Download - Presus - Selulitis - Ikun.pdf
-
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN NO.RM : --
RM.01.
ANAMNESIS Nama : Tn. S Ruang : Cempaka
Umur : 69 Tahun
Nama : Tn. S
Tanggal Lahir : Purworejo, 23 Juni 1944
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 69 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Karangwuluh RT 02 RW 03 Kutoarjo
Tanggal Pemeriksaan : 16 Oktober 2013
Dokter yang merawat : dr. Yuli Sulistiyowati, M.Sc, Sp.KK Co-asisten: Kusuma Edhi K.
KELUHAN UTAMA :
Nyeri dan panas pada lutut kiri pasien, disertai warna kulit kemerahan dan kaki sulit
digerakkan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Dua minggu SMRS: Pasien mengatakan pada sebelah lutut kiri terdapat bintik kecil dan
gatal. Pasien tidak begitu memperhatikan bintik tersebut dan sering melakukan garukan. Bintik
menjadi lecet dan beberapa hari kemudian sembuh dan kering.
Satu minggu SMRS: Pasien mulai merasakan panas dan nyeri pada lutut kiri. Keluhan
disertai munculnya area kemerahan pada lutut dan sekitarnya. Rasa nyeri pada awalnya tidak
begitu mengganggu aktivitas, namun lama-kelamaan nyeri makin bertambah dan sendi lutut sulit
digerakkan. Keluhan lain seperti gatal, perih, kesemutan/baal disangkal. Pasien mengeluhkan
badan terasa lemas dan kadang-kadang demam ringan.
3 hari SMRS: Kemerahan semakin luas, dan makin terasa nyeri. Pada paha bagian
belakang muncul area kemerahan, terasa nyeri. Keluhan gatal, perih, mati rasa disangkal. Pasien
mengatakan belum berobat kemanapun sebelum masuk ke RS.
-
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN NO.RM : --
RM.02.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat asma, alergi, HT, DM disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit / gejala-gejala yang sama seperti yang
diderita oleh pasien saat ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign : T : 130/80 S: 37,7 C
N: 86x/menit RR: 22x/menit
Status Dermatologis :
Regio : Lutut kiri
UKK :
1. Pada bagian inferior dan lateral lutut kiri, serta dorsal paha tampak patch eritem,
batas tidak tegas, tepi tidak meninggi, dengan pitting edema dan teraba hangat.
2. Pada bagian lateral lutut kiri tampak macula hiperpigmentasi, batas tegas, tertutup
skuama halus. (Lesi ini dicurigai sebagai port dentre organisme pathogen.)
Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis dengan Angka Leukosit total 40.810/ ul.
Hitung jenis leukosit Neutrofil 30.050/ul dan Monosit 8.700/ul.
Diagnosis Banding
Selulitis
Erisipelas
Abses
Diagnosis Kerja
Selulitis
-
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN NO.RM : --
RM.03.
Terapi
Topikal
Mupirocin Cr. 2 dd ue
Sistemik
Inj. Ceftriaxone IV 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 1A/12 jam
Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam
Diperiksa dan disahkan oleh :
Dokter Pembimbing, Co-Assisten,
(dr. Yuli Sulistiyowati, M. Sc, Sp.KK) (Kusuma Edhi K.)
-
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN NO.RM : --
RM.04.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Selulitis didefinisikan sebagai radang kulit dan subkutis yang cenderung meluas ke arah samping
dan dalam (Siregar, 2004). Sedangkan menurut Arief (2000), selulitis adalah penyebaran infeksi
pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan.
Etiologi
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus aureus dan
Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah Haemophilus
influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan Staphylococcus aureus.
Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah penyebab yang jarang pada selulitis. Selulitis pada
orang dewasa imunokompeten banyak disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus
aureus sedangkan pada ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme
campuran antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai
dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada imunokompeten perlu ada kerusakan
barrier kulit, sedangkan pada imunokopromais lebih sering melalui aliran darah. Onset timbulnya
penyakit ini pada semua usia.
Epidemiologi
Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun dan usia dekade
keempat dan kelima. Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam beberapa
studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki peringkat pertama. Terjadi
peningkatan resiko selulitis seiring meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis
kelamin
-
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN NO.RM : --
RM.05.
Patogenesis
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau
menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi,
kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang yang menderita diabetes mellitus yang
pengobatannya tidak adekuat.
Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-jaringan dan
menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier
fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran sel.
Gambar .Skema patogenesis
Gejala Klinis
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk ditandai
dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan
dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan
akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan
yang efektif dapat terjadi supurasi lokal
Gangguan rasa nyaman dan
nyeri Kerusakan integritas kulit
Nyeri tekan Lesi
Edema kemerahan Eritema lokal pada kulit
Terjadi peradangan akut
Menyebar secara sistemik
Meluas ke jaringan yang lebih dalam
Menyerang kulit dan jaringan subkutan
Bakteri patogen (streptokokus piogenes, streptokokus grup A,
stapilokokus aureus)
-
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN NO.RM : --
RM.06.
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan malaise.
Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor
(nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi
tidak dapat diraba atau tidak meninggi.
Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik.
Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan
darah tepi biasanya ditemukan leukositosis.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal berupa: malaise
anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat, sebelum menimbulkan gejala-gejala
khasnya. Pasien imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan patogen yang
patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak
diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal.
Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang dewasa paling
sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya trauma di ekstremitas. Pada
penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas. Komplikasi jarang ditemukan, tetapi
termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik streptococcus,
limfadenitis, endokarditis bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat menyebabkan
selulitis rekurens.
Penegakan Diagnosis
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada
pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas,
edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya
demam dan dapat menjadi septikemia.
Gejala dan tanda Selulitis
Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah predileksi : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan
genitalia
Makula eritematous : Eritema cerah
Tepi : Batas tidak tegas
Penonjolan : Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema : Edema
Hangat : Tidak terlalu hangat
-
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN NO.RM : --
RM.07.
Tatalaksana
1. Kompres hangat daerah lesi
2. Lesi: ekstremitas bawah Imobilisasi dan elevasi
3. Antibiotika (empiris)
4. Tanpa gejala konstitusional: antibiotika oral: dikloksasilin, sefaleksin, sefuroksim asetil,
eritromisin, klindamisin minimal 10 hari. Jika tidak ada perbaikan dalam 24-48 jam,
segera ganti dengan antibiotika intravena
5. Dengan gejala konstitutional: Antibiotika IV (empiris): kombinasi ampisilin + gentamisin,
atau sefalosporin generasi III (Cefotaxim atau Ceftriaxon) sampai gejala konstitusional
menghilang dan selulitis membaik dalam 3-5 hari, dapat diganti antibiotik oral, dengan
lama terapi 7-14 hari. Sedangkan literatur lain menyebutkan untuk terapi sistemik dapat
diberikan Penisilin dosis tinggi 1,2-2,4juta unit selama 14-21 hari. Eritromisin 4x1 gram
selama 14-21 hari. Antibiotik dengan spektrum luas memberi hasil yang lebih baik, seperti
golongan sefalosporin dan golongan Amoksilin 4 kali sehari 250mg selama 5-7 hari.
Topikal dapat diberika kompres dengan antiseptik seperti povidon iodin 5-10%.
6. Selanjutnya sesuai hasil pewarnaan gram dan biakan dan klinis.
7. Bila lesi supuratif perlu dipertimbangkan tindakan insisi dan drainase.
8. Bila nekrosis pertimbangkan tindakan debridement.
-
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN NO.RM : --
RM.08.
Pembahasan
Pada kasus ini didapatkan seorang laki-laki berusia 69 tahun yang datang dengan keluhan
nyeri pada lutut dan sekitarnya disertai warna kemerahan. Dengan keluhan utama tersebut, banyak
sekali kemungkinan penyebab meliputi penyakit kronis atau degenerasi pada persendian, infeksi,
keganasan maupun trauma. Keluhan dirasakan sejak seminggu terakhir. Dari onset yang baru
muncul seminggu, maka kemungkinan penyakit kronis ataupun keganasan dapat disingkirkan,
Awalnya terasa panas dan sedikit nyeri. Lama-kelamaan nyeri makin terasa, kaki terasa kaku dan
area kemerahan makin luas ke sekitar lutut dan paha belakang. Pasien juga mengeluhkan demam
ringan, badan terasa lemas. Pasien menyangkal lututnya mengalami benturan maupun terjatuh
sebelumnya. Dengan keluhan dan keterangan pasien tersebut, kecurigaan mengerucut pada
kemungkinan pasien ini mengalami suatu proses infeksi. Dari hasil anamnesis yang lebih dalam
didapatkan keterangan pasien mengalami lecet pada sebelah lutut kiri, karena terdapat bintik gatal
yang digaruk. Lokasi ini memungkinkan masuknya organisme pathogen (sebagai port dentre)
yang menyebabkan proses infeksi yang muncul saat ini.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan patch eritem pada sekitar lutut dan paha bagian belakang,
dengan batas tidak tegas, tepi tidak meninggi, pitting edema, dan teraba hangat. Gambaran UKK
tersebut dapat mengarah pada beberapa diagnosis yaitu selulitis, erysipelas dan abses. Abses
segera dapat disingkirkan karena pada UKK tidak ditemukan fokal lesi yang berisi nanah ataupun
mengalami supurasi. Sedangkan lesi pada erysipelas batasnya tegas, namun tanda dan gejala yang
lain hamper sama dengan selulitis. Gejala-gejala yang menyertai seperti demam dan malaise yang
dapat terjadi pada selulitis maupun erysipelas dirasakan oleh pasien ini. Menurut Djuanda (2008),
tidak ada perbedaan absolut antara erysipelas dan selulitis pada infeksi oleh Streptokokus.
Kemudian dari pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis, dengan hitung jenis
terbanyak neutrofil, serta monosit, yang menunjukkan adanya proses infeksi akut. Pemeriksaan
gram dan kultur pada kebanyakan kasus tidak terlalu penting dan efektif, kecuali apabila kondisi
tidak berespon terhadap terapi antibiotik empiris yang diberikan.
Antibiotik yang dipilih pada kasus ini adalah golongan Sefalosporin generasi ketiga yaitu
Ceftriaxone injeksi dengan dosis 1 gr tiap 12 jam. Antibiotik ini sensitif terhadap gram positif
maupun negatif namun lebih luas terhadap gram negatif. Pada kasus selulitis tanpa suppurasi,
pathogen utama yang mungkin menjadi penyebab adalah bakteri golongan Streptokokus, yang
-
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN NO.RM : --
RM.09.
sensitive terhadap golongan sefalosporin. Antibiotik topical Mupirocin juga diberikan pada pasien
ini yang juga sensitive terhadap gram positif maupun negative. Pemberian analgetik juga
diberikan pada pasien ini untuk mengurangi nyeri yang dirasakan hingga mengganggu aktivitas.
Dengan terapi antibiotic yang adekuat dan tanpa ada penyakit lain yang mempersulit, seperti
diabetes mellitus atau gangguan kardiovaskuler, pasien ini cenderung memiliki prognosis yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2008
Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New York:
McGrawHill: 2008
Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC
Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Everett ED, Dellinger P, Goldstein EJ, et al. Practice
guidelines for the diagnosis and management of skin and soft-tissue infections. Clin Infect
Dis. Nov 15 2005;41(10):1373-406