SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIKDI SEKOLAH
NEGERITERHADAPKETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJASISWA
DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO, JAWA TENGAH
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Fransisca Rohmawati
NIM: 091124042
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur kepada Allah Bapa di Surga,
kupersembahkan skripsi ini kepada kedua orangtuaku,
Bapak Yohanes Arif Supriyanto dan Ibu Yustina Rumani,
adikku Stevanus Panji Roh Kusuma Jati dan Fransiskus Xaverius Pandu
Arrjunningtyas,
sahabat tercinta Aji Prabowo,
siswa SMP Negeri 4 Purworejo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Jikalau kamu tinggal dalam aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah
apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.”
(Yoh 15: 7)
“Oleh karena penindasan terhadap orang-orang yang lemah, oleh karena keluhan
orang-orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman Tuhan; Aku memberi
keselamatan kepada orang yang menghauskannya.”
(Mzm 12: 6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI
SEKOLAH NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP
MENGGEREJA SISWA DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO, JAWA
TENGAH dipilih berdasarkan pada fakta bahwa keterlibatan hidup menggereja
khususnya di kalangan remaja dewasa ini sangatlah minim. Kenyataan
menunjukkan bahwa sedikit sekali remaja yang aktif dalam kegiatan di Gereja.
Kebanyakan remaja hanya menyukai kegiatan yang banyak berkumpul dengan
sesama, seperti pertemuan PIR, rekoleksi dan ziarah. Setiap ada rekoleksi ataupun
ziarah banyak remaja yang antusias mengikutinya, namun setelah kegiatan
berakhir mereka tidak pernah mengikuti kegiatan lagi. Di Purworejo sekolah
negeri menjadi sekolah favorit yang diminati para siswa. Remaja Katolik pun
lebih memilih di sekolah negeri dibandingkan dengan yayasan Katolik.
Pembelajaran PAK di sekolah negeri kurang mendapat perhatian dari pihak
sekolah. Kebanyakan guru yang mengajar pun bukan guru yang bergelut pada
bidangnya, melainkan hanya guru yang beragama Katolik. Bertitik tolak pada
kenyataan tersebut, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu remaja agar
mempunyai semangat dalam keterlibatan hidup menggereja.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana sumbangan yang
diberikan oleh PAK di sekolah negeri dalam meningkatkan keterlibatan
menggereja siswa. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh
karena itu kuesioner kepada siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo telah
dilaksanakan. Di samping itu studi pustaka juga diperlukan untuk memperoleh
pemikiran-pemikiran dari para ahli, sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang
dapat dipergunakan sebagai sumbangan PAK bagi para siswa.
Hasil akhir menunjukkan bahwa PAK di SMP Negeri 4 Purworejo belum
sepenuhnya mampu memberikan sumbangan pada keterlibatan menggereja siswa,
karena keterlibatan menggereja siswa masih sebatas pada keterlibatan untuk
berkumpul bersama teman tanpa adanya penghayatan akan keterlibatan
menggereja itu sendiri. Bahkan masih ada siswa yang belum terlibat aktif dalam
hidup menggereja. Menyadari akan kondisi tersebut, maka perlu disusun sebuah
upaya untuk lebih meningkatkan kesadaran dan pemahaman siswa akan hidup
menggereja. Oleh karena itu penulis menawarkan program rekoleksi untuk
membantu siswa supaya lebih semangat dalam hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Title of thesis DONATIONS OF CATHOLIC RELIGIOUS
EDUCATION IN STATE SCHOOLS OF CHURCH LIFE OF STUDENTS’
INVOLVEMENT AT JUNIOR HIGH SCHOOL 4 PURWOREJO,
CENTRAL JAVA selected based on the fact that the involvement of church life
particularly among young adults were minimal. The fact is that very few teenagers
who are active in church life. Most of the teens just like activities that many
gather with others, such as PIR meeting, recollection and pilgrimage. Every no
recollection or pilgrimage many teenagers are enthusiastic to follow, but after the
activity ends they never take part again. In Purworejo state schools become
popular schools of interest for students. Catholic teenager was preferred in state
schools compared with the Catholic foundation. Catholic Religious Education
learning in state schools received less attention than the school. Most teachers
were not teachers who are struggling on Catholic religion, but only Catholic
teacher. Focused on fact, this paper is intended to help teens have a passion to be
active in church life.
A key issue in this thesis is how the donations given by the Catholic
Religious Education in state schools in improving students’ engagement of church
life. To examine this issue needed accurate data. Therefore questionnaires to
Catholic students at Junior High School 4 Purworejo been implemented. In
addition, the literature is also required to obtain ideas from the experts, in order to
obtain ideas that can be used as a donation of the Catholic Religious Education for
students.
The final results showed that the the Catholic Religious Education in at
Junior High School 4 Purworejo not been fully able to contribute to the
involvement of students of the church, because the church involvement was
limited to the involvement of students to gather with friends without any
involvement appreciation church life itself. Even still there are students who have
not been actively involved in the church life. Aware of these conditions, it is
necessary to develop an effort to further increase awareness and understanding of
the students about church life. Therefore, the authors offer recollections program
to help students better appreciate the spirit and life of the church.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini berjudul SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA
KATOLIK DI SEKOLAH NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN
HIDUP MENGGEREJA SISWA DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO, JAWA
TENGAH. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan
Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran, dukungan,
kesabaran saran dan kritik untuk mendampingi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen penguji II yang selalu membimbing dan memotivasi penulis sejak
penulis mengenyam studi.
3. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III yang bersedia
mendampingi penulis dalam penulisan skripsiserta memberikan
pengarahan dengan bijaksana dan penuh kesabaran.
4. Muh Syaifudin, M.Pd., selaku kepala sekolah SMP Negeri 4 Purworejo
yang telah memberikan tempat dan kesempatan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian, serta dukungan yang diberikan bagi penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Frans Jumino selaku guru agama Katolik SMP Negeri 4 Purworejo yang
telah memberikan banyak informasi dan membantu penulis dalam
melakasanakan penelitian.
6. Para guru dan Staf karyawan SMP Negeri 4 Purworejo yang telah
memberikan motivasi dan membantu penulis dalam mengadakan
penelitian.
7. Siswa Katolik SMP Negeri 4 Purworejo yang memberi dukungan kepada
penulis dengan bersedia mengisi kuesioner yang penulis sebarkan.
8. Kedua orangtuaku Bapak Yohanes Arif Supriyanto dan Ibu Yustina
Rumani yang selalu memberikan dukungan, doa, semangat dan
pendampingan selama penulisan skripsi.
9. Kedua adikku Stevanus Panji Roh Kusuma Jati dan Fransiskus Xaverius
Pandu Arrjunningtyas yang selalu memberikan semangat selama penulisan
skripsi.
10. Sahabat tercinta Aji Prabowo yang selalu setia memberikan semangat,
dukungan, masukan dan selalu menemani penulis selama penulisan
skripsi.
11. Saudara-saudaraku Agustina Murjilah, Cornelius Ade Putra, Widi
Sugyanto, Arif Wibowo, Agung Prasetya yang selalu memberikan
semangat dan bantuan selama penulisan skripsi.
12. Teman-teman angkatan 2009; Hana Puspita Canti, Theresia Bekti Lestari,
Antonius Guruh Ady Siaga, Atik Wulandari, Agustinus Rudi Winarto
yang telah memberikan dukungan untuk penyelesaian skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 6
D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 7
E. Metode Penulisan ................................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 8
BAB II. POKOK-POKOK PAK DAN HIDUP MENGGEREJA ..................... 10
A. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ................................................ 11
1. Hakekat Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ............................. 11
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ............................... 12
a. Demi Terwujudnya Kerajaan Allah .......................................... 13
b. Iman yang Selalu Berkembang ................................................. 14
1) Iman sebagai Keyakinan (faith as believing) ....................... 15
2) Iman sebagai Kegiatan Mempercayakan(faith as trusting) .. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3) Iman sebagai Kegiatan Melakukan (faith as doing) ............. 16
c. Kebebasan Peserta Didik .......................................................... 17
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik ................................................ 19
a. Proses Sosialisasi Menjadi Manusia .......................................... 19
b. Proses Sosialisasi Menjadi Orang Kristiani dengan
Tokoh-tokoh ............................................................................... 20
1) Bushnell ............................................................................... 20
2) Coe ....................................................................................... 21
3) Nelson .................................................................................. 21
4) Westerhoff ............................................................................ 22
5) Marthaler .............................................................................. 22
c. Pendekatan Dialektis terhadap Proses Sosialisasi ...................... 23
4. Model Pendidikan Agama Katolik ................................................... 24
a. Model yang Berpusat Pada Hidup Peserta ................................ 24
b. Model Praksis ............................................................................ 26
5. Mitra-mitra Dalam Pendidikan Agama Katolik ............................... 27
B. Hidup Menggereja ................................................................................ 27
1. Arti dan Makna Gereja ..................................................................... 27
a. Asal Usul dan Arti Katanya ....................................................... 27
b. Pengertian Gereja dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja ............ 28
1) Gereja sebagai Persekutuan Umat Allah .............................. 28
2) Gereja Tubuh Kristus ........................................................... 29
3) Gereja Bait Roh Kudus ........................................................ 30
4) Gereja Misteri dan Sakramen ............................................... 30
5) Gereja sebagai Persekutuan .................................................. 31
2. Model-model Gereja ........................................................................ 32
a. Gereja Institusional Hierarkis Piramidal .................................... 33
b. Gereja sebagai Persekutuan Umat .............................................. 33
3. Pengertian Hidup Menggereja .......................................................... 34
4. Empat Kegiatan Inti Gereja .............................................................. 35
a. Liturgi (Liturgia) ........................................................................ 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
b. Pewartaan (Kerygma) ................................................................. 37
c. Persekutuan (koinonia) demi kesaksian(Martyria) .................... 38
d. Pelayanan (Diakonia) ................................................................. 39
5. Sasaran Hidup Menggereja .............................................................. 40
C. Sumbangan PAK Unuk Perkembangan Hidup Menggereja ................. 41
BAB III. SUMBANGAN DAN GAMBARAN PAK DI SMP
NEGERI 4 PURWOREJO TERHADAP HIDUP MENGGEREJA
SISWA
A. Gambaran Umum Situasi Sekolah SMP Negeri 4 Purworejo .............. 43
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 4 Purworejo ..................... 43
2. Situasi Fisik SMP Negeri 4 Purworejo ............................................ 45
3. Situasi Akademis SMP Negeri 4 Purworejo .................................... 47
a. Visi dan Misi .............................................................................. 47
b. Struktur Organisasi ..................................................................... 48
c. Peraturan Tata Tertib SMP Negeri 4 Purworejo ........................ 48
1) Kehadiran di Sekolah ........................................................... 49
2) Penampilan di Sekolah ......................................................... 49
3) Kegiatan Belajar Mengajar................................................... 50
B. Keadaan Siswa Katolik di Sekolah ....................................................... 50
1. Jumlah Siswa.................................................................................... 50
2. Agama ......................................................................................... 51
3. Gambaran Hubungan Komunikasi Siswa Katolik ........................... 51
C. Penelitian Tentang Sumbangan PAK di Sekolah Negeri Terhadap
Keterlibatan Hidup Menggereja Siswa di SMP Negeri 4 Purworejo... 52
1. Latar Belakang Penelitian ............................................................... 52
2. Tujuan Penelitian.............................................................................. 52
3. Jenis Penelitian ................................................................................ 52
4. Instrumen Pengumpulan Data .......................................................... 53
5. Responden ................................................................................ 53
6. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 53
7. Devinisi Operasional Variabel ......................................................... 53
8. Variabel Penelitian ........................................................................... 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
D. Laporan Hasil Penelitian Sumbangan PAK di Sekolah Negeri
Terhadap Keterlibatan Hidup Mnggereja Siswa di SMP Negeri 4
Purworejo .............................................................................................. 55
1. Laporan Umum ................................................................................ 55
2. Laporan dan Pembahasan Penelitian Menurut Variabel .................. 55
a. Gambaran Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP
Negeri 4 Purworejo ................................................................... 55
b. Sejauh Mana PAK Mampu Mendorong Keterlibatan
Menggereja Siswa ............................................................................................... 62
c. Sumbangan PAK dalam Hidup Menggereja di SMP Negeri
4 Purworejo ............................................................................... 67
3. Catatan terhadap Keterbatasan Penelitian ........................................ 71
a. Hanya Menggunakan Kuesioner ............................................... 71
b. Kecurigaan Pada Jawaban Responden ...................................... 72
4. Kesimpulan Hasil Penelitian ............................................................ 73
BAB IV. REKOLEKSI SEBAGAI USULAN MEMBANGKITKAN
SEMANGAT HIDUP MENGGEREJA ............................................. 75
A. Rekoleksi Dalam Rangka Meningkatkan Semangat Menggereja ........ 76
B. Program Rekoleksi Sebagai Usaha Meningkatkan Semangat Hidup
Menggereja Siswa di SMP Negeri 4 Purworejo ................................... 76
1. Pengertian Program Rekoleksi ......................................................... 76
2. LatarBelakang ProgramRekoleksi untukMeningkatkan
SemangatHidupMengereja .................................................................... 77 3. Tema dan Tujuan Rekoleksi ............................................................. 78
C. Gambaran Pelaksanaan Program .......................................................... 79
D. Matriks Program ................................................................................... 81
E. Contoh Satuan Persiapan Rekoleksi ..................................................... 87
1. Identitas Kegiatan ............................................................................. 87
2. Pengembangan Langkah-langkah .................................................... 88
a. Salam Pembuka ......................................................................... 88
b. Doa ............................................................................................ 88
c. Lagu........................................................................................... 88
d. Pengantar Rekoleksi .................................................................. 89
e. Sesi I Peranan Roh dalam Hidup Menggereja .......................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
1) Pengantar .............................................................................. 90
2) Materi ................................................................................... 90
a) Ciri-ciri Peranan Roh Allah ............................................ 90
(1) Roh Allah terlibat dalam Penciptaan ........................ 90
(2) Pendalaman Kitab Suci ............................................ 91
b) Ice Breaking ................................................................... 95
c) Ciri-ciri Peranan Roh dalam Gereja ............................... 95
(1) Ciri-ciri Roh Kudus dalam Gereja ............................ 95
(2) Pendalaman Kitab Suci ............................................ 96
f. Sesi II Keterlibatan Remaja dalam Hidup Menggereja............. 100
1) Pengantar .............................................................................. 100
2) Materi ................................................................................... 100
a) Liturgi .............................................................................. 100
b) Pewartaan ......................................................................... 102
c) Persekutuan ...................................................................... 102
d) Pelayanan ......................................................................... 103
g. Sesi III Dinamika Kelompok .................................................... 104
1) Pengantar .............................................................................. 104
2) Permainan ............................................................................. 104
h. Penutup ...................................................................................... 108
1) Pengantar .............................................................................. 108
2) Doa Penutup ......................................................................... 109
3) Lagu Penutup ........................................................................ 109
BAB V KESIMPULAN dan SARAN................................................................. 110
A. Kesimpulan ........................................................................................... 110
B. Saran ..................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 113
LAMPIRAN ........................................................................................................ 115
Lampiran 1:SuratIjinPenelitian ............................................................. (1)
Lampiran 2: Surat Keterangan TelahMelaksanakanPenelitian ............. (2)
Lampiran 3: Kuesioner Penelitian ........................................................ (3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Lampiran 4: ContohJawabanKuesioner Responden Perempuan .......... (8)
Lampiran 5: ContohJawabanKuesioner Responden Perempuan ..........(13)
Lampiran 6: Daftar Nama Responden ..................................................(18)
Lampiran 7: Visi dan Misi SMP Negeri 4 Purworejo ...........................(19)
Lampiran 8: Wawancara Penulis dengan Ibu Murni Mengenai
SMP Negeri 4 Purworejo .................................................(20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR SINGKATAN
A. SINGKATAN KITAB SUCI
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen
Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus,
1984/1985, hal 8.
B. SINGKATAN DOKUMEN GEREJA
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II
tentang Gereja, tanggal 21 November 1964.
SC :Sacrosanctum Consilium, Konstitusi Konsili Vatikan II
tentang liturgi, tanggal 4 Desember 1963.
C. SINGKATAN LAIN
AC : Air Conditioner
Art : Artikel
Ay : Ayat
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KOMKAT : Komisi Kateketik
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
LCD :Liquid Crystal Display
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PIR : Pendampingan Iman Remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
SK : Surat Keputusan
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SM : Sebelum Masehi
SMP : Sekolah Menengah Pertama
TU : Tata Usaha
TV : Televisi
UKS : Unit Kesehatan Sekolah
VCD :Video Compact Disc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Banyak orang yang berkesan bahwa pendidikan di Indonesia saat ini masih
memprihatinkan, terutama di kalangan remaja. Pada kenyataannya ada berbagai
kesan yang menyatakan banyak sekali remaja yang menindas teman-temannya
seperti merampok dan menodong untuk keperluan tertentu atau hanya untuk
kesenangan belaka. Bahkan yang sedang hangat saat ini adanya prostitusi anak di
bawah umur yang dilakukan oleh siswa kelas VII SMP. Remaja tega menjual
teman-temannya sendiri kepada orang-orang yang membutuhkan jasanya. Fakta
tersebut memperlihatkan menurunnya moral dikalangan kaum remaja. Oleh
karena itu pendidikan sangat berperan dalam menanamkan moral pada siswa
khususnya remaja.
Masa remaja adalah masa yang penuh kegembiraan dimana mereka sedang
dalam proses menemukan jati diri. Mereka sedang belajar untuk mengembangkan
diri dan memilih nilai-nilai yang bermakna dan berguna bagi hidup mereka
(Dewan Karya Pastoral KAS, 2008: 4). Zakiah Daradjat (1975: 25) juga
memaparkan bahwa masa remaja adalah suatu tingkat umur, dimana anak-anak
tidak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja adalah
umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa.
Pada masa remaja inilah banyak terjadi berbagai perubahan yang tidak
mudah bagi seorang anak untuk menghadapinya tanpa bantuan dan pengertian
dari orangtua serta orang dewasa pada umumnya. Pada umur ini terjadi perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang cepat pada jasmani, emosi, sosial, iman dan kecerdasan. Safiyudin (1977:
32) memaparkan beberapa penyebab terjadi kenakalan remaja, seperti penonjolan
diri/menunjukkan keberanian, solidaritas pada kawan, mengikuti ajakan teman,
keinginan sensasi serta keinginan memenuhi kebutuhan seks.
Penyebab terjadinya kenakalan remaja semata bukanlah karena kesalahan
mereka, tetapi terdorong karena pencarian jati diri yang sedang mereka alami.
Dalam masa peralihan itulah mereka sangat membutuhkan orang yang lebih
dewasa untuk mendampingi mereka. Peran serta orangtua merupakan hal
mendasar yang dapat mendampingi remaja dalam masa pencapaian jati diri
mereka. Saat anak berada dalam tahap remaja, orangtua harus pintar mendekatkan
diri pada putra-putrinya.
Selain keluarga, pembinaan remaja juga terjadi di lingkungan masyarakat
tempat mereka tinggal, karena masyarakat adalah lingkungan yang sarat dengan
peristiwa, baik peristiwa yang positif maupun negatif. Disini remaja perlu
dibimbing untuk dapat memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi
pertumbuhan serta perkembangan dirinya.
Bagi remaja Katolik, pembinaan remaja juga terjadi di dalam gereja,
karena gereja adalah tempat yang memadai bagi remaja untuk membina iman
mereka demi terwujudnya Kerajaan Allah. Bersama remaja dan anggota gereja
lainnya, seorang remaja memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
mendewasakan imannya. Para anggota Gereja yang dewasa mempunyai tanggung
jawab yang besar untuk membantu para remaja memperoleh pendidikan iman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mewujudkannya dalam kehidupan bersama (Sinode GKJ dan GKI Jateng, 1995:
22).
Di dalam gereja remaja dapat mengembangkan iman mereka dengan
mengikuti aneka macam kegiatan pembinaan iman dengan membaca buku-buku
rohani, berdoa dan ikut serta dalam ibadat bersama umat lingkungan, wilayah
maupun paroki dengan belajar menyesuaikan diri dengan tuntunan hidup Yesus
dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan umat. Dengan terlibat dalam kehidupan umat,
anak dan remaja sejak dini dipupuk semangatnya untuk ikut bertanggung jawab
dalam hidup umat. Pembinaan yang seperti ini nantinya diharapkan dapat
menumbuhkan keyakinan bahwa hidup adalah anugerah, panggilan dan perutusan
(Dewan Karya Pastoral KAS, 2008: 4).
Pembinaan remaja di gereja Santa Perawan Maria Purworejo dilakukan
dengan adanya PIR atau Pendampingan Iman Remaja. Akan tetapi jumlah
anggota PIR yang ada sangat minim jika dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan remaja katolik di paroki. Remaja hanya semangat untuk datang ke
gereja tiga sampai empat bulan pertama mereka menjadi anggota, setelah itu
jumlahnya mulai berkurang dan menjadi semakin minim. Walaupun jumlah
anggota PIR minim, namun mereka masih sering mengadakan pertemuan di
gereja dan ikut terlibat dalam kegiatan seperti misdinar. Anehnya jumlah PIR
yang sedikit ini dapat menjadi banyak jika gereja mengadakan rekoleksi bersama
di luar gereja ataupun ziarah. Dari hal itu sangat nampak bahwa remaja masih
senang dengan hal-hal yang menyenangkan. Mereka akan datang jika ada acara
yang mereka pikir itu asyik dan menyenangkan serta dapat digunakan sebagai
ajang untuk mencari teman bahkan teman dekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Dari wawancara dengan beberapa remaja di gereja Santa Perawan Maria
Purworejo, mereka mengatakan alasan mereka ikut PIR adalah untuk berkumpul
bersama dengan teman-teman satu iman. Mereka menginginkan kegiatan PIR
yang asyik yang sesuai dengan usia mereka. Jika tidak ada kegiatan besar seperti
rekoleksi dan ziarah mereka hanya datang ke gereja untuk latihan misdinar dan
sekedar berbagi cerita dengan teman-teman yang lain.
Kurangnya kesadaran remaja dalam menghayati keterlibatannya dalam
hidup menggereja membuat pendidikan PAK di sekolah sangat dibutuhkan untuk
menyadarkan serta membangkitkan kesadaran dan niat akan hidup menggereja.
Groome (2010: 49) menegaskan bahwa tujuan dari PAK itu sendiri adalah untuk
menuntun orang-orang ke luar menuju ke Kerajaan Allah. Menuju pada Kerajaan
Allah disini diwujudkan melalui peran serta di dalam Gereja dan di tengah umat,
dimana setiap orang merupakan anggota Gereja dan bertugas dalam
pengembangan Gereja.
Dalam PAK juga terdapat tiga unsur pokok pendidikan iman yang
mendukung tujuan dari PAK sendiri. Tiga unsur pokok pendidikan iman itu
sendiri adalah, pengalaman hidup peserta, visi dan kisah hidup Kristiani dan
komunikasi kehidupan konkret peserta dengan visi dan tradisi Kristiani. Jika
ketiga pokok pendidikan iman tersebut dapat berjalan dengan baik, maka tujuan
dari PAK itu sendiri dapat terwujud di tengah-tengah kehidupan peserta didik.
Banyaknya sekolah negeri di Purworejo membuat PAK perlu
memperhatikan peserta didik dengan baik. PAK di sekolah negeri perlu berusaha
untuk mewujudkan Kerajaan Allah di tengah peserta yang merupakan tujuan dari
PAK sendiri. Salah satu contoh perlunya perhatian khusus PAK di sekolah negeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dalam usia remaja adalah PAK di SMP Negeri 4 Purworejo. Keadaan remaja
secara umum di SMP Negeri 4 Purworejo sejauh yang saya amati cukup baik,
karena siswa jarang yang terlibat dalam kenakalan remaja ataupun kenakalan
dalam geng. Kalaupun ada geng itu hanya sebatas teman dekat di sekolah yang
mempunyai kesenangan atau hoby yang sama maupun kecocokan dalam bergaul.
SMP Negeri 4 Purworejo merupakan salah satu SMP negeri favorit, sehingga
peserta didik lebih menekankan pengetahuan mereka tanpa memikirkan hal yang
negatif.
Remaja katolik di SMP Negeri 4 Purworejo juga dapat bergaul dan
membaur baik dengan teman yang lain. Namun kesadaran hidup menggereja di
tengah-tengah siswa terlihat masih sangat kurang, karena mereka belum dapat
memahami dan mendalami peran dan tugas mereka di dalam gereja. Keterlibatan
hidup menggereja mereka masih kering dan sekedar ikut-ikut saja.
Sedangkan hidup menggereja sendiri adalah hidup menampakkan iman
kepada Yesus Kristus. Jadi setiap kegiatan menampakan iman adalah hidup
menggereja. Jika seseorang menampakkan imannya dalam masyarakat, berarti ia
juga menggereja di dalam masyarakat (Suhardiyanto, 2005: 3).
Dengan demikian hidup menggereja siswa tidak hanya dibatasi melalui
kegiatan di dalam gereja saja, melainkan dapat dilakukan ditengah masyarakat
dimana ia tinggal. Wujud penampakkan iman di tengah masyarakat dapat
dilakukan misalnya dengan membantu teman yang sedang terkena musibah
sebagai wujud kasih yang diajarkan di dalam gereja. Menjadi remaja yang baik
dan bebas dari kasus kenakalan remaja juga telah menampakkan iman ditengah
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Dalam hidup menggereja ada lima tugas yang dilakukan yaitu liturgia,
kerygma, koinonia, diakonia dan martyria. Di tengah kehidupan kaum remaja
tugas yang baru dijalani hanyalah koinonia atau persekutuan persaudaraan sebagai
anak-anak Bapa. Hal ini sangat terlihat dengan masih banyaknya remaja yang
terlibat hidup menggereja masih sebatas mencari teman saja.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis memberi judul skripsi ini:
SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA SISWA
DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO, JAWA TENGAH. Lewat skripsi ini
penulis berharap mampu ikut meningkatkan keterlibatan hidup menggereja siswa
melalui PAK di SMP Negeri 4 Purworejo.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja pokok-pokok PAK dan hidup menggereja?
2. Sejauh mana PAK di SMP Negeri 4 Purworejo mendorong keterlibatan
hidup menggereja siswa di Gereja?
3. Bagaimana cara meningkatkan semangat hidup menggereja siswa di SMP
Negeri 4 Purworejo?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Menjabarkan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik dan keterlibatan
hidup menggereja.
2. Memaparkan sejauh mana PAK di SMP Negeri 4 Purworejo mendorong
keterlibatan hidup menggereja siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Menguraikan cara meningkatkan keterlibatan hidup menggereja siswa di
SMP Negeri 4 Purworejo.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi guru PAK dan pihak sekolah
Guru PAK semakin mantap dalam pengajaran dan menyadari bahwa PAK
sungguh penting bagi siswa. Pihak sekolah juga lebih memperhatikan
pengajaran PAK bagi para siswanya yang beragama katolik.
2. Bagi para siswa katolik di SMPN4 Purworejo
Para siswa semakin menyadari pentingnya PAK di sekolah dalam
keterlibatan hidup menggereja.
3. Bagi penulis
a) Memberikan pengalaman penelitian secara ilmiah sebagai peneliti pemula.
b) Membantu dalam mengetahui seberapa besar sumbangan PAK di Sekolah
dalam membangun keterlibatan menggereja siswa.
E. METODE PENULISAN
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif
analitis, yaitu menjelaskan dan memahami data-data yang didapatkan melalui
penelitian lapangan. Deskriptif akan digunakan pada bab II dan IV untuk
menjelaskan PAK dan hidup Menggereja. Sedangkan analitis akan penulis
gunakan pada bab III untuk memahami data yang didapat dari responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
mengenai PAK di sekolah dengan keterlibatan menggereja. Dimana penulis akan
menguraikan, memaparkan dan memahami keterlibatan hidup menggereja siswa
katolik di SMP Negeri 4 Purworejo melalui sumbangan PAK di sekolah. Data
yang diperlukan diperoleh dengan mengedarkan kuisioner dan wawancara pada
siswa katolik di SMP Negeri 4 Purworejo untuk menjadi responden sebagai
gambaran hidup menggereja dengan PAK di SMP Negeri 4 Purworejo.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Judul skripsi yang dipilih adalah SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA
KATOLIK DI SEKOLAH NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN
HIDUP MENGGEREJA SISWA DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO, JAWA
TENGAH, maka penulis membagi tulisan ke dalam empat bab:
Bab I mengemukakan latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II menampilkan kajian pustaka yang meliputi pengertian pendidikan
pada umumnya, tujuan pendidikan pada umumnya, pengertian Pendidikan Agama
Katolik di sekolah, tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah, peranan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah, pengertian keterlibatan dan pengertian
keterlibatan hidup menggereja, sasaran hidup menggereja.
Bab III memaparkan ssgambaran umum situasi sekolah SMP Negeri 4
Purworejo yakni mengenai sejarah singkat berdirinya SMP Negeri 4 Purworejo,
situasi fisik SMP Negeri 4 Purworejo, situasi akademis SMP Negeri 4 Purworejo,
visi, misi, struktur organisasi, peraturan tata tertib di sekolah, penampilan di
sekolah, kegiatan belajar mengajar. Selain itu akan diuraikan pula mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
keadaaan siswa di sekolah, penelitian tentang sumbangan PAK di sekolah negeri
yang meliputi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian,
instrumen penelitian, responden penelitian dan variabel penelitian. Definisi
operasional mengenai PAK dan keterlibatan hidup menggereja juga akan
dijelaskan dalam bab ini.
Bab IV menjelaskan mengenai program rekoleksi dalam rangka
meningkatkan semangat hidup menggereja, program rekoleksi sebagai usaha
meningkatkan semangat hidup menggereja, latar belakang rekoleksi, tujuan
rekoleksi, tema dan sesi rekoleksi. Dimana tema besar rekoleksi adalah “Dugem
Bersama Yesus dengan Teman-teman Untuk Meningkatkan Hidup Menggereja”.
Tema utama akan dibagi lagi menjadi tiga sub tema, yaitu beriman bersama Yesus,
meneladani Yesus dalam tanggung jawabku dan aku semakin mantap bersama
Yesus.
Bab V berisi penutup yang mencakup kesimpulan dari penulisan skripsi dan
saran bagi pihak sekolah, guru dan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
POKOK-POKOK PAK DAN HIDUP MENGGEREJA
Keterlibatan hidup menggereja para siswa SMP sangatlah penting melihat
situasi mereka yang masih labil dan dalam pencarian jati diri. Melalui kegiatan
menggereja siswa dapat mengembangkan imannya dan menjalankan tugas sebagai
anggota Gereja.
Keterlibatan siswa dalam hidup menggereja tentu perlu dukungan dari luar,
seperti sekolah. Sekolah adalah tempat di mana siswa menuntut ilmu dan
mendapatkan pengetahuan baru yang mengembangkan hidupnya. Dalam hal
keterlibatan hidup menggereja, Pendidikan Agama Katolik di sekolah memiliki
peran yang penting. Melalui PAK siswa dapat menuju pada Kerajaan Allah dan
mengembangkan imannya seperti yang ada pada tujuan PAK itu sendiri. PAK
diharapkan dapat mewujudkan tujuannya tersebut. Tetapi terdapat banyak kesan
pelaksanaan PAK terutama di sekolah negeri masih kurang maksimal. Masih
banyak sekolah negeri yang menggunakan guru PAK yang tidak profesional.
Biasanya guru PAK hanya diambil dari guru mata pelajaran tertentu yang
beragama Katolik saja dan sama sekali tidak berlatar belakang pendidikan guru
agama Katolik.
Pada bab ini akan diuraikan bagaimana hakekat dan tujuan PAK di sekolah
yakni demi terwujudnya Kerajaan Allah. Selain hakekat dan tujuan PAK di
sekolah juga akan diuraikan konteks PAK, model PAK, mitra-mitra PAK, arti dan
makna Gereja, model-model Gereja, pengertian hidup menggereja, empat kegiatan
inti Gereja, sasaran hidup menggereja dan sumbangan PAK untuk perkembangan
hidup Menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
A. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
1. Hakekat Pendididkan Agama Katolik di Sekolah
Pada hakikatnya Pendidikan Agama Katolik merupakan pendidikan yang
bervisi spiritual. Bervisi spiritual artinya pendidikan agama Katolik memberikan
inspirasi hidup kepada para siswa. Selain itu, Pendidikan Agama Katolik juga
diharapkan secara konsisten terus berusaha untuk memperkembangkan kedalaman
hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan
agama Katolik juga berusaha membantu siswa memperkembangkan jiwa dan
interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan tempat di mana Allah bersemayam dan
karena itu membuat manusia merasa rindu kepadaNya dan peduli pada hidup
sesamanya (Heryatno Wono Wulung, 2008: 14).
Mangunwijaya sebagaimana dikutip oleh Heryatno Wono Wulung
menyatakan hakekat Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi iman.
Sebagai komunikasi iman iman Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan
sifatnya yang praktis. Bersifat praktis berarti Pendidikan Agama Katolik lebih
menekankan tindakan dari pada konsep atau teori. Oleh sebab itu Pendidikan
Agama Katolik lebih menekankan proses perkembangan, pendewasaan iman,
serta peneguhan pengharapan dan perwujudan kasih terhadap sesama (Heryatno
Wono Wulung, 2008: 15-16).
Mary Boys yang dikutip oleh Heryatnodalam bukunyamendefinisikan
Pendidikan Agama Katolik sebagai “the making accesible of the traditions of the
religious community and the making manifest of the interinsic connection between
traditions and transformation”. Pendidikan Agama Katolik berperan membuka
jalan selebar-lebarnya agar setiap siswa memiliki akses untuk sampai kepada harta
kekayaan iman komunitas (tradisi). Tradisi yang sungguh dihayati menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kebutuhan hidup beriman siswa yang hidup pada suatu zaman tertentu secara
intrinsik dapat memberdayakan mereka dalam memperkembangkan hidup dan
imannya (Heryatno Wono Wulung, 2008: 19).
Dari pernyataan Mary Boys tersebut dipahami bahwa Pendidikan Agama
Katolik memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan imannya
melalui kegiatan yang mereka lakukan sehari-hari baik dalam lingkungan sekolah,
masyarakat maupun Gereja sendiri. Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga
diberikan seiring dengan perkembangan zaman dan situasi siswa, sehingga siswa
dapat memperkembangkan imannya melalui ajaran-ajaran iman Katolik dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam hal ini Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak dapat disamakan
dengan mata pelajaran yang lain, karena Pendidikan Agama Katolik tidak semata-
mata hanya menekankan segi intelektual peserta didik saja, melainkan lebih
mengarahkan peserta didik akan kesadaran sebagai umat beriman. Pendidikan
Agama Katolik di sekolah berdasarkan pengalaman hidup peserta didik. Dalam
jenjang SMP, Pendidikan Agama Katolik memberikan pengajaran dan bimbingan
bahwa mereka adalah anggota Gereja yang nantinya ikut berperan dalam
mengembangkan Gereja. Dengan kesadaran yang demikian, maka siswa
diharapkan mulai terlibat aktif dalam hidup menggereja, sebagai perwujudan
bahwa mereka adalah anggota Gereja.
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Pendidikan Agam Katolik (PAK) pada dasarnya bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Membangun hidup beriman berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus,
yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah
merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan dan perjuangan untuk perdamaian
dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan,
kelestarian lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai
agama dan kepercayaan (Komkat KWI, 2007: 7).
Groome (2010: 49) mengatakan bahwa pada hakekatnya tujuan PAK ada
tiga, yaitu, demi terwujudnya Kerajaan Allah, iman yang selalu berkembang, dan
kebebasan peserta didik.
a. Demi Terwujudnya Kerajaan Allah
Tujuan orang memeluk agama adalah untuk mendapatkan kebahagian dunia
dan akhirat. Agama Katolik juga menawarkan kebahagian di dunia dan di surga.
Terciptanya kebahagian di dunia dan di surga ini dalam bahasa Katolik di
istilahkan terciptanya Kerajaan Allah yaitu jika Allah sudah meraja maka di situ
akan tercipta suatu kebahagian. Thomas Groome (2010: 9) menyebutkan bahwa
tujuan Pendidikan Agama Katolik adalah untuk menyelamatkan jiwa. Jika Allah
sudah meraja maka tentu kita akan selamat dan bahagia karena kita adalah Anak-
anak-Nya.
Oleh sebab itu Pendidikan Agama Katolik harusnya mampu menggerakkan
siswa untuk ikut mengambil bagian demi terciptanya Kerajaan Allah. Artinya
Pendidikan Agama Katolik harus mampu membuat siswa merasa bahagia dan
berbagi kebahagian dengan orang-orang di sekitar lewat sikap dan tindakan
sehari-hari yang sesuai dengan ajaran Katolik. Dengan demikian Kerajaan Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
di surga akan hadir secara nyata lewat sikap dan tindakan yang memberi
kebahagian bagi orang di sekitar.
Terwujudnya Kerajaan Allah menjadi tujuan utama dalam PAK, karena
Kepercayaan kita kepada Allah memimpin kita untuk menyadari dan mengingat
bahwa Kerajaan Allah adalah pemberian. Dalam arti yang definitif Kerajaan Allah
telah datang dalam Yesus Kristus. Keselamatan telah dimenangkan bagi kita.
Karena Kerajaan Allah telah hadir dan kedatangannya yang terakhir dijanjikan
dapat dipercaya, kita dapat menjalani masa kini dengan suka cita, damai dan
bahagia.
b. Iman yang Selalu Berkembang
Iman Katolik sebagai realitas yang hidup memiliki tiga dimensi yang
esensial, yaitu keyakinan, hubungan yang penuh kepercayaan dan kehidupan
agape yang hidup. Maksud dari agape di sini adalah iman tumbuh karena ada rasa
keyakinan, kepastian dan kepercayaan yang penuh. Tidak berhenti di situ, iman
yang tumbuh karena keyakinan dan kepercayaan akan Yesus Kristus harus
dihayati secara penuh dan dilaksanakan secara penuh juga dalam hidup sehari-hari.
Iman adalah sebuah realitas yang hidup, maka tiga dimensi tersebut diekspresikan
ke dalam tiga kegiatan, yaitu iman sebagai keyakinan (faith as believing), iman
sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting) dan iman sebagai kegiatan
melakukan (faith as doing). Ketiga dimensi dan kegiatan ini harus ada dalam
pendidikan agama (Groome, 2010: 81).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1) Iman sebagai Keyakinan (faith as believing)
David Tracy menyatakan belief adalah simbol yang menjelaskan pernyataan
kognitif, moral, atau historis tertentu yang terkandung dalam sikap iman
tertentu. Bahwa Kekatolikan membuat pernyataan-pernyataan kognitif,
moral dan historis dan mengusulkan mereka kepada orang-orang sebagai
sebuah cara membuat makna dalam kehidupan mereka adalah sesuatu yang
tidak diragukan. Oleh karena itu kegiatan iman Katolik mewajibkan
sebagian keyakinan yang teguh pada kebenaran-kebenaran yang diusulkan
sebagai kepercayaan-kepercayaan iman Katolik yang esensial (Groome,
2010: 82).
Iman Kristiani ini memilik aspek kognitif, di mana iman bukanlah suatu
ilusi, bukan merupakan tindakan yang semena-mena, tidak masuk akal, fanatik
dan eksklusif yang keterlaluan. Aspek kognitif di sini adalah kemampuan
intelektual siswa dalam berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Beriman
dengan meyakini di sini tidak semata-mata hanya sebatas percaya saja, melainkan
dapat dipertanggungjawabkan lewat alasan-alasan yang rasional. Saat kita yakin
akan sesuatu, kita memiliki alasan yang jelas mengapa kita yakin akan hal
tersebut. Melalui PAK siswa di sekolah dapat yakin pada iman yang mereka
dalami dengan alasan tertentu, misalnya siswa yakin akan Yesus Kristus sebagai
penyelamat, karena kebangkitan Yesus yang mengalahkan maut.
2) Iman sebagai Kegiatan Mempercayakan (faith as trusting)
Dimensi iman Katolik yang bersifat afektif ini mengambil bentuk hubungan
pribadi yang penuh kepercayaan dengan Allah yang menyelamatkan di dalam
Yesusu Kristus. Kegiatan mempercayakan iman diekspresikan dalam kesetiaan,
kasih dan kelekatan. Karena Allah adalah setia, kita dapat menyerahkan diri kita
dengan penuh kepercayaan (Groome, 2010: 87).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Kita mengekspresikan perasaan-perasaan ini dalam doa, baik secara pribadi
maupun komunal. Dalam arti ini doa adalah dimensi dialogis dari hubungan kita
dengan Allah di dalam Kristus dan tanpa dialog tidak ada hubungan yang dapat
bertahan. Karena simbol-simbol liturgis mengekspresikan dan merayakan
hubungan kita yang penuh kepercayaan dengan Allah, simbol-simbol liturgis juga
menjadi sumber-sumber untuk meningkatkan kepercayaan, khususnya ketika
dirayakan dalam komunitas yang saling mendukung. Akan tetapi kegiatan
mempercayakan harus juga diekspresikan dan diwujudkan dalam cara kita
menjalani eksistensi kita dari hari ke hari sebagai para peziarah dalam waktu.
3) Iman sebagai Kegiatan Melakukan (faith as doing)
Iman Kristen sebagai respons terhadap Kerajaan Allah dalam Kristus harus
mencakup tindakan melakukan kehendak Allah. Respons Kristiani tidak hanya
demi kepentingannya sendiri, tetapi juga demi sesama dan dunia, agar kehendak
Allah dapat dilakukan di dunia. Bahkan dalam ekspresi-ekspresi yang paling keras
dari tradisi kontemplatif, iman Kristen tidak pernah menarik diri dari dunia hanya
untuk kesucian pribadinya sendiri, bahkan kehidupan doa kontemplatif dilakukan
demi kemajuan Kerajaan Allah di dalam dunia (Groome, 2010: 91).
Mewujudkan iman siswa melalui PAK di sekolah dapat dilakukan dengan
meneladani sikap dan tindakan Yesus dalam perbuatan sehari-hari di dalam
keluarga, sekolah maupun masyarakat luas. Di sekolah misalnya, siswa dapat
mewujudkan iman yang dipercayainya dengan membantu teman yang sedang
mangalami kesulitan. Membantu teman yang sedang mengalami musibah dan
berkekurangan mewujudkan ajaran cinta kasih yang diajarkan Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Singkatnya iman yang hidup adalah tujuan terdekat pendidikan agama. Iman
Kristiani yang diwujudkan dalam kehidupan manusia memerlukan sekurang-
kurangnya tiga kegiatan, yaitu meyakini, mempercayakan dan melakukan.
Melalui Kristus kita diundang Allah menuju ke arah iman yang dewasa. Para
pendidik agama harus berusaha menuntun peserta didik ke luar ke arah tujuan itu.
c. Kebebasan Peserta Didik
Sikap bebas berarti kita tidak dikekang oleh satu barang atau hal dalam
hidup kita, tetapi lebih bebas untuk memilih manapun yang sesuai dengan tujuan
hidup kita.
Dengan mempertimbangkan bahwa kebebasan manusia adalah bagian
integral dari tujuan kita, kita memiliki tugas menyediakan tradisi
sedemikian rupa sehingga orang-orang dapat memakainya secara kritis
dalam kehidupan mereka sebagai sumber kebebasan. Dengan kata lain
kegiatan pendidikan kita harus dirancang untuk membantu mengembangkan
tingkat kesadaran kritis orang Kristen menjadi lebih tinggi agar orang-orang
kita dapat merespons tuntutan-tuntutan Kerajaan dalam konteks personal
milik mereka sendiri, sosial, dan politik (Groome, 2010: 147).
Kebebasan manusia disini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
tujuan Pendidikan Agama Katolik yaitu demi terwujudnya Kerajaan Allah.
Kebebasan peserta didik tidak sebebas-bebasnya melakukan apa yang mereka
kehendaki. Kebebasan disini memiliki arti tidak ada paksaaan dalam melakukan
tindakan, akan tetapi masih tetap ada batasan-batasannya. Misalnya, untuk pergi
ke gereja setiap peserta didik memiliki kebebasan untuk pergi dan tidak. Tidak
ada paksaan bagi peserta didik untuk ke gereja, namun sebagai umat Katolik
tentunya mereka sadar bahwa pergi ke gereja merupakan kegiatan yang
semestinya dilakukan tanpa ada unsur keterpaksaan. Kebebasan dalam peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
didik tidak bersifat individual dan negatif, melainkan kebebasan yang
menggunakan hati, jiwa dan suara hati.
Kegiatan Pendidikan Agama Katolik di sekolah membawa peserta didik
untuk menemukan kebebasan yang mengarah pada Yesus Kristus. Pendidikan
Agama Katolik di sekolah membantu kesadaran siswa untuk menyadari hadirnya
Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat. Pendidikan Agama Katolik di sekolah diharapkan mampu mendorong
dan membantu siswa untuk menuju pada kebebasan, yaitu kepada Allah, kepada
diri sendiri dan sesama demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Melalui
materi-materi dalam PAK siswa diharapkan menjadi sadar bahwa mereka
merupakan ciptaan Allah yang serupa dengan Allah. Dengan demikian mereka
sadar akan tugas mereka sebagai ciptaan. Siswa telah menyadari Kerajaan Allah
hadir dan dapat terwujud di tengah-tengah mereka yang kemudian mendewasakan
iman mereka. Menyadari hal itu maka siswa dapat mewujudkan rasa syukur
kepada Allah melalui kehendak bebas, seperti terlibat dalam kegiatan menggereja.
Kebebasan yang bersumber pada Yesus Kristus bukan berarti kebebasan
yang absolut. Kebebasan yang bersumber pada Yesus justru kebebasan yang
terbatas. Artinya adalah kita juga harus melihat kebebasan manusia yang lain
sehingga tidak terjadi pelanggaran kebebasan dalam hidup berkomunitas.
Semakin kita menyadari kebebasan yang bersumber pada Yesus Kristus maka kita
juga akan menyadari arti kebebasan. Yesus sendiri dengan kehendak bebasnya
memilih melakukan kehendak Allah yaitu mewartakan Kerajaan Allah.
Kebebasan yang seperti itulah yang hendak kita capai yaitu kebebasan untuk
melakukan Kehendak Allah demi terciptanya perdamaian dan kegembiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik
Di dalam Konteks Pendidikan Agama Katolik ada empat lembaga baik yang
secara langsung dan tidak langsung terlibat di dalam penyelenggaraan pendidikan.
Keempat lembaga tersebut yaitu keluarga, Gereja, masyarakat dan sekolah.
Masing-masing lembaga memiliki kekhasan dan sumbangan yang tidak
tergantikan. Keempatnya juga saling berhubungan dan saling mempengaruhi
(Heryatno Wono Wulung, 2003: 49).
Groome (2010: 160) menyebutkan dan mengutarakan tiga konteks
Pendidikan Agama Katolik di sekolah, yaitu proses sosial menjadi manusia,
proses sosial menjadi Kristen dan pendekatan dialektis terhadap proses sosialisasi.
a. Proses Sosialisasi Menjadi Manusia
Sosialisasi adalah proses yang berlangsung lama sepanjang kehidupan
karena kondisi kehidupan manusia selalu dijalani dalam solidaritas dengan
manusia yang lain. Ada tiga gerakan dalam proses sosialisasi, yaitu eksternalisasi,
obyektifikasi dan internalisasi.
Eksternalisasi adalah kebutuhan semua manusia untuk bergerak keluar guna
menjalin relasi dan membentuk kelompok. Di dalam hidup bersama, manusia
membutuhkan orang lain. Manusia secara bersama saling membuat kesepakatan
bersama agar hidup bersama dapat berjalan lancar. Dalam kebersamaan itu
manusia saling memberi makna dan saling memperkembangkan. Dalam
kebersamaan itu manusia melahirkan dan mengembangkan kebudayaannya.
Obyektifikasi merupakan proses di mana manusia secara bersama-sama
menjaga dan memelihara tatanan dan kesepakatan hidup yang sudah ada. Tatanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dan pandangan hidup, sistem nilai dan pola tingkah laku yang diharapkan harus
diwujudkan dan dipenuhi agar hidup bersama dapat berkembang.
Sedangkan internalisasi merupakan proses di mana kita menjadikan sistem
nilai dan pandangan hidup sebagai milik kita sendiri, sebagai bagian hidup atau
sebagai landasan hidup kita sendiri yang membantu kita untuk sampai kepada
identitas kita sendiri. Kita sungguh menjadi bagian masyarakat dan masyarakat
menjadi bagian hidup kita.
b. Proses Sosialisasi Menjadi Kristiani dengan Tokoh-tokoh
Sejajar dengan sosialisasi menuju pribadi yang matang, untuk menjadi
orang beriman yang mantab dan dewasa kita perlu berinteraksi dan bersosialisasi
dengan hidup sesama jemaat lainnya. Melalui interaksi tersebut iman kita
dibentuk dan diperkembangkan.
Di bawah ini akan disampaikan secara singkat beberapa tokoh yang
menekankan pentingnya proses sosialisasi di dalam pendidikan jemaat beriman
menuju iman yang mendalam dan dewasa.
1) Bushnell
Dia perancang Filsafat asuhan Kristen. Hal ini dilatarbelakangi dengan
adanya paham revivalisme yang berkembang saat itu. Paham revivalisme ini
menekankan pertobatan secara menyeluruh dalam waktu singkat karena manusia
pada waktu itu sudah dianggap rusak total. Bushnell berpendapat bahwa
pertobatan menyeluruh terjadi secara pelan-pelan yang dimulai dari keluarga
(Groome, 2010: 171).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Orangtua memiliki tanggungjawab utama bagi perkembangan iman anak.
Hal ini digambarkan oleh Bushnell melalui hubungan kesatuan organik seperti
pohon menyatu dengan rantingnya. Begitu juga dengan keluarga, orangtua
menyatu dengan anaknya. Jika iman yang dihidupi orangtua kuat, maka iman itu
juga akan diajarkan dan ditiru oleh anaknya.
2) Coe
Jika Bushnell menekankan asuhan keluarga khususnya peran orangtua
sebagai pendidik, Coe berpendapat bahwa penekanan tidak hanya pada orangtua
tetapi seluruh jaringan interaksi sosial merupakan pendidik utama. Interaksi sosial
merupakan inti Pendidikan Agama Kristiani yang tidak hanya sebagai proses
tetapi juga sebagai isi. Coe mendorong para pendidik agama kristen untuk
memperhatikan realitas sosial anak. Jika realitas sosial diterima dengan serius,
maka kwalitas kehidupan tidak hanya sebatas keluarga saja tetapi juga
pembaharuan dan rekonstruksi seluruh etos sosial (Groome, 2010: 173).
