RESILIENSI SISWA SMA NEGERI 1 WURYANTORO
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Wuryantoro
Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan
Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Alvionita Valentina Mega Rini
NIM: 101114044
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
LIFE IS THE ART OF DRAWING WITHOUT AN ERASER
(John W. Gardner)
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Allah SWT
2. Program Studi Bimbingan dan Konseling USD
3. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
4. SMA Negeri I Wuryantoro
5. Orangtuaku tercinta Bapak Ambang Irianto dan Ibu Ratna Sari Dwi Astuti
6. Adik-adikku Briliawan Bima Prayoga dan Lazuardi Bintang Rinaldi
7. Mas Andreas Rian Nugroho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
RESILIENSI SISWA SMA NEGERI 1 WURYANTORO
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Wuryantoro
Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan
Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial)
Alvionita Valentina Mega Rini
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat resilien sisiswa-siswi SMA Negeri
I WuryantoroTahun Ajaran 2015/2016. Masalah pertama yang diteliti adalah
“Seberapa baik tingkat resiliensi pada siswa-siswi SMA Negeri I Wuryantoro
tahun ajaran2015/2016?”. Masalah yang kedua adalah “Berdasarkan analisis
terhadap butir-butir resiliensi yang teridentifikasi kemunculannya rendah, topik
bimbingan pribadi-sosial apakah yang implikatif bagi siswa-siswi SMA Negeri I
Wuryantoro?”.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa
kelas XI SMA Negeri I Wuryantoro tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 65
siswa. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner tingkat resiliensi yang terdiri dari
68 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala
model Likert. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan membuat tabulasi
skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden,
menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan
tingkat resiliensi siswa berdasarkan distribusi normal. Kategori ini terdiri dari
lima jenjang yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) Tingkat resiliensi pada siswa-
siswi SMA Negeri I Wuryantoro tahun ajaran 2015/2016 yang termasuk dalam
kategori sangat tinggi (sangat baik) berjumlah 16 siswa (24,6%), yang termasuk
dalam kategori tinggi (baik) berjumlah 42 siswa (64,6%), yang termasuk dalam
kategori sedang berjumlah 7 siswa (10,8%) yang termasuk dalam kategori rendah
0 siswa (0%), dan yang termasuk dalam kategori sangat rendah 0 siswa (0%). (2)
Berdasarkan analisis terhadap butir-butir resiliensi, diperoleh 8 butir item yang
masuk dalam kategori sedang dan 1 butir item yang masuk dalam kategori rendah
yang digunakan sebagai dasar untuk merumuskan 9 usulan topik-topik bimbingan
pribadi-sosial untuk meningkatkan resiliensi siswa SMA Negeri I Wuryantoro
tahun ajaran 2015/2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACK
STUDENTS’ RESILIENCE OF SENIOR HIGH SCHOOL AT SMAN 1
WURYANTORO
(A Descriptive Study On Senior High School at SMAN 1 Wuryantoro in
2015/2016 Academic Year and Its Implication to The Topics of Personal–
social Guidance)
by
Alvionita Valentina Mega Rini
Sanata Dharma University
2016
This research is quantitative descriptive research which has purpose to find
the The Degree of Students’ Resilience at State 1 Wuryantoro Senior High School
year of academic 2015/2016 and the implication to the personal – social conseling
topics. Thus, the research problem is formulated as follows; How far the degree of
students’ resilience at State 1 Wuryantoro Senior High School year of academic
2015/2016? The second problem formulation is based on the analisys resilience
points which are low identified, what kind of personal – social conseling topic are
implicate State 1 Wuryantoro Senior High School students?
The type of this researcher is a descriptive research survey method. The
subject of the research are 65 students of grade XI at State 1 Wuryantoro Senior
High School year of academic 2015/2016. The research instrument is degree of
resilience questionaire consists of 68 questions which are developed based on
Likert scale method. The method in analysing the data is the tabulation score
based on the each item, calculating the total score of each respondent, calculating
the total score of each item, afterwards categorizing the students’ degree of
resilience based on normal distribution. This category consists of five levels, they
are; very high, high, medium, low, and very low.
The results show that: (1) the students’ degree of resilience at State 1
Wuryantoro Senior High School year of academic 2015/2016 which is included at
the very high category (very good) is 16 students (24,6%), which is included at
the high (good) category is 42 students (64,6%), which is included at medium
category is 7 students (7%), none included in both, low and very low category
(0%). (2) based on the analysis of resilience points, there are 8 items that belong
to the medium category and 1 item which is included at low category and will be
used as the basis for formulating the 9 suggestions of personal – social guindance
topics in order to enhance the Degree of Students’ Resilience (Descriptive study at
SMAN 1 Wuryantoro Senior High School.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis mengucapkan kepada Allah SWT atas perlindungan,
pendampingan, dan doa dalam persiapan, pelaksanaan serta penyelesaian penelitian dalam
bentuk skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, doa,
bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya
mengucapkan terima kasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini.
2. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A sebagai Dosen Pembimbing Penulisan Skripsi
yang telah membimbing dengan kesabaran hati dan memberi masukan kepada penulis
guna meningkatkan kualitas skripsi ini.
3. SMA Negeri I Wuryantoro yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan
penelitian.
4. Seluruh siswa kelas XI SMA Negeri I Wuryantoro Tahun Ajaran 2015/2016, atas
kesediaannya mengisi kuesioner
5. Bapak, Ibu, dan Adik-adik tercinta Ambang Irianto, Ratna Sari Dwi Astuti, Brilliawan
Bima Prayoga, Lazuardi Bintang Rinaldi atas doa, dukungan, perhatian yang diberikan
selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
6. Teman-teman BK yang telah memberikan dukungan dan motivasi, secara khusus kepada
Dilla, Made, Diana, Bona, Candra, Fabian, Vitri, Lina, Dhesta, Rani dll yang tidak bisa
saya sebut satu persatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
7. Teman-teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat dan bantuan, terkhusus
kepada Yuyun, Irene, Pamor, Dika, Tony, Nining
8. Kekasihku Andreas Rian Nugroho, terimakasih atas semangat , kesabaran, dan doa dalam
membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional dari istilah-istilah pokok
yang digunakan dalam penelitian ini.
A. Latar Belakang Masalah
Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang akan akan mengisi
berbagai posisi dalam masyarakat di masa yang akan datang serta meneruskan
bangsa dan negara di masa depan. Menurut Hurlock (1980) masa remaja
disebut sebagai periode perubahan atau transisi. Pada masa ini, individu akan
mengalami perubahan fisik/tubuh, emosi, minat dan peran dalam kelompok
sosial, perubahan minat dan pola perilaku, memiliki sifat embivalen, menuntut
kebebasan namun masih ragu atas kemampuan untuk bertanggung jawab.
Siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) masuk dalam kategori remaja,
khususnya siswa SMA Negeri I Wuryantoro. Oleh karena hal di atas, siswa
SMA harus membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang memadai. Gunarsa (1995) mengemukakan bahwa manusia, remaja pada
khususnya siswa SMA memiliki tantangan sendiri dalam hidup. Siswa
diharapkan mampu mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan pada kehidupannya setelah tamat SMA. Dengan demikian pada
jenjang SMA ini individu akan menghadapi berbagai situasi sulit, dikarenakan
individu harus mampu menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan-
perubahan yang terjadi. Keadaan seseorang individu ketika mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kesulitan memang tidak dapat dihindari, namun individu yang memiliki
resiliensi akan mampu mengatasi berbagai persoalan dengan cara mereka
sendiri. Artinya, adanya resiliensi akan mengubah persoalan yang dialami
menjadi sebuah tantangan, kegagalan menjadi kesuksesan, dan
ketidakberdayaan menjadi kekuatan.
Resiliensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang, kelompok atau
masyarakat yang memungkinkan untuk menghadapi, mencegah,
meminimalkan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari
kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, atau kondisi yang menyengsarakan
menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Ricahrdson, dkk., (dalam
Desmita, 2009) resiliensi adalah proses kemampuan mengatasi gangguan,
tekanan atau peristiwa yang menantang dalam kehidupan yang dialami
individu dengan cara menambahkan perlindungan dan kemampuan untuk
kembali pada kondisi sebelum terjadinya peristiwa. Individu yang resilien
tidak hanya mampu kembali pada keadaan normal setelah mengalami
peristiwa yang menekan atau traumatis, namun sebagian dari mereka mampu
untuk menampilkan performance yang lebih baik dari sebelumnya.
Karakteristik siswa yang memiliki resiliensi menurut Reivich & Shatte
(Wielia & Wirawan, 2005) adalah mampu mengendalikan emosi dan bersikap
tenang meskipun berada dalam tekanan, mampu mengontrol dorongan dan
membangkitkan pemikiran yang mengarah pada pengendalian emosi, bersifat
optimis mengenai masa depan, mampu mengidentifikasi penyebab dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
permasalahan yang dihadapi, memiliki empati, keyakinan diri, memiliki
kompetensi untuk mencapai sesuatu.
Faktanya, masih ada siswa yang cenderung memiliki resiliensi yang
belum ideal atau memiliki resiliensi rendah. Menurut hasil observasi dan
wawancara dengan siswa-siswi serta guru SMA N I Wuryantoro, terdapat
fakta yang menunjukkan bahwa terdapat siswa yang terindikasi memiliki
tingkat resiliensi rendah. Fakta-fakta tersebut antara lain; siswa yang
seringkali mengeluh jika diberikan PR disetiap mata pelajaran, mengeluh saat
akan diadakan ulangan/kuis, mengeluh dan menolak saat diwajibkan
mengikuti ektrakurikuler pramuka setiap hari jumat, menolak saat diadakan
rolling tempat duduk di kelas, membolos saat akan diadakan pemeriksaan
rutin kerapian dan kedisiplinan dalam berseragam, membolos (dengan alasan
ijin ke ruang UKS) setelah mendapatkan nilai rendah, mudah tersinggung atau
emosi tidak stabil. Jika keadaan tersebut tidak segera diatasi, maka tidak
menutup kemungkinan akan muncul dampak yang lebih luas lagi, seperti
siswa pesimis dalam belajar, siswa tidak memiliki keyakinan atas kemampuan
dirinya, serta siswa tidak mampu menjalin hubungan yang baik dengan
lingkungan sekitarnya.
Penjelasan di atas memberikan pemahaman pada peneliti, bahwa dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah, siswa membutuhkan kemampuan resiliensi untuk dapat mencapai
sukses atau keberhasilan dalam hidupnya. Stoltz (2000) mengemukakan
bahwa kemampuan seseorang untuk bertahan menghadapi kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
merupakan salah satu kekuatan yang ada dalam diri individu. Apabila individu
mampu bertahan dalam menghadapi permasalahan tersebut maka individu
akan mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Resiliensi merupakan mind-set
yang memungkinkan manusia mencari berbagai pengalaman dan memandang
hidupnya sebagai suatu kegiatan yang sedang berjalan. Resiliensi memberikan
rasa percaya diri untuk mengambil tanggungjawab baru dalam hidup.
Keberadaan Bimbingan Konseling di sekolah merupakan kebutuhan
untuk perkembangan remaja. Kebutuhan tersebut mengacu pada tujuan
pendidikan yang berusaha membantu siswa sebagai pribadi untuk mencapai
keutuhan diri dalam segala aspek, membantu remaja mematangkan aspek
kognitif melalui usaha serta mengembangkan kemampuan resiliensi dalam diri
individu berdasarkan aspek-aspek resiliensi, antara lain: regulasi emosi,
kontrol terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah,
empati, efikasi diri dan pencapaian.
Berdasarkan keadaan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Tingkat Resiliensi Siswa (Studi Deskriptif pada Siswa
SMA N I Wuryantoro Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap
Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:
1. Seberapa baik tingkat resiliensi pada siswa SMA N 1 Wuryantoro tahun
ajaran 2015/2016?
2. Berdasarkan analisis terhadap butir-butir resiliensi yang teridentifikasi
kemunculannya rendah, topik bimbingan pribadi sosial apakah yang
implikatif bagi siswa SMA N 1 Wuryantoro?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tingkat resiliensi pada siswa kelas XI SMA N 1
Wuryantoro tahun ajaran 2015/2016.
