i
LAPORAN PENELITIAN
POLITIK UANG DAN PARTISIPASI PEMILIHDALAM PEMILU
DI KABUPATEN TABANAN
Oleh:
TIM PENELITISTISIP MARGARANA TABANAN
TABANAN2015
ii
SUSUNAN TIM PENELITI
1. Koordinator : Drs. I Wayan Sudika, M.Si
2. Sekretaris : Drs. I Nyoman Satiana, M.Si
3. Bendahara : Dra. Ni Wayan Wahyuni, M.Si
4. Anggota : 1. I Gst. Ngr. Ag. Bgs. Widiana, SH. MH.
2. Drs. Dewa Putu Mertha Sudina, MM.
3. Drs. I Wayan Suwira, M.Si, M.Pd
4. Drs. I Gusti Made Manuaba, M.Si
5. I Made Nuryata, S.Pd, M.Pd
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya sehingga perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan
penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan baik
moral maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua
pihak yang telah ikut membantu hingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.
Penyusunan laporan penelitian berjudul “Politik Uang dan Partisipasi Pemilih dalam
Pemilu di Kabupaten Tabanan” ini dilakukan dengan upaya maksimal, namun penulis
menyadari sepenuhnya bahwa hasilnya masing jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaannya lebih lanjut.
Dengan segala keterbatasannya, semoga bermanfaat dalam memberi pijakan empirik
bagi pengambil kebijakan terkait dengan pemilu.
Penulis
ii
ABSTRAK
Politik Uang dalam Pemilu di Kabupaten Tabanan
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan sikap dan perilakupemilih mengenai politik uang dan hubungannya dengan jenis kelamin, usia, tingkatpendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan, (2) mengetahuihubungan tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak lain/luar,motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Tabanan pada bulan Juni sampai Juli2015. Jumlah responden sebanyak 350 orang yang tersebar di 10 Kecamatan.Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling. Data dikumpulkan dengankuesioner dan dianalisis dengan statistik deskriptif dan korelasional.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Dilihat dari sikap pemilihmengenai politik uang dalam pemilu ditemukan bahwa responden laki-laki lebihbanyak menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak 27% dibandingperempuan yang hanya 23,3%. Responden usia 26-33 tahun paling banyakmenganggap politik uang itu sesuatu yang wajar yaitu sebesar 28,8%, sedangkanyang paling sedikit mengatakan wajar yaitu usia ≥ 56 tahun yaitu sebesar 16,7%.Responden dengan tingkat pendidikan SMP paling banyak mengatakan politik uangitu wajar yaitu sebanyak 42,9% sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajaryaitu tingkat pendidikan sarjana sebesar 19,5%. Responden yang bekerja sebagaiburuh/tani paling banyak mengatakan politik uang itu wajar dengan prosentasesebesar 30,6%, sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar adalah PNS sebesar17,6%. Responden yang tinggal di pedesaan lebih banyak mengatakan wajarmengenai politik uang yaitu sebanyak 26,5% dibanding yang tinggal di perkotaanyang hanya 18,8%. Responden yang memiliki tingkat penghasilan < 1 juta rupiahper bulan paling banyak yang menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak30,2%, sedangkan responden yang memiliki penghasilan > 3 juta per bulan palingsedikit yang mengatakan politik uang itu wajar yaitu hanya 9,4%. (2) Dilihat dariperilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditemukan bahwa respondenlaki-laki lebih banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 19,6%dibanding perempuan yang hanya 15,1%. Responden usia ≤ 25 tahun cenderunglebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,3%, sedangkan yangpaling sedikit menerima pemberian uang atau hadiah adalah usia ≥ 56 tahun yaitusebesar 13,3 %. Responden dengan tingkat pendidikan SMP dan Diploma palingbanyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 21,4% sedangkanyang paling sedikit adalah SD sebesar 9,1%. Responden yang bekerja sebagaikaryawan paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak24,8%, sedangkan yang paling sedikit menerima uang atau hadiah adalahwirausahawan sebesar 11,3%. Responden yang berada di pedesaan cenderung lebihmenerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 18,2% dibanding respondenyang tinggal di perkotaan. Responden yang memiliki penghasilan 1-2 juta palingbanyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 22,6%, sedangkanbagi responden yang berpenghasilan > 3 juta rupiah tidak ada yang menunjukkan
iii
menerima pemberian uang atau hadiah. (3) Ada hubungan yang signifikan tingkatpenghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang. Sedangkan jenis kelamin,usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal tidak ada hubungan yangsignifikan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. (4) Jenispekerjaan dan tingkat penghasilan ada hubungan yang signifikan dengan perilakupemilih mengenai politik uang. Sedangkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikandan tempat tinggal tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku pemilihmengenai politik uang dalam pemilu. (5) Terdapat korelasi yang signifikan antaravariabel tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilihdalam pemilu sebesar 0,532. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedangdan searah. Artinya jika pengetahuan dan pemahaman pemilih tinggi makapartisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. (6) Terdapat korelasi yangsignifikan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalampemilu sebesar 0,594. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dansearah. Artinya jika dorongan pihak lain/luar tinggi maka partisipasi pemilih dalampemilu juga semakin tinggi. (7) Terdapat korelasi yang signifikan antara variabelmotivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,617.Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan searah. Artinya jika motivasipencapaian tujuan tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi.
Kata-kata Kunci: Politik Uang, Pemilu
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
SUSUNAN TIM PENELITI ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 5
A. Landasan Teori….. ....................................................................... 5
B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 9
C. Definisi Operasional………………………………………… ..... 11
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... 12
A. Lokasi dan Waktu......................................................................... 12
B. Populasi dan Sampel..................................................................... 12
C. Indikator/Parameter ...................................................................... 13
D. Pendekatan/Model Analisis.......................................................... 14
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 15
A. Deskripsi Obyek Penelitian............................ .............................. 15
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis ............ 17
C. Pembahasan .................................................................................. 60
v
BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 62
A. Simpulan....................................................................................... 62
B. Saran ............................................................................................. 64
C. Rekomendasi Kebijakan ............................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 66
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur pikir faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilakupemilih ........................................................................................
10
Gambar 2.2 Alur pikir tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasipemilih dalam pemilu..................................................................
10
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Tabanan................................................ 16Gambar 4.2 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin.............. 17Gambar 4.3 Histogram Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis
Kelamin........................................................................................18
Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Laki-laki...................... 18Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Perempuan................... 18Gambar 4.4 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Laki-Laki................. 20Gambar 4.5 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Perempuan............... 20Gambar 4.6 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Usia.............................. 22Gambar 4.7 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Usia................. 23Gambar 4.8 Diagram Sikap Responden Usia < 25 Tahun................................ 23Gambar 4.9 Diagram Sikap Responden Usia 26-35 Tahun.............................. 24Gambar 4.10 Diagram Sikap Responden Usia 36-45 Tahun............................ 24Gambar 4.11 Diagram Sikap Responden Usia 46-55 Tahun............................ 24Gambar 4.12 Diagram Sikap Responden Usia ≥ 56 Tahun.............................. 25Gambar 4.13 Diagram Perilaku Responden Usia ≤ 25 Tahun.......................... 26Gambar 4.14 Diagram Perilaku Responden Usia 26-35 Tahun........................ 27Gambar 4.15 Diagram Perilaku Responden Usia 36-45 Tahun........................ 27Gambar 4.16 Diagram Perilaku Responden Usia 46-55 Tahun........................ 27Gambar 4.17 Diagram Perilaku Responden Usia ≥ 56 Tahun......................... 28Gambar 4.18 Diagram Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan.................... 29Gambar 4.19 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat
Pendidikan....................................................................................30
Gambar 4.20 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SD.................... 31Gambar 4.21 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SMP................. 31Gambar 4.22 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SLTA............... 31Gambar 4.23 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Diploma........... 32Gambar 4.24 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Sarjana............. 32Gambar 4.25 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SD............... 34Gambar 4.26 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SMP............ 34Gambar 4.27 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SLTA.......... 34Gambar 4.28 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Diploma...... 35Gambar 4.29 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Sarjana......... 35Gambar 4.30 Diagram Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan........................... 37Gambar 4.31 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Jenis
Pekerjaan......................................................................................38
Gambar 4.32 Diagram Sikap PNS.................................................................... 38Gambar 4.33 Diagram Sikap Buruh/Tani......................................................... 39Gambar 4.34 Diagram Sikap Wirausahawan.................................................... 39
vii
Gambar 4.35 Diagram Sikap Karyawan........................................................... 39Gambar 4.36 Diagram Perilaku PNS................................................................ 41Gambar 4.37 Diagram Perilaku Buruh/Tani..................................................... 41Gambar 4.38 Diagram Perilaku Wirausahawan................................................ 42Gambar 4.39 Diagram Perilaku Karyawan....................................................... 42Gambar 4.40 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal......... 44Gambar 4.41 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tempat
Tinggal.........................................................................................44
Gambar 4.42 Diagram Sikap Responden Perkotaan......................................... 45Gambar 4.43 Diagram Sikap Responden Pedesaan.......................................... 45Gambar 4.44 Diagram Perilaku Responden Perkotaan..................................... 47Gambar 4.45 Diagram Perilaku Responden Pedesaan...................................... 47Gambar 4.46 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Penghasilan.. 49Gambar 4.47 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat
Penghasilan..................................................................................50
Gambar 4.48 Diagram Sikap Responden berpenghasilan < 1 juta.................... 50Gambar 4.49 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 1-2 juta................... 51Gambar 4.50 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 2-3 juta................... 51Gambar 4.51 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan > 3 juta................... 51Gambar 4.52 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan < 1 juta............... 53Gambar 4.53 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 1-2 juta............... 53Gambar 4.54 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 2-3 juta............... 54Gambar 4.55 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan > 3 juta............... 54
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian........................................................ 12Tabel 3.2 Indikator untuk mengukur sikap dan perilaku pemilih............ 13Tabel 3.3 Indikator untuk mengukur partisipasi pemilih......................... 14Tabel 4.1 Distribusi Data Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan
Jenis Kelamin..........................................................................17
Tabel 4.2 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan SikapPemilih....................................................................................
19
Tabel 4.3 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan PerilakuPemilih....................................................................................
21
Tabel 4.4 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Usia........ 22Tabel 4.5 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Sikap Pemilih............. 25Tabel 4.6 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Perilaku Pemilih........ 28Tabel 4.7 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Tingkat
Pendidikan..............................................................................30
Tabel 4.8 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan SikapPemilih....................................................................................
33
Tabel 4.9 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan denganPerilaku Pemilih......................................................................
36
Tabel 4.10 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih BerdasarkanPekerjaan.................................................................................
37
Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan SikapPemilih....................................................................................
40
Tabel 4.12 Hasil Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan PerilakuPemilih....................................................................................
43
Tabel 4.13 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan TemaptTinggal....................................................................................
44
Tabel 4.14 Hasil Analisis Hubungan Tempat Tinggal dengan SikapPemilih....................................................................................
46
Tabel 4.15 Hasil Analisis Hubungan Tempat Tinggal dengan PerilakuPemilih....................................................................................
48
Tabel 4.16 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih BerdasarkanPenghasilan.............................................................................
49
Tabel 4.17 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Penghasilan denganSikap Pemilih..........................................................................
52
Tabel 4.18 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Penghasilan denganPerilaku Pemilih......................................................................
55
Tabel 4.19 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan danPemahaman Pemilih dengan Partisipasi Pemilih dalamPemilu......................................................................................
56
Tabel 4.20 Hasil Analisis Hubungan Dorongan Pihak lain/Luar denganPartisipasi Pemilih dalam Pemilu............................................
58
Tabel 4.20 Hasil Analisis Hubungan Motivasi Pencapaian Tujuandengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu...............................
59
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada pasal 2 berbunyi “Pemilu
dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil”.
Berdasarkan hal tersebut maka sewajarnyalah sebuah Pemilu harus
menggunakan asas JURDIL dan LUBER, guna terciptanya sebuah demokrasi
serta pesta demokrasi yang sehat dan sesuai dengan amanat UUD 1945 dan juga
sesuai dengan amanat rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih
dari praktek KKN.
Namun dalam pilkada yang ada maupun pemilu secara umum maka asas
JURDIL dan LUBER hanyalah sebuah slogan belaka, karena pada dasarnya
politik uang merupakan sebuah sistem yang tidak akan pernah hilang dalam
proses demokrasi Indonesia dan hal ini akan terus menerus terjadi dan dilakukan
oleh para calon dan Jurkam serta Timses masing-masing calon dalam pilkada dan
pemilu guna mencari perhatian serta suara dari para calon pemilih untuk
memenangkan mereka dalam PEMILU.
Merebaknya politik uang membawa implikasi yang sangat berbahaya bagi
demokrasi dan penguatan negara bangsa. Melalui politik uang, kedaulatan bukan
ada pada tangan rakyat akan tetapi kedaulatan berada ditangan “uang”. Oleh
karena itu, pemegang kedaulatan adalah “pemilik uang”, bukan lagi rakyat
mayoritas.
Di tengah gelombang demokratisasi yang gencar belakangan ini,
maraknya politik uang bisa mempermudah masuknya penetrasi politik melalui
uang. Hal yang paling umum dalam praktek politik uang adalah pembelian suara
menjelang hari pemilihan. Pendekatan dilakukan baik secara langsung maupun
dengan melalui perantara orang ketiga.
Jika kita lihat praktik politik uang dengan sasaran pemilih atau rakyat
secara umum akan sangat sulit diukur keberhasilannya. Karena disamping
medannya sangat luas juga banyaknya jumlah pemilih. Apakah rakyat yang
mencicipi uang benar-benar mau memilih yang telah memberikan uang atau
mereka ’berkhianat’. Karena dalam masyarakat telah berkembang pemahaman
bahwa pemilu bukan saja pesta demokrasi, tapi juga pesta bagi-bagi uang.
Demikian eratnya hubungan uang dengan politik, sehingga jika politik
uang tetap merajalela niscaya calon yang potensial melakukan praktik tersebut
hanya yang memiliki dana besar. Berapapun besarnya jumlah dana yang
dikeluarkan, keuntungan yang diperoleh tetap akan jauh lebih besar. Sebab pihak
yang diuntungkan dalam praktik politik uang adalah pihak pemberi, karena dia
akan memperoleh dukungan dan kekuasaan politik yang harganya tidak ternilai.
Adapun yang dirugikan adalah rakyat. Karena ketika calon tersebut
berkesempatan untuk memerintah, maka ia akan mengambil suatu kebijakan yang
lebih menguntungkan pihak penyumbangnya, kelompoknya daripada interest
public. Fenomena ini sudah pasti menjadikan demokrasi kita tidak sehat.
Berdasarkan permasalahan di atas, nampak perlu dilakukan penelitian
mengenai politik uang serta partisipasi dalam pemilu di Kabupaten Tabanan
dengan tujuan untuk menemukan dan mengenali persoalan yang berkaitan dengan
hal tersebut serta memberikan rekomendasi berupa alternatif kebijakan.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas dapat
dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sikap pemilih mengenai politik uang di Kabupaten
Tabanan?
2. Bagaimanakah perilaku pemilih mengenai politik uang di Kabupaten
Tabanan?
3. Apakah ada hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan sikap pemilih
mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan?
4. Apakah ada hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan?
5. Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih
dengan partisipasi pemilih dalam pemilu?
6. Apakah ada hubungan dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih
dalam pemilu?
7. Apakah ada hubungan motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi
pemilih dalam pemilu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan sikap pemilih mengenai politik uang di
Kabupaten Tabanan.
2. Untuk mendeskripsikan perilaku pemilih mengenai politik uang di
Kabupaten Tabanan.
3. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan sikap
pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan.
4. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan perilaku
pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan.
5. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan pemahaman
pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu.
6. Untuk mengetahui hubungan dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi
pemilih dalam pemilu.
7. Untuk mengetahui hubungan motivasi pencapaian tujuan dengan
partisipasi pemilih dalam pemilu.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Dapat memberi opsi solusi sebagai bahan perumusan kebijakan
manajemen pemilu dalam konteks lokal.
2. Dapat menjadi literatur atau dasar untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
1. Politik Uang dalam Pemilu
Praktek dari politik uang dalam pemilu sangat beragam. Diantara bentuk-
bentuk kegiatan yang dianggap politik uang antara lain: a) distribusi sumbangan
baik berupa barang atau uang kepada para kader partai, penggembira, golongan
atau kelompok tertentu, b) pemberian sumbangan dari konglomerat atau
pengusaha bagi kepentingan partai politik tertentu, dengan konsesi-konsesi
yang ilegal, c) penyalahgunaan wewenang dan fasilitas negara untuk kepentingan
dan atau mengundang simpati bagi partai poltik tertentu, misalnya
penyalahgunaan dana JPS atau penyalahgunaan kredit murah KUT dan lain-lain
(Ethaholic, 2014).
Lebih lanjut Ethaholic (2014) menjelaskan bahwa dari sisi waktunya,
praktik uang di negara ini dapat dikelompokkan menjadi dua tahapan yakni pra
pemungutan. Pada pra pemungutan suara mulai dari seleksi administrasi, masa
kampanye, masa tenang dan menjelang pemungutan. Sasarannya adalah para
pemilih, terutama mereka yang masih mudah untuk dipengaruhi. Untuk tahap
kedua adalah setelah pemungutan, yakni menjelang Sidang Umum DPR atau pada
masa sidang tersebut. Sasarannya adalah kalangan elit politik. Di tangan mereka
kedaulatan rakyat berada. Mereka memiliki wewenang untuk mengambil
keputusan-keputusan strategis.
Bagaimanapun juga politik uang merupakan masalah yang membahayakan
moralitas bangsa, walaupun secara ekonomis “dalam jangka pendek” dapat sedikit
memberikan bantuan kepada rakyat kecil yang turut mencicipi. Namun jangan
sampai tujuan jangka pendek yang bersifat ekonomis harus mengorbankan tujuan
jangka panjang yang berupa upaya demokratisasi dan pembentukan moralitas
bangsa.
Demoralisasi yang diakibatkan oleh politik uang akan sangat berbahaya
baik dipandang dari sisi maksud maupun konsekwensinya. Karena sifatnya yang
destruktif, yakni bermaksud mempengaruhi pilihan politik seseorang dengan
imbalan tertentu, atau mempengaruhi visi dan misi suatu partai sehingga pilihan
politik kebijakannya tidak lagi dapat dipertanggungjawabkan untuk kepentingan
rakyat.
2. Perilaku Memilih
Keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum merupakan
serangkaian kegiatan membuat keputusan,yakni apakah memilih atau tidak
memilih dalam pemilihan umum? Kalau memutuskan memilih, apakah memilih
partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y?
Berikut ini diutarakan berbagai penjelasan atas pertanyaan berikut.
Mengapa pemilih memilih kontestan tertentu dan bukan kontestan lain? Jawaban
atas pertanyaan itu dibedakan menjadi lima sesuai dengan pendekatan yang
digunakan, yakni struktural, sosiologis, ekologis, psikologi sosial, dan pilihan
rasional (Ramlan, 2007:145).
Pendekatan struktural melihat kegiatan memilih sebagai produk dari
konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial, sistem partai, sistem
pemilihan umum, permasalahan, dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai.
Struktur sosial yang menjadi sumber kemajemukan politik dapat berupa
kelas sosial atau perbedaan-perbedaan antara majikan dan pekerja, agama,
perbedaan kota dan desa, dan bahasa dan nasionalisme. Jumlah partai, basis sosial
sistem partai dan program-program yang ditonjolkan mungkin berbeda dari satu
negara ke negara lain karena perbedaan struktur sosial tersebut.
Pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam
kaitan dengan konteks sosial. Kongkretnya, pilihan seseorang dalam pemilihan
umum dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis
kelamin, tempat tinggal (kota-desa), pekerjaan, pendidikan,kelas, pendapatan dan
agama.
Pendekatan ekologis hanya relevan apabila dalam suatu daerah pemilihan
terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial, seperti desa,
kelurahan, kecamatan, dan kabupaten.
Pada dasarnya pendekatan psikologi sosial sama dengan penjelasan yang
diberikan dalam model perilaku politik, sebagaimana dijelaskan di atas. Salah satu
konsep psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk
memilih pada pemilihan umum berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk
pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional
pemilih terhadap partai tertentu. Konkretnya, partai yang secara emosional
dirasakan sangat dekat dengannya merupakan partai yang selalu dipilih tanpa
terpengaruh oleh faktor-faktor lain.
Selanjutnya, pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih sebagai
produk kalkulasi untung dan rugi. Yang dipertimbangkan tidak hanya “ongkos”
memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan,
tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada. Pertimbangan ini
digunakan pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih
sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintah. Bagi pemilih, pertimbangan untung
dan rugi digunakan untuk membuat keputusan tentang partai atau kandidat yang
dipilih, terutama untuk membuat keputusan apakah ikut memilih atau tidak ikut
memilih.
Yang terakhir ini membawa kita bukan pada pertanyaan, mengapa warga
negara yang berhak memilih tidak menggunakan hak pilih? Namun, pada
pertanyaan mengapa banyak warga masyarakat bersusah payah menggunakan hak
pilih dalam pemilihan umum?
Jawaban yang diberikan dengan pendekatan pilihan rasional tidak selalu
memuaskan karena cukup banyak warga masyarakat menggunakan hak pilih
sebagai kebanggaan psikologis, seperti menunaikan kewajiban sebagai warga
negara, menegaskan identitas kelompok, dan menunjukkan loyalitas terhadap
partai. Sebagian warga masyarakat juga menggunakan hak pilih berdasarkan
informasi yang tidak lengkap dan akurat, seperti tradisi, ideologi, dan citra partai.
Keempat pendekatan di atas sama-sama berasumsi bahwa memilih
merupakan kegiatan yang otonom, dalam arti tanpa desakan dan paksaan dari
pihak lain. Namun, dalam kenyataan di negara-negara berkembang perilaku
memilih bukan hanya ditentukan oleh pemilih sebagaimana disebutkan oleh
keempat pendekatan di atas, tetapi dalam banyak hal justru ditentukan oleh
tekanan kelompok,intimidasi, dan paksaan dari kelompok atau pemimpin tertentu.
Masyarakat yang memandang kelompok atau publik lebih penting
daripada definisi situasi yang diberikan oleh individu cenderung mempersukar
individu untuk membuat keputusan yang berbeda ataupun bertentangan dengan
pendapat kelompok atau negara tersebut. Oleh karena itu, perilaku memilih di
beberapa negara berkembang harus pula ditelaah dari segi pengaruh
kepemimpinan terhadap pilihan pemilih.
Kepemimpinan yang dimaksud berupa kepemimpinan tradisional (kepala
adat dan kepala suku), religius (pemimpin agama), patron-klien (tuan tanah-buruh
penggarap), dan birokratik-otoriter (para pejabat pemerintah, polisi, dan militer).
Pengaruh para pemimpin ini tidak selalu berupa persuasi, tetapi acap kali berupa
manipulasi, intimidasi, dan ancaman paksaan.
3. Partisipasi Politik
Partisipasi politik di negara-negara yang menerapkan sistem politik
demokrasi merupakan hak warga negara tetapi dalam kenyataan persentase warga
negara yang berpartisipasi berbeda dari satu negara ke negara yang lain. Dengan
kata lain, tidak semua warga negara ikut serta dalam proses politik.
Pertanyaan yang kemudian muncul,mengapa seseorang berpartisipasi atau kurang
berpartisipasi dalam proses politik? Menurut Ramlan (2007:144) “faktor-faktor
yang diperkirakan mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang,
ialah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik)”.
Yang dimaksud dengan kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang
tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian
seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat dia hidup. Yang
dimaksud dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian
seseorang terhadap pemerintah: apakah ia menilai pemerintah dapat dipercaya
dan dapat dipengaruhi atau tidak?
Berdasarkan tinggi rendahnya kedua faktor tersebut, Paige (dalam Ramlan,
2007:144) membagi partisipasi menjadi empat tipe. Apabila seseorang memiliki
kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi maka
partisipasi politik cenderung aktif. Sebaliknya, apabila kesadaran politik dan
kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasif-
tertekan (apatis). Tipe partisipasi ketiga berupa militan radikal, yakni apabila
kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah.
Selanjutnya, apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada
pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif).
Kedua faktor di atas bukan faktor-faktor yang berdiri sendiri (bukan
variabel yang independen). Artinya, tinggi-rendah kedua faktor itu dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain, seperti status sosial dan status ekonomi, afiliasi politik
orang tua dan pengalaman berorganisasi. Yang dimaksud dengan status sosial
ialah kedudukan seseorang dalam masyarakat karena keturunan, pendidikan, dan
pekerjaan. Yang dimaksud dengan status ekonomi ialah kedudukan seseorang
dalam lapisan masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan. Hal ini diketahui dari
pendapatan, pengeluaran, ataupun pemilikan benda-benda berharga. Seseorang
yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak
hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian
pada politik, serta sikap dan kepercayaan terhadap pemerintah.
B. Kerangka Pemikiran
Dalam pemilihan umum, banyak terjadinya perbuatan politik uang yang
ikut mewarnai acara pesta demokrasi yang berlangsung di negara ini. Politik
uang banyak membawa pengaruh akan peta perpolitikan Nasional serta juga
dalam proses yang terjadi dalam pesta politik. Dalam norma standar demokrasi,
dukungan politik yang diberikan oleh satu aktor terhadap aktor politik lainnya
didasarkan pada persamaan preferensi politik dalam rangka memperjuangkan
kepentingan publik. Dan juga setiap warga negara mempunyai hak dan nilai suara
yang sama (satu orang, satu suara, satu nilai). Namun melalui politik
uang, dukungan politik diberikan atas pertimbangan uang dan sumber daya
ekonomi lainnya.
Faktor-faktor demografi dan sosial ekonomi disinyalir ikut mempengaruhi
sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang seperti: jenis kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, tingkat penghasilan.
Gambar 2.1 Alur pikir faktor-faktor yang mempengaruhi sikap danperilaku pemilih
Dalam kaitannya dengan partisipasi pemilih dalam pemilu banyak faktor
yang ikut berpengaruh seperti tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih,
dorongan pihak luar/lain serta motivasi pencapaian tujuan.
Gambar 2.2 Alur pikir tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasipemilih dalam pemilu
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Tempat tinggal
Penghasilan
Sikap pemilihmengenai politikuang
perilaku pemilihmengenai politikuang
Tingkat Pengetahuan danPemahaman Pemilih
Dorongan pihak lain/luar
Motivasi Pencapaian Tujuan
Partisipasi Pemilihdalam Pemilu
C. Definisi Operasional
Sikap pemilih mengenai politik uang adalah tanggapan pemilih mengenai
politik uang yang diklasifikasikan menjadi politik uang itu wajar atau politik uang
itu tidak wajar.
Perilaku pemilih mengenai politik uang adalah perilaku pemilih ketika
diberi uang atau hadiah untuk memilih salah satu calon yang diklasifikasi menjadi
dua yaitu menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah.
Partisipasi pemilih dalam pemilu adalah keikutsertaan warga negara dalam
pemilihan umum yang merupakan rangkaian kegiatan membuat keputusan apakah
memilih atau tidak memilih.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kabupaten Tabanan pada bulan Juni sampai bulan
Juli 2015.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemilih tetap pada pemilu
2014 di Kabupaten Tabanan yang berjumlah 356.242 orang. Sesuai dengan Tabel
Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan taraf kesalahan 5%,
maka sampelnya adalah 348 orang (Sugiyono, 2009:126). Selanjutnya dalam
penelitian ini sampelnya digunakan 350 yang tersebar di 10 kecamatan yang ada
di Kabupaten Tabanan.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan Sugiyono (2009:119) bahwa “teknik
sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi
atau kabupaten”.
Sampel penelitian yang berjumlah 350 orang yang tersebar di 10
Kecamatan di Kabupaten Tabanan ditunjukkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian
No Kecamatan Jumlah Sampel1 Baturiti 352 Kediri 353 Kerambitan 354 Marga 355 Penebel 356 Pupuan 357 Selemadeg 358 Selemadeg Barat 359 Selemadeg Timur 3510 Tabanan 35
Jumlah 350
C. Indikator/Parameter
Untuk mengetahui sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang
dalam pemilu ditinjau dari beberapa variabel yaitu: Jenis Kelamin, Usia, Tingkat
Pendidikan, Jenis Pekerjaan, Tempat Tinggal, Tingkat Penghasilan.
Untuk menjaring data dari variabel-variabel tersebut digunakan kuesioner
(angket). Data yang terkumpul berupa data nominal.
Tabel 3.2 Indikator untuk mengukur sikap dan perilaku pemilih
No Variabel Indikator/Parameter1 Sikap Pemilih 1. Menganggap politik uang itu wajar
2. Menganggap politik uang itu tidak wajar2 Perilaku Pemilih 1. Menerima uang atau hadiah
2. Menolak uang atau hadiah3 Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan4 Usia 1. ≤ 25 tahun
2. 26-35 tahun3. 36-45 tahun4. 46-55 tahun5. ≥ 56 tahun
5 TingkatPendidikan
1. SD2. SMP3. SLTA4. Diploma5. Sarjana
6 Pekerjaan 1. PNS2. Buruh/Tani3. Wirausahawan4. Karyawan
7 Tempat Tinggal 1. Perkotaan2. Pedesaan
8 Penghasilan/bulan 1. < 1 juta2. 1-2 juta3. 2-3 juta4. > 3 juta
Sedangkan untuk mengetahui tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu ditinjau
dari tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak lain/luar, dan
motivasi pencapaian tujuan.
Tabel 3.3 Indikator untuk mengukur partisipasi pemilih
No Variabel Indikator/Parameter1 Partisipasi Pemilih 1. Keikutsertaan dalam pemilu2 Tingkat Pengetahuan
dan PemahamanPemilih
1. Undang-undang Pemilu2. Informasi tentang Pemilu
3 Dorongan pihaklain/luar
1. Adanya politik uang2. Tekanan kelompok3. Intimidasi
4 Motivasi PencapaianTujuan
1. Meluangkan waktu dengan sukarela2. Keinginan memilih sesuai hati
nurani
D. Pendekatan/Model Analisis
Data tentang sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam
pemilu ditinjau dari beberapa variabel yaitu: Jenis Kelamin, Usia, Tingkat
Pendidikan, Jenis Pekerjaan, Tempat Tinggal, Tingkat Penghasilan dianalisis
dengan statistik deskriptif. Untuk melihat hubungan variabel-variabel tersebut
digunakan chi-square.
Sedangkan untuk mengetahui hubungan dari tingkat pengetahuan dan
pemahaman pemilih, dorongan pihak lain/luar, dan motivasi pencapaian tujuan
dengan tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu dilakukan dengan korelasi
spearman atau rank order karena data yang terkumpul tidak memenuhi
persyaratan untuk uji regresi seperti normalitas data, linieritas data dan
homogenitas data. Hal ini sesuai dengan Samsubar (1996:2) yang mengatakan
bahwa “Jika salah satu asumsi normalitas tak dapat dipenuhi maka pengujian yang
bersifat nonparametrik harus dilakukan”.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
Kabupaten Tabanan adalah salah satu Kabupaten dari beberapa Kabupaten
/ Kota yang ada di Provinsi Bali. terletak dibagian selatan Pulau Bali, Kabupaten
Tabanan memiliki luas wilayah 839,33 KM² yang terdiri dari daerah pegunungan
dan pantai. Secara geografis wilayah Kabupaten Tabanan terletak antara 1140 –
54’ 52” bujur timur dan 80 14’ 30” – 80 30’07” lintang selatan. Topografi
Kabupaten Tabanan terletak di antara ketinggian 0 – 2.276 m dpl, dengan rincian
pada ketinggian 0 – 500 m dpl merupakan wilayah datar dengan kemiringan 2 –
15 %. Sedangkan pada ketinggian 500 – 1.000 m dpl merupakan wilayah datar
sampai miring dengan kemiringan 15 – 40 %. Pada daerah-daerah yang
mempunyai kemiringan 2 – 15 % dan 15 – 40 % merupakan daerah yang cukup
subur tempat dimana para petani melakukan kegiatan pertanian untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian di atas 1.000
m di atas permukaan laut dan dengan kemiringan 40 % ke atas merupakan daerah
berbukit- bukit dan terjal.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Tabanan adalah meliputi : di
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, yang dibatasi oleh deretan
pegunungan seperti Gunung Batukaru (2.276 m), Gunung Sanghyang (2.023 m),
Gunung Pohen (2.051 m), Gunung Penggilingan (2.082 m), dan Gunung Beratan
(2.020 m) ; di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, yang dibatasi
oleh Tukad Yeh Sungi, Tukad Yeh Ukun dan tukad Yeh Penet. Di sebelah selatan
dibatasi oleh Samudera Hindia, dengan panjang pantai selebar 37 km ; di sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana yang dibatasi oleh Tukad Yeh Let.
Wilayah Kabupaten Tabanan adalah salah satu dari 9 Kabupaten/ Kota dari luas
wilayah sebesar 839,33 km2 atau 14,90% dari luas provinsi Bali, dan terletak
pada ketinggian wilayah 0 – 2.276 m di atas permukaan air laut. Sebanyak 23.358
Ha atau 28,00% dari luas lahan yang ada di Kabupaten Tabanan merupakan lahan
persawahan, sehingga Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris.
Potensi unggulan Kabupaten Tabanan adalah bidang pertanian kerena
sebagian besar mata pencaharian, soko guru perekonomian daerah, serta
penggunaan lahan wilayah Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti
luas. Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 Kecamatan (Kecamatan Tabanan,
Kecamatan Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan
Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan
Pupuan, Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti).
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tabanan). Peta wilayah Kabupaten
Tabanan ditunjukkan pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Tabanan
Jumlah Pemilih Tetap dalam Pemilu Legislatif per 2 Nopember 2013
sesuai dengan Lampiran Berita Acara Rapat Pleno Penetapan Hasil Verifikasi dan
Perbaikan DPT Provinsi Bali dalam Pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2014, Nomor 1683/BA/XI/2013, jumlah Pemilih
Tetap untuk Kabupaten Tabanan berjumlah 356.242 pemilih yang tersebar di 10
Kecamatan. (https://organikkpubali.wordpress.com/2013/11/03/kpu-bali-tetapkan-
perbaikan-dpt-pemilu-tahun-2014/)
Ha atau 28,00% dari luas lahan yang ada di Kabupaten Tabanan merupakan lahan
persawahan, sehingga Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris.
Potensi unggulan Kabupaten Tabanan adalah bidang pertanian kerena
sebagian besar mata pencaharian, soko guru perekonomian daerah, serta
penggunaan lahan wilayah Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti
luas. Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 Kecamatan (Kecamatan Tabanan,
Kecamatan Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan
Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan
Pupuan, Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti).
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tabanan). Peta wilayah Kabupaten
Tabanan ditunjukkan pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Tabanan
Jumlah Pemilih Tetap dalam Pemilu Legislatif per 2 Nopember 2013
sesuai dengan Lampiran Berita Acara Rapat Pleno Penetapan Hasil Verifikasi dan
Perbaikan DPT Provinsi Bali dalam Pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2014, Nomor 1683/BA/XI/2013, jumlah Pemilih
Tetap untuk Kabupaten Tabanan berjumlah 356.242 pemilih yang tersebar di 10
Kecamatan. (https://organikkpubali.wordpress.com/2013/11/03/kpu-bali-tetapkan-
perbaikan-dpt-pemilu-tahun-2014/)
Ha atau 28,00% dari luas lahan yang ada di Kabupaten Tabanan merupakan lahan
persawahan, sehingga Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris.
Potensi unggulan Kabupaten Tabanan adalah bidang pertanian kerena
sebagian besar mata pencaharian, soko guru perekonomian daerah, serta
penggunaan lahan wilayah Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti
luas. Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 Kecamatan (Kecamatan Tabanan,
Kecamatan Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan
Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan
Pupuan, Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti).
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tabanan). Peta wilayah Kabupaten
Tabanan ditunjukkan pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Tabanan
Jumlah Pemilih Tetap dalam Pemilu Legislatif per 2 Nopember 2013
sesuai dengan Lampiran Berita Acara Rapat Pleno Penetapan Hasil Verifikasi dan
Perbaikan DPT Provinsi Bali dalam Pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2014, Nomor 1683/BA/XI/2013, jumlah Pemilih
Tetap untuk Kabupaten Tabanan berjumlah 356.242 pemilih yang tersebar di 10
Kecamatan. (https://organikkpubali.wordpress.com/2013/11/03/kpu-bali-tetapkan-
perbaikan-dpt-pemilu-tahun-2014/)
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis
1. Hubungan jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uangdalam Pemilu
a. Deskripsi DataJumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 204 orang atau 58%, sedangkan perempuan 146 orang atau 42 %.Klasifikasi sampel penelitian menurut jenis kelamin ditunjukkan pada gambarberikut. 4.2.
Gambar 4.2 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Data Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin
NoJenis
Kelamin
JumlahSampel
(%)
Sikap Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Laki-laki 204 (58%) 55 27 149 73 40 19,6 164 80,4
2 Perempuan 146 (42%) 34 23,3 112 76,7 22 15,1 124 84,9
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Data tentang sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam
pemilu sesuai dengan tabel 4.1 di atas dapat dibuat histogramnya sebagai berikut.
Perempuan42%
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis
1. Hubungan jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uangdalam Pemilu
a. Deskripsi DataJumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 204 orang atau 58%, sedangkan perempuan 146 orang atau 42 %.Klasifikasi sampel penelitian menurut jenis kelamin ditunjukkan pada gambarberikut. 4.2.
Gambar 4.2 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Data Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin
NoJenis
Kelamin
JumlahSampel
(%)
Sikap Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Laki-laki 204 (58%) 55 27 149 73 40 19,6 164 80,4
2 Perempuan 146 (42%) 34 23,3 112 76,7 22 15,1 124 84,9
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Data tentang sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam
pemilu sesuai dengan tabel 4.1 di atas dapat dibuat histogramnya sebagai berikut.
Laki-laki58%
Perempuan42%
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis
1. Hubungan jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uangdalam Pemilu
a. Deskripsi DataJumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 204 orang atau 58%, sedangkan perempuan 146 orang atau 42 %.Klasifikasi sampel penelitian menurut jenis kelamin ditunjukkan pada gambarberikut. 4.2.
Gambar 4.2 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Data Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin
NoJenis
Kelamin
JumlahSampel
(%)
Sikap Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Laki-laki 204 (58%) 55 27 149 73 40 19,6 164 80,4
2 Perempuan 146 (42%) 34 23,3 112 76,7 22 15,1 124 84,9
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Data tentang sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam
pemilu sesuai dengan tabel 4.1 di atas dapat dibuat histogramnya sebagai berikut.
Gambar 4.3 Histogram Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari responden laki-laki
sebanyak 204 orang, terdapat 55 orang (27%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 149 orang (73%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Laki-laki
Sedangkan dari responden perempuan berjumlah 146 orang, ada sebanyak
34 orang (23,3%) mengatakan politik uang itu wajar sedangkan 112 orang
(76,7%) mengatakan tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai
berikut.
Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Perempuan
5534
020406080
100120140160180
Wajar
Tidak Wajar73%
Tidak Wajar77%
Gambar 4.3 Histogram Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari responden laki-laki
sebanyak 204 orang, terdapat 55 orang (27%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 149 orang (73%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Laki-laki
Sedangkan dari responden perempuan berjumlah 146 orang, ada sebanyak
34 orang (23,3%) mengatakan politik uang itu wajar sedangkan 112 orang
(76,7%) mengatakan tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai
berikut.
Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Perempuan
55
149
40
164
34
112
22
124
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Laki-Laki
Perempuan
Wajar27%
Tidak Wajar73%
Wajar23%
Tidak Wajar77%
Gambar 4.3 Histogram Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari responden laki-laki
sebanyak 204 orang, terdapat 55 orang (27%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 149 orang (73%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Laki-laki
Sedangkan dari responden perempuan berjumlah 146 orang, ada sebanyak
34 orang (23,3%) mengatakan politik uang itu wajar sedangkan 112 orang
(76,7%) mengatakan tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai
berikut.
Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
Jika dilihat dari prosentase maka responden laki-laki cenderung
menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak 27% dibanding perempuan
yang hanya 23,3%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap Pemilih
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .605a 1 .437
Continuity Correctionb .427 1 .513
Likelihood Ratio .609 1 .435
Fisher's Exact Test .458 .257
Linear-by-Linear Association .604 1 .437
N of Valid Casesb 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37,13.
b. Computed only for a 2x2 table
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,437.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,437,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
2. Hubungan jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uangdalam Pemilu
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden laki-laki
sebanyak 204 orang, terdapat 40 orang (19,6%) mengatakan menerima pemberian
uang atau hadiah sedangkan 164 orang (80,4%) mengatakan menolak pemberian
uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.4 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Laki-Laki
Dari responden perempuan yang berjumlah 146 orang, 22 (15,1%)
mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 124 orang (84,9%)
mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.5 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Perempuan
Jika dilihat dari prosentase maka responden laki-laki cenderung lebih
menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 19,6% dibanding
perempuan yang hanya 15,1%.
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
2. Hubungan jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uangdalam Pemilu
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden laki-laki
sebanyak 204 orang, terdapat 40 orang (19,6%) mengatakan menerima pemberian
uang atau hadiah sedangkan 164 orang (80,4%) mengatakan menolak pemberian
uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.4 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Laki-Laki
Dari responden perempuan yang berjumlah 146 orang, 22 (15,1%)
mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 124 orang (84,9%)
mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.5 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Perempuan
Jika dilihat dari prosentase maka responden laki-laki cenderung lebih
menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 19,6% dibanding
perempuan yang hanya 15,1%.
Menerima20%
Menolak80%
Menerima15%
Menolak85%
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
2. Hubungan jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uangdalam Pemilu
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden laki-laki
sebanyak 204 orang, terdapat 40 orang (19,6%) mengatakan menerima pemberian
uang atau hadiah sedangkan 164 orang (80,4%) mengatakan menolak pemberian
uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.4 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Laki-Laki
Dari responden perempuan yang berjumlah 146 orang, 22 (15,1%)
mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 124 orang (84,9%)
mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.5 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Perempuan
Jika dilihat dari prosentase maka responden laki-laki cenderung lebih
menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 19,6% dibanding
perempuan yang hanya 15,1%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan Jenis Kelamin dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Pemilih
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.203a 1 .273
Continuity Correctionb .912 1 .340
Likelihood Ratio 1.219 1 .269
Fisher's Exact Test .321 .170
Linear-by-Linear Association 1.200 1 .273
N of Valid Casesb 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,86.
b. Computed only for a 2x2 table
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,273.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
3. Hubungan usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam
Pemilu
a. Deskripsi Data
Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari usia ≤ 25
tahun sebanyak 37 orang (10%), usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang (21%), usia
36-45 tahun sebanyak 84 orang (24%), usia 45-55 tahun sebanyak 126 (36%) dan
usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang (9%). Klasifikasi sampel penelitian menurut
usia ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.6 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Usia
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.4 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Usia
NoUsia
(Tahun)
JumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 ≤ 25 37 (10%) 9 24,3 28 75,7 9 24,3 28 75,7
2 26 - 35 73 (21%) 21 28,8 52 71,2 13 17,8 60 82,2
3 36 - 45 84 (24%) 24 28,6 60 71,4 19 22,6 65 77,4
4 46 - 55 126 (36%) 30 23,8 96 76,2 17 13,5 109 86,5
5 ≥ 56 30 (9%) 5 16,7 25 83,3 4 13,3 26 86,7
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
46 - 55 Tahun36%
3. Hubungan usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam
Pemilu
a. Deskripsi Data
Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari usia ≤ 25
tahun sebanyak 37 orang (10%), usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang (21%), usia
36-45 tahun sebanyak 84 orang (24%), usia 45-55 tahun sebanyak 126 (36%) dan
usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang (9%). Klasifikasi sampel penelitian menurut
usia ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.6 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Usia
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.4 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Usia
NoUsia
(Tahun)
JumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 ≤ 25 37 (10%) 9 24,3 28 75,7 9 24,3 28 75,7
2 26 - 35 73 (21%) 21 28,8 52 71,2 13 17,8 60 82,2
3 36 - 45 84 (24%) 24 28,6 60 71,4 19 22,6 65 77,4
4 46 - 55 126 (36%) 30 23,8 96 76,2 17 13,5 109 86,5
5 ≥ 56 30 (9%) 5 16,7 25 83,3 4 13,3 26 86,7
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
≤ 25 Tahun10%
26 - 35 Tahun21%
36 - 45 Tahun24%
46 - 55 Tahun36%
≥ 56 Tahun9%
3. Hubungan usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam
Pemilu
a. Deskripsi Data
Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari usia ≤ 25
tahun sebanyak 37 orang (10%), usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang (21%), usia
36-45 tahun sebanyak 84 orang (24%), usia 45-55 tahun sebanyak 126 (36%) dan
usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang (9%). Klasifikasi sampel penelitian menurut
usia ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.6 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Usia
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.4 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Usia
NoUsia
(Tahun)
JumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 ≤ 25 37 (10%) 9 24,3 28 75,7 9 24,3 28 75,7
2 26 - 35 73 (21%) 21 28,8 52 71,2 13 17,8 60 82,2
3 36 - 45 84 (24%) 24 28,6 60 71,4 19 22,6 65 77,4
4 46 - 55 126 (36%) 30 23,8 96 76,2 17 13,5 109 86,5
5 ≥ 56 30 (9%) 5 16,7 25 83,3 4 13,3 26 86,7
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
26 - 35 Tahun21%
Sesuai data pada tabel 4.4 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
Gambar 4.7 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Usia
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden usia ≤ 25 tahun
sebanyak 37 orang, terdapat 9 orang (24,3%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 28 orang (75,7%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.8 Diagram Sikap Responden Usia < 25 Tahun
Pada responden dengan usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang, terdapat 21
orang (28,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 52 orang
(71,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
9
28
9
28
0
20
40
60
80
100
120
≤ 25
Tidak Wajar76%
Sesuai data pada tabel 4.4 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
Gambar 4.7 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Usia
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden usia ≤ 25 tahun
sebanyak 37 orang, terdapat 9 orang (24,3%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 28 orang (75,7%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.8 Diagram Sikap Responden Usia < 25 Tahun
Pada responden dengan usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang, terdapat 21
orang (28,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 52 orang
(71,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
21 2430
5
5260
96
25
1319 17
4
28
6065
109
26
26 - 35 36 - 45 46 - 55 ≥ 56
Wajar
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
Wajar24%
Tidak Wajar76%
Sesuai data pada tabel 4.4 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
Gambar 4.7 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Usia
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden usia ≤ 25 tahun
sebanyak 37 orang, terdapat 9 orang (24,3%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 28 orang (75,7%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.8 Diagram Sikap Responden Usia < 25 Tahun
Pada responden dengan usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang, terdapat 21
orang (28,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 52 orang
(71,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
Wajar
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
Gambar 4.9 Diagram Sikap Responden Usia 26-35 Tahun
Pada responden dengan usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang, terdapat 24
orang (28,6%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 60 orang
(71,4%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.10 Diagram Sikap Responden Usia 36-45 Tahun
Pada responden dengan usia 46-55 tahun sebanyak 126 orang, terdapat 30
orang (23,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 96 orang
(76,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.11 Diagram Sikap Responden Usia 46-55 Tahun
Pada responden dengan usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang, terdapat 5
orang (16,7%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 25 orang
Tidak Wajar71%
Tidak Wajar71%
TidakWajar76%
Gambar 4.9 Diagram Sikap Responden Usia 26-35 Tahun
Pada responden dengan usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang, terdapat 24
orang (28,6%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 60 orang
(71,4%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.10 Diagram Sikap Responden Usia 36-45 Tahun
Pada responden dengan usia 46-55 tahun sebanyak 126 orang, terdapat 30
orang (23,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 96 orang
(76,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.11 Diagram Sikap Responden Usia 46-55 Tahun
Pada responden dengan usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang, terdapat 5
orang (16,7%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 25 orang
Wajar29%
Tidak Wajar71%
Wajar29%
Tidak Wajar71%
Wajar24%
TidakWajar76%
Gambar 4.9 Diagram Sikap Responden Usia 26-35 Tahun
Pada responden dengan usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang, terdapat 24
orang (28,6%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 60 orang
(71,4%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.10 Diagram Sikap Responden Usia 36-45 Tahun
Pada responden dengan usia 46-55 tahun sebanyak 126 orang, terdapat 30
orang (23,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 96 orang
(76,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.11 Diagram Sikap Responden Usia 46-55 Tahun
Pada responden dengan usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang, terdapat 5
orang (16,7%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 25 orang
(83,3%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.12 Diagram Sikap Responden Usia ≥ 56 Tahun
Jika dilihat dari prosentase maka responden usia 26-33 tahun paling
banyak menganggap politik uang itu sesuatu yang wajar yaitu sebesar 28,8%.
Sedangkan yang palinng sedikit mengatakan wajar yaitu usia ≥ 56 tahun yaitu
sebesar 16,7%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan usia dengan sikap pemilih pada politik uang
dalam Pemilu dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Sikap Pemilih
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.279a 4 .685
Likelihood Ratio 2.375 4 .667
Linear-by-Linear Association .904 1 .342
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,63.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Tidak Wajar83%
(83,3%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.12 Diagram Sikap Responden Usia ≥ 56 Tahun
Jika dilihat dari prosentase maka responden usia 26-33 tahun paling
banyak menganggap politik uang itu sesuatu yang wajar yaitu sebesar 28,8%.
Sedangkan yang palinng sedikit mengatakan wajar yaitu usia ≥ 56 tahun yaitu
sebesar 16,7%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan usia dengan sikap pemilih pada politik uang
dalam Pemilu dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Sikap Pemilih
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.279a 4 .685
Likelihood Ratio 2.375 4 .667
Linear-by-Linear Association .904 1 .342
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,63.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Wajar17%
Tidak Wajar83%
(83,3%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.12 Diagram Sikap Responden Usia ≥ 56 Tahun
Jika dilihat dari prosentase maka responden usia 26-33 tahun paling
banyak menganggap politik uang itu sesuatu yang wajar yaitu sebesar 28,8%.
Sedangkan yang palinng sedikit mengatakan wajar yaitu usia ≥ 56 tahun yaitu
sebesar 16,7%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan usia dengan sikap pemilih pada politik uang
dalam Pemilu dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Sikap Pemilih
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.279a 4 .685
Likelihood Ratio 2.375 4 .667
Linear-by-Linear Association .904 1 .342
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,63.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,685.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
4. Hubungan usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam
Pemilu
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden usia ≤ 25 tahun
sebanyak 37 orang, terdapat 9 orang (24,3%) mengatakan menerima pemberian
uang atau hadiah dan ada sebanyak 28 orang (75,7%) yang mengatakan menolak
pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai
berikut.
Gambar 4.13 Diagram Perilaku Responden Usia ≤ 25 Tahun
Pada responden usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang, terdapat 13 orang
(17,8%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 60
orang (82,2%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,685.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
4. Hubungan usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam
Pemilu
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden usia ≤ 25 tahun
sebanyak 37 orang, terdapat 9 orang (24,3%) mengatakan menerima pemberian
uang atau hadiah dan ada sebanyak 28 orang (75,7%) yang mengatakan menolak
pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai
berikut.
Gambar 4.13 Diagram Perilaku Responden Usia ≤ 25 Tahun
Pada responden usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang, terdapat 13 orang
(17,8%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 60
orang (82,2%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Menerima24%
Menolak76%
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,685.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
4. Hubungan usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam
Pemilu
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden usia ≤ 25 tahun
sebanyak 37 orang, terdapat 9 orang (24,3%) mengatakan menerima pemberian
uang atau hadiah dan ada sebanyak 28 orang (75,7%) yang mengatakan menolak
pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai
berikut.
Gambar 4.13 Diagram Perilaku Responden Usia ≤ 25 Tahun
Pada responden usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang, terdapat 13 orang
(17,8%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 60
orang (82,2%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.14 Diagram Perilaku Responden Usia 26-35 Tahun
Pada responden usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang, terdapat 19 orang
(22,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 65
orang (77,4%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.15 Diagram Perilaku Responden Usia 36-45 Tahun
Pada responden usia 46-55 tahun sebanyak 126 orang, terdapat 17 orang
(13,5%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak
109 orang (86,5%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari
data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.16 Diagram Perilaku Responden Usia 46-55 Tahun
Menolak82%
Menolak77%
Gambar 4.14 Diagram Perilaku Responden Usia 26-35 Tahun
Pada responden usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang, terdapat 19 orang
(22,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 65
orang (77,4%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.15 Diagram Perilaku Responden Usia 36-45 Tahun
Pada responden usia 46-55 tahun sebanyak 126 orang, terdapat 17 orang
(13,5%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak
109 orang (86,5%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari
data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.16 Diagram Perilaku Responden Usia 46-55 Tahun
Menerima18%
Menolak82%
Menerima23%
Menolak77%
Menerima13%
Menolak87%
Gambar 4.14 Diagram Perilaku Responden Usia 26-35 Tahun
Pada responden usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang, terdapat 19 orang
(22,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 65
orang (77,4%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.15 Diagram Perilaku Responden Usia 36-45 Tahun
Pada responden usia 46-55 tahun sebanyak 126 orang, terdapat 17 orang
(13,5%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak
109 orang (86,5%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari
data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.16 Diagram Perilaku Responden Usia 46-55 Tahun
Pada responden usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang, terdapat 4 orang
(13,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 26
orang (86,7%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.17 Diagram Perilaku Responden Usia ≥ 56 Tahun
Jika dilihat dari prosentase maka responden usia ≤ 25 tahun cenderung
lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,3%. Sedangkan
yang paling sedikit menerima pemberian uang atau hadiah adalah ≥ 56 tahun yaitu
sebesar 13,3 %.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan usia dengan perilaku pemilih pada politik uang
dalam Pemilu dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Perilaku Pemilih
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4.432a 4 .351
Likelihood Ratio 4.393 4 .355
Linear-by-Linear Association 2.464 1 .116
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,31.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan usia dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Menolak87%
Pada responden usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang, terdapat 4 orang
(13,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 26
orang (86,7%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.17 Diagram Perilaku Responden Usia ≥ 56 Tahun
Jika dilihat dari prosentase maka responden usia ≤ 25 tahun cenderung
lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,3%. Sedangkan
yang paling sedikit menerima pemberian uang atau hadiah adalah ≥ 56 tahun yaitu
sebesar 13,3 %.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan usia dengan perilaku pemilih pada politik uang
dalam Pemilu dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Perilaku Pemilih
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4.432a 4 .351
Likelihood Ratio 4.393 4 .355
Linear-by-Linear Association 2.464 1 .116
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,31.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan usia dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Menerima13%
Menolak87%
Pada responden usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang, terdapat 4 orang
(13,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 26
orang (86,7%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.17 Diagram Perilaku Responden Usia ≥ 56 Tahun
Jika dilihat dari prosentase maka responden usia ≤ 25 tahun cenderung
lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,3%. Sedangkan
yang paling sedikit menerima pemberian uang atau hadiah adalah ≥ 56 tahun yaitu
sebesar 13,3 %.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan usia dengan perilaku pemilih pada politik uang
dalam Pemilu dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Perilaku Pemilih
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4.432a 4 .351
Likelihood Ratio 4.393 4 .355
Linear-by-Linear Association 2.464 1 .116
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,31.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan usia dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,351.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
5. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Pemilih mengenai politik
uang dalam Pemilu
a. Deskripsi Data
Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari SD
sebanyak 33 orang (10%), SMP sebanyak 28 orang (8%), SLTA sebanyak 179
orang (51%), Diploma sebanyak 28 (8%) dan Sarjana sebanyak 82 orang (23%).
Klasifikasi sampel penelitian menurut tingkat pendidikan ditunjukkan pada
gambar berikut.
Gambar 4.18 Diagram Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
Diploma8%
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,351.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
5. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Pemilih mengenai politik
uang dalam Pemilu
a. Deskripsi Data
Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari SD
sebanyak 33 orang (10%), SMP sebanyak 28 orang (8%), SLTA sebanyak 179
orang (51%), Diploma sebanyak 28 (8%) dan Sarjana sebanyak 82 orang (23%).
Klasifikasi sampel penelitian menurut tingkat pendidikan ditunjukkan pada
gambar berikut.
Gambar 4.18 Diagram Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
SD10% SMP
8%
SLTA51%
Diploma8%
Sarjana23%
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,351.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
5. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Pemilih mengenai politik
uang dalam Pemilu
a. Deskripsi Data
Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari SD
sebanyak 33 orang (10%), SMP sebanyak 28 orang (8%), SLTA sebanyak 179
orang (51%), Diploma sebanyak 28 (8%) dan Sarjana sebanyak 82 orang (23%).
Klasifikasi sampel penelitian menurut tingkat pendidikan ditunjukkan pada
gambar berikut.
Gambar 4.18 Diagram Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.7 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No PendidikanJumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 SD 33 (10%) 10 30,3 23 69,7 3 9,1 30 90,9
2 SMP 28 (8%) 12 42,9 16 57,1 6 21,4 22 78,6
3 SLTA 179 (51%) 45 25,1 134 74,9 33 18,4 146 81,6
4 DIPLOMA 28 (8%) 6 21,4 22 78,6 6 21,4 22 78,6
5 SARJANA 82 (23%) 16 19,5 66 80,5 14 17,1 68 82,9
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Sesuai data pada tabel 4.7 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
Gambar 4.19 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden dengan tingkat
pendidikan SD sebanyak 33 orang, terdapat 10 orang (30,3%) mengatakan politik
uang itu wajar dan ada sebanyak 23 orang (69,7%) yang mengatakan politik uang
itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
10 12
45
616
2316
134
22
66
3 6
33
614
3022
146
22
68
0
20
40
60
80
100
120
140
160
SD SMP SLTA DIPLOMA SARJANA
Wajar
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
Gambar 4.20 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SD
Pada responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 28 orang,
terdapat 12 orang (42,9%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 16
orang (57,1%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.21 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SMP
Pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 179 orang,
terdapat 45 orang (25,1%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak
134 orang (74,9%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.22 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SLTA
Pada responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 28 orang,
terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 22
Tidak Wajar70%
Tidak Wajar57%
Tidak Wajar75%
Gambar 4.20 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SD
Pada responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 28 orang,
terdapat 12 orang (42,9%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 16
orang (57,1%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.21 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SMP
Pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 179 orang,
terdapat 45 orang (25,1%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak
134 orang (74,9%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.22 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SLTA
Pada responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 28 orang,
terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 22
Wajar30%
Tidak Wajar70%
Wajar43%Tidak Wajar
57%
Wajar25%
Tidak Wajar75%
Gambar 4.20 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SD
Pada responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 28 orang,
terdapat 12 orang (42,9%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 16
orang (57,1%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.21 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SMP
Pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 179 orang,
terdapat 45 orang (25,1%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak
134 orang (74,9%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.22 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SLTA
Pada responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 28 orang,
terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 22
orang (78,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.23 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Diploma
Pada responden dengan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 82 orang,
terdapat 16 orang (19,5%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 66
orang (80,5%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.24 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Sarjana
Jika dilihat dari prosentase maka responden dengan tingkat pendidikan
SMP paling banyak mengatakan politik uang itu wajar yaitu sebanyak 42,9%
sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar yaitu tingkat pendidikan sarjana
sebesar 19,5%..
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tidak Wajar79%
Tidak Wajar80%
orang (78,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.23 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Diploma
Pada responden dengan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 82 orang,
terdapat 16 orang (19,5%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 66
orang (80,5%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.24 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Sarjana
Jika dilihat dari prosentase maka responden dengan tingkat pendidikan
SMP paling banyak mengatakan politik uang itu wajar yaitu sebanyak 42,9%
sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar yaitu tingkat pendidikan sarjana
sebesar 19,5%..
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Wajar21%
Tidak Wajar79%
Wajar20%
Tidak Wajar80%
orang (78,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.23 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Diploma
Pada responden dengan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 82 orang,
terdapat 16 orang (19,5%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 66
orang (80,5%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.24 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Sarjana
Jika dilihat dari prosentase maka responden dengan tingkat pendidikan
SMP paling banyak mengatakan politik uang itu wajar yaitu sebanyak 42,9%
sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar yaitu tingkat pendidikan sarjana
sebesar 19,5%..
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Pemilih
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 6.657a 4 .155
Likelihood Ratio 6.264 4 .180
Linear-by-Linear Association 3.853 1 .050
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,12.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan sikap
pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,155.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
tingkat pendidikan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
6. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden dengan tingkat
pendidikan SD sebanyak 33 orang, terdapat 3 orang (9,1,3%) mengatakan
menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 30 orang (90,9%) yang
mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.25 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SD
Pada responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 28 orang,
terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 22 orang (78,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.26 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SMP
Pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 179 orang,
terdapat 33 orang (18,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 146 orang (81,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.27 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SLTA
Menolak91%
Gambar 4.25 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SD
Pada responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 28 orang,
terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 22 orang (78,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.26 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SMP
Pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 179 orang,
terdapat 33 orang (18,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 146 orang (81,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.27 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SLTA
Menerima9%
Menolak91%
Menerima21%
Menolak79%
Menerima18%
Menolak82%
Gambar 4.25 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SD
Pada responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 28 orang,
terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 22 orang (78,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.26 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SMP
Pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 179 orang,
terdapat 33 orang (18,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 146 orang (81,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.27 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SLTA
Pada responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 28 orang,
terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 22 orang (78,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.28 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Diploma
Pada responden dengan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 82 orang,
terdapat 14 orang (17,1%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 68 orang (82,9%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.29 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Sarjana
Jika dilihat dari prosentase maka responden dengan tingkat pendidikan
SMP dan Diploma paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu
sebanyak 21,4% sedangkan yang paling sedikit adalah SD sebesar 9,1%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Pada responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 28 orang,
terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 22 orang (78,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.28 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Diploma
Pada responden dengan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 82 orang,
terdapat 14 orang (17,1%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 68 orang (82,9%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.29 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Sarjana
Jika dilihat dari prosentase maka responden dengan tingkat pendidikan
SMP dan Diploma paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu
sebanyak 21,4% sedangkan yang paling sedikit adalah SD sebesar 9,1%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Menerima21%
Menolak79%
Menerima17%
Menolak83%
Pada responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 28 orang,
terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 22 orang (78,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.28 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Diploma
Pada responden dengan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 82 orang,
terdapat 14 orang (17,1%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 68 orang (82,9%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.29 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Sarjana
Jika dilihat dari prosentase maka responden dengan tingkat pendidikan
SMP dan Diploma paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu
sebanyak 21,4% sedangkan yang paling sedikit adalah SD sebesar 9,1%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pemilih
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.301a 4 .681
Likelihood Ratio 2.568 4 .633
Linear-by-Linear Association .301 1 .583
N of Valid Cases 350
a. 2 cells (20,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,96.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan perilaku
pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan perilaku
pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,681.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
tingkat pendidikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
7. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Sikap Pemilih mengenai politik uang
dalam pemilu.
a. Deskripsi Data
Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari PNS
sebanyak 74 orang (21%), buruh/tani sebanyak 85 orang (24%), wirausaha
sebanyak 62 orang (18%), dan karyawan sebanyak 129 (37%). Klasifikasi sampel
penelitian menurut pekerjaan ditunjukkan pada gambar berikut
Gambar 4.30 Diagram Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.10 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Pekerjaan
No PekerjaanJumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 PNS 74 (21%) 13 17,6 61 82,4 9 12,2 65 87,8
2 Buruh/Tani 85 (24%) 26 30,6 59 69,4 14 16,5 71 83,5
3 Wirausaha 62 (18%) 16 25,8 46 74,2 7 11,3 55 88,7
4 Karyawan 129 (37%) 34 26,4 95 73,6 32 24,8 97 75,2
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Sesuai data pada tabel 4.10 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
Wirausahawan18%
Karyawan37%
Gambar 4.30 Diagram Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.10 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Pekerjaan
No PekerjaanJumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 PNS 74 (21%) 13 17,6 61 82,4 9 12,2 65 87,8
2 Buruh/Tani 85 (24%) 26 30,6 59 69,4 14 16,5 71 83,5
3 Wirausaha 62 (18%) 16 25,8 46 74,2 7 11,3 55 88,7
4 Karyawan 129 (37%) 34 26,4 95 73,6 32 24,8 97 75,2
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Sesuai data pada tabel 4.10 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
PNS21%
Buruh/Tani24%
Wirausahawan18%
Karyawan37%
Gambar 4.30 Diagram Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.10 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Pekerjaan
No PekerjaanJumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 PNS 74 (21%) 13 17,6 61 82,4 9 12,2 65 87,8
2 Buruh/Tani 85 (24%) 26 30,6 59 69,4 14 16,5 71 83,5
3 Wirausaha 62 (18%) 16 25,8 46 74,2 7 11,3 55 88,7
4 Karyawan 129 (37%) 34 26,4 95 73,6 32 24,8 97 75,2
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Sesuai data pada tabel 4.10 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
Gambar 4.31 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang bekerja
sebagai PNS sebanyak 74 orang, terdapat 13 orang (17,6%) mengatakan politik
uang itu wajar dan ada sebanyak 61 orang (82,4%) yang mengatakan politik uang
itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.32 Diagram Sikap PNS
Pada responden yang bekerja sebagai buruh/tani sebanyak 85 orang,
terdapat 26 orang (30,6%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 59
orang (69,4%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
13
61
9
65
0
20
40
60
80
100
120
Gambar 4.31 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang bekerja
sebagai PNS sebanyak 74 orang, terdapat 13 orang (17,6%) mengatakan politik
uang itu wajar dan ada sebanyak 61 orang (82,4%) yang mengatakan politik uang
itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.32 Diagram Sikap PNS
Pada responden yang bekerja sebagai buruh/tani sebanyak 85 orang,
terdapat 26 orang (30,6%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 59
orang (69,4%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
2616
34
5946
95
147
32
65 71
55
97
Wajar
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
Wajar18%
Tidak Wajar82%
Gambar 4.31 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang bekerja
sebagai PNS sebanyak 74 orang, terdapat 13 orang (17,6%) mengatakan politik
uang itu wajar dan ada sebanyak 61 orang (82,4%) yang mengatakan politik uang
itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.32 Diagram Sikap PNS
Pada responden yang bekerja sebagai buruh/tani sebanyak 85 orang,
terdapat 26 orang (30,6%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 59
orang (69,4%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Wajar
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
Gambar 4.33 Diagram Sikap Buruh/Tani
Pada responden yang bekerja sebagai wirausahawan sebanyak 62 orang,
terdapat 16 orang (25,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 46
orang (74,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.34 Diagram Sikap Wirausahawan
Pada responden yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 129 orang,
terdapat 34 orang (26,4%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 95
orang (73,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.35 Diagram Sikap Karyawan
Tidak Wajar69%
Tidak Wajar74%
Gambar 4.33 Diagram Sikap Buruh/Tani
Pada responden yang bekerja sebagai wirausahawan sebanyak 62 orang,
terdapat 16 orang (25,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 46
orang (74,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.34 Diagram Sikap Wirausahawan
Pada responden yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 129 orang,
terdapat 34 orang (26,4%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 95
orang (73,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.35 Diagram Sikap Karyawan
Wajar31%
Tidak Wajar69%
Wajar26%
Tidak Wajar74%
Wajar26%
Tidak Wajar74%
Gambar 4.33 Diagram Sikap Buruh/Tani
Pada responden yang bekerja sebagai wirausahawan sebanyak 62 orang,
terdapat 16 orang (25,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 46
orang (74,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.34 Diagram Sikap Wirausahawan
Pada responden yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 129 orang,
terdapat 34 orang (26,4%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 95
orang (73,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut
dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.35 Diagram Sikap Karyawan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang bekerja sebagai
buruh/tani paling banyak mengatakan politik uang itu wajar dengan prosentase
sebesar 30,6%. Sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar adalah PNS
sebesar 17,6%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan jenis pekerjaan dengan sikap pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Sikap Pemilih
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 3.668a 3 .300
Likelihood Ratio 3.820 3 .282
Linear-by-Linear Association .783 1 .376
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,77.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan jenis pekerjaan dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan jenis pekerjaan dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,300.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
jenis pekerjaan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
8. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Perilaku Pemilih mengenai politik
uang dalam pemilu.
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden yang bekerja
sebagai PNS sebanyak 74 orang, terdapat 9 orang (12,2%) mengatakan menerima
pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 65 orang (87,8%) yang
mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.36 Diagram Perilaku PNS
Pada responden yang bekerja sebagai buruh/tani sebanyak 85 orang,
terdapat 14 orang (16,5%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 71 orang (83,5%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.37 Diagram Perilaku Buruh/Tani
Pada responden yang bekerja sebagai wirausahawan sebanyak 62 orang,
terdapat 7 orang (11,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 55 orang (88,7%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
8. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Perilaku Pemilih mengenai politik
uang dalam pemilu.
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden yang bekerja
sebagai PNS sebanyak 74 orang, terdapat 9 orang (12,2%) mengatakan menerima
pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 65 orang (87,8%) yang
mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.36 Diagram Perilaku PNS
Pada responden yang bekerja sebagai buruh/tani sebanyak 85 orang,
terdapat 14 orang (16,5%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 71 orang (83,5%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.37 Diagram Perilaku Buruh/Tani
Pada responden yang bekerja sebagai wirausahawan sebanyak 62 orang,
terdapat 7 orang (11,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 55 orang (88,7%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Menerima12%
Menolak88%
Menerima16%
Menolak84%
8. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Perilaku Pemilih mengenai politik
uang dalam pemilu.
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden yang bekerja
sebagai PNS sebanyak 74 orang, terdapat 9 orang (12,2%) mengatakan menerima
pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 65 orang (87,8%) yang
mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.36 Diagram Perilaku PNS
Pada responden yang bekerja sebagai buruh/tani sebanyak 85 orang,
terdapat 14 orang (16,5%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 71 orang (83,5%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.37 Diagram Perilaku Buruh/Tani
Pada responden yang bekerja sebagai wirausahawan sebanyak 62 orang,
terdapat 7 orang (11,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 55 orang (88,7%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.38 Diagram Perilaku Wirausahawan
Pada responden yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 129 orang,
terdapat 32 orang (24,8%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 97 orang (75,2%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.39 Diagram Perilaku Karyawan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang bekerja sebagai
karyawan lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,8%.
Sedangkan yang paling sedikit menerima uang atau hadiah adalah wirausahawan
sebesar 11,3%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan jenis pekerjaan dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Gambar 4.38 Diagram Perilaku Wirausahawan
Pada responden yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 129 orang,
terdapat 32 orang (24,8%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 97 orang (75,2%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.39 Diagram Perilaku Karyawan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang bekerja sebagai
karyawan lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,8%.
Sedangkan yang paling sedikit menerima uang atau hadiah adalah wirausahawan
sebesar 11,3%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan jenis pekerjaan dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Menerima11%
menolak89%
Menerima25%
Menolak75%
Gambar 4.38 Diagram Perilaku Wirausahawan
Pada responden yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 129 orang,
terdapat 32 orang (24,8%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan
ada sebanyak 97 orang (75,2%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.39 Diagram Perilaku Karyawan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang bekerja sebagai
karyawan lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,8%.
Sedangkan yang paling sedikit menerima uang atau hadiah adalah wirausahawan
sebesar 11,3%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan jenis pekerjaan dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Hasil Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Perilaku Pemilih
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 7.862a 3 .049
Likelihood Ratio 7.840 3 .049
Linear-by-Linear Association 4.846 1 .028
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,98.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan jenis pekerjaan dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan jenis pekerjaan dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,049.
Ternyata α = 0,05 lebih besar dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 > 0,049,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan jenis
pekerjaan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
9. Hubungan Tempat Tinggal dengan Sikap Pemilih mengenai politik uang
dalam pemilu.
a. Deskripsi Data
Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari perkotaan
sebanyak 48 orang atau 14%, sedangkan pedesaan sebanyak 302 orang atau 86 %.
Klasifikasi sampel penelitian menurut tempat tinggal ditunjukkan pada gambar
berikut. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.40 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.13 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Temapt Tinggal
NoTempatTinggal
JumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Perkotaan 48 (14%) 9 18,8 39 81,2 7 14,6 41 85,4
2 Pedesaan 302 (86%) 80 26,5 222 73,5 55 18,2 247 81,8
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Sesuai data pada tabel 4.13 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
Gambar 4.41 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tempat Tinggal
9
80
0
50
100
150
200
250
300
Wajar
Gambar 4.40 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.13 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Temapt Tinggal
NoTempatTinggal
JumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Perkotaan 48 (14%) 9 18,8 39 81,2 7 14,6 41 85,4
2 Pedesaan 302 (86%) 80 26,5 222 73,5 55 18,2 247 81,8
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Sesuai data pada tabel 4.13 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
Gambar 4.41 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tempat Tinggal
Perkotaan14%
Pedesaan86%
397
41
80
222
55
247
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Perkotaan
Pedesaan
Gambar 4.40 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.13 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Temapt Tinggal
NoTempatTinggal
JumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Perkotaan 48 (14%) 9 18,8 39 81,2 7 14,6 41 85,4
2 Pedesaan 302 (86%) 80 26,5 222 73,5 55 18,2 247 81,8
Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Sesuai data pada tabel 4.13 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
Gambar 4.41 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tempat Tinggal
Perkotaan
Pedesaan
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang tinggal di
perkotaan sebanyak 48 orang, terdapat 9 orang (18,8%) mengatakan politik uang
itu wajar dan ada sebanyak 39 orang (81,2%) yang mengatakan politik uang itu
tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.42 Diagram Sikap Responden Perkotaan
Sedangkan dari responden yang tinggal di pedesaan berjumlah 302 orang,
ada sebanyak 80 orang (26,5%) mengatakan politik uang itu wajar sedangkan 222
orang (73,5%) mengatakan tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram
sebagai berikut.
Gambar 4.43 Diagram Sikap Responden Pedesaan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang tinggal di pedesaan
cenderung mengatakan wajar mengenai politik uang yaitu sebanyak 26,5%
dibanding yang tinggal di perkotaan yang hanya 18,8%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tempat tinggal dengan sikap pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tidak Wajar81%
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang tinggal di
perkotaan sebanyak 48 orang, terdapat 9 orang (18,8%) mengatakan politik uang
itu wajar dan ada sebanyak 39 orang (81,2%) yang mengatakan politik uang itu
tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.42 Diagram Sikap Responden Perkotaan
Sedangkan dari responden yang tinggal di pedesaan berjumlah 302 orang,
ada sebanyak 80 orang (26,5%) mengatakan politik uang itu wajar sedangkan 222
orang (73,5%) mengatakan tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram
sebagai berikut.
Gambar 4.43 Diagram Sikap Responden Pedesaan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang tinggal di pedesaan
cenderung mengatakan wajar mengenai politik uang yaitu sebanyak 26,5%
dibanding yang tinggal di perkotaan yang hanya 18,8%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tempat tinggal dengan sikap pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Wajar19%
Tidak Wajar81%
Wajar26%
Tidak Wajar74%
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang tinggal di
perkotaan sebanyak 48 orang, terdapat 9 orang (18,8%) mengatakan politik uang
itu wajar dan ada sebanyak 39 orang (81,2%) yang mengatakan politik uang itu
tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.42 Diagram Sikap Responden Perkotaan
Sedangkan dari responden yang tinggal di pedesaan berjumlah 302 orang,
ada sebanyak 80 orang (26,5%) mengatakan politik uang itu wajar sedangkan 222
orang (73,5%) mengatakan tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram
sebagai berikut.
Gambar 4.43 Diagram Sikap Responden Pedesaan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang tinggal di pedesaan
cenderung mengatakan wajar mengenai politik uang yaitu sebanyak 26,5%
dibanding yang tinggal di perkotaan yang hanya 18,8%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tempat tinggal dengan sikap pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.14 Hasil Analisis Hubungan Tempat Tinggal dengan Sikap Pemilih
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.309a 1 .253
Continuity Correctionb .932 1 .334
Likelihood Ratio 1.384 1 .239
Fisher's Exact Test .289 .167
Linear-by-Linear Association 1.305 1 .253
N of Valid Casesb 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,21.
b. Computed only for a 2x2 table
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tempat tinggal dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tempat tinggal dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,253.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,253,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
tempat tinggal dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
10. Hubungan Tempat Tinggal dengan Perilaku Pemilih mengenai politik
uang dalam pemilu.
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden yang tinggal di
perkotaan sebanyak 48 orang, terdapat 7 orang (14,6%) mengatakan menerima
pemberian uang atau hadiah sedangkan 41 orang (85,4%) mengatakan menolak
pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai
berikut.
Gambar 4.44 Diagram Perilaku Responden Perkotaan
Sedangkan responden yang tinggal di pedesaan sebanyak 302 orang,
terdapat 55 orang (18,2%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah
sedangkan 247 orang (81,8%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.45 Diagram Perilaku Responden Pedesaan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang berada di pedesaan
cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 18,2%
dibanding responden yang tinggal di perkotaan.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tempat tinggal dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
pemberian uang atau hadiah sedangkan 41 orang (85,4%) mengatakan menolak
pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai
berikut.
Gambar 4.44 Diagram Perilaku Responden Perkotaan
Sedangkan responden yang tinggal di pedesaan sebanyak 302 orang,
terdapat 55 orang (18,2%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah
sedangkan 247 orang (81,8%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.45 Diagram Perilaku Responden Pedesaan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang berada di pedesaan
cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 18,2%
dibanding responden yang tinggal di perkotaan.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tempat tinggal dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Menerima15%
Menolak85%
Menerima18%
Menolak82%
pemberian uang atau hadiah sedangkan 41 orang (85,4%) mengatakan menolak
pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai
berikut.
Gambar 4.44 Diagram Perilaku Responden Perkotaan
Sedangkan responden yang tinggal di pedesaan sebanyak 302 orang,
terdapat 55 orang (18,2%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah
sedangkan 247 orang (81,8%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.45 Diagram Perilaku Responden Pedesaan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang berada di pedesaan
cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 18,2%
dibanding responden yang tinggal di perkotaan.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tempat tinggal dengan perilaku pemilih mengenai
politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.15 Hasil Analisis Hubungan Tempat Tinggal dengan Perilaku Pemilih
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .374a 1 .541
Continuity Correctionb .167 1 .683
Likelihood Ratio .390 1 .532
Fisher's Exact Test .685 .352
Linear-by-Linear Association .373 1 .541
N of Valid Casesb 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,50.
b. Computed only for a 2x2 tablePengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tempat tinggal dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tempat tinggal dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,541.
Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,253,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
tempat tinggal dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
11. Hubungan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik
uang dalam pemilu
a. Deskripsi Data
Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari tingkat
penghasilan < 1 juta sebanyak 96 orang atau 28%, tingkat penghasilan 1-2 juta
sebanyak 133 orang atau 38%, tingkat penghasilan 2-3 juta sebanyak 68 orang
atau 19% dan tingkat penghasilan > 3 juta sebanyak 53 orang atau 15%.
Klasifikasi sampel penelitian menurut tingkat penghasilan ditunjukkan pada
gambar berikut.
Gbr 4.46 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Penghasilan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.16 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Penghasilan
NoPenghasilan(per bulan)
JumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 < 1 Jt 96 (28%) 29 30,2 67 69,8 18 18,8 78 81,2
2 1 - 2 Jt 133 (38%) 37 27,8 96 72,2 30 22,6 103 77,4
3 2 – 3 Jt 68 (19%) 18 26,5 50 73,5 14 20,6 54 79,4
4 > 3 Jt 53 (15%) 5 9,4 48 90,6 0 0 53 100
350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Sesuai data pada tabel 4.16 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
2-3 jt19%
atau 19% dan tingkat penghasilan > 3 juta sebanyak 53 orang atau 15%.
Klasifikasi sampel penelitian menurut tingkat penghasilan ditunjukkan pada
gambar berikut.
Gbr 4.46 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Penghasilan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.16 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Penghasilan
NoPenghasilan(per bulan)
JumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 < 1 Jt 96 (28%) 29 30,2 67 69,8 18 18,8 78 81,2
2 1 - 2 Jt 133 (38%) 37 27,8 96 72,2 30 22,6 103 77,4
3 2 – 3 Jt 68 (19%) 18 26,5 50 73,5 14 20,6 54 79,4
4 > 3 Jt 53 (15%) 5 9,4 48 90,6 0 0 53 100
350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Sesuai data pada tabel 4.16 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
<1 jt28%
1-2 jt38%
2-3 jt19%
> 3 jt15%
atau 19% dan tingkat penghasilan > 3 juta sebanyak 53 orang atau 15%.
Klasifikasi sampel penelitian menurut tingkat penghasilan ditunjukkan pada
gambar berikut.
Gbr 4.46 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Penghasilan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah
politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang
atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.16 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Penghasilan
NoPenghasilan(per bulan)
JumlahSampel
(%)
Persepsi Perilaku
Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 < 1 Jt 96 (28%) 29 30,2 67 69,8 18 18,8 78 81,2
2 1 - 2 Jt 133 (38%) 37 27,8 96 72,2 30 22,6 103 77,4
3 2 – 3 Jt 68 (19%) 18 26,5 50 73,5 14 20,6 54 79,4
4 > 3 Jt 53 (15%) 5 9,4 48 90,6 0 0 53 100
350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3
Sesuai data pada tabel 4.16 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
Gbr 4.47 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat Penghasilam
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang memiliki
tingkat penghasilan < 1 juta per bulan sebanyak 96 orang, terdapat 29 orang
(30,2%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 67 orang (69,8%)
yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.48 Diagram Sikap Responden berpenghasilan < 1 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan 1-2 juta per bulan
sebanyak 133 orang, terdapat 37 orang (27,8%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 96 orang (72,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
29
67
18
78
0
20
40
60
80
100
120
< 1 Jt
Gbr 4.47 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat Penghasilam
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang memiliki
tingkat penghasilan < 1 juta per bulan sebanyak 96 orang, terdapat 29 orang
(30,2%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 67 orang (69,8%)
yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.48 Diagram Sikap Responden berpenghasilan < 1 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan 1-2 juta per bulan
sebanyak 133 orang, terdapat 37 orang (27,8%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 96 orang (72,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
37
185
96
50 48
1830
140
78
103
54 53
< 1 Jt 1 - 2 Jt 2 – 3 Jt > 3 Jt
Wajar
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
Wajar30%
Tidak Wajar70%
Gbr 4.47 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat Penghasilam
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang memiliki
tingkat penghasilan < 1 juta per bulan sebanyak 96 orang, terdapat 29 orang
(30,2%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 67 orang (69,8%)
yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.48 Diagram Sikap Responden berpenghasilan < 1 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan 1-2 juta per bulan
sebanyak 133 orang, terdapat 37 orang (27,8%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 96 orang (72,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Wajar
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
Gambar 4.49 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 1-2 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan 2-3 juta per bulan
sebanyak 68 orang, terdapat 18 orang (26,5%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 50 orang (73,5%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.50 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 2-3 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan > 3 juta per bulan
sebanyak 53 orang, terdapat 5 orang (9,4%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 48 orang (90,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.51 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan > 3 juta
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang memiliki tingkat
penghasilan < 1 juta rupiah per bulan cenderung menganggap wajar politik uang
Tidak wajar72%
Tidak Wajar74%
Tidak Wajar91%
Gambar 4.49 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 1-2 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan 2-3 juta per bulan
sebanyak 68 orang, terdapat 18 orang (26,5%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 50 orang (73,5%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.50 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 2-3 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan > 3 juta per bulan
sebanyak 53 orang, terdapat 5 orang (9,4%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 48 orang (90,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.51 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan > 3 juta
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang memiliki tingkat
penghasilan < 1 juta rupiah per bulan cenderung menganggap wajar politik uang
Wajar28%
Tidak wajar72%
Wajar26%
Tidak Wajar74%
Wajar9%
Tidak Wajar91%
Gambar 4.49 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 1-2 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan 2-3 juta per bulan
sebanyak 68 orang, terdapat 18 orang (26,5%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 50 orang (73,5%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.50 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 2-3 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan > 3 juta per bulan
sebanyak 53 orang, terdapat 5 orang (9,4%) mengatakan politik uang itu wajar
dan ada sebanyak 48 orang (90,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar.
Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.51 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan > 3 juta
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang memiliki tingkat
penghasilan < 1 juta rupiah per bulan cenderung menganggap wajar politik uang
itu yaitu sebanyak 30,2%. Sedangkan responden yang memiliki penghasilan > juta
per bulan paling sedikit yang mengatakan politik uang itu wajar yaitu hanya 9,4%.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.17 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Sikap Pemilih
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 8.747a 3 .033
Likelihood Ratio 10.285 3 .016
Linear-by-Linear Association 6.365 1 .012
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,48.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih
mengenai politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan sikap
pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,033.
Ternyata α = 0,05 lebih besar dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 > 0,049,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan tingkat
penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
12. Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Perilaku Pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden yang memiliki
penghasilan < 1 juta per bulan sebanyak 96 orang, terdapat 18 orang (18,8%)
mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 78 orang (81,2%)
mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.52 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan < 1 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan 1-2 juta per bulan sebanyak
133 orang, terdapat 30 orang (22,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau
hadiah sedangkan 103 orang (77,4%) mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.53 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 1-2 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan 2-3 juta per bulan sebanyak 68
orang, terdapat 14 orang (20,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau
hadiah sedangkan 54 orang (79,4%) mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
12. Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Perilaku Pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden yang memiliki
penghasilan < 1 juta per bulan sebanyak 96 orang, terdapat 18 orang (18,8%)
mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 78 orang (81,2%)
mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.52 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan < 1 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan 1-2 juta per bulan sebanyak
133 orang, terdapat 30 orang (22,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau
hadiah sedangkan 103 orang (77,4%) mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.53 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 1-2 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan 2-3 juta per bulan sebanyak 68
orang, terdapat 14 orang (20,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau
hadiah sedangkan 54 orang (79,4%) mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Menerima19%
Menolak81%
Menerima23%
Menolak77%
12. Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Perilaku Pemilih mengenai
politik uang dalam pemilu
a. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden yang memiliki
penghasilan < 1 juta per bulan sebanyak 96 orang, terdapat 18 orang (18,8%)
mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 78 orang (81,2%)
mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.52 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan < 1 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan 1-2 juta per bulan sebanyak
133 orang, terdapat 30 orang (22,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau
hadiah sedangkan 103 orang (77,4%) mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.53 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 1-2 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan 2-3 juta per bulan sebanyak 68
orang, terdapat 14 orang (20,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau
hadiah sedangkan 54 orang (79,4%) mengatakan menolak pemberian uang atau
hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.54 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 2-3 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan > 3 juta per bulan sebanyak 53
orang, ternyata tidak ada yang mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah
dan seluruhnya (100%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari
data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.55 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan > 3 juta
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang memiliki penghasilan 1-
2 juta cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak
22,6%. Sedangkan bagi responden yang berpenghasilan > 3 juta rupiah tidak ada
yang menunjukkan menerima pemberian uang atau hadiah.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tingkat penghasilan dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Gambar 4.54 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 2-3 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan > 3 juta per bulan sebanyak 53
orang, ternyata tidak ada yang mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah
dan seluruhnya (100%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari
data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.55 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan > 3 juta
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang memiliki penghasilan 1-
2 juta cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak
22,6%. Sedangkan bagi responden yang berpenghasilan > 3 juta rupiah tidak ada
yang menunjukkan menerima pemberian uang atau hadiah.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tingkat penghasilan dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Menerima21%
Menolak79%
Menerima0%
Menolak100%
Gambar 4.54 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 2-3 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan > 3 juta per bulan sebanyak 53
orang, ternyata tidak ada yang mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah
dan seluruhnya (100%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari
data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Gambar 4.55 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan > 3 juta
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang memiliki penghasilan 1-
2 juta cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak
22,6%. Sedangkan bagi responden yang berpenghasilan > 3 juta rupiah tidak ada
yang menunjukkan menerima pemberian uang atau hadiah.
b. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis hubungan tingkat penghasilan dengan perilaku pemilih
mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.18 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Perilaku
Pemilih
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 14.005a 3 .003
Likelihood Ratio 23.112 3 .000
Linear-by-Linear Association 6.056 1 .014
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,39.
Pengujian Hipotesis:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan perilaku
pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan perilaku
pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan :
Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α =
0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,003.
Ternyata α = 0,05 lebih besar dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 > 0,049,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan tingkat
penghasilan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
13. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Pemilih dengan
Partisipasi Pemilih dalam Pemilu.
Data mengenai tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih serta data
tentang partisipasi pemilih dalam pemilu dikumpulkan dengan menggunakan
angket dengan skala likert. Daftar pertanyaan/pernyataan berupa pilihan yang
terdiri dari Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju dan Sangat Tidak
Setuju. Untuk pernyataan positif, penskoran dilakukan dengan memberi skor 5
untuk jawaban sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu,
2 untuk jawaban tidak setuju dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Untuk
pernyataan/pertanyaan negatif, penskoran dilakukan dengan kebalikan dari
pernyataan/pertanyaan positif yaitu 1 untuk jawaban sangat setuju, 2 untuk
jawaban setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu, 4 untuk jawaban tidak setuju dan 5
untuk jawaban sangat tidak setuju.
Data yang terkumpul dilakukan uji persyaratan analisis sebelum dilakukan
analisis regresi untuk mencari pengaruh dari tingkat pengetahuan dan pemahaman
pemilih dengan partisipasi pemilih dalam Pemilu yaitu uji normalitas, uji
linieritas, dan uji homogenitas. Hasil uji persyaratan analisis ditemukan bahwa
data tidak berdistribusi normal sehingga pada data yang terkumpul tidak
dimungkinkan dilakukan analisis regresi. Karena itu analisis dilakukan dengan
statistik nonparametrik yaitu korelasi tata jenjang disebut juga rank order
correlation atau rank difference correlation. Dengan menggunakan bantuan
Program SPSS 16.0 for windows diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.19 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dan PemahamanPemilih dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu.
Pengetahuan Partisipasi
Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .532**
Sig. (2-tailed) . .000
N 350 350
Partisipasi Correlation Coefficient .532** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 350 350
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil perhitungan korelasi antara variabel tingkat pengetahuan dan
pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu menunjukkan angka
0,532. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya
jika pengetahuan dan pemahaman pemilih tinggi maka partisipasi pemilih dalam
pemilu juga semakin tinggi.
Untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak maka
terlebih dahulu menentukan hipotesis, sebagai berikut:
Ho : Hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih
dengan partisipasi pemilih dalam pemilu tidak signifikan
H1 : Hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih
dengan partisipasi pemilih dalam pemilu signifikan
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan
Jika probabilitas > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan
Dari hasil perhitungan angka probabilitas hubungan antara tingkat
pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu
sebesar 0,000. Angka probabilitas 0,000 < 0,05 maka hubungan kedua variabel
tersebut adalah signifikan.
14. Hubungan Dorongan Pihak Lain/Luar dengan Partisipasi Pemilih dalam
Pemilu.
Data Dorongan Pihak Lain/Luar dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu
juga diperoleh dengan menggunakan angket berbentuk skala likert. Sebelum
dianalisis dengan regresi dilakukan uji persyaratan analisis yaitu normalitas,
linieritas dan homogenitas. Dari hasil uji persyaratan analisis untuk regresi
ternyata data tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan statistik non
parametrik yaitu korelasi tata jenjang disebut juga rank order correlation atau
rank difference correlation. Dengan menggunakan bantuan Program SPSS 16.0
for windows diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 4.20 Hasil Analisis Hubungan Dorongan Pihak lain/Luar dengan PartisipasiPemilih dalam Pemilu.
Motivasi Partisipasi
Spearman's rho Motivasi Correlation Coefficient 1.000 .594**
Sig. (2-tailed) . .000
N 350 350
Partisipasi Correlation Coefficient .594** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 350 350
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil perhitungan korelasi antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan
partisipasi pemilih dalam pemilu menunjukkan angka 0,594. Angka ini
menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya jika dorongan
pihak lain/luar tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi.
Untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak maka
terlebih dahulu menentukan hipotesis, sebagai berikut:
Ho : Hubungan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi
pemilih dalam pemilu tidak signifikan
H1 : Hubungan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi
pemilih dalam pemilu signifikan
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan
Jika probabilitas > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan
Dari hasil perhitungan angka probabilitas hubungan antara dorongan pihak
lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,000. Angka
probabilitas 0,000 < 0,05 maka hubungan kedua variabel tersebut adalah
signifikan.
15. Hubungan Motivasi Pencapaian Tujuan dengan Partisipasi Pemilih
dalam Pemilu
Data Motivasi Pencapaian Tujuan dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu
juga diperoleh dengan menggunakan angket berbentuk skala likert. Sebelum
dianalisis dengan regresi dilakukan uji persyaratan analisis yaitu normalitas,
linieritas dan homogenitas. Dari hasil uji persyaratan analisis untuk regresi
ternyata data tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan statistik non
parametrik yaitu korelasi tata jenjang disebut juga rank order correlation atau
rank difference correlation. Dengan menggunakan bantuan Program SPSS 16.0
for windows diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.20 Hasil Analisis Hubungan Motivasi Pencapaian Tujuan denganPartisipasi Pemilih dalam Pemilu.
Dorongan Partisipasi
Spearman's rho Dorongan Correlation Coefficient 1.000 .617**
Sig. (2-tailed) . .000
N 350 350
Partisipasi Correlation Coefficient .617** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 350 350
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil perhitungan korelasi antara variabel motivasi pencapaian tujuan
dengan partisipasi pemilih dalam pemilu menunjukkan angka 0,617. Angka ini
menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan searah. Artinya jika motivasi
pencapaian tujuan tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin
tinggi.
Untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak maka
terlebih dahulu menentukan hipotesis, sebagai berikut:
Ho : Hubungan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi
pemilih dalam pemilu tidak signifikan
H1 : Hubungan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi
pemilih dalam pemilu signifikan
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan
Jika probabilitas > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan
Dari hasil perhitungan angka probabilitas hubungan antara motivasi
pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,000. Angka
probabilitas 0,000 < 0,05 maka hubungan kedua variabel tersebut adalah
signifikan.
C. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
tingkat penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang. Begitu juga
dengan jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan ada hubungan yang signifikan
dengan perilaku pemilih mengenai politik uang. Dengan demikian, maka praktik
uang tentu saja akan berdampak terhadap demokrasi. Suara hari nurani seseorang
dalam bentuk aspirasi yang murni dapat dibeli demi kepentingan. Jadi
pembelokan tuntutan bagi nurani inilah yang dapat dikatakan kejahatan.
Sisi etika politik yang lainnya adalah pemberian uang kepada rakyat
dengan harapan agar terpilihnya partai politik tertentu berimbas pada pendidikan
politik, yaitu mobilisasi yang pada gilirannya menyumbat partisipasi politik.
Rakyat dalam proses seperti ini tetap menjadi objek eksploitasi politik pihak yang
memiliki kekuasaan.
Sebuah keniscayaan bahwa, politik memang membutuhkan dana. Belanja
politik direncanakan dan digunakan untuk berbagai kegiatan program kampanye.
Untuk membangun komunikasi politik dengan konstituen, serta menyerap dan
mengartikulasikan kepentingan masyarakat. Politisi dalam kompetisi untuk
meraih dukungan pemilih, tanpa dana hampir dapat dipastikan akan kalah. Tetapi
dana politik dan politik uang jelas berbeda. Letak perbedaan adalah modus dalam
penggunaan dana yang digunakan untuk menggalang dukungan pemilih. Hal
tekait pula sumber pendanaannya. Realitas politik menunjukan, bahwa politisi
yang tidak punya dana; sudah hampir dapat dipastikan akan kalah dan tersingkir.
Jika politik uang terus terjadi, dapat dipastikan bahwa dunia politik akan
menjadi semakin rusak. Demokrasi prosedural hanya akan menjadi lahan bagi
kaum medioker, yaitu mereka yang tidak memiliki prestasi memadai, untuk
meraih kekuasaan. Bahkan sangat mungkin demokrasi prosedural akan
dimanfaatkan oleh mereka yang memiliki hasrat tak terbendung dan kerakusan
untuk menguasai harta kekayaan negara. Karena itulah, politik uang harus
dianggap sebagai kejahatan besar dalam politik yang harus dilawan dan
dienyahkan secara bersama-sama.
Selain mengenai politik uang, dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa
terdapat korelasi yang signifikan antara variabel tingkat pengetahuan dan
pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,532,
terdapat korelasi yang signifikan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan
partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,594 serta terdapat korelasi yang
signifikan antara variabel motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih
dalam pemilu sebesar 0,617.
Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang searah dan kuat bahwa jika
tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak lain/luar, dan
motivasi mencapai tujuan tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga
semakin tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pemilih melalui sosialisasi atau
kegiatan-kegiatan lainnya. Selain itu perlu ditumbuhkan kesadaran di kalangan
pemilih akan hak dan kewajibannya serta mengupayakan suasana yang nyaman
sebelum dan saat pelaksanaan pemilu sehingga partisipasi pemilih akan dapat
ditingkatkan.
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Dilihat dari sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditemukan
bahwa responden laki-laki lebih banyak menganggap politik uang itu wajar
yaitu sebanyak 27% dibanding perempuan yang hanya 23,3%. Responden
usia 26-33 tahun paling banyak menganggap politik uang itu sesuatu yang
wajar yaitu sebesar 28,8%, sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar
yaitu usia ≥ 56 tahun yaitu sebesar 16,7%. Responden dengan tingkat
pendidikan SMP paling banyak mengatakan politik uang itu wajar yaitu
sebanyak 42,9% sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar yaitu
tingkat pendidikan sarjana sebesar 19,5%. Responden yang bekerja sebagai
buruh/tani paling banyak mengatakan politik uang itu wajar dengan
prosentase sebesar 30,6%, sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar
adalah PNS sebesar 17,6%. Responden yang tinggal di pedesaan lebih banyak
mengatakan wajar mengenai politik uang yaitu sebanyak 26,5% dibanding
yang tinggal di perkotaan yang hanya 18,8%. Responden yang memiliki
tingkat penghasilan < 1 juta rupiah per bulan paling banyak yang
menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak 30,2%, sedangkan
responden yang memiliki penghasilan > 3 juta per bulan paling sedikit yang
mengatakan politik uang itu wajar yaitu hanya 9,4%.
2. Dilihat dari perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditemukan
bahwa responden laki-laki lebih banyak menerima pemberian uang atau
hadiah yaitu sebanyak 19,6% dibanding perempuan yang hanya 15,1%.
Responden usia ≤ 25 tahun cenderung lebih menerima pemberian uang atau
hadiah yaitu sebanyak 24,3%, sedangkan yang paling sedikit menerima
pemberian uang atau hadiah adalah usia ≥ 56 tahun yaitu sebesar 13,3 %.
Responden dengan tingkat pendidikan SMP dan Diploma paling banyak
menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 21,4% sedangkan yang
paling sedikit adalah SD sebesar 9,1%. Responden yang bekerja sebagai
karyawan paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu
sebanyak 24,8%, sedangkan yang paling sedikit menerima uang atau hadiah
adalah wirausahawan sebesar 11,3%. Responden yang berada di pedesaan
cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 18,2%
dibanding responden yang tinggal di perkotaan. Responden yang memiliki
penghasilan 1-2 juta paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah
yaitu sebanyak 22,6%, sedangkan bagi responden yang berpenghasilan > 3
juta rupiah tidak ada yang menunjukkan menerima pemberian uang atau
hadiah.
3. Ada hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih
mengenai politik uang. Sedangkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, tempat tinggal tidak ada hubungan yang signifikan dengan
sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
4. Jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan ada hubungan yang signifikan
dengan perilaku pemilih mengenai politik uang. Sedangkan jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan dan tempat tinggal tidak ada hubungan yang
signifikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
5. Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel tingkat pengetahuan dan
pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,532.
Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya jika
pengetahuan dan pemahaman pemilih tinggi maka partisipasi pemilih dalam
pemilu juga semakin tinggi.
6. Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel dorongan pihak lain/luar
dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,594. Angka ini
menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya jika dorongan
pihak lain/luar tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin
tinggi.
7. Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel motivasi pencapaian tujuan
dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,617. Angka ini
menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan searah. Artinya jika motivasi
pencapaian tujuan tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin
tinggi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dapat disarankan kepada
pihak-pihak yang terkait bahwa:
1. Untuk meminimalisir terjadinya politik uang dalam pemilu dapat dilakukan
dengan memperhatikan faktor-faktor demografi dan sosial. Walaupun faktor
demografi dan sosial merupakan kondisi “given” namun upaya-upaya untuk
meminimalisir terjadinya politik uang harus tetap dilakukan misalnya dengan
lebih mensosialisasikan Undang-Undang yang terkait dengan Pemilu
sehingga warga negara lebih menyadari akan hak dan kewajibannya serta
menyadari bahwa ada sanksi yang bisa diterima jika terbukti melakukan dan
menerima politik uang.
2. Dalam kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam pemilu, diperlukan
pemahaman dan pengetahuan warga negara yang cukup baik khususnya
pemilih pada pemilu serta menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat
untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu. Selain itu warga negara atau pemilih
perlu diberi motivasi untuk berpartisipasi dalam pemilu dengan berbagai cara.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan faktor-faktor lain yang
terkait dengan politik uang dalam pemilu maupun partisipasi masyarakat
dalam pemilu.
C. Rekomendasi
Dari pembahasan diatas mengenai partisipasi politik yang ada didalam
masyarakat dalam pemilu maka dapat dilihat bahwa partisipasi politik masyarakat
sangatlah penting guna keberlangsungan demokrasi di negara ini. Karenanya para
stake holders harus terus berupaya memberikan sebuah pencerahan bagi
masyarakat umum bagaimana partisipasi tersebut, sehingga tidak sampai salah
digunakan dalam pemilihan umum.
Dalam kaitannya dengan politik uang yang memberikan gambaran buruk
bagi demokrasi di Indonesia harus kita hindari. Jangan sampai pemilu yang
DEMOKRASI berubah menjadi “DEMOCRAZY”. Dan juga bagi masyarakat
umum sepatutnyalah untuk lebih cerdas dalam menanggapi semua iming-iming
dan janji-janji yang diberikan oleh para calon atau team suksesnya serta lebih
selektif dalam memilih apa yang sesuai dengan hati nurani.
Untuk melawan praktik uang, diperlukan para politikus sejati yang benar-
benar memahami bahwa pengertian politik adalah seni menata negara dan
tujuannya adalah menciptakan kebaikan bersama agar rakyat lebih sejahtera.
Politik memerlukan orang-orang baik, memiliki keunggulan komparatif dalam
artian memiliki kompetensi, dan sekaligus juga memiliki keunggulan kompetitif.
Sebab, kebaikan dalam politik perlu diperjuangkan sampai ia tertransformasi ke
dalam kebijakan-kebijakan politik negara.
DAFTAR PUSTAKA
Etaholic.2014. Money Politic dalam Praktek Penyelenggaraan Pemilihan Umumdi Indonesia.http://opinion-publika.blogspot.com/2013/04/money-politic-dalam-praktek.html) diunduh pada hari jumat 17 Juli 2015 pukul 19.00Wita.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tabanan. Diunduh pada hari kamis, 16Juli 2015 pukul 18.00 wita
https://organikkpubali.wordpress.com/2013/11/03/kpu-bali-tetapkan-perbaikan-dpt-pemilu-tahun-2014/. Diunduh pada hari kamis, 16 Juli 2015 pukul19.00 wita
Ramlan Surbakti. 2007. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia
Samsubar Saleh. 1996. Statistik Nonparametrik. Yogyakarta: BPFE
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang PemilihanUmum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
FREQUENCIES VARIABLES=JenisKelamin Usia Pendidikan Pekerjaan TempatTinggal Penghasilan Persepsi Tingkahlaku
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN SUM/PIECHART PERCENT
/ORDER=ANALYSIS.
FrequenciesNotes
Output Created 14-Jul-2015 09:03:26
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid
data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=JenisKelamin Usia
Pendidikan Pekerjaan TempatTinggal
Penghasilan Persepsi Tingkahlaku
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE
MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN
SUM
/PIECHART PERCENT
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:06.474
Elapsed Time 00:00:06.521
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Statistics
Jenis
Kelamin Usia
Pendidi
Kan
Pekerja
an
Tempat
Tinggal
Pengha
silan
Perse
Psi
Tingkah
laku
N Valid 350 350 350 350 350 350 350 350
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1.4171 3.1114 3.2800 2.7029 1.8629 2.2229 1.7457 1.8229
Median 1.0000 3.0000 3.0000 3.0000 2.0000 2.0000 2.0000 2.0000
Std. Deviation .49379 1.15137 1.18317 1.17165 .34449 1.01368 .43608 .38234
Variance .244 1.326 1.400 1.373 .119 1.028 .190 .146
Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Maximum 2.00 5.00 5.00 4.00 2.00 4.00 2.00 2.00
Sum 496.00 1089.00 1148.00 946.00 652.00 778.00 611.00 638.00
Frequency TableJenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 204 58.3 58.3 58.3
Perempuan 146 41.7 41.7 100.0
Total 350 100.0 100.0
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <25 thn 37 10.6 10.6 10.6
26-35 thn 73 20.9 20.9 31.4
36-45 thn 84 24.0 24.0 55.4
46-55 thn 126 36.0 36.0 91.4
> 56 thn 30 8.6 8.6 100.0
Total 350 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 33 9.4 9.4 9.4
SMP 28 8.0 8.0 17.4
SLTA 179 51.1 51.1 68.6
Diploma 28 8.0 8.0 76.6
Sarjana 82 23.4 23.4 100.0
Total 350 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PNS 74 21.1 21.1 21.1
Buruh/tani 85 24.3 24.3 45.4
Wirausahawan 62 17.7 17.7 63.1
Karyawan 129 36.9 36.9 100.0
Total 350 100.0 100.0
TempatTinggal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Perkotaan 48 13.7 13.7 13.7
Pedesaan 302 86.3 86.3 100.0
Total 350 100.0 100.0
Penghasilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <1 jt 96 27.4 27.4 27.4
1-2 jt 133 38.0 38.0 65.4
2-3 jt 68 19.4 19.4 84.9
> 3 jt 53 15.1 15.1 100.0
Total 350 100.0 100.0
Persepsi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Wajar 89 25.4 25.4 25.4
Tidak Wajar 261 74.6 74.6 100.0
Total 350 100.0 100.0
Tingkahlaku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Menerima 62 17.7 17.7 17.7
Menolak 288 82.3 82.3 100.0
Total 350 100.0 100.0
Your trial period for SPSS for Windows will expire in 14 days.
GETFILE='D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.CROSSTABS/TABLES=JenisKelamin BY Persepsi/FORMAT=AVALUE TABLES/STATISTICS=CHISQ/CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 14-Jul-2015 13:11:39
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=JenisKelamin BY Persepsi
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.125
Elapsed Time 00:00:00.078
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
JenisKelamin * Persepsi 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
JenisKelamin * Persepsi Crosstabulation
Persepsi
TotalWajar Tidak Wajar
JenisKelamin Laki-laki Count 55 149 204
Expected Count 51.9 152.1 204.0
% within JenisKelamin 27.0% 73.0% 100.0%
% within Persepsi 61.8% 57.1% 58.3%
% of Total 15.7% 42.6% 58.3%
Perempuan Count 34 112 146
Expected Count 37.1 108.9 146.0
% within JenisKelamin 23.3% 76.7% 100.0%
% within Persepsi 38.2% 42.9% 41.7%
% of Total 9.7% 32.0% 41.7%
Total Count 89 261 350
Expected Count 89.0 261.0 350.0
% within JenisKelamin 25.4% 74.6% 100.0%
% within Persepsi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 25.4% 74.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .605a 1 .437
Continuity Correctionb .427 1 .513
Likelihood Ratio .609 1 .435
Fisher's Exact Test .458 .257
Linear-by-Linear Association .604 1 .437
N of Valid Casesb 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37,13.
b. Computed only for a 2x2 table
CrosstabsNotes
Output Created 14-Jul-2015 13:33:46
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=JenisKelamin BY
Tingkahlaku
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.062
Elapsed Time 00:00:00.031
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
JenisKelamin * Tingkahlaku 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
JenisKelamin * Tingkahlaku Crosstabulation
Tingkahlaku
TotalMenerima Menolak
JenisKelamin Laki-laki Count 40 164 204
Expected Count 36.1 167.9 204.0
% within JenisKelamin 19.6% 80.4% 100.0%
% within Tingkahlaku 64.5% 56.9% 58.3%
% of Total 11.4% 46.9% 58.3%
Perempuan Count 22 124 146
Expected Count 25.9 120.1 146.0
% within JenisKelamin 15.1% 84.9% 100.0%
% within Tingkahlaku 35.5% 43.1% 41.7%
% of Total 6.3% 35.4% 41.7%
Total Count 62 288 350
Expected Count 62.0 288.0 350.0
% within JenisKelamin 17.7% 82.3% 100.0%
% within Tingkahlaku 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.7% 82.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.203a 1 .273
Continuity Correctionb .912 1 .340
Likelihood Ratio 1.219 1 .269
Fisher's Exact Test .321 .170
Linear-by-Linear Association 1.200 1 .273
N of Valid Casesb 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,86.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Notes
Output Created 14-Jul-2015 14:32:21
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Usia BY Persepsi
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.063
Elapsed Time 00:00:00.031
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia * Persepsi 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
Usia * Persepsi Crosstabulation
Persepsi
TotalWajar Tidak Wajar
Usia <25 thn Count 9 28 37
Expected Count 9.4 27.6 37.0
% within Usia 24.3% 75.7% 100.0%
% within Persepsi 10.1% 10.7% 10.6%
% of Total 2.6% 8.0% 10.6%
26-35 thn Count 21 52 73
Expected Count 18.6 54.4 73.0
% within Usia 28.8% 71.2% 100.0%
% within Persepsi 23.6% 19.9% 20.9%
% of Total 6.0% 14.9% 20.9%
36-45 thn Count 24 60 84
Expected Count 21.4 62.6 84.0
% within Usia 28.6% 71.4% 100.0%
% within Persepsi 27.0% 23.0% 24.0%
% of Total 6.9% 17.1% 24.0%
46-55 thn Count 30 96 126
Expected Count 32.0 94.0 126.0
% within Usia 23.8% 76.2% 100.0%
% within Persepsi 33.7% 36.8% 36.0%
% of Total 8.6% 27.4% 36.0%
> 56 thn Count 5 25 30
Expected Count 7.6 22.4 30.0
% within Usia 16.7% 83.3% 100.0%
% within Persepsi 5.6% 9.6% 8.6%
% of Total 1.4% 7.1% 8.6%
Total Count 89 261 350
Expected Count 89.0 261.0 350.0
% within Usia 25.4% 74.6% 100.0%
% within Persepsi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 25.4% 74.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.279a 4 .685
Likelihood Ratio 2.375 4 .667
Linear-by-Linear Association .904 1 .342
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 7,63.
Crosstabs
Notes
Output Created 14-Jul-2015 14:51:53
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Usia BY Tingkahlaku
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.063
Elapsed Time 00:00:00.031
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia * Tingkahlaku 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
Usia * Tingkahlaku Crosstabulation
Tingkahlaku
TotalMenerima Menolak
Usia <25 thn Count 9 28 37
Expected Count 6.6 30.4 37.0
% within Usia 24.3% 75.7% 100.0%
% within Tingkahlaku 14.5% 9.7% 10.6%
% of Total 2.6% 8.0% 10.6%
26-35 thn Count 13 60 73
Expected Count 12.9 60.1 73.0
% within Usia 17.8% 82.2% 100.0%
% within Tingkahlaku 21.0% 20.8% 20.9%
% of Total 3.7% 17.1% 20.9%
36-45 thn Count 19 65 84
Expected Count 14.9 69.1 84.0
% within Usia 22.6% 77.4% 100.0%
% within Tingkahlaku 30.6% 22.6% 24.0%
% of Total 5.4% 18.6% 24.0%
46-55 thn Count 17 109 126
Expected Count 22.3 103.7 126.0
% within Usia 13.5% 86.5% 100.0%
% within Tingkahlaku 27.4% 37.8% 36.0%
% of Total 4.9% 31.1% 36.0%
> 56 thn Count 4 26 30
Expected Count 5.3 24.7 30.0
% within Usia 13.3% 86.7% 100.0%
% within Tingkahlaku 6.5% 9.0% 8.6%
% of Total 1.1% 7.4% 8.6%
Total Count 62 288 350
Expected Count 62.0 288.0 350.0
% within Usia 17.7% 82.3% 100.0%
% within Tingkahlaku 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.7% 82.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.432a 4 .351
Likelihood Ratio 4.393 4 .355
Linear-by-Linear Association 2.464 1 .116
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5,31.
Crosstabs
Notes
Output Created 14-Jul-2015 15:09:07
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Pendidikan BY Persepsi
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.031
Elapsed Time 00:00:00.031
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan * Persepsi 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
Pendidikan * Persepsi Crosstabulation
Persepsi
TotalWajar Tidak Wajar
Pendidikan SD Count 10 23 33
Expected Count 8.4 24.6 33.0
% within Pendidikan 30.3% 69.7% 100.0%
% within Persepsi 11.2% 8.8% 9.4%
% of Total 2.9% 6.6% 9.4%
SMP Count 12 16 28
Expected Count 7.1 20.9 28.0
% within Pendidikan 42.9% 57.1% 100.0%
% within Persepsi 13.5% 6.1% 8.0%
% of Total 3.4% 4.6% 8.0%
SLTA Count 45 134 179
Expected Count 45.5 133.5 179.0
% within Pendidikan 25.1% 74.9% 100.0%
% within Persepsi 50.6% 51.3% 51.1%
% of Total 12.9% 38.3% 51.1%
Diploma Count 6 22 28
Expected Count 7.1 20.9 28.0
% within Pendidikan 21.4% 78.6% 100.0%
% within Persepsi 6.7% 8.4% 8.0%
% of Total 1.7% 6.3% 8.0%
Sarjana Count 16 66 82
Expected Count 20.9 61.1 82.0
% within Pendidikan 19.5% 80.5% 100.0%
% within Persepsi 18.0% 25.3% 23.4%
% of Total 4.6% 18.9% 23.4%
Total Count 89 261 350
Expected Count 89.0 261.0 350.0
% within Pendidikan 25.4% 74.6% 100.0%
% within Persepsi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 25.4% 74.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.657a 4 .155
Likelihood Ratio 6.264 4 .180
Linear-by-Linear Association 3.853 1 .050
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 7,12.
Crosstabs
Notes
Output Created 14-Jul-2015 15:27:23
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Pendidikan BY Tingkahlaku
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.062
Elapsed Time 00:00:00.031
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan * Tingkahlaku 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
Pendidikan * Tingkahlaku Crosstabulation
Tingkahlaku
TotalMenerima Menolak
Pendidikan SD Count 3 30 33
Expected Count 5.8 27.2 33.0
% within Pendidikan 9.1% 90.9% 100.0%
% within Tingkahlaku 4.8% 10.4% 9.4%
% of Total .9% 8.6% 9.4%
SMP Count 6 22 28
Expected Count 5.0 23.0 28.0
% within Pendidikan 21.4% 78.6% 100.0%
% within Tingkahlaku 9.7% 7.6% 8.0%
% of Total 1.7% 6.3% 8.0%
SLTA Count 33 146 179
Expected Count 31.7 147.3 179.0
% within Pendidikan 18.4% 81.6% 100.0%
% within Tingkahlaku 53.2% 50.7% 51.1%
% of Total 9.4% 41.7% 51.1%
Diploma Count 6 22 28
Expected Count 5.0 23.0 28.0
% within Pendidikan 21.4% 78.6% 100.0%
% within Tingkahlaku 9.7% 7.6% 8.0%
% of Total 1.7% 6.3% 8.0%
Sarjana Count 14 68 82
Expected Count 14.5 67.5 82.0
% within Pendidikan 17.1% 82.9% 100.0%
% within Tingkahlaku 22.6% 23.6% 23.4%
% of Total 4.0% 19.4% 23.4%
Total Count 62 288 350
Expected Count 62.0 288.0 350.0
% within Pendidikan 17.7% 82.3% 100.0%
% within Tingkahlaku 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.7% 82.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.301a 4 .681
Likelihood Ratio 2.568 4 .633
Linear-by-Linear Association .301 1 .583
N of Valid Cases 350
a. 2 cells (20,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 4,96.
Crosstabs
Notes
Output Created 14-Jul-2015 15:55:38
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Pekerjaan BY Persepsi
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.062
Elapsed Time 00:00:00.031
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan * Persepsi 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
Pekerjaan * Persepsi Crosstabulation
Persepsi
TotalWajar Tidak Wajar
Pekerjaan PNS Count 13 61 74
Expected Count 18.8 55.2 74.0
% within Pekerjaan 17.6% 82.4% 100.0%
% within Persepsi 14.6% 23.4% 21.1%
% of Total 3.7% 17.4% 21.1%
Buruh/tani Count 26 59 85
Expected Count 21.6 63.4 85.0
% within Pekerjaan 30.6% 69.4% 100.0%
% within Persepsi 29.2% 22.6% 24.3%
% of Total 7.4% 16.9% 24.3%
Wirausahawan Count 16 46 62
Expected Count 15.8 46.2 62.0
% within Pekerjaan 25.8% 74.2% 100.0%
% within Persepsi 18.0% 17.6% 17.7%
% of Total 4.6% 13.1% 17.7%
Karyawan Count 34 95 129
Expected Count 32.8 96.2 129.0
% within Pekerjaan 26.4% 73.6% 100.0%
% within Persepsi 38.2% 36.4% 36.9%
% of Total 9.7% 27.1% 36.9%
Total Count 89 261 350
Expected Count 89.0 261.0 350.0
% within Pekerjaan 25.4% 74.6% 100.0%
% within Persepsi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 25.4% 74.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.668a 3 .300
Likelihood Ratio 3.820 3 .282
Linear-by-Linear Association .783 1 .376
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 15,77.
Crosstabs
Notes
Output Created 14-Jul-2015 16:18:36
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Pekerjaan BY Tingkahlaku
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.468
Elapsed Time 00:00:00.250
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan * Tingkahlaku 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
Pekerjaan * Tingkahlaku Crosstabulation
Tingkahlaku
TotalMenerima Menolak
Pekerjaan PNS Count 9 65 74
Expected Count 13.1 60.9 74.0
% within Pekerjaan 12.2% 87.8% 100.0%
% within Tingkahlaku 14.5% 22.6% 21.1%
% of Total 2.6% 18.6% 21.1%
Buruh/tani Count 14 71 85
Expected Count 15.1 69.9 85.0
% within Pekerjaan 16.5% 83.5% 100.0%
% within Tingkahlaku 22.6% 24.7% 24.3%
% of Total 4.0% 20.3% 24.3%
Wirausahawan Count 7 55 62
Expected Count 11.0 51.0 62.0
% within Pekerjaan 11.3% 88.7% 100.0%
% within Tingkahlaku 11.3% 19.1% 17.7%
% of Total 2.0% 15.7% 17.7%
Karyawan Count 32 97 129
Expected Count 22.9 106.1 129.0
% within Pekerjaan 24.8% 75.2% 100.0%
% within Tingkahlaku 51.6% 33.7% 36.9%
% of Total 9.1% 27.7% 36.9%
Total Count 62 288 350
Expected Count 62.0 288.0 350.0
% within Pekerjaan 17.7% 82.3% 100.0%
% within Tingkahlaku 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.7% 82.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 7.862a 3 .049
Likelihood Ratio 7.840 3 .049
Linear-by-Linear Association 4.846 1 .028
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 10,98.
Crosstabs
Notes
Output Created 14-Jul-2015 16:35:08
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=TempatTinggal BY Persepsi
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.125
Elapsed Time 00:00:00.078
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TempatTinggal * Persepsi 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
TempatTinggal * Persepsi Crosstabulation
Persepsi
TotalWajar Tidak Wajar
TempatTinggal Perkotaan Count 9 39 48
Expected Count 12.2 35.8 48.0
% within TempatTinggal 18.8% 81.2% 100.0%
% within Persepsi 10.1% 14.9% 13.7%
% of Total 2.6% 11.1% 13.7%
Pedesaan Count 80 222 302
Expected Count 76.8 225.2 302.0
% within TempatTinggal 26.5% 73.5% 100.0%
% within Persepsi 89.9% 85.1% 86.3%
% of Total 22.9% 63.4% 86.3%
Total Count 89 261 350
Expected Count 89.0 261.0 350.0
% within TempatTinggal 25.4% 74.6% 100.0%
% within Persepsi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 25.4% 74.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.309a 1 .253
Continuity Correctionb .932 1 .334
Likelihood Ratio 1.384 1 .239
Fisher's Exact Test .289 .167
Linear-by-Linear Association 1.305 1 .253
N of Valid Casesb 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,21.
b. Computed only for a 2x2 table
CrosstabsNotes
Output Created 14-Jul-2015 16:42:32
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=TempatTinggal BY
Tingkahlaku
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.062
Elapsed Time 00:00:00.031
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TempatTinggal * Tingkahlaku 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
TempatTinggal * Tingkahlaku Crosstabulation
Tingkahlaku
TotalMenerima Menolak
TempatTinggal Perkotaan Count 7 41 48
Expected Count 8.5 39.5 48.0
% within TempatTinggal 14.6% 85.4% 100.0%
% within Tingkahlaku 11.3% 14.2% 13.7%
% of Total 2.0% 11.7% 13.7%
Pedesaan Count 55 247 302
Expected Count 53.5 248.5 302.0
% within TempatTinggal 18.2% 81.8% 100.0%
% within Tingkahlaku 88.7% 85.8% 86.3%
% of Total 15.7% 70.6% 86.3%
Total Count 62 288 350
Expected Count 62.0 288.0 350.0
% within TempatTinggal 17.7% 82.3% 100.0%
% within Tingkahlaku 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.7% 82.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .374a 1 .541
Continuity Correctionb .167 1 .683
Likelihood Ratio .390 1 .532
Fisher's Exact Test .685 .352
Linear-by-Linear Association .373 1 .541
N of Valid Casesb 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,50.
b. Computed only for a 2x2 table
CrosstabsNotes
Output Created 14-Jul-2015 16:51:42
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Penghasilan BY Persepsi
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.062
Elapsed Time 00:00:00.031
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Penghasilan * Persepsi 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
Penghasilan * Persepsi Crosstabulation
Persepsi
TotalWajar Tidak Wajar
Penghasilan <1 jt Count 29 67 96
Expected Count 24.4 71.6 96.0
% within Penghasilan 30.2% 69.8% 100.0%
% within Persepsi 32.6% 25.7% 27.4%
% of Total 8.3% 19.1% 27.4%
1-2 jt Count 37 96 133
Expected Count 33.8 99.2 133.0
% within Penghasilan 27.8% 72.2% 100.0%
% within Persepsi 41.6% 36.8% 38.0%
% of Total 10.6% 27.4% 38.0%
2-3 jt Count 18 50 68
Expected Count 17.3 50.7 68.0
% within Penghasilan 26.5% 73.5% 100.0%
% within Persepsi 20.2% 19.2% 19.4%
% of Total 5.1% 14.3% 19.4%
> 3 jt Count 5 48 53
Expected Count 13.5 39.5 53.0
% within Penghasilan 9.4% 90.6% 100.0%
% within Persepsi 5.6% 18.4% 15.1%
% of Total 1.4% 13.7% 15.1%
Total Count 89 261 350
Expected Count 89.0 261.0 350.0
% within Penghasilan 25.4% 74.6% 100.0%
% within Persepsi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 25.4% 74.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 8.747a 3 .033
Likelihood Ratio 10.285 3 .016
Linear-by-Linear Association 6.365 1 .012
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 13,48.
CrosstabsNotes
Output Created 14-Jul-2015 17:03:59
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Penghasilan BY Tingkahlaku
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.062
Elapsed Time 00:00:00.032
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Penghasilan * Tingkahlaku 350 100.0% 0 .0% 350 100.0%
Penghasilan * Tingkahlaku Crosstabulation
Tingkahlaku
TotalMenerima Menolak
Penghasilan <1 jt Count 18 78 96
Expected Count 17.0 79.0 96.0
% within Penghasilan 18.8% 81.2% 100.0%
% within Tingkahlaku 29.0% 27.1% 27.4%
% of Total 5.1% 22.3% 27.4%
1-2 jt Count 30 103 133
Expected Count 23.6 109.4 133.0
% within Penghasilan 22.6% 77.4% 100.0%
% within Tingkahlaku 48.4% 35.8% 38.0%
% of Total 8.6% 29.4% 38.0%
2-3 jt Count 14 54 68
Expected Count 12.0 56.0 68.0
% within Penghasilan 20.6% 79.4% 100.0%
% within Tingkahlaku 22.6% 18.8% 19.4%
% of Total 4.0% 15.4% 19.4%
> 3 jt Count 0 53 53
Expected Count 9.4 43.6 53.0
% within Penghasilan .0% 100.0% 100.0%
% within Tingkahlaku .0% 18.4% 15.1%
% of Total .0% 15.1% 15.1%
Total Count 62 288 350
Expected Count 62.0 288.0 350.0
% within Penghasilan 17.7% 82.3% 100.0%
% within Tingkahlaku 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.7% 82.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 14.005a 3 .003
Likelihood Ratio 23.112 3 .000
Linear-by-Linear Association 6.056 1 .014
N of Valid Cases 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 9,39.
Nonparametric CorrelationsNotes
Output Created 14-Jul-2015 20:30:10
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data
Pengetahuan.sav
Active Dataset DataSet3
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are
based on all the cases with valid data for
that pair.
Syntax NONPAR CORR
/VARIABLES=Pengetahuan Partisipasi
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.016
Elapsed Time 00:00:00.015
Number of Cases Allowed 174762 casesa
a. Based on availability of workspace memory
[DataSet3] D:\PENELITIAN KPU\Data Pengetahuan.sav
Correlations
Pengetahuan Partisipasi
Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .532**
Sig. (2-tailed) . .000
N 350 350
Partisipasi Correlation Coefficient .532** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 350 350
Correlations
Pengetahuan Partisipasi
Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .532**
Sig. (2-tailed) . .000
N 350 350
Partisipasi Correlation Coefficient .532** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 350 350
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric CorrelationsNotes
Output Created 14-Jul-2015 20:27:02
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Motivasi.sav
Active Dataset DataSet2
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are
based on all the cases with valid data for
that pair.
Syntax NONPAR CORR
/VARIABLES=Motivasi Partisipasi
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.047
Elapsed Time 00:00:00.031
Number of Cases Allowed 174762 casesa
a. Based on availability of workspace memory
[DataSet2] D:\PENELITIAN KPU\Data Motivasi.sav
Correlations
Motivasi Partisipasi
Spearman's rho Motivasi Correlation Coefficient 1.000 .594**
Sig. (2-tailed) . .000
N 350 350
Partisipasi Correlation Coefficient .594** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 350 350
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric CorrelationsNotes
Output Created 14-Jul-2015 20:23:32
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Dorongan.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are
based on all the cases with valid data for
that pair.
Syntax NONPAR CORR
/VARIABLES=Dorongan Partisipasi
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.015
Elapsed Time 00:00:00.015
Number of Cases Allowed 174762 casesa
Notes
Output Created 14-Jul-2015 20:23:32
Comments
Input Data D:\PENELITIAN KPU\Data Dorongan.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File350
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are
based on all the cases with valid data for
that pair.
Syntax NONPAR CORR
/VARIABLES=Dorongan Partisipasi
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.015
Elapsed Time 00:00:00.015
Number of Cases Allowed 174762 casesa
a. Based on availability of workspace memory
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Dorongan.sav
Correlations
Dorongan Partisipasi
Spearman's rho Dorongan Correlation Coefficient 1.000 .617**
Sig. (2-tailed) . .000
N 350 350
Partisipasi Correlation Coefficient .617** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 350 350
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Responden1 2 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5Lk PR < 25 26-35 36-45 46-55 > 56 SD SMP SLTA Diploma Sarjana
1 v v v2 v v v3 V V V4 V V V5 V V v6 V V V7 V V V8 V V v9 V V V
10 V V V11 v v v12 v v v13 v v v14 v v v15 v v v16 v v v17 v v v18 v v v19 v v v20 v v v21 v v v22 v v v23 v v v24 v v v25 v v v26 v v v27 v v v28 v v v
DATA SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH
Jenis kelamin Usia/Tahun Pendidikan
29 v v v30 v v v31 v v v32 v v v33 v v v34 v v v35 v v v36 v v v37 v v v38 v v v39 v v v40 v v v41 v v v42 v v v43 v v v44 v v v45 v v v46 v v v47 v v v48 v v v49 v v v50 v v v51 v v v52 v v v53 v v v54 v v v55 v v v56 v v v57 v v v58 v v v59 v v v60 v v v61 v v v
62 v v v63 v v v64 v v v65 v v v66 v v v67 v v v68 v v v69 v v v70 v v v71 v v v72 v v v73 v v v74 v v v75 v v v76 v v v77 v v v78 v v v79 v v v80 v v v81 v v v82 v v v83 v v v84 v v v85 v v v86 v v v87 v v v88 v v v89 v v v90 v v v91 v v v92 v v v93 v v v94 v v v
95 v v v96 v v v97 v v v98 v v v99 v v v
100 v v v101 v v v102 v v v103 v v v104 v v v105 v v v106 v v v107 v v v108 v v v109 v v v110 v v v111 v v v112 v v v113 v v v114 v v v115 v v v116 v v v117 v v v118 v v v119 v v v120 v v v121 v v v122 v v v123 v v v124 v v v125 v v v126 v v v127 v v v
128 v v v129 v v v130 v v v131 v v v132 v v v133 v v v134 v v v135 v v v136 v v v137 v v v138 v v v139 v v v140 v v v141 v v v142 v v v143 v v v144 v v v145 v v v146 v v v147 v v v148 v v v149 v v v150 v v v151 v v v152 v v v153 v v v154 v v v155 v v v156 v v v157 v v v158 v v v159 v v v160 v v v
161 v v v162 v v v163 v v v164 v v v165 v v v166 v v v167 v v v168 v v v169 v v v170 v v v171 v v v172 v v v173 v v v174 v v v175 v v v176 v v v177 v v v178 v v v179 v v v180 v v v181 v v v182 v v v183 v v v184 v v v185 v v v186 v v v187 v v v188 v v v189 v v v190 v v v191 v v v192 v v v193 v v v
194 v v v195 v v v196 v v v197 v v v198 v v v199 v v v200 v v v201 v v v202 v v v203 v v v204 v v v205 v v v206 v v v207 v v v208 v v v209 v v v210 v v v211 v v v212 v v v213 v v v214 v v v215 v v v216 v v v217 v v v218 v v v219 v v v220 v v v221 v v v222 v v v223 v v v224 v v v225 v v v226 v v v
227 v v v228 v v v229 v v v230 v v v231 v v v232 v v v233 v v v234 v v v235 v v v236 v v v237 v v v238 v v v239 v v v240 v v v241 v v v242 v v v243 v v v244 v v v245 v v v246 v v v247 v v v248 v v v249 v v v250 v v v251 v v v252 v v v253 v v v254 v v v255 v v v256 v v v257 v v v258 v v v259 v v v
260 v v v261 v v v262 v v v263 v v v264 v v v265 v v v266 v v v267 v v v268 v v v269 v v v270 v v v271 v v v272 v v v273 v v v274 v v v275 v v v276 v v v277 v v v278 v v v279 v v v280 v v v281 v v v282 v v v283 v v v284 v v v285 v v v286 v v v287 v v v288 v v v289 v v v290 v v v291 v v v292 v v v
293 v v v294 v v v295 v v v296 v v v297 v v v298 v v v299 v v v300 v v v301 v v v302 v v v303 v v v304 v v v305 v v v306 v v v307 v v v308 v v v309 v v v310 v v v311 v v v312 v v v313 v v v314 v v v315 v v v316 v v v317 v v v318 v v v319 v v v320 v v v321 v v v322 v v v323 v v v324 v v v325 v v v
326 v v v327 v v v328 v v v329 v v v330 v v v331 v v v332 v v v333 v v v334 v v v335 v v v336 v v v337 v v v338 v v v339 v v v340 v v v341 v v v342 v v v343 v v v344 v v v345 v v v346 v v v347 v v v348 V V V349 V V V350 V V V
Res1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 1 2 1 2
PNS Buruh/Tani Wirausaha Karyawan Kota Desa < 1jt 1-2 jt 2-3 jt > 3 jt Wajar tdk wajar menerima menolak1 v V v v v2 v v v v v3 V V V V V4 V V V V V5 V V V V V6 V V V V V7 V V V V V8 V V V V V9 V V V V V
10 V V V V V11 v v v v v12 v v v v v13 v v v v v14 v v v v v15 v v v v v16 v v v v v17 v v v v v18 v v v v v19 v v v v v20 v v v v v21 v v v v v22 v v v v v23 v v v v v24 v v v v v25 v v v v v26 v v v v v27 v v v v v28 v v v v v
Penghasilan Sikap PerilakuPekerjaan Tempat Tinggal
29 v v v v v30 v v v v v31 v v v v v32 v v v v v33 v v v v v34 v v v v v35 v v v v v36 v v v v v37 v v v v v38 v v v v v39 v v v v v40 v v v v v41 v v v v v42 v v v v v43 v v v v v44 v v v v v45 v v v v v46 v v v v v47 v v v v v48 v v v v v49 v v v v v50 v v v v v51 v v v v v52 v v v v v53 v v v v v54 v v v v v55 v v v v v56 v v v v v57 v v v v v58 v v v v v59 v v v v v60 v v v v v61 v v v v v
62 v v v v v63 v v v v v64 v v v v v65 v v v v v66 v v v v v67 v v v v v68 v v v v v69 v v v v v70 v v v v v71 v v v v v72 v v v v v73 v v v v v74 v v v v v75 v v v v v76 v v v v v77 v v v v v78 v v v v v79 v v v v v80 v v v v v81 v v v v v82 v v v v v83 v v v v v84 v v v v v85 v v v v v86 v v v v v87 v v v v v88 v v v v v89 v v v v v90 v v v v v91 v v v v v92 v v v v v93 v v v v v94 v v v v v
95 v v v v v96 v v v v v97 v v v v v98 v v v v v99 v v v v v
100 v v v v v101 v v v v v102 v v v v v103 v v v v v104 v v v v v105 v v v v v106 v v v v v107 v v v v v108 v v v v v109 v v v v v110 v v v v v111 v v v v v112 v v v v v113 v v v v v114 v v v v v115 v v v v v116 v v v v v117 v v v v v118 v v v v v119 v v v v v120 v v v v v121 v v v v v122 v v v v v123 v v v v v124 v v v v v125 v v v v v126 v v v v v127 v v v v v
128 v v v v v129 v v v v v130 v v v v v131 v v v v v132 v v v v v133 v v v v v134 v v v v v135 v v v v v136 v v v v v137 v v v v v138 v v v v v139 v v v v v140 v v v v v141 v v v v v142 v v v v v143 v v v v v144 v v v v v145 v v v v v146 v v v v v147 v v v v v148 v v v v v149 v v v v v150 v v v v v151 v v v v v152 v v v v v153 v v v v v154 v v v v v155 v v v v v156 v v v v v157 v v v v v158 v v v v v159 v v v v v160 v v v v v
161 v v v v v162 v v v v v163 v v v v v164 v v v v v165 v v v v v166 v v v v v167 v v v v v168 v v v v v169 v v v v v170 v v v v v171 v v v v v172 v v v v v173 v v v v v174 v v v v v175 v v v v v176 v v v v v177 v v v v v178 v v v v v179 v v v v v180 v v v v v181 v v v v v182 v v v v v183 v v v v v184 v v v v v185 v v v v v186 v v v v v187 v v v v v188 v v v v v189 v v v v v190 v v v v v191 v v v v v192 v v v v v193 v v v v v
194 v v v v v195 v v v v v196 v v v v v197 v v v v v198 v v v v v199 v v v v v200 v v v v v201 v v v v v202 v v v v v203 v v v v v204 v v v v v205 v v v v v206 v v v v v207 v v v v v208 v v v v v209 v v v v v210 v v v v v211 v v v v v212 v v v v v213 v v v v v214 v v v v v215 v v v v v216 v v v v v217 v v v v v218 v v v v v219 v v v v v220 v v v v v221 v v v v v222 v v v v v223 v v v v v224 v v v v v225 v v v v v226 v v v v v
227 v v v v v228 v v v v v229 v v v v v230 v v v v v231 v v v v v232 v v v v v233 v v v v v234 v v v v v235 v v v v v236 v v v v v237 v v v v v238 v v v v v239 v v v v v240 v v v v v241 v v v v v242 v v v v v243 v v v v v244 v v v v v245 v v v v v246 v v v v v247 v v v v v248 v v v v v249 v v v v v250 v v v v v251 v v v v v252 v v v v v253 v v v v v254 v v v v v255 v v v v v256 v v v v v257 v v v v v258 v v v v v259 v v v v v
260 v v v v v261 v v v v v262 v v v v v263 v v v v v264 v v v v v265 v v v v v266 v v v v v267 v v v v v268 v v v v v269 v v v v v270 v v v v v271 v v v v v272 v v v v v273 v v v v v274 v v v v v275 v v v v v276 v v v v v277 v v v v v278 v v v v v279 v v v v v280 v v v v v281 v v v v v282 v v v v v283 v v v v v284 v v v v v285 v v v v v286 v v v v v287 v v v v v288 v v v v v289 v v v v v290 v v v v v291 v v v v v292 v v v v v
293 v v v v v294 v v v v v295 v v v v v296 v v v v v297 v v v v v298 v v v v v299 v v v v v300 v v v v v301 v v v v v302 v v v v v303 v v v v v304 v v v v v305 v v v v v306 v v v v v307 v v v v v308 v v v v v309 v v v v v310 v v v v v311 v v v v v312 v v v v v313 v v v v v314 v v v v v315 v v v v v316 v v v v v317 v v v v v318 v v v v v319 v v v v v320 v v v v v321 v v v v v322 v v v v v323 v v v v v324 v v v v v325 v v v v v
326 v v v v v327 v v v v v328 v v v v v329 v v v v v330 v v v v v331 v v v v v332 v v v v v333 v v v v v334 v v v v v335 v v v v v336 v v v v v337 v v v v v338 v v v v v339 v v v v v340 v v v v v341 v v v v v342 v v v v v343 v v v v v344 v v v v v345 v v v v v346 v v v v v347 v v v v v348 V V V V V349 V V V V V350 V V V V V
1
DAFTAR PERTANYAAN PENELITIANTENTANG PARTISIPASI DALAM PEMILU
Petunjuk Pengisian:a. Isilah identitas saudara dan jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara
memberi tanda √ pada kolom yang disediakan.b. Saudara dimohon menjawab dengan jujur dan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.c. Jawaban saudara semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian dan
tidak ada kaitannya dengan masalah hukum atau politik.
1. Nama : ........................................... (bisa diisi jika berkenan)
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
3. Usia : ≤ 25 thn 26-35 36-45 46-55 56 thn ≤
4. Pendidikan : SD SMP SLTA Diploma Sarjana
5. Pekerjaan : PNS Buruh/Tani Wirausahawan Karyawan
6. Tempat tinggal : Perkotaan Pedesaan
7. Penghasilan perbulan
< 1 Jt 1 – 2 Jt 2 – 3 Jt 3 Jt <
8. Sebagai usaha untuk memenangkan pemilu, ada calon anggota DPR atau orang yangmembantunya memberikan uang atau hadiah tertentu agar memilih calon tersebut. Apakahini menurut saudara sebagai kewajaran?
Wajar Tidak Wajar
9. Sebagai usaha untuk memenangkan pemilu, ada calon anggota DPR atau orang yangmembantunya memberikan uang atau hadiah tertentu agar memilih calon tersebut. Apakahsaudara menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah tersebut?
Menerima Menolak
2
Petunjuk pengisian :Berilah tanda silang () pada kolom pilihan di sebelah kanan pertanyaan denganketentuan pilihan sebagai berikut:SS = sangat setujuS = setujuR = ragu-raguTS = tidak setujuSTS = sangat tidak setuju
A. Variabel X1: Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Pemilih
B. Variabel X2: Dorongan Pihak Lain/Luar
No Pernyataan SS S R TS STS
1. Praktek politik uang (money politic) dalam pemilumerupakan pelanggaran pidana pemilu yang dapatmencederai sistem demokrasi Indonesia.
2. Modus yang digunakan dalam praktek politik uang(money politic)adalah pemberian berupa uang, barang,jasa dan penggunaan sumber daya negara.
3. Kemungkinan paling kecil terjadinya praktek politikuang (money politic) adalah persaingan di wilayah yangsempit dengan jumlah kandidat yang banyak.
4. Aktor utama yang dominan melaksanakan praktekpolitik uang (money politic) adalah para kandidat caleg,tim sukses, dan aparat pemerintah.
5. Pasal 85ayat 1 dan pasal 301 Undang-undang Nomor 8Tahun 2012 tentang pemilu tidak membenarkan adanyapraktek politik uang (money politic) dalam pemilu.
No Pertanyaan/Pernyataan SS S R TS STS1. Lemahnya penegakan hukum terhadap perkara
pelanggaran pemilu menjadi faktor penyebab maraknyapraktek politik uang (money politic) pada pemilu.
2. Pemberian uang, barang atau janji sesuatu sebagaiiming-iming untuk menarik suara masyarakat selamakampanye merupakan hal yang wajar dan dibenarkanmenurut peraturan KPU.
3. Pembagian sembako dan pengobatan gratis kepadamasyarakat oleh pengurus partai politik dan petugaskampanye dapat mendorong masyarakat memilihkandidat yang diusung oleh partai politik bersangkutan.
4. Pemberian sumbangan dari konglomerat ataupengusaha bagi kepentingan partai politik dengankonsesi-konsesi ilegal dapat mempengaruhi masyarakatdalam menggunakan hak pilihnya.
5. Penggunaan wewenang dan fasilitas negara untukkepentingan partai politik tertentu dapat mempengaruhipartisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilu.
3
C. Variabel X3 : Motivasi Pencapaian Tujuan
D. Variabel Y: Partisipasi Pemilih dalam Pemilu
No Pertanyaan/Pernyataan SS S R TS STS1. Demi terlaksananya pemilihan yang jujur dan adil,
pemilih rela mengorbankan waktu kerjanya untukmelakukan pencoblosan pada pemilu.
2. Pemilih yang baik akan menggunakan hati nuraninyauntuk menjatuhkan pilihannya terhadap kandidattertentu yang menurutnya baik, walaupun tidak diberiimbalan uang, barang atau janji sesuatu.
3. Masyarakat pemilih umumnya menerima uangmeskipun ia tahu praktek politik uang (money politic)sebagai hal dilarang dalam pemilu.
4. Politik uang (money politik) berpengaruh signifikanterhadap perilaku pemilih dalam menentukanpilihannya.
5. Pemilih yang ada di pedesaan, dimana pendapatannyarendah dan karena ketidaktahuan berpotensi lebihrentan terhadap praktek politik uang (money politic).
No Pertanyaan/Pernyataan SS S R TS STS1. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya
berdemokrasi semakin meningkat denganditerapkannya praktek politik uang (money politic).
2. Tingkat partisipasi pemilih cenderung meningkat jikamasyarakat mengetahui adanya pemberian berupauang, barang, jasa dan penggunaan sumber dayanegara.
3. Persaingan antar pemilih dalam memberikan dukungankepada kandidat semakin ketat di wilayah yang sempitdengan jumlah kandidat yang banyak
4. Tingkat partisipasi pemilih sangat dipengaruhi olehadanya pemberian berupa uang, barang atau janjisesuatu dari para kandidat caleg, tim sukses, dan aparatpemerintah.
5. Tingkat partisipasi pemilih akan semakin menurun jikapemilih tahu pelanggaran terhadap laranganpenggunaan politik uang (money politic) dikenakanancaman pidana.
6. Lemahnya penegakan hukum terhadap perkarapelanggaran pemilu menyebabkan semakinmeningkatnya partisipasi pemilih dengan membenarkanpraktek politik uang (money politic)
7. Pemberian uang, barang atau janji sesuatu sebagaiiming-iming untuk menarik suara masyarakat selamakampanye mendorong semangat masyarakat dalamberpartisipasi pada pemilu.
8. Sekalipun pengurus partai politik dan petugaskampanye melakukan pembagian sembako danpengobatan gratis kepada masyarakat, pemilih tetapmemilih berdasarkan hati nuraninya.
4
9. Pemberian sumbangan dari konglomerat ataupengusaha bagi kepentingan partai politik dengankonsesi-konsesi ilegal dapat menyebabkan pemilihmenjatuhkan pilihannya pada kandidat yang diusungpartai bersangkutan
10. Masyarakat pemilih sangat tidak respon pemilu jikaditemukan kandidat dalam masa kampanyemenggunakan kekuasan, wewenang dan fasilitasnegara.
11. Sekalipun tenaga dan waktu dinilai sangat berharga,bagi pemilih yang taat aturan selalu hadir memberikansuarnya pada saat pencoblosan.
12. Jika tidak ada orang atau pihak tertentu yang memberiimbalan uang barang atau janji sesuatu, pemilih tidakakan menggunakan hak pilihnya pada pemilu.
13. Praktek politik uang (money politic) oleh masyarakatdianggap hal yang wajar, namun pemilih tetap menolakpemberian uang pada pemilu.
14. Politik uang (money politik) berpengaruh signifikanterhadap perilaku pemilih dalam menentukanpilihannya.
15. Pemilih di desa, yang pendapatannya rendah dan tidaktahu atuaran pemilu lebih bersemangat dalampemilihan jika ada iming-iming uang, barang atau janjisesuatu dari orang lain.