Download - PRoposal YEni Ekawati
KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN JUAL BELI SAHAM SYARIAH DI PERBANKAN SYARIAH
USULAN PENELITIAN TESIS
DisusunDalam Rangka Menyusun Tesis S2
Program Studi Magister Kenotariatan
OlehYENI EKAWATI11010213410259
Pembimbing:DR. NUNUNG RODLIYAH, MA.
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014PROPOSAL
KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN JUAL BELI SAHAM SYARIAH DI PERBANKAN SYARIAH
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia yang dilaksanakan secara
berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan
tantangan perkembangan global. Pada pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 ditegaskan bahwa salah satu tujuan nasional Negara
Republik Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum sejalan
dengan kemajuan ekonomi dan diwujudkan melalui pelaksanaan
penyelenggaraan Negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Perlu dimanfaatkan segala potensi yang ada dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan nasional melalui kebijaksanaan serta langkah-
langkah tertentu yang mendukungnya, dengan demikian keberhasilan
suatu pembangunan harus dapat menciptakan kemampuan Negara dan
masyarakat untuk memperluas tersedianya sarana dan prasarana dalam
segala bidang.
Pembangunan nasional dilaksanakan seiring dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang ada, serta memerlukan sumber dana
yang dapat membiayai perwujudan dan pencapaian tujuan
1
pembangunan nasional. Oleh karena itu, sektor ekonomi harus selalu
diperhatikan selain bidang-bidang lain seperti hukum, hankam, maupun
bidang politik, kesemuanya harus dilaksanakan secara seimbang dan
merata.
Salah satu kebijakan dalam sektor ekonomi adalah pengembangan
pasar modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peranan di
bidang pasar modal, merupakan suatu kebijakan dari pemerintah, dengan
demikian maka jelaslah perlu adanya keseimbangan yang saling
menunjang dalam segala bidang, sehingga saling memperkokoh satu
sama lain.1
Istilah “pasar modal” dipakai sebagai terjemahan dari istilah “capital
market”. Yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya
dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk kapital suatu perusahaan,
merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang
dikeluarkan2. Jadi sama seperti di pasar-pasar lainnya, pasar modal
merupakan tempat orang-orang melakukan perdagangan efek.
Bursa efek merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan
perdagangan efek. Dalam Bab I Pasal 1 Angka 4 UU No.8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal (selanjutnya dalam tulisan ini disebut UUPM),
dijelaskan mengenai definisi bursa efek sebagai berikut :
“Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka”.
1 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia tahun 1999-2004.
2 Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 1996, hlm. 10.
2
Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan
perdagangan yang teratur, wajar dan efisien. Dengan demikian harga
yang terjadi mencerminkan mekanisme pasar berdasarkan kekuatan
permintaan dan penawaran. Untuk itu, secara operasional kegiatan pasar
modal perlu mendapatkan pengawasan agar dapat dilaksanakan secara
teratur, wajar dan efisian. Pembinaan, pengawasan dan pengaturan
sahari-hari pasar modal dilakukan oleh Bapepam sesuai dengan
ketentuan dalam UUPM. 3
Pasar modal perlu ada karena dapat merupakan indikator
kemajuan perekonomian suatu negara, serta menunjang perkembangan
ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar modal merupakan sumber
dana alternatif bagi pembiayaan beroperasinya perusahaan-perusahaan
yang merupakan tulang ekonomi suatu negara. Pasar modal muncul
sebagai salah satu alternatif solusi pembiayaan jangka panjang. Disisi
lain, dengan adanya pasar modal maka memberikan banyak kesempatan
kepada perusahaan untuk go public, yang berarti pula memberikan
kesempatan kepada masyarakat luas untuk memiliki saham perusahaan
tersebut.4
Wacana Sistem Ekonomi Islam sebagai sistem ekonomi alternatif
dunia bukanlah isapan jempol. Pada 28 April-1 Mei 2008, di Kuwait digelar
perhelatan akbar World Islamic Economic Forum (WIEF) keempat dengan
3 KSEP-ITB, Modul Pelatihan Dasar Pasar Modal Untuk Anggota Baru, Bandung 2002, hlm.1.
4 KSEP-ITB, Modul Pelatihan Dasar Pasar Modal Untuk SMU SE-Bandung Raya, Bandung 2003, hlm.1.
3
tema “Negara-negara Islam sebagai Mitra Pembangunan Global.”
Perhelatan ini juga dihadiri oleh delegasi non-muslim seperti Tony Blair,
mantan PM Inggris dan Bob Hawke, mantan PM Australia.
Di Indonesia sendiri, Ekonomi Islam mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat. Pertumbuhan ini berawal sejak diakuinya dual
system perbankan pada tahun 1992 yang mengijinkan beroperasinya
sistem perbankan tanpa bunga (Bank Syariah). Bertalian erat dengan hal
tersebut, jual beli merupakan aktivitas utama perekonomian baik dalam
sistem ekonomi Islam maupun sistem ekonomi lain. Sistem Ekonomi Islam
memberikan perhatian serius terhadap permasalahan jual beli.
Permasalahan jual beli dibahas secara mendetail oleh banyak ulama di
samping masalah ritual ibadah mahdah. Islam tidak mengenal dikotomi
antara aktivitas keduniawian dengan keukhrawian.
