Download - proposal pengembangan tes keberbakatan.doc
PROPOSAL PENELITIAN KELOMPOK
PENGEMBANGAN TES KEBERBAKATAN CABANG OLAHRAGA RENANG DI DIY
Oleh:
Agus Supriyanto, M.Si NIP. 19800118 200212 1 002Dr. Lismadiana, M.Pd NIP. 19791207 200501 2 002Nur Indah Pangastuti, M.Or NIP. 19830422 200912 2 008Avita Dias wati NIM. 10602241042Nurul Akbar NIM. 10602241028
PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
A. Judul : PENGEMBANGAN TES KEBERBAKATAN
1
CABANG OLAHRAGA RENANG DI DIY
B. Abtrak Rencana Kegiatan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun pengembangan tes
keberbakatan cabang olahraga renang di DIY. Subjek dalam penelitian ini atlet
PAB Renang DIY yang berada pada tahap usia (10-14 tahun). Lokasi dan
subjek penelitian yang dilakukan pada tahap penyusunan tes terdiri atas
sejumlah subjek yang berada di 4 Kabupaten dan 1 Kota di DIY. Data penelitian
ini dikumpulkan dengan tes dan pengukuran.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus
2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah Tes dan
pengukuran Keberbakatan cabang Olahraga Renang.
Analisis data Untuk dilakukan melalui statistik inferensial dengan
menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan
teknik korelasi Product Moment dari Carl Pearson (Sudjana, 1992), sedangkan
uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Test and Retest (Burton, 1998: 111,
Clark & Clark, 1987: 45-48, Gronlund, 1993: 169, dan Popham, 1995: 42).
Adapun pengembangan kriteria keberbakatan olahraga akan dilakukan pada
tahap kedua dengan menggunakan statistik.
C. Latar Belakang Kegiatan Penelitian
Daerah Intimewa Jogyakarta sebagai salah satu provinsi yang
menyandang daerah Istimewa di Indonesia yang mempunyai luas wilayah
3.185,80 km2 terdiri atas Kota Yogyakarta 32,50 km2 , Kabupaten Sleman
574,82 km2, Kabupaten Bantul 506,85 km2 ,Kabupaten Kulon Progo 586,27
km2, Kabupaten Gunung Kidul 1485,36 km2. Menjadi Salah satu provinsi yang
secara signifikan ikut berperan serta terhadap prestasi olahraga Indonesia, baik
dalam single event maupun multi event, dalam skala dunia (world
championship), Asia (Asian Games), maupun Asia Tenggara (Sea Games).
2
Disamping itu Berbagai julukan yang sering dilontarkan untuk Yogyakarta
seperti Kota Perjuangan, Kota Pariwisata, Kota Pelajar, Kota Budaya, dan yang
paling populer yaitu Kota Gudeg, memang bukanlah tanpa alasan. Peran Kota
Yogyakarta untuk Indonesia memang sangat besar terutama pada masa sebelum
dan sesudah kemerdekaan. Maka tidaklah berlebihan jika Pemerintah pusat
memperbolehkan penggunaan nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus
statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa
berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sesuai dengan UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahrgaan
Nasional (UUSKN) dengan Peraturan Pemerintah yang menyertainya maka
upaya pembenahan terhadap pembinaan keolahragaan nasional harus terus
dikedepankan. Berbagai elemen bangsa, baik pemerintah, dunia olahraga, dunia
pendidikan, dunia usaha dan industri, serta elemen masyarakat lainnya memiliki
peran yang sama untuk memajukan prestasi olahraga nasional. Prestasi olahraga
hanya mungkin dicapai melalui pembinaan yang teratur, bertahap, terukur,
berkelanjutan dalam kurun waktu yang lama (8-10 tahun).
Pembinaan olahraga harus ditopang dengan langkah pemassalan,
pembibitan, pemanduan bakat hingga pembinaan dan pencapaian prestasi
puncak. Pembina olahraga dengan tingkat kompetitif yang tinggi tentu dituntut
untuk membina calon-calon atlet berbakat uantuk dibina secara intensif dalam
iklim pembinaan dan kompetisi yang intensif. Hanya calon atlet yang
berbakatlah yang akan mampu mengikuti setiap program latihan, jadwal
pembinaan yang padat dan tuntutan event dengan tingkat kompetitif yang tinggi.
Oleh karena itu, upaya untuk memilah dan memilih calon atlet berbakat
olahraga harus mendapat perhatian dari para pembina/pelatih olahraga.
Permasalahannya adalah bahwa di negara kita masih terbatas sekali tes yang
dapat diakses untuk melalukan seleksi atau pemanduan bakat olahraga tersebut.
3
Dilihat dari prestasi DIY dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) mulai tahun
1948 sampai tahun 2008 cenderung mengalami penurunan, untuk tahun 2008
mengalami peningkatan peringkat, sedangkan tahun 2012 mengalami penurunan
satu tingkat. Hal inilah yang harus disiapkan melalui proses seleksi atau
pemanduan bakat olahraga dan pembinaan yang bertingkat dan
berkesinambungan dengan berbagai faktor agar prestasi DIY dapat lebih
meningkat. Dataprestasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Prestasi Skala Nasional (Pekan Olahraga Nasional) Provinsi DIY
No Tahun Peringkat1. 1948 Ke-22. 1961 Ke-73. 1969 Ke-94. 1973 Ke-95. 1977 Ke-96. 1981 Ke-117. 1985 Ke-138. 1989 Ke-189. 1993 Ke-1310.