3) Nelson
Sebagaimana Bushnell meminta perhatian pada keluarga dan Coe pada etos
sosial yang lebih luas, Nelson menekankan kekuatan yang membentuk dari
seluruh komunitas Kristen. Baginya segala sesuatu yang dilakukan Gereja,
seluruh caranya berada di dunia dan caranya berada bersama-sama, bersifat
mendidik. Kita mendidik melalui keberadaan diri kita sebagai komunitas
iman, dan kualitas kehidupan bersama kita adalah kurikulum utama kita
(Groome, 2010: 175).
Nelson berpendapat bahwa peranan dan pentingnya sosialisasi untuk
menjadi kristen. Pandangan ini diambil dari sisi antropologis yang menekankan
transmisi kebudayaan untuk menganalisis transmisi iman. Kebudayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dikomunikasikan melalui proses sosialisasi yang membentuk sistem perseptif
yang berhubungan dengan pandangan hidup, membentuk kesadaran yang sesuai
dengan sistem nilai dan menciptakan identifikasi ini sebagai hasil dari hubungan-
hubungan pribadi dalam kelompok sosial. Seluruh kegiatan yang ada dalam
Gereja bersifat mendidik dan digunakan sebagai bahan pengajaran bagi peserta
didik. Pendidikan Agama Kristiani sebagai komunitas iman mengajak peserta
didik untuk terlibat di dalam sosialisasi menggereja.
4) Westerhoff III
Westerhoff merekomendasikan pendekatan sosialisasi/enkulturasi dalam
Pendidikan Agama Katolik. Ia memahami bahwa pendidikan sebagai sebuah
aspek sosialisasi yang mencangkup seluruh usaha yang dilakukan dengan sengaja,
sistematis dan terus menerus untuk menyampaikan atau menimbulkan
pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, tingkah laku dan kepekaan. Ia juga
mengusulkan bahwa pendidikan iman tidak terpaku pada pendidikan di sekolah
saja tetapi dalam komunitas juga bisa dilakukan pendidikan iman yaitu melalui
katekese (Groome, 2010: 176).
5) Marthaler
Marthaler adalah pendukung pendekatan sosialisasi dalam pendidikan
agama yang terkenal dari Katolik Roma, khususnya ketika pendekatan itu
dipahami dalam tradisi Bushnell, Coe, Nelson dan Westerhoff. Marthaler
menyatakan bahwa setiap perkembangan manusia adalah hasil dari sosialisasi
(Groome, 2010: 178).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Setiap manusia merupakan makhluk hidup yang bersosialisasi dengan
sesamanya. Begitu juga dalam proses menjadi pribadi orang beriman yang matang
setiap individu perlu adanya relasi dengan sesama umat lainnya untuk menambah
pengetahuan dalam imannya. Sosialisasi diperlukan untuk pertumbuhan iman
sebagai pribadi. Komunitas iman diperlukan untuk menjadi anggota komunitas
iman.
c. Pendekatan Dialektis terhadap Proses Sosialisasi
Pendidikan Agama Katolik tidak hanya merupakan proses sosialisasi, tetapi
juga edukasi yang kritis yang memberdayakan dan yang bernilai emansipatif.
PAK perlu berusaha supaya dapat meningkatkan hubungan yang bersifat dialektis
antara jemaat dengan relitas sosialnya dan antar warga dengan jemaatnya.
Dialektika mendorong Gereja untuk bersikap kritis pada dirinya sendiri dan pada
tatanan hidup masyarakatnya. Dialektika juga memberdayakan Gereja untuk
senantiasa memperkembangkan dirinya.
Singkatnya Pendidikan Agama Katolik membutuhkan konteks komunitas
iman Katolik dan komunitas yang demikian membutuhkan kegiatan pendidikan
yang kritis dan lebih daripada agen sosialisasi yang lain. Pendidikan Agama
Katolik tidak hanya sebatas memberikan informasi kepada peserta didik,
melainkan mendidik dan membentuk peserta didik yang memiliki sikap sosial.
PAK mengupayakan hubungan yang bersifat dialogal transformatif pada peserta
didiknya, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahanyang mampu
memperkembangkan dirinya menjadi individu yang semakin baik dan terus
berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
4. Model Pendidikan Agama Katolik
Dalam pembelajaran di sekolah, Pendidikan Agama Katolik menggunakan
beberapa model untuk mengembangkan iman siswa. Model pembelajaran yang
digunakan diharapkan sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Katolik untuk
pengembangan iman siswa. Model merupakan salah satu pendekatan tertentu yang
memiliki suatu kerangka tertentu untuk suatu proses kegiatan penyelenggaraan
pendidikan dalam iman dengan langkah-langkah yang kurang lebih tetap.
Heryatno Wono Wulung (2003: 62) mengemukakan ada empat model pendidikan
iman, yaitu model transmisi/transfer, model yang berpusatkan pada hidup peserta,
model praksis dan model pendidikan iman yang bersifat estetis. Disini penulis
hanya menguraikan dua model Pendidikan Agama Katolik, yaitu model yang
berpusat pada hidup peserta dan mdel prakis, karena kedua model tersebut sangat
relevan dengan PAK pada zaman ini.
a. Model yang Berpusat Pada Hidup Peserta
Model pendidikan yang berpusatkan pada hidup peserta ini merupakan
reaksi yang ekstrem terhadap model pendidikan yang bersifat dogmatis. Sifat
yang ditekankan bukan kognitif melainkan kualitatif dan subyektif. Model ini
melihat secara negatif model yang pendidikan yang bersifat obyektif dan
cenderung kuantitatif. Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan
menambah informasi, juga bukan menyampaikan materi sebanyak-banyaknya
tetapi secara kualitatif berusaha memanusiakan manusia dan memperkembangkan
kepribadiannya. Model ini dilatar belakangi oleh pemikiran beberapa ahli yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menyatakan bahwa agama adalah jalan hidup yeng perlu dilaksanakan daripada
serangkaian pernyataan yang hanya dipelajari dan diketahui (Heryatno Wono
Wulung, 2003: 65).
Para pemikir dari model ini antara lain Ronald Goldman yang menekankan
pentingnya proses pendidikan iman bertolak dari kebutuhan para siswa yang
menjadi arah dasarnya. Menurut pandangannya kebutuhan hidup siswa harus
menjadi pusat proses penyelenggaraan pendidikan keagamaan. Oleh karena itu,
diharapkan supaya suasana menjadi lebih kondusif dan prosesnya sungguh-
sungguh dapat memperkembangkan seluruh kehidupan peserta.
Selain Ronald Goldman ada juga Michael Grimitt yang menekankan segi
afeksi. Michael Grimitt mengatakan bahwa inti agama dapat dijumpai di dalam
hati dan hidup seseorang bukan pada pendalaman dogma dan sahadat iman yang
sudah baku. Michael Grimitt menekankan pentingnya menyadari pengalaman
yang bersifat substansial yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik
supaya dapat sampai pada inti agama. Pengalaman mendasar itu antara lain seperti
kematian, cinta, ketakutan, dan lain-lain.
Pemikiran Ronald Goldman tersebut mengajarkan bahwa inti dari PAK
bukanlah semata berdasar pada hal teoritis saja, melainkan dari apa yang telah
dialami dan dilakukan oleh peserta didik. Melalui pengalaman, siswa dapat belajar
dari apa ynag pernah dialaminya. Dengan demikian siswa akan berfikir dengan
lebih kreatif. Model pembelajaran ini juga sangat cocok digunakan untuk
pencapaian keterlibatan siswa dalam hidup menggereja, karena pengembangan
iman terjadi tidak hanya melalui ajaran saja melainkan perlu langsung diwujudkan
dalam sebuah tindakan yang nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
b. Model Praksis
Istilah praksis pada model ini ialah sintesis antara teori yang ditekankan
pada model transfer dengan pengalaman hidup yang digarisbawahi oleh metode
yang berpusatkan pada hidup peserta. Pendidikan tidak akan bernilai kalau hanya
menjejali peserta dengan sebongkah informasi atau memenuhi pikiran mereka
dengan sikap-sikap kedewasaan iman yang stereotipe. Pendidikan harus
memperluas wawasan konseptual mereka, meningkatkan kesadaran diri mereka
dan sekaligus memberdayakan mereka untuk ikut memperjuangkan terwujudnya
kehidupan bersama yang sejahtera, adil dan manusiawi. Perkembangan secara
kualitatif hidup pribadi dan bersama itulah yang menjadi arah pendidikan
(Heryatno Wono Wulung, 2003: 69).
Hubungan yang diharapkan pendidik dan peserta didik bukan guru dan
murid seperti seorang penceramah dan pendengar, melainkan sebagai mitra yang
bersama-sama mencari, meneliti dan menemukan. Sekolah menjadi komunitas
yang bersama-sama belajar memperbaharui dan mengembangkan.
Pendidikan Agama Katolik di sekolah hendaknya tidak hanya menjadikan
siswa sebagai pendengar setia saja yang hanya mendengarkan ceramah serta
penjelasan dari guru, melainkan ikut serta bersama-sama mencari dan belajar
menghadapi persoalan yang ada. Dalam model ini guru diharapkan bersikap
kreatif dalam memproses pembelajaran. Misalnya dalam mencari dan mendalami
makna kesengsaraan Yesus guru tidak langsung memberikan penjelasan tentang
kesengsaraan, melainkan mengajak siswa mengerti tentang makna kesengsaraan
melalui pengalaman yang pernah mereka alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
5. Mitra-mitra dalam Pendidikan Agama Katolik
Mitra-mitra dalam Pendidikan gama Katolik adalah peserta didik dan para
pendidik sebagai pelayan Pendidikan Agama Katolik. Groome (2010: 385)
mengatakan peserta didik kita adalah subjek-subjek, bukan objek-objek. Semua
peserta didik memiliki hak yang sama dalam pendidikan. Mereka bukan objek
yang diperlakukan dan dibentuk seperti yang kita kehendaki, melainkan subjek-
subjek yang dengannya kita mengadakan hubungan timbal balik dalam kesetaraan.
Peserta didik bukanlah objek dalam pembelajaran yang hanya
mendengarkan apa yang kita katakan, melainkan subjek yang sama seperti kita
yaitu manusia yang diciptakan Allah sesuai dengan gambar dan citra-Nya. Setiap
peserta didik memiliki hak yang sama dalam pendidikan. Jadi sebagai para
pendidik kita tidak boleh memandang sebelah mata dalam mengadakan hubungan
timbal balik dan kesetaraan pada siswanya. Guru dan siswa bersama-sama
mencari melalui pengalaman-pengalaman hidup yang telah dialami.
B. HIDUP MENGGEREJA
1. Arti dan Makna Gereja
a. Asal Usul dan Arti Katanya
Kata Gereja berasal dari kata igreja dibawa ke Indonesia oleh para
misionaris Portugis. Kata tersebut adalah berasal dari bahasa Portugis untuk kata
Latin ecclesia, yang ternyata berasal dari bahasa Yunani ekklesia. Gereja atau
ekklesia bukan sembarang kumpulan, melainkan kelompok orang yang sangat
khusus. Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan (KWI, 1996: 332).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Arti Gereja di sini bukanlah hanya sebuah bangunan dan tempat kita untuk
berdoa kepada Yesus saja, melainkan Gereja berarti umat yang dipanggil oleh
Tuhan. Umat yang bersatu dan berkumpul dalam persekutuan itulah yang disebut
Gereja. Gereja adalah aku, kamu dan kita semua. Oleh karena itu kita semua harus
tetap menjaga keutuhan dan perkembangan Gereja itu sendiri.
b. Pengertian Gereja dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja
Gereja bukan hanya sekedar definisi belaka. Pada zaman para rasul, jemaat
perdana memahami diri dan merumuskan karya keselamatan Tuhan di antara
mereka. Mereka menjadi jemaat atau Gereja karena iman mereka akan Yesus
Kristus, khususnya akan wafat dan kebangkitan-Nya. Gereja adalah jemaat Allah
yang dikuduskan dalam Kristus Yesus. Ada empat nama yang dipakai untuk
Gereja dalam Perjanjian Baru, yaitu Umat Allah, Tubuh Kristus dan bait Roh
Kudus (KWI, 1996: 333).
1) Gereja sebagai Persekutuan Umat Allah
Oleh Konsili Vatikan II (LG, art. 9) sebutan “Umat Allah” amat
dipentingkan khususnya untuk menekankan bahwa Gereja bukanlah pertama-tama
suatu organisasi manusiawi melainkan perwujudan karya Allah yang konkret
(KWI, 1996: 333).
Gereja muncul dan tumbuh dari sejarah keselamatan, yang sudah dimulai
dengan panggilan Abraham. Konsili Vatikan II menekankan bahwa Gereja
mengalami dirinya sungguh erat hubungannya dengan umat manusia serta
sejarahnya. Konsili Vatikan II melihat Gereja dalam rangka sejarah keselamatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
tetapi tidak berarti bahwa Gereja hanyalah lanjutan bangsa Israel saja. Kedatangan
Kristus memberikan arti yang baru kepada umat Allah.
Gereja sungguh merupakan satu Umat Allah yang sehati sejiwa, seperti yang ditunjukkan oleh Umat Purba, yang imannya kita anut sampai saat ini. Gereja harus merupakan seluruh umat, bukan hanya hierarki saja dan awam seolah-olah hanya merupakan tambahan, pendengar dan pelaksana (Komkat KWI, 2007: 11).
Gereja sebagai Umat Allah diartikan bahwa Gereja adalah semua umat
Allah yang ada di dunia ini. Umat Allah yang berkumpul dalam persekutuan
adalah sebuah Gereja yang didalamnya terdapat biarawan-biarawati dan kaum
awam yang memiliki tugas dan peran yang sama.
2) Gereja Tubuh Kristus
Sebutan yang lebih khas Kristiani adalah Tubuh Kristus. Paulus
menjelaskan maksud kiasan itu. Dalam Efesus 4:16 dikatakan bahwa Kristus
adalah Kepala. Daripada-Nyalah seluruh tubuh yang rapi tersusun dan diikat
menjadi satu oleh pelayan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-
tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.
Dalam arti sesungguhnya proses pembentukan Tubuh baru dimulai dengan
peninggian Yesus, yaitu dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Tetapi itu tidak
berarti bahwa sabda dan karya Yesus sebelumnya tidak ada sangkut-pautnya
dengan pembentukan Gereja. Memang tidak dapat ditentukan tanggal Yesus
mendirikan Gereja, tidak ada Hari Proklamasi Gereja. Gereja berakar
dalam seluruh sejarah keselamatan Tuhan, dan terbentuk secara bertahap. Dalam
proses pembentukan itu wafat dan kebangkitan Kristus beserta pengutusan Roh
Kudus merupakan peristiwa-peristiwa yang paling menentukan. Sebelumnya
sudah ada kejadian yang amat berarti, misalnya panggilan kedua belas rasul dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
pengangkatan Petrus menjadi pemimpin mereka. Peristiwa terakhir itu dalam Injil
Matius dihubungkan secara khusus dengan pembentukan Gereja: “Engkaulah
Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku” (Mat 16:18).
Namun banyak orang berpendapat bahwa sabda Yesus ini pun tidak berasal dari
situasi sebelum kebangkitan-Nya.
3) Gereja Bait Roh Kudus
Gambaran Gereja yang paling penting barangkali Gereja sebagai Bait Roh
Kudus. Di dalam Gereja orang diajak mengambil bagian dalam kehidupan Allah
Tri Tunggal sendiri. Gereja itu Bait Allah bukan secara statis melainkan dengan
berpartisipasi dalam dinamika kehidupan Allah sendiri.
Gereja itu Bait Allah yang hidup dan berkembang. Gereja dibangun di atas
dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di
dalam Dia tumbuh seluruh bangunan yang rapi tersusun menjadi Bait Allah yang
kudus di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi
tempat kediaman Allah, di dalam Roh (Ef 2:20-22). Jelas sekali bahwa semua
gambaran tidak cukup untuk merumuskan jati diri Gereja dengan tepat. Oleh
karena itu Gereja tidak hanya memakai gambaran yang diambil dari Kitab Suci.
Usaha memahami makna Gereja yang terdalam dijalankan terus. Khususnya oleh
Konsili Vatikan II Gereja dimengerti dengan gambaran yang lain, yakni sebagai
misteri, sakramen, dan communion.
4) Gereja Misteri dan Sakramen
Gereja itu misteri dan sakramen sekaligus. Adapun serikat yang dilengkapi
dengan jabatan hierarkis dan Tubuh mistik Kristus, kelompok yang tampak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
persekutuan rohani. Kata misteri berasal dari bahasa Yunani mysterion yang
sebetulnya sulit untuk diterjemahkan, sebab dalam Perjanjian Lama disebut
Septuaginta. Sebetulnya kata Yunani mysterion sama dengan kata
Latin sacramentum. Dalam Kitab Suci kedua-duanya dipakai untuk rencana
keselamatan Allah yang disingkapkan kepada manusia. Sebetulnya kedua kata itu
sama artinya, hanya lain bahasanya. Tetapi dalam perkembangan teologi kata
misteri dipakai terutama untuk menunjuk pada segi Ilahi rencana dan karya Allah.
Gereja disebut misteri karena hidup Ilahinya yang masih tersembunyi dan hanya
dimengerti dalam iman.
Sakramen itu sendiri merupakan tanda dan sarana persatuan mesra umat
manusia dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia (Banawiratma, 1986:
26). Tanda dan sarana persatuan dengan Allah lahir melalui sengsara Yesus yang
menderita dan wafat di kayu salib. Dengan sengsara dan wafat Yesus di kayu salib
manusia dihapuskan dosa-dosanya, menjadi pribadi baru dan dipersatukan dengan
Allah.
Segala hal yang baik, yang oleh umat Allah dapat diberikan kepada keluarga
manusia selama ziarahnya di bumi ini, berasal dari kenyataan bahwa Gereja
adalah sakramen keselamatan yang universal, karena memperlihatkan dan
sekaligus mewujudkan misteri cinta kasih Alah kepada manusia (LG, art. 48).
5) Gereja sebagai Persekutuan
Kata Comumunion merupakan terjemahan latin dari kata Yunani koinonia,
yang artinya hubungan atau persekutuan dengan Allah melalui Yesus Kristus
dalam sakramen-sakramen. Dari pihak lain, paham communio juga mendasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
komunikasi di antara para anggota Gereja sendiri. Oleh karena itu
kesatuan communio ini berarti keanekaragaman para anggotanya dan
keanekaragaman dalam cara berkomunikasi sebab Roh Kudus yang tinggal di hati
umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja menciptakan
persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu. Dalam arti yang
sesungguhnya communio atau persekutuan Gereja adalah hasil karya Roh di
dalam umat beriman (LG, art. 4).
Gereja janganlah dilihat dalam dirinya sendiri saja. Dengan
paham communio Gereja juga dilihat dalam hubungannya dengan orang Kristen
yang lain, bahkan dengan seluruh umat manusia. Gereja tidak tertutup dalam
dirinya sendiri. Memang Gereja mempunyai banyak sifat yang khusus dan tampil
sebagai agama Kristen atau bahkan sebagai agama Katolik. Namun kalau Gereja
memahami diri dalam kerangka seluruh sejarah keselamatan, juga sebagai agama
harus memperhatikan hubungan dengan kelompok keagamaan yang lain. Sebagai
agama Gereja mewujudkan diri secara historis dalam rangka sosio-kebudayaan
tertentu, dan ada bahaya bahwa Gereja terikat oleh unsur-unsur kebudayaan itu.
Oleh karena itu amat penting, dengan communio dan komunikasi dipertahankan
keterbukaan Gereja terhadap hal-hal yang baru, juga terhadap pemahaman diri
yang baru.
2. Model-Model Gereja
Komisi Kateketik KWI (2007: 17) mengatakan ada dua model Gereja
dewasa ini, yaitu gereja institusional hierarkis piramidal dan Gereja sebagai
persekutuan umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
a. Gereja Institusional Hierarkis Piramidal
Model Gereja hierarkis piramidal sangat menonjol dalam organisasi lahiriah
yang berstruktur piramidal tertata rapi, kepemimpinan tertahbis atau hierarki
hampir identik dengan Gereja itu sendiri, hukum dan peraturan digunakan untuk
menata dan menjaga kelangsungan suatu institusi, sikap yang agak triumfalistik
dan tertutup (Komisi Kateketik KWI, 2007: 17).
Model Gereja hierarkis ini melibatkan pejabat Gereja saja, umat tidak dapat
terlibat secara langsung dalam Gereja. Segala sesuatu tentang Gereja masih
dikuasai oleh pejabat Gereja. Gereja juga bersikap tertutup terhadap umatnya
dalam menjalankan tugas-tugas Gereja. Kepemimpinan dari model Gereja yang
Hierarkis ini juga terstruktur rapi dari pimpinan tertinggi Gereja Katolik, yaitu
Bapa Paus.
b. Gereja sebagai Persekutuan Umat
Model Gereja sebagai persekutuan umat sangat menonjol dalam hidup
persaudaraan karena iman dan harapan yang sama, keikutsertaan semua umat
dalam hidup menggereja, hukum dan peraturan dijalankan berdasarkan hati nurani
dan tanggung jawab pribadi, sikap miskin, sederhana dan terbuka (Komisi
Kateketik KWI, 2007: 17).
Dalam model Gereja ini umat dapat terlibat langsung dalam kegiatan Gereja
dan mengambil tugas dalam perkembangan serta kemajuan Gereja. Tidak seperti
model Gereja yang Hierarkis dimana umat tidak bisa mengambil bagian dalam
tugas Gereja, model Gereja ini membuat umat semakin berkembang dan merasa
bertanggung jawab dengan tugasnya sebagai pengembang Gereja. Gereja sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
persekutuan umat ini berkembang sampai sekarang. Di sini bukan hanya pejabat
saja yang terlibat dalam hidup Gereja, melainkan seluruh umat. Dengan model
Gereja persekutuan umat, mulai banyak terbentuk persekutuan-persekutuan dan
kelompok yang semakin mempererat umat dan mampu mengembangkan Gereja.
Begitu juga dengan siswa yang dapat terlibat dalam hidup menggereja, sebagai
tanggung jawabnya untuk mengembangkan Gereja.
3. Pengertian Hidup Menggereja
Hidup menggereja adalah hidup menampakkan iman kepada Yesus Kristus.
Jadi setiap kegiatan menampakkan iman adalah hidup menggereja (Suhardiyanto,
2005: 3). Jika seorang remaja menampakkan imannya di lingkungan masyarakat
dengan membantu orang lain yang kekurangan, maka ia menampakkan imannya
di dalam masyarakat. Begitu juga saat siswa dapat menghargai dan berteman
dengan siapapun tanpa membedakan agama di lingkungan sekolah ia telah
menampakkan iman di lingkungan sekolah. Suhardiyanto (2005: 3) juga
mengemukakan pengertian hidup menggereja dalam arti yang lebih luas, yaitu
perwujudan iman dalam hidup sehari-hari baik dalam keluarga ataupun
masyarakat. Kedua pengertian tersebut terjadi karena adanya perkembangan
pemahaman. Perkembangan pemahaman para teolog dan para ahli Kitab Suci
yang kurang lebih menjadi jangkauan di dalam pendidikan hidup menggereja.
Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh siapa pun, kapan pun dan dimana
pun pada sekelompok orang yang menampakkan imannya kepada Kristus. Hidup
menggereja juga dapat ditunjukkan melalui kegiatan dengan orientasi baru dalam
situasi dan kesadaran menanggapi situasi pada saat ini. Hidup menggereja akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tumbuh dan mengundang perwujudan lebih lanjut dengan menampakkan iman
Kristiani dalam hidup sehari-hari. Dalam hidup sehari-hari itu iman yang dimiliki
akan disadari dan diperkembangkan sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan
untuk menentukan pilihan hidup dan aksi. Dalam situasi hidup sekarang ini yang
ditandai dengan kemajemukan religius, masalah ketidakadilan sosial dan ancaman
terhadap kehidupan orang beriman dituntut untuk mewujudkan hidup menggereja
secara baru. Wujud baru hidup menggereja yang dimaksud adalah hidup
menggereja yang mengarah pada hidup menggereja yang mempunyai ciri dialogal
dan transformatif (Banawiratma, 1991: 10). Hubungan yang bersifat dialogal
transformatif adalah perubahan yang mampu memperkembangkan manusia
secara terus-menerus menjadi lebih baik lagi.
Hidup menggereja adalah ambil bagian dalam kegiatan Gereja. Begitu juga
siswa yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan di Gereja dimulai dari kegiatan yang
membuat mereka senang dalam menggereja, seperti kegiatan PIR yang membuat
mereka menemukan teman-teman baru seiman. Dengan aktif dalam kegiatan
menggereja mereka dapat mengembangkan iman dan merupakan wujud dari
kehendak bebas mereka. Partisipasi siswa dalam kegiatan menggereja dapat
membentuk Gereja menjadi lebih hidup dengan kegiatan yang aktif .
4. Empat Kegiatan Inti Gereja
Katekismus Gereja Katolik merumuskan Gereja sebagai “himpunan orang-
orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni, berhimpun
bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh
Kristus, menjadi Tubuh Kristus”. Oleh karena itu tujuan dari hidup menggereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
sendiri tak lain adalah menjalankan empat kegiatan inti Gereja, yaitu Liturgia,
Kerygma, Koinonia yang mengarah pada martyria, dan Diakonia.
Keempat kegiatan inti Gereja juga dituliskan di dalam Kitab Suci, yaitu
dalam Kis 2:41-47 tidak hanya berhimpun untuk memecahkan roti dan memuji
Allah (ay. 46-47 : Liturgia), tetapi juga bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, (ay.