Setiap aktivitas dunia senantiasa berkaitan erat dengan aktivitas
akhirat sehingga harus berada dalam bingkai ajaran Islam. Sistem Islam
melarang setiap aktivitas perekonomian tak terkecuali jual beli
(perdagangan) yang mengandung unsur paksaan, mafsadah (lawaran dari
manfaat), dan gharar (penipuan). Sedangkan, bentuk perdagangan Islam
mengijinkan adanya sistem kerja sama (patungan) atau lazim disebut
dengan syirkah.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 menyebutkan
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
4
Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 7 disebutkan Bank Syariah adalah Bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah. Pasal 1 butir 8 dan 9 memberikan penjelasan tentang dua
komponen tersebut. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran,
sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Mengenai unit usaha syariah dirumuskan dalam Pasal 1 butir 10
yang menyatakan bahwa unit usaha syariah, yang selanjutnya disebut
UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dan kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit
syariah.
Berdasarkan rumusan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
Perbankan Syariah adalah Perbankan yang melaksanakan kegiatan
berdasarkan “Prinsip Syariah”, kemudian Pasal 2 menyebutkan bahwa
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan
“Prinsip Syariah”, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Jadi di sini
yang menjadi ukuran pembeda antara perbankan syariah dengan
5
perbankan konvensional ialah didasarkan atau tidaknya pada apa yang
dinamakan “Prinsip Syariah”.
Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari
perkembangan pasar modal. Perkembangan pasar modal di negara-
negara maju, termasuk di negara-negara muslim sekalipun, kiranya
menuntut untuk dicermati lebih lanjut. Hal ini menjadi keharusan, selain
terkait dengan semakin membesarnya peran pasar modal di dalam
memobilisasi dana ke sektor riil, juga disebabkan adanya tuntutan bahwa
sekuritas yang diperdagangkan harus selaras dengan syariat Islam.
Pasal 12 dan 13. Pasal 12 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
menyatakan bahwa Saham Bank Syariah hanya dapat diterbitkan dalam
bentuk saham atas nama. Kemudian dalam Pasal 13 menentukan Bank
Umum Syariah dapat melakukan penawaran umum efek pasar modal
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Pada kegiatan jual beli saham di perbankan syariah, mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan perbankan konvensional. Selain produk
sahamnya tergolong halal, sistem transaksi jual-beli di pasar modal
syariah pun harus sesuai ketentuan syariah Islam, yakni terbebas dari
unsur ketidakpastian, judi, dan bunga. Salah satu cara transaksi yang
dilarang dalam pasar modal syariah karena dianggap bersifat judi adalah
short selling (jual kosong) yakni penjualan saham yang belum dimiliki
(belum ada di tangan) kepada investor, yang biasa terjadi pada saham
konvensional, saham yang telah dijual baru bisa dibeli saat sore hari
6
(penyerahan pembelian surat berharga kepada investor dilakukan pada
sore hari), dengan harapan harga saham tersebut telah turun agar didapat
keuntungan lebih tinggi.5
Mengingat barang yang dijual belum ada di tangan, maka dalam
prinsip syariah, hal itu sama saja dengan membohongi investor dan
bersifat judi sehingga diharamkan. Apabila short selling itu dimaknai
sebagai praktik jual-beli dalam waktu cepat yaitu membeli saham di pagi
hari dan dijual kembali sore hari saat harga saham naik- maka transaksi
semacam itu diperbolehkan syariah, sejauh barang yang akan dijual
kembali memang telah terbeli. 6
Sistem margin trading juga tak berlaku di pasar modal syariah.
Sebab, investor hanya boleh bertransaksi sebesar dana yang dimilikinya.
Sementara lewat margin trading berarti investor bisa membeli saham
melebihi dana yang ia miliki dengan cara meminjam dulu plus membayar
bunganya kepada perusahaan sekuritas. Sebagai contoh, seorang
investor ingin membeli saham senilai Rp 30 juta namun ia hanya
memegang dana Rp 20 juta. Kekurangan dananya lantas ditalangi
perusahaan sekuritas dengan beban bunga. Ketika harga saham naik,
surat berharga tersebut dijual dengan perhitungan bahwa dari selisih
harga beli dna harga jual, maka ia akan mendulang keuntungan, yang
sebagian bisa untuk membayar modal berikut bunganya. Namun jika
ternyata harga saham turun, berarti ia mengalami kerugian berlipat kali.
Inilah yang dilarang dalam ekonomi syariah. Sebab setiap lembaga
5 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perbankan Syariah (UU No. 21 Tahun 2008), Refika Aditama, Jakarta, 2009, hlm.10.