1996 Ke-13
11.
2000 Ke-16
12.
2004 Ke-15
13.
2008 Ke-13
14.
2012 Ke-14
(Sejarah Olahraga Indonesia, Depdiknas, 2003 dan Jejak Prestasi Olahraga Indonesia, Kemenpora, 2012).
Hal lebih khusus lagi untuk cabang olahraga renang Daerah Istimewa
Yogyakarta sangat jauh dari harapan, datanya sebagai berikut: PON ke-1 sampai
PON ke-8 tidak ada catatan perolehan medali, baru pada PON ke-9 tahun 1977
di Jakarta baru ada perolehan medali dengan keterangan sebagai berikut: 100 m
4
gaya dada putri atas nama Damayanti Suharsono memperoleh medali perak; 200
m gaya dada putri atas nama Siani Irawati memperoleh medali perunggu; 400 m
gaya bebas putri atas nama Damayanti Suharsono memperoleh medali
perunggu; 100 m gaya kupu-kupu putra atas nama Ariyanto Sutono
memperoleh medali perak; nomor loncat indah papan 3 meter putri atas nama
Lie Fung Ing memperoleh medali perunggu; nomor loncat indah papan 3 meter
putra atas nama Lie Cek Jing memperoleh medali perunggu. Pada PON ke-10
sampai PON ke 16 tidak ada catatan prestasi di cabang renang, baru pada PON
ke-17 tahun 2008 di Kaltim dan PON ke-18 di Riau ada data prestasi kembali
untuk renang indah di nomor team technical routine memperoleh medali
perunggu (Depdiknas, 2003 dan Kemenpora, 2012). Hal ini penting karena
olahraga renang kalau dilakukan pemassalan, pencarian bakat dan pembinaan
dengan baik dapat menjadi cabang olahraga andalan bagi Tim Indonesia, karena
sebagian besar wilayah Indonesia adalah perairan dan olahraga ini dapat
dijadikan strategi dalam perolehan medali dalam kejuaraan (satu atlet dapat
memperebutkan lebih dari 5 medali dalam perlombaan) lebih efektif dalam
proses pembinaan dan dapat diukur secara objektif prestasinya, karena diukur
dengan catatan waktu. Disamping itu saat ini atlet-atlet renang di DIY yang ada
sekarang ini, belum pernah dilakukan tes keberbakatan secara komprehensif
yang dapat mendukung prestasi yang selama ini dibina. Dengan kenyataan
tersebut, maka dalam kesempatan berbahagia ini akan dilakukan kajian
mendalam melalui penelitian pengembangan tes keberbakatan olahraga cabang
olahraga renang di DIY.
.
D. Identifikasi masalah
1. Pembinaan olahraga harus ditopang dengan langkah pemassalan, pembibitan,
pemanduan bakat.
5
2. Olahraga renang kalau dilakukan pemassalan, pencarian bakat dan pembinaan
dengan baik dapat menjadi cabang olahraga andalan bagi Tim Indonesia
3. Masih terbatas sekali tes yang dapat diakses untuk melalukan seleksi atau
pemanduan bakat olahraga cabang olahraga renang.
4. Belum pernah dilakukan tes keberbakatan secara komprehensif yang dapat
mendukung prestasi atlet renang.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan kajian di atas, maka rumusan penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Seberapa penting pengembangan tes keberbakatan cabang
olahraga renang di DIY?”
F. Kegunaan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian
ini adalah ingin:
1.Menyusun pengembangan tes keberbakatan cabang olahraga renang di DIY.
2.Melakukan tinjauan multidisiplin ilmu pengetahuan untuk pengembangan tes tes
keberbakatan cabang olahraga renang di DIY.
3.Membantu proses pembinaan cabang olahraga renang dalam pemanduan bakat
cabang olahraga renang di DIY.
G. Kajian Pustaka
1. Pengertian BakatBakat adalah dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak
lahir (Depdiknas, 1990). Kajian tentang bakat atau keberbakatan telah
mengalami berbagai perubahan dan kini pengertiannya selain mencakup
kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif
(Semiawan, 1997). Kreativitas menurut Clark (1986) merupakan ekspresi
tertinggi dari keberbakatan seseorang. ”Bakat” bukan merupakan status yang
6
telah diberikan atau status yang tidak berubah-ubah tetapi lebih dari sebuah
kombinasi perubahan yang tetap yang dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu:
bakat keturunan (genetik), lingkungan, dan latihan (Thumm, 2004). Mengingat
bakat melekat pada diri seseorang, maka eksisitensinya dipengaruhi oleh
berbagai unsur kebudayaan atau sifat-sifat seseorang yang berbakat tersebut.
Oleh karenanya dari sisi kebudayaan, maka bakat juga memiliki keterbatasan
(culture bound). Sehingga terdapat dua petunjuk kunci yang dapat dipakai untuk
mengamati bakat yaitu:
1. Bakat adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang dibawa
sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan.
2. Bakat ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan
dimana seseorang itu hidup.
2. Keberbakatan OlahragaTujuan utama mengidentifikasi bakat olahraga adalah untuk memilih calon
atlet yang memiliki berbagai kemampuan tertinggi (keberbakatan) untuk cabang
olahraga tertentu.
