PRODUKSI GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON BUATAN BAPAK
ALBERT HUTAGALUNG DI DESA LUMBAN BARINGIN KECAMATAN
SIPOHOLON KABUPATEN TAPANULI UTARA: KAJIAN TERHADAP
TEKNIK PEMBUATAN DAN PEMASARAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA : HERMAN SIMANJUNTAK
NIM : 090707011
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2014
PRODUKSI GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON BUATAN BAPAK
ALBERT HUTAGALUNG DI DESA LUMBAN BARINGIN KECAMATAN
SIPOHOLON KABUPATEN TAPANULI UTARA : KAJIAN TERHADAP
TEKNIK PEMBUATAN DAN PEMASARAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA : HERMAN SIMANJUNTAK
NIM : 090707011
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Fadlin, M.A. Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si
NIP 196102201989031003 NIP 195608281986012001
Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU
Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Seni Di
Departemen Etnomusikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN 2014
PENGESAHAN
DITERIMA OLEH:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah
satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan
Pada Tanggal :
Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU,
Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A.
NIP 195110131976031001
Panitia Ujian: Tanda Tangan
1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. ( )
2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. ( )
3.Drs. Kumalo Tarigan, M.A. ( )
4. Drs. Fadlin, M.A. ( )
5. Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si ( )
iv
ABSTRAKSI
Penelitian ini akan membicarakan tentang “PRODUKSI GITAR BONA
PASOGIT SIPOHOLON BUATAN BAPAK ALBERT HUTAGALUNG DI
DESA LUMBAN BARINGIN KECAMATAN SIPOHOLON KABUPATEN
TAPANULI UTARA : KAJIAN TERHADAP TEKNIK PEMBUATAN DAN
PEMASARAN”. Sering disebut dengan gitar Sipoholon, adalah salah satu jenis
gitar yang diproduksi di daerah kecamatan Sipoholon dan merupakan produk asli
buatan daerah tersebut. Gitar ini mulai diproduksi sekitar tahun 1930-an oleh
Alm. Bapak Karal Hutagalung, dan sekarang telah diturunkan kepada generasi
kedua yang juga merupakan anak kandungnya sendiri yaitu bapak Albert
Hutagalung. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang produksi
gitar tersebut yang diantaranya menyangkut tentang sejarah asal mulanya gitar
diproduksi, tekhnik pembuatan, proses pemasaran gitar, dan hal-hal lainnya yang
terkait dengan gitar sipoholon akan dibahas di dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu dengan
penelitian lapangan secara langsung dan melakukan observasi dan dibagi dalam
tahapan penentuan pokok permasalahan, melakukan pengamatan secara langsung,
penentuan informan pangkal, informan kunci dan dengan tekhnik pengumpulan
data dengan wawancara dengan narasumber, rekaman audiovisual, foto-foto dan
studi kepustakaan yang tentunya relevan dengan topik penelitian ini. Adapun hasil
yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana teknik pembuatan gitar
Sipoholon yang menariknya berbeda dengan beberapa jenis gitar lainnya yang
sudah ada dan hal hal mengenai pemasaran gitar tersebut.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan
penyusunan skripsi yang berjudul “PRODUKSI GITAR BONA PASOGIT
SIPOHOLON BUATAN BAPAK ALBERT HUTAGALUNG DI DESA
LUMBAN BARINGIN KECAMATAN SIPOHOLON KABUPATEN
TAPANULI UTARA : KAJIAN TERHADAP TEKNIK PEMBUATAN DAN
PEMASARAN” ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Seni S-1 pada Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak U.
Simanjuntak dan Ibu M.br.Panjaitan yang telah membesarkan penulis dengan
kasih sayang dan bersusah payah membiayai, mendoakan, dan mendukung serta
memberikan semangat yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi ini. Tak lupa juga kepada saudara-saudara penulis yang tersayang abangku
Hardi Simanjuntak dan adikku Henny Simanjuntak yang selalu memberi
dorongan, semangat dan masukkan sebagai inspirasi dalam penulisan ini.
Terima kasih kepada Ketua Departemen Etnomusikologi Bapak Drs.
Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. dan Dra. Heristina Dewi M.PD selaku
Sekretaris Departemen Etnomusikologi yang telah memberikan dukungan dan
bantuan dalam administrasi serta registrasi perkuliahan dalam menyelesaikan
tugas akhir penulis.
vi
Terima kasih kepada Bapak Drs. Fadlin, M.A. selaku dosen pembimbing I
dan Drs.Setia Dermawan, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan banyak bimbingan dan masukkan yang berguna dalam penulisan
skripsi ini.
Terima kasih Kepada Bapak dr. Drs. Syahron Lubis. MA selaku dekan Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan tak lupa kepada ibu Audri yang juga telah
banyak membantu proses administrasi di kantor jurusan, serta kepada seluruh staf
pengajar jurusan Etnomusikologi penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan
bantuan yang diberikan, sehingga memperluas wawasan penulis dalam ilmu pengetahuan
selama mengikuti perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh informan
diantaranya Bapak Albert Hutagalung dan keluarga sebagai informan kunci,
Abang Ranto Hutagalung, Bapauda saya sendiri B.Simanjuntak dan keluarga
penulis mengucapkan banyak terima kasih karena banyak membantu dalam
penelitian yang saya jalani selama ini, Bapak Edison Hutauruk, Bapak Amudi
Tobing S.Sn.M.Hum.
Ucapan terima kasih kepada semua sahabat-sahabat seperjuangan 09 baik
yang sudah Sarjana maupun yang sedang menyusun dan menyusul, yang menjadi
tempat saling berkeluh kesah dan memberikan masukan, gagasan, ide, dorongan
beserta semangat dalam menyelesaikan tulisan ini. Juga kepada teman satu atap
rumah saya Yonathan Sirait yang menjadi teman saling bertukar pikiran dalam
banyak hal dan juga kepada Vachiona Napitu.
Terimakasih juga banyak buat abang-abang alumni terkhusus buat abang
saya Henry Situmeang S.Sn yang banyak membantu saya selama penelitian dan
juga memberikan masukan untuk penyempurnaan tulisan ini. Tidak lupa saya
vii
mengucapkan terimakasih kepada Ikatan Mahasiswa Enomusikologi, semoga
semakin sukses ke depannya bagi seluruh mahasiswanya dan juga semua teman
teman dari berbagai stambuk.
Mungkin tidak semua bisa saya sebutkan, tetapi hanya bisa mengucapkan
terimakasih untuk seluruh keluarga besar saya, teman bermain, abang, adik, dan
semua handai taulan yang telah mendukung untuk bisa menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari tulisan ini masih belum dapat dikatakan sempurna, oleh
sebab itu penulis juga masih tetap mengharapkan segala masukkan dan saran-
saran yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian sehingga lebih mengarah
kepada kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu Etnomusikologi.
Akhirnya, penulis berharap tulisan ini dapat berguna dan menambah
pengetahuan serta informasi baru bagi seluruh pembaca.
Medan, April 2014
Penulis
Herman Simanjuntak
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................ 1
1.2 Pokok Permasalahan.............................................................. 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................. 7
1.3.1 Tujuan Penelitian....................................................... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian..................................................... 7
1.4 Konsep dan Teori................................................................... 8
1.4.1 Konsep....................................................................... 8
1.4.2 Teori........................................................................... 9
1.5 Lokasi Penelitian.................................................................... 15
1.6 Metode dan Teknik Penelitian............................................... 15
1.6.1 Studi Kepustakaan..................................................... 16
1.6.2 Penelitian Lapangan................................................... 16
1.6.3 Wawancara................................................................. 17
1.6.4 Kerja Laboratorium.................................................... 17
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
2.1 Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Taput........ 19
2.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara............... 21
2.2 Lokasi Penelitian.................................................................... 23
2.3 Pola Perkampungan dan Letak Rumah.................................. 25
2.4 Penduduk, Sistem Bahasa, dan Mata Pencaharian................. 26
2.5 Sistem Kekerabatan................................................................ 27
2.6 Sistem Kepercayaan............................................................... 28
2.7 Sistem Kesenian..................................................................... 29
BAB III TEKNIK PEMBUATAN GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON
3.1 Sejarah Singkat Mengenai Gitar............................................ 30
3.1.1 Pengenalan Bagian Gitar............................................ 36
3.1.2 Klasifikasi Sach dan Hornbostel................................ 39
3.2 Asal Mula Pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon........... 40
3.2.1 Biografi Bapak Albert Hutagalung............................ 46
3.3 Teknik Pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon................. 50
3.3.1 Bahan Baku Yang Digunakan.................................... 50
3.3.1.1 Kayu............................................................... 50
3.3.1.2 Lem Perekat................................................... 53
3.3.1.3 Dempul Kayu dan Besi.................................. 53
3.3.1.4 Cat.................................................................. 54
3.3.1.5 Thinner........................................................... 54
3.3.1.6 Melamin Kayu............................................... 55
3.3.1.7 Kertas Pasir.................................................... 56
3.3.1.8 Campuran Oli................................................. 56
3.3.1.9 Bahan-Bahan Lainnya.................................... 57
3.3.2 Peralatan Yang Digunakan........................................ 57
ix
3.3.2.1 Ketam............................................................. 57
3.3.2.2 Gergaji............................................................58
3.3.2.3 Karenda.......................................................... 59
3.3.2.4 Tuhil-Tuhil..................................................... 59
3.3.2.5 Penggaris/Meteran......................................... 60
3.3.2.6 Kikir............................................................... 61
3.3.2.7 Matras/Mal..................................................... 61
3.3.2.8 Kompresor......................................................62
3.3.2.9 Bor................................................................. 62
3.3.2.10 Peralatan-Peralatan Lainnya........................ 63
3.3.3 Teknik Pembuatan Gitar............................................ 66
3.3.3.1 Pengolahan Bahan Baku Kayu...................... 66
3.3.3.2 Pembuatan Bagian Badan (Body)................. 69
3.3.3.2.1 Bagian Samping Gitar..................... 70
3.3.3.2.2 Bagian Depan Gitar........................ 71
3.3.3.2.3 Pembuatan Lubang Suara............... 74
3.3.3.2.4 Bagian Belakang Gitar.................... 75
3.3.3.3 Pembuatan Jembatan (Bridge)....................... 76
3.3.3.4 Penggabungan Bagian Leher dan Badan....... 77
3.3.3.5 Membuat Lubang di Bagian Kepala (Head).. 82
3.3.3.6 Membentuk Bagian Ujung Kepala................ 84
3.3.3.7 Pembuatan dan Pengukuran Posisi Fret......... 85
3.3.3.8 Mengoleskan Cat Dasar Pada Freetboard...... 86
3.3.3.9 Proses Pendempulan...................................... 87
3.3.3.10 Pengecatan................................................... 89
3.3.3.11 Tahap Akhir................................................. 90
BAB IV PEMASARAN GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON
4.1 Gambaran Umum Tentang Pemasaran................................... 92
4.2 Produk Gitar Bona Pasogit.................................................... 93
4.3 Harga Gitar............................................................................. 96
4.4 Promosi Produk Gitar............................................................. 97
4.5 Saluran Distribusi................................................................... 100
4.6 Pengelolaan Gitar................................................................... 102
4.7 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha............... 103
BAB V PENUTUP
5.1 Rangkuman............................................................................ 104
5.2 Kesimpulan............................................................................ 106
5.3 Saran....................................................................................... 108
DAFTAR GAMBAR
Peta 1. Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.......................... 20
Peta 2. Wilayah Kecamatan Sipoholon.................................. 25
Gambar 1. Chittara atau Khittara................................................ 33
Gambar 2. Guitare Latina............................................................ 33
Gambar 3. Guitare Morisca......................................................... 34
Gambar 4. Al’ud.......................................................................... 34
Gambar 5. Evolusi Tanbur............................................................35
Gambar 6. Guitare Morisca......................................................... 36
x
Gambar 7. Gitar Klasik/Standart................................................. 37
Gambar 8. Gitar Elektrik............................................................. 38
Gambar 9. Pembagian alat musik dawai berdasarkan bentuknya 40
Gambar 10. Pohon Kayu Jalutung................................................. 52
Gambar 11. Kayu Antuang yang sudah diolah.............................. 52
Gambar 12 Lem merek fok dan Lem kayu................................... 53
Gambar 13. Dempul Kayu............................................................. 54
Gambar 14. Cat Oker Hitam.......................................................... 54
Gambar 15. Thinner ...................................................................... 55
Gambar 16. Impra.......................................................................... 55
Gambar 17. Kertas Pasir................................................................ 56
Gambar 18. Campuran Oli............................................................. 56
Gambar 19. Bahan Lainnya, Rosette (Hiasan).............................. 57
Gambar 20. Mesin Ketam dan Ketam Kuku.................................. 58
Gambar 21. Gergaji Listrik dan Manual........................................ 58
Gambar 22. Karenda...................................................................... 59
Gambar 23. Tuhil-Tuhil................................................................. 60
Gambar 24. Meteran...................................................................... 60 Gambar 25. Kikir........................................................................... 61
Gambar 26. Matras/Mal................................................................. 61 Gambar 27. Mesin Kompresor....................................................... 62
Gambar 28. Bor............................................................................. 63
Gambar 29. Kampak Kayu............................................................ 64
Gambar 30. Martil.......................................................................... 64
Gambar 31. Tang Potong............................................................... 64
Gambar 32. Gunting...................................................................... 64
Gambar 33. Obeng......................................................................... 64
Gambar 34. Kuas........................................................................... 65
Gambar 35. Kayu/Papan Perekat................................................... 65
Gambar 36. Kuas Kecil.................................................................. 65
Gambar 37. Proses Pengikisan...................................................... 67
Gambar 38. Kayu Sebelum Dikikis............................................... 68
Gambar 39. Kayu Setelah Dikikis................................................. 68
Gambar 40. Pengeleman................................................................ 69
Gambar 41. Memasukkan Kayu.................................................... 69
Gambar 42. Bilahan Kayu............................................................. 69
Gambar 43. Memasukkan Bilahan................................................. 69
Gambar 44. Mengeluarkan Bilahan............................................... 70
Gambar 45. Menggambar Pola...................................................... 70
Gambar 46. Memotong Pola.......................................................... 70
Gambar 47. Menghaluskan Kayu.................................................. 70
Gambar 48. Penjemuran Bagian Rangka....................................... 71
Gambar 49. Wadah Gitar............................................................... 73
Gambar 50. Proses Pengukuran..................................................... 73
Gambar 51. Pengeleman................................................................ 73
Gambar 52. Menggambar Bentuk.................................................. 73
Gambar 53. Penjepitan................................................................... 73
Gambar 54. Pengeringan............................................................... 73
xi
Gambar 55. Memotong Pola.......................................................... 74
Gambar 56. Bagian Depan Gitar................................................... 74
Gambar 57. Menandai Lubang (1)................................................. 74
Gambar 58. Mengikis Lubang (1).................................................. 74
Gambar 59. Menandai Lubang (2)................................................. 75
Gambar 60. Mengikis Lubang (2).................................................. 75
Gambar 61. Mencungkil Lubang................................................... 75
Gambar 62. Hasil Akhir (1)........................................................... 75
Gambar 63. Hasil Akhir (2)........................................................... 76
Gambar 64. Membentuk Jembatan................................................ 76
Gambar 65. Membuat Posisi Saddle............................................. 76
Gambar 66. Hasil Akhir (Jembatan).............................................. 77
Gambar 67. Bagian Leher Tampak Depan, Belakang, Samping... 79
Gambar 68. Pemasangan Freetboard............................................. 80
Gambar 69. Proses Pengeringan.................................................... 80
Gambar 70. Menarik Bagian Leher............................................... 80
Gambar 71. Pengetaman Bagian Depan........................................ 80
Gambar 72. Pengetaman Bagian Belakang.................................... 80
Gambar 73. Pengetaman Bagian Freetboard................................. 81
Gambar 74. Pengetaman Bagian Samping.................................... 81
Gambar 75. Pengikiran Bagian Badan.......................................... 81
Gambar 76. Pengikiran Bagian Leher............................................ 81
Gambar 77. Pengikiran Bagian Heel............................................. 82
Gambar 78. Pengikiran Bagian Samping....................................... 82
Gambar 79. Membelah Bagian Heel.............................................. 82
Gambar 80. Memasukkan Kayu.................................................... 82
Gambar 81. Mengebor Bagian Kepala.......................................... 83
Gambar 82. Bagian Kepala............................................................ 84
Gambar 83. Membentuk Dengan Pisau......................................... 84
Gambar 84. Membentuk Dengan Gergaji...................................... 84
Gambar 85. Meletakkan Matras..................................................... 85
Gambar 86 Membuat Tanda......................................................... 85
Gambar 87 Membuat Garis........................................................... 86
Gambar 88 Menggergaji............................................................... 86
Gambar 89 Hasil Akhir................................................................. 86
Gambar 90 Menggosok Freetboard.............................................. 87
Gambar 91 Setelah Digosok (Freetboard).................................... 87
Gambar 92 Mengoleskan Cat....................................................... 87
Gambar 93 Menghaluskan Body.................................................. 88
Gambar 94 Mendempul Bagian Depan........................................ 88
Gambar 95 Mendempul Bagian Belakang.................................... 88
Gambar 96 Mendempul Bagian Samping..................................... 88
Gambar 97 Setelah Didempul (1)................................................. 89
Gambar 98 Setelah Didempul (2)................................................. 89
Gambar 99 Gitar Setelah Dicat.................................................... 90
Gambar 100 Lambang Gitar Bona Pasogit.................................... 94
Gambar 101 Bagian Jembatan (Bridge) Gitar................................ 94
Gambar 102 Daftar Pemesanan...................................................... 100
xii
Gambar 103 Plakat Gitar Bona Pasogit.......................................... 101
Tabel Pembuatan Gitar Bona Pasogit................................................ 91
LAMPIRAN.................................................................................................. 109
DAFTAR INFORMAN................................................................................ 112
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Istilah musik dikenal berasal dari bahasa Yunani yaitu mousike atau musike
techne, Hardjana (1983:6-7). Menurut mitologi Antique Yunani, musik
merupakan hadiah dewa Appolon dan Muse. Dalam bahasa Yunani mousike
berarti muse, yang artinya seni atau ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh para
Muses yaitu sembilan dewi yang merupakan anak anak dari dewa Zeus yang
setiap Muses mewakili satu bidang seni atau ilmu pengetahuan. Pada umumnya
para dewi digambarkan sebagai wanita yang cantik yang menguasai musik
instrumen tertentu.
Instrumen merupakan suatu hasil karya cipta manusia untuk dapat
menciptakan suatu benda yang dapat menghasikan suara atau bunyi. Instrumen
juga diciptakan untuk dapat menghasilkan ciri khas tersendiri dan dapat
menirukan suara atau instrumen yang telah ada sebelumnya. Menurut sejarahnya,
instrumen pada awalnya dibuat dari benda-benda di sekitar yang mudah
ditemukan seperti kerang atau kulit-kulit binatang dan juga bagian tanaman.
Seiring berkembangnya zaman alat musik berevolusi dengan munculnya berbagai
macam variasi dan kualitas bahan yang semakin diperhatikan. Hampir semua
yang terdapat di alam telah digunakan oleh setidaknya satu budaya untuk
membuat alat musik. Instrumen dibuat bahkan dari bentuk, gaya dan juga
menggunakan bahan-bahan yang tentunya berbeda-beda.
