Download - Polikistik Hepar
PENYAKIT HATI POLIKISTIK
PENDAHULUAN
Istilah kista berasal dari bahasa Yunani “Kustis” yang berarti kantong yang
merupakan abnormalitas dalam pembentukan jaringan. Kista hepar merupakan suatu
spektrum yang secara umum diklasifikasikan mulai dari yang bersifat infeksius, kongenital,
neoplastik, hingga akibat trauma pada hepar yang masing-masing berbeda penangana,
komplikasi dan prognosisnya. Penyakit hati polikistik merupakan salah satu penyakit
fibrokistik yang bersifat herediter, dapat ditemukan berdiri sendiri atau bersamaan dengan
penyakit kistik lainnya. Penyakit hati polikistik terjadi karena kegagalan saluran empedu
intralobular berinvolusi. Saluran intralobular mengalami distorsi dan degenerasi menjadi
kista. Biasanya tidak dijumpai gangguan fungsi empedu.1,2
Penyakit hati polikistik ini merupakan kasus yang jarang, dan biasanya dikaitkan
dengan polikistik ginjal autosomal dominan. Sejumlah 50 % pasien dengan kista ginjal
mempunyai kista hati dan akan meningkat menjadi 75 % pada usia lebih dari 60 tahun. Pada
penyakit hati polikistik yang bersifat autosomal dominan tanpa adanya kista ginjal
disebabkan tidak ada lokus genetik yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya penyakit
ginjal polikistik. 1,3,4
PATOLOGI
Ukuran hati dapat normal atau membesar, letak kista dapat difus atau restriksi pada
satu lobus, biasanya pada lobus kiri. Ukuran kista bervariasi mulai sebesar kepala jarum
pentul sampai sebesar kepala bayi. Kista yang besar dapat mengalami rupture, biasanya
jarang lebih besar dari 10 cm. Kista ini dapat soliter ataupun multiple, dan biasanya tidak
berhubungan dengan saluran empedu. Komplikasi sering menjadi hemoragis atau mengalami
infeksi.1,4
GAMBARAN KLINIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul biasanya pada dekade 4
dan 5. Kista hati polikistik sering terjadi pada wanita. Kebanyakan kista hati simpel tidak
memperlihatkan gejala yang khas, bahkan sering ditemukan secara tidak sengaja pada waktu
pencitraan abdomen 4. Keadaan umum pasien baik, keluhan akibat adanya distensi abdomen
1
dan perut terasa penuh. Nyeri tekan epigastrium, nausea, flatulen dan kadang muntah. Nyeri
akibat adanya ruptur atau penekanan pada organ sekitar kista, keluhan yang timbul lebih
sering akibat penyakit ginjal polikistik. Hati dapat teraba membesar, kenyal dengan
permukaan bernodul.1,4
KOMPLIKASI
Dapat timbul komplikasi perdarahan atau ruptur, torsi, infeksi menjadi fibrosis hati,
saluran empedu dilatasi dan colangio carcinoma. Efek massa kista dan pembesaran hati yang
massif: distensi abdomen,sesak nafas, perut terasa penuh, heart burn, muntah, intake makanan
tidak adekuat, hernia dan prolap uteri serta inkontinensia. Obstruksi vena cava inferior,vena
porta dan vena hepatica. Obstruksi saluran empedu: ikterus.1
PENGOBATAN
Penderita penyakit hati polikistik dapat hidup normal, fungsi hati baik, prognosis
tergantung ditemukan kista ginjal secara bersamaan. Tindakan bedah jarang diperlukan.
Terapi intervensi dilakukan pada pasien dengan gejala atau komplikasi yang significan. Nyeri
dapat dikurangi dengan cara dekompresi pada kista dengan penuntun USG, tetapi cairan
dapat berulang. Kista yang besarnya mencapai 10 cm, jika simptomatis dapat dihilangkan.
Pada kista yang disebabkan pembesaran hati yang masif dapat dilakukan operasi (penetrasi
sampai ke kista) dengan atau tanpa reseksi hati sehingga dapat memperbaiki keluhan.
Penetrasi dapat dilakukan dengan menggunakan laparaskopi. Tindakan transplantasi hati
dapat dilakukan,tetapi kedua pendekatan tersebut mempunyai komplikasi. Infeksi pada kista
biasanya respon dengan tindakan drainase secara percutaneus dan diberikan antibiotik
lipophilik yang disekresi oleh epitel bilier seperti ciprofloksasin, norfloksasin, trimetropin.1,5
2
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien perempuan, usia 28 tahun, dirawat di bangsal Penyakit Dalam RSUP
dr. M. Djamil sejak tanggal 15 Maret 2013 dengan :
Keluhan Utama (Allo anamnesis)
Penurunan kesadaran sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Penurunan kesadaran sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Penurunan
kesadaran terjadi berangsur-angsur awalnya pasien lebih banyak tidur, pasien
mulai tidak bisa berkomunikasi seperti biasa lagi. Riwayat trauma kepala
sebelumnya tidak ada
Bengkak pada perut kanan atas sejak ± 9 bulan yang lalu, dan semakin
membengkak sejak 3 bulan ini. bengkak awalnya hanya sebesar telur bebek tetapi
saat ini bengkak telah sebesar kepala bayi. Nyeri pada bengkak ada sehingga
pasien hanya bisa terlentang saja.
Pasien sebelumnya telah dirawat di RS. M. Djamil dengan keluhan bengkak pada
perut kanan atas 3 bulan yang lalu dan telah dilakukan USG dan CT-Scan bagian
perut dengan hasil adanya kista di hati, sudah dianjurkan untuk dioperasi tetapi
pasien dan keluarga belum bersedia.
Berat badan dirasakan menurun ± 12 Kg sejak 3 bulan ini.
Perut terasa cepat penuh sejak 2 bulan ini. pasien merasa cepat kenyang bila diisi
makanan dan perut terasa menyesak ke atas
Buang air kecil berwarna seperti teh pekat kelihatan sejak ± 2 bulan sebelum
masuk rumah sakit.
Mata kuning sejak ± 1,5 bulan sebelum masuk rumah sakit dan mulai meningkat
sejak 1 bulan ini. Keluhan mata kuning ini diikuti oleh badan yang semakin
menguning.
Nafsu makan menurun sejak ± 20 hari sebelum masuk rumah sakit. Makan 3 kali
sehari hanya mau sampai kira-kira 4 sendok makan saja.
BAB hitam dirasakan sejak ± 5 hari sebelum masuk rumah sakit. BAB hitam dan
encer.
3
Gatal-gatal di seluruh tubuh tidak dirasakan pasien
Demam tidak dirasakan oleh pasien.
Batuk-batuk tidak ada, sesak nafas tidak ada
Riwayat Pemakaian Obat :
Pasien mengkonsumsi obat-obatan herbal sejak 3 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat operasi kista ovarium bersamaan dengan operasi melahirkan 6 bulan yang
lalu
Riwayat sakit kuning saat SD dan sudah dinyatakan sembuh
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini
Riwayat Pekerjaan, sosial ekonomi, kejiwaan, kebiasaan tumbuh kembang :
Os adalah seorang ibu rumah tangga dengan 1 orang anak berumur 6 bulan
PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran : Somnolen
Tekanan Darah: 100 / 60 mmHg
Nadi : 104 x / mnt, pengisian cukup, reguler (+)
Suhu : 36,5° C
Pernafasan : 22 x / mnt
Sianosis : (-)
Anemis : (+)
Keadaan umum : Buruk
Keadaan Gizi : sedang
Tinggi Badan : 160 cm
Berat badan : 42 kg
Indeks Masa tubuh : 15,62
Kesan : Underweight
4
Edema : (+)
Anemis : (+)
Ikterus : (+)
Kulit : Turgor kulit baik, ikterik (+)
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran KGB
Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (+/+)
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Tidak ada kelainan
Gigi & Mulut : Tidak ada Kelainan, caries (-).
Leher : JVP 5-2 CmH2O, Thyroid tidak membesar
Dada :
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri = kanan, statis dan dinamis, spider nevi (-)
Perkusi : fremitus sulit dinilai
Perkusi : sonor, batas peranjakan paru sulit dinilai
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi-/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba pada 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung kiri : pada 1 jari medial LMCS RIC V, kanan LSD,
5
atas : RIC II
Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama reguler , M1 > M2 P2 < A2 , bising (- ).
Perut :
Inspeksi : Tampak membesar asimetris, kolateral vein(+), bekas operasi (+)
Palpasi : Hepar teraba 10 jari BAC, 10 jari BPX, tumpul, rata, konsistensi
kenyal, nyeri tekan sulit dinilai, fluktuasi (+), Lien S0
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus ( + ) normal,
Punggung : Nyeri tekan & nyeri ketok CVA sulit dinilai
Alat Kelamin : tidak ada kelainan
Anus : Melena (+)
Anggota Gerak : Palmar eritema (+), Reflek Fisiologis +/+, Reflek Patologis -/-, Udem
(+), Flapping tremor sulit dinilai
LABORATORIUM : tanggal 15/03/2013
Darah
Hb : 5,6 gr/dL
Leukosit : 11.000 /mm3
HT : 17%
Trombosit : 179.000/mm3
LED : 129 mm/jam
Hitung jenis : 0/0/6/85/9/0
GDS : 81 mg/dl
APTT : 121,2 detik
PT : 44 detik
Kesan: Anemia berat, hipokoagulasi
6
Analisa Gas Darah:
pH : 7,45
PCO2 : 37 mmHg
PO2 : 148 mmHg
Na : 123 mmol/L
K : 3,2 mmol/L
HCO3 : 23,6 mmo/L
BE : 1,2
SO2 : 100 %
Kesan: Hiponatremia
Gambaran darah tepi :
Eritrosit : normokrom, anisositosis, polikromasi
Leukosit : kesan jumlah meningkat dengan neutrofilia shift to the right
Trombosit : kesan jumlah cukup
Urinalisa
Leukosit : 2-3/LPB
Eritrosit : 1-2/LPB
Silinder : (-)
Kristal : (-)
Epitel : gepeng
Protein : (-)
Glukosa : (-)
Bilirubin : (+++)
Urobilinogen : (+)
Feses :
Warna : hitam
Konsistensi : lunak
Darah : (-)
Lendir : (-)
Leukosit : 1-2/lp
Eritrosit : 0-1
Hasil USG (tanggal 21 Desember 2012): Kesan : Polikista hati
Hasil CT-Scan: Kesan: Kolestasis ekstra dan intra hepatal ec. Kista multipel di hepar
Daftar Masalah:
Prekoma hepatikum
Sirosis bilier
melena
Anemia
Hiponatremia
7
malnutrisi
Diagnosis kerja
Prekoma hepatikum ec. Sirosis bilier ec polikistik hepar
Kolestasis ekstra dan intrahepatal ec. Polikistik hepar
Melena ec. Pecah varises esofagus ec sirosis bilier
anemia berat normositik normokrom ec. Perdarahan akut
hiponatremia ec. Low intake
Diferensial diagnosis:
Penurunan kesadaran ec. hiponatremia
Terapi :
Istirahat / Pasang NGT/ puasa 8 jam, bila perdarahan (-) lanjut DH I/ 02 2L/’
IVFD Comafusin hepar: triofusin: NaCl 0,9% 1:2:1 8 jam /kolf
Drip ornisfar 4 amp dalam 500 cc NaCl 0,9% 24jam/kolf sampai pasien tidak
perkoma lagi
drip somatostatin 3000 mcg dalam 50 cc NaCl(dalam syringe pump) bolus 4 cc lanjut
drip dengan kecepatan 4,1 cc/jam(sampai melena berhenti)
inj. Transamin 3x1 amp
inj. Vitamin K 3x1 amp
sistenol 3x500mg (kapan Perlu)
Curcuma 3x1 tablet
Madofar 3x1
Lactulac syr 3xCII
Ciprofloxacin 2x500 mg
Koreksi NaCl 3% 12 jam/kolf(1 kolf)
Transfusi PRC s/d HB ≥ 8 g/dL
Pasang kateter/ balance cairan
Klisma pagi/sore
Pemeriksaan Anjuran:
8
DPL (MCV, MCH, MCHC, retikulosit)
Faal Hepar (SGOT, SGPT, Bil Total, Bil indirek, bil direk, alkali fosfatase, Gamma
GT, protein total, albumin/globulin)
Hepatitis marker
PT/APTT/INR
Protein Total, albumin, globulin
Faal ginjal (Ureum, kreatinin)
USG abdomen
FOLLOW UP :
16 Maret 2013
S: Penurunan kesadaran (+), BAB hitam (+), perdarahan NGT (+), demam (-), mata
kuning (+)
O: KU Kes TD ND NFS SH
buruk somnolen 100/60 120 x/’ 22x/’ 37,00C
Konsul konsultan gastroenterohepatologi
Kesan:
Prekoma hepatikum ec. Sirosis bilier ec. Kolestatik intra dan ekstra hepatal ec
polikistik hepar
Hematemesis melena ec. Sirosis bilier
Terapi :
Lanjutkan
Anjuran :
Konsul bedah untuk aspirasi kista hepar bila kondisi stabil
Konsul Konsultan Hematologi Onkologi Medik :
9
Kesan:
Anemia berat normositik normokrom ec perdarahan akut
Hipokoagulasi ec. Gangguan fungsi hepar
Terapi:
Transfusi PRC s/d HB > 8 g/dL
Transfusi FFP 250 cc
Inj. Vitamin K 3x1 amp
Atasi penyakit dasar
17 Maret 2013
S: Penurunan kesadaran (+), BAB hitam (+), perdarahan NGT (+)↓, demam (-), mata
kuning (+)
O: KU Kes TD ND NFS SH
buruk somnolen 100/60 120 x/’ 22x/’ 37,00C
LABORATORIUM : tanggal 17/03/2013
Darah
Hb : 8,3 gr/dL
HT : 24%
Trombosit : 203.000/mm3
APTT : 61,8 detik
PT : 16 detik
D-Dimer : 0,23
Kesan : hipokoagulasi perbaikan
18 Maret 2013
S: Penurunan kesadaran (+), BAB hitam (+), perdarahan NGT (-), demam (-), mata
kuning (+), Lemah tungkai dan tangan kanan
O: KU Kes TD ND NFS SH
10
buruk somnolen 100/70 88 x/’ 20x/’ 37,40C
Ekstremitas: lateralisasi ke kanan
LABORATORIUM : tanggal 18/03/2013
Eritrosit : 3.000.000/mm3
MCH : 28,0 pg
MCV : 88,3 fL
MCHC : 31,7 %
Retikulosit : 6,22 %
Protein total : 7,2 g/dl
Albumin : 1,9 g/dl
Globulin : 3,1 g/dl
SGOT : 307u/l
SGPT : 84 u/l
Gamma-GT : 280 u/l
Alkali fosfatase : 1863 u/l
Total bilirubin : 11,44 mg/dl
Bil direct : 10,36 mg/dl
Bil indirect : 1,08 mg/dl
Ureum : 16 mg/dl
Kreatinin : 0,3 mg/dl
HbsAG : (-)
Kesan: hipoalbuminemia, hiperbilirubinemia, peningkatan enzim hati
Sikap : Transfusi albumin 20 % 100 cc
Advis DPJP: hemiparese dekstra ec susp perdarahan intracerebral
Anjuran: CT-Scan kepala Cito
Hasil CT-Sca n kepala : Subdural fluid collection dengan epidural hematom
Sikap: Konsul Bedah saraf: Gambaran Subdural hematom lama, brain atropi, tidak ada
tindakan akut dibidang bedah saraf, konsul neurologi
Hasil Konsul Neurologi: Subdural fluid collection dengan epidural hematom + brain atrofi
Terapi:
11
IVFD RL 12 jam/kolf
Citicolin inj. 2x500 mg
Kalnex inj. 3x 500 mg
Terapi lain sesuai TS penyakit dalam
19 Maret 2013
S: penurunan kesadaran (+)↓, demam (-), mata kuning (+), BAB hitam (+), lemah
tungkai dan tangan kanan
O: KU Kes TD ND NFS SH
Sedang apatis 100/60 88 x/’ 22x/’ 36,80C
Darah
Hb : 8,0 gr/dL
Leukosit : 6,800 /mm3
HT : 24%
Trombosit : 155.000/mm3
APTT : 44,6 detik
PT : 13,9 detik
Kesan: Hipokoagulasi perbaikan
Hasil Konsul Bedah digestif: jika kondisi pasien stabil direncanakan laparotomi eksplorasi
untuk kista hepar, siapkan toleransi operasi di bagian interne
20 Maret 2013
S: penurunan kesadaran (+)↓, demam (-), mata kuning (+), BAB hitam (+)
O: KU Kes TD ND NFS SH
Sedang apatis 100/60 98 x/’ 24x/’ 36,70C
Mata : konjunktiva anemis (+/+), Sklera ikterik (+/+)
Laboratorium:
12
Natrium : 135 mmol/L
Kalium : 2,4 mmol/L
Klorida : 104 mmol/L
GDS : 125 mg/dL
Kesan: hipokalemia
Sikap: koreksi KCl 30 meq dalam 200 cc NaCl 0,9% habis dalam 4 jam
21 Maret 2013
S: pasien gelisah, demam (-), batuk (+), sesak nafas (+), BAB hitam (+)
O: KU Kes TD ND NFS SH
Sedang apatis 100/60 92 x/’ 24x/’ 370C
Analisa Gas Darah:
pH : 7,54
PCO2 : 35 mmHg
PO2 : 73 mmHg
Na : 138 mmol/L
K : 2,8 mmol/L
HCO3 : 29,9 mmo/L
BE : 7,4
SO2 : 96 %
Kesan: hipoksia, hipokalemia perbaikan
Sikap: O2 5L/’
KSR 2x1
24 Maret 2013
S: kesadaran mulai membaik, demam (-), batuk (+), sesak nafas (+), BAB hitam (+)
O KU Kes TD ND NFS SH
Sedang apatis 120/80 90 x/’ 24x/’ 37,30C13
Paru: bronkovesikular, ronkhi(+/+) basah halus nyaring di basal kedua paru
Kesan: Bronkoneumonia duplex (HAP)
Sikap:
kultur sputum
x-ray toraks
terapi:
inj. Ceftriaxon 1x2 gr/IV
cyprofloxacin inf 2x200 mg
ambroxol syr 3x 30 mg
27 Maret 2013
A/: kesadaran membaik, demam (-), batuk (+), sesak nafas (-), BAB hitam (-), lemah
tungkai dan tangan kanan berkurang
PF/ KU Kes TD ND NFS SH
Sedang CMC 110/70 90 x/’ 22x/’ 36,80C
Laboratorium:
Hb : 9,2 gr/dL
Leukosit : 5390 /mm3
HT : 29,2
Trombosit : 158.000/mm3
Protein total : 7,2 g/dl
Albumin : 2,3 g/dl
Globulin : 2,3 g/dl
SGOT : 40 u/l
SGPT : 11 u/l
Bil direct : 10,88 mg/dl
Bil indirect : 2,42 mg/dl
14
Natrium : 131 mmol/dL
Kalium : 3 mmol/dL
Ureum : 16 mg/dl
Kreatinin : 0,3 mg/dl
Kesan: Perbaikan fungsi hati, hipoalbuminemia
Sikap: koreksi albumin 20% 100 cc
Rencana: pindah ruang biasa
persiapan operasi
28 Maret 2013
A/: demam (+), batuk (+), sesak nafas (-), BAB hitam (-), lemah tungkai dan tangan kanan
berkurang
PF/ KU Kes TD ND NFS SH
Sedang CMC 110/70 82 x/’ 22x/’ 38,20C
Rencana: Rontgen toraks hari ini
Hasil rontgen toraks: bronkopneumonia
30 Maret 2013
A/: demam (+)↓, batuk (+), sesak nafas (-), BAB hitam (-), lemah tungkai dan tangan ↓
PF/ KU Kes TD ND NFS SH
Sedang CMC 120/70 82 x/’ 20x/’ 37,40C
Keluar hasil kultur sputum: Pseudomonas aeruginosa, resisten semua antibiotik, ceftazidime
kosong
Hasil kultur urin: E. Coli sensitif ceftazidime
Sikap: ganti antibiotik dengan ceftazidime
Konsul konsultan Pulmonologi:
Kesan : HAP
Terapi antibiotik lanjutkan ceftazidime
15
04 April 2013
A/: demam (+)↓, batuk (+)↓, sesak nafas (-), BAB hitam (-), lemah tungkai dan tangan ↓
PF/ KU Kes TD ND NFS SH
Sedang CMC 120/70 90 x/’ 20x/’ 37,40C
Laboratorium:
Hb : 10,3 gr/dL
Leukosit : 4900 /mm3
HT : 31%
Trombosit : 259.000/mm3
Protein total : 7,2 g/dl
Albumin : 2,6 g/dl
Globulin : 3 g/dl
Natrium : 133 mmol/dL
Kalium : 3,5 mmol/dL
Clorida : 101 mmol/L
Kesan: Hipoalbuminemia
Sikap:
koreksi albumin 20% 100 cc
persiapan operasi konsul bedah ulang
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien perempuan, 28 tahun, dengan diagnosa akhir :
16
Sirosis bilier ec. penyakit hati polikistik
Bronkopneumonia duplek (HAP)
Anemia berat normositik normokrom ec. Perdarahan akut (teratasi)
Epidural hematom dengan subdural fluid collection
Diagnosis kista hati ini didapatkan dari anamnesa bengkak pada perut kanan atas,
perut menyesak cepat penuh bila diisi makanan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyebutkan bahwa gejala kista hati yang paling sering ditemukan adalah rasa tidak nyaman
pada perut kanan atas. Hal ini terjadi karena adanya penekanan pada organ lain oleh kista.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya hepatomegali dengan permukaan yang rata,
konsistensi dan fluktuasi positif. Hal ini diperkuat dengan pemeriksaan USG serta CT Scan
Abdomen yang memberikan kesan suatu kista hati multipel.
Menurut kepustakaan, pemeriksaan radiologi yang diperlukan untuk mendiagnosa
kista hati adalah USG atau CT Scan. USG bersifat noninvasif, namun cukup sensitif dalam
mendiagnosis kista hepar. CT Scan juga sensitif dalam mendiagnosis kista hepar dan hasilnya
lebih mudah diinterpretasi dibanding USG
Pengobatan medikamentosa pada kista hati mempunyai manfaat yang terbatas, tidak
ada terapi konservatif yang ditemui berhasil untuk menangani kista hati secara tuntas. Nyeri
dapat dikurangi dengan cara melakukan dekompresi pada kista yang dilakukan dengan
tuntunan USG tetapi cairannya dapat timbul kembali. Tindakan aspirasi yang dikombinasikan
dengan menggunakan sklerosan seperti alkohol atau bahan sklerosan lain berhasil pada
sebagian pasien. Pada pasien ini direncanakan untuk dilakukan laparotomi eksplorasi dengan
insisi kista di bagian bedah.
Penatalaksanaan pada kista terutama ditujukan untuk mengatasi komplikasi yang
terjadi akibat pendesakan oleh kista. Pilihan terapi dapat dilakukan drainase dan skleroterapi
dengan ethanol, reseksi kista, atau transplantasi hati. Prognosis pada pasien ini baik karena
penyakitnya kista hati soliter dan tidak ditemukan kista di organ lain (ginjal, pankreas, paru).
Tetapi komplikasi yang telah terjadi yaitu sirosis bilier dapat memperburuk prognosis pasien.
Diagnosis HAP ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya batuk-batuk, sesak nafas.
HAP terjadi pada hari ke-9 pasien dirawat. Dari pemeriksaan fisik paru adanya suara nafas
17
bronkovesikuler, ronkhi basah halus nyaring di kedua basal paru. Hasil rontgen toraks
menunjukkan adanya gambaran pneumonia. Kultur sputum didapatkan adanya Pseudomonas
aeruginosa dan resisten semua antibiotik.
Pada pasien ini juga ditegakkan diagnosis anemia berat normositik normokrom ec.
Perdarahan akut karena hematemesis melena yang dialami saat pasien masuk. Dijumpai
adanya pucat, konjunctiva yang anemis. Gangguan koagulasi juga terjadi karena gangguan
fungsi hepar dimana dijumpai adanya peningkatan APTT/PT. Terapi transfusi darah dan
pemberian FFP telah diberikan pada pasien ini dan dijumpai adanya perbaikan dari anemia
dan gangguan koagulasi.
Masalah yang ada pada pasien ini yaitu pasien masuk dengan keadaan prekoma
hepatikum yang disebabkan oleh sirosis bilier karena adanya obstruksi dari kista hati.
Penyebab dari komplikasi pada pasien ini adalah pada saat perawatan pertama pasien tidak
mau dilakukan operasi pengangkatan kista, sehingga lama-kelamaan menyebabkan kolestasis
intra dan ekstra hepatal, dan beberapa komplikasi lainnya. Untuk itu dibutuhkan terapi
pengangkatan kista untuk membebaskan sumbatan yang disebabkan oleh kista tersebut.
Pasien ini direncanakan akan dilakukan laparotomi eksplorasi dengan eksisi kista di bagian
bedah digestif.
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Hakim, L. Zain. Penyakit Hati Polikistik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi Pertama.
Jayabadi, Jakarta, 2007 : 575 – 580
2. Newman, K.D. Treatment of Highly Symptomatic Polycystic Liver Disease. 1989
3. Qian Qi. Clinical Profile of Autosomal Dominant Polycystic Liver Disease dalam Buku
Hepatology, vol. 37, No.1, 2003 : 164 – 171
4. Bistritz Lana. Polycystic Liver Disease : Experienced at Traching Hospital in American
Journal of Gastroenterology. 2009.
5. Fenwick Stephen. Benign cycstic disease of the liver dalam buku Surcival Management of
Hepatobiliary and Pancreatic Disorder second Edition. Informa. UK, 2011-301-307
19