6 Ibid, hlm.10.
7
keuangan yang bermain di pasar modal syariah selalu dipantau oleh
Dewan Pengawas Syariah. 7
Salah satu contoh kasus yang terkait dengan jual beli saham di perbankan Syariah adalah kasus yang terjadi pada Azka yang ingin menginvestasikan dananya, salah satu alternatif di bank syariah adalah produk deposito. Dalam produk deposito, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah serta mengembangkannya, termasuk akad mudharabah dengan pihak ketiga. Dalam produk deposito, ada dua bentuk akad mudharabah, yaitu Mudharabah Muthlaqah (Unrestricted Investment Account) dan Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment Account). Dalam deposito Mudharabah Muthlaqah, pemilik dana tidak memberikan batasan atas persyaratan tertentu kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Berbeda dengan deposito Mudharabah Muqayyadah, pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Berinvestasi dengan produk deposito mendapatkan bagi hasil yang kecil dan tidak dapat diambil sebelum jatuh tempo. Jika diambil sebelum jatih tempo, nasabah akan dikenakan penalti atau denda sebesar 3% dari jumlah dananya. Adapun dari sisi keamanan, dana nasabah di bank dijamin oleh pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sehingga tidak khawatir dana hilang jika bank suatu ketika bermasalah. Bentuk investasi yang dapat diambil oleh Azka adalah Reksa Dana yang menggunakan Prinsip Syariah. Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Adapun Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan Prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/Rabb al-mal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil sahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil sahib al-mal dengan pengguna investasi.8
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan kajian mendalam dari
sudut pandang Islam akan aktivitas jual beli saham di pasar modal. Hal ini
disebabkan karena sifat hukum Islam yang universal dan komprehensif
7 Ibid, hlm.11.8 http://dayatfsh.blogspot.com/2013/08/berinvestasi-sesuai-dengan-prinsip.html,
diakses 17 November 2014, pada pukul 22.03 WIB
8
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul:”Kajian Yuridis Terhadap Pelaksanaan Jual
Beli Saham Syariah di Perbankan Syariah”
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana regulasi hukum di Indonesia dalam proses pelaksanaan
jual beli saham Syariah di perbankan Syariah?
b. Hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan jual beli
saham Syariah di perbankan Syariah?
2. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi peluasan dalam pembahasan sehingga
memungkinkan penyimpangan dari judul, maka penulis membatasi ruang
lingkup dalam penelitian sebagai berikut:
a. Regulasi hukum di Indonesia dalam proses pelaksanaan jual beli
saham Syariah di perbankan Syariah.
b. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan jual beli saham
Syariah di perbankan Syariah.
9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dalam tesis ini, pada garis besarnya adalah
untuk menjawab permasalahan, yaitu:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis regulasi hukum di Indonesia
dalam proses pelaksanaan jual beli saham Syariah di perbankan
Syariah.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan-hambatan yang terjadi
dalam pelaksanaan jual beli saham Syariah di perbankan Syariah.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
kepentingan negara, masyarakat, dan pembangunan khususnya bidang
hukum perusahaan.
b. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau
sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu, khususnya ilmu
hukum tentang saham dan perbankan syariah, sehingga dapat menambah
referensi ilmiah yang berguna untuk pengembangan ilmu hukum.
10
D. Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Teori
a. Pengertian Jual beli
Secara etimologis, jual beli berarti menukar harta dengan harta.
Sedangkan, secara terminologi, jual beli memiliki arti penukaran selain
dengan fasilitas dan kenikmatan.
b. Dasar Hukum
Jual beli disyariatkan di dalam Alquran, sunnah, ijma, dan dalil akal.
Allah SWT berfirman: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.” (Alquran, 2:275)
c. Klasifikasi Jual beli
Jual beli dibedakan dalam banyak pembagian berdasarkan sudut
pandang. Adapun pengklasifikasian jual beli adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan Objeknya
Jual beli berdasarkan objek dagangnya terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
a) Jual beli umum, yaitu menukar uang dengan barang.
b) Jual beli as-Sharf (Money Changer), yaitu penukaran uang dengan
uang.
c) Jual beli muqayadhah (barter), yaitu menukar barang dengan
barang.
2) Berdasarkan Standardisasi Harga
11
a) Jual Beli Bargainal (tawar menawar), yaitu jual beli di mana penjual
tidak memberitahukan modal barang yang dijualnya.
b) Jual Beli Amanah, yaitu jual beli di mana penjual memberitahukan
modal barang yang dijualnya. Dengan dasar ini, jual beli ini terbagi
menjadi tiga jenis: Jual beli murabahah, yaitu jual beli dengan
modal dan keuntungan yang diketahui. Jual beli wadhi’ah, yaitu jual
beli dengan harga di bawah modal dan kerugian yang diketahui.
Jual beli tauliyah, yaitu jual beli dengan menjual barang sama
dengan harga modal, tanpa keuntungan atau kerugian.
3) Cara Pembayaran
Ditinjau dari cara pembayaran, jual beli dibedakan menjadi empat
macam:
a) Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran secara
langsung (jual beli kontan).
b) Jual beli dengan pembayaran tertunda (jual beli nasi’ah).
c) Jual beli dengan penyerahan barang tertunda.
d) Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran sama-sama
tertunda.
d. Investasi dalam Islam
1) Syirkah dan Hukum-hukumnya
Syirkah menurut ahli fiqih berarti aliansi dalam kepemilikan atau
dalam beraktivitas. Syirkahdisyariatkan menurut ijma’ para ulama yang
disandarkan pada beberapa dalil, di antaranya Firman Allah SWT:
12
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah.” (Alquran,
Al-Anfal: 41).
