Download - presentasi kasus kebumen
PRESENTASI KASUS
SEORANG P2A0, 51 TAHUN DENGAN MIOMA UTERI
Oleh :
Pritha Fajar Abrianti G99141017
Pembimbing :
dr. Deyna Primavita Pahlevi, Sp. OG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus.
Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma
uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.
Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang
banyak dan penekanan pada pelvis.(1,3)
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh
wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada
wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun
dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit
kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang
tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.(2,3)
Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri
mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut
rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh
didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini
akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim,
keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus
haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal
dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi
seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah
perut dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila
tumor sudah sangat besar.(4)
2
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 41 tahun dengan diagnosa
mioma uteri, yang selanjutnya ditatalaksana untuk laparotomi dengan Total
Abdominal Histerektomi (TAH). Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosa,
tindakan, penatalaksaaan ini sudah tepat dan sesuai dengan literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan
konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak
nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah
fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri
bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.(1,5,6)
2.2. Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25
tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam
ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar
20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada
2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini
paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih
25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita
yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk
berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah
hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.
Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan
dan nullipara.(2,3)
2.3. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma
4
merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik
dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas
kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : (3)
1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor
ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang
relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari
faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen
dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelah menopause.
5. Obesitas : berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi
estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak sehingga terjadi
peningkatan esterogen.
2.4. Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya
perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi
metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten.
Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian
5
menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu
t(12;14)(q15;q24).
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam
waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma.
Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon
mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat
bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal
dan insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk,
telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih
banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena
tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause
sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang
berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia
dini.(3)
2.5. Klasifikasi mioma uteri
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang
terkena.(3)
1. Lokasi
• Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi.
• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa
gejala.
6
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
• Mioma Uteri Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini
dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari
serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah
yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang
lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri
subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi
sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis
submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan
melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai
terapinya dilakukan histerektomi.
• Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan
uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam
rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
• Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel
apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah
7
bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti
kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-
kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat
(jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan
halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip
potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan
miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi
kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila
terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor
ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran,
meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis,
kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel
otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan
ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian
besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian
darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi
postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi
maligna.
8
Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri. (3)
2.6. Gejala klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut : (6)
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno
karsinoma endometrium.
- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.
9
2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
dismenore.
3) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4) Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa
apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi.
2.7. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
- Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif
lama.
- Kadang-kadang disertai gangguan haid, perdarahan kontak, buang air
kecil atau buang air besar.
- Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah
10
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang
tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
Pemeriksaan Abdominal
Mioma uteri dipalpasi sebagai tumor yang ireguler, noduler,
menonjol ke dinding anterior abdomen, dan biasanya padat serta
kencang saat dipalpasi; apabila ada edema akan terasa lembek,
begitu juga bila ada sarkoma, kehamilan, atau perubahan
degeneratif.
Pemeriksaan Pelvik
Temuan yang paling sering adalah pembesaran uterus; ukuran
uterus biasanya asimetris dan ireguler. Uterus biasanya bergerak
bebas kecuali bila ada residu PID. Pada mioma submukosum,
pembesaran uterus biasanya simetris. Beberapa mioma
subserosum, sangat berbeda dari korpus uteri dan dapat bergerak
bebas, biasanya sering menunjukkan adanya tumor adneksa/ekstra
pelvis. Diagnosa mioma cervical atau mioma submukosum
pedunculated dapat dibuat pada tumor yang ekstensi ke kanalis
cervicalis; biasanya suatu mioma submukosum dapat dilihat pada
cervical os atau introitus
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama
untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan
keluhan pasien.
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada
11
abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
2.8. Diagnosis banding
1. Adenomiosis (7)
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan
2.9. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan
mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif. (3)
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut : (3)
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.
