapaian ini masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 21,67% (y.o.y). Jika melihat trend
pertumbuhannya, maka dapat terlihat bahwa pertumbuhan DPK mengalami koreksi
dimulai pada triwulan I-2009 tumbuh sebesar 23,90% (y.o.y) yang juga mengalami
penurunan dibandingkan periode sebelumnya (triwulan IV-2008) yang tumbuh sebesar
25,31%. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis
deposito yang meningkat 49,93% (y.o.y) kemudian disusul oleh jenis giro sebesar 26,15%
(y.o.y) dan tabungan sebesar 4,45% (y.o.y).
44
Grafik 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
(Persen)
-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22008
2009
1,305 1,537 1,383
1,4961,795
1,939
2,291 2,206
2,742 3,022 3,3333,308
3,594 4,022
3,8044,342
3,7804,200
Giro
Deposito
Tabungan
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh
jenis simpanan tabungan sebesar 44,46% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang berhasil dihimpun, disusul kemudian deposito (35,02%) dan giro (20,52%). Secara
umum selama triwulan laporan, tingkat suku bunga yang ditawarkan masih menjadi
pertimbangan utama bagi masyarakat dalam memilih untuk menggunakan sistem
perbankan. Sehingga penurunan dan kenaikan BI Rate akan sangat berpengaruh terhadap
jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan.
Grafik 3.5 Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
21%
35%
44% Giro
Deposito
Tabungan
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap hampir 64,86% dari total DPK
sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (35,14%). Berdasarkan laju
pertumbuhannya, dana baik di bank pemerintah berhasil tumbuh 23,23% (y.o.y) sedangkan
dana di bank swasta tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 18,89% (y.o.y). Perkembangan
pertumbuhan dana di bank pemerintah yang masih dinilai cukup tinggi tidak lepas dari
adanya pandangan dalam masyarakat dimana bank pemerintah dinilai lebih aman, terlebih
lagi pada kondisi ketidakpastiaan pemulihan perekonomian saat ini. Seperti halnya jumlah
45
dana pihak ketiga berdasarkan kelompok bank, jumlah dana pihak ketiga berdasarkan
kepemilikannya juga masih tetap tumbuh. Dana yang dimiliki pemerintah daerah baik
provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp1.554 miliar atau meningkat sangat signifikan
sebesar 102,12% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan
dana milik swasta juga mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp7.893 miliar atau naik
sebesar 12,82% (y.o.y).
Grafik 3.6
(Rp. Miliar)
Grafik 3.7 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan
(Rp. Miliar) Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun
-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007
20082009
3,74
1
4,18
6
4,15
5
4,53
5
4,57
4
4,97
2
5,09
8
5,63
8
5,66
3
6,12
8
2,24
4
2,25
0
2,34
9
2,53
4
2,61
5
2,7
2,83 93
1
3,22
2
3,24
4
3,32
0
Bank Swasta Bank Pemerintah
(1,000)
4,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007
20082009
801 856 937 467 867 769 911 660 1,453 1,554
5,18
4
5,58
0
5,56
7
6,60
2
6,32
2
6,99
6
7,01
8
8,19
9
7,45
5
7,89
3
Pemerintah Swasta
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga
yang dihimpun, sebesar 72,35% atau Rp.6.835 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,76%), Kabupaten Bolaang
Mongondow (7,08%), Kota Bitung (6,80%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (5,01%).
Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan jumlah jaringan
kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu sentra
pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktivitas
pembangunan daerah yang terfokus di sekitar Manado.
Tabel 3.2 Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota
(Rp. Miliar) Grafik 3.9
Pertum an Dana Pihak Ketiga Berd kan buh asarKa /Kbupaten ota (%) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Minahasa 391 407 447 408 468 513 684 586 833 827 Bolaang Mongondow 354 380 366 387 392 427 391 448 553 669 Sangihe Talaud 294 330 312 314 315 329 343 372 440 473 Manado 4,494 4,827 4,883 5,427 5,371 5,862 5,959 6,872 6,443 6,835 Bitung 452 492 497 534 644 635 552 583 639 642 Total 5,985 6,436 6,504 7,070 7,189 7,765 7,929 8,860 8,907 9,448
Kota/Kabupaten2007 2008 2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
46
Berdasarkan wilayah administratifnya, pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami oleh kabupaten Minahasa
sebesar 61,38% (y.o.y) mencapai jumlah Rp.827 miliar. Berikutnya adalah Kabupaten
Bolmong yang tumbuh 56,88% (y.o.y) dengan jumlah Rp669 miliar, Kabupaten Sangihe
Talaud (43,75%), Kota Manado (16,61%) dan Kota Bitung mencatat pertumbuhan sebesar
1,22% (y.o.y).
Grafik 3.8
Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah)
-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000
10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008 2009
391 407 447 408 468 513 684 586 833 827 354 380 366 387 392 427 391 448 553 669 294 330 312 314 315 329 343 372 440 473
4,494 4,827 4,883 5,427 5,371 5,862 5,959 6,872 6,443 6,835 452 492 497
534 644 635 552
583 639 642
Minahasa Bolmong Sangihe Talaud Manado Bitung
-20 0 20 40 60 80
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
25.83
12.38
-0.15
21.43
29.05
78.21
40.81
39.79
19.95
-0.76
61.38
56.88
43.75
16.61
1.22Q2-09
Q1-09
Q2-08
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
C. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Penyaluran kredit di Sulawesi Utara dari waktu ke waktu terus mencatat kemajuan,
tercermin dari terus meningkatnya kredit yang berhasil disalurkan. Walaupun peningkatan
ini tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan triwulan I-2009. Dan tingkat
pertumbuhannya pun terus mengalami koreksi, hingga triwulan laporan jumlah kredit yang
disalurkan mencapai Rp9.627 miliar atau tumbuh 22,60% (y.o.y). Berdasarkan jenis
penggunaannya, perkembangan kredit paling signifikan dialami oleh kredit konsumsi
mencapai jumlah Rp5.048 miliar atau tumbuh sebesar 33,66%. Pertumbuhan ini pun
tercatat mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu
sebesar 38,38% (y.o.y). Sama halnya dengan kredit konsumsi, kredit investasi dan kredit
modal kerja pertumbuhannya mengalami penurunan menjadi masing-masing sebesar
10,10% (y.o.y) dan 12,91% (y.o.y) dibanding pertumbuhan pada periode sebelumnya yang
tercatat 31,77% (y.o.y) dan 27,32% (y.o.y).
Perkembangan Kre Penyaluran Kre
010203040506070
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
2008
%
gTotal Kredit gIn
9,000
Sumber: Laporan Bulanan Ba
Berdasarkan strukt
52,44% dari total
konsumsi yang juga
kerja. Selanjutnya p
oleh kredit investa
penyaluran kredit p
(konsumsi) dengan
sektor perdagangan
pangsa sebesar 29,
dan sektor jasa dun
penyaluran kredit p
dan meningkatnya
(tercermin dari ting
hotel-hotel baru), d
diselenggarakan pa
pihak perbankan un
Sementara itu be
signifikan terjadi di
jumlah Rp66 miliar.
tumbuh masing-ma
kredit di sektor PH
oleh sektor transpo
Grafik 3.10. dit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Persen)
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
2009
vestasi gModal Kerja gKonsumsi
-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000
Q1 Q2 Q
2007
1,88
3
2,01
4
554 601 6
2,74
2
3,02
4
Konsumsi
Investasi
Modal Kerja
Sumber: Laporan Bulanank Umum (LBU)
urnya, pangsa kredit konsumsi menempati u
kredit yang disalurkan, hal ini sejalan deng
paling signifikan dibandingkan pertumbuhan kr
angsa kredit modal kerja tercatat sebesar 38,39%
si dengan pangsa sebesar 9,17%. Berdasark
roduktif selama triwulan ini sebagian besar ditu
jumlah Rp5.065 miliar dengan pangsa 52,62%.
, hotel dan restoran (PHR) mencapai jumlah
33% dari total kredit. Disusul penyaluran kredi
ia usaha masing-masing dengan pangsa 5,17%
ada sektor PHR, didorong oleh tingginya tingk
wisatawan asing dan domestik untuk berkun
ginya tingkat hunian hotel dan terus berlang
itambah lagi adanya penyelenggaraan event
da bulan Agustus (Sail Bunaken) sehingga hal
tuk menyalurkan kredit di sektor ini.
rdasarkan pencapaiannya, peningkatan pertu
sektor jasa sosial/kemasyarakatan yang tumbuh
Berikutnya adalah sektor lainnya (konsumsi) da
sing sebesar 33.63% (y.o.y) dan 25,32% (y.o.y)
R tercatat sebesar Rp2.824 miliar atau tumbuh
rtasi dan komunikasi (9,07%), sektor jasa duni
Grafik 3.11 dit di Provinsi Sulawesi Utara
(Rp. Miliar)
47
3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
20082009
2,24
5
2,54
0
2,73
4
3,27
4
3,46
4
3,71
9
3,48
1
3,69
6
19 674 669 802 862 838 881 883
3,21
5
3,36
3
3,42
0 3,77
7
4,12
8
4,37
7
4,73
2
5,04
8
n Bank Umum (LBU)
rutan pertama sebesar
an pertumbuhan kredit
edit investasi dan modal
, dan kemudian diikuti
an sektor ekonominya,
jukan ke sektor lainnya
Selanjutnya diikuti oleh
Rp2.824 miliar dengan
t pada sektor konstruksi
dan 4,45%. Dominasi
at konsumsi masyarakat
jung ke Sulawesi Utara
sungnya pembangunan
internasional yang akan
ini menjadi insentif bagi
mbuhan kredit paling
169,73% (y.o.y) dengan
n sektor konstruksi yang
. Selanjutnya penyaluran
12,63% (y.o.y), diikuti
a usaha (5,16%), sektor
48
pertambangan (2,97%), sektor pertanian (2,28%), dan sektor perindustrian (1,29%). Hanya
sektor listrik, gas dan air bersih yang mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar
84,05% dengan total kredit yang hanya tercatat Rp26 juta.
Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
(Rp. Miliar)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007
20082009
174 199 264 309 307 402 530 533 423 411
210 250 267 294 309 397 423 475 483 497
1,506 1,655
1,815 2,013
2,121 2,507
2,591
2,634 2,651
2,824
542 501 510 584 653 756 768 900 789 829 2,7
47
3,033
3,222
3,376
3,433
3,791
4,143
4,393
4,748
5,065
Pertanian
Konstruksi
PHR
Sektor Produktif LainnyaLainnya (Konsumsi)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah
masih terus mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta
nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp7.345 miliar atau mencapai
pangsa pasar 76,29% sedangkan kelompok bank swasta menyalurkan Rp2.282 miliar
dengan pangsa pasar 23,71%. Selain itu dominasi pembiayaan oleh bank umum
pemerintah terlihat semakin kuat ditinjau dari laju pertumbuhan kreditnya yang tumbuh
sebesar 28,77% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh
kelompok bank swasta yang hanya sebesar 6,23% (y.o.y).
Grafik 3.13.
Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (Rp. Miliar)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007
20082009
1,367 1,298
1,687 1,767
1,894 2,149
2,326 2,332 2,298
2,282
3,81
2
4,34
1
4,39
2
4,81
0
4,92
9
5,70
4
6,12
8
6,60
3
6,79
7
7,34
5
Bank Swasta Bank Pemerintah
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
49
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp.9.627 miliar, sebesar
65,98% atau sebesar Rp.6.352 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado hal ini juga tidak
lepas dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai
sentra pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten
Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 11,66% (Rp.1.123 miliar), Kabupaten Bolaang
Mongondow sebesar 9,72% (Rp.936 miliar), Kota Bitung sebesar 6,78% (Rp.653 miliar),
dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 5,85% (Rp.563 miliar).
Grafik 3.15.
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah)
-20
40 60
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
30.73
33.82
29.88
42.74
38.22
37.72
39.50
32.48
41.30
17.89
25.19
30.71
20.93
22.77
8.92
Q2-09 Q1-09 Q2-08
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000
10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007
20082009
Bitung
Manado
Sangihe Talaud
Bolmong
Minahasa
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, sebagian besar kabupaten dan kota mencatat
pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan posisi pertumbuhan triwulan sebelumnya.
Wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kabupaten Bolaang Mongondow
sebesar 30,71% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah Kota Bitung sebesar 8,92% (y.o.y).
Perlambatan pertumbuhan kredit selama triwulan laporan terjadi karena respon pihak
perbankan atas kondisi ketidakpastian pemulihan perekonomian global yang kemudian
berdampak pada perilaku perbankan yang lebih memperhitungkan faktor risiko dengan
fokus pada prinsip kehati-hatian serta lebih memperhatikan potensi usaha dari debitur
kedepan melalui risk based pricing.
Fungsi intermediasi perbankan berjalan sangat lambat tercermin dari rasio Loan to Deposit
Ratio (LDR) sebesar dari 101,13% di triwulan II-2008, meningkat tipis menjadi sebesar
101.90% di Triwulan II Tahun 2009. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya
membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun oleh perbankan. Membaiknya rasio LDR ini disebabkan karena
peningkatan kredit yang jauh lebih signifikan dibandingkan pertambahan DPK yang berhasil
50
dihimpun bank. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota
Manado sebesar 92,93%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Bolaang
Mangondow sebesar 139,87%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Minahasa
sebesar 135,72%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 119,08%, dan Kota Bitung sebesar
101,65%.
Grafik 3.16.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
-50
100 150
200
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
175.0
167.9
141.5
88.3
94.5
124.8
152.6
118.0
94.5
94.3
135.7
139.9
119.1
92.9
101.7
Q2-09 Q1-09 Q2-08
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
D. Kredit UMKM
Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan
yang relatif melambat yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah
dibandingkan laju pertumbuhan kredit secara umum. Sampai dengan triwulan II–2009,
jumlah kredit MKM yang berhasil disalurkan mencapai Rp6.185 miliar dengan laju
pertumbuhan sebesar 21,78% (y.o.y). Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan kredit secara umum pada triwulan laporan tumbuh 22,60% (y.o.y).
Grafik 3.17.
Laju Pertumbuhan Kredt UMKM dan Total Kredit
0
20
40
60
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
2008
2009
gKredit gUMKM
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
51
Menurut pangsanya, sebagian besar atau 61,72% dari total kredit MKM merupakan jenis
kredit menengah sedangkan sisanya 32,47% merupakan jenis kredit kecil dan baru
sebagian kecil atau hanya 5,81% merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro
dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk jenis
kredit mikro dan kecil yaitu masing-masing sebesar 16,43% dan 6,80%, jauh dari batas
toleransi Bank Indonesia sebesar 5% sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik
yaitu sebesar 2,91%.
Grafik 3.19. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Grafik 3.18. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Rp. Miliar)
-50
100
150
200
250
300
350
400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q220072008
2009
47 49 50 46 48 49 37 59 50 59
112 114
222
99 119 106 98 92 126 137
106 114
105
86 106
104 95 65
111 111
Menengah Kecil Mikro
-500
1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007
20082009
216 372 237 248 261 279 283 331 334 359
1,026 1,116 1,355 1,344
1,445 1,600
1,725 1,822
1,892 2,008
1,979 2,144 2,289
2,471 2,599 3,201
3,427 3,574
3,615 3,818
Mikro Kecil Menengah
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih belum merata dan lebih
banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 67,67%
dari total kredit MKM yang disalurkan, diikuti oleh kota dan kabupaten lainnya yang rata-
rata memiliki pangsa pada kisaran 5,8%-9,7%. Berdasarkan laju pertumbuhannya,
perkembangan kredit MKM di Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan yang tertinggi
yaitu sebesar 46,77% (y.o.y) sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit MKM
terendah adalah Kota Bitung yang tumbuh hanya sebesar 11,42% (y.o.y). Pertumbuhan
kredit UMKM yang relatif rendah di Kota Bitung sejalan dengan pertumbuhan kredit di Kota
Bitung secara umum juga menjadi yang terendah di antara Kota/Kabupaten lain di wilayah
Sulawesi Utara.
52
Grafik 3.20.
Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Grafik 3.21. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Persen)
0 20 40 6080
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
50.57
34.62
46.46
23.09
36.00
67.84
53.89
23.37
44.21
21.62
44.66
46.77
15.20
33.46
11.42
Q2-09
Q1-09
Q2-08
(%)
-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
6,000
7,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007
20082009
Bitung
Manado
Sangihe-Talaud
Bolmong
Minahasa
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) B. RISIKO KREDIT
1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada Triwulan II Tahun 2009
memperlihatkan penurunan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada triwulan laporan sebesar 5,50% turun
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya lalu yang tercatat sebesar 9,89%.
Penurunan rasio merupakan suatu awal yang baik untuk lebih mengoptimalkan fungsi
intermediasi perbankan. Di tengah-tengah ketidakpastian pemulihan perekonomian dunia
yang dampaknya mulai dirasakan sektor riil membuat perbankan lebih berhati-hati dalam
menyalurkan kreditnya. Khusus dalam penyaluran kredit saat ini perbankan juga lebih
memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui perhitungan risk based pricing.
Kendala-kendala di bidang administrasi terkait penyaluran kredit, dimana masih terdapat
beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit perlu
untuk dimitigasi. Bank Indonesia selaku regulator perbankan berupaya untuk lebih
memudahkan masyarakat dalam memperoleh kredit dari bank melalui penetapan regulasi
perbankan yang pada akhirnya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
53
Grafik 3.22. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
(Rp. Miliar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008 2009
Pend.Bunga 625 700 779 995 266 560 890 1,242 363 748
Biaya Bunga 254 283 310 295 72 147 232 345 119 235
NIM 371 416 469 700 194 413 659 897 244 513
-100 200 300 400 500 600 700 800 900 1,000
-200 400 600 800
1,000 1,200 1,400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008 2009
Plafond 5,745 6,045 6,603 6,603 7,774 8,460 9,688 9,920 10,18 10,64
Outstanding 5,179 5,638 6,079 6,079 6,823 7,297 8,454 8,934 9,095 9,627
Rasio UL (%) 7.64 6.96 6.70 6.70 7.86 9.89 7.94 5.95 6.20 5.50
-
2
4
6
8
10
12
4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000
10,000 11,000
%Milliar
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum,
saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net
Interest Margin (NIM). Pada triwulan laporan NIM menunjukkan angka yang positif tercatat
sebesar Rp513 miliar atau mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp413 miliar. Pendapatan bunga (antara lain dalam
bentuk kredit dan penempatan antar bank) pada periode laporan lebih besar dibandigkan
dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro dan deposito). Hal ini juga
seiring dengan pertumbuhan kredit yang lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan dana
sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan bunga. Selain itu, penurunan tingkat
suku bunga kredit yang tidak terlalu signifikan dibandingkan penurunan tingkat suku bunga
deposito juga menjadi salah satu penyebab margin keuntungan bunga bank relatif besar.
Grafik 3.23 Net Interest Margin Bank Umum
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
54
3. Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Dalam analisis ini maka rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak
efisien. Pada Triwulan II Tahun 2009 rasio BOPO menunjukkan adanya peningkatan
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan laporan,
tingkat efisiensi operasional perbankan mengalami penurunan yang tercermin dari rasio
BOPO bank umum yang meningkat menjadi 77,62% dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 68,71%. Hal ini dapat diartikan bahwa bank belum
cukup efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Grafik 3.24.
Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008 2009
BO 210 436 637 850 231 571 776 1,08 322 683 PO 281 569 874 1,18 316 831 1,06 1,47 423 880 Rasio 74.8 76.6 72.8 71.5 73.2 68.7 73.1 73.6 76.0 77.6
64 66 68 70 72 74 76 78 80
-200 400 600 800
1,000 1,200 1,400 1,600 %Miliar
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
4. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan Triwulan II Tahun 2009,
rasio ROA bank umum tercatat sebesar 1,78% mengalami peningkatan bila dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,49%. Peningkatan rasio ROA
ini lebih disebabkan oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola
dengan baik oleh bank untuk menghasilkan laba.
55
Grafik 3.26. Jumlah Asset dan Nilai Laba/Rugi Bank Umum
(Juta Rupiah)
Grafik 3.25. Return On Asset Bank Umum
(Persen)
0.000.501.001.502.002.50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q220072008
2009
0.81
1.41
2.46
2.09
0.73
1.49
2.22 2.19
0.99
1.7
8
ROA (Persen)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008 2009
Aset (Rp Juta) 8,958 9,319 9,905 10,54 10,79 11,69 12,35 13,52 13,63 14,23
L/ R (Rp Juta) 72 132 244 221 79 174 274 297 134 253
-
50
100
150
200
250
300
350
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
5. Sensitivitas Risiko Pasar
Sensitivitas terhadap risiko pasar adalah tingkat kepekaan aset (aktiva produktif seperti ABA,
Surat Berharga dan Kredit) maupun kewajiban terhadap volatilitas suku bunga. Aset dan
kewajiban dimaksud adalah aktiva maupun pasiva yang sensitif terhadap perubahan suku
bunga. Tingkat sensitivitas dipengaruhi oleh struktur on/off balance sheet antara lain: jenis,
karakteristik, jangka waktu, besaran dan rating instrumen. Tingkat sensitivitas yang tinggi
dapat dilihat dari besarnya perubahan yang diakibatkan oleh volatilitas suku bunga dan nilai
tukar. Pendekatan yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas tersebut adalah
pendekatan melalui perhitungan Net Portfolio Value (NPV), yaitu mengetahui perubahan
economic value dari suatu portfolio. Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah
pendekatan earning, yaitu pendekatan untuk menghitung potensial profit dan loss dari sutu
portfolio. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap risiko pasar juga menetapkan
potensial loss terhadap akses modal maka pendekatan yang relevan untuk mengukur
tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning.
Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban dan rekening
administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai tukar baik aktivitas fungsional
tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan perhitungan gap
position suku bunga maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position
maka semakin tinggi potential profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan besaran gap
yang sesuai dengan strategi yang diambil dikaitkan dengan perkiraan arah suku bunga
(interest rate forecast), tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud
(degree of confidential) dan preferensi tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite).
Sensitivitas aset dan kewajiban ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan
56
suku bunga, sedangkan perubahan NIM diperngaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat
sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada
karakteristik instrumen keuangan yang membentuk portfolio bank tersebut, antara lain
jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed).
Tabel 3.3
Portfolio Interest Instrument Perbankan
Q1 Q2 Q3 Q3 Q4 Q1 Q2
1 Penempatan pada Bank Indonesia 495,073 285,011 147,572 268,989 325,866 557,217 276,822
2 enempatan pada Bank Lain 303,272 514,885 181,097 736,439 882,820 662,912 811,397
3 Surat Berharga yang Dimiliki 9,406 47,065 28,724 30,503 26,997 99,444 118,866
4 redit yang Diberikan 6,572,753 7,852,343 8,258,003 8,454,101 8,934,226 9,095,096 9,627,209
5 Tagihan Lainnya 2,773 1,255 1,276 1,437 1,483 1,507 1,678
7,383,277 8,700,559 8,616,672 9,491,469 10,171,392 10,416,176 10,835,972
Q1 Q2 Q3 Q3 Q4 Q1 Q2
1 iro 1,282,087 1,536,988 1,420,546 1,383,487 1,496,273 1,794,586 1,938,986
2 abungan 3,564,430 4,021,549 3,793,125 3,803,628 4,341,512 3,779,939 4,200,386
3 Simpanan Berjangka 2,208,649 2,206,430 2,429,922 2,742,030 3,022,149 3,332,881 3,308,172
4 ewajiban kepada Bank Indonesia 4,774 4,779 4,458 4,491 4,352 3,823 3,340
5 Kewajiban kepada Bank Lain 275,456 482,334 407,649 620,490 1,096,345 358,076 596,771
6 urat Berharga yang Diterbitkan 169,434 171,530 9,536 168,801 162,987 161,087 163,091
7 injaman yang Diterima 11,329 9,430 65,862 9,589 8,555 8,040 13,742
8 ewajiban Lainnya 50,643 70,695 11,385 87,197 74,771 60,921 86,231
9 etoran Jaminan 10,833 10,586 - 12,364 16,906 17,669 19,950
7,577,635 8,514,321 8,142,483 8,832,077 10,223,850 9,517,022 10,330,669
-194,358 186,238 474,189 659,392 -52,458 899,154 505,303
2009
2009
2008
2008
RSA
RSL
GAP
No. Aktiva
No. Passiva
P
K
G
T
K
S
P
K
S
di Sulawesi Utara
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Perilaku perbankan di Sulawesi Utara hingga Triwulan II Tahun 2009 berada pada kondisi
positif gap yang berarti RSA > RSL. Di tengah kondisi ketidakpastian pemulihan
perekonomian global yang masih mewarnai kondisi perbankan di wilayah Sulut, namun
posisi aktiva perbankan masih lebih besar daripada pasivanya. Hal ini dikarenakan
persaingan tingkat suku bunga dimana perbankan masih memasang tingkat suku bunga
yang lebih tinggi untuk tingkat suku bunga kredit. Penurunan BI Rate sampai pada posisi
7% tidak secara langsung dapat diikuti oleh penurunan tingkat suku bunga dana dan kredit
perbankan. Namun pihak perbankan masih mampu untuk mengelola aktiva dan pasivanya
sehingga masih dicapai posisi positif gap.
C. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja
Bank Indonesia Manado sebanyak 21 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional
dengan rincian sebanyak 17 BPR dengan jumlah kantor 39 unit beroperasi di Sulawesi Utara
sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 8 unit beroperasi di Gorontalo.
57
Tabel 3.4.
Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Aset 144.7 148.8 152.3 170.6 177.2 186.6 194.5 205.2 207.9 220.4 18.1
DPK 102.4 111.2 116.0 125.9 132.8 135.5 143.1 144.0 153.0 160.3 18.3
Deposito 76.4 80.8 82.9 86.5 96.0 95.4 101.5 100.4 108.8 113.1 18.5
Tabungan 26.0 30.4 33.1 39.5 36.8 40.1 41.6 43.5 44.2 47.2 17.8
Kredit 110.6 121.7 126.9 130.8 139.8 157.8 161.6 156.9 163.7 181.5 15.0
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 25.8 25.7 28.7 29.1 32.5 35.4 37.7 36.6 39.6 45.7 29.3
Investasi 11.1 11.8 11.7 12.0 12.2 12.4 14.5 14.2 14.5 13.5 8.8
Konsumsi 73.7 84.2 86.5 89.8 95.1 110.1 109.4 106.1 109.5 122.3 11.1
Sektoral
Pertanian 1.9 2.3 2.7 3.1 3.0 2.9 3.4 3.3 3.1 3.2 9.4
Perindustrian 0.8 0.7 0.6 0.6 0.6 0.4 0.4 0.4 0.5 0.6 50.5
PHR 19.3 18.9 20.5 21.0 24.3 26.9 27.6 26.4 28.1 28.2 4.9
Jasa-jasa 12.8 12.5 13.1 11.5 10.8 11.3 12.7 12.2 14.3 15.1 34.2
Lain-lain 75.8 87.3 90.0 94.7 101.0 116.3 117.6 114.6 117.7 134.4 15.5
LDR (Persen) 108.0 109.4 109.3 103.9 105.3 116.5 113.0 109.0 107.0 113.2
NPL (Persen) 4.3 4.5 4.2 3.4 3.5 3.1 3.4 3.3 3.5 3.2
Y.o.YKomponen2007 2008 2009
Sumber: Data Ekubank, Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat (LBPR)
Kinerja BPR selama Triwulan II Tahun 2009 secara umum jika dibandingkan baik dengan
periode yang sama tahun lalu dan triwulan sebelumnya mengalami peningkatan tercermin
dari naiknya total aset, DPK, dan jumlah kredit yang berhasil disalurkan. Namun
peningkatan beberapa indikator ini tidak dibarengi dengan membaiknya rasio LDR dan NPL
yang justru menunjukkan arah yang berkebalikan. Pada triwulan laporan total aset BPR
tercatat Rp220,4 miliar, tumbuh 18,1% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun
sebelumnya. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 18,3% (y.o.y)
mencapai Rp160,3 miliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK tersebut disimpan
dalam bentuk deposito dengan pangsa 70,55% atau sebesar Rp113,1 miliar, sedangkan
sisanya dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian
besar merupakan kredit konsumsi dengan pangsa 67,38%, selanjutnya kredit modal kerja
dengan pangsa 25,18% dan sisanya kredit investasi sebesar 7,44%.
Terlihat dalam tabel diatas, jenis kredit modal kerja mencatat pertumbuhan tertinggi jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 29,3% (y.o.y)
kemudian disusul oleh kredit konsumsi (11,1%) dan kredit investasi (8,8%). Peningkatan
pertumbuhan kredit modal kerja ini sebagian besar didorong oleh tumbuhnya sektor
perdagangan dan retail, dimana nasabah yang mengajukan kredit modal kerja di BPR
umumnya digunakan untuk usaha jenis retail. Dari sisi melambatnya kredit konsumsi yang
dirasakan BPR lebih disebabkan adanya pengaruh dari penurunan daya beli masyarakat.
58
Namun demikian kredit konsumsi masih tetap tumbuh karena merupakan suatu
konsekuensi logis dari dominannya kegiatan konsumsi pada PDRB Provinsi Sulawesi Utara
yang didukung oleh berbagai kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit
dibandingkan bank umum walaupun bunga yang ditawarkan relatif lebih tinggi. Sementara
itu, fungsi intermediasi yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) BPR yang
mencapai 113,2% mengalami penurunan tipis dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar 116,5%. Perhitungan LDR ini berbeda dengan cara perhitungan
penentuan tingkat kesehatan BPR, dimana dalam perhitungan LDR ini hanya membagi total
kredit dengan total Dana Pihak Ketiga, sedangkan dalam penilaian tingkat kesehatan BPR
(total kredit dibagi dengan total dana yang diterima bank), dimana total DPK hanya sebagai
salah satu komponen dari jumlah dana yang diterima. Penurunan rasio LDR ini diikuti
dengan peningkatan pada kualitas kredit yang dicerminkan oleh meningkatnya rasio NPL
(Non Performing Loan) dari 3.1% pada triwulan II-2008 menjadi 3,2% pada Triwulan II
Tahun 2009.
59
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2009
diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12% dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama
berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45% mencapai jumlah Rp5,34
Triliun berikutya adalah Dana Sektoral yang naik 8,38% mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana
Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai Rp788 milliar.
Tabel 4.1. Perkembangan Alokasi Dana Pusat ke Sulawesi Utara
2005 2006 2007 2008 2009F
Sektoral - 1,478 2,271 2,850 3,089
TOTAL 2,779 5,646 6,618 7,872 9,220
1,094 613 693 788 Perimbangan (DAU/DAK) 1,853 3,074 3,734 4,328 5,343 Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan 927
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah Depkeu
4.1. Dana Perimbangan
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara di Tahun
2009 menunjukkan peningkatan sebesar 23,45% dibandingkan dengan Tahun 2008.
Secara agregat, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota
di Sulawesi Utara mencapai Rp5,34 Triliun. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di
Tahun 2009 menerima peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu, kecuali Kota
Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) dan Kabupaten Bolaang Mongondow
(Bolmong). Tingkat pertumbuhan tertinggi alokasi anggaran terjadi di Kabupaten Bolmong
Utara sebesar 187,47%, sedangkan penurunan tertinggi terjadi di Kabupaten Bolmong
sebesar 16,96%.
Total Dana
Perimbangan (Juta Rp) th.
2008
Total Dana Perimbangan (Juta Rp) th.
