Download - PROPOSAL TESIS
PROPOSAL TESIS
LINGKUNGAN SEKOLAH DAN MUTU PENDIDIKAN
(Studi Kasus Di Sekolah Dasar Negeri Dawuan Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka Jawa Barat )
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas belajar yang dilakukan dalam kondisi lingkungan yang baik , bersih
dan sehat dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dibandingkan dengan belajar
yang dilakukan pada lingkungan yang tidak baik dan tidak sehat. Keadaan
lingkungan semacam ini akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.1 Tidak
menutup kemungkinan bangunan fisik sekolah yang rusak, kelas yang mempunyai
atap bocor, pentilasi yang tidak membuat sirkulasi udara segar bisa masuk, lantai
yang tidak nyaman untuk di injak, mampu membuat hati anak sebagai peserta
didik ,merasa kerasan dan betah melakasanakan belajar, disiang hari akan merasa
panasnya terik matahari, jika hujan tidak bisa menahan cucuran air dari genting
diatas kepala, gelisah dan gundah gulana perasaan mereka bisa mengalihkan
konsentrasi dari pembelajaran menuju kecemasan.
Situasi dan kondisi lingkungan fisik ruangan kelas sebagai bagian dari sekolah
secara keseluruhan seperti itu akan menjadi penghambat tercapainya Tujuan
Pendidkan Nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
1 . Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada Media Group, Jakarta, Cet ke 7 2010, hal. 258
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab.2 Oleh karena itulah lingkungan sekolah yang
baik mutlak dibutuhkan untuk memperoleh hasil belajar peserta didik yang baik
pula. Begitu pentingnya peranan lingkungan sekolah untuk mewujudkan mutu
pendidikan yang sesuai dengan amanat Undang – Undang Dasar 1945 yaitu ikut
serta mencerdaskan kehidupan bangsa, Pemerintah berusaha memperbaiki sarana
dan prasarana sekolah dengan program Dana Alokasi Khusus(DAK), kelengkapan
sarana akan mendorong terciptanya gairah belajar yang optimal diperoleh siswa.
Wina Sanjaya mengemukakan bahwa pengaturan lingkungan adalah proses
menciptakan iklim yang baik seperti penataan lingkungan, penyediaan alat dan
sumber pembelajaran, dan hal-hal lain yang memungkinkan siswa betah dan merasa
senang belajar sehingga mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya.3
Salah satu usaha (ikhtiar) untuk mendongkrak naiknya frekwensi mutu
pendidikan atau hasil belajar adalah mewujudkan lingkungan belajar yang
menyenangkan warga belajar seperti siswa dan guru sehingga keduanya merasa
enjoy untuk menikmati indahnya suasana transformasi intelektual yang sudah
menjadi kewajiban bersama selaku warga masyarakat yang baik. Dalam aspek
pendidikan, ternyarta keluarga tidak lagi memadai untuk menjadi satu-satunya
2 . M. Sukardjo, Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 14.
3 . Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada Media Group, Jakarta, Cet ke 7 2010, hal. 102
lembaga yang menjalankan fungsi pendidikan, efektifitas keluarga selaku lembaga
pendidikan, untuk sebagiaannya diserahkan kepada sekolah.4
Orang tua sebagai pendidik pertama menyerahkan tongkat estapet
kewajibannya kepada pihak sekolah, yang sudah diyakininya mampu dan dapat
menerima beban membina dan mendidik, sesuai dengan disiplin ilmu serta
kecakapan kinerja praktisi pendidikan di sekolah tersebut, sekolah sebagai lembaga
pendidikan yang sudah terlanjur menerima kepercayaan dari orang tua sebagai
masyarakat, harus mampu membentuk lingkungan pembelajaran yang
menyenangkan dan menghasilkan mutu pendidikan sesuai harapan dan tuntutan
sosial. Siswa sebagai peserta didik akan banyak menerima perubahan setelah adanya
interaksi sosial dengan lingkungan pendidikan yang diarahkan oleh bimbingan guru
di sekolah. Dengan kata lain secara makro manusia akan berkembang sesuai dengan
setimulus yang di terimanya dari lingkungan. Lingkungan yang baik akan
menghasilkan manusia yang baik dan juga sebaliknya.5
Wujud nyata lingkungan sekolah yang di harapkan orang tua mampu
memberikan kontribusi pengurangan beban dalam menanggulangi berbagai
permasalahan sosial seperti kenakalan remaja, tawuran antar siswa dan keterlibatan
gang-gang remaja yang sangat tidak menguntungkan bagi semua pihak. Namun
perlu disadari bahwa lingkungan sekolah tidak bisa serta merta merubah watak dan
4 . Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, PT. Refika Aditama, Bandung, Cet ke 2 2009. hal. 25
5 . Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005
kebiasaan yang kurang baik seorang siswa menjadi lebih baik dalam waktu yang
singkat. Seperti yang disampaikan oleh Knirk dan Gustafson bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan
dan evaluasi.6 Al hasil untuk mencapai tujuan pendidikan itu butuh waktu yang
sangat panjang dan proses tertentu yang disusun dan diatur secara baik dan
maksimal.