42: kerygma), bertekun dalam persekutuan, (ay. 42: koinonia) dan rela menjual
harta miliknya dan membagikannya pada semua orang sesuai dengan
kebutuhannya, (ay. 47: martyria).
a. Liturgi (Liturgia)
Liturgia adalah segala bentuk kegiatan ibadat kepada Tuhan yang dilakukan
oleh umat, baik secara pribadi ataupun bersama baik sakramen maupun yang
bukan sakramen. Liturgi bukan merupakan tontonan, melainkan perayaan.
Melalui perayaan itu sebagai pengungkapan iman Gereja, orang mengambil
bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi
lahiriah. Yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan
oleh doa (KWI, 1996: 392).
Ini berarti mengamalkan tiga tugas pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan
Raja. Dalam kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup
beriman. Melalui bidang karya ini, setiap anggota menemukan, mengakui dan
menyatakan identitas Kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Hal ini dinyatakan
dengan doa, simbol, lambang-lambang dan dalam kebersamaan umat. Partisipasi
aktif dalam bidang ini diwujudkan dalam memimpin perayaan liturgis tertentu
seperti: menjadi lector, pemazmur, organis, mesdinar, paduan suara, penghias dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengambil bagian secara aktif dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama,
menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan.
Kaum remaja dituntut berperan aktif dalam perayaan ekaristi yang
berlangsung guna menampakkan dan mengembangkan imannya kepada Kristus
bagi sesama. Dalam hal ini ajaran Konsili Vatikan II menjelaskan bahwa:
Umat beriman menghadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau penonton
yang bisu, melainkan supaya melalui upacara dan doa-doa memahami
misteri itu dengan baik, dan ikut serta penuh khidmat dan secara aktif.
Hendaknya mereka rela diajar oleh sabda Allah, disegarkan oleh santapan
tubuh Tuhan dan bersyukur kepada Allah (SC, art. 48).
Liturgi bukanlah upacara perorangan, melainkan perayaan bersama. Liturgi
merupakan perayaan bersama seluruh anggota Gereja sebagai sakramen kesatuan.
Oleh karena itu kehadiran dan keterlibatan masing-masing kaum remaja
merupakan sikap yang menunjang keberhasilan dari perayaan itu sendiri. Kaum
remaja terdiri dari bermacam-macam orang dan fungsi, maka keterlibatan mereka
dalam berliturgi juga beranekaragam sesuai dengan fungsinya. Artinya, meskipun
liturgi merupakan perayaan seluruh Gereja, liturgi merangkum keterlibatan
berbagai peran dan tingkatan yang sebenarnya melayani satu kepentingan yakni
pembangunan tubuh Kristus. Dasar keterlibatan kaum remaja adalah rahmat
Imamat umum yang dimiliki setiap orang berkat sakramen baptis dan krisma yang
diterimanya. Keikutsertaan kaum remaja dalam pelaksanaan liturgi bukan sekedar
untuk membantu imam, tetapi merupakan pelaksanaan imamat umum semua umat.
b. Pewartan (Kerygma)
Kerygma adalah segala bentuk pewartaan, pengajaran iman dan komunikasi
iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling meluruskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pandangan iman. Setiap orang yang menerima pewartaan Kristus mengemban
tugas pewartaan seperti yang telah diperintahkan oleh Yesus Kristus. Pewartaan
Injil adalah tugas setiap orang Katolik (LG, art. 16-17). Pewartaan hendaknya
diterima dalam arti luas dan tidak terbatas hanya pada homili, pelajaran agama
ataupun pendalaman Kitab Suci saja. Pewartaan hendaknya selalu kita bawa
dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, seluruh umat beriman dalam
hal ini adalah kaum remaja diharapkan bekerjasama dalam karya pewartaan Injil
khususnya dalam lingkup karya dan kehidupan keluarga mereka.
Bidang karya ini, diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk mendalami
kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup
berdasarkan semangat Injili, dan mengusahakan pengenalan yang semakin
mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak mudah goyah dan tetap setia.
Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya: pendalaman iman,
katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainnya.
Termasuk dalam kerygma ini adalah pendalaman iman lebih lanjut bagi orang
yang sudah Katolik lewat kegiatan-kegiatan katekese.
c. Persekutuan (Koinonia) demi kesaksian (Martyria)
Dalam 1 Kor 15:57-58, Santo Paulus menyampaikan nasihatnya “syukur
kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita. Karena itu saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh,
jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah
Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, PuteraNya, dalam kuasa Roh
Kudus. Bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang
berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus. Hal ini berhubungan dengan „cura
anima‟ (pemeliharaan jiwa-jiwa) dan menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik
Kristus. Oleh karena itu diharapkan dapat menciptakan kesatuan: antar umat, umat
dengan paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini
diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja baik secara territorial
(Keuskupan, Paroki, Stasi/Lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-
kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.
Hal ini dapat diwujudkan dengan menghayati hidup sehari-hari sebagai
orang beriman di tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin
relasi dengan umat beriman lain, dan dalam relasi hidup bermasyarakat. Melalui
bidang karya ini, umat beriman diharapkan dapat menjadi ragi, garam dan terang
di tengah masyarakat sekitarnya, sehingga mereka disukai semua orang dan tiap-
tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Dengan berkumpul bersama teman-temannya dalam sebuah persekutuan
siswa diharapkan tidak hanya sekedar berkumpul saja melainkan dapat memberi
kesaksian sebagai anggota Gereja melalui persekutuannya di tengah kehidupan
mereka.
d. Pelayanan (Diakonia)
Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari akan tanggungjawab
pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karena itu dibutuhkan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keiklasan
hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh jemaat (Kis 4:32-35).
Melalui empat kegiatan inti Gereja tersebut siswa tidak hanya berkembang
dalam iman saja, melainkan dapat ikut ambil bagian dalam perkembangan Gereja.
Keterlibatan siswa dalam perkembangan Gereja, misalnya dalam perkembangan
Gereja sebagai persekutuan dimana di dalamnya terdapat persekutuan yang erat
antar anggotanya, Seperti dalam persekutuan dalam PIR di tengah mereka.
5. Sasaran Hidup Menggereja
Sasaran hidup menggereja adalah seluruh umat Katolik yang telah dibaptis,
karena dengan dibaptis kita telah resmi menjadi anggota Gereja dan memiliki
tugas untuk mengembangkan Gereja (Suhardiyanto, 2005 : 1). Setiap remaja yang
sudah dibaptis tentunya juga memiliki tugas untuk mengembangkan Gereja.
Begitu juga dengan siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo yang
membutuhkan pendampingan akan hidup menggereja melalui PAK di sekolah
agar mereka mampu menyadari tugas sebagai anggota Gereja dan terlibat aktif
dalam hidup menggereja.
Walaupun sasaran hidup menggereja adalah semua umat Katolik, akan
tetapi sasaran hidup menggereja disini adalah kaum remaja, karena masa ini
adalah masa dimana mereka sedang mencari jati diri. Gereja juga perlu
memperhatikan banyaknya tantangan zaman di tengah kehidupan remaja (Dewan
Karya Pastoral KAS, 2008: 16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
C. SUMBANGAN PAK UNTUK PERKEMBANGAN HIDUP
MENGGEREJA
Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Negeri sangat penting untuk
perkembangan iman peserta didik yang nantinya akan membawa mereka pada
keterlibatan hidup menggereja. Pendidikan Agama Katolik di sekolah negeri
membawa siswa untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja. Tidak hanya aktif
dalam kegiatan hidup menggereja, melainkan Pendidikan Agama Katolik juga
membawa peserta didik pada tujuan dari Pendidikan Agama Katolik. Pendidikan
Agama Katolik di sekolah adalah salah satu bentuk karya pewartaan Gereja yang
dilaksanakan di sekolah yang mempunyai sifat menyeluruh yang mengangkat
aspek beriman siswa yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan
perwujudan dalam hidup.
Dalam proses penyelenggaraan belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik
di sekolah negeri, sosok figur guru yang memiliki spritualitas sangat diperlukan
untuk membantu pesrta didik pada kesadaran akan keterlibatan mereka sebagai
anggota Gereja. Figur seorang guru yang digerakkan oleh spritualitas adalah
seorang guru yang bersifat kristosentris, seorang guru diminta memandang peserta
didik sebagai pusat perhatian, yang berarti memandang peserta didik dengan kaca
mata positif, di mana peserta didik juga diciptakan oleh Allah menurut citra dan
gambar-Nya sendiri. Relasi penuh kepercayaan dan persahabatan dengan Yesus
menjadi dasar dan sumber spritualitas guru agama katolik (Heryatno Wono
Wulung, 2008: 95).
Peranan guru dalam pembelajaran PAK di sekolah menjadi hal penting
dalam memberikan sumbangan untuk keterlibatan hidup menggereja siswa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dimana guru dapat melakukan pendekatan terhadap siswa untuk memberikan
pengertian dan semangat akan hidup menggereja. Pendekatan guru secara
personal terhadap masing-masing siswa juga akan menambah semangat siswa
dalam PAK untuk keterlibatan hidup menggereja. Sebagai seorang pendidik, guru
PAK di sekolah perlu memiliki spiritualitas guru agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB III
SUMBANGAN dan GAMBARAN PAK DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO
TERHADAP HIDUP MENGGEREJA SISWA
Sebelumnya telah diuraikan tentang hakekat dan tujuan PAK di sekolah
yakni demi terwujudnya Kerajaan Allah. Selain itu telah diuraikan pula mengenai
konteks, model dan mitra-mitra PAK. Pemahaman secara teoritis tentang PAK
dan hidup menggereja melalui dokumen-dokumen Gereja dan pandangan para
ahli sangat membantu siswa untuk semakin menyadari iman dan kesadaran
mereka sebagai anggota Gereja.
Untuk mengetahui sejauh mana PAK dalam keterlibatan menggereja siswa,
maka perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan data melalui responden, yaitu
siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo. Bab ini akan membahas penelitian
sumbangan PAK dan hasil penelitiannya yang diawali dengan memberikan
gambaran umum mengenai SMP Negeri 4 Purworejo. Disini akan dijabarkan juga
variabel penelitian dan daftar pertanyaan sebagai kuisioner yang akan disebar
pada siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo. Sesudah itu akan dibahas
mengenai hasil penelitian dan analisis, sehingga dapat diketahui sejauh mana
sumbangan PAK dalam keterlibatan hidup menggereja siswa di SMP Negeri 4
Purworejo.
Pada bab ini akan diuraikan bagaimana gambaran umum situasi sekolah
SMP Negeri 4 Purworejo yakni mengenai sejarah singkat berdirinya SMP Negeri
4 Purworejo, situasi fisik SMP Negeri 4 Purworejo, situasi akademis SMP Negeri
4 Purworejo, visi, misi, struktur organisasi, peraturan tata tertib di sekolah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
penampilan di sekolah, kegiatan belajar mengajar. Selain itu akan diuraikan pula
mengenai keadaaan siswa di sekolah, penelitian tentang sumbangan PAK di
sekolah negeri yang meliputi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis
penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian dan variabel penelitian.
Definisi operasional mengenai PAK dan keterlibatan hidup menggereja juga akan
dijelaskan dalam bab ini.
A. GAMBARAN UMUM SITUASI SEKOLAH SMP NEGERI 4
PURWOREJO
SMP Negeri 4 Purworejo merupakan salah satu sekolah negeri di Purworejo
yang memiliki cukup banyak siswa beragama Katolik. SMP Negeri 4 Purworejo
merupakan sekolah dimana penulis pernah mengenyam pendidikan disana.
Pengalaman penulis selama tiga tahun mengenyam pendidikan membuat penulis
banyak memperoleh data tentang gambaran umum situasi SMP Negeri 4
Purworejo. Gambaran umum tentang SMP Negeri 4 Purworejo meliputi: Sejarah
singkat berdirinya SMP Negeri 4 Purworejo, situasi fisik SMP Negeri 4
Purworejo dan situasi akademis SMP Negeri 4 Purworejo.
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 4 Purworejo
Melalui wawancara dengan ibu Murni, penulis mendapatkan banyak
informasi mengenai SMP Negeri 4 Purworejo. SMP Negeri 4 Purworejo yang
terletak di pusat kota Purworejo ini telah berganti nama sebanyak empat kali,
dikarenakan oleh perubahan nama dari SMP menjadi SLTP dan menjadi SMP
kembali. Dari arsip sekolah menunjukkan bahwa SMP Negeri 4 Purworejo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
didirikan pada tanggal 1 Agustus 1958 dengan SK NO: 187/SK.B.III / 25 Mei
1960 dengan nama SLTP Negeri 3 Purworejo. Pada tanggal 19 Desember 2001
SLTP Negeri 3 Purworejo berganti nama menjadi SMP Negeri 3 Purworejo
dengan SK NO: 061 / 6/ 09. Setelah berjalan tiga tahun dengan nama SMP N 3
Purworejo, pada tanggal 7 Februari 2004 di ubah dari SMP N 3 menjadi SMP N 4
Purworejo dengan SK NO: 422/ 568/ 2003. Perubahan nama dari SMP N 3
menjadi SMP N 4 berdasarkan urutan didirikannya sekolah. Mengenai sejarah
pembangunannya sendiri, SMP Negeri 4 Purworejo memiliki sejarah yang tidak
banyak diketahui oleh masyarakat umum. Pada tahun 2004 SMP N 4 Purworejo
mendapatkan sekolah standar nasional. Masa kejayaan SMP N 4 dimulai sejak
tahun 2005 pada saat dipimpin oleh Dra. Susini. Mulai saat itu prestasi sekolah
mulai meningkat. Tidak hanya dalam hal prestasi, melainkan dalam hal
pembangunan fisik sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. SMP N 4
Purworejo juga sering dijadikan sebagai tempat untuk mengadakan pertemuan dan
seminar tingkat daerah, bahkan pernah menjadi penyelenggara untuk penyuluhan
perakitan komputer bagi para guru se kabupaten Purworejo. Dari tahun 2010
hingga sekarang SMP N 4 Purworejo menjadi sekolah favorit kedua di Purworejo
yang di kepalai oleh bapak Muh. Syaifudin, M.Pd. [Lampiran 8: (20)].
2. Situasi Fisik SMP Negeri 4 Purworejo
Melalui pengamatan penulis, gedung SMP Negeri 4 Purworejo terletak di
tengah kota Purworejo yang strategis dari arah manapun. Gedung SMP Negeri 4
Purworejo membentang dari utara ke selatan yang terletak di jalan Urip
Sumoharjo No.62 Purworejo. Letaknya yang sangat strategis membuatbuat SMPN
4 menjadi salah satu SMP yang banyak diminati oleh siswa baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Gedung yang ada merupakan bangunan yang berlantai satu dan berlantai
dua. Jika digambarkan menggunakan denah, tata gedung di SMPN 4 Purworejo
terlihat sedikit rumit, karena tata letaknya yang berbelak-belok. Setelah memasuki
gerbang utama terdapat ruang penjaga sekolah di sebelah kanan dan parkiran bagi
guru, karyawan dan para tamu di sebelah kiri. Setelah itu akan ada ruang TU dan
kepala sekolah di sebelah kanan serta ruang guru di sebelah kiri. Di ruang TU
terdapat benyak piala yang merupakan hasil dari prestasi para siswa SMPN 4
Purworejo. Ruang TU juga digunakan siswa untuk mengurus pembayaran dan
administrasi sekolah. Ruang guru yang ada terlihat sedikit sumpek, karena
banyaknya guru dengan meja dan tumpukan buku yang ada, meskipun demikian
suasanya masih terlihat nyaman jika siswa masuk kesana. Ada dua puluh satu
ruang kelas untuk kelas VII, VIII dan IX [Lampiran 8: (20)].
SMPN 4 Purworejo mempunyai dua ruang laboraturium, yaitu laboraturium
IPA dan bahasa. Ruang komputer terlihat sangat rapi dan nyaman dengan jumlah
komputer yang sangat memadai bagi siswa. Ruangan yang ber AC juga membuat
siswa bertambah semangat dan nyaman pada saat pelajaran komputer.
Perpustakan sekolah menyediakan buku-buku pelajaran serta buku-buku
penunjang lainnya yang dapat dipinjam oleh siswa. Terdapat tatanan meja dan
kursi yang rapi di dalam perpustakan untuk belajar siswa. Di antara ruang kelas
VII terdapat ruang untuk menyimpan alat-alat drum band. Di antara ruang kelas
VIII terdapat ruang seni musik untuk pelajaran seni musik. Terdapat tiga kantin
yang luas untuk istirahat siswa pada saat jam istirahat. Ada juga ruang UKS yang
digunakan untuk ekstra PMR dan siswa yang sakit di sekolah. Toilet, ruang ganti
dan kamar mandi sangat terjaga kebersihannya. Di dalam ruang kelas terdapat TV,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
VCD yang digunakan sebagai media belajar siswa. Ada satu kipas angin yang
terdapat di setiap ruang kelas [Lampiran 8: (20)].
3. Situasi Akademis SMP Negeri 4 Purworejo
a. Visi dan Misi
Berdirinya sebuah lembaga pendidikan pasti memiliki sebuah tujuan yang
ingin dicapai. Sebagai sebuah lembaga pendidikan SMP Negeri 4 Purworejo
memiliki tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sebuah visi dan misi.
1) Visi SMP Negeri 4 Purworejo
Melahirkan generasi muda yang cantik (cerdas, santun, taqwa, berilmu dan
kompetitif. Dari visi yang dimiliki oleh SMP Negeri 4 Purworejo ini terlihat
bahwa SMP Negeri 4 Purworejo merupakan wadah untuk membentuk pribadi
yang tidak hanya bertumpu pada kemampuan intelektual saja. SMP Negeri 4
Purworejo membentuk peserta didik yang mampu bersaing dengan dunia luar
berdasarkan nilai-nilai agama yang dianut serta kepribadian yang luhur. Visi SMP
Negeri 4 Purworejo juga menunjukan bahwa sekolah memperhatikan iman untuk
peserta didik dengan adanya pendidikan agama yang diajarkan di sekolah. Begitu
juga dengan siswa Katolik yang mendapatkan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah [Lampiran 7: (19)].
2) Misi SMP Negeri 4 Purworejo [Lampiran 7: (19)]
1. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil,
beriman, bertaqwa, santun dan memiliki keunggulan yang kompetitif
2. Mewujudkan pendidikan bermutu, efisien, disiplin, relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
3. Mewujudkan pendidikan yang adil merata.
4. Mewujudkan sistim pendidikan yang transparan, akuntabel,
partisipatif dan efektif.
b. Struktur Organisasi
Sebagai salah satu institusi pendidikan, tentunya SMP N 4 Purworejo
memiliki struktur organisasi sekolah. Organisasi SMP N 4 Purworejo dibina oleh
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo. SMP N 4 Purworejo
dipimpin oleh satu orang kepala sekolah, yaitu bapak Muh. Syaifudin, M.Pd.
Dalam menjalankan tugasnya bapak Muh. Syaifudin dibantu oleh tiga orang wakil
kepala sekolah, yaitu bapak Sutrisno, S.Pd, bapak Drs. Pawitno dan ibu Emi
Nurhidayati.
Seluruh tenaga pendidik dan karyawan yang ada di SMP N 4 Purworejo
berjumlah 43 orang. 34 orang tenaga pendidik, 4 orang karyawan tata usaha, 2
orang penjaga keamanan dan 3 orang petugas kebersihan sekolah. Selama ini
organisasi yang ada di SMP N 4 Purworejo berjalan dengan cukup baik. Hal ini
ditandai dengan belum adanya permasalahan yang serius tentang
pengorganisasian yang berada di bawah struktur sekolah SMP N 4 Purworejo.
Relasi antara guru, karyawan dan peserta didik terjalin baik dengan adanya kerja
sama yang baik antara satu dengan yang lain [Lampiran 8: (20)].
c. Peraturan Tata Tertib SMP N4 Purworejo
Sebagai salah satu sekolah favorit, SMP N 4 Purworejo memiliki tata tertib
yang disusun untuk keamanan, ketertiban, ketentraman dan kedisiplinan di
lingkungan sekolah. Berikut ini adalah tata tertib yang ada di SMP N 4 Purworejo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
1) Kehadiran di sekolah [Lampiran 8: (22)]
Para siswa hadir di sekolah lima belas menit sebelum jam belajar
dimulai
Jika terlambat siswa wajib melapor guru piket ataupun petugas untuk
memperoleh ijin mengikuti pelajaran
Jika berhalangan hadir, siswa perlu mengirim surat permohonan ijin
tidak masuk sekolah dengan sepengetahuan oranrtua atau wali dan jika
sakit lebih dari tiga hari harus mengirim surat keterangan dokter
Jika siswa meninggalkan sekolah untuk sementara, perlu meminta ijin
kepada guru piket.
2) Penampilan di Sekolah [Lampiran 8: (22)]
Para siswa wajib berpakaian seragam dengan bersih dan rapi. Hari Senin
dan Selasa kelas IX menggunakan baju putih lengan pendek dan
bawahan celana atau rok pendek, sedangkan kelas VII dan VIII
menggunakan baju putih lengan pendek dan bawahan celana atau rok
panjang. Hari Rabu dan Kamis kelas VII dan VIII menggunakan seragam
identitas biru dan bawahan panjang, sedangkan kelas IX menggunakan
seragam identitas merah putih kotak-kotak dan bawahan pendek. Hari
jumat dan sabtu kelas VII dan VIII menggunakan seragam pramuka dan
celana panjang baik siswa maupun siswi, sedangkan kelas IX
menggunakan seragam pramuka dan bawahan celana atau rok pendek.
Baju seragam dilengkapi dengan badge Osis, identitas sekolah, kelas dan
nama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Siswa wajib menggunakan badge atau pin bendera merah putih di atas
saku.
Siswa diwajibkan menggunakan ikat pinggang dan kaus kaki yang
berlogo atau bertuliskan SMP N 4 Purworejo.
Rambut harus rapi dan bagi putra tidak boleh gondrong.
Siswa tidak perlu menggunakan perhiasan yang berlebihan.
3) Kegiatan Belajar Mengejar [Lampiran 8: (22)
Setiap hari kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00 dan jika ada
pelajaran tambahan di pagi hari untuk kelas IX, maka kegiatan belajar
mengajar dimulai pukul 07.15 untuk kelas VII dan VIII.
Jam efektif belajar setiap harinya dimulai pukul 07.00 sampai dengan
pukul 12.30, kecuali hari Jumat dimulai pukul 07.00 sampai dengan
pukul 11.00.
Saat pelajaran olah raga siswa menggunakan seragam olah raga atau
kaos yang ditentukan.
Setiap siswa berhak menggunakan fasilitas media yang disediakan,
namun tidak diperbolehkan untuk penggunaan di luar jam pel
B. KEADAAN SISWA KATOLIK DI SEKOLAH
1. Jumlah Siswa [Lampiran 8: (21)]
Jumlah siswa keseluruhan di SMP Negeri 4 Purworejo pada tahun pelajaran
2014/2015 berjumlah 714 orang. Kelas VII berjumlah 238, kelas VIII berjumlah
238 dan kelas IX berjumlah 238, dimana masing-masing kelas berjumlah 34 siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Awalnya jumlah siswa setiap kelasnya berjumlah 40 siswa, namun sejak tahun
2011 jumlah siswa setiap kelasnya dikurangi menjadi 34 siswa untuk efektifitas
belajar. Data ini penulis dapatkan melalui pengamatan dan wawancara dengan bu
Murni.
2. Agama
Melalui pengamatan dan wawancara dengan bu Murni, siswa SMP Negeri 4
Purworejo sebagian besar beragama Islam. Dari 714 siswa, siswa yang beragama
Katolik hanya berjumlah 15 orang dan Kristen berjumlah 12 orang [Lampiran 8:
(21)].
3. Gambaran Hubungan Komunikasi Siswa Katolik
PAK di SMP N 4 Purworejo diberikan setiap hari Jumat setelah jam pulang
sekolah. Biasanya PAK dilakukan di salah satu ruang kelas dan pengajarannya
dicampur antara kelas VII, VIII dan IX. PAK disini diberikan oleh bapak Fran
Jumino, yaitu seorang Katekis Voluntir di Gereja Santa Perawan Maria Purworejo.
PAK di sekolah tidak diajarkan pada saat jam efektif, karena kesibukan dari
pendidik yang juga bekerja sebagai asisten Romo di pengobatan Romo Lukman
Purworejo. Pelajaran PAK hanya diberikan kurang lebih enam puluh menit setiap
Minggunya. Selama pelajaran PAK relasi antara siswa di kelas terjalin cukup baik.
Setiap satu tahun sekali siswa Katolik di SMP N 4 bersama-sama merayakan
Natal bersama dengan siswa Katolik dari SMP-SMP lainnya di Purworejo
[Lampiran 8: (21)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
C. PENELITIAN TENTANG SUMBANGAN PAK DI SEKOLAH
NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA
SISWA DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO
1. Latar Belakang Penelitian
Sebagai alumni yang pernah mengenyam pendidikan di SMP Negeri 4
Purworejo, penulis merasa prihatin terhadap PAK yang ada di sekolah. Oleh
karena itu melalui penelitian ini penulis ingin mencari data untuk mengetahui
seberapa jauh PAK sudah dilakukan di sekolah saat ini dengan menyebarkan
kuisioner di sekolah. Dengan demikian penulis dapat menyumbangkan pikiran
untuk pengajaran PAK di SMP Negeri 4 Purworejo.
2. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui gambaran pelaksanaan PAK di SMP Negeri 4 Purworejo
b. Mengetahui sejauh mana PAK mampu mendorong keterlibatan menggereja
siswa
c. Mengetahui sumbangan PAK dalam hidup menggereja di SMP Negeri 4
Purworejo
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah penelitian
kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi saat sekarang (Nana Sudjana,
2004: 91). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya,
pelaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskriptif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Meleong, 2012: 6).
4. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan kuisioner.
Dapiyanta (2008: 23) menyatakan kuisioner adalah serangkaian daftar pertanyaan
atau daftar isian yang harus dijawab atau diisi oleh responden untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Jenis
kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner terbuka dan
tertutup.
5. Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi Katolik di SMP Negeri 4
Purworejo yang berjumlah 15 orang, sedangkan samplenya adalah semua siswa
Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo, karena semua siswa Katolik menjadi
responden.
6. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Purworejo. Waktu penelitian
diadakan pada bulan Desember 2014.
7. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian yang berjudul “ Sumbangan PAK di Sekolah Negeri Terhadap
Keterlibatan Hidup Menggereja Siswa di SMP Negeri 4 Purworejo” terdapat dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
variabel yaitu Pendidikan Agama Katolik dan Hidup Menggereja, maka definisi
operasionalnya yaitu:
PAK di sekolah berbeda dengan mata pelajaran yang lain di sekolah, karena
PAK mengarahkan peserta didik akan kesadaran sebagai umat beriman. PAK
memberikan pengajaran dan bimbingan bahwa mereka adalah anggota Gereja
yang nantinya ikut berperan dalam mengembangkan Gereja. PAK di sekolah
mengarah pada tujuan utamanya, yaitu mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-
tengah siswa.
Keterlibatan hidup menggereja dimana seseorang terlibat aktif dalam
kegiatan-kegiatan di Gereja. Keterlibatan hidup menggereja siswa tidak hanya
berhenti pada koinonia saja, melainkan dalam ketiga kegiatan inti Gereja yang
lain, yaitu liturgia, kerygma dan diakonia. Siswa dapat memberikan pelayanan di
tengah masyarakat untuk sesamanya sebagai wujud keterlibatan aktif sebagai
anggota Gereja.
8. Variabel Penelitian
NO Variabel No. Item Jumlah
1 Gambaran pelaksanaan PAK di SMP
Negeri 4 Purworejo
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9
9
2 Sejauh mana PAK di SMP Negeri 4
Purworejo terhadap keterlbatan
menggereja siswa
10, 11, 12, 13, 14,
15, 16, 17
8
3 Sumbangan PAK di SMP Negeri 4
Purworejo terhadap keterlibatan hidup
menggereja siswa
18, 19, 20, 21 4
Jumlah 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
D. LAPORAN HASIL PENELITIAN SUMBANGAN PAK DI SEKOLAH
NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA
SISWA DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO JAWA TENGAH
1. Laporan Umum
Penelitian ini ditujukan pada seluruh siswa Katolik di SMP Negeri 4
Purworejo. Penelitian ini dilaksanakan sesuai jadwal mata pelajaran Pendidikan
Agama Katolik. Jumlah responden yang ditargetkan untuk penelitian ini dapat
tercapai yaitu seluruh siswa Katolik di sekolah yang berjumlah 15 orang. Jumlah
responden tersebut terdiri dari 6 siswa kelas VII, 2 siwa kelas VIII dan 7 siswa
kelas IX. Responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 5 orang (33,3%).
Responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 10 orang (66,6%). Pada
2. Laporan dan Pembahasan Penelitian Menurut Variabel
a. Gambaran Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP Negeri 4
Purworejo
Pada bagian ini akan dibahas mengenai laporan hasil penelitian dan
pembahasan penelitian. Penulis akan melaporkan hasil pembahasan melalui
sebuah tabel. Dalam pembahasan penulis mengelompokan alternatif jawaban
menjadi dua kelompok, yaitu positif dan negatif. Alternatif jawaban sangat setuju
dan setuju akan dikelompokkan menjadi hasil positif, sedangkan alternatif kurang
setuju dan tidak setuju akan menjadi hasil negatif.
Tabel 1: Pemahaman pengertian dan hakekat PAK (N=15)
No
Item Pernyataan Jawaban Jumlah Persen (%)
1 PAK memberikan inspirasi dalam bertindak sebagai murid Yesus
a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
9 6 0 0
60% 40% 0% 0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel di atas 9 orang (60%) mengatakan sangat setuju dan 6 orang (40%)
mengatakan setuju bahwa PAK memberikan inspirasi pada siswa dalam bertindak
sebagai murid Yesus.
Hasil penelitian memberi gambaran bahwa siswa di SMP Negeri 4
Purworejo telah memahami pengertian dari PAK. Hal tersebut ditunjukkan
dengan seluruh siswa menjawab sangat setuju dan setuju yang menunjukkan hasil
positif.
Tabel 2 : Pemahaman pengertian dan hakekat PAK (N=15)
No
Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
2 PAK memberi
kesempatan
mengembangkan iman
melalui kegiatan yang
dilakukan sehari-hari baik
di lingkungan sekolah,
masyarakat maupun
Gereja
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
7
6
2
0
46,7%
40%
13,3%
0%
Tabel di atas 7 orang (46,7%) menyatakan sangat setuju, 6 orang (40%)
menyatakan setuju dan 2 orang (13,3%) menyatakan kurang setuju dengan
pernyataan bahwa PAK di sekolah memberi kesempatan mengembangkan iman
melalui kegiatan yang dilakukan sehari-hari baik di lingkungan sekolah,
masyarakat maupun Gereja.
Hasil penelitian di atas menunjukkan persentase tertinggi sebanyak 47%
responden mengatakan sangat setuju, karena mereka menyadari bahwa PAK di
sekolah memang memberi kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan iman
melalui kegiatan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, masyarakat maupun
Gereja. Sejumlah 2 responden mengatakan kurang setuju, karena mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
merasakan PAK belum memberi kesempatan mereka untuk mengembangkan
iman. Disini terlihat sangat jelas bahwa sebagian besar responden merasa bahwa
PAK memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan iman melalui kegiatan
yang dilakukan baik di lingkungan sekolah, masyarakat maupun Gereja.
Tabel 3 : Tujuan PAK (N=15)
No
Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
3 PAK membuat yakin
pada iman
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
9
4
2
0
60%
26,7%
13,3%
0%
Tabel diatas 9 orang (60%) mengatakan sangat setuju, 4 orang (26,7%)
mengatakan setuju dan 2 orang (13,3%) mengatakan kurang setuju bahwa PAK di
sekolah membuat siswa semakin yakin pada iman mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan PAK untuk membuat yakin
siswa pada imannya telah terwujud. Hal itu dibuktikan dengan presentase tertinggi
bahwa 60% responden menyatakan setuju bahwa PAK telah membantu mereka
semakin yakin pada iman yang diyakini. Akan tetapi sangat disayangkan masih
adanya responden yang kurang memahami tujuan tersebut. Dalam hal ini
dikatakan bahwa siswa dengan sendirinya mampu mengembangkan iman yang
mereka yakini melalui PAK di sekolah.
Tabel 4 : Tujuan PAK (N=15)
No
Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
4 Siswa mewujudkan
Kerajaan Allah dalam
keluarga, sekolah dan
masyarakat melalui PAK
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
5
8
2
0
33,3%
53,4%
13,3
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel di atas menunjukkan dari 15 responden sebanyak 5 orang (33,4%)
menyatakan sangat setuju, 8 orang (53,3%) menyatakan setuju dan dua orang
(13,3%) menyatakan kurang setuju bahwa PAK mewujudkan Kerajaan Allah
dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,3% responden setuju dengan
pernyataan bahwa melalui PAK di sekolah siswa mampu mewujudkan Kerajaan
Allah dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Mewujudkan Keraajan Allah
merupakan tujuan utama PAK. Nilai-nilai Kerajaan Allah terwujud dengan
adanya cinta kasih, kerukunan dan ketentraman. Terwujudnya Kerajaan Allah
dalam kehidupan siswa menjadi arah dalam hidup menggereja siswa.
Tabel 5 : Konteks PAK (N=15)
No
Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
5 PAK tidak hanya
memberikan informasi,
melainkan mendidik dan
membentuk sikap sosial
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
9
6
0
0
60%
40%
Tabel di atas 9 orang (60%) responden mengatakan sangat setuju dan 6
orang responden (40%) mengatakan setuju dengan pernyataan bahwa PAK di
sekolah tidak hanya memberikan informasi, melainkan mendidik dan membentuk
sikap sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tertinggi ditunjukkan
dengan 9 responden yang menyatakan sangat setuju bahwa PAK tidak hanya
sekedar memberikan informasi saja, melainkan mendidik dan membentuk sikap
sosial. Siswa menyadari bahwa pembelajaran PAK tidak hanya memberikan dan
menjelaskan tentang sebuah materi saja, melainkan di dalam materi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
terdapat ajakan untuk memiliki sikap sosial di tengah-tengah masyarakat, sekolah
dan Gereja dari cerita yang diberikan oleh guru.
Tabel 6 : Model PAK (N=15)
No
Item
Pernyataan AlternatifJawaban Jumlah Persen
(%)
6 PAK tidak hanya
mendalami materi dari
buku dan Kitab Suci
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
7
5
1
2
46,7%
33,3%
6,7%
13,3%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 7 orang (46,7%) mengatakan sangat
setuju, 5 orang (33,3%) mengatakan setuju, 1 orang (7%) mengatakan kurang
setuju dan 2 orang (13,3%) tidak setuju bahwa PAK tidak hanya mendalami
materi dari buku dan Kitab Suci saja.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi adalah responden yang
mengatakan sangat setuju. Mereka menyadari dan mampu menerima bahwa
materi PAK yang mereka dapatkan di sekolah tidak selalu mendalami materi
melalui buku dan Kitab Suci saja, melainkan dari pengalaman mereka
menghadapi masalah hidup sehari-hari. Ada sebagian peserta yang belum
menyadari bahwa PAK tidak hanya mendalami materi dari buku dan Kitab Suci
saja, karena mereka merasa PAK yang diajarkan oleh guru masih sebatas dalam
pemberian materi saja.
Tabel 7 : Model PAK (N=50)
No
Item
Pernyataan Alternatif
Jawaban
Jumlah Persen (%)
7 Siswa bersama-sama
mencari jalan untuk
menghadapi persoalan
yang ada
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
6
7
2
0
40%
46,7%
13,3%
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel di atas 6 orang (40%) mengatakan sangat setuju, 7 orang (46,7%)
mengatakan setuju dan 2 orang (13,3%) mengatakan kurang setuju dengan
pernyataan dalam PAK siswa bersama-sama mencari jalan untuk menghadapi
persoalan yang ada.
Siswa bersama-sama mencari jalan untuk menghadapi persoalan yang ada.
Sebagian besar responden menyadari melalui PAK di sekolah siswa secara
bersama-sama mampu mencari jalan untuk menghadapi persoalan yang ada. Hal
ini memberikan gambaran bahwa siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo
mampu mencari jalan untuk menghadapi persoalan yang ada melalui PAK, karena
dalam pembelajaran PAK mereka tidak hanya menjadi pendengar saja. Sedangkan
2 responden belum mampu mencari jalan untuk menghadapi persoalan yang ada
dan masih merasa sebagai pendengar saja dalam pembelajaran PAK di sekolah.
Tabel 8 : Sarana pembelajaran PAK (N=15)
No
Item
Pernyataan Alternatif
Jawaban
Jumlah Persen (%)
8 Memutar film atau
tayangan singkat
membuat siswa semakin
memahami akan materi
yang diberikan oleh guru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
12
2
1
0
80%
13.3%
6.7%
0%
Tabel di atas 12 orang (80%) mengatakan sangat setuju, 2 orang (13,3%)
mengatakan setuju dan 1 orang (6,7%) mengatakan kurang setuju bahwa memutar
film atau tayangan singkat membuat siswa semakin memahami akan materi yang
diberikan oleh guru.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi adalah 12 orang
responden yang setuju bahwa dengan memutar film atau tayangan singkat akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
materi yang diberikan membuat mereka semakin mudah untuk memahami materi
yang diberikan tersebut. Sarana yang bervariasi dan kreatif memang sangat
mempengaruhi siswa dalam menerima materi yang diberikan oleh guru. Di usia
remaja contohnya, mereka akan merasa bosan jika hanya mendapatkan informasi
saja, melainkan lewat media yang menarik yang mampu memberikan semangat
dalam proses belajar. Dengan semangat maka akan dengan mudah mereka
memahami materi yang diberikan. Sangat disayangkan karena masih ada 1
responden yang mengatakan kurang setuju. Responden merasakan bahwa guru
PAK di sekolah tidak pernah menayangkan atau menampilkan film dalam proses
belajar.
Tabel 9 : Tanggapan mengenai proses pembelajaran PAK (N=15)
No Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
9 Tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran PAK
a. Sangat Menarik b. Menarik c. Cukup menarik d. Kurang menarik
2 10 3 0
13,3% 66,7% 20% 0%
Tabel di atas 2 orang (13,3%) mengatakan sangat menarik, 10 orang
(66,7%) mengatakan menarik dan 3 orang (20%) mengatakan cukup menarik
dengan proses pembelajaran PAK di sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi adalah 66,7% responden
mengatakan proses pembelajaran PAK menarik, karena siswa merasa guru sering
bercerita tentang pengalaman-pengalamannya yang menjadi inspirasi untuk
mereka. Alasan lain mereka mengatakan setuju adalah karena PAK berbeda
dengan pelajaran yang lain, tidak terlalu sepaneng serta dapat dikembangkan
dalam hidup sehari-hari. Sedangkan 3 responden yang merasa proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pembelajaran PAK kurang menarik, karena siswa merasa dalam memberikan
materi guru hanya memberikannya terlalu singkat dan sering belajar sendiri.
b. Sejauh Mana PAK Mampu Mendorong Keterlibatan Menggereja Siswa
Pada bagian ini penulis ingin mengetahui sejauh mana Pendidikan Agama
Katolik berpengaruh positif terhadap keterlibatan menggereja siswa . Hal ini dapat
dilihat dari jawaban responden dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 10 : Pengertian Hidup Menggereja (N=15)
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen
(%)
10 Hidup menggereja adalah
ambil bagian dalam tugas
perutusan Gereja
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
6
9
0
0
40%
60%
0%
0%
Tabel di atas 6 orang (40%) mengatakan sangat setuju dan 9 orang (60%)
mengatakan setuju dengan pernyataan bahwa hidup menggereja Aadalah ambil
bagian dalam tugas perutusan Gereja.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi adalah 9 orang responden
yang menyatakan setuju dengan pengertian hidup menggereja adalah ambil bagian
dalam tugas perutusan Gereja. Melalui pembelajaran PAK di sekolah siswa
mampu memahami akan apa itu hidup menggereja.
Tabel 11 : Pengertian Hidup Menggereja (N=15)
No
Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
11 Hidup Menggereja
diwujudkan oleh setiap
umat Katolik kapan pun
dan dimana pun
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
7
6
1
1
46,6%
40%
6,7%
6,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Dari tabel dan diagram di atas 7 orang (46,6%) mengatakan sangat setuju, 6
orang (40%) mengatakan setuju, 1 orang (6,7%) mengatakan kurang setuju dan 1
orang (6,7%) mengatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa hidup
menggereja diwujudkan oleh setiap umat Katolik kapan pun dan dimana pun.
Hidup menggereja diwujudkan oleh setiap umat Katolik kapan pun dan
dimana pun. Sebagian besar responden setuju dengan pernyataan tersebut, karena
mereka telah menyadari bahwa setiap umat Katolik dapat melaksanakan hidup
menggereja dimana saja mereka berada. Hal ini memberikan gambaran bahwa
siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo memiliki pemahaman akan hidup
menggereja. Sedangkan 2 orang responden tidak menyetujui dengan pernyataan
tersebut.
Tabel 12 : Empat Kegiatan Inti Gereja (N=15)
No
Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
12
Terlibat dalam kegiatan
pewartaan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
4
8
3
0
26,7%
53,3%
20%
0%
Tabel di atas 4 orang (26,7%) mengatakan sangat setuju, 8 orang (53,3%)
mengatakan setuju dan 3 orang (20%) mengatakan kurang setuju dengan
keterlibatan mereka dalam pewartaan. Responden mengatakan sangat setuju,
karena sudah terlibat dalam kegiatan pewartaan di Gereja. Responden yang
mengatakan kurang setuju, dikarenakan belum begitu terlibat dalam kegiatan
pewartaan.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi adalah 53% responden
mengatakan setuju bahwa mereka sudah terlibat dalam kegiatan pewartaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
melalui kesaksian, tindakan dan pengakuan iman akan Yesus Kristus. Pewartaan
(Kerygma) adalah segala bentuk pewartaan, pengajaran iman dan komunikasi
iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling meluruskan
pandangan iman.
Tabel 13 : Empat Kegiatan Inti Gereja (N-15)
No
Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
13 Terlibat dalam kegiatan
liturgi seperti misdinar,
lektor dan pemazmur
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
4
7
1
3
26,7%
46,6%
6,7%
20%
Tabel di atas 4 orang (26,7%) mengatakan sangat setuju, 7 orang (46,6%)
mengatakan setuju, 1 orang (6,7%) mengatakan kurang setuju dan 3 orang (20%)
mengatakan tidak setuju mengenai keterlibatan yang dilakukan dalam bidang
liturgi seperti misdinar, lektor dan pemazmur.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi 48% responden setuju
bahwa mereka sudah terlibat dalam hidup menggereja dalam kegiatan liturgi di
Gereja. Partisipasi aktif dalam bidang ini diwujudkan dalam menjadi lektor,
pemazmur, organis, misdinar, paduan suara, dan mengambil bagian secara aktif
dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi
dan sikap badan. Dengan menjadi misdinar, lektor dan pemazmur di Gereja, siswa
telah ikut terlibat dalam kegiatan liturgi di Gereja.
Tabel 14: Empat Kegiatan Inti Gereja (N=15)
No Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
14 Aktif dalam PIR di Gereja sebagai persekutuan murid Yesus
a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
4 7 1 3
26,7% 46,6% 6,7% 20%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel di atas 4 orang (26,7%) mengatakan sangat setuju, 7 orang (46,6%)
mengatakan setuju, 1 orang (6,7%) mengatakan kurang setuju dan 3 orang (20%)
mengatakan tidak setuju dengan pernyataan aktif dalam PIR di Gereja sebagai
persekutuan murid Yesus.
Hasil penelitian menunjukkan persentase terbesar sebanyak 46,7%
responden yang setuju bahwa aktif dalam PIR sebagai wujud perkembangan iman.
Aktif dalam kegiatan PIR merupakan salah satu kegiatan aktif menggereja dalam
kegiatan koinonia atau persekutuan. Siswa mengikuti kegiatan PIR karena
mampu menambah iman dan teman serta dapat berkumpul bersama, karena
menjadi murid Yesus harus aktif di Gereja, sebagai remaja harus menjadi bagian
dari Gereja.
Tabel 15 : Empat Kegiatan Inti Gereja (N=15)
No
Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
15 Remaja dapat menjadi
garam dan ragi dalam
lingkungannya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
8
7
0
0
53,4%
46,6%
0%
0%
Tabel di atas 8 orang (53,4%) mengatakan sangat setuju dan 7 orang
(46,6%) mengatakan setuju bahwa remaja dapat menjadi garam dan ragi dalam
lingkungannya. Dari hasil penilitian persentase tertinggi 8 orang (53,3%)
responden menyadari bahwa tugasnya sebagai remaja adalah dapat ambil bagian
sebagai perwujudan dan tanggung jawab sebagai anggota Gereja. Selain itu siswa
setuju bahwa dirinya harus menjadi garam dan ragi, karena harus bisa memberi
manfaat yang baik bagi masyarakat dan lingkungan, agar lebih maju dan lebih
dekat dengan lingkungan masyarakat dan Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 16 : Kegiatan Menggereja yang Diikuti Siswa
No
Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
16 Kegiatan yang diikuti di
Gereja dan yang
mengembangkan niat
dalam hidup
menggereja
a. Misdinar dan PIR
b. Lektor dan koor
c. Mengajar PIA
d. Belum mengikuti
9
2
1
3
60%
13,3%
6,7%
20%
Tabel di atas 9 orang (60%) mengatakan misdinar dan PIR, 2 orang (13,3%)
mengatakan lektor dan koor, 1 orang (6,7%) mengatakan mengajar PIA dan 3
orang (20%) mengatakan belum mengikuti kegiatan menggereja. Dari hasil
penelitian persentase tertinggi adalah kegiatan misdinar dan PIR yang mampu
mengembangkan niat siswa dalam hidup menggereja. Melalui aktif menjadi
misdinar siswa dapat mengetahui bagaimana liturgi yang baik dan menambah
pengetahuan mereka. Melalui PIR siswa dapat mendapatkan banyak teman seiman
dan berkumpul bersama. Akan tetapi sayangnya masih ada siswa yang belum
mengikuti sama sekali kegiatan di gereja.
Tabel 17 : Kegiatan yang Mewujudkan Hidup Menggereja
No
Iteam Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
17 Kegiatan yang
mewujudkan hidup
menggereja di
lingkungan sekolah
dan masyarakat baik
liturgi, pewartaan,
persekutuan dan
pelayanan
a. Menjadi misdinar,
lektor, pertemuan
PPA dan PIR,
membantu sesama
b. Mengajar sekolah
minggu,
pendalaman iman di
sekolah dan
lingkungan,
menengok dan
menyumbang orang
sakit
7
2
46,7%
13,3%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
(1) (2) (3) (4) (5)
c. Membantu teman
yang kesulitan
belajar,
menyumbang dana
PMI
d. Belum ada
2
4
13,3%
26,7%
Dari tabel di atas 7 orang (46,7%) mengatakan misdinar, lektor, pertemuan
PPA dan PIR, membantu sesama, 2 orang (13,3%) mengatakan mengajar sekolah
minggu, pendalaman iman di sekolah dan lingkungan, menengok dan
menyumbang orang sakit, 2 orang (13,3%) mengatakan membantu teman yang
kesulitan belajar, menyumbang dana PMI sebagai wujudd hidup mengereja di
lingkungan sekolah dan masyarakat baik dalam liturgi, pewartaan, persekutuan
dan pelayanan.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi dari kegiatan yang telah
diikuti siswa adalah menjadi misdinar, lektor, ikut dalam pertemuan PPA dan PIR
serta membantu sesama. Kegiatan menggereja memang tidak semata-mata hanya
sebatas dilakukan di dalam Gereja saja, melainkan dapat dilakukan di sekolah dan
lingkungan masyarakat tempat tinggal kita. Siswa mengikuti kegiatan tersebut
untuk menambah pengetahuan serta menambah jumlah teman, karena siswa
senang bila berkumpul dengan teman-teman dan dapat cerita berbagi pengalaman.
Berkumpul di Gereja bersama teman menjadi semangat mereka dalam hidup
menggereja.
c. Sumbangan PAK dalam Hidup Menggereja di SMP Negeri 4 Purworejo
Pada bagian ini penulis ingin mengetahui sumbangan yang telah diberikan
oleh Pendidikan Agama Katolik dalam hidup menggreja siswa SMP Negeri 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Purworejo. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dalam bentuk tabel
dibawah ini:
Tabel 18 : Sumbangan PAK dalam Hidup Menggereja (N=15)
No
Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
18 Pengaruh proses
pembelajaran PAK di
sekolah terhadap Hidup
Menggereja
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
3
7
5
0
20%
46,7%
33,3%
0%
Dari tabel di atas 3 orang (20%) mengatakan sangat setuju, 7 orang (46,7%)
mengatakan setuju dan 5 orang (33,3%) mengatakan kurang setuju bahwa hidup
menggereja diketahui melalui proses pembelajaran PAK di sekolah. Hasil
penelitian menunjukkan persentase tertinggi bahwa 46,7% siswa setuju bahwa
PAK membantu mereka memahami akan hidup menggereja. Hal ini menunjukkan
bahwa Proses pembelajaran PAK berpengaruh pada pemahaman dan pengetahuan
siswa akan hidup menggereja. PAK seharusnya memang membantu siswa untuk
memahami tentang hidup menggereja agar siswa lebih mantap lagi untuk terlibat
aktif dalam menggereja.
Tabel 19 : Sumbangan PAK dalam Hidup Menggereja
No
Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
19 PAK dalam
menyemangati
hidup menggereja
siswa
a. Ya, dengan PAK
menjadi lebih tertarik
dan semangat dalam
Hidup Menggereja
b. Ya, banyak diberi saran
yang tepat dan diminta
untuk mencatat
khotbah romo,
sehingga semangat
5
3
33,3%
20%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
(1) (2) (3) (4) (5)
c. Ya, memberi semangat
pada pelayanan dan
agar dapat menjadi
rasul Yesus yang baik.
untuk ke Gereja
d. Biasa saja, karena
jarang ada guru dan
masih kurang kegiatan
yang melibatkan peran
iman
4
3
26,7%
20%
Dari tabel di atas 5 orang (33,3%) mengatakan ya, 3 orang (20%)
mengatakan ya, banyak diberi saran yang tepat dan diminta untuk mencatat
khotbah romo, sehingga semangat untuk ke Gereja, 4 orang (27%) mengatakan ya,
memberi semangat pada pelayanan dan agar dapat menjadi rasul Yesus yang baik
dan 3 orang (20%) mengatakan biasa saja, karena jarang ada guru dan masih
kurang kegiatan yang melibatkan peran iman.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi menyatakan bahwa PAK
telah memberikan semangat bagi siswa untuk hidup menggereja. Siswa merasakan
bahwa PAK telah menyemangati mereka dalam hidup menggereja, karena dengan
PAK lebih tertarik dan semangat dalam hidup mnggereja, disadarkan menjadi
rasul Yesus yang baik dengan terlibat hidup menggereja.
Tabel 20 : Sumbangan PAK dalam Hidup Menggereja (N=15)
No Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
20 Proses pembelajaran dan metode PAK membantu dalam mendorong keterlibatan hidup menggereja siswa
a. Ya, menyadarkan diri untuk aktif hidup menggereja
b. Ya, dapat memahami arti keterlibatan dalam Gereja, sehingga terdorong melakukan sesuatu yang benar
6 3
40% 20%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(1) (2) (3) (4) (5)
c. Ya, karena ikut aktif dalam hidup menggereja dapat memperkuat iman
d. Kurang, pelajaran dibuat lebih menarik lagi dengan film yang mendukung kegiatan menggereja
3 3
20% 20%
Dari tabel di atas mengenai proses pembelajaran dan metode PAK dalam
mendorong keterlibatan hidup menggereja siswa menunjukkan 6 orang (40%)
mengatakan ya, menyadarkan diri untuk aktif hidup menggereja, 3 orang (20%)
mengatakan ya, banyak diberi saran yang tepat dan diminta untuk mencatat
khotbah romo, sehingga semangat untuk ke Gereja, 3 orang ( 20%) mengatakan
ya, memberi semangat pada pelayanan dan agar dapat menjadi rasul Yesus yang
baik, dan 3 orang (20%) mengatakan Biasa saja, karena jarang ada guru dan masih
kurang kegiatan yang melibatkan peran iman.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi bahwa 40% siswa
menyadari bahwa proses dan metode pembelajaran PAK di sekolah mampu
mendorong mereka untuk terlibat dalam hidup menggereja dengan alasan dapat
memahami arti keterlibatan dalam gereja, sehingga terdorong melakukan sesuatu
yang baik untuk memperkuat iman.
Tabel 21 : Harapan dari Metode Pembelajaran PAK
No Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
(1) (2) (3) (4) (5) 21 Harapan dari
metode pembelajaran PAK di sekolah
a. Lebih menarik lagi da mampu menumbuhkan, mengembangkan iman dan kepercayaan menggereja di masyarakat, sekolah dan lingkungan
8
53.3%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
(1) (2) (3) (4) (5) b. Lebih bervariasi
sepertimenonton video atau film
c. Cerita untuk memperkuat iman siswa diri dalam hidup
4 3
26,7% 20%
Siswa tentunya mengharapkan metode pembelajaran PAK yang lebih baik
lagi. Sejumlah 8 responden menginginkan metode yang lebih menarik lagi dan
mampu menumbuhkan, mengembangkan iman dan kepercayaan diri dalam hidup
menggereja di masyarakat, sekolah dan lingkungan (53.3%). Sedangkan 4
responden mengharapkan metode pembelajaran yang lebih bervariasi
sepertimenonton video atau film (26.7%). Ada 3 responden yang mengatakan
harapannya untuk metode pembelajaran PAK, yaitu dengan cerita untuk
memperkuat iman siswa (20%).
3. Catatan Keterbatasan Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, masih adanya
keterbatasan dari data yang didapatkan untuk mengetahui sejauh mana sumbangan
PAK di sekolah negeri terhadap keterlibatan hidup menggereja siswa.
Keterbatasan tersebut meliputi dua point, yaitu hanya menggunakan kuesioner dan
kecurigaan pada jawaban responden.
a. Hanya Menggunakan Kuesioner
Dalam melakukan penelitian dan pencarian data penulis hanya
menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data dari responden tanpa ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
wawancara pada responden, sehingga terjadi salah persepsi pada data yang di
dapatkan.
b. Kecurigaan Pada Jawaban Responden
Adanya kecurigaan penulis terhadap jawaban responden, karena hampir
seluruh jawaban dari responden menunjukkan hasil yang positif. Penulis menaruh
kecurigaan pada responden apakah dalam memberikan jawaban responden hanya
memilih jawaban yang baik saja tanpa melihat situasi yang sesungguhnya.
Responden memilih jawaban hanya berdasarkan yang benar saja, bukan seperti
apa yang mereka alami di sekolah. Oleh karena itu, penulis memberikan alternatif
melalui wawancara dan berbincang-bincang dengan guru PAK yang dilaksanakan
pada saat pra penelitian dan sesudah penelitian untuk mendapatkan fakta yang
lebih valid. Selain itu penulis juga mendapatkan peneguhan dari pengamatan
yang penulis lakukan saat pra penelitian di SMP Negeri 4 Purworejo.
Pada saat pra penelitian penulis berbincang dengan guru Pendidikan Agama
Katolik mengenai proses pembelajaran PAK di sekolah. Guru PAK di SMP
Negeri 4 Purworejo menerangkan bahwa proses pembelajaran PAK di sekolah
dengan menerangkan materi melalui memberi informasi dan bercerita dari
pengalaman yang dialami oleh guru. Guru hanya memberikan penjelasan materi
secara singkat. Setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan lembar kerja siswa.
Jika ada pertanyaan yang kurang dipahami oleh siswa, maka siswa memiliki
kesempatan untuk menanyakannya pada guru. Guru terkadang pergi keluar disaat
jam mengajar, karena terikat dengan tanggung jawabnya di luar. Oleh karena itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
guru merasakan proses pembelajaran yang kurang maksimal. Dari wawancara
tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran PAK di SMP
Negeri 4 Purworejo penulis rasakan masih sama seperti yang penulis alami saat
masih mengenyam pendidikan di sana.
4. Kesimpulan Hasil Penelitian
Melalui penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, penulis dapat
mengetahui gambaran pelaksanaan PAK di SMP Negeri 4 Purworejo.
Pelaksanaan PAK di SMP Negeri 4 Purworejo sudah cukup baik dilakukan,
terlihat dari siswa yang memahami akn arti, hakekat dan tujuan dari PAK. Model
PAK yang berpusat pada pengalaman hidup peserta dan praksis sudah cukup
dilakukan di sekolah. Akan tetapi sarana pembelajaran PAK masih kurang
menarik, karena guru jarang menggunakan sarana seperti film atau tayangan
singkat yang diinginkan oleh siswa untuk menambah semangat siswa dalam
proses pembelajaran. Proses pembelajaran PAK cukup menarik, karena guru
sering berbagi pengalaman yang bermanfaat kepada siswa, walaupun pemberian
materi dirasakan sangat singkat.
PAK mampu mendorong keterlibatan menggereja siswa, namun masih
sebatas pada pengertian akan hidup menggereja saja, karena belum semua siswa
telah terlibat dalam hidup menggereja. Siswa yang belum ikut kegiatan
menggereja dikarenakan karena merasa belum adanya dorongan dalam
keterlibatan menggereja melalui PAK. Keaktifan siswa dalam hidup menggereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
hanya sebatas senang berkumpul dengan teman seiman dan belum mendalami
sungguh-sungguh akan apa itu hidup menggereja.
Sumbangan PAK dalam hidup menggereja siswa di SMP Negeri 4
Purworejo ditunjukkan melalui proses pembelajaran PAK yang membantu siswa
mengetahui akan hidup menggereja. PAK juga mampu menyemangati siswa
untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja. Hal tersebut dibuktikan dengan
sebagian besar siswa yang sudah mengikuti kegiatan menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
BAB IV
REKOLEKSI SEBAGAI USULAN MEMBANGKITKAN
SEMANGAT HIDUP MENGGEREJA
Pada bab III sebelumnya telah dibahas mengenai penelitian dan hasil dari
penelitian mengenai bagaimana sumbangan PAK terhadap keterlibatan hidup
menggereja siswa di SMP Negeri 4 Purworejo. Dari hasil penelitian yang
diberikan oleh responden diambil kesimpulan bahwa PAK mampu mendorong
keterlibatan hidup menggereja, namun masih sebatas pada pengertian akan hidup
menggereja saja, karena belum semua siswa telah terlibat dalam hidup
menggereja. Oleh karena itu pada bagian ini akan dibahas mengenai usulan
rekoleksi yang dapat diberkan pada siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo.
Rekoleksi ini dengan tujuan membantu siswa untuk lebih semangat lagi akan
hidup menggereja dan menyadari tugasnya sebagai anggota Gereja.
Pada bab ini akan diuraikan mengenai rekoleksi dalam rangka
meningkatkan semangat hidup menggereja, program rekoleksi sebagai usaha
meningkatkan semangat hidup menggereja, latar belakang rekoleksi, tujuan
rekoleksi, tema dan sesi rekoleksi. Dimana tema besar rekoleksi adalah “Dugem
Bersama Yesus dengan Teman-teman Untuk Meningkatkan Hidup Menggereja”.
Tema utama akan dibagi lagi menjadi tiga sub tema, yaitu beriman bersama
Yesus, meneladani Yesus dalam tanggung jawabku dan aku semakin mantap
bersama Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
A. REKOLEKSI DALAM RANGKA MENINGKATKAN SEMANGAT
HIDUP MENGGEREJA
Rekoleksi sebagai usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau
rohani sudah merupakan hal yang lazim di lingkungan Gereja Katolik Indonesia,
karena rekoleksi sudah umum dijalankan oleh segala macam anggota Gereja:
umat, biarawan-biarawati, para imam diosesan dan religius (Mangunhardjana,
1984: 7). Untuk itu rekoleksi bagi siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo
dirasakan bermanfaat untuk mengembangkan iman siswa.
Perubahan dan perkembangan zaman yang semakin modern membawa
dampak positif dan negatif pada penerimanya. Rekoleksi akan membantu siswa
untuk memperkembangkan iman mereka. Banyak kegiatan di Gereja yang bisa
diikuti oleh siswa untuk memperkembangkan iman sekaligus juga
mengembangkan Gereja.
B. PROGRAM REKOLEKSI SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN
SEMANGAT HIDUP MENGGEREJA SISWA DI SMP NEGERI 4
PURWOREJO
1. Pengertian Program Rekoleksi
Dalam bahasa Inggris terdapat istilah re-co-lect yang berarti mengumpulkan
kembali. Dalam buku “Membimbing Rekoleksi”, dijelaskan pengertian rekoleksi
yaitu sebagai usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau rohani
(Mangunhardjana, 1984: 7).
Terdapat berbagai macam rekoleksi berdasarkan waktu penyelenggaraanya
yang ditulis berdasarkan inspirasi dari buku Membimbing Rekoleksi
(Mangunhardjana, 1984: 17), yaitu: periodik selama sepanjang tahun, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
rekoleksi para imam dan biarawan-biarawati yang dilakukan satu bulan satu kali;
periodik bukan selama sepanjang tahun, melainkan hanya dalam masa-masa
liturgis tertentu, seperti rekoleksi di kalangan umat selama masa Adven atau
Prapaskah yang diadakan setiap minggu, Aksidentil tidak tetap, karena
berhubungan dengan peristiwa penting tertentu, seperti pelantikan pengurus
Mudika, terpecahkannya masalah dalam sebuah keluraga, dan sebagainya;
Aksidentil tanpa ada hubungan dengan peristiwa atau peringatan tertentu,
melainkan karena sedang ada minat, biaya, waktu dan ada pendampingnya seperti
rekoleksi keluarga Katolik Lingkungan.
2. Latar Belakang Program Rekoleksi untuk Meningkatkan
SemangatHidup Menggereja
Dalam rangka menindak lanjuti hasil penelitian yang telah dilaksanakan,
maka penulis membuat usulan program rekoleksi untuk siswa Katolik di SMP
Negeri 4 Purworejo. Setelah melakukan penelitian ditemukan beberapa persoalan
seperti masih adanya siswa yang sama sekali belum terlibat dalam hidup
menggereja. Melihat situasi dan kondisi yang seperti itu, rekoleksi dirasakan
sangat bermanfaat bagi siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo untuk
meningkatkan semangat akan keterlibatan Hidup Menggereja. Rekoleksi bagi
siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo dirasakan sangat penting, sebab belum
pernah diadakan rekoleksi ataupun pendampingan bagi siswa Katolik di SMP
Negeri 4 Purworejo. Penulis merasa sangat perlu mengajak siswa untuk lebih
memahami dan mengerti mengenai keterlibatan hidup menggereja melalui
kegiatan rekoleksi, sehingga nantinya mereka akan lebih mantap dan semangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
lagi dalam hidup Menggereja. Dengan demikian setelah mereka mengikuti
rekoleksi ini, diharapkan agar siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo mampu
untuk terlibat lebih aktif lagi dalam kegiatan menggereja.
Program rekoleksi ini akan menjadi landasan untuk menentukan judul,
tujuan, isi atau materi, metode dan sarana yang akan disajikan kepada peserta.
Dalam proses rekoleksi ini diusahakan komunikasi yang baik antara pemandu dan
peserta, sehingga peserta dapat terlibat aktif dalam rekoleksi. Penulis berharap
agar rekoleksi ini tidak hanya menjadi sambi lalu saja. Setelah pulang rekoleksi
tidak ada perubahan dan wujud konkret yang dilakukan, melainkan mampu
membangun semangat lagi untuk aktif dalam hidup menggereja. Agar Gerejs
dapat semakin maju dan berkembang.
3. Tema dan Tujuan Rekoleksi
Melalui hasil penelitian terlihat masih kurangnya kemantapan peserta dalam
hidup menggereja. Tujuan dari rekoleksi yang dibuat untuk siswa Katolik di SMP
Negeri 4 Purworejo adalah untuk memberi semangat pada siswa untuk terlibat
dalam hidup menggereja.
Tema Umum : Dugem Bersama Yesus (Duduk Gembira Bersama
Yesus) dengan teman- teman untuk meningkatkan
hidup menggereja
Tujuan Umum : Peserta lebih mendalami lagi akan hidup
menggereja bersama teman- teman dengan penuh
tanggung jawab dan menyadari akan tugasnya
sebagai anggota Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tema dugem bersama Yesus dan teman-teman ini berisi tentang materi-
materi dan kegiatan yang akan membantu siswa semakin menghayati akan hidup
menggereja dan semakin mantap untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja.
Duduk gembira bersama Yesus dan teman-teman akan mengajak siswa
meneladani Yesus kecil yang sudah rajin berdoa dan aktif dalam rumah Bapa.
Siswa juga diajak menyadari bahwa Yesus selalu bersama dengan mereka di
setiap langkah dan tindakan mereka. Tema umum ini, akan dibagi menjadi tiga
tema dan tujuannya masing-masing, yaitu:
Tema 1 : Beriman Bersama Yesus
Tujuan : Bersama pendamping, peserta semakin mampu menyadari
akaniman yang dimiliki dan berani bertindak lebih baik
bersamaYesus
Tema 2 : Meneladani Yesus Dalam Tanggung Jawabku
Tujuan : Bersama pendamping peserta diharapkan mampu meneladani
Yesus dalam hidup menggereja dan melaksanakan tenggung
jawab sebagai anggota Gereja
Tema 3 : Aku Semakin Mantap Bersama Yesus
Tujuan : Bersama pendamping pesrta semakin mantap untuk aktif
dalam hidup menggereja
C. GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM
Kegiatan rekoleksi ini akan dilaksanakan sebanyak tiga kali. Rekoleksi akan
dilaksanakan satu bulan sekali selama satu hari. Rekoleksi akan dilaksanakan
pada hari Minggu atau menyesuaikan dengan keadaan peserta. Rekoleksi dapat
dilaksanakan di sekolah, paroki atau di tempat lain. Suasana rekoleksi akan dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
semenarik mungkin agar peserta tidak merasa bosan. Dinamika kelompok
diberikan dalam rekoleksi agar siswa dapat berbagi pengalaman dengan sesama.
Rekoleksi yang pertama dapat dipandu oleh pemandu sebagai sumbangan yang
dapat diberikan oleh penulis dalam menyemangati siswa untuk aktif dalam hidup
menggereja baik di sekolah, lingkungan, masyarakat maupun Gereja itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
D. MATRIKS PROGRAM
Tema Umum : Dugem bersama Yesus dan Sesama (Duduk Gembira Bersama Yesus dan Sesama)
Tujuan Umum : Bersama pendamping peserta untuk menemukan panggilan dan peran mereka dalam kehidupan menggereja serta
membekali peserta untuk menjalankan tugas sebagai anggota Gereja
1. Rekoleksi Pertama
Tema : Beriman Bersama Yesus
Tujuan : Bersama Pendamping, peserta semakin mampu menyadari akan iman yang dimiliki dan bertindak lebih baikbersama
dengan Yesus
No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Salam pembuka
dan pengantar Membuka pertemuan rekoleksi dengan semangat dan saling mengenal, sehingga menjalin keakraban antar peserta selama mengikuti kegiatan rekoleksi
Doa Pembuka Ucapan selamat
datang Lagu “hari ini ku
rasa bahagia”
Informasi Teks lagu “Tuhan pasti sanggup”
Frans, 2015: 8
2 Motivasi hidup orang beriman
Siswa menyadari apa yang telah dilakukan sebagai umat beriman
Apa yang sudah aku lakukan?
Informasi Sharing Cerita Diskusi
kelompok
Teks cerita “Apakah yang sedang anda lakukan di sini?”
Kertas flep Spidol
Kila, 1996: 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 3 Istirahat minum - - - - - 4 Tuhan selalu
besertaku Siswa menyadari bahwa dalam setiap langkahnya ada Tuhan yang selalu menyadari, sehingga mereka tidak lagi takut melakukan apa pun termasuk hidup menggereja
Yesus selalu menyertai kita di setiap langkah kita
Informasi Cerita Diskusi
kelompok
Klip “Jesus Emanuel”
Laptop Lcd
Suparno, 2011: 207
5 Penutup Siswa menyadari apa yang sudah dilakukan sebagai anggota Gereja dan bangkit untuk berani terlibat hidup menggereja, karena Yesus selalu menyertai
Pengantar Doa penutup Lagu penutup
Informasi Teks lagu “Takkan pernah terlambat”
Frans, 2015: 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
2. Rekoleksi Kedua
Tema : Meneladani Yesus Dalam Tanggung Jawabku
Tujuan : Bersama pendamping peserta diharapkan mampu meneladani Yesus dalam hidup menggereja dan melaksanakan
tanggung jawab sebagai anggota Gereja
No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Salam pembuka
dan pengantar
Membuka pertemuan
rekoleksi dengan penuh
semangat
Doa pembuka
Ucapan selamat
datang
Lagu “Yesus
Kekasih Jiwaku”
Informasi Teks lagu
“Tuhanlah
perlindungan-
ku”
Frans, 2015:
11
2 Yesus teladan
dan penuntunku
Bersama pendamping
pesrta mampu meneladani
Yesus untuk aktif
menggereja
Yesus teladanku
Informasi
Sharing
Diskusi
Kitab Suci Lukas 2:41-
51
3 Istirahat minum - - - - -
4 Tanggung jawab
remaja sebagai
anggota Gereja
Bersama pendamping,
pesrta semakin yakin dan
menyadari
tanggungjawabnya
sebagai anggota Gereja
Tanggung jawab
remaja terhadap
Gereja
Informasi
Sharing
Diskusi
kelompok
Film kampung
sawah
Laptop
Lcd
Suparno
2011: 165
5 Penutup Pengantar
Doa Penutup
Lagu penutup
Informasi Teks lagu
“Pelangi
sehabis hujan”
Frans, 2015:
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
3. Rekoleksi Ketiga
Tema : Aku semakin mantap bersama Yesus
Tujuan : Bersama pendamping peserta semakin mantap untuk aktif dalam hidup menggereja
No Judul
Pertemuan
Tujuan Pertemuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Salam
pembuka dan
pengantar
Membuka pertemuan
rekoleksi dengan
penuh semangat
Doa pembuka
Ucapan
selamat datang
Lagu “Aku
tresno Yesus”
Informasi Teks lagu “Aku
tresno Yesus”
Frans, 2015:
15
2 Peranan Roh
dalam Hidup
Menggereja
Ice Breaking
Siswa semakin
menyadari
pentingnya terlibat
dalam hidup
menggereja
Ciri-ciri
peranan Roh
Allah
Ciri-ciri
peranan Roh
dalam Gereja
Informasi
Diskusi
Tanya jawab
Refleksi
Kitab Suci
Laptop
Yer 31:31-40
Kis 10:34-38
Darmawijaya,
1990: 60
3 Istirahat
minum
- - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 4 Keterlibatan
remaja dalam hidup menggereja
Membantu siswa untuk semakin memahami akan makna perwujudan iman dalam kehidupan sehari-hari
Bentuk keterlibatadalam bidang pewartaan
Bentuk keterlibatan dalam bidang liturgi
Bentuk keterlibatan dalam bidang persekutuan
Bentuk keterlibatan dalam bidang pelayanan
Informasi Tanya Jawab
Kertas Spidol
Suhardiyanto, 2005: 8
5 Makan siang dan istirahat
- - - - -
6 Persiapan dinamika kelompok
- - - - -
7 Dinamika Kelompok
Menembuhkan semangat hidup menggereja lewat permainan-permainan
Permainan burma bridge, elvis walk, samurai, atom bomb, puncture pipe dan estafet tepung
Tali rafia Bola plastik Triplek Pipa bocor Tali Tepung Baskom
Gelas plastik
Vini, 2011: 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
8 Penutup Siswa semakin
semangat untuk aktif
dalam hidup
menggereja
Pengantar
Doa penutup
Lagu penutup
Informasi Teks lagu “Bagai
rajawali”
Frans, 2015:
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
E. CONTOH SATUAN PERSIAPAN REKOLEKSI
1. Identitas Kegiatan
a. Tema : Aku semakin mantap bersama Yesus
b. Tujuan : Bersama pendamping pesrta semakin mantap untuk aktif
dalam hidup menggereja
c. Peserta : Seluruh siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo
d. Tempat : Aula gereja stasi Fransiskus Xaverius Purworejo
e. Waktu : 08.00-15.30
f. Metode : - Informasi
- Diskusi
- Tanya Jawab
- Refleksi
- Gerak dan lagu
- Bermain
- Bekerja sama
g. Sarana : - Teks Kitab Suci
- Teks Lagu “Aku Tresno Yesus”
- Laptop
- Speaker
h. Sumber Bahan : - Yer 31:31-40
- Kis 10:34-38
- Suhardiyanto, 2005: 6-10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
2. Pengembangan Langkah-langkah
a. Salam pembuka (08.00-08.10)
Selamat pagi adik-adik yang terkasih dalam Kristus. Bagaimana kabar hari
ini? Pastinya baik dan semangat untuk mengikuti rekoleksi hari ini. Anak Tuhan
selalu semangat dan mantap dalam seluruh kegiatan yang dilakukannya. Sebelum
kita mengawali rekoleksi ini marilah kita berdoa agar Tuhan menyertai dan
mendampingi kita selama kegiatan rekoleksi ini, sehingga apa yang kita harapkan
dari rekoleksi ini dapat terwujud nantinya.
b. Doa (08.10-08.15)
Allah Bapa kami yang Maha Pengasih, terima kasih karena pada hari ini
Engkau telah mengumpulkan kami semua disini. Engkau mengumpulkan kami
sejenak sebagai saudara seiman pada hari ini untuk menghayati tugas dan
panggilan kami sebagai kaum remaja yang menjadi tonggak perkembangan
Gereja. Dampingi dan berkatilah kami selama mengikuti rekoleksi ini Tuhan,
supaya kami dapat sungguh-sungguh dalam menghayati hidup menggereja dan
tugas kami sebagai tombak perkembangan Gereja. Doa ini kami haturkan dengan
perantaraan Kristus Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau
dan Roh Kudus kini selalu dan sepanjang segala abad. Amin.
c. Lagu (08.15-08.20)
Aku tresno Yesus
Jero jero jero banget
Aku tresno Yesus
Jero jero jero bangeeett
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tresnoku je jee rooo rooo
Jerooo jerooo jerooo banget
Tresnoku je jee rooo rooo
Jerooo jerooo jerooo banget
I love you Yesus
Deep down in my heart
I love you Yesus
Deep down in my heart
Deep deep down down
Deep down in my heart
Deep deep down down
Deep down in my heart
d. Pengantar mengenai rekoleksi (08.20-08.30
Adik-adik yang terkasih dalam Tuhan Yesus , selama satu hari ini kita akan
bersama-sama nelaksanakan rekoleksi bagi kaum remaja. Rekoleksi pada hari ini
dimaksudkan agar kita semua semakin menghayati lebih dalam akan hidup
menggereja dan bertanggung jawab akan tugas sebagai remaja yang menjadi
tombak perkembangan Gereja. Tema rekoleksi kita pada hari ini adalah “Dugem
Bersama Yesus”. Dugem disini bukan berarti kita bersenang ria dengan ajeb-ajeb
bersama Yesus, melainkan dugem disini berarti “Duduk Gembira” bersama
dengan Tuhan Yesus. Rekoleksi berasal dari kata Re-Collectare yang artinya
mengumpulkan kembali, merefleksikan, mencatat dan doa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
e. Sesi I Peranan Roh dalam Hidup Menggereja
1) Pengantar (08.30-08.10)
Adik-adik yang terkasih Roh Kudus bagi umat Katolik adalah kekuatan
Allah yang dikaruniakan oleh Yesus Kristus yang mulia kepada murid-muridNya
yang percaya, agar mereka itu jangan sampai seperti anak yatim piatu, gelisah
menghadapi tantangan kehidupan. Roh itulah yang membuat tokoh-tokoh besar
dalam Gereja menyumbangkan segala kekuatan, bakat dan kemampuannya. Roh
yang sama yang dulu pernah juga memenuhi hidup Yesus Kristus sehingga berani
mewartakan kabar gembira bagi kaum tersingkir.
2) Materi
a) Ciri-Ciri Peranan Roh Allah (08.40-09.30)
(1) Roh Allah terlibat dalam Penciptaan
Ia menjadi kekuatan istimewa bagi ciptaan, karena Allah sendiri yang
mengambil prakarsa dalam penciptaan tersebut.
Roh Allah mempunyai peranan dalam kepemimpinan bangsa.
Kebijaksanaan hidup dikurniakan oleh Roh yang memimpin hati
manusia.
Roh Allah mempunyai peranan dalam mempersatukan bangsa,
menyatukan keluarga umat manusia, mempersatukan kelompok.
Roh Allah berperan dalam pembangunan dan pembaharuan hidup.
Roh Allah membaharui secara mendalam kehidupan ini sehingga
bernilai bagi kehidupan bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Roh Allah mempunyai peranan yang amat menentukan dalam
pembebasan, sehingga manusia mampu berkembang untuk melayani
sesama.
(2) Pendalaman Kitab Suci
Pembimbing membacakan kisah dari Kitab Suci,Yeremia 31:31-40.
31:31 Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku
akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,
31:32 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang
mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka
keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku
menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN.
31:33 Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah
waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam
batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi
Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.
31:34 Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya
dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan
mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni
kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."
31:35 Beginilah firman TUHAN, yang memberi matahari untuk menerangi siang,
yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang
mengharu biru laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut, -- TUHAN semesta
alam nama-Nya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
31:36 "Sesungguhnya, seperti ketetapan-ketetapan ini tidak akan beralih dari
hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunan Israel juga
tidak akan berhenti menjadi bangsa di hadapan-Ku untuk sepanjang waktu.
31:37 Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, seperti langit di atas tidak
terukur dan dasar-dasar bumi di bawah tidak terselidiki, demikianlah juga Aku
tidak akan menolak segala keturunan Israel, karena segala apa yang dilakukan
mereka, demikianlah firman TUHAN.
31:38 Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa
kota itu akan dibangun kembali bagi TUHAN, dari menara Hananeel sampai Pintu
Gerbang Sudut;
31:39 kemudian tali pengukur itu akan merentang terus sampai ke bukit Gareb,
lalu membelok ke Goa.
31:40 Dan segenap lembah itu, dengan mayat-mayat dan abu korbannya, dan
segenap tanah di tepi sungai Kidron sampai ke sudut Pintu Gerbang Kuda ke arah
timur, akan menjadi kudus bagi TUHAN. Orang tidak akan meruntuhkan dan
merobohkan lagi di sana untuk selama-lamanya."
Setelah kisah dari Kitab Suci, pembimbing mengajar peserta untuk
merefleksikan bacaan tersebut melalui beberapa pertanyaan.
Bagaimanakah peranan Roh itu kurasakan dalam hidupku sendiri?
Bagaimanakah aku memberikan peranan semestinya kepada Roh itu?
Apa artinya peranan Roh itu dalam hidupku sebagai orang beriman?
Setelah beberapa peserta mensharingkan pengalaman itu, pembimbing
memberikan tafsir bacaan dan peneguhan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Nabi Yeremia telah berulangkali mengajak bangsa Israel bertobat dari
kejahatannya tetapi tidak membawa hasil yang baik. Nabi Yeremia mengingatkan
lagi jika bangsa Israel tidak bertobat maka akan datang penghukuman dan
permusuhan dari bangsa lain. Akibat ketegaran hati bangsa Israel yang tidak mau
bertobat, maka pada tahun 612 SM Asyur dikalahkan oleh pasukan Babel yang
dipimpin oleh Raja Nebukadnezar yang menyerang Palestina dan merebut
Yerusalem. Dengan kekalahan itu kesepuluh suku Israel dibuang dan diserak
serakkan ke berbagai tempat. Akan tetapi seperti apayang telah dijanjikan Allah
kepada umat-Nya bahwa Dia akan tetap setia kepada umat pilihan-Nya. Allah
berfirman melalui nabi Yeremia yang memberikan pengharapan bahwa mereka
akan keluar dari pembuangan dan akan kembali ketanah air mereka.
Walaupun bangsa Israel berkali kali melanggar perintah Tuhan, tetapi
melalui nabi Yeremia Allah menubuatkan akan datang waktunya dimana Allah
akan membebaskan mereka dan mengadakan perjanjian baru dengan bangsa Israel
dan kaum Yehuda. Allah mempertegas bahwa Israel telah gagal menepati janji
mereka dengan Allah. Bangsa Israel telah menerima perjanjian di Gunung, tapi
mereka tak henti hentinya melanggar hukum tersebut. Mereka meninggalkan
Allah mereka dan pergi menyembah Allah Allah lain, menyembah berhala-
berhala yang dilarang oleh Allah. Namun demikian Allah tetap mengadakan
pendekatan dengan Israel. Kali ini pendekatan yang dilakukan Allah dengan
bangsa Israel adalah “Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan
menuliskannya dalam hati mereka. Maka Aku akan menjadi Allah mereka dan
mereka menjadi umatKu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Perjanjian tersebut betul betul menjamin pengampunan sepenuhnya
terhadap dosa-dosa bangsa Israel serta mengikat dan mempererat hubungan antara
Allah dan bangsa Israel. Allah peduli pada bangsa Israel,karena Allah sangat
mengasihi bangsa-Nya. Allah tidak menginginkan bangsa-Nya terus menderita,
seperti orangtua yang baik walaupun anaknya selalu melawan,tetapi orangtua
sangat mengharapkan anak itu bertobat dari kejahatannya. Orangtua pasti begitu
sabar menunggu kapan anaknya bertobat, karena orangtua tidak suka hidup
anaknya menderita terus karena perbuatannya yang jahat. Kasih Allah kepada
bangsa-Nya tentu lebih besar dari kasih orangtua kepada anaknya. Demikianlah
harapan Allah kepada bangsa-Nya yang sangat berharap supaya bangsaNya patuh
terhadap perintah Tuhan.
Adik-adik yang dikasihi dalam Tuhan Yesus, Perjanjian Baru telah
digenapi yang di ikat dengan penebusan darah Yesus Kristus. Perjanjian yang
baru ini bukan hanya berlaku bagi bangsa Israel saja melainkan bagi semua yang
percayakepada-Nya.Kita semua yang telah ditebus oleh Yesus Kristus,tentu kita
mengingat pengorbanan-Nya yang begitu besar untuk kita. Dia mengasihi kita
dengan kasih yang tiada bandingnya. Dia juga tetap setia terhadap kita walaupun
kita sering berbuat jahat melalui perbuatan, pikiran dan perkataan kita. Akan
tetapi Allah tetap mengampuni kita.Kasih dan kesetian-Nya kepada kita anak-
anak-Nya begitu luar biasa sehingga kita diampini dari dosa dosa kita.
Sebagaimana bangsa Israel tadi yang berkali-kali melanggar perintah
Allah. Dalam perjalanan hidup kita sekarang ini, mungkin kita juga melakukan
bentuk pelanggaran itu yang berbeda. Jika bangsa Israel menyembah berhala
berhala,mungkin berhala kita sebagai remaja saat ini adalah pergaulan yang bebas
dan gadget yang kita anggap sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Bahkan setiap bangun tidur yang pertama kali kita cari adalah handpone atau
phablet kita, bukannya berdoa terlebih dahulu untuk bersyukur pada Tuhan akan
karunia kehidupan yang telah diberikan untuk hari ini. Kita juga terkadang
menjadi kurang aktif dalam kagiatan di Gereja hanya karena ingin bermain
dengan teman di luar Gereja. Padahal sebenarnya di dalam Gereja kita juga bisa
mendapatkan teman seiman dan membuat iman kita semakin berkembang.
Manusia mempunyai banyak kekurangan,tetapi Allah akan menyempurnakannya
dari kekurangan kita supaya kita menikmati persekutuan kita dengan Allah. Kita
boleh merasakan damai sejahtera bersama sama Tuhan Yesus karena Dialah
sumber dari sukacitayang sejati.
b) Ice Breaking menggunakan musik “chiken dance” (09.30-09.35)
c) Ciri-Ciri Peranan Roh dalam Gereja (09.35-10.35
(1) Ciri-ciri Roh Kudus dalam Gereja
Roh membuka cakrawala kehidupan yang dewasa, yang berani
mempertanggungjawabkan karunia-karunia yang dianugrahkan kepada
para murid Yesus. Roh itu membuat para murid menjadi kreatif
mewartakan karya agung Allah dalam sejarah kehidupan.
Roh itu membimbing perjuangan dan menunjukkan bentuk baru yang
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan hidup. Roh pembaharu
tidak menyingkirkan yang lama begitu saja, melainkan yang memberi
arti baru bagi tradisi yang ada.
Roh itu membagikan karunia-karunia-Nya untuk mengembangkan
keseluruhan, agar akhirnya semuanya menampilkan buah-buah Roh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
yang pantas dibanggakan. Roh itulah yang membangun seluruh tubuh
Yesus Kristus
Roh menjadikan orang beriman pendoa, yaitu mengarahkan seluruh
hidup kepada Allah. Hadir di hadirat Allah adalah berkat dorongan Roh
Allah sendiri yang mengajari orang beriman berdoa.
Roh Allah mempersatukan seluruh Gereja, walaupun adanya perbedaan.
Persatuan yang sesungguhnya memang tidak berarti seragam,
melainkan berarti saling mendukung dalam perkembangan hidup
beriman.
Roh itu dalam Gereja menampilkan buah hasil kebijakan yang
membangun seluruh kehidupan menjadi subur.
(2) Pendalaman Kitab Suci
Pembimbing membacakan kisah daari Kitab Suci, Kisah Para Rasul 10:34-
38 mengenai Roh yang hidup dalam Gereja.
10:34 Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah
mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.
10:35 Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang
mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.
10:36 Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu
firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah
Tuhan dari semua orang.
10:37 Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea,
mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
10:38 yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan
Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan
menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.
Setelah membaca Kitab suci, pembimbing memberikan pertanyaan pada
peserta sebagai bahan refleksi.
Bagaimanakah kehadiran Roh Allah dan Putra-Nya Yesus Kristus
hidup di dalam Gereja masa kini?
Adakah kekuatan Roh seperti itu terasa di dalam kehidupan persekutuan
kita sebagai Gereja?
Bagaimanakah kita memanfaatkan karunia Roh bagi pengembangan
hidup kita bersama?
Setelah peserta mensharingkan hasil refleksi, pembimbing memberikan
tafsir bacaan dan peneguhan:
Ayat 34-35 “lalu mulailah Petrus berbicara katanya”. Secara harafiah
digunakan kata„Petrus berbicara‟ (having opening his mount). Ungkapan ini
menegaskan otoritas khotbah Petrus sendiri, yang memberi bobot kebenaran pada
pewartaannya. Kata-kata pertama yang diungkapkan oleh Petrus adalah ungkapan
yang sangat penting.
“Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan
orang”. Petrus berbicara tentang universalitas keselamatan Allah. Allah tidak
memandang orang dan tidak dimonopoli oleh kelompok tertentu. Kepada
Kornelius, Petrus memaklumkan Allah sebagai Allah segala bangsa, baik Yahudi
maupun Yunani, Ia tidak memiliki bangsa favorit. Sebagai orang Yahudi, Petrus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
lebih memperhatikan sisi pewartaan di tengah-tengah bangsa kafir tersebut.
Dalam Perjanjian Lama, Allah diyakini sebagai Allah orang Israel. Bangsa Israel
merupakan bangsa pilihan Allah. Allah adalah raja sekaligus Tuhan mereka.
Tetapi, dalam perjanjian Baru, berkat darah Anak Domba semua bangsa disatukan
sebagai milik Allah. Syaratnya adalah beriman. Petrus memaklumkan bahwa
Allah adalah Allah semua bangsa.
Kendati demikian, aspek keterpilihan Israel tidak terhapuskan. Keterpilihan
Israel sebuah antisipasi kedatangan Mesias, seperti telah dijanjikan sejak zaman
Abraham. Bukan karena suku bangsa orang berkenan dihadapan Allah dan
kemudian diselamatkan. Seseorang atau setiap bangsa dikatakan berkenan jika
memenuhi syarat-syarat dalam ayat 35; “…, yang takut akan Dia dan
mengamalkan kebenaran”.
Pertama, takut akan Allah berarti percaya sepenuhnya pada-Nya. Allah
menjadi satu-satunya landasan dasar kehidupan. Orang yang takut akan Allah
sedemikian rupa menyelaraskan kehendaknya pada kehendak dan tuntutan Allah
dalam Roh Kudus. Yesus adalah contoh otentik orang yang takut akan Allah.
Takut akan Allah membenarkan orang. Kornelius dan seisi rumahnya berkenan
dihadapan Allah karena perbuatannya yang takut akan Allah.
Kedua, mengamalkan kebenaran. Bahasa Yunani menerjemahkan kebenaran
denganeuvangelion. Terjemahan ini mengaju pada pribadi Yesus yang diwartakan
para rasul. Yesus adalah Injil, Sang Kebenaran. Maka, keselamatan diperoleh
dalam iman akan Yesus Sang Kebenaran.
Ayat 36: “Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang
Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus kristus, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
adalah Tuhan dari semua orang”. Bagian ini mempertegas ayat 34 dan 35 tentang
kedudukan Allah sebagai Allah semua bangsa. Di sini termuat suatu tindakan
Allah yang mempersiapkan keselamatan dalam diri Yesus Kristus. Yesus adalah
kepenuhan „damai sejahtera‟, melalui dan dalam diri-Nya terdapat keselamatan
yakni damai sejahtera bagi semua bangsa. Maka, Yesus adalah Tuhan atas
segalanya dan juga dalam membagikan berkat-Nya.
Ayat 37: “Kamu tahu segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea,
mulai dari Galilea, sesudah babtisan yang diberitakan oleh Yohanes”. Pokok
uraian ayat ini adalah hidup Yesus Kristus di depan umum. Babtisan Yohanes
yang diterima oleh Yesus merupakan bagian yang sentral dalam pewartaan Injil
Lukas. Boleh dikatakan babtisan ini menjadi setting sekaligus awal dimana Yesus
tampil ke panggung dunia. Hal ini terdapat dalam Lukas 3:3 yang separalel
dengan Kis 1:22. Secara terminologi, bagian ini merupakan sinonim Yesus dari
Nazareth. Pada bagian ini Petrus mengulangi pewartaan Yohanes tentang Mesias,
Raja yang akan datang. Hal ini mengatisipasi 11:16; “Maka teringatlah aku akan
perkataan Tuhan; Yohanes membabtis dengan air, tetapi kamu akan dibabtis
dengan roh Kudus”.
Ayat 38: “Yesus dari Nazaret: Bagaimana Allah mengurapi Dia dengan
Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik
dan menyembuhkan semua orang yang di kuasai iblis, sebab Allah menyertai
Dia”. Petrus menyampaikan isi pewartaan secara singkat dan tegas. “Yesus dari
Nazaret” Dengan mengungkapkan ini Petrus menyampaikan aspek historisitas
Yesus yang pernah hidup di Nazaret, berkarya, berbuat baik dan melakukakn
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
mukzijat. Pernyataan ini menegaskan isi pewartaan yang sebenarnya sekaligus
kualitas yang ada di dalamnya.
f. Sesi II: Keterlibatan Remaja dalam Hidup Menggereja (10.50-12.30)
1) Pengantar (10.50-11.00)
Setelah mendengarkan penjelasan materi tentang peranan Roh Allah dalam
Gereja. Pada sesi ini marilah kita memperdalam materi mengenai empat kegiatan
inti Gereja, sehingga nantinya akan lebih semangat dan mantap aktif dalam hidup
menggereja dalam bidang liturgi, pelayanan, pewartaan dan persekutuan.
2) Materi (11.00-12.30)
a) Liturgi (Liturgia)
Liturgia adalah segala bentuk kegiatan ibadat kepada Tuhan yang dilakukan
oleh umat, baik secara pribadi ataupun bersama baik sakramen maupun yang
bukan sakramen. Liturgi bukan merupakan tontonan, melainkan perayaan.
Melalui perayaan itu sebagai pengungkapan iman Gereja, orang mengambil
bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi
lahiriah. Yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan
oleh doa (KWI, 1996: 392).
Ini berarti mengamalkan tiga tugas pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan
Raja. Dalam kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup
beriman. Melalui bidang karya ini, setiap anggota menemukan, mengakui dan
menyatakan identitas Kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Hal ini dinyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dengan doa, simbol, lambang-lambang dan dalam kebersamaan umat. Partisipasi
aktif dalam bidang ini diwujudkan dalam memimpin perayaan liturgis tertentu
seperti: memimpin Ibadat Sabda/Doa Bersama; membagi komuni; menjadi: lector,
pemazmur, organis, mesdinar, paduan suara, penghias Altar dan Sakristi; dan
mengambil bagian secara aktif dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama,
menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan.
Kaum remaja dituntut berperan aktif dalam perayaan ekaristi yang
berlangsung guna menampakkan dan mengembangkan imannya kepada Kristus
bagi sesama. Dalam hal ini ajaran Konsili Vatikan II menjelaskan bahwa:
Umat beriman menghhadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau penonton yang bisu, melainkan supaya melalui upacara dan doa-doa memahami misteri itu dengan baik, dan ikut serta penuh khidmat dan secara aktif. Hendaknya mereka rela diajar oleh sabda Allah, disegarkan oleh santapan tubuh Tuhan dan bersyukur kepada Allah (SC 48).
Liturgi bukanlah upacara perorangan, melainkan perayaan bersama. Liturgi
merupakan perayaan bersama seluruh anggota Gereja sebagai sakramen kesatuan.
Oleh karena itu kehadiran dan keterlibatan masing-masing kaum remaja
merupakan sikap yang menunjang keberhasilan dari perayaan itu sendiri. Kaum
remaja terdiri dari bermacam-macam orang dan fungsi, maka keterlibatan mereka
dalam berliturgi juga beranekaragam sesuai dengan fungsinya. Artinya, meskipun
liturgi merupakan perayaan seluruh Gereja, liturgi merangkum keterlibatan
berbagai peran dan tingkatan yang sebenarnya melayani satu kepentingan yakni
pembangunan tubuh Kristus. Dasar keterlibatan kaum remaja adalah rahmat
Imamat umum yang dimiliki setiap orang berkat sakramen baptis dan krisma yang
diterimanya. Keikutsertaan kaum remaja dalam pelaksanaan liturgi bukan sekedar
untuk membantu imam, tetapi merupakan pelaksanaan imamat umum semua
umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
b) Pewartan (Kerygma)
Kerygma adalah segala bentuk pewartaan, pengajaran iman dan komunikasi
iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling meluruskan
pandangan iman. Setiap orang yang menerima pewartaan Kristus mengemban
tugas pewartaan seperti yang telah diperintahkan oleh Yesus Kristus. Pewartaan
Injil adalah tugas setiap orang Katolik (LG 16-17). Pewartaan hendaknya diterima
dalam arti luas dan tidak terbatas hanya pada homili, pelajarn agama ataupun
pendalaman Kitab Suci saja. Pewartaan hendaknya selalu kita bawa dalam
kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, seluruh umat beriman dalam hal ini
adalah kaum remaja diharapkan bekerjasama dalam karya pewartaan Injil
khususnya dalam lingkup karya dan kehidupan keluarga mereka.
Bidang karya ini, diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk mendalami
kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup
berdasarkan semangat Injili, dan mengusahakan pengenalan yang semakin
mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak mudah goyah dan tetap setia.
Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya: pendalaman iman,
katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainnya.
Termasuk dalam kerygma ini adalah pendalaman iman lebih lanjut bagi orang
yang sudah Katolik lewat kegiatan-kegiatan katekese.
c) Persekutuan (Koinonia) demi Kesaksian(Martyria)
Dalam 1 Kor 15:57-58, Santo Paulus menyampaikan nasihatnya “syukur
kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Kristus, Tuhan kita. Karena itu saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh,
jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bwa
dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Kor15:57-58).
Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah
Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, PuteraNya, dalam kuasa Roh
Kudus. Bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang
berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus. Hal ini berhubungan dengan „cura
anima‟ (pemeliharaan jiwa-jiwa) dan menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik
Kristus. Oleh karena itu diharapkan dapat menciptakan kesatuan: antar umat, umat
dengan paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini
diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja baik secara territorial
(Keuskupan, Paroki, Stasi/Lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-
kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.
Hal ini dapat diwujudkan dengan menghayati hidup sehari-hari sebagai
orang beriman di tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin
relasi dengan umat beriman lain, dan dalam relasi hidup bermasyarakat. Melalui
bidang karya ini, umat beriman diharapkan dapat menjadi ragi, garam dan terang
di tengah masyarakat sekitarnya, sehingga mereka disukai semua orang dan tiap-
tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
d) Pelayanan (Diakonia)
Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari akan tanggungjawab
pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karena itu dibutuhkan adanya
kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keiklasan
hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh jemaat (Kis 4:32-35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Melalui empat kegiatan inti Gereja tersebut siswa tidak hanya berkembang
dalam iman saja, melainkan dapat ikut ambil bagian dalam perkembangan Gereja.
Keterlibatan siswa dalam perkembangan Gereja, misalnya dalam perkembangan
Gereja sebagai persekutuan dimana di dalamnya terdapat persekutuan yang erat
antar anggotanya, Seperti dalam persekutuan dalam PIR di tengah mereka.
g. Sesi III: Dinamika Kelompok
1) Pengantar (13.15-13.25)
Adik-adik yang terkasih setelah pada sesi pertama dan kedua kita bersama-
sama telah mendalami tentang peranan Roh Allah dalam Gereja dan keterlibatan
hidup menggereja di bidang liturgi, pewartaan, persekutuan dan pelayanan. Pada
sesi ini kita akan menghayati kebersamaan hidup menggereja melalui permainan-
permainan.
2) Permainan (13.25-15.00)
a) Burma Bridge
(1) Bentuk Permainan
Setiap peseta diminta meniti bambu yang telah disediakan dengan
ketinggian 2 m dan panjang 15 m, fasilitator memasangkan kelengkapan
pengaman sebelum peserta melaksanakan tugas tersebut, fasilitator memberikan
arahan dan motivasi agar peserta berhasil melewati bambu dengan sebaik-
baiknya, fasilitator memegang tali pengaman untuk menjaga keselamatan peserta,
saat pelaksanaan peserta yang lain menunggu giliran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
(2) Tujuan Permainan
Melatih percaya diri untuk menghadapi segala ujian dan rintangan dalam
kehidupan, melatih kepercayaan diri dan berani mengambil keputusan. Seperti
halnya dalam hidup menggereja baik di sekolah, masyarakat dan dimanapun kita
berada.
b) Elvis Walk
(1) Bentuk Permainan
Seluruh peserta harus melewati tali yang digantungkan dan berjalan
menyusuri tali tersebut dengan menggunakan tali pegangan yang direnangkan
diatasnya. Kelihatannya mudah tetapi menakutkan pada kenyataannya sulit tetapi
menyenangkan namun begitu tetap membutuhkan konsentrasi dan keberanian
untuk melakukannya. Tali yang diikatkan tingginya sekitar 10 meter diatas tanah.
(2) Tujuan Permainan
Melatih peserta untuk cepat mengambil keputusan, melatih keberanian dan
merubah pola pikir. Melalui permainan ini siswa diharapkan dapat mengambilkan
keputusan dengan sebuah keberainian. Dalam melakukan hal yang baik memang
banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti halnya hidup menggereja dalam
masyarakat dan lingkungan yang sulit untuk dilaksanakan. Akan tetapi dengan
keberanian dan tekat yang kuat pasti akan mampu melewati rintangan tersebut.
c) Samurai
(1) Bentuk Permainan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Peserta berdiri melingkar dan bergaya seperti samurai yang memegang
pedangnya.Instruksi trainner jika “musuh di depan” maka peserta satu langkah
kedepan sambil menghujamkan pedangnya, “musuh di belakang” peserta balik
badan sambil menghujamkan pedangnya, “musuh di kanan/kiri” peserta
menghadap ke kanan/kiri sambil menhujamkan pedangnya.Permainan seru karena
pasti akan ada kesalahan karena perbedaan persepsi antara kanan, kiri, depan dan
belakang. Permainan akan lebih seru lagi jika mata peserta ditutup atau
memejamkan mata.
(2) Tujuan Permainan
Melalui permainan ini peserta diajak untuk konsentrasi mendengarkan
intruksi dari pemimpin. Memang banyak persepsi dalam permainan ini, namun
jika sungguh-sungguh berkonsentrasi maka semua pesrta pasti dapat kompak.
Seperti halnya tanggapan siswa dalam hidup menggereja, ada yang menanggapi
dengan sungguh-sungguh dan hanya sambi lalu. Jika dengan sambi lalu saja maka
tidak akan sungguh-sungguh melaksanakannya.
d) Atom Bomb
(1) Bentuk Permainan
Peserta berkelompok menjadi 5 orang, kemudian setiap kelompok diberi
alat. yaitu tali rafia, bola plastik dan triplek yang sudah dibentuk menjadi bulat.
Setiap kelompok beradu cepat menuju garis finish dengan syarat bola tidak boleh
jatuh. Apabila jatuh, peserta harus mengulangi dari garis start.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
(2) Tujuan Permainan
Permainan ini melatik kerjasama, strategi dan kekompakkan bagi peserta.
Bola ditengah teriplek diibaratkan sebagai Gereja dalam perkembangan zaman.
Jika kita tidak menjaganya maka keberadaan Gereja akan hancur tertelan
perubahan zaman. Dengan permainan ini peserta diajak agar mereka semakin
menyadari akan tugasnya sebagai tombak perkembangan Gereja. Dengan ada dan
terlibat dalam Gereja, maka mereka tentunya akan menjaga perkembangan dan
keberadaan Gereja itu.
e) Puncture Pipe
(1) Bentuk Permainan
Masing-masing kelompok diminta berlomba mengeluarkan bola pimpong
yang ada dalam pipa bocor dengan menggunakan air. Cara menuangkan air ke
dalam pipa hanya boleh menggunakan ember yang telah disediakan dengan waktu
yang telah ditentukan. Pemaknaan dalam permainan ini adalah bagaiman
mengatur strategi kerjasama kelompok, strategi menyelesaikan masalah dan
kepemimpinan.
(2) Tujuan Permainan
Berani menerima tantangan, meningkatkan kemampuan mengatasi berbagai
masalah. Dengan permainan ini peserta diharapkan berani menerima tantangan
yang mereka hadapi dalam keaktifan hidup menggereja. Seperti pada
permenungan bacaan Kitab Suci yang ada dalam sesi kedua. Peserta mulai bisa
terlepas dari berhala seperti hanya bermain diluar dengan teman dan sibuk sendiri
dengan gadget.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
f) Estafet Tepung
(1) Bentuk Permainan
Peserta berkelompok 5 orang. Setiap orang dibagikan satu mangkok kecil.
Kemudian berbaris memanjang ke belakang. Setiap kelompok harus berkompetisi
secara estafet memindahkan tepung yang sudah disiapkan di depan menuju ember
yang ada di belakang dengan syarat mangkok harus melalui atas kepala dan
peserta tidak boleh menoleh ke belakang. Kompetisi dibatasi hanya dua menit dan
kelompok dengan tepung paling banyak adalah kelompok yang menang.
(2) Tujuan Permainan
Tujuan dari permainan ini mengajak peserta untuk aktif dan bekerjasama.
Tepung yang dilemparkan ibarat hidup menggereja dimanapun kita berada. Terasa
sulit dan penuh tantangan memang, akan tetapi kita tetap bisa melakukannya jika
kita percaya dan yakin akan iman pada Yesus yang diibaratkan dengan wadah.
h. Penutup
1) Pengantar (15.00-15.15)
Adik-adik semua selama satu hari ini kita telah mengikuti rekoleksi dengan
berbagai kegiatan. Tiga sesi sudah sama-sama kita ikuti dan resapi di setiap
materinya. Apa ynag kalian dapatkan pada hari ini diharapkan kalian sudah
semakin mantap akan pentingnya ikut aktif dalam hidup menggereja. Kalian
semua adalah tombak perkembangan Gereja yang sangat diharpkan oleh Gereja.
Jadi kalian juga harus memantapkan diri melaksanakan tugas tersebut. Jangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
takut, karena Roh Allah dan Yesus sendiri selalu ada menyertai kalian dalam
hidup menggereja yang kalian lakukan.
2) Doa Penutup (15.15-15.20)
Allah Bapa Yang Maha Pengasih, terima kasih karena selama sehari ini
Engkau telah menyertai kami dalam rekoleksi ini. Kami telah belajar dan
menghayati akan peranan Roh Allah yang ada dalam Gereja yang membuat kami
mantap untuk melaksanakan tugas kami sebagai remaja yang mengembangkan
Gereja. Berkatilah kami ya Bapa agar setelah ini kami langsung memantapkan diri
terlibat aktif dalam hidup menggereja. Doa ini kami haturkan dengan perantaraan
Yesus Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau dan Roh
Kudus kini selalu dan sepanjang segala abad. Amin.
3) Lagu Penutup (15.20-15.30)
“Yesus Pokok”
Yesus Pokok dan kitalah carangnya
Tinggallah didalamnya
Yesus pokok dan kitalah carangnya tinggallah didalamnya
Yesus pokok dan kitalah carangnya
Tinggallah didalamnya
Pastilah kau akan berbuah
Yesus cinta ku....Ku cinta kau.......Kau cinta dia
Yesus cintaku......Ku cinta kau.....Kau cinta dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bagian penutup penulis mengemukakan beberapa hal sebagai
kesimpulan dari keseluruhan skripsi ini. selain itu penulis juga menyampaikan
saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang terlibat dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang diselenggarakan di SMP Negeri 4
Purworejo.
A. KESIMPULAN
Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan tempat dimana siswa
dapat mengembangkan iman yang dimilikinya. PAK di sekolah tidak semata-mata
memberikan materi saja, melainkan yang terpenting adalah tercapainya tujuan dari
PAK itu sendiri, yaitu mewujudkan Kerajaan Allah ditengah-tengah komunitas
sekolah. Proses pembelajaran PAK harus sesuai dengan kebutuhan siswa,
sehingga siswa dapat mengembangkan hidup secara utuh.
Hidup menggereja merupakan hal yang penting dalam kehidupan umat
Katolik, termasuk pada remaja di SMP Negeri 4 Purworejo. Hidup menggereja
menjadi lebih bermakna dan berarti jika seseorang mampu mewujudkannya di
lingkungan masyarakat dan dimanapun mereka berada sebagai wujud iman
terhadap Kristus. Hidup menggereja dihayati dengan mewujudkan empat kegiatan
inti Gereja, yaitu liturgia, kerygma, koinonia dan martyria demi diakonia.
PAK di SMP Negeri 4 Purworejo masih perlu memberikan semangat bagi
siswa untuk lebih terlibat aktif lagi dalam hidup menggereja, supaya mereka
sungguh mantap melaksanakan hidup menggereja baik di gereja, sekolah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
lingkungan masyarakat. Hidup menggereja yang diwujudkan oleh siswa
diharapkan mampu dirasakan secara serius. PAK di sekolah perlu memperhatikan
dan menyemangati siswa yang sama sekali belum terlibat aktif dalam hidup
menggereja, supaya sedikit demi sedikit mereka mulai tergerak hatinya untuk ikut
terlibat.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menawarkan rekoleksi sebagai salah
satu sarana yang efektif untuk membangkitkan semangat hidup menggereja siswa
di SMP Negeri 4 Purworejo. Penulis memilih rekoleksi, karena rekoleksi diyakini
lebih menarik bagi siswa. Rekoleksi mampu mengolah permasalahan yang
dialami remaja melalui sharing dan refleksi bersama. Dalam rekoleksi penulis
juga menyertakan sesi dinamika kelompokdengan permainan-permainan yang
membantu semangat mereka untuk hidup menggereja. Sebelumnya di sekolah
juga belum pernah diadakan kegiatan yang membantu mereka untuk semangat
dalam hidup menggereja.
B. SARAN
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan beberapa saran sehubungan
dengan peningkatan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik demi
meningkatkan semangat keterlibatan siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo
dalam hidup menggereja.
1. Bagi Sekolah
Pihak sekolah perlu lebih memperhatikan siswa yang beragama Katolik.
Walaupun mayoritas siswa di sekolah beragama Muslim, namun siswa Katolik
juga membutuhkan perhatian dengan diadakannya kegiatan di luar jam belajar
efektif untuk mengembangkan iman mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
2. Bagi Guru
Dalam proses belajar mengajar di sekolah guru diharapkan lebih kreatif lagi
dalam menyampaikan materi dengan mencari sarana yang menarik agar siswa
tidak merasa bosan dan monoton. Guru juga diharapkan memberikan kegiatan
untuk siswa yang membantu mereka semakin menghayati iman mereka.
3. Bagi siswa
Siswa lebih semangat lagi untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja
dengan menyadari tugasnya sebagai anggota Gereja. Diawali dengan hidup
menggereja di lingkungan Gereja dan berkembang di lingkungan sekolah dan
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Banawiratma, JB. (1986). Gereja dan Masyarakat. Yogyakarta: Kanisius. _______. (1991). Iman Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Kanisius. Dapiyanta, FX. (2008). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik Sekolah untuk Mahasiswa Semester IV, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Darmawijaya, St. (1990). Aneka Tema Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang. (2008). Nota Pastoral
Melibatkan Anak dan Remaja Untuk Pengembangan Umat. Muntilan:KAS. Frans. http://www.gsn-soeki.com/lagu/lirik-lagu-rohani-baru.php accesed on
January 31, 2015. Groome, Thomas H. (2010). Pendidikan Agama Kristen (Stefanus. Daniel,
Penerjemah). Jakarta: Gunung Mulia. Heryatno Wono Wulung. F.X. (2003).Pengantar PAK Sekolah. Diktat Mata
Kuliah Pengantar PAK Sekolah Untuk Mahasiswa Semester IV, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
_______. (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik. Diktat Mata Kuliah Pengantar PAK Sekolah untuk Mahasiswa Semester IV, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Jacobs, Tom dkk. (1992). Silabus Pendidikan Iman Katolik Melalui Pelajaran Agama Pada Tingkat Pendidikan Dasar 9 Tahun. Yogyakarta: Kanisius.
Kila, Pius. (1996). Rekoleksi dan Retret Remaja. Yogyakarta: Kanisius. Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia. (2007). Perutusan Murid-
murid Yesus Pendidikan Agama Katolik Untuk SMA/SMK. Yogyakarta: Kanisius.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Mangunhardjana, A.M. (1984). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. Safiyudin Sastrawijaya. (1977). Beberapa Masalah tentang Kenakalan Remaja.
Bandung : Karya Nusantara. Sinode GKJ dan GKI Jateng. (1995). Pedoman Pembinaan Remaja. Yogyakarta :
LembagaPendidikan Kader. Suhardiyanto, H.J. (2005).Pendidikan Hidup Menggereja. Diktat Mata Kuliah
Pendidikan Hidup Menggereja untuk Mahasiswa Semester III, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Suparno, Paul. (2011). Orang Muda Mencari Jati Diri. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Vini.http://vinividiviciadventurecamp.blogspot.com/2011/09/beberapa-games-
menarik-di-outbound.html accesed on January 31, 2015.
Zakiah Daradjat. (1975). Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Lampiran 3: Kuesioner
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
Jl. Ahmad Jazuli 2, Tromolpos 75 Yogyakarta 55002
A. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER
1. Melalui kuisioner ini penulis meminta bantuan anda untuk memberikan
pandangan berdasarkan pengalaman anda terhadap keterlibatan anda dalam
hidup menggereja baik di sekolah, paroki dan lingkungan
2. Data kuisioner ini akan digunakan untuk peningkatan hidup menggereja
siswa baik di Gereja, sekolah dan masyarakat
3. Pilihlah jawaban dengan cara memberikan tanda lingkaran ( O ) pada salah
satu jawaban yang tersedia
B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Kelas :
3. Jenis Kelamin :
C. SOAL PENELITIAN
1. Pendidikan Agama Katolik di sekolah memberikan inspirasi untuk anda
dalam bertindak sebagai murid Yesus
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
2. Pendidikan Agama Katolik di sekolah memberikan kesempatan pada anda
untuk mengembangkan iman melalui kegiatan yang dilakukan sehari-hari
baik dalam lingkungan sekolah, masyarakat maupun Gereja
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
3. Pendidikan Agama Katolik di sekolah membuat anda semakin yakin pada
iman yang anda dalami
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
4. Pendidikan agama Katolik di sekolah membantu anda dalam mewujudkan
Kerajaan Allah di tengah kehidupan baik dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
5. Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak hanya memberikan informasi
pada anda, melainkan mendidik dan membentuk anda memiliki sikap sosial
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
6. Materi Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak hanya mendalami materi
dari buku atau Kitab Suci saja, melainkan pengalaman anda menghadapi
masalah dalam hidup sehari-hari
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
7. Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak hanya menjadikan siswa sebagai
pendengar saja, melainkan secara bersama-sama mencari jalan untuk
menghadapi persoalan yang ada
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
8. Memutar film / tayangan singkat yang berhubungan dengan materi pelajaran
membuat anda semakin memahami akan materi yang diberikan oleh guru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Alasannya:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
9. Bagaimana tanggapan anda mengenai proses kegiatan pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik di sekolah?
a. Sangat menarik
b. Menarik
c. Cukup menarik
d. Kurang menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Alasannya:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
10. Hidup Menggereja adalah ambil bagian dalam tugas perutusan Gereja
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
11. Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh setiap umat Katolik kapan pun dan
dimana pun
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Alasannya:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
12. Sebagai remaja Katolik saya sudah terlibat dalam kegiatan pewartaan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
13. Sebagai remaja Katolik saya sudah terlibat dalam kegiatan liturgi, seperti
menjadi misdinar, lektor dan pemazmur
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Alasannya:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
14. Sebagai remaja Katolik saya aktif dalam PIR di Gereja sebagai persekutuan
murid-murid Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Alasannya:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
15. Kaum remaja sebagai jantung hati dan ujung tombak Gereja diwajibkan untuk
dapat menjadi garam dan ragi dalam lingkungannya sesuai dengan kedudukan
dan kemampuannya masing-masing
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Alasannya:
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
16. Kegiatan apa saja yang anda ikuti di Gereja dan kegiatan mana saja yang
mengembangkan niat anda dalam terlibat aktif di Gereja?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
17. Apa saja yang telah anda lakukan di lingkungan sekolah dan masyarakat
sebagai anggota Gereja baik dalam hal liturgi, pewartaan, persekutuan dan
pelayanan?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
18. Hidup menggereja saya ketahui lewat proses pembelajaran PAK di sekolah
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Alasannya:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
19. Apakah PAK di sekolah menyemangati anda dalam hidup Menggereja? Beri
penjelasan!
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
20. Apakah proses pembelajaran dan metode PAK di sekolah membantu anda
memahami akan arti keterlibatan hidup menggereja, sehingga anda terdorong
aktif dalam hidup menggereja? Beri Penjelasan!
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
............................................................................................................................
21. Apa yang anda harapkan dari metode pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik yang ada di sekolah?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
Lampiran 4: Contoh Jawaban Kuesioner Responden Perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
Lampiran 5: Contoh Jawaban Kuesioner Responden Laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
Lampiran 6: Daftar Nama Responden
1. Verena Devi Andini
2. Lusiana P
3. Feronica Dian
4. Pauline Lidya Laura
5. Stevanus Panji
6. Natasya Leony Agus Putri
7. Antonius Heru Darmawan
8. Patricius Luky
9. Yohana Natalia Andaresta
10. Maria Chrisma Shintya
11. Yohanes Wahyu Edi
12. Marcelinus Beni
13. Margareta Dewanti Findasari
14. Meidyana D
15. Yohanes Andung Pangestu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
Lampiran 7: Visi dan Misi SMP Negeri 4 Purworejo
SMP Negeri 4 Purworejo yang terletak di JI. Jenderal Urip Sumoharjo No. 62
Purworejo, merupakan sekolah berstandar nasional berdasarkan SK Mendikbud
No. 960/C.3/kp/2005 Sekolah kami memiliki VlSI “CANTIK” (Cerdas, sANtun,
Taqwa, Inovatif dan Kompetitif) dengan indikator Vlsi sebagal berikut:
1. Terwujudnya pendidikan yang menghasilkan lulusan yang kompetitif.
2. Terwujudnya pendidikan yang bermutu baik akademik maupun non akademik.
3. Terwujudnya pendidikan yang adil dan merata.
4. Terwujudnya pendidikan yang transparan, akuntabel, partisipatif dan efektif
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka sekolah memiliki misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil, beriman,
bertaqwa, santun dan memiliki keunggulan yang kompetitif.
2. Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien, disiplin dan relevan.
3. Mewujudkan pendidikan yang adil dan merata.
4. Mewujudkan sistim pendidikan yang transparan, akuntabel, partisipatif, dan
efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
Lampiran 8: Wawancara Penulis dengan Ibu Murni Mengenai SMP Negeri
4Purworejo
1. Kapan SMP Negeri 4 Purworejo pertama kali didirikan?
Dari arsip sekolah menunjukkan bahwa SMP Negeri 4 Purworejo didirikan
pada tanggal 1 Agustus 1958 dengan SK NO: 187/SK.B.III / 25 Mei 1960 dengan
nama SLTP Negeri 3 Purworejo. Pada tanggal 19 Desember 2001 SLTP Negeri 3
Purworejo berganti nama menjadi SMP Negeri 3 Purworejo dengan SK NO: 061 /
6/ 09. Setelah berjalan tiga tahun dengan nama SMP N 3 Purworejo, pada tanggal
7 Februari 2004 di ubah dari SMP N 3 menjadi SMP N 4 Purworejo dengan SK
NO: 422/ 568/ 2003. Perubahan nama dari SMP N 3 menjadi SMP N 4
berdasarkan urutan didirikannya sekolah.
2. Bagaimana sejarah mengenai berdirinya SMP Negeri 4 Purworejo?
Mengenai sejarah pembangunannya sendiri, SMP Negeri 4 Purworejo
memiliki sejarah yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum.
3. Bagaimana gambaran tata ruang dan vasilitas di SMP Negeri 4Purworejo?
Gedung SMP Negeri 4 Purworejo membentang dari utara ke selatan yang
terletak di jalan Urip Sumoharjo No.62 Purworejo. Letaknya yang sangat strategis
membuatbuat SMPN 4 menjadi salah satu SMP yang banyak diminati oleh siswa
baru.
Gedung yang ada merupakan bangunan yang berlantai satu dan berlantai
dua. Jika digambarkan menggunakan denah, tata gedung di SMPN 4 Purworejo
terlihat sedikit rumit, karena tata letaknya yang berbelak-belok. Setelah memasuki
gerbang utama terdapat ruang penjaga sekolah di sebelah kanan dan parkiran bagi
guru, karyawan dan para tamu di sebelah kiri. Setelah itu akan ada ruang TU dan
kepala sekolah di sebelah kanan serta ruang guru di sebelah kiri. Di ruang TU
terdapat benyak piala yang merupakan hasil dari prestasi para siswa SMPN 4
Purworejo. Ruang TU juga digunakan siswa untuk mengurus pembayaran dan
administrasi sekolah. Ruang guru yang ada terlihat sedikit sumpek, karena
banyaknya guru dengan meja dan tumpukan buku yang ada, meskipun demikian
suasanya masih terlihat nyaman jika siswa masuk kesana. Ada dua puluh satu
ruang kelas untuk kelas VII, VIII dan IX.
SMPN 4 Purworejo mempunyai dua ruang laboraturium, yaitu laboraturium
IPA dan bahasa. Ruang komputer terlihat sangat rapi dan nyaman dengan jumlah
komputer yang sangat memadai bagi siswa. Ruangan yang ber AC juga membuat
siswa bertambah semangat dan nyaman pada saat pelajaran komputer.
Perpustakan sekolah menyediakan buku-buku pelajaran serta buku-buku
penunjang lainnya yang dapat dipinjam oleh siswa. Terdapat tatanan meja dan
kursi yang rapi di dalam perpustakan untuk belajar siswa. Di antara ruang kelas
VII terdapat ruang untuk menyimpan alat-alat drum band. Di antara ruang kelas
VIII terdapat ruang seni musik untuk pelajaran seni musik. Terdapat tiga kantin
yang luas untuk istirahat siswa pada saat jam istirahat. Ada juga ruang UKS yang
digunakan untuk ekstra PMR dan siswa yang sakit di sekolah. Toilet, ruang ganti
dan kamar mandi sangat terjaga kebersihannya. Di dalam ruang kelas terdapat TV,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
VCD yang digunakan sebagai media belajar siswa. Ada satu kipas angin yang
terdapat di setiap ruang kelas.
4. Bagaimana prestasi dari SMP Negeri 4 Purworejo sendiri?
Masa kejayaan SMP N 4 dimulai sejak tahun 2005 pada saat dipimpin oleh
Dra. Susini. Mulai saat itu prestasi sekolah mulai meningkat. Tidak hanya dalam
hal prestasi, melainkan dalam hal pembangunan fisik sekolah serta sarana dan
prasarana sekolah. SMP N 4 Purworejo juga sering dijadikan sebagai tempat
untuk mengadakan pertemuan dan seminar tingkat daerah, bahkan pernah menjadi
penyelenggara untuk penyuluhan perakitan komputer bagi para guru se kabupaten
Purworejo. Dari tahun 2010 hingga sekarang SMP N 4 Purworejo menjadi
sekolah favorit kedua di Purworejo yang di kepalai oleh bapak Muh. Syaifudin,
M.Pd.
5. Siapa saja yang membantu bapak kepala sekolah dalam melaksanakan
tugasnya?
Dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah bapak Muh. Syaifudin
dibantu oleh tiga orang wakil kepala sekolah, yaitu bapak Sutrisno, S.Pd, bapak
Drs. Pawitno dan ibu Emi Nurhidayati.
6. Berapa jumlah guru dan karyawan keseluruhan di SMP Negeri 4
Purworejo?
Seluruh tenaga pendidik dan karyawan yang ada di SMP N 4 Purworejo
berjumlah 43 orang. 34 orang tenaga pendidik, 4 orang karyawan tata usaha, 2
orang penjaga keamanan dan 3 orang petugas kebersihan sekolah. Selama ini
organisasi yang ada di SMP N 4 Purworejo berjalan dengan cukup baik. Hal ini
ditandai dengan belum adanya permasalahan yang serius tentang
pengorganisasian yang berada di bawah struktur sekolah SMP N 4 Purworejo.
Relasi antara guru, karyawan dan peserta didik terjalin baik dengan adanya kerja
sama yang baik antara satu dengan yang lain.
7. Berapa jumlah keseluruhan siswa di SMP Negeri 4 Purworejo?
Jumlah siswa keseluruhan di SMP Negeri 4 Purworejo pada tahun pelajaran
2014/2015 berjumlah 714 orang. Kelas VII berjumlah 238, kelas VIII berjumlah
238 dan kelas IX berjumlah 238, dimana masing-masing kelas berjumlah 34 siswa.
Awalnya jumlah siswa setiap kelasnya berjumlah 40 siswa, namun sejak tahun
2011 jumlah siswa setiap kelasnya dikurangi menjadi 34 siswa untuk efektifitas
belajar. Dari 714 siswa, siswa yang beragama Katolik berjumlah 15 orang dan
Kristen 12 orang.
8. Bagaimana komunikasi siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo?
PAK di SMP N 4 Purworejo diberikan setiap hari Jumat setelah jam pulang
sekolah. Biasanya PAK dilakukan di salah satu ruang kelas dan pengajarannya
dicampur antara kelas VII, VIII dan IX. PAK disini diberikan oleh bapak Fran
Jumino, yaitu seorang Katekis Voluntir di Gereja Santa Perawan Maria Purworejo.
PAK di sekolah tidak diajarkan pada saat jam efektif, karena kesibukan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
pendidik yang juga bekerja sebagai asisten Romo di pengobatan Romo Lukman
Purworejo. Pelajaran PAK hanya diberikan kurang lebih enam puluh menit setiap
Minggunya. Selama pelajaran PAK relasi antara siswa di kelas terjalin cukup baik.
Setiap satu tahun sekali siswa Katolik di SMP N 4 bersama-sama merayakan
Natal bersama dengan siswa Katolik dari SMP-SMP lainnya di Purworejo.
9. Bagaimana mengenai peraturan dan tata tertib di SMP Negeri 4
Purworejo?
a) Kehadiran di sekolah
Para siswa hadir di sekolah lima belas menit sebelum jam belajar
dimulai
Jika terlambat siswa wajib melapor guru piket ataupun petugas untuk
memperoleh ijin mengikuti pelajaran
Jika berhalangan hadir, siswa perlu mengirim surat permohonan ijin
tidak masuk sekolah dengan sepengetahuan oranrtua atau wali dan jika
sakit lebih dari tiga hari harus mengirim surat keterangan dokter
Jika siswa meninggalkan sekolah untuk sementara, perlu meminta ijin
kepada guru piket.
b) Penampilan di Sekolah
Para siswa wajib berpakaian seragam dengan bersih dan rapi. Hari
Senin dan Selasa kelas IX menggunakan baju putih lengan pendek dan
bawahan celana atau rok pendek, sedangkan kelas VII dan VIII
menggunakan baju putih lengan pendek dan bawahan celana atau rok
panjang. Hari Rabu dan Kamis kelas VII dan VIII menggunakan
seragam identitas biru dan bawahan panjang, sedangkan kelas IX
menggunakan seragam identitas merah putih kotak-kotak dan bawahan
pendek. Hari jumat dan sabtu kelas VII dan VIII menggunakan seragam
pramuka dan celana panjang baik siswa maupun siswi, sedangkan kelas
IX menggunakan seragam pramuka dan bawahan celana atau rok
pendek.
Baju seragam dilengkapi dengan badge Osis, identitas sekolah, kelas
dan nama..
Siswa wajib menggunakan badge atau pin bendera merah putih di atas
saku.
Siswa diwajibkan menggunakan ikat pinggang dan kaus kaki yang
berlogo atau bertuliskan SMP N 4 Purworejo.
Rambut harus rapi dan bagi putra tidak boleh gondrong.
Siswa tidak perlu menggunakan perhiasan yang berlebihan.
c) Kegiatan Belajar Mengejar
Setiap hari kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00 dan jika ada
pelajaran tambahan di pagi hari untuk kelas IX, maka kegiatan belajar
mengajar dimulai pukul 07.15 untuk kelas VII dan VIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
Jam efektif belajar setiap harinya dimulai pukul 07.00 sampai dengan
pukul 12.30, kecuali hari Jumat dimulai pukul 07.00 sampai dengan
pukul 11.00.
Saat pelajaran olah raga siswa menggunakan seragam olah raga atau
kaos yang ditentukan.
Setiap siswa berhak menggunakan fasilitas media yang disediakan,
namun tidak diperbolehkan untuk penggunaan di luar jam pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI