POTENSI DAN PERSEBARAN
MINERAL NON LOGAM &
LOGAM
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM & LOGAM
KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
TUGAS TERSTRUKTUR
Mata Kuliah Potensi ESDM II
Manajemen Pertambangan & EnergiTahun Akademik 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
rahmat dan berkat-Nya, sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul ”
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM & LOGAM, KABUPATEN
KEPULAUAN TALAUD” dapat diselesaikan dengan baik.
Tulisan ini saya ajukan sebagai jawaban atas Tugas pada Diploma II, Semester II
pada program studi Manajemen Pertambangan dan Energi, TA. 2016/2017 STEM
Akamigas Cepu, yang diberikan oleh Dosen kepada mahasiswa.
Tugas ini dapat diselesaikan atas dorongan, saran, bantuan pemikiran Dosen Bidang
Studi. Oleh karena itu, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada Bapak. ...............
Saya menyadari bahwa dalam penulisan Tugas ini masih terdapat kekeliruan dan
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, Saya mohon masukan ataupun saran dari
pembaca untuk melakukan perbaikan di masa yang akan datang.
INTISARI
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan Kabupaten yang paling Utara di Negara Republik
Indonesia, dengan ibukota Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut dari Ibukota
Propinsi Sulawesi Utara yaitu Manado. Terletak antara 3º 38’ 00” - 5º 33’ 00” Lintang
Utara dan 126° 38’ 00” - 127° 10’ 00” Bujur Timur. Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud
merupakan salah satu daerah yang memiliki sumber daya mineral baik logam maupun non
logam. Untuk logam diketahui mineral yang dapat diidentifikasi adalah pasir besi, nikel dan
mangan. Sedangkan untuk Non logam terdiri dari : lempung bentonitan, batu gamping,
kalsit, batu hias (setengah permata), gipsum dan barit.
Potensi dan Persebaran Mineral Non Logam & Logam Kabupaten Kepulauan Talaud
diperoleh berdasarkan Laporan dari TIM INVENTARISASI Badan Geologi Bandung
(No. 01/MN/BGD/2012) yang dilaksanakan pada tahun 2012 lalu di Kabupaten Kepulauan
Talaud, dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : Penyelidikan Lapangan (Pengumpulan
Data Sekunder, dan Pengumpulan Data Primer), Analisis Laboratorium, dan Pengolahan
Data, sehingga menghasilkan data tersebut.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penulisan
Selain memenuhi tugas yang disampaikan oleh Dosen Pengajar yang disampaikan
kepada kami sebagai mahasiswa, ada terkandung maksud yang jauh lebih penting untuk
kami pelajari dan ketahui, sebagaimana bahwa berdasarkan UU No 4 tahun 2009 tentang
Mineral dan Batubara dan Peraturan Pemerintah No 23 tahun 2010 pelaksanaan kegiatan
usaha pertambangan serta era otonomi daerah yang mulai pada tahun 2001 maka informasi
potensi bahan galian masing-masing kabupaten merupakan data dasar yang sangat penting
dalam menentukan kebijakan pengelolaan bahan galian di daerah. Kegiatan inventarisasi
sumber daya mineral ini diharapkan dapat menghasilkan kajian yang lebih rinci tentang
potensi bahan galian yang meliputi jenis, sebaran, kualitas dan kuantitasnya, sehingga dapat
diketahui peluang pemanfaatannya disamping dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) serta sebagai bahan pertimbangan investasi bagi pelaku usaha
pertambangan, sehingga pelaksanaan serta pengelolaan pertambangan yang baik dan benar
(Good Mining Practice) dapat terwujud dan terlaksana.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan Tugas ini antara lain adalah untuk mengetahui potensi
mineral, yang ada di daerah kami masing – masing secara khusus bagi saya, Kabupaten
Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara.
1.3. Batasan Masalah
Penulisan Tugas ini dibatasi pada Potensi Mineral Non Logam dan Logam, di Kabupaten Kepulauan Talaud;
II. ORIENTASI UMUM
2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Kepulauan Talaud
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan kabupaten yang paling utara di Negara
Republik Indonesia. Kabupaten Kepulauan Talaud bagian integral dari Propinsi Sulawesi
Utara, beribukota Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut dari Ibukota Propinsi
Sulawesi Utara yaitu Manado.
Sebagai daerah otonomi hasil pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sangihe dan
Talaud berdasarkan Undang-undang Nomor : 8 Tahun 2002, dengan karakteristiknya
sebagai daerah kepulauan, daerah perbatasan, daerah tertinggal, dan daerah rawan bencana
alam.