Syirkah terbagi menjadi dua macam, yaitu syirkah
kepemilikan dan syirkah transaksional. Syirkah kepemilikan yaitu
persekutuan antara dua orang atau lebih dalam kepemilikan salah satu
barang dengan salah satu sebag kepemilikan seperti jual beli, hibah atau
warisan. Sedangkan, syirkah transaksional merupakan akad kerjasama
antara dua orang yang bersekutu dalam modal dan keuntungan.
a) Macam-macam syirkah transaksional
Mayoritas ulama, membagi syirkah transaksional sebagai berikut:
(1) Syirkatul ‘Inan, yaitu persekutuan dalam modal, usaha dan keutungan.
Dua orang atau lebih dengan modal yang mereka miliki, membuka
usaha yang mereka lakukan sendiri, lalu berbagi keuntungan. Ijma’
membolehkan syirkah semacam ini, meski pada perinciannya ada
yang diperselisihkan.
(2) Syirkatul Abdan, yaitu kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam
usaha yang dilakukan oleh tubuh mereka, seperti kerjasama doketer di
klinik, tukang jahit atau tukang cukur dalam salah satu pekerjaan. Hal
ini dibolehkan, kecuali oleh Imam Syafi’ie.
(3) Syirkatul Wujuh, yaitu kerjasama dua pihak atau lebih dalam
keuntungan dari apa yang mereka beli dengan nama baik mereka. Tak
seorangpun dari mereka yang memiliki modal. Syirkah ini dibolehkan
13
menurut Hanafiyah dan Hambaliyah, namun dilarang menurut
Malikiyah dan Syafi’iyah.
(4) Syirkatul Muwafadhah, yaitu kerjasama di mana setaiap pihak memiliki
modal, usaha dan hutang-piutang yang sama, dari awal hingga akhir.
Kerjasama seperti ini diperbolehkan oleh mayoritas ulama kecuali
Syafi’i.
b) Mudharabah (Investasi) dan Hukum-hukumnya
Mudharabah adalah penyerahan modal kepada orang yang terbiasa
berdagang dengan memberikan sebagian keuntungan kepada pedagang
tersebut. Hal ini dibolehkan berdasarkan ijma’ kaum muslimin. Rukun-
rukun kerjasama ini ada tiga: Dua pihak transaktor, objek transaksi, dan
pelafalan perjanjian.
Dua transaktor harus memiliki kompetensi. Boleh juga bekerjasama
dengan nonmulsim, dengan syarat harus dimonitor pengelolaannya agar
kehalalannya terjaga. Sementara, objek transaksi yang disyaratkan harus
berupa alat tukar emas, perak dan uang. Dibolehkan menanam modal
dengan hutang, bagi yang memiliki kemampuan untuk membayarnya.
Juga boleh menanam modal dengan uang titipan atau dapat berupa dana
segar.
Sementara dalam usaha investasi ini disyaratkan untuk diputar dalam
dunia niaga dan bidang-bidang terkait. Kalangan Hambaliyah
membolehkan penyerahan modal dalam bidang industri dalam bentuk
alat-alat produksi dengan mengambil keuntungan dari sebagian hasilnya,
14
diqiyaskan dengan muzara’ah (investasi pertanian) dan musaqot
(investasi perkebunan).
Keuntungan mudharabah harus diketahui secara jelas, berupa
prosentase yang umum. Jika seorang ditentukan mendapat bagian tetap
(yang tidak diputar), maka perjanjian tersebut batal.
e. Praktik Jual Beli Saham
1) Pengertian Saham
Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Menurut William H. Pike,
selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya) dari suatu
perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, sesuai porsi
kepemilikannya yang tertera pada saham.
2) Jenis Saham
Ada dua jenis saham yakni:
a) Common Stock
Common stock atau saham biasa adalah saham yang sifat pemberian
devidennya tidak tentu, tergantung bagaimana keuntungan yang diperoleh
perusahaan penerbitnya.
b) Prefered Stock
Prefered stock atau saham preferen adalah saham yang sifat
pemberian devidennya bisa disepakati antara investor dengan
perusahaan penerbit saham. Deviden akan ditetapkan lebih dahulu
15
melalui perjanjian penetapan peneriamaan deviden. Besarnya deviden
biasanya tetap. Tetapi seandainya perusahaan sedang jatuh, pemilik
saham preferen akan dinomorduakan dari pemilik obligasi, tetapi
dinomorsatukan dari pemilik saham biasa.
3) Perbedaan Hak Investor Saham Biasa dengan Saham Preferen
Investor saham biasa memiliki hak-hak sebagai berikut:
a) Hak untuk mengeluarkan pendapat
b) Hak mendapatkan deviden sesuai keputusan RUPS
c) Hak untuk memilih pengurus sesuai dengan Peraturan yang ditetapkan
dalam RUPS
d) Hak untuk memindahkan kepemilikan sahamnya.
Sedangkan investor saham preferen memiliki hak-hak sebagai berikut:
a) Hak menerima deviden terlebih dahulu dibanding pemilik saham biasa
b) Jika keadaan sedang pailit dan terjadi likuidasi, maka para pemilik
saham preferen mempunyai hak untuk dinomorsatukan dalam
pembagian aset perusahaan
c) Di lain pihak, pemilik saham preferen tidak memili hak berpendapat
dan juga tidak berhak menuntut jika perusahaan penerbit mengalami
pailit.