7
P E M A S S A L A N
PEMBIBITAN & PEMANDUAN BAKAT
PEMBINAAN INTENSIF
PRESTASI PUNCAK
Gambar 1. Siklus Pembinaan Olahraga Jangka Panjang
Harre (1982) dalam Furqon (1998) mengemukakaan bahwa tujuan
identifikasi bakat adalah untuk memprediksi kemungkinan calon atlet akan
mampu menyelesaikan program latihan olahraga yang dipilih dan secara pasti
dapat mengukur dan melakukan tahap latihan selanjutnya.
Semakin dini seseorang menunjukkan kesesuaian latihan dan kemampuan untuk
belajar, maka makin berhasil ia dalam menyelesaikaan program latihan yunior.
Sehingga ia memiliki lebih banyak waktu untuk berlatih sebelum mencapai
prestasi puncak. Oleh karena itu, pemanduan bakat merupakan suatu proses
penentuan (praconditioning) prestasi, di mana seseorang harus memiliki
kemampuan tersebut agar dapat mencapai tingkat prestasi optimal.
Terkait dengan pentingnya pemanduan bakat dalam siklus pembinaan olahraga,
maka pada berikut ini diuraikan tentang usia permulaan, spesialisasi dan prestasi
puncak dalam berbagai cabang olahraga.
Tabel 2. Usia Pembinaan Olahraga
CABANG
OLAHRAGA
USIA (tahun)
Permulaan Spesialisasi Prestasi
Puncak
Atletik
Bola basket
Tinju
Balap sepeda
Loncat indah
Anggar
Senam (wanita)
Senam (pria)
10 – 12
8 – 9
13 – 14
14 – 15
6 – 7
8 – 9
6 – 7
6 – 7
13 – 14
10 – 12
15 – 16
16 – 17
8 – 10
10 –12
10 – 11
12 – 14
18 – 23
20 – 25
20 – 25
21 – 24
18 – 22
20 – 25
14 – 18
18 – 24
8
CABANG
OLAHRAGA
USIA (tahun)
Permulaan Spesialisasi Prestasi
Puncak
Dayung
Sepakbola
Renang
Tenis
Bola voli
Angkat besi
Gulat
Bulutangkis
Hoki
Softball
Panahan
Pencak silat
Bola tangan
Tenis meja
Polo air
Berkuda
Layar
Judo
Karate & Taekwondo
12 – 14
10 – 12
3 – 7
6 – 8
11 – 12
11 – 13
13 – 14
8 – 9
12 – 14
10 – 12
11 – 12
10 – 11
12 – 13
7 – 8
12 – 13
13 – 15
12 – 13
12 – 13
12 – 13
16 – 18
11 – 13
10 – 12
12 – 14
14 – 15
15 – 16
15 – 16
14 – 15
17 – 18
14 – 16
17 – 18
15 – 16
15 – 16
10 – 12
15 – 16
17 – 18
15 – 16
15 – 16
15 – 16
22 – 24
18 – 24
16 – 18
22 – 25
20 – 25
21 – 28
24 – 28
18 – 24
22 – 25
18 – 24
20 – 28
18 – 22
18 – 24
18 – 24
18 – 25
20 – 25
18 – 24
18 – 25
18 – 25
Sumber: Bompa, 1999.
9
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pemanduan bakat adalah untuk memilih
calon atlet yang memiliki berbagai kemampuan tertinggi untuk cabang olahraga
tertentu, berdasarkan usia pembinaan olahraga tersebut maka pemanduan bakat
tersebut seyogyanya dilakukan pada akhir usia permulaan atau awal memasuki
usia spesialisasi pembinaan olahraga.
Berangkat dari pengelompokan usia pembinaan tersebut, maka periodisasi
latihan olahraga dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: (1) perkembangan
multilateral, (2) spesialisasi latihan, dan (3) prestasi puncak.
Usia (thn)
PRESTASI
PUNCAK
Gambar 2. Periodisasi Latihan Jangka Panjang
Olahraga dengan tingkat kompetitif yang tinggi memerlukan profil biologis
khusus dengan memahami ciri-ciri kemampuan biomotorik dan psikologis yang
10
PERKEMBANGAN MULTILATERAL
6
16
20
> 24
SPESIALISASI LATIHAN
kuat. Latihan yang optimal memerlukan kriteria optimal untuk
pengidentifikasian bakat. Bompa (1999) mengemukakan bahwa terdapat 5
kriteria untuk mengidentifikasi bakat, yaitu: (1) kesehatan, (2) kualitas
biometrik, (3) keturunan, (4) fasilitas olahraga dan iklim, serta (5) ketersediaaan
ahli.
Harre (1982) mengemukakan bahwa tujuan penyaringan dan pemilihan
adalah untuk menemukan sebagian besar anak sekolah yang berkaitan dengan
faktor-faktor prestasi utama. Penentuan faktor-faktor prestasi utama tersebut
dianggap penting bagi pengembangan lebih lanjut. Faktor-faktor tersebut
merupakan indikator tingkat prestasi atau kecenderungan tertentu. Tujuan
utamanya adalah untuk menentukan faktor-faktor prestasi dengan pasti tanpa
terlalu banyak bekerja dan dapat diperoleh informasi yang diperlukan. Faktor-
faktor prinsip tersebut adalah: (1) tinggi & berat badan, (2) kecepatan lari, (3)
daya tahan, (4) koordinasi, (5) kemampuan pada permainan, dan (6) kecakapan
dalam aneka ragam olahraga.