Menurut Made Wena, secara umum ada beberapa variable yang mempengaruhi
keberhasilan proses pembelajaran, antara lain: kemampuan guru dalam membuka
pelajaran, kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti, kemampauan guru
melakukan penilaian, kemampuan guru dalam menutup pembelajaran dan factor
penunjang lain(kemampuan bahasa, santun dan menghargai siswa, cara berbusana
dan kemampuan mengorganisir waktu).7 Penjelasan ini menggambarkan bahwa
lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan
peserta didik.
Rousseaue berpendapat setiap anak yang baru dilahirkan pada hakikatnya
memiliki pembawaan baik. Namun pembawaan baik yang terdapat pada setiap anak
itu akan berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan
tersebut dapat berupa, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau lingkungan
6. Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2010
7 . Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif kontemporer (suatu tinjauan konseptual operasional), PT Bumi Aksara, Jakarta, 2009, 19
masyarakat di sekitar di mana anak tumbuh dan berkembang.8 Sejalan dengan
pernyataan tersebut C.George Boeree menyebutkan bahwa lingkungan termasuk
salah satu yang mempunyai pengaruh yang luas terhadap kecerdasan, sebagian dari
mereka bersifat sosial dan sebagaian lagi bersifat biologis.9
Tanggung jawab sekolah tidak hanya agar anak lulus dan mendapat ijazah,
tetapi sekolah harus mampu mengarahkan anak didiknya selain cerdas, memiliki
akhlak mulia, serta sikap keagamaanya semakin berkembang. Hurlock
mengemukakakan: sekolah merupakan factor penentu bagi perkembangan
kepribadian anak (siswa) baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara
berprilaku. Sekolah berperan sebagi substitusi keluarga, dan guru sebagai sustitusi
orang tua.10
Berdasarkan pendapat diatas maka lingkungan sekolah sebagai lingkungan
pendidikan banyak memberikan pengaruh terhadap pembentukan perkembangan
pola pikir dan pola sikap setiap siswa sebagai peserta didik di lingkungan sekolah
tersebut.
8 . M. Sukardjo, Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, 27.
9 . C. George Boeree, Metode Pembelajaran dan Pengajaran: kritik dan sugesti terhadap dunia pendidikan, pembelajaran dan pengajaran, Ar-ruz Media, Jakarta, 2008, 162.
10 . Elizabet B. Hurlock, Child Development, Sixth Edition, (Mc Graw-Hill), h. 54
Berlainan dengan pendapat di atas yang menitik beratkan lingkungan sebagai
salah satu factor yang sanggup mempengaruhi perkembangan pola pikir dan sikap
anak atau siswa sebagai peserta didik, Aliran nativisme yang di prakarsai oleh
Schopenhauer, mempunyai pemahaman yang berbeda bahwa keberhasilan
pendidikan anak ditentukan oleh anak itu sendiri. Aliran ini menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor
pendidikan kurang berpengaruh terhadap pendidikan anak. Yang paling berpengaruh
menurut aliran ini adalah pembawaan, pendidikan tidak akan berdaya
mempengaruhi perkembangan anak.11
Secara singkat uraian diatas mengindikasikan bahwa faktor pendidikan apa saja
tidak mampu mempengaruhi pembentukan kpribadian anak, sedangkan Faktor
fitrah beragama merupakan potensi yang mempunyai kecenderungan untuk
berkembang, namun perkembangan itu tidak akan terjadi manakala tidak ada factor
luar.12
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai program
yang sistemik dalam melaksanakan bimbingan pengajaran dan latihan kepada anak
(siswa) agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya secara optimal, baik
menyangkut aspek fisik, psikis (intelektual dan emosional), sos,ial, maupun moral
spiritual.13
11 . M. Sukardjo, Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, 24.
12. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Belajar Agama, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2004, 30.
13 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Belajar Agama, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2004, 34
Pendapat ini membuktikan bahwa lingkungan sekolah sangat dominan untuk
menentukan maju mundurnya mutu pendidikan, terlebih lagi Pendidikan Agama
Islam yang terkait di dalamnya moralitas bangsa skala kecil siswa sebagai peserta
didik.
Memang sulit untuk mengungkapkan secara tepat mengenai seberapa jauh
pengaruh pendidikan agama melalui kelembagaan pendidikan terhadap
perkembangan jiwa keagamaan para anak. Berdasarkan penelitian Gillesphy dan
young, walaupun latar belakang pendidikan agama di lingkungan keluarga lebih
dominan dalam pembentukan jiwa keagamaan pada anak.14
Oleh karena itulah lembaga pendidikan seperti apapun akan memberi
pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian besar
kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada berbagai factor yang dapat
memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama.
Dalam kaitannya dengan upaya mengembangkan fitrah beragama anak, atau
siswa, sekolah mempunyai peranan yang sangat penting. Peranan ini terkait dengan
upaya mengembangkan pemahaman, pembiasaan mengamalkan ibadah atau akhlak
yang mulia, serta sikap apresiatip terhadap ajaran atau hokum-hukum agama.15
Kenyataan sejarah membuktikan kebenaran itu. Sebagai contoh adalah adanya
tokoh-tokoh keagamaan yang dihasilkan oleh pendidikan agama melalui
14. Jalaluddin, Psikologi Agama, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004,224.
15 . Syamsu Yusuf LN, Psikologi Belajar Agama, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2004, 34.
kelembagaan pendidikan khusus seperti pondok pesantren, seminari maupun vihara,
pendidikan keagamaan (religios pedagogyc) sangat mempengaruhi tingkah laku
keagamaan (religios behaviour), tulis Young.16
Berawal dari pendapat-pendapat tersebut di atas, penulis berkehendak untuk
mengadakan penelitian tentang “LINGKUNGAN DAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM’
(Analisis Terhadap Lingkungan Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Agama Islam di SDN Dawuan Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka)
B. Permasalahan.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarakan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan di atas, penulis
mempunyai gambaran komprehensif tentang Lingkungan dan Pendidikan Agama
Islam, dengan mengidentifikasi beberapa permaslahan sebagai berikut: Lingkungan
sekolah mempunyai kontribusi yang besar untuk terwujudnya kegiatan pembelajaran
yang menyenangkan diantara siswa sebagai sumber belajar dan guru sebagai
fasilitator dan motifator pembelajaran. Namun sedikit sekali ditemui adanya
pemanpaatan lingkungan sebagai satu-satunya media pembelajaran yang optimal.
16 . Jalaluddin, Psikologi Agama, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, 224.
Guru dan Kepala Sekolah sebagai warga sekolah harus turut andil dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan terlebih pendidikan agama islam yang sangat
membutuhkan figure atau uswatun hasanah sebagai aflikator materi pembelajaran
yang di terima siswa, dengan menciptakan lingkungan belajar yang mengikuti
standar PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan) . Lembaga Pendidikan yang tidak memanpaatkan lingkungan akan
menerima beberapa kendala yang bisa menghambat meningkatnya prestasi belajar
siswa. Ketidak kreatifan guru bisa berdampak kepada kebekuan dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Pembatasan Masalah
Mengingat begitu banyaknya masalah yang terdapat dalam identifikasi
tersebut, maka tidak mungkin semuanya dapat dikaji dalam penelitian ini, karena
keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan. Oleh karena itu penelitian ini akan di
batasi pada dua masalah pokok yaitu Lingkungan Sekolah dan Mutu Pendidikan
Agama Islam.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan dalam tesis
ini pokok permasalahan yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana keadaan lingkungan sekolah di SDN Dawuan itu?
2. Bagaimana Mutu Pendidikan Agama Islam di SDN Dawuan itu?
3. Bagaimana Kontribusi Lingkungan Sekolah Terhadap Peningkatan
Mutu Pendidikan Agama Islam di SDN Dawuan itu?
C. Tujuan Penelitian
Beranjak dari rumusan masalah yang sudah di jelaskan di atas, maka
penelitian ini bertujuan:
1. Ingin mengetahui keadaan lingkungan sekolah di SDN Dawuan
2. Ingin mengetahui Keadaan mutu Pendidikan Agama Islam di SDN
Dawuan
3. Ingin mengetahui Kontribusi lingkungan sekolah terhadap Peningkatan
Mutu Pendidikan Agama Islam di SDN Dawuan
D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penelitian yang berkaitan dengan lingkungan sudah banyak dilaksanakan oleh
para ahli, namun penelitian ini akan di fokuskan pada Kontribusi lingkungan
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Dawuan Dalam meningkatkan Mutu Pendidikan
Agama Islam. Untuk melengkapi literature sebagai bahan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian maka dibutuhkan tinjauan penelitian terdahulu yang
relevan, diantaranya:
Hana Lestari (2006), Kajian Perencanaan Mata Pelajaran Peduli Pada diri
dan Lingkungan (KPDL) Tingkat SD di kota Semarang, (Semarang: Pasca Sarjana
Islam Konsentrasi Perencanaan Lingkungan,2006). Dalam penelitiannya
mendeskripsikan tentang rencana pembelajaran mata pelajaran peduli lingkungan
SD Kota semarang melalui penyuluhan secara kelompok, tugas pelaksanaan
kegiatan peduli diri dan lingkungan, pelaksanaan peduli diri dan lingkungan
melalui bakti social (BAKSOS) di lingkungan SD se-Kota Semarang.
Siti Nurjana (2008), dalam “Konsep Al Qur’an tentang Lingkungan Hidup
kaitannya dengan Perundang-undangan di Indonesia”. (Program Pasca Sarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2008). Berupaya untuk membandingkan konsep
lingkungan hidup yang ada dalam Al Qur’an dengan Perundang-undangan yang
ada di Indonesia.
Muhamad Soerjani melakukan analisis terhadap kearipan sikap perilaku
sebagai dasar kelangsungan kehidupan pembangunan berkelanjutan dengan judul
“ Pendidikan Lingkungan (Environmental Education)”, (Jakarta: 2005). Penelitian
ini mendeskripsikan tentang pentingnya pendidikan lingkungan bagi setiap
individu yang harus dimulai dari jenjang pendidikan SD sampai ke tingkat
Perguruan Tinggi, serta pendidikan formal, informal maupun non formal. Hal ini
bertujuan untuk pembentukan individu agar memiliki kesadaran terhadap
pemeliharaan lingkungan hidup.
Dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam yang optimal
dibutuhkan dukungan dari berbagai lingkungan, seperti lingkungan keluarga,
sekolah, atau lingkungan masyarakat.17
E. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian tesis ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh
masyarakat yang berkepentingan, terutama para pemerhati Lingkungan dan
Pendidikan Agama Islam yang ada di persada nusantara ini, khususnya bagi
peneliti diharapkan bermanpaat dalam beberapa hal, seperti:
1. Memperkaya khazanah pengetahuan tentang kontribusi lingkungan sekolah
terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar.
2. Menambah wawasan bagi para pengelola pendidikan, yakni mengelola sekolah
dengan menciptakan lingkungan pembelajaran di sekolah yang
menyenangkan.
3. Menjadi kajian lebih lanjut bagi peneliti lain yang tertarik terhadap lingkungan
sekolah dan kontribusinya kepada peningkatan mutu pendidikan.
4. Menjadi bahan pertimbangan bagi lembaga terkait, dalam meningkatkan mutu
pendidikan agama islam dengan pemberdayaan lingkungan sekolah yang
menyenangkan
17 . M. Sukardjo, Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, 27.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode dan Jenis Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriftif, dengan pendekatan kualitatif.18 Yakni bertujuan untuk
menggambarkan kondisi riil yang terjadi di SDN Dawuan, Kecamatan.
Dawuan, Kabupaten. Majalengka. Jenis penelitian ini Studi Kasus.19
Pemilihan lokasi penelitian dikarenakan letak geografis sehingga berpengaruh
terhadap kondisi sosial, prilaku sosial serta pandangan terhadap pendidikan.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data pada dua
sumber, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.20 Sumber primer itu berupa
dokumen, naskah, arsip yang ada di SDN Dawuan Kec.Dawuan Kab.