Daerah ini secara geografis terletak antara 3º 38’ 00” - 5º 33’ 00” Lintang Utara dan
126° 38’ 00” - 127° 10’ 00” Bujur Timur. Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Republik Filipina (P. Mindanau)
Sebelah Timur berbatasan dengan Lautan Pasifik
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe
Dan sebelah barat berbatasan dengan Laut Sulawesi.
Daerah ini secara administratif mempunyai luas wilayah sebesar 39.051 Km² dengan
luas daratan 1.251,02 Km² (3,00% dari luas wilayah) dan luas lautan 37.800 Km² (97,00%
dari luas wilayah), sedangkan panjang garis pantai 367,70 KM. Kabupaten Kepulauan
Talaud terdiri dari 19 (sembilan belas) kecamatan, dimana kecamatan terluas adalah
Kecamatan Beo Utara (144,85 Km2) dan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Miangas
(2,39 Km2). Umumnya ada tiga pulau utama di Kabupaten Kepulauan Talaud, yaitu Pulau
Karakelang, Pulau Salibabu, dan Pulau Kabaruan (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Peta Administratif Kabupaten Kepulauan Talaud
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Geologi
Geologi adalah ilmu pengetahuan tentang bumi secara keseluruhan, meliputi asal
kejadiannya, kandungannya, bentuk fisiknya, dan sejarahnya serta segala proses alamiah
yang mempengaruhi perkembangannya. Sumber daya geologi adalah sumber daya alam
yang berkaitan dengan geologi seperti sumber daya mineral, sumber daya energi dan
sumber daya air. Peta geologi adalah peta yang menggambarkan sebaran formasi batuan,
struktur geologi dan data geologi lainnya yang tersingkap di dalam permukaan bumi.
3.1.1 Geomorfologi
Geomorfologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari asal (terbentuknya)
topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta
terbentuknya material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi dapat dipelajari
cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi adalah
bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran ataupun letak)
pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-pergerakan pada kerak bumi.
Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M.
Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi dikontrol
oleh tiga faktor utama yaitu struktur, proses dan tahapan. Struktur di sini mempunyai
arti sebagai struktur-struktur yang diakibatkan karakteristik batuan yang
mempengaruhi bentuk permukaan bumi. Proses-proses yang umum terjadi adalah
proses erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-sifat
lainnya dari batuan. Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi perlu dipahami
istilah-istilah katastrofisme, uniformiaterianisme dan evolusi.
1. Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala
morfologi terjadi secara mendadak, contohnya letusan gunung api.
2. Uniformiaterianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukan
morfologi cukup berjalan sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu
membentuk bentuk-bentuk yang sekarang, bahkan banyak perubahan-
perubahan yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada masa sekarang dan
seterusnya.
3. Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan
perlahan-lahan membentuk dan mengubah mejadi bentukan-bentukan baru.
Analisis pada suatu daerah (secara regional) dapat dilakukan pada foto udara
atau pada peta topografi. Analisis morfologi dapat dilakukan dengan pemisahan-
pemisahan unsur-unsur morfologi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Suatu morfologi pada orde satu dapat dikelompokkan sebagai pegunungan dan
dataran. Pada orde kedua, pegunungan dapat diuraikan lagi sebagai pegunungan
plateu, pegunungan kubah, pegunungan lipatan, pegunungan kompleks dan gunung
api. Sedangkan dataran, pada orde kedua dapat diuraikan lagi sebagai dataran pantai,
dataran banjir, dataran danau, dataran alluvial, dan dataran glasial.
3.1.2 Struktur Geologi
Struktur geologi adalah ilmu mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan
permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Struktur
geologi mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi,
metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi
batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan
geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada
waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi, untuk
menentukan waktu pembentukan struktur tersebut.
Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan
dengan proses geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk,
susunan atau struktur internal batuan ke dalam bentuk, susunan atau susunan internal
yang lain.
3.1.3 Stratigrafi
Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari lapisan-lapisan batuan dan
hubungannya satu dengan yang lain (umur, hubungan lateral dan vertikal, penyebaran
serta terjadinya) dengan tujuan untuk mengetahui sejarah bumi dan pengetahuan
lainnya dari lapisan batuan yang mempunyai arti ekonomis.
Unsur-unsur stratigrafi adalah : unsur batuan, unsur pelapisan dan unsur struktur
sedimen. Kontak stratigrafi/kontak antar lapisan terdiri dari 2 (dua) macam yakni :
Kontak Lapisan Selaras, kontak antara 2 (dua) lapisan yang sejajar atau kecil
sekali interupsi selang pengedapan, terdiri atas 2 (dua) macam yakni :
1. Kontak Tajam : hasil perubahan kondisi lingkungan pengendapan setempat
suatu minor interupsi pengendapan atau terhentinya pengendapan sesaat.
2. Kontak berangsur : perubahan litologi berangsur sebagai refleksi perubahan
lingkungan pengendapan yang berangsur pula.