2. Mengusulkan topik-topik bimbingan pribadi sosial untuk siswa kelas XI
SMA N 1 Wuryantoro sesuai dengan analisis butir-butir resiliensi yang
teridentifikasi rendah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan dan bermanfaat untuk
memberikan informasi dan mengembangkan kajian di bidang ilmu
Bimbingan dan Konseling khususnya yang berhubungan dengan resiliensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendidik (Guru dan Orangtua)
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi
pendidik. dalam rangka memahami siswa berkaitan dengan resiliensi
yang dimiliki, serta membantu, membina dan meningkatkan resiliensi
pada siswa.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai
tingkat resiliensi pada remaja (khususnya siswa kelas XI SMA N 1
Wuryantoro tahun ajaran 2015/2016)
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan bekal bagi peneliti di kemudian hari
untuk mendampingi dan memberikan layanan bimbingan dan
konseling, baik secara kelompok maupun individual, kepada siswa
yang memiliki tingkat resiliensi rendah.
E. Definisi Operasional
1. Resiliensi
Kemampuan individu menghadapi, mengatasi tantangan dalam
hidup, dan mempertahankan energi positif dalam dirinya sehingga
mampu menjalani kehidupan secara produktif dan mampu
meningkatkan kualitas hidupnya. Resiliensi dibangun berdasarkan
aspek-aspek antara lain; regulasi emosi, kontrol terhadap impuls,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri dan
pencapaian.
2. Siswa SMA sebagai Remaja
Siswa SMA adalah mereka yang berusia sekitar 16-18 tahun
yang sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Mereka
termasuk dalam masa remaja.
3. Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi sosial adalah upaya untuk membantu
individu dalam memantabkan kepribadian dan mengembangkan
kemampuan individu dalam mengambil keputusan serta menangani
masalah-masalah yang berkaitan dengan diri sendiri juga oranglain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat uraian mengenai Hakikat resiliensi, karakteristik remaja,
dan bimbingan pribadi sosial.
A. Hakikat Resiliensi
1. Pengertian Resiliensi
Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block (dalam
Klohnen, 1996) dengan nama ego-resilience, yang diartikan sebagai
kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang
tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal.
Secara spesifik resiliensi adalah:
“… a personality resource that allows individual to modify
their characteristic level and habitual mode of expression of ego-
control as the most adaptively encounter, function in and shape
their immediate and long term environmental context.” (Block,
dalam Klohnen, 1996, hal.45).
Dari definisi yang dikemukakan di atas, tampak bahwa ego resiliensi
merupakan satu sumber kepribadian yang berfungsi membentuk konteks
lingkungan jangka pendek maupun jangka panjang, di mana sumber daya
tersebut memungkinkan individu untuk memodifikasi tingkat karakter dan
cara mengekspresikan pengendalian ego yang biasa mereka lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Menurut Reivich dan Shatte (2002: 26) mendefinisikan resiliensi
sebagai berikut:
“Resilience is the capacity to respond in healty and productive
ways and when adversity or trauma, that it is essential for
managing the daily stress of life.”
Dari definisi di atas, Resiliensi merupakan kemampuan individu untuk
melakukan respon dengan cara yang sehat dan produktif ketika
berhadapan dengan adversity atau trauma, di mana hal tersebut sangat
penting untuk mengendalikan tekanan hidup sehari-hari. Resiliensi
merupakan mind-set yang mampu meningkatkan seseorang untuk
mencari pengalaman baru dan memandang kehidupan sebagai proses yang
meningkat. Resiliensi dapat menciptakan dan memelihara sikap positif
untuk mengeksplorasi, sehingga seseorang dapat menjadi lebih percaya
diri ketika berhubungan dengan orang lain, serta lebih berani mengambil
risiko atas tindakannya.
Liquanti (1992), menyebutkan secara khusus bahwa resiliensi pada
remaja merupakan kemampuan yang dimiliki remaja di mana mereka tidak
mengalah saat menghadapi tekanan dan perbedaan dalam lingkungan.
Mereka mampu terhindar dari penggunaan obat terlarang, kenakalan
remaja, kegagalan di sekolah, dan dari gangguan mental.
Kimberly Gordon (dalam Hutapea, 2006) mengatakan bahwa
resiliensi merupakan suatu proses tidak hanya memfokuskan pada
kesulitan atau trauma masa lalu, melainkan juga kesulitan atau trauma
masa kini dan antisipasi terhadap kesulitan atau trauma masa depan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sehingga pada akhirnya seseorang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Resiliensi disebut juga oleh Wolin & Wolin (1999) sebagai
keterampilan coping saat dihadapkan pada tantangan hidup atau kapasitas
individu untuk tetap “sehat” (wellness) dan terus memperbaiki diri (self
repair).
Menurut Jackson (2002) resiliensi adalah kemampuan individu
untuk dapat beradaptasi dengan baik meskipun dihadapkan dengan
keadaan sulit. Dalam ilmu perkembangan manusia, resiliensi memiliki
makna yang luas dan beragam, mencakup kepulihan dari masa traumatis,
mengatasi kegagalan dalam hidup, dan menahan stress agar dapat
berfungsi dengan baik dalam mengerjakan tugas sehari-sehari.
Kamus Merriam Webster (2005) mengartikan resiliensi sebagai,
“the capability of a (strained) body to recover its site and shape
after deformator causal especially by compressive stress”
yaitu kemampuan suatu benda untuk menegang (melenting), kemudian
memperoleh kembali tempat dan bentuknya setelah melalui akibat
perusakan bentuk, khususnya oleh tekanan yang sangat luar biasa. Hal ini
sesuai dengan kata dasar resiliensi yang berasal dari bahasa latin yang
dalam bahasa inggis bermakna to jump (or bounce) back, artinya
melompat atau melenting kembali (Resiliency Center, 2004)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa resiliensi adalah kemampuan individu layaknya sebuah per yang
mampu melenting kembali pada bentuk semula meskipun telah mendapat
tekanan. Resiliensi merupakan gambaran individu untuk menjadi tangguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dan kuat dalam menghadapi serta mengatasi tekanan hidup dengan cara
yang sehat dan produktif, seperti mampu beradaptasi, mengendalikan
emosi, bersikap tenang walaupun berada di bawah tekanan, mampu
mengontrol dorongannya, membangkitkan pemikiran yang mengarah
pada pengendalian emosi, bersifat optimis mengenai masa depan yang
baik, mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah mereka secara
akurat, memiliki empati, memiliki keyakinan diri akan berhasil, dan
memiliki kompetensi untuk mencapai sesuatu.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi
Masten & Coatswort (Davis, 1999) mengemukakan bahwa individu
mampu mencapai resiliensi dalam dirinya didukung oleh faktor-faktor,
antara lain:
a. Faktor Individu
Faktor individual meliputi kemampuan kognitif, konsep diri,
harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki individu.
b. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan lingkaran pertama karena lingkungan
keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dengan pembentukan
kepribadian individu. Hubungan yang dekat dengan keluarga memiliki
kepedulian, dukungan dan perhatian, dan pola asuh yang hangat,
teratur dan kondusif dalam perkembangan individu, memiliki
hubungan harmonis antar anggota keluarga. Sebagian besar kehidupan
manusia dihabiskan bersama keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
c. Faktor Komunitas/ Masyarakat Sekitar
Faktor komunitas/masyarakat sekitar yang memberikan
pengaruh terhadap resiliensi individu adalah mendapatkan perhatian
dari lingkungan, aktif dalam organisasi masyarakat. Melalui komunitas
individu merasa dihargai keberadaannya oleh orang lain, individu akan
merasakan hubungan dan dukungan yang membantu mereka dalam
beradaptasi dengan kondisi yang ada dan mengatasi konsekuensi
negative yang sering kali dihadapi individu.
3. Prinsip Dasar Keterampilan Resiliensi
Empat prinsip menurut Reivich dan Shatte (2002) yang dijadikan
dasar bagi keterampilan resiliensi adalah:
a. Manusia Dapat Berubah
Manusia bukanlah korban dari leluhur atau masa lalunya. Setiap
manusia bebas mengubah hidupnya kapan saja, memiliki keinginan
dan dorongan. Setiap manusia dilengkapi dengan keterampilan yang
sesuai. Individu merupakan pemimpin bagi keberuntungannya sendiri.
b. Pikiran adalah Kunci untuk Meningkatkan Resiliensi
Kognisi mempengaruhi emosi. Emosi menentukan siapa yang tetap
resilien dan mengalah. Beck mengembangkan sistem terapi yang
dinamakan terapi kognitif di mana pasien belajar mengubah pikirannya
untuk mengatasi deprivasi dan kecemasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
c. Ketepatan Berpikir adalah Kunci
Optimisme realistis tidak mengasumsikan bahwa hal-hal baik akan
datang dengan sendirinya. Hal-hal baik hanya akan terjadi melalui
usaha, pemecahan masalah dan perencanaan.
d. Fokus Kekuatan Manusia
Positif psychology memiliki dua tujuan utama, yakni (1)
meningkatkan pemahaman tentang kekuatan manusia (human
strengths) melalui perkembangan sistem dan metode klasifikasi
untuk mengukur kekuatan tersebut; dan (2) menanamkan
pengetahuan ini ke dalam program dan intervensi efektif yang
terutama dirancang untuk membangun kekuatan partisipan
daripada untuk memperbaiki kelemahan mereka. Resiliensi
merupakan kekuatan dasar yang mendasari semua karakteristik
positif pada kondisi emosional dan psikologis manusia. Kurangnya
resiliensi menjadi penyebab keberfungsian negatif. Tanpa resiliensi
tidak akan ada keberanian, rasionalitas dan insight.
4. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Resiliensi
Menurut Reivich & Shatte (Wielia & Wirawan, 2005) ciri-ciri
seseorang yang resilien adalah (a) mampu mengontrol emosi dan bersikap
tenang meskipun berada di bawah tekanan, (b) mampu mengotrol
dorongannya dan membangkitkan pemikiran yang mengarah pada
pengendalian emosi, (c) bersifat optimis mengenai mengenai masa depan
cerah, (d) mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah mereka secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
akurat, (e) memiliki empati, (f) memiliki keyakinan diri, (g) memiliki
kompetensi untuk mencapai sesuatu.
Sarafino (1994) menyatakan bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki
resiliensi yaitu (a) memiliki tempramen yang lebih tenang, sehingga
mampu menjalin hubungan baik dengan keluarga dan lingkungan; (b)
memiliki kemampuan untuk dapat bangkit dari tekanan dan berusaha
untuk mengatasinya.
5. Aspek-aspek Resiliensi
Reivich & Shatte (2002) memaparkan mengenai tujuh aspek
resiliensi. Penjelasannya sebagai berikut:
a. Regulasi Emosi (Emotion Regulation)
Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang
meskipun mengalami tekanan. Orang-orang yang memiliki resiliensi
baik menggunakan seperangkat keterampilan yang sudah matang yang
membantu mereka untuk mengontrol emosi, perhatian dan perilakunya.
Terdapat dua hal penting terkait dengan pengaturan emosi, yaitu
ketenangan (calming) dan fokus (focusing). Individu yang mampu
mengelola kedua keterampilan ini, dapat membantu mereka dalam
meredakan emosi dan memfokuskan pikiran-pikiran yang positif.
Emosi yang dirasakan oleh seseorang cenderung berpengaruh
pada orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang
kurang memiliki kemampuan untuk mengatur emosi, mengalami
kesulitan dalam membangun dan menjaga hubungan baik dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
orang lain. Namun tidak semua emosi yang dirasakan individu harus
dikontrol. Hal ini dikarenakan mengekspresikan emosi baik positif
maupun negatif merupakan hal yang konstruktif dan sehat, bahkan
kemampuan untuk mengekspresikan emosi baik positif maupun negatif
dan tepat merupakan bagian dari resiliensi (Reivich & Shatte, 2002).