2
Dari abad-keabad, dapat dilihat bahwa segala instrumen tidak terlepas dari
perkembangan sejarah dan asal mulanya instrumen tersebut bersangkut paut
dengan sejarah musik dalam bentuk gaya atau corak. Perkembangan zaman juga
menuntun pada perkembangan alat musik itu juga. Gitar adalah salah satu jenis
alat musik petik yang memiliki enam buah senar. Bahkan ada pula yang juga
memiliki tujuh, delapan ataupun dua belas senar. Dalam ilmu organologi alat
musik, gitar digolongkan ke dalam klasifikasi golongan chordophone1 dan disebut
sebagai long neck lute2 yaitu alat musik yang mempunyai leher yang panjang.
Termasuk salah satu jenis alat musik harmonis yang artinya bisa digunakan untuk
membentuk chord3 untuk mengiringi sebuah lagu dan gitar juga merupakan
instrumen yang sangat menarik untuk dibicarakan termasuk persebarannya.
Instrumen ini adalah salah satu instrumen yang paling populer dari zaman
dulu hingga bahkan sampai saat ini di berbagai belahan dunia. Hampir semua
kawasan pusat peradaban manusia, alat musik petik mirip gitar senantiasa ada.
Pada abad ke-11, di Eropa mulai bermunculan jenis-jenis instrumen petik mirip
gitar. Desainnya diyakini diperoleh dari alat-alat musik yang ada di Asia salah
satunya adalah gittern. Selama dua abad lebih, gittern berkembang menjadi
berbagai bentuk dengan nama-nama baru yang mirip, semisal quitarra, guiterre,
gitarer, dan gitar. Memasuki abad ke-15, mulai berkembang instrumen petik lain
yang bernama lute, yang bentuknya seperti gitar namun dengan bentuk tubuh
seperti buah pir dengan course yang lebih banyak. Memasuki abad ke-17 hingga
1Salah satu klasifikasi jenis alat musik yang proses menghasilkan bunyinya berasal dari getaran senar atau dawai. 2Lute adalah salah satu alat musik yang berdawai mirip gitar dengan bentuk tubuh menyerupai buah pir dibelah dua. Amat populer di Eropa sejak abad pertengahan hingga abad ke-18. Merupakan keturunan dari alat musik ud di Timur Tengah. Lute kemudian mengalami evolusi menjadi alat-alat musik berdawai lainnya seperti vihuela dan gitar. 3Kesatuan bunyi dalam musik yang mengandung tiga not atau lebih.
3
18, popularitas gitar seakan terhenti. Sedikit sekali musisi atau komposer yang
memperhatikan gitar. Kendati begitu, gitar terus berkembang. Bahkan ada yang
makin mirip desainnya dengan gitar modern (Jubing, 2007 : 33).
Hingga menjelang abad ke-20 desain gitar di Eropa tidaklah seragam.
Masing-masing gitaris bisa saja memainkan jenis gitar yang berbeda dari gitaris
lainnya. Antonio Torres Jurado (1817-1892) adalah pembuat gitar dari Spanyol
yang menemukan standar anatomi gitar (dimensi, rangka, panjang dawai, dan
sebagainya) yang mampu menghasilkan kualitas suara secara maksimal, sekaligus
nyaman dimainkan. Kini, kendati pembuat gitar punya kekhasan masing-masing
ada patokan tertentu dalam desain gitar modern yang berpegang pada desain
Torres (Jubing, 2007 : 34). Pembuatan instrumen dawai atau senar salah satunya
termasuk gitar adalah usaha yang sudah lama dilakukan. Luthier adalah istilah
yang digunakan untuk pembuat gitar. Awalnya istilah ini hanya dipakai untuk
pembuat gitar klasik. Namun kini digunakan pula untuk para pembuat gitar dari
jenis apa pun, termasuk alat-alat musik lain yang memakai dawai dan fret.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini gitar
banyak diproduksi dengan berbagai jenis, bentuk, merek4 (brand) dan harga oleh
4Beberapa contoh produk gitar ternama sekarang ini yang berasal dari luar Indonesia yaitu Ibanez, Yamaha, ESP (Jepang), PRS, Carvin, Peavey, Fender, Gibson, Hammer (USA), Samick (Korea Selatan) dan beberapa merek lainnya. Ada juga beberapa merek gitar produk lokal di antaranya adalah Rick Hanes (Sidoarjo, Jawa Timur), Genta (Bandung, Jawa Barat), Mahogani (Brastagi, Sumatera Utara), Bona Pasogit (Sipoholon, Sumatera Utara) dan beberapa merek lainnya. (dikutip dari berbagai sumber online).
4
produsen pembuatnya yang tentunya semakin menambah pilihan bagi konsumen
yang hendak memilikinya sesuai dengan jenis dan kualitas yang diinginkannya.
Gitar klasik, Gitar flamenco, Folk-akustik, Akustik-elektrik (electro-acoustic),
Elektrik (solid-body) adalah beberapa jenis gitar yang umum dipakai saat ini.
Selain itu ada juga aneka varian gitar lainnya seperti Gitar 12 senar, akustik
maupun elektrik, Gitar 2 leher atau double-neck, Gitar resonator, dan Gitar sunyi
atau silent guitar.
Gitar Bona Pasogit Sipoholon atau yang lebih sering disebut dengan gitar
Sipoholon adalah salah satu jenis gitar yang diproduksi di daerah Kecamatan
Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara dan merupakan produk
asli buatan daerah tersebut. Gitar ini mulai diproduksi sekitar tahun 1940-an oleh
Alm Bpk.Karal Hutagalung5 dan sampai sekarang proses pembuatannya sudah
diturunkannya kepada generasi selanjutnya yang tak lain kepada anaknya sendiri.
Gitar ini juga telah mendapat trademark (merekdagang) yang resmi dan legal
dengan nama Gitar Bona Pasogit dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada
tahun 2000.6
5Alm. Bpk Karal Hutagalung adalah seorang luthier yang pertama kali membuat Gitar Bona
Pasogit Sipoholon Ini. Kini usahanya telah diteruskan kepada anaknya sendiri sampai saat ini. Dia meninggal dunia pada tanggal 04 Desember 2009. 6 Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung.
5
Gitar ini menurut wawancara saya dengan Bpk.Albert Hutagalung7, dari
dulu hingga sampai saat ini proses pembuatannya dilakukan secara manual. Yaitu
dengan keuletan tangan (handmade) dan dikerjakan dengan peralatan yang sangat
sederhana dan tentunya mungkin berbeda di dalam proses pembuatan, bahan
bahan yang digunakan, dan juga peralatan yang digunakan dengan beberapa jenis
gitar lain yang sudah ada sebelumnya yang diproduksi di dalam maupun luar
negeri. Bahkan dulunya Alm. Bpk. Karal Hutagalung berupaya menciptakan
sebuah alat sejenis gergaji listrik yang bisa membantu untuk mempermudah
proses pengerjaan gitar tersebut.
Kurangnya modal dan perhatian pemerintah daerah setempat menjadi
kendala di dalam penyediaan alat atau mesin teknologi yang canggih untuk proses
produksi gitar tersebut sampai saat ini. Tetapi itu tidak lantas membuat usaha ini
tidak berkembang tetapi justru sebaliknya. Dengan bahan bahan dasar kayu yang
berkualitas dan dengan teknik pembuatan, serta alat alat yang sederhana yang
digunakan dapat menghasilkan produk gitar yang tak kalah kualitasnya dengan
jenis gitar lainnya. Indikasinya terlihat dari banyaknya permintaan pembeli untuk
gitar tersebut. Gitar ini sudah dijual ke berbagai wilayah, baik itu di daerah sekitar
Tapanuli Utara yang menjadi sentra produksinya, ataupun di luar daerah di
beberapa kawasan Sumatera Utara, luar provinsi, bahkan permintaan pernah
hingga sampai ke luar negeri. Biasanya gitar ini diproduksi tergantung dari
permintaan. Artinya apabila ada yang memesan maka akan dibuat sesuai dengan
jumlah pesanan yang datang. Semua gitar yang sudah selesai akan dipajang dalam
7Bapak Albert Hutagalung adalah salah seorang anak dari Alm. Bapak Karal Hutagalung yang meneruskan dan mewarisi usaha pembuatan Gitar Bona Pasogit ini. Dia termasuk generasi pertama yang meneruskan usaha pembuatan gitar ini.
6
sebuah ruangan menunggu pemilik yang telah membelinya datang untuk
mengambil ataupun mungkin juga akan dikirim langsung kepada pemiliknya.
Tulisan ini akan dimaksudkan untuk mendeskripsikan mengenai produksi
Gitar Bona Pasogit8 Sipoholon menyangkut tentang teknik pembuatan dan sistem
pemasarannya. Mengenai teknik pembuatan akan dideskripsikan mengenai proses
dan cara pembuatannya yang menyangkut teknik pembuatan, bahan serta alat
yang digunakan dan beberapa hal terkait yang menyangkut mengenai teknik
pembuatannya. Menarik untuk dibicarakan karena pembuatannya masih
menggunakan cara yang sangat sederhana dengan keuletan tangan (handmade)
dan dibantu menggunakan peralatan yang sederhana juga. Sedangkan mengenai
pemasarannya akan mengulas tentang sistem pemasaran yang menyangkut tentang
produksi, faktor faktor yang mempengaruhi permintaan kepada gitar tersebut.
proses pemasaran dan pangsa pasar yang menjadi tujuan pembuat gitar dalam hal
ini adalah Bpk. Albert Hutagalung. Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, saya
memilih judul untuk penelitian ini yaitu: Produksi Gitar Bona Pasogit
Sipoholon Buatan Bapak Albert Hutagalung di Desa Lumban Baringin
Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara: Kajian Terhadap Teknik
Pembuatan dan Pemasaran.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, pokok
permasalahan yang menjadi topik bahasan di dalam tulisan ini adalah:
8Bona Pasogit adalah bahasa Batak yang artinya dalam Bahasa Indonesia adalah kampung
halaman.
7
1. Bagaimana teknik pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon yang
dilakukan oleh bapak Albert Hutagalung.
2. Bagaimana pemasaran produk Gitar Bona Pasogit Sipoholon buatan bapak
Albert Hutagalung.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan pokok permasalahan, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1 Untuk mengetahui tentang teknik pembuatan Gitar Bona Pasogit
Sipoholon buatan bapak Albert Hutagalung.
2. Untuk mengetahui pemasaran produk Gitar Bona Pasogit Sipoholon
buatan bapak Albert Hutagalung.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Menambah informasi dan pengetahuan tentang salah satu dari sekian
banyak aset kebudayaan yang masih dimiliki daerah Sumatera Utara yaitu
salah satunya Gitar Bona Pasogit Sipoholon.
2. Sebagai suatu upaya untuk memberikan masukan bagi masyarakat umum
untuk lebih mengenal produk gitar tersebut, dan juga khususnya kepada
pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan salah satu kebudayaan
daerah ini untuk dapat tetap bertahan, semakin berkembang, dan dapat
dilestarikan.
8
3. Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi bahan informasi sebagai
gambaran materi dasar bagi penelitian selanjutnya.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Produksi dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam pengertian luas
produksi adalah segala usaha untuk menambah atau mempertinggi nilai atau
faedah dari sesuatu barang. Sedangkan dalam arti sempit produksi adalah segala
usaha dan aktivitas untuk menciptakan suatu barang atau mengubah bentuk suatu
barang menjadi barang lain (Abdullah, 1992: 4; 38). Jadi yang dimaksud dengan
produksi dalam tulisan ini adalah proses pembuatan atau menciptakan suatu
barang dalam hal ini gitar Bona Pasogit Sipoholon tersebut yang tentu saja
menjadi sebuah produk gitar baru dan tentunya sudah memiliki trademark (merek
dagang) yang tersendiri.
Kajian adalah mempelajari, memeriksa, menyelidiki suatu hal atau objek
yang sudah ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995). Dalam tulisan ini
yang menjadi objek kajian adalah mengenai teknik pembuatan serta pemasaran
gitar tersebut.
Teknik adalah metode atau sistem di dalam mengerjakan sesuatu, sedangkan
pembuatan adalah proses atau cara yang dilakukan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Online). Yang dimaksud dengan teknik pembuatan dalam tulisan ini
adalah metode atau cara dalam membuat atau menghasilkan produk gitar tersebut
yang tentunya dilakukan dengan handmade dan mungkin berbeda dengan proses
pembuatan gitar dengan bantuan mesin dan teknologi. Teknik dalam tulisan ini
9
juga membicarakan tentang pedoman dasar, cara, langkah langkah atau kerangka
kerja yang dipakai untuk menghasilkan gitar dalam hal ini produk gitar Bona
Pasogit.
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana baik individu
maupun kelompok yang terlibat dalam proses tersebut memperoleh produk atau
jasa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan,
dan mempertukarkan produk atau jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler,
1997). Yang menjadi fokus dan yang dimaksud dengan pemasaran dalam tulisan
ini adalah bagaimana produksi, sistem pemasaran produk gitar tersebut kepada
setiap pembeli (konsumen) yang tentunya berhubungan dengan target
pemasarannya atau pangsa pasar yang menjadi tujuan produk gitar tersebut.
Faktor faktor yang mempengaruhi sehingga permintaan oleh konsumen terjadi,
dan memilih menggunakan gitar tersebut dibandingkan beberapa jenis gitar
lainnya yang memiliki merek (trademark) yang mempunyai nama serta
penawaran produk yang dilakukan oleh pembuat gitar tersebut dalam hal ini
Bapak Albert Hutagalung selaku pemilik usaha tersebut juga akan menjadi objek
kajian di dalam tulisan ini.
1.4.2 Teori
Studi etnomusikologi adalah studi yang bukan hanya sebagai studi musik
dari aspek oralnya, akan tetapi juga dari aspek sosial, kultural, psikologi, dan
estetikanya pula. Ada setidaknya enam wilayah penyelidikan yang menjadi
perhatian dan salah satunya adalah mengenai budaya material musik. Dalam
tulisan ini untuk membahas mengenai pendeskripsian alat musik, penulis mengacu
10
pada teori yang dikemukakan oleh Kashimo Shususmu yaitu Measuring and
Ilustrating Musical Instrument. (Pendekatan yang mendasar untuk membahas
mengenai budaya material instrumen musik yaitu pendekatan secara struktural
dan fungsional) dalam Laporan Asia Performing Traditional Art (AFTA),
1978:174 terjemahan Rizaldi Siagian.
Studi Struktural berkaitan dengan pengamatan (Observasi), pengukuran,
perekaman atau pencatatan bentuk, ukuran besar kecil konstruksi, serta bahan-
bahan yang dipakai untuk pembuatan alat musik tersebut. Kemudian studi
fungsional memperhatikan fungsi dari alat-alat atau komponen yang memproduksi
(menghasilkan suara) antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap
metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya
suara (loudness) bunyi, nada, warna nada, dan kualitas suara yang dihasilkan oleh
alat musik tersebut. Dalam tulisan ini mengenai proses dan teknik pembuatan gitar
tersebut akan memakai pendekatan secara struktural.
Proses menghasilkan atau menciptakan alat musik membutuhkan
kecermatan serta keuletan mulai dari pemilihan bahan sampai finishing. Setiap
alat musik mempunyai cara pembuatan yang berbeda-beda, mulai dari bahan baku
yang digunakan, serta tingkat kesulitan pada saat proses pengerjaannya. Menurut
Williams (1986: 1), proses pembuatan alat musik gitar akustik di mulai dari
pemilihan bahan baku, peralatan yang digunakan, cara memproduksi, sistem
pelarasan hingga finishing.
Menurut Pearson dan Webster ( 1956 ), penggunaan kayu sebagai bahan
baku pembuatan alat musik telah dikenal sejak 2500 SM. Hal ini disebabkan
karena kayu memiliki karakter unik dan cocok untuk dijadikan bahan baku
11
pembuatan khususnya alat musik berdawai, karena kemampuan kayu untuk
memancarkan suara melalui getaran ( Kollmann dan Cote, 1958 ). Menurut
Brown ( 1952 ), persyaratan kayu sebagai bahan baku adalah jenis kayu yang
memiliki perbandingan elastisitas ( kelenturan ) yang tinggi terhadap masa jenis
atau kerapatannya. Namun demikian, kekuatannya sangat penting karena dapat
mempengaruhi suara yang dihasilkan. Kayu dengan kualitas tinggi diperlukan
untuk menghasilkan suara yang baik.
Peralatan digunakan untuk memudahkan pengerjaan, dan dalam membuat
instrumen musik diperlukan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis bahan yang
akan digunakan. Peralatan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap lama
tidaknya proses pembuatan dan baik tidaknya kualitas sebuah instrumen. Untuk
cara memproduksi hingga tahap akhir berkaitan dengan langkah langkah beserta
teknik yang digunakan selama berlangsungnya proses pembuatan alat musik
tersebut. Sedangkan sistem pelarasan sendiri merupakan kegiatan menentukan
frekuensi nada yang akan digunakan pada instrumen musik tersebut.
Dalam penelitian etnomusikologi ada dua pendekatan yang digunakan baik
itu pendekatan emik ataupun pendekatan etik. Pendekatan emik mendasarkan
pada ukuran-ukuran, kriteria dan paradigma dari sisi masyarakat pemilik musik
atau kebudayaan. Sedangkan pendekatan etik menekankan pada ukuran, kriteria
dan paradigma dari sisi peneliti.
Dalam pendekatan emik peneliti tidak membuat ukuran-ukuran maupun
kriteria kriteria sendiri dalam mengamati fenomena kebudayaan, tetapi berusaha
menangkap bahasa ataupun kebudayaan masyarakat itu dengan ukuran dan
kriteria pemilik bahasa ataupun kebudayaan masyarakat tertentu yang diteliti.
12
Pendekatan secara emik digunakan di dalam tulisan ini untuk melengkapi teori
tersebut yang akan melihat gambaran dari objek yang menjadi kajian mengenai
teknik pembuatan dalam tulisan ini.
Selain mengenai deskripsi tentang instrumen musik, masih ada sejumlah
masalah-masalah analisis lain yang menjadi sasaran penelitian mengenai budaya
material musik. Salah satunya menurut Alan P.Merriam dalam buku berjudul
Etnomusikologi: Defenisi dan Perkembangannya terjemahan dari Santosa dan
Rizaldi Siagian dengan editor Rahayu Supangga menjelaskan bahwa nilai
ekonomi instrumen juga penting untuk menjadi sasaran kajian yang mencakup
budaya material musik.
Dalam buku tersebut Alan P.Merriam memberikan sebuah pemahaman yaitu
sebagai berikut:
“Nilai ekonomi instrumen juga penting. Mungkin ada beberapa spesialis
yang mencari nafkah dari membuat instrumen. Apakah ada atau tidak spesialis di
sana, proses pembuatan instrumen jelas melibatkan waktu ekonomis pembuatnya.
Instrumen dapat dijual dan dibeli, dapat dipesan; di dalam keadaan apa pun,
produksinya adalah bagian dari kegiatan ekonomi di dalam masyarakat luas.
Instrumen mungkin dianggap sebagai lambang kekayaan, mungkin dimiliki oleh
perorangan; pemilikannya mungkin diakui secara individual akan tetapi untuk
kepentingan praktis diabaikan; atau mereka mungkin menjadi lambang kekayaan
suku bangsa atau desa tertentu (1992:116) ”.
Menurut Kotler (2008 : 48), bauran pemasaran adalah seperangkat taktik
pemasaran yang dapat dikontrol meliputi produk, harga, tempat, dan promosi
yang dipadukan perusahaan untuk menciptakan respon dari target marketnya.
13
Bauran pemasaran juga dikenal dengan 4P. Menurut Kotler & Amstrong, 4P
didefinisikan:
1. Produk (Product)
Produk adalah kombinasi benda atau jasa dari perusahaan yang ditawarkan
ke target pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk secara luas
meliputi desain, merek, hak paten, positioning, dan pengembangan produk baru
2. Harga (Price)
Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk
mendapatkan suatu produk atau jasa. Harga juga merupakan pesan yang
menunjukkan bagaimana suatu brand memposisikan dirinya di pasar.