4) Proses Perdagangan Saham
Saham hanya diperjualbelikan di pasar saham. Setiap orang yang
telah memenuhi syarat-syarat, berhak untuk melaksanakan jual beli
saham di pasar modal. Setiap saham berisi informasi-informasi, baik
16
positif maupun negatif yang perlu diketahui oleh para investor agar tidak
salah dalam memilih saham.
Adapun secara riil, saham berukuran atau berbentuk seperti
sertifikat pada umumnya yang kertasnya terbuat dari bahan tertentu. Di
dalam saham tertera antara lain: No.SKS atau Nomor Surat Kolektif
Saham, nilai modal saham perusahaan, nilai nominal saham, nama
pemilik saham, dan lain sebagainya.
Proses perdagangan saham berangsung pada hari bursa, yaitu hari
Senin sampai hari Jum’at, dan dimulai pada pukul 09.30. Pada pukul
09.30 yang menjadi saat dimulainya proses perdagangan, terdapat harga
pembukaan. Harga pembukaan adalah harga yang diminta oleh pembeli
atau penjual ketika itu. Jam trading berakhir pada pukul 16.00 dan pada
waktu ini terdapat harga penutupan yang merupakan harga yang diminta
oleh pembeli dan penjual.
Pada pasar perdana, pembeli atau investor tidak dapat
memperoleh sahamnya dengan jangka waktu, seperti ketika membeli
saham di pasar sekunder. Pada pasar sekunder ditetapkan T+4 sebagai
batas waktu penerimaan saham. Jika investor membeli pada hari Senin,
28 September 1998, ia akan menerima saham pada hari Jum’at, tanggal 2
Oktober 1998.
Pada pembelian saham perdana, investor harus medaftarkan
terlebih dahulu melalui pialang, dengan memesan jumlah saham yang
hendak dibelinya. Prsedur pembelian sama dengan pembelian di pasar
sekunder.
17
Harga pada penawaran perdana yang telah ditetapkan belum dapat
dicatatkan di BEJ, sehingga inilah yang menjadi motivasi bagi para
investor dalam mengejar saham perdana yang dijual dengan harga
murah. Pada umumnya harga yang ditawarkan dalam perdagangan
saham perdana lebih rendah atau bahkan jauh lebih rendah dibanding
harga pada saat ”listing/pencatatan” di Bursa Efek Jakarta.
f. Saham Syariah
Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan
penyertaan modal kedalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip
syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang
tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba,
memproduksi barang yang diharamkan seperti bir, dan lain-lain.
Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak
diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan
berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinisp
syariah. Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic
Indeks (JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah
yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan
oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT Danareksa
Invesment Management (DIM).
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok
ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham
dengan basis syariah. Melalui index ini diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti
18
secara syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang
dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan
kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak
Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management.
Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti:
1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
2) Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan
dan asuransi konvensional.
3) Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
4) Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.
Selain kriteria di atas, dalam proses pemilihan saham yang masuk
JII Bursa Efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga
mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:
1) Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3
bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).
2) Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun berakhir yang meiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal
sebesar 90%.
19
3) Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan
rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu
tahun terakhir.
4) Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-
rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
5) Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan
komponen index pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya.
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring
secara terus menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.
g. Hukum Jual Beli Saham
Aktivitas jual beli saham di pasar modal dilaksanakan pada pasar
perdana dan pasar sekunder. Pada pasar perdana, seseorang yang
melakukan transaksi bertujuan menginvestasikan dananya dalam jangka
waktu yang lama untuk mendapatkan deviden. Sedangkan, pada pasar
sekunder seseorang melakukan transaksi jual beli saham dalam rangka
mendapatkan capital gain. Seseorang yang bertransaksi di pasar
sekunder melakukan spekulasi untuk mendapatkan keuntungan.
Pasar modal terbentuk melalui mekanisme bertemunya permintaan
dengan penawaran saham oleh pihak-pihak yang akan melakukan jual
beli. Aktivitas tersebut akan menggiring kepada keuntungan yang akan
didapatkan oleh pihak-pihak yang melakukan aktivitas jual beli tersebut.
Namun, jual beli saham di pasar modal mengandung berbagai macam
bentuk kedzhaliman dan kriminalitas, seperti perjudian, perekrutan uang
20
dengan cara haram, monopoli, memakan uang orang lain dengan cara
bathil, serta berspekulasi dengan orang dan masyarakat.
Sebenarnya, transaksi saham di pasar memiliki dampak positif
disamping dampak negatifnya yang lebih banyak. Beberapa dampak
positif dari jual beli saham adalah sebagai berikut:
1) Membuka pasar tetap yang memudahkan penjual dan pembeli dalam
melakukan transaksi.
2) Mempermudah pendanaan pabrik-pabrik, perdagangan dan proyek
pemerintah melalui penjualan saham.
3) Mempermudah penjualan saham dan menggunakan nilainya.
4) Mempermudah mengetahui timbangan harga-harga saham dan
barang-barang komoditi, melalui aktivitas permintaan dan penawaran.
Akan tetapi, dampak negatif yang ditimbulkan dari transaksi saham
terutama pada pasar sekunder jauh lebih besar seperti:
1) Transaksi berjangka dalam bursa saham ini sebagian besar bukan jual
beli sebenarnya, yakni tidak adanya unsur serah terima sebagai syarat
sah jual beli menurut hukum Islam.