Reivich dan Shatte (2002), mengungkapkan dua buah
keterampilan yang dapat memudahkan individu untuk melakukan
regulasi emosi, yaitu tenang dan fokus. Dalam keadaan tenang individu
dapat mengontrol dan mengurangi stres yang dialami. Ada beberapa
cara yang dapat digunakan untuk relaksasi dan membuat individu
merasa dalam keadaan tenang, yaitu dengan mengontrol pernafasan,
relaksasi otot dan membayangkan tempat yang tenang dan
menyenangkan. Sedangkan untuk keterampilan fokus pada
permasalahan yang ada akan mempermudah individu untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang ada. Dua buah
keterampilan ini akan membantu individu untuk mengontrol emosi
yang tidak terkendali, menjaga fokus pikiran individu ketika banyak
hal-hal yang mengganggu, serta mengurangi stres yang dialami oleh
individu.
b. Kontrol Terhadap Impuls (Impuls Control)
Kontrol terhadap impuls merupakan kemampuan individu untuk
mengendalikan impuls atau dorongan-dorongan, keinginan, kesukaan,
serta tekanan yang muncul dalam dirinya, kemudian akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
membawanya kepada kemampuan berpikir jernih dan akurat. Kontrol
terhadap impuls ini bukan hanya berhubungan erat dengan pengaturan
emosi, tetapi juga dengan keinginan tertentu dari individu yang dapat
mengganggu serta menghambat perkembangannya (Reivich & Shatte,
2002).
Individu dengan kontrol terhadap impuls yang rendah pada
umumnya percaya pada pemikiran impulsifnya yang mengenai situasi
sebagai kenyataan dan bertindak sesuai dengan situasi tersebut.
Mereka menampilkan perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran,
impulsif dan berlaku agresif. Tentunya perilaku ini akan membuat
orang di sekitar merasa kurang nyaman, pada akhirnya akan
berdampak buruk bagi hubungan sosialnya.
Reivich dan Shatte (2002), mengatakan bahwa individu dapat
melakukan pencegahan terhadap impulsivitasnya. Pencegahan ini
dapat dilakukan dengan menguji keyakinan individu dan mengevaluasi
kebermanfaatan terhadap pemecahan masalah. Seperti memberikan
pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri; „apakah benar apa yang saya
lakukan?‟, „apakah manfaat dari semua ini?‟, dll. Kemampuan individu
untuk mengendalikan impuls sangat terkait dengan kemampuan
regulasi emosi yang ia miliki. Individu yang memiliki skor resilience
question yang tinggi pada faktor regulasi emosi, cenderung memiliki
skor resilience question yang tinggi pula pada faktor pengendalian
impuls.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
c. Optimisme (Optimism)
Orang yang memiliki resiliensi merupakan orang yang optimis.
Optimis berarti memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu akan
menjadi lebih baik. Individu memiliki kontrol dan harapan atas
kehidupannya. Individu yang optimis memiliki kemungkinan yang
kecil untuk mengalami depresi, berprestasi lebih baik di sekolah, lebih
produktif dalam pekerjaan, dan berprestasi di berbagai bidang. Mereka
percaya bahwa situasi yang sulit dapat berubah menjadi situasi yang
lebih baik. Mereka percaya bahwa mereka dapat memegang kendali
dan arah hidupnya.
Hal ini merefleksikan self-efficacy yang dimiliki oleh seseorang,
yaitu kepercayaan individu bahwa ia mampu menyelesaikan
permasalahan yang ada dan mengendalikan hidupnya. Dikarenakan
dengan optimisme yang ada seorang individu terus didorong untuk
menemukan solusi permasalahan dan terus bekerja keras demi kondisi
yang lebih baik (Reivich & Shatte, 2002).
Optimisme yang dimaksud adalah optimisme realistis, yaitu
sebuah kepercayaan akan terwujudnya masa depan yang lebih baik
dengan segala usaha untuk mewujudkan hal tersebut. Perpaduan antara
optimisme yang realistis dan self-efficacy merupakan kunci dari
resiliensi dan kesuksesan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
d. Kemampuan Menganalisis Masalah (Causal Analysis)
Kemampuan menganalisis masalah menunjukan bahwa individu
memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab masalahnya
secara akurat. Jika seseorang mampu mengidentifikasi penyebab
masalah secara akurat, maka ia tidak akan melakukan kesalahan yang
sama terus menerus. Kemampuan menganalisis masalah dilakukan
individu untuk mencari penjelasan dari suatu kejadian.
Seligman (dalam Reivich & Shatte, 2002) mengidentifikasikan
gaya berpikir explanatory yang erat kaitannya dengan kemampuan
causal analysis yang dimiliki individu. Gaya berpikir explanatory
dapat dibagi dalam tiga dimensi: personal (saya-bukan saya),
permanen (selalu tidak selalu), dan pervasive (semua-tidak semua).
Individu dengan gaya berpikir “Saya-Selalu-Semua”
merefleksikan keyakinan bahwa penyebab permasalahan berasal dari
individu tersebut (Saya), hal ini selalu terjadi dan permasalahan yang
ada tidak dapat diubah (Selalu), serta permasalahan yang ada akan
cenderung mempengaruhi seluruh aspek hidupnya (Semua). Sementara
individu yang memiliki gaya berpikir “Bukan Saya-Tidak Selalu-Tidak
semua” meyakini bahwa permasalahan yang terjadi disebabkan oleh
orang lain (Bukan Saya), di mana kondisi tersebut masih
memungkinkan untuk diubah (Tidak Selalu) dan permasalahan yang
ada tidak akan mempengaruhi sebagian besar hidupnya (Tidak semua).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gaya berpikir explanatory, memegang peranan penting dalam
konsep resiliensi (Reivich & Shatte, 2002). Individu yang terfokus
pada “Selalu-Semua” tidak mampu melihat jalan keluar dari
permasalahan yang mereka hadapi. Sebaliknya individu yang
cenderung menggunakan gaya berpikir “Tidak selalu-Tidak semua”
dapat merumuskan solusi dan tindakan yang akan mereka lakukan
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Individu yang resilien adalah individu yang memiliki fleksibilitas
kognitif. Mereka mampu mengidentifikasikan semua penyebab yang
menyebabkan kemalangan yang menimpa mereka, tanpa terjebak pada
salah satu gaya berpikir explanatory. Mereka tidak akan menyalahkan
orang lain atas kesalahan yang mereka perbuat demi menjaga self-
esteem mereka atau membebaskan mereka dari rasa bersalah. Mereka
tidak terlalu terfokus pada faktor-faktor yang berada di luar kendali
mereka, sebaliknya mereka memfokuskan dan memegang kendali
penuh pada pemecahan masalah, perlahan mereka mulai mengatasi
permasalahan yang ada, mengarahkan hidup mereka, bangkit dan
meraih kesuksesan.
e. Empati (Empathy)
Empati merupakan kemampuan individu untuk mampu membaca
dan merasakan begaimana perasaan dan emosi oranglain, sehingga
individu mampu membaca sinyal-sinyal mengenai kondisi emosional
dan psikologis mereka melalui isyarat non-verbal, dan kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menentukan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain. Empati
adalah pemahaman pikiran dan perasaan orang lain dengan cara
menempatkan diri ke dalam kerangka psikologis orang tersebut
(Kartono dalam Nashori, 2008).
Ketidakmampuan berempati berpotensi menimbulkan kesulitan
dalam hubungan sosial (Reivich & Shatte, 2002). Hal ini dikarenakan
kebutuhan dasar manusia untuk dipahami dan dihargai. Individu yang
tidak membangun kemampuan untuk peka terhadap tanda-tanda
nonverbal tersebut, tidak mampu untuk menempatkan dirinya pada
posisi orang lain, merasakan apa yang dirasakan orang lain dan
memperkirakan maksud dari orang lain. Ketidakmampuan individu
untuk membaca tanda-tanda nonverbal orang lain, dapat sangat
merugikan, baik dalam konteks hubungan kerja maupun hubungan
personal. Individu dengan empati yang rendah cenderung
menyamaratakan semua keinginan dan emosi orang lain
f. Efikasi Diri (Self Efficacy)
Efikasi diri menggambarkan perasaan seseorang mengenai
keyakinan bahwa individu dapat memecahkan masalah, keyakinan
mengalami dan memiliki keberuntungan dan kemampuan untuk
sukses. Mereka yang tidak yakin tentang kemampuannya akan mudah
tersesat.
Self-efficacy memiliki pengaruh terhadap prestasi yang diraih,
kesehatan fisik dan mental, perkembangan karir, bahkan perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
memilih dari seseorang. Self-efficacy memiliki kedekatan dengan
konsep perceived control, yaitu suatu keyakinan bahwa individu
mampu mempengaruhi keberadaan suatu peristiwa yang
mempengaruhi kehidupan individu tersebut.
g. Pencapaian (Reaching Out)
Pencapaian menggambarkan kemampuan individu untuk
meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang
mencakup keberanian individu dalam mengatasi ketakutan-ketakutan
yang mengancam dalam kehidupannya.
Banyak individu yang tidak mampu melakukan reaching out.
Hal ini dikarenakan, sejak kecil individu telah diajarkan untuk sedapat
mungkin menghindari kegagalan dan situasi yang memalukan. Mereka
adalah individu-individu yang lebih memilih untuk memiliki
kehidupan standar dibandingkan harus meraih kesuksesan namun harus
berhadapan dengan resiko kegagalan hidup dan hinaan masyarakat.
Hal ini menunjukkan kecenderungan individu untuk berlebih-lebihan
dalam memandang kemungkinan hal-hal buruk yang dapat terjadi di
masa mendatang. Mereka memiliki rasa ketakutan untuk
mengoptimalkan kemampuan mereka hingga batas akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
B. Hakikat Remaja
1. Pengertian Siswa
Siswa adalah individu yang datang pada institusi pendidikan dengan
tujuan belajar. Individu ini sedang mengalami fase perkembangan atau
pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun pikiran. Sebagai
individu yang sedang mengalami perkembangan, dan pertumbuhan, Ia
memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk melewati tahap-tahap
tugas perkembangannya. Menurut Sanjaya, Siswa adalah individu yang
unik. Keunikan itu terlihat dari adannya perbedaan baik bakat, minat, dan
kemampuan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa Siswa adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jarum, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Jadi dapat disimpulkan Siswa adalah individu yang
unik, sedang berada pada tahap perkembangan dan pertumbuhan, dan
secara sengaja datang pada institusi pendidikan dengan tujuan belajar.
Siswa umumnya berada pada fase balita hingga fase remaja dengan
rentang usia 3-18 tahun. Di Indonesia, Siswa melewati beberapa tahap
pendidikan diantaranya; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK). Siswa yang menjadi
subyek dalam penelitian ini yaitu siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
yang sedang berada pada fase remaja awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2. Pengertian Remaja
Papalia dan Olds (2008), berpendapat bahwa masa remaja
merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Adapun Anna Freud
(dalam Hurlock, 1990), berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam
hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan
cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Menurut Papalia dan Olds (2008), masa remaja adalah perjalanan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai oleh periode
transisional yang ditandai dengan adanya perubahan baik secara biologis,
psikologi, kognitif, dan psikososial. Masa remaja dimulai pada usia 11
atau 12 sampai awal usia dua puluhan.
Adapun Hurlock (1990), membagi masa remaja menjadi masa
remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau
17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh
Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi
perkembangan yang telah mendekati masa dewasa.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja diartikan sebagai salah
satu tahap perkembangan yang merupakan transisi dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan baik
fisik, kognitif, dan psikososial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2. Karakteristik Masa Remaja
Masa remaja, seperti pada masa sebelumnya memiliki ciri-ciri
khusus yang membedakan masa sebelumnya dan sesudahnya. Berikut ini
adalah karakteristik pada masa remaja menurut Hurlock (1980):
a. Masa remaja sebagai periode yang penting. Dikatakan penting karena
semua perkembangan dalam remaja menimbulkan perlu adanya
penyesuaian mental, sikap, nilai, dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan. Periode peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana remaja meninggalkan sifat
kekanak-kanakan dan mempelajari pola perilaku yang baru.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan. Perubahan pada masa remaja
adalah meninggikan emosi, perubahan tubuh, minat dan peran dalam
kelompok sosial, perubahan minat dan pola perilaku, memiliki sifat
ambivalen, menuntut kebebasan namun belum ragu atas kemampuan
untuk bertanggungjawab.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Banyaknya perubahan yang
terjadi dalam diri remaja membuat sebagian remaja mengalami
kegagalan dalam penyesuaian dengan pola perilaku yang baru.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Pada masa ini mereka
mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi
sama dengan teman-teman dalam segala hal.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan karena adanya
stereotip bahwa remaja itu masa yang negatif, dianggap anak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tidak rapih, tidak dapat dipercaya, dan bersifat merusak, sehingga
timbul ketakutan akan adanya stereotip dari masyarakat.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Remaja selalu
mempunyai harapan atau angan-angan dan cita-cita yang tinggi,
namun belum dapat memahami kemampuan yang sesungguhnya.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Menjelang menginjak
masa dewasa, mereka merasa gelisah untuk meninggalkan masa
belasan tahunnya. Mereka belum cukup untuk berperilaku sebagai
orang dewasa, mereka mulai berperilaku sebagai status orang dewasa
seperti cara berpakaian, merokok, menggunakan obat-obat dan
sebagainya yang dipandang dapat memberikan citra seperti yang
diinginkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, karakteristik masa remaja adalah
masa penting, peralihan, perubahan, usia bermasalah, mencari identitas,
usia penuh ketakutan, masa yang tidak realistik, dan ambang
kedewasaan.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Yusuf (2010) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja
antara lain:
a. Menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkannya secara efektif.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa
lainnya.
c. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
d. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan.
e. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
f. Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang perlu bagi
kompetensi sebagai warga Negara.
