i
PERANAN SANGGAR ANAK
SEBAGAI ALTERNATIF PENDAMPINGAN IMAN ANAK
DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO
KABUPATEN SEMARANG
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
YUSTINUS TYASMANTO
NIM: 111124003
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada
Franciscus Xaverius Mulyata
Caecilia Tri Sandari
Agustinus Rahmanto
Ervyna Citra Dewi
Romo Patricius Hartono, Pr
Sanggar Anak Sadang, Sanggar Anak Pasbolo, Sanggar Anak Sodong,
Sanggar Anak Pelangi, Sanggar Anak Wawar, Sanggar Anak Bomas,
Sanggar Anak Krajan, Sanggar Anak Piningit
Paroki Santo Thomas Rasul Bedono
IPPAK – Universitas Sanata Dharma
sebagai keluarga besar yang selalu mendukung saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberikan kelegaan kepadamu”.
(Mat 11:28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi Peranan Sanggar Anak sebagai Alternatif Pendampingan
Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono dipilih berdasarkan pada
realitas dan keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan pendampingan iman anak
yang terjadi di zaman sekarang. Anak sebagai pribadi di zaman globalisasi ini
semakin menjadi anak yang semakin memiliki budaya yang serba mudah dan
konsumtif. Gereja ikut terlibat dalam mengupayakan pendidikan bagi iman anak
demi membangun pribadi anak yang beriman tangguh dan utuh. Pada umumnya
Gereja mengusahakan pembinaan iman bagi anak-anak dengan istilah Sekolah
Minggu atau Pendampingan Iman Anak (PIA) yang sering dilakukan di setiap
gereja satu minggu sekali. Pendampingan iman anak yang dilakukan hanya satu
minggu sekali tidak cukup untuk mengubah karakter anak yang kebanyakan
berbudaya konsumtif ke budaya kreatif, butuh waktu yang lebih untuk melakukan
sebuah perubahan. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi Gereja akan
generasi masa depan. Gereja perlu memperbarui karya pastoral bagi anak-anak.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, skripsi ini ditulis sebagai sebuah gagasan
atas peranan sebuah model pendampingan yaitu sanggar anak sebagai alternatif
pendampingan iman anak dalam membangkitkan kearifan lokal sebagai media
pendampingan iman di zaman modern.
Persoalan utama yang perlu dijawab dalam skripsi ini adalah apakah
sanggar anak dapat digunakan sebagai model pendampingan iman anak. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan studi pustaka untuk memperoleh
pengertian-pengertian ilmiah serta data yang sesuai dengan tema yang diangkat.
Deskripsi yang diperoleh berdasarkan studi pustaka tersebut digunakan sebagai
dasar gagasan-gagasan dan penguat argumen penulis dalam mengkaji peranan
sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas
Rasul Bedono Kabupaten Semarang. Untuk menunjang deskripsi tersebut,
disajikan pula analisis dan profil sanggar anak yang ada di Paroki Santo Thomas
Rasul Bedono. Setelah kajian pustaka penulis memberikan hasil penelitian. Jenis
penelitian yang dipilih oleh penulis adalah deskripsi analisis yang diambil dengan
kuesioner sebagai instrumennya.
Keseluruhan isi skripsi ini menunjukkan bahwa sanggar anak sejauh ini
telah berperan sebagai rumah atau tempat yang mengusahakan pelaksanaan
kegiatan dengan pendekatan non-kelas, memberikan kesempatan dan ruang bebas
kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dan menemukan hal-hal
baru. Peranan sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul sebagai alternatif
pendampingan iman anak dengan metode dan media pendampingan yang
konteksual. Iman diwartakan dan dikomunikasikan melalui kesenian tradisional,
kegiatan lahan pertanian organik, dan melalui alam yang ada di sekitarnya.
Peranan sanggar anak dalam kegiatan pengembangan iman dapat mencakup
berbagai segi, mulai dari segi liturgi, diakonia, pewartaan, koinonia, dan martyria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of the thesis The Roles of “Sanggar Anak” as an Alternative
Children Faith Mentoring in the Parish of St. Thomas Rasul Bedono is
chosen based on the realities and concerns of the author towards the
implementation of children faith mentoring nowadays. “Sanggar Anak” means a
small village hall for children activities. Child as a person in this globalization era
becomes a child who has culture which are completely easy and consumptive.
Christians are involved in pursuing education for children in order to build a
personal faith of children which are formidable devout and intact. In general,
Christians try the faith mentoring for children with the term of Sunday School or
Children Faith Mentoring (PIA) that is often done in every church once a week.
Children faith mentoring which is done only once a week is not enough to change
their character which is consumptive becomes creative. It takes more time to make
a change. It becomes a challenge for the Christians for its generations. The Church
needs to renew its pastoral method for children. Based on this concern, this thesis
is written as an idea of mentoring model’s role which is “Sanggar Anak” as an
alternative children faith mentoring in provoking the local wisdom as a faith
mentoring media in modern era.
The main issues that need to be answered in this thesis is whether
“Sanggar Anak” can be used as a model of faith mentoring for children. To
answer this question, it is important to do a literature study to get scientific
notions and data that are appropriate with the theme. The description obtained is
used as the basis for the ideas and strengthener arguments of the author in
assessing the role of “Sanggar Anak” toward children faith mentoring process in
the parish of St. Thomas Rasul Bedono, Semarang District. To support the
description, it is presented an analysis and profile of “Sanggar Anak” in the Parish
of St. Thomas Rasul Bedono. After reviewing of the literature, the author gives
the results of the study. The type of the research that is chosen by the author is the
analysis description which is taken from the questionnaires as its instrument.
The entire contents of this thesis shows that “Sanggar Anak” has a role as
a home or a place that provokes the activities of outside school approach. It is also
providing opportunities and free space for children to explore their surroundings
and find new things. The role of “Sanggar Anak” in the parish of Saint Thomas
Rasul is as an alternative of children faith mentoring with the contextual methods
and integration of media. Faith is proclaimed and communicated through
traditional arts, organic farming land activities, and through their surroundings.
The role of “Sanggar Anak” in the faith development activities can include
various aspects: liturgy, service, gospel proclamation, community building, and
martyrdom.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah atas segala berkat, rahmat, dan cinta-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. Kasih Allah yang begitu besar
selalu dirasakan oleh penulis dalam setiap langkah kehidupan dan dalam
penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “PERANAN SANGGAR ANAK
SEBAGAI ALTERNATIF PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI
SANTO THOMAS RASUL KABUPATEN SEMARANG” menjadi kesempatan
yang baik bagi perkembangan karya pastoral Gereja bagi anak-anak.
Melalui skripsi ini penulis bermaksud memberikan sumbangan pemikiran
untuk komunitas Sanggar Anak Paroki Santo Thomas Rasul Bedono sebagai
paguyuban iman yang berperan penting dalam hidup menggereja baik dari segi
liturgi, diakonia, martyria, dan koinonia.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Drs. Yoseph Ispuroyanto Iswarahadi, S.J., M.A., selaku dosen pembimbing
utama dan penguji I, yang dengan sabar, teliti, setia, dan penuh kasih
memberikan bimbingan bagi penulis mulai dari penyusunan dan
pertanggungjawaban skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.,J.,M.Ed selaku dosen pembimbing akademik,
penguji II dan Ketua Program Studi IPPAK-USD yang dengan sabar dan setia
membimbing penulis selama masa studi sampai pada skripsi dan telah
memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS, S. Ag, M. Si selaku dosen penguji III, yang telah
memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan bimbingan kepada penulis mulai dari
persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian sampai skripsi ini selesai.
4. Patricius Hartono, Pr., selaku Pastor Paroki Santo Thomas Rasul Bedono
yang telah memberikan tempat, dukungan, dan waktu bagi penulisan skripsi
ini.
5. Pendamping Sanggar Anak di Paroki Santo Thomas Rasul yang telah bekerja
sama dalam penulisan skripsi ini khususnya dalam penelitian skripsi.
6. Keluarga besar IPPAK-USD khususnya bagi angkatan 2011 yang saling
memberikan dukungan doa dan semangat bagi penulis.
7. Keluarga penulis, F.X. Mulyata, C. Tri Sandari sebagai ayah dan ibu,
Agustinus Rahmanto sebagai kakak yang selalu memberikan dukungan baik
secara spiritual, doa, dana, dan dukungan dalam bentuk apa pun.
8. Semua pihak yang terlibat dalam perkuliahan penulis yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa karya ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh
sebab itu dengan rendah hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERNYATAAN PUBLIKASI ILMIAH .............................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 6
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 6
E. Metode Penulisan ....................................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 8
BAB II PENDAMPINGAN IMAN ANAK DENGAN SANGGAR ANAK
DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO ............................. 10
A. Pendampingan .......................................................................................... 10
1. Pengertian Pendampingan .................................................................. 10
2. Ciri Khas Pendampingan ................................................................... 11
3. Tujuan Pendampingan Anak .............................................................. 12
B. Iman ......................................................................................................... 12
1. Pengertian Iman secara Umum .......................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Pengertian Iman Kristiani .................................................................. 14
a. Iman sebagai Jawaban Manusia atas Wahyu Allah ..................... 14
b. Iman sebagai Penyerahan Diri Manusia kepada Allah ................ 15
C. Pendampingan Iman Anak (PIA) ............................................................. 16
1. Sejarah Pendampingan Iman Anak (PIA) .......................................... 16
2. Kekhasan Dasar dan Tujuan Pendampingan Iman Anak (PIA) ......... 18
a. Kekhasan Pendampingan Iman Anak (PIA) ................................ 18
b. Dasar Pendampingan Iman Anak (PIA) ....................................... 19
c. Tujuan Pendampingan Iman Anak (PIA) ..................................... 23
3. Ciri Khas Pendampingan Iman Anak (PIA) ..................................... 24
a. Santai ............................................................................................ 24
b. Mendalam ..................................................................................... 26
4. Peserta Pendampingan Iman Anak (PIA) ......................................... 27
5. Spiritualitas Pendamping PIA ............................................................ 27
a. Kerendahan Hati........................................................................... 27
b. Beriman Dewasa .......................................................................... 28
c. Kristosentris ................................................................................. 28
d. Keterbukaan ................................................................................. 28
e. Kerjasama dan Saling Melengkapi............................................... 29
f. Mencintai Kitab Suci.................................................................... 29
g. Semangat Pelayanan dan Rela Berkorban.................................... 29
6. Macam-Macam Metode dalam PIA ................................................... 30
a. Metode Ekspresi ........................................................................... 30
b. Metode Populer ............................................................................ 30
c. Metode Dinamika Kelompok ....................................................... 31
d. Metode Diskusi ............................................................................ 31
e. Metode Eksploratif dan Simulatif ................................................ 31
f. Metode Naratif ............................................................................. 32
D. Sanggar Anak Bedono ............................................................................. 32
1. Arti, Latar Belakang, Dasar, Tujuan, Visi dan Misi
Sanggar Anak Bedono ....................................................................... 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
a. Arti Sanggar Anak........................................................................ 32
b. Latar Belakang Sanggar Anak Paroki Bedono............................. 33
c. Dasar Kegiatan Sanggar Anak Bedono ........................................ 33
d. Tujuan Sanggar Anak Bedono ..................................................... 35
e. Visi dan Misi Sanggar Anak Bedono ........................................... 36
2. Metode Pendampingan Sanggar Anak Bedono ................................. 37
3. Sanggar Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono ...................... 38
a. Sanggar Anak Sadang .................................................................. 38
b. Sanggar Anak Pelangi .................................................................. 41
c. Sanggar Anak Krajan ................................................................... 47
d. Sanggar Anak Paseduluran Bocah Losari (Pasbolo) .................... 49
e. Sanggar Anak Piningit ................................................................. 53
f. Sanggar Anak Sodong .................................................................. 54
g. Sanggar Anak Fransiskus, Ignatius dan Aloysius
(Fransyola)/
Sanggar Anak Wawar .................................................................. 61
h. Sanggar Anak Bocah Dlimas (Sanak Bomas) ............................. 62
4. Nilai-Nilai yang Diperjuangkan ......................................................... 63
a. Pengembangan Paguyuban Iman ................................................. 63
b. Toleransi Agama .......................................................................... 63
c. Ekologi ......................................................................................... 64
d. Penguatan Seni Budaya Lokal ..................................................... 65
e. Tanggung Jawab sebagai Anggota Gereja ................................... 65
f. Identitas Iman ............................................................................... 66
g. Fleksibilitas Sanggar .................................................................... 66
E. Sanggar Anak Bedono sebagai Alternatif Pendampingan Iman Anak ...... 67
BAB III. PERANAN SANGGAR ANAK SEBAGAI ALTERNATIF
PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI SANTO
THOMAS RASUL BEDONO .............................................................. 70
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 70
B. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 72
D. Metode Penelitian .................................................................................... 72
E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 73
F. Responden Penelitian ............................................................................... 73
G. Variabel Penelitian ................................................................................... 74
H. Hasil dan Pembahasan Penelitian ............................................................ 80
1. Identitas Responden ........................................................................... 80
2. Proses Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas
Rasul .................................................................................................. 82
3. Peranan Sanggar Anak sebagai Alternatif Pendampingan Iman
Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono .................................... 89
4. Faktor Pendukung dan Penghambat................................................. 105
I. Rangkuman Hasil Penelitian .................................................................. 112
J. Refleksi terhadap Hasil Penelitian ......................................................... 116
BAB IV.USULAN PROGRAM UNTUK PARA PENDAMPING
SANGGAR ANAK DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL
BEDONO TENTANG PENGGUNAAN SANGGAR ANAK
SEBAGAI ALTERNATIF PENDAMPINGAN IMAN ANAK ......... 122
A. Pengertian Program ............................................................................... 122
B. Latar Belakang Program ....................................................................... 122
C. Tujuan Program .................................................................................... 124
D. Usulan Program .................................................................................... 124
E. Bentuk Program .................................................................................... 126
F. Matriks Program ................................................................................... 127
G. Satuan Persiapan Program .................................................................... 131
1. Satuan Persiapan I ........................................................................... 131
2. Satuan Persiapan II .......................................................................... 138
3. Satuan Persiapan III ......................................................................... 146
4. Satuan Persiapan IV ......................................................................... 151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 158
A. Kesimpulan ........................................................................................... 158
B. Saran ...................................................................................................... 161
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 163
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Pelaksanaan Penelitian .............................. (1)
Lampiran 2: Materi Formasio Iman Berjenjang................................................... (2)
Lampiran 3: Materi Spiritualitas Pendamping Pendampingan Iman Anak ......... (5)
Lampiran 4: Materi tentang Pedoman Menyelenggarakan Pendampingan
Iman Anak Yang Mengacu dari Kitab Suci .................................... (8)
Lampiran 5: Permainan Tradisional sebagai Media Pendampingan Iman
Anak .............................................................................................. (13)
Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian ..................................................................... (29)
Lampiran 7: Oray-Orayan .................................................................................. (36)
Lampiran 8: Susunan Pengurus Sanggar Anak Pelangi ...................................... (37)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab
Deuterokanonika, Lembaga Biblika Indonesia, 2009.
B. Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Trandendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes
Paulus II kepada para Uskup, Klerus dan segenap umat
beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.
DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II
tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.
FC Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes
Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen dalam dunia
modern, 22 November 1981.
GE : Gravissium Educationis, Deklarasi Konsili Vatikan II
tentang Pendidikan Kristen, 18 November 1965.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici),
diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25
Januari 1983.
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II
tentang Gereja, tanggal 21 November 1964.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
BEDOSALUNG : Pertemuan OMK Paroki Bedono, Salatiga, dan Ungaran
BIA : Bina Iman Anak
BIAK : Bina Iman Anak Katolik
Fransyola : Sanggar Anak Fransiskus, Ignatius, dan Aloysisu
GMKA : Goa Maria Kerep Ambarawa
Gracia : Lingkungan Gregorius dan Cicilia
HUT RI : Hari Ulang Tahun Republik Indonesia
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KBP : Karya Bakti Paroki
Kokerma : Komisi Kerasulan Mahasiswa
OMK : Orang Muda Katolik
Pasbolo : Paseduluran Bocah Losari
PIA : Pendampingan Iman Anak
PIR : Pendampingan Iman Remaja
PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
PT : Perseroan Terbatas
SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia
Sanak : Sanggar Anak
Sanak Bomas : Sanggar Anak Bocah Dlimas
SAS : Sanggar Anak Sadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
St. : Santo atau Santa
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama dalam kurikulum pendidikan di Indonesia telah
mendapat bagian yang penting demi menghasilkan karakter religius bagi anak
didik sebagai penerus bangsa. Berbagai kurikulum dihasilkan demi perkembangan
karakter positif dan membangun manusia yang berkualitas. Seperti pada kata
pengantar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik II (2014: iii), beliau mengatakan jika agama
bukanlah soal mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, tetapi
mengetahui dan melakukannya seperti yang dikatakan dalam Yak. 2:26 “Sebab
seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian juga iman tanpa perbuatan adalah
mati”. Pendidikan formal juga mengupayakan dan mengambil peran penting
untuk menjadikan manusia Indonesia yang beriman dan berbudaya. Dalam
kerangka ini Gereja juga memberikan perwujudan dengan berbagai upaya untuk
ikut serta mendidik dan memperkembangkan iman bagi umatnya lewat kegiatan
menggereja, katekese, pastoral, dan berbagai kegiatan lainnya demi
perkembangan kualitas hidup umatnya. Dalam proses beriman Gereja khususnya
umat Keuskupan Agung Semarang mengambil langkah pendidikan iman bagi
anak-anak lewat kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA).
Upaya-upaya dari Lembaga Pendidikan Indonesia dan Gereja yang
dilakukan pada zaman ini semakin dikuasai oleh isu globalisasi yang ditandai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, yang membawa dampak
positif maupun negatif. Secara positif dampak perkembangan teknologi begitu
menguntungkan manusia di mana manusia dapat berkomunikasi, bekerja,
beraktivitas, dan mengembangkan persaudaraan semakin luas tanpa terhalang
ruang dan waktu. Tetapi globalisasi juga membawa manusia pada budaya
konsumerisme dan hedonisme. Menurut Mgr. Ignatius Suharyo (2009: 12),
“budaya konsumerisme atau masyarakat konsumtif adalah masyarakat yang
membeli secara berlebihan, bukan membeli hal-hal yang perlu saja untuk hidup
dan tidak pernah bisa mengatakan cukup”. Budaya ini juga berimbas kepada
kualitas hidup manusia dimana manusia tidak lagi mengembangkan kreativitas
hidupnya dan seringkali terjebak dengan ketergantungan kepada barang-barang
duniawi untuk mengejar hidup yang modern.
Budaya konsumtif yang terjadi di masyarakat luas tidak dapat terhindarkan.
Masyarakat khususnya dalam keluarga zaman sekarang semakin mengejar
ekonomi yang melimpah dan akhirnya seringkali harus mengorbankan
kebersamaan dengan anak-anak. Dengan memberikan fasilitas yang modern dan
menuruti kemauan anak orang tua merasa telah mendidik anaknya dengan baik.
Keprihatinan yang seringkali menimpa masyarakat luas adalah bahwa anak-
anak seringkali mendapat fasilitas media elektronik yang sebenarnya belum
mereka butuhkan, seperti halnya telepon genggam canggih, play station, laptop
dengan fasilitas mengakses internet, serta alat-alat permainan impor. Semua
fasilitas media elektronik itu tentu dapat mengubah karakter anak menjadi anak
yang merasa bisa hidup tanpa orang lain, dan lebih asyik untuk hidup sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Karakter ini akan membentuk anak-anak menjadi pribadi yang asosial. Ancaman
yang berdampak negatif lainnya yaitu bahwa anak-anak ikut dalam menghayati
ideologi konsumerisme yang akan mematikan kreativitas hidup anak karena
bergantung pada barang-barang hasil membeli dan merasa tidak bahagia jika tidak
mempunyai barang-barang yang diinginkannya. Kebahagiaan anak dengan mudah
dihancurkan oleh pengaruh media elektronik yang telah merasuki hidup anak yang
membuat ajaran tentang iman yang disampaikan oleh Gereja kepada mereka tidak
lagi diterima sebab hati dan kebahagiaan mereka tidak lagi tertuju pada Yesus
Kristus, melainkan pada pesona media elektronik yang menggerakkan hati mereka
(Babin, 1991: 29-30).
Hidup konsumtif menurut kacamata ekonomi, berarti masyarakat
dikendalikan dan dikontruksi secara sengaja supaya mengikuti perkembangan
ekonomi. Iklan sebagai salah satu contoh pembuat budaya konsumtif dan
membuat manusia seringkali kurang memperhatikan apa yang penting dalam
kebutuhan hidupnya, dan mengikuti iklan sebagai satu-satunya kebutuhan
hidupnya. Dilihat dari sisi psikologi, dengan adanya budaya konsumtif
masyarakat akan suka membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain,
keinginan untuk mendapatkan kompensasi, dan adanya kecenderungan untuk
memamerkan keberhasilan ekonominya sebagai bentuk kelayakan hidup. Secara
moral Kristiani budaya konsumtif telah mempersempit hidup yang bahagia karena
iman. Masyarakat menjadi lebih mementingkan dan mencari hidup dengan
kesenangan. Kegiatan pengembangan iman menjadi tidak membawa seseorang
pada kesenangan, tetapi lewat apa yang dibelanjakanlah manusia merasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
senang. Dengan memiliki segala-galanya, memperoleh segala-galanya atau
membeli segala-galanya manusia merasa kebahagiaannya telah tercapai
(Iswarahadi, 2013: 96).
Menurut Mgr. Ignatius Suharyo, (2009: 155), konsumerisme itu terbatas
pada kesenangan, bukan kebahagiaan. Kesenangan itu berciri sesaat, dan dalam
hal ini amat egois tanpa ada unsur sosial sedikit pun. Sementara kebahagiaan
mengandaikan relasi yang harmonis dengan Allah, sesama, dan alam ciptaan, dan
kebahagiaan itu lestari.
Gereja tidak boleh tinggal diam dengan keadaan ini. Dalam hal ini
Keuskupan Agung Semarang mencoba mengupayakan pemeliharaan hidup anak-
anak dengan mengembangkan komunitas atau paguyuban bagi anak-anak.
Paguyuban itu sering disebut Pendampingan Iman Anak atau Sekolah Minggu.
Tujuan dari kegiatan ini secara sederhana adalah untuk menjaga kebahagiaan
anak-anak, bukan untuk mencari kesenangan belaka. Anak-anak yang bahagia
adalah anak-anak yang beriman. Upaya ini sebagai kelanjutan dari hidup beriman
anak-anak setelah belajar di sekolah.
Akan tetapi jika perkembangan zaman yang semakin pesat dan budaya
konsumerisme semakin merajalela, PIA tentu tidak bisa dilakukan hanya setiap
hari Minggu. Perlu dilakukan pengembangan kegiatan PIA yang dapat mengubah
karakter anak-anak dari budaya konsumtif ke budaya kreatif. Cara pendampingan
iman untuk anak-anak pada zaman sekarang memerlukan pendekatan lain, bukan
dengan pengajaran, melainkan dengan cara partisipasi dan immersion
(penenggelaman atau pelibatan total pada kegiatan bersama dalam suasana yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menyenangkan) (Iswarahadi, 2013: 88). Gereja perlu mencari alternatif baru untuk
mendidik iman anak supaya tidak terancam dengan budaya global negatif.
Alternatif Pendampingan Iman Anak sejauh penulis temukan dalam
pengalaman Karya Bakti Paroki di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono selama 50
hari adalah Sanggar Anak Bedono. Tujuan dari sanggar anak ini sebagai usaha
melawan budaya-budaya negatif yang muncul setelah adanya globalisasi. sanggar
anak berarti tempat untuk berkegiatan bagi anak-anak. Dalam kerangka ini
sanggar anak menjadi gerakan dari umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono
sebagai upaya meningkatkan Pendampingan Iman Anak yang dirasa kurang jika
hanya dilakukan satu kali dalam seminggu.
Dari keprihatinan ini penulis mencoba mendalami alternatif pendampingan
iman anak yang relevan dan signifikan bagi Gereja. Dalam kesempatan penulisan
ini penulis hendak memaparkan “Peranan Sanggar Anak sebagai Alternatif
Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji lewat penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan “Sanggar Anak” dan urgensinya bagi
Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono?
2. Bagaimana peranan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak
di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Apa yang dapat dilakukan melalui sanggar anak sebagai alternatif
pendampingan iman anak?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan sanggar anak di Paroki Santo
Thomas Rasul Bedono.
2. Untuk mengetahui sejauh mana sanggar anak dapat menjadi alternatif
pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
3. Sebagai upaya mengembangkan sanggar anak sebagai alternatif
pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi anak:
a. Anak dapat semakin tergerak untuk mengikuti pendampingan iman anak
dalam sanggar.
b. Anak disadarkan jika sanggar mempunyai peran penting bagi perubahan
karakter hidupnya.
2. Bagi pendamping sanggar:
Semakin bersemangat dan kreatif dalam mengembangkan kegiatan sanggar
sebagai upaya mendewasakan pribadi anak yang beriman dan berkualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Bagi orang tua:
Sebagai dorongan semangat bagi orang tua supaya semakin aktif dalam
mendidik anak dan sebagai penyadaran jika peranan sanggar sangat penting
bagi kehidupan anaknya.
4. Bagi penulis:
Dapat mengetahui secara lebih mendalam bahwa sanggar anak mampu
berperan membawa anak mempunyai iman yang kokoh. Dengan penulisan ini
penulis semakin tersadarkan akan pentingnya alternatif pendampingan iman
yang kontekstual bagi Gereja.
5. Bagi Universitas Sanata Dharma:
Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma
dan sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut.
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang akan digunakan oleh penulis dalam skripsi adalah
deskripsi analisis. Deskripsi analisis adalah metode yang menggambarkan dan
menganalisis data yang diperoleh melalui studi pustaka dan diperkuat dengan
adanya penelitian. Dalam rangka mendapatkan data yang valid penulis akan terjun
langsung dalam kegiatan sanggar anak sebagai subyek penelitian.
Umar (1998: 81) mengutip pandangan dari Travers, yakni: “metode
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung
pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu”.
Penelitian deskriptif mempunyai ciri berhubungan dengan keadaan yang terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
saat ini, menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan
satu persatu, dan variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan
(treatment). Penelitian deskriptif pada umumnya menggunakan survei sebagai
metode pengumpulan data (Kountur, 2005: 105-106).
Pengumpulan data yang akan digunakan penulis adalah kuesioner
langsung. Kuesioner tersebut akan ditujukan bagi para pendamping, anak, dan
orang tua sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Menurut Sutrisno
Hadi, kuesioner langsung terjadi apabila pertanyaan dikirim langsung kepada
orang yang dimintai pendapat atau keyakinannya (2004: 178).
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini
adalah penelitian kuantitatif dan responden adalah subyek yang mengetahui proses
pendampingan iman anak dalam sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul
Bedono. Artinya apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar
dan dapat dipercaya (Sutrisno Hadi, 2004: 79).
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis menyusun karya ilmiah ini melalui beberapa
tahapan, yakni:
Bab I Penulisan Bab I berisi uraian tentang pendahuluan yang meliputi
latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Penulisan Bab II berisi paparan tentang pengertian pendampingan,
pengertian iman, Pendampingan Iman Anak (PIA) yang meliputi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dasar-dasar, sejarah, peserta, dan pendamping, metode PIA, selain
penguraian tentang PIA penulis juga memaparkan pengertian
sanggar anak, penulis akan memaparkan pula beberapa hal antara
lain meliputi pengertian sanggar anak, latar belakang sanggar anak,
tujuan sanggar anak, kekhasan sanggar anak, metode
pendampingan sanggar, berbagai kegiatan sanggar anak, dan
sanggar anak sebagai alternatif PIA.
Bab III Pada bab III penulis memaparkan metodologi penelitian yang
meliputi jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional variabel,
instrumen penelitian, teknik analisis data dan uji hipotesis. Hal ini
diperlukan supaya instrumen valid dan data yang didapat akurat
serta terpercaya.
Bab IV Pada bab IV penulis memaparkan usulan program bagi para
pendamping sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono
tentang penggunaan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan
iman anak yang meliputi pengertian program, latar belakang
program, tujuan program, usulan program, bentuk program,
matriks program, dan satuan persiapan program.
Bab V Penulisan pada Bab V berisikan kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
PENDAMPINGAN IMAN ANAK DENGAN SANGGAR ANAK
DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO
Bab II berisi paparan mengenai pengertian pendampingan, pengertian
iman, Pendampingan Iman Anak (PIA) yang meliputi dasar-dasar, sejarah,
peserta, dan pendamping, metode PIA, selain penguraian tentang PIA penulis juga
memaparkan pengertian sanggar anak. Penulis akan memaparkan pula beberapa
hal antara lain meliputi latar belakang Sanggar Anak Bedono, tujuan Sanggar
Anak Bedono, kekhasan Sanggar Anak Bedono, metode pendampingan sanggar
anak, nilai-nilai yang diperjuangkan oleh sanggar anak, berbagai kegiatan sanggar
anak, dan sanggar anak sebagai alternatif PIA.
A. Pendampingan
1. Pengertian Pendampingan
Menurut Aart van Beek (2001: 9) istilah pendampingan berasal dari kata
kerja “mendampingi”. Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang
lain yang karena suatu sebab perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan
“mendampingi” disebut sebagai “pendamping”. Antara yang didampingi dan
pendamping terjadi suatu interaksi sejajar dan atau relasi timbal balik. Pihak yang
paling bertanggung jawab (sejauh mungkin sesuai dengan kemampuan) adalah
pihak yang didampingi. Dengan demikian, istilah pendampingan memiliki arti
kegiatan kemitraan, bahu membahu, menemani, membagi/berbagi dengan tujuan
saling menumbuhkan dan mengutuhkan. Uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pendampingan merupakan proses kegiatan antara pendamping dengan
yang didampingi dan terjadi suatu interaksi sejajar dan atau relasi timbal balik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sebagai wujud dari kegiatan kemitraan, bahu membahu, menemani,
membagi/berbagi dengan tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan.
2. Ciri Khas Pendampingan
Ciri khas pendampingan terlihat dari bentuknya. Bentuk dari
pendampingan adalah informal. Mangunhardjana (1986: 48) menjelaskan bahwa
pendampingan itu dijalankan di luar jalur pendidikan formal. Jangkauan
pendampingan mencakup bidang pribadi, kerja sama, dan peran dalam
masyarakat. Segi-seginya meliputi pengetahuan, kecakapan, sikap, perbuatan dan
perilaku. Mangunhardjana juga menegaskan jika pendampingan lebih efektif dan
efisien untuk mencapai tujuannya daripada pendidikan jalur formal, karena
pendampingan menjadi pelengkap dari pendidikan formal, mulai dari materi dan
program, bentuk, metode, teknik dan sistem evaluasinya.
Dalam pendampingan terdiri dari pendamping dan yang didampingi.
Pendamping mempunyai ciri khas bahwa orang lain atau yang didampingi
merupakan pribadi yang bebas dan berdiri sendiri. Peserta pendampingan
bukanlah penerima yang pasif yang dapat menerima materi dan menelan mentah-
mentah apa yang diberikan oleh pendamping. Oleh karena itu pendamping harus
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan kekeluargaan, sehingga
tercipta kesejajaran antara pendamping dan peserta. Kesejajaran berarti tidak ada
atasan dan bawahan, sehingga terjadi kesetaraan, kerjasama, dan kebersamaan
yang harmonis antara pendamping dan yang didampingi. Pendamping merupakan
alat yang dapat menolong peserta dalam mengembangkan potensi mereka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sehingga orang lain tumbuh dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya
(Mayerof, 1993: 53).
3. Tujuan Pendampingan Anak
Pendampingan kaum muda bertujuan untuk membantu kaum muda
mendapatkan ilmu, pengetahuan, informasi, kecakapan, sikap, perbuatan,
perilaku, hidup memadahi dalam segi-segi pokok yang berhubungan dengan hidup
pribadi, kebersamaan dengan orang lain, dan peran mereka dalam masyarakat,
bangsa dan dunia (Mangunhardjana, 1986: 26).
Pendampingan pada dasarnya membantu seseorang untuk memperoleh
sesuatu yang positif atau meningkatkan kualitas pribadinya seperti 1) menambah
pengetahuan, 2) meningkatkan kecakapan, 3) peningkatan dalam segi sikap,
4) perilaku ke arah yang lebih baik, dan 5) meningkatkan kebersamaan dan relasi
dengan teman-teman yang mengikuti pendampingan. Kebersamaan dan relasi ini
akan membuat seseorang mudah bergaul dan tidak minder untuk berteman,
sehingga pada pergaulan yang lebih luas nanti mereka sudah tidak canggung lagi
(Mangunhardjana, 1986: 26-27).
B. Iman
1. Pengertian Iman Secara Umum
Menurut Amalorpavadas (1972: 17) iman adalah pertemuan pribadi yang
mendalam dengan Allah yang hidup, dimana manusia menyerahkan diri dengan
penuh cinta kepadaNya. Dengan demikian iman pertama-tama merupakan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
peristiwa hubungan atau perjumpaan secara pribadi antara manusia dengan Allah.
Jadi dapat dikatakan bahwa iman merupakan pertemuan pribadi yang mendalam
dengan Allah yang hidup dimana terjadi suatu penerimaan akan kehadiran Allah
dan penyerahan diri seutuhnya kepada kehendak Allah atas hidup kita.
Telaumbanua mengatakan bahwa seorang beriman adalah:
“Orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada
Allah, mempercayakan diri sungguh kepada Allah, menerima
bahwa Allah adalah kebenaran, menaruh sandaran kepada-
Nya dan bukan dirinya sendiri, dan dengan demikian menjadi
teguh dan benar oleh karena keteguhan dan kebenaran Allah”
(1999: 44).
Penulis dapat menyimpulkan bahwa beriman berarti menyerahkan diri
sepenuhnya kepada kehendak Allah dan menanggapi akan kasih Allah serta
menerima bahwa Allah adalah kebenaran. Dengan demikian beriman
membutuhkan sikap dari seseorang untuk mau menanggapi kehadiran Allah dan
menyerahkan dirinya secara penuh kepada Allah.
Simpulan dari penulis didukung dengan tulisan dalam Buku dan Referensi
Iman Katolik (KWI, 1996: 129), “Dalam iman manusia menyadari dan mengakui
bahwa Allah yang tak-terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba
terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman berarti jawaban atas panggilan Allah,
penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi juga”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2. Pengertian Iman Kristiani
Secara umum iman dimengerti sebagai jawaban manusia terhadap wahyu
Allah, dalam iman kristiani telah dinyatakan lewat pewahyuan Allah dalam diri
Yesus Kristus. Iman dalam pengertian Kristiani adalah sebagai berikut:
a. Iman sebagai Jawaban Manusia atas Wahyu Allah
Sejauh dilihat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan Diri
kepada manusia, wahyu merupakan pertemuan Allah dan manusia. Dilihat dari
pihak manusia yang menanggapi wahyu, manusia yang menanggapi wahyu dan
menyerahkan diri kepada Allah, iman adalah pertemuan yang sama.
Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia lewat perjalanan sejarah
melalui perantaraan para nabi. Setelah berkali-kali mengalami kegagalan,
akhirnya Allah mengutus Putra-Nya (Dei Verbum: art 4).
Beberapa uraian dari Kitab Suci, iman sebagai wahyu dijelaskan dalam
Surat Ibrani 1:2, “Pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan
perantaraan Dia yang adalah Anak-Nya”. Dalam diri Yesus pewahyuan Allah
mencapai puncak keakraban dan kedekatannya. Musa mengatakan, “Bangsa besar
manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepada-nya seperti Tuhan,
Allah kita, dekat pada kita setiap kali kita memanggil kepada-Nya?” (Ul. 4:7).
Surat Ibrani 10:1 mengatakan jika “dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan
saja dari keselamatan yang akan datang”. Kesempurnaan dan kepenuhan wahyu
datang dalam Yesus Kristus, yang tidak hanya “menyampaikan firman Allah”
(Yoh 3:34), tetapi adalah “Firman Allah” sendiri (Yoh. 1:1; Why. 19:3). Dalam
diri Yesus Allah memberikan diri secara penuh kepada manusia. Oleh sebab itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Yesus adalah wahyu Allah yang penuh dan menentukan (Iman Katolik, 1996:
127).
Penjelasan di atas menegaskan bahwa wahyu Allah terpenuhi dalam diri
Yesus Kristus. Umat Kristiani mengartikan bahwa menjawab wahyu Allah berarti
menjawab panggilan dari Yesus Kristus. Percaya kepada Yesus merupakan iman
yang utuh dalam sejarah keselamatan. Keselamatan itu tidak lain dari kesatuan
Allah dengan manusia dan terlaksana dengan sepenuhnya dalam diri Yesus
Kristus. Dalam Yohanes 14:9, Yesus mewahyukan diri-Nya dalam Allah bahwa
“Barang siapa melihat Aku, ia melihat Bapa”. Yesus adalah Bapa yang hidup dan
berkenan menjadi manusia.
Sikap yang harus dibangun manusia untuk menjawab wahyu Allah ialah
seperti ajaran Paulus tentang “ketaatan iman” (Rom. 1;5; 16:26). Tekanan ada
pada ketaatan iman secara penuh, sebab hanya iman seperti itu dapat menjadi
jawaban wajar terhadap wahyu Allah.
b. Iman sebagai Penyerahan Diri Manusia kepada Allah
Konsili Vatikan II menyatakan bahwa Allah mewahyukan diri-Nya kepada
manusia dengan maksud menampakkan dan membuka diri-Nya sendiri serta
kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia (DV: art 6). Karena cinta-Nya yang
begitu dalam akan umat manusia maka Allah mengutus putra-Nya yaitu Yesus
Kristus sebagai pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia.
Dalam Injil Yesus bersabda bahwa “Siapa yang percaya kepada Anak, ia beroleh
hidup yang kekal” (Yoh. 3:36). Oleh sebab itu komitmen manusia untuk percaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bahwa Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup merupakan bentuk penyerahan
diri yang memberikan banyak karunia dan keselamatan.
Manusia yang berkomitmen untuk dibabtis dan mengikuti iman Katolik
dengan sepenuh hati merupakan tindakan penyerahan diri manusia kepada Allah
yang harus senantiasa dipupuk sejak usia dini. Anak-anak adalah masa depan
Gereja. Jika mereka sudah mengenal Yesus sejak dini, pada saat dewasa nanti
mereka akan menjadi orang katolik yang militan untuk membangun dan
mengembangkan Gereja.
C. Pendampingan Iman Anak (PIA)
1. Sejarah Pendampingan Iman Anak (PIA)
PIA merupakan singkatan dari pendampingan iman anak yang juga biasa
disebut Sekolah Minggu. Kata “Sekolah Minggu” berasal dari bahasa Inggris
“Sunday School” (Sunday: Hari pertama dalam minggu, hari istirahat, dan hari
ibadah bagi orang Kristen; School: lembaga formal yang menangani pendidikan).
“Sunday School” merupakan suatu kegiatan yang dihadiri oleh anak-anak dan
pelaksanaannya berlangsung di gereja dengan tujuan untuk mengikuti pelajaran
agama (Pusat Kateketik, 2002: 12).
Sekolah Minggu pertama kali diadakan oleh Robet Raikes yang lahir di
Inggris pada tanggal 14 September 1735. Dalam kesehariannya Raikes suka
menolong orang-orang yang miskin dan orang di penjara. Ia mengupayakan dana
untuk menolong orang-orang yang ada di penjara agar mereka mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
peningkatan kondisi kesehatan, dan perlakuan lebih manusiawi. Dia juga
mengadakan pembinaan bagi para napi (Kadarmanto, 2005: 26).
