Download - precissin agriculture
-
7/26/2019 precissin agriculture
1/37
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Percobaan.Percobaan dilakukan mulai bulan Juni 2007
sampai Desember 2007, dimana kondisi curah hujan, bervariasi terhadap jumlah
hari hujan dan jumlah curah hujan, akhirnya terjadi perbedaan rata-rata curah
hujan bulanan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, bulan Juni, Juli, Agustus
dan September terjadi jumlah hari hujan 9, 4, 3, dan 4 kali, dengan total volume
curah hujan 411.5, 154, 165 dan 143 mm/bulan. Rata-rata curah hujan bulanan
45.72, 38.5, 55.7 dan 35.75 mm/bulan adalah tergolong rendah (bulan kering).
Akan tetapi pada bulan Oktober, Nopember dan Desember curah hujan terjadi
kenaikan yang tinggi terhadap jumlah hari hujan 13, 18 dan 21 kali, oleh sebab
itu total jumlah curah hujan bulanan mengalami kenaikan 625, 893 dan 972.6
mm/bulan, selanjutnya rata-rata curah hujan bulanan 48.07, 49.65 dan 46.31
mm/bulan. Ketersedian air ada dua fenomena jadi bulan Juni, Juli, Agustus dan
September 2007 termasuk bulan kering sebaliknya bulan Oktober, Nopember dan
Desember penyedian air cukup akhirnya melimpah. Bulan Oktober, Nopember
dan Desember penyedian air cukup dan melimpah untuk mendukung
pertumbuhan, akan tetapi intensitas cahaya rendah jadi fotosintesis menurun.
Suhu dasar Q10 diasumsikan, bahwa penambahan suhu setiap hari
dikalikan jumlah hari selama siklus hidup tanaman dapat diketahui heat unit
akhirnya akan berpengaruh terhadap umur tanaman pegagan. Heat unit bulan
Juni, Juli, Agustus dan September adalah sebesar 308.4, 312.42, 366.7, dan 320
oC/bulan. Selanjutnya heat unitbulan Oktober, Nopember dan Desember adalah
315, 301.2, dan 191.89oC/bulan, untuk berpeluang menghasilkan bobot kering
tanaman dari hasil fotosintesis. Panjang hari, didefinisikan waktu mulai matahari
terbit sampai terbenam, jadi keseluruhan kurang lebih 12 jam sepanjang tahun
Lockwood (1974). Pertumbuhan tanaman selanjutnya siklus temperatur diurnal di
tropik lebih penting dari pada perubahan suhu dari musim ke musim. Contohnya
suhu rata-rata harian sekitar 3.2oC pada bulan April dan 4.7
oC di bulan
September, akan tetapi perbedaan temperatur bulanan per tahun hanya sekitar 1.2
oC saja (Lamb 1972). Adapun penyebabnya, adalah temperatur ekstrim yang
terjadi selama periode beberapa hari atau bahkan beberapa jam, oleh sebab itu
dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman semusim di samping itu dapat
-
7/26/2019 precissin agriculture
2/37
24
merusak spesies tanaman tahunan, lagi pula ditumbuhkan pada daerah yang
terkenafrost. Hasilnya pengamatan suhu udara hasilnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Rerata suhu udara bulanan di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur Tahun 2007
Bulan
Pagi hari jam 06.00 Siang hari jam 12.00 Sore hari jam 18.00 Rata-rataMin Max Rata-
rataMin Max Rata-
rataMin Max Rata-
rata
..................................................................OC.....................................................................
Juni 13.0 22.0 17.5 17.0 34.0 25.5 15.0 24.0 19.5 20.8
Juli 15.0 22.0 17.5 16.0 26.0 21.0 15.0 24.0 19.5 19.3
Agustus 15.0 22.0 17.5 18.0 34.0 26.0 15.0 25.0 20.0 21.2
Septem-
ber
15.0 22.0 17.5 17.0 34.0 25.5 15.0 25.0 20.0 21.0
Oktober 15.0 22.0 17.5 16.0 33.0 24.5 15.0 24.0 19.5 20.5
Nopem-
ber
15.5 21.4 18.5 17.9 28.2 23.1 15.6 21.6 18.6 20.0
Desem-
ber
13.7 15.2 14.4 14.4 22.9 18.6 13.3 17.7 15.5 16.2
Sumber data : data primer dari loboratorium lapang Cipanas (2007)
Pada umumnya tanaman pegagan menyukai tanah yang agak lembab,
cukup sinar matahari, di samping itu agak terlindung, oleh karena itu tumbuh baik
pada ketinggian 700-2500 m di atas permukaan laut (dpl), jadi di lokasipenelitian yang mempunyai ketinggian 1300 m dpl cocok untuk
pengembangannya.
Sifat Fisik dan Kimia Tanah Andisols. Tanah Andisols di lokasi
penelitian menunjukkan bahwa bahan induk terbentuk dari vulkan yang telah
mengalami perkembangan. Bentuk struktur pada lapisan atas umumnya remah,
berukuran sangat halus sampai kasar dengan tingkat perkembangan sedang. Sifat
kimia tanah ditandai dengan pH tanah agak masam sampai netral, di samping itu
kadar C-organik sedang, KTK rendah sampai tinggi (Mulyanto 1984 dalam
Harini 2001)
Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa jenis tanah Andisols di lokasi
penelitian adalah pH tanah sangat masam, C-org sedang, status hara makro
rendah (N, P tersedia dan K), akan tetapi unsur hara mikronya tinggi.
-
7/26/2019 precissin agriculture
3/37
25
Analisis sifat fisik jenis tanah Andisols mempunyai kandungan liat
(27.06%), dan debu (26.89%), oleh sebab itu di dominasi oleh kandungan pasir
(46.05 %), jadi tergolong kelas tektur pasir liat berdebu. Sifat fisik tanah yang
kurang mendukung pertumbuhan tanaman pegagan di samping beberapa sifat
kimia tanah yang menyebabkan faktor pembatas pertumbuhan tanaman pegagan
yaitu tingginya kandungan Fe (5984.5 ppm/100 g) dan Mn (197.98 ppm/100 g)
dan rendah unsur hara makro. Hasil analisis dan metode yang digunakan hasilnya
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil analisis pendahuluan karakteristik tanah Andisols di Gunung
Putri, Cipanas, Cianjur 2007
Sifat Tanah Nilai uji tanah Metode/ekstraktan Satuan
pH H2O 4.45 SM pH meter
pH KCl 4.23 SM pH meter
C-org 3.20 T Kurmies %N total 0.19 R Kjeldahl %
C/N ratio 16.84 T -
P tersedia 1.22 R Bray-1 ppmCa 4.28 R 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100 g
Mg 0.75 R 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100 g
K 0.25 R 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100 gNa 0.23 R 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100 g
Total 5.51
Al 0.41 T 1 N KCl me/100 gKTK 20.16 T 1 N NH4Oac pH 7.0 me/100 g
KB 27.33 R %
Fe 5144.05 ST 0.05 N HCl ppm
Mn 197.98 T 0.05 N HCl ppm
Cu 34.98 S 0.05 N HCl ppmZn 55.39 S 0.05 N HCl ppm
Tektur
Pasir 46.05 Pipet %Debu 26.89 Pipet %
Liat 27.06 Pipet %
Sumber : Laboratorium tanah dan kimia, fitokimia BALITTRO Bogor (2007)
Keterangan: SM (sangat masam), R (rendah), S (sedang), T (Tinggi), dan ST (sangat tinggi)
Tingginya kandungan Fe dan Mn kemungkinan sudah berada pada tingkat
konsentrasi yang meracuni tanaman pegagan. Tanah-tanah masam pada umumnya
mengandung ion-ion Al3+
, Fe3+
dan Mn2+
terlarut dan tertukarkan dalam jumlah
yang cukup nyata (Tan 1982). Ketiga unsur tersebut dapat mengikat P sehingga
menjadi tidak tersedia bagi tanaman, dan apabila diserap oleh tanaman dalam
jumlah banyak dapat meracuni tanaman. Di samping itu kadang - kadang
-
7/26/2019 precissin agriculture
4/37
26
kelebihan Mn dapat menginduksi defisiensi unsur hara Fe, Mg dan Ca dan
keracunan Zn mengiduksi defisiensi Fe, Mg, dan Mn (Marschner 1995).
Akhirnya akan menyebabkan penyerapan hara terhambat, sehingga hasil fotosintat
akan berkurang dan selanjutnya berdampak terhadap laju pertumbuhan tanaman
pegagan dapat terhambat.
Berdasarkan pada analisis tanah terhadap sifat fisik dan kimia dapat
diketahui urutan tingkat kekahatan atau faktor pembatas untuk pertumbuhan
pegagan. Sifat kimia tanah yang menjadi faktor pembatas utama adalah pH tanah
(sangat masam), hara N (0.19%), P (1.22 ppm) dan K (0.25 me/100g). Faktor
pembatas ke dua adalah disebabkan tingginya kadar Fe (5144.05 ppm), Mn
(197.98 ppm), Cu (34.98 ppm) dan Zn (55.39 ppm). Sedangkan faktor pembatas
ke tiga yaitu sifat fisik tanah yaitu : tektur pasir (46.05 %) dalam mengikat air danpenyangga hara rendah. Sebaliknya terdapat beberapa faktor yang mendukung
tanaman pegagan adalah kadar C-organik tanah kategori tinggi (3.20 %) dan C/N
ratio (16.84).