William Kay (dalam Jahja, 2011), mengemukakan tugas-tugas
perkembangan remaja sebagai berikut:
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur
yang mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun
kelompok.
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas
dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
C. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi-Sosial
1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial
Yusuf dan Nurihsan (2010: 11) mendefinisikan bimbingan pribadi-
sosial sebagai bimbingan untuk membantu para individu dalam
memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial. Masalah-masalah tersebut
antara lain masalah hubungan dengan sesama teman, dengan guru dan staf
sekolah, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan
lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, dan
penyelesaian konflik.
Winkel dan Sri Hastuti (2006:118) mendefinisikan bimbingan
pribadi-sosial sebagai bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya
sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam
mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian
waktu luang, penyaluran nafsu seksual, serta bimbingan dalam membina
hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan
sosial).
Yusuf dan Nurihsan (2010: 11) mengungkapkan bahwa bimbingan
pribadi-sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah
dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada
pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan
karakteristik pribadi serta ragam permasalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lebih lanjut, Yusuf dan Nurihsan (2010: 5) mengungkapkan
bahwa bimbingan pribadi-sosial diberikan dengan cara menciptakan
lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab,
mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif,
serta ketrampilan-ketrampilan pribadi-sosial yang tepat.
Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa bimbingan pribadi sosial adalah upaya untuk
membantu individu dalam memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah
yang berkaitan dengan diri sendiri dan orang lain, yang didukung melalui
penciptaan lingkungan yang kondusif dan interaksi pendidikan yang akrab.
2. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial
a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada
umumnya
b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.
c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersikap
fluktuatif antara yang menyenangkan (anugerah) dan yang tidak
menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif
sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun
kelemahan; baik fisik maupun psikis.
e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang
lain.
f. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai
orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
h. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk
komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial, yang diwujudkan dalam
bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silahturahim
dengan sesama manusia
j. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik
analisis data. Keenam sub judul tersebut merupakan bagian-bagian dari metode
penelitian yang harus ada dalam metode penelitian. Setiap pengertian dan
penjabaran didasarkan pada pemahaman logis, ilmiah, dan dapat dipertanggung
jawabkan. Masing-masing sub judul.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian
yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat
penelitian dilakukan (Furchan, 2007: 447). Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh mengenai resiliensi siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I
Wuryantoro Tahun Ajaran 2015/2016.
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Wuryantoro, Kabupaten
Wonogiri. Waktu pelaksanaan penelitian ini kurang lebih selama satu
minggu, namun karena keterbatasan waktu dari pihak sekolah maka untuk
penyebaran kuisioner hanya mendapat waktu dua hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri I Wuryantoro
tahun ajaran 2015/2016. Populasi penelitian mencakup siswa kelas XI IPS 1
dan XI IPA 1. Jumlah populasi penelitian adalah 65 siswa, yang terbesar
dalam 2 kelas yaitu sebanyak 31 siswa kelas IPA 1 dan 34 siswa kelas IPS 1.
Berdasarkan hal tersebut, data subjek penelitian sebagai berikut:
Tabel 1
Data subjek penelitian Resiliensi kelas XI SMA Negeri I Wuryantoro
No Kelas Hadir
1 XI IPS 1 31
2 XI IPA 1 34
Total 65
D. Teknik dan Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang disusun
berdasarkan aspek-aspek resiliensi menurut Reivich & Shatte (2002). Kuesioner
tentang resiliensi terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama berisi tentang kata
pengantar petunjuk pengisian kuesioner, bagian yang kedua berisi tentang
pernyataan yang mengungkapkan gambaran resiliensi. Kisi-kisi jumlah aspek diri
dapat dilihat pada tabel I. Peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi dengan
menentukan indikator dari aspek masing-masing resiliensi kemudian peneliti
membuat item- item dari indikator tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Operasional objek penelitian ini dijabarkan lebih lanjut dalam konstruk
instrument pada tabel di bawah ini:
Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan kuesioner resiliensi
tersebut antara lain:
1. Kuesioner Resiliensi
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner.Kuesioner
adalah sekumpulan daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis yang diberikan
pada subjek penelitian (Arikunto, 2003). Kuesioner ini bersifat tertutup karena
alternatif jawaban sudah disediakan sehingga subjek tinggal memilih alternatif
jawaban yang sesuai (Arikunto, 2013). Kuesioner yang disusun memuat aspek
dari resiliensi. Masing-masing memiliki tujuh aspek.
2. Format Pernyataan Skala
Bentuk skala dalam kuesioner ini mengacu pada model skala likert, di
mana masing-masing item membentuk item favorabel dan unfavorabel.Skala
likert digunakan untuk mengukur sikap.pendapat, persepsi sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Pada skala ini variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel, kemudian indikator variabel tersebut dijadikan
sebagai dasar untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pertanyaan
atau pernyataan (Sugiyono 2011).
Skala ini dimodifikasi dengan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai
(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Maksud
jawaban SS-S-TS-STS adalah terutama untuk melihat kecenderungan
pendapat atau responden, ke arah sesuai atau ke arah tidak sesuai. Untuk item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
favorabel, skor bergerak dari 4 untuk sangat sesuai (SS),3 untuk sesuai (S), 2
untuk tidak sesuai (TS), dan 1 untuk sangat tidak sesuai (STS). Demikian juga
untuk item unfavorabel, skor 1 untuk sangat sesuai (SS), 2 untuk sesuai (S), 3
untuk tidak sesuai (TS), 4 untuk sangat tidak sesuai (STS). Tidak ada skor 0
karena sifat jawaban akan tidak menjadi mutlak ya atau tidak. Norma skoring
resiliensi terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Norma skoring
Alternatif Jawaban
Skor
Favorabel Unfavorabel
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak sesuai 2 3
Sangat tidak sesuai 1 4
3. Kisi-kisi Item
Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek resiliensi dalam
Agustiani (2006:141-142). Operasional objek penelitian ini dijabarkan lebih
lanjut dalam konstruk instrument pada tabel di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel 3
Kisi-kisi Kuesioner Resiliensi
NO ASPEK INDIKATOR
NOMOR ITEM
JML
FAV. UNFAV.
1
Regulasi
Emosi
(Emotion
Regulation)
Tenang dalam menghadapi masalah 1,2 3,4 4
Fokus pada permasalahan yang ada 5,6 7,8 4
2
Kontrol
terhadap
(Impuls
Kontrol)
Kemampuan mengendalikan emosi negatif 9,10 11,12 4
Kemampuan mengelola emosi negative 13,14 15,16 4
3 Optimisme
(Optimism)
Memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu
akan menjadi baik
17,18 19,20 4
Yakin mampu menghadapi segala situasi 21,22 23,24 4
4
Kemampuan
menganalisis
masalah
(Causal
analysis)
Mampu mengidentifikasi masalah dengan
baik
25,26 27,28 4
Mampu membuat solusi atas masalah yang
dihadapi
29,30 31,32 4
Tidak menyalahkan oranglain atas kesalahan
yang diperbuat
33,34 35,36
Meyakini bahwa kegagalan terjadi akibat
kurangnya usaha
37,38 39,40 4
5 Empati
(empathi)
Mampu memaknai perilaku verbal orang lain 41,42 43,44 4
Mampu memaknai perilaku non-verbal orang
lain
45,46 47,48 4
6 Efikasi diri
(self-efficacy)
Memiliki keyakinan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi
49,50
51,52 4
Memiliki keyakinan untuk sukses 53,54 55,56 4
7 Pencapaian
(reaching out)
Tidak malu apabila mengalami kegagalan 57,58 59, 60 4
Keluar dari zona nyaman diri 61.62 63,64 4
Berani untuk mengoptimalkan kemampuan 65,66 67,68 4
Jumlah 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas suatu instrument penelitian adalah derajat yang
menunjukan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur
(Arikunto, 2009: 122). Uji validitas item dilakukan untuk mengetahui
apakah instrument yang disusun dapat dipergunakan untuk mengukur apa
yang akan diukur. Semakin tinggi nilai validitas item menunjukan semakin
valid instrument tersebut untuk digunakan di lapangan.
Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas
isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional dengan cara professional
judgement (Azwar 2004:45). Menurut Ary, Jacobs, dan Razavieh (2007:
296) validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka namun
pengesahannya berdasarkan pertimbangan yang diberikan oleh ahli (expert
judgement). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi
berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya
dikonsultasikan pada ahli (dosen pembimbing).
Hasil konsultasi dan telaah yang dilakukan oleh ahli dilengkapi
dengan pengujian empirik dengan cara mengkorelasikan skor-skor setiap
item instrumen terhadap skor-skor total aspek dengan teknik korelasi
Spearman's rho menggunakan aplikasi program komputer SPSS for
Window. Rumus korelasi Spearman's rho adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Keterangan :
Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien validitas yang minimal
sama dengan 0,30 (Azwar, 2007:103). Apabila terdapat item yang
memiliki nilai koefisien di bawah 0,30 maka item tersebut dinyatakan
gugur.
Proses penghitungan indeks validitas item pada alat ukur penelitian
ini dilakukan dengan cara memberi skor terlebih dahulu setiap item dan
mentabulasi ke dalam tabulasi data uji coba instrument penelitian.
Penghitungan indeks validitas instrument dilakukan dengan menggunakan
bantuan program komputer statistic program for social science (SPSS)
versi 16.0. Item yang valid adalah item yang memiliki nilai korelasi ≥
0,30. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh
62 item yang valid dan 6 item yang tidak valid. Jumlah item yang valid
dan tidak valid terdapat pada tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel 4
Rincian Item yang Valid dan Tidak Valid
NO ASPEK INDIKATOR NOMOR ITEM
FAV. UNFAV.
1 Regulasi
Emosi
(Emotion
Regulation)
Tenang dalam mengahadapi masalah 1, 2 3, 4
Fokus pada permasalahan yang ada 5, 6 7, 8
2 Kontrol
terhadap
(Impuls
Kontrol)
Kemampuan mengendalikan emosi
negatif
9, 10 11*, 12
Kemampuan mengelola emosi negatif
13*,
14
15, 16
3 Optimisme
(Optimism)
Memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu
akan menjadi baik
17, 18 19, 20
Yakin mampu menghadapi segala situasi 21, 22 23, 24
4 Kemampuan
menganalisis
masalah
(Causal
analysis)
Mampu mengidentifikasi masalah dengan
baik
25, 26 27, 28*
Mampu membuat solusi atas masalah
yang dihadapi
29, 30 31, 32
Tidak menyalahkan oranglain atas
kesalahan yang diperbuat
33, 34 35, 36
Meyakini bahwa kegagalan terjadi akibat
kurangnya usaha
37, 38 39, 40
5 Empati
(empathi)
Mampu memaknai perilaku verbal orang
lain
41,
42*
43, 44
Mampu memaknai perilaku non-verbal
orang lain
45, 46 47*, 48
6 Efikasi diri
(self-
efficacy)
Memiliki keyakinan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi
49, 50
51, 52
Memiliki keyakinan untuk sukses 53, 54 55, 56
7 Pencapaian
(reaching
out)
Tidak malu apabila mengalami kegagalan 57, 58 59, 60
Keluar dari zona nyaman diri 61, 62 63,64*
Berani untuk mengoptimalkan
kemampuan
65,66 67,68
Catatan: kode*) adalah keterangan item yang tidak valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2. Reliabilitas
Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran
(Azwar, 2007). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang
mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel
(Azwar, 2007:176). Sukardi (2003: 127) mengatakan bahwa pengukuran
yang menggunakan instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai
reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil
yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.