Sebagaimana telah disampaikan di depan menurut Thumm, 2004 bakat
bukan merupakan status yang telah diberikan atau status yang tidak berubah-
ubah tetapi lebih dari itu merupakan sebuah kombinasi perubahan yang tetap
yang dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu: (1) bakat keturunan (genetik),
(2) lingkungan, dan (3) latihan. Anwar Pasau (1986) mengemukakan kriteria
pemilihan atlet berbakat meliputi: (1) aspek biologis, (2) aspek psikologis, (3)
usia, (4) keturunan dan aspek lingkungan. Suhendro dan Yudi Mulyanto (1995)
menyatakan bahwa bakat ditentukan oleh: (1) antropometrik, (2) fungsi organ
tubuh, (3) kemampuan motorik, dan (3) psikologis.
Berdasarkan pandangan di atas dan mencermati realitas dalam olahraga,
maka keberbakatan olahraga ditentukan oleh aspek: (1) biologis, (2) kebugaran
jasmani, dan (3) keterampilan gerak. Ketiga aspek tersebut tentu dengan
mempertimbangkan aspek lain seperti usia, status gizi, psikologis, keturunan
11
(genetik) dan dukungan lingkungan. Aspek biologis meliputi indikator: (a)
anatomi (tinggi & berat badan, postur, jenis & bentuk tubuh), (b) fisiologis
(fungsi organ-organ tubuh), serta (c) sistem otot, tulang rangka & serabut saraf
(serabut cepat/lambat). Mengingat sebarannya tersebut, aspek biologis dalam
penelitian ini dibatasi pada aspek antropometrik.
Aspek kebugaran jasmani merupakan kemampuan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari dengan giat, tanpa mengalami kelelahan yang berarti serta
dengan cadangan energi yang tersisa masih mampu menikmati waktu luang
(leisure time). Komponen kebugaran jasmani meliputi kebugaran jasmani yang
berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran jasmani yang berhubungan
dengan keterampilan gerak. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan
kesehatan (health related fitness) meliputi komponen: (a) daya tahan jantung &
paru, (b) kekuatan otot, (c) daya tahan otot, (d) fleksibilitas, dan (e) komposisi
tubuh. Sedangkan kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan
gerak (motorskill related fitness) meliputi: (a) kecepatan, (b) power, (c)
keseimbangan, (d) kelincahan, (e) koordinasi, dan (f) kecepatan reaksi.
Ketika hasil pemanduan bakat terhadap aspek biologis dan kebugaran jasmani
tersebut hasilnya sama, maka aspek usia, status gizi, psikologis, keturunan dan
dukungan lingkungan dapat dipertimbangkan.
Aspek usia meliputi usia kronologis mapun usia kecerdasan. Sedangkan
aspek psikologis meliputi; (a) inteligensi, (b) motivasi, kepribadian, dan lain-
lain. Status gizi dalam artian calon atlet tersebut berada dalam kondisi yang sehat
dengan intake kalori yang seimbang sehingga siap untuk melakukan berbagai
aktivitas tubuh secara optimal. Sedangkan keturunan dan dukungan lingkungan
dalam artian apabila calon atlet memiliki kategori yang sama pada aspek bakat
yang lain, maka calon atlet yang memiliki latar belakang keluarga olahragawan
(atlet) dan ditunjang oleh lingkungan sekitar yang mendukung akan memiliki
peluang beprestasi yang lebih optimal.
12
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Atlet RenangSalah satu kemampuan yang mutlak dipersyaratkan bagi sebagin besar
olahragawan (termasuk perenang) adalah apa yang dikenal di dunia olahraga
dengan komponen biomotor. Kebutuhan kemampuan pada setiap komponen
biomotor tentu kadarnya akan berbeda-beda untuk setiap cabang olahraga.
Kadar kemampuan biomotor akan sangat tergantung pada karakterisatik setiap
cabang olahraga. Misalnya bagi seorang sprinter (pelari jarak pendek)
memerlukan komponen daya tahan hanya 10 % dan kecepatan 90 %,
sedangakan seorang perenang komposisinya masing-masing 50 % (Arnot,
1986). Kemampuan biomotor terdiri dari sepuluh komponen yang terdiri: (1)
kekuatan (Strength); (2) daya tahan (endurance); (3) daya ledak (explosive
streng muscular power); (4) kecepatan (speed); (5) kelentukan (flexibility); (6)
kelincahan (agility); (7) ketepatan (accuracy); (8) rekasi (reaction); (9)
keseimbangan (balance); dan (10) koordinasi (Coordination). Untuk
pengemmbangan tes keberbakatan cabang olaharga renang penjelansannya
sebagai berikut:
1. Kekuatan otot perenang
Kekuatan otot yang dibutuhkan pada cabang olahraga renang hampir
keseluruhan otot-otot besar khususnya yang berhubungan dengan pergerakan,
seperti otot tungkai (extremitas bawah), kelompok otot tangan dan lengan
(extremitas atas), kelompok otot perut (abdomen), otot punggung dan otot
dada. Kekuatan otot tersebut dapat dikur dengan berbagai tes baik tes
laporatorium (laboratory test) terutama digunakan untuk mengukur komponen-
komponen biomotorik, volume paru-paru, kekuatan otot punggung, kekuatan
tungkai, kelentukan, daya ledak otot tungkai dan komposisi tubuh. Sedangkan
kemampuan fisik lainnya yaitu kemampuan berenang, kebugaran jasmani, tes
kekuatan otot lengan, kekuatan otot perut dan daya tahan otot dilakukan dengan
tes lapangan (field test). Sedangkan tes yang dapat dipakai ada beberapa
13
macam: tensiometer, grip dynamometer, chest dynamometer, back and leg
dinamometer, bench press test, pull up test, dip test, bench squat test, sit-up test
yang disesuai dengan kebutuhan biomotor dicabang olahraga renang.