2009
Naik/Turun (Persen)
Pemprov 604.70 668.99 10.63 Manado 504.13 516.13 2.38 Bitung 327.74 335.57 2.39 Tomohon 293.07 284.38 (2.97) Minahasa 459.47 465.44 1.30 Minsel 316.74 359.70 13.56 Minut 361.32 335.43 (7.16) Bolmong 406.96 337.93 (16.96) Talaud 326.03 344.78 5.75 Sangihe 297.18 419.46 41.14 Kotamobagu 94.66 265.69 180.67 Bolmut 92.74 266.61 187.47 Sitaro 120.89 286.80 137.24 Mitra 122.79 335.43 173.17 Boltim n.a. 54.22 Bosel n.a. 66.88 TOTAL 4,328.44 5,343.44 23.45
Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009
*) Daerah Pemekaran Tahun 2008
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2009, pangsa terbesar terjadi pada tingkat provinsi dengan jumlah Rp668,99 milliar dengan
pangsa 12,52%, naik 10,63% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berikutnya adalah
Kota Manado sebesar Rp516,13 miliar dengan pangsa 9,66% dari total anggaran,
Kabupaten Minahasa sebesar Rp.465,44 dengan pangsa 8,71% dan Kabupaten Sangihe
sebesar Rp419,46 miliar dengan pangsa 7,85%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 1,01% dari total dana
perimbangan atau sebesar Rp54,22 milliar.
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
Grafik 4.2 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Grafik 4.1 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2008
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
60
Grafik 4.3
Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Berdasarkan kom
Utara pada APB
agregat, pangsa
turut sebesar 7
perimbangan un
yang dilakukan m
sebagian penerim
pangsa Dana B
Sulawesi Utara t
sumber daya alam
4.2. Perkemban
Kinerja keuanga
dibandingkan pe
pengeluaran pem
pengeluaran dal
pemerintah baru
APBD-P sebesar R
menyebabkan ke
sebesar Rp78 mil
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
61
ponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing wilayah Sulawesi
D Tahun 2009 sebagian besar terdiri dari Dana Alokasi Umum. Secara
dari DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak berturut-
6,84%, 16,79% dan 6,36%. Dana Bagi Hasil merupakan bagian dana
tuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal (antara Pusat dan Daerah)
elalui pembagian hasil antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari
aan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam. Rendahnya
agi Hasil di Sulawesi Utara mencerminkan bahwa kontribusi Provinsi
erhadap penerimaan negara, baik dari segi pajak maupun pengelolaan
masih kecil.
gan APBD Provinsi
n pemerintah hingga Triwulan II Tahun 2009 relatif lebih rendah
riode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan Juni 2009, total
erintah mencapai Rp399 milliar atau baru mencapai 35,6% dari target
am APBD-P sebesar Rp1.120 milliar. Sementara itu, total penerimaan
mencapai Rp477 milliar atau baru 46,4% dari target penerimaan dalam
p1.029 milliar. Jumlah penerimaan yang lebih besar dibandingkan realisasi
uangan pemerintah hingga Triwulan II Tahun 2009 mengalami surplus
liar.
Penerimaan 792Pendapatan Asli Daerah (PAD) 240
Dana Perimbangan 489
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 63
Pengeluaran 821Belanja Pegawai 312
Belanja Barang dan Jasa 205
Belanja Bantuan Sosial 65
Belanja Bagi Hasil 71
Belanja Bantuan Keuangan 11
Belanja Tidak Terduga 5
Belanja Hibah 0
Belanja Modal 152
Surplus / Defisit -29Pembiayaan Daerah 29
RincianAPBD-P
2007AP
2
Kinerja Keuangan Daerah P (d
1. Penerimaan Provinsi
Total realisasi penerimaan provinsi hingga T
atau baru 46,4% dari target penerima
pembentuknya, sumber penerimaan ini terut
Dana Alokasi Umum) dengan pangsa 68,45%
pangsa 30,42%.
Kinerja pemerintah provinsi dalam melakuka
hingga Triwulan II Tahun 2009 terlihat b
menurunnya prosentase realisasi Penerimaan
I tahun lalu menjadi hanya 46,86% hingga T
Rp145,12 milyar. Berdasarkan komponen pe
penerimaan pajak sebesar 92,88% sedan
pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain.
Pencapaian PAD selama semeser I Tahun 200
kebutuhan dana pembangunan di Sulawes
kemandirian fiskal daerah yaitu perbandin
Tabel 4.3. rovinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Juni 2009 alam Miliar Rp)
Nominal % Nominal %925 444 48.0 1029 477 46.4 296 156 52.8 310 145 46.9
610 287 47.1 669 326 48.8
19 0 - 50 5 10.6
974 353 36.3 1120 399 35.6 386 173 44.7 397 170 42.8
197 58 29.6 221 66 29.9
60 30 49.6 57 33 58.3
108 55 50.7 168 55 32.9
30 10 33.9 10 0 -
2 0 1.0 8 1 19.3
9 4 47.5 16 9 56.3
182 24 13.0 243 63 26.0
-49 90 -92 7849 -49 92 -150
Realisasi s.d. 31 Jun 2009
Realisasi s.d. 31 Jun 2008 APBD-P
2009BD-P 008
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara62
riwulan II Tahun 2009 mencapai Rp477 milliar,
an dalam APBD-P. Berdasarkan komponen
ama berasal dari dana perimbangan (utamanya
disusul Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan
n berbagai pemanfaatan aset-aset yang dimiliki
elum terlalu optimal. Hal ini tercermin dari
Asli Daerah (PAD) dari 52,78% pada semester
riwulan II Tahun 2009 dengan nominal sebesar
mbentuknya, PAD ini terutama bersumber dari
gkan sisanya dalam bentuk retribusi, hasil
9 tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan
i Utara tercermin dari relatif rendahnya rasio
gan PAD terhadap total belanja yang hanya
63
33,81%. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar masih digerakkan oleh
dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat.
2. Pengeluaran Provinsi
Realisasi pengeluaran provinsi sampai dengan Triwulan II Tahun 2009 mencapai Rp398,68
milliar atau 35,58% dibandingkan rencana pengeluaran dalam APBD-P Tahun 2009.
Pencapaian ini masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang saat itu
mencapai 36,3%. Menurut komponen pembentuknya, pengeluran provinsi terutama
didominasi untuk belanja pegawai dengan pangsa 42% atau sebesar Rp397 milliar
sedangkan pangsa belanja modal baru mencapai 15,87% atau sebesar Rp63 miliar.
Dibandingkan tahun lalu, maka target belanja modal di Tahun 2009 sebesar Rp243 milliar
meningkat sebesar 33%. Hal ini tentunya sangat menggembirakan sehubungan dengan
meningkatnya kegiatan investasi pemerintah di Sulawesi Utara dan tidak semata-mata
dialokasikan untuk belanja pegawai (pembayaran gaji, tunjangan, dan lain sebagainya).
3. Kontribusi APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi
terhadap pos-pos dalam APBD-P provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan
tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi komsumsi pemerintah memberikan kontribusi
sebesar 2,74% terhadap nilai tambah PDRB Provinsi Sulawesi Utara sedangkan realisasi
belanja modal memberikan kontribusi sebesar 0,52%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan
kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki.
Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD-P provinsi hanya
memberikan kontribusi sebesar 3,26% terhadap nilai tambah PDRB Sulawesi Utara.
Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar
sampai dengan Triwulan II Tahun 2009 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah
penerimaan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluarannya.
Kontribusi APBD Provinsi Terhadap (d
A. PENERIMAAN RUPIAHPendapatan Asli Daerah
1. Pajak Daerah2. Retrebusi3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah4. Lain-lain
Dana Perimbangan 1. Bagi Hsl. Pajak 2. Dana Alokasi Umum3. Dana Alokasi Khusus4. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)
Lain-Lain Pendapatan SahB. PENGELUARAN RUPIAH
Konsumsi Pemerintah1. Belanja Pegawai2. Belanja Barang dan Jasa3. Belanja Bantuan Sosial4. Belanja Bagi Hasil5. Belanja Bantuan Keuangan 6. Belanja Tidak Terduga7. Belanja Hibah
Pembentukan Modal Tetap BrutoD. SURPLUS/ (DEFISIT)C. PEMBIAYAAN DAERAHE. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
URAIAN
Tabel 4.4. Sektor Riil dan Uang Beredar s.d. 31 Juni 2009alam Milliar Rp)
Nominal%
Realisasi% thd PDRB
1,028.71 1,028.72 476.92 46.36 3.90309.72 309.72 145.12 46.86 1.19275.62 275.63 134.80 48.91 1.10
7.60 7.59 3.19 41.99 0.0316.50 16.50 0.00 0.00 0.0010.00 10.00 7.14 71.36 0.06
668.99 669.00 326.48 48.80 2.6756.52 57.48 7.50 13.05 0.06
558.63 558.63 279.32 50.00 2.2852.88 52.88 39.66 75.00 0.320.96 0.00 0.00 #DIV/0! 0.00
50.00 50.00 5.32 10.65 0.041,121.51 1,120.45 398.68 35.58 3.26
878.82 877.51 335.42 38.22 2.74397.78 397.31 169.89 42.76 1.39221.12 221.27 66.18 29.91 0.5458.41 57.13 33.33 58.35 0.27
167.63 167.93 55.33 32.95 0.4510.00 10.00 0.00 0.00 0.007.50 7.50 1.45 19.38 0.01
16.38 16.38 9.23 56.40 0.08242.69 242.95 63.26 26.04 0.52-93.08 -91.74 78.2491.73 91.74 -150.00-1.35 0.00 -71.76
Realisasi APBD s.d. 30 Juni 2009APBD
2009APBD-P
2009
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara64
65
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran nasional. Sistem pembayaran tersebut terbagi dua yaitu pembayaran secara
tunai menggunakan uang kartal, serta pembayaran non tunai melalui transaksi kliring dan
RTGS. Untuk menjalankan fungsi penyelenggaraan pembayaran tunai Bank Indonesia
senantiasa berusaha untuk menyediakan sejumlah pecahan yang sesuai dengan nominal
yang mencukupi dalam kondisi tepat waktu dan layak edar. Sementara itu, untuk transaksi
non tunai, Bank Indonesia mengarahkan transaksi pembayaran yang efektif, efisien, aman
dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. BI bukan semata
peduli akan terciptanya efisiensi dalam sistem pembayaran, tapi juga kesetaraan akses
hingga ke urusan perlindungan konsumen. Yang dimaksud terciptanya sistem pembayaran,
itu artinya memberi kemudahan bagi pengguna untuk memilih metode pembayaran yang
dapat diakses ke seluruh wilayah dengan biaya serendah mungkin. Sementara yang
dimaksud dengan kesetaraan akses, BI akan memperhatikan penerapan asas kesetaraan
dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Sedangkan aspek perlindungan konsumen
dimaksudkan penyelenggara wajib mengadopsi asas-asas perlindungan konsumen secara
wajar dalam penyelenggaraan sistemnya.