Kontak Lapisan Tidak Selaras, terputusnya pengendapan akibat perubahan
kondisi lingkungan yang disebabkan pengangkatan atau erosi. Ada 4 (empat)
macam ketidakselarasan yang dikenal yaitu :
1. Angular Unconformity : lapisan yang lebih muda terletak di atas lapisan
telah terlipat dan tererosi.
2. Disconformity : ketidakselarasan dimana lapisan di atas dan di bawah bidang
ketidaselarasan adalah sejajar, dan bercirikan pada permukaan bidang
ketidaklarasan merupakan bidang erosi yang tidak rata atau tidak beraturan.
3. Paraconformity : ketidakselarasan dimana lapisan di atas dan di bawah
permukaan bidang ketidakselarasan adalah sejajar, pada permukaan bidang
ketidakselarasan tidak terdapat erosi atau tanda-tanda fisik lain.
4. Nonconformity : ketidakselarasan yang terjadi antara lapisan batuan sedimen
dan batuan beku atau metamorf yang lebih tua dan terkena erosi.
Satuan stratigrafi menurut Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia dan Ikatan Ahli
Geologi Indonesia (1996) dikenal 6 (enam) satuan stratigrafi:
1. Satuan Litostratigrafi
Pembagian Litostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan batuan di bumi
secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada ciri-ciri litologi,
penentuan batas penyebaran tidak tergantung kepada batas waktu.
a. Ciri-ciri litologi meliputi jenis batuan, kombinasi jenis batuan, keseragaman
gejala litologi batuan dan gejala-gejala lain tubuh batuan di lapangan.
b. Satuan Litostratigrafi dapat terdiri dari batuan sedimen, metasedimen, batuan
asal gunungapi (pre-resen) dan batuan hasil proses tertentu serta kombinasi
daripadanya.
2. Satuan Stratigrafi Gunungapi
Pembagian batuan/endapan gunungapi dimaksud untuk menggolongkan
batuan/endapan secara bersistem berdasarkan sumber, deskripsi dan ganesa.
3. Satuan Biostratigrafi
Pembagian biostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan lapisan-lapisan di
bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasarkan kandungan dan
penyebaran fosil. Satuan biostratigrafi ialah tubuh lapisan batuan yang dipersatukan
berdasar kandungan fosil atau ciri-ciri paleontology sebagai sendi pembeda terhadap
tubuh batuan sekitarnya.
4. Satuan Sikuenstratigrafi
Pembagian sikuenstratigrafi ialah penggolongan lapisan batuan secara
bersistem menjadi satuan bernama berdasarkan satuan ganesa yang dibatasi, dibagian
bawah dan atasnya oleh bidang ketidakselarasan atau keselarasan padananya. Satuan
sikuenstratigrafi ialah suatu tubuh lapisan batuan yang terbentuk dalam satuan waktu
pada satu daur perubahan muka-laut relatif.
5. Satuan Kronostratigrafi
Pembagian kronostratigrafi ialah lapisan batuan secara bersistem menjadi
satuan bernama berdasarkan interval waktu geologi, pembagian ini merupakan
kerangka untuk menyusun urutan peristiwa geologi secara local, regional dan global.
6. Satuan Geokronologi
Pembagian waktu geologi ialah pembagian waktu menjadi interval-interval
tertentu berdasarkan peristiwa geologi, cara penentuannya didasarkan atas analisis
radiometrik atau isotropik. Tingkat-tingkat satuan geokronologi dari besar ke kecil
adalah : kurun, masa, zaman dan umur.
Kolom stratigrafi adalah urut-urutan satuan batuan suatu daerah, kronologis, sifat-
sifat, pemerian umur, lingkungan pengendapan.
3.2 Sumber Daya Mineral
Mineral dapat didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-
atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat kita jumpai
dimana-mana di sekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang
diendapkan pada dasar sungai. Beberapa mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis
karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang
seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu
dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya,
(Djauhari Noor, 2009).
Endapan Mineral
Endapan mineral baik logam maupun non logam adalah suatu akumulasi atau
konsentrasi di alam dari satu atau berbagai substansi yang dapat dimanfaatkan,
umumnya dalam jumlah sedikit atau tersebar secara tidak merata di kerak bumi. Ada
dua tipe endapan mineral yaitu primer dan sekunder.
Suatu endapan mineral dinamakan suatu endapan bijih, apabila dapat ditambang
secara ekonomis. Ada banyak konsentrasi mineral di alam, tetapi hanya sedikit yang
dianggap sebagai endapan bijih.
Pengelompokan mineral logam :
1. Logam dasar : logam yang umum terdapat dan secara kimiawi lebih aktif, contoh :
tembaga (Cu), timbal (Pb), timah (Sn), dan seng (Zn);
2. Logam mulia : logam yang secara ekonomis sangat berharga dan banyak
dibutuhkan. Contoh : emas (Au), perak (Ag), dan platina (Pt);
3. Logam ringan dan jarang logam yang ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit
dan tersebar di kulit bumi. Contoh : aluminium (Al), litium (Li), zirkonium (Zr),
logam tanah jarang (REE);
4. Logam besi dan paduan besi : logam yang lazim digunakan dalam industri dan
campurannya, contoh : besi (Fe), kobal (Co), nikel (Ni), khrom (Cr), mangan
(Mn).
IV. PEMBAHASAN
4.1 Geologi Regional
Geologi regional adalah merupakan ilmu yang mempelajari tentang distribusi
sekelompok batuan (formasi) baik jenis, strukturnya (stratigrafi) maupun urutan
pembentukannya (litologi) yang membentuk suatu pola dalam luasan area tertentu. Contoh
lingkup kajiannya meliputi zona patahan, zona subduksi, zona lipatan, daerah Formasi OAF
(Old Andesite Formation), dan lain-lain.
4.1.1 Fisiografi
Kabupaten Kepulauan Talaud terletak di sebelah Utara Pulau Sulawesi, sebelah
Utara berbatasan dengan Republik Filipina (P. Mindanau), Timur berbatasan dengan
Samudra Pasifik, Selatan berbatasan dengan Kebupaten Kepulauan Sangihe, Barat
berbatasan dengan Laut Sulawesi.
Geologi dan strukturnya sangat rumit bila dibandingkan dengan keadaan
geologi dan struktur geologi lainnya yang terdapat di Indonesia. Kerumitan geologi
dan struktur geologinya tersebut mencerminkan oleh adanya :
Aneka ragam batuan dari berbagai umur seperti bongkah-bongkah asing beraneka
macam ukuran yang terdapat pada Bancu Karakelang dan batuan-batuan tersebut
umumnya bersentuhan secara struktur.
Pola/arah perlapisan dan kemiringan batuan dan struktur geologi terutama struktur
sesar (geser dan normal) yang berkembang umumya saling memotong satu sama
lainnya dan tidak mengikuti pola/keadaan geologi yang normal, hal ini
menandakan bahwa aktifitas tektonik terjadi berulang kali.
Terdapat batuan campur aduk yang hampir menutupi kurang lebih 45% dari Pulau
Karakelang.
Proses penunjaman berlangsung pada Kala Miosen dan dalam proses ini unsur-
unsur struktur yang telah ada selama ini (sebelumnya) teraktifkan kembali di samping
struktur-struktur yang baru yang terbentuk setelah itu. Dalam proses penunjaman
berjalan, berlangsung pula pengendapan Formasi Noiltoko (hasil aktivitas gunung
api) dengan adanya akumulasi tufa di lereng palung yang dibarengi oleh proses lanjut
pembentukan batuan campur aduk. Di tempat lain terendapkan Formasi Cablac yang
terdapat di sundulan-sundulan struktur.
4.1.2 Morfologi
Berdasarkan peta topografi, pengamatan di lapangan serta kontrol terhadap
batuan dan struktur, maka Kabupaten Kepulauan Talaud dapat dibedakan menjadi 2
(dua) satuan morfologi yaitu : satuan morfologi dataran dan satuan morfologi
perbukitan bergelombang.
Satuan morfologi pedataran tersebar di bagian daerah pesisir/pantai yang
melingkari pulau Talaud ini, umumnya tersusun oleh alluvial, dan endapan danau
berupa : pasir, konglomerat napal, lempung dan batu gamping, sebagian berupa rawa
dan umumnya digenangi air terutama pada waktu pasang naik. Termasuk dalam
satuan ini adalah dataran-dataran sempit yang terdapat di beberapa tempat.
4.1.3 Stratigrafi Kepulauan Talaud
Berdasarkan geologi regional daerah penyelidikan termasuk ke dalam Peta
Geologi Lembar Talaud sekala 1: 250.000 (R. Sukamto dan N. Suwarna, 1986).
Secara umum batuan penyusun Kepulauan Talaud adalah Batuan Sedimen
(Batugamping Beo, Formasi Awit), dan Batuan Gunungapi (Batuan gunungapi
Miangas, Pampini), yang beralaskan batuan ultramafik dan bancuh (Gambar 2).
Susunan stratigrafi batuan dari umur tua ke muda antara lain sebagai berikut :
1. BATUAN ULTRAMAFIK KABARUANG terdiri dari peridotit, serpentinit gabro
dan basal; yang cukup luas singkapannya dan dapat dipetakan, terdapat di dua
tempat, yaitu di Pulau Karakelang bagian selatan, Pulau Kabaruang. Bersama
dengan bancuh Karakelang. Batuan Ultramafik Kabaruang ini berumur lebih tua
dari Oligo-Miosen.
2. KOMPLEK BANCUH : Bongkah-bongkah berbagai macam ukuran, dari puluhan
sentimeter hingga ratusan meter lebamya, terdiri dari macam-macam batuan
bercampuraduk menjadi satu, berkisar dari peridotit, serpentinit, gabro, basal,
sekis, pulam, sedimen malih, rijang merah, serpih. Batuan ini berumur lebih tua
dari Oligo-Miosen.
3. BATUAN GUNUNGAPI PAMPINI: Breksi, tufa dan lava, dan retas diorit;
bersusunan andesit horneblenda; umumnya berwarna kelabu muda sampai kelabu
tua. Satuan batuan ini tersingkap di pantai timur Pulau Karakelang bagian selatan,
sekitar Tanjung Pampini dan di Pulau Mayu. Kedudukan stratigrafinya lebih tua
dari Formasi Awit, diduga tertindih tak selaras oleh Formasi Awit, dan berumur
Oligo-Miosen.
4. BATUAN GUNUNGAPI MIANGAS: Breksi, tufa dan lava; bersusunan andesit
horneblenda; umumnya berwarna kelabu muda sampai kelabu tua. Satuan batuan
ini tersingkap di Pulau Karatung dan Pulau Miangas. Kedudukan stratigrafinya
diduga setara dengan Formasi Awit yang berumur Miosen Tengah-Pliosen, dan
ditindih secara tak selaras oleh Batugamping Beo. Nama satuan diusulkan
berdasarkan singkapan yang baik di Pulau Miangas bagian timur.
5. FORMASI AWIT: Batupasir berselingan dengan batupasir tufaan, tufa, batulanau
dan batulempung; bersisipan batugamping, napal, konglomerat dan breksi di
bagian bawah. Juga ditemukan pula foraminifera bentos dan plangton lainnya.
Nama formasi ini didasarkan pada singkapannya yang baik dan lengkap di
sepanjang Sungai Awit, yang terletak kira-kira 20 km sebelah utara Beo.
6. Lingkungan pengendapan formasi ini kemungkinan sublitoral sampai laut dalam
yang terbuka.
7. BATUGAMPING BEO: Batugamping koral sebagian besar padat dan sebagian
rapuh, ada yang berupa breksi koral, setempat mengandung fosil moluska dan
foraminifera besar. Cangkang pelecypoda yang ditemukan di hulu Sungai Masing,
Pulau Karakelang berukuran besar, mencapai diameter antara 40 - 100 cm.
8. ALUVIUM : Pasir, kerikil, kerakal dan lumpur; terjadi di muara sungai dan
sepanjang pantai barat bagian utara Pulau Karakelang; setempat membentuk
undak setinggi lebih kurang 20 meter di atas muka laut.
Gambar 4.1 Peta Geologi lembar Talaud
Gambar 4.2. Kolom Stratigrafi Kepulauan Talaud
UMURENDAPAN
PERMUKAAN
BATUAN
SEDIMEN
BATUAN
GUNUNGAPI
BATUAN
TEROBOSAN
Kuarter
Plio
sen
Qa Qb
Ters
ier
Tmpa Tmpm
Mio
sen
Tomp
Olig
osen m
ub
4.2 Kegiatan Penyelidikan
Kegiatan Penyelidikan dilakukan oleh Tim Inventarisasi BADAN GEOLOG dengan
Rangkaian kegiatan prospeksi dimulai dari persiapan dan studi literatur, penyelidikan
lapangan, analisis laboratorium dan pengolahan data. Adapun rangkaian kegiatan
dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Penyelidikan Lapangan :
Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan Data Primer
2. Analisis Laboratorium
3. Pengolahan Data
Dengan hasil penyelidikan di lapangan telah menghasilkan sejumlah titik pengamatan dan
pengambilan contoh terpilih sebagai bahan untuk dianalisis di laboratorium, lengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran Peta.
Gambar 4.3 Peta Geologi & Mineralisasi Blok Karakelang dan Blok Salibabu
Kab. Kepl. Talaud
Gambar 4.4. Peta Geologi dan Mineralisasi Blok Salibabu dan Blok Kabaruan
Kab. Kep. Talaud
4.3. Potensi Endapan Mineral (Sesuai SNI)
4.3.1. Mineral Logam
Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud secara geografis terletak di ujung utara
Pulau Sulawesi yang berdekatan dengan Kabupaten Sangihe. secara tektonik,
merupakan wilayah busur kepulauan tanpa gunung api yang memanjang dari
Sulawesi Timur melalui Tifore, Mayu terus ke dan merupakan lajur benturan antara
busur dan busur. Struktur geologi yang ditemukan berupa sesar naik, sesar geser,
sesar turun dan sumbu lipatan. Hasil studi geologi yang telah dilakukan oleh para
pengamat terdahulu dan peninjauan di lapangan langsung menunjukkan bahwa batuan
di kawasan ini secara umum adalah batuan ultramafik, batuan malihan, batuan
sedimen dan batuan gunungapi yang berumur Oligo-Miosen.
Hasil pengamatan secara megaskopis menunjukkan hampir seluruhnya batuan
yang dijumpai dalam keadaan fresh atau tidak mengalami alterasi dan mineralisasi.
Di wilayah bagian utara adanya indikasi mineralisasi di lokasi Blok Karakelang
terlihat menonjol adalah mineralisasi mangan berupa bongkah paling tinggi terdapat
di Bukit Rinai dan Sungai Wiso, Desa Pulutan (TL-01/R)
Indikasi mineralisasi emas yang telah ada berupa lubang tambang di daerah
Batunuris di Pulau Salibabu hasil dari analisisbatuan di laboratorium didapat hanya 3-
6 ppb, maka mineralisasi di daerah tersebut tidak ekonomis untuk ditindak lanjuti.
Sedangkan indikasi mineralisasi emas di Pulau Kabaruan dijumpai baik dalam
bentuk batuan di wilayah Bulude (TL-54/R) khususnya didaerah lubang bukaan yang
telah ditambang oleh penduduk setempat hampir sama diperoleh hanya 1-6 ppb, akan
tetapi didapat hasil yang tinggi hasil analisis batuan yaitu : Cu : 2303 ppm dan Zn :
8736 ppm pada titik lokasi TL-48/R.
Endapan mineral logam yang memiliki potensi untuk dikembangkan atau
ditindaklanjuti dengan eksplorasi adalah Mangan di wilayah Desa Pulutan,
Kecamatan Pulutan, sedangkan untuk potensi mineral non logam berupa batuan
ultrabasa, batugamping, lempung, sirtu dan andesit yang tersebar di ketiga blok yaitu
Blok Karakelang, Blok Salibabu dan Blok Kabaruan.
Secara keseluruhan sebaran geologi dan mineralisasi di wilayah Talaud dapat
dilihat pada Lampiran Peta..
4.3.2. Geokimia Unsur Logam
Berdasarkan hasil analisis contoh sedimen sungai aktif, geokimia sebaran unsur
adalah :
Geokimia sebaran unsur Cu (Gambar 52) nilai tertinggi (TL-16/S) terdapat di
bagian utara (Pulau Karakelang) dengai nilai 105 ppm dan di Pulau Kabaruan nilai
tertinggi (TL-49/S) dan (TL-51/S) dengan nilai 115 dan 117 ppm.
Geokimia sebaran unsur Pb (Gambar 53) nilai tertinggi (TL-20/S) dengan nilai
167 ppm, (TL-20/S) dengan nilai 92 ppm, dan TL-30/S) dengan nilai 93 ppm,
hanya terdapat di bagian utara (Pulau Karakelang).
Geokimia sebaran unsur Zn (Gambar 54) nilai tertinggi (TL-11/S) dengan nilai
211 ppm, (TL-41/S) dengan nilai 185 ppm, dan (TL-39/S) dengan nilai 169 ppm,
hanya terdapat di bagian utara (Pulau Karakelang).
Sebaran geokimia unsur Ag (Gambar 55) dengan kandungan tinggi terdapat di
bagian Pulau Karakelang dan Pulai Kabaruan dengan kisaran antara 9-10 ppm.
Geokimia sebaran unsur Fe (Gambar 56) nilai tertinggi (TL-11/S) dengan nilai
20,23%, (TL-41/S) dengan nilai 18,52%, dan TL-39/S) dengan nilai 15,77%,
hanya terdapat di Pulau Karakelang.
Geokimia sebaran unsur Au (Gambar 57) nilai tertinggi (TL-64/S) terdapat di
bagian selatan (Pulau Kabaruan) dengai nilai 49 ppb dan di bagian utara (Pulau
Karakelang) nilai tertinggi (TL-14/S) dengan nilai 25 ppb.
Gambar 4.5. Peta Sebaran geokimia unsur Cu di Wilayah Talaud
Gambar 4.6. Peta Sebaran geokimia unsur Pb di Wilayah Talaud
Gambar 4.7. Peta Sebaran geokimia unsur Zn di Wilayah Talaud
Gambar 4.8. Peta Sebaran geokimia unsur Ag di Wilayah Talaud
Gambar 4.9. Peta Sebaran geokimia unsur Fe di Wilayah Talaud
Gambar 4.10. Peta Sebaran geokimia unsur Au di Wilayah Talaud
Gambar 4.11. Peta Titik Lokasi Dan Hasil Analisis Kimia Sedimen Sungai Aktif Mineral
Logam Blok Karakel
Gambar 4.12. Peta Titik Lokasi Dan Hasil Analisis Kimia Batuan Mineral Logam Blok
Karakela
Gambar 4.12. Peta Titik Lokasi Dan Hasil Analisis Kimia Batuan Mineral Logam Blok
Salibabu
Gambar 4.13. Peta Titik Lokasi Dan Hasil Analisis Kimia Sedimen Sungai Aktif Mineral
Logam Blok Kabaruan
Gambar 4.14. Peta Titik Lokasi Dan Hasil Analisis Kimia Batuan Mineral Logam Blok
Kabaruan
V. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Inventarisasi yang dilakukan oleh Tim Inventarisasi dari
Badan Geologi dapat disimpulkan bahwa, Kabupaten Kepulauan Talaud secara tektonik,
merupakan wilayah busur kepulauan tanpa gunung api yang memanjang dari Sulawesi Timur
melalui Tifore, Mayu dan merupakan lajur benturan antara busur dan busur. Struktur geologi yang
ditemukan berupa sesar naik, sesar geser, sesar turun dan sumbu lipatan. Hasil studi geologi yang
telah dilakukan oleh para pengamat terdahulu dan peninjauan di lapangan langsung menunjukkan
bahwa batuan di kawasan ini secara umum adalah batuan ultramafik, batuan malihan, batuan
sedimen, batuan gunungapi dan endapan pantai yang diperkirakan berumur Oligo-Miosen.
Hasil pengamatan secara megaskopis menunjukkan hampir seluruhnya batuan yang
dijumpai dalam keadaan fresh atau tidak mengalami alterasi dan mineralisasi. Di wilayah bagian
utara adanya indikasi mineralisasi di lokasi Blok Karakelang terlihat menonjol adalah mineralisasi
mangan berupa bongkah paling tinggi terdapat di Bukit Rinai dan Sungai Wiso, Desa Pulutan
diperoleh hasil Mn total antara 27,60-61,64 %, keterdapatan endapan mangan berupa bongkah-
bongkah di daerah Pulutan merupakan produk lingkungan endapan laut dalam. Mineralisasi nikel
yang terdapat di satuan batuan ultrabasa yang terdapat di daerah penyelidikan yaitu di Pulau
Kabaruan tidak menghasilkan tanah laterit sehingga tidak mendukung terjadinya mineralisasi
nikel. Indikasi mineralisasi emas yang diperoleh di daerah lubang bukaan tambang rakyat di daerah
Bulude (Blok Salibabu) dan Batunururis (Blok Kabaruan) tidak menunjukan hasil yang signfikan
berdasarkan hasil analisis batuan di laboratorium, akan tetapi didapat hasil yang tinggi hasil analisis
Cu : 2303 ppm dan Zn : 8736 ppm pada titik lokasi TL-48/R yang termasuk ke dalam Blok
Kabaruan.
Berdasarkan hasil analisis geokimia unsur menunjukkan sebaran anomali kandungan tinggi
terdapat di Blok Karakelang dan Kabaruan yaitu :
- Sebaran Cu terdapat di Blok Karakelang dan Blok Kabaruan diperoleh hasil kisaran antara 105-
115 ppm Cu.
- Sebaran Au terdapat di Blok Karakelang dan Blok Kabaruan diperoleh hasil kisaran antara 25-49
ppm Au.
- Sebaran Ag terdapat di Blok Karakelang dan Blok Kabaruan diperoleh hasil kisaran antara 9-10
ppm Ag.
- Sebaran Fe terdapat di Blok Karakelang diperoleh hasil kisaran antara 15,77-20,23 % Fe.
- Sebaran Pb terdapat di Blok Karakelang diperoleh hasil kisaran antara 92-167 ppm Pb.
- Sebaran Zn terdapat di Blok Karakelang diperoleh hasil kisaran antara 169-211 ppm Zn.
Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki beberapa jenis mineral nonlogam. Setelah
dilakukan pengamatan lapangan yang tersebar di beberapa tempat terutama di Pulau Karakelang,
Salibabu dan Kabaruan terdapat sumber daya berupa andesit, batupasir, sirtu (pasir batu), lempung,
ultrbasa dan batugamping
Berdasarkan evaluasi dan hasil analisis laboratorium, dapat disimpulkan sebagai berikut,
untuk mineral non logam potensi sumberdaya serta kualitasnya dapat dilihat pada tabel 18 di bawah
ini :
Tabel 18. Potensi sumberdaya dan kualitas mineral non logam di Kab. Kep Talaud
NO DAERAH KOMODITI
SUMBERDAY
A HIPOTETIK
(m3)
KUALITAS
BAHAN BANGUNAN
1. Desa Pulutan Selatan, Kec.
Pulutan, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Andesit 891.000.000 Dapat digunakan
sebagai bahan
bangunan.
2. Desa Bitunuris, Kec.
Bitunuris, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Andesit 234.000.000
3. Balang,Kec. Salibabu,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Andesit 68.850.000
4. Desa Pulutan, Kec. Pulutan,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Batupasir 15.000.000 Dapat digunakan
untuk tonggak batu
tepi jalan, batu hias
atau tempel, penutup 5. Desa Niampak, Kec.
Tarohan, Kab. Kep.
Batupasir 40.500.000
Talaud, Sulut lantai atau trotoar.
(SNI 03-0394-1989)6. Desa Niampak Utara, Kec.
Beo Selatan, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Batupasir 135.000.000
7. Desa Pulutan, Kec. Pulutan,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Batupasir 1.000.000
8. Desa Pulutan, Kec. Pulutan,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Batupasir 110.000.000
9. Desa Bowombaru, Kec.
Melonguane, Kab. Kep.
Talaud, Sulut Timur,
Batupasir 125.000.000
10. Desa Balang, Kec. Salibabu,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Batupasir 56.700.000
11. Desa Pulutan, Kec. Pulutan,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Sirtu 625,000 Dapat digunakan
untuk bahan
bangunan 12. Desa Bantane, Kec. Rainis,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Sirtu 2.500.000
13. Desa Bantane, Kec. Rainis,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Sirtu 3.375.000
14. Desa Resduk, Desa Beo,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Sirtu 8.750.000
15. Desa Lobbo, Kec. Lobbo,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Sirtu 8.750.000
16. Desa Rae, Kec. Lobbo, Kab.
Kep. Talaud, Sulut
Sirtu 2.500.000
17. Desa Kiama, Kec.
Melonguane, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Sirtu 2.500.000
BAHAN KERAMIK
1. Desa Niampak Utara, Kec.
Beo Selatan, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Lempung 60.000.000 dapat digunakan
untuk industri-
industri genting, bata
merah dan keramik
baik yang dikerjakan
secara
modern/pabrikan
industri kecil
maupun tradisional
atau pengrajin.
2. Desa Pulutan, Kec.
Pulutan, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Lempung 2.400.000
3. Desa Lansap ,Kec. Beo,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Lempung 120.000.000
4. Desa Awit, Kec. Lobbo,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Lempung 661.000.000
5. Desa Tule Tengah, Kec.
Melonguane Timur, Kab.
Kep. Talaud, Sulut
Lempung 64.000.000
6. Desa Kiama, Kec.
Melonguane, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Lempung 48.000.000
7. Desa Lirung, Kec. Lirung,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Lempung 24.800.000
BAHAN INDUSTRI
1. Desa Pulutan, Kec.
Pulutan, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Ultrabasa 1.248.000.000 Dapat digunakan
sebagai bahan baku
pupuk magnesium
(Mg) setelah diolah
dapat menjadi
kieserit.
2. Desa Akas, Kec. Damau,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Ultrabasa 2.600.000.000
3. Desa Pangeran, Kec.
Damau, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Ultrabasa 1.560.000.000
4. Desa Nunu, Kec. Rianis,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Batugamping 364.000.000 bahan bangunan
(agregat dan
ornamen), pertanian
untuk menurunkan
keasaman tanah,
peleburan dan
pemurnian baja.
5. Desa Beo, Kec. Beo, Kab.
Kep. Talaud, Sulut
Batugamping 171.600.000
6. Desa Beo, Kec. Beo, Kab.
Kep. Talaud, Sulut
Batugamping 260.000.000
7. Desa Melonguane, Kec.
Melonguane, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Batugamping 156.000.000
8. Desa Tarun, Kec.
Melonguane, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Batugamping 78.000.000
9. Desa Bowombaru, Kec.
Melonguane Timur, Kab.
Kep. Talaud, Sulut
Batugamping 155.000.000
10. Desa Tule, Kec. Melonguane
Timur, Kab. Kep. Talaud,
Sulut
Batugamping 130.000.000
11. Desa Tabang, Kec. Rainis,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Batugamping 67.600.000
12. Desa Alude, Kec. Kalongan,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Batugamping 357.500.000
13. Desa Musi, Kec. Lirung,
Kab. Kep. Talaud, Sulut
Batugamping 468.000.000
14. Desa Moronge Selatan II,
Kec. Moronge, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Batugamping 187.200.000
15. Desa Taduna, Kec.
Kabaruan, Kab. Kep.
Talaud, Sulut
Batugamping 315.000.000