2. Daya tahan Perenang
Daya tahan bagi seorang perenang kompetitif memegang peranan
penting, baik yang menyangkut daya tahan umum maupun daya tahan otot
lokal. Menurut Bompa (1983) daya tahan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu;
(1) daya tahan umum (respiratio cardiovascular endurance) yang ukurannya
sering disebut VO2Max dan (2) daya tahan lokal atau daya tahan otot (muscle
endurance). Tes lapangan yang berfungsi untuk mengukur VO2Max ini telah
banyak dikembangkan oleh para ahli dibidang tes dan pengukuran olahraga.
Pengukuran tes tersebut biasanya berdasarkan pada kesesuaian antara
kebutuahn dan jenis tes yang dilakukan. Macam tesnya berupa lari 12 menit, tes
lari 2,4 km, monteye test, Harvard steps test, multistage fitness test. Pada
penelitian ini tes VO2Max yang digunakan adalah multistage fitness test.
3. Daya ledak Otot Perenang
Daya ledak (explosive strength muscular power) adalah kemampuan
otot untuk melakukan gerakan cepat secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat
secara maksimal. Beberapa cabang olahraga menggunakan test tes tersebut tak
terkecuali pada cabang olahraga renang untuk mengetahui kadar daya ledak
ototnya yang sangat membantu pada saat strart dalam perlombaan renang. Pada
penelitian ini tes yang dilakukan dengan menggunakan standing broad jump
(long jump).
14
4. Kecepatan otot Perenang
Bagi seorang perenang , kecepatan merupakan komponen fisik yang
sangat penting, karena prestasi renang ditunjukkan dengan kecepatan bergerak
dengan media air. Secara teoritis komponen kecepatan yang dimiliki perenang
sangat erat kaitannya dengan komponen kekuatan, kelincahan dan daya tahan
khususnya daya tahan otot.
Beberapa model tes yang direkomendasikan untuk mengukur kecepatan
seorang perenang (Arnot, 1986) ini antara lain: six secand dash (lari cepat enam
detik) digunakan untuk mengukur kecepatan bergerak. Six secand dash yang
dapat digunakan untuk anak usia sekolah menengah sampai perguruan tinggi
baik perempuan dan laki-laki. Pada penelitian ini tes yang dilakukan dengan
menggunakan six secand dash yang dimodifikasi di kolam renang. Disamping
itu ada tes pendukung lainnya seperti: tes kelentukan perenang, tes kelincahan
perenang, tes ketepatan perenang, tes waktu reaksi perenang, tes keseimbangan,
tes koordinasi, tes sistem kontrol stroke perenang, tes komposisi tubuh
perenang, yang masing-masing tes akan dilihat seberapa besar kontribusi yang
mendukung keberbakatan cabang olahraga renang.
4. Profil Atlet PAB (Pembinaan Atlet Berbakat Renang) DIY
Pembentukan PAB (Pembinaan Atlet Berbakat) sejak tahun 2006 melalui
surat keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DIY Nomor: 129 tahun
2006. Ada sepuluh cabang olahraga yang dibina yaitu: Sepakbola, Bola basket,
Bolavoli, Bulutangkis, Pencak Silat, Tae Kwon Do, Atletik, Tenis Lapangan,
Tenis Meja dan Renang. Pembinaan tersebut merupakan tindak lanjut hasil
penjaringan kegiatan pemanduan bakat dalam suatu penelitian yang telah
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi DIY bekerjasama dengan Fakultas
Ilmu Keolahragaan UNY sejak tahun 2004, dengan harapan dapat menjadi
wadah pembinaan atlet di DIY yang mempunyai bakat dan potensi untuk
15
dikembangkan secara optimal sesuai bakat dan cabang olahraga yang diminati
untuk berprestasi lebih tinggi. Pembinaan Atlet Berbakat ini dikelompokkan
menjadi dua yaitu usia 10-14 tahun dan 14 tahun -18 tahun. Berikut ini prestasi
yang diraih Atlet PAB(Pembinaan Atlet Berbakat) cabang olahraga renang
tahun 2010-2012.
Tabel 3. prestasi yang diraih Atlet PAB(Pembinaan Atlet Berbakat) cabang olahraga renang usia 10-18 tahun 2010-2012
No.