2) Kebanyakan dari transaksi saham adalah penjualan sesuatu yang
tidak dimiliki, baik berupa uang, saham, giro piutang dengan harapan
akan dibeli di pasar sesungguhnya dan diserahkan pada saatnya nanti,
tanpa mengambil uang pembayaran terlebih dahulu.
3) Pembeli dalam pasar ini kebanyakan membeli kembali barang yang
dibelinya sebelum dia terima. Hal ini juga terjadi pada orang kedua,
ketiga atau berikutnya secara berulang. Peran penjual dan pembeli
21
selain yang pertama dan terakhir, hanya untuk mendapatkan
keuntungan semata secara spekulasi (membeli dengan harga murah
dan mengharapkan harga naik kemudian menjualnya kembali).
4) Penodal besar mudah memonopoli saham di pasaran agar bisa
menekan penjual yang menjual barang-barang yang tidak mereka
miliki dengan harga murah, sehingga penjualan lain kesulitan.
5) Pasar saham memilki pengaruh merugikan yang sangat luas. Harga-
harga pada pasar ini tidak bersandar pada mekanisme pasar yan
benar, tetapi oleh banyak hal yang lekat dengan kecurangan.
Pada tahun 1404 H, lembaga pengkajian fiqih Rabithah al-Alam al-
Islamy telah memberikan keputusan berkaitan dengan jual beli saham.
Untuk kepentingan praktis, penulis meringkasnya sebagai berikut:
1) Bursa saham merupakan suatu mekanisme pasar yang berguna dalam
kehidupan manusia. Akan tetapi, pasar ini dipenuhi dengan berbagai
macam transaksi berbahaya menurut syariat seperti perjudian,
memanfaatkan ketidaktahuan orang, serta memakan harta orang lain
dengan cara bathil. Hukum bursa saham tidak dapat ditentukan secara
umum, melainkan dengan memisahkan dan menganalisa bagian-
bagian tersebut secara rinci.
2) Transaksi barang yang berada dalam kepemilikan penjual, bebas
untuk ditransaksikan dengan syarat barang tersebut harus sesuai
dengan syariat. Jika tidak dalam kepemilikan penjual, harus dipenuhi
syarat-syarat jual beli as-Salam.
22
3) Transaksi instan atas saham yang berada dalam kepemilikan penjual,
boleh dilakukan selama usaha suatu emiten tidak haram. Jika usaha
suatu emiten haram menurut syariat, seperti bank riba, minuman keras
dan sejenisnya, transaksi jual beli saham menjadi haram.
4) Transaksi instan maupun berjangka yang berbasis bunga, tidak
diperbolehkan menurut syariat, karena mengandung unsur riba.
5) Transaksi berjangka dengan segala bentuknya terhadap barang gelap
(tidak berada dalam kepemilikan penjual) diharamkan menurut syariat.
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah engkau menjual sesuatu yang
tidak engkau miliki.”
6) Jual beli saham dalam pasar modal tidak dapat dikategorikan sebagai
as-Salam dengan alasan: Harga barang tidak dibayar langsung
sebagaimana as-Salam dan barang (saham) dijual hingga beberapa
kali pada saat berada dalam kepemilikan penjual pertama dalam
rangka menjual dengan harga maksimal, persis seperti perjudian.
2. Kerangka Konsepsional
Tujuan dari pasar modal adalah mengarah pada usaha pemerataan
pendapatan masyarakat dalam menikmati hasilnya. Dengan itu,
pembentukan pasar modal yang efektif merupakan faktor penting, karena
dengan pengembangan pasar modal yang efisien dapat menunjang
perekonomian nasional.
Perdagangan efek adalah salah satu kegiatan di pasar modal.
Pasar modal berdasarkan Pasal 1 Angka 13 UUPM adalah: “Kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
23
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.
Berdasarkan Pasal 1 Angka 5 UUPM efek adalah surat berharga,
yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
tanda bukti utang, unit penyetoran kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas efek dan setiap derivatife dari efek.
Pengertian pasar modal secara umum adalah pasar abstrak, di
mana yang diperjual belikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana
yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dalam bentuk surat-surat
berharga yang diperdagangkan di bursa efek. Dana-dana jangka panjang
yang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan
dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk
saham.9
Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang
menawarkan dan pihak-pihak yang memerlukan dana dengan
memperjualbelikan saham dan obligasi serta surat berharga lainnya yang
jangka waktunya lebih dari satu tahun. Para pihak yang telah
memperjualbelikan sahamnya dapat dilakukan melalui internet, sehingga
para pihak tidak harus bertemu satu sama lainnya, jual beli saham melaui
internet dilakukan secara tidak tertulis artinya para pihak hanya
melakukan perjanjian melalui intenet saja.
Pasal 6 Ayat (1) UUPM menyebutkan bahwa kegiatan bursa efek
pada dasarnya adalah menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan
9 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku Keempat. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2002, hlm. 10.
24
atau sarana perdagangan efek bagi para anggotanya. Selain itu, dalam
Pasal 7 Ayat (1) dan (2) pun menyebutkan bahwa perdagangan efek
secara teratur, wajar, dan efisien adalah suatu perdagangan yang
diselenggarakan berdasarkan secara konsisten. Dengan demikian, harga
yang terjadi mencerminkan mekanisme pasar berdasarkan kekuatan
permintaan dan penawaran. Disamping iti juga, dengan tersedianya
sistem dan atau sarana yang memungkinkan bursa efek melakukan
pengawasan terhadap para pedagang saham dengan lebih efektif.