Kajian P2O5 terhadap Nilai SPAD Klorofil Meter Daun dan Pertumbuhan
Pegagan Umur 2 sampai 16 MST
Rekapitulasi hasil sidik ragam dari komponen nilai SPAD klorofil meter
tanaman pegagan Centella asiatica L. (Urban) menunjukkan bahwa pemberian
pupuk P2O5 berpengaruh nyata, akan tetapi komponen pertumbuhan tidak
berbeda nyata. Komponen nilai SPAD klorofil meter daun muda dan tua berbeda
nyata pada umur 8 MST diikuti pada daun tua, namun sebaliknya daun muda tidak
berbeda nyata pada umur 16 MST (Tabel 5). Jumlah buku berbeda nyata
terhadap pemupukan P2O5pada umur 8 MST. Bagian dengan Tabel 16 halaman
36 rekapitulasi hasil sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemberian pupuk P2O5 terhadap
komponen nilai SPAD klorofil meter daun dan pertumbuhan (RAK)
Peubah Umur
(MST)
Pupuk
P2O5
KK
a. Komponen nilai SPAD klorofil meter daun
Nilai SPAD klorofil meter daun muda 8 * 5.81
Nilai SPAD klorofil meter daun tua 8 * 4.75
-
7/26/2019 precissin agriculture
5/37
27
Tabel lanjutan 5
Nilai SPAD klorofil meter daun muda 16 tn 15.93
Nilai SPAD klorofil meter daun tua 16 * 5.16
b.Komponen pertumbuhan
Jumlah daun induk 2 tn 12.32
4 tn 31.56
6 tn 21.638 tn 30.09
10 tn 13.70
12 tn 22.6314 tn 22.66
16 tn 23.02
Panjang tangkai daun 2 tn 27.354 tn 11.12
6 tn 6.08
8 tn 18.55
10 tn 9.00
12 tn 14.0414 tn 10.83
16 tn 10.41
Diameter tangkai daun 2 tn 25.024 tn 15.656 tn 22.25
8 tn 29.7610 tn 23.18
12 tn 6.39
14 tn 9.45
16 tn 12.21
Jumlah sulur pirmer 2 tn 18.374 tn 39.17
6 tn 22.60
8 tn 18.42
10 tn 11.8312 tn 14.79
14 tn 15.5416 tn 16.71Panjang daun 2 * 5.28
4 * 3.526 tn 5.14
8 tn 8.09
10 tn 7.1212 tn 8.01
14 tn 7.57
16 tn 8.62
Lebar daun 2 tn 5.994 tn 15.15
6 tn 4.06
8 tn 7.51
10 tn 8.2712 tn 5.48
14 tn 4.80
16 tn 4.81Jumlah bunga induk 4 tn 23.32
6 tn 24.91
8 tn 37.60
10 tn 16.22
12 tn 16.9114 tn 12.93
-
7/26/2019 precissin agriculture
6/37
28
Tabel lanjutan 5
16 tn 20.58
Panjang sulur 2 tn 10.47
4 tn 23.80
6 tn 25.74 8 tn 8.93
16 tn 22.89Jumlah buku 4 tn 23.61 6 tn 23.61
8 * 36.41
Keterangan: KK : Koefisien Keragaman tn : Tidak berbeda nyata
* : Berbeda nyata ** : Berbeda sangat nyata
Nilai SPAD Klorofil Meter Daun
Nilai SPAD Klorofil Meter Daun Muda dan Tua. Pemupukan P2O5
berpengaruh nyata dalam peningkatan nilai SPAD klorofil meter daun muda dan
tua pada umur 8 MST (Tabel 6). Hasil sidik ragam nilai SPAD klorofil meter
(SPAD 502) diamati melalui intensitas kehijauannya (greennes) hasilnya disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai pada SPAD klorofil meter daun muda dan daun tua
Perlakuan
pupuk P2O5
(kg/ha)
Umur 8 MST Umur 16 MST
Daun muda Daun tua Daun muda Daun tua
. Nilai SPAD
0 23.97 b 36.06 b 24.45 35.31 b36 26.32 a 39.07 a 26.05 40.98 a
72 25.79 ab 39.58 a 28.77 39.09 a
108 25.49 ab 39.03 a 26.81 38.82 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
Sebaliknya, umur 16 MST nilai SPAD klorofil meter daun muda tidak berbeda
nyata ini diduga bahwa kandungan P sebagian besar tersimpan pada daun tua, oleh
sebab itu pada daun tua berbeda nyata. Pupuk P2O5 berpengaruh nyata
dibandingkan dengan tanpa P2O5terhadap nilai SPAD klorofil meter. Nilai SPAD
klorofil meter dosis pupuk 36 kg P2O5/ha berbeda nyata terhadap daun muda
dan daun tua oleh sebab itu memberikan derajat intensitas kehijauan warna daun
lebih cerah dibandingkan dengan warna daun tanpa pemberian P2O5selanjutnya
menunjukkan derajat intensitasnya warna agak gelap. Hal ini diduga bahwa warna
kehijuan (greenness) yang tinggi pengaruh dari warna pigmen kuning hingga
-
7/26/2019 precissin agriculture
7/37
29
jingga (karotenoid) sebagai pigmen yang berperan dalam pemanen cahaya untuk
fotosintesis dan melindungi klorofil daun dari kerusakan akibat oksidasi oleh O 2
pada saat penyinaran yang tinggi. Semakin tinggi nilai SPAD klorofil meter akan
menunjukkan warna daun lebih cerah.
Peningkatan nilai SPAD klorofil meter daun muda tertinggi diperoleh
pada pemberian pupuk 36 kg P2O5/ha, dengan persamaan Y = 0.6625x2+ 3.7155
x + 21.072 (R2= 0.8415*), di samping itu pada daun tua tertinggi diperoleh pada
pemberian pupuk 108 kg P2O5/ha, dengan persamaan Y = 0.685x2+ 5.797 x +
31.48 (R2= 0.9966*). Selanjutnya umur 16 MST pemupukan P2O5tidak berbeda
nyata terhadap nilai SPAD klorofil meter daun muda, akan tetapi daun tua
berbebeda nyata, dengan persamaan Y = 0.0001x2 + 0.0532 x + 35.769 (R2 =
0.7487). Oleh sebab itu pemberian pupuk 36 dan 108 kg P2O5/ha seperti halnyadapat menjelaskan keragaman Y sebesar 84.15 dan 99.66 % terhadap umur 8
MST, di samping itu dosis pupuk 36 kg P2O5/ha dapat menjelaskan keragaman Y
sebesar 74.87 % berdasarkan pada derajat kehijauan daun dengan alat SPAD
klorofil meter. Rusmarkan dan Yuwono (2002) menyimpulkan warna daun secara
kualitatif bahwa kekurangan unsur fosfor umumnya menyebabkan volume
jaringan tanaman menjadi lebih kecil dan warna daun menjadi gelap. Selanjutnya
menurut Jones (1967), kekurangan fosfor berakibat pertumbuhannya kurang baik,
warna daun juga menjadi purple (keunguan) dan kecoklatan di samping itu
pembentukan antosianin terhambat.
Gambar 3 Nilai SPAD klorofil meter daun muda
-
7/26/2019 precissin agriculture
8/37
30
Komponen Pertumbuhan
Jumlah Daun Induk. Pemberian pupuk P2O5 tidak berpengaruh nyata
terhadap semua jumlah daun induk umur 2 sampai 16 MST. Jumlah daun
pegagan mulai umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 minggu setelah tanam (MST)
cenderung terjadi peningkatan dengan bertambah umur tanaman, akhirnya terjadi
penambahan agak lambat dan staknasi. Semakin bertambah umur tanaman
bertambah pula jumlah daun induk meningkat secara kuadratik, namun setelah
umur 10 MST terjadi kurva linier dan cenderung menurun, sehingga pada umur 16
MST akhirnya terjadi penguguran daun, ini terbukti bahwa jumlahnya berkurang
pada semua perlakuan. Pengaruh pemupukan P2O5terhadap pertambahan jumlah
daun induk tanaman pegagan hasilnya disajikan Tabel 7.
Tabel 7 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap jumlah daun induk
Perlakuan
pupuk P2O5(kg/ha)
Minggu Setelah Tanam (MST)
2 4 6 8 10 12 14 16
Helai.
0 3.60 5.85 11.76 15.86 22.25 20.18 19.85 19.60
36 3.56 5.26 11.03 13.80 19.85 19.90 18.20 17.9572 3.27 4.20 8.88 12.04 22.15 23.31 20.28 19.70
108 3.13 4.21 9.70 19.00 21.28 22.70 19.90 18.25
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
Di samping itu pola pertumbuhan tanaman dikotil seperti pegagan pada
daun primer, pembelahan sel berakhir ketika daun mencapai jumlah 80 %, yang
selanjutnya pertambahan calon daun tidak berkembang di sekitar apeks tajuk
untuk digunakan memperluas tanaman. Hal ini juga diduga karena perkembangan
tanaman dipartisikan ke arah pembentukan organ lain seperti jumlah sulur
sekunder dan panjang sulur untuk memperluas tanaman, sehingga dapat bersaing
dengan tanaman lainnya.
Panjang Tangkai Daun Terpanjang. Pemberian pupuk P2O5 tidakberbeda nyata pada semua perlakuan terhadap peubah panjang tangkai daun umur
2 sampai 16 MST. Helaian daun didukung oleh tangkai daun pembelahan terjadi
memanjang ke atas untuk mempertinggi posisi daun untuk memperoleh cahaya
penuh, sehingga dapat aktif berfotosintesis. Pada umumnya bentuk tangkai daun
tanaman pegagan adalah bulat dan dalamnya berlubang, seperti pipa dan tidak
-
7/26/2019 precissin agriculture
9/37
31
beruas posisi tegak. Pembelahan sel menunjukkan bahwa terjadi pada fase awal
agak cepat, namun setelah umur 8 MST terjadi bertambah panjang yang agak
lambat, akan tetapi setelah umur 10 sampai 16 MST hampir staknasi. Berdasarkan
hasil karakterisasi pegagan parameter panjang tangkai daun posisi tegak dapat
mencapai setinggi sekitar 5 15 cm (Kristijarti et al. 2004), ini berbeda dengan
hasil penelitian dihasilkan lebih pendek, sehingga pertambahan panjang tangkai
daun lambat. Hal ini diduga karena pengaruh lingkungan berbeda. Pengaruh
pemupukan P2O5 terhadap panjang tangkai daun tanaman pegagan hasilnya
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap panjang tangkai daun
Perlakuan
pupuk P2O5(kg/ha)
Minggu Setelah Panen (MST)
2 4 6 8 10 12 14 16
.cm.
0 3.95 4.81 5.72 6.49 7.40 7.20 8.13 8.16
36 3.03 4.71 5.61 6.94 7.26 7.31 7.91 8.0572 3.38 4.22 5.20 6.48 7.20 8.17 8.20 8.30
108 4.08 4.79 5.25 8.25 6.91 7.18 8.07 8.07
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
Sebaliknya, hasil penelitian Musyarofah (2006) menghasilkan bahwa
perbedaan panjang tangkai daun pegagan sangat berbeda nyata dipengaruhi oleh
adanya perbedaan naungan, akan tetapi pemberian pupuk alami tidak
berpengaruh nyata sampai pada umur 12 MST.
Diameter Tangkai Daun. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
pemupukan P2O5 pada berbagai dosis pupuk tidak berpengaruh nyata. Diameter
tangkai daun pegagan mulai umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 MST terjadi
peningkatan, akan tetapi setelah menjelang umur 16 MST pembelahan sel terjadi
staknasi dan bahkan cenderung menyusut. Hal ini diduga bahwa pertumbuhan
semakin bertambah mengikuti umur tanaman pegagan terjadi pertambahandiameter tangkai daun karena untuk mendukung semakin bertambahnya beban
dan luas daun yang semakin bertambah pula (Tabel 9).
-
7/26/2019 precissin agriculture
10/37
32
Tabel 9 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap diameter tangkai daun
Perlakuan
pupuk P2O5(kg/ha)
Minggu Setelah Tanam (MST)
2 4 6 8 10 12 14 16
cm
0 0.05 0.79 1.36 1.05 1.06 1.82 1.77 1.4236 0.06 1.09 1.23 1.09 1.18 1.74 1.86 1.8672 0.04 1.03 1.18 1.03 1.18 1.82 1.87 1.69
108 0.05 0.91 1.09 1.15 1.15 1.84 1.92 1.87
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
Walaupun, hasil sidik ragam tidak berbeda nyata akan tetapi hasil akhir
diameter tangkai daun cenderung lebih besar pada pengaruh perlakuan pupuk
P2O5 dibandingkan dengan tanpa pupuk P2O5(Tabel 9).