A. Perkembangan Aliran Uang Kartal
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada Triwulan II Tahun 2009
berada pada kondisi net outflow, yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih tinggi
dibandingkan aliran uang masuk. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa
perekonomian Sulut kembali bergairah di tengah-tengah ketidakpastian pemulihan kondisi
perekonomian pasca krisis ekonomi global. Selain itu, kondisi net outflow yang terjadi pada
triwulan laporan merupakan pola musiman setelah pada triwulan sebelumnya mengalami
net inflow berkenaan dengan kembali masuknya aliran uang kartal ke dalam sistem
perbankan setelah di akhir tahun 2008 lalu aktivitas ekonomi cenderung meningkat saat
perayaan hari besar keagamaan (lebaran dan natal) serta perayaan Tahun Baru 2009.
Jumlah uang aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami
peningkatan dibandingakn triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk
meningkat 34,82% (y.o.y) atau sebesar Rp41,28 sedangkan aliran uang keluar meningkat
5,48% (y.o.y) atau sebesar Rp18,47 miliar. Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan
66
laporan berada pada kondisi outflow sebesar Rp195,48 miliar lebih rendah dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp218,28 miliar. Secara bulanan, net
outflow tertinggi terjadi pada bulan April 2009 sebesar Rp134,83 miliar, berikutnya di bulan
Juni 2009 sebesar Rp74,95 miliar. Sedangkan di bulan Mei 2009, aliran uang kartal di
khasanah Bank Indonesia berada pada kondisi net inflow sebesar Rp14,30 miliar. Kondisi
pada triwulan laporan yang mengalami net outflow mencerminkan bahwa aktivitas
perekonomian lebih bergairah pada triwulan ini, hal ini didorong oleh adanya kegiatan pra
dan pasca penyelenggaraan event World Ocean Conference (WOC) dan CTI Summit yang
telah dilaksanakan pada bulan Mei 2009.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
(Rp. Miliar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008 2009
Inflow (+) 428 129 105 253 592 119 103 217 613 160Outflow (-) -29 -453 -168 -928 -87 -337 -370 -428 -18 -355Net Flow 400 -324 -63 -676 505 -218 -268 -211 595 -195
-1,200
-1,000
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam upaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, Bank Indonesia melakukan
kegiatan berupa Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan
terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap
uang kartal masuk tercatat sebesar 49%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 142,50%. Secara nominal, jumlah uang yang
diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp78,31 miliar atau turun
53,64% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
67
Grafik 5.2 Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
(Persen)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008 2009
Inflow 428 129 105 253 592 119 103 217 613 160 PTTB 255 118 63 4 305 169 118 102 53 78 Rasio 59.5 91.7 60.0 1.48 51.4 142. 114. 46.9 8.57 49.0
-
20
40
60
80
100
120
140
160
-
100
200
300
400
500
600
700 % Miliar Inflow PTTB Rasio
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado
bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008 2009
Inflow 366 413 437 549 533 516 702 615 621 542
Outflow -284 -404 -466 -557 -463 -672 -755 -560 -443 -611
Netflow 82 9 -28 -8 70 -156 -53 55 178 -69
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
.
(Rp. Miliar)
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo menunjukkan pola yang sama dengan pola aliran kas
di KBI Manado yang berada dalam posisi net outflow. Sepanjang Triwulan II Tahun 2009
posisi aliran kas titipan Gorontalo menunjukkan nilai net outflow sebesar Rp69 miliar. Jika
68
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya terlihat adanya kesamaan pola
aliran kas, namun dalam jumlah yang lebih besar. Pada triwulan II-2008 nilai net outflow di
kas titipan Gorontalo mencapai Rp156 miliar. Net outflow yang terjadi selama triwulan
laporan merupakan salah satu indikasi bahwa perekonomian Gorontalo cukup bergairah di
tengah-tengah ketidakpastian pemulihan perekonomian akibat krisis global.
Grafik 5.4 Netflow Kas Tititpan KBI Manado di Tahuna
(Rp. Miliar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008 2009
Inflow 48 12 28 37 51 19 23 36 57 27
Outflow -34 -74 -62 -107 -31 -67 -71 -100 -39 -78
Netflow 14 -62 -34 -69 20 -48 -49 -63 18 -51
-120
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Selain di provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna-Kabupaten Sangihe.
Keberadaan kas titipan di kota tersebut merupakan upaya Bank Indonesia untuk
melaksanakan kebijakan clean money policy, khususnya untuk wilayah yang letaknya jauh
dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna
cenderung mengalami net outflow (kecuali pada awal tahun). Kondisi kas titipan Tahuna
pada triwulan laporan menunjukkan adanya aliran uang keluar dari dalam khasanah yang
lebih besar daripada aliran uang masuk ke khasanah dengan nilai net outflow sebesar Rp51
miliar. Kondisi ini mengalami peningkatan 7,42% jika dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp48 miliar. Seperti halnya yang terjadi pada
kas titipan di Provinsi Gorontalo, net outflow yang terjadi di khasanah titipan di Tahuna
mengindikasikan kembali bergairahnya perekonomian di daerah tersebut antara lain
tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah dan swasta.
69
B. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado menunjukkan
adanya penurunan yang signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di
triwulan II-2008 jumlah total uang palsu yang ditemukan mencapai 1.035 lembar, hal ini
disebabkan karena pada triwulan tersebut telah terungkap jaringan dan pengedar uang
palsu oleh pihak yang berwajib. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank
Indonesia Manado pada Triwulan II Tahun 2009 sebanyak 18 lembar yang terdiri dari 5
lembar uang pecahan Rp100.000,-, 12 lembar uang pecahan Rp50.000, dan satu lembar
uang pecahan Rp5.000,-. Jika dibandingkan dengan jumlah uang palsu yang ditemukan
pada periode-periode sebelumnya terlihat bahwa jumlah uang palsu yang ditemukan pada
triwulan IV-2008 sampai dengan Triwulan II Tahun 2009 menunjukkan adanya trend
penurunan berturut-turut sebanyak 136 lembar, 41 lembar dan 18 lembar. Penurunan
temuan ini mengindikasikan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah
sudah cukup baik.
Tabel 5.1 Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
(Rp Miliar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
- Rp100.000,- 22 2 7 5 2 1014 14 1 14 5
- Rp50.000,- 105 38 14 5 17 19 16 135 23 12
- Rp20.000,- 23 1 4 3 6 0 1 0 3 0
- Rp10.000,- 7 3 4 1 0 2 2 0 0 0
- Rp5.000,- 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1
- Rp1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 157 44 29 15 25 1,035 33 136 41 18
200920082007Pecahan
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
Bank Indonesia telah dan akan terus berupaya untuk meminimalisir pergerakan pelaku
pemalsuan uang melalui kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan sosialisasi
tidak hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, serta pihak perbankan, namun juga
dilakukan di pusat perbelanjaan di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat
perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya
tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, pihak Bank
Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam
upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak
kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di
Sulawesi Utara.
70
C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)
Perkembangan kliring lokal (tunai) pada Triwulan II Tahun 2009 sebanyak 90,363 lembar
dengan nilai Rp1,891 triliun atau meningkat jumlahnya sebesar 6,22% (y.o.y) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Sama halnya jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya, terlihat adanya peningkatan jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jika
dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan
tercatat sebanyak 1,457 lembar dengan nilai sebesar Rp30,45 miliar. Angka inipun
meningkat 7,86% (y.o.y). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin
menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.
Tabel 5.2 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
a. Lembar 75,010 84,817 90,390 75,426 76,386 85,075 87,329 85,612 83,172 90,363b. Nominal (Rp miliar) 1,353 1,427 1,634 1,494 1,634 1,703 1,804 1,803 1,762 1,891
a. Lembar 1,209 1,368 1,412 1,347 1,273 1,350 1,386 1,451 1,409 1,457b. Nominal (Rp miliar) 21.88 23.02 25.39 25.45 27.24 27.04 28.63 30.57 29.90 30.45
a. Lembar (%) 0.37 0.30 0.32 0.55 0.51 0.56 0.75 0.98 0.87 0.91b. Nominal (%) 0.35 0.28 0.55 0.70 0.83 0.58 0.80 1.49 0.79 0.92
Persentase rata-rata penolakan
2008KETERANGAN
2007 2009
Perputaran Kliring
Rata-rata perputaran kliring per hari
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 0.91% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,56%
maupun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,87%.
Demikian pula halnya dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari 0,58% pada
triwulan II-2008 menjadi 0,92% pada Triwulan II Tahun 2009 dari rata-rata nominal cek dan
BG yang dikliringkan per hari.
D. RTGS (Real Time Gross Settlement)
RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, menunjukkan
perkembangan yang cukup pesat sejak pertama kali diperkenalkan. Hal ini disebabkan BI -
RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko
settlement-nya dapat diperkecil. Berdasarkan data terakhir yang dimiliki, selama triwulan I -
2008, perkembangan total volume transaksi melalui RTGS (dari/ke/dalam Kota Manado)
mencapai 16.233 lembar atau meningkat 18,38% (y.o.y) bila dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Demikian pula dengan nilai nominal penyelesaian transaksi RTGS
yang secara tahunan tumbuh sebesar 29,50% mencapai jumlah Rp26,2 Triliun.
71
Tabel 5.3.
Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement (Rp. Milliar)
Sumber : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) KP Bank Indonesia
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Nilai 11,738 13,437 11,565 13,433 15,976 36.10
Volume 6,770 7,478 8,731 14,251 7,225 6.72
Nilai 4,846 6,615 7,549 7,046 6,369 31.42
Volume 5,007 5,944 7,175 12,356 6,481 29.44
Nilai 3,648 4,971 5,615 4,682 3,856 5.71
Volume 1,936 2,553 3,077 7,681 2,527 30.53
NIlai 20,232 25,023 24,729 25,161 26,200 29.50
Volume 13,713 15,975 18,983 34,288 16,233 18.38
TOTAL TRANSAKSI
2007Y.o.Y
Dalam Kota
Ke Manado
Dari Manado
72
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Februari 2009
mengalami perbaikan dibandingkan periode Agustus 2008 tercermin dari rasio TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) sebesar 10,63% atau turun tipis (0,02%) dibandingkan dengan
periode Agustus 2008 sebesar 10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap
keadaan Februari 2008 yang juga mengalami penurunan sebesar 1,72%. Menurut lapangan
pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah
terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan. Berdasarkan
persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan
angka pengangguran tertinggi.