Raikes melihat bahwa tindak kejahatan terjadi karena rendahnya
pendidikan. Saat itu sekolah yang tersedia hanya diperuntukkan bagi mereka yang
mempunyai dana besar untuk biaya sekolah. Anak-anak yang tidak berpendidikan
karena tidak mampu bersekolah akhirnya menjadi liar, bertindak semaunya, dan
melakukan tindakan kejahatan. Sedangkan orang tua harus bekerja selama 6 hari
dalam seminggu, dan hanya memiliki libur pada hari Minggu sehingga
pengawasan, perhatian, serta pendidikan bagi anak-anak kurang begitu
diperhatikan. Melihat kondisi yang terjadi, Raikes merasa prihatin dan mencoba
untuk mengumpulkan anak-anak miskin khususnya mereka yang tidak bersekolah
pada hari Minggu. Raikes mengumpulkan anak-anak di gereja dan mengajarkan
kepada mereka berbagai hal, salah satunya adalah pelajaran agama selain itu
Raikes juga mengajarkan anak-anak untuk menulis dan membaca. Dengan apa
yang dilakukan oleh Raikes, banyak orang tertarik dan mendukung usahanya.
Selain itu Raikes juga menggunakan rumahnya sebagai tempat belajar dan Raikes
juga mencari seorang guru wanita untuk mengajar anak-anak itu pada hari
Minggu. Sekolah Minggu terus berjalan dan tiga tahun kemudian di berbagai
tempat juga diadakan Sekolah Minggu lain dengan model yang sama seperti
dilakukan oleh Raikes. Bertahun-tahun kemudian kegiatan ini berkembang
menjadi sekolah yang dilakukan setiap hari dengan cuma-cuma bagi anak-anak
miskin (Kadarmanto, 2005: 26-27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Bertolak dari pengalaman tersebut, Gereja Katolik juga terlibat
mengembangkan pelayanan iman bagi anak-anak. Pelayanan iman yang dikenal
juga bernama Sekolah Minggu. Tahun 1972 dikembangkan lebih lanjut dengan
pertemuan rutin sekelompok anak-anak, dengan kegiatan berdoa, bernyanyi, dan
bermain bersama.
Istilah yang dipakai di berbagai keuskupan dan paroki pun berbeda-beda,
ada yang mengistilahkan Sekolah Minggu, Pendampingan Iman Anak (PIA), Bina
Iman Anak (BIA), Bina Iman Anak Katolik (BIAK) dan sebagainya (Prasetya,
2008: 7). Dalam penulisan ini Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mengistilahkan
pendampingan iman bagi anak-anak dengan sebuatan Sanggar Anak.
2. Kekhasan Dasar dan Tujuan Pendampingan Iman Anak (PIA)
a. Kekhasan Pendampingan Iman Anak (PIA)
Pendampingan Iman Anak (PIA) adalah salah satu bentuk pendampingan
yang dilakukan untuk membimbing dan mengembangkan hidup anak, terutama
dalam iman. Anak-anak yang mengikuti kegiatan PIA pada umumnya berusia
antara 5-13 tahun, dan diikuti oleh anak-anak beragama Katolik baik yang sudah
maupun belum dibabtis. Pelaksanaan Pendampingan Iman Anak biasanya
dilaksanakan pada hari Minggu. Ini dikarenakan pada hari Minggu sekolah libur
dan anak-anak bisa mengikuti kegiatan PIA secara lebih efektif. Lama waktu
pendampingan biasanya antara satu sampai dua jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b. Dasar Pendampingan Iman Anak (PIA)
Pendampingan Iman Anak (PIA) adalah suatu bentuk usaha untuk
membantu mengembangkan iman anak melalui pendampingan informal. Keluarga
merupakan tempat pertama dan utama dalam pengembangan iman anak. Dalam
“Gereja Keluarga” anak mendapatkan pewartaan iman awal dan mengembangkan
panggilan rohani mereka (bdk. LG 11). Bahkan dalam keluarga itu bukan hanya
orang tua yang bertugas mewartakan Injil kepada anaknya, tetapi orang tua pun
mendapat pewartaan dalam anak (Nota Pastoral, 2008: 36). Tidak dapat
dipungkiri bahwa zaman yang semakin maju membuat keluarga harus memenuhi
tuntutan ekonomi dan memaksa orang tua harus bekerja lebih keras. Akibatnya
anak menjadi kurang terdampingi. Hal ini diperkuat oleh survei yang dilakukan
oleh Keuskupan Agung Semarang tahun 2005 bahwa banyak orang tua
menghabiskan waktunya untuk bekerja sehingga anak kurang terdampingi.
Gereja melihat bahwa kehidupan kaum muda dan anak-anak sangat
memprihatinkan. Hal ini mendorong Gereja membentuk kelompok untuk
memberikan pendampingan iman bagi anak-anak, sehingga iman dalam diri anak-
anak semakin diperkuat. Pendampingan ini sangat menentukan kehidupan anak di
masa depan, baik yang menyangkut kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kehidupan beriman, maupun panggilan hidupnya.
Berikut adalah dasar-dasar pentingnya pendampingan bagi anak-anak
sebagai upaya menganalisis pentingnya peran orang tua terhadap pendampingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1) Dasar Kitab Suci
Yesus mengajar semua orang dengan mengatakan bahwa anak-anak adalah
gambaran dari Kerajaan Surga. Yesus secara tegas memberikan pandangan-Nya
mengenai anak-anak dan anak-anak harusnya diberikan kesempatan untuk selalu
dekat dengan Tuhan. Perikop dalam Injil Lukas 18:15-17 mengatakan,
“Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil
kepada Yesus, supaya ia menjamah mereka. Melihat itu murid-
murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus memanggil
mereka dan berkata: “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku,
dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang
yang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah. Aku berkata
kepadamu: sesungguhnya barang siapa tidak menyambut kerajaan
Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya”
Sabda Yesus ini menunjukkan bahwa anak-anak mendapat tempat di hati
Yesus. Anak-anak tidak hanya diundang untuk datang kepada Yesus, tetapi
bahkan dijadikan model bagi mereka yang menanggapi pewartaan Yesus. Teks
tersebut juga menjadi dasar ajaran Yesus untuk anak-anak. Yesus sangat
menekankan bahwa semua murid-Nya wajib untuk memberikan jalan dan
petunjuk yang benar bagi anak-anak.
Dalam teks yang lain Tuhan Yesus juga menerima lima roti dan dua ikan
dari seorang anak (Yoh. 6:1-15). Anak-anak adalah pribadi yang mempunyai hati
untuk berbagi secara tulus. Dengan pendampingan yang maksimal keutuhan
pribadinya juga akan maksimal. Jika anak-anak selalu dilatih sejak dini pasti anak
“makin bertambah besar dan bertambah hikmat dan besar, dan makin dikasihi
oleh Allah dan manusia” (Luk. 2:52).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2) Dasar Dokumen Gereja
Konsili Vatikan II khususnya dalam Deklarasi tentang Pendidikan
Kristiani menyatakan bahwa para orang tua mengemban tugas mulia untuk
mendidik putra-putri mereka, termasuk pendidikan iman, dan mereka sendiri
adalah pendidik pertama dan utama bagi putra-putri mereka. Diakui pula bahwa
tugas ini membutuhkan bantuan masyarakat dan jemaat beriman. Di samping
orang tua, orang lain pun dapat menolongnya, demikian pula Gereja. Deklarasi
tentang Pendidikan Iman Kristiani, artikel 3 menyatakan bahwa tugas mendidik
juga ada pada Gereja, bukan saja karena Gereja dianggap oleh masyarakat sebagai
instansi (kelompok) yang mampu mendidik, akan tetapi bahwa Gereja wajib
mewartakan jalan keselamatan bagi semua orang, sehingga makin
memperkenalkan Kristus kepada semua orang (GE: art 3).
Saatnya kemampuan kanak-kanak ditampung ke dalam hubungan yang
hidup dengan Allah. Itu adalah karya yang sangat penting. Oleh karena itu karya
itu memerlukan kasih yang besar dan sikap hormat yang mendalam terhadap
anak-anak yang berhak atas penyajian iman Kristen yang sederhana sekali dan
benar (Catechesi Tradendae art 36).
Dokumen Catechesi Tradendae di atas menegaskan bahwa pendidikan
iman bagi anak sangatlah penting. Pendidikan iman bagi anak perlu dilakukan
supaya anak mampu mengenal dan menghidupi Allah sejak dini. Penyajian
pendampingan iman untuk anak-anak haruslah dengan bahasa yang sederhana dan
benar. Hal ini dimaksudkan supaya anak mudah menangkap makna dari ajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Iman Kristiani. Penyajian iman secara konkrit perlu diusahakan di dalam kegiatan
pendampingan.
3) Dasar Teologis
Pendampingan Iman Anak (PIA) juga didasarkan pada ajaran-ajaran Gereja
yang mendasari iman kristiani. Secara dogmatis iman kristiani mengakui bahwa
beriman merupakan hubungan pribadi dengan Allah. Relasi pribadi tersebut
merupakan tanggapan manusia terhadap Wahyu Allah yang telah dilaksanakan
oleh Allah sendiri lewat sejarah. Karya pewahyuan Allah ini diwujudnyatakan
melalui pribadi Yesus yang menjelma sebagai manusia sebagai pemenuhan janji
Allah kepada umat-Nya (Dei Verbum: art 4).
4) Dasar Psikologis
Pendidikan anak-anak di segala bidang kehidupan, khususnya pendidikan
iman, sebaiknya dilakukan sejak dini. Hal ini sangat penting dan mendesak untuk
dipikirkan dan dilakukan. Pendidikan iman sejak usia dini ini sangat menentukan
keberadaan dan kehidupan anak-anak di masa depan, baik yang menyangkut
kepribadian hidupnya, kehidupan sosial, kehidupan beriman, maupun panggilan
hidupnya (Prasetya, 2008: 17).
Uraian Prasetya menjadi simpulan bagi penulis bahwa pendidikan iman
sejak usia dini sangat penting dan mendesak untuk diperhatikan dan dilakukan
baik oleh Gereja maupun orang tua, karena berkaitan erat dengan kepribadian
anak di masa depan. Dengan pendidikan iman usia dini anak-anak akan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pribadi yang utuh dan tangguh menghadapi aneka tantangan kehidupan sehari-
hari. Mereka akan mempunyai iman yang mendalam untuk mencintai Yesus
Kristus dan Gereja-Nya.
c. Tujuan Pendampingan Iman Anak (PIA)
Orang Kristiani yang telah dilahirkan kembali dari air dan roh adalah putra-
putri Allah. Oleh karena itu mereka berhak menerima pendidikan Kristiani.
Pendidikan Kristiani bertujuan untuk mematangkan pribadi manusia, yaitu
menjadi manusia sempurna sesuai dengan kepenuhan Kristus (bdk. Ef. 4:13).
Konsili Vatikan II juga mengingatkan agar semua orang beriman memperoleh
pendidikan Kristiani, terutama anak muda yang merupakan harapan Gereja
(Sugiarti, 1999: 17).
Sudah sewajarnya bahwa manusia menyadari tugas mereka dalam
mendidik putra-putri mereka. Keluarga Kristiani perlu menciptakan keluarga yang
dijiwai cinta kasih terhadap Allah dan sesama, menciptakan suasana supaya setiap
anggota keluarga menyembah Allah sesuai iman yang diterima pada waktu
pembaptisan (bdk. Yoh. 4:23). Dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani
Konsili Vatikan II menegaskan bahwa para orang tua mengemban tugas mulia
untuk mendidik putra-putri mereka, termasuk dalam pendidikan iman sesuai yang
diucapkan dalam janji perkawinan, karena orang tua adalah pendidik pertama dan
utama bagi putra-putri mereka. Diakui bahwa orang tua membutuhkan bantuan
orang lain untuk mendidik anak-anak mereka. Demikian juga Gereja. Deklarasi
tentang Pendidikan Iman Kristiani artikel 3 menyatakan, bahwa tugas mendidik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
juga ada pada Gereja, karena Gereja wajib menuturkan jalan keselamatan bagi
semua orang, dan makin memperkenalkan Yesus sebagai jalan kebenaran dan
hidup kepada semua orang. Menanggapi hal ini kegiatan Pendampingan Iman
Anak (PIA) ingin membantu orang tua kristiani dalam usaha mendampingi anak-
anak yang sedang berkembang menuju masa remaja, di dalam iman dan di dalam
kepribadian mereka (Sugiarti, 1999: 17).
3. Ciri Khas Pendampingan Iman Anak (PIA)
Kegiatan Pendampingan Iman Anak memiliki ciri-ciri yang berbeda dari
sekolah formal. Perbedaan ini lebih pada suasana yang diciptakan dalam kegiatan
Pendampingan Iman Anak (PIA). Suasana yang dimaksud adalah santai namun
mendalam.
a. Santai
1) Gembira
Suasana gembira melekat pada sifat anak-anak bila mereka berkumpul. Di
mana anak-anak berkumpul di situlah kegembiraan muncul. Pendampingan Iman
Anak (PIA) perlu menyenangkan, menggembirakan, menarik, sehingga anak-anak
merasa krasan dan selalu ingin berkumpul lagi dengan teman-temannya dalam
suasana yang menggembirakan. Oleh karena itu pendamping perlu berusaha
supaya pendampingan menjadi menarik dan tidak membosankan. Tindakan
membangun suasana gembira dapat dilakukan dengan mengajak anak-anak untuk
menyanyi bersama, bermain bersama, mendengarkan cerita, berdoa bersama, dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Dengan demikian PIA menjadi semakin menggembirakan dan warta gembira
Yesus Kristus semakin tersampaikan dalam kegiatan PIA (Sugiarti, 1999: 19).
2) Bebas
Kebebasan merupakan unsur terpenting untuk beriman. Oleh karena itu
suasana yang membebaskan perlu diterapkan dalam Pendampingan Iman Anak
(PIA). Unsur keterpaksaan perlu dibuang jauh-jauh. Jika di sekolah anak-anak
selalu merasa diabsen dan dituntut untuk selalu datang ke sekolah, dalam PIA
anak-anak perlu merasa bahwa kehadiran mereka tidak terpaksa (karena diabsen
atau takut dihukum), melainkan karena mereka dengan senang hati hadir dalam
PIA tersebut. Dengan suasana demikian anak dijauhkan dari suasana gelisah
karena takut akan ujian, absensi, dan nilai. Memang hal tersebut ada maknanya
sendiri dalam lingkup sekolah, namun di dalam kelompok PIA bukan pada
tempatnya. Pengikat pada kelompok PIA hendaknya adalah suasana yang
menyenangkan, simpatiknya pembina, dan suasana kebebasan yang dapat
dirasakan (Sugiarti, 1999: 19).
3) Bermain
Pertemuan – pertemuan di dalam kelompok Pendampingan Iman Anak
(PIA) tentu perlu memperhatikan unsur bermain. Anak umur 4-10 tahun senang
sekali bermain-main. Kehidupan mereka tidak dapat dipisahkan dari bermain.
Bermain merupakan aktivitas yang mendatangkan rasa puas, dengan kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
bermain kreativitas juga berkembang, sosialisasi meningkat, dan wawasan
menjadi lebih luas (Sugiarti, 1999: 19).
b. Mendalam
1) Berpola pada Yesus Kristus
Yesus Kristus merupakan pusat kehidupan bagi orang Kristiani. Oleh
karena itu dalam usaha pembinaan iman dan pengembangan iman harus
senantiasa berpusat pada Yesus Kristus. Bisa diartikan bahwa pendampingan iman
anak dilaksanakan atas dasar Yesus Kristus dan mengajak semua anak yang
didampingi untuk semakin beriman kepada-Nya (Pusat Kateketik, 2002: 16).
2) Menjemaat
Dalam kegiatan pendampingan PIA anak-anak dilatih untuk belajar dan
saling berkomunikasi dengan teman-temannya. Dengan kebiasaan yang demikian,
anak terbiasa hidup bersama dengan jemaat. Pengalaman ini diharapkan dapat
menumbuhkan minat mereka terhadap lingkungan Gereja dan masyarakat di mana
seorang anak tinggal (Pusat Kateketik, 2002: 16).
3) Terbuka
Kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) berusaha untuk menciptakan
suasana keterbukaan bagi peserta PIA. Keterbukaan dalam PIA nampak dari
situasi pesertanya. PIA tidak hanya terbatas pada anak yang sudah dibaptis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
melainkan terbuka bagi anak-anak yang belum dibaptis pula (Pusat Kateketik,
2002: 16).
4. Peserta Pendampingan Iman Anak (PIA)
Menurut Sugiarti (1999: 22) peserta Pendampingan Iman Anak (PIA)
biasanya adalah anak-anak berumur 5-13 tahun, atau seusia anak TK sampai
dengan kelas II SLTP. Pada dasarnya mereka sudah dianggap matang untuk
bersekolah dan bergaul bersama teman-temannya. Dalam pendampingan seorang
pendamping dituntut untuk dapat memahami anak dengan baik, agar
pendampingan dapat berjalan secara maksimal, sehingga anak-anak dapat
memperoleh manfaat yang maksimal atas pendampingan tersebut.
5. Spiritualitas Pendamping PIA
Tentu saja sebagai seorang pendamping PIA, terlebih dahulu pendamping
harus menguasai spiritualitas pendamping PIA agar pendampingan menjadi
semakin maksimal. Spiritualitas Pendampingan Iman Anak (PIA) adalah sebagai
berikut:
a. Kerendahan Hati
Kerendahan hati atau dengan kata lain merasul dalam arti bahwa
sebagai pendamping PIA hendaknya memiliki sikap rendah hati di hadapan anak-
anak, tidak bersikap menggurui atau menguasai, tetapi bersikap seperti teladan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Yesus Kristus yang berkenan menghidupkan, membebaskan dan menyelamatkan
manusia (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).
b. Beriman Dewasa
Beriman dewasa artinya memiliki keyakinan mendalam akan cinta
kasih Allah yang menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus, dan mampu
menghayati imannya dalam situasi apa pun juga serta mampu memberikan seluruh
hidupnya demi keselamatan orang banyak (Prasetya, 2008: 27).
c. Kristosentris
Kristosentris artinya seluruh hidup berpusat pada Yesus Kristus,
seorang pendamping hendaknya terus menerus menimba kekuatan inspirasi dan
nilai-nilai hidup Kristus untuk ditularkan pada anak-anak yang didampingi
(Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).
d. Keterbukaan
Pendamping mampu menciptakan hubungan yang akrab dengan anak-
anaknya, mampu memahami situasi masing-masing anak dan kehidupan mereka.
Dalam mewartakan Kabar Gembira pendamping PIA diharapkan menyadari
sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah Roh Kudus hadir
dan berkarya tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga dalam diri anak-anak
dampingan (Prasetya, 2008: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
e. Kerjasama dan Saling Melengkapi
Pendamping hendaknya mau dan mampu menjalin kerjasama dengan
orang lain (sesama pendamping) agar dapat saling melengkapi dalam usaha
mencapai tujuan yang diharapkan oleh Gereja (Panduan Calon Pendamping PIA,
2003: 28).
f. Mencintai Kitab Suci
Seorang pendamping PIA hendaknya akrab dengan Kitab Suci. Dengan
membaca, merenungkan, dan menggali Sabda Allah terus menerus diharapkan
pengalaman iman dalam Kitab Suci sungguh mempengaruhi hidup pendamping
dalam mendampingi hidup anak-anak, sehingga pendamping tidak hanya sekadar
membagi pengetahuan tentang Kitab Suci tetapi juga menjiwai Kitab Suci tersebut
(Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).
g. Semangat Pelayanan dan Rela Berkorban
Pendamping PIA hendaknya memiliki semangat pelayanan di mana
dengan semangat mau datang kepada anak-anak, tidak menunggu anak-anak yang
datang kepada pendamping. Sebagai pendamping diharapkan mampu
mengembangkan sikap dan semangat rela berkorban demi kepentingan anak-anak
dampingannya. Pengorbanan itu antara lain meliputi waktu, tenaga, pikiran, harta,
kepentingan pribadi dan keluarga, dan sebagainya. Pengorbanan ini hendaknya
didasarkan pada kesungguhan hati dan ketulusan hati, tanpa pamrih apa pun,
karena mencintai tugas perutusannya (Prasetya, 2008: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
6. Macam-Macam Metode dalam PIA
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (KBBI, 2001). Macam-
macam metode yang ditawarkan dalam Pendampingan Iman Anak antara lain
metode ekspresi, metode populer, metode dinamika kelompok, metode diskusi,
metode eksploratif dan simulatif, dan metode naratif (Prasetya, 2008: 45).
a. Metode Ekspresi
Metode ini digunakan untuk mengajak anak-anak mengekspresikan ide
yang telah diterima dalam satu atau dua pertemuan, baik secara individual
maupun kelompok. Ekspresinya dapat berupa gerak, irama, gambar, dan puisi.
Ekspresi gerak antara lain: anak-anak diminta untuk mengekspresikan idenya
dengan gerak mencipta bentuk, baik bersifat diam (statis), bergerak (dinamis),
maupun gerak indah dengan tari. Ekspresi irama antara lain: anak-anak diminta
untuk mengekspresikan idenya dengan mencipta bunyi-bunyian, mengubah syair
lagu. Ekspresi gambar antara lain: anak-anak diminta untuk mengekspresikan
gagasan atau idenya dengan membuat gambar, mencari gambar, dan sebagainya.
Ekspresi puisi antara lain: anak-anak diminta untuk mengekspresikan gagasannya
dengan membuat dan membacakan puisi (Prasetya, 2008: 45).
b. Metode Populer
Metode populer digunakan untuk mengajak anak-anak mendalami materi
dan proses pendampingan dengan aneka teknik dan model yang populer, diminati,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dan dekat dengan hidupnya seperti acara televisi, baik talk show maupun
permainan dengan kuis, gambar, dan lagu yang populer, dengan menggunakan
sarana audio visual. (Prasetya, 2008: 46).
c. Metode Dinamika Kelompok
Metode ini digunakan untuk mengajak anak-anak mendalami materi dan
proses pendampingan dalam bentuk outbond dan aneka permainan yang
menghibur namun mendidik (Prasetya, 2008: 46).
d. Metode Diskusi
Diskusi merupakan salah satu metode sebagai pengembangan keberanian
anak-anak dalam mengungkapkan pendapatnya. Metode ini digunakan untuk
mengajak anak-anak berinteraksi antara dua atau lebih individu yang terlibat,
saling bertukar pengalaman, informasi, dan kerjasama dalam memecahkan
masalah.
e. Metode Eksploratif dan Simulatif
Metode ini digunakan untuk mengajak anak-anak mendalami materi dan
proses pendampingan dengan cara mengunjungi, melihat, mengamati, dan
mendeskripsikan aneka alat peraga, serta melakukan peragaan atau praktik secara
langsung (simulasi) (Prasetya, 2008: 46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
f. Metode Naratif
Metode ini digunakan untuk mengajak anak-anak mendalami materi
melalui cerita, baik yang berkaitan dengan cerita rakyat, cerita fabel (binatang),
maupun cerita bergambar yang menarik dan dekat dengan mereka (Prasetya,
2008: 46).
D. Sanggar Anak Bedono
1. Arti, Latar Belakang, Dasar, Tujuan, Visi dan Misi Sanggar Anak
Bedono
a. Arti Sanggar Anak
Kata “sanggar” yang dikenal oleh banyak umat Hindu berarti tempat
pemujaan yang terletak di pekarangan rumah. Jika dilihat dari konteks
penggunaan kata, “sanggar” berarti tempat untuk berkegiatan bersama. Sanggar
Anak berarti tempat untuk berkegiatan bersama bagi anak-anak.
Dalam konteks pembangunan jemaat di Paroki Santo Thomas Rasul
Bedono, “Sanggar Anak” adalah rumah tumbuh iman anak, di mana iman anak
dipupuk dan disiram agar dapat bertumbuh dan berkembang secara utuh dan
berbuah, sesuai dengan potensi yang dimiliki, konteks di mana mereka tinggal dan
tantangan zaman, sehingga mereka dapat mengelola kehidupannya serta turut
serta menghadirkan perubahan baik untuk sekitarnya (Presentasi Sanggar Anak di
Paroki Sukorejo, tanggal 6 April 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b. Latar Belakang Sanggar Anak Paroki Bedono
Pendidikan formal yang terbatas dengan ruangan dan materi membuat
anak semakin terpisah dengan lingkungan masyarakat dan alam. Pendampingan
Iman Anak yang terjadi seperti pada umumnya juga telah terpengaruh dengan
konsep sekolah formal. Semakin terhimpitnya dengan kebudayaan global yang
semakin merajalela, membuat sekolah Minggu tidak bisa diandalkan lagi.
Tergerusnya iman orang muda dan kurang partisipasi aktif dalam Gereja
merupakan tanda yang nyata bahwa pendampingan iman sangat tidak mencukupi.
Dalam kesempatan ini Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mencari alternatif
pendekatan non kelas untuk pendampingan iman anak (Presentasi Sanggar Anak
di Paroki Sukorejo, tanggal 6 April 2014).
Paroki Bedono dengan segala usahanya mencari sebuah alternatif baru.
Alternatif yang ditemukan adalah Pendampingan Iman Anak melalui Sanggar
Anak Paroki Bedono. Sejauh pengamatan yang dilakukan oleh penulis, sanggar
anak mempunyai banyak sekali keuntungan bagi pendampingan iman anak.
c. Dasar Kegiatan Sanggar Anak Bedono
1) Pendampingan Menuju Pribadi yang Utuh
Anak dalam sanggar memiliki peran sebagai subyek. Anak adalah yang
diutamakan. Dalam kegiatan sanggar, pendampingan tidak lagi terpaut dengan
proses pendidikan formal. Sanggar bukan lagi mementingkan kurikulum yang
bobotnya terlalu besar, sanggar juga tidak mengejar “ranking” sebagai tujuan
utama, tetapi sanggar mendasari kegiatannya dengan membentuk karakter anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menjadi berkualitas dan utuh. Hidup dan berkembang secara utuh berarti
menjadikan murid Kristus yang total.
2) Nilai Budaya Tradisional
Proses pendampingan dalam sanggar anak dilakukan dengan pendekatan
“kakak – adik”. Pendekatan ini bermaksud sebagai pembangunan komunitas yang
kekeluargaan, tidak ada senioritas dan saling takut. Kakak sebagai pribadi yang
dianggap lebih dewasa mampu melindungi, mengajari, mengajak bermain, dan
mengasihi dengan sepenuh hati.
3) Lokalitas
Lokalitas adalah ciri khas yang dimiliki sebuah tempat baik berupa
produk fisik (karya seni, arsitektur) ataupun produk non-fisik (budaya, ekonomi).
Lokalitas adalah sebuah lingkungan yang memiliki ciri khas dan suasana yang
berarti bagi lingkungannya. Suasana itu tampak dari benda yang konkret (bahan,
rupa, tekstur, warna) maupun benda yang abstrak, yaitu asosiasi kultural
dan regional yang dilakukan oleh manusia di tempatnya.
Prinsip lokalitas dijalankan dalam proses kegiatan pendampingan di
sanggar anak. Media pendampingan adalah budaya yang ada di mana sanggar
berdiri. Sebagai contoh Sanggar Anak Sodong dengan kekhasan yang menonjol
adalah lahan pertanian, dengan lahan itulah pendampingan dilaksanakan. Anak-
anak berkumpul dan bersama-sama belajar iman lewat lingkungan hidup, lewat
pertanian, dan lewat media-media alam. Hasil pendampingan yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dilaksanakan membuat anak menjadi orang Katolik yang mampu mencintai
lingkungan hidup dan mewartakan kebaikan Kristus lewat media lahan pertanian
tersebut. Contoh lain adalah Sanggar Anak Sadang. Adanya sungai, pegunungan,
perkebunan, sawah, dan fasilitas alam ciptaan membuat kreativitas sudah tersedia
bagi proses pendampingan. Dalam pendampingan, media-media tersebut bisa
digunakan untuk kegiatan jalan salib, Misa Alam, dan kegiatan pengembangan
iman yang lain tanpa harus membuat acara yang rumit dan biaya yang besar
karena menggunakan prinsip lokalitas. Adanya kesenian tradisional seperti dalam
Sanggar Anak Krajan membuat pendampingan iman menjadi khas. Kesenian reog
membawa anak-anak untuk berkumpul dan bersama membentuk paguyuban iman
yang kompak.
Dengan dasar prinsip lokalitas membawa kegiatan sanggar kepada anak-
anak yang memiliki kearifan lokal yang belum didapatkan dalam sekolah formal.
Teori yang diperoleh di sekolah menjadi terpenuhi saat mengikuti kegiatan
sanggar, karena dengan kegiatan sanggar, anak-anak dengan sendirinya
mempraktikkan apa yang telah mereka ketahui.
d. Tujuan Sanggar Anak Bedono
Menurut Komunitas Sanggar Anak Bedono (2015: 5) tujuan Sanggar Anak
Bedono adalah sebagai berikut:
1) Sebagai usaha melaksanakan kegiatan dengan pendekatan non-kelas,
memberikan kesempatan dan ruang bebas kepada anak untuk
mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dan menemukan hal-hal baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2) Anak mampu mencintai lingkungannya (alam fisik, alam hayati,
masyarakat, budaya dan kehidupan beragama) sebagai tempat dan materi
belajar.
3) Menjadi wadah kegiatan dengan cakupan lebih luas, riil, holistik dan
integratif dan mengembangkan berbagai dimensi kehidupan manusia
(kecerdasan majemuk) secara terintegrasi (pendekatan utuh).
4) Mampu menjadi pendampingan iman anak yang kontekstual menggunakan
media yang ada dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
5) Inklusif, yaitu mampu mencakup semua umat beriman (teman sebaya,
adik-kakak, orang tua, dan umat lingkungan) sesuai dengan
kebutuhannya.
6) Menjadi kegiatan yang dapat memberdayakan setiap umat untuk menjadi
pendamping sesuai dengan keahliannya.
e. Visi dan Misi Sanggar Anak Bedono
Sanggar Anak Bedono mempunyai visi dan misi sebagai berikut:
1) Visi
“Umat beriman Paroki Santo Thomas Rasul Bedono bertekad
mengembangkan pribadi yang cerdas, peka dan peduli yang didasarkan pada
iman akan Yesus Kristus dalam kesatuan dengan Gereja Katolik” (Komunitas
Sanggar Anak, 2015: 6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2) Misi
Sanggar Anak Bedono mempunyai misi sebagai berikut:
a) Mengembangkan daya tahan dalam situasi zaman yang global
b) Meningkatkan daya juang dalam menghadapi tantangan
c) Membangun kekuatan berdaya saing dalam hidup harian
d) Membangun paguyuban iman di tengah masyarakat
2. Metode Pendampingan Sanggar Anak Bedono
Pendampingan dalam sanggar dilakukan dengan cara membangun
konsep dan metode yang unik, lahir dari hal-hal unik dari daerah masing-masing.
Pendampingan sanggar anak tidak membawa metode dari luar untuk dipaksakan
dan digunakan. Metode yang digunakan adalah frame yang membebaskan untuk
berpikir, mengamati, menemukan dan mengalami atau mempraktikkan.
Fungsi pendamping dalam sanggar anak adalah sebagai aktor yang
merencanakan pengalaman anak dan menjadi teman dekat pelaksanaan kegiatan.
Pendamping menjadi fasilitator bagi anak-anak dengan membawa mereka untuk
menemukan dan mengalami sendiri.
Kursus PIA (2002: 12) juga menyertakan Kitab Hukum Kanonik yang
mengemukakan tentang peranan setiap orang tua dalam usaha untuk
memperdalam dan mengembangkan iman anaknya. Setiap orang Kristen wajib
berperan dalam mengembangkan Gereja (termasuk mendampingi hidup beriman
anak-anak mereka) sesuai bakat dan panggilannya masing-masing (lih KHK
Kanon 1055, 227). Pernyataan ini menjadi dasar pemilihan pendamping sanggar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Semua umat bisa menjadi pendamping. Pendamping tidak harus lulusan dari
pendidikan tinggi dan muda. Semua umat diberikan karunia dan tanggungjawab
untuk mendidik iman anak. Semua orang di dunia juga diberi anugerah keunikan
oleh Tuhan. Tidak ada manusia yang sama baik fisik dan rohaninya. Bakat dan
kemampuan manusia juga berbeda. Keanekaragaman pendamping menjadi salah
satu kekayaan iman dan pengalaman dalam sanggar. Pendamping dibebaskan
untuk mendampingi dan mengajak anak mengalami dan menyadari akan
hidupnya. Jika pendamping seorang petani, maka anak-anak diajak untuk bertani.
Jika pendamping seorang tukang kayu, anak-anak diajak mengenal cara kerja
tukang kayu. Jika pendamping seorang juru masak, maka anak-anak juga diajak
memasak begitu seterusnya. Masing-masing umat pasti mempunyai keahlian di
bidang pekerjaannya dan itu menjadi materi sanggar yang kontekstual. Anak
diajak untuk belajar kehidupan dan situasi yang berbeda-beda sebagai
penghayatan akan panggilannya sebagai murid Kristus lewat berbagai macam
kegiatan.
3. Sanggar Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono
Sejauh pengamatan penulis, Paroki Santo Thomas Rasul mempunyai
delapan sanggar anak. Delapan sanggar anak tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sanggar Anak Sadang
1) Sejarah Sanggar Anak Sadang
Berawal dari sebuah kerinduan, saling bercanda, dan hobi, itulah kata yang
tepat di balik Sanggar Anak Sadang (SAS). Menarik bahwa sesuatu itu bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
terwujud bukan karena hal-hal besar melainkan dari hal-hal kecil. Dari hal-hal
kecil jika diberi ruang dan tempat akan membuahkan hasil melimpah. Sekilas
cerita melihat sesuatu di balik sanggar SAS. Sanggar Anak Sadang berdiri tahun
2012, dirintis oleh Bapak Benediktus Jangafarma bersama dengan Romo Patricius
Hartono, Pr. Sanggar SAS bermula ketika Bapak Benediktus Jangafarma ingin
membuat tempat duduk untuk berkumpul bagi anak-anak di samping halaman
rumah. Seiring berjalannya waktu, keinginan itu ditanggapi baik oleh Bapak
Andreas Kasno, dan ketika berbincang-bincang dengan Romo Patricius Hartono,
Pr. (Romo Paroki St. Thomas Rasul Bedono), keinginan itu ditanggapi dengan
mengusulkan untuk membangun Sanggar. Hal ini juga ditanggapi baik oleh Bapak
Andreas Kasno dengan memberikan izin penggunaan tempat untuk pendirian
gubug sanggar. Dalam pembangunan SAS umat wilayah Sadang turut mendukung
dengan berbagai hal baik materi maupun tenaga. Dengan kerja sama warga dan
umat Sanggar Anak Sadang mampu berdiri. Sanggar dibangun dari bambu dan
atapnya dibuat dari daun nipah (welit). Pembangunan gubug sanggar
dipercayakan kepada Bapak Agustinus Sutiar, Bapak Sukoco, Bapak Tarno,
sebagai tukang bangunan dan dibantu umat Wilayah Sadang.
Sanggar Anak Sadang merupakan sanggar tertua (sulung) dari sanggar-
sanggar anak yang ada di Paroki St. Thomas Rasul Bedono. Sanggar ini didirikan
dengan tujuan untuk menjadi wadah di mana anak-anak Wilayah Sadang diberi
ruang untuk mengekspresikan diri lewat berbagai kegiatan-kegiatan yang ada baik
kegiatan dusun maupun Gereja. Sanggar SAS menjadi media dan tempat untuk
mengumpulkan anak-anak dusun, baik Katolik maupun non Katolik. Di samping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
sebagai tempat anak untuk mengekspresikan diri lewat kegiatan-kegiatan, Sanggar
Anak Sadang juga menjadi wadah bagi orang tua dalam membangun kerja sama
dalam mewujudkan kesatuan umat dan warga Dusun Sadang. Dengan Sanggar
SAS ini para orang tua diajak untuk berpastisipasi memperhatikan bahwa
pendampingan anak sangatlah penting sebagai pembentukan anak menjadi pribadi
yang utuh.
2) Kekhasan Sanggar Anak Sadang
Kekhasan dari Sanggar Anak Sadang adalah pendampingan iman anak
dengan mengembangkan kreativitas hidup baik dalam bernyanyi, bermain musik,
menciptakan lagu-lagu rohani, dan gerak lagu. Sanggar Anak Sadang
melaksanakan kegiatan lebih ke arah evangelisasi dengan mewartakan Kristus
sebagai Allah kepada masyarakat sekitar dan masyarakat luas. Anak-anak
dipelihara imannya tetapi sekaligus dilatih untuk menjadi seorang misionaris yang
berani membawa nama Yesus Kristus lewat kreativitas hidup yang mereka punya.
Alam yang indah yang ada di sekitarnya seperti sungai, pegunungan,
perkebunan, dan sawah yang membentang menjadi media pendampingan iman di
sanggar ini. Dengan media alam yang ada di sekitarnya, sanggar ini khas dengan
jalan salib alam dan kegiatan-kegiatan di alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
b. Sanggar Anak Pelangi
1) Latar Belakang Berdirinya Sanggar Anak Pelangi
Sebelum tahun 2013 di gereja St Thomas Rasul Bedono, kegiatan
Pendampingan Iman Anak (PIA) dilakukan setiap hari Minggu bertempat di
belakang gedung gereja. Pendamping PIA dipercayakan kepada anak-anak SMA
Sedes Sapientiae Bedono. Anak SMA Sedes sebagian besar adalah pendatang,
jadi setiap libur sekolah anak-anak pulang kampung, yang terjadi adalah tidak
adanya pendamping PIA yang mengakibatkan pemeliharaan iman anak-anak
dalam paroki tidak berjalan dengan baik.
Kegiatan PIA dari tahun ke tahun juga bersifat monoton, yaitu seperti
kegiatan dalam perayaan paskah, mencari telur paskah pada saat hari raya Paskah
dan lomba mewarnai pada saat hari raya Natal. Kegiatan yang terlaksana juga
terkesan menjadi kurang menyeluruh, hanya anak yang dekat dengan pusat paroki
yang dapat mengikuti PIA.
Kegiatan yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini memang terasa
menyenangkan bagi pendamping, karena menjalankan pendampingan hanya
sesuai dengan tradisi saja, tidak pernah mencari cara baru yang lebih kreatif bagi
pengembangan iman anak-anak. Kegiatan PIA juga terpusat dari dan untuk siswa
SD Kanisius Bedono, karena sebagian anak-anak PIA adalah anak-anak dari SD
Kanisius Bedono. Hal ini kadang diabaikan oleh beberapa pendamping, bahwa
semua anak berhak mendapatkan pendampingan iman tanpa terkecuali.
Seharusnya pendampingan iman anak tidak hanya bagi anak-anak SD, tetapi juga
setiap anak berhak mendapatkannya, baik yang SD, SMP, maupun SLTA, tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menutup kemungkinan juga bagi mereka yang sudah bersekolah di perguruan
tinggi. Mereka yang masih disebut anak dalam keluarga, tetap berhak
mendapatkan pendampingan.
Keprihatinan akan kurangnya pendampingan iman bagi anak-anak ini
menggerakkan beberapa umat. Bulan Maret 2013 umat Lingkungan Cicilia
Ngangkruk, Paroki St. Thomas Rasul Bedono berinisiatif mengumpulkan anak-
anak di sekitar Gracia (Lingkungan Gregorius dan Lingkungan Cicilia) untuk
berkumpul, bermain dan berkreasi bersama setiap hari Jumat pukul 15.00 sampai
17.00. Kegiatan pertama dilaksanakan pada hari Jumat 12 April 2013 jumlah anak
yang hadir hanya 5 orang anak dengan 1 pendamping. Kegiatan berlangsung
dengan mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah secara bersama dan belajar
berorganisasi dengan cara memilih pengurus PIA (waktu itu belum dinamakan
sanggar). Pertemuan-pertemuan selanjutnya diisi dengan cerita, jalan-jalan,
menyanyi, bermain musik tradisional dan permainan tradisional, dengan harapan
melalui pertemuan itu anak memiliki tempat untuk berkumpul saling mengenal
satu sama lain dan membentuk paguyuban iman yang jelas.
Perkumpulan semakin berkembang dengan kehadiran anak-anak dari
lingkungan lain dengan berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda mulai
dari usia, sekolah, dan situasi ekonomi. Adanya berbagai latar belakang
kehidupan yang berbeda ini menimbulkan “harmoni yang indah” pada saat
kegiatan bersama, baik tertawa, marah, cemberut, usil, bahkan suka diam.
Berkumpul menjadi poin yang sangat penting bagi pendampingan iman
saat ini. Sebagai tindak lanjut dari poin ini, maka lingkungan Gregorius dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Cicilia membuat wadah dengan inspirasi sanggar sebelumnya (Sanggar Anak
Sadang), yaitu Sanggar Anak Pelangi.
Sekarang kegiatan Sanggar Anak Pelangi semakin berkembang. Sanggar
Anak Pelangi berkumpul sebagai paguyuban iman setiap Jumat sore. Selain
mengisi kegiatan dengan menyanyi, cerita, bercanda, setiap minggu ketiga
Sanggar Anak Pelangi mendapat kesempatan untuk melambungkan pujian bagi
Tuhan di gereja dengan menampilkan kreativitasnya setelah penerimaan komuni.
Kreativitas yang telah dilakukan oleh anak-anak saat melambungkan pujian di
gereja adalah menyanyi dan menari dengan iringan musik. Pemain musik juga
berasal dari anak-anak sanggar sendiri, sebagian usia remaja dan sebagian usia
anak SD. Sampai tahun 2014 jumlah anggota Sanggar Anak Pelangi mencapai 20-
30 anak. Masih ada beberapa anak yang sampai saat ini juga belum aktif.
Pendamping tetap melakukan pendekatan agar anak-anak tetap mau dan punya
keinginan untuk bergabung dengan anak-anak yang sudah aktif di Sanggar Anak
Pelangi.
2) Kekhasan Sanggar Anak Pelangi
Kekhasan Sanggar Anak Pelangi adalah pendampingan iman anak
dengan mengembangkan seni suara, musik, seni drama, dan gerak lagu. Sanggar
ini berkonsentrasi untuk mengembangkan paguyuban menjadi perkumpulan yang
membawa dampak positif bagi Gereja dan masyarakat. Visi dari Sanggar Anak
Pelangi adalah “Menjadikan anak berkembang baik dalam iman maupun
kemampuan, menurut potensi yang dimilikinya sendiri dengan berpegang teguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
akan ajaran Kristiani (Profil Sanggar Pelangi, 2014).” Misi yang dimiliki Sanggar
Anak Pelangi adalah:
a) Menanamkan kecintaan akan ajaran kristiani,
b) Mengasah kepekaan anak melalui seni dan budaya,
c) Mengasah kepedulian anak akan alam dan lingkungan sekitar.
3) Proses Kegiatan Sanggar Anak Pelangi
Kegiatan sanggar anak dilakukan setiap hari Jumat dengan berbagai jenis
kegiatan antara lain mendengarkan cerita rohani dari berbagai pendamping, olah
raga tradisional seperti halang rintang dan gobag sodor (permainan tradisional
Jawa). Selain kegiatan tersebut yang dilakukan di dalam sanggar adalah anak
diajak untuk jalan bersama di sekitar kebun kopi menyusur rel kereta api untuk
lebih mengenal alam yang mereka tinggali. Jalan bersama di alam ini bertujuan
mendidik anak untuk mengenal, mencintai, dan tergerak untuk memelihara
lingkungan alam serta bersyukur atas alam yang dianugerahkan kepada manusia.
Berbagai kegiatan baik tradisional maupun alam bermaksud supaya anak
tidak larut dalam dunia yang modern dengan permainan di dunia internet, tetapi
mendidik anak untuk mencintai budaya, mencintai alam dan mencintai seni.
Dengan cinta akan budaya, seni, dan alam, maka akan membuat anak dengan
sendirinya menggunakan perkembangan zaman seperti internet dengan positif.
Kegiatan rutin dalam liturgi yang dilakukan Sanggar Anak Pelangi
adalah bernyanyi dan melambungkan pujian setiap minggu ketiga di gereja Paroki
Bedono. Pujian-pujian ini dimaksudkan untuk memeriahkan liturgi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
melibatkan anak-anak sebagai anggota Gereja yang pantas diberi ruang. Kegiatan
melambungkan pujian ini memberikan daya tarik bagi semua umat untuk
senantiasa memperhatikan anak-anak dan memberikan kepercayaan bahwa anak-
anak adalah subyek dalam Gereja. Adanya pujian ini juga membuat anak-anak
belajar membentuk paguyuban iman yang khas sejak dini.
4) Pelembagaan Kegiatan Sanggar Anak Pelangi
Melihat perkembangan anak dalam berkegiatan, orang tua dari anak-anak
sanggar bersama Romo Patricius Hartono, Pr., berkumpul bersama merancang
kegiatan anak pada tanggal 3 Mei 2013. Romo Patricius Hartono, Pr
mengarahkan agar kegiatan anak dilembagakan sehingga ada sinergi yang saling
terkait antara orang tua dan anak.
5) Prestasi Sanggar Anak Pelangi
Berdirinya Sanggar Anak Pelangi memberikan perkembangan yang utuh
bagi anak-anak. Selain iman anak-anak terdampingi, mereka juga mendapat hal-
hal baik. Iman yang mereka miliki mampu membuat dirinya berprestasi. Prestasi
yang diperoleh merupakan hasil dari perwujudan iman yang selalu mereka
ungkapkan dalam setiap kegiatan.
Lustrum Gereja St Thomas Rasul Bedono yang pertama menjadi awal
prestasi sanggar sebagai paguyuban iman. Pada bulan Juli 2013 Sanggar Anak
Pelangi beserta sanggar-sanggar di Paroki Bedono mengikuti Festival Visualisasi
Kitab Suci di Wilayah Nawangsari. Sanggar Anak Pelangi mendapat undian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
bertema “Domba Yang Hilang“. Tema ini oleh sanggar digarap dan ditampilkan
dengan parodi yang berjudul: “Wedus Nita Ilang“. Parodi ini kental dengan
nuansa Jawa ndesa (pedesaan), karena menggunakan bahasa Jawa dengan iringan
gamelan. Dengan mengusung parodi ini, Sanggar Anak Pelangi mendapat juara I.
Pada bulan Agustus 2013 Sanggar Anak Pelangi menjadi penampil
welcome song di acara kenduri slametan gereja dengan lagu Ning Nong Ning
Gung dikolaborasi dengan lagu Reog Ponorogo. Pada bulan September 2013
Sanggar Anak Pelangi bersama Sanggar Anak Sadang mengikuti Festival Lagu
Gereja di Wilayah St. Theresia Brosot, Paroki St. Yakobus Klodran Bantul.
Dalam Festival Lagu Gereja ini Sanggar Anak Pelangi mendapatkan penghargaan
Kategori Garapan Terbaik.
Pada bulan November 2013 Sanggar Anak Pelangi menutup kegiatan di
tahun 2013 dengan berpartisipasi dalam sendratari kolosal Pring Reketeg dengan
berperan sebagai anak-anak yang melakukan permainan tradisional. Pada bulan
Februari 2014, Sanggar Anak Pelangi mendapatkan Kategori Garapan Terbaik di
Festival Kesenian Tradisional dalam rangka ulang tahun gereja St Thomas Rasul
Bedono.
Pada bulan Agustus 2014 Sanggar Anak Pelangi berpartisipasi dalam
sendratari Pring Reketeg versi Mudika di Festival Kesenian Tradisional OMK
Rayon Kulon Progo. Pada tanggal 31 Agustus 2014 dalam partisipasinya di
Festival Visualisasi Kitab Suci II, Sanggar Anak Pelangi mendapatkan Juara II
dengan tema “Gadis Bodoh dan Gadis Bijaksana”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pada bulan September 2014 bersama Kokerma Semarang, Sanggar Anak
Pelangi mengisi acara Misa Novena Kaum Muda di GMKA dengan menampilkan
“Wedus Nita Ilang”. Pada bulan September 2014 juga, Sanggar Anak Pelangi
bersama dengan panitia pembangunan mencari dana ke Tanah Mas Semarang.
Pada bulan Oktober 2014 Sanggar Anak Pelangi mengikuti reog kolosal
dalam rangka peringatan Hari Pangan Sedunia di Sadang. Pada bulan November -
Desember 2014 Sanggar Anak Pelangi berdinamika bersama dengan Mahasiswa
KBP (Karya Bakti Paroki) dari IPPAK Universitas Sanata Dharma. Dinamika
dimulai dari mencari dana pembangunan pasturan di Paroki Kristus Raja Ungaran
hingga Misa Natal Alam pada tanggal 25 Desember 2014 di Sanggar Anak
Sodong. Kegiatan Sanggar Anak Pelangi bulan Desember 2014 ditutup dengan
wisata bersama di Pikatan dan Pertapaan Rawaseneng.
c. Sanggar Anak Krajan
1) Latar Belakang Terbentuknya Sanggar Anak Krajan
Kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) di gereja paroki biasanya
dilaksanakan pada saat Perayaan Ekaristi, anak-anak dipisahkan dari orang tua
dan ditempatkan di ruangan sendiri supaya anak-anak bisa belajar bersama
pendamping. Namun hal ini dirasa kurang mendidik anak-anak untuk belajar
merayakan Ekaristi yang benar. Akhirnya, Romo Patricius Hartono, Pr dengan
gerakan baru memberikan ruang kepada anak-anak untuk bersama merayakan
Ekaristi dan mendapat bagian untuk terlibat dalam Perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Dalam Perayaan Ekaristi anak diberikan ruang untuk melambungkan
pujian baik nyanyian, musik, dan tarian sesuai dengan kreativitas masing-masing.
Mulai saat itu, anak-anak setiap wilayah mendapat giliran tampil dan berkembang
menjadi sanggar anak.
Proses berkembangnya sanggar juga menggerakkan Lingkungan Krajan
untuk menjadi sebuah sanggar anak. Mulai pada saat berkembangnya sanggar
anak di Paroki Bedono, Krajan juga mendeklarasikan dirinya menjadi Sanggar
Anak Krajan.
Sanggar ini diberi nama Sanggar Anak Krajan karena anak-anak yang ikut
serta dalam kegiatan sanggar tidak hanya anak katolik, tetapi juga non-katolik.
Sebutan Sanggar Anak Krajan ingin menunjukkan bahwa sanggar ini terbuka
untuk setiap anak, tidak hanya bagi anak-anak yang beragama katolik. Tempat
anak-anak berlatih pun di lapangan dekat rumah umat dan terkadang di rumah
umat yang bersedia. Sanggar Anak Krajan mempunyai misi bahwa sebagai orang
Katolik harus bisa hidup bersama dengan umat yang beragama lain. Anak sebagai
penerus kehidupan Gereja perlu dilatih sejak dini bagaimana harus berelasi
dengan umat yang beragama non-Katolik.
2) Kegiatan Sanggar Anak Krajan
Sanggar Anak Krajan mempunyai kegiatan yang menonjol dalam
garapan reog anak kreatif. Sanggar Anak Krajan mempunyai anggota terbanyak,
sangat kuat mempengaruhi anak-anak kampung non-katolik, dan sering mewakili
Paroki tampil dalam karnaval budaya Merti Dusun Lendoh. Sanggar Anak Krajan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
juga pernah tampil dalam kegiatan peringatan ulang tahun mandirinya Paroki St.
Thomas Rasul Bedono.
Sanggar Anak Krajan berkumpul secara rutin setiap Sabtu sore pukul
16.00 terutama jika ada jadwal bertugas melambungkan pujian di gereja. Proses
kegiatan juga dilakukan di umat Lingkungan Krajan, seringkali bertempat di
lapangan dusun Krajan. Pendampingan dilakukan di tempat terbuka tanpa harus
malu dilihat banyak warga masyarakat.
Pada tanggal 9 Januari 2015 Sanggar Anak Krajan mendapat kesempatan
untuk bertugas koor dan mengisi acara di Natalan PT Coca Cola dengan
menampilkan warogan dan tarian celengan.
3) Kekhasan Sanggar Anak Krajan
Kekhasan Sanggar Anak Krajan adalah pengembangan iman lewat
kesenian tradisional, tari-tarian yang ada dalam masyarakat, alat musik gamelan,
dan kreativitas membuat perlengkapan tari tradisional. Dasar pendampingan iman
adalah mengutamakan sanggar yang kontekstual. Dengan adanya konsep ini
Sanggar Anak Krajan berani merangkul anak-anak yang beragama non-kristiani
untuk terlibat dalam Gereja.
d. Sanggar Anak Paseduluran Bocah Losari (Pasbolo)
1) Latar Belakang Berdirinya Sanggar Pasbolo
Latar belakang berdirinya Sanggar Anak Pasbolo adalah adanya Festival
Kesenian Anak Bedono 2013. Adanya festival ini menggerakkan orang tua untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
membentuk suatu komunitas iman yang memiliki pertemuan secara rutin.
Semangat dan ketulusan dari rumah Bapak Sarwono untuk menjadi tempat
sanggar berdiri menjadi dasar kelanjutan paguyuban anak. Setelah anak-anak
dengan senang hati berkumpul dengan berbagai kegiatan yang ada mulai dari
belajar menari tradisional, menyanyi, bermain musik tradisional yang dikemas
dalam paguyuban iman, maka pada tanggal 17 Februari 2013 PIA Nawangsari
mendeklarasikan dirinya menjadi sebuah sanggar yang bernama Sanggar Anak
Paseduluran Bocah Losari (PasBoLo).
Saat berdiri menjadi sanggar, para pendamping sanggar merasa kesulitan
untuk menyediakan tempat karena tempat yang digunakan tidak dapat
menampung jumlah anak yang datang. Para pendamping semakin merasa lebih
bingung lagi saat anak-anak tidak mau latihan di tempat lain. Mereka diajak
latihan di gereja tidak mau, diajak di rumah yang muat untuk menampung semua
anak-anak juga tidak mau. Oleh sebab itu sanggar ini membuat sebuah gubug
yang sederhana dengan bahan dasar bambu.
Gubug ini berdiri atas bantuan seluruh umat Nawangsari dengan
menyumbangkan masing-masing bambunya, serta tenaga dan pikiran. Gubug ini
selesai dalam waktu satu minggu. Setelah menjadi Sanggar Anak, Pasbolo rutin
berlatih setiap hari Selasa, Kamis, Jumat, dan Minggu. Banyaknya jumlah
pertemuan dapat mengubah karakter anak. Anak yang zaman sekarang harus
menghadapi keasyikan dengan dirinya sendiri, terancam menjadi anak yang
asosial, dengan adanya sanggar ini membuat anak menjadi terlatih dalam hal
sosial. Hal ini terbukti jika anak-anak lebih memilih berkumpul dan bertemu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
temannya daripada harus main play station dan hand phone serta barang-barang
modern yang membuat anak asyik dengan dirinya sendiri.
Dengan adanya dukungan dari Romo Paroki, sanggar ini semakin
berkembang, diimbangi dengan kesempatan tampil mempersembahkan pujian
meriah bagi Tuhan setelah komuni, membuat anak-anak lebih percaya diri untuk
mengakui dan mewartakan imannya. Dengan adanya harapan dari Romo Paroki
untuk membuat setiap penampilan harus berbeda setiap minggunya, membuat
sanggar ini semakin kreatif dan semakin banyak inovasi.
Sampai pada bulan Januari 2015, ada empat tarian yang dimiliki oleh
sanggar Pasbolo, yaitu tari Ala Bare, tari Saman, tari Warog, tari Cublak Cublak
Suweng dan sanggar ini kaya akan koleksi lagu serta gerakan, dan kaya akan
kreativitas. Alat yang digunakan pun sangat sederhana, yaitu kentongan, galon air
minum, bas dari ban bekas, suling dan terbang. Sanggar ini menggunakan apa
yang ada di sekitarnya sebagai media untuk pendampingan iman dan pewartaan
iman.
2) Profil Kegiatan Sanggar Pasbolo
Sanggar Anak Pasbolo berkumpul sebagai paguyuban iman setiap hari
Senin, Kamis, dan Jumat pukul 16.00 dan setiap hari Minggu pukul 11.00. Media
pendampingan di Sanggar Pasbolo menggunakan kreativitas seni tari, nyanyian,
alat musik tradisional, dan berbagai budaya lokal sebagai pembentukan pribadi
anak yang utuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Di Wilayah Nawangsari hanya ada satu sanggar anak. Hal ini menjadi
kekhasan Sanggar Anak Pasbolo karena setiap Perayaan Ekaristi Mingguan selalu
mendapat tempat untuk mengekspresikan kreativitasnya bagi kemuliaan Tuhan.
Pada tanggal 24 Februari 2013, sanggar anak ini mengikuti Festival
Kesenian Anak Sanggar di Paroki Bedono, dan pada bulan September 2013
sanggar anak ini berpartisipasi dalam Festival Visualisasi Kitab Suci. Dalam
rangka Hari Pangan Sedunia tahun 2013 di Paroki Bedono, Sanggar Anak Pasbolo
juga berpartisipasi memeriahkan acara ini dengan menampilkan kesenian
tradisional berupa reog bersama dengan OMK Paroki Bedono. Dalam even
Festival Kesenian Anak 2014, Sanggar Anak Pasbolo berhasil mendapatkan
Kategori Kostum Terbaik. Usaha ini dilakukan karena sanggar selalu berkumpul
dan belajar bagaimana hidup sebagai paguyuban iman. Dalam rangka Festival
Visualisasi Kitab Suci September 2014 Paroki Bedono, Sanggar Anak Pasbolo
juga berpartisipasi dan ambil bagian sebagai peserta festival.
Bukan hanya kegiatan dalam Gereja saja, Sanggar Anak Pasbolo juga
belajar menjadi seorang rasul yang berani mewartakan Yesus di tengah
masyarakat luas. Sanggar Anak Pasbolo membuktikan diri dan berani
mempersembahkan paguyubannya dalam Pentas Seni HUT RI di Kecamatan
Grabag pada tahun 2014. Sebagai paguyuban beriman Katolik, Sanggar Anak
Pasbolo telah mampu melayani berbagai kegiatan mulai dari Natal bersama di
Hotel Mesa Stilla pada tanggal 14 Desember 2014, Natal bersama Lingkungan
Sodong pada tanggal 30 Desember 2014, dan masih banyak pelayanan dan
pewartaan yang dilakukan oleh anak-anak dari Sanggar Anak Pasbolo ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3) Kekhasan Sanggar Anak Pasbolo
Kekhasan Sanggar Anak Pasbolo menyangkut banyak aspek terlebih
pada nilai kearifan lokal, mulai dari kesenian tradisional dengan mendalami tari-
tarian tradisional, musik tradisional, seni suara, gerak dan lagu, drama, dan
kreativitas pribadi dalam Kitab Suci, sampai pada Ajaran Gereja, Liturgi,
Pelayanan, Pewartaan, dan Evangelisasi. Keutamaan yang ditekankan dalam
Sanggar Anak Pasbolo adalah pribadi anak yang beriman cerdas, tangguh dan
misioner. Dalam kegiatan Sanggar Anak Pasbolo, anak-anak diberikan kebebasan
untuk mengasah kreativitas dengan didampingi para pendamping sanggar.
Kegiatan rutin yang dilakukan adalah pentas setiap Perayaan Ekaristi Mingguan di
gereja dan berani tampil di depan masyarakat umum dalam kegiatan
kemasyarakatan.
e. Sanggar Anak Piningit
1) Latar Belakang Sejarah Sanggar Anak Piningit
Sanggar Anak Piningit adalah paguyuban yang beranggotakan anak-
anak PIA dan OMK Lingkungan Yusuf dan Yulima. Sebelum membentuk
paguyuban sanggar, PIA di dua lingkungan ini kurang terlibat dalam kegiatan PIA
Paroki. Melihat kondisi tersebut pendamping mencoba mencari cara untuk
menggerakkan seluruh umat khususnya anak usia PIA, PIR, dan OMK.
Sanggar Anak Piningit menjadi sanggar karena adanya kesamaan hobi
dari beberapa pendamping yaitu bermain musik modern seperti band dan berbagai
jenis alat musik serta menyanyi. Pendamping dengan berbagai macam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
kompetensinya mencoba bergerak untuk membentuk paguyuban dan
mendampingi anak-anak di dua lingkungan ini untuk menjadi sanggar anak.
Sanggar Anak Piningit terbentuk dengan kekhasan alat musik modern sebagai
media pendampingan iman.
2) Kekhasan Sanggar Anak Piningit
Kekhasan Sanggar Anak Piningit adalah pengembangan iman anak lewat
lagu-lagu rohani, seni musik modern dengan alat-alat yang ada, dan seni suara.
Sanggar Anak Piningit melibatkan semua umat di Lingkungan Pingit mulai dari
anak-anak, OMK, dan orang tua.
f. Sanggar Anak Sodong
1) Sejarah Berdirinya Sanggar Anak Sodong
Proses terbentuknya paguyuban Sanggar Anak Sodong terinspirasi dari
beberapa sanggar yang sudah berdiri dan berkembang di beberapa lingkungan di
Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Melihat berbagai keprihatinan akan
perkembangan zaman, maka para pendamping anak berpikir bahwa
perkembangan dan kebutuhan anak menjadi dasar kehidupan Gereja yang akan
datang.
Proses terbentuknya Sanggar Anak Sodong dimulai pada tanggal 20
Januari 2014 dengan pembukaan lahan yang dikerjakan oleh umat lingkungan
Herman Yosef Sodong. Sanggar ini memiliki cita-cita yaitu membawa anak
menuju pada pribadi beriman utuh dengan pendekatan lingkungan hidup. Sanggar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Anak Sodong adalah sanggar anak yang istimewa karena pendiriannya diberkati
langsung oleh Bapa Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) pada tanggal 17
Februari 2014.
Berdirinya sanggar merupakan salah satu aksi konkrit Gereja dalam
upaya melindungi anak sebagai generasi Gereja dan bangsa agar tidak terjerumus
pada hal-hal yang dapat merusak kehidupan anak di masa yang akan datang.
Dalam proses pendampingan pendamping berupaya melengkapi sisi akademik
yang sudah diperoleh anak-anak di sekolahnya, bahkan yang menjadi keunggulan
dari pendampingan ini adalah pendidikan mental anak, yakni anak semakin
tangguh dalam iman dan kepribadian dengan belajar dari kekayaan kebudayaan
yang sudah diwariskan oleh para leluhur baik yang terwujud dalam kegiatan
kesenian, pertanian dan juga memperhatikan kearifan lokal yang sungguh amat
kaya dan sangat membantu perkembangan iman dan kepribadian anak. Dalam
proses pendampingan Sanggar Anak Sodong memiliki ciri khas yaitu mendalami
iman lewat lingkungan hidup. Lahan pertanian menjadi media pendampingan dan
pewartaan iman di sanggar ini.
2) Tujuan Sanggar Anak Sodong
Tidak berbeda jauh dari sanggar-sanggar yang ada di Paroki Santo
Thomas Rasul Bedono, sanggar berdiri sebagai upaya untuk membina bahkan
juga membentuk pribadi anak untuk memiliki iman dan kepribadian yang kuat
dan utuh. Selain itu, pendamping juga melihat banyak keprihatinan yang terjadi di
dalam bidang pendidikan. Berdasarkan keprihatinan itu, maka kegiatan sanggar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dilakukan untuk melengkapi sisi akademik dengan mengimplementasikan apa
yang dipelajari di sekolah melalui kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan
sanggar.
Dalam periode sebelumnya (sebelum berdirinya sanggar) kegiatan anak
di lingkungan ini hanya mengandalkan kegiatan PIA atau PIR yang hanya
dilakukan satu kali dalam seminggu. Akibatnya, iman dan kepribadian yang
hendak dibentuk melalui kegiatan ini kurang maksimal yang membuat anak
menjadi kurang mendapat sentuhan dan pada akhirnya banyak anak yang kurang
aktif bahkan tidak aktif dalam hidup menggereja. Gereja melalui model sanggar
mempunyai cita-cita untuk membangun iman dan kepribadian anak secara utuh.
3) Kegiatan yang Dikembangkan
Fokus yang dikembangkan melalui Sanggar Anak Sodong ini adalah
perkembangan iman dan kepribadian anak. Oleh karena itu, kegiatan yang
dilakukan juga berkaitan dengan tujuan tersebut. Dalam bidang iman anak dibawa
untuk mencintai iman Katolik dengan mengimplementasikan pada kegiatan-
kegiatan yang sifat-sifat dasar manusia seperti bersikap pada lingkungan. Oleh
karena itu, kegiatan bercocok tanam (katekese hijau) menjadi ciri khas dari
Sanggar Anak Sodong. Di samping dari kegiatan bercocok tanam, pendamping
mengarahkan mereka untuk mencintai budayanya yang ada di lingkungan
sekitarnya. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam kebudayaan masyarakat Dusun
Sodong adalah nilai sosial, kesenian tradisional dan religius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Kegiatan lain yang dikembangkan adalah bank anak. Tujuan dari bank
anak ini adalah melatih anak sejak dini untuk dapat mengatur keuangan mereka,
mengatur bagaimana rezeki yang mereka terima dapat digunakan untuk
mengembangkan masyarakat di sekitarnya dengan semangat berbagi.
4) Sistem Pendampingan
Manusia diciptakan dengan berbagai talenta yang luar biasa. Dalam diri
manusia selalu ada kelebihan-kelebihan yang dapat diberikan kepada sesamanya.
Sistem inilah yang digunakan di Sanggar Anak Sodong. Dalam berkegiatan, anak
dapat belajar dari siapa pun yang mereka jumpai, baik belajar dalam bidang
agama, kesenian, pertanian, keterampilan dan ekonomi serta geografi.
Penekanannya adalah belajar tentang kebaikan. Setiap kebaikan pasti mengandung
nilai religius yang mendalam dan bermakna.
5) Pengalaman Kegiatan Tahun 2014 dan Tahun 2015
Pada tanggal 12 Januari 2014 Sanggar Anak Sodong pertama kalinya
mementaskan wayang sayur di Gereja St. Maria Rosari Sadang dengan format
yang masih sederhana dengan tema ”Dapur Ibu Rena”. Pada tanggal 15 Januari
2014 adanya kesepakatan dalam doa lingkungan yaitu keinginan membangun
gubuk Sanggar Anak Sodong. Pada tanggal 20 Januari 2014 lahan dibuka dengan
gerakan kerja bakti seluruh umat. Pada tanggal 17 Februari 2014 Sanggar Sanak
Sodong diberkati oleh Bapa Uskup Agung Semarang, Mgr. Johannes Pujasumarta,
yang dihadiri kurang lebih 200 orang. Anak sanggar menampilkan wayang sayur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
di depan Bapa Uskup KAS dengan judul “Sinau Bareng Poro Sayur” (Belajar
Bersama Sayur). Lalu pada tanggal 23 Februari 2014 Sanggar Anak Sodong
mengikuti Festival Kesenian Sanggar Anak Bedono yang diadakan di Gereja
Paroki Bedono.
Pada tanggal 14 Maret 2014, Sanggar Anak Sodong mengadakan Jalan
Salib di lahan pertanian Sodong dilanjutkan tanggal 31 Maret 2014, anak-anak
pentas dalam acara menyambut tamu dari desa Brayut, Sleman dengan tema
“Sinau Bareng Poro Sayur”. Pada tanggal 6 April 2014 Sanggar Anak Sodong
bersama Sanggar Anak Pasbolo diundang untuk memainkan wayang sayur di
Paroki Isidorus Sukorejo dalam rangka Pentas Nama Paroki. Pada tanggal 12
April 2014 Sanggar Anak Sodong mengadakan kenduri sanggar anak dengan ujub
syukur atas gubuk, tempat untuk berkumpul dan belajar dan syukur atas lahirnya
paguyuban. Pada tanggal 14 April 2014 anak-anak memainkan wayang sayur
untuk menyambut kunjungan Tim Penggerak PKK Kabupaten Semarang.
Pada tanggal 1 Mei 2014 anak-anak megadakan musyawarah seluruh
Sanggar Anak Sodong dengan menghasilkan dua kesepakatan yaitu pembentukan
pengurus Sanggar Anak Sodong yang dilaksanakan seperti sistem pemilu di
Indonesia dan pembentukan Bank Sanggar Anak Sodong. Pada tanggal 10 Mei
2014, Sanggar Anak Sodong berpartisipasi dalam Paskahan Guru Kristiani se-
Kecamatan Jambu yang dihadiri oleh Bapa Uskup Johannes Pujasumarto. Pada
tanggal 28 Mei 2014 anak-anak outbound di ladang Sodong bersama anak-anak
Sahabat Yesus Ungaran, live in pengurus Prokerma Yogyakarta, Solo dan
Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pada tanggal 3 Agutus 2014 Sanggar Anak Sodong berpartisipasi
menampilkan wayang sayur di Kapel Santa Anna Nawangsari dalam rangka pesta
nama pelindung kapel dengan judul cerita “Misteri Tahu Tempe”. Tanggal 31
Agustus 2014 Sanggar Anak Sodong mengikuti Festival Sanggar Anak Bedono
dan berhasil meraih juara ketiga. Tidak hanya kegiatan yang resmi, Sanggar Anak
Sodong juga belajar mengelola paguyubannya dengan kegiatan rekreasi bersama
di Pikitan Temanggung pada tanggal 14 September 2014. Acaranya sederhana,
yaitu berenang bersama. Pada tanggal 8 Oktober 2014 anak-anak belajar membuat
bedheng (pembatas lahan) tanaman dan menanam sayur cabe, tomat, terong,
kacang panjang, choe sim, kangkung darat dan bayam. Anak-anak belajar
mengukur luas lahan, memupuk dan membuat bedheng.
Pada tanggal 24 Okotober 2014 Sanggar Anak Sodong bersama Sanggar
Anak Sadang melaksanakan kegiatan “Sanggar Hijau” dalam rangka peringatan
Hari Pangan Sedunia (HPS). Tujuan dari kegiatan ini yaitu mengajak anak-anak
untuk lebih peduli pada kelestarian lingkungan. Pada tanggal 26 Oktober 2014
Sanggar Anak Sodong mengikuti perarakan Pesta Nama Kapel St. Perawan Maria
Ratu Rosari Sadang dengan mengarak replika labu dengan ukuran yang cukup
besar.
Pada tanggal 21 Desember 2014 Sanggar Anak Sodong bersama umat
Lingkungan Herman Yosef Sodong belajar lahan di Kalirejo, Kulonprogo. Pada
tanggal 30 Desember 2014 Sanggar Anak Sodong memeriahkan Misa dan
Perayaan Natal Lingkungan Herman Yosef Sodong. Anak-anak sanggar terlibat
dalam perayaan dengan menampilkan Wayang Sayur. Pada tanggal 3 dan 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Januari 2015 Sanggar Anak Sodong beserta lahan pembelajaran digunakan
sebagai tempat temu akbar OMK “BEDOSALUNG”, yaitu pertemuan Orang
Muda Katolik dari Paroki Bedono, Salatiga dan Ungaran beserta Mahasiswa
Sanata Dharma.
6) Ciri Khas Sanggar Anak Sodong
Kekhasan Sanggar Anak Sodong adalah pengembangan iman lewat
lingkungan hidup. Anak-anak sebagai pribadi beriman diarahkan untuk mencintai
serta menjadikan lingkungan hidup sebagai sahabatnya. Dasar yang dipakai dalam
sanggar ini adalah Kitab Kejadian 1–2:7. Konsentrasi pendampingan iman di
sanggar ini lebih pada lingkungan alam dengan mengutamakan pertanian sebagai
langkah untuk mendekatkan diri anak kepada alam dan memberikan kebebasan
untuk memelihara binatang peliharaan (marmut) sebagai usaha untuk mencintai
kehidupan serta melestarikan kehidupan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada
manusia.
7) Profil pendamping
Pada praktiknya anak-anak dapat belajar dari siapa pun. Namun dalam
kepengurusan Sanggar Anak Sodong dikelola oleh Ibu Rena dan Ibu Purwanti.
Kedua Ibu sebagai pendamping ini memiliki kesadaran yang tinggi untuk terus
memperhatikan anak-anak Sodong melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
sanggar. Bekerja dengan dedikasi tinggi membuat anak-anak di Sanggar Anak
Sodong begitu bahagia dengan kehadiran pendamping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
g. Sanggar Anak Fransiskus, Ignatius dan Aloysius (Fransyola)/Sanggar
Anak Wawar
1) Latar Belakang Sejarah Sanggar Anak Wawar
Seiring berkembangnya waktu seperti sanggar-sanggar yang ada di Paroki
St. Thomas Rasul Bedono, Sanggar Anak Wawar juga ikut berjuang untuk
mengumpulkan anak-anak. Sanggar Anak Wawar berjuang untuk mengajak anak-
anak ikut serta ambil bagian dalam pewartaan. Sanggar Anak Wawar berusaha
untuk menumbuhkembangkan pendampingan anak secara personal maupun
kelompok dengan segala usaha.
Pada tahun 2011 kegiatan yang dilaksanakan berupa kegiatan PIA yang
biasa dan dilaksanakan pada hari sabtu dengan didampingi oleh siswa-siswi SMA
Sedes Sapientiae. Banyak tantangan dan rintangan yang dialami sanggar selama
melaksanakan kegiatannya. Pada tahun 2012 kegiatan PIA mengalami kemacetan
karena kekurangan tenaga pendamping dan beberapa anak yang pindah tempat
tinggal.
Kendati demikian Sanggar Anak Wawar tetap bersemangat dalam
mengusahakan pendampingan dan pembinaan anak lewat berbagai kegiatan, ikut
ambil bagian dalam pewartaan Gereja. Anak-anak mulai berkumpul kembali pada
saat mengikuti kegiatan Lustrum Paroki pada tahun 2013. Anak-anak
menampilkan drama dan mendapatkan juara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Pada tahun 2015 Sanggar Anak Wawar kembali membangun semangat,
dengan mengganti nama sanggar menjadi Fransyola. Fransyola merangkul
lingkungan Fransikus, Ignatius dan Alosius.
2) Kekhasan Sanggar Anak Wawar
Sanggar Anak Fransyola memiliki kekhasan dalam bidang seni drama.
Sanggar ini merupakan sanggar yang penuh perjuangan dalam proses berdirinya.
Sanggar ini memiliki pendamping yang khas yaitu dari guru dan siswa SMA
Sedes Bedono.
3) Pengalaman Kegiatan Paroki
Sanggar Anak Fransyola pernah berpartisipasi dalam Lustrum Paroki
Bedono. Sanggar Anak Fransyola pada saat itu menampilkan pertunjukan drama.
Prestasi yang diperoleh oleh Sanggar Anak Fransyola adalah Juara III Festival
Visualisasi Kitab Suci di Kapel St. Anna Nawangsari.
h. Sanggar Anak Bocah Dlimas (Sanak Bomas)
Sanggar Anak Bocah Dlimas adalah sanggar anak yang berdiri di dusun
kecil yang bernama dusun Dlimas. Latar belakang Sanggar Anak Bomas adalah
kegiatan Festival Kesenian Sanggar Anak Bedono tahun 2015. Sanggar ini
merupakan sanggar paling muda di antara sanggar-sanggar anak yang lain.
Keberadaan Sangga Anak Bomas memberikan warna tersendiri bagi Paroki Santo
Thomas Rasul Bedono. Sanggar Anak Bomas unik dengan kegiatan tradisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
gerejani yakni doa rosario, doa novena, dan berbagai macam doa dengan
mengikuti kalender liturgi Gereja. Sanggar Anak Bomas juga unik dengan teater
dengan bahasa Jawa. Cerita yang diangkat selalu berwawasan tentang Kitab Suci,
cerita rakyat, dan cerita pengalaman hidup seperti pada teknik naratif
eksperiensial. Cerita itu dibuat teater dengan bahasa Jawa menarik dengan
berbagai iringan alat musik tradisional.
4. Nilai-Nilai yang Diperjuangkan
a. Pengembangan Paguyuban Iman
Nilai yang diperjuangkan oleh sanggar anak adalah berlatih untuk hidup
menjemaat dengan umat. Pembinaan iman juga mengantar orang untuk masuk
dalam kehidupan umat serta seterusnya. Anak perlu sejak awal merasakan bahwa
mereka merupakan bagian dari umat. Iman mereka merupakan bagian dari iman
seluruh umat beriman. Mereka mengalami bahwa mereka bukan hanya obyek,
tetapi juga subyek dalam kehidupan umat (Nota Pastoral, 2008: 30).
Sanggar anak menjadi tempat di mana anak berlatih untuk hidup bersama
dengan anak yang seiman, berlatih menjadi pribadi yang sosial dengan komunitas
yang ada, dengan begitu anak menjadi pribadi yang tangguh dalam komunio
Gereja.
b. Toleransi Agama
Keterlibatan anak dalam masyarakat plural memberikan ketangguhan dan
jiwa sosial anak sanggar. Sanggar menjadi bagian dalam masyarakat berjuang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
untuk menjadi pribadi yang berpengaruh dalam masyarakat. Banyak kasus yang
telah terjadi bahwa sanggar anak menjadi bagian dari masyarakat dengan
diundangnya sebagai pengisi acara dalam merti dusun, HUT RI, Idul Fitri, dan
acara-acara yang lain.
Sanggar anak menjadi salah satu wujud dari Nota Pastoral 2008,
bagaimana paguyuban anak ini menjadi tempat keterlibatan dalam upaya Gereja
untuk berdialog dengan mereka yang berkeyakinan lain. Paguyuban iman anak
(Sanggar Anak Bedono) dapat berjejaring dengan paguyuban-paguyuban serupa
baik yang berasal dari Gereja-Gereja Kristen lain maupun dari agama-agama lain.
Melalui perjumpaan semacam itulah, anak terlibat dalam pembangunan umat yang
terbuka terhadap umat beriman lain (2008: 38).
c. Ekologi
Upaya untuk mengikuti Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah terkait
pula dengan upaya melestarikan keutuhan ciptaan. Alam semesta yang diciptakan
baik oleh Allah rusak oleh keserakahan manusia. Bila dosa manusia merupakan
akar dari kehancuran ciptaan, maka penebusan manusia dari kuasa dosa juga
menjadi pemulihan keutuhan ciptaan. Manusia yang dipulihkan martabatnya
sebagai “gambaran dan rupa Allah” (Kej. 1: 27), bertugas menghadirkan kembali
penyelenggaraan Allah atas keutuhan ciptaan (Nota Pastoral KAS, 2008: 42).
Sejak awal anak dapat dilibatkan dalam upaya melestarikan keutuhan
ciptaan. Keterlibatan ini dapat diwujudkan dengan memperkenalkan anak pada
bahaya pemanasan global dan perlunya menjaga keutuhan ciptaan, maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dengan mengajak anak melakukan karya konkrit seperti menanam pohon untuk
menghijaukan lahan yang gersang, tidak membuang sampah sembarangan,
maupun berhemat dalam penggunaan air. Melalui keterlibatan kecil itulah, anak
dilibatkan dalam upaya Gereja menampilkan Kerajaan Allah dengan melestarikan
keutuhan ciptaan (Nota Pastoral KAS, 2008: 43).
d. Penguatan Seni Budaya Lokal
Sanggar sebagai paguyuban menjadi contoh yang baik untuk penguatan
seni budaya lokal. Pendampingan dan pewartaan dilakukan oleh komunitas ini
dengan cara menggunakan apa yang ada di sekitarnya. Konsep penggunaan apa
yang ada di sekitarnya ini juga mencakup seni budaya lokal. Dengan prinsip
lokalitas, maka seni budaya semakin diperkuat dengan kehadiran sanggar anak
sebagai paguyuban iman yang melestarikan budaya lokal.
e. Tanggung Jawab sebagai Anggota Gereja
Sesuai dengan Nota Pastoral KAS tahun 2008, paguyuban anak baik jika
dilibatkan dalam kegiatan menggereja secara umum. Keikutsertaan anak dalam
kehidupan umat ini dapat dimulai dari keterlibatan di lingkungan maupun dalam
perayaan liturgi Gereja, seperti ambil bagian sebagai putra-putri altar, lektor,
anggota koor, pembawa persembahan, dan petugas lainnya (2008: 30).
Berdasarkan Nota Pastoral KAS tersebut sanggar anak di Paroki Bedono
mencoba untuk melibatkan sanggar dalam kegiatan liturgi dengan menjadwal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
tugas koor, lektor, mazmur, dirigen, misdinar, dan petugas yang lain. Anak juga
diberikan kesempatan untuk mengisi acara di berbagai kegiatan umat.
Kegiatan liturgi yang diikuti juga tidak hanya terbatas dalam lingkungan
atau wilayahnya saja tetapi sanggar juga mendapatkan kesempatan untuk bertukar
tempat dalam melambungkan pujian. Paroki juga memberikan kesempatan yang
lebih luas lagi dengan membawa sanggar-sanggar secara bergantian untuk terlibat
dalam liturgi di luar Paroki Bedono.
f. Identitas Iman
Sanggar Anak Bedono sebagai paguyuban bagi anak-anak memberikan
dampak yang positif. Anak menjadi tangguh dalam iman Katolik dan merasa
bangga menjadi orang yang beriman Katolik. Sanggar anak juga membawa anak-
anak pada penghayatan misteri kehadiran Kristus secara lebih mendalam lewat
kegiatan yang kreatif dan berbeda.
g. Fleksibilitas Sanggar
Sanggar anak sebagai paguyuban juga menjadi sebuah trobosan baru bagi
proses pendampingan iman. Paguyuban yang selalu mengembangkan dirinya
sebagai komunitas Katolik sekaligus juga dapat menjadi media pewartaan bagi
Gereja untuk memberitahukan kepada seluruh dunia jika Kristus adalah
penyelamat. Sanggar sebagai paguyuban umat beriman juga bisa menjadi
paguyuban milik masyarakat di mana sanggar berdiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
E. Sanggar Anak Bedono sebagai Alternatif Pendampingan Iman Anak
Sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul merupakan sebuah alternatif
yang dapat digunakan sebagai Pendampingan Iman Anak. Dalam kerangka ini
Sanggar Anak Bedono menjadi salah satu aktualisasi dari surat gembala
Benediktus XVI dalam rangka menyambut Hari Komunikasi Sosial se-Dunia ke-
43 yang menyatakan:
“Pada awal kehidupan Gereja para Rasul bersama murid-muridnya
mewartakan kabar gembira tentang Yesus Kristus kepada dunia
orang Yunani dan Romawi. Sudah sejak masa itu, keberhasilan
karya evangelisasi menuntut perhatian yang seksama dalam
memahami kebudayaan dan kebiasaan bangsa-bangsa kafir
sehingga kebenaran Injil dapat menjamah hati dan pikiran mereka.
Dengan demikian juga pada masa kini, karya pewartaan Kristus
dalam dunia teknologi baru menuntut suatu pengetahuan yang
mendalam tentang dunia kalau teknologi itu dipergunakan untuk
melayani perutusan kita secara berdayaguna”.
Paus menyampaikan pesan bahwa evangelisasi akan menjadi hidup jika
melalui kebudayaan dari bangsa-bangsa dimana Injil itu diwartakan. Sanggar anak
sebagai usaha merangkul kembali kebudayaan sekitar dan terbiasa menggunakan
alat yang ada untuk menjadi media pewartaan bagi anak-anak dan bagi
masyarakat luas. Sanggar anak menjadi pendampingan iman yang kontekstual
sebagai langkah nyata Gereja bagi anak-anak. Pusat kegiatan sanggar pun di
tengah masyarakat majemuk.
Benedictus XVI dalam buku Iswarahadi (2013: 89) mengatakan bahwa
tantangan pendidikan iman adalah anak-anak dan orang muda. Benedictus XVI
mengatakan bahwa generasi masa depan adalah generasi digital. Generasi anak-
anak zaman sekarang akan menjadi generasi digital, maka dari itu anak
membutuhkan pendampingan yang ekstra untuk mencapai pribadi yang utuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pendampingan tidak hanya bersifat abstrak tetapi lebih pada praktik yang
membuat anak mampu mengalami dan merasakan bagaimana kehidupan di zaman
digital.
Kegiatan yang dilakukan oleh Sanggar Anak Bedono lebih bersifat
praktik sebagai latihan rohani. Banyak juga kegiatan yang orang banyak bilang
sebagai kegiatan profan. Tetapi dalam proses pendampingan anak-anak diarahkan
untuk mengenali kegiatan dan belajar memiliki sikap kritis terhadap berbagai
gerakan nabi-nabi palsu yang dapat menggoyahkan hidup rohaninya. Pernyataan
ini juga didukung dengan pernyataan dari Iswarahadi dalam bukunya yang
berjudul Media & Pewartaan Iman bahwa lebih baik anak-anak dikenalkan pada
gerakan roh, gerakan nabi-nabi palsu yang ada dalam media-media karena dengan
begitu anak-anak telah melatih hidup rohaninya daripada hanya menyampaikan
rumusan-rumusan/ajaran saleh (2013: 101).
Pendidikan Iman Anak melalui sanggar anak menjadi salah satu wujud
pewartaan Gereja yang nyata. Pusat kegiatan bukan lagi di gedung paroki,
melainkan ada dalam bagian dari masyarakat luas. Pernyataan ini menjadi
aktualisasi dari Paus Fransiskus dalam surat gembala Hari Komunikasi Sosial se-
Dunia ke-48 demikian,
“Kita dipanggil untuk menunjukkan bahwa Gereja adalah rumah
semua orang. Apakah kita mampu menayangkan gambaran dari
sebuah Gereja demikian? Komunikasi adalah suatu sarana untuk
mengungkapkan panggilan misioner dari seluruh Gereja; dewasa ini
jejaring sosial adalah salah satu jalan untuk mengalami panggilan ini
guna menemukan kembali keindahan dari iman, kecantikan
perjumpaan dengan Kristus. Dalam lingkup komunikasi juga, kita
perlu sebuah Gereja yang mampu membawa kehangatan dan
menggerakkan hati.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Sanggar anak menjadi salah satu alternatif pemeliharaan iman anak
sekaligus anak menjadi pelaku utama yang berani mewartakan misi Gereja.
Dengan pelaku anak-anak semua orang tidak akan ada yang berani melarang dan
berusaha melawan kegiatan mereka karena dalam konsep masyarakat anak-anak
merupakan harta yang harus dilindungi oleh semua orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB III
PERANAN SANGGAR ANAK
SEBAGAI ALTERNATIF PENDAMPINGAN IMAN ANAK
DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO
Pada bab III penulis memaparkan metodologi penelitian yang meliputi
latar belakang penelitian, tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode
penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian, variabel penelitian, hasil
dan pembahasan penelitian, rangkuman hasil penelitian dan refleksi terhadap hasil
penelitian. Hal ini diperlukan supaya instrumen valid dan data yang didapat akurat
serta terpercaya.
A. Latar Belakang Penelitian
Perbedaan agama, perbedaan ekonomi, perbedaan pandangan, menjadi
salah satu kekawatiran tentang pribadi anak di masa depan jika anak hanya dididik
dengan alat yang canggih yang tersedia di zaman digital ini tanpa diajarkan untuk
membangun komunitas baik dalam iman maupun masyarakat luas. Berbagai
upaya dilakukan oleh banyak umat di paroki-paroki untuk mengantisipasi hal
tersebut. Hasil pengamatan penulis di beberapa paroki faktanya masih ada yang
mendidik anak dengan model Sekolah Minggu pada waktu perayaan Ekaristi
berlangsung. Penulis berpendapat bahwa keadaan ini membuat anak semakin
terpisah dengan makna perayaan Ekaristi di mana Yesus secara nyata hadir dalam
rupa roti dan anggur. Anak akan merasa asing dengan perayaan Ekaristi. Model
seperti ini juga pernah digunakan di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono sebelum
sanggar anak berdiri. Semakin hari dirasakan model Sekolah Minggu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
berlangsung saat perayaan Ekaristi dapat menyingkirkan anak dari Gereja,
padahal diketahui jika anak-anaklah “empunya Kerajaan Allah” (lih Mrk 10:14).
Sanggar anak merupakan wujud kegiatan dari Paroki Santo Thomas
Rasul Bedono untuk membawa anak-anak kembali ke dalam perayaan Ekaristi.
Sanggar anak juga menjadi wadah pengembangan iman yang kontekstual dalam
paroki. Pada saat perayaan Ekaristi anak-anak diberikan tempat dalam liturgi
untuk melambungkan pujiannya. Peranan anak menjadi sangat penting dalam
perayaan Ekaristi. Anak menjadi bagian utuh dari umat dan anak menjadi wajah
kegembiraan Gereja.
Sanggar anak menjadi model yang digunakan di Paroki Santo Thomas
Rasul Bedono sebagai bentuk kegiatan pastoral dalam pendampingan iman anak.
Oleh sebab itu penulis tergerak untuk meneliti peranan sanggar anak sebagai
alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendampingan iman anak di
Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
2. Untuk mengetahui peranan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan
iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penggunaan
sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo
Thomas Rasul Bedono.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015. Tempat pelaksanaan
penelitian adalah di Paroki Santo Thomas Rasul Kabupaten Semarang.
D. Metode Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dalam pelaksanaan
penelitian. Metode penelitian deskripsi menurut Notoatmodjo (2010: 35) adalah
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Menurut Travers dalam buku
Umar, metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang
tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab
dari gejala tertentu (1998: 81).
Penelitian deskriptif mempunyai ciri berhubungan dengan keadaan yang
terjadi saat ini, menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun
diuraikan satu per satu, dan variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada
perlakuan (treatment). Penelitian deskriptif pada umumnya menggunakan survei
sebagai metode pengumpulan data (Kountur, 2005: 105-106).
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini
adalah penelitian kuantitatif dan responden adalah subyek yang mengetahui
proses pendampingan iman anak dalam sanggar anak di Paroki Santo Thomas
Rasul Bedono. Artinya apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah
benar dan dapat dipercaya (Sutrisno Hadi, 2004: 79).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data yang digunakan penulis adalah kuesioner langsung.
Kuesioner tersebut ditujukan bagi para pendamping, anak, dan orang tua sanggar
anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Menurut Sutrisno Hadi, kuesioner
langsung terjadi apabila pertanyaan dikirim langsung kepada orang yang dimintai
pendapat atau keyakinannya (2004: 178). Pengumpulan data menggunakan skala
Likert dengan pernyataan Sangat Setuju, Setuju, Netral, Tidak Setuju, dan Sangat
Tidak Setuju (Riduwan, 2011: 87)
F. Responden Penelitian
Responden penelitian yang digunakan oleh penulis adalah pendamping
Sanggar Anak di Paroki Bedono. Dari hasil survei, pendamping Sanggar Anak di
Paroki Bedono berjumlah 21 orang dengan rincian sebagai berikut: 3 (tiga)
pendamping Sanggar Anak Sadang, 2 (dua) pendamping Sanggar Anak Sodong, 5
(lima) pendamping Sanggar Anak Pelangi, 3 (tiga) pendamping Sanggar Anak
Pasbolo, 2 (dua) pendamping Sanggar Anak Wawar, 3 (tiga) pendamping Sanggar
Anak Krajan, 2 (dua) pendamping Sanggar Anak Piningit, 1 (satu) pendamping
Sanggar Anak Bocah Dlimas.
Dalam penentuan jumah responden penulis mengambil semua responden
yang ada yaitu 21 orang pendamping yang menangani proses kegiatan sanggar
anak. Penulis mengambil teori dari Suharsimi sebagai dasar bahwa jika subjeknya
kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi (2002: 112).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
G. Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian, aspek yang diuji, indikator, jumlah soal dan
item soal yang ditujukan kepada pendamping adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Variabel Penelitian
No Variabel Aspek yang
Diuji
Indikator Jumlah
Soal
Item
Soal
Identitas
Responden
Menyebutkan nama lengkap 5 1
Memberikan informasi jenis
kelamin
2
Menunjukkan usia 3
Menunjukkan tingkat pendidikan 4
Menyebutkan asal sanggar 5
1 Proses
Pendampingan
Iman Anak
Pengertian
Pendampingan
Iman Anak
Menunjukkan bahwa
Pendampingan Iman anak adalah
proses membimbing dan
mendidik anak sejak usia dini
khususnya dalam hal pendidikan
iman
1 6
Tujuan
pendampingan
Menunjukkan jika tujuan
pendampingan iman anak adalah
membantu orang tua dalam
usaha mendampingi anak dalam
iman dan kepribadian anak
1 7
Ciri khas
pendampingan
iman anak
Menunjukkan bahwa
pendampingan iman anak harus
memiliki suasana yang santai,
yakni gembira, bebas, dan
bermain
3 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
No Variabel Aspek yang
Diuji
Indikator Jumlah
Soal
Item
Soal
Menunjukkan bahwa
pendampingan iman anak
mempunyai ciri khas yang
mendalam dengan berpola pada
Yesus, terbuka pada siapa saja
9
Menunjukkan bahwa
pendampingan iman anak dapat
menyatukan anak-anak sebagai
bagian dari umat Allah dalam
Gereja-Nya
10
Spiritualitas
pendamping
iman bagi
anak-anak
Menunjukkan bahwa
pendamping harus memiliki
kerendahan hati, beriman
dewasa, Kristosentris, terbuka
pada semua anak, mampu
bekerja sama dan saling
melengkapi, mencintai kitab
suci, dan memiliki semangat
serta mau berkorban demi anak
8 11-18
2 Peranan
Sanggar Anak
sebagai
Alternatif
Pendampingan
Iman Anak di
Paroki Santo
Thomas Rasul
Bedono
Arti sanggar
anak
Menunjukkan bahwa sanggar
anak merupakan rumah tumbuh
iman anak, di mana iman anak
dipupuk dan disiram agar dapat
bertumbuh dan berkembang
secara utuh dan berbuah sesuai
dengan potensi, konteks, dan
zamannya sehingga anak dapat
mengelola kehidupannya serta
1 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
No Variabel Aspek yang
Diuji
Indikator Jumlah
Soal
Item
Soal
dapat menghadirkan perubahan
yang baik untuk sekitarnya.
Dasar sanggar
anak
Menunjukkan bahwa sanggar
anak merupakan pendampingan
menuju pribadi yang utuh
3 20
Menunjukkan bahwa dengan
sanggar anak mampu
membentuk pribadi beriman
melalui kearifan lokal atau nilai
budaya tradisional
21
Menunjukkan bahwa dengan
sanggar anak mampu
mengangkat lokalitas tempat di
mana anak tinggal
22
Tujuan
Sanggar Anak
Menunjukkan bahwa sanggar
anak bertujuan untuk mendidik
anak sebagai pribadi beriman
yang utuh
5 23
Menunjukkan bahwa dengan
proses kegiatan sanggar anak
mampu mendidik anak untuk
mencintai lingkungan hidupnya
sebagai usaha membawa anak
bersyukur dan mau memelihara
ciptaan Tuhan
24
Menunjukkan bahwa kegiatan
sanggar anak dapat menjadi
katekese bagi anak-anak yang
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
No Variabel Aspek yang
Diuji
Indikator Jumlah
Soal
Item
Soal
kontekstual dengan lingkungan
hidupnya
Menunjukkan bahwa sanggar
anak menjadi tempat Gereja
Lokal berevangelisasi
26
Menunjukkan bahwa sanggar
anak dapat merangkul siapa saja
termasuk umat beda agama
27
Metode
pendampingan
di sanggar
anak
Menunjukkan bahwa
pendampingan dengan sanggar
anak dapat melibatkan semua
umat untuk menjadi pendamping
1 28
Nilai-nilai
yang
diperjuangkan
sanggar anak
Menunjukkan jika sanggar anak
mampu melatih anak untuk
membentuk paguyuban seiman
7 29
Menunjukkan jika kegiatan
sanggar anak dapat membawa
anak untuk belajar toleransi
agama
30
Menunjukkan bahwa dengan
sanggar anak, anak dapat
semakin mencintai alam ciptaan
dan mau memeliharanya
31
Menunjukkan bahwa dengan
proses kegiatan sanggar anak
semakin menguatkan dan
mencintai seni budaya lokal
32
Menunjukkan bahwa dengan 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
No Variabel Aspek yang
Diuji
Indikator Jumlah
Soal
Item
Soal
kegiatan sanggar anak semakin
melatih tanggungjawab untuk
hidup menggereja
Menunjukkan bahwa dengan
kegiatan sanggar anak, anak
semakin bangga menjadi orang
yang beriman Katolik
34
Menunjukkan bahwa dengan
sanggar anak dapat menjadi
berkat bagi siapa saja yang
membutuhkan pelayanan
35
Sanggar anak
dapat sebagai
alternatif
pendampingan
iman anak
Menunjukkan bahwa dengan
mengikuti sanggar anak Gereja
mengaktualisasikan bahwa
pendidikan iman yang
kontekstual
5 36
Menunjukkan bahwa dengan
sanggar anak Gereja mampu
berevangelisasi
37
Menunjukkan bahwa kegiatan
sanggar anak dengan banyak
pendamping mampu membawa
anak pada iman yang lebih
mendalam
38
Menunjukkan bahwa proses
pendampingan iman anak
menjadi lebih utuh dengan
sanggar anak
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
No Variabel Aspek yang
Diuji
Indikator Jumlah
Soal
Item
Soal
Menunjukkan bahwa sanggar
anak bisa menjadi alternatif
proses pendampingan iman anak
yang baik dilakukan oleh paroki-
paroki yang lain
40
Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Menunjukkan tentang proses
kegiatan sanggar anak yang
mendapat dukungan dari Romo
Paroki, Dewan Paroki, dan
seluruh umat
10 41
Menunjukkan jika metode yang
dimiliki sanggar anak cocok
untuk anak-anak
42
Menunjukkan bahwa anak
tertarik dan bersemangat
mengikuti sanggar anak
43
Menunjukkan jika kegiatan-
kegiatan bersama, kelompok,
dan sanggar mampu membawa
anak semakin rajin dalam
kegiatan menggereja
44 -46
Menunjukkan kesulitan
pendamping dalam hal materi
pendampingan iman
47
Menunjukkan kesulitan
pendamping dalam persiapan
media yang cocok bagi kegiatan
sanggar anak dan lingkungan
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
No Variabel Aspek yang
Diuji
Indikator Jumlah
Soal
Item
Soal
sekitar
Menunjukkan bahwa sanggar
anak diminati dan mendapat
dukungan dari masyarakat
sekitar
49
Menunjukkan bahwa orang tua
selalu mendukung anaknya
untuk terlibat dalam sanggar
anak
50
H. Hasil dan Pembahasan Penelitian
Pada bagian berikut akan dibahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan
sebagai alternatif kegiatan pendampingan iman anak dalam Sanggar Anak di
Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang. Jumlah kuesioner yang
disebarkan adalah 21 kuesioner, dan dari jumlah tersebut 21 kuesioner telah
dikembalikan. Laporan hasil penelitian ini akan diuraikan dalam bentuk tabel
yang terdiri dari: Identitas responden, proses pendampingan iman anak yang
berlangsung di Paroki Bedono, Peranan Sanggar Anak Paroki Bedono, dan Faktor
Pendukung dan Penghambat.
1. Identitas Responden
Tabel berikut ini memaparkan tentang identitas responden sesuai dengan
data yang diperoleh di lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 2. Identitas Responden
No
Item
Identitas Responden Alternatif
Jawaban
Jumlah Dalam Persen
(%)
2 Jenis Kelamin Laki-laki 7 33
Perempuan 14 67
3 Umur 11 – 20 2 10
21 – 30 4 19
31 – 40 4 19
41 – 50 7 33
51 – 60 4 19
4 Tingkat Pendidikan SMP 5 24
SMA/SMK 10 48
S1 5 24
S2 1 5
5 Pendamping Sanggar Sadang 3 14
Sodong 2 10
Pelangi 5 24
Pasbolo 3 14
Wawar 2 10
Krajan 3 14
Piningit 2 10
Bocah Dlimas 1 5
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang aktif dalam sanggar
anak terdapat 14 orang pendamping perempuan atau 67% dari keseluruhan
pendamping sanggar di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Sedangkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
pendamping yang berjenis kelamin laki-laki ada 7 orang (33%). Untuk kategori
usia, sebagian besar responden berumur 41-50 (33%), 21-30 (19%), 31-40 (19%),
51-60 (19%), 11-20 (10%). Tingkat pendidikan responden mayoritas adalah
SMA/SMK sebanyak 10 orang (48%), tingkat pendidikan Sarjana Strata 1
sebanyak 5 orang (24%), tingkat pendidikan SMP ada 5 orang (24%), dan tingkat
pendidikan S2 ada 1 orang (5%). Setiap Sanggar Anak memiliki jumlah
pendamping yang berbeda-beda, pendamping paling banyak adalah sanggar anak
Pelangi dengan 5 pendamping.
Melalui hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pendamping
sanggar tidak terbatas oleh umur dan tingkat pendidikan. Hal ini menunjukkan
bahwa metode sanggar anak berjalan baik, yakni semua umat bisa menjadi
pendamping, tidak terbatas dari umur, latar belakang ekonomi, tingkat
pendidikan, maupun jenis kelamin.
2. Proses Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan tentang bagaimana kegiatan
Pendampingan Iman Anak yang terjadi di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono
yang dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. Proses Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
6 Pendampingan iman
anak adalah proses
a. Sangat Setuju
b. Setuju
15
6
71
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
membimbing dan
mendidik anak sejak
usia dini khususnya
dalam hal kepribadian
beriman.
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
0
0
0
0
0
0
7 Tujuan dari suatu
kegiatan
pendampingan iman
anak adalah membantu
orang tua dalam usaha
mendampingi anak
dalam iman dan
kepribadian anak.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
14
7
0
0
0
67
33
0
0
0
8 Pendampingan iman
anak harus memiliki
suasana yang santai,
yakni gembira, bebas,
dan bermain.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
12
9
0
0
0
57
43
0
0
0
9 Pendampingan iman
anak mempunyai ciri
khas yang mendalam
dengan berpola pada
Yesus, terbuka pada
siapa saja.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
12
6
3
0
0
57
29
14
0
0
10 Pendampingan iman
anak dapat
menyatukan anak-anak
sebagai bagian dari
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
15
5
1
0
71
24
5
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
umat Allah dalam
Gereja-Nya.
e. Sangat Tidak Setuju 0 0
11 Pendamping dalam
mendampingi iman
anak harus memiliki
kerendahan hati.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
10
10
1
0
0
48
48
5
0
0
12 Pendamping dalam
mendampingi iman
anak harus berpusat
pada Kristus.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
10
5
5
1
0
48
24
24
5
0
13 Pendamping dalam
mendampingi iman
anak harus beriman
dewasa.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
5
12
3
1
0
24
57
14
5
0
14 Pendamping dalam
mendampingi iman
anak harus terbuka
pada semua, termasuk
anak yang belum
dibaptis dan belum
Katolik.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
15
5
1
0
0
71
24
5
0
0
15 Pendamping dalam
mendampingi iman
anak harus mampu
bekerja sama dengan
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
14
7
0
0
67
33
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
orangtua, anak, dan
umat serta dapat saling
melengkapi.
e. Sangat Tidak Setuju 0 0
16 Pendamping dalam
mendampingi iman
anak mempunyai
kecintaan dengan
Kitab Suci.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
9
6
6
0
0
42
29
29
0
0
17 Pendamping dalam
mendampingi iman
anak harus memiliki
semangat pelayanan
dan mau mencintai
anak.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
19
2
0
0
0
90
10
0
0
0
18 Pendamping dalam
mendampingi iman
anak harus rela
berkorban demi anak.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
10
10
1
0
0
48
48
4
0
0
Pada item nomor 6 terdapat 15 responden (71%) sangat menyetujui
pernyataan tentang pendampingan iman anak adalah proses membimbing dan
mendidik anak sejak usia dini khususnya dalam hal kepribadian beriman, dan
sisanya menjawab setuju sebanyak 6 (29%) responden. Hal ini menunjukkan
bahwa semua responden sepakat jika pendampingan iman itu berurusan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
bimbingan dan pendidikan anak sejak dini demi membangun kepribadian hidup
beriman anak.
Pada pernyataan nomor 7 terdapat 14 (67%) responden menyatakan
sangat setuju jika tujuan dari suatu kegiatan pendampingan iman anak adalah
membantu orang tua dalam usaha mendampingi anak dan kepribadian anak, dan 7
(33%) responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa semua responden sepakat jika orang tua adalah
penanggungjawab utama dalam rangka mendidik dan mendampingi anak dalam
iman dan kepribadiaannya, pendamping hanya sebagai orang yang membantu
berlangsungnya pendampingan iman tersebut.
Pada item nomor 8 sebanyak 12 (57%) responden menyatakan sangat
setuju dan terdapat 9 (43%) responden menyatakan setuju untuk pernyataan jika
pendampingan iman anak harus memiliki suasana yang santai. Seluruh responden
menyatakan sepakat dengan pendampingan iman anak yang memiliki suasana
santai. Hal ini menjadi bukti bahwa pendamping berusaha menyelenggarakan
kegiatan pendampingan iman bagi anak dengan suasana yang santai, yakni
gembira, bebas dan bermain.
Pada item nomor 9 responden sebanyak 12 orang (57%) menyatakan
sangat setuju, 6 orang (29%) menyatakan setuju jika pendampingan iman
mempunyai ciri khas mendalam dan berpola pada Yesus, terbuka pada siapa saja.
Ada 14% responden yang menyatakan netral dengan pernyataan tersebut. Dilihat
dari prosentase jawaban responden berarti dapat dikatakan bahwa pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
iman anak harus mempunyai ciri khas yang mendalam dengan berpola pada Yesus
dan terbuka pada siapa saja.
Pada item nomor 10 terdapat 15 (71%) responden menyatakan sangat
setuju dan 5 (24%) menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa pendampingan
iman anak dapat menyatukan anak-anak sebagai bagian dari Gereja. Ada
responden sebanyak 1 (5%) orang yang menjawab netral. Item ini menunjukkan
bahwa proses pendampingan iman anak yang terjadi di Paroki Bedono dapat
menyatukan anak dengan umat yang lain.
Pada item 11 terdapat 10 (48%) responden yang menyatakan sangat
setuju, 10 (48%) responden yang menyatakan setuju, dan 1 (5%) responden
menyatakan netral jika pendamping dalam mendampingi iman anak harus
memiliki kerendahan hati. Pernyataan dari responden ini dapat dikatakan bahwa
kerendahan hati menjadi usaha yang dicapai oleh pendamping dalam proses
pendampingan iman anak.
Pada Item 12 terdapat 10 (48% ) responden menyatakan sangat setuju, 5
(24%) responden setuju, dan 5 (24%) responden netral dengan pernyataan jika
pendamping harus berpusat pada Kristus. Terdapat 1 (5%) responden yang
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Sebagian besar responden
sepakat jika pendamping memiliki pusat hidupnya yakni Kristus. Pernyataan ini
menunjukkan bahwa pendamping senantiasa mengupayakan supaya proses
pendampingan berjalan dengan Kristus sebagai pusatnya.
Pada item 13 terdapat 5 (24%) responden menyatakan sangat setuju, 12
(57%) menyatakan setuju, dan 3 (14%) menyatakan netral dengan pernyataan jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
pendamping harus beriman dewasa, ada 1 (5%) responden yang menyatakan tidak
setuju dengan pernyataan tersebut. Dilihat dari prosentase jawaban dari responden
dapat digambarkan bahwa pendamping selalu mengusahakan pendampingan iman
anak dengan beriman dewasa.
Pada pernyataan nomor 14 terdapat 15 (71%) responden menyatakan
sangat setuju dan 5 (24%) responden yang menyatakan setuju jika pendamping
dalam mendampingi iman anak harus terbuka pada semua anak, sisanya adalah 1
(5%) responden dengan memberikan pernyataan netral. Pernyataan ini
menggambarkan jika pendamping selalu berupaya terbuka kepada semua anak
termasuk yang belum dibaptis dan belum Katolik dalam pendampingan iman anak
yang berlangsung.
Pada item 15 terdapat 14 (67%) responden yang menyatakan sangat
setuju dan 7 (33%) responden yang menyatakan setuju jika pendamping dalam
mendampingi iman anak harus mampu bekerja sama dengan orang tua, anak, dan
umat serta saling melengkapi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa seluruh
pendamping senantiasa mengupayakan komunikasi dan kerjasama dengan orang
tua dan umat serta saling melengkapi satu sama lain demi tercapainya
pendampingan iman anak yang maksimal.
Pada item 16 terdapat 9 (42%) responden yang menyatakan sangat setuju
dan 6 (29%) setuju dengan pernyataan jika pendamping mempunyai kecintaan
dengan Kitab Suci, serta 29% responden menyatakan netral. Dari pernyataan item
ini dapat digambarkan jika sebagian besar pendamping setuju dengan Kitab Suci
sebagai hal yang dicintai. Maksudnya adalah Kitab Suci selalu menjadi pegangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
hidup dalam melaksanakan pendampingan iman anak dan menjadi penerang
pengalaman hidupnya bersama anak-anak.
Pada item 17 dengan pernyataan jika pendamping dalam mendampingi
iman anak harus memiliki semangat pelayanan dan mau mencintai anak, sebanyak
19 (90%) responden menyatakan sangat setuju dan 2 (10%) menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa
proses pendampingan iman anak yang berlangsung dilandasi dengan semangat
pelayanan dan kecintaan pendamping kepada anak.
Pada item 18 pernyataan tentang pendamping dalam mendampingi iman
anak harus rela berkorban demi anak, terdapat 10 (48%) responden menyatakan
sangat setuju, 10 (48%) responden menyatakan setuju, dan 4% menyatakan netral
dengan item tersebut. Dari prosentase pernyataan seluruh responden dapat
dikatakan bahwa pelaksanaan pendampingan iman harus dilandasi dengan sikap
rela berkorban bagi anak.
3. Peranan Sanggar Anak sebagai Alternatif Pendampingan Iman Anak di
Paroki Santo Thomas Rasul Bedono
Pada bagian ini peneliti memaparkan peranan sanggar anak sebagai
alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
Peneliti memaparkan hasil penelitian dengan tabel sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tabel 4. Peranan Sanggar Anak sebagai Alternatif Pendampingan Iman
Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
19 Sanggar anak
merupakan rumah
tumbuh iman anak, di
mana iman anak
dipupuk dan disiram
agar dapat bertumbuh
dan berkembang
secara utuh dan
berbuah sesuai dengan
potensi, konteks, dan
zamannya sehingga
anak dapat mengelola
kehidupannya serta
dapat menghadirkan
perubahan yang baik
untuk sekitarnya.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
11
10
0
0
0
52
48
0
0
0
20 Sanggar anak
merupakan upaya
pendampingan menuju
pribadi yang utuh.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
10
11
0
0
0
48
52
0
0
0
21 Dengan kegiatan
sanggar anak, anak
terbentuk menjadi
pribadi yang beriman
melalui kearifan lokal
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
9
12
0
0
0
43
57
0
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
atau nilai budaya
tradisional.
22 Kegiatan sanggar anak
yang berupa
pendampingan iman
dengan tari-tarian
tradisional, lahan
sayur organik, musik
gamelan, drama
musikal, nyanyian
pujian, dan berbagai
kesenian daerah
mampu membuat anak
semakin dekat dengan
Yesus.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
10
11
0
0
0
48
52
0
0
0
23 Sanggar anak di
Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang,
Sanak Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit)
bertujuan untuk
mendidik anak sebagai
pribadi beriman yang
utuh.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
14
7
0
0
0
67
33
0
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
24 Kegiatan sanggar anak
mampu mendidik anak
untuk mencintai
lingkungan hidupnya
sebagai usaha
membawa anak
bersyukur dan mau
memelihara ciptaan
Tuhan.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
14
7
0
0
0
67
33
0
0
0
25 Kegiatan sanggar anak
dapat menjadi
katekese bagi anak-
anak sesuai dengan
lingkungan hidupnya
(kontekstual).
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
7
10
4
0
0
33
48
19
0
0
26 Sanggar anak di
Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang,
Sanak Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit)
menjadi tempat Gereja
Lokal mewartakan
nama Yesus (Kabar
Gembira).
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
14
6
1
0
0
67
29
4
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
27 Sanggar anak di
Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang,
Sanak Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit) dapat
merangkul siapa saja
termasuk umat beda
agama.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
17
3
1
0
0
81
14
5
0
0
28 Proses pendampingan
dengan sanggar anak
dapat melibatkan
semua umat untuk
menjadi pendamping
sesuai dengan
pekerjaan/keahliannya
masing-masing.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
15
5
1
0
0
71
24
5
0
0
29 Kegiatan sanggar anak
di Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang,
Sanak Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit)
mampu melatih anak
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
11
8
2
0
0
52
38
10
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
untuk membentuk
paguyuban seiman
sejak dini
30 Kegiatan sanggar anak
di Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang,
Sanak Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit) dapat
membawa anak untuk
belajar toleransi agama
dan mampu berteman
dengan pemeluk
agama lain.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
14
7
0
0
0
67
33
0
0
0
31 Dengan kegiatan
sanggar anak di Paroki
St. Thomas Rasul
(Sanak Sadang, Sanak
Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit) dapat
semakin mencintai
alam ciptaan dan mau
memeliharanya.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
13
8
0
0
0
62
38
0
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
32 Kegiatan sanggar anak
di Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang,
Sanak Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit)
semakin menguatkan
dan mencintai serta
menjadikan bangga
akan seni budaya lokal
yang dimilikinya.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
15
6
0
0
0
71
29
0
0
0
33 Proses kegiatan
sanggar anak di Paroki
St. Thomas Rasul
(Sanak Sadang, Sanak
Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit)
semakin melatih
tanggungjawab untuk
hidup menggereja
khususnya dalam
liturgi yang
ditunjukkan dengan
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
12
9
0
0
0
57
43
0
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
menjadi petugas koor,
putra altar, dan
petugas lagu pujian.
34 Dengan sanggar anak
di Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang,
Sanak Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit), anak
semakin bangga
menjadi orang yang
beriman Katolik.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
10
9
2
0
0
48
43
9
0
0
35 Kegiatan sanggar anak
dapat menjadi wujud
diakonia, karena anak-
anak dilatih untuk
saling melayani yang
ditunjukkan dalam
kunjungannya serta
tampilan-tampilan
yang dapat
memberikan
pelayanan bagi umat
dan masyarakat yang
membutuhkan.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
9
11
1
0
0
43
52
5
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
36 Sanggar anak di
Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang,
Sanak Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit) adalah
gerakan Gereja
sebagai katekese
kontekstual.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
8
11
2
0
0
38
52
10
0
0
37 Dengan sanggar anak
di Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang,
Sanak Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit) Gereja
mampu
berevangelisasi
ditunjukkan dengan
tempat kegiatan
sanggar yang berada di
tengah masyarakat.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
10
9
2
0
0
48
43
9
0
0
38 Kegiatan sanggar anak
dengan banyak
pendamping mampu
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
8
8
3
38
38
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
membawa anak
semakin cinta pada
Yesus.
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
2
0
10
0
39 Proses pendampingan
iman anak menjadi
lebih utuh dengan
model kegiatan
sanggar (Festival
Kitab Suci, Kesenian
Tradisional, tari-tarian,
lahan sayur, musik
tradisional, dll).
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
13
8
0
0
0
62
38
0
0
0
40 Sanggar anak di
Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang,
Sanak Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit) bisa
menjadi alternatif
proses pendampingan
iman anak yang baik
dilakukan oleh paroki-
paroki yang lain.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
16
5
0
0
0
76
24
0
0
0
Pada pernyataan nomor 19 sebanyak 11 (52%) responden menyatakan
sangat setuju dan 10 (48%) responden menyatakan setuju dengan pernyataan jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
sanggar anak merupakan rumah tumbuh iman anak, di mana iman anak dipupuk
dan disiram agar dapat bertumbuh dan berkembang secara utuh dan berbuah
sesuai dengan potensi, konteks, dan zamannya sehingga anak dapat mengelola
kehidupannya serta dapat menghadirkan perubahan yang baik untuk sekitarnya.
Dari pernyataan responden dapat dikatakan jika sanggar anak didirikan demi
pertumbuhan iman anak serta memelihara iman anak supaya dapat bertumbuh dan
berkembang sesuai dengan potensi, konteks, dan zamannya.
Pada item 20 terdapat 10 ( 48%) responden menyatakan sangat setuju dan
11 (52%) responden menyatakan setuju dengan pernyataan jika sanggar anak
merupakan upaya pendampingan menuju pribadi yang utuh. Pernyataan tersebut
dapat dikatakan jika sanggar anak dapat membantu anak menjadi pribadi yang
utuh, baik dalam kognitif, afektif, maupun keterampilannya.
Pada item 21 terdapat 9 (43%) responden yang menyatakan sangat setuju
dan 12 (57%) responden menyatakan setuju dengan pernyataan sanggar anak
dapat membantu mengembangkan anak menjadi pribadi yang beriman melalui
kearifan lokal atau nilai budaya tradisional. Pernyataan tersebut didukung seluruh
responden jika sanggar anak membantu anak menumbuhkembangkan iman melalu
kearifan lokal dimana anak hidup serta nilai budaya tradisional yang ada.
Pada item nomor 22 sebanyak 10 (48%) responden menyatakan sangat
setuju dan 52% menyatakan setuju dengan pernyataan jika kegiatan sanggar anak
yang berupa pendampingan iman dengan tari-tarian tradisional, lahan sayur
organik, musik gamelan, drama musikal, nyanyian pujian, dan berbagai kesenian
daerah mampu membuat anak semakin dekat dengan Yesus. Hal ini dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dikatakan bahwa dengan media pendampingan iman anak menggunakan sanggar
anak dengan materi pendampingan iman yang disajikan dengan tari-tarian
tradisional, lahan sayur organik, musik gamelan, drama musikal, nyanyian pujian,
dan kesenian daerah menjadi media yang efektif sebagai upaya pengenalan dan
membantu anak untuk mengalami kehadiran pribadi Yesus.
Pada item 23 sebanyak 14 (67%) responden menyatakan sangat setuju
dan 7 (33%) responden menyatakan setuju dengan pernyataan jika sanggar anak
mempunyai tujuan untuk mendidik anak sebagai pribadi beriman yang utuh. Hal
ini menunjukkan jika sanggar anak yang ada di Paroki St. Thomas Rasul Bedono
selalu mengupayakan pendidikan bagi anak menjadi pribadi yang beriman secara
utuh.
Pada item 25 sebanyak 7 (33%) responden menyatakan sangat setuju, 10
(48%) responden menyatakan setuju dengan pernyataan jika sanggar anak menjadi
katekese bagi anak-anak sesuai dengan lingkungan hidupnya (kontekstual), dan
19% menyatakan netral. Dari prosentase tersebut dapat dikatakan bahwa sanggar
anak menjadi upaya pelaksanaan katekese yang sesuai dengan situasi hidup
konkrit anak.
Pada pernyataan nomor 26 sebanyak 14 (67%) responden menyatakan
sangat setuju, 6 (29%) responden menyakan setuju, dan 4% responden
menyatakan netral dengan pernyataan sanggar anak menjadi tempat Gereja Lokal
mewartakan nama Yesus. Tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju dan
sangat tidak setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sanggar anak sebagai tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
rumah tumbuh iman anak sekaligus menjadi media Gereja dalam mewartakan
nama Yesus. Pewartaan dapat menjangkau masyarakat luas dan tanpa batas.
Pada pernyataan nomor 27 sebanyak 17 (81%) responden menyatakan
sangat setuju, 3 (14%) responden menyatakan setuju, dan 1 (5%) responden
menyatakan netral jika sanggar anak dapat merangkul siapa saja termasuk umat
beda agama. Pernyataan dari responden ini menjadi bukti bahwa sanggar anak
mampu merangkul perbedaan yang ada, dengan bukti anak-anak yang belum
dibaptis ikut serta dalam kegiatan sanggar, seperti halnya sebuah pendampingan
iman anak yaitu harus terbuka kepada siapa saja. Sanggar anak menjadi sarana
anak untuk hidup bersama dengan umat bukan Katolik, dan sebagai pewartaan
nama Yesus kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus.
Pada item nomor 28 terdapat 15 (71%) responden menyatakan sangat
setuju, 5 (24%) responden menyatakan setuju, dan 5% menyatakan netral jika
proses pendampingan sanggar anak melibatkan semua umat menjadi pendamping
sesuai dengan keahliannya masing-masing. Pernyataan responden ini menjadi
dukungan jika sanggar anak dapat melibatkan semua umat untuk menjadi
pendamping, tidak terbatas hanya kepada orang yang mempunyai latar belakang
guru, tetapi terbuka kepada siapa saja. Buktinya terlihat dari identitas responden
yang berasal dari berbagai latar belakang.
Pada item 29 terdapat 11 (52%) responden menyatakan sangat setuju, 8
(38%) responden menyatakan setuju, dan 2 (10%) responden menyatakan netral
jika sanggar anak mampu melatih anak untuk membentuk paguyuban seiman
sejak dini. Dari prosentase ini dapat dikatakan jika sanggar anak mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
membentuk anak untuk bekerja sama sebagai umat dan melatih anak untuk
membentuk komunio sejak dini.
Pada item 30 terdapat 14 (67%) responden menyatakan sangat setuju dan
7 (33%) responden menyatakan setuju dengan pernyataan jika kegiatan sanggar
anak dapat membawa anak untuk belajar toleransi agama dan mampu berteman
dengan pemeluk agama lain. Seluruh responden setuju dengan pernyataan
tersebut. Hal ini berarti dalam sanggar anak, anak terlatih untuk berteman dengan
pemeluk agama lain dengan berbagai kegiatan baik dengan tari-tarian tradisional,
lahan sayur, musik gamelan, drama musikal, nyanyian pujian, dan kesenian
tradisional yang lain yang ada di sekitar sanggar anak.
Pada item 31 terdapat 13 (62%) responden menyatakan sangat setuju dan
8 (38%) responden menyatakan setuju jika dengan kegiatan sanggar anak dapat
semakin mencintai alam ciptaan dan mau memeliharanya. Kegiatan misa alam,
bercocok tanam, jalan salib alam dan kegiatan yang berhubungan dengan alam
yang lain memberikan pendidikan yang nyata dan langsung bagi anak-anak untuk
semakin dekat dengan alam ciptaan.
Pada pernyataan nomor 32 sebanyak 15 (71%) responden menyatakan
sangat setuju dan 6 (29%) responden menyatakan setuju dengan pernyataan
bahwa kegiatan sanggar anak semakin menguatkan dan mencintai serta
menjadikan bangga akan seni budaya lokal yang dimiliki oleh anak. Pernyataan
ini disetujui oleh semua responden. Hal ini berarti munculnya sanggar anak
berperan penting bagi kelestarian budaya lokal yang ada di sekitar sanggar anak
dan mampu menumbuhkan budaya lokal sebagai pengembang iman anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Pada item 33 terdapat 12 (57%) responden menyatakan sangat setuju dan
9 (43%) menyatakan setuju dengan pernyataan jika proses kegiatan sanggar anak
semakin melatih tanggungjawab untuk hidup menggereja khususnya dalam liturgi
yang ditunjukkan dengan menjadi petugas koor, putra altar, dan petugas lagu
pujian. Semua responden sepakat dengan menyatakan setuju dan sangat setuju
dengan sanggar anak sebagai pendidikan pribadi iman yang utuh. Dengan adanya
sanggar anak, anak dapat semakin mengalami Tuhan dalam liturgi Gereja baik
lewat tugas koor, tugas putra altar, dan lagu pujian setelah penerimaan komuni.
Pada item 34 terdapat 10 (48%) responden yang menyatakan sangat
setuju, 9 (43%) responden menyatakan setuju untuk pernyataan jika sanggar anak,
anak semakin bangga menjadi orang Katolik, dan ada 2 (9%) responden yang
menjawab netral. Dari prosentase tersebut dapat dikatakan bahwa anak tidak takut
lagi dalam mengakui dirinya sebagai orang Katolik sebagai orang yang minoritas
di dalam masyarakat. Dengan proses kegiatan sanggar anak mampu memberikan
dasar dan pondasi bagi anak untuk bangga dan tidak goyah sebagai orang Katolik
yang hidup di tengah masyarakat.
Pada item 35 terdapat 9 (43%) responden yang menyatakan sangat
setuju, 11 (52%) menyatakan setuju dan 1 (5%) menyatakan netral dengan
pernyataan jika sanggar anak dapat menjadi wujud diakonia, karena anak-anak
dilatih untuk saling melayani. Dari prosentase tersebut dikatakan bahwa 20
responden mendukung jika anak terlatih untuk saling melayani dengan berbagai
kegiatan sanggar anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Pada item 36 terdapat 8 (38%) responden menyatakan sangat setuju, 11
(52%) responden menyatakan setuju, dan 2 (10%) responden menyatakan netral
jika sanggar anak adalah gerakan Gereja sebagai katekese kontekstual. Dari
seluruh pernyataan responden, item ini dapat dikatakan bahwa sanggar anak
mampu mewujudkan katekese kontekstual dengan menggunakan apa yang ada di
sekitar sanggar sebagai media komunikasi iman khususnya bagi anak-anak dan
bagi seluruh umat.
Pada item 37 sebanyak 10 (48%) responden menyatakan sangat setuju, 9
(43%) menyatakan setuju, dan 2 (9%) responden menyatakan netral dengan
pernyataan bahwa dengan sanggar anak Gereja mampu berevangelisasi
ditunjukkan dengan tempat kegiatan sanggar berada di tengah masyarakat.
Pernyataan ini dapat dikatakan bahwa sanggar anak menjadi tempat Gereja
berevangelisasi karena tempat pelaksanaan sanggar anak bukan lagi di gedung
gereja, tetapi di rumah umat atau di gubug yang sengaja didirikan di tengah
masyarakat, sebagai media pewartaan Yesus Kristus bagi masyarakat luas.
Pada item 38 terdapat 8 (38%) responden menyatakan sangat setuju, 8
(38%) responden menyatakan setuju, 3 (14%) responden menyatakan netral, dan 2
(10%) responden menyatakan tidak setuju jika kegiatan sanggar anak dengan
banyak pendamping mampu membawa anak semakin cinta pada Yesus. Dari
prosentase tersebut, dapat dikatakan jika kegiatan sanggar anak dengan banyak
pendamping mampu mendekatkan anak pada Yesus Kristus.
Pada item 39 sebanyak 13 (62%) responden menyatakan sangat setuju
dan 8 (38%) responden menyatakan setuju jika proses pendampingan iman anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
menjadi lebih utuh dengan model kegiatan sanggar (dengan materi Festival
Visualisasi Kitab Suci, Kesenian Tradisional, tari-tarian, lahan sayur, musik
tradisional, dll). Pernyataan nomor ini didukung oleh seluruh responden dengan
menyatakan sangat setuju dan setuju, maka dari itu dapat dikatakan bahwa
kegiatan sanggar anak menjadi proses pendampingan iman anak yang utuh dengan
berbagai kegiatan di dalamnya mulai dari Festival Visualisasi Kitab Suci, Festival
Kesenian Sanggar Anak, tari-tarian, lahan sayur, musik tradisional, dan kesenian
tradisional yang lain.
Pada item 40 terdapat 16 (76%) responden menyatakan sangat setuju dan
5 (24%) menyatakan setuju jika sanggar anak bisa menjadi alternatif proses
pendampingan iman anak yang baik dilakukan oleh paroki-paroki yang lain. Dari
pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa sanggar anak bisa menjadi alternatif
bagi proses pendampingan iman anak yang baik dilakukan oleh paroki-paroki
lain, tidak terbatas hanya di Paroki St. Thomas Rasul Bedono.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat
Pada bagian ini penulis memaparkan faktor pendukung dan penghambat
yang terjadi dalam sanggar anak sebagai berikut:
Tabel 5. Faktor Pendukung dan Penghambat
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
41 Proses kegiatan
sanggar anak di Paroki
St. Thomas Rasul
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
9
9
1
43
43
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
(Sanak Sadang, Sanak
Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit)
mendapat dukungan
dari Romo Paroki,
Dewan Paroki, dan
seluruh umat.
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
2
0
10
0
42 Metode yang dimiliki
sanggar anak di Paroki
St. Thomas Rasul
(Sanak Sadang, Sanak
Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit)
membuat anak
semakin berani
bersaksi akan Tuhan
Yesus.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
10
10
1
0
0
48
48
4
0
0
43 Anak-anak tertarik,
semakin rajin, dan
bersemangat
mengikuti
pendampingan iman
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
7
14
0
0
0
33
67
0
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
anak setelah berdirinya
sanggar anak di Paroki
St. Thomas Rasul
(Sanak Sadang, Sanak
Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit).
44 Kegiatan-kegiatan
bersama seperti Misa
Alam, Festival
Kesenian Sanggar
Anak, Festival
Visualisasi Kitab Suci
mampu membawa
anak semakin rajin
dalam kegiatan
menggereja, perayaan
Ekaristi, dan katekese.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
9
11
1
0
0
43
52
5
0
0
45 Kegiatan-kegiatan
antarsanggar seperti
saling bertukar
pendamping dan saling
berkunjung mampu
memberikan motivasi
bagi pendamping dan
anak untuk semakin
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
6
12
3
0
0
29
57
14
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
semangat dalam
berkumpul dalam
sanggar anak.
46 Anak-anak
mempunyai keinginan
yang tinggi untuk
mengikuti sanggar
anak.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
8
13
0
0
0
38
62
0
0
0
47 Kesulitan dalam
sanggar anak adalah
pemilihan materi
pendampingan iman.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
6
10
3
2
0
29
48
13
10
0
48 Pendamping merasa
kesulitan dalam
mempersiapkan media
yang cocok bagi
kegiatan sanggar anak
dan lingkungan
sekitar.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
4
9
4
4
0
19
43
19
19
0
49
Sanggar anak di
Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang,
Sanak Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
6
11
4
0
0
29
52
19
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen
(%)
Sanak Piningit)
mendapat apresiasi
dan dukungan dari
masyarakat sekitar.
50 Orang tua selalu
mendukung anaknya
untuk terlibat dalam
sanggar anak di Paroki
St. Thomas Rasul
(Sanak Sadang, Sanak
Sodong, Sanak
Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan,
Sanak Wawar, dan
Sanak Piningit).
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
3
12
3
3
0
14
57
14
14
0
Pada item 41 sebanyak 9 (43%) responden menyatakan sangat setuju dan 9
(43%) responden yang menyatakan setuju jika proses kegiatan sanggar anak
mendapat dukungan dari Romo Paroki, Dewan Proki, dan seluruh umat. Ada 1
(4%) responden menyatakan netral, dan 2 (10%) responden menyatakan tidak
setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju berjumlah 2, dan berasal dari
sanggar anak tertentu, yang keberadaannya kurang mendapat perhatian dan
dukungan, akan tetapi prosentase yang menyatakan sangat setuju dan setuju
menunjukkan bahwa keberadaan sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul
mendapat dukungan dari Romo Paroki, Dewan Paroki dan seluruh umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Pada item 42 terdapat 10 (48%) responden menyatakan sangat setuju, dan
10 (48%) responden menyatakan setuju jika metode yang dimiliki sanggar anak di
Paroki Bedono membuat anak semakin berani bersaksi akan Tuhan Yesus, dan
sisanya sebesar 1 (4%) menyatakan netral. Dari prosentase pernyataan responden,
metode yang dimiliki sanggar anak mampu membawa anak untuk berani bersaksi
akan nama Yesus di depan masyarakat umum tanpa rasa takut.
Pada item 43 terdapat 7 (33%) responden menyatakan sangat setuju dan
14 (67%) responden menyatakan setuju untuk pernyataan jika anak-anak tertarik,
semakin rajin, dan bersemangat mengikuti pendampingan iman anak setelah
berdirinya sanggar anak. Hal ini berarti sebelum sanggar anak berdiri, anak-anak
belum tertarik mengikuti kegiatan pendampingan iman yang ada di Paroki, dan
setelah berdiri sanggar anak, maka anak mempunyai semangat yang besar untuk
mengikuti sanggar anak, seperti yang tertulis dalam penulisan BAB II.
Pada item 44 terdapat 9 (43%) responden menyatakan sangat setuju, 11
(52%) responden menyatakan setuju dan 1 (5%) responden menyatakan netral
untuk pernyataan bahwa kegiatan-kegiatan bersama seperti Misa Alam, Festival
Kesenian Sanggar Anak, Festival Visualisasi Kitab Suci mampu membawa anak
semakin rajin dalam kegiatan menggereja, perayaan Ekaristi dan katekese.
Banyaknya kegiatan membantu anak-anak mengalami kehadiran Tuhan, bukan
lagi hanya teori tetapi sudah menjadi pengalaman sendiri. Pernyataan tersebut
didukung oleh responden yang menyatakan bahwa responden sangat setuju dan
setuju dengan item nomor ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Pada item 45 terdapat 6 (29%) responden menyatakan sangat setuju, 12
(57%) responden menyatakan setuju, dan 3 (14%) responden menyatakan netral
jika kegiatan antarsanggar seperti bertukar pendamping dan saling berkunjung
mampu memberikan motivasi bagi pendamping dan anak untuk semakin
semangat dalam berkumpul dalam sanggar anak. Dari pernyataan tersebut berarti
dibutuhkan sebuah rencana dalam pelaksanaan kunjungan sebagai upaya
mewujudkan kunjungan yang lebih menarik. Hal ini didukung oleh pernyataan
responden yang mengatakan bahwa 29% sangat setuju dan 57% setuju.
Pada pernyataan nomor 46 terdapat 8 (38%) responden yang menyatakan
sangat setuju dan 13 (62%) responden menyatakan setuju jika anak-anak
mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengikuti sanggar anak. Seluruh
responden menyatakan setuju bahwa anak-anak mempunyi semangat dalam
mengikuti sanggar anak. Hal ini menjadi sebuah keunggulan dimana anak masih
merindukan berkumpul dan berkomunio sebagai sesama pengikut Kristus dan
ciptaan Tuhan.
Pada item 47 terdapat 6 (29%) responden menyatakan sangat setuju, 10
(48%) responden menyatakan setuju jika merasa kesulitan dalam sanggar anak
dalam memilih materi pendampingan iman dan 13% responden menyatakan
netral, serta 10% menyatakan tidak kesulitan memilih materi pendampingan iman.
Dari prosentase tersebut, sebagian besar pendamping merasa kesulitan dalam
mengolah dan memilih materi pendampingan iman di sanggar anak.
Pada item 48 terdapat 4 (19%) responden menyatakan sangat setuju, 9
(43%) responden menyatakan setuju jika pendamping merasa kesulitan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
mempersiapkan media yang cocok bagi kegiatan sanggar anak dan lingkungan
sekitar, dan ada 4 (19%) responden menyatakan netral dan sisanya sebanyak 4
(19%) responden yang merasa tidak kesulitan dalam mempersiapkan media yang
cocok. Dari hasil prosentase responden dapat dikatakan bahwa masih ada
beberapa pendamping yang masih kesulitan dalam mempersiapkan media yang
cocok bagi kegiatan sanggar anak dan lingkungan sekitar.
Pada item 49 terdapat 6 (29%) responden yang menyatakan sangat setuju
dan 11 (52%) menyatakan setuju jika sanggar anak mendapat apresiasi dari
masyarakat sekitar, serta ada 4 (19%) yang menyatakan netral. Pernyataan dari
responden dapat dikatakan bahwa sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul
Bedono mendapat apresiasi dan dukungan dari masyarakat sekitar.
Pada item 50 terdapat 3 (14%) responden menyatakan sangat setuju dan 12
(57%) responden menyatakan setuju jika orang tua selalu mendukung anaknya
untuk terlibat dalam sanggar anak, ada 3 (14%) responden yang menyatakan
netral dan 3 (14%) responden yang menyatakan tidak setuju. Ada beberapa
sanggar yang memang orang tuanya tidak mendukung anaknya untuk ikut sanggar
anak, ada 3 orang yang menjawab netral. Dapat dikatakan dari item ini adalah
orang tua mendukung adanya sanggar anak.
I. Rangkuman Hasil Penelitian
Rangkuman hasil penelitian dari identitas responden yang diambil dari
item nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 menunjukkan bahwa pendamping sanggar anak
beraneka latar belakang. Melalui hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
pendamping sanggar tidak terbatas oleh umur dan tingkat pendidikan. Hal ini
menunjukkan bahwa metode sanggar anak berjalan sesuai dengan teori yang
dicita-citakan, yakni semua umat bisa menjadi pendamping, tidak terbatas dari
umur, latar belakang ekonomi, tingkat pendidikan, maupun jenis kelamin.
Proses pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul berjalan
seperti yang dinyatakan oleh responden pada item nomor 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, dan 18 . Responden menyatakan bahwa pendampingan iman itu
berurusan dengan bimbingan dan pendidikan anak sejak dini demi membangun
kepribadian hidup beriman anak. Orang tua adalah penanggungjawab utama
dalam rangka mendidik dan mendampingi anak dalam iman dan kepribadiaannya,
pendamping hanya sebagai orang yang membantu berlangsungnya pendampingan
iman tersebut. Pendampingan iman anak harus memiliki suasana santai dan
mempunyai ciri khas yang mendalam dengan berpola pada Yesus dan terbuka
pada siapa saja. Sebagian besar responden juga menyatakan setuju dan sangat
setuju jika proses pendampingan iman anak yang terjadi di Paroki Bedono dapat
menyatukan anak dengan umat yang lain. Kunci dari pendampingan iman anak
yang harus dimiliki oleh pendamping adalah sikap kerendahan hati, berpusat pada
Kristus, beriman dewasa, terbuka kepada semua anak termasuk yang belum
dibaptis dan belum Katolik, dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang
tua dan umat, saling melengkapi satu sama lain demi tercapainya pendampingan
iman anak yang maksimal, mencintai Kitab Suci, mempunyai semangat
pelayanan, cinta kepada anak, dan rela berkorban bagi anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Penelitian pada item 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28,29, 30, 31, 32,
33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40 mendeskripsikan peranan sanggar anak sebagai
alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa pengertian dari sanggar anak yang berarti rumah
tumbuh iman anak, di mana iman anak dipupuk dan disiram agar dapat bertumbuh
dan berkembang secara utuh dan berbuah sesuai dengan potensi, konteks, dan
zamannya sehingga anak dapat mengelola kehidupannya serta dapat
menghadirkan perubahan yang baik untuk sekitarnya. Sanggar anak membantu
anak-anak untuk memperoleh pendampingan yang utuh sebagai upaya menuju
pribadi yang meneladan Yesus, yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
konteks, situasi, dan zaman hidupnya. Dalam sanggar anak kesenian tradisional
seperti tari-tarian tradisional, musik gamelan, reog, dan berbagai kesenian seperti
drama musikal, drama, dan lagu-lagu pujian dalam perayaan Ekaristi dapat
menjadi media pendampingan iman yang kontekstual yaitu sesuai dengan
kebutuhan anak dan lingkungan hidupnya. Model sanggar anak juga memberikan
kebebasan kepada orang yang belum mengenal Yesus untuk terlibat di dalamnya.
Bisa dikatakan bahwa model sanggar anak mampu menumbuhkembangkan Gereja
dalam rangka evangelisasi.
Pernyataan dari seluruh responden menyatakan bahwa dengan sanggar
anak pula anak-anak mendapat pendampingan dalam berkumpul menjadi satu
komunitas yang beriman Kristiani, sebagai langkah melatih anak untuk terbiasa
berkomunio, membentuk paguyuban yang beriman pada Kristus. Dilihat dari sisi
liturgi, anak-anak terdampingi sejak dini untuk terlibat dalam perayaan Ekaristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
dan kegiatan liturgis lainnya. Dalam komunitas sanggar pula anak-anak dapat
terlatih untuk hidup bersama dengan umat yang beda agama, terlatih untuk saling
menghormati perbedaan sebagai wujud dari ajaran Gereja. Dalam sanggar anak,
anak-anak dilatih untuk menghayati tentang tugas Gereja yakni diakonia, terbukti
dengan saling melayani yang ditunjukkan dengan pelayanannya ke umat dan
saling berkunjung antarsanggar anak.
Responden juga menyatakan sangat setuju dan setuju jika dalam sanggar
anak yang ada di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono, anak-anak mampu belajar
untuk mencintai alam ciptaan dan memeliharanya dibuktikan dengan adanya Misa
Alam, Jalan Salib Alam, bercocok tanam dengan pupuk organik, dan berbagai
kegiatan alam lainnya. Sanggar anak juga membawa anak pada kebanggaan akan
budaya yang mereka miliki dan mau menjaga serta melestarikannya.
Semua responden menyatakan bahwa dengan model pendampingan
sanggar anak dapat menjadi alternatif pendampingan iman anak yang baik
dilakukan di paroki-paroki yang lain.
Hasil penelitian item 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, dan 50 responden
menyatakan jika sanggar anak mendapat dukungan dari dewan paroki, romo
paroki, dan umat. Ada sebagian kecil responden yang menyatakan tidak setuju
dengan hal tersebut, tetapi secara keseluruhan sanggar anak mendapat dukungan
dari seluruh umat. Faktor pendukung yang kedua adalah metode sanggar anak
mampu menggerakkan anak-anak untuk berani bersaksi akan Tuhan Yesus
dengan lagu pujian, tari-tarian tradisional, musik gamelan, reog, festival kesenian
sanggar anak, festival visualisasi Kitab Suci, dan berbagai kegiatan lain. Faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
pendukung yang ketiga yaitu kegiatan antarsanggar mampu memberikan motivasi
yang baik bagi anak untuk selalu terlibat dalam kegiatan sanggar anak. Faktor
pendukung keempat adalah dukungan dan apresiasi dari masyarakat sekitar
tentang sanggar anak memberikan kekuatan bagi sanggar anak karena sanggar
berdiri di tengah-tengah masyarakat. Faktor pendukung kelima adalah dukungan
dari orang tua. Sebagian besar responden menyatakan setuju dan sangat setuju jika
orang tua mendukung anak-anaknya untuk terlibat dalam sanggar anak. Hanya 3
responden yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan ini. Hal itu bisa
dikatakan bahwa ada sanggar yang kurang mendapat dukungan dari orang tua,
tetapi secara keseluruhan dukungan orang tua sangat baik.
Faktor yang menghambat dari kegiatan sanggar anak adalah pemilihan
materi pendampingan iman. Beberapa pendamping menyatakan jika mereka
merasa kesulitan dalam mencari media iman secara berkelanjutan, karena
banyaknya pertemuan yang berkelanjutan. Tetapi tidak semua pendamping
menyatakan kesulitan, ada 3 responden menyatakan netral dan 2 responden yang
tidak merasa kesulitan tentang hal ini. Faktor yang menghambat kedua adalah
kesulitan dalam mempersiapkan media yang cocok bagi kegiatan sanggar anak
dan lingkungan sekitar, pendamping merasa perlu mendapat banyak sumber untuk
kelanjutan pendampingan sanggar anak yang kontekstual.
J. Refleksi terhadap Hasil Penelitian
Pendampingan iman anak merupakan bagian terpenting dari sebuah
Paroki. Paroki yang tidak memelihara iman anak maka bisa ditebak sepuluh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
sampai duapuluh tahun lagi nasib paroki tidak dapat dideskripsikan.
Pendampingan iman anak perlu mendapat perhatian yang lebih karena dalam diri
anak-anaklah Yesus hadir secara nyata. Anak-anak adalah kegembiraan dari
Gereja sekaligus sebagai Gereja sekarang dan masa depan.
Dalam penelitian ini penulis mencoba menuliskan alternatif baru yaitu
pendampingan iman anak dengan model sanggar anak. Penulis merasa model ini
belum digunakan oleh paroki-paroki yang lain. Oleh sebab itu penulis tertarik
untuk mempelajari lebih dalam tentang peranan sanggar anak sebagai alternatif
pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
Penelitian yang telah terlaksana menunjukkan bahwa responden sebagai
pendamping mempunyai keunikan dalam mendampingi anak-anak. Masing-
masing responden berasal dari berbagai latar belakang, tidak ada yang sama.
Keunikan ini yang membantu pendampingan iman anak semakin utuh.
Pelaksanaan kegiatan dalam sanggar anak memberikan sebuah cara yang
sebenarnya telah lama ada tetapi kurang diperhatikan oleh Gereja zaman sekarang
yaitu katekese kontekstual. Belum banyak referensi tentang katekese kontekstual.
Dari sinilah sanggar anak menjadi model yang dianggap baru dengan
mengupayakan pendampingan iman lewat kesenian tradisional dan alam sekitar.
Komunikasi iman disampaikan lewat banyak cara salah satunya adalah kesenian
tradisional.
Dilihat dari proses katekese, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mampu membawa anak
untuk mengalami kehadiran Tuhan yang selalu hadir dalam setiap pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
hidupnya. Dengan kegiatan Misa Alam anak-anak dibantu untuk mengalami
kehadiran Allah dalam alam ciptaan. Pengalaman Allah yang hadir dalam alam
ciptaan membuat anak semakin merasakan kasih yang besar berasal dari Allah
lewat alam ciptaan yang akan membuat anak-anak mau dan mampu menjaga
kelestarian alam. Pengalaman akan Allah juga dapat dialami lewat kegiatan
kesenian tradisional. Anak-anak berkumpul menjadi paguyuban yang mencintai
Kristus dan terlibat dalam karya pewartaan. Kegembiraan anak-anak dalam
membangun komunitas merupakan ungkapan iman mereka sebagai paguyuban
yang beriman pada Kristus. Lewat alat musik tradisional mulai dari kentongan,
gamelan, rebana, dan sebagainya, anak-anak mampu memainkannya dengan
sepenuh hati dan mau mempersembahkan kemampuannya bagi kemuliaan nama
Tuhan yang nyata dalam liturgi Ekaristi. Anak-anak menjadi contoh bahwa
kesenian tradisional mampu membawa anak untuk semakin dekat dengan Yesus
dan semakin mengalami kehadiran Yesus. Lewat kegiatan kognitif dengan
pelajaran agama saja belum utuh untuk lebih mengenal Yesus. Butuh media yang
lebih konkrit yaitu kesenian tradisional sebagai upaya mengenalkan Yesus yang
hidup lewat pengalaman sehari-hari dan selalu dijumpai setiap hari di mana pun
anak-anak berada. Inti dari sanggar anak ini adalah anak secara konkrit
mengalami kehadiran Tuhan lewat kehidupannya.
Dari segi pastoral anak-anak dilatih untuk saling melayani satu sama lain,
saling berkunjung dari sanggar satu ke sanggar yang lain, saling memberikan
peneguhan antar pendamping sanggar dengan saling berjumpa dan membicarakan
arah sanggar anak sebagai model pendampingan iman anak. Kegiatan sanggar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
anak memberikan tempat bagi anak untuk mengolah paguyuban iman yang
berdasar pada semangat cinta kasih Yesus Kristus. Kegiatan sanggar anak juga
mampu mengarahkan anak pentingnya membangun umat, saling berjumpa dengan
umat dalam kegiatan-kegiatan lingkungan dan paroki, dan memberikan diri dalam
Yesus Kristus untuk pelayanan pastoral. Semua dilakukan atas dasar kasih
persaudaraan, tanpa mengejar materi sedikit pun. Semua yang terlibat dalam
sanggar anak menjadi umat yang menghayati hidupnya sebagai orang yang
terpanggil untuk melayani satu sama lain.
Dilihat dari segi biblis, sanggar anak merupakan gerakan nyata dari
perintah Yesus bahwa manusia hendaknya memberikan tempat bagi anak-anak,
karena anak-anaklah empunya Kerajaan Allah (Luk 18:15-17). Sanggar anak
menjadi tempat Sabda Yesus bergaung dan dirasakan selalu oleh anak-anak.
Sanggar anak meneladani apa yang dilakukan oleh Yesus, yakni anak-anak
dijadikan model bagi umat untuk semakin menghadirkan Kerajaan Allah. Yesus
sangat menekankan kepada semua murid-Nya untuk memberikan jalan dan
petunjuk yang benar bagi anak-anak. Tuhan Yesus menggambarkan bahwa anak-
anak mempunyai kemampuan untuk berbagi lebih tinggi, keikhlasan hati yang
lebih besar seperti pada mukjizat Yesus yang terlaksana karena Yesus menerima
lima roti dan dua ikan dari seorang anak (Yoh 6:1-15). Dengan pendampingan
yang maksimal keutuhan pribadinya juga akan maksimal. Jika anak-anak selalu
dilatih sejak dini pasti anak “makin bertambah besar dan bertambah hikmat, dan
makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk 2:52).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Konsili Vatikan II khususnya dalam Deklarasi tentang Pendidikan
Kristiani menyatakan bahwa para orang tua mengemban tugas mulia untuk
mendidik putra-putri mereka, termasuk pendidikan iman, dan mereka sendiri
adalah pendidik pertama dan utama bagi putra-putri mereka. Diakui pula bahwa
tugas ini membutuhkan bantuan masyarakat dan jemaat beriman. Di samping
orang tua, orang lain pun dapat menolongnya, demikian pula Gereja. Deklarasi
tentang Pendidikan Iman Kristiani, artikel 3 menyatakan bahwa tugas mendidik
juga ada pada Gereja, bukan saja karena Gereja dianggap oleh masyarakat sebagai
instansi (kelompok) yang mampu mendidik, akan tetapi bahwa Gereja wajib
mewartakan jalan keselamatan bagi semua orang, sehingga makin
memperkenalkan Kristus kepada semua orang. Sanggar anak juga menjadi usaha
Gereja dalam mendampingi iman anak untuk bertumbuh di dalam Kristus.
Sanggar anak adalah adalah wadah bagi anak-anak untuk tumbuh dalam
imannya dan selalu menghidupi Allah. Penyajian pendampingannya pun sesuai
dengan usia anak dan kebutuhan anak. Sanggar anak menjadi aktualisasi dari
dokumen Catechesi Tradendae 36. Sanggar anak menjadi media yang konkrit dan
sederhana dengan bahasa yang mudah diterima bagi anak-anak karena
kegiatannya menggunakan apa yang ada di sekitar hidupnya.
Dari banyaknya kelebihan sanggar anak, masih ada beberapa faktor
penghambat. Dari penelitian yang dilaksanakan penulis, banyak responden yang
berpendapat jika masih terjadi kesulitan dalam memilih materi pendampingan
iman anak sesuai dengan kesenian tradisional. Kesulitan dalam menemukan media
yang ada di sekitarnya seringkali membuat kegiatan sanggar perlu mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
media baru yang belum pernah digunakan tetapi ada disekitarnya. Penulis akan
mengolah kesulitan-kesulitan ini untuk dijadikan sebuah usulan bagi sanggar anak
di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Usulan yang akan diberikan adalah materi
katekese kontekstual dengan media permainan tradisional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
BAB IV
USULAN PROGRAM UNTUK PARA PENDAMPING SANGGAR ANAK
DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO
TENTANG PENGGUNAAN SANGGAR ANAK
SEBAGAI ALTERNATIF PENDAMPINGAN IMAN ANAK
Pada bab IV penulis memaparkan usulan program bagi para pendamping
sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono tentang penggunaan sanggar
anak sebagai alternatif pendampingan iman anak yang meliputi pengertian
program, latar belakang program, tujuan program, usulan program, bentuk
program, matriks program, dan satuan persiapan program.
A. Pengertian Program
Dalam sebuah perencanaan program adalah salah satu komponen penting
yang harus ada. Program adalah rancangan mengenai dasar serta usaha yang akan
dilaksanakan. Dalam buku Edwin Charis (2003: 17) yang berjudul Menyusun
Program Gerejawi bagi Pemula, kata “program” merupakan urutan kegiatan yang
merupakan rincian rencana dalam rentang waktu, yang mencakup pula penilaian
(evaluasi) dan pendanaannya. Penulis sendiri mengartikan bahwa kata “program”
merupakan rancangan dasar serta urutan kegiatan dalam rentang waktu tertentu.
B. Latar Belakang Program
Sanggar anak merupakan alternatif yang efektif bagi pendampingan iman
anak. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam sanggar anak merupakan cita-cita
Gereja selama ini yaitu tentang katekese kontekstual. Sanggar anak menjadi salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
satu model yang ada di Paroki Santo Thomas Rasul dengan berbagai kegiatan di
dalamnya antara lain adalah pendampingan iman anak lewat kesenian tradisional
dan pendekatan lewat lingkungan hidup.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis
diketahui bahwa para pendamping Sanggar Anak di Paroki Santo Thomas Rasul
Bedono Kabupaten Semarang mengalami kesulitan pada bagian pemilihan materi
pendampingan iman bagi anak dan pemilihan media yang kontekstual. Kesulitan
ini diperoleh karena kegiatan sanggar anak yang kontinu yang mengakibatkan
semakin butuh banyak perbendaharaan materi untuk kelanjutan kegiatan sanggar
anak.
Hasil penelitian yang diperoleh oleh penulis ini menjadi bahan usulan
program sebagai usaha menjawab permasalahan tersebut. Usulan yang akan
diberikan adalah materi katekese kontekstual dengan media kontekstual. Program
yang diambil dari media ini adalah permainan tradisional. Permainan tradisional
merupakan sebuah media yang banyak mengandung segi baik agama, moral, fisik,
intelektual, kognitif dan bahasa. Banyaknya segi yang dapat dipelajari ini cocok
dengan metode sanggar anak yang mencita-citakan pendampingan iman yang
utuh. Atas dasar itulah penulis memilih permainan tradisional sebagai usulan
sebuah media yang kontekstual bagi sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul
Bedono.
Program ini akan ditujukan kepada para pendamping Sanggar Anak di
Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Adapun materi pokok dari program ini
adalah berisi tentang formasio iman berjenjang, spiritualitas pendamping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
pendampingan iman anak, keterampilan pendamping dalam pemilihan materi
pendampingan iman bagi anak-anak, dan permainan tradisional sebagai media
pendampingan iman anak.
C. Tujuan Program
Adapun tujuan dari usulan program tersebut adalah:
1. Peserta dapat menjelaskan pentingnya katekese sehingga dengan
formasio iman berjenjang semakin termotivasi untuk ikut ambil bagian
dalam karya katekese.
2. Peserta dapat mengolah pengalamannya sebagai dasar pengembangan
spiritualitas pendamping.
3. Peserta lebih terampil memilih materi pendampingan iman bagi anak-
anak dan menggunakan model pendampingan iman anak.
4. Peserta dapat menggunakan permainan tradisional sebagai media yang
cocok bagi pendampingan iman anak.
D. Usulan Program
Usulan program untuk para pendamping sanggar anak di Paroki Santo
Thomas Rasul Bedono mengambil tema “Sanggar Anak sebagai Pendampingan
Iman Anak yang Kontekstual”. Tema ini diambil untuk menanggapi hasil
penelitian yang mengungkapkan bahwa para pendamping sanggar anak tersebut
merasa kesulitan dalam memilih materi pendampingan iman anak dan media yang
cocok dengan lingkungan sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Dalam penelitian ada 2 (10%) responden yang menyatakan bahwa tidak
setuju jika banyaknya pendamping mampu membawa anak untuk semakin
mencintai Yesus. Dalam keterangan penelitian dapat diungkapkan bahwa
pendamping butuh semangat yang konsisten untuk setia mendampingi anak-anak.
Pendampingan tidak akan berjalan jika pendamping hanya datang beberapa kali
saja, butuh waktu untuk senantiasa mendampingi anak-anak supaya anak-anak
semakin dekat dengan Yesus. Oleh sebab itu penulis merumuskan materi formasio
iman berjenjang sebagai motivasi bagi pendamping supaya mengetahui tentang
arti katekese serta termotivasi untuk ambil bagian dalam karya katekese dalam hal
ini adalah kegiatan sanggar anak.
Penelitian juga menyebutkan ada 3 (14%) responden yang menyatakan
tidak setuju jika orang tua mendukung kegiatan sanggar anak, dan 2 (10%)
responden menyatakan tidak setuju jika romo paroki, dewan paroki, dan seluruh
umat mendukung sanggar anak. Hasil ini menjadi dasar penulis untuk
merumuskan sebuah program yaitu spiritualitas pendamping pendampingan iman
anak, di mana materi termuat jika menjadi seorang pendamping haruslah
mempunyai semangat pelayanan, rela berkorban, mencintai Kitab Suci dan anak-
anak, rendah hati, dan yang penting adalah selalu membangun relasi untuk bekerja
sama. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan jika perlu pemberian spiritualitas
bagi pendamping sanggar anak sebagai upaya dorongan untuk mau bekerja sama
dan pantang menyerah dalam keadaan apa pun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
E. Bentuk Program
Bentuk program yang diusulkan oleh penulis adalah model
pendampingan bagi para pendamping sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul
Bedono. Pendampingan ini bermaksud untuk memberikan sumbangan tentang
formasio iman berjenjang sebagai motivasi untuk turut serta ambil bagian dalam
karya katekese khususnya pendampingan iman anak dalam sanggar anak,
spiritualitas pendamping pendampingan iman anak yang ada dalam sanggar anak
sebagai motivasi dan spirit bagi pendamping untuk selalu membangun relasi dan
kerjasama dengan banyak pihak, serta sumbangan pemikiran untuk materi
pendampingan iman anak dan pemilihan media yang kontekstual dalam hal ini
adalah permainan tradisional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
F. Matriks Program
Tujuan Umum : Sanggar anak yang mewujudkan pendampingan iman lewat media kontekstual
Tujuan Khusus : Para pendamping sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono semakin aktif dan kreatif memilih materi
pendampingan iman dengan media yang kontekstual.
No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber
Bahan
Waktu
1 Formasio Iman
Berjenjang
Peserta dapat
menjelaskan
pentingnya katekese
sehingga dengan sesi
ini semakin
termotivasi untuk ikut
ambil bagian dalam
karya katekese.
a. Pengalaman
penyelenggaraan
sanggar anak di
Paroki Santo
Thomas Rasul
Bedono
b. Pengertian, sifat,
peranan, tujuan
dan aspek
a. Sharing
Pengalaman
b. Diskusi
Viewer, laptop,
handout
a. Pengalaman
hidup
peserta.
b. Dewan
Karya
Pastoral
KAS. 2014.
Formatio
Iman
60 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber
Bahan
Waktu
formasio iman. Berjenjang.
Yogyakarta
: PT
Kanisius.
2 Spiritualitas
Pendamping
Pendampingan
Iman Anak
Peserta semakin
memiliki spiritualitas
pelayanan sebagai
pendamping
pendampingan iman
anak sehingga
mampu menjalankan
komitmennya sebagai
pendamping sanggar
anak.
Spiritualitas
pendamping
kegiatan
pendampingan
iman anak
a. Sharing
Pengalaman
b. Diskusi
Panduan diskusi Diktat
semester III
mata kuliah
PIA dan
penulisan
skripsi BAB
II
90 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber
Bahan
Waktu
3 Keterampilan
Pendamping
dalam Pemilihan
Materi
Pendampingan
Iman bagi Anak-
Anak
Peserta dapat terampil
memilih materi
pendampingan iman
bagi anak-anak dan
menggunakan model
pendampingan iman
anak berbasis Kitab
Suci
a. Penggunaan
Kitab Suci
untuk memilih
materi
pendampingan
iman anak
b. Contoh model
pendampingan
iman anak
berbasis Kitab
Suci
a. Diskusi
b. Praktik
Laptop, handout,
viewer, dan Kitab
Suci
Susanto,
Amin, dkk.
(2012).
Minggu
Gembira
Panduan
untuk
Pembimbing
Sekolah
Minggu.
Yogyakarta:
Kanisius
100 menit
4 Permainan
Tradisional
sebagai Media
Peserta dapat
menggunakan
permainan tradisional
Permainan
tradisional sebagai
media
Sharing
pengalaman dan
Outbound
a. Panduan permainan
tradisional
b. Pecahan genting/
Pengalaman
peserta dalam
mengikuti
360
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber
Bahan
Waktu
Pendampingan
Iman Anak
sebagai media yang
cocok bagi
pendampingan iman
anak
pendampingan
iman anak
ubin/asbes/ keramik
c. Kapur/arang/
ranting
d. Syair Oray-Orayan
e. Sebuah bola tenis
bekas.
f. Beberapa keping
pecahan genting 10
buah yang sebesar
atau selebar telapak
tangan anak-anak
g. Tiang atau pohon
sebagai batang
outbound
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
G. Satuan Persiapan Program
1. Satuan Persiapan I
a. Judul Pertemuan : Formasio Iman Berjenjang
b. Tujuan : Peserta dapat menjelaskan pentingnya katekese
sehingga dengan formasio iman berjenjang semakin
termotivasi untuk ikut ambil bagian dalam karya
katekese.
c. Peserta : Pendamping Sanggar Anak Sadang, Pelangi, Sodong,
Krajan, Pasbolo, Bomas, Piningit, dan Wawar
d. Tempat : Dapur Sanggar Anak Sodong
e. Waktu : 60 Menit
f. Pemikiran Dasar
Pendampingan iman merupakan hakikat dan tugas Gereja. Perutusan Gereja
untuk senantiasa melaksanakan tugas mengembangkan dan mendidik iman harus
dikembangakan secara berkelanjutan. Gereja memiliki tugas merawat, menjaga
dan mendampingi agar semua umat Kristiani bertumbuh dalam Kristus.
Menanggapi hal itu, Keuskupan Agung Semarang menegaskan dan memberi
perhatian pada formasio iman sebagai gema dari Tahun Iman (Oktober 2012 -
November 2013) sekaligus mengarahkan umatnya untuk memasuki Yubileum
Agung tahun 2033, yaitu mengenangkan 2000 tahun penebusan Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono, formasio iman telah terjadi. Di
paroki ini terdapat berbagai kegiatan yang sejalan dengan hakikat formasio iman
berjenjang seperti Sanggar Anak. Sanggar Anak mampu bersinergi antar jenjang,
yaitu dengan kegiatan OMK dan umat secara luas. Konsep yang dibangun dalam
sanggar anak dengan metode yang kontekstual menjadikan sanggar anak
mempunyai ciri khas yang istimewa. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
penulis, masih ada 2 (10%) responden menyatakan bahwa ternyata banyaknya
pendamping sanggar anak belum tentu mampu membawa anak semakin cinta
pada Yesus. Hasil penelitian ini menjadi acuan dari program formasio iman
berjenjang sebagai dasar penghayatan pribadi pendamping sebagai umat yang
mengantarkan anak untuk semakin mengalami Yesus Kristus dalam katekese atau
pendampingan iman anak.
Pertumbuhan dalam iman harus diperkembangkan mulai dari usia anak-
anak, agar anak dapat dibantu memperdalam dan mengimani pilihannya secara
penuh. Oleh sebab itu, tugas seorang pendamping sanggar anak sangatlah penting
dalam perkembangan iman anak-anak yang merupakan ujung tombak
perkembangan Gereja masa depan.
Melalui pendampingan ini, para pendamping sanggar anak pertama-tama
disadarkan akan pengalamannya menanggapi iman, berkembang dalam iman.
Kemudian mereka diajak untuk memahami hakikat pendidikan iman bagi
kalangan anak-anak, hingga akhirnya memahami formasio iman yang menjadi
perhatian Keuskupan Agung Semarang. Diharapkan peserta memahami urgensi
pendampingan iman anak sebagai bagian dari formasio iman, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
termotivasi untuk ikut ambil bagian dalam karya pendampingan iman bagi anak-
anak.
g. Sumber Bahan
Sumber bahan yang digunakan dalam satuan persiapan untuk sesi formasio
iman yaitu pengalaman hidup peserta dan buku terbitan Kanisius yang berjudul
Formatio Iman Berjenjang karya Dewan Karya Pastoral KAS tahun 2014.
Pengalaman hidup peserta digali dengan beberapa pertanyaan menyangkut
pendampingan iman yang telah dilaksanakan di Sanggar Anak Bedono.
Pengalaman hidup peserta menjadi bahan acuan proses pendampingan ini. Peserta
saling berbagi bahan yaitu pengalamannya dan saling melengkapi satu dengan
yang lainnya. Sumber bahan yang kedua adalah buku Formatio Iman Berjenjang.
Bahan yang diambil dari buku ini adalah materi yang berisi pengertian tentang
formasio iman berjenjang, peranan formasio iman, tujuan formasio iman, dan
aspek formasio iman.
h. Metode
Metode yang digunakan dalam satuan persiapan pendampingan ini adalah
metode diskusi dan sharing pengalaman. Metode adalah cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode diskusi adalah
suatu cara mengelola kegiatan dengan penyajian materi melalui berbagi
pengalaman dan pemecahan masalah. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
peserta bila diskusi itu melibatkan semua peserta diskusi dan menghasilkan suatu
pemecahan masalah. Dalam satuan persiapan ini metode dijalankan dengan
beberapa pertanyaan sebagai tuntunan diskusi. Diskusi dalam satuan persiapan ini
menyangkut beberapa hal yaitu sharing pengalaman dan menganalisis pertanyaan.
Sharing pengalaman dilakukan sebagai ungkapan pengalaman pendamping dalam
mengikuti kegiatan sanggar anak.
i. Sarana
Sarana yang digunakan dalam dalam pendampingan ini adalah panduan
diskusi. Panduan diskusi digunakan sebagai arah percakapan peserta.
j. Materi
Materi yang disajikan adalah pengalaman peserta dalam proses
penyelenggaraan kegiatan sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
Materi disajikan dengan metode diskusi dengan beberapa tuntunan pertanyaan
yang mengarahkan peserta untuk berbagi pengalaman dan saling memecahkan
masalah yang ada.
k. Proses Pendampingan
1) Pembukaan
Pembukaan atau pengantar oleh pemberi pengantar dapat dimulai dengan
prakata sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
“Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada kesempatan ini kita
akan bersama-sama mengolah pengalaman dalam proses mendampingi sanggar
anak, suka duka dan berbagai macam kegembiraan, berkat, dan karunia yang kita
rasakan. Dalam sesi ini kita bersama-sama akan bertolak dari gaung formasio
iman. Formasio iman ini digencarkan sebagai wujud perhatian dari Keuskupan
Agung Semarang.”
2) Sharing Pengalaman
Untuk membantu peserta masuk dalam pemahaman dan pengertian
formasio iman, peserta diajak untuk berbagi pengalaman tentang pendampingan
iman yang telah dilaksanakan di Sanggar Anak Bedono. Peserta dibagi menjadi
beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan lima orang. Dalam sharing
pengalaman, peserta diberikan waktu selama 30 menit dengan beberapa panduan
pertanyaan. Panduan pertanyaannya sebagai berikut:
a) Bagaimana pengalaman Anda selama ini dalam pelaksanaan kegiatan sanggar
anak?
b) Bagaimana dengan jalannya pertemuan? Rutin atau tidak?
c) Masalah apa yang Anda hadapi dalam proses kegiatan sanggar anak?
d) Apakah Anda dapat menjadi media yang mengantarkan anak untuk semakin
mencintai Yesus?
Setelah sharing pengalaman selesai, peserta masuk dalam kelompok besar.
Perwakilan masing-masing peserta diberi kesempatan untuk membagikan hasil
sharing pengalaman dalam kelompok besar. Waktu sharing adalah 10 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
3) Diskusi Materi
Dalam proses penyampaian materi peserta menerima handout yang berisi
materi formasio iman berjenjang. Materi didiskusikan oleh peserta sebagai
peneguhan atas sharing pengalaman. Materi dapat dilihat dalam Lampiran 2
(halaman 2). Waktu diskusi adalah 15 menit. Untuk memudahkan peserta dalam
mendiskusikan materi, fasilitator menyediakan beberapa panduan pertanyaan
sebagai berikut:
a) Apa pengertian dari formasio iman berjenjang menurut Anda?
b) Apa peranan formasio iman menurut Anda?
c) Apa tujuan formasio iman dari pandangan Anda sendiri?
d) Bagaimana aspek dari formasio iman ini berperan bagi pengalaman Anda
sebagai pendamping yang terlibat dalam sanggar anak?
4) Penutup
Peserta diajak untuk menutup kegiatan pendampingan dengan kesimpulan
dan doa penutup. Kesimpulan dapat disajikan dengan kata-kata sebagai berikut:
“Bapak, Ibu dan Saudara-Saudari yang terkasih dalam Kristus, dengan
formasio iman ini kita semakin tahu bahwa hidup beriman memerlukan proses
dan keterlibatan dari banyak pihak. Anak-anak perlu dibimbing agar dapat
memperkembangkan imannya dengan baik. Kita sebagai umat Kristiani juga
mendapat mandat dari Allah untuk berperan aktif dalam menyebarkan ajaran iman
kita. Semoga dengan perjumpaan kita hari ini, kita semakin sadar bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
pendampingan iman sangatlah penting terutama bagi kalangan anak-anak yang
merupakan ujung tombak Gereja sekarang dan masa depan. Oleh karena itu kita
wajib ikut ambil bagian dalam tugas Gereja mendidik dan mengambangkan iman
umatnya.”
Sebagai penutup dan meneguhkan sesi formasio iman, peserta diajak untuk
berdoa penutup. Alternatif doa penutup dapat didoakan sebagai berikut:
“Tuhan, kami bersyukur atas penyertaan-Mu dalam pendampingan
khususnya sesi formasio iman ini. Berikanlah kami cinta kasih dan kekuatan-Mu
agar kami tergerak untuk ambil bagian dalam karya katekese sebagai wujud cinta
kami kepada-Mu. Kami juga mohon supaya kami selalu dikuatkan dalam
mendampingi anak-anak dalam formasio iman berjenjang. Berkatilah anak-anak
yang kami dampingi agar menjadi pribadi yang beriman kepada-Mu, pribadi yang
semakin besar semakin dicintai banyak orang. Semua ini kami mohon demi Yesus
Kristus Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
2. Satuan Persiapan II
a. Judul Pertemuan : Spiritualitas Pendamping bagi Pendampingan Iman
Anak
b. Tujuan : Peserta semakin memiliki spiritualitas pelayanan
sebagai pendamping pendampingan iman anak
sehingga mampu menjalankan komitmennya
sebagai pendamping sanggar anak.
c. Peserta : Pendamping Sanggar Anak Sadang, Pelangi,
Sodong, Krajan, Pasbolo, Bomas, Piningit, dan
Wawar
d. Tempat : Rumah Bambu Sanggar Anak Sodong
e. Waktu : 90 menit
f. Pemikiran Dasar
Pendampingan iman anak merupakan usaha bersama untuk membantu
perkembangan iman anak. Oleh sebab itu diharapkan semua orang ambil bagian
dalam karya pewartaan Yesus Kristus. Selain mempunyai tugas pokok di dalam
hidupnya, umat diharapkan mengambil bagian dalam mendampingi iman anak,
untuk perkembangan pribadi umat sendiri, maupun perkembangan iman anak
yang didampingi.
Pemilihan materi ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis
yang menyatakan bahwa sebanyak 2 (10%) responden tidak setuju dan 1 (4%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
responden netral jika kegiatan sanggar anak mendapat dukungan dari romo
paroki, dewan paroki, dan seluruh umat. Pada item 50 sebanyak 3 (14%) yang
menyatakan tidak setuju jika orang tua selalu mendukung anaknya untuk terlibat
dalam sanggar anak. Pernyataan-pernyataan ini menjadi dasar pemilihan materi
yaitu spiritualitas pendamping.
Pendampingan Iman Anak merupakan usaha bersama untuk membantu
perkembangan iman anak. Peran pendamping iman anak adalah membantu dan
mempermudah perkembangan iman anak dengan menciptakan suasana hidup
beriman. Pendampingan iman anak merupakan salah satu bentuk karya pewartaan
Gereja untuk memperdalam iman dan membantu mereka untuk semakin terlibat
dalam hidup menggereja baik secara pribadi maupun bersama. Oleh sebab itu,
seorang pendamping pendampingan iman anak harus memiliki spiritualitas
Kristiani. Dengan adanya spiritualitas Kristiani mereka memiliki sesuatu yang
memotivasi untuk terus-menerus melayani Tuhan. Menjadi seorang pendamping
bukanlah hal yang mudah karena yang dihadapi adalah anak-anak yang memiliki
berbagai macam karakter. Lebih luas lagi, pendamping juga harus menghadapi
orang tua anak yang belum tentu mendukung anaknya untuk terlibat dalam
sanggar anak. Pendamping juga harus menjalin hubungan dengan romo paroki,
dewan paroki, dan seluruh umat sebagai bagian dari Gereja. Oleh sebab itu,
sebelum melihat keluar, pertama kali yang harus diperhatikan adalah spiritualitas
pendamping. Pendamping sanggar anak perlu dibekali spiritualitas pendamping
pendampingan iman anak supaya semakin bersemangat dalam menjalani karyanya
bagi Gereja walaupun berbagai rintangan datang untuk menghadang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
g. Sumber Bahan
Sumber bahan yang digunakan dalam satuan persiapan II adalah materi
mata kuliah Pendidikan Iman Anak dari Program Studi IPPAK Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Materi yang dipakai adalah spiritualitas pendamping PIA.
Sumber bahan yang kedua diambil dari penulisan skripsi dalam BAB II (hal 27-
30) tentang spiritualitas pendamping PIA. Sumber bahan yang juga dipakai dalam
satuan persiapan ini adalah Yohanes 10:11-15 sebagai peneguhan untuk menjadi
seorang pendamping sanggar anak yang baik.
h. Metode
Metode yang digunakan dalam satuan persiapan II ini adalah metode
diskusi dan sharing pengalaman. Sharing pengalaman digunakan untuk
membagikan pengalaman pribadi sebagai pendamping yang terlibat aktif maupun
yang akan terlibat aktif dalam sanggar anak. Metode diskusi juga digunakan untuk
memecahkan sebuah masalah tentang penyebab adanya umat yang tidak
mendukung kegiatan sanggar anak.
i. Sarana
Sarana yang digunakan dalam satuan persiapan II ini adalah laptop, viewer
dan handout. Sarana yang juga dipersiapkan adalah teks Kitab Suci sebagai acuan
spiritualitas pendamping sanggar anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
j. Materi
Materi dalam satuan persiapan II ini adalah “Spiritualitas Pendamping
Pendampingan Iman Anak”. Isi dari materi tersebut meliputi pengertian kata
“spiritualitas” dan spiritualitas yang harus dimiliki oleh seorang pendamping
mulai dari kerendahan hati, beriman dewasa, Kristosentris, keterbukaan,
kerjasama, saling melengkapi, mencintai Kitab Suci, semangat pelayanan, dan
rela berkorban. Sebagai peneguhan materi yang disampaikan dari Kitab Suci
diambil dari Yohanes 10:11-15.
k. Proses Pendampingan
1) Pembukaan
Pembukaan dibuka dengan pengantar sebagai berikut:
“Kita akan bersama-sama dalam pertemuan ini menggali pengalaman
kita sebagai pendamping sanggar anak. Kita sebagai anak-anak Tuhan diharapkan
mengambil bagian untuk melayani Tuhan lewat sesama seperti mendampingi
iman anak sehingga makin berkembang dan menjadi murid Yesus. Oleh sebab itu
kehadiran seorang pendamping iman Kristiani diharapkan mempunyai
kemampuan untuk mempererat hubungan antarpribadi. Seorang pendamping iman
bagi anak-anak diharapkan memiliki hubungan erat dengan Tuhan dan seluruh
umat.
Pendampingan iman anak sangat khas dengan kegiatannya yang mampu
menghargai setiap pribadi anak. Pendamping dalam mendampingi iman anak
hendaknya mempunyai sikap rendah hati dan pengabdian untuk selalu belajar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
sabar, dan kreatif. Dalam kegiatan pendampingan iman dalam sanggar anak,
pendamping pasti memiliki pengalaman yang khas. Ada saatnya kita merasa
kecewa dengan orang tua yang tidak mendukung sanggar atau umat yang kurang
perhatian dengan sanggar anak, ada saatnya kita juga mempunyai semangat
berkobar-kobar dan bangga karena anak yang kita dampingi mampu memberikan
penampilan yang sangat baik pada saat pentas di depan umum. Oleh sebab itu kita
akan bersama berbagi pengalaman tentang keterlibatan kita dalam pendampingan
iman dalam sanggar anak dengan harapan kita saling memperkaya dan
meneguhkan keterlibatan kita dalam mendampingi iman anak.
Pada perjumpaan ini kita akan lebih mendalami spiritualitas pendamping
dalam mendampingi iman anak yang meliputi: semangat yang perlu dimiliki
pendamping, sikap dan kemampuan yang dimiliki pendamping, manfaat
melaksanakan pendampingan iman anak, dan melihat gambaran pendamping yang
baik menurut Kitab Suci, “Yesus gembala yang baik”. Semoga dengan pertemuan
ini kita semakin bersemangat untuk selalu terlibat dalam melayani Tuhan lewat
karya kita dalam sanggar anak. Harapan kita dengan berbagi pengalaman bersama
ini, kita dapat saling memperkaya dan meneguhkan. Dengan mengetahui
spiritualitas pendamping dalam mendampingi iman anak, kita diharapkan mampu
menghayati dan menghidupinya.”
Sebagai pembuka sesi, peserta diajak untuk doa pembukaan. Pemimpin
doa dapat dipersilakan untuk peserta pendampingan secara spontan, sebagai
tanggapan tentang materi spiritualitas pendamping sanggar anak. Waktu untuk
proses pembukaan adalah 5 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
2) Menggali pengalaman peserta dalam pelaksanaan Pendampingan Iman
Anak
Peserta dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok memiliki
anggota lima orang. Kelompok diberikan waktu 40 menit untuk melakukan
sharing pengalaman dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
a) Ceritakanlah bagaimana pengalaman Anda dalam mendampingi iman anak
dalam sanggar anak!
b) Bagi yang belum pernah ceritakan pengalaman Anda dengan melihat
pendamping sanggar anak yang pernah Anda lihat atau Anda alami!
c) Sejauh mana keterlibatan Anda dalam mendampingi dan melaksanakan
kegiatan sanggar anak?
d) Bagaimana Anda menanggapi umat yang tidak mendukung kegiatan sanggar
anak?
Peserta diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi
dengan waktu 10 menit.
3) Mendiskusikan Materi tentang Spiritualitas Pendamping Pendampingan
Iman Anak
Peserta diajak untuk bersama-sama mendiskusikan materi spiritualitas
pendamping Pendampingan Iman Anak. Materi yang digunakan terlampir dalam
Lampiran 3 (halaman 5). Waktu untuk diskusi materi adalah 20 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
4) Mendalami Kitab Suci Yoh 10:11-15 Menjadi Pendamping yang Baik
Peserta diajak membaca teks Kitab Suci Yoh 10:11-15. Salah satu peserta
dipersilakan untuk membacakan teks dan peserta yang lain menyimak teks Kitab
Suci tersebut. Setelah selesai membaca teks Kitab Suci, peserta diberikan waktu 2
menit untuk merenungkan makna Kitab Suci tersebut, setelah itu pembawa materi
memberikan makna Kitab Suci per ayat yang terlampir dalam Lampiran 3
(halaman 6). Waktu untuk mendalami Kitab Suci adalah 10 menit.
5) Penutup
Peserta diajak untuk menyimpulkan sesi spiritualitas pendamping
pendampingan iman tersebut. Fasilitator dapat merangkum kesimpulan peserta
dengan ungkapan sebagai berikut:
“Seorang pendamping sanggar anak adalah bagian dari umat dan hidupnya
tentu harus berjumpa dengan umat. Oleh sebab itu dibutuhkan spiritualitas sebagai
dasar yang selalu menghidupi karya pelayanan pendamping. Banyak rintangan
yang selalu menghadang, baik dari anak-anak, orang tua, maupun dari pejabat
Gereja. Semua adalah bumbu dari sebuah paguyuban, tanpa bumbu itu semua
menjadi hambar atau tidak ada rasanya. Sebagai pendamping sanggar anak
pantaslah selalu mengusahakan mempunyai spiritualitas untuk selalu melayani
dan rela berkorban, mencintai Kitab Suci, beriman dewasa, rendah hati, dan
mempunyai semangat bekerja sama dengan orang lain bahkan orang yang tidak
menyukai kita.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
“Semua yang kita lakukan semata-mata sebagai pelayanan kita akan
baptisan yang telah kita terima. Keselamatan yang diberikan Tuhan kepada kita
pantaslah kita wariskan kepada anak-anak sebagai wujud pelayanan kita. Marilah
kita bersama-sama menyerahkan usaha dan hasil kita dalam mendampingi iman
anak-anak kepada Tuhan, apa pun hasil dan usaha kita selalu diterima karena
Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita.”
Sebagai penutup sesi ini, dapat didoakan doa penutup sebagai berikut:
“Tuhan, terimakasih atas penyertaan-Mu sehingga kami mempunyai
semangat untuk selalu melayani dan rela berkorban, mencintai Kitab Suci,
beriman dewasa, rendah hati, dan mempunyai semangat bekerja sama dengan
orang lain bahkan orang yang tidak menyukai kami. Kami bersyukur karena
sampai pada saat ini kami tetap mendapat kesempatan untuk bersama-sama anak-
anak. Bantulah kami untuk selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak yang
kami dampingi sebagai wujud cinta kami kepada-Mu. Semua ini kami haturkan
demi Yesus Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
3. Satuan Persiapan III
a. Judul Pertemuan : Keterampilan Pendamping dalam Pemilihan materi
Pendampingan Iman Anak
b. Tujuan : Peserta dapat terampil memilih materi
pendampingan iman bagi anak-anak dan
menggunakan model pendampingan iman anak
berbasis Kitab Suci
c. Peserta : Pendamping Sanggar Anak Sadang, Pelangi,
Sodong, Krajan, Pasbolo, Bomas, Piningit, dan
Wawar
d. Tempat : Lahan Sayur Sanggar Anak Sodong
e. Waktu : 120 menit
f. Pemikiran Dasar
Dalam ajaran Gereja arti kata “Kitab Suci” adalah kesaksian iman akan
Allah yang selalu menyertai manusia. Sikap dan cara yang baik dalam
menggunakan Kitab Suci adalah mencari kehendak Tuhan dalam konteks siutasi
hidup konkrit. Gereja mengenal Kitab Suci yang disebut Alkitab sebagai pedoman
hidup peziarahan Gereja yang selalu menjiwai dan memberikan Roh dan kekuatan
akan terang iman ini.
Anak-anak adalah Gereja masa sekarang dan masa depan. Sebagai
pendamping sanggar anak perlulah menanamkan cinta Kitab Suci sejak dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Sering kali orang berpendapat bahwa anak tidak tertarik dengan buku Kitab Suci
karena tampilannya yang kurang menarik. Dari sinilah pendamping ditantang
untuk memberikan bekal yang menarik yang mengacu dari Kitab Suci sebagai
upaya mengakrabkan Kitab Suci dengan anak sejak dini.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di seluruh Sanggar Anak di Paroki
Santo Thomas Rasul Bedono, sebanyak 6 (29%) responden menyatakan sangat
setuju dan 10 (48%) responden menyatakan setuju jika selama proses kegiatan
sanggar anak pendamping merasa kesulitan dalam memilih materi pendampingan
iman. Penulis menyimpulkan bahwa perlu diusulkan beberapa cara dalam memilih
materi pendampingan iman. Dalam kerangka ini penulis akan memberikan usulan
dengan sumbangan tentang cara memilih materi pendampingan iman yang
bersumber dari Kitab Suci dan model pendampingan iman sesuai dengan yang
didapatkan dalam kegiatan perkuliahan di IPPAK-USD.
g. Sumber Bahan
Sumber bahan yang digunakan dalam satuan persiapan III ini adalah buku
Amin Susanto yang berjudul Minggu Gembira Panduan untuk Pembimbing
Sekolah Minggu yang diterbitkan oleh Kanisius Yogyakarta tahun 2012. Bahan
yang diambil adalah pemilihan materi pendampingan dan contoh satuan persiapan
pendampingan iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
h. Metode
Metode yang digunakan untuk sesi ini adalah diskusi dan praktik. Metode
diskusi dipilih sebagai upaya meningkatkan kerjasama pendamping sanggar dan
mampu memecahkan masalah berkaitan dengan pendampingan iman. Praktik
sebagai usaha untuk memberikan contoh dan mengalami langsung materi yang
akan disampaikan.
i. Sarana
Sarana yang digunakan adalah laptop dan viewer untuk mempermudah
peserta dalam mengikuti materi. Sarana yang kedua adalah handout sebagai bahan
yang dapat dibawa dan dipelajari oleh peserta. Kitab Suci digunakan dalam sesi
ini sebagai acuan materi yang akan dipelajari.
j. Materi
Materi yang disajikan dalam satuan persiapan III ini adalah “Keterampilan
Pendamping dalam memilih materi Pendampingan Iman Anak”.
k. Proses Pendampingan
1) Pembukaan
Untuk memulai sesi ini dapat dibuka dengan pengantar sebagai berikut:
“Bapak, Ibu, dan Saudara-Saudari yang terkasih dalam Kristus, pada hari
ini kita berkumpul menjadi saudara seiman untuk bersama-sama belajar tentang
materi pendampingan iman bagi anak-anak. Anak-anak adalah Gereja masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
sekarang dan masa depan. Sebagai pendamping sanggar anak, kita perlu
menanamkan cinta Kitab Suci sejak dini. Sering kali orang berpendapat bahwa
anak tidak tertarik dengan buku Kitab Suci karena tampilannya yang kurang
menarik. Dari sinilah kita ditantang untuk memberikan bekal yang menarik yang
mengacu dari Kitab Suci sebagai upaya mengakrabkan Kitab Suci dengan anak
sejak dini.”
Setelah pengantar peserta diajak doa pembukaan sebagai langkah
membangun konsentrasi. Doa pembukaan dapat didoakan sebagai berikut:
“Tuhan yang mahakasih, terimakasih atas berkat-Mu yang melimpah
bagi kami pendamping sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
Kami mohon berkat-Mu ya Tuhan, bukalah mata, hati, dan pikiran kami agar
kami dapat menerima materi pendampingan sebagai upaya kami dalam
mewartakan Kabar Gembira lewat usulan materi dari pendampingan ini. Dikau
kami puji kini dan sepanjang segala masa. Amin.”
2) Praktik tentang Pedoman Menyelenggarakan Pendampingan Iman Anak
yang Mengacu dari Kitab Suci.
Peserta diajak untuk mengenal pedoman menyelenggarakan
pendampingan iman anak yang mengacu dari Kitab Suci. Fasilitator memberikan
contoh menjadi seorang pendamping dan peserta dianggap sebagai anak-anak.
Fasilitator memandu praktik sesuai dengan Lampiran 4 (halaman 8). Waktu untuk
menyelenggarakan praktik adalah adalah 60 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
3) Diskusi
Peserta diajak untuk melihat proses praktik dan memberi masukan serta
tanggapan dalam pelaksanaan praktik. Waktu untuk diskusi ini adalah 30 menit.
4) Penutup
Peserta diajak untuk menyimpulkan sesi keterampilan pendamping dalam
menggunakan materi pendampingan iman ini. Fasilitator dapat merangkum
kesimpulan peserta sebagai berikut:
“Bapak, Ibu, dan Saudara-Saudari yang terkasih dalam Kristus, kita
sebagai pendamping sanggar anak yang berupaya semaksimal mungkin
memperkenalkan anak kepada Yesus seringkali kurang mencapai tujuan. Dengan
usaha berbagai macam perlu kita dalami supaya anak semakin mencintai Yesus.
Semoga dengan usulan tersebut dapat menjadi sumbangan bagi perkembangan
karya katekese atau pendampingan iman anak di Sanggar Anak Paroki Bedono.”
Setelah fasilitator menyimpulkan sesi ini peserta diajak untuk doa
penutup sebagai peneguhan dari apa yang peserta dapatkan. Doa penutup dapat
diungkapkan sebagai berikut:
“Tuhan, terimakasih atas penyertaan-Mu dalam sesi ini. Kami mohon ya
Tuhan, semoga apa yang kami dapatkan dalam sesi ini dapat kami praktikkan
sebagai usaha membangun sanggar anak yang selalu dekat dengan-Mu. Amin.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
4. Satuan Persiapan IV
a. Judul Pertemuan : Permainan Tradisional sebagai Media Pendampingan
Iman Anak
b. Tujuan : Peserta dapat menggunakan permainan tradisional
sebagai media yang cocok bagi pendampingan iman
anak
c. Peserta : Pendamping Sanggar Anak Sadang, Pelangi, Sodong,
Krajan, Pasbolo, Bomas, Piningit, dan Wawar
d. Waktu : 360 menit
e. Tempat : Lahan sayur, rumah bambu, dapur, dan tanah lapang
di Sanggar Anak Sodong
f. Pemikiran Dasar
Media merupakan hal penting dalam kegiatan pengajaran. Media
merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam proses pendampingan. Sarana
adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud
atau tujuan. Media menjadi pokok dari sebuah pendampingan khususnya
pendampingan iman anak.
Dalam proses pendampingan sanggar anak dari berbagai kegiatan yang telah
dilaksanakan banyak media yang telah digunakan. Media yang banyak tersebut
tentu dimiliki oleh masing-masing sanggar anak sebagai kekhasannya masing-
masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di sanggar anak seluruh Paroki
Santo Thomas Rasul Bedono sebagian 13 (62%) responden menyatakan kesulitan
dalam menentukan media yang kontekstual. Ada beberapa orang yang
menyatakan tidak kesulitan dalam memilih media kontekstual. Oleh sebab itu
dalam pendampingan bagi para pendamping sanggar anak ini bertujuan setiap
pendamping sanggar anak dapat berkumpul dan saling berbagi media yang
kontekstual dan saling melengkapi antarsanggar.
Dalam kerangka ini penulis akan membagikan jenis permainan tradisional
yang banyak mengandung pesan dan makna yang baik untuk pendampingan iman
anak. Bermain juga membantu anak dalam menjalin hubungan sosial antar anak,
mengembangkan imajinasi mereka, mengembangkan kognisi, bahasa dan
rnotorik kasar dan halus. Anak menggunakan gerakan dan kemampuan
fisiknya, melatih kreativitas, dan mengasah kemampuannya menyelesaikan
masalah dengan rnenghadapi berbagai permainan dan bermain dapat membantu
bahasa anak melalui interaksi dengan teman sebaya dan lingkungan. Jadi bermain
bagi anak tidak sekadar menghabiskan waktu, tetapi merupakan media bagi anak
untuk belajar.
Permainan tradisional adalah permainan yang berkembang dan biasa
dimainkan anak-anak dalam lingkungan masyarakat umum dengan menyerap
segala kekayaan dan kearifan lingkungannya. Di dalam permainan tradisional,
pribadi anak ditumbuhkembangkan, kreativitas dan semangat inovasinya
diwujudnyatakan. Permainan tradisional menjadi wahana bagi ekspresi diri anak.
Keterlibatan dalam permainan tradisional akan mengasah, menajamkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
menumbuh-kembangkan otak anak, melahirkan empati dan membangun
kesadaran sosial serta menegaskan kepribadiannya. Semua segi kehidupan
terangkum dalam permainan tradisonal.
g. Sumber Bahan
Sumber bahan yang dipakai dalam satuan persiapan IV ini adalah
pengalaman peserta dan permainan tradisional. Beberapa peserta yang datang dan
tidak kesulitan dalam memilih media kontekstual diberikan menjadi sumber bahan
proses pendampingan ini. Permainan tradisional diambil sebagai media
pendampingan iman anak yang kontekstual sesuai dengan sanggar anak yang
mengupayakan pendidikan kontekstual.
h. Metode
Metode yang digunakan dalam satuan persiapan ini adalah sharing
pengalaman dan outbound. Sharing pengalaman dilakukan untuk mengkaji
kekhasan dari sanggar anak masing-masing. Outbound merupakan kegiatan yang
dilakukan dialam terbuka dengan melakukan beberapa simulasi permainan.
Outbound dalam persiapan ini akan diisi dengan permainan tradisional.
i. Sarana
Sarana yang digunakan adalah panduan permainan tradisional untuk
mempermudah peserta dalam mengikuti proses kegiatan. Panduan permainan
tradisional Pecahan Genting/ubin/asbes/keramik, kapur/arang/ranting untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
membuat gambar. Syair Oray-Orayan digunakan untuk mempermudah
menghafalkan lagu. Sebuah bola tenis bekas dan beberapa keping pecahan genting
sepuluh buah yang sebesar atau selebar telapak tangan anak-anak digunakan
dalam permainan gebogan. Tiang atau pohon sebagai batang untuk permainan
betengan.
j. Materi
Materi yang disajikan di satuan persiapan IV ini adalah materi tentang
permainan tradisional sebagai media pendampingan iman anak. Isi dari materi
adalah sharing pengalaman dan pelaksanaan permainan tradisional dan diakhir
pertemuan akan diberikan peneguhan berupa makna atau refleksi dari permainan
tradisional.
k. Proses Pendampingan
1) Pembukaan
Sebagai pembuka sesi ini dapat diberikan pengantar untuk mengarahkan
peserta menuju perhatian pada sesi ini sebagai berikut:
“Bapak, Ibu, dan Saudara-Saudari yang terkasih dalam Kristus, pada
kesempatan ini kita akan bersama-sama belajar mengenai media pendampingan
iman anak serta beberapa game yang dapat digunakan dalam proses
pendampingan. Permainan tradisional merupakan media yang baik diterapkan
bagi pendampingan iman anak dalam sanggar anak. Dengan mengangkat budaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
dan kearifan lokal, maka iman anak akan tumbuh dan berkembang secara utuh dan
sesuai dengan budaya yang mereka hidupi.”
Untuk melangkah pada sharing pengalaman dan outbound, pertemuan ini
dibuka dengan doa secara spontan yang dipimpin oleh salah satu peserta yang
bersedia memimpin doa.
2) Sharing Pengalaman
Dalam proses berbagi pengalaman tentang media yang dipakai, peserta
diberi waktu untuk menggali semua media yang dimiliki oleh sanggar anak yang
didampinginya. Setelah itu masing-masing peserta menuliskannya pada kertas
yang sudah disediakan, selanjutnya peserta diberikan waktu untuk presentasi
masing-masing sanggar anak. Waktu yang diberikan untuk menulis dan berbagi
pengalaman adalah 30 menit. Peserta tetap dalam kelompok besar untuk
melakukan diskusi dengan pertanyaan panduan sebagai berikut:
a) Media apa yang pernah Anda gunakan dalam proses kegiatan sanggar anak?
Apa kelebihan dan kelemahan dari media tersebut?
b) Bagaimana media tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan iman
anak?
3) Outbound
Peserta diajak untuk berpindah ke tanah lapang di depan rumah bambu
Sanggar Anak Sodong. Peserta dibagi dalam dua kelompok. Setelah kelompok
terbagi, fasilitator memberikan pengantar outbound berdasarkan Lampiran 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
(halaman 13). Setelah fasilitator memberikan pengantar, peserta diajak untuk
memulai outbound bersama. Fasilitator memandu outbound sesuai dengan
lampiran 5 (halaman 16). Waktu setiap permainan adalah 50 meni. Setiap
permainan selesai fasilitator menjelaskan manfaat permainan dari berbagai aspek,
mulai aspek moral dan iman, fisik, bahasa, kognitif, sosial-emosional, dan refleksi
permainan. Jumlah seluruh permainan tradisional yang diusulkan penulis
berjumlah enam permainan.
4) Penutup
Fasilitator dapat menutup sesi ini dengan kata-kata sebagai berikut:
“Setiap anak memiliki keunikan tersendiri dalam belajar dan setiap anak
menyadari bahwa dirinya sebagai individu bisa menerima kelebihan dan
kekurangannya. Untuk itu dalam proses belajarnya juga harus menggunakan
metode yang unik, dalam artian tidak biasa untuk proses belajar bagi remaja dan
dewasa. Salah satu metode dan media belajar itu adalah dengan bermain dan
permainan. Dengan bermain, anak-anak bisa menyerap unsur-unsur pembelajaran
yang terkandung dalam bentuk permainan. Tingkat kreativitas anak akan terpacu
melalui daya khayalnya dan akan membuat anak-anak mampu melihat gambaran
dan wawasan baru di dunianya.
Outbound dengan permainan tradisional yang kita lakukan fokus pada
aspek moral dan iman, fisik, bahasa, kognitif dan sosial emosional menunjukkan
bahwa permainan tradisional bisa dijadikan media pembelajaran anak. Dalam
bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
bernegosiasi. Anak-anak menciptakan peristiwa khayalan, melatih keterampilan
fisik, sosial, kognitif, dan sosial emosional. Aspek-aspek ini adalah modal dasar
yang bisa digunakan dalam menjalani kehidupan dewasa. Hasil pembelajaran ini
akan bertahan sampai dewasa karena didapatkan dengan cara yang menyenangkan
dan dalam suasana yang bebas.
Dalam permainan tradisional juga terdapat refleksi yang mendalam dengan
ajaran Yesus, yakni cinta kasih, kesabaran, pelayanan bagi orang lain, mau
berbagi dengan orang lain. Dalam semangat Yesus ini anak-anak perlu
dikembangkan sebagai pribadi yang utuh dalam kasih Yesus.”
Setelah fasilitator menyampaikan kesimpulan peserta diajak untuk berdoa
bersama. Sebagai penutup dapat didoakan sebagai berikut:
“Tuhan Yesus yang mahakasih, kami bersyukur kepada-Mu atas
penyertaan yang telah Engkau berikan dalam sesi ini. Kami berharap selalu
kepada-Mu, agar kami sebagai pendamping sanggar anak selalu Engkau berikan
kelancaran dalam mendampingi anak-anak-Mu. Ajarilah kami dengan bahasa
cinta-Mu ya Tuhan agar anak-anak kami mampu kami arahkan menuju pribadi
yang utuh sesuai dengan teladan Yesus Kristus Putera-Mu. Amin.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
BAB V
PENUTUP
Pada bagian penutup penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran
berkaitan dengan “Peranan Sanggar Anak sebagai Alternatif Pendampingan Iman
Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang”. Bagian
kesimpulan berisikan gagasan-gagasan pokok dari keseluruhan isi penulisan
skripsi ini dan bagian saran berisi usaha-usaha yang dapat dilakukan agar
pendampingan iman anak dengan model sanggar anak dapat berjalan demi
perkembangan Gereja sebagai usaha memperluas karya keselamatan Allah yang
dianugerahkan Allah bagi Gereja. Saran akan ditujukan bagi Pendamping Sanggar
Anak di Paroki Santo Thomas Rasul, Gereja Santo Thomas Rasul Bedono, dan
bagi perkembangan mata kuliah di program studi IPPAK.
A. Kesimpulan
Pendampingan Iman Anak (PIA) adalah suatu bentuk usaha untuk
membantu mengembangkan iman anak melalui pendampingan informal. Keluarga
merupakan tempat pertama dan utama dalam pengembangan iman anak. Dalam
“Gereja Keluarga” anak mendapatkan pewartaan iman awal dan mengembangkan
panggilan rohani mereka (bdk. LG 11). Bahkan dalam keluarga itu bukan hanya
orangtua yang bertugas mewartakan Injil kepada anaknya, tetapi orangtua pun
mendapat pewartaan dalam anak (Nota Pastoral, 2008: 36). Tidak dapat
dipungkiri bahwa zaman yang semakin maju membuat keluarga harus memenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
tuntutan ekonomi dan memaksa orang tua harus bekerja lebih keras. Akibatnya
anak menjadi kurang terdampingi. Hal ini diperkuat oleh survei yang dilakukan
oleh Keuskupan Agung Semarang tahun 2005 bahwa banyak orang tua
menghabiskan waktunya untuk bekerja sehingga anak kurang terdampingi (Nota
Pastoral, 2008: 36).
Pendampingan iman yang terjadi di berbagai paroki dan keuskupan
mempunyai ciri khas masing-masing. Di paroki Santo Thomas Rasul
pendampingan iman anak-anak menggunakan model pendampingan sanggar anak.
Dalam konteks pembangunan jemaat di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono,
“Sanggar Anak” adalah rumah tumbuh iman anak, di mana iman anak dipupuk
dan disiram agar dapat bertumbuh dan berkembang secara utuh dan berbuah,
sesuai dengan potensi yang dimiliki, konteks di mana mereka tinggal dan
tantangan zaman, sehingga mereka dapat mengelola kehidupannya serta turut
serta menghadirkan perubahan baik untuk sekitarnya. Dalam sanggar anak terjadi
proses pendampingan iman anak lewat kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan
baik kegiatan bersama maupun kegiatan personal sanggar. Pendampingan iman
anak terjadi secara utuh dan kontekstual.
Sanggar anak sejauh ini telah berperan sebagai rumah atau tempat yang
mengusahakan pelaksanaan kegiatan dengan pendekatan non-kelas, memberikan
kesempatan dan ruang bebas kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan
sekitarnya dan menemukan hal-hal baru. Kegiatan yang sudah berjalan membawa
anak mampu mencintai lingkungannya (alam fisik, alam hayati, masyarakat,
budaya dan kehidupan beragama) sebagai tempat dan materi belajar. Sanggar anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
juga berperan menjadi wadah kegiatan dengan cakupan lebih luas, riil, integratif
dan mengembangkan berbagai dimensi kehidupan manusia (kecerdasan majemuk)
secara terintegrasi (pendekatan utuh). Sanggar anak juga mampu menjadi
katekese atau pendampingan iman anak yang kontekstual dengan pembelajaran
disesuaikan dengan tema kehidupan masyarakat sehari-hari. Sanggar anak
memiliki ciri khas inklusif, yaitu mampu mencakup semua umat beriman (teman
sebaya, adik-kakak, orang tua, dan umat lingkungan) sesuai dengan
kebutuhannya dan dapat memberdayakan setiap umat untuk menjadi pendamping
sesuai dengan keahliannya.
Peranan sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul sebagai alternatif
pendampingan iman anak dengan metode dan media pendampingan yang
konteksual. Iman diwartakan dan dikomunikasikan melalui kesenian tradisional,
kegiatan lahan pertanian organik, dan melalui alam yang ada di sekitarnya.
Peranan sanggar anak dalam kegiatan pengembangan iman dapat dilihat dari
berbagai segi, mulai dari liturgi, diakonia, pewartaan, koinonia, dan martiria.
Dilihat dari segi liturgi, kegiatan Misa Alam, tugas koor, tugas putra altar,
tugas menyanyikan lagu pujian dalam perayaan Ekaristi membuat anak-anak
semakin mendapat tempat dalam Gereja. Anak-anak dilatih untuk dekat dengan
liturgi Gereja sejak dini. Dilihat dari segi diakonia, anak dilatih untuk melayani
umat yang sedang membutuhkan dalam kegiatan sanggar anak. Sebagai contoh
kesenian tradisional yang dimiliki oleh sanggar anak dibagikan kepada umat dan
masyarakat secara luas. Pelayanan yang diajarkan tidak hanya terbatas untuk umat
Katolik saja, tetapi kepada siapa saja yang membutuhkan. Dilihat dari segi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
koinonia, anak-anak dilatih untuk berkumpul bersama membentuk sebuah
paguyuban yaitu sanggar anak. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh sanggar anak
membantu melatih anak sejak dini untuk belajar mengorganisasi paguyuban
sehingga anak terbiasa mengelola paguyuban dimana mereka berada.
Dengan kegiatan sanggar anak, anak terbentuk menjadi pribadi yang
beriman melalui kearifan lokal atau nilai budaya tradisional. Kegiatan sanggar
anak mampu mengangkat lokalitas tempat di mana anak tinggal. Kegiatan sanggar
anak mampu mendidik anak untuk mencintai lingkungan hidupnya sebagai usaha
membawa anak bersyukur dan mau memelihara ciptaan Tuhan. Kegiatan sanggar
anak dapat menjadi katekese bagi anak-anak yang kontekstual dengan lingkungan
hidupnya sekaligus menjadi tempat Gereja Lokal ber-evangelisasi (mewartakan
Kabar Gembira). Sanggar anak dapat merangkul siapa saja termasuk umat beda
agama.
B. Saran
1. Bagi pendamping sanggar anak:
Untuk menunjang kegiatan sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul
Bedono, maka pendamping perlu melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
a. Mengadakan pertemuan rutin bagi para pendamping sanggar anak se-Paroki
Santo Thomas Rasul Bedono untuk bersama-sama membahas materi
pendampingan iman anak yang kontekstual dengan daerahnya masing-masing
sebagai upaya mempermudah sanggar anak dalam menentukan inkulturatif
materi pendampingan iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
b. Pendamping sanggar anak saling membagikan media yang dimiliki dalam
sanggar sebagai upaya membentuk kesatuan sanggar anak yang harmonis di
seluruh Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
c. Pendamping semakin bersemangat dan tetap memelihara spiritualitas
pendamping pendampingan iman anak walaupun ada orang tua dan umat
yang kurang mendukung kegiatan sanggar anak.
2. Bagi Umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono:
Umat semakin terlibat dalam kegiatan sanggar anak, karena kegiatan sanggar
anak mampu membawa Gereja semakin gembira dan nama Yesus semakin
diwartakan. Anak adalah empu dari Kerajaan Surga, maka dari itu anak perlu
diberikan tempat sebagai anggota Gereja yang utuh.
3. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan dengan Kekhususan Pendidikan Agama
Katolik:
Kampus IPPAK perlu mengembangkan matakuliah Pendidikan Iman Anak
dengan cara belajar bersama sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul
sebagai tambahan wawasan dan model pendampingan iman anak yang
beracuan dengan budaya atau kearifan lokal dan alam ciptaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(163)
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Amalorpavadas, D.S. (1972). Katekese Sebagai Tugas Pastoral Gereja.
Yogyakarta: Pusat Kateketik.
Amin Susanto dkk. (2012). Minggu Gembira Panduan untuk Pembimbing
Sekolah Minggu. Yogyakarta: Kanisius.
Babin, Pierre. (1991). The New Era in Religious Communication.
Minneapolis, USA: Fortress Press.
Benedictus XVI. (2007). “Anak-anak dan Media: Sebuah Tantangan untuk
Pendidikan”. Surat Gembala pada Hari Komunikasi Sosial se-
Dunia ke 43, 20 Mei 2007.
Charis, Edwin. (2003). Menyusun Program Gerejawi bagi Pemula. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang. (2008). Nota Pastoral
Melibatkan Anak dan Remaja untuk Pengembangan Umat.
Muntilan: Dewan Karya Pastoral KAS 2008.
. (2014). Formatio Iman Berjenjang. Yogyakarta:
PT Kanisius.
Fransiskus. (2014). “Komunikasi demi Melayani Perjumpaan Budaya
Sejati”. Surat Gembala pada Hari Komunikasi Sosial se-Dunia ke
48, 1 Juni 2014.
Hurlock, Elisabeth B. (1991). Psikologi Perkembangan Anak: Cetakan 1.
Terj. Med Meitasari Tjadrasa. Jakarta: Erlangga.
Iswarahadi, Y.I. (1999). Metode Katekese Alternatif. Yogyakarta: Pusat
Pastoral.
. (2002). Pendidikan Iman di Zaman Audiovisual.
Yogyakarta: Pusat Pastoral.
. (2003). Beriman dengan Bermedia. Yogyakarta: Kanisius.
. (2013). Sebuah Antopologi Komunikasi Media &
Pewartaan Iman Usaha Mencari Model Pewartaan Iman pada
Zaman Digital. Yogyakarta: Kanisius.
Kadarmanto, Ruth S. (2005). Tuntunlah ke Jalan yang Benar, Panduan
Mengajar Anak di Jemaat. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014).
Pendidikan Agama Katolik Menjadi Murid Yesus SD Kelas II.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
Kountur, Ronny. D.M.S.,Ph.D. (2003). Metode Penelitian untuk Penulisan
Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM.
Mangunhardjana, A.M. SJ. (1986). Pendampingan Kaum Muda.
Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Mayeroff, Milton. (1993). Mendampingi untuk Menumbuhkan. Yogyakarta:
Kanisius.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Paroki St. Thomas Rasul Bedono. (2015). Dinamika Komunitas Sanggar
Kegiatan. Kab. Semarang: Sanggar Anak Bedono
Pendampingan Calon Pendamping PIA. (2003). Menjadi Pendamping PIA
yang Berkualitas. Yogyakarta: FIPA-USD
Prasetya dkk. (2008). Dasar-Dasar Pendampingan Iman Anak. Yogyakarta:
Kanisius.
Pusat Kateketik. (2002). Kursus Pendampingan Iman Anak Bagi Para Novis
dan Postulan Yogyakarta. Yogyakarta: IPPAK.
Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan
Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
SAGKI. (2006). Bangkit dan Bergeraklah! Dokumentasi Hasil Sidang
Agung Gereja Katolik 2005. Jakarta: Obor.
Sugiarti, Maria Goretti AK. (1999). Pendampingan Iman Anak.,
Yogyakarta: FIPA – Universitas Sanata Dharma.
Suharsimi Arikunto. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suharyo, Mgr. Ignatius. (2009). The Catholic Way: Kekatolikan dan
Keindonesiaan Kita. Yogyakarta: Kanisius.
Sutrisno Hadi. (2004a). Metodologi Reaserch 1. Yogyakarta: Andi Offset.
(2004b). Metodologi Reaserch 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Telaumbanua, Marinus. (2005). Ilmu Kateketik Hakikat, Metode, dan
Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.
Tim Pendamping Sanggar Anak Bedo No!. (2014). Presentasi Sanggar
Anak di Paroki Sukorejo:”Membangun Rumah Tumbuh Iman
Anak”, tanggal 6 April 2014.
Umar, Husein. (1998). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
van Beek, Aart. (2001). Pendampingan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Yohanes Paulus II. (1981). Anjuran Apostolik, Familiaris Consortio,
Peranan Keluarga Kristen Dalam Dunia Modern. Jakarta: KWI
. (1991). Catechesi Trandendae. Terj. R..Hardawiryana,
SJ. Dalam Dokumen Gerejani. Jakarta: KWI.
2. Internet
Benie Varman. (2015). Sanggar Anak Sadang-Bedono.
https://www.youtube.com/watch?v=ni5wkAosjqQ. Diterbitkan
tanggal 17 Februari 2015, diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul
17.48 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
eFKa. (2013). Kompasiana: Mandiri, Membumi, dan Lestari (Lustrum I
Paroki St. Thomas Rasul Bedono).
http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/08/mandiri-membumi-dan-
lestari-lustrum-i-paroki-st-thomas-rasul-bedono-616693.html. Diakses
tanggal 24 Februari 2015 pukul 15.25 WIB.
Fransiskus Kurniawan. (2013). Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS)
Paroki St. Tomas Rasul Bedono.
https://www.youtube.com/watch?v=hr1m8HseQ5c. Diterbitkan
tanggal 28 Oktober 2013, diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul
16.00 WIB.
. (2014). Salam Natal dari Bedo No!.
https://www.youtube.com/watch?v=PaWy56Behf8. Diakses pada
tanggal 24 Februari 2015 pukul 16.10 WIB.
. (2014). [Dongeng Bahasa Jawa] Pitulungane
Monggo-Festival Anak Sanggar Bedono 2014.
https://www.youtube.com/watch?v=FvQR-HNnzOo. Diterbitkan
tanggal 25 Februari 2014, diakses pada tanggal 24 Februari 2015
pukul 16.20 WIB.
. (2014). Festival Anak Sanggar - Sanggar Anak
Sadang. https://www.youtube.com/watch?v=k3BhlV_rS4g.
Diterbitkan tanggal 10 April 2014, diakses pada tanggal 24 Februari
2015 pukul 16.27 WIB.
. (2014). Wayang Sayur oleh Sanak Sodong.
https://www.youtube.com/watch?v=MegTo6D8PoY. Diterbitkan
tanggal 4 April 2014, diakses pada tanggal 24 Februari 2015 pukul
16.37 WIB.
. (2014). Festival Sanggar Anak - Reog Jaran
Blarak. https://www.youtube.com/watch?v=WtixW658Jjg.
Diterbitkan tanggal 4 Maret 2014, diakses tanggal 25 Februari 2015
pukul 05.35 WIB.
. (2014). Pring Reketeg - Lustrum I Paroki
Bedono. https://www.youtube.com/watch?v=VTkzqIUxQLg.
Diterbitkan tanggal 22 Februari 2014, diakses tanggal 23 Februari
2015 pukul 16.50 WIB.
. (2014). Perayaan HPS Sadang, Paroki St. Thomas
Rasul Bedono. https://www.youtube.com/watch?v=EzBCxJ4LC34.
Diterbitkan tanggal 29 Oktober 2014 diakses tanggal 23 Februari 2015
pukul 17.13 WIB.
Sanak Sodong. (2014). Berbagi Cerita, Berbagi Bahagia.
http://sodonglestari.com/ . diakses tanggal 24 Februari 2015.
. (2014). Tidak Sekedar Membagi. http://sodonglestari.com/
. diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul 19:41 WIB.
. (2014). Festival Anak Sanggar BedoNo!.
http://sodonglestari.com/. Diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul
20.00 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
. (2014). Wayang Sayur Sanggar Anak Sodong.
http://sodonglestari.com/. Diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul
19.35 WIB.
Thomas Puji Ristanto. (2014). Suasana Latihan Sanggar Anak Sodong.
https://www.youtube.com/watch?v=qxP-ZTCLyUU. Diterbitkan
tanggal 13 Apr 2014 diakses tanggal 23 Februari 2015 pukul 19.05
WIB.
Triangle photography & videography. (2013). Sanggar anak Sadang,
Bedono. https://www.youtube.com/watch?v=zh3JxJ6SnhQ.
Diterbitkan tanggal 20 Jun 2013 diakses tanggal 24 Februari 2015
pukul 17.19 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Pelaksanaan Penelitian
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (IPPAK)
Jl. Ahmad Jazuli 2, Tromolpos 75 Yogyakarta 55002
Telp. (0274) 589035, 541642 – Fax (0274) 541641
Hal : Surat Permohonan Izin Pelaksanaan Penelitian
Yth. Rm. Patricius Hartono, Pr
Pastor Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang
Di Bedono
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penelitian skripsi yang berjudul “Peranan Sanggar Anak terhadap
Proses Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten
Semarang”, saya,
Nama : Yustinus Tyasmanto
NIM : 111124003
Semester : VIII
Program Studi : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian dengan mengedarkan kuesioner
kepada para pendamping sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono dengan tujuan
mendapatkan data tentang peranan sanggar anak terhadap proses pendampingan iman anak.
Demikian surat permohonan saya, atas perhatian dan izin yang diberikan Pastor Paroki
Santo Thomas Rasul Bedono saya ucapkan terimakasih.
Yogyakarta, 2 Juni 2015
Pembimbing Skripsi, Pemohon,
Drs. Y.I. Iswarahadi, SJ, MA Yustinus Tyasmanto
Mengetahui,
Kaprodi IPPAK USD
Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ, M. Ed.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2: Materi Formasio Iman Berjenjang
Formasio Iman Berjenjang
1) Pengertian Formasio iman Berjenjang
Formasio iman dilakukan dalam dua bentuk, yakni secara berjenjang dan
kategorial. Formasio iman secara berjenjang artinya formasio iman dilaksanakan
melalui tahap-tahap usia, mulai dari usia balita sampai lanjut usia. Formasio iman
berjenjang dilaksanakan melalui jalur paroki, dengan alasan bahwa di paroki
terdapat umat mulai dari anak-anak sampai lanjut usia, from the womb to the tomb
(dari rahim hingga makam). Mereka semua berhak untuk mendapatkan
pendampingan iman sepanjang hidupnya.
Formasio iman berjenjang adalah formasio iman yang integratif dan
progresif. Integratif artinya ada kesatuan dan keutuhan antarjenjang.
Pendampingan iman tidak hanya membutuhkan pendamping yang dapat
mendampingi dalam jenjang tertentu, tetapi juga memahami arah pendampingan
selanjutnya. Itu sebabnya pendampingan ini juga bersifar progresif yang berarti
ada suatu langkah dan tahap yang lebih tinggi menurut jenjang usianya. Untuk
membantu arah tersebut ketersediaan pendamping dan program pendampingan
sangatlah penting.
Formasio iman berjenjang sangat memperhatikan aspek perkembangan
psikologi dan perkembangan iman. Hal ini dapat membantu keberhasilan sebuah
pendampingan. Setiap jenjang usia tentu memiliki karakteristik psikologi yang
berbeda-beda, maka formasio iman berjenjang harus memperhatikan karakteristik
pesertanya untuk menentukan metode maupun cara pendampingan.
2) Peranan Formasio iman
a) Peran Kerygmatis
Formasio iman berperan meneguhkan iman umat melalui pewartaan yang
bersumber dari Kitab Suci. Formatio menjadi perwujudan dari pelayanan sabda
bagi umat. Oleh sebab itu hidup seorang pendamping iman tidak lepas dari Kitab
Suci. Ia menghidupi dan menggemakan Kitab Suci melalui pengajaran, pewartaan
dan kesaksian hidupnya.
Formasio iman menegaskan perutusan Gereja untuk selalu mewartakan
Injil. Bukan hanya Gereja yang menjalankan formatio, tetapi Allah yang melalui
Gereja memberikan Sabda dan hidup-Nya. Kitab Suci menjadi media utama
dalam formasio iman. Terhadap pewartaan, umat beriman diajak untuk
memberikan tanggapan dengan bebas berupa penyerahan diri kepada Allah dan
menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya (DV 5).
b) Peran Edukatif
Formasio iman bersifat mendidik orang untuk hidup menurut Injil dan
ajaran Gereja. Orang yang telah beriman dididik agar berkembang imannya
sampai memberi dampak bagi hidupnya. Oleh sebab itu pendidikan tidak hanya
menyangkut aspek pengetahuan tetapi juga penghayatan dan pengamalan. Iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
anak perlu didampingi sebab mereka merupakan ujung tombak perkembangan
Gereja. Gereja harus bertanggungjawab atas perkembangan iman mereka.
c) Peran Kuratif
Memelihara iman umat agar bertumbuh dan berkembang dengan
menjalankan tugas Gereja yang meliputi pewartaan sabda (word), doa (worship),
persekutuan, kesaksian, sharing (witness), dan pelayanan serta keterlibatan yang
memberdayakan (welfare). Dalam kebersamaan, orang akan terpelihara dan
terjaga pertumbuhan imannya serta terbukti dayanya. Iman tidak mungkin tumbuh
tanpa dipelihara, dijaga, dipupuk melalui doa, membaca kitab suci, beribadat dan
bersekutu.
d) Peran Transformatif
Membarui hidup atas dasar iman. Tidak hanya pengajaran (inform) tetapi
mengubah (transform). Perubahan itu meliputi unsur kognitif, afektif dan operatif
serta kreatif. Iman membantu orang menjadi kritis. Formasio iman mendorong
orang untuk bertindak benar dan membawa kebaikan bersama. Formasio iman
mengantar orang pada pertobatan yaitu perubahan hidup umat berdasarkan nilai-
nilai injili. Ia semakin serupa dengan hidup Yesus baik dalam pikiran, kata dan
perbuatan.
3) Tujuan Formasio iman
a) Kemuridan
Seseorang disebut murid jika tinggal dan hidup bersama gurunya. Dalam
proses kebersamaan itu terjadilah proses belajar bersama, terdidik, tertempa dan
terbentuk dalam pengetahuan, karakter, keterampilan dan seluruh kepribadian
secara utuh. Kemuridan bukan sekadar peniruan (imitasi) terhadap gurunya.
Pemuridan merupakan konsekuensi logis mengalami panggilan Allah dan campur
tangan Allah dalam diri kita. Melalui formasio iman, kita disadarkan akan
panggilan Yesus untuk berelasi dan tinggal bersama-Nya, belajar mengalami
kehidupan-Nya sampai pada akhirnya diperbarui serta diutus melanjutkan karya-
Nya.
b) Kedewasaan
Hidup sebagai anak Allah dimulai saat menerima sakramen baptis, yang
perlu dilakukan selanjutnya adalah “tetap di dalam Kristus, berakar dalam Dia,
dibangun di atas Dia, bertambah teguh dalam iman dan bersyukur” (lih. Kol 2:6-
7). Pendewasaan berarti proses pertumbuhan dalam relasi dengan Kristus,
mengambil bagian dalam kehidupan-Nya, nasib-Nya dan turut dalam perutusan-
Nya. Formasio iman membantu orang mengalami pendewasaan iman. Iman yang
dewasa membawa manusia kepada penghayatan kehadiran Yesus yang mendalam.
c) Kekatolikan
Kekatolikan mengandung unsur iman dan tradisi dengan mengimani dan
menghayati tradisi rasuli yang diwujudkan dalam pengakuan, penghayatan doa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
dan liturgi serta dalam tindakan kasih. Kekatolikan yang diharapkan menyangkut
unsur informasi, hati dan misi. Keuskupan Agung Semarang membentuk diri
umatnya dengan kesadaran akan kekatolikan yang dihayati secara cerdas
(memahami dan menghayati serta pandai memperhitungkan keadaan dan siap
menghadapi tantangan serta dapat mempertanggungjawabkan imannya), tangguh
(sikap dalam menghadapi pergulatan hidup, Kristus menjadi keyakinannya, tujuan
dan sebagai jalan hidupnya, jiwanya dan jalan keselamatannya. Dalam formasio
iman, umat perlu dibimbing agar iman dimaknai positif dan ditempatkan sebagai
sesuatu yang berharga), misioner (melibatkan diri dalam masyarakat dan
bekerjasama dengan semua yang berkehendak baik untuk menegakkan
keselamatan).
4) Aspek Formasio iman
Unsur hidup meliputi kognitif, afektif, dan operatif; dengan demikian
aspek formation iman menyangkut empat unsur tersebut, yaitu:
a) Pengetahuan Iman
Pengetahuan iman merupakan cara untuk dapat mempertanggungjawabkan
apa yang umat yakini. Pengetahuan iman sangat perlu untuk mencapai
penghayatan iman yang lebih dalam.
b) Tradisi Katolik
Bukan sekedar praktik keagamaan tetapi pengalaman iman bersama jemaat
kristiani dan kesatuan jemaat dalam Roh. Tradisi merupakan kenyataan yang
hidup yang menyimpan pengalaman iman jemaat yang diterima, diwartakan,
dirayakan, dan diwariskan dari Gereja Perdana sampai sekarang meliputi:
sakramen, sakramentali, doa dan devosi, praktik hidup Katolik lainnya.
c) Moral Katolik
Sikap dan tindakan etis yang bersumber dari pengalaman iman dan berpijak
pada Ajaran Sosial Gereja meliputi: dekalog (Sepuluh Perintah Allah), khotbah di
bukit, keterlibatan sosial berdasarkan prinsip menunjung martabat manusia,
solidaritas. Dengan penghayatan moral Katolik, manusia diajak untuk
membangun sikap tobat terus menerus sebagai usaha nyata pembaruan hidup
moral.
d) Menjemaat dan memasyarakat
Iman Gereja bukan melulu iman personal yang dihayati pribadi melainkan
iman ekklesial yang dihayati bersama melalui perjumapaan yang saling
memperkembangkan iman, Gereja sebagai bagian dari masyarakat luas maka
harus terlibat di dalamnya. Keterlibatan itu diwujudkan dengan cara: persaudaraan
sejati lintas batas, kerjasama dengan semua yang berkehendak baik dan
melibatkan diri dalam tanggung jawab sosial serta berani bersikap kritis-profetis
(menyuarakan kehendak Allah dalam realitas). Ajaran Sosial Gereja menjadi
bahan yang memadai untuk mendasari keterlibatan dalam masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Lampiran 3: Materi Spiritualitas Pendamping Pendampingan Iman Anak
Spiritualitas Pendamping Pendampingan Iman Anak
Kata spiritualitas berasal dari spirit yang artinya “roh, daya kekuatan
yang menghidupkan dan menggerakkan seseorang untuk bertindak dan
mewujudnyatakannya.”
Tentu saja sebagai seorang pendamping PIA, terlebih dahulu pendamping
harus menguasai spiritualitas pendamping PIA agar pendampingan menjadi
semakin maksimal. Spiritualitas Pendampingan Iman Anak (PIA) adalah sebagai
berikut:
1) Kerendahan Hati
Kerendahan hati atau dengan kata lain merasul dalam arti bahwa
sebagai pendamping PIA hendaknya memiliki sikap rendah hati di hadapan anak-
anak, tidak bersikap menggurui atau menguasai, tetapi bersikap seperti teladan
Yesus Kristus yang berkenan menghidupkan, membebaskan dan menyelamatkan
manusia (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).
2) Beriman Dewasa
Beriman dewasa artinya memiliki keyakinan mendalam akan cinta
kasih Allah yang menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus, dan mampu
menghayati imannya dalam situasi apa pun juga serta mampu memberikan seluruh
hidupnya demi keselamatan orang banyak (Panduan Calon Pendamping PIA,
2003: 28).
3) Kristosentris
Kristosentris artinya seluruh hidup berpusat pada Yesus Kristus,
seorang pendamping hendaknya terus menerus menimba kekuatan inspirasi dan
nilai-nilai hidup Kristus untuk ditularkan pada anak-anak yang didampingi
(Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).
4) Keterbukaan
Pendamping mampu menciptakan hubungan yang akrab dengan anak-
anaknya, mampu memahami situasi masing-masing anak dan kehidupan mereka.
(Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).
Dalam mewartakan Kabar Gembira pendamping PIA diharapkan
menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah Roh
Kudus hadir dan berkarya tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga dalam diri
anak-anak dampingan (Prasetya, 2008: 28).
5) Kerjasama dan Saling Melengkapi
Pendamping hendaknya mau dan mampu menjalin kerjasama dengan
orang lain (sesama pendamping) agar dapat saling melengkapi dalam usaha
mencapai tujuan yang diharapkan oleh Gereja (Panduan Calon Pendamping PIA,
2003: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
6) Mencintai Kitab Suci
Seorang pendamping PIA hendaknya akrab dengan Kitab Suci. Dengan
membaca, merenungkan, dan menggali Sabda Allah terus menerus diharapkan
pengalaman iman dalam Kitab Suci sungguh mempengaruhi hidup pendamping
dalam mendampingi hidup anak-anak, sehingga pendamping tidak hanya sekadar
membagi pengetahuan tentang Kitab Suci tetapi juga menjiwai Kitab Suci tersebut
(Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).
7) Semangat Pelayanan dan Rela Berkorban
Pendamping PIA hendaknya memiliki semangat pelayanan di mana
dengan semangat mau datang kepada anak-anak, tidak menunggu anak-anak yang
datang kepada pendamping. Sebagai pendamping diharapkan mampu
mengembangkan sikap dan semangat rela berkorban demi kepentingan anak-anak
dampingannya. Pengorbanan itu antara lain meliputi waktu, tenaga, pikiran, harta,
kepentingan pribadi dan keluarga, dan sebagainya. Pengorbanan ini hendaknya
didasarkan pada kesungguhan hati dan ketulusan hati, tanpa pamrih apa pun,
karena mencintai tugas perutusannya (Prasetya, 2008: 28).
8) Pendamping PIA menurut Kitab Suci Yohanes 10:11-15
Seorang pendamping dalam mendampingi iman anak perlu mempunyai
semangat seperti Yesus dalam Kitab Suci. Gambaran pendamping yang baik dapat
kita temukan dalam Kitab Suci sebagai berikut:
No Ayat Tema Penjelasan ayat
1 Ayat 11
“memberikan
nyawa-Nya”
Mengorbankan waktu, pikiran, perasaan,
mengutamakan kepentingan bersama,
memiliki dedikasi yang tulus, memberikan
yang terbaik, berani menanggung resiko demi
pelayanan, berani dan mampu menerima
kritikan, memperjuangkan kepentingan anak-
anak dan lebih memperhatikan anak yang
lemah
2 Ayat 12 “ciri gembala
yang bukan
pemilik
domba”
(pemimpin
yang tidak
baik)
Lebih mengutamakan kepentingan pribadi,
bekerja demi pujian, mencari popularitas diri
dan tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan
anak-anak.
3 Ayat 13 “meninggalkan
domba”
Tidak berani, takut ambil resiko, tidak mau
direpotkan, tidak mau tahu dengan keadaan
anak, dan menghindar dari masalah
4 Ayat 13b “membiarkan
srigala
menerkam”
Membiarkan anak-anak dalam kesulitan
sendiri, tidak mau tahu dengan kesulitan
anak-anak dan tidak konsekuen dalam tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
No Ayat Tema Penjelasan ayat
5 Ayat 14 “mengenal
domba-
domba”
Pendamping tahu kebutuhan peserta,
mengenal dan mencintai anak-anak,
menerima anak dengan segala kekurangan
dan kelemahan, mau dan mampu
mendengarkan dan mengerti dunia anak-anak.
Dikenal oleh
domba
Anak-anak merasa dekat dan akrab, anak-
anak merasa diperhatikan, dipercaya oleh
anak-anak, dan semangat persaudaraan sangat
diraskan.
6 Ayat 15 “mengenal
Bapa”
Melaksanakan kehendak Bapa, taat pada
Bapa, memiliki relasi pribadi dengan Bapa
dan memiliki iman yang mendalam
Dikenal Bapa
Berkenan kepada Bapa, merasa bangga,
merasa bahagia, berani, karena merasa
disertai oleh Bapa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
Lampiran 4: Materi tentang Pedoman Menyelenggarakan Pendampingan
Iman Anak yang Mengacu dari Kitab Suci
1) Pedoman Pendampingan Iman Anak
Dalam pendampingan iman anak dan pendampingan-pendampingan yang
lain, banyak sekali pedoman untuk melaksanakan sebuah kegiatan pendampingan.
Berikut adalah sebuah usulan dalam mempersiapkan materi pendampingan iman
anak sebagai upaya mempersiapkan pendamping untuk lebih terampil saat
berhadapan dengan anak dan Kitab Suci.
a) Tema
Tema adalah batasan bahan pertemuan. Tema memberikan gambaran
bagi pendamping tentang ruang lingkup sikap iman yang akan dibahas.
b) Renungan Pendamping
Kesaksian hidup dari pendamping merupakan hal penting dalam proses
katekese. Sebelum pendamping membawa anak-anak pada proses katekese maka
pendamping hendaknya terlebih dahulu bergumul tentang sikap iman yang akan
dibahas. Pendamping perlu menyadari dan menghayati tema. Untuk itu disajikan
pertanyaan-pertanyaan reflektif tentang tema yang disajikan pada bagian
pendamping.
c) Tujuan
Tujuan di sini adalah segi iman yang akan dicapai dalam suatu
pendampingan. Tujuan merupakan konkretisasi dari tema yang dibahas. Tujuan
sangatlah penting dalam sanggar anak sebagai arah pendampingan yang
mendekatkan anak kepada Yesus.
d) Sumber Bahan
Sumber bahan merupakan sumber-sumber yang dipakai sebagai bahan
dalam pembelajaran tema tertentu. Pada dasarnya sumber bahan diambil dari
Kitab Suci atau dokumen Gereja, dan buku-buku lain yang relevan serta
pengalaman hidup sehari-hari. Tawaran sumber yang diusulkan bukan harga mati,
namun tetap dibuka kemungkinan memilih teks Kitab Suci sesuai dengan situasi.
e) Sarana dan Alat
Sarana dan alat adalah segala perlengkapan yang dapat mendukung
pertemuan sehingga pertemuan menjadi semakin hidup dan mengena.
Pendamping dapat memfotokopi sarana yaitu teks Kitab Suci, blangko isian, dan
teks-teks lain. Sarana yang tersedia dalam skripsi ini sifatnya sebuah usulan, oleh
karena itu sarana yang tersedia dapat diganti atau tidak digunakan.
f) Doa atau Lagu Pembuka dan Penutup Pertemuan
Penting bagi pendamping bahwa setiap pertemuan yang direncanakan
merupakan perjumpaan umat beriman. Kesadaran hadir sebagai umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
diungkapkan lewat doa pembukaan dan doa penutup. Lagu pembuka dan penutup
sebagai wujud kegembiraan anak-anak dan pemersatu ucapan doa anak-anak.
g) Menyadari Pengalaman
Menyadari pengalaman adalah unsur pokok dari sebuah proses
pertemuan, yaitu menggali, mendalami, memperluas pengalaman konkret sehari-
hari sehingga disadari kembali oleh anak. Penyadaran pengalaman hidup sehari-
hari tema yang akan dibicarakan merupakan bagian penting dalam proses
pertemuan. Ada beberapa kemungkinan kegiatan yang dapat dilaksanakan,
misalnya bercerita, melihat gambar, melihat foto, menjawab dan mendiskusikan
pertanyaan tuntunan. Yang paling pokok adalah terlaksananya kegiatan yang
mengupayakan disadarinya kembali pengalaman hidup sehari-hari berkaitan
dengan tema yang dibahas.
h) Mendengarkan Sabda Allah
Langkah ini juga merupakan unsur pokok dalam proses pendampingan,
sebab Kitab Suci berisi Sabda Allah sebagai sumber pengalaman iman. Pertemuan
pendampingan mengupayakan agar lewat membaca, mendramakan, merenungkan
Kitab Suci, anak menemukan pesan iman. Ada beberapa kemungkinan untuk
menggali dan merenungkan sehingga menemukan pewartaan, misalnya:
dibacakan, didramakan, dihafalkan, dijelaskan.
i) Mempertemukan pengalaman sehari-hari dengan pengalaman iman
Pada awal diketahui bahwa pengalaman sehari-hari menjadi bermakna
ketika mendapatkan terang iman yang ditemukan dari membaca Kitab Suci.
Langkah kegiatan ini bertujuan mempertemukan, menghubungkan,
membandingkan pengalaman sehari-hari dengan pesan pewartaan. Langkah ini
mengajak anak menemukan kedalaman pengalaman sehari-hari dalam terang
Sabda Allah. Pengalaman sehari-hari yang tampaknya biasa akan menjadi berarti
karena Sabda Allah. Hal ini diharapkan mendorong pada perbuatan hidup nyata
sehari-hari, misalnya dengan merumuskan doa, ungkapan syukur, membuat tugas,
membuat niat-niat, peneguhan-peneguhan, refleksi, dan lain-lain.
2) Contoh Penjabaran Materi
a) Tema : Aku Suka Berperilaku Jujur
b) Renungan pendamping:
Benarkah kebohongan sudah mewarnai kehidupan kita dewasa ini?
Apa yang dimaksud berperilaku jujur?
Bisakah dibenarkan oleh orang berbohong demi alasan atau kepentingan
tertentu?
Tugas dan tanggung jawab siapakah untuk membangun sikap jujur?
c) Tujuan
Anak semakin menyadari arti berperilaku jujur.
Anak semakin menyadari pentingnya berperilaku jujur.
Anak semakin menyadari dipanggil untuk membangun semangat
kejujuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
d) Sumber Bahan
Yesaya 33:15-16
Proses Pertemuan
e) Doa/Lagu Pembuka
Pendamping meminta salah satu anak untuk memimpin doa spontan.
f) Menyadari Pengalaman
Pendamping menceritakan kisah berikut atau bisa juga kisah lain yang sesuai
dengan tema.
Penyesalan Ani
Ada dua orang anak bersahabat, namanya Ani dan Mega.
Mereka satu kelas. Pada awal semester Bu Tina, guru Bahasa
Indonesia mereka memberi tugas mengarang kepada para murid. Isi
karangan berkaitan dengan liburan yang baru saja mereka
lewatkan. Selesai Bu Tina memberikan tugas itu, Ani tampak
menarik nafas panjang. Ia merasa tidak punya bahan untuk tugas
ini. Ia juga merasa kesulitan untuk menuliskan kalimat-kalimat
untuk karangannya.
Sesampainya di rumah Ani mencoba menuliskan cerita
pengalaman liburannya. Namun, tetap saja tidak dapat
menyelesaikan tulisannya. Ibu Ani melihat kesulitan anaknya,
maka ibunya menyarankan agar Ani mengerjakan tugas itu bersama
Mega pada hari Minggu. Ani dengan senang menerima saran
ibunya.
Pada hari Minggu Mega datang ke rumah Ani untuk
mengerjakan tugas mengarang bersama-sama. Sesampai di rumah
Ani, Mega memperlihatkan hasil pekerjaannya. Melihat buku tebal
warna merah muda yang diperlihatkan Mega, Ani merasa tidak
suka. Dalam hati ia berpikir, “Aku belum mendapat ide sama
sekali, kenapa Mega sudah hampir selesai. Wah, kalau begini aku
bisa malu padanya dan pasti akan dimarahi Bu Tina.”
Rasa iri pada pekerjaan Mega, malu, takut, dan kawatir
dimarahi Bu Tina mendorong Ani untuk berbuat tidak jujur. Dalam
hati ia berpikir mencari cara untuk menyontek hasil kerja Mega.
Maka, ketika Mega pergi ke dapur untuk mencuci tangan, cepat-
cepat Ani mengambil buku Mega dan segera menyalin pekerjaan
Mega ke dalam buku tulisnya. Ketika Mega kembali, Ani sudah
selesai menyontek pekerjaan Mega dan pura-pura melanjutkan
pekerjaannya sendiri.
Hari Senin tiba, Ani dan Mega kembali masuk sekolah. Ani
meletakkan bukunya di atas meja. Ia tidak sabar ingin menyerahkan
tugasnya kepada Bu Tina, sebelum teman-teman melihatnya. Tiba-
tiba Mega datang menghampiri Ani dan langsung mengambil buku
tugas Ani. Betapa kaget dan marahnya Mega karena Ani
menyontek pekerjaannya. Sambil melempar buku Ani, Mega
berteriak: Kamu curang! Kamu diam-diam mencontek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
pekerjaanku!” Wajah Ani memerah karena malu. Ingin rasanya ia
berlari menjauh dari tempat itu. Ani sangat menyesal telah
mencontek tugas Mega. Ia sangat kasihan kepada Mega,
sahabatnya. (Janine Amos, 2000: 11).
Untuk memahami isi cerita, pendamping dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
- Siapa saja tokoh dalam cerita tadi?
- Apa yang dilakukan oleh Ani untuk mengerjakan tugasnya?
- Mengapa Ani melakukan kecurangan itu?
- Apa akibat perbuatan Ani bagi Ani dan Mega, sahabatnya?
g) Mendengarkan Sabda Allah
- Pendamping membagikan kutipan Yesaya 33:15-16 kepada anak-anak.
- Pendamping mengajak anak-anak membaca kutipan Yesaya 33:15-16
secara bergantian satu ayat satu ayat.
“33:15 Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara
dengan jujur, yang menolak untuk hasil pemerasan, yang
mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang
menutupi telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana
penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan
melihat kejahatan, 33:16 dialah seperti orang yang tinggal
aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas
bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin”
- Sebagai pendalaman, pendamping bisa mengajukan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
o Apa yang dikatakan Nabi Yesaya dalam kutipan tadi?
o Menurut Nabi Yesaya orang yang tidak jujur itu yang bagaimana?
o Bagaimana Nabi Yesaya menggambarkan orang jujur?
o Menurut Nabi Yesaya, apa yang diperoleh orang yang berlaku
jujur?
h) Mempertemukan pengalaman sehari-hari dengan pengalaman iman
Pendamping bersama anak-anak mencoba menemukan butir-butir
keutamaan. Pendamping dapat menyampaikan butir-butir berikut:
Karena bingung pekerjaannya belum selesai dan iri melihat
pekerjaan Mega, Ani terdorong untuk berbuat curang.
Ani kemudian mencari jalan pintas dengan menyontek pekerjaan
Mega ke dalam buku tugasnya sendiri.
Ani merasa tidak tenang melakukan hal itu. Ia takut ketahuan orang
lain apalagi ketahuan Mega.
Namun, tindakan yang tidak jujur pada akhirnya ketahuan juga. Pada
saat akan mengumpulkan tugas, Mega sempat melihat pekerjaan Ani
dan mengenalinya sebagai hasil menyontek pekerjaannya.
Mega marah dan menilai Ani “curang” di depan teman-temannya.
Ani malu dan merasa bersalah, kecewa, dan menyesal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
Kecurangan yang didorong oleh kepentingan pribadi pada akhirnya
hanya mendatangkan penderitaan bagi orang lain dan diri sendiri.
Sepandai apa pun kita menutupi kecurangan, pada akhirnya akan
ketahuan juga.
Nabi Yesaya seperti tertulis dalam kitab mengajak kita untuk
menjauhi perbuatan tidak jujur.
Nabi Yesaya mengajak umat untuk berperilaku jujur, menjauhi
pemerasan, suap, dan kebohongan. Buah dari perbuatan jujur adalah
ibarat orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi (ayat 16),
penuh roti dan minuman serba terjamin.
i) Doa/Lagu Penutup
Pendamping meminta salah satu peserta membaca doa berikut atau
memimpin doa spontan.
Contoh doa:
Tuhan, kami tahu Tuhan ingin agar kami selalu baik dan jujur.
Tetapi, kadang-kadang kami ingin mendapatkan pujian.
Kami ingin dikatakan hebat oleh teman-teman.
Untuk mendapat pujian itu kadang-kadang kami melakukan hal-hal yang
tidak jujur, atau bahkan melakukan hal-hal yang menyakitkan hati teman.
Kami menyadari itu bukan tindakan yang baik.
Kami amat menyesal ketika kami tahu hal itu menyakiti.
Tuhan, tolonglah aku agar aku bersemangat untuk berusaha terus, dan
dengan jujur melakukan hal-hal baik, terlebih untuk mendapatkan pujian
ataupun penghargaan dari teman, guru, atau orang tua. Amin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
Lampiran 5: Permainan Tradisional sebagai Media Pendampingan Iman
Anak
Permainan Tradisional sebagai Media Pendampingan Iman Anak
1) Pengantar Permainan Tradisional
Permainan tradisional adalah permainan tradisi rakyat suatu daerah,
permainan ini bisa menjadi media yang baik dalam mengembangkan
pendampingan iman anak. Salah satu yang utama, permainan ini mampu
memberikan unsur pendidikan pada anak dengan biaya murah dan hasil
memuaskan. Permainan tradisional sangat kaya dengan nilai etika, moral, dan
budaya yang ada di daerah lokal. Permainan tradisional menanamkan sikap hidup
dan keterampilan seperti kerja sama, kebersamaan, kedisiplinan, kejujuran, dan
demokrasi karena ada aturan yang harus dipenuhi oleh para pemain. Dalam
permainan tradisional banyak melibatkan gerak tubuh, melibatkan lagu atau suara
sebagai media, melibatkan alat musik dan alat permainan.
Materi, proses, dan fungsi permainan tradisional juga merupakan media
yang tepat untuk belajar. Lewat permainan tradisional, anak bisa bermain dengan
ceria. Setelah permainan usai, tanpa mereka sadari ada pengetahuan yang mereka
dapatkan. Permainan tradisional memberi pelajaran kepada anak mengenai
pentingnya menjaga lingkungan, menghormati sesama, dan sampai pada semakin
mencintai Tuhan. Permainan tradisional dekat dengan alam dan memberikan
kontribusi meningkatkan kecerdasan natural anak, juga bagi perkembangan
pribadi anak. Permainan ini bisa dibuat sendiri sehingga dapat melatih kreativitas
dan tanggung jawab anak.
2) Manfaat Permainan Tradisional
a) Anak menjadi lebih kreatif. Permainan tradisional biasanya dibuat langsung
oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda,
atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka
untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan
tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya aturan yang berlaku
adalah selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan
yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Dalam permainan
tradisional juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif
menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.
b) Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak dan membentuk pribadi yang
gembira. Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka
berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan
sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut.
c) Mengembangkan kecerdasan intelektual anak. Permainan tradisional seperti
Gagarudaan, Oray-Orayan, ular naga, ancak-ancak alis, dan Pa Cici-Cici
Putri mampu membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan intelektual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Sebab, permainan tersebut akan menggali wawasan anak terhadap beragam
pengetahuan.
d) Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak. Hampir semua
permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Dengan berkelompok
anak akan mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap
orang lain, nyaman dan terbiasa dalam kelompok misalnya permainan
Bebetengan, Adang-Adangan, Anjang-Anjangan, Kasti.
e) Mengembangkan kecerdasan logika anak. Bermain permainan tradisional
melatih anak untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus
dilewatinya, misal: Engklek, Congkak, Macanan, Dam Daman, Lompat tali,
Encrak/Entrengan, Bola bekel, Tebak-tebakan.
f) Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Pada umumnya, permainan
tradisional mendorong para pemainnya untuk bergerak, seperti melompat,
berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan lainnya. Contoh permainannya
adalah: Nakaluri, Adang-adangan, Lompat tali, Baleba, Pulu-Pulu, Sorodot
Gaplok, Egrang.
g) Mengembangkan kecerdasan natural anak. Banyak alat-alat permainan yang
dibuat atau digunakan dari tumbuh-tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir.
Aktivitas mendekatkan anak terhadap alam sekitarnya, sehingga anak lebih
menyatu terhadap alam. Contoh permainannya adalah: Anjang-Anjangan atau
Dadagangan dengan membuat minyak dari daun bunga sepatu, mie baso
terbuat dari tumbuhan parasit berwarna kuning yang biasanya tumbuh di
tanaman-tanaman pagar. Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali. Egrang
terbuat dari bambu. Encrak menggunakan batu. Bola Sodok menggunakan
bambu. Agra atau sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan.
h) Mengembangkan kecerdasan spasial anak. Bermain peran dapat ditemukan
dalam permainan tradisional Anjang-Anjangan (Jawa Barat). Permainan itu
mendorong anak untuk mengenal konsep ruang dan berganti peran (teatrikal).
i) Mengembangkan kecerdasan musikal anak. Nyanyian atau bunyi-bunyian
sangat akrab pada permainan tradisional. Permainan-permainan yang
dilakukan sambil bernyanyi diantaranya: Ucang-Ucang Angge, Enjot-
Enjotan, Calung, Ambil-Ambilan, Tari Tempurung, Berbalas Pantun,
Wayang, Pur-Pur Sadapur.
j) Mengembangkan kecerdasan spiritual anak. Dalam permainan tradisional
mengenal konsep menang dan kalah. Namun menang dan kalah ini tidak
menjadikan para pemainnya bertengkar atau rendah diri. Bahkan ada
kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan permainan mengajarkan
tidak secara langsung kepada teman-temannya yang belum bisa.
3) Materi Outbound Permainan Tradisional
Analisis permainan ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek yang
bisa dikembangkan dari permainan tradisional sebagai media pendampingan iman
anak. Langkah analisis dimulai dari mengelompokkan nama permainan tradisional
sesuai daerahnya, alat permainan yang digunakan, tempat bermain, jumlah dan
kelompok usia pemain, aturan permainan dan cara bermainnya. Kemudian aspek
yang dikembangkan dari permainan tradisional tersebut sebagai media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
pendampingan iman anak. Aspek yang dikembangkan itu terdiri dari aspek moral
dan iman, aspek fisik, aspek bahasa, aspek kognitif, dan aspek sosial emosional.
Analisis ini hanya mengambil beberapa sampel permainan tradisional sebagai
usulan program bagi pendamping sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul
Bedono.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
Permainan 1
Nama Permainan Petak Umpet (umum), Dhelikan (Jawa Tengah)
Alat Permainan Tidak ada alat khusus
Tempat bermain Di sekitar dapur Sanggar Anak Sodong
Pemain Jumlah Semua peserta (pemain)
Usia bebas
Aturan Main Hitungan yang harus dihitung penjaga adalah 10
hitungan.
Pemain yang sudah ketahuan dan disebut namanya
harus keluar dari persembunyiannya.
Pemain yang ketahuan pertama adalah calon sebagai
penjaga pada permainan selanjutnya, kalau dalam
permainan tersebut tidak kebentengan (benteng atau
pos jaga terkuasai oleh pemain yang sembunyi).
Pemain yang sembunyi dan bisa menguasai benteng
atau pos jaga harus meneriakkan benteng dan semua
pemain yang sembunyi harus keluar semua dan
permainan diulang kembali dengan penjaga yang sama.
Pemain yang sudah ketahuan boleh sembunyi kembali
kalau benteng yang dijaga terkuasai oleh pemain lain
yang sembunyi.
Pemain yang sudah ketahuan, tidak jadi mati kalau dia
bisa lebih dulu menyentuh benteng atau pos jaga dan
dia bisa sembunyi lagi.
Cara main Persiapan Mempersiapkan tempat
Mempersiapkan pemain
Membuat atau membagi kelompok
Mengatur posisi pemain
Pelaksanaan Semua pemain melakukan hompimpah
Satu orang pemain yang kalah akan
menutup matanya pada salah satu tempat
yang dianggap sebagai benteng, sementara
yang lain mencari tempat untuk
bersembunyi.
Setelah menghitung sampai jumlah
tertentu, maka mulailah pemain yang
menutup mata tersebut mencari tiap orang
yang bersembunyi.
Bila telah menemukan orang yang
bersembunyi, pencari ini harus cepat-
cepat berlari ke benteng sambil menyebut
nama orang yang ketahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
persembunyiannya. Begitu juga dengan
pemain yang ketahuan, karena bila
berhasil lebih dulu menyentuh benteng,
maka pada tahap selanjutnya dia tidak
akan jaga. Pemain lain yang bersembunyi
dapat pula menyentuh benteng agar tidak
jaga pada tahap selanjutnya, asalkan tidak
ketahuan dengan pencari.
Setelah semua telah ketahuan
persembunyiannya, maka pencari akan
menutup matanya kembali pada benteng
dan pemain lain membentuk barisan di
belakangnya. Pencari akan menyebut
salah satu nomor. Anak yang ada di urutan
nomor yang disebut akan menjadi pihak
yang kalah bila tadi dia tidak berhasil
lebih dulu mencapai benteng. Sedangkan
bila anak pada urutan yang disebut
ternyata adalah anak yang berhasil
mencapai benteng lebih dulu pada saat
ketahuan tempat persembunyiannya, maka
si pencari tetap dalam posisi kalah dan
permainan dilanjutkan
Aspek yang
Dikembangkan
Moral dan
Iman
Moral dan Iman anak dapat diransang
dengan cara membuat aturan bermain seperti:
meminta anak mengucapkan doa sebelum
main dan mengucapkan kata tertentu yang
menunjukan rasa syukur jika berhasil
menemui anak yang dicari.
Anak didorong untuk berbuat jujur dalam
setiap permainan.
Fisik Fisik dilatih pada saat anak mencari teman
lalu berlari ke benteng merupakan ransangan
terhadap fisik anak
Bahasa Komunikasi lisan anak akan teransang
melalui percakapan
Kognitif Mengingat aturan main, mencari tempat
persembunyian yang tepat, menemukan
teman yang bersembunyi, menyebutkan
urutan nomor
Sosial-
Emosional
Mengambil sikap tepat dan menurunkan
egosentris diri pada saat ompipah, menerima
aturan bermain dengan sportif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
Refleksi Permainan Anak diajarkan tentang makna kejujuran. Kejujuran sangat
penting bagi iman mereka. Kejujuran sebagai ungkapan
kasih yang dilakukan anak mulai dari iman yang mereka
miliki. Kejujuran ditekankan dalam berbaris saat
penyebutan nomor. Anak yang ketahuan persembunyiannya
bisa saja saat ditunjuk lari ke belakang supaya tidak kalah.
Makna kejujuran dilatihkan dengan sederhana tetapi
mendalam dalam permainan ini.
Iman akan Yesus dialami lewat kerendahan hati anak. Anak
yang terpilih dan harus berjaga dilatih untuk menerimanya.
Rendah hati menjadi kualitas hidup seorang Katolik yang
mencontoh Yesus sebagai Tuhan yang mau dengan rendah
hati menjadi manusia dan Yesus mau mati di kayu salib
untuk menebus dosa manusia.
Permainan 2
Nama Permainan Engklek (Jawa Tengah), Angkle (Jawa Timur), Lore
(Sumatera Barat), Sondah (Jawa Barat dan Banten), Main
Panci (Nanggro Aceh Darussalam), Nokadende (Sulawesi
Tengah), Gici-Gici (Maluku)
Alat Permainan 1. Pecahan Genting/Ubin/asbes/keramik
2. Kapur/Arang/Ranting untuk membuat gambar
Tempat bermain Tanah lapang depan rumah bambu Sanggar Anak Sodong
Pemain Jumlah Semua peserta pendampingan
Usia Semua usia
Aturan Main Pemain dianggap mati waktu melempar gaconya salah
ruang atau gaco tersebut terpental ke ruang yang berbeda.
Pemain dianggap mati waktu angkle menginjak garis
pembatas ruang main.
Pemain tidak boleh menginjak ruang yang ada gaconya
sendiri, bila itu diinjak maka dia mati.
Pemain bisa mendapatkan penghargaan (berupa ruang
bebas) kalau sudah menyelesaikan semua tahap
permainan.
Ruang bebas tersebut tidak boleh diinjak oleh orang lain
selain yang mempunyai.
Ruang bebas bisa dibagi sebagai jalan pertolongan
kepada pemain yang lain sebesar telapak kaki sepanjang
ruang bebas, dengan catatan si pemilik ruang bebas
memperbolehkan.
Cara main Persiapan Mempersiapkan tempat
Membuat gambar arena permainan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
Mengundi pemain
Pelaksanaan Anak yang mendapat giliran pertama
mengambil pecahan genting sebagai gaco
dan berusaha melemparkan ke arena,
mulai dari kotak yang pertama. Lalu anak
akan berjinjit masuk ke dalam kotak-kotak
tersebut.
Setelah berhasil sampai ujung, anak akan
berusaha kembali ke tempat asal, sambil
memungut gaco miliknya pada kotak
sebelum kotak yang terdapat gaco
miliknya.
Giliran akan berganti bila saat anak
berjinjit, dia menyentuh garis atau salah
melemparkan gaco.
Setelah berhasil menempatkan gaco
sampai ujung, dia akan mendapatkan
bintang. Dimana bintang diletakkan,
ditentukan dengan melemparkan gaco ke
kotak yang diinginkan.
Kotak yang terdapat bintang miliknya
tidak boleh diinjak oleh lawan-lawannya
sehingga akan menyulitkan lawan. Anak
yang paling banyak mendapatkan bintang
adalah pemenangnya.
Aspek yang
Dikembangkan
Moral dan
Iman
Selalu berdoa sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan dengan cara yang benar,
menghargai teman dan tidak memaksakan
kehendak.
Saling berbagi dengan yang lain saat
mendapatkan penghargaan arena.
Fisik Dapat melempar pecahan genteng, melompat
dengan satu atau dua kaki secara bervariasi
Bahasa Berbicara lancar dengan menggunakan
kalimat yang komplit.
Kognitif Mengenal angka
Sosial-
Emosional
Tidak mengganggu teman dengan sengaja,
bermain bersama dan bergantian
menggunakan alat permainan, sabar
menunggu giliran dan terbiasa antri,
mengerti aturan main.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
Refleksi Permainan Permainan ini menjadi media belajar bagi anak akan
keutamaan iman yang mereka miliki yaitu semangat
berbagi. Saat ada anak yang telah menyelesaikan tugasnya
dan mendapat upah/penghargaan, saat ada teman lain yang
merasa kesulitan hendaknya anak mau berbagi arenanya
untuk dilewati oleh teman lain. Semangat berbagi
merupakan satu keutamaan yang diajarkan oleh Yesus
sendiri. Sebagai murid Yesus, orang Katolik tentu
mempunyai semangat berbagi. Berbagi dapat dimaknai
secara luas, mulai dari berbagi rezeki berbagi waktu bagi
teman yang membutuhkan, berbagi tenaga, berbagi ilmu,
berbagi perhatian, dan berbagi pengalaman.
Permainan 3
Nama Permainan Ular Naga (Jakarta), Ancak-Ancak Alis (Yogyakarta),
sledor (Jawa Timur), Curik-Curik (Bali), Ndor-Salendor
(Madura) toko-toko dian (Palopo, Sulsel)
Alat Permainan Tidak ada alat khusus, tetapi menggunakan syair lagu Syair
lagu Ular Naga:
“Ular Naga Panjangnya Bukan Kepalang, Berjalan-jalan
selalu riang gembira, umpannya lezat itulah yang dicari,
inilah dia yang terbelakang”
Syair lagu Oray-Orayan:
“Oray-orayan luar leor ka sawah.., Tong ka sawah parena
keur sedeng beukah Oray-orayan luar leor ka kebon …,
Tong ka kebon aya barudak keur ngangon. Mending ge
mandi di leuwi rea nu mandi Saha nu mandi, nu mandina
pandeuri… oray orayan oray naon oray bungka bungka
naon bungka laut laut naon laut dipa dia naon dipanderi
ri...ri...ri...masuk ke terowongan”
Terjemahan bahasa Indonesia syair lagu Oray-Orayan:
Bermain ular-ularan
Meliak-liuk ke sawah
Jangan ke sawah
padinya sedang merekah
Bermain ular-ularan
Meliuk-liuk ke kebun
Jangan ke kebun
Di kebun banyak penggembala
Lebih baik ke lubuk saja
Di lubuk banyak yang mandi
Yang mandi yang mana?
Yang mandinya terakhir
Tempat bermain Tanah lapang depan rumah bambu Sanggar Anak Sodong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
Pemain Jumlah Semua peserta
Usia Semua usia
Aturan Main Menentukan pemimpin atau kepala
Pemimpin harus menentukan nama kelompok yang
dipilih anggota
Kalau salah satu anggotanya tertangkap berarti kelompok
tersebut kalah
Kalau ada anggotanya yang lepas dari rangkaian maka
bisa ditangkap dan menjadi anggota lawan
Cara main Persiapan Mempersiapkan tempat
Mempersiapkan pemain
Membuat/membagi kelompok
Mengatur posisi pemain (kepala, badan
dan ekor ular
Pelaksanaan Secara bersama-sama anak menentukan 2
(dua) anak sebagai penjaga gerbang ular
naga.
Dua anak tersebut akan mempertemukan
dua telapak tangannya lalu membentuk
gerbang
Pemain lainnya membuat barisan
panjang
Barisan panjang ini sambil menyanyikan
lagu “Ular naga…” masuk kegerbang
Penjaga gerbang (anak yang membuat
gerbang dari tangannya) akan
menjatuhkan tangannya untuk
menangkap anak terakhir
Anak yang ditangkap diminta memilih
berda dibelakang anak yang mana
Setelah semua selesai maka dilakukan
penghitungan berapa jumlah anak
dimasing-masing anak penjaga gerbang
Aspek yang
Dikembangkan
Moral dan
Iman
Selalu berdoa sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan dengan sikap yang
benar, menghargai teman dan tidak
memaksakan kehendak, membantu dan
menolong teman.
Fisik Berjalan dengan berbagai variasi (maju,
mundur, ke samping) dan lari menghindar.
Bahasa Membedakan berbagai jenis suara (suara
ular), berbicara lancar dengan menggunakan
kalimat kompleks, mengerti dan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
melaksanakan lebih dari 3 perintah,
memperkaya kosa kata, dapat mengenal dan
menyebutkan bentuk simbol sederhana
(melengkung/meliuk-liuk. Lurus).
Kognitif Membedakan besar-kecil, panjang-pendek,
kepala ekor
Sosial-
Emosional
Mau bermain bersama, menunjukkan
ekspresi wajar saat senang dan takut,
mengerti aturan main dalam bermain
bersama, mengerti akibat jika melanggar
aturan, bisa memimpin kelompok kecil,
dapat memecahkan masalah sederhana,
mengetahui hak dan kewajiban
Refleksi Permainan Dalam permainan ini anak diajarkan untuk menghargai
teman dan tidak memaksakan kehendak. Anak-anak
diajarkan untuk setia dalam Yesus Kristus. Kesetiaannya
ditunjukkan dengan saling menghargai teman baik yang
kaya maupun yang miskin, baik yang pintar maupun yang
tidak pintar, baik yang beragama Katolik atau bukan
Katolik. Anak-anak diajak untuk menghargai orang lain,
tidak memaksakan untuk sama dengan dirinya, dan
mengapresiasi atas perbedaan sebagai karunia Tuhan.
Dalam permainan ini anak-anak juga diajarkan untu saling
membantu dan menolong teman. Membantu teman berarti
melayani teman. Yesus sebagai Tuhan rela melayani
seluruh umat manusia bahkan mati bagi manusia demi
melayani umatnya untuk memperoleh keselamatan dan
kebahagiaan kekal. Cinta Yesus begitu nyata bagi manusia,
maka sebagai muridNya, kita harus mau melayani dan
menolong orang lain.
Permainan 4
Nama Permainan Gebokan (umum), Ganepo (Jawa Tengah), Lempar Kasti
(Sumatera Barat), Boy-Boyan (Jawa Barat dan Banten)
Alat Permainan 1. Sebuah bola tenis bekas.
2. Beberapa keping pecahan genting (talawengkar Sunda)
antara 8 atau 10 buah yang besarnya kirakira sebesar
atau selebar telapak tangan anak-anak
Tempat bermain semua tempat di Sanggar Anak Sodong
Pemain Jumlah Semua peserta dibagi dua kelompok
Usia Semua usia
Aturan Main Pemain yang kalah dalam undian akan menjadi penjaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
Penjaga selanjutnya adalah pemain yang ketahuan dan
pemain yang sedang berjaga mampu menyusun piramida
pecahan genting.
Penjaga akan menjadi menjadi penjaga terus, apabila
piramida berhasil dirobohkan oleh pemain yang lain
Cara main Persiapan Mempersiapkan tempat
Mempersiapkan pemain
Membuat/ membagi kelompok
Mengatur posisi pemain
Pelaksanaan Di permainan ini biasanya menggunakan
pecahan genteng atau batu-batu ceper
yang disusun keatas sehingga berbentuk
menara dan kemudian pemain akan
menjatuhkan (melempar) susunan itu dari
jarak jauh dengan bola kasti
Jika susunan itu terjatuh maka lawan
harus menyusun kembali pecahan
genteng kemudian mengambil bola kasti
dan melempar bola kasti ke arah pemain.
Kemenangan ditandai dengan berdirinya
menara pecahan genteng dan salah satu
pemain terkena lemparan bola kasti
(badan atau anggota badan kecuali
kepala)
Aspek yang
Dikembangkan
Moral dan
Iman
Selalu berdoa sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan dengan sikap yang
benar, menghargai teman, tidak
memaksakan kehendak, menolong teman,
dan mampu bekerja sama dalam satu tim.
Fisik Berlari dengan stabil berjalan dengan
berbagai variasi, melompat, menangkap dan
melempar bola dengan jarak 3-4 meter
membedakan permukaan bola dan genting
melalui perabaan
Bahasa Berbicara lancar dengan menggunakan
kalimat lancar, mengerti dan dapat
melaksanakan lebih dari 3 perintah,
memperkaya kosa kata, memecahkan
masalah dengan dialog.
Kognitif Mengelompokkan benda yang sama dan
sejenis, membedakan besar-kecil,
beratringan, menyebutkan 7 bentuk
(lingkaran, bujursangkar, segitiga,
segipanjang, segienam, belahketupat dan
trapesium).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(24)
Sosial-
Emosional
Bermain bersama dan bergantian
menggunakan alat mainan, menunjukkan
ekspresi wajar saat senang, kecewa dan
marah, tertib menggunakan alat/benda sesuai
dengan fungsinya, mengembalikan
alat/benda pada tempatnya semula, sabar
menunggu giliran dan tebiasa antri, mengerti
aturan main, mengerti akibat jika melanggar
aturan, memiliki kebiasaan teratur, dapat
memecahkan masalah sederhana, mengetahui
hak dan kewajiban.
Refleksi Permainan Dalam permainan ini anak diajarkan untuk menghargai
teman dan tidak memaksakan kehendak. Anak-anak
diajarkan untuk setia dalam Yesus Kristus. Kesetiaannya
ditunjukkan dengan saling menghargai teman baik yang
kaya maupun yang miskin, baik yang pintar maupun yang
tidak pintar, baik yang beragama Katolik atau bukan
Katolik. Anak-anak diajak untuk menghargai orang lain,
tidak memaksakan untuk sama dengan dirinya, dan
mengapresiasi atas perbedaan sebagai karunia Tuhan.
Dalam permainan ini anak-anak juga diajarkan untuk saling
membantu dan menolong teman. Membantu teman berarti
melayani teman. Yesus sebagai Tuhan rela melayani
seluruh umat manusia bahkan mati bagi manusia demi
melayani umatnya untuk memperoleh keselamatan dan
kebahagiaan kekal. Cinta Yesus begitu nyata bagi manusia,
maka sebagai muridNya, kita harus mau melayani dan
menolong orang lain.
Bekerjasama dicontohkan oleh Yesus dalam mendampingi
12 murid Yesus. Yesus membentuk kerjasama berdasarkan
cinta kasih, dan hasilnya pun masih kita rasakan sampai
sekarang. Kerjasama akan abadi jika dilandasi dengan cinta
kasih.
Permainan 5
Nama Permainan Galasin (Jawa Barat, Banten), Galah Asin (Jakarta), Asing
(Makasar), Sodoran (Cirebon), Slodoran (Jawa Timur)
Galah Panjang (Malaysia). Sodor (Madura)
Alat Permainan 1. Kapur bubuk untuk membuat arena permainan
2. Ranting kayu untuk membuat garis arena permainan
bila dilakukan di tanah
Tempat bermain Depan rumah bambu Sanggar Anak Sodong
Pemain Jumlah Semua peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
(25)
Usia Semua usia
Aturan Main Tim yang kalah dalam undian akan menjadi penjaga.
Tim dianggap menang apabila semua anggota tim bisa
menerobos semua petak tanpa tertangkap tim penjaga
Cara main Persiapan Mempersiapkan tempat
Mempersiapkan pemain
Membuat/membagi kelompok
Mengatur posisi pemain
Pelaksanaan Pemain dibagi menjadi 2 tim. Setelah
menentukan tim mana yang jaga,
permainan dapat dimulai.
Anggota tim jaga harus menjaga di
masing-masing garis yang telah ditentukan
dan boleh bergerak sepanjang garis
tersebut untuk menyentuh anggota tim
lawan.
Tim yang tidak berjaga berdiri di garis
yang paling depan dan berusaha
menerobos garis-garis tersebut dan tidak
boleh sampai tersentuh oleh tim yang jaga.
Setelah berhasil menerobos garis paling
akhir, mereka harus berusaha kembali ke
tempat pertama mereka mulai.
Bila berhasil, mereka akan mendapatkan
satu nilai. Sedangkan bila ada anggota tim
yang tersentuh berarti giliran berganti.
Tim yang tersentuh akan bertugas untuk
menjaga. Tim yang menang adalah yang
mengumpulkan nilai paling banyak.
Aspek yang
Dikembangkan
Moral dan
Iman
Selalu berdoa sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan dengan sikap yang
benar, menghargai teman dan tidak
memaksakan kehendak, menolong teman
Fisik Mengecoh teman, mengelak dan berlari
Bahasa Berbicara lancar dengan menggunakan
kalimat lancar; mengerti dan dapat
melaksanakan lebih dari 3 (tiga) perintah;
memperkaya kosakata; dapat mengenal
simbol sederhana.
Kognitif Menghitung nilai yang berhasil dikumpulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(26)
Sosial-
Emosional
Bermain bersama, menunjukan ekspresi
wajah pada saat senang, kecewa dan marah,
mengerti aturan main, dapat memecahkan
masalah sederhana, mengetahui hak dan
kewajiban
Refleksi Permainan Dalam permainan ini anak diajarkan untuk menghargai
teman dan tidak memaksakan kehendak. Anak-anak
diajarkan untuk setia dalam Yesus Kristus. Kesetiaannya
ditunjukkan dengan saling menghargai teman baik yang
kaya maupun yang miskin, baik yang pintar maupun yang
tidak pintar, baik yang beragama Katolik atau bukan
Katolik. Anak-anak diajak untuk menghargai orang lain,
tidak memaksakan untuk sama dengan dirinya, dan
mengapresiasi atas perbedaan sebagai karunia Tuhan.
Dalam permainan ini anak-anak juga diajarkan untuk saling
membantu dan menolong teman. Membantu teman berarti
melayani teman. Yesus sebagai Tuhan rela melayani
seluruh umat manusia bahkan mati bagi manusia demi
melayani umatnya untuk memperoleh keselamatan dan
kebahagiaan kekal. Cinta Yesus begitu nyata bagi manusia,
maka sebagai muridNya, kita harus mau melayani dan
menolong orang lain.
Bekerjasama dicontohkan oleh Yesus dalam mendampingi
12 murid Yesus. Yesus membentuk kerjasama berdasarkan
cinta kasih, dan hasilnya pun masih kita rasakan sampai
sekarang. Kerjasama akan abadi jika dilandasi dengan cinta
kasih.
Permainan 6
Nama Permainan Betengan (Yogyakarta), Raton (Kulon Progo), JegJegan
(Jawa), Bebentengan (Jawa Barat dan Banten), Pal-Palan,
Pris-Prisan, Sodoran (Cirebon), Penjaga Benteng (Sumatera
Barat)
Alat Permainan Tiang atau pohon sebagai batang
Ranting untuk membuat lingkaran sebagai penjara
Tempat bermain Depan rumah bambu Sanggar Anak Sodong
Pemain Jumlah Semua peserta dibagi menjadi dua
kelompok
Usia Semua usia
Aturan Main Mempersiapkan pemain
Mempersiapkan tempat bermain
Mempersiapkan alat permainan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(27)
Melakukan undian (hompimpah) untuk membentuk
kelompok menjadi 2 dengan jumlah yang sama
Kedua kelompok memilih salah seorang anggotanya
untuk menjadi ketua kelompok
Kedua ketua kelompok melakukan undian/suiten lagi
untuk menentukan kelompok mana yang lebih dulu
menyerang.
Kedua kelompok menempati bentengnya masing-masing
Cara main Persiapan Mempersiapkan tempat
Mempersiapkan pemain
Membuat/membagi kelompok
Mengatur posisi pemain
Pelaksanaan Masing-masing tim menentukan
bentengnya, dapat berupa pohon, tiang,
atau tembok.
Mereka berusaha menawan anggota tim
lawan agar dapat merebut benteng lawan.
Permainan dimulai dengan salah satu
anggota keluar dari benteng, maka anggota
tim lawan akan berusaha menyentuh orang
tersebut. Tetapi anggota tim pertama dapat
langsung menyerang dengan berusaha
menyentuh pemain yang keluar tersebut
begitu pula dengan tim lawan.
Untuk menghindari disentuh, mereka
dapat kembali ke benteng masing-masing.
Siapa yang tersentuh akan ditawan di
benteng lawan. Teman satu tim dapat
berusaha menyelamatkan temanteman
yang tertawan dengan mendatangi benteng
lawan dan menyentuh teman-temannya,
tetapi tentu saja tidak boleh tersentuh
lawannya.
Harus ada anggota tim yang menjaga
bentengnya. Bila benteng lawan tidak ada
yang menjaga, maka pemain dapat
menyentuh benteng tersebut yang berarti
tim tersebut menjadi pemenangnya.
Aspek yang
Dikembangkan
Moral dan
Iman
Selalu berdoa sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan dengan sikap yang
benar, menghargai teman dan tidak
memaksakan kehendak, menolong teman/
orang lain.
Fisik Berjalan dengan berbagai variasi, berlari,
melompat, mengelak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(28)
Bahasa Berbicara lancar dengan menggunakan
kalimat lancar, mengerti dan dapat
melaksanakan lebih dari 3 perintah,
memperkaya kosa kata, dapat mengenal
bentuk simbol sederhana (belok dan lurus)
Kognitif Membedakan besar-kecil, dekat-jauh,
menyebutkan dan menguasai konsep
bilangan 1-10
Sosial-
Emosional
Bermain bersama, menunjukkan ekspresi
wajar saat senang, kecewa dan marah, sabar
menunggu giliran dan terbiasa antri,
mengerti aturan main, mengerti akibat jika
melanggar aturan, memiliki kebiasaan
teratur, dapat memecahkan masalah
sederhana, mengetahui hak dan kewajiban,
bisa memimpin tim.
Refleksi Permainan Bermain bersama, menunjukkan ekspresi wajar saat senang,
kecewa dan marah, sabar menunggu giliran memberikan
makna tersendiri bagi iman anak. Kesabaran menjadi kunci
bagi Yesus untuk mencintai musuh-Nya. Yesus sabar dalam
menghadapi orang-orang yang hendak menyalibkan-Nya.
Kesabaran juga akan memberikan kasih dan pengampunan
bagi orang lain. Yesus yang wafat di kayu salib mau
mengampuni orang-orang yang membunuh-Nya. Jika bukan
karena kesabaran yang luar biasa, maka pengampunan itu
sulit untuk datang. Pengampunan yang besar dibiasakan
dengan kesabaran yang luar biasa. Dalam permainan ini
anak diajarkan untuk bersabar dalam bermain. Jika anak
bersabar, maka dia akan mudah untuk mengampuni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29)
Lampiran 6: Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Bacalah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan seksama!
2. Isilah setiap jawaban dengan tanda centang ( √ ) pada salah satu kolom jawaban
yang ada di sampingnya!
3. Keterangan alternatif jawaban
a. SS = Sangat Setuju
b. S = Setuju
c. N = Netral
d. TS = Tidak Setuju
e. STS = Sangat Tidak Setuju
Identitas Responden
1. Nama Lengkap : .............................................
2. Jenis Kelamin : L / P
3. Umur : .............................................
4. Tingkat Pendidikan : .............................................
5. Pendamping Sanggar : Sadang / Sodong / Pelangi / Pasbolo / Wawar / Krajan / Piningit
(*coret yang tidak perlu)
No Pernyataan Skala
SS S N TS STS
6 Pendampingan iman anak adalah proses membimbing
dan mendidik anak sejak usia dini khususnya dalam hal
kepribadian beriman.
7 Tujuan dari suatu kegiatan pendampingan iman anak
adalah membantu orang tua dalam usaha mendampingi
anak dalam iman dan kepribadian anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(30)
No Pernyataan Skala
SS S N TS STS
8 Pendampingan iman anak harus memiliki suasana yang
santai, yakni gembira, bebas, dan bermain.
9 Pendampingan iman anak mempunyai ciri khas yang
mendalam dengan berpola pada Yesus, terbuka pada
siapa saja.
10 Pendampingan iman anak dapat menyatukan anak-anak
sebagai bagian dari umat Allah dalam Gereja-Nya.
11 Pendamping dalam mendampingi iman anak harus
memiliki kerendahan hati.
12 Pendamping dalam mendampingi iman anak harus
berpusat pada Kristus.
13 Pendamping dalam mendampingi iman anak harus
beriman dewasa.
14 Pendamping dalam mendampingi iman anak harus
terbuka pada semua, termasuk anak yang belum dibaptis
dan belum Katolik.
15 Pendamping dalam mendampingi iman anak harus
mampu bekerja sama dengan orangtua, anak, dan umat
serta dapat saling melengkapi.
16 Pendamping dalam mendampingi iman anak mempunyai
kecintaan dengan Kitab Suci.
17 Pendamping dalam mendampingi iman anak harus
memiliki semangat pelayanan dan mau mencintai anak.
18 Pendamping dalam mendampingi iman anak harus rela
berkorban demi anak.
19 Sanggar anak merupakan rumah tumbuh iman anak, di
mana iman anak dipupuk dan disiram agar dapat
bertumbuh dan berkembang secara utuh dan berbuah
sesuai dengan potensi, konteks, dan zamannya sehingga
anak dapat mengelola kehidupannya serta dapat
menghadirkan perubahan yang baik untuk sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(31)
No Pernyataan Skala
SS S N TS STS
20 Sanggar anak merupakan upaya pendampingan menuju
pribadi yang utuh.
21 Dengan kegiatan sanggar anak, anak terbentuk menjadi
pribadi yang beriman melalui kearifan lokal atau nilai
budaya tradisional.
22 Kegiatan sanggar anak yang berupa pendampingan iman
dengan tari-tarian tradisional, lahan sayur organik,
musik gamelan, drama musikal, nyanyian pujian, dan
berbagai kesenian daerah mampu membuat anak
semakin dekat dengan Yesus.
23 Sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul (Sanak
Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak Pelangi,
Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak Piningit)
bertujuan untuk mendidik anak sebagai pribadi beriman
yang utuh.
24 Kegiatan sanggar anak mampu mendidik anak untuk
mencintai lingkungan hidupnya sebagai usaha membawa
anak bersyukur dan mau memelihara ciptaan Tuhan.
25 Kegiatan sanggar anak dapat menjadi katekese bagi
anak-anak sesuai dengan lingkungan hidupnya
(kontekstual).
26 Sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul (Sanak
Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak Pelangi,
Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak Piningit)
menjadi tempat Gereja Lokal mewartakan nama Yesus
(Kabar Gembira).
27 Sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul (Sanak
Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak Pelangi,
Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak Piningit) dapat
merangkul siapa saja termasuk umat beda agama.
28 Proses pendampingan dengan sanggar anak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(32)
No Pernyataan Skala
SS S N TS STS
melibatkan semua umat untuk menjadi pendamping
sesuai dengan pekerjaan/keahliannya masing-masing.
29 Kegiatan sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul
(Sanak Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak
Piningit) mampu melatih anak untuk membentuk
paguyuban seiman sejak dini
30 Kegiatan sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul
(Sanak Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak
Piningit) dapat membawa anak untuk belajar toleransi
agama dan mampu berteman dengan pemeluk agama
lain.
31 Dengan kegiatan sanggar anak di Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo,
Sanak Pelangi, Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak
Piningit) dapat semakin mencintai alam ciptaan dan mau
memeliharanya.
32 Kegiatan sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul
(Sanak Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak
Pelangi, Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak
Piningit) semakin menguatkan dan mencintai serta
menjadikan bangga akan seni budaya lokal yang
dimilikinya.
33 Proses kegiatan sanggar anak di Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo,
Sanak Pelangi, Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak
Piningit) semakin melatih tanggungjawab untuk hidup
menggereja khususnya dalam liturgi yang ditunjukkan
dengan menjadi petugas koor, putra altar, dan petugas
lagu pujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(33)
No Pernyataan Skala
SS S N TS STS
34 Dengan sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul (Sanak
Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak Pelangi,
Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak Piningit), anak
semakin bangga menjadi orang yang beriman Katolik.
35 Kegiatan sanggar anak dapat menjadi wujud diakonia,
karena anak-anak dilatih untuk saling melayani yang
ditunjukkan dalam kunjungannya serta tampilan-
tampilan yang dapat memberikan pelayanan bagi umat
dan masyarakat yang membutuhkan.
36 Sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul (Sanak
Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak Pelangi,
Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak Piningit) adalah
gerakan Gereja sebagai katekese kontekstual.
37 Dengan sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul (Sanak
Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak Pelangi,
Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak Piningit) Gereja
mampu berevangelisasi ditunjukkan dengan tempat
kegiatan sanggar yang berada di tengah masyarakat.
38 Kegiatan sanggar anak dengan banyak pendamping
mampu membawa anak semakin cinta pada Yesus.
39 Proses pendampingan iman anak menjadi lebih utuh
dengan model kegiatan sanggar (Festival Kitab Suci,
Kesenian Tradisional, tari-tarian, lahan sayur, musik
tradisional, dll).
40 Sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul (Sanak
Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak Pelangi,
Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak Piningit) bisa
menjadi alternatif proses pendampingan iman anak yang
baik dilakukan oleh paroki-paroki yang lain.
41 Proses kegiatan sanggar anak di Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(34)
No Pernyataan Skala
SS S N TS STS
Sanak Pelangi, Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak
Piningit) mendapat dukungan dari Romo Paroki, Dewan
Paroki, dan seluruh umat.
42 Metode yang dimiliki sanggar anak di Paroki St. Thomas
Rasul (Sanak Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo,
Sanak Pelangi, Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak
Piningit) membuat anak semakin berani bersaksi akan
Tuhan Yesus.
43 Anak-anak tertarik, semakin rajin, dan bersemangat
mengikuti pendampingan iman anak setelah berdirinya
sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul (Sanak
Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak Pelangi,
Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak Piningit).
44 Kegiatan-kegiatan bersama seperti Misa Alam, Festival
Kesenian Sanggar Anak, Festival Visualisasi Kitab Suci
mampu membawa anak semakin rajin dalam kegiatan
menggereja, perayaan Ekaristi, dan katekese.
45 Kegiatan-kegiatan antarsanggar seperti saling bertukar
pendamping dan saling berkunjung mampu memberikan
motivasi bagi pendamping dan anak untuk semakin
semangat dalam berkumpul dalam sanggar anak.
46 Anak-anak mempunyai keinginan yang tinggi untuk
mengikuti sanggar anak.
47 Kesulitan dalam sanggar anak adalah pemilihan materi
pendampingan iman.
48 Pendamping merasa kesulitan dalam mempersiapkan
media yang cocok bagi kegiatan sanggar anak dan
lingkungan sekitar.
49
Sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul (Sanak
Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak Pelangi,
Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak Piningit)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(35)
No Pernyataan Skala
SS S N TS STS
mendapat apresiasi dan dukungan dari masyarakat
sekitar.
50 Orang tua selalu mendukung anaknya untuk terlibat
dalam sanggar anak di Paroki St. Thomas Rasul (Sanak
Sadang, Sanak Sodong, Sanak Pasbolo, Sanak Pelangi,
Sanak Krajan, Sanak Wawar, dan Sanak Piningit).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(36)
Lampiran 7: Teks Lagu Oray-Orayan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(37)
Lampiran 8: Susunan Pengurus Sanggar Anak Pelangi
SUSUNAN PENGURUS SANGGAR ANAK PELANGI
Ketua : FX Agus Widodo
Sekretaris : M Rini P
Bendahara : Dwi Murtini
Pendamping : 1. Al Dwiono
2. Olga Vivaci
3. Yoshepine Saras H
4. Ig Yuliastuti
5. Andang PM
6. Patrik Ananto AP
7. Atanasius Bayu
Anggota :
Seluruh umat Gracia (lingkungan Gregorius dan lingkungan Cicilia) yang
secara sukarela menyediakan perlengkapan setiap kali sanggar berkegiatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI