perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK
BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN
AWAL SISWA SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
IMMANUEL DWIHERMAWAN SETYOBUDI
S850809208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK
BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN
AWAL SISWA SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011
Disusun oleh :
Immanuel Dwihermawan Setyobudi S 850809208
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada Tanggal ........................
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D Drs. Budi Usodo, M.Pd NIP. 19630826 198803 1002 NIP. 19680517 199303 1002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK
BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN
AWAL SISWA SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011
Disusun oleh :
Immanuel Dwihermawan Setyobudi
S850809208
Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ........................................
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Dr. Mardiyana, M.Si. .................................. NIP. 19660225 199302 1002 Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si .................................. NIP. 19670116 199402 1001
Anggota Penguji : 1. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc. Ph.D ................................. NIP. 19630826 198803 1002 2. Drs. Budi Usodo, M.Pd ................................... NIP. 19680517 199303 1002 Mengetahui Direktur PPs UNS Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si NIP.19570820 198503 1004 NIP.19660225 199302 1002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Immanuel Dwihermawan Setyobudi
NIM : S850809208
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, 19 Januari 2011
Yang membuat pernyataan
Immanuel Dwihermawan Setyobudi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktuNya
Tesis ini kupersembahkan kepada:
1. Yesus Kristus, Tuhan yang sangat kuhormati
2. Rina Wahyuningsih, istriku yang tercinta.
3. Ryan , Pras dan Gilang anak-anakku yang kukasihi.
4. Saudara-saudaraku.
5. Teman-temanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana UNS.
6. Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri dan Swasta se-Surakarta.
7. Almamaterku tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Baik, karena
hanya dengan berkat dan kasihNya semata penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN
PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL
SISWA SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak melibatkan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa
hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan
belajar yang seluas-luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.
2. Dr. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan petunjuk, bimbingan, dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis
selesaikan.
3. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc. Ph.D selaku pembimbing I dalam penyusunan tesis ini,
yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam
penyusunan tesis ini, sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Drs. Budi Usodo, M.Pd. selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan
tesis ini, sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan
bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
6. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
7. Kepala Sekolah SMA Batik 2 di Surakarta yang telah memberikan ijin untuk uji
coba instrumen penelitian, yang diperlukan dalam penyusunan tesis ini.
8. Kepala Sekolah SMA Regina Pacis, SMA Kristen 1 dan SMA N 8 Surakarta
yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan, sehingga tesis ini
dapat penulis selesaikan.
9. Rekan guru SMA Regina Pacis, SMA Kristen 1 dan SMA N 8 Surakarta yang
telah membantu dalam penelitian ini.
10. Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri dan Swasta Surakarta yang
senantiasa memberikan bantuan, kemudahan dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
11. Teman-teman mahasiswa pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika
angkatan 2009 Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ......................................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................. ii
PENGESAHAN TESIS ................................................................................ iii
PERNYATAAN............................................................................................ iv
MOTTO dan PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiv
ABSTRAK .................................................................................................... xvi
ABSTRACT .................................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Pemilihan Masalah ...................................................................... 7
D. Pembatasan Masalah ................................................................... 7
E. Perumusan Masalah ..................................................................... 8
F. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
G. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori ............................................................................ 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Pembelajaran Matematika ................................................... 11
2. Pembelajaran Kooperatif....................................................... 14
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD................................... 22
4. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT....................................... 27
5. Kemampuan Awal siswa....................................................... 31
B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 33
C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 35
D. Hipotesis Penelitian..................................................................... 38
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ...................................... 40
1. Tempat dan Subyek Penelitian ......................................... 40
2. Waktu Penelitian .............................................................. 40
3. Jenis Penelitian ................................................................. 41
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................. 42
1. Populasi ............................................................................ 42
2. Sampel............................................................................... 42
3. Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 42
C. Variabel Penelitian ..................................................................... 43
1. Variabel Bebas ................................................................. 43
2. Variabel Terikat ................................................................ 44
D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji instrumen ........ 45
1. Metode Pengumpulan Data .............................................. 45
2. Prosedur Penyusunan Instrumen ...................................... 45
E. Teknik Analisis Data .................................................................. 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1. Uji Keseimbangan ............................................................ 53
2. Uji Prasyarat ..................................................................... 52
3. Uji Hipotesis ..................................................................... 54
4. Uji Komparasi Ganda ....................................................... 60
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen.................................. 62
1. Instrumen Tes Kemampuan Awal Siswa ......................... 62
2. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika......................... 64
B. Deskripsi Data.......................................................................... 66
1. Data Kemampuan Awal Siswa ......................................... 66
2. Data Hasil Belajar Matematika......................................... 67
C. Hasil Analisis Data .................................................................. 69
1. Uji Keseimbangan ............................................................. 69
2. Uji Prasyarat ...................................................................... 70
3. Uji Hipotesis Penelitian..................................................... 73
4. Uji Lanjut Pasca Anava.................................................... 74
D. Pembahasan Hasil Analisa Data .............................................. 76
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ..... ........................................................................ .82
B. Implikasi ................................................................................. .82
C. Saran ........................................................................................ .84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif STAD ................................ 24
2. Kriteria Penghargaan Kelompok STAD ................................................. 25
3. Kriteria Skor Kemajuan Individual ......................................................... 27
4. Kriteria Penghargaan Kelompok TGT .................................................... 30
5. Desain Faktorial Penelitian ..................................................................... 41
6. Interpretasi Indeks Kesukaran Soal ( P ) ............................................... 49
7. Interpretasi Daya Beda Soal ( D ) ........................................................... 50
8. Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ................................ 56
9. Rataan dan Jumlah Rataan ...................................................................... 57
10. Rangkuman Analisis variansi.................................................................. 59
11. Deskripsi Data Hasil Belajar .................................................................. 68
12. Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Awal ..................................... 69
13. Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Siswa ............... 71
14. Rangkuman Uji Homogenitas Variansi .................................................. 72
15. Rangkuman Hasil Analisis Variansi ...................................................... 73
16. Rangkuman Rataan Marginal dan Rataan Parsial .................................. 75
17. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rataan antar Kolom ......................... 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar Turnamen TGT............................................................................ 30
2. Grafik Distribusi Student’s t...................................................................... 52
3. Grafik Distribusi Chi Kuadrat ................................................................... 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelompok
Eksperimen 1 .............................................................................194
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelompok
Eksperimen 2 .............................................................................164
Lampiran 3 : Kisi-kisi Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ............................238
Lampiran 4 : Soal Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ...................................242
Lampiran 5 : Lembar Jawaban Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ..............247
Lampiran 6 : Penyelesaian Soal Uji Coba Kemampuan Awal Siswa.............248
Lampiran 7 : Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Awal Siswa .......254
Lampiran 8 : Jawaban Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ...........................257
Lampiran 9 : Indeks Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Soal
Uji Coba Kemampuan Awal Siswa............................................258
Lampiran 10 : Kisi-kisi Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika.....................264
Lampiran 11 : Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ...........................268
Lampiran 12 : Lembar Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika...... .274
Lampiran 13 : Penyelesaian Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ....275
Lampiran 14 : Lembar Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ..... 282
Lampiran 15 : Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika.....................285
Lampiran 16 : Indeks Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Soal
Uji Coba Hasil Belajar Matematika ...........................................286
Lampiran 17 : Data Induk Penelitian .................................................................294
Lampiran 18 : Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
dan Kelompok Eksperimen 2 ....................................................297
Lampiran19 : Uji Homogenitas Kemampuan awal Kelompok Eksperimen 1
dan Kelompok Eksperimen 2 .................................................. 299
Lampiran 20 : Uji Keseimbangan Antara Kelompok Eksperimen 1 dan
Kelompok Eksperimen 2............................................................300
Lampiran 21 : Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal Siswa .............................301
Lampiran 22 : Soal Tes Kemampuan Awal Siswa ...........................................305
Lampiran 23 : Penyelesaian Soal Tes Kemampuan Awal Siswa ................... ..311
Lampiran 24 : Data Amatan Penelitian .............................................................316
Lampiran 25 : Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Matematika ............................318
Lampiran 26 : Soal Tes Hasil Belajar Matematika...........................................322
Lampiran 27 : Penyelesaian Tes Hasil Belajar Matematika ............................329
Lampiran 28 : Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Kelompok
Eksperimen 1dan Eksperimen 2.................................................338
Lampiran 29 : Uji Normalitas Kategori Tinggi, Sedang dan Rendah................340
Lampiran 30 : Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok
Eksperimen 2..............................................................................343
Lampiran 31 : Uji Homogenitas Kategori Tinggi, Sedang dan Rendah ...........344
Lampiran 32 : Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama....................345
Lampiran 33 : Uji Komparasi Ganda dengan metode Schefee .........................347
Lampiran 34 : Rekapitulasi UN Tahun Pelajaran 2009/2010............................349
Lampiran 35: Daftar Tabel Statitik ....................................................................350
Lampiran 36: Surat Ijin Penelitian .....................................................................351
Lampiran 37: Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ...................................357
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Immanuel D Setyobudi,S 850809208, Ekperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT) Pada Pokok Bahasan Persamaan Dan Pertidaksamaan Kuadrat ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa SMA Di Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011, Komisi Pembimbing I Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D dan Pembimbing II Drs. Budi Usodo, M.Pd. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1). Apakah model pembelajaran Koopertaif tipe TGT dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. (2) Apakah siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih tinggi, lebih baik hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih rendah. (3) Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT yang memberikan hasil belajar yang lebih baik ditinjau dari tingkat kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA di Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian ini terdiri kelompok eksperimen 1 terdiri dari 20 siswa SMA Kristen 1, 36 siswa SMA Regina pacis terdiri dan 30 siswa SMA Negeri 8, jumlah siswa kelompok kelas eksperimen 1 adalah 88 siswa, sedangkan kelompok eksperimen 2 terdiri dari 20 siswa SMA Kristen 1, 36 siswa SMA Regina pacis terdiri dan 30 siswa SMA Negeri 8, jumlah siswa kelompok kelas eksperimen adalah 88 siswa. Jumlah anggota sampel dalam penelitian ini adalah 176 siswa diperoleh dengan cara stratified cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pre test dan tes hasil belajar.Untuk menguji validitas instrument dilakukan oleh validator, sedangkan untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Kuder-Richardson 20. Prasyarat analisis menggunakan Lilliefors untuk uji normalitas, dan Bartlett untuk uji homogenitas, Dengan taraf signifikansi α = 5%. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah Analisis Variansi dua jalan dengan sel tak sama. Hasil analisis menunjukkan (1) Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Fobs = 5,83868 > 3,84 = F0,05;1;170 ). (2) Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dari siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah (Fobs = 12,1568 > 3,00 = F0,05;2;170). (3) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan tingkat kemampuan awal siswa (Fobs = 2,28914 < 3,00 = F0,05;2;170) Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1). Hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2). Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang maupun rendah, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai hasil belajar yang sama baiknya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
(3) Untuk setiap kategori kemampuan awal tinggi , sedang maupun rendah , model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kata kunci : STAD, TGT, Kemampuan Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT Immanuel D Setyobudi. S850809208. The Experimentation of Cooperative Learning Model using Student Teams Achievement Division (STAD) and Teams Games Tournament (TGT) on Subject of Quadratic equality and inequality Viewed from Student’s Prior Competence of Senior High School Students at Surakarta Academic Year 2010/2011. The First Commision of Supervision is Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D and Second Supervision is Drs. Budi Usodo, M.Pd. Thesis. Mathematics Education Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University.2010 The aims of this research are to know: (1) Whether cooperative learning model using TGT type can give better result than cooperative learning model using STAD type on subject of quadratic equality and inequality. (2) Whether the result of student learning achievement in mathematics who have a high prior competence better than those who have a middle or low prior competence. (3) Which one of both cooperative learning model using TGT type and STAD type, that achieves better result for students viewed from student’s prior competence that have a high prior, middle prior or low prior competence.
The research uses a quasi experiment. The population of research is senior high school student grade X at Surakarta of academic year 2010/2011. This sample was obtained by experiment group 1 which consisted of 20 students of SMA Kristen 1, 36 students of SMA Regina Pacis, and 30 students of SMA Negeri 8 and experiment group 2 which consisted of 20 students of SMA Kristen 1, 36 students of SMA Regina Pacis and 30 students of SMA Negeri 8. The number of participants in this research was 176 students and it was obtained by stratified cluster random sampling. The data was collected by using pre test and the evaluation’s result. The validity of test instrument was done by validator and realibity of test used Kuder-Richardson 20. The prerequisites of data analysis employed Lilliefors for normality test and Bartlett for homogenenity test at significance level α=5%. The technique of analysis data in the research was two ways variance analysis wiyh different cells. The result shaws (1) Theres is a significant different of student learning achievement among cooperative learning model using STAD type and cooperative learning model of TGT type ( Fobs = 5.83868 > 3.84 = F0.05;1;170 ). (2) There is a significant different of students learning achievement on students who have a high, middle and low prior competence (Fobs = 12.1568 > 3.00 = F0.05;2;170). (3) There is no interaction between the cooperative learning model and the students prior competence (Fobs = 2.28914 < 3.00 = F0.05;2;170). The conclusion of this research are : (1) Students learning achievement using cooperative learning model TGT type is better than cooperative learning model using STAD type. (2) The students who have high prior competence achieve better result than those who have middle or low prior competence while the students who have middle prior competence achieves the same result as those who have low prior competence. (3) The cooperative learning model using TGT type gives better result than cooperative learning using STAD type on each student prior competence. Key words : STAD, TGT, Prior Competence
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk memperbaiki
kualitas hasil pendidikan yang telah berlangsung selama ini. Dalam hal ini guru menjadi
salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran.
Keberhasilan itu akan dapat diraih jika setidak-tidaknya guru mempunyai tiga hal, yaitu
(1) Penampilan terbaik (The Best Appearance); (2) sikap terbaik (The Best Attitude); (3)
dan prestasi terbaik (The Best Achievement) (M.Furqon Hidayatulah 2010 : 167).
Menurut Slavin (2009 : 9), seorang guru harus mempunyai keyakinan yang kuat untuk
berhasil dengan cara terus-menerus mencoba menemukan strategi yang tepat, mencari
gagasan dari rekan kerja, membaca buku, mengikuti lokakarya dan sumber yang lain
untuk memperkokoh keterampilan mengajarnya. Salah satu ukuran keberhasilan guru
adalah bila di dalam proses pembelajaran mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan
ini tentunya tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar.
Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam proses belajar
mengajar, demi tercapainya interaksi belajar yang optimal, yang pada akhirnya
membawa kepada pencapaian sasaran hasil belajar yang maksimal. Untuk mencapai
kondisi yang demikian maka perlu adanya seorang fasilitator sekaligus motivator yaitu
guru, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi belajar yang melibatkan
siswa aktif, menyenangkan serta dapat menimbulkan motivasi dalam diri siswa, bahkan
menurut Soewondo (dalam Sobry Sutikno, 2009 : 52) mengatakan seorang guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mempunyai multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, komunikator,
transformator, innovator, konselor, evaluator, dan administrator. Tugas utama guru
adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga
potensi dirinya dapat berkembang dengan maksimal.
Selama ini model pembelajaran yang digunakan di sekolah umumnya masih
menggunakan metode ceramah. Guru secara aktif menjelaskan materi pelajaran,
memberi contoh soal dan memberikan soal-soal latihan, siswa dianggap seperti mesin,
mereka mendengarkan penjelasan guru, mencatat kemudian mengerjakan soal-soal.
Akibatnya interaksi dalam pembelajaran yang muncul hanyalah interaksi satu arah,
sehingga mengakibatkan prestasi belajar yang diperoleh selama ini khususnya pada
mata pelajaran matematika sangat rendah.
Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-
aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut
Muhammad Asrori (2007:27) tekanan utama teori kontruktivisme adalah memberikan
tempat kepada siswa/subyek dalam proses pembelajaran daripada guru atau instruktur.
Salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Hal ini sejalan dengan penerapan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK), yang disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pelajaran (KTSP) dimana guru mempunyai kebebasan dalam menentukan metode
pembelajaran yang akan diterapkan, serta menciptakan pembelajaran yang lebih
bervariasi dan dapat meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Dari sini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
harus dirancang dan dibangun suasana kelas sedemikian rupa, sehingga siswa mendapat
kesempatan untuk berinteraksi satu dengan yang lain.
Pemberlakuan kurikulum baru yang berorientasi siswa aktif (student oriented)
bagi keadaan sekarang, bagaimanapun perubahan tersebut membutuhkan penyesuaian
semua pihak, terutama guru dan siswa sebagai subyek dan obyek langsung bagi
pembelajaran yang dimaksud. Ini akan banyak memunculkan kasus, salah satunya
adalah kegiatan pembelajaran yang dimaksud. Pada sisi lain yang terjadi bahwa
pembelajaran dengan pendekatan konvensional sudah menjadi kebiasaan. Pada
pembelajaran dengan pendekatan konvensional, komunikasi siswa masih terbatas hanya
pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Hal ini disebabkan karena pembelajaran terpusat pada guru. Kebiasaan siswa hanya
mendengarkan, mengikuti contoh, dan mengerjakan soal-soal latihan tanpa terlibat
dalam mengkonstruksi konsep, prinsip ataupun struktur berdasarkan pemikirannya
sendiri. Satu hal lain pula yaitu kemauan siswa untuk bertanya sangat minim, hal itu
terjadi biasanya pada siswa yang mempunyai kemampuan rendah maupun sedang
karena merasa kurang percaya diri. Dari keterkekangan tersebut, dalam setiap kegiatan
pembelajaran seperti itu, membuat siswa bersikap "tertutup". Akhirnya kebiasaan
tersebut terus terjadi yang menyebabkan siswa tidak terbiasa bersikap aktif dalam
berinteraksi dengan guru ataupun dengan temannya, bahkan bersikap acuh tak acuh
terhadap materi yang sedang dipelajarinya.
Sekarang ini sudah saatnya siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengembangkan diri. Peran guru sebagai pemberi ilmu, selayaknya berubah menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
fasilitator bagi siswa untuk belajar dan mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Hal ini
relevan dengan pandangan konstruktivisme bahwa siswa yang harus aktif membangun
pengetahuan mereka. Arend dan pakar model pembelajaran lain berpendapat bahwa
tidak ada salah satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena
masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik apabila telah diujicobakan
untuk mengajarkan materi tertentu Arend (dalam Triyanto 2007 : 9). Untuk itu seorang
guru harus bijaksana dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dan dapat
menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
Selama ini yang masih banyak terjadi seorang guru biasanya hanya mengajar
dengan menggunakan model mengajar klasik atau konvensional seperti ceramah
misalnya, ada kemungkinan hal ini disebabkan minimnya pengetahuan atau informasi
tentang model-model pembelajaran. Padahal di sisi lain sudah banyak penelitian-
penelitian dibidang pendidikan menyatakan bahwa model-model pembelajaran yang
baru misalnya model pembelajaran kooperatif, secara signifikan memberikan hasil
belajar matematika yang lebih baik dibandingkan model-model pembelajaran
konvensional seperti ceramah. Penelitian yang telah dilakukan antara lain (1)
Ekperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar
Matematika Siswa Sekolah Dasar Se-Kecamatan Depok (Fitria Khasanah:2009). (2)
Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Pokok
Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Negeri Di Kabupaten Tulungagung ( Adi Waluyo: 2010). (3) Efektivitas Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Persamaan
Kuadrat dan Fungsi Kuadrat Kelas X di Kota Madiun (Ika Krisdiana: 2010). Ironisnya
hingga saat ini model-model yang baru tersebut juga belum banyak digunakan oleh para
guru. Hal ini kemungkinan masih minimnya publikasi dari hasil penelitian-penelitian
tersebut. Kemungkinan lainnya adalah belum banyaknya penelitian-penelitian yang
membandingkan manakah yang lebih baik diantara model-model pembelajaran yang
baru itu sendiri, sehingga para guru tidak tahu manakah model pembelajaran yang
sesuai dengan materi pelajaran yang akan diberikan.
Permasalahan tersebut menarik minat peneliti untuk mencoba membandingkan
manakah yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe
TGT. Selain model pembelajaran, hal yang tidak kalah pentingnya adalah melihat
kemampuan awal yang dimiliki siswa, karena matematika adalah ilmu yang berjenjang
artinya untuk memahami materi yang baru diperlukan pemahaman materi sebelumnya,
sehingga kemampuan awal adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan didalam
menentukan hasil belajar yang diharapkan.
B. Identifikasi masalah
Dari yang sudah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi
permasalahan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Ada kemungkinan hasil belajar siswa yang belum memuaskan disebabkan siswa
cenderung pasif, hanya menjadi pendengar dan hanya belajar secara individu.
Terkait dengan ini, dapat diteliti apakah pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dan siswa belajar secara kooperatif dalam kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar matematika
2. Rendahnya hasil belajar matematika siswa kemungkinan disebabkan oleh model
pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar kurang tepat.
Terkait dengan hal ini, muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu
model pembelajaran manakah yang sesuai dan tepat, yang dapat meningkatkan
hasil belajar matematika.
3. Mengingat penguasaan kemampuan awal mempunyai peranan yang penting
dalam belajar matematika maka ada kemungkinan rendahnya hasil belajar siswa
diakibatkan oleh lemahnya kemampuan awal. Terkait hal ini, dapat diteliti
apakah rendahnya hasil belajar matematika siswa tergantung pada kemampuan
awal yang dimiliki siswa.
4. Suatu model pembelajaran matematika tidak selalu dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Keberhasilan suatu proses pembelajaran matematika tidak lepas
dari kemampuan awal matematika siswa. Terkait hal itu, perlu diteliti apakah
pendekatan pembelajaran matematika tergantung dari kemampuan awal
matematika yang dimiliki siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Pemilihan Masalah
Karena keterbatasan peneliti, tidaklah mungkin untuk melakukan penelitian
dengan banyak masalah penelitian dalam waktu yang sama. Berdasarkan identifikasi
masalah, peneliti mencoba menyelesaikan masalah penelitian yang terkait dengan
variabel model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD) dan Teams Games Tournament (TGT), kemampuan awal yang dimiliki siswa
dan hasil belajar siswa.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemilihan masalah, terdapat tiga hal yang dipersoalkan. Hal
pertama adalah efektivitas pendekatan pembelajaran matematika dalam arti apakah
pendekatan pembelajaran yang satu memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Hal kedua apakah kemampuan awal
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ketiga adalah apakah efektivitas pendekatan
pembelajaran matematika tergantung tingkat kemampuan awal yang dimiliki siswa.
Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan benar dan terarah, maka diperlukan
pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 SMA Kota
Surakarta.
2. Materi matematika yang digunakan difokuskan pada pokok bahasan Persamaan
Kuadrat dan Pertidaksamaan kuadrat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Pendekatan pembelajaran yang dibandingkan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
4. Kemampuan awal siswa dilihat dari nilai tes kemampuan awal yang diberikan
kepada siswa sebelum penelitian dilakukan.
5. Kemampuan awal siswa yang digunakan didalam penelitian ini dikelompokkan
menjadi kelompok kemampuan awal tinggi, kelompok kemampuan awal sedang
dan kelompok kemampuan awal rendah.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
kooperatif tipe TGT mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat?
2. Apakah siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih tinggi mempunyai
hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
kemampuan awal yang lebih rendah?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Manakah di antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT yang
memberikan hasil belajar yang lebih baik jika ditinjau dari tingkat kemampuan
awal tinggi, sedang, atau rendah?
F. Tujuan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dalam meningkatkan prestasi belajar matematika. Secara rinci
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Apakah hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
2. Siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih tinggi apakah mempunyai
hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
kemampuan awal yang lebih rendah di dalam mengikuti pembelajaran
matematika.
3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT yang
memberikan hasil belajar yang lebih baik jika ditinjau dari tingkat kemampuan
awal tinggi, sedang, maupun rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
a. Sebagai alternatif dalam pemilihan model pembelajaran matematika
b. Menambah wawasan dan pengalaman dalam mempraktekkan pembelajaran
inovatif yang berorientasi konstuktivistik.
c. Menambah pengetahuan tentang strategi pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
d. Menambah wawasan tentang pentingnya memperhatikan kemampuan awal
yang dimiliki siswa.
2. Bagi Siswa
a. Mendapat pengalaman yang baru dalam belajar matematika yaitu dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kooperatif tipe TGT.
b. Siswa berani mengemukakan pendapat didalam kelompok belajarnya dan
belajar bersosialisasi dengan sesama teman belajarnya.
c. Meningkatkan percaya diri dan motivasi siswa dalam belajar matematika.
d. Merubah pandangan atau anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran
yang sulit, menakutkan dan membosankan menjadi sebaliknya, yaitu
matematika merupakan pelajaran yang mudah dan menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab I mendefinisikan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Winkel (1991)
dalam (Sobry Sutikno 2009 : 31) mengartikan pembelajaran sebagai seperangkat
tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan
memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap kejadian-
kejadian internal yang berlangsung dalam diri peserta didik. Sedangkan menurut
Dimyati dan Mudjiono (dalam Sobry Sutikno 2009:32) mengartikan pembelajaran
sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. H.Isjoni (2009: 14)
mendefinisikan “pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat
untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu
peserta didik melakukan kegiatan belajar”. Dari beberapa pengertian pembelajaran
tersebut, dapat disimpulkan bahwa inti dari pembelajaran itu adalah segala upaya yang
dilakukan guru (pendidik) agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Secara implisit,
di dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode
untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Lungdren (dalam Sobry Sutikno,
2009 : 32), menyebutkan bahwa fokus sistem pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu:
(1) Siswa, siswa merupakan faktor yang paling penting sebab tanpa siswa tidak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
terjadi proses belajar mengajar. (2) Proses belajar, proses belajar adalah apa saja yang
dihayati siswa apabila mereka belajar, bukan apa yang harus dilakukan pendidik untuk
membelajarkan materi pelajaran melainkan apa yang akan dilakukan siswa untuk
mempelajarinya. (3) Situasi belajar, situasi belajar adalah lingkungan tempat terjadinya
proses belajar belajar dan semua faktor yang mempengaruhi siswa atau proses belajar
seperti, guru, kelas dan interaksi di dalamnya.
Pendekatan pembelajaran di sini diartikan sebagai jalan yang ditempuh guru
untuk menciptakan kondisi lingkungan yang memungkinkan seseorang belajar. Selain
itu dari pengertian-pengertian pembelajaran di atas menunjukkan bahwa peran guru
sangat dominan dalam pembelajaran di kelas, yaitu sebagai desainer sekaligus
pengendali pembelajaran yang menentukan bentuk lingkungan belajar yang dialami
siswa. Selanjutnya bentuk lingkungan ini akan menentukan arah pencapaian perubahan
pada diri siswa selaku pebelajar.
Perubahan seseorang yang dihasilkan dari suatu pembelajaran disebut hasil
belajar orang tersebut yang dapat dilihat dan diukur.
Sobry Sutikno (2009:4) menyatakan belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang
dimaksud disini adalah perubahan secara sadar dan tertuju untuk memperoleh sesuatu
yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan hasil belajar juga bersifat aktif, maksudnya
bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha dari
individu itu sendiri. Perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya tujuaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
ingin dicapai. Jadi perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah
laku yang sudah ditetapkan sebelumnya. Perubahan itu meliputi perubahan keseluruhan
tingkah laku, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dengan demikian dalam
pembelajaran di sekolah, upaya peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
penciptaan kondisi belajar yang memberikan banyak muatan pengalaman bagi siswa
berkenaan dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan.
Karena belajar merupakan suatu aktivitas mental maka hasil belajar siswa
ditentukan oleh sejauh mana siswa terlibat secara mental dalam kegiatan belajar.
Keterlibatan siswa secara mental dalam belajar ditentukan oleh sejauh mana kedekatan
siswa dengan objek (materi) belajar. Silberman (2006:27) menyatakan bahwa belajar
memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa
memahami. Masing-masing cara dalam penyajian konsep akan menentukan pemahaman
siswa. Jika kedekatan dengan materi ini terjadi pada peserta didik, dia akan merasakan
sedikit keterlibatan mental. Oleh karenanya, pendekatan pembelajaran yang digunakan
guru di kelas menentukan sejauh mana siswa terlibat secara mental dalam kegiatan
belajar. Macam pendekatan pembelajaran yang digunakan akan menentukan seberapa
banyak muatan pengalaman yang dapat diperoleh siswa berkenaan dengan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan. Hal ini berarti pendekatan
pembelajaran merupakan faktor dominan dalam menentukan hasil belajar siswa.
