i
PROBLEMATIKA GURU PAI
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI
(STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 SALATIGA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.)
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh:
FITRI WIJAYANTI
NIM : 111 13 098
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
v
MOTTO
رك لظلم ع إن الش ﴾٣١﴿ظمم وإذ قال لقمان لبنه وهو يعظه يا بني ل تشرك بالل
Artinya : “Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia
memberikan pelajaran kepadanya : Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-
benar kezaliman yang besar”
(QS. Luqman ayat 13)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahan kepada:
1. Kedua orang tuaku, ayahanda tercinta Bapak Mugiran dan ibunda tercinta
Ibu Siti Mahmudah atas perjuangannya banting tulang, kalimah do’a dan
seluruh pengorbanannya telah mengukir segala asa, cinta dan harapan
membimbing dan mendidik dengan penuh kesabaran serta memberikan
segalanya baik moral maupun spiritual bagi kelancaran Studyku, semoga
Allah senantiasa meridhoinya.
2. Kepada bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku pembimbing dan sekaligus
sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini.
3. Kepada Muhammad Farid Kurniawan, yang sudah senantiasa selalu setia
di samping saya hampir 3 tahun ini dan selalu memberikan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada sahabat-sahabatkutercinta Pina, Bukur, Putri, Nur, Galuh,Anggun
F.S yang selalu ada memberikan semangat dan bantuan untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada sahabat-sahabatku PAI angkatan 2013.
6. Almamaterku IAIN Salatiga.
vii
KATA PENGANTAR
حمم س ب حمن الر م هللا الر
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiinatas segala karunia dari Allah SWT, tanpa
sadar sampai detik ini kita masih diberi denyut nafas kehidupan dalam menempuh
hidup memerankan diri sebagai khalifatullah dimuka bumi dan sebagai Abdullah
(hamba Allah). Teriring Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai tauladan dalam mengangkat derajat kaum Mustad’affin
sehingga karena tauladan beliaulah saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul : PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR PAI (STUDI KASUS SMP NEGERI 2 SALATIGA).
Karena kemampuan penulis yang masih terbatas, maka di dalam
penyusunan skripsi ini mungkin terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis
dengan rendah hati dan tangan terbuka akan menerima masukan, kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi.
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, saran,
pertimbangan dan kritik dari berbagai pihak, maka bersamaan dengan selesainya
penyusunan skripsi ini penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
viii
4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian,
kesabaran, dan keikhlasan.
5. Bapak Achmad Maimun, M.Ag., selaku dosen Pembimbing Akademik
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu, yang dengan keikhlasan memberikan ilmu dan pengetahuan
selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
7. Kepada Kepala SMP Negeri 2 Salatiga, yang telah mengizinkan saya untuk
melakukan penelitian.
8. Kepada Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 2 Salatiga yang sudah
meluangkan waktunya sehingga terselesainya skripsi ini.
Kepada mereka semua, penulis tidak dapat mendaptkan balasan apapun.
Hanya untaian atas terima kasih serta doa semoga Allah SWT membalas semua
amal baik yang telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis memohon petunjuk dan
hidayah. Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin.
Salatiga, 31 Mei 2017
Penulis,
FITRI WIJAYANTI
NIM. 111 13 098
ix
ABSTRAK
Wijayanti, Fitri, 2017. Problematika Guru PAI Dalam Proses Belajar Mengajar
PAI (Studi Kasus Di SMP Negeri 2 Salatiga). Skripsi Jurusan
Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Kata Kunci : Problematika Guru, Proses Belajar Mengajar, PAI.
Proses belajar mengajar merupakan proses perubahan pengetahuan dan
nilai yang di dalamnya terdapat hubungan antara pendidik dan peserta didik. Di
dalam hubungan tersebut pendidik dan peserta didik memiliki kedudukan dan
perasaan yang berbeda. Tetapi, keduanya memiliki daya yang sama, yaitu saling
mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pengetahuan,
nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan yang
diinginkan). Problematika sering terjadi manakala pembelajaran berlangsung,
tidak hanya dari guru tetapi juga faktor dari siswa.Dalam penelitian ini, akan
penulis fokuskan pada permasalahan : 1) Apa saja problematika Guru PAI di SMP
N 2 Salatiga? 2) Bagaimanakah upaya dalam mengatasi problematika Guru PAI di
SMP Negeri 2 Salatiga?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatifpendekatan fenomenologis.
yang berlokasi di SMP Negeri 2 Salatiga. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini: 1) Problematika yang dihadapi
Guru PAI dalam proses belajar mengajar di SMP N 2 Salatiga adalah: Terdapat
siswa yang belum bisa membaca tulisan Arab, faktor waktu, tidak adanya buku
penunjang (LKS), faktor media sosial, kurangnya prasarana. 2)Cara mengatasi
problematika pembelajaran tersebut dengan cara Solusi yang dilakukan guru
adalahmemberikan kegiatan ekstrakurikuler BTA,memberikan tugas-tugas khusus
untuk membaca tulisan Arab, mengoptimalkan waktu yang tersedia,
membebaskan siswa untuk mengkopi LKS yang sudah memdapat persejutuan dari
penerbit,menyita hp saat pembelajaran berlangsung, memanfaatkan masjid
sebagai prasarana pembelajaran.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... 00
LEMBAR LOGO ........................................................................................ 0
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
ABSTRAK .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
D. Kegunaan Penelitian ............................................................. 6
E. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................. 6
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 9
xi
BAB II LANDASAN TEORI
A. Guru ...................................................................................... 11
B. PAI ........................................................................................ 14
C. Problematika Guru PAI ........................................................ 20
D. Belajar Mengajar .................................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian .......................................... 38
B. Lokasi Penelitian .................................................................. 39
C. Sumber Data ......................................................................... 39
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 40
E. Analisis Data......................................................................... 42
F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................ 43
G. Tahap – Tahap Penelitian .................................................... 44
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data ......................................................................... 46
B. Analisis Data......................................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................... 67
B. Saran ..................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xii
DAFTAR TABEL
TABEL 4.1 DATA GURU ........................................................................ 54
TABEL 4.2 DATA SISWA ....................................................................... 54
TABEL 4.3 DATA RUANG KELAS ....................................................... 55
TABEL 4.4 DATA SARANA PRASARANA .......................................... 55
TABEL 4.5 KEGIATAN PEMBELAJARAN .......................................... 57
TABEL 4.6 KEGIATAN EKSTRAKULIKULER ................................... 59
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Denah SMP Negeri 02 Salatiga.
Gambar 2. SMP Negeri 02 Salatiga.
Gambar 3. Dokumentasi Wawancara
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3. Surat Pernyataan Telah Meneliti
Lampiran 4. Lembar Konsultasi
Lampiran 5. Laporan SKK
Lampiran 6. Hasil wawancara
Lampiran 7. Dokumentasi
Lampiran 8. Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan proses perubahan pengetahuan
dan nilai yang di dalamnya terdapat hubungan antara pendidik dan peserta
didik. Di dalam hubungan tersebut pendidik dan peserta didik memiliki
kedudukan dan persamaan yang berbeda. Tetapi, keduanya memiliki daya
yang sama, yaitu saling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan
(transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan yang
tertuju kepada tujuan yang diinginkan).
Pendidikan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan
pembentukan diri secara utuh. Maksudnya pengembangan segenap potensi
dalam rangka penentuan semua komitmen manusia sebagai individu,
sekaligus sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan (Suwarno, 2006:23).
Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang
dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam.
Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al-qur’an dan al-hadits (Maslikhah,
2004:199). Untuk kepentingan pendidikan, dengan melalui proses ijtihad para
ulama mengembangkan materi Pendidikan Agama Islam pada tingkat yang
lebih rinci. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya
mengantarkan peserta didik untuk menguasai berbagai ajaran Islam. Tetapi
yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran-
ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.
2
Pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup kompleks,
banyak faktor yang ikut mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut di
antaranyaadalah guru. Guru merupakankomponenpengajaran yang
memegangperananpentingdanutama, karenakeberhasilan proses
belajarmengajarsangatditentukanoleh faktor guru. Tugas guru
adalahmenyampaikanmateripelajarankepadasiswamelaluiinteraksikomunikasi
dalam proses belajarmengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru
dalammenyampaikanmaterisangattergantungpadakelancaraninteraksiantara
guru
dengansiswanya.Ketidaklancarankomunikasimembawaakibatterhadappesan
yang disampaikan guru (AsnawirdanUsman, 2002:1).
Guru merupakan pendidik yang mempunyai peran penting dalam
mendidik dan membentuk karakter peserta didik. Guru sering disebut sebagai
pemimpin masyarakat (Social Leader) dan pekerja sosial (Sosial Worker),
khususnya dalam masyarakat paguyuban. Dalam masyarakat pedesaan,
sebagai misal, guru sering didudukan pada status sebagai sumber
pengetahuan ketika media informasi masih amat terbatas. Guru sering
menduduki posisi sebagai tokoh yang diteladani oleh warga masyarakat, ia
menjadi satu-satunya sumber informasi dan sumber ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, guru dipandang sebagai sosok yang harus digugu dan ditiru.
Dalam masyarakat paguyuban seperti inilah terlahir pepatah dan petitih
bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari, karena apa yang
3
dilakukan seorang guru akan menjadi contoh bagi warga disekitarnya
(Suparlan, 2005: 21-22).
Guru pendidikan Islam memegang peranan yang cukup penting dalam
suatu sekolah atau lembaga pendidikan. Seorang guru Pendidikan Agama
Islam harus mampu menjadi teladan dalam pembentukan watak dan
kepribadian siswanya. Selain, dalam berinteraksi dengan masyarakat guru
juga dianggap sebagai orang yang serba bisa. Melalui Pendidikan Agama
Islam, guru mampu menanamkan nilai sosial yang hidup dan dipertahankan
dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengajaran agama berkaitan dengan proses pendidikan dalam lembaga
pendidikan formal dan nonformal, dengan jelas telah diatur di dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 12 ayat (1a) dengan jelas menyebutkan bahwa pengajaran agama (di
dalam Undang-undang tersebut disebutkan pendidikan agama) harus
diberikan disemua satuan pendidikan baik formal maupun nonformal.
Bahkan di dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah asing
harus memberikan pelajaran agama dari pengajar yang seagama dengan
pesertadidik. Pengajaran agama sebagai suatu bentuk dari kebudayaan
tentunya harus sejalan dengan pendidikan keagamaan dalam suatu
masyarakat. Kedua-duanya mengenal hegemoni nilai-nilai agama di dalam
kehidupan bersama. Apabila pelajaran agama ditekankan kepada bentuk-
bentuk yang normatif, prosedural, obyektif dalam pelaksanaan ajaran dan
4
nilai-nilai agama tertentu, maka pendidikan keagamaan sifatnya sangat
penting dan memiliki kedudukan yang tinggi.
Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran
yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama
Islam. Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al-qur’an dan al-hadits
(Maslikhah, 2004:199). Untuk kepentingan pendidikan, dengan melalui
proses ijtihad para ulama mengembangkan materi Pendidikan Agama Islam
pada tingkat yang lebih rinci. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak
hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai berbagai ajaran Islam.
Tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan
ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan agama Islam merupakan progam pengajaran pada lembaga
pendidikan serta usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap siswa
dalam memahami ,menghayati, serta mengamalkan ajaran Islam. Sehingga
siswa dapat menjadi manusia yang bertaqwa serta memiliki budi pekerti
luhur, sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam. Seperti yang dikatakan
(Djamarah, 2004:29) pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan
utama dalam pendidikan Islam.
Secara substansial tujuan pendidikan agama Islam adalah mengasuh,
membimbing, mendorong, mengusahakan, menumbuhkembangkan manusia
takwa. Takwa merupakan derajat yang menunjukkan kualitas manusia
bukan saja dihadapan sesama manusia, tetapi juga di hadapan Allah.
Ketakwaan merupakan “high concept” dalam arti memiliki banyak dimensi
5
dan merupakan suatu kondisi yang pencapaiannya membutuhkan upaya
yang keras melewati dan melampaui tahap demi tahap. Pencapaiannya
mempersyaratkan bukan saja dimilikinya sejumlah pengetahuan dan
pemahaman, tetapi juga penghayatan dan pengejawantahannya dalam
perilaku nyata.
Tentunya dalam proses belajar mengajar PAI sering ditemui banyak
problematika. Dari hal-hal itulah yang menginspirasi penulis untuk
mengadakan penelitian dengan judul “PROBLEMATIKA GURU PAI
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI (STUDI KASUS DI SMP
NEGERI 02 SALATIGA)”. Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan
ditemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses belajar
mengajar PAI sehingga muncul solusi pembelajaran yang efektif untuk
murid-murid.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan maka
rumusan masalah dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Apa sajakah problematika Guru PAI di SMP N 2 Salatiga?
2. Bagaimanakah upaya dalam mengatasi problematika Guru PAI di SMP
Negeri 2 Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui problematika Guru PAI di SMP N 2 Salatiga.
6
2. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi problematika Guru PAI di
SMP Negeri 2 Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Terdapat 2 manfaat yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu :
1. Manfaat teoritis
a. Dapat Mengetahui problematika yang dihadapi guru PAI dalam
proses belajar mengajar di SMP Negeri 02 Salatiga.
b. Dapat memecahkan problematika Guru PAI dalam belajar mengajar
di SMP Negeri 02 Salatiga.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru PAI, sebagai pembelajaran untuk lebih meningkatkan
proses belajar mengajar di dalam kelas setelah memecahkan
problematika yang dihadapi.
b. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi
peneliti lain di bidang terkait.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Fahrul Razi, 2013, tentang problematika pembelajaran guru PAI
dalam meningkatkan pemahaman siswa di MIN Kampung Durian
Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan metode diskriptif analitis menggunakan
perspektif fenomenologis. Hasil penelitian ini mendapatkan solusi dalam
mengatasi problematika guru PAI memberikan perhatian lebih kepada siswa
7
yang tidak serius dan malas dalam belajar. Serta meningkatkan pengajaran
terhadap siswa untuk lebih memahami ilmu pengetahuan agama Islam serta
memberi tugas-tugas tambahan kepada siswa agar siswa selalu giat dalam
belajar baik di sekolah maupun di rumah.
