PERAN FOX NEWS DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT
TERKAIT PEMBATASAN AKSES MASUK ENAM NEGARA MUSLIM DUNIA DI
ERA DONALD TRUMP
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Annisa Rizka Amallia
11141130000070
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1439 H
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
PERAN FOX NEWS DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI AIVTERIKA
SERIKAT TERKAIT PEMBATASAN AKSES MASUK ENAM NEGARA
MTISLIM I}UNIA DI ERA I}ONALD TRUMP
Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (UIN)
Svari f H i dayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
canturnkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri ([IIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 Juli 2018
1.
,w'
ffi-
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini. Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Annisa Rizka Amallia
MM :11141130000070
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
..PERAN FOX NEWS DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT
TERKAIT PE}IBATASAN AKSES MASUKENA1VI NEGARA MUSLNU DUNIA
DIeER{ DONALD TRIIMF:
dan telah memenuhi syarat untuk diuji,
Jakarta 6 Juli 2018
Menyetujui,Pembirnbing,
Mengetahui,
.;fl;ffi
PENGESAHAN PAI\ITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSIPERAN FOX NEWS DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA
SERIKAT TERKAIT PEMBATASAN AKSES MASUK ENAM NEGARAMUSLIM DI ERA DONALD TRUMP
oleh
Annisa Rizka Amallial l 141 130000070
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9
Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperolehgelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Hubungan Intemasional.
Ketua
NIP:
Penguji I,
Irfan R. Hutasalune.Ll.MNIP:
memenuhi syarat kelulusan pada tanggal B ftquSkrS 2913.
Studi Ilmu Hubungan lnternasional
Diterima dan dinyatakan
il
iv
ABSTRAK
Dalam skripsi ini, penulis menganalisa bagaimana pengaruh media massa
dapat menjadi salah satu faktor penggerak dalam pembuatan suatu kebijakan luar
negeri di suatu negara. Peran media massa yang begitu berpengaruh, sehingga
memiliki kapabilitas yang cukup diperhitungkan terjadi di Amerika Serikat. Fox
News sebagai salah satu media massa besar di Amerika Serikat dijadikan sebagai
salah satu contoh penggerak media massa yang memiliki pengaruh dalam
perumusan kebijakan luar negeri Amerika Serikat mengenai pembatasan akses
masuk ke enam negara muslim dunia, antara lain Chad, Iran, Libya, Suriah,
Somalia dan Yaman. Kekuatan Fox News juga didukung dengan hubungan
dekatnya dengan Donald Trump yang telah menjabat menjadi Presiden Amerika
Serikat ke -45 Amerika Serikat. Dengan kedekatan yang terjalin antar keduanya
dan juga pendekatan yang dilakukan Fox News dalam setiap pemberitaan
mengenai Islam akhirnya opini masyarakat pun terbentuk. Terbentuknya opini
tersebut akhirnya merupakan salah satu faktor pendorong utama dalam perumusan
kebijakanluar negeri Amerika Serikat yang kontorversial tersebut.
Untuk memperdalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan tiga teori
demi mempermudah penjelasan permasalahan yang ada, antara lain Analisis
Framing, Kepentingan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri. Analisis Framing
akan melihat bagaimana opini bisa terbentuk dari media massa, dalam kasus ini
adalah Fox News. Kepentingan Nasional dapat dilihat dari bagaimana keamanan
nasional Amerika Serikat merupakan suatu tujuan utama untuk menciptakan
Amerika Serikat yang kembali berjaya, dan Kebijakan Luar Negeri akan melihat
bagaimana suatu kebijakan yang dibuat merupakan sebuah alat untuk mencapai
tujuan utama negara, yaitu Kepentingan Nasional.
Kata Kunci: Fox News, Donald Trump, Amerika Serikat, Opini, Kepentingan
Nasional.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur teruntuk Allah SWT, tak bisa henti-hentinya penulis
ucapkan karena dengan berkah rahmat dan segala bentuk pertolongan yang ia
berikan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul “ Peran
Media Massa Amerika Serikat Pada Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat:
Studi Kasus Peran Fox News Dalam Kebijakan Pembatasan Akses Masuk
Terhadap Enam Negara Muslim Era Donald Trump”. Serta tak luput, penulis
haturkan shalawat serta salam kepada baginda Rasullullah SAW, nabi terakhir
yang menjadi suri tauladan bagi kita semua.
Tujuan penulisan skrpsi ini tidak lain adalah salah satu cara penulis dalam
memenuhi syarat kelulusan Program S1 dalam studi Hubungan Internasional di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan
segala kesadarannya, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa
terselesaikan dengan baik jika tidak mendapatkan banyak bantuan, baik bersifat
materi maupun moril. Sedari itu, penulis ingin sekali mengucapkan terimakasih
pada;
1. Allah SWT dimana merupakan tempat bersujud meminta segala
pertolongan, baik berupa pengutan mental dalam mengerjakan skripsi ini
dan juga tempat berkeluh kesah dari segala permasalahan yang ada.
2. Kedua orang tua penulis, Bapak H. Awi Rahardja dan Ibu Hj. Istiqomah.
Tempat kedua dimana segala peluh tercurah. Orang tua hebat yang
senantiasa memberikan segala sesuatunya demi menguatkan penulis dalam
vi
proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih telah menjadi seutuh-utuhnya
“rumah”.
3. Bapak Adian Firnaz, selaku Dosen Pembimbing. Dosen pembingbing yang
sangat memperhatikan proses penulisan skrpsi penulis. Selalu memberikan
arahan yang memudahkan penulis dalam menyusun skripsi. Terima Kasih
untuk segala ilmu dan pelajaran yang telah Bapak berikan kepada penulis.
4. Fergian Octa Yuliawan, laki-laki yang dengan sabarnya selalu
menyemangati penulis. Yang selalu memberikan dukungan tiada akhir,
baik dari segi waktu dan juga bantuan lainnya. Seseorang yang membuat
penulis merasa bahwa penyusunan skripsi tidak terlalu menakutkan, itu
semua berkat dirinya!
5. Teman-teman satu permainan, Hana, Tirana dan Risfi. Teman yang
mengahabiskan masa perkuliahan bersama dengan penulis. Teman yang
memiliki ribuan cara untuk membuat penulis merasa bahwa perkuliahan
tidak hanya tentang kesendirian dan ambisi dalam mencapai nilai
tertinggi. Teman yang memang tak bisa selalu bersama, namun selalu ada
di saat kondisi tak terkondisikan.
6. Teman-teman HI C angkatan tahun 2014, yang selama empat tahun tidak
pernah terpisahkan. Teman belajar, berdebat, dan berargumen. Teman rasa
keluarga. Semoga semoga kalian turut tersemogakan, sukses kawan!
7. Keluarga penulis dirumah, abang-abangku, mba-mbaku dan keponakan-
keponakanku. Terimakasih untuk segala perhatian yang telah diberikan.
Kelak nanti akan terbalaskan, amin.
vii
Semoga, dengan adanya skripsi ini, kurang lebih dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dalam studi Ilmu Hubungan Internasional. Dengan
penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
dan segala kritik serta saran dapat disampaikan melalui email di
Tangerang, 11 Juli 2018
Annisa Rizka Amallia
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah ........................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 7
E. Kerangka Konseptual ................................................................................... 13
1. Kepentingan Nasional .......................................................................... 13
2. Kebijakan Luar Negeri ......................................................................... 16
3. Analisis Framing .................................................................................. 18
F. Metode Penelitian ......................................................................................... 20
G. Sistematika Penulisan ................................................................................... 21
BAB II KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT MENGENAI
PEMBATASAN AKSES MASUK TERHADAP ENAM NEGARA MUSLIM
DUNIA ................................................................................................................... 23
A. Awal Kepemimpinan Donald Trump ........................................................... 23
vii
B. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Pembatasn AksesMasuk ke
Enam Negrara Muslim Dunia ....................................................................... 26
C. Respon Iran Atas Kebijkan Luar Negeri Amerika Serikat Di Bawah
Kepemimpinan Donald Trump .................................................................... 33
BAB III PERAN MEDIA MASSA AMERIKA SERIKAT DALAM
KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT .................................. 38
A. Peran Media Massa Dalam Masyarakat ....................................................... 38
B. Peran Media Massa Dalam Pembentukan Opini dan Perilaku Politik
Masyarakat di Suatu Negara ......................................................................... 43
C. Media Massa di Amerika Seriakt ................................................................. 46
D. Peran Media Massa Dalam Pembuatan Kebijakan Luar Negeri Amerika
Serikat .................................................................................................................... 49
BAB IV ANALISIS PERAN FOX NEWS PADA RUMUSAN KEBIJAKAN
LUAR NEGERI AMERIKA SERIAKT MENGENAI PEMBATASAN
AKSES MASUK TERHADAP ENAM NEGARA MUSLIM PERIODE
KEPEMIMPINAN DONALD TRUMP ............................................................ 56
A. Fox News dan Latar Belakangnya ................................................................ 56
B. Peran Fox News Dalam Penggiringan Opini Publik Terhadap Islam .......... 60
C. Keterkaitan Fox News dan Donald Trump ................................................... 66
vii
D. Opini Publik Sebagai Faktor Internal Terbentuknya Kebijakan Luar Negeri
Amerika Serikat di Periode Kepemimpinan Donald Trump Atas Pembatasan
Akses Masuk Enam Negara Muslim Dunia ..................................................... 72
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 77
A. Kesimpulan .................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... xiiiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tidak bisa dipungkiri, bahwa efek globalisasi membuat kehidupan
manusia menjadi lebih modern, dari pada sebelumnya. Segala sesuatu mengenai
hal-hal yang cepat dan taktis sangat erat kaitannya dengan efek globalisasi,
termasuk dengan pertukaran informasi. Media massa sebagai salah satu wadah
yang banyak menjadi sumber informasi pun seakan dimudahkan dengan berbagai
macam kemajuan teknologi, dalam meinformasikan mengenai berita-berita yang
ingin diinformasikan pada seluruh masyarakat di suatu negara, bahkan menyebar
hingga ke forum dunia internasional
Media massa dengan kecakupan informasi yang cepat dan luas pun
akhirnya sanggup menjadi acuan dasar masyarakat dalam menentukan sebuah
opini. Opini tersebut terbentuk dari informasi yang terus menerus tersalurkan
dengan bukti-bukti akurat berupa gambar, potongan video maupun hasil
wawancara. Opini yang berkembang di masyarakat akan menjelma menjadi sikap
dan mentalitas dari masyarakat itu sendiri1. Peran media dalam hal ini menjadi
1Peran Media Digital dalam Pembentukan Ruang Opini Publik , Mahendra
Ridwanul Ghoni, http://lpmgemakeadilan.fh.undip.ac.id/2017/02/09/peran-media-digital-
dalam-pembentukan-ruang-opini-publik/ diakses pada 30 September 2017 21:20
2
sangat vital karena bertanggung jawab dalam proses pembentukan opini
masyarakat luas .
Kekuatan media massa sebagai salah satu acuan dalam pembentukan opini
masyarakat luas ini, tidak terlepas dari bagaimana media massa tersebut
mengemas berita-berita yang ingin disampaikan. Hal ini tentu membuat berita
yang dimuat di media massa menjadi lebih meyakinkan dan akhirnya membuat
masyarakat luas menjadi percaya dengan berita yang diangkat dan disebarkan
tersebut. Sehingga, berita yang diangkat oleh media massa seakan-akan
merupakan sebuah realitas yang memang terjadi, dan ini adalah salah satu
kekuatan media massa. Namun, sejatinya pengemasan informasi menajdi sebuah
berita dalam media massa dapat diatur sedemikian rupa, sehingga menarik untuk
dibaca, hal ini masuk dalam kategori teknik framing dalam pembuatan sebuah
berita.
Framing media menurut Eriyanto adalah metode untuk melihat cara
bercerita (story telling) media atas peristiwa2. Cara bercerita tersebut tergambar
pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini
berpengaruh pada hasil akhir dari Konstruksi Realitas. Analisis framing adalah
analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksikan realitas.
Hal ini juga digunakan untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan
dibingkai oleh media, terutama media massa.
2 Eriyanto, “Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Polotik Media)”, LKiS,Yogyakarta,
2002.
3
. Framing dibuat sebagai cara mengkonstruksikan realitas. Dalam
pengkonstruksian tersebut, media menggunakan sudut pandang mereka dalam
menulis berita3. Hal itu dimaksudkan untuk membentuk opini publik agar sesuai
dengan apa yang dipikirkan media tersebut.
Kekuatan media dalam membangun opini dalam bentuk framing inilah
yang dapat menimbulkan perbedaan sudut pandang dalam melihat sebuah
fenomena termasuk dengan melihat negara-negara Islam. Negara- negara Islam di
Timur Tengah memang dikenal dengan negara yang memiliki banyak konflik
akibat tindakan radikalisme , sehingga tidak mengherankan banyak pandangan
buruk yang tersemat pada negara-negara tersebut4. Negara-negara Islam
digambarkan oleh banyak media massa global, termasuk media massa yang
berbasis di Amerika Serikat sebagai negara yang banyak mengasilkan kelompok-
kelompok ekstrimis yang berbahaya.
Kelompok-kelompok ekstrimis berbahaya ini digambarkan sebagai
kelompok ekstrimis yang mengatasnamakan Islam sebagai landasan dasar
kelompok tersebut. Banyak data yang telah dipublikasikan melalu media-media
massa global maupun berbasis di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa
3 Hamad, Ibnu, “Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa”,( Granit, Jakarta) 2004 4“The top 10 countries which suffer the most from terrorism - most of which are Muslim”, Adam
Withnall, http://www.independent.co.uk/news/world/politics/the-top-10-countries-which-suffer-
the-most-from-terrorism-most-of-which-are-muslim-a6738121.html , diakses pada 27 Februari
2018
4
kelompok ekstrimis Islam adalah salah satu penyebab kematian yang banyak
menelan korban5.
Pengeboman di WTC, Menjamurnya organisasi radikalisme Islam seperti
ISIS dan tindakan pengeboman di kantor berita Charlie Hebdo merupakan
beberapa bukti aksi yang marak dilakukan oleh para kelompok ektrimis yang
mengatasnamakan jihad Islam. Media terutama media massa barat secara terus
menerus menyudutkan Islam sebagai aktor utama penggerak aksi terorisme.
Tagline-tegline berita pun tidak luput dari adanya framing yang akhirnya
dijadikan lahan penggiring opini negatif publik terhadap Islam. Pandangan buruk
tersebut terlebih terbentuk dari negara-negara barat yang terkenal dengan paham
liberalisme termasuk dengan Amerika Serikat, yang sejatinya bertolak belakang
dengan paham yang dianut oleh kebanyakan negara-negara muslim di Timur
Tengah.
Akhirnya, efek buruk dari hal tersebut adalahnya adanya ketakutan
tersendiri terhadap Islam, terutama di negara-negara barat dengan Islam sebagai
agama yang masih menjadi minoritas di negara tersebut, termasuk di Amerika
Serikat. Ketakutan ini akhirnya menjadikan Islam sebagai sebuah agama yang
menakutkan, sehingga keberadaanya dijadikan sebagai salah satu ancaman dalam
kestabilitasan segi keamanan sebuah negara, termasuk Amerika Serikat.
5 The Ten Countries Most Affected By Terrorism, Dominic Dudley,
https://www.forbes.com/sites/dominicdudley/2016/11/18/countries-most-affected-by-
terrorism/#133e9ce30d9c, diakses pada 26 Februari 2018 06.39
5
Mengenai hubungan anatara Islam, negara-negara di Timur Tengah dan
Amerika Serikat juga bisa dibilang memiliki hubungan yang kurang harmonis,
terutama setelah kejadian 9 September 2001. Sejak peristiwa tersebut, Islam
cenderung direduksikan sebagai bagian dari pengertian terorisme6. Masyarakat
Amerika Serikat seakan telah “terlukai” dengan adanya peristiwa terorisme
tersebut, terutama dengan aktor utama yaitu Osama bin Laden yang notabennya
menggunakan Islam sebagai perwujudan jihad fisabilillah suatu perjuangan
melawan ketidakadilan dan penindasan yang dialami umat Islam oleh negara-
negara barat, termasuk Amerika Serikat.
Sikap yang secara tidak langsung menjadikan Islam sebagai sebuah
ancaman ini semakin terlihat ketika banyak kasus-kasus penembakan massal yang
merenggut banyak korban jiwa terjadi di Amerika Serikat, dan pelakunya
merupakan seorang muslim. Kejadian tersebut semakin membuat publik Amerika
Serikat memiliki prespektif negatif terhadap Islam, puncaknya terjadi pada saat
masa kampanye dalam rangka pelaksanaan pemilu Presiden ke-45 Amerika
Serikat.
Salah satu kandidat calon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
seakan menyerukan Islam sebagai sebuah entitas yang berbahaya dalam
kehidupan publik di Amerika Serikat dan akan menutup akses bagi muslim untuk
masuk ke Amerika Serikat. Hal itu semakin menguat ketika Donald Trump
akhirnya menjabat sebagai Presiden di Amerika Serikat, ia mengeluarkan
6 Abdul Wahid dan Kawan-Kawan, “ Kejahatan, Terorisme, Prespektif Agama, HAM dan
Hukum”, Bandung, Refika Aditama,2004.
6
kebijakan yang cukup kontroversial, dimana Amerika Serikat merencanakan
adanya larangan imigrasi terhadap warga dari enam negara berpenduduk
mayoritas Muslim untuk masuk ke Amerika Serikat. Negara- negara tersebut
antara lain Chad, Iran, Libya, Suriah, Somalia dan Yaman.
Di dalam skripsi ini, peran media massa dah lebih dikhususkan pada
media massa Fox News di Amerika Serikat dalam kebijakan luar negeri Amerika
Serikat mengenai pembatasan akses masuk bagi warga dari enam negara muslim
dunia pada periode pemerintahan Donald Trump akan menjadi pembahasan utama
dan akan dibahas melalui teori Hubungan Internasional, serta berdasarkan
penggunaan referensi yang kredibel dan sesuai dengan fakta-fakta yang nyata
dilapangan.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah di atas, terkait dengan peran media
massa dalam sebuah rumusan kebijakan luar negeri Amerika Serikat mengenai
pembatasan akses masus enam negara muslim, memiliki sisi yang dapat diteliti
lebih lanjut. Kredibilitas media massa dalam memberikan informasi terhadap
masyarakat, dan akhirnya menjidakan media sebagai acuan masyarakat dalam
membentuk opini akhirnya membuat sebuah rumusan dalam membentuk suatu
Kebijakan Luar Negeri. Selanjutnya, dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan
penelitian berikut;
7
“Bagaimana peran Fox News dalam terbentuknya kebijakan luar negeri
Amerika Serikat mengenai pembatasan akses masuk ke enam negara muslim
dunia di Era Donald Trump? “
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian dijabarkan sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui bagaimana media massa dapat mengembangkan
opini publik Islam sebagai sebuah entitas agama yang berkonotasi kurang
baik
2. Untuk menganalisa bagaimana opini yang sudah terbentuk dari
media massa dapat menjadi tumpuan dasar dalam mengembangkan
kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam memberikan mengenai
keterbatasan akses masuk ke enam negara muslim dunia
Manfaat penelitian dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk berkontribusi bagi kajian studi hubungan internasional dalam
bidang media massa
2. Menambah informasi mengenai peran media massa di Amerika Serikat
dan juga bagaimana media massa berperan dalam perumusan
kebijakan luar negeri Amerika Serikat era kepemimpinan Presiden
Donald Trump
8
D. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa kumpulan penelitian terdahulu untuk mendapatkan
informasi untuk menganalisis poin pertanyaan dalam skripsi ini. Penelitian
terdahulu ini dikira sangat berkontribusi dalam melengkapi dan
menyempurnakan penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan
penulisan skripsi ini.
Pertama, merupakan sebuah jurmal akademis karya Sri Herwinda Baskara
Wijaya, bseorang dosen Universitas Sebelas Maret, Jurusan Komunikasi,
dalam judul, Media dan Terorisme7. Dalam jurnalnya, Sri membahas tentang
perkembangan media sebagai salah satu penggerak opini dunia, salah satunya
bekerja pada kasus terorisme. Pengeboman serta aksi terorisme yang terjadi,
diawali pada kejadian di WTC Amerika Serikat 11 Sepetember 2001 lalu.
Pasca aksi tersebut, ketakutakan atas apa yang disebut dengan “Islam” meluas
di negara Barat dengan istilah Islamophobia.
Ketakutan atas Islam tidak hanya mucul melalui lisan dan tulisan,
Islamophobia juga mengarah ke relasi disosiatif bersifat destruktif fisik dan
nonfisik seperti ”teror” mental dan fisik terutama kepada kaum muslimin yang
menjadi minoritas di Barat khususnya di Amerika Serikat, Inggris, Perancis,
Belanda dan Australia. Tentu saja kondisi ini sangat tidak konstruktif bagi
dunia internasional. Tidak hanya bagi Islam dan umatnya, namun juga bagi
terciptanya peradaban global yang damai.
7 Wijaya, Sri Herwinda Baskara ,” Media dan Terorisme” , THE MESSENGER, Volume II No 1
Januari , 2010.
9
Media, terutama media-media barat dalam hal ini bekerja sebagai sumber
informasi yang disebarkan secara masif, sehingga Islamophobia sebagai
bentuk ketakutan dari ancaman agama Islam pun semakin meluas8. Slogan
terorisme sebagai bagian dari Islam pun tidak bisa dicegah karena adanya
pengaruh media barat dengan teknologi mutakhirnya yang secara terus
menerus menyudutkan Islam. Opini- opini publik yang terbentuk atas dasar
pemberitaan media barat inilah yang akhirnya membuat Islam seolah-olah
menjadi tersangka utama dalam adanya gerakan terorisme internasional.
Melalui jurnal ini, Sri juga mengutarakan bagaimana peran media dalam
menyampaikan propaganda terhadap isu terorisme. Propaganda dimulai
dengan penggambaran secara sepihak dan sadar oleh media Barat seperti
pemberitaan terkait isu-isu terorisme. Dalam studi media kritis dikenal sebagai
teknik ”demonisasi” yakni usaha penciptaan nama buruk terhadap suatu
komunitas secara massif (skala besar) dan sistematis, biasanya melalui
propaganda media dengan teknik rekayasa citra ataupun imagologi9 .
Kedua, merupakan sebuah tesis yang ditulis oleh, Eko Himawan, seorang
mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia, yang berjudul Islamofobia Di
Amerika Serikat. Dalam tesisnya tersebut, Eko mengungkapkan perkembangan
Islam di Amerika Serikat dapat dikatakan memiliki grafik yang cukup baik,
dimana terjadi peningkatan jumlah pemeluk Islam setiap tahunnya. Hal ini juga
9 Ibrahim, Idi S dan Romli, Asep SM. “Amerika, Terorisme dan Islamophobia: Fakta dan
Imajinasi Jaringan Kaum Radikal”.( Bandung: Nuansa), 2007, hal 65.
10
didukung dengan kondisi negara Amerika Serikat yang homogen sehingga para
muslim di Amereika Serikat juga mencerminkan hal tersebut.
Unsur-unsur dunia Islam lainnya yang dibawa dari berbagai macam negara
menciptakan banyak hal baru seperti ras, suku serta identitas nasional yang
bersatu sebagai muslim Amerika Serikat yang teralkuturalisasi dengan cukup
baik. Pluralisme yang terjadi secara baik diantara para kaum muslim di Amerika
Serikat menjadikan Islam di sana memiliki banyak aliran yang beragam, mulai
dari yang meyoritas yaitu Sunni hingga Syiah dan Sufi.
Namun, kehidupan para kaum Muslim Amerika Serikat bukanlah sebuah
kehidupan yang dapat dijalankan dengan mudah, terlebih setelah adanya kejadian
memilukan pada 9 September 2001. Peristiwa penyebaran teror dan penghacuran
gedung World Trade Center oleh para pemuda Islam ekstrimis yang bermarkas di
Afganistan menjadikan kehidupan Muslim Amerika Serikat menjadi lebih sulit
dari sebelumnya.
Persepsi keliru mulai terbangun atas Islam baik oleh pemerintah maupun
masyarakat Amerika Serikat itu sendiri. Perlakuan-perlakuan yang besifat
diskriminatif pun sering dialami warga muslim Amerika Serikat dari para warga
Amerika Serikat yang bukan dari kalangan muslim. Kemarahan serta anggapan
bahwa muslim adalah teroris merupakan hal yang ditunjukan oleh para warga
Amerika Serikat setelah kejadian 9/11 tersebut,sehinga menggambarkan adanya
permusuhan dan sikap yang dinilai sebagai sebuah bentuk ketakutan muncul ke
11
permukaan dan akhirnya mengindikasikan adanya gerakan Islamofobia di
Amerika Serikat.
Ketiga adalah sebuah jurnal karya Mohammed Nuruzzaman, berjudul
President Trump’s Islamophobia and the Muslims: A Case Study in Crisis
Communication10. Jurnal ini diterbitkan di GUST atau yang lebih dikenal sebagai
Gulf University for Science and Technology, di Kuwait. Dalam jurnalnya,
Nuruzzaman menyebutkan bahwa kampanye pada pemilu Presiden Amerika
Serikat tahun 2016 penuh dengan isu-isu sensitif yang bernada rasis terhadap
Islam sebagai sebuah agama. Hal kurang mengenakan tersebut terlebih
dilontarkan oleh salah satu calon presiden yang berasal dari Partai Republika,
Donald Trump.
Donald Trump disebut Nuruzzaman sebagai calon Presiden Amerika
Serikat yang secara jelas mengemukakan kebenciannya terhadap Islam. Trump
menilai Islam sebagai sebuah agama yang sangat akrab dengan kekerasan
sehingga dapat membahayakan keamanan masyarakat Amerika Serikat.
Pemikiran anti Islam Donald Trump nyatanya bukan hanya sebatas
ungkapan saja, dalam kampanyenya, ia pun mengemukakan sebuah gagasan
bahwasannya muslim dari penjuru luar Amerika Serikat, dilarang untuk masuk
dan menetap di Amerika Serikat. Hal ini tentunya menimbulkan polemik
tersendiri, terutama reaksi dari kalangan muslim dunia. Namun, pernyataan
kontroversial tersebut akhirnya disahkan menjadi salah satu kebijkan luar negeri
10 Mohammed Nuruzzaman,” President Trump’s Islamophobia and the Muslims: A Case Study in
Crisis Communication”, International Journal of Crisis Communication, 2017, 1, 16-20
12
Amerika Serikat sesaat setelah Trump mengambil sumpah sebagai presiden ke-45
Amerika Serikat pada tanggal 20 Januari 2017.
Dengan mengeluarkan perintah eksekutif secara resmi mengenai
perlindungan Amerika Serikat dan pencegahan teroris asing masuk ke Amerika
Serikat, pada 27 Januari 2017 ia mempersulit proses masuknya Muslim dari
tujuh Negara dunia yang berpenduduk mayoritas Muslim diantaranya Iran, Irak,
Libya, Somalia,Sudan, Suriah, dan Yaman ( Irak dicabut dari pelarangan pada 6
Maret 2017).
Melihat dari sejarahnya, Trump bukanlah Presiden pertama Amerika
Serikat yang baik sengaja atau tidak menigindikasikan dirinya sebagai anti
muslim. Menurut Nuruzzaman, dalam bagian “America First” Narrative and The
Muslims.Dalam jurnalnya, ia menyebutkan dahulu ada juga Bush yang tidak lain
menyuarakan gerakan serupa dengan yang Trump lakukan.
Jika melihat dari kesamaan antara Bush dan Trump yang sama-sama
dilanda “Islamofobia” Trump dinilai lebih berani dalam menunjukan aksi
ketidaksukaanya terahadap Islam. Isu-isu sensitif yang selama ini dianggap tabu
untuk dikemukakan secara publik, lantas ia umumkan secara lantang.
Keempat, dan juga merupakan yang terakhir adalah sebuah skripsi dari
R.A Cintya Nurma Juwita, seorang mahasiswi Hubungan Internasional
Universitas Udayana, yang berjudul Peran Media Massa Di Amerika Serikat
13
Dalam Mempengaruhi Kebijakan Invasi Iraq Pada Tahun 200311. Dalam
skripsiya, Cintya menjelaskan secara terperinci bagaiman media massa menjadi
salah satu kekuatan besar dan berpengaruh di Amerika Serikat. Media massa di
Amerika Serikat memiliki kapabilitas tersendiri dalam memberitakan sebuah
berita. Media massa yang diangkatnya dalam skripsinya adalah CNN.
CNN digambarkan sebagai sebuah media massa yang memiliki peranan
penting di masa kepemimpinan Bush saat itu, yang menjabat sebagai Presiden
Amerika Saat itu. dalam pemberitaanya, CNN seakan berhasil menggirng opini
publik untuk mengungkap realita kelam dimana Iraq digambarkan sebagai sebuah
negara sarang terorisme dan juga memiliki senjata pemusnah masal. Dengan
pemberitaan yang syarat akan framing yang menggiring kebencian terhadap Iraq
tersebut, kebijakan luar negeri Amerika Serikat pun akhirnya dibuat, yaitu
melakukan invasi ke Iraq pada tahun 2003
E. Kerangka Konseptual
Pada penelitian kali ini, setidaknya akan menggunakan dua konsep dalam
studi Hubungan Internasional dan satu teori dalam studi Ilmu Komunikasi.
Pertama, adalah konsep Kepentingan Nasional dan yang kedua adalah konsep
Kebijakan Luar Negeri . Terakhir, adalah teori framing media.
1. Kepentingan Nasional
Negara di dalam lingkup internasional dilihat sebagai aktor yang berkaitan
erat dengan arena politik internasional, dimana negara tidak memiliki otoritas
11 RA Cintya Nurma Juwita, “Peran Media Massa Di Amerika Serikat Dalam Mempengaruhi
Kebijakan Invasi Iraq Pada Tahun 2003”,Universitas Udayana, 2012.
14
yang terpusat, sehingga syarat akan tuntutan-tuntutan didalamnya12. Dalam
tuntutan masing-masing negara tersebut, pada sistem dunia internaisonal,
ketidak setiakawanan bukanlah sesuatu yang menjadi sebuah keharusan dalam
hubungan antara satu negara dengan negara lainnya.
Dari rincian pandangan tersebut, dapat dikatakan bahwa negara bersifat
tunggal dimana negara juga berperan langsung sebagai pengambil keputusan
dalam arena politik internasional. pengambilan keputusan oleh negara ini
merupakan cara yang terbaik demi tujuan pemenuhan kebutuhan domestik
negara tersebut, atau juga bisa disebut dengan kepentingan nasional.
Kepentingan nasional merupakan dasar dalam pembuatan keputusan yang
nantinya akan dirumuskan sebagai sebuah kebijakan luar negeri suatu negara13.
Dibedakan melalui sifatnya, kepentingan nasional terbagi menjadi dua.
Pertama, yaitu kepentingan nasional yang bersifat vital (esensial) dan kedua,
kepentingan nasional yang bersifat non-vital (sekunder). Kepentingan nasional
yang bersifat vital biasanya erat kaitannya dengan kelangsungan hidup negara
tersebut, sehingga memiliki kepentingan penting yang menjadikannya sebagai
sebuah identitas dalam rancangan kebijakan luar negerinya, sedangkan
kepentingan nasional yang bersifat non-vital dinilai tidak memiliki hubungan
secara langsung dengan eksistensi negara secara langsung namun tetap
diperjuangkan melalui kebijakan luar negeri.14
12 P. Anthonius Sitepu. “Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta” : Graha Ilmu. 2011. Hal 163. 13 Jack C. Plano dan Roy Olton. Kamus Hubungan Internasional (Edisi Ketiga). alih bahasa :
Wawan Juanda. Universitas Michigan Barat. 1999. Hal 7. 14 Banyu Perwita, Anak Agung dan Yanyan Mochaman Yani. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2005. Hal 35.
15
Secara garis besar, dengan melihat betapa pentingnya kepentingan
nasional di sebuah negara, maka bukanlah sesuatu yang dilebih-lebihkan apabila
suatu negara mempertaruhkan kepentingan nasionalnya dalam lingkup
internasioanl dengan melibatkan interaksi dengan negara-negara lainnya.
Kepentingan nasional sendiri merupakan sebuah dasar dalam menjelaskan
perilaku politik luar negeri suatu negara, hal ini juga berlaku bagi Amerika Serikat
pada masa kepemimpinan Donald Trump. Kondisi Amerika Serikat yang mulai
rawan akibat tidak sedikitnya penyerangan yang menimbulkan korban akibat dari
ulah pelaku yang dinyatakan sebagai muslim hingga pemeberitaan miring
terhadap Islam oleh media-media massa lokal, akhirnya membuat Trump yang
juga seorang anti muslim, mengeluarkan kebijakan luar negeri yang bisa dibilang
cukup kontroversial. Dimana, ia membuat sebuah kebijakan luar negeri Amerika
Serikat mengenai keterbatasan akses masuk ke enam negara muslim dunia.
Kebijakan pembatasan akses ini merupakan suatu cara yang Trump
rumuskan sebagai upaya dalam menjaga keamanan nasioanl Amerika Serikat dari
bahaya radikalisme yang ia asumsikan sebagai suatu ancaman yang berasal dari
negaara-negara Islam tersebut. mempertahankan keamanan nasional negara
merupakan salah satu unsur yang patut diperjuangkan dalam kepentingan
nasional suatu negara. Keamanan nasional merupakan sesuatu yang sangat vital
dan tergolong penting untuk dipertahankan bagi setiap negara, termasuk oleh
negara besar seperti Amerika Serikat sekalipun.
16
2. Kebijakan Luar Negeri
Negara dalam lingkup dunia internasional memiliki kesamaan pandangan
dalam kewajiban memenuhi hak dan kepentingan domestik dalam negeri. Dalam
proses pemenuhan kebutuhan tersebut, banyak cara yang akhirnya ditempuh
oleh sebuah negara, termasuk dengan berhubungan dengan negara lain dalam
lingkup sebuah hubungan internasional. Proses tersebut secara garis besar
dinamakan sebagai sebuah kebijakan luar negeri.
Joshua Goldstein, seorang profesor dalam studi Hubungan Internasional
berpendapat bahwa Kebijakan Luar Negeri merupakan cara-cara atau bisa
dikatakan sebagai sebuah strategi yang diambil oleh pemerintahan suatu negara
dalam menentukan sikap dan aksi mereka di dalam sebuah sistem
internasional15. Sedangkan, menurut K.J. Holsti, Kebijakan Luar Negeri
merupakan suatu bentuk tindakan atau gagasan yang disusun dalam rangka
memecahkan sebuah masalah, atau membuat sebuah perubahan dalam suatu
lingkungan16
Lain halnya dengan pendapat Rosenau, menurutnya kebijakan luar negeri
adalah upaya suatu negara untuk memanfaatkan dengan baik melalui kesulurah
sikap dan aktivitasnya sebagai upaya dalam memperoleh keuntungan dari
lingkungan eksternalnya17. Tujuan dirancangnya Kebijakan Luar Negeri bagi
sebuah negara adalah demi memelihara serta mempertahankan kelangsungan
15 Joshua Goldstein,”International Relations”,New York, Longman 1999. Hal 147 16 K.J. Holsti, International Politics : “A Framework for Analysis”. New Jersey: Prentice-Hall,
1983. Hal 107. 17 James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. “World Politics: An Introduction”.
New York: The Free Press, 1976. hal. 27.
17
hidup dalam lingkup domestik negara tersebut, yaitu pemenuhan kepentingan
nasional.
Menurutnya, dalam proses pengkajian Kebijakan Luar Negeri dalam suatu
negara juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, antara lain faktor internal
dan juga faktor eksternal. Di dalamnya antara lain terdiri atas aspirasi, atribut
nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktivitas rutin untuk
mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum, dan geografi suatu negara18.
Salah satu faktor internal suatu negara bersumber dari masyarakat
domestik negara tersebut yang juga bisa disebut dengan Societal Source. Sumber
ini mencakup banyak hal antara lain kebudayaaan, sejarah, nilai, norma, tradisi,
pengalaman masa lalu dan proses pencapaian kesejahteraan masyarakat.
Hal-hal tersebut lah yang nantinya akan mendasari perilaku masyarakat
serta sebagai sebuah skala pengukuran konflik dan perdamaian dalam suatu
masyarakat. Masyarakat sebagai sumber kekuatan internal suatu negara memiliki
penilaian atau opini tersendiri dalam sebuah fenomena yang nantinya akan
dijadikan sebagai dasar penetapan kebijakan luar negeri suatu negara.
Sedangkan untuk faktor eksternal, lebih dikenal dengan sebutan Systemic
Source atau sumber sistemik. Sumber sistemik sendiri terbentuk dari hubungan
antara negara dalam lingkup dunia internasional. hubungan tersebut antara lain
berkisar antara pembagian kapabilitas, pola-pola aliansi serta kondisi
internasional terkini dalam lingkup dunia internasional19.
18 Perwita, A. A., & Yani, Y. M.” Pengantar Ilmu Hubungan Internasional” .Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2005 19 James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. “World Politics: An Introduction”.
New York: The Free Press, 1976. hal. 27.
18
Melengkapi apa yang telah dijelaskan Rosenau, mengenai faktor internal
dan faktor eksternal dimana merupakan aspek penting dalam perumusan
kebijakan luar negeri suatu negara, teori framing akan dipergunakan sebagai
penghubung antara analisis dalam segi internal dan media massa.
3. Analisis Framing
Analisis framing secara sederhana dapat dilihat sebagai analisis untuk
melihat bagaimaa realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dapat
dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses
konstuksi tertentu. Sebagai hasil, pemberitaan akan menampilkan sisi-sisi
tertentu yang hanya ingin ditujukan sebagai peristiwa yang ingin ditonjolkan dan
ditampilkan20
Pada dasarnya, framing adalah sebuah metode untuk melihat bagaimana
media sebagai sumber penyalur informasi bercerita atas sebuah peristiwa. Dalam
bercerita, media melihat sebuah realitas yang akhirnya dijadikan sebagai sebuah
berita. Cara melihat ini yang akhirnya mempengaruhi hasil akhir dalam
merekonstruksi realitas dalam sebuah berita. Sehinggam analisis framing ini
sendiri dapat juga digunakan sebagai salah satu cara dalam melihat bagaimana
peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.
Pengkosntruksian berita sebagai aspek penting dalam analisi framing tentu
memiliki efek tersendiri, antara lain.