Matematika sekolah yang selanjutnya disebut matematika merupakan pelajaran
di sekolah yang memiliki karakteristik yang khas. Ebbutt dan Straker (1995) dalam
Depdiknas (2006: 3-6) mendefinisikan matematika sebagai berikut: (a). Matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
sebagai penelusuran pola dan hubungan, (b) Matematika sebagai kreativitas yang
memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan, (c). Matematika sebagai kegiatan
pemecahan masalah (problem solving), dan (d). Matematika sebagai alat
berkomunikasi. Selanjutnya dikemukakan klasifikasi materi pelajaran matematika yang
meliputi: (a). fakta (facts), (b). pengertian (concepts), (c). keterampilan penalaran, (d).
keterampilan algoritmik, (e). keterampilan menyelesaikan masalah matematika
(problem solving), dan (f). keterampilan melakukan penyelidikan (investigation).
2. Pembelajaran Kooperatif
Persaingan dan rasa aman mempengaruhi siswa dengan kadar yang bervariasi
berdasarkan kemampuannya dalam belajar. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi
umumnya lebih dapat menilai ancaman yang timbul dari situasi persaingan. Siswa yang
berkemampuan sedang (sebagian besar siswa berada pada level ini) dan siswa yang
berkemampuan rendah menjadi semakin cemas sehingga kurang bebas berhubungan
dengan guru, materi pelajaran, dan situasi belajar. Kebutuhan rasa aman hanya mungkin
dipenuhi jika ada suasana belajar kooperatif yang memungkinkan siswa saling
menolong dan saling memberi dorongan moril. Oleh karena itu, guru hendaknya
menciptakan suasana belajar di kelas yang kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dengan penekanan
pada aspek sosial dalam pembelajaran dan menggunakan kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 4 - 5 siswa yang heterogen untuk bersama-sama saling membutuhkan
dalam menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan belajar, juga dalam memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
penghargaan. Menurut Anita Lie (2007:28), model pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di
dalamnya menekankan kerjasama atau gotong royong, kelompok yang dimaksud
bukanlah semata-mata kumpulan orang, tetapi menurut pakar dinamika kelompok
bernama Shaw dalam (Agus Suprijono 2009:57) memberikan pengertian kelompok “ as
two or more people who interact with and influence one another” yang artinya tiap
anggotanya saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang
lain. Sedangkan menurut Isjoni (2009: 20) pembelajaran kooperatif mengkondisikan
siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk
menuntaskan materi masalah dalam belajar. Lingkup penyelesaian tugas bukan saja
dalam hal menjawab pertanyaan-pertanyaan, tetapi lebih dari itu siswa bernalar
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dalam pemahaman atas materi yang
dipelajarinya. Berarti pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada paham konstruktivisme. Dengan cakupan demikian memberikan
peluang pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam
membangun pengetahuannya. Sehingga pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
alternatif strategi pembelajaran yang dapat membuka fenomena baru dalam kegiatan
pembelajaran baik bagi guru maupun siswa. Keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran akan membawa suatu perasaan baru bagi siswa yang akan merasa sangat
dihargai keberadaannya. Hal ini disebabkan siswa merasa terlibat di dalam memahami
pengetahuan dari materi yang dipelajarinya. Dengan demikian pembelajaran kooperatif
menjadi suatu strategi pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerja secara kolaboratif. Tentunya
berhubungan dengan kelompok. Kelompok yang dibentuk hanya berkisar 4 – 5 orang,
berarti kelompok yang dibentuk adalah kelompok kecil. Tujuan dibentuk kelompok
kecil adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan kegiatan belajar.
Selain siswa belajar secara berkelompok dalam pembelajaran kooperatif (seperti
telah diuraikan di atas) terdapat beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara para siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
anggota sekelompoknya. d. Guru membantu para siswa untuk mengembangkan keterampilan
interpersonal kelompok. e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan .
Suatu strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Demikian pula
dengan pembelajaran kooperatif. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif menurut
Sharan dan Johnson (dalam H.Isjoni,2009: 43) di antaranya sebagai berikut:
1. Mempunyai motivasi yang tinggi. 2. Meningkatkan kemampuan akademik, 3. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis. 4. Membentuk hubungan persahabatan. 5. Meningkatkan motivasi siswa memperbaiki sikap terhadap sekolah dan
belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik. 6. Membantu para siswa untuk menghargai pokok pikiran atau pendapat
orang lain.
Menurut Jarolimek & Parker (dalam H.Isjoni, 2009 :44) keuntungan lain yang
diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah :
1. Saling ketergantungan positif 2. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu 3. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
4. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. 5. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan
guru. 6. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi
yang menyenangkan.
Dengan melihat keuntungan dan kelebihan yang telah diuraikan di atas
pembelajaran kooperatif sangat penting untuk diterapkan di dalam proses belajar
mengajar. Alasan penting ini ditujukan terutama bagi efek pembelajaran tersebut bagi
siswa yang berdampak positif.
Senada dengan pendapat para pakar diatas, pada penelitian yang dilakukan oleh
Adeyemi, B tahun 2008 yang dipublikasikan pada jurnal internasional yang berjudul
“Effects of Cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Junior Secondary
School Students Achievement in Social Studies”, menyatakan bahwa :
“the results showed that students exposed to cooperative learning strategy performed better than their counterparts in the other groups” yang berarti pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif memberikan
prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan strategi pemecahan masalah pada
siswa setara SMP pada kelas sosial. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Doymus, K. tahun 2007 yang dipublikasikan dalam jurnal internasional yang berjudul
:“Effects of a Cooperative Learning Strategy and Learning Phases of Matter and One-
Component Phase Diagrams” menyatakan bahwa :
“the results indicate that the instruction based on cooperative learning yielded significantly better achievement in terms of the Chemistry Achievement Test (CAT) and Phase Achievement Test (PAT) scores compared to the test scores of the control group, which was taught with
traditionally designed chemistry instruction”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Ini berarti bahwa pembelajaran yang didasarkan pada pembelajaran kooperatif
secara signifikan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada menggunakan
pembelajaran tradisional.
Demikian pula penelitian yang dilakukan Garry Hornby (2009), dalam jurnal
yang berjudul:
“ The effectiveness of cooperative learning with trainee teachers.” Menyatakan :
A plethora of research studies has found cooperative learning to be effective in promoting academic achievement with students of all ages. It has been suggested that key elements of cooperative learning are individual accountability and positive interdependence. Results indicate that academic learning was greater in the experimental group, in which individual accountability and positive interdependence were structured into the activity. Yang artinya kebanyakan penelitian telah menyatakan bahwa Cooperative
Learning merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
untuk segala usia. Disarankan bahwa unsur-unsur kunci dari Cooperative Learning
adalah akuntabilitas individu dan saling ketergantungan yang positif. Hasil penelitian
ini mengindikasikan bahwa hasil belajar akademik lebih baik pada kelompok
eksperimen, di mana akuntabilitas individu dan saling ketergantungan yang positif
terstruktur dalam kegiatan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ballantine, J dan Larres, P yang
dipublikasikan pada jurnal internasional yang berjudul: “Cooperative learning: A
Pedagogy to Improve Students Generic Skills?” tahun 2007 menyatakan bahwa :
“students found the cooperative learning approach beneficial in developing their generic skills”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk
mengembangkan kemampuan umum para siswa.
Selain kelebihan tersebut pembelajaran kooperatif juga memiliki kekurangan-
kekurangan, di antaranya yaitu :
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
2. Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan atau menggunakan pembelajaran kooperatif.
4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
Walaupun kelemahan-kelemahan tersebut melekat pada pembelajaran
kooperatif, tetapi dapat diminimalkan dengan beberapa tindakan alternatif. Untuk
kelemahan yang pertama dan kedua, dalam pembelajaran kooperatif digunakan LKS
yang memungkinkan siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Bagi guru,
penggunaan LKS dapat mengurangi dominasi guru dalam menjelaskan materi. Berarti
alokasi waktu yang digunakan untuk menjelaskan dapat dikurangi. Selain itu,
pengelolaan kelas ke arah siswa aktif dengan segera dapat diwujudkan. Selain itu
pembagian kelompok dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dan guru telah menata
kelas sesuai dengan kelompok yang ada. Dengan demikian terjadi penghematan waktu
yang dibutuhkan. Sedangkan untuk kelemahan ketiga, pada dasarnya guru dapat dilatih
terlebih dahulu, sehingga guru telah memiliki kemampuan yang diharapkan. Demikian
pula untuk kelemahan keempat, dengan digunakannya pendekatan psikologis,
pembelajaran kooperatif akan membentuk sifat-sifat tertentu yang diinginkan sekaligus
dapat dilatih. Hal ini didukung dengan pemberian motivasi dan tantangan tugas serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
tanggung jawab yang dibebankan kepada tiap kelompok melalui kerja sama anggota-
anggotanya.
Guru hendaknya jangan mengasumsikan bahwa siswa menguasai keterampilan-
keterampilan sosial atau kelompok untuk bekerja secara kooperatif. Siswa mungkin
tidak mengetahui bagaimana saling berinteraksi, bagaimana mengembangkan rencana
kerja kooperatif, bagaimana mengkoordinasi sumbangan-sumbangan dari berbagai
kelompok, atau bagaimana menilai kemajuan kelompok dalam tugas-tugas tertentu.
Untuk menjadikan pembelajaran kooperatif berlangsung sesuai dengan harapan, guru
perlu mengajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif yang diperlukan.
Ada tiga tingkatan keterampilan kooperatif yang dapat dilatihkan menurut
Lungdren (dalam Isjoni 2009:65) yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal,
keterampilan kooperatif tingkat menengah, dan keterampilan kooperatif tingkat mahir.
Tetapi dalam tesis ini hanya diambil beberapa dari masing-masing tingkatan tersebut
yang dianggap sangat penting, yaitu :
1. Keterampilan kooperatif tingkat awal
a. Menggunakan kesepakatan dan menghargai kontribusi
Memiliki kesepakatan yang dijadikan komitmen dalam meningkatkan hubungan
kerja kelompok. Saat anggota mengajukan pendapat, ide, atau suatu jawaban
patut diperhatikan atau dikerjakan oleh anggota lain dalam kelompok setelah
disepakati. Implikasinya, dalam kelompok akan menghasilkan perasaan
kebersamaan dalam kelompok tersebut. Merasa satu dalam kelompok.
b. Mendorong partisipasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Mendorong partisipasi berarti memotivasi semua anggota kelompok untuk
memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. Jika satu atau dua anggota
tidak berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit kontribusi, maka tugas dari
kelompok tersebut tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya atau hasilnya
kurang memuaskan.
c. Mengambil giliran dan berbagi tugas
Menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertentu dan mengambil
tanggung jawab tertentu dalam kelompok. Implikasinya, setiap anggota
kelompok akan tumbuh rasa sebagai anggota kelompok kerja untuk mencapai
suatu tujuan bersama.
d. Berada dalam tugas dan kelompok
Meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga akan
terselesaikan pada waktunya dengan ketelitian yang lebih baik dan kreatif.
Berada dalam kelompok berarti tetap dalam kelompok selama kegiatan
berlangsung. Implikasinya, kelompok akan lebih bangga terhadap peningkatan
efisiensi dan efektifitas dalam mempersiapkan dan menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan.
2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah:
a. Mendengarkan dengan aktif
Jika mendengar dengan aktif maka siswa akan mampu menggunakan pesan fisik
dan lisan, sehingga pembicara akan tahu bahwa orang lain secara giat sedang
menyerap informasi. Pengertian dari suatu konsep akan meningkat dan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi.
Sebagai implikasinya, perasaan bangga bagi siswa yang memberikan partisipasi
akan merasa bahwa apa yang mereka sumbangkan itu berharga, paling tidak ia
akan merasa dihargai pendapatnya.
b. Bertanya
Maksud dari bertanya adalah meminta atau menanyakan suatu informasi atau
penjelasan lebih lanjut. Dengan bertanya sesorang yang sedang tidak aktif dapat
dimotivasi untuk ikut serta, termasuk anggota kelompok yang pemalu. Dari hal
ini berarti memperbaiki kemampuan komunikasi, juga interaksi.
c. Menafsirkan
Menafsirkan berarti menyatakan kembali informasi dengan kalimat berbeda. Ini
akan menimbulkan pemahaman yang lebih, sebab apa yang diperoleh
diungkapkan dengan cara yang berbeda.
d. Memeriksa ketepatan
Membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu benar. Pekerjaan
akan cenderung bebas dari kesalahan dan kekurang tepatan. Pemahaman akan
berkembang. Hal ini berakibat siswa menjadi kritis dan hasil kelompok akan
lebih baik.
3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir
Mengelaborasi, maksudnya adalah mampu memperluas konsep, kesimpulan, dan
pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu. Keterampilan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
penting karena akan menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan prestasi yang
lebih tinggi.
Semua keterampilan kooperatif tersebut (tidak langsung keseluruhan) dilatihkan
guru dalam kegiatan pembelajaran, tetapi dapat dipilih sedikit demi sedikit yang
dianggap sesuai dengan kepentingan hingga mencapai harapan dan seluruh
keterampilan kooperatif.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif yang sering digunakan ada beberapa tipe, di antaranya
yaitu kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division), kooperatif tipe
Jigsaw, kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament), dan kooperatif tipe The
Structural Approach (pendekatan struktural).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dalam
pembelajaran kooperatif, dengan menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang
beranggotakan 4-5 orang yang heterogen menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku. Guru menyajikan materi pelajaran (penyajian materi dapat dilakukan baik dengan
ceramah, demonstrasi, atau bahan bacaan), dan kemudian siswa bekerja di dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi
tersebut. Pada akhir pembelajaran seluruh siswa diberi tes tentang materi tersebut,
dengan ketentuan pada saat tes siswa tidak boleh saling membantu atau bekerja sama
antara teman-teman baik dari teman satu tim maupun dengan tim yang lainnya. Skor
siswa yang diperoleh dibandingkan dengan rata-rata skor yang lalu dari siswa yang
bersangkutan dan poin diberikan berdasarkan seberapa jauh siswa menyamai kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
yang lalu pula. Poin tiap anggota ini dijumlah untuk mendapatkan skor tim, dan tim
yang mencapai kriteria tertentu diberi sertifikat atau penghargaan.
Perencanaan pembelajaran kooperatif disusun berdasarkan langkah-langkah
yaitu: (1) persiapan, (2) penyajian materi, (3) kegiatan kelompok, (4) tes hasil belajar,
dan (5) penghargaan kelompok. Pembelajaran dimulai dengan penyampaian oleh guru
tentang tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dalam belajar. Termasuk di
dalamnya penyajian informasi yang biasanya disertai bahan bacaan atau secara verbal.
Kemudian siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 - 5
orang. Selanjutnya siswa bekerja dan belajar tentang materi yang dipelajarinya dengan
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Bimbingan diberikan guru jika dianggap
perlu baik kepada kelompok atau individu. Langkah berikutnya siswa dievaluasi, dapat
melalui tes individu atau kelompok (diwakili oleh anggotanya). Dan terakhir
diupayakan guru memberikan penghargaan kepada siswa dalam kelompok baik upaya
maupun hasil kerja mereka. Langkah-langkah tersebut (dalam bentuk fase-fase)
diuraikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Langkah-Langkah Kegiatan Guru Fase-1
Menyampaikan tujuan
belajar dan memotivasi
siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan cara demonstrasi atau melalui bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Langkah-Langkah Kegiatan Guru bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
cara membentuk kelompok-kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau tiap-tiap
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan
penghargaan
Guru menentukan cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar
individu maupun kelompok.
(Trianto, 2007:54)
Keenam langkah tersebut jika dilaksanakan maka akan terdapat siklus yang tetap
dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Seperti yang dikemukakan oleh
Slavin (2009:143) bahwa STAD terdiri dari suatu komponen yang tetap dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu :
a. Mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Guru menyajikan materi pelajaran. Penyajian materi ini dapat dengan verbal
langsung disampaikan oleh guru atau dapat pula melalui bahan bacaan/teks.
b. Kegiatan kelompok
Siswa bekerjasama dalam kelompok masing-masing untuk menguasai materi
pelajaran atau menyelesaikan tugas.
c. Tes/kuis
Siswa mengerjakan kuis atau penilaian lainnya secara individual.
d. Penghargaan kelompok
Skor kelompok dihitung berdasarkan poin peningkatan kelompok, pemberian
sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan buletin sebagai penghargaan skor tertinggi
kelompok.
Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok STAD
Rata-Rata Poin Kelompok Penghargaan Kelompok
15 – 19 Kelompok Baik (Good Team)
20 – 24 Kelompok Hebat (Great Team)
≥ 25 Kelompok Super (Super Team)
(Slavin, 2009)
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki
kelebihan (selain kelebihan pembelajaran kooperatif pada umumnya) lebih mudah
diterapkan di kelas bagi guru yang baru memulai menggunakan pembelajaran
kooperatif sebagai salah satu strategi pembelajarannya. Hal ini dimungkinkan karena
dalam langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD masih memuat langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pembelajaran konvensional, yaitu guru menyajikan materi. Hal ini sekaligus menjadi
kelemahan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, karena dengan demikian dominasi
guru masih tampak dalam kegiatan pembelajaran. Namun kelemahan ini dapat direduksi
dengan cara guru menyajikan materi dalam bentuk bahan bacaan. Hal ini berarti siswa
menjadi lebih aktif. Namun pemberian bahan bacaan masih tetap harus diikuti dengan
pemberian penjelasan pada bagian-bagian tertentu. Dengan demikian siswa yang baru
memulai mengikuti pembelajaran koopertif akan tahap demi tahap menyesuaikan diri
dengan situasi siswa belajar aktif.
Hal penting lain yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah penetapan kelompok beserta anggota-anggotanya. Penetapan anggota
kelompok kooperatif dibuat oleh guru sebelum memasuki kegiatan pembelajaran.
Pembentukan kelompok didasarkan pada nilai hasil pengukuran sebelumnya (rapor atau
tes materi sebelumnya) dengan merangking nilai siswa. Urutan rangking kemudian
dibagi dalam empat bagian. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang masing-masing
dari ke empat bagian tersebut. Akhirnya, penyempurnaan anggota kelompok dilakukan
dengan menyeimbangkan jenis kelamin, etnik, dan lainnya.
Keberhasilan kelompok dapat dievaluasi dari kumpulan poin peningkatan tiap
kelompok yang disumbangkan oleh anggotanya. Poin peningkatan dihitung dari hasil
kuis. Kuis diberikan kepada siswa secara klasikal setelah mereka menyelesaikan tugas
kelompok. Pemberian kuis harus dengan alokasi waktu yang cukup bagi siswa untuk
dapat menyelesaikannya. Dalam pengerjaan atau penyelesaian soal kuis yakinkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
agar bekerja secara individual. Kesempatan ini saatnya mereka menunjukkan apa yang
telah mereka pelajari.
Sebagai motivasi, berdasarkan hasil kuis siswa dan perhitungan poin
peningkatan kelompok, wujud penghargaan bagi kelompok dapat diberikan dengan
berbagai bentuk. Mungkin sertifikat, laporan berkala kelas, atau buletin pajang. Isi
semua bentuk tersebut menguraikan tentang prestasi kelompok. Prestasi tersebut dapat
diketahui dari hasil perhitungan skor peningkatan kelompok berdasarkan kuis terdahulu.
Tabel 2.3 Kriteria Skor Kemajuan Individual
SKOR KUIS POIN KEMAJUAN
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
1 - 10 poin di bawah skor awal 10
0 - 10 poin di atas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna 30
4. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu tipe dalam
pembelajaran kooperatif, dengan menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang
beranggotakan 4-5 orang yang heterogen menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku. Secara umum pembelajaran kooperatif tipe TGT sama saja dengan STAD kecuali
satu hal : TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis, dimana
para siswanya berlomba sebagai wakil tim mereka dengan tim lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara dengan mereka, kelemahan dari pembelajaran dengan
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah membutuhkan waktu yang relatif lama dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pelaksanaannya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah sebagai berikut :
1. Presentasi Kelas
Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan
pengajaran langsung atau diskusi ataupun dapat menggunakan perangkat
audiovisual. Fokus presentasi pada kelas berbeda dengan presentasi pada kelas
biasa,karena yang disampaikan hanya pokok-pokok materi dan teknis pembelajaran
yang akan dilaksanakan, dengan demikian siswa harus memperhatikan dengan
cermat sebelum presentasi berlangsung. Siswa harus menyadari kecermatannya
sangat menunjang keberhasilan belajar selanjutnya yang akan menentukan nilai
dari tim mereka.
2. Tim
Tim terdiri dari 4 – 5 orang siswa anggota kelas dengan kemampuan yang berbeda.
Anggota tim mewakili kelompok yang ada di kelas dalam hal kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku. Fungsi utama tim adalah untuk memastikan
bahwa semua anggota tim belajar, lebih khusus lagi adalah untuk menyiapkan
anggotanya supaya dapat mengerjakan soal-soal dalam turnamen dengan baik.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang di rancang
untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan
pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan beberapa
orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Game biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama.
Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan
sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut.
4. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Perangkat turnamen
yang digunakan adalah kartu soal, lembar pembagian meja turnamen, lembar skor
game, lembar rangkuman tim . Turnamen biasanya berlangsung pada akhir minggu
atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah
melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama
guru menunjuk siswa untuk berada di meja turnamen, tiga siswa berprestasi tinggi
sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2 dan seterusnya. Kompetisi
yang seimbang ini, seperti halnya system skor kemajuan individual dalam STAD,
memungkinkan para siswa dari semua tingkat sebelumnya berkontribusi secara
maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. Setelah
turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung kinerja mereka pada
turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya
yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 4 ke meja 3). Skor tertinggi kedua tetap
tinggal pada meja yang sama, dan skor yang paling rendah “ diturunkan”. Dengan
cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya akan
dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kemampuan mereka
yang sesungguhnya. Sebagai ilustrasi pelaksanaan turnamen dapat dilihat pada
gambar berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Contoh penempatan siswa dalam tim meja turnamen seperti gambar
berikut :
Skema pertandingan atau turnamen TGT
Keterangan:
A1,B1,C1 = Siswa berkemampuan tinggi
A(2,3,4) B(2,3,4) C(2,3,4) = Siswa berkemampuan sedang
A5,B5,C5 = Siswa berkemampuan rendah
TT1,TT2,TT3,TT4,TT5 = Meja Turnamen (1,2,3,4,5)
5. Penghargaan Tim
Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan untuk kelompok bukan
individu, sehingga keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan setiap
anggotanya. Penghargaan kelompok diberikan atas dasar rata-rata poin kelompok
yang diperoleh dari game dan turnamen dengan kriteria yang telah ditentukan
sebagai berikut.
Tabel 2.4 Kriteria Penghargaan Kelompok TGT
Rata-Rata Poin Kelompok Penghargaan Kelompok
40 – 44 Kelompok Baik (Good Team)
2005) Gambar 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
45 – 49 Kelompok Hebat (Great Team)
≥ 50 Kelompok Super (Super Team)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan
mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan. Team mendapat julukan sesuai poin yang diperoleh.
Dari uraian di atas pada prinsipnya kedua model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) sama dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), perbedaannya pada model
pembelajaran kooperatif tipe TGT di akhir unit di adakan game atau turnamen
sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD hanya diberikan tes atau kuis.
5. Kemampuan Awal Siswa
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa akan berpengaruh pada proses
pembelajaran. Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat awal yang harus dimiliki
siswa agar proses pembelajaran yang dihadapi siswa dapat berjalan dengan lancar.
Dalam Depdiknas (2004: 2), matematika bersifat hierarkis yang berarti suatu
materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Untuk mempelajari
matematika hendaknya berprinsip pada:
1. Materi matematika hendaknya disusun menurut urutan tertentu atau tiap topik
matematika berdasarkan subtopik tertentu,
2. Setiap siswa dapat memahami suatu topik matematika jika ia telah memahami
subtopik pendukung atau prasyaratnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3. Perbedaan kemampuan antar siswa dalam mempelajari atau memahami suatu
topik matematika dan dalam menyelesaikan masalahnya ditentukan oleh
perbedaan penguasaan subtopik prasyaratnya,
4. Pengusaan topik baru oleh seorang siswa tergantung pada penguasaan topik
sebelumnya.
Sedangkan menurut Piaget (dalam Paul Suparno 1997: 20-21), bahwa setiap
level keadaan dapat dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai
titik tolak bagi transformasi lain, sedangkan menurut Winkel (1991: 80), menyatakan
bahwa kemampuan awal merupakan jembatan untuk menuju pada kemampuan final.
Setiap proses belajar mengajar mempunyai titik tolaknya sendiri atau berpangkal pada
kemampuan siswa tertentu untuk dikembangkan menjadi kemampuan baru, seperti apa
yang menjadi tujuan dalam proses pembelajaran. Ini berarti pengalaman belajar yang
lalu memegang peranan untuk memahami konsep-konsep baru. Jelas bahwa
pengalaman belajar matematika di SMP misalnya, akan sangat berpengaruh terhadap
kemampuan penguasaan bahan matematika di SMA.
Menurut Ausubel (dalam Paul Suparno 1997: 53-54), belajar bermakna adalah
suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian
yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Dalam proses belajar ini siswa
mengasosiasikan pengalaman, fenomena dan fakta-fakta baru ke dalam sistem
pengetahuan yang telah ia punyai sebelumnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan kemampuan awal siswa adalah suatu
kemampuan yang telah dimiliki sebelum pembelajaran berlangsung yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
prasyarat untuk mengikuti proses belajar selanjutnya. Kemampuan awal berperan
penting dalam proses pembelajaran. Kemampuan awal juga menggambarkan kesiapan
siswa dalam menerima materi pelajaran baru yang akan diberikan oleh guru pada kelas
yang lebih tinggi.
B . Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan Hadi Wiyono (2008) yang mengemukakan bahwa siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD mendapat
prestasi belajar pada pokok Bahasan Faktorisasi suku aljabar yang lebih baik
daripada siswa-siswa yang diberikan metode belajar tradisional. Persamaan antara
penelitian yang dilakukan oleh Hadi Wiyono dengan yang peneliti lakukan adalah
sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Team Achievement Divisions). Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh
Hadi Wiyono dengan yang peneliti lakukan adalah pada penelitian Hadi Wiyono
dilakukan pada peserta didik kelas VII SMP Negeri se Kabupaten Ponorogo
Tahun Pelajaran 2007/2008 pada pokok bahasan Faktorisasi suku aljabar,
sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada peserta didik kelas X
SMA se-Surakarta pada materi persamaan kuadrat dan pertidaksamaan kuadrat
dan dilakukan pembandingan dengan Teams Games Tournaments (TGT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Penelitian yang dilakukan oleh Adi Waluyo tahun 2010, Eksperimentasi model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Pokok Persamaan Dan Fungsi
Kuadrat Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA Negeri di
Kabupaten Tulungagung, menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe STAD memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model
konvensional. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Adi Waluyo
dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions).
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan Adi Waluyo dengan yang peneliti
lakukan adalah Eksperimentasi model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada
Materi Pokok Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Ditinjau dari Kemampuan Awal
Siswa Kelas X SMA Negeri Di Kabupaten Tulungagung sedangkan penelitian
yang peneliti lakukan adalah pada peserta didik kelas X SMA se-Surakarta pada
materi persamaan kuadrat dan pertidaksamaan kuadrat dilakukan pembandingan
dengan Teams Games Tournaments (TGT).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Latifah Mustofa Lestyanto tahun 2010,
Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) dan Student Team Achievement Division (STAD) pada
Materi Kubus dan Balok bagi Siswa Kelas VII SMP Kabupaten Klaten Ditinjau
dari Aktivitas Belajar Siswa.mengemukakan bahwa siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)
memiliki hasil belajar matematika sama baiknya dengan siswa yang mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pembelajaran model kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
pada materi Materi Kubus dan Balok. Persamaan antara penelitian yang dilakukan
oleh Latifah Mustofa Lestyanto dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments
(TGT) dan Student Team Achievement Division (STAD). Perbedaan antara
penelitian yang dilakukan oleh Latifah Mustofa Lestyanto dengan yang peneliti
lakukan adalah pada penelitian Latifah Mustofa Lestyanto dilakukan pada Siswa
Kelas VII SMP Kabupaten Klaten Ditinjau dari Aktivitas Belajar sedangkan
penelitian yang peneliti lakukan adalah pada siswa klas X SMA di Surakarta
ditinjau dari tingkat kemampuan awal siswa.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan penyajikan diskripsi di atas, dapat disusun kerangka berpikir untuk
memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan
variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan Student Teams Achievement Division (STAD) dan Team Games
Tournament (TGT), serta kemampuan awal.
1. Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Teams Games Tournaments (TGT)
merupakan model pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik untuk aktif dalam
pembelajaran. Dalam Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Teams Games
Tournaments (TGT) didapatkan adanya proses kebersamaan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Interaksi dalam kelompok ini akan berjalan dengan baik jika setiap
kelompok mempunyai kemampuan yang heterogen. STAD dan TGT merupakan bentuk
model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan pada teori belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
konstruktivisme, dimana menurut teori belajar ini pengetahuan dibangun/dikontruksi
peserta didik sedikit demi sedikit yang hasilnya diperoleh dari hasil konstruksi dan
pengalamannya sendiri. Peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit dalam pelajaran, apabila mereka dapat saling mendiskusikan
masalah tersebut dengan teman sekelompoknya, namun siswa yang mempunyai
kemampuan rendah atau sedang kadang-kadang merasa bosan atau kurang percaya diri,
hal itu menjadikan mereka kurang aktif di dalam kelompok sehingga tidak bisa menguasai
materi dengan optimal. Pada pembelajaran dengan model TGT terdapat komponen
berupa game dan tournament yang tentunya akan disukai oleh sebagian besar siswa.
Dengan adanya game dan tournament tersebut, diharapkan para peserta didik baik yang
mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah akan lebih tertarik pada
materi pelajaran yang diberikan dan mempunyai keinginan untuk mempelajarinya secara
lebih dalam. Menurut M. Furqon Hidayatullah (2009 : 160) mengatakan pembelajaran
yang menyenangkan akan mendorong peserta didik untuk belajar dan menyebabkan
peserta didik tertarik terhadap pelajaran tersebut. Sedangkan menurut Bobbi DePorter
(2007 : 69) mengatakan seseorang yang belajar dalam situasi yang menyenangkan akan
menghasilkan prestasi yang baik. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe TGT
diharapkan dapat lebih meningkatkan prestasi belajar matematika siswa dibandingkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Hasil belajar peserta didik akan dipengaruhi oleh kemampuan awal (kemampuan
yang telah dikuasai peserta didik sebelumnya). Kemampuan awal merupakan syarat
peserta didik untuk dapat mengikuti materi pelajaran dengan baik. Pada saat peserta
didik menerima materi baru, peserta didik akan menghubungkan atau menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk mengkonstruksi pengetahuan
yang baru. Peserta didik dengan kemampuan awal yang terbatas akan mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang baru. Sehingga peserta didik dengan
kemampuan awal tinggi dimungkinkan hasil belajarnya akan lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik dengan kemampuan awal sedang atau rendah,
demikian pula peserta didik dengan kemampuan awal sedang dimungkinkan hasil
belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan peserta didik dengan kemampuan
awal rendah.
3. Seorang peserta didik sebelum mengikuti pelajaran pasti sudah mempunyai
kemampuan awal yang sudah ia kuasai. Kemampuan awal matematika peserta didik
dan pengalaman belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung merupakan
modal bagi peserta didik dalam membangun konsep matematika yang dimiliki dan
mempengaruhi hasil belajar matematikanya. Ini berarti bagi peserta didik dengan
kemampuan awal tinggi pada pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
maupun pada model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
saja dimungkinkan akan mencapai hasil belajar matematika yang lebih baik
dibandingkan peserta didik dengan kemampuan awal sedang atau rendah dan
peserta didik dengan kemampuan awal sedang pada pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) maupun pada model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) saja dimungkinkan akan mencapai hasil belajar matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
yang lebih baik, dibandingkan peserta didik dengan kemampuan awal rendah.
Namun prestasi belajar seorang siswa juga tergantung pada pendekatan
pembelajaran yang di berikan, sehingga ada kemungkinan siswa siswa yang
kemampuan awalnya rendah atau sedang pada pendekatan pembelajaran dengan
model kooperatif tipe TGT mempunyai prestasi yang lebih baik dibandingkan
pendekatan kooperatif tipe STAD. Hal itu disebabkan suasana pembelajaran yang
menyenangkan (game atau turnamen), sehingga menimbulkan semangat
keingintahuan yang tinggi untuk lebih memahami materi yang sedang dipelajari.
Sebaliknya siswa yang kemampuan awalnya tinggi pada pendekatan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dimungkinkan memberikan prestasi yang lebih baik
dibandingkan siswa yang diberi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal
itu dapat terjadi karena siswa yang pandai biasanya akan mendominasi di dalam
diskusi, sedangkan siswa yang kemampuan awalnya sedang atau rendah cenderung
pasif dalam diskusi kelompok.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka, kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan Teams-
Games-Tournaments (TGT) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
2. Hasil belajar siswa pada tingkat kemampuan awal yang lebih tinggi lebih
baik dibandingkan prestasi siswa dengan tingkat kemampuan awal yang
lebih rendah.
3. Siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah dan sedang yang diberi model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD mempunyai prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA kota Surakarta dengan subyek penelitian
adalah siswa kelas X semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan uji coba
instrumen penelitian dilaksanakan di SMA Batik 2 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester pertama tahun pelajaran 2010/2011.
Adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi: pengajuan judul, penyusunan proposal, penyusunan
instrumen penelitian, penyusunan skenario pembelajaran serta pengajuan ijin
penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai dengan bulan
Juli 2010.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi: uji coba instrumen, eksperimen, pengumpulan data dan
konsultasi dengan pembimbing. Tahap ini dilaksanakan pada bulan September 2010
sampai dengan bulan Nopember 2010.
c. Analisis data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Analisis data dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan November
2010.
d. Tahap penyusunan laporan
Tahap ini dimulai bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen yaitu pada bulan
September 2010 dan selesai pada bulan November 2010.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu,
karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Dalam
penelitian ini responden dikelompokkan menjadi dua bagian. Kelompok pertama adalah
kelompok siswa yang mendapat perlakuan diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dan kelompok kedua
adalah kelompok siswa yang mendapat perlakuan diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Dari masing-masing kelompok di
atas terdiri dari tiga kelompok siswa yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi,
sedang dan rendah.
Desain penelitian ini adalah desain faktorial 2x3 yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian
Kemampuan Awal (B)
Tinggi
(b1)
Sedang
(b2)
Rendah
(b3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kooperatif Tipe
STAD (a1)
(ab)11 (ab)12 (ab)13 Model
Pembelajaran
(A) Kooperatif tipe TGT
(a2)
(ab)21 (ab)22 (ab)23
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA di Surakarta kelas X
tahun pelajaran 2010/2011. Dari seluruh siswa SMA kelas X kota Surakarta akan
dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah.
Pengkategorian menggunakan nilai hasil UAN tahun pelajaran 2009/2010.
2. Sampel
Sampel yang diambil adalah sampel kelas bukan sampel individu, maka
penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel stratified cluster random
sampling. Dari tiap-tiap kategori sekolah diambil satu sekolah sacara random, kemudian
dari sekolah yang terpilih diambil lagi dua kelas secara random sebagai kelas
eksperimen.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara kombinasi sampling random
stratifikasi (stratified random sampling) dan sampling random kluster (cluster random
sampling), dengan langkah-langkah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
a. Populasi dibagi menurut kategori masing-masing sekolah, dengan melihat rataan
nilai UN matematika SMA tahun pelajaran 2009/ 2010. (Lampiran 34)
b. Dari masing-masing kategori diambil secara acak satu sekolah yaitu kelompok atas
terpilih SMA Regina Pacis Surakarta, kelompok sedang terpilih SMA Kristen 1
Surakarta dan kelompok bawah terpilih SMA Negeri 8 Surakarta yang merupakan
unit-unit populasi (kluster-kluster).
c. Melakukan sampling random kluster lagi dari kluster-kluster yang ada yaitu dengan
mengambil secara acak masing-masing dua kelas untuk kelas eksperimen.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel bebas dan satu variabel
terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran dan kemampuan awal,
sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa.
Penjelasan dari masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
a. Model Pembelajaran (A)
1) Definisi Operasional
Model pembelajaran adalah suatu perangkat pengajaran yang digunakan oleh
guru untuk menyampaikan materi ajar kepada siswa sehingga tujuan
pembelajaran yang ditetapkan guru dapat tercapai. Tujuan pembelajaran yang
diharapkan adalah proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan
efisien.
2) Indikator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Berupa langkah-langkah dari masing-masing model pembelajaran.
3) Skala Pengukuran
Skala pengukurannya adalah nominal, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
4) Kategori: Ai, i: 1 = STAD, 2 = TGT
b. Kemampuan Awal (B)
1) Definisi Operasional
Kemampuan awal adalah suatu kemampuan yang telah dimiliki sebelum
pembelajaran berlangsung yang merupakan prasyarat untuk mengikuti proses
belajar selanjutnya. Kemampuan awal berperan penting dalam proses
pembelajaran.
2) Indikator
Skor hasil tes kemampuan awal.
3) Skala Pengukuran
Skala pengukuran: skala interval yang diubah ke skala ordinal yang terdiri tiga
kategori yaitu kelompok tinggi dengan skor > X + 21 s, kelompok sedang
dengan X -21 s £ skor £ X +
21 s, dan kelompok rendah dengan skor < X -
21 s
dengan:
s : adalah standar deviasi
X : adalah rerata dari seluruh skor total siswa
4) Kategori: Bj, j:1= tinggi, 2= sedang, 3= rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Variabel Terikat
Hasil Belajar Matematika
1) Definisi Operasional
Hasil belajar matematika adalah skor yang diperoleh siswa dari hasil tes setelah
mengikuti proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD dan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2) Indikator
Skor tes untuk materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
3) Skala pengukuran
Skala pengukurannya adalah interval.
D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji Instrumen
1. Metode Pengumpulan Data
a. Tes kemampuan awal
Tes yang berisi soal mengenai persamaan kuadrat dilakukan untuk mengetahui
skor kemampuan awal siswa sebelum mengikuti model pembelajaran kooperatif STAD
dan TGT. Tes dalam penelitian ini terdiri dari 25 pertanyaan pilihan ganda dengan 5
pilihan jawaban. Jika benar mendapat skor 4 dan jika jawaban salah mendapat skor 0,
sehingga skor maksimal seorang responden adalah 100 dan skor minimal 0.
Kemampuan awal siswa dibedakan menjadi tiga yaitu kemampuan awal tinggi, sedang
dan rendah.
b. Tes hasil belajar
Tes yang berisi soal-soal persamaan kuadrat dilakukan untuk mengetahui skor
kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika. Tes dalam penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
ini terdiri dari 25 pertanyaan pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Jika benar
mendapat skor 4 dan jika jawaban salah mendapat skor 0, sehingga skor maksimal
seorang responden adalah 100 dan skor minimal 0.
2. Prosedur Penyusunan Instrumen Penelitian
1. Instrumen Penelitian
a. Membuat kisi-kisi soal yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan di teliti
yaitu tentang persamaan dan pertidaksamaan kuadrat,baik untuk tes uji coba
kemampuan awal maupun untuk tes ujicoba hasil belajar.
b. Membuat soal berupa tes objektif dengan materi persamaan kuadrat dan
pertidaksamaan kuadrat berbentuk pilihan ganda yang digunakan untuk
mengukur kemampuan awal siswa dan tes objektif dengan materi persamaan
berbentuk pilihan ganda juga untuk mengukur hasil belajar matematika.
2. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk memperoleh
data tentang kemampuan awal siswa dan hasil belajar matematika. Sebelum instrumen
tes ini digunakan terlebih dahulu diadakan uji coba di luar sampel tetapi masih dalam
populasi untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tes tersebut. Uji coba
instrumen penelitian dilaksanakan di SMA Batik 2 Surakarta pada siswa kelas X tahun
pelajaran 2010/2011.
a. Uji Validitas Isi
Agar tes mempunyai validitas isi, menurut Budiyono (2003: 58) harus
diperhatikan hal-hal berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
1) Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai
ditinjau dari materi yang diajarkan.
2) Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi yang
diajarkan.
3) Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal tes sudah dipelajari dan dapat
dipahami oleh testee.
4) Untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti melakukan prosedur dalam
penyusunan tes sebagai berikut: a) menentukan kompetensi dasar dan indikator
yang akan diukur sesuai dengan materi yang diajarkan berdasarkan kurikulum
yang berlaku, b) menyusun kisi-kisi soal tes berdasarkan kompetensi dasar dan
indikator yang dipilih, c) menyusun butir-butir soal tes berdasar kisi-kisi yang
telah dibuat, d) melakukan penilaian terhadap butir-butir soal tes. Penilaian
terhadap butir-butir soal tes dilakukan oleh instruktur matematika SMA kota
Surakarta dan tim ahli dari MGMP matematika kota Surakarta. Dengan
demikian validitas tes ini didasarkan experts judgment instruktur dan tim ahli
MGMP matematika kota Surakarta. Jika penilaian oleh instruktur dan tim ahli
MGMP matematika menyatakan butir-butir soal tes telah sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, maka tes tersebut dapat
dikatakan valid.
b. Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini tes hasil belajar yang peneliti gunakan adalah tes objektif
dengan setiap jawaban benar diberi skor 1, dan setiap jawaban salah diberi skor 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
sehingga untuk menghitung tingkat reliabilitas tes ini digunakan rumus Kuder
Richardson KR-20 yaitu:
÷÷ø
öççè
æ S-÷øö
çèæ
-=
2i
2
11
p
1t
it
s
qs
nn
r
dengan
11r = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
2ts = variansi total
ip = proporsi subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
iq = 1 – ip
Soal dikatakan reliabel jika 11r > 0,70.
c. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran butir soal pada penelitian ini dilakukan dengan melihat
indeks kesukaran item/butir soal yang diperoleh dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Du Bois (dalam Anas Sudijono, 2007:372) yaitu:
N
NP p=
dimana:
P = Proportion = proporsi = proporsa= difficulty index = angka indeks kesukaran
item
pN = Banyaknya peserta tes yang dapat menjawab benar pada butir soal yang
bersangkutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
N = Banyaknya peserta tes/testee
(Anas Sudijono, 2007:372)
Sedangkan cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka indeks
kesukaran item, Robert L.Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam bukunya yang
berjudul Measurement and Evaluation in Psychology and Education (dalam Anas
Sudijono, 2007:372) mengemukakan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Kesukaran Soal ( P )
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,30
0,30-0,70
Lebih dari 0,70
Sukar
Cukup
Mudah
Nilai P yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,30 £ P £ 0,70.
d. Daya Pembeda Butir Soal
Untuk mengetahui daya pembeda dari tiap butir soal pada penelitian ini
dilakukan dengan cara menghitung besar kecilnya angka indeks diskriminan
/pembeda butir soal, yaitu dengan menggunakan rumus:
BA PPD -=
di mana :
D = Angka indeks diskriminasi item (Discriminatory Power)
AP = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab benar item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
yang dimaksud, dengan rumus : AA
A
BP
J= , di mana :
AB = Banyaknya testee kelompok atas yang menjawab benar pada butir soal
yang dimaksud
AJ = Jumlah testee kelompok atas
BP = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab benar
item yang dimaksud, dengan rumus : BB
B
BP
J=
di mana :
BB = Banyaknya testee kelompok bawah yang menjawab benar pada butir
soal yang dimaksud
BJ = Jumlah testee kelompok bawah
Kelompok atas diambil 27% dari siswa yang mempunyai nilai tinggi, sedangkan
kelompok bawah diambil 27% dari siswa yang mempunyai nilai rendah.
(Anas Sudijono 2007:394-400)
Sedangkan klasifikasi dasarnya angka indeks diskriminasi item adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Interpretasi Daya Beda Soal ( D )
Besarnya D Klasifikasi
Negatif
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
Jelek Sekali (JS)
Jelek (J)
Cukup(C)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
0,41 – 0,70
0,71 – 1,00
Baik (B)
Baik Sekali (BS)
Nilai D yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,21 ≤ D ≤ 0,70, dimana nilai D
tersebut cukup baik untuk membedakan kemampuan kelompok atas dan kelompok
bawah.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Setelah uji normalitas dan homogenitas dipenuhi , maka uji ini dilakukan untuk
mengetahui apakah kedua kelompok dalam keadaan seimbang atau tidak sebelum
kedua kelompok tersebut mendapat perlakuan, statistik uji yang digunakan adalah uji-t
yaitu :
a. Hipotesis
Ho : m1 = m2 kedua kelompok dari dua populasi yang berkemampuan awal sama
H1 : m1 ≠ m2 kedua kelompok tidak berasal dari dua populasi yang berkemampuan
awal sama
b. Taraf Signifikansi : a = 0,05
c. Statistik Uji
1 2
1 2
1 2
~ ( 2),1 1
p
X Xt t n n
sn n
-= + -
+ dengan
2 22 1 1 2 2
1 2
( 1) ( 1)2p
n s n ss
n n- + -
=+ -
dengan
1X = rata-rata nilai tes kemampuan awal siswa kelompok eksperimen ke-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2X = rata- rata nilai tes kemampuan awal siswa kelompok eksperimen ke-2
1s = simpangan baku kelompok eksperimen ke-1
2s = simpangan baku kelompok eksperimen ke-2
1n = banyaknya siswa kelompok eksperimen ke-1
2n = banyaknya siswa kelompok eksperimen ke-2
d. Derah kritik
DK1 2 1 2; 2 ; 2
2 2
atau n n n n
t t t t ta a+ - + -
ì üï ï= < - >í ýï ïî þ
Gambar 2. Grafik Distribusi Student’s t
e. Keputusan uji
H0 diterima jika harga statistik uji t jatuh di luar daerah kritik.
2. Uji Prasyarat
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas
2,2 21 -+
-nn
ta 1 2; 2
2n n
ta+ -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian
ini menggunakan uji Lilliefors. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis.
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2. Taraf signifikansi : a = 0,05
3. Statistik uji
L = Maks ( ) ( )ii zSzF -
dengan
ii
X Xz
s-
= , s = standar deviasi
F( zi ) = P( z ≤ zi ); Z~ N(0,1)
S(zi ) = proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh zi
4. Daerah kritik
DK= { L │L > L a;n } dengan n adalah ukuran sampel
5. Keputusan uji.
H0 diterima jika harga statistik uji L jatuh di luar daerah kritik.
( Budiyono, 2009:168)
b. Uji Homogenitas Variansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah k sampel mempunyai
variansi yang sama. Untuk menguji homogenitas ini digunakan uji Bartlett dengan
statistik uji Chi Kuadrat sebagai berikut:
1. Hipotesis
H0 : 2 2 21 2 ... ks s s= = = ( populasi – populasi homogen )
H1 : tidak semua variansi sama ( populasi – populasi tidak homogen )
2. Taraf signifikansi; a = 0,05
3. Statistik uji
( )2 2j
2,303log f log jf RKG s
cc = - å dengan 2 2
( 1)~ kc c -
k = banyaknya sampel
f = derajat kebebasan untuk RKG = N – k
fj = derajat kebebasan untuk sj2 = nj – 1 dengan j = 1, 2 ,…, k
N = banyaknya seluruh nilai ( ukuran )
jn = banyaknya nilai ( ukuran ) sampel ke – j
( ) j
1 1 11
3 1 fc
k f
æ ö= + -ç ÷ç ÷- è ø
å
RKG = rataan kuadrat galat = j
j
SS
fåå
; ( ) ( )
2
2 2jSS 1
j
j j jj
xx n s
n= - = -åå
4. Daerah kritik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
DK { }2 2 2; 1kac c c -= > untuk beberapa a dan ( k – 1 ) nilai 2
1; -kac dapat di lihat
pada tabel nilai Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan ( k – 1).
Gambar 3. Grafik Distribusi Chi Kuadrat
5. Keputusan uji
H0 diterima jika harga statistik uji jatuh di luar daerah kritik
( Budiyono 2009: 174 )
3. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 x 3 dengan
sel tak sama dengan model sebagai berikut :
xijk ( ) ++++= ijji abbam ijke
dengan :
xijk = data amatan ke k pada baris ke i dan kolom ke j
m = rerata dari seluruh data amatan ( rerata besar , grand mean )
a i = efek baris ke i pada variabel terikat
bj = efek kolom ke j pada variabel terikat
( )ab ij = kombinasi efek baris ke i dan kolom ke j pada variabel terikat
; 1
2
kac
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
e ijk = deviasi data amatan terhadap rataan yang populasinya µ yang
berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi 2es .
i = 1, 2 dengan :
1 = pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions
2 = pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
j = 1, 2, 3 dengan
1 = kemampuan awal tinggi
2 = kemampuan awal sedang
3 = kemampuan awal rendah
( Budiyono 2009: 228)
a. Hipotesis
H0A : ai = 0 untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antar baris
terhadap variabel terikat )
H1A : paling sedikit ada satu ai yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
baris terhadap variabel terikat ) :
H0B : bj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar kolom
terhadap variabel terikat
H1B : paling sedikit ada satu bj (ada perbedaan efek antar kolom terhadap
variabel terikat)
H0AB : (ab)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 ( tidak ada interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
baris dan kolom terhadap variabel terikat )
H1AB : paling sedikit ada satu (ab)ij yang tidak nol (ada interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat)
b. Komputasi
1. Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 3.3 Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi
Kemampuan Awal Siswa
b1 b2 b3
a1 n11
11Xå
11X
211Xå
C11
SS11
n12
12Xå
12X
212Xå
C12
SS12
n13
13Xå
13X
213Xå
C13
SS13
Model
Pembelajaran
a2 n21
21Xå
21X
221Xå
C21
SS21
n22
22Xå
22X
222Xå
C22
SS22
n23
23Xå
23X
223Xå
C23
SS23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 3.4 Rataan dan Jumlah Rataan
Faktor b
Faktor a b1 b2 b3 Total
a1 11X 12X 13X A1
a2 21X 22X 33X A2
Total B1 B2 B3 G
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi – notasi
sebagai berikut:
nij = banyaknya data amatan pada sel ij
hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
åij ijn
pq1
å=ij
ijnN = banyaknya seluruh data amatan
SS
2
2ijk
kij ijk
k ijkn
XX
æ öç ÷è ø= -å
å = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ij ijX AB= = rataan pada sel ij
å ==j
iji ABA jumlah rataan pada baris ke i
ijji
B AB= =å jumlah rataan pada kolom ke j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
=å=ij
ijABG jumlah rataan semua sel
2. Komponen jumlah kuadrat
Didefinisikan :
pqG
12
= å=j
2j
pB4
å=ij
ijSS2 å=ij
ijAB2
5
3 å=i
i
q
A2
3. Jumlah Kuadrat (JK)
( ) ( ){ }13nJKA -= h
( ) ( ){ }14nJKB -= h
( ) ( ) ( ) ( ){ }4351nJKAB --+= h
)2(JKG =
JKT JKA JKB JKAB JKG= + + +
4. Derajat kebebasan (dk)
dkA = p – 1 dkB = q – 1
dkAB = (p – 1)(q – 1 ) dkG = N – pq
dkT = N – 1
5. Rataan Kuadrat ( RK )
JKARKA
dkA=
dkBJKB
RKB =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dkABJKAB
RKAB = dkGJKG
RKG =
b. Statistik uji
Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah:
1. Untuk H0A adalah RKGRKA
F =a yang merupakan nilai dari variabel random yang
berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq
2. Untuk H0B adalah RKGRKB
F =b yang merupakan nilai dari variabel random yang
berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq
3. Untuk H0AB adalah RKG
RKABF =ab yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1)( q – 1) dan N – pq
c. Daerah kritik
Untuk masing – masing nilai F di atas daerah kritiknya adalah :
1. Daerah kritik untuk Fa adalah { }pq-N1,-p;aa FFFDK a>=
2. Daerah kritik untuk Fb adalah { }pq-N1,-q;bb FFFDK a>=
3. Daerah kritik untuk Fab adalah { }pq-N1),-1)(q-(p;abab FFFDK a>=
d. Keputusan uji
H0 ditolak bila Fobs Î DK
e. Rangkuman analisis variansi
Tabel 3.5 Rangkuman Analisis Variansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Sumber JK Dk RK Fobs Fa
Baris (A)
Kolom (B)
Interaksi (AB)
Galat ( G )
JKA
JKB
JKAB
JKG
p – 1
q – 1
(p –1)(q -1)
N – pq
RKA
RKB
RKAB
RKG
Fa
Fb
Fab
-
F*
F*
F*
Total JKT N – 1 - - -
( Budiyono, 2009: 212 )
4. Uji Komparasi Ganda
Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava. Metode yang
digunakan untuk uji lanjut pasca anava dua jalan dalam penelitian ini adalah metode
Scheffe. Langkah–langkah komparasi ganda dengan metode Scheffe adalah:
a. Komparasi Rataan Antar Kolom
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
j
ji
n
XX
..i
2.
-.j .i1
n1
RKG
.F
dengan:
F.i – .j = rataan Fobs pada perbandingan kolom ke i dan kolom ke j
iX . = rataan pada kolom ke i
jX . = rataan pada kolom ke j
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
n.i = ukuran sampel kolom ke i
n.j = ukuran sampel kolom ke j
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah { }.i-.j .i-.j ;q-1,N-pqDK F F ( 1)Fq a= > -
b. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah :
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
kj
kjij XX
n1
n1
RKG
F
ij
2
kj- ij
dengan :
Fij – kj = rataan Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
ijX = rataan pada sel ij
kjX = rataan pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah { }ij-kj ij-kj ;pq-1,N-pqDK F F ( 1)Fpq a= > -
c. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah:
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
ik
ikij XX
n1
n1
RKG
F
ij
2
ik- ij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah { }pq-N1,-pq;ik-ijik-ij F)1(FFDK a->= pq
(Budiyono, 2009:215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Instrumen Tes Kemampuan Awal Siswa
a. Uji Validitas Isi
Sebelum tes kemampuan awal diberikan kepada siswa terlebih dahulu
dilakukan validitas isi melalui experts judgment yaitu penilaian yang dilakukan oleh
para ahli. Dalam hal ini dilakukan oleh Drs. Kismanto, M.Pd sebagai ketua MGMP
matematika SMA kota Surakarta, Marwanto, S.Pd sebagai pengurus MGMP
matematika kota Surakarta dan Sigit Toto Mursita, S.Si selaku instruktur mata
pelajaran matematika untuk SMA kota Surakarta. Tujuan validitas isi adalah untuk
menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh peneliti telah menunjukkan bahwa klasifikasi
kisi-kisi telah mewakili substansi yang akan diukur dan apakah masing-masing butir tes
yang telah disusun relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan.
Hasil validitas isi menunjukan bahwa instrumen penelitian yang berupa tes uji
coba kemampuan awal yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal telah
dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (Lampiran 3) dengan
butir soal yang dipakai (Lampiran 4). Hasil penilaian validitas isi selengkapnya
ditunjukkan pada Lampiran 7. Berdasarkan uji validitas di atas dinyatakan bahwa
instrumen tes kemampuan awal tersebut dinyatakan valid. Setelah dilakukan uji
validitas soal kemudian dilanjutkan uji coba instrumen tes. Uji coba dilakukan sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pada 76 siswa yang berasal dari siswa kelas X.6 dan X.7 SMA Batik 2 Surakarta pada
tanggal 11 Oktober 2010.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas
menggunakan Kuder Richardson KR-20. Hasil perhitungan diperoleh indeks reliabilitas
instrumen sebesar 0,8001. Ini menunjukkan bahwa instrumen reliabel karena nilainya
lebih besar dari 0,70. Perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 9.
c. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai
artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Dalam penelitian ini soal
mempunyai tingkat kesukaran yang memadai jika 0,30 £ P £ 0,70, dimana P adalah
indeks kesukaran.