Nama JK Kelas Nama Event Tingkat EventNasional Daerah
1. Anancy Reza P 7 O2SN, Karang anyar Cup, Almagary cup, Tirto Utomo cup, Dolpin Cup, Porpov
1 emas, 1 Perak, 1perunggu
3 emas, 5 perak, 4 perunggu
2. Artagina Muktifada P 7 Krapsi, O2SN, Karang anyar Cup, Almagary cup, Dolpin Cup
1 emas 4 perak, 2 Perunggu
3. Berlinda Fitri S P 7 Popda, Karang anyar Cup, Tirto Utomo cup, Dolpin Cup, porpov
1 perak,17 perunggu
4. Denovita Salsabila P 5 Dolpin Cup 1 perak, 1 perunggu
5. Faizira Ma’rufa P 5 Dolpin Cup 1 perak, 2 perunggu
6. Febri Ridho L 7 Kejurnas, Porpov 1 emas, 1 perunggu
1 perunggu
7. Hardansyah S P L 7 Karang anyar Cup, Almagary cup, Dolpin Cup, porpov
5 perak, 2 perunggu
8. Juan Maestro FS L 4 Karang anyar Cup 1 perak, 1 perunggu
9. Muh. Ardis S L 5 Dolpin Cup 2 emas, 1perunggu
16
No.
Nama JK Kelas Nama Event Tingkat EventNasional Daerah
10. Noor Fauzi E L 7 O2SN, dolpin cup 2 emas, 2 perunggu
1 emas, 4 perak, 3 perunggu
11. Raven Crissando PM
L 8 dolpin cup 1 Perak
12. Risky Arfianto L 7 Karang anyar Cup, Almagary cup, Dolpin
7emas, 5 perak, 10 perunggu
13. Sagita Mutiara Sari P 7 Dolpin cup, porpov
1 emas, 1 perak, 2 perunggu
14. Theodorus Tapilatu L 5 Karang anyar Cup, Dolpin cup
3 emas, 1 perak, 1 perunggu
15. Valeria Pauline Y P 6 Karang anyar Cup, Dolpin cup, porpov
4 emas,4 perak, 1 perunggu
H. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Arif Fatkhurohman (2008) yang berjudul
”profil Kondisi Fisik Pemain SSB Pendowoharjo Bantul”. Dengan subjek penelitian
adalah semua pemain yang masuk pada KU 10-12 tahun, 13-14 tahun dan 15-17
tahun, yang berlatih di SSB Pendowoharjo Bantul berjumlah 67 siswa. Metode
penelitian ini menggunakan survei dengan teknik pengambilan data tes dan
pengukuran dari tes kondisi fisik. Teknik analisis data menggunakan statistik
deskriptif yang disajikan dalam bentiuk presentase. Hasil penelitian menunjukan
untuk tes daya tahan aerob KU 10-12 tahun sebagian besar dalam kategori kurang
sekali berjumlah 22 pemain (54,5%), pada KU 13-14 tahun sebagian besar dalam
kondisi sedang berjumlah 20 pemain (69,0 %) dan pada KU 15-17 tahun semuanya
dalam kondisi sedang berjumlah 6 pemain (100 %). Tes daya tahan anaerobik untuk
KU 10-12 tahun dan KU 13-14 tahun dalam kategori kurang sekali (100%) dan
untuk KU 15-17 tahun sebagian besar dalam kategori kurang sekali, berjumlah 12
17
pemain (75,0%). Untuk tes power tungkai pada KU 10-12 tahun dalam kategori
kurang sekali yaitu 22 pemain (100%), pada KU 13-14 tahun sebagian besar
kategori kurang sekali sebanyak 19 pemain (65%) dan pada KU 15-17 tahun
sebagian besar dalam kategori kurang yaitu sebanyak 10 pemain (62,5%). Untuk tes
kelincahan pada 10-12 tahun sebagian besar dalam kategori kurang sekali yaitu
sebanyak 17 tahun ada KU 13-14 tahun sebagian besar dalam kategori kurang yaitu
sebanyak 18 pemain (62,1%) dan pada KU 15-17 tahun dalam kategori kurang yaitu
sebanyak 8 pemain (50,0%). Untuk tes kecepatan pada KU 10-12 tahun sebagian
besar dalam kategori kurang sekali yaitu sebanyak 19 pemain (86,4%).
I. Kerangka berfikir
Renang sebagai sebuah cabang olahraga memerlukan pengkajian ilmiah
dalam upaya meningkatkan prestasi tinggi. Tetapi pengkajian ini tidaklah mudah
terutama disebabkan oleh banyaknya bidang ilmu yang terkait dengan prestasi
renang. Seperti fisiologi, biomekanika, psikologi, tes dan pengukuran. Pengkajian
ilmiah yang melibatkan berbagai bidang ilmu tersebut tidak dapat dilakukan secara
parsial tetapi harus dilakukan secara komprehensif dan dengan hati-hati.
