Download - PPt Blok 29 Eklampsia
Diagnosis Dan Tindakan Preoperatif Pada Kehamilan Dengan Eklampsia Pada Usia
Muda
Albatros WahyuB102012077
Skenario • Seorang perempuan berumur 17 tahun sedang hamil 9 bulan datang ke IGD RS diantar oleh bidan setempat dengan keadaan penurunan kesadaran. Menurut bidan setempat, pasien tersebut sebelumnya mengalami kejang ketika sedang kontrol di bidan. • Catatan tambahan : • PF: keadaan umum: Tampak sakit berat, Kesadaran: somnolen, Tanda
Vital: Tekanan Darah: 180/110 mmHg, N: 96 x/menit, Suhu 36,7 C, PP: Protenuria +++. Oleh dokter IGD di konsulkan ke bagian kebidanan, dan di rencanakan SC oleh dokter Sp.OG dengan sebelumnya di rujuk ke bagian anastesi untuk penanganan perioperatif.
Identifikasi istilah
• -
Rumusan masalah
• Perempuan 17 tahun sedang hamil 9 bulan datang ke IGD dengan penurunan kesadaran dan mengalami kejang, sebelumnya sakit berat, TD : 180/110 mmHg, HR: 90 X/menit, RR: 20 X/menit, Suhu 36,7 °C, dan Protenuria +3.
Mind map
Rumusan Masalah
anamnesis Pemeriksaan fisik
dan penunjang
WD dan DD
Etiologi
Patofisiologi
Penatalaksanaan Epidemiolo
gi
Komplikasi
Pencegahan
Prognosis
Hipotesis
Perempuan 17 tahun sedang hamil 9 bulan datang ke IGD dengan penurunan kesadaran dan mengalami kejang, karena menderita Eklampsia.
Anamnesis • Alloanamnesis • Identitas: Usia 17 tahun.• Keluhan Utama : Penurunan kesadaran dan mengalami
kejang,• RPS : usia, kehamilan pertama, perdarahan, emesis
gravidarum atau hiperemesis gravidarum,• RPD : Penjakit Jantung, DM, Hipertensi, • RPK :• Riwayat social : merokok, alkohol
Pemeriksaan Fisik • Penilaian keadaan umum : keadaan gizi (anemia, ikterus) &
pernapasan (sianosis, dispnea). Edema? , bentuk dan tinggi badan? , apakah ada perubahan pigmentasi, kloasma gravidarum, striae alba, striae lividae, striae nigra, hiperpigmentasi, dan areola mammae.
• Pemeriksaan umum : TTV• Pemeriksaan khusus Obgyn: -Inspeksi abdomen : (Tinggi fundus uteri, pigmentasi dinding abdomen, dan penampakkan gerak janin)
• Palpasi - leopold I, II, III, IV• Perkusi : jika ada Indikasi• Auskultasi : DJJ,
Pemeriksaan Fisik
l
Leopold I Leopold II Leopold III
Leopold IV Stetoskop fetal heart detector (Doppler)
No Test diagnostik Penjelasan1. Hemoglobin dan
Hematokrit Peningkatan Hb dan Ht berarti :
1. Adanya hemokonsentrasi yang mendukung diagnosis PE
2. Menggambarkan beratnya hipovolemia
3. Nilai ini akan menurun bila terjadi hemolisis
2. Gas darah arteri 1. diagnosis alkalosis atau asidosis
2. Nilainya secara seri penting dalam menilai respon pasien terhadap terapi.
3. Trombosit Trombositopenia menggambarkan preeklamsia berat
Pemeriksaan penunjang
4. Kreatinin serum Asam Urat serum Nitrogen Urea Darah (BUN)
Peningkatan menggambarkan :
Beratnya hipovolemia
Tanda menurunnya aliran darah ke ginjal
Tanda Pre eklampsia berat5. Pemeriksaan urin 1. Eklampsia disertai oleh proteinuria
+3 sampai +4. 2. Perubahan degeneratif dalam
glomerulus menyebabkan kehilangan protein melalui urin.