Kepemilikan yang ditawarkan oleh perusahaan tidak terlepas dari
adanya hubungan timbal balik antara pemegang saham dengan
perusahaan, hubungan timbal balik tersebut dilandasi dengan adanya
suatu perjanjian jual beli. Maka dalam hal ini suatu penyelesaian transaksi
saham dapat tercermin dalam Pasal 55 Ayat (1) UUPM yang
menyebutkan bahwa penyelesaian transaksi bursa dapat dilaksanakan
dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik dan penyelesaian
dengan cara lain. Pada pelaksanaannya kegiatan perdagangan efek akan
diatur lebih lanjut oleh Bursa dan Bapepam yaitu dengan adanya
Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-42/PM/1997 Tentang Peraturan
Nomor III.A.10 TentangTransaksi Efek dan Keputusan Direksi PT. BEJ
Nomor : Kep-565/BEJ/11-2003 Tentang Peraturan Nomor II-A Tentang
Perdagangan Efek.
Maksud jual beli menurut Pasal 1457 KUH Perdata adalah: “jual
beli adalah suatu persetujuan atau perjanjian, dengan mana pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak
25
yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan”. Perjanjian
berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan antara
satu orang atau lebih yang mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih.
Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata syarat sah perjanjian terdiri
atas :
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2) Cakap untuk membuat perjanjian
3) Suatu hal tertentu
4) Suatu sebab yang halal
Syarat 1 dan 2 merupakan syarat subyektif, apabila syarat ini tidak
terpenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan. Sedangkan syarat 3 dan 4
merupakan syarat obyektif, apabila syarat ini tidak dipenuhi maka
perjanjian batal demi hukum. Maka dalam hal ini suatu perjanjian harus
dilakukan dengan itikad baik seperti dalam Pasal 1338 Ayat 1 KUH
Perdata dengan adanya asas kebebasan berkontrak.
Berdasarkan Pasal 511 KUH Perdata menyebutkan bahwa saham
merupakan benda bergerak yang tak berwujud, dalam suatu pengalihan
hak atas benda yang dijual belikan harus disertai dengan adanya suatu
penyerahan. Dengan kata lain hak atas benda yang diperjual belikan
belum beralih dari penjual kepada pembeli, hak milik atas benda itu baru
beralih setelah adanya penyerahan.
Jika dilihat dari sisi peralihan saham, maka saham dapat dibedakan
atas saham atas nama dan saham atas unjuk. Secara hukum, pemilik
26
saham atas nama adalah yang namanya tertera pada surat saham
tersebut. Sebaliknya saham atas unjuk seperti halnya uang,
kepemilikannya ditentukan pada siapa yang memegang saham tersebut.
Penyerahan adalah cara memperoleh hak milik karena adanya
pemindahan hak milik dari seseorang yang berhak memindahkannya
kepada orang lain yang memperoleh hak milik itu. Cara memperoleh hak
milik dengan penyerahan ini merupakan cara yang paling banyak
dilakukan.
Mengenai levering dari benda bergerak yang tidak berwujud berupa
hak-hak puitang dibedakan atas 3 macam:10
a. Levering dari surat piutang aan toonder (atas unjuk atau atas
bawa), menurut Pasal 613 Ayat (3) KUH Perdata dilakukan dengan
penyerahan surat itu.
b. Levering dari surat piutang op naam (atas nama), menurut
Pasal 613 Ayat (1) KUH Perdata dilakukan dengan cara membuat akta
otentik atau di bawah tangan (yang dinamakan cessie).
c. Levering dari piutang aan order (atas perintah), menurut
Pasal 613 Ayat (3) KUH Perdata dilakukan dengan penyerahan surat
itu disertai dengan endosemen.
Pengalihan kepemilikan dalam jual beli saham juga diatur dalam
Pasal 49 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas
(selanjutnya disebut UUPT) yang menyebutkan bahwa pemindahan hak
atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak,
10 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung 2000, hlm.145-146.
27
sedangkan saham atas unjuk dilakukan dengan penyerahannya secara
fisik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun bagan kerangka
konsep sebagai berikut:
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka metode
pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis empiris.
Metode pendekatan yuridis empiris, yaitu suatu pendekatan yang meneliti
data sekunder terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan mengadakan
penelitian data primer di lapangan.11
Berdasarkan klasifikasi penelitian hukum baik yang bersifat normatif
maupun yang bersifat empiris serta ciri-cirinya, maka pendekatan masalah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif,
dengan cara menganalisis regulasi hukum di Indonesia dalam proses
pelaksanaan jual beli saham Syariah di perbankan Syariah dari aspek
peraturannya/hukumnya, sekaligus menganalisis bagaimana implementasi
aspek hukum tersebut dalam realitas atau kenyataan
11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1985, hlm. 7.
28
Jual beli saham syariah
Ketentuan hukum Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Jual
beli saham syariah
Bank Syariah Indonesia
2. Sumber dan Jenis Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber
pada:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung terhadap
objek penelitian dengan cara obervasi (observation) dan wawancara
(interview) dengan responden dan informan yang memahami tentang
objek yang diteliti, yaitu suatu kasus yang berhubungan dengan
pelaksanaan jual beli saham syariah di Perbankan Syariah.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara menelaah
bahan-bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang sesuai dengan
masalah yang dibahas.