18 . Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang meneliti pada kondiisi yang alamiah (natural setting) disebut juga metode entographi, karena pada awalnya meted ini digunakan lebih banyak banyak di bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul lebih bersipat kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat pospositifvsme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawan dari eksperimen) lihat Sugiyono dalam bukunya, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuamitatif, dan R&R hal. 14
19 . Menurut F.N. Maxfild, dalam Moh. Nazir, menyebutkan bahwa study kasus (case study) adalah penelitian tentang status subject penelitian yang berkenaan dengan satu spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas, Metode Penelitian, (Bogor Galolia Indonesia, 2005), cet, ke-6, hal.5.
20 . Sugiono, Metode Penelitian pendidikan, Pendekatan kualitatif, kwantitatif dan R&D (Bandung Alfabeta, 2006), cet, ke-2.hal. 308-309
Majalengka, diataranya buku panduan , buku profil, buku kurikulum
Pendidikan Agama Islam. Buku Penerimaan Siswa Baru (PSB), data potensi
dan prestasi. Sedangkan sumber sekunder yang penulis gunakan diataranya
berupa buku-buku , artikel, jurnal, majalah, surat kabar, data-data dari internet,
karya ilmiah para pakar, atau pemerhati masalah pendidikan, baik dari dalam
maupun luar negeri yang berkaitan dengan pendidikan agam islam.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan , maka cara pengumpulan data
yang dilakukan penulis diantaranya: observasi, wawancara, dan studi dokumen
serta studi pustaka.
a. Observasi
Dengan metode observasi ini penulis mengadakan pengamatan langsung
pada obyek penelitian yaitu SDN Dawuan Kecamatan Dawuan Kab.
Majalengka . Untuk menjaga kevalidan metode ini, penulis menggunakan
buku catatan lapangan. Hal ini dilakukan agar berbagai peristiwa yang
ditemukan , baik yang disengaja maupun tidak diharapkan dapat dicatat
dengan segera.Walaupun pengamatan ini hanya dititik beratkan kepada data
dan fakta yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Misalnya pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas,
aktivitas social keagamaan, ketertiban dan kebersihan lingkungan, hubungan
dengan masyarakat sekitar sekolah , pergaulan sesama siswa, dengan guru dan
lingkungan sekolah serta berbagai kegiatansosio cultural, baik yang sifatnya
rutin maupun incidental.
b. Wawancara
Dalam pengumpulan data melalui wawancara, peneliti melakukan secara
mendalam (depth interview) untuk pengumulan data, peneliti menggunakan
pedoman wawancara, Sliep, suatu alat perekam.21 Pedoman wawancara
digunakan oleh peneliti agar dapat mengarahkan dan memudahkan dalam
mengingat pokok-pokok permaslahan yang diwawancarakan dengan
interview.22 Dengan begitu kegiatan wawancara bias terpokus dalam pokok
permasalahan sehingga berbagai hal yang kemungkinan terlupakan akan dapat
di minimalisir. Sliep adalah sebagai secarik kertas (biasanya berukuran
seperempat polio).23 Semacam kertas kutipan yang digunakan khusus untuk
menggunakan mencatat hasil wawancara. Sliep diberi identifikasi, baik nomer
21 . Masri Singa ribuan dan Sofian Effendi (ed), Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP#ES, 1989), hal.10.
22 . Dalam dunia penelitian yang menggunakan wawancara, maka dikenal dua istilah penting yaitu:pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee). Dengan demikian dapat dipahami bahwa wawancara akan terlakasana bila kedua unsure tersebut dapat terpenuhi.
23 . Tim penyusun kamus pusat bahsa, (Jakarta:2005), Kamus besar bahasa Indonesia, (alih bahasa) Balai Pustaka, cet, ke-3 hal. 1080.
maupun nama informan. Kemudian sliep itu disusun secara sistematis untuk
memudahkan penulis mengolah dan menganalisis data. Instrumen terakhir
yang digunakan penulis adalah alat perekam untuk merekam selam wawncra
berlangsung. Alat ini sangat penting karena mengingat kemampuan terbatas
dan untuk meminimalisasi kekeliruan penulis dalam mencatat hasil wawancara
dan menganalisa data wawncara.