3. Distribusi (Place)
Distribusi meliputi aktivitas perusahaan dalam membuat produknya tersedia
di target pasar. Strategi pemilihan tempat meliputi transportasi, pergudangan,
pengaturan persediaan, dan cara pemesanan bagi konsumen.
4. Promosi (Promotion)
Promosi adalah aktivitas perusahaan untuk mengkomunikasikan produk dan
jasanya dan mempengaruhi target konsumen untuk membeli. Kegiatan promosi
antara lain, iklan, personal selling, promosi penjualan, dan public relation.
Dalam hal pemasaran, tulisan ini akan berpedoman kepada teori pemasaran
secara umum (Philip Kotler,1997). Dijelaskan bahwa setidaknya ada beberapa
konsep inti mengenai pemasaran antara lain yaitu:
(1) Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan.
Kebutuhan adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Sedangkan
Keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kepuasan tersebut. Permintaan
14
adalah keinginan akan suatu produk yang didukung dengan kemampuan serta
kesediaan membelinya.
(2) Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan.
(3) Nilai, Biaya dan Kepuasan.
Nilai adalah perkiraan konsumen tentang kemampuan total suatu produk untuk
memenuhi kebutuhannya. Biaya adalah sesuatu yang harus disertakan untuk
memenuhi kebutuhan atau keinginan. Kepuasan adalah hasil yang didapat setelah
memilih atau menggunakan produk tersebut
(4) Pertukaran, Transaksi dan Hubungan.
Pertukaran adalah cara untuk mendapatkan produk. Transaksi adalah pertukar
nilai antara suatu pihak. Hubungan adalah membangun sebuah jaringan dengan
pembeli.
(5) Pasar, Pemasaran, dan Pemasar.
Pasar adalah semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan
tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan
atau keinginan itu. Mengenai pemasaran telah dijelaskan di bagian konsep dalam
tulisan ini. Pemasar adalah orang yang mencari sumber daya dari orang lain dan
mau menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu.
Mengenai konsep inti dari pemasaran ini akan dilihat dari perilaku pembeli
(konsumen) dan penjual (produsen) yang dijelaskan secara deskripsi. Tulisan ini
akan menjelaskan mengenai mengapa timbulnya kebutuhan , keinginan, dan
permintaan kepada gitar tersebut yang dipengaruhi juga oleh produk (merek).
Mengenai nilai, biaya, dan kepuasan akan dijelaskan yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi sehingga memilih untuk membeli produk gitar tersebut. Akhirnya
15
akan terjadi hubungan timbal balik antara pembeli dan penjual. Proses
pertukaran, transaksi dan hubungan yang dilakukan akan dijelaskan juga dalam
tulisan ini. Mengenai pasar, pemasaran, dan pemasar akan dilihat dari sisi
pembuat atau penjual gitar tersebut dalam hal ini Bapak Albert Hutagalung.
1.5 Lokasi Penelitian
Adapun tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah di desa Lumban
Baringin Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara tepatnya dalam sebuah
gudang bengkel milik bapak Albert Hutagalung yang juga berdekatan dengan
kediaman beliau dimana proses produksi gitar tersebut dikerjakan. Untuk
mendukung informasi mengenai gitar tersebut penulis juga mengumpulkan
sejumlah data dan informasi dari orang orang yang tentunya mengetahui tentang
gitar tersebut diantaranya masyarakat setempat, para pekerja yang membantu
produksi gitar tersebut, seniman yang mengetahui tentang gitar tersebut, dan
tentunya para pembeli atau konsumen yang telah memakai gitar tersebut.
1.6 Metode dan Teknik Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif, yaitu semua hal yang menjadi objek penelitian digambarkan,
diringkaskan, dan menarik segala aspek yang didapat dari hasil penelitiaan
tersebut untuk dianalisis secara deskriptif. Menurut Sugiyono (2005:1) Metode
Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
16
secara trianggulasi (gabungan), analisa data bersifat induktif, dan hasil penelitian
lebih menekankan pada makna generalisasi. Dalam melakukan penelitian ini, saya
melakukan beberapa tahapan antara lain:
1.6.1 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan penelitian lapangan ke lokasi objek penelitian, penulis
terlebih dahulu melakukan studi pustaka yang tujuannya untuk mencari sebanyak
mungkin data dan informasi yang tentunya relevan dengan objek yang menjadi
bahan kajian di dalam tulisan ini nantinya. Penulis mengumpulkan berbagai
referensi diantaranya buku, tulisan ilmiah dan catatan yang berhubungan dengan
objek yang diteliti. Dalam tulisan ini penulis juga mendapat tambahan data dan
informasi yang relevan mengenai objek yang menjadi kajian dengan penulusuran
data secara online yang tentunya dengan memanfaatkan jaringan internet.
Untuk mendukung dan melengkapi wawasan penulis di dalam tulisan ini,
penulis juga melakukan studi kepustakaan terhadap topik-topik lain yang
berhubungan dengan penelitian ini seperti pengetahuan tentang sejarah,
musikologi, metodologi penelitian, fisika, ekonomi, etnografi dan beberapa topik
lainnya. Hasil yang didapat dari studi kepustakaan tersebut akan menjadi landasan
di dalam pembahasan tulisan ini.
1.6.2 Penelitian Lapangan
Penelitian Lapangan dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran
secara keseluruhan mengenai objek yang akan diteliti. Penulis melakukan
observasi secara langsung ke lokasi penelitian yaitu yang berada di desa Lumban
17
Baringin Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara, dan langsung
menemui informan kunci yaitu bapak Albert Hutagalung di lokasi proses
pembuatannya yang tak jauh dari kediamannya. Penulis juga mencari dan
menemui beberapa narasumber yang berkompeten sebagai informan pangkal yang
tentunya tau mengenai gitar sipoholon tersebut untuk mencari sejumlah data
tambahan. Dalam pengamatan langsung ke lokasi penelitian, penulis dilengkapi
dengan kamera digital 16 mega pixel yang membantu di dalam pengambilan
gambar maupun video yang tentunya bertujuan untuk mengumpulkan data dalam
bentuk foto-foto dan rekaman video.
1.6.3 Wawancara
Untuk melakukan wawancara penulis terlebih dahulu menyusun daftar
sejumlah beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada informan yang tentunya
berkaitan dengan pokok permasalahan. Pada akhirnya wawancara bersifat
informal dan bebas dan tidak terikat kepada daftar pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya. Pertanyaan akan berkembang sesuai dengan pokok pembicaraan
yang tentunya masih fokus kepada hal yang menjadi inti permasalahan. Penulis
langsung melakukan wawancara kepada Bapak Albert Hutagalung selaku
informan kunci dan beberapa informan lainnya yang tentunya paling tidak
mengetahui tentang gitar tersebut.
1.6.4 Kerja Laboratorium
Semua data yang telah diperoleh akan dikaji, diolah, dan dianalisis dalam
kerja laboratorium. Data yang didapat dari lapangan dan semua data hasil dari
18
studi kepustakaan selanjutnya akan dibuat dalam bentuk tulisan ilmiah yang
berupa skripsi yang disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka serta
teknik penulisan secara ilmiah.
19
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Pada bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah
penelitian, yang tidak hanya mengenai lokasi penelitian melainkan juga meliputi
penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian
masyarakat yang tinggal di daerah Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli
Utara yang menjadi lokasi penelitian.
2.1 Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di
Provinsi Sumatera Utara yang terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi
Sumatera Utara yang berada pada ketinggian antara 150 - 170 meter di atas
permukaan laut. Letak geografisnya berada pada 2 - 30 Lintang Utara dan 98 -
99,5 Bujur Timur. Secara geografis letak Kabupaten Tapanuli Utara diapit atau
berbatasan langsung dengan lima kabupaten yaitu, di sebelah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Toba Samosir, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Labuhan Batu Utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli
Selatan dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan
dan Tapanuli Tengah.9
Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800,31 km2 yang terdiri
dari luas dataran 3.793,71 km2
dan luas perairan Danau Toba 6,60 km2. Dari 15
9 Tapanuli Utara Dalam Angka 2011
20
kecamatan yang ada, kecamatan yang paling luas di Kabupaten Tapanuli Utara
adalah Kecamatan Garoga sekitar 567,58 km2
atau 14,96% dari luas Kabupaten
dan kecamatan yang terkecil luasnya yaitu Kecamatan Muara sekitar 79,75 km2
atau 2,10%.
Kabupaten Tapanuli Utara yang berada pada rata-rata ketinggian lebih dari
900 meter di atas permukaan laut sangat berpeluang memperoleh curah hujan
yang banyak. Wilayah ini merupakan salah satu daerah dengan curah hujan yang
cukup banyak yaitu 0,8 mm pertahun dengan suhu udara rata-rata adalah 220
C.
Adapun lokasi penelitian berada di Kecamatan Sipoholon yang menjadi salah satu
kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.10
Peta 1. Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
10 Tapanuli Utara Dalam Angka 2011
21
2.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara
Pada masa Hindia Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Kabupaten
Dairi, Toba Samosir, Samosir, dan Humbang Hasundutan yang sekarang termasuk
dalam Keresidenan Tapanuli yang dipimpin oleh seorang Residen Bangsa
Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Sesudah kemerdekaan Republik
Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah mulailah
membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di daerah. Dr. Ferdinand
Lumbantobing diangkat sebagai Residen Tapanuli dan disusunlah struktur
pemerintahan dalam negeri khususnya di Tapanuli Utara.
Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada
permulaan tahun 1950 di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten
Tapanuli Utara ( dulu Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan ( dulu
Kabupaten Padang Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten
Sibolga) dan Kabupaten Nias ( dulu Kabupaten Nias). Dengan terbentuknya
Kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten yang dibentuk pada tahun 1947
dibubarkan yang pada saat itu juga dibagi menjadi 4 kabupaten. Di samping itu di
tiap kabupaten dibentuk badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara
yang anggotanya dari anggota partai politik setempat. Pada tahun 1956 dibentuk
Kabupaten Dairi yang pada waktu itu menjadi bagian dari wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara mengingat luasnya wilayahnya untuk meningkatkan daya guna
pemerintahan.11
Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan menjadi dua
Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir sesuai
11 Tapanuli Utara Dalam Angka 2011
22
dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten
Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Kemudian pada tahun 2003
Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan kembali menjadi dua kabupaten yaitu
Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan
Undang-Undang No.9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan,
Kabupaten Pakpak Barat dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Setelah
Kabupaten Tapanui Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang Hasundutan
jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan yang salah
satunya adalah Kecamatan Sipoholon yang menjadi lokasi penelitian.
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenal di
kawasan Nusantara, terutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya.
Potensi alam antara luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan
membangun irigasi. Sebahagian perairan Danau Toba yang dimiliki dan sungai
yang cukup banyak untuk dianfaatkan potensinya untuk irigasi, pengembangan
perikanan maupun pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama
khususnya Pulau Sibandang di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan
Wisata Rohani Salib Kasih di Kecamatan Siatas Barita. Kekayaan seni dan
budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan
kepariwisataan nasional. Potensi lain terdapat berbagai jenis mineral seperti
kaolin, batu gamping, belerang, batu besi, mika, batubara, dan panas bumi.12
12 Tapanuli Utara Dalam Angka 2011
23
2.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang menjadi objek kajian dalam tulisan ini adalah berada
di sebuah gudang bengkel instrumen tempat pembuatan gitar Sipoholon tersebut
dekat dengan kediaman Bapak Albert Hutagalung selaku pembuatnya, yang
letaknya berada di Desa Lumban Baringin Kecamatan Sipoholon Kabupaten
Tapanuli Utara. Kecamatan Sipoholon memiliki batas - batas wilayah tertentu.
Adapun batas - batas wilayah tersebut adalah berbatasan dengan Kecamatan
Parmonangan di sebelah Barat, Kecamatan Andiankonting di Selatan, Kecamatan
Tarutung di sebelah Timur, Kecamatan Siborong - borong dan Pagaran di sebelah
Barat Daya. Sipoholon merupakan satu diantara 15 kecamatan yang ada di
Tapanuli Utara.
Kecamatan Sipoholon berada pada ketinggian 300 – 1500 di atas
permukaaan laut. Letak geografis Sipoholon adalah 2000 - 2
006 Lintang Utara dan
98045 – 98
058 Bujur Timur. Luas wilayah kecamatan Sipoholon adalah 189.20
Km2 dan jarak Kecamatan Sipoholon 6 km menuju ibukota Kabupaten. Pada
tahun 2010, Kabupaten Tapanuli Utara secara wilayah administrasi terdiri dari 15
kecamatan yang terbagi dalam 232 desa dan 11 kelurahan. Kecamatan yang paling
banyak jumlah desa/kelurahan yaitu Kecamatan Tarutung ( 24 desa dan 7
kelurahan) dan yang paling sedikit jumlah desa/kelurahan yaitu Kecamatan
Simangumban (8 desa).13
Keadaan desa/kelurahan ditinjau dari tingkat
perkembangannya masih sangat memprihatinkan, dari 243 desa/kelurahan baru
1,23 % desa/kelurahan swasembada sisanya 30,04 % desa swakarya dan 68,72%
13Sipoholon Dalam Angka
24
desa swadaya.14
Di Kecamatan Sipoholon sendiri terdapat 14 desa atau kelurahan
yang salah satunya adalah Desa Lumban Baringin yang sekarang lebih dikenal
dan diganti dengan nama Desa Hutauruk15
yang menjadi lokasi penelitian dalam
tulisan ini. Desa ini memiliki luas sekitar 6,92 km2
atau 3,66% luas Kecamatan
Sipoholon dan berada pada 969 m di atas permukaan laut.
Pada tahun 1946 Wilayah Kecamatan Sipoholon dilepas dari Kecamatan
Tarutung sehingga Wilayah Kecamatan Sipoholon dibagi atas 7 Kenegerian dan
salah satu diantaranya adalah Negeri Hutauruk. Pada tahun 1952 ke Negerian
Hutauruk Kecamatan Sipoholon kembali dibagi menjadi 4 dilingkungan yang di
kepalai oleh Kepala Kantor atau Kepala Desa yakni Desa Hutauruk Parjulu, Desa
Lumban Rihit, Desa Hutagurgur Partangga dan Desa Lumban Soit. Kemudian
melalui SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 140/ 3144 / Tahun 1992, tanggal 27
Oktober 1992 keempat Desa yakni Desa Hutauruk Parjulu, Desa Lumban Rihit,
Desa Hutagurgur Partangga dan Desa Lumban Soit digabung menjadi 1 Desa
yakni Desa Hutauruk.
Dilihat dari letak ketinggian sudut geografis, desa ini terletak di dataran
tinggi yaitu 300- 1500 meter di atas permukaan laut. Desa ini terdiri dari 6 buah
dusun dan berbatasan diantaranya di sebelah Utara Kelurahan Situmeang
Habinsaran Kecamatan Sipoholon, sebelah Timur Desa Hutabarat Kecamatan
Tarutung, di sebelah Selatan Desa Hutabarat Kecamatan Tarutung dan sebelah
Barat Desa Hutapea Kecamatan Adian Koting. Jarak desa menuju ibukota
Kecamatan adalah 2,5 km.
14
Tapanuli Utara Dalam Angka 15Wawancara dengan Sekretaris Kecamatan Sipoholon Bapak Edison Hutauruk
25
Peta 2. Wilayah Kecamatan Sipoholon
(Sumber : Google.com)
2.3 Pola Perkampungan dan Letak Rumah
Berdasarkan pengamatan penulis bahwa pola perkampungan di desa
Lumban Baringin sama dengan pola perkampungan Batak Toba pada umumnya.
Letak rumah selalu berhadapan menghadap jalan atau menghadap halaman umum
membentuk sebuah perkampungan.
Penduduk yang tinggal memiliki bentuk pola pemukiman yang
berkelompok. Setiap rumah dibangun menghadap jalan dan sejajar mengikuti alur
jalan desa yang berbeda dengan pemukiman yang ada di dusun-dusun. Biasanya
jarak pusat desa dengan perkampungan lainnya sangat jauh, hal ini disebabkan
banyak masyarakat yang mencari lahan pertanian yang bisa digarap. Mereka
tinggal di dekat lahan tersebut dan kemudian membentuk komunitas sendiri yang
menjadi cikal bakal sebuah perkampungan ataupun dusun. Karena kebanyakan
dusun-dusun berada pada wilayah yang lebih rendah dari jalan desa atau berada di
lembah, maka pola perkampungannya menjadi berbeda dengan yang ada di pusat
desa.
26
2.4 Penduduk, Sistem Bahasa dan Mata Pencaharian
Penduduk yang mendiami wilayah Desa Hutauruk adalah suku Batak Toba.
Sangat jarang ditemukan suku lain yang mendiami wilayah desa tersebut. Setiap
dusun atau desa di daerah Kecamatan Sipoholon biasanya selalu dihuni oleh satu
kelompok marga. Jumlah Penduduk yang terdapat di desa ini kurang lebih 3458
jiwa dengan jumlah rumah tangga sekitar 815 KK. 16
Sejak berabad-abad yang lampau suku-suku bangsa yang tinggal di berbagai
kepulauan di Nusantara memiliki bahasa masing-masing yang dipergunakan
dalam pergaulan dan komunikasi antar sesama suku tersebut. Bahasa itu
dinamakan sebagai “bahasa daerah” yang disebutkan sesuai dengan suku bangsa
yang memiliki bahasa tersebut. Misalnya bahasa Batak Toba dipergunakan oleh
Batak Toba. Bahasa yang umum digunakan yaitu Bahasa Indonesia dan Batak
Toba. Dalam percakapan sehari-hari karena sudah terbiasa dan turun temurun
bahasa yang digunakan adalah Bahasa Batak Toba. Sementara Bahasa Indonesia
digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah dan di dalam kegiatan yang
bersifat formal dalam urusan administrasi pemerintahan meskipun sebenarnya
karena terbiasa pada saat percakapan berlangsung juga menggunakan Bahasa
Batak Toba.
Dengan kondisi alam yang berada pada wilayah pegunungan, mayoritas
penduduk bekerja sebagai petani. Sektor pertanian sampai saat ini masih
merupakan tulang punggung perekonomian daerah pada umumnya sebagai
penghasil nilai tambah dan devisa maupun sumber penghasilan atau penyedia
lapangan pekerjaan sebagai besar penduduk. Pentingnya sektor pertanian
16Sipoholon Dalam Angka 2012
27
memberikan fasilitas dan dorongan yang lebih terarah bagi perkembangan
pembangunan kerakyatan.
Di desa ini luas lahan pertanian sekitar 131 Ha dengan rata-rata produksi
53,69 Ton/Ha. Hasil pertanian yang dihasilkan diantaranya padi, palawija (jagung,
ubi kayu, kacang tanah, ketela), sayur-sayuran seperti cabe, bawang merah,
buncis, kentang dan yang lainnya. Terdapat juga beberapa hasil dari perkebunan
diantaranya kopi, kelapa, karet.17
Selain sebagai petani masyarakat yang tinggal di
desa tersebut ada juga yang bekerja di bidang usaha atau profesi lainnya antara
lain seperti di bidang pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, dan juga
bidang akademis seperti PNS ataupun guru dan juga dalam usaha kecil menengah.
2.5 Sistem Kekerabatan
Sebagai wilayah yang mayoritas Suku Batak Toba maka sistem kekerabatan
ataupun tata cara kehidupan sosial masyarakat yang tinggal tercermin dalam
sebuah konsep budaya yang disebut dengan Dalihan Na Tolu. Dalam setiap
aktivitas, kekerabatan dan adat istiadat di desa ini diatur oleh tiga konsep yaitu
hula-hula (pihak keluarga pemberi istri); anak boru (pihak keluarga penerima
istri); dan dongan tubu (sesama saudara lelaki dari induk marga yang sama).