Jumlah Sulur Primer. Pemberian pupuk P2O5 berpengaruh nyata
terhadap jumlah sulur primer pada umur 10 MST, akan tetapi tidak berpengaruh
nyata pada umur 2, 4, 6, 8, 12, 14 dan 16 MST (Tabel 10). Hasil sidik ragam
pengaruh pemupukan P2O5 terhadap jumlah sulur primer tanaman pegagan
hasilnya disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Pengaruh pupuk P2O5terhadap jumlah sulur primer
Perlakuan
pupuk P2O5
(kg/ha)
Minggu Setelah Tanam (MST)
2 4 6 8 10 12 14 16
.Unit0 0.33 0.53 1.60 2.43 4.85 ab 5.18 6.65 7.15
36 0.26 0.41 1.56 2.40 4.33 b 5.80 6.06 6.60
72 0.20 0.71 1.66 2.66 5.10 a 5.56 7.21 7.43108 0.50 0.76 1.96 2.13 4.83 ab 5.91 6.70 7.04
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkanperbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
Pengaruh pemberian P2O5 pada umur 10 MST jumlah sulur primer
berbeda nyata diduga disebabkan oleh ketersedian air (curah hujan 893 mm/bulan)
yang cukup sehingga pupuk P2O5mudah larut untuk diserap oleh akar. Hasil
kelebihan fotosintat dapat diduga difungsikan untuk pembentukan jumlah sulurprimer. Jumlah sulur primer tamaman induk pegagan mulai umur 2, 4, 6, 8, 10,
12, 14 dan 16 MST terjadi peningkatan yang linear mengikuti umur tanaman.
Jumlah sulur primer tertinggi pada pemberian pupuk 72 kg P2O5/ha, dengan
persamaan Y = -6E 06x2 0.0012 x + 4.7335 (R
2 = 0.01308), meskipun
pemberian P2O5 tidak berpengaruh nyata, namun terjadi pertambahan jumlah
-
7/26/2019 precissin agriculture
11/37
33
sulur primer tanaman induk pegagan mulai umur 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16
MST secara liniear. Sebaliknya pemberian pupuk 72 kg P2O5/ha pada umur 10
MST belum banyak menjelaskan hasil Y karena dengan memiliki koefisien
determinasi sebesar 1.3 %. Kemungkinan jumlah sulur primer bertambah,
selanjutnya luasan serapan meningkat dengan membentuk buku-buku lebih
banyak setiap buku akhirnya akan menjadi induk baru agar mampu bersaing
meperluas ruangan.
Panjang Daun. Pemberian pupuk P2O5 berpengaruh nyata terhadap
panjang daun pada umur 2 dan 4 MST, akan tetapi setelah umur 6, 8, 10, 12, 14
dan 16 MST tidak berpengaruh nyata. Peningkatan panjang daun tertinggi pada
umur 2 dan 4 MST diperoleh pada tanpa pupuk P2O5/ha, dengan persamaan Y = -
5E 07x
2
0.0006 x + 2.031 (R
2
= 0.9993*) dan Y = 2E -07 0.0001 + 2.3465 (R
2
= 0.98*). Tanpa pemberian pupuk P2O5 umur 2 dan 4 MST dapat menjelaskan
keragaman Y sebesar 99.93 dan 98 %. Hal ini diduga bahwa pada umur 2 dan 4
MST pupuk SP-36 yang digunakan mempunyai sifat slow releaseed larut dalam
air belum dapat diserap oleh akar, sehingga kemungkinan untuk mendukung
pembelahan sel daun belum berpengaruh. Di samping itu tanaman pegagan
mampu beradaptasi dengan lingkungan dengan melakukan memperpanjang daun,
sehingga mendapatkan luasan serapan cahaya meningkat untuk berfotosintesis dan
pada akhirnya serapan hara oleh akar juga cenderung meningkat. Data hasil
pengamatan pengaruh pemberian P2O5terhadap panjang daun hasilnya disajikan
Tabel 11.
Tabel 11 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap panjang daun
Perlakuan
pupuk P2O5(kg/ha)
Minggu Setelah Tanam (MST)
2 4 6 8 10 12 14 16
..cm..
0 2.03a 2.34a 2.89 3.89 3.39 3.38 3.64 3.74
36 1.97ab 2.27ab 2.87 2.03 3.29 3.45 3.62 3.6172 1.89ab 2.14 bc 2.77 2.90 3.22 3.50 3.48 3.63
108 1.81 b 2.08 c 2.66 3.10 3.30 3.69 7.57 3.54
Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
Pertambahan panjang daun setelah membuka penuh terjadi pertambahan
perkembangan yang mengikuti umur tanaman, sehingga daun mengalami proses
-
7/26/2019 precissin agriculture
12/37
34
diferensisasi dan pertumbuhan secara aktif. Wareing dan Philips (1970)
menyimpulkan bahwa laju diferensiasi dapat diekspresikan sebagai pertambahan
jumlah, dimana pertumbuhan organ diekspresikan sebagai penambahan ukuran.
Lebar Daun. Pemberian pupuk P2O5 tidak berpengaruh nyata terhadap
lebar daun pada umur 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 MST. Pertambahan lebar daun
setelah membuka penuh mengikuti umur tanaman. Panjang dan lebar daun
mengalami proses diferensisasi dan pertambahan bersama-sama, seperti halnya
dengan bertambahnya lebar dan juga diikuti panjang daun, sehingga daun
berbentuk seperti ginjal manusia ini terbukti ukuran panjang daun lebih kecil
dibandingkan dengan lebar daun (Tabel 11 dan 12).
Tabel 12 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap lebar daun
PerlakuanpupukP2O5
(kg/ha)
Minggu Setelah Tanam (MST)
2 4 6 8 10 12 14 16
cm.0 3.64 3.91 4.94 5.16 5.56 5.66 5.91 5.94
36 3.49 3.35 4.76 5.31 5.57 5.85 5.85 5.86
72 3.26 3.80 4.89 5.09 6.02 5.90 5.90 5.88108 3.41 3.78 4.67 5.32 5.57 5.77 5.59 5.60
Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
Secara singkat dimensi fisik dari diferensiasi adalah jumlah per waktu, di
mana laju pertambahan panjang dan lebar daun. Oleh sebab itu bentuk daun
pegagan seperti ginjal manusia (reniformis), sehingga pertambahan panjang
berukuran lebih pendek dibandingkan dengan lebar daun lebih besar (Tabel 11
dan 12).
Jumlah Bunga Induk. Pemberian pupuk P2O5 tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah bunga induk pada umur 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 MST (Tabel
12), hal ini kemungkinan hasil asimilat sebagian besar masih digunakan untuk
pertumbuhan mendukung bobot biomas dan kandungan bioaktif, terbukti jumlah
bunga sedikit. Pegagan umumnya mempunyai bunga untuk menghasilkan buah
berukuran kecil, oleh sebab itu tidak dapat digunakan dalam perkembangbiakan
generasi berikutnya diduga karena cadangan makanan tersimpan sangat rendah.
Kristijarti et al. (2004) melaporkan bahwa bentuk buahnya pipih dengan lebar
kurang 7 mm dan tinggi kurang 2-3 mm berlekuk dua dan berdiding tebal.
Adapun, tahapan pertumbuhan tanaman pegagan secara singkat dapat disimpulkan
-
7/26/2019 precissin agriculture
13/37
35
bahwa diawali dengan perkembangan dengan organ vegetatif, generatif terbentuk
biji. Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap jumlah bunga induk tanaman pegagan
hasilnya disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap jumlah bunga induk
Perlakuan
pupuk P2O5(kg/ha)
Minggu Setelah Tanam (MST)
2 4 6 8 10 12 14 16
..Unit.0 0 1.11 2.93 3.06 7.51 7.86 11.08 13.95
36 0 0.53 1.86 3.33 6.08 8.98 10.28 14.10
72 0 0.60 1.83 3.33 7.98 8.58 9.41 13.07
108 0 0.70 2.36 3.60 7.40 8.33 10.20 14.43
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkanperbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
Tahapan perkembangan selanjutnya adalah dimana tanaman berbunga dan
memproduksi biji untuk memecahkan propagul-prapagul pada generasi
berikutnya, secara generatif dan propogol organ vegetatif yang lebih penting
dibandingkan dengan buah buni.
Panjang Sulur Primer.Pemberian pupuk P2O5 tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang sulur primer pada umur 2, 4, 6, 8 dan 16 MST. Panjang sulur
primer tamaman induk pegagan mulai umur 2, 4, 6, 8 dan 16 MST terjadi
peningkatan yang linear mengikuti umur tanaman (Tabel 14). Pengaruh
pemupukan P2O5 terhadap panjang sulur primer tanaman pegagan hasilnya
disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap panjang sulur tanaman induk
Perlakuan
Dosis pupuk P2O5(kg/ha)
Minggu Setelah Tanam (MST)
2 4 6 8 16
..cm.0 1.53 7.70 22.58 38.52 126.25
36 2.26 5.80 20.65 34.32 126.25
72 1.07 4.26 18.71 36.48 156.13
108 1.25 6.63 19.93 44.50 145.55
Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkanperbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
Penambahan panjang sulur tamaman induk pada pada umur 2 ke 4 MST
lambat, akan tetapi setelah menjelang umur 6 ke 8 MST bertambah secara
cepat 4.8 kali dan seterusnya, hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan yang
-
7/26/2019 precissin agriculture
14/37
36
mendukung terutama pada musim penghujan (625 972 mm/bulan), akhirnya
penyerapan larutan hara tinggi di samping itu hasil fotosintat meningkat untuk
mendukung perpanjangan sulur. Pengaruh pemberian pupuk P2O5 mempunyai
kecenderungan meningkat lebih panjang dibandingkan tanpa pupuk P2O5.
Jumlah Buku Sulur Terpanjang. Pemberian pupuk P2O5 tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah buku pada umur 4 dan 6 MST, akan tetapi
umur 8 MST berpengaruh nyata (Tabel 15). Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap
jumlah buku sulur terpanjang sulur primer tanaman pegagan hasilnya disajikan
pada Tabel 15.
Tabel 15 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap jumlah buku tanaman induk
PerlakuanDosis pupuk P2O5(kg/ha)
Minggu Setelah Tanam (MST)
4 6 8
Unit.
0 0.86 2.23 5.23 a
36 0.70 2.15 3.31 b72 0.96 2.21 4.40 ab
108 0.73 2.10 3.13 b
Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
Pengaruh jumlah buku tanaman induk pemberian pupuk dengan dosis 36
kg dan 108 kg P2O5 /ha tidak berpengaruh nyata, akan tetapi tanpa pupuk P2O5
berpengaruh nyata. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian P2O5tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah buku sulur tanaman induk pada 8 MST. Hasil
tertinggi diperoleh pada tanpa pemeberian P2O5 dengan persamaan Y = 2E-05x2
0.0101x + 4.9615 (R2= 0.5056*), sebaliknya umur 4 dan 6 MST tidak berbeda
nyata (Tabel 15).
Berdasarkan panjang sulur tidak berbeda nyata, akan tetapi jumlah buku
berbeda nyata, hal ini diduga bahwa fungsi P2O5 untuk memperkuat batang,
sehingga semakin pendek ruas maka tanaman akan semakin keras dan kuat hal ini
diduga sebagai tempat penyimpanan karbohidrat di samping itu mineral. Jumlah
buku sulur tanaman induk tertinggi pada kontrol atau tanpa P2O5, hal ini diduga
bahwa simpanan hara pada tanaman liar dapat beradaptasi seperti tanaman
pegagan difungsikan dalam memperkuat batang dengan cara memperbanyak
buku, sehingga jumlah bukunya lebih banyak untuk menyimpan hara, pada waktu
kekurangan hara P dapat dimobilisasi ke organ lain yang membutuhkan.