A. PENGANGGURAN
Struktur ketenagakerjaan pada periode Februari 2009 tidak terlalu berbeda bila
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+,
jumlah angkatan kerja tercatat 1.077.155 orang (63,91%) masih lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 608.347 orang. Jumlah
angkatan kerja ini turun sedikit yaitu sebesar 2,91% (y.o.y) atau sebanyak 30.490 orang
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Periode Februari 2006 – Februari 2009
Penduduk 15 Thn ke atas 1,621,331 1,639,282 1,654,863 1,672,655 1,658,299 1,669,313 1,685,502
Angkatan Kerja 990,759 970,416 1,086,281 1,036,499 1,046,665 1,020,952 1,077,155
Bekerja 855,300 828,550 944,635 908,503 917,363 912,198 962,627
Mencari Kerja 135,459 141,866 141,646 127,996 129,302 108,754 114,528
Bukan Angkatan Kerja 630,572 668,866 568,582 636,156 611,634 648,361 608,347
Sekolah 134,119 135,456 126,474 135,611 127,274 135,318 133,770
Mengurus Rumah Tangga 407,173 443,542 359,201 398,195 406,055 406,882 371,568
Lainnya 89,280 89,868 82,907 102,350 78,305 106,161 103,009
TPAK (persen) 61.10 59.20 65.60 61.97 63.12 61.16 63.91
TPT (persen) 13.70 14.60 13.00 12.35 12.35 10.65 10.63
Setengah Pengangguran 296,780 258,838 269,657 250,435 214,237 260,650 254,457
Setengah Pengangguran Terpaksa 138,683 114,537 125,402 120,060 124,522 128,580 124,806
Setengah Pengangguran Sukarela 158,097 144,301 144,255 130,375 89,715 132,070 129,651
Jenis Kegiatan Feb-06 Ags-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08 Ags-08 Feb-09
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
73
Menurut komponen penyusunnya, jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan data
terakhir (Februari 2009) mengalami peningkatan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja
berjumlah 962.627 orang, meningkat 4,93% (y.o.y) atau sebanyak 45.264 orang
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah pengangguran mengalami penurunan
yaitu dari 129.302 orang pada Februari 2008 turun 11,43% (y.o.y) menjadi 114.528 orang
pada Februari 2009. Penurunan jumlah pengangguran ini belum menggambarkan kondisi
penyerapan tenaga kerja yang semakin membaik, karena apabila dilihat komponennya,
maka penurunan ini selain disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah penduduk yang
bekerja, juga disebabkan karena terjadinya pergeseran dari penduduk yang mencari kerja
menjadi bukan angkatan kerja (Ibu Rumah Tangga).
Meningkatnya jumlah angkatan kerja selama periode Februari 2008 – Februari 2009
mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara
mengalami peningkatan dari 63,12% menjadi 63,91%. TPAK sebesar 63,91% tersebut
dapat diartikan bahwa sekitar 64 penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan
mencari pekerjaan dari sebanyak 100 orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk
usia kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) pada Februari 2009 sebesar
10,63%, merupakan angka yang terendah selama periode Februari 2006 – Februari 2009.
Hal ini menunjukkan bahwa dari sekitar 100 orang penduduk yang termasuk dalam
angkatan kerja hanya 10-11 orang yang menganggur, selebihnya sudah mempunyai
perkerjaan.
0.0
50.0
100.0
150.0
Jan Feb Mar Apr May Jun2009
100.5
66.5 67.0 84.5112.0 123.5
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini
Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
Berdasarkan SK Juni 2009 Penurunan tingkat pengangguran ini terkonfirmasi
dari hasil survey konsumen yang diselenggarakan
di kota Manado. Dari hasil survey konsumen
tersebut, konsumen rumah tangga menilai
ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini sampai
dengan bulan Juni 2009 masih cukup baik.
Sumber: Bank Indonesia, Survei Konsumen Juni 2009
74
Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Periode Februari 2006 – Februari 2009
Pertanian 403,179 341,347 378,631 373,329 363,771 362,615 386,873
Pertambangan 4,756 10,402 18,229 8,703 14,806 12,804 19,048
Industri 49,813 42,273 65,290 44,497 61,270 43,846 57,094
Listrik, Gas & Air Bersih 3,123 3,888 2,872 1,338 3,223 3,951 4,312
Konstruksi 40,168 65,268 54,819 61,209 56,406 67,121 53,091
Perdagangan 154,952 131,614 174,127 164,718 144,155 163,693 175,012
Angkutan 73,350 111,385 89,220 86,287 136,047 90,561 102,115
Keuangan 12,254 12,021 12,900 15,627 10,127 13,850 14,496
Jasa 113,705 110,352 148,547 152,795 127,558 153,757 150,586
TOTAL 855,300 828,550 944,635 908,503 917,363 912,198 962,627
Lapangan Pekerjaan Utama Feb-06 Ags-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08 Ags-08 Feb-09
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Komposisi penduduk yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada Februari
2009 relatif sama bila dibandingkan Februari 2008. Sektor lapangan pekerjaan utama
penduduk yang bekerja masih paling banyak di sektor pertanian yaitu sebanyak 386.873
orang (40,19%). Mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2008
sebanyak 23.102 orang. Sektor lain yang mengalami penurunan adalah sektor industri,
konstruksi dan angkutan. Sedangkan sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor
pertambangan, listrik-air-gas, perdagangan, keuangan dan jasa. Data tersebut
menggambarkan bahwa walaupun sektor utama lapangan pekerjaan penduduk Sulawesi
Utara masih paling banyak di sektor pertanian, namun telah terjadi pergeseran ke sektor
lainnya, terutama ke sektor perdagangan yang ditunjukkan pada peningkatan jumlah
pekerja yang cukup signifikan di sektor ini, yakni sebesar 30.857 orang. Pergeseran ini
terjadi terkait dengan banyaknya pembangunan infrastruktur di kota Manado dalam rangka
WOC di tahun 2009. Adanya penyelenggaraan WOC ini membawa efek lanjutan dimana
wilayah Sulawesi Utara menjadi salah satu kota tujuan wisata Indonesia sehingga lebih
memacu pertumbuhan di sektor PHR. Jika dilihat berdasarkan pertumbuhannya, sektor yang
mengalami pertumbuhan tenaga kerja yang signifikan adalah sektor listrik, gas dan air
bersih yang tumbuh 33,79% (y.o.y) dengan jumlah pekerja meningkat sebanyak 1.089
orang.
75
Grafik 6.2 Indeks Ketersediaan Tenaga Kerja Saat Ini
40.19%
1.98%5.93%0.45%
5.52%
18.18%
10.61%
1.51%
15.64%
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik, Gas & Air BersihKonstruksi
Perdagangan
Angkutan
Keuangan
Jasa
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Periode Februari 2006 – Februari 2009
Kota Desa LK PRBerusaha Sendiri 220,812 309,039 297,042 315,364 328,437 282,696 287,238 111,466 175,772 206,316 80,922
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar
194,660 121,471 153,860 114,577 148,096 134,423 130,426 24,000 106,426 104,703 25,723
Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar
23,328 34,312 35,758 33,664 27,657 31,026 41,175 13,440 27,735 36,130 5,045
Buruh/Karyawan 253,991 227,826 282,174 286,099 246,547 264,692 279,163 170,395 108,768 194,988 84,175
Pekerja Bebas Pertanian 27,554 38,801 42,346 48,666 50,688 60,824 64,141 3,669 60,472 56,108 8,033
Pekerja Bebas Non Pertanian 15,653 30,787 28,943 25,065 34,629 47,802 39,899 19,825 20,074 34,603 5,296
Pekerja Tak Dibayar 119,302 66,314 104,512 85,068 81,309 90,735 120,585 24,742 95,843 37,446 83,139
TOTAL 855,300 828,550 944,635 908,503 917,363 912,198 962,627 367,537 595,090 670,294 292,333
Feb-09Status Pekerjaan Feb-06 Ags-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08Daerah Jenis Kelamin
Ags-08
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Seperti terlihat dalam tabel, dari seluruh penduduk usia 15+ yang bekerja, terutama berada
di daerah desa dan berjenis kelamin laki-laki. Status pekerjaan penduduk masih didominasi
oleh berusaha sendiri sebanyak 287.238 orang (29,84%), dan buruh/karyawan/pegawai
sebanyak 279.163 orang (29%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja terkecil adalah
pekerja bebas non pertanian sebanyak 39.899 orang (4,14%). Status pekerjaan penduduk
yang bekerja di daerah perkotaan terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai
sebesar 170.395 orang (46,36%) dan berusaha sendiri sebesar 111.466 orang (30,33%).
Sedangkan untuk daerah perdesaan, status pekerjaan penduduk yang bekerja sebagian
besar adalah berusaha sendiri yaitu sebesar 175.772 (29,54%) dan
buruh/karyawan/pegawai sebesar 108.768 orang (18,28%). Penduduk laki-laki yang bekerja
paling banyak berstatus berusaha sendiri yaitu sebesar 206.316 orang dan
buruh/karyawan/pegawai sebesar 194.988 orang, sedangkan penduduk perempuan yang
bekerja paling banyak berstatus buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 84.175 orang dan
pekerja yang tidak dibayar sebanyak 83.139 orang.
76
Grafikl 6.3.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Sulawesi Utara Februari 2006 - Februari 2009
Grafik 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulut dan
Nasional Februari 2007 - Februari 2009
56
58
60
62
64
66
61.10
59.20
65.60
61.97
63.12
61.16
63.91
TPAK_…
13.00 12.35 12.35
10.65 10.63 9.75
9.11 8.46 8.39 8.14
-
2
4
6
8
10
12
14
Feb-07 Agt-07 Feb-08 Ags-08 Feb-09
TPT Sulut (persen)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) provinsi Sulawesi Utara selama kurun waktu 3 (tiga)
tahun terakhir terus mengalami penurunan, yaitu 13% pada Februari 2007 turun menjadi
12,35% pada Februari 2008 dan menjadi 10,63% di bulan Februari 2009. Namun bila
dibandingkan dengan TPT nasional sebesar 8,14%, TPT provinsi Sulawesi Utara sepanjang
periode Februari 2007 sampai dengan Februari 2009 masih termasuk cukup tinggi dan
berada di urutan ke enam tertinggi di antara provinsi lainnya di Indonesia.
B. KEMISKINAN
Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Februari 2004 – Maret 2009 di
Provinsi Sulawesi Utara cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan
dari periode Februari 2004 – Maret 2007 dan terjadi penurunan dari periode Maret 2007 –
Maret 2009.
77
Tabel 6.4. Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa
Periode Februari 2004 – Maret 2009
Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut
Kota Desa Total Kota Desa Total
Sulawesi Utara 35.9 156.3 192.2 4.37 11.76 8.93
Indonesia 11,369.0 24,777.9 36,146.9 12.13 20.11 16.66
Sulawesi Utara 46.4 155.0 201.5 4.96 12.70 9.34
Indonesia 13,297.4 23,504.7 36,800.9 12.48 20.63 16.69
Sulawesi Utara 61.2 171.4 232.6 6.52 14.01 10.76Indonesia 13,568.4 23,820.9 37,389.3 12.68 20.84 16.90
Sulawesi Utara 79.0 171.0 250.1 8.31 13.80 11.42
Indonesia 13,559.3 23,609.0 37,168.3 12.52 20.37 16.58
Sulawesi Utara 72.7 150.9 223.5 7.56 12.04 10.10
Indonesia 12,768.5 22,194.8 34,963.3 11.65 18.93 15.42
Sulawesi Utara 79.25 140.31 219.57 8.14 11.05 9.79Indonesia 11,910.0 20,620.0 32,530.0 10.72 17.35 14.15
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (000 orang)
Persentase Penduduk Miskin
Februari 2004
Maret 2009
Juli 2005
Juli 2006
Maret 2007
Maret 2008
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 219,57 ribu (9,79%). Terjadi penurunan
jumlah maupun persentase penduduk miskin dibandingkan Maret 2008 yang berjumlah
223,5 ribu (10,10%). Penurunan ini lebih disebabkan oleh turunnya jumlah penduduk
miskin di kawasan perdesaan. Jika pada posisi Maret 2008 jumlah penduduk miskin di
perdesaan berjumlah 150,9 ribu (12,04%), pada periode Maret 2009 jumlah berkurang
cukup signifikan menjadi 140,31 ribu (11,05%). Sebaliknya, di perkotaan jumlah penduduk
miskin mengalami peningkatan, jika pada periode Maret 2008 jumlahnya tercatat 72,7 ribu
(7,56%), pada periode Maret 2009 jumlahnya meningkat mencapai 79,25 ribu (8,14%).
Secara nasional, juga terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 34,96 juta orang pada
Maret 2008 menjadi 32,53 juta orang pada Maret 2009. Jumlah penduduk miskin di daerah
perdesaan turun lebih tajam daripada di daerah perkotaan. Selama periode Maret 2008 -
Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta orang, sementara
di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang. Persentase penduduk miskin di perkotaan
dan perdesaan pada periode Maret 2008 - Maret 2009 tidak banyak berubah, masing-
masing mengalami penurunan sebesar 0,93% dan 0,58%. Penurunan jumlah dan
persentase penduduk miskin selama periode Maret 2008-Maret 2009 antara lain
disebabkan oleh laju inflasi yang relatif stabil, rata-rata harga beras nasional yang relatif
rendah, turunnya rata-rata upah riil harian buruh tani, panen raya, peningkatan NTP dan
meningkatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga.
78
Tabel 6.5.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Provinsi Sulawesi Utara
Periode Februari 2004 – Maret 2009
Makanan Bukan Makanan
Total
Maret 2008 131,456 44,173 175,628 72.68 7.56
Maret 2009 146,007 47,244 193,251 79.25 8.14
Maret 2008 128,498 33,935 162,433 150.86 12.04
Maret 2009 141,599 36,672 178,271 140.31 11.05
Maret 2008 129,781 38,378 168,160 223.55 10.10
Maret 2009 143,512 41,260 184,772 219.57 9.79
KOTA & DESA
PERKOTAAN
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah Penduduk
Miskin
Persentase Penduduk
Miskin
PERDESAAN
Tahun
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan di bawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak
penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2008 – Maret
2009, garis kemiskinan naik sebesar 9,88% yaitu dari Rp.168.160,- per kapita per bulan
pada Maret 2008 menjadi Rp184.772,- per kapita per bulan pada Maret 2009. Dengan
memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan
komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2008, sumbangan GKM
terhadap GK sebesar 77,18%, tetapi pada Maret 2009, peranannya meningkat mencapai
77,67%.
Selanjutnya penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis (chronic
poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang
berpenghasilan jauh di bawah garis kemiskinan dan biasanya tidak memiliki akses yang
cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk
miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam
ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat
dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin.
Pada periode Maret 2008 - Maret 2009, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak berubah. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
79
pengeluaran penduduk miskin cenderung sama dengan kondisi periode yang lalu
mendekati garis kemiskinan begitu pula dengan ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskinnya.
Tabel 6.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Sulawesi Utara menurut Daerah, Maret
2008 - Maret 2009
Tahun Kota Desa Total
Maret 2008 1.08 1.87 1.53
Maret 2009 1.27 1.77 1.55
Maret 2008 0.30 0.45 0.38 Maret 2009 0.32 0.39 0.36
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
D. Rasio Gini
Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan
membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis
diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka
tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan
apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.
Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap.
Berdasarkan data terakhir pada tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah
dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian
berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk
berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor
yang mempengaruhi peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM
yang menyebabkan kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena
yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40%
menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.
80
Tabel 6.7. Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara
40% populasi dengan
pendapatan terendah
40% populasi dengan
pendapatan moderat
20% populasi dengan
pendapatan tertinggi
Rasio Gini
40% populasi dengan
pendapatan terendah
40% populasi dengan
pendapatan moderat
20% populasi dengan
pendapatan tertinggi
Rasio Gini
Sulawesi Utara 20.03 39.27 40.70 0.32 21.19 37.57 41.24 0.32
2007
Provinsi
2005
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
E. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2007 adalah
sebesar 76,0, meningkat 1,6 poin dari angka IPM 2006 yang sebesar 74,4. Peningkatan ini
ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,8 tahun menjadi 74,4 tahun dan rata-
rata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.900,- menjadi Rp619.400,-. Adapun komponen
penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah
dan rata-rata pengeluaran riil per kapita.
Tabel 6.8. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sulawesi Utara Periode 2002 - 2007
Komponen IPM 2002 2004 2005 2006 2007Angka Harapan Hidup 70.9 71.0 71.7 71.8 74.4Angka Melek Huruf 98.8 99.1 99.3 99.3 99.3Rata-Rata Lama Sekolah 8.6 8.6 8.8 8.8 8.8Pengeluaran Riil/Kapita (000 Rp) 587.9 611.9 616.1 616.9 619.4IPM 71.3 73.4 74.2 74.4 76.0Peringkat Nasional 2 2 2 2 2 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Bolaang Mongondow 74.6 98.6 7.4 607.3Minahasa 75.5 99.5 8.8 616.0Kepulauan Sangihe 75.6 98.5 7.7 623.9Kepul
B
auan Talaud 74.2 99.3 8.5 619.0Minahasa Selatan 75.3 99.4 8.5 606.0Minahasa Utara 75.3 99.7 9.1 617.8Bolaang Mongondow Utara 72.7 98.3 7.1 615.1Kepulauan Siau 73.0 99.3 8.1 601.3Minahasa Tenggara 71.7 99.5 8.2 618.2Manado 75.6 99.8 10.6 626.0itung 73.6 98.9 9.2 623.6
Tomohon 75.3 99.8 9.6 616.2Kotamobagu 74.8 99.5 8.8 614.8Sulawesi Utara 74.4 99.3 8.8 619.4
Angka Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
Rata-rata Lama
Sekolah
Pengeluaran per Kapita (000 Rp)
KAB/KOTA/PROV.
Tabel 6.9. Komponen Penyusun IPM di Kab/Kota di Wilayah Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2007
Berdasarkan wilayah administrasinya,
perkembangan komponen IPM di
kota/kabupaten di Sulawesi Utara dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Kota Manado dan Kab.Kepulauan
Sangihe memiliki angka harapan hidup
tertinggi yaitu 75,6 tahun sedangkan
terendah di Kabupaten Minahasa
Tenggara yang tercatat 71,7 tahun.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Persentase angka melek hurup hampir merata di seluruh daerah dengan rata-rata
99,20%. Namun terdapat 4 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di
bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe, Bolaang
Mongondow Utara dan Bitung.
81
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu
selama 7,1 tahun sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama
10,6 tahun.
Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp626
ribu dan terendah di Kepulauan Siau sebesar Rp601,3 ribu.
Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara
kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2002 – 2007, IPM Provinsi
Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional.
Tabel 6.10.
Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2006 -2007
2006 2007 2006 2007Bolaang Mongondow 71.8 74.0 126 118Minahasa 74.2 76.4 57 54Kepulauan Sangihe 73.8 76.0 66 63Kepulauan Talaud 73.0 75.6 81 67Minahasa Selatan 72.3 75.3 100 77Minahasa Utara 74.2 76.7 55 42Bolaang Mongondow Utara 70.5 73.3 184 147Kepulauan Siau 70.8 73.3 168 145Minahasa Tenggara 70.8 74.1 167 113Manado 76.4 78.6 14 8Bitung 73.7 76.1 68 59Tomohon 74.7 77.0 44 34Kotamobagu 72.6 75.9 92 65Sulawesi Utara 74.4 76.0 2 2
KAB/KOTA/PROV.IPM Ranking Nasional
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
82
BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2009 diperkirakan masih akan
tumbuh cukup baik walaupun kinerja ekspor diperkirakan masih mengalami perlambatan
bahwa kontraksi sebagai dampak krisis ekonomi global. Even berskala Internasional yaitu
Sail Bunaken pada Agustus 2009 diharapkan mampu mengkonversi potensi perlambatan
ekonomi akibat menurunya kinerja ekspor. Sail Bunaken 2009 merupakan even atas
kerjasama antara Departemen Kelautan & Perikanan dan TNI AL. Event yang memadukan
beberapa rangkaian kegiatan bahari ini akan dilaksanakan di Kota Manado dan Kota Bitung
pada tanggal 12 - 19 Agustus 2009. Agenda utama kegiatan ini adalah International Fleet
Review 2009 (IFR’09) yang menghadirkan kapal-kapal perang dan kapal-kapal layar tinggi
dari masing-masing Angkatan Laut sebanyak 30 negara sahabat dan disaksikan langsung
oleh Presiden RI, sekaligus sebagai rangkaian HUT RI ke 64.
Sementara itu, tekanan inflasi Kota Manado pada triwulan mendatang diperkirakan akan
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan harga minyak internasional,
berlangsungnya masa puasa dan perayaan hari raya idul fitri serta musim pancaroba pada
triwulan mendatang merupakan beberapa faktor pendorong meningkatnya tekanan harga
pada triwulan mendatang.
A. Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Sulut pada triwulan mendatang diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,32%
(y.o.y). Menurut jenis penggunaan, kegiatan investasi dan konsumsi diperkirakan menjadi
lokomotif pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang. Sementara ekspor diperkirakan
masih tumbuh lambat walaupun tanda-tanda pulihnya permintaan dunia khususnya dari
negara berkembang sudah mulai terlihat.
83
Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan
Q1 Q2 Q3 Sumb. Q4 Q1 Q2*) Q3*) Sumb.Konsumsi 7.81 2.29 2.72 1.84 3.83 8.53 2.86 2.18 1.40 4.22
Konsumsi Swasta 6.36 1.39 1.84 0.84 4.36 5.12 2.65 1.61 0.70 3.37
Konsumsi Pemerintah 11.10 4.19 4.60 1.00 2.86 15.95 3.28 3.36 0.71 5.95
PMTB 7.50 9.06 15.56 3.64 13.07 10.03 23.67 23.18 5.81 18.68
Stok -5.36 61.26 50.24 0.86 48.49 -19.93 2.98 71.99 1.72 18.08
Ekspor 18.12 25.46 20.86 8.99 10.51 5.96 7.52 6.86 3.32 6.19
Impor 23.14 24.88 20.84 7.46 7.61 7.90 8.79 14.77 5.92 9.20
PDRB 6.96 7.19 7.88 7.88 8.06 7.45 7.37 6.32 6.32 6.86
20092009*)
2008Jenis Penggunaan
*) Perkiraan Bank Indonesia Manado
Prospek Permintaan Aggregat
Konsumsi swasta pada triwulan III 2009 diprakirakan tumbuh 1,61% (y.o.y).
Penyelenggaraan kegiatan berskala internasional yaitu Bunaken Sail pada 13 – 20 Agustus
2009 diharapkan mampu meningkatkan kegiatan konsumsi swasta. Bunaken Sail
merupakan ajang parade kapal perang dan kapal tiang tinggi internasional yang rencananya
akan diikuti oleh ± 30 kapal perang dan puluhan kapal tiang tinggi dari berbagai negera
yang perkiraan jumlah peserta ± 3.000 orang (termasuk di dalamnya 3.000 tentara asing).
Selain itu, faktor lain yang diperkirakan mendorong meningkat konsumsi swasta pada
triwulan mendatang adalah berlangsungnya perayaan pengucapan syukur dibeberapa
daerah di Sulawesi Utara atas keberhasilan panen yang dialami selama ini. Prospek
meningkatnya konsumsi pada triwulan antara lain dapat dikonfirmasi dengan optimismen
Indeks Ekspektasi Konsumen dari hasil SEK Kota Manado periode Juni 2009 yang
menunjukkan hasil bahwa ekspektasi konsumen pada 3-6 bulan y.a.d relatif lebih baik
dibandingkan akhir triwulan I 2009 baik indeks ekspektasi penghasilan, ekonomi dan
ketersediaan lapangan kerja.
84
Grafik 7.1. Ekspektasi Konsumen 3-6 y.a.d
40
60
80
100
120
140
160
180
200
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J
2007 2008 2009
Ekspektasi KonsumenEkspektasi PenghasilanEkspektasi EkonomiEkspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
Sementara itu, kegiatan konsumsi pemerintah pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh
3,36% (y.o.y). Konsumsi pemerintah pada triwulan mendatang antara lain disumbangkan
oleh kegiatan pelaksanaan Pemilu Presiden. Sementara itu, kegiatan investasi diperkirakan
tumbuh significant sebesar 23,18% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun lalu walaupun dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya terdapat keterlambatan.
Dampak menurunnya permintaan global sebagai akibat dari krisis ekonomi global
diperkirakan akan masih berimbas pada kinerja ekspor hingga triwulan III 2009. Berdasarkan
penelitian sementara Bank Indonesia Manado, ekspor komoditas utama Indonesia sangat
elastis terhadap pendapatan negara partner dagang utama China. Dengan demikian
memburuknya kinerja ekonomi di negara tersebut akan menyebabkan menurunnya ekspor
Sulut Selain itu, pengetatan skema pembiayaan ekspor diprakirakan juga mempengaruhi
kinerja pembiayaan eksportir. Dengan demikian, kinerja ekspor Sulawesi Utara pada
triwulan III 2009 diperkirakan hanya akan tumbuh 6,86% (y.o.y) jauh lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat tumbuh 20,86% (y.o.y). Dari sisi
impor, kinerja pada triwulan III 2009 diperkirakan akan mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan mulai membaiknya perekonomian dunia
dan domestik. Pertumbuhan impor diperkirakan tumbuh 14,77% (y.o.y). Namun demikian,
dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kinerja impor relatif masih lebih rendah .
85
Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Q1 Q2 Q3 Sumb. Q4 Q1 Q2*) Q3*) Sumb.
Pertanian 4.44 3.41 1.64 0.37 1.55 4.65 5.17 4.86 1.03 4.92
Pertambangan & Penggalian 8.26 -7.99 10.13 0.53 9.87 5.74 8.44 3.50 0.19 5.68
Industri Pengolahan 6.79 3.91 6.47 0.51 4.97 5.43 6.65 6.83 0.53 6.42
Listrik, Gas & Air Bersih 6.33 2.42 8.19 0.06 8.11 17.75 6.70 7.63 0.06 9.45
Bangunan 7.63 7.22 10.77 1.72 14.02 7.86 8.53 7.57 1.24 7.55
PHR 11.90 4.51 12.76 1.80 9.58 12.37 10.45 8.15 1.20 9.87
Pengangkutan & Komunikasi 8.98 4.35 10.99 1.29 12.14 8.72 10.05 6.61 0.80 7.78
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 7.46 3.86 7.45 0.49 6.85 7.03 7.90 8.13 0.54 7.85
Jasa-Jasa 3.49 3.08 7.25 1.10 7.10 6.50 3.92 4.88 0.73 5.01
PDRB 6.96 7.19 7.88 7.88 8.06 7.45 7.37 6.32 6.32 6.86
20092009*)
2008Lapangan Usaha
*) Perkiraan Bank Indonesia Manado
Prospek Penawaram Aggregat
Secara sektoral, perekonomian Sulawesi Utara di triwulan mendatang diperkirakan masih
bertumpu pada sektor ekonomi andalan selama ini yaitu PHR (Perdagangan, Hotel dan
Restoran) Bangunan, dan Pertanian.
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan III 2009 diperkirakan
tumbuh 8,15% (y.o.y). Walaupun lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya dan
periode yang sama tahun lalu namun relatif tingginya pertumbuhan sektor PHR
mengindikasikan bahwa dampak krisis ekonomi global belum terlalu berpengaruh pada
menurunya daya beli masyarakat. Hal ini antara lain tercermin dari masih tetap naiknya
omset dan volume penjualan di sektor ritel berdasarkan hasil Survey Penjualan Eceran (SPE)
Kota Manado. Adapun salah satu cara yang dilakukan pelaku usaha untuk mengsiasati
potensi melemahnya daya beli masyarakat adalah dengan menawarkan program diskon dan
bonus kepada pembeli. Hal ini ternyata cukup efektif dalam menaik minat masyarakat Sulut
untuk tetap membelanjakan uangnya. Bidang usaha yang relatif tahan terhadap krisis di
Sulut diantaranya adalah usaha makanan dan minuman serta fashion. Sektor makanan dan
minuman ini juga diprakirakan akan terdongkrak terkait dengan kegiatan Pemilu Presiden
2009.
Sektor pertanian pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,86% (y.o.y).
Beberapa faktor yang mendorong peningkatan kinerja sektor pertanian adalah penambahan
area tanam dan peningkatan produktivitas. Selain itu, pertumbuhan subsektor tanaman
bahan makanan juga didukung oleh komitmen pemerintah provinsi dalam rangka
ketahanan pangan dan kesinambungan swasembada beras.
86
Tabel 7.3. Produksi Padi dan Jagung 2006 - 2009
Luas Panen (Ton)
Produksi (Ton)
Luas Panen (Ton)
Produksi (Ton)
Luas Panen (Ton)
Produksi (Ton)
Luas Panen (Ton)
Produksi (Ton)
Padi 94,717 454,702 103,189 494,950 109,951 520,193 113,650 544,184 Jagung 82,189 242,713 115,664 406,759 131,791 466,041 154,497 658,922
2006 2007 2008 2009 (Sasaran)
Sumber : Distanak Sulut
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 6,61%
(y.o.y). Beberapa pelaku bisnis di subsektor telekomunikasi masih akan melakukan investasi
pada Tahun 2009. Kegiatan investasi tersebut terutama ditujukan untuk menyempurnakan
kualitas jasa layanan dan perluasan jaringan agar dapat bertahan di tengah persaingan yang
semakin ketat. Investasi antara lain ditujukan untuk membangun base transceiver station
(BTC) dan pengembangan teknologi komunikasi yang lain. Sementara itu kinerja sub sektor
angkutan diperkirakan akan tumbuh positif berkenaan dengan berlangsungnya masa
liburan sekolah pada triwulan mendatang yang mendorong peningkatan jumlah
penumpang baik di darat, laut dan udara. Khusus angkutan udara, pada awal Agustus 2009
mendatang akan masuk maskapai penerbangan baru yaitu Kartika Airlines yang utamanya
akan melayani rute di wilayah Indonesia Timur. Dengan mulai beroperasinya Kartika Airlines
maka nantinya tak kurang sebanyak 6 (enam) maskapai penerbangan telah hadir di
Sulawesi Utara.
Sektor bangunan pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 7,57% (y.o.y). Masih terus
berlangsungnya pembangunan pusat-pusat perbelanjaan baru di sepanjang jalan Boelevard
mengindikasikan bahwa sektor ini masih akan tumbuh positif walaupun dengan laju yang
lebih lambat. Sementara itu, kinerja sektor keuangan pada triwulan mendatang
diperkirakan akan cukup baik. Penurunan tingkat suku bunga acuan BI rate, diharapkan
akan diikuti oleh penurunan tingkat suku bunga perbankan secara umum. Hal ini
diharapkan mampu menggairahkan kinerja sub sektor perbankan. Namun demikian, hal
yang perlu diwaspadai adalah kecenderung memburuknya kualitas kredit sebagai dampak
dari krisis ekonomi global. Memburuknya kualitas kredit diperkirakan berasal dari sektor
korporasi, yaitu bidang manufaktur yang berorientasi ekspor.
B. PRAKIRAAN INFLASI
Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Dari
sisi penawaran, trend kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga
87
komoditas diperkirakan akan mendorong tekanan harga. Secara regional, musim pancaroba
yang cenderung berangin pada triwulan mendatang diperkirakan akan menyebabkan
gangguan pasokan pada beberapa komoditas diantaranya adalah ikan dan cabe. Selain itu,
komodti dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap transportasi laut diperkirakan
juga akan mengalami kenaikan akibat ganggungan distribusi. Dari sisi permintaan,
berlangsungnya masa puasa dan perayaan hari raya idul fitri (lebaran) selama triwulan
mendatang diperkirakan juga akan meningkatkan tekanan harga. Atas pertimbangan
berbagai faktor tersebut maka tingkat inflasi Kota Manado pada triwulan III 2009
diperkirakan sebesar 5,5% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya namun
masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang masing-masing
tercatat 2,25% (y.o.y) dan 13,18% (y.o.y).
.
88
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu M.t.M Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Q.t.Q Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. Y.o.Y Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
89
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow and inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.