1. Framing mendefinisikan realitas dimana ia mengemas berita dalam bentuk
sederhana yang nantinya akan mudah dipahami serta dikenal oleh publik.
20 Eriyanto, “Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Polotik Media)”, LKiS,Yogyakarta,
2002. Hal 8
19
2. Framing yang dilakukan media akan menonjolkan aspek tertentu dan
mengaburkan aspek yang lain, sehingga aspek penting lain tidak memiliki
perhatian yang memadai.
3. Framing yang dilakukan media akan menampilkan sisi tertentu dan
melupakan sisi yang lain sehingga realitas penting lainnya akan tidak
mendapatkan liputan dalam berita.
4. Framing yang digunakan dalam pemberitaan di media akan menampilkan
fakta tertentu dan mengabaikan fakta yang lain, sehingga fajta yang mungkin
relevan dalam pemberitaan akan tersembuyi.
Dengan melihat penjelasan yang telah dikemukakan diatas, hasil dari
framing yang dilakukan oleh media ini akhirnya memiliki pengaruh besar
dalam masyarakat. Masyarakat sebagai aspek utama dalam faktor internal
perumusan kebijakan luar negeri suatu negara akan memiliki opini tersendiri
dalam merefleksikan sebuah peritiwa yang telah diberitakan.
Negara sebagai sebuah instrumen, akan mengambil sebuah kebijakan atas
suara masyarakat yang memiliki keselarasan paham mengenai suatu peristiwa
yang berpengaruh dalam merumuskan sebuah kebijakan luar negeri suatu
negara. kesejahteraan masyarakat yang dicanangkan dalam sebuah rumusan
kebijakan luar negeri suatu negra juga merupakan tujuan utama dalam sebuah
kepentingan nasional suatu negara.
20
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian kali ini, metode yang akan peneliti gunakan yaitu metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan karena dianggap merupakan
suatu metode yang lebih diperuntukan untuk mengkaji suatu permasalahan sosial,
yang mana itu merupakan tema besar dari skripsi ini. Permasalahan sosial yang
ada membutuhkan pengembangan yang dapat mempermudah peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Menurut Krik dan Miller, metode kualitatif adalah sebuah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kaasannya tersendiri sehingga berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya21.
Metode penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif analitis, dimana
interpretasi data memiliki tujuan sebagai sebuah gambaran dalam relasi antara
fakta dengan fenomena yang akan diteliti. Teknik penulisan penelitian ini
didasarkan pada pedoman petunjuk penulisan yang tercantum dalam buku
Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data
sekunder. Data sekunder sebagai sumber utama dalam penelitian ini didapatkan
melalui dokumentasi, seperti: arsip-arsip, buku, koran, jurnal serta data yang
21 S, Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif,(Bandung, Tarsito). 2003.
21
didapatkan dari lembaga atau institusi resmi. Demi mendukung pelaksanaan
pemanfaatan data sekunder, dapat dimaksimalkan dengan melakukan adanya studi
kepustakaan (library research). Studi kepustakaan dilakukan ke beberapa
alternatif perpustakaan, sepertu Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Universitas
Islam Syarif Hidayatullah serta Perpustakaan Universitas Indonesia.
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bab pertama dalam skripsi ini berisikan tentang latar belakang, pernyataan
masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, kerangka teoritis, metode penelitian, serta sistematika penulisan dari
penelitian.
BAB II Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Mengenai Pembatasan
Akses Masuk Amerika Serikat pada Enam Negara Muslim Dunia Pada
Periode Kepemimpnan Donald Trump
Bab kedua dalam skripsi ini akan membahas tentang kebijakan yang
dibuat oleh Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat masa jabat 2017-
2021tentang pembatasan akses masuk bagi enam negara muslim dunia. Nantinya,
akan dibahas melalui berbagai faktor termasuk faktor internal dan juga eksternal
BAB III Peran Media Massa dalam Perumusan Kebijakan Luar Negeri
Amerika Serikat
22
Bab ketiga dalam skripsi ini akan menjelaskan bagaimana sebuah media
sebagai raksasa dari sumber informasi dapat dengan kuatnya menjadi acuan utama
dalam pembentukan opini-opini publik. Media massa merupakan hal yang cukup
menentukan karena termasuk kedalam faktor internal dalam menentukan sebuah
kebijakan luar negeri suatu negara. Hal ini, juga terjadi di Amerika Serikat,
dimana media massa memiliki porsi yang cukup besar sebagai salah satu tolak
ukur masyarakat dalam meembentuk sebuah opini, termasuk terhadap kaum
muslim.
BAB IV Analisis Peran Fox News Pada Perancangan Kebijakan Luar Negeri
Amerika Serikat Mengenai Pembatasan Akses Masuk Terhadap Enam
Negara Muslim Periode Kepemimpinan Donald Trump
Bab keempat dalam skripsi ini akan menjawab pertanyaan penelitian yaitu
Bagaimana Fox News sebagai media massa besar di Amerika Serikat dapat
membentuk sebuah opini yang akhirnya meluas dan diyakini banyak pihak hingga
akhirnya dapat mempengaruhi terbentuknya sebuah kebijakan luar negeri
Amerika Serikat mengenai pembatasan akses masuk ke enam negara muslim
dunia di era kepemimpinan Donald Trump
BAB V Penutup
Bab kelima dalam skripsi ini akan menyimpulkan jawaban dari hasil
penelitian yang sudah ditelit
23
BAB II
KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT MENGENAI
PEMBATASAN AKSES MASUK TERHADAP ENAM NEGARA MUSLIM
DUNIA
A. Awal Kepemimpinan Donald Trump
Pada tahun 2016 lalu, Negeri Amerika Serikat menggelar perhelatan akbar
yaitu sebuah pemilihan Presiden yang sudah dilakukan selama kurang lebih 58
kali. Pemilihan Presiden tersebut memiliki dua kandidat calon yang berasal dari
dua partai besar Amerika Serikat. Pertama berasal dari Partai Demokrat, Hillary
Clinton dan yang kedua berasal dari Partai Republik, Donald Trump. Hasil dari
pemilihan Presiden tersebut, dimenangkan oleh Donald Trump yang
memenangkan 270 dari 538 suara elektoral masyarakat Amerika Serikat22.
Donald Trump dilantik secara resmi sebagai Presiden Amerika Serikat Ke
45 dengan Mike Pence sebagai Wakil Presiden pada tanggal 20 Januari 2017.23
Kemenangan Donald Trump pada pemilu tahun 2016 ini merupakan buah dari
keefktifan slogan-slogan yang ia canangkan pada saat masa kampanye. Pada saat
masa kampanye, Donald Trump mengemukakan sebuah slogan yang akhirnya
22 Presidential Election Results: Donald J. Trump Wins,
https://www.nytimes.com/elections/results/president?action=click&pgtype=Homepage&cl
ickSource=story-heading&module=span-abc-region®ion=span-abc-
region&WT.nav=span-abc-region, diakses pada 15 Maret 2018
23 “Presidential Inaguration” Erik Ortiz, https://www.nbcnews.com/storyline/inauguration-2017 diakses pada 15 Maret 2018
24
mengantarkannya menduduki jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat periode
selanjutnya, yaitu “ Make America Great Again”.24Slogan tersebut, juga
merupakan kunci utama Trump menang didaerah pinggiran Amerika Serikat
dimana merupakan sumber banyaknya vote untuk Trump dihasilkan.
Daerah pinggiran memiliki kesenjangan ekonomi yang lebih
memprihatinkan dimana banyaknya angka pengangguran dan penduduk lokal
yang termarjinalkan oleh gerusan datangnya para pendatang.25 Negara bagian
yang memenangkan Trump antara lain Indiana, Kentucky, West Virginia,
Tennessee, South Carolina, Alabama, Mississippi, Lousiana, Arkansas, Texas,
Oklahoma, Kansas Nebraska, South Dakota, North Dakota, Montana, Wyoming,
Florida, Ohio, Utah, Idah, Georgia, Lowa, Missouri, Pennsylvania, dan
Wisconsin26.
Dalam “Make America Great Again”, Donald Trump merefleksikan
bagaimana Amerika Serikat akan kembali menjadi negara yang superpower dalam
Dunia Internasional, menjadi negara yang kembali stabil dan juga solid27. Trump
merefleksikan bahwa kemenangannya akan sepenuhnya menjadi masa baktinya
24 Karen Tumulty, “How Donald Trump came up with ‘Make America Great Again”,
https://www.washingtonpost.com/politics/how-donald-trump-came-up-with-make-america-great-
again/2017/01/17/fb6acf5e-dbf7-11e6-ad42-f3375f271c9c_story.html?utm_term=.969f4a3dc03a
diakses pada 15 Maret 2018 25 Jonathan D. Pollack, "The Trump Administration in the United States and the Future of East Asia and the Korean Peninsula",The Brookings Institution, 2017. Hal 1 26 Philip Bump, “The states with the biggest political bubbles in 2016 voted for Trump”,
https://www.washingtonpost.com/news/politics/wp/2017/08/23/the-states-with-the-biggest-
political-bubbles-in-2016-voted-for-trump/?utm_term=.551205b0c7ec diakses 7 April 2018
27 “Donald Trump’s calls to “Make America great again” show that American Exceptionalism is still a powerful idea”, Hilde Eliassen Restad, http://blogs.lse.ac.uk/usappblog/2016/03/04/donald-trumps-calls-to-make-america-great-again-show-that-american-exceptionalism-is-still-a-powerful-idea/. Diakses pada 16 Maret 2018
25
terhadap Amerika Serikat, sehingga kejayaaan Amerika akan menjadi tujuan
utamanya.
Hal tersebut juga sangat diyakini Trump akan berjalan dengan baik, karena
melihat latar belakangnya sebagai seorang pengusaha di bidang real estate dan
entertaiment yang tentunya dianggap memliki kapabilitas yang baik dalam
merumuskan suatu strategi terbarukan dalam memperbaiki dan meningkatkan
kondisi domestik Amerika Serikat. Dalam mencapai tujuannya tersebut,
kesejateraan rakyat Amerika Serikat merupakan prioritas utamanya, mulai dari
segi ekonomi, politik hingga keamanan.
Sejak awal kepemimpinanya, kondisi Amerika Serikat dalam sektor
ekonomi cenderung stabil. PDB tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 3,5
persen di bagian ketiga kuartal 2016, merupakan sebuah hasil yang baik dalam
kurun watu dua tahun terakhir28. Grafik pengangguran pun telah turun dari puncak
10 persen pada bulan Oktober 2009 menjadi 4,7 persen29.
Melihat respon baik telah berlangsung dalam sektor ekonomi sejak awal
kepemimpinannya, dalam sektor ekonomi, Trump fokus dalam upaya
mengedepankan ide kebijakan ekonomi, seperti investasi dalam infrastruktur30.
Trump telah mengerahkan para ahli di bidang ekonomi untuk mengidentifikasi
28US Department of Commerce, Bureau of Economic Analysis , “National Income and Product Accounts – Gross Domestic Product: Third Quarter 2016 (Third Estimate)”, 22 December 2016, http://www.bea.gov/newsreleases/national/gdp/gdpnewsrelease.htm. Diakses pada 20 Maret 2018 29Bureau of Labor Statistics, “Employment Situation Summary” , 6 January 2017, https://www.bls.gov/news.release/empsit.nr0.htm. Diakses pada 20 Maret 2018 30 Xenia Wickett, “America’s International Role Under Donald Trump”, The Royal Institute of International Affairs,(London; Chatham House) 2017, Hal 3.
26
peningkatan belanja publik sebagai salah satu pendorong pertumbuhan potensial
sektor ekonomi Amerika Serikat dalam beberapa tahun ke depan.
Selain sektor ekonomi, Trump juga mengedepankan aspek keamanan
Amerika Serikat dalam masa bakti kepemimpinanya. Ancaman eksternal yang
membahayakan masyarakat Amerika Serikat adalah poin utama yang harus
diberantas dalam kepemimpinanya, termasuk ancaman terorisme yang memang
menjadi isu paling banyak dibahas bagi seluruh dunia saat ini31. Hal inilah yang
menjadi dasar keputusan pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam
hal pembatasan akses masuk ke enam negara muslim dunia.
B. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Hal Pembatasan
Akses Masuk Ke Enam Negara Muslim Dunia
Donald Trump merupakan Presiden Amerika Serikat yang terbilang cukup
terbuka dalam mengutarakan pendapatnya terhadap muslim sebagai salah satu
elemen yang cukup berbahaya, sehingga mendapatkan respon yang kurang baik
dari Trump. Sebelum mencalonkan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat ke
45, Trump sudah sangat lantang berbicara tentang bagaimana ia mendeskripsikan
muslim sebagai sesuatu yang menurutnya membahayakan.
31 Kim Mattsson, “ Contemporary Threats; Terrorism and The Challenges For Armed Forces FORCES – a Finnish Point of View “,Weatherhead Center for International Affairs, Harvard University,2007, Hal 18.
27
Pada 30 Maret 2011 saat masa kampanye Pemilihan Presiden 2012, ia
mengutarakan pendapatnya dalam wawancara radio Amerika Serikat, mengenai
profil Barrack Obama sebagai calon Presiden pada periode tersebut32.
“He doesn't have a birth certificate, or if he does, there's something on
that certificate that is very bad for him. Now, somebody told me — and
I have no idea if this is bad for him or not, but perhaps it would be — that
where it says 'religion,' it might have 'Muslim.' And if you're a Muslim,
you don't change your religion, by the way.”
Dalam pernyataanya tersebut, menjadi seorang muslim dinilai merupakan
sesuatu yang tidak akan bisa membuat perubahan besar yang bernilai baik. Rasa
ketidaksukaan Trump pada muslim juga tergambar jelas pada saat masa
kampanyenya berlangsung, dimana pada tanggal 7 Desember 2015 ia menyerukan
larangan bagi seluruh muslim untuk memasuki wilayah Amerika Serikat33.
Hal ini berkaitan dengan penembakan yang terjadi di San Bernadino,
Amerika Serikat pada tanggal 2 Desember 2015. Insiden penembakan tersebut,
menewaskan korban yang berjumlah 14 orang dan membuat 18 orang lainnya
luka –luka. Diketahui pelakunya berjumlah dua orang dan kedua-duanya
merupakan sepasang suami dan istri berkewarganegaraaan Arab Saudi yang juga
32Jenna Johnson dan Abigail Hauslohner,“I think Islam hates us’: A timeline of Trump’s comments
about Islam and Muslims”https://www.washingtonpost.com/news/post-politics/wp/2017/05/20/i-
think-islam-hates-us-a-timeline-of-trumps-comments-about-islam-and-
muslims/?utm_term=.b27a97ea2675 ,20 Mei 2017. Diakses pada 20 Maret 2018
33 Ryan Teague Beckwith,” President Trump's Own Words Keep Hurting His Travel Ban”
http://time.com/4703614/travel-ban-judges-donald-trump-words/. 16 Maret 2017. Diakses
pada 20 Maret 2018
28
beragama Islam bernama Syed Rizwan Farook dan Tashfeen Malik34. Menurut
pihak kepolisian,sepasang suami istri yang melakukan penembakan ini dilatar
belakangi oleh ideologi ekstrimis yang berbicara tentang jihad dan juga ISIS35.
Berdasarkan fakta yang telah terjadi inilah, yang akhirnya semakin menguatkan
rasa ketidakempatian Trump terhadap muslim yang ia anggap sebagai sebuah
wabah bencana, terutama dengan hal- hal yang berkaitan tentang radikalisme dan
ekstrimisme.
Ketidakempatian Trump atas muslim ini yang menjadi titik awal adanya
gagasan kebijakan luar negeri Amerika Serikat, dalam hal pembatasan akses
masuk ke beberapa negara muslim. Hal ini tertera pada perintah eksekutif yang
ditandatangani Donald Trump sebagai Presiden Amerika Seikat ke 45 pada
tanggal 27 Januari 2017 di agenda kenegaraan seteleh diangkat menjadi
Presidean36. Perintah ini berkaitan tentang pelarangan masuk muslim yang juga
merupakan sebagian besar pengungsi dari beberapa negara seperti Iran, Libya,
Somalia, Sudan, Suriah, Yaman dan Iraq ke Amerika Serikat.
34 Richard A Serrano, Paloma Esquivel dan Richard Winton, “Authorities identify
couple who they believe killed 14 at San Bernardino holiday party"
http://www.latimes.com/local/lanow/la-me-ln-up-to-20-shot-in-san-bernardino-active-
shooter-sought-20151202-story.html, 2 Desember 2015. Diakses pada 21 Maret 2018
35Michael Martinez, Catherine E. Shoichet dan Pamela Brown, “San Bernardino shooting:
Couple radicalized before they met, FBI says”https://edition.cnn.com/2015/12/09/us/san-
bernardino-shooting/ . 10 Desember 2015. Diakses pada 21 Maret 2018
36 “Why President Trump’s New Executive Order Is Still a Refugee and Muslim Ban”, National
Immigration Law Centre, https://www.nilc.org/wp-content/uploads/2017/04/refugee-muslim-ban-
FAQ-2017-04-11.pdf, diakses pada 26 Maret 2018
29
Kebijakan yang dibuat Trump ini ternyata tidak begitu saja diterima,
banyak gelombang protes terjadi di Amerika Serikat. Kritik-kritik tersebut
disuarakan oleh negara bagian Washington yang menggugat kebijakan tersebut,
tidak hanya negara bagian Washington saja, negara bagian distrik Seattle juga
menyuarakan hal yang sama. Dengan melihat kondisi ini akhirnya kebijakan
tersebut diblokir, sehingga gagasan atas pembatasan akses masuk oleh beberapa
negara tersebut perlu dikaji kembali oleh pemerintahan Trump.
Pengkajian kembali kebijakan Trump ini akhirnya dirilis resmi pada 6
Maret 2017, dengan terlampirnya pembatasan akses masuk untuk beberapa
negara ke Amerika Serikat, khususnya bagi negara-negara muslim. Kebijakan
luar negeri Trump atas Imigrasi Amerika Serikat ini terlampir dengan judul “
Melindungi Negara dari Teroris Asing yang Masuk ke Wilayah Amerika Serikat”.
Menurut Trump, pembatasan ini bukan merupakan perihal tentang agama, namun
lebih kepada memperketat keamanan Amerika Serikat dari ancaman terorisme
asing yang datang dari luar negara Amerika Serikat, yang biasanya datang dari
negara-negara muslim37.
Kebijakan yang akhirnya diresmikan terlampir sebagai berikut;38
a. Bagian Pertama
37,Anthony Russo, “A Trump Travel Ban We’ve Seen Before“,
https://www.nytimes.com/2017/09/25/opinion/editorials/trump-travel-ban.html. Diakses
pada 27 Maret 2018.
38“Executive Order Protecting the Nation from Foreign Terrorist Entry into the United
States”,
https://www.whitehouse.gov/presidential-actions/executive-order-protecting-nation-foreign-terrorist-entry-united-states/ Diakses pada 27 Maret 2018
30
Penerbitan visa yang mudah dan tidak memiliki kewenangan khusus
merupakan salah satu cara bagaimana para teroris asing dapat masuk dan
menyebarkan teror di Amerika Serikat. Salah satu bentuk nyata adalah peristiwa
terorisme 11 September 2001. Dari peristiwa tersebut dapat tergambarkan
bagaimana visa dapat menjadi jalan pembuka dari kejahatan yang dilakukan 19
warga asing yang kemudian membunuh hampir 3000 warga Amerika Serikat.
Setelah peristiwa tersebut, perubahan sistematika penerbitan visa sudah pernah
mengalami perbaikan, namun pada akhirnya belum cukup untuk dapat melindungi
warga Amerika Serikat dari ancaman terorisme asing.
Kondisi yang memburuk di banyak negara dikarenakan hal seperti perang,
peselisihan domestik dinegara dan juga bencana juga merupakan jalan masuk bagi
terorisme asing ke Amerika Serikat. Penerbitan visa pun sudah seharusnya
diawasi secara lebih ketat sehingga dapat memastikan bahwa mereka yang
nantinya telah mendapatkan visa tidak akan membuat suatu bentuk kerugian bagi
warga Amerika Serikat, terlebih tidak berhubungan dengan tindak terorisme
internasional.
b. Bagian Kedua
Perlindungan warga negara merupakan hal yang bersifat wajib bagi setiap
negara, termasuk dengan Amerika Serikat. Perlindungan dilakukan dari segala
bentuk ancaman termasuk melindungi dari warga negara asing yang memiliki niat
untuk melakukan tindak kriminal termasuk dengan tindakan terorisme di Amerika
Serikat.
31
c. Bagian Ketiga
Penginstruksian Departemen Keamanan Dalam Negeri bekerja sama
dengan Badan Intelejen Nasional dan juga Departemen Luar negeri untuk dapat
melakukan pengumpulan informasi mengenai pengajuan visa serta dokumen yang
berkaitan dengan Immigration and Nationality Act dari negara manapun. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa mereka yang mengajukan permohonan visa
tidak memiliki tujuan yang membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat
d. Bagian Keempat
Pembekuan akses masuk bagi negara-negara tertentu, diantaranya Libya,
Somalia, Sudan, Suriah, Yaman dan Iran ( Iraq dihapus dari daftar rancangan
sebelumnya) tercatat dalam pasal 217 a 12 INA dan 8 US Code 1187 a 12.
Pembekuan ini berlaku untuk kurun waktu 90 hari sejak kebijakan luar negeri ini
terbentuk.
e. Bagian Kelima
Adanya kemungkinan penambahan jumlah negara yang nantinya
mengalami pembatasan akses masuk ke Amerika Serikat. Hal ini dapat terjadi
apabila beberapa negara tidak memenuhi permintaan Amerika Serikat dalam hal
pemenuhaan informasi yang memadai teruntuk warga negaranya yang meminta
permohonan masuk ke Amerika Serikat.
32
f. Bagian Keenam
Perintah juga ditujukan kepada Departemen Luar Negeri Amerika Serikat
untuk sementara waktu menghentukan arus pengungsi yang masuk ke Amerika
Serikat dalam Refugee Admissions Program (USRAP) dalam jangka waktu
kurang lebih 120 hari. Penghentian sementara ini bertujuan agar USRAP dapat
dikaji ulang demi menentukan prosedur tambahan agar para pengungsi yang
nantinya akan datang dan menetap di Amerika Serikat tidak menjadi sebuah
ancaman bagi masyarakat Amerika Serikat itu sendiri. Trump sendiri berpendapat
bahwa pengungsi terutama yang berasal dari Suriah merupakan sebuah ancaman
yang cukup berbahaya bagi masyarakat Amerika Serikat
g. Bagian ketujuh
Pengerjaan penerapan sistem biometrik untuk melancak siapa saja yang
sudah masuk dan keluar Amerika Serikat diminta dipercepat.sistem ini berada
dibawah pengawasan Departemen Keamanan Dalam Negeri.
h. Bagian Kedelapan
Menghentikan progra m Visa Interview Waiver yang berada dibawah naungan
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, sehingga para imigran diwajibkan
mengikuti tahap wawancara sesuai dengan prosedur yang berada pada tahap
program yang biasa dilakukan.
33
i. Bagian Kesembilan
Adanya laporan setiap 180 hari sekali dari Departemen Dalam Negeri
yang terlebih dulu berkonsultasi pada Jaksa Agung. Jenis informasinya akan
tertera sebagai berikut;
1) Laporan tentang jumlah warga asing yang didakwa atau ditahan karena
melakukan kejahatan terorisme di wilayah AS, dan juga warga asing
yang dideportasi karena terlibat dengan aktivitas terorisme sejak
terbitnya kebijakan ini
2) Laporan tentang jumlah warga asing yang mengalami radikalisasi
setelah datang ke wilayah AS atau terlibat dalam aksi terorisme, atau
memberikan dukungan secara materi untuk aksi terorisme sejak
terbitnya kebijakan ini
3) Laporan tentang jumlah dan jenis kejahatan terhadap perempuan
termasuk pembunuhan atas dalih kehormatan di wilayah AS yang
dilakukan oleh warga asing, sejak terbitnya kebijakan ini
4) Laporan tentang status imigrasi seseorang yang didakwa melakukan
kejahatan berat.
C. Respon Negara Lain Atas Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat
Dibawah Kepemimpinan Donald Trump
1. Iran
34
Kebijakan yang dikeluarkan Trump mengundang kemarahan dari berbagai
negara di dunia, terlebih dengan negara-negara muslim yang masuk kedalam
daftar “blacklist” yang Trump rumuskan. Salah satu yang paling tanggap
mengeluarkan responnya atas kebijakan Trump adalah Iran.
Iran dengan yang diwakilkan dengan Kementrian Luar Negerinya yang
berada di Taheran sangat mengecam aksi yang dilakukan oleh Trump ini. Javad
Zarif sebagai Menteri Luar Negeri Iran berpendapat bahwa ini merupakan sebuah
bentuk “penghinaan dan pelecehan” bagi Islam dan bagi bangsa Iran Khusunya39.
Masyarakat Iran juga menunjukan respon yang buruk atas kebijakan
Trump ini. Seruan- seruan masyarakat Iran juga muncul dalam laman internet
yang menyerukan bahwa kebijakan ini merupakan salah satu tindakan yang sangat
tidak adil. Tentunya kebijakan ini sangat mungkin merugikan banyak pihak
termasuk para warga negara Iran yang berada di Amerika Serikat, yang nantinya
akan melakukan prosedur imigrasi ulang mengikuti kebijakan yang telah
diberlakukan Trump tersebut.
Atas tindakan Trump tersebut, Iran sebagai sebuah negara yang berdaulat
juga tidak akan tinggal diam. Iran akan mengambil tindakan timbal balik pada
warga negara Amerika Serikat. Para pemengang paspor Amerika Serikat tentunya
39Raz Zimmt, “Iranian Users Protest Trump's Muslim Ban”, https://dayan.org/content/iranian-
users-protest-trumps-muslim-ban. Diakses pada 23 Maret 2018
35
juga akan diperlakukan sama, dimana akses masuknya juga akan ikut dibatasi40.
Pemerintah Iran juga seluruh kebijakan yang Trump buat merupakan sebuah hal
yang ilegal, karena melanggar hak asasi manusia dalam hal kebebasan.
2. Suriah
Kebijakan yang di buat oleh Trump ini tentunya berimbas pada negara-
negara yang masuk ke daftar pembatasan akses masuk, salah satunya adalah
Suriah. Namun, sejauh ini penulis belum bisa menemukan tanggapan langsung
dari pemerintah Suriah. Tanggapan yang penulis bisa temukan adalah respon dari
para pengungsi yang berasal dari Suriah, yang juga ingin masuk ke Amerika
Serikat, namun pada akhirnya aksesnya pun sudah dibatasi oleh pemerintah
Amerika Serikat.
Mahmoud Mansoor, merupakan salah satu contohnya. Ia merupakan salah
satu pengungsi Suriah yang memiliki hambatan untuk kembali ke Amerika
Serikat, bertemu dengan keluarganya41. Ia melarikan diri dari Suriah pada tahun
2012 dan sekarang ia terperangkap di Yordania, karena akses masuk Amerika
Serikat semakin diperketat dan juga dipersulit. Ia mengatakan ini merupakan
suatu tindakan yang melawan kemanusiaan, dan menyesali kebijakan yang dibuat
Trump tersebut.
40 “Muslim-majority countries show anger at Trump travel
ban“.https://www.theguardian.com/us-news/2017/jan/29/muslim-majority-countries-
anger-at-trump-travel-ban. Diakses pada 28 Maret 2018 41Associated Press , “Supreme Court Nod to Travel Ban Crushes Syria Refugees' Hope”,
https://www.voanews.com/a/supreme-court-nod-to-travel-ban-crushes-syria-refugees-
hope/4456703.html. Diakses pada 19 Agustus 2018
36
3. Somalia
Hampir sama dengan Suriah, sejauh ini penulis belum menemukan
pernyataan resmi dari pemerintah Somalia dalam menanggapi pembatasan akses
masuk ke Amerika Serikat. Respon yang bisa ditemukan penulis berasal dari
warga Somalia yang menetap di Amerika Serikat, yang terpaksa berpisah dengan
keluarganya di Somalia karena adanya pembatasan akses masuk ini. Ahmed, yang
sejak tahun 2005 mendapatkan kesempatan bermukim di Amerika Serikat menjadi
sangat khawatir dengan adanyanya keputusan ini. Bukan tidak mungkin, ia akan
berpisah dengan keluarganya karena akses masuk yang semakin dipersulit.
Menurutnya, ini bukan merupakan sebuah tindakan dalam upaya meningkatkan
keamanan nasional, namun lebih kepada agenda anti muslim Trump42.
4. Chad
Masuknya Chad dalam kualifikasi negara yang dibatasi akses masuknya
ke Amerika Serikat banyak membuat para analisis kebingungan. Hal ini didasari
pada hubungan Chad- Amerika Serikat yang cukup baik, terutama dengan Chad
sebagai sekutu Amerika Serikat dalam memerangi militan Islam. Pemerintah
Chad dalam hal ini tentunya tidak memahami alasan yang jelas bagaimana Chad
bisa sampai masuk ke daftar negara yang dibatasi akses masuknya ke Amerika
Serikat.
42 Kimberly Lawson, “A Somali-American Muslim Explains How the Travel Ban Ruling Will
Affect Her”, https://broadly.vice.com/en_us/article/59qxb3/somali-american-muslim-reaction-
scotus-travel-ban. Diakses pada 19 Agustus 2018
37
Dalam hal ini, analisis menyarankan bahwa Chad harus mengambil
tindakan untuk menanggapi polemik ini. Salah satunya adalah dengan
menurunkan pengamanan bagi karyawan kedutaan besar Amerika Serikat di
Chad43. Hal lain yang dianjurkan adalah, mempertimbangkan kembali rencana
eksplorasi minyak dari perusahaan asal Amerika Serikat, salah satunya adalah
Exxon Mobil
43 The New York Times, “Around the World and the U.S., New Travel Ban Draws Anger,
Applause and Shrugs”, https://www.nytimes.com/2017/09/25/us/travel-ban-reaction.html. Diakses
pada 19 Agustus 2018
38
BAB III
PERAN MEDIA MASSA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN LUAR
NEGERI AMERIKA SERIKAT
A. Peran Media Massa Dalam Masyarakat
Media massa merupakan sebuah kebutuhan yang cukup diperhitungkan
dalam era globalisasi saat ini. Pengembangan budaya merupakan salah satu peran
yang dapat media massa lakukan. Pengembangan terjadi dalam berbagai macam
aspek dimulai dari budaya, seni, tatacara, mode, gaya hidup dan juga norma44.
Peranan media massa yang begitu luas inilah yang menjadikannya merupakan
salah satu aspek yang berperan dalam sebuah perkembangan dan tingkah laku
yang terjadi dalam masyrakat umum.
Dengan jaringan serta kemampuan untuk menyebarkan informasi lebih
luas, media massa memiliki kapabilitas dalam menjadikan masyarakat menjadi
lebih berkembang. Masyarkat menjadi lebih beradab dan juga semakin kritis
dalam hal respon terhadap pemberitaan yang disebarluaskan pada lini media
massa.Menurut McQuail, terdapat enam prespektif dalam melihat bagaimana
media massa berperan dalam masyarakat45;
44 Denis McQuail, “Teori Komunikasi Massa”, Erlangga, Jakarta, 1987. Hal 1 45 Denis McQuail, “Mass Communication Theories”, Fourth edition, Sage Publication, London,
2000. Hal 66
39
1. Pertama, sebagai window on event and experience. Dalam peranan
pertama, media massa dianggap sebaga sebuah jendela dimana masyarkat
dapat melihat peristiwa yang tengah terjadi diluar sana. Media
digambarkan sebagai sebuah alat perantara bagi masyarakat dengan dunia
luar sebagai objek pemberitaan.
2. Kedua, sebagai a mirror of event in society and the world, implying a
faithful reflection. Media massa dianggap sebagai cerminan dari apa yang
terjadi pada masyrakat serta dunia. Media tidak segan untuk menampilkan
fakta yang menurut mereka patut untuk diberitakan, dan akhirnya
menampilkan sesuai dengan realitas yang ada sehingga terkadang aspek-
aspek seperti kekerasan, konflik dan berbagai hal-hal yang buruk lainnya
sengaja diperlihatkan. Namun, terlepas dari fakta yang ditampilkan media,
dengan adanya kapabilitas untuk menyortir berita terlebih dengan adanya
teknik framing, media massa sepenuhnya bebas menampilkan apa yang
mereka ingin tampilkan, terlepas itu fakta atau dilebih-lebihkan. Sehingga
masyrakat bebas beropini dengan pemberitaan yang menurut media sudah
sesuai dengan fakta yang mereka atur sedemikian rupa.
3. Ketiga, sebagai filter atau gatekeeper. Media massa tentunya memiliki
kapabilitas dalam menyeleksi berbagai macam hal untuk diberitakan
ataupun tidak. Standarisasi informasi yang bisa diberitakan ataupun tidak
adalah kewenangan yang hanya pengelola media bisa lakukan. Secara
tidak langsung, media telah memilihkan masyarakat untuk mengetahui
apa-apa saja yang mereka bisa ketahui.
40
4. Keempat, sebagai guide. Terkadang, media massa dapat berfungsi sebagai
penunjuk tentang apa-apa saja yang tadinya tidak pasti, menjadi lebih pasti
karena bukti-bukti yang media paparkan terkesan valid dan akhirnya dapat
dipercaya masyarkat sebagai sesuatu fakta yang memang terjadi.
5. Kelima,sebagai forum. Media massa dalam hal ini diartkan sebagai forum
dimana banyak ide-ide yang ada dapat diumpankan kepada masyrakat
sehingga nantinya masyarkat sendiri dapat memberikan tanggapan.
6. Keenam, sebagai interlocutor. Media massa bukan hanya sekedar wadah
dalam hal pemberian informasi terkini kepada masyarakat, namun juga
dapat menerima berbagai macam tanggapan serta kritik dari masyarakat,
sehingga komunikasi yang tercipta antara media massa dan masyarakat
menjadi interaktif.
Selain sebagai alat penyebaran budaya bagi masyarakat agar lebih
bermoral, media massa memiliki peranan tersendiri dalam penyebaran paham
demokrasi di masyarakat. Hal ini termasuk sebagai salah satu bagian dari 11
prinsip dalam mempelajari dan mempraktekkan demokrasi secara nyata dalam
pemerintahan, dimana peran kelompok- kelompok kepentingan, termasuk dengan
media massa yang berfungsi sebagai wadah pembantu masyarakat dalam
berkehidupan sosial, bernegara dan juga tentunya berdemokrasi46. Selain itu, juga
termasuk dengan hak masyarakat untuk tahu terhadap berbagai masalah
kenegaraan termasuk kinerja pemerintahan di dalamnya.
46 Eko Harry Susanto,” Media Massa, Pemerintah dan Pemilik Modal”, Jurnal Komunikasi,
Volume 1, Nomor 6, Januari 2013. Hal 478
41
Tentunya, sebagai bagian dari masyarakat dalam proses demokrasi, media
massa memiliki ketentuan tersendiri dalam merepresentasikan bagaimana siklus
penyampaian aspirasi sebagai bagian dari demokrasi terlaksana. Kredibilitas
media massa serta tidak adanya tumpang tindih kekuasan dalam badan internal
media massa juga sangat diperlukan dalam siklus demokrasi yang sehat. Menurut
Blake dan Haroldsen, media massa memiliki peran yang cuku penting dalam
sosialisasi pesan, baik secara formal ataupun informal, sehingga
penggorganisasian pesan dinilai sangat penting47.
Sehubungan dengan pengorganisasian pesan yang begitu penting sebagai
salah satu tugas media massa, kredibilitas isi dari pesan juga sangat diperhatikan.
Hal tersebut, demi mencegah adanya perpecahan yang dapat terjadi akibat adanya
kesalah pahamanan antar masyrakat mengenai berita yang dimuat. Kredibilitas
media massa sebagai badan yang dinilai independen juga cukup diperhitungkan di
sini. Menurut Anokwa, Lin dan Salwen, media massa yang dinilai cukup
independen merupakan faktor pendukung masyarakat di dalam demokrasi
kehidupan bernegara48.
Dalam perkembangannya media massa sekarang ini dijadikan masyarakat
luas sebagai sesuatu yang wajib diakses setiap harinya. Hal ini berkaitan tentang
penyebaran berita yang semakin terkini, yang juga merupakan hal yang
dikonsumsi publik setiap harinya. Mengenai penyebaran informasi dan berita
47 Eko Harry Susanto,” Media Massa, Pemerintah dan Pemilik Modal”, Jurnal Komunikasi,
Volume 1, Nomor 6, Januari 2013. Hal 479 48 Shieley Biagi, “Media/ Impact : An Introduction to Mass Media”. Seventh Edition, United
States : Thomson – Wadsworth, 2005. Hal 10
42
terkini dari suatu negara maupun dalam lingkup internasional, peranan surat kabar
merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Bentuk surat kabar yang lebih kekinian
dengan tampilan yang bisa diakses melaui jaringan internet dalam bentuk aplikasi
yang terdapat pada gawai, juga memudahkan masyarakat dalam mengakses surat
kabar menjadi lebih mudah dan efisien.
Dengan kemudahan yang sudah ada, masyarakat tentunya menjadikan
media massa terlebih surat kabar sebagai salah satu sumber referensi dalam
menanggapi segala pemberitaan. Opini yang dituangkan dalam bentuk
pemberitaan oleh surat kabar, sebagai salah satu bentuk media massa tentunya
ditanggapi dengan berbagai macam prespektif yang dimiliki oleh berbagai macam
masyarakat dengan segala latar belakangnya. Tentunya, media massa
terkhususnya surat kabar memiliki pengaruh dalam membentuk suatu informasi
yang disebarkan menjadi opini yang dipahami oleh masyrakat luas.
Dalam realitasnya, media massa khusunya surat kabar atau yang lebih
dikenal dengan sebutan koran memiliki kewenangan dalam menkonstruksikan
realitas yang ada, hal ini tidak terlepas dari adanya kewenangan yang memang
dimiliki oleh media massa khususnya surat kabar itu sendiri. Surat kabar sendiri
merupakan salah satu media massa yang tak jarang menampilkan apa yang
memang sudah dikonstruksikan tanpa mempertimbangkan aspek lainnya,
sehingga terkadang ada ketimpangan dari apa yang terjadi dengan apa yang telah
diberitakan.
43
Namun dengan adanya berbagai macam pro dan kontra mengenai
bagaimana berita dimuat di dalam koran, media massa sendiri terutama koran
merupakan aspek dari media massa yang keberadanya memang dibutuhkan oleh
masyarakat luas. Hal ini berkaitan dengan masyrakat yang semakin kritis
terhadap peristiwa yang terjadi, baik di sekitar lingkungan, di negara yang
masyarakat tersebut diami, ataupun bahkan hingga ke dalam lingkup dunia
internasional.
B. Peran Media Massa Dalam Pembentukan Opini Dan Perilaku Politik
Masyarakat Di Suatu Negara
Media massa pada saat ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dianggap
sebelah mata. Nyatanya peranan media massa mendapatkan porsi yang cukup
penting dikalangan masyarakat. Selain menjadikan media massa sebagai sumber
bacaaan yang syarat akan informasi bermanfaat, media massa juga dijadikan
referensi masyarakat dalam menanggapai berbagai macam peristiwa yang sedang
terjadi.
Menurut Curran dan Gurevitch, media massa memiliki peran yang cukup
kuat dalam membentuk opini publik, hal ini tentunya bersinggungan dengan
kapabilitasnya dalam mengkomunikasikan keadaan yang terjadi pada dunia yang
anarki ini49. Studi empiris yang dilakukan pada awal tahun 90-an pun
menyebutkan bahwa interaksi yang dilakukan antara media massa dengan
masyarakat bersifat erat.
49 J. Curran dan M Gurevitch, “ Mass Media and Society”, 1991
44
Interaksi yang erat ini dapat terjalin karena media massa secara aktif
mengumpulkan lalu mengevaluasi dan selanjutnya menginterpretasikan segala
bentuk informasi yang media massa tersebut sediakan. Dengan hasil interpretasi
yang telah media lakukan, masyarakat sebagai konsumen utama dalam hasil
kajian media dalam bentuk informasi, tentunya memiliki berbagai macam opini
yang beragam. Opini yang ada tersebut merupakan hasil dari serapan masyarakat
terhadap berbagai macam informasi mengenai peristiwa terkini yang terebih
dahulu diulas oleh media massa. Secara tidak langsung, opini yang sudah
terbentuk inilah yang akhirnya dapat membuat masyarakat menentukan sikap
secara independen terhadap realitas sosial yang tengah dihadapi50.
Dari berbagai macam opini yang telah terbentuk dikalangan masyarakat
inilah, media massa secara tidak langsung dapat juga membentuk bagaimana
perilaku masyarakat terlebih dalam pandangan politik dalam suatu negara. Dalam
suatu negara,tentunya media massa memiliki peran tersendiri. Menurut Graber,
terdapat empat bagaimana media massa berfungsi pada suatu negara, antara lain51:
1. Media massa sebagai alat penyedia infromasi mengenai peristiwa
termasuk peristiwa politik yang sedang berkembang di masyarakat.
Perkembangan inilah yang akhirnya dpaat dijadikan sebagai sebuah awal
dalam membuat sebuah kebijakan-kebijakan baru.
50 Dorris Graber, “ Mass Media and American Politics”, CQ Press, Washington Dc. 2000 51 Ibnu Hamad,”Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Analysis
Discourses Terhadap Berita-BeritaPolitik”. Jakarta: Granit. 2004
45
2. Media massa menjadi alat peringatan bagi pemerintah di suatu negara
dalam hal mengapresiasi dan mengembangkan kembali atau mungkin
meluruskan opini yang sudah berkembang di masyarakat.
3. Media massa berfungsi sebagai alat sosialisai poitik, dimana media massa
dapat dijadikan pemerintah sebagai fasilitator dalam menyampaikan pesan
kekuasaan politik terhadap masyarakat umum.
4. Media massa memberikan wadah bagi elite politik suatu negara untuk
mengukuhkan kekuasaanya ditengah peranannya dalam bernegara.
Dapat terlihat dari peranan yang telah di jabarkan sebelumnya bahwa
peranan politik disuatu negara tidak terlepas dari penggunaan media massa
sebagai salah satu alat sosialisasi politik. Media massa di lingkup negara tentunya
membahas kinerja pemerintahan atau pun hal-hal yang juga bersangkutan
mengenai berbagai macam peristiwa yang terjadi dalam elite politik suatu negara.
Secara tidak langsung, media massa ikut serta mengawal tentang apa saja yang
berkaitan tentang berita-berita serta isu- isu politik dalam suatu negara.
Dalam hal ini, media massa dengan kapabilitasnnya dalam menggunakan
teknik agenda setting, dipermudah dalam mensosialisasikan berita sesuai dengan
pandangan media massa tersebut. Dengan keunggulan ini, tentunya media massa
berperan aktif dalam mengarahkan bagaimana masyarakat menentukan sikap atas
suatu peristiwa politik. Dalam teori belajar sosial dijelaskan bahwa, perubahan
fluktuatif dalam hal perilaku poltik didasari pada hasil pembelajaran dan juga
46
pengamatan dari sebuah peristiwa52. Pembelajaran ini diikuti oleh peniruan baik
secara langsung ataupun tidak langsung.
Hal ini tentunya berkaitan dengan bagaimana media massa sebagai salah
satau alat sosisialisasi politik mempengaruhi perilaku masyarakat. Pemberitaan
media dengan berbagai macam teknik pengambilan dan penyajiannya memiliki
peranan tersendiri. Dengan melihat dan mengamati pemberitaan yang ada
tentunya opini masyarakat dapat terbentuk. Pembentukan opini didasari oleh
pemberitaan inilah yang akhirnya mempengaruhi masyarkat dalam hal
pengambilan sikap dan perilaku politik terhadap pemerintah sebagai objek
pemberitaan yang diberitakan oleh media massa tersebut.
C. Media Massa Di Amerika Serikat
Dalam era gloalisasi sekarang ini, hubungan antara peistiwa dan media
massa merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Peristiwa yang
tengah terjadi baik di suatu negara maupun dalam lingkup dunia internasional
dibutuhkan media massa sebagai isi dari berita yang akan dimuat. Setelah dimuat,
media massa memiliki kewajiban untuk menyebarkan sehingga masyarakat.
Proses penyebaran ini dapat dilakukan media massa dalam berbagai
macam platform yang sekarang ini sudah banyak tersedia, baik melalu bentuk
cetak seperti surat kabar, majalah dan artikel maupun dengan bentuk yang lebih
visual seperti siaran radio, televisi dan juga media sosial.
52 Matthew H, Olson BR, “ Theories of Learning (Teori Belajar”, Edisi Ke 7, Jakarta, Kencana
Prenada Media Group. 2008
47
Menurut William L Rivers hubungan antara dunia nyata dan media massa
merupakan hubungan yang selau berhubungan53. Peristiwa yang terjadi di dunia
nyata akan mempengaruhi penulisan berita yang akan dimuat di media massa.
Sedangkan, pemberitaan yang dimuat dan disebarluaskan oleh media massa
kepada dunia nyata tentunya juga akan mempengaruhi apa yang nantinya akan
terjadi di dunia nyata.
Ketergantungan antara dunia dan media massa tentunya juga dirasakan
oleh berbagai negara belahan dunia, tidak terkecuali bagi negara adikuasa,
Amerika Serikat. Di Amerika Serikat media massa berperan aktif dalam rangka
publikasi bagi kinerja pemerintah dalam berbagai macam bidang kenegaraan
seperti politik, ekonomi dan juga budaya, serta keamanan. Hal ini tentunya
membuat media massa semakin dianggap sebagai sesuatu yang penting di
Amerika Serikat54.
Dengan tingkat kepentingan yang memang terbilang tinggi tersebut, media
massa di Amerika Serikat memiliki kedudukan yang disamakan dengan cabang
konstitusi pemerintahan di Amerika Serikat. Hal ini terbukti dengan istilah fourth
estate yang disematkan pada media massa di Amerika Serikat55. Kewenangan
media massa di Amerika Serikat juga sudah memiliki legalitas yang jelas.
53Willian L Rivers , Jay W. Jensen, Theodore Peterson,” Media Massa dan Masyarakat Modern” ,
Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2003.
54 Willian L Rivers , Jay W. Jensen, Theodore Peterson,” Media Massa dan Masyarakat Modern”
, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2003. Hal 158 55 “The Media in United States” https://usa.usembassy.de/media.htm Diakses pada 17 April 2018
48
Legalitas tersebut dijamin secara eksplisit ditetapkan dalam Pasal 12
Virginia Bill of Right pada 15 Mei 1776 tentang kebebasan persurat kabaran, lalu
dimasukan dalam dimasukkan ke dalam Konstitusi Amerika Serikat pada tahun
178756. Selanjutnya, pada 1789 konstitusi Amerika Serikat juga menetapkan
bahwa tidak ada satu kongres pun yang akan menganggu gugat kewenangan
media massa.
Terjaminnya legalitas media massa di Amerika Serikat dan dengan
publikasi yang dinilai meyakinkan, tentunnya menjadikan masyarakat menaruh
perhatian tinggi terhadap pemberitaan di media massa. Hal ini dikarenakan
hampir seluruh masyarakat Amerika Serikat mendapatkan informasi dari berita
yang dipublikasikan oleh media massa dibandingkan dengan sumber informasi
lainnya57. Liputan dan informasi yang dibentuk media membuat masyarakat
Amerika Serikat lebih bisa berfikir kritis dan dapat memilih mana yang dianggap
mereka penting untuk dibaca dan dijadikan sumber acuan informasi.
Menjadikan media massa sebagai salah satu bagian yang penting tidak
hanya dilakukan oleh masyarakat Amerika Serikat saja, namun juga dilaukan oleh
elite pemerintahan Amerika Serikat. Hal ini berkaitan dengan sistem politik
Amerika Serikat yang berasaskan demokrasi yang tentunya bisa diaspirasikan
lewat bantuan media massa.
56 Adinegoro D ,”Publistik dan Djurnalistik”, cet. 1 Jakarta: Gunung Agung, 1961. 57“ Function of Media”, http://www.sparknotes.com/us-government-and-politics/american-
government/the-media/section2/ Diakses pada 17 April 2018
49
Media massa bertugas untuk memaparkan sebuah berita dan selajutnya
akan dijadikan pemerintah sebagai perantara dengan masyarakat luas. Hubungan
ini dinilai efektif dalam membantu pada penentuan masalah yang patut terlebih
dahulu dapat didiskusikan sehingga dapat segera terlaksana. Tentunya hal ini
semakin membuat masyarakat lebih aktif dan juga kritis dalam menanggapi isu-
isu politik yang sedang terjadi di Amerika Serikat.
Penggunaan sumber media massa terpercaya juga berpengaruh di Ameirka
Serikat. Kebanyakan masyarakat Amerika Serikat lebih mempercayai berita yang
dimuat oleh penggerak media massa resmi, seperti surat kabar nasional baik yang
bersifat online ataupun cetak dan majalah yang memang telah berdiri sejak lama
dalam bidang pemberitaan. Masyarakat Amerika Serikat tidak banyak
mempercayai pemberitaan yang hanya dimuat di media sosial, karena dinilai tidak
sesuai dengan kenyataan yang terjadi dan telah banyak dimasuki oleh muatan
yang negatif. Hanya 5% orang dewasa di kalangan masyarakat Amerika Serikat
yang mempercayai informasi yang didapatkan dari sosial media pada tahun
201658.
D. Peran Media Massa Dalam Pembuatan Kebijakan Luar Negeri Di
Amerika Serikat
Menurut Robinson, media massa merupakan sebuh wadah pemberitaan
yang apabila sudah dipublikasikan dapat membentuk sebuah opini publik yang
tidak jarang dapat mengarahkan kepada suatu isu yang terkesan tidak objektif
58 Kristen Bialik dan Katerina Eva Matsa, “ Key Trend In Social and Digital News Media”,
http://www.pewresearch.org/fact-tank/2017/10/04/key-trends-in-social-and-digital-news-media/
Diakses pada 18 April 2018
50
demi mendukung suatu kepentingan tertentu59. Hal ini tentu berkaitan dengan
fakta yang memang terjadi di dunia yang telah berglobalisasi sekarang ini. Media
massa terutama media massa di negara-negara barat memiliki peranan yang cukup
signifikan dalam mengkonstruksi apa yang disebut dengan opini publik.
Opini publik merupakan hasil pemikiraan dari sekelompok orang yang
nantinya akan bersifat umum dikarenakan menjadi bagian dari sebuah
permasalahan bersama60. Permasalahan bersama bisa terjadi karena banyak
masyarakat yang juga merasakan hal tersebut sehingga menjadikannya sebagai
sebuah tanggung jawab yang perlu diatasi secara bersama. Terciptanya opini
publik juga berkaitan dengan berbagai macam variabel termasuk prespektif di
masyrakat dan juga pemberitaan yang ada di media massa61.
Salah satu negara dengan peran media massa yang bisa dibilang sangat
berpengaruh adalah Amerika Serikat. Di Amerika Serikat peran media massa
terbilang mampu untuk membentuk opini publik. Opini publik yang telah
terbentuk ini akhirnya dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan luar negeri di
Amerika Serikat. Kondisi ini sangat sesuai dengan pendapat Robinson, bahwa
media massa yang mengahasilkan opini serta berbagai macam prespektif ternyata
mampu secara langsung mengkontrol politik luar negeri suatu negara.62
59
Piers Robinson, “The role of media and public opinion”,Steve Smith, Amelia Hadfield & Tim
Dunne. Foreign Policy, Theories, Actors, Cases. Oxford.2008. hal 137. 60 Danang Trijayanto, “Relasi Antara Opini Publik dan Media Massa (Pembentukan Opini Publik
melalui Iklan Politik di MNC dan Metro TV)”, PROMEDIA, VOLUME I, NO 2. 2015. Hal 22 61
James D Fearon, “Domestic Politics, Foreign Policy, and Theories of
International Relations”, Annual Review of Political Science, 1998. Hal 292
62 Piers Robinson, “The role of media and public opinion”,Steve Smith, Amelia Hadfield & Tim
Dunne. Foreign Policy, Theories, Actors, Cases. Oxford.2008. hal 138.
51
Peran media massa di Amerika Serikat terasa sangat berpengaruh terhadap
pembuatan kebijakan luar negeri negara tersebut. Hal ini dapat terjadi akibat
adanya opini publik yang dihasilkan dari pemberitaan atas kondisi negara tersebut
yang terpublikasi secara jelas di media massa. Kebijakan yang dihasilkan pun
tidak hanya dapat bersifat secara regional, namun juga dapat menghasilkan hingga
sampai ke kebijakan laur negeri.
Media massa, khususnya siaran berita di televisi dapat mempengaruhi
opini publik di Amerika Serikat yang akhirnya dimasukan kedalam agenda
kebijakan luar negeri Amerika Serikat . Kondisi ini tidak mengerankan karena
kebijakan yang dibuat bersumber dari masyrakat yang notabennya memiliki
kepentingan yang hukumnya wajib dipenuhi oleh negara.
Namun, kewenangan pembuat kebijakan luar negeri masih tetap dipegang
oleh diplomat. Media massa dan tentunya opini publik hanya merupakan sebuah
perantara agar aspirasi masyrakat dapat diperhitungkan di Amerika Serikat. Arena
pembagian penyaluran aspirasi di Amerika Serikat pun juga terbuka baik bagi hak
asasi manusia dan bantuan kelompok, koalisi terbuka aktivis di berbagai masalah,
bahkan tentara gerilya dan teroris63.
Di Amerika Serikat, media massa terkenal akan sifatnya yang kritis.
Apabila Amerika Serikat memiliki permasalahan dengan negara lain, media massa
akan langsung memberitakannya sehingga komunikasi secara cepat akan langsung
dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Perubahan pengambilan kebijakan
63
Warren P Stroebel ,“The Media: Influencing Foreign Policy in The Information Age,” US
Foreign Policy Agenda, Vol 3, No 1. 2000. Hal 38
52
luar negeri pun bukan tidak mungkin akan diperbaiki, menyusul perombakan
kebijakan yang sudah dibuat terkait permasalahan yang ada.
Demi mencegah adanya kesalahan dalam pengambilan kebijakan atau
kesalah pahaman presepsi di masyarakat, pemerintah Amerika Serikat memilih
media massa yang dinilai mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah sebagai
media massa yang pro terhadap pemerintahan sebagai kominikator dengan
masyarakat. Media massa yang pro pemerintahan tidak ubahnya dijadikan
sebagai alat propaganda, dimana Pemerintah berupaya menggiring opini publik
atau mungkin negara lain, termasuk dengan kelompok etnik, religi dan ekonomi
tertentu. Hal ini diharapkan dapat mempengaruhi prepektif masyarakat terhadap
kebijakan pemerintah yang telah dipropaganda oleh media massa64.
Kondisi yang sudah diatur sedemikan rupa, tidak menutup kemungkinan
untuk para aktor yang anti dengan pemerintah tetap bisa menyudutkan
pemerintah. Aktor-aktor tersebut tentunya memiliki akses dalam menyudutkan
kinerja pemerintahan, dengan media massa yang tidak pro terhadap pemerintahan.
Media massa yang berada di bawah naungan kelompok anti pemerintahan ini
biasanya memberitakan berita yang hanya ditujukan sebagai wadah aspriasi atas
upaya pemenuhan kepentingan mereka, termasuk dalam hal memberikan
keuntungan.
Hal ini tentunya tidak sedikit memberikan beragam prespektif yang
beragam di kalangan masyarakat, sehingga tidak sedikit pula yang terpengaruh.
64
Ole R Holsti “Public Opinion and Foreign Policy : Challenges to the Almond-Lippman
Consensus”, International Studies Quarterly, 1192. Hal 439
53
namun tidak jarang pula yang tetap teguh dengan perspektif mereka sendiri dalam
menanggapi sebuah pemberitaan yang dipublikasikan lewat media massa, baik
melalui media massa yang pro pemerintahan ataupun tidak.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa peran media massa di
Amerika Serikat dapat berpengaruh sanagt kuat dalam upaya penyusunan
kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Berikut ini merupakan salah satu contoh,
dimana media massa Amerika Serikat bertindak sedemikan rupa dalam
memperkuat penyusunan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Media massa
yang dipaparkan adalah media massa yang bergerak dibidang pemberitaan di
Televisi, yaitu Cable News Network, atau yang kerap disingkat dengan CNN.
Pada contoh kongkrit kali ini, CNN berperan sebagai media dengan
propaganda yang cukup kuat dalam mendukung kebijkan luar negeri Amerika
Serikat di Suriah pada tahun 2011-2013. Sebagai permulaan, pemberitaan tentang
Bashar al Assad sebagai “Master of Deception” atau sebagai seorang penipu
ulung , yang banyak dimuat di pemberitaan CNN65.
Karakter Assad dibangun oleh pemberitaan di CNN sebagai seorang yang
licik dimana ia bersembunyi dan menolah bertanggung jawab atas konflik yang
sedang terjadi. Selain melalui berbagai macam “statement” yang dilontarkan
untuk Assad, CNN juga menyebarkan banyak video seperti video-video mengenai
pemboman dan pembunuhan warga sipil di Suriah. Dengan menyebarkan video
tersebut, CNN menggunakan kapabilitasnya sebagai media massa dalam menarik
opini masyarakat Amerika Serikat untuk menilai dan sampai pada tahap menuduh
65 http://edition.cnn.com/2013/08/28/world/meast/syria-assad-profile/index.html?iid=article_sidebar
54
Angkatan Darat Suriah telah melanggar hak-hak warga dan meneror penduduk
sipil.
Namun, pemberitaan yang sudah dipublikasikan oleh CNN tidak
sepenuhnya akurat dengan apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Pihak CNN
sendiri terkadang hanya mempublikasikan sebagian kejadian, sehingga fakta
sebenarnya tertutupi, dan akhirnya menjadikan pemberitaan tentang Suriah
sebagai publikasi yang tidak sepenuhnya akurat. Hal ini tentu tidak terlepas dari
tujuan CNN, dimana pemberitaan hanyalah alat untuk berpropaganda.
Pemberitaan tentang genosida di Suriah dan betapa buruknya Assad
hingga mencekamnya kondisi perang di Suriah adalah alat propaganda yang
dilakukan CNN dalam menarik simpati dan opini publik masyarakat Amerika
Serikat. Dengan buruknya tanggapan masyarakat terhadap kondisi perang di
Suriah, dan kemarahan terhadap Assad semakin meningkat, hal inilah yang
akhirnya membuat masyarakat secara tidak langsung menyetujui adanya agresi
militer Amerika Serikat ke Suriah periode tahun 2011-2013 sebagai suatu bentuk
kebijakan luar negeri.
Melihat dengan fakta yang telah penulis paparkan sebelumnya, terlihat
bahwa bagaimana media massa berperan dalam merumuskan suatu kebijakan di
Amerika Serikat. Salah satunya, dengan melihat bagaimana CNN dapat
mempengaruhi opini masyarakat Amerika Serikat dalam meningkatkan opini
buruk terhadap Assad. Dengan kata lain, pemberitaan yang di muat oleh media
massa memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk suatu opini di
55
kalangan masyarakat, yang akhirnya berimbas pada kebijakan yang nantinya
dibuat.
56
BAB IV
ANALISIS PERAN FOX NEWS PADA PERANCANGAN KEBIJAKAN
LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT MENGENAI PEMBATASAN
AKSES MASUK TERHADAP ENAM NEGARA MUSLIM PERIODE
KEPEMIMPINAN DONALD TRUMP
A. Fox News dan Latar Belakangnya
Fox News Channel (FNC), atau yang lebih dikenal dengan sebutan Fox
News, merupakan sebuah media massa terkemuka di Amerika Serikat. Fox news
merupakan saluran berita yang berada di bawah naungan Fox Broadcasting
Company. Saluran berita terkemuka ini didirikan pada 7 Oktober 1996, dengan
Rupert Murdoch sebagai penggagas sekaligus pendirinya66. Melalui
pengalamannya pernah mendirikan media massa di Inggris, Rupert Murdoch
ternyata melihat peluang dalam mendirikan media massa juga di Amerika Serikat.
Keinginan ini juga dilihat, karena Murdoch beranggapan bahwa media
massa di Amerika Serikat terlalu diwarnai dengan unsur-unsur “Liberal”,
sehingga masyarakat Amerika Serikat butuh media massa yang cenderung “Fair
and Balanced” sehingga tidak ada lingkup pemberitaan yang terlewat untuk
66 David Brancaccio, "Marketplace: News Archives"
https://www.webcitation.org/5uRTqDrOb?url=http://marketplace.publicradio.org/shows/1996/10/07_mpp.html. Diakses pada 2 Mei 2018
57
diberitakan67. Dalam pendirian Fox News, Murdoch berkonsultasi dalam
menentukan sekmen pasar Fox News pada Roger Ailes, seorang mantan
konsultan media Partai Republik dan eksekutif CNBC68. Hal tersebut terdengar
tidak mengherankan, jika pada pemberitaanya Fox News terlihat begitu
konservatif.
Pada pembuatan website berita Fox News di bulan Desember tahun
199569, rencana penyerangan Amerika Serikat ke Irak pada 2002 tidak
ditampilkan. Hal ini terlihat tidak profesional, karena pada pemberitaan biasanya,
Fox News begitu cepat dan terlihat profesional karena selalu menerbitkan dengan
sangat menarik dan terkini. Dalam hal ini, banyak politikus Amerika Serikat yang
menilai bahwa Fox News merupakan media massa yang mendukung “politik
sayap kanan” sehingga cenderung tidak bisa menjaga netralitasnya70.
Fakta ini pun diperkuat dengan cuplikan pernyataan seorang mantan
reporter berita senior CBS Walter Cronkite yang terdapat dalam sebuah film
dokumentasi berjudul “Outfoxed: Rupert Murdoch's War on Journalism”.
67 Fox News, http://www.newyorker.com/online/content/articles/350526on_onlineonly01
Diakses pada 2 Mei 2018 68Lawrie Mifflin, “At the new Fox News Channel, the buzzword is fairness, separating news from
bias” https://www.nytimes.com/1996/10/07/business/at-the-new-fox-news-channel-
the-buzzword-is-fairness-separating-news-from-
bias.html?n=Top%2FReference%2FTimes+Topics%2FPeople%2FA%2FAiles%2C+Ro
ger+E. Diakses pada 2 Mei 2018
69 FoxNews.com http://news.nettop20.com/ diakses pada 29 April 2018
70 Dean On , “President Cxlinton Standing UpTo Right-Wing Propaganda On Fox News”,
https://www.democrats.org/a/2006/09/dean_on_preside_3.php diakses pada 2 Mei 2018
58
“Sangat terlihat sewaktu pembuatan Fox News Network,
diciptakan untuk menjadi sebuah organisasi konservatif
dan terlebih lagi menjadi sebuah organisasi sayap kanan.71”
Terdapat banyak sekali sumber yang mengatakan bahwa media massa Fox
News adalah sebuah kerajaan media dengan “sayap kanan” sebagai pondasi
utama, salah satunya adalah sebuah artikel yang dimuat dalam situs Fair.org.
Dalam artikel tersebut,terdapat beberapa penyataan dari reporter Fox News,
terkait keberpihakan pihaknya pada simpatisan kelompok Partai Republik perihal
rencana invasi Amerika Serikat terhadap Irak, antara lain sebagai berikut;
Sebuah artikel dalam situs Fair.org menulis mengenai media massa Fox
News yang “sayap kanan”. Dalam artikel tersebut dikutip beberapa pernyataan
dari Fox News melalui reporternya yang menunjukkan keberpihakan Fox News
terhadap pihak kelompok Republik sebelum perihal rencana penyerangan
terhadap Irak, antara lain
a. "Who would be the most likely to cheat at cards-- Bill Clinton or Al
Gore?" Fox News Channel/Opinion Dynamics poll (Mei 2000)
b. "Coming next, drug addicted pregnant women no longer have anything to
fear from the authorities thanks to the Supreme Court. Both sides on this
in a moment." Bill O'Reilly (O'Reilly Factor, 23 Maret 2001)
c. "If it hadn't been for Fox, I don't know what I'd have done for the news,"
pernyataan ini disampaikan oleh Trent Lott setelah pengitungan ulang
pemelihan Senat Florida. (Washington Post, 05 Pebruari 2001).
71 Wawancara exclusive dalam film Outfoxed: Rupert Murdoch’s War on Jurnalism tahun 2004
(out foxed) dengan David Burnett (former Fox News Reporter, Washington DC) dan dengan Frank
O’Donnell (former Fox News Producer, Washington DC).
59
d. "I think what's going on is the Democratic lawyers have flooded Florida.
They are afraid of George W. Bush becoming president and instituting tort
reform and their gravy train will be over. This is the trial association's full
court press tomake sure Bush does not win." Reporter Fox News, John
Gibson (09 Desember 2000)
Berdasarkan paparan fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa Fox News
cenderung berpihak pada kelompok konservatif, dimana berisikan para politisi
yang berpihak kelompok partai Republik Amerika Serikat. Murdoch
menggunakan kapabilitasnya sebagai pendiri dan pemiliki Fox News dengan
menjadikan Fox News sebagai alat dalam sebuah strategi politik di Amerika
Serikat. Strategi politik tersebut tentunya berbasis pada setiap tindakan yang
akhirnya menguntungkan simpatisan konservatif yang berada pada naungan
kelompok partai Republik di Amerika Serikat.
Berbagai strategi pun dilakukan Fox News untuk mencapai tujuannya.
Pemberitaan yang dianggap tidak sesuai dengan kepentingannya, dikaji ulang dan
dimuat sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya menampilkan sisi lain dari berita
yang memberi keuntungan bagi Fox News. Dengan teknik yang digunakan
tersebut, diharapkan opini masyarakat dapat sejalan dengan apa yang dirancang
oleh Fox News, dan nantinya kebijakan pemerintah pun dapat sejalan dengan
propaganda yang dilancarkan oleh Fox News. Sebagai contohnya, Invasi Amerika
Serikat ke Irak pada tahun 2003 dengan tujuan menghancurkan senjata pemusnah
masal Irak dan menargetkan Saddam husein sebagai target operasi pencarian
60
akibat kasus terorisme yang terjadi pada 9 September 2001 di WTC Amerika
Serikat dapat terlaksana72.
B. Peran Fox News Dalam Penggiringan Opini Publik Terhadap Islam
Fox News sebagaimana media massa pada umumnya memiliki pengaruh
penting dalam pemberitaan di Amerika Serikat. Kapabilitas Fox News sebagai
saluran pemberitaan menjadi keuntungan bagi media massa ini dalam
memberitakan segala macam peristiwa tanpa adanya intervensi dari pihak luar,
termasuk pemerintahan Amerika Serikat.
Keleluasaan ini tentunya dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Fox News
sebagai suatu cara dalam menyebarkan aspirasi pribadi kalangan internal Fox
News. Penyebaran aspirasi ini tentunya tidak bisa begitu saja dilakukan tanpa
teknik tersendiri, framing dalam beberapa pemberitaan pun dilakukan Fox News
dalam upaya penyebaraan aspirasinya, terlebih pemberitaan yang didalamnya
terkait dengan Islam dan Muslim, baik di Amerika Serikat maupun di Dunia.
Sejak awal kemunculannya, Fox News dengan label konsevatif yang
sangat melekat tentunya menjadi salah satu alasan terkuat stigma Islam sebagai
suatu agama yang berkonotasi negatif begitu melekat pada Fox News73.
Pengukuhan dirinya sebagai media massa yang berbasis konservatif diperlihatkan
Fox News dalam berbagai pemberitaan yang mendeskriditkan Islam sebagai kaum
minoritas di Amerika Serikat. Program-program yang secara langsung
72 “President Discusses Beginning of Operation Iraqi Freedom”, http://georgewbush-whitehouse.archives.gov/news/releases/2003/03/20030322.html diakses pada 2 Mei 2018 73 Mohammed Cherkaoui, “The Mediatized Islamophobia in America: Ideological Precursors and
Identity Politics”, Al Jazeera Centre for Studies, 2016. Hal 3
61
menyudutkan Islam telah banyak ditampilkan dalam siaran Fox News seperti
"Hannity," "The O'Reilly Factor," dan "Fox & Friends.". Dalam acara-acara ini,
muatan tentang Islam yang buruk kerap kali diperlihatkan. Muatan tersebut antara
lain mengenai bagaimana muslim memaksakan lahirnya syariah Islam di
Amerika Serikat , upaya muslim atas pembangunan kekhalifahan global, muslim
sebagai pelaku jihad berbahaya serta bagaimana muslim berupaya meyusupkan
agenda Islam berasaskan kekerasan yang juga berbahaya ke pemerintahan
Amerika Serikat74.
Pemberitaan buruk tentang Islam pun semakin gencar dilakukan, terutama
setalah tragedi serangan di World Trade Center, 9 September 2011 lalu. Tragedi
yang menggeparkan masyarakat Amerika Serikat, terlebih meluas hingga ke
berbagai penjuru Dunia, menguatkan ketakutan tersendiri terhadap Islam.
Pemberitaan yang banyak menyudutkan Islam menguatkan rasa ketakutan
masyraakat dunia, terlebih masyarakat Amerika Serikat.
Pemberitaan media yang terus menerus menyudutkan Islam pun gencar
dilakukan, baik secara implisit maupun jelas, termasuk oleh Fox News. Dalam
acara Fox & Friends yang tayang pada 15 Oktober 2010 yang dipandu oleh Brian
Kilmeade. Dalam acaranya tersebut, secara terang-terangan menyudutkan Islam
dengan mengatakan bahwa muslim adalah identitas bagi teroris.
“Muslim extremists, Al Qaeda, blew up those buildings -- blew up the
Khobar Towers, blew up the Cole, blew up the embassies, tried to
blow up Times Square, tried to blow up the plane. The shoe
bomber, the Times Square bomber, the underwear bomber -- they have
74“Fox News Channel”, https://islamophobianetwork.com/echo-chamber/fox-news-channel/
62
one thing in common. They are all extremists, and they are all
Muslims.Not every Muslim is an extremist, a terrorist, but every terrorist
is a Muslim. You can't avoid that fact. And that is ridiculous that we
got to keep defining this - the people that equate Timothy McVeigh with
the Al Qaeda terrorist organization, which is growing and a threat that
exists.”75
Pandangan buruk Fox News terhadap Islam juga meluas, termasuk pada
tragedi Arab Spring yang terjadi di Mesir, pada 2011 lalu. Kebangkitan dunia
Arab yang erat hubungannya dengan kebangkitan Ikhwanul Muslimin di Mesir
dikaitkan erat oleh berbagai macam pemberitaan Fox News sebagai bentuk
gerakan dari terorisme, yang dilandaskan oleh Islam yang radikal76. Dengan latar
belakangnya sebagai media massa yang konservatif, dengan terang-terangan, Fox
News berpandangan bahwa Ikhwanul Muslimin merupakan bagian dari
organisasi ekstrimis, yang dapat membahayakan masyarakat sipil Mesir, pada
tragedi Arab Spring di Mesir tersebut.
Pemberitaan miring terhadap Islam seakan tidak henti-hentinya dibahas
oleh Fox News. Segala yang berkaitan dengan bentuk teror, gerakan radikal dan
juga ekstrimis terus menerus dikaitkan sebagai bentuk autentik dari jati diri Islam
sebagai agama yang dianggap berisikan muatan negatif. Salah satu contohnya,
adalah pemberitaan yang memberitakan secara menyeluruh rangkuman aksi
terorisme di Amerika Serikat, yang melibatkan Islam dan kaum muslimin sebagai
aktor utamanya.
75 Chris Rovzar, "Brian Kilmeade on Fox & Friends: ‘All Terrorists Are Muslims”,
http://nymag.com/daily/intelligencer/2010/10/brian_kilmeade_on_fox_and_frie.htm
l
76 Kelsey Glover,” Analysis of CNN and The Fox News Networks’ framing of the Muslim
Brotherhood during the Egyptian revolution in 2011”, The Elon Journal of Undergraduate
Research in Communications • Vol. 2, No. 2 • Fall 2011. Hal 130
63
Dalam artikel yang dimuat di laman website Fox News pada 4 Desember
2015, yang berjudul “After San Bernardino: How political correctness could get
us all killed”, Fox News menggambarkan bahwa Islam sepenuhnya berisikan
dengan orang-orang radikal. Hal ini tergambarkan dengan banyaknya rangkaian
serangan terorisme yang beraktorkan para muslim, baik di Amerika Serikat
maupun di bagian belahan dunia lainnya77.
“First, there is no way we can defeat radical Islam, be it Al Qaeda, ISIS,
Al Shabab or any of the other witches’ brew of violent religious
extremism, unless we are willing to call it what it is.”
Selain itu, dalam artikel ini, Fox News seakan menggambarkan bahwa
apabila tidak bisa mengkondisikan apa yang marak terjadi saat ini lalu dengan
lengahnya membiarkan para pelaku terorisme masuk ke Amerika Serikat, tidak
bisa dibayangkan bagaimana kehancuran nantinya akan mudah terjadi.
“Our failure to articulate and respond to these increasingly frequent and
lethal attacks only emboldens radical Islamist groups. hey figure that if
they can get away with pipe bombs and booby-trapped cars, why not
chemical or biological attacks”
Lalu dilanjutkan dengan berbagai macam asumsi yang menggambarkan
bahwa pembukaan akses masuk pada para terorisme nantinya akan membukakan
akses pula untuk mereka dalam mendapatkan akses pada bahan- bahan berbahaya
seperti nuklir atau bahan radiologi mematikan lainnya. Bukti nyata yang Fox
News gambarkan adalah maraknya aksi terorisme yang memang terjadi di Eropa
77 K.T. McFarland “After San Bernardino: How political correctness could get us all killed”
http://www.foxnews.com/opinion/2015/12/04/after-san-bernardino-how-political-
correctness-could-get-us-all-killed.html Diakses pada 8 Mei 2018
64
yang diindikasikan dapat terjadi karena adanya akses masuk pada para pengungsi
yang berasal dari negara- negara muslim yang sedang berkonflik.
“Now that the Middle East seems poised to go nuclear, it’s not a big leap
to think terrorists will gain access to nuclear or radiological
materials.The Paris attacks are evidence that there are terrorist sleeper
cells are in Europe. The San Bernardino attack is evidence the sleeper
cells are here in America, too. These attacks are not workplace violence,
or spontaneous random acts by a few disgruntled, unbalanced
people. They are well- planned, well-financed, and well-armed
attacks that rely on larger networks. The people who recruited,
radicalized and guided the terrorists through the steps to carry out the
attacks in Paris and San Bernardino are presumably still in place.
How many more sleeper cell attacks are in the pipeline?”
Berdasarakan apa yang telah penulis paparkan sebelumnya, terlihat dengan
jelas bahwa teknik Framing sangat dimanfaatkan dengan baik oleh Fox News.
Fox News dengan prespektif pribadinya dalam melihat Islam sebagai sesuatu yang
membahayakan pun dengan terang-terangan menjadikannya sebagai komoditas
utama dalam pemberitaan yang melibatkan Islam didalamnya.
Islam yang buruk, penuh dengan kebrutalan yang membahayakan umat
manusia lainnya dengan tindakan ekstrimis dan radikal di seluruh penjuru dunia
termasuk di Amerika Serikat dikonstruksikan sedemikian rupa dalam setiap
pemberitaan sehingga akhirnya mempengaruhi realitas dalam berita tersebut.
Dengan penggunaan teknik Framing tersebut, Islam seakan akan ditonjolkan
dengan muatan negatif berbahaya. Fox News membingkai Islam sedemikian rupa
sehingga citra negatifnya saja yang dibenarkan sebagai sebuah fakta yang harus
65
diungkapkan, tanpa memberitakan nilai-nilai kebaikan Islam lainnya, yang
sengaja disembunyikan.
Dengan begitu, masyarakat dunia , terlebih masyarakat Amerika Serikat
dalam konteks ini memiliki pandangan yang sejalan dengan berita yang telah
dibingkai sedemikian rupa oleh Fox News. Opini yang menggagap Islam sebagai
salah satu agama paling berbahaya di Amerika Serikat menjadi kian nyata karena
pada tahun 2015-2016 intimidasi atas muslim di Amerika Serikat meningkat.
Intimidasi yang dialami muslim di Amerika Serikat antara lain
penghancuran properti dan juga vandalisme yang tercatat meningkat dari 70 kasus
di tahun 2015 menjadi 92 kasus di tahun 2016. Dari keselurahan, terdapat kasus
kebencian atas Islam yang terjadi di tahun 2016, naik 16% dari tahun sebelumnya.
Kenaikan juga terjadi dari tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2014
terdapat 154 kasus dan di 2015 menjadi 257, meningkat hingga 67%78. Kasus-
kasus yang terindikasi menjadi contoh aksi dalam menunujukan kebencian atas
Islam antara lain yaitu, ancaman penghancuran masjid, merobek salinan Al-
78Katayoun Kishi,“Assaults against Muslims in U.S. surpass 2001
level”,http://www.pewresearch.org/fact-tank/2017/11/15/assaults-against-muslims-
in-u-s-surpass-2001-level/ Diakses pada 13 April 2018
66
Qur’an, percobaan pembakaran pusat kajian muslim dan berbagai macam tuduhan
sebagai teroris79.
Meningkatnya tindak intimidasi terhadap muslim di Amerika Serikat,
seakan menjadikan suatu keberhasilan tersendiri yang diperoleh oleh Fox News.
Bagaimana tidak, pemberitaan terhadap Islam yang telah di Framing sedemikian
rupa, membuahkan sebuah hasil yang memang diharapkan oleh media massa ini.
Terbentuknya stigma buruk terhadap Islam oleh masyarakat Amerika Serikat dan
menjadikan Islam sebagai sebuah agama yang penuh dengan kebrutalan sehingga
mengancam keamanan masyarakat Amerika Serikat seakan menjadi sebuah opini
publik yang dampaknya sudah terasa, sehubungan dengan terus meningkatnya
ketakutan atas Islam terlebih muslim di Amerika Serikat.
C. Keterkaitan antara Fox News Dengan Donald Trump
Media massa tentunya memiliki peranan yang cukup
diperhitungkan di Amerika Serikat, terutama mengenai citra yang
dibangun dalam setiap pemberitaan yang dihadirkan. Kecenderungan
media massa di Amerika Serikat juga terbaca dengan banyaknya media
massa yang seakan seragam dengan dua kecenderungan, pendukung
pemerintah dan pengkritik pemerintah. Hal itu terjadi di hampir setiap era
pemerintahan Amerika Serikat yang sudah berganti Presiden sebanyak 44
79 Rachael Revesz, “US Islamophobia: Threats and acts of vandalism against mosques double so
far in 2017”, https://www.independent.co.uk/news/world/americas/us-mosques-threats-double-
islamophobia-threats-vandalism-2017-cair-american-islamic-relations-a7631581.html Diakses
pada 18 Agustus 2018
67
kali. Tentunya, hal ini juga terjadi di kepemimpinan Trump sebagai
Presiden Amerika Serikat ke -45.
Dalam hal ini Trump sendiri memiliki kedekatan dengan media
massa raksasa Amerika Serikat, Fox News. Keterkaitan yang terjalin
antara Trump dan Fox News sudah sangat mahsyur di Amerika Serikat,
dan juga sudah banyak diulas dibeberapa kesempatan, baik secara
langsung mengenai berbagai macam wawancara, dan juga secara eksplisit
yang hanya tergambar dari beberapa pemberitaan Fox News terhadap
Trump.
Kedekatan ini terjalin dengan awalan yang terbilang cukup
menjanjikan, kesamaan sudut pandang antara Trump dengan pemilik
media massa Fox News, Rupert Mudroch. Trump yang memang berasal
dari partai Republik yang memang dengan jelas sangat konservatif dirasa
sangat pas jika disejajarkan dengan Mudroch yang memang sangat gencar
memberitakan hal-hal yang didasari dengan pandangan yang menurutnya
“Fair and Balanced” yang juga sesuai dengan nilai-nilai konservatif
tersebut80.
Keterkaitan menguat ketika Trump terpilih menjadi utusan dari
Partai Republik sebagai bakal calon Presiden Amerika Serikat pada
80 Fox News, http://www.newyorker.com/online/content/articles/350526on_onlineonly01
Diakses pada 2 Mei 2018
68
Pemilu 2016 lalu81. Trump dan Mudroch pun seakan memanfaatkan
kesempatan yang baik tersebut untuk membuat aliansi yang saling
menguntungkan bagi keduanya. Fox News yang berada di bawah naungan
Mudroch akan dengan gencar melakukan pemberitaan yang dapat
mendukung kemenangan Trump pada Pemilu 2016, dan sebaliknya Trump
dengan kekuatannya sebagai Presiden ke 45 Amerika Serikat kelak akan
membantu kepentingan Mudroch.
Hal pertama yang dilakukan Mudroch dalam membantu Trump
memenangkan pemilu Amerika Serikat pada tahun 2016 adalah dengan
mem-framing berita-berita yang dapat menghancurkan citra Trump pada
setiap sesi pemberitaan Fox News. Selain itu, untuk tetap menguatkan
citra Trump, Fox News tidak segan untuk membiaskan pemberitaan
tentang lawan Trump saat itu yaitu Hillary Clinton. Aksi tersebut
dilancarkan pada beberapa program yang dibawakan Sean Hannity pada
Agustus 2016 yang cenderung bias dengan opini-opini yang dilontarkan
dalam mendukung Donald Trump dan disaat bersamaan juga menentang
Hillary Clinton82.
Setelah Trump akhirnya memenangkan Pemilu Presiden Amerika
Serikat di tahun 2016, hubungannya dengan Murdoch tergolong semakin
81 “Why Rupert Murdoch Decided to Back Donald Trump” New York Magazine, 17 Mei 2016 http://nymag.com/daily/intelligencer/2016/05/why-rupert-murdoch-decided-to-support-trump.html diakses pada 4 Juni 2018 82“Hannity”, Ofcom Broadcast and On Demand Bulletin 317, 21 November 2016. https://www.ofcom.org.uk/__data/assets/pdf_file/0023/94271/Issue-317.pdf Diakses pada 4 Juni 2018
69
dalam dan kuat. Gagasan-gagasan yang diberitakan oleh presenter saluran
malam Fox News dirancang sedemikian rupa untuk memberi lebih banyak
ruang bagi pemberitaan yang pro akan kepemimpinan Trump. Fox News
kali ini seakan menjadi lebih bersahabat dengan Presiden Amerika Serikat
ke-45 ini. Hal ini dapat dibandingkan dengan era kepemimpinan
sebelumnya, dimana Fox News terkenal lantang mengkritik segala macam
bentuk kebijakan yang dibuat saat itu.
Dengan keterkaitan yang begitu erat tersebut, tidak mengherankan apabila
Trump menjadikan Fox News sebagai rekomendasi dalam melihat kondisi
Amerika Serikat secara keseluruhan. Fox News dianggap sebagai tangan kanan
Trump dalam sebuah media massa pemberitaan yang tentunya dapat memberikan
efek postif bagi kepemimpinan Trump. Kepercayaan tingga Trump terhadap Fox
News, tergambar jelas dengan ucapan selama Trump terhadap Fox News,
mengenai rating dan penonton terbanyak pada acara debat selama masa kampanye
Trump.
Gambar I. C. 1 Kutipan Pernyatan Donald Trump Mengenai Fox News
70
Pemebritaan yang diberitakan Fox News juga terkesan sangat dibenarkan
oleh Trump, sehingga tidak jarang menjadikannya sebagai landasan dalam
mengambil beberapa keputusan terkait kepemimpinannya sebagai Presiden
Amerika Serikat. Tagline-tagline kampanye Trump yang terdisitribusi dengan
baik sehingga makna dan semangatnya dapat dirasakan oleh banyak masyarakat
Amerika Serikat tidak terlepas dari dukungan pemberitaan yang diberikan oleh
Fox News, sehingga kemenangan Trump dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat
dapat terjadi.
Keterkaitan yang terjalin tersebut akhirnya secara tidak langsung membuat
Fox News memiliki kekuatan tersendiri untuk dapat memberikan pengaruh
terhadap Trump, termasuk mengenai bagaimana Trump dapat membentuk suatu
kebijakan. Keakraban Trump terhadap para awak media yang bekerja di Fox
News pun terus terjalin, karena memang sebelum mencalonkan diri menjadi
Presiden, Trump rutin diundang untuk berdiskusi mengenai berbagai macam
pemberitaan, sehingga tidak mengherankan bahwa selepas Trump telah
menduduki jabatan sebagai seorang Presiden di Amerika Serikat, ia masih tetap
dengan setia mengikuti pemberitaan di Fox News83. Hal ini tentunya banyak
membuat Trump menjadikan Fox News sebagai salah satu referensi dalam
83 David Bauder, “Fox & Friends’: Influence comes with the president’s ear”,
https://www.apnews.com/44045e8da6ad42f6a342a1f13b7b8f78. Diakses pada 20 Agustus 2018
71
membuat sebuah kebijakan atau keputusan eksekutifnya, dan secara tidak
langsung Fox News mempengaruhi Trump84.
Salah satunya adalah ketika Hannity, dalam salah satu talkshow yang
ditayangkan di Fox News, mengatakan bahwa harus ada "pembersihan" dari
orang-orang yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Obama pada Departemen
Kehakiman dan di tempat lain di pemerintahan federal. Dengan adanya gagasan
yang dikemukakan Hannity tersebut, kurang dari 24 jam setelahnya, Trump secara
tiba-tiba memecat Jaksa Distrik New York AS, Preet Bharara, bersama dengan
45 pengacara federal lainnya yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Barack
Obama85. Juru bicara Gedung Putih sendiri dengan tegas menolak keputusan ini
merupakan imbas dari gagasan Hannity dalam programnya, namun indikasi ini
menguat melihat kedekatan hubungan Trump dengan para awak media termasuk
para pengisi program di Fox News.
Hal ini pun juga terjadi dengan bagaimana akhirnya Trump
mendeklarasikan kebijakan imigrasi yang cukup kontroversial ini. Dengan
banyaknya pemberitaan yang Fox News tayangkan mengenai bagaimana Islam
dengan aksi-aksi teror yang telah dilakukan, serta bagaimana pengungsi dapat
membahayakan keamanan sebuah negara karena berasal dari negara-negara yang
84 Luke Parsnow, “Fox News’ Influence on Trump is Alarming
https://www.syracusenewtimes.com/fox-news-influence-trump-alarming/. Diakses pada 20
Agustus 2018
85 Luke Parsnow, “Fox News’ Influence on Trump is Alarming
https://www.syracusenewtimes.com/fox-news-influence-trump-alarming/. Diakses pada 20
Agustus 2018
72
berkonflik86. Hal ini tentunya dapat dikatakan sebagai sebuah referensi yang
secara tidak langsung diberikan oleh Fox News terhadap Trump untuk membuat
sebuah langkah meningkatkan keamanan nasional Amerika Serikat. Ketika
imigran ataupun pengungsi yang berasal dari negara muslim yang berkonflik
masuk dan mentap di Amerika Serikat, kehidupan masyrakat Amerika Serikat pun
seperti dipertaruhkan dan akhirnya kemanan nasional pun semakin sulit untuk
ditingkatkan.
Dengan harapan membuat keamanan nasional Amerika Serikat meningkat
dan menjadikan Amerika Serikat berjaya kembali, Trump pun membuat sebuah
kebijakan yang kontorversial ini. Tentunya, dengan pengaruh Fox News
didalamnya. Hal tersebut tentunya dapat terlihat dari bagaiamana keterkaitan yang
memang terjalin diantara keduanya, sebagaimana yang telah penulis paparkan.
D. Opini Publik Sebagai Faktor Internal Terbentuknya Kebijakan Luar
Negeri Amerika Serikat Periode Kepemimpinan Donald Trump Atas
Pembatasan Akses Masuk Ke Enam Negara Muslim Dunia
Meningkatnya stigma buruk atas Islam di Amerika Serikat, dengan
berbagai pandangan yang telah terbentuk sehingga diyakini sebagai sebuah
opini publik masyarakat Amerika Serikat pun tergambar nyata dengan
menangnya Donald Trump saat pemilihan umum Presdien Amerika
Serikat 2016 lalu . Dengan tagline-tagline miring Trump terhadap Islam
saat berkampanye sehingga syarat dengan nilai-nilai SARA cenderung
86 Bryce Josepher, “Political Media Bias in the United States: Immigration and the Trump
Administration”, Graduate Theses and Dissertations, University of South Florida, 2017. Hal 57
73
mengarah kepada rasisme terhadap kaum muslim, dirasa tidak akan bisa
mengungguli pesaingnya apabila memang ketakutan atas Islam tidak
terjadi di Amerika Serikat.
Terlebih dengan berbagai canangan Trump pada saat berkampanye
dulu, terhadap kaum pendatang muslim yang ingin masuk dan bertempat
tinggal di Amerika Serikat. Gerakan pembatasan akes masuk tidak segan
ia keluarkan saat berkampanye dulu, yang seraya meyakinkan sikap
ketidak sukaan Trump terhadap Muslim dan juga Islam. Jauh sebelum itu,
Trump juga sudah cukup terkenal sebagai seseorang yang dengan terang-
terangan menunjukan sikap kurang berempati terhadap Islam, dan
memiliki pandangan buruk tersendiri terhadap Islam.
Hal ini tidak cukup mengherankan karena memang di Amerika
Serikat sendiri, Islam memiliki pandangan yang kurang begitu baik.
Gambaran Islam sebagai agama yang menganut aliran radikal dan
ekstrimis tergambar nyata diberbagai media massa Amerika Serikat. Hal
itu secara tidak langsung, memberikan dampak negatif yang ditujukan
pada Islam oleh masyrakat Amerika Serikat, tidak terkecuali Donald
Trump, sebagai bagian dari masyrakat Amerika Serikat.
Sehingga tidak mengherankan, sebagian besar masyarakat
Amerika Serikat memiliki pandangan buruk terhadap Islam, yang
terbentuk dari ketakutan atas Islam itu sendiri. Dengan ketakutan yang ada
tersebut, masyarakat Amerika Serikat secara tidak langsung menuntut
74
perlindungan terhadap teror Islam yang sewaktu-waktu bisa saja dapat
terjadi. Hal ini tentunya membuat kemenangan Trump dengan selogan
pembatasan akses masuk muslim tidak mengherankan, karena selogan-
selogan Trump dirasa menjawab ketakutan sebagian besar masyarakat
Amerika Serikat itu sendiri.
Tentunya, Trump sendiri tidak main-main atas rancangannya
tersebut. tepat setelah ia dilantik tepatnya pada 6 Maret 2017, ia
mengeluarkan kebijakan luar negeri Amerika Serikat mengenai
pembatasan akses masuk bagi para warga muslim yang berada pada enam
negara muslim yang tersebar di belahan dunia, antara lain Chad, Iran,
Libya, Suriah, Somalia dan Yaman87.
Terkait dengan pemaparan penulis diatas, dapat dicermati dari dua
konsep yang penulis gunakan untuk menjelaskan pemaparan diatas.
Pertama dengan konsep kepentingan nasional dan juga kebijakan luar
negeri. Dalam hal ini, opini yang bersumber dari framing media yang
terbentuk atas bagaimana Islam direpresentasikan menghadirkan ketakutan
atas Islam itu sendiri oleh masyarakat Amerika Serikat. Baik dengan
bagaimana Islam digambarkan dengan tindakan radikalisme yang menjalar
di negara-negara konflik Timur Tengah, namun termasuk juga dengan
87 Anthony Russo, “A Trump Travel Ban We’ve Seen Before“, https://www.nytimes.com/2017/09/25/opinion/editorials/trump-travel-ban.html. Diakses pada 27 Maret 2018.
75
berbagai aksi teorisme yang tersebar di belahan dunia lainnya, termasuk di
Amerika Serikat, yang melibatkan kaum muslim sebagai pelakunya.
Kekhawatiran atas radikalisme Islam yang menyebar di masyrakat
Amerika Serikat inilah yang akhirnya mendorong masyarakat
menyuarakan keresahannya, sehingga peningkatan keamanan atas Islam di
Amerika Serikat menjadi semakin memuncak. Sekali lagi, hal ini terbukti
dengan kemenangan Trump yang memang sedari awal berkampanye, telah
menyuarakan resolusi terbarukan untuk meminimalisir muslim di Ameika
Serikat. Hal tersebut tentunya tidak main-main, karena memang pada
kenyataanya, kepentingan nasional berupa pengamanan yang lebih ketat
memang dibutuhkan untuk meredam ketakutan masyarakat Amerika
Serikat atas Islam.
76
Dalam mencapai kepentingan nasional berupa peningkatan keamanan atas
Islam tersebut, berbagai macam resolusi telah dicanangkan. Salah satunya adalah
membuat kebijakan luar negeri yang berada dibawah perintah eksekutif Trump
sebagai Presiden Amerika Serikat. Dalam hal ini, faktor internal sangat berperan
aktif dalam lahirnya kebijakan luar negeri pembataan akses masuk ke enam
negara muslim ini, antara lain Chad, Iran, Libya, Suriah, Somalia dan Yaman.
Karena dianggap sebagai negara yang memiliki potesi menyebarkan aksi teror
yang bisa mengancam keselamatan masyarkat Amerika Serikat.
Faktor Internal yang dimaksud adalah masyarakat Amerika Serikat itu
sendiri. Karena pada dasarnya opini yang bersumber dari masyarakat adalah
sebuah aspirasi masyarakat dalam menyuarakan kesejahteraanya. Kesejahteraan
masyarakat termasuk dalam bidang keamanan tentunya merupakan salah satu
bentuk tanggung jawab pemerintah dalam menjamin dan mewujudkann
77
BAB V
A. Kesimpulan
Saat ini, dunia dimudahkan dengan adanya kemajuan yang cukup pesat
pada sektor teknologi. Segalanya menjadi mudah untuk dijangkau dan juga
diakses, termasuk dengan informasi. Informasi mengenai pemberitaan yang terjadi
di suatu bagian negara atau bahkan segala pemberitaan yang terjadi di seluruh
bagian dunia dapat diakses dengan mudahnya karena bantuan teknologi. Tentunya
kemajuan teknologi, sangat mendorong kemajuan di sektor penyalur informasi.
Masyarakat Dunia dengan mudahnya mengakses berbagai macam informasi, salah
satunya bersumber dari media massa.
Media massa sebagai salah satu sumber penyebar informasi pun tentunya
sanagt dimudahkan dengan berbagai macam inovasi teknologi. Kemajuan
teknologi tersebut dimanfaatkan media massa untuk memberitakan berita-berita
yang ingin diberitakan, sehingga dapat menjangkau minat baca seluruh
masyarakat dunia dan tentunya dapat menunjang peningkatan pendapatan
perusahaan media massa tersebut.
Dengan ketaktisan serta bukti-bukti yang cukup memadai dalam sebuah
kutipan berita, seperti bukti video, kumpulan gambar dan rekaman suara, media
massa tentunya dengan mudah meyakinkan masyarakat bahwa apa yang
diberitakan merupakan kejadian yang benar-benar terjadi, sehingga secara tidak
langsung opini publik dapat terbentuk dari gagasan yang dilontarkan dalam
sebuah pemberitaan dari media massa.
78
Pengemasan sebuah berita tentunya juga menjadi dalah satu faktor
bagaimana berita tersebut dapat menajdi salah satu sumber pembentuk opini
masyarakat. Pengemasan berita yang terlihat meyakinkan dengan pemberitaan
yang terasa nyata tentunya menjadikannya mudah masuk dalam pemikiran
masyarakat. Dengan hal ini, tentunya media massa memiliki kekuatan yang
memang besar dalam mempengaruhi opini masyarakat dalam melihat suatu
persoalan, termasuk di negara- negara besar dunia, tak terkecuali di Amerika
Serikat.
Di Amerika Serikat, isu Islam sebagai agama yang radikal dan
menunjukan kekuatan dengan kekerasan sudah lama terbentuk, hal ini tentu tidak
terlepas dengan pemberitaan yang secara terus menerus merusak citra Islam.
Muslim sendiri digambarkan sebagai seseorang yang dengan suka rela
menjadikan dirinya sebagai senjata yang siap meledakkan berbagai tempat. Hal
tersebut tergambar jelas dengan tagline-tagline media massa besar Amerika
Serikat yang terus menerus menyoroti kehidupan muslim di Negara-negara Islam
Timur Tengah sebagai negara berkonflik yang tidak henti-hentinya diserang teror.
Teror tersebut, tidak hanya berada pada negara tersebut, namun juga disebar ke
negara-negara lain di dunia termasuk di Amerika Serikat.
Peristiwa terorisme yang terjadi pada 9 September 2001 di Amerika
Serikat tentunya meninggalkan stigma buruk tersendiri terhadap Islam. Terlebih
dengan bantuan media massa Amerika Serikat yang dengan suksesnya menggiring
opini buruk terhadap Islam, salah satunya adalah media massa Fox News. Fox
News merupakan media massa besar yang sejak kejadian teror yang
79
menggemparakan pada 9 September 2001, secara konsen memberitakan
pemberitaan ynag kurang baik mengenai Islam. Pemberitaan buruk yang terus
menerus mengatas namakan Islam ini tentunya tidak sepenuhnya terjadi karena
aksi muslim namun seakan-akan menjadikan muslim sebagai pelakunya. Hal ini
tentu tidak terlepas dari teknik framing yang digunakan media massa Amerika
Serikat terhadap Islam.
Dalam teknik framing,realitas yang ada dapat di konstruksikan sedemikan
rupa, sehingga media massa dapat menggunakan sudut pandang yang mereka
ingin tonjolkan dalam memberitakan suatu fenomena. Hal inilah yang digunakan
media massa Amerika Serikat dalam merepresentasikan Islam. Islam dengan
catatan buruknya seakan telah ditetapkan dalam berbagai macam pemberitaan
sebagai aktor yang tak termaafkan, sehingga reputasi Islam akan selalu dibuat
buruk dalam berbagai macam pemberitaan. Konflik-konflik tak berkesudahan di
Negara-negara Islam di Timur Tengah dengan latar belakang radikalisme yang
semakin menjamur pun seakan menguatkan media massa atas framing yang telah
dibentuk.
Teknik framing yang digunakan media massa Amerika Serikat pun cukup
terbilang “keras” apabila bersinggungan dengan Islam dan kaum muslim yang
notabennya merupakan kaum minoritas. Salah satu yang cukup keras
menyuarakan pandangan negatifnya terhadap Islam adalah jaringan media massa
yang mencakup media pemberitaan besar di Amerika Serikat, yaitu Fox News.
Dengan label konservatif yang sangat melekat kuat, tentu Fox News sejak awal
80
pendiriannya memiliki pandangan miring terhadap kaum minoritas di Amerika
Serikat, tidak terkecuali bagi Islam.
Pandangan buruk pun semakin gencar diberitakan oleh Fox News setelah
kejadia 9 September 2001. Program-program yang berada dibawah naungannya
pun banyak yang dengan jelas mendiskreditkan Islam sebagai sebuah agama yang
lekat dengan terorisme. Tidak hanya melalui program-programnya, kutipan artikel
yang dimuat dalam website pemberitaannya pun tak luput dengan framing yang
memberikan efek buruk terhadap Islam.
Tentunya, hal ini pun semakin mempengaruhi opini masyarakat Amerika
Serikat dalam memandang Islam. Hal ini pun terbukti dengan menangnya Trump
dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016 lalu. Sosok Trump yang
memang sangat konservatif dengan tagline-tagline kontroversi mengenai ajakan
penyeruan pelarangan kaum muslim untuk masuk ke Amerika Serikat pun
akhirnya memenangkan Pemilu. Dengan kemenanganya, dapat ditarik sebuah
asumsi bahwa memang ketakutan atas Islam yang identik dengan gerakan radikal
dan ekstrimis, serta dalang dari setiap kejadian terorisme yang terjadi di seluruh
bagian dunia, masih ada di Amerika Serikat.
Kemenangan Trump pun seakan menimbulkan pengukuhan tersendiri atas
reaksi masyarakat Amerika Serikat yang seakan masih memiliki ketakutan
tersendiri dengan kehadiran kaum muslim diantara mereka. Dengan opini yang
terus berkembang akibat dari paparan pemberitaan media massa terutama Fox
News, yang memang memiliki kedekatan tersendiri dengan Trump, kebijakan luar
81
negeri atas pembatasan akses masuk ke enam negara muslim dunia pun akhirnya
dicanangkan.
Adanya kebijakan luar negeri yang ditanda tangani langsung oleh Trump
ini merupakan salah satu upaya Trump dalam mewujudkan kepentingan nasional
Amerika Serikat, yaitu terciptanya keamanan nasional yang kondusif dan terjaga
dari ancaman diluar Amerika Serikat, termasuk dari para imigran yang berasal
dari enam negara yang telah dibatasi akses masuknya, yaitu Chad, Iran, Libya,
Suriah, Somalia dan Yaman. Dengan adanya pembatasan ini, diharapkan Amerika
Serikat dapat berjaya kembali, dimulai dari sisi keamanan yang bebas dari
ancaman ketakutan yang diindikasikan dibawa oleh para pendatang yang datang
dari enam negara muslim tersebut. sehingga visi dan misi Trump untuk membuat
Amerika Serikat berjaya kembali, dapat segera terealisasikan.
xiiiv
Daftar Pustaka
Buku
D, Adinegoro. 1961. ”Publistik dan Djurnalistik”, cet. 1 Jakarta: Gunung Agung.
AA, Perwita, dan Y.M. 2005 ” Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”
.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Biagi, Shieley. 2005 , “Media/ Impact : An Introduction to Mass Media”. Seventh
Edition, United States : Thomson – Wadsworth. Hal 10
Curran, J. dan Gurevitch . 1991“ Mass Media and Society”,
Eriyanto, 2002. “Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Polotik Media)”,
LKiS,Yogyakarta.
Fearon, James. 1998“Domestic Politics, Foreign Policy, and Theories of
International Relations”, Annual Review of Political Science. Hal 292
Goldstein , Joshua. 1999. ,”International Relations”,New York, Longman Hal
147
Graber, Dorris. 2000, “ Mass Media and American Politics”, CQ Press,
Washington Dc.
Hamad, Ibnu. 2004, ”Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah
Studi Critical Analysis Discourses Terhadap Berita-BeritaPolitik”. Jakarta:
Granit.
H , Matthew dan BR, Olson. 2008, “ Theories of Learning (Teori Belajar”, Edisi
Ke 7, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
Holsti, KJ. 1983. “A Framework for Analysis”. New Jersey: Prentice-Hall. Hal
107.
Ibrahim, Idi S dan Romli, Asep SM.2007 “Amerika, Terorisme dan
Islamophobia: Fakta dan Imajinasi Jaringan Kaum Radikal”.( Bandung:
Nuansa), hal 65.
McQuail, Denis.1987“Teori Komunikasi Massa”, Erlangga, Jakarta, Hal 1
McQuail Denis. 2000 “Mass Communication Theories”, Fourth edition, Sage
Publication, London, Hal 66
Ole R Holsti. 1992“Public Opinion and Foreign Policy : Challenges to the
Almond-Lippman Consensus”, International Studies Quarterly,. Hal 439
Perwita, Banyu Agung, Anak, Yani, Yanyan Mochamad. 2005”. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional”. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Hal 35.
Plano, Jack C dan Olton Roy. 1999.” Kamus Hubungan Internasional (Edisi
Ketiga)”. alih bahasa : Wawan Juanda. Universitas Michigan Barat. Hal 7.
Pollack, Jonathan D. 2007. "The Trump Administration in the United States and
the Future of East Asia and the Korean Peninsula",The Brookings Institution. Hal
1
xiiiv
Rivers, Willian, Jensen, Jay W. Dan Peterson, Theodore. 2003” Media Massa dan
Masyarakat Modern” , Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, Hal 158
Robinson, Pier. 2008 “The role of media and public opinion” Foreign Policy,
Theories, Actors, Cases. Oxford hal 137-138
Rosenau, James N. Boyd, Gavin, Kenneth W. Thompson. 1976. “World
Politics: An Introduction”. New York: The Free Press. hal. 27.
Sitepu P, Anthonius. 2011. . “Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta” : Graha
Ilmu..Hal 163.
Wahid, Abdul dkk. 2004. “ Kejahatan, Terorisme, Prespektif Agama, HAM dan
Hukum”, Bandung, Refika Aditama.
Wickett, Xenia. 2017 “America’s International Role Under Donald Trump”, The
Royal Institute of International Affairs,(London; Chatham House), Hal 3.
Jurnal dan Artikel Jurnal
Cintya, Nurma Juwita RA. 2012, “Peran Media Massa Di Amerika Serikat Dalam
Mempengaruhi Kebijakan Invasi Iraq Pada Tahun 2003”,Universitas Udayana.
Chorev, Dr harel. 2017“Iranian Users Protest Trump's Muslim Ban”, Volume 5,
Issue 2,. Diunduh di https://dayan.org/content/iranian-users-protest-trumps-
muslim-ban.
Glover, Kelsey. 2011 ” Analysis of CNN and The Fox News Networks’ framing of
the Muslim Brotherhood during the Egyptian revolution in 2011”, The Elon
Journal of Undergraduate Research in Communications • Vol. 2, No. 2 •. Hal 130
Nuruzzaman, Mohammed . 2017. ” President Trump’s Islamophobia and the
Muslims: A Case Study in Crisis Communication”, International Journal of Crisis
Communication,Hal 16-20.
On ,Dean . 2006. “President Cxlinton Standing UpTo Right-Wing Propaganda
On Fox News”.Diunduh di
https://www.democrats.org/a/2006/09/dean_on_preside_3.php
Restad, Hilde Restad. 2016. “Donald Trump’s calls to “Make America great
again” show that American Exceptionalism is still a powerful idea”. Diunduh di
http://blogs.lse.ac.uk/usappblog/2016/03/04/donald-trumps-calls-to-make-
america-great-again-show-that-american-exceptionalism-is-still-a-powerful-idea/.
Ridwanul Ghoni, Mahendra. 2017. Peran Media Digital dalam
Pembentukan Ruang Opini Publik . Diunduh di
http://lpmgemakeadilan.fh.undip.ac.id/2017/02/09/peran-media-digital-dalam-
pembentukan-ruang-opini-publik/
Stroebel, Warren P. 2000. “The Media: Influencing Foreign Policy in The
Information Age,” US Foreign Policy Agenda, Vol 3, No 1 Hal 38
xiiiv
Trijayanto, Danang. 2015. “Relasi Antara Opini Publik dan Media Massa
(Pembentukan Opini Publik melalui Iklan Politik di MNC dan Metro TV)”,
PROMEDIA, VOLUME I, NO 2. Hal 22
Wijaya, Sri Herwinda Baskara . 2010. ” Media dan Terorisme” , THE
MESSENGER, Volume II No 1 Januari . Diunduh di
http://journals.usm.ac.id/index.php/the-messenger/article/view/280
Laporan dan Dokumen
National Immigration Law Centre. 2017. “Why President Trump’s New Executive
Order Is Still a Refugee and Muslim Ban”. Diakses di https://www.nilc.org/wp-
content/uploads/2017/04/refugee-muslim-ban-FAQ-2017-04-11.pdf
Spark Notes, 2016. “ Function of Media”. Diakses di
http://www.sparknotes.com/us-government-and-politics/american-
government/the-media/section2/
Pewresearch. 2017. “ Key Trend In Social and Digital News Media”. Diakses di
http://www.pewresearch.org/fact-tank/2017/10/04/key-trends-in-social-and-
digital-news-media/
Ofcom Broadcast and On Demand Bulletin 317, 2016. Diakses di
https://www.ofcom.org.uk/__data/assets/pdf_file/0023/94271/Issue-317.pdf
Al Jazeera Centre for Studies. 2016 , “The Mediatized Islamophobia in America:
Ideological Precursors and Identity Politics”. Hal 3
Pewresearch. 2017 ,“Assaults against Muslims in U.S. surpass 2001 level”.
Diakses di http://www.pewresearch.org/fact-tank/2017/11/15/assaults-against-
muslims-in-u-s-surpass-2001-level/
Harvard University. 2007. “ Contemporary Threats; Terrorism and The
Challenges For Armed Forces FORCES – a Finnish Point of View “,Weatherhead
Center for International Affairs, Hal 18
Artikel atau Situs
Wawancara exclusive dalam film Outfoxed: Rupert Murdoch’s War on Jurnalism
tahun 2004 (out foxed) dengan David Burnett (former Fox News Reporter,
Washington DC) dan dengan Frank O’Donnell (former Fox News Producer,
Washington DC).
Situs Pemerintahan
Bureau of Labor Statistics, “Employment Situation Summary” , 6 January 2017,
https://www.bls.gov/news.release/empsit.nr0.htm. Diakses pada 20 Maret 2018
White House Archive. “President Discusses Beginning of Operation Iraqi
Freedom”, http://georgewbush-
xiiiv
whitehouse.archives.gov/news/releases/2003/03/20030322.html diakses pada 2
Mei 2018
White House Goverment, ”Executive Order Protecting the Nation from Foreign
Terrorist Entry into the United States”,
https://www.whitehouse.gov/presidential-actions/executive-order-protecting-
nation-foreign-terrorist-entry-united-states/ Diakses pada 27 Maret 2018
USA Embassy. “The Media in United States” https://usa.usembassy.de/media.htm
Diakses pada 17 April 2018
US Department of Commerce, Bureau of Economic Analysis , “National Income
and Product Accounts – Gross Domestic Product: Third Quarter 2016 (Third
Estimate)”, 22 December 2016,
http://www.bea.gov/newsreleases/national/gdp/gdpnewsrelease.htm. Diakses pada
20 Maret 2018
Artikel Media
Beckwith , Ryan Teague. 16 Maret 2017 ” President Trump's Own Words
Keep Hurting His Travel Ban”. Diakses di http://time.com/4703614/travel-ban-
judges-donald-trump-words/.
Bump, Philip . 23 Maret 2017. “The states with the biggest political bubbles in
2016 voted for Trump”. Diakses di
https://www.washingtonpost.com/news/politics/wp/2017/08/23/the-states-with-
the-biggest-political-bubbles-in-2016-voted-for-trump/?utm_term=.551205b0c7ec
Dudley, Dominic. 18 November 2016. “The Ten Countries Most Affected By
Terrorism” . diakses di
https://www.forbes.com/sites/dominicdudley/2016/11/18/countries-most-affected-
by-terrorism/#133e9ce30d9c
Islamophoia Network “Fox News Channel”. Diakses di
https://islamophobianetwork.com/echo-chamber/fox-news-channel/
Johnson, Jenna dan Hauslohner, Abigail. 20 Mei 2017.“I think Islam hates us’:
A timeline of Trump’s comments about Islam and Muslim”. Diakses di
https://www.washingtonpost.com/news/post-politics/wp/2017/05/20/i-think-
islam-hates-us-a-timeline-of-trumps-comments-about-islam-and-
muslims/?utm_term=.b27a97ea2675
Martinez, Michael, Shoichet ,Catherine E dan Pamela Brown,9 Desember 2015.
“San Bernardino shooting: Couple radicalized before they met, FBI says”.
Diakses di https://edition.cnn.com/2015/12/09/us/san-bernardino-shooting/ .
xiiiv
McFarland, K.T. 4 Desember 2015 “After San Bernardino: How political
correctness could get us all killed”. Diakses di
http://www.foxnews.com/opinion/2015/12/04/after-san-bernardino-how-political-
correctness-could-get-us-all-killed.html
Mifflin, Lawrie. 7 Oktober 1996. “At the new Fox News Channel, the buzzword
is fairness, separating news from bias” . Diakses di
https://www.nytimes.com/1996/10/07/business/at-the-new-fox-news-channel-the-
buzzword-is-fairness-separating-news-from-
bias.html?n=Top%2FReference%2FTimes+Topics%2FPeople%2FA%2FAiles%2
C+Roger+E. Diakses pada 2 Mei 2018
Net Top 20 News, “FoxNews”. Diakses di http://news.nettop20.com/
New York Magazine, 3 Mei 2015 “Why Rupert Murdoch Decided to Back
Donald Trump”. Diakses di http://nymag.com/daily/intelligencer/2016/05/why-
rupert-murdoch-decided-to-support-trump.html
New Yorker Post “Fox News”. Diakses di
http://www.newyorker.com/online/content/articles/350526on_onlineonly01
Ortiz, Erik. “Presidential Inaguration”, 2017. Diakses di
https://www.nbcnews.com/storyline/inauguration-2017
Rovzar, Chris, 9 Oktober 2010 "Brian Kilmeade on Fox & Friends: ‘All
Terrorists Are Muslims”. Diakses di
http://nymag.com/daily/intelligencer/2010/10/brian_kilmeade_on_fox_and_frie.ht
ml
Russo, Anthony. 25 September 2017. “A Trump Travel Ban We’ve Seen Before“,
diakses di https://www.nytimes.com/2017/09/25/opinion/editorials/trump-travel-
ban.html.
Serrano, Richard A, Paloma Esquivel dan Richard Winton, 2 Desember
2015. “Authorities identify couple who they believe killed 14 at San Bernardino
holiday party". Diakses di http://www.latimes.com/local/lanow/la-me-ln-up-to-
20-shot-in-san-bernardino-active-shooter-sought-20151202-story.html,
The Guardian, 29 Januari 2017“Muslim-majority countries show anger at Trump
travel ban“ . Diakses di .https://www.theguardian.com/us-
news/2017/jan/29/muslim-majority-countries-anger-at-trump-travel-ban.
The New York Times, 9 Agustus 2017 “Presidential Election Results: Donald J.
Trump Wins,”. Diakses di
https://www.nytimes.com/elections/results/president?action=click&pgtype=Home
page&clickSource=story-heading&module=span-abc-region®ion=span-abc-
region&WT.nav=span-abc-region
Tumulty, Karen. 17 Januari 2017 .“How Donald Trump came up with ‘Make
America Great Again”. Diakses di
https://www.washingtonpost.com/politics/how-donald-trump-came-up-with-
xiiiv
make-america-great-again/2017/01/17/fb6acf5e-dbf7-11e6-ad42-
f3375f271c9c_story.html?utm_term=.969f4a3dc03a
Wilkinson, Peter dan Spark Laura Smith. 31 Agustus 2013. “Bashar al-Assad: A
ruler shaped by violence, indecision, say former insiders“.Diakses di
https://edition.cnn.com/2013/08/28/world/meast/syria-assad-profile/index.html
Withnall, Adam. 17 November 2015 .“The top 10 countries which suffer the most
from terrorism - most of which are Muslim”. Diakses di
http://www.independent.co.uk/news/world/politics/the-top-10-countries-which-
suffer-the-most-from-terrorism-most-of-which-are-muslim-a6738121.html