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 30 item soal diperoleh 1 item
soal yang tidak memadai yaitu item soal nomor 1 mempunyai indeks kesukaran 0,74
termasuk kriteria mudah. Sedangkan item soal yang lain mempunyai tingkat kesukaran
yang memadai. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
d. Daya Pembeda
Berdasarkan hasil uji coba 30 butir soal terhadap 76 responden menunjukkan
bahwa 2 item soal mempunyai daya beda kurang antara 0,00 sampai dengan 0,20 yaitu
untuk item soal nomor 4 dan item soal nomor 24 mempunyai indeks daya beda 0,16,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
sehingga kedua item soal dianggap tidak baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 9.
e. Analisis Butir Tes Kemampuan Awal
Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 30 item soal
terdapat 3 item soal yang tidak dipakai (ditolak) yaitu soal nomor 1, 4 dan 24.
Selanjutnya dari 27 soal yang efektif diambil 25 item soal yang mewakili masing-
masing indikator yang tertuang dalam kisi-kisi penyusunan soal, yang akan dipakai
sebagai instrumen tes untuk menentukan kemampuan awal siswa. Indeks reliabilitas
dari 25 soal yang dipakai sebesar 0,8134 yang berarti instrumen tes kemampuan awal
tersebut adalah reliabel. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
2. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika
a. Uji Validitas Isi
Uji validitas isi untuk uji coba tes hasil belajar matematika juga dilakukan oleh
Drs. Kismanto, M.Pd ketua MGMP matematika SMA kota Surakarta, Marwanto,
S.Pd pengurus MGMP matematika kota Surakarta dan Sigit Toto Mursita, S.Si
selaku instruktur mata pelajaran matematika untuk SMA kota Surakarta. Hasil validitas
isi menunjukan bahwa instrumen penelitian yang berupa tes uji coba hasil belajar
matematika yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal telah dipenuhi karena
adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (Lampiran 10) dengan butir soal yang
dipakai (Lampiran 11). Hasil penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada
Lampiran 14. Setelah dilakukan uji validitas soal kemudian dilanjutkan uji coba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
instrumen tes. Uji coba dilakukan sekali pada 76 siswa yang berasal dari siswa kelas
X.6 dan X.7 SMA Batik 2 Surakarta pada tanggal 11 Oktober 2010.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas
menggunakan Kuder Richardson KR-20. Hasil perhitungan diperoleh indeks reliabilitas
instrumen sebesar 0,741 Ini menunjukkan bahwa instrumen reliabel karena nilainya
lebih besar dari 0,70. Perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 16
c. Tingkat Kesukaran
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 30 item soal semua item soal
mempunyai tingkat kesukaran yang memadai. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 16.
d. Daya Pembeda
Berdasarkan hasil uji coba 30 butir soal terhadap 76 responden menunjukkan
bahwa 4 item soal mempunyai daya beda antara 0,00 sampai dengan 0,20 yaitu untuk
item soal nomor 4 dan item soal nomor 7 mempunyai indeks daya beda 0,16 , item soal
nomor 10 dan item soal nomor 23 mempunyai daya beda 0,12 sehingga keempat item
soal dianggap tidak baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
e. Analisis Butir Tes Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 30 item soal
terdapat 4 item soal yang tidak baik (ditolak) yaitu nomor 4,7,10 dan 23. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sisanya 26 item soal telah mewakili masing-masing indikator yang tertuang dalam
kisi-kisi penyusunan soal, diambil 25 item soal untuk dipakai sebagai instrumen tes
untuk pengambilan data hasil belajar matematika siswa. Indeks reliabilitas dari 25 soal
yang dipakai sebesar 0,748 yang berarti instrumen tes hasil belajar matematika tersebut
adalah reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
B. Deskripsi Data
Deskripsi data yang disajikan adalah data kemampuan awal siswa dan data hasil
belajar siswa. Data kemampuan awal siswa diambil sebelum dilakukan penelitian baik
pada kelompok eksperimen 1 maupun pada kelompok eksperimen 2. Sedangkan data
hasil belajar siswa diambil setelah dilakukan eksperimen pembelajaran.
1. Data Kemampuan Awal Siswa
a. Data Kemampuan Awal Siswa Kelompok Eksperimen 1
Data kemampuan awal siswa untuk kelompok eksperimen yang pertama
berasal dari 20 siswa kelas X.A SMA Kristen 1 Surakarta, 38 siswa kelas X.F SMA
Regina Pacis Surakarta dan 30 siswa kelas X.6 SMA N 8 Surakarta. Dari 88 siswa
untuk kelompok eksperimen pertama diperoleh nilai mean 56,6364, median 56,
modus 40, nilai maksimum 88, nilai minimum 16 dan standar deviasi 15,81.
Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
b. Data Kemampuan Awal Siswa Kelompok eksperimen 2
Data kemampuan awal siswa untuk kelompok eksperimen 2 berasal dari 20
siswa kelas X.A SMA Kristen 1 Surakarta, 36 siswa kelas X.G SMA Regina Pacis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Surakarta dan 30 siswa kelas X.7 SMA N 8 Surakarta. Dari 88 siswa untuk kelompok
eksperimen 2 diperoleh nilai mean 53,1364 median 56, modus 56, nilai maksimum
88, nilai minimum 20 dan standar deviasi 16,89. Selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 17.
c. Data Kemampuan Awal Berdasarkan Kategori
Berdasarkan data kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
selanjutnya akan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Dari hasil perhitungan kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
diperoleh X =54,89 dan s = 23,27. Penentuan untuk kategori didasarkan pada
ketentuan sebagai berikut kelompok tinggi : ix > X +21 s, kelompok sedang X -
21 s
£ ix £ X +21 s dan kelompok rendah ix < X -
21 s. Sehingga untuk nilai yang lebih
dari 66,525 dikategorikan tinggi, untuk nilai yang lebih dari atau sama dengan
43,255 dan kurang dari atau sama dengan 66,525 dikategorikan sedang dan untuk
nilai kurang dari 43,255 dikategorikan rendah.
Berdasarkan data yang telah terkumpul diperoleh 51 siswa mempunyai
kemampuan awal tinggi, 80 siswa mempunyai kemampuan awal sedang dan 45
siswa mempunyai kemampuan awal rendah, dengan perincian untuk kelompok
eksperimen 1 terdapat 23 siswa mempunyai kemampuan awal tinggi, 39 siswa
mempunyai kemampuan awal sedang dan 26 siswa mempunyai kemampuan awal
rendah. Untuk kelompok eksperimen 2 terdapat 28 siswa mempunyai kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
awal tinggi, 41 siswa mempunyai kemampuan awal sedang dan 19 siswa
mempunyai kemampuan awal rendah (Lampiran 24).
2. Data Hasil Belajar Matematika
a. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen 1
Data hasil belajar matematika siswa untuk kelompok eksperimen 1 yaitu 20
siswa kelas X.A SMA Kristen 1 Surakarta, 36 siswa kelas X.F SMA Regina Pacis
Surakarta dan 30 siswa kelas X.6 SMA N 8 Surakarta. Dari 88 siswa untuk kelompok
eksperimen 1 diperoleh nilai mean 68,59 median 72, modus 72, nilai maksimum 80,
nilai minimum 40 dan standar deviasi 12,63. Berdasarkan data tersebut siswa juga
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi,
sedang dan rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
b. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen 2
Data hasil belajar matematika siswa untuk kelompok kontrol yaitu 20 siswa
kelas X.B SMA Kristen 1 Surakarta, 36 siswa kelas X.G SMA Regina Pacis Surakarta
dan 30 siswa kelas X.7 SMA N 8 Surakarta. Dari 88 siswa untuk kelompok eksperimen
2 diperoleh nilai mean 73 median 76, modus 88, nilai maksimum 92 nilai minimum 48
dan standar deviasi 14,36. Berdasarkan data tersebut siswa juga dikelompokkan menjadi
tiga kelompok yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah.
Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika
No. Kelompok Rerata Simpangan Baku N
1. Eksperimen 1 68,59 12,63 88
2. Eksperimen 2 73 14, 36 88
3. Kemampuan Awal tinggi
76,863
12,167 51
4. Kemampuan Awal sedang
69,676
13,998 80
5. Kemampuan Awal rendah
65,244 12,175 45
C. Hasil Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Sebelum dilaksanakan penelitian dilakukan terlebih dahulu uji keseimbangan.
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang dikenai
model pembelajaran yaitu kelompok eksperimen 1 (pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD) dan kelompok eksperimen 2 (pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT) mempunyai kemampuan matematika
yang sama. Sebelum dilakukan uji keseimbangan terlebih dahulu dilakukan uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
normalitas untuk kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dengan
menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett.
a. Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen 1 dan
Eksperimen 2
Hasil uji normalitas kemampuan awal kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2, dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 18. Adapun rangkuman hasil
uji normalitas tersebut disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal
No Nama Variabel Lobs n Ltabel Keputusan Ket.
1. Kemampuan Awal
Eksperimen 1
0,07485
88 0,0944
diterima normal
2. Kemampuan Awal
eksperimen 2
0,07622
88 0,0944
diterima normal
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa Lobs kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 masing-masing kurang dari Ltabel, berarti pada taraf signifikansi 5%
hipotesis nol kedua kelompok diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok berasal dari data populasi normal.
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 19. Uji homogenitas pada
penelitian ini menggunakan uji Bartlett pada tingkat signifikansi a sebesar 5%.
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diperoleh 2c obs = 0,3777 dan daerah kritik uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
ini DK={ }2 2 20,05;1 3,841c c c> = . Pada tingkat signifikansi a sebesar 5% diperoleh
2c obs berada di luar daerah kritik maka hipotesis nol diterima dan dapat disimpulkan
bahwa variansi kedua populasi sama.
c. Uji Keseimbangan antara Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok
Eksperimen 2
Sedangkan untuk uji keseimbangan menggunakan uji t, berdasarkan perhitungan
diperoleh tobs=-1,4189 dengan t0,025;174 =1,960 DK={ 1,960t t < - atau }1,960t > .
Karena nilai tobs ÏDK maka Ho diterima berarti tidak terdapat perbedaan rerata antara
kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2. Jadi antara siswa yang
mendapatkan model pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe STAD dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai kemampuan awal yang sama.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20
2. Uji Prasyarat
Sebelum data dianalisa menggunakan uji anava, terlebih dahulu data harus
memenuhi syarat uji normalitas dan uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji
normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett.
a. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data variabel terikat yaitu hasil
belajar matematika berasal dari populasi normal. Uji normalitas hasil belajar dalam
penelitian ini meliputi:
1) kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2) kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
3) kelompok siswa dengan kemampuan awal tinggi
4) kelompok siswa dengan kemampuan awal sedang
5) kelompok siswa dengan kemampuan awal rendah.
Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan tingkat signifikansi a =0,05.
Rangkuman uji normalitas sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rangkuman Uji Normalitas Data hasil Belajar Matematika
No Nama Variabel Lobs n LTabel Keputusan
uji
Ket
1. kelompok siswa
dengan model
pembelajaran
kooperatif STAD
0,0731 88 0,0944 Diterima
normal
2. kelompok siswa
dengan model
pembelajaran
kooperatif TGT
0,0934 88 0,0944 Diterima normal
3. kelompok siswa
kemampuan awal
tinggi
0,1199 51 0,1241 Diterima normal
4. kelompok siswa
kemampuan awal
0,0929 80 0,0991 Diterima normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
sedang
5. kelompok siswa
kemampuan awal
rendah
0,1065 45 0,1321 Diterima normal
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28 dan Lampiran 29.
Dari hasil analisis uji normalitas hasil belajar matematika di atas, tampak bahwa nilai
Lobs untuk setiap kelompok kurang dari Ltabel berarti pada tingkat signifikansi a =0,05
menunjukkan data kelompok eksperimen 1, kelompok eksperimen 2, maupun kelompok
kategori kemampuan awal berasal dari populasi berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Variansi Data Hasil Belajar Matematika
Uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel random data hasil belajar
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 mempunyai variansi yang sama.
Demikian juga apakah sampel random data hasil belajar kategori kemampuan awal
tinggi, sedang dan rendah mempunyai variansi yang sama.
Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan uji Bartlett dengan
statistik uji Chi Kuadrat dengan tingkat signifikansi a = 0,05.
Tabel 4.4 Rangkuman Uji Homogenitas Variansi
Kelompok 2obsc 2
tabelc Keputusan Kesimpulan
Eksperimen 1
dan Eksperimen 2
1,418 3,841 Ho diterima Kedua kelompok mempunyai variansi yang sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Kemampuan awal
tinggi, sedang dan
rendah
0,995 5,991 Ho diterima Kedua kelompok mempunyai variansi yang sama
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30.
Dari hasil analisis uji homogenitas variansi hasil belajar matematika di atas,
tampak bahwa nilai 2obsc untuk setiap kelompok kurang dari 2
tabelc berarti pada
tingkat signifikansi a =0,05 menunjukkan bahwa sampel random data hasil belajar
matematika kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 mempunyai variansi
yang sama. Demikian pula untuk sampel random data hasil belajar kategori
kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah juga mempunyai variansi yang sama.
3. Uji Hipotesis Penelitian
Hasil perhitungan uji hipotesis dengan analisis variansi dua jalan 2 x 3 dengan
sel tidak sama dan taraf signifikansi 05,0=a disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Rangkuman Analisis Variansi
Sumber JK dk RK Fobs Fa Keputusan uji
Model pembelajaran (A)
963,676 1 963,676 5,83868 3,84 H0A ditolak
Kemampuan Awal (B)
4012,97
2 2006,49 12,1568 3,00 H0B ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Interaksi (AB) 95,4446 2 47,7223 0,28914 3,00 H0AB
diterima Galat (G)
28058,6 170 165,05
Total 33130,7 175
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa:
a. Pada efek utama A (model pembelajaran), harga statistik uji Fa = 5,83868 dan
F(0,05,1,170) = 3,84, ternyata Fa > F(0,05,1,170) dengan demikian H0A ditolak. Hal ini
berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efektifitas model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran koopretaif tipe TGT
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 pada materi persamaan
dan pertidaksamaan kuadrat.
b. Pada efek utama B (tingkat kemampuan awal siswa), harga statistik uji Fb = 12,1568
dan F(0,05,2,170) = 3,00, ternyata Fb > F(0,05,2,170) dengan demikian H0B ditolak. Hal ini
berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 tingkat kemampuan awal siswa yang tinggi,
sedang dan rendah memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas X semester 1 pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
c. Pada efek interaksi AB (model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa),
harga statistik uji Fab = 0,28914 dan F(0,05,2,170) = 3,00 , ternyata Fab < F(0,05,2,170)
dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan a = 0,05 tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 pada materi persamaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dan pertidaksamaan kuadrat. Data tentang analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama selengkapnya terdapat pada Lampiran 32.
4. Uji Lanjut Pasca Anava
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
bahwa H0A dan H0B ditolak, sehingga perlu dilakukan uji lanjut untuk melacak
perbedaan rerata khususnya untuk uji hipotesis yang kedua. Dalam penelitian ini uji
lanjut menggunakan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Uji komparasi ganda
hanya dikenakan pada faktor kolom yang terdiri dari 3 kategori yaitu kemampuan awal
tinggi, sedang dan rendah sedangkan pada faktor baris tidak perlu dilakukan uji
komparasi karena hanya terdiri dari 2 kategori sehingga cukup dengan melihat rataan
marginalnya.
Sebelum melihat hasil komparasi rataan antar kolom, di bawah ini disajikan
rangkuman rataan antar sel lengkap dengan rataan marginalnya.
Tabel 4. 6 Rerata Marginal dan Rerata Parsial
Kemampuan prasyarat Tinggi Sedang Rendah
Rerata marginal n
STAD 74,571 66,829 63,579 68,5909 88
TGT 79,652 73,436 66,462 73 88
Rerata marginal 76,8627 70,05 65,2444
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
n 51 80 45 176
Table 4.7 Rangkuman Uji Komparasi Antar Kolom
H0 (X.i-X.j)² 1/n.i + 1/n.j RKG F obs F kritik Keputusan
21 ·· = mm 46,4135 0,0321 165,05 8,76038 6,00 H0 ditolak
31 ·· = mm 134,985 0,0418 165,05 19,5656 6,00 H0 ditolak
32 ·· = mm 23,0934 0,0347 165,05 4,03219 6,00 H0 diterima Keterangan:
1·m : rerata hasil belajar matematika untuk kemampuan awal tinggi
2·m : rerata hasil belajar matematika untuk kemampuan awal sedang
3·m : rerata hasil belajar matematika untuk kemampuan awal rendah
Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi rataan antar kolom, diperoleh
kesimpulan yaitu :
1. 21 ·· ¹ mm , (Ho ditolak) ini berarti ada perbedaan terhadap hasil belajar jika
dilihat dari tingkat kemampuan awal siswa, dalam hal ini dari tabel rerata
marginal dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal
tinggi mempunyai hasil belajar lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai kemampuan awal sedang.
2. 31 ·· ¹ mm (Ho ditolak) yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar antara
siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai kemampuan awal rendah, dalam hal ini dapat dilihat dari tabel
rataan marginal bahwa siswa yang kemampuan awalnya tinggi mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah.
3. 32 ·· = mm (Ho diterima), ini berarti tidak ada perbedaan hasil belajar antara
siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dengan siswa yang
mempunyai kemampuan awal rendah. Perhitungan uji komparasi ganda
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33.
D. Pembahasan Hasil Analisa Data
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini mengatakan bahwa ”model pembelajaran
kooperatif tipe TGT menunjukkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik
daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD”. Berdasarkan hasil analisis
variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama faktor A (model pembelajaran)
diperoleh harga statistik uji Fa = 5,83868 dan F(0,05,1,170) = 3,84 , ternyata Fa >
F(0,05,1,170), sehingga Fa ÎDK dengan demikian H0A ditolak. Hal ini berarti pada tingkat
signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas X pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
Melihat hasil rataan marginal antara rerata hasil belajar matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh 68,59093
sedangkan rerata hasil belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif TGT
diperoleh 73. Tampak bahwa rerata hasil belajar dengan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
kooperatif tipe TGT lebih tinggi daripada rerata hasil belajar dengan model
pembelajaran kooperatif STAD. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, hal ini
mungkin disebabkan oleh banyak faktor diantaranya model pembelajaran kooperatif
yang disertai dengan game yang menyenangkan menghasilkan presatasi belajar yang
lebih baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
TGT menghasilkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X untuk materi persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan bahwa “Hasil belajar siswa
pada tingkat kemampuan awal yang lebih tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar
siswa dengan tingkat kemampuan awal yang lebih rendah”.
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan untuk sel tak sama untuk efek
utama faktor B (kemampuan awal) diperoleh harga statistik uji Fb = 12,1568 dan
F(0,05,2,170) = 3,00, ternyata Fb > F(0,05,2,170) sehingga Fb ÎDK dengan demikian H0B
ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efek
kemampuan awal yang berbeda terhadap hasil belajar matematika pada materi
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Karena H0B ditolak maka perlu dilakukan uji
lanjut anava yaitu uji komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 32.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diperoleh bahwa F1-2=
8,76038 dan 2F(0,05,2,170)=6,00, ternyata F1-2 > 2F(0,05,2,170) sehingga F1-2
ÎDK dengan
demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan hasil belajar matematikanya
berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang pada materi
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Lampiran 33, diperoleh
rerata hasil belajar matematika yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar
76,8627 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang
sebesar 70,05. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada rerata hasil belajar siswa
yang mempunyai kemampuan awal sedang. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai bekal materi prasyarat yang memadai,
sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik, baik secara komputasi
maupun secara konsep. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan
awal tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa yang
mempunyai kemampuan awal sedang pada materi persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat.
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh bahwa F1-3=
19,5656 dan 2F(0,05,2,170)= 6,00, ternyata F1-3 > 2F(0,05,2,170) sehingga F1-3
ÎDK dengan
demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan hasil belajar matematikanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Lampiran 33, diperoleh
rerata hasil belajar matematika yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar
76,8627 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah
sebesar 65,2444. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa
yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi dari siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah. Ini sangat dimungkinkan karena siswa dengan kemampuan
awal tinggi dapat menguasai materi dengan lebih cepat karena materi prasyarat yang
dimiliki sangat memadai, sedang pada siswa dengan kemampuan awal rendah materi
prasyarat yang dimiliki sangat minim sehingga siswa dengan kemampuan awal rendah
lambat untuk menguasai materi yang diberikan. Siswa dengan kemampuan awal rendah
mengalami kesulitan untuk memahami materi baru karena tidak dapat menghubungkan
antara konsep baru dengan konsep lama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik
dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh bahwa F2-3=
4,03219 dan 2F(0,05,2,170)= 6,00, ternyata F2-3 < 2F(0,05,2,170), sehingga F2-3
ÏDK dengan
demikian H0 diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 siswa yang
mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai hasil belajar matematika yang sama
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Ada kemungkinan dalam proses pembelajaran
yang berlangsung didominasi siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi,
sehingga siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah atau sedang cenderung
pasif dan tidak bisa menikmati pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajarnyapun
menjadi tidak optimal.
3. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini mengatakan bahwa “Hasil belajar siswa yang
mempunyai kemampuan awal rendah dan sedang yang diberi model pembelajaran kooperatif
tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran
koopertif tipe STAD, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan model
pembelajaran koopertatif tipe STAD mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TGT”.
Berdasarkan hasil anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh harga statistik
uji Fab = 0,28914 dan F(0,05,2,170) = 3,00 ternyata Fab < F(0,05,2,170) sehingga Fab ÏDK
dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan a =0,05 tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X pada materi persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat. Hasil tersebut tidak seperti yang dihipotesiskan peneliti, ada
kemungkinan karena peneliti tidak dapat mengontrol factor luaran yang terjadi selama
penelitian dilakukan, misalnya masalah kesehatan, motivasiyang meningkat maupun
yang menurun dan sebagainya. Dari hasil perhitungan anava dua jalan dengan sel tak
sama di atas menunjukkan bahwa pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
matematika tidak tergantung oleh kategori kemampuan awal, demikian juga
kemampuan awal yang dimiliki siswa tidak tergantung model pembelajaran yang
diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan hasil belajar matematika
siswa yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
2. Hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik
dari siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah, sedangkan hasil
belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai
efek yang sama dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.
3. Untuk setiap kemampuan awal tinggi, sedang, maupun rendah, model pembelajaran
kooperatif tipe TGT memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
B. Implikasi
Berdasarkan kajian teori dan mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan
maka penulis menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara
praktis sebagai upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa matematika.
1. Implikasi Teoritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berdasarkan kesimpulan di atas tampak bahwa terdapat pengaruh penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X pada materi persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat. Dengan kata lain terdapat perbedaan hasil belajar matematika
siswa kelas X pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Dilihat dari rerata hasil belajar yang diperoleh bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT lebih baik dari rerata hasil belajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Ini berarti hasil belajar matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
pengembangan model pembelajaran pada materi persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat, di samping itu hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai acuan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika pada materi persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat khususnya dan materi pokok pada umumnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat
siswa kelas X semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Hasil belajar matematika siswa
yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari siswa yang mempunyai
kemampuan awal sedang atau rendah, sedangkan hasil belajar matematika siswa yang
mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai efek yang sama baiknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Hasil ini secara teoritis
dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk memperhatikan aspek kemampuan awal
siswa dalam melakukan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika.
Semakin baik kemampuan matematika yang dikuasai siswa sewaktu di SMP baik
kemampuan komputasi maupun kemampuan penguasaan konsep akan semakin baik
penguasaan belajar matematika di SMA, apalagi matematika adalah suatu ilmu yang
menganut sistem hierarki sehingga proses belajar selanjutnya akan tergantung
kemampuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan demikian sebaiknya dalam
pembelajaran matematika seorang guru memperhatikan kemampuan awal siswa
sehingga hasil pembelajaran akan menjadi lebih optimal.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru
dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa.
Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar,
guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat dan efektif dengan memperhatikan
kemampuan awal siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi pada penelitian di atas dapat
dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Kepada guru mata pelajaran matematika
a. Diharapkan seorang guru matematika mulai menggunakan model pembelajaran
kooperatif di dalam proses belajar mengajarnya misalnya model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
kooperatif tipe STAD atau TGT sehingga membuat siswa aktif didalam proses
belajar pembelajaran yang akhirnya prestasi belajarnya dapat meningkat secara
maksimal.
b. Dalam memilih model pembelajaran hendaknya guru memperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Salah satu
diantaranya adalah dengan memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki
siswa sehingga dalam proses pembelajaran akan diperoleh hasil yang maksimal.
2. Kepada Kepala Sekolah
a. Hendaknya kepala sekolah menghimbau para guru untuk mulai menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) atau Teams Games Tournament (TGT) di dalam proses
pembelajarannya sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi lebih baik.
b. Memberi dukungan sepenuhnya kepada para guru dengan menyediakan berbagai
fasilitas yang dibutuhkan sehingga dapat menunjang terlaksananya proses
belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD maupun model kooperatif tipe TGT.
3. Saran bagi para peneliti/calon peneliti
Bagi para peneliti, tesis ini dapat digunakan sebagi suatu acuan atau dapat dipakai
sebagai salah satu referensi untuk melakukan penelitian yang lain. Diharapkan para
peneliti dapat mengembangkan penelitian untuk variabel lain yang sejenis atau
model pembelajaran lain, sehingga dapat menambah wawasan dan kualitas
pendidikan yang lebih baik, khususnya pendidikan matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi, B. 2008. Effects of Cooperative Learning and Problem Solving Strategies on
Junior Secondary School students’ Achievement in Social Studies. Electronic Journal of Research in Educational Psychology, v6, n3, p691-708.
Adi Waluyo. 2010. Eksperimentasi model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada
Materi Pokok Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA Negeri Di Kabupaten Tulungagung. Tesis. Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta.
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. Anas Sudijono. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw-Hill. Ballantine, J dan Larres, P. 2007. Cooperative learning: A Pedagogy to Improve
Students Generic Skills? Journal Articles; Reports– Evaluative. Education & Training, v49, n2, p126-137.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press. Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press. Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata
Pelajaran Matematika. Jakarta. DePorter, Bobbi dan Hernacki,M. 2007. Quantum Learning,Bandung : PT Mizan
Pustaka. Doymus, K. 2007. Effects of a Cooperative Learning Strategy and Learning Phases of
Matter and One-Component Phase Diagrams. Journal of Chemical Education, v84, n11, p1857-1860.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Fitria Khasanah. 2009. Ekperimentasi Pembelajaran Matematika dengan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar Se-Kecamatan Depok. Tesis. Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta.
H. Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antara Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hadi Wiyono . 2008. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada
pokok bahasan Faktorisasi suku aljabar kelas VII SMP Negeri se Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2007/2008 ditinjau dari motivasi belajar siswa. Tesis. Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta.
Hornby, G. 2009. The effectiveness of cooperative learning with trainee teachers.
Journal of Education for Teaching, Volume 35, Issue 2 May 2009 , pages 161 – 168.
Ika Krisdiana. 2010. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat dan Fungsi Kuadrat Kelas X Di Kota Madiun. Tesis.Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung :
Alfabeta. Latifah Mustofa Lestyanto. 2010. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan
Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Student Team Achievement Division (STAD) pada Materi Kubus dan Balok bagi Siswa Kelas VII SMP Kabupaten Klaten Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Tesis. Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta.
Mahedy,L; Michielli-Pendl,J; Barbara; Harper,G. 2002. A Collaborative Research Project To Improve the Academic Performance of a Diverse Sixth Grade Science Class. Journal Articles; Reports – Evaluative. Teacher Education and Special Education, v25, n1, p55-70.
M. Furqon Hidayatullah. 2009. Guru Sejati. Membangun Insan Berkarakter Kuat dan
Cerdas. Surakarta : Yuma Pustaka. Mohammad Asrori. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Paul Suparno. 1977. Filsafat konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Silberman, Melvin. 2006. Active Learning. 101 cara belajar siswa aktif. Bandung :
Nusamedia bekerjasama dengan Nuansa. Slavin, Robert. 2008. Psikologi Pendidikan. Teori Dan Praktek. Jakarta: PT Indeks Slavin, Robert. 2009. Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa
Media. Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Prospect. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Konsep, Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.
Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.