Data sekunder terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum, yaitu:
1) Bahan Hukum Primer dimaksud adalah:
a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
b) Reglemen Acara Perdata (Rv);
c) Het Haerziene Reglement (HIR);
d) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
e) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
f) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang
Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
29
2) Bahan hukum sekunder yaitu terdiri dari buku
referensi, karya ilmiah, makalah dan tulisan ilmiah lainnya yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti
3) Bahan hukum tersier merupakan data
pendukung yang berasal dari informasi dari media massa, kamus
Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Hukum maupun
data-data lainnya.
3. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
a. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan pengumpulan data dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut:
1) Studi studi pustaka, studi pustaka ini dilakukan
dengan cara membaca teori-teori dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (bahan hukum primer, sekunder dan bahan hukum
tertier).
2) Observasi atau pengamatan, diilaksanakan
dengan cara mengamati secara langsung bagaimana cara kerja
pelaksanaan serta kegiatan yang berhubungan dengan regulasi hukum
di Indonesia dalam proses pelaksanaan jual beli saham Syariah di
perbankan Syariah, pengamatan dilakukan pada salah satu bank
Syariah yang ada di Kota Bandar Lampung.
3) Wawancara, wawancara ini dipergunakan
untuk mengumpulkan data primer yaitu dengan cara wawancara
terarah atau directive interview. Dalam pelaksanaan wawancara
30
terlebih dahulu menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan tentang regulasi hukum di Indonesia dalam proses
pelaksanaan jual beli saham Syariah di perbankan Syariah.
Wawancara dilakukan pada salah satu pihak perbankan Syariah yang
ada di Kota Bandar Lampung.
b. Prosedur Pengolahan Data
Setelah data diperiksa mengenai kelengkapannya dapat diketahui
dari data tersebut yang mana dipergunakan untuk dianalisis, pengolahan
data dilakukan dengan cara
1) Klasifikasi yaitu suatu kumpulan data yang diperoleh perlu disusun
dalam bentuk yang logis dan ringkas kemudian disempurnakan lagi
menurut ciri-ciri data dan kebutuhan peneliti yang diklasifikasikan
sesuai jenisnya.
2) Editing yaitu memeriksa atau meneliti data yang diperoleh menjamin
apakah sudah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
kenyataan.
3) Sistematis yaitu susunan data yang diperoleh kemudian dikumpulkan
secara berurutan sesuai dengan kedudukan atau letak posisi dari data
yang diperoleh untuk diolah menjadi susunan kalimat secara
berurutan.
4. Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian yang bersifat
sosial adalah analisis secara kualitatif. Pengertian analisis kualitatif adalah
31
tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu apa yang
dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku yang
nyata. Sedangkan yang dimaksud dengan analisis kualitatif adalah
penyorotan upaya-upaya yang banyak didasarkan pada pengukuran yang
memecahkan objek-objek penelitian ke dalam unsur-unsur tertentu, untuk
kemudian ditarik generalisasinya yang seluas mungkin terhadap ruang
lingkup yang telah ditetapkan. Analisis data digunakan secara kualitatif12
Analisis data dilakukan dengan menelaah data-data yang diperoleh
dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang didukung
dengan data yang diperoleh dari data primer, yaitu hasil wawancara
terhadap nara sumber. Dari hasil analisis kemudian ditarik suatu
kesimpulan yang pada dasarnya merupakan jawaban atas permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini.
F. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian yang diperoleh setelah dilakukan analisis kemudian
disusun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I: PENDAHULUAN, Berisi tentang uraian latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.
12 Soekanto, Metode Penelitian Kualititatif. Bina Rupa Aksara. Jakarta. 1986. hlm. 85
32
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA, berisi 2 (dua) bagian yaitu mengenai
tinjauan tentang regulasi hukum di Indonesia dalam proses pelaksanaan
jual beli saham Syariah di perbankan Syariah.
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, Berisikan pembahasan
dan hasil penelitian yang meliputi: regulasi hukum di Indonesia dalam
proses pelaksanaan jual beli saham Syariah di perbankan Syariah dan
hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan jual beli saham
Syariah di perbankan Syariah.
BAB IV: PENUTUP, berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah
diuraikan dan disertai saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN.
33
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perbankan Syariah (UU No. 21 Tahun 2008), Refika Aditama, Jakarta, 2009
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia tahun 1999-2004.
KSEP-ITB, Modul Pelatihan Dasar Pasar Modal Untuk Anggota Baru, Bandung 2002, hlm.1.
KSEP-ITB, Modul Pelatihan Dasar Pasar Modal Untuk SMU SE-Bandung Raya, Bandung 2003, hlm.1.
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku Keempat. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2002, hlm. 10.
___________, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 1996, hlm. 10.
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung 2000, hlm.145-146.
Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Kualititatif. Bina Rupa Aksara. Jakarta. 1986. hlm. 85
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1985, hlm. 7.
B. Undang-Undang dan Peraturan Lain
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
34
Reglemen Acara Perdata (Rv);
Het Haerziene Reglement (HIR);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
35