- Bila anemi
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini
dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan
karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau
12
pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari
telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis
dalam mengangkat uterus.(6)
Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri. (5)
2.10. Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain : (6)
• Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
• Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
13
Besar < 14 mgg Besar > 14 mgg
Tanpa keluhan Dengan keluhan
Konservatif Operatif
Mioma
• Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur
berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
• Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto rontgen.
• Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan
dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai
gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti
daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai
emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri
pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor
ovarium atau mioma bertangkai.
• Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : (6)
1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
2. Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut
tidak terjadi.
14
3. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya.
BAB III
STATUS PENDERITA
15
I. ANAMNESIS
A. Identitas Penderita
Nama : Ny. A
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Tamanwinangun
Status Pernikahan : Menikah
No CM : 229382
Tanggal Masuk : 26 Oktober 2015
B. Keluhan Utama :
Benjolan di perut.
C.Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang P2A0, 51 tahun dating ke Poli Kandungan RS Kebumen, dengan
keluhan terdapat benjolan di perut. Benjolan tersebut dirasakan muncul
sejak 2 tahun lalu, makin lama makin membesar. Benjolan awalnya hanya
sebesar telur ayam, semakin membesar dari hari kehari, dan 3 bulan terakhir
dirasakan semakin cepat membesar hingga hamper sebesar bola voli.
Benjolan kadang terasa nyeri, nyeri kadang menjalar sampai pinggul.
Benjolan menyebabkan perut pasien kadang terasa panas dan mbesesek.
Pasien juga mengeluhkan keputihan tetapi tidak bau dan kadang ada seperti
flek-flek. Pasien tidak pernah mengalami pedarahan menstruasi yang lama.
Pasien juga tidak pernah merasakan nyeri saat menstruasi. Saat ini pasien
sudah tidak menstruasi, selama sekitar 5 tahun yang lalu. Pasien tidak
mengeluhkan adanya mual, muntah, gangguan buang air kecil dan buang air
besar. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya penurunan berat badan yang
signifikan. Pasien belum pernah mengobati keluhan ini sebelummya ke
16
dokter, namun sempat menjalani pengobatan alternatif.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Alergi Obat / Makanan : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Alergi Obat / Makanan : disangkal
Riwayat Keganasan : disangkal
E. Riwayat Fertilitas : baik
F. Riwayat Obstetri
I. Perempuan, 32 tahun, BBL: 3000 gr, aterm, sehat, persalinan normal
di RS
II. Perempuan, 24 tahun, BBL: 3200 gr, aterm, sehat, persalinan dibantu
bidan
G.Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lama haid : 5-7 hari
Siklus haid : teratur, 28 hari
Volume haid : normal, 2-3 kali ganti pembalut setiap harinya
Nyeri haid : (-)
17
H. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sebanyak 1 kali selama 33 tahun.
I. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien menggunakan IUD, 8 tahun setelah melahirkan anak I dan 10 tahun
setelah melahirkan anak ke II
II. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 26 Oktober 2015
A. Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit sedang, somnolen, gizi kesan cukup
Vital Sign : TD = 110/80 mmHg RR = 24x/menit
N = 112x/menit Suhu = 36 0 C
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjuctiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat.
Thorax : Gld. Mammae membesar, areola mammae hiperpigmentasi (+)
Cor : Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada ka = ki
Palpasi : Fremitus raba dada ka = ki
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada.