Perhitungan reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan
pendekatan koefisiensi Alpha Cronbach (α). Penggunaan teknik analisis
Alpha Cronbach didasarkan atas pertimbangan perhitungan reliabilitas
skala. Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai
berikut:
[
]
Keterangan rumus:
: koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
dan
: varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
: varians skor skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Berdasarkan hasil data uji coba yang telah dihitung melalui program
komputer Stastistical Program for Social Science (SPSS) 16.0 for
Window, diperoleh perhitungan reliabilitas seluruh instrumen dengan
menggunakan rumus koefisien alpha (α), yaitu 0,923. Hasil perhitungan
indeks reliabilitas dicocokkan dengan kriteria Guilford (Masidjo, 1995)
terdapat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 5
Kriteria Guilford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi
1 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
2 0,71 – 0,90 Tinggi
3 0,41 – 0,70 Cukup
4 0,21 – 0,40 Rendah
5 Negatif – 0,20 Sangat Rendah
Dari hasil penghitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa
koefisien reliabilitas kuesioner termasuk kualifikasi sangat tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Persiapan dan Pelaksanaan
Berikut ini adalah langkah-langkah mengumpulkan data:
a. Penyusunan kuesioner tingkat resiliensi siswa kelas XI, disusun
berdasarkan aspek-aspek Resiliensi.
b. Peneliti mengidentifikasi aspek-aspek resiliensi kemudian
merumuskan indikator-indikator dari setiap aspek.
c. Peneliti merumuskan pernyataan-pernyataan item dari setiap indikator.
d. Peneliti mengkonsultasikan instrumen kepada dosen pembimbing
skripsi untuk menelaah kualitas instrumen dan memeriksa validitasi isi
sebelum digunakan peneliti untuk penelitian
e. Meminta surat izin untuk melakukan penelitian pada sekretariat
Program Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang kemudian ditandatangani oleh ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan.
f. Meminta tanda tangan kepada wakil dekan dan cap yang mengesahkan
surat tersebut.
g. Mengirim surat izin penelitian kepada kepalah sekolah SMA N 1
Wuryantoro.
h. Meminta penentuan dan kesepakatan mengenai waktu pelaksanaan
penelitian kepada pihak sekolah. Merevisi item kuesioner dan
mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. Tahap Pengumpulan Data
Uji terpakai dilakukan setelah memperoleh ijin dan kesepakatan
waktu pelaksanaan dari pihak sekolah SMA N I Wuryantoro. Penelitian
dilakukan dua hari karena terbatasnya waktu penelitian ini menggunakan
uji terpakai yang artinya data yang digunakan sebagai data penelitian.
Responden yang digunakan untuk penelitian adalah siswa yang hadir pada
saat pengambilan data, sehingga jumlah siswa yang digunakan sebagai
responden penelitian terpakai dan mengisi instrument berjumlah 65 siswa.
Sebelum meminta siswa untuk mengisi kuesioner, peneliti terlebih
dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan dalam
penelitian ini, dan menjelaskan petunjuk dalam mengisi kuesioner
resiliensi. Setelah itu peneliti membagikan kuesioner. Peneliti juga
memberikan kesempatan pada para siswa atau responden untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas berkaitan dengan kuesioner.
3. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran atau realita mengenai resiliensi. Langkah-langkah
yang ditempuh untuk analisis data adalah sebagai berikut:
a. Memberi skor pada tiap-tiap item pada setiap kuesioner yang telah
diisi oleh responden dengan mengacu pada norma skoring dari tiap-
tiap alternatif jawaban sebagaimana telah ditetapkan. Skor
pernyataan positif adalah: Sangat sesuai = 4, sesuai = 3, Tidak
seuai= 2, Sangat tidak sesuai= 1. Untuk pernyataan yang negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
mendapat skor sebaliknya yaitu: sangat sesuai= 1, Sesuai = 2, Tidak
sesuai = 3, Sangat tidak sesuai = 4.
b. Mentabulasikan seluruh data ke dalam komputer dengan bantuan
program Microsoft Excel, kemudian menjumlah total skor dari
masing-masing responden.
c. Mengelompokkan tingkat resiliensi subyek ke dalam lima kategori
dengan mengacu pada pedoman Azwar. Adapun norma kategori
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6
Penggolongan Kategorisasi
Penghitungan skor Kategori
µ + 1,5 σ < X Sangat tinggi
µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ Tinggi
µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ Sedang
µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ Rendah
X ≤ µ - 1,5 σ Sangat Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Keterangan:
X maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subyek
penelitian dalam skala
X minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subyek
penelitian dalam skala
σ (standar deviasi) : luas jarak rentang yang dibagi dalam 6
satuan diviasi sebaran
µ (mean teoritik) : rata-rata teoritis dari skor maksimumdan
minimum
Kategorisasi tersebut dibedakan menjadi dua kategorisasi yaitu
kategorisasi subyek penelitian dan kategorisasi tiap item kuesioner.
Penghitungan dua macam kategorisasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Deskripsi Resiliensi
Kategorisasi skor subyek penelitian dilakukan dengan tujuan untuk
menggolongkan subyek penelitian ke dalam kategori yang telah
ditetapkan. Kategori subyek diperoleh melalui penghitungan sebagai
berikut: X maksimum teoritik: 4x 62= 248, X minimum teoritik:
1x62=62 sehingga luas jarak: 248-62=186. Selanjutnya, σ (standar
deviasi): 186:6=31, dan µ (mean teoritik): (24+62:2=155). Setelah
dilakukan penghitungan, penentuan kategorisasi dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 7
Pengkategorisasian Deskripsi Resiliensi
Penghitungan skor Rerata Keterangan
µ + 1,5 σ < X X ≥ 202 Sangat tinggi
µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ 171 < X ≤ 202 Tinggi
µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ 140 < X ≤ 171 Sedang
µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 109 < X ≤ 140 Rendah
X ≤ µ - 1,5 σ X ≤ 109 Sangat Rendah
b. Kategorisasi Skor Item
Kategorisasi skor item dilakukan untuk menemukan item
kuesioner yang terindikasi rendah yang akan digunakan peneliti
sebagai pedoman penyusunan usulan topik-topik bimbingan yang
relevan Kategorisasi item penelitian diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut: X maksimum: 4x65 =260, X minimum: 1x65=65
sehingga luas jarak:260-65=195. Selanjutnya σ(standar deviasi):
195:6=32,5 dan (mean teoritik): 260+65:2= 162,5
Penentuan kategorisasi setelah dilakukan penghitungan dapat dilihat
pada tabel berikut ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 8
Pengkategorisasian Skor Item
Penghitungan skor Rerata Keterangan
µ + 1,5 σ < X X ≥ 211 Sangat tinggi
µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ 179 < X ≤ 211 Tinggi
µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ 146 < X ≤ 179 Sedang
µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 114 < X ≤ 146 Rendah
X ≤ µ - 1,5 σ X ≤ 114 Sangat Rendah
Kemudian, item yang masuk dalam kategori sedang, rendah dan
sangat rendah akan dijadikan sebagai dasar penyusunan usulan topik-
topik bimbingan pribadi sosial yang efektif bagi siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab disajikan hasil penelitian dan pembahasan atas hasil penelitian
yang sudah dilakukan, yaitu tentang resiliensi siswa kelas XI SMA Negeri I
Wuryantoro. Penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk
mengetahui tingkat resiliensi siswa kelas XI SMA Negeri I Wuryantoro dan
dalam pembuatan topik-topik bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan
resiliensi pada siswa.
A. Hasil penelitian
1. Deskriptif Resiliensi Siswa SMA Negeri I Wuryantoro Tahun Ajaran
2015/2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiliensi yang dimiliki
oleh siswa kelas XI yang bersekolah di SMA Negeri I Wuryantoro dan
mengidentifikasi butir-butir resiliensi yang belum tercapai pada siswa
kelas XI SMA Negeri I Wuryantoro. Berdasarkan data yang terkumpul
dan diolah dengan menggunakan kriteria Azwar (2011) dapat diketahui
resiliensi siswa kelas XI SMA Negeri I Wuryantoro tahun ajaran
2015/2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 9
Kategorisasi Deskripsi Resiliensi Siswa
Penghitungan skor Rerata Frekuensi Presentase Keterangan
µ + 1,5 σ < X X ≥ 202 16 24,6 % Sangat tinggi
µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ 171 < X ≤ 202 42 64,6 % Tinggi
µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ 140 < X ≤ 171 7 10,8 % Sedang
µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 109 < X ≤ 140 0 0 % Rendah
X ≤ µ - 1,5 σ X ≤ 109 0 0 % Sangat Rendah
Kategorisasi deskripsi resiliensi siswa ini jika digambarkan dalam
bentuk diagram dapat dilihat sebagai berikut:
Grafik 1
Diagram Deskripsi Resiliensi Siswa
Tabel dan diagram menerangkan bahwa:
a. Terdapat 24,6% atau 16 siswa termasuk dalam kategori sangat
tinggi
b. Terdapat 64,6% atau 42 siswa termasuk dalam kategori tinggi
c. Terdapat 10,8% atau 7 siswa termasuk dalam kategori sedang
d. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori rendah
e. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah
0
10
20
30
40
50
SangatTinggi
Tinggi Sedang Rendah SangatRendah
16
42
7
0 0
Series 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2. Hasil analisis butir-butir instrumen resiliensi yang terindikasi
rendah
Berdasarkan hasil pengolahan data telah didapat skor-skor item
yang masuk dalam kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan
sangat rendah. Item yang berada dalam kategori sedang, rendah dan
sangat rendah adalah item yang akan digunakan sebagai bahan
penyusunan usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial.
Hasil pengkategorisasian skor item resiliensi dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 10
Kategorisasi Skor Item Resiliensi
Penghitungan skor Rerata Frekuensi Presentase Keterangan
µ + 1,5 σ < X X ≥ 211 16 25,9 % Sangat tinggi
µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ 179 < X ≤ 211 36 58 % Tinggi
µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ 146 < X ≤ 179 8 14,5 % Sedang
µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 114 < X ≤ 146 1 1,6 % Rendah
X ≤ µ - 1,5 σ X ≤ 114 0 0 % Sangat Rendah
Kategorisasi skor item resiliensi siswa ini jika digambarkan
dalam bentuk diagram dapat dilihat sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Grafik 2
Diagram Kategorisasi Skor Item Resiliensi Siswa
Tabel dan diagram menerangkan bahwa:
a. Terdapat 25,9% atau 16 item termasuk dalam kategori sangat tinggi
b. Terdapat 58% atau 36 item termasuk dalam kategori tinggi
c. Terdapat 14,5% atau 8 item termasuk dalam kategori sedang
d. Terdapat 1,6 % atau 1 item yang masuk dalam kategori rendah
e. Tidak ada item yang masuk dalam kategori sangat rendah
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat 8 item yang masuk dalam kategori sedang dan 1 item yang masuk
dalam kategori rendah. Kesembilan item tersebut akan dijadikan dasar
dalam pembuatan usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial yang
relevan bagi siswa. Item-item tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
0
10
20
30
40
Sangattinggi
tinggi sedang rendah sangatrendah
16
36
9
1
Series 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Resiliensi Siswa Kelas XI SMA Negeri Wuryantoro Tahun Ajaran
2015/2016 masuk dalam kategori tinggi
Berikut ini disajikan pembahasan deskripsi kemampuan resiliensi
siswa kelas XI SMA N I Wuryantoro Tahun ajaran 2015/2016.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa (64,6%) kelas XI SMA N I Wuryantoro
Tahun ajaran 2015/2016 memiliki resiliensi yang tinggi, hal ini dapat
diartikan bahwa siswa memiliki tingkat resiliensi yang baik. Siswa yang
memiliki resiliensi yang baik adalah siswa yang mampu mengontrol emosi
dan bersikap tenang meskipun berada di bawah tekanan, mampu
mengotrol dorongannya dan membangkitkan pemikiran yang mengarah
pada pengendalian emosi, bersifat optimis mengenai mengenai masa
depan cerah, mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah mereka
secara akurat, memiliki empati, memiliki keyakinan diri, memiliki
kompetensi untuk mencapai sesuatu.