Dalam penelitian ini, wawancara diarahkan kepada sumber data yaitu
informan (interview) yang diasumsikan memiliki keterikatan langsung dengan
perjalan obyek penelitian yakni: SDN Dawuan Kecamatan Dawuan Kab.
Majalengka atas beberapa pertimbangan tertentu, diataranya: (1) mengetahui
atau menguasai dengan baik terhadap masalah yang diteliti, (2). Memiliki
keterlibtan langsung dengan obyek penelitian, dan (3). Mudah ditemui oleh
penulis. Diantara informan yang dipilih, yaitu: Stap tata usaha, sebagai pihak
yang melaksanakan segala hal-hal yang berhubungan dengan administrasi baik
keuangan maupun surat menyurat, baik urusan di dalam sekolah maupun
diluar sekolah terutama yang berkaitan dengan pendidikan, pengelola SDN
Dawuan Kec. Dawuan Kab. Majalengka ( Kepala sekolah dan setap-setapnya
serta dewan gurunya), Komite sekolah, orang tua, dan siswa siswi, serta
alumni sekolah tersebut.
c..Dokumentasi
Pengumpulan data dengan studi dokumen ini dilakukan untuk
mendukung dan mengoreksi kebenaran data yang diperoleh melalui kedua
teknik diatas, yakni observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis.
4. Tehnik Analisa dan Validasi Data
Teknik analisa data ini merupakan upaya mencari dan mengumpulan serta
menata sistematis berdasarkan pada konsep teori tentang Pendidikan Islam dan
berwawasan lingkungan sekolah dengan data-data yang diperoleh penulis dari
hasil observasi,wawancara, dan studi dokumen sebagai upaya tmeningkatkan
pemahaman penulis mengenai kasus yang terjadi di SDN Dawuan Kecamatan
Dawuan Kabupaten Majalengka, dan menyajikannya sebagai temuan bagi
orang lain.
Dalam penelitian ini data-data yang telah terkumpul, selanjutnya
diidentifikasi, diolah dengan menggunakan pola diskriptif analitis lalu
diuraikan secara sistematis. Kemudian data tersebut akan di elaborasi dengan
teori-teori yang dikembangkan oleh para pakar pendidikan, khususnya yang
berkaitan dengan pendidikan islam dan sekolah-sekolah yang ada di Indonesia.
Kemudian selanjutnya akan dilihat bagaimana kondidisi obyektif yang terjadi
di SDN Dawuan Kec. Dawuan Kab. Majalengka, sebagai bahan pertimbangan
jika terkait dengan penelitian ini dan diharapkan hasilnya lebih kualitatif dan
komprehensif.
Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan
secara trianggulasi. Menurut Lexi J. Moeloeng, trianggulasi adalah sebagai
teknik pemeriksaan keabsahandata dengan memanpaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. 24
G. Sistematika Penulisan
Dalam tesis ini penulis membagi penelitian terdiri atas lima bab,
selanjutnya secara holistic tiap-tiap bab yang terdiri atas beberapa sub bab
secara garis besar hasil penelitian ini sebagai berikut:
Bab pertama sebagai gambaran untuk memberikan pola pemikiran bagi
keseluruhan tesis ini, yang meliputi; Latar belakang masalah yang meliputi
identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusuan masalah,
penelitian terdahulu yang relevan, tujuan penelitian, manpaat penelitian,
metodologi penelitian.
Bab kedua: deskripsi tentang Kontribusi Lingkungan Sekolah terhadap
peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam.
24 . Lexi J Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung Remaja Roska Karya 2000), cet. Ke -12,hal.178.
Bab ketiga: Mutu Pendidikan Agama Islam, pada bab ini dibahas tentang
kiat-kiat untuk meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SDN Dawuan
Bab keempat: Membahas Sejauhmanakah Kontribusi Lingkungan
khususnya lingkungan sekolah dalam meningkatkan hasil belajar mutu
Pendidikan Agama Islam di SDN Dawuan Kec. DAWUAN Kab Majalengka.