Prestasi olahraga renang wujudnya adalah kemampuan untuk menempuh
jarak renangan tertentu, dengan cara tertentu dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya dengan media yang berbeda dengan cabang yang lain yang dilakukan di
darat, unmtuk itu harus dilakukan pengkajian yang komprehensif dengan melihat
bakat yang ada pada diri atlet, keberbakatan yang dapat dikembangkan berdasarkan
unsur biomotor yang ada pada diri atlet dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perstasi renang. Hal ini penting karena olahraga renang kalau dilakukan
pemassalan, pencarian bakat dan pembinaan dengan baik dapat menjadi cabang
olahraga andalan bagi Tim Indonesia, karena sebagian besar wilayah Indonesia
adalah perairan dan olahraga ini dapat dijadikan strategi dalam perolehan medali
dalam kejuaraan (satu atlet dapat memperebutkan lebih dari 5 medali dalam
18
perlombaan) lebih efektif dalam proses pembinaan dan dapat diukur secara objektif
prestasinya, karena diukur dengan catatan waktu.Untuk itu dalam penelitian ini
perlu disusun suatu pengembangan tes keberbakatan cabang olahraga renang.
J. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian dan kajian teoritis di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan pengembangan tes keberbakatan cabang olahraga renang, untuk itu
pertanyaan penelitiannya sebagai berikut:
Seberapa besar pentingnya pengembangan tes keberbakatan cabang olahraga
renang di DIY?
K. Metodelogi Penelitian
1. Desain/Rancangan Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk
penyusunan dan pengembangan tes keberbakatan olahraga Indonesia.
Penyusunan dan pengembangan tes ditempuh dengan cara: (1) mengkaji secara
cermat literatur yang terkait dengan keberbakatan olahraga; (2) merumuskan
dimensi dan indikator; (3) menyusun kisi-kisi; (4) penyusunan item tes praktek
(performance test); (5) ujicoba tes; (6) analisis data hasil uji coba, perbaikan
dan validasi tes, serta (7) pengembangan kriteria keberbakatan olahraga
Indonesia.
Berdasarkan tahapan tersebut, maka penelitian ini akan menggunakan desain
(rancangan) penelitian pengembangan. Untuk memudahkan operasionalisasi
penelitian, maka penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu: (1) penyusunan
tes, dan (2) pengembangan kriteria keberbakatan olahraga. Rincian subjek,
variabel, instrumen, dan analisis data penelitian disajikan sebagai berikut:
Rangkaian tahapan penyusunan tes dilakukan dengan cara: (1) mengkaji secara
19
cermat literatur yang terkait dengan keberbakatan olahraga; (2) merumuskan
dimensi dan indikator; (3) menyusun kisi-kisi; (4) penyusunan item tes praktek
(performance test); dan (5) ujicoba tes.
Kegiatan ujicoba tes dilakukan pada pagi dan sore hari dengan maksud untuk
menjaga agar perhatian dan konsentrasi sampel baik (fresh), di samping untuk
menghindari teriknya sengatan panas sinar matahari.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian di Yogyakarta yang bertempat: 1) Kampus FIK
UNY (latihan bersama PAB Renang, klub Tirtataruna, Tirta Alvita dan Arwana
); 2) Depok Sport Center Seturan Yogyakarta (latihan bersama PAB Renang,
klub Tirtataruna dan klub Tirta Agung); 3). Kolam Renang Tirtasari (klub
Dolpin); 4) Kolam Renang Tirta Tamansari Bantul (klub Oscar); 5) Kolam
Renang Bent Sport Guungkidul(klub Arwana), Waktu penelitian Meir-Oktober
2013.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian sejumlah 34 atlet terdiri atas atlet PAB Renang DIY yang
berada pada tahap usia (10-18 tahun). Lokasi dan subjek penelitian yang
dilakukan pada tahap penyusunan tes terdiri atas sejumlah subjek yang berada
di 4 Kabupaten dan 1 Kota di DIY sebagai berikut:
Tabel 3. Daerah Tempat Penyusunan Tes
Provinsi Kabupaten/Kota
DIY SlemanKotaBantulGunung KidulKulonprogo
4. Instrumen Penelitian
20
Instrumen yang akan dihasilkan melalui penelitian ini adalah Tes Keberbakatan
cabang Olahraga Renang. Tes tersebut ditetapkan berdasarkan kajian literatur
yang cermat, dirumuskan konstruk dan definisi operasionalnya, dirumuskan
kisi-kisi, dimensi dan indikatornya, dilakukan ujicoba secara ketat, hingga
menganalisis data hasil ujicoba dan dilanjutkan dengan pengembangan kriteria
keberbakatan olahraga pada penelitian tahap kedua.
5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan tes dan pengukuran yang
terdiri dari dua macam yaitu tes laboratorium dan tes lapangan. Tes
laporatorium (laboratory test) terutama digunakan untuk mengukur komponen-
komponen biomotorik, volume paru-paru, kekuatan otot punggung, kekuatan
tungkai, kelentukan, daya ledak otot tungkai dan komposisi tubuh. Sedangkan
kemampuan fisik lainnya yaitu kemampuan berenang, kebugaran jasmani, tes
kekuatan otot lengan, kekuatan otot perut dan daya tahan otot dilakukan dengan
tes lapangan (field test).
6. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui penelitian ini akan dianalisis untuk keperluan uji
baku (stadardisasi) Tes Keberbakatan cabang Olahraga Renang. Untuk
keperluan standardisasi Tes Keberbakatan cabang Olahraga Renang dilakukan
melalui statistik inferensial dengan menggunakan uji validitas dan uji
reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment dari
Carl Pearson (Sudjana, 1992), sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan
teknik Test and Retest (Burton, 1998: 111, Clark & Clark, 1987: 45-48,
Gronlund, 1993: 169, dan Popham, 1995: 42). Adapun pengembangan kriteria
keberbakatan olahraga akan dilakukan pada tahap kedua dengan menggunakan
statistik.