Bob Zeussa, 2016, tentang Problematika Proses Belajar Mengajar
Tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-nida Salatiga.
Penelitian merupakan penelitian lapangan (field research), dengan
pendekatan deskriptif menggunakan purposive sampling. Metode
pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi.
Analisis data bersifat deskriptif kualitatif dan menggunakan cara pentahapan
secara berurutan serta interaksionis. Hasil penelitian ini berupa problematika
pembelajaran Tahfidzul Qur’an dan solusinya di SD PTQ An-Nida, yaitu :
a) Faktor peserta didik : usia yang belum matang untuk dimasukkan ke
sekolah dasar, daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda,
faktor kemauan dari anak yang kurang, belum bisa baca tulis Al-Qur’an atau
kurang lancar dalam membaca Al-Qur’an, bahkan ada yang masih tahap
membaca buku Iqro’, sifat malas yang ada pada siswa, ketika dirumah
sering bergaul dengan anak-anak yang malas terutama malas dalam
menghafal Al-Qur’an. b) Faktor kurangnya jumlah tenaga pendidik, c)
Faktor Eksternal (orang tua dan lingkungan rumah). Solusi dari kendala dan
problem yang diberikan oleh penulis adalah: a) Faktor peserta didik: 1.
Melakukan seleksi penerimaan siswa baru, 2. Menambah tenaga pendidik
untuk memberikan bimbingan ke siswa yang membutuhkan, 3. Dirumah
8
orang tua juga harus memotivasi anak, 4. Guru membimbing bacaan siswa
sebelum menghafal dengan memperhatikan tajwid dan makhroj hurufnya
dan siswa hendaknya sering membaca Al Qur’an, 6. Guru dan orang tua
menumbuhkan cinta anak terhadap Al Qur’an dengan memberikan tauladan
yang baik, 7. Siswa dapat bergabung dengan kelompok penghafal Al Qur’an
supaya saling membantu dan memberi motivasi.
Anas Misbakhudin, tentang problematika pembelajaran aqidah akhlak
di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. Dari penelitian tersebut
ditemukan bahwa, dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di kelas
VIII-B MTs NU Nurul Huda Mangkang muncul beberapa problematika
meliputi, problematika yang berhubungan dengan guru, problematika yang
berhubungan dengan siswa dan problem yang berhubungan dengan sarana
prasarana. Dalam menghadapi problematika tersebut MTs NU Nurul Huda
Mangkang melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Dengan
menggunakan dan memodifikasi metode mengajar yang tepat dan
disesuaikan dengan gaya belajar (learning style) masing-masing siswa, cara
lain dilakukan dengan cara membentuk kelompok dalam belajar, bisa
kelompok belajar dan kelompok diskusi, melakukan koordinasi dan
menyamakan visi dalam pendidikan akhlak antara Madrasah, keluarga, dan
masyarakat sekitar, dan menjalin kekompakan diantara para guru dalam
memantau perilaku siswa yaitu dengan diadakannya rapat koordinasi
diantara para guru di bawah koordinasi kepala madrasah. Sedangkan
langkah-langkah yang berhubungan dengan problem dari siswa:
9
Memberikan sangsi berupa kredit point bagi siswa yang melanggarnya,
mensosialisasikan arti disiplin dan pentingnya mematuhi peraturan
madrasah baik di dalam kelas maupun di luar, serta mengarahkan untuk
menghindari lingkungan pergaulan yang kurang baik dan berusaha memilih
teman yang baik.
Berdasarkan kajian penelitian di atas, terdapat persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan, persamaannya
membahas tentang problematika Guru PAI, sedangkan perbedaannya
terdapat pada subjek penelitian yang di teliti merupakan guru PAI,
sedangkan objek dalam penelitian ini ditujukan pada guru PAI di SMP
Negeri 2 Salatiga.
F. Sitematika Penulisan
Skripsi ini peneliti susun dalam lima bab, yang secara sistematis dapat
dijabarkan sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN.
Merupakan bab pendahuluan. Bab ini berfungsi untuk
memberikan gambaran tentang penelitian yang akan
dilakukan yang meliputi Latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,kajian
penelitian terdahulu, serta sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN TEORI.
Merupakan landasan teori. Bab ini berfungsi untuk
membaca fenomena yang akan disajikan dalam bab empat,
10
memuat tentang problematika Guru PAI dalam proses
belajar mengajar.
BAB III: METODE PENELITIAN.
Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-
langkah penelitian secara operasional yang meliputi :
Pendekatan penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian,
sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV: PAPARAN DATA DAN ANALISIS.
Merupakan temuan penelitian, berfungsi (1)
mendiskripsikan gambaran lokasi penelitian, (2) hasil
temuan tentang problematika Guru PAI dalam belajar
mengajar di SMP Negeri 02 Salatiga meliputi gambaran
umum dan deskriptif data di SMP Negeri 02 Salatiga. Dan
juga memuat tentang pembahasan dari data yang telah di
dapat yang meliputi apa saja problematika Guru PAI dalam
belajar mengajar di SMP Negeri 02 Salatiga dan upaya apa
sajakah yang dilakukan Guru PAI dalam mengatasi
problematika di SMP Negeri 02 Salatiga.
BAB V: PENUTUP
Merupakan bab penutup. Bab ini berfungsi mempermudah
para pembaca dalam mengambil inti sari dari proposal ini
yang berisi kesimpulan dan saran.`
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Guru
Guru dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan “al mu’alim atau al
ustadz” yang bertugas memberikan ilmu pada majelis ta’lim (tempat memperoleh
ilmu). Dalam hal ini al mu’alim atau al ustadz juga mempunyai pengertian orang
yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia (Suparlan,
2005:12).
Dalam UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar. (Mulyasa, 2007:288). Zuraini mengatakan bahwa guru adalah orang
yang mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai
dengan ajaran Aama Islam dan bertanggungjawab kepada Allah. (Zuhairini, 2004:
54). Nurdin (2010:128) menguraikan bahwa guru adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh
potensinya, baik potensi efektif, potensi kognitif, maupun potensi potensi
psikomotorik. Dengan begitu pengertian guru agama Islam, adalah seorang
pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke arah
12
pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak,
sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Diantara peran guru seperti yang dikutip dari (Mulyasa 2001:37-64)
ialahsebagai berikut :
1. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi kokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus
memiliki standar kualitas yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri
dan disiplin.
2. Guru sebagai pengajar
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan
pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas yang pertama dan
utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan
memahami materi standar yang dipelajari.
3. Guru sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya
menyangkut fisik, tetapi juga menyangkut perjalanan mental,emosional,
kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
4. Guru sebagai pelatih
Protes pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan
baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak
sebagai pelatih.
5. Guru sebagai penasihat
Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik bahkan bagi orang
tua, meski mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasihat. Dan
dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasihati orang.
6. Guru sebagai inovator
Guru sebagai bagian dari komponen pendidikan dituntut untuk
menjembatani kesenjangan ini. Guru harus bertindak sebagai pembaharuan
yang dapat memperkecil perbedaan antara pelaksanaan pendidikan dan
kemajuan masyarakat. Untuk itu guru harus selalu belajar dan meningkatkan
pengetahuan serta keterampilannya agar dapat menciptakan hal-hal baru guna
peningkatan mutu pendidikan sehingga sejalan dengan perkembangan
masyarakat.
7. Guru sebagai model dan teladan.
Perilaku guru disekokah selalu menjadi figur dan menjadikan dalil
bagi para siswanya untuk meniru perilaku tersebut. Hal ini wajar karena
peserta didik dalam proses pembelajaran kadang melakukan modelling untuk
13
mengubah tingkah lakunya. Sebagai teladan bagi peserta didik dan orang-
orang di sekitarnya, mengharuskan guru melaksanakan kode etik keguruan
yang menjadi dasar berperilaku. Baik dalam interaksinya dengan kepala
sekolah, teman sejawat, bawahan, peserta didik, dan masyarakat pada
umumnya.
8. Guru sebagai pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru
harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Karena,
seorang guru merupakan salah satu panutan bagi masyarakat. Guru dituntut
untuk meningkatkan pengetahuannya, selalu mengontrol emosinya, berbaur
dengan masyarakat sekitarnya, serta selalu melaksanakan ajaran-ajaran
agamanya.
9. Guru sebagai peneliti.
Manusia adalah makhluk yang unik, satu sama lain berbeda. Manusia
yang satu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun,
mereka juga memiliki kelemahan yang tidak dimiliki yang lainnya. Demikian
pula dengan peserta didik, mereka memiliki keunikan yang beraneka ragam
dari waktu ke waktu. Karenanya guru tidak bisa memperlakukan mereka
dengan cara yang sama untuk semua peserta didik dan untuk zaman yang
berbeda. Hal ini menuntut guru mencari suatu sistem pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan zaman, tingkat perkembangan, serta kebutuhan
peserta didik tersebut.
10. Guru sebagai pendorong kreativitas.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik terkadang tidak memiliki
motivasi belajar, apalagi menciptakan hal-hal baru yang dapat meningkatkan
kompetensinya. Sebagai motivator , guru berkewajiban meningkatkan
dorongan peserta didik untuk kreatif dalam belajar. Motivasi merupakan salah
satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta
didik akan sungguh-sungguh belajar apabila memiliki motivasi yang tinggi.
11. Guru sebagai pembangkit pandangan.
Guru harus menanamkan pandangan yang positif terhadap martabat
manusia kedalam pribadi peserta didik. Sebagai seorang guru tentunya tidak
ingin peserta didik menjadi orang yang akan memperbudak orang lain,
melainkan menjadi orang yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia. Sehingga terjadi kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan
batin.
12. Guru sebagai pekerja rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan rutin yang amat
diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak
dilakukan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru
pada semua peranannya.(Zakiah Daradjat, 2001: 99).
Guru merupakan pemegang peranan sentral proses belajar mengajar,
dalam pelaksanaan proses pembelajaran di Sekolah guru dihadapkan pada siswa
14
yang memiliki berbagai macam karakteristik dan juga dihadapkan pada problem
pembelajaran yang terjadi. Seorang guru harus mau dan berusaha mencari
penyelesaian berbagai kesulitan itu. (Zakiah Daradjat, 2001: 99).
B. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Sisdiknas, 2009:3). Menurut
Muhaimin bahwa pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk
membantu seseorag atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan
hidup (bagaimana orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan
kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual
(petunjuk praktis), maupun mental dan sosial. (Muhaimin, 2001:37).
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa dalam rangka menanamkan,
membina, dan mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia utama
yang berakhlak mulia yang terwujud dalam berfikir, bertindak, bersikap dan
mempunyai keterampilan yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. (Nazarudin,
2007:12).Pendidikan Agama Islam adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan di
15
setiap lembaga pendidikan baik pendidikan dasar, menengah maupun perguruan
tingi baik negeri maupun swasta. Adapun tujuan diberikannya materi PAI adalah
untuk memperkuat iman, ketakwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa sesuai yang
dianut oleh peserta didik yang bertakwa.
Menurut Zakiah Daradjat (2011:86) pengertian Pendidikan Agama Islam
sebagai berikut :
1. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik, agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya
sebagai pendangan hidup.
2. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan
ajaran Islam.
3. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikannya, ia dapat memahami, menghayati
dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh serta menjadikannya sebagai suatu pandangan hidupnya, demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.
Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan “usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami
dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”
(Majid 2004 : 132).
16
Pendidikan agama Islam merupakan komponen yang tak terpisahkan dari
sistem pendidikan Islam yang jangkauan serta sasarannya lebih luas, namun
berfungsi sangat strategik untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam
berbagai disiplin ilmu yang dipelajari oleh subjek didik.
Pendidikan agama Islam sebagai sebuah progam pembelajaran yang
diarahkan untuk:
1. Menjaga akidah dan ketakwaan peserta didik,
2. Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu
agama,
3. Mendorong peserta didik untuk lebih kritis, kreatif, dan inovatif,
4. Menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat.
Dengan demikan bukan hanya mengerjakan pengetahuan secara teori
semata tetapi juga untuk dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari membangun etika sosial (Idi, 2010:59-60).
1. Peran guru Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya peranan guru Pendidikan Agama Islam dan guru umum
itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan
yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami
dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Akan tetapi peranan
guru Pendidikan Agama Islam selain berusaha memindahkan ilmu, juga harus
menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa
mengaitkan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan umum.
17
2. Syarat guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab
pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala
menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian
tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan
pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang
guru atau sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat guru.
Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk menjadi
guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya hendaknya bertakwa kepada Allah, berilmu sehat
jasmaniahnya, baik akhlaknya, bertanggung jawab dan berjiwa nasional.
a. Takwa
Guru, sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin
mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa
kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi muridnya sebagaimana
Rasulullah SAW menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru
mampu memberi teladan baik kepada murid-muridnya sejauh itu pulalah ia
diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus
bangsa yang baik dan mulia.
18
b. Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu
yang diperlukannya untuk suatu jabatan.
Gurupun harus mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan mengajar.
Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat meningkat,
sedang jumlah guru jauh daripada mencukupi, maka terpaksa menyimpang
untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam
keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin
baik mutu pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat
masyarakat.
c. Sehat jasmani
Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka
yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular
umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu,
Guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan
“Mens sana in corpore sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat
terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara
menyeluruh, akan tetapi bahwa kesehatan badan sangat mempengaruhi
semangat bekerja. Adalah jelas guru yang sakit-sakit kerapkali terpaksa
absen dan tentunya merugikan anak-anak.
19
d. Berkelakuan baik
Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak murid. Guru
harus menjadi suru teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di
antara tujuan pendidikan ialah membentuk akhalak baik pada anak dan ini
hanya mungkin jika guru itu berakhlak baik pula. Guru yang tidak berakhlak
baik tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik. Yang dimaksud
dengan akhlak baik dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai
dengan ajaran Islam.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa persyaratan menjadi seorang guru
memang tidak mudah. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi serta memiliki
tanggung jawab yang besar. Akan tetapi dibalik itu semua terdapat nilai-nilai
amalan yang akan menjadikan manfaat bagi seorang guru, baik manfaat
didunia maupun di akhirat.
3. Tugas dan tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya, tugas pendidik adalah mendidik dengan mengupayakan
pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik aspek kognitif, efektif
maupun psikomotoriknya. Potensi peserta didik ini harus dikembangkan secara
seimbang sampai ketingkat keilmuan tertinggi dan mengintegrasi dalam diri
peserta didik. Upaya pengembangan potensi peserta didik tersebut dilakukan
dengan penyucian jiwa dan mental, penguatan metode berfikir , penyelesaian
masalah kehidupan, mentransfer pengetahuan dan keterampilannya melalui
teknik mengajar, motivasi, memberi contoh, memuji, dan mentradisikan
20
keilmuan. Maka tugas pendidik dalam proses pembelajaran secara berurutan
adalah:
a. Menguasai mata pelajaran
b. Menggunakan metode pembelajaran agar peserta didik mudah menerima
dan memahami pelajaran
c. Melakukan evaluasi pendidikan yang dilakukan, dan
d. Menindak lanjuti hasil evaluasinya (Roqib,2009:50).
C. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam
Pada setiap kehidupan pasti selalu terdapat problematika, tidak terkecuali
dalam proses pendidikan agama Islam. Setiap kendala yang ada, pasti memiliki
solusinya masing-masing. Apabila bisa menemukan solusinya, maka akan
mempermudah pembelajaran dan dapat menghasilkan hasil yang lebih maksimal.
Beberapa kendala yang terdapat dalam proses pendidikan menurut Muhaimin
adalah keterbatasan sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan
keterbatan dana yang tersedia (Muhaimin, 2002:150).
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu
problematic yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan
masalah; permasalahan; situasi yang dapat didefinisikan sebagai suatu kesulitan
yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan (Sutan Rajasa, 2002: 499).
Dalam Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia “Problematika” mempunyai
arti “masih menimbulkan masalah, masih belum dapat dipecahkan permasalahan”.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan
21
problematika dalam penelitian ini adalah suatu masalah yang memerlukan
pemecahan masalah tersebut atau jalan keluar (KBBI, 2007:896).
Problematika adalah persoalan yang belum terungkap sampai diadakan
penyelidikan ilmiah dan metode yang tepat. Sehingga problematika itu
merupakan suatu masalah yang terjadi dan menuntut adanya perubahan dan
perbaikan, serta belum dapat dipecahkan. Problematika bermakna sesuatu yang
masih menimbulkan masalah; masih belum dapat terpecahkan; permasalahan.
Sedangkan masalah dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian antara apa yang
terlaksana.
Menurut Abdul Majid (2008:32) menjelaskan ada dua problem yang
dihadapi yaitu:
1. Problematika yang dihadapi guru yang bersumber dari murid/siswa adalah:
a. Tingkat kecerdasan rendah
b. Alat penglihatan dan pendengaran kurang baik
c. Kesehatan sering terganggu
d. Gangguan alat perseptual
e. Tidak menguasai cara-cara belajar dengan baik
2. Problematika yang dihadapi siswa yang bersumber dari lingkungan sekolah/
guru.
a. Kurikulum kurang sesuai
b. Guru kurang menguasai bahan pelajaran
c. Metode mengajar kurang sesuai
d. Alat-alat dan media pembelajaran kurang memadai
22
Secara umum problem yang dialami guru dalam pembelajaran dapat
dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal. (Iskandar Agung, 2010: 54).
1. Faktor Internal
Problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada
kompetensi profesional yang dimilikinya, diantaranya:
a. Penguasaan bahan/materi
Menguasai materi harus dimulai dengan merancang dan
menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran yang merupakan faktor penting
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari guru kepada anak
didiknya. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik,
rancangan dan penyiapan bahan ajar harus cermat, baik dan sistematis.
Seringkali sebelum pembelajaran dimulai guru belum menyiapkan
rencana pembelajaran.
b. Mencintai profesi keguruan
Guru merupakan profesi seorang pendidik yang notabennya
mendidik, membimbing dan mengasuh anak didik. Guru harus memiliki
perilaku dan kemampuan yang memadai dalam mengembangkan peserta
didik secara utuh. Namun masih banyak guru yang punya anggapan
bahwa mengajar hanyalah pekerjaan sambilan, padahal guru merupakan
faktor dominan dalam pendidikan formal.
c. Keterampilan mengajar
Guru harus memiliki beberapa komponen keterampilan mengajar
agar proses pembelajaran dapat tercapai, di antaranya; menguasai bahan,
23
mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, penggunaan media
atau sumber, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi layanan bimbingan dan
penyuluhan, mengenal menyelenggarakan administrasi sekolah,
memahami prinsip-prinsip, menafsirkan hasil penelitian pendidikan guru
untuk keperluan pengajaran. (Mulyasa, 2006: 4-5).
d. Menilai hasil belajar siswa
Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahui tingkat kemajuan
yang telah dicapai siswa saja, melainkan ingin mengetahui sejauh mana
tingkat pengetahuan siswa atau peserta didik yang telah dicapai.
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai instrument
penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan. (Syaiful
Bahri Djamarah, 2005: 20).
2. Faktor Eksternal
Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu
sendiri, diantaranya;
a. Karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar, fasilitas dan
sumber belajar yang tersedia.
b. Karakteristik sekolah, seperti disiplin sekolah, perpustakaan yang ada di
sekolah, memberikan perasaan yang nyaman, bersih, rapi dan teratur.
24
D. Belajar Mengajar
1. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010: 2) pengertian belajar secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam
seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai
berikut :
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.”
Menurut Tohirin (2005: 151) Belajar merupakan suatu proses
perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sedangkan prestasi belajar adalah sebagai hasil apa yang telah dicapai oleh
siswa setelah melakukan kegiatan belajar.
2. Teori-teori Belajar
Menurut Slameto (2010: 8-12) bahwa ada beberapa teori-teori belajar
sebagai berikut :
25
a. Teori belajar menurut konsepsi ahli-ahli Ilmu Jiwa Daya
Disebut juga Vermogons-psychologie atau The Faculty Psychology
dalam Slameto jiwa manusia mempunyai daya-daya, misalnya: daya
mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi dan sebagainya.
Daya-daya itu supaya menjadi tajam harus dilatih: daya berpikir
meningkat kalau dilatih untuk memecahkan soal, daya ingatan lebih tinggi
kalau digunakan untuk mengingat. Belajar hanyalah melatih daya-daya
tersebut. Akibat teori ini untuk mendapatkan pengetahuan dengan hafalan
saja seperti menghafal tahun, diberi soal-soal yang semuanya tidak bernilai
praktis.
b. Teori Tanggapan
Yang mengemukakan teori ini ialah Herbart, yang menentang teori
ilmu Jiwa Daya karena dianggap tidak ilmiah, sebab psikologi daya tak
dapat menerangkan kehidupan jiwa. Herbart menghendaki supaya
psikologi mampu menerangkan kehidupan jiwa, untuk itu ia
mengemukakan Teori Tanggapan, yaitu unsur jiwa yang paling sederhana
adalah tanggapan. Menurut Herbart orang pandai adalah orang yang
mempunyai banyak tanggapan yang tersimpan dalam otaknya. Jadi belajar
adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang dan
sejelas-jelasnya. Maka inti belajar ialah juga ulangan.
c. Teori Thorndike
S = Stimulus, R = Respons, Bond = dihubungkan. Percobaan
dilakukan pada anjing herder yang karena kebiasaan mengeluarkan air liur
26
kalau melihat lampu warna merah. Dalam hal ini sinar merah stimulusnya
– dan air liur adalah response nya. Mengajar menurut Thorndike dengan
mengadakan suatu perbuatan emosional menimbulkan response pada anak,
jadi perbuatan ini kalau sering diulang menjadi suatu proses yang
otomatis, belajar adalah dressure belaka.
d. Teori Medan dari Lewin
Seorang yang menghadapi masalah, kalau ingin memecahka, maka
orang akan meletakkan persoalan itu pada suatu medan context sehingga
dapat menghubungkan antara persoalan dengan contextnya sehingga
terpecahkan masalahnya.
e. Teori Behaviorisme
Teori ini dikemukakan oleh Waston. Menurut pendapatnya:
pengetahuan harus bersifat positif sehingga obyeknya harus dapat diamati,
yaitu berupa tingkah laku. Tingkah laku ialah reaksi organisme sebagai
keseluruhan terahadap perangsang dari luar. Belajar adalah melatih reaksi-
reaksi itu terhadap prangsang yang sudah tertentu. Dalam hal ini reaksi itu
harus dapat diamati dan diukur.
f. Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman.
Bahwa belajar menurut teori Gestalt ialah
27
1) Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran
yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah
dimengerti daripada bagian-bagiannya.
2) Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah
matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu
organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak
hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi jufa
perkembangan anak karena lingkungan dan pengalaman.
3) Siswa sebagai organisme keseluruhan
Siswa belajar tak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan
jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern guru di samping mengajar,
juga mendidik untuk membentuk pribadi siswa.
4) Terjadi transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting pengyesuaian pertama
ialah memperoleh response yang tepat. Mudah atau sukarnya problem
itu terutama adalah masalah pengamatan, bila dalam suatu kemampuan
telah dikuasai betul-betul maka dapat dipindahkan untuk
kemampuannya yang lain.
28
5) Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar di mana seorang
melihat pengertian tentang sangkut-paut dan hubungan-hubungan
tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
3. Prinsip-prinsip belajar
Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk
melakukan kegiatan belajar. Ada banyak sekali teori dan prinsip belajar yang
dikemukaan para ahli yang satu dengan yang lain. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai
sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam meningkatkan cara
mengajarnya. Perbuatan belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan reaksi
atau hasil kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru. Siswa akan
berhasil belajar jika guru mengajar secara efisien dan efektif. Itu sebabnya,
guru perlu mengenal prinsip-prinsip belajar agar para siswa belajar aktif dan
berhasil.Adapun prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:(Dimyati, 2002:68)
a. Pengalaman dasar
Pengalaman dasar berfungsi mempermudah siswa memperoleh
pengalaman baru. Siswa merasa sulit memahami suatu generalisasi jika ia
belum mempunyai suatu konsep sebagai pengalaman dasar. Pengalaman
dasar ini dapat diperoleh melalui kegiatan-kegiatan membaca, mendengar,
cerita, observasi, acara televisi dan radio, karyawisata, dan sebagainya.
29
b. Motivasi belajar
Siswa akan melakukan perbuatan belajar untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Jika memilih motivasi belajar,
dorongan motivasi ini berguna tidak hanya mendorong mereka belajar
secara aktif, tetapi juga berfungsi sebagai pemberi arah dan penggerak
dalam belajar. Motivasi belajar dapat tumbuh dari dalam diri sendiri, yang
disebut motivasi intrinsik. Motivasi belajar juga dapat timbul berkat
dorongan dari luar seperti pemberian angka, kerja kelompok, hadiah, atau
teguran yang disebut motivasi ekstrinsik. Kedua jenis motivasi ini berguna
bagi siswa untuk belajar secara aktif.
c. Penguatan (latihan dan ulangan) belajar.
Hasil belajar yang telah diperoleh oleh siswa perlu dimantapkan agar
tercipta penguasaan tuntas. Guru hendaknya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengulang dan melatih hal-hal yang telah dipelajari
oleh mereka. Caranya antara lain dengan resitasi dan aplikasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa
penyusunan dan pelaksanaan program belajar-mengajar hendaknya
memperhatikan beberapa prinsip belajar sehingga siswa belajar secara aktif.
4. Teori-teori Mengajar
a. Menurut Prof. Dr. DeQueliy dari buku (Slameto, 2010: 31)
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan
cara paling singkat dan tepat. Dalam hal ini pengertian waktu yang
singkat sangat penting. Guru kurang memperhatikan bahwa di antara
30
siswa ada perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayanan yang
berbeda-beda. Bila semua siswa dianggap sama kemampuan dan
kemajuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan pun akan sama pula.
Hal itu bertentangan dengan kenyataan.
b. Menurut Kilpatrik dari buku (Slameto, 2010: 32)
Menunjukkan definisi mengajar yang tegas, dengan dasar pemikiran
pada gambaran perjuangan hidup umat manusia. Definisi Kilpatrik
tersebut ialah dengan menggunakan metode “problem sloving” anak,
siswa dapat mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya. Disini
mengajar ialah bagaimana usaha guru menempatkan anak/siswa untuk
menghadapi kesulitan dan berusaha memecahkannya atau mencari jalan
keluar.
c. Menurut Alvin W. Howard dari buku (Slameto, 2010:33)
Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong,
membimbing seseorang untuk mendapatkan, merubah atau
mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations
(penghargaan) dan knowlegde. Dalam pengertian ini guru harus berusaha
membawa perubahan tingkah laku yang baik atau berkecenderungan
langsung untuk merubah tingkah laku siswanya.
d. Menurut A. Morrison D.Mc Intyre dari buku (Slameto, 2010: 34)
Mengajar adalah aktivitas personal yang unik. Dalam mengajar dapat
membuat kesimpulan-kesimpulan umum yang tidak berguna,
keberhasilan dan kejatuhannya samar-samar, dan sukar diketahui juga
31
kelangsungannya teknik belajar yang tidak tepat untuk dijelaskan.
Kemungkinan lain yang dapat diamati ialah memberikan model teori dan
teknik assesmen yang sesuai, dan banyak aspek mengajar yang dilukiskan
dengan cara yang di bimbing oleh hal-hal yang praktis, pribadi guru
banyak berbicara.
e. Menurut John R. Pancella dari buku (Slameto, 2010: 34)
Mengajar adalah sebagai berikut : Mengajar dapat dilukiskan
sebagai membuat keputusan (decision malking) dalam interaksi, dan hasil
dari keputusan guru adalah jawaban siswa atau sekelompok siswa, kepada
siapa guru berinteraksi.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran
Faktor pengajaran dalam proses kegiatan belajar-mengajar memang
sangat berpengaruh sekali terhadap motivasi pembelajaran, meski memang ada
juga siswa yang mandir, yang tidak berpengaruh terhadap faktor pengajar
karena dia mau belajar sendiri. Akan tetapi menurut Slameto (2010: 56-72)
dalam sebuah pembelajaran, secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi :
a. Faktor Internal yaitu faktor intern terdiri dari :
1) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh/Fisiologis)
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. (Baharuddin, 2010: 19). Kondisi fisik
peserta didik dalam hal ini kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun
rohani mempunyai peran yang sangat penting bagi proses pembelajaran.
Kondisi fisik seseorang yang terganggu kesehatannya akan
32
mengakibatkan orang tersebut tidak dapat belajar secara maksimal.
Misalnya, Pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah akan
menghambat penyerapan informasi yang bersifat gambar dan citra.
Akibatnya, proses pengaksesan informasi yang dilakukan oleh sistem
memori siswa tersebut tidak dapat berjalan lancar. Berbeda dengan siswa
yang pendengaran dan penglihatan sehat, ia akan mudah menyerap
informasi yang bersifat gambar dan citra.
Rasulullah mengajak umatnya untuk selalu menjaga kesehatan,
sebagaimana dalam hadits:
خمر عن أبى هريرة قال: قال رسول هللا صلى هللا علمه وسلم ))المؤمن القوي
عمف وفى كل خمر احرص على ماينفعك واستعن وأحب إلى هللا من المؤمن الض
باهلل. ولتعجز. وإن أصابك شمئ فل تقل: لو أن ى فعلت كان كذا وكذا. ولكن قل:
)روه مسلم(.ء فعل. فإن لوتفتح عمل الشمطان((قدر هللا. وماشا
Artinya: “Dari abi Hurairah ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
Seorang mu'min yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah
daripada seorang mu'min yang lemah dalam hal kebaikan.
Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah
pertolongan Allah dan jangan lemah semangat (patah hati).
Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata: andai kata
tadinya aku melakukaan itu tentu berakibat begini dan begitu.
Tetapi katakalah: ini takdir Allah dan apa yang dikehendakinya
pasti dikerjakannya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya ucapan
“andai kata” dan “jikalau” itu membuka peluang bagi
setan”.(H.R. Muslim). ( Abi al Khusain, Libanon: 2052).
Maksud kuat dalam hadits di atas adalah keteguhan hati dan jiwa
untuk melakukan amalan ukhrawi, sehingga orang yang memiliki
keteguhan seperti ini akan menjadi sosok terdepan dalam berjihad,
33
tercepat saat berangkat untuk menghadapi musuh dan mengejarnya. Ia
juga akan menjadi orang yang kuat pendiriannya dalam melakukan amar
ma’ruf nahi munkar, sabar dalam menghadapi gangguan pada semua itu,
dan mampu menanggung beban berat di jalan Allah. Lebih dari itu, ia
akan menjadi sosok yang menyenangi, bersemangat dan memelihara
shalat, puasa, dzikir dan berbagai ibadah lainnya. (Imam An-
Nawawi,2011: 160-161).
2) Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, kematangan dan
kesiapan)
a) Inteligensi
Slameto dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya mendefinisikan intelegensi sebagaimana yang
dirumuskan oleh J.P Chaplin adalah:
(1) The ability to meet and adapt to novel situasions quikly and
effectively
(2) The ability to utilize abstract concepts effectively
(3) The ability to grasp relationships and to learn quickly.
Jadi inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.
Muhibbin Syah mengartikan intelegensi sebagai kemampuan
psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Inteligensi sebenarnya
34
bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ
tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak
dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol
daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan
“menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. (Muhibbin
Syah, 2009: 131).
Jadi, inteligensi merupakan suatu faktor yang paling penting
dalam proses belajar siswa. Jika siswa mempunyai kecerdasan yang
tinggi, maka akan dapat dengan mudah menerima dan memahami
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga peluang untuk
meraih kesuksesan dalam belajar menjadi tinggi. Sebaliknya siswa
yang inteligensinya rendah maka peluang untuk meraih kesuksesan
dalam belajar sangat kecil.
b) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh
fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang
sesuatu, baik yang di dalam maupun yang di luar individu. Perhatian
merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya
dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.
(Slameto, 2010:105).
c) Minat
Minat yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal/aktifitas tanpa ada yang menyuruh. (Noer rohmah, 2012:
35
196). Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap
mata pelajaran matematika akan banyak memusatkan perhatiannya
pada mata pelajaran matematika daripada mata pelajaran lainnya.
d) Bakat
Bakat atau atitude menurut Hilgard adalah “the capacity to
learn”. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar.
Menurut Syatha Al-Dimyathi yang dikutip oleh Mahmud dalam
bukunya yang berjudul psikologi pendidikan,
Setiap orang memiliki bakat (maziyyah) masing-masing yang
tidak dimiliki oleh orang lain. Manusia berpotensi untuk mencapai
prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-
masing. (Mahmud, 2010: 97).
Jadi bakat merupakan kemampuan seseorang yang tidak
dimiliki oleh orang lain. Misalnya seseorang yang mempunyai bakat
mengetik, maka ia dapat mengetik dengan lancar dan cepat
dibandingkan dengan orang yang kurang atau tidak mempunyai bakat
mengetik.
36
Al Qur’an menyebut bakat dengan istilah Syakilah terdapat
dalam Q.S Al Isra’ ayat 84:
﴾٤٨قل كل يعمل على شاكلته فرب كم أعلم بمن هو أهدى سبمل ﴿
Artinya: “Katakanlah: Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa
yang lebih benar jalanNya.” (Q.S Al Isra’/17:84)
(Departemen Agama RI, 2006:290).
e) Kematangan dan kesiapan
Kematangan adalah tingkat perkembangan pada individu atau
organ-organnya sehingga berfungsi sebagaimana mestinya. Proses
pembentukannya melewati setiap fase perkembangan, yang didukung
oleh faktor eksternal maupun faktor internal individu.
b. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari:
1) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, dan latar belakang kebudayaan). Faktor keluarga (orang tua) sangat
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Tinggi
rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup
atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, akrab atau tidaknya
hubungan orang tua dengan anak-anaknya, semua itu turut
mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.Orang tua yang kurang
memperhatikan pendidikan anaknya, menyebabkan anak tidak/kurang
berhasil dalam belajarnya.
37
2) Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standart belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar
dan tugas rumah. Keadaan sekolah tempat belajar turut memengaruhi
tingkat keberhasilan mengajar. Kualitas guru, metode mengajarnya,
kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau
perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas,
pelaksanaan tata tertib sekolah, semua ini turut memengaruhi
keberhasilan belajar anak. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan
tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah
para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di
sekolah maupun di rumah
3) Faktor masyarakat (Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Lingkungan
masyarakat yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan
ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat
belajar yang kebetulan belum dimilikinya.Selain itu, kadang juga
menimbulkan sifat malas belajar dalam diri siswa ketika ia berada di
lingkungan yang kumuh. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan
masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama
anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini
akan mendorong anak lebih giat belajar.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati problem dan mencari jawaban dengan ungkapan lain
metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.
Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris: research yang berarti
usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu
metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap
permasalahan sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab
problemnya.
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan
kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud
yang menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada.Dalam penelitian kualitatif metode
yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara,pengamatan dan pemanfaatan
dokumen.Dalam penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah,metode
alamiah dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah
(moloeng, 2015:5). Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berdasarkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang atau perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dalam pengumpulan
datanya secara fundamental sangat tergantung pada proses pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti itu sendiri.
39
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat peneliti melakukan penelitian
problematika Guru PAI dalam belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti
melakukan penelitian di SMP Negeri 02 Salatiga, yang terletak di Jl.Kartini
No.26 Salatiga, Jawa Tengah.
C. Sumber Data
Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui
1. Data Primer
Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata
yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan
oleh subyek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Sumber data
langsung yang peneliti dapatkan berasal dari Guru PAI SMP Negeri 02
Salatiga.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah kata yang diperoleh dari dokumen-
dokumen grafis (tabel,catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-
foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat memperkaya data
primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti menggunakan data sekunder ini
memperkuat dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
wawancara. Adapun sumber data sekunder yang digunakan adalah foto
keadaan di kelas dan data data lain di tempat penelitian.
40
D. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a. Metode Wawancara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata wawancaradimaknai
sebagai tanya jawab peneliti dengan nara sumber (2007:1270).
Menurut Mulyana (2008:180) Wawancara adalah bentuk komunikasi
antara dua orang ,melibatkan seseorang yang ingin memperoleh
informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
Sedangkan Supranto menguraikan (2003:85) bahwa wawancara
adalah tanya jawab antara petugas dengan responden yang berupa
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara
terbuka dan terstruktur karena informan atau narasumber mengetahui
bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu pula tujuan dari
wawancara. Wawancara akan dilakukan kepada narasumber yaitu
diantaranya adalah guru PAI, dan waka kesiswaan. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait problematika guru
PAI, pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan sejauh
41
mana siswa dalam memahami Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 02 Salatiga.
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara
terbuka dan berstruktur karena informan atau narasumber mengetahui
bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu pula tujuan dari
wawancara. Selain itu pada saat wawancara, peneliti sudah
menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun
secara sistematis. Adapun sumber data yang akan penulis jadikan
sebagai sumber wawancara adalah :
1. Guru Agama SMP Negeri 02 Salatiga.
2. Kesiswaan SMP Negeri 02 Salatiga.
b. Metode Observasi
Metode Observasi yaitu dengan pengamatan dan pencatatan suatu
objek dengan sistematika fenomena yang akan diselidiki
(Sukandarrumidi, 2004:67). Dan menurut Sutrisno Hadi dalam
bukunya Sugiyono (2011:144) mengemukakan bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari berbagai proses biologis dan psikologis. Jadi metode observasi
yang dimaksud adalah suatu proses pengamatan secara langsung
dengan panca indera sendiri. Metode ini peneliti gunakan untuk
memperoleh data-data yang berkaitan dengan :
1. Letak dan keadaan geografis.
2. Keadaan lingkungan belajar mengajar.
42
3. Proses belajar mengajar bidang studi PAI.
c. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi sekarang ini lebih banyak dipakai sebagai
alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam
berbagai keperluan. Ada dua kategori foto atau dokumentasi yang
dapat di manfaatkan dalam penelitian kualitatif yaitu foto yang
dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri
(Moleong, 2015:160).
Dalam hal ini peneliti akan mengambil sumber dokumentasi
meliputi :
1. Foto dengan Guru PAI SMP Negeri 02 Salatiga.
2. Foto dengan Waka kesiswaan SMP Negeri 02 Salatiga.
3. Foto gedung bangunan SMP Negeri 02 Salatiga.
E. Analisis Data.
Analisis data dapat diartikan sebagai proses yang
menghubungkan, memisahkan-memisahkan dan mengelompokkan
data yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar. Analisis
data yang digunakan adalah analisis deskriptif analitik, analisis yang
diwujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk
laporan dan uraian deskriptif.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data pada
penelitian kualitatif deskriptif menurut milles dan Huberman antara
lain :
43
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksikan, dan mengubah data kasar ke
dalam catatan lapangan.
b. Data Display (Penyajian Data)
Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu
organisasi-organisasi yang memudahkan untuk pembuatan
kesimpulan dan atau penyimpulan data.
c. Conclusion Drawing/Verification (Penyimpulan data)
Verifikasi data merupakan penjelasan tentang mujahadah
keliling dan ukhuwah Islamiyah. Mujahadah keliling memiliki peran
dalam peningkatan ukhuwah Islamiyah karena dengan adanya
mujahadah keliling jamaah akan merasakan kebersamaan dan
tumbuh rasa solidaritas antar sesama serta ukhuwah akan tertanam
pada jamaah yang mengikutinya (Sugiyono, 2008:246-252).
F. Pengecekan keabsahan data.
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada tiga
kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),
kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik
sendiri-sendiri. Pada kriteria credibility menggunakan beberapa teknik
pemeriksaan yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
44
pengamatan,dan triangulasi. Sedangkan kriteria kebergantungan dan
kepastian menggunakan teknik auditing.
G. Tahap-tahap Penelitian.
Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu : tahap
sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data,
dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut :
a. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada
subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan pola pendidikan agama Islam dalam keluarga nelayan. Data
ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
c. Tahap Analisa Data
Menurut Miles dan hubermen yang dikutip Sugiyono
(2007:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1) Mereduksi atau merangkum data, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya serta membuang yang tidak perlu.
2) Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, dan sejenisnya secara naratif.
45
3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum
pernah ada.
d. Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian
makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian
dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-
saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti
hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.
46
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
Hasil penelitian yang peneliti lakukan di lokasi obyek penelitian, yaitu
SMP Negeri 2 Salatiga tentang problematika guru PAI dalam proses belajar
mengajar di SMP Negeri 2 Salatiga.
1. Sejarah Sekolah
SMP Negeri 2 Salatiga merupakan salah satu sekolah yang telah
berlangsung cukup lama. Dibangun pada tahun 1917, SMP Negeri 2 Salatiga
mulai beroperasi mulai tanggal 25 Mei 1960. Dengan luas tanah 25.200 m2
serta masih banyaknya pepohonan yang rindang, menjadikan SMP Negeri 2
Salatiga tampak begitu asri.
SMP Negeri 02 Salatiga, terletak di Jl.Kartini No.26 Salatiga, Jawa
Tengah. Status tanah dan bangunan SMP Negeri 2 Salatiga ini merupakan
milik pemerintah.
2. Letak Geografis
Pada saat ini SMP Negeri 2 Salatiga merupakan salah satu sekolah
Adiwiyata Nasional yang menjadi idola bagi masyarakat Salatiga karena
memiliki lokasi yang strategis, lahan yang cukup luas dan berbagai fasilitas
seperti lapangan olahraga ( Ruang Terbuka Hijau yang luas, lapangan sepak
bola, Basket, Tenis lapangan serta arena bermain yang luas), ruang kelas
peninggalan jaman Belanda yang merupakan aset budaya yang tak ternilai
harganya. Prestasi akademis dan non akademis yang cukup membanggakan,
47
baik di tingkat Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional. Hasil
Ujian Nasional juga cukup membanggakan, sebagaimana yang telah dicapai
pada tahun pelajaran 2015/2016 mampu meluluskan 100 %.
SMP Negeri 2 Salatiga optimis masa yang akan datang akan lebih
cerah dan mampu bersaing dibidang prestasi. Untuk itu semua kekurangan
akan diupayakan dipenuhi sedikit demi sedikit baik sarana prasarana,
kesejahteraan, kerja sama lingkungan dan promosi akademik / pendidikan.
Hal tersebut sebagai upaya agar SMP Negeri 2 Salatiga menjadi salah satu
sekolah yang dapat memberikan pelayanan masyarakat yang sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan( SNP ).
Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Salatiga terletak di kawasan
strategis di kota Salatiga. Dengan lokasi yang berdampingan dengan SD
Negeri Salatiga 06), SMP Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, TK
Darma Wanita dan SD Negeri Salatiga 05, sangatlah tepat jika dikatakan
SMP Negeri 2 Salatiga terletak di kawasan pendidikan kota Salatiga. Bahkan
di jalan Kartini juga terdapat salah satu sekolah jenjang pendidikan tinggi,
yakni Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing (STIBA) Satya Wacana.
Terletak di kecamatan Sidorejo yang juga berada di tengah kota,
lokasi sekolah yang memiliki luas bangunan lebih dari 9.000 m2 ini sangat
mudah dijangkau. Sarana transportasi yang memadai membuat SMP Negeri 2
Salatiga begitu mudah diketemukan. Terlebih dengan status sebagai salah
satu sekolah favorit di kota Salatiga, menjadikan SMP Negeri 2 Salatiga
begitu dikenal oleh masyarakat.
48
Dalam urusan kedinasan pun SMP Negeri 2 Salatiga cukup
diuntungkan. Jarak sekolah dengan kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga Kota Salatiga yang hanya berjarak kurang lebih 800 meter,
membuat urusan kedinasan bertambah lancar. Bahkan jarak yang cukup dekat
dengan berbagai kantor urusan yang terkait seperti Badan Kepegawaian
Daerah, Kantor Walikota dan Wakil Walikota Salatiga, serta gedung DPRD
kota Salatiga, membuat SMP Negeri 2 Salatiga mendapatkan keuntungan
tambahan.
Lebih lanjut lagi, letak SMP Negeri 2 Salatiga yang berada di kaki
Gunung Merbabu menjadikan sekolah ini menjadi salah satu sekolah yang
masih diselimuti udara yang sejuk baik pagi maupun di siang hari.
Implikasinya, kondisi yang ideal ini sangat mendukung dalam terciptanya
proses pembelajaran yang kondusif. Bahkan dengan bangunan tuanya yang
masih tampak kokoh menjadikan sirkulasi udara di dalam kelas juga baik
serta mendukung dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan segi kondisi sosial ekonomi peserta didik, SMP Negeri 2
Salatiga memiliki keragaman siswa dari semua strata sosial. Mulai dari yang
berasal dari keluarga mampu maupun kalangan pejabat sampai dengan yang
berasal dari keluarga tidak mampu, merupakan kekuatan tersendiri dari SMP
Negeri 2 Salatiga. Hal yang paling mendasari adalah kemampuan
berkompetisi dari masing-masing siswa tanpa melihat strata sosialnya.
Dengan dukungan beasiswa baik yang berasal dari pemerintah maupun
49
sumber-sumber yang lain, memberikan dukungan yang positif bagi
keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Salatiga.
Sementara itu, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi
informatika saat ini berpengaruh pula terhadap perkembangan dunia
pendidikan. Secara langsung atau tidak langsung perkembangan teknologi
informatika harus diadopsi dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, guna
meningkatkan daya serap dalam proses pembelajaran, SMP Negeri 2 Salatiga
perlu menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Dengan diterapkannya
Pembelajaran berbasis multi media (ICT) diharapkan siswa lebih memahami
materi yang diajarkan karena dengan menggunakan media tersebut materi
yang disampaikan oleh guru bersifat nyata sesuai dengan kondisi yang
semestinya. Dengan demikian pembelajaran lebih kontektual dan mudah
dipahami sehingga siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.
Muaranya adalah tercapainya kompetensi siswa dalam meningkatkan prestasi
belajar di Sekolah yang berujung pada peningkatan prestasi secara nasional.
3. Profil Sekolah
a. Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Salatiga
Alamat : Jl. Kartini No. 26 Salatiga
Kecamatan : Sidorejo
Kab./Kota : Salatiga
No. Telp. : ( 0298 ) 326864
b. NSS : 201036204002
c. Jenjang Akreditasi : ANilai = 97,25
50
d. Tahun Didirikan : 1917
e. Tahun Beroperasi : 1960
f. Kepemilikan Tanah/Bangunan : MilikPemerintah
Status Tanah : Hak Pakai
Luas Tanah : 25.200 m2
g. Status Bangunan : Milik Pemerintah
h. Luas Seluruh Bangunan : 8.827 m2
i. Nomor Rekening Sekolah : 0081-01-018364-50-7Bank BRI
Cabang Salatiga.
4. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi Sekolah
Slogan:
“PRIMA BERKARAKTER”
(Pinter, Rigen, Imani, Mandiri, Akhlak Mulia, Bersih,
Komunikatif,Aman, Rindang, Aktif, Kreatif, dan Tertib)
Visi:
“Terciptanya generasi prima yang berpegang pada iman dan takwa,
unggul dalam prestasi, berpijak pada karakter bangsa dan nasionalisme,
serta bersikap komunikatif, kreatif, santun, berbudaya, dan berwawasan
lingkungan. ”
51
Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah dengan
indikator:
1) Terwujudnya siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa
2) Terwujudnya siswa yang cerdas dan berprestasi.
3) Terwujudnya siswa yanag berkarakter dan menjujung prinsip-
prinsip nasionalisme.
4) Terwujudnya siswa yang aktif, komunikatif, dan kreatif.
5) Terwujudnya siswa yang santun dan berbudaya.
6) Terwujudnya siswa yang berwawasan lingkungan.
b. Misi Sekolah
1) Membentuk siswa yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang
Maha Esa.
2) Membentuk siswa yang cerdas dan berprestasi.
3) Mewujudkan siswa yang berkarakter dan menjunjung prinsip-prinsip
nasionalisme.
4) Melatih siswa untuk menjadi aktif, komunkatif, dan kreatif.
5) Membentuk siswa yang santun berbudaya.
6) Membentuk siswa yang berwawasan lingkungan.
5. Tujuan Sekolah dalam 5 Tahun Mendatang
Tujuan yang ingin dicapai selama 5 ( lima ) tahun mendatang
adalah sebagai berikut :
52
a. Meningkatnya nilai Ujian Nasional ( UN ) mencapai 8,50.
b. Nilai terendah ketuntasan belajar siswa = 75 (tujuh puluh lima).
c. Memiliki kelas Multi Media dalam rangka pembelajaran CTL.
d. Menjadi juara I lomba siswa berprestasi tingkat kota maupun Propinsi
Jawa Tengah.
e. Menjadi juara lomba LCC tingkat Propinsi.
f. Menjadi juara I lomba Karya Ilmiah Remaja ( KIR ) / Sinopsis tingkat
propinsi.
g. Tim MTQ menjadi juara I tingkat propinsi.
h. Tim olahraga menjadi juara tingkat propinsi.
i. Tim seni masuk 2 besar di tingkat propinsi.
j. Regu PMR dan Pramuka menjadi juara I tingkat kota.
k. 95 % siswa melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut.
l. 100 % siswa memiliki akhlak dan perilaku yang terpuji, misalnya :
1) Kebiasaan jajan di kantin sekolah.
2) Menempatkan dan atau membetulkan kembali segala sesuatuyang
dilihat tidak pada tempatnya.
3) Menggunakan sapaan dan ungkapan-ungkapan agamis dalam
percakapan sehari- sehari hari.
m. Siswa dapat menjadi penyelenggara dalam kegiatan sekolah, misalnya
sholat Jum’at, beston, Wasana Warsa, lomba antar kelas dll.
n. Alumni siswa SMP Negeri 2 Salatiga dikenal / dititeni karena budi
pekerti dan kesantunannya.
53
o. 100 % pemerintah dan masyarakat percaya akan bentuk-bentuk
pelayanan sekolah.
p. Memiliki beberapa ruang laboratorium yang representatif dan
pemanfaatannya optimal.
q. Memiliki laboratorium bahasa yang representatif dengan
pemanfaatannya secara optimal.
r. Memiliki laboratorium IPA ( Fisika dan Biologi ) yang representatif dan
pemanfaatannya optimal.
s. Memiliki laboratorium IPS, Matematika dan ruang keterampilan yang
representatif dan pemanfaatannya optimal.
t. Memiliki ruang kantor Tata Usaha yang rapi, sejuk, lengkap dan tertata
sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal.
u. Memiliki ruang arsip abadi yang tertata, terawat dan lengkap dengan
dokumen-dokumen sekolah.
v. Memiliki Masjid dan Kapel yang memadahi sebagai tempat ibadah dan
tempat pembelajaran agama.
w. Memiliki perpustakaan yang representatif dengan pelayanan yang
optimal.
x. Memiliki pagar sekolah yang baik guna menciptakan situasi belajar yang
aman.
y. Memiliki mesin pencacah sampah guna menciptakan lingkungan sekolah
yang bersih dan sehat.
z. Memiliki Kamar mandi siswa yang mencukupi,setiap kelas.
54
6. Data Guru dan Data Siswa
a. Data Guru
Tabel 4.1
Data Guru SMP Negeri 2 Salatiga
Tenaga Pendidik / Tk Jumlah Keterangan
Guru Tetap 48 PNS
Guru Kontrak -
Guru Honorer 3
Tenaga kependidikan 17 7 PNS, 10 Honorer
( Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 2 Salatiga )
b. Data Siswa dalam 4 ( empat ) tahun terakhir :
Tabel 4.2
Data Siswa SMP Negeri 2 Salatiga
Th.
Pljrn
Jml
(Calonsi
swa
Baru)
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Jumlah
(Kls. VII + VIII
+ IX)
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
siswa
Jml
Rombel
2014 512 249 8 227 8 222 8 698 24
2015 546 264 8 247 8 225 8 736 24
2016 564 249 8 249 8 266 8 760 24
2017 536 267 8 248 8 266 8 781 24
( Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 2 Salatiga )
55
7. Data Ruang Kelas dan Sarana Prasarana
a. Data Ruang Kelas
Tabel 4.3
Data Ruang Kelas SMP Negeri 2 Salatiga
Jumlah Ruang Kelas Asli (d) Jmlh Ruang
Lain
yg digunakan
utk ruang
kelas
Jmlh Ruang
yg
digunakan
utk.kelas
Ukuran
7x9 m2
Ukuran
>
63 m2
Ukuran
<
63 m2
Jumlah
(d)
(a) (b) (c) =(a+b+c) (e)
Ruang
Kelas
24
-
-
24
-
24
( Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 2 Salatiga )
b. Data Sarana Prasarana
Tabel 4.4
Data Sarana Prasarana
No. Jenis prasarana Ketersediaan* Kondisi*
Ada Tidak Baik Rusak
1 Ruang kelas
2 Ruang perpustakaan
3 Ruang laboratorium IPA
(Biologi)
4 Ruang laboratorium IPA
(Fisika)
5 Ruang laboratorium Bahasa
6 Ruang laboratorium TI & K
56
No. Jenis prasarana Ketersediaan* Kondisi*
7 Ruang Studio Musik
8 Ruang Tari
9 Ruang Pertemuan/Aula
10 Ruang Multimedia
11 Ruang Ganti Pakaian Siswa
12 Ruang Peralatan Olah Raga
13 Ruang Komite
14 Ruang OSIS
15 Ruang /Loket Bank (BKK)
16 Rumah Penjaga sekolah
17 Ruang Satpam
18 Ruang pimpinan
19 Ruang guru
20 Ruang tata usaha
21 Tempat beribadah
22 Ruang Bimbingan dan
Konseling
23 Ruang UKS
24 Jamban
25 Gudang
26 Ruang sirkulasi
27 Tempat
bermain/berolahraga
( Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 2 Salatiga )
57
c. Kegiatan Pembelajaran dan Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Kegiatan Pembelajaran
Tabel 4.5
Kegiatan Pembelajaran SMP Negeri 2 Salatiga
No. Komponen Muatan Kurikulum
1. Mata pelajaran:
1). Pendidikan Agama 6). IPA
2). PKn 7). IPS
3). Bhs. Indonesia 8). Seni Budaya
4). Bhs. Inggris 9). Penjaskes
5). Matematika 10). T I K
2. Muatan lokal:
1). Bhs. Jawa
2). Keterampilan Elektronika / Hasta Karya
3. Kegiatan pengembangan diri:
1). Layanan Bimbingan dan Konseling
2). Kegiatan Ekstrakurikuler
4. Pengaturan beban belajar* : Kalender Pendidikan dan SK pembagian
tugas mengajar.
5. Ketuntasan belajar (KKM)**:
1). Pendidikan Agama VII : 78/77/78 VIII : 79/77/78/79
IX: 80/77/78/80
2). PKn VII : 76 VIII : 76 IX : 76
3). Bhs. Indonesia VII : 76 VIII : 76 IX : 77
4). Bhs. Inggris VII : 75 VIII : 75 IX : 75
5). Matematika VII : 75 VIII : 75 IX : 75
6). I P A VII : 75 VIII : 75 IX : 75
7). I P S VII : 76 VIII : 76 IX : 76
58
No. Komponen Muatan Kurikulum
8). Seni Budaya VII : 75 VIII : 76 IX : 86
9). Penjaskes VII : 75 VIII : 75 IX : 75
10).T I K VII : 76 VIII : 75 IX : 75
11). Bahasa Jawa VII : 76 VIII : 76 IX : 76
12). Ket. Elektronika VII : 75 VIII : 76 IX : 76
13). Hasta Karya VII : 77 VIII : 77 IX : 77
14). Prakarya VII : 76 VIII : 75 IX : -
6. Kriteria kenaikan kelas:
1. Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun.
2. Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila yang bersangkutan telah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
3. Peserta didik dinyatakan harus mengulang di kelas yang sama bila:
a. Jika peserta didik tidak menuntaskan standar kompetensi dan
kompetensi dasar lebih dari tiga mata pelajaran sampai pada
batas akhir tahun pelajaran, dan
b. Peserta didik karena alasan yang kuat, misal karena gangguan
kesehatan fisik, emosi atau mental sehingga tidak mungkin
berhasil dibantu mencapai kompetensi yang ditargetkan.
c. Ketidak hadiran mencapai lebih dari 15 % hari efektif sekolah.
4. Ketika mengulang dikelas yang sama, nilai peserta didik untuk semua
indikator, kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ketuntasan
belajar minimumnya sudah dicapai, minimal sama dengan yang
dicapai pada tahun sebelumnya.
Kriteria kelulusan:
1). Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
2). Memperoleh minimal baik, pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,
dan kesehatan.
3). Lulus Ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4). Lulus Ujian Nasional.
59
No. Komponen Muatan Kurikulum
5). Di sekolah kami, kelulusan juga mempertimbangkan kehadiran di
kelas mencapai minimal 90%.
7 Pendidikan kecakapan hidup:
1). Membatik (Integral dalam seni budaya).
2). Ketrampilan Teknik Elektro.
3). Hasta Karya
8 Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dalam bentuk:
1). Pembelajaran berbasis Multimedia
2). Internet sebagai sumber belajar (pembelajaran berbasis internet)
3). Pertanian ( Pengolahan sampah organik menjadi kompos )
( Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 2 Salatiga )
b. Kegiatan Ekstrakurikuler
Tabel 4.6
Kegiatan Ekstrakulikuler SMP Negeri 2 Salatiga
No.
Jenis Kegiatan
Ekstrakurikuler
No.
Jenis Kegiatan
ekstrakurikuler
A
AKADEMIS
B
NON AKADEMIS
1 Bahasa Indonesia 1 Pramuka
2 Bahasa Inggris 2 Drum Band
3 Sastra Jawa 3 Bina Vokalia
4 Matematika 4 Bola Basket
60
5 Atletik
6 Drumblek
7 Tenis Meja
8 Sepak Bola
9 PMR
10 Jurnalistik (Mading,Pinastika)
11 Baca dan Tulis Al-Qur’an
12 Rebana
13 Pendalaman Alkitab
14 Seni Rupa
15 Seni Tari
16 Band
17 Pertanian dan Pertamanan
18 Paskibra
19 Karawitan
20 Qosidah
21 Judo
22 Cheerleader
23 Futsal
24 ICT
( Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 2 Salatiga )
61
B. Analisis Data
Hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, disampaikan bahwa
problematika pengajaran pendidikan agama Islam yang dihadapi di SMP Negeri
02 Salatigaadalah sebagai berikut:
1. Siswa belum bisa membaca tulisan Arab
Dalam mempelajari pendidikan agama Islam hendaklah sudah bisa
membaca tulisan Arab yang baik apalagi sudah sekolah menengah. Tetapi di
sekolah ini ternyata masih terdapat siswa yang belum bisa mengenal huruf
Arab. (Wawancara tgl. 27 April 2017 Pukul 13.30 di Sekolah).
2. Faktor Waktu
Waktu yang disediakan di sekolah ini untuk mata pelajaran
pendidikan agama Islam sangatlah minim yaitu hanya 2 jam pelajaran. Dalam
mempelajari pendidikan agama Islam, waktu 2 jam pelajaran sangatlah
kurang, karena materi yang dipelajari sangatlah banyak yang meliputi
keimanan, pengamalan, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, dan
keteladanan. (Wawancara tgl. 27 April 2017 Pukul 13.30 di Sekolah).
3. Tidak adanya buku penunjang (LKS)
Buku penunjang sangatlah penting untuk memperlancar proses belajar
mengajar, namun dengan adanya peraturan pemerintah untuk tidak memungut
biaya sekolah bagi siswa menyebabkan pihak sekolah tidak berani memungut
biaya walau untuk membeli kebutuhan siswa seperti LKS. Sementara itu,
uang bos yang digadang-gadang untuk memenuhi kebutuhan siswa hanya
cukup untuk kegiatan-kegiatan sekolah saja. Akibatnya anak hanya punya
62
buku paket, buku paket penjelasannya kurang dan itu membuat guru lebih
keras untuk menambah pelajaran, namun tidak bisa maksimal memberi
pemahaman kepada siswa.(Wawancara tgl. 27 April 2017 Pukul 13.30 di
Sekolah).
4. Faktor media sosial
Media sosial sangatlah berpengaruh sebagai penunjang siswa dalam
pembelajaran. Pihak sekolah SMP N 2 Salatiga mengijinkan siswa membawa
HP untuk proses pembelajaran. Namun hal itu juga punya sisi negatif kadang
di kelas siswa malah fokus sama Hpnya dan tidak mencari informasi tentang
pelajaran tetapi malah buka Facebook, Watshaap atau BBM. Guru merasa itu
malah jadi penghambat, tapi sampai hari ini peraturan itu belum di hapus
sehingga Guru harus lebih tegas kepada siswa yang main-main dengan
hpnya.(Wawancara tgl. 27 April 2017 Pukul 13.30 di Sekolah).
5. Kurangnya prasarana
Pembelajaran pendidikan agama Islam tidak bisa dipisahkan dengan
labolaturium, karena belajar agama harus melakukan praktik. Misal kalau
anak-anak akan mempelajari tentang ilmu tajwid, lebih mudahnya harus ada
Laboraturium dengan segala sarana prasarananya. Tapi di SMP N 2 belum
punya Lab PAI, kalau masjid ada, tapi belum lengkap, belum ada alat-alat
pendukung. Masjid dijadikan sarana untuk ibadah.(Wawancara tgl. 27 April
2017 Pukul 13.30 di Sekolah).
63
C. Cara Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMP N 02 Salatiga
1) Siswa belum bisa membaca tulisan Arab
Solusi yang dilakukan guru adalah pertama memberikan kegiatan
ekstrakurikuler BTA, solusi ini sangat membantu siswa agar dapat keluar dari
permasalahan tersebut, kegiatan ini juga tidak menggangu atau mengurangi
waktu dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas. Selain itu,
kegiatan diberikan khusus untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam
membaca tulisan Arab sehingga materi BTA dapat disesuaikan dengan siswa
karena kemampuan siswa yang sudah seragam, solusi ini tepat diberikan
tetapi perlu diperhatikan kesediaan murid dalam mengikuti kegiatan ini,
mengingat kegiatan ini adalah ekstrakurikuler di luar dari jam sekolah.
Solusi kedua adalah memberikan tugas-tugas khusus untuk membaca
tulisan Arab, padahal pemberian tugas terus menerus dapat mengakibatkan
kebosanan dan jika siswa tidak mempunyai orang tua atau orang yang
membimbing, maka bagaimanakah dia dalam mengerjakan tugas yang
diberikan sehingga solusi ini belum memberikan jalan-jalan yang tepat.
(Wawancara TR,tgl. 27 April 2017 Pukul 13.30 di Sekolah).
Solusi ketiga dengan melakukan pendekatan secara individu serta
berikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran dan yang dia
rasakan sulit. Kemudian, kalau sudah mereka disuruh untuk mengahadap
guru, sedangkan yang praktik mereka disuruh praktik. (Wawancara tgl. 26
Mei 2017 pukul 09.00 di Rumah Endah Rohmah Hidayah).
64
2) Faktor Waktu
Waktu yang disediakan di sekolah untuk mata pelajaran pendidikan
agama Islam adalah 2 jam pelajaran, waktu yang sangat minim sekali dalam
pembelajaran agama Islam. Waktu 2 jam pelajaran dalam satu minggu
tidaklah cukup. Selain itu ada dua kelas yang mendapat jadwal pelajara
Agama Islam di jam-jam yang kurang pas, seperti setelah jam istirahat. Guru
masuk siswa belum ada, mereka masih menikmati waktu istirahat padahal bel
masuk sudah berbunyi.
Solusi yang dilakukan oleh guru adalah dengan mengoptimalkan
waktu yang tersedia. Solusi yang dilakukan oleh guru pendidikan agama
Islam tersebut belumlah cukup, karena materi pendidikan agama Islam yang
cukup banyak sehingga guru terlalu tergesa-gesa dalam menyampaikan
materi untuk dapat menyelenggarakan batas (tuntutan) kurikulum yang telah
ditetapkan meskipun peserta didik belum matang (menguasai materi
pelajaran) sudah dipaksakan untuk pindah ke pokok bahasan selanjutnya.
Selain itu peserta didik diberi tugas tambahan untuk memperkaya
pengetahuan mereka perihal materi yng diajarkan. (Wawancara DT, tgl. 27
April 2017 Pukul 13.30 di Sekolah).
3) Tidak adanya buku penunjang (LKS)
Buku merupakan penunjang untuk memperlancar proses belajar
mengajar, namun dengan adanya peraturan pemerintah untuk tidak memungut
biaya sekolah bagi siswa menyebabkan pihak sekolah tidak berani memungut
biaya walau untuk pembelian buku. Akibatnya anak tidak memiliki buku,
65
mereka hanyamempunyai buku paket yang dipinjamkanoleh sekolah. Buku
paket penjelasannya kurangbegitu detail dibandingkan dengan buku
penunjang lainnya. Dengan adanya kendala tersebut guruberusaha lebih
keras untuk menambah pengetahuan siswa dari sumber-sumber yang lain,
tetapi hal tersebut tidak bisa maksimal. Selain itu secara diam-diam guru
meminta siswa untuk membeli LKS dengan cara berkordinasi dengan
penerbitnya untuk di taruh di foto copian di sekitar SMP Negeri 2 Salatiga.
Dari situ nanti, anak diberi kebebasan untuk mengkopi atau
tidak.(Wawancara ER,tgl. 27 April 2017 Pukul 13.30 di Sekolah)
4) Faktor media sosial
Faktor penghambat pembelajaran salah satunya adalah penggunaan
handphone, di SMP N 02 Salatiga memberikan kebebasan untuk siswanya
membawa handphone ke sekolah dengan alasan tertentu. Namun hal itu juga
menjadi penghambat karena Hp punya sisi negatif kadang di kelas siswa
malah asyik dan fokus dengan Hpnya saja, jadi tidak mencari informasi tetapi
buka Facebook, Watshaap atau BBM, solusi yang dilakukan gur pendidikan
Agama Islam adalah Guru harus lebih tegas kepada siswa yang main-main
dengan hpnya. Misalnya dengan menyita hpnya saat pembelajaran
berlangsung.(Wawancara DT,tgl. 27 April 2017 Pukul 13.30 di Sekolah).
5) Kurangnya prasarana
Pembelajaran pendidikan agama Islam tidak bisa dipisahkan dengan
labolaturium, karena belajar agama harus melakukan praktik. Misal kalau
anak-anak akan mempelajari tentang ilmu tajwid, lebih mudahnya harus ada
66
Laboraturium dengan segala sarana prasarananya. Tapi di SMP N 2 belum
punya Lab PAI, kalau masjid ada, tapi belum lengkap, belum ada alat-alat
pendukung. Masjid dijadikan sarana untuk ibadah. Problematika itu misalnya
kalau memang anak-anak itu harus praktik memang sebaiknya di sekolah itu
harus praktik, harus mempunyai LAB PAI, tapi di SMP N 2 belum punya Lab
PAI, kalau masjid ada, tapi di masjid itu belum lengkap semuanya, belum ada
alat-alatnya mendukung kalau masjid hanya untuk ibadah saja. Misalkan
masih ada anak yang belum menerima pembelajaran karna kelasnya itu kelas
besar, sebagai Guru harus memperhatikan perbedaan dari anak-anak dan
berusaha mendekatinya dan segera bertanya masalah apa yang di hadapinya,
kemudian membimbingnya.(Wawancara RS,tgl. 27 April 2017 Pukul 13.30
di Sekolah).
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan pembahasan mengenai
problematika guru PAI dalam proses belajar mengajar PAI di SMP Negeri
02 Salatiga, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Problematika yang dihadapi Guru PAI dalam proses belajar mengajar di
SMP N 2 Salatiga adalah terdapat siswa yang belum bisa membaca
tulisan Arab, faktor waktu, tidak adanya buku penunjang (LKS), faktor
media sosial, dan kurangnya prasarana
2. Cara mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam di
SMP N 2 Salatiga adalah dengan cara Solusi yang dilakukan guru
adalah pertama memberikan kegiatan ekstrakurikuler BTA,
memberikan tugas-tugas khusus untuk membaca tulisan Arab,
mengoptimalkan waktu yang tersedia, membebaskan siswa untuk
mengkopi LKS yang sudah mendapat persejutuan dari penerbit,
menyita hp saat pembelajaran berlangsung, dan memanfaatkan masjid
sebagai prasarana pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah disajikan,
maka selanjutnya peneliti menyampaikan saran-saran yang kiranya dapat
memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait atas hasil penelitian
ini. Adapun saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
68
1. UntukKepala Sekolah
a. Agar menambah sarana prasarana untuk meningkatkan proses
belajar mengajar
b. Memberikan tambahan jam diluar kegiatan belajar mengajar untuk
pendidikan agama Islam, ataupun memberikan kegiatan
ekstrakurikuler.
c. Menaruh jadwal pembelajaran pendidikan Agama Islam diawal jam
pelajaran.
2. Bagi guru
a. Agar senantiasa meningkatkan profesinya dan mengefektifkan
penggunaan metode mengajar demi tercapainya tujuan
pembelajaran.
b. Guru harus menggunakan media atau metode pembelajaran yang
sederhana agar mudah dipahami siswa.
c. Guru harus memanfaatkan IT untuk mengenalkan huruf-huruf Arab
agar mudah dipahami siswa.
3. Bagi siswa
a. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler agar dapat membaca tulisan
Arabdengan baik.
b. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh pelajaran yang
disampaikan guru.
c. Memanfaatkan IT untuk keperluan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Iskandar, 2010. Meningkatkan kreativitas pembelajaran bagi guru,
Jakarta: Bestari Buana Murni.
AL-‘Aliyy.2006. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung : Diponegoro
An-Nawawi, Imam. 2011. Syarah Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka Azzam.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Daradjat, Zakiah. 2001. Metodolodi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan anak didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah,Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam
Keluarga. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosda
Karya.
Hamalik, Oemar. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Khajjaj, Abi al Khusain Muslim bin al. Shahih Muslim. Libanon: Beirut. t.t. Juz.
4.
Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Kopetensi
Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Maslikhah. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Multikulturalisme.
Attarbiyah, No. 2 Tahun XV/ Juli- Desember.
Moleong , Lexy J. 2015. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidika Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda karya.
Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2006. Menjadi guru profesional, Bandung: PT. Rosda Karya.
Nazarudin. 2007. Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik,
dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta:
Teras.
Nurdin,Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR.Ruzz
Media Group.
Rahmah, Noer. 2012. Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:
Teras.
Rajasa, Sutan. 2002. Kamus ilmiah populer. Surabaya: Karya Utama.
RI, Departemen Agama. 2006. Al Qur’an al Karim dan Terjemah Bahasa
Indonesia. Kudus: Menara Kudus.
Rumidi, Sukandar. 2004. Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Gajah Mada
University prees.
Sentana, Septiawan. 2010. Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1998. Cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung :
Penerbit Alfabeta.
Suparlan. 2005. Manjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publising.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : AR-RUZZ.
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.
Pedoman Wawancara
1. Bagaimana kedisiplinan siswa dalam mengikuti belajar mengajar
PAI? Mohon jelaskan!
2. Bagaimana sikap dan pemahaman siswa saat pembelajaran PAI yang
anda berikan? Mohon jelaskan
3. Adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang anda
lakukan? Mohon jabarkan secara rinci!
4. Jika ada problematika yang anda hadapi mohon klasifikasikan
problem itu secara jelas!
5. Solusi apa yang anda temukan dan dapat menjawab sekaligus
menyelesaikan dari problema yang anda hadapi dalam proses bealajar
mengajar PAI?
6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari
menemukan dan menerapkan solusi atas problem yang anda hadapi?
v Hasil Wawancara
Responden : Donny Tangguh.P S.Pd.i
Jabatan : Guru PAI SMP Negeri 2 Salatiga
Waktu : Kamis, 27 April 2017, Pukul 13.30 WIB
Tempat : SMP Negeri 2 Salatiga
1. Menurut Bapak bagaimana kedisiplinan siswa saat mengikuti belajar
mengajar PAI? Mohon Jelaskan!
“Kedisplinan dalam arti misalnya sikap kedisiplinan sini bagus dari 8 kelas yang
saya ajar itu setiap saya ngasih tugas dan sebaginya, atau besok harus membawa
apa gitu, jalan paling dari 8 kelas ada 2 kelas yang agak kurang yaitu kelas F
dan H, menurut saya kalau perintah harus diulang berkali-kali, masuknya juga
telat kan jamnya habis istirahat, saya masuk siswa belum ada, kalau kelas yang
lain bisa tertib, saya masuk siswanya sudah di kelas”
2. Menurut Bapak bagaimana sikap dan pemahaman siswa terhaadap
pembelajaran PAI yang Bapak berikan? Mohon jelaskan!
“Pemahaman kalau dilihat dari nilai itu bagus karena setiap ulangan UTS dan
UAS rata-rata nilainya di atas 7 semua, palingh hanya 1 atau 2 yang dapat nilai
4 atau 5 tapi KKM disini tinggi yaitu 80 jadi meskipun yang dapet 7 itu ya tetap
masuknya remidi gitu, Cuma menurut saya selama ini nilainya di atas 7 itu bagus
dan habis dijelaskan ada pertanyaan yang banyak itu malah kadang mereka suka
mengandai-andaikan membuat guru jadi pusing. Jadi misalnya habis menjelaskan
halal dan hara, belum sampai keciri-ciri mereka sudah tanya “Pak ini halal atau
2
haram?”. Cuma disini pemahamannya kan agamanya di SMP tidak sedalam MTS
jadi kalau dibandingkan dengan mereka kan kalah jauh kendalanya tu Cuma di
sini, tiap kelas pasti ada beberapa anak yang belum bisa baca Al-Qur’an baca,
baca ayat itu tersendat di situ.”
3. Menurut Bapak adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang
Bapak lakukan? Mohon jabarkan secara rinci!
“Ya problemnya itu ada satu dua anak di tiap kelas yang tidak bisa baca
Qur’an, kalau nulis itu banyak kalau baca Qur’an ada beberapa sehingga
ketika penilaian lisan itu anaknya pasti nggak bisa, apalagi menghafal,
problem utamanya itu disitu.”
4. Menurut Bapak jika ada problrmatika yang Bapak hadapi mohon
kasifikasikan problem itu secara jelas!
“Nggak bisa baca, kan kita nggak boleh memakai buku, LKS sekarang nggak
boleh, akibatnya anak nggak punya buku, hanya buku paket, buku paket
penjelasannya kurang dan itu membuat kita itu lebih keras untuk menambahi
tapi ya tidak bisa maksimal jadi pemahamannya itu saja kendalanya, dan
soal-soal kurang sekali jadi guru sudah buat tapi tidak sebanyak LKS gitu lo.
Yang pertama tidak bisa baca. Yang kedua, karena tidak diperbolehkan
3
membeli buku jadi untuk latihan soal berkurang, buku paket dari pemerintah
itu paling kalau ada 1-5 latihan soalnya”
5. Solusi apa yang Bapak temukan dan dapat menjawab sekaligus
menyelesaikan dari problema yang Ibu hadapi dalam proses belajar mengajar
PAI?
“Yang tidak bisa baca Qur’an itu yang pertama dari sekolah sudah di fasilitasi
untuk ikut ekskul BTA biasanya hanya belajar membaca dan metode khusus
nahh.. itu sama bu Midah, tetapi anak terkadang sudah seperti itu tidak mau ikut,
alasannya mau cari sendiri di rumah, berarti sudah kita percaya, jadi kalau dari
sekolah kita berusaha menyediakan itu kemudian memberi waktu misalnya di
kelas 8 kok belum bisa berarti nanti naik kelas 8 harus bisa, entah itu belajar dari
sekolah atau dia cari Guru sendiri gitu, itu untuk yang tidak bisa baca, kadang
orang tua ambil raport itu tak sampaikan ke orang tuanya. Terus untuk yang
kedua tadi yang nggak boleh tetapi yaa secara diam-diam ya saya meminta
mereka untuk membeli, kalau dulu kan dibagikan dari sekolah, sekarang buku itu
saya minta penerbitnya untuk di taruh di foto copyan di sekitar sini di SMP
Negeri 2 dari situ nanti, anak saya persilahkan kalau mau beli saya persilahkan
kalau enggak ya gapapa. Biasanya anak minta beli, jadi otomatis akan datang
kesana sendiri, gitu paling sekarang yang nggak punya buku paling 5, 3 anak jadi
gitu caranya saya”
6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari menemukan dan
menerapkan solusi atas problem yang Bapak hadapi?
4
“Faktor pendukung karena anak di sini boleh bawa Hp dan laptop, ada wifi
juga, maka kalau seandainya sumber belajar itu kurang, langsung pada buka
laptop itu mempermudah.
Faktor penghambat, karena Hp itu juga punya sisi negatif kadang di kelas
palah fokus sama Hpnya, jadi tidak mencari informasi tetapi mungkin buka
Facebook, Watshaap atau BBM, ya itu aja di sini masih mempermasalahkan
Hp yang sekolah mengijinkan tapi banya Guru merasa itu yang jadi
penghambat tapi sampai hari ini peraturan itu belum di hapus, jadi masih
diperbolehkan, sehingga ya Gurunya harus lebih tegas kepada siswa yang
main-main pake’ hp aja.”
6
Responden : Dra. Sumidah
Jabatan : Guru PAI SMP Negeri 2 Salatiga
Waktu : Kamis, 27 April 2017, Pukul 13.30 WIB
Tempat : SMP Negeri 2 Salatiga
1. Menurut Ibuk bagaimana kedisiplinan siswa saat mengikuti belajar mengajar
PAI? Mohon Jelaskan!
“Anak-anak di dalam mengikuti belajar mengajar mulai dari masuk kelas
terus berdo’a bersama, membaca surat-surat pendek, itu di siplin mbak,
kecuali manakala ada hafalan surat yang belum hafal itu dia diam tapi tetap
di siplin namun diam, yang sudah hafal semuanya membaca”
2. Menurut Ibuk bagaimana sikap dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran
PAI yang Ibuk berikan? Mohon jelaskan!
“Anak-anak itu kan memang ada 3 model dalam belajar ada yang hanya
dengan auditori, siswa sudah bisa menangkap pembelajaran itu, bisa
menyimpulkan bisa menemukan konsep, tapi anak ada yang harus visual
harus melihat, maka bu Midah juga di samping anak-anak itu sudah melihat
tayangan-tayangan materi itu, juga anak-anak harus mendengarkan
penjelasan atau pun hasil presentasi anak dan hasil diskusi, di samping itu
ada anak yang belum keluar semua potensinya ,manakala anak itu belum
bergerak atau menyampaikan emosinya dengan kinestetik, maka kalau
seperti tadi waktu pembelajaran materi tentang akhlak sebenarnya mbak,
tapi karna kita harus belajar tentang ayat al-Qur’an sebagai dasar akhlak
itu, surat An-Nisa : 146, Al-Baqarah:153, Al-Imran: 134, nah itu pertama
kali kan harus bisa mengenal bagaimana bisa membaca ayat itu dengan baik
dan benar, materi yaitu ilmu tajwid tentang nun mati atau tanwin bila mana
bertemu dengan huruf Hijaiyah yang 5 hukum. Bacaan itu di situ harus ada
kinestetiknya, anak saya suruh maju, “Ayo siapa yang menemukan bacaan
Idzhar! Siapa yang bisa menemukan bacaan Idgham bighunnah, siapa
menemukan Idgham bilagunnah, siapa yang menemukan Iqlab, siapa yang
menemukan Ikhfa’.” Dengan kinestetik karena tanpa kinestetik anak-anak
tidak mau mempelajari semuanya, jadi memang cara belajarnya auditori,
visual dan kinestetik.
3. Menurut Ibuk adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang
Ibuk lakukan? Mohon jabarkan secara rinci!
“Problematika itu misalnya seperti ini kalau memang anak-anak itu harus
praktik memang sebaiknya di sekolah itu harus praktik, harus mempunyai
LAB PAI, tapi di SMP N 2 belum punya Lab PAI, kalau masjid ada, tapi di
masjid itu belum lengkap semuanya, belum ada alat-alatnya mendukung kan
kalau di masjid kan hanya untuk ibadah saja, sebenarnya kalau anak-anak
misalnya ingin mempelajari tentang ilmu tajwid ya.. sebenarnya harus ada
Lab, ada ruangannya, ada LCD nya. Yang kedua anak-anak itu menerima
pembelajaran karna kelasnya itu kelas besar hanya 1,2 anak tidak tau persis
materi yang di ajarkan seperti tadi ilmu tajwid yang belum mengenal Ilmu
Tajwid itu memang tidak merasa tidak tertarik, nahh.. sebagai Guru harus
memperhatikan perbedaan dari anak-anak itu kenapa anak itu kok bicara
sendiri, nahh Guru mendekatinya. “Apasih ilmu tajwid, ya saya suruh tadi
dia nggak mau bergerak, kinestetiknya tidak sampai karena ternyata dia
tidak mudeng dan tidak mau bertanya, bilamana ada anak yang
mencurigakan memang saya suruh segera mendekatinya masalah apa yang
di hadapinya.
4. Menurut Ibuk jika ada problrmatika yang Ibuk hadapi mohon kasifikasikan
problem itu secara jelas!
“Bu midah tadi sudah menyampaikan manakala bahwa ada anak yang suruh
maju saya beri kebebasan biasanya kalau saya tidak langsung tunjuk dia itu
kan di perintah, saya yang bisa menemukan bacaan Idgham kalau itu anak-
anak yang sudah tau sudah mudeng kan akan langsung bergerak, sebutkan
nama dan nomer kan langsung mencatat, itu langsung saya beri centangan
dalam keaktrifan siswa. Tapi, kalau sudah hampir semuanya sudah maju,
tapi ada anak 3 atau 4 anak yang tidak maju itu sebagai Guru sebagai
pendidik harus mengetahui permasalahannya apa itu di klarifikasi.. Oh anak
ini ternyata yang belum kenal trus mengenalkan, menjelaskan, sambil anak-
anak yang lain yang ini di bimbing., klasifikasinya seperti itu, manakala ada
anak yang diam harus dilayani atau mungkin kalau kamu belum mengenal
huruf arab ada tindak lanjutnya diberi ekstra pembimbingan BTA.
5. Solusi apa yang Bapak temukan dan dapat menjawab sekaligus
menyelesaikan dari problema yang Ibu hadapi dalam proses belajar mengajar
PAI?
“Pertama, memperhatikan keaktifan siswa. Kedua, manakala ada anak yang
mencurigakan tidak mau menegerjakan yaa... harus didekati, kalau memang
perlu di bimbing ya di bimbing di arahkan, mungkin perlu penjelasan lagi, ya
di jelaskan yang jelas di layani lagi sesuai kebutuhan. Tapi, manakala pada
tes tidak mengerjakan, diadakan remidial, kalau yang tidak bisa 1 kelas
harus ada remidila teaching, tapi kalau hanya ada beberapa anak cuma
remidial tes saja.”
6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari menemukan dan
menerapkan solusi atas problem yang Bapak hadapi?
“Kalau ada anak-anak yang belum bisa membaca huruf arab ya khususnya
untuk ayat Al-Qur’an, itu kalau memang dari rumah, memang belum pernah
mengikuti BTA/TPA, itu adalah suatu penghambatan yang sangat berat.
Tetapi untuk faktor pendukungnya kami sebagai guru agama itu selalu
mengambil sikap untuk memberikan ekstra. Tetapi, yang namanya ekstra itu
kadang anak terhambat dengan kegiatan yang lain ada ekrtakulikuler yang
lain, kadang anak tidak bisa rajin, mengikuti ekstra itu juga menjadi
masalah. Jadi, Guru sudah memberikan kesempatan, “koe melu ekstra ya le
dino sebtu” tapi dia hari sabtu mengikuti ekstra yang lain mengikuyi les di
luar pasti anak itu nggak ikut, berarti kan permasalahannya tidak
terpecahkan. Karena, setiap kelas sekitar 3-4 anak itu anak yang belum bisa
baca tulis Al-Qur’an dan itu yang menjadi kendala, sehingga di dalam
memahami dalil mereka kurang baik, nilai jeleknya pasti ada di situ.Solusi
tadi yang pendekatan ke anak seperti itu, tapi yang paling berat ya itu anak
yang belum bisa baca tulis walaupun hanya beberapa siswa.”
2
Responden : Dra. Sumidah
Jabatan : Guru PAI SMP Negeri 2 Salatiga
Waktu : Kamis, 27 April 2017, Pukul 13.30 WIB
Tempat : SMP Negeri 2 Salatiga
7. Menurut Ibuk bagaimana kedisiplinan siswa saat mengikuti belajar mengajar
PAI? Mohon Jelaskan!
“Anak-anak di dalam mengikuti belajar mengajar mulai dari masuk kelas
terus berdo’a bersama, membaca surat-surat pendek, itu di siplin mbak,
kecuali manakala ada hafalan surat yang belum hafal itu dia diam tapi tetap
di siplin namun diam, yang sudah hafal semuanya membaca”
8. Menurut Ibuk bagaimana sikap dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran
PAI yang Ibuk berikan? Mohon jelaskan!
“Anak-anak itu kan memang ada 3 model dalam belajar ada yang hanya
dengan auditori, siswa sudah bisa menangkap pembelajaran itu, bisa
menyimpulkan bisa menemukan konsep, tapi anak ada yang harus visual
harus melihat, maka bu Midah juga di samping anak-anak itu sudah melihat
tayangan-tayangan materi itu, juga anak-anak harus mendengarkan
penjelasan atau pun hasil presentasi anak dan hasil diskusi, di samping itu
ada anak yang belum keluar semua potensinya ,manakala anak itu belum
bergerak atau menyampaikan emosinya dengan kinestetik, maka kalau
seperti tadi waktu pembelajaran materi tentang akhlak sebenarnya mbak,
tapi karna kita harus belajar tentang ayat al-Qur’an sebagai dasar akhlak
itu, surat An-Nisa : 146, Al-Baqarah:153, Al-Imran: 134, nah itu pertama
SSkali kan harus bisa mengenal bagaimana bisa membaca ayat itu dengan
baik dan benar, materi yaitu ilmu tajwid tentang nun mati atau tanwin bila
mana bertemu dengan huruf Hijaiyah yang 5 hukum. Bacaan itu di situ harus
ada kinestetiknya, anak saya suruh maju, “Ayo siapa yang menemukan
bacaan Idzhar! Siapa yang bisa menemukan bacaan Idgham bighunnah,
siapa menemukan Idgham bilagunnah, siapa yang menemukan Iqlab, siapa
yang menemukan Ikhfa’.” Dengan kinestetik karena tanpa kinestetik anak-
anak tidak mau mempelajari semuanya, jadi memang cara belajarnya
auditori, visual dan kinestetik.
9. Menurut Ibuk adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang
Ibuk lakukan? Mohon jabarkan secara rinci!
“Problematika itu misalnya seperti ini kalau memang anak-anak itu harus
praktik memang sebaiknya di sekolah itu harus praktik, harus mempunyai
LAB PAI, tapi di SMP N 2 belum punya Lab PAI, kalau masjid ada, tapi di
masjid itu belum lengkap semuanya, belum ada alat-alatnya mendukung kan
kalau di masjid kan hanya untuk ibadah saja, sebenarnya kalau anak-anak
misalnya ingin mempelajari tentang ilmu tajwid ya.. sebenarnya harus ada
Lab, ada ruangannya, ada LCD nya. Yang kedua anak-anak itu menerima
pembelajaran karna kelasnya itu kelas besar hanya 1,2 anak tidak tau persis
materi yang di ajarkan seperti tadi ilmu tajwid yang belum mengenal Ilmu
Tajwid itu memang tidak merasa tidak tertarik, nahh.. sebagai Guru harus
memperhatikan perbedaan dari anak-anak itu kenapa anak itu kok bicara
sendiri, nahh Guru mendekatinya. “Apasih ilmu tajwid, ya saya suruh tadi
dia nggak mau bergerak, kinestetiknya tidak sampai karena ternyata dia
tidak mudeng dan tidak mau bertanya, bilamana ada anak yang
mencurigakan memang saya suruh segera mendekatinya masalah apa yang
di hadapinya.
10. Menurut Ibuk jika ada problrmatika yang Ibuk hadapi mohon kasifikasikan
problem itu secara jelas!
“Bu midah tadi sudah menyampaikan manakala bahwa ada anak yang suruh
maju saya beri kebebasan biasanya kalau saya tidak langsung tunjuk dia itu
kan di perintah, saya yang bisa menemukan bacaan Idgham kalau itu anak-
anak yang sudah tau sudah mudeng kan akan langsung bergerak, sebutkan
nama dan nomer kan langsung mencatat, itu langsung saya beri centangan
dalam keaktrifan siswa. Tapi, kalau sudah hampir semuanya sudah maju,
tapi ada anak 3 atau 4 anak yang tidak maju itu sebagai Guru sebagai
pendidik harus mengetahui permasalahannya apa itu di klarifikasi.. Oh anak
ini ternyata yang belum kenal trus mengenalkan, menjelaskan, sambil anak-
anak yang lain yang ini di bimbing., klasifikasinya seperti itu, manakala ada
anak yang diam harus dilayani atau mungkin kalau kamu belum mengenal
huruf arab ada tindak lanjutnya diberi ekstra pembimbingan BTA.
11. Solusi apa yang Bapak temukan dan dapat menjawab sekaligus
menyelesaikan dari problema yang Ibu hadapi dalam proses belajar mengajar
PAI?
“Pertama, memperhatikan keaktifan siswa. Kedua, manakala ada anak yang
mencurigakan tidak mau menegerjakan yaa... harus didekati, kalau memang
perlu di bimbing ya di bimbing di arahkan, mungkin perlu penjelasan lagi, ya
di jelaskan yang jelas di layani lagi sesuai kebutuhan. Tapi, manakala pada
tes tidak mengerjakan, diadakan remidial, kalau yang tidak bisa 1 kelas
harus ada remidila teaching, tapi kalau hanya ada beberapa anak cuma
remidial tes saja.”
12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari menemukan dan
menerapkan solusi atas problem yang Bapak hadapi?
“Kalau ada anak-anak yang belum bisa membaca huruf arab ya khususnya
untuk ayat Al-Qur’an, itu kalau memang dari rumah, memang belum pernah
mengikuti BTA/TPA, itu adalah suatu penghambatan yang sangat berat.
Tetapi untuk faktor pendukungnya kami sebagai guru agama itu selalu
mengambil sikap untuk memberikan ekstra. Tetapi, yang namanya ekstra itu
kadang anak terhambat dengan kegiatan yang lain ada ekrtakulikuler yang
lain, kadang anak tidak bisa rajin, mengikuti ekstra itu juga menjadi
masalah. Jadi, Guru sudah memberikan kesempatan, “koe melu ekstra ya le
dino sebtu” tapi dia hari sabtu mengikuti ekstra yang lain mengikuyi les di
luar pasti anak itu nggak ikut, berarti kan permasalahannya tidak
terpecahkan. Karena, setiap kelas sekitar 3-4 anak itu anak yang belum bisa
baca tulis Al-Qur’an dan itu yang menjadi kendala, sehingga di dalam
memahami dalil mereka kurang baik, nilai jeleknya pasti ada di situ.Solusi
tadi yang pendekatan ke anak seperti itu, tapi yang paling berat ya itu anak
yang belum bisa baca tulis walaupun hanya beberapa siswa.”
Pedoman Wawancara
Responden : Endah Rohmah Hidayah M.Pd.I
Jabatan : Guru PAI SMP Negeri 2 Salatiga
Waktu : Jum’at, 26 Mei 2017, Pukul 09.00 WIB
Tempat : SMP Negeri 2 Salatiga
1. Menurut Ibu bagaimana kedisiplinan siswa dalam mengikuti belajar
mengajar PAI? Mohon jelaskan!
“Murid saya khususnya itu disiplin, karena saya tidak
membolehkan anak-anak yang lebih dari 7 menit dari bel, itu
masuk, nggak boleh, dan saya begitu bel itu masuk kelas sudah
siap.”
2. Menurut Ibu bagaimana sikap dan pemahaman siswa terhadap
pembelajaran PAI yang Ibu berikan? Mohon jelaskan!
“Ya, secara menyeluruh baik, tapi juga perlu bimbingan. Jadi,
kalau anak memahami sesuatu hal perlu di berikan contoh, dengan
metode-metode yang macam-macamlah, contoh bacaan Al-qur’an
kita berikan demonstrasi, nahh... anak di suruh menirukan. Tapi,
kalau tidak secara datail kan anak sak karepe dewe, jenenge we
anak, ( semaunya sendiri, namanya juga anak), gitu yaa...”
3. Menurut Ibuk adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI
yang Ibuk lakukan? Mohon jabarkan secara rinci!
“Ada pasti ada yang sudah saya amati kalau anak-anak yang di
lingkungan keluarga yang dalam arti disiplin dan bisa membaca
Al-Qur’an saya lebih mudah, tapi kalau anak-anak yang biarkan
oleh orang tuanya yang kebetulan setelah saya tanyai secara jujur,
“Bapak Ibukmu bisa baca Qur’an nggak?” Tidak, “Shalat tidak?”
Tidak. Nahh.. itu yang sulit dan saya menerapkan disiplin,
menerapkan contoh yang baik kalau anaknya di rumah tidak ada
contoh yang baik kan tidak bisa.”
4. Menurut Ibu jika ada problrmatika yang Bapak hadapi mohon
kasifikasikan problem itu secara jelas!
“Pertama karena siswanya banyak sekali, kadang-kadang
kuwalahan memperhatikan satu per satu, itu kadang-kadang, nahh
terus terang itu waktunya kurang cukup.Kemudian, karena waktu
kurang cukup untuk pembinaan anak, kadang ada anak yang
terselip 1,2 anak yang sama sekali tidak bisa baca Qur’an itu jadi
harus ngoyakke. Kemudian, tentang sarana prasarana, ada di
sekolahan tu kalau masjid ya bagus tapi kalau untuk Al-Qur’an
masih kurang banyak. Karena anak-anak kurang disiplin, kalau
pinjam itu nggak dikembalikan ke ruang guru, sehingga semua
ditinggal di kelas. Nah.. akhirnya kelas lain tidak dapat. Pasalnya
kalau hari jum’at pagi kan ada tadarus, sehingga anak-anak
akhirnya saya berikan solusi membawa Al-Qur’an dari rumah, itu
punya tapi tidak membawa terutama laki-laki.
5. Solusi apa yang Ibuk temukan dan dapat menjawab sekaligus
menyelesaikan dari problema yang Ibu hadapi dalam proses belajar
mengajar PAI?
“Anak saya dekati secara individu dan saya berikan tugas-tugas
yang berkaitan dan yang dia rasakan sulit. Kemudian, kalau sudah
saya suruh untuk mengahadap dan kalau yang namanya praktik-
praktik dia saya suruh praktik kalau masalah, pemahaman ya
selama dia bertanya saya kasih jawaban. Solusi yang itu diberikan
tugas secara individu.
6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari menemukan
dan menerapkan solusi atas problem yang Ibuk hadapi?
“Kalau solusi yang dihadapi ya anak-anak yang saya beri tanda,
ya harus saya tangani secara individu saya panggil dan saya beri
pengarahan saya suruh praktik ini itu saya beri tugas yang sesuai
dengan apa yang di anggap sulit kemudian kalau pendukungnya
banyak. Kalau penghambatnya kalau dari keluarga yang kurang
bisa, kurang mampu di sekolah anak tidak bisa mengikuti
sementara materi kan sudah di patok ini, sampaikan tapi dia dari
rumah tidak ada sangu atau bekal sehingga dia menerimanya sulit
banget”
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fitri Wijayanti
Tempat, Tanggal Lahir : Ambarawa, 09 Maret 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Pundan Timur RT 03/05, Desa Kebondowo,
Kec. Banyubiru, Kab. Semarang
Riwayat Pendidikan : TK Kemala Bayangkari 02, Lulus Tahun 2001
SD Negeri Kebondowo 02, Lulus Tahun 2007
SMP Negeri 01 Banyubiru, Lulus Tahun 2010
Madrasah Aliyah Negeri Salatiga, Lulus Tahun 2013
Salatiga, 31 Mei 2017
Fitri Wijayanti Nim. 11113098