Bab kelima: Penutup yang memuat kesimpulan dari permasalahan yang
dikemukakan. Kemudian diharapkan dari kesimpulan ini dapat ditarik benang
merahnya terhadap uraian-uraian sebelumnya dan memuat saran-saran penulis
terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan pada
sekolah-sekolah agar dapat meningkatkan kinerja propesionalisme Guru PAI..
H. Daftar Pustaka
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, PT. Refika Aditama, Bandung, Cet ke 2 2009. hal. 25
C. George Boeree, Metode Pembelajaran dan Pengajaran: kritik dan sugesti terhadap dunia pendidikan, pembelajaran dan pengajaran, Ar-ruz Media, Jakarta, 2008, 162.
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005
Elizabet B. Hurlock, Child Development, Sixth Edition, (Mc Graw-Hill), h. 54
Lexi J Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung Remaja Roska Karya 2000), cet. Ke -12,hal.178.
Masri Singa ribuan dan Sofian Effendi (ed), Metode Penelitian Survai (Jakarta:
LPPES, 1989), hal.10.
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif kontemporer (suatu tinjauan
konseptual operasional), PT Bumi Aksara, Jakarta, 2009, 19 .
M. Sukardjo, Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, 27.
Sugiono, Metode Penelitian pendidikan, Pendekatan kualitatif, kwantitatif dan R&D (Bandung Alfabeta, 2. Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2010
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Belajar Agama, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2004, 34.
Tim penyusun kamus pusat bahsa, (Jakarta:2005), Kamus besar bahasa Indonesia, (alih bahasa) Balai Pustaka, cet, ke-3 hal. 1080
ABSTRAK
Kesimpulan besar tesis ini menyatakan bahwa Lingkungan sekolah yang baik akan sangat menunjang untuk meningkatkan mutu pendidikan yang baik pula. Seperti yang disampaikan oleh Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (2010), bahwa Lingkungan yang bersih dan baik akan memberikan kepuasan yang baik dibandingkan dengan belajar di lingkungan tidak baik dan tidak sehat, lingkungan semacam ini akan berpengaruh terhadap motivasi belajar. Pada dasarnya lingkungan itu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran, sebagaimana yang disampaikan oleh C. George Boeree (2008) yang menyebutkan bahwa lingkungan termasuk salah satu yang mempunyai pengaruh yang luas terhadap kecerdasan. Tesis ini ditujukan untuk membuktikan ketidak benaran Paham yang mengatakan bahwa factor lingkungan termasuk factor pendidikan kurang berpengaruh terhadap pendidikan anak karena pembawaanlah yang lebih berpengaruh (Aliran Nativisme).
Tesis ini ditulis untuk memperkuat pendapat masyarakat akademik yang mempunyai pandangan bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap perubahan perkembangan kepribadian anak baik dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berprilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga dan guru sebagai substitusi orang tua. Peneliti University of IIIinois at Urbana Champaign Janet Reis (2007, April 24) menemukan bahwa sementara sifat-sifat pribadi dan interaksi teman sebaya mempunyai pengaruh yang paling langsung terhadap prilaku agresif siswa sekolah menengah, sekolah juga mempengaruhi agresi siswa. Kemudian Artikel Perguruan Tinggi di Melbourn (World Class Education Ourstanding Succes Rater) menyebutkan untuk pengembangan keseluruhan siswa, untuk mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam prilaku siswa dan membuat sekolah, sarana
pengembangan komunitas dan masyarakat, lingkungan hidup yang baik dan kondusif memainkan peranan penting. Mohamad Soerjani pada tahun 2005, Pendidikan Lingkungan (Environment Education) Sebagai Dasar Kearifan sikap dan Prilaku Bagi Kelangsungan Kehidupan Menuju Pembangunan Berkelanjutan, mendeskripsikan tentang pentingnya pendidikan lingkungan bagi setiap individu yang harus dimulai dari jenjang pendidikan SD sampai ketingkat Perguruan Tinggi.
Tesis ini menunjukan bahwa lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap perubahan prilaku, perkembangan sikap dan kecerdasan individu siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam akan berhasil secara optimal jika semua komponen lingkungan sekolah, kepala sekolah, guru, siswa dan sarana prasarana serta masyarakat ikut serta mendukung terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Sumber utama tesis ini adalah data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan seluruh komponen lingkungan sekolah, observasi untuk memperoleh temuan yang berkaitan dengan tesis, studi dokumen dan pustaka yang relevan.