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Palpasi : supel, teraba massa pada regio supra pubis hingga
umbilical, soliter, keras, ukuran sekitar 18x15 cm, mobile,
tidak berbenjol, batas tegas, tidak nyeri
18
Perkusi : timpani, pekak pada bagian massa, pekak alih (-),
undulasi (-)
Ekstremitas : Oedema Akral dingin
- - - -
- - - -
CRT <2 detik
B. Status Obstetri
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo : tidak dilakukan
VT : vu tenang, dinding vagina dbn, portio utuh licin, OUE tertutup,
teraba benjolan, ukuran sulit dinilai, STLD (-)
III. LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium Darah tanggal 5 Oktober 2015 jam 16.33 WIB
Hb : 13,2 g/dL
Hct : 40 %
AE : 4,9 . 106/uL
AL : 5,4 . 103/uL
AT : 198 . 103/uL
Gol. Darah : A
CT : 3,0 menit
BT : 3,0 menit
GDS : 76 mg/dL
Ur : 17 mg/dL
Cr : 0,65 mg/dL
SGOT : 18 U/L
SGPT : 11 U/L
Albumin : 2,9 g/dL
HBsAg : non reaktif
b. USG :
19
- VU terisi cukup
- Uterus membesar uk 11,65x13,90
- Tampak gambaran whorl like appearence
- Kesan menyokong gambaran myoma uteri
IV. KESIMPULAN
Seorang P2A0, 51 tahun, riwayat fertilitas dan riwayat obstetri baik,
terdapat benjolan intra abdomen, menyokong gambaran mioma uteri.
V. DIAGNOSIS
Mioma Uteri
VI. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
VII. PENATALAKSANAAN
- Histerektomi bagian jaringan dikirim ke PA
- Inform consent
- Konsul anestesi
- Post histerektomi :
o Injeksi Ceftriaxone 1 amp/ 12 jam
o Injeksi Ketorolac 1 amp/8 jam
o Vit. C 2 x 1 tablet
VIII.FOLLOW UP
Tanggal 27 Oktober 2015
20
P2A0, 51 tahun
S: -
O: Keadaan umum : sedang, compos mentis, gizi cukup
Vital sign : T = 110/70 mmHg RR = 21x/menit
N = 88 x/menit Suhu = 36,10C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Cor/Pulmo dalam batas normal
Abdomen : teraba massa pada regio supra pubis hingga umbilical,
soliter, keras, ukuran sekitar 18x15 cm, mobile, tidak
berbenjol, batas tegas, tidak nyeri, ascites (-)
Genital : darah (-), discharge (-)
A: mioma uteri
P: pro histerektomi (28 Oktober 2015)
Tanggal 28 Oktober 2015
P2A0, 51 tahun
S: -
O: Keadaan umum : sedang, compos mentis, gizi cukup
Vital sign : T = 120/70 mmHg RR = 21x/menit
N = 88 x/menit Suhu = 36,50C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Cor/Pulmo dalam batas normal
Abdomen : teraba massa pada regio supra pubis hingga umbilical,
soliter, keras, ukuran sekitar 18x15 cm, mobile, tidak
berbenjol, batas tegas, tidak nyeri, ascites (-)
Genital : darah (-), discharge (-)
A: mioma uteri
P: pro histerektomi hari ini
Tanggal 29 Oktober 2015
21
P2A0, 51 tahun
S: -
O: Keadaan umum : sedang, compos mentis, gizi cukup
Vital sign : T = 110/70 mmHg RR = 20x/menit
N = 80 x/menit Suhu = 36,20C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Cor/Pulmo dalam batas normal
Abdomen : teraba massa pada regio supra pubis hingga umbilical,
soliter, keras, ukuran sekitar 18x15 cm, mobile, tidak
berbenjol, batas tegas, tidak nyeri, ascites (-)
Genital : darah (-), discharge (-)
A: post histerektomi a.i. mioma uteri
P: Diet TKTP
Injeksi Ceftriaxone 1 amp/12 jam
Injeksi Ketorolac 1 amp/8 jam
Vit. C 2 x 1 tablet
SF 1 x 1 tablet
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi
padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau
multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,
atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga
berhubungan dengan keganasan.(1,5,6)
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita P2A0, 51
tahun dengan diagnosa mioma uteri. Sampai saat ini belum diketahui penyebab
pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Faktor
predisposisi pada pasien tersebut kemungkinan karena umur pasien 51 tahun
dimana tumor ini paling sering memberikan gejala klinis pada usia > 35 tahun.