Ketiga konsep ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ketiga hal ini
mempunyai prestise dan tingkatan yang berbeda. Hula-hula berada pada status
tertinggi baik secara sosial maupun dalam konteks spritual atau adat. Ketiga
konsep ini juga terungkap dalam sebuah pepatah Batak Toba yang menyatakan
somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan tubu. Artinya setiap orang
17Sipoholon Dalam Angka 2012
28
harus sopan dan hormat terhadap hula-hula, memberikan perhatian terhadap anak
boru, serta harus menjaga hubungan yang baik dengan dongan tubu.
Disamping itu, masyarakat yang tinggal sangat menjunjung tinggi hubungan
antara kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial lainnya berdasarkan
turunan marga. Ketika seseorang baru bertemu dengan yang lain, biasanya
masing-masing individu akan menyebutkan marganya terlebih dahulu dan
kemudian mencari posisi marganya tersebut dalam keluarga atau turunan
marganya. Kemudian hal ini akan memunculkan posisi baru bagi setiap individu
tersebut dalam konteks adat sesuai dengan konsep dalihan na tolu.
Beberapa marga yang mayoritas menempati desa ini adalah marga Sipahutar,
Hutagalung, Situmeang, Simanungkalit dan Manalu dan beberapa marga lain.
2.6 Sistem Kepercayaan
Sesuai dengan falsafah Negara, pelayanan kehidupan beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan
ditingkatkan. Penduduk yang tinggal di Desa Lumban Baringin secara
keseluruhan telah memeluk agama yang telah diakui oleh negara. Agama yang
mereka anut adalah agama Kristen Protestan, Islam dan Kristen Khatolik. Di desa
ini tidak terdapat masyarakat yang menganut sistem kepercayaan. Di desa ini
terdapat sembilan Gereja Kristen Protestan dan satu Gereja Khatolik.18
18 Sipoholon Dalam Angka 2012
29
2.7 Sistem Kesenian
Menurut Koentjaraningrat (1990:204) salah satu unsur kebudayaan manusia
adalah kesenian. Sebagai wilayah mayoritas suku Batak Toba, masyarakat yang
tinggal juga mengenal sistem kesenian Batak Toba secara umum yaitu seni musik,
seni tari, dan seni teater. Dalam sistem kesenian Batak Toba dikenal jenis bentuk
ansambel musik yaitu gondang sabangunan dan uning-uningan. Demikian halnya
dalam seni tari dikenal dengan istilah manortor atau menari dan dalam seni teater
dikenal dengan nama opera.
Penggunaan kesenian yang ada pada masyarakat Batak Toba juga erat
kaitannya dengan sistim kekerabatan yang dipakai. Di dalam berkesenian
peranan-peranan dalihan natolu sangat berpengaruh, dan ketiga pengelompokan
kekerabatan yang ada dalam dalihan natolu tersebut akan dimiliki oleh setiap
orang Batak secara bergantian tergantung pada siapa yang melakukan acara.19
Dalam setiap upacara adat seperti pesta perkawinan, upacara kematian, pesta
mangadati maupun acara adat lainnya biasanya diiringi dengan musik yaitu
gondang sabangunan ataupun gondang hasapi.
19Dikutip dari tulisan “Alat-alat Musik Sumatera Utara” oleh Julianus P Limbeng
30
BAB III
TEKNIK PEMBUATAN GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON
3.1 Sejarah Singkat Mengenai Gitar
Sudah sekian banyak ahli menyelidiki, namun sampai kini asal usul gitar
yang sesungguhnya masih terus diperdebatkan. Sekian banyak pendapat
bertebaran, namun tetap saja di dalamnya mengandung sebuah keraguan. Sebuah
alat musik kuno bernama Khitarra sering disebut sebagai nenek moyang gitar.
Kendati begitu, hanya namanya saja yang mirip, lantaran bentuknya seperti harpa
kecil. Berbagai artefak kuno di Mesopotamia dan Mesir juga menunjukan adanya
alat musik petik dengan tubuh dan leher seperti gitar. Kenyataanya, hampir di
semua kawasan pusat peradaban manusia, alat musik petik mirip gitar senantiasa
ada.
Kata gitar atau guitar dalam bahasa Inggris, pada mulanya diambil dari
nama alat musik petik kuno di wilayah Persia pada kira-kira tahun 1500 SM yang
dikenal dengan nama Citar atau Cehtar. Alat musik ini kemudian berkembang
menjadi berbagai model gitar kuno yang dikenal dengan istilah umum tanbur.
Pada tahun 300 SM Tanbur Persia dikembangkan oleh bangsa Yunani dan enam
abad kemudian oleh bangsa Romawi ( Bellow, 1970 : 54 – 55 ).
Abad ke-11 bermunculan jenis-jenis instrumen petik mirip gitar yang salah
satunya adalah gittern. Bentuknya sudah mirip dengan gitar modern. Bahkan
31
dilengkapi dengan Freet20
pada lehernya. Senarnya terbuat dari usus domba (
bukan usus kucing, kendati julukannya adalah Catgut). Jumlah jalur (course)
senarnya tiga atau empat, dengan dua senar per jalur. Pada tahun 1300-an di
daratan Eropa berkembang dua desain gittern dengan nama guitare latine (berasal
dari Spanyol) dan guitare morisca (berasal dari Timur Tengah dan Timur Jauh)
(Jubing, 2007 : 33).
Pada abad ke-15 instrumen petik bernama lute mulai berkembang. Kendati
demikian, gittern tidak sepenuhnya lenyap. Di sebagian wilayah Eropa ia tetap
bertahan, namun dengan nama baru, vihuela. Vihuella menjadi popular di Spanyol
sementara alat-alat musik pendahulunya sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan.
Di Eropa lute disambut baik dan berkembang menjadi berbagai model lute Eropa
hingga kira-kira akhir abad ke-17. Desain lute maupun vihuela yang makin baik
memungkinkan penambahan course serta peningkatan kualitas suara. Hal ini
mendorong makin suburnya penciptaan komposisi untuk lute dan vihuela .
Vihuela menikmati kejayaan hanya hingga akhir abad ke-16 ketika ia mulai
digantikan oleh gitar barok. Bentuknya sudah mirip dengan gitar modern, hanya
saja ukurannya jauh lebih kecil dan hanya memiliki empat course. Ini
menyulitkan bila musisi hendak memainkan lagu-lagu yang lebih kompleks.
Karena itu, sempat muncul gitar Barok21
dengan lima course pada abad ke-16.
Pada masa inilah kejayaan gitar dimulai. Para gitaris dan komposer andal
bermunculan (Jubing, 2007 : 34).
Memasuki abad ke-17 hingga 18 popularitas gitar seakan terhenti.
Berangsur-angsur gitar akhirnya hanya menjadi alat musik para seniman keliling
20Deretan bilah logam tipis pada leher gitar yang diatur dalam jarak tertentu. Digunakan untuk mengatur panjang pendeknya senar agar dapat menghasilkan not yang berbeda beda 21 Salah satu pembabakan zaman di dalam musik klasik. (1600-1750)
32
jalanan. Para bangsawan dan masyarakat kelas atas lainnya menjauhi gitar. Tetapi
gitar terus berkembang. Memasuki abad ke-19, gitar memasuki kembali gerbang
kejayaannya. Pada masa ini lahir komposer-komposer luar biasa yang karya-karya
mereka bahkan hingga kini masih menjadi favorit para gitaris modern (Jubing,
2007 : 34)
Menjelang abad ke-20 Antonio Torres Jurado (1817-1892) adalah tokoh
yang menemukan standar anatomi gitar (dimensi. rangka, panjang dawai, dan
sebagainya) yang menghasilkan kualitas suara secara maksimal, sekaligus nyaman
dimainkan. Temuan Jurado ini segera diikuti para pembuat gitar lainnya. Abad ke-
20 juga menyaksikan lahirnya jenis gitar baru, yakni gitar akustik folk.22
Salah
satu perintisnya adalah Henry Martin, putra dari Christian Frederick Martin,
pendiri pabrik gitar Martin. Kendati awalnya memproduksi gitar dengan senar
nilon, memasuki tahun 1920-an dimulai terobosan membuat gitar dengan senar
dari logam. Sejak itu, Martin terus mengembangkan berbagai desain gitar akustik.
Penemuan listrik membawa revolusi pada dunia, termasuk instrumen gitar.
Adalah Lyody Loar dari perusahaan pembuat gitar Gibson yang diketahui pertama
kali bereksperimen dengan pick-up23
magnetik pada gitar. Kendati demikian,
Adolph Rickenbaker serta dua rekannya Paul Bart dan George Beauchamp-lah
yang sukses mewujudkan gitar elektrik pertama dan memproduksinya secara
komersial di awal tahun 1930-an. Langkah ini diikuti perusahaan-perusahaan
pembuat gitar lainnya, termasuk Gibson yang akhirnya malah memimpin pasar
gitar elektrik. Persaingan yang makin ketat melahirkan berbagai desain gitar yang
makin beragam.
22Musik rakyat yang berasal dari tradisi lisan. 23
Peranti yang berfungsi mengubah energi fisik getaran senar menjadi energi listrik untuk kemudian diteruskan ke amplifier dan diubah menjadi gelombang suara yang bisa terdengar.
33
Gbr 1. Gambar alat musik Chitarra atau Khittara
( Sumber : www. Gitaris.Com )
Keterangan Gambar : Gambar ini merupakan gambar alat musik Chitara atau
Khitara dalam lukisan mitologi persia
Gbr.2 Guitare Latina
34
Gbr.3 Guitare Morisca
( Sumber : www. Gitaris .Com)
Keterangan Gambar : Gambar 2 dan 3 merupakan contoh alat musik Guitare
Latina dan Guitara Morisca
Gbr.4 Al’ud
( Sumber : www. Gitaris .Com)
Keterangan Gambar : Al’ud (lute) merupakan alat musik yang banyak dijumpai
di timur tengah biasa juga digunakan dalam orkes musik gambus.
35
Gbr.5 Evolusi Tanbur
( Sumber : www. Gitaris .Com)
Keterangan Gambar : Jenis tanbur dari Persia. Jika dibandingkan dengan alat
musik saz dari Turki maka akan terlihat sekali kemiripannya.
36
Gbr.6 Guitare Morisca
( Sumber : www. Gitaris .Com)
Keterangan Gambar : Gambar guitare Morisca dalam relief pada sebuah guci
dan seorang wanita yang sedang memainkan guitare morisca
3.1.1 Pengenalan Bagian Gitar
Bagian-bagian pada gitar penting untuk diingat agar bisa memahami bagian-
bagian apa saja yang terdapat pada gitar. Umumnya istilah yang digunakan
37
memakai bahasa Spanyol ataupun menggunakan bahasa Inggris. Tetapi di sini
akan digunakan bahasa Indonesia agar lebih mudah dipahami dan diingat.
Gbr.7 Untuk Gitar Klasik/Standart
( Sumber : Gitarpedia Jubing Kristianto, 2005 )
39
3.1.2 Klasifikasi Sachs Dan Hornbostel
Curt Sachs ( 1913 ) dan Erich Von Hornbostel ( 1933 ) adalah dua ahli
organologi alat musik ( Instrumentenkunde ) berkebangsaan Jerman yang telah
mengembangkan satu sistem pengklasifikasian / penggolongan alat musik.
Sistem penggolongan alat musik Sahcs dan Hornbostel berdasarkan pada
sumber penggetar utama dari bunyi yang dihasilkan oleh sebuah alat musik.
Selanjutnya Sahcs-Hornbostel menggolongkan berbagai alat musik atas empat
golongan besar, yaitu :
1) Kordofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah dawai yang
direngangkan. Contoh adalah gitar dan biola.
2) Aerofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah udara. Sebagai
contoh adalah suling, terompet, atau saksofon.
3) Membranofon, di mana pengetar utama penghasil bunyi adalah membrane atau
kulit. Contoh adalah gendang dan drum.
4) Idiofon, di mana penggetar utama bunyi adalah badan atau tubuh dari alat
musik itu sendiri. Contoh adalah gong, symbal, atau alat perkusi.
Dari sistem pengelompokan yang mereka lakukan, selanjutnya Sahcs-
Hornbostel menggolongkan lagi alat musik kordofon menjadi lebih terperinci
berdasarkan karakteristik bentuknya yakni: 1) Jenis Busur; 2) Jenis Lira; 3) Jenis
Harpa; 4) Jenis Lute; 5) Jenis Siter
40
Gbr 9 Pembagian alat musik dawai berdasarkan bentuknya : a) Busur ; b) Lira ;
c) Harpa ; d) Lute ; e) Siter
( Sumber : Alat Musik Dawai Irwansyah Harahap 2004 )
Untuk Gitar digolongkan kepada jenis lute , pada prinsipnya berarti gitar
menggunakan kotak resonator suara. Selain itu jenis lute mempunyai leher ( Neck
) yang berfungsi sebagai papan jari ( Finger Board ) atau juga sebagai penyangga
dawai ( String Bearer ). Jenis lute ( pada umumnya tergolong keluarga gitar ) juga
dapat ditemukan di berbagai wilayah lain di dunia. Kita temukan Sehtar di Persia,
Tanbur di Turki, Sitar dan Sarangi di India, Pipe di Cina, Al’Ud di Arab, Vihuella
dari Spanyol dan lain sebagainya.
3.2 Asal Mula Pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon
Karal Hutagalung adalah tokoh yang pertama kali membuat gitar dengan
cara handmade di daerah kecamatan Sipoholon kabupaten Tapanuli Utara. Lahir
41
pada tanggal 17 maret 1923 beliau adalah putra asli daerah setempat. Gitar ini
mulai diproduksi sekitar tahun 1940-an. Karal Hutagalung semasa muda sudah
bisa memainkan beberapa instrumen seperti gitar, biola, mandolin, dan organ
engkol atau lebih sering disebut poti marende24
. Awal mula beliau membuat gitar
adalah setelah dia mencoba memperbaiki sendiri gitarnya yang rusak kala itu dan
ternyata mampu diperbaiki. Beliau kemudian tertarik untuk membuat gitar yang
baru dengan buatannya sendiri.
Kurangnya modal untuk membeli bahan baku, serta ketersediaan peralatan
yang akan digunakan untuk proses pembuatannya menjadi kendala pada awalnya.
Namun akhirnya beliau memutuskan untuk menerima pesanan beberapa orang
yang sudah mengetahui bahwa dia dapat membuat gitar dengan kualitas yang tak
kalah dengan gitar lainnya buatan Eropa ataupun produk luar lainnya yang banyak
digunakan oleh masyarakat.
Saat itu proses pembuatannya masih dilakukan di rumahnya sendiri. Dan dia
mengerjakan sendiri pesanan gitar yang datang kepadanya. Dengan uang muka
yang diterimanya beliau kemudian menggunakannya sebagai modal awal untuk
membeli bahan baku berupa kayu dan beberapa bahan bahan lainnya. Sedangkan
untuk peralatannya masih menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Beliau
saat itu menciptakan alat sejenis gergaji listrik guna membantu di dalam proses
pengerjaannya. Dia juga banyak memodifikasi peralatan sejenis pisau yang
ternyata bisa digunakan untuk sesuai dengan keperluannya dalam pembuatan yang
24 Berasal dari bahasa Batak Toba yang merupakan dua kata yang dipisah. Menurut pandangan Leo Joosten (2008:108,198) dalam Kamus Batak Toba Indonesia, Poti berarti peti yang berasal dari kayu yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang, Marende berarti menyanyi. Jadi jika diartikan secara bersamaan Poti Marende adalah peti kayu yang bernyanyi. Anggur (1977:42) mengartikan Poti Marende adalah orgel, piano. Diungkap kembali oleh Jakro dalam Website Kamus Batak Online yang menyatakan Poti Marende adalah harmonium, orgel, dan organ.
42
mungkin tak bisa dikerjakan dengan jenis pisau yang asli. Karena masih
menggunakan peralatan yang seadanya saat itu beliau hanya bisa mengerjakan 2-3
gitar saja dalam seminggu.
Semula proses pengerjaannya dilakukan di rumah saja. Tetapi pada tahun
1954 berkat uang yang dikumpul dari usaha pembuatan tersebut tersebut akhirnya
dapat membeli tanah yang letaknya di pinggir jalan raya Jalan Balige Lumban
Baringin Kecamatan Sipoholon. Semenjak itu akhirnya dapat mempunyai lokasi
sendiri untuk proses pengerjaannya, dan termasuk tempat yang strategis karena
berada di jalan lintas menuju beberapa kota atau kabupaten yang mudah dijangkau
oleh masyarakat. Semenjak itu dia tidak lagi mengerjakannya sendiri. Untuk
meringankan pekerjaannya ia dibantu oleh ketiga orang anaknya dan beberapa
pekerja yang kebetulan juga masih saudara dekat dengannya. Beliau sendiri
mempunyai 9 orang anak, 5 anak laki laki dan 4 anak perempuan.
Tak hanya membuat gitar, beliau juga mencoba membuat organ engkol yang
masyarakat setempat lebih mengenalnya dengan sebutan poti marende. Merasa
penasaran dengan instrumen sejenis harmonium25
yang dibuat oleh bangsa Eropa,
dia tertarik untuk membuat sejenis harmonium tersebut dengan sebutan poti
marende untuk digunakan nantinya di gereja sebagai pengiring nyanyian sewaktu
ibadah berlangsung. Setelah dia berhasil membuatnya perrmintaan datang
kepadanya awalnya berasal dari gereja yang akan menggunakannya dalam
kegiatan ibadah setiap hari minggu ataupun acara keagamaan lainnya.
25 Merupakan salah satu dari jenis kelompok instrumen organ yang menggunakan lidah suara dan prinsip kerjanya sama dengan organ Amerika, harmonika, concertina, dan akordion diungkapkan oleh Murray Campbell and Clive Greated (1987:453) dalam bukunya Oxford The Musician’s Guide Acoustics. Harmonium adalah alat musik keyboard, suaranya berasal dari vibrasi atau getaran lidah tipis (reed) dari metal yang ditiup oleh angin atau udara secara terus menerus dari sepanjang pedal yang terdapat di bawahnya (Willi Apel, 1972:371).
43
Sekitar tahun 1970-an badan RMG (Rheinische Missionsgesellschaft) yaitu
sebuah lembaga penyiaran injil dari Jerman pada saat sedang melakukan misi
penginjilan di daerah sekitar Kabupaten Taapanuli Utara tertarik untuk melihat
hasil karya beliau. Namun menurut mereka kala itu hasil buatannya belum bisa
dikatakan bagus dari segi kualitas suara dibandingkan harmonium yang mereka
gunakan di Eropa. Tetapi mereka akhirnya memberikan suatu keterangan dan
pemahaman bagaimana agar kualitas suara poti marende tersebut bisa lebih baik
lagi. Akhirnya beliau kemudian berusaha menyempurnakan hasil buatannya, dan
saat lembaga RMG datang untuk kedua kalinya mereka sempat memberikan
penghargaan berupa cenderamata kepada beliau karena sudah bisa membuat
hampir sama dengan buatan Eropa yang juga dipakai di gereja-gereja di sana.
Sejalan dengan pembuatan gitar dan poti marende, semakin banyak
instrumen yang dapat dibuat oleh bapak Karal Hutagalung seperti biola, mandolin,
suling, kecapi, bass dan bahkan beliau juga mampu membuat senapan angin.