21
L. DAFTAR PUSTAKA
Arnot Robert and Charles Gaines. 1986. Sport Talent: Discover your natural athletic talent and exel in the sport of your choice. New York; Penguin Book.
Bompa T.O. 1983. Theory and metodology of training. Dubuque: Kendal//Hunt Publisher Company.
Bompa, T.O. 1999. Theory and Methodology of Training, the Key to Athletic Performance. second edition. Dubuque: Kendall Hunt Publishing.
Burton, Allen W., 1998. Movement Skill Assessment. Champaign: Human Kinetics.
Clarke, H. Harrison dan Clarke, David H., 1987. Application of Measurement to Physical Education. Sixth Edition. Englewood Cliffs, NJ: Simon & Schuster.
Depdiknas. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. cetakan ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2003. Sejarah olahraga Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Olahraga.
Furqon H., M. 1998. Pemanduan Bakat. Makalah. Surakarta: Puslitbang OR UNS.
Gronlund, Norman E., 1993. How to Make Achievement Test and Assessment. Fifth Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Kemengpora R.I., 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: Biro Humas dan Hukum.
Kemenpora R.I. 2012. Jejak prestasi olahraga Indonesia di kancah Internasional: Sea Games, Asian Games, Olimpiade 1951-2011. Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Popham, W. James. 1995. Classroom Assessment What Teachers Need to Know. Boston: Allyn and Bacon.
Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo.
Sudjana. 1992. Metoda Statistika. edisi ke 5, Bandung: Tarsito.
22
Thumm, Hans-Peter, 2004. Talent Identification Indonesia 2004- The Papua Model. Jakarta: German-Indonesian Sport Project.
M. Peneliti
Ketua:
a. Nama dan Gelar Akademik : Agus Supriyanto, M.Si
b. NIP : 19800118 200212 1 002
c. Pangkat/Golongan : Penata/IIId
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Bidang Keahlian : Psikologi olahraga, Kep. Renang
f. Fakultas/Program Studi : FIK/PKO
Anggota 1:
a. Nama dan Gelar Akademik : Dr. Lismadiana, M.Pd
b. NIP : 19791207 200501 2 002
c. Pangkat/Golongan : Penata Muda/IIIc
d. Jabatan fungsional : Lektor
e. Bidang Keahlian : Kep Bulutangkis, Perkem. Motorik
Fakultas/Program Studi : FIK/PKO
Anggota 2:
a. Nama dan Gelar Akademik : Nur Indah Pangastuti, M.Or
b. NIP : 19830422200912 2 008
c. Pangkat/Golongan : Penata Muda TK/IIIb
23
d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
e. Bidang Keahlian : Kepelatihan Renang
f. Fakultas/Program Studi : FIK/PKO
Mahasiswa:
1.Avita Dias wati : NIM. 10602241042
2.Nurul Akbar : NIM. 10602241028
N. Biaya Yang Diusulkan
1. Honor Peneliti Rp.1.400.000
2. Fotokopi makalah Rp. 400.0003. Snack dan makan = 80 orang x @ Rp 10.000 Rp. 800.0004. Pembuatan Proposal Rp . 200.0005. Pengadaan lembar angket dan alat tulis Rp.1.500.0006. Biaya analisis hasil Penelitian Rp. 500.0007. Pembuatan Laporan Rp. 200.000 -------------------------+
= Rp 5.000.000 (Lima Juta rupiah)
O. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan ke
03 04 05 06 07 08
Penyampaian Proposal
1. Persiapan kegiatan x x
2 Pelaksanaan seminar rencana
kegiatan
x
24
3. Penentuan populasi subjek
penelitian
x
4. Penyampaian tujuan penelitian x
Implimentasi
1. Pelaksanaan proses Penelitian x x
2. Evaluasi Kegiatan penelitian x
3. Seminar Hasil Penelitian x
4. Pelaporan x
25
HALAMAN PENGESAHANUSULAN PROPOSAL PENELITIAN
A. Judul Kegiatan : PENGEMBANGAN TES KEBERBAKATAN CABANG OLAHRAGA RENANG DI DIY
B. Jenis : Penelitian C. Peneliti Pelaksana
1. Nama Lengkap : Agus Supriyanto, M.Si2. NIP : NIP. 19800118200212 1 0023. Pangkat/Golongan : Penata/IIId4. Jabatan Sekarang : Lektor 5. Fakultas/Jurusan/Prodi : Fakultas Ilmu Keolahragaan/ PKL/PKO6. Universitas/Institut : Universitas Negeri Yogyakarta
D. Jumlah Peneliti : 3 (tiga) orangE. Lokasi Penelitian : Daerah Istimewa YogyakartaF. Jangka Waktu : 3 bulanG. Bentuk Kegiatan : PenelitianH. Biaya Kegiatan: Rp. 5.000.000,- (Lima Juta rupiah) Yogyakarta, 18 April 2013
Mengetahui:Ketua Jurusan PKL Ketua Pelaksana
Endang Rini Sukamti, M.S Agus Supriyanto, M.SiNIP. 19600407 198601 2 001 NIP. 19800118200212
Dekan FIK UNY
Rumpis Agus Sudarko, M.SNIP. 19600824 198601 1 001
26