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma,
dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan
mengalami regresi setelah menopause.(3)
Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.(6)
Gejala-gejala pada pasien tersebut antara lain yaitu munculnya benjolan yang
semakin membesar di perut bagian bawah yang menyebabkan rasa penuh
(mbesesek), disertai nyeri dan berat pada perut bagian bawah. Gangguan ini
tergantung dari besar dan tempat mioma uteri tumbuh sehingga menimbulkan
gejala dan tanda penekanan.(6)
Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang
berarti hemodinamik pasien masih baik. Kemudian juga ditemukan fundus uteri
antara umbilicus dan processus xyphoideus. Hal ini karena adanya massa mioma
yang tumbuh pada uterus. Pada palpasi abdomen teraba massa mioma tunggal,
berukuran sekitar 18 x 15 cm yang berkonsistensi padat dan bersifat mobile.
Konsistensi dari mioma bervariasi dari keras seperti batu hingga lembek,
23
walaupun sebagian besar memiliki konsistensi kenyal seperti karet.(8) Pemeriksaan
penunjang laboratorium didapatkan hasil semua dalam batas normal, yang berarti
bahwa mioma uteri tersebut belum menyebabkan komplikasi sistemik pada tubuh
pasien.
Hasil dari pemeriksaan USG, didapatkan gambaran uterus yang membesar
dan terdapat gambaran whorl like appearance, sehingga menyokong gambaran
mioma uteri. Pemeriksaan dengan CT scan juga dapat dilakukan, namun lebih
mahal dan menghabiskan waktu lebih lama tetapi tidak memberikan informasi
yang lebih daripada USG.(9)
Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah mioma uteri
melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan. Pada anamnesis yang menunjang diagnosis mioma uteri adalah
didapatkan keluhan benjolan di perut bawah. Kemudian dari pemeriksaan fisik
ditemukan ditemukan fundus uteri di antara umbilicus dan processus xyphoideus.
Dari VT teraba massa mioma, namun ukuran sulit dinilai. Pencitraan dengan USG
semakin memperkuat diagnosis mioma uteri dimana terdapat uterus yang
membesar dan gambaran whorl like appearance.
Penatalaksanaan pasien ini dilakukan konsul anastesi untuk mengevaluasi
keadaan pasien untuk operasi. Direncanakan Total Abdominal Histerektomi
(TAH) elektif karena selain untuk mengendalikan perdarahan, dan mengangkat
massa tumor, pasien juga sudah tidak mempunyai keinginan untuk hamil lagi
sehingga tidak perlu mempertahankan fungsi dari rahim. Miomektomi bisa dipilih
untuk pasien yang masih menginginkan anak, sehingga perlu mempertahankan
fungsi uterus. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah
akan timbulnya karsinoma servisis uteri.(6)
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Coronado GD, Marshall LM, Schwartz SM. Complications in
pregnancy, labor, and delivery with uterine leiomiomas: a population
based study. Obstet Gynecol. 2000;95;764-769
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi II. Jakarta : Bina Pustaka, 2005.
337- 345.
3. Taber BZ. Kapita selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Alih
Bahasa: Supriyadi T, Gunawan J Edisi 2. Jakarta : EGC, 1994. 268-272.
4. Llewellyn, J, D. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi.
Hipokrates, Jakarta. Hal 263-265.
5. Cunningham, Mc Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap, Hanskin,
Clark. 2003. William’s Obstetric. Prentice-Hall International.Inc
6. Victory R, Romano W, Bennett J, Diamond M. Clinical
Gynecology. Churchill Livingstone, an imprint of Elsevier Inc. 2006. 179-
205.
7. Kurniasari T. 2010. Karakteristik Mioma Uteri di RSUD Dr.Moewardi
periode Januari 2009 – Januari 2010. Surakarta: FK UNS
8. Moore JG. Essensial Obstetri and Ginekologi. Edisi 2. Jakarta :
Hipokrates, 2001. 378-385
9. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku
Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo,
Jakarta.
25