Peralatan peralatan yang digunakan juga sudah ada beberapa yang menggunakan
bantuan mesin untuk meringankan di dalam proses pengerjaannya. Permintaan
juga datang untuk membuat beberapa instrumen tersebut. Tetapi permintaan
kebanyakan untuk gitar karena cukup banyak digemari oleh masyarakat dan juga
kepada poti marende yang tentunya dipakai oleh gereja-gereja saat itu. Beliau
juga bisa membuat gitar yang lebih spesifik yang tentunya menurut keinginan
pembeli baik dari segi ukuran, bentuk, maupun tambahan ornamen ornamen yang
akan dibuat pada gitar tersebut. Hal ini membuat nilai lebih pada perkembangan
usaha beliau dan membuat permintaan gitar otomatis meningkat.
44
Perkembangan teknologi lama kelamaan mengakibatkan poti marende
tergerus oleh instrumen keyboard yang semakin canggih. Pada akhirnya fungsi
poti marende sudah digantikan oleh keyboard dalam ibadah keagamaan di gereja.
Itu mengakibatkan permintaan terhadap poti marende yang dibuat oleh beliau
semakin menurun. Tetapi sesekali ada juga yang masih ingin dibuatkan karena
menganggap buatan beliau masih bisa digunakan dalam ibadah keagamaan di
gereja. Sekitar tahun 90-an poti marende akhirnya tidak diproduksi lagi oleh
beliau.
Di tahun 2000 gitar ini sudah didaftarkan kepada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dan mendapat nama dengan trademark (merk dagang) Gitar Bona
Pasogit. Tetapi dari dulu hingga sampai saat ini masyarakat lebih mengenalnya
dengan sebutan gitar Sipoholon karena memang mencerminkan wilayah daerah
setempat dan juga menjadi salah satu kebanggaan kecamatan Sipoholon
khususnya dan daerah kabupaten Tapanuli Utara.
Seiring berjalan waktu permintaan terhadap beberapa instrumen seperti
biola, mandolin, kecapi dan beberapa instrumen lainnya semakin menurun dan
hanya sesekali saja yang memesan. Di usia senjanya bapak Karal Hutagalung
masih juga aktif untuk membuat gitar Bona Pasogit tersebut, meskipun
sebenarnya usaha pembuatan tersebut sudah diwariskannya kepada ketiga
anaknya. Di masa tua beliau juga diberikan penghargaan oleh pemerintah
Indonesia sebagai veteran karena bisa menciptakan senapan angin yang juga
digunakan oleh para tentara pada saat masa penjajahan. Akhirnya karena kondisi
fisik yang semakin menurun di usia 82 tahun dia tak lagi ikut di dalam proses
45
pembuatan gitar tersebut. Pada tanggal 4 Desember 2009 beliau akhirnya menutup
mata pada usia 86 tahun.
Sebenarnya dahulu hanya ada satu lokasi pembuatan gitar ini, yaitu lokasi
yang pertama kali menjadi tempat pembuatan gitar tersebut yang saat itu dibeli
oleh Karal Hutagalung. Tetapi saat ini ditemukan tiga lokasi pembuatan yang
jaraknya sangat berdekatan satu sama lainnya. Usaha ini diwariskan beliau kepada
ketiga anaknya yaitu Bapak Albert Hutagalung, Bapak Hotma Hutagalung, dan
Bapak Ronny Hutagalung.
Bapak Albert Hutagalung sendiri akhirnya membangun sebuah gudang baru
untuk lokasi pembuatan gitar yang tak jauh dari kediaman beliau. Sedangkan
kedua adiknya menetap pada lokasi lama tersebut. Lokasi terakhir ditempati oleh
Bapak Rosir Siregar yang dulunya adalah pekerja dan juga masih saudara dekat
yang membantu usaha pembuatan gitar keluarga Hutagalung dalam proses
pembuatan gitar dan beberapa instrumen yang saat itu masih dibuat oleh bapak
Karal Hutagalung.
Beliau akhirnya membuat lokasi sendiri yang berdekatan juga dengan kedua
lokasi pembuatan yang lain. Meskipun demikian, hasil dari gitar yang dibuat oleh
ketiganya tentunya berbeda karena proses dan teknik pembuatannya tidak sama
untuk menghasilkan gitar yang mempunyai kualitas yang bagus yang tentunya
sesuai dengan keinginan konsumen. Bahkan menurut beliau harga gitar yang
dibuatnya lebih mahal dari kedua tempat tersebut karena dia bisa menjamin
kualitas gitar yang diproduksi sehingga harganya sedikit mahal.26
26 Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung.
46
3.2.1 Biografi Bapak Albert Hutagalung
Biografi yang akan dibahas disini hanya berupa biografi ringkas, artinya
hanya memuat hal-hal umum mengenai kehidupan bapak Albert Hutagalung
dimulai dari masa kecil hingga masa kehidupannya sekarang ini, termasuk pula
pengalaman beliau sebagai pembuat instrumen gitar tersebut, dan pengalaman
berkesenian lainnya. Biografi yang di bahas di sini sebagian besar adalah hasil
wawancara dengan bapak Albert Hutagalung, dan juga wawancara dengan
saudara-saudara beliau, sahabat-sahabat beliau, keluarga beliau, dan juga
masyarakat setempat yang mengetahui tentang pembuatan gitar yang dilakukan
oleh beliau.
Albert Hutagalung lahir di Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli
Utara, tepatnya di desa Hutauruk. Ia adalah anak dari Bapak Karal Hutagalung
dan Ibu R. br. Parapat. Karal Hutagalung sendiri adalah orang yang pertama kali
membuat dan merintis usaha pembuatan gitar Bona Pasogit tersebut. Albert
Hutagalung adalah anak pertama dari Alm.Karal Hutagalung dan tentunya
menjadi generasi pertama yang menjadi penerus usaha pembuatan gitar sampai
pada saat sekarang ini. Karal Hutagalung sendiri mempunyai sembilan orang
anak.
Dari kecil sampai beranjak dewasa Bapak Albert Hutagalung sudah terbiasa
melihat bapak nya yaitu Karal Hutagalung membuat gitar dan beberapa instrumen
buatan beliau lainnya diantaranya seperti poti marende, biola, hasapi, ataupun
mandolin. Beliau juga dahulu nya berperan penting di dalam mengajarkan tentang
bagaimana teknik dan proses pembuatan gitar tersebut kepada bapak Albert
Hutagalung pertama kali dan kepada dua adiknya yang lain yang juga kebetulan
47
diajarkan. Sebelumnya dia dan adiknya hanya bekerja membantu dan tugas
mereka mengerjakan bagian-bagian yang tidak terlalu rumit di dalam proses
pembuatan gitar tersebut. Pada akhirnya Karal Hutagalung memberikan segala
teknik teknik di dalam proses pembuatannya terutama kepada Bapak Albert
Hutagalung. Lama kelamaan karena sudah terbiasa melihat dan juga berkat
didikan sang ayah mereka sudah bisa membuat dan mengerjakan sendiri.
Semula proses pengerjaannya dilakukan di rumah mereka saja. Tetapi pada
tahun 1954 berkat uang yang dikumpul dari usaha pembuatan beberapa instrumen
tersebut akhirnya dapat membeli tanah yang letaknya di pinggir jalan raya Jalan
Balige Lumban Baringin Kecamatan Sipoholon. Semenjak itu mereka mempunyai
lokasi sendiri untuk proses pengerjaannya, dan termasuk tempat yang strategis
karena berada di jalan lintas menuju beberapa kota atau kabupaten yang mudah
dijangkau oleh masyarakat. Bapak Albert Hutagalung beserta adiknya akhirnya
ikut membantu usaha tersebut setelah mereka menamatkan sekolahnya masing-
masing.
Beliau sendiri hanya menamatkan pendidikan sampai jenjang SMA
(Sekolah Menengah Atas) saja. Sebelum ikut bersama ayahnya membantu di
dalam proses pengerjaannya dia sempat bekerja sebagai supir angkutan umum.
Tetapi sekitar tahun 1964 dia berhenti dan ikut ayahnya beralih pekerjaan untuk
membuat gitar tersebut. Banyak hal yang mereka alami di dalam menggeluti
usaha ini. Kurangnya modal dan pendapatan yang menurun karena permintaan
sedikit membuat usaha pembuatan yang mereka tekuni mengalami pasang surut
setiap tahunnya. Terkadang mengalami peningkatan dan kadang mengalami
penurunan juga. Ketersediaan bahan baku berupa kayu yang cukup langka juga
48
sempat beberapa kali menjadi masalah lainnya di dalam usaha yang mereka
jalankan ini.
Sekitar tahun 1990-an usaha mereka bisa dibilang mengalami kestabilan dan
semakin berkembang. Itu karena semakin banyaknya permintaan yang datang
untuk membuat gitar tersebut. Gitar tersebut sudah ramai dibicarakan oleh banyak
masyarakat yang tertarik untuk membelinya. Gaung bersambut permintaan pun
semakin banyak. Bukan hanya dari daerah Sipoholon sendiri, tetapi banyak juga
permintaan yang datang dari luar daerah Kecamatan Sipoholon, dari luar provinsi,
bahkan beberapa kali permintaan datang dari mancanegara.
Pada tahun 2005 tepatnya pada usia 82 tahun Karal Hutagalung tidak lagi
aktif dan ikut di dalam mengerjakan proses pembuatan gitar tersebut. Karena
kondisi fisiknya yang menurun mengingat umur beliau yang sudah tua dia
memutuskan untuk pensiun. Bapak Albert Hutagalung akhirnya meneruskan
semenjak itu bersama adiknya tanpa sang ayah dan beberapa orang pekerja yang
masih saudara dekat mereka juga. Bapak Karal Hutagalung sendiri akhirnya
meninggal dunia pada tahun 2009 pada usia 86 tahun.
Bapak Albert Hutagalung menikah dengan R. br. Hutabarat dan dikaruniai 8
orang anak, 6 anak laki-laki dan 2 anak perempuan, dan sudah mempunyai
beberapa cucu dari anak-anaknya tersebut. Dengan profesi yang digelutinya dalam
usaha tersebut beliau dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai pada tingkat
perguruan tinggi.
Menariknya meskipun dia mengetahui cara membuat gitar, tetapi beliau
tidak terlalu mahir di dalam memainkannya. Justru dia mahir di dalam memainkan
organ atau yang dulu masyarakat setempat kenal dengan sebutan poti marende.
49
Dia tertarik memainkannya semenjak remaja karena melihat poti marende yang
dibuat oleh ayahnya sendiri dan semenjak saat itu belajar untuk memainkannya.
Beliau juga sempat menjadi pelayan di gereja nya sendiri dan beberapa kali di
beberapa gereja lainnya untuk mengiringi ibadah setiap minggunya dan beberapa
kegiatan keagamaannya lainnya. Meskipun begitu beliau hanya mengetahui
sebatas lagu-lagu rohani yang dibawakan pada saat ibadah dan tidak terlalu
mengetahui lagu lagu selain dari itu.
Sudah banyak acara-acara yang juga diikuti oleh bapak Albert Hutagalung
karena pekerjaannya di dalam membuat produk gitar handmade dengan nama
Bona Pasogit ini, baik dahulu bersama ayahnya ataupun semenjak dia menjadi
penerus usaha sampai pada saat ini. Itu karena produk gitarnya sudah dikenal
masyarakat luas. Beberapa event yang pernah diikuti antara lain PRSU (Pekan
Raya Sumatera Utara), Lake Toba Ecotourism Summit, pameran di acara Medan
Fair, The Season of Indonesian Cultural Heritage and Craft pada tahun 2007 di
Jakarta, Jakarta Expo Tourism (Jakarta Fair), mengikuti pameran kesenian di
Bandung, mengikuti festival seni di Dusseldoorf, Jerman yang dibawa langsung
oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Gitar Bona Pasogit ini juga sempat
beberapa kali menembus pasar Amerika Serikat dan Belanda karena ada
permintaan dari kedua negara tersebut. Para jemaat gereja yang berasal dari
mancanegara seperti dari Jerman, Belanda, Inggris yang melakukan kegiatan
keagamaan di sekitar wilayah Kabupaten Tapanuli Utara juga beberapa kali
membeli produk gitar tersebut dan membawanya pulang ke negara nya masing-
masing. Hal inilah yang membuat usaha pembuatan gitar ini tetap bertahan hingga
saat ini.
50
3.3 Teknik Pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon
Pembuatan Gitar Bona Pasogit ini dahulu seluruhnya dikerjakan dengan
handmade (buatan tangan), meskipun seiring perkembangan waktu dan tentunya
perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini sudah menggunakan
beberapa peralatan mesin untuk membantu meringankan dalam proses
pembuatannya agar lebih cepat dan efesien dalam waktu pengerjaannya. Berikut
ini akan dijelaskan mengenai bahan bahan, peralatan, dan teknik pembuatan gitar
Bona Pasogit tersebut.
3.3.1 Bahan Baku Yang Digunakan
3.3.1.1 Kayu
Kayu digunakan sebagai bahan baku untuk membuat konstruksi badan dan
leher gitar. Kayu yang digunakan antara lain adalah jenis kayu lokal antara lain
kayu antuang27
, jalutung28
, turi-turi29
(monis-monis), damar laut dan pinus.
Menurut Bapak Albert Hutagalung kayu antuang menjadi kayu yang menjadi
pilihan utama untuk membuat gitar tersebut karena kualitasnya yang bagus.
Kelebihan kayunya menurut beliau seperti bobotnya yang ringan dan lembek,
mudah untuk diolah di dalam pengerjaannya, dan pada saat proses pengamplasan
hasilnya tidak menimbulkan serabut serabut di permukaan (berbulu). Sedangkan
untuk kayu lainnya hanya dijadikan opsi lain apabila kayu antuang tidak ada.
Menurut beliau jenis kayu antuang termasuk kayu yang langka dan lumayan
susah dicari. Kayu ini sendiri hanya tumbuh di sekitar hutan di daerah Sarullla,
27 Sejenis kayu mahoni yang berdiameter besar (swietenia macrophylla). 28 Disebut juga dengan hausurian atau hau simareme-eme. Kayu ini tumbuh di sekitar hutan tropis di wilayah Tapanuli Utara. Jelutong atau Jalutung (Dyera Costulata) berasal dari semenanjung Malaysia. Pokok ini biasanya terdapat di hutan pamah. 29 Turi (Sesbania Glandifora) merupakan pohon kecil anggota suku Fabaceae. Tumbuhan dengan banyak kegunaan ini asalnya diduga dari Asia Selatan dan Asia Tenggara, namun sekarang telah tersebar ke berbagai daerah tropis dunia.
51
yang membutuhkan waktu kira kira dua hingga tiga jam perjalanan dari
kecamatan Sipoholon dan itupun harus memasuki kawasan hutan karena termasuk
kawasan sekitar pedalaman wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Kayu tersebut
biasanya dipesan dengan harga sekitar Rp.500.000-Rp2.000.000 per kubiknya
tergantung bentuk dan modelnya dan setiap kubiknya bisa cukup hingga kira-kira
kurang lebih setengah tahun untuk menjamin ketersediaan pemakaiannya.
Kayu pinus sendiri adalah jenis kayu yang dipakai apabila kayu antuang
sulit dicari dan ketersediaannya di gudang bengkel pembuatan beliau sudah habis
atau pesanannya belum datang dari para pengumpul kayu tersebut. Kayu pinus
tersebut banyak dijumpai di wilayah di perladangan dan hutan di wilayah
Sipoholon sehingga mudah ditemukan. Sedangkan untuk jenis kayu jalutung
sendiri dahulunya menjadi bahan baku utama yang dipakai sebelum beralih pada
kayu antuang. Kayu ini juga jenis kayu yang sulit untuk dicari. Untuk badan
(body) gitar dan leher (neck) dalam pembuatannya memakai kayu antuang tetapi
khusus untuk kepala gitar (head) memakai jenis kayu yang sering disebut monis-
monis atau turi-turi. Sedangkan untuk bagian jembatan (bridge) pada gitar
memakai jenis kayu damar laut.
Proses pengeringan bahan kayu dilakukan secara alami (dikeringkan dalam
ruang terbuka dan diletakkan di dalam gudang bapak Albert Hutagalung) sampai
kira-kira selama kurang lebih 4 bulan. Hal ini untuk menjaga kualitas tekstur
kayu, karena bila proses pengeringan menggunakan sinar matahari secara
langsung dimana cuaca dan suhu yang tidak menentu, maka dapat berdampak
pada kualitas teksturnya. Akan terjadi perubahan warna yang mulai terlihat setelah
52
beberapa minggu. Selain perubahan warna, permukaan kayu juga akan menjadi
kasar.
Gbr. 10 Pohon Kayu Jalutung
(Dokumentasi Penulis)
Keterangan Gambar : Gambar pohon ini diambil di depan gudang bengkel bapak
Albert Hutagalung. Beliau belum lama baru saja menanam pohon tersebut.
Gbr.11 Kayu Antuang yang sudah diolah
(Dokumentasi Penulis)
53
3.3.1.2 Lem Perekat
Lem menjadi bahan yang digunakan untuk merekatkan organ-organ dalam
proses perakitan gitar. Lem kayu, lem setan, lem bermerek fox adalah beberapa
lem yang digunakan dalam pembuatan gitar ini.
Gbr.12 Lem merek Fox dan Lem Kayu
(Dokumentasi Penulis)
3.3.1.3 Dempul Kayu dan Besi
Digunakan untuk menutup pori-pori kayu pada bagian gitar yang berbahan
kayu yang akan dilakukan pengecetan agar memudahkan dalam proses pengecetan
dan supaya cat yang nantinya digunakan tidak terlalu boros, sehingga hasil akhir
permukaannya dapat rata, halus, dan bersinar. Dempul yang dipakai memakai
berbagai varian warna yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk bagian depan (body)
biasanya memakai dempul berwarna kuning dan warna merah untuk bagian
belakang. Tetapi warna dempul tersebut dikondisikan dengan ketersediaannya dan
apabila ada spesifikasi permintaan warna gitar yang dipesan.
54
Gbr.13 Dempul Kayu
(Dokumentasi Penulis)
3.3.1.4 Cat
Cat yang digunakan adalah cat besi dengan berbagai warna dan merek
sesuai kebutuhan dalam proses pengecatan gitar tersebut. Untuk cat dasarnya
menggunakan cat oker hitam dan biasanya dipakai untuk bagian leher gitar.
Gbr.14 Cat Oker Hitam
(Dokumentasi Penulis)
3.3.1.5 Thinner
Digunakan sebagai campuran untuk bahan dempul. Campuran thinner ini
untuk menghasilkan permukaan gitar yang halus sebelum dilakukan proses
pengecatan.
55
Gbr.15 Thinner
(Dokumentasi Penulis)
3.3.1.6 Melamin kayu
Digunakan sebagai vernis yaitu bahan lapisan terakhir atau dalam proses
finishing pada proses pengecatan dan yang digunakan bermerek imfra.
Gbr.16 Impra
(Dokumentasi Penulis)
56
3.3.1.7 Kertas Pasir
Digunakan sesuai dengan keperluan di dalam proses pembuatan yang
fungsinya untuk menghaluskan bagian-bagian organ gitar tersebut.
Gbr.17 Kertas Pasir
(Dokumentasi Penulis)
3.3.1.8 Campuran Oli
Digunakan untuk pengolesan bagian leher untuk memperlicin gitar setelah
diberi cat oker hitam sebagai cat dasar. Oli juga dipakai apabila ada bagian pada
gitar yang memerlukan campuran oli tersebut.
Gbr.18 Campuran Oli
(Dokumentasi Penulis)
57
3.3.1.9 Bahan-Bahan Lainnya
Beberapa bahan lainnnya antara lain perlengkapan untuk gitar tersebut
seperti berbagai macam ukuran dan merek senar, putaran kuping (bagian
head/kepala), spull (pick up khusus untuk gitar akustik elektrik ataupun elektrik),
penahan senar, jembatan senar (saddle) , hiasan bagian dekat lubang resonator
(rossete), mur baut. Semua bahan bahan ini dibeli ataupun dipesan semuanya dari
kota Medan dari salah satu toko musik yang ada di sana.
Gbr.19 Contoh Bahan Lainnya, Rosette (Hiasan)
(Dokumentasi Penulis)
3.3.2 Peralatan Yang Digunakan
3.3.2.1 Ketam
Ketam berfungsi untuk membentuk, meratakan, dan menghaluskan
permukaan kayu. Mesin ini menjadi peralatan yang utama dan vital di dalam
pembuatan gitar tersebut karena digunakan dari tahap dasar hingga sampai tahap
dimana gitar siap untuk di dempul karena kayu yang digunakan pada seluruh
bagian organ gitar harus dalam kondisi halus.
58
Gbr.20 Mesin Ketam dan Ketam Kuku
(Dokumentasi Penulis)
3.3.2.2 Gergaji
Digunakan untuk memotong dan membelah bahan kayu. Ada berbagai jenis
gergaji yang dipakai dan salah satunya adalah yang diciptakan oleh bapak Karal
Hutagalung pada awal mula merintis usaha pembuatan gitar ini. Seiring waktu
kini gergaji tersebut telah menggunakan tenaga listrik untuk menggunakannnya
tidak lagi secara manual meskipun ada juga gergaji yang masih dipakai secara
manual.
Gbr.21 Gergaji Listrik dan Manual
59
(Dokumentasi Penulis)
3.3.2.3 Karenda
Karenda atau mesin gerinda berfungsi juga untuk meratakan permukaan
kayu.
Gbr.22 Karenda
(Google.com)
3.3.2.4 Tuhil-Tuhil
Tuhil-Tuhil atau jenis pahat berfungsi untuk pengait pada saat perakitan
badan gitar dengan bagian leher. Ada beberapa jenis yang dipakai dan sudah
dimodifikasi yang menyesuaikan dengan kebutuhan pada saat perakitannya. Alat
ini juga diciptakan sendiri.
60
Gbr.23 Tuhil-Tuhil
(Dokumentasi Penulis)
3.3.2.5 Penggaris/Meteran
Berfungsi untuk mengukur panjang-pendeknya ukuran bahan atau
konstruksi badan gitar secara keseluruhan.
Gbr 24. Meteran
(Dokumentasi Penulis)
61
3.3.2.6 Kikir
Berfungsi untuk membentuk permukaan kayu menjadi halus dan juga
membuat beberapa bagian kayu sedikit kasar sesuai yang diinginkan atau hanya
sedikit bagian yang dihaluskan.
Gbr.25 Kikir
(Dokumentasi Penulis)
3.3.2.7 Matras/Mal
Berfungsi untuk mengukur ketepatan jarak antara fret. Alat ini dibuat sendiri
oleh bapak Albert Hutagalung. Adapun standar pengukuran jarak yang dipakai
adalah berdasarkan hitungan tradisional yang sejak dahulu telah dipakai oleh
bapak Karal Hutagalung dan sampai saat ini masih digunakan.
Gbr.26 Matras/Mal
(Dokumentasi Penulis)
62
3.3.2.8 Kompresor
Digunakan pada saat proses pengecatan gitar. Disebut juga dengan alat
airbruss yang digunakan dengan teknik disemprot. Kompresor yang digunakan
bermerek shark.
Gbr.27 Mesin Kompresor
(Dokumentasi Penulis)
3.3.2.9 Bor
Digunakan untuk membuat lubang-lubang pada bahan dengan
menyesuaikan diameter dan ukuran mata bor yang digunakan. Adapun ukuran
mata bor yang digunakan adalah 6 mm.
63
Gbr.28 Bor
(Dokumentasi Penulis)
3.3.2.10 Peralatan-Peralatan Lainnya
Ada cukup banyak peralatan yang digunakan dalam pembuatan gitar ini.
Beberapa diantara peralatan tersebut bahkan ada yang sudah dimodifikasi
sedemikian rupa, seperti sejenis pisau yang ujung mata pisaunya dibuat sesuai
dengan kebutuhan. Adapun berbagai peralatan tersebut antara lain: pisau, batu asa,
kampak kayu, martil, obeng, tang potong, gunting, dan beberapa peralatan
lainnya. Semua peralatan tersebut digunakan menyesuaikan dengan kebutuhan
pada saat proses pembuatan gitar tersebut dilakukan.
64
Gbr.29 Kampak Kayu Gbr.30 Martil
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.31 Tang Potong Gbr.32 Gunting
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.33 Obeng
(Dokumentasi Penulis)
65
Keterangan Gambar : Obeng telah dimodifikasi pada bagian mata obeng
tersebut yang digunakan pada saat proses “mangarujak” atau membentuk ujung
kayu yang tajam dan digunakan juga untuk membentuk pola ukiran lubang di
dalam badan gitar selain digunakan sesuai dengan kebutuhannya.
Gbr.34 Kuas
(Dokumentasi Penulis)
Keterangan Gambar : Jenis kuas berukuran besar yang pada bagian bawahnya
kasar ini digunakan untuk menghaluskan permukaan kayu di bagian leher gitar
sebelum diberi cat oker hitam.
Gbr.35 Kayu/Papan Perekat Gbr.36 Kuas Kecil
(Dokumentasi Penulis)
66
Keterangan Gambar : Kuas dipakai pada saat proses pendempulan. Kayu
perekat digunakan sebagai tempat untuk merekatkan 2 buah kayu antuang yang
telah dibentuk sesuai dengan ukurannya dan sudah diolesi lem kayu yang akan
dijadikan bagian badan gitar dan digambar pola bentuk dari bagian badan
(body) gitar tersebut.
3.3.3 Teknik Pembuatan Gitar
3.3.3.1 Pengolahan Bahan Baku Kayu
Dalam pembuatan gitar tersebut setelah bahan-bahan siap semua maka
selanjutnya adalah proses pembentukan bahan dan dibentuk sesuai desain
kerangka dan konstruksi per bagian organ-organ gitar. Pembentukan kayu
dipotong sesuai model dengan mengikuti pola konstruksi yang diinginkan.
Proses pengeringan bahan kayu sendiri dilakukan secara alami (dikeringkan
dalam ruang terbuka dan diletakkan di dalam gudang bapak Albert Hutagalung)
sampai kira-kira selama kurang lebih 4 bulan. Hal ini untuk menjaga kualitas
tekstur kayu, karena bila proses pengeringan menggunakan sinar matahari secara
langsung dimana cuaca dan suhu yang tidak menentu, maka dapat berdampak
pada kualitas teksturnya. Akan terjadi perubahan warna yang mulai terlihat setelah
beberapa minggu. Selain perubahan warna, permukaan kayu juga akan menjadi
kasar.
Setelah kayu benar-benar kering, selanjutnya dibentuk untuk organ-organ
gitar yang diantaranya adalah membuat pola untuk bagian leher (neck), (head)
kepala, papan jari (fingerboad), dan penahan leher (heel). Selain bagian leher juga
67
termasuk organ-organ pada badan (body) gitar seperti kerangka body, jembatan
(bridge), pembentukan lubang resonator (soundhole).
Untuk tahap awalnya sendiri kayu dipotong dengan bentuk bentuk persegi
panjang yang nantinya akan digunakan untuk bagian badan gitar. Selanjutnya
adalah proses pengikisan kayu-kayu tersebut dengan menggunakan gergaji listrik.
Setiap bilahan kayu diselipkan atau dimasukkan ke bagian mesin gergaji listrik,
dan setelah tekstur kayu sudah sesuai dengan diinginkan maka bagian sisi kayu
yang lain kembali dikikis. Setiap bagian sisi pada kayu harus dikikis dengan rata
dengan tekstur yang halus.
Gbr.37 Proses Pengikisan
(Dokumentasi Penulis)
68
Gbr.38 Kayu Sebelum Dikikis Gbr.39 Kayu Setelah dikikis
(Dokumentasi Penulis)
Setiap dua buah kayu yang telah dikikis tadi digabungkan atau direkatkan
menjadi satu.30
Adapun tempat merekatkan dan menjepit kedua buah kayu
menggunakan wadah berupa papan berbentuk persegi yang sengaja telah dibuat
oleh bapak Albert Hutagalung. Kayu direkatkan dengan mengoleskan lem kayu
pada kedua sisi sisi kayu pada bagian depan dan belakang dengan menggunakan
kuas. Selanjutnya kayu dimasukkan ke dalam papan dan diratakan satu sama lain
sehingga keduanya menjadi sama. Apabila lem masih dirasa kurang maka bisa
mengoleskannya lagi pada sisi bagian tengah kedua kayu. Setelah itu bagian sisi
papan yang masih terbuka dimasukkan bilahan bilahan kayu kecil yang berguna
untuk menjepit kedua buah kayu yang akan direkatkan tadi supaya tetap rata
antara kedua sisi kayu. Adapun proses pengelemannya sendiri berlangsung dua
hingga empat jam lamanya.
30 Disebut juga dengan Mangarapit
69
Gbr.40 Pengeleman Gbr.41 Memasukkan Kayu
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.42 Bilahan Kayu Gbr.43 Memasukkan Bilahan
(Dokumentasi Penulis)
3.3.3.2 Pembuatan Bagian Badan (Body)
Setelah kedua kayu sudah merekat maka bilahan kayu yang dimasukkan tadi
dibuka dan kayu diambil. Adapun kayu kayu yang telah selesai direkatkan
digunakan untuk pembuatan bagian depan dan belakang gitar (sound board dan
back board). Kayu ditandai dan digambar dengan menggunakan pulpen bentuk
pola badan gitar sebelum kemudian ditentukan berapa panjang dan lebarnya. Pola
yang sudah dibentuk kemudian dipotong dengan menggunakan gergaji sesuai
dengan alur dari bentuk yang sudah digambar. Semua bagian sisi harus rata dan
tidak ada sisa serabut pada kayu yang masih melekat pada kayu tersebut.
70
Untuk menghaluskan bagian kayu digunakan mesin ketam. Mesin
digunakan harus berjalan dengan satu arah tanpa bolak balik baik secara vertikal
maupun horizontal. Ini dimaksudkan untuk menjaga tekstur kayu supaya lebih
halus dan permukaannya tidak rusak. Kayu harus sangat halus dan diperlukan
waktu ½ -1 jam lamanya untuk proses menghaluskannya.
Gbr.44 Mengeluarkan Bilahan Gbr.45 Menggambar Pola
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.46 Memotong Pola Gbr.47 Menghaluskan Kayu
(Dokumentasi Penulis)
3.3.3.2.1 Bagian Samping Gitar
Untuk bagian samping (side board) rangka gitar telah dibuat dan memakai
jenis kayu yang sama ataupun bisa berbeda dengan kayu yang dipakai untuk
71
bagian depan dan belakang. Bagian inilah yang berpengaruh terhadap bentuk dan
model tabung gitar yang akan dibuat. Kayu sebelumnya dibasahi terlebih dahulu
dengan air karena jika langsung dilakukan pembentukan langsung akan kesulitan
mengikuti pola-pola lengkungan bagian samping serta mengakibatkan kayu patah
bahkan bisa rusak, sehingga dapat mempengaruhi bentuk gitar menjadi tidak
sesuai dengan konstruksi yang diinginkan dan menyulitkan dalam proses
perakitan.
Untuk pengeringannya memerlukan waktu yang cukup lama yaitu kurang
lebih setengah hari. Prosesnya adalah bagian rangka kayu dijemur di bawah sinar
matahari dan dijepit dengan penjepit jemuran pada semua bagian keliling
rangkanya. Bagian atas dan bawah juga telah dikunci dengan baut yang dibuat
pada wadah berupa kayu yang tujuannya untuk mengetatkan bagian rangka itu
sendiri.
Gbr.48 Penjemuran Bagian Rangka
(Dokumentasi Penulis)
3.3.3.2.2 Bagian Depan Gitar
Setelah bagian rangka selesai dijemur selanjutnya adalah membuat dan
mengukur panjang dan lebar yang akan dijadikan bagian depan (soundboard) dan
belakang (backboard) badan gitar yang dihitung berdasarkan bentuk rangka
72
tersebut. Rangka gitar terlebih dahulu dimasukkan pada sebuah wadah terbuat dari
kayu yang bentuk dan luasnya mencakup bagian rangka gitar tersebut. Untuk
menentukan dan mengukur panjang dan lebar semua bagian badan menggunakan
mal/penggaris dengan meletakkannya di bagian rangkanya. Kemudian memasang
tiga bilahan kayu yang fungsinya menopang bagian depan ataupun belakang gitar.
Ketiga bilahan kayu tentunya berbeda ukuran dan tekstur dari kedua
ujungnya dibuat agak runcing supaya bisa dimasukkan pada bagian rangka gitar.
Setelah ketiga bilahan kayu sudah halus maka dilengketkan pada ketiga bagian
sisi badan gitar menggunakan lem kayu. Kayu yang sudah siap digunakan
membuat bagian badan tadi dan sudah dibentuk polanya diletakkan pada bagian
rangka gitar. Selanjutnya menggambar ukuran pola badan gitar langsung pada
bagian kayu tersebut dengan menggunakan pulpen dan pengggaris berdasarkan
ukuran rangka gitar tersebut. Kemudian memotong pola bagian gitar yang sudah
selesai digambar, dihaluskan lagi dengan memakai mesin amplas dan direkatkan
dengan lem kayu pada bagian rangka tersebut.
Untuk bagian depan setelah direkatkan dengan bagian rangka, selanjutnya
dijepit dengan dua buah papan yang kemudian dikunci dengan baut pada kedua
bagian papan tersebut. Adapun tujuannya adalah untuk lebih merekatkan bagian
depan dengan bagian rangka dan dikeringkan yang dijemur di bawah sinar
matahari kurang lebih selama 4 jam. Proses ini berlaku hanya untuk bagian depan
saja karena sangat berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan nantinya.
Setelah dibuka kemudian dihaluskan lagi dengan mesin ketam bagian bagian
sisinya dan memotong dan mengikis kembali pola bentuk bagian depan gitar
dengan menggunakan pisau agar semakin sesuai dengan bentuk rangkanya.
73
Gbr.49 Wadah Gitar Gbr.50 Proses Pengukuran
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.51 Pengeleman Gbr.52 Menggambar Bentuk
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.53 Penjepitan Gbr.54 Pengeringan
(Dokumentasi Penulis)
74
Gbr.55 Memotong Pola Gbr.56 Bagian Depan Gitar
(Dokumentasi Penulis)
3.3.3.2.3 Pembuatan Lubang Suara (Resonator)
Dengan menggunakan jangka lubang resonator dibuat dengan cara
memutarnya untuk menandai terlebih dahulu pada bagian depan serta
mengikisnya secara perlahan, kemudian dengan cara yang sama pada bagian
dalam lalu mencungkil lubang yang sudah jadi dari sisi bagian dalam.
Gbr.57 Menandai Lubang (1) Gbr.58 Mengikis Lubang (1)
(Dokumentasi Penulis)
75
Gbr.59 Menandai Lubang (2) Gbr.60 Mengikis Lubang (2)
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.61 Mencungkil Lubang Gbr 62 Hasil Akhir
3.3.3.2.4 Bagian Belakang Gitar
Setelah ketiga bilahan kayu untuk bagian belakang direkatkan, selanjutnya
menggabungkan bagian belakang dengan bagian depan dan rangka dengan
menggunakan lem kayu. Adapun pembuatan untuk seluruh bagian badan gitar ini
dikerjakan menurut keinginan bapak Albert Hutagalung yang mana terlebih
dahulu yang akan dibuat.
76
Gbr 63 Hasil Akhir
Lebar bagian atas : 29 cm
Diameter : 9,5 cm
Lebar bagian tengah : 28 cm
Lebar bagian bawah : 38 cm
Panjang bagian body : 49 cm
(Dokumentasi Penulis)
3.3.3.3 Pembuatan Jembatan (Bridge)
Dilengketkan memakai lem kayu ke bagian badan dan juga memakai
mur/baut. Setelah itu membentuk bagian jembatan yang diantaranya membuat
lubang saddle (penahan senar) dan lubang untuk memasukkan senar. Untuk
membentuknya sendiri dengan menggunakan tuhil-tuhil yang dipahat sedemikian
rupa dan juga memakai kikir membuat lubang untuk posisi saddle. Panjang untuk
posisi saddle ± 5,5 cm dan panjang keseluruhan jembatan ± 17 cm.
Gbr.64 Membentuk Jembatan Gbr.65 Membuat Posisi Saddle
77
Gbr.66 Hasil Akhir (Jembatan)
(Dokumentasi Penulis)
3.3.3.4 Penggabungan Bagian Leher ke Bagian Badan
Untuk menggabungkannya bagian leher yang dipersiapkan antara lain papan
jari (fingerboard) yang nantinya terdapat sejumlah fret dan kayu yang dijadikan
bagian leher yang sudah terdapat bagian kepala (head). Pada bagian belakang
kayu sendiri ada bagian penahan yang berfungsi sebagai penyambung antara leher
dan badan. Penahan leher (heel) adalah bagian yang menonjol mirip sebuah
tanduk terletak pada bagian belakang gitar dipersambungan leher dan tubuh gitar.
Kayu yang dijadikan bagian leher disatukan dan disejajarkan dengan bagian
badan. Dengan memakai martil bagian belakang kayu dipukul hingga masuk
bagian tengah penyangga badan gitar. Untuk lebih merekatkan lalu diberi lem
kayu pada bagian belakang tersebut. Pengeleman berlangsung dan ditunggu
kurang lebih 20 menit. Setelah itu papan jari yang sudah disiapkan dilengketkan
juga memakai lem kayu ke bagian leher yang sudah menyatu dengan bagian
badan. Lalu untuk merekatkan semua bagian yang sudah disatukan tadi, kemudian
dijepit dan dikunci dengan beberapa bilahan kayu ukuran sedang berbentuk
78
persegi yang telah dibuat serta dimodifikasi sedemikian rupa. Proses penjepitan
serta merekatkan seluruh bagian berlangsung selama 3 jam dan dijemur di bawah
sinar matahari.
Setelah pengeringan selesai selanjutnya adalah penyempurnaan seluruh
bagian leher dan badan gitar. Penahan leher pada bagian belakang kemudian
dihaluskan, dipotong, dan dibentuk hingga ujungnya menjadi menonjol.
Selanjutnya dengan menarik narik menggunakan tangan bagian leher diperiksa
kembali untuk memastikan bahwa apakah sudah merekat dengan baik dengan
bagian badan, dan begitu juga dengan papan jari yang menempel di bagian leher.
Bagian badan, papan jari, dan sisi sisi bagian leher dihaluskan dan diratakan
kembali dengan memakai mesin ketam. Beberapa bagian permukaan kayu juga
dibentuk dengan menggunakan kikir membentuk pola lekungan-lekungan yang
terdapat pada bagian badan maupun leher. Untuk bagian penahan leher kemudian
dimasukkan lagi kayu yang panjangnya kira kira ¾ jari telunjuk pada sisi bagian
dalam. Organ ini disebut dengan walang yang juga berfungsi sebagai penghubung
dan penyambung bagian leher dan badan. Ini dimaksudkan untuk lebih
menguatkan konstruksi supaya leher tidak mudah patah. Dengan menggunakan
gergaji bagian sudut penahan leher dibelah kemudian kayu dipukul menggunakan
martil hingga masuk sisi bagian dalamnya.
79
Gbr.67 Bagian Leher Tampak Depan, Belakang, Samping
(Dokumentasi Penulis)
Keterangan Gambar : Panjang bagian head (kepala) ± 18 cm
Lebar bagian head ± 6,5 cm
Tebal bagian head ± 1,5 cm
Panjang untuk nut ± 4,5 cm
Panjang Freetboard (papan penjarian) ± 40 cm
Lebar Freetboard ± 6 cm
Panjang Heel (penahan leher) ± 9 cm
Tebal Akhir Heel ± 2 cm
Panjang Seluruh Leher ±60 cm
80
Gbr.68 Pemasangan Freetboard Gbr.69 Proses Pengeringan
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.70 Menarik Bagian Leher
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.71 Pengetaman Bagian Depan Gbr.72 Pengetaman Bagian Belakang
81
Gbr.73 Pengetaman Bagian Freetboard Gbr.74 Pengetaman Bagian Samping
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.75 Pengikiran Bagian Badan Gbr.76 Pengikiran Bagian Leher
(Dokumentasi Penulis)
82
Gbr.77 Pengikiran Bagian Heel Gbr.78 Pengikiran Bagian Samping
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.79 Membelah Bagian Heel Gbr.80 Memasukkan Kayu
(Dokumentasi Penulis)
3.3.3.5 Membuat Lubang di Bagian Kepala (Head)
Lubang pada bagian kepala adalah tempat memasukkan pengatur nada
(tuning machine) yang sering disebut kuping gitar. Model bagian kepala
83
bermacam macam dibuat diantaranya bagian kuping terbagi atas dua jalur kiri dan
kanan, dan satu jalur seperti kebanyakan pada gitar elektrik.
Beberapa model kepala gitar ada yang dibuat tidak menggunakan capstan
(penghubung antar kuping) tetapi terbagi atas dua jalur. Untuk membuat lubang
adalah dengan cara mengebor bagian atas kepala hingga tembus ke bawah dan
membuat tiga lubang pada sisi bagian kiri dan kanan yang sebelumnya telah
diukur dan ditandai dengan pulpen. Adapun untuk gitar yang menggunakan
capstan (biasanya gitar klasik) membuat lubang dengan mengebor dari bagian
samping kepala dan membentuk dan membagi bagian tengah kepala sebagai
pemisah jalur kiri dan kanan.
Gbr.81 Mengebor Bagian Kepala
(Dokumentasi Penulis)
84
Gbr.82 Bagian Kepala
Jarak lubang ke bagian atas kepala : 3 cm
Jarak penentuan lubang dari ujung samping : 0,5 cm
Jarak ke bagian atas antar lubang : 3,5 cm
Jarak ke bagian samping antar lubang : 5 cm
Jarak lubang dari bagian leher : 5,5 cm
(Dokumentasi Penulis)
3.3.3.6 Membentuk Bagian Ujung Kepala
Dengan memakai pisau dan gergaji bagian ujung kepala dipotong dan
dibentuk sesuai dengan pola dan bentuk yang diinginkan.
Gbr.83 Membentuk dengan Pisau
Gbr.84 Membentuk dengan gergaji
(Dokumentasi Penulis)
85
3.3.3.7 Pembuatan dan Pengukuran Posisi Fret
Menentukan dan membagi batas antara fret31
pada papan jari (freetboard)
memakai pengukuran secara tradisional. Cara pengukurannya sendiri telah
digunakan semenjak pertama kali pembuatan gitar dilakukan oleh Alm. Bapak
Karal Hutagalung dan sampai sekarang masih tetap digunakan oleh Bapak Albert
Hutagalung.32
Untuk menentukannya terlebih dahulu matras/mal33
diletakkan di atas papan
jari, lalu dengan memakai pulpen dan penggaris batas antar fret dengan ketentuan
yang ada pada matras ditandai dan dibuat garis pemisah pada papan jari yang akan
menunjukkan jarak antara fret. Kemudian setiap batas yang sudah ditandai
digergaji lagi dengan halus agar batas antar fret tetap terlihat. Pemasangan fret
dilakukan setelah proses pendempulan selesai.
Gbr.85 Meletakkan Matras
Gbr.86 Membuat Tanda
(Dokumentasi Penulis)
31 Deretan logam tipis pada leher gitar yang diatur dalam jarak tertentu. Digunakan untuk mengatur frekuensi nada dan panjang pendeknya senar agar dapat menghasilkan not atau nada yang berbeda-beda. 32 Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung. 33 Berfungsi untuk mengukur ketepatan jarak antara fret. Alat ini dibuat sendiri oleh bapak Albert Hutagalung. Adapun standar pengukuran jarak yang dipakai adalah berdasarkan hitungan tradisional yang sejak dahulu telah dipakai oleh bapak Karal Hutagalung dan sampai saat ini masih digunakan.
86
Gbr.87 Membuat Garis Gbr.88 Menggergaji
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.89 Hasil Akhir
3.3.3.8 Mengoleskan Cat Dasar Pada Freetboard
Sebelum bagian papan jari diberikan atau dioleskan cat, dengan
menggunakan kertas pasir dan kuas seluruh bagian papan jari dari atas hingga
bawah digosok gosok untuk menghasilkan permukaan kayu yang agak kasar.
Selanjutnya baru dioleskan cat oker hitam yang hanya sebagai cat dasar untuk
bagian ini. Mengeringkan cat memerlukan waktu 2 jam lamanya sebelum
dilakukan pendempulan bagian badan.
87
Gbr.90 Menggosok Freetboard Gbr.91 (Setelah Digosok)
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.92 Mengoleskan Cat
(Dokumentasi Penulis)
3.3.3.9 Proses Pendempulan
Sebelum dilakukan pendempulan seluruh bagian badan dan leher dihaluskan
kembali dengan menggunakan kertas pasir. Proses menghaluskan sendiri
membutuhkan waktu satu hingga dua jam lamanya karena tekstur kayu
keseluruhan bagian harus betul betul halus.
Dengan memakai kuas dempul yang juga diberi campuran thinner dioleskan
pada bagian gitar. Adapun dempul yang dipakai memakai beberapa varian warna
disesuaikan dengan warna gitar yang akan dibuat. Artinya warna dempul yang
88
dipakai sama dengan warna cat yang akan digunakan. Contohnya apabila gitar
akan dibuat warna kuning, dempul yang digunakan juga berwarna kuning pada
bagian depan (soundboard) dan untuk bagian belakang badan dan leher, termasuk
bagian samping menggunakan dempul warna merah. Cara itu berlaku untuk setiap
warna dan tentunya juga dibuat apabila ada permintaan warna yang lebih spesifik.
Proses pengeringan setelah didempul berlangsung kurang lebih ½ hari.
Gbr.93 Menghaluskan Body Gbr.94 Mendempul Bagian Depan
(Dokumentasi Penulis)
Gbr.95 Mendempul Bagian Belakang Gbr.96 Mendempul Bagian Samping
(Dokumentasi Penulis)
89
Gbr.97 Setelah Didempul (1) Gbr.98 Setelah Didempul (2)
(Dokumentasi Penulis)
3.3.3.10 Pengecatan
Yang pertama dilakukan adalah pengecatan dasar (fondation) dengan teknik
disemprot menggunakan tenaga angin dari peralatan kompresor. Untuk cat dasar
menggunakan warna cat yang kontras dengan warna akhir yang dikehendaki.
Misalnya bila warna akhir yang diinginkan adalah warna hitam maka warna cat
dasar yang digunakan adalah warna putih. Setelah pengecatan warna akhir selesai
maka dilanjutkan proses finishing dengan menggunakan bahan cat melamine atau
vernis sebagai lapisan pengkilap dan pelindung kecerahan cat. Kesempurnaan
hasil finishing dan pengecatan sangat bergantung pada ketelitian dalam proses
pendempulan sehingga hasilnya tampak halus, rata, dan mengkilap pada hasil
akhirnya. Pengeringan setelah dicat berlangsung dua jam lamanya.
90
Gbr.99 Gitar Setelah Dicat
(Dokumentasi Penulis)
3.3.3.11 Tahap Akhir
Bagian akhir adalah pemasangan keseluruhan organ organ pendukung gitar
diantaranya adalah pengatur nada (tuning machine), nut, saddle, pemasangan
senar, dan juga proses penyeteman/penalaan (tuning).
91
Tabel Pembuatan Gitar Bona Pasogit
Pengolahan Bahan Baku Kayu
Pengeringan Kayu
Pemotongan Kayu
Pembentukan Bahan
Pengikisan Kayu
Merekatkan 2 buah Kayu
Pembuatan Bagian Badan (Body)
Bagian Samping Gitar
Bagian Depan Gitar
Pembuatan Lubang Suara
(Resonator)
Bagian Belakang Gitar
Pembuatan Jembatan (Bridge) Membentuk Jembatan
Membuat Posisi Saddle
Penggabungan Bagian Leher dan
Badan
Pemasangan Freetboard
Proses Pengeringan
Menarik Bagian Leher
Proses Pengetaman
Proses Pengikiran
Membelah Bagian Heel
Memasukkan Kayu (yang
dijadikan walang)
Membuat Lubang di Bagian Kepala Mengebor Bagian Kepala
(Head)
Membentuk Bagian Ujung Kepala Membentuk Dengan Pisau
Membentuk Dengan Gergaji
Pembuatan dan Pengukuran Posisi
Fret
Meletakkan Matras
Membuat Tanda
Membuat Garis
Menggergaji
Mengoleskan Cat Dasar Pada
Freetboard
Menggosok Freetboard
Mengoleskan Cat
Proses Pendempulan Menghaluskan Bagian Badan
Proses Pendempulan
Pengecatan Pengecatan Dasar
Pengeringan Cat
92
BAB IV
PEMASARAN GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON
4.1 Gambaran Umum Tentang Pemasaran
Dalam setiap bidang industri dimanapun industri itu berada baik bergerak di
bidang produk maupun jasa pasti tidak terlepas dari kegiatan pemasaran, karena
tanpa kegiatan tersebut sangatlah sulit suatu produk bisa sampai ke tangan
konsumennya. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana baik
individu maupun kelompok yang terlibat dalam proses tersebut memperoleh
produk atau jasa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan,
menawarkan, dan mempertukarkan produk atau jasa yang bernilai dengan pihak
lain (Kotler, 1997).
Menurut Kurtz (2008:42) strategi pemasaran adalah sebuah keseluruhan,
program perusahaan untuk menentukan target pasar dan memuaskan konsumen
dengan membangun kombinasi elemen dari bauran pemasaran; produk, distribusi,
promosi, dan harga. Sedangkan menurut Kotler & Amstrong (2008:45), strategi
pemasaran adalah logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk menciptakan
nilai dan mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan konsumen.
Strategi bauran pemasaran adalah salah satu cara yang digunakan oleh
perusahaan atau usaha guna mempertahankan eksistensi dan kelangsungan
perusahaan dalam persaingan yang semakin ketat dalam era global saat ini.
Sebagaimana menurut Kotler & Armstrong bauran pemasaran adalah adalah
seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol meliputi produk, harga, tempat,
93
dan promosi yang dipadukan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar
sasaran.34
4.2 Produk Gitar Bona Pasogit
Salah satu komponen bauran pemasaran yang penting adalah produk.
Kegiatan pemasaran dikatakan berhasil apabila perusahaan atau penjual mampu
membujuk konsumen dan akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli
produk yang ditawarkan. Menurut Assauri produk adalah barang atau jasa yang
dihasilkan untuk digunakan oleh konsumen guna memenuhi kebutuhannya dan
memberikan kepuasan.35
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan
yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Awal mula usaha pembuatan gitar ini berjalan, masyarakat lebih
mengenalnya dengan nama Gitar Sipoholon. Awalnya gitar ini belum mempunyai
nama yang sah dan pasti untuk dipakai kepada produk gitar tersebut. Karena itu
Sipoholon menjadi merek36
yang dipakai pada gitar tersebut selama beberapa
tahun. Pada tahun 2000 gitar ini sudah didaftarkan kepada Dinas Perindustrian
dan Perdagangan dan mendapat nama dengan trademark (merek dagang) Gitar
Bona Pasogit. Bona Pasogit akhirnya menjadi merek (brand) yang disematkan
kepada gitar yang diproduksi ini. Meskipun begitu sampai saat ini masyarakat
lebih sering menyebut dan mengenalnya dengan sebutan gitar Sipoholon karena
memang mencerminkan wilayah daerah setempat dan juga menjadi salah satu
34
Philip Koetler dan Gary Amstrong. 35 Sofyan, Assauri. Manajemen Pemasaran (dalam konsep dan strategi). 36 Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi semuanya yang mengidentifikasikan produk para penjual dan membedakannya dari produk para pesaing (Lamb 2001:421).
94
kebanggaan khususnya kecamatan Sipoholon dan daerah kabupaten Tapanuli
Utara.
Gitar akustik, klasik, akustik elektrik, gitar berukuran besar maupun kecil
diproduksi setiap harinya. Setiap pembeli juga bisa memesan gitar menurut selera
yang diinginkan baik dari jenis, model, bentuk, ukuran, maupun ornamen yang
akan dibuat pada gitar tersebut. Yang membedakan gitar ini dengan beberapa
produk gitar lainnya adalah pemilihan bahan baku yaitu kayu lokal yang dipakai
berasal dari daerah sekitar Tapanuli Utara, peralatan yang digunakan dalam proses
produksinya, serta teknik pembuatan yang masih memakai konsep tradisional
yang sudah diwariskan secara turun temurun.
Untuk menjaga kualitas produk gitar, yang utama dilakukan adalah memilih
bahan baku kayu dengan kualitas yang baik. Kayu yang dipilih dan digunakan
memiliki ciri fisik diantaranya adalah bobotnya yang ringan dan lembek, mudah
untuk diolah di dalam pengerjaannya, dan pada saat proses pengamplasan
hasilnya tidak menimbulkan serabut serabut di permukaan (berbulu).
Adapun pembuatan Gitar Bona Pasogit ini dahulunya dikerjakan dengan
handmade (buatan tangan), meskipun seiring perkembangan waktu dan tentunya
perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini sudah menggunakan bantuan
beberapa peralatan mesin37
untuk membantu meringankan dalam proses
pembuatannya agar lebih cepat dan efesien dalam waktu pengerjaannya. Untuk
menjaga kualitas gitar yang dihasilkan pemilihan bahan baku berupa kayu sangat
penting dalam proses pembuatannya dan kayu yang digunakan adalah beberapa
jenis kayu lokal.
37
Beberapa peralatan mesin digunakan setelah dibeli menggunakan dana bantuan diantaranya yang diberikan oleh pemerintah kabupaten Tapanuli Utara sebesar 40 juta (Albert Hutgalung).
95
Target pemasaran produknya adalah untuk semua kalangan masyarakat,
bawah sampai atas dan dari sisi kemampuan baik pemula maupun yang sudah
mahir memainkan gitar. Gitar Bona Pasogit diproduksi38
sekitar 25-30 setiap
bulannya, yang berarti dalam satu minggu 6-7 gitar bisa diproduksi. Adapun
untuk penghasilannya kurang lebih sekitar lima juta rupiah per bulannya39
.
Gitar ini sudah dijual ke berbagai wilayah, baik itu di daerah sekitar
Tapanuli Utara yang menjadi sentra produksinya, ataupun di luar daerah di
beberapa kawasan Sumatera Utara, luar provinsi, bahkan permintaan pernah
hingga sampai ke luar negeri.
Gbr.100 Lambang Gitar Bona Pasogit
(Dokumentasi Penulis)
Keterangan Gambar : Lambang gitar ini dibuat pada bagian kepala (head) gitar.
Arti lambang tersebut adalah nada.
Gbr 101 Bagian Jembatan (Bridge) Gitar
(Dokumentasi Penulis)
38 Awal mula berdiri hingga saat ini dapat dikatakan bahwa usaha ini memiliki tingkat produksi yang setiap tahunnya meningkat. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga pernah terjadi pasang surut penjualan (Albert Hutgalung). 39 Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung
96
Keterangan Gambar : Merek dibuat pada bagian jembatan gitar. Pada gambar
bentuk jembatan berbeda dengan bentuk bagian jembatan gitar umumnya.
4.3 Harga Gitar
Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah
uang. Demi mendapatkan sebuah barang atau jasa yang diinginkannya seorang
konsumen harus rela membayar sejumlah uang. Penentuan harga pada umumnya
yaitu dengan menjumlah secara keseluruhan biaya-biaya mulai dari biaya dasar
sampai ke biaya operasionalnya. Dari biaya-biaya tersebut lalu dijumlahkan untuk
menentukan harganya. Penentuan harga sangat mempengaruhi citra produk serta
keputusan konsumen untuk membeli. Penentuan harga juga berhubungan dengan
pendapatan dan turut mempengaruhi penawaran atau saluran pemasaran.
Keputusan dalam penentuan harga harus konsisten dengan strategi pemasaran
secara keseluruhan.40
Adapun harga-harga produk gitar Bona Pasogit dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Jenis Gitar Harga Gitar
Gitar Standar Rp 750.00,00
Gitar Akustik Rp. 850.000,00
Gitar Akustik Elektrik Rp. 1.500.00,00
Gitar Klasik Rp. 950.000,00
Gitar Ukuran Kecil-Besar Rp. 500.000,00-Rp.650.000,00
40 Philip Kotler dan Gary Amstrong Dasar-Dasar Pemasaran terjemahan Alexander Sindoro.
97
Dengan menghitung harga bahan dasar, biaya operasional, serta tingkat
kesulitan di dalam proses pembuatannya harga-harga tersebut sudah dirasa tepat
untuk konsumen yang ingin membeli. Untuk bahan baku berupa kayu sendiri
dibeli per kubiknya dengan harga Rp.500.000,00 - Rp.2.000.000,00.41
Adapun
biaya produksi untuk menghasilkan satu buah gitar kira-kira mencapai
Rp.200.000,00 - Rp.300.000,00.42
Untuk permintaan gitar lebih spesifik yang dipesan menurut keinginan
pembeli, akan ditulis terlebih dahulu baik itu model, ukuran, maupun ornamen
yang ingin dibuat pada gitar tersebut. Harga gitar tentunya berbeda tergantung
seberapa banyak bentuk-bentuk yang akan dibuat pada gitar tersebut. Pembeli
memberikan uang muka sesuai kesepakatan sebagai tanda jadi dan proses
pelunasannya setelah gitar sudah selesai dan siap untuk diambil, atau bisa juga
dikirimkan langsung kepada pembeli yang biasanya dari luar daerah kecamatan
Sipoholon.
4.4 Promosi Produk Gitar
Promosi merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi/membujuk atau mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada
produk yang ditawrkan perusahaan yang bersangkutan.43
Untuk mengenalkan
41 Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung 42
Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung. 43 Ratih hurriyati, Bauran Pemasaran & Loyalitas Konsumen.
98
gitar Bona Pasogit kepada konsumen salah satunya adalah dengan cara penjualan
perorangan (personal selling).44
Bapak Albert Hutagalung berinteraksi secara langsung saling bertemu muka
dengan calon pembeli. Beliau memberikan semua informasi yang dibutuhkan
calon pembeli dari pertanyaan yang diajukan mengenai produk gitar. Dengan
begitu beliau dapat langsung memperoleh tanggapan tentang keinginan dan
kesukaan pembeli.
Gitar Bona Pasogit dipasarkan secara lisan karena bapak Albert Hutagalung
tidak memiliki budget atau modal yang besar untuk melakukan promosi dalam
bentuk iklan di media massa. Beliau hanya mampu melakukan pemasaran secara
langsung. Ketika suatu produk mampu memberikan yang terbaik dan memuaskan
konsumen, maka mereka akan menjadi loyal dan menyebarkan berita bagus
tentang produk tersebut kepada masyarakat yang lainnya. Produk yang memiliki
kualitas yang baik tentunya akan dicari oleh banyak orang. Begitu juga dengan
gitar tersebut yang secara bergerilya dari mulut ke mulut informasi mengenai
produk gitar semakin banyak diketahui oleh masyarakat. Dengan begitu semakin
banyak masyarakat yang ingin melihat gitar tersebut dan tentunya juga tertarik
untuk membelinya.
Media massa juga ikut berperan dalam mengenalkan gitar Bona Pasogit. Ini
sekaligus menjadi sarana promosi gratis yang bisa memberikan informasi kepada
44 Untuk mengenalkan produk kepada konsumen tentunya dapat melakukan kegiatan promosi. Dalam melakukan kegiatan promosi ada hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah pemilihan bauran promosi (promotion mix) yang terdiri atas iklan (advertising), penjualan perorangan (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), informasi dari mulut ke mulut (word of mouth) dan surat pemberitahuan langsung (direct mail). Rambat Lupiyoadi dan A Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa.
99
khayalak luas dengan liputan dari media massa. Tentunya hal ini tidak sama
dengan promosi dengan menggunakan iklan, karena liputan yang ditampilkan
redaksi media massa sendiri yang ingin menggali informasinya. Gitar sudah
beberapa kali dimuat di media massa khususnya media cetak lokal dalam wilayah
yang meliput tentang gitar tersebut.45
Dengan ulasan editorial maka berdampak
juga bagi produk gitar Bona Pasogit karena masyarakat diberikan informasi sesuai
dengan topik liputan atau pembahasannya yang diantaranya mungkin tentang
keunggulan, pelayanan, bahkan prestasi dari gitar Bona Pasogit.
Untuk lebih mengenalkan produk gitar Bona Pasogit kepada masyarakat
luas, gitar ini juga sering mengikuti pameran pameran kesenian atau festival
kebudayaan baik bertaraf lokal, nasional maupun internasional. Di bawah
naungan dan bantuan pemerintah daerah gitar ini berpartisipasi dalam kegiatan
kegiatan tersebut. Salah satu acara yang rutin diikuti adalah Pekan Raya Sumatera
Utara (PRSU) yang diadakan setiap tahunnya. Untuk acara ini biasanya gitar yang
dibawa berjumlah dua atau tiga untuk dipamerkan dalam acara. Adapun gitar yang
dibawa adalah gitar yang dibuatkan khusus untuk mengikuti acara tersebut.46
Beberapa event yang juga pernah diikuti antara lain Lake Toba Ecotourism
Summit, pameran di acara Medan Fair, The Season of Indonesian Cultural
Heritage and Craft pada tahun 2007 di Jakarta, Jakarta Expo Tourism (Jakarta
Fair), mengikuti pameran kesenian di Bandung, mengikuti festival seni di
Dusseldoorf, Jerman yang dibawa langsung oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli
Utara.
45
Wawancara dengan bapak Albert Hutagalung. 46 Wawancara dengan bapak Albert Hutagalung.
100
4.5 Saluran Distribusi
Lokasi sangat menentukan kesediaan bahan dasar, kelangsungan usaha dan
sasaran konsumen sehingga produk dapat mencapai pasar yang dituju secara
efektif dan efisien. Penentuan tempat selayaknya memperhatikan beberapa elemen
penting seperti saluran pemasaran, cakupan pengelompokan pasar, lokasi
persediaan bahan dasar, dan transportasi yang baik. Penentuan tempat sangat
penting dalam pemasaran karena berjalannya usaha kedepannya juga ditentukan
oleh penempatan tempat yang sesuai dengan barang yang dihasilkan dalam
produksi sebuah usaha.
Untuk menyalurkan produknya agar produk yang dihasilkan dapat diperoleh
dengan mudah pada tempat dan waktu yang tepat dilakukan dengan dikirimkan
secara langsung ataupun pembeli bisa mengambilnya langsung ke lokasi gudang
pembuatan gitar.47
Adapun pembeli yang berada di luar daerah kecamatan
Sipoholon biasanya dikirimkan langsung ke lokasi yang dituju yang pada saat
pemesanan sudah menyertakan alamatnya.
Untuk melihat dan memesan gitar Bona Pasogit tersebut para pembeli
biasanya langsung datang ataupun bisa memesannya via telepon langsung kepada
bapak Albert Hutagalung. Lokasi pembuatan gitar berada di jalan Raya Balige
Km.3 Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara. Pembeli yang datang
terlebih dahulu melihat dan mencoba gitar yang sudah selesai dikerjakan dan
setelah itu baru memesan untuk dibuatkan. Untuk gitar spesifik yang dipesan akan
ditulis terlebih dahulu baik itu model, ukuran, maupun ornamen yang ingin dibuat
pada gitar tersebut. Pembeli memberikan uang muka sesuai kesepakatan sebagai
47 Gitar tidak dijual maupun dipasarkan pada toko toko alat musik.
101
tanda jadi dan proses pelunasannya setelah gitar sudah selesai dan siap untuk
diambil atau dikirimkan langsung.
Untuk membuat satu gitar memerlukan waktu 5 hari prosesnya dalam
keadaan siap diambil dan sudah dikemas. Gitar diambil kira-kira satu hingga dua
minggu tergantung daftar tungga (list) pesanan gitar lainnya. Artinya bila pesanan
yang dikerjakan masih sedikit maka gitar akan selesai lebih cepat dan juga
sebaliknya. Untuk gitar yang dikirim langsung dibebankan juga biaya transportasi
tergantung seberapa jauh lokasi pengiriman. Selain membuat gitar bapak Albert
Hutagalung juga membuka jasa reparasi berbagai jenis gitar yang bermasalah dan
sudah rusak.
Gbr 102 Daftar Pemesanan
(Dokumentasi Penulis)
Keterangan Gambar : Daftar pemesanan ditulis dengan keterangan tanggal
selesai/pengambilan nama pemesan, , lokasi pemesan, dan keterangan
permintaan gitar yang spesifik.
102
Gbr 103 Plakat Gitar Bona Pasogit
(Dokumentasi Penulis)
Keterangan Gambar : Plakat gitar dibuat di depan bengkel pembuatan dan
letaknya persis di pinggir jalan.
4.6 Pengelolaan Gitar
Usaha pembuatan Gitar Bona Pasogit dirintis pertama kali oleh Karal
Hutagalung. Usaha tersebut sudah diteruskan oleh anak-anak beliau yang
mewarisi dan menjalankan usaha ini hingga sampai saat ini. Usaha ini diwariskan
Alm. Karal Hutagalung kepada ketiga anaknya yaitu Bapak Albert Hutagalung,
Bapak Hotma Hutagalung, dan Bapak Ronny Hutagalung. Adapun kepemilikan
usaha ini dipegang oleh ketiganya meskipun sebenarnya bapak Albert Hutagalung
tidak lagi bersama menjalankan dan mengelola dengan kedua adiknya. Beliau
memutuskan mengelola usaha pembuatan gitar tersebut dengan sendiri sementara
kedua adiknya masih bersama-sama menjalankannya. Saat ini beliau dibantu oleh
dua orang pekerja dalam proses pembuatannya. Keduanya masih merupakan
saudara dekat bapak Albert Hutagalung. Istri beliau juga terkadang ikut
membantu untuk pekerjaan yang tidak terlalu sulit dalam proses pembuatannya.
103
Mereka sehari-hari melayani permintaan pesanan dari pembeli yang ingin
dibuatkan gitar.
4.7 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha
Faktor pendukung antara lain:
a) Tempat produksi, merupakan salah satu faktor pendukung yang dimiliki
oleh usaha pembuatan gitar ini. Tempat produksi juga berada dekat dengan
kediaman bapak Albert Hutagalung beserta keluarganya. Lokasi strategis yang
letaknya persis di pinggir jalan mudah diakses oleh masyarakat yang hendak
melihat hasil produksi gitar tersebut. Tempat juga berpengaruh karena dekat
dengan lokasi sejumlah bahan baku berupa kayu untuk pembuatan gitar ini.
b) Keunggulan produk, kualitas gitar yang dihasilkan berusaha dikerjakan
dengan maksimal untuk menjaga kepercayaan konsumen yang ingin
menggunakannnya.
c) Harga gitar yang masih terjangkau oleh kalangan masyarakat untuk sebuah
gitar yang diproduksi secara handmade.
Faktor penghambat antara lain:
a) Sebagai usaha kecil menengah, maka tidak heran jika promosi yang
digunakan dalam memasarkan produknya masih model pemasaran klasik.
Promosi yang digunakan belum cukup bisa untuk lebih mengenalkan kepada
kalangan masyarakat dalam cakupan yang lebih luas lagi.
b) Produk gitar lainnya yang juga semakin banyak di pasaran dan menjadi
beberapa alternatif pilihan untuk konsumen pemakai.
104
BAB V
PENUTUP
5.1 Rangkuman
Dalam ilmu organologi alat musik, gitar digolongkan ke dalam klasifikasi
golongan chordophone dan disebut sebagai long neck lute yaitu alat musik yang
mempunyai leher yang panjang. Termasuk salah satu jenis alat musik harmonis
yang artinya bisa digunakan untuk membentuk chord untuk mengiringi sebuah
lagu. Instrumen ini adalah salah satu instrumen yang paling populer dari zaman
dulu hingga bahkan sampai saat ini di berbagai belahan dunia. Hampir semua
kawasan pusat peradaban manusia, alat musik petik mirip gitar senantiasa ada.
Pembuatan instrumen dawai atau senar salah satunya termasuk gitar adalah
usaha yang sudah lama dilakukan. Luthier adalah istilah yang digunakan untuk
pembuat gitar. Awalnya istilah ini hanya dipakai untuk pembuat gitar klasik.
Namun kini digunakan pula untuk para pembuat gitar dari jenis apa pun, termasuk
alat-alat musik lain yang memakai dawai dan fret.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini gitar
banyak diproduksi dengan berbagai jenis, bentuk, merek dan harga oleh produsen
pembuatnya yang tentunya semakin menambah pilihan bagi konsumen yang
hendak memilikinya sesuai dengan jenis dan kualitas yang diinginkannya.
Gitar Bona Pasogit Sipoholon atau yang lebih sering disebut dengan gitar
Sipoholon adalah salah satu jenis gitar yang diproduksi di daerah Kecamatan
Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara dan merupakan produk
105
asli buatan daerah tersebut. Gitar ini mulai diproduksi sekitar tahun 1940-an oleh
Bpk.Karal Hutagalung dan sampai sekarang proses pembuatannya sudah
diturunkannya kepada generasi selanjutnya yang tak lain kepada anaknya sendiri.
Albert Hutagalung adalah anak dari Bapak Karal Hutagalung. Dia adalah
anak pertama dari Karal Hutagalung dan tentunya menjadi generasi pertama yang
menjadi penerus usaha pembuatan gitar sampai pada saat sekarang ini. Dari kecil
sampai beranjak dewasa Bapak Albert Hutagalung sudah terbiasa melihat bapak
nya yaitu Karal Hutagalung membuat gitar dan beberapa instrumen buatan beliau
lainnya diantaranya seperti poti marende, biola, hasapi, ataupun mandolin.
Sebelumnya dia hanya bekerja membantu mengerjakan bagian-bagian yang tidak
terlalu rumit di dalam proses pembuatan gitar tersebut. Pada akhirnya Karal
Hutagalung memberikan segala teknik teknik di dalam proses pembuatannya
kepada Bapak Albert Hutagalung. Lama kelamaan karena sudah terbiasa melihat
dan juga berkat didikan sang ayah beliau sudah bisa membuat dan
mengerjakannya sendiri.
Gitar ini menurut Bpk.Albert Hutagalung dari dulu hingga sampai saat ini
proses pembuatannya dilakukan secara manual, meskipun seiring perkembangan
waktu dan tentunya perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini sudah
menggunakan beberapa peralatan mesin untuk membantu meringankan dalam
proses pembuatannya agar lebih cepat dan efesien dalam waktu pengerjaannya.
Pembuatan dikerjakan dengan beberapa peralatan yang sangat sederhana dan
tentunya mungkin berbeda di dalam proses pembuatan dan juga bahan bahan yang
digunakan dengan beberapa jenis gitar lain yang sudah ada sebelumnya yang
diproduksi di dalam maupun luar negeri.
106
Kayu yang digunakan sebagai bahan baku antara lain adalah jenis kayu
lokal antara lain kayu antuang, jalutung, turi-turi (monis-monis), damar laut dan
pinus. Bahan bahan lain yang digunakan seperti lem, dempul kayu, cat, thinner.
Sedangkan beberapa peralatan yang digunakan antara lain mesin ketam, gergaji
listrik maupun manual, tuhil-tuhil, kikir, dan beberapa peralatan lainnya.
Gitar akustik, klasik, akustik elektrik, gitar berukuran besar maupun kecil
diproduksi setiap harinya. Setiap pembeli juga bisa memesan gitar menurut selera
yang diinginkan baik dari jenis, model, bentuk, ukuran, maupun ornamen yang
akan dibuat pada gitar tersebut. Harga gitar bervariasi mulai dari Rp.500.000,00-
1.500.000,00.
Untuk lebih mengenalkan produk gitar Bona Pasogit kepada masyarakat
luas, gitar ini juga sering mengikuti pameran pameran kesenian atau festival
kebudayaan baik bertaraf lokal, nasional maupun internasional yang tentunya juga
dibantu oleh pemerintah kabupaten Tapanuli Utara.
5.2 Kesimpulan
Tak bisa dipungkiri bahwa gitar adalah salah satu alat musik yang banyak
digemari oleh setiap orang dari berbagai kalangan. Ini menjadikan begitu banyak
gitar yang diproduksi untuk memudahkan masyarakat untuk mendapatkannya. Hal
ini menjadikan produsen berusaha membuat gitar yang bagus dan tentunya dengan
kualitas baik pula.
Produk gitar Bona Pasogit masih tetap bertahan sampai saat ini di tengah
makin banyaknya produk gitar lainnya yang menjadi beberapa alternatif pilihan
107
baik lokal maupun asing. Hal itu tidak menjadikan gitar ini kalah bersaing dan
terhindar dari kepunahan serta masih tetap diproduksi sampai sekarang.
Secara keseluruhan pembuatannya masih menggunakan peralatan yang
sangat sederhana dan tentunya dibarengi dengan keuletan tangan dalam
pembuatannya. Tak ada peralatan mesin canggih yang digunakan dalam proses
produksinya seperti kebanyakan pembuatan produk gitar lainnya baik lokal
maupun asing. Bahan baku kayu yang digunakan pun masih menggunakan jenis
kayu lokal yang berasal dari daerah sekitar Kabupaten Tapanuli Utara.
Pembuatan gitar terdiri dari beberapa tahapan yang secara garis besar
diantaranya adalah pembentukan bahan, merakit bagian leher, merakit bagian
badan, penggabungan bagian leher dan badan, dan proses finishing. Adapun
teknik/cara dalam pembuatannya masih menggunakan ilmu yang sudah turun
temurun dari bapak Karal Hutagalung, tak lain adalah ayah dari bapak Albert
Hutagalung yang kini telah meneruskan usaha pembuatan gitar tersebut. Beliau
masih menggunakan cara kerja yang telah diajarkan oleh ayahnya dahulu dan
menjadi pedoman dasar dalam proses pembuatannya.
Pemasaran gitar dikendalikan langsung oleh Bapak Albert Hutagalung.
Artinya pembeli yang hendak dibuatkan gitar bisa datang ke lokasi pembuatannya
atau juga dengan cara memesan dengan menghubungi beliau terlebih dahulu.
Gitar tidak ditemui seperti kebanyakan produk gitar lainnya di beberapa toko alat
musik karena memang tidak dipasarkan dan juga bapak Albert Hutagalung tidak
menjalin kerjasama dengan penyalur atau perantara untuk proses
pendistribusiannya.
108
5.3 Saran
Peran pemerintah setempat dalam hal ini pemerintah daerah Kabupaten
Tapanuli Utara sangat diperlukan untuk lebih memperhatikan usaha pembuatan
gitar ini baik itu dalam memberi bantuan dana berupa modal usaha untuk lebih
meningkatkan produksinya dan juga semakin intens diperkenalkan dan diikutkan
dalam acara pameran kebudayaan dalam maupun luar negeri.
112
DAFTAR INFORMAN
1) Nama : Albert Hutagalung
Umur : 68 tahun
Pekerjaan : Pembuat Gitar
Alamat : Jln. Raya Balige Km.3 Kecamatan Sipoholon Kabupaten
Tapanuli Utara
2) Nama : Ranto Hutagalung
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Pembuat Gitar
Alamat : Jln. Raya Balige Km.3 Kecamatan Sipoholon Kabupaten
Tapanuli Utara
3) Nama : B Simanjuntak
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Desa Hutabarat, Tarutung
4) Nama : E Hutauruk
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Camat
Alamat : Sipoholon, Tapanuli Utara
5) Nama : A Tobing S.Sn. M.Hum
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Dosen STAKPN
Alamat : Sipoholon, Tapanuli Utara
6) Nama : R. Br. Hutabarat
Umur : 65 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Raya Balige Km.3 Kecamatan Sipoholon Kabupaten
Tapanuli Utara
113
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka
Amani.
Assauri, Sofyan. 2002. Manajemen Pemasaran (dalam konsep dan strategi),
Jakarta: Rajawali Grafindo.
Banoe, Panoe. 1984. Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Jakarta: C.V. Baru.
Harahap,Irwansyah. 2004. Alat Musik Dawai. Medan: Lembaga Pendidikan Seni
Nusantara.
Hardjana, Suka. 2004. Musik : Antara Kritik dan Apresiasi. Jakarta : Kompas.
Hornbostel, Erich M. Von and Curt Sach. 1961. Classification of Musicaln
Instrumen, Translate from the original German by Antonie Banes and
Klaus P. Wachsman.
Hurriyati, Ratih. 2005. Bauran Pemasaran & Loyalitas Konsumen. Bandung:
Alfabeta.
Kristianto, Jubing. 2007. Gitarpedia : Buku Pintar Gitaris. Jakarta Gramedia
Pustaka Utama.
Kollmann, F. F. P., dan Cote, W. A., 1968, Principles of Wood Science and
Technology, Jilid 1, Solid Wood, Springer-Verlag, New York.
Kotler, Philip. 2003. Marketing Insight From A to Z. Jakarta : Erlangga.
Kotler, Philip dan A.B.Susanto. 1999. Manajemen Pemasaran di Indonesia :
Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta : Salemba
Empat.
Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Illinois: North-Western
University Press.
Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York : The
Free Press of Glencoe.
Pradoko, Susilo. 2005. Diktat Perkuliahan Etnomusikologi.
Siagian, Rizaldi dan Santosa. 1992. Etnomusikologi: Defenisi dan . Jawa Tengah :
Yayasan Masyarakat Musikologi Indonesia.
Sihombing, Simeon. 2010. Studi Organologi Poti Marende Sipoholon, Skripsi
Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN), Tarutung.
114
Sinaga, Saridin Tua. 2009. Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak
Arisden Purba di Desa Maniksaribu Kec.Pematang Sidamanik Kab.
Simalungun, Skripsi Sarjana Departemen Etnomusikologi Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Sitompul, Nikanor Permata Inari. 2009. Analisis Metode Pengajaran Gitar Klasik
di LPM FARABI KOTA MEDAN, Skripsi Sarjana Departemen
Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sipoholon Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara.
Tapanuli Utara Dalam Angka 2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli
Utara.
www. Gitaris. com
www. Acoustic Gitar. com
www. Hutagalung Cyber. com
www. Sound References. com