6. Pemeriksaan rontgen dada Untuk menyingkirkan aspirasi merupakan keharusan untuk pasien yang mengalami kejang.
7. Ultrasonografi Dapat melihat letak, gerakan, dan gerakan jantung janin.
Pemeriksaan penunjang
Status fisik pasien operatif • Klasifikasi status fisik ASA (American Society of Anesthesiologist)
ASA I Pasien sehat tanpa penyakit organik, biokimia atau psikiatri
ASA II Pasien dengan penyakit sistemik ringan. Contohnya asma ringan atau hipertensi yang terkontrol
baik. Tidak mengganggu aktivitas sehari – hari. Mungkin dapat menggangu pada saat anestesi dan
pembedahan
ASA III Penyakit sistemik berat atau signifikan yang membatasi aktivitas normal. Contohnya gagal ginjal
yang mendapat terapi dialisis atau penyakit jantung kongesti. Mengganggu aktivitas secara
signifikan dan kemungkinan besar mengganggu anestesi dan pembedahan
ASA IV Penyakit sistemik berat yang membutuhkan terapi terus menerus atau membutuhakan terapi
intensif. Contohnya infark miokardial akut, gagal nafas yang membutuhkan ventilasi. Sangat
mengganggu aktivitas dan memiliki dampak besar dalam anestesi dan pembedahan
ASA V Pasien yang hampir mati dalam 24 jam ke depan dengan atau tanpa pembedahan
ASA VI Donor organ
Mallampati
Kelas 1 Palatum durum, palatum molle, uvula dan kedua pilar faring terlihat
Kelas 2 Palatum durum, palatum molle, Sebagian uvula dan bagian atas kedua pilar
terlihat
Kelas 3 Hanya palatum durum, palatum molle dan dasar uvula yang terlihat
Kelas 4 Hanya palatum durum yang terlihat
Inform Consent
• informasi dan keterangan
• Anestesi berhubungan dengan kecemasan meliputi kematian, kesadaran, nyeri selama operasi, nyeri setelah operasi, kehilangan control, mual muntah.
• Premedikasi
• Pemberian obat sebelum anestesi untuk menghilangkan kecemasan.• Tujuan :• Memberikan sedasi• Menghilangkan nyeri (memberikan analgesia)• Membantu ahli anastesi • Mempermudah atau memperlancar induksi• Mengurangi jumlah obat-obat anestesi• Untuk mencegah efek samping dari obat anestesi umum.
Perioperatif
Airway Management
Prosedur :a.Persiapan b.Oksigenasi c. Laringoskop. d.Pemasangan pipa endotrakheal. e.Mengontrol letak pipa. f. Ventilasi.
• Tindakan Intubasi
Monitoring Perioperatif
• Monitoring kardiovaskuler > non invasive ( nadi, TD,banyaknya perdarahan), Invasive : - kanulasi arteri
- vena sentral- kanulasi a.pulmonalis
• Monitoring respirasi • Monitoring suhu badan• Monitoring ginjal• Monitoring Sistem Saraf
Anestesi Umum • Trias anestesi : hipnotik, analgesi, dan relaksasi otot.
• Pentotal:• Dosis pentotal yang dianjurkan adalah 5 mg/kg BB dalam larutan 2,5% dengan pH 10.8, • Cepat bereaksi • Anestesi ringan, kerja cepat.• K.I:• Alergi, anemia, gangguan pernafasan
• Ketamin > golongan non barbiturate, • Dosis ketamin yang dianjurkan adalah 1-2 mg/kg BB, dengan lama kerja sekitar 10-15
menit.• K.I: Hipertensi 150/100 mmHg.
Terapi Cairan Perioperatif
• Terapi cairan meliputi penggantian kehilangan cairan, memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi untuk membantu tubuh mendapatkan kembali keseimbangan normal .
Pascaoperatif
• Di ruang pemulihan dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, sensibilitas nyeri, pendarahan dari drain,
• Pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi pernapasan dilakukan paling tidak setiap 5 menit dalam 15 menit pertama atau hingga stabil, setelah itu dilakukan setiap 15 menit.
• Harus mendapat oksigen 30-40% selama pemulihan karena dapat terjadi hipoksemia sementara.
• Monitoring
Manajement Nyeri Pasca Operasi
Medikamentosa 1)Asetaminopen, obat over-the-counter yang umum digunakan untuk
mengobati nyeri ringan sampai nyeri sedang. 2)Nonsteroidal anti-inflammatory medications (NSAID), seperti
ibuprofen dan naproxen adalah obat over-the-counter dan obat nyeri yang digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang.
3)Opiat, seperti morfin, fentanil, oxycodone, dan antalgin, digunakan untuk mengobati nyeri sedang sampai berat.
Non-medikamentosa
1)Istirahatkan bagian tubuh yang menjalani operasi
2)Mengonsumsi makanan yang dianjurkan dokter atau ahli gizi, hal ini sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan.
3)Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri.
Komplikasi
• Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia• Gagal ginjal dan jantung• Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama
kematian maternal penderita eklampsia.
• Edema paru-paru• Kematian janin dan Ibu
Pencegahan
• Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin (Preeklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat
• Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tanda-tanda pre-eklampsia tidak juga dapat dihilangkan.
Prognosis 1.Untuk ibu
Kematian karena preeklampsia kurang dari 0,1%. Jika terjadi kejang eklamtik, 5%-7% pasien akan meninggal. Penyebab kematian meliputi perdarahan intrakranial, syok, gagal ginjal, pelepasan prematur plasenta dan pneumonia aspirasi.
2. Untuk Bayi/ Janin
Kematian perinatal sebesar 20%. Sebagian besar bayi-bayi ini kurang bulan. Namun dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, kematian ini mungkin dapat dikurangi hingga <10%.
Kesimpulan
• Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul dengan koma. Kejang disini bukan akibat kelainan neurologis. Dan sebelum timbulnya gejala eklampsia pastinya pasien sudah mengalami keadaan preeklampsia terlebih dahulu setelah itu berlanjut menjadi eklampsia karena tidak mendapat penanganan. Pasien ibu hamil dengan eklampsia masih dapat melahirkan secara normal apabila dalam keadaan stabil.