-
7/26/2019 precissin agriculture
15/37
37
Penghindaran terhadap kekurangan hara tanaman liar dengan cara untuk
memperbanyak buku - buku dalam sulur. Menurut Morard (1970) dalam
Rosmarkam dan Yuwono (2002) fosfor merupakan senyawa penyusun jaringan
tanaman terutama fosfolipida dan fitin untuk memperkuat batang, seperti sulur
untuk tanaman pegagan yang mempunyai sifat menjalar, seperti halnya tanaman
rumput.
Kajian Waktu Panen dan Pupuk P2O5terhadap Nilai SPAD Klorofil Meter
Daun, Pertumbuhan dan Produksi Asiatikosida Pegagan
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh waktu panen dan pemupukan P2O5 terhadap
komponen nilai SPAD klorofil meter daun, pertumbuhan dan produksi
asiatikosida tanaman pegagan Centella asiatica L. (Urban) hasilnya disajikanpada Tabel 16.
Tabel 16 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh waktu panen dan pupuk P2O5terhadap komponen pertumbuhan, produksi dan fisiologi (Split Plot
Design)Peubah Umur
(Bulan)
Waktu
panen
Pupuk
P2O5
Interaksi
(WXP)
KK
PU
KK
AP
a. Nilai SPAD klorofil meter, bobot akar dan kandungan P jaringan
Nilai SPAD klorofil meter
daun muda
2 & 4 tn tn tn 8.06 8.25
Nilai SPAD klorofil meter
daun tua
2 & 4 tn ** * 8.16 3.71
Bobot akar induk 2 & 4 tn * tn 4.25 18.31
Kandungan P jaringan 2 & 4 tn tn tn 12.18 12.86Total serapan P jaringan 2 & 4 * tn tn 13.18 13.87
b. Pertumbuhan
Jumlah daun induk 2 & 4 * tn * 26.50 23.99
Panjang tangkai daun 2 & 4 * tn tn 8.18 19.21Diameter tangkai daun 2 & 4 tn tn tn 17.90 20.59
Jumlah sulur primer 2 & 4 * tn tn 37.15 22.50
Panjang sulur 2 & 4 * tn tn 48.75 27.56
c. Komponen produksiPanjang daun 2 & 4 * tn tn 8.25 9.80
Lebar daun 2 & 4 * tn tn 7.62 6.69
Jumlah bunga induk 2 & 4 * tn tn 15.93 21.98Luas daun pertanaman 2 & 4 tn * tn 35.32 19.88
Jumlah daun pertanaman 2 & 4 tn tn tn 25.06 13.85
Bobot basah ubinan
(1 m x 1 m)
2 & 4 * * * 18.32 13.54
Bobot kering ubinan
(1m x 1 m)
2 & 4 * * * 48.03 12.79
Kandungan asiatikosida 2 & 4 tn tn tn 38.14 16.79
Produksi asiatikosida 2 & 4 * * * 48.09 13.09
Keterangan: KK : Koefisien Keragaman tn : Tidak berbeda nyata* : Berbeda nyata ** : Berbeda sangat nyata
-
7/26/2019 precissin agriculture
16/37
38
Perlakuan umur waktu panen berpengaruh nyata terhadap total serapan P,
jumlah daun induk, panjang tangkai, jumlah sulur primer dan panjang sulur,
panjang daun, lebar daun, jumlah bunga induk, bobot biomas basah dan bobot
biomas kering di samping itu produksi asiatikosida. Sebaliknya komponen yang
tidak berpengaruh nyata oleh perlakuan umur waktu panen adalah nilai SPAD
klorofil meter daun muda dan daun tua, bobot akar induk, kandungan P jaringan,
diameter tangkai daun, luas daun di samping itu jumlah daun pertanaman.
Komponen nilai SPAD klorofil meter daun tua, jumlah daun induk, bobot
biomas basah, bobot biomas kering dan produksi asiatikosida berbeda nyata
dipengaruhi oleh pemberian pupuk P2O5(Tabel 16)
Interaksi berpengaruh nyata dipengaruhi oleh perlakuan waktu panen dan
pupuk P2O5 terjadi pada nilai SPAD klorofil meter daun tua, jumlah daun induk,bobot biomas basah, bobot biomas kering ubinan dan produksi asiatikosida (Tabel
16).
Nilai SPAD Klorofil Meter Daun, Kandungan P Jaringan, Total Serapan P
dan Bobot Akar
Nilai SPAD Klorofil Meter Daun, Kandungan P Jaringan, Total Serapan P
dan Bobot Akar. Waktu panen dan pupuk P2O5 terhadap nilai SPAD klorofil
meter daun muda adalah tidak berpengaruh nyata, akan tetapi pada daun tua
berpengaruh nyata dipengaruhi oleh pupuk P2O5sehingga terjadi interaksi secara
nyata (Tabel 17). Hasil analisis kandungan P jaringan dan total serapan P tidak
berbeda nyata dipengaruhi oleh pemberian pupuk P2O5, akan tetapi total serapan P
dipengaruhi oleh waktu panen. Bobot akar dipengaruhi oleh pemberian pupuk
P2O5berpengaruh nyata, sebaliknya waktu panen tidak berpengaruh nyata (Tabel
17).
Nilai klorofil meter daun dengan alat (SPAD 502) yang diamati melalui
intensitas kehijauannya (greennes) dapat menduga bahwa merupakan salah satu
alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pengaruh pupuk P2O5 pada
tanaman pegagan terutama daun tua.
Kadar harkat kecukupan hara P untuk tanaman pegagan belum pernah ada
penelitian, namun berdasarkan pengamatan nilai SPAD klorofil meter daun pada
-
7/26/2019 precissin agriculture
17/37
39
dosis 36 dan 72 kg P2O5/ha dapat memberikan informasi indikasi kecukupan.
Pengaruh pupuk P2O5 terhadap nilai SPAD klorofil meter dengan kandungan P
jaringan dan bobot akar terjadi hubungan kecenderungan positif lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa pemberian P2O5 (Tabel 17). Hasil sidik ragam
komponen nilai SPAD klorofil meter daun, analisis kandungan P jaringan, total
serapan P dan bobot akar hasilnya disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Pengaruh waktu panen dan pemupukan P2O5 terhadap nilai SPAD
klorofil meter daun, kandungan P, total serapan P dan bobot akar
Perlakuan Nilai SPAD
klorofil meter
daun muda
Nilai SPAD
klorofil meter
daun tua
Kandungan P
(%)
Total
serapan P
Bobot akar
(g)
Waktu panen2 Bulan 25.04 38.59 0.244 4.1 b 6.19
4 Bulan 26.32 38.51 0.266 42.9 a 6.27Dosis pupuk P2O5(kg/ha)
0 24.45 35.31 c 0.250 18.33 4.54 b
36 26.05 40.48 a 0.260 22.11 6.39 a
72 25.43 39.09 b 0.253 24.11 6.03 a
108 26.78 38.82 b 0.258 25.76 6.96 a
Interaksi tn * tn tn tn
Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
: nyata, tn : tidak nyata
Berdasarkan pada analisis kandungan P jaringan dapat diduga bahwa
tanaman pegagan mempunyai mekanisme adaptasi terhadap ketersedian P rendah
secara internal ini terbukti kandungan P jaringan tidak berbeda nyata dengan
pemberian pupuk P2O5. Mekanisme internal yang berkaitannya dengan efisiensi
penggunaan P oleh jaringan ini terbukti bahwa tanpa pemberian pupuk P2O5
kandungan dalam jaringan tidak berpengaruh nyata dibandingkan dengan
perlakuan P2O5 (Tabel 17). Berdasarkan pada hasil sidik ragam faktor tunggal dan
Split Plot Design menunjukkan bahwa pengaruh pupuk P2O5 dapat digunakan
dalam evaluasi dengan menggunakan nilai SPAD klorofil meter daun tua
berdasarkan indikasi derajat kehijuan daun (Tabel 6 dan 17). Mekanisme absorpsi
hara P terjadi pergerakan ion fosfat menuju akar tanaman melalui dua cara yaitu
aliran massa dan difusi (Tisdale et al. 1985). Hara P pergerakan di dalam tanah
diserap oleh akar melalui proses difusi yang didasarkan pada perbedaan
-
7/26/2019 precissin agriculture
18/37
40
konsentrasi unsur hara yang berada pada suatu tempat dengan tempat yang lain di
dalam bentuk larutan tanah. Selanjutnya penyerapan P oleh tanaman dari tanah
adalah penyerapan aktif karena melawan gradien konsentrasi oleh sebab itu kadar
P larutan tanah di luar sel akar umumnya hanya 1 M atau kurang atau rendah ,
sedangkan kadar dalam sitoplasma adalah 103 sampai 10
4 lebih tinggi (Clarkson
dan Grignon 1991).
Seperti halnya tanaman tipe liar dapat menyerap hara pada konsentrasi P-
nya sangat rendah dan sebaliknya dapat menyimpan hara dalam tubuh tanaman
pada konsentrasi sampai lebih dari 1000 kalinya (Russel dan Barber, 1960)dalam
Marschner (1995). Berbeda hasil penelitian Edwards dan Barber (1976) dalam
Marschner (1995) menyimpulkan bahwa kapasitas penyerapan P pada akar
kedelai bergantung pada umur, penyerapan akar pada umur 18 hari, hasilnyaempat kali lipat sebesar akar yang berumur 73 hari.
Secara umum kadar optimal
fosfor dalam tanaman pada saat pertumbuhan vegatatif adalah 0.3 0.5 % dari
bobot kering tanaman (Rusmarkan dan Yuwono 2002). Secara singkat bahwa
hasil analisis jaringan kandungan P menunjukkan semua perlakuan berada pada
kondisi cukup umur panen 2 dan 4 bulan, dengan kandungan hara P sebesar 0.244
sampai 0.260 %. Akan tetapi penyerapan unsur hara P dari tanah oleh akar ke
dalam jaringan tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Novizan
(2002) kekurangan dan kelebihan unsur hara mikro dapat menghambat respon
tanaman terhadap pemupukan fosfor.
Peningkatan bobot akar berbeda nyata berhubungan dengan peningkatan
efisiensi penyerapan P secara ekternal. Bobot akar diduga berhubungan erat
dengan volume akar, karena itu bobot akar yang tinggi akan meningkatkan kontak
akar dengan tanah, akhirnya penyerapan hara fosfor lebih baik, ini terbukti
kandungan P jaringan cenderung lebih tinggi di samping itu total serapan P
meningkat (Tabel 17). Hasil analisis tanah menunjukkan kandungan P rendah,
diduga disebabkan oleh hara P yang terfiksasi oleh Al dan Fe ini terbukti
kandungannya tinggi (Tabel 4).
Interaksi terjadi antara umur waktu panen dan pupuk P2O5berbeda nyata
terhadap nilai SPAD klorofil meter pada daun tua. Nilai SPAD klorofil meter
melalui derajat intensitas kehijauan daunnya (greenness) terbaik dihasilkan
-
7/26/2019 precissin agriculture
19/37
41
interaksi umur waktu panen 4 bulan pada dosis pupuk 36 kg P2O5/ha dengan nilai
42.75 (Tabel 18). Hal tersebut diduga bahwa hara P setelah diserap oleh akar, P
mula-mula diangkut ke daun muda kemudian dipindahkan ke daun yang lebih tua.
Hal yang sama diduga bahwa yang menyebabkan nilai SPAD klorofil meter daun
tua berbeda nyata lebih baik dibandingkan tanpa pupuk P2O5.
Tabel 18 Nilai SPAD klorofil meter daun tua pada berbagai interaksi perlakuan
waktu panen dan dosis pupuk P2O5
Dosis Pupuk P2O5(kg/ha)
Waktu panen
2 Bulan 4 Bulan
........................................ Nilai SPAD.......................................
0 34.99 b 35.65 b36 39.21 a 42.75 a
72 40.03 a 38.15 b
108 40.12 a 37.52 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata uji DMRT 0.05.
Di samping itu kebanyakan ester fosfat adalah senyawa intermedier dalam
mekanisme biosintesis ataupun pemecahan, selanjutnya di dalam metabolisme, sel
ester fosfat mempunyai fungsi langsung berhubungan dengan energi sel adalah
AMP, ADP, ATP (Gardner et al. 1985).
Nilai SPAD klorofil meter terbanyak didapat pada umur 4 bulan, dosis
pupuk 36 kg P2O5/ha dengan persamaan Y = -0.0001x2+ 0.0472x + 35.124 (R
2=
0.9799*), dengan nilai 42.75 seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Interaksi antara pengaruh waktu panen dan dosis P2O5 terhadap nilai
SPAD klorofil meter daun tua
y2 Bulan= -0.0015x2+ 0.1638x + 36.434
R2= 0.5497
y 4 Bulan= -0.0001x2+ 0.0472x + 35.124
R2= 0.9799 *
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
0 36 72 108
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
NilaiSPAD
2 Bulan 4 Bulan
-
7/26/2019 precissin agriculture
20/37
42
Pupuk P berperan dalam peningkatan nilai SPAD klorofil meter daun tua.
Peningkatan nilai SPAD klorofil meter daun tua diduga berfungsi lebih baik
proses fotosintesis pada akhirnya akan dapat memenuhui kebutuhan sendiri dan
kelebihan hasil fotosintatnya dapat disuplai ke organ yang membutuhkan.
Sebaliknya pada daun muda yang memiliki nilai SPAD klorofil meter daun lebih
sedikit diduga bahwa proses fotosintesis belum dapat mencukupi kebutuhan
sendiri hasil asimilatnya, kemungkinanya masih mengantungkan dari organ
lainnya. Di samping itu fosfor sulit larut yang diserap oleh akar tanaman dalam
bentuk ion anorganik, akan tetapi kelebihannya adalah fosfor cepat berubah
menjadi senyawa fosfor organik. Perubahan P anorganik menjadi P organik hanya
memerlukan beberapa menit (Marschner, 1986), sebaliknya P organik ini cepat
dilepaskan menjadi P organik lagi kedalam jaringan xilem tanaman.
Komponen Pertumbuhan
Jumlah Daun Induk. Perlakuan umur waktu panen berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun induk, akan tetapi tidak berbeda nyata terhadap dosis pupuk
P2O5 selanjutnya terjadi interaksi berbeda nyata. Waktu panen berpengaruh
terhadap jumlah daun induk yang terbentuk di sebabkan oleh akibat dari proses
perkembangan tanaman yang meningkat seirama dengan umur tanaman (Tabel
19). Hasil sidik ragam pengaruh waktu panen dan pemupukan P2O5 tanaman
pegagan hasilnya disajikan Tabel 19.
Tabel 19 Pertambahan jumlah daun induk tanaman pegagan pada berbagai
interaksi perlakuan waktu panen dan dosis pupuk P2O5
Dosis pupuk P2O5(kg/ha)
Waktu panen Rata-rata
2 Bulan 4 Bulan
0 17.06 b 20.83 a 18.9436 17.90 b 16.66 b 17.28
72 18.26 b 20.93 a 19.59
108 13.83 c 21.20 a 17.51
*Rata-rata 16.76 b 19.90 aKeterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata uji DMRT 0.05.
* : Berbeda nyata
Hasil terbaik ditunjukkan pada interaksi waktu panen 4 bulan pupuk 108 kg
P2O5/ha (21.20) sebaliknya jumlah daun induk terendah ditunjukkan oleh waktu
panen 2 bulan dosis pupuk 108 kg P2O5/ha dihasilkan sebanyak 13.83 (Tabel 19).
-
7/26/2019 precissin agriculture
21/37
43
Interaksi antara umur waktu panen dan dosis pupuk P2O5 berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun induk pada umur 8 dan 16 MST. Jumlah daun induk
tertinggi diperoleh pada waktu panen dengan 4 bulan dosis pupuk 108 kg
P2O5/ha, dengan persamaan Y = 0.0009 x2 0.0776x + 20.208 (R
2=0.4517*),
sebanyak 21.20. Sebaliknya jumlah daun induk terendah diperoleh pada waktu
panen 2 bulan dosis pupuk 108 kg P2O5/ha dengan persamaan Y = 0.0001 x2
0.0302x + 16.845 (R2= 0.924), sejumlah 13.83 (Gambar 5).
Gambar 5 Pertambahan jumlah daun induk tanaman pegagan pada berbagai
interaksi perlakuan waktu panen dan dosis pupuk P2O5
Secara keseluruhan pola pertumbuhan jumlah daun induk pegagan adalah
bentuk (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan umur waktu panen,
sehingga umur waktu panen 2 bulan lebih rendah dibandingkan umur panen 4
bulan.
Panjang Tangkai Daun. Perlakuan umur waktu panen berbeda nyata
terhadap panjang tangkai daun akan tetapi tidak berbeda nyata pengaruh pupuk
P2O5 dan selanjutnya tidak terjadi interaksi. Hasil sidik ragam pengaruh waktupanen dan pemupukan P2O5 terhadap panjang tangkai daun hasilnya disajikan
pada Tabel 20.
y 4 Bulan = 0.0009x2- 0.0776x + 20.208
R2= 0.4517
y 2 Bualan = -0.001x2+ 0.0839x + 16.845
R2= 0.924*
10
12
14
16
18
20
22
24
0 36 72 108
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
Jumlahdauninduk(uni
2 Bulan
4 Bulan
-
7/26/2019 precissin agriculture
22/37
44
Tabel 20
Pengaruh waktu panen dan pupuk P2O5terhadap panjang tangkai daun,
diameter tangkai daun, jumlah sulur primer dan panjang sulur, panjang
daun dan lebar daun
Perlakuan Panjang
tangkaidaun
Diameter
tangkaidaun
Jumlah
sulurprimer
Panjang
sulur
Panjang
daun
Lebar
daun
Jumlah
Bunga
cm... .cm..
Waktu panen
2 Bulan 6.73 b 1.13 2.65 b 38.36 b 2.97 b 5.18 b 3.35 b
4 Bulan 8.18 a 1.32 7.79 a 131.89 a 3.74 a 5.88 a 18.30 aDosis Pupuk P2O5(kg/ha)
0 7.70 1.13 5.45 81.26 3.33 5.59 10.75
36 6.95 1.31 4.71 76.25 3.43 5.61 11.20
72 7.72 1.16 5.25 89.98 3.41 5.47 10.27108 8.33 1.30 5.48 93.03 3.27 5.46 11.08
Interaksi tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
* : nyata, tn : tidak nyata
Hal ini diduga disebabkan oleh kerapatan tanaman pada umur tanaman
umur panen 4 bulan lebih tinggi, pada akhirnya panjang tangkai daun lebih tinggi
berbeda nyata dibandingkan umur panen 2 bulan. Di samping itu terbukti bahwa
dengan semakin tingginya seperti halnya umur tanaman menunjukkan berbeda
pula tinggi tangkai daun. Menurut Taiz dan Zeiger (1991) menyimpulkan bahwa
pemanjangan sel khususnya batang, cabang akibat dari adanya auksin yang lebih
banyak oleh adanya kerapatan, sehingga auksin yang disintesis di tunas pucuk danditranslokasikan secara basipetal dimana akan merangsang pemanjangan sel
tanaman, seperti halnya yang sama pemanjangan tangkai daun dipengaruhi oleh
keberadaan hormon auksin Salisbury dan Ross (1995).
Diameter Tangkai Daun. Perlakuanumur waktu panen dan dosis pupuk
P2O5 tidak berbeda nyata terhadap diameter tangkai daun hal ini mengambarkan
bahwa pembelahan sel tidak mengikuti waktu dan dosis pupuk P2O5,
kemungkinan disebabkan oleh beban untuk mendukung panjang dan lebar daun
seperti halnya luas daun. Secara singkat bahwa pertumbuhan atau pembelahan sel
diameter tangkai daun secara maksimal sama atau sesuai dengan daya beban agar
dapat mendukung tingginya posisi daun.
Hasil sidik ragam pengaruh umur waktu panen dan pemupukan P2O5
terhadap diameter tangkai daun pegagan hasilnya disajikan pada Tabel 20.
-
7/26/2019 precissin agriculture
23/37
45
Perbedaannya ini diduga bahwa kemungkinan yang terjadi tangkai daun umur
panen umur 4 bulan telah maksimal, selanjutnya tingkat kekerasan meningkat
dibandingkan dengan diameter tangkai daun pada umur panen 2 bulan lagi pula
lebih lunak dan masih dapat bertambah besar.
Jumlah Sulur Primer. Perlakuan umur waktu panen berbeda nyata
terhadap jumlah sulur primer, akan tetapi tidak terjadi interaksinya nyata. Dosis
pupuk P2O5tidak berbeda nyata terhadap jumlah sulur primer. Hasil sidik ragam
pengaruh umur waktu panen dan pemberian P2O5 terhadap jumlah sulur primer
hasilnya disajikan pada Tabel 20. Secara umum pertumbuhan jumlah sulur primer
berhubungan langsung dengan semakin bertambah umur mengikuti pola waktu.
Terbukti umur panen 4 bulan jumlah berbeda nyata lebih banyak dibandingkan
umur panen 2 bulan. Sebaliknya hasil penelitian Musyawarah (2006)menunjukkan bahwa jumlah sulur dipengaruhi oleh unsur hara nitrogen, akan
tetapi pupuk P tidak berpengaruh nyata.
Panjang Sulur. Perlakuan umur waktu panen berbeda nyata terhadap
panjang sulur, akan tetapi pupuk P2O5 tidak berbeda nyata. Panjang sulur
dipengaruhi secara nyata oleh waktu panen, ini terbukti bahwa waktu panen 4
bulan panjang sulur lebih panjang sebesar (3.4 kali) berbeda nyata dibandingkan
umur panen 2 bulan. Hasil sidik ragam pengaruh waktu panen dan pupuk P 2O5
terhadap panjang sulur hasilnya disajikan pada Tebel 20. Sulur dapat menyimpan
persedian makanan dan air, sehingga umur panen berpengaruh nyata terhadap
panjang sulur jadi akibat perbedaan aktivitas meristem primer atau sekunder.
Seperti halnya panjang sulur semakin banyak parenkim menyimpan makanan
hasil fotosintat dan cadangan air tanaman.
Panjang Daun dan Lebar Daun. Perlakuan umur waktu panen berbeda
nyata terhadap panjang daun dan lebar, akan tetapi pupuk P2O5 tidak berbeda
nyata di samping itu tidak berbeda nyata terjadi interaksi (Tabel 20). Panjang dan
lebar daun dipengaruhi oleh perlakuan waktu panen, dalam hal yang sama terjadi
pengembangan sel diikuti oleh bertambahnya ukuran, ini terbukti bahwa umur
panen 4 bulan memiliki panjang dan lebar daun l lebih panjang (1.25 kali) dan
lebar (0.88 kali) dibandingkan umur panen 2 bulan. Adapun pola yang terjadi
-
7/26/2019 precissin agriculture
24/37
46
dalam pengembangan sel daun menurut (Salisbury dan Ross 1995). adalah sel
mesofil berhenti membelah sebelum sel epidermis berhenti, sehingga epidermis
yang tetap mengembang menarik sel mesofil hingga merenggang akibat terbentuk
sistem ruang antarsel yang meluas di mesofil. Sebaliknya faktor umur waktu
panen dan cuaca lingkungan secara umum dapat menentukan kapan proses
perkembangan dimulai, laju perkembangan selanjutnya, dan di samping itu kapan
proses pertumbuhan berhenti. Seperti halnya terjadi penciutan ukuran daun diduga
terjadi merupakan ciri yang berkaitan dengan peningkatan jumlah daun
pertanaman.
Jumlah Bunga Induk. Pengaruh umur waktu panen berbeda nyata
terhadap jumlah bunga induk akan tetapi pupuk P2O5tidak berbeda nyata. Untuk
menghasilkan bunga dan selanjutnya membesarkan biji diperlukan waktu yangpanjang untuk menyimpan cadangan korbahidrat untuk mendukung bunga oleh
sebab itu umur panen 4 bulan jumlah bunga berbeda nyata lebih banyak (5.46
kali) dibandingkan dengan umur panen 2 bulan hanya sejumlah 3.35 bunga (Tabel
20). Tanaman sudah dewasa pada umumnya akan memasuki perkembangan
generatifnya, hal ini diduga bahwa kelebihan cadangan asimilat untuk mendukung
fase pembungaan yang selanjutnya menghasilkan biji.
Jumlah Daun dan Luas Daun Pertanaman. Perlakuan waktu panen
dan pupuk P2O5tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan hara P dan jumlah
daun pertanaman. Jumlah daun dan luas daun tidak dipengaruhi oleh waktu
panen, namun luas daun dipengaruhi oleh pupuk P2O5, berbeda nyata (Tabel 21).
Tabel 21 Pengaruh waktu panen dan pupuk P2O5terhadap jumlah dan luas daun
pertanaman
Perlakuan 2 dan 4 bulan 2 dan 4 bulan
..cm2.
Waktu panen
2 Bulan 157.50 13984 Bulan 162.25 1419
Dosis pupuk P2O5(kg/ha)
0 154.83 1420 ba36 156.17 1565 a
72 153.33 1391 ba
108 175.17 1159 b
Interaksi tn tn
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
-
7/26/2019 precissin agriculture
25/37
47
Adanya hubungan peningkatan kandungan dan serapan P (Tabel 17 dan 21)
dengan luas daun pada pemupukan 36 kg P2O5/ha, memberikan indikasi bahwa
semakin meningkat serapan P diikuti oleh luas daun berbeda nyata. Hal ini
diduga akibat semakin luas daun akan menyebabkan secara aktif menyerap P oleh
akar dari larutan tanah yeng menyebabkan proses fotosintesis cenderung lebih
baik.
Komponen Produksi
Produksi Biomas Basah dan Kering, Kandungan asiatikosida dan
Produksi Asiatikosida. Perlakuan umur waktu panen dan pupuk P2O5
berpengaruh nyata terhadap produksi bobot biomas basah dan kering seperti
halnya produksi asiatikosida berbeda nyata dan terjadi interaksi. Akan tetapikandungan asiatikosida tidak berbeda nyata dipengaruhi oleh waktu panen dan
dosis pupuk P2O2 (Tabel 22).
Tabel 22 Pengaruh waktu panen dan pemupukan P2O5 terhadap kandungan
asiatikosida
Perlakuan Kandungan asiatikosida
.%...............Waktu panen
2 bulan 0.62
4 bulan 1.15
Dosis pupuk P2O5(kg/ha)
0 0.73
36 0.96
72 1.41
108 1.50Interaksi tn
Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkanperbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %
Interaksi perlakuan antara waktu panen dan dosis pupuk P2O5
berpengaruh nyata terhadap bobot biomas basah dan bobot kering ubinan seperti
halnya diikuti produksi senyawa asiatikosida. Hasil terbaik ditunjukkan pada
persamaan regresi bahwa umur waktu panen 4 bulan produksi bobot biomas basah
responnya tinggi, tetapi sebaliknya umur panen 2 bulan respon rendah. Produksi
bobot biomas basah tertinggi pada interaksi perlakuan waktu panen 4 bulan dosis
-
7/26/2019 precissin agriculture
26/37
48
pupuk 108 kg P2O5/ha dan produksi terendah waktu panen 2 bulan dosis pupuk 72
kg P2O5/ha (Tabel 23).
Tabel 23 Bobot biomas basah dan kering pegagan pada berbagai interaksi
perlakuan waktu panen dan dosis pupuk P2O5
Dosis pupuk P2O5(kg/ha)
Waktu panen Rata-rata
2 Bulan 4 Bulan
..........................................................g................................................
Bobot basah
0 85.44 c 425.24 b 255.34 b
36 109.60 c 509.23 b 309.42 b72 76.22 c 664.29 a 370.26 b
108 98.90 c 694.01 a 396.45 a
Rata-rata 92.54 b 573.19 a *Bobot kering
0 20.30 a 126.40 b 73.35 b
36 19.20 a 150.93 c 85.06 ba
72 14.33 a 183.23 d 98.78 a108 14.56 a 185.10 d 99.83 a
Rata-rata 17.09 b 161.41 a *
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata uji DMRT 0.05
*: Berbeda nyata
Produksi bobot biomas basah tertinggi pada perlakuan waktu panen 4
bulan pada dosis pupuk 108 kg P2O5/ha, dengan persamaan Y = 0.0105 x2 +
3.8011x + 415.42 (R2= 0.9605*), menghasilkan 694.01 g/ubinan (1 x 1m
2).
Gambar 6 Pertambahan produksi bobot biomas basah tanaman pegagan akibatinteraksi perlakuan waktu panen dan dosis pupuk P2O5
Sebaliknya produksi biomas basah terendah pada perlakuan waktu panen 2
bulan, dosis pupuk 72 kg P2O5/ha, dengan persamaan Y = -0.0003 x2+ 0.0503x +
91.12 (R2 = 0.0046), hanya menghasilkan 76.22 g/ubinan seperti ditunjukkan
y 4 Bulan= -0.0105x2+ 3.8011x + 415.42
R2= 0.9605*
y 2 Bulan = -0.0003x2+ 0.0503x + 91.12
R2= 0.0046
50100150200250300350400450500550600650
700750
0 36 72 108
Dosis Pupuk P2O5(kg/ha)
Bobotbasah(g 2 Bulan
4 Bulan
-
7/26/2019 precissin agriculture
27/37
49
pada Tabel 23 dan Gambar 6. Perbedaan peningkatan produksi biomas basah
dipengaruhui oleh perlakuan waktu panen 4 bulan lebih tinggi 9.1 kali
dibandingkan dengan umur panen 2 bulan hanya menghasilkan 76.22 g.
Nilai kenaikan produksi biomas basah pemberian kadar P2O5(komponen
linear dari fungsi) lebih tinggi dalam umur waktu panen 4 bulan dari pada 2 bulan.
Dengan fungsi penduga respons P2O5 kadar optimum dan keuntungan maksimum
dapat dihitung dengan pendekatan sebagai berikut: Kadar P2O5 pada hasil
maksimum Py = -b/2c dan kadarP2O5dengan keuntungan maksimum Pp = 1/2c
( Pf/Py b)(Gomez dan Gomez 1995). Perlakuan umur waktu panen 4 bulan
kadar P2O5pada produksi maksimum 16.22 kg P2O5/ha, sedangkan umur waktu
panen 2 bulan kadar P2O5 produksi maksimum 0.99 kg P2O5/ha memberikan
produksi maksimum. Selanjutnya kadar P2O5 keuntungan maksimum perlakuanumur waktu panen 4 bulan kadar P2O5 pada keuntungan maksimum 16 kg
P2O5/ha, sedangkan umur waktu panen 2 bulan kadar P2O5 keuntungan
maksimum0.72 kg P2O5/ha memberikan keuntungan maksimum (Lampiran 7).
Interaksi perlakuan antara waktu panen dan dosis pupuk P2O5berpengaruh
nyata terhadap bobot kering (Tabel 23).
Gambar 7 Pertambahan produksi bobot biomas kering tanaman pegagan akibat
interaksi perlakuan waktu panen dan dosis pupuk P2O5
Produksi bobot biomas kering tertinggi perlakuan waktu panen 4 bulanpada dosis pupuk 108 kg P2O5/ha, dengan persamaan R = -0.0044 x
2+ 1.051x +
124.49 (R2= 0.9693*), diperoleh 185.10 g/ubinan. Sebaliknya produksi biomas
kering terendah didapatkan pada waktu panen 2 bulan dosis pupuk 72 kg P 2O5/ha,
dengan persamaan Y = 0.0003x2 + 0.0891x + 20.744 (R2 = 0.8633),
menghasilkan 14.33 g/ubinan Tabel 23 dan Gambar 7. Perbedaan peningkatan
y 4 bulan= -0.0044x2+ 1.051x + 124.49
R2= 0.9693*
y 2 Bulan = 0.0003x2- 0.0891x + 20.744
R2= 0.8633
0
20
40
60
80
100120
140
160
180
200
0 36 72 108
Dosis Pupuk P2O5(kg/ha)
BobotKering(
2 Bulan
4 Bulan
-
7/26/2019 precissin agriculture
28/37
50
produksi biomas kering dipengaruhi oleh perlakuan waktu panen 4 bulan lebih
tinggi 12.9 kali dibandingkan dengan umur panen 2 bulan hanya menghasilkan
14.33 g. Perlakuan umur panen dan dosis pupuk P2O5 berpengaruh terhadap
redemen dan kualitas produksi berbeda nyata, di samping itu fungsi P2O5 dapat
meningkatkan redemen dan kualitas produksi.
Nilai kenaikan produksi biomas kering pemberian kadar P2O5(komponen
linear dari fungsi) lebih tinggi dalam umur waktu panen 4 bulan dari pada 2 bulan.
Dengan fungsi penduga respons P2O5 kadar optimum dan keuntungan maksimum
dapat dihitung dengan pendekatan sebagai berikut: Kadar P2O5 pada hasil
maksimum Py = -b/2c dan kadarP2O5dengan keuntungan maksimum Pp = 1/2c
(Pf/Py b)(Gomez dan Gomez 1995). Perlakuan umur waktu panen 4 bulan
kadar P2O5pada produksi maksimum 15.19 kg P2O5/ha, sedangkan umur waktupanen 2 bulan kadar P2O5 produksi maksimum 7.73 kg P2O5/ha memberikan
produksi maksimum. Selanjutnya kadar P2O5 keuntungan maksimum perlakuan
umur waktu panen 4 bulan kadar P2O5 pada keuntungan maksimum 14.99 kg
P2O5/ha, sedangkan umur waktu panen 2 bulan kadar P2O5 keuntungan
maksimum 6.53 kg P2O5/ha memberikan keuntungan maksimum (Lampiran 7).
Selanjutnya hubungan total kandungan P dan produksi asiatikosida akhirnya
berbeda nyata lebih tinggi umur panen 4 bulan dibandingkan dengan umur panen
2 bulan seperti halnya semakin tinggi produksi bobot biomas kering akan diikuti
kecenderungan kenaikan kandungan P akhirnya meningkatnya kandungan
asiatikosida berbeda nyata.
Interaksi perlakuan antara waktu panen dan dosis pupuk P2O5 adalah
berpengaruh nyata terhadap produksi asiatikosida (Tabel 24). Produksi
asiatikosida terbaik ditunjukkan pada perlakuan waktu panen 4 bulan pada dosis
pupuk 108 kg P2O5/ha produksinya tertinggi. Produksi asiatikosida tertinggi pada
interaksi waktu panen 4 bulan dosis pupuk 108 kg P2O5/ha dan produksi terendah
waktu panen 2 bulan dosis pupuk 72 kg P2O5/ha. Produksi asiatikosida tertinggi
perlakuan waktu panen 4 bulan pada dosis pupuk 108 kg P2O5/ha, dengan
persamaan R = -0.0064 x2+ 2.554x + 84.52 (R
2= 0.9497**), diperoleh 277.65
mg/ubinan. Hasil interaksi perlakuan waktu panen dan pupuk P2O5 hasilnya
disajikan pada Tabel 24.
-
7/26/2019 precissin agriculture
29/37
51
Tabel 24 Pertambahan produksi asiatikosida pegagan pada berbagai interaksi
perlakuan waktu panen dan dosis pupuk P2O5
Dosis pupuk P2O5(kg/ha)
Waktu panen Rata-rata
2 Bulan 4 Bulan
................................................g................................................
0 10.55 c 92.27 b 51.41 b
36 13.82 c 144.89 a 79.36 ab
72 8.45 c 258.35 a 133.40 a108 9.43 c 277.65 a 143.35 a
Rata-rata 10.60 b 193.29 a *
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata uji DRMT 0.05
* : Berbeda nyata
Sebaliknya produksi asiatikosida terendah didapatkan perlakuan waktu panen 2
bulan pada dosis pupuk 72 kg P2O5/ha, dengan persamaan Y = -0.0004x2 +
0.0235x + 11.3 (R2 = 0.3131), menghasilkan 8.45 mg/ubinan (Tabel 24 dan
Gambar 8).
Gambar 8 Pertambahan produksi asiatikosida tanaman pegagan pada berbagai
dosis pupuk P2O5
Nilai kenaikan produksi asiatikosida pemberian kadar P2O5 (komponen
linear dari fungsi) lebih tinggi dalam umur waktu panen 4 bulan dari pada 2 bulan.
Dengan fungsi penduga respons P2O5 kadar optimum dan keuntungan maksimumdapat dihitung dengan pendekatan sebagai berikut: Kadar P2O5 pada hasil
maksimum Py = -b/2c dan kadarP2O5dengan keuntungan maksimum Pp = 1/2c
( Pf/Py b)(Gomez dan Gomez 1995). Perlakuan umur waktu panen 4 bulan
kadar P2O5pada produksi asiatikosida maksimum 151.06 kg P2O5/ha, sedangkan
umur waktu panen 2 bulan kadar P2O5 produksi maksimum 10.37 kg P2O5/ha
y 2 Bulan = -0.0004x2+ 0.0235x + 11.3
R2= 0.3131
y 4 Bulan = -0.0064x2+ 2.5542x + 84.52
R2= 0.9497**
0
50
100
150
200
250
300
0 36 72 108
Dosis Pupuk P2O5(Kg/ha)
Produksiasiaticosida(mg
2 Bulan
4 Bulan
-
7/26/2019 precissin agriculture
30/37
52
memberikan produksi maksimum. Selanjutnya kadar P2O5keuntungan maksimum
asiatikosida perlakuan umur waktu panen 4 bulan kadar P2O5pada keuntungan
maksimum 150.79 kg P2O5/ha, sedangkan umur waktu panen 2 bulan kadar P2O5
keuntungan maksimum 8.09 kg P2O5/ha memberikan keuntungan maksimum
(Lampiran 7).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan waktu panen dan dosis
pupuk P2O5berhungan dengan serapan P terhadap produksi asiatikosida. Seperti
halnya semakin tinggi produksi bobot biomas kering menyebabkan serapan P dan
produksi asiatikosida meningkat, dengan persamaan Y = 0.0243x + 18.934 (R2=
0.9596) dan dengan persamaan Y =-0.0004 x2+ 0.4787x + 49.707 (R
2= 0.9538*)
responnya sangat baik dengan nilai R2= 0.9538 (Gambar 9).
Gambar 9 Pertambahan serapan P dan asiatikosida tanaman pegagan pada
berbagai dosis pupuk P2O5
Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan asiotikosida dapat
menghasilkan sebesar 1.5 % sehingga lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Promono dan Ajiastuti (2004) sebesar 1.34 % pada Aksesi
pegagan yang sama berasal dari Boyolali, sehingga ada peningkatan sebesar 11.1
%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan asiatikosida sudah memenuhi
persyaratan sebesar 0.96 sampai 1.5 % untuk simplisia pegagan dan bahkan sudah
dapat lebih tinggi yang dipersyarakan oleh Badan Pengawas obat dan Makanan
R.I (2004) yaitu kandungan asiatikosidanya tidak boleh kurang dari 0.9 %.
y Produksi asiaticosida= -0.0034x2+ 1.3296x + 49.707
R2= 0.9538*
y Serapan P= 0.0675x + 18.934
R2= 0.9598
0
50
100
150
200
0 36 72 108
Dosis P2O5(kg/ha)Serapa
nPdanproduksiasiaticosida
(mg)
Serapan P Produksi Asiaticosida
-
7/26/2019 precissin agriculture
31/37
53
Sebaliknya kandungan asiatikosida pada perlakuan umur panen 2 bulan dan tanpa
pupuk P2O5 belum memenuhui persyaratan simplisia pegagan karena
kandungannya hanya mencapai 0.62 dan 0.73 % (Tabel 22). Peningkatan
perlakuan umur panen 4 bulan terhadap kandungan asiatikosida sebesar 1.85 kali
atau 185 % dibandingkan umur panen 2 bulan, selanjutnya peningkatan produksi
asiatikosida 17.04 kali umur panen 4 bulan (180.69 mg) dibandingkan umur
waktu panen 2 bulan hanya menghasilkan sebesar 10.60 mg (Tabel 24).
Berdasarkan dari data diatas secara ringkasnya menunjukkan bahwa
metabolit sekunder adalah sebagai bahan alami merupakan senyawa yang
dihasilkan oleh tanaman dalam jumlah relatif besar, namun tidak memiliki fungsi
langsung terdapat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman, seperti halnya
yang sama disimpulkan oleh Taiz and Zeiger (2002). Di samping itu metabolitsekunder sangat diperlukan untuk tumbuhan, bermanfaat sebagai mekanisme
pertahanan dalam melawan serangan bakteri, virus dan jamur, sehingga dapat
dianalogikan seperti sistem kekebalan tubuh (Vickery dan Vickery 1981).
Menurut (Herbert 1995) metabolit sekunder adalah dibiosintesis terutama dari
metabolit primer antara lain asam amimo, asetil koenzim A, asam mevalonat dan
intermediate dari jalur shikimate (Gambar 1). Lintasan pentose phosphate adalah
diperlukan carbon dioksida dan air akan menghasilkan dalam bentuk karbohidrat,
dengan intermediate prekusor pyruvic acid dan acetly CoA, dengan melalui
lintasan acetate mevalonate yang akan menghasilkan zat aktif terpenoid dan juga
turunan steroids.
Triterpenoid merupakan senyawa yang memiliki struktur molekuler yang
mengandung rangka karbon dan membentuk isoprene (2-methylbuta-1,3-diene).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemupukan P2O5 pada pegagan dapat
meningkatkan kandungan asiatikosida (Tabel 22) dari kelompok triterpenoid
(Tabel 25) seperti halnya produksi senyawa asiatikosida. Glikosida dan
triterpenoid adalah triterpenoid asiatikosida dari turunan -amirin (Brotosisworo,
1979). Secara impiris asiatikosida adalah senyawa bioaktif yang terdapat banyak
didalam pegagan (Centella asiaticaL. Urban).
Peningkatan kandungan asiatikosida diduga pengaruh pemberian pupuk
fosfor yang berperan penting di dalam metabolisme energi, karena keberadaan
-
7/26/2019 precissin agriculture
32/37
54
dalam ATP, ADP, AMP dan pirofosfat (PPi), dalam hal yang sama menurut
Gardneret al.(1985) bahwa fosfor merupakan komponen struktural dari sejumlah
senyawa penting; molekul pentrasfer energi ADP dan ATP, NAD, NADPH, di
samping itu fungsi lainnya sebagai senyawa sistem informasi genetik DNA dan
RNA. Secara impiris penemuan oleh Salisbury dan Ross (1995) menunjukkan
bahwa fosfor adalah senyawa tak pernah direduksi dalam tumbuhan dan tetap
sebagai fosfat, baik dalam bentuk bebas maupun terikat oleh senyawa organik
sebagai ester sebagai karakter hara bersifat mobil. Senyawa kaya energi itu yang
diduga sebagai intermedia pentose phosphate pathway yang secara khusus dari
metabolit primer (Gambar 1) dan diturunkan dari precursor metabolit primer ke
metabolit sekunder senyawa terterpenoid (Vickery and Vickery 1981) dan Hess
(1986). Hal tersebut diatas semakin jelas bahwa peranan P2O5dapat meningkatankandungan asiatikosida diduga melalui jalur metabolit primer dan sekunder yang
ditranduksi signal oleh peranan aktif enzim melalui lintasan jalur mevanolate.
Kandungan Fitokimia. Analisis fitokimia kualitatif menunjukkan bahwa
tanaman pegagan mempunyai kandungan alkaloid, saponin, tanin, dan glikosida
positif kuat sekali, seperti halnya didasarkan uji positif dengan metode kualitatif
skor 4+, selanjutnya diikuti flafonoid dan steroid pasitif kuat (3+), akan tetapi
pada perlakuan pemberian pupuk 108 kg P2O5/ha hasilnya negatif umur panen 2
bulan. Di samping itu kandungan triterpenoid positif (2+) sebaliknya senyawa
fenolik positif lemah (1+). Perlakuan waktu panen umur 4 bulan terjadi perubahan
nilai seperti halnya senyawa soponin, flavonoid, triterpenoid terjadi peningkatan
sebaliknya steroid terjadi penurunan. Berikutnya kandungan biokatif yang
mempunyai nilai tetap pada umur 2 dan 4 bulan adalah senyawa alkoloid, tanin,
fenolit dan glikosida (Tabel 25). Kandungan saponin menunjukkan positif kuat
sekali (4+) sebaliknya pada umur panen 4 bulan uji positif terjadi penurunan,
sehingga waktu panen yang baik pada umur 2 bulan. Salah satu manfaat
biosintesis triterpen saponin dan sterol jalur antara metabolisme primer dan
sekunder adalah siklisasi 2,3-oxidosqualene (Kim et al. 2005). Pembentukan
squalene yang akan mensintesis -amyrin dengan bantuan enzim BAS-amyrin
synthase (Kim et al. 2005). Menurut Geissman dan Crout (1969) metabolit
sekunder adalah merupakan reaksi yang spesifik menggunakan katalis enzimatis
-
7/26/2019 precissin agriculture
33/37
55
dengan bahan dasar yang berasal dari metabolisme primer, untuk menghasilkan
senyawa-senyawa kompleks.
Perlakuan waktu panen dan pemberian pupuk P2O5 diduga dapat
berpengaruh terhadap perubahan kandungan fitokimia alkaloid, saponin, tanin,
fenolik dan glikosida positif kuat sampai positif sangat kuat sekali (Tabel 25).
Tabel 25 Hasil uji fitokimia tanaman pegagan pada umur panen 2 dan 4 bulan
PerlakuanDosis
P2O5(kg/ha)
Alkaloid
Saponin
Tannin
Fenolik
Flavonoid
Triterpenoid
Steroid
GlikoSida
Kandungan bioaktif umur 2 bulan
0 4+ 4+ 4+ 1+ 3+ 2+ 3+ 4+
36 4+ 4+ 4+ 1+ 2+ 2+ 3+ 4+
72 4+ 4+ 4+ 1+ 3+ 2+ 3+ 4+
108 4+ 4+ 4+ 1+ 4+ 4+ - 4+
Kandungan bioaktif umur 4 bulan
0 4+ 2+ 4+ 1+ 2+ 3+ 1+ 4+
36 4+ 2+ 4+ 1+ 2+ 3+ 1+ 4+
72 4+ 3+ 4+ 1+ 3+ 3+ 1+ 4+
108 4+ 4+ 4+ 1+ 3+ 3+ 2+ 4+
Sumber : analisis di Laboratorium fitokimia BALITTRO Bogor.Keterangan:
- : Negatif 1+: Positif lemah, 2+: Positif, 3+: Positif kuat, dan 4+: Positif kuat sekali
Ketersediaan hara P2O5 dan Mg tersedia cukup, yang didukung oleh
intensitas cahaya penuh pada saat pertumbuhan akan mempengaruhi laju reaksi
reduksi dari NADP+menjadi NADPH pada transport elektron nonsiklik. Hal ini
sesuai yang dihasilkan oleh Larcher (1980) selain pembentukan squalene juga
dipengaruhi oleh unsur Mg2+
, ATP dan NADPH, sedangkan intensitas cahaya
akan mempengaruhi laju reaksi dari NADP menjadi NADPH pada transport
elektro nonsiklik untuk membentuk ikatan rangka baru hingga terbentuk squalene
(Sell 2005). Kecukupan hara terutama P dan Mg dan intensitas cahaya penuhmaka pembentukan NADPH berjalan dengan baik untuk mendukung
pembentukan squalene yang merupakan prekursor dari pentasiklik triterpenoid itu.
Sebaliknya hasil penelitian yang dilakukan oleh Mathur et al. (2000)
menyatakan bahwa kandungan triterpenoid saponin yang tinggi terdapat pada C.
Asitica dapat diperoleh, jika dibudidayakan di bawah kondisi ternaungi di
-
7/26/2019 precissin agriculture
34/37
56
samping itu pada cahaya penuh selanjutnya dilakukan seleksi terlebih dahulu
genotif (16 aksesi) Pegagan yang adaptif terhadap kondisi lingkungan. Di sisi
lainnya, kadungan saponin yang besar dan kuat dapat menimbulkan iritasi yang
dapat menyebabkan muntah dan diare serta menyebabkan toksisitas pada hewan
berdarah dingin yang dapat menghambat mekanisme pernapasannya (Vickery dan
Vickery 1981). Fungsi saponin yang telah banyak diketahui adalah untuk
bactericidal, fungicidal jamur, ameobaccidal dan yang lain adalah pemberantas
serangga (www.alternativehealth com.au 2005), untuk bahan anestesi
(www.pioneerherbs.com2005), obat penenang dan kemungkinan dapat digunakan
sebagai pereda kegelisahan (antianxiety) (www.uspharmacist.com 2005) dan
senyawa Madecocassoside dapat memacu produksi kolagen. Adapun fungsi
kolagen adalah sangat besar peranannya dalam regenerasi sel kulit termasuk seltelur (ovum) pada wanita dan sel sperma pada pria (www.mediasehat.com2006).
Uji positif fitokimia menunjukkan bahwa, perlakuan pemberian pupuk P2O5
terjadi peningkatan dan penurunan kandungan flavonoid. Uji positif tannin dan
fenolik tidak ada perbedaan, hal ini menurut Norton (1999) adalah faktor yang
menyebabkan adanya variasi kandungan tannin akibat adanya perbedaan spesies,
genotif dan tahap perkembangan, bagian organ tanaman, musim tumbuh, dan
faktor lingkungan (curah hujan, suhu dan pemangkasan).
Fitokimia flavonoid merupakan salah satu golongan fenol terdapat pada
tanaman yang terbesar. Kandungan flovonoid banyak dipengaruhi oleh cahaya,
karena flavonoid berfungsi sebagai penyaring cahaya ultraviolet (Vickery dan
Vickery 1981). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan flavonoid positif
kuat terjadi pada perlakuan pupuk 108 kg P2O5/ha (Tabel 25). Menurut Taiz dan
Zeiger (2002) menyatakan bahwa flavonoid terakumulasi pada lapisan epidermis
daun, batang dan bunga untuk melindungi sel dari radiasi ultraviolet B (280-320
nm). Pada umumnya kelompok flavonoid yang dijumpai pada tanaman pegagan
antara lain adalah kaemferol, qucrcetin dan glikosida (seperti 3-glucosylquercetin)
dan 3-glucosylkaemferol (Wren 1956).
Kandungan steroid tidak berbeda, namun dengan perlakuan pupuk 108 kg
P2O5/ha terjadi perberbedaan uji positifnya (Tabel 25). Pemberian pupuk 108 kg
P2O5/ha berdasarkan uji positif menunjukkan nilai negatif, hal ini diduga bahwa
-
7/26/2019 precissin agriculture
35/37
57
disebabkan semakin tinggi pupuk anorganik (P2O5) diberikan berakibat
kandungan steroid semakin rendah.
Triterpenoid adalah merupakan bahan senyawa bioaktif yang banyak
terdapat pada tanaman pegagan. Kandungan triterpenoid tertinggi terjadi pada
perlakuan pupuk 108 kg P2O5/ha, sebaliknya kandungan steroid terendah, di
samping itu kandungan glikosida tidak berbeda pada semua perlakuan uji positif
kuat sekali (4+) (Tabel 25). Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan
bahwa kandungan triterpenoid umur panen 2 dan 4 bulan terjadi peningkatan,
sehingga waktu panen dan dosis pupuk P2O5diduga dapat berpengaruh terhadap
peningkatkan kandungan senyawa fitokimia tanaman pegagan.
Analisis Usaha Budidaya Tanaman Pegagan
Analisis usaha ini berdasarkan hasil catatan dalam skala luas lahan 1000
m2. Analisis ini digunakan catatan usaha di tempat lokasi penelitian dan beberapa
asumsi sebagai berikut.
1. Sewa lahan selama 6 bulan seluas 1000 m2 Rp 600.000.
2. Pengolahan tanah sampai siap tanam sistem borongan Rp 300.000
3. Pembibitan sebanyak 4500 tanaman sistem borongan Rp 225.000
4. Tanam dan pemupukan anorganik dan organik (pupuk kandang)
Rp 240.000
5.
Rumah paranet dan bambu, kawat, paku dan lain nya 5 rol
Rp 2.300.000
6.
Pemeliharaan penyiangan selama 4 bulan (4 kali) Rp 480.000
7.
Biaya pupuk kandang 2000 kg x @ Rp 150 = Rp 300.000
8.
Pupuk Urea 20 kg x @ Rp 1500 = Rp 30.000
9.
Pupuk KCl 20 kg x @ Rp 2800 = Rp 56.000
10.P0 = tanpa Pupuk SP-36
P1 = 10 kg x @ Rp 2500 = Rp 25.000
P2 = 20 kg x @ Rp 2500 =Rp 50.000
P2 = 30 kg x @ Rp 2500 = Rp 75.000
11.Biaya lain-lain tak terduga 10 % dari biaya total (Rp) =
P0 = 453.100, P1 = 455.60 P2 = 458.100 dan P3 = 460.600.
-
7/26/2019 precissin agriculture
36/37
58
Secara lebih jelasnya hasil analisis usaha budidaya pegagan hasilnya
disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26 Analisis kelayakan usaha budidaya tanaman pegagan 1000 m2 pada
perlakuan waktu panen dan pemupukan P2O5
Perlaku
an
Input
(Rp)
Produksi (kg) Pendapatan (Rp) Keuntungan (Rp)
Basah Kering Basah Kering Basah Kering
Waktu panen
2 bulan 4.984.000 92.54 17.10 555.240 1.026.00 -4.983.544 - 3.958.100
4 bulan 4.984.000 572.20 161.47 3.433.200 9.688.200 -1.550.900 4.984.090
Dosis pupuk P2O5 (kg/ha)0 4.984.100 255.34 73.35 1.532.040 4.401.200 -3.452.060 -583.100
36 5.011.600 309.42 85.07 1.856.200 5.104.200 -3.155.080 92.600
72 5.039.100 370.26 98.78 2.221.560 5.926.800 -2.817.540 923.700
108 5.066.600 396.00 99.83 2.376.000 5.989.800 - 2.690.600 923.200
Keterangan : Harga jual produk segar (Rp 6. 000/kg)
Harga jual produk kering (Rp 60.000/kg)
Analisis kelayakan usaha untuk mengetahui kelayakan usaha tanaman
pegagan, dilakukan dengan menghitung efisiensi penggunaan modal (return of
investment, ROI), titik balik modal (break even point, BEP) serta rasio biaya dan
pendapatan (benefit cost ratio, B/C).
1.Return of investment(ROI)
ROI merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui efisiensi
penggunaan modal atau untuk mengukur keuntungan usaha dalam kaitannya
dengan investasi yang digunakan. ROI = (hasil penjulan/total biaya) x 100 %.
Perlakuan umur panen 4 bulan terhadap produksi kering = (9.688.200/ 4.984.100)
x 100 % = 194 %, artinya nilai 194 % menunjukkan bahwa dengan modal Rp
1.00 yang dikeluarkan akan kembali sebanyak Rp 1.94.
2.Break even point(BEP)
BEP adalah suatu kondisi saat investasi tidak mengalami kerugian dan
tidak mendapatkan keuntungan (titik impas). Titik impas dapat dilihat dua sisi,
yaitu produksi dan harga. BEP produksi berarti pada jumlah produksi tersebut,
usaha berada pada titik impas. Adapun BEP harga berarti pada harga yang
diperoleh, usaha tidak rugi dan tidak untung (impas). BEP produksi = total biaya /
harga = 4.984.100/60.000 = 83.06 kg/kering/1000 m2. BEP harga = total biaya /
total produksi = 4.984.100/161.47 = Rp 30.867/ kg. Dengan harga jual Rp 60.000
per kg, usaha berada pada titik impas saat produksi mencapai 83.06 kg kering.
-
7/26/2019 precissin agriculture
37/37
59
Sebaliknya, dengan jumlah produksi 161.47 kg kering maka titik impas usaha
berada pada saat harga jual mencapai Rp 30.867 per kg.
3. Benefit cost ratio(B/C)
B/C rasio adalah salah satu cara mengukur kelayakan usaha yang
sederhana. B/C ratio sebagai perbandingan antara hasil penjualan (keuntungan)
dengan total biaya produksi. B/C rasio = keuntungan/biaya produksi = Rp
4.984.090 /4.984.100 = 0.99. B/C rasio sebesar 0.99 menunjukkan bahwa dari
modal Rp 100 akan diperoleh keuntungan sebesar 0.99 kali atau 0.99 %.