Tingkat resiliensi siswa yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor individual, faktor keluarga, dan faktor komunitas
(Everall, dkk, 2006). Sedangkan Grotberg (1999: 3) menyatakan bahwa
resiliensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama adalah sumber
dukungan sosial yang meliputi hubungan yang baik dengan keluarga,
lingkungan sekolah yang menyenangkan, ataupun hubungan dengan orang
lain di luar keluarga. Kedua, kemampuan individu yang meliputi kekuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
yang terdapat pada individu tersebut seperti percaya diri dan bangga pada
diri sendiri, bersikap baik dan tenang, beriman, mencintai dan berempati,
mandiri dan bertanggung jawab. Ketiga, kemampuan sosial dan
interpersonal yang dapat bersumber dari apa saja yang dapat dilakukan
oleh individu sehubungan dengan keterampilan-keterampilan sosial dan
interpersonal. Keterampilan ini antara lain; mengatur berbagai perasaan
dan rangsangan di mana individu dapat mengenali perasaan mereka,
mengenali berbagai jenis emosi, kreatif, humoris, menemukan bantuan,
memiliki keterampilan sosial yang baik, serta kemampuan dalam
memecahkan masalah.
Tingginya tingkat resiliensi siswa kelas XI SMA N I Wuryantoro
Tahun ajaran 2015/2016 dapat juga disebabkan oleh faktor individual
yaitu kemampuan kognisi yang baik, konsep diri yang positif tentang
dirinya, kemampuan menjalin relasi yang baik dengan orang lain,
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi, kemampuan
mengontrol dorongan-dorongan dari dalam diri, dan kemampuan untuk
tidak menyalahkan diri sendiri. Individu yang resilien, memiliki
kemampuan untuk mengontrol emosi, tingkah laku, dan atensi dalam
menghadapi masalah. Sebaliknya individu yang memiliki resiliensi rendah
akan kesulitan untuk mengontrol emosi dan sulit beradaptasi, menjalin dan
memepertahankan hubungan dengan orang lain. Individu akan cenderung
untuk terjebak dalam emosinya dan sulit membuat keputusan dengan tepat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
sulit menghadapi permasalahan dalam hidup dengan positif, serta tidak
terbuka pada pengalaman baru.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh
Gottman (1997) yang menunjukkan bahwa dengan mengaplikasikan
regulasi emosi dalam kehidupan akan berdampak positif baik bagi
kesehatan fisik, keberhasilan akademik, kemudahan dalam membina
hubungan dengan orang lain dan meningkatkan resiliensi.
Resiliensi yang dimiliki siswa memiliki efek terhadap kesehatan
siswa secara fisik, mental, serta menentukan keberhasilan siswa dalam
berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungannya (Reivich & Shatte,
2002). Kapasitas resiliensi ada pada setiap orang, artinya setiap individu
lahir dengan kemampuan untuk bertahan dari penderitaan, kekecewaan,
atau tantangan. Resiliensi dapat dilihat jelas apabila seseorang berada pada
tantangan atau masalah. Semakin seseorang berhadapan dengan banyak
tantangan dan permasalahan dalam hidupnya, maka semakin terlihat
apakah seseorang tersebut mampu mengembangkan karakteristik resiliensi
dalam dirinya atau tidak (Bobey, 1999).
Selain faktor individu, faktor keluarga dan komunitas juga turut
berperan dalam menciptakan siswa yang resilien. Sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Bryan (2005) yang mengemukakan bahwa sekolah,
keluarga dan komunitas dapat menciptakan kesempatan yang baik untuk
mengembangkan resiliensi pada siswa. Hal ini karena keluarga dan
komunitas dapat membantu menghilangkan stressor, batasan maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
rintangan dalam mencapai prestasi akademik. Sekolah (komunitas) mampu
meningkatkan resiliensi siswa karena sekolah mampu menciptakan
suasana yang harmonis dan melindungi anak dari kesulitan (Borman &
Rachuba, 2001). Dengan kata lain sekolah membuat lingkungan belajar
yang positif, dimana kompetensi akademik dan potensi siswa didukung
secara baik, dan mengurangi masalah perilaku (Close & Solberg, 2007).
Hasil penelitian siswa kelas XI SMA N I Wuryantoro Tahun ajaran
2015/2016 ditemukan 10,8% siswa berada pada tingkat resiliensi rendah.
Rendahnya tingkat resiliensi pada siswa dapat juga disebabkan karena
faktor individu, faktor keluarga, dan faktor komunitas/lingkungan. Faktor
individu yang biasanya muncul pada siswa, antara lain; merasa rendah diri,
tidak berharga, tidak puas atas apa yang telah dilakukannya, mudah putus
asa, dan tidak percaya diri. Untuk faktor keluarga, ada kecenderungan
siswa merasa tidak dihargai oleh keluarga, tidak mendapatkan perhatian
dan kasih sayang dari keluarga, diperlakukan tidak adil sebagai sebagai
anak maupun kakak atau adik. Untuk faktor komunitas/ lingkungan, ada
kecenderungan siswa tidak mampu mengatur emosinya pada orang lain,
tidak didukung oleh lingkungannya, merasa dikucilkan atau diabaikan oleh
komunitasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2. Item-item Resiliensi
Berdasarkan hasil penelitian, di dapatkan data yang menunjukan bahwa
terdapat 1 butir kuisioner yang terindikasi rendah, dan 8 butir kuisioner yang
terindikasi sedang. Kesembilan item tersebut diuraikan sebagai berikut:
Tabel 11
Item-item Resiliensi siswa kelas XI yang masuk
dalam kategori sedang dan rendah
ASPEK INDIKATOR NO ITEM SKOR
Regulasi
Emosi
(Emotion
Regulation)
Fokus pada permasalahan
yang ada
7 Saya mudah mengalihkan
konsentrasi saya ke hal lain pada
saat menghadapi masalah 176
Kontrol
terhadap
(Impuls
Kontrol)
Kemampuan
mengendalikan emosi
negatif
9 Saya mampu mengedalikan
emosi saat marah/kesal 177
12 Saya cenderung mudah marah
kepada siapapun ketika sedang
merasa kesal
166
Kemampuan mengelola
emosi negatif
16 Saya mudah bingung ketika
memiliki sebuah masalah 164
Kemampuan
menganalisis
masalah
(Causal
analysis)
Mampu mengidentifikasi
masalah dengan baik
25 Saya mampu mengenali akar
masalah dari masalah yang saya
hadapi
179
Empati
(empathi)
Mampu memaknai
perilaku verbal orang lain
43 Saya mudah terbakar emosi
ketika mendengar oranglain
berbicara dengan nada keras
176
44 Saya kesal melihat teman yang
mudah mengeluh 156
Pencapaian
(reaching
out)
Berani untuk
mengoptimalkan
kemampuan
66 Saya bersemangat saat ditunjuk
untuk mengerjakan di depan
kelas
159
Keluar dari zona nyaman
diri
62 Saya senang saat ditunjuk
menjadi pemimpin upacara atau
pengibar bendera
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Kesembilan item yang termasuk dalam kategori rendah dan sedang
tersebut selanjutnya disebut sebagai item yang terindikasi rendah.
Terdapat beberapa penjelasan mengenai kesembilan item tersebut hingga
teridentifikasi rendah berdasarkan aspek-aspek resiliensi menurut Reivich
& Shatte. Berikut penjelasan yang dijabarkan sesuai dengan item yang
terindikasi rendah.
Pertama, pernyataan “Saya mudah mengalihkan konsentrasi saya
ke hal lain pada saat menghadapi masalah”. Item nomor 7 masuk dalam
kategori rendah, artinya siswa tidak fokus pada permasalahan yang
dimiliki. Siswa cenderung mudah mengalihkan konsentrasinya dari
permasalahan yang dihadapi sehingga permasalahan yang dihadapi tidak
akan cepat mendapatkan jalan keluar. Seseorang yang resiliens memiliki
keterampilan untuk fokus, fokus pada permasalahan yang dimiliki akan
mempermudah seseorang untuk menemukan solusi dari permasalahan
yang ada.
Kedua, pernyataan ”Saya mampu mengedalikan emosi saat
marah/kesal”. Item nomor 9 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa
tidak mampu mengontrol impuls saat marah/kesal. Individu dengan
kontrol terhadap impuls yang rendah pada umumnya percaya pada
pemikiran impulsifnya yang mengenai situasi sebagai kenyataan dan
bertindak sesuai dengan situasi tersebut. Mereka menampilkan perilaku
mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif dan berlaku agresif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Seseorang yang resilien mampu mengontrol impuls. Kontrol
terhadap impuls akan membawa kepada pemikiran yang jernih dan akurat.
Reivich dan Shatte (2002), mengatakan bahwa individu dapat melakukan
pencegahan terhadap impulsivitasnya. Pencegahan ini dapat dilakukan
dengan menguji keyakinan individu dan mengevaluasi kebermanfaatan
terhadap pemecahan masalah. Seperti memberikan pertanyaan-pertanyaan
pada diri sendiri; „apakah benar apa yang saya lakukan?‟, „apakah manfaat
dari semua ini?‟, dll.
Ketiga, pernyataan “Saya cenderung mudah marah kepada
siapapun ketika sedang merasa kesal”. Item nomor 12 masuk dalam
kategori rendah, artinya siswa tidak dapat mengontrol impuls dan tidak
fokus pada permasalahan yang dihadapi. Individu dengan kontrol terhadap
impuls yang rendah pada umumnya percaya pada pemikiran impulsifnya
yang mengenai situasi sebagai kenyataan dan bertindak sesuai dengan
situasi tersebut. Mereka menampilkan perilaku mudah marah, kehilangan
kesabaran, impulsif dan berlaku agresif. Tentunya perilaku ini akan
membuat orang di sekitar merasa kurang nyaman, pada akhirnya akan
berdampak buruk bagi hubungan sosialnya.
Reivich dan Shatte (2002), mengatakan bahwa individu dapat
melakukan pencegahan terhadap impulsivitasnya. Pencegahan ini dapat
dilakukan dengan menguji keyakinan individu dan mengevaluasi
kebermanfaatan terhadap pemecahan masalah. Seperti memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri; „apakah benar apa yang saya
lakukan?‟, „apakah manfaat dari semua ini?‟, dll.
Keempat, pernyataan “Saya mudah bingung ketika memiliki
sebuah masalah”. Item nomor 16 masuk dalam kategori rendah, artinya
siswa tidak mampu mengelola impuls dengan baik sehingga siswa
mengalami kebingungan ketika dihadapkan pada sebuah masalah.
Kemampuan individu untuk mengendalikan impuls sangat terkait dengan
kemampuan regulasi emosi yang ia miliki. Individu yang memiliki skor
resilience question yang tinggi pada faktor regulasi emosi, cenderung
memiliki skor resilience question yang tinggi pula pada faktor
pengendalian impuls. Dalam hal ini siswa kurang memiliki keterampilan
fokus dan tenang yang ada dalam faktor regulasi emosi. sehingga siswa
mudah bingung ketika memiliki sebuah masalah.
Kelima pernyataan “Saya mampu mengenali akar masalah dari
masalah yang saya hadapi”. Item nomor 25 masuk dalam kategori rendah,
artinya siswa tidak mampu menganalisis masalah yang sedang dihadapi.
Hal ini dapat disebabkan karena siswa memiliki gaya berpikir “Saya-
selalu-semua” dimana siswa dengan gaya berpikir “Saya-Selalu-Semua”
merefleksikan keyakinan bahwa penyebab permasalahan berasal dari
individu tersebut (Saya), hal ini selalu terjadi dan permasalahan yang ada
tidak dapat diubah (Selalu), serta permasalahan yang ada akan cenderung
mempengaruhi seluruh aspek hidupnya (Semua). Sehingga siswa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
mampu mencari kejelasan dari suatu kejadian atau tidak dapat
menganalisis masalah yang sedang dihadapi.
Individu yang resilien adalah individu yang memiliki fleksibilitas
kognitif. Mereka mampu mengidentifikasikan semua penyebab yang
menyebabkan kemalangan yang menimpa mereka, tanpa terjebak pada
salah satu gaya berpikir explanatory. Mereka tidak akan menyalahkan
orang lain atas kesalahan yang mereka perbuat demi menjaga self- esteem
mereka atau membebaskan mereka dari rasa bersalah. Mereka tidak terlalu
terfokus pada faktor-faktor yang berada di luar kendali mereka, sebaliknya
mereka memfokuskan dan memegang kendali penuh pada pemecahan
masalah, perlahan mereka mulai mengatasi permasalahan yang ada,
mengarahkan hidup mereka, bangkit dan meraih kesuksesan (Reivich &
Shatte, 2002).
Keenam, pernyataan “Saya mudah terbakar emosi ketika
mendengar oranglain berbicara dengan nada keras”. Item nomor 43
masuk dalam kategori rendah, artinya siswa tidak mampu berempati.
Siswa tidak mampu membaca dan merasakan begaimana perasaan dan
emosi oranglain, Empati adalah pemahaman pikiran dan perasaan orang
lain dengan cara menempatkan diri ke dalam kerangka psikologis orang
tersebut (Kartono dalam Nashori, 2008). Ketidakmampuan berempati
berpotensi menimbulkan kesulitan dalam hubungan sosial. Individu
dengan empati yang rendah cenderung menyamaratakan semua keinginan
dan emosi orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Ketujuh, pernyataan “Saya kesal melihat teman yang mudah
mengeluh”. Item nomor 44 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa
tidak mampu memahami keadaan oranglain. Siswa yang tidak membangun
kemampuan untuk peka terhadap tanda-tanda verbal maupun nonverbal,
tidak mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain,
merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memperkirakan maksud dari
orang lain. Ketidakmampuan siswa untuk membaca tanda-tanda verbal
maupun nonverbal orang lain, dapat sangat merugikan, baik dalam konteks
hubungan kerja maupun hubungan personal. Hal ini dikarenakan
kebutuhan dasar manusia untuk dipahami dan dihargai (Reivich & Shatte,
2002).
Kedelapan, pernyataan “Saya bersemangat saat ditunjuk untuk
mengerjakan di depan kelas”. Item nomor 66 masuk dalam kategori
rendah, artinya siswa tidak berani mengoptimalkan kemampuan diri.
Mengerjakan di depan kelas merupakan sebuah cara untuk siswa guna
melatih keberanian dalam mengatasi ketakutan-ketakutan yang
mengancam dirinya. Siswa yang resilien akan terbiasa melatih diri untuk
mengasah keberanian diri guna mencapai kesuksesan.
Kesembilan, pernyataan “Saya senang saat ditunjuk menjadi
pemimpin upacara atau pengibar bendera”. Item nomor 62 masuk dalam
kategori rendah, artinya siswa berani mencoba hal-hal baru dan keluar dari
zona nyamannya. Kebanyakan individu lebih memilih untuk memiliki
kehidupan standar dibandingkan harus meraih kesuksesan namun harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
berhadapan dengan resiko kegagalan hidup dan hinaan masyarakat. Hal ini
dikarenakan, sejak kecil individu telah diajarkan untuk sedapat mungkin
menghindari kegagalan dan situasi yang memalukan.
C. Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial
Terdapat beberapa item resiliensi yang teridentifikasi sedang dan
rendah pada siswa kelas XI SMA Negeri I Wuryantoro Tahun Ajaran
2015/2016. Adapun item yang teridentifikasi sedang dan rendah terdapat
dalam beberapa aspek, yaitu aspek regulasi emosi, aspek kontrol terhadap
impuls, aspek kemampuan menganalisis masalah, aspek empati dan aspek
pencapaian. Ketika melihat beberapa aspek yang memiliki tingkat resiliensi
sedang dan rendah tersebut, maka peneliti mengusulkan untuk memberikan
bimbingan pribadi sosial dengan ragam pribadi-sosial, guna lebih
meningkatkan resiliensi siswa dengan topik-topik bimbingan yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel 12 Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial yang Implikatif dapat Meningkatkan Resiliensi Siswa kelas XI SMA Negeri I Wuryantoro Tahun
Ajaran 2015/2016
ASPEK TUJUAN ITEM Topik Metode Sumber
Regulasi Emosi
(Emotion
Regulation)
Siswa mampu memusatkan
perhatian terhadap masalah yang
dihadapi
Saya mudah mengalihkan konsentrasi ke
hal lain pada saat menghadapi masalah
Aku mampu memfokuskan
diri pada masalah yang
dihadapi
Ceramah, diskusi, game
(Contoh experiental
learning: menangkap
berkat, tepuk ganjil
genap)
Sujawo. 2008. Keterampilan
Resiliensi (Modul Pelatihan).
Yogyakarta: UNY
Kontrol terhadap (Impuls Kontrol)
Siswa mampu mengelola emosi
negatif (marah/kesal) dalam kehidupan sehari-hari
Saya mampu mengedalikan emosi saat
marah/kesal
Aku mampu mengendalikan
emosiku
Ceramah, game, diskusi
,tanya jawab
(contoh experiental learning: menghubungkan
9 titik dengan 3 garis)
Sinurat, R.H. Dj. 2009.
Kumpulan Handout Praktikum
BK Karier. Prodi BK USD
Siswa mampu melihat suatu
permasalahan secara objektif
Saya cenderung mudah marah kepada
siapapun ketika sedang merasa kesal
Pengendalian Diri Ceramah, tanya jawab,
diskusi, bermain peran (Contoh experiental
learning: analisa gambar
multi persepsi-gambar orang dan pemandangan
alam)
Tim Paramitra. 2011. Kumpulan
Lengkap Materi Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta:Paramitra
Publishing
Siswa mampu memaknai pengalaman diri sendiri dan orang
lain atas masalah yang dihadapi
Saya mudah bingung ketika memiliki
sebuah masalah
Pemahaman Diri
Aku bisa mendengarkan
orang lain
Ceramah, diskusi
kelompok
(Contoh experiental
learning: berpasang-pasangan untuk
mensharingkan suatu
masalah dan solusi yang pernah dihadapi)
Yusuf, S., Nurhudaya dan
Ilfiandra.2004.Pengembangan
Diri: Materi Bimbingan Bagi
siswa. Bandung: UPT LBK UPI
Kemampuan
menganalisis masalah (Causal
analysis)
Siswa mampu mengembangkan
pola berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari
Saya mampu mengenali akar masalah
dari masalah yang saya hadapi
Keterampilan
mengidentifikasi masalah
Ceramah, tugas, diskusi
kasus (Contoh experiental
learning: menghubungkan
9 titik dengan 3 garis, bermain puzzle)
Sujawo. 2008. Keterampilan
Resiliensi (Modul Pelatihan). Yogyakarta: UNY
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Empati (empathi)
Siswa memiliki kekuatan
psikologis dalam menghadapi
agresi dari orang lain
Saya mudah terbakar emosi ketika
mendengar oranglain berbicara dengan nada keras
Pernyataan yang menguatkan
diri Mengatasi Amarah
Ceramah singkat, tanya
jawab, diskusi (Contoh experiental
learning: mengumpulkan
pernyataan yg menguatkan diri. “apapun
yang anda katakan tentang
saya, saya tetaplah pribadi yang berharga”
Sinurat, R.H. Dj. 2009.
Kumpulan Handout Praktikum BK Karier. Prodi BK USD
Siswa mampu memahami diri
sendiri dan oranglain
Saya kesal melihat teman yang mudah
mengeluh
Empati Ceramah, tugas, diskusi
kelompok (Contoh experiental
learning:aku dapat
mendengarkan cerita orang lain dan
menanggapi dengan baik)
Tim Paramitra. 2011. Kumpulan
Lengkap Materi Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta:ParamitraPublishing
Pencapaian
(reaching out)
Siswa optimis menerima segala tugas dan tantangan yang diberikan
Saya bersemangat saat ditunjuk untuk mengerjakan di depan kelas
Kepercayaan diri Ceramah, diskusi, pemodelan sosial
(Contoh experiental
learning: kisah orang suskses dan latar
belakangnya)
Syah, Muhhibin. 2003. Psikologi belajar. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Siswa mampu berpikir bahwa tugas dan tantangan merupakan
sarana untuk mengembangkan diri
Saya senang saat ditunjuk menjadi pemimpin upacara atau pengibar bendera
Keluar dari Zona Nyaman Ceramah, tugas, diskusi (Contoh experiental
learning: kisah orang
suskses dan latar
belakangnya)
Sujawo. 2008. Keterampilan Resiliensi (Modul Pelatihan).
Yogyakarta: UNY
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan
saran-saran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa resiliensi
siswa-siswa kelas XI SMA Negeri I Wuryantoro Tahun Ajaran 2015/2016
adalah baik. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa
resiliensi pada siswa mendapat skor 64,6% tinggi.
Melalui analisis butir-butir item instrument terdapat 9 item yang
memiliki skor terendah. Berdasarkan item-item yang terindikasi rendah
tersebut, peneliti mengusulkan topik-topik bimbingan pribadi-sosial yang
implikatif untuk meningkatkan resiliensi pada siswa kelas XI SMA Negeri
I Wuryantoro Tahun Ajaran 2015/2016. Adapun topik-topik bimbingan
pribadi sosial tersebut adalah Fokus, Kematangan Emosi, Pengendalian
Diri, Pemahaman Diri, Keterampilan Mengidentifikasi Masalah,
Pernyataan yang menguatkan diri Mengatasi Amarah, Empati, Percaya
Kemampuan Diri, dan Keluar dari Zona Nyaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
B. Saran
Berikut ini dikemukakan saran yang sesuai dengan hasil penelitian
untuk berbagai pihak.
1. Guru Pembimbing
Guru pembimbing memiliki peranan penting dalam
mengarahkan dan membimbing siswa supaya siswa dapat berinteraksi
dengan baik dengan lingkungan termasuk lingkungan keluarga. Hal-
hal yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing diantaranya:
a. Guru pembimbing memiliki metode-metode yang aktual, kreatif
dan inovatif dalam melakukan layanan dan bimbingan. Layanan
bimbingan harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Metode
tersebut hendaknya merupakan metode yang sesuai dengan
perkembangan siswa dan menarik bagi siswa sehingga dapat
diterima oleh siswa dan bermanfaat bagi siswa.
b. Guru pembimbing mampu bertindak sebagai pemberi informasi
antara siswa dengan orang tuanya.
c. Guru pembimbing mampu terbuka menerima setiap permasalahan
yang dialami siswa dengan orang tua.
d. Guru pembimbing dapat saling bertukar informasi dengan orang
tua mengenai siswa supaya guru memahami apa yang menjadi
permasalahan siswa. Selain itu guru pembimbing juga dapat
mengumpulkan informasi mengenai siswa dari wali kelas atau guru
yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Donal. Jacob, LC. Razavieh, A (terjemahan oleh Furchan). 2007. Pengantar
Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, Saifudin. 2011. Reliabilitas dan Validitas Ed. 3. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi: Edisi 2. Yogyakarta:
Pustaka
Bobey, Mary. (1999). Resilience : The ability to Bounce Back from Adversity.
American Academy of Pediatric. Available http://www.crha-
healt.ab.ca/clin/wowen102_MarApr.htm.
Davis, N.J. 1999. Resilience & School Violence Prevention: Research-based
program. National Mental Health Information Center.
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Everall, Robin. (2006). Creating a Future: A Study of Resilience in Suicidal
Female Adolescent. 84. 461-470
Gunarsa & Gunarsa. 1995. Psikologi Praktis : anak remaja, dan keluarga. Jakarta:
Gunung Mulia.
Hutapea, E. A. 2006. Gambaran resiliensi pada mahasiswa pada mahasiswa
perantau tahun pertama pergurusn tinggi di asrama Universitas Indonesia
(Skripsi). Diambil dari. resipotory www.digilib.ui.ac.id
Hurlock, Elizabeth B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentan Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gottman, J.,& DeClaire, J. (1997) Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki
Kecerdasan Emosional. Alih Bahasa: T. Hermaya. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Grotberg, E. (1999). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening
The Human Spirit. Benard Van Leer Fondation.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Media Grup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Klohnen, E.C. 1996. Conseptual Analysis and Measurement of The Construct of
Ego Resilience. Journal of Personality and Social Psychology, Volume. 70
No 5
Liquanti, R. 1992. Using Community-wide Collaboration to Foster Resiliency in
Kids: A Conceptual Framework Western Regional Center For Drugs-Free
School and Communities, Far West Laboratory fo Educational Research
and Development. San Fransisco. Diambil
dari http://www.ncrel.org/sdrs/cityschool/citu11bhtm (24/10/15).
Masidjo. 1995. Penelitian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius
Nashori, Fuad. (2008). Psikologi Sosial Islami. Jakarta: PT Refika Aditama.
Nurihsan, Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Belakang Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama
Papalia, D. E., Old, S. W. dan Feldman, R. D. 2008. Human Development.
(Psikologi Perkembangan). Diterjemahkan oleh A.K. Anwar dari Buku
Asli Human Development. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Ed. 9
Reivich, K. & Shatte, 2002. The Resillience Factor: 7 essential skills for
overcoming life’s inevitable obstacles. New York: Broadway books.
Resiliency Center, “Resiliency in individuals, families & communities: Overall
concept”,
Sarafino, E. P. & Ewing M. 1994. The hassles assessment scale for student in
college: measuring the frequency and unpleasantness of and dwelling on
stressful events. Journal of American Collage Health, 48 (2), 75.
Scoltz. 2000. Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang.
Jakarta: Grasindo
Setyowati, Ana; Hartati, sri dan sawitri, dian ratna. 2010. Hubungan antara
kecerdasan emosional dengan resiliensi pada siswa penghuni rumah
damai. Jurnal psikologi undip vol. 7, no. 1, april
Scoltz. 2000. Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang.
Jakarta: Grasindo
Yuniar, i gusti ayu agung yesika; Nurtjahjanti, harlina; dan Rusmawati, diana.
2011. Hubungan antara kepuasan kerja dan resiliensi dengan
organizational citizenship behavior (ocb) pada karyawan kantor pusat pt.
Bpd bali. Jurnal psikologi undip vol. 9, no.1,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, A.J. 2010 Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wielia & Wirawan, Henny E. (2005). Gambaran Resiliency pada Individu yang
Pernah Hidup di Jalanan. Jurnal Sosial & Humaniora Vol. 02, No. 01 hlm
69-97.
Winkel. W. S & M.M Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Media Abadi
Wolin & Wolin 1990. Project Resiliensi. Available.
http://www.projectresilience.com/resasbehavior.htm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
INSTRUMEN PENELITIAN
RESILIENSI
Disusun oleh:
Alvionita Valentina Mega Rini
Di bawah bimbingan:
Ag. Krisna Indah Marhaeni, M.A
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Nama :
Kelas :
KUESIONER RESILIENSI
Petunjuk Pengisian
Pada lembar yang anda hadapi ini terdapat 68 pernyataan. Baca dan pahami
setiap pernyataan dengan baik, kemudian berilah tanda (√) pada kolom yang
telah tersedia. Pilihlah jawaban atas pernyataan-pernyataan tersebut sebagai
berikut:
STS : jika pilihan SANGAT TIDAK SESUAI
TS : jika pilihan TIDAK SESUAI
S : jika pilihan SESUAI
SS : jika pilihan SANGAT SESUAI
Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan sikap dan pendapat anda.
Jawaban yang anda berikan tidak ada yang benar ataupun salah. Pilihan
jawaban pada pernyataan-pernyataan ini menuntut kesesuaian dengan sikap dan
pendapat yang paling mewakili keadaan anda. Jawablah pernyataan-pernyataan
tersebut dengan jujur.
Contoh:
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya melakukan banyak usaha untuk
menyelesaikan tugas
√
2.
Saya mengerjakan tugas dengan seenaknya
sendiri
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
No. PERTANYAAN STS TS S SS 1. Saya bersikap tenang saat menghadapi konflik dengan
teman
2. Saya merasa siap menghadapi segala masalah yang
muncul
3. Saya gelisah pada saat menghadapi ulangan di sekolah
4. Saya ragu dengan kemampuan saya untuk berhasil
menghadapi masalah
5. Saya berusaha fokus pada segala masalah yang saya
hadapi
6. Saya berusaha menyelesaikan permasalahan satu per
satu
7. Saya mudah mengalihkan konsentrasi saya ke hal lain
pada saat menghadapi masalah
8. Saya menghindar pada saat menemui sebuah masalah
9. Saya mampu mengendalikan emosi saat marah/ kesal
10 Saya tetap bersabar ketika menghadapi sebuah
permasalahan
11 Saya cenderung lebih reaktif ketika menghadapi
masalah
12 Saya cenderung mudah marah kepada siapapun ketika
saya sedang merasa kesal.
13 Saya mampu mengungkapkan perasaan negatif
(marah) di saat yang tepat
14 Saya lebih memilih untuk melakukan hal positif
(berolahraga,bermain musik,membaca
buku,menggambar dll) ketika saya marah
15 Saya memendam perasaan negatif (marah)
16 Saya mudah bingung ketika memiliki sebuah masalah
17 Saya yakin mampu berhasil dalam memenuhi tuntutan
(peraturan, tugas, standar nilai) dari sekolah
18 Pada saat menghadapi masalah yang berat, saya
optimis mampu menyelesaikannya
19 Saya pesimis mampu memenuhi tuntutan (peraturan,
tugas, standar nilai) dari sekolah
20 Saya menyerah pada saat menghadapi masalah yang
berat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
21 Saya yakin bahwa masalah yang saya hadapi ada
solusinya
22 Saya adalah seseorang yang optimis
23 Pikiran saya buntu apabila menghadapi sebuah
masalah
24 Saya masa bodoh dengan masalah yang sedang terjadi
25 Saya mampu mengenali akar masalah dari masalah
yang saya hadapi
26 Saya mampu mengintrospeksi diri pada saat
menghadapi masalah
27 Saya kesulitan mengenali masalah yang saya hadapi
28 Saya tidak peduli dengan masalah yang saya hadapi
29 Saya mampu membuat solusi atas masalah yang saya
hadapi
30 Saya memiliki ide-ide yang yang cemerlang
31 Saya kehilangan ide pada saat menghadapi masalah
32 Saya memilih bermain game, jalan-jalan ketika
memiliki masalah, daripada segera mencoba mencari
solusinya
33 Saya yakin pada saat mengalami kegagalan adalah
kurangnya usaha dari diri sendiri
34 Saya mampu berpikir positif ketika menghadapi
sebuah masalah
35 Oranglain bertanggung jawab atas kegagalan yang
saya hadapi
36 Saya pura-pura tidak tahu ketika terjadi masalah
agar terhindar dari masalah
37 Saya bekerja keras agar memperoleh prestasi di
sekolah
38 Meskipun gagal saya memiliki kemauan untuk terus
berusaha dan mencoba lagi
39 Saya melihat kegagalan adalah akhir dari segalanya
40 Saya putus asa saat mengalami kegagalan
41 Saya mampu memahami kondisi seseorang melalui
intonasi suara (keras/ lembut) pada saat dia
berbicara
42 Saya mudah terharu jika mendengar cerita oranglain
yang menyentuh hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
43 Saya mudah terbakar emosi ketika mendengar
oranglain berbicara dengan keras
44 Saya kesal melihat teman yang mudah mengeluh
45 Saya mampu memahami kondisi seseorang melalui
cara dia bersikap
46 Saya peka terhadap perubahan mimik wajah oranglain
47 Saya kesal ketika teman saya tiba-tiba mengabaikan
saya
48 Saya kesulitan memahami seseorang dari tingkah
lakunya
49 Saya mampu mencari jalan keluar atas permasalahan
saya
50 Saya tetap positif thinking ketika mendapat masalah
51 Saya ragu-ragu dalam menghadapi masalah yang
datang
52 Saya acuh ketika mendapat masalah
53 Saya yakin mampu meraih kesuksesan atas jerih
payah saya sendiri
54 Saya percaya kepada kemampuan yang saya miliki
55 Apapun yang saya lakukan akan bermuara pada
kegagalan
56 Saya merasa diri saya payah
57 Saya tetap optimis apabila mengalami kegagalan
58 Saya menganggap kegagalan adalah pengalaman yang
sangat berharga
59 Saya malu ketika mengalami kegagalan
60 Saya minder ketika gagal
61 Saya mudah bergaul dengan teman-teman saya
62 Saya senang saat ditunjuk menjadi pemimpin upacara
atau pengibar bendera
63 Saya menolak ketika menerima tugas yang baru
64 Saya menutup diri dari teman-teman di sekitar saya
65 Saya menyelesaikan tugas seoptimal kemampuan yang
saya miliki
66 Saya bersemangat saat ditunjuk untuk mengerjakan
di depan kelas
67 Saya malas untuk mencoba hal-hal yang baru
68 Saya malu saat ditunjuk maju kedepan kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
HASIL KOMPUTASI UJI VALIDITAS ITEM-TOTAL INSTRUMEN
PENELITIAN
Correlations
Spearman’s rho
No item Parameter uji Hasil Hitung Keputusan
1
Correlation Coefficient .381**
valid Sig. (2-tailed) .002
N 65
2
Correlation Coefficient .573**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
3
Correlation Coefficient .463**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
4
Correlation Coefficient .592**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
5
Correlation Coefficient .495**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
6
Correlation Coefficient .519**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
7
Correlation Coefficient .414**
valid Sig. (2-tailed) .001
N 65
8
Correlation Coefficient .472**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
9
Correlation Coefficient .669**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
10
Correlation Coefficient .479**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
11
Correlation Coefficient .157
tidak valid Sig. (2-tailed) .212
N 65
12
Correlation Coefficient .668**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
13
Correlation Coefficient .194
tidak valid Sig. (2-tailed) .121
N 65
14
Correlation Coefficient .588**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
15
Correlation Coefficient .456**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
16
Correlation Coefficient .394**
valid Sig. (2-tailed) .001
N 65
17
Correlation Coefficient .580**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
18
Correlation Coefficient .652**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
19
Correlation Coefficient .452**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
20
Correlation Coefficient .654**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
21
Correlation Coefficient .552**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
22
Correlation Coefficient .576**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
23
Correlation Coefficient .642**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
24
Correlation Coefficient .425**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
25
Correlation Coefficient .578**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
26
Correlation Coefficient .631**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
27
Correlation Coefficient .489**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
28
Correlation Coefficient .285*
tidak valid Sig. (2-tailed) .022
N 65
29
Correlation Coefficient .524**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
30
Correlation Coefficient .596**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
31
Correlation Coefficient .557**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
32
Correlation Coefficient .464**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
33
Correlation Coefficient .354**
valid Sig. (2-tailed) .004
N 65
34
Correlation Coefficient .612**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
35
Correlation Coefficient .353**
valid Sig. (2-tailed) .004
N 65
36
Correlation Coefficient .632**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
37
Correlation Coefficient .458**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
38
Correlation Coefficient .550**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
39
Correlation Coefficient .446**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
40
Correlation Coefficient .615**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
41
Correlation Coefficient .526**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
42
Correlation Coefficient .263*
tidak valid Sig. (2-tailed) .034
N 65
43
Correlation Coefficient .462**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
44
Correlation Coefficient .353**
valid Sig. (2-tailed) .004
N 65
45
Correlation Coefficient .560**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
46
Correlation Coefficient .459**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
47
Correlation Coefficient .270*
tidak valid Sig. (2-tailed) .029
N 65
48
Correlation Coefficient .483**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
49
Correlation Coefficient .500**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
50
Correlation Coefficient .620**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
51
Correlation Coefficient .724**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
52
Correlation Coefficient .490**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
53
Correlation Coefficient .728**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
54
Correlation Coefficient .625**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
55
Correlation Coefficient .592**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
56
Correlation Coefficient .696**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
57
Correlation Coefficient .606**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
58
Correlation Coefficient .333**
valid Sig. (2-tailed) .007
N 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
59
Correlation Coefficient .623**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
60
Correlation Coefficient .594**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
61
Correlation Coefficient .306*
valid Sig. (2-tailed) .013
N 65
62
Correlation Coefficient .444**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
63
Correlation Coefficient .619**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
64
Correlation Coefficient .241
tidak valid Sig. (2-tailed) .053
N 65
65
Correlation Coefficient .432**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
66
Correlation Coefficient .675**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
67
Correlation Coefficient .472**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
68
Correlation Coefficient .558**
valid Sig. (